102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Oleh : Ananda Putuarta H 0808068 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

  • Upload
    vandan

  • View
    226

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN

KARANGANYAR

SKRIPSI

Oleh :

Ananda Putuarta

H 0808068

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN

KARANGANYAR

Skripsi

Untuk memenuhi sebagian persyaratan

guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian

di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Program Studi Agribisnis

Oleh :

Ananda Putuarta

H 0808068

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

ii

Page 3: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN

AGROINDUSTRI JAMU INSTAN DI KABUPATEN

KARANGANYAR

Oleh :

Ananda Putuarta

H 0808068

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal 28 Desember 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan Penguji

Penguji I

Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi, MP. NIP. 194808081976122001

Penguji II

Nuning Setyowati, SP. M.Sc. NIP. 198203252005012001

Penguji III

Wiwit Rahayu, SP. MP. NIP. 197111091997032004

Surakarta, Januari 2013

Mengetahui,

Universitas Sebelas Maret

Fakultas Pertanian

Dekan

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 195602251986011001

Page 4: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan

penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan lancar. Skripsi

yang berjudul Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna

memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas

Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat

terlaksana dengan lancar berkat dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto MS selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret.

2. Bapak Dr. Ir. Mohd. Harisudin, MSi. selaku Ketua Program Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

3. Ibu Nuning Setyowati SP. MSc selaku Ketua Komisi Sarjana, serta

pembimbing pendamping skripsi atas kebijaksanaan dalam memberikan

bimbingan, nasehat, dan pengertian dalam proses konsultasi dan penyusunan

skripsi.

4. Ibu Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi MP. selaku pembimbing utama atas

kebaikan, bimbingan, kritik dan saran serta tambahan pengetahuan yang

sangat berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

5. Ibu Wiwit Rahayu SP. MP. Selaku dosen penguji atas bimbingan, nasehat,

pengertian, kritik dan saran serta tambahan pengetahuan yang sangat berharga

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan hasil yang memuaskan.

6. Kesbanglinmas, Bappeda, Desperindagkop, Dinas Pertanian, Badan Pusat

Statistik, Semua staff kantor kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar

yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Almarhum Bapak tercinta Bapak Anarta dan Almarhum Kakek tercinta Bapak

Harto Suyamto. Ibunda tersayang Ibu Siti Dahlia solichatun dan Ibu

Page 5: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

Kusmiyati. Ibu Suyamti nenek saya tercinta, Dik Dinda dan dik dimas serta

semua yang ada di rumah.

8. Sahabat-sahabatku tercinta Mas abid, nur, ragil, indra, ragil, ami, sidiq,

machalie, ibhe, rendi, nandika dll. Tidak lupa mba galuh, bersama geng sari,

dik tami, uli, aik, riana a, riana d, carin, mesti, puput, reni, puri, anggun, ocha,

resty, maria, bundo, mba tyas, tante riska dll. Terima kasih atas persahabatan

yang telah kalian berikan.

9. Segenap keluarga besar Agribisnis angkatan 2008, yang tidak dapat

disebutkan satu per satu. Terima kasih atas kebersamaannya selama kuliah ini.

10. Segenap keluarga besar KAMAGRISTA FP UNS (Keluarga Mahasiswa

Agribisnis Pertanian) Terima kasih atas kebersamaan dan persabatan kalian.

Satukan Tekad Meraih Asa, Jaya Kamagrista !!!

11. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan

penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih atas bantuannya selama ini.

Sebagai salah satu tahapan dalam proses pembelajaran, penulis menyadari

bahwa tulisan ini tak luput dari segala kekurangan. Untuk itu penulis memohon

maaf atas segala kekurangan dan keterbatasan penulis serta mengharapkan kritik

dan saran yang membangun. Sebagai penutup semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pembaca.

Surakarta, Januari 2013

Penulis

iv

Page 6: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

RINGKASAN ................................................................................................. xii

SUMMARY....................................................................................................... xiii

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 A. Latar Belakang ..................................................................................... 1 B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4 C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 6 D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 6

II. LANDASAN TEORI ............................................................................... 8 A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ 8 B. Tinjauan Pustaka .................................................................................. 13 C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................................. 20 D. Asumsi ................................................................................................. 26 E. Pembatasan Masalah ............................................................................. 26 F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel ...................... 26

III. METODE PENELITIAN ........................................................................ 29 A. Metode Dasar Penelitian ...................................................................... 29 B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian ............................................... 29 C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 32 D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 32 E. Metode Analisis Data ........................................................................... 33

IV. KONDISI UMUM ..................................................................................... 40 A. Keadaan Alam ...................................................................................... 40 B. Keadaan Penduduk ............................................................................... 43 C. Keadaan Pertanian ................................................................................ 48 D. Keadaan Perindustrian .......................................................................... 49

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 52 A. Pemetaan (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar ......................................................................................... 52

Page 7: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vi

B. Potensi (Posisi) Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kecamatan di Kabupaten Karanganyar melalui Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial ..................................................... 54

C. Hasil Analisis Potensi (Posisi) Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kabupaten melalui Pendekatan Metode Borda ....................... 66

D. Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar........................................................................ 68

E. Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar........................................................................ 80

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 85 A. Kesimpulan .......................................................................................... 85 B. Saran .................................................................................................... 86

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 89

LAMPIRAN............................................................................................... 92

Page 8: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user vii

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

Tabel 1. Produksi Tanaman Biofarmaka di Kabupaten

Karanganyar, 2010. .................................................................... 3

Tabel 2. Produksi Tanaman Jahe dan Kunyit Provinsi Jawa

Tengah, 2010.. ............................................................................ 30

Tabel 3. Matriks SWOT ........................................................................... 38

Tabel 4. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten

Karanganyar, 2010 ................................................................. 41

Tabel 5. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar,

2010........................................................................................... 42

Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar,

2006 –2010................................................................................. 44

Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar

menurut Jenis Kelamin, 2010 ................................................... 45

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar

Menurut Kelompok Umur, 2010.............................................. 46

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar

Menurut Tingkat Pendidikan, 2010 .......................................... 47

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Kabupaten Karanganyar, 2010................................................. 48

Tabel 11. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di

Kabupaten Karanganyar, 2010.................................................. 49

Tabel 12. Industri Menurut Skala Usaha di Kabupaten

Karanganyar, 2010 .................................................................... 49

Tabel 13. Peta (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar, 2011 .................................................................... 52

Page 9: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user viii

Tabel 14. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Jatipuro Menggunakan Pendekatan Metode

Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................................ 55

Tabel 15. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Jenawi Menggunakan Pendekatan Metode

Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................................ 56

Tabel 16. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Jumantono Menggunakan Pendekatan

Metode Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................... 58

Tabel 17. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Jumapolo Menggunakan Pendekatan

Metode Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................... 59

Tabel 18. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Karanganyar Menggunakan Pendekatan

Metode Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................... 61

Tabel 19. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Kerjo Menggunakan Pendekatan Metode

Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................................ 62

Tabel 20. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Ngargoyoso Menggunakan Pendekatan

Metode Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................... 64

Tabel 21. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di

Kecamatan Tawangmangu Menggunakan Pendekatan

Metode Perbandingan Eksponensial, 2011 ............................... 65

Tabel 22. Potensi Agroindustri Jamu Instan pada tingkat

Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, 2011 .......................... 66

Tabel 22. Potensi Agroindustri Jamu Instan Di Tingkat

Kabupaten Karanganyar Melalu Pendekatan Metode

Borda, 2011 ............................................................................... 67

Page 10: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user ix

Tabel 23. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Agroindustri

Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar, 2011 ......................... 70

Tabel 24. Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu instan

di Kabupaten Karanganyar, 2011 ............................................. 81

Page 11: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user x

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

Gambar 1 Peta Rantai Nilai (Chain Map) Batik dan Produk

Batik di Kota Surakarta. ......................................................... 11

Gambar 2. Kerangka Teori Pendekatan Masalah .................................... 25

Gambar 3. Rantai nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu Instan

di Kabupaten Karanganyar .................................................... 84

Page 12: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user xi

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Peta (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar, 2011 .................................................................... 92

2. Identifikasi potensi agroindustri jamu instan pada

tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar

(Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial) ................... 94

3. Identifikasi Potensi agroindustri jamu instan pada

tingkat kabupaten di Kabupaten Karanganyar

(Pendekatan Metode Borda) ..................................................... 113

4. Quisioner Penelitian .................................................................. 116

5. Dokumentasi Penelitian ............................................................ 125

Page 13: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

RINGKASAN

Ananda Putuarta. H 0808068. 2012. “Pemetaan dan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar”. Dibimbing oleh Prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi MP. dan Nuning Setyowati, SP. MSc. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peta sebaran, mengidentifikasi potensi di tingkat kecamatan, mengidentifikasi potensi di tingkat kabupaten, merumuskan strategi pengembangan, dan mengidentifikasi peta rantai nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Pemilihan tempat penelitian dan responden dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu di 17 kecamatan di Kabupaten Karanganyar dengan responden yaitu Petugas Operasional Pertanian, Koordinator Statistik Kecamatan, dan Ketua Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan yang diasumsikan memahami kondisi agroindustri pedesaan di wilayahnya. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan pencatatan. Analisis data meliputi pemetaan, identifikasi potensi tingkat kecamatan dengan Metode Perbandingan Eksponensial, identifikasi potensi tingkat kabupaten dengan Metode Borda, perumusan strategi pengembangan dengan analisis SWOT serta identifikasi Value Chain Map pada agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran agroindustri jamu instan terdapat di 8 kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar, antara lain : Kecamatan Jatipuro, Jenawi, Jumantono, Jumapolo, Karanganyar, Kerjo, Ngargoyoso dan Tawangmangu. Melalui Metode Borda, agroindustri jamu instan menempati peringkat ke-2 agroindustri unggulan di Kabupaten Karanganyar. Alternatif strategi pengembangan antara lain adalah meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, memperkuat serta mengembangkan kelembagaan (klaster biofarmaka), penguatan modal dan adopsi teknologi modern, membuat lisensi atau ijin dari Badan POM dan membuat kemasan yang menarik, peningkatan kemampuan produsen dalam inovasi, peningkatan akses bahan baku lokal yang berkualitas, meningkatkan kualitas pengusaha untuk memaksimalkan daya saing, dan peningkatan promosi untuk meningkatkan pemasaran produk jamu instan. Pihak-pihak yang yang berperan dalam usaha agroindustri jamu instan antara lain: pemasok (petani biofarmaka), produsen, dan Pedagang/agen.

Page 14: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

SUMMARY

Ananda Putuarta. H 0808068. Of 2012. "Mapping and Agroindustry

Development Strategy Of Instant Herbal in Karanganyar Regency". Mentored by prof. Dr. Ir. Suprapti Supardi MP. and Nuning Setyowati, SP. MSc. Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University Surakarta.

The purposes of this research were to identify the distribution map, the position at the subdistrict level, regency-level position, strategy development, and agroindustry value chain map of instant herbal in Regency Karanganyar.

Basic method of research used was analytic descriptive method. Place and respondents performed purposively, that were 17 subdistricts in Karanganyar Regency. The respondents were the Agricultural Operations Officer, Subdistrict Statistical Coordinator, and Chair of the Rural Community Empowerment which assumed to have a contribution associated with the development of Instant Herbal Agroindustry in every subdistrict in Karanganyar Regency. The data were used in this research is primary and secondary data. Data was collected by observation, interviews and recording. Data analysis involves mapping, identification of positions at subdistrict level by Exponential Comparison Method approach, identification of level positions Regency Karanganyar by Borda Method approach, Development Strategy and identification of Value Chain Map at Agroindustry Instant Herbal in Karanganyar Regency.

The results showed that the Agroindustry instant herbal contained in 8 subdistricts of 17 subdistricts in Karanganyar Regency, include: Jatipuro, Jenawi, Jumantono, Jumapolo, Karanganyar, Kerjo, Ngargoyoso and Tawangmangu. By using the Borda method, Instant Herbal Agroindustry ranks second from the best agroindustry in Karanganyar Regency. Alternative development strategies for the Instant Herbal Agroindustry include improving the quality and quantity of products, strengthen and develop the institutional (bio cluster), strengthening of capital and the adoption of modern technology, create a license from the POM and create an attractive packaging, increasing the ability of producers in innovation, improving access to materials local raw quality, improve the quality of entrepreneurs to maximize competitiveness, and increased marketing promotions to increase instant herbal products. The parties involved in instant herbal agroindustry such as: suppliers (biofarmaka farmers), manufacturers, and traders / agents.

Page 15: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor pertanian tidak dapat dipisahkan dalam pembangunan nasional

Indonesia. Peran sektor pertanian selain mensuplai makanan pokok dan bahan

baku bagi sektor lain juga berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan

serta devisa bagi Indonesia. Menurut data FAO (Food and Agriculture

Organization), sejak tahun 2005 – 2011, jumlah tenaga kerja sektor pertanian

mengalami penurunan rata-rata 0,6% per tahun. Namun di sisi lain, pada

rentang waktu 2003 – 2009, rata-rata pertumbuhan GDP (Gross domestic

product) pertanian Indonesia per tahun mencapai 3,6%. Dengan melihat peran

penting dari sektor pertanian maka pembangunan sektor pertanian secara

komprehensif dan holistik menjadi suatu keharusan (Nugroho, 2011:56)

Indonesia harus kompetitif untuk mempertahankan pertumbuhan

ekonominya di era perdagangan bebas, dimana persaingan global semakin

ketat. Salah satu cara untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi adalah

dengan meningkatkan pembangunan pada sektor primer, utamanya sektor

pertanian. Salah satu sub sektor pertanian adalah sub sektor perkebunan.

Sektor perkebunan mempunyai keunggulan kompetitif dibandingkan sektor

non migas lainnya disebabkan antara lain oleh adanya lahan yang belum

dimanfaatkan secara optimal dan berada di kawasan dengan iklim yang

menunjang serta adanya tenaga kerja yang cukup tersedia dan melimpah

(Hanapi, 2011:381).

Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman keras/industri seperti kakao,

kelapa, teh, atau tanaman hortikultura. Menurut Direktorat Jenderal

Hortikultura (2012:1) sayuran dan tanaman obat merupakan salah satu

komoditas hortikultura yang berkembang pesat di Indonesia baik dari segi

jumlah produksi maupun mutunya. Sayuran dan tanaman obat merupakan

komoditas yang esensial dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia akan

kalori, vitamin, mineral, serat dan anti oksidan alami. Kontribusi agribisnis

1

Page 16: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

sayuran dan tanaman obat pada tahun 2010 terhadap pembentukan PDB

(Produk Domestik Bruto) sub sektor hortikultura cukup besar, yaitu sebesar

35,10%. Pembangunan hortikultura termasuk sayuran dan tanaman obat yang

potensial di suatu wilayah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

perekonomian wilayah, yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing

wilayah tersebut.

Tanaman obat-obatan juga disebut dengan tanaman biofarmaka.

Tanaman Biofarmaka adalah tanaman yang bermanfaat untuk obat-obatan,

kosmetik dan kesehatan yang dikonsumsi atau digunakan dari bagian-bagian

tanaman seperti daun, batang, bunga, buah, umbi (rimpang) ataupun akar.

Tanaman biofarmaka dibedakan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

adalah tanaman biofarmaka rimpang yang terdiri dari; jahe, laos/lengkuas,

kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temukunci dan

dlingo/dringo. Kelompok kedua adalah tanaman biofarmaka non rimpang

yang terdiri dari kapulaga, mengkudu/pace, mahkota dewa, kejibeling,

sambiloto dan lidah buaya (Anonim, 2012).

Masyarakat Indonesia sudah tidak asing dengan berbagai tanaman

biofarmaka karena secara turun temurun telah menggunakannya sebagai obat

tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit. Obat

tradisional yang terbuat dari tanaman biofarmaka disebut sebagai jamu.

Menurut Kusnandar (2009b:49), Keanekaragaman hayati yang dimiliki

Indonesia pada satu sisi dan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali

ke yang alami pada sisi lain merupakan peluang besar bagi pengembangan

produk jamu instan (obat tradisional). Indikasi utama tren back to nature ini

ditunjukkan dengan peningkatan produk-produk konsumsi untuk kesehatan

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah yang memiliki tingkat kesuburan tanah yang sangat baik. Oleh

karena itu daerah Karanganyar cocok untuk ditanami berbagai jenis tanaman,

baik komoditi pertanian, perkebunan, maupun kehutanan. Salah satu tanaman

yang sangat potensial dibudidayakan di Kabupaten Karanganyar adalah

Page 17: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

tanaman biofarmaka seperti jahe, kencur, kunir dll.

(BPS Kabupaten Karanganyar, 2010:153).

Berikut ini merupakan data produksi tanaman biofarmaka di

Kabupaten Karanganyar.

Tabel 1. Produksi Tanaman Biofarmaka di Kabupaten Karanganyar, 2010.

Komoditas Luas Panen (Ha) Produktivitas Produksi (Ton/Ha) (Ton)

Jahe 135,1102 16,7 2.266,036 Lengkuas 52,8175 16,9 893,981 Temulawak 24,1990 12,1 294,954 Dringo 0,0021 9 0,170 Lempuyang 15,4587 17,3 269,749 Lidah Buaya 1,0100 98,1 101,448 Kapulaga 0,2020 21 4,255 Mengkudu 0,0471 35,7 1,680 Mahkota Dewa 0,0413 160,6 21,776 Kejibeling 0,2055 98,2 20,180 Sambiloto 0,0200 15,4 0,538 Kencur 9,4995 06,7 64,901 Temu Ireng 15,5359 16 247,970 Kunyit 86,1869 25,1 2.195,978 Temu Kunci 6,5992 10,7 70,800

Sumber : Dinas Pertanian TPH Jawa Tengah, 2011.

Berdasarkan Tabel 1, Kabupaten Karanganyar memiliki berbagai

tanaman biofarmaka dengan produksi yang melimpah. Tanaman biofarmaka

di Kabupaten Karanganyar antara lain adalah jahe, lengkuas, temulawak,

dringo, lempuyang, lidah buaya, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa,

kejibeling, sambiloto, kencur, temu ireng, kunyit dan temu kunci. Tanaman

biofarmaka dengan produksi tertinggi adalah jahe sebanyak 2.266,036 Ton.

Pemerintah Kabupaten Karanganyar pada tahun 2009 mulai berusaha

untuk mengembangkan tanaman biofarmaka dengan dibentuknya kluster

tanaman biofarmaka yang berpusat di Kecamatan Jumantono, Mojogedang,

Kerjo, Jatipuro, Jumapolo dan Ngargoyoso. Tujuan dibentuknya klaster

biofarmaka di Kabupaten Karanganyar adalah untuk meningkatkan jumlah

produksi dan penghasilan petani yang didukung dengan adanya sarana dan

Page 18: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

prasarana yang memadai dan tepat guna, dapat terbentuknya home industry

klaster biofarmaka (simplisia, tepung dan jamu instan) sehingga berperan

dalam penciptaan lapangan kerja masyarakat dan untuk meningkatkan

kesejahteraan para anggota klaster (Anonim, 2011).

Kabupaten Karanganyar berusaha untuk mendorong peningkatan

pendapatan masyarakat dengan mengoptimalkan sumberdaya lokal. Dengan

tersedianya sumber daya lokal yang cukup melimpah seperti produksi

tanaman biofarmaka akan dapat menunjang dalam perkembangan agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Tanaman biofarmaka seperti jahe,

kencur, kunir, dll, merupakan bahan baku dalam agroindustri jamu instan.

Jamu instan merupakan jamu siap saji yang berbentuk serbuk seduhan. Selain

itu dengan berkembangnya agroindustri jamu instan akan mampu

meningkatkan nilai jual dari tanaman biofarmaka sehingga dapat

meningkatkan taraf hidup para petani. Agroindustri jamu instan yang

dilakukan di Kabupaten Karanganyar adalah usaha pembuatan jamu instan

dengan tanaman biofarmaka (kencur, kunir, jahe dll) sebagai bahan baku

utamanya. Jamu instan yang ada di Kabupaten Karanganyar diharapkan

nantinya mampu menjadi produk unggulan dari Kabupaten Karanganyar.

B. Perumusan Masalah

Pemerintah Kabupaten Karanganyar berusaha untuk membangun

daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan memanfaat

potensi sumberdaya lokal. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu

kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki komoditi tanaman

biofarmaka yang melimpah. Tanaman biofarmaka merupakan bahan baku

pembuatan jamu instan. Jamu instan merupakan jamu siap saji yang berbentuk

serbuk seduhan. Produksi tanaman biofarmaka di Kabupaten Karanganyar

yang melimpah tentu saja merupakan sebuah potensi yang mendukung dalam

pengembangan agroindustri jamu instan.

Berdasarkan uraian diatas maka diperlukan upaya pemetaan

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar untuk mengetahui sebaran

atau sentra agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Hasil

Page 19: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pemetaan ditindaklanjuti dengan analisis potensi agroindustri jamu instan pada

tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar yang bertujuan untuk

mengetahui potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan. Selain

itu, perlu dilakukan analisis potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar. Analisis potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar untuk mengetahui seberapa besar potensi agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyar jika dibandingkan dengan agoindustri yang

lain. Hasil dari pemetaan dan analisis potensi agroindustri jamu instan baik di

tingkat kecamatan maupun di tingkat kabupaten dapat digunakan sebagai

bahan pertimbangan dalam merencanakan pengembangan agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyar.

Agroindustri pedesaan memiliki banyak kelemahan dan dihadapkan

pada berbagai permasalahan. Agroindustri Jamu instan di Kabupaten

Karanganyar juga mengalami beberapa permasalahan selain kurangnya

promosi dan pendistribusian produk oleh pengusaha agroindustri jamu yang

menyebabkan pemasarannya menjadi terbatas, pengembangan agroindustri

jamu instan disana juga terhambat kurangnya modal usaha serta usaha yang

masih kurang berkembang. Maka dari itu diperlukan usaha pengembangan

agroindustri jamu instan dengan mencari alternatif strategi pengembangan

melalui perencanaan yang strategis. Alternatif strategi tersebut perlu bersifat

konsisten dan realistis sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi, sehingga

diharapkan dapat membantu para pengusaha agroindustri jamu instan dalam

mengembangkan usahanya dan dapat mendukung berkembangnya

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Untuk menunjang upaya

pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar maka

perlu diketahui rantai nilai yang ada pada agroindustri jamu instan. Rantai

nilai menjadi salah satu faktor yang dikaji karena panjang atau pendeknya

rantai nilai serta kontribusi dan peran dari setiap rantai nilai menentukan

kinerja dari agroindustri jamu instan.

Page 20: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Berkaitan dengan hal-hal tersebut di atas maka perumusan masalah

yang diambil adalah :

1. Bagaimana peta (sebaran) agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar?

2. Bagaimana potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan di

Kabupaten Karanganyar? (Pendekatan Metode Perbandingan

Eksponensial)

3. Bagaimana potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar?

(Pendekatan Metode Borda)

4. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar?

5. Bagaimana peta rantai nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui peta (sebaran) agroindustri jamu instan di kabupaten

Karanganyar.

2. Untuk mengidentifikasi potensi agroindustri jamu instan pada tingkat

kecamatan di Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan Metode

Perbandingan Eksponensial.

3. Untuk mengidentifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar menggunakan pendekatan Metode Borda.

4. Untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar.

5. Untuk mengidentifikasi peta rantai nilai (value chain map) agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

D. Kegunaan penelitian

1. Bagi penulis, diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

terutama yang berkaitan dengan topik penelitian serta merupakan salah

Page 21: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas

Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar, diharapkan mampu

dijadikan sebagai bahan pertimbangan Pemerintah Daerah dalam

mengambil keputusan terkait dengan kebijakan dalam perencanaan

pengembangan ekonomi daerah khususnya terhadap agroindustri jamu

instan.

3. Bagi pengusaha agroindustri jamu instan, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai

strategi pengembangan usahanya.

4. Bagi pembaca, diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian guna

menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai referensi untuk

penelitian selanjutnya.

Page 22: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

II. LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu

Menurut Kusnandar (2009b:49-56) dalam penelitian yang berjudul

Strategi Bauran Pemasaran Untuk Industri Jamu Skala Kecil Dengan

Menggunakan Sistem Pakar di Kabupaten Sukoharjo yang bertujuan untuk

mendesain strategi bauran pemasaran bagi industri kecil jamu dengan

menggunakan sistem pakar, salah satu permasalahan pengembangan industri

jamu skala kecil adalah aspek pemasaran. Permasalahan usaha kecil di bidang

pemasaran terfokus pada tiga hal yaitu : (1) permasalahan persaingan pasar

dan produk, (2) permasalahan akses terhadap informasi pasar dan (3)

permasalahan kelembagaan pendukung. Rendahnya akses pengusaha industri

kecil jamu terhadap sumber-sumber informasi akan menghambat akses

pengusaha kecil untuk dapat memanfaatkan peluang-peluang pasar yang ada.

Informasi pasar meliputi informasi kebutuhan konsumen, harga produk,

potensi pasar, jenis produk dan spesifikasi produk yang dibutuhkan konsumen.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka sistem penunjang keputusan

pemasaran sangat diperlukan untuk membantu usaha kecil dalam pengambilan

keputusannya. Sistem penunjang keputusan juga dapat diintegrasikan dengan

sistem pakar yang disebut sistem manajemen ahli. Strategi pemasaran pada

dasarnya adalah meramu faktor-faktor bauran pemasaran (marketing mix) agar

dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Hasil dari penelitian

tersebut adalah : (1) Strategi bauran pemasaran untuk industri jamu skala kecil

dirancang dalam sistem pakar strategi bauran pemasaran. Sistem pakar

digunakan untuk konsultasi strategi bauran pemasaran yang dapat dipakai oleh

industri jamu skala kecil. (2) Parameter bauran pemasaran merupakan

masukan yang akan digunakan pada saat konsultasi dengan sistem. Parameter

yang diperlukan untuk menentukan strategi bauran pemasaran industri jamu

skala kecil adalah sebagai berikut : penjualan, tipe pelanggan, permintaan,

persaingan, biaya dan laba perusahaan.

8

Page 23: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Setyowati (2011:391) dalam penelitian yang berjudul Analisis Potensi

Agroindustri Unggulan Sebagai Upaya Mendukung Sektor Pertanian Di

Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro, menjelaskan bahwa sektor

agroindustri menjadi solusi kreatif untuk meningkatkan nilai tambah komoditi

pertanian dan pendapatan masyarakat. Upaya identifikasi potensi dan strategi

pengembangan agroindustri unggulan diperlukan untuk mengoptimalkan

kinerja sektor pertanian. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi

agroindustri unggulan dan merumuskan strategi pengembangan agroindustri

unggulan di Kecamatan Ngraho, Kabupaten Bojonegoro. Alat analisis yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Perbandingan Eksponensial

untuk menentukan peringkat agroindustri dan analisis SWOT untuk

merumuskan strategi pengembangan agroindustri unggulan. Hasil analisis

menunjukkan peringkat agroindustri unggulan di Kecamatan Ngraho adalah

kerajinan pelepah pisang, kasur kapok, ledre, marning, tempe, anyaman

bambu, kacang tolo, kerupuk, keripik singkong dan mebel. Strategi

pengembangan kerajianan pelepah pisang sebagai agroindustri unggulan

adalah pengembangan produk kreatif yang berorientasi pasar, penguatan

kerjasama antar pengusaha untuk memperbaiki kinerja kelompok,

meningkatkan jumlah dan kualitas promosi produk, penggunaan teknologi

baru secara bersama dalam memperbaiki mutu bahan baku dan kelangsungan

produksi, pembinaan soft skills guna meningkatkan kualitas SDM.

Menurut Wirawan (2009:iv) dalam penelitian yang berjudul

Identifikasi Atribut Produk Dan Analisis Strategi Pemasaran Produk

Fungisida Akar Gada (Studi Kasus PT Agricon, Bogor) Fungsi Borda dapat

digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan atribut produk dan atribut

produk fungisida akar gada yang akan dikembangkan PT Agricon. Penelitian

ini bertujuan untuk mengidentifikasi atribut produk fungisida pembasmi

penyakit akar gada yang dibutuhkan konsumen, serta menganalisis strategi

pemasaran produk baru fungisida yang tepat untuk diterapkan oleh PT

Agricon. Berdasarkan hasil analisis dengan Metode Fungsi Borda

menunjukkan kombinasi atribut produk yang paling disukai konsumen.

Page 24: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Menurut Fatmawati (2009:xi) dalam penelitian yang berjudul Strategi

Pengembangan Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten

metode analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan

industri dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal yang menjadi

peluang dan ancaman bagi pengembangan industri. Selain itu untuk

merumuskan alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan

industri dapat menggunakan matriks SWOT. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui faktor internal dan eksternal yang dapat mempengaruhi

pengembangan industri tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten,

mengetahui alternatif strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan

industri kecil tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten, dan mengetahui

prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri kecil

tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten. Dari hasil penelitian diketahui

bahwa Kekuatan utama dalam mengembangkan usaha tempe yaitu kualitas

dan kuantitas tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten yang bagus, usaha

mudah dan resiko usaha yang kecil. Sedangkan kelemahan utamanya yaitu

kecilnya modal dan sumber daya manusia yang lemah. Peluang dalam

mengembangkan usaha tempe yaitu diversifikasi dan perkembangan

teknologi pengolahan pangan. Sedangkan ancamannya yaitu kenaikan harga

sembako dan adanya tempe dari daerah lain. Alternatif strategi yang dapat

diterapkan dalam mengembangkan usaha tempe di Kecamatan Pedan

Kabupaten Klaten yaitu perbaikan sarana dan prasarana produksi, dan

sumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan dukungan dari

pemerintah, Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dan kuantitas tempe

serta efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi, Meningkatkan

kualitas sumber daya pengusaha secara teknis, moral dan spiritual melalui

kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing tempe.

Prioritas strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan usaha tempe

di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten adalah perbaikan sarana dan prasarana

Page 25: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

produksi, dan sumberdaya manusia serta penanaman modal swasta dengan

dukungan dari pemerintah.

Menurut Soebagiyo dan Wahyudi (2008:184-197) dalam penelitian

yang berjudul Analisis Kompetensi Produk Unggulan Daerah Pada Batik

Tulis Dan Cap Solo Di Dati II Kota Surakarta salah satu metode dan alat

analisis yang dapat digunakan dalam pengkajian kompetensi unggulan IKM

(Industri Kecil dan Menengah) di sebuah daerah adalah Analisis Ekonomi

Rantai Nilai. Analisis Ekonomi Rantai Nilai, dimulai dengan melakukan

Pemetaan Rantai (Chain Map) atas produk unggulan priotitas yang tergolong

sebagai peringkat utama, dengan menggambarkan secara garis besar tahapan

mulai dari input hingga pemasaran produk sampai ke tangan konsumen.

Kemudian masing-masing mata rantai nilai diidentifikasi apa yang menjadi

kekuatan atau kompetensinya. Untuk selanjutnya dikuantifikasi dan dinilai

analisis ekonomi rantai nilainya. Berdasarkan hasil penelitian Peta Rantai

Nilai (Chain Map) produk unggulan prioritas peringkat pertama yang

terindikasi di wilayah Kota Surakarta, yaitu Batik dan Produk Batik, Dengan

spesifikasi batik tulis dan batik cap, dalam bentuk bagan skematis sederhana

dapat dideskripsikan seperti dalam Gambar 1.

Gambar 1. Peta Rantai Nilai (Chain Map) Batik dan Produk Batik di Kota

Surakarta

Page 26: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Penelitian Kusnandar (2009b:49) yang berjudul Strategi Bauran

Pemasaran Untuk Industri Jamu Skala Kecil Dengan Menggunakan Sistem

Pakar di Kabupaten Sukoharjo mempunyai komoditi yang sama dengan

penelitian ini yaitu jamu instan. Penelitian tersebut memberikan gambaran

tentang salah satu permasalahan bagi pengembangan agroindustri jamu instan

yaitu pada aspek pemasaran. Permasalahan di bidang pemasaran terfokus pada

tiga hal yaitu permasalahan persaingan pasar dan produk, permasalahan akses

terhadap informasi pasar dan permasalahan kelembagaan pendukung.

Rendahnya akses pelaku agroindustri jamu instan terhadap informasi pasar

menyebabkan peluang-peluang pasar tidak termanfaatkan dengan baik. Karena

permasalahan tersebut peneliti membuat sebuah sistem informasi penunjang

keputusan strategi bauran pemasaran dengan menggunakan sistem pakar.

Penelitian Setyowati (2011:391) yang berjudul Analisis Potensi

Agroindustri Unggulan Sebagai Upaya Mendukung Sektor Pertanian Di

Kecamatan Ngraho Kabupaten Bojonegoro menggunakan metode analisis

yang sama dengan penelitian ini yaitu Metode Perbandingan Eksponensial

yang digunakan untuk menentukan peringkat agroindustri dan analisis SWOT

yang digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri

unggulan.

Penelitian Wirawan (2009:iii) yang berjudul Identifikasi Atribut

Produk Dan Analisis Strategi Pemasaran Produk Fungisida Akar Gada (Studi

Kasus PT Agricon, Bogor) menggunakan metode analisis yang sama dengan

penelitian ini yaitu Fungsi Borda. Fungsi borda di dalam penelitian tersebut

digunakan untuk menentukan tingkat kepentingan atribut produk dan atribut

produk fungisida akar gada yang akan dikembangkan PT Agricon.

Penelitian Fatmawati (2009:xi) yang berjudul Strategi Pengembangan

Industri Kecil Tempe di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten mempunyai

tujuan yang sama dengan penelitian ini yaitu untuk merumuskan strategi

pengembangan sebuah agroindustri. Metode yang digunakan juga memiliki

kesamaan dengan penelitian ini yaitu analisis SWOT yang digunakan untuk

mengidentifikasi faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi

Page 27: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

perkembangan industri. Selain itu metode matriks SWOT digunakan untuk

merumuskan strategi yang dapat diterapkan dalam mengembangkan industri

kecil tempe di Kabupaten Klaten.

Soebagiyo dan Wahyudi (2008:184) dalam penelitian yang berjudul

Analisis Kompetensi Produk Unggulan Daerah Pada Batik Tulis Dan Cap

Solo Di Dati II Kota Surakarta menggunakan metode yang sama dengan

penelitian ini yaitu analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map). Tujuan

analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) adalah untuk menggambarkan

secara garis besar tahapan mulai dari input hingga pemasaran produk sampai

ke tangan konsumen. Kemudian masing-masing mata rantai nilai diidentifikasi

apa yang menjadi kekuatan atau kompetensinya.

B. Tinjauan Pustaka

1. Jamu Instan

Jamu merupakan warisan budaya bangsa yang diturunkan secara

turun temurun dari generasi ke generasi, sehingga tumbuh dan

berkembang dari dan oleh masyarakat sendiri. Sesuai dengan ha1 tersebut

maka konsep yang diterapkan pada pengembangan jamu pada prinsipnya

menggunakan strategi pemberdayaan potensi yang ada dimasyarakat.

Skala industri jamu di Indonesia bervariasi dari skala kecil sampai skala

besar dari 1012 industri, 907 diantaranya adalah merupakan industri kecil.

Pengembangan industri jamu memerlukan perangkat kelembagaan yang

memadai meliputi pemerintah, pengusaha (swasta, koperasi, dan badan

usaha milik negara) dan lembaga pelayanan jasa teknologi (Perguruan

Tinggi, Lembaga Penelitian dan Pengembangan). Dengan adanya

kelembagaan tersebut maka diharapkan dapat mengakomodasi

kepentingan petani dan industri sehingga akan tercipta struktur industri

yang mantap (Kusnandar, 2009a:125-126).

Jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan,

bahan hewan, atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara

tradisional telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman

empiris di masyarakat.Pengobatan dengan menggunakan obat-obatan

Page 28: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

tradisional merupakan salah satu alternatif dalam bidang pengobatan.

Tujuan pengobatan dengan obat tradisional antara lain: pencegahan

(preventif), perawatan ( promotif), dan pengobatan. Masyarakat Indonesia

lebih mengenal jamu dalam bentuk sediaan jamu godog dan jamu serbuk

dibanding jamu dalam bentuk lain. Dengan kemajuan teknologi dan

meningkatnya keinginan masyarakat untuk menggunakan obat tradisional,

maka obat tradisional tidak lagi dibuat menjadi ramuan untuk mengobati

keluarga, tetapi sudah menjadi komoditi perdagangan. Obat tradisional

seperti halnya obat sintetik mempunyai sifat khusus, oleh karena itu

penanganannya memerlukan pengamanan yang khusus.Hal ini bertujuan

untuk melindungi masyarakat dari obat tradisional yang tidak memenuhi

syarat, baik persyaratan kesehatan maupun persyaratan standar.

Pengembangan obat alami ini memang patut mendapatkan perhatian yang

lebih besar bukan saja disebabkan potensi pengembangannya yang

terbuka, tetapi juga permintaan pasar akan bahan baku obat-obat

tradisional ini terus meningkat untuk kebutuhan domestik maupun

internasional. Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi

peningkatan pendapatan petani dan penyerapan tenaga kerja baik dalam

usaha tani maupun dalam usaha pengolahannya (Wahyuni, 2008:132-134).

Pengembangan Tanaman Obat Keluarga (TOGA) pada mulanya,

bukan bertujuan untuk memasok bahan baku kepada perusahaan-

perusahaan karena jumlahnya terlalu sedikit. Tujuan utama pengembangan

tanaman obat adalah untuk kebutuhan dapur dan perawatan kesehatan

keluarga. Karena obat tradisional dianggap kurang praktis, maka saat ini

sudah banyak yang memproduksi dan menyajikan secara praktis, seperti

jamu celup, jamu tablet, jamu instan, dan jamu minuman kotak. Meskipun

demikian, prospek ke depan produksi tanman obat-obatan dalam jumlah

banyak dapat dipasarkan ke perusahaan-perusahaan jamu dan obat

tradisonal (Rukmana, 2003:08).

Page 29: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

2. Agroindustri

Agroindustri merupakan perusahaan yang memproses bahan nabati

(berasal dari tanaman) atau hewani (berasal atau dihasilkan dari hewan).

Proses yang diterapkan mencakup pengubahan dan pengawetan melalui

perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi.

Produk agroindustri dapat merupakan produk akhir yang siap untuk

dikonsumsi atau digunakan oleh manusia atau pun sebagai produk bahan

baku industri lain. Tujuan pengembangan agroindustri pedesaan adalah (a)

untuk meningkatkan nilai tambah dan hasil panen (pertanian, peternakan,

dan perikanan) di pedesaan atau pesisir, baik untuk konsumsi langsung

maupun untuk bahan baku agroindustri lanjutan (sekunder); (b)

meningkatkan jaminan mutu dan harga, sehingga tercapai efisiensi

kegiatan agrobisnis; (c) mengembangkan diversifikasi produk sebagai

upaya penanggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan permintaan

pada periode tertentu; serta (d) sebagai wahana pengenalan, penguasaan

dan pemanfaatan teknologi sekaligus sebagai wahana peran serta

masyarakat dalam menerapkan budaya industry, melalui penciptaan

wirausaha baru dan swadaya petani/peterenak/nelayan. Namun

agroindustri pedesaan tidak terlepas munculnya berbagai kendala yang

sering menjadi tersendatnya laju agroindustri tersebut, yaitu : (1)

keterbatasan modal, (2) kualitas sumber daya manusia, (3) keterbatasan

penerapan teknologi, (4) sarana dan prasarana yang kurang atau tidak

memadai, dan (5) kelembagaan (Surahman, 2007:20-21).

Agroindustri merupakan kegiatan dengan ciri: (a) meningkatkan nilai

tambah, (b) menghasilkan produk yang dapat dipasarkan atau digunakan

atau dimakan, (c) meningkatkan daya simpan, dan (d) menambah

pendapatan dan keuntungan produsen. Sifat kegiatannya mampu

menciptakan lapangan pekerjaan, memperbaiki pemerataan pendapatan

dan mempunyai kapasitas yang cukup besar untuk menarik pembangunan

sektor pertanian (Tarigan, 2007:136-137).

Page 30: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Industri yang melakukan kegiatan yang berkaitan langsung dengan

sektor pertanian disebut agroindustri. Agroindustri yang melakukan

kegiatan pengadaan dan penyaluran sarana produksi disebut agroindustri

hulu (upstream). Agroindustri yang mengolah dan memasarkan produk-

produk usaha tani di sebut agroindustri hilir (downstream)

(Hanafie, 2010:32-33)

Agroindustri sebagai elemen teknologi pengolahan dan sebagai

gambaran dunia usaha yang mengkaitkan sektor industri dan pertanian

yang berfungsi dan terlibat dalam intensitas keterkaitan (linkages) kedua

sektor ekonomi tersebut. Lambatnya pembangunan sektor produksi

merupakan kelemahan sektor industri yang menggunkan bahan baku dan

tenaga kerja dengan mengandalkan kemampuan sektor pertanian.

Agroindustri berskala kecil dan sedang sebaiknya berlokasi di pedesaan.

Akan tetapi, kondisi infrastruktur, keamanan berusaha dan tingkat

keungtungan merupakan faktor yang menentukan lokasi dan besarnya

usaha agroindustri (Soesastro et all, 2005:481)

3. Metode Perbandingan Eksponensial

Metode perbandingan Eksponensial merupakan salah satu metode

untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan dengan

menggunakan kriteria jamak. Teknik ini digunakan untuk membantu

individu dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan rancang

bangun model yang telah terdifinisi dengan baik pada tahapan proses.

Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam

mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor

menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial)

sehingga mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata

(Marimin, 2004:21-22).

4. Metode Borda

Metode borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan

peringkat. Metode borda dapat digunakan sebagai analisa lanjutan dari

metode perbandingan eksponensial.Nilai borda merupakan akumulasi

Page 31: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

perkalian antara nilai MPE suatu keputusan dengan nilai rangking

alternatif keputusan yang nyata (Marimin, 2004:74).

5. Strategi

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan

manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk

merealisasikannya. Disamping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan

organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh

karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi

mempunyai fungsi multifungsional atau multidimensional dan dalam

perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun

eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004:19).

Strategi operasional adalah komitmen terhadap semua kegiatan yang

direncanakan maupun yang ada dalam lingkup perusahaan saat ini.

Kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut secara optimal memanfaatkan

seluruh sumber daya yang ada dan melakukan proses transformasi untuk

mencapai distinctive competence dan tujuan operasional perusahaan

(Rangkuti, 2001:57)

Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para

pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,

disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana tujuan tersebut dapat

dicapai. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa

meningkat) dan terus-menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang

tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan

demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan

bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar

yang baru dan berubah pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core

competies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis

yang dilakukan (Umar, 2008:31).

Strategi adalah hal yang menetapkan arah kepada “manajemen”

dalam arti orang tentang sumber daya di dalam bisnis dan tentang

bagaimana mengidentifikasikan kondisi yang memberikan keuntungan

Page 32: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

terbaik untuk membantu memenangkan persaingan di dalam pasar.

Dengan kata lain, definisi strategi mengandung dua komponen yaitu future

intensions atau tujuan jangka panjang dan competitive advantage atau

keunggulan bersaing (Dirgantoro, 2007:5-6)

Strategi pengembangan sistem agribisnis adalah suatu proses fungsi

produksi yang akan menghasilkan produktivitas secara optimal dan

efisien,maka strategi itu merupakan keterpaduan dan keberlanjutan

kerjasama dari masing-masing subsistem agribisnis (Damanik, 2008:95).

6. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi perusahaan.Analisis ini didasarkan pada logika

yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang

(opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats). Proses pengambilan keputusan

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan

kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic

planner) harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.Hal ini

disebut dengan Analisis Situasi.Model yang paling populer untuk analisis

situasi adalah Analisis SWOT (Iskandarini, 2002:3).

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan

oleh kombinasi faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari

lingkungan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal

opportunities dan threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT

membandingkan antara faktor eksternal peluang (opportunities) dan

Ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan

kelemahan (weaknesses) (Rangkuti, 2001:19)

Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan

internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO

atau strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan

Page 33: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

dengan memanfaatkan peluang eksternal. Strategi ST atau strategi

kekuatan-ancaman menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari

atau mengurangi dampak ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi

kelemahan-ancaman merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk

mengurangi kelemahan internal dan menghindari ancaman eksternal

(David, 2004:327).

7. Peta Rantai Nilai (Value Chain Map)

Istilah rantai nilai (value chain) menggambarkan cara untuk

memandang suatu perusahaan sebagai rantai aktivitas yang mengubah

input menjadi output yang bernilai bagi pelanggan. Analisis rantai nilai

(value chain analysis “VCA”) berupaya memahami bagaimana suatu

bsinis menciptakan nilai bagi pelanggan dengan memeriksa kontribusi dari

aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam bisnis terhadap nilai tersebut. VCA

mengambil sudut pandang proses, analisis ini membagi bisnis menjadi

kelompok-kelompok aktivitas yang terjadi dalam bisnis tersebut, diawali

dengan input yang diterima oleh perusahaan dan berakhir dengan produk

atau jasa perusahaan dan layanan purna jual bagi pelanggan

(Robinson, 2008:207-208)

Analisis rantai nilai adalah alat analisis yang digunakan untuk lebih

memahami keunggulan kompetitif perusahaan, mengidentifikasi di mana

nilai bagi pelanggan dapat ditingkatkan atau biaya dapat diturunkan, dan

lebih memahami hubungan perusahaan dengan pemasok, pelanggan, dan

perusahaan lainnya dalam industri yang sama. Aktivitas-aktivitasnya

mencakup semua langkah yang dibutuhkan untuk menyediakan produk

atau jasa yang kompetitif bagi pelanggan (Blocher, 2000:66)

Semua perusahaan di suatu industri memiliki rantai nilai yang

serupa, yang mencakup berbagai aktivitas seperti memperoleh bahan

mentah, merancang produk, membangun fasilitas manufaktur,

mengembangkan perjanjian kerja sama, dan menyediakan layanan

konsumen. Sebuah perusahaan akan meraih keuntungan jika total

pendapatan melampaui total biaya yang ditimbulkan dari penciptaan dan

Page 34: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

pengiriman produk atau jasa.. Perusahaan harus berusaha memahami

bukan hanya operasi rantai nilai mereka sindiri, tetapi juga rantai nilai para

pesaing, pemasok, dan distributor mereka (David, 2004:225).

C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Indonesia merupakan negara agraris, dimana sebagian besar penduduk

Indonesia menggantungkan hidupnya di sektor pertanian. Oleh karena itu

upaya pembangunan sektor pertanian merupakan suatu kewajiban, untuk

mendukung upaya pembangunan nasional. Sektor industri mempunyai peran

penting dalam perekonomian baik daerah maupun nasional. Industri yang

masih terus berkembang di Indonesia adalah industri di sektor pertanian atau

agroindustri. Salah satu agroindustri yang terdapat di Indonesia adalah

agroindustri jamu instan. Sumber daya alam yang melimpah di Indonesia

terutama produksi tanaman biofarmaka membuat agroindustri jamu instan

terus berkembang.

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi

Jawa Tengah yang memiliki produksi tanaman biofarmaka melimpah seperti

kunyit, temulawak, jahe, dll. Disamping itu masih banyak produk tanaman

biofarmaka lain, seperti sambiloto, temu kunci, lengkuas, dll baik yang

tumbuh secara alami maupun yang dibudidayakan. Tanaman biofarmaka

merupakan bahan baku dalam pembuatan jamu instan. Produksi tanaman

biofarmaka yang melimpah membuat agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar terus berkembang. Berkembangnya agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar dapat meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat

selain itu agroindustri jamu instan dapat menjadi agroindustri unggulan

daerah. Untuk mengetahui perkembangan agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar, maka perlu dilakukan pemetaan dan identifikasi

potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Pemetaan bertujuan untuk mengetahui sebaran dan sentra agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Pemetaan agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar dilakukan dengan melakukan survei langsung ke

semua kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar. Teknik survei

Page 35: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

dilakukan dengan melakukan interview dengan pihak yang diasumsikan

memahami kondisi dan potensi agroindustri jamu instan disetiap wilayah yaitu

Petugas Operasional Pertanian Kecamatan, Petugas Statistika Kecamatan dan

Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Data agroindustri jamu

instan yang diperoleh kemudian ditabulasi dan dipetakan sehingga diperoleh

sebaran agroindustri jamu instan diseluruh Kabupaten Karanganyar.

Identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

di lakukan pada tingkat kecamatan dan tingkat kabupaten. Identifikasi potensi

agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan bertujuan untuk mengetahui

potensi agroindustri jamu instan pada setiap kecamatan di Kabupaten

Karanganyar. Metode yang digunakan adalah metode perbandingan

eksponensial (MPE). Metode perbandingan Eksponensial (MPE) merupakan

salah satu metode untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan

dengan menggunakan beberapa kriteria. Kriteria yang dipakai dalam

penelitian ini diadopsi dari Bank Indonesia (2010) dalam Harisudin et all

(2010:18) antara lain adalah Jumlah unit usaha/rumah tangga pelaku

agroindustri pedesaan, jangkauan pemasaran komoditi/produk, Ketersediaan

bahan baku/sarana produksi agroindustri pedesaan, dan Kontribusi

agroindustri pedesaan terhadap perekonomian daerah. Hasil dari Metode

Perbandingan Eksponensial antara lain adalah potensi agroindustri jamu instan

di setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar dan sentra agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyar. Selain itu, dengan Metode Perbandingan

Eksponensial dapat diketahui 5 agroindustri unggulan di setiap kecamatan

yang akan digunakan sebagai data untuk identifikasi potensi agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyar.

Identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

bertujuan untuk mengetahui potensi agroindustri jamu instan dibandingkan

dengan agroindustri lain di Kabupaten Karanganyar. Metode yang digunakan

untuk identifikasi potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

adalah dengan menggunakan Metode Borda. Metode Borda merupakan

metode yang dipakai untuk menetapkan urutan peringkat. Data yang

Page 36: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

digunakan dalam Metode Borda merupakan data yang dihasilkan oleh Metode

Perbandingan Eksponensial yaitu 5 agroindustri unggulan di setiap kecamatan

di Kabupaten Karanganyar. Data yang terkumpul kemudian dianalisis

menggunakan Metode Borda sehingga akan diketahui potensi agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Hasil dari Pemetaan dan identifikasi

potensi agroindustri jamu instan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam proses perencanaan pengembangan agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar.

Agroindustri pedesaan memiliki banyak kelemahan dan dihadapkan pada

berbagai permasalahan. Permasalahan tersebut antara lain adalah permodalan,

pemasaran, akses informasi, teknologi dan sumberdaya manusia. Agroindustri

Jamu instan di Kabupaten Karanganyar juga mengalami beberapa

permasalahan selain kurangnya promosi dan pendistribusian produk oleh

pengusaha agroindustri jamu yang menyebabkan pemasarannya menjadi

terbatas, pengembangan agroindustri jamu instan disana juga terhambat

kurangnya modal usaha serta usaha yang masih kurang berkembang. Melihat

berbagai permasalahan tersebut maka perlu dilakukan perumusan strategi

pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Sebelum

merumuskan strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar maka perlu dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor

eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang

ada pada industri itu sendiri, antara lain meliputi Kondisi Keuangan, Sumber

Daya Manusia, Pemasaran, Produksi/Operasional, dan Manajemen. Faktor

eksternal adalah faktor-faktor peluang dan ancaman di luar industri, antara lain

Kondisi Perekonomian, Sosial dan Budaya, Politik dan Hukum, Teknologi dan

Persaingan.

Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal menggunakan analisis

SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Analisis SWOT

merupakan metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi

kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu

usaha bisnis. Data Untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan dari faktor

Page 37: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

internal serta peluang dan ancaman dari faktor eksternal dalam

mengembangkan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar didapat

melalui wawancara dengan responden yaitu Petugas Operasional Pertanian

Kecamatan, Petugas Statistika Kecamatan dan Kepala Urusan Pemberdayaan

Masyarakat Pedesaan di setiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

Setelah diketahui faktor internal dan faktor eksternal maka dilakukan

perumusan strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar. Untuk merumuskan strategi yang dapat diterapkan dalam

mengembangkan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

digunakan Matriks SWOT. Matriks SWOT adalah alat yang dapat dipakai

untuk menyusun faktor-faktor strategis suatu agroindustri. Matriks SWOT

menggambarkan bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal dapat

dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan dari faktor internal sehingga

dihasilkan rumusan strategi pengembangan agroindustri. Rumusan strategi ini

akan menghasilkan empat alternatif strategi yaitu strategi SO (Strength-

Opportunity), strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ST (Strength-

Threat) dan strategi WT (Weakness-Threat).

Strategi SO adalah strategi yang memanfaatkan seluruh kekuatan untuk

merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Strategi WO adalah

strategi yang ditetapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan

cara meminimalkan kelemahan yang ada. Strategi ST adalah strategi yang

ditetapkan berdasarkan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.

Strategi WT adalah strategi yang ditetapkan berdasarkan kegiatan yang

bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta

menghindari ancaman.

Upaya pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar perlu di tunjang dengan analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain

Map). Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) menjadi salah satu faktor yang

dikaji karena panjang atau pendeknya rantai nilai serta kontribusi dan peran

dari setiap rantai nilai menentukan kinerja dari agroindustri jamu instan.

Pendekatan Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) merupakan sebuah

Page 38: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pendekatan sekaligus alat analisis untuk penguatan (upgrading) daya saing

sebuah sub-sektor atau komoditas unggulan daerah secara komprehensif.

Aplikasi dari instrumen ini bersifat partisipatif yang melibatkan para pelaku

yang terkait dalam penciptaan nilai suatu komoditas sejak dari input hingga

tahap konsumsi. Indikator yang dikaji dalam analisis Peta Rantai Nilai (Value

Chain Map) antara lain adalah pelaku yang terkait dalam agroindustri jamu

instan, bentuk produk, kemudahan menjual produk, daya tawar harga dan

kualitas terhadap pembeli, harga produk, keuntungan, sistem pembayaran,

metode pembayaran, keinginan atau standar produk yang disukai pembeli dan

lembaga pendukung usaha. Dengan analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain

Map) maka akan diketahui pihak-pihak yang berperan dalam agroindustri

jamu instan mulai dari penyedia bahan baku sampai kepada konsumen.

Dari uraian tersebut dapat disusun dalam bagan kerangka teori

pendekatan masalah dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Page 39: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Gambar 2. Kerangka Teori Pendekatan Masalah

Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Pemetaan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Potensi Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kecamatan di Kabupaten Karanganyar

(Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial)

Pembangunan Sektor Pertanian Kabupaten Karanganyar

Sebaran Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Potensi Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

(Pendekatan Metode Borda)

Analisis SWOT Analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map)

Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) Agroindustri Jamu Instan

di Kabupaten Karanganyar

Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar

Page 40: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

D. Asumsi

Responden adalah Petugas Operasional Pertanian Kecamatan, Petugas

Statistika Kecamatan dan Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan

di setiap Kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Ketiga pihak tersebut

diasumsikan memahami kondisi dan potensi agroindustri pedesaan di

wilayahnya.

E. Pembatasan Masalah

1. Kriteria dan bobot yang digunakan dalam analisis agroindustri pedesaan

dengan Metode Perbandingan Eksponensial (MPE) di setiap kecamatan

yang digunakan untuk menentukan posisi agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar menggunakan ketentuan dari Bank Indonesia

(2010) dalam Harisudin et all (2010:18) sebagai berikut:

a. Jumlah unit usaha/rumah tangga pelaku agroindustri pedesaan (nilai

bobot 3)

b. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditi/produk (nilai

bobot 4)

c. Ketersediaan bahan baku/sarana produksi agroindustri pedesaan (nilai

bobot 3)

d. Kontribusi agroindustri pedesaan terhadap perekonomian daerah (nilai

bobot 8)

2. Agroindustri jamu instan yang merupakan obyek dari penelitian

merupakan agroindustri pedesaan.

3. Analisis SWOT dan analisis peta rantai nilai (value chain map)

menggunakan analisis kualitatif yang disajikan dari hasil wawancara

dengan responden.

F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel

1. Agroindustri merupakan industri berbahan baku dari hasil pertanian dan

memiliki kegiatan yang saling berhubungan yaitu produksi, pengolahan,

pengangkutan, pendanaan, pemasaraan dan distribusi produk pertanian.

Page 41: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

2. Agroindustri pedesaan adalah agroindustri yang memanfaatkan

sumberdaya lokal pedesaan dan berskala mikro atau kecil.

3. Agroindustri jamu instan adalah produksi jamu instan dari bentuk bahan

baku berupa tanaman obat-obatan (jahe, kunir, kunyit, dll) sampai siap

dipasarkan.

4. Jamu Instan merupakan produk olahan dari tanaman biofarmaka yang siap

konsumsi dapat berupa serbuk atau minuman kesehatan.

5. Pemetaan adalah analisis lokasi agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar pada tingkat kecamatan. Pemetaan bertujuan untuk

mengetahui sebaran agroindustri jamu instan di Kabupaten Karangayar.

6. Analisis MPE merupakan metode yang digunakan untuk menentukan

urutan prioritas alternative keputusan dengan menggunakan beberapa

kriteria. Analisis MPE bertujuan untuk mengetahui potensi agroindustri

jamu instan pada tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

7. Analisis Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan

peringkat. Analisis Borda bertujuan untuk mengetahui potensi agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar jika dibanding dengan agroindustri

pedesaan yang lain.

8. Strategi pengembangan adalah merupakan respon secara terus-menerus

maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman dari faktor eksternal serta

kekuatan dan kelemahan dari faktor internal yang dapat mempengaruhi

pengembangan produksi di masa yang akan datang.

9. Pengembangan agroindustri jamu instan adalah proses perubahan secara

positif dari segi kualitas dan kuantitas produksi jamu instan yang terjadi

pada agroindustri jamu instan.

10. Analisis SWOT adalah suatu analisis situasi yang mencakup kondisi

internal dan eksternal agroindustri jamu instan, yang meliputi kekuatan

dan kelemahan yang dimiliki agroindustri jamu instan serta peluang dan

ancaman yang mempengaruhi perkembangan agroindustri jamu instan.

Page 42: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

11. Kekuatan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

agroindustri jamu instan dan merupakan keunggulan bagi pelaksanaan

pengembangan agroindustri jamu instan.

12. Kelemahan dari faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari

dalam agroindustri jamu instan dan merupakan keterbatasan atau

kekurangan bagi pelaksanaan pengembangan agroindustri jamu instan

yang masih bisa dikendalikan oleh pengusaha agroindustri jamu instan.

13. Peluang dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

agroindustri jamu instan dan bersifat menguntungkan bagi pelaksanaan

pengembangan agroindustri jamu instan.

14. Ancaman dari faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar

agroindustri jamu instan dan bersifat mengganggu keberlangsungan

pelaksanaan pengembangan agroindustri jamu instan yang tidak dapat

dikendalikan pengusaha agroindustri jamu instan.

15. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) adalah

matriks yang akan digunakan untuk menyusun berbagai alternatif strategi

pengembangan agroindustri jamu instan melalui strategi SO, WO, ST, dan

WT.

16. Analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) bertujuan untuk mengetahui

para pelaku yang terkait dalam penciptaan nilai suatu komoditas jamu

instan sejak dari input hingga tahap konsumsi. Dalam penelitian ini

karakteristik yang dikaji dalam analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain

Map) antara lain adalah pelaku mulai dari pemasok, pengolah, dan

pemasar yang terkait dalam agroindustri jamu instan, bentuk produk,

kemudahan menjual produk, daya tawar harga dan kualitas terhadap

pembeli, harga produk, keuntungan, sistem pembayaran, metode

pembayaran, keinginan atau standar produk yang disukai pembeli dan

lembaga pendukung usaha.

Page 43: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Dasar Penelitian

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

statistik deskriptif. Menurut Lind et all (2003:6) metode statistik deskriptif

adalah metode pengorganisasian data, meringkas dan menyajikan data dalam

cara yang informatif.

Metode statistik deskriptif adalah suatu ilmu yang merupakan kumpulan

dari aturan-aturan tentang pengumpulan, pengolahan, penaksiran, dan

penarikan kesimpulan dari data statistik untuk menguraikan suatu masalah

(Rasyad, 2006:07)

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik survei.

Menurut Istijanto (2005:56) dalam teknik survei informasi dikumpulkan

dengan menanyai orang melalui daftar pertanyaan atau kuesioner yang

terstruktur. Dengan survei, peneliti bertujuan memperoleh informasi seperti

prefensi, sikap, atau pendapat responden yang diungkap dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan. Survei bertujuan untuk meliput banyak orang sehingga

hasil survei dapat dipandang mewakili populasi atau merupakan generalisasi.

B. Metode Pengambilan Daerah Penelitian

1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian

Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive)

dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada

kepentingan atau tujuan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di

Kabupaten Karanganyar, karena Kabupaten Karanganyar merupakan salah

satu daerah di provinsi Jawa Tengah yang mengembangkan tanaman

biofarmaka. Tanaman biofarmaka merupakan bahan baku utama dalam

agroindustri jamu instan. Berikut ini merupakan data produksi beberapa

tanaman biofarmaka yaitu Jahe dan kunyit di Provinsi Jawa Tengah.

29

Page 44: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Tabel 2. Produksi Tanaman Jahe dan Kunyit Provinsi Jawa Tengah, 2010.

No Kabupaten/Kota Jahe Kunyit Produksi

(Kg) Presentase

(%) Produksi

(Kg) Presentase

(%) 1 Semarang 7.624.266 24,71 6.562.969 23,32 2 Wonogiri 5.830.419 18,89 8.451.087 30,03 3 Rembang 4.810.198 15,59 3.509.135 12,47 4 Karanganyar 2.266.036 7,34 2.195.978 7,80 5 Temanggung 3.114.800 10,09 704.600 2,50 6 Boyolali 1.189.389 3,85 124.725 0,44 7 Banjarnegara 336.319 1,09 206.174 0,73 8 Pekalongan 277.643 0,90 49.487 0,18 9 Brebes 226.375 0,73 266.007 0,95

10 Wonosobo 224.813 0,73 135.711 0,48 11 Purworejo 209.725 0,68 107.300 0,38 12 Pemalang 203.374 0,66 144.960 0,52 13 Grobogan 154.009 0,50 229.145 0,81 14 Blora 142.850 0,46 206.396 0,73 15 Purbalingga 139.502 0,45 59.854 0.21 16 Kebumen 134.062 0,43 87.075 0,31 17 Demak 130.572 0,42 326.315 1,16 18 Sukoharjo 97.938 0,32 1.437.470 5,11 19 Batang 96.200 0,31 263.950 0,94 20 Cilacap 71.374 0,23 104.980 0,37 21 Kendal 54.260 0,18 41.514 0,15 22 Jepara 31.141 0,10 15.668 0,06 23 Pati 27.140 0,09 23.054 0,08 24 Klaten 22.100 0,07 124.725 0,44 25 Sragen 15.754 0,05 11.469 0,04 26 Kota Semarang 9.786 0,03 1.528.588 5,43 27 Kota Magelang 1.000 0,01 - - 28 Kota Pekalongan - - - - 29 Kota Surakarta - - - - 30 Kota Tegal - - - -

Jumlah 30.860.553 100 28.139.446 100

Sumber : Dinas Pertanian TPH Jawa Tengah, 2011.

Produksi tanaman Jahe di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010

mencapai 2.266,036 Ton atau 7,34% dari total produksi jahe Provinsi Jawa

Tengah. Selain itu, produksi tanaman kunyit mencapai 2.195,978 Ton atau

7,80% dari total produksi kunyit provinsi Jawa Tengah. Produksi jahe di

Page 45: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 menduduki peringkat kelima di

Provinsi Jawa Tengah. Sedangkan, Produksi kunyit di Kabupaten

Karanganyar pada tahun 2010 menduduki peringkat keempat di Provinsi

Jawa Tengah. Berdasarkan Tabel 2, dapat diambil kesimpulan bahwa

produksi tanaman biofarmaka terutama jahe dan kunyit di Kabupaten

Karanganyar cukup melimpah jika dibandingkan dengan kabupaten lain di

Provinsi Jawa Tengah. Produksi tanaman biofarmaka yang melimpah

merupakan sebuah potensi untuk mengembangkan agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyar.

Kabupaten Karanganyar juga memiliki Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) yang

berlokasi di Kecamatan Tawangmangu. Selain itu, di Kabupaten

Karanganyar terdapat kluster tanaman biofarmaka yaitu di Kecamatan

Jumantono, Mojogedang, Kerjo, Jatipuro, Jumapolo dan Ngargoyoso.

Tujuan dibentuknya klaster biofarmaka di Kabupaten Karanganyar adalah

untuk meningkatkan jumlah produksi dan penghasilan petani yang

didukung dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai dan tepat

guna, dapat terbentuknya home industry klaster biofarmaka (simplisia,

tepung dan jamu instan) sehingga berperan dalam penciptaan lapangan

kerja masyarakat dan untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota

klaster (Anonima, 2011).

2. Metode Penentuan Responden

Penentuan responden dilakukan secara sengaja (purposive), Menurut

Suharyadi dan Purwanto (2009:17) penarikan sampel secara purposive

adalah penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan

tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian.

Responden dalam penelitian ini adalah Petugas Operasional

Pertanian Kecamatan, Petugas Statistika Kecamatan dan Kepala Urusan

Pemberdayaan Masyarakat Pedesaaan di setiap Kecamatan di Kabupaten

Karanganyar. Ketiga pihak tersebut diasumsikan memahami kondisi dan

potensi agroindustri pedesaan di wilayahnya.

Page 46: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari

sumber data oleh peneliti. Data primer dalam penelitian ini diperoleh

langsung dari responden maupun pihak-pihak yang terkait dalam

penelitian ini melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuisioner

yang telah dipersiapkan. Data yang diambil antara lain adalah sebaran

agroindustri jamu instan di setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar,

potensi agroindustri jamu instan di setiap kecamatan, kondisi (kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman) agroindustri jamu instan, serta peta

rantai nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah terlebih dahulu dikumpulkan

dan dilaporkan oleh orang di luar peneliti. Data dicatat secara sistematis

dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-

lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data Sekunder dalam

penelitian ini berupa Karanganyar dalam angka 2011, RPJMD (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kabupaten Karanganyar dan

Data Agroindustri Pedesaan di setiap kecamatan di Kabupaten

Karanganyar. Data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), dan Kantor

Kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data primer melalui

wawancara langsung kepada responden berdasarkan daftar pertanyaan

(kuisioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan

kepada Petugas Operasional Pertanian Kecamatan, Petugas Statistika

Kecamatan dan Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan di

setiap Kecamatan. Selain itu, dalam penelitian ini juga dilakukan

Page 47: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

wawancara mendalam (Indepth-Interview) yang melibatkan stakeholder

seperti Pengusaha Agroindustri Jamu Instan, Staff BAPPEDA Kabupaten

Karanganyar, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Perkebunan dan

Kehutanan Kabupaten Karanganyar, serta Dinas Perindustrian

Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Karanganyar.

2. Observasi

Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung

terhadap objek yang akan diteliti sehingga didapatkan gambaran yang jelas

mengenai objek yang akan diteliti. Observasi pada penelitian ini dilakukan

dengan mengamati kondisi agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar dan proses produksi jamu instan.

3. Pencatatan

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu

dengan mencatat data yang ada pada instansi pemerintah atau lembaga

yang terkait dengan penelitian ini. Pencatatan yang dilakukan pada

penelitian ini meliputi pencatatan data identitas responden, data

agroindustri unggulan di Kabupaten Karanganyar, data sebaran

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar, data potensi

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar, faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman)

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar serta Value Chain

Map (Peta Rantai Nilai) agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar.

E. Metode Analisis Data

1. Pemetaan (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Pemetaan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

dilakukan dengan melakukan survei langsung ke semua kecamatan yang

ada di Kabupaten Karanganyar. Data didapat dengan melakukan

wawancara mendalam (indepth interview) dengan pihak yang diasumsikan

memahami kondisi dan potensi agroindustri jamu instan disetiap wilayah

yaitu Petugas Operasional Pertanian Kecamatan, Petugas Statistika

Page 48: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Kecamatan dan Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Data

agroindustri jamu instan yang diperoleh kemudian ditabulasi dan

dipetakan sehingga diperoleh sebaran agroindustri jamu instan diseluruh

Kabupaten Karanganyar.

2. Identifikasi Potensi Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kecamatan di

Kabupaten Karanganyar

Identifikasi potensi agroindustri jamu instan pada Tingkat

Kecamatan di Kabupaten Karanganyar menggunakan Metode

Perbandingan Eksponensial. Untuk mengidentifikasi potensi agroindustri

jamu instan di setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar diperlukan

data agroindustri pedesaan. Data Agroindustri pedesaan dengan berbagai

karakteristiknya diperoleh dengan menggunakan kuisioner terstruktur.

Analisis untuk penetapan agroindustri pedesaan dilakukan dengan

menggunakan MPE atau Metode Perbandingan Eksponensial yaitu metode

yang digunakan untuk menentukan urutan prioritas alternatif keputusan

dengan menggunakan beberapa kriteria jamak. Teknik ini digunakan untuk

membantu individu dalam pengambilan keputusan untuk menggunakan

rancang bangun model yang telah terdifinisi dengan baik pada tahapan

proses. (Marimin, 2004:21).

Metode perbandingan eksponensial mempunyai keuntungan dalam

mengurangi bias yang mungkin terjadi dalam analisis. Nilai skor

menggambarkan urutan prioritas menjadi besar (fungsi eksponensial)

sehingga mengakibatkan urutan prioritas alternatif keputusan lebih nyata

(Marimin, 2004:22).

Pemilihan setiap alternatif agroindustri pedesaan ditetapkan

berdasarkan penelitian/pendapat narasumber yang diperoleh melalui

pertemuan atau kunjungan ke kecamatan dengan narasumber yaitu Petugas

Operasional Pertanian Kecamatan, Petugas Statistika Kecamatan dan

Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Kriteria dan bobot

yang digunakan dalam analisis agroindustri pedesaan di setiap kecamatan

yang digunakan untuk menentukan potensi agroindustri jamu instan di

Page 49: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar menggunakan ketentuan dari

Bank Indonesia (2010) dalam Harisudin et all (2010:18) sebagai berikut:

a. Jumlah unit usaha/rumah tangga pelaku agroindustri pedesaan (nilai

bobot 3)

b. Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditi/produk (nilai

bobot 4)

c. Ketersediaan bahan baku/sarana produksi agroindustri pedesaan (nilai

bobot 3)

d. Kontribusi agroindustri pedesaan terhadap perekonomian daerah (nilai

bobot 8)

Berdasarkan analisis Metode Perbandingan Eksponensial ditetapkan

maksimal 5 (lima) agroindustri pedesaan unggulan untuk setiap

kecamatan. Adapun formulasi analisis Metode Perbandingan Eksponensial

diadopsi dari Marimin (2004:22) yaitu sebagai berikut :

Keterangan :

TNi = Total nilai alternatif ke (i)

RKij = Derajat kepentingan relatif criteria ke-j pada pilihan keputusan i

TKKij = Derajat kepentingan kriteria keputusan ke-j, TKK>0 ;bulat

i = 1,2,3...n = jumlah pilihan keputusan

m = Jumlah kriteria keputusan

Berdasarkan hasil analisis industri pedesaan unggulan dari seluruh

kecamatan di Kabupaten Karanganyar dengan Metode Perbandingan

Eksponensial, maka akan diketahui potensi agroindustri jamu instan di

setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar.

3. Identifikasi Potensi Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar

Identifikasi Potensi Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar menggunakan Metode Borda. Data yang digunakan dalam

Metode Borda merupakan data yang dihasilkan oleh metode perbandingan

eksponensial yaitu 5 agroindustri unggulan di setiap kecamatan di

Total Nilai (TNi) = mj-1 (RKij)TKKj

Page 50: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Kabupaten Karanganyar. Data yang terkumpul kemudian dianalisis

menggunakan Metode Borda sehingga akan diketahui potensi agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Metode Borda adalah metode yang dipakai untuk menetapkan urutan

peringkat. Kandidat dengan posisi peringkat atas akan diberi nilai lebih

tinggi dengan kandidat pada posisi peringkat berikutnya dalam suatu

perbandingan berpasangan (Marimin, 2004:74).

Adapun formulasi untuk perhitungan menggunakan metode borda

adalah sebagai berikut :

Keterangan ;

X = Agroindustri pedesaan X

Nilai MPE = Metode Perbandingan Ekponensial

Nilai Ranking = agroindustri X disetiap kecamatan

4. Perumusan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar

a. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Agroindustri Jamu Instan

di Kabupaten Karanganyar

Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam

pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Faktor internal meliputi kondisi keuangan, sumber daya manusia,

pemasaran, produksi /operasional dan manajemen. Sedangkan analisis

faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor

eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi pengembangan

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Faktor eksternal

meliputi kondisi perekonomian, sosial dan budaya, politik dan hukum,

teknologi dan persaingan.

Nilai Borda X = agroindustri pedesaan)

Page 51: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Data untuk analisis faktor internal dan faktor eksternal didapat

melalui wawancara dengan responden. Untuk mengidentifikasi

kekuatan dan kelemahan dari faktor internal serta peluang dan

ancaman dari faktor eksternal dalam mengembangkan agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar digunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis

untuk merumuskan strategi pengembangan agroindustri.

b. Perumusan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar

Strategi pengembangan agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar dirumuskan dengan menggunakan Matriks SWOT. Hasil

dari analisis SWOT agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar kemudian diolah menggunakan Matriks SWOT. Matriks

SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu agroindustri

dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki.

Matriks SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman

(threats). Analisis SWOT digambarkan ke dalam Matriks SWOT

dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu stategi kekuatan-

peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies),

strategi kekuatan-ancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-

ancaman (W-T strategies).

Page 52: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Tabel 3. Matriks SWOT Strenght (S)

Menentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal

Weakness (W) Menentukan 5-10 faktor-faktor kelemahan internal

Opportunities (O) Menentukan 5-10 faktor-faktor peluang eksternal

Strategi S-O Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

Strategi W-O Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang

Threats (T) Menentukan 5-10 faktor-faktor ancaman eksternal

Strategi S-T Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

Strategi W-T Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman

Sumber : Rangkuti, 2001:31

Delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang

dibangun melalui matriks SWOT adalah sebagai berikut :

1) Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam agroindustri

jamu instan

2) Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam agroindustri

jamu instan

3) Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam agroindustri jamu

instan

4) Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam agroindustri

jamu instan

5) Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-O dalam sel yang sudah

ditentukan.

6) Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-O dalam sel yang sudah

ditentukan.

7) Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi S-T dalam sel yang sudah

ditentukan.

Page 53: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

8) Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor

eksternal dan mencatat Strategi W-T dalam sel yang sudah

ditentukan.

5. Analisis Peta Rantai Nilai (Value Chain Map) Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar

Analisis peta rantai nilai (value chain map) dilakukan secara

diskriptif dengan mengolah data mengenai rantai nilai agroindustri jamu

instan kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel informatif. Data didapat

melalui wawancara dengan responden. Adapun analisis value chain map

meliputi profil pelaku dari setiap rantai yang terlibat dalam agroindustri

mulai dari pemasok, pengolah, dan pemasar yang terlibat dalam

agroindustri jamu instan. Karakteristik yang dikaji dalam analisis Peta

Rantai Nilai (Value Chain Map) antara lain adalah pelaku mulai dari

supplier, produsen, dan pemasar yang terkait dalam agroindustri jamu

instan, bentuk produk, kemudahan menjual produk, daya tawar harga dan

kualitas terhadap pembeli, harga produk, keuntungan, sistem pembayaran,

metode pembayaran, keinginan atau standar produk yang disukai pembeli

dan lembaga pendukung usaha.

Page 54: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

IV. KONDISI UMUM

A. Keadaan Alam

1. Letak Geografis

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Karanganyar berdasarkan garis

bujur dan garis lintang terletak pada 110°40”-110°70” BT dan

7°28”-7°46” LS. Kabupaten Karanganyar beriklim tropis dengan

temperatur 22o–31oC serta mempunyai ketinggian rata-rata 511 meter

di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Kabupaten Karanganyar

adalah sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Sragen

Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Wonogiri

Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur

Sebalah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali.

Kabupaten Karanganyar memiliki 17 kecamatan yaitu Jatipuro,

Jatiyoso, Jumapolo, Jumantono, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso,

Karangpandan, Karanganyar, Tasikmadu, Jaten, Colomadu,

Gondangrejo, Kebakkramat, Mojogedang, Kerjo, dan Jenawi.

2. Curah Hujan

Kabupaten Karanganyar mempunyai 6 stasiun pengukur curah

hujan yang berada di Kecamatan Colomadu, Kecamatan Tasikmadu,

Kecamatan Mojogedang, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan

Karangpandan, dan Kecamatan Tawangmangu. Hasil pengamatan stasiun

pengukur curah hujan menunjukkan bahwa banyaknya hari hujan selama

tahun 2010 adalah 154,5 hari dengan rata-rata curah hujan 9.307,5 mm,

dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret serta curah hujan

terendah terjadi pada Bulan Juli.

40

Page 55: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

3. Keadaan Tanah

Kabupaten Karanganyar mempunyai jenis tanah yang beraneka

ragam. Daerah bagian barat Kabupaten Karanganyar terdiri dari tanah

mediteran andosal yang berwarna hitam, dengan dasar tanah debu

andesit sampai pasir bergeluh. Daerah bagian tengah Kabupaten

Karanganyar terdiri dari tanah litosol yang berwarna cokelat. Daerah

bagian timur Kabupaten Karanganyar terdiri dari tanah pegunungan

yang berwarna cokelat tua sampai kehitam-hitaman. Jenis tanah di 17

Kecamatan di Kabupaten Karanganyar dijelaskan dalam Tabel 4.

Tabel 4. Jenis Tanah Menurut Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, 2010.

No. Kecamatan Jenis Tanah 1. Jatipuro Litosol Cokelat Kemerahan

2. Jatiyoso Litosol Cokelat Kemerahan, Kompleks Andosol Cokelat, Andosol Cokelat Kekuningan Dan Litosol

3. Jumapolo Litosol Cokelat Kemerahan 4. Jumantono Litosol Cokelat Kemerahan 5. Matesih Mediteran Cokelat, Litosol Cokelat

6. Tawangmangu Kompleks Andosol Cokelat, Andosol Cokelat Kekuningan dan Litosol

7. Ngargoyoso Kompleks Andosol Cokelat, Andosol Cokelat Kekuningan dan Litosol

8. Karangpandan Mediteran Cokelat Tua 9. Karanganyar Mediteran Cokelat 10. Tasikmadu Mediteran Cokelat 11. Jaten Aluvial Kelabu dan Grumosal Cokelat 12. Colomadu Regosol Kelabu

13. Gondangrejo Asosiasi Gumosol Kelabu Tua dan Mediteran Cokelat Kemerahan

14. Kebakkramat

Aluvial Kelabu, Asosiasi Aluvial Kelabu dan Aluvial Kelabu, Mediteran Cokelat, Asosiasi Grumosol Kelabu Tua, dan Mediteran Cokelat Kemerahan

15. Mojogedang Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat 16. Kerjo Litosol Cokelat

17. Jenawi

Litosol Cokelat, Mediteran Cokelat Kemerahan, Kompleks Andosol Cokelat, Andosol Cokelat, Andosol Cokelat Kekuningan dan Litosol

Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Page 56: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

4. Luas Wilayah

Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah sebesar

77.378,64 Ha. Penggunaan wilayah di Kabupaten Karanganyar

bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan wilayah

tersebut. Jenis tanah akan berpengaruh terhadap kesuburan tanah

sehingga akan berpengaruh juga pada keputusan dalam penggunaan

wilayah. Berikut ini adalah rincian penggunaan wilayah di Kabupaten

Karanganyar :

Tabel 5. Penggunaan Wilayah di Kabupaten Karanganyar, 2010.

No. Macam Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%) 1.

2.

Luas Tanah Sawah a. Sawah Irigasi Teknis b. Sawah Non Teknis c. Sawah Tidak Berpengairan Luas Tanah Kering a. Pekarangan/Bangunan b. Tegalan/Kebun c. Perkebunan d. Hutan negara e. Lain-lain

22.459,80 12.918,37 7.586,58 1.955,61

54.917,84 21.213,99 17.836,49 3.251,50 9.729,50 2.886,36

29,03 16,70 9,80 2,53

70,97 27,40 23,07 4,20 12,57 3,73

Total 77.377,64 100,00

Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui bahwa penggunaan

wilayah di Kabupaten Karanganyar meliputi tanah sawah seluas

22.459,80 Ha dengan persentase 29,03% dan tanah kering seluas

54.917,84 Ha dengan persentase 70,97%. Penggunaan wilayah untuk

tanah sawah yang memiliki luas terbesar adalah sawah irigasi teknis

dengan luas 12.918,37 Ha dan persentase 16,70% terhadap luas total,

luas terbesar kedua adalah sawah non teknis dengan luas 7.586,76 Ha

dan persentase 9,80% terhadap luas total, sedangkan luas penggunaan

wilayah tanah sawah yang nilainya terkecil adalah sawah tidak

berpengairan dengan luas 1.955,61 Ha dan persentase 2,53% terhadap

luas total.

Page 57: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Penggunaan wilayah pada tanah kering di Kabupaten

Karanganyar terdiri dari pekarangan/bangunan, tegalan/kebun,

perkebunan, hutan negara, dan lain-lain. Penggunaan luas tanah kering

yang terbesar adalah pekarangan/bangunan dengan luas 21.213,99 Ha

dengan persentase 27,40% terhadap luas total. Hal ini disebabkan

jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga baru yang menetap di

Kabupaten Karanganyar semakin bertambah. Dengan demikian tidak

menutup kemungkinan terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian

sawah atau tegal menjadi pekarangan/bangunan. Sedangkan untuk

penggunaan tanah kering yang memiliki luas terkecil adalah lain-lain

dengan luas 2.886,36 Ha dan persentase 3,73% terhadap luas total.

Pembagian luas tanah kering yang lain adalah meliputi tegalan/kebun

dengan luas 17.836,49 Ha dan persentase 23,07% terhadap luas total,

hutan negara dengan luas 9.729,50 Ha dan persentase 12,57% terhadap

luas total, dan perkebunan dengan luas 3.251,50 Ha dan persentase

4,20% terhadap luas total.

Tanah di Kabupaten Karanganyar sebagian besar dimanfaatkan

untuk bangunan, perkebunan, dan hutan Negara. Jika dibandingkan

dengan tahun sebelumnya luas Tanah sawah di Kabupaten

Karanganyar mengalami penyusutan sekitar 5,31 Ha. Sedangkan

untuk luas tanah kering mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya

yakni sebesar 15,11 Ha, namun penggunaan tanah kering untuk

tegalan/kebun sesungguhnya mengalami penurunan yakni sebesar

10,99 Ha, dan peningkatan penggunaan untuk pekarangan/bangunan

sebesar 16,30. Perubahan fungsi penggunaan lahan ini terjadi seiring

dengan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Karanganyar.

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk

Laju pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh jumlah kelahiran,

jumlah kematian, dan perpindahan penduduk yang terjadi di daerah

Page 58: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

tersebut. Pertumbuhan penduduk Kabupaten Karanganyar pada tahun

2010 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perkembangan Penduduk Kabupaten Karanganyar, 2006 –2010.

Tahun Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Pertumbuhan Penduduk

(Jiwa)

Persentase (%)

2006 2007 2008 2009 2010

844.634 851.366 865.580 872.821 878.210

6.452 6.732

14.214 7.241 5.389

0,75 0,85 1,67 0,83 0,61

Rata-rata 862.522 8.006 0,942

Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah

penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 2006 – 2010 adalah 862.522

jiwa. Penduduk Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun

mengalami peningkatan dengan rata-rata persentase pertumbuhan

penduduk sebesar 0,942%. Jumlah penduduk terbanyak terdapat pada

tahun 2010 yaitu 878.210 jiwa. Hal ini dikarenakan pada tahun 2010

terjadi peningkatan jumlah penduduk sebesar 5.389 jiwa atau sebesar

0,61%,.

2. Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat digunakan

untuk mengetahui jumlah penduduk serta besarnya sex ratio di suatu

daerah, yaitu angka yang menunjukkan perbandingan jumlah penduduk

laki-laki dan perempuan, yang dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

S = Sex ratio

M = Jumlah penduduk laki-laki

F = Jumlah penduduk perempuan

k = Konstanta, yang besarnya adalah 100 (Mantra, 2003:66).

kMF

SR ´=

Page 59: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Komposisi penduduk di Kabupaten Karanganyar menurut jenis

kelamin dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar menurut Jenis Kelamin, 2010.

No. Jenis

Kelamin Jumlah (Jiwa)

Prosentase (%) Sex Ratio

1. 2.

Laki-laki Perempuan

436.901 441.309

49,75 50,25

Jumlah 878.210 100,00 99,00

Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 7 dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di

Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 yaitu sebesar 878.210 jiwa.

Jumlah penduduk laki-laki sebesar 436.901 jiwa dan jumlah penduduk

perempuan sebesar 441.309 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

jumlah penduduk perempuan lebih besar daripada jumlah penduduk

laki-laki dari keseluruhan jumlah penduduk di Kabupaten

Karanganyar. Berdasarkan rumus sex ratio diperoleh angka sex ratio

Kabupaten Karanganyar tahun 2010 adalah sebesar 99,00. Hal ini

berarti bahwa setiap 100 penduduk perempuan di Kabupaten

Karanganyar terdapat 99 penduduk laki-laki.

3. Menurut Kelompok Umur

Penduduk berdasarkan kelompok umur dapat dibedakan menjadi

dua kelompok yaitu penduduk usia non produktif dan penduduk usia

produktif. Penduduk usia non produktif yaitu penduduk yang berusia

0-14 tahun (anak-anak) dan penduduk yang berusia lebih dari 65 tahun

(lansia), sedangkan penduduk usia produktif yaitu penduduk yang

berusia 15-64 tahun (Mantra, 2003:73).

Komposisi penduduk Kabupaten Karanganyar berdasarkan

kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 60: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Kelompok Umur, 2010.

No. Umur Jumlah (Jiwa) Prosentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

10. 11. 12. 13. 14. 15. 16.

0 - 4 tahun 5-9 tahun 10-14 tahun 15-19 tahun 20-24 tahun 25-29 tahun 30-34 tahun 35-39 tahun 40-44 tahun 45-49 tahun 50-54 tahun 55-59 tahun 60-64 tahun 65-69 tahun 70-74 tahun 75 tahun ke atas

70.442 74.835 79.623 83.025 77.936 72.807 67.335 61.638 55.882 49.156 41.832 36.217 31.841 28.262 24.307 23.072

8,02 8,52 9,07 9,45 8,87 8,29 7,67 7,02 6,37 5,60 4,76 4,12 3,63 3,22 2,75 2,64

Jumlah 878.210 100,00

Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa penduduk Kabupaten

Karanganyar terbesar berada pada umur 15-19 tahun sebesar 83.025

jiwa atau 9,45%. Akan tetapi, apabila dilihat secara keseluruhan dapat

diketahui bahwa mayoritas penduduk Kabupaten Karanganyar

merupakan penduduk dalam usia produktif yaitu penduduk yang

berusia antara 15-64 tahun sebanyak 577.669 jiwa.

4. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang berperan penting.

Apabila penduduk di suatu wilayah memiliki tingkat pendidikan yang

tinggi maka akan memiliki kemampuan dalam pengembangan

pembangunan di suatu wilayah. Tingkat pendidikan di suatu wilayah

dipengaruhi antara lain oleh kesadaran akan pentingnya pendidikan,

keadaan sosial ekonomi, dan sarana pendidikan yang ada.

Page 61: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Tabel 9. Komposisi Penduduk Kabupaten Karanganyar Menurut Tingkat Pendidikan, 2010.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Tidak Sekolah 60.422 7,59 2. Belum Tamat SD 82.326 10,27 3. Tidak Tamat SD 60.779 7,60 4. Tamat SD/ Sederajat 299.143 37,23 5. Tamat SLTP/ Sederajat 143.410 17,75 6. Tamat SLTA/ Sederajat 131.516 16,01 7. Tamat Akademi/ PT 30.214 3,55

Jumlah 807.778 100,00

Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 9 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

penduduk Kabupaten Karanganyar usia 5 tahun keatas, terbesar yaitu

penduduk tamat SD/sederajat sebesar 299.143 jiwa atau 37,23% dari

total jumlah penduduk (di atas 5 tahun). Sedangkan tingkat pendidikan

penduduk Kabupaten Karanganyar terkecil yaitu penduduk yang tamat

akademik/PT yaitu sebesar 30.124 atau 3,55%. Hal ini dapat dikatakan

bahwa tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Karanganyar cukup

baik karena sebagian besar penduduk telah mengenyam pendidikan.

5. Menurut Mata Pencaharian

Komposisi mata pencaharian penduduk suatu daerah dipengaruhi

oleh sumberdaya yang tersedia dan kondisi sosial ekonomi seperti

ketrampilan yang dimiliki, tingkat pendidikan, lapangan pekerjaan dan

modal yang tersedia.

Page 62: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Karanganyar, 2010.

Lapangan Usaha Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

Pertanian 203.097 30,56 Buruh Industri 107.063 14,48 Buruh Bangunan 50.349 6,81 Pedagang 36.468 6,22 Lain-lain (pengusaha, PNS/POLRI, pensiunan, dan lain-lain)

335.956 41,86

Jumlah 732.933 100,00

Sumber : Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa pengusaha, PNS/POLRI,

pensiunan, pengangkutan dan lain-lain menjadi matapencaharian

penduduk terbesar di Kabupaten Karanganyar, yaitu sebesar 335.956

jiwa atau 41,86%. Terbesar kedua yaitu di sektor pertanian, lahan

pertanian yang masih cukup luas di Kabupaten Karanganyar juga

menyerap cukup banyak tenaga kerja yaitu sebesar 203.097 jiwa

(30,56%).

C. Keadaan Pertanian

Pertanian adalah kegiatan usaha yang meliputi budidaya tanaman

pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan. Kabupaten

Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki

potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agroindustri.

Komoditas tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar adalah padi,

yang meliputi padi sawah dan padi gogo. Komoditas lainnya adalah

jagung, ketela pohon, ubi jalar, kacang tanah, dan kedelai. Produksi

komoditas pertanian tanaman pangan di Kabupaten Karanganyar dapat

dilihat pada Tabel 11.

Page 63: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Tabel 11. Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan di Kabupaten Karanganyar, 2010.

Komoditas Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha)

Padi sawah 48.783 292.698 6,08 Padi gogo 549 3.195 3,20 Jagung 9.036 63.379 8,76 Ubi kayu 6.191 101.891 26,31 Ubi jalar 553 9.990 18,71 Kacang tanah 8.123 10.739 1,17 Kedelai 288 527 1,41

Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa padi sawah memiliki

produksi terbesar pertama yaitu sebesar 292.698 ton. Produksi tanaman

pangan terbesar kedua adalah ubi kayu 101.891 ton. Sedangkan tanaman

pangan yang memiki produksi terkecil adalah kedelai sebesar 288 ton. Akan

tetapi produktivitas paling banyak yaitu tanaman ubi kayu diikuti ubi jalar

masing-masing sebasar 26,31 ton/ha dan 18,71 ton/ha.

D. Keadaan Perindustrian

Kondisi politik dan perekonomian yang berangsur-angsur membaik

di Negara Indonesia ini, menyebabkan sektor industri dan perdagangan

kembali berkembang. Jumlah industri yang ada di Kabupaten Karanganyar

berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 12. Industri Menurut Skala Usaha di Kabupaten Karanganyar, 2010.

No. Skala Industri Jumlah (unit) 1. Besar 73 2. Menengah 82 3. Kecil 10.459

Sumber: Kabupaten Karanganyar dalam Angka, 2011.

Berdasarkan Tabel 12 di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010

terdapat industri besar (tenaga kerja > 100 orang) sebanyak 73 unit dan

industri menengah (tenaga kerja = 21-99 orang) sebanyak 82 unit. Dari

industri besar dan industri sedang tersebut (155 unit) mampu menyerap

tenaga kerja lebih dari 45.032 orang. Industri-industri besar tersebut di

Page 64: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

antaranya bergerak pada produk tekstil yaitu 61 unit, industri makanan 32

unit dan industri plastik/kimia 19 unit. Sedangkan untuk industri kecil di

Kabupaten Karanganyar terdapat 10.459 unit dan mampu menyerap tenaga

kerja sebanyak 40.849 orang.

E. Gambaran Umum Agroindustri Jamu Instan di Kabupatern

Karanganyar

Jamu instan merupakan tanaman biofarmaka atau jamu yang diolah

menjadi serbuk sehingga mudah dikonsumsi, tahan lama dan mudah

dikemas. Cara mengkonsumsi jamu instan cukup mudah yaitu hanya

dengan disedu dengan air panas atau air hangat kemudian langsung bisa di

minum. Jenis produk jamu instan yang terdapat di Kabupaten Karanganyar

antara lain adalah jahe instan, temulawak instan, beras kencur instan, kunir

asem instan dll. Agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

belum memiliki merek yang menonjol karena usaha yang masih berskala

mikro, merek yang beredar saat ini masih menyesuaikan dengan jenis

jamu dan nama agroindustri jamu instan yang memproduksi. Berikut ini

merupakan gambaran mengenai proses produksi jamu instan (jahe, kunir,

kunyit, kencur, dll).

1. Tanaman biofarmaka (jahe) dibuang kulitnya, kemudian dicuci dengan

air.

2. Parut jahe.

3. Tambahkan air bersih kedalam parutan jahe, dengan perbandingan

kira-kira 1 kg jahe dengan 4 liter air, atau sesuai selera.

4. Saring parutan jahe dan air, gunakan saringan yang halus agar ampas

dapat terpisah dengan baik.

5. Diamkan hasil perasan kurang lebih 5-6 jam atau lihat jika pati jahe

sudah benar-benar mengendap.

6. Pisahkan pati jahe dengan sari jahe dengan menuang ketempat yang

berbeda.

7. Masak dan campurkan gula dengan sari jahe dengan perbandingan 1

liter sari jahe dengan 1 kg gula, atau sesuai selera.

Page 65: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

8. Setelah mendidih, aduk terus campuran, api jangan terlalu besar.

9. Pengadukan dilakukan terus tanpa henti karena jika tidak, campuran

akan hangus atau berwarna coklat pekat.

10. Setelah campuran berbentuk bulatan-bulatan hampir seperti serbuk,

kecilkan api, sambil terus diaduk sambil menghancurkan bulatan-

bulatan agar menjadi serbuk.

11. Hasil jahe serbuk akan berwarna coklat muda, dan berbau khas jahe.

12. Bubuk didinginkan, kemudian baru dikemas dengan menggunakan

kemasan platik.

13. Proses pembuatan jamu di atas, juga berlaku untuk tanaman

biofarmaka yang lain seperti kunyit, kunir, kencur, temulawak dll.

Page 66: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemetaan (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar

Pemetaan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar dilakukan

dengan melakukan survei langsung ke semua kecamatan yang ada di

Kabupaten Karanganyar. Teknik survei dilakukan dengan melakukan

wawancara (interview) dengan Petugas Operasional Pertanian Kecamatan,

Petugas Statistika Kecamatan dan Kepala Urusan Pemberdayaan Masyarakat

Pedesaan. Pemetaan bertujuan untuk mengetahui sebaran dan sentra

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Berdasarkan hasil analisis data primer, diperoleh peta (sebaran)

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Peta (Sebaran) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar, 2011.

No Kecamatan Sentra (Desa) 1 Jatipuro Jatisobo 2 Jenawi Sidomukti 3 Jumantono Sambirejo 4 Jumapolo Jumapolo, Karangbangun, Lemahbang,

Kwangsan, Paseban 5 Karanganyar Bolong 6 Kerjo Tamansari 7 Ngargoyoso Berjo 8 Tawangmangu Tawangmangu

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Berdasarkan Tabel 13 sebaran agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar antara lain berada di Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jenawi,

Kecamatan Jumantono, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Karanganyar,

Kecamatan Kerjo, Kecamatan Ngargoyoso dan Kecamatan Tawangmangu.

Desa sentra agroindustri jamu instan di Kecamatan Jatipuro adalah Desa

Jatisobo. Desa sentra agroindustri jamu instan di Kecamatan Jenawi adalah

Desa Sidomukti. Desa sentra agroindustri jamu instan di Kecamatan

Jumantono adalah Desa Sambirejo. Desa sentra agroindustri jamu instan di

52

Page 67: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Kecamatan Jumapolo adalah Desa Jumapolo, Karangbangun, lemahabang,

Kwangsan, Paseban. Desa sentra agroindustri jamu instan di Kecamatan

Karanganyar adalah Desa Bolong. Desa sentra agroindustri jamu instan di

Kecamatan Kerjo adalah Desa Tamansari. Desa sentra agroindustri jamu

instan di Kecamatan Ngargoyoso adalah Desa Berjo. Desa sentra agroindustri

jamu instan di Kecamatan Tawangmangu adalah Desa Tawangmangu.

Sebaran agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar cukup

luas, hal tersebut terlihat dari jumlah kecamatan yang terdapat agroindustri

jamu instan. Agroindustri jamu instan tersebar di 8 kecamatan dari 17

kecamatan yang terdapat di Kabupaten Karanganyar. Agroindustri jamu instan

dapat dijadikan sebagai agroindustri unggulan di Kabupaten Karanganyar

karena memiliki sebaran yang cukup luas. Gambar peta sebaran agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat di lampiran 1.

Page 68: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

B. Potensi (Posisi) Agroindustri Jamu Instan pada Tingkat Kecamatan di

Kabupaten Karanganyar Melalui Pendekatan Metode Eksponensial

Identifikasi potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan di

Kabupaten Karanganyar menggunakan pendekatan Metode Perbandingan

Eksponensial. Identifikasi potensi agroindustri jamu instan pada tingkat

kecamatan bertujuan untuk mengetahui potensi agroindustri jamu instan pada

setiap kecamatan di Kabupaten Karanganyar. Kecamatan di Kabupaten

Karanganyar yang terdapat agroindustri jamun instan berdasarkan hasil dari

pemetaan antara lain adalah Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jenawi,

Kecamatan Jumantono, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Karanganyar,

Kecamatan Kerjo, Kecamatan Ngargoyoso dan Kecamatan Tawangmangu.

Berikut ini merupakan hasil analisis potensi (posisi) agroindustri jamu instan

pada tingkat kecamatan di Kabupaten Karanganyar melalui Pendekatan

Metode Eksponensial.

Page 69: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

1. Kecamatan Jatipuro

Tabel 14. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jatipuro Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk

Kriteria Nilai MPE

Jumlah unit

usaha/ RT

Jangkauan/ kondisi

pemasaran

Ketersediaan bahan baku/

sarana produksi/ usaha

Kontribusi terhadap

perekonomian

Bobot Nilai 3 4 3 8

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Jamu instan 7.33 8.00 7.00 8.00 16,782,049.37

2 Anyaman bambu 6.00 6.00 7.00 7.00 5,766,656.00

3 Simplesia (mpon-mpon) 5.67 6.33 5.67 6.33 2,590,536.01

4 Keripik singkong 6.33 5.00 5.33 5.67 1,064,246.32

5 Keripik pisang 6.00 5.00 5.67 5.67 1,064,238.55

6 Keripik tales 5.67 5.00 5.67 5.67 1,064,204.51

7 Bakso 4.67 4.67 4.00 4.33 124,970.14

8 Tempe 4.67 4.00 4.33 4.33 124,769.24

9 Tahu 4.33 4.00 4.33 4.33 124,748.98

10 Kerupuk/Rambak dari singkong 4.00 4.00 4.33 4.33 124,731.61

11 Kacang goreng sangan 4.00 4.00 4.33 4.33 124,731.61

12 Jamur kuping 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

13 Penggergajian kayu 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

14 Peyek kacang 3.67 4.00 4.00 4.33 124,699.54

Sumber : Analisis data primer, 2011.

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Jatipuro antara lain adalah

agroindustri kerupuk rambak, keripik singkong, kacang goreng, jamur

kuping, jamu instan, simplesia (mpon-mpon), peyek kacang, tahu, Tempe,

bakso, keripik pisang, keripik tales, penggergajian kayu dan anyaman

bambu. Agroindustri jamu instan mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar

16.782.049. Agroindustri peyek kacang mendapatkan nilai terendah yaitu

sebesar 124.700.

Agroindustri jamu instan masuk dalam lima besar agroindustri

unggulan Kecamatan Jatipuro. Agroindustri jamu instan merupakan

unggulan pertama karena berdasarkan rata-rata nilai MPE yang diberikan

oleh responden memberikan gambaran bahwa banyak masyarakat yang

Page 70: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

membuat jamu instan, jumlah petani di Kecamatan jatipuro yang menanam

tanaman biofarmaka (jahe, kunir, kunyit dll) cukup banyak sehingga bahan

baku sangat mudah didapat dan melimpah, pemasaran sudah menjangkau

sampai ke luar daerah terutama ke Jakarta, dan kontribusi terhadap

perekonomian cukup tinggi karena telah menyerap banyak tenaga kerja.

Desa sentra agroindustri jamu instan di Kecamatan Jatipuro adalah di Desa

Jatisobo.

2. Kecamatan Jenawi

Tabel 15. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jenawi Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk Kriteria Nilai MPE

Jumlah unit

usaha/ RT

Jangkauan/ kondisi

pemasaran

Ketersediaan bahan baku/

sarana produksi/ usaha

Kontribusi terhadap

perekonomian

Bobot Nilai 3 4 3 8

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Keripik Singkong 6.33 7.67 7.67 7.67 11,939,990.20

2 Marneng 6.67 7.00 7.00 7.00 5,767,841.30

3 Tempe 6.00 5.00 7.00 7.00 5,765,985.00

4 Tahu 5.00 5.00 7.00 7.00 5,765,894.00

5 Penyulingan Cengkeh 6.33 7.33 8.00 4.67 228,591.64

6 Penggergajian Kayu 4.33 4.67 4.67 4.67 225,590.83

7 Penggilingan Padi 4.33 3.67 4.67 4.67 225,297.31

8 Tape Singkong 4.00 4.33 4.33 4.33 124,828.22

9 Jamu Instan 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

10 Rambak 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

11 Gula Aren 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

12 Keripik Talas 4.33 3.67 4.67 4.33 124,694.00

13 Jamu Gendong 4.00 3.67 4.33 4.33 124,656.37

Sumber : Analisis data primer, 2011.

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Jenawi antara lain adalah

agroindustri keripik singkong, marneng, penggilingan padi, tahu, tempe,

jamu instan, keripik tales, kerupuk rambak, tape singkong, jamu

gendhong, gula aren, penyulingan cengkeh dan penggergajian kayu.

Agroindustri keripik singkong mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar

Page 71: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

11.939.990. Agroindustri jamu gendhong mendapatkan nilai terendah

yaitu sebesar 124.656.

Agroindustri jamu instan tidak masuk dalam agroindustri unggulan

di Kecamatan Jenawi. Agroindustri jamu instan hanya menempati posisi

ke sembilan dari tiga belas agroindustri yang terdapat di Kecamatan

Jenawi. Hal tersebut karena berdasarkan rata-rata nilai MPE yang

diberikan oleh responden memberikan gambaran bahwa hanya sedikit

masyarakat yang mempunyai usaha pembuatan jamu instan, jangkauan

pemasaran hanya pasar daerah atau lokal, bahan baku melimpah tetapi

belum dimanfaatkan dengan optimal dan kontribusi terhadap

perekonomian masih rendah. Desa Sentra agroindustri jamu instan di

Kecamatan Jenawi adalah di Desa Sidomukti.

Page 72: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

3. Kecamatan Jumantono

Tabel 16. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jumantono Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk Kriteria Nilai MPE

Jumlah unit

usaha/ RT

Jangkauan/ kondisi

pemasaran

Ketersediaan bahan baku/

sarana produksi/

usaha

Kontribusi terhadap

perekonomian

Bobot Nilai 3 4 3 8

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Tempe 6.67 6.00 7.00 7.00 5,766,736.30

2 Keripik Singkong 5.00 5.67 6.00 5.67 1,064,587.71

3 Anyaman bambu 4.67 5.33 5.33 5.67 1,064,278.00

4 Keripik Pisang 5.00 5.00 5.67 5.67 1,064,147.55

5 Tahu 4.67 5.00 5.67 5.67 1,064,124.18

6 Keripik Tempe 4.67 5.00 5.33 5.67 1,064,093.92

7 Jamu Instan 4.33 4.67 4.33 4.33 124,967.25

8 Meubel 3.67 4.67 4.33 4.33 124,935.18

9 Renggingang Ubi 4.33 4.00 4.67 4.33 124,769.24

10 Tepung Ubi 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

11 Penggergajian Kayu 4.00 4.33 4.33 4.00 66,033.98

12 Keripik tales 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

13 Jenang Waluh 4.33 4.00 4.33 4.00 65,954.74

14 keripik Ubi 3.67 4.00 4.33 4.00 65,922.67

15 Kacang goreng 4.00 3.67 4.67 4.00 65,882.38

Sumber : Analisis data primer, 2011.

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Jumantono antara lain

adalah agroindustri tempe, keripik singkong, keripik tempe, jamu instan,

tahu, keripik tales, keripik pisang, kacang goreng, tepung ubi, rengginang

ubi, jenang waluh, keripik ubi, anyaman bambu, penggergajian kayu dan

mebel. Agroindustri tempe mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar

5.766.736. Agroindustri kacang goreng mendapatkan nilai terendah yaitu

sebesar 65.882.

Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jumantono tidak masuk

dalam lima besar agroindustri unggulan. Agroindustri jamu instan hanya

menempati posisi ke tujuh dari lima belas agroindustri yang terdapat di

Page 73: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Kecamatan Jumantono. Hal tersebut karena berdasarkan rata-rata nilai

MPE yang diberikan oleh responden memberikan gambaran bahwa masih

sedikit masyarakat yang mempunyai usaha pembuatan jamu instan,

pemasaran hanya sampai pasar lokal atau daerah, sumber daya terutama

bahan baku belum dimanfaatkan secara optimal dan teknologi yang

digunakan masih rendah selain itu kontribusi terhadap kesejahteraan

masyarakat masih rendah. Sentra desa agroindustri jamu instan di

Kecamatan Jumantono adalah di Desa Sambirejo

4. Kecamatan Jumapolo

Tabel 17. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Jumapolo Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk Kriteria Nilai MPE

Jumlah unit usaha/ RT

Jangkauan/ kondisi pemasaran

Ketersediaan bahan baku/ sarana produksi/ usaha

Kontribusi terhadap perekonomian

Bobot Nilai 3 4 3 8

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Mebel 3.67 4.00 4.33 7.00 5,765,187.67

2 Tempe 5.33 5.00 5.67 5.33 655,579.50

3 Keripik Singkong 5.33 5.33 5.67 5.00 391,767.75

4 Emping 4.67 5.33 5.67 5.00 391,717.68

5 Jamu Instan 4.33 4.33 4.33 4.67 225,448.90

6 Rengginan 3.67 4.33 4.67 4.33 124,833.77

7 Keripik Pisang 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

8 Keripik Tales 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

9 Keripik Tempe 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

10 Onde-Onde 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

11 Rengginan Singkong 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

12 Mocaf 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

13 Telur Asin 3.67 4.33 4.33 4.00 66,019.27

14 Tahu 4.00 3.00 4.33 4.00 65,762.37

Sumber : Analisis Data Primer, 2011

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Jumapolo antara lain

adalah agroindustri keripik singkong, keripik pisang, keripik tales, keripik

tempe, tempe, jamu instan, emping, tahu, onde-onde, rengginan, rengginan

Page 74: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

singkong, mocaf, simplesia, telur asin dan mebel. Agroindustri mebel

mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 5.765.188. Agroindustri tahu

mendapatkan nilai terendah yaitu sebesar 65.762.

Agroindustri jamu instan di Kecamatan Jumapolo masuk dalam lima

besar agroindustri unggulan. Agroindustri jamu instan menempati posisi

ke lima dari empat belas agroindustri yang terdapat di Kecamatan

Jumapolo. Walaupun masuk dalam lima besar agroindustri unggulan

namun agroindustri jamu instan di Kecamatan Jumapolo memiliki nilai

yang rendah jika dibandingkan dengan kecamatan lain. Hal tersebut karena

berdasarkan rata-rata nilai MPE yang diberikan oleh responden

memberikan gambaran bahwa masih sedikit masyarakat yang mempunyai

usaha pembuatan jamu instan, pemasaran hanya sampai pasar lokal atau

daerah, sumber daya terutama bahan baku belum dimanfaatkan secara

optimal dan teknologi yang digunakan masih rendah selain itu kontribusi

terhadap kesejahteraan masyarakat masih rendah. Sentra desa agroindustri

jamu instan di Kecamatan Jumapolo adalah di Desa Jumapolo,

Karangbangun, Lemahbang, Kwangsan, Paseban.

Page 75: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

5. Kecamatan Karanganyar

Tabel 18. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Karanganyar Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk Kriteria Nilai MPE

Jumlah unit

usaha/ RT

Jangkauan/ kondisi

pemasaran

Ketersediaan bahan baku/

sarana produksi/ usaha

Kontribusi terhadap

perekonomian

Bobot Nilai 3 4 3 8

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Emping 6.00 5.33 6.33 7.00 5,766,080.12

2 Kerupuk Rambak 4.67 5.33 6.33 6.33 2,589,727.94

3 Keripik Tempe 5.33 4.67 5.33 6.00 1,680,393.68

4 Tahu 4.33 5.00 5.67 5.00 391,513.33

5 Kacang Oven 3.67 5.00 5.67 5.00 391,481.26

6 Snack Ringan 3.67 4.33 4.33 4.67 225,416.83

7 Keripik Pohong Rasa Gadung 3.00 4.33 5.67 4.33 124,891.81

8 Kerajinan Sapu Lidi 3.00 4.33 4.67 4.33 124,811.48

9 Gatot 4.00 4.00 4.33 4.33 124,731.61

10 Telur Asin 4.00 3.67 4.33 4.00 65,862.12

11 Kacang Sangan 3.67 3.67 4.33 4.00 65,847.42

12 Gethuk Anyar 3.00 3.67 4.00 4.00 65,807.75

13 Kerajinan Tempurung Kelapa 4.00 4.33 4.67 3.67 33,189.91

14 Beras Organik 3.00 4.00 4.33 3.67 33,036.05

15 Keripik Jamur 3.67 3.67 4.00 3.67 32,965.73

16 Sirup Jahe 3.00 3.67 4.33 3.67 32,960.80

17 Jamu Instan 3.00 3.67 4.33 3.67 32,960.80

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Karanganyar antara lain

adalah agroindustri emping, kerupuk rambak, keripik tempe, keripik

pohong rasa gadung, gethuk anyar, sirup jahe, beras organik, jamu instan,

keripik jamur, tahu, kacang oven, kacang sangan, gatot, snack ringan,

kerajinan tempurung kelapa, kerajinan sapu lidi dan telur asin.

Agroindustri emping mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 5.766.080.

Agroindustri jamu instan mendapatkan nilai terendah yaitu sebesar 32.961.

Agroindustri jamu instan di Kecamatan Karanganyar tidak masuk

dalam lima besar agroindustri unggulan. Agroindustri jamu instan

Page 76: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

menempati posisi terakhir dari tujuh belas agroindustri yang terdapat di

Kecamatan Karanganyar. Hal tersebut karena berdasarkan rata-rata nilai

MPE yang diberikan oleh responden memberikan gambaran bahwa masih

sedikit masyarakat yang mempunyai usaha pembuatan jamu instan,

pemasaran hanya sampai pasar local atau daerah, teknologi yang

digunakan masih rendah selain itu kontribusi terhadap kesejahteraan

masyarakat masih rendah. Sentra desa agroindustri jamu instan di

Kecamatan Karanganyar adalah di Desa Bolong.

6. Kecamatan Kerjo

Tabel 19. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Kerjo Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk Kriteria Nilai MPE

Jumlah unit

usaha/ RT

Jangkauan/ kondisi

pemasaran

Ketersediaan bahan baku/

sarana produksi/ usaha

Kontribusi terhadap

perekonomian

Bobot Nilai 3 4 3 8

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Tikar Mendhong 4.33 4.33 4.33 6.00 1,680,131.35

2 Jamu Instan 6.00 6.00 6.00 5.67 1,064,943.58

3 Keripik Singkong 6.00 5.67 6.00 5.67 1,064,678.71

4 Keripik Pisang 5.67 5.67 5.67 5.67 1,064,610.63

5 Tempe 6.00 5.00 5.67 5.67 1,064,238.55

6 Keripik Tempe 4.67 4.33 4.67 4.33 124,886.11

7 Aneka Keripik 4.67 4.33 4.33 4.33 124,865.85

8 Peyek Kedelai 4.33 4.33 4.33 4.33 124,845.59

9 Karak 4.33 4.33 4.33 4.33 124,845.59

10 mebel 4.00 4.33 4.33 4.33 124,828.22

11 Tape Singkong 4.33 4.00 4.33 4.33 124,748.98

12 Penggergajian Kayu 4.00 4.33 4.33 4.00 66,033.98

13 Anyaman Bambu 3.67 4.67 4.33 3.67 33,276.62

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Kerjo antara lain adalah

agroindustri keripik singkong, keripik pisang, jamu instan, keripik tempe,

peyek kedelai, tempe, aneka keripik, tape singkong, karak, anyaman

bambu, tikar mendhong, penggergajian kayu dan mebel. Agroindustri tikar

mendhong mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar 1.680.131.

Page 77: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Agroindustri anyaman bambu mendapatkan nilai terendah yaitu sebesar

33.277.

Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Kerjo masuk dalam lima

besar agroindustri unggulan. Agroindustri jamu instan menempati posisi

ke dua dari tiga belas agroindustri yang terdapat di Kecamatan Kerjo. Hal

tersebut karena berdasarkan rata-rata nilai MPE yang diberikan oleh

responden memberikan gambaran bahwa banyak masyarakat yang

membuat jamu instan, jumlah petani di Kecamatan Kerjo yang menanam

mpon-mpon (jahe, kunir, kunyit dll) cukup banyak sehingga bahan baku

sangat mudah didapat dan melimpah, pemasaran sudah menjangkau

sampai ke kecamatan lain di wilayah Kabupaten Karanganyar, dan

kontribusi terhadap perekonomian cukup tinggi karena telah menyerap

banyak tenaga kerja. Sentra desa agroindustri jamu instan di Kecamatan

Kerjo adalah di Desa Tamansari.

Page 78: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

7. Kecamatan Ngorgoyoso

Tabel 20. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Ngargoyoso Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk Kriteria Nilai MPE

Jumlah unit

usaha/ RT

Jangkauan/ kondisi

pemasaran

Ketersediaan bahan baku/

sarana produksi/ usaha

Kontribusi terhadap

perekonomian

Bobot Nilai 3 4 3 8

Rata-rata Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Dodol Jipan, Wortel 5.33 5.67 5.67 6.00 1,680,980.79

2 Jamu Instan 6.00 5.33 5.67 6.00 1,680,823.05

3 Penyulingan Cengkeh 3.67 4.67 4.33 4.67 225,538.49

4 Keripik Singkong 4.67 4.33 4.67 4.33 124,886.11

5 Keripik Pisang 4.67 4.33 4.33 4.33 124,865.85

6 Grubi 4.33 4.33 4.33 4.33 124,845.59

7 Bio Gas 3.67 4.33 4.33 4.33 124,813.51

8 Keripik Jamur 4.00 4.00 4.33 4.33 124,731.61

9 Keripik Tempe 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

10 Lopes Ketan (Tapak Belo) 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

11 Pakan Ternak 3.67 4.00 4.33 4.33 124,716.91

12 Nasi Jagung 4.33 3.67 4.33 4.33 124,673.74

13 Tempe 4.00 3.67 4.33 4.33 124,656.37

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Ngargoyoso antara lain

adalah agroindustri dodol jipan dan wortel, jamu instan, keripik tempe,

nasi jagung, tempe, lopes ketan, grubi, keripik singkong, keripik pisang,

keripik jamur, penyulingan cengkeh, bio gas dan pakan ternak.

Agroindustri dodol jipan dan wortel mendapatkan nilai tertinggi yaitu

sebesar 1.680.981. Agroindustri tempe mendapatkan nilai terendah yaitu

sebesar 124.656.

Agroindustri jamu instan di Kecamatan Ngargoyoso masuk dalam

lima besar agroindustri unggulan. Agroindustri jamu instan menempati

posisi ke dua dari tiga belas agroindustri yang terdapat di Kecamatan

Ngargoyoso. Hal tersebut karena berdasarkan rata-rata nilai MPE yang

diberikan oleh responden memberikan gambaran bahwa banyak

Page 79: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

masyarakat yang membuat jamu instan, jumlah petani di Kecamatan

Ngargoyoso yang menanam mpon-mpon (jahe, kunir, kunyit dll) cukup

banyak sehingga bahan baku sangat mudah didapat dan melimpah,

pemasaran sudah menjangkau sampai ke ke kecamatan lain di wilayah

Kabupaten Karanganyar, dan kontribusi terhadap perekonomian cukup

tinggi karena telah menyerap banyak tenaga kerja. Sentra desa agroindustri

jamu instan di Kecamatan Ngargoyoso adalah di Desa Mberjo.

8. Kecamatan Tawangmangu

Tabel 21. Posisi (Potensi) Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Tawangmangu Menggunakan Pendekatan Metode Perbandingan Eksponensial, 2011.

No. Komoditas/ Produk Kriteria Nilai MPE

Bobot Nilai

Jumlah unit

usaha/ RT

Jangkauan/

kondisi pemasar

an

Ketersediaan bahan baku/

sarana produksi/ usaha

Kontribusi

terhadap perekonomian

3 4 3 8

Rata-rata

Rata-rata Rata-rata Rata-rata

1 Keripik Ubi jalar 8.00 8.00 7.00 7.67 11,940,781.71

2 keripik pisang 6.33 6.33 5.67 5.67 1,065,260.48

3 Jamu Instan 6.67 5.67 5.67 5.67 1,064,724.97

4 sirup strowberi 6.33 5.67 5.67 5.67 1,064,682.71

5 kerajinan kayu sauvenir 5.00 5.00 5.67 5.67 1,064,147.55

6 wortel instan 4.33 5.00 5.67 5.67 1,064,103.92

7 walangan 4.33 4.33 4.33 4.33 124,845.59

8 mebel 3.67 4.00 4.33 4.00 65,922.67

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Agroindustri yang terdapat di Kecamatan Tawangmangu antara lain

adalah agroindustri keripik ubi jalar, obat herbal, wortel instan, sirup

strowberi, keripik pisang, walangan, kerajina kayu dan mebel.

Agroindustri keripik ubi jalar mendapatkan nilai tertinggi yaitu sebesar

11.940.781. Agroindustri mebel mendapatkan nilai terendah yaitu sebesar

65.923.

Agroindustri Jamu Instan di Kecamatan Tawangmangu masuk dalam

lima besar agroindustri unggulan. Agroindustri jamu instan menempati

Page 80: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

posisi ke tiga dari delapan agroindustri yang terdapat di Kecamatan

Tawangmangu. Hal tersebut karena berdasarkan rata-rata nilai MPE yang

diberikan oleh responden memberikan gambaran bahwa banyak

masyarakat yang membuat jamu instan, jumlah petani di Kecamatan

Tawangmangu yang menanam mpon-mpon (jahe, kunir, kunyit dll) cukup

banyak sehingga bahan baku sangat mudah didapat dan melimpah,

pemasaran sudah menjangkau sampai ke kecamatan lain di wilayah

Kabupaten Karanganyar, dan kontribusi terhadap perekonomian cukup

tinggi karena telah menyerap banyak tenaga kerja. Sentra desa agroindustri

jamu instan di Kecamatan Tawangmangu adalah di Desa Tawangmangu.

Potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan di Kabupaten

Karanganyar secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 22. Potensi Agroindustri Jamu Instan pada tingkat Kecamatan di Kabupaten Karanganyar, 2011.

No Kecamatan Peringkat Nilai MPE

1 Jatipuro 1 16,782,049.37

2 Ngargoyoso 2 1,680,823.05

3 Kerjo 2 1,064,943.58

4 Tawangmangu 3 1,064,724.97

5 Jumapolo 5 225,448.90

6 Jumantono 7 124,967.25

7 Jenawi 9 124,716.91

8 Karanganyar 17 32,960.80

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

C. Hasil Analisis Potensi Agroindustri Jamu Instan Pada Tingkat

Kabupaten Melalui Pendekatan Metode Borda

Identifikasi potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kabupaten di

Kabupaten Karanganyar menggunakan Metode Borda. Hasil dari analisis

Metode Perbandingan Eksponensial di setiap kecamatan di ambil 5 besar

untuk digunakan dalam analisis Metode Borda. Tujuan dari identifikasi

potensi agroindustri jamu instan pada tingkat kabupaten adalah untuk

Page 81: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

mengetahui bagaimana potensi agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar jika dibandingkan dengan agroindustri lain. Hasil analisis

metode borda dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 23. Potensi Agroindustri Jamu Instan Di Tingkat Kabupaten Karanganyar Melalu Pendekatan Metode Borda, 2011.

No Komoditi Ranking Nilai Borda 1. Tempe 1 168.571.674,80 2. Jamu Instan 2 99.152.431,86 3. Tahu 3 85.117.186,18 4. Keripik Singkong 4 79.959.373,34 5. Keripik Ubi Jalar 5 59.828.754,13 6. Roti Basah 6 52.820.017,71 7. Emping 7 43.453.357,83 8. Kerajinan Kayu 8 39.336.824,59 9. Mebel Kayu 9 39.062.263,46

10. Anyaman Bambu 10 35.788.187,45

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Hasil analisis Borda pada Tabel 23 menunjukkan bahwa jamu instan

menempati urutan ke - 2 dari 10 agroindustri unggulan yang memiliki potensi

di Kabupaten Karanganyar. Agroindustri jamu instan menempati peringkat

ke- 2 setelah agroindustri tempe. Agroindustri jamu instan menjadi salah satu

agroindustri unggulan di Kabupaten Karanganyar karena berdasarkan analisis

Metode Borda, agroindustri jamu instan menempati peringkat ke – 2 dari 10

agroindustri unggulan yang memiliki potensi di Kabupaten Karanganyar.

Agroindustri jamu instan mempunyai sebaran yang luas di Kabupaten

Karanganyar, selain itu bahan baku juga mudah didapat. Tren masyarakat

yang mulai tertarik untuk menggunakan obat-obatan herbal atau Back to

nature dan dengan dukungan dari pemerintah yang berusaha mengembangkan

kawasan agrofarmaka di Kabupaten Karanganyar diharapkan dapat menjadi

sebuah peluang bagi pengusaha agroindustri jamu instan untuk

mengembangkan usahanya.

Page 82: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

D. Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu instan di Kabupaten

Karanganyar.

1. Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar

Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-

faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam

pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi

faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi

pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Identifikasi faktor internal dan faktor eksternal dalam mengembangkan

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar menggunakan analisis

SWOT. Data untuk analisis faktor internal dan faktor eksternal didapat

melalui wawancara dengan responden.

Faktor internal meliputi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Kekuatan yang

dimiliki oleh agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar antara

lain adalah produk jamu instan yang berkualitas, sebagian bahan baku dari

lahan sendiri, bahan baku tdk tergantung musim, produk berkhasiat dan

mempunyai manfaat, proses produksi mudah, peralatan produksi tersedia

dan mudah didapat, sudah ada kelembagaan (klaster biofarmaka), dan

harga terjangkau,. Sedangkan kelemahan yang dimiliki oleh agroindustri

jamu instan di Kabupaten Karanganyar antara lain adalah modal kecil,

kemasan konvensional, peralatan produksi sederhana/tradisional, produk

belum ada lisensi atau ijin dari pom, kemampuan sdm belum memadai,

masa kadaluarsa produk belum dapat teridentifikasi dan pemasaran belum

optimal.

Faktor eksternal meliputi peluang dan ancaman yang dimiliki

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar. Peluang yang dimiliki

oleh agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar antara lain adalah

masyarakat semakin memperhatikan produk herbal (tren back to nature),

Page 83: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

potensi daerah penghasil empon-empon (biofarmaka), potensi permintaan

tinggi dan perhatian pemerintah terhadap pengembangan agroindustri jamu

instan. Sedangkan ancaman yang dimiliki oleh agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar antara lain adalah berkembang produk jamu

instan diluar wilayah, persaingan dengan produk jamu instan yang lain,

dan harga bahan baku fluktuatif.

2. Perumusan Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di

Kabupaten Karanganyar

Strategi pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar dirumuskan dengan menggunakan Matriks SWOT. Matriks

SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan

ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu agroindustri dapat

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Hasil dari

analisis SWOT agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

kemudian diolah menggunakan Matriks SWOT. Strategi pengembangan

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada

Tabel 24 berikut.

Page 84: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 24. Matriks SWOT Strategi Pengembangan Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten Karanganyar, 2011.

Faktor Internal Faktor Eksternal

Kekuatan-S (Strengths) 1. Produk jamu instan yang

berkualitas 2. Sebagian bahan baku dari

lahan sendiri 3. Bahan baku tidak tergantung

musim 4. Produk berkhasiat dan

mempunyai manfaat 5. Proses produksi mudah 6. Peralatan produksi tersedia

dan mudah didapat 7. Sudah ada kelembagaan

(klaster biofarmaka) 8. Harga produk terjangkau

Kelemahan-W (Weaknesses) 1. Modal kecil 2. Kemasan konvensional 3. Peralatan Produksi

sederhana/tradisional 4. Produk Belum ada lisensi

atau ijin dari POM 5. Kemampuan SDM belum

memadai 6. Masa kadaluarsa produk

belum dapat teridentifikasi 7. Pemasaran belum optimal

Peluang-O (opportunities) 1. Masyarakat semakin

memperhatikan produk herbal (Tren back to nature)

2. Potensi daerah penghasil empon-empon (biofarmaka)

3. Potensi permintaan tinggi 4. Perhatian pemerintah

terhadap pengembangan Agroindustri Jamu Instan

Strategi S-O 1. Meningkatkan dan

mempertahankan kualitas dan kuantitas produk jamu instan serta efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi. (S1,S2,S3,S4,S5,S6,S8,O1, O2,O3,O4)

2. Memperkuat serta mengembangkan kelembagaan yang sudah ada (Klaster Biofarmaka) (S7,O1,O2,O3,O4)

Strategi W-O 1. Penguatan modal dan adopsi

teknologi modern untuk menunjang proses produksi yang efisien. (W1,W3,W5,O1,O2,O3,O4)

2. Peningkatan promosi untuk meningkatkan pemasaran produk jamu instan (W2,W4,W5,W6,W7, O1,O3)

Ancaman-T (threats) 1. Perkembangan produk

jamu instan diluar wilayah

2. Persaingan dengan produk jamu instan yang lain

3. Harga bahan baku fluktuatif

Strategi S-T 1. Peningkatan akses bahan baku

lokal yang berkualitas dengan harga yang terjangkau (S2,S3,S7,T1,T2,T3)

2. Peningkatan kemampuan produsen dalam inovasi produk jamu instan dengan harga yang terjangkau pasar. (S1,S2,S3,S4,S5,S6, T1,T2,T3)

Strategi W-T 1. Meningkatkan kualitas

pengusaha agroindustri jamu instan melalui kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing produk jamu instan. (W2,W3,W5,W7,T1,T2,T3)

2. Membuat lisensi atau ijin dari badan POM dan membuat kemasan yang menarik. (W2,W4,W6, T1,T2)

Sumber : Analisis data Primer, 2011.

Matriks SWOT pada Tabel 24 menghasilkan beberapa alternatif

strategi yang dapat digunakan untuk pengembangan agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyar. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor

internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang

dan ancaman dalam mengembangkan agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan matriks SWOT, maka

diperoleh beberapa alternative strategi yang dapat dipertimbangkan untuk

pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar, antara

lain adalah sebagai berikut:

Page 85: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

a. Strategi S-O

Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-

peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk

memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat

dirumuskan adalah :

1) Meningkatkan dan mempertahankan kualitas dan kuantitas produk

jamu instan serta efisiensi penggunaan sarana dan prasarana

produksi.

Kualitas dan kuantitas produksi jamu Instan merupakan hal

yang sangat penting bagi agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar karena sangat berkaitan dengan kepercayaan

pelanggan, jika pelanggan merasa tidak puas maka dengan mudah

pelanggan tersebut berpindah ke produsen lain. Dengan demikian,

perlu adanya strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan

kualitas dan kuantitas dari produksi jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar.

Kualitas produk merupakan salah satu pertimbangan suatu

produk dapat diterima pasar. Agar produk tersebut dapat bersaing

di pasar, maka kualitas harus menjadi perhatian setiap pengusaha.

Dalam upaya mempertahankan usahanya pengusaha harus mampu

menjaga kualitas produk jamu instan sehingga dapat menjaga

loyalitas konsumen. Untuk itu, pengusaha perlu melakukan seleksi

dalam memilih bahan baku yang akan digunakan. Pengusaha harus

menetapkan standar atau kriteria bahan baku yang baik agar tetap

dapat mempertahankan kualitas jamu instan yang dihasilkan.

Sebagai contoh, kriteria yang baik sebagai bahan baku untuk

tanaman rimpang – rimpangan (jahe, kunyit, kunir dll) adalah

rimpang besar, tua (umur 8 – 10 bulan), bagus tidak rusak atau

busuk dan tidak terkena cemaran bahan asing (pasir, kerikil, dll).

Pengusaha agroindustri jamu instan juga dapat bekerja sama

dengan lembaga akademik terdekat (Universitas Sebelas Maret)

Page 86: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

untuk membantu dalam menetapkan standar mutu produk jamu

instan. Karena dalam menetapkan standar mutu dan kandungan

produk diperlukan uji laboratorium yang membutuhkan biaya

mahal. Universitas Sebelas Maret sebagai lembaga akademik

terdekat dapat membantu dalam permasalahan tersebut karena

memiliki fasilitas laboratorium. Selain membantu dalam

menetapkan standar mutu, Universitas Sebelas Maret sebagai

lembaga akademik juga dapat membuat program pembinaan dan

pendampingan agroindustri jamu instan Kabupaten Karanganyar

sehingga dapat membantu dalam pengembangan agroindustri

tersebut.

Pengusaha harus mampu menjaga kuantitas produksi jamu

instan. Kuantitas produksi jamu instan berhubungan dengan

kontinyuitas produk jamu instan. Kontinyuitas produksi jamu

instan sangat penting karena kepercayaan konsumen yang sudah

terbentuk dapat hilang ketika konsumen mendapatkan kekecewaan

ketika produk jamu instan tidak selalu tersedia. Tanaman

biofarmaka tidak tergantung musim sehingga dapat ditanam setiap

saat baik saat musim hujan maupun musim kemarau, namun waktu

tanam tanaman biofarmaka membuat pengusaha harus dapat

menerapkan manajemen persediaan bahan baku guna

mempertahankan bahkan meningkatkan kuantitas produk jamu

instan. Langkah – langkah yang perlu dilakukan antara lain adalah

menjalin kemitraan dengan petani tanaman biofarmaka dan kluster

biofarmaka untuk menunjang ketersediaan bahan baku selain itu

pengusaha perlu membuat persediaan bahan baku, persediaan

sebaiknya sudah dalam bentuk serbuk sehingga lebih tahan lama.

Peningkatan kualitas dan kuantitas produksi jamu Instan tidak

terlepas dari adanya efisiensi penggunaan sarana dan prasarana

produksi. Sarana dan prasarana produksi yang efisien adalah yang

tepat guna sehingga dapat menekan biaya dan akan meningkatkan

Page 87: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

pendapatan agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Salah satu kekuatan yang dimiliki agroindustri jamu instan adalah

peralatan produksi tersedia dan mudah didapat contohnya antara

lain adalah alat parut, lilin untuk mengemas, wajan, kompor dll.

Efisiensi dalam proses produksi dapat ditingkatkan dengan

menggunakan sarana produksi yang lebih modern dan juga mudah

didapatkan antara lain adalah dengan menggunakan parut listrik

sehingga lebih cepat dalam proses memarut dan dalam proses

pengemasan dapat menggunakan alat pengemas dari listrik yang

menggunakan panas sehingga kemasan lebih rapi dan kerapatan

kemasan dapat terjaga.

2) Memperkuat serta mengembangkan kelembagaan yang sudah ada

(Klaster Biofarmaka).

Petani tanaman biofarmaka di Kabupaten Karanganyar

memiliki sebuah lembaga yaitu klaster tanaman biofarmaka.

Kabupaten Karanganyar memiliki 6 kluster tanaman biofarmaka

antara lain yaitu di Kecamatan Jumantono, Mojogedang, Kerjo,

Jatipuro, Jumapolo dan Ngargoyoso. Kelompok tani yang

tergabung dalam anggota klaster antara lain adalah kelompok tani

Sumber Rejeki (Jumantono), Aneka Karya Lestari (Mojogedang),

krido Tani (Kerjo), Ngudi Mulyo (Kerjo), Sedyo Tekad (Jatipuro),

Tani Waras I (Jatipuro), Tani Waras V (Jatipuro), Trisno Asih

(Jumapolo), Krismo Mulyo (Jumapolo), dan Madusari II

(Ngargoyoso). Tujuan klaster biofarmaka selain untuk

mensejahterakan petani tanaman biofarmaka juga untuk membantu

mengembangkan home industry yang menggunakan bahan baku

tanaman biofarmaka yang salah satunya adalah agroindustri jamu

instan.

Klaster biofarmaka dalam pengembangan agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyardapat berperan dalam hal

membantu menyediakan bahan baku, mempromosikan dan

Page 88: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

memasarkan produk jamu instan dan memfasilitasi pengusaha

agroindustri jamu instan untuk mendapatkan berbagai informasi

dan bantuan dari pemerintah maupun swasta untuk pengembangan

agroindustri jamu instan. Melihat peran yang dapat dilakukan,

keberadaan kluster biofarmaka menjadi sangat penting untuk

membantu mengembangkan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar. Oleh karena itu, Kluster biofarmaka perlu diperkuat

kelembagaannya baik dalam hal sumberdaya manusia, sarana dan

prasana serta dana anggaran untuk menunjang pengembangan

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganayar.

Langkah – langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat

kluster biofarmaka antara lain adalah mengadakan pelatihan dan

pembinaan untuk pengurus kluster mengenai kelembagaan,

pendampingan yang berkesinambungan oleh pemerintah daerah

sehingga kluster biofarmaka dapat terus terpantau

perkembangannya, melengkapi sarana dan prasarana yang

dibutuhkan baik administrasi dan teknis sehingga dapat menunjang

dan memperlancar kinerja pengurus kluster biofarmaka, selain itu

perlu dilakukan sosialisasi dan pembinaan bagi para pengusaha

agroindustri jamu instan untuk bergabung, bekerjasama dan

menjalin kemitraan dengan klaster biofarmaka.

b. Strategi W-O

Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-

peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada

untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang

dapat dirumuskan adalah :

1) Penguatan modal dan adopsi teknologi modern untuk menunjang

proses produksi yang efisien.

Penguatan modal dan adopsi teknologi modern sangat

diperlukan dalam pengembangan agroindustri jamu instan di

Kabupaten Karanganyar. Permasalahan yang terjadi adalah

Page 89: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pengusaha agroindustri jamu instan memiliki modal kecil dan

peralatan yang digunakan masih sederhana atau tradisional.

Permasalahan tersebut tentu saja menghambat perkembangan

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar.

Permasalahan-permasalahan tersebut dapat diatasi, solusi

yang dapat dilakukan antara lain adalah perlu adanya dukungan

permodalan yaitu bekerjasama dengan perbankan yang dapat

membantu dalam permodalan, pemerintah bekerjasama dengan

lembaga akademik terdekat (Universitas Sebelas Maret) serta pihak

bank dapat melakukan pelatihan kepada para pengusaha tentang

cara untuk mendapatkan pinjaman dari bank, bagaimana membuat

bisnis plan, syarat-syarat yang dibutuhkan untuk mendapatkan

pinjaman dll. Selain itu pemerintah dapat membuat program kredit

bunga ringan untuk para pengusaha agroindustri jamu instan

melalui bank daerah (BPD Karanganyar).

Adopsi teknologi modern perlu dilakukan sehingga proses

produksi dapat lebih cepat dan efisien. Permasalahan yang dihadapi

oleh agroindustri jamu instan adalah peralatan yang digunakan

dalam proses produksi masih sederhana/tradisional, contohnya

dalam proses memarut masih menggunakan parutan manual

sehingga proses lama. Oleh karena itu Pemerintah bekerjasama

dengan lembaga akademik terdekat (Universitas Sebelas Maret)

dapat melakukan pelatihan untuk mengenalkan teknologi –

teknologi baru yang dapat menunjang dalam proses produksi

pembuatan jamu instan misalkan alat parutan listrik, mesin

pengemas, mesin pengering, mesin pengolah jamu instan dll.

Dalam pelatihan juga menghadirkan pihak yang memproduksi atau

yang menjual alat tersebut sehingga para pengusaha bisa

mendengarkan penjelasan secara langsung mengenai cara kerja

alat. Selain itu bagi para pengusaha yang berminat untuk membeli

dapat langsung membicarakannya dengan penjual tersebut.

Page 90: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

2) Peningkatan promosi untuk meningkatkan pemasaran produk jamu

instan.

Salah satu kelemahan agroindustri jamu instan yaitu dalam

pemasaran jamu instan terutama adalah keterbatasan promosi yang

dilakukan. Promosi produk sangat berpengaruh dalam pemasaran

produk. Dengan promosi yang baik diharapkan masyarakat dapat

mengetahui manfaat dan keunggulan produk jamu instan sehingga

dapat meningkatakan pemasaran.

Adanya berbagai media yang ada terkait promosi produk

yang diantaranya adalah event pameran dan perkembangan

teknologi informasi diharapkan dapat dimanfaatkan secara optimal

untuk menunjang promosi produk jamu instan Kabupaten

Karanganyar. Selain itu agroindustri jamu instan dapat menjalin

kerjasama dengan klaster biofarmaka untuk membantu dalam

mempromosikan dan memasarkan prosuk jamu instan. Pemerintah

juga dapat membantu mempromosikan produk jamu instan melalui

website resmi pemerintah daerah. Oleh karena itu, keterbatasan

dalam hal promosi dapat dikendalikan dengan penggunaan media-

media promosi yang saat ini berkembang. Pengusaha agroindustri

jamu instan juga harus berupaya mempererat jejaring kemitraan,

meningkatkan relasi dan jaringan promosi serta pelanggan untuk

memperluas dan memperkuat pemasaran jamu instan.

c. Strategi S-T

Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman

adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki

dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat

dirumuskan adalah :

1) Peningkatkan akses bahan baku lokal yang berkualitas dengan

harga yang terjangkau.

Agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar masih

mengandalkan bahan baku lokal untuk memproduksi jamu instan.

Page 91: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Permasalahan yang terjadi adalah harga bahan baku lokal yang

berfluktuasi tergantung waktu panen. Upaya yang perlu dilakukan

untuk meningkatkan kemampuan agroindustri jamu instan dalam

mengakses bahan baku yang berkulitas dengan harga yang

terjangkau adalah dengan melalui program kemitraan dengan

lembaga atau kelompok tani yang berperan dalam penyediaan dan

distribusi bahan baku jamu instan dalam hal ini adalah kluster

biofarmaka. Selain itu perlu dilakukan juga upaya penanaman

varietas unggul bahan baku jamu seperti jahe, kunir, kunyit dan

lain – lain yang berkualitas (produktifitas lebih baik dan kandungan

rendemen lebih banyak). Pemerintah bekerjasama dengan Dinas

pertanian dan lembaga akademik dapat melakukan penelitian untuk

mendapatkan benih tanaman biofarmaka yang unggul. Sehingga

dapat menunjang agroindustri jamu instan untuk meningkatkan

kualitas dan kuantitas produk jamu instan. Peningkatan kualitas

dan kuantitas produk jamu instan tentu saja merupakan sebuah

keunggulan sehingga produk jamu instan Kabupaten Karanganyar

dapat bersaing dengan produk jamu instan dari daerah lain.

2) Peningkatan kemampuan produsen dalam inovasi produk jamu

instan dengan harga yang terjangkau pasar.

Permasalahan yang mengancam agroindustri jamu instan

diantaranya adalah perkembangan produk jamu instan diluar

wilayah, persaingan dengan produk jamu instan yang lain, dan

harga bahan baku fluktuatif. Selain itu, kondisi pengusaha

agroindustri jamu instan yang secara umum berskala mikro

membuat pengusaha belum berani berinovasi secara mandiri dan

masih memerlukan peran pemerintah dalam pengembangan

usahanya.

Pelatihan dan pembinaan yang bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan produsen dalam inovasi produk jamu instan perlu

dilakukan. Pemerintah daerah bekerja sama dengan lembaga

Page 92: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

akademik terdekat (Universitas Sebelas Maret) dapat melakukan

pelatihan dan pembinaan mengenai inovasi produk jamu instan.

Lembaga akademik tentu saja dapat melakukan dan telah banyak

melakukan riset inovasi produk jamu, sehingga dalam pelatihan

tersebut lembaga akademik dapat mengenalkan dan menjelaskan

hasil inovasinya kepada para pengusaha agroindustri jamu instan.

Sebagai contoh inovasi yang dapat dilakukan antara lain adalah

pembuatan permen jamu dan minuman jamu instan. Selain itu,

inovasi juga dapat dilakukan dengan membuat jamu instan yang

diramu dari beberapa tanaman biofarmaka, khusus untuk

menyembuhkan suatu penyakit misalkan diabetes, stroke, jantung,

dll.

Setelah mengikuti pelatihan tersebut pengusaha diharapkan

mampu menerapkan ilmu yang sudah didapatkan selama pelatihan

pada usaha mereka. Pengusaha agroindustri jamu instan dapat lebih

kreatif dalam memanfaatkan kekuatan yang dimiliki sehingga

dapat membuat inovasi dan meningkatkan nilai lebih pada produk

jamu instan mereka. Agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar diharapkan mampu bersaing dengan agroindustri

jamu instan di kabupaten lain, dengan produk jamu instan yang

lebih kreatif dan inovatif.

d. Strategi W-T

Strategi W-T (Weakness-Threat) atau strategi kelemahan-

ancaman adalah strategi defensif untuk meminimalkan kelemahan

internal dan menghindari ancaman eksternal. Alternatif strategi yang

dapat dirumuskan adalah :

1) Meningkatkan kualitas pengusaha agroindustri jamu instan melalui

kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya

saing produk jamu instan.

Meningkatkan kualitas pengusaha dalam pengembangan

agroindustri jamu instan meliputi bidang manajemen usaha dan

Page 93: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

mental pengusaha. Dalam rangka meningkatkan kualitas pengusaha

agroindustri jamu instan Pemerintah bekerjasama dengan lembaga

akademik terdekat (Universitas Sebelas Maret) dapat melakukan

pelatihan dan pembinaan mengenai manajemen keuangan,

manajemen persediaan, manajemen sumberdaya manusia,

pemasaran, kepemimpinan dan motivation training. Dengan

mengikuti pembinaan dan pelatihan tersebut secara aktif

diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan pengetahuan

pengusaha.

Pelatihan dan pembinaan mengenai manajemen usaha

diperlukan untuk menunjang pengembangan usaha agroindustri

jamu instan. Pengusaha agroindustri jamu instan perlu mengetahui

mengenai bagaimana cara mengelola keuangan usaha, mengelola

persedian baik bahan baku maupun produk jadi, mengelola pekerja,

bagaimana cara memasarkan produk secara efektif, dan bagaimana

menjadi seorang pemimpin dalam usaha. Motivation training

diperlukan agar pengusaha lebih kebal, tanggap dan kritis terhadap

permasalahan yang terjadi dalam perkembangan usaha. Dengan

demikian, diharapkan pengusaha lebih tanggap terhadap

permasalahan dan peluang usaha jamu instan. Kualitas SDM yang

baik akan berpengaruh pada kemampuan manajemen usaha yang

lebih baik sehingga mampu menghasilkan produk dengan daya

saing tinggi.

2) Membuat lisensi atau ijin dari badan POM dan membuat kemasan

yang menarik.

Adanya perhatian pemerintah terhadap pemberdayaan

UMKM merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan pengusaha

agroindustri jamu instan dalam meningkatkan kualitas usaha

mereka. Kelemahan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar antara lain adalah kemasan produk yang masih

sederhana dan produk belum memiliki sertifikasi dari Badan POM.

Page 94: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

Kelemahan tersebut menghambat dalam pemasaran produk jamu

instan karena konsumen lebih memilih produk jamu instan yang

memiliki kemasan yang menarik dan telah memiliki sertifikasi dari

Badan POM.

Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan

tersebut antara lain adalah pemerintah bekerjasama dengan

lembaga akademik terdekat (Universitas Sebelas Maret) dan Badan

POM dapat melakukan pelatihan mengenai prosedur untuk

mendapatkan lisensi dari Badan POM. Dalam pelatihan tersebut

pengusaha agroindustri bisa mendapatkan penjelasan langsung dari

Badan POM mengenai prosedur untuk mendapatkan lisensi.

Setelah pelatihan para pengusaha dapat memenuhi prosedur

tersebut untuk mendapatkan lisensi. Selain itu di dalam pelatihan

juga diberikan materi mengenai pembuatan kemasan yang menarik,

mengenalkan berbagai macam kemasan, cara membuat dan cara

mengemas produk yang baik. Dengan produk yang memiliki

kemasan yang menarik dan telah memiliki sertifikasi dari badan

POM, maka produk jamu instan Kabupaten Karanganyar dapat

bersaing dengan produk jamu instan yang lain, selain itu

pemasaran produk dapat lebih luas, sehingga agroindustri jamu

instan di Kabupaten Karanganyar dapat terus berkembang menjadi

lebih baik.

E. Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu instan di Kabupaten

Karanganyar.

Analisis peta rantai nilai (value chain map) dilakukan secara diskriptif

dengan mengolah data mengenai rantai nilai agroindustri jamu instan

kemudian dipaparkan dalam bentuk tabel informatif. Data didapat melalui

wawancara dengan responden. Adapun analisis value chain map meliputi

profil pelaku dari setiap rantai yang terlibat dalam agroindustri mulai dari

pemasok, pengolah, dan pemasar yang terlibat dalam agroindustri jamu instan.

Hasil analisis peta rantai nilai (value chain map) dijelaskan pada tabel 24.

Page 95: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

Tabel 25. Rantai Nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu instan di Kabupaten Karanganyar, 2011.

Peran Pemasok Pengolah Pemasar Pelaku Petani Agroindustri jamu instan Pedagang

Bentuk produk Tanaman Biofarmaka (Jahe, Kunir, temulawak dll)

Jamu instan Jamu instan

Kemudahan menjual produk

Mudah Mudah Mudah

Daya tawar harga dan kualitas terhadap pembeli. (kuat, seimbang, lemah)

Lemah Kuat Kuat

Harga produk Rp 20.000 – Rp 30.000/Kg

Rp. 30.000 - Rp. 50.000/Kg atau Rp 1.000 – Rp 1.500/bks

Rp. 35.000 –Rp. 55.000/Kg atau Rp 1.500 – Rp 2.000/bks

Keuntungan Sedang Sedang Sedang Sistem pembayaran (tunai, tempo, ijon)

Tunai Tunai dan Konsinyasi Tunai

Metode pembayaran(bank, konvensional)

Konvensional Konvensional Konvensional

Standard yang disukai pembeli

Masih segar, berisi/ukuran besar, utuh, tidak terkena penyakit, sudah masak

Murni, produksi baru, tahan lama, aroma sedap, berkhasiat

Murni, aroma sedap, berkhasiat

Lembaga pendukung usaha

Klaster Biofarmaka, Pemerintah, Bank

Klaster Biofarmaka, Bank, Pemerintah

Bank

Bentuk fasilitas lembaga pendukung usaha

Pengadaan benih unggul, Pemasaran, Penyuluhan, Bantuan sarana produksi

Pengadaan bahan baku, Pemasaran produk, promosi produk, bantuan modal, penyuluhan, bantuan sarana produksi

Bantuan modal

Sumber : Analisis Data Primer, 2011.

Rantai nilai (Value Chain) pada agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar berdasarkan Tabel 25 melibatkan beberapa pihak antara lain

adalah petani tanaman biofarmaka sebagai pemasok bahan baku, agroindustri

jamu instan sebagai produsen dan pedagang jamu instan/warung jamu instan

sebagai pemasar. Agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar

sebagian besar memperoleh bahan baku dari petani tanaman biofarmaka

setempat atau dari lahan mereka sendiri. Pelaku agroindustri jamu instan

sebagian besar juga merupakan petani tanaman biofarmaka sehingga mereka

menggunakan bahan baku dari lahan mereka sendiri ketika panen dan ketika

belum panen mereka membeli dari petani lain. Agroindustri jamu instan

memasarkan produknya sendiri langsung ke konsumen dengan mengikuti

Page 96: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

pameran dan menerima pesanan, namun ada juga agroindustri jamu instan

yang bekerja sama dengan pedagang jamu untuk memasarkan produknya dan

ada juga yang menitipkan produknya di warung jamu.

Pemasok bahan baku agroindustri jamu instan adalah petani tanaman

biofarmaka. Bentuk produk pada tingkat pemasok adalah tanaman biofarmaka

antara lain adalah jahe, kunir, temu lawak dll. Petani tergolong mudah dalam

menjual produknya karena ada lembaga yang membantu dalam hal pemasaran

yaitu klaster tanaman biofarmaka. Daya tawar petani terhadap harga dan

kualitas terhadap pembeli tergolong lemah sehingga petani menerima begitu

saja harga dan kualitas tanaman biofarmaka yang disetor ke agroindustri jamu

instan. Harga tanaman biofarmaka di tingkat petani adalah Rp. 20.000,-/ Kg

sampai Rp. 30.000,-/ Kg tergantung dari jenis tanaman biofarmaka yang

dijual. Agroindustri jamu instan membeli bahan baku dari petani dengan

sistem tunai dan menggunakan metode pembanyaran secara konvensional atau

membanyar langsung kepada petani. Kriteria bahan baku tanaman biofarmaka

yang baik adalah volume tanaman biofarmaka yang besar, masak, tidak

berlubang, tidak lecet dan masih segar (tidak busuk). Lembaga yang

mendukung petani antara lain adalah klaster tanaman biofarmaka, pemerintah

dan perbankan. Bentuk fasilitas lembaga pendukung usaha antara lain adalah

pengadaan benih unggul, promosi dan pemasaran, penyuluhan, bantuan sarana

produksi dan permodalan.

Agroindustri jamu instan mengolah tanaman biofarmaka menjadi jamu

instan yang berbentuk serbuk. Jamu instan yang berbentuk serbuk kemudian

dikemas dalam kemasan 1 kg dan dalam kemasan plastic kecil. Jamu instan

kemasan 1 kg dijual dengan harga Rp. 30.000 - Rp. 50.000/Kg, sedangkan

kemasan plastik kecil dijual dengan harga Rp. 1.000 – Rp 1.500/bks.

Agroindustri jamu instan dalam menjual jamu instan tergolong mudah karena

tren pada masyarakat yang kembali tertarik pada obat-obatan tradisional. Daya

tawar harga dan kualitas terhadap pembeli tergolong relatife kuat karena

belum banyak yang memproduksi jamu instan, sehingga agroindustri jamu

instan masih bisa menentukan harga dan kualitas sesuai keinginan.

Page 97: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

Keuntungan yang didapat agroindustri jamu instan tergolong sedang yaitu

sebesar Rp. 500/bks. Sistem pembayaran yang diterapkan agroindustri jamu

instan adalah secara tunai jika menjual ke pedagang atau langsung konsumen

dan juga secara konsinyasi jika menitipkan jamu instan ke warung jamu.

Metode pembayaran secara konvensional yaitu pembeli membayar langsung

kepada penjual. Standard yang disukai pembeli adalah jamu instan yang

murni, produksi baru, tahan lama, aroma sedap, dan berkhasiat. Lembaga

pendukung agroindustri jamu instan adalah Klaster Biofarmaka, Bank,

Pemerintah. Bentuk fasilitas lembaga pendukung usaha adalah pengadaan

bahan baku, pemasaran produk, promosi produk, bantuan modal, penyuluhan,

bantuan sarana produksi.

Produk jamu instan ini biasanya oleh agroindustri jamu instan di

pasarkan langsung kepada konsumen atau dijual lewat pedagang, selain itu

jamu instan juga dititipkan di warung jamu setempat. Harga jual pedagang

atau warung jamu kepada konsumen untuk kemasan 1 kg dijual dengan harga

Rp. 35.000 - Rp. 55.000/Kg, sedangkan kemasan plastik kecil dijual dengan

harga Rp. 1.500 – Rp 2.000/bks. Agroindustri jamu instan dalam menjual

jamu instan tergolong mudah karena tren pada masyarakat yang kembali

tertarik pada obat-obatan tradisional, sehingga minat konsumen relatife tinggi

untuk membeli jamu instan, selain itu tren masyarakat tersebut membuat daya

tawar harga dan kualitas tergolong relative kuat sehingga pedagang atau

warung jamu masih bisa menentukan harga. Keuntungan yang didapat

pedagang atau warung jamu tergolong sedang karena daya tawar yang kuat.

Sistem pembayaran yang diterapkan pedagang atau warung jamu instan adalah

secara tunai dan metode pembayaran secara konvensional yaitu pembeli

membayar langsung kepada pedagang atau warung jamu. Standard yang

disukai pembeli adalah jamu instan yang murni, produksi baru, tahan lama,

aroma sedap, dan berkhasiat. Lembaga pendukung pedagang atau warung

jamu instan adalah Bank dan bentuk fasilitas lembaga pendukung usaha

adalah bantuan modal.

Page 98: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Rantai nilai (Value Chain) pada agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar, lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Gambar 3. Rantai nilai (Value Chain) Agroindustri Jamu Instan di Kabupaten

Karanganyar

Keterangan :

Alur Jamu Instan

Alur pembayaran

Konsumen Jamu Instan

Pedagang/ Agen Jamu Intan

Agroindustri Jamu Instan

Petani Bioafarmaka

Page 99: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pemetaan dan strategi pengembangan

agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar yang telah dilakukan,

maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Sebaran agroindustri jamu instan di Kabupaten Karanganyar terdapat di 8

kecamatan dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Karanganyar, antara

lain adalah di Kecamatan Jatipuro, Kecamatan Jenawi, Kecamatan

Jumantono, Kecamatan Jumapolo, Kecamatan Karanganyar, Kecamatan

Kerjo, Kecamatan Ngargoyoso dan Kecamatan Tawangmangu.

2. Potensi (posisi) agroindustri jamu instan pada tingkat kecamatan adalah

sebagai berikut: di Kecamatan Jatipuro menduduki peringkat 1, di

Kecamatan Kerjo dan Kecamatan Ngargoyoso menduduki peringkat 2, di

Kecamatan Tawangmangu menduduki peringkat 3, di Kecamatan

Jumapolo menduduki peringkat 5, di Kecamatan Jumantono menduduki

peringkat 7, di Kecamatan Jenawi menduduki peringkat 9, dan di

Kecamatan Karanganyar menduduki peringkat 17.

3. Potensi (posisi) agroindustri jamu instan pada tingkat Kabupaten di

Kabupaten Karanganyar menduduki urutan ke 2 setelah agroindustri

tempe.

4. Strategi pengembangan pada agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar berdasarkan analisis SWOT antara lain adalah, meningkatkan

dan mempertahankan kualitas dan kuantitas produk jamu instan serta

efisiensi penggunaan sarana dan prasarana produksi, memperkuat serta

mengembangkan kelembagaan yang sudah ada (klaster biofarmaka),

penguatan modal dan adopsi teknologi modern untuk menunjang proses

produksi yang efisien, peningkatan promosi untuk meningkatan pemasaran

produk jamu instan, peningkatan kemampuan produsen dalam inovasi

produk jamu instan dengan harga yang terjangkau pasar, peningkatan

85

Page 100: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

akses bahan baku lokal yang berkualitas dengan harga yang terjangkau,

meningkatkan kualitas pengusaha agroindustri jamu instan melalui

kegiatan pembinaan untuk memaksimalkan produksi dan daya saing

produk jamu instan, serta membuat lisensi atau ijin dari Badan POM dan

membuat kemasan yang menarik.

5. Peta Rantai Nilai (value chain map) agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar terdiri dari petani agrofarmaka sebagai pemasok, pelaku atau

pengusaha agroindustri jamu instan sebagai produsen dan pedagang atau

agen jamu instan sebagai pemasar jamu instan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran yang dapat kami berikan

demi kemajuan dan perkembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar antara lain sebagai berikut :

1. Bagi pelaku pengusaha agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar

a. Pengusaha harus menetapkan standar atau kriteria bahan baku yang

baik agar tetap dapat mempertahankan kualitas jamu instan yang

dihasilkan. Sebagai contoh, kriteria yang baik sebagai bahan baku untuk

tanaman rimpang – rimpangan (jahe, kunyit, kunir dll) adalah rimpang

besar, tua (umur 8 – bulan), bagus tidak rusak atau busuk dan tidak

terkena cemaran bahan asing.

b. Pengusaha perlu menjalin kemitraan dengan petani tanaman biofarmaka

dan kluster biofarmaka untuk menunjang ketersediaan bahan baku,

promosi dan pemasaran produk.

c. Adopsi teknologi modern perlu dilakukan sehingga proses produksi

dapat lebih cepat dan efisien. Teknologi – teknologi baru yang dapat

menunjang dalam proses produksi pembuatan jamu instan antara lai

adalah alat parutan listrik, mesin pengemas, mesin pengering, mesin

pengolah jamu instan dll.

Page 101: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

d. Inovasi produk diperlukan untuk meningkatkan nilai lebih dan

keunggulan produk, hal tersebut dapat dilakukan dengan membuat

ramuan jamu khusus yang mempunyai manfaat tertentu disesuaikan

dengan kebutuhan masyarakat misalnya jamu instan untuk penyakit

diabetes, menurunkan kadar kolesteral dll. Selain itu inovasi yang dapat

dilakukan antara lain adalah pembuatan permen jamu dan minuman

jamu instan.

e. Membuat kemasan yang menarik untuk menunjang pemasaran produk

jamu instan.

f. Membuat ijin dari badan POM untuk meningkatkan loyalitas

kepercayaan konsumen.

g. Pengusaha harus dapat memanfaatkan adanya berbagai peluang yang

ada terkait promosi produk yang diantaranya adalah event pameran dan

perkembangan teknologi informasi untuk menunjang promosi produk

jamu instan Kabupaten Karanganyar.

2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sudah cukup

baik dalam pengembangan agroindustri jamu instan di Kabupaten

Karanganyar namun masih ada beberapa saran sebagai berikut:

a. Pemerintah daerah perlu bekerjasama dengan lembaga akademik

terdekat (Universitas Sebelas Maret) untuk menunjang pengembangan

agroindustri jamu instan. Program-program yang dapat dilakukan

antara lain pendampingan agroindustri jamu instan, pendampingan

klaster biofarmaka, pelatihan teknologi baru yang menunjang proses

produksi jamu instan, pelatihan inovasi produk jamu instan, penelitian

benih unggul tanaman biofarmaka., pelatihan mengenai membuat

kemasan yang menarik, pelatihan manajemen usaha serta motivation

training bagi para pengusaha agroindustri jamu instan.

b. Pemerintah daerah bekerjasama dengan bank daerah maupun swasta

dapat membuat program kredit murah dan program pelatihan bagi para

Page 102: PEMETAAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI …/Pemetaan... · agroindustri jamu instan di kabupaten karanganyar skripsi oleh : ananda putuarta h 0808068 fakultas pertanian universitas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

pengusaha agroindustri jamu instan mengenai prosedur mendapatkan

kredit dari bank.

c. Pemerintah daerah bekerjasama dengan badan POM dapat membuat

program pelatihan mengenai prosedur memperoleh lisensi dari badan

POM.

d. Pemerintah daerah hendaknya turut aktif dalam mempromosikan

produk jamu instan Kabupaten Karanganyar baik melalui berbagai

media seperti pameran dan internet.