147
i PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA SAAT SERANGAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan Oleh : Anita Purwaningsih NIM ST13003 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

  • Upload
    hathien

  • View
    231

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

i

PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE

PADA SAAT SERANGAN

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh :

Anita Purwaningsih

NIM ST13003

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

Page 2: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

ii

Page 3: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

iii

Page 4: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillahi robbil ‘alamin kehadirat Allah SWT, karena

rahmat dan petunjuk-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale pada Saat Serangan”. Dalam

penyusunan skripsi ini, penulis mendapat bimbingan serta dukungan dari berbagai

pihak. Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dukungan maka kurang

sempurna penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Dra. Agnes Sri Harti, MSi. selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing Utama yang

telah memberikan banyak masukan dan bimbingan serta arahan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Alfyana Nadya Rachmawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Pembimbing

Pendamping yang telah memberikan banyak masukan, bimbingan serta

arahan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Penguji yang telah

memberikan saran dan masukan pada penyusunan skripsi ini.

6. Plt. Kepala UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

Page 5: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

v

7. Seluruh staf pengajar dan akademik Prodi S-1 Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta yang telah membantu penulis

8. Bapak Sutar. H.S dan Ibu Harsiwi, Bapak dan Ibu tercinta yang selalu

mengajarkan arti kesabaran dan kekuatan, yang tak henti – hentinya

mendoakan dan selalu memberikan motivasi serta dukungan kepada penulis,

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Suamiku tercinta, Bapak Rudi Wiratno yang juga tak henti – hentinya

mendoakan dan selalu memberikan motivasi serta dukungan terbesar kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

10. Kakek, nenek serta saudara – saudara yang tersayang atas doa dan motivasi

yang diberikan kepada penulis.

11. Anak – anak tersayang, ananda Hammam Firdausi dan Huwaida Mumtazah

yang telah rela berbagi perhatian dengan proses studi maupun penyusunan

skripsi yang penulis lakukan.

12. Teman – teman seperjuangan dan seangkatan (ST13) Prodi S-1 Keperawatan

STIKes Kusuma Husada Surakarta yang tak pernah berhenti memberikan

dukungan kepada penulis dan telah berjuang bersama dalam penyelesaian

skripsi.

13. Perawat dan staff UPT Rawat Inap Purwantoro yang telah banyak

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

14. Seluruh partisipan yang telah berkenan menjadi partisipan dalam penelitian

ini dan telah membantu penulis dalam memberikan informasi.

Page 6: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

vi

15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu – persatu dalam penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari kekurangan, untuk

itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan dari berbagai pihak. Semoga

penelitian ini dapat memberikan manfaat.

Surakarta, Agustus 2015

Penulis

Page 7: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

vii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN LOGO i

LEMBAR JUDUL ii

LEMBAR PENGESAHAN iii

SURAT PERNYATAAN iv

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR SKEMA xiii

DAFTAR LAMPIRAN xiv

DAFTAR SINGKATAN xv

ABSTRAK xvi

ABSTRACT xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang 1

1.2.Rumusan Masalah 8

1.3.Tujuan Penelitian 8

1.4. Manfaat Penelitian 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Penyakit Asma Bronkiale 10

2.1.1. Pengertian 10

2.1.2. Etiologi 10

Page 8: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

viii

2.1.3. Manifestasi Klinik 11

2.1.4. Pathofisiologi 11

2.1.5. Faktor Resiko 13

2.1.6. Klasifikasi 15

2.1.7. Pemeriksaan Penunjang 16

2.1.8. Pengertian Serangan Asma 17

2.1.8.1.Pengertian Penanganan Awal Pada Pasien

Asma Pada Saat Serangan 17

2.1.8.2. Tujuan Penanganan Awal Pada Penderita

Asma 19

2.1.8.3. Tindakan Pertama yang Dilakukan Saat

Serangan Asma 19

2.1.9. Penatalaksanaan 19

2.1.9.1. Penatalaksanaan Asma Bronkiale Secara

Farmakologis 19

2.1.9.2. Penatalaksanaan Asma Bronkiale Secara

Non Farmakologis 20

2.1.9.2.1. Penatalaksanaan Asma Bronkiale

Secara Fisik 21

2.1.9.2.2. Fisioterapi pada Asma 24

2.1.9.2.3. Penanganan Asma Bronkiale

Secara Psikologis 32

Page 9: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

ix

2.2. Keaslian Penelitian 34

2.3. Kerangka Teori 38

2.4. Fokus Penelitian 39

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian 40

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 41

3.3. Populasi dan Sampel 42

3.4. Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data 44

3.5. Analisa Data 53

3.6. Keabsahan Data 54

3.7. Etika Penelitian 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Tempat Penelitian 58

4.2. Gambaran Karakteristik Partisipan 59

4.3. Hasil Penelitian 72

4.3.1. Pemahaman Partispan tentang Penyakit Asma 73

4.3.1.1.Kategori Pengetahuan 73

4.3.2. Pemahaman Keluarga tentang Penanganan Fisik

pada Asma 85

4.3.2.1.Kategori Penanganan Fisik Pada Asma 85

4.3.3. Pemahaman Keluarga tentang Penanganan

Supportif pada Asma 94

Page 10: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

x

4.3.3.1. Kategori Penanganan Supportif Pada Asma

94

BAB V PEMBAHASAN

5.1. Pemahaman Partisipan tentang Penyakit Asma 103

5.1.1.Kategori Pengetahuan 103

5.2. Pemahaman Keluarga tentang Penanganan Fisik Pada

Asma 111

5.2.1.Kategori Penanganan Fisik pada Asma 111

5.3. Pemahaman Keluarga tentang Penanganan Supportif

Pada Asma 120

5.3.1.Kategori Penanganan Supportif pada Asma 120

BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan 127

6.2. Saran 128

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 11: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Tabel

Halaman

2.1 Klasifikasi Asma Berdasarkan Derajat

Keparahannya

16

2.2

Keaslian Penelitian

35

Page 12: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

xii

DAFTAR SKEMA

Nomor

Skema

Judul Skema Halaman

2.3 Kerangka Teori 38

2.4 FokusPenelitian 39

4.3.1.1 Tema Pengertian 76

4.3.1.2 Tema Tanda dan Gejala 78

4.3.1.3 Tema Waktu Pertama Mengalami Serangan Asma 79

4.3.1.4 Tema Faktor Pencetus 84

4.3.2.1 Tema Peran Keluarga pada Penanganan Fisik 87

4.3.2.2 Tema Metode Penanganan Fisik 89

4.3.2.3 Tema Efek Penanganan Fisik 93

4.3.3.1 Tema Peran Keluarga pada Penanganan Supportif 96

4.3.3.2 Tema Metode Penanganan Supportif 98

4.3.3.3 Tema Efek Penanganan Supportif 102

Page 13: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran

Judul Lampiran Keterangan

1 Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian dari

STIKes Kusuma Husada Surakarta

2 Surat Rekomendasi Studi Pendahuluan dari UPT

Rawat Inap Purwantoro

3

Pengantar Permohonan Penelitian dari STIKes

Kusuma Husada Surakarta

4 Surat Rekomendasi tentang

Survey/Riset/Penelitian/Pengabdian Masyarakat dari

Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten

Wonogiri

5 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian dari

UPT Rawat Inap Purwantoro

6 Permohonan Menjadi Partisipan

7 Persetujuan Menjadi Partisipan

8 Lembar Biodata Partisipan

9 Pedoman Wawancara

10 Transkrip Wawancara dengan Salah Satu Partisipan

11 Analisa Tematik

12 Dokumentasi Proses Wawancara dengan Keempat

Partisipan

13 Lembar Konsultasi Pembimbing Utama

14 Lembar Konsultasi Pembimbing Pendamping

15 Lembar Konsultasi Penguji

16 POA Penyusunan Skripsi

Page 14: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

xiv

DAFTAR SINGKATAN

NO Nama Singkatan Keterangan

1 APE Arus Puncak Ekspirasi

2 B2 Agonis Beta 2 Agonis Adrenoreseptor

3 BGA Blood Gas Analysis

4 CO Karbon Monoksida

5 CO2 Karbondioksida

6 E=MC2

Rumus Energi=Massa x Constanta kuadrat

7 FEV1 Force Expiratory Volume 1

8 FGD Focus Group Discussion

9 FVC Force Vital Capacity

10 GINA Global Initiative for Atsma

11 IgE Immunoglobulin E

12 mg Miligram

13 mmHg Milimeter Merkuri Hidrargyrum

14 NaCl Natrium Klorida

15 O2 Oksigen

16 PA O2 Partial Alveolar Oxygen

17 RISKESDAS Riset Kesehatan Dasar

18 UPT Unit Pelaksana Teknis

19 WHO World Health Organization

20 WIB Waktu Indonesia Barat

Page 15: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

xv

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Anita Purwaningsih

Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale pada Saat Serangan

Abstrak

Asma bronkiale merupakan penyakit yang mengganggu kerja sistem

pernapasan yang apabila tidak segera diobati dan ditangani akan mengakibatkan

gagal napas dan kegawatan, karena pernapasan adalah proses vital kehidupan.

Penanganan non farmakologis merupakan penanganan awal untuk mengatasi

serangan supaya keadaan tidak memburuk. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui penanganan awal secara non farmakologis saat serangan asma.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan

fenomenologis. Data diperoleh dari wawancara mendalam terhadap 4 partisipan

dewasa dengan asma bronkiale, kooperatif, mampu berkomunikasi verbal baik,

pernah mengalami serangan asma minimal dua tahun terakhir dan pernah

menjalani perawatan karena asma di UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten

Wonogiri. Pengambilan dan rekruitmen partisipan dengan purposive sampling.

Analisa data menggunakan metode Colaizzi.

Hasil penelitian didapatkan 10 tema: (a) pengertian; (b) tanda dan gejala;

(c) faktor pencetus; (d) waktu pertama mengalami serangan asma, (e) peran

keluarga pada penanganan fisik; (f) metode penanganan fisik; (g) efek

penanganan fisik, (h) peran keluarga pada penanganan supportif; (i) metode

penanganan supportif; (j) efek penanganan supportif. Penanganan awal saat

serangan secara fisik didukung support secara psikologis yang dilakukan

keluarga yang dilakukan dengan tepat efeknya mengurangi gejala saat serangan.

Penelitian ini diharapkan memberikan informasi bagi pelayanan keperawatan di

institusi pelayanan kesehatan dan keluarga sehingga aplikasi pemberian asuhan

keperawatan terhadap penderita asma bronkiale dapat optimal.

Kata Kunci : Penanganan awal, Asma bronkiale, Saat serangan

Daftar Pustaka : 32 (2005-2014)

Page 16: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

xvi

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

KUSUMA HUSADA HEALTH SCIENCE COLLEGE OF SURAKARTA

2015

Anita Purwaningsih

Early Management of Bronchial asthma Patients at the Time of Its Attack

ABSTRACT

Bronchial asthma is a disease which interrupts the breathing system. It

must immediately be managed as it is a vital process of life. If the asthma is not

dealt with, this will cause the breathing failure and emergency. Non-

pharmacological management is the early management to deal with the attack so

that the condition will not get worse. The objective of this research is to

investigate the early non-pharmacological management at the time of asthma

attack.

This research used the qualitative phenomenological method. The data of

research were collected through in-depth interview with adult participants who

had bronchial asthma. They were cooperative and able to communicate verbally.

In addition, they ever experienced its attack at least during the last two years and

underwent the asthma treatment at the Technical Implementation in Patient Unit

of Public Health Center of Purwantoro, Wonogiri Regency. The participants of

research were taken by using the purposive sampling technique. The data of

research were analyzed by using the Colaizzi’s method.

The result of research shows that there were 10 themes, namely: (a)

definition bronchial asthma; (b) signs and symptoms of bronchial asthma; (c)

precipitating factors; (d) the first time of having asthma attack, (e) family’s role in

physical management; (f) method of physical management; (g) effect of physical

management; (h) family’s role in supportive management; (i) supportive

management method; and (j) effect of supportive management. The early

management at the time of asthma attack was physically supported by

psychological support which was extended the family. It was done properly so

that it reduced the symptoms at the time of its attack. The result of this research

was expected to give information to the nurses’ services at the health service

institutions and the family so that the application of the nursing care

administration to the bronchial asthma patients could be optimal.

Keywords: early management, bronchial asthma, at the time of attack

References: 32 (2005-2014)

Page 17: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif, intermitten, reversible

dimana trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi

tertentu (Musliha, 2010). Secara klinis asma adalah suatu serangan dengan

sesak yang disertai dengan suara napas “mengi” (wheezing/wheeze), yang

dapat timbul sewaktu - waktu dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun

hanya sebagian), baik secara spontan maupun hanya dengan obat-obatan

tertentu/sifat reversibilitas (Danusantoso, 2011).

Asma disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, secara intrinsik

asma bisa disebabkan oleh infeksi (virus influensa, pneumoni mycoplasmal),

fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), iritan seperti zat kimia, polusi

udara (CO, asap rokok, parfum), faktor emosional (takut, cemas dan tegang)

juga aktivitas yang berlebihan. Secara ekstrinsik/imunologik asma bisa

disebabkan oleh reaksi antigen-antibodi dan inhalasi alergen (debu, serbuk,

bulu binatang) (Danusantoso, 2011).

Stadium dini gejala yang muncul pada asma antara lain: batuk

berdahak dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul, belum ada

wheezing, belum ada kelainan bentuk thorak, ada peningkatan eosinofil darah

dan IgE, sesak napas, penurunan tekanan parsial O2. Pada stadium lanjut,

tanda dan gejala yang muncul pada asma adalah: batuk, ronchi, napas berat,

Page 18: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

2

dan dada seakan tertekan, dahak lengket, suara napas melemah dan bahkan

tak terdengar (silent chest), bentuk thorak barel chest, terdapat tarikan otot

sternokleidmastoideus, sianosis, BGA Pa O2 kurang dari 80%, rontgent paru

terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri, hipokapnea,

alkalosis bahkan asidosis respiratorik (Danusantoso, 2011).

Secara garis besar penatalaksanaan asma bronkiale dibedakan menjadi

2 yaitu farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis pengobatan

asma menggunakan reliever yaitu obat yang berfungsi untuk menghilangkan

obstruksi dan controller sebagai anti inflamasi. Termasuk golongan reliever

adalah agonis beta-2 (seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol,

isoprenalin), anti kolinergik sebagai broncodilator misalnya: ipratropium

bromide dalam bentuk inhalasi, teofilin dan kortikosteroid sistemik. Obat

yang termasuk dalam golongan controller antara lain: kortikosteroid, natrium

kromoglikat, natrium nedokromil, dan antihistamin anti lambat (Rengganis,

2008).

Secara non farmakologis penatalaksanaan pada pasien asma pada

dasarnya dapat dibedakan secara fisik maupun psikologis, secara fisik pada

saat serangan dapat diberikan tindakan fisioterapi yang salah satu unsur di

dalamnya terdapat massage pada area punggung, adanya kesadaran penderita

asma akan arti penting exercise (karena dengan olah raga seperti senam asma,

renang dan jogging dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat

mengurangi gejala asma), latihan pernapasan dengan cara menghembuskan

napas secara tepat ( hal ini akan mengurangi CO2 di paru-paru dan membuat

Page 19: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

3

rileks saluran pernapasan), mengetahui adanya faktor pencetus. Penanganan

secara psikologis antara lain: pentingnya edukasi pada penderita asma tentang

penyakitnya dan bagaimana menyikapinya, mengenali faktor alergi (tungau,

debu rumah, alergen dari hewan, jamur, zat dari tepung sari, polusi udara),

pemberian support untuk mengontrol emosi saat serangan sehingga pernapasan

berangsur teratur dan sesak napas berkurang. (Musliha, 2010).

Menurut WHO (2006) sebanyak 100 hingga 150 juta penduduk dunia

adalah penyandang asma. Jumlah ini terus bertambah sebanyak 180.000 orang

setiap tahunnya. Dalam 30 tahun terakhir prevalensi asma terus meningkat

terutama di negara maju. Peningkatan terjadi juga di negara – negara Asia

Pasifik seperti Indonesia. Studi di Asia Pasifik baru – baru ini menunjukkan

tingkat tidak masuk kerja akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan di

Amerika Serikat dan Eropa . Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah

dirawat di rumah sakit dan melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat

setiap tahunnya (GINA, 2006).

Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Pada

tahun 2003 dilaporkan 5,2%. Hasil survey prevalensi asma di beberapa kota di

Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta,

Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma berkisar 3,7– 6,4%.

Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Badan

Penelitian dan Pengembangan Pemerintah dan Kesehatan tahun 2007,

prevalensi nasional adalah sebesar 4% (Yunus, 2012). Berdasarkan riset

kesehatan dasar nasional tahun 2013 adalah 4,5%, prevalensi asma bronkiale

Page 20: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

4

adalah sebesar 3,01% dari total penduduk Jawa Tengah 4,3% dan untuk

Kabupaten Wonogiri sebesar1,6% (RISKESDAS, 2013),

Menurut Sudoyo (2006) tujuan utama penatalaksanaan asma adalah

meningkatkan dan mempertahankan kualitas hidup agar penderita asma dapat

hidup normal tanpa hambatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada

serangan akut/mendadak penanganan awal pada pasien asma saat serangan

bertujuan agar tidak terjadi obstruksi jalan napas atau keadaan yang semakin

memburuk yaitu kegagalan napas.

Studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, di wilayah kerja UPT

Rawat Inap Purwantoro berdasarkan rekapitulasi laporan 10 besar penyakit

pada tahun 2013 jumlah kunjungan pasien dengan asma bronkiale adalah

sejumlah 68 pasien, tahun 2014 sejumlah 76 pasien dan bulan Februari sampai

dengan Juli 2015 sejumlah 44 pasien. Dari 10 pasien yang ditemui di tempat

pelayanan kesehatan UPT Rawat Inap Purwantoro, diperoleh data bahwa gejala

yang muncul saat terjadi serangan asma bronkiale adalah sesak napas, kadang

ada rasa seperti tercekik pada leher, pusing, nyeri dada, cemas, panik dan

secara obyektif pada auskultasi paru terdengar suara wheezing.

Empat dari sepuluh pasien yang ditemui peneliti mengatakan bahwa

datang ke tempat pelayanan kesehatan UPT Rawat Inap Purwantoro adalah

sebagai pilihan untuk mendapatkan perawatan dan penanganan secara

farmakologis saat serangan, dalam hal ini penanganan yang dimaksud adalah

pemberian terapi inhalasi (nebulizer, menggunakan 1 unit (2,5 ml) obat inhalasi

Page 21: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

5

yang mengandung kombinasi ipratroprium bromide 0,5 mg dan salbutamol 2,5

mg yang diencerkan dengan NaCl dengan perbandingan 1:1).

Namun terdapat upaya non farmakologis sebelum mendapat

penanganan medis/farmakologis yang dilakukan oleh keluarga yang diyakini

keempat pasien dapat meringankan gejala saat serangan adalah penanganan

non farmakologis baik secara fisik maupun psikologis, penanganan fisik yang

dimaksud adalah massage ringan, “kerokan” dengan menggunakan minyak

kayu putih atau minyak. lain yang menghangatkan pada area dada dan

punggung. Keempatnya mengungkapkan bahwa setelah diberikan penanganan

fisik tersebut gejala yang muncul saat serangan seperti batuk, sesak napas

terasa berkurang, napas terasa lebih lega dan dada pun juga terasa longgar/tidak

tertekan. Menurut Monalisa (2012), berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan pada penanganan pasien asma, massage dada dengan minyak kayu

putih akan memberikan efek anti spasmodik sehingga mengurangi obstruksi

jalan napas.

Menurut Dessianti (2015), kondisi distress pernapasan, yaitu kondisi

di mana orang menderita ketidaknyamanan pada saluran pernapasan, seperti

pada serangan asma seseorang dapat menggunakan manfaat minyak kayu putih

untuk mendapatkan bantuan untuk meringankan rasa sesak pada dada serta

hidung tersumbat. Minyak kayu putih juga membantu dalam menyingkirkan

lendir serta membantu mengencerkan dahak, sehingga memberikan bantuan

ekstra. Kemudian juga memberikan efek menenangkan pada rongga hidung,

sehingga udara yang terasa dingin dan hidung tersumbat akan segera teratasi.

Page 22: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

6

Campuran minyak kayu putih dengan air hangat dapat digunakan sebagai

inhalan atau dioleskan pada hidung, leher, dan tengkuk sehingga melonggarkan

pernapasan. Pada serangan asma dibutuhkan zat yang yang terkandung dalam

minyak kayu putih bersifat memberikan sebagai relaksasi otot sehingga dapat

mengurangi penyempitan pada saluran udara di saluran pernapasan (Ahmad,

2013). Menurut Masyoel dalam Nafiah 2013, “kerokan” yang di masyarakat

awam diyakini juga mampu meringankan gejala saat terjadi serangan asma,

maka mekanisme yang terjadi adalah ketika “kerokan” pinggiran uang logam

menggores permukaan kulit. Hal ini yang membuat panas tubuh berangsur

turun. Ketika pengerokan pingiran uang logam berperan seperti pemijatan,

sehingga membuat rasa nyeri dan pegal, pusing, sesak napas termasuk pada

asma berangsur hilang jika di sertai dengan istirahat yang cukup.

Penanganan secara psikologis/supportif yang diyakini oleh keempat

pasien dapat meringankan gejala adalah support keluarga untuk mengendalikan

pernapasan, tenang/tidak panik dan cemas. Keempatnya mengungkapkan

bahwa apabila mereka mampu mengendalikan diri, tenang, tidak cemas maka

gejala yang muncul seperti sesak napas berkurang dan dada terasa lebih

longgar. Menurut Setyoningsih (2008), berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan pada penanganan pasien asma, didapatkan hasil bahwa self

management (dalam hal ini kemampuan pasien dalam mengenali faktor

pencetus, mengendalikan stress dan emosi saat serangan) dapat mengurangi

gejala asma. Dinyatakannya pula bahwa secara psikologis keluarga merupakan

faktor penting yang membantu pasien asma dalam hal self management saat

Page 23: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

7

mendapatkan serangan. Dalam hal ini support keluarga yang dimaksud adalah

pengendalian stress dan emosi pasien asma saat mendapatkan serangan

sehingga gejala yang muncul saat serangan tidak semakin parah.

Ketika ada gangguan dalam sistem pernapasan berupa batuk atau

serangan asma, maka kinerja otot-otot pernapasan pada dinding thorak akan

dibebani pekerjaan tambahan dengan frekuensi berkali lipat dari biasa berupa

kontraksi berlebihan yang begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi

pada penderita asma, bila dalam kondisi biasa otot-otot tersebut bekerja begitu

santai, maka ketika asma kambuh otot-otot pernapasan pada dinding thorak

harus bekerja extra keras untuk membantu paru memompa udara keluar dari

dalam paru agar segera berganti dengan udara yang baru. Itulah sebabnya

support untuk mengatur napas otot perut/diafragma begitu dianjurkan bagi

penderita asma, sebab support tersebut akan memberikan efek relaksasi secara

mental dan selanjutnya kondisi tenang tersebut akan menurunkan frekuensi

pernapasan yang meningkat saat serangan (Yudiono dalam Jakfisio, 2013).

Serangan asma merupakan kondisi kegawatan pada pernapasan yang

memerlukan penanganan awal secara fisik maupun supportif, karena apabila

kondisi serangan tidak tertangani dengan baik akan mengakibatkan kegagalan

napas sebagai salah satu proses vital kehidupan (Musliha, 2010). Berdasarkan

fenomena tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih

lanjut tentang penanganan awal secara fisik maupun psikologis/supportif

sebelum pengobatan medis yang dilakukan keluarga sebagai tindakan untuk

mengurangi gejala pada pasien asma saat mendapatkan serangan.

Page 24: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

8

1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah : “Bagaimana penanganan awal pasien asma bronkiale

saat terjadinya serangan?”

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini memiliki tujuan umum yaitu untuk mengetahui

penanganan awal pada pasien asma bronkiale pada saat terjadinya

serangan.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui pemahaman partisipan tentang penyakit asma

bronkiale.

2. Mengetahui pemahaman partisipan dan keluarga tentang

penanganan awal secara fisik pada serangan asma.

3. Mengetahui pemahaman partisipan dan keluarga tentang

penanganan awal secara psikologis/supportif pada serangan asma

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1.4.1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan / Puskesmas Rawat Inap

1. Sebagai bahan masukan/referensi dalam meningkatkan pemberian

perawatan pada pasien asma bronkiale dengan terapi supportif dan

massage ringan untuk mengurangi gejala yang muncul seperti

sesak napas, nyeri dada, cemas dan tegang.

Page 25: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

9

2. Memberikan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam praktik

layanan keperawatan kepada klien khususnya pada pasien dengan

asma bronkiale.

1.4.2. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan/referensi bagi institusi

pendidikan keperawatan untuk materi pembelajaran dalam asuhan

keperawatan pada pasien asma bronkiale.

1.4.3. Bagi Peneliti lain

Merupakan acuan atau sumber bagi penelitian terkait.

1.4.4. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan

pengetahuan dan skill peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap pasien asma bronkiale saat terjadinya serangan.

1.4.5. Bagi Klien dengan Asma dan Keluarga

Sebagai pengetahuan dalam upaya pencegahan terjadinya serangan di

rumah dan memberikan dukungan secara fisik maupun psikologis

pada klien saat terjadi serangan asma di rumah.

Page 26: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Pengertian

Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif, intermitten,

reversible dimana trachea dan bronchi berespon secara hiperaktif terhadap

stimulasi tertentu (Musliha, 2010). Secara klinis asma adalah suatu

serangan dengan sesak yang disertai dengan suara napas “mengi”

(wheezing/wheeze), yang dapat timbul sewaktu-waktu dan dapat hilang

kembali (sempurna ataupun hanya sebagian), baik secara spontan maupun

hanya dengan obat-obatan tertentu/sifat reversibilitas (Danusantoso,

2011).

2.1.2. Etiologi

Asma disebabkan oleh faktor intrinsik dan ekstrinsik, secara

intrinsik asma bisa disebabkan oleh infeksi (virus influensa, pneumoni

mycoplasmal), fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur), iritan seperti

zat kimia, polusi udara (CO, asap rokok, parfum), faktor emosional (takut,

cemas dan tegang) juga aktivitas yang berlebihan. Secara

ekstrinsik/imunologik asma bisa disebabkan oleh reaksi antigen-antibodi

dan inhalasi alergen (debu, serbuk, bulu binatang) (Danusantoso, 2011).

Page 27: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

11

2.1.3. Manifestasi Klinis

Pada stadium dini gejala yang muncul antara lain: batuk berdahak

dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul, belum ada wheezing,

belum ada kelainan bentuk thorak, ada peningkatan eosinofil darah dan

IgE, sesak napas, penurunan tekanan parsial O2. Pada stadium lanjut,

tanda dan gejala yang muncul adalah: batuk, ronchi, sesak napas berat dan

dada seakan tertekan, dahak lengket, suara napas melemah dan bahkan tak

terdengar (silent chest) bentuk thorak barel chest, terdapat tarikan otot

sternokleidomastoideus, sianosis, BGA Pa O2 kurang dari 80%, rontgent

paru terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kanan dan kiri,

hipokapnea (alkalosis bahkan asidosis respiratorik) (Danusantoso, 2011).

2.1.4. Patofisiologi

Triger (pemicu) yang berbeda akan menyebabkan eksaserbasi

asma oleh karena inflamasi saluran napas atau bronchospasme akut atau

keduanya. Sesuatu yang dapat memicu serangan asma ini sangat bervariasi

antara satu individu dengan individu yang lain dan dari satu waktu ke

waktu yang lain. Beberapa hal diantaranya adalah allergen, polusi udara,

infeksi saluran napas, kecapaian, perubahan cuaca, makanan, obat atau

ekspresi emosi yang berlebihan. Mekanisme keterbatasan aliran udara

yang bersifat akut ini bervariasi sesuai dengan rangsangan. Allergen akan

memicu terjadinya bronkhokontriksi akibat pelepasan Ig-E dependent dari

mast sel saluran pernapasan dari mediator, termasuk diantaranya histamin,

prostaglandin, leukotrin sehingga akan terjadi kontraksi otot polos.

Page 28: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

12

Keterbatasan aliran udara yang bersifat akut ini kemungkinan juga terjadi

oleh karena saluran pernapasan pada pasien asma sangat hiperresponsif

terhadap bermacam – macam jenis rangsangan. Pada asma akut

mekanisme yang menyebabkan bronchokonstriksi terdiri dari kombinasi

antara pelepasan mediator sel inflamasi dan rangsangan yang bersifat lokal

atau refleks saraf pusat. Akibatnya keterbatasan aliran udara timbul oleh

karena adanya pembengkakan dinding saluran napas dengan atau tanpa

kontraksi otot polos. Peningkatan permeabilitas dan kebocoran

mikrovaskular berperan terhadap penebalan dan pembengkakan pada sisi

luar otot polos saluran pernapasan.

Penyempitan saluran pernapasan yang bersifat progesif yang

disebabkan oleh inflamasi saluran pernapasan dan atau peningkatan tonus

otot polos bronkhioler merupakan gejala serangan asma akut dan berperan

terhadap peningkatan resistensi aliran, hiperinflasi pulmoner dan

ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi. Apabila tidak dilakukan koreksi

terhadap obstruksi saluran pernapasan ini, akan terjadi gagal napas yang

merupakan konsekuensi dari peningkatan kerja pernapasan,

ketidakefektifan pertukaran gas dan kelelahan otot- otot pernapasan.

Interaksi kardiopulmoner dan sistem kerja paru berhubungan erat dengan

obstruksi saluran napas.

Obstruksi aliran udara merupakan gangguan fisiologis terpenting

pada asma akut. Gangguan ini akan menghambat aliran udara selama

inspirasi dan ekspirasi. Ketika terjadi obstruksi aliran udara saat ekspirasi

Page 29: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

13

yang relatif cukup berat akan menyebabkan pertukaran aliran udara yang

kecil untuk mencegah kembalinya tekanan alveolar terhadap tekanan

atmosfer maka akan terjadi hiperinflasi dinamik. Besarnya hiperinflasi

dapat dinilai dengan derajat penurunan kapasitas cadangan fungsional dan

volume cadangan. Fenomena ini dapat pula terlihat pada foto toraks, yang

memperlihatkan gambaran volume paru yang membesar dan diafragma

yang mendatar.

Hiperinflasi dinamik terutama berhubungan dengan peningkatan

aktifitas otot pernapasan, mungkin sangat berpengaruh terhadap tampilan

kardiovaskular. Hiperinflasi paru akan meningkatkan afterload pada

ventrikel kanan oleh karena peningkatan efek kompresi langsung terhadap

pembuluh darah paru (Sudoyo, 2006 ).

2.1.5. Faktor Resiko

Menurut Wong (2006), resiko berkembangnya asma merupakan

interaksi antara faktor penjamu (host) dan faktor lingkungan. Faktor

penjamu tersebut adalah: predisposisi genetik asma, alergi, hiperreaktifitas

bronkus, jenis kelamin, ras/etnik.

Faktor lingkungan dibagi 2, yaitu :

a. Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan/predisposisi asma

untuk berkembang menjadi asma.

b. Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan/atau menyebabkan

gejala asma menetap.

Page 30: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

14

2.1.5.1 Faktor lingkungan yang mempengaruhi individu dengan predisposisi

asma untuk berkembang menjadi asma adalah :

a. Allergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti minyak, kosmetik,

alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga.

b. Sensitisasi (bahan) lingkungan kerja.

c. Asap rokok.

d. Polusi udara di luar maupun di dalam ruangan.

e. Infeksi pernapasan (virus).

f. Diet.

g. Status sosioekonomi.

h. Besarnya keluarga.

i. Obesitas.

2.1.5.2 Faktor lingkungan yang menyebabkan eksaserbasi dan/atau

menyebabkan gejala asma menetap adalah :

a. Allergen di dalam maupun di luar ruangan.

b. Polusi udara di luar maupun di dalam ruangan.

c. Infeksi pernapasan.

d. Olah raga dan hiperventilasi.

e. Perubahan cuaca.

f. Makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan).

g. Obat-obatan, seperti asetil salisilat.

h. Ekspresi emosi yang berlebihan.

i. Asap rokok.

Page 31: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

15

j. Iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang.

2.1.6. Klasifikasi

Menurut GINA(2006), klasifikasi asma adalah suatu kontinum,

yang berarti bahwa derajat berat asma persisten dapat berkurang atau

bertambah. Derajat gejala eksaserbasi atau serangan asma dapat

bervariasi yang tidak tergantung dari derajat sebelumnya.

2.1.6.1 Klasifikasi Menurut Etiologi.

Usaha telah dilakukan untuk membagi asma menurut etiologi,

terutama dengan bahan lingkungan yang mensensititasi. Namun hal itu

sulit dilakukan antara lain oleh karena bahan tersebut sering tidak

diketahui.

2.1.6.2 Klasifikasi Menurut Kontrol Asma

Dapat didefinisikan menurut berbagai cara. Pada umumnya, istilah

kontrol menunjukkan penyakit yang beratnya hiperreaktivitas bronkus.

Berbagai cara digunakan untuk mengukur hiperreaktivitas bronkus

tersebut, antara lain dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara

dingin, inhalasi antigen, maupun inhalasi zat non spesifik.

Page 32: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

16

2.1.6.3 Klasifikasi asma bronkiale menurut derajat keparahannya

dapat dibedakan seperti di bawah ini:

Tabel 2.1

Klasifikasi asma bronkiale menurut derajat keparahan asma.

(Sumber : GINA, 2006 ).

Keparahan Asma Gejala Klinis Fungsi Paru

Step I

Intermiten

Gejala kurang dari 1x / bulan

kekambuhan singkat

Gejala malam hari kurang dari 2x

/ bulan

Arus Puncak Ekspirasi

(APE) > 80 %

Varibilitas APE < 20

%

Step II

Persistant Ringan

Gejala lebih dari 1x / minggu

tetapi kurang dari 1x / hari

Kekambuhan mengganggu

aktivitas tidur

Gejala malam hari lebih dari 2x /

bulan

APE >80 %

Variabilitas APE 20 –

30%

Step III

Persistant Sedang

Gejala setiap hari kekambuhan

Mengganggu aktivitas dan tidur

Gejala malam hari >1x /minggu

Penggunaan B2 agonis setiap hari

APE 60 – 80 %

Variabilitas APE > 30

%

Step IV

Persistant Berat

Gejala setiap hari

Kekambuhan sering

Gejala malam hari

Aktifitas fisik terbatas

APE < 60 %

Variabilitas APE 30

%

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Pada asma bronkiale pemeriksaan diagnostik yang dilakukan antara lain :

1. Test faal paru dan ukur APE (dilakukan pada pagi dan malam hari).

2. Tes kulit, misalnya ditemukan debu dan serpih kulit berarti mempunyai

atopi.

3. Tes darah eosinofil.

Page 33: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

17

4. Tes profokasi, dengan cara bernapas dalam lingkungan pekerjaan,

muncul dalam beberapa saat/malam harinya diukur dengan APE, atau

lari selama 6 menit, catat APE sebelum dan sesudah lari.

5. Scanning paru, dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari

bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada

paru – paru.

6. Spirometri untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible,

cara paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon

pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan

sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol (inhaler atau

nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 (Force Expiratory

Volume) atau FVC lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak

adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan

spirometri tidak saja penting untuk menilai berat obstruksi dan efek

pengobatan. Banyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan

spirometrinya menunjukkan obstruksi (Musliha, 2010).

2.1.8 Pengertian Serangan Asma

Serangan asma adalah terdapatnya tanda-tanda sulit untuk bernapas

disertai bunyi “mengi” (wheezing), cemas, kulit wajah pucat dan

membiru dan apabila dibiarkan akan menyebabkan pingsan (Musliha,

2010). Menurut Danusantoso (2011) serangan pertama asma (waktu

pertama didapatkan serangan) dapat timbul pada masa kanak – kanak

sampai masa setengah umur. Menurut Sudoyo (2006) dengan

Page 34: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

18

mengetahui gambaran klinis pada anak dan saat pertama timbulnya

serangan asma, maka dapat dilihat luas permasalahan dan seberapa jauh

dilakukannya upaya untuk mencegah serangan asma.

Berikut episode serangan pertama asma berdasarkan kriteria usia

pada masa anak – anak:

1. Asma Episodik Jarang

Sering ditemukan pada usia 3-6 tahun, 70-75% dari populasi asma

pada anak.

2. Asma Episodik Sering

Dua pertiga pada golongan ini serangan pertam terjadi pada umur

sebelum 3 tahun. Pada permulaan serangan terjadi pada usia 5-6

tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi.

3. Asma Kronik Persisten

25% anak golongan ini serangan pertama terjadi sebelum anak

berusia 6 bulan, 75% sebelum usia 3 tahun. 50% mendapat serangan

asma secara episodik pada dua tahun pertama dan hampir selalu

terjadi “mengi” setiap hari.

2.1.8.1 Pengertian Penanganan Awal pada Pasien Asma pada Saat Serangan

Penanganan awal pada pasien asma pada saat serangan adalah

tindakan awal yang diberikan pada penderita asma saat tiba – tiba

mendapatkan serangan yang bertujuan untuk mengurangi intensitas

sesak napas agar tidak semakin parah atau mengakibatkan gagal napas

(Musliha, 2010).

Page 35: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

19

2.1.8.2 Tujuan Penanganan Awal pada Penderita Asma

Tujuan penanganan awal pada penderita asma adalah untuk

mengurangi intensitas sesak napas agar tidak semakin memburuk

(Musliha, 2010).

2.1.8.3 Tindakan Pertama yang Dilakukan saat Terjadi Serangan Asma

Tindakan yang pertama dilakukan saat terjadi serangan asma

adalah tenangkan penderita dengan membantunya untuk duduk dan

istirahat, menghindarkan dari faktor alergen, memberikan posisi yang

nyaman, bantu pasien menggunakan inhaler dan mengambil obatnya,

melakukan fisioterapi dada dan latihan napas, dan bila serangan terlihat

berkepanjangan maka sesegera mungkin membawa penderita ke tempat

pelayanan medis (Musliha, 2010).

2.1.9 Penatalaksanaan

Menurut Rengganis (2008), secara garis besar penatalaksanaan

asma bronkiale dibedakan menjadi 2 yaitu farmakologis dan non

farmakologis.

2.1.9.1 Penatalaksanaan Asma Bronkiale Secara Farmakologis

Secara farmakologis pengobatan asma menggunakan reliever

yaitu obat yang berfungsi untuk menghilangkan obstruksi dan

controller sebagai anti inflamasi.Termasuk golongan reliever adalah

agonis beta-2 (seperti salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol,

isoprenalin), anti kolinergik sebagai broncodilator misalnya:

ipratropium bromide dalam bentuk inhalasi, teofilin dan kortikosteroid

Page 36: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

20

sistemik. Obat yang termasuk dalam golongan controller antara lain:

kortikosteroid, natrium kromoglikat, natrium nedokromil dan

antihistamin anti lambat (Rengganis, 2008).

2.1.9.2 Penatalaksanaan Asma Bronkiale Secara Non Farmakologis

Secara non farmakologis penatalaksanaan pada pasien asma

meliputi penanganan secara fisik dan psikologis (Rengganis, 2008).

Penatalaksanaan ini pada dasarnya dapat dibedakan secara fisik maupun

psikologis, secara fisik pada saat serangan dapat diberikan tindakan

fisioterapi yang salah satu unsur di dalamnya terdapat massage pada area

punggung, meningkatkan kesadaran penderita asma akan arti penting

exercise (karena dengan olah raga seperti senam asma, renang dan

jogging dan peningkatan aktivitas secara bertahap untuk mengurangi

gejala asma), latihan pernapasan dengan cara menghembuskan napas

secara tepat (karena hal ini akan mengurangi CO2 di paru-paru dan

membuat rileks saluran pernapasan) serta mengetahui adanya faktor

pencetus dan allergi. Penanganan asma secara psikologis antara lain:

edukasi pada penderita asma tentang penyakitnya dan bagaimana

menyikapinya, pemberian support untuk mengontrol emosi saat serangan

sehingga pernapasan berangsur teratur dan sesak napas berkurang.

(Musliha, 2010).

Menurut Monalisa (2012), berdasarkan peneltian yang sudah

dilakukan pada pasien asma bahwa, upaya pengobatan penderita asma

mencakup upaya pengobatan medis (farmakologis) dan non

Page 37: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

21

farmakologis, seperti massage dengan minyak kayu putih pada area dada

dan punggung, sebab massage itu sendiri memberikan efek relaksasi

yang mampu melebarkan jalan napas dan minyak kayu putih yang

memberikan rasa hangat memberikan efek anti spasmodik sehingga

mengurangi obstruksi jalan napas. Secara non farmakologis

penatalaksanaan asma bronkiale dibedakan menjadi 2, yaitu penanganan

secara fisik dan psikologis.

2.1.9.2.1 Penanganan Asma Bronkiale Secara Fisik

Menurut Musliha (2010), penanganan asma bronkiale secara fisik

pada dasarnya adalah bagaimana penderita asma mengetahui adanya

faktor pencetus (seperti penggunaan aspirin dan anti inflamasi non

steroid), mengenali faktor alergi (tungau, debu rumah, alergen dari

hewan, jamur, zat dari tepung sari, polusi udara). Hal yang tak kalah

penting adalah kesadaran penderita asma akan arti penting exercise

karena dengan olah raga sepeti senam asma dan jogging dan peningkatan

aktivitas secara bertahap dapat mengurangi gejala asma.

Secara fisik penanganan pada saat serangan yaitu dapat diberikan

tindakan fisioterapi yang salah satu unsur di dalamnya terdapat massage

pada area punggung, meningkatkan kesadaran penderita asma akan arti

penting exercise (karena dengan olah raga seperti senam asma, renang

dan jogging dan peningkatan aktivitas secara bertahap dapat mengurangi

gejala asma), latihan pernapasan dengan cara menghembuskan napas

secara tepat (karena hal ini akan mengurangi CO2 di paru-paru dan

Page 38: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

22

membuat rileks saluran pernapasan), mengetahui adanya faktor pencetus

dan alergi (Musliha, 2010).

Menurut Dessianti (2015), saat serangan asma dibutuhkan

tindakan massage dengan media zat yang bersifat memberi relaksasi otot

sehingga dapat mengurangi penyempitan pada saluran udara di saluran

pernapasan. Kondisi distress pernapasan, yaitu kondisi di mana orang

menderita ketidaknyamanan pada saluran pernapasan, seperti pada

serangan asma seseorang dapat menggunakan manfaat minyak kayu

putih untuk mendapatkan bantuan untuk meringankan rasa sesak pada

dada serta hidung tersumbat. Minyak kayu putih juga membantu dalam

menyingkirkan lendir serta membantu mengencerkan dahak, sehingga

memberikan bantuan ekstra. Kemudian juga memberikan efek

menenangkan pada rongga hidung, sehingga udara yang terasa dingin

dan hidung tersumbat akan segera teratasi. Campuran minyak kayu putih

dengan air hangat juga dapat digunakan sebagai inhalan atau dioleskan

pada hidung, leher, dan tengkuk sehingga melonggarkan pernapasan.

Pada serangan asma dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu

putih yang bersifat memberikan sebagai relaksasi otot sehingga dapat

mengurangi penyempitan pada saluran pernapasan (Ahmad, 2013).

Menurut Masyoel dalam Nafiah 2013, “kerokan” yang di

masyarakat awam diyakini juga mampu meringankan gejala saat terjadi

serangan asma, maka proses yang terjadi adalah pinggiran uang logam

menggores permukaan kulit. Kondisi ini yang membuat panas tubuh

Page 39: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

23

berangsur turun. Goresan/pengerokan dengan pingiran uang logam

tersebut mekanismenya seperti pemijatan, sehingga membuat rasa nyeri

dan pegal, pusing, sesak napas termasuk pada asma berangsur hilang jika

di sertai dengan istirahat yang cukup.

Penanganan secara psikologis/supportif yang diyakini oleh

keempat pasien dapat meringankan gejala adalah support keluarga untuk

mengendalikan pernapasan, tenang/tidak panik dan cemas. Keempatnya

mengungkapkan bahwa apabila mereka mampu mengendalikan diri,

tenang, tidak cemas maka gejala yang muncul seperti sesak napas

berkurang dan dada terasa lebih longgar. Menurut Setyoningsih (2008),

berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penanganan pasien

asma, didapatkan hasil bahwa self management (dalam hal ini

kemampuan pasien dalam mengenali faktor pencetus, mengendalikan

stress dan emosi saat serangan) dapat mengurangi gejala asma.

Dinyatakannya pula bahwa secara psikologis keluarga merupakan faktor

penting yang membantu pasien asma dalam hal self management saat

mendapatkan serangan. Dalam hal ini support keluarga yang dimaksud

adalah pengendalian stress dan emosi pasien asma saat mendapatkan

serangan sehingga gejala yang muncul saat serangan tidak semakin

parah.

Page 40: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

24

2.1.9.2.2 Fisioterapi pada Asma

Menurut Wong (2008), pada penderita asma selain

meresepkan obat, dokter biasanya juga menyarankan fisioterapi. Terapi

pada paru-paru ini akan membantunya mengeluarkan lendir, sehingga

pasien bisa bernapas lega kembali. Umumnya untuk kasus batuk pilek

atau asma yang ringan hanya dibutuhkan 1-2 kali fisioterapi tapi untuk

kasus yang berat bisa dibutuhkan sampai 7 kali, bahkan lebih.

Manfaat fisioterapi bukan hanya meringankan batuk pilek

karena infeksi saja, tapi juga gangguan pernapasan akibat asma atau

pilek karena alergi. Namun fisioterapi di rumah harus dijadikan satu

paket dengan kunjungan ke dokter. Maksudnya, tetap harus diingat

bahwa tujuan fisioterapi adalah memperingan gejala sementara

pengobatan tetap harus dilakukan berdasarkan pemeriksaan dokter.

Fisioterapi dada bertujuan untuk merelaksasi fisik dan mental,

memperkuat otot pernapasan, serta membantu pola pernapasan yang

efisien. Kegiatan yang dilakukan pada fisioterapi dada adalah melatih

bernapas dan pengendalian napas yang dapat mencegah inflamasi

berlebih dan meningkatkan efektifitas batuk.

Menurut Wong (2008) fisioterapi di rumah dapat dilakukan

pada semua usia, dari bayi hingga dewasa. Tahapan - tahapan fisioterapi

antara lain :

Page 41: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

25

a. Inhalasi

Inhalasi adalah pengobatan dengan cara memberikan obat

dalam bentuk uap kepada penderita langsung melalui alat

pernapasannya (hidung ke paru-paru). Alat terapi inhalasi

bermacam-macam. Salah satunya yang efektif bagi adalah alat

terapi dengan kompresor (nebulizer) yang di dalamnya digunakan

kombinasi ipratroprium bromide 0,5 mg dan salbutamol 2,5 mg

yang diencerkan dengan NaCl dengan perbandingan 1:1. Cara

penggunaannya cukup praktis yaitu pasien diminta menghirup

uap yang dikeluarkan nebulizer dengan menggunakan masker.

Obat-obatan yang dimasukkan ke dalam nebulizer bertujuan

melegakan pernapasan atau menghancurkan lendir. Semua

penggunaan obat harus selalu dalam pengawasan dokter. Dosis

obat pada terapi inhalasi jelas lebih sedikit tapi lebih efektif

daripada obat oral/obat minum seperti tablet atau sirup, karena

dengan inhalasi obat langsung mencapai sasaran. Bila tujuannya

untuk mengencerkan lendir/sekret di paru-paru, obat akan

langsung menuju ke paru.

b. Latihan batuk

Batuk merupakan cara efektif dan efisien untuk

mengeluarkan lendir di saluran pernapasan. Agar batuk jadi

efektif maka perlu diberikan latihan batuk. Namun latihan ini

hanya bisa dilakukan pada penderita yang sudah bisa diajak

Page 42: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

26

sedikit bekerja sama (kooperatif) atau mulai di usia batita. Untuk

bayi, teknik batuk pada fisioterapi di rumah biasanya ditiadakan.

Bayi biasanya mengeluarkan lendir dengan cara

memuntahkannya. Adapun latihan batuk yang bisa dilakukan

adalah pasien duduk dengan agak membungkuk. Instruksikan

pasien untuk menarik napas dalam-dalam lalu tahan dan

kontraksikan otot perut. Tiup napas lebih kuat dan batukkan.

c. Latihan pernapasan (Breathing exercise)

Pada penderita asma, latihan pernapasan selain ditujukan

untuk memperbaiki fungsi alat pernapasan, juga bertujuan melatih

penderita untuk mengatur pernapasan jika terasa akan datang

serangan, ataupun sewaktu serangan asma. Breathing Exercise

berbeda dengan gim atau latihan-latihan yang bertujuan

memperbaiki kelenturan rongga dada serta diafragma. Tujuan

utamanya pada penderita asma adalah untuk melakukan

pernapasan yang benar (efisien). Pada penderita asma, latihan

pernapasan selain ditujukan untuk memperbaiki fungsi alat

pernapasan, juga bertujuan melatih penderita untuk mengatur

pernapasan jika terasa akan datang serangan, ataupun sewaktu

serangan asma. Latihan pernapasan utama bagi penderita asma

adalah latihan napas perut atau diafragma. Kekhususan di dalam

latihan yakni waktu mengeluarkan napas dikerjakan secara aktif.

Sedangkan sewaktu menarik napas, lebih banyak secara pasif.

Page 43: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

27

Mengeluarkan napas melalui mulut yang mencucu seperti

sewaktu meniup lilin atau bersiul, pelan-pelan, dengan

mengempiskan dinding perut. Sewaktu inspirasi, dinding perut

relaks (pasif) dan udara masuk ke paru-paru melalui hidung.

d. Penggunaan Minyak Kayu Putih dalam Massage Dada dan

Kerokan pada Asma

Asma adalah suatu kondisi kronis yang terjadi pada sistem

pernapasan, dan bisa merespon aromaterapi (minyak kayu putih

atau minyak gosok lain yang memberikan sensasi rasa hangat)

dengan cukup baik. Minyak kayu putih atau minyak gosok yang

memiliki sensasi hangat, merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari aromaterapi, menunjukkan sifat dekongestan dan

antispasmodic yang membantu meringankan gejala asma

(Faishal, 2007).

Minyak kayu putih/minyak gosok yang diekstrak dari

tanaman umumnya digunakan untuk aromaterapi dalam

mengobati berbagai macam penyakit termasuk asma. Penggunaan

minyak kayu putih untuk mendapatkan manfaat terapeutik bisa

dilakukan dengan cara menghirup atau memijatkannya.

Penggunaan minyak kayu putih atau minyak gosok yang

memberikan sensasi hangat untuk asma telah didukung oleh

testimonial yang positif, telah banyak diterima dalam pengobatan

terkait masalah-masalah pernapasan. Minyak kayu putih

Page 44: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

28

membantu membuka saluran pernapasan yang menyempit karena

asma, sehingga membantu bernapas bisa lebih mudah (Dessianti,

2013).

Penggunaan minyak kayu putih atau minyak lain yang

memberikan sensasi hangat dengan cara menggosok dada dan

punggung bisa efektif untuk mengurangi gejala asma. Minyak

kayu putih memiliki sifat anti inflamasi dan antispasmodic,

sehingga dapat membantu mengurangi gejala saat serangan asma.

Menggosokkan minyak kayu putih di dada dan punggung pada

saat serangan asma sebenarnya bisa membantu menghentikan

gangguan pernapasan dalam beberapa saat, sebelum pasien

mendapatkan penanganan secara farmakologis/medis (Ahmad,

2013).

Minyak kayu putih atau minyak yang memberikan sensasi

hangat juga bekerja sebagai bronchodilator, artinya bisa

memperlebar saluran pernapasan. Dengan demikian akan

memungkinkan aliran udara ke paru-paru menjadi lebih lancar.

Karena bisa meringankan saluran pernapasan, selanjutnya juga

bisa untuk meringankan masalah yang terkait pernapasan

termasuk asma bronkiale (Faishal, 2007). Menurut Dessianti

(2015), saat serangan asma dibutuhkan tindakan massage dengan

media zat yang bersifat memberi relaksasi otot sehingga dapat

mengurangi penyempitan pada saluran udara di saluran

Page 45: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

29

pernapasan. Kondisi distress pernapasan, yaitu kondisi di mana

orang menderita ketidaknyamanan pada saluran pernapasan,

seperti pada serangan asma seseorang dapat menggunakan

manfaat minyak kayu putih untuk mendapatkan bantuan untuk

meringankan rasa sesak pada dada serta hidung tersumbat.

Minyak kayu putih juga membantu dalam menyingkirkan

lendir serta membantu mengencerkan dahak, sehingga

memberikan bantuan ekstra. Kemudian juga memberikan efek

menenangkan pada rongga hidung, sehingga udara yang terasa

dingin dan hidung tersumbat akan segera teratasi. Campuran

minyak kayu putih dengan air hangat juga dapat digunakan

sebagai inhalan atau dioleskan pada hidung, leher, dan tengkuk

sehingga melonggarkan pernapasan. Pada serangan asma

dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu putih yang

bersifat memberikan sebagai relaksasi otot sehingga dapat

mengurangi penyempitan pada saluran udara di saluran

pernapasan (Ahmad, 2013).

Menurut Masyoel dalam Nafiah 2013, “kerokan” yang di

masyarakat awam diyakini juga mampu meringankan gejala saat

terjadi serangan asma, maka proses yang terjadi adalah ketika

“kerokan” pinggiran uang logam menggores permukaan kulit.

Kondisi ini yang membuat panas tubuh berangsur turun.

Goresan/pengerokan dengan pingiran uang logam tersebut

Page 46: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

30

mekanismenya seperti pemijatan, sehingga membuat rasa nyeri

dan pegal, pusing, sesak napas termasuk pada asma berangsur

hilang jika di sertai dengan istirahat yang cukup. Ternyata

Kerokan tidak hanya populer di indonesia, tetapi juga sering di

lakukan oleh orang-orang di negara asia lainnya, seperti di

Vietnam menyebut kerokan sebagai "cao giodi", sedangkan di

Kamboja menyebutnya "goh kyol", bahkan di China yang

terkenal dengan akupunturnya menyebut kerokan dengan sebutan

"gua sua", namun bedanya orang China memakai batu giok

sebagai alat pengerok, bukan kepingan uang logam seperti yang

umumnya dipakai oleh orang Indonesia. (Deimon, 2013).

Kerokan ini pun dipercaya sebagai bukti nyata dalam

perwujudan ilmu Einstein (E=MC2) yang menerangkan bahwa

energi muncul karena pergesekan dua benda. Jika permukaan

tubuh kita digosok-gosokan dengan tangan atau benda tumpul

dengan cepat, maka suhu panas dalan tubuh akan meningkat.

Karena meningkatnya panas dalam tubuh, maka akan terjadilah

perlebaran pembuluh darah sehingga oksigenasi menjadi lebih

baik karena peredaran darah kembali lancar dan rasa sakit

ditubuhpun mereda. (Deimon, 2013).

Prinsip kerokan menurut dr. Koosnadi Saputra, Sp.R,

akupunkturis klinik, mirip prinsip pemanasan dengan

menggunakan moxa yang sering dipakai saat jarum akupunktur

Page 47: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

31

ditusukkan pada tubuh untuk mengatasi masuk angin. Prinsip ini

juga tidak jauh berbeda dengan model terapi kop yang biasanya

menggunakan alat seperti tanduk, gelas, karet, tabung bambu dan

lain-lain. Di negeri asal teknik akupunktur, model terapi ini sudah

resmi dipakai sebagai sarana penyembuhan. (Forumviva, 2011).

Menurut Mochtar Wijayakusuma, putra Hembing

Wijayakusuma yang juga seorang akupunkturis, penelitian

mengapa “kerokan” memiliki efek menyembuhkan juga pernah

dilakukan di Universitas Ghuan Thou, sebuah universitas terkenal

di Cina. (Forumviva, 2011). Dengan terlalu sering kerokan

muncul anggapan kulit rusak, pori-pori melebar,pembuluh darah

pecah. Tetapi menurut penelitian yang ada dengan kerokan tidak

ada kulit yang rusak ataupun pembuluh darah yang pecah. Tetapi

terjadi pori-pori yang melebar. Melebarnya pori-pori ini justru

membuat aliran darah lancar dan suplai oksigen dalam darah jadi

meningkat. Sehingga kulit ari juga akan terlepas seperti halnya

saat luluran. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa kadar

endorfin orang-orang yang di”kerok” naik signifikan. Dengan

adanya peningkatan endorfin ini membuat mereka nyaman, rasa

sakit hilang termasuk seak napas pada asma, tubuh menjadi lebih

segar dan bersemangat. (sahabathawa, 2013)

Page 48: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

32

e. Penanganan Asma Bronkiale Secara Psikologis/Supportif saat

Serangan

Secara psikologis pasien asma saat menghadapi serangan

membutuhkan dukungan mental dari orang terdekat, terutama

keluarga. Berdasarkan Skripsi Pajarani Mogar Setyoningsih

(2008), penerapan self management pada pasien asma dengan

meminimalisasi serangan asma bertujuan agar pasien asma dapat

hidup dengan normal, sehingga kualitas hidupnya meningkat. Self

management pada pasien asma yang dimaksud adalah bagaimana

seorang penderita asma mengenali faktor pencetus asma,

mengendalikan stress dan emosi, tidak panik saat menghadapi

serangan asma, memilih olah raga secara bijaksana untuk upaya

pencegahan, seperti jogging, renang, senam asma dan menentukan

tindakan yang tepat untuk mengatasi serangan. Self management

yang baik pada penderita asma akan mampu mengontrol dan

mengendalikan gejala yang muncul saat serangan, sehingga

mengurangi derajat keparahan.

Fisioterapi dada juga memberikan efek secara psikologis.

Fisioterapi dada bertujuan untuk merelaksasi fisik dan mental,

memperkuat otot pernapasan, serta membantu pola pernapasan

yang efisien. Kegiatan yang dilakukan pada fisioterapi dada

adalah melatih bernapas dan pengendalian napas yang dapat

mencegah inflamasi berlebih dan meningkatkan efektifitas batuk

Page 49: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

33

(Wong, 2008). Secara psikologis penanganan awal serangan asma

adalah pentingnya edukasi pada penderita asma tentang

penyakitnya dan bagaimana menyikapinya, diberikan latihan

relaksasi/support dengan kontrol emosi saat serangan sehingga

pernapasan berangsur teratur dan sesak napas berkurang.

(Musliha, 2010).

Ketika ada gangguan dalam sistem pernapasan berupa

batuk atau serangan asma, maka kinerja otot-otot pernapasan pada

dinding thorak akan dibebani pekerjaan tambahan dengan

frekuensi berkali lipat dari biasa berupa kontraksi berlebihan yang

begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada penderita

asma, bila dalam kondisi biasa otot-otot tersebut bekerja begitu

santai, maka ketika asma kambuh otot-otot pernapasan pada

dinding thorak harus bekerja extra keras untuk membantu paru

memompa udara keluar dari dalam paru agar segera berganti

dengan udara yang baru. Itulah sebabnya support untuk mengatur

napas otot perut/diafragma begitu dianjurkan bagi penderita asma,

sebab support tersebut akan memberikan efek relaksasi secara

mental dan selanjutnya kondisi tenang tersebut akan menurunkan

frekuensi pernapasan yang meningkat saat serangan (Yudiono

dalam Jakfisio, 2013).

Page 50: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

34

2.2 Keaslian Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pasien asma bronkiale yang

mengalami serangan/kekambuhan dengan menekankan pada aspek

penanganan farmakologis dan non farmakologis (mencakup penanganan

fisik dan psikologis) pada penderita asma bronkiale untuk mengurangi

gejala saat mendapatkan serangan.

Page 51: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

35

Tab

el 2

.2

Kea

slia

n P

enel

itia

n

Nam

a P

enel

iti

Jud

ul

Pen

elit

ian

M

eto

de

Pen

elit

ian

H

asil

Pen

elit

ian

1.

Mo

nal

isa

(20

12)

Pen

gal

aman

Ib

u

Mer

awat

A

nak

Pen

der

ita

Asm

a

yan

g

Men

gal

ami

Mas

alah

K

ual

itas

Hid

up

Ku

alit

atif

den

gan

pen

dek

atan

fen

om

eno

log

i

1.

Gej

ala

asm

a b

iasa

nya

dim

ula

i d

eng

an b

atu

k y

ang

kad

ang

dis

erta

i

pil

ek,

adan

ya

gej

ala

yan

g t

erk

ait

per

nap

asan

sep

erti

ses

ak n

apas

,

bun

yi

“men

gi”

, ta

rik

an d

ind

ing

dad

a d

an s

amp

ai t

erja

di

sia

no

sis.

Dam

pak

d

ari

sera

ng

an

asm

a ad

alah

k

ebu

tuh

an

tid

ur

pad

a an

ak

terg

ang

gu

, an

ak se

rin

g

abse

n se

ko

lah

, d

an te

rdap

at

ket

erb

atas

an

akti

vit

as b

erm

ain

den

gan

tem

an.

2.

Asm

a yan

g

tid

ak

tert

ang

ani

den

gan

b

aik

d

apat

m

eng

gan

gg

u

ku

alit

as h

idup

an

ak yan

g b

erup

a h

amb

atan

ak

tivit

as d

an

men

yeb

abk

an k

ehil

ang

an h

ari

sek

ola

h.

3.

Pen

gal

aman

ib

u d

alam

mer

awat

pas

ien

asm

a ak

an b

erd

amp

ak p

ada

cep

atn

ya

tin

dak

an y

ang

dil

aku

kan

ib

u s

aat

dih

adap

kan

pad

a g

ejal

a

sera

ng

an a

sma.

4.

Ibu

m

erup

akan

o

ran

g

yan

g

pal

ing

b

erta

ng

gu

ng

ja

wab

d

alam

mem

ber

ikan

per

awat

an a

sma

pad

a an

ak m

erek

a. K

emam

pu

an i

bu

men

cap

ai p

eran

yan

g k

om

pet

en d

ipen

gar

uh

i o

leh

fak

tor

pan

dan

gan

dir

i, p

eng

har

gaa

n d

an b

entu

k p

ener

imaa

n d

iri

ibu

dal

am p

eran

nya.

5.

Up

aya

pen

gob

atan

un

tuk

pas

ien

asm

a m

enca

kup

up

aya

pen

gob

atan

med

is

(far

mak

olo

gis

),

pen

gob

atan

tr

adis

ion

al

atau

pu

n

no

n

farm

ako

log

is s

eper

ti m

ass

ag

e d

ada

dan

pem

ber

ian

ob

at t

rad

isio

nal

sep

erti

m

ass

ag

e p

ada

dad

a d

an

pu

ng

gu

ng

d

eng

an

min

yak

k

ayu

pu

tih

d

apat

m

erin

gan

kan

g

ejal

a,

kar

ena

min

yak

k

ayu

p

uti

h

mem

ilik

i ef

ek

an

ti

spasm

od

ik

yan

g

mam

pu

m

emp

erle

bar

at

au

men

gu

ran

gi

ob

stru

ksi

pad

a ja

lan

nap

as.

Page 52: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

36

6.

Ibu

pad

a p

asie

n d

eng

an a

sma

bro

nk

iale

ser

ing

mel

apo

rkan

bah

wa

sera

ng

an a

sma

per

tam

a p

ada

anak

nya

seri

ng

did

apat

kan

ket

ika

anak

ber

ada

pad

a u

sia

bem

ain

.

2.

Paj

aran

i

M

og

ar

S

etyo

nin

gsi

h

(

20

08

)

Sel

f M

an

ag

emen

t

Mah

asis

wa

Pen

der

ita

Asm

a

yan

g

Tin

gg

al

di

Ko

st

Ku

alit

atif

den

gan

pen

dek

atan

fen

om

eno

log

i

1.

Pen

erap

an

se

lf

ma

nag

emen

t (d

alam

h

al

ini

bag

aim

ana

pas

ien

men

gen

ali

fak

tor

pen

cetu

s as

man

ya)

pad

a p

asie

n a

sma

ber

tuju

an

agar

pen

der

ita

asm

a d

apat

hid

up

den

gan

no

rmal

.

2.

Den

gan

mem

inim

alis

asi

sera

ng

an a

sma

dih

arap

kan

ku

alit

as h

idup

pen

der

ita

asm

a m

enin

gk

at.

3.

Pen

der

ita

asm

a yan

g k

ura

ng

mem

ilik

i in

form

asi

yan

g m

end

asar

men

gen

ai

asm

a d

apat

d

ipas

tik

an

bah

wa

dal

am

mel

aku

kan

pen

gel

ola

an a

sman

ya

ku

ran

g m

aksi

mal

.

4.

Pen

der

ita

asm

a sa

ng

at

dia

nju

rkan

u

ntu

k b

ero

lah

rag

a, m

esk

ipu

n

mer

eka

har

us

mem

ilih

jen

is o

lah

rag

anya

seca

ra b

ijak

san

a. O

lah

rag

a yan

g

dia

nju

rkan

u

ntu

k

pen

der

ita

asm

a ad

alah

jo

gg

ing

,

ren

ang

, se

nam

asm

a.

5.

Ola

h

rag

a b

agi

pen

der

ita

asm

a

ber

tuju

an

mel

atih

o

tot

oto

t

per

nap

asan

.

6.

Sec

ara

psi

ko

log

is

kel

uar

ga

mer

up

akan

fa

kto

r p

enti

ng

yan

g

mem

ban

tu

pas

ien

as

ma

dal

am

hal

se

lf

ma

nag

emen

t sa

at

men

dap

atk

an

sera

ng

an.

Dal

am

hal

in

i su

pp

ort

k

elu

arg

a yan

g

dim

aksu

d

adal

ah

dal

am

pen

gen

dal

ian

st

ress

d

an

emo

si

pas

ien

asm

a sa

at m

end

apat

kan

se

ran

gan

se

hin

gg

a g

ejal

a yan

g m

un

cul

saat

ser

ang

an t

idak

sem

akin

par

ah.

7.

Ket

idak

no

rmal

an su

ara

per

nap

asan

p

ada

pas

ien

as

ma

bro

nk

iale

Page 53: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

37

saat

se

ran

gan

d

itan

dai

d

eng

an

mu

ncu

lnya

suar

a

wh

eezi

ng

/”m

eng

i”,

sesa

k

nap

as,

pen

ing

kat

an

resp

iras

i sa

mp

ai

den

gan

ob

stru

ksi

jala

n n

apas

.

Page 54: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

38

2.3 Kerangka Teori (Sumber: Setyoningsih, 2008)

Gambar 2.1

INTRINSIK EKSTRINSIK

ASMA

BRONKIALE

FISIK

PENANGANAN

AWAL

MUNCUL

SERANGAN ASMA

MUNCUL

GEJALA ASMA

FARMAKOLOGIS

BERHASIL

MELAKUKAN

PSIKOLOGIS

NON

FARMAKOLOGIS

TIDAK

MELAKUKAN

MELAKUKAN

TAPI GAGAL

MUNCUL

GEJALA ASMA

JARANG /TIDAK

MUNCUL

GEJALA ASMA

Page 55: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

39

2.4 Fokus Penelitian

Gambar 2.2

Keterangan : - - - - - - - - Tidak diteliti

Diteliti

Asma

Bronkiale Non

Farmakologis

Farmakologis

Fisik

Psikologis

Page 56: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

40

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Saryono & Anggraeni (2010), penelitian

kualitatif efektif digunakan untuk memperoleh informasi yang spesifik

mengenai nilai, opini, perilaku dan konteks sosial menurut keterangan

populasi. Pendekatan fenomenologis merupakan pendekatan yang berusaha

untuk memahami makna dari berbagai peristiwa dan interaksi manusia

didalam situasinya yang khusus. Fenomenologi menggambarkan riwayat

hidup seseorang dengan cara menguraikan arti dan makna hidup serta

pengalaman suatu peristiwa yang dialaminya. Penelitian ini dilakukan dalam

situasi penelitian yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai

atau memahami fenomena yang diteliti. Dengan demikian cara fenomenologis

menekankan pada berbagai aspek subyektif dari perilaku manusia supaya

dapat memahami tentang bagaimana dan makna apa yang mereka bentuk dari

berbagai peristiwa di dalam kehidupan partisipan sehari – harinya (Sutopo,

2006).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk

mengeksplorasi pengalaman pasien asma bronkiale yang mendapatkan terapi

fisik (massage pada dada dan punggung dengan minyak yang memberikan

rasa hangat) dan psikologis (motivasi dari orang terdekat terutama keluarga

Page 57: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

41

dalam pengendalian napas, pengendalian kepanikan) saat mendapatkan

serangan asma di rumah dan selanjutnya mendapatkan penanganan secara

medis/famakologis. Pendekatan ini juga memberikan kesempatan kepada

partisipan untuk mengungkapkan dampak yang terjadi setelah dilakukan

massage dada dan punggung dengan minyak yang memberikan rasa hangat

dan dukungan psikologis dari orang terdekat (keluarga) dalam pengendalian

napas dan kepanikan pada saat mengalami serangan asma.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat dan waktu penelitian sangat berpengaruh terhadap hasil

yang diperoleh dalam penelitian. Pemilihan tempat penelitian harus

disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian, sehingga

tempat ditentukan benar – benar menggambarkan kondisi partisipan yang

sesungguhnya. Tempat penelitian adalah tempat interaksi partisipan dengan

lingkungannya yang akan membangun pengalaman hidupnya (Saryono &

Anggraeni, 2010).

Penelitian ini telah dilakukan di UPT Rawat Inap Purwantoro

Kabupaten Wonogiri terhadap pasien asma bronkiale yang dirawat di ruang

perawatan Dahlia (ruang perawatan pasien dewasa) UPT Rawat Inap

Purwantoro dan telah memenuhi kriteria penelitian yang telah ditetapkan oleh

peneliti. Alasan dilakukan penelitian ini dikarenakan belum pernah dilakukan

penelitian serupa mengenai penanganan awal pada pasien asma bonkiale pada

saat serangan sebelumnya di UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten

Wonogiri. UPT Rawat Inap Purwantoro telah berdiri sejak tahun 1988,

Page 58: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

42

terbagi dalam dua ruang perawatan, yaitu Ruang Dahlia untuk ruang

perawatan pasien dewasa dan Ruang Anggrek untuk ruang perawatan pasien

anak. Khusus Ruang Dahlia berkapasitas 14 tempat tidur dengan standar

ruang perawatan kelas II berkapasitas 7 tempat tidur dan kelas III

berkapasitas 7 tempat tidur.

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu mulai tanggal 12

Februari sampai dengan 02 Mei 2015.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah setiap subyek (misalnya:

manusia, pasien) yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam,

2011). Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subyek penelitian melalui sampling. Sampling adalah

proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili sampel yang ada

(Nursalam, 2011). Saryono & Anggraeni (2010), konsep sampel dalam

penelitian kualitatif berkaitan dengan bagaimana memilih partisipan atau

situasi sosial tertentu yang dapat memberikan informasi yang adekuat dan

terpercaya mengenai elemen – elemen yang ada yang akan diteliti. Pada

penelitian fenomenologi sampel yang diambil adalah sampel yang pernah

mengalami substansi yang akan diteliti, yang artinya sampel tersebut pernah

mengalami sesuatu hal yang akan diteliti oleh peneliti. Dalam penelitian

kualitatif sampel diartikan sebagai partisipan.

Partisipan dalam penelitian ini adalah pasien dewasa yang dirawat

di Ruang Perawatan Dahlia UPT Rawat Inap Puwantoro Kabupaten

Page 59: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

43

Wonogiri. Pengambilan dan rekruitmen partisipan dilakukan dengan cara

purposive sampling, yaitu penelitian mendasarkan pada landasan kaitan teori

yang digunakan, keingintahuan pribadi, dan karakteristik empiris yang

dihadapi. Dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informasinya

berdasarkan posisi dengan akses terentu yang dianggap memiliki informasi

yang berkaitan dengan permasalahannya secara mendalam dan dapat

dipercaya menjadi sumber data yang akurat (Sutopo, 2006).

Kekhususan penelitian ini adalah pasien yang pernah mengalami

serangan asma yang dapat mengungkapkan pengalamannya setelah

mendapatkan massage pada dada dan punggung dengan minyak yang

memberikan rasa hangat dan dukungan psikologis untuk pengendalian

pernapasan dan kepanikan pada saat mengalami serangan asma. Partisipan

yang terpilih untuk mengikuti penelitian adalah individu yang memiliki

kriteria sebagai berikut :

1. Pasien dewasa dengan serangan asma bronkiale.

2. Pernah menjalani perawatan karena asma di Ruang Dahlia UPT Rawat

Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri.

3. Berusia 30 – 50 tahun.

4. Telah menderita asma bronkiale sejak minimal 2 tahun terakhir.

5. Mampu berkomunikasi secara verbal dengan baik.

6. Pasien yang kooperatif.

7. Bersedia menjadi partisipan selama penelitian berlangsung.

Page 60: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

44

Rekruitmen partisipan dimulai dengan mengidentifikasi nama –

nama partisipan yang didapatkan di rekam medik atau catatan nama – nama

pasien yang menjalani perawatan di UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten

Wonogiri. Jumlah partisipan dalam penelitian ini adalah empat orang sesuai

dengan kriteria yang telah dibuat. Hal ini sesuai pendapat Saryono &

Anggraeni (2010), bahwa fokus penelitian kualitatif adalah pada kedalaman

dan proses sehingga pada penelitian ini hanya melibatkan jumlah partisipan

yang sedikit dan sampai dengan saturasi jenuh, artinya peneliti tidak

menemukan data baru.

3.4 Instrumen dan Prosedur Pengumpulan Data

3.4.1 Instrumen Pengumpulan Data

Saryono & Anggraeni (2010), dalam proses pengumpulan data

penelitian kualitatif, manusia berfungsi sebagai instrumen utama

penelitian. Manusia yang dimaksud adalah peneliti sebagai alat atau

instrumen utama pengumpul data. Kompetensi dan kredibilitas peneliti

dalam hal ini sangat penting, karena pada penelitian kualitatif peneliti

merupakan subyek yang menentukan hasil akhir penelitiannya (Afiyanti,

2014). Adapun proses pengumpulan data pada penelitian ini diawali

peneliti dari menentukan topik penelitian, mengeksplorasi dan

memperoleh informasi sampai melakukan interpretasi atau memberikan

deskripsi akhir dari hasil penelitian. Sebagai alat/instrumen utama

penelitian, peneliti juga berespons dan beradaptasi terhadap respons –

respons yang dialami atau diungkapkan oleh pasien dengan asma

Page 61: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

45

bronkiale ketika menghadapi serangan. Selain itu peneliti juga

mengembangkan pemahamannya terhadap pasien asma bronkiale melalui

komunikasi interpersonal secara verbal maupun non verbal, melakukan

klarifikasi untuk akurasi interpretasinya dan mengeksplorasi berbagai

respons yang luar biasa dan tak terduga dari fenomena yang diteliti

(Sutopo, 2006).

3.4.2 Prosedur Pengumpulan Data

3.4.2.1 Cara Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif terdapat banyak cara yang dipakai

untuk mengumpulkan data, cara pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah sesuai dengan pedoman menurut Saryono & Anggraeni (2010) :

a. Wawancara

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian

terhadap informasi terhadap informasi atau keterangan yang

diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam

penelitian ini adalah wawancara mendalam (In dept interview).

Wawancara mendalam (In dept interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan partisipan atau orang

yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman dan

partisipan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini dibuat sesuai dengan

Page 62: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

46

indikator – indikator pasien asma bronkiale yang mengalami

serangan.

b. Dokumen

Sejumlah besar data tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi. Dalam penelitian ini mengambil sumber

data dari dokumen rekam medik dan dokumentasi laporan 10 besar

penyakit di UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri yang

bertujuan untuk mengetahui data nama pasien yang dirawat dengan

asma bronkiale.

c. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui dan mendapatkan

data mengenai hal – hal yang dapat dinilai secara obyektif dari

partisipan. Dalam penelitian ini pengumpulan data secara observasi

dilakukan untuk mengetahui indikator - indikator seperti adanya

wheezing, silent chest, barel chest, ronchi, tarikan otot napas

sternokleidmastoideus, hipokapnea, alkalosis atau bahkan asidosis

respiratorik.

Page 63: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

47

3.4.2.2 Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data penelitian ini terdiri dari :

a. Lembar alat pengumpulan data mengenai nama, umur, alamat

dan lembar transkrip wawancara dan pertanyaan.

Lembar alat pengumpul data aalah berupa lembar yang

digunakan peneliti untuk mencatat biodata partisipan seperti: nama,

umur dan alamat partisipan (Kavler, 2011).

Transkrip data pada alat pengumpul data di penelitian ini berisi

teks tetulis yang bersumber dari hasil pengumpulan data dari catatan

rekam medik dan transkrip wawancara bersumber dari kegiatan hasil

wawancara dengan partisipan. Adapun isi transkrip wawancara pada

penelitian ini berupa transformasi dari bahasa dan ekspresi verbal atau

berbagai interaksi yang terjadi pada kegiatan penelitian yang ditulis

mengikuti aturan tertentu dalam bentuk tulisan perkataan para

partisipan (Kavler, 2011).

b. Alat tulis.

Sebelum memulai wawancara peneliti juga menyiapkan alat

tulis untuk mencatat hasil wawancara dan hasil catatan lapangan dan

hal – hal dalam konteks percakapan (Kavler, 2011).

c. Alat perekam.

Rekaman sangat membantu peneliti untuk mengingat kata demi

kata partisipan sehingga akan mudah dibuat transkrip. Alat perekam

dipilih yang ukurannya tidak terlalu besar tetapi mampu menangkap

Page 64: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

48

suara dari jarak yang cukup. Alat tersebut diletakkan di tempat yang

tidak mengganggu peneliti sebagai pewawancara dengan partisipan

(Afiyanti, 2014). Dalam hal ini peneliti menggunakan alat perekam

digital dan handphone sebagai back up alat perekam.

Sebelum memulai wawancara, peneliti memastikan bahwa alat

perekam berfungsi dengan baik dan dalam kondisi sempurna agar

menghasilkan rekaman yang berkualitas. Langkah berikutnya, peneliti

melakukan test terhadap alat perekam baik kondisinya, jumlah

baterainya maupun kapasitas memorinya. Selanjutnya, peneliti

menyediakan alat perekam cadangan untuk memback up alat perkam

utama. Langkah peneliti untuk mendapatkan suasana kondusif da hasil

rekaman yang jelas, peneliti memastikan ruangan tidak bising/gaduh

dan jarak perekam dengan partisipan dengan peneliti cukup dekat

yaitu satu meter. (Afiyanti, 2014).

Setelah wawancara, alat perekam diberi label berupa nama dan

tanggal dan dipindahkan pada hardisk dan disalin atau dibuat back up

untuk menghindari hal- hal yang tidak diinginkan. Hanya nama

samaran (inisial) yang ditulis pada rekaman atau transkrip, nama

partisipan dan samaran/inisialnya disimpan di tempat yang berbeda

(Kavler, 2011).

Page 65: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

49

d. Lembar catatan lapangan.

Lembar catatan lapangan adalah dokumen tertulis peneliti

yang berasal dari hasil observasi yang khusus, berisi catatan pribadi,

berbagai respons subyektif dan berbagai interpretasi dari proses-

proses sosial yang ditemui peneliti selama mengambil data, deskripsi

tentang hal-hal yang diamati. Catatan ini juga digunakan untuk

mencatat ekspresi wajah, bahasa tubuh dan reaksi patisipan ketika

berbicara. Catatan lapangan ini dibuat sepanjang wawancara seperti

halnya dengan kontak mata yang harus dilakukan peneliti (Saldana,

2009).

3.4.2.3 Tahap Pengumpulan Data

a. Tahap Orientasi

Peneliti melakukan pengumpulan data segera dilakukan setelah

peneliti memperoleh izin dari UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten

Wonogiri dan selanjutnya peneliti melihat data identitas calon

partisipan di dokumen rekam medik dan laporan bulanan 10 besar

penyakit. Setelah menentukan calon partisipan yang sesuai dengan

kriteria penelitian dan mendiskusikannya dengan kepala puskesmas

dan perawat di ruang perawatan Dahlia UPT Rawat Inap Purwantoro

Kabupaten Wonogiri, peneliti bertemu langsung dengan calon

partisipan untuk menjelaskan tujuan penelitian, manfaat penelitian,

prosedur penelitian, hak – hak partisipan serta peran partisipan dalam

penelitian.

Page 66: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

50

Setelah membina hubungan saling percaya, kemudian peneliti

menanyakan kesediaan calon partisipan untuk menjadi partisipan

dalam penelitian ini. Jika calon partisipan bersedia menjadi partisipan

dalam penelitian ini, selanjutnya peneliti membuat perjanjian tempat

dan waktu dilakukannya wawancara. Partisipan menandatangani

lembar persetujuan (informed consent).

b. Tahap Pelaksanaan

Setelah peneliti melakukan kontrak waktu dengan calon

partisipan dan bersedia untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini

serta telah menandatangani informed consent, selanjutnya adalah

wawancara mendalam terhadap partisipan. Peneliti memberikan

pertanyaan kepada partisipan sesuai dengan pedoman wawancara

yang telah dibuat pada saat persiapan sebelum penelitian dilakukan.

Setelah wawancara selesai, peneliti segera melakukan transkrip hasil

wawancara dan melakukan konsultasi dengan pembimbing tentang

pertanyaan yang mungkin perlu untuk dikembangkan dan

ditambahkan.

Pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara dibuat

berdasarkan data yang telah dikumpulkan pada saat studi pendahuluan

dan sesuai dengan kategori – kategori dimensi penanganan awal pada

pasien asma bronkiale saat serangan dengan berbagai macam

pengembangan sesuai dengan keadaan partisipan. Wawancara

dilakukan dengan pedoman wawancara namun tidak bersifat santai

Page 67: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

51

atau luwes karena pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan proses

yang belangsung selama wawancara, dengan tanpa meninggalkan

landasan teori yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hal ini

bertujuan untuk memungkinkan peneliti mendapatkan respon yang

luas dari partisipan. Informasi yang disampaikan partisipan terbebas

dari pengaruh orang lain baik dari keluarganya maupun orang terdekat

dari partisipan, mengingat dampak positif dari massage pada dada

dan punggung dengan minyak yang menghangatkan serta dukungan

psikologis dalam pengendalian napas dan kepanikan merupakan hal

subyektif yang hanya dapat diungkapkan oleh partisipan penderita

asma bronkiale yang sebelumnya mengalami serangan mendadak,

sehingga informasi tersebut diperoleh langsung dari sumbernya.

Saat tahap pengumpulan data, peneliti melakukan analisa data

dengan metode Colaizzi yang sesuai dengan transkrip wawancara yang

telah dibuat, setelah menemukan kata kunci dan makna serta tema

sementara dari analisa yang dilakukan peneliti melakukan wawancara

terhadap partisipan selanjutnya. Peneliti menggunakan alat perekam

sebagai alat bantu perekaman wawancara.

Jumlah pertemuan antar peneliti dengan partisipan dua kali

pertemuan. Peneliti selalu memperhatikan kondisi partisipan sehingga

jika pada saat pertemuan pertama belum tercapai semua tujuan

penelitian maka peneliti dan partisipan membuat kesepakatan waktu

dan tempat untuk pertemuan yang selanjutnya, mengingat partisipan

Page 68: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

52

tidak selalu dalam kondisi yang baik pada saat dilakukan wawancara

dan pengambilan data sehingga wawancara disesuaikan dengan kondisi

partisipan.

Wawancara kedua dilakukan setelah semua data dari hasil

wawancara pertama telah dibuat dalam suatu transkrip data serta telah

ditetapkan kata kunci, makna dan tema sementara dari berbagai

pengalaman yang dideskripsikan para partisipan. Selama wawancara

ini, partisipan diminta untuk mengkonfirmasi tema – tema yang

sementara dihasilkan berhubungan dengan pengalaman mereka

mengenai kualitas hidup berdasarkan intepretasi data yang telah dibuat

oleh peneliti.

Pada wawancara kedua peneliti juga merasa penting melakukan

recheking hasil wawancara untuk memberikan kesempatan kepada

para partisipan melakukan verifikasi/ konfirmasi, memperluas dan

menambah deskripsi mereka dari pengalaman – pengalaman mereka

mengenai dampak positif yang dirasakan partisipan setelah

mendapatkan terapi massage dada dan punggung dan dukungan

psikologis dalam pengendalian napas dan kepanikan ketika

mendapatkan serangan asma untuk lebih menambah keakuratan dari

penelitian ini. Setelah wawancara kedua selesai dan dilakukan

transkrip wawancara, transkrip dirujuk kedalam kata kunci dan makna

serta tema – tema yang telah dibuat sebelumnya sehingga setelah

Page 69: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

53

wawancara kedua ini, tema – tema sudah ditetapkan sebagai

pernyataan yang tegas.

3.5. Analisa Data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis

deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Beck 2006), metode Colaizzi

dinilai efektif digunakan dalam penelitian ini, dikarenakan dengan metode

Colaizzi fenomena – fenomena dapat terungkap dengan jelas sesuai dengan

makna – makna yang didapat. Adapun langkah – langkah analisa data adalah

sebagai berikut :

1. Peneliti menggambarkan fenomena dari pengalaman hidup partisipan yang

diteliti yaitu penanganan awal pada pasien asma bronkiale pada saat

serangan.

2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan berupa

pengalaman pasien asma bronkiale yang pada saat menghadapi serangan

mendapatkan massage dada, “kerokan” pada punggung/seluruh tubuh serta

dukungan psikologis/supportif dari keluarga untuk mengendalikan napas

dan kepanikan.

3. Peneliti membaca semua protokol atau transkrip untuk mendapatkan

perasaan yang sesuai dari partisipan. Kemudian mengidentifikasi

pernyataan partisipan yang relevan. Serta membaca transkrip secara

berulang – ulang hingga ditemukan kata kunci dari pernyataan –

pernyataan mengenai penanganan awal pada pasien asma bronkiale saat

serangan.

Page 70: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

54

4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan ke dalam tema. Setelah

tema dianalisa, merujuk kelompok tema kedalam transkrip dan protokol

asli untuk memvalidasi.

5. Peneliti mengintegrasikan hasil kedalam deskripsi lengkap dari fenomena

yang diteliti mengenai penanganan awal pasien asma bronkiale saat

serangan.

6. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

pernyataan tegas dan diidentifikasi kembali.

7. Kembali kepada partisipan untuk langkah validasi akhir/verifikasi tema

– tema segera setelah proses verifikasi dilakukan dan peneliti tidak

mendapatkan data tambahan baru mengenai penanganan awal pasien asma

bronkiale selama verifikasi.

3.6. Keabsahan Data

Kualitas data atau hasil temuan suatu penelitian kualitatif ditentukan

dari keabsahan data yang dihasilkan atau lebih tepatnya keterpercayaan,

keautentikan dan kebenaran terhadap data, informasi atau temuan yang

dihasilkan dari hasil penelitian yang dilakukan (Afiyanti, 2014).

Peneliti meyakini bahwa penelitian yang peneliti lakukan dijelaskan

keabsahan atau validitasnya baik dari definisi, istilah untuk

mendeskripsikannya dan prosedur untuk menetapkannya. Aspek – aspek

untuk menilai validitas data pada penelitian kualitatif meliputi credibility,

transferability, dependebelity dan confirmability (Afiyanti, 2014) :

Page 71: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

55

a. Credibility atau Keterpercayaan Data

Kredibilitas data atau ketepatan dan keakurasian suatu data

diyakini oleh peneliti dengan melakukan triangulasi, artinya peneliti

menggunakan metode wawancara sekaligus observasi terhadap partisipan

yang memastikan temuan tersebut sesuai dengan pengalamannya

(Sugiyono, 2011). Triangulasi merupakan cara yang paling umum

digunakan untuk peningkatan validitas data dalam penelitian kualitatif (

Sutopo, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi peneliti,

data, metodologi dan teoritis. Alasan menggunakan triangulasi tersebut

dikarenakan focus group discussion tidak dapat dilakukan mengingat

masing – masing partisipan tidak memungkinkan dilakukan FGD dalam

penelitian ini .

b. Tansferability atau Keteralihan Data

Transferability adalah seberapa mampu suatu hasil penelitian

kualitatif dapat diaplikasikan dan dialihkan pada keadaan atau konteks

lain atau kelompok atau partisipan lainnya. Transferability pada

penelitian kualitatif merupakan tipe generalisasi analitik dan teoritis,

artinya aspek ini diyakini peneliti untuk memahami suatu fenomena atau

situasi kehidupan manusia secara mendalam (Polit & Beck, 2010).

Penelitian ini menggunakan generalisasi dalam konteks mencapai tujuan

utama penelitian yaitu kedalaman data tentang pengalaman hidup pasien

asma bronkiale yang mendapatkan penanganan awal secara non

farmakologis saat serangan.

Page 72: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

56

c. Dependebility atau Ketergantungan

Dependebility atau reliabilitas dalam penelitian kualitatif adalah

bagaimana studi yang sama dapat diulang atau direplikasi pada saat yang

berbeda dengan metode yang sama, partisipan yang sama dan dalam

konteks yang sama. Dalam hal ini peneliti meyakini untuk memperoleh

hasil penelitian atau data yang konsisten maka dilakukan suatu analisis

data yang terstruktur dan mengupayakan untuk hasil studi dengan benar,

sehingga diharapkan pembaca dapat membuat kesimpulan yang sama

dalam menggunakan perspektif, data mentah dan dokumen analisis studi

yang sedang dilakukan (Afiyanti, 2014).

d. Confirmability

Confirmability merupakan aspek obyektivitas pada penelitian

kualitatif, yaitu adanya kesediaan peneliti mengungkap secara terbuka

proses dan elemen – elemen penelitiannya. Dalam hal ini peneliti

meyakini bahwa untuk mengontrol hasil penelitiannya adalah dengan

merefleksikannya pada jurnal terkait, konsultasi dengan peneliti ahli dan

melakukan konfirmasi informasi dengan partisipan.

3.7. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu sistem nilai normal yang harus dipatuhi

oleh peneliti saat melakukan aktivitas penelitian yang melibatkan partisipan,

meliputi kebebasan dari adanya ancaman, kebebasan dari adanya eksploitasi

keuntungan dari penelitian tersebut, dan resiko yang didapatkan (Polit &

Hungler, 2005).

Page 73: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

57

Peneliti meyakini bahwa partisipan harus dilindungi dengan

memperhatikan aspek – aspek : Informed consent, Anonimity dan

Confidentiality (Polit & Hungler, 2005) :

1. Informed Consent

Peneliti menegaskan kembali mengenai maksud dan tujuan penelitian

yaitu untuk mengetahui penanganan awal pada pasien asma bronkile

secara non farmakologis baik secara fisik maupun psikologis. Setelah

partisipan mengerti, peneliti memberikan lembar informed consent kepada

partisipan.

2. Anonymity

Nama partisipan selama penelitian tidak digunakan melainkan

diganti dengan nomor dan inisial penelitian. Nomor dan inisial dari

partisipan ini digunakan dengan tujuan untuk menjaga kerahasiaan

partisipan dan mencegah kekeliruan peneliti dalam memasukkan data.

Berikut kode partisipan yang digunakan dalam penelitian ini: Partisipan I

(P1), Partisipan II (P2), Partisipan III (P3), Partisipan IV (P4) .

3. Confidentiality

Confidentiality atau kerahasiaan data merupakan kewajiban peneliti

untuk menjaga kerahasiaan berbagai informasi yang diberikan oleh

partisipan dengan sebaik – baiknya. Dalam hal ini peneliti menyimpan

seluruh dokumen hasil pengumpulan data berupa lembar persetujuan

mengikuti penelitian, biodata, hasil rekaman dan transkrip wawancara

dalam tempat khusus yang hanya bisa diakses oleh peneliti.

Page 74: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai karakteristik seluruh partisipan dan

berbagai pengalaman kehidupan pasien dengan asma bronkiale yang pernah

menjalani perawatan di UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri. Pada

penelitian ini telah ditemukan tema – tema yang memberikan suatu gambaran

mengenai pengalaman pasien asma bronkiale yang mendapatkan penanganan

awal secara non farmakologis saat mengalami serangan.

4.1 GAMBARAN TEMPAT PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Ruang Perawatan Dahlia UPT Rawat Inap

Purwantoro Kabupaten Wonogiri yang telah lama melayani masyarakat

Kecamatan Purwantoro dan sekitarnya dibidang kesehatan sehingga

memuaskan masyarakat dalam bidang pelayanan kesehatan masyarakat.

UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri telah berdiri sejak

tahun 1988 sebagai unit pelayanan kesehatan dasar yang melayani masyarakat

di bidang kesehatan di wilayah Kecamatan Purwantoro dan sekitarnya. UPT

Rawat Inap Purwantoro terletak pada kilometer 43 dari pusat pemerintahan

Kabupaten Wonogiri dan merupakan daerah strategis karena merupakan

wilayah yang berbatasan dengan tiga wilayah Kabupaten di Provinsi Jawa

Timur. Di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Magetan, sebelah

Page 75: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

59

selatan dengan Kabupaten Pacitan dan sebelah timur berbatasan langsung

dengan Kabupaten Ponorogo. Seiring dan sejalan tuntutan publik, maka

pembenahan di segala aspek dilakukan oleh UPT Rawat Inap Purwantoro

Kabupaten Wonogiri dengan memperbaiki gedung, menambah sarana dan

prasarana dan mengupayakan peningkatan mutu sumber daya manusia untuk

menunjang pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat.

UPT Rawat Inap Purwantoro Kabupaten Wonogiri memiliki satu

ruangan Unit Gawat Darurat dan dua ruang perawatan (bangsal) yang terdiri

dari satu ruang perawatan dewasa (Bangsal Dahlia) dengan kapasitas 14

tempat tidur dan satu ruang perawatan anak (Bangsal Anggrek) dengan

kapasitas 12 tempat tidur. Pada lini layanan keperawatan UPT Rawat Inap

Purwantoro memiliki 11 orang perawat sebagai pelaku layanan keperawatan.

4.2 GAMBARAN KARAKTERISTIK PARTISIPAN

4.2.1 Partisipan I (P1)

Ny.DS, seorang Pegawai Negeri Sipil, umur 32 tahun berjenis

kelamin perempuan yang beralamat di Dusun Karanglo, RT. 003 RW. 001,

Desa Tegalrejo, Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri. Ny. DS

merupakan partisipan kesatu yang diwawancarai pertama kali pada hari

Kamis, 12 Februari 2015 pukul 14.30 WIB setelah selesai bekerja di

tempat kerjanya. Pada wawancara pertama ini pasien sudah membaik

setelah tiga hari sebelumnya (pada tanggal 09 Februari 2015 dirawat di

UPT Rawat Inap Purwantoro karena mengalami serangan asma dan pada

Page 76: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

60

tanggal 11 Februari 2015 dokter menyatakan membaik dan diperbolehkan

pulang). Jarak antara partisipan dengan peneliti adalah 1 meter.

Wawancara kedua dilakukan pada hari sabtu, 15 Februari 2015 pukul

14.40 WIB setelah Ny. DS selesai bekerja. Wawancara kedua juga

berlangsung di ruang kerja tempat kerja Ny. DS. Saat wawancara kedua

kondisi Ny.DS sudah semakin membaik. Jarak antara partisipan dengan

peneliti pada wawancara kedua adalah satu meter.

Ny.DS merupakan pasien asma bronkiale yang menderita asma

sejak kecil (sejak usia 5 tahun) dan seringkali berobat atau bahkan dirawat

di UPT Rawat Inap Purwantoro apabila mengalami serangan asma yang

berat yang digambarkan Ny. DS dengan terdapatnya keluhan dada seakan

terasa tertekan, sesak napas yang teramat sangat, atau sulit bernapas. Ny.

DS sering mengalami serangan asma apabila terpapar oleh debu, sensasi

rasa dingin termasuk minum es dan juga temperatur yang dingin. Pada

tanggal 09 Februari 2015 kurang lebih pada pukul 22.00 WIB Ny. DS

merasakan kegerahan karena cuaca terasa panas sehingga hal tersebut

mendorong Ny. DS untuk menyalakan kipas angin hampir semalam

dengan harapan bisa tidur nyenyak tanpa rasa gerah, bahkan untuk

mengimbangi rasa haus yang muncul Ny. DS juga minum segelas es teh.

Keesokan harinya kurang lebih pukul 05.0 WIB (pada tanggal 10

Februari 2015) Ny. DS mulai merasakan batuk, gatal pada tenggorokan,

sesak napas dengan suara wheezing yang teramat sangat dan juga pusing.

Untuk mengatasi keadaan yang demikian, keluarga Ny. DS segera

Page 77: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

61

mengambil tindakan dengan memposisikan Ny. DS pada posisi tidur

setengah duduk, memberinya minum hangat dan melakukan massage dada

dan punggung Ny. DS dengan minyak kayu putih. Penanganan semacam

ini sudah sering dilakukan Ny. DS sejak dahulu sewaktu – waktu Ny. DS

mengalami serangan asma.

Pukul 07.00 WIB pada tanggal yang sama (10 Februari 2015) Ny.

DS dibawa oleh keluarganya ke UPT Rawat Inap Purwantoro sebagai

upaya keluarga agar Ny. DS mendapatkan penanganan secara

farmakologis/medis dan perawatan lebih lanjut terkait dengan serangan

asmanya. Setelah diperiksa oleh dokter jaga akhirnya Ny. DS disarankan

untuk dirawat dan diberikan O2, terapi oral untuk asma, terapi cairan dan

juga terapi inhalasi.

Keesokan harinya pada tanggal 11 Februari pukul 09.00 WIB

kondisi umum Ny. DS menunjukkan perbaikan yang signifikan. Keluhan

sesak napas sudah tidak ada, gatal di tenggorokan tidak ada, bunyi

wheezing tidak ada dan tanda – tanda vital dalam batas normal yaitu

tekanan darah: 110/70 mmHg, temperatur: 36,8 derajat celcius, nadi : 84

kali per menit, respiratory rate: 20 kali per menit. Dengan kondisi yang

demikian Ny. DS diijinkan dokter untuk dibawa pulang.

Setelah dirawat di UPT Rawat Inap Purwantoro dan pulang dengan

kondisi membaik Ny. DS merasa bahwa sensasi dingin termasuk es dan

kipas angin juga debu merupakan dua hal yang semakin disadari dapat

Page 78: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

62

mengakibatkan serangan asma baginya. Dengan serangan asma yang

dirasakan teramat sangat seperti yang Ny. DS rasakan saat terakhir

mendapatkan serangan, maka hal tersebut dirasakan Ny. DS sangat

mengganggu aktivitasnya.

Kehadiran orang terdekat dalam hal ini suami dan ibunya,

dirasakan Ny. DS merupakan sesuatu yang penting dan teramat berarti

untuk Ny. DS saat menghadapi serangan asma. Penanganan awal berupa

massage ringan dengan minyak kayu putih pada dada dan “kerokan” pada

punggung dirasakan Ny. DS sebagai terapi non farmakologis secara fisik

yang pertama dan utama harus didapatkannya saat mengalami serangan,

karena massage yang demikian dirasakan Ny. Ds memberikan sensasi rasa

hangat dan juga melonggarkan pernapasan.

Selain itu tindakan lain yang diberikan keluarga Ny. DS yang

mampu meringankan gejala saat serangan adalah kehadiran dan support

mental/dukungan psikologis dari keluarganya terutama suami dan ibunya.

Motivasi keduanya saat serangan berupa support untuk mengendalikan

pernapasan, tenang dan tidak panik dirasakan Ny. DS juga memberikan

efek perasaan nyaman, tenang dan rileks. Kehadiran keluarga dan

supportnya saat serangan dirasakan Ny. DS merupakan wujud empati dari

keluarga sehingga kepanikan dan keluhan saat serangan berkurang dan

pernapasan pun berangsur - angsur dapat dikendalikan.

Page 79: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

63

4.2.2 Partisipan II (P2)

Tn. M seorang laki – laki yang bekerja sebagai wiraswasta dan

berumur 42 tahun merupakan partisipan kedua yang diwawancarai pada

hari Rabu tanggal 25 Oktober 2015 pukul 16.00 – 17.00 WIB di ruang

tunggu UPT Rawt Inap Purwantoro setelah Tn. M selesai melakukan

kontrol kondisi kesehatannya. Tn. M bertempat tinggal di Dusun

Blimbing, RT.03/RW.01 Kelurahan/Kecamatan Purwantoro Kabupaten

Wonogiri. Wawancara kedua dilakukan pada tanggal 29 Maret 2015 pukul

14.00 – 15.00 WIB di rumh Tn. M. Jarak antara partisipan dengan peneliti

saat dua kali wawancara adalah 1 meter. Tn. M merupakan penderita

asma bronkiale yang sejak puluhan tahun yang lalu berkunjung ke UPT

Rawat Inap Purwantoro untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan

apabila mengalami serangan asma.

Tn. M menderita asma bronkiale sejak kecil (usia 5 tahun). Sejak

masih duduk dibangku sekolah menengah Tn. M sudah mengenal rokok

dan sejak saat itu pula Tn. M menjadi perokok aktif sampai dengan saat

ini. Meskipun demikian sebenarnya Tn. M menyadari bahwa polusi udara

oleh asap termasuk rokok merupakan faktor pencetus kambuhnya asma

bronkiale yang dideritanya. Selain asap rokok Tn. M juga bisa mengalami

serangan asma ketika sedang mendapatkan tekanan psikologis artinya

sedang mempunyai masalah yang pelik, kedinginan, kecapaian.

Page 80: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

64

Saat serangan asma datang biasanya Tn. M merasa sesak napas

sampai terdengar bunyi wheezing, batuk berdahak, tenggorokan terasa

gatal bahkan kadang terasa seperti tercekik, dada terasa sakit dan pusing.

Sebelum serangan yang terakhir (tanggal 13 Maret 2015), pada malam

harinya mengendarai motor keluar rumah bermaksud membeli bubur tanpa

mengenakan jaket maupun helm. Kondisi cuaca saat itu dingin dan sehabis

turun hujan. Sesampainya di rumah Tn. M tidak segera menghangatkan

tubuh (mengenakan baju hangat) tetapi masih berbincang – bincang

dengan saudaranya yang rumahnya bersebelahan sambil menyulut rokok.

Dini harinya (sekitar pukul 03.00 WIB) dengan udara yang

semakin terasa dingin Tn. M mulai merasakan batuk, gatal di tenggorokan,

sesak napas dan pusing. Sebagai upaya awal (secara non farmakologis)

untuk mengatasi keluhannya, Tn. M meminta istrinya untuk memijit

punggungnya, mengerok punggung juga dengan menggunakan koin dan

minyak kayu putih. Sambil memijit punggung Tn. M istri Tn. M pun juga

tak segan – segan untuk memberi nasehat dan support mental kepada Tn.

M untuk tidak panik saat terjadi serangan dan juga tidak mengulangi

kegiatan yang sekiranya memicu serangan asma. Tn. M mengatakan

meskipun minum obat kalau belum dipijit/dikerok punggungnya dengan

minyak kayu putih rasanya belum lega. Selain itu kesabaran sang istri

untuk selalu memberi support mental menjadikan Tn. M tabah dan tenang

saat mengalami serangan.

Page 81: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

65

Keesokan harinya masih pada tanggal 13 Maret 2015 sekitar pukul

05.00 WIB oleh keluarganya Tn. M dibawa ke sarana pelayanan kesehatan

terdekat yaitu UPT Rawat Inap Purwantoro yang berjarak kurang lebih 1

kilometer dari rumahnya untuk mendapatkan terapi farmakologis/medis.

Saat itu meskipun bunyi wheezing masih ada tetapi Tn. M merasakan

sesak napas dan pusingnya sudah berkurang. Setelah diperiksa oleh dokter

setempat Tn. M disarankan untuk diobservasi sampai keadaan umumnya

membaik dengan diberikan terapi inhalasi, cairan untuk memulihkan

keadaan umum dan juga terapi oral. Pada saat itu ditemukan wheezing

meskipun dengan pernapasan yang sudah terkendali. Pada sore harinya

Tn. M sudah merasa semakin membaik dan wheezing sudah tidak ada,

tidak ada sesak napas, tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan

darah: 110/70 mmHg, temperatur: 36,6 derajat celcius, nadi: 84 kali per

menit dan respiratory rate: 20 kali per menit sehingga dokter

memperbolehkan Tn. M pulang.

Setelah menjalani perawatan pada saat serangan asma yang

terakhir,Tn. M semakin menyadari bahwa asap terutama yang bersumber

dari rokok dan dingin adalah hal yang diantaranya dapat menimbulkan

serangan asma dan secara tidak langsung hal tersebut mengganggu

aktivitasnya sebagai seorang wiraswasta. Kehadiran istri/keluarga terdekat

merupakan faktor pendukung yang berperan penting dalam upaya

mengatasi keluhan Tn. M saat menghadapi serangan asma. Terapi non

farmakologis secara fisik berupa massage ringan dengan minyak kayu

Page 82: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

66

putih pada dada dan punggung juga kening serta support mental/dukungan

psikologis dari keluarga untuk tenang, tidak panik saat serangan dirasakan

Tn. M merupakan hal yang teramat berarti, karena dua hal tersebut

memberikan rasa hangat, melonggarkan pernapasan, relaksasi, tenang,

tidak panik dan napas terkendali.

4.2.3 Partisipan III (P3)

Ny. K seorang perempuan berumur 54 tahun yang mempunyai

mata pencaharian sebagai pedagang merupakan partisipan ketiga yang

diwawancarai pertama kali pada tanggal 5 April 2015 pukul 17.0 – 18.00

WIB di rumah Ny. K di Dusun Blimbing RT 01/RW 03, Kelurahan dan

Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. Jarak antara partisipan

dengan peneliti adalah 1 meter. Wawancara kedua dengan Ny. K

dilakukan pada tanggal 6 April 2015 pada pukul 17.00 – 18.00 WIB di

tempat yang sama. Jarak partisipan dengan peneliti adalah 1 meter. Waktu

wawancara disepakati selalu mulai pukul 17.00 WIB karena pada jam

tersebut Ny. K sudah berada posisi beristirahat dan santai bersama

keluarga setelah seharian bekerja sebagai pedagang di pasar.

Ny. K merupakan penderita asma bronkiale sejak ia kecil (usia 6

tahun) dan merupakan pasien yang sering berkunjung dan dirawat di UPT

Rawat Inap Purwantoro apabila mengalami serangan asma yang berat

yang dikarakteristikkan oleh Ny. K dengan terdapatnya rasa sesak napas

yang teramat sangat sampai dada terasa tertekan, bunyi napas berbunyi

Page 83: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

67

“ngik- ngik”, dan terbatuk- batuk. Pada tanggal 01 Maret 2015 pukul

21.00 WIB Ny. K mengalami serangan asma yang dirasakannya berat

setelah pada sore harinya Ny. K sepulang dari pasar dalam kondisi capai

masih memaksakan diri untuk membersihkan meja kursi dan meubelar di

rumahnya yang terlihat berdebu dan setelah itu pada malam harinya

kurang lebih pada pukul 19.00 WIB dengan temperatur udara yang sudah

dirasakan dingin Ny. K masih memaksakan diri untuk mandi dengan air

dingin.

Akhirnya seiring waktu yang semakin malam dan dingin pada

pukul 22.00 WIB Ny. K mengalami serangan asma yang dirasakan cukup

berat. Pada keadaan yang demikian upaya awal keluarga Ny. K adalah

dengan mengerok/memijat Ny.K pada bagian dada dan punggung dengan

menggunakan minyak kayu putih. Selain itu kehadiran suami sebagai

orang terdekat dalam hidup Ny. K merupakan hal yang teramat berarti

sebab selain mengerok/memijat suami Ny. K selalu memberikan support

mental/dukungan psikologis pada Ny. K saat serangan dengan selalu

memotivasi Ny. K untuk tenang, tidak panik dan mengendalikan

pernapasan.

Sebagai upaya lanjutan dari keluarga setelah dilakukan penanganan

non farmakologis maka keluarga Ny. K kemudian membawa Ny. K pada

pukul 22.45 WIB ke UPT Rawat Inap Purwantoro untuk mendapatkan

perawatan dan penanganan medis. Setelah sesampainya di UPT Rawat

Inap Purwantoro akhirnya dokter yang memeriksa menganjurkan agar Ny.

Page 84: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

68

K dirawat dan diberikan terapi medis sehubungan dengan serangan

asmanya. Keesokan harinya, kondisi Ny. K sudah membaik dengan tidak

adanya keluhan sesak napas, batuk jarang, wajah tampak segar, bunyi

wheezing pada kedua paru - paru tidak ada dan tanda – tanda vital dalam

batas normal, tekanan darah: 120/80 mmHg, temperatur: 36,5 derajat

celcius, nadi: 88 kali per menit, respiratory rate: 20 kali per menit.

Dengan kondisi yang demikian akhirnya pada tanggal 02 Maret 2015

dokter yang memeriksa mengijinkan Ny. K untuk pulang.

Penanganan awal asma yang dilakukan oleh keluarga Ny. K

tersebut merupakan terapi non farmakologis pilihan yang sejak dahulu

diterapkan pada Ny. K saat mendapatkan serangan asma. Dengan adanya

serangan asma yang terakhir didapatkannya Ny. K semakin menyadari

bahwa debu dan dingin merupakan dua hal diantara beberapa faktor yang

menyebabkan serangan asma pada Ny. K. Penanganan awal oleh keluarga

berupa massage ringan/kerokan pada dada dan punggung dengan minyak

kayu putih dirasakan Ny. K dapat mengurangi keluhan sesak napas yang

berat, memberi rasa hangat, napas terasa longgar, sementara support

mental/dukungan psikologis dari keluarga saat serangan juga berdampak

mengurangi stress, kepanikan dan akhirnya napas terkendali.

Page 85: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

69

4.2.4 Partisipan IV (P4)

Tn.HS seorang laki – laki yang bekerja sebagai petani umur 58

tahun merupakan partisipan keempat yang keempat diwawancarai pertama

kali pada tanggal 28 Maret 2015 mulai pukul 16.00 -17.00 WIB di rumah

Tn. HS. Wawancara kedua dengan Tn. HS sebagai kelanjutan wawancara

pertama juga dilakukan di rumah Tn. HS pada tanggal 29 Maret 2015 pukul

14.00 – 15.00 WIB. Jarak antara partisipan dengan peneliti saat wawancara

adalah 1 meter. Tn. HS beralamat di Dusun Jangglengan RT. 03/RW.02,

Desa Krandegan, Kecamatan Bulukerto, Kabupaten Wonogiri.

Tn. HS merupakan penderita asma bronkiale sejak kecil (usia 5

tahun) dan merupakan pasien asma bronkiale yang sejak puluhan tahun

yang lalu berkunjung ke UPT Rawat Inap Purwantoro untuk mendapatkan

perawatan dan pengobatan apabila mengalami serangan asma. Tn. HS.

sudah mengenal rokok sejak remaja saat itu pula Tn. HS kadang - kadang

merokok apabila timbul keinginan merokok sampai dengan saat ini.

Meskipun demikian sebenarnya Tn. HS menyadari bahwa polusi udara

oleh asap termasuk rokok merupakan faktor pencetus terjadinya serangan

asma bronkiale yang dideritanya. Selain asap rokok Tn. HS juga bisa

mengalami searangan asma ketika sedang mengalami stress, dan juga

kecapaian.

Saat serangan asma datang biasanya Tn. HS merasakan sesak

napas sampai terdengar bunyi wheezing, napas terengah – engah dan sulit

Page 86: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

70

bernapas. Sebelum serangan yang terakhir (tanggal 23 April 2015), pada

siang harinya Tn. HS membajak sawahnya seorang diri dan saat selesai

bekerja bersama dengan tetangganya Tn. HS berulang kali menyulut rokok

sebagai teman istirahat dan bersantai sejenak. Saat itu sebenarnya Tn. HS

sudah mulai terbatuk – batuk tapi keluhan itu tak dihiraukannya dan

bahkan beranggapan nanti kalau sudah selesai bekerja dan istirahat pasti

batuk akan hilang. Dengan beranggapan seperti itu akhirnya Tn. HS tetap

melanjutkan pekerjaannya sampai selesai.

Malam harinya (sekitar pukul 23.00 WIB) dengan didukung udara

yang semakin terasa dingin Tn. HS mulai merasakan batuk, gatal di

tenggorokan, sesak napas, napas terengah – engah dan semakin sulit

bernapas. Sebagai upaya awal (secara non farmakologis) untuk mengatasi

keluhannya, Tn. HS meminta istrinya untuk memijit punggungnya,

punggung juga kening dan telapak kakinya dengan menggunakan minyak

kayu putih. Sambil memijit punggung Tn. HS istri Tn. HS pun juga tak

segan – segan untuk memberi nasehat dan support mental kepadaTn. HS

untuk tidak panik, bernapas panjang dan teratur, mengendalikan napas dan

tidak bingung saat terjadi serangan dan juga tidak mengulangi lagi bekerja

dengan memforsir tenaganya dan juga tidak lagi merokok yang keduanya

sudah disadari Tn. HS dapat memicu serangan asma. Tn. HS mengatakan

meskipun minum obat kalau belum dipijit punggungnya dengan minyak

kayu putih rasanya belum lega. Selain itu kesabaran sang istri untuk selalu

Page 87: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

71

memberi support mental saat serangan menjadikan Tn. HS lebih tenang

saat mengalami serangan.

Keesokan harinya pada tanggal 24 April 2015 sekitar pukul 05.00

WIB oleh keluarganya Tn. HS dibawa ke sarana pelayanan kesehatan

terdekat yaitu UPT Rawat Inap Purwaantoro yang berjarak kurang lebih 10

kilometer dari rumahnya untuk mendapatkan terapi farmakologis/medis.

Saat itu meskipun bunyi wheezing masih ada tetapi Tn. HS merasakan

sesak napasnya sudah berkurang. Setelah diperiksa oleh dokter setempat

Tn. HS disarankan untuk diobservasi sampai keadaan umumnya membaik,

dalam hal ini terapi medis yang diberikan dokter kepada Tn. HS adalah

terapi inhalasi, cairan untuk memulihkan keadaan umum dan juga terapi

oral. Pada saat itu ditemukan wheezing meskipun dengan pernapasan yang

sudah terkendali. Pada sore harinya Tn. HS sudah merasa semakin

membaik dan dokter memperbolehkan pulang.

Setelah menjalani perawatan pada saat serangan asma yang

terakhir Tn. HS semakin menyadari bahwa asap terutama yang bersumber

dari rokok dan kecapaian adalah hal yang diantaranya dapat menimbulkan

serangan asma dan secara otomatis hal tersebut mengganggu aktivitasnya

sebagai seorang petani. Kehadiran istri/keluarga terdekat merupakan faktor

pendukung yang berperan penting dalam upaya mengatasi keluhan Tn. HS

saat menghadapi serangan asma. Terapi non farmakologis secara fisik

berupa massage ringan dengan minyak kayu putih pada dada dan

punggung juga kening dan telapak kaki serta support mental/dukungan

Page 88: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

72

psikologis dari keluarga untuktenang, tidak panik saat serangan dirasakan

Tn. HS merupakan hal yang teramat berarti, karena dua hal tersebut

memberikan rasa hangat, melonggarkan pernapasan, relaksasi, tenang,

tidak panik dan napas terkendali.

4.3 HASIL PENELITIAN

Dalam analisa tematik akan dijelaskan mengenai tema yang telah

didapat dan telah teridentifikasi dari hasil wawancara. Tema – tema yang

telah dihasilkan tersebut mengacu pada kategori pengetahuan, kategori

penanganan fisik dan kategori penanganan supportif. Masing – masing

kategori akan menghasilkan beberapa tema, dan masing – masing tema

menghasilkan sub tema.

Tema – tema yang telah dihasilkan dan telah teridentifikasi dari

hasil wawancara tersebut akan secara rinci dibahas untuk mengungkapkan

makna – makna atau arti dari berbagai pengalaman pasien asma bronkiale

yang apabila mengalami serangan dan mendapatkan terapi non farmakologis

secara baik fisik, maupun secara psikologis. Tema – tema dan makna –

makna yang telah dihasilkan akan saling berhubungan satu per satu dengan

yang lain. Berikut penjelasan mengenai masing – masing tema dari tiga

kategori pada konteks penanganan awal pasien asma bronkiale.

Tema - tema yang didapatkan berasal dari analisa terhadap

kategori – kategori yang didapat dari ungkapan keseluruhan partisipan.

Kategori – kategori ditetapkan dari tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

Page 89: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

73

Berikut penjelasan mengenai tema - tema dan sub - sub tema dari kategori -

kategori tersebut:

4.3.1 Tujuan 1: Pemahaman Partisipan tentang Penyakit Asma Bronkiale

4.3.1.1 Kategori Pengetahuan

1. Tema Pengertian (Sub Tema: a) Sesak Napas; b) Mengi; c)

Terengah – engah).

a. Sesak Napas.

Seluruh partisipan telah mengetahui tentang pengertian asma

yang dikarakteristikkan oleh keempatnya dengan adanya keluhan

sesak napas pada saat serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai keluhan sesak napas

yang timbul saat serangan asma :

“...setahu saya ya sesak napas mbak... .”(P1)

“...yen pangertosan saya gangguan nggen pernapasan mbak, sesak

napas ngaten (setahu saya adanya gangguan pernapasan mbak, ada

sesak napas)... .”(P2)

“...yen ngertos kulo nggih sesak napas mbak ( setahu saya sesak

napas mbak)... .”(P3)

“...itu ya sesak napas mbak (setahu saya sesak napas mbak)... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa pengertian asma

bronkiale adalah suatu kondisi pada gangguan pernapasan dengan

Page 90: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

74

adanya keluhan sesak napas sebagai salah satu gejala yang

dirasakan saat serangan.

b. Mengi

Dua partisipan mengungkapkan bahwa pengertian asma

adalah suatu kondisi terjadinya gangguan pernapasan yang pada

saat terjadinya serangan timbul suara abnormal “mengi” yang

merupakan kekhasan bunyi pernapasan pada pasien asma saat

mengalami serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai pengertian asma adalah

adanya suara pernapasan yang secara awam dikenal dengan suara

“mengi” sebagai ciri khas bunyi pernapasan saat serangan asma:

“...tapi khas ada bunyi ”ngik – ngik”, orang tua bilang,“mengi”

begitu mbak... .”(P1)

“...yang ada “mengi – mengi”nya itu mbak ... .”(P4)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan bahwa

pengertian asma diantaranya adalah gangguan pada saluran

pernapasan yang terdapat karakteristik suara pernapasan yang khas

dan secara awam keduanya menyebutnya dengan suara “mengi”.

Sementara dua partisipan lainnya mengungkapkan dengan istilah

atau karakteristik yang berbeda.

Page 91: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

75

c. Terengah – engah

Dua diantara empat partisipan mengungkapkan bahwa

pengertian asma adalah terjadinya gangguan pernapasan yang

apabila terjadi serangan maka keluhan yang timbul salah satunya

adalah rasa terengah- engah saat bernapas.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai adanya keluhan

pernapasan yang terasa terengah- engah apabila mengalami

serangan asma :

“...menggeh – menggeh” ngoten nika pokoke mbak (terengah-

engah begitu mbak)... .”(P2)

“...mengkas-mengkis mbak yen kimat (terasa terengah-engah saat

kambuh mbak)... .” (P3)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan bahwa pengertian

asma adalah apabila terjadi serangan, maka pernapasan akan terasa

terengah – engah. Dua partisipaan yang lain mendeskripsikan

dengan istilah yang berbeda.

Page 92: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

76

2. Tema Tanda dan Gejala (Sub tema: a) Batuk; b) Sesak Napas; c)

Kesulitan Bernapas)

a. Batuk

Empat dari dua partisipan mengungkapkan bahwa salah

satu dari tanda dan gejala saat mengalami serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai adanya keluhan batuk

yang dikarakteristikkan oleh partisipan sebagai tanda dan gejala

terjadinya serangan asma :

“...biasanya didahului batuk mbak ... .”(P1)

“...enten “watuke” mbak (ada batuknya mbak) ... .”(P2)

Terdapat dua partisipan yng mengungkapkan bahwa batuk

merupakan salah satu dari gejala apabila serangan asma terjadi,

sementara dua partisipan lainnya menyatakan dengan adanya

tanda dan gejala yang berbeda.

4.3.1.1 Skema Tema Pengertian

Pengertian Pengetahuan “Mengi”

Terengah-

engah

Sesak

napas

Page 93: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

77

b. Sesak Napas

Tiga dari empat partisipan mengungkapkan bahwa tanda

dan gejala terjadinya serangan asma adalah juga adanya keluhan

sesak napas.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai adanya keluhan sesak

napas yang juga dikarakteristikkan oleh partisipan merupakan

tanda dan gejala terjadinya serangan asma :

“...napas ini rasanya terus sesek mbak... .”(P1)

“...dada niki mbak sing kraos pas serangan, sesek

ngoten(ketika serangan dada terasa sesak mbak)... .”(P2)

“...dada sesek raose yen pas kimat mbak(saat kambuh dada

terasa sesak mbak)... .”(P3)

Terdapat tiga partisipan yang mengungkapkan bahwa

diantara tanda dan gejala terjadinya serangan asma adalah sesak

napas.

c. Kesulitan Bernapas

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa tanda dan

gejala yang lain pada serangan asma adalah adanya keluhan sulit

untuk bernapas.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai adanya kesulitan

untuk benapas saat serangan asma :

“...rasanya napas tidak lancar... .”(P1)

Page 94: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

78

“...ajeng ambegan susah mbak (susah untuk bernapas mbak), leher

terasa seperti tercekik ... .”(P2)

“...ambegan kados tertahan,angel ngoten (pernapasan seperti

tertahan dan sulit)... .”(P3)

“...rasanya sulit bernapas, terengah-engah mbak... .” (P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa diantara tanda dan

gejala apabilamengalami serangan asma adalah adanya kesulitan

untuk bernapas.

4.3.1.2 Skema Tema Tanda dan Gejala

2. Tema Waktu Pertama Mengalami Serangan Asma (Sub Tema:

Sejak Kecil)

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa mereka telah

menyadari dengan kondisi mereka sebagai penderita asma.

Keempatnya mengungkapkan bahwa sejak kecil telah sering

mengalami serangan asma, sehingga saat sekarang apabila

Tanda dan

Gejala

Pengetahuan Sesak

Napas

Kesulitan

Bernapas

Batuk

Page 95: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

79

mengalami serangan bukan merupakan serangan yang pertama

dialami.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai waktu yang

dikarakteristikkan oleh partisipan sebagai waktu pertama kalinya

diketahui terkena asma:

“...sejak kecil mbak, kira – kira usia 5 tahun, waktu masih TK...

.”(P1)

“...wit alit mpun gadhah asma mbak, yen mboten klentu umur 5

tahun (sejak kecil saya sudah terkena asma mbak, kalau tidak

salah usia 5 tahun)... .”(P2)

“...sejak kecil mbak, kalau saya ndak salah pas saya 6 tahun...

.”(P3)

“...wiwit alit mbak mpun “menginen”, nggih kinten – kinten 5

tahunan umur kula (sejak kecil sudah mulai punya “mengi” mbak,

kira-kira usia 5 tahun)... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa sejak kecil

mereka sudah terdeteksi terkena asma. Rentang usia pada saat

mengalami serangan asma yang diungkapkan seluruh partisipan

adalah 5-6 tahun.

4.3.1.3 Skema Waktu Pertama Mengalami Serangan

Sejak kecil

Waktu

Pertama

Mengalami

Serangan

Asma

Pengetahuan

Page 96: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

80

3. Tema Faktor Pencetus (Sub Tema: a) Temperatur Dingin; b)

Debu; c) Asap; d) Kelelahan Fisik; e) Emosi)

a. Temperatur Dingin

Tiga dari empat partisipan mengungkapkan bahwa

terpaparnya mereka pada temperatur yang dingin akan

mengakibatkan tercetusnya serangan asma.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai paparan terhadap

temperatur dingin yang merupakan salah satu faktor pencetus

yang menimbulkan serangan asma:

“...saya paling ndak tahan dengan dingin mbak, membuat asma

saya kambuh... ”(P1)

“...yen kenging angin malam terus kimat mbak (bila terkena

angin malam terus kambuh mbak)... .”(P2)

“...yen kademen nggih kimat mbak (bila kedinginan kambuh

mbak)... .”(P3)

Terdapat tiga partisipan yang mengungkapkan bahwa

terpaparnya mereka dengan temperatur yang dingin

mengakibatkan terjadinya serangan asma. Debu

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa terpaparnya

mereka dengan debu juga merupakan faktor pencetus serangan

asmanya.

Page 97: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

81

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai paparan terhadap

debu yang dapat menimbulkan serangan asma:

“...saya juga tidak tahan debu mbak... .”(P1)

“...yen kenging debu nggih kimat mbak (bila terkena debu juga

kambuh mbak)... .”(P2)

“...yen kenging bleduk niku nggih sesek mbak (bila terkena debu

juga menimbulkan sesak napas mbak)... .”(P3)

“...kalau terkena debu nggih kambuh sesek mbak (kalau terkena

debu juga menyebabkan kambuh mbak)... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa debu merupakan

salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya serangan asma

adalah apabila terpapar dengan debu.

b. Asap

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa asap

merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan serangan.

Diungkapkan pula oleh keempat partisipan bahwa asap yang berasal

dari sisa pembakaran maupun rokok yang terhirup akan mengganggu

kerja pernapasannya dan selanjutnya menimbulkan serangan asma.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai paparan

terhadap asap baik dari hasil pada proses pembakaran maupun rokok

merupakan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya serangan asma:

Page 98: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

82

“...kalau ada asap atau ada yang merokok di dekat saya itu

menyebabkan saya terus sesak napas mbak... .”(P1)

“...yen bibar ngrokok utawi enten asap niku dadi sesek mbak (setelah

merokok atau terkena asap menyebabkan saya menjadi sesak mbak)...

.”(P2)

“...kulo yen mambu asap utawi kebul rokok mbak niku jan mboten

remen, lha trus sesek le mbak (saya paling tidak suka kalau membau

asap rokok, karena menyebabkan saya sesak napas mbak)... .”(P3)

“...kalau habis merokok atau ada asap jadi sesek mbak... .”(P4)

Terdapat dua partisipan yang berjenis kelamin laki – laki yang

mengungkapkan bahwa asap rokok maupun asap dari sumber lain

merupakan faktor yang dapat menimbulkan terjadinya serangan asma.

Kedua partisipan merupakan perokok meskipun dengan intensitas

yang jarang (merokok sesekali saat timbul keinginan untuk merokok

saja). Sementara dua partisipan lainnya yang berjenis kelamin

perempuan bukan merupakan perokok tetapi sedapat mungkin

menghindarkan diri dari kepulan asap dan asap rokok, karena asap dan

juga asap rokok di sekitarnya juga menimbulkan serangan asma,

dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh partisipan

mengungkapkan bahwa asap dari sisa proses pembakaran maupun

rokok dapat menimbulkan serangan asma.

c. Kelelahan Fisik

Dua partisipan mengungkapkan bahwa sebenarnya mereka

menyadari dengan kesibukan mereka saat bekerja kadang – kadang

akan menimbulkan kelelahan fisik. Keadaan yang demikian apabila

Page 99: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

83

diabaikan (tidak segera beristirahat), maka hal tersebut diakui

keduanya akan menimbulkan serangan asma.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kelelahan pada fisik yang

menyebabkan munculnya serangan asma:

“...yen kekeselen mbak terus kambuh (kalau kecapaian menyebabkan

kambuh mbak)... .”(P3)

“...kecapaian juga menyebabkan kambuh mbak... .” (P4)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan bahwa

kelelahan secara fisik dapat menimbulkan serangan asma, sementara

dua partisipan yang lain mengungkapkan kelelahan secara fisik

didukung dengan faktor- faktor lain akan menimbulkan serangan

asma.

d. Emosi

Tiga partisipan mengungkapkan bahwa adanya respon

emosi yang berlebihan/stress akan mengakibtkan serangan asma.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai emosi/stress yang

menyebabkan munculnya serangan asma:

“...yen kepikiran awrat nggih kimat mbak (bila ada masalah berat

akan mnyebabkan kambuh mbak) ... .”(P2)

“...yen kepikiran awrat kimat mesti kambuh mbak (bila ada masalah

berat pasti kambuh mbak)... .”(P3)

“...yen kepikiran mesti kambuh mbak (bila banyak yang dipikirkan

pasti kambuh mbak)... .”(P4)

Page 100: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

84

Terdapat tiga partisipan yang mengungkapkan bahwa

adanya stressor dapat menimbulkan serangan asma, sementara satu

partisipan lainnya tidak menyebutkan stress dalam mengidentifikasi

tanda dan gejala asma.

4.3.1.4 Skema Tema Faktor Pencetus

Temperatur

Dingin

Faktor Pencetus Pengetahuan

Debu

Asap

Kelelahan Fisik

Emosi

Page 101: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

85

4.3.2 Tujuan 2: Pemahaman Partisipan dan Keluarga tentang Penanganan

Fisik pada Serangan Asma.

4.3.2.1 Kategori Penanganan Fisik

1. Tema Peran Keluarga pada Penanganan Fisik (Sub Tema: a)

Pasangan Hidup; b) Saudara)

a. Pasangan Hidup

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa pasangan

hidupnya merupakan orang terdekat dalam hidupnya dan selalu

mengambil langkah penting yang pertama ketika partisipan

mengalami serangan asma. Diungkapkan keempatnya langkah

penting yang dimaksud yang dapat meringankan gejala saat serangan

adalah penanganan secara fisik berupa massage ringan dengan

minyak kayu putih pada dada, punggung/seluruh tubuh.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai keluarga dalam hal ini

pasangan hidup yang selalu berperan memberikan terapi fisik pada

partisipan saat serangan:

“...suami saya yang mijeti (memijat/melakukan massage) saya saat

serangan mbak... .”(P1)

“...biasane istri kulo bertindak mijeti, ngeroki ngoten pas kimat

mbak (biasanya istri yang memijat saat saya kambuh mbak)... .”(P2)

“...suami biasane sing sregep mijeti kula pas kimat mbak (suami

saya orangnya telaten memijat saya pas kambuh mbak)... .”(P3)

“...istri saya yang menolong pertama kali saat saya kambuh, saya

dipijat di dada,punggung,kening dan telapak kaki mbak... .”(P4)

Page 102: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

86

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa pasangan hidup

(suami/istri)nya adalah orang yang berperan penting dan selalu ambil

bagian memberikan penanganan fisik saat partisipan mengalami

serangan asma

b. Saudara

Selain pasangan hidupnya, kadang-kadang saudara juga

merupakan keluarga terdekat yang juga turut ambil bagian ketika

partisipan mengalami serangan. Diungkapkan oleh dua partisipan

bahwa saudara juga merupakan orang yang peduli saat serangan,

yaitu dengan melakukan massage ringan dengan minyak kayu putih

pada dada dan punggung/seluruh tubuh saat partisipan mengalami

srangan asma.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai saudara yang

juga turut berperan memberi penanganan fisik saat serangan asma:

“...mbak kulo nggih bertindak sok mijeti ngoten mbak (kakak saya

kadang-kadang juga bertindak dengan memijat saya mbak)... .”(P2)

“...yen mboten kadang – kadang nggih adik kula sing mijeti mbak

(kadang-kadang adik juga memijat saya mbak) ... .”(P3)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan bahwa

saudara terdekat juga merupakan orang yang berperan memberikan

penanganan fisik saat partisipan mengalami serangan asma. Dua

partisipan lainnya tidak mengungkapkan hal serupa, karena

bertempat tinggal agak jauh dari saudaranya.

Page 103: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

87

4.3.2.1 Skema Tema Peran Keluarga Pada Penanganan Fisik

2. Tema Metode Penanganan Fisik (Sub Tema: a) “Kerokan”; b)

Massage)

4.3.2.2.1 Kerokan

Cara tradisional yang maknanya sama dengan

memijat/massage dikenal masyarakat dengan istilah “kerokan”. Pada

orang-orang tertentu “kerokan” diyakini mampu mengurangi atau

bahkan menyembuhkan suatu keluhan, termasuk keluhan/gejala yang

timbul saat serangan asma. Dua partisipan mengungkapkan bahwa

“kerokan” merupakan salah satu metode penanganan fisik pilihan

untuk mengurangi gejala saat mengalami serangan asma

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai kerokan sebagai

metode penanganan fisik oleh keluarga terhadap partisipan saat

mengalami serangan asma:

Pasangan

Hidup

Penanganan

Fisik

Saudara

Peran

Keluarga

Dalam

Penanganan

Fisik

Page 104: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

88

“... yang dilakukan suami saat saya serangan adalah ngeroki saya

pakai minyak kayu putih mbak... .”(P1)

“... yen pas kimat kula dikeroki sak awak niki mbak (bila mengalami

serangan saya di”keroki” pada seluruh tubuh mbak)... .”(P2)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan bahwa

metode tradisional “kerokan” merupakan salah satu metode pilihan

pertama yang dipilih saat partisipan mengalami serangan asma. Dua

partisipan lain memilih metode penanganan fisik yang lain yang

diyakini mampu meringankan gejala saat partisipan mengalami

serangan asma.

b. Massage

Keempat pasien mengungkapkan bahwa penanganan fisik

saat mengalami serangan dengn massage ringan pada dada dan

punggung/seluruh tubuh dengan menggunakan minyak kayu putih

adalah penanganan awal pilihan yang diyakini efektif mengurangi

gejala saat serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai massage

sebagai metode penanganan fisik oleh keluarga terhadap partisipan

saat mengalami serangan asma:

“...suami mijeti (memijat) dada dan punggung saya dengan minyak

kayu putih mbak ... .”(P1)

“...dipijeti nggen punggung, dada, iga, pilingan, ngangge minyak

kayu putih ngaten mbak (dipijat pada dada, iga, kening dengan

minyak kayu putih)... .”(P2)

Page 105: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

89

“...dipijet nggen bagian belakang niki, nggen punggung nggih

dipliriti ngangge minyak kayu putih (dipijat di bagian belakang dan

punggung dengan minyak kayu putih)... .”(P3)

“...dipijat pada kening, dada, punggung, iga, telapak kaki pakai

minyak kayu putih mbak... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa massage dengan

minyak kayu putih terutama pada area dada dan punggung

merupakan metode pilihan yang diyakini mampu mengurangi

gejala saat partisipan mengalami serangan asma.

4.3.2.2 Skema Tema Metode Penanganan Fisik

3. Tema Efek Penanganan Fisik (Sub Tema: a) Sesak Napas

Berkurang; b) Pernapasan Longgar ; c) Tubuh Hangat; d)

Penurunan Tingkat Stress )

a. Sesak Napas Berkurang

Penanganan

Fisik

Massage

Metode

Penanganan

Fisik

“Kerokan”

Page 106: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

90

Penanganan fisik berupa massage ringan pada dada,

punggung/seluruh tubuh dengan minyak kayu putih

diungkapkan oleh keempat partisipan sebagai metode

penanganan fisik yang efektif untuk mengurangi gejala saat

serangan. Cara ini diakui keempatnya mampu memberikan

efek mengurangi sesak napas pada saat serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai

berkurangnya sesak napas setelah mendapat penanganan fisik

oleh keluarganya:

“...sesek (sesak napas) berkurang mbak ... .”(P1)

“...raose sesek sudo mbak (rasa sesak napas berkurang

mbak)... .”(P2)

“...sesekipun nggih sudo mbak (sesak napas juga berkurang)...

.”(P3)

“...sesak napas berkurang mbak... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa efek dari

penanganan fisik yang dilakukan keluarga saat serangan adalah

mampu mengurangi keluhan sesak napas.

b. Pernapasan Longgar

Penanganan fisik berupa massage dada dan

punggung/seluruh tubuh dengan minyak kayu putih

diungkapkan tiga partisipan merupakan metode penanganan

Page 107: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

91

fisik pada pasien asma yang memberikan efek melonggarkan

pernapasan saat serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai

“longgarnya” pernapasan setelah mendapat penanganan fisik

oleh keluarganya saat mengalami serangan asma:

“...napas nggih dados “longgar” mbak (napas menjadi

longgar mbak)... .”(P1)

“...napas kulo dados longgar mbak (napas saya menjadi

longgar mbak)... .”(P3)

“...dada dan napas terasa longgar mbak... .”(P4)

Terdapat tiga partisipan yang mengungkapkan bahwa

efek dari penanganan fisik yang diberikan saat serangan dapat

membantu me”longgar”kan pernapasan. Satu partisipan

lainnya mengungkapkan berkurangnya gejala setelah

penanganan fisik dengan istilah yang lain.

c. Tubuh Hangat

Minyak kayu putih merupakan salah satu media/bahan

untuk melakukan massage pada dada dan punggung/seluruh

tubuh pada pasien asma saat serangan. Dua partisipan

Page 108: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

92

mengungkapkan bahwa efek penggunaan minyak kayu putih

tersebut adalah sensasi rasa hangat pada tubuh.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai perasaan

hangat pada tubuh setelah mendapat penanganan fisik oleh

keluarganya saat serangan asma:

“...sak awak niki raose anget mbak (seluruh tubuh terasa

hangat mbak)... .”(P2)

“...tubuh terasa hangat... .”(P4)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan rasa

hangat pada tubuh setelah dilakukan massage dengan minyak

kayu putih. Dua partisipan lainnya mengungkapkan dengan

karakteristik yang lain.

d. Penurunan Tingkat Stress

Penanganan fisik saat serangan asma tidak saja

berpengaruh pada relaksasi fisik tetapi juga akan merelaksasi

mental sehingga stress saat serangan juga berkurang.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai berkurangnya

stress setelah mendapat penanganan fisik oleh keluarganya

saat serangan asma:

“...yen bar dipijet nggen pilingan niki raose stess kula nggih

ical mbak (setelah dipijat pada kening stress saya terasa

hilang mbak)... .”(P2)

Page 109: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

93

“...bar dipijet ngoten stress kula juga berkurang mbak (setelah

dipijat stress saya juga berkurang mbak)... .”(P4)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan

bahwa penanganan fisik yang dilakukan oleh keluarga saat

partisipan mengalami serangan juga mampu mengurangi stress

yang menyertai serangan asma.

4.3.2.3 Skema Tema Efek Penanganan Fisik

4.3.3 Tujuan 3: Mengetahui Pemahaman Partisipan dan Keluarga tentang

Penanganan Supportif pada Serangan Asma.

4.3.3.1 Kategori Penanganan Supportif

Efek

Penanganan

Fisik

Penanganan

Fisik

Sesak Napas

Berkurang

Pernapasan

“longgar”

Tubuh Hangat

Penurunan

Tingkat Stress

Page 110: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

94

1. Tema Peran Keluarga pada Penanganan Supportif (Sub Tema: a)

Pasangan Hidup; b) Ibu)

a. Pasangan Hidup

Pasangan hidup (suami/istri) sebagai orang terdekat dalam

hidup partisipan merupakan orang penting yang supportnya sangat

dinantikan oleh partisipan terutama saat serangan. Support dari

pasangn hidup bermakna secara psikologis mengurangi kecemasan

dan membuat perasaan tenang saat menghadapi serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai keluarga yang berperan

memberikan penanganan supportif (support psikologis) kepada

partisipan saat mengalami serangan asma :

“...jelas ada mbak, suami saya selalu menunggui dan menasehati

saya untuk tenang dan mengendalikan napas saat serangan...

.”(P1)

“...nggih mbak, suami kulo biasane yen pas kimat ngrencangi kalih

ngandhan – ngandhani kula (ya mbak, pada saat serangan

biasanya suami saya menemani dan menasehati/memotivasi

saya)... .”(P2)

“...suami saya sinambi mijeti biasane kalih ngandhani ken tenang,

mboten panik mbak (sambil memijat biasanya suami saya

memotivasi saya untuk tenang dan tidak panik mbak)... .”(P3)

“...nggih mbak (ya mbak), biasanya istri saya yang menasehati

untuk tenang pas kambuh... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa pasangan hidup

(suami/istri)nya merupakan orang yang berperan penting dalam

memberikan support secara psikologis saat mengalami serangan

Page 111: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

95

asma. Support mental tersebut diyakini seluruh partisipan mampu

memberikan efek mengurangi gejala saat serangan asma.

c. Ibu

Ibu merupakan orang yang paling mengerti bagaimana dan

bagaimana harus menangani anaknyasaat serangan. Meskipun

telah dewasa dan berkeluarga support dari ibu juga merupakan

hal yang dinantikan partisipan untuk dapat menenangkan saat

mengalami serangan.

“...ibu saya itu orangnya cukup sabar menunggui dan

menenangkan saya saat serangan mbak.. .”(P1)

“...ibu kula mbak, ngandhani kula supados mboten panik mbak

(ibu memotivasi saya supaya tidak panik mbak)... .”(P3)

Terdapat dua partisipan yang mengungkapkan bahwa ibu

juga merupakan orang yang berperan memberikan support saat

partisipan mengalami serangan asma, sehingga partisipan merasa

tenang dan gejala saat serangan berkurang.

Page 112: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

96

4.3.3.1 Skema Tema Peran Keluarga pada Penanganan Supportif

2. Tema Metode Penanganan Supportif (Sub Tema: a) Support

untuk Tenang; b) Support untuk Pengendalian Pernapasan)

a. Support untuk Tenang

Support untuk tenang dari keluarga merupakan

metode/bentuk support yang sangat diharapkan oleh partisipan

saat mengalami serangan karena dengan support tersebut

partisipan merasa ada empati dari keluarga yang hal tersebut

dapat mengurangi kepanikan saat serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai support dari

keluarganya untuk tenang saat mengalami serangan asma:

Penanganan

Supportif

Ibu

Peran

Keluarga

pada

Penanganan

Supportif

Pasangan

Hidup

Page 113: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

97

“...suami saya sambil mijiti juga memotivasi saya untuk tenang

mbak... .”(P1)

“...kalih dikandhani supados mboten panik mbak (juga

dinasehati supaya tidak panik mbak)... .”(P2)

“...dikandhani supados nyantai mawon, ampun panik, ampun

stress ngoten mbak (dinasehati supaya santai saja, tidak panik,

tidak stress, seperti itu mbak) ... .”(P3)

“...istri bilang jangan stress pak, jangan panik.. .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan support dari keluarga

untuk tenang saat serangan asma merupakan support yang mampu

memberikan motivasi dan efek ketenangan jiwa dan tidak panik

saat partisipan mmengalami serangan asma.

b. Support untuk Pengendalian Pernapasan

Saat serangan asma yang terjadi adalah peningkatan

kerja otot pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat

dan menimbulkan sesak napas yang teramat sangat. Dengan

support dari keluarga untuk tetap mengendalikan pernapasan

saat serangan, maka hal tersebut akan memotivasi partisipan

untuk tetap mengendalikan pernapasan meskipun dalam keadaan

menghadapi serangan.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai support dari

keluarganya untuk mengendalikan pernapasan saat serangan

asma:

“...supados ngatur napas ngoten mbak (supaya mengatur

pernapasan begitu mbak)... .”(P2)

Page 114: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

98

“...ngaken kula supaya mengatur napas mbak (memotivasi saya

supaya mengatur napas mbak)... .”(P3)

“...napasnya diatur ngoten niku mbak (napasnya diatur, seperti

itu mbak)... .”(P4)

Terdapat tiga partisipan yang mengungkapkan

bahwa pada saat serangan asma terjadi keluarganya selalu

memberikan support agar pernapasannya sedapat mungkin

dikendalikan agar gejala yang timbul saat serangan berkurang.

Satu partisipan lainnya mengungkapkan metode atau bentuk

support yang lain.

4.3.3.2 Skema Tema Metode Penanganan Supportif

Penanganan

Supportif

Support untuk

Pengendalian

Pernapasan

Metode

Penanganan

Supportif

Support

untuk tenang

Page 115: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

99

3. Tema Efek Penanganan Supportif (Sub Tema: a) Ketenangan; b)

Sesak Napas Berkurang; c) Pernapasan Terkendali):

a. Ketenangan

Support dari keluarga untuk selalu tenang saat mengalami

serangan akan memberikan efek perasaan menjadi tenang,

merasa tidak sendiri, stress dan juga rasa panik berkurang.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai perasaan lebih tenang

apabila secara psikologis keluarga memberikan support saat

partisipan mengalami serangan asma:

“...rasanya saya ayem (tenang) mbak, tidak panik lagi... .”(P1)

“...rasanya saya tenang mbak, panike ical (hilang paniknya)...

.”(P2)

“...raose mboten stress malih mbak, mboten panik ngaten

(rasanya tidak stress lagi mbak, tidak panik juga)... .”(P3)

“...rasanya saya tenang dan juga tidak panik mbak... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa support

psikologis dari keluarga saat partisipan mengalami serangan akan

memberikan efek perasaan tenang dan mengurangi kepanikan,

sehingga gejala yang timbul saat serangan asma juga berkurang.

b. Sesak Napas Berkurang

Page 116: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

100

Support secara psikologis dari keluarga juga merupakan

hal yang berarti pada partisipan saat mengalami serangan, karena

juga akan memberikan efek berkurangnya keluhan sesak napas.

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai

berkurangnya sesak napas apabila keluarga memberikan support

psikologis saat partisipan mengalami serangan asma:

“...sesak napas rasanya juga berkurang mbak... .”(P1)

“...sesak napas terasa berkurang mbak... .”(P2)

“...seseke raose nggih sudo mbak (rasa sesak napas juga

berkurang mbak)... .”(P3)

“...sesak napas terasa berkurang mbak... .”(P4)

Seluruh partisipan mengungkapkan bahwa support dari keluarga

saat partisipan mengalami serangan asma mampu memberikan

efek mengurangi sesak napas sebagai salah satu gejala yang

muncul saat terjdi serangan asma.

c. Pernapasan Terkendali

Efek lain support psikologis dari keluarga adalah

terkendalinya frekuensi pernapasan saat serangan. Dengan

support tersebut partisipan termotivasi untuk dapat

mengendalikan pernapasan saat serangan meskipun terasa

sangat sesak.

Page 117: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

101

Berikut ungkapan dari partisipan mengenai

terkendalinya pernapasan apabila mendapatkan support

psikologis dari keluarganya saat mengalami serangan asma:

“...rasane (rasanya) napas terkendali mbak... .”(P1)

“...gek napas niki rumaos kula nggih terus saget diatur mbak

(rasanya napas ini juga bisa diatur mbak)... .”(P3)

“...napas bisa dikendalikan mbak... .”(P4)

Terdapat tiga partisipan yang mengungkapkan bahwa

support psikologis dari keluarga saat serangan asma dapat

memberikan efek terkendalinya pernapasan yang tidak teratur.

Satu partisipan lain mengungkapkan dengan ungkapan sesak

napas yang berkurang

4.3.3.3 Skema Tema Efek Penanganan Supportif

Penanganan

Supportif

Pernapasan

Terkendali

Efek

Penanganan

Supportif

Ketenangan

Sesak napas

berkurang

Page 118: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

102

BAB V

PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan hasil penelitian dengan

teori. Pembahasan mengarah pada hasil yang didapat dan analisa serta pemecahan

masalah. Dalam bab ini juga diungkapkan masalah – masalah yang ditemui pada

pasien dengan asma bronkiale pada dimensi penanganan awal secara non

farmakologis saat mengalami serangan sesuai hasil penelitian dengan teori dan

hasil penelitian terdahulu pada tema yang sama.

5.1 Tujuan 1: Pemahaman partisipan tentang penyakit asma bronkiale

5.1.1 Kategori Pengetahuan

5.1.1.1 Tema Pengertian

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa pengertian asma

bronkiale adalah suatu gangguan pada pernapasan yang ditandai dengan

adanya keluhan sesak napas, terdapat bunyi khas yang secara awam

disebut “mengi” dan pernapasan dirasakan terengah – engah. Pemahaman

partisipan tentang pengertian asma ini penting untuk diketahui oleh

partisipan dan keluarganya, karena dengan pemahaman terhadap

pengertian asma maka hal ini akan membantu partisipan dan keluarga

untuk mengambil langkah penanganan awal apabila sewaktu-waktu

mengalami kondisi tersebut.

Page 119: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

103

Pernyataan partisipan tentang pengertian asma ini sesuai dengan

teori menurut Danusantoso (2011), yang menyatakan bahwa secara klinis

pengertian asma adalah suatu serangan dengan sesak napas yang disertai

dengan suara napas “mengi” (wheezing/wheeze), yang dapat timbul

sewaktu – waktu dan dapat hilang kembali (sempurna ataupun hanya

sebagian), baik secara spontan maupun hanya dengan obat – obatan

tertentu/sifat reversibilitas. Teori lain yang menguatkan kesesuaian

pernyataan partisipan tentang pengertian asma adalah teori menurut

Sudoyo (2006), yang menyatakan bahwa asma adalah penyempitan

saluran pernapasan yang bersifat progresif yang akan menimbulkan

peningkatan kerja pernapasan yang dimanifestasikan dengan terdapatnya

suara pernapasan wheezing.

Pendapat lain yang tentang pengertian asma yang sesuai dengan

pernyataan seluruh partisipan adalah pendapat Vitahelt dalam Monalisa

(2012), yang menyatakan bahwa serangan asma merupakan suatu kondisi

terganggunya saluran pernapasan yang dimulai dengan adanya batuk

dengan atau tanpa pilek dan gejala tersebut terkait erat dengan munculnya

keluhan sesak napas, bunyi “mengi”, tarikan dinding dada sampai dengan

sianosis. Pendapat tentang pengertian asma yang juga sesuai dengan

pernyataan seluruh partisipan adalah pendapat Fahrani dalam

Setyoningsih (2008), yang menyimpulkan bahwa asma adalah suatu

kondisi ketidaknormalan pada saluran pernapasan penderita asma pada

Page 120: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

104

saat serangan yang dikarakteristikkan dengan adanya gejala wheezing,

sesak napas, obstruksi jalan napas dan peningkatan respirasi.

Pemahaman partisipan tentang pengertian asma tidak hanya

penting dalam mengambil langkah penanganan saat terjadi serangan agar

tidak semakin memburuk tetapi dengan pemahaman ini kesadaran

partisipan pada kondisinya meningkat dan juga dapat menjadikan

pengetahuan bagi partisipan dan keluarganya untuk mengambil langkah

preventif dalam upaya mengurangi intensitas serangan. Dari pernyataan

keempat partisipan dapat disimpulkan bahwa seluruh partisipan telah

memahami pengertian asma dan pemahaman seluruh partisipan yang

diungkapkan melalui pernyataan tentang pengertian asma tersebut telah

sesuai dengan teori tentang asma.

5.1.1.2 Tema Tanda dan Gejala

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa pada saat mengalami

serangan asma gejala yang timbul dikarakteristikkan dengan adanya

batuk, sesak napas, sampai dengan kesulitan bernapas. Pemahaman

partisipan tentang tanda dan gejala asma ini penting bagi partisipan dan

keluarganya karena dengan memahami hal tersebut partisipan akan

segera menyadari ketika sewaktu-waktu merasakan tanda dan gejala

tersebut merupakan awal terjadinya serangan dan bagi keluarga

partisipan dapat segera memberikan langkah penanganan yang tepat.

Page 121: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

105

Pernyataan partisipan tentang tanda dan gejala asma ini sesuai

dengan teori menurut Danusantoso (2011), yang menyatakan bahwa

manifestasi klinis stadium dini serangan asma adalah batuk berdahak

dengan pilek maupun tidak, ronchi hilang timbul dan belum ada wheezing

tetapi bila meningkat pada stadium lanjut maka gejala yang timbul antara

lain: batuk, ronchi, sesak napas, napas berat, wheezing, dada terasa

tertekan, suara napas melemah, terjadi asidosis bahkan alkalosis

respiratorik. Teori lain tentang tanda dan gejala asma yang sesuai dengan

pernyataan partisipan adalah pendapat Sudoyo (2006), yang menyatakan

bahwa pasien asma saat mengalami serangan akut maka pada saluran

pernapasannya akan terjadi peningkatan resistensi aliran udara,

hiperinflasi pulmonar dan obstruksi jalan napas dan sebagai

konsekuensinya maka akan menimbulkan gejla peningkatan kerja otot

pernapasan, kelelahan otot- otot pernapasan, sesak napas sampai dengan

kesulitan bernapas.

Pendapat tentang tanda dan gejala asma yang juga sesuai dengan

pernyataan seluruh partisipan adalah pendapat Tonsman dalam Monalisa

(2012), yang menyatakan bahwa gejala asma dimulai dengan timbulnya

gejala batuk dengan atau tanpa pilek, sesak napas, bunyi “mengi” dan

tarikan dinding dada sampai dengan sianosis sehingga mengakibatkan

pasien kesulitan bernapas. Satu pendapat lain tentang tanda dan gejala

asma yang menguatkan kesesuaian pernyataan seluruh partisipan adalah

pendapat Fahrani dalam Setyoningsih (2008), yang menyatakan bahwa

Page 122: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

106

gejala yang muncul saat serangan asma diakibatkan oleh penyempitan otot

pernapasan yang ditandai dengan adanya keluhan sesak napas, wheezing

sampai kesulitan bernapas.

Pemahaman partisipan tentang tanda dan gejala asma ini

merupakan hal penting yang perlu untuk ditingkatkan karena dengn

pemahaman pada hal tersebut partisipan dapat melaukan langkah preventif

agar tidak timbul tanda dan gejala yang demikian sebagai tanda terjadinya

serangan dan bagi keluarga pemahaman ini juga penting karena apabila

sewaktu-waktu muncul tanda dan gejala tersebut keluarga dapat segera

menentukan metode apa dan sejauh mana penanganan terhadap partisipan

akan dilakukan. Dari ungkapan keempat partisipan maka dapat

disimpulkan bahwa seluruh partisipan telah memahami tanda dan gejala

asma dan pemahaman seluruh partisipan yang diungkapkan melalui

pernyataan tentang tanda dan gejala tersebut telah sesuai dengan teori

tentang asma.

5.1.1.3 Tema Waktu Pertama Mengalami Serangan Asma

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa waktu pertama kali

terdeteksi terkena asma adalah sejak mereka masih kecil. Ungkapan

keempat partisipan tersebut diperkuat oleh pernyataan keluarga terdekat

(ibu atau saudaranya) yang menyatakan hal serupa. Melihat ungkapan

keempatnya tentang hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

partisipan mendapatkan serangan pertama asma pada rentang usia 5- 6

Page 123: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

107

tahun. Ungkapan seluruh partisipan tentang waktu pertama mengalami

serangan asma ini sesuai dengan teori Danusantoso (2011), yang

menyatakan bahwa serangan pertama dapat timbul pada masa kanak-

kanak sampai masa setengah umur. Teori lain tentang waktu pertama

mengalami serangan asma yang sesuai dengan ungkapan seluruh

partisipan adalah pendapat menurut Sudoyo (2006), yang menyatakan

bahwa adanya episode serangan pertama asma berdasarkan kriteria usia

dapat diklasifiksikan berdasarkan kriteria usia pada masa anak – anak.

Menurut Sudoyo (2006), klasifikasi episode serangan pertama

asma berdasarkan kriteria usia pada masa anak-anak adalah sebagai

berikut: episode jarang, ditemukan pada usia 3-6 tahun, 70-75% dari

populasi asma pada anak, episode sering, serangan pertama terjadi pada

umur sebelum 3 tahun dan permulaan serangan terjadi pada usia 5-6

tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi dan pada episode kronik

persisten, 25% serangan pertama terjadi sebelum anak berusia 6 bulan,

75% sebelum usia 3 tahun serta 50% mendapat serangan asma secara

episodik pada dua tahun pertama dan hampir selalu terjadi “mengi”

setiap hari.

Kesadaran dan pemahaman partisipan tentang waktu pertama

kalinya mengalami serangan asma merupakan pengetahuan yang

penting untuk semakin disadari karena dengan memahami dan

menyadari bahwa sejak kecil telah mengetahui bahwa mereka

merupakan penderita asma, maka perilaku hidup maupun hal-hal yang

Page 124: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

108

sekiranya sejak dulu dapat menimbulkan serangan asma dapat dihindari

dan cara/metode yang efektif dalam penanganan saat serangan dapat

dilanjutkan hingga sekarang. Dari pernyataan keempat partisipan

tentang waktu pertama mengalami serangan asma tersebut dapat

disimpulkan bahwa seluruh partisipan mengalami serangan pertama

asma pada rentang usia 5-6 tahun dan masuk pada kategori asma

episodik sering (Sudoyo, 2006), dalam hal ini seluruh partisipan juga

telah menyadari dan memahami bahwa mereka telah menderita asma

sejak kecil dan pemahaman seluruh partisipan yang diungkapkan

melalui pernyataan tentang waktu pertama mengalami serangan asma

tersebut telah sesuai dengan teori tentang asma.

5.1.1.4 Tema Faktor Pencetus

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan timbulnya serangan asma antara lain: temperatur dingin,

debu, asap/asap rokok, kelelahan fisik, emosi. Pernyataan seluruh

partisipan tersebut sesuai dengan teori Danusantoso (2011), yang

menyatakan bahwa asma disebabkan oleh faktor intrinsik dan

ekstrinsik. Secara intrinsik asma disebabkan oleh infeksi (virus,

influensa, pneumonia, mycoplasmal) dan secara ekstrinsik asma

disebabkan oleh faktor fisik (cuaca dingin, perubahan temperatur),

polusi udara (CO, asap/asap rokok) dan faktor emosional. Pendapat lain

tentang faktor pencetus asma yang sesuai dengan pernyataan seluruh

partisipan adalah pendapat Wong (2006), yang menyatakan bahwa

Page 125: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

109

faktor predisposisi asma yang menimbulkan serangan antara lain: asap

rokok, polusi udara, perubahan cuaca dan ekspresi emosi yang

berlebihan. Pendapat lain tentang faktor pencetus asma yang sesuai

dengan pernyataan partisipan adalah teori Musliha (2010), yang

menyatakan bahwa faktor pencetus asma antara lain: faktor alergi

(tungau, debu, polusi udara) dan ekspresi emosi yang berlebihan.

Menurut Mangoen Prasodjo dalam Setyoningsih (2008), tentang

faktor pencetus asma yang juga sesuai dengan pernyataan seluruh

partisipan adalah pendapat yang menyatakan bahwa penerapan self

management yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan normalisasi

hidup pada penderita asma dipengaruhi oleh bagaimana seorang

penderita asma mengenali faktor pencetus asma yang bersifat intrinsik

(genetik, alergi) maupun faktor ekstrinsik (debu, polusi udara, emosi,

asap rokok). Kesadaran partisipan tentang faktor-faktor yang dapat

mencetuskan asmanya adalah pengetahuan penting yang sangat baik

untuk ditingkatkan dan disadari oleh seluruh partisipan, karena dengan

kesadaran tinggi akan hal ini partisipan dapat berhati-hati agar tidak

terpapar pada faktor-faktor pencetus tersebut. Dari ungkapan keempat

partisipan tentang faktor pencetus serangan asma tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa seluruh partisipan telah memahami dan menyadari

faktor apa saja yang dapat mencetuskan serangan asmanya dan

pemahaman seluruh partisipan tentang faktor pencetus asma yang

Page 126: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

110

diungkapkan melalui pernyataan tentang hal tersebut telah sesuai

dengan teori tentang asma.

5.2 Tujuan 2: Pemahaman partisipan tentang tindakan non farmakologis

secara fisik pada serangan asma.

5.2.1 Kategori Penanganan Fisik

5.2.1.1 Tema Peran Keluarga pada Penanganan Fisik

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa keluarga dalam hal ini

pasangan hidup (suami/istri) dan keluarga (saudara) merupakan orang

yang berperan penting dalam memberikan penanganan fisik saat partisipan

mengalami serangan asma. Pernyataan seluruh partisipan tersebut sesuai

dengan teori menurut Wong (2008), yang menyatakan bahwa fisioterapi

dada merupakan salah satu metode penanganan fisik pada pasien asma

bronkiale saat mengalami serangan dan hal ini merupakan metode yang

bisa dipelajari dan dilakukan oleh keluarga. Pendapat lain tentang peran

keluarga yang sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah teori

menurut Musliha (2010), yang menyatakan bahwa pengetahuan keluarga

dalam memberikan penanganan fisik dan mendukung pasien asma saat

mengalami serangan penting untuk dieksplorasi dan didiskusikan bersama

pasien dan keluarga sehingga efektif untuk diterapkan dengan tujuan

mengurangi intensitas serangan maupun pencegahan komplikasi.

Pendapat lain tentang peran keluarga pada penanganan fisik asma

adalah pendapat Shidartani dalam Monalisa (2012), yang menyatakan

Page 127: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

111

tentang bahwa ibu merupakan orang yang paling bertanggung jawab

dalam memberikan upaya penanganan non farmakologis baik secara fisik

maupun psikologis saat anak menghadapi serangan. Pendapat tentang

metode penanganan fisik pada asma yang juga sesuai dengan pernyataan

partisipan adalah pendapat Fahrani dalam Setyoningsih (2008), yang

menyatakan bahwa keluarga terdekat (suami, istri, saudara) merupakan

orang yang berperan penting dan secara langsung membantu pasien dalam

self management saat mengalami serangan asma baik secara fisik maupun

psikologis. Kesadaran dan pengertian keluarga pada pasien asma tentang

arti penting keterlibatan/perannya dalam menangani anggota keluarganya

yang mengalami serangan asma perlu untuk semakin ditingkatkan,

mengingat penanganan awal oleh keluarga saat serangan merupakan hal

yang sangat menentukan dalam keberhasilan upaya penanganan asma dan

mencegah keberlanjutan/semakin buruknya kondisi saat serangan.

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan tentang peran

keluarga ini maka dapat disimpulkan bahwa seluruh partisipan dan

keluarganya telah menyadari arti penting peran keluarga dalam

memberikan penanganan fisik saat serangan. Pemahaman keempat

partisipan tentang peran keluarga pada penanganan fisik saat serangan

yang diungkapkan melalui pernyataan seluruh partisipan tentang hal

tersebut telah sesuai dengan teori tentang asma.

5.2.1.2 Tema Metode Penanganan Fisik

Page 128: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

112

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa metode penanganan

fisik pilihan saat mengalami serangan asma adalah dengan “kerokan” dan

massage ringan pada dada dan punggung atau seluruh tubuh dengan

menggunakan minyak kayu putih/minyak lain yang memberikan sensasi

rasa hangat. Pernyataan seluruh pasien tentang hal tersebut sesuai dengan

pendapat Rengganis (2008), yang menyatakan bahwa penatalaksanaan

asma bronkiale dibedakan menjadi dua secara farmakologis dan non

farmakologis (fisik dan psikologis) dan juga teori menurut Musliha (2010),

yang menyatakan bahwa fisioterapi dada pada pasien asma dapat

dilakukan dengan menggunakan minyak kayu putih dan dikombinasikan

dengan inhalasi, latihan batuk dan breathing exercise.

Menurut Dessianti (2015), saat serangan asma dibutuhkan

tindakan massage dengan media zat yang bersifat memberi relaksasi otot

sehingga dapat mengurangi penyempitan pada saluran udara di saluran

pernapasan. Kondisi distress pernapasan, yaitu kondisi di mana orang

menderita ketidaknyamanan pada saluran pernapasan, seperti pada

serangan asma seseorang dapat menggunakan manfaat minyak kayu putih

untuk mendapatkan bantuan untuk meringankan rasa sesak pada dada serta

hidung tersumbat. Minyak kayu putih juga membantu dalam

menyingkirkan lendir serta membantu mengencerkan dahak, sehingga

memberikan bantuan ekstra. Kemudian juga memberikan efek

menenangkan pada rongga hidung, sehingga udara yang terasa dingin dan

hidung tersumbat akan segera teratasi. Campuran minyak kayu putih

Page 129: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

113

dengan air hangat juga dapat digunakan sebagai inhalan atau dioleskan

pada hidung, leher, dan tengkuk sehingga melonggarkan pernapasan. Pada

serangan asma dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu putih

yang bersifat memberikan sebagai relaksasi otot sehingga dapat

mengurangi penyempitan pada saluran udara di saluran pernapasan

(Ahmad, 2013).

Menurut Masyoel dalam Nafiah 2013, “kerokan” yang di

masyarakat awam diyakini juga mampu meringankan gejala saat terjadi

serangan asma, maka proses yang terjadi adalah ketika “kerokan”

pinggiran uang logam menggores permukaan kulit. Kondisi ini yang

membuat panas tubuh berangsur turun. Goresan/pengerokan dengan

pingiran uang logam tersebut mekanismenya seperti pemijatan, sehingga

membuat rasa nyeri dan pegal, pusing, sesak napas termasuk pada asma

berangsur hilang jika di sertai dengan istirahat yang cukup. Ternyata

“kerokan” tidak hanya populer di Indonesia, tetapi juga sering di lakukan

oleh orang-orang di negara asia lainnya, seperti di Vietnam menyebut

“kerokan” sebagai "cao giodi", sedangkan di Kamboja menyebutnya "goh

kyol", bahkan di China yang terkenal dengan akupunturnya menyebut

“kerokan” dengan sebutan "gua sua", namun bedanya orang China

memakai batu giok sebagai alat pengerok, bukan kepingan uang logam

seperti yang umumnya dipakai oleh orang Indonesia. (Deimon, 2013).

“Kerokan” ini pun dipercaya sebagai bukti nyata dalam

perwujudan ilmu Einstein (E=MC2) yang menerangkan bahwa energi

Page 130: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

114

muncul karena pergesekan dua benda. Jika permukaan tubuh kita digosok-

gosokan dengan tangan atau benda tumpul dengan cepat, maka suhu panas

dalan tubuh akan meningkat. Karena meningkatnya panas dalam tubuh,

maka akan terjadilah perlebaran pembuluh darah sehingga oksigenasi

menjadi lebih baik karena peredaran darah kembali lancar dan rasa sakit

ditubuhpun mereda. (Deimon, 2013).

Prinsip “kerokan” menurut Dr. Koosnadi Saputra, Sp.R,

akupunkturis klinik, mirip prinsip pemanasan dengan menggunakan moxa

yang sering dipakai saat jarum akupunktur ditusukkan pada tubuh untuk

mengatasi masuk angin. Prinsip ini juga tidak jauh berbeda dengan model

terapi kop yang biasanya menggunakan alat seperti tanduk, gelas, karet,

tabung bambu dan lain-lain. Di negeri asal teknik akupunktur, model terapi

ini sudah resmi dipakai sebagai sarana penyembuhan. (Forumviva.co.id,

2011).

Menurut Mochtar Wijayakusuma, putra Hembing

Wijayakusuma yang juga seorang akupunkturis, penelitian mengapa

kerokan memiliki efek menyembuhkan juga pernah dilakukan di

Universitas Ghuan Thou, sebuah universitas terkenal di Cina.

(Forumviva.co.id 2011). Dengan terlalu sering kerokan muncul anggapan

kulit rusak, pori-pori melebar,pembuluh darah pecah. Tetapi menurut

penelitian yang ada dengan kerokan tidak ada kulit yang rusak ataupun

pembuluh darah yang pecah. Tetapi terjadi pori-pori yang melebar.

Melebarnya pori-pori ini justru membuat aliran darah lancar dan suplai

Page 131: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

115

oksigen dalam darah jadi meningkat. Sehingga kulit ari juga akan terlepas

seperti halnya saat luluran. Dalam sebuah penelitian menyebutkan bahwa

kadar endorfin orang-orang yang di”kerok” naik signifikan. Dengan

adanya peningkatan endorfin ini membuat mereka nyaman, rasa sakit

hilang termasuk seak napas pada asma, tubuh menjadi lebih segar, dan

bersemangat. (sahabathawa.com, 2013)

Teori lain tentang metode penanganan fisik pada serangan asma

yang sesuai dengan pernyataan partisipan adalah pendapat Faishal (2007),

yang menyatakan bahwa penggunaan minyak kayu putih dengan cara

menggosok dada dan punggung efektif untuk membantu mengurangi

gejala saat serangan asma, meringankan saluran pernapasan dan masalah

lain yang terkait dengan pernapasan termasuk asma bronkiale. Pendapat

terkait dengan metode penanganan fisik yang sesuai dengan pernyataan

seluruh partisipan adalah pendapat Fahrani dalam Setyoningsih (2008),

yang menyatakan bahwa upaya pengobatan untuk pasien asma bronkiale

dengan minyak kayu putih. Penanganan fisik pada serangan asma yang

salah satunya dengan massage ringan pada dada, punggung dan seluruh

tubuh dengan minyak kayu putih merupakan upaya non farmakologis yang

sering dipilih partisipan dan keluarganya untuk menangani saat terjadi

serangan. Upaya dengan metode ini merupakan metode yang efektif dan

praktis karena dapat langsung dilakukan oleh keluarga terdekat tanpa harus

berpedoman dengan teori khusus, karena dengan minyak kayu putih,

massage tersebut dapat memperlebar saluran pernapasan dan mencegah

Page 132: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

116

obstruksi jalan napas, namun demikian keefektifan massage dengan cara

tersebut akan semakin efektif dan efeknya akan lebih signifikan apabila

pengetahuan keluarga ditingkatkan dan dilengkapi dengan fisioterapi dada.

Berdasarkan pernyataan keempat partisipan tentang metode

penanganan fisik tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

partisipan dan keluarganya telah memahami cara memberikan penanganan

awal secara fisik pada partisipan saat mengalami serangan asma.

Pemahaman seluruh partisipan yang diungkapkan melalui pernyataan

tentang metode penanganan fisik saat serangan tersebut telah sesuai

dengan teori tentang asma.

5.2.1.3 Tema Efek Penanganan Fisik

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa setelah dilakukan

penanganan fisik (massage pada dada, punggung dan atau seluruh tubuh)

pada saat mengalami serangan asma maka efek yang dirasakan adalah

sesak napas berkurang, pernapasan menjadi longgar, tubuh terasa hangat

dan tingkat stress menurun. Pernyataan seluruh partisipan tentang efek

penanganan fisik tersebut sesuai dengan pendapat Wong (2008), yang

menyatakan bahwa massage atau fisoterapi dada pada pasien asma

bronkiale saat serangan akan memberikan efek berupa pengendalian

pernapasan, mencegah inflamasi berlebih dan secara psikologis

mengurangi kecemasan.

Dua teori lain tentang efek penanganan fisik (massage) pada

serangan asma yang sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah

Page 133: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

117

teori menurut Faishal (2007), yang menyatakan bahwa minyak kayu putih

untuk massage pada pasien asma bronkiale berperan sebagai

bronchodilator yang dapat memperlebar saluran penapasan, mengurangi

obstruksi jalan napas, mengurangi sesak napas dan secara psikologis

memberikan efek relaks. Satu teori lain tentang efek penanganan fisik

yang sesuai dengan pernyataan partisipan adalah teori menurut Musliha

(2010), yang menyatakan bahwa penanganan fisik pada asma bronkiale

berupa massage dan exercise berupa latihan bernapas dapat mengurangi

gejala asma dan kepanikan.

Pendapat yang lain tentang efek penanganan fisik pada asma

yang sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah pendapat Vitahelt

dalam Monalisa (2012), menyatakan bahwa massage dada dengan minyak

kayu putih pada pasien asma bronkiale saat mengalami serangan

memberikan efek anti spasmodik sehingga mengurangi obstruksi jalan

napas dan secara psikologis mampu mengurangi tingkat kecemasan/stress

akibat serangan asma. Pengetahuan partisipan dan keluarga tentang sejauh

mana efek penanganan fisik yang dilakukan pada saat serangan sangat baik

untuk ditingkatkan, karena dengan memahami tentang hal tersebut maka

bagi partisipan dapat menjadi sesuatu yang menimbulkan afirmasi positif,

yaitu partisipan akan berasumsi dan tertanam dalam pemikirannya bahwa

massage akan memperingan gejala yang timbul pada saat mengalami

serangan. Selain itu bagi keluarga partisipan hal ini juga akan

Page 134: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

118

menimbulkan keberanian untuk segera memberikan penanganan fisik

apabila partisipan mengalami serangan.

Minyak kayu putih dapat membantu dalam menyingkirkan

lendir serta membantu mengencerkan dahak, sehingga memberikan

bantuan ekstra. Kemudian juga memberikan efek menenangkan pada

rongga hidung, sehingga udara yang terasa dingin dan hidung tersumbat

akan segera teratasi. Campuran minyak kayu putih dengan air hangat juga

dapat digunakan sebagai inhalan atau dioleskan pada hidung, leher, dan

tengkuk sehingga melonggarkan pernapasan. Pada serangan asma

dibutuhkan zat yang terkandung dalam minyak kayu putih yang bersifat

memberikan sebagai relaksasi otot sehingga dapat mengurangi

penyempitan pada saluran udara di saluran pernapasan (Ahmad, 2013).

Menurut Masyoel dalam Nafiah 2013, efek “kerokan” yang di

masyarakat awam diyakini juga mampu meringankan gejala saat terjadi

serangan asma, goresan pinggir uang logm permukaan kulit. membuat

panas tubuh berangsur turun. Goresan/pengerokan tersebut mekanismenya

seperti pemijatan, sehingga membuat rasa nyeri dan pegal, pusing, sesak

napas termasuk pada asma berangsur hilang jika di sertai dengan istirahat

yang cukup.

Berdasarkan ungkapan keempat partisipan tentang efek

penanganan fisik tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh partisipan

telah memahami tentang arti penting dan efek dari metode penanganan

fisik berupa massage ringan pada dada dan “kerokan” pada punggung serta

Page 135: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

119

seluruh tubuh saat serangan. Pemahaman seluruh partisipan yang

diungkapkan melalui pernyataan tentang hal tersebut telah sesuai dengan

teori tentang asma.

5.3 Tujuan 3: Pemahaman partisipan tentang penanganan non farmakologis

secara psikologis/tindakan supportif pada serangan asma.

5.3.1 Kategori Penanganan Supportif

5.3.1.1 Tema Peran Keluarga pada Penanganan Supportif

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa keluarga yang

berperan memberikan penanganan supportif/dukungan psikologis saat

mengalami serangan asma adalah pasangan hidupnya (suami/istri). Dua

partisipan mengungkapkan bahwa selain pasangan hidupnya, ibu juga

merupakan orang yang turut mengambil peran memberikan

support/dukungan psikologis saat mengalami serangan. Pernyataan

seluruh partisipan tentang keluarga yang berperan memberikan

penanganan supportif saat serangan tersebut sesuai dengan teori menurut

Wong (2008), yang menyatakan bahwa fisioterapi dada penting dilakukan

keluarga saat pasien asma bronkiale mengalami serangan dan tindakan

tersebut tidak hanya memberikan efek relaksasi pada fisik tetapi juga

merelaksasi mental. Teori lain tentang efek penanganan fisik pada asma

yang sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah teori menurut

Musliha (2010), yang menyatakan bahwa keluarga berperan penting dalam

menentukan pilihan terapi atau penanganan baik secara fisik maupun

Page 136: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

120

mental pada pasien asma bronkiale saat mengalami serangan asma, yang

penanganan tersebut akan meringankan gejala saat serangan.

Pendapat Mangoen Prasodjo dalam Monalisa (2012), tentang peran

keluarga pada efek penanganan fisik yang sesuai dengan pernyataan

seluruh partisipan adalah ibu merupakan orang yang paling bertanggung

jawab dalam memberikan perawatan asma pada anak mereka. Pendapat

yang lain tentang hal tersebut yang juga sesuai dengan pernyataan seluruh

partisipan adalah pendapat Fahrani dalam Setyoningsih (2008), yang

menyatakan bahwa secara psikologis keluarga merupakan faktor penting

yang membantu pasien asma dalam pengendalian stress dan emosi saat

mengalami serangan sehingga gejala yang muncul tidak semakin parah.

Peran keluarga pada penanganan supportif saat partisipan mengalami

serangan asma sangat penting untuk diketahui, ditingkatkan dan

dimotivasi, karena support dari keluarga terdekat sebagai orang yang

paling dapat memahami partisipan akan memberikan arti dan efek berupa

relaksasi secara mental maupun fisik, sehingga diharapkan dengan upaya

tersebut gejala yang muncul saat serangan akan berkurang dan mencegah

terjadinya kondisi yang lebih buruk.

5.3.1.2 Tema Metode Penanganan Supportif

Keempat partisipan mengungkapkan bahwa saat mengalami

serangan asma maka keluarga sebagai orang terdekat selalu memberikan

support/dukungan psikologis untuk tetap tenang menghadapi serangan dan

Page 137: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

121

sedapat mungkin mengendalikan pernapasan. Ungkapan seluruh partisipan

tentang efek dari penanganan supportif saat serangan asma tersebut sesuai

dengan teori menurut Musliha (2010), yang menyatakan bahwa tindakan

pertama yang dianjurkan untuk menangani pasien asma bronkiale adalah

dengan menenangkan penderita, membantunya untuk duduk dan

beristirahat, melakukan fisioterapi dada, memberikan posisi nyaman dan

memberi support untuk melakukan latihan/pengendalian asma. Pendapat

lain tentang metode pananganan supportif tersebut yang juga sesuai

dengan pernyataan seluruh partisipan adalah teori menurut Wong (2008),

yang menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan pada fisioterapi dada

adalah melatih/memberi support untuk bernapas dan mengendalikan napas

yang keduanya dapat mencegah inflamasi berlebih dan efektifitas batuk.

Pendapat tentang metode penanganan supportif yang sesuai dengan

pernyataan seluruh partisipan adalah pendapat Tonsman dalam

Setyoningsih (2008), yang menyatakan bahwa secara psikologis keluarga

merupakan faktor penting yang membantu pasien asma dalam hal self

management pada saat mendapatkan serangan, dalam hal ini yang

dimaksud adalah pengendalian stress dan emosi pada saat serangan

sehingga gejala yang muncul pada saat serangan tidak semakin parah.

Pengetahuan tentang metode penanganan supportif tersebut penting

ditingkatkan bagi keluarga partisipan asma, karena dengan demikian pada

saat partisipan mengalami serangan keluarga sedapat mungkin

mendampingi dan berempati terhadap gejala yang dirasakan partisipan

Page 138: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

122

dengan terus memberinya support untuk tidak panik dan tetap

mengendalikan pernapasan sehingga gejala yang muncul pada saat

serangan dapat berkurang dan juga dapat mencegah terjadinya kondisi

yang semakin memburuk.

Secara psikologis penanganan awal serangan asma adalah

pentingnya edukasi pada penderita asma tentang penyakitnya dan

bagaimana menyikapinya, diberikan latihan relaksasi/support dengan

kontrol emosi saat serangan sehingga pernapasan berangsur teratur dan

sesak napas berkurang. (Musliha, 2010). Ketika ada gangguan dalam

sistem pernapasan berupa batuk atau serangan asma, maka kinerja otot-

otot pernapasan pada dinding thorak akan dibebani pekerjaan tambahan

dengan frekuensi berkali lipat dari biasa berupa kontraksi berlebihan yang

begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada penderita asma, bila

dalam kondisi biasa otot-otot tersebut bekerja begitu santai, maka ketika

asma kambuh otot-otot pernapasan pada dinding thorak harus bekerja

extra keras untuk membantu paru memompa udara keluar dari dalam paru

agar segera berganti dengan udara yang baru. Itulah sebabnya support dari

keluarga sebagai orang terdekat untuk mengatur napas otot

perut/diafragma begitu dianjurkan bagi penderita asma, sebab support

tersebut akan memberikan efek relaksasi secara mental dan selanjutnya

kondisi tenang tersebut akan menurunkan frekuensi pernapasan yang

meningkat saat serangan (Yudiono dalam Jakfisio, 2013).

Page 139: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

123

Berdasarkan ungkapan keempat partisipan tentang metode

pennganan supportif tersebut maka dapat disimpulkan bahwa seluruh

patisipan telah memahami dan mengakui bahwa support keluarga pada

saat serangan sangat dibutuhkannya. Pemahaman keempat partisipan

tentang peran keluarga pada penanganan supportif yang diungkapkan

melalui pernyataan tentang hal tersebut telah sesuai dengan teori tentang

asma.

5.3.1.2 Tema Efek Penanganan Supportif

Keempat pasien mengungkapkan bahwa efek diberikannya

penanganan supportif oleh keluarga adalah adanya ketenangan, tidak

cemas/panik, sesak napas berkurang dan pernapasan juga dapat

dikendalikan. Pernyataan seluruh partisipan tentang efek penanganan

supportif tersebut sesuai dengan teori menurut Wong (2008), yang

menyatakan bahwa efek psikologis dari fisioterapi dada adalah

merelaksasi mental dan secara fisik memperkuat otot pernapasan, karena

di dalam fisioterapi dada terdapat tindakan memberi support untuk

melakukan latihan batuk dan breathing exercise yang keduanya dapat

dilakukan keluarga saat mendampingi penderita asma yang mengalmi

serangan.

Teori lain tentang efek penanganan supportif pada pasien asma

saat serangan yang sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah

teori menurut Musliha (2010), yang menyatakan bahwa tindakan supportif

Page 140: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

124

pertama oleh keluarga dalam membantu pasien asma saat mengalami

serangan dapat dilakukan dengan cara menenangkan pasien, memberinya

posisi nyaman dan memberi support untuk latihan napas. Tindakan

tersebut diharapkan akan mampu memberikan ketenangan, mengurangi

kepanikan dan mengendalikan pernapasan yang abnormal saat serangan.

Pendapat yang lain tentang efek penanganan supportif pada

serangan asma yang sesuai dengan pernyataan seluruh partisipan adalah

pendapat Walujani dan Rahmawati dalam Setyoningsih (2008), yang

menyatakan bahwa support keluarga dalam pengendalian stress dan emosi

pasien asma pada saat mengalami serangan akan mampu mengurangi

gejala yang muncul saat serangan sehingga penderita tenang dan dapat

mengendalikan pernapasannya.

Secara psikologis penanganan awal serangan asma adalah

pentingnya edukasi pada penderita asma tentang penyakitnya dan

bagaimana menyikapinya, diberikan latihan relaksasi/support dengan

kontrol emosi saat serangan sehingga pernapasan berangsur teratur dan

sesak napas berkurang. (Musliha, 2010). Ketika ada gangguan dalam

sistem pernapasan berupa batuk atau serangan asma, maka kinerja otot-

otot pernapasan pada dinding thorak akan dibebani pekerjaan tambahan

dengan frekuensi berkali lipat dari biasa berupa kontraksi berlebihan yang

begitu keras saat batuk. Begitu juga yang terjadi pada penderita asma,

support keluarga terhadap penderita asma untuk mengatur napas otot

perut/diafragma begitu dianjurkan, sebab support tersebut akan membawa

Page 141: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

125

kondisi tenang dan selanjutnya akan menurunkan frekuensi pernapasan

yang meningkat saat serangan (Yudiono dalam Jakfisio, 2013).

Kesadaran dan pengetahuan partisipan dan keluarganya terhadap

efek penanganan supportif yang dilakukan keluarga pada saat serangan

merpakan pengetahuan penting untuk ditingkatkan, karena dengan

kesadaran keluarga untuk selalu bersedia memberi support saat partisipan

mengalami serangan akan membantu partisipan untuk dapat

mengendalikan pernapasan, tetap tenang dan tidak stress saat serangan,

dengan demikian gejala yang muncul saat serangan diharapkan akan

berkurang dan tidak tidak semakin memperburuk keadaan. Pemahaman

keempat partisipan tentang efek penanganan supportif yang diungkapkan

melalui pernyataan tentang hal tersebut telah sesuai dengan teori tentang

asma.

Page 142: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

126

BAB VI

PENUTUP

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisa dari kata kunci yang telah didapatkan dalam

penelitian ini, maka diperoleh kesimpulan bahwa dari tujuan pertama yaitu

pemahaman partisipan tentang penyakit asma bronkiale diperoleh kategori

pengetahuan yang menghasilkan tema: a) pengertian (sub tema: sesak

napas, “mengi”, terengah-engah); b) tanda dan gejala (sub tema: batuk,

sesak napas, kesulitan bernapas); c) waktu pertama mengalami serangan

asma (sub tema: sejak kecil); d) faktor pencetus (sub tema: temperatur

dingin, debu, asap/asap rokok, kelemahan fisik, emosi)

Berdasarkan tujuan kedua yaitu pemahaman keluarga tentang

penanganan fisik pada serangan asma, diperoleh kategori penanganan fisik

yang menghasilkan tema: a) peran keluarga pada penanganan fisik (sub

tema: pasangan hidup, saudara); b) metode penanganan fisik (sub tema:

“kerokan”, massage); c) efek penanganan fisik (sub tema: sesak napas

berkurang, pernapasan “longgar”, tubuh hangat, penurunan tingkat stress)

Berdasarkan tujuan ketiga yaitu pemahaman keluarga tentang

penanganan supportif pada serangan asma, diperoleh kategori penanganan

supportif yang menghasilkan tema: a) peran keluarga pada penanganan

supportif (sub tema: pasangan hidup, ibu); b) metode penanganan supportif

Page 143: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

127

(sub tema: support untuk tenang, support untuk pengendalian pernapasan);

c) efek penanganan supportif (sub tema: tenang, sesak napas berkurang,

pernapasan terkendali).

6.2 SARAN

Saran bagi institusi pelayanan kesehatan/puskesmas rawat inap,

penelitian ini dapat menjadi bahan masukan/referensi untuk meningkatkan

pengetahuan dan skill, khususnya bagi perawat komunitas pada tingkat

pelayanan kesehatan dasar/puskesmas rawat inap, sehingga dapat

diaplikasikan khususnya pada perawatan pasien asma bronkiale dengan

metode penanganan non farmakologis baik secara fisik

(massage/fisioterapi dada) maupun secara psikologis (terapi supportif),

tanpa mengesampingkan terapi farmakologis. Metode ini juga dapat

diaplikasikan oleh perawat komunitas sebagai sarana dalam memberikan

edukasi kepada keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan asma

bronkiale sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat pada pasien

asma bronkiale pada saat serangan.

Saran bagi institusi pendidikan keperawatan, hasil penelitian ini

dapat menjadi acuan/referensi untuk memperkaya materi pembelajaran

asuhan keperawatan pada pasien asma bronkiale. Saran bagi peneliti,

penelitian ini dapat menjadi motivator untuk semakin meningkatkan

pengetahuan dan skill peneliti dalam memberikan asuhan keperawatan

terhadap pasien asma bronkiale saat mengalami serangan.

Page 144: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

128

Saran untuk klien asma dan keluarganya, penelitian ini dapat

meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan keluarga khususnya dalam

pemberian terapi non farmakologis dalam memberi perawatan dan

penanganan pasien asma bronkiale saat terjadi serangan di rumah.

Keluarga juga dapat berperan memberikan edukasi atau berbagi

pengalaman kepada keluarga lain yang mempunyai anggota keluarga

dengan asma, karena keluarga merupakan orang pertama yang

berhubungan langsung dengan klien sehingga perannya secara langsung

pada saat serangan akan membantu klien asma menghadapi serangan

dengan berbagai gejala yang timbul. Dengan upaya non farmakologis

secara fisik maupun psikologis tersebut derajat keparahan asma berkurang

dan dengan pengelolaan asma yang baik maka intensitas serangan juga

berkurang sehingga normalisasi hidup dapat terpenuhi.

Mengingat penelitian ini belum mampu mengungkap indikator

pada kategori – kategori atau tema – tema lain yang terkait dengan aspek

pada kehidupan klien dengan asma seperti kategori hubungan sosial

(adanya keterbatasan fisik dan tingkat ketergantungan pada orang lain),

maka diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti mengenai hal

ini dengan metode penelitian yang berbeda, misalnya dengan metode

penelitian kuantitatif dan metode penelitian kualitatif dengan analisa data

jalinan dikarenakan indikator – indikator tersebut membutuhkan observasi

secara kontinyu dan mendalam.

Page 145: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

129

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. (2013). Manfaat Pijat Aromatherapi. Diakses tanggal 05 Agustus 2015

pukul 20.00 WIB dari http :

//metropolitan.inilah.com/read/detail/12705/meringankan-asma dengan-

pijat.html.

Afiyanti, Y, Rachmawati, N.I. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam

Riset Keperawatan, Cetakan ke-1. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Danusantoso, Halim. (2011). Buku Saku Ilmu Penyakit Dalam, Edisi 2,

Jakarta:EGC 2

Dessianti. (2013). Pertolongan Pertama pada Penderita Asma. Diakses tanggal 06

Agustus 2015 dari www.Gejala Penyebab Sakit.blogspot.com/2015/03

Deimon. (2013). Khasiat dan Efek Samping Kerokan Ketika Masuk Angin.

Diakses tanggal 06 Agustus 2015 pukul 16.00 WIB dari

http://deimon.pun.bz/khasiat-dan-efek-samping-kerokan.html

Faishal. (2007). Cara mengobati asma dengan aromatherapi. Diakses tanggal 18

Oktober 2014 pukul.20.45 WIB dari http :

//www.carakhasiat.com/artikel.html.

Faizatin, Nafiah (2013). Bahaya Kerokan bagi Kesehatan. Diakses tanggal 05

Agustus 2015 pukul 16.00 WIB dari http://juzmanggis.wordpress.com

/2011/02/21/ kerokan-bahaya-bagi-penderita gangguan-jantung/html

Forumviva. (2011). “Tips Masuk Angin dengan Kerokan”. Diakses tanggal 05

Agustus 2015 pukul 16.15 WIB dari http:

//forum.viva.co.id/kesehatan/111643-tips-masuk-angin-dengan-kerokan.html

GINA (Global Initiative for Astma). (2006). Klasifikasi Asma. Diakses tanggal 4

Agustus 2014 pukul 20.00 WIB, dari www.Ginaastma.org.2006

GINA (Global Initiative for Astma). (2006). Pocket Guide for Astma Management

and Prevension In Children. Diakses tanggal 4 Agustus 2014 pukul 20.00

WIB dari www.Ginaastma.org.2006.

Indah. (2011). “Khasiat dan Bahaya Kerokan”. Diakses tanggal 05 Agustus 2015

pukul 16.00 WIB dari http://www.beritaunik.net/unik-aneh/khasiat-dan-

bahaya-kerokan.html

Kavler, S. (2011). Doing Interviews, Thousand Oaks: Sage Publications

Page 146: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

130

Monalisa (2012). Pengalaman Ibu Merawat Anak Penderita Asma yang

Mengalami Kualitas Hidup. Diakses tanggal 28 September 2014, pukul

16.10 WIB dari www.indonesia.digitaljournalis.org.

Muchid (2007). Buku Pharmauteceutical Care untuk Penyakit Asma, Edisi V,

Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Kefarmasian

dan Alat Kesehatan Depkes RI.

Musliha. (2010). Keperawatan Gawat Darurat, Edisi I, Yogyakarta: Nuha Medika.

Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian

Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.

Polit, DF & Beck, CT. (2006). Essentials of Nursing Research Methods,

Appraiseland Utilization, 6th

Edition, Lippincott Williams & Wilkins:

Philadelphia

Polit, DF & Hungler, BP. (2005). Nursing Research: Principles and Methods, 6th

Edition, Lippincott Williams & Wilkins: Philadelphia.

Potter, PA & Perry, Ag. (2005). Fundamental of Nursing Concept, Process and

Practice, 4th

Edition, Mosby Company: St. Lo

Rengganis, Iris. (2008): Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkiale. Diakses

tanggal 12 Oktober 2014 pukul 16.45 WIB, dari

www.indonesia.digitaljournalis.org.

RISKESDAS. (2013). Prevalensi Asma di Jawa Tengah. Diakses tanggal 28

September 2014, pukul 16.00 WIB, dari

http://health.kompas.read/2012/05/09/02341280/Polusi.

Sahabathawa. (2013). “Positif dan Negatif kerokan”. Diakses tanggal 05 Agustus

2015 pukul 16.35 WIB dari http://sahabathawa.com/positif-dan-negatif-

kerokan/html

Saldana, J. (2009). The Coding Manual for Qualitative Researcher. Thousand

Oaks: Sage Publications

Saryono & Anggraeni, MD. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam

Bidang Kesehatan, Nuha Medika: Yogyakarta.

Page 147: PENANGANAN AWAL PASIEN ASMA BRONKIALE PADA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/23/01-gdl-anitapurwa... · Anak – anak tersayang, ... Penanganan Awal Pasien Asma Bronkiale

131

Setyoningsih, Mogar, Pajarani. (2008). Self Management Mahasiswa Penderita

Asma yang Tinggal di Kost, Skripsi. Diakses tanggal 28 September

2014,pukul 16.10 WIB dari www.indonesia.digitaljournalis.org

Sudoyo, W.Aru. (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi IV Jilid II, Pusat

Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Universitas Indonesia: Jakarta

Sugiyono. (2011). Memahami Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Alfabeta:

Bandung

Sutopo, H.B. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Tori dan

Penerapannya dalam Penelitian, Edisi Kedua, Universitas Negeri Sebelas

Maret Surakarta: Surakarta

Taufik. (2009). Penatalaksanan Asma Masa Kini. Diakses tanggal 24 November

2014, pukul 16.35 WIB dari Yayanakhyar.files.wordpress.com 2009.

Wong, D.L., Hockenberry, M., Wilson, D., Winkelstein, M.L., & Schwatz,

P.(2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatric, Jakarta: EGC.

Yudiono, Hekso. (2013). Terapi Pijat untuk Asma. Diakses tanggal 05 Agustus

2015pukul 11.00 WIB dari http://www.Jakfisio/public_html/wp_html/wp-

content/plugins/schreikasten/schreikasten.phponline 804.com

Yunus,F. (2012). Polusi Tingkatkan Jumlah Penderita Asma, Diakses tanggal 28

September 2014 pukul.16.00 WIB, dari http://health.kompas.read / 2012

05/ 09/02341280/Polusi