24
BAB I A. LATAR BELAKANG Apakah indikator pembinaan olahraga yang baik? Mudah saja : berapa rekornas (Rekor Nasional) yang dipecahkan tiap tahun? Berapa juara Asean/Asia yang diraih tahun ini? Berapa rekor Asean/Asia yang dipecahkan tahun ini? Berapa banyak”bintang”yang ditemukan pada kejuaraan junior tahun ini? berapa stadiun yang dibangun tahun ini di Indonesia? Berapa banyak pelatih potensial yang akan ditingkatkan “know Hownya” ke Negara-negara olahraga maju ditahun-tahun yang akan dating. Ada begitu banyak pertanyaan sederhana yang bisa diajukan untuk mendapatkan indikator adanya pembinaan olahraga di Indonesia. Sayangnya terhadap pertanyaan- pertanyaan itu jawabannya adalah “sangat sedikit sekali” dan bahkan “tidak tahu”. Artinya: bisa disimpulkan bahwa “siapa yang peduli dengan olahraga Indonesia?” adalah hal yang lumrah, di Indonesia, pengurus KONI, pengurus PB dan pengurus Pengprov tidak banyak memikirkan ”System pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan”. Pada umumnya pengurus KONI, pengurus PB dan Pengprov hanya bertekad untuk sukses kepengurusan era mereka “Pembinaan kedepan” bukan urusan mereka. Kalau pikiran- pikiran menembus jauh kedepan tidak mau kita melaksanakan dari sekarang, tidak ada artinya punya penduduk terbesar di Asean. Jadi apa sebenarnya yang harus dilakukan agar

Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Psikologi olah raga

Citation preview

Page 1: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

BAB I

A. LATAR BELAKANG

Apakah indikator pembinaan olahraga yang baik? Mudah saja : berapa rekornas

(Rekor Nasional) yang dipecahkan tiap tahun? Berapa juara Asean/Asia yang diraih tahun

ini? Berapa rekor Asean/Asia yang dipecahkan tahun ini? Berapa banyak”bintang”yang

ditemukan pada kejuaraan junior tahun ini? berapa stadiun yang dibangun tahun ini di

Indonesia? Berapa banyak pelatih potensial yang akan ditingkatkan “know Hownya” ke

Negara-negara olahraga maju ditahun-tahun yang akan dating.

Ada begitu banyak pertanyaan sederhana yang bisa diajukan untuk mendapatkan

indikator adanya pembinaan olahraga di Indonesia. Sayangnya terhadap pertanyaan-

pertanyaan itu jawabannya adalah “sangat sedikit sekali” dan bahkan “tidak tahu”.

Artinya: bisa disimpulkan bahwa “siapa yang peduli dengan olahraga Indonesia?” adalah

hal yang lumrah, di Indonesia, pengurus KONI, pengurus PB dan pengurus Pengprov

tidak banyak memikirkan ”System pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan”.

Pada umumnya pengurus KONI, pengurus PB dan Pengprov hanya bertekad

untuk sukses kepengurusan era mereka “Pembinaan kedepan” bukan urusan mereka.

Kalau pikiran-pikiran menembus jauh kedepan tidak mau kita melaksanakan dari

sekarang, tidak ada artinya punya penduduk terbesar di Asean. Jadi apa sebenarnya yang

harus dilakukan agar olahraga Indonesia bisa jaya kembali di Asean dan mulai bicara di

Asia walaupun untuk itu kita harus mau kerja keras dan kerja lebih keras selama 8 hingga

12 tahun lagi.

Sejak lebih kurang setengah abad yang lalu adanya hubungan timbal-balik antara

jiwa dan raga, atau antara gejala fisik dan psikis, telah menjadi bahan pembahasan para

ahli psikologi. Ronge (1951) menyebutkan manusia sebagai suatu organisme, yang

mengikuti hukum-hukum biologi, hukum-hukum dalam piker, rasa keadilan, dsb.

Perasaan atau emosi memegang peranan penting dalam hidup manusia. Semua gelaja

emosional seperti: rasa takut, marah, cemas, stress, penuh harap, rasa senang dsb, dapat

mempengaruhi perubahan-perubahan kondisi fisik seseorang. Perasaan atau emosi dapat

memberi pengaruh-pengaruh fisiologik seperti: ketengangan otot, denyut jantung,

peredaran darah, pernafasan, berfungsinya kelenjar-kelenjar hormone tertentu.

Page 2: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

Sehubungan itu semua maka jelaslah bahwa gejala psikis akan mempengaruhi

penampilan dan prestasi atlet. Dalam hubungan ini pengaruh gangguan emosional perlu

diperhatikan, karena gangguan emosional dapat mempengaruhi ”psychological stability”

atau keseimbangan psikis secara keseluruhan, dan ini berakibat besar terhadap

pencapaian prestasi atlet.

Dalam melakukan kegiatan olah raga, lebih-lebih untuk dapat mencapai prestasi

yang tinggi, diperlukan berfungsinya aspek-aspek kejiwaan tertentu: misalnya untuk

mencapai prestasi yang tinggi dalam cabang olah raga panahan atau menembak, maka

atlet harus dapat memusatkan perhatian dengan baik, penuh percaya diri, tenang, dapat

berkonsentrasi penuh mesti ada gangguan angin atau suara dan lain-lain. Untuk, menjadi

peloncat indah atau peloncat menara yang berprestasi tinggi, atlet yang bersangkutan

harus memiliki rasa percaya diri, keberanian, daya konsentrasi, kemauan keras,

koordinasi gerak yang baik, dan rasa keindahan. Ini semua akan dapat terganggu apabila

atlet yang bersangkutan mengalami gangguan emosional

Emosi atau perasaan atlet perlu mendapat perhatian khusus dalam olah raga,

karena emosi mempengaruhi aspek-aspek kejiwaan yang lain (akal dan kehendak), juga

mempengaruhi aspek-aspek fisiologiknya sehingga jelas akan berpengaruh terhadap

peningkatan atau merosotnya prestasi atlet. Ditinjau dari konsep jiwa dan raga sebagai

kesatuan yang bersifat organis, maka gangguan emosional terhadap diri atlet akan

berpengaruh terhadap kejiwaan atlet secara keseluruhan, ketidakstabilan emosional atau

”emosional instability” dan akan mempengaruhi peran fungsi-fungsi psikologisnya, dan

pada akhirnya berpengaruh terhadap pencapaian prestasi atlet.

B. MASALAH

Dalam permasalah diatas penulis lebih menekankan beberapa masalah

diantaranya :

1. Bagaimanakah sistem pembinaan olahraga yang baik?

2. Apakah aspek-aspek psikologis yang mempengaruhi atlet?

C. TUJUAN

Penulis menyusun makalah ini dengan tujuan :

Page 3: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

1. Untuk mengetahui idealnya pembinaan olahraga yang dapat meningkatkan

prestasi atlet

2. Untuk mngetahui seberapa besar pengaruh aspek-aspek psikologis seorang atlet.

3. Mengupayakan agar tugas dan peran pokok seorang pelatih untuk membangun

percaya diri seorang atlet dengan baik yang pada akhirnya tujuan utama prestasi

olahraga bisa tercapai.

D. MANFAAT

Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah agar pemerintah,

pelatih dan orang yang bergelut didalamnya melalui pemahaman akan fungsi tugas dan

perannya bisa meningkatkan kemampuan, mengembangkan potensi, mengembangkan

kreativitas dan mendorong adanya penemuan keilmuan dan teknologi yang inovatif,

sehingga para atlet mampu bersaing dalam masyarakat global.

BAB II

PEMBAHASAN

Selama ini, proses pembinaan olahraga kita lebih diwarnai corak potong kompas

(crash program), sehingga tidak pernah memperlihatkan hasil yang konsisten. Kemajuan

mungkin tetap ada, tetapi sulit dipertahankan konsistensinya. Masyarakat olahraga kita

masih salah dalam mengimplementasikan pola pembinaan yang dikatakannya mengikuti

pola piramid. Model pembinaan bentuk segitiga atau sering disebut pola piramid

seharusnya berporos pada proses pembinaan yang bersinambung. Dikatakan

bersinambung (kontinum) karena pola itu harus didasari cara pandang (paradigma) yang

utuh dalam memaknai program permasalahan dan pembibitan dengan program

pembinaan prestasinya.

Artinya, program tersebut memandang penting arti permasalahan dan pembibitan

yang bisa jadi berlangsung dalam program pendidikan jasmani yang baik, diperkuat

dengan program pendidikan jasmani yang baik, diperkuat dengan program

pengembangannya dalam kegiatan klub olahraga sekolah, dimatangkan dengan berbagai

aktivitas kompetisi intramural dan idealnya tergodok dalam program kompetisi

Page 4: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

interskolastik, serta dimantapkan melalui pemuncakan prestasi dalam bentuk training

camp bagi para bibit atlet yang sudah terbukti berbakat.

Ada 7 faktor yang harus ada untuk meningkatkan prestasi atau menciptakan

prestasi di olahraga :

1. keadaan sarana atau pra Sarana dan peralatan olahraga

2. Kemampuan fisik altlet

3. Ketrampilan teknik atau skill atlet

4. Perekaman taktik atau strategi

5. Keadaan konstitusi tubuh atlet

6. Prestasi yang tinggi

7. Keadaan psikologis atlet : rasa percaya diri, rasa aman terhadap masa depan,

motivasi dan disiplin.

Sistem pembinaan (kompetensi)

Sekarang mari kita telaah faktor-faktor prestasi diatas faktor prestasi dalam kotak

adalah faktor prestasi external artinya faktor prestasi diluar diri atlet. Faktor eksternal

yang menyangkut sarana dan peralatan olahraga sebagai contoh yang paling riel adalah

jumlah stadion dengan lintasan lari sintetik di Indonesia debandingkan dengan stadion

dengan kwalitas yang sama di Malaysia. Kita (Indonesia) hanya punya stadion seperti itu

dalam jumlah yang sangat sedikit:

- di Jakarta hanya ada 2 (dua) di Ragunan dan Stadion Madya Senayan

- di Purwokerto ada 1 (satu)

- di Solo ada (satu)

- di Surabaya ada 1 (satu) di Sidoarjo

- di Indonesia Timar Belem ada

- di Sumatra di Palembang ada 1 (satu)

- di Medan ada 1 (satu)

- di Kalimantan baru ada 1 (satu) di Stadion madya Sempaja (Samarinda)

Total diseluruh Indonesia kita baru punya 8 buah stadion dengan lintasan lari

sintetik. Kota Kuala Lumpur punya lebih dari 8 buah stadion dengan lintasan lari sintetik

yang lebih mengenaskan lagi Malaysia punya lebih dari 40 stadion seperti itu. Kalau mau

sehat saja kita boleh puas dengan Ring Road Stadion Utama Senayan, atau jalan yang

Page 5: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

dipadati manusia disekitar Gedung Sate Bandung atau Monas di jantung Jakarta, mau

prestasi ya di stadion.

Peralatan olahraga, sepatu olahraga yang enak dipakai dan punya kwalitas baik

adalah barang mewah, kalau latihan itu bisa berlangsung menyenangkan perlengkapan

standartnya juga harus baik dan memberikan ”Comfort” bagi pemakainya. Korea bisa

jadi negara kuat di panahan, demikian pula Jepang. Mengapa? Mereka adalah negara

produsen busur panah dan anak panah dengan standart kwalitas dunia. Semua peralatan

olahraga adalah barang mewah, jadi harus mahal, kalau keadaan seperti itu berlanjut terus

kapan kita dapat atlet yang biasa dengan peralatan pertandingan Internasional. Mau beli

lembing tunggu sebulan, karena kalau toko olahraga beli lembing itu modal yang mati

karena pembelinya hanya 2 sampai 5 instansi dalam 4 tahun (menjelang PON). Jadi

rimbangan untuk berprestasi di Indonesia diluar diri atlet adalah terbatasnya atau sangat

kurang tersediannya sarana olahraga dan peralatan olahraga. Siapa atau instansi mana

yang bertanggung jawab untuk menembus kekuatan ini?

Faktor ekstenal yang kedua adalah keadaan kompetisi Cabor di Indonesia. Jangan

diartikan secara sempit pengertian keadaan kompetisi cabor di Indonesia. Sepak bola

punya kompetisi yang diatur oleh PSSI, Bola Volley ada liga bola volley, Bola basket

juga punya IBL. Bukan hanya kompetisi seperti Sepak bola, Bola volley, atau Bola

basket yang sudah dilakukan PSSI atau Liga Bola Volley dan IBL. Yang dimaksud

dengan kompetisi cabang olahraga adalah sistem pembinaan yang terus menerus,

berjenjang dan berkesinambungan harus terjadi di semua cabang olahraga.

Massa olahragawan harus diperbanyak sebagai langkah pertama. Dari kompetisi

antar club atau kejuaraan kelompok umur yang terbatas (untuk daerah domilisi) sampai

yang terbuka harus ada kalendernya. Mengapa Tennis Wimbeldon selalu dinantikan

semua petenis dunia? Karena tradisi dan tanggal penyelengaraannya yang sudah pasti dari

tahun ke tahun. Demikian pila dengan kejuaraan-kejuaraan akbar lainnya, di Indonesia

kejuaraan-kejuaraan yang akbar untuk atlet Nasional dari berbagai kategori harus

direncanakan dan dilaksanakan secara tetap sehingga kita bisa mencari bakat/potensi-

potensi besar yang belum terjaring untuk dibina lebih lanjut.

Kejuaraan-kejuaraan dengan sponsor selama 5 tahun harus dicari. Kalau perlu

diperpanjang lagi untuk 5 tahun berikutnya. Siapa yang melakukan fungsi ini di Indonesia

Page 6: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

KONIkah, PBkah, MENEGPORA atau kita serahkan ke swasta yang bergerak di

penyelenggaraan event-event besar/terkenal?

Uraian diatas tidak lengkap untuk bisa menjelaskan peranan faktor prestasi

eksternal dari seorang atlet, masih banyak uraian dan contoh yang bisa dijadikan

indikator kedua faktor eksternal dalam usaha membina peningkatan prestasi seorang atlet.

Contoh pertanyaan yang sudah disampaikan diatas, tentang rekor nasional yang

dipecahkan tahun ini masih bisa dirinci lagi: berapa rekor junior Nasional berapa rekor

kelompok remaja dan rekor nasional. Berapa atlet Indonesia yang menjadi juara di

”Single Event” tingkat regional (Asean), tingkat Asia? Berapa banyak ”Rising Star” atau

”the Best Roockies” yang kita raih di tingkat Asia dan Dunia. Kalau kita bisa menjawab

pertanyaan-pertanyaan diatas dengan angka-angka yang meyakinkan dan angka-angka itu

meningkat dari tahun ke tahun berarti ”System Kompetisi” cabang olahraga di Indonesia

memang bergulir dan hidup.

Aspek-aspek Psikologis yang berperan dalam olahraga

Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet

tersebut bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling

sering timbul di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan

masa latihan.

1. Berpikir positif

Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke

arah positif, melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi

terlebih-lebih bagi pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif,

maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri,

meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif

merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang

tangguh.

Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena

pikiran akn menuntun tindakan, sebagai contoh jika bermain bulu tangkis terlintas pikiran

negatif seperti, ”takut salah, takut out, takut pukulannya tanggung” dan sebagainya, maka

kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan selalu biasakan untuk

berpikir positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada

Page 7: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

atlet. Daripada mengatakan : ”kamu ini susah sekali diajarnya..., salah terus....! Awas,

jangan berhenti sebelum bisa!”, lebih baik mengatakan dengan cara yang positif

walaupun maksudnya sama: ”Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya.

Perhatikan, tangannya, begini.... langkahnya, ke sini.... kena bolanya, di sini.... ayo

dicoba”.

Sebagai pelatih, tunjukkan anda percaya bahwa atlet anda memiliki peluang untuk

dapat berprestasi baik. Cemooh, celaan dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya.

Justru akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang

diikuti dengan menurunya prestasi.

2. Penetapan Sasaran

Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih

perlu membantu setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan

maupun dalam pertandingan. Sasaran tersebut mulai dari sasarn jangka panjang,

menengah, sampai sasaran jangka pendek yang lebih spesifik.

a. Sasaran harus menantang

Sasaran yang ditentukan harus sedemikian rupa, sehingga atlet merasa tertantang

untuk dapat mencapai sasaran tersebut.

b. Sasaran harus dapat dicapai

Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus

merasa bahwa sasaran yag ditetapkan itu dapai dicapai jika ia berusaha keras. Jika

sasaran terlalu tinggi, sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi

berlatihnya akan menurun. Demikian pula, jika sasaran tersebut tertalu mudah untuk

dicapai, maka atlet merasa tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai

sasaran tersebut.

c. Sasaran harus meningkat

Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin

lama makin tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap

latihan pun biasakanlah selalu harus ada sasaran yang dicapai. Dan target yang bersifat

umum, lalu uraiukanlah lagi secara spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka

panjang, uraikan menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai terget untuk latihan.

Sasaran yang ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya,

Page 8: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

dan bagaimana pula cara mengukurnya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat

mungkin, buatkan grafik pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan

peningkatannya.

3. Motivasi

Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang dalam

melakukan sesuatu sebagai usaha dalam mecapai tujuan tertentu. motivasi yang kuat

menunjukkan bahwa dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat

melakukan sesuatu. Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara

motivasi yang berasal dari luar (ekatrinstik) dan motivasi yang berasal dari dalam

(instrinsik). Dengan pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya

dapat memperlihatkan motivasi yang kuat untuk bermain dengan sebaik-baiknya,

sehingga dapat memenangkan pertandingan.

Motivasi yang tidak baik mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti

hadiah atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat dan

lebih lama menetap adalah faktor intristik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang

lebih mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang

material. Untuk mengembangkan motivasi instrinsik ini, peran pelatih dan orang tua

sangat besar. Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri

pada atlet secara positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh sebab itu,

pelatih harus memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.

4. Emosi

Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara

pribadi dan diri sendiri, pelatih maupun hal-hal disekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi

dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut dan sebagainya.

Bentuk-bentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu

diperhatikan disini adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak

merugikan diri sendiri.

Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga sering kali menjadi faktor

penentu kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak

emosi atlet asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi juga dalam latihan dan

kehidupan sehari-hari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal apa saja yang dapat membuat

Page 9: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

atletnya marah, senang, sedih, takut dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga

mencari data-data untuk mengendalikan emosi para atlet asuhannya yang tentu saja akan

berbeda antara atlet yang satu dengan atlet lainnya.

Gejolak emosi dapat menggangu keseimbangan psikofiologis seperti gemetar,

sakit perut, kejang otot dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan

fisiologisnya maka konsentrasipun akan terganggu, sehingga atlet tidak mampu tampil

maksimal. Seringkali seorang atlet mengalami ketegangan yang memuncak hanya

beberapa saat sebelum pertandingan dimulai. Demikian hebatnya ketegangan tersebut

sampai ia tidak dapat melakukan awalan yang baik. Apalagi jika lawannya dapat

menekan dan penonton pun tidak berpihak kepadanya, maka dapat dibayangkan atlet

tersebut tidak akan dapat bermain dengan baik. Konsentrasinya akan buyar, strategi yang

sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.

Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress

management). Sebelum pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya terlebih dahulu

harus diketahui sumber-sumber ketengan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan

adanya komunikasi yang baik antara pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara

terpisah mengenai aspek-aspek yang berkaitan dengan emosi.

5. Kecemasan

Kecemasan biasannya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan

sesuatu, kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak

lainnya. Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia

terjun ke dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal.

Untuk itu lebih banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan

ketegangan yang penggunaanya tergantung dari macam kecemasannya.

Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya

dalam menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini:

a. Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan

kecemasan.

b. Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan dibawah kondisi seperti dalam

pertandingan sesungguhnya.

Page 10: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

c. Usahakan untuk mengingat, mikirkan dan merasakan kembali sat-saat ketika

mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.

d. Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan atau

pengendoran oto-otot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.

e. Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematik

memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.

f. Lakukan latihan pernafasan dengan bernafas melalui hidung dan mulut serta

secara sadar bernapas dengan menggunakan diafragma.

g. Dengarkanlah musik (untuk mengalihkan perhatian).

h. Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).

i. Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan

sesuatu yang diperlukan saat itu.

j. Lain-lain yang dapat mengurangi ketengangan.

6. Kepercayaan Diri

Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu

suksesnya seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap

kemampuan diri sendiri akan mengakibatkan atlet tampil dibawah kemampuannya.

Karena itu sesungguhnya atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang

ia telah berlatih secara sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang

memadai.

Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat

untuk membangun rasa percaya diri adalah sikap positif. Beritahu pemain dimana letak

kekuatan dan kelemahan masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan

bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat

tercapai jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam

memberikan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif akan mengurangi rasa percaya

diri.

Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan

penghargaan anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kelelahan (apalagi tidak

bermain dengan baik), hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana

yang dilakukan secara benar dan mana yang salah, serta bagaimana tunjukkan bagaimana

Page 11: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

seharusnya. Menemui pemain yang baru saja kelelahan harus dilakukan sesegera

mungkin dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.

7. Komunikasi

Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet

dengan pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi

yang kurang baik antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang

menyebabkan atlet merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka

terhadap pelatih. Akibat lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap

pelatih.

Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan

teknik-teknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individualitas.

Keterbukaan pelatih dalam hal program latihan akan membantu terjalinnya komunikasi

yang baik, asalkan dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi keterangan

tentang tujuan program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.

Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan

mengenai tata tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sangsi yang dikenakan jika

terjadi pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk

memberlakukan sesuatu sanksi yang belum pernah diberitahukan terlebih sebelumnya.

Misalnya, seorang atlet minum coca-cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet

tersebut bingung dan bertanya mengapa ia dihukum karena tidak pernah dijelaskan

sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum-minuman bersoda.

Demikian pula dalam hal pelaksanaannya. Peraturan yang sudah dibuat, hgaruslah

dijalankan secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar

peraturan tertentu, mak jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun

harus mendapat hukuman yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya

lagi dikemudian hari pelatihpun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap

objektif maksudnya adalah bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa

menyangkutpautkan dengan hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya

atlet datang terlambat dalam latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas

keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan hal-hal lain (Ingat, hukuman tersebut

harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).

Page 12: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

8. Konsentrasi

Konsentrasi merupakan suatu keadaan dimana kesadaran seseorang tertuju kepada

suatu objek tertentu dalam waktu tertentu. makin baik konsentrasi seseorang, maka makin

lama ia dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting

peranannya. Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan,

apalagi pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.

Dengan olahraga, masalah yang sering timbul akibat terganggunya konsentrasi

adalah berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan dan tembakan sehingga tidak

mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah

dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhirnya kebingungan, tidak tahu harus

bermain bagaimana dan pasti kepercayaan dirinya pun akan berkurang. Untuk

menghindari keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan konsentrasi.

9. Evaluasi Diri

Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang

terjadi pada dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui

kelemahan dan kelebihan dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. dengan bekal

pengetahuan akan keadaan dirinya ini maka pemain dapat memasang target latihan

maupun target pertandingan dan cara mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk

mengevaluasi hal-hal yang telah dilakukannya, sehingga kemungkinan untuk mengulangi

penampilan terbaik dan mencegah terulangnya penampilan buruk.

Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku

catatan harian mengenai latihan dan pelatihan. minta pemain untuk menuliskan

kelemahan dan kelebihan diri sendiri, baik dari segi fisik, tekhnik, maupun mental.

Kemudian koreksilah jika menurut anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau

ada yang kurang.

Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk

menuliskan di dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:

- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan

pertandingan.

- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.

- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.

Page 13: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan

strategi menghadapinya.

- Hasil dan jalannya pertandingan

- Hal yang mengaggu emosi atau membuat penampilan menjadi buruk.

- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.

Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu

diingat bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan

buku itu menjadi bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih

adalah bahwa atlet mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.

Pelatih Sebagai Pembina Mental Atlet

Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana

program latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab

terhadap segala hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia

biasa, pelatih sama halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda

antara satu dengan lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu

tidak ada pelatih yang murni ideal atau sempurna.

Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total

dengan atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya selalu mengurusi masalah

atau hal-hal yang berhubungan dengan olahraga saja, tetapi pelatih juga harus dapat

berperan sebagai teman, guru, orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya.

Dengan demikian dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin

mengembangkan prestasi, akan mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatinya.

Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus

dilandasi oleh adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut. Empati ini

merupakan kemampuan pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya,

yang berarti pelatih dapat mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan

identitas pribadinya. Untuk mengerti keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui

atau mengenal hal-hal penting yang ada pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan

sekedarnya saja tidak cukup bagi pelatih untuk mengetahui keadaan psikologi atletnya.

Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi atletnya adalah pengertian pelatih

Page 14: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang memerlukan penanganan khusus

pula dalam hubungan pengembangan potensi.

Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang

diasuhnya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa

atlet percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih

adalah untuk kebaikan dan kemajuan si atlet sendiri. Untuk bisa mendapatkan

kepercayaan tersebut dari atlet, pelatih tidak cukup hanya memintannya, tetapi harus

membuktikannya melalui ucapan, perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet

mempercayai pelatih maka seberat apapun program yang dibuat pelatih akan dijalankan

oleh si atlet dengan sungguh-sungguh.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas maka penulis dapat disimpulkan antara lain :

1. Ada 2 faktor yang mempengaruhi pembinaan atlet yaitu faktor ekternal dan

internal. Faktor ekternal mencakup sarana dan prasana atlet. Faktor internal

adalah aspek-aspek psikologis atlet

2. Pembinaan atlet haruslah dilakukan secara berjenjeng dan kontinu secara terus

menerus.

3. Peran penting pemerintah dan pelatih dalam pengembangan pembinaan olahraga

dan atlet untuk meningkatkan kualitas atlet.

B. Saran

Membahas pembinaan aspek psikologi atlet dalam olahraga maka ada beberapa

saran yang dapat digaris bawahi dalam makalah ini antara lain :

1. Bahwa dalam pembinaan, peran penting pemerintah, peran penting seorang

pelatih sangat besar pengaruhnya untuk perbaikan kualitas baik secara fiologis

dan psikologis bagi seorang atlet.

Page 15: Pembinaan Aspek-Aspek Psikologi Atlet

2. Perbaikan sistem pembinaan atlet yang baik akan dapat menaikkan prestasi atlet

dan mencetak atlet-atlet baru yang mempunyai kualitas yang baik pula.

Daftar pustaka

Harsono, (1990). Metode Mengajarkan Ketrampilan olahraga. Lokakarya Pendidikan

Berpikir IKIP Bandung. Makalah.

Harsono. (1988). Coaching dan aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta: C.V.

Tambak Kusuma.

Pedoman Praktis Bermain Bulutangkis. http://www.bulutangkis.com/mod.php?

mod=userpage&menu=403&page id=7

Mahendra, Agus. Membenahi Sistem olahraga. FPOK. Universitas Pendidikan Indonesia.

Artikel.