Penanganan Kasus ISPA

Embed Size (px)

Citation preview

BAB 1 Pendahuluan

Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian tersering pada anak di negara sedang berkembang. Infeksi saluran pernafasan akut ini menyebabkan empat dari 15 juta perkiraan angka kematian pada anak berusia di bawah 5 tahun pada setiap tahunnya; sebanyak dua pertiga kematian tersebut adalah bayi (khususnya bayi muda). Hasil penelitian pungsi paru di negara sedang berkembang menunjukkan bahwa kasus pneumonia berat disebabkan oleh bakteri, biasanya streptococcus pneumoniae atau haemophillus influenzae. Hal ini bertolak belakang dengan situasi di negara maju, yang penyebab utamanya adalah virus. 1.1 Penanganan kasus infeksi saluran pernafasan bawah akut untuk mengurangi kematian karena ISPA Hampir semua seluruh kematian kerena ISPA pada anak kecil disebabkan oleh Infeksi Saluran Pernafasan bawah Akut (ISPbA), paling sering adalah pneumonia. Akan tetapi, tidak semua infeksi saluran pernafasan bawah akut dapat menjadi serius; sebagai contoh, bronkhitis relatif sering terjadi dan jarang fatal. Pengalaman klinis dan studi interfensi di nagara sedang berkembang menunjukkanbahawa pengobatan dini dengan antibiotik dapat mengurangi angka kematian karena pneumonia. Banyak kematian akibat pneumonia terjadi di rumah, beberapa diantaranya setelah mengalami sakit selama beberapa hari. Kunci untuk mengurangi angka kematian karena ISPA adalah dengan memastikan adanya akses yang lebih baik pada penanganan kasus pneumonia dan melakukan penanganan kasus pneumonia tepat pada waktunya. Hal ini memerlukan perbaikan pelayanan kesehatan agar mereka dapat memberikan pengobatan awal dengan antibiotik berdasarkan pada tanda klinis yang dapat dideteksi dengan mudah. Kebanyakan kasus pneumonia dapat dideteksi dengan meggunakan suatu prosedur sederhana seperti dengan mencari adanya

pernafasan cepat dan penarikan dinding dada pada anak dengan keluhan batuk atau kesulitan bernafas. (lihat lampiran 1 dan 2). Saat ini jelas bahwa sebagian besar kasus pneumonia dan kematian pada bulan awal setelah lahir sering tidak terdeteksi. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor,termasuk sistem pelaporan kasus yang rendah karena kebiasaan adat yang melarang ibu dan bayi baru lahir untuk keluar rumah. Bayi baru lahir dan bayi berusia satu bulan yang menderita pneumonia dapat tidak mengalami batuk dan frekuensi pernafasannya secara normal sering melebihi 50 kali per menit. Infeksi bakteri pada kelompok usia ini (disebut bayi muda di dalam buku ini) dapat hanya menampakkan tanda klinis yang tidak spesifik, sehingga sulit untuk membedakan pneumonia dari sepsis dan meningitis. Infeksi ini dapat cepat fatal pada bayi muda yang telah diobati dengan sebaik-baiknya di rumah sakit dengan antibiotik parenteral. Oleh karena itu penuntun untuk mendeteksi dan mengobati pneumonia pada bayi muda harus dibedakan dari penuntun untuk bayi yang lebih tua dan anak kecil. Cara yang paling efektif untuk mengurangi angka kematian karena pneumonia adalah dengan memperbaiki manajemen kasus dan memastikan adanya penyedian antibiotik yang tepat secara teratur melalui fasilitas perawatan tingkat pertama dan dokter praktik umum. Langkah selanjutnya untuk mengurangi angka kematian karena pneumonia dapat dicapai dengan menyediakan perawatan rujukan untuk anak yang mengalami ISPbA berat yang memerlukan oksigen, antibiotik lini II, serta keahlian klinis yang lebih baik. Buku pedoman ini memuat pnduan klinis untuk para staf yang memberikan perawatan di fasilitas rujukan pertama, kafang kala disebut sebagai rumah sakit kecil.

1.2 Penanganan kasus infeksi saluran pernafasan atas akut Infeksi Saluran Pernafasan atas Akut (ISPaA) mengakibatkan kematian pada anak dalam jumlah kecil, tetapi menyebabkan kecacatan. Di negara sedang berkembang, otitis media merupakan penyebab ketulian yang masih dapat dicegah dan merupakan kontributor yang signifikan bagi perkembangan dan masalah belajar pada anak. Selain itu, faringitis

streptokokus dapat diikuti dengan demam rematik akut. Walaupun kelompok usia utama yang diperhatikan untuk pengobatan dan deteksi faringitis karena streptokokus untuk mencegah demam rematik akut (dan penyakit jantung rematik kronis) adalah 5-15 tahun, penanganan klinis yang sama juga sesuai untuk anak yang lebih muda karena kasus demam rematik dapat juga menyerang pada kelompok usia ini. Penanganan kasus ISPaA yang tepat penting karena ampat alasan di bawah ini, yaitu : 1. 2. 3. Menghilangkan penderitaan Mengurangi munculnya gejala sisa (seperti tuli) Membantu ibu di dalam merawat anaknya selama sakit. Jika petugas kesehatan mengajari para ibu memberikan perawatan yang tepat untuk ISPaA, sepertinya para ibu akan lebih mencarui perawatan kepada para petugas kesehatan tersebut ketika anak mereka mengalami sakit yang lebih berat. Mengurarangi penggunaan antibiotik yang tidak tepat untuk mengatasi infeksi saluran pernafasan (kebanyakan infeksi saluran pernafasan disebabkan oleh selesma dan pemakaian antibiotik tidak akan berguna). Hal ini merupakan tujuan penting program pengawasan ISPA, karena tindakan tersebut akan mengurangi berkembangnya resistensi antibiotik dan menghemat sumber daya.

4.

Karena alasan-alasan ini, buku ini juga memberikan penuntun untuk pengobatan ISPaA yang sering terdapat pada anak saat kunjungan di fasilitas rujukan.

1.3 Cakupan dan aplikasi penuntun penanganan kasus ISPA di dalam buku pedoman ini. Penuntun penanganan kasus dan rekomendasi antibiotik di dalam buku ini sesuai untuk negara yang sedang berkembang atau wilayah dengan sumber daya yang terbatas dan angka kematian bayi melebihi 40 per 1000 kelahiran hidup. Cara pengobatan di rancang untuk digunakan di rumah sakit yang memiliki fasilitas sinar X dan laboratorium terbatas atau tidak

sama sekali, dan oleh karena itu diagnosis bergantung pada pemeriksaan klinis saja. Penuntun ini dibuat berdasarkan anggapan bahwa terdapat insiden pneumonia bakterialis yang tinggi pada anak yang berkunjung di fasilitas kesehatan, dan bahwa faktor resiko terhadap pneumonia, seperti kurang gizi dan bayi berat lahir rendah relatif sering, sehingga angka kematian yang spesifik akibat pneumonia menjadi tinggi. Oleh karena itu, penuntun ini merekomendasikan terapi antibiotik untuk situasi yang kemungkinan terjadinya pneumonia bakterialis cukup besar. Sebaiknya disadari bahwa penuntun ini dapat mengakibatkan penggunaan antibiotik pada beberapa anak tanpa infeksi bakteri yang serius (lihat lampiran 1). Hal ini dapat diterima pada situasi yang semua pengambilan keputusannya perlu bardasarkan pada keadaan klinis, sering terjadi infeksi dengan kematian resiko yang besar, dan pengurangan angka kematian yang dapat dicapai dengan terapi antibiotik yang tidak mahal. Namun, telah ditempuh suatu upaya besar untuk membatasi penggunaan antibiotik hanya untuk kondisi yang benar-benar memerlukan. Penuntun ini meminimalkan penggunaan antibiotik yang secara umum diberikan pada anak, namun biasanya pada infeksi saluran pernafasan ringan. Hal ini meliputi selesma, discharge hidung yang purulen, faringitis pada anak kecil, dan bronkitis. Pemberian antibiotik pada keadaan seperti ini, atau hanya demam saja (tanpa tanda klinis infeksi serius yang lain), akan mengakibatkan penggunaan antibiotik secara luas tanpa manfaat dan memiliki resiko efek samping yang besar serta meningkatkan resistensi anatibiotik. Antibiotik sebaiknya tidak digunakan untuk infeksi saluran pernafasan atas guna mencegah perkembangan infeksi tersebut menjadi pneumonia bakterialis. Penuntun ini ditujukan untuk digunakan pada anak dibawah usia 5 tahun, yang merupakan target kelompok usia program ISPA WHO. Bayi muda (usia kurang dari 2 bulan) dijelaskan secara terpisah pada buku penuntun ini (didalam bab 3.2), karena angka kematian ISPA yang tinggi terutama pada kelompok usia ini dan karena gambaran penyakit serta pengobatannya jelas berbeda dari bayi yang lebih tua dan anak kecil.

Pedoman penanganan kasus untuk anak yang lebih tua dan dewasa tidak terdapat di dalam buku ini. Telah diketahui bahwa mungkin diperlukan pengobatan selain yang tertera di dalam buku ini untuk pasien tertentu, bergantung pada keadaan setiap individu dan tersedianya fasilitas kesehatan. Buku pedoman ini hanya membahas mengenai penanganan ISPA. Buku ini tidak memberikan instruksi secara terperinci mengenai penanganan yang bukan merupakan komplikasi pernafasan seperti, gagal jantung kongestif atau kejang. Untuk penanganan kondisi ini , dapat dicari keterangan dari buku Pedoman Ilmu Anak. Ada banyak pilihan terapi yang lebih mahal, seperti seftriakson, ribavirin, dan ventilasi mekanik, yang dapat menjadi pilihan pengobatan untuk kondisi tertentu di tempat dengan sumber daya yang memadai (biasanya angka kematian rendah). Pilihan terpai tesebut tidak dibahas di dalam buku ini.

1.4 Hubungan buku pedoman dengan penuntun untuk petugas kesehatan di fasilitas perawatan tingkat pertama Lampiran 2 berisi bagan penanganan kasus ISPA Penanganan anak dengan keluhan batuk atau kesulitan bernafas, yang meramgkum petunjuk untuk petugas kesehatan di fasilitas perawatan tingkat pertama (tanpa kapasitas rawat inap pasien). Bagan dan modul1 untuk para supervisor di fasilitas perawatan tingkat pertama menyajikan proses penanganan kasus yang disederhanakan untuk mempermudah dalam melatih para petugas kesehatan yang mempunyai latar belakang kedokteran bervariasi. Bagan ini juga menekankan pada pendeteksian kasus dan pengobatan yang tepat untuk anak yang menderita pneumonia dengan regimen antibiotik standar. Proses yang disederhanakan ini menggunakan sedikit tanda dan gejala klinis untuk klasifikasi penyakit anak sehingga cukup untuk membuat setiap keputusan mengenai penanganan di fasiliatas perawatan tingkat pertama yang tidak memiliki kapasitas pasien rawat inap dan1

Penanganan pada anak kecil dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut. WHO, 1990.

keterbatasan kesediaan obat-obatan serta peralatan kedokteran. Pada modul dan bagan tersebut, tidak ada instruksi khusus yang dibuat untuk penyakit campak, pertusis, difteri, atau pneumonia yang tidak memberikan respons terhadap terapi antibiotik standar. Anak yang memiliki tanda klinis mengarah pada pneumonia berat atau tanda klinis yang berbahaya pada penyakit sangat berat2 segera dirujuk ke rumah sakit. Pada saat sampai di fasilitas rujukan, anak tersebut memerlukan panilaian dan klasifikasi lebih lanjut, keputusan perawatan, dan juga rencana berobat jalan atau dirawat. Proses penilaian yang disarankan di dalam buku pedoman ini bagi dokter dan petugas kesehatan senior lain di fasilitas dengan kapasitas rawat inap, lebih banyak menggabungkan tanda klinis daripada yang disarankan bagi para petugas kesehatan di fasilitas perawatan tingkat pertama, karena diperlukan rencana penanganan yang lebih komprehensif bagi anak yang mencapai perawatan di tingkat ini. Instruksi diperlukan bagi pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. Prinsip yang sama juga mendasari penanganan kasus standar pada pasien rawat jalan, baik yang diberikan oleh petugas kesehatan di fasilitas perawatan tingkat pertama yang menggunakan prosedur yang disederhanakan, atau oleh dokter dan para petugas kesehatan kain di fasilitas yang memiliki kapasitas pasien rawat inap yang menggunakan buku panduan ini. Bagan penanganan kasus ISPA Penanganan anak dengan gangguan telinga atau tenggorok juga terdapat di dalam lampiran 2.

2

Tanda yang berbahaya ini (tidak dapat minum, kejang, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun, stridor pada anak yang tenang, dan kurang gizi berat) diberi warna abu-abu pada tabel di halaman 10. Dalam bentuk yang sama, langkah penilaian untuk petugas di perawatan tingkat pertama diberi warna abu-abu pada halaman 5, 11, 12, dan 24.

BAB 2 Penilaian dan Klasifikasi

2.1 Penilaian pada anak yang mengalami batuk atau kesulitan bernafas Tujuan utama yang paling penting pada penanganan kasus ISPA adalah mengenali dan mengobati pneumonia. Anak yang mengalami batuk atau kesulitan bernafas mungkin menderita pneumonia dan memerlukan penilaian yang seksama. Mereka sebaiknya dinalai seperti di bawah ini : 1. Tanyakan beberapa pertanyaan pada ibu. 2. Perhatikan dan dengarkan. Urutan pemeriksaan merupakan hal yang penting dan dijelaskan secara terperinci di bawah ini. Untuk memperoleh hitungan frekuensi pernafasan yang tepat dan penilaian yang akurat terhadap penarikan dinding dada, mengi, dan stridor, perlu sekali anak tersebut berada dalam keadaan tenang atau tertidur ketika pernafasannya diamati. Anak seringkali menjadi rewel ketika disentuh, sehingga sebaiknya baru dioeriksa setelah dilakukan pengamatan terhadap pernafasannya. Penggunaan tempat yang tenang di klinik akan memudahkan penilaian pada anak dengan keluhan batuk atau kesulitan bernafas.TANYAKAN : Berapa usia anak ? Apakah anak sedang batuk ? sudah berapa lama ? Untuk anak berusia 2 bulan hingga 5 tahun : Apakah anak dapat minum ? Untuk anak berusia kurang dari 2 bulan : Apakah anak tidak mau menyusui ? Apakah anak mengalami demam ? sudah berapa lama ? Apakah anak mengalami kejang ? PERHATIKAN, DENGARKAN : (Anak harus dalam keadaan tenang) Hitung frekuensi pernafasan anak selama satu menit. Amati adanya penarikan dinding dada. Amati dan dengarkan adanya stridor. Amati dan dengarkan adanya mengi. Perhatikan apakah pada anak terdapat rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit untuk bangun ? Ukur suhu tubuh (atau raba adanya demam atau suhu tubuh yang rendah). Cari adanya tanda kurang gizi berat.

-

-

-

-

-

Apakah

anak

mengalami

Untuk anak berusia kurang dari 2 bulan : perhatikan dan dengarkan adanya grunting. Amati dan dengarkan adanya serangan apnea dan whoop pada pertusis.

-

Periksa adanya dehidrasi. Periksa lidah untuk melihat adanya sianosis sentral. Periksa kulit untuk melihat adanya ruam campak. Periksa adanya distensi

periode henti menjadi biru ?

nafas

atau -

abdomen pada bayi muda tersebut. Catat tanda-tanda klinis penyakit berat lain.

Petugas kesehatan sebaiknya BERTANYA kepada ibu : Berapa usia anak ? Apakah anak sedang menderita batuk ? Sudah berapa lama ? Untuk anak berusia 2 bulan hingga 5 tahun : Apakah anak dapat minum ? Untuk anak berusia kurang dari 2 bulan : Apakah anak tidak mau menyusui ?Makan kurang dari setengah porsi normal (jika sebelumnya nafsu makan baik) merupakan tanda bahaya pada bayi muda yang berusia kurang dari 2 bulan. Akan tetapi, banyak gangguan makan yang terjadi tidak berhubungan dengan infeksi bakteri yang serius. Pastikan bahwa gangguan makan berhubungan dengan penyakit yang sedang dideritanya.

Apakah anak demam ? Berapa lama ? Apakah anak kejang ? Apakah anak mengalami periode henti nafas aatau menjadi biru ? Selanjutnya petugas kesehatan sebaiknya MEMPERHATIKAN DAN MENDENGARKAN anak. Anak harus dalam keadaan tenang saat petugas kesehatan mengamati dan mendengarkan pernafasan anak. Hitung frekuensi pernafasan selama satu menit.Diperlukan sebuah jam. Pernafasan cepat adalah 60 kali per menit atau lebih pada bayi mda yang berusia kurang dari 2 bulan; 50 kali per menit atau lebih pada anak yang berusia 2 bulan hingga 12 bulan; 40 kali per menit atau lebih pada anak yang berusia 12 bulan hingga 5 tahun. Pada bayi yang lebih muda yang berusia kurang dari 2 bulan, pernafasan 60 kali per menit atau lebih baru barmakna jika berlangsung terusmenerus. Jika meninagkat, hitungan baru diulang paling sedikit sekali lagi.

Perhatikan adanya penarikan dinding dada.Penarikan dinding dada berarti gerakan dinding dada bagian bawah yang masuk ke dalam secara nyata pada saat menarik nafas.

Jika pada saaat anak menarik nafas, hanya jaringan lunak diantara iga atau di bawah klavikula yang masuk ke dalam (retraksi interkostal atau supraklavikula), hal ini bukan penarikan dinding dada. Penarikan dinding dada yang dimaksudkan disini sama dengan tarikan subkostal. Dalam mencari adanya penarikan dinding dada pada bayi harus sangat berhati-hati. Penarikan dinding dada ringan merupakan hal yang normal pada bayi muda karena dinding dada mereka masih lunak. Akan tetapi, penarikan dinding dada yang hebat (sangat dalam dan mudah dilihat) merupakan tanda pneumonia. Jika terdapat pertanyaan apakah ada penarikan dinding dada pada anak, ubahlah posisi anak dan amati lagi. Jika tubuh anak dibungkukkan pada pinggangnya, akan sulit menilai pergerakan dinding dada bagian bawah. Ubahlah posisi anak sehingga terbaring datar pada pangkuan ibunya. Jika penarikan dinding dada masih tidak jelas terlihat, anggaplah anak tidak mengalami penarikan dinding dada. Penarikan dinding dada baru bermakna jika terjdi setiap waktu dan terlihat dengan jelas. Jika anda melihat penarikan dinding dada hanya pada saat anak rewel atau ingin makan, bukan pada saat anak sedang istirahat dengan tenang, jangan memutuskan hal tersebut suatu penarikan dinding dada. Perhatikan dan dengarkan adanya stridor : suara kasar saat menarik

nafas. Perhatikan dan dengarkan adanya mengi : suara berirama saat menghembuskan nafas.Mengi tidak selalu dapat didengar telinga, tetapi mungkin saja dapat didengar dengan mendekatkan telinga pendengar ke mulut anak. Petugas kesehatan dapat berlatih untuk mengenal suara mengi pada sebagian besaar kasus dengan memperhatikan nafas anak. Anak yang mengalami mengi memerlukan waktu lebih lama untuk menghembuskan nafas daripada anak yang normal (fase ekspirasi memanjang) dan memerlukan usaha untuk memerlukannya. (Penilaian labih lanjut tentang anak dengan mengi dijelaskan di dalam bab 3.3).

Usia kurang dari 2 bulan : perhatikan dan dengarkan grunting.Grunting adalah bunyi kasar dan pendek yang dikeluarkan seorang anak pada awal ekspirasi pada saat anak mengalami kesulitan bernafas.

Perhatikan dan dengarkan adanya serangan apnea dan whoop pada pertusis. Petugas kesehatan kemudian dapat menyentuh anak : Lihat apakah anak mengantuk secara tidak wajar atau sulit untuk bangun. Ukurlah suhu tubuh (atau raba adanya demam atau suhu tubuh yang rendah.

Perhatikan adanya kurang gizi berat (lihat lampiran 4). Periksa tanda-tanda dehidrasi. Periksa adanya tanda sianosis sentral di lidah.Untuk pemeriksaan ini memerlukan penerangan yang baik; membandingkan lidah anak dengan lidah ibunya dapat membantu. Sianosis pada lidah (sianosis sentral) mengesankan adanya hipoksia, namun hal ini mungkin saja tidak ditemukan pada anak hipoksia yang menderita anemia berat. Sianosis perifer dapat terjadi karena menggigil atau syok.

Periksa adanya ruam campak pada kulit.Ruam hemoragik merupakan suatu tanda penyakit berat.

Periksa bayi muda,. Periksa apakah abdomen mengalami distensi dan tegang. Catat adanya tanda penyakit berat lain, seperti : tonus yang buruk, tangisan yang lemah, atau tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, sianosis perifer). 2.2 Klasifikasi anak usia 2 bulan hingga 5 tahun yang mengalami batuk atau kesulitan bernafas Kebanyakan anak yang mengalami batuk atau kesulitan bernafas dapat dinilai dari adanya pneumonia dan ditangani seperti yang dijelaskan pada tabel Penanganan Pneumonia di Rumah Sakit Kecil (halaman 16). Tabel ini berisi tanda-tanda klinis yang digunakan utnuk menentukan adanya pneumonia dan untuk menentukan adanya berat atau ringannya pneumonia. Akan tetapi, anak yang mempunyai tanda klinis yang pasti adanya penyakit sangat berat (yaitu stridor saat tenang, kurang gizi berat, rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit untuk bangun, atau kejang) memerlukan penanganan khusus seperti yang dijelaskan dibawah ini. Tabel ringkasan sebaiknya tidak digunakan untuk anak-anak. Anak DENGAN stridor, kurang gizi berat, atau tanda yang mengarah pada meningitis Anak yang memiliki tanda-tanda bahaya ini sebaiknya ditangani seperti berikut ini (tabel penanganan di halaman 16 tidak sesuai untuk anak-anak ini). Anak yang mengalami stridor pada saat tenang sebaiknya ditangani menurut bab 3, 4.

Anak yang mengalami stridor dan penarikan dinding dada yang jelas pada saat tenang dapat terancam mengalami sumbatan jalan nafas dan memerlukan penanganan jalan nafas yang seksama. Anak yang mengalami kurang gizi berat (lihat lampiran 3) sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan perbaikan gizi dan terapi medis. Perhatian khusus sebaiknya diberikan pada anak yang menderita kurang gizi berat kaena anak tersebut lemah atau tidak mengalami batuk dan memiliki respons pernafasan yang berkurang terhadap hipoksia. Pernafasan yang cepat dan penarikan dinding dada bergantung pada keutuhan penggerak pernafasan dan kekuatan otot. Adanya kurang gizi berat mengubah rekomendasi penanganan pneumonia yang diringkas pada tabel di halaman 16. Anak yang mengalami kurang gizi berat dan pernafasan cepat atau penarikan dinding dada sebaiknya mendapat kloramfenikol dan terapi spesifik lain (seperti pada pneumonia sangat berat lihat bab 3.1), daripada diberikan antibiotik oral atau benzilpenisilin secara parenteral. Pertimbangkan adanya meningitis jika pada anak terdapat rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit untuk bangun, atau memiliki tanda lain yang mengarah pada meningitis (seperti kejang). Jika pungsi lumbal tidak dapat dilakukan dan diduga terdapat suatu meningitis, obati meningitisnya dengan kloramfenikol (pengobatannya sama seperti pneumonia sangat berat). Cari keterangan dari buku Pedoman Ilmu Anak untuk memberikan terapi spesifik lain. Meningitis bakterialis dapat terjadi pada anak yang menderita pneumonia. Di daerah penyebaran malaria Falsiparum, sebaiknya dipertimbangkan untuk memberikan terapi anti malaria untuk malaria serebral ( lihat bab 5.3 dan rekomendasi program malaria nasional). Buku ini terfokus pada penanganan ISPA sehingga tidak dilengkapi dengan instruksi penanganan secara terperinci mengenai kejang, meningitis, malaria, dan gangguan yang bukan saluran pernafasan. Anak tanpa stridor, kurang gizi berat, atau tanda yang mengarah pada meningitis

Klasifikasi dan pengobatan anak-anak ini diringkas pada tabel Penanganan Pneumonia di Rumah Sakit Kecil di halaman 16. Keputusan untuk menentukan apakah anak menderita pneumonia diperoleh berdasarkan dua tanda klinis kunci, yaitu : pernafasan cepat dan penarikan dinding dada. Seperti pada penuntun yang digunakan di fasilitas perawatan tingkat pertama, tanda klinis seperti di atas dapat digunakan oleh petugas kesehatan utnuk membedakan anak yang menderita pneumonia yang dapat diobati dengan pemberian antibiotik di rumah (pernafasan cepat tanpa penarikan dinding dada dan tanpa tanda klinis penyakit sangat berat) dari anak yang harus dirawat di rumah sakit karena menderita pneumonia berat (terdapat penarikan dinding dada). Anak tanpa disertai tanda klinis di atas (pernafasan cepat dan penarikan dinding dada) berarti tidak menderita pneumonia. Paling sering, anak tersebut hanya mengalami betuk atau pilek yang ringan. Anak-anak yang mengalami gangguan telinga atau nyeri tenggorok sebaiknya diperiksa dan diobati (lihat bab 4.1 dan 4.2). anak yang menglami batuk kronis sebaiknya dievaluasi terhadap kemungkinan tuberkulosis atau penyebab batuk kronis lain (lihat bab 3.6). prosedur untuk klasifikasi dan pengobatan pada anak dengan pneumonia atau batuk dan pilek ringan (bukan pneumonia), yang tidak disertai tanda bahaya sama seperti di fasilitas tingkat pertama. Dua tanda klinis tambahan, sianosis dan tidak dapat minum, digunakan di rumah sakit kecil untuk membedakan anak dengan pneumonia berat yang dapat ditangani tanpa pemberian oksigen dari anak yang menderita pneumonia sangat berat yang memerlukan terapi oksigen. Tabel ringkasan di halaman 16 dapat membantu menentukan adanya pneumonia atau tidak dan akan menentukan keparahannya. Penanganan pneumonia pada anak usia 2 bulan hingga 5 tahun dijelaskan secara terperinci di dalam bab 3.1. Adanya mengi dapat mengubah penanganan pada anak-anak ini. Klasifikasi pneumonia meliputi beberapa anak dengan bronkiolitis dan asma. Pada anak yang mengalami mengi, penarikan dinding dada mungkin saja ada bahkan dengan bronkospasme ringan atau sumbatan kecil

pada saluran pernafasan karena bronkiolitis. Anak yang mengalami mengi dan penarikan dinding dada memerlukan penilaian lebih lanjut untuk menentukan beratnya penyakit dan memutuskan penanganan klinis. Keputusan penanganan berdasarkan pada ada atau tidaknya gawat pernafasan dan tanda berat lain (sianosis, tidak dapat minum); apakah anak mangalami serangan awal mengi berulang dan respons terhadap bronkodilator kerja singkat. Penilaian dan pengobatan anak dengan mengi dijelaskan di dalam bab 3.3 dan diringkas di halaman 27. Adanya tanda klinis tertentu atau kategori penyakit tertentu dapat menunjukkan bahwa perlu adanya penanganan spesifik lain, sebagai tambahan instruksi pengobatan yang diringkas pada tabel penanganan pneumonia, sebagai berikut : - Anak yang menderita campak yang disertai ruam hemoragik; stridor; atau dehidrasi berat, kurang gizi, atau pneumonia memerlukan perawatan (lihat bab 3.7). Rekomendasi penanganan tambahan utnuk semua anak yang menderita campak juga dibahas di dalam bab 3.7. - Anak yang menderita pertusis yang disertai serangan apnea atau sianosis berada pada resiko tinggi kematian dan jika memungkinkan sebaiknya dirawat di rumah sakit (lihat bab 3.8). Rekomendasi penanganan tambahan untuk semua anak yang mengalami pertusis juga di bahas di dalam bab 3.8. - Anak yang mengalami batuk kronis yang tidak menderita pneumonia memerlukan avaluasi dan pengobatan lebih lanjut seperti yang dibahas di dalam bab 3.6. - Anak yang menderita pneumonia persisten yang tidak berespons terhadap pengobatan antibiotik standar selama 10 hari memerlukan evaluasi dan pengobatan lebih lanjut seperti yang dibahas di dalam bab 3.1 - Anak yang mengalami batuk atau kesulitan bernafas yang menderita dehidrasi berat atau memiliki tanda-tanda syok memerlukan penanganan cairan yang seksama (lihat bab 5.4).

RINGKASAN : penanganan sebagian anak yang mengalami batuk atau kesulitan bernafas mengikuti seperti yang diperlihatkan penuntun pada taabel penanganan pneumonia (halaman 16). Beberapa anak yang diklasifikasikan menderita pneumonia memiliki keluhan mengi yang memerlukan penanganan spesifik; perubahan prosedur penanganan bila terdapat mengi, tertera pada tabel penanganan pneumonia dan dijelaskan lebih lanjut di dalam bab 3.3. Sebagai tambahan prosedur yang diringkas di dalam tabel penanganan pneumonia, rekomendasi penanganan khusus diberikan bagi anak yang menderita campak (bab 3.7), pertusis (bab 3.8), batuk kronis (bab 3.6), pneumonia persisten (bab 3.1), dan dehidrasi berat (bab 5.4). adanya stridor, kurang gizi berat, atau tanda mengarah pada meningitis mengubah penanganan anak yang memiliki keluhan batuk atau kesulitan bernafas mengubah penanganan anak yang memiliki keluhan batuk atau kesulitan bernafas; tabel penanganan pneumonia tidak digunakan utnuk menangani anak-anak ini. Tanda-tanda yang menunjukkan seorang anak perlu mendapatkan perawatan tertera pada tabel di bawah ini :BULAN HINGGA TANDA-TANDA YANG MENUNJUKKAN PERAWATAN BAGI ANAK USIA 25 TAHUN DENGAN BATUK ATAU KESULITAN BERNAFAS Tidak dapat minum Kejang Rasa kantuk yang tidak wajar atau sulit bangun Stridor pada anak tenang Kurang gizi berat Sianosis Penarikan dinding dada pada anak tanpa mengi Gawat pernafasan karena mengi, tidak hilang dengan pemberian bronkodilator Campak dengan ruam hemoragik, stridor, atau gizi berat, dehidrasi, atau pneumonia Pertusis pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan, atau anak yang mengalami serangan apnea atau sianosis, pneumonia, kejang, dehidrasi atau kurang gizi berat Difteri Dehidrasi berat atau syok BAB

3.1

3.4 Lampiran 3 3.1 3.1 3.3 3.7 3.8

5.4

2.3 Klasifikasi bayi muda yang berusia kurang dari 2 bulan yang mengalami batuk atau kesulitan bernafas Pada bayi muda (usia kurang dari 2 bulan), frekuensi pernafasan normal saat istirahat lebih tinggi dan bervariasi daripada bayi yang lebih tua. Oleh karena itu, ambang frekuensi pernafasan untuk mendeteksi kasus pneumonia menjadi lebih tinggi (60 kali per menit) dan dianjurkan lebih dari satu kali pengukuran frekuensi pernafasan (lihat Lampiran 1). Batuk mungkin tidak ditemukan, karena batuk bukan merupakan tanda yang harus ada di dalam mendeteksi kasus pneumonia. Aspek penilaian lain juga spesifik untuk bayi muda. Gangguan makan, demam, hipotermi, distensi abdomen, serangan apnea atau sianosis dapat merupakan satu-satunya tanda infeksi bakteri yang serius. Bayi muda dapat berespons terhadap infeksi serius dengan demam atau hipotermia. Grunting perlu dikenali. Karena penarikan dinding dada bayi muda, hanya penarikan dinding dada yang hebat saja yang perlu dipertimbangkan sebagai bukti adanya penyakit. Pengobatan untuk kemungkinan pneumonia, sepsis, atau meningitis sebaiknya berdasarkan pada adanya tanda klinis, yang diringkas pada bagan halaman 24 dan dibahas di dalam bab 3.2. 2.4 Penilaian pada anak yang memiliki gangguan telingaTANYAKAN : Apakah anak menderita nyeri telinga ? Apakah pada anak terdapat nanah yang keluar dari telinga ? Sudah berapa lama ? PERHATIKAN, RABA : Perhatikan adanya nanah yang keluar dari telinga atau merah, gendang telinga imobil (dengan otoskop). Raba adanya pembengkakan lunak di belakang telinga.

Jika anak memiliki keluhan pada telinga (atau demam yang tidak diketahui penyebabnya), anak tersebut sebaiknya dinilai seperti di bawah ini : Petugas kesehatan sebaiknya BERTANYA pada ibu : Apakah anak memiliki keluhan nyeri pada telinga ? Keluhan nyeri kemungkinan besar menjadi signifikan jika telah muncul sehari atau lebih.

Apakah pada anak terdapat nanah yang keluar dari telinga ? sudah berapa lama ? Petugas kesehatan kemudian sebaiknya MEMPERHATIKAN DAN MERABA Perhatikan adanya nanah yang keluar dari telinga atau merah, gendang telinga imobil (dengan otoskop). Raba adanya pembengkakkan lunak di belakang telinga. Pada bayi muda, pembengkakkan dapat tejadi di bawah telinga. 2.5 Penilaian anak yang mengalami nyeri tenggorokTANYAKAN :

-

Apakah anak dapat minum ?

PERHATIKAN , RABA : Raba adanya kelenjar di leher bagian depan. Cari adanya eksudat pada tenggorok. Cari adanya tanda-tanda abses tenggorok.

Petugas kesehatan sebaiknya BERTANYA pada ibu : Apakah anak dapat minum ? Petugas kesehatan kemudian sebaiknya MEMPERHATIKAN DAN MERABA Raba adanya kelenjar di leher bagian depan. Hanya kelenjar yang besar dan jelas lunak yang bermakna. Cari adanya eksudat pada tenggorok. Membran abu-abu yang melekat menandakan suatu difteri. Cari tanda adanya abses tenggorok. Banyak anak yang dibawa ke klinik dengan keluhan ISPA seperti pilek, sakit tenggorok, atau gangguan telinga, tidak mengalami batuk atau kesulitan bernafas. Anak-anak ini tidak perlu dihitung frekuensi pernafasannya. Penanganan infeksi saluran pernafasan bagian atas dijelaskan di dalam bab 4.

Pendahuluan Bab 3, 4, dan 5Pada bab 3 dan 4, tanda klinis, informasi klinis tambahan (atau, beberapa kasus, penilaian lebih lanjut), pengobatan, dan penilaian ulang infeksi saluran pernafasan bawah dan atas yang berbeda ditampilkan dalam bentuk ringkasan. Informasi tentang pengobatan menunjukkan langkah tepat yang diambil berdasarkan pertimbangan berikut ini. Apakah perlu dirawat di rumah sakit atau diobati di rumah. Apakah perlu memberikan oksigen. Apakah perlu memberikan terapi antibiotik. Terapi spesifik lain apa yang tepat. Perawatan suportif apa yang diindikasikan (di rumah sakit atau di rumah). Instruksi terperinci mengenai terapi oksigen, terapi bronkodilator, perawatan suportif di rumah sakit, dan perawatan di rumah diberikan di dalam bab 5. Semua dosis antibiotik diberikan di dalam bab 5.6. Untuk lebih jelasnya, istilah baru yang diambil di dalam buku penuntun ini dan di dalam materi pelatihan lain pada program ISPA WHO dibandingkan dengan istilah sebelumnya terdapat di dalam Lampiran 4. PERAWATAN MASALAH LAIN PADA ANAK Anakl yang juga menderita diare sebaiknya ditangani berdasarkan Pedoman Pengobatan Diare3 WHO. Anak yang menderita pneumonia dan diare berada pada resiko tinggi kematian. Semua anak yang sudah berhak mendapat imunisasi sebaiknya menerima imunisasi kecuali jika anak menderita penyakit sangat berat. Pneumonia, otitis media, atau batuk serta pilek bukan merupakan alasan untuk menunda imunisasi. Jawaban terhadap pertanyaan tertentu tentang penanganan kasus ISPA yang sering diajukan oleh petugas kesehatan terdapat di dalam Lampiran 5.

3

Pedoman pengobatan diare untuk digunakan oleh dokter dan para petugas kesehatan senior lain. Dokumen yang tidak ditertibkan WHO/CDD/SER/80.2 Rev.2 (1990).

BAB 3 Penuntun Penanganan Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Akut

3.1 Pneumonia pada anak usia 2 bulan hingga 5 tahun Bagan berikut meringkas penanganan anak usia 2 bulan hingga 5 tahun yang memiliki keluhan batuk atau kesulitan bernafas yang tidak mengalami stridor, kurang gizi berat, atau tanda yang mengarah pada meningitis (rasa kantuk yang tidak wajar, sulit untuk bangun, atau kejang). Anak yang mengalami stridor sebaiknya ditangani sesuai dengan bab 3.4. Adanya kurang gizi berat mengubah rekomendasi penanganan; hal ini dibahas kemudian di dalam bab ini. Pneumonia sangat berat Klasifikasi ini meliputi beberapa anak dengan keadaan mengi (bronkiolitis dan asma). Instruksi pengobatan tambahan untuk anak yang mengalami mengi terdapat di dalam bab 3.3 dan 3.4 Tanda klinis Batuk atau kesulitan bernafas yang disertai dengan : - Sianosis sentral - Tidak dapat minum - Penarikan dinding dada juga biasanya ada Informasi klinis tambahan Jika anak kejang atau sulit dibangunkan, lakukan pungsi lumbal utnuk memastikan apakah terjadi meningitis. Jika anak tidak dapat minum, periksa apakah ada abses tenggorok (lihat bab 4.3).

Pengobatan - Rawat di rumah sakit - Berikan oksigen (lihat bab 5.1) - Terapi antibiotik : Berikan kloramfenikol secara intramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah 3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral. Berikan kloramfenikol paling sedikit selama 10 hari. Jika kloramfenikol tidak tersedia, berikan benzilpenisilin4 ditambah dengan golongan aminoglikosida (contohnya, gentamisin). Kloramfenikol juga efektif untuk meningitis bakterialis, yang dapat terjadi ada anak dengan pneumonia. Diduga pneumonia stafilokokus jika terdapat tanda perburukan klinis walaupun diberikan pengobatan dengan kloramfenikol, atau hasil foto rontgen dada memperlihatkan gambaran pneumatokel atau empiema. Pneumonia stafilokokus sebaiknya diobati dengan kloksasilin (atau flukloksasilin, oksasilin nafsilin atau methisilin) ditambah gentamisin, paling sedikit diberikan selama 3 minggu. - Obati demam, jika ada (lihat bab 5.3). - Obati mengi, jika ada (lihat bab 3.3). - Perawatan suportif (lihat bab 5.4). - Hati-hati dengan pemberian terapi cairan (lihat bab 5.4). - Nilai ulang (lihat ringkasan di halaman 20) : Dokter sebaiknya menilai paling sedikit dua kali sehari. Perawat sebaiknya menilai tiap 2 jam. Jika anak memiliki respons buruk terhadap pengobatan : o Periksa adanya komplikasi : Empiema pertimbangkan jika terdapat demam persisten, perkusi yang pekak, adanya cairan pleura pada pemeriksaan sinar X. Gagal jantung cari adanya pembesaran hati, denyut jantung lebih dari 160, pembesaran jantung (lebih dari 60% dari diameter

4

Benzilpenisilin mengarah pada penisilin G atau penisilin kristal untuk penggunaan intravena atau intramuskular.

toraks), bunyi murmur jantung, tekanan vena tinggi, pengaliran darah yang buruk ke ekstremitas. (Jantung yang besar dapat juga menunjukkan perikarditis purulenta). Bronkospasme lihat bab 3.3. o Ganti dengan kloksasilin ditambah gentamisin jika diduga adanya pneumonia stafilokokus. o Jika pneumonia menetap lebih dari 10 hari walaupun telah diberikan terapi antibiotik, pertimbangkan penyebab pneumonia persisten (lihat bab 3.1). Pneumonia berat Klasifikasi ini meliputi beberapa anak dengan keluhan mengi (bronkiolitis dan asma). Keputusan perawatan sebaiknya dibuat setelah dilakukan penilaian lebih lanjut dan jika anak mengalami gawat pernafasan atau mengi berulang, setelah menilai respons terhadap bronkodilator kerja singkat. Hal ini dijelaskan di dalam bab 3.3. Tanda klinis Batuk atau kesulitan bernafas dan penarikan dinding dada, tetapi : Tanpa disertai sianosis sentral dan dapat minum.

Informasi klinis tambahan Jika anak sianosis atau tidak dapat minum, obati sebagai pneumonia sangat berat (lihat bab 3.1). Jika anak mengalami kejang atau sulit bangun, lakukan pungsi lumbal untuk memastikan adanya meningitis. Jika pungsi lumbal tidak dapat dilakukan dan diduga terdapat meningitis, obati sebagai meningitis (seperti pada pneumonia sangat berat). Pengobatan Rawat di rumah sakit

-

-

Apabila perawatan untuk semua anak dengan penarikan diding dada tidak memungkinkan, dapat dipertimbangkan untuk diberikan terapi antibiotik di rumah dengan pengawasan yang ketat pada anak yang tidak mengalami penarikan dinding dada hebat, sianosis, atau tanda penyakit yang sangat berat. Berikan oksigen (jika persediaan oksigen memadai) Jika frekuensi pernafasan lebih dari 70, terdapat penarikan dinding dada hebat, atau gelisah (jika oksigen memperbaiki keadaan tersebut) (lihat bab 5.1) Terapi antibiotik : Berikan benzilpenisilin secara intramuskular setiap 6 jam paling sedikit selama 3 hari. (Ampisilin secara intramuskular, walaupun mahal, dapat digantikan benzilpenisilin). Setelah anak membaik, ganti dengan pemberian ampisilin atau amoksisilin secara oral, atau suntikan penisilin prokain perhari untuk menyelesaikan serangkaian pengobatan paling sedikit selama 5 hari. Pengobatan antibiotik sebaiknya diteruskan selama 3 hari setelah keadaan anak membaik.