16
I. TUJUAN 1. Untuk mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, baik alami maupun buatan manusia. 2. Melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan tertentu. 3. Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi sesuai dengan kondisi lapangan dan alat yang dipakai. 4. Mencari luas suatu bangunan atau lahan tanpa melakukan pengukuran langsung. 5.Mengetahui kontur dari suatu area sekitar tempat dimana terdapat s bangunan gedung. II. TEORI Pemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy p yang berbentuk ektor maupun raster. Pengukuran bidang tanah dilakukansecara terestris, !otogrametrik, atau metode lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite berikut perlengkapannya. "dapun pemetaan secara !otogrametrik adalah pemetaan melalui !oto udara. Pemetaan secara !otogrametrik tidak dapat lepas dari re!erensi pengukuran secara ter mulai dari penetapan titik dasar kontrol hingga kepada pengukuran ba tanah. Pemetaan bangunan merupakan salah satu aplikasi dari penggunaan suatupeta kontur. Pemetaan ini dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kemiringan permukaan tanah dengan mengetahui perbedaan ketinggian antar garis kontur. #elain hal tersebut, dapat pula diket area yang dikehendaki seperti luas suatu bangunan. $al ini dapat dik dengan menghitung perbedaan %arak antar titik tembak. &ampak sebuah potongan dari suatu peta kontur memperlihatkan perbedaan keti

PEMETAAN IUT

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Laporan praktikum IUT Pemetaan

Citation preview

I. TUJUAN

1.Untuk mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, baik alami maupun buatan manusia.2.Melakukan pemetaan situasi, yaitu menggambarkan data-data geometris di permukaan bumi ke suatu bidang datar dengan skala tertentu.3.Memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi sesuai dengan kondisi lapangan dan alat yang dipakai. 4. Mencari luas suatu bangunan atau lahan tanpa melakukan pengukuran langsung.5. Mengetahui kontur dari suatu area sekitar tempat dimana terdapat suatu bangunan gedung.

II. TEORIPemetaan adalah proses pengukuran, perhitungan, dan penggambaran permukaan bumi dengan menggunakan cara atau metode tertentu sehingga didapatkan hasil berupa softcopy maupun hardcopy peta yang berbentuk vektor maupun raster. Pengukuran bidang tanah dapat dilakukan secara terestris, fotogrametrik, atau metode lainnya. Pengukuran terestris adalah pengukuran dengan menggunakan alat ukur theodolite berikut perlengkapannya. Adapun pemetaan secara fotogrametrik adalah pemetaan melalui foto udara. Pemetaan secara fotogrametrik tidak dapat lepas dari referensi pengukuran secara terestris, mulai dari penetapan titik dasar kontrol hingga kepada pengukuran batas tanah.Pemetaan bangunan merupakan salah satu aplikasi dari penggunaan suatu peta kontur. Pemetaan ini dapat digunakan untuk mengetahui karakteristik kemiringan permukaan tanah dengan mengetahui perbedaan ketinggian antar garis kontur. Selain hal tersebut, dapat pula diketahui luas area yang dikehendaki seperti luas suatu bangunan. Hal ini dapat diketahui dengan menghitung perbedaan jarak antar titik tembak. Tampak sebuah potongan dari suatu peta kontur memperlihatkan perbedaan ketinggian antara tingkat dasar suatu area dengan ketinggian permukaan tanah di sekitar area tersebut. Pemetaan situasi adalah gabungan dari pembuatan poligon profil. Proses pengukuran situasi memerlukan kerangka dasar pengukuran berupa kerangka dasar mendatar dan kerangka dasar tinggi. Kerangka dasar mendatar dapat dibuat melalui beberapa cara, antara lain mengikat ke muka, mengikat ke belakang, triangulasi, poligon, atau gabungan dari cara-cara tersebut. Sedangkan kerangka dasar tinggi dapat menggunakan sipat datar. Dari kerangka dasar tersebut dapat dikumpulkan data-data geometris dari detail yang diukur.

Rumus-rumus yang dipakai :t = . 100 (a-b) sin 2d = 100 (a-b) cos2 (90-)dimana :t= selisih tinggi antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak d = jarak horizontal antara tempat theodolit dengan titik yang ditembak (jarak optis)a= benang atas (dalam meter)b= benang bawah (dalam meter)= sudut miring/sudut verticalDengan rumus-rumus di atas, serta rumus dasar untuk menentukan koordinat, yaitu:XQ = XP + dPQ sin PQYQ = YP + dPQ cos PQ

dimana :dPQ = jarak dari P ke Q PQ = sudut jurusan dari P ke Q

III. PERALATAN1. Theodolit2. Rambu3. Patok4. Pita Ukur5. Payung6. Statif7. Unting-unting

IV. CARA KERJA1. Menggambarkan sketsa bangunan.2. Memberikan nama pada sketsa.3. Menancapkan patok di titik pertama, yaitu titik B.4. Meletakkan statif pada titik pertama.5. Memasang theodolit diatas statif.6. Mengatur tinggi alat agar titik acuan terlihat pada lensa.7. Mengatur gelembung nivo dan waterpass agar tepat ditengah.8. Menancapkan patok pada titik kedua, yaitu titik C.9. Melakukan pembacaan pada layar theodolit untuk memastikan theodolit mengarah ke titik kedua atau patok kedua dengan sudut horizontal (HA) pada posisi 000'00" dan sudut vertikal (VA) pada posisi 9000'00".10. Meletakkan rambu pada titik B.11. Mengatur fokus lensa sehingga rambu dapat terlihat dengan jelas.12. Melakukan penembakan pada titik B dengan membidik theodolit ke arah titik B dan membaca benang atas, benang tengah, benang bawah dan sudut horizontal.13. Mencatat hasil pembacaan benang atas, benang tengah, benang bawah, dan sudut horizontalnya.14. Mengulangi langkah diatas dengan melakukan penembakan pada titik A, B, C, dan D dari titik bidik yang berbeda.15. Mencatat hasil pembacaan sudut, benang atas, benang tengah, dan benang bawah pada setiap titik tersebut.16. Mengukur tinggi alat dari tiap titik bidik yang berbeda.17. Mengukur jarak sebenarnya dengan pita ukur pada setiap titik untuk perhitungan kesalahan relatif.

V. DATA HASIL PRAKTIKUMSketsa objek bangunan

DA

DA

BP3

CB

BC

Titik alatTitik TembakPembacaan BenangSudut HorizontalSudut VertikalJarak (cm)Tinggi Alat

AtasTengahBawah

AA'135.2133.8132.440 9'15"9000'00"294140

AB131116.5101.503000

AB'127.2114.9102.23 20'55"'2560

AD141138.5116.189 27'10"2487

AD'146134122.189 57'55"2393

BA17616014603000160

BA'175161148356 22' 45"2788

BB'145143141.8342 43'35"524

BC169156144272 50'56"2481

BC'170158146281 30'00"2430

CB16915614487 9'4"2481125

CB'1201099680 55'50"2370

CC'126124121.815 05'10"380

CD13512210802860

CD'1401271142 26'20"2860

DA141138.5116.189 27'10"2487145

DA'15914813684 40'35"2310

DC16114713302860

DC'1601481352 8'25"2480

DD'15014914827 35'45"240

VI. PENGOLAHAN DATABeda Ketinggian (h)Rumus untuk menghitung beda ketinggian:

Dimana : = Tinggi Alat = Benang Tengah

Titik alatTitik TembakBenang TengahTinggi Alath (cm)

AA'133.81406.2

AB116.523.5

AB'114.925.1

AD138.51.5

AD'1346

BA1601600

BA'1610.1

BB'14317

BC1564

BC'1582

CB1561253.1

CB'10916

CC'1241

CD1223

CD'1270.2

DA138.51456.5

DA'1480.3

DC1470.2

DC'1480.3

DD'1490.4

Jarak Titik Tembak ke Theodolit (doptis)

Titik alatTitik TembakAtasBawahd (cm)

AA'135.2132.4280

AB131101.52950

AB'127.2102.22500

AD141116.12490

AD'146122.12390

BA1761463000

BA'1751482700

BB'145141.8320

BC1691442500

BC'1701462400

CB1691442500

CB'120962400

CC'126121.8420

CD1351082700

CD'1401142600

DA141116.12490

DA'1591362300

DC1611332800

DC'1601352500

DD'150148200

Panjang Bangunanc = di mana : =

DA

DA

BP3

CB

BC

Panjang DADA = DA = DA = 2219,6 cmDA = 22,19 m

Panjang CBCB = CB = CB = 2260 cm CB = 22,6 m Panjang BABA = BA = BA = 2194 cmBA = 21,94 m

Panjang DCDC = DC = DC = 2321 cm DC = 23,21m

Kesalahan RelatifKesalahan Relatif = x 100%

Sisidoptis (m)dlapangan (m)Kesalahan Relatif

A'B'21.9422.080.6%

A'D'22.1921.941.13%

B'C'22.621.962.9%

C'D'23.2122.114.90%

Luas bangunanAkibat panjang dan lebar bangunan yang tidak sama, maka perhitungan luas bangunan dilakukan dengan cara membagi dua bangunan menjadi dua segitiga sembarang.

DA

DA

BP3

CB

BC

Luas pada jarak optis

1. Luas segitiga sembarang 1

CB2 = CC2 + CB2 2.CC.CB.cos 24002 = 4202 + 22602 - 2.420.2260.cos cos = -0.25= 104o2839.04

CD2 = CC2 + CD2 - 2.CC.CD.cos 26002 = 4202 + 23212 - 2.420.2321 .cos cos = -0,61= 127o3522.21

Sudut DB= 360o 104o2839.04 127o3522.21= 127o5558.75

Luas = = = 206,86 m2

2. Luas segitiga sembarang 2

AB2 = AA2 + AB2 - 2.AA.AB.cos 25002 = 2802 + 21942 - 2.280.2194 .cos cos = - 0.96= 163 o4423.26

AD2 = AA2 + AD2 - 2.AA.AD.cos 23902 = 2802 + 22192 - 2.280.2219 .cos cos = -0.57= 124o450.81

Sudut DB= 360o 163o4423.26 124o450.81 = 71o3035.93

Luas = = = 230.85 m2Luas Gedung BP3 adalah = 230,85 m2 + 206,86 m2 = 437,71 m2

Luas pada jarak lapangan1. Luas segitiga sembarang 1

Luas = = = 230 m22. Luas segitiga sembarang 2Luas = = = 193,36 m2Luas Gedung BP3 adalah = 230 m2 + 193,36 m2 = 423.36 m2Kesalahan RelatifKesalahan Relatif = x 100%= x 100%= 3,38 %

VII. ANALISIS7.1 Analisis PercobaanPraktikum pemetaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data geometris pada permukaan bumi dan segala sesuatu yang ada di atasnya, baik alami maupun buatan manusia. Selain itu juga bertujuan untuk melakukan pemetaan situasi, memilih cara yang tepat dalam menentukan kerangka dasar pengukuran situasi sesuai dengan kondisi lapangan dan alat yang dipakai, serta mencari luas suatu bangunan atau lahan tanpa melakukan pengukuran langsung. Dalam percobaan ini alat yang dibutuhkan adalah : theodolite, meteran, patok, payung, unting-unting, dan statif.

Dalam percobaan ini praktikan melakukan pengukuran gedung BP3 Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Pertama, praktikan menggambarkan sketsa gedung BP3 dan menentukan titik-titik tembak theodolite yang ditempatkan pada diagonal masing-masing sudut. Untuk mencari luas, praktikan membagi sketsa denah BP3 menjadi dua bagian yang berbentuk segitiga sembarang. Praktikan menggunakan metode sinus sebagai metode pengukuran luas. Metode tersebut adalah: , dengan sebagai sudut yang dibentuk oleh dua garis.Setelah mentukan letak titik-titik tembak dan metode yang digunakan, praktikan menyiapkan alat-alat yang digunakan. Pertama theodolite diletakkan di titik yang sudah ditentukan dan diatur sehingga waterpass pada theodolite dalam keadaan seimbang. Sudut horizontal diset menjadi 0o0000, sudut vertikal diset 90o0000 dan setiap titik tembak ditandai dengan patok. Sudut horizontal diset menjadi 0o0000 karena yang akan dicari adalah sudut dalam. Praktikan menembak titik yang berada di seberang depan, kiri/kanan titik tembak, dan pada sudut yang berada di diagonal gedung BP3. Batas atas, batas bawah, dan batas tengah yang tertera pada theodolite dicatat, dan jarak antar titik diukur menggunakan meteran. Setelah itu praktikan mengukur ketinggan theodolite menggunakan statif. Langkah-langkah tersebut dilakukan pada setiap titik. Percobaan ini dilakukan oleh dua kelompok. Oleh karena itu, kelompok 1 dan kelompok 2 pada akhir praktikum menggabungkan data yang didapatkan. Setelah itu peralatan dirapihkan dan dikembalikan kepada Laboratorium Transport, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.

7.2 Analisis HasilData yang diperoleh dari praktikum pemetaan adalah : tinggi alat, batas atas, batas tengah, serta batas bawah titik, panjang antartitik, dan sudut horizontal antartitik. Untuk menghitung panjang sisi BP3 digunakan rumus : c = Sisidoptis (m)dlapangan (m)Kesalahan Relatif

A'B'21.9422.080.60%

A'D'22.1921.941.13%

B'C'22.621.962.9%

C'D'23.2122.114.90%

Kesalahan Relatif Rata-rata2.38%

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa hasil jarak yang didapatkan secara optis tidak beda jauh dengan jarak sebenarnya dengan kesalahan relatif-realatif rata-rata 2,38%. Setelah menghitung panjang setiap sisi, praktikan dapat menghitung luas segitiga sembarang dengan menggunakan rumus : Luas = Dimana didapatkan dengan menggunakan rumus :AB2 = AA2 + AB2 - 2.AA.AB.cos

Setelah perhitungan, didapatkan luas BP3 secara optis sebesar 437,71 m2 dan secara lapangan sebesar 423,26 m2. Kesalahan relative yang diperoleh adalah 3,38%.

7.3 Analisis Kesalahan

7.3.1 Kesalahan Alat Alat yang tidak berfungsi dengan tepat sehingga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Baterai theodolite yang habis sehingga theodolite sering mati di tengah-tengah praktikum.7.3.2 Kesalahan Praktikan Kesalahan praktikan dalam membaca batas atas, batas tengah dan batas bawah pada theodolite sehingga mempengaruhi jarak antartitik yang didapatkan. Kesalahan praktikan dalam perhitungan panjang dan luas bangunan.

VIII. KESIMPULAN

Luas suatu bangunan atau area dapat dihitung dengan menggunakan theodolite khususnya bangunan/area yang tidak memiliki sudut 90o. Luas objek yang dituju yaitu BP3 adalah sebesar 437,71 m2 dengan kesalahan relatif sebesar 3,38%. Luas gedung BP3 dapat dihitung dengan menggunakan metode sinus.

IX. REFERENSIModul Panduan Praktikum Ilmu Ukur Tanah, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia

X. LAMPIRAN

Gbr. 1 Peralatan Praktikum Gbr. 2 Praktikan sedang menyiapkan statif.

Gbr. 3 Salah satu sisi BP3. Gbr. 4 Praktikan sedang penyiapkan theodolite.