6
Proceedings Seminar Reaktor Nuklir datam Penelitian Sains don Tekrwlagi Menuju Era Tinggal Landas Bandzmg, 8- 10 Oktober 1991 PPTN - BATAN PEMBUATAN INULIN BERTANDA TEKNESIUM-99m, SEBAGAI SEDIAAN UNTUK STUD I LAJU FILTRASI GLOMERULUS Nanny Kartini H., A.Hanafiah Ws. Pusat Penelitian Teknik Nuklir - Badan Tenaga Atom Nasional ABSTRAK PEMBUATAN INULIN BERTANDATEKNESIUM-99m SEBAGAI SEDIAAN UNTUK STUDI LAJU FILTRASI GLOMERULUS. Clearance inulin dalam penetapan fungsi ginjal berdasarkan analisis laju filtrasi glomerulus (LFG) telah dijadikan standar pengukuran. Inulin karboksil- 14C,inulin metoksi-3H,inulin- 1311dan inulin- 5lCr telah diusulkan sebagai sediaan untuk mengukur LFG. Namun demikian radionuklida yang digunakan dianggap kurang ideal untuk studi penyidikan. Sediaan yang disenangi adalah inulin bertanda tekne- sium-99m. Proses pembuatan serta penetapan biodistribusi sediaan ini telah dilakukan. Efisiensi penandaan dicapai 85 ± 5,7% pada pH 6,5.Uji biologi menunjukkan bahwa sediaan ini 15, 30 dan 45 menit setelah penyuntikan intra vena terakumulasi berturut-turut sebesar 98,9 ; 99,02 dan 99,92% organ ginjaJ. ABSTRACT PREPARATION OF INULIN LABELLED TECHNETIUM-99m FOR THE GLOMERULAR FILTRATION RATE STUDY. The clearance of inulin for measuring glomerular filtration rate (GFR) has been accepted as a standard. Inulin-carboxyl)4C, inulin methoxy- 3H, inulin_131 I, inulin- 51 Cr have all been suggested as agents for the measurement of GFR. Howeve~ all of these are not ideal radionuclides for imaging purposes. The prefered agent is inulin- 9 rnTc.The labelling process and the determination of its biodistribution have been carried out. The highest labelling yield was 85 ± 5.7 % at pH 6.5. Biological experiments showed that accumulation of the labeled inulin- 99mTcafter 15, 30 and 45 minutes post injection were 98.9 % ; 99.02 % and 99.92 % in the kidney. PENDAHULUAN Inulin adalah suatu polisakarida yang ter- diri dari unit-unit fruktosa, dan sejak dulu bia- sa digunakan untuk menentukan laju filtrasi glomerulus (GFR = glomerular filtration rate). Hal ini disebabkan karena inulin tidak dimeta- bolisma oleh tubuh, kurangdari 2% terikat pada protein plasma, tidak diserap kembali oleh tubuli ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk utuh [1]. Untuk tujuan tersebut inulin disuntikkan secara intravena karena ab- sorpsinya melalui intramuskular dan subkutan tidak menentu, dan pemberian secara oral akan menyebabkan terhidrolisanya inulin dalam sa- luran pencernaan [1]. Kesulitan yang ditemui pada penggunaan inulin untuk penentuan LFG adalah perlu peng- gunaan peralatan infus yang konstan, serta kesulitan analisis cuplikan darah dan urine. Selain itu juga tidak memberikan kenyamanan pada penderita selama proses diagnosis ber- langsung. Karena faktor tersebut maka bebe- rapa substansi lain sebagai pengganti inulin telah dikembangkan terutama sediaan yang bertanda radionuklida [2]. Inulin bertanda 14C, 1311, 3H dan 51Cr telah diusulkan untuk dipergunakan dalam pe- nentuan LFG, tetapi sediaan ini dianggap ku- rang ideal karena selalu memberikan cacahan latar belakang (background) yang tinggi se- hingga menyulitkan para pemakai dalam meng- evaluasi hasil penyidikan dan radionuklida yang digunakan dianggap kurang ideal untuk penggunaan in vivo. Sediaan radiofarmasi lain- nya yang dapat digunakan adalah 1251_ iothalamat dan 99mTc-Sn-DTPAyang diberikan secara intravena atau subkutan [1]. Lambat la- un pemakaian 125I-iothalamat ditinggalkan karena selain harganya yang relatifmahaljuga memberikan resiko radiasi yang lebih besar terhadap penderita, bila dibandingkan dengan 99mTc-Sn-DTPA [1). Sampai sekarang penggu- naan 99mTc-Sn-DTPA masih dianggap yang pa- ling ideal untuk tujuan penentuan LFG ini. Masalah yang dihadapi dengan penggunaan 198

PEMBUATAN INULIN BERTANDA TEKNESIUM-99m, SEBAGAI …digilib.batan.go.id/e-prosiding/File Prosiding/Energi/PPTN_91/Reak... · PEMBUATAN INULIN BERTANDA TEKNESIUM-99m, SEBAGAI SEDIAAN

  • Upload
    leduong

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir datam Penelitian Sainsdon Tekrwlagi Menuju Era Tinggal Landas

Bandzmg, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

PEMBUATAN INULIN BERTANDA TEKNESIUM-99m, SEBAGAISEDIAAN UNTUK STUD I LAJU FILTRASI GLOMERULUS

Nanny Kartini H., A.Hanafiah Ws.Pusat Penelitian Teknik Nuklir - Badan Tenaga Atom Nasional

ABSTRAK

PEMBUATANINULIN BERTANDATEKNESIUM-99m SEBAGAI SEDIAAN UNTUKSTUDI LAJU FILTRASI GLOMERULUS. Clearance inulin dalam penetapan fungsi ginjalberdasarkan analisis laju filtrasi glomerulus (LFG) telah dijadikan standar pengukuran.Inulin karboksil- 14C,inulin metoksi- 3H, inulin- 1311dan inulin- 5lCr telah diusulkan sebagaisediaan untuk mengukur LFG. Namun demikian radionuklida yang digunakan dianggapkurang ideal untuk studi penyidikan. Sediaan yang disenangi adalah inulin bertanda tekne­sium-99m. Proses pembuatan serta penetapan biodistribusi sediaan ini telah dilakukan.Efisiensi penandaan dicapai 85 ± 5,7%pada pH 6,5.Uji biologi menunjukkan bahwa sediaanini 15, 30 dan 45 menit setelah penyuntikan intra vena terakumulasi berturut-turut sebesar98,9 ; 99,02 dan 99,92% organ ginjaJ.

ABSTRACTPREPARATION OF INULIN LABELLED TECHNETIUM-99m FOR THE

GLOMERULAR FILTRATION RATE STUDY. The clearance of inulin for measuringglomerular filtration rate (GFR) has been accepted as a standard. Inulin-carboxyl)4C, inulinmethoxy- 3H, inulin_131 I, inulin- 51 Cr have all been suggested as agents for the measurementof GFR. Howeve~ all of these are not ideal radionuclides for imaging purposes. The preferedagent is inulin- 9 rnTc.The labelling process and the determination of its biodistribution havebeen carried out. The highest labelling yield was 85 ± 5.7 % at pH 6.5. Biological experimentsshowed that accumulation of the labeled inulin- 99mTcafter 15, 30 and 45 minutes postinjection were 98.9 % ; 99.02 % and 99.92 % in the kidney.

PENDAHULUAN

Inulin adalah suatu polisakarida yang ter­diri dari unit-unit fruktosa, dan sejak dulu bia­sa digunakan untuk menentukan laju filtrasiglomerulus (GFR = glomerular filtration rate).Hal ini disebabkan karena inulin tidak dimeta­

bolisma oleh tubuh, kurangdari 2% terikat padaprotein plasma, tidak diserap kembali olehtubuli ginjal dan diekskresikan melalui urinedalam bentuk utuh [1]. Untuk tujuan tersebutinulin disuntikkan secara intravena karena ab­sorpsinya melalui intramuskular dan subkutantidak menentu, dan pemberian secara oral akanmenyebabkan terhidrolisanya inulin dalam sa­luran pencernaan [1].

Kesulitan yang ditemui pada penggunaaninulin untuk penentuan LFG adalah perlu peng­gunaan peralatan infus yang konstan, sertakesulitan analisis cuplikan darah dan urine.Selain itu juga tidak memberikan kenyamananpada penderita selama proses diagnosis ber­langsung. Karena faktor tersebut maka bebe­rapa substansi lain sebagai pengganti inulin

telah dikembangkan terutama sediaan yangbertanda radionuklida [2].

Inulin bertanda 14C, 1311, 3H dan 51Crtelah diusulkan untuk dipergunakan dalam pe­nentuan LFG, tetapi sediaan ini dianggap ku­rang ideal karena selalu memberikan cacahanlatar belakang (background) yang tinggi se­hingga menyulitkan para pemakai dalam meng­evaluasi hasil penyidikan dan radionuklidayang digunakan dianggap kurang ideal untukpenggunaan in vivo. Sediaan radiofarmasi lain­nya yang dapat digunakan adalah 1251_iothalamat dan 99mTc-Sn-DTPAyang diberikansecara intravena atau subkutan [1]. Lambat la­un pemakaian 125I-iothalamat ditinggalkankarena selain harganya yang relatifmahaljugamemberikan resiko radiasi yang lebih besarterhadap penderita, bila dibandingkan dengan99mTc-Sn-DTPA [1). Sampai sekarang penggu­naan 99mTc-Sn-DTPA masih dianggap yang pa­ling ideal untuk tujuan penentuan LFG ini.Masalah yang dihadapi dengan penggunaan

198

Proceedings Seminar Reaktor Nllklir dalam PenelitiaJt Sainsdan TeklWlogi Menujll Era Tinggal Landas

radiofarmaka ini adalah pengukurannya tidakkuantitatif karena adanya ikatan senyawa inidengan protein yang besarnya sukar untuk di­ketahui. Dalam studi yang terbaru (C.D.Russell,1985), dilakukan pengukuran secara eksplisitdengan koreksi terhadap ikatan protein tadi,menggunakan 169yb_ DTPA (ytterbium-169DTPA)sebagai pembanding [3].

Mengacu kepada permasalahan di atas,timbul pemikiran untuk menggabungkan sifat­sifat ideal inulin sebagai substansi dalam pe­nentuan LFG dengan sifat radionuklidateknesium-99m sebagai peru nut yang saat inidapat dikatakan paling baik dalam bidang ke-dokteran nuklir [1]. \

Dalam penelitian ini dilakukan penan­daan inulin dengan radionuklida teknesium­99m, dan dipelajari parameter-parameter yangmempengaruhinya, untuk memperoleh kondiBioptimum yang dapat dijadikan standar padapembuatan radiofarmaka 99mTc-inulinsebagais'ediaan untuk studi laju filtrasi glomerulus. Ke­mudian dipelajari pula hasil penyidikan dalamtubuh tikus jenis Wistar, danbiodistribusi didalam tubuh mencit jenis Swiss.

BAHAN DAN PERALATAN

Bahan yang diperlukan adalah asam klo­rida, alkohol, timah(II) klorida, natrium hidrok­sida, semuanya mempunyai kualitas analisis(E.Merck), air suling untuk injeksi, larutanNaCI fisiologis (IPHA), inulin (William &Hopkins), kertas Whatman 1 dan larutannatrium 99ffiTc-perteknetat buatan PPTN­BATAN,Bandung.

Alat yang diperlukan : isotop kalibrator(Nuclear Associates), neraca analisis (AugustSauter KG), alat penatah hewan(Metrohm-Herisau E), pencacah sa lurantunggal (C.Sclumberger) dan seperangkat alatelektroforesa (Boujou).

TATAKERJA

Optimasi penandaan inulin dengan teknesium-99mPenandaan sangat dipengaruhi oleh jum­

lah (kadar) timah (II) klorida sebagai reduktor,jumlah inulin, pH dan lamanya proses penan­daan berlangsung. Dalam percobaan ini dipe­lajari pengaruh parameter- parameter tersebutterhadap hasil penandaan.

ntmdung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

Pengaruh kadar timah (II) klorida terhadap pe­nandaan

Dibuat bermacam-macam larutan ti­mah(lI) klorida sehingga larutan ini mengan­dung 25,50, 100, 125, 150dan 200 !!g/ml.Laru!­an ini kemudian dicampurkan dengan 5-6 mCi./ml larutan natrium perteknetat- 99mTc.Ihulinsebanyak 100 mg dilarutkan dalam natriumklorida 0,9%dengan sedikit pemanasan sampaiterlarut sempurna.

Larutan inulin ini dicampurkan ke dalamlarutan 99mTc-perteknetat yang telah mengan­dung timah (II) tersebut dengan pengocokanselama 5 menit. Kemud;an pH larutan diaturdengan penambahan natrium hidroksida 0,1 Natau asam klorida 0,1 N sampai mencapai 7,5.Selanjutnya larutan disimpan pada suhu kamarselama 30 menit, kemudian disaring denganpenyaring bakteri.

Hasil penandaan dapat ditentukan dengancara elektroforesa kertas menggunakan kertal5Whatman 1 ukuran 2x37 cm dan pelarut yangdipakai adalah dapar fosfat 0,05 M pH 9. Te­gangan antara 2 katoda 450 mV dan lamanyaelektroforesa 1jam. Kertas elektrogram setelahdikeringkan, dipotong-potong tiap 1 cm dan di­cacah.

Pengaruh kadar inulin terhadap hasi/ penandaanDari hasil pereobaan yang pertama dapat

diketahui berapa kadar timah(Il) klorida yangoptimal. Berdasarkan hal tersebut dilakukanpenandaan seperti pada pereobaan pertama de­ngan memvariasikanjumlah inulin yaitu 25, 50,75, 100, 125, 150 dan 200 mg. Sedangkan pHtetap dipakai 7,5 dan kadar timah klorida yangdipakai adalah kadar yang optimum dari pereo­baan pertama.

Selanjutnya pereobaan dilakukan sarna se­perti pada pereobaan pertama, sehingga diketa­hui besarnya efisiensi penandaan.

Pengaruh pH terhadap hasi/ penandaanPenandaan dilakukan pada pH 5,5 ;6,5 ;7,fi

dan 8,5. Sedangkan kadar inulin dan ka¥r ti·mah(II) klorida digunakan dari hasil pereobaansebelumnya, yaitu yang memberikan hasil yangterbaik. Cara melakukan pereobaan sarna se­perti pereobaan pertama dan kedua.

Eva!uasi sediaan secara in vivo pada tikus putih(Wistar).

Sediaan yang digunakan adalah sediaanyang dibuat pada kondisi optimum seperti yang

199

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Penelitian Sainsdan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas

diberikan oleh percobaan sebelumnya, yaitu de­ngan kadar inulin 125 mg, timah(II) klorida 75~tgdan pH penandaan 6,5.

Kemudian sediaan disuntikkan melalui ve­na ekor sebanyak 0,2-0,4 ml dengan aktivitas~:-3mCi. Setelah itu tikus dibius dengan eterEampai pingsan dan dilakukan penyidikan de­ngan alat penatah hewan.

Penentuan penimbunan sediaan dalam tubuhmencit putih.

Sediaan yang dibuat sarna seperti perco­haan sebelumnya. Setelah itu sediaan disuntik­kan sebanyak 0,2-0,4 mCi/0,2-0,4 ml secaraintra-vena kedalam tubuh mencit putih, melaluivena ekor. Pada 15, 30 dan 45 setelah penyun­tikan mencit kemudian dibius dengan eter sam­pai mati dan dibedah, dan organ yang diper­lukan diambil dan dicacah.Besarnya penimbunan relatif per gram organdapat dihitung.

HASILDAN PEMBAHASAN

Hasil penandaan ditentukan dengan caraelektroforesa kertas dimana 99mTc-inulinakant.erpisah dari pengotornya, karena mereka ber­gerak dengan kecepatan yang berbeda. 99mTc_inulin mempunyai Rf=0,19 sedangkan Rf99mTc­tereduksi = 0, dan Rf 99mTcO4 = 0,46. Dari hasilelektrogram tersebut persentase hasil penan­daan dapat dihitung dengan cara sebagai ber­ikut:

HC13il penandaan '"'

_L 99m", I rcucw£an ,c- nu In X 100 %cucahan. ( 99mTc_Inulin + 99mTc_red + 99mTc04 )

'rabel 1. Pengaruh kadar timah (II) kloridaterhadap penandaan inulin ( Kadar inulin =100 mg; pH = 7,5 )

No. Kadar Sn(II)CIHasil penandaan(J.,tg)

dalam persen

1

25 22,6 ± 5,42

50 47,0 ± 3,13

75 52,8 ± 4,74

100 52,3 ± 2,45

125 52,4 ± 4,26

150 42,5 ± 4,17

200 17,5 ± 3 6

Hasil diperoleh dari tiga kali pengulangan(n=3).

Bcmdung, 8 - 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

Percobaan mencari kadar timah(II) kloridayang optimal dalam penandaan, hasilnya ter­lihat pada Tabel1.

Ternyata yang memberikan hasil penan­daan yang terbaik adalah pada kadar SnCl2 75~g sampai dengan 125 ~g. Pada percobaan inidigunakan inulin sebanyak 100mg dan pH pada7,5. Perhitungan statistik memakai uji rentangNewman-Keuls membuktikan bahwa perlaku­an nomor 3-5 berbeda nyata dari perlakuannomor 2 dan 6.

Dari hasil di atas dilakukan percobaanselanjutnya mencari kadar inulin yang optimal.Timah(II) klorida yang digunakan 75 ~g dan pHtetap 7,5. Pada Tabel 2 terlihat bahwa mulaidengan kadar inulin 125 mg memberikan hasilpenandaan yang berbeda nyata dari pada sebe­lumnya (kadar inulin <100 mg).

Tabel 2. Pengaruh kadar inulin terhadap hasilpenandaan ( Kadar timah(II) klorida = 75 ~g;pH = 7,5 ).

Hasil penandaan dalamNo.Inulin ( mg) persen (%)

1

25 14,6 ± 3,02

50 25,0 ± 3,73

75' 34,3 ± 3,14

100 49,7 ± 1,85

125 61,9 ± 2,06.

150 64,2 ± 1,37

200 64,6 ± 1,5

Hasil diperoleh dari empat kali pengulangan

Ini dibuktikan dengan uji statistik, ternyataharga F percobaan lebih besar dari F tabel

pada derajat kepercayaan a=0,05. (Fexp 13,00> Ftabel7,67). Sedangkan dengan kenaikan ka­dar inulin sampai 200 mg kenaikan hasil pe­nandaan tidak berbeda n,yata (Fex 1,35 <Ftabel7,67) pada nilai a yang sarna. Da~i percobaanini dapat disimpulkan walaupunjumlah inulindiperbesar lebih dari 125 mg tidak akan mem­pengaruhi hasil penandaan.

Hasil dari percobaan berikutnya yaitumencari pengaruh pH terhadap penandaan dite­rakan pada Tabel 3 (halaman berikut ). Penan­daan terbaik diperoleh pada pH 6,5, di atas dandi bawah pH itu memberikan hasil yang lebihkecil. Hal ini menunjang pendapat pustaka [6]

200

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalam Pen<!litian Sainsdan Tekrwlogi Menuju Era Tinggal Landas .

Bandung, 8- 10 Oktober 1991PPTN - BATAN

Tabel 3. Pengaruh pH terhadap hasil penandaan. ( Kadar timah{II)klorida = 75 J,tg;kadar inulin= 125 mg )

Nomor pH Hasil penandaan dalam persen (%)99mTc-Inulin

99mTc-tereduksi99mTcO1

5,5 63,7 j: 1,918,5 j: 1,818,5 j: 1,92

6,5 84,8 j: 4,9 7,3 j: 2,07,1 j: 2,93

7,575,4 j: 1,412,1 j: 1,712,4 j: 2,14

8,5 56,3 j: 3,813,1 j: 2,730,7 j: 2,2

Hasil diperoleh dari empat kali pengulangan.

yang menyatakan bahwa larutan inulin palingstabil pada pH 4,5 - 7, sehingga hampir semuasediaan injeksi inulin dibuat pada pH 5-7 (USP)dan 5,5-6,5 (BP).

Walaupun Richards dan Steigman [3] me­nunjukkan bahwa afinitas dari senyawa-senya­wa gula terhadap 99mTcsangat tinggi pada pH10-12 dan lemah pada pH netral, tapi padapercobaan ini memberikan hasil yang agak ber­tentangan dengan pendapat tersebut. Hal inididuga karena Sn2+ pada pH basa akan segeramengendap menjadi Sn{OH)2sehingga sifatnyasebagai reduktor berkurang, dan menyebab­kan penghambatan dalam proses penandaan.

Penentuan hasil penandaan dengan caraelektroforesa kertas memberikan hasil yang ba­ik, karena selain diketahui besarnya hasil pe­nandaanjuga sekaligus mengetahui kemurnianradiokimia dari senyawa tersebut. Hasil penan­daan terbaik diperoleh sebesar 84,8 j: 4,9% de-

.• k"oduOJf keocioJf

Gambar 1. Hasil penyidikan sediaan 99mTc_Inulin pada tikus putih (Wistar) 10-30 menitpas~a injeksi. Kemurnian sediaan = 84,7 %,konsentrasi penyuntikaan = 2,7 mCi.

ngan pengotor berupa 99mTc-tereduksi 7,3 j:2,0% dan 99mTc-perteknetat7,1 j: 2,9% (Tabel a).

Hasil penyidikan scdiaan 99mTc-inulinpa­da hewan percobaan tikus putih jenis WlStardapat dilihat pada Gambar 1.Setelah 10-30 menit penyuntikan secara intra­vena diperoleh gambaran ginjal dan kandungkencing yang sangat jelas.

Biodistribusi 99mTc-inulindalam tubuh bi­natang mencit putihjenis Swiss setelah penyun­tikan intravena menunjukkan bahwa hampir

Tabel 4. Biodistribusi sediaan 99mTc-Inulinda­lam mencit putih

Persentase relatif per gramNo.Organ organ

15 menit30 menit45 menit

1

Otot 0,00,00,02

Kulit 0,00,00,03

Tulang 0,00,00,04

Darah 0,40,10,15

Usus 0,40,80,06

Hati 0,20,10,07

Limpa 0,00,00,08

Ginjal 98,999,099,99

Jantung 0,0.0,00,010

Otak 0,00,00,011

Paru- 0,10,00,0paru 12

Tiroid 0,00,00,0

semua (berkisar sekitar 99 %) masuk ke dalamginjal baik pada waktu 15, 30 maupun setelah45 menit. Pada organ-organ kritis lainnya seper­ti darah, usus, hati dan tiroid tidak menunjuk­kan adanya penimbunan aktivitas (Tabel 4).

201

Proceedings Seminar Reakwr Nuklir cialam Penelitian Sainsdan Teknawgi Menuju Era Tinggal Landas

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil percobaan dapat disimpulkanbahwa penandaan inulin dengan radionuklidat'3knesium-99m dapat dilakukan dengan meng­gunakan inulin sebanyak 125 mg, timah(II)klorida sebagai reduktor sebanyak 75 lAgdan pH= 6,5. Walaupun hasil penandaan yang diper­oleh hanya sekitar 85% tetapi ternyata padapenyidikan dan percobaan biodistribusi di da-

DAFTAR PUSTAKA

Bandung, 8 - 10 Okwber 1991PPTN - BATAN

lam tubuh hewan percobaan tidak menunjuk­. kan aktivitas latar belakang (back ground) yang

dapat mengganggu penyidikan.Disarankan agar sediaan ini dibuat dalam

bentuk kit kering, kemudian dilakukan studiperbandingan dengan sediaan 99mTc-DTPA da­lam menentukan uji laju filtrasiglomerulus(LFG).

1. BARBOUR, G.R., CRUMB, C.K. and BOYD, C.M. Comparison of Inulin, Iothalamate and9~c-DTPA for measurement of glomerular filtration rate, J.Nucl.Med. 16 (1976) 317-320.

2. SAHA, G.M. Fundamentals of Nuclear Pharmacy, Springer Verlag, New York (1979) 117-139.

3. RUSSELL, C.D., BISCHOFF, P.G. and KONTZEN, F.N. et.al., "Measurement of glomeruralfiltration rate," Single Injection Plasma Clearance Method without Urine Collection,J.Nucl.Med. 26 (1985) 1243-1247.

4. WINCHELL, H.S., Radiopharmaceuticals in evaluation of Kidneys, Proceeding 2 Internation­al Symposium on Radiopharmaceuticals, Seatle, Washington (March 1979) 19-22.

5. ECKELMAN, W.E., S.M. LEVENSON, Radiopharmaceuticals labelled with Technetium, In­ternational Journal of Applied Radiation and Isotopes,28 (1977) 67-82.

6. MARTINDALE, W. The extra pharmacopoeia, The Pharmaceutical Press, XXVIII (1982) 520.

DISKUSI

Swasono R. Tamat :Karena judul mengenai GFR, mohon dijelaskan berapa GFR normal dalam kaitan pengamatanscanning dengan tikus ( satu gambar pada menit ) dan tabel biodistribusi 15, 30 dan 45menit.

Barangkali topik GFR kurang tepat.Nanny Kartini H.:GFR pada orang dewasa normallaki-laki = 125 - 130 ml/menit, wanita = 108 - 110 mljmenit.Pengamatan scanning pada tikus dilakukan pada 15 menit setelah penyuntikan, dan padakenyataannya bila melakukan uji LFG (GFR) dilakukan mulai saat penyuntikan sampai 17 - 20menit setelah itu. Jadi menurut kami bahwa percobaan ini masih cukup relevan kalau di lihatdari waktu. Tapi walaupun demikian, masukan itu akan kami perhatikan untuk penelitianselanjutnya yang akan dilakukan pada volunter ( manusia).

Sukiyati Dj. : ,1. Dari penayanga n senya wa 99mTc_in ulin da pa t digunakan untuk uji fungsi dan pena tahan ginjal?

2. Apakah ada perbedaan pada penggantian radionuklida 99Tc pada 99~c-inulin dengan 51Crdalam kegunaannya untuk penatahan.Nanny Kartini H. :1. Ya, senyawa 99~c-inulin dapat digunakan untuk uji fungsi ginjal, terutama untuk melihatlaju filtrasi glomerulus. Jadi seandainya dokter merasa perlu untuk melajukan uji GFR ( lajufiltrasi glomerulus), maka diharapkan mereka dapat menggunakan senyawa ini sebagairadiofarmakanya.

2. Perbedaan penggunaan in vivo dari 9~c dan 51Cr ini adalah perbedaan yang umum, yaitu51Cr selalu memberikan resiko radiasi yang tinggi untuk penderita, karena selain memancarkan

202

Proceedings Seminar Reaktor Nuklir dalcun Penelitia/~ Sainsdan Tekrwlogi MenuJu Era Tinggal Lal~das

B~dung, 8 -10 Oktober J{i91PPTN - BAT/IN

y juga sinar 13. Selain itujuga 51Cr-Inulin memberikan back ground yang tinggi. Tetapi percobaanyang benar-benar membedakan antara 99mTc-Inulin dengan 51Cr-Inulin belum ada yang mela­kukan.

Gunandjar :

Pada penambahan SnCl2lebih dari 75 IAgjustru % penandaan turun. Pada hal mestinya prosesredukai Tc juatru akan tetap tetjaga jika SnCl2 berlebih. Mohon dijelaskan mengapa justru %penandaan turun !Nanny kartini H. :Seperti telah diterangkan, bahwa SnCl2 disini berfungsi selain sebagai reduktor untukmenurunkan tingkat valensi teknesium dari Tc(VII) ke tingkat yang lebih rendah ( bentuktereduksi), tetapi juga Sn ini akan ikut dalam pembentukan kompleks antara Tc dengan inulinmembentuk senyawa Tc-Sn-Inulin. Jadi dari hasil tersebut, kami menduga bahwa setelahjumlahSn ini cukup untuk mereduksi Tc dan turut membentuk kompleks, dia sebagai reduktor kuatakan merusak inulinnya sendiri, sehingga menyebabkan penurunan % penandaan.

203