Upload
phamnhi
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENAPISAN PSEUDOMONAS SPP. DARI RIZOSFER
TANAMAN KEDELAI YANG BERPOTENSI SEBAGAI
RIZOBAKTERIA PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN
DAN BIOKONTROL FUNGI PATOGEN
RENELITA ARTATI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Penapisan
Pseudomonas spp. dari Rizosfer Tanaman Kedelai yang Berpotensi sebagai
Rizobakteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan Biokontrol Fungi
Patogen adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutipkan dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Mei 2008
Renelita Artati
G 351060091
ABSTRACT
RENELITA ARTATI. Screening of Pseudomonas spp. from Rhizosphere of
Soybean Plant for Potential Plant Growth-Promoting Rhizobacteria and
Biocontrol of Pathogenic Fungi. This thesis is advised by ARIS TRI
WAHYUDI and GIYANTO.
Soybean is one of the most important crops in Indonesia. To explore the
role of bacteria colonizing rhizosphere of soybean plant, we have isolated and
identified 50 bacterial isolates from rhizosphere classified as Pseudomonas spp.
after partially biochemical and physiological characterization. All these isolates
produce indole acetic acid (IAA) after measurement by spectrophotometry using
Salkowsky reagent. The ability for phosphate solubilization was tested
quantitatively by plating the bacteria in Pikovskaya agar, 32 isolates were
positively exhibited to solubilize phosphate, that have index of phosphate
solubilization from 0.10 to 0.80. All of the isolates were inoculated on soybean
seedlings and 8 among of them significantly induced elongation of primary root,
numerous of lateral root and shoot growth. The Pseudomonas spp. isolates were
further tested for studying antifungal activity against soil-borne fungal pathogens.
Thirthteen isolates showed inhibition, in vitro, against Fusarium oxysporum.
While 10 isolates inhibited Sclerotium rolfsii and 32 isolates inhibited
Rhizoctonia solani. Hypersensitivity test revealed that 19 bacterial strains of
Pseudomonas spp. were classified as non-pathogenic bacteria. According to these
traits, 3 Pseudomonas spp. isolates (Crb 74, Crb 84, and Crb 95) can be
recommended as plant growth promotion as well as biocontrol of pathogenic
fungi causing rot root desease of soybean plant. 16S rRNA sequence analysis
revealed that Crb 60, Crb 82 have similarity with P. fluorescens, while Crb 74
and Crb 93 have similarity with P. putida and Crb 84, Crb 94, and Crb 95 have
similarity with P. plecoglossicida.
Keywords: Pseudomonas sp., PGPR, indole acetic acid (IAA), pathogenic
fungi,16S rRNA.
RINGKASAN
RENELITA ARTATI. Penapisan Pseudomonas spp. dari Rizosfer Tanaman
Kedelai yang Berpotensi sebagai Rizobakteria Pemacu Pertumbuhan
Tanaman dan Biokontrol Fungi Patogen. Dibimbing oleh ARIS TRI
WAHYUDI dan GIYANTO.
Sejumlah bakteri mempunyai peranan penting di bidang pertanian karena
berperan dalam berbagai proses kunci pada ekosistem seperti sebagai biokontrol
patogen tanaman, pada siklus nutrisi, dan persemaian. Bakteri yang berperan di
bidang pertanian tersebut mempunyai karakteristik mampu memacu pertumbuhan
tanaman (Plant-Growth Promoting Rhizobacteria, PGPR), dengan karakter dapat
berkoloni di rizosfer, mampu memproduksi berbagai hormon pertumbuhan, yaitu
asam indol asetat (indol acetic acid, IAA), asam giberelin, sitokinin dan etilen;
menambat N2, menekan pertumbuhan mikroorganisme fitopatogen dengan
memproduksi siderofor, -1,3-glukanase, kitinase, antibiotik dan sianida;
melarutkan fosfat; dan penyedia nutrien lainnya.
Salah satu bakteri yang ditemukan secara luas di dalam ekosistem tanah
rizosfer adalah Pseudomonas spp., yang mampu mendegradasi dan menggunakan
sejumlah besar senyawa organik, berinteraksi dengan tanaman dan berasosiasi
dalam rizosfer. Beberapa galur Pseudomonas mampu memproduksi siderofor dan
IAA, melarutkan fosfat, dan menghambat pertumbuhan cendawan secara in vitro.
Dengan adanya kemampuan ini, beberapa Pseudomonas spp. merupakan bakteri
yang dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman dan sekaligus sebagai
agen biokontrol mikroba patogen tanaman.
Penelitian mengenai peran Pseudomonas spp. sebagai PGPR telah
dilaporkan pada banyak tanaman pangan, namun pada kedelai sangatlah terbatas.
Kedelai merupakan komoditas pertanian penting di Indonesia yang hingga kini
produksinya belum dapat mencukupi kebutuhan. Salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi kedelai adalah dengan memperbaiki kualitas
pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukan
penelitian untuk mengisolasi spesies Pseudomonas spp. dari rizosfer kedelai
yang mempunyai karakteristik sebagai PGPR dan biokontrol fungi patogen akar
tanaman kedelai. Isolat-isolat yang mempunyai karakter khusus diidentifikasi dan
dianalisis secara molekuler berdasarkan gen penyandi 16S rRNA.
Isolasi dan karakterisasi fisiologi Pseudomonas spp. secara parsial
dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran berseri dan disebarkan
diatas media agar-agar King’s B. Identifikasi Pseudomonas meliputi pewarnaan
gram, uji katalase, dan uji oksidase, mengikuti Bergey’s Manual of Determinative
Bacteriology.
Analisis Produksi Asam Indol Asetat (IAA) oleh Pseudomonas spp.
dengan metode kolorimetri menggunakan reagen Salkowsky. Pengukuran
menggunakan spektrofotometer (spectronic 20) pada panjang gelombang 510 nm.
Uji Pelarutan Fosfat dilakukan dengan menumbuhkan isolat-isolat bakteri
pada media agar-agar Pikovskaya. Zona bening yang terdapat di sekeliling koloni
diamati dan diukur indeks pelarutan fosfatnya.
Telaah Pemacuan Pertumbuhan Kecambah menggunakan kedelai varietas
Slamet. Inokulasi kultur bakteri pada kecambah kedelai dilakukan pada
kecambah berumur 1 hari. Setelah diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang
dalam kondisi gelap, dilakukan pengukuran panjang batang, panjang akar primer,
dan jumlah akar lateral. Hasil pengukuran dianalisis secara statistik dengan one-
way Analysis of Variance (ANOVA) menggunakan program SPSS dan diuji
lanjut dengan Duncan.
Uji antagonis terhadap cendawan patogen dilakukan dengan menggunakan
metode standar kultur ganda. Cendawan yang diuji masing-masing adalah
Rhizoctonia solani, Sclerotium rolsfii dan Fusarium oxysporum. Adanya interaksi
antagonis ditandai dengan terbentuknya zona penghambatan antara isolat
Pseudomonas dengan cendawan.
Reaksi hipersensitivitas isolat-isolat Pseudomonas spp. diujikan pada
tanaman tembakau. Sebanyak 1 ml kultur Isolat Pseudomonas spp. yang
ditumbuhkan pada media King’s B berumur 24-48 jam diinjeksikan ke ruang
interseluler diantara vena-vena daun tembakau. Reaksi hipersensitif positif
ditunjukkan dengan nekrosis kecoklatan dan kekeringan pada jaringan daun yang
diinokulasi dalam 24 sampai 48 jam.
Analisis genetik secara parsial Pseudomonas spp. dilakukan
menggunakan sekuen gen 16S rRNA yang diekstraksi terlebih dahulu, kemudian
diamplifikasi dengan menggunakan mesin Gene Amp PCR 2400 (Perkin Elmer,
USA). DNA hasil PCR dianalisis sekuennya menggunakan mesin DNA squencer
ABI 310 (Perkin Elmer, USA) menggunakan jasa Charoen Phokphan, Jakarta.
Hasil sekuensing dibandingkan dengan data pada GenBank menggunakan
program BLASTN melalui layanan National Centre for Biotechnology
Information (NCBI). Perbandingan sekuen dilakukan menggunakan program
ClustalX, dendogram dibuat menggunakan metode neighbor-joining.
Penelitian ini telah berhasil mengisolasi 50 isolat Pseudomonas spp. yang
berasal dari rizosfer kedelai asal Cirebon, Jawa Barat. Isolat-isolat ini mempunyai
karakteristik Gram negatif, sel berbentuk batang, lurus, atau sedikit bengkok,
dengan panjang 1,5 – 5,0 μm dengan ukuran dan penataan yang berbeda-beda.
Reaksi katalase positif dan oksidase positif. Koloni isolat Pseudomonas spp.
berwarna putih sampai krem, memiliki bentuk bervariasi antara bulat sampai
bundar tak beraturan dengan tepian licin, dengan elevasi cembung, timbul dan
berbukit. Lima puluh isolat Pseudomonas spp. menghasilkan IAA dengan
konsentrasi berkisar antara 0.33 ppm sampai 23.04 ppm pada media pertumbuhan
yang ditambah dengan triptofan. Pada bakteri produksi IAA tidak berfungsi nyata
sebagai hormon pertumbuhan bagi selnya, hal ini memungkinkan peranannya
menjadi penting dalam interaksi antara bakteri dengan tanaman.
Dari hasil uji kemampuan pemacuan pertumbuhan, didapatkan 8 isolat
Pseudomonas spp. yang mampu memacu pertumbuhan kecambah kedelai pada
taraf signifikansi 5%, yaitu Crb 60, 63, 74, 82 , 84, 93, 94, dan 95.
Sebanyak 32 (64%) isolat Pseudomonas spp. mampu melarutkan fosfat
dalam bentuk trikalsium fosfat yang terkandung di dalam media Pikovskaya,
ditandai dengan zona bening yang terbentuk di sekitar koloni isolat Pseudomonas
spp. dengan indeks pelarutan fosfat berkisar antara 0.10 sampai 0.80.
Dari uji antagonis terhadap cendawan patogen diperoleh 13 (26%) isolat
Pseudomonas spp. mampu menghambat pertumbuhan cendawan F. oxysporum,
10 (20%) isolat mampu menghambat pertumbuhan cendawan S. rolsfii, dan 32
(64%) isolat Pseudomonas spp. memiliki kemampuan dalam menghambat
cendawan R. solani. Uji reaksi hipersensitif tanaman tembakau terhadap isolat
Pseudomonas spp. memperlihatkan bahwa 19 (38%) isolat Pseudomonas spp.
nonpatogen.
Hasil amplifikasi gen 16S rRNA pada isolat-isolat Pseudomonas spp.
yang memacu pertumbuhan dengan PCR memperlihatkan pita-pita DNA
berukuran sekitar 1300 pb. Hasil analisis homologinya menunjukkan bahwa
isolat Crb 60 dan Crb 82 mempunyai kemiripan dengan Pseudomonas
fluorescens, isolat Crb 74 dan Crb 93 mempunyai kemiripan dengan
Pseudomonas putida , sedangkan isolat Crb 84, 94, dan 95 mempunyai kemiripan
dengan Pseudomonas plecoglossicida. Perbandingan sekuen antara isolat-isolat
Pseudomonas spp. yang memacu pertumbuhan dengan galur-galur Pseudomonas
spp. lain yang telah diketahui bersifat PGPR menghasilkan dendogram
filogenetik yang memperlihatkan bahwa isolat-isolat tersebut lebih dekat
hubungan kekerabatannya dengan galur pf-5 dan CHAO dibandingkan hubungan
kekerabatannya dengan galur pp-K31-3 dan pf-K30-2. Isolat Crb 82, 94, 74, dan
60 berada satu kelompok dengan galur pf-5 dan CHAO.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa 50 isolat Pseudomonas spp.
yang diisolasi dari tanah rizosfer kedelai menghasilkan IAA. Tujuh isolat yaitu
Crb 60, 74, 82, 84, 93, 94, dan 95 secara signifikan mampu memacu
pertumbuhan kedelai dan nonpatogenik, 5 isolat diantaranya yaitu Crb 60, 74,
82, 84, dan 95 juga berpotensi sebagai pengendali fungi patogen akar. Isolat-
isolat Crb 74, 84, dan 95 berpotensi sebagai PGPR karena mempunyai
karakteristik dapat mensintesis IAA, dapat menginduksi perkecambahan secara
signifikan, dapat melarutkan fosfat dan dapat menghambat pertumbuhan
cendawan fitopatogen, serta tidak patogen pada tanaman. Hasil identifikasi
berdasarkan gen 16S rRNA menyatakan bahwa Pseudomonas spp. isolat Crb 60
dan 82 memiliki kemiripan dengan Pseudomonas fluorescens, isolat Crb 74 dan
93 memiliki kemiripan dengan Pseudomonas putida, sesangkan isolat Crb 84,
94, dan 95 memiliki kemiripan dengan Pseudomonas plecoglossicida.
@Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-undang,
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
PENAPISAN PSEUDOMONAS SPP. DARI RIZOSFER
TANAMAN KEDELAI YANG BERPOTENSI SEBAGAI
RIZOBAKTERIA PEMACU PERTUMBUHAN TANAMAN
DAN BIOKONTROL FUNGI PATOGEN
RENELITA ARTATI
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Biologi
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008
Judul Tesia : Penapisan Pseudomonas spp. dari Rizosfer Tanaman
Kedelai yang Berpotensi sebagai Rizobakteria Pemacu
Pertumbuhan Tanaman dan Biokontrol Fungi Patogen
Nama : Renelita Artati
NIM : G351060091
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Aris Tri Wahyudi, M.Si Dr. Ir. Giyanto, M.Si
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Biologi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB
Dr. Ir. Dedy Duryadi S.,DEA Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.
Tanggal ujian: 12 Mei 2008 Tanggal lulus:
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Anja Meryandini, MS.
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan kemudahan-Nya sehingga tesis dengan judul Penapisan Pseudomonas
spp. dari Rizosfer Tanaman Kedelai yang Berpotensi sebagai Rizobakteria
Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan Biokontrol Fungi Patogen ini berhasil
diselesaikan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr. Aris Tri Wahyudi, M.Si dan
Dr. Ir. Giyanto, M.Si selaku pembimbing atas bimbingan dan arahan yang
diberikan. Kepada Dr. Anja Meryandini, MS selaku penguji luar komisi kami
juga mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikan. Penelitian ini didanai
oleh Kerjasama Kemitraan Penelitian Pertanian dengan Perguruan Tinggi
(KK3PT) Tahun 2007 kepada Dr. Aris Tri Wahyudi, M.Si dan kerjasama
Departemen Agama RI-IPB, oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih.
Terima kasih kepada pengelola Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi
FMIPA IPB atas segala fasilitas dan penggunaan alat pengujian.
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak dan Ibu, suami
dan anak-anak atas segala doa, curahan kasih sayang dan pengertiannya. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada Rika, mbak Ari, dan teman-teman di
Laboratorium Mikrobiologi atas diskusi, saran, dukungan, dan bantuannya.
Terima kasih kepada pimpinan MAN Insan Cendekia Serpong dan teman-teman
sejawat atas dukungan moril dan materilnya sehingga dapat terselesaikannya tesis
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2008
Renelita Artati
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1965 dari ayah Suyadi
dan Ibu Sudiyatmini. Penulis merupakan putri pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan sarjana ditempuh di Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Negeri Jakarta, lulus tahun 1987.
Pada tahun 2006 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi pada
Sekolah Pascasarjana IPB melalui program beasiswa dari Departemen Agama
Republik Indonesia.
Penulis bekerja sebagai guru bidang studi Biologi di Madrasah Aliyah
Negeri Insan Cendekia Serpong Banten, sejak tahun 1996.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR.............................. ....................................................... ... xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang .................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA
Rizobakteria Pemacu Pertumbuhan Tanaman ...................................... 3
Fungi Patogen Akar ............................................................................. 9
Pseudomonas spp ................................................................................. 11
Analisis Sekuen Gen 16S rRNA ........................................................... 12
BAHAN DAN METODE
Isolasi dan Karakterisasi Fisiologi secara Parsial Pseudomonas spp. .. 14
Analisis Produksi Asam Indol Asetat (IAA) ........................................ 14
Uji Pelarutan Fosfat .............................................................................. 15
Uji Pemacuan Pertumbuhan Kecambah Kedelai .................................. 15
Uji Antagonisme Terhadap Cendawan Patogen. .................................. 16
Uji Reaksi Hipersensitivitas ................................................................. 16
Analisis Genetik secara Parsial Pseudomonas spp.Berdasarkan
Sekuen Gen 16S rRNA ........................................................................ 17
HASIL
Isolasi dan Karakterisasi Fisiologi secara Parsial Pseudomonas spp ... 18
Karakteristik Pseudomonas spp. sebagai Pemacu Pertumbuhan ......... 18
Karakteristik Pseudomonas spp sebagai Agen Biokontrol ................. 25
Analisis Genetik secara Parsial Pseudomonas spp. Berdasarkan
Sekuen Gen 16S rRNA ......................................................................... 27
PEMBAHASAN
Isolasi dan Karakterisasi Fisiologi secara Parsial Pseudomonas spp ... 29
Karakteristik Pseudomonas spp. sebagai PGPR ................................... 29
Analisis Genetik secara Parsial Pseudomonas spp. Berdasarkan
Sekuen Gen 16S rRNA ........................................................................ 36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................... 37
Saran .................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 38
LAMPIRAN ..................................................................................................... 42
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Potensi Pseudomonas spp. dalam memproduksi IAA dan melarutkan
fosfat. ............................................................................................................. 20
2. Hasil uji pemacuan pertumbuhan tanaman kedelai varietas Slamet yang
diinokulasi dengan Pseudomonas spp. ...................................................... 22
3. Penghambatan Pseudomonas spp. pada uji antagonisme terhadap
cendawan patogen in vitro. ......................................................................... 25
4. Hasil analisis homologi sekuen gen 16S rRNA dari isolat Pseudomonas
spp. pemacu petumbuhan tanaman menggunakan program BLASTN ...... 28
5. Potensi isolat Pseudomonas spp. yang mampu memacu pertumbuhan
tanaman kedelai dan nonpatogen ............................................................... 35
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Diagram alir lintasan biosintesis IAA pada bakteri ................................. 5
2. Penampilan Isolat Pseudomonas spp ......................................................... 19
3. Zona bening pada uji pelarutan fosfat ....................................................... 20
4. Reaksi hipersensitivitas tanaman tembakau terhadap Pseudomonas spp .. 21
5. Pertumbuhan kecambah kedelai berumur tujuh hari ................................. 24
6. Antagonisme antara Pseudomonas spp. dengan cendawan patogen ........ 26
7. Hasil amplifikasi PCR Gen 16S rRNA isolat Pseudomonas spp . ............ 27
8. Dendogram filogenetik yang memperlihatkan hubungan kekerabatan
antara isolat-isolat Pseudomonas spp. yang memacu
pertumbuhan.............................................................................................. 28
xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan dan terus-menerus pada
pertanian modern telah menimbulkan dampak negatif diantaranya terhadap
kondisi tanah dan lingkungan, yaitu pencemaran dan eutrofikasi. Penggunaan
pestisida juga dapat menimbulkan resistensi hama dan penyakit tumbuhan
terhadap bahan beracun tersebut.
Permasalahan yang timbul pada pertanian modern tersebut dan kesadaran
akan lingkungan yang sehat, mendorong penggalian berbagai potensi alam yang
ramah lingkungan. Perkembangan di bidang bioteknologi telah menunjukkan
hasil yang menggembirakan, diantaranya penggunaan mikroorganisme, terutama
bakteri dan cendawan, yang sangat potensial sebagai agen pupuk hayati dan
pengendali hayati (biocontrol).
Di bidang pertanian, penggunaan produk-produk mikroba mempunyai
beberapa keuntungan dibanding penggunaan bahan kimia karena: (i) produk-
produk mikroba lebih aman; (ii) senyawa kimia dan mikroba itu sendiri tidak
akan terakumulasi dalam rantai makanan; (iii) pengembangbiakan mikroba dapat
diatur untuk pemakaian berulang; (iv) organisme target jarang menjadi resisten
seperti pada kasus ketika agen-agen kimia digunakan untuk mengeliminasi hama
yang berbahaya; dan (v) sebagai agen pengembangan biokontrol tidak berbahaya
baik dalam proses ekologis maupun lingkungan (Gloud 1990).
Bakteri-bakteri tertentu berperan dalam bidang pertanian diantaranya
Azotobacter, Azospirillum, Pseudomonas, Acetobacter, Burkholderia dan
Bacillus; karena dapat berkoloni di rizosfer, di permukaan akar, atau bahkan di
ruang permukaan interseluler tanaman. Mikroorganisme ini mampu
memproduksi atau mengubah konsentrasi hormon pertumbuhan asam indol asetat
(indol acetic acid, IAA), asam giberelin, sitokinin dan etilen, menambat N2,
menekan pertumbuhan mikroorganisme fitopatogen dengan memproduksi
siderofor, -1,3-glukanase, kitinase, antibiotik dan sianida, melarutkan fosfat dan
menyediakan nutrien lainnya. Bakteri-bakteri dengan karakteristik tersebut
dikelompokkan kedalam bakteri yang mampu memacu pertumbuhan tanaman
(Plant Growth promoting Rhizobacteria, PGPR) (Glick 1995).
Salah satu mikroorganisme yang ditemukan secara luas di dalam ekosistem
tanah rizosfer adalah Pseudomonas spp. Pseudomonas adalah bakteri berbentuk
batang, lurus, atau sedikit bengkok, berdiameter 0,5 – 1, 0 μm dengan panjang
1,5 – 5,0 μm, gram negatif, motil dengan satu atau beberapa flagel, aerob, dan
tidak berspora. Beberapa galur Pseudomonas mampu meningkatkan panjang akar
tanaman kacang tanah secara signifikan, memproduksi siderofor dan IAA,
melarutkan fosfat, dan menghambat pertumbuhan cendawan secara in vitro (Dey
et al. 2004). Dengan adanya kemampuan ini, beberapa Pseudomonas spp.
merupakan bakteri yang dapat berperan sebagai pemacu pertumbuhan tanaman
dan sekaligus sebagai agen biokontrol mikroba patogen tanaman.
Penelitian mengenai peran Pseudomonas spp. sebagai PGPR telah
dilaporkan pada banyak tanaman pangan, namun pada kedelai sangatlah terbatas.
Kedelai merupakan komoditas pertanian penting di Indonesia yang hingga kini
produksinya belum dapat mencukupi kebutuhan. Salah satu usaha untuk
meningkatkan produksi kedelai adalah dengan memperbaiki kualitas
pertumbuhan dan kesehatan tanaman. Sehubungan dengan hal tersebut maka
perlu dilakukan penelitian untuk mengisolasi spesies Pseudomonas dari rizosfer
kedelai yang mempunyai karakteristik sebagai PGPR dan biokontrol fungi
patogen akar tanaman kedelai. Isolat-isolat yang mempunyai karakter khusus
diidentifikasi dan dianalisis secara molekuler berdasarkan gen penyandi 16S
rRNA.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengkarakterisasi rizobakteria asal
rizosfer tanaman kedelai, Pseudomonas spp., yang diduga berpotensi sebagai
pemacu pertumbuhan tanaman dan biokontrol fungi patogen akar. Karakter yang
diteliti meliputi kemampuannya dalam produksi IAA, pemacuan pertumbuhan in
vitro, melarutkan fosfat, menghambat pertumbuhan fungi patogen, dan
mengidentifikasinya berdasarkan gen penyandi 16S rRNA.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Rizobakteria Pemacu Pertumbuhan (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria)
Mikroorganisme tumbuh subur di tanah, terutama di daerah rizosfer
tanaman. Sejumlah spesies bakteri dan cendawan mempunyai hubungan dan
membentuk sistem holistik dengan tumbuhan (Wu et al. 2005). Interaksi mikroba
dengan tanaman di rizosfer dapat berupa hubungan yang menguntungkan, netral,
berubah-ubah, atau mengganggu pertumbuhan tanaman (Husen 2003). Interaksi
antara mikroorganisme tanah dan tumbuhan dapat berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman baik secara langsung maupun tidak langsung dengan
menghasilkan metabolit yang memodifikasi keadaan rizosfer (Kapulnik & Okon
2002). Pengaruh secara tidak langsung terjadi ketika mikroorganisme tersebut
mengurangi atau mencegah perusakan satu atau lebih organisme fitopatogen,
sedangkan pengaruh langsung terjadi ketika mikroorganisme tersebut mesintesis
senyawa yang dibutuhkan tanaman atau memudahkan pengambilan nutrien
tertentu dari lingkungan (Glick 1995).
Sejumlah bakteri patut mendapat perhatian di bidang pertanian karena
berperan dalam berbagai proses kunci pada ekosistem seperti dalam biokontrol
patogen tanaman, siklus nutrisi dan persemaian. Bakteri tersebut mempunyai
karakteristik mampu memacu pertumbuhan (Plant-Growth Promoting
Rhizobacteria, PGPR). Terdapat dua istilah : PGPR interseluler (iPGPR) jika
bakteri terletak di dalam sel tanaman, menghasilkan bintil dan terletak dalam
struktur khusus, dan PGPR ekstraseluler (ePGPR) jika bakteri hidup di luar sel
tanaman dan tidak menghasilkan bintil, tetapi meningkatkan pertumbuhan
tanaman dengan menghasilkan senyawa yang secara langsung merangsang
pertumbuhan tanaman, menambah resistensi tanaman terhadap penyakit, atau
meningkatkan mobilisasi nutrien tanah. ePGPR dapat dibagi menjadi 3 tipe
berdasarkan tingkat hubungan dengan akar tanaman: yang hidup dekat akar,
tetapi tidak bersentuhan dengan akar; yang mengolonisasi permukaan akar; dan
yang hidup di ruang antar sel korteks akar (Gray & Smith 2005). Kelompok
bakteri yang mempunyai kemampuan sebagai PGPR tersebut diantaranya
Azotobacter, Azospirillum, Pseudomonas, Acetobacter, Burkholderia dan
Bacillus. (Glick 1995).
PGPR mampu memproduksi atau mengubah konsentrasi hormon
pertumbuhan asam indol asetat (indol acetic acid, IAA), asam giberelin, sitokinin
dan etilen, menambat N2, menekan pertumbuhan mikroorganisme fitopatogen
dengan memproduksi siderofor, -1,3-glukanase, kitinase, antibiotik dan sianida,
melarutkan fosfat dan menyediakan nutrien lainnya (Glick 1995).
Produksi IAA oleh PGPR
Bakteri PGPR umumnya menghasilkan fitohormon seperti auksin,
sitokinin, dan giberelin dengan auksin sebagai perhatian utama. Indol Acetic Acid
(IAA) merupakan hormon utama pada tanaman yang mengontrol berbagai proses
fisiologis penting termasuk pertumbuhan dan pembelahan sel, diferensiasi
jaringan, dan respon terhadap cahaya dan gravitasi (Leveau & Lindow 2005).
IAA terdapat di akar dan di bagian tumbuhan lainnya dalam konsentrasi yang
hampir sama. Karena tumbuhan mungkin tidak mensintesis IAA dalam jumlah
cukup untuk pertumbuhan optimalnya, maka pemberian auksin dapat memacu
pemanjangan akar, tetapi hanya pada konsentrasi yang sangat rendah (10-7
sampai
10-13
M, bergantung pada spesies dan umur akar tanaman) (Salisbury & Ross,
1992).
Bakteri penghasil IAA mempunyai kemampuan untuk membantu berbagai
proses tersebut di atas dengan memasukkan IAA ke dalam pool auksin tanaman.
Akar merupakan organ tanaman yang paling sensitif terhadap fluktuasi kadar
IAA, dan responnya pada peningkatan jumlah IAA eksogenus meluas dari
pemanjangan akar primer, pembentukan akar lateral dan akar adventif, sampai
penghentian pertumbuhan (Leveau & Lindow 2005).
Pada bakteri, triptofan (Trp) merupakan prekursor utama dalam biosintesis
IAA. Triptofan merupakan salah satu asam amino aromatik yang dihasilkan dari
senyawa berkarbon 7, yakni 3-deoksi-7-fosfo-D-asam arabinoheptulosonat yang
merupakan hasil kondensasi dari D-eritrosa-4-fosfat (senyawa berkarbon 4) dan
fosfo-enol-piruvat (senyawa berkarbon 3). Biosintesis triptofan melibatkan
banyak gen yang membentuk suatu kelompok di dalam kromosom. Manulis
(1998) mengemukakan beberapa lintasan dalam sintesis IAA pada bakteri yang
4
melibatkan senyawa intermediet indole-3-pyruvate (IpyA), indole-3-acetamide
(IAM), tryptamine, indole-3-acetonitrile. Tetapi dua jalur utama yang ada pada
semua bakteri adalah lintasan IAM dan IpyA (Gambar 1). Lintasan IAM terdapat
pada semua bakteri pembentuk bintil akar (Bradyrhizobium japonicum,
Rhizobium fredii), Azospirillum brasilense dan Streptomyces. Menurut Brandl et
al (1996) biosintesis IAA melalui IPyA dijumpai pada tanaman tingkat tinggi dan
beberapa jenis bakteri meliputi Rhizobium spp, Azospirillum spp, Rolstonia
solanacearum dan Enterobacter cloacae.
Reaksi awal pengubahan triptofan menjadi indol-3-piruvat dikatalisis oleh
aminotransferase aromatik, dimana empat enzim berhasil diidentifikasi pada A.
lipoferum. Enzim-enzim yang ditemukan ini spesifik terhadap berbagai asam
amino aromatik dan tidak hanya pada triptofan, sehingga deteksi pada protein-
protein ini kurang membuktikan bahwa IAA disintesis melalui indole-3-piruvat
pada Azospirillum (Elmerich 1992). Produksi IAA meningkat sesuai dengan
peningkatan konsentrasi triptofan dari 1-100 g/ml (Ahmad et al. 2005)
Konsentrasi IAA juga meningkat seiring dengan umur kultur sampai bakteri
mencapai fase stasioner. Pengocokan lebih disukai untuk memproduksi IAA,
Triptofan
Indole-acetamide typtamine Indole-3-pyruvic acid (IpyA)
Indole-3-acetic acid (IAA) Indole-3-acetic acid
Indole-3-acetaldehyde
Indole-3-acetic acid
Gambar. 1. Diagram alir lintasan biosintesis IAA pada bakteri (Brandl et al.
1996; Manulis 1998). Gen-gen iaaM, iaaH dan ipdC masing-
masing menyandikan triptofan-2-monooksigenase, indol-3-
asetamid hidrolase dan indol-piruvat dekarboksilase.
iaaM
iaaH
ipdC
5
terutama pada media yang mengandung nitrogen, sedangkan fitohormon lainnya
juga terdeteksi pada medium kultur, yakni giberelin dan senyawa serupa sitokinin
(Tien et al. 1979).
Produksi IAA tidak berfungsi nyata sebagai hormon dalam sel bakteri,
dimungkinkan terdapat dalam sel bakteri karena hormon tersebut berperan
penting dalam interaksi antara bakteri dan tanaman. Bakteri yang memproduksi
IAA akan menstimulasi pertumbuhan sistem perakaran inang. (Patten & Glick
2002).
Pengaruh IAA pada tanaman bergantung pada konsentrasi auksin yaitu,
konsentrasi IAA yang rendah dapat memacu pertumbuhan tanaman sedangkan
konsentrasi IAA yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman
yang berbeda dapat memberi respon yang berbeda terhadap variasi konsentrasi
IAA dan tipe mikrooganisme (Ahmad et al. 2005). Campbell et al. (2006) pada
penelitian pengaruh auksin pada tanaman kacang tanah mengemukakan bahwa
IAA memacu pertumbuhan batang hanya dalam kisaran konsentrasi tertentu.
Konsentrasi IAA diatas 0.9 g/l dapat menghambat pemanjangan batang kacang
tanah, hal ini dimungkinkan karena konsentrasi IAA yang tinggi dapat
menginduksi produksi etilen, hormon yang biasanya mengakibatkan efek
berlawanan dengan auksin. Di lain pihak, konsentrasi auksin yang cukup tinggi
untuk dapat memacu pemanjangan batang adalah kisaran konsentrasi auksin
yang menghambat pemanjangan akar.
Pelarutan Fosfat oleh PGPR
Sejumlah besar fosfat anorganik terlarut yang ditambahkan ke tanah saat
pemberian pupuk di lahan pertanian dengan cepat berubah menjadi bentuk yang
tidak terlarut segera setelah ditaburkan dan menjadi tidak tersedia bagi tanaman.
Fosfor yang tersedia bagi tanaman ada di dalam larutan tanah sebagai anion-
anion ortofosfat, terutama H2PO4- dan HPO4
2-. Fosfat anorganik dan organik
padat ditemukan dalam bentuk yang labil dan sangat tidak larut di dalam tanah,
sehingga tingkat efektivitas penyediaan fosfat sangat bervariasi (Rodriguez &
Fraga 1999).
6
Mikroba pelarut fosfat adalah spesies bakteri dan cendawan yang
mempunyai kemampuan untuk melarutkan senyawa fosfat anorganik yang tidak
terlarut seperti trikalsium fosfat, dikalsium fosfat, hidroksiapatit, dan batuan
fosfat. Beberapa bakteri pelarut fosfat diantaranya adalah Pseudomonas,
Bacillus, dan Rhizobium, yang potensial dalam meningkatkan tersedianya fosfor
bagi tanaman, terutama di tanah yang mengandung banyak endapan fosfat
(Rodriguez & Fraga 1999). Ketika tanah kekurangan fosfat bagi tanaman dan pH
tanah sangat kondusif untuk pelarutan fosfat, mikroba pelarut fosfat berperan
penting dalam pertumbuhan tanaman, hasil panen dan pengambilan nutrien
(Altomare et al. 1999).
Mikroba pelarut fosfat yang hidup bebas selalu ada di dalam tanah. Fallah
(2006) menyatakan bahwa dari 50 sampel tanah yang dikoleksi dari bagian utara
Iran mengandung bakteri dan cendawan pelarut fosfat, dengan jumlah populasi
bakteri antara 106 sampai 10
9 sel/g tanah atau dengan rasio rata-rata bakteri
pelarut fosfat terhadap total populasi bakteri adalah 3,98%.
Mekanisme utama pelarutan fosfat pada bakteri adalah produksi asam
organik dan asam fosfatase. Asam glukonat dan asam 2-ketoglukonat adalah
asam-asam organik yang dihasilkan oleh Pseudomonas, Erwinia, Burkholderia,
Rhizobium, dan Bacillus (Igual et al. 2001). Asam-asam organik lain seperti asam
laktat, isovalerat, isobutirat, asetat, glikonat, oksalat, malonat, dan suksinat juga
dihasilkan oleh berbagai bakteri pelarut fosfat (Rodriguez & Fraga 1999).
Kemampuan asam organik dalam melarutkan fosfat dapat terjadi melalui
tiga mekanisme yaitu asidifikasi, pengkelatan, dan reaksi pertukaran ligan
(Arcand & Schneider 2006). Pada mekanisme asidifikasi, asam organik berperan
dalam menurunkan pH larutan, karena asam organik akan terdisosiasi dalam
suatu kesetimbangan yang tergantung pada pH menjadi anion atau kationnya. Ion
H+ akan melarutkan batuan fosfat dengan mengubah kesetimbangan. Mekanisme
kedua, anion asam organik dapat melarutkan fosfat melalui reaksi pengkelatan
yang melibatkan pembentukan dua atau lebih ikatan koordinat antara suatu anion
atau molekul polar dan suatu kation, sehingga menghasilkan struktur cincin yang
kompleks. Anion asam organik dengan hidroksil yang mengandung oksigen
mempunyai kemampuan untuk membentuk kompleks yang stabil dengan kation-
7
kation seperti Ca2+
, Mg2+
, Fe3+
, dan Al3+
yang sering berikatan dengan fosfat.
Terbentuknya kompleks tersebut pada permukaan mineral mengakibatkan anion
asam organik kehilangan ikatan kation-oksigen dari struktur mineralnya dan
mengkatalisis pelepasan kation ke larutan. Anion asam organik secara terus-
menerus mengubah keseimbangan reaksi pemecahan dengan membentuk
kompleks dengan kation di larutan, yang secara efektif menurunkan titik jenuh
larutan. Mekanisme ketiga terjadi melalui kompetisi dengan anion-anion fosfat
yang terserap ke permukaan kristal Fe(OH)3 dan Al(OH)3. Anion asam organik
dapat berperan memobilisasi fosfor melalui reaksi pertukaran ligan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa mobilisasi fosfor berhubungan dengan pertukaran
ligan antara sitrat dan fosfat yang terserap ke sisi Fe dan Al daripada hasil
pemecahan dari presipitat Ca-P. Di tanah, sitrat dapat memobilisasi fosfat ketika
terserap pada tingkat yang lebih besar dari 10 mol/g tanah, tetapi di bawah nilai
kritis ini sitrat tidak akan mengalahkan kompetisi fosfat untuk sisi adsorbsi tanah.
Sejumlah besar fosfat yang diabsorbsi dari tanah digunakan untuk menghasilkan
ATP, salah satu di antaranya dibutuhkan dalam fiksasi nitrogen (Dey et al. 2004).
PGPR sebagai Agen Biokontrol yang Prospektif
Secara umum istilah biokontrol mengacu pada penggunaan organisme
hidup untuk membatasi pertumbuhan dan proliferasi organisme lainnya yang
tidak diinginkan. Mikrorganisme rizosfer dapat menjadi garis pertahanan
terdepan melawan serangan patogen sehingga ideal digunakan sebagai agen
biokontrol. Biokontrol melibatkan mikroorganisme penekan penyakit untuk
meningkatkan kesehatan tanaman. Penekanan penyakit oleh agen biokontrol
adalah manifestasi interaksi antara tanaman, patogen, agen biokontrol, komunitas
mikroba disekitar tanaman, dan lingkungan fisik (Siddiqui 2006).
Banyak PGPR yang menguntungkan karena meningkatkan produksi
pertanian melalui mekanisme antibiosis dan biokontrol; serta mampu menekan
sejumlah bakteri, cendawan, nematoda, dan virus yang bersifat patogen pada
tanaman ( Whipps 2001). Spesies Pseudomonas yang berfluoresen dan Bacillus
dapat mensekresi metabolit ekstraseluler yang berperan aktif dan sangat efektif
dalam menghambat dan menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen.
8
PGPR Pseudomonas spp. menghasilkan berbagai antibiotik termasuk
antifungi (fenazin, pirolnitrin, pioluteorin, diasetil floroglusinol, ramnolipid, dll),
antibakteri (asam pseudomonat, azomisin), antitumor (FR901463, sepafungins),
dan anti virus (karalisin) (Fernando et al. 2006). Senyawa-senyawa tersebut dapat
menyebabkan modifikasi struktural dinding sel dan perubahan
biokimiawi/fisiologis pada sintesis protein yang terlibat dalam mekanisme
pertahanan tanaman. Lipopolisakarida, siderofor, dan asam salisilat adalah faktor
utama pada PGPR yang menginduksi sistem pertahanan (Antoun & Prevost 2006,
Siddiqui 2006). Whipps (2001) melaporkan bahwa galur P. fluorescence tipe liar
mampu melindungi tanaman ketimun dari Pythium ultimum. Pseudomonas spp.
dapat menghasilkan hidrogen sianida yang menghambat beberapa cendawan
fitopatogen. Strain PGPR lainnya dapat menghasilkan enzim hidrolase yang
menghidrolisis dinding sel cendawan. P. stutzeri menghasilkan kitinase dan
laminarinase ektraseluler yang mampu menghancurkan miselium cendawan
Fusarium solani (Lim et al. 1991).
Enzim kitinase yang diproduksi oleh Serratia marcescens digunakan
untuk melawan Sclerotium rolsfii. -1,3-glukanase yang disintesis oleh
Paenibacillus sp. galur 300 dan Streptomyces sp. galur 385 dapat melisis dinding
sel Fusarium oxysporum f. Sp. cucumerinum. Bacillus cepacia mensintesis -1,3-
glukanase untuk menghancurkan dinding sel Rizoctonia solani, S. rolsfii, dan
Pythium ultimum (Chompant et al. 2005).
Fungi Patogen Akar
Interaksi patogenik dapat terjadi antar mikroorganisme, seperti
parasitisme antara satu fungi dengan fungi lainnya (mikoparasitisme) maupun
produksi antibiotik oleh organisme yang menghambat atau membunuh
mikroorganisme lainnya. Interaksi patogenik lainnya melibatkan mikroorganisme
dan akar tanaman yang mengakibatkan penyakit tanaman. Penyakit tanaman yang
bersumber dari tanah dapat disebabkan oleh nematoda, kutu, bakteri, virus, dan
fungi. Beberapa fungi menyebabkan kerusakan lebih parah pada tanaman
pertanian dan interaksinya dengan patogen tanaman lainnya umumnya
mempunyai efek sinergis pada penyakit tanaman.
9
Fusarium oxysporum adalah fungi saprofit yang tumbuh dan dapat
bertahan hidup dalam periode yang lama pada bahan organik, di dalam tanah dan
di rizosfer berbagai tanaman. Beberapa spesies Fusarium menyebabkan layu atau
busuk akar sedangkan yang lainnya nonpatogen. Baik yang patogen maupun yang
nonpatogen dapat melakukan penetrasi pada akar tanaman (Bolwerk &
Lugtenberg 2006). Fumonisin dan trikotekanes merupakan toksin utama yang
diproduksi oleh Fusarium. Cendawan ini menyerang tanaman pada bagian akar
tanaman dengan menggunakan pembuluh sporangia dan miseliumnya. Serangan
tersebut terjadi melalui ujung akar, luka pada akar, atau melalui akar lateral
(Gonsalves et al. 1993). Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa
Pseudomonas flourescent dapat berperan sebagai agen biokontrol terhadap
Fusarium sp. pada tanaman tomat. B. cepacia dan B. gladioli di dalam rizosfer
memiliki kemampuan menyerang F. oxysporum f. sp cubense yang menginfeksi
tanaman tersebut dengan mengkolonisasi permukaan hifa dan makrospora (Dikin
et al. 2006).
Cendawan Sclerotium rolfsii dapat menyebabkan busuk akar pada
berbagai tanaman termasuk kedelai dengan gejala infeksi layu pada pucuk
tanaman akibat kerusakan pada pangkal batang dan akar. Fitopatogen ini
dicirikan dengan pertumbuhan miselia yang menyerupai kapas dan adanya
bulatan sklerotia berwarna coklat muda yang kemudian menjadi coklat gelap
ketika tua. S. rolsfii dapat bertahan hidup pada sisa tumbuhan yang mati di dalam
tanah dalam bentuk sklerotia, kemudian dapat tumbuh dan menyerang tanaman
inang, menyebabkan nekrosis pada dinding selnya. Enzim selulase dan kitinase
dihasilkan untuk mendukung kemampuannya menyerang tanaman inang.
Terdapat sejumlah mikroorganisme yang mampu melawan Sclerotium rolfsii,
diantaranya Trichoderma harzianum, T. viride, Bacillus subtilis, Penicillium spp
dan Glicodium virens (Moussa & Tharwat 2007).
Rhizoctonia solani adalah cendawan patogen yang dapat menyebabkan
penyakit busuk daun pada padi, busuk pangkal batang (damping-off) pada
tanaman gula bit, dan busuk akar pada kedelai. Menurut Bertagnolli et al. (1996)
cendawan ini mengeluarkan endoproteinase, eksokitinase, glukanase, dan
fosfolipase yang semuanya berpotensi merusak dinding sel/integritas membran
10
sel tanaman. Hasil penelitian Vidhyasekaran et al. (1997) menyatakan bahwa R.
solani menghasilkan toksin karbohidrat yang mengandung glukosa, manosa, N-
asetilgalaktosamin, dan N-asetilglukosamin. Beberapa agen biokontrol fungi
antagonis melawan Rhizoctonia diantaranya Trichoderma dan Bacillus
megaterium.
Pseudomonas spp.
Pseudomonas adalah bakteri berbentuk batang, lurus, atau sedikit bengkok,
tetapi tidak berpilin, berdiameter 0,5 – 1, 0 μm dengan panjang 1,5 – 5,0 μm.
Bersifat Gram negatif. Motil dengan satu atau beberapa flagel polar; jarang yang
nonmotil. Aerob, mempunyai tipe metabolisme respirasi terbatas dengan oksigen
sebagai akseptor elektron terakhir; pada beberapa kasus nitrat dapat digunakan
sebagai alternatif akseptor elektron terakhir, yang memungkinkan pertumbuhan
pada keadaan anaerob (Pallroni & Moore 2004).
Menurut Madigan et al. (2000), Pseudomonas tidak berspora, bersel satu
atau bersel banyak, bertunas, respirasi metabolisme, tidak pernah fermentatif,
walaupun dapat menghasilkan sejumlah kecil asam dari glukosa aerobik;
menggunakan molekul berbobot rendah atau senyawa organik, bukan polimer,
beberapa kemolitotrof, menggunakan H2 atau CO2 sebagai satu-satunya donor
elektron, beberapa dapat menggunakan arginin sebagai sumber energi anaerob.
Melakukan metabolisme glukosa melalui jalur Entner-Doudoroff. Dua enzim
kunci pada jalur Entner-Doudoroff adalah 6-fosfoglukonat dehidrase dan 2-keto-
3-deoksiglukosafosfat aldolase. Menghasilkan oksidase (tetapi bakteri usus tidak
menghasilkan oksidase); menghasilkan katalase; tidak mempunyai pigmen
fotosintetik (yang membedakannya dari bakteri ungu nonsulfur); tidak
menghasilkan senyawa indol; tidak dapat memfermentasi asam-asam campuran;
tidak dapat membentuk 2,3-butanadiol. Kebutuhan nutrisinya sederhana dan
tumbuh secara kemoorganotrof pada pH netral dan kisaran temperatur mesofilik.
Pseudomonas ditemukan secara luas di dalam ekosistem tanah dan air,
mendegradasi sejumlah besar senyawa organik, berinteraksi dengan tanaman dan
berasosiasi dalam rizosfer yang bersifat menguntungkan di bidang pertanian, dan
sebagian lainnya bersifat patogen yang berbahaya. Pseudomonas dan
pseudomonad (yaitu, bakteri yang menyerupai Pseudomonas) terdiri atas takson
11
organisme yang secara metabolik mampu menggunakan senyawa organik dan
anorganik dalam kisaran yang luas dan hidup di bawah kondisi lingkungan yang
beragam (Pallroni & Moore 2004).
Menurut Loccoz dan Defago (2004), banyak galur Pseudomonas
menguntungkan bagi tanaman secara langsung, yaitu melalui pemacuan
pertumbuhan dan peningkatan kesehatan tanaman, dan/atau secara tidak langsung
melalui penghambatan pada, atau kompetisi dengan patogen, parasit, atau
tumbuhan kompetitor. Tidak semua pseudomonad mampu berperan sebagai
biokontrol, dan diantaranya terlihat melakukan beberapa mekanisme biokontrol
yang berbeda. Interaksi biotik penting untuk menekan fitoparasit dan terjadi
ketika pseudomonad biokontrol berasosiasi dengan tanaman untuk mengurangi
fitoparasit dalam tanah.
Analisis Sekuen Gen 16S rRNA
Membandingkan gen atau genom dua spesies adalah cara paling tepat
untuk melacak nenek moyang. Pembandingan dapat dilakukan melalui analisis
sekuen DNA (DNA sequence analysis) yaitu, pembandingan urutan nukleotida
bagian dari DNA. Dalam hal ini digunakan alat polymerase chain reaction (PCR)
untuk mengklon bagian DNA, yang kemudian dilanjutkan dengan pengurutan
basa secara otomatis menggunakan mesin pengurut DNA (DNA sequencer). Para
ahli sistematika sekarang menggunakan data sekuen nukleotida dari DNA
nukleus, mtDNA atau keduanya untuk menarik kesimpulan filogeni, membentuk
pohon filogenetik, dan mengelompokkan organisme (Madigan 2000).
Woose (1987) menggunakan gen 16S rRNA untuk mengklasifikasikan
makhluk hidup ke dalam tiga kelompok yakni Archaea, Bacteria dan Eukarya.
Daerah gen 16S rRNA merupakan daerah terkonservatif pada makhluk hidup dan
menunjukkan ciri spesifik pada setiap spesies. Ribosomal RNA (rRNA) adalah
salah satu molekul RNA yang berperan dalam pembentukan kerangka ribosom
dan merupakan organel penting dalam proses translasi RNA untuk membentuk
asam amino (Glick & Pasternack 2003).
Molekul rRNA bersifat homolog baik secara fungsional ataupun
evolusinya pada organisme yang berbeda dan merupakan molekul yang
12
strukturnya terkonservatif. Ukuran molekul rRNA yang cukup besar
memudahkan proses isolasi terutama komponen 16S rRNA yang telah banyak
dijadikan sumber analisis filogeni dan pengklasifikasian makhluk hidup (Broun-
Howland et al. 1992).
13
BAHAN DAN METODE
Isolasi dan Karakterisasi Fisiologi Pseudomonas spp. secara Parsial
Sebanyak 1 gram tanah sampel tanah rizosfer dari perkebunan kedelai asal
Cirebon dimasukkan ke dalam 10 ml larutan garam fisiologis 0.85 % ( 2.55 g
NaCl dalam 300 ml akuades). Kemudian divortex, selanjutnya diencerkan berseri
hingga 10-2
, 10-3
, 10-4
, dan 10-5
. Dengan menggunakan pipet mikro 1 ml, diambil
0.1 ml dan disebarkan diatas media agar-agar King’s B (komposisi 4.5 g agar-
agar, 6 g pepton, 0.45 g K2HPO4, 0.45 g MgSO4, 4.5 ml gliserol dalam 300 ml
aquades), menggunakan batang penyebar. Cawan selanjutnya diinkubasi pada
suhu 28 0C selama 24 jam. Koloni yang tumbuh kemudian dimurnikan dengan
menggunakan media yang sama. Identifikasi Pseudomonas spp. meliputi
pewarnaan gram, uji katalase, dan uji oksidase, mengikuti Bergey’s Manual of
Determinative Bacteriology.
Analisis Produksi Asam Indol Asetat (IAA)
IAA yang diproduksi oleh Pseudomonas spp. diukur dengan metode
colorimetry dengan reagen Salkowski (komposisi 150 ml H2SO4 pekat, 250 ml
Aquades, 7.5 ml FeCl3.6 H2O 0.5 M) menggunakan spektrofotometer pada
panjang gelombang 510 nm (Aryantha et al. 2004). Isolat diinokulasikan kedalam
5 ml media King’s B cair yang telah ditambahkan triptofan 0.1 mM (dari stok 20
mg/ml), diinkubasi dan dikocok pada kecepatan 110 rpm pada suhu ruang selama
48 jam dalam keadaan gelap. Masing-masing diambil 3 ml, kemudian
dimasukkan ke dalam 2 eppendorf, masing-masing 1.5 ml (dikerjakan secara
duplo), selanjutnya disentrifuse pada 10000 rpm selama 15 menit. Tiap eppendorf
diambil 1 ml supernatannya dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan
ditambahkan ke dalamnya 4 ml reagen Salkowski lalu diinkubasi selama 30
menit dalam ruang gelap pada suhu ruang. Kandungan IAA diukur dengan
menggunakan spektrofotometer (spectronic 20) pada panjang gelombang 510 nm.
Konsentrasi IAA yang terdapat dalam kultur ditentukan berdasarkan kurva
standar IAA.
Uji Pelarutan Fosfat
Uji pelarutan fosfat dilakukan menggunakan metode standar yaitu dengan
cara menumbuhkan isolat-isolat Pseudomonas spp. pada media agar-agar
Pikovskaya yang mengandung trikalsium fosfat (Rao & Sinha 1962; Rao 1999).
Komposisi media tersebut yaitu 5 g glukosa, 2.5 g Ca3(PO4)2, 0,1 g NaCl, 0.1 g
KCl, 0.05 g MgSO4.7H2O, 1.25 mg MnSO4.2H2O, 1.25 mg FeSO4.7H2O, 0.25 g
ekstrak khamir, 0.5 g (NH4)2SO4, 7.5 g agar-agar dalam 500 ml akuades. Isolat
Pseudomonas spp. digoreskan pada media tersebut, setelah inkubasi pada suhu 28
0C selama 3 hari, zona bening yang terdapat di sekeliling koloni diamati dan
diukur indeks pelarutan fosfatnya berdasarkan rumus:
Indeks Pelarutan fosfat = diameter zona bening – diameter koloni
diameter koloni
Uji Pemacuan Pertumbuhan Kecambah Kedelai
Uji perkecambahan biji menggunakan kedelai varietas Slamet. Biji
kedelai disterilisasi permukaannya dengan cara direndam dalam etanol 95%
selama 10 detik, kemudian direndam dalam H2O2 5% selama 5 menit dan dibilas
dengan aquades steril sebanyak 7 kali untuk menghilangkan residu peroksida.
Biji yang telah disteril diletakkan pada cawan yang dialasi kertas saring
yang telah dibasahi dengan aquades steril, kemudian diletakkan di ruang gelap
selama 24 jam. Isolat Pseudomonas ditumbuhkan dalam media agar-agar King’s
B pada suhu ruang selama 24 jam, kemudian diresuspensikan dengan 5-8 ml NB.
Sembilan biji yang telah mulai berkecambah diletakkan dalam cawan dengan
media agar-agar 1% dan masing-masing biji diberi 100 μl kultur bakteri (± 8 x
109 sel/ml). Perkecambahan tanpa kultur bakteri digunakan sebagai kontrol.
Cawan tersebut diinkubasi selama 7 hari pada suhu ruang dalam kondisi gelap.
Kemudian dilakukan pengukuran panjang batang, panjang akar primer, dan
jumlah akar lateral. Setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hasil
pengukuran dianalisis secara statistik dengan one-way Analysis of Variance
(ANOVA) menggunakan program SPSS dan diuji lanjut dengan Duncan.
15
Uji Antagonisme terhadap Cendawan Patogen Akar
Uji antagonis dilakukan dengan menggunakan metode standar kultur ganda.
Pada bagian tengah dari medium Potato Dextrose Agar (PDA) dalam cawan petri
berdiameter 9 cm diinokulasi kultur cendawan Rhizoctonia solani, Sclerotium
rolsfii atau Fusarium oxysporum berdiameter 5 mm. Kemudian isolat
Pseudomonas spp. digores pada sisi lain dari medium tersebut dengan jarak 3 cm
dari kultur cendawan (Gambar 2). Kultur ini diinkubasi pada suhu 28 0C selama
3-5 hari dan diamati perkembangannya. Adanya interaksi antagonis ditandai
dengan terbentuknya zona penghambatan antara isolat Pseudomonas spp. dengan
cendawan (Dikin 2006). Radius zona penghambatan diukur dalam mm.
Persentase penghambatan diukur dengan rumus :
Persentase penghambatan =. B
A1 x 100%
Keterangan:
A : Jarak pertumbuhan fungi pada sisi isolat bakteri
B : Jarak pertumbuhan fungi pada sisi lain pada cawan yang sama sebagai
kontrol
Uji Reaksi Hipersensitivitas
Suspensi isolat Pseudomonas spp. dari kultur berumur 24-48 jam dengan
kepadatan 108- 10
9 sel/ml diinjeksikan ke ruang interseluler diantara vena-vena
daun tembakau menggunakan siring berukuran 1 ml. Untuk setiap isolat yang
diuji dilakukan dengan ulangan sebanyak tiga kali. Pada sisi lain dari daun
tembakau juga disuntikkan akuades dan bakteri E. coli sebagai kontrol negatif,
serta bakteri Ralstonia solanacearum sebagai kontrol positif.
Reaksi hipersensitif positif ditunjukkan dengan kematian cepat,
kekeringan dan nekrosis kecoklatan pada jaringan daun yang diinokulasi dalam
24 sampai 48 jam. Jaringan yang berwarna kekuningan tidak menunjukkan reaksi
positif (Lelliott & Stead 1987).
16
Analisis Genetik secara Parsial Pseudomonas spp. Berdasarkan Sekuen Gen
16S rRNA
Ekstrasi DNA
Isolat Pseudomonas spp. yang telah diidentifikasi dapat memacu
pertumbuhan secara signifikan dan nonpatogenik, ditumbuhkan pada suhu ruang
selama 24 jam di dalam medium cair King’s B dan dikocok pada kecepatan 110
rpm. Kemudian suspensi sel bakteri di masukkan ke dalam ependorf dan
disentrifus pada 12000 rpm selama 4 menit. Supernatan dibuang dan DNA dari
pelet bakteri diekstraksi menggunakan metode seperti yang dijelaskan dalam
Sambrook (1989).
Amplifikasi 16S rDNA
Reaksi PCR dilakukan dengan total volume reaksi 50 μl yang
mengandung 0.5 μl Taq polimerase, 25 μl buffer GC, 8 μl dNTP, 10 μl DNA
template, 1 μl primer forward (10 pmol), 1 l primer reverse (10 pmol) dan 2.5
l ddH2O steril. Primer yang digunakan untuk amplifikasi gen 16S rDNA adalah
63f : 5’-CAG GCC TAA CAC ATG CAA GTC-3’ dan 1387r : 5’- GGG CGG
W(purin)GT GTA CAA GGC-3’ (Marchesi et al. 1998). PCR dilakukan
menggunakan mesin Gene Amp PCR 2400 (Perkin Elmer, USA) dengan siklus
thermal diatur sebagai berikut: langkah denaturasi awal pada suhu 94 0C selama 2
menit, dilanjutkan dengan 30 siklus yang masing-masing terdiri dari: denaturasi
pada suhu 92 0C selama 30 detik, annealing pada suhu 55
0C selama 30 detik,
ekstensi pada suhu 75 0C selama 1 menit, dengan ekstensi akhir pada suhu 75
0C
selama 5 menit. Selanjutnya hasil PCR dilarikan pada elektroforesis gel agarosa
1% dan divisualisasi menggunakan pewarnaan dengan etidium bromida.
Analisis Sekuen DNA
DNA hasil amplifikasi dengan PCR dimurnikan dan dianalisis secara parsial
sekuennya menggunakan mesin DNA squencer ABI 310 (Perkin Elmer, USA)
menggunakan jasa Charoen Phokphan Indonesia, Jakarta. Hasil sekuensing DNA
dibandingkan dengan data yang ada pada GenBank menggunakan program BLAST
melalui layanan National Centre for Biotechnology Information (NCBI).
Perbandingan sekuen dilakukan menggunakan program ClustalX, dendogram dibuat
menggunakan metode neighbor-joining (NJPLOT). Kriteria untuk identifikasi seperti
yang dijelaskan oleh Drancourt et al. (2000).
17
HASIL
Isolasi dan Karakterisasi Fisiologi secara Parsial Pseudomonas spp.
Telah berhasil diisolasi 50 isolat Pseudomonas spp. yang berasal dari
rizosfer kedelai asal Cirebon, Jawa Barat. Isolat-isolat ini diidentifikasi mengikuti
Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology dan mempunyai karakteristik
parsial Gram negatif, sel berbentuk batang, lurus, atau sedikit bengkok, dengan
panjang 1,5 – 5,0 μm dengan ukuran dan penataan yang berbeda-beda. Reaksi
katalase positif dan reaksi oksidase positif. Koloni isolat Pseudomonas spp.
memiliki bentuk bervariasi antara bulat sampai bundar tak beraturan dengan
tepian licin, dengan elevasi cembung, timbul dan berbukit. Koloni memiliki
warna putih, krem muda sampai krem tua (Gambar 2).
Karakteristik Pseudomonas spp. sebagai Pemacu Pertumbuhan
Dari keseluruhan isolat yang diteliti, terdapat 50 isolat Pseudomonas spp.
yang memiliki kemampuan mensintesis IAA di dalam kultur medium yang
ditambahkan dengan triptofan. Pengukuran IAA dilakukan berdasarkan
perubahan warna supernatan setelah ditambah reagen Salkowski dan kemudian
diinkubasi. Perubahan warna terjadi dari kuning menjadi warna merah muda
sampai kecoklatan. Penghitungan konsentrasi IAA dilakukan melalui uji
kolorimetrik. Konsentrasi IAA yang dihasilkan berkisar antara 0.33 ppm sampai
23.04 ppm, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok kisaran
konsentrasi IAA, yakni konsentrasi rendah (0.33-8.00 ppm), konsentrasi sedang
(8.01-16.00 ppm), dan konsentrasi tinggi (lebih dari 16.00). Sebanyak 20 (40%)
isolat menghasilkan IAA dengan konsentrasi rendah, 18 (36%) isolat
menghasilkan IAA dengan konsentrasi sedang, dan 12 (26%) isolat menghasilkan
IAA dengan konsentrasi tinggi. Diperoleh hasil bahwa isolat Pseudomonas sp.
Crb 90 adalah yang menghasilkan IAA dengan konsentrasi tertinggi yaitu 23.04
ppm.
Sebanyak 32 (64%) isolat Pseudomonas spp. mampu melarutkan fosfat
yang terkandung di dalam media Pikovskaya. Media ini berwarna putih, zona
bening yang terbentuk di sekitar koloni sebaran isolat Pseudomonas spp.
A B
Gambar 2 Penampilan isolat Pseudomonas spp. (A) Koloni isolat Crb 83 pada media agar-agar King’s B
(B) Sel Pseudomonas spp. menunjukkan Gram negatif berbentuk batang (perbesaran 1000 kali).
__
1 µm
19
menunjukkan adanya aktivitas pelarutan fosfat (Gambar 3). Indeks pelarutan
fosfat dihitung setelah kultur berumur tiga hari, dan diperoleh kisaran antara 0.06
sampai 0.80. Isolat Crb 53 mempunyai indeks pelarutan fosfat tertinggi, yaitu
0.80.
A B
Gambar 3 Zona bening pada uji pelarutan fosfat oleh : (A) isolat Crb 80 dan (B)
isolat Crb 64
Data karakteristik isolat Pseudomonas spp. meliputi karakter kemampuan
memproduksi IAA dan melarutkan fosfat secara rinci tertera pada Tabel 1.
Tabel 1 Potensi isolat Pseudomonas spp. dalam memproduksi IAA dan
melarutkan fosfat
Isolat Produksi
IAA
(ppm)
Indeks
Pelarutan
Fosfat
Isolat
Produksi
IAA
(ppm)
Indeks
Pelarutan
Fosfat
Isolat
Produksi
IAA
(ppm)
Indeks
Pelarutan
Fosfat
Crb 51 10.17 0.53 Crb 68 19.30 0.53 Crb 85 19.72 0.43
Crb 52 17.53 0.49 Crb 69 14.42 0.28 Crb 86 6.31 0.17
Crb 53 16.86 0.80 Crb 70 14.46 0.34 Crb 87 6.26 0
Crb 54 16.90 0 Crb 71 18.90 0.30 Crb 88 7.26 0
Crb 55 8.79 0.35 Crb 72 11.74 0.26 Crb 89 5.45 0
Crb 56 18.47 0.37 Crb 73 17.65 0.20 Crb 90 23.04 0
Crb 57 9.18 0.65 Crb 74 7.72 0.27 Crb 91 1.52 0
Crb 58 11.66 0 Crb 75 7.14 0 Crb 92 1.44 0.42
Crb 59 11.27 0 Crb 76 7.86 0 Crb 93 7.60 0.26
Crb 60
8.04 0 Crb 77 6.04 0 Crb 94 1.13 0.24
Crb 61 12.29 0.37 Crb 78 6.40 0 Crb 95 7.24 0.28
Crb 62 6.31 0.23 Crb 79 19.67 0 Crb 96 11.60 0.61
Crb 63 10.60 0 Crb 80 4.45 0.31 Crb 97 13.55 0.47
Crb 64 9.18 0.14 Crb 81 18.67 0 Crb 98 18.07 0.45
Crb 65 8.12 0.06 Crb 82 6.63 0 Crb 99 0.81 0.28
Crb 66 10.68 0.10 Crb 83 5.04 0 Crb 100 0.33 0.40
Crb 67 8.43 0.13 Crb 84 14.63 0.56
A B
1 cm
20
Uji reaksi hipersensitif tanaman tembakau terhadap isolat Pseudomonas
spp. yang dilakukan dengan menginokulasikan suspensi isolat Pseudomonas spp.
berumur 24-48 jam pada jaringan daun tanaman tembakau. Hasilnya
memperlihatkan bahwa 31 (62%) isolat mengakibatkan reaksi hipersensitif
positif yang ditunjukkan dengan kematian cepat, kekeringan dan nekrosis
kecoklatan pada jaringan daun tembakau yang diinokulasi Pseudomonas spp.
setelah 24 sampai 48 jam (Gambar 4). Sedangkan 19 (38%) isolat Pseudomonas
spp. lainnya tidak memperlihatkan perubahan warna daun atau jaringan daun
hanya berwarna kekuningan yang tidak menunjukkan reaksi hipersensitif positif,
sama seperti keadaan daun pada kontrol negatif yang menggunakan Escherichia
coli dan akuades.
A B
Gambar 4 Reaksi hipersensitivitas tanaman tembakau terhadap Pseudomonas
spp. (A) Dari sebelah kiri: isolat Crb 72, Crb 71, Crb 70, dan Crb 69
yang memberi reaksi positif dan (B) isolat-isolat yang memberi reaksi
hipersensitif negatif.
Keseluruhan isolat Pseudomonas spp. diuji kemampuan pemacuan
pertumbuhannya pada kecambah kedelai varietas Slamet berumur satu hari.
Setelah kecambah berumur tujuh hari dilakukan pengukuran panjang batang,
panjang akar primer, dan jumlah akar lateral. Hasil pengukuran dianalisis secara
statistik dan memperlihatkan bahwa 8 (16%) isolat mampu memacu pertumbuhan
kecambah kedelai pada taraf signifikansi 5%, yaitu isolat Crb 60, 63, 74, 82, 84,
93, 94, dan 95 (Tabel 2). Isolat-isolat tersebut menghasilkan IAA dengan
konsentrasi yang bervariasi antara 1.13 ppm sampai 14.63 ppm. Isolat Crb 93
dapat memacu pemanjangan batang, sedangkan Crb 60, Crb 82, dan Crb 84
mampu memacu peningkatan jumlah akar lateral. Isolat Crb 94 mampu
21
meningkatkan panjang akar primer dan panjang batang. Crb 74 mampu
meningkatkan panjang akar dan jumlah akar lateral. Isolat Crb 63 mampu
memacu pemanjangan akar primer, pemanjangan batang, dan peningkatan jumlah
akar lateral. Isolat Crb 90 yang menghasilkan IAA tertinggi (23.04 ppm) tidak
mampu memacu pertumbuhan kecambah kedelai. Gambar 5 memperlihatkan
kecambah tanaman kedelai yang diinokulasi dengan Pseudomonas sp. isolat Crb
93 yang secara signifikan memacu pertumbuhan.
Tabel 2 Hasil uji pemacuan pertumbuhan tanaman kedelai varietas Slamet yang
diinokulasi dengan Pseudomonas spp.
No Perlakuan
Rata-rata
Panjang akar primer
(cm)
Panjang batang
(cm)
Jumlah Akar
lateral
Kelompok 1
1 Kontrol 11.9000a 8.8667ab 49.7667a
2 Crb-56 13.7333a 8.8000ab 51.4667a
3 Crb-73 11.0333a 7.6000ab 42.2333a
4 Crb-79 13.9667a 8.5333ab 49.8000a
5 Crb-81 16.1667a 10.1000b 63.1000a
6 Crb-85 15.3000a 9.0000ab 52.8333a
7 Crb-98 14.9000a 9.5000ab 51.7000a
Kelompok 2
8 Kontrol 13.5667ab 8.9667a 60.1333ab
9 Crb-90 11.9667a 9.3000ab 49.5333a
Kelompok 3
10 Kontrol 20.3667b 11.2667a 79.0333a
11 Crb-51 17.7000ab 11.2667a 80.0667a
12 Crb-52 14.0667ab 11.3000a 64.2000a
13 Crb-53 12.1667a 9.8333a 66.5333a
Kelompok 4
14 Kontrol 17.8000b 10.9667c 71.6333b
15 Crb-57 9.6333ab 7.8000b 44.5000a
16 Crb-58 14.9333ab 10.5333c 66.4000a
17 Crb-61 13.7333a 10.5333a 60.9333a
18 Crb-62 13.2000a 9.2667ab 53.0667a
Kelompok 5
19 Kontrol 17.1000ab 11.0000a 72.3333a
20 Crb-86 15.7333a 9.7333a 70.9667a
21 Crb-87 13.6333a 11.5667a 67.6000a
22 Crb-91 23.0667b 11.8000a 94.6000a
23 Crb-92 15.6667a 11.2000a 75.0667a
Kelompok 6
24 Kontrol 17.5000b 10.6667b 66.2333b
25 Crb-67 12.0333a 8.6667a 47.5667a
26 Crb-69 20.9000b 10.0333b 74.6667ab
27 Crb-70 19.3667b 10.8000b 60.2000b
28 Crb-71 19.2000b 10.7667b 62.5667ab
22
No Perlakuan
Rata-rata
Panjang akar primer
(cm)
Panjang batang
(cm)
Jumlah Akar lateral
Kelompok 7
29 Kontrol 16.8000a 11.3333a 49.9667a
30 Crb-72 16.0667a 10.3000a 58.7333ab
31 Crb-74 22.8333b* 12.1000a 72.1000b*
32 Crb-75 17.1667ab 10.2667a 59.0333ab
Kelompok 8
33 Kontrol 12.0333a 9.5667a 43.5667a
34 Crb-77 14.7667a 11.3333a 55.4667ab
35 Crb-80 16.1333a 10.3333a 52.3000ab
36 Crb-82 15.6000a 10.9667a 59.0000b*
37 Crb-84 16.1000a 10.9667a 60.8333b*
Kelompok 9
38 Kontrol 14.7000ab 10.9333bc 55.6000a
39 Crb-54 11.0667ab 7.5667a 45.6667a
40 Crb-55 12.0000ab 9.3000ab 51.4333a
41 Crb-59 10.3667ab 8.4667a 49.2333a
42 Crb-60 20.7667b 13.0667c 77.8000b*
Kelompok 10
43 Kontrol 7.4000a 6.7667a 30.3000a
44 Crb-63 11.2000b* 9.5333b* 56.5333b* 45 Crb-93 9.6333ab 9.6000b* 39.6333a
46 Crb-94 11.2667b* 11.6333c* 46.7667ab
47 Crb-95 9.0333ab 8.7667b* 38.1667a
Kelompok 11
48 Kontrol 16.2000ab 12.7667a 60.6000bc
49 Crb-65 11.1000a 10.9333a 41.7333a
50 Crb-68 16.0000ab 13.8333a 54.5667ab
51 Crb-76 17.5000ab 14.0000a 73.0000c
52 Crb-78 18.4333b 13.7333a 63.9333bc
53 Crb-89 16.9000ab 12.5667a 59.6667bc
Kelompok 12
54 Kontrol 16.2333c 12.0333b 63.0667c
55 Crb-64 10.1000ab 8.6333a 38.8000a
56 Crb-66 9.7667a 7.7333a 40.2667ab
57 Crb-83 11.8000ab 11.0333b 51.1667abc
58 Crb-88 11.6667ab 12.5667b 52.3000abc
59 Crb-96 12.3000b 11.1667b 53.2667bc
Kelompok 13
60 Kontrol 13.8333ab 12.2000a 24.9667a
61 Crb-97 16.2000b 12.9333a 25.7667a
62 Crb-99 12.0667a 10.6000a 22.0000a
63 Crb-100 11.1000a 10.8333a 22.7333a
Keterangan: 1. Angka yang diikuti dengan huruf yang sama dengan rata-rata kontrol tidak
berbeda nyata pada taraf 5% dengan uji ANOVA, pada kelompok yang sama.
2. Angka yang diikuti dengan huruf yang berbeda dengan rata-rata kontrol
menunjukkan berbeda nyata (signifikan) pada taraf 95% dengan uji ANOVA,
pada kelompok yang sama.
3. Isolat yang dicetak tebal dan tanda bintang menunjukkan bahwa isolat tersebut
secara signifikan memacu pertumbuhan kecambah kedelai varietas Slamet
pada taraf 95% dengan uji ANOVA.
23
A B
Gambar 5 Pertumbuhan kecambah kedelai berumur tujuh hari. (A) Kontrol dan (B) Kecambah kedelai diinokulasi dengan
suspensi Pseudomonas sp. isolat Crb 93.
30 cm
24
Karakteristik Pseudomonas spp. sebagai Agen Biokontrol
Uji antagonisme dengan metode oposisi langsung antara Pseudomonas
spp. dengan cendawan patogen baik secara kualitatif dan kuantitatif
memperlihatkan bahwa sebanyak 13 (26%) isolat Pseudomonas spp. mampu
menghambat pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum dengan persentase
hambatan tertinggi sebesar 30.26% oleh isolat Crb 86. Pada pengujian antara
cendawan Sclerotium rolsfii dengan Pseudomonas spp. didapatkan 10 (20%)
isolat Pseudomonas spp. mampu menghambat pertumbuhan cendawan S. rolsfii
dengan persentase hambatan tertinggi sebesar 20% oleh isolat Crb 80.
Antagonisme Pseudomonas spp. melawan cendawan Rhizoctonia solani yang
diuji memperlihatkan bahwa sebanyak 32 (64%) isolat Pseudomonas spp.
memiliki kemampuan dalam menghambat cendawan R. solani dengan persentase
hambatan tertinggi sebesar 52.22% oleh isolat Crb 99 dan Crb 80 (Gambar 6).
Data karakteristik isolat Pseudomonas spp. pada kemampuannya dalam
menghambat pertumbuhan cendawan patogen secara rinci tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Penghambatan Pseudomonas spp pada uji antagonisme terhadap
cendawan patogen in vitro
Isolat Persentase Hambatan terhadap ...
Isolat Persentase Hambatan terhadap ...
F. oxysporum S. rolsfii R. solani F. oxysporum S. rolsfii R. solani
Crb 51 - - - Crb 76 10 - -
Crb 52 - - - Crb 77 14.29 - -
Crb 53 - - - Crb 78 10 - -
Crb 54 - - - Crb 79 - - -
Crb 55 - 14.55 - Crb 80 - 20 52.22
Crb 56 - 10.26 - Crb 81 - - 10
Crb 57 10 12.96 10 Crb 82 10 - 38.88
Crb 58 - - 10 Crb 83 - - 10
Crb 59 - 9.90 33.33 Crb 84 10 - -
Crb 60
- - 10 Crb 85 - - 10
Crb 61 - 12.18 10 Crb 86 30.28 - 36.88
Crb 62 - - 10 Crb 87 12.81 16.84 -
Crb 63 - - 10 Crb 88 - - -
Crb 64 - - 10 Crb 89 10 - -
Crb 65 - 13.65 37.50 Crb 90 10 - 10
Crb 66 - - 10 Crb 91 - - 10
Crb 67 - - 32.43 Crb 92 - - 10
Crb 68 - 7.14 10 Crb 93 - - -
Crb 69 - - 10 Crb 94 - - -
Crb 70 - - 10 Crb 95 - - 10
Crb 71 - - 10 Crb 96 - 3.1 -
Crb 72 - - 10 Crb 97 23.89 - 10
Crb 73 - - 10 Crb 98 - - -
Crb 74 - - 10 Crb 99 - - 52.22
Crb 75 11.15 - 37.77 Crb 100 11.76 - 10
Keterangan: Isolat yang dicetak tebal tidak memberi reaksi hipersensitif pada daun tembakau
25
A B C
Gambar 6 Antagonisme antara Pseudomonas spp. dengan cendawan patogen. (A) Penghambatan F. oxysporum oleh Pseudomonas sp.
isolat Crb 86 pada hari keenam. (B) Penghambatan S.rolfsii oleh Pseudomonas sp. isolat Crb 80 pada hari ketiga. (C)
Penghambatan R. solani oleh Pseudomonas sp. isolat Crb 82 pada hari kedua.
26
Analisis Genetik secara Parsial Pseudomonas spp. Berdasarkan Sekuen Gen
16S rRNA
Total DNA diekstraksi dari 7 isolat Pseudomonas spp. yang memacu
pertumbuhan yaitu isolat Crb 60, Crb 74, Crb 82, 84, 93, 94, dan Crb 95
menggunakan metode yang dikemukakan dalam Sambrook (1989). Amplifikasi
gen 16S rRNA dengan PCR menggunakan primer 63f : 5’-CAG GCC TAA CAC
ATG CAA GTC-3’ dan 1387r : 5’- GGG CGG WGT GTA CAA GGC-3
.menghasilkan fragmen pita berukuran sekitar 1300 bp (Gambar 7).
M 1 2 3 4 5 6 M 7
Gambar 7 Hasil amplifikasi PCR gen 16S rRNA isolat Pseudomonas spp. Baris
ke-1 sampai ke-7 berturut-turut adalah gen 16S rRNA dari isolat Crb
60, 74, 82, 84, 93, 94, dan 95 yang berukuran ~1300 bp.
Hasil amplifikasi gen 16S rRNA dari ketujuh isolat tersebut kemudian
disekuen untuk mengetahui urutan nukleotidanya. Hasil sekuen parsial gen 16S
rRNA dianalisis homologinya dengan menggunakan program BLASTN terhadap
data GenBank (NCBI) dan menunjukkan bahwa isolat Crb 60 dan Crb 82
mempunyai kemiripan dengan Pseudomonas fluorescens, isolat Crb 74 dan Crb
93 mempunyai kemiripan dengan Pseudomonas putida , sedangkan isolat Crb 84,
94, dan 95 mempunyai kemiripan dengan Pseudomonas plecoglossicida seperti
tertera pada Tabel 4.
pb
10.000 __
6000 __
3000 __
2000 __
1500 ---
1000 __
500 __
250 ___
→ ~ 1300 pb
27
Tabel 4 Hasil analisis homologi sekuen gen 16S rRNA dari isolat Pseudomonas
spp. pemacu pertumbuhan tanaman menggunakan program BLASTN.
Isolat Sekuen Homolog Skor
(bit)
Nilai
Ekspektasi
Identitas
(%)
Crb 60 Gen 16S rRNA dari Pseudomonas fluorescens
galur B
684 0.0 95
Crb 74 Gen 16S rRNA dari Pseudomonas putida
galur HRB-4
617 2x10-176
86
Crb 82 Gen 16S rRNA dari Pseudomonas fluorescens
galur BFPB92
981 0.0 92
Crb 84 Gen 16S rRNA dari Pseudomonas
plecoglossicida galur S14
532 1x10-150
80
Crb 93 Gen 16S rRNA dari Pseudomonas putida
galur 24 2R3
206 2x10-52
86
Crb 94 Gen 16S rRNA dari Pseudomonas
plecoglossicida galur NyZ12
894 0.0 95
Crb 95 Gen 16S rRNA dari Pseudomonas
plecoglossicida galur Pw8
398 2x10-112
80
Perbandingan sekuen antara isolat-isolat Pseudomonas spp. yang memacu
pertumbuhan dengan galur-galur Pseudomonas spp. lain yang telah diketahui
bersifat PGPR dilakukan menggunakan program ClustalX, menghasilkan
dendogram filogenetik yang dibuat menggunakan metode neighbor-joining
(NJPLOT) (Gambar 8).
Gambar 8 Dendogram filogenetik. Hubungan kekerabatan antara isolat-isolat
Pseudomonas spp. yang memacu pertumbuhan dengan P. fluorescens
galur CHAO, galur pf-5, galur K30-2, dan P. putida galur K31-3; yang
telah diketahui mempunyai karakteristik PGPR.
0.11
0.11
0.05
28
PEMBAHASAN
Isolasi dan Karakterisasi Fisiologi secara Parsial Pseudomonas spp.
Pseudomonas spp. ditemukan secara luas di dalam ekosistem tanah dan air,
mendegradasi sejumlah besar senyawa organik, berinteraksi dengan tanaman dan
berasosiasi dalam rizosfer yang menguntungkan bidang pertanian, sebagian
lainnya patogen yang berbahaya (Pallroni dan Moore 2004). Isolasi Pseudomonas
sp. dilakukan dengan cara menyebarkan larutan tanah sampel dari rizosfer kedelai
pada media selektif King’s B, kemudian dimurnikan. Ketika dilakukan uji
pewarnaan Gram, dinding sel isolat, yang mengandung lipid tinggi larut saat
pembilasan dengan alkohol sehingga kompleks pewarna primer ungu kristal
yodium tidak dapat ditahan dan hilang tetapi kemudian terwarnai oleh pewarna
tandingan safranin, sehingga sel-selnya tampak berwarna merah yang
menunjukkan bahwa isolat adalah Gram negatif. Pengamatan mikroskopis
menunjukkan sel-sel berbentuk batang, lurus, atau sedikit bengkok dengan
panjang 1,5 – 5,0 μm. Uji oksidase pada koloni isolat menggunakan larutan
dimetil-p-fenildiamina hidroklorida 1% ditandai dengan berubahnya koloni
menjadi merah muda, lalu merah tua, merah gelap, dan akhirnya hitam yang
menandakan bahwa isolat menghasilkan oksidase. Sedangkan pada uji katalase
menunjukkan bahwa isolat mengeluarkan gelembung-gelembung oksigen hasil
dari reaksi enzim katalase yang dimilikinya, dengan hidrogen peroksida. Dari
hasil seleksi melalui pengamatan morfologi dan ciri-ciri fisiologis tersebut
diperoleh 50 isolat Pseudomonas spp.
Karakteristik Pseudomonas spp. sebagai PGPR
Menurut Loccoz dan Defago (2004), banyak strain Pseudomonas
menguntungkan tanaman secara langsung, melalui pemacuan pertumbuhan dan
peningkatan kesehatan tanaman, dan/atau secara tidak langsung melalui
penghambatan pada, atau kompetisi dengan patogen, parasit, atau tumbuhan
kompetitor. Dengan kemampuan tersebut, Pseudomonas termasuk ke dalam
Plant-Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR). Untuk mengetahui potensi
isolat Pseudomonas spp. sebagai PGPR baik langsung maupun tak langsung
tersebut telah dilakukan karakterisasi yang meliputi karakternya sebagai pemacu
pertumbuhan langsung dan karakternya sebagai agen biokontrol yang memacu
pertumbuhan secara tidak langsung.
Kemampuan PGPR secara langsung diantaranya adalah melalui produksi
hormon pertumbuhan asam indol asetat (indol acetic acid, IAA) dan
kemampuannya melarutkan fosfat (Glick 1995). Pada bakteri, triptofan
merupakan prekursor utama dalam biosintesis IAA, produksi IAA meningkat
sesuai dengan peningkatan konsentrasi triptofan dari 1-100 g/ml (Ahmad et al.
2004). Pada penelitian ini 50 isolat Pseudomonas spp. menghasilkan IAA dengan
konsentrasi berkisar antara 0.33 ppm sampai 23.04 ppm (setara dengan 10-9
sampai 1.3 x 10-7
) pada media pertumbuhan yang ditambahkan dengan triptofan.
Produksi IAA dengan konsentrasi yang beragam tersebut dapat terjadi karena
adanya perbedaan kemampuan mikroba dalam menggunakan triptofan, serta
adanya perbedaan mekanisme dalam mensintesis IAA. Menurut Patten & Glick
(1996) ada dua jalur utama yang dapat digunakan bakteri untuk menyintesis IAA
dengan prekursor triptofan yaitu jalur indolepiruvic acid (IpyA) dan jalur
indoleacetamide (IAM), bakteri galur yang berbeda dapat menggunakan jalur
yang berbeda.
Pada bakteri produksi IAA tidak berfungsi nyata sebagai hormon
pertumbuhan bagi selnya, dimungkinkan peranannya penting dalam interaksi
antara bakteri dan tanaman. IAA terdapat di akar dan di bagian tumbuhan lainnya
dalam konsentrasi yang hampir sama. Karena tumbuhan mungkin tidak
mensintesis IAA dalam jumlah cukup untuk pertumbuhan optimalnya, maka
pemberian IAA dapat memacu pemanjangan akar, tetapi hanya pada konsentrasi
yang sangat rendah (10-7
sampai 10-13
M, bergantung pada spesies dan umur akar)
(Salisbury & Ross, 1992). Pengaruh IAA pada tanaman adalah mengontrol
berbagai proses fisiologis penting termasuk pertumbuhan dan pembelahan sel,
diferensiasi jaringan, dan respon terhadap cahaya dan gravitasi (Leveau &
Lindow 2005).
Dari hasil uji kemampuan pemacuan pertumbuhan isolat Pseudomonas spp.
pada kecambah kedelai varietas Slamet didapatkan 8 isolat Pseudomonas spp.
yang mampu memacu pertumbuhan kecambah kedelai pada taraf signifikansi
30
5%, yaitu isolat Crb 60, 63, 74, 82, 84, 93, 94, dan 95. Kemampuan pemacuan
pertumbuhan yang diukur meliputi peningkatan panjang batang, panjang akar,
dan jumlah akar lateral. Isolat-isolat tersebut menghasilkan IAA dengan
konsentrasi yang bervariasi antara 1.13 ppm sampai 14.63 ppm. Menurut
Campbell et al. (2006), pemberian hormon dengan konsentrasi tertentu dapat
mempunyai efek berbeda pada sel target yang berbeda. Auksin menginisisasi
pemanjangan dengan melemahkan dinding sel dengan mekanisme sebagai
berikut:
1. Auksin akan menstimulasi protein tertentu pada membran plasma sel
tanaman untuk memompa ion hidrogen ke dalam dinding sel, sehingga
menurunkan pH di dalam dinding sel. pH yang rendah akan mengaktivasi
enzim yang merenggangkan ikatan molekul selulosa.
2. Lemahnya dinding sel tidak cukup untuk menahan masuknya air secara
osmosis, sehingga sel mengembang dan memanjang.
3. Pada petumbuhan selanjutnya sel akan mensintesis material dinding sel dan
sitoplasma yang prosesnya juga distimulasi oleh auksin.
Isolat-isolat lainnya yang menghasilkan IAA dengan konsentrasi yang lebih
tinggi dari 14.63 ppm tidak memperlihatkan kemampuannya dalam memacu
pertumbuhan kecambah kedelai. Hal ini dimungkinkan karena pengaruh IAA
pada tanaman bergantung pada konsentrasinya, konsentrasi IAA yang rendah
dapat memacu pertumbuhan tanaman sedangkan konsentrasi IAA yang tinggi
dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Tanaman yang berbeda dapat memberi
respon yang berbeda terhadap variasi konsentrasi IAA dan tipe mikrooganisme
(Ahmad et al. 2004, Gray & Smith 2005). Banyak penelitian melaporkan bahwa
tingginya konsentrasi IAA akan meningkatkan transkripsi dan aktivitas 1-
aminosilklopropana-1-karboksilat (ACC) sintase yang akan mengkatalisis
produksi ACC pada tanaman. Senyawa ini merupakan prekursor hormon etilen
pada tanaman, yang berperan mencegah terjadinya pertumbuhan yang berlebihan
(overgrowth), dan menghambat proses elongasi akar (Husen 2003, Campbell et
al. 2006).
Bakteri yang memproduksi IAA menstimulasi pertumbuhan sistem
perakaran inang. Hal ini menunjukkan bahwa isolat-isolat Pseudomonas spp.
31
tersebut mempunyai kemampuan untuk memasukkan IAA ke dalam pool auksin
tanaman, dan akar merupakan organ tanaman yang paling sensitif terhadap
fluktuasi kadar IAA, responnya pada peningkatan jumlah IAA eksogenus meluas
dari pemanjangan akar primer, pembentukan akar lateral dan akar adventif,
sampai penghambatan pertumbuhan (Leveau & Lindow 2005). Menurut
Aryantha et al. (2004), isolat yang memproduksi IAA dengan konsentrasi tinggi
dapat digunakan sebagai PGPR dengan melakukan pengenceran pada kultur yang
diberikan pada kecambah kacang hijau yang ditumbuhkan secara hidroponik dan
terbukti mampu meningkatkan panjang optimum kecambah.
Kemampuan melarutkan fosfat merupakan karakter lain yang dimiliki oleh
PGPR. Mikroba pelarut fosfat mempunyai kemampuan untuk melarutkan
senyawa fosfat anorganik yang tidak terlarut seperti trikalsium fosfat, dikalsium
fosfat, hidroksiapatit, dan batuan fosfat. Menurut Rodriguez dan Fraga (1999),
Pseudomonas, Bacillus, dan Rhizobium, adalah kelompok bakteri pelarut fosfat
yang potensial dalam meningkatkan tersedianya fosfor bagi tanaman, terutama di
tanah yang mengandung banyak endapan fosfat. Ketika tanah kekurangan fosfat
bagi tanaman dan pH tanah sangat kondusif untuk pelarutan fosfat, mikroba
pelarut fosfat berperan penting dalam pertumbuhan tanaman, hasil panen dan
pengambilan nutrien (Altomare et al. 1999).
Sebanyak 32 (64.9%) isolat Pseudomonas spp. mampu melarutkan fosfat
dalam bentuk trikalsium fosfat yang terkandung di dalam media Pikovskaya,
yang ditandai dengan zona bening yang terbentuk di sekitar koloni sebaran isolat
Pseudomonas spp. Hasil perhitungan indeks pelarutan fosfat isolat yang dihitung
setelah kultur berumur tiga hari berkisar antara 0.06 sampai 0.80 (indeks
pelarutan fosfat tertinggi yang dhasilkan oleh isolat Crb 53). Hal ini dapat
disebabkan karena terdapat berbagai jenis asam organik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme dengan mekanisme pelarutan fosfat yang berbeda-beda,
sehingga mengakibatkan kemampuan setiap isolat untuk dapat melarutkan fosfat
juga berbeda-beda. Delapan belas (36%) isolat lainnya yang tidak mampu
melarutkan fosfat dapat disebabkan karena isolat tersebut tidak menghasilkan
asam organik yang dapat melarutkan fosfat atau dapat pula karena asam organik
yang dihasilkannya tidak dapat melarutkan fosfat yang terikat dengan kalsium
32
seperti yang terkandung dalam media Pikovskaya tersebut, tetapi kemungkinan
dapat melarutkan fosfat dalam bentuk senyawa yang lain. Asam glukonat dan
asam 2-ketoglukonat adalah asam-asam organik yang dihasilkan oleh
Pseudomonas, Erwinia, Burkholderia, Rhizobium, dan Bacillus (Igual et al.
2001). Asam-asam organik lain seperti asam laktat, isovalerat, isobutirat, asetat,
glikonat, oksalat, malonat, dan suksinat juga dihasilkan oleh berbagai bakteri
pelarut fosfat (Rodriguez & Fraga 1999).
Menurut D’Argenio (2004), sebagian Pseudomas spp. adalah patogen pada
tanaman, misalnya Pseudomonas syringae yang dapat menyebabkan penyakit
hawar daun. Dari 8 isolat Pseudomonas spp. yang memacu pertumbuhan, satu
diantaranya (Crb 63) mengakibatkan reaksi hipersensitif positif ketika diujikan
pada daun tanaman tembakau yang ditandai dengan kekeringan dan nekrosis
kecoklatan pada jaringan daunnya, sehingga isolat ini tidak disarankan untuk
digunakan sebagai PGPR. Tujuh isolat Pseudomonas spp. yang menghasilkan
IAA dan tidak patogen bagi tanaman adalah Crb 60, 74, 82, 84, 93, 94, dan 95.
Mekanisme aksi PGPR yang secara tidak langsung memacu pertumbuhan
tanaman adalah melalui penghambatan pada, atau kompetisi dengan patogen,
parasit, atau tumbuhan kompetitor. Banyak PGPR yang menguntungkan produksi
pertanian melalui mekanisme antibiosis dan biokontrol; mampu menekan
sejumlah bakteri, cendawan, nematoda, dan virus yang patogen pada tanaman
(Whipps 2001). Menurut Glick (1995), mekanisme antibiosis dan biokontrol
terhadap mikroorganisme fitopatogen diantaranya dengan memproduksi
siderofor, -1,3-glukanase, kitinase, antibiotik dan sianida.
Interaksi patogenik dapat terjadi antar mikroorganisme, maupun antara
mikroorganisme dan akar tanaman yang mengakibatkan penyakit tanaman.
Penyakit tanaman yang bersumber dari tanah dapat disebabkan oleh nematoda,
kutu, bakteri, virus, dan fungi. Fungi menyebabkan kerusakan lebih parah pada
tanaman pertanian dan interaksinya dengan patogen tanaman lainnya umumnya
mempunyai efek sinergis pada penyakit tanaman.
Fusarium oxysporum adalah fungi saprofit yang tumbuh dan dapat bertahan
hidup dalam periode yang lama pada bahan organik, di dalam tanah dan di
rizosfer berbagai tanaman. Spesies Fusarium yang patogen dapat melakukan
33
penetrasi pada akar tanaman melalui ujung akar, luka pada akar atau melalui akar
lateral dengan menggunakan pembuluh sporangia dan miseliumnya, sehingga
menyebabkan layu atau busuk akar (Gonsalves et al. 1993, Bolwerk &
Lugtenberg 2006). Fumonisin dan trikotekanes merupakan racun utama yang
diproduksi oleh Fusarium. Uji antagonisme dengan metode oposisi langsung
antara Pseudomonas spp. dengan cendawan patogen baik secara kualitatif dan
kuantitatif memperlihatkan bahwa sebanyak 13 (26%) isolat Pseudomonas spp.
mampu menghambat pertumbuhan cendawan F. oxysporum dengan persentase
hambatan tertinggi sebesar 30.28% oleh isolat Crb 86.
Cendawan Sclerotium rolfsii dapat menyebabkan busuk akar pada berbagai
tanaman termasuk kedelai dengan gejala infeksi layu pada pucuk tanaman akibat
kerusakan pada pangkal batang dan akar. Pertumbuhan miselianya menyerupai
kapas dengan bulatan sklerotia berwarna coklat muda yang kemudian menjadi
coklat gelap ketika tua. S. rolsfii dapat bertahan hidup pada sisa tumbuhan yang
mati di dalam tanah dalam bentuk sklerotia, kemudian dapat tumbuh dan
menyerang tanaman inang, menyebabkan nekrosis pada dinding selnya. Enzim
selulase dan kitinase dihasilkan untuk mendukung kemampuannya menyerang
tanaman inang (Moussa & Tharwat 2007). Hasil pengujian antara cendawan S.
rolsfii dengan Pseudomonas spp. mendapatkan 10 (20%) isolat Pseudomonas
spp. yang mampu menghambat pertumbuhan cendawan S. rolsfii dengan
persentase hambatan tertinggi sebesar 20% oleh isolat Crb 80.
Rhizoctonia solani adalah cendawan patogen nekrotropik yang dilaporkan
dapat menyebabkan penyakit busuk daun pada padi, busuk pangkal batang
(damping-off) pada tanaman gula bit, dan busuk akar pada kedelai. Menurut
Bertagnolli et al. (1996) cendawan ini mengeluarkan endoproteinase,
eksokitinase, glukanase, dan fosfolipase yang semuanya berpotensi merusak
dinding sel/integritas membran sel tanaman. Sedangkan hasil penelitian
Vidhyasekaran et al. (1997) menyebutkan bahwa cendawan ini menghasilkan
toksin karbohidrat yang mengandung glukosa, manosa, N-asetilgalaktosamin, dan
N-asetilglukosamin. Antagonisme Pseudomonas spp. melawan cendawan R.
solani yang diuji memperlihatkan bahwa sebanyak 32 (64,8%) isolat
34
Pseudomonas spp. memiliki kemampuan dalam menghambat cendawan R. solani
dengan persentase hambatan tertinggi sebesar 52.22% oleh isolat Crb 80 dan 99.
Isolat-isolat yang mampu menghambat pertumbuhan cendawan patogen
tersebut dimungkinkan karena Pseudomonas spp. selain dapat menghasilkan
siderofor, HCN, dan/atau kitinase juga menghasilkan berbagai antibiotik
termasuk antifungi (fenazin, pirolnitrin, pioluteorin, diasetil floroglusinol,
ramnolipid, dll), antibakteri (asam pseudomonat, azomisin), antitumor
(FR901463, sepafungins), dan anti virus (karalisin) (Fernando et al. 2006).
Senyawa-senyawa tersebut dapat menyebabkan modifikasi struktural dinding sel
dan perubahan biokimiawi/fisiologis pada sintesis protein yang terlibat dalam
mekanisme pertahanan tanaman (Antoun & Prevost 2006, Siddiqui 2006).
Data karakteristik 7 isolat Pseudomonas spp. yang mampu memacu
pertumbuhan kecambah kedelai dan karakternya dalam kemampuan produksi
IAA, kemampuan melarutkan fosfat dan kemampuan menghambat pertumbuhan
cendawan patogen, serta nonpatogen tertera pada Tabel 5.
Tabel 5 Potensi isolat Pseudomonas spp. yang mampu memacu pertumbuhan
tanaman kedelai dan nonpatogen
Isolat Produksi IAA
(ppm)
Indeks Pelarutan
fosfat
Persentase Hambatan terhadap ...
F. oxysporum S. rolsfii R. solani
Crb 60
8.04 0 - - 10
Crb 74 7.72 0.27 - - 10
Crb 82 6.63 0 10 - 38.88
Crb 84 14.63 0.56 10 - -
Crb 93 7.60 0.26 - - -
Crb 94 1.13 0.24 - - -
Crb 95 7.24 0.28 - - 10
Suatu isolat dikatakan berpotensi sebagai PGPR jika memiliki karakter
sebagai berikut: mampu mengolonisasi akar tanaman, mampu memacu
pertumbuhan tanaman dan dapat digunakan sebagai agen biokontrol. Hasil
penelitian menyatakan bahwa 3 isolat Pseudomonas spp. yaitu Crb 74, Crb 84,
dan Crb 95 (tercetak tebal pada Tabel 5), adalah yang terbaik di antara isolat
lainnya, karena mempunyai paling sedikit 3 karakter yang memperlihatkan
kemampuan produksi IAA, mampu melarutkan fosfat, juga mampu menekan
35
pertumbuhan fungi fitopatogen. Isolat-isolat tersebut juga menunjukkan reaksi
hipersensitif negatif pada daun tembakau, sehingga dapat direkomendasikan
sebagai inokulan untuk memacu pertumbuhan dan biokontrol fungi patogen akar
pada tanaman kedelai.
Analisis Genetik secara Parsial Pseudomonas spp. Berdasarkan Sekuen
Gen 16S rRNA
Tujuh isolat Pseudomonas spp. yaitu Crb 60, 74, 82, 84, 93, 94, dan 95
diteliti lebih lanjut pada bidang molekulernya berdasarkan analisis secara parsial
sekuen gen 16S rRNA. Dari analisis homologi menunjukkan bahwa isolat Crb 60
dan Crb 82 mempunyai kemiripan dengan Pseudomonas fluorescens, isolat Crb
74 dan Crb 93 mempunyai kemiripan dengan Pseudomonas putida, sedangkan
isolat Crb 84, 94, dan 95 mempunyai kemiripan dengan Pseudomonas
plecoglossicida. P. putida dan P. fluorescens hidup di air dan di tanah, dikenal
dengan perananannya sebagai agen biokontrol potensial, yang efektif melawan
penyakit damping off, yang disebabkan oleh Pythium dan Fusarium. P.
fluorescens juga diketahui sebagai PGPR karena mampu menghasilkan siderofor,
HCN, dan antibiotik fenazin (Duffy & Defago 1999). Sedangkan P.
plecoglossicida umumnya ditemukan pada ikan ayu (Plecoglossus altivelis) di
Jepang, dan secara genotipe berkerabat dekat dengan P. putida yang biasa
digunakan sebagai inokulan pada berbagai pupuk pertanian (Nishimori et al.
2000).
Dari dendogram filogenetik memperlihatkan bahwa isolat-isolat tersebut
lebih dekat hubungan kekerabatannya dengan Pseudomonas sp. galur pf-5 dan
CHAO dibandingkan hubungan kekerabatannya dengan Pseudomonas sp. galur
pp-K31-3 dan pf-K30-2. Isolat Crb 82, 94, 74, dan 60 berada satu kelompok
dengan Pseudomonas sp. galur pf-5 dan CHAO.
36
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukan bahwa 50 isolat Pseudomonas spp. yang
diisolasi dari tanah rizosfer kedelai menghasilkan IAA. Tujuh isolat yaitu Crb 60,
74, 82, 84, 93, 94, dan 95 secara signifikan mampu memacu pertumbuhan kedelai
dan non-patogenik, 5 isolat diantaranya yaitu Crb 60, 74, 82, 84, dan 95 juga
berpotensi sebagai pengendali fungi patogen akar. Isolat-isolat Crb 74, 84, dan 95
berpotensi sebagai PGPR karena mempunyai karakteristik dapat mensintesis
IAA, dapat menginduksi perkecambahan secara signifikan, dapat melarutkan
fosfat dan dapat menghambat pertumbuhan cendawan fitopatogen, serta tidak
patogen pada tanaman. Hasil identifikasi berdasarkan gen 16S rRNA menyatakan
bahwa Pseudomonas spp. isolat Crb 60 dan 82 memiliki kemiripan dengan
Pseudomonas fluorescens, isolat Crb 74 dan 93 memiliki kemiripan dengan
Pseudomonas putida, sesangkan isolat Crb 84, 94, dan 95 memiliki kemiripan
dengan Pseudomonas plecoglossicida.
Saran
Isolat-isolat Pseudomonas spp. yang berpotensi sebagai PGPR dan telah
teruji secara in vitro perlu dilakukan pengujian kompetisi untuk mengetahui
kemampuan hidupnya bila digabung antara satu isolat potensial dengan isolat
potensial lainnya. Kemampuan kolonisasi isolat-isolat potensial tersebut pada
akar tanaman kedelai secara in vivo perlu diuji lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad F, Ahmad I, Khan MS. 2005. Indole acetic acid production by the
indigenous isolat of Azotobacter and flourescent Pseudomonas in the
presence and absence of tryptophan. Turk J Biol. 29: 29-34.
Altomare, Norvell WA, Bjorkman T, Harman GE. 1999. Solubization of
phosphates and micronutrients by the plant-growth-promoting and biocontrol
fungus Trichoderma harzianum Rifai 1295-22. Appl Environ Microbiol 65:
2926-2933.
Arcand MM, Schneider KD. 2006. Plant-and microbial-based mechanisms to
improve the agronomic effectiveness of phosphate rock: A Review. An Acad
Bras Sci 78:791-807.
Aryantha IP, Lestari DP, Pangesti NPD. 2004. Potensi isolat bakteri penghasil
IAA dalam meningkatkan pertumbuhan kecambah kacang hijau pada kondisi
hidrophonik. J Mikrobiol Indones 9: 43-46.
Antoun H, Prevost D. 2006. Ecology of plant growth promoting rhizobacteria. Di
dalam: Siddiqui ZA, editor. PGPR: Biocontrol and Biofertilization.
Netherlands: Springer.
Bertagnolli BL, Dal SFK, Sinclair JB. 1996. Extracellular enzyme profiles of the
fungal pathogen Rhizoctonia solani isolate 2B-12 and of two antagonist,
Bacillus megaterium strain B153-2-2 and Trichoderma harzianum isolate
Th008.I. possible correlations with inhibition of growth and biocontrol.
Physiol Mol Plant Pathol 48:145-160.
Bolwerk A, Lugtenberg BJJ. 2006. Visualization of interactions of microbial
biocontrol agents and phytopatogenic fungus Fusarium oxysporum f.sp.
radicis-lycopersici on tomato roots. Di dalam: Siddiqui ZA, editor. PGPR:
Biocontrol and Biofertilization. Netherlands: Springer.
Brandl M, Clark EM, Lindow SE. 1996. Characterization of indole-3-acetic acid
(IAA) biosynthetic pathway in a epiphytic of Erwinia herbicola and IAA
production in vitro. Can J Microbiol 42: 287-304.
Broun-Howland EB, Danielsen SA, Niezwicki-Bauer SA. 1992. Development of
rapid method for detecting bacterial cell in situ using 16S rRNA-targeted
probes. Biotechniques 13: 928-933.
Campbell NA, Reece JB, Taylor MR, Simon EJ. 2006. Biology: Concepts &
Connections. San Francizco: Pearson Education, Inc.
Cattelan AJ, Hartel PG, Fuhrmann JJ. 1999. Screening for plant growth
promoting rhizobakteria to promote early soybean growth. Soil Sci Soc Am J
63:1670-1680.
Compant S, Duffy B, Nowak J, Cle’ment C, Barkai E. 2005. Use of plant growth-
promotion bacteria for biocontrol of plant disease: principles, mechanisms of
action and future prospect. Environ Microbiol 71: 4951-4959.
D’Argenio DA. 2004. The pathogenic lifestyle of Pseudomonas aeruginosa in
model systems of virulence. Di dalam: Ramos JL, editor. Pseudomonas. Vol
ke-1. New York: Plenum Publishers.
Dey R, Pal KK, Bhatt DM, Chauhan SM. 2004. Growth promotion and yield
enhancement of peanut (Arachis hypogaea L.) by application of plant growth-
promoting rhizobacteria. Microbiol Res 159: 371-394.
Dikin A, Sijiam K, Kadir J, Seman IA. 2006. Antagonistic bacteria against
Schizophyllum commune fr in Peninsular Malaysia. Biotropia 13: 111-121.
Drancourt M, Bollet C, Carlioz A, Martelin R, Gayral JP et al. 2000. 16S
ribosomal DNA sequence analysis of a large collection of environmental and
clinical unidentifiable bacterial isolates. J Clin Microbiol 38:3623-2630.
Duffy BK, Defago G. 1999. Environmental factors modulating antibiotic and
siderophore biosynthesis by Pseudomonas fluorescens biocontrol strains.
Appl Environ Microbiol 65:2429-2438.
Elmerich C. 1992. Nodulatoins genes and biosynthesis of indoleacetic acid
in Azospirillum brasilense. Di dalam Khush GS, Bennet J. Editor. Nodulation
and Nitrogen Fixation in Rice : Potential and Prospect. IRRI. Hlm. 87-91.
Fallah A. 2006. Abundance and distribution of phosphate solubilizing bacteria
and fungi in some soil samples from North Iran. The 18th
World Congress of
Soil Science. 9-15 Juli 2006. Philadelphia. Pennsylvania. USA.
Fernando WGD, Nakkeeran S, Zhang Y. 2006. Biosynthesisi of antibiotics by
PGPR and its relation in biocontrol of plant diseases. Di dalam: Siddiqui ZA,
editor. PGPR: Biocontrol and Biofertilization. Netherlands: Springer.
Glick BR. 1995. The enhancement of plant growth promotion by free living
bacteria. Can J Microbiol 41: 109-117.
Glick BR, Pasternak JJ. 2003. Molecular Biotechnology, Principles and
Apllications of Recombinant DNA. Washington: ASM Press. Hlm 436.
Gloud WD. 1990. Biological control of plant root disease by bacteria. Di dalam:
Nakas JP, Hagedorn C, Editor. Biotechnology of Plant-mikcrobe Interaction.
New York: McGraw-Hill. hlm 287-372.
Gonsalves AK, Ferreira S. 1993. Fusarium oxysporum. Departement of Plant
Pathology, CTAHR. University of Hawaii: Manoa.
39
Gray EJ, Smith DL. 2005. Intracellular and extracellular PGPR: commonalities
and distinctions in the plant-bacterium signaling processes. Soil Biol Biochem
37: 395-412.
Husen E. 2003. Screening of soil bacteria for plant growth promoting activities in
vitro. Short communication. Indones J Agric Scienc 4: 27-31.
Igual JM, Valverde A, Cervantes E, Velásquez E. 2001. Phosphate solubilizing
bacteria as inoculants for agriculture: Use of update molecular techniques in
their study. Review article. Agronomie 21:561-568.
Kapulnik Y, Okon Y. 2002. Plant growth promotion by rhizosphere bacteria. Di
dalam: Warsel Y, Eshel A, Kafkafi U, editor.Plant Roots: The Hidden Half.
Ed. Ke-3. New York: Marcel Dekker, Inc.Hlm 869-885.
Lelliott RA, Stead DE. 1987. Methods for the Diagnosis of Bacterial Diseases of
Plants. Vol ke-2. London: Blackwell Scientific Publications.
Leveau JHJ, Lindow SE. 2005. Utilization of the plant hormone indole-3-acetic
acid for growth by Pseudomonas putida strain 1290. Appl Environ Microbiol
71: 2365-2371.
Lim HS, Kim YS, Kim SD. 1991. Pseudomonas stutzeri YPL-1 genetic
transformation and antifungal mechanism against Fusarium solani, an agent
of plant root rot. Appl Environ Microbiol 57: 510-516.
Loccoz YM, Defago G. 2004. Life as a biocontrol Pseudomonads. Di dalam:
Ramos JL, editor. Pseudomonas. Vol ke-1. New York: Plenum Publishers.
Madigan MT, Martinko JM, Parker J. 2000. Brock Biology of Microorganisms.
New Jersey: Upper saddle river
Manulis SA. 1998. Differential involvement of indole-3-acetic acid biosynthetic
pathway in pathogenicity and epiphytic fitness of Erwinia herbicola pv.
Gypsophilae. Mol Plant Mic Interac 11: 623-642.
Marchesi JR, Sato T, Weightman AJ, Martin TA, Fry JC et al. 1998. Design and
evaluation of usefull bacteria spesific PCR primers that amplify genes coding
for bacteria 16S rRNA. Appl Environ Microbiol 64: 795-799.
Moussa TAA, Tharwat NA. 2007. Optimization of cellulose and β-glukosidase
induction by sugarbeet pathogen Sclerotium rolfsii. Afr J Biotech 6:1048-
1054.
Nishimori E, Tsukamoto KK, Wakabayashi H. 2000. Pseudomonas
plecoglossicida sp. nov., the causative agent of bacterial haemorrhagic ascites
of ayu, Plecoglossus altivelis. Int J Syst Evol Microbiol 50:83-89.
40
Palleroni JN, Moore ERB. 2004. Taxonomy of pseudomonads: experimental
approaches. Di dalam: Ramos JL, editor. Pseudomonas. Vol ke-1. New York:
Plenum Publishers.
Patten CL, Glick BR. 1996. Bacterial biosynthesis of indole-3-acetic acid. Can
J Microbiol 42:207-220.
Patten CL, Glick BR. 2002. Role of Pseudomonas putida indole acetic
acid indevelopment of the plant root system. Appl Environ Microbiol
68:3795–3801.
Rao SWCB, Sinha MK. 1962. Phosphate dissolving microorganism in the soil
and rhizosphere. Ind J Sci 23:272-278.
Rodriguez H, Fraga R. 1999. Phosphate solubilizing bacteria and their role in
plant growth promotion. Biotechnol Adv 17:319-339.
Salisbury FB, Roos CW. 1992. Plant Physiology. Ed ke-4. California:Worth
Publishing, Inc.
Sambrook J, Fritsch EF, Maniatis T. 1989. Molecular Cloning A Laboratory
Manual. Ed. Ke-2. USA: Cold Spring Harbor Laboratory Press.
Siddiqui ZA. 2006. PGPR: Prospective biocontrol agents of plant patogens. Di
dalam: Siddiqui ZA, editor. PGPR: Biocontrol and Biofertilization.
Netherlands: Springer.
Subba Rao. 1999. Soil Microorganism and Plant Growth Ed-4. Science Publisher
Inc. USA
Tien TM, Gaskins H, Hubbell DH. 1979. A taxonomic study of the Spirillum
lipoferum group with description of a new genus, Azospirillum gen nov and
two species Azospirillum lipoferum (Beijerink) comb. nov and Azospirillum
brasilense sp. nov. Can J Microbiol 24: 967-980.
Vidhyasekaran P, Ponmalar TR, Samiyappan R, Velazhahan R, Vimala R et al.
1997. Host-specific toxin productinon by Rhizoctonia solani, the rice sheath
blight pathogen. Phytopatology 87:1258-1263.
Whipps JM. 2001. Microbial interactions and biocontrol in the rhizosphere. J Exp
Bot 52: 487-511.
Woese CR. 1987. Bacterial evolution. Microbiol Rev 51:221-271.
Wu SC, Cao ZH, Li ZG, Cheung KC, Wong MH. 2005. Effect of biofertilizer
containing N-fixer, P and K solubizers and AM fungi on maize growth: a
green house trial. Geoderma 125: 155-166.
41
LAMPIRAN
Lampiran
Data sekuen parsial gen 16S-rRNA isolat Pseudomonas spp. dan analisisnya
menggunakan program BLASTN
>Crb_60 GCCAGCTCTCGGGTGACGAGTGGCGGACGGGTGAGTAATGTCTGGGAAACTGCCTGATG
GAGGGGGATAACTACTGGAAACGGTAGCTAATACCGCATAACGTCGCAAGACCAAAGAG
GGGGACCTTCGGGCCTCTTGCCATCAGATGTGCCCAGATGGGATTAGCTAGTAGGTGGG
GTAACGGCTCACCTAGGCGACGATCCCTAGCTGGTCTGAGAGGATGACCAGCCACACTG
GAACTGAGACACGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGCACAATGG
GCGCAAGCCTGATGCAGCCATGCCGCGTGTATGAAGAAGGCCTTCGGGGTTGTAAAGTA
CTTTCAGCGGGGAAGAAAGGTGTTGTGGTTAATAACCCCAGCATTGGACGTTACCCCCAA
AGAAACCACCGGCTTACTTCCGTGCAAGCAACCGCGGTAATACGGAGGGTGCAAGCGTTT
ATCGGAATTTCTGGGGCGTNAAGCCCCCCCAGGGGGTCTTTCCAATCCGGAATGTGAAAT
TCCCCGGGCTCCCCCTGGGAAATTGTTTCCAAAATTGGCAGGTTAAATTTTTGGAAAAAG
GGGGGTAAAATTCCAGGGTTACCGGGGAAATGCCTAAAAATTTGGGGAGAATTCCCGGG
GGGCAAAGGGGGCCCCCTTGAAAAAAAATTAACCCTTTGGGGGGAAAAAACGTGGGGGA
AAAAAAAAAAAATTTAAAACCCTGGGTTTTCCCCCCCCCCAAAAAAAATTTAATTTTGGGG
TTTGGCCCTTTAGGGGGGGTTTTCCGG
gb|U63900.1|PFU63900 Pseudomonas fluorescens bv. B (Pf_B)16S
rRNA gene, partial sequence
Length=482
Score = 684 bits (370), Expect = 0.0
Identities = 411/430 (95%), Gaps = 6/430 (1%)
Strand=Plus/Plus
Crb_60 5 GCTCTCGGGTGACGAGTGGCGGACGGGTGAGTAATGTCTGGGAAACTGCCTGATGGAGGG 64
|||||||||||||||| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pf_B 55 GCTCTCGGGTGACGAGCGGCGGACGGGTGAGTAATGTCTGGGAAACTGCCTGATGGAGGG 114
Crb_60 65 GGATAACTACTGGAAACGGTAGCTAATACCGCATAACGTCGCAAGACCAAAGAGGGGGAC 124
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pf_B 115 GGATAACTACTGGAAACGGTAGCTAATACCGCATAACGTCGCAAGACCAAAGAGGGGGAC 174
Crb_60 125 CTTCGGGCCTCTTGCCATCAGATGTGCCCAGATGGGATTAGCTAGTAGGTGGGGTAACGG 184
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ||
Pf_B 175 CTTCGGGCCTCTTGCCATCAGATGTGCCCAGATGGGATTAGCTAGTAGGTGGGGTAATGG 234
Crb_60 185 CTCACCTAGGCGACGATCCCTAGCTGGTCTGAGAGGATGACCAGCCACACTGGAACTGAG 244
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pf_B 235 CTCACCTAGGCGACGATCCCTAGCTGGTCTGAGAGGATGACCAGCCACACTGGAACTGAG 294
Crb_60 245 ACACGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGCACAATGGGCGCAAGCC 304
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Pf_B 295 ACACGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGCACAATGGGCGCAAGCC 354
Crb_60 305 TGATGCAGCCATGCCGCGTGTATGAAGAAGGCCTTCGGGGTTGTAAAGTACTTTCAGCGG 364
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| |||||||||||||||||||
Pf_B 355 TGATGCAGCCATGCCGCGTGTATGAAGAAGGCCTTCGGG-TTGTAAAGTACTTTCAGCGA 413
Crb_60 365 GGAAGAAAGGTGTTGTGGTTAATAACCCCAGC-ATTGGACGTTACCCCCA-AAGAAACCA 422
||| ||| || ||| ||||||||||| ||| |||| ||||||| | || ||||| | |
Pf_B 414 GGAGGAA-GGCATTGAGGTTAATAACCTCAGTGATTG-ACGTTACTCGCAGAAGAAGC-A 470
Crb_60 423 CCGGCTTACT 432
|||||| |||
Pf_B 471 CCGGCTAACT 480
42
>Crb_74 GCTCACTCCTTGATTCGACGACGGACGGGTGACTACTGCCTATCTACTCTGCCTGGCTAG
TGGGGGTACAACGCTTTCACAAAGGAACGCTATTACCGCATACGTCCTACGGGGAGAAAG
CAGGGGCACCTTCGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTACTTGGTG
AGGTAGTGGCCACCAAGGCAACGATCCGTAGCTGGTCTGACAGGATGATCACTCACACTG
GAGCTGACACACGGTCCATACTCCTACGGGAGGCAGCACCTGGGGAATATTGGACNATG
GGCGAATGCCTGATCCAGCCATGCCGCGTGTGTTAACAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCAC
TTTAAGTAGGCAGGAGGGCATTAAGCTAATACCTCGCTGTTTTGACGATACCGACAGAAT
AGCTCCGGATAACTNGGTGCCAACACCGGGTAATACAAATGGGGCAGGGTTAATCCCAAT
TACTGGCCCTAAGGACCGCCTATAGGGGTTCGTTTAACTTGGAAGGGAAAAACCTGGGCT
CAACTTGGAAATGGGATCCAAAATTGGGAAAATAAATTAAGGAAAAAGGGTGGGGGGAA
ATTTCCCTTTTTGGGCCCTAAAATGGCCCAAAATTGGGAAAAAAACCCCCGGGGGGCAAA
AGGCAAACCCCTTGGCCCTGGTTTTTCCCCCCCGGGGGG
CAAAAAACTGTGGGGCCCCCAAAAACATTTAAAATTCCCTGGGGTTCCCCCCCCCTAAAA
AAAATTTTCCCCCCGGGGGGAACCCCTTGAAAATTTTGGG
gb|DQ870553.1| Pseudomonas putida strain HRB-4 (Pp_HRB4)16S
ribosomal RNA gene, partial sequence
Length=840
Score = 617 bits (334), Expect = 2e-176
Identities = 497/573 (86%), Gaps = 25/573 (4%)
Strand=Plus/Plus
Crb_74 6 CTCCTTGATTCGA-CGACGGACGGGTGACTACTGCCTATCTACTCTGCCTGGCTAGTGGG 64
||||||||||| | || ||||||||||| || |||||| | ||||||||| |||||||
Pp_HRB4 54 CTCCTTGATTC-AGCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTA-GGAATCTGCCTGG-TAGTGGG 110
Crb_74 65 GGTACAACGCTTTCACAAAGGAACGCTATTACCGCATACGTCCTACGGGGAGAAAGCAGG 124
|| |||||| |||| |||||||||||| ||||||||||||||||| |||||||||||||
Pp_HRB4 111 GG-ACAACG-TTTC-GAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTAC-GGGAGAAAGCAGG 166
Crb_74 125 GGCACCTTCGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTACTTGGTGAGGT 184
|| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ||||||||||
Pp_HRB4 167 GG-ACCTTCGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGAGGT 225
Crb_74 185 AGTGGCTCACCAAGGCAACGATCCGTAGCTGGTCTGACAGGATGATCACTCACACTGGAG 244
| |||||||||||||| |||||||||| ||||||||| |||||||||| ||||||||||
Pp_HRB4 226 AATGGCTCACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTGGAA 285
Crb_74 245 CTGACACACGGTCCATACTCCTACGGGAGGCAGCACCTGGGGAATATTGGACNATGGGCG 304
|||| |||||||||| ||||||||||||||||||| ||||||||||||||| |||||||
Pp_HRB4 286 CTGAGACACGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAG-TGGGGAATATTGGACAATGGGCG 344
Crb_74 305 AATGCCTGATCCAGCCATGCCGCGTGTGTTAACAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACTTTA 364
|| |||||||||||||||||||||||||| || |||||||||||||||||||||||||||
Pp_HRB4 345 AAAGCCTGATCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACTTTA 404
Crb_74 365 AGTAGGCAGGA-GGGCATTAAGCTAATACCTCGCTGTTTTGACGATACCGACAGAATA-G 422
||| || |||| ||||| ||||||||||||| |||||||||||| ||||||||||||| |
Pp_HRB4 405 AGTTGGGAGGAAGGGCAGTAAGCTAATACCTTGCTGTTTTGACGTTACCGACAGAATAAG 464
Crb_74 423 CTCCGGATAACTNGGTGCCAACAACC-CGGGTAATACAAATGGG-GCAGG-GTTAATCCC 479
| |||| ||||| |||||| || || ||| ||||||| | ||| ||| | |||||||
Pp_HRB4 465 CACCGGCTAACTCTGTGCCAGCAGCCGCGG-TAATACAGA-GGGTGCAAGCGTTAATCGG 522
Crb_74 480 AATTACTGGCCCTAAGGAC-CGCCTATAGG-GGTTCGTTTAACTTGGAAGGGAAAAACCT 537
||||||||| | ||| | | ||| || || |||||||| || ||||| | |||| ||
Pp_HRB4 523 AATTACTGGGCGTAAAG-CGCGCGTA--GGTGGTTCGTT-AAGTTGGATGTGAAAGCCCC 578
Crb_74 538 GGGCTCAACTTGGAAA-TGGGATCCAAAATTGG 569
||||||||| ||| || || |||||||| |||
Pp_HRB4 579 GGGCTCAACCTGGGAACTGC-ATCCAAAACTGG 610
43
>Crb_82 GAGGGCGCTCACTCCTTGATTCAGCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTAGGAATCTGCCT
GGTAGTGGGGGACAACGTTTCGAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAGAA
AGCAGGGGACCTTCGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGT
GAGGTAATGGCTCACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACAC
TGGAACTGAGACACGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAAT
GGGCGAAAGCCTGATCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGC
ACTTTAAGTTGGGAGGAAGGGCAGTAAGCTAATACCTTGCTGTTTTTGACGTTACCGACA
GAATAAGCACCGGCTACCTCTGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACAGAGGTGCAAGCGTTAA
TCGGAATTACTGGGCGTAAGCCCCCGTAAGTGGTTCGTAAGTTGAAAGGGAAAACCCCGG
GCCCCACCTGGGAACTGCCTCCAAAACTGGCAAACTAAAATACGGGTAAAGGGTGGGGG
AATTTCCCTGTTCACCGGTGAAATGCCTTAAAATTAAGAAAGGAACCCCTTGGGCGAAGG
GGCACCCCCTTGGAATTAATTTACCCTTGGGGGGGAAAACGGTGGGGAAAAACAAGATTA
AAAACCCCGGTGTTCCCCCCCCTAAAAAAGTCCCACACCCGGGGGAAACCCTAAAAATTT
TTGGGGCCCCCAACCCCTTTTTTTA
gb|EF600890.1| Pseudomonas fluorescens strain BFPB92 (pf_BFPB92)
16S ribosomal RNA gene, partial sequence
Length=748
Score = 981 bits (531), Expect = 0.0
Identities = 656/713 (92%), Gaps = 21/713 (2%)
Strand=Plus/Plus
Crb_82 12 CTCCTTGATTCAGCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTAGGAATCTGCCTGGTAGTGGGGGA 71
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
pf_BFPB92 44 CTCCTTGATTCAGCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTAGGAATCTGCCTGGTAGTGGGGGA 103
Crb_82 72 CAACGTTTCGAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAGAAAGCAGGGGACCTT 131
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
pf_BFPB92104 CAACGTTTCGAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAGAAAGCAGGGGACCTT 163
Crb_82 132 CGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGAGGTAATGGCTC 191
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| |||||||||||
pf_BFPB92164 CGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGGGGTAATGGCTC 223
Crb_82 192 ACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACA 251
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
pf_BFPB92224 ACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACA 283
Crb_82 252 CGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGA 311
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
pf_BFPB92284 CGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGA 343
Crb_82 312 TCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACTTTAAGTTGGGAG 371
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
pf_BFPB92344 TCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACTTTAAGTTGGGAG 403
Crb_82 372 GAAGGGCAGTAAGCTAATACCTTGCTGTTTTTGACGTTACCGACAGAATAAGCACCGGCT 431
||||||||||||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||||
pf_BFPB92404 GAAGGGCAGTAAGCTAATACCTTGCTGTTTT-GACGTTACCGACAGAATAAGCACCGGCT 462
Crb_82 432 ACCTCTGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACAGAGG-TGCAAGCGTTAATCGGAATTACTGGG 490
| ||||||||||||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||
pf_BFPB92463 AACTCTGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACAGAGGGTGCAAGCGTTAATCGGAATTACTGGG 522
Crb_82 491 CGTAA-GCCCCCGTAAGTGGTTCGT-AAGTTGAAAGGGAAAACCCCGGGCCCCACCTGGG 548
||||| || | |||| |||||| || |||||| | | |||| |||||||| | |||||||
pf_BFPB92523 CGTAAAGCGCGCGTAGGTGGTTTGTTAAGTTGGATGTGAAAGCCCCGGGCTCAACCTGGG 582
Crb_82 549 AACTGCCTCCAAAACTGGCAAACTAAAATACGGGTAAAGGGTGGGGGAATTTCCCTGT-T 607
|||||| |||||||||||||| ||| | ||||| || ||||||| ||||||||| ||| |
pf_BFPB92583 AACTGCATCCAAAACTGGCAAGCTAGAGTACGG-TAGAGGGTGGTGGAATTTCC-TGTGT 640
Crb_82 608 CACCGGTGAAATGCCTTAAA-ATTAAGAAAGGAACCCCT-TGGGCGAAGGGGCACCCCCT 665
| ||||||||||| | | | || | ||| ||||| || ||| |||||| | ||| |||
pf_BFPB92641 -AGCGGTGAAATGCGT-AGATAT-AGGAA-GGAACACCAGTGG-CGAAGGCG-ACCACCT 694
Crb_82 666 TGGAATTA-ATTTACCCTTgggggg-gAAAACGGTGGGGAA-AAACAAGATTA 715
||| | | | | || || | || | |||| || |||||| ||||| |||||
pf_BFPB92695 -GGACTGATACTGACACT-GAGGTGCGAAAGCG-TGGGGAGCAAACAGGATTA 744
44
>Crb_84 GAGATGAGCTAGCTCCTTCGACGTTAGCGGCGGACGGGTGAGTAACACGTGGGCAACCT
ACCTTATAGTTTGGGATAACTCCGGGAAACCGGGGCTAATACCGAATAATCTGTTTCACC
TCATGGTGAAACACTGAAAGACGGTTTCGGCTGTCGCTATAGGATGGGCCCGCGGCGCAT
TAGCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGGCGACGATGCGTAGCCGACCTGAGAGGG
TGATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGG
AATCTTCCACAATGGGCGAAAGCCTGATGGAGCAACGCCGCGTGAGTGAAGAAGGATTTC
GGTTCGTAAAACTCTGTTGGTAAGGGAAGAACAAGTACAGTAGTAACTGGCTGTACCTTG
ACGGTACCTTATTAGAAAGCCACGGCTAACTACGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGTAGG
TGGCAAGCGTTGTCCGGAATTATTGGGCGTAAAGCGCGCGCAGGTGGTTTCTTAAGTCTG
ATGTGAAAGCCCACGGCTCAACCGTGGAGGGTCATTGGAAACTGGGAGACTTGAGTGCA
GAATAGGATAGTGGAATTCCAAGTGTAGCGGTGAAATGCGTAGAGATTTGGAGGAACACC
AGTGGCGAAGGCGACTATCTGGTCTGTAACTGACACTGAGGCGCGAAAGCGTGGGGGAG
CAAACAGGATTAGATACCCTGGTAGTCCCCCCATAAACGATGAGTGCTAAGTGTTAGGGG
GTTCCCCCCCTTAGTGCTGCAGCTACCGCATAAGCACTCCCCTGGGGGAGACCGGCGAAG
GGATGGAACCTCAAAGGATTTGACGGGGGCCCGCCCAACCGGTGGAGCATGGGGTTTTA
TTCCAACCAACCCCAAAAACTTTACCAGGTCTTGACTTCCCGTGGACCATTGTAAAAATTA
ATTTCCCCTTCCGGGGCCAACGGTAACAGGGGGTGCTTGTTGTCCTCCCCCCCTTTCCGG
AAATTTGGGTTAATTCCCCAACACGCCCCCTTGTATTTCTTGCCCCTTTTTTTTGGCCCTT
AAGGGACTGCCGGGAAACCCGAAAAAGGGGGAAA
gb|DQ095902.1| Pseudomonas plecoglossicida strain S14 (Ppl
_S14) 16S ribosomal RNA genes, partial sequence
Length=1429
Score = 532 bits (288), Expect = 1e-150
Identities = 632/787 (80%), Gaps = 67/787 (8%)
Strand=Plus/Plus
Crb_84 178 ATTAGCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGGCGACGATGCGTAGCCGACCTGAGAGG 237
||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||| |||| | | ||||||||
Ppl_S14 196 ATTAGCTAGTTGGTGAGGTAATGGCTCACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGG 255
Crb_84 238 GTGATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGG 297
||||| | |||||||| |||||||||||| ||||||||||||||||||||||||| |||
Ppl_S14 256 ATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACACGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGG 315
Crb_84 298 AATCTTCCACAATGGGCGAAAGCCTGATGGAGCAACGCCGCGTGAGTGAAGAAGGAT-TT 356
||| || |||||||||||||||||||| ||| | |||||||| |||||||||| | ||
Ppl_S14 316 AATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGATCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGG-TCTT 374
Crb_84 357 CGG-TTCGTAAA--ACTCT--GTTGGTAAGGGAAGAACAAGTACAGT-AGTAACTGGCTG 410
||| || ||||| ||| | ||||| | || ||| || ||| ||| | || || ||||
Ppl_S14 375 CGGATT-GTAAAGCACTTTAAGTTGGGA-GG-AAGGGCA-GTA-AGTTAATACCTTGCTG 429
Crb_84 411 TACCTTGACGGTACCTTATTAGAA-A-GCCAC-GGCTAACTAC-GTGCCAGCAGCCGCGG 466
| |||||| |||| | |||| | || || |||||||| | ||||||||||||||||
Ppl_S14 430 TT--TTGACGTTACCG-AC-AGAATAAGC-ACCGGCTAACT-CTGTGCCAGCAGCCGCGG 483
Crb_84 467 TAATAC-GTAGG-TGGCAAGCGTTG-TCCGGAATTATTGGGCGTAAAGCGCGCGCAGGTG 523
|||||| | ||| || |||||||| || ||||||| ||||||||||||||||| |||||
Ppl_S14 484 TAATACAG-AGGGTG-CAAGCGTTAATC-GGAATTACTGGGCGTAAAGCGCGCGTAGGTG 540
Crb_84 524 GTTTC-TTAAGTCTG-ATGTGAAAGCCCACGG-CTCAACCGTGG-AGG-GTCATTGGAAA 578
||||| |||||| || |||||||||||| ||| ||||||| ||| | | ||| |||
Ppl_S14 541 GTTTCGTTAAGT-TGGATGTGAAAGCCC-CGGGCTCAACC-TGGGAACTG-CATCCAAAA 596
Crb_84 579 CTGG-GAGACTTGAGTGCAGAATAGGATAGTGGAATT-CCAAGTGTAGCGGTGAAATGCG 636
|||| ||| || |||| | | | ||| | |||||||| || ||||||||||||||||||
Ppl_S14 597 CTGGCGAG-CTAGAGTACGGTAGAGGGTGGTGGAATTTCCT-GTGTAGCGGTGAAATGCG 654
Crb_84 637 TAGAGATTTGGA-GGAACACCAGTGGCGAAGGCGACTATCTGGTCTG-TAACTGACACTG 694
|||| || ||| ||||||||||||||||||||||| | |||| ||| || |||||||||
Ppl_S14 655 TAGATATA-GGAAGGAACACCAGTGGCGAAGGCGACCACCTGGACTGATA-CTGACACTG 712
Crb_84 695 AGGCGCGAAAGCGTGGGGGAGCAAACAGGATTAGATACCCTGGTAGTCCCC-CCATAAAC 753
||| |||||||||||||| |||||||||||||||||||||||||||||| | || |||||
Ppl_S14 713 AGGTGCGAAAGCGTGGGG-AGCAAACAGGATTAGATACCCTGGTAGTCCACGCCGTAAAC 771
45
Crb_84 754 GATGAGTGCTAAGT-GTTAGGGGGTTccccccc-TT--AGTG-CTGCAGCTACCGCAT-A 807
|||| ||| | ||| || | || || |||| | ||||||| ||||| |
Ppl_S14 772 GATGTCAACTA-GCCGTT-GGAA-T-CCTTGAGATTTTAGTGGC-GCAGCTAACGCATTA 826
Crb_84 808 AGCACTCC-CCTGGGGGAG-ACCGGC-G-AAGGGATGGAACCTCAAAGGATTTGACGGGG 863
|| || ||||||| || || ||| | |||| | ||| ||||| || |||||||||
Ppl_S14 827 AGTTGACCGCCTGGGG-AGTAC-GGCCGCAAGGT-TAAAAC-TCAAATGAATTGACGGGG 882
Crb_84 864 GCCCGCCCAACCGGTGGAGCATGGGGTTTTATTCCAACCAACCCCAAAAACTTTACCAGG 923
|||||| ||| |||||||||||| ||||| |||| || |||| | || ||| ||||||||
Ppl_S14 883 GCCCGCACAAGCGGTGGAGCATGTGGTTTAATTCGAAGCAACGCGAAGAACCTTACCAGG 942
Crb_84 924 TCTTGAC 930
||||||
Ppl_S14 943 CCTTGAC 949
>Crb_93
GCCAAGCTCCTTGCCCCGTATGAATGCGTTCCCGGGACCTTGATACTCGCCCTCCCATAC
CTTATAGTTTGAGGATAACTCCGGGAAACCGGGGCTAATACCGAATAATCTGTTTCACCT
CATGGTGAAACACTGAAAGACGGTTTCGGCTGTCGCTATAGGATGGGCCCGCGGCGCATT
AGCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGGCGACGATGCGTAGCCGACCTGAGAGGGT
GATCGACCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGGA
ATCTTCCACATGGGCGAAAGCCTGATGGAACAACGCCGCGTGAGTGAAGAAGGATTTCG
GTTCGTAAAACTCTGTTGTAAGGTAAGAACAGGTTCCAGTATAACTGGGCTGTTACTTGA
CGGTACCTTATTTACAAAGCCCCCGGCTAAACTACGTGCCACCAGCCCGGGGTAATACTT
TAGGTGGGCAAGCGGTTTTTCCAGGAAATTTTTGGGCCGTAAAAGCCCCCCCGCGGGGGT
TTTTTAAAGGTCTGAGGGGGAAGCCCCCCGGTTCCACCGGGGAAGGATTTTTTGGAAAAC
TGGGGAAAACTTTAGGTGGCAAAAAAAAAAAAGGGCAATTTCAACGGATCCCGGTGAAAA
AGTGCGTAAAAAATTTTGGAAGAAAACCCCCTGGGGGGAAAGGCGAAATATTTTGGTTCT
TTAAAAAGAAACCTGGGGGGCCCCAAAACGGGGGGGGCAAAAAAAAGAGGAATATAAAA
ACCCCGGGGGGTCCACCCCCCCCC
emb|AM086255.1| Pseudomonas putida 16S rRNA gene, isolate 24 2R3
(Pp_24)
Length=968
Score = 206 bits (111), Expect = 2e-52
Identities = 167/193 (86%), Gaps = 7/193 (3%)
Strand=Plus/Plus
Crb 93 178 ATTAGCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGGCGACGATGCGTAGCCGACCTGAGAGG 237
||||||||||||||||||||| ||||||||||||||||||| |||| | | ||||||||
Pp_24 155 ATTAGCTAGTTGGTGAGGTAATGGCTCACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGG 214
Crb 93 238 GTGATCGA-CCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGG 296
||||| | |||||||| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||| ||
Pp_24 215 ATGATC-AGTCACACTGGAACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGG 273
Crb 93 297 GAATCTTCCACA-TGGGCGAAAGCCTGATGGAACAACGCCGCGTGAGTGAAGAAGGAT-T 354
|||| || ||| |||||||||||||||| | | | |||||||| |||||||||| | |
Pp_24 274 GAATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGATCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGG-TCT 332
Crb 93 355 TCGG-TTCGTAAA 366
|||| || |||||
Pp_24 333 TCGGATT-GTAAA 344
46
>Crb_94 GCGGCCGCCACTCCTTGATTCGCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTAGGAATCTGCCTGG
TAGTGGGGGACAACGTTTCGAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAGAAAG
CAGGGGACCTTCGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGA
GGTAATGGCTCACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTG
GAACTGAGACACGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAATGG
GCGAAAGCCTGATCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACT
TTAAGTTGGGGAGGAAGGGCAGTAAGATAATACCTTGCTGTTTTTGACGTTACCGACAGA
ATAAGCACCGGGCTAACTCTGTGCCAACAGCCCCGGTAATACAAAGGGGGCAAGCGTTAA
TCGGAATTACTGGGGCGTAAAAGCCCCGTTAGGGGGTTCGTTAAATTTGGAAGGGAAAAG
CCCCGGCCTCAACTTGGGAAAACTGCCTTCCAAAACTGGGCGAACTTAAAAAAACCGGGT
AAAAGGGGGGGGGGAAATTTCCTGGGTTACCGGGGGAAAATGCCTTAAAATTTAGGGAA
GAAACCCCCTGTGGGGGAAAGGGCAACCCCCTTGGACTTTTTTTTACACCTTGGGGGGGC
CAAAACGTTTGGCAAACAAACAAGAATTAAAAACCCCCGGGTTTTCCCCCCCGAAAAAAA
ATTTCCCCACCCCCCGGGGAAAAC
gb|EF544606.2| Pseudomonas plecoglossicida strain NyZ12
(Ppl_NyZ) 16S ribosomal RNA gene, partial sequence
Length=1394
Score = 894 bits (484), Expect = 0.0
Identities = 545/572 (95%), Gaps = 14/572 (2%)
Strand=Plus/Plus
Crb_94 11 CTCCTTGATTC-GCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTAGGAATCTGCCTGGTAGTGGGGGA 69
||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ppl_NyZ 5 CTCCTTGATTCAGCGGCGGACGGGTGAGTAATGCCTAGGAATCTGCCTGGTAGTGGGGGA 84
Crb_94 70 CAACGTTTCGAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAGAAAGCAGGGGACCTT 129
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ppl_NyZ 85 CAACGTTTCGAAAGGAACGCTAATACCGCATACGTCCTACGGGAGAAAGCAGGGGACCTT 144
Crb_94 130 CGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGAGGTAATGGCTC 189
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ppl_NyZ 145 CGGGCCTTGCGCTATCAGATGAGCCTAGGTCGGATTAGCTAGTTGGTGAGGTAATGGCTC 204
Crb_94 190 ACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACA 249
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ppl_NyZ 205 ACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTGAGAGGATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACA 264
Crb_94 250 CGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGA 309
||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ppl_NyZ 265 CGGTCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTGGGGAATATTGGACAATGGGCGAAAGCCTGA 324
Crb_94 310 TCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACTTTAAGTTGGGGA 369
|||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||| |
Ppl_NyZ 325 TCCAGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAAGGTCTTCGGATTGTAAAGCACTTTAAGTTGGG-A 383
Crb_94 370 GGAAGGGCAGTAAGATAATACCTTGCTGTTTTTGACGTTACCGACAGAATAAGCACCGGG 429
|||||||||||||| ||||||||||||||||| ||||||||||||||||||||||||||
Ppl_NyZ 384 GGAAGGGCAGTAAGTTAATACCTTGCTGTTTT-GACGTTACCGACAGAATAAGCACCGG- 441
Crb_94 430 CTAACTCTGTGCCAACAGCCCCGGTAATACAAAGGGGGCAAGCGTTAATCGGAATTACTG 489
|||||||||||||| ||||| |||||||||| |||| |||||||||||||||||||||||
Ppl_NyZ 442 CTAACTCTGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACAGAGGGTGCAAGCGTTAATCGGAATTACTG 501
Crb_94 490 GGGCGTAAAAGCCC-CGTTAGGGGGTTCGTTAAATTTGGAAGGGAAAAGCCCCGGCCTCA 548
|| |||||| || | ||| ||| |||||||||| || ||| | |||| ||||||| ||||
Ppl_NyZ 502 GG-CGTAAA-GCGCGCGT-AGGTGGTTCGTTAAGTT-GGATGTGAAA-GCCCCGGGCTCA 556
Crb_94 549 ACTTGGGAAAACTGCCTTCCAAAACTGGGCGA 580
|| |||||| |||| | |||||||||| |||
Ppl_NyZ 557 ACCTGGGAA--CTGCAT-CCAAAACTGG-CGA 584
47
>Crb_95 GATACAGCTAGCTCTTATGAAGTTAGCGGCGGACGGGTGAGTAACACGTGGGTAACCTGC
CCATAAGACTGGGATAACTCCGGGAAACCGGGGCTAATACCGGATAACATTTTGAACCGC
ATGGTTCGAAATTGAAAGGCGGCTTCGGCTGTCACTTATGGATGGACCCGCGTCGCATTA
GCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGGCAACGATGCGTAGCCGACCTGAGAGGGTG
ATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAGTAGGGAA
TCTTCCGCAATGGACGAAAGTCTGACGGAGCAACGCCGCGTGAGTGATGAAGGCTTTCG
GGTCGTAAAACTCTGTTGTTAGGGAAGAACAAGTGCTAGTTGAATAAGCTGGCACCTTGA
CGGTACCTAACCAGAAAGCCACGGCTAACTACGTGCCAGCAGCCGCGGTAATACGTAGGT
GGCAAGCGTTATCCGGAATTATTGGGCGTAAAGCGCGCGCAGGTGGTTTCTTAAGTCTGA
TGTGAAAGCCCACGGCTCAACCGTGGAGGGTCATTGGAAACTGGGAGACTTGAGTGCAG
AAGAGGAAAGTGGAATCCATGTGTAGCGGTGAAATGCGTAGAGATATGGAGGAACACCA
GTGGCGAAGGCGACTTTCTGGTCTGTACTGACACTGAGGCGCGAAAGCGTGGGGAGCAA
CAGGATAAGATACCCTGGTAGTCCCCCCGTAAACGATGAGTGCTAAGTGTAAAAGGGTTT
CCGCCCTTAGTGCTGAGTTACCCCTTTAGCACTCCCCCTGGGGAGTACCGCCCCAAGCTG
AAACTCAAAGAAATTGACGGGGGCCCCCCAACCGGGGGAACATGTGGTTTATTTCAAACC
GCCCGAAAAACCTTACAGGTCTTGACTCCTTTGAAAACCCTAAAAATAGGCCTTTCCTTCG
GAGCACCAACCCTGATCTTATTGCACTTTAANGGGGACCTTAAGGGACTGCAGGAAAACC
GGAAGAGGGGGGAAACCCCAATCTTTGCCTTTANA
gb|EF595656.1| Pseudomonas plecoglossicida clone Pw8(Ppl_Pw8)16S
ribosomal RNA gene, partial sequence
Length=839
Score = 398 bits (215), Expect = 2e-112
Identities = 478/597 (80%), Gaps = 49/597 (8%)
Strand=Plus/Plus
Crb_95 172 GTCGCATTAGCTAGTTGGTGAGGTAACGGCTCACCAAGGCAACGATGCGTAGCCGACCTG 231
|||| ||||||||||||||| ||||| ||||||||||||| ||||| |||| | | |||
Ppl_Pw8 194 GTCGGATTAGCTAGTTGGTGGGGTAATGGCTCACCAAGGCGACGATCCGTAACTGGTCTG 253
Crb_95 232 AGAGGGTGATCGGCCACACTGGGACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCAG 291
||||| ||||| | |||||||| |||||||||||||||||||||||||||||||||||
Ppl_Pw8 254 AGAGGATGATCAGTCACACTGGAACTGAGACACGGCCCAGACTCCTACGGGAGGCAGCCC 313
Crb_95 292 TAGGGAATCTTCCG-CAATGGACGAAAGTCTGA-CGGAGCAACGCCGCGTGAGTGATGAA 349
| |||||| || | |||||| |||||| |||| | ||| | |||||||| |||| |||
Ppl_Pw8 314 TGGGGAATATTG-GACAATGGGCGAAAGCCTGATCC-AGCCATGCCGCGTGTGTGAAGAA 371
Crb_95 350 GG-CTTTCGGGTCGTAAAACTCTGTT--GTTAGGGAAGAACAAGT-GCTA-GTTGAATAA 404
|| ||| ||| | ||||| | || || ||| |||| ||| | | || | | ||||
Ppl_Pw8 372 GGTCTT-CGGATTGTAAAGCACT-TTAAGTT-GGGAGGAAGG-GCAG-TAAGCT-AATAC 425
Crb_95 405 GCTGGCACCTT-GACGGTACCTAACCAGAA-A-GCCAC-GGCTAACTAC-GTGCCAGCAG 459
|| || || |||| |||| | | |||| | || || |||||||| | ||||||||||
Ppl_Pw8 426 -CTTGCTGTTTTGACGTTACCGA-C-AGAATAAGC-ACCGGCTAACT-CTGTGCCAGCAG 480
Crb_95 460 CCGCGGTAATAC-GTAGG-TGGCAAGCGTTA-TCCGGAATTATTGGGCGTAAAGCGCGCG 516
|||| ||||||| | ||| || ||||||||| || ||||||| |||||||||||||||||
Ppl_Pw8 481 CCGCCGTAATACAG-AGGGTG-CAAGCGTTAATC-GGAATTACTGGGCGTAAAGCGCGCG 537
Crb_95 517 CAGGTGGTTTC-TTAAGTCTGATGTGAAAGCCCACGG-CTCAACCGTGG-AGG-GTCATT 572
| |||||| | ||||||| ||||||||||||| ||| ||||||| ||| | | |||
Ppl_Pw8 538 TACGTGGTT-CGTTAAGTCGGATGTGAAAGCCC-CGGGCTCAACC-TGGGAACTG-CATC 593
Crb_95 573 GGAAACTGG-GAGACTTGAGTGCAGAAGAGGAAAGTGGAAT--CCATGTGTAGCGGTGAA 629
||||||| ||| || |||| | | ||||| ||||||| || |||||||||| |||
Ppl_Pw8 594 CCAAACTGGCGAG-CTAGAGTACGGTAGAGGGTGGTGGAATTTCC-TGTGTAGCGGCGAA 651
Crb_95 630 ATGCGTAGAGATATGGA-GGAACACCAGTGGCGAAGGCGACTTTCTGGTCTG-TACTGAC 687
||||||||| ||| ||| ||||||||||||||||||||||| |||| ||| |||||||
Ppl_Pw8 652 ATGCGTAGATATA-GGAAGGAACACCAGTGGCGAAGGCGACCACCTGGACTGATACTGAC 710
Crb_95 688 ACTGAGGCGC-GAAAGCGTGGGGAGC-AACAGGATAAGATACCCTGGTAGTCCCCCC 742
||||||| || | ||||||||||||| ||| |||| |||| ||||||| ||||||||
Ppl_Pw8 711 ACTGAGGTGCCGCAAGCGTGGGGAGCCAACCGGATTAGATCCCCTGGTTGTCCCCCC 767
48