6
PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR A. Inspeksi postur / posisi pasien secara keseluruhan 1. Apakah ada asimetrisitas anggota gerak kiri dan kanan. Pasien hemiplegi biasanya memberikan postur fleksi siku dan pergelangan tangan dengan ekstensi lutut dan pergelangan kaki. 2. Perhatikan apakah ada gerakan – gerakan involunter pada ekstemitas. Gerakan involunter dibedakan menjadi tremor, korea, dan atetosis. 3. Perhatikan apakah ada otot yang mengecil, selalu pikirkan simetrisitas. 4. Perhatikan apakah ada fasikulasi ( gerakan halus subkutan yang timbul akibat kontraksi otot, bisa timbul secara spontan ataupun dengan stimulus). Fasikulasi muncul pada penyakit lower motor neuron, umumnya pada otot – otot yang mengalami atrofi. B. Tonus Tonus merupakan tahanan otot yang dirasakan oleh pemeriksa ketika melakukan gerakan sendi secara pasif sepanjang range of movement ( ROM ). Cara pemeriksaan : Tonus lengan 1. Pegang tangan pasien seperti ingin bersalaman, dan tahan lengan bawah. Lalu lakukan pronasi dan supinasi lengan bawah. Selanjutnya putar tangan pada pergelangan tangan. 2. Tahan lengan bawah dan siku, kemudian gerakan tangan sampai jangkauan fleksi dan ekstensi menjadi maksimal pada siku. Tonus tungkai

PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR

Citation preview

Page 1: PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR

PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR

PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR

A. Inspeksi postur / posisi pasien secara keseluruhan1. Apakah ada asimetrisitas anggota gerak kiri dan kanan. Pasien hemiplegi biasanya

memberikan postur fleksi siku dan pergelangan tangan dengan ekstensi lutut dan pergelangan kaki.

2. Perhatikan apakah ada gerakan – gerakan involunter pada ekstemitas. Gerakan involunter dibedakan menjadi tremor, korea, dan atetosis.

3. Perhatikan apakah ada otot yang mengecil, selalu pikirkan simetrisitas.4. Perhatikan apakah ada fasikulasi ( gerakan halus subkutan yang timbul akibat

kontraksi otot, bisa timbul secara spontan ataupun dengan stimulus). Fasikulasi muncul pada penyakit lower motor neuron, umumnya pada otot – otot yang mengalami atrofi.

B. TonusTonus merupakan tahanan otot yang dirasakan oleh pemeriksa ketika melakukan gerakan sendi secara pasif sepanjang range of movement ( ROM ).Cara pemeriksaan : Tonus lengan1. Pegang tangan pasien seperti ingin bersalaman, dan tahan lengan bawah. Lalu

lakukan pronasi dan supinasi lengan bawah. Selanjutnya putar tangan pada pergelangan tangan.

2. Tahan lengan bawah dan siku, kemudian gerakan tangan sampai jangkauan fleksi dan ekstensi menjadi maksimal pada siku.

Tonus tungkai1. Tonus pada lutut : letakkan tangan anda dibelakang lutut, tangan satu lagi

dopergelangan kaki kemudian lakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada lutut.2. Tonus pergelangan kaki : tahan pergelangan kaki, lalu lakukan gerakan fleksi dan

dorsofleksi pada kaki. Interpretasi :

Normotonus : tahanan ringan dirasakan disetiap arah gerak Hipotonus : tonus menurun. Tahanan dirasakan hilanga saat digerakan. Hipertonus : tonus meningkat.

Lead pipe rigidity ( seperti membengkokkan besi )Cogwheel rigidity ( seperti gigi roda )

C. Kekuatan

Page 2: PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR

Cara pemeriksaan : 1. Mintalah pasien untuk duduk2. Kalaupun pasien harus berbaring, pastikan posisi tubuh pasien sejajar, tidak

cenderung miring ke salah satu sisi. 3. Perintahkan pasien untuk mengangkat kedua lengan ke atas, dengan telapak tangan

menghadap ke atas. Perhatikan posisi lengan, apakah ada satu lengan yang cenderung pronasi atau turun kebawah. Bila ada, kemungkinan ada kelemahan pada satu sisi lengan tersebut.

4. Periksa kekuatan otot pasien.Interpretasi :Hasil pemeriksaan dengan menggunakan skala penilaian berdasarkan medical research council ( MRC )

5 = kekuatan normal, mampu melawan tahanan penuh 4 = gerakan sedang, mampu melawan tahanan ringan. 3 = gerakan melawan gravitasi, namun tidak mampu melawan tahanan. 2 = tidak dapat melawan gravitasi, hanya mampu bergeser. 1 = hanya mampu menggerakan bagian - bagian otot saja. 0 = tidak ada gerakan

D. Trofi ototCara pemeriksaan : Lakukan pengukuran menggunakan pipa meteran pada kedua sisi ekstremitas, pada titik – titik pengukuran seperti berikut :

10 cm dibawah fossa cubiti 10 cm di atas fossa cubiti 10 cm dibawah lutut 10 cm di atas lutut

Interpretasi : Abnormal bila terdapat perbedaan > 2 cm antara ekstremitas kiri dan kanan.

PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN KOMA / TIDAK SADAR

Page 3: PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR

1. Pergerakan spontan : lihat adanya suatu asimetriGerakan gelisah dari kedua lengan dan kedua kaki, gerakan memegang atau menggenggam dan gerakan mengambil menandakan bahwa traktus kortikospinalis lebih intak atau kurang intak. Hambatan berlawanan yang bervariasi terhadap gerakan pasif (kekakuan/ rigiditas paratonik), gerakan menghindar kompleks, dan gerakan pertahanan yang diskrit memiliki pengertian yang sama; jika gerakan ini bilateral, koma biasanya tidak dalam. Terjadi epilepsy fokal motoric menunjukkan bahwa traktus kortikospinalis yang berkaitan masih intak. Dengan destruksi masif dan hemisfer otak, seperti yang terjadi pada perdarahan hipertensi atau oklusi arteri carotis interna dan arteri serebral tengah, kejang fokal jarang terlihat di sisi yang lumpuh.Walaupun begitu, aktifitas kejang mungkin hanya muncul pada tungkai ipsilateral, sedangkan anggota badan yang kontralateral dihalangi untuk terlibat oleh hemiplegia tersebut. Seringkali, bentuk-bentuk gerakan rumit semivolunter muncul pada sisi yang sehat pada pasien dengan penyakit / lesi yang luas dalam satu hemisfer, mereka mungkin mewakili beberapa jenis disekuilibrum atau disinihibisi pola pergerakan kotikal dan subkortikal. Gerakan koreik, atetotik, atau gerakan hemiballistik yang nyata menunjukkkan adanya gangguan dari struktur basal ganglionik dan subthalamik, sama seperti yang terjadi atau muncul pada pasien yang sadar.

2. Tonus otot : peningkatan tonus otot bilateral pada ekstremitas bawah merupakan tanda penting terjadinya suatu herniasi serebri.

3. Induksi pergerakan melalui :Perintah verbal : normalRangsang nyeri : dengan menggosokkan kepalan tangan pemeriksa pada sternum dan penekanan nailbed dengan menggunakkan handel dari palu reflex.

1. Membuka mata

Page 4: PEMERIKSAAN MOTORIK PADA PASIEN SADAR DAN TIDAK SADAR

Kelopak mata yang tertutup pada pasien koma menunjukkan bahwa pons bagian bawah masih intak. Adanya reflex mengedip menunjukkan adanya peran RAS. Walaupun demikian, mengedip dapat muncul dengan atau tanpa gerakan spontan dari tungkai.

2. Reaksi pupilIni merupakan pemeriksaan yang sangat penting pada pasien koma. Yang perlu diperhatikan adalah bentuk, ukuran, dan kesimetrisan dari pupil. - Pupil yang simetris dengan bentuk dan ukuran yang normal dan reaktif terhadap

rangsang cahaya menandakan midbrain dalam keadaan intak. Pupil yang reaktif tanpa disertai respon dari kornea dan okulosefalik menandakan suatu keadaan koma yang disebabkan kelainan metabolik.

- Pupil yang semidilated/ midposition (2-5 mm) terfiksir atau pupil ireguler menandakan suatu lesi fokal di midbrain.

- Pupil pinpoint yang reaktif menandakan kerusakan pada tingkat pons. Intoksikasi dari opiat dan kholinergik (pilokarpin) juga dapat menyebabkan pupil seperti ini. Lesi tegmentum pontin menyebabkan pupil sangat miosis ( diameter < 1 mm ) dengan reaksi yang tidak terlalu Nampak jelas terhadap cahaya terang kuat : ini merupakan karakteristik dari fase awal perdarahan pontin. Opiat menyebabkan pinpoint pupil dengan konstriksi terhadap cahaya yang sangat tipis sehingga hanya bisa dilihat dengan kaca pembesar. Barbiturate dosis tinggi dapat bekerja serupa, namun diameter pupil cenderung 1 mm atau lebih.

- Pupil anisokor dan terfiksir terjadi pada kompresi terhadap saraf kranial III pada herniasi unkus. Ptosis dan eksodeviasi juga terlihat pada keadaan tersebut.

- Pupil yang terfiksir dan dilatasi menandakan suatu herniasi sentral, iskemia hipoksia global, keracunan barbiturate, skopolamin, atau gluthehimide. Keracunan atropine atau obat – obatan dengan efek atropinik, terutama anti depresan trisiklik, menyebabkan dilatasi pupil yang lebar dan terfiksasi, gambaran ini dapat direverse secara parsial dengan fisostigmin.

- Pupil yang dilatasi/ membesar unilateral ( diameter 5,5 mm ) dan tidak responsive merupakan tanda awal adanya penarikan atau kompresi dari saraf ke III (okulomotor) dan menunjukkan adanya masa hemisfer ipsilateral.

- Sindroma horner (miosis, ptosis, dan anhidrosis) dapat tampak ipsilateral dari lesi pada batang otak atau hipotalamus atau merupakan tanda diseksi dai arteri carotis interna. Pada sindroma ini, pupil tampak kecil dan lambat untuk membesar.

- Hippus, atau ukuran pupil yang berfluktuasi, dikatakan sebagai karakteristik dari ensefalopati metabolik.