Penanganan Sampel Lab Yang Tidak Sesuai Standar-dr. Tiwi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

manajemen laboratorium

Citation preview

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Laboratorium kesehatan adalah sarana kesehatan yang melaksanakan

    pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari

    manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi

    kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan

    masyarakat. Laboratorium klinik adalah laboratorium kesehatan yang

    melaksanakan pelayanan pemeriksaan di bidang hematologi, kimia klinik,

    mikrobiologi klinik, parasitologi klinik, imunologi klinik, patologi anatomi

    dan atau bidang lain yang berkaitan dengan kepentingan kesehatan

    perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,

    penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.1

    Setidaknya terdapat 5 alasan penting mengapa pemeriksaan

    laboratorium diperlukan, yaitu untuk skrining, diagnosis, pemantauan

    progresifitas penyakit, monitoring pengobatan dan prognosis penyakit.2

    Dengan pengukuran dan pemeriksaan laboratorium, akan didapatkan data

    ilmiah yang dapat digunakan untuk menghadapi masalah pasien yang telah

    teridentifikasi melalui pemeriksaan klinis dan menjadi bagian penting dari

    data pokok pasien.

    Output dari rangkaian pemeriksaan laboratorium berupa hasil tes

    laboratorium yang sebagian besar terdiri dari angka dengan nilai rujukan.

    Hasil laboratorium memberikan asupan yang berguna dalam proses

    diagnostik, terapi dan follow up pasien pada kedokteran klinis modern.

    Sekitar dua pertiga dari keputusan klinis yang penting di Rumah Sakit

    berdasarkan pada hasil pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium

    klinik yang baik adalah apabila tes tersebut memberikan hasil yang teliti,

    akurat, sensitif, spesifik, cepat dan tidak mahal. Suatu laboratorium dapat

    mengeluarkan hasil yang baik jika dalam pemeriksaan laboratorium tersebut

    diberikan kualitas sampel yang baik pula. 3,4

  • 2

    Spesimen yang dipergunakan sebagai sampel dalam pemeriksaan

    laboratorium terdiri dari berbagai macam jenis, antara lain : darah utuh

    (whole blood), plasma, serum, urine (urine pagi, urine sewaktu, urine

    tampung 24 jam), tinja (feses), dahak (sputum), cairan otak, cairan ascites,

    cairan pleura, cairan sendi, nanah (pus), swab (usap) luka, swab tenggorok,

    swab hidung, swab nasofaring, sumsum tulang, dan lain-lain. Pada makalah

    ini penulis akan membatasi pada sampel darah saja yang terdiri dari serum,

    plasma dan whole blood, yang mana sampel darah merupakan jenis sampel

    yang paling banyak terdapat di laboratorium.5,6

    Meskipun otomatisasi, standarisasi dan kemajuan teknologi secara

    signifikan telah meningkatkan akurasi hasil tes laboratorium, kesalahan

    laboratorium masih sering terjadi baik dalam tahap pra-analitik, analitik dan

    pasca-analitik. Kesalahan pada tahap pra-analitik memberikan kontribusi

    paling besar, dengan frekuensi 77,1% diikuti oleh post analitik, 15% dan

    analitik 7,9% .7

    Tahap pra analitik merupakan salah satu fase penting dari pemeriksaan

    laboratorium. Fase ini meliputi pengumpulan sampel, penanganan dan

    pengelolaan sampel serta faktor pasien.8 Pada tahapan pra analitik inilah yang

    menentukan apakah akan diperoleh sampel yang baik untuk pemeriksaan

    laboratorium tersebut. Sehingga fase ini sangat berpengaruh terhadap kualitas

    sampel walaupun tidak dapat dinyatakan secara kuantitas.

    Sampel yang buruk akan memberikan hasil pemeriksaan laboratorium

    yang tidak valid. Ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan sampel

    menjadi tidak layak untuk diperiksa. Alasan yang paling sering menyebabkan

    ditolaknya sampel pemeriksaan adalah sampel yang membeku untuk tes

    hematologi dan koagulasi, volume sampel yang tidak mencukupi untuk tes

    koagulasi, hemolisis, ikterus dan lipemia pada serum dan plasma yang dapat

    menyebabkan interferensi pada pemeriksaan laboratorium.9

    Sampel yang tidak layak diperiksa tersebut dapat dihindari dengan

    melakukan kontrol kualitas sampel secara benar, pendidikan berkelanjutan

    dan sistem pengumpulan sampel yang efektif. Oleh karena itu sebagai

  • 3

    petugas laboratorium harus benar benar berusaha bekerja sesuai dengan

    petunjuk pelaksanaan kerja sehingga meminimalisasi terjadinya kesalahan,

    dan menjadi tanggung jawab manajer laboratorium untuk meminimalkan

    kesalahan yang terjadi pada laboratoriumnya untuk setiap tahapan proses

    pengujian.10

    1.2 TUJUAN PENULISAN

    Tujuan dari penulisan makalah ini antara lain :

    a. Mengidentifikasi hal-hal yang menjadi penyebab sampel laboratorium

    tidak memenuhi standar

    b. Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada sampel laboratorium

    yang tidak memenuhi standar

    c. Mengetahui bagaimana cara memperoleh sampel yang baik dan sesuai

    standar agar didapatkan hasil laboratorium yang baik

    1.3 MANFAAT PENULISAN

    Manfaat penulisan makalah ini adalah setelah mengetahui jenis dan

    penyebab sampel laboratorium yang tidak memenuhi standar,

    penatalaksanaan pada sampel laboratorium yang tidak memenuhi standar dan

    mengetahui bagaimana cara memperoleh sampel yang baik, maka dapat

    digunakan untuk merumuskan strategi korektif agar di dalam pelaksanaan

    pelayanan laboratorium dapat memberikan hasil yang optimal.

  • 4

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Pemeriksaan laboratorium merupakan pemeriksaan untuk menunjang

    diagnosis penyakit, guna mendukung atau menyingkirkan diagnosis lainnya.

    Pemeriksaan laboratorium merupakan penelitian perubahan yang timbul pada

    penyakit dalam hal susunan kimia dan mekanisme biokimia tubuh. Selain itu,

    pemeriksaan laboratorium juga sebagai ilmu terapan untuk menganalisa cairan

    dan jaringan tubuh guna membantu petugas kesehatan dalam mendiagnosis dan

    mengobati pasien.10,11

    Pada umumnya diagnosis penyakit dibuat berdasarkan gejala penyakit

    (keluhan dan tanda), dan gejala ini mengarahkan dokter pada kemungkinan

    penyebab penyakit. Hasil pemeriksaan laboratorium dapat menunjang atau

    menyingkirkan kemungkinan penyakit yang menyebabkan, misalnya dalam

    pemeriksaan biakan darah pada demam tifoid, jika positif amat mendukung

    diagnosis, tapi bila negatif tak menyingkirkan diagnosis de mam tifoid jika secara

    klinis dan pemeriksaan lain (misalnya pemeriksan WIDAL) menyokong. 10,11

    Dalam diagnosis penyakit kadang-kadang tidaklah mudah, terutama pada

    permulaan penyakit, gejala klinis penyebabnya masih berupa kemungkinan, meski

    dokter biasanya dapat menetapkan kemungkinan yang paling tinggi. Pada tahap

    permulaan dokter tidak selalu dapat menentukan diagnosis penyakit, diperlukan

    data-data tambahan dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang.10

    Menurut Henry dan Howanitz, para dokter memilih dan mengevaluasi uji

    laboratorium dalam perawatan pasien sekurang-kurangnya satu dari alasan-alasan

    berikut ini:12

    1. Untuk menunjang diagnosis klinis.

    2. Untuk menyingkirkan kemungkinan suatu diagnosis atau penyakit

    3. Untuk digunakan sebagai pedoman terapi atau manajemen pasien

    4. Untuk digunakan sebagai panduan prognosis

    5. Untuk mendeteksi adanya suatu penyakit (uji saring)

  • 5

    Dari lima hal di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan laboratorium

    memiliki manfaat sebagai berikut: 12

    1. Skrining atau uji saring adanya penyakit subklinis, dengan tujuan

    menentukan resiko terhadap suatu penyakit dan mendeteksi dini penyakit

    terutama bagi individu beresiko tinggi (walaupun tidak ada gejala atau

    keluhan).

    2. Konfirmasi pasti diagnosis, yaitu untuk memastikan penyakit yang diderita

    seseorang, berkaitan dengan penanganan yang akan diberikan dokter serta

    berkaitan erat dengan komplikasi yang mungkin saja dapat terjadi.

    3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala

    klinis.

    4. Membantu pemantauan pengobatan.

    5. Menyediakan informasi prognosis atau perjalanan penyakit, yaitu untuk

    memprediksi perjalanan penyakit pasien dan berkaitan dengan terapi serta

    pengelolaan pasien selanjutnya.

    6. Memantau perkembangan penyakit, yaitu untuk memantau perkembangan

    penyakit dan memantau efektivitas terapi yang dilakukan agar dapat

    meminimalkan komplikasi yang dapat terjadi. Pemantauan ini sebaiknya

    dilakukan secara berkala.

    7. Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak dijumpai

    dan potensial membahayakan.

    8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak

    didapati penyakit.

    Kualitas dan akuntabilitas merupakan fokus perhatian dalam kedokteran

    laboratorium saat ini.10

    Penggunaan hasil tes laboratorium klinis dalam

    pengambilan keputusan diagnostik telah menjadi bagian integral dari kedokteran

    klinis modern. Sekitar dua-pertiga dari keputusan klinis yang penting di Rumah

    Sakit berdasarkan pada hasil tes laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium

    yang tepat waktu dan akurat menjadi landasan yang efektif terhadap penegakan

    diagnosis dan pengobatan pasien. Di sisi lain, penggunaan laboratorium layanan

    juga telah meningkat secara substansial dalam beberapa tahun terakhir.10,13

  • 6

    Dalam proses pengendalian mutu laboratorium dikenal ada tiga tahapan

    penting, yaitu tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada umumnya yang

    sering diawasi dalam pengendalian mutu hanya tahap analitik dan pasca analitik,

    sedangkan tahap pra analitik kurang mendapat perhatian. Padahal kesalahan pada

    proses pra-analitik memberikan kontribusi paling sering, dengan frekuensi 77,1 %

    diikuti oleh postanalitik, 15% dan analitik 7,9% .7

    Tahap pra analitik merupakan komponen penting dari pemeriksaan

    laboratorium. Fase ini dikelompokkan dalam proses pengumpulan sampel,

    penanganan dan pengelolaan sampel dan faktor pasien.8 Pengumpulan sampel

    meliputi identifikasi dan pelabelan sampel pasien, tekhnik plebotomi, volume

    sampel dan ketepatan penggunaan tabung sampel. Penanganan dan pengelolaan

    spesimen meliputi prosedur penyimpanan sampel, prosedur sentrifugasi dan

    transportasi sampel. Sedangkan faktor pasien terdiri dari variabel fisiologis dan

    kondisi patologis dari pasien.8,9,14

    Kesalahan pada tahap tersebut dapat dicegah

    dengan melakukan kontrol kualitas secara benar, pendidikan berkelanjutan dan

    sistem pengumpulan spesimen yang efektif. 10

  • 7

    Gambar 1. Tahapan Pemeriksaan Laboratorium

    2.1 SAMPEL DARAH

    Sampel laboratorium darah terdiri dari tiga bagian yaitu whole blood,

    plasma dan serum,15,16

    Sampel whole blood terdiri dari eritrosit, leukosit, dan

    trombosit yang terlarut dalam plasma dan beredar dalam sirkulasi ke seluruh

    tubuh. Pemeriksaan yang berkaitan dengan sel darah seperti darah lengkap

    dan blood typing, diperlukan whole blood. Tes laboratorium dilakukan pada

    bagian-bagian darah (plasma atau serum), yang terdiri dari berbagai macam

    zat seperti enzim, bahan kimia organik dan anorganik serta antibodi.16

    Plasma adalah bagian cair dari darah yang tidak menggumpal,

    sedangkan serum adalah bagian cair darah yang tersisa setelah terjadi

    penggumpalan. Plasma sering didefinisikan sebagai bagian cair darah yang

  • 8

    terdiri atas fibrinogen dan faktor pembekuan sedangkan serum didefinisikan

    sebagai bagian cair darah yang tidak mengandung fibrinogen dan faktor

    pembekuan. Plasma dan serum didapat dari sentrifugasi sampel beku maupun

    tidak. Proses sentrifugasi tersebut memisahkan komponen seluler dan bagian

    cair darah. 9.16

    Ada atau tidaknya antikoagulan dalam tabung akan menentukan jenis

    sampel yang tersedia untuk pemeriksaan. Whole blood dan plasma

    memerlukan pemberian antikoagulan guna mencegah pembentukan

    gumpalan. Sedangkan serum diperoleh dari tabung yang tidak mengandung

    anti koagulan. Tabung mengandung beragam jenis antikoagulan yang harus

    diperhatikan kaitannya dengan hasil pemeriksaan laboratorium.16

    Kecuali tes koagulasi, banyak pemeriksaan laboratorium dapat

    dilakukan pada serum maupun plasma. Namun komposisi antikoagulan dan

    metode pemeriksaan harus diperhatikan ketika akan melakukan tes pada

    plasma. Sebagai contoh, tabung EDTA tidak dapat digunakan ketika ada

    permintaan kadar kalsium plasma karena kalsium akan berikatan dengan

    plasma. Hal tersebut dapat mengakibatkan hasil yang lebih rendah dari kadar

    sebenarnya. Protokol laboratorium untuk pengumpulan spesimen harus

    merinci tipe tabung yang digunakan. Banyak protokol yang telah dirancang

    guna mendapatkan hasil pemeriksaan yang representatif dan sudah

    selayaknya protokol tersebut diikuti. 16

    Plasma dan serum dalam kondisi normal nampak jernih dan berwarna

    kuning pucat. Perubahan warna dapat menjadi tanda bahwa sampel tidak

    layak untuk dilakukan pemeriksaan. Sebagai contoh tampilan yang tidak

    normal antara lain : 16

    o Hemolisis : warna merah muda hingga merah, menunjukkan

    adanya destruksi sel darah merah.

    o Ikterik : warna kuning gelap, menunjukkan peningkatan

    kadar bilirubin.

    o Lipemik : tampilan warna seperti susu, menunjukkan adanya

    peningkatan kadar lemak.

  • 9

    Darah vena merupakan sampel standar dalam pemeriksaan

    laboratorium. Sebagian besar nilai normal dibuat berdasarkan pemeriksaan

    pada darah vena. Namun, terkadang pemeriksaan juga dilakukan pada darah

    arteri maupun kapiler. Darah arteri diperlukan pada pemeriksaan arterial

    blood gas. Pengambilan spesimen hanya dilakukan oleh personel yang terlatih

    guna memastikan keselamatan pasien. Darah arteri juga dapat diambil dari

    jalur central. Darah kapiler merupakan campuran antara darah vena dan arteri.

    Ketika pengambilan sampel dilakukan dengan benar darah kapiler dapat

    digunakan untuk beragam pemeriksaan laboratorium namun dengan nilai

    normal yang berbeda. Oleh karena itu lembar permintaan harus

    mencantumkan apakah jenis sampel adalah darah vena, arteri atau kapiler. 16

    Gambar 2. Perbedaan antara serum dan plasma16

    2.2 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS SAMPEL

    Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi sampel pemeriksaan

    laboratorium. Faktor-faktor tersebut jika dikelompokkan ada dua kelompok,

    yaitu faktor di luar pasien dan faktor dari dalam pasien.9,11,14

    Faktor-faktor di

    luar pasien yang dapat mempengaruhi sampel laboratorium adalah faktor-

    faktor yang mencakup seluruh proses, meliputi pra-analitik, analitik dan pasca

  • 10

    analitik. Sedangkan faktor dari dalam pasien antara lain diet, obat-obatan,

    aktifitas fisik, merokok, alkohol, ketinggian, kondisi demam, trauma, variasi

    circadian rythme, usia, ras, jenis kelamin dan kehamilan. 9,10,14,15,16

    2.2.1. FAKTOR DARI DALAM PASIEN

    Berikut ini beberapa faktor dari dalam pasien yang dapat

    mempengaruhi sampel pemeriksaan laboratorium :

    Diet

    Makanan dan minuman dapat mempengaruhi hasil beberapa jenis

    pemeriksaan laboratorium baik langsung maupun tidak langsung,

    misalnya pemeriksaan glukosa darah dan trigliserida. Pemeriksaan ini

    dipengaruhi secara langsung oleh makanan dan minuman. Karena

    pengaruhnya yang sangat besar, maka pada pemeriksaan glukosa darah,

    pasien perlu dipuasakan 10 12 jam dan untuk pemeriksaan

    trigliserida, pasien dipuasakan sekurang-kurangnya 12 jam sebelum

    pengambilan darah. 9,10,14,16

    Obat-obatan

    Obat-obatan yang diberikan baik secara oral maupun cara lainnya

    akan menyebabkan respon tubuh terhadap obat tersebut. Disamping itu

    pemberian obat secara intra muskular akan menimbulkan jejas pada

    otot, sehingga menyebabkan enzim yang dikandung dalam otot tersebut

    akan masuk ke dalam darah, yang selanjutnya dapat mempengaruhi

    hasil beberapa pemeriksaan. 9,10,14,16

    Obat-obatan yang dapat

    mempengaruhi hasil laboratorium misalnya : 9,10,14,16

    Diuretik, cafein menyebabkan hampir seluruh pemeriksaan substrat

    dan enzim dalam darah akan meningkat karena terjadi

    hemokonsentrasi, terutama pemeriksaan hemoglobin, hitung jenis

    lekosit, hematokrit, elektrolit. Pada urine akan terjadi

    pengenceran

  • 11

    Tiazid mempengaruhi hasil tes glukosa, ureum

    Kontrasepsi oral dapat mempengaruhi hasil tes hormon, LED

    Morfin dapat mempengaruhi hasil tes enzim hati (AST, ALT).

    Tabel 1. Jenis-jenis obat yang mempengaruhi hasil pemeriksaan

    laboratorium

    Merokok

    Merokok dapat menyebabkan perubahan cepat dan lambat pada

    kadar zat tertentu yang diperiksa. Perubahan dapat terjadi dengan cepat

    hanya dalam 1 jam dengan merokok 1 5 batang dan akibat yang

    ditimbulkan adalah peningkatan kadar asam lemak, epinefrin, gliserol

    bebas, aldosteron dan kortisol. Perubahan lambat terjadi pada hitung

    lekosit, lipoprotein, aktifitas beberapa enzim, hormon, vitamin, petanda

    tumor dan logam berat. 9,10,14,15,16

    OBAT-OBATAN TES YANG DIPENGARUHI

    Acetaminofen dan antibiotik

    tertentu

    Peningkatan enzim hepar dan bilirubin

    Obat penurun kolesterol PT dan APTT memanjang

    Antibiotika tertentu Peningkatan BUN, kreatinin,

    ketidakseimbangan elektrolit

    Kortikosteroid dan estrogen Peningkatan amilase dan lipase

    Diuretic Peningkatan kalsium, glukosa dan

    asam urat

    Kemoterapi Penurunan eritrosit, leukosit,

    trombosit

    Aspirin, salisilat, herbal PT dan waktu perdarahan memanjang

    Media kontras radiografi Urinalisis rutin

  • 12

    Alkohol

    Konsumsi alkohol juga dapat menyebabkan perubahan cepat dan

    lambat pada kadar analit. Perubahan cepat dapat terjadi dalam waktu 2

    4 jam setelah konsumsi alkohol dan akibat yang terjadi adalah

    peningkatan kadar glukosa, laktat, asam urat dan terjadinya asidosis

    metabolik. Perubahan lambat berupa peningkatan aktifitas gamma

    glutamyl transferase (gamma-GT), GOT, GPT, trigliserida, kortisol,

    dan MCV. 9,11,14,15,16

    Aktifitas fisik

    Aktifitas fisik dapat menyebabkan shift volume antara

    kompartemen di dalam pembuluh darah dan interstitial, kehilangan

    cairan karena berkeringat, dan perubahan kadar hormon. Akibatnya

    akan terjadi perbedaan besar antara kadar glukosa darah di arteri dan

    vena, serta terjadi perubahan konsentrasi gas darah, asam urat,

    kreatinin, creatin kinase, GOT, LDH, KED, hemoglobin, hitung sel

    darah, dan produksi urine.9,11,14,15,16

    Demam

    Pada waktu demam akan terjadi :9,11,14

    Peningkatan glukosa darah pada tahap permulaan, dengan

    akibat terjadi peningkatan kadar insulin yang akan

    menyebabkan penurunan glukosa darah pada tahap lebih

    lanjut.

    Penurunan kadar kolesterol dan trigliserida pada awal demam

    akibat terjadinya peningkatan metabolisme lemak, dan terjadi

    peningkatan asam lemak bebas dan benda-benda keton

    karena penggunaan lemak yang meningkat pada demam yang

    sudah lama.

    Meningkatkan kemungkinan deteksi malaria dalam darah.

  • 13

    Meningkatkan kemungkinan hasil biakan positif (pada kasus

    infeksi).

    Terjadi reaksi anamnestik yang akan menyebabkan kenaikan

    titer Widal.

    Trauma

    Trauma dengan luka perdarahan akan menyebabkan antara lain

    penurunan kadar substrat maupun aktifitas enzim, termasuk juga

    hemoglobin, hematokrit dan produksi urine. Hal ini terjadi karena

    terjadi pemindahan cairan tubuh ke dalam pembuluh darah yang

    menyebabkan pengenceran darah. Pada tingkat lanjut akan terjadi

    peningkatan ureum dan kreatinin serta enzim-enzim yang berasal dari

    otot. 9,11,14,15,16

    Variasi Circadian Rhythms

    Dalam tubuh manusia terjadi perbedaan kadar zat-zat tertentu dari

    waktu ke waktu yang disebut variasi circadian rhythms. Perubahan

    kadar zat yang dipengaruhi oleh waktu dapat bersifat linear (garis lurus)

    seperti umur, dan dapat bersifat siklus seperti siklus harian (variasi

    diurnal), siklus bulanan (menstruasi) dan musiman. 9,11,14,15,16

    Variasi diurnal yang terjadi antara lain :

    Besi serum. Besi serum yang diambil pada sore hari akan lebih

    tinggi kadarnya daripada pagi hari.

    Glukosa. Kadar insulin akan mencapai puncaknya pada pagi hari,

    sehingga apabila tes toleransi glukosa dilakukan pada siang hari,

    maka hasilnya akan lebih tinggi daripada bila dilakukan pada pagi

    hari.

    Enzim. Aktifitas enzim yang diukur akan berfluktuasi disebabkan

    oleh kadar hormon yang berbeda dari waktu ke waktu.

  • 14

    Eosinofil. Jumlah eosinofil menunjukkan variasi diurnal,

    jumlahnya akan lebih rendah pada malam hari sampai pagi hari

    daripada siang hari.

    Kortisol, kadarnya akan lebih tinggi pada pagi hari daripada pada

    malam hari

    Kalium. Kalium darah akan lebih tinggi pada pagi hari daripada

    siang hari.

    Selain yang sifatnya harian, dapat terjadi fluktuasi kadar zat

    dalam tubuh yang bersifat bulanan. Variasi siklus bulanan umumnya

    terjadi pada wanita karena terjadi menstruasi dan ovulasi setiap bulan.

    Pada masa sesudah menstruasi akan terjadi penurunan kadar besi,

    protein dan fosfat dalam darah disamping perubahan kadar hormon

    seks. Demikian juga, pada saat ovulasi terjadi peningkatan aldosteron

    dan renin serta penurunan kadar kolesterol darah. 9,11,14,15,16

    Umur

    Umur berpengaruh terhadap kadar dan aktifitas zat dalam darah.

    Hitung eritrosit dan kadar hemoglobin jauh lebih tinggi pada neonatus

    daripada dewasa. Fosfatase alkali, kolesterol total dan kolesterol-LDL

    akan berubah dengan pola tertentu sesuai dengan pertambahan umur.

    9,11,14,15,16

    Ras

    Jumlah lekosit pada orang kulit hitam Amerika lebih rendah

    daripada orang kulit putihnya. Demikian juga pada aktifitas creatin

    kinase. Keadaan serupa juga dijumpai pada ras bangsa lain, seperti

    perbedaan aktifitas amylase, kadar vitamin B12 dan lipoprotein.

    9,11,14,15,16

  • 15

    Jenis Kelamin

    Berbagai kadar dan aktifitas zat dipengaruhi oleh jenis kelamin.

    Kadar besi serum dan hemoglobin berbeda pada wanita dan pria

    dewasa. Perbedaan ini akan menjadi tidak bermakna lagi setelah umur

    lebih dari 65 tahun. Perbedaan lain berdasarkan jenis kelamin adalah

    aktifitas CK dan kreatinin. Perbedaan ini lebih disebabkan karena

    massa otot pria relatif lebih besar daripada wanita. Sebaliknya, kadar

    hormon seks wanita, prolaktin, dan kolesterol-HDL akan dijumpai lebih

    tinggi pada wanita. 9,11,15,16

    Kehamilan

    Bila pemeriksaan dilakukan pada wanita hamil, pada saat

    interpretasi hasil perlu mempertimbangkan masa kehamilan wanita

    tersebut. Pada kehamilan akan terjadi hemodilusi (pengenceran darah)

    yang dimulai pada minggu ke-10 kehamilan dan terus meningkat

    sampai minggu ke-35 kehamilan.9,11

    Volume urine akan meningkat 25% pada trimester ke-3. Selama

    kehamilan akan terjadi perubahan kadar hormon kelenjar tiroid,

    elektrolit, besi, ferritin, protein total, albumin, lemak, aktifitas fosfatase

    alkali, faktor koagulasi dan kecepatan endap darah. Perubahan tersebut

    dapat disebabkan karena induksi oleh kehamilan, peningkatan protein

    transport, hemodilusi, peningkatan volume tubuh, defisiensi relative

    karena peningkatan kebutuhan atau peningkatan protein fase akut.

    9,11,14,16

    2.2.2 FAKTOR DI LUAR PASIEN

    Faktor dari luar pasien yang dapat mempengaruhi kualitas sampel

    pemeriksaan adalah segala proses yang berada dalam tahap pre analitik.

    Proses itu meliputi proses pengumpulan sampel: identifikasi dan pelabelan

    sampel pasien, tekhnik plebotomi, volume sampel, antikoagulan, dan

    ketepatan penggunaan tabung sampel serta proses penanganan dan

  • 16

    pengelolaan sampel: prosedur penyimpanan sampel, prosedur sentrifugasi

    dan transportasi sampel. 9,15,16

    2.3 KEADAAN YANG MENYEBABKAN SAMPEL TIDAK LAYAK

    DIPERIKSA

    Spesimen yang dibawa ke laboratorium akan ditolak jika ditemukan

    kondisi sampel yang tidak layak. Sampel yang buruk akan mempengaruhi

    hasil pemeriksaan laboratorium dan menyebabkan hasil tes menjadi tidak

    valid. Beberapa keadaan sampel yang menyebabkan tidak layak diperiksa

    antara lain :

    1. Sampel dengan salah identifikasi

    Semua sampel yang masuk ke dalam laboratorium harus diberi label

    dengan benar. The Joint Commission on Accreditation of Healthcare

    Organization (JCAHO) Patient Safety Goals merekomendasikan

    pemberian label spesimen pada saat pengambilan sampel pasien dan label

    spesimen harus terdiri dari minimal dua identitas pasien. Persyaratan ini

    dilakasanakan untuk menjamin tidak adanya kesalahan identifikasi

    spesimen selama proses pa analitik, analitik dan post analitik. Pemberian

    label yang baik seharusnya terdiri dari nama lengkap pasien, nama awal

    atau nama akhir pasien dan sedikitnya satu identifikasi unik dari pasien

    seperti tanggal lahir, nomor jaminan sosial atau nomor catatan medik.

    Label spesimen juga seharusnya terdiri dari tanggal dan waktu

    pengumpulan spesimen dan juga sumber spesimen berasal. Pengambil

    sampel dan pasien akan diberitahu jika ditemukan sampel yang tidak

    memnuhi syarat sehingga pengambilan ulang spesimen akan dilakukan.

    Tidak boleh dilakukan pelabelan ulang pada spesimen sama.17,18

    2. Sampel dengan permintaan yang tidak tepat

    Salah satu penyebab penting kesalahan pra analitik adalah informasi

    yang tidak tepat pada lembar permintaan atau tabung. Bahkan, kesalahan

  • 17

    pada lembar permintaan dan label mencakup 2/3 dari keseluruhan sampel

    yang ditolak pada laboratorium. Beberapa penelitian lain menunjukkan

    bahwa lembar permintaan berperan sangat penting dalam terjadinya

    kesalahan tersebut. Lembar permintaan berwujud kertas dapat menjadi

    sumber permasalahan tersendiri misal karena pengisian yang kurang

    lengkap, penyimpanan yang tidak tepat atau hilang. Computerised Order

    Entery System (COES) dapat menggantikan lembar permintaan berupa

    kertas. Sistem tersebut kadang dikombinasikan dengan pengiriman hasil

    pemeriksaan secara elektronik dan dapat pula terhubung secara elektronik

    dengan catatan medis pasien. Dengan sistem keamanan teknologi

    informasi yang baik, maka COES akan meneliminasi sumber kesalahan

    akibat dari penggunaan lembar permintaan berujud kertas. 19

    3. Sampel tanpa disertai form permintaan

    Prosedur pengambilan darah secara legal dimulai dengan adanya

    form permintaan. Ini adalah tahapan awal dari pre analitik laboratoriu.

    Dokter / kinisi bertugas meminta tes laboratorium untuk pasiennya. Form

    permintaan ini menjadi bagian dari catatan medik pasien dan

    membutuhkan informasi yang memastikan kebenaran pasien yang

    diperiksa, dokter yang meminta, permintaan tes yang sesuai klinis pasien.

    Form permintaan ini bisa dalam bentuk manual berupa kertas ataupun

    dengan menggunakan komputer. Permintaan secara verbal kadang

    digunakan dalam kondisi emergency, tetapi permintaan tes laboratorium

    tetap didokumentasikan pada form permintaan standart atau komputer

    ketika plebotomis tiba untuk mengambil sampel. Bentuk form permintaan

    manual bisa berbeda-beda untuk tiap unit kesehatan. Form permintaan

    terdiri dari tiga bagian yaitu bagian permintaan, hasil dan form

    pembayaran. Form permintaan manual mengalami penurunan setelah

    adanya form pemintaan terkomputerisasi. Namun form permintaan manual

    tetap digunakan sebagai cadangan jika sistem komputer mengalami

    kerusakan. 20

  • 18

    4. Volume sampel yang tidak sesuai

    Volume sampel yang tidak sesuai merupakan salah satu kesalahan

    pengumpulan sampel yang paling sering terjadi. Sebagai aturan dasar,

    harus selalu mengambil darah sebanyak 2.5 kali dari yang diperlukan

    untuk pemeriksaan guna menjamin kecukupan sampel. Sebagai contoh,

    jika dibutuhkan 1 ml serum darah maka harus dikumpulkan paling sedikit

    2,5ml whole blood. Volume darah yang diambil juga harus sesuai dengan

    ratio antikoagulan yang ada di dalam tabung. Contohnya, pada tabung

    bertutup biru muda yang mengandung sitrat, jika volume darah yang diisi

    ke dalam tabung berkurang maka akan menyebabkan ratio darah:sitrat

    menjadi meningkat, sehingga tidak dapat dilakukan pemeriksaan. Begitu

    pula pada tabung dengan penambahan oksalat, volume darah harus tepat.

    Kelebihan oksalat pada sampel dapat menyebabkan hemolisis akibat

    keluarnya hemoglobin ke dalam plasma.18,20

    5. Hemolisis

    Hemolisis terjadi ketika sel darah merah rusak selama pengumpulan

    sampel yang mengakibatkan hemoglobin dan komponen lain intraseluler

    keluar ke dalam serum atau plasma. Spesimen dengan hemolisis juga bisa

    didapatkan pada pasien dengan anemia hemolitik, penyakit hepar atau

    pada reaksi transfusi, tetapi sebagian besar sampel dengan hemolisis

    adalah hasil dari kesalahan dalam pengumpulan dan penanganan

    spesimen,. Hemolisis dapat menginterferensi beberapa pemeriksaan

    laboratorium dengan peningkatan kadar ammonia, katekolamin, creatinin

    kinase dan enzim lainnya, besi, magnesium, fosfat, dan natrium.9,16,20

  • 19

    HASIL TES YANG DIPENGARUHI OLEH HEMOLISIS

    Sangat

    berpengaruh

    Berpengaruh Sedang Berpengaruh Ringan

    Potasium

    LDH

    SGOT

    Hitung darah

    lengkap

    Serum Fe

    SGPT

    Tirosin (T4)

    Fosfat

    Protein total

    Albumin

    Magnesium

    Kalsium

    Asam fosfat

    Tabel 2. Tes Laboratorium Yang Dipengaruhi Hemolisis16

    Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya hemolisis : 9,16,20,21

    Mengambil darah pada daerah yang hematom atau pada vena dengan

    hematom.

    Tidak menghapus tetesan darah kapiler yang pertama, dimana masih

    dimungkinkan adanya sisa alkohol.

    Melakukan aspirasi terlalu kuat.

    Pencampuran darah dengan antikoagulan yang terlalu bersemangat,

    apalagi dengan dilakukan pengocokan.

    Menggunakan spuit ukuran 23 atau lebih besar

    Adanya udara di sekitar jarum ketika sampling

    Hilangnya daya vakum di dalam tabung

    Pengambilan sampling yang susah

    Sebelum disentrifugasi sampel tidak membeku sempurna

    Sentrifugasi sampel yang terlalu lama

    Saat transpor spesimen tidak diletakkan secara vertikal

    Transport sampel yang kasar.

    Menggunakan tabung bervolume besar dengan jarum yang

    berdiameter kecil

  • 20

    Gambar 3. Sampel serum normal, sampel serum dengan

    hemolisis ringan, sampel serum dengan hemolisis.

    6. Lipemia

    Lipemia adalah kekeruhan serum atau plasma yang disebabkan

    oleh peningkatan konsentrasi lipoprotein dan dapat terlihat dengan mata

    telanjang. Tempat penampungan sampel yang transparan diperlukan untuk

    mendeteksi adanya lipemia. Deteksi visual lipemia juga ditentukan oleh

    jenis lipoprotein yang meningkat pada sampel. Koagulasi setelah proses

    sentrifugasi sample serum pada pasien yang mendapatkan heparin juga

    dapat mengakibatkan kekeruhan.22

    Lipemia dapat diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi

    trigliserida pada plasma atau serum. Hal ini dapat diakibatkan oleh asupan

    makanan, gangguan metabolisme lipid atau pemberian lemak lewat infus.

    Setelah absorbsi intestinal trigliserida berada di plasma dalam bentuk

    kilomikron dan sisa metabolik dalam kurun waktu 6-12 jam. Satu hingga

    empat jam setelah asupan menu sarapan amerika atau kontinental kadar

    trigliserida plasma akan meningkat signifikan. Karena hal tersebut pasien

    diminta untuk puasa sebelum dilakukan pemerikaan. Hypertrigliceridemia

  • 21

    akibat gangguan metabolik sering tidak dapat dibedakan dengan kondisi

    serupa yang diakibatkan oleh infus lemak, cold aglutinin atau monoclonal

    imunoglobulin.22

    Ada beberapa cara untuk mengidentifikasi adanya sampel lipemia.

    Di dalam sampel whole blood konsentrasi trigliserida diatas 1000mg/dL

    (113 mmol/L) menyebabkan kekeruhan yang dapat dideteksi dengan

    penglihatan manual. Lipemia dalam plasma atau serum secara visual dapat

    dilihat pada kadar trigliserida di atas 300mg/dL (>3,4 mmol/L). Tingkat

    kekeruhan sampel plasma atau serum diukur pada panjang gelombang

    diatas 600 nm (ex: 660/700nm). Tes hematologi bisa dipengaruhi oleh

    keadaan lipemia. Sebagai contoh konsentrasi hemoglobin rupanya

    ditingkatkan oleh light scattering. Kekeruhan dideteksi oleh analisis

    spektofotometri. Hasil sampel yang telah disentrifuge dari pasien yang

    sama yang diambil pada waktu yang sama dapat digunakan sebagai

    pembanding.22

    7. Ikterik

    Bilirubin terdapat di dalam plasma sebagai molekul bebas dan

    berikatan dengan albumin. Disamping itu bilirubin yang larut dalam air

    terdapat sebagai mono dan di glukoronidase. Studi tentang interferensi

    bilirubin berdasarkan pada penelitian tentang bilirubin bebas atau di-

    taurobilirubin larut air yang ditambahkan pada serum. Dalam kondisi

    tertentu interferensi molekul bilirubin berbeda secara kualitas maupun

    kuantitas. Bilirubin terkonjugasi akan tampak di urin ketika ditemukan

    peningkatan bilirubin di dalam darah. Pada pasien dengan

    proteinuriabilrubin yang berikatan dengan albumin juga dapat dideteksi di

    urin. Setelah perdarahan intra cerebral, bilirubin bebas (tidak terkonjugasi)

    menyebabkan xantochromia pada cairan cerebrospinal. Pada peningkatan

    permeabilitas dari blood brain barrier, bilirubin yang berikatan albumin

    dapat terdeteksi di dalam cairan serebrospinal.22

  • 22

    Inspeksi visual sampel plasma atau serum untuk mendeteksi

    hiperbilirubinemia seringnya tidak cukup sensitif. Hiperbilirubinemia

    secara langsung terdeteksi di dalam sampel terdilusi yang diukur pada

    panjang gelombang 450-575nm. Prosedur langsung pengukuran bilirubin

    hanya diaplikasikan untuk menentukan hiperbilirubinemia pada bayi baru

    lahir. Pada nutrisi carotine atau carotinoid, konsentrasi bilirubin dengan

    pengukuran secara langsung ditaksir terlalu tinggi.22

    8. Sampel yang terkontaminasi

    Kontaminasi sampel mempengaruhi integritas spesimen yang

    nantinya akan mempengaruhi hasil pemeriksaaan. Petugas laboratorium

    mungkin tidak menyadari bahwa telah terjadi kontaminasi pada sampel.

    Akibatnya hasil tes laboratorium menjadi tidak valid sehingga berdampak

    tidak baik untuk pasien. Tekhnik pengumpulan sampel yang tidak tepat

    dapat menyebabkan kontaminasi sampel, antara lain : 16,20

    Melakukan pengambilan darah dari area yang mengalami edema,

    hematom atau dari tangan yang dilalui infus intravena.

    Memindahkan antikoagulan dari tabung satu ke tabung yang lainnya.

    Alkohol, sidik jari, serbuk sarung tangan, bedak bayi atau urin dari

    popok yang basah dapat mengkontaminasi spesimen skreening bayi

    baru lahir sehingga spesimen tertolak. Serbuk sarung tangan pada

    slide darah atau spesimen dapat mengakibatkan kesalahan intepretasi

    hasil. Serbuk yang mengandung kalsium dapat mempengaruhi hasil

    pemeriksaan kalsium.

    Tetesan keringat yang tidak disengaja dalam tabung spesimen kapiler

    atau spesimen lain. Kandungan garam dalam keringat dapat

    mempengaruhi kadar sodium dan klorida

    Menggunanakan antiseptik yang benar namun dengan cara yang salah.

    Sebagai contoh, membersihkan botol kultur darah dari bagian atas,

    menyentuh permukaan botol setelah dibersihkan, atau memasukkan

    jarum sebelum antiseptik pada tutup botol mengering (bekas antiseptik

  • 23

    pada media kultur dapat menghambat pertumbuhan bakteri sehingga

    mengakibatkan hasil negatif palsu).

    Melakukan tusukan kapiler sebelum alkohol kering dapat

    megakibatkan hemolisis sehingga didapatkan hasil yang tidak akurat.

    Menggunakan antiseptik yang tidak tepat. Sebagai contoh,

    menggunakan alkohol untuk membersihkan lokasi pengambilan

    spesimen dengan alkohol dapat mengakibatkan kontaminasi pada

    spesimen ethanol (alkohol darah). Menggunakan povidone iodine

    (misal betadine) untuk membersihkan lokasi pengambilan spesimen

    dapat mengakibatkan kontaminasi spesimen sehingga didapatkan hasil

    asam urat, fosfat dan potasium yang sangat tinggi.

    9. Sampel yang menggumpal pada tabung dengan antikoagulan

    Pada pemakaian tabung dengan antikoagulan, misalnya tabung

    bertutup ungu atau biru, sampel darah harus segera dicampur agar

    mencegah terjadinya bekuan. Sampel yang sudah menjadi bekuan tidak

    layak untuk dilakukan pemeriksaan. 18

    10. Tabung sampel kadaluarsa

    Pemakaian tabung yang kadaluarsa tidak disarankan, karena pada

    tabung yang kadaluarsa bisa terjadi kehilangan daya vakum dan penurunan

    fungsi dari zat antikoagulan.18

    11. Sampel dengan antikoagulan yang tidak sesuai dengan pemeriksaan yang

    akan dilakukan

    Sampel dengan antikoagulan yang tidak sesuai dengan

    pemeriksaan yang akan dilakukan biasanya disebabkan oleh pemilihan

    tabung sampel yang tidak tepat. Banyak kasus-kasus seperti ini yang

    berasal dari sapling di ruangan karena biasanya sampling tidak dilakukan

  • 24

    oleh petugas laboratorium. Sampel yang dimasukkan ke dalam tabung

    yang tidak sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, dapat

    menyebabkan hasil laboratorium menjadi tidak valid. 9,20

    12. Sampel BGA Yang Tidak Sesuai

    BGA (Blood Gas Analysis) biasanya dilakukan untuk mengkaji

    gangguan keseimbangan asam basa dalam tubuh, kadar oksigenasi dalam

    darah, kadar karbondioksida dalam darah yang disebabkan oleh gangguan

    pernafasan dan/atau gangguan metabolik.9,14

    Keterampilan dalam pengambilan darah arteri sangat menentukan

    sekali terhadap akurasi hasil, dan sekaligus menentukan dampak

    komplikasi yang ditimbulkan. Hal ini tentunya tergantung dari berapa kali

    seorang analis/ perawat sudah pernah mengambil darah arteri BGA

    (pengalaman), pengetahuan terhadap komplikasi yang bisa ditimbulkan

    dari pengambilan darah arteri yang tidak tepat, pemahaman terhadap

    protap pengambilan darah arteri BGA, dan kondisi vaskularisasi pasien,

    apakah masih bagus vaskularisasinya atau sudah kolaps.

    Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan BGA :

    Gelembung udara

    Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam

    sampel darah maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila

    tekanan oksigen sampel darah kurang dari 158 mmHg, maka

    hasilnya akan meningkat.

    Antikoagulan

    Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung.

    Pemberian heparin yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2,

    sedangkan pH tidak terpengaruh karena efek penurunan

    CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.

  • 25

    Metabolisme

    Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai

    jaringan hidup, ia membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2.

    Oleh karena itu, sebaiknya sampel diperiksa dalam 20 menit setelah

    pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa, dapat disimpan

    dalam kamar pendingin beberapa jam.

    Suhu

    Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan

    tingginya PO2 dan PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.

    Nilai

    Nilai pH darah yang abnormal disebut asidosis atau alkalosis

    sedangkan nilai PCO2 yang abnormal terjadi pada keadaan hipo atau

    hiperventilasi. Hubungan antara tekanan dan saturasi oksigen

    merupakan faktor yang penting pada nilai oksigenasi darah

    13. Gagalnya pembekuan pada sampel serum

    Tabung yang berisi spesimen serum sebaiknya dibiarkan membeku

    terlebih dahulu sebelum dilakukan sentrifugasi. Pembekuan sempurna

    terjadi dalam waktu 30-60 menit pada suhu kamar (20-25 C). Pembekuan

    yang memanjang bisa terjadi pada pasien dengan terapi antikoagulan atau

    pada spesimen yang didinginkan.18

    14. Ratio darah-antikoagulan yang tidak sesuai pada tabung bertutup biru

    muda

    Menurunnya ratio darah-antikoagulan pada tabung bertutup biru

    akan mempengaruhi akurasi pemeriksaan Protrombin (PT) dan Partial

    Tromboplastin Time (PTT) serta tes koagulasi lainnya. Darah yang diisi

    tidak mencapai level maksmimum pada tabung koagulasi tidak boleh

    diperiksa, karena akan mengakibatkan ratio darah:sitrat menjadi tidak

    akurat untuk pemeriksaan laboratorium. 18,21

  • 26

    15. Sentrifugasi sampel yang tidak tepat

    Sentrifugasi pada sampel harus dilakukan sesuai dengan kecepatan

    dan lama waktu yang direkomendasikan untuk masing-masing sampel.

    Sentrifugasi yang dilakukan pada kecepatan yang lebih tinggi dari yang

    direkomendasikan bisa menyebabkan sampel menjadi hemolisis.16

    16. Transportasi dan penyimpanan sampel yang tidak sesuai prosedur

    Transportasi dan penyimpanan sampel yang tidak sesuai prosedur

    dapat menjadi sumber penyebab tidak layaknya sampel dilakukan

    pemeriksaan. Merupakan hal yang penting untuk melakukan penanganan

    dan transportasi sampel secara hati-hati. Penanganan yang kasar dan

    agitasi dapat menyebabkan sampel menjadi hemolisis, mengaktifkan

    faktor pembekuan, dan mempengaruhi hasil tes koagulasi. Tabung sampel

    seharusnya ditransportasikan dalam posisi vertikal dengan tutup stopper

    berada di atas untuk mengurangi agitasi, mencegah terbentuknya bekuan

    pada tabung serum dan mencegah kontak antara isi tabung dengan stopper

    tabung. Darah yang terkena kontak dengan stopper dapat menjadi sumber

    kontaminasi kuman. Tabung sampel darah ditempatkan dalam kantong

    plastik selama transportasi. CLSI dan OSHA guideline merekomendasikan

    tempat transportasi sampel memiliki logo biohazard, kedap cairan, dan

    mempunyai kantong untuk meletakkan slip permintaan.20

  • 27

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1 CONTOH KASUS

    Berikut ini akan disajikan beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan

    sampel yang tidak memenuhi standar pemeriksaan.

    Kasus #1 23

    Ditemukan dari hasil pemeriksaan laboratorium, haemoglobin (Hb)

    seorang pasien adalah 6 gr/dl. Tetapi ketika darah pasien tersebut diperiksa

    pada sediaan apus darah tepi (SADT) menunjukkan keadaan sel darah merah

    yang normositik normokromik. Kondisi klinis pasien juga tidak menunjukkan

    gejala klinis anemia. Ketika dilakukan pemeriksaan darah ulang pada pasien

    tersebut, ditemukan hasil laboratorium Hb 12 gr/dl. Setelah ditelusuri,

    ternyata sampel darah yang pertama diambil dari vena yang terpasang infus

    larutan salin yang menyebabkan terjadinya dilusi pada sampel darah yang

    akan diperiksa. Hal yang sama akan terjadi jika pasien dipasang infus yang

    mengandung dekstrose, maka akan ditemukan hasil pemeriksaan

    laboratorium berupa tingginya kadar gula darah pasien. Oleh karena itu,

    sampel darah seharusnya tidak boleh diambil dari vena pada lengan yang

    terpasang infus.

    Kasus #2 23

    Hemolisis merupakan salah satu kesalahan pre analitik yang sering

    terjadi. Hemolisis dapat mempengaruhi berbagai macam tes akibat adanya

    pelepasan komponen eritrosit. Warna kemerahan dari serum atau plasma juga

    dapat mempengaruhi pemeriksaan yang lain. Sebagai contoh kasus, suatu

    ketika laboratorium menerima tiga spesimen darah dari pasien yang berada

    dalam tiga tempat berbeda; dalam tabung yang berisi natrium florida, tabung

    yang berisi oksalat dan dalam sebuah spuit tanpa diberi antikoagulan. Di

    antara ketiga sampel darah tersebut, darah dalam tabung yang berisi florida

  • 28

    dan oksalat mengalami hemolisis, sedangkan darah di dalam spuit tidak

    mengalami hemolisis. Hal ini cukup mengejutkan, karena pada awalnya darah

    berasal dari spuit yang sama, sebagian dituang dalam tabung oksalat,

    sebagian dalam tabung florida dan sisanya tetap berada di dalam spuit.

    Namun yang mengalami hemolisis hanya yang berada di dalam tabung saja,

    baik tabung oksalat maupun tabung florida. Hemolisis yang terjadi tersebut

    kemungkinan disebabkan oleh 3 sebab :

    1. Pengocokan darah dan antikoagulan di dalam tabung yang terlalu keras

    sehingga menyebabkan pecahnya sel darah merah.

    2. Darah dimasukkan ke dalam tabung melalui lubang jarum tanpa

    melepasnya dari spuit, dengan tekanan yang tinggi sampai menyebabkan

    timbulnya busa dalam tabung.

    3. Adanya kelembapan atau kontaminan di dalam tabung.

    Alasan nomer tiga memiliki kemungkinan paling kecil karena tabung

    dipersiapkan dalam laboratorium dengan persiapan khusus. Saat ditelusuri

    ternyata ditemukan bahwa darah dituangkan ke dalam tabung melalui jarum

    tanpa melepasnya dari spuit. Hal inilah yang menyebabkan darah di dalam

    tabung menjadi hemolisis. Terdapat beberapa alasan lain yang menjadi

    penyebab hemolisis selain dari apa yang telah disebutkan sebelumnya :

    1. Menarik bagian belakang spuit terlalu kuat saat pengambilan darah.

    2. Terkadang saat penusukan vena tidak tepat posisi, jarum dan spuit yang

    sama digunakan kembali tidak terlihat adanya darah dari penusukan

    sebelumnya.

    3. Pemasangan tourniquet yang terlalu lama.

    4. Darah yang diambil dari cateter intravena.

    5. Kontak yang terlalu lama antara serum atau plasma dengan sel.

    Beberapa tahun terakhir, fakta menunjukkan bahwa terjadi penurunan

    signifikan untuk kejadian hemolisis terhadap darah yang diambil dengan

    menggunakan tabung vacutainer dibandingkan dengan pengambilan darah

    menggunakan jarum dan spuit yang dialirkan manual ke dalam tabung biasa.

  • 29

    Kasus #3 23

    Pada seorang pasien ditemukan kadar kalium serum 18 mmol/L dan

    natrium serum 210 mmol/L. Karena kecurigaan adanya kesalahan, diambil

    kembali sampel ulang dari pasien yang sama, didapatkan hasil laboratarium

    natrium dan kalium dalam batas normal. Ketika perawat yang

    mengumpulkan sampel pertama ditanya tentang bagaimana cara

    mengumpulkan sampel tersebut, ternyata perawat tersebut secara tidak

    sengaja menuangkan darah dari spuit ke dalam tabung yang berisi

    antikoagulan natrium klorida dan kalium oksalat. Kemudian dia segera

    memasukkan kembali darah tersebut ke dalam spuit dan mengirimnya ke

    laboratorium. Perawat tersebut tidak menyadari bahwa antikoagulan dapat

    tercampur dengan cepat. Hal ini mengakibatkan tinginya kadar natrium dan

    kalium pada pemeriksaan darah yang pertama.

    Beberapa hal yang dapat menyebabkan terjadinya keadaan

    pseudohyperkalemia adalah :

    1. Mengepalkan tangan berulang-ulang selama dipasang torniquet.

    2. Lisisnya leukosit dan trombosit pada sampel dengan lekositosis dan

    trombositosis. Hal inilah yang menjadi penyebab tingginya kadar

    natrium dalam serum dibandingkan di dalam plasma akibat lisisnya

    unsur-unsur seluler selama proses pembekuan.

    3. Penyimpanan bekuan darah di dalam refrigerator menyebabkan

    terhambatnya pompa Na-K-ATPase, sehingga menyebabkan keluarnya

    kalium dari sel ke serum dan masuknya natrium ke dalam sel dari serum.

    Hal ini menghasilkan keadaan hiperkalemia dan hiponatremia.

    4. Akan terjadi peningkatan palsu kalium di dalam serum/plasma apabila

    darah dikumpulkan ke dalam vacutainer non additive/heparinised setelah

    terlebih dahulu dimasukkan ke dalam EDTA-K3 atau K-oksalat-

    flourida.

  • 30

    Kasus #4 23

    Pada pengumpulan darah yang diberi heparin, penting untuk

    memperhatikan jumlah heparin yang digunakan. Sebagai contoh, seorang

    pasien yang sehat dengan permintaan pengukuran kadar serum elektrolit

    dilakukan pengambilan darah. Ketika dilakukan pemeriksaan kadar natrium

    dan kalium plasma, ditemukan bahwa kedua parameter kalium dan natrium

    nilainya dibawah batas normal. Hal tersebut cukup mengejutkan, karena

    subjek pemeriksaan adalah individu sehat, rutin melakukan kontrol jantung

    dan tidak sedang dalam pengobatan yang mungkin akan mempengaruhi

    kadar elektrolit tubuh. Kemudian dilakukan pengulangan tes pada sampel

    yang sama, dan didapatkan hasil yang tetap sama. Sayangnya pada pasien

    tersebut tidak dapat dilakukan sampel ulang. Kemudian ditanyakan kepada

    petugas sampling bagaimana cara pengambilan sampel pada pasien tersebut.

    Petugas mengatakan bahwa dia telah mengambil 0.5ml heparin dalam spuit

    tetapi darah yang diambil kurang dari 1 ml. Jadi, adanya dilusi darah dengan

    heparin dapat menyebabkan rendahnya kadar elektrolit.

    Jumlah heparin yang benar adalah 20-50 U/ml darah tetapi 12-30 U/ml

    juga sudah memuaskan. Bagaimanapun, jika jumlah heparin yang digunakan

    melebihi jumlah yang dibutuhkan maka kadar kalsium yang terionisasi

    menjadi lebih rendah karena efek heparin terhadap ionisasi kalsium.

    3.2 HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN UNTUK

    MENDAPATKAN SAMPEL YANG BAIK

    Dari beberapa contoh kasus yang telah dijabarkan pada sub bab

    sebelumnya. Maka didapatkan fakta bahwa sampel laboratorium merupakan

    faktor penting yang akan menentukan baik-buruk dan valid tidaknya sebuah

    hasil pemeriksaan laboratorium.9,14

    Kriteria sampel yang masuk ke dalam

    laboratorium sebaiknya adalah sampel yang baik dan memenuhi standar

    minimal sampel uji laboratorium.3,9,14

    Namun, hal ini seringkali tidak menjadi

    perhatian yang serius di kalangan petugas laboratorium. Apalagi jika proses

    pengambilan sampel dilakukan oleh pihak lain, seperti misalnya perawat.

  • 31

    Minimnya informasi mengenai pengaruh sampling terhadap hasil

    pemeriksaan laboratorium menyebabkan para petugas sampling kurang hati-

    hati atau bahkan tidak mengikuti prosedur pengambilan spesimen yang benar.

    Oleh karena itu, seringkali dijumpai komplain dari pengguna jasa

    laboratorium (misalnya dokter/klinisi) akibat tidak sesuainya hasil

    pemeriksaan laboratorium dengan kondisi klinis atau penyakit pasien.2,3

    Pengambilan spesimen merupakan salah satu dari rangkaian proses

    yang dilakukan sebelum melakukan pemeriksan laboratorium. Supaya

    spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan

    spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar.2,3

    Terdapat

    beberapa hal yang harus mendapat perhatian dalam pengambilan dan

    penanganan sampel agar diperoleh sampel yang baik untuk dilakukan

    pemeriksaan laboratorium, diantaranya :2,3,9,14,20,24

    a. Identifikasi dan Labelisasi.

    Identifikasi dan pelabelan spesimen merupakan tahapan yang

    penting dalam analisis laboratorium. Tahapan tersebut perlu dilaksanakan

    dengan baik agar tidak terjadi kesalahan berupa salah pasien, salah lokasi

    pengambilan spesimen, atau ketidak sesuaian antara form permintaan

    dengan spesimen. Jika akan dilakukan pengumpulan spesimen pada lebih

    dari satu pasien maka lember permintaan dan label sampel harus terpisah

    untuk tiap pasien. Lembar permintaan harus mencantumkan data-data

    sebagai berikut:16,20

    Nama lengkap pasien

    Nomer identifikasi pasien

    Alamat pasien

    Jenis spesimen yang diminta

    Tanggal dan jam dibuatnya lembar permintaan

    Jumlah atau volume spesimen yang diminta

    Tanggal lahir pasien

    Diagnosis sementara

  • 32

    Prioritas

    Riwayat transfusi

    Catatan khusus

    Nama dokter yang meminta

    Petugas sampling sebaiknya memastikan gelang identifikasi sudah

    terpasang pada pasien.

    Sebelum pengambilan sampel, konfirmasi verbal dari pasien harus

    didapatkan. Konfirmasi verbal dapat dilakukan dengan pertanyaan

    terbuka dengan menanyakan nama pasien dan tanggal lahir. Jika pasien

    tidak dapat berkomunikasi, maka sebaiknya diminta kepada keluarga

    untuk dilakukan konfirmasi identifikasi verbal.

    Selanjutnya, dilakukan perbandingkan antara nama dan nomer

    identifikasi pasien pada gelang dengan informasi yang tertera pada

    lembar permintaan dan label spesimen. Setiap ketidaksesuaian antara

    data tersebut diatas harus diverivikasi terlebih dahulu sebelum

    melakukan pengambilan spesimen. Kemudian setelah pengambilan

    sampel dan sebelum meninggalkan pasien harus dilakukan pelabelan

    spesimen segera. Label tulis tangan harus ditulis dengan tinta permanen.

    Informasi yang harus tercantum pada label antara lain nama pasien,

    nomer identifikasi, tanggal pengambilan sampel dan nama/inisial

    pengambil sampel. Sebelum sebelum meninggalkan pasien, harus

    dilakukan pengecekan dan memastikan informasi pada label spesimen

    dan gelang identifikasi pasien sama. Dan untuk setiap pengambilan

    sampel harus melakukan dokumentasi tertulis.

    b. Persiapan Pasien.

    Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan

    dan tidak boleh dilakukan sebelum dilakukan pengambilan spesimen,

    seperti : 2,15,20

    o Persiapan secara umum : puasa selama 8-10 jam sebelum

    pengambilan spesimen (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa,

  • 33

    profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas fisik yang berat,

    tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.

    o Jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan dan kemungkinan

    resiko dari pengambilan spesimen tersebut.

    o Aktivitas fisik pasien sesaat sebelum dilakukan sampling

    berpengaruh terhadap hasil pemeriksaan. Pasien yang melakukan

    olah raga atau aktivitas fisik yang berat dapat menyebabkan

    temuan palsu terutama pada pemeriksaan enzim.

    c. Peralatan Sampling.

    Sebelum melakukan sampling, petugas harus memastikan semua

    peralatan sampling telah disiapkan dengan benar. Semua peralatan

    sampling sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut : 2,3

    o bersih

    o kering

    o tidak mengandung detergent atau bahan kimia

    o terbuat dari bahan yang tidak mengubah zat-zat dalam spesimen

    o steril, apalagi jika spesimen akan diperiksa biakan (kultur) kuman

    o sekali pakai buang (disposable)

    o wadah spesimen tidak retak atau pecah, mudah dibuka atau ditutup

    rapat, besar/ukurannya sesuai dengan volume spesimen yang akan

    diambil.

    d. Jenis Spesimen.

    Spesimen yang diambil seharusnya disesuaikan dengan jenis

    pemeriksaan yang akan dilakukan. Sampel yang dipergunakan dalam

    pemeriksaan laboratorium darah ada 3 macam, antara lain : darah utuh

    (whole blood), plasma, dan serum.20,24

  • 34

    e. Volume Spesimen.

    Volume sampel harus mencukupi untuk tiap jenis pemeriksan.

    Jumlah sampel yang ditetapkan untuk tujuan diagnostik laboratorium

    adalah sebagai berikut:24

    a. volume sampel analitik (Vol a)

    b. dead space volume analitik (Da), diukur sebagai ml plasma/serum

    c. dead space volume dari tabung sampel primer (Dp), diukur sebagai

    ml darah

    d. dead space volume dari tabung sampel sekunder (Ds), diukur sebagai

    ml plasma/serum.

    e. Jumlah (N) sampel yang dibutuhkan untuk analisis ulang dan tes

    follow up tambahan

    Berdasarkan asumsi bahwa plasma/serum adalah 50% volume total

    whole blood. Maka total volume darah yang dibutuhkan dapat dihitung

    sebagai berikut :

    Vol b = 2x [N x (Vol a + Da) + Ds] + Dp

    Rekomendasi berikut dibuat untuk sampel dengan volume yang tidak

    mencukupi untuk analisis misal volume hematokrit 0,5 dan diperlukan

    pengulangan dan folow up pemeriksaan laboratorium, 4 x volume sampel

    analitik dibutuhkan ketika akan menggunakan serum atau plasma.

    Berikut adalah standar volume darah yang diperlukan untuk analisis

    menggunakan sistem analitik lanjut. Volume ini dapat mencukupui pada

    95 % kasus guna mendapatkan hasil pemeriksaan laboratorium seperti

    yang diinginkan: 24

    Kimia klinik : 4-5 mL (ketika menggunakan heparin : 3-4 mL)

    Hematologi : 2-3 mL darah denga EDTA

    Koagulasi : 2-3 mL darah dengan sitrat

    Immunoassay termasuk protein : 1 mL whole blood untuk 3-4

    pemeriksaan immunoassay

    Erythrocyte Sedimentation Rate : 2-3 mL darah dengan sitrat

  • 35

    Analisa gas darah : sampel kapiler 50 l, sampel arteri dan vena : 1

    mL darah heparin

    Form permintaan untuk analisa laboratorium harus terdapat

    informasi yang jelas mengenai sampel yang diperlukan, volume dan

    tabung. Tabung dengan ukuran yang seragam (misal 4-5 mL) dengan

    volume pengisian yang berbeda harus digunakan. Panjang tabung

    minimal 4 x diameter. Tabung ukuran 13 x 75 mm dapat memenuhi

    kriteria tersebut.24

    f. Kondisi Spesimen.

    Spesimen harus layak untuk diperiksa, tidak mengalami kerusakan

    seperti tidak hemolisis, tidak beku atau mengandung bekuan (jika

    digunakan untuk pemeriksaan hematologi), tidak ikterik, tidak lipemik,

    tidak berubah warna, segar/tidak kadaluwarsa dan steril (terutama untuk

    pemeriksaan bakteriologi).2,3

    g. Antikoagulan

    Antikoagulan adalah bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

    penggumpalan darah dengan cara mengikat kalsium atau dengan

    menghambat pembentukan trombin yang diperlukan untuk mengkonversi

    fibrinogen menjadi fibrin dalam proses pembekuan . Jika tes

    membutuhkan darah atau plasma, spesimen harus dikumpulkan dalam

    sebuah tabung yang berisi antikoagulan. Spesimen-antikoagulan harus

    dicampur segera setelah pengambilan spesimen untuk mencegah

    pembentukan microclot. Pencampuran yang lembut sangat penting untuk

    mencegah hemolisis. Pemilihan antikoagulan harus sesuai dengan jenis

    pemeriksaan dan takaran volumenya harus tepat.16,20

  • 36

    Tabel 3 . Beberapa tes laboratorium yang dapat dipengaruhi oleh

    antikoagulan16

    h. Penampungan Spesimen Darah Pada Tabung Yang Tepat

    Beberapa jenis tabung sampel darah yang digunakan dalam praktek

    laboratorium klinik adalah sebagai berikut :16,20

    Tabung tutup merah. Tabung ini tanpa penambahan zat additive,

    darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan.

    Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi,

    serologi dan bank darah (crossmatching test)

    Tabung tutup kuning. Tabung ini berisi gel separator (serum

    separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel

    darah. Setelah pemusingan, serum akan berada di bagian atas gel dan

  • 37

    sel darah berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk

    pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi

    Tabung tutup hijau terang. Tabung ini berisi gel separator (plasma

    separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Setelah

    pemusingan, plasma akan berada di bagian atas gel dan sel darah

    berada di bawah gel. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia

    darah.

    Tabung tutup ungu atau lavender. Tabung ini berisi EDTA.

    Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank

    darah (crossmatch)

    Tabung tutup biru. Tabung ini berisi natrium sitrat. Umumnya

    digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)

    Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium heparin,

    umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit,

    kimia darah.

    Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas

    logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink,

    copper, mercury) dan toksikologi.

    Tabung tutup abu-abu terang. Tabung ini berisi natrium fluoride

    dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

    Tabung tutup hitam ; berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk

    pemeriksaan LED (ESR).

    Tabung tutup pink ; berisi potassium EDTA, digunakan untuk

    pemeriksaan imunohematologi.

    Tabung tutup putih ; potassium EDTA, digunakan untuk

    pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.

    Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas ; berisi

    media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi aerob,

    anaerob dan jamur

  • 38

    Tabel 4. Klasifikasi tabung darah22

    i. Lokasi Pengambilan Spesimen.

    Sebelum melakukan sampling, harus dipastikan terlebih dahulu

    lokasi pengambilan sesuai dengan jenis spesimen yang diperlukan.8,15

    Sebagai contoh :

    o Darah vena umumnya diambil dari vena median cubiti pada daerah

    lengan di lipatan siku bagian dalam. Vena ini besar, cukup terlihat,

    paling sedikit sakit dan kecil kemungkinan memarnya.

    o Darah arteri umumnya diambil dari arteri radialis di daerah

    pergelangan tangan.

    o Darah kapiler diambil dari ujung jari tangan, yaitu jari tengah atau

    jari manis. Pada bayi diambil pada tumit 1/3 bagian tepi telapak

    kaki.

    o Lokasi pengambilan spesimen tidak boleh terdapat luka,

    hematoma, infeksi, dan oedema. Selain tidak dilakukan pada

  • 39

    tempat-tempat tersebut, juga tidak boleh dilakukan pada daerah

    dimana sedang ditransfusikan atau dipasang intravena lines (infus).

    Gambar 5. Lokasi phlebotomi

    j. Waktu Pengambilan Spesimen.

    Waktu yang terbaik untuk pengambilan sampel adalah pagi hari

    karena waktu ini adalah yang paling ideal, dimana umumnya nilai normal

    ditetapkan pada keadaan basal.2,9,14

    k. Proses Pengambilan Spesimen

    Hal-hal yang harus diperhatikan pada pengambilan spesimen

    adalah:2,3

    1. Tehnik atau cara pengambilan. Pengambilan spesimen harus

    dilakukan dengan benar sesuai dengan standard operating procedure

    (SOP) yang ada.

    2. Cara menampung spesimen dalam wadah/penampung.

    o Seluruh sampel harus masuk ke dalam wadah (sesuai

    kapasitas), jangan ada yang menempel pada bagian luar tabung

    untuk menghindari bahaya infeksi.

  • 40

    o Wadah harus dapat ditutup rapat dan diletakkan dalam posisi

    berdiri untuk mencegah spesimen tumpah.

    o Memindahkan spesimen darah dari syringe harus

    memperhatikan hal-hal seperti berikut :

    Darah harus segera dimasukkan dalam tabung setelah

    sampling.

    Lepaskan jarum, alirkan darah lewat dinding tabung

    perlahan-lahan agar tidak terjadi hemolisis.

    Untuk pemeriksaan kultur kuman dan sensitivitas,

    pemindahan sampel ke dalam media dilakukan dengan

    cara aseptik

    Pastikan jenis antikoagulan dan volume darah yang

    ditambahkan tidak keliru.

    Homogenisasi segera darah yang menggunakan

    antikoagulan dengan lembut perlahan-lahan. Jangan

    mengkocok tabung keras-keras agar tidak hemolisis.

    l. Phlebotomi Yang Sesuai Standar. 19

    Phlebotomi yaitu pengambilan sample darah dengan cara melubangi

    pembuluh darah vena subcutis. Phlebotomis harus melaksanakan

    tugasnya dengan kompeten yaitu pada saat mengumpulkan sample darah

    harus dengan sikap trampil, aman dan dapat dipercaya. Tujuan

    phlebotomi adalah memperoleh sampel darah dalam volume yang cukup

    untuk pemeriksaan yang dibutuhkan, dengan memperhatikan pencegahan

    interferensi preanalisis, memasukkannya ke dalam tabung yang benar,

    memperhatikan keselamatan (safety), dan dengan sedikit mungkin

    menimbulkan ketidaknyamanan pada pasien.

    Berikut beberapa langkah yang dilakukan pada pelaksanaan

    plebotomi agar didapatkan sampel darah yang baik :

    1. Cuci tangan dengan metode yang benar sebelum memulai setiap

    prosedur phlebotomi.

  • 41

    2. Cek tanggal kadaluarsa tabung sebelum melanjutkan tindakan.

    Jangan gunakan tabung yang telah melewati batas kadaluarsa.

    3. Konfirmasi identitas pasien dengan memeriksa setidaknya dua

    komponen identifikasi sebelum mengumpulkan spesimen.

    4. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan termasuk resiko yang bisa

    terjadi semisal terbentuknya hematoma, nyeri dilokasi pengambilan

    sampel maupun nyeri kepala ringan. Tanyakan terlebih dahulu

    apakah pasien memiliki riwayat pingsan atau nyeri kepala hebat saat

    prosedur phlebotomy sebelumnya sehinggga langkah pencegahan

    dapat dilakukan seperlunya. Jelaskan bahwa proses pengambilan

    spesimen mungkin dilakukan lebih dari satu kali.

    5. Di meja pemeriksaan, susun semua peralatan yang dibutuhkan.

    6. Gunakan APD tambahan jika terdapat potensi kontaminasi infeksi.

    7. Posisikan pasien dalam posisi duduk nyaman dengan lengan

    diletakkan pada sandaran tangan, atau meja sehingga membentuk

    garis lurus antara bahu dan pergelangan. Lengan pasien dan siku

    harus ditopang dan hindari tekukan di bagian siku.

    8. Cek kedua lengan untuk mendapatkan vena yang lebih besar dan

    berisi.

    9. Lakukan palpasi dan telusuri jalur vena dengan jari telunjuk.

    Faktor berikut harus diperhatikan dalam memilih lokasi

    pengambilan:

    Area bekas luka yang besar

    Spesimen yang diambil dari area yang mengalami hematoma

    dapat menghasilkan hasil yang tidak valid.

    Jika tidak terdapat lokasi pengambilan lain, pengambilan spesimen

    harus dilakukan dari lokasi di distal dari hematoma.

    Pasang torniquet

    Minta pasien untuk membuka dan menutup kepalan tangan

    sehingga vena menjadi lebih menonjol.

  • 42

    Bersihkan lokasi pengambilan spesimen menggunakan swab

    alkohol dengan gerakan memutar dari tengah menuju ke perifer.

    Biarkan mengering terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya

    hemolisis dan nyeri.

    10. Tusuk bagian vena dengan posisi lubang jarum menghadap ke atas.

    Masukkan tabung ke dalam holder dan dorong sehingga jarum

    bagian posterior tertancap pada tabung, maka darah akan mengalir

    masuk ke dalam tabung. Tunggu sampai darah berhenti mengalir.

    Jika memerlukan beberapa tabung, setelah tabung pertama terisi,

    cabut dan ganti dengan tabung kedua, begitu seterusnya.

    11. Setelah mencapai volume yang dibutuhkan, tarik jarum, tutup luka

    dengan kapas. Lakukan penekanan selama 2-5 menit, pasang plester

    luka. Semua jarum bekas pakai harus dibuang pada tempat sampah

    khusus barang infeksius.

    12. Verifikasi kembali informasi pada tabung sampel dengan formulir

    permintaan.

    13. Lepas sarung tangan dan buang ditempat sampah khusus barang

    infeksius.

    14. Cuci tangan kembali.

  • 43

    Gambar 6. Peralatan phlebotomi

  • 44

    m. Penyimpanan Spesimen.

    Spesimen yang sudah diambil harus segera dikirim ke laboratorium

    untuk diperiksa karena stabilitas spesimen dapat berubah. Penyimpanan

    spesimen dilakukan jika pemeriksaan ditunda atau spesimen akan dikirim

    ke laboratorium lain. Lama penyimpanan harus memperhatikan jenis

    pemeriksaan, wadah dan stabilitasnya.

    Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas spesimen antara lain : 9,14,20

    a. Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.

    b. Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.

    c. Adanya penguapan.

    d. Pengaruh suhu.

    e. Adanya paparan sinar matahari.

    Beberapa cara penyimpanan spesimen:20

    o Disimpan pada suhu kamar.

    o Disimpan dalam lemari es suhu 2-8C.

    o Dapat diberikan bahan pengawet.

    o Penyimpanan spesimen darah sebaiknya dalam bentuk serum.

    Sampel yang belum dilakukan proses sentrifugasi harus disimpan

    pada temperatur kamar selama waktu stabilitas yang direkomendasikan.

    Setelah proses sentrifugasi, serum atau plasma harus dianalisa dalam

    waktu yang direkomendasikan untuk whole blood jika sampel disimpan

    tanpa menggunakan gel atau filter pemisah pada tabung primer. Ketika

    sampel harus dibekukan guna kepentingan penyimpanan, maka sel darah

    harus dipisahkan dari serum atau plasma. Jangan melakukan pembekuan

    whole blood sebelum atau sesudah sentrifugasi meskipun memakai gel

    polimer pemisah.22

    Dibawah ini adalah suhu yang direkomendasikan sehubungan

    dengan penanganan sampel :20

    Body temperature: 36.4C37.6C(37C rata-rata)

    Room temperature: 15C30C

    Refrigerated temperature: 2C10C

  • 45

    Frozen temperature: 20C or lower (some specimens require

    70C or lower)

    Berikut ini waktu penyimpanan spesimen dan suhu yang disarankan :

    Kimia klinik : 1 minggu dalam referigerator.

    Imunologi : 1 minggu dalam referigerator.

    Hematologi : 2 hari pada suhu kamar.

    Koagulasi : 1 hari dalam refrigerator.

    Toksikologi : 6 minggu dalam refrigerator.

    Blood grouping : 1 minggu dalam refrigerator.

    n. Prosedur Sentrifugasi16,20

    Sentrifuse (centrifuge) adalah sebuah peralatan yang sangat

    dibutuhkan dalam pemisahan partikulat padat dalam cairan. Pada

    umumnya digerakkan oleh motor listrik. Dalam sebuah laboratorium

    centrifuge berguna untuk :

    memisahkan serum

    pemeriksaan Ht(Hematokrit)

    pemeriksaan mikroskopis urine

  • 46

    Gambar 7. Micro centrifuge

    Gambar 8. General Purpose Centrifuge

    Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan centrifuge :

    1) Centrifuge harus diletakkan dalam posisi yang datar air.

    2) Bersihkan dinding bagian dalam dengan larutan antiseptic setiap

    minggu atau bila tumpahan atau ada tabung yang pecah.

    3) Gunakan tabung dengan ukuran dan type yang sesuai untuk tiap

    centrifuge.

    4) Beban harus dibuat seimbang sebelum centrifuge dijalankan.

  • 47

    5) Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang

    sebelum centrifuge dijalankan.

    6) Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada maka

    tabung mudah pecah waktu dicenrifuge karena adanya gaya

    setrifugal yang kuat menekan tabung kaca ke dasar wadah.

    Gambar 9. Sampel yang sudah disentrifuse (kiri), sampel yang belum

    disentrifuse (kanan)20

    o. Transportasi Spesimen.

    Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain, sebaiknya dikirim

    dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu diperhatikan persyaratan

    pengiriman spesimen antara lain : 9

    1. Waktu pengiriman jangan melampaui masa stabilitas spesimen.

    2. Tidak terkena sinar matahari langsung, terutama pada sampel yang

    sensitif terhadap cahaya seperti bilirubin. Lindungi sampel dengan

    kertas aluminium, wadah berwarna kuning atau sejenisnya.

    3. Tabung darah harus selalu tertutup. Menjaga tabung dalam posisi

    tertutup akan mencegah sampel dari kontaminasi luar dan mencegah

    terjadinya penguapan sampel.

  • 48

    4. Kemasan harus memenuhi syarat keamanan kerja laboratorium

    termasuk pemberian label yang bertuliskan Bahan Pemeriksaan

    Infeksius atau Bahan Pemeriksaan Berbahaya.

    5. Suhu pengiriman harus memenuhi syarat.

    6. Meletakkan tabung sampel darah secara vertikal selama transportasi

    Gambar 10. Sampel yang dilapisi kertas aluminium foil20

    3.3 PENANGANAN SAMPEL DARAH YANG TIDAK MEMENUHI

    STANDAR

    Pada bab sebelumnya, telah disebutkan beberapa hal yang menyebabkan

    sampel laboratorium menjadi tidak layak diperiksa antara lain :

    1. Sampel dengan salah identifikasi

    2. Sampel dengan order yang tidak tepat

    3. Sampel tanpa disertai form permintaan

    4. Volume sampel yang tidak sesuai

    5. Sampel hemolisis

    6. Sampel lipemia

    7. Sampel ikterik

    8. Sampel yang terkontaminasi

    9. Sampel yang menggumpal pada tabung dengan antikoagulan

    10. Tabung sampel kadaluarsa

  • 49

    11. Sampel dengan antikoagulan yang tidak sesuai dengan pemeriksaan

    yang akan dilakukan

    12. Sampel BGA yang tidak sesuai

    13. Gagalnya pembekuan pada serum

    14. Ratio darah-antikoagulan yang tidak sesuai

    15. Sentrifugasi sampel yang tidak tepat

    16. Transportasi dan penyimpanan sampel yang tidak tepat

    Beberapa keadaan tersebut jika dibiarkan tentu akan menyebabkan hasil

    laboratorium menjadi tidak valid. Sehingga ketika kita menemukan kondisi-

    kondisi di atas pada sampel yang masuk ke laboratorium, ada beberapa hal

    yang dapat dilakukan sebagai penanggung jawab laboratorium, yaitu :

    Penanganan pada sampel dengan salah identifikasi dan sampel tanpa

    disertai form permintaan.

    Spesimen setelah sampai di laboratorium harus diperiksa atau dicek

    untuk menjamin bahwa spesimen yang dikirim adalah spesimen yang

    benar dan spesimen tersebut sesuai dengan yang tercantum atau tertulis

    di formulir permintaan. Pengecekan juga dilakukan pada keterangan jika

    spesimen tersebut membutuhkan penanganan segera. Setelah

    mencocokkan spesimen petugas laboratorium harus merekam data-data

    tersebut pada buku atau komputer. 16,20

    Jika ditemukan sampel dengan salah identifikasi, bisa disebakan

    karena kesalahan labelisasi atau ketidak sesuaian antara data yang

    terdapat di form permintaan dengan data di tabung sampel, maka mutlak

    dilakukan sampel ulang. Phlebotomi harus yakin dengan identitas sampel

    yang sudah dikumpulkan adalah benar dan sesuai karena hasil yang

    dikeluarkan nantinya bisa berakibat fatal bagi pasien. 16,20

    Jika ditemukan sampel tanpa disertai form permintaan namun

    terdapat identitas yang lengkap pada tabung sampel, maka petugas

    laboratorium dapat menghubungi ruangan untuk meminta personil

    ruangan datang ke laboratorium. Petugas ruangan dapat melakukan

  • 50

    identifikasi sampel, melakukan penggantian label atau sampel jika perlu

    dan menandatangani formulir untuk menunjukkan adanya perubahan atau

    penggantian sampel atau label. Laboratorium tidak akan bertanggung

    jawab untuk pengolahan sampel tanpa identitas dan tidak disertai

    formulir permintaan.16,20

    Penanganan pada sampel dengan permintaan yang tidak tepat

    Pada kondisi ditemukannya permintaan yang tidak tepat pada

    sampel yang masuk ke laboratorium, maka petugas laboratorium harus

    mengkonfirmasi kepada klinisi atau perawat di ruangan, apakah

    kesalahan yang terjadi ada pada lembar permintaan karena klinisi kurang

    lengkap mengisi pemeriksaan yang diminta, salah melakukan pengisian

    lembar pemintaan, atau memang pada pengumpulan sampel dilakukan

    pada tabung yang tidak tepat. Jika memang karena permintaan yang tidak

    tepat maka petugas laboratorium harus melakukan konfirmasi kepada

    klinisi atau ruangan untuk memastikan permintaan tes laboratorium apa

    yang diminta untuk pasien tersebut.

    Penatalaksanaan sampel dengan volume yang tidak mencukupi

    Pada sampel dengan volume yang tidak mencukupi maka

    laboratorium harus memberitahu klinisi atau perawat ruangan untuk

    melakukan penambahan sampel. Bisa juga dilakukan sampling ulang jika

    memang diperlukan. Petugas laboratorium juga bisa meminta klinisi

    untuk membuat prioritas pemeriksaan yang disesuaikan dengan volume

    sampel yang tersedia saat itu, jika memang penambahan sampel atau

    sampel ulang tidak dapat dilakukan.20

    Penggunaan tabung vakum direkomendasikan untuk mengurangi

    kesalahan tidak mencukupinya volume dalam pengambilan sampel. Daya

    vakum pada tabung sudah diukur dengan tepat oleh pabrik agar darah

    yang masuk ke dalam tabung sesuai dengan volume yang tertera pada

    label.20

  • 51

    Penatalaksanaan sampel hemolisis

    Terkadang sampel yang baik hanya dapat diperoleh dari sampel

    non-hemolitik. Pada beberapa kasus, interferensi dapat dikurangi atau

    diabaikan menggunakan metode yang tidak sensitif terhadap hemolisis

    atau dengan perlakuan terhadap sampel. Prosedur meliputi deproteinisasi

    atau molecular seiving terkadang tidak dapat dilaksanakan karena

    banyaknya langkah yang harus dikerjakan. Prosedur ultrafiltrasi

    sebagaimana diaplikasikan dalam teknologi multi-layer film dapat

    mengurangi dampak interferensi hemolisis.24

    Tiap laboratorium harus mencatat jenis pemeriksaan yang

    dipengaruhi oleh hemolisis serta sejauh mana hemolisis tersebut

    berdampak pada tiap pemeriksaan. Prosedur penatalaksanaan sampel

    hemolitik harus tertulis dalam buku petunjuk (quality manual). Penulisan

    tersebut harus meliputi kriteria penolakan sampel untuk pemeriksaan.22

    Hemolisis pada tiap sampel harus didokumentasikan dan

    dilaporkan kepada klinisi. Ketika hemolisis terjadi pada seluruh sampel

    pasien maka wajib dicurigai adanya hemolisis invitro. Hal ini harus

    segera dilaporkan kepada klinisi untuk menentukan kemungkinan

    penyebab hemolisis atau kemungkinan penggunaan derivat sintetis

    hemoglobin.22

    Setelah perkiraan derajat hemolisis, sampel kemudian dilakukan

    analisis sesuai dengan tingkat interferensi. Hasil pengukuran dapat

    dilaporkan sebagai berikut : 22

    - Metode tidak dipengaruhi oleh hemolisis : laporkan hasil seperti

    pada sampel yang tidak mengalami hemolisis

    - Metode dipengaruhi oleh hemolisis namun dapat dihilangkan

    dengan pre-treatment : laporkan setelah dilakukan pre-treatment.

    - Metode dipengaruhi oleh hemolisis dan bermakna secara klinis:

    tidak perlu melaporkan hasil namun harus ditulis pemeriksaan

    dipengaruhi oleh hemolisis.

  • 52

    Penatalaksanaan sampel lipemik

    Kekeruhan yang tampak pada sampel harus di dokumentasikan dan

    dilaporkan. Wadah penampungan transparan digunakan untuk

    mendeteksi adanya kekeruhan. Cara yang dipakai untuk pengukuran

    sampel tertentu yang dipengaruhi oleh lipemia harus didata, metode

    untuk menghilangkan lemak dan kriteria aplikasinya juga harus

    didokumentasikan. Metode pilihan untuk menghilangkan kekeruhan

    serum dan plasma adalah sentrifugasi dengan mikrosentrifugasi 10.000g.

    Ketika dilakukan penambahan bahan kimia (e.g. polyethylene glycol, a-

    cyclodextrin), laboratorium harus memastikan bahwa metode yang

    dipake dalam pemeriksaan sampel tidak terpengaruh oeh zat penghilang

    lemak.22

    Untuk mencegah interferensi lipoprotein dalam proses pemeriksaan

    pasca asupan lemak, pasien diminta untuk puasa setidaknya 12 jam

    sebelum pengambilan sampel darah. Pada pasien yang mendapatkan

    infus lipid parenteral, jeda selama 8 jam diperlukan untuk mencegah

    interferensi kekeruhan. Jika langkah-langkah tersebut tidak dapat

    mencegah terbentuknya kekeruhan maka sebab-sebab lain harus

    dicurigai. Beberapa metode dianjurkan untuk menghilangkan lemak dari

    serum atau plasma seperti sentrifugasi yang akan menghasilkan sampel

    infranatan yang bersih. Metode lain seperti ekstraksi lemak dengan

    pelarut organik atau fluorine chlorinated hydrocarbon (ex. Frigen) dan

    presipitasi lipoprotein kaya trigliserida dengan polyanion dan

    cyclodextrin.22

    Berikut disajikan beberapa cara untuk mengurangi dan

    menghilangkan kekeruhan pada sampel lipemik: 22

    Sentrifugasi

    Sentrifugasi pada kecepatan 1000 g efektif digunakan pada

    kekeruhan yang diakibatkan oleh kilomikron. Sentrifugasi pada

  • 53

    kecepatan 12.000 g akan memisahkan serum atau lipid plasma.

    Infranatant yang jernih dipisahkan dengan hati-hati untuk analisis. Ultra

    sentrifugasi dilakukan untuk memisahkan LDL dan HDL. Disarankan

    untuk melakukan proses sentrifugasi selama 30 menit dengan kecepatan

    diatas 40.000 g. Pemisahan plasma lipemic dengan darah EDTA pada

    sampel hematologi dapat dilakukan dengan sentrifugasi dan pertukaran

    supernatan yang tidak mengandung sel dengan larutan NaCl isotonik.

    Ekstraksi dengan hidrokarbon yang terklorinasi fluorine

    Ekstraksi dengan hirokarbon yang terklorinasi dengan fluorin

    menjadi metode yang dianjurkan beberapa tahun yang lalu. Namun

    metode ini tidak lagi dipakai karena alasan lingkungan.

    Polyethylene glycol

    Sampel serum/plasma dicampur dengan polyethylene glycol 8 %

    dengan perbandingan volume 1:1. Sampel diinkubasi selama 30 menit di

    lemari pendingin kemudian dilakukan proses sentrifugasi selama 10

    menit pada suhun 4C dengan kecepatan 1000 g.

    a-cyclodextrin

    200 g alfa-cyclodextrin dilarutkan dalam 1 L air distilasi dan

    disimpan dalam lemari pendingin. Sebelum penggunaan, larutan

    cyclodextrin harus disimpan dalam ambient temperatur. Campur satu

    bagian larutan alfa-cyclodextrin dengan dua bagian serum kemudian

    lakukan proses sentrifugasi selama 1 menit dengan kecepatan 10.000g.

    Supernatan yang jernih dapat digunakan untuk analisis. Proses dilusi

    harus dipertimbangkan saat menghitung konsentrasi konstituen pada

    sampel serum asli.

  • 54

    Penatalaksanaan Sampel Ikterik

    Tingginya angka kejadian hiperbilirubinemia pada pasien dari

    departemen perawatan intensif, gastroentroentrologi, bedah atau pediatri

    mendorong pentingnya pemilihan metode pemeriksaan yang tidak rentan

    terhadap pengaruh bilirubin. Metode blanking berguna untuk

    menghilangkan interferensi spektral bilirubin.25

    Paralel blank value akan

    memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan metode dimana reagen

    ditambahkan langsung ke dalam cuvette. Metode blanking terkadang

    menjadi bagian dari prosedur analitik, contoh : metode kinetik untuk

    menentukan kadar kreatinin menurut prinsip Jaffe dengan menggunakan

    autoanalyzers.26

    Interferensi kimia merupakan reaksi analitik yang tidak dapat

    dihilangkan dengan metode blanking. K4[Fe(CN)6] dapat secara efektif

    mengeliminasi interferensi bilirubin pada metode enzimatik

    pembentukan H2O2 yang didasarkan pada reaksi tinder. Konsentrasi

    optimal komponen reaksi tinder dapat mengurangi interferensi bilirubin.

    Gabungan non ionic tensides dapat mengurangi interferensi bilirubin

    seperti dalam penentunan fosfat inorganic secara spektrofotometrik

    menggunakan phosphomolybdate.27

    Ketika kita menggunakan metode yang rentan terhadap interferensi

    bilirubin, maka laboratorium harus menentukan batas konsentrasi

    maksimal bilirubin yang tidak memberikan interferensi terhadap

    pemeriksaan (application limit). Batas konsentrasi bergantung kepada

    status pemeliharaan sistem analitik dan variabel lain. Namun, data dari

    produsen tidak selalu tersedia. Untuk penentuan application limit, 2 mL

    dari 20 mg bilirubin bebas yang dilarutkan dalam 0,1 mol/L NaOH

    dicampur dengan 20 mg di-taurobilirubin yang dilarutkan dalam 2 mL air

    terdistilasi, dilakukan dalam ruangan yang gelap. 5ml serum non ikterik

    yang ditambahkan dengan 0,1ml lar utan master untuk mempersiapkan

    konsentrasi akhir billirubin sekitar 340 mol/L (20 mg/dL). Pengenceran

    serial dilakukan dengan mencampur serum non-ikterik dengan larutan

  • 55

    master dengan kadar yang berbeda. Larutan harus digunakan dihari yang

    sama. 28

    Prosedur alternatif harus diaplikasikan untuk sampel yang memiliki

    konsentrasi bilirubin diatas application limit. Prosedur alternatif tersebut

    kadang memerlukan perlakuan awal guna menghilangkan kandungan

    bilirubin. Untuk menentukan kadar kreatinin serum menggunakan

    metode yang rentan interferensi bilirubin, sampel terlebih dahulu di

    inkubasi dengan 4,4 kU/L bilirubin oksidase selama 30 detik.29

    Namun,

    rendahnya stabilitias bilirubin oksidase membatasi penggunaan prosedur

    ini. Ultrafiltrasi serum juga digunakan untuk eliminasi interferensi

    bilirubin pada pengukuran kreatinin berdasarkan pedoman. Saat bilirubin

    berikatan dengan protein, dilakukan proses sentrifugasi terhadap serum

    dengaan centrifugable ultrafilter (cut off >> 20 kD) selama 15 menit pada

    kecapatan 2000 g. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan bilirubin

    dan memperoleh ultrafiltrat bebas protein. Efek pengurangan volume

    oleh protein mengakibatkan peningkatan 4 % nilai kreatinin pada

    ultrafiltrat.22

    Jika prosedur untuk eliminasi bilirubin tidak dapat dilakukan, maka

    prinsip analitik alternatif harus dijalankan. Prosedur imunologis untuk

    pengukuran albumin serum dapat digunakan untuk menggantikan metode

    pengikatan cat yang rentan terhadap interferensi bilirubin. 22

    Mencegah dan mengurangi kontaminasi sampel

    Agar sampel yang diambil dari pasien bebas dari kontaminasi, atau

    meminimalisir kontaminasi pada sampel, maka harus dilakukan

    pengumpulan sampel dengan tekhnik yang baik dan tepat sesuai

    prosedur. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan

    mencegah kontaminasi pada sampel :16,20

    - Mencuci tangan sebelum melakukan pengambilan sampel

    - Menggunakan antiseptik dengan tepat dan cara yang benar.

  • 56

    - Melakukan pengambilan sampel pada daerah yang tidak edema,

    tidak hematoma dan tidak terpasang infus intravena.

    - Menggunakan evacuated tube system agar sampel tidak kontak

    dengan udara luar.

    - Melakukan prosedur transportasi sampel yang benar

    Berikut ini urutan pengisian darah yang direkomendasikan untuk

    mencegah kontaminasi pada sampel, yaitu : 22

    Tabung I : tabung darah untuk kultur

    Tabung II : tabung darah untuk serum (pemeriksaan kimia klinik)

    Tabung III : tabung dengan antikoagulan EDTA, heparin, citrat

    Tabung IV : tabung dengan stabilizer tambahan (ex.penghambat

    glikolitik)

    Melakukan proses sentrifugasi yang tepat sesuai dengan yang

    direkomendasikan untuk sampel.22

    Sel darah akan terpisahkan dari plasma dengan sentrifugasi pada

    peningkatan retif centrifugal force (rcf). Rcf dan rotation perminute

    (rp