27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga

Pemeriksaan Bakteri Tahan Asam (BTA)

Embed Size (px)

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.

Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 - 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan (Syahrurachman, 1994).Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna (Lay, 1994).

Dinding bakteri yang tahan asam mempunyai lapisan lilin dan lemak yang sukar ditembus cat. Oleh karena pengaruh fenol dan pemanasan maka lapisan lilin dan lemak itu dapat ditembus cat basic fuchsin. Pada waktu pencucian lapisan lilin dan lemak yang terbuka akan merapat kembali. Pada pencucian dengan asam alkohol warna fuchsin tidak dilepas. Sedangkan pada bakteri tidak tahan asam akan luntur dan mengambil warna biru dari methylen blue.Sebagai tenaga analis kesehatan dibutuhkan keterampilan dalam membuat spesimen yang berguna dalam pemeriksaan spesimen di laboratorium. Bakteri umumnya memiliki warna yang transparan maka dari itu diperlukan pewarnaan bakteri agar bentuk dan struktur bakteri dapat terlihat lebih jelas jika diamati dengan mikroskop cahaya. Hal tersebut yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat permasalahan ini sebagai masalah yang akan dibahas dalam laporan praktikum dengan judul Pembuatan dan Pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) Preparat.

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, rumusan masalah dalam praktikum dan penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut. 1. Apa yang dimaksud dengan pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) ?

2. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) ?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dapat membedakan bakteri tahan asam (acid fast) dan bakteri tidak tahan asam (non acid fast) ?

4. Bagaimana bentuk,struktur, dan warna bakteri setelah dilakukan pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) ?1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam praktikum dan penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk dapat menjelaskan yang dimaksud dengan pengecatan/ pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA).

2. Untuk mengetahui hal hal yang perlu diperhatikan dalam pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA).

3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pengecatan/pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA) dapat membedakan bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam.

4. Untuk mengetahui bentuk serta warna dari bakteri setelah dilakukan pengecatan.1.4 Manfaat

Manfaat dari praktikum yang telah dilakukan dan penulisan laporan praktikum ini adalah sebagai berikut. 1. Bagi Mahasiswa :

Laporan praktikum ini dapat menambah wawasan mahasiswa tentang pengecatan pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA), sehingga dapat membedakan bakteri tahan asam (acid fast) dan bakteri tidak tahan asam (non acid fast) serta mengetahui bentuk, struktur, sifat gram dan warna bakteri setelah dilakukan pewarnaan dan diamati dibawah mikroskop cahaya.

2. Bagi Dosen Pembimbing :

Laporan praktikum ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi dalam proses perkulihan dan dapat dijadikan acuan dalam memberikan penilaian serta laporan ini dapat digunakan sebagai bahan ajar.BAB II

TINJAUAN PUSTAKAPewarnaan diferensial artinya pewarnaan yang menggunakan lebih dari satu macam zat warna, seperti pewarnaan gram dan pewarnaan tahan asam. Sedangkan pewarnaan khusus artinya pewarnaan yang dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel atau bakteri tertentu yang sukar diwarnai dengan menggunakan pewarnaan biasa. Pewarnaan khusus dipakai untuk mewarnai bagian-bagian sel kuman atau kuman tertentu yang sukar diwarnai (Noverita, 2009).

Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Golongan bakteri ini biasanya bersifat patogen pada manusia contohnya adalahMycobacterium tuberculosis. Bakteri Mycobacterium tuberculosisdapat diisolasi dari sputum penderita TBC. Reaksi hasil pewarnaannya jika positif terdapat bakteri TBC berwarna merah. Selain menyerang manusia juga menyerang hewan seperti marmut, dan kera. Penularannya dapat melalui udara yang masuk ke saluran pernafasan (Pelczar dan Chan, 1988).

Bakteri tahan asam adalah jenis bakteri yang tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan anilin biasa kecuali dengan menggunakan fenol dan dengan pemanasan. Bakteri ini memilki dinding sel berlilin karena mengandung sejumlah besar materi lipoidal oleh karena itu bakteri ini hanya dapat diwarnai dengan pewarnaan BTA (Acid-Fast Stain). Dinding sel hidrofobik dan impermeabel terhadap pewarnaan dan bahan kimia lain pada cairan atau larutan encer. Ketika proses pewarnaan, bakteri tahan asam ini melawan dekolorisasi dengan asam sehingga bakteri tersebut disebut bakteri tahan asam (Ball, 1997).

Mycobacterium tuberculosisberbentuk batang langsing, lurus atau berbentuk filament. Bakteri ini bersifat aerobik, tidak membentuk spora, non motil, tahan asam, dan merupakan bakteri gram positif. Namun, sekali mycobacteria diberi warna oleh pewarnaan gram, maka warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan asam. Oleh karena itu, maka mycobacteria disebut sebagai Basil Tahan Asam atau BTA. Beberapa mikroorganisme lain yang juga memiliki sifat tahan asam, yaitu spesiesNocardia,Rhodococcus,Legionella micdadei, dan protozoa IsosporadanCryptosporidium. Pada dinding sel mycobacteria, lemak berhubungan dengan arabinogalaktan dan peptidoglikan di bawahnya. Struktur ini menurunkan permeabilitas dinding sel, sehingga mengurangi efektivitas dari antibiotik. Lipoarabinomannan adalah suatu molekul lain dalam dinding sel mycobacteria, berperan dalam interaksi antara inang dan patogen, menjadikan M. tuberculosisdapat bertahan hidup di dalam makrofaga. Mikobakteria dapat tumbuh lebih cepat pada pH 6 dan 8 dengan pH optimum sekitar 6.5 - 6.8 untuk tipe pathogen. Sel mikobakteria terdiri dari tiga lapisan penting yaitu lipid, protein, dan polisakarida (Thomas, 1999).

Mycobacterium tuberculosistermasuk gram positif, berbentuk batang panjang atau pendek, tidak berspora, tidak berkapsul, pertumbuhan sangat lambat (2-8 minggu), suhu optimal 37-380C yang merupakan suhu normal manusia. Pertumbuhannya membutuhkan tambahan makanan seperti darah,egg yolk, serum, dan bahan kimia tertentu.Dalam jaringan, basil tuberkel adalah bakteri batang lurus dengan ukuran sekitar 0,4 3 m. Pada media buatan, bentuk kokoid dan filamentous tampak bervariasi dari satu spesies ke spesies lain. Segera setelah diwarnai dengan pencelupan dasar mereka tidak dapat didekolorisasi oleh alkohol, tanpa memperhatikan pengobatan dengan iodine. Basil tuberkel secara umum dapat diwarnai dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen. Media untuk membiakan mikobakteria adalah media nonselektif dan media selektif. Media selektif berisiantibiotik untuk mencegah pertumbuhan kontaminan bakteri dan fungi yang berlebihan. Ada tiga formulasi umum yang dapat digunakan untuk kedua media nonselektif dan selektif, yaitu media agar semisintetik (middlebrook 7H10 dan 7H11), media telur inspisasi (Lowenstein-jensen), media kaldu (broth media) (Jawetzet al.,2001).Mikobakteria merupakan aerobik obligat yang memperoleh energi dari oksidasi beberapa senyawa sederhana. Penambahan CO2meningkatkan pertumbuhan. Tidak ada aktivitas biokimia yang menandai. Dan kecepatan pertumbuhan lebih rendah dari pada sebagian besar bakteri. Waktu untuk menggandakan basil tuberkel sekitar 18 jam, bentuk saprofit cenderung tumbuh lebih cepat, poliferasi terjadi pada temperatur 22-23C, untuk menghasilkan pigmen yang lebih banyak dan mengurangi bentuk cepat asam daripada bentuk patogenik. Mikobakteria cenderung lebih resisten terhadap agen kimia daripada bakteri lain karena sifat hidrofobik permukaan sel dan pertumbuhannya. Basil tuberkel reisten terhadap kekeringan dan bertahan hidup selama periode waktu yang lama dalam sputum kering. Variasi dapat terjadi dalam koloni, pigmentasi, virulensi, temperatur petumbuhan yang optimal dan beberapa tanda pertumbuhan atau seluler lainnya (Fardiaz, 1992).Bakteri tahan asam dapat diamati dengan teknik pewarnaanZiehl Neelson, Kinyoun Gabber, dan Fluorochrom. Pengambilan sputum (sekret paru-paru atau ludah) untuk analisis tuberculosis dapat dilakukan setiap saat dikenal ada 3 jenis sputum:

Sputum pagi: sputum yang dikeluarkan oleh penderita pada saat bangun pagi.

Spot sputum: sputum yang dikeluarkan pada saat itu.

Collection sputum: sputum yang keluar dan ditampung selama 24 jam

Sputum yang telah diperoleh dapat disimpan dalam lemari es selama satu minggu.Teknik pewarnaan Ziehl-Neelsen, yaitu dengan menggunakan zat warnacarbol fuchsin0,3 %, asam alkohol3 %, dan methylen blue0,3%. Pada pemberian warna pertama, yaitucarbol fuchsin, BTA bersifat mempertahankannya.Carbol fuchsinmerupakan fuksin basa yang dilarutkan dalam larutan fenol 5 %.Larutan ini memberikan warna merah pada sediaan dahak.Fenol digunakan sebagai pelarut untuk membantu pemasukan zat warna ke dalam sel bakteri sewaktu proses pemanasan. Fungsi pemanasan untuk melebarkan pori-pori lemak BTA sehinggacarbol fuchsindapat masuk sewaktu BTA dicuci dengan larutan pemucat, yaitu asam alkohol, maka zat warna pertama tidak mudah dilunturkan. Bakteri kemudian dicuci dengan air mengalir untuk menutup pori-pori dan menghentikan pemucatan. BTA akan terlihat berwarna merah, sedangkan bakteri yang tidak tahan asam akan melarutkancarbol fuchsindengan cepat sehingga sel bakteri tidak berwarna. Setelah penambahan zat warna kedua yaitu methylen blue, bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru (Lay, 1994).Menurut Entjang (2003),padapewarnaan bakteri dengan metode Ziehl-Neelsendapatmenggolongkan bakteri menjadi dua, yaitu :1.Bakteri yang berwarna merah dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tahan asam (acid fast).

2.Bakteri yang berwarna biru dengan pewarnaan Ziehl-Neelsen disebut bakteri tidak tahan asam (non acid fast).

Metode Ziehl-Neelsen digunakan karena cukup sederhana dan mempunyai sensitivitas serta spesifitas yang cukup tinggi. Spesifitas dan sensitivitas yang tinggi sebenarnya dimiliki oleh metode fluorokrom. Bakteri yang terwarnai menunjukkan warna yang kontras dengan lingkungannya dan tidak membutuhkan perbesaran sampai 1000x sehingga bisa mempercepat waktu. Akan tetapi, alat yang digunakan tidak ada yaitu mikroskop fluorescens (Kurniawatiet al.,2005).

Larutan kimia yang digunakan adalah alkoholasam 3%,carbol fuchsin0,3%, serta methylen blue0,3%yang masing-masing mempunyai fungsi antara lain asam alkohol digunakan sebagai peluntur,carbol fuchsinmempunyai fungsi membuka lapisan lilin agar menjadi lunak sehingga cat dapat menembus masuk ke dalam sel bakteriM. tuberculosis. Methylen blue berfungsi sebagai cat lawan dan pada pemberian methylen blue pada bakteri akan tetap berwarna merah dengan latar belakang biru atau hijau (Jutonodkk., 1980).Standar yang terdapat dalam IUATLD (International Union Against Tuberculosis Lung Disease) seperti berikut :

-Negatif: Tidak dijumpai adanya BTA

-Positif: Ditemukan 1-9 BTA/100 LP

-Positif 1: Ditemukan 10-99 BTA/100 LP

-Positif 2: Ditemukan 1-10 BTA/1 LP

-Positif 3: Ditemukan lebih dari 10 BTA/1 LPBAB IIIMETODE3.1 Waktu dan TempatPraktikum pengecatan dan pembacaan preparat BTA ini dilakukan pada :a. Hari/tanggal: Kamis, 18 April 2013b. Tempat

: Laboratorium Bakteriologi

Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar3.2 Alat, Bahan dan Reagen

a. Alat

1. Objek glass

2. Lidi

3. Api bunsen

4. Rak pewarnaan

5. Pipet tetes

6. Botol semprot

7. Label pensil kaca

8. Mikroskopb. Bahan

1. Sampel sputum c. Reagen

1. Carbol fuchsin 0,3%2. Asam alkohol 3%3. Methylene blue 0,3%4. Oil imersi5. Aquades3.3 Cara Kerja3.3.1Pembuatan sediaan

1. Alat pelindung diri (APD) digunakan dengan baik, benar, dan lengkap.

2. Alat dan bahan disiapkan.3. Objek glass diambil, difiksasi, lalu diberi label.4. Membuka tutup tabung yang berisi sampel.

5. Sampel sputum diambil dengan lidi pada bagian yang berlendir.

6. Dibuat apusan pada objek glass.7. Sediaan diletakkan pada posisi miring dan dikeringkan pada suhu kamar.8. Mulut tabung dipanaskan dan ditutup kembali.

3.3.2 Fiksasi

1. Fiksasi dilakukan dengan cara mengelilingi kaca preparat/objek glass pada api bunsen sebanyak tiga kali.

3.3.3 Pewarnaan preparat BTA

1. Sediaan diletakkan pada rak pewarnaan.

2. Sediaan ditetesi cat ZNA (Carbol fuchsin 0,3%), dipanaskan sampai menguap (jangan sampai mendidih), kemudian ditunggu 5 menit, lalu dibilas dengan aquades.

3. Sediaan ditetesi ZNB (Asam alkohol 3%), kemudian ditunggu menit, lalu dibilas dengan aquades.6. Sediaan ditetesi ZNC (Methylene blue 0,3%), kemudian ditunggu 1 menit, lalu dibilas dengan aquades.

4. Sediaan dikering anginkan.

3.3.4Pembacaan preparat BTA1. Sediaan diamati menggunakan mikroskop lensa objektif perbesaran 10X untuk mencari lapang pandang.

2. Preparat ditetesi 1 tetes oil imersi.

3. Preparat diamati dengan lensa objektif pembesaran 100X.

4. Bila ditemukan BTA pada sediaan, maka jumlah BTA dihitung per lapang pandang, dan dicatat jumlahnya.

5. Setelah pengamatan selesai, preparat diambil, mikroskop dibersihkan kemudian disimpan kembali.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

Tabel 1. Lapang pandang pada pengamatan preparat BTA

Lensa objektif pembesaran 10XLensa objektif pembesaran 100X

BTA belum terlihatDitemukan BTA

dengan warna merah bentuk basil

Tabel 2. BTA yang terlihat pada setiap lapang pandang hasil pengamatan dengan lensa objektif pembesaran 100X

Lapang pandang

ke-Lensa objektif

pembesaran 100XJumlah BTA

yang ditemukan

14

22

37

420

513

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pembuatan dan pewarnaan Bakteri Tahan Asam (BTA)

Pada praktikum kali ini dilakukan pengecetan Bakteri Tahan Asam (BTA) yang menggunakan tiga jenis cat Ziehl Neelson (ZN) yaitu carbol fuchsin 0,3 %, asalm alcohol 3 % dan methylene blue 3 %. Dalam pengecatan ini digunakan sample sputum.Sebelum dibuat apusan, objek glass difiksasi untuk menghilangkan lemak yang menempel pada permukaanya dan untuk menghilangkan kontaminan lain yang ada pada objek glass. Apusan yang dibuat tidak boleh terlalu tebal agar bakteri tidak bertumpuk-tumpuk sehingga proses pengamatan bentuk sel bakteri menjadi lebih mudah, tetapi apusan yang dibuat juga tidak boleh terlalu tipis.

Pewarnaan BTA ini dilakukan dengan menggunakan pewarnaan Ziehl Neelson yng menggunakan 3 jenis warna sebagai berikut :

1. Pewarnaan dengan Carbol Fuchsin 3 %

Pewarnaan pertama ini, akan sulit menembus dinding dari Bakteri tahan asam, sehingga dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel bakteri tersebut sehingga warna carbol fuchsin ini mampu diserap oleh sel-sel bakteri. Namun perlu diperhatikan, pemanasan dilalukan jangan sampai mendidih cukup samapai menguap agar sel-sel bakteri tersebut tidak rusak.

2. Penambahan larutan asam alcohol 0,3 %

Penambahan alkohol berfungsi untuk membilas atau melunturkan zat warna (decolorization) pada sel bakteri (mikroorganisme). Saat sel-sel bakteri sudah mampu menyerap warna carbol fuchsin maka dinding sel tersebut akan kembali tertutup dalam pada suhu semula. Sehingga sebelum dilakukan penambahan asam alcohol ditunggu samapai 5 menit. Saat penambahan asam alcohol ini, maka bakteri yang bukan BTA akan dilunturkan kembali warna carbol fuchsin tersebut karena tidak mampu mengikat kuat seperti halnya bakteri BTA.

3. Pemberian zat warna Methylene BlueTerakhir dilakukan penambahan Methylene blue. Methylene Blue merupakan pewarna tandingan atau pewarna sekunder. Zat ini berfungsi untuk mewarnai kembali sel-sel yang telah kehilangan pewarna utama setelah perlakuan dengan asam alkohol. Zat warna methylene blue masuk ke dalam sel bakteri non BTA yang permeabilitas dinding selnya membesar akibat lapisan lipid pada bakteri non BTA terekstraksi oleh asam alkohol, sehingga menyebabkan sel bakteri non BTA tersebut menjadi berwarna biru. Pada bakteri BTA dinding selnya sudah terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori pori mengkerut, daya rembes dinding sel dan membran menurun sehingga zat warna methylene blue tidak dapat masuk sehingga sel bakteri BTA berwarna merah.Waktu yang dipelukan untuk menunggu setiap warna juga berbeda. Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pada saat pembacaan preparat pada mikroskop.1. Menunggu selama 5 menit setelah pewarnaan dengan warna carbol fuchsin dan dilakukan pemanasan bertujuan agar cat ini dapat diserap dan melekat sempurna pada dinding bakteri dan dinding selnya kembali seperti semula setelah dilakukan pemanasan.2. Menunggu selama menit setelah penambahan larutan asam alkohol bertujuan agar zat warna dapat luntur secara sempurna dan tidak ada yang tersisa.

3. Menunggu selama 1 menit setelah penambahan pewarna methylene blue bertujuan agar cat ini dapat diserap sempurna pada dinding bakteri non BTA sehingga ada perbedaan warna antara bakteri BTA dan Non BTA.

Setelah pewarnaan dan menunggu selama waktu diatas, dilakukan pembilasan dengan aquadest yang bertujuan untuk membilas zat warna yang berlebih sebelum dilanjutkan dengan pewarnaan berikutnya.

4.2.2. Hal yang perlu diperhatikan

Fase yang paling kritis adalah dekolorisasi yang mengakibatkan warna yang tidak terikat oleh sel bakteri lepas dari sel, pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih karena akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel BTA.

Kaca obyek harus selalu dicuci dengan aquades diantara penambahan pewarna untuk menghilangkan kelebihan warna dan mempersiapkan pewarna berikutnya.

4.2.3. Faktor yang membedakan BTA dan Non BTA

Perbedaan mendasar antara bakteri BTA dan non BTA adalah pada komponen dinding selnya. Dinding sel BTA mengandung lapisan lilin (lapisan lemak) yang sangat banyak sehingga dalam proses penyrapan warna perlu dilakukan pemanasan untuk memuaikan dinding sel tersebut sehingga pewarna dapat diserap. Namun dalam dinding sel bakteri non BTA lapisan lemaknya tidak banyak sehingga untuk melakuka penyerapan warna tidak perlu dilakukan pemanasan dan pelunturan warna pun sangat mudah dilakukan saat penambahan asam alkohol. 4.2.4. Pengamatan preparat pewarnaan BTA

Pada pengamatan dengan mikroskop lensa objektif pembesaran 10X terlihat lapang pandang berwarna ungu, ditemukan sel epitel tenggorokan yang terkelupas saat pasien mengeluarkan sputum, dan sel bakteri belum terlihat.Pada pengamatan dengan mikroskop lensa objektif pembesaran 100X terlihat sel epitel yang ukurannya semakin besar, dan ditemukan bakteri BTA berwarna merah dan bakteri non BTA berwarna biru. Pada preparat sputum ditemukan :1. Bakteri BTA berbentuk streptobasil.

2. Bakteri BTA berbentuk basil.

3. Bakteri BTA berbentuk coccus.

Dari hasil tersebut dapat didiagnosa bahwa sputum tersebut 2+.BAB V

PENUTUP

5.1. KesimpulanDari semua praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:1. Untuk mempermudah pengamatan, dimana hanya BTA saja yg aakan menyerap warna merah sedangkan bakteri lainnya akan terdekolorisasi oleh asam alkohol.Pengecatan BTA merupakan Pengecatan yang mengguunakan metode Zeil Neelson

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses pengecatan BTA adalah pada saat dekolorisasi dengan asam alkohol dimana pemberian asam alkohol jangan sampai berlebih karena akan menyebabkan overdekolorization sehingga sel BTA hampir sama dengan Non BTA yang menyebabkan sulit membedakannya, tetapi jangan juga terlalu sedikit dalam memberikan alkohol (underdecolorization) karena tidak akan melunturkan warna secara sempurna sehingga sel Non BTA bisa saja berwrna ungu mendekati warna sel BTA. Saat pemanasan juga tidak boleh sampai mendidih karena akan menyebabkan sel bakteri lisis.

3. Faktor-faktor yang memberikan perbedaan antara bakteri BTA dan non BTA adalah pada komponen dinding selnya.4. Pada praktikum ini terdapat 5 BTA/1LP berbentuk basil atau streptobasil berwarna merah sehingga sampel tersebut 2+.5.2. Kritik dan SaranMungkin inilah yang dapat diwacanakan pada laporan kelompok ini meskipun penulisan laporan ini jauh dari kata sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan kelompok kami, karena kami manusia yang tidak luput dari kesalahn dan kami juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya. Kami juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Bakteriologi yang telah memberi kami tugas kelompok demi kebaikan diri kita sendiri dan untuk negara dan bangsa.DAFTAR PUSTAKA

Lay, B. W. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: PT. Raga Grafindo Persada.

Syahrurachman, dkk. 1994. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: UI Press.

Fitri Nurrahmi. 2012. Pewarnaan Ziehl Neelsen. Online. http://mediblock.blogspot.com/2012/10/pratktikum-mikrobiologi-1-pewarnaan.html. Tanggal diakses 20 April 2013

Hendro. 2012. Pewarnaan BTA ( Bakteri Tahan Asam). Online. http://analisbantul.blogspot.com/2012/09/pewarnaan-bta-bakteri-tahan-asam.html. Tanggal diakses 20 April 2013