32
A. Latar Belakang Pembaharuan di Mesir Tumbuhnya gerakan pembaharuan dalam islam, merupakan wujud dari bentuk kesadaran umat Islam dari ketertinggalan dan keterbelakangan mereka. Banyaknya persoalan yang dihadapi umat islam, dari persoalan Intern seperti adanya penyimpangan ajaran Islam dari ajaran sebenarnya dengan banyak bermunculan hadis-hadis palsu, sistem pemerintahan otoriter yang dipimpin khadewi Ismail, serta keadaan sosial keagamaan di Mesir pada saaat itu sangat memprihatinkan dengan munculnya tahayul, bid’ah dan kurafat. Kemudian ditambah lagi persoalan Ekstern umat yang ditimbulkan dari tekanan penjajahan bangsa-bangsa Barat yang menuntut segera diatasi dan dipecahkan masalahanya. Gerakan modernisasi dalam dunia Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang berusaha sekuat tenaga untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, dan berusaha kembali untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin islam menyadari kelemahan, ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai aspeknya, setelah banyak diantara mereka yang berdialog atau berhadapan langsung dengan kemajuan peradaban bangsa Barat. Menyadari kekalahan dan kelemahan dalam berbagai aspek kehidupan dari bangsa-bangsa Barat, Umat Islam mulai bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalan dan keterbelakangan. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan dan keterbelakangan itu adalah Turki Utsmani dan Mesir. Secara garis besar, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses pembaharuan pendidikan islam, yaitu:

pemikiran modern islam dim mesir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PMDI

Citation preview

Page 1: pemikiran modern islam dim mesir

A. Latar Belakang Pembaharuan di Mesir

Tumbuhnya gerakan pembaharuan dalam islam, merupakan wujud dari bentuk

kesadaran umat Islam dari ketertinggalan dan keterbelakangan mereka. Banyaknya persoalan

yang dihadapi umat islam, dari persoalan Intern seperti adanya penyimpangan ajaran Islam

dari ajaran sebenarnya dengan banyak bermunculan hadis-hadis palsu, sistem pemerintahan

otoriter yang dipimpin khadewi Ismail, serta keadaan sosial keagamaan di Mesir pada saaat

itu sangat memprihatinkan dengan munculnya tahayul, bid’ah dan kurafat. Kemudian

ditambah lagi persoalan Ekstern umat yang ditimbulkan dari tekanan penjajahan bangsa-

bangsa Barat yang menuntut segera diatasi dan dipecahkan masalahanya.

Gerakan modernisasi dalam dunia Islam dipelopori oleh para tokoh Islam yang

berusaha sekuat tenaga untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar, dan berusaha kembali

untuk memajukan Islam dan umatnya. Para pemimpin islam menyadari kelemahan,

ketertinggalan, dan keterbelakangan dari berbagai aspeknya, setelah banyak diantara mereka

yang berdialog atau berhadapan langsung dengan kemajuan peradaban bangsa Barat.

Menyadari kekalahan dan kelemahan dalam berbagai aspek kehidupan dari bangsa-

bangsa Barat, Umat Islam mulai bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalan dan

keterbelakangan. Bangsa yang pertama kali merasakan ketertinggalan dan keterbelakangan

itu adalah Turki Utsmani dan Mesir.

Secara garis besar, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya proses

pembaharuan pendidikan islam, yaitu:

1. Faktor kebutuhan pragmatis umat islam yang sangat membutuhkan satu sistem yang

betul-betul bisa dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim

yang berkualitas, bertakwa, dan beriman kepadaAllah SWT.

2. Agama Islam sendiri melalui ayat suci Al-Quran banyak menyuruh atau

menganjurkan umat Islam untukselalu berfikir serta selalu membaca dan menganalisis

sesuatu untuk kemudian bisa diterapkan atau bisa menciptakan sesuatu yang baru dari

apa yang kita lihat.

3. Adanya kontak Islam dengan Barat.1

Dan secara historis, kesadaran pembaharuan dan modernisasi pendidikan di Mesir

berawal dari datangnya Napoleon Bonaparte di Alexandria, Mesir pada tanggal 2 Juli 1798 1 Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam.Jakarta: Prenada Media, 2005 hal. 165

Page 2: pemikiran modern islam dim mesir

M. Tujuan utamanya adalah menguasai daerah Timur, terutama India. Napolen Bonaparte

menjadikan Mesir, hanya sebagai batu loncatan saja untuk menguasai India, yang pada waktu

itu dibawah pengaruh kekuasaan kolonial Inggris. Konon, kedatangan Napolen ke Mesir

tidak hanya dengan pasukan perang, tetapi juga dengan membawa seratus enam puluh orang

diantaranya pakar ilmu pengetahuan, dua set percetakan dengan huruf latin, Arab,

Yunani, peralatan eksperimen (seperti: teleskop, mikroskop, kamera, dan lain sebagainya),

serta seribu orang sipil.

B. Para Tokoh Pembaharu di Mesir

1. Muhammad bin Abdul Wahab (1115 – 1206 H/1701 – 1793 M)

a. Biografi Muhammad bin abdul wahab

Muhammad bin Abdul Wahab bernama lengkap Abu Abdullah bin Abd. Al-Wahab

bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Rasyid at-Tamimi. Dia dilahirkan pada tahun  1703

M/1115 H di Uyainah, Najd, Saudi Arabia. Dia adalah pendiri kelompok ”wahabi”. Dia dan

pengikut-pengikutnya menamakan kelompoknya dengan al-Muwahidun (pendukung tauhid).

Sedangkan wahabi adalah julukan yang diberikan musuh-musuh mereka, yang juga dipakai

oleh orang-orang Eropa dan akhirnya menjadi biasa. sejak kecil Muhammad bin Abd. Wahab

telah mendapatkan pendidikan keagamaan yang cukup kuat. Dibawah asuhan ayahnya,

Muhammad bin Abd. Wahab mendapatkan pelajaran yang pertama. Ia termasuk anak yang

cerdas, hafal al-Quran dan banyak hadits Nabi sejak berusia dibawah 10 tahun. Dengan

ayahnya ia belajar fiqh mazhab Hambali, tafsir dan hadits. Ia juga banyak mempelajari kitab-

kitab karangan Ibnu Taimiyah dan Qayyim al-Jauziyyah.

Setelah beberapa lama menetap di Mekah dan Madinah, ia kemudian pindah

ke Basrah. Di sini beliau bermukim lebih lama, sehingga banyak ilmu-ilmu yang

diperolehinya, terutaman di bidang haditsdan musthalahnya, fiqih dan usul fiqhnya, serta

ilmu gramatika (ilmu qawaid). Selain belajar, ia sempat juga berdakwah di kota ini.2

Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab memulai dakwahnya di Basrah, tempat di

mana beliau bermukim untuk menuntut ilmu ketika itu. Akan tetapi dakwahnya di sana

kurang bersinar, karena menemui banyak rintangan dan halangan dari kalangan para ulama

setempat.

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab

Page 3: pemikiran modern islam dim mesir

Di antara pendukung dakwahnya di kota Basrah ialah seorang ulama yang

bernama Syeikh Muhammad al-Majmu’i. Tetapi Syeikh Muhammad bin `Abdul Wahab

bersama pendukungnya mendapat tekanan dan ancaman dari sebagian ulama yang

dituduhnya sesat. Akhirnya beliau meninggalkan Basrah dan mengembara ke beberapa negeri

Islam untuk menyebarkan ilmu dan pengalamannya.3

Setelah beberapa lama, beliau lalu kembali ke al-Ahsa menemui gurunya Syeikh

Abdullah bin `Abd Latif al-Ahsai untuk mendalami beberapa bidang pengajian tertentu yang

selama ini belum sempat dipelajarinya. Di sana beliau bermukim untuk beberapa waktu, dan

kemudian ia kembali ke kampung asalnya Uyainah.

Pada tahun 1139H/1726M, bapanya berpindah dari 'Uyainah ke Huraymilah dan dia

ikut serta dengan bapanya dan belajar kepada bapanya. Tetapi beliau masih meneruskan

tentangannya yang kuat terhadap amalan-amalan agama di Najd. Hal ini yang menyebabkan

adanya pertentangan dan perselisihan yang hebat antara beliau dengan bapanya yang

Ahlussunnah wal jama'ah (serta penduduk-penduduk Najd). Keadaan tersebut terus berlanjut

hingga ke tahun 1153H/1740M, saat bapanya meninggal dunia.

Pada tahun 1738 ayahnya wafat, akhirnya ia kembali ke Uyainah. Selang setahun di

sana ia menghabiskan waktunya untuk merenung dan baru setelah ia mengajukan doktrin ke

masyarakat. Pada masa awal dakwahnya ia banyak mendapat tantangan. Pandangannya

mendapat perhatian dari luar Uyainah sehingga ia pergi ke Dar’iyah dan mendapatkan

pengikut hampir seluruh penduduk kota dan membangun masjid di sana.4

Banyak tantangan yang dihadapi oleh Muhammad bin Abd. Wahab pada saat di

Dar’iyah, namun hal tersebut dapat dihadapi berkat dukungan politik sepenuhnya dari

Muhammad bin Saud. Pada tahun 1795, Universitas Islam Muhammad bin Saud berhasil

mengumpulkan karya-karyanya dan membukukannya menjadi 12 jilid, yang meliputi bidang

tauhid, fiqh, hadits dan tafsir.

Muhammad bin `Abdul Wahab telah menghabiskan waktunya selama 48 tahun lebih

di Dar’iyah. Keseluruhan hidupnya diisi dengan kegiatan menulis, mengajar, berdakwah dan

berjihad serta mengabdi sebagai menteri penerangan Kerajaan Saudi di Tanah Arab.

Muhammad bin Abdul wahab berdakwah sampai usia 92 tahun, beliau wafat pada tanggal 29

3 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab4 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab

Page 4: pemikiran modern islam dim mesir

Syawal 1206 H, bersamaan dengan tahun 1793 M, dalam usia 92 tahun. Jenazahnya

dikebumikan di Dar’iyah (Najd).

Ajarannya diteruskan oleh murid-muridnya dan misi ini menjadi gerakan reformis

yang sangat kuat selama abad ke-18 hingga abad ke-20 M.

b. Kerangka pemikiran Muhammad bin Abdul Wahab

Kerangka pemikrian Muhammad bin Abd. Wahab berangkat dari pemahaman

ketauhidan kepada Allah. Ia membagi ketauhidan menjadi dua, yaitu tauhid

uluhiyah dan tauhid rububiyah. Tauhid uluhiyah artinya tauhid untuk menetapkan bahwa

sifat ketuhanan itu hanya milik Allah, dengan penyaksian bahwa tidak ada Tuhan selain

Allalh, yang dilahirkan dengan mengucapkan kalimat “Laa Ilaaha Illallah”. Selain itu hanya

berbakti kepada-Nya saja. Dengan kata lain, kepercayaan bahwa Tuhan yang menciptakan

alam ini adalah Allah dan hanya berbakti kepadanya. Sedangkan tauhid rububiyah artinya

kepercayaan bahwa pencipta alam ini adalah Allah, tapi tidak dengan mengabdi kepada

Allah.

Dalam pemikiran Muhammad bin Abd. Wahab, tauhid uluhiyah  inilah yang dibawa

oleh para nabi dan rasul, sementara tauhid rububiyah hanyalah bentuk penyelewengan

pengabdian manusia kepada selain Allah. Dengan demikian ia berpendapat bahwa satu-

satunya cara untuk menyelamatkan manusia dari kemusyrikan dan kegelapan adalah kembali

kepada kitabullah. Menurutnya, tauhid telah dirasuki berbagai hal yang hampir menyamai

syirik. Seperti mengunjungi makam para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini

bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan. Seakan-akan Allah sama

dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka.5

Menurut Muhammad bin Abd. Wahab, pemurnian akidah merupakan pondasi utama

dalam pendidikan Islam. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan melalui teladan atau contoh

merupakan metode pendidikan yang paling efektif. Hal ini sejalan dengan pemikiran

Muhammad bin Abd. Wahab agar umat manusia kembali kepada Rasulullah dan para

sahabatnya sebagai suri tauladan yang sangat baik bagi manusia.

Prinsip-prinsip dasar ajaran Muhammad bin Abd. Wahab didasarkan atas ajaran Ibn

Taimiyah dan Mazhab Hambali, yaitu:

5 http://id.wikipedia.org/wiki/Muhammad_bin_Abdul_Wahhab

Page 5: pemikiran modern islam dim mesir

a) Ketuhanan Yang Esa yang mutlak

b) Kembali kepada ajaran Islam sejati, seperti termaktub dalam Al-Quran dan Hadits

c) Tidak dapat dipisahkannya kepercayaan dari tindakan, seperti shalat dan pemberian

amal

d) Percaya bahwa al-Quran itu bukan ciptaan manusia

e) Kepercayaan nyata terhadap al-Quran dan hadits

f) Percaya akan takdir.

g) Mengutuk segenap pandangan dan tindakan yang tidak benar

Menurutnya, manusia bebas berpikir dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh al-

Quran dan Sunnah. Dia memerangi segala macam bentuk bid’ah dan mengarahkan agar

orang beribahad dan berdoa hanya kepada Allah, bukan untuk para wali, syekh atau kuburan.

Jika akidah mereka bersih seperti akidah para pandahulunya yang menjunjung tinggi

kalimat “Laa Ilaaha Illallah” yang berarti tidak menganggap hal-hal lain sebagai Tuhan

selain Allah, tidak takut mati, maka kaum muslimin pasti dapat meraih kembali kemuliaan

dan kehormatan yang pernah diraih.6

Pemikiran-pemikiran Muhammad bin Abd. Wahab mempunyai pengaruh pada

perkembangan pemikiran pembaharuan pada periode modern, diantaranya:

a) Hanya al-Quran dan al-hadits yang merupakan sumber asli dari ajaran-ajaran Islam,

pendapat ulama tidak merupakan sumber

b) Taqlid kepada ulama tidak diperbolehkan

c) Pintu ijtihad tidak tertutup tetapi terbuka

c. Perjuangan Dalam Memurnikan Aqidah Umat Islam

Sejak dari itu, Syeikh Muhammad tidak lagi terikat. Dia bebas mengemukakan

akidah-akidahnya sekehendak hatinya, menolak dan mengesampingkan amalan-amalan

agama yang dilakukan umat islam saat itu dengan sikap toleransi dan saling menghargai

perbedaan pendapat.

Melihat keadaan umat islam yang sudah melanggar akidah, ia mulai merencanakan

untuk menyusun sebuah barisan ahli tauhid (muwahhidin) yang diyakininya sebagai gerakan

6 Lock cit. Suwito dan Fauzan. Hlm. 273.

Page 6: pemikiran modern islam dim mesir

memurnikan dan mengembalikan akidah Islam. Oleh lawan-lawannya, gerakan ini kemudian

disebut dengan nama gerakan Wahabiyah.7

Muhammad bin Abdul Wahab memulai pergerakan di kampungnya sendiri, Uyainah.

Ketika itu, Uyainah diperintah oleh seorang Amir (penguasa) bernama Usman bin Muammar.

Amir Usman menyambut baik ide dan gagasan Syeikh Muhammad, bahkan beliau berjanji

akan menolong dan mendukung perjuangan tersebut.

Suatu ketika, Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab meminta izin pada Amir Uthman

untuk menghancurkan sebuah bangunan yang dibina di atas maqam Zaid bin al-Khattab. Zaid

bin al-Khattab adalah saudara kandung Umar bin al-Khattab, Khalifah Rasulullah yang

kedua. Membuat bangunan di atas kubur menurut pendapatnya dapat menjurus kepada

kemusyrikan.

Amir menjawab "Silakan... tidak ada seorang pun yang boleh menghalang rancangan

yang mulia ini." Tetapi beliau khuatir masalah itu kelak akan dihalang-halangi oleh penduduk

yang tinggal berdekatan maqam tersebut. Lalu Amir menyediakan 600 orang tentara untuk

tujuan tersebut bersama-sama Syeikh Muhammad merobohkan maqam yang dikeramatkan

itu.8

Sebenarnya apa yang mereka sebut sebagai makam Zaid bin al-Khattab ra. yang

gugur sebagai syuhada’ Yamamah ketika menumpaskan gerakan Nabi Palsu (Musailamah al-

Kazzab) di negeri Yamamah suatu waktu dulu, hanyalah berdasarkan prasangka belaka.

Karena di sana terdapat puluhan syuhada’ (pahlawan) Yamamah yang dikebumikan tanpa

jelas lagi pengenalan mereka.

Bisa saja yang mereka anggap makam Zaid bin al-Khattab itu adalah makam orang

lain. Tetapi oleh karena masyarakat setempat di situ telah terlanjur beranggapan bahwa itulah

makam beliau, mereka pun mengkeramatkannya dan membina sebuah masjid di dekatnya.

Makam itu kemudian dihancurkan oleh Syeikh Muhammad bin Abdul Wahab atas bantuan

Amir Uyainah, Uthman bin Muammar.

Pergerakan Syeikh Muhammad tidak berhenti sampai disitu, ia kemudian

menghancurkan beberapa makam yang dipandangnya berbahaya bagi ketauhidan. Hal ini

7 http://wajatimur11.blogspot.com/2009/08/khurafat-menurut-islampengaruh-dan.html.8 Ibid.,,

Page 7: pemikiran modern islam dim mesir

menurutnya adalah untuk mencegah agar makam tersebut tidak dijadikan objek peribadatan

oleh masyarakat Islam setempat.

Berita tentang pergerakan ini akhirnya tersebar luas di kalangan masyarakat Uyainah

maupun di luar Uyainah.

Ketika pemerintah al-Ahsa' mendapat berita bahwa Muhammad bin'Abd al-Wahhab

mendakwahkan pendapat, dan pemerintah 'Uyainah pula menyokongnya, maka kemudian

memberikan peringatan dan ancaman kepada pemerintah'Uyainah. Hal ini rupanya berhasil

mengubah pikiran Amir Uyainah. Ia kemudian memanggil Syeikh Muhammad untuk

membicarakan tentang cara tekanan yang diberikan oleh Amir al-Ahsa'. Amir Uyainah berada

dalam posisi serba salah saat itu, di satu sisi dia ingin mendukung perjuangan syeikh tapi di

sisi lain ia tak berdaya menghadapi tekanan Amir al-Ihsa. Akhirnya, setelah terjadi

perdebatan antara syeikh dengan Amir Uyainah, di capailah suatu keputusan: Syeikh

Muhammad harus meninggalkan daerah Uyainah dan mengungsi ke daerah lain.9

Dalam bukunya yang berjudul Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab, Da'watuhu

Wasiratuhu, Syeikh Muhammad bin `Abdul `Aziz bin `Abdullah bin Baz, beliau berkata:

"Demi menghindari pertumpahan darah, dan karena tidak ada lagi pilihan lain, di samping

beberapa pertimbangan lainnya maka terpaksalah Syeikh meninggalkan negeri Uyainah

menuju negeri Dariyah dengan menempuh perjalanan secara berjalan kaki seorang diri tanpa

ditemani oleh seorangpun. Ia meninggalkan negeri Uyainah pada waktu dini hari, dan sampai

ke negeri Dariyah pada waktu malam hari." (Ibnu Baz, Syeikh `Abdul `Aziz bin `Abdullah,

m.s 22).

Tetapi ada juga tulisan lainnya yang mengatakan bahwa: Pada mulanya Syeikh

Muhammad mendapat dukungan penuh dari pemerintah negeri Uyainah Amir Uthman bin

Mu’ammar, namun setelah api pergerakan dinyalakan, pemerintah setempat mengundurkan

diri dari percaturan pergerakan karena alasan politik (besar kemungkinan takut dipecat dari

kedudukannya sebagai Amir Uyainah oleh pihak atasannya). Dengan demikian, tinggallah

Syeikh Muhammad dengan beberapa orang sahabatnya yang setia untuk meneruskan

dakwahnya. Dan beberapa hari kemudian, Syeikh Muhammad diusir keluar dari negeri itu

oleh pemerintahnya.

2. Muhammad Ali Pasha

9 http://www.artikata.com/arti-332186-jumud.html

Page 8: pemikiran modern islam dim mesir

a. Biografi Muhammad Ali Pasha

Muhammad Ali Pasha lahir bulan Januari 1765  di Kavala Albania Yunani dekat

pantai Macedonia dan meninggal di Mesir pada tahun 1849. Dialah pendiri dinasti Mesir

yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun 1952. Sejak kecil ia memiliki

keterampilan dan kecerdasan luar biasa. Dalam perjalanan kariernya, banyak usaha yang

dilakukan untuk memperbaharukan atau memodenisir keadaan umat islam yang telah jauh

tertinggal dari negara-negara Barat. Orang tuanya bekerja sebagai penjual rokok, dari kecil ia

sudah harus bekerja, dia tak pernah memperoleh kesempatan sekolah, dengan demikian dia

tidak bisa membaca dan menullis.

Setelah besar ia bekerja sebagai pemungut pajak, karena kecakapannya dalam

pekerjaannya ini ia menjadi kesayangan Gubernur Usmani setempat, akhirnya ia diangkat

sebagai menantu oleh gubernur tersebut dan mulai dari waktu itu bintangnya semakin

meningkat terus.

Setelah ia di angkat menjadi menantu Gubernur Usmani di tempatnya bekerja. Ia

masuk dalam dinas meliter dan dalam lapangan ini ia juga menunjukkan kecakapan dan

kesanggupan sehingga pangkatnya cepat menaik menjadi perwira.10 ketika pergi ke Mesir ia

mempunyai kedudukan wakil perwira yang memimpin pasukan yang dikirim dari daerahnya.

Setelah tentara prancis keluar dari Mesir di tahun 1801. Muhammad Ali turut memainkan

peran penting dalam politik. Mesir mulai mengalami ketenangan politik, khususnya setelah

Muhammad Ali membantai sisa-sisa petinggi Mamluk pada tahun 1811, menurut cerita dari

470 kaum mamluk hanya seorang yang dapat melepaskan diri dengan melompat dari pagar

istana kejurang yang ada di bukit Mukattan, kudanya mati tetapi ia selamat dengan pergi lari.

kaum mamluk yang ada diluar Kairo kemudian diburu, mana yang dapat dibunuh dan

sebagian kecil dapat melarikan diri ke Sudan pada akhirnya tahun 1811, kekuatan kaum

mamluk di mesir telah habis.

Untuk memajukan Mesir, Muhammad Ali melakukan pembenahan ekonomi dan

militer. Atas saran para penasihatnya, ia juga melakukan program pengiriman tentara untuk

belajar di Eropa. Pemerinthan Muhammad Ali pasya menandai permulan diferensiasi yang

sebenarnya antara struktur politik dan ke agamaan di Mesir. keputusan-keputusan dan

program-programnya ternyata sebagian besar telah menentukan jalannya sekulerisasi yang

berlangsung selama satu setengah abad di Mesir. Muhammad Ali berkuasa penuh. Ia telah

10 Drs.H.M. YusronAsmuni, PengantarStudiPemikirandanGerakanPembaharuandalamDunia Islam,Jakrta,69

Page 9: pemikiran modern islam dim mesir

menjadi wakil Sultan dengan resmi di Mesir dan rakyat sendiri tidak mempunyai organisasi

dan kekuatan untuk menentang kekuasannya, ia pun bertindak sebagai diktator.

Ia diberikan kepercayaan sebagai pemimpin militer pada era Turki Utsmani dan

menjadi seorang pemimpin tersohor kebanggaan negara Mesir, terutama dalam merevolusi

negara tersebut  menjadi sebuah negara industri dan modern. Bahkan, orang Mesir sendiri

mengenalnya sebagai seorang pahlawan. Walaupun tidak dilahirkan di Mesir dan tidak

berbahasa Arab, namun keinginannya untuk membangun dan meningkatkan sumber

penghasilan ekonomi bagi negara Mesir sangat besar. Inisiatif, visi dan semangat yang

dimilikinya tak mampu menandingi pahlawan-pahlawan lain yang sezaman dengannya

Dialah pendiri dinasti Mesir yang keturunannya memerintah Mesir sampai tahun

1952. dia muncul di Mesir tahun 1799 sebagai salah seorang diantara 300 orang anggota

pasukan yang dikirim Albania atas perintah Sultan Utsmani untuk mengusir Perancis. Pada

awalnya ia berkedudukan sebagai penasehat komandan pasukan Albania, karena

kecakapannya dalam memimpin maka ia diangkat menjadi komandan penuh. Setelah berhasil

mengusir Napoleon dari Mesir, ia di angkat menjadi jendral tahun 1801. pada bulan

Nopember 1805 ia menjadi penguasa di Mesir dan bulan April 1806 ia di angkat menjadi

Wali Negara Mesir dengan gelar Pasya.

b. Pembaharuan-pembaharuan Yang Dilakukan Muhammad Ali Pasha

a) Dalam Bidang Militer

Jatuhnya Mesir ke tangan Napoleon Bonaparte menyadarkan Muhammad Ali Pasha.

Ia melihat kemajuan yang dicapai negara-negara Barat, terutama Perancis, begitu hebat.

Kemajuan dalam teknologi peperangan membuat Perancis dengan mudah menguasai Mesir

(1798-1802 M). Setelah Perancis dapat diusir Inggris pada tahun 1802 M, Muhammad Ali

Pasha mengundang Save, seorang perwira tinggi Perancis untuk melatih tentara Mesir.11

Sama hanya dengan raja-raja Islam lainnya, Ali Pasha juga mementingkan hal-hal

yang berkaitan dengan kemeliteran, karena ia yakin bahwa kekuasaanyan dapat

dipertahankan dan diperbesar dengan kekuatan militer. Muhammad Ali Pasha juga

mengundang para ahli militer barat untuk melatih angkatan bersenjata Mesir dan juga

mengirim misi ke luar negeri (Eropa) guna mempelajari ilmu kemiliteran. Pada tahun 1815 M

untuk pertama kalinya Mesir mendirikan Sekolah Militer yang sebagian besar instrukturnya

didatangkan dari Eropa. Tidak hanya itu, namun ia juga banyak mengimpor persenjataan

11 Harun nasution. Pembaharaun dalam islam, PT bulan bintang, Jakarta : 2011 cet 14, hal, 27

Page 10: pemikiran modern islam dim mesir

buatan Eropa seperti buatan Jerman atau Inggris. Terinspirasi oleh pelatihan militer bangsa

Eropa, Muhammad Ali kemudian melatih bala tentaranya berdasarkan “ Nidzam al-Jadid “

atau bisa disebut dengan peraturan baru. Ia mengatur tentara-tentara Mesir dan mulai

memperkuatkannya dengan menjadikan para petani luar daerah untuk mengikuti wajib

militer. Upaya itu ternyata cukup berhasil untuk menjadikan kekuatan militer Mesir semakin

berkembang.

b) Bidang Ekonomi dan Sosial

Muhammad Ali Pasha sangat memahami bahwa di belakang kekuatan militer mesti

harus ada kekuatan ekonomi yang sanggup membelanjai pembaharuan di bidang militer dan

bidang-bidang yang bersangkutan dengan militer. Jadi dua hal yang penting baginya,

kemajuan ekonomi dan kekuatan militer, dan dua hal ini menghendaki pengetahuan atau

ilmu-ilmu modern.

Salah satu dampak perkembangan ekonomi tersebut adalah ekspor kapas ke negara

Eropa. Hal itu sangat menguntungkan, karena adanya angsuran terhadap para petugas

administrasi yang dijadikan sebagai salah satu titik poin keuntungan bagi Mesir. Selain itu

wisatawan asing juga turut menyumbangkan pendapatan bagi devisa negara.Pengambil alihan

pemilikan tanah oleh negara dan hasilnya dipergunakan untuk kepentingan pembangunan

negara. Harta kaum Mamluk yang telah dimusnahkannya dirampas, demikian pula dengan

harta-harta orang kaya di Mesir berada di bawah kekuasaannya.12

Untuk meningkatkan perkembangan ekonomi Muhammad Ali Pasha juga

membangun sistem irigasi, sehingga hasil pertanian menjadi lebih baik. Karena Mesir adalah

negara pertanian, di samping memperbaiki irigasi lama ia juga mengandalkan irigasin baru,

memasukkan penanaman kapas dari India dan Sudan dan mendatangkan ahli pertanian dari

Eropa untuk memimpin pertanian.

Dalam tatanan sosial Muhammad Ali Pasha mengubah pengaturan administrasi bagi

penduduk desa dan kota dengan sistem yang lebih modern. Pembangunan prasarana

masyarakat umum mulia digalakkan, seperti pembangunan Rumah Sakit, sekaligus

mendatangkan beberapa dokter spesialis untuk menangani problematika penduduk setempat.

Hal itu tidak lain adalah sebagai bentuk kekhawatiran Ali Pasha terhadap kesejahteraan

penduduk desa yang mengikuti wajib militer. Terutama ketika virus cacar mulai melanda

sebagian penduduk Mesir ketika itu. Usaha terhebat lainnya adalah dengan terselesaikannya

pembangunan sebuah terusan kuno yang menghubungkan antara Alexandria dengan sungai

nil. Menurut beberapa laporan, upaya tersebut diawali dengan penggalian yang mengerahkan

12 Philip K. Hitti, History of the Arab, h. 926.

Page 11: pemikiran modern islam dim mesir

kurang lebih 100.000 petani Mesir. Dari hal tersebut meningkat pulalah pusat irigasi dari

tahun 1813-1830 M hingga 18%, yang sebelumnya proyek irigasi ini sangat lemah dan

kurang menguntungkan terlebih ketika masa awal kepemimpinannya.13

c) Dalam Bidang Pendidikan

Dalam bidang pendidikan walaupun ia buta huruf, namun ia menaruh perhatian besar

pada perkembangan ilmu. Hal ini terbukti dengan dibentuknya kementrian pendidikan.

Setelah itu didirikan Sekolah Militer tahun 1815 M, Sekolah Teknik tahun 1816 M, Sekolah

Kedokteran tahun 1827 M, Sekolah Pertanian dan Apoteker tahun 1829 M, Sekolah

Pertambangan tahun 1834 M dan Sekolah Penerjemah tahun 1839 M.Selain itu, ia juga

banyak mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan teknologi

Barat di Perancis. Menurut catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar Mesir ke Italia, Perancis,

Inggris dan Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam seperti kemiliteran,

ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan.

Selain mendirikan beberapa sekolah dan mengirim pelajar ke luar ia juga melakukan

penerjemahan  buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar. Di samping

mendelegasikan pelajar Mesir ke Eropa ia juga mendatangkan guru-guru agung Eropa untuk

mengajar di sekolah-sekolah yang telah ia bangun. Muhammad Ali juga menerbitkan majalah

berbahasa Arab pertama kalinya yang diterbitkan tahun 1828 M, ia menamainya dengan

majalah " al-Waqa'i al-Mishriyah" (Berita Mesir). Majalah ini digunakan rezim Muhammad

Ali sebagai organ resmi pemerintah.

Inilah pembahasan singkat mengenai Muhammad Ali pasha, begitu banyak

peninggalan termegah Muhammad Ali yang bisa kita lihat di perbukitan Jabal Muqatam, ia

dengan mengerahkan desainer Yunani bernama Yusuf Bushnak akhirnya berhasil membuat

Masjid indah dengan corak menara Turki yang berwarna putih perak. Jika kita amati, masjid

ini terbuat dari bahan marmer yang menawan, maka tidak heran jika mayoritas penduduk

Mesir menamainnya sebagai masjid Alabaster. Di dalam masjid inilah  jasad Muhammad Ali

dikuburkan, meskipun ia meninggal di Alexandria. Jasa lain Muhammad Ali adalah

melakukan renovasi benteng Sholahuddin yang dibangun pertama kali oleh pahlawan Perang

Salib muslim, Sholahuddin al-Ayyubi. Dalam hal ini, ia banyak melakukan perbaikan

tembok-tembok yang sudah runtuh baik yang berada didalam maupun diluar. Kemudian, ia

juga membangun sebuah istana keluarga yang dapat kita nikmati jika kita melewati Babal-

Qullah. Pada tahun 1949 istana ini dijadikan museum oleh Raja Faruq.13 Op cit. Harun Nasution hal, 29.

Page 12: pemikiran modern islam dim mesir

Dalam sejarahnya Mesir dibagi menjadi dua bagian; Kuno dan Modern. Dengan

peradabannya yang telah dimulai sejak 7000 tahun yang silam, ia termasuk salah satu

diantara negara yang menempati urutan papan atas, tujuan wisata dunia. Maka tidak heran

jika setiap jengkal tanahnya yang kita pijak merupakan saksi sejarah yang memberikan cerita

sendiri. Begitulah kira-kira diskripsi sejarahnya.

Muhammad Ali Pasha yang dianggap sebagai pendiri Mesir Modern, kekuasaannya

saat itu meliputi Sudan dan Syiria. Bahkan pasukannya pun ikut berperang bersama ke

Sultanan Usmani di Yunani, Asia Kecil, hingga ke Eropa Timur.

3. Al-Thahthawi (1801-1873)

a. Biofrafi Al Tahtawi

Al-Thahthawi lahir di Tanta pada tahun 1801 H. Nama kecilnya adalah Rafia’at ibn

al-Mahrun al-Sayyid Badhawi Rafi’ Al-Thahthawi al-Huseini. Beliau wafat pada tahun 1873

di Kairo.14 Setelah selesai sekolah di Azhar, ia dikirim Muhammad Ali Pasya ke perancis. Di

Paris, ia belajar bahasa Perancis yang dalam waktu singkat dapat ia kuasai dengan baik.

Dengan kemampuan tersebut, ia membaca dan mempelajari buku-buku sejarah, filsafat

Yunani, ilmu hitung, logika dan bahkan pemikiran para pemikir bangsa Perancis Abad ke-19,

seperti Voltaire, Condillac, Rouseau dan Montesque.15 Hal ini menyebabkan ia mempunyai

pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang keilmuan.

Selama di Perancis, ia telah menterjemahkan 12 buku penting dalam berbagai bidang

seperti sejarah, pertambangan, akhlak dan adat istiadat, ilmu bumi, teknik, hak-hak manusia,

kesehatan jasmani dan sebagainya.16 Hasil karya-karya tersebut menunjukkan bahwa ia

mampu dan cakap dalam bidang penterjemahan. Diantara orang yang dikirim Muhammad Ali

Pasha, Al-Thahthawi tercatat sebagai satu-satunya orang yang mengkhususkan dirinya dalam

bidang penterjemahan.17 Kegiatan yang demikian merupakan salah satu yang diperlukan

dalam waktu itu. Ketika Muhammad Ali memerintah di Mesir, Al-Thahthawi memang

dimanfaatkan, bukan hanya untuk kepentingan pemerintah bahkan juga untuk kemajuan

rakyat Mesir.

14 Harun Nasution. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.Bulan Bintang, Jakarta: 1975 hal., 32

15 Ramayulis dan Samsul Nizar. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Mengenal Tokoh Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia). PT. Ciputat Press Group, Ciputat: 2005. Hal., 36

16 Harun Nasution. Op, Cit., hal. 4317 Ramayulis dan Samsul Nizar. Op,Cit.,Hal. 37

Page 13: pemikiran modern islam dim mesir

Sekembali ke Mesir, Al-Thahthawi diserahkan jabatan sebagai guru bahasa Perancis

dan berbagai jabatan Kepala Sekolah, serta pimpinan Badan Penterjemah Undang-undang

Perancis. Berangkat dari latar belakang pendidikan dan pengalaman tersebut turut

membentuk wawasan kependidikan Al-Thahthawi. ide tentang kebebasan yang ia peroleh

dari pengalaman di Perancis, kemudian ia susun dalam buku sosial politik berjudul Takhlish

Al-Ibriz ila Talkhis Baris. Adapun pemikiran dan ide-ide kependidikan ditulisnya dalam

buku al-Musyid al-Amin fi Tarbiyat al-Banin (Pedoman Tentang Pendidikan Anak).

b. Pembaharuan-pembaharuan yang dilakukan Al Tahtawi

1. Bidang pendidikan

Al Tahtawi semasa hidupnya banyak waktu yang dihabiskan untuk mengajar, dan

mengatur pendidikan; Dia menemukan ide-ide mengenai pendidikan dalam buku yang

ditulisnya. Dia menyatakan, bahwa pendidikan itu harus ada kaitannya dengan masalah-

masalah masyarakat dan lingkungannya.

Pemikiran Al Tahtawi mengenai pendidikan ada dua pokok yang di nilai penting :

pertama pendidikan yang bersifat universal dan emansipasi wanita. Pendidikan

hendaknya bersifat universal dan sama bentuknya bagi semua golongan, selain itu bahwa

masyarakat yang terdidik akan lebih muda dibina dan sekaligus dapat menghindari masing-

masing dari pengaruh negatip. Pemikiran ini dinilai sebagai rintisan bagi pemikiran

pendidikan yang bersifat demokratis.

Kedua mengenai pendidikan bangsa. Menurutnya bahwa pendidikan bukan hanya

terbatas pada kegiatan untuk mengajarkan pengetahuan, melainkan juga untuk membentuk

kepribadian dan menenamkan patriotisme.18 Tanah air ialah tempat tinggal, tanah kelahiran

yang dinikmati setiap warganya.

Untuk melengkapi pemikiran pendidikan Al Tahtawi dilengkapi juga ide

pendidikannya dengan kurikulum yang dihubungkan kepentingan agama dan Negara.

Kurikulum yang dirumuskan oleh Al Tahtawi adalah sebagai berikut :

pertama kurikulum untuk tingkat pendidikan dasar terdiri atas mata pelajaran

membaca, menulis yang sumbernya adalah Al-Qur'an, nahwu dan dasar-dasar berhitung.

Kedua untuk tingkat menengah ( tajhizi ) terdiri atas : pendidikan jasmani dan

cabang-cabangnya, ilmu bumi. Sejarah, mantiq, biologi, fisika, kimia, manajemen, ilmu

pertanian, mengarang, peradaban, sebagian bahasa asing yang bermanfaat bagi Negara.

18 Ibid., hal., 38

Page 14: pemikiran modern islam dim mesir

Ketiga untuk menengah atas ( `aliyah ) mata pelajaran terdiri atas : mata pelajaran

kejuruan. Mata pelajaran tersebut diberikan secara mendalam dan meliputi figh, kedokteran,

ilmu bumi dan sejarah.

Pemikiran tentang pendidikan yang diterapkan oleh Al Tahtawi di tulis pada buku al-

Mursyid al-Amin fi Tarbiyah al-Banin ( pedoman tentang pendidikan anak). Buku ini

menerangkan tentang ide-ide pendidikan yang meliputi :

a) pembagian jenjang pendidikan atas tingkat permulaan, menengah, dan pendidikan

tinggi akhir.

b) Pendidikan diperlukan, kerana pendidikan merupakan salah satu jalan untuk mencapai

kesejahteraan .

c) pendidikan mesti dilaksanakan dan diperuntukan bagi segala golongan. Maka tidak

ada perbedaan antara pendidikan anak laki-laki dan anak perempuan.

d) Pemikiran mengenai persamaan antara laki-laki dan pendidikan anakperempuan ini

dinilai sebagai mencontoh ide pemikiran Yunani.

Anak-anak perempuan harus memperoleh pendidikan yang sama dengan anak

lelaki. Pendidikan terhadap perempuan merupakan suatu hal yang sangat penting karena tiga

alasan, yaitu :

a) wanita dapat menjadi istri yang baik dan dapat menjadi mitra suami dalam

kehidupan sosial dan intelektual.

b) Agar wanita sebagai istri memiliki keterampilan untuk bekerja dalamn batas-batas

kemampuan mereka sebagai wanita.19

c) Selanjutnya Al Tahtawi mengatakan bahwa dia menginginkan agar para

perempuan mempunyai langka yang lebih baik dalam keluarganya. Karena tujuan

pendidikan baginya, adalah untuk membentuk personality tidak hanya

mengabdikan ilmu yang dimiliki tetapi dengan pendidikan itu akan tertanamkan

penting kesejahteraan bagi keluarga dan merasakan keharusan.

Peran aktif dari berbagai lapisan masyarakat baik laki-laki maupun perempuan

diperlukan dimajukan peradaban dengan bekal pendidikan yang menjadi hak seluruh warga

Negara. Di Mesir hak-hak wanita pada masa kurang medapat perhatian sehingga Al Tahtawi

tergugah menulis buku " Al Mursyid Al-Amin Al Banat wal Banin ".

19 ibid., Hal., 40

Page 15: pemikiran modern islam dim mesir

2. Bidang Ekonomi

Pemerintah yang baik, adalah pemerintah yang dapat mengajukan ekonomi. Ekonomi

yang maju kesejahteraan masyarakat dapat dijamin.

Menurut Al Tahtawi ekonomi Mesir, tergantung pada pertanian, ia memuji usaha di

jalankan Muhammad Ali dalam lapangan ini. Juga ia menekankan pendapat ahli ekonomi

Eropa mengatakan bahwa Mesir mempunyai potensi besar dalam lapangan ekonomi.

Memajukan ekonomi, sejahteraan dunia akan tercapai. Hal ini, adalah baru karena tradisi

dalam Islam untuk mementingkan kehidupan dunia.

Al Tahtawi menekankan bahwa pembangunan perekonomian Mesir diawali dengan

kepedulian seluruh bangsa Mesir, sedangkan kunci adalah pendidikan yang akan

menghasilkan tenaga ahli terampil dalam masyarakat.

Beberapa ide yang dikemukan Al Tahtawi mengenai bidang ekonomi, termuat dalam

karya tulisannya " kitab Takhlish al Ibriz ila talkhis bariz " antara lain :

a. Aspek pertanian.

orang Mesir terdahulu terkenal kaya hanya tergantung pada tanah Mesir yang baik

dan subur. Oeh karena itu bahwa, perlunya meningkatkan perbaikan bidang pertanian

misalnya penanaman pohon kapas, Naila Anggur, zaitun, pemerilaharaan lebah, ulat

sutra, dan termasuk hal-hal yang berkaitan dengan pertanian misalnya pupuk

tanaman, irigasi yang cukup, sarana pengangkutan.

b. aspek transportasi.

perbaikan jalan yang menghubungkan dari satu tempat ke tempat lain, demikian juga

jembatan dan pemasangan alat telekomunikasi untuk mempermudah dalam

berkomunikasi.

Buku atau karya At Tahtawi yang membahas secara rinci mengenai bidang ekonomi,

bisa dilihat dalam " Al Manaf al Umumiyyah ". Didalam buku itu dinyatakan bagaimana

orang-orang Egypt (Mesir) dahulu dapat berhasil dan sukses, dan kini kemudian akan

hilang ? Bagaimana mengajar kembali untuk mendapatkan yang hilang itu.

3. Bidang Kesajahteraan

Kemajuan suatu Negara, ditandai meratanya kesejahteraan rakyat dan juga

meningkatkan jegiatan perekonomian, sehingga stabilitas Negara dapat dicapai.

Sebagaimana diungkapkan oleh Tahtawi, dalam bukunya "Manahij" bahwa manusia

pada dasarnya mempunyai dua tujuan, yaitu menjalankan perintah Tuhan dan mencari

Page 16: pemikiran modern islam dim mesir

kesejahteraan didunia, sebagaimana yang dicapai oleh bangsa Eropa modern. Oleh karena itu,

kesejahteraan umat Islam harus diperoleh atas dasar melakasanakan ajaran agama, berbudi

pekerti baik dan ekonomi yang maju.20

a) Pemikiran Al Tahtawi ini, dilandasi oleh tiga hal; yaitu :

b) Mesir adalah negeri yang subur tanahnya merupakan Negara agraris, bahkan

perekonomiannnya tergantung dari hasil pertanian.

c) Mesir mempunyai potensi yang besar dalam pembangunan ekonomi.

d) Mesir pada masa-masa fir'aun telah mencapai kejayaan dalam kesejahteraan

rakyat dengan berpegang teguh peda akhlak yang mulia.

Kesejahteraan merupakan tanggung jawab bersama, antara rakyat dan pemerintah

harus saling berkaitan. Kesejahteraan didunia sangat erat hubungannya dengan kemajuan

ekonomi. Sedang kemajuan ekonomi ditentukan oleh semangat kerja dan pengabdian. Al

Tahtawi menggambarkam orang-orang yang malas bagaikan patung-patung kuno Mesir,

bahkan [etung kuno mesir-pun masaih dapat dijadikan sumber informsi.

Jadi menurut Al Tahtawi "kesejahteraan"akan tercapai dengan dua jalan, yaitu

perpegang pada ajaran agama serta budi pekerti yang baik dan kemajuan ekonomi.

4. Bidang Pemerintahan

Ide Al Tahtawi tentang Negara dan masyarakat, bukan hanya sekedar pandangan

tradisional belaka, dan bukan pula hanya sebagai refleksi pengalaman dan pengetahuan yang

telah didapatnya di Paris. Tetapi merupakan kopmbinasi dan persenyawaan dari keduanya.

Dia mengemukakan contoh-contoh yang diteladani yaitu Nabi Muhammad SAW. Dan para

sahabat dalam melaksanakan pemerintahan yang mempunyai hak kekuasaan mutlak, yang

dalam pelaksanaan pemerintahannya harus dengan adil berdasarkan undang-undang. Untuk

kelancaran pelaksanaan undang-undang itu harus ditangani oleh tiga badan yang terpisah

yaitu Legislative, Executive dan judicative (Trias Politica Montesque).

Menurut Al tahtawi, masyarakat suatu Negara, terdori daro empat (empat) golongan;

doa golonan yang memerintah, dua golongan yang lain diperintah. Dua golonan yang

memerintah adalah raja dan para ulama (dua para ilmuan). Sedang dua golongan yang

diperintah adalah tentara dan para produsen (termasuk semua rakyat).21

Golongan yang diperintah (rakyat) ini, harus patuh dan setia kepada pemerintah .

Meskipun sebenarnya, seorang raja hanya bertanggung jawab kepada Allah saja. Raja tidak

20 Harun Nasution. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta. Hal. 4821 Ibid., Hal. 46

Page 17: pemikiran modern islam dim mesir

boleh melupakan kepentingan rakyat. Raja harus senantiasa harus ingat kepada Allah dan

siksaan yang disediakan bagi orang yang dzalim. Rasa takut seorang raja kepada Allah, akan

membuat raja berlaku baik kepada rakyatnya. Selain takut kepada Allah, tindak tanduk raja

selalu dikontrol oleh "pendapat umum". Oleh karena itu, antara yang memerintah yang

diperintah harus ada hubungan yang baik. Di balik itu, orang-orang yang duduk

dipemerintahan harus punya pendidikan yang tepat.

Hubungan orang-orang pemerintahan dengan para ulama, harus serasi dan hidup

berdampingan. Kepala Negara atau raja haruus hormat kepada ulama karena sebagai mitra

dalam menjalankan roda pemerintahan. Demikian pula harus dapat mengaktualisasikan peran

dan fungsi syariat dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian ulam harus menguasi

perkembangan modern, membekali diri dengan sains modern dan berperan aktif dalam

membantu kepala Negara, ikut bermunyawarah dalam menemukan kebijakan pemerintah.

Ide-ide Al Tahtawi ini dikemukakan agar dilaksanakan di Mesir, karena pada saat itu

Mesir dikuasa pleh pemerintah yang absolute dibawah pemerintahan Muhammad Ali dan

kemudian dilanjutkan oleh beberapa orang pasya.

5. Patrotisme

Al Tahtawi adalah orang Mesir yang pertama penganjur patriotisme. Paham bahwa

seluruh dunia Islam adalah tanah air bagi setiap individu muslim, mulai di rubah penekannya.

Al Tahtawi menekankan bahwa tanah air adalah tanah tumpah darah seseorang, bukan

seluruh dunia Islam. Ia berpendapat bahwa selain adanya persaudaraan se-agama, juga ada

persaudaraan setanah air. Dalam perkembangan dunia Islam selanjutnya persaudaraan tanah

air ternyata lebih dominan.

Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang mendirikan suatu

masyarakat yang mempunyai pradaban. Kata " Wathan " dan " Hubul Wathan " ( patriotisme)

kelihatannya selalu dipakai oleh Patriotisme adalah dasar yang kuat untuk mendorong orang

mendirikan suatu masyarakat yang mempunyai pradaban. Kata " Wathan " dan " Hubul

Wathan " ( patriotisme) kelihatannya selalu dipakai oleh Al-Tahtawi dalam bukunya "

Manahaj" dan " Al-Mursyid ".

Mewujudkan masyarakat yang sejati dan patriotisme adalah bila setiap warga Negara

punya hak kemerdekaan.Ijtihad dan sains Modern.22

22 Ibid., Hal. 44

Page 18: pemikiran modern islam dim mesir

Memahami syari'at Islam menurut Al-Tahtawi merupakan sangat penting dan

memiliki kesadaran bahwa syari'at pasti senantiasa up to date, cocok untuk segala zaman dan

tempat.

orang yang mengerti serta memahami syari’at Islam, Al Tahtawi yakin akan

pentingnya kesadaran bahwa syari’at pasti senantiasa up to date, cocok untuk segala zaman

dan tempat. Untuk itu diperlukan usaha untuk menginterprestasi kembali syari’at kepada

situasi yang baru, sesuai dengan kebutuhan hidup zaman modern.

Ulama yang dibutuhkan untuk membangun pemerintah yang kuat dan maju, adalah

ulama yang ikut bertanggung jawab bersama kepala negara, ulama yang berpikir dinamis,

memiliki pengetahuan luas dan menjauhi sikap statis agar mampu menginterprestasi kembali

konsep agama sesual denga tuntutan zaman.

Sains dan pemikiran rasional pada dasarya tidak bertentangan dengan syari’at Islam.

Karena itu, ijtihad harus dilakukan oleh ulama. Ulama harus dapat merubah masyarakat yang

berfikiran statis dan tradisional.

Dalam bukunya “Al Qaul al Sadid fi al ijtihad wa al Taqlid” menguraikan pentingnya

ijtihad dan syarat-syarat menjadi mujtahid, serta dalil dalil dan tingkatan para mujtahid.’

Al Tahtawi meyakinkan dan menekankan kepada kaum muslimin Mesir dan para

ulama Azhar agar menerima dan merasakan betapa pentingnya serta manfaatnya sains

modern sebagaimana telah dikembangkan dan dimanfaatkan oleh orang Barat.23

Ia mengatakan pada hakikatnya sains modern itu adalah dan hasil pemikiran kaum

muslimin yang kemudian dikembangkan oleh Barat, yaitu dengan perantaraan terjemahan

dan buku-buku yang di tulis orang Islam dalam bahasa Arab. Perkembangan sains dan

teknologi disamping untuk neningkatkan upaya kualitas umat Islam dalam melakukan ijtihad,

juga dapat menunjang kesejahteraan kehidupan kaum muslimin di dunia sebagaimana telah

dikembangkan di Eropa.

Gagasan tersebut menjadi fokus penting dan pemikiran dan pembaharuan Al Tahtawi.

Oleh karena itu, sebagian besar hidupnya disumbangkan untuk mendukung gagasannya

dengan menerjemahkan buku buku agar umat Islam mengetahui budaya yang maju di Barat.

Disamping sebagai penulis dan menjadi pimpinan dalarn beberapa pendidikan.

Al Tahtawi dalam hal Satalisme ia mencela orang Paris karena mereka tidak percaya

pada qadha’ dan qadar. Menurutnya, orang Islam harus percaya pada qadha’ dan qadar

Tuhan, tetapi disamping itu harus berusaha. Manusia tidak boleh mengembalikan segala-

23 Ibid., hal 49.

Page 19: pemikiran modern islam dim mesir

galanya pada qadha’ dan qadar. Karena pendirian serupa lilin, menunjukkan kelemahan.

Tetapi berusaha semaksimal dulu, baru menyerah.

Orang Eropa berkeyakinan bahwa manusia dapat memperoleh apa yang di kehendakinya

dengan kemauan dan usahanya sendiri dan bila gagal, dalam usahanya, hat itu bukan karena

qadha’ dan qadar Tuhan, tetapi karena salah perkiraan atau kurang dalam berfikir atau kurang

kuat dalam usahanya.

C. Kesimpulan

1. Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin Abdul  Wahab bin Sulaiman bin Ali bin

Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at- Tamimi

al-Hambali an- Najdi adalah seorang ahli teologi agama Islam dan seorang tokoh

pemimpin gerakan salafiah yang pernah menjabat sebagai menteri penerangan Kerajaan

Arab Saudi. Muhammad bin Abdul Wahab berusaha membangkitkan kembali pergerakan

perjuangan Islam, para pendukung pergerakan ini sering disebut Wahabbi, tetapi mereka

menolak istilah ini karena pada dasarnya ajaran bin Wahhab adalah ajaran Nabi

Muhammad, bukan ajarannya sendiri. Karenanya, mereka lebih memilih untuk menyebut

diri mereka sebagai Salafis atau Muwahhiddun, yang bererti”satu Tuhan”.

2. Dari pemikiran tentang pemurnian tauhid, terkandung di dalamnya nilai-nilai pendidikan

yang sangat penting, diantaranya:

1. Mengajar manusia untuk bebas berpikir, berijtihad, berkreasi ddan tidak boleh taklid

kepada para ulama atau syekh. Hal ini mendidik kita untuk senantiasa mengembangkan

segala potensi yang ada, terutama potensi intelektual.

2. Mengajarakan manusia untuk mencontoh orang-ornga saleh. Hal ini dikemukakan oleh

Muhammad bin Abd. Wahab agar umat Islam mencontoh perilaku Rasulullah, sahabat,

dan para tabi’in yang memiliki akidah yang murni.

3. Akal pikiran adalah anugerah Tuhan yang paling tinggi yang diberikan hanya kepada

manusia. Dengan akal dan pikiran yang dimilikinya itu pulalah manusia menempati

tempat tertinggi di antara mahluk-mahluk lain, baik malaikat, jin, binatang dan

sebagainya.

4. Sepintas pembaharuan yang dilakukan oleh Muhammad Ali Pasha hanya bersifat

keduniaan saja, namun dengan terangkatnya kehidupan dunia umat Islam otomatis

sekaligus terangkat pula derajat keagamaannya. Pembaharuan yang dilaksanakan oleh

Page 20: pemikiran modern islam dim mesir

Muhammad Ali merupakan landasan cikal bakal pemikiran dan pembaharuan selanjutnya.

Pembaharuan Muhammad Ali dilanjutkan oleh Tahtawi, Jamaludin Al-Afghani,

Muhammad Abduh, Rasyid Ridha dan murid-murid Muhammad Abduh lainnya.

5. Al Tahtawi adalah tokoh pemikir pembaharu generasi pertama di Mesir Abad XIX.Nilai-

nilai Islam yang tinggi, senantiasa bersemayam di dalam lubuk hatinya sebagai hasil

studinya selama di Al Azhar.Nostalgia kejayaan sejarah Mesir kuno terungkap lagi oleh

persentuhannya dengan ekspedisi Napoleon ke Mesir, dan pengayatannya terhadap

peradaban dan kebudayaan serta kemajuan Barat selama dia di Perancis, dapat

menimbutkan ide-ide pemikirarinya untuk memperbaharui bangsa Mesir dan

keterbelakangan dan statis untuk melangkah maju terus menuju Mesir Barn yang modem,

yang memiliki peradaban dan kebudayaan modern yang di jiwai dan dilandasi oleh

agama, dengan segala aspeknya.

DAFTAR PUSTAKA

Asmuni, Yusron. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam Dunia

Islam, Jakrta,69

Hitti, Philip K. History of the Arab. 1974

Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan.Bulan

Bintang, Jakarta: 1975.

Nasution, Harun. Islam Ditinjau dari berbagai Aspeknya. Jakarta.

Page 21: pemikiran modern islam dim mesir

Ramayulis dan Nizar,Samsul. Ensiklopedi Tokoh Pendidikan Islam (Mengenal Tokoh

Pendidikan di Dunia Islam dan Indonesia). PT. Ciputat Press Group, Ciputat: 2005.

Suwito. Sejarah Sosial Pendidikan Islam.Jakarta: Prenada Media, 2005.

http://wajatimur11.blogspot.com/2009/08/khurafat-menurut-islampengaruh-dan.html.

http://www.artikata.com/arti-332186-jumud.html