4
PENEGAKAN DIAGNOSIS A. Anamnesis Penilaian awal dari pasien hipertensi harus termasuk riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik untuk memastikan sebuah diagnose dari hipertensi men!ari faktor bahaya penyakit kardio"askular untuk men!ari penyebab hipertensi seku identifikasi konsekuensi kardio"askuler dari hipertensi dan hal lain yang men kesakitan penilaian tekanan darah yang berhubungan dengan gaya hidup dan menentukan inter"ensi yang potensial# Kebanyakan pasien dengan hipertensi memiliki ge$ala yang tidak spesifik t dengan kenaikan tekanan darah#%eskipun kebanyakan memikirkan bahwa tim sebuah ge$ala ketika ter$adi kenaikan tekanan arterial sakit kepala umumnya hanya pada pasien dengan hipertensi berat#Sakit kepala karena hipertens ter$adi pada pagi dan terlokalisasi pada region oksipitalis#Ge$ala non spesif yang mungkin dapat berhubungan kenaikan tekanan darah termasuk pusing palpit mudah lelah dan impotensi#Ketika ge$ala mun!ul pada umumnya menun$u hubungan dengan penyakit hipertensi kardio"askuler ataumanifestasi hipertensi sekunder# Anamnesis meliputi& '# (ama menderita hipertensi dan dera$at tekanan darah )# Indikasi adanya hipertensi sekunder a# Keluarga dengan riwayat penyakit gin$al b# Adanya penyakit gin$al infeksi saluran kemih hematuri pemakaian o analgesik dan obat+bahan lain# !# Episoda berkeringat sakit kepala ke!emasan palpitasi ,feokromositoma- d# Episoda lemah otot dan tetani ,aldosteronisme- .# /aktor*faktor risiko a# 0iwayat hipertensi atau kardio"askular pada pasien atau keluarga pasien b# 0iwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya !# 0iwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya d# Kebiasaan merokok

PEMERIKSAAN HIPERTENSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PEMERIKSAAN HIPERTENSI

Citation preview

PENEGAKAN DIAGNOSIS

PENEGAKAN DIAGNOSISA. Anamnesis

Penilaian awal dari pasien hipertensi harus termasuk riwayat lengkap dan pemeriksaan fisik untuk memastikan sebuah diagnose dari hipertensi, mencari untuk faktor bahaya penyakit kardiovaskular, untuk mencari penyebab hipertensi sekunder, identifikasi konsekuensi kardiovaskuler dari hipertensi dan hal lain yang mendukung kesakitan, penilaian tekanan darah yang berhubungan dengan gaya hidup, dan menentukan intervensi yang potensial.

Kebanyakan pasien dengan hipertensi memiliki gejala yang tidak spesifik terkait dengan kenaikan tekanan darah.Meskipun kebanyakan memikirkan bahwa timbul sebuah gejala ketika terjadi kenaikan tekanan arterial, sakit kepala umumnya terjadi hanya pada pasien dengan hipertensi berat.Sakit kepala karena hipertensi umunya terjadi pada pagi dan terlokalisasi pada region oksipitalis.Gejala non spesifik lainnya yang mungkin dapat berhubungan kenaikan tekanan darah termasuk pusing, palpitasi, mudah lelah, dan impotensi.Ketika gejala muncul, pada umumnya menunjukkan hubungan dengan penyakit hipertensi kardiovaskuler atau manifestasi hipertensi sekunder.

Anamnesis meliputi:

1. Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah

2. Indikasi adanya hipertensi sekunder

a. Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal

b. Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat analgesik dan obat/bahan lain.

c. Episoda berkeringat, sakit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)

d. Episoda lemah otot dan tetani (aldosteronisme)

3. Faktor-faktor risiko

a. Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien

b. Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya

c. Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya

d. Kebiasaan merokok

e. Pola makan

f. Kegemukan, intensitas olahraga

g. kepribadian

4. Gejala kerusakan organ

a. Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic attack, defisit sensoris atau motoris

b. Ginjal : haus, poliuria, nokturia, hematuria

c. Jantung : palpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki

d. Arteri perifer : ekstremitas dingin

5. Pengobatan antihipertensi sebelumnya

B. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan dimulai dari penilaian terhadap tinggi dan berat badan.Pada pemeriksaan awal, tekanan darah harus diukur pada kedua lengan, dan dalam berbagai posisi (terlentang, duduk, dan berdiri) untuk mengevaluasi adanya hipotensi postural.Meskipun pulsasi femoralis normal pada palpasi, tekanan arterial harus diukur minimal sekali pada ekstremitas bawah pada pasien dimana ditemukan hipertensi dibawah umur 30 tahun.Denyut jantung harus direkam.

Pada orang yang mengalami hipertensi, terjadi peningkatan prevalensi terhadap fibrilasi atrial.Leher harus dipalpasi untuk mengetahui terjadinya pembesaran kelenjar tiroid, dan pasien harus dinilai keadaannya terhadap tanda-tanda hipo dan hipertiroid.Pemeriksaan pembuluh darah dapat memberikan kunci terhadap penyakit vascular yang belum diketahui dan harus termasuk pemeriksaan funduskopi, auskultasi terhadap murmur pada karotis dan pembuluh femoral, dan palpasi denyut femoral dan pedal.

Retina adalah satu-satunya jaringan dimana arteri dan arteriol bias diperiksa secara langsung. Dengan meningkatnya berat kasus hipertensi dan arterosklerotik, terjadi perubahan funduskopik yang progresif, termasuk peningkatan reflex cahaya arteriolar, defek menyilang arteriovenosus, perdarahan dan eksudasi, dan pada pasien dengan hipertensi maligna, papilledema.

Pemeriksaan pada jantung dapat menemukan bunyi jantung kedua yang keras karena penutupan katup aorta dan bunyi jantung empat, yang menyertai kontraksi atrial melawan ventrikel kiri yang tidak terisi.Hipertrofi ventrikel kiri dapat dideteksi oleh pembesaran, menetap, dan impuls apical yang tidak pada tempatnya, sedikit ke samping.

Pada murmur abdomen, secara khusus murmur menyamping dan menyebar sepanjang systole ke diastole, meningkatkan kemungkinan hipertensi renovascular. Ginjal pasien dengan penyakit polisistik ginjal dapat dipalpasi di abdomen.Pemeriksaan fisik harus termasuk evaluasi terhadap tanda gagal jantung kongestif dan pemeriksaan neurologic.C. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang umunya diperlukan untuk membantu mengevaluasi tingkat hipertensi pasien.Penilaian berulang terhadap fungsi renal, elektrolit serum, gula darah puasa, dan lemak dapat dilakukan setelah pemberian obat-obatan antihipertensi yang baru, dan tiap tahun atau secara sering diperiksa jika secara klinis diperlukan.Uji laboratorium yang lebih ekstensif diperlukan jika pasien mengalami resistensi obat atau ketika evaluasi klinis menemukan suatu bentuk hipertensi sekunder.

Pemeriksaan penunjang lainnya dapat berupa EKG, dengan mengamati tanda-tanda sekunder dari hipertensi, seperti pembesaran jantung, maupun gagal jantung.

Pemeriksaan penunjang terdiri atas:

a. Tes darah rutin

b. Glukosa darah (sebaiknya puasa)

c. Kolesterol total serum

d. Kolesterol LDL dan HDL serum

e. Trigliserida serum (puasa)

f. Asam urat serum

g. Kreatinin serum

h. Kalium serum

i. Hemoglobin dan hematokrit

j. Urinalisis

k. Elektrokardiogram Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lainnya hanya dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh keluhan dan gejala pasien. Pemeriksaan untuk mengevaluasi adanya kerusakan organ target meliputi: 1. Fungsi ginjal a. Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanya proteinuria/mikro-makroalbuminuria serta rasio albumin kreatinin urin

b. Perkiraan LFG, yang untuk pasien dalam kondisi stabil dapat diperkirakan dengan menggunakan modifikasi rumus dari Cockroft-Gault sesuai dengan anjuran National Kidney Foundation (NKF) yaitu:

Klirens Kreatinin* = (140-umur) x Berat Badan x (0,85 untuk perempuan)

72 x Kreatinin Serum

*Glomerulus Filtration Rate (GFR)/LFG dalam ml/menit/1,73m2.