8
PEMERIKSAAN 12 PASANG SARAF KRANIAL 1. Nervus Olfaktorius/ N ( sensorik ) Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat – zat (bau- bauan) seperti : kopi, the dan tembakau. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negative atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid. Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksaan menutup salah satu lubang hidung pasien kemudian passion disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja. Penilaian : pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik desebut daya cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi. 2. Nervus Optikus/ N II (sensorik) Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi konjungtifa atau infeksi lainya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai. a. Ketajaman penglihatan Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan

Pemeriksaan 12 Pasang Saraf Kranial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pemeriksaan 12 pasang saraf kranial olfaktorius, potikus, okulomotorius

Citation preview

Page 1: Pemeriksaan 12 Pasang Saraf Kranial

PEMERIKSAAN 12 PASANG SARAF KRANIAL

1. Nervus Olfaktorius/ N ( sensorik )

Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat – zat (bau-bauan) seperti : kopi, the dan tembakau. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negative atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid.

Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksaan menutup salah satu lubang hidung pasien kemudian passion disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja.

Penilaian : pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik desebut daya cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi.

2. Nervus Optikus/ N II (sensorik)

Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi konjungtifa atau infeksi lainya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai.

a. Ketajaman penglihatanPasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut.

Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak sama sekali/buta.

b. Lapangan penglihatanCara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksaan. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksaa dan pasien berkisar 60-100 cm. mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh

Page 2: Pemeriksaan 12 Pasang Saraf Kranial

pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien melihat objek, catat beberapa derajat lapang penglihatan klien.

3. Nervus okulomotorius/N III (motorik)

Merupakan nervus yang mempersarafi otot-otot bola mata eksterna, levator palpeora dan konstriktor pupil.

Cara pemeriksaan :

Dioperasikan apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi konjungtiva,hipermi sklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophtalamus), dan bola mata menonjol (exophtalamus).

4. Nervus Trokhlearis/ N IV (motorik)

Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan mdiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isokor / sama, anisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskospi).

5. Nervus trigeminus / N V (motorik dan sensorik)

Merupakan saraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah. Alat yang digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala.

Sensibilitas wajah.

Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.

Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan.

Rasa nyeri : dengan menggunkan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan.

Page 3: Pemeriksaan 12 Pasang Saraf Kranial

Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan aie panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh menyebutkan panas atau dingin yang dirasakan.

Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah)

Tasa getar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang disentuhkan ke wajah pasien.

Otot pengunyah

Cara pemeriksaan : pasien disuruh mengatup mulut kuat-kuat kemudian dipalpasi kedia otot pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posisi mulut klien simetris atau tidak, mulut miring.

Reflek kornea

Cara pemerikasaan: pada saat pasien melihat keatas , lakukan sentuhan ringan dengan sebuah gumpalan kampas kecil di daerah temporal masing-masing kornea bila terjadi kedipan mata, dan keluarnya air mata adalah respon yang normanl.

6. Nervus abdusen / N VI (motorik)

Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Latera atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karrena kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involuntor.

7. Nervus fasialis/N VII (motorik dan sensorik)

Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti fula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh klien.

8. Nervus akustikus / N VIII (sensorik)

Page 4: Pemeriksaan 12 Pasang Saraf Kranial

1. Pengdengaran : diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang sunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah satu telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan pendengaran.

2. Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan keseimbangan hingga tubuh bergoyah-goyah (keseimbangan menuurun) dan normal bila pasien dapat berdiri/berjalan dengan seimbang.

9. Nervus glosso-faringeus/ N IX (motorik dan sensorik )

Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongspatel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah (motorik).

10. Nervus vagus /N X (motorik dan sensorik)

Cara pemeriksaan pasien disuruhn membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata “aaah” kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi kehidung. Lihat kesimetrisan pita suara dan observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau brakardi.

11. Nervus aksesorius/N XI (motorik)

Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha mengangkat bahu keatas. Normal bila klien dapat melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.

12. Nervus hipoglosus (motorik)

Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menarik lidah kembali, dilakukan berulang kali. Normal bila gerakan lidah terkoordinasi dengan baik, parese /miring bila terdapata lesi pada hipoglosus.

Page 5: Pemeriksaan 12 Pasang Saraf Kranial

PEMERIKSAAN REFLEK

a. Reflek bisepsDalam keadaan duduk : lengan bawah dalam pronasi rileks di atas paha Dalam keaadaan berbaring : lengan ditaruh diatas bantal, lengan bawah dan tangan di atas abdomen. Taruh ibu jari pemeriksa di atas tendon biseps, tekan bila perlu untuk meyakinkan regang otot optimul, sebelum mengetok.

b. Refleks trisepsPosisi hampir sama dengan reflex beseps. Oleh karena tendon pendek, kadang-kadang sukar mengetok sejumlah seribu : sekaligus . sebaiknya pemeriksa melakukan dari arah samping belakang pasien untuk memeriksa kontraksi. Ketokan dilakukan 5 cm di atas siku.

c. Refleks lutut / patella

Dalam posisi duduk : kaki tergantung dan rileks

Dalam posisi berbaring : tangan atau lengan bawah pemeriksa ditaruh dibawah lutut pasien, refleksi sendi lutut kira-kira 20 derajat, sedangkan tumit pasien harus tetap berada di atas tempat tidur. Bila perlu tangan pemeriksa diganti bantal supaya kontraksi otot disamping terlihat dapat diraba pula.

Palu reflek diketokan diatas tendon lutut berganti-gatnti kanan dan kiri.

d. Refleks archiles

Dalam posisi duduk : sama dengan posisi reflex biseps, kaki dorsoflrkdi optimul untuk mendapatkan regangan cukup.

Page 6: Pemeriksaan 12 Pasang Saraf Kranial

Dalam posisi berbaring : dilakukan fleksi panggul dan lutut sambil sedikit rotasi paha keluar ketok tendon tumit/archiles dengan palu reflex.

Respon reflex tendon normal :

Reflek bisep: respon normal berupa fleksi dari siku dan tampak kontraksi otot biseps.

Refleks trisep : ekstansi dari siku dan tampak kontraksi otot trisep

Refleks lutut : gerakkan dari tungkai disertai konmtraksi otot gastrokmius.

Refleks patologik: refleks babinski

Dengan sebuah benda yang berujung agak tajam, telapak kaki digores dari tumit menyusur bagian lateral menuju panggkal ibu jari. Positif bila terjadi dari ibu jari dan biasanya disertai dengan pemekaran jari-jari kaki.