pemfigus bulosa.docx

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    1/27

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Pemfigoid bulosa adalah penyakit kulit yang tergolong dalam kelompok

    dermatosis vesikubola kronik. Dermatitis Vesikobulosa kronik ditandai terutama oleh

    adanya vesikel dan bula. Grup pemfigoid mencakup grup heterogen dari penyakit

    autoimun akuisita dengan pembentukan bula supepidermal.2,,6

    Pemfigoid Bulosa (PB) ditandai oleh adanya bula subepidermal yang besar dan

    berdinding tegang, dan pada pemeriksaan imunopatologik ditemukan C3 (komponen

    komplemen ke-3) pada epidermal basement membrane zone, IgG sirkulasi dan

    antibody IgG yang terikat pada basement membrane zone.1,2

    Kondisi ini disebabkan oleh antibodi dan inflamasi abnormal terakumulasi di

    lapisan tertentu pada kulit atau selaput lendir. Lapisan jaringan ini disebut "membran

    basal. Antibodi (imunoglobulin) mengikat protein di membran basal disebut antigen

    hemidesmosomal PB dan ini menarik sel-sel peradangan (kemotaksis).1

    Pemfigoid bulosa sering mengenai orang orang lansia yang berumur 65

    tahun lebih. Penyebabnya tidak diketahui dengan pasti namun diperkirakan imunitas

    tubuh yang menurun pada kondisi tubuh orang lansia dengan reaksi autoimun

    terhadap antibodi yang dibuat oleh tubuh menyebabkan kejadian kasus ini terbanyak

    pada orang berusia lansia.6

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    2/27

    2

    BAB II

    PEMBAHASAN

    2.1 DEFINISIPemfigoid bulosa adalah penyakit autoimun yang bersifat kronik, terletak

    pada lapisan subepidermal dengan gambaran kulit yang melepuh yang jarang

    melibatkan selaput lendir. Pemfigoid bulosa ditandai oleh adanya imunoglobulin G

    (IgG) autoantibodi spesifik untuk hemidesmosomal bulosa pemfigoid antigen BP230

    (BPAg1) dan BP180 (BPAg2). BP antigen 2 adalah antibodi patogen.1

    2.2 INSIDEN DAN EPIDEMIOLOGIPemfigoid bulosa telah dilaporkan terjadi di seluruh dunia. Di Prancis dan

    Jerman, kejadian yang dilaporkan adalah 6,6 kasus per juta orang per tahun. Di

    Eropa, pemfigoid bulosa diidentifikasi sebagai yang paling umum subepidermal

    penyakit autoimun kronik.1,3

    Dalam sebuah studi kohort berbasis populasi, kejadian pemfigoid bulosa ditemukan

    4,3 kasus per 100.000 orang-tahun di Inggris.1

    Timbulnya pemfigoid bulosa dapat berupa subakut atau akut, sifat lesi yang luas,

    kulit yang melepuh dan tegang. Pruritus sering timbul dan mungkin satu-satunya

    manifestasi penyakit, terutama pada pasien yang lebih tua. Pada beberapa pasien,

    lepuh muncul setelah timbul lesi urtikaria persisten.5

    Pemfigoid bulosa telah dilaporkan setelah beberapa, penyakit kulit kronis

    inflamasi nonbullous, seperti lichen planus dan psoriasis. Pemfigoid bulosa telah

    dilaporkan dipicu oleh radiasi ultraviolet, terapi sinar-x, dan paparan terhadap

    beberapa obat. Obat terkait yang dihubungkan dengan penyebab pemfigoid bulosa

    termasuk furosemide, ibuprofen dan agen anti-inflamasi nonsteroid lainnya,

    kaptopril, penisilamin, dan antibiotik. Pemfigoid bulosa dilaporkan pernah terjadi

    setelah vaksinasi, terutama pada anak-anak.5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    3/27

    3

    Mortalitas / Morbiditas

    Pemfigoid bulosa adalah penyakit peradangan kronis. Jika tidak diobati,

    penyakit ini dapat bertahan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dengan

    periode remisi spontan dan eksaserbasi. Pada kebanyakan pasien yang dirawat,

    pemfigoid bulosa dapat bertahan selama 1,5-5 tahun. Pasien dengan penyakit agresif

    atau luas, yang memerlukan dosis tinggi kortikosteroid dan agen imunosupresif, dan

    orang-orang dengan imunitas dasar yang lemah lebih tinggi pula kemungkinan

    menderita penyakit ini dengan risiko kematian yang tinggi pula. Karena usia rata-rata

    pada awal pemfigoid bulosa adalah sekitar 65 tahun, pasien yang lebih muda dengan

    pemfigoid bulosa sering memiliki kondisi penyakit berbeda daripada yang umum

    pada orang lebih tua, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap efek samping

    kortikosteroid dan agen imunosupresif.

    1,3

    Pemfigoid bulosa dapat berakibat fatal, terutama pada pasien yang lemah.

    Penyebab tersering kematian adalah karna infeksi dengan sepsis yang berkaitan

    dengan pengobatan. Pasien yang menerima kortikosteroid dosis tinggi dan

    imunosupresan beresiko efek samping menderita ulkus peptikum, perdarahan

    gastrointestinal, agranulositosis, dan diabetes.5

    Pemfigoid bulosa melibatkan mukosa di 10-25% pasien. Pasien yang terkena

    mungkin memiliki asupan oral terbatas yang disebabkan disfagia. Erosi sekunder

    akibat pecahnya vesikel terasa menyakitkan dan dapat membatasi aktivitas hidup

    sehari-hari pasien. Lepuhan kulit pada telapak tangan dan telapak kaki juga dapat

    mengganggu fungsi sehari-hari pasien.5

    Lesi pemfigoid bulosa biasanya sembuh tanpa bekas luka atau pembentukan

    milia. Dalam sebuah survei pasien dilakukan di pusat medis Universitas Midwest

    Amerika Serikat tidak ada perbedaan tercatat angka kematian yang diharapkan pada

    223 pasien pemfigoid bulosa dibandingkan dengan populasi umum.5

    Ras

    Tidak ada predileksi rasial jelas.1

    Seks

    Insiden pemfigoid bulosa diperkirakan sama banyaknya pada pria dan wanita.1,5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    4/27

    4

    Umur

    Pemfigoid bulosa terutama mempengaruhi orang lanjut usia dengan usia rata-rata

    pada awal 65 tahun. Pemfigoid bulosa onset masa kanak-kanak telah ada dilaporkan

    dalam literatur. Dikatakan bahwa pemfigoid bulosa pada anak- anak dapat sembuh

    sendiri.1

    2.3 ETIOLOGI

    PB adalah contoh dari penyakit yang dimediasi imun yang dikaitkan dengan respon

    humoral dan seluler yang ditandai oleh dua self-antigen: antigen PB 180 (PB180,

    PBAG2 atau tipe kolagen XVII) dan antigen PB 230 (PB230 atau PBAG1.3

    Etiologi PB adalah autoimun, tetapi penyebab yang menginduksi produksi

    autoantibodi pada Pemfigoid Bulosa masih belum diketahui. Sistem imun tubuh kita

    menghasilkan antibodi untuk melawan bakteri, virus atau zat asing yang berpotensi

    membahayakan. Untuk alasan yang tidak jelas, tubuh dapat menghasilkan antibodi

    untuk suatu jaringan tertentu dalam tubuh. Dalam Pemfigoid Bulosa, sistem

    kekebalan menghasilkan antibodi terhadap membran basal kulit, lapisan tipis dari

    serat menghubungkan lapisan luar kulit (dermis) dan lapisan berikutnya dari kulit

    (epidermis). Antibodi ini memicu aktivitas inflamasi yang menyebabkan kerusakan

    pada struktur kulit dan rasa gatal pada kulit.4,5

    Tidak ada penyebab khusus yang memicu timbulnya PB, namun beberapa faktor

    dikaitkan dengan terjadinya PB. Sebagian kecil kasus mungkin dipicu obat seperti

    furosemide, sulphasalazine, penicillamine dan captopril. Suatu studi kasus

    menyatakan obat anti psikotik dan antagonis aldosterone termasuk dalam faktor

    pencetus Pemfigoid Bulosa. Belum diketahui apakah obat yang berefek langsung

    pada sistem imun, seperti kortikosteroid, juga berpengaruh pada kasus Pemfigoid

    Bulosa. Sinar ultraviolet juga dinyatakan sebagai faktor yang memicu PB ataupun

    memicu terjadinya eksaserbasi PB. Beberapa faktor fisik termasuk suhu panas, luka,

    trauma lokal, dan radioterapi dilaporkan dapat menginduksi PB pada kulit normal.5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    5/27

    5

    2.4 ANATOMI

    Gambar 1: Anatomi kulit

    Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu

    lapisan epidermis, lapisan dermis dan lapisan subkutis. Lapisan epidermis atas :

    stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum dan

    stratum basal.2

    Anatomi yang terlibat pada penyakit Pemfigoid Bulosa adalah stratum basale.

    Stratum basal terdiri atas sel sel berbentuk kubus yang tersusun vertikal pada

    perbatasan dermoepidermal berbaris seperti pagar. Lapisan ini merupakan lapisan

    epidermis yang paling bawah. Lapisan ini terdiri atas dua jenis sel yaitu sel berbentuk

    kolumnar dan sel pembentuk melanin. Pada sel basal dalam membran basalis,

    terdapat hemidesmosom. Fungsi hemidesmosom adalah melekatkan sel sel basal

    dengan membrana basalis.1

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    6/27

    6

    2.5 PATOFISIOLOGI

    Gambar 2 :Mekanisme pembentukan bula di Pemfigoid Bulosa (PB).

    Gambar atas menggambarkan beberapa struktur protein membran

    basal epidermis yang berfungsi sebagai autoantigen utama dalam

    penyakit kulit autoimun subepidermal bulosa. Autoantigens utama

    pada pasien PB adalah antigen PB 230 (PB230) dan antigen PB 180.

    Autoantibodi PB terakumulasi dalam jaringan dan mengikat antigenpada membran basal.

    1,2

    Pasien dengan PB mengalami respon sel T autoreaktif untuk PB180 dan

    PB230, dan ini mungkin penting untuk merangsang sel B untuk menghasilkan

    autoantibodi patogen.1

    Setelah pengikatan autoantibodi terhadap antigen target, pembentukan bula

    subepidermal terjadi melalui rentetan peristiwa yang melibatkan aktivasi

    komplemen, perekrutan sel inflamasi (terutama neutrofil dan eosinofil), dan

    pembebasan berbagai kemokin dan protease, seperti metaloproteinase matriks-9

    dan neutrofil elastase.1,2

    Pemfigoid Bulosa adalah contoh penyakit autoimun dengan respon imun

    seluler dan humoral yang bersatu menyerang antigen pada membran basal.

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    7/27

    7

    Antigen PB merupakan protein yang terdapat pada hemidesmosom sel basal,

    diproduksi oleh sel basal dan merupakan bagian BMZ (basal membrane zone)

    epitel gepeng berlapis. Fungsi hemidesmosom ialah melekatkan sel-sel basal

    dengan membrane basalis, strukturnya berbeda dengan desmosom.1,2

    Terdapat dua jenis antigen Pemfigoid Bulosa yaitu dengan berat molekul

    230kD disebut PBAg1 (Pemfigoid Bulosa Antigen 1) atau PB230 dan 180 kD

    dinamakan PBAg2 atau PB180. PB230 lebih banyak ditemukan dari pada PB180.

    Terbentuknya bula akibat komplemen yang beraktivasi melalui jalur klasik

    dan alternatif, yang kemudian akan mengeluarkan enzim yang merusak jaringan

    sehingga terjadi pemisahan epidermis dengan dermis.1

    Studi ultrastruktural memperlihatkan pembentukan awal bula pada

    pemfigus bulosa terjadi dalam lamina lucida, di antara membrane basalis dan

    lamina densa. Terbentuknya bula pada tempat tersebut disebabkan hilangnya daya

    tarikan filament dan hemidesmosom.1

    Langkah awal dalam pembentukan bula adalah pengikatan antibodi

    terhadap antigen Pemfigoid Bulosa. Fiksasi IgG pada membran basal

    mengaktifkan jalur klasik komplemen. Aktifasi komplemen menyebabkan

    kemotaksis leukosit serta degranulasi sel mast. Produk-produk sel mas

    menyebabkan kemotaksis dari eosinofil melalui mediator seperti faktor

    kemotaktik eosinofil anafilaksis. Akhirnya, leukosit dan protease sel mast

    mengakibatkan pemisahan epidermis kulit. Sebagai contoh, eosinofil, sel

    inflamasi dominan di membran basal pada lesi Pemfigoid Bulosa, menghasilkan

    gelatinase yang memotong kolagen ekstraselular dari PBAG2, yang mungkin

    berkontribusi terhadap pembentukan bula.1

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    8/27

    8

    2.8 DIAGNOSA

    A. GAMBARAN KLINIS

    Fase Non Bulosa

    Manifestasi kulit PB bisa polimorfik. Dalam fase prodromal penyakit non-

    bulosa, tanda dan gejala sering tidak spesifik, dengan rasa gatal ringan sampai

    parah atau dalam hubungannya dengan eksema, papul dan atau urtikaria,

    ekskoriasi yang dapat bertahan selama beberapa minggu atau bulan. Gejala non-

    spesifik ini bisa ditetapkan sebagai satu-satunya tanda-tanda penyakit.4

    Fase Bu losa

    Tahap bulosa dari PB ditandai oleh perkembangan vesikel dan bula pada

    kulit normal ataupun eritematosa yang tampak bersama-sama dengan urtikariadan infiltrat papul dan plak yang kadang-kadang membentuk pola melingkar.

    Bula tampak tegang, diameter 14 cm, berisi cairan bening, dan dapat bertahan.

    selama beberapa hari, meninggalkan area erosi dan berkrusta. Lesi seringkali

    memiliki pola distribusi simetris, dan dominan pada aspek lentur anggota badan

    dan tungkai bawah, termasuk perut. Perubahan post inflamasi memberi gambaran

    hiper- dan hipopigmentasi serta, yang lebih jarang, miliar. Keterlibatan mukosa

    mulut diamati pada 10-30% pasien. Daerah mukosa hidung mata, faring, esofagus

    dan daerah anogenital lebih jarang terpengaruh. Pada sekitar 50% pasien,

    didapatkan eosinofilia darah perifer.4

    Perjalanan penyakit biasanya ringan dan keadaan umum penderita baik.

    Penyakit PB dapat sembuh spontan (self-limited disease) atau timbul lagi secara

    sporadik, dapat generalisata atau tetap setempat sampai beberapa tahun. Rasa

    gatal kadang dijumpai, walaupun jarang ada. Tanda Nikolsky tidak dijumpai

    karena tidak ada proses akantolisis. Kebanyakan bula ruptur dalam waktu 1

    minggu, tidak seperti pemfigus vulgaris, ia tidak menyebar dan sembuh dengan

    cepat.4,6

    Lesi kuli t

    Eritem, papul atau tipe lesi urtikaria mungkin mendahului pembentukan bula.

    Bula besar, tegang, oval atau bulat; mungkin timbul dalam kulit normal atau

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    9/27

    9

    yang eritema dan mengandung cairan serosa atau hemoragik. Erupsi dapat

    bersifat lokal maupun generalisata, biasanya tersebar tapi juga berkelompok

    dalam pola serpiginosa dan arciform.3

    Tempat Predil eksi

    Aksila; paha bagian medial, perut, fleksor lengan bawah, tungkai bawah.

    Gambar 3: Pemfigoid Bulosa. Bula tegang diatas kulit yang eritema.

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    10/27

    10

    Gambar 4 : Pemfigoid Bulosa

    Gambar 5: Pemfigoid Bulosa

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    11/27

    11

    Gambar 6: Pemfigoid Bulosa.

    Gambar 7: Pemfigoid Bulosa

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    12/27

    12

    2.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Untuk menetapkan diagnosis pemfigoid bulosa, tes berikut harus dilakukan: analisis

    histopatologi dari tepi kulit yang melepuh dan DIF studi pada kulit perilesional yang

    normal. Jika hasil DIF positif, imunofluoresensi tidak langsung (IDIF) dilakukandengan menggunakan serum pasien. Substrat pilihan untuk IDIF adalah substrat kulit

    manusia yang normal yang mengandung garam.4,5

    Studi imunofluoresensi langsung ( DIF )

    Pada DIF menghasilkan dalam deposit in vivo terdapat antibodi dan imunoreaktan

    lain sebagai pelengkap. Tes DIF biasanya menunjukkan IgG (70-90% pasien) dan

    deposit C3 (90-100% dari pasien) dalam sebuah pita linear di perbatasan dermal dan

    epidermal. Pola imunoreaktan ini sebenarnya tidak spesifik untuk pemfigoid bulosa

    saja tetapi juga dapat dilihat pada pemfigoid sikatrisial dan epidermolisis bulosa

    acquisita. Pemfigoid bulosa dapat dibedakan dari kondisi lain dengan menginkubasi

    sampel biopsi kulit pasien dalam 1 mol / L garam sebelum melakukan teknik DIF.

    Proses ini menyebabkan pembelahan sampai lamina lucida. DIF pada substrat garam

    kulit mengungkapkan IgG di atap bula (sisi epidermal kulit) pada pasien dengan

    pemfigoid bulosa, sedangkan pada pemfigoid sikatrisial dan edidermolisis bulosa

    aquisita IgG melokalisasi ke dasar bula (sisi dermal kulit).4,5

    Lokasi terbaik untuk pengujian DIF adalah dengan menggunakan kulit perilesional

    yang masih normal. Hasil positif palsu dapat diamati bila dilakukan pada kulit yang

    lesi.5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    13/27

    13

    gambar 8. Pemeriksaan DIF Biopsi kulit perilesional pada pasien pemfigoid bulosa

    untuk mendeteksi pita linear IgG yang terdeposit pada sepanjang batas dermal

    epidermal.

    Imunofluoresensi tidak langsung ( IIF )

    Studi IDIF menunjukan sirkulasi IgG autoantibodi dalam serum pasien dengan

    menargetkan komponen membran dasar kulit. 70% pasien dengan pemfigoid bulosa

    memiliki autoantibodi yang beredar dan terikat pada lapisan-lapisan kulit. Titer

    antibodi yang beredar tidak berkorelasi dengan perjalanan penyakit.4,5

    Pemeriksaan IDIF dapat digunakan untuk mendeteksi sirkulasi IgG autoantibodipasien yang terikat pada atap epidermis (lapisan epidermal) dari substrat kulit.

    5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    14/27

    14

    Gambar 9. IDIF yang dilakukan pada substrat kulit manusia normal yang

    mengandung garam dengan serum dari pasien dengan pemfigoid bulosa mendeteksiIgG beredar autoantibodi yang mengikat epidermis (atap) sisi membran basal kulit.

    Pemeriksaan lain

    1. HISTOPATOLOGI

    Pemeriksaan histopatologis pada bula subepidermal. Ditemukan Infiltrat inflamasi

    yang polimorfik, dengan dominasi sel eosinofil. Sel mast dan basofil mungkin

    menonjol di awal perjalanan penyakit. Spesimen biopsi kulit yang lesi dapat

    menunjukan infiltrat yang didominasi sel neutrofilk atau peradangan minimal.1,2

    2. IMUNOLOGI

    Pada pemeriksaan imunofluoresensi terdapat endapan IgG dan C3 tersusun seperti

    pita di BMZ (Base Membrane Zone).2

    Pewarnaan Immunofluorescence langsung (IF) menunjukkan IgG dan biasanya juga

    C3, deposit dalam lesi dan paralesional kulit dan substansi intraseluler dari

    epidermis.2

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    15/27

    15

    2.8 DIAGNOSIS BANDING

    Pemfigus vulgaris (PV), adalah sebuah penyakit autoimun yang serius,

    dengan bulla, dapat bersifat akut ataupun kronis pada kulit dan membran mukosa

    yang sering berakibat fatal kecuali diterapi dengan agen imunosupresif. Penyakit ini

    adalah prototype dari keluarga / golongan pemfigus, yang merupakan sekelompok

    penyakit bula autoimun akantolitik. Gambaran lesi kulit pada pemfigus vulgaris

    didapatkan bula yang kendur di atas kulit normal dan dapat pula erosi. Membran

    mukosa terlibat dalam sebagian besar kasus. Distribusinya dapat dibagian mana saja

    pada tubuh. Pada pemeriksaan histopatologi, terlihat gambaran akantolisis

    suprabasalis. Pada pemeriksaan imunopatologi, diperoleh IgG dengan pola

    interseluler.

    3,4

    Gambar 8: Lesi utama pemfigus vulgaris bula yang lembek.

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    16/27

    16

    Gambar 9: Pemphigus vulgaris. Erosions and flaccid bullae pada kulit normal.

    Pemfigus foliaseus (PF)

    Pemfigus foliaseus adalah bentuk superfisial penyakit pemfigus dengan

    akantolisis pada lapisan granulosum epidermis. Lesi kulit pada pemfigus foliaseus

    berupa krusta dan adakalanya berupa vesikel yang kendur. Membran mukosa jarang

    terlibat. Distribusi lesinya pada bagian tubuh yang lebih terbuka dan bagian tubuh

    yang memiliki banyak kelenjar sebasea. Pada gambaran histopatologi, terlihatgambaran akantolisis pada stratum granulosum. Pada pemeriksaan imunopatologi

    diperoleh IgG dengan pola intraseluler.3,4

    Pemfigus vegetans (PVeg)

    Memberikan gambaran lesi berupa plak granulomatosa, dan adakalanya

    terdapat vesikel di pinggiran lesi. Membran mukosa terlibat pada sebagian besar

    kasus. Distribusi lesi pada daerah intertriginosa, daerah perioral, leher, kepala dan

    aksila. Pada pemeriksaan histopatologi, terlihat gambaran akantolosis suprabasal dan

    abses-abses intraepidermal yang berisi eosinofil. Pada pemeriksaan imunopatologi,

    didapatkan hasil seperti Pemfigus vulgaris.3,4

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    17/27

    17

    Epidermolisis Bulosa (EB)

    Epidermolisis bulosa adalah sebuah penyakit bula subepidermal kronik yang

    berkaitan dengan autoimunitas pada kolagen tipe II dalam fibrin pada zona membrane

    basal. Lesi kulit berupa bula yang berdinding tegang dan erosi, gambaran

    noninflamasi ataupun menyerupai pemfigus bulosa, Dermatitis herpetiformis, atau

    Dermatosis IgA linear. Membran mukosa terlibat pada kasus yang parah. Distribusi

    lesinya sama dengan Pemfigoid Bulosa. Pada pemeriksaan histopatologi didapatkan

    bula subepidermal. Pada pemeriksaan imunopatologi diperoleh IgG linear pada zona

    membrane basal.3,4

    Dermatitis herpetiformis (DH)

    Dermatitis Herpetiformis adalah erupsi pruritus yang kronis, rekuren, dan

    intensif yang muncul secara simetris pada ekstremitas dan pada badan dan terdiri dari

    vesikel-vesikel kecil, papul, dan plak urtika yang tersusun berkelompok, serta

    berkaitan dengangluten-sensitive enteropathy(GSE) dan deposit IgA pada kulit. Lesi

    kulit berupa papul berkelompok, urtikaria, vesikel serta krusta. Membran mukosa

    tidak terlibat. Lesi terdistribusi pada daerah siku, lutut, glutea, sakral dan skapula.

    Pada pemeriksaan histopatologi, terlihat gambaran mikroabses di papilla dermis, dan

    vesikel subepidermal. Pada pemeriksaan imunopatologi, didapatkan IgA berbentuk

    granula pada ujung papilla.3,4

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    18/27

    18

    Gambar 11: Dermatitis Herpetiformis dicirikan oleh kelompok vesikel intens pruritic, papula, dan

    lesi urtikaria seperti biasanya didistribusikan secara simetris pada permukaan

    ekstensor. Sariawan Celiac hadir dalam 75 sampai 90% dari pasien tetapi

    asimtomatik dalam banyak kasus.

    Dermatosis IgA linear

    Dermatosis IgA linear adalah penyakit kulit dengan bula subepidermal yang

    dimediasi sistem imun, dan merupakan kasus yang cukup jarang ditemukan. Penyakit

    ini ditandai dengan adanya deposit IgA linear yang homogen pada zona membran

    basal kutaneus. Gambaran lesi kulitnya berupa vesikel yang anular, berkelompok dan

    dapat berupa bula. Membran mukosa terlibat dan biasanya terdapat erosi dan ulkus

    pada mulut, serta erosi dan pada konjungtiva. Distribusi lesinya bisa dimana saja.

    Pada pemeriksaan histopatologi, terlihat gambaran bula subepidermal dan disertai

    neutrofil. Pada pemeriksaaan imunopatologi, didapatkan IgA linear pada zona

    membran basal.3,4

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    19/27

    19

    2.9 PENATALAKSANAAN

    Seperti pada penyakit bulosa autoimun lainnya, tujuan terapi adalah untuk

    mengurangi pembentukan bula, untuk penyembuhan bula dan erosi, dan untuk

    menentukan dosis minimal obat yang diperlukan untuk mengontrol proses penyakit.

    Terapi harus individual untuk setiap pasien, mengingat sudah ada sebelumnya kondisi

    dan faktor tertentu pada setiap pasien berbeda-beda.5

    Agen anti-inflamasi

    Agen ini menghambat proses inflamasi dengan menghambat produksi sitokin spesifik

    dan permeabilitas pembuluh darah. Jenis obat ini juga dapat menstabilkan membran

    granulosit dan mencegah pelepasan enzim kunci. 5

    GOLONGAN ADRENOKORTIKOSTEROID

    Kortikosteroid bekerja dengan mepengaruhi kecepatan sintesis protein.

    Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya

    dijaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam

    sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor-steroid. Kompleks ini mengalami

    perubahan konformasi, lalu bergerak menuju nukleus dan berikatan dengan kromatin.Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis

    protein ini akan menghasilkan efek fisiologik steroid.7

    Efek kortikosteroid kebanyakan berhubungan dengan besarnya dosis, makain

    besar dosis terapi makin besar efek yang didapat. Efek7 anti inflamasi kortisol dan

    analog sintetiknya dapat mencegah atau menekan timbulnya geala inflamasi akibat

    radiasi, infeksi , zat kimia, mekanik atau alergen. Gejala ini umumnya berupa

    kemerahan, rasa sakit dan panas, pembengkakan ditempat radag. Secara mikroskopik

    obat ini menghambat fenomena inflamasi dini yaitu edema, deposit fibrin, dilatasi

    kapiler, migrasi leukosit ke tempat radang dan aktivitas fagositosis. Selain itu juga

    dapat menghambat manifestasi inflamasi yang telah lanjut yaitu proliferasi kapiler

    dan fibroblas, pengumpulan kolagen dan pembentukan sikatriks.7

    Farmakokinetik kortisol dan analog sintetiknya pada pemberian oral

    diabsorbsi cukup baik. Untuk mencapai kadar tinggi dengan cepat dalam cairan tubuh

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    20/27

    20

    ester kortisol dan derivat sintetiknya diberikan secara iv. Untuk mendapatkan efek

    yang dapat diberikan secara IM. Prednison adalah prodrug yang dengan cepat diubah

    menjadi prednisolon bentuk aktifnya dalam tubuh. Diekskresi selama 72 jam melalui

    saluran kemih.7

    Penggunaan kortikosteroid pada penyakit autoimun adalah sebagai antiinflamasi dan

    kemampuanya menekan reaksi imun. Tujuanya menekan reaksi imun adalah untuk

    mencegah kerusakan jaringan yang parah dan menimbulkan kecacatan. Bersamaan

    pemberianya dapat diberikan obat lain yang berfungsi sebagai suportif terapi. Yang

    dipakai biasanya adalah preparat kerja singkat dan sedang seperti prednison dan

    prednisolon.7

    Prednison (Deltasone)

    Merupakan obat golongan kortikosteroid kerja sedang. T setengahnya selama 12-36

    jam. Dapat menurunkan peradangan dengan meningkatkan peningkatan permeabilitas

    kapiler dan menekan aktivitas sel PMN. Dapat dikonsumsi secara oral dengan dosis

    tunggal atau bersama dengan agen imunosupresif lainnya untuk mengobati pemfigoid

    bulosa. Dosis harian 560 mg/hari.7

    Pengobatan terdiri dari prednisone sistemik, sendiri atau dalam kombinasi dengan

    agen lain yaitu azathioprine, mycophenolate mofetilatau tetracycline. Obat-obat ini

    biasanya dimulai secara bersamaan, dan dilakukan pemberian secara tappering off

    dari prednison dan agen steroid setelah remisi klinis tercapai. Kasus ringan mungkin

    hanya memerlukan kortikosteroid topikal. Pemberian Methrotrexate mungkin

    digunakan pada pasien dengan penyakit berat yang tidak dapat bertoleransi terhadap

    prednison.5

    Metilprednisolon

    Dosis metilprednisolon 40-100 mg sehari, jika telah tampak perbaikan dosis diturunkan perlahan-lahan. Sebagian kasus dapat disembuhkan dengan kortikosteroid

    saja.7

    Terapi steroid sistemik biasanya diperlukan, tetapi tidak seperti Pemfigus,

    dimungkinkan untuk menghentikan terapi ini setelah 2 sampai 3 tahun. Dosis awal

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    21/27

    21

    60-100 mg metilprednisolon atau setara harus secara bertahap dikurangi ke jumlah

    minimum yang akan mengendalikan penyakit ini.7

    Glukokortikoid sistemik biasanya diperlukan pada penderita dengan gejala yang berat

    dan progresif supaya penderita bisa ditangani dengan cepat. Efek pemakaian

    glukokortikoid sistemik sangat cepat yaitu hanya beberapa hari.5

    Terapi dosis tinggi metilprednisolon intravena juga dilaporkan efektif untuk

    mengontrol dengan cepat pembentukan bula yang aktif pada Pemfigoid Bulosa.5

    Antibiotik Tetrasiklin

    Meskipun obat ini adalah jenis antibiotik, tetrasiklin telah terbukti efektif dalam

    beberapa kasus pemfigoid bulosa baik sendiri atau bersama dengan niacinamide (2 g /

    d). Khasiat mungkin karena sifat anti-inflamasi tersebut.5

    Imunosupresan

    Pada penyakit autoimun berkembang bila sistem imun mengalamai sensitisasi oleh

    protein endogen dan menganggapnya sebagai protein asing. Hal ini merangsang

    pembentukan antibodi atau perkembangan sel T yang dapat bereaksi dengan antigen

    endogen ini. Efektivitas terapi imunosupresan bervariasi tergantung dari jenis

    penyakit.8

    Prinsip umum pengobatan dengan imunosupresan adalah :8

    1. dengan menekan respon imun primer lebih mudah dikendalikan dan ditekan

    dibandingan dengan respon imun sekunder

    2. obat imunosupresan memberikan efek yang berbeda terhadap antigen yang

    berbeda. Dosis yang dibutuhkan untuk menekan respon imun terhadap suatu

    antigen berbeda dengan dosis antigen.

    3.

    Penghambatan respon imun lebih berhasil bila obat imunosupresan diberikan

    sebelum paparan terhadap antigen.

    KORTIKOSTEROID

    Kortikosteroid adalah golongan obat yang juga termasuk dalam imunosupresan.

    Mekanisme kerjanya adalah menurunkan jumlah limfosit secara cepatm terutama bila

    diberikan dalam dosis besar. Efek ini yang berlangsung beberapa jam diduga terjadi

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    22/27

    22

    redistribusi limfosit. Setelah 24 jam, jumlah limfosit dalam sirkulasi biasanya

    kembali ke sebelumnya. Efeknya menghambat proliferasi sel limfosit T, imunitas

    seluler dan ekspresi gen yang menyandi berbagai sitokin.8

    SITOTOKSIK

    Sebagian besar obat sitotoksik digunakan sebagai antikanker. Beberapa diantaranya

    digunakan sebagai imunosupresan untuk mencegah penolakan transplantasi dan

    pengobatan penyakit autoimun. Efek kerjanya adalah menghambat perkembangan sel

    limfosit B dan T.8

    Azathioprin (imuran)

    Antagonizes metabolisme purin yang merupakan prekursor 6-merkaptopurin.

    Azatioprin dalam tubuh diubah menjadi 6 merkaptopurin (6-MP) yang merupakan

    metabolit aktif dan bekerja menghambat sintesis de novo purin. Yang terbentuk

    adalah Thio-IMP yang selanjutnya diubah menjadi Thio-GMP, kemudian Thio-GTP.

    Interkalasi Thio-GTP dalam DNA akan menyebabkan kerusakan DNA.8

    Farmakokinetiknya mudah diabsorbsi melalui saluran cerna dan

    dimetabolisme menjadi 6-MP. Metabolisme selanjutnya dilakukan oleh xantin-

    oksidase menjadi 6-thiouric acid sebelum dieksresi melalui ginjal. Eksresi terutama

    melalui urin, sebagian kecil dam abentuk utuh dan yang lainya dalam bentuk

    metabolit.8

    Penggunaanya untuk profilaksis digunakan dosis 3-10mg/kgBB per hari, 1 atau 2 hari

    sebelum transplantasi. Dosis pemeliharaan 1-3mg/kgBB per hari. Obat ini tersedia

    dalam bentuk tablet 50mg dan sedaaan 100mg/vial.8

    Efeknya menghambat sintesis DNA, RNA, dan protein. Dapat menurunkan

    proliferasi limfosit. Dapat digunakan tunggal atau kombinasi dengan prednison.

    Azatioprinejuga berpotensi memberikan efek samping yang buruk seperti prednison.Suatu kajian menjelaskan jika glukokortikoid sistemik diberikan pada penderita

    dengan dosis tinggi tanpa dilakukan tapering selama 4 minggu, kombinasi dengan

    azatioprinekurang memberi manfaat tetapi sebaliknya penderita harus menanggung

    efek samping obat tersebut.5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    23/27

    23

    Pada penderita lanjut usia dengan gejala yang tidak progresif, obat imunosupresif ini

    bisa digunakan pada terapi awal tanpa dikombinasikan dengan prednison.5

    Rituximab (Rituxan)

    Merupakan antibodi monoklonal(IgG1) yang mengikat CD20 sel normal dan

    sel limfosit B ganas. Dijelaskan dalam laporan kasus sebagai pengobatan biologis

    yang cukup menjanjikan untuk penyakit yang dimediasi limfosit B (misalnya,

    pemfigus vulgaris).5,7

    Untuk pasien yang diobati dengan kortikosteroid sistemik selama lebih dari 1

    bulan, suplemen gabungan kalsium dan vitamin D harus diberikan untuk mencegah

    osteoporosis. Dosis dan frekuensi dinyatakan dalam rekomendasi yang ditetapkan

    oleh American College of Rheumatology Task Force pada tahun 1996. Selain

    kalsium dan vitamin D suplemen, pasien pengobatan jangka panjang dengan

    kortikosteroid sistemik harus mengambil bifosfonat, inhibitor spesifik untuk resorpsi

    tulang osteoklas-dimediasi (misalnya, alendronate). Selain itu, pasien harus

    diinstruksikan untuk menghindari trauma fisik langsung ke permukaan kulit mereka.5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    24/27

    24

    2.10 KOMPLIKASI

    Infeksi sekunder dapat terjadi karena adanya banyak bula dan penggunaan

    obat imunosupresan dalam proses penyembuhan. Infeksi ini dapat berupa infeksi

    sistemik atau lokal pada kulit. Infeksi kulit meningkatkan risiko pembentukan

    jaringan parut dan penundaan penyembuhan luka.5

    Keganasan karena imunosupresan juga telah dilaporkan. Serangkaian kasus-

    kontrol pada pasien dengan pemfigoid bulosa telah gagal untuk mendeteksi

    peningkatan insiden keganasan pada pasien dengan pemfigoid bulosa yang

    dibandingkan dengan kontrol usia dan jenis kelamin. Penekanan sumsum tulang juga

    dapat terjadi pada pasien yang menerima imunosupresan.5

    Hambatan pertumbuhan dapat terjadi pada anak-anak yang menerima

    kortikosteroid sistemik dan imunosupresan. Insufisiensi adrenal dapat terjadi setelah

    penggunaan jangka panjang glukokortikoid. Osteoporosis dan patah tulang dapat juga

    terjadi setelah penggunaan kortikosteroid sistemik.5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    25/27

    25

    2.11 PROGNOSIS

    Kematian jarang ditemukan pada kasus pemfigoid bulosa bila dibandingkan

    dengan pemfigus vulgaris. Namun bisa saja berakibat fatal pada keadaan remisi

    spontan.2

    Kebanyakan pasien yang terkena dengan pemfigoid bulosa memerlukan terapi

    selama 6-60 bulan, setelah itu banyak pasien mengalami remisi jangka panjang

    penyakit. Kebanyakan insiden kematian yang terjadi dihubungan oleh karna efek

    samping obat yang dikonsumsi dalam terapi pemfigoid bulosa.5

    Populasi beresiko untuk pemfigoid bulosa berada pada peningkatan risiko

    untuk kondisi komorbiditas, seperti hipertensi, diabetes mellitus, dan penyakit

    jantung, yang dapat memperburuk pengobatan.5

    Usia tua dan kondisi umum yang buruk telah terbukti secara signifikan

    mempengaruhi prognosis. Secara historis, dinyatakan bahwa prognosis pasien dengan

    Pemfigoid Bulosa jauh lebih baik dari pasien dengan pemfigus, terutama Pemfigus

    Vulgaris dengan Pemfigoid Bulosa dimana tingkat mortalitasnya sekitar 25% untuk

    pasien yang tidak diobati dan sekitar 95% untuk pasien dengan penyakit Pemvigus

    Vulgaris saja tanpa pengobatan. Dari studi terbaru, kemungkinan bahwa penyakit

    penyerta dan pola praktek (penggunaan kortikosteroid sistemik dan / atau obat

    imunosupresif) juga mempengaruhi keseluruhan morbiditas dan mortalitas penyakit

    ini.5

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    26/27

    26

    BAB III

    PENUTUP

    Pemfigoid bulosa merupakan suatu penyakit autoimun yang menyeranglapisan kulit antara epidermal dan dermal. Gambaran klinisnya berupa vesikel dan

    bula yang dapat terlihat diberbagai letak tubuh. Melalui reaksi autoimun terhadap

    antibodi PbAg1 dan PbAg2 tubuh menghasilkan komplemen - komplemen antibodi

    yang berakumulasi dan terdeposit di lapisan kulit yang kemudian menimbulkan

    perubahan abnormal morfologi kulit berupa eritema , vesikel dan bula.

    Penyakit ini terutama dialami oleh orang orang berumur 60 tahun lebih

    dimana imunitas dalam tubuh yang sudah berkurang. Dan juga pada orang orang

    dengan imunodefisiensi. Namun pada anak anak kasus ini tidak begitu berarti dan

    dianggap berbahaya dikarenakan sifatnya yang terjadi pada anak anak dapat

    mengalami proses penyembuhan sendiri tanpa terapi khusus.

    Untuk melakukan diagnosa pasti pemfigoid bulosa dapat dilakukan

    pemeriksaan penunjang berupa analisis histopatologi dari bagian kulit yang timbul

    patologis. Kemudian tes imunofluoresensi langsung dan langsung.

    Penatalaksanaan pada pemfigoid bulosa adalah bertujuan untuk mengurangi

    pembentukan bula, untuk penyembuhan bula dan erosi dan untuk menentukan dosis

    minimal obat yang diperlukan untuk mengontrol proses penyakit. Penggunaan

    kortikosteroid sebagai antiinflamasi dan antibiotik tetrasiklin terbukti efektif untuk

    beberapa kasus pemfigoid bulosa. Golongan obat sitotoksik imunosupresan seperti

    azathioprin juga mempunyai hasil cukup baik sebagai terapi awal dosis tunggal atau

    dikombinasikan dengan kortikosteroid.

  • 8/11/2019 pemfigus bulosa.docx

    27/27

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Stanley J R. Bullous Pemphigoid. In: K Wolff, Goldsmith L A, et all. Fitzpatricks

    Dermatology In General Medicine vol. 1 7th

    Edition. New York : McGraw-Hill.

    2008 P;475-4802. Wiryadi B E. Pemfigoid Bulosa. Dalam: Djuanda A,dkk. Ilmu Penyakit Kulit dan

    Kelamin Edisi kelima. Jakarta: Balai penerbit FK-UI. 2010;210-211.

    3. Wolff K, Johnson R A. Bullous Pemphigoid. In: Fitzpatricks Color Atlas &

    Synopsis of Clinical Dermatology. 6th

    ed. New York: Mc Graw-Hill. 2007;112-123

    4. James W D, Berger T G, Elston D M. Bullous Pemphigoid in: Andrews Disease of

    the skin clinical dematology. 11th

    ed Saunders Elsevier. 2011;448-467

    5. Lawrence S C, Elston D M, etc. Bullous Pemphigoid updated in juni 2014. diunduh

    melaluiwww.emedicine.medscape.compada tanggal 28 agustus 2014.

    6. Rassner, Steinert U. Bullous Pemphigoid. Buku ajar dan atlas Dermatologi. 4th

    ed.

    Jakarta: EGC. 1995:119-122.

    7. Suherman S K, Purwantyastuti A. Adrenokortikotropin, adrenokortikosteroid,

    analog sintetik dan antagonisnya. Farmakologi dan Terapi. 5th

    ed. Jakarta: Balai

    penerbit FK-UI. 2009;495-516

    8. Nafrialdi. Imunosupresan. Farmakologi dan Terapi. 5th

    ed. Jakarta: Balai penerbit

    FK-UI. 2009;757-763

    http://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/