Upload
lydat
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI PENYALURAN
ZAKAT PRODUKTIF
( Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif )
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)
NUR ADDINI RAHMA
NIM 1111046300011
KONSENTRASI MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M / 1437 H
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Nur Addini Rahmah. NIM 1111046300011. Pemberdayaan Ekonomi
Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif (Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta
Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif). Konsentrasi Manajemen Zakat & Wakaf,
Program Studi Muamalat, Fakultas Syariah & Hukum, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015 M / 1436 H.
Skripsi ini bertujuan untuk Mengetahui Mekanisme Penyaluran Dana
Zakat Produktif di BAZIS DKI Jakarta. Dengan menganalisis penyaluran dan
penghimpunan dana ZIS di BAZIS DKI Jakarta dari tahun 2011- 2013. Sehingga
mengetahui dampak penyaluran zakat produktif bagi peningkatan ekonomi umat
oleh BAZIS DKI Jakarta, benar-benar telah dirasakan para Mustahik dan
masyarakat DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yang bersifat kualitatif,
yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh dan perilaku yang diamati.
Penelitian ini diperoleh penulis dari kantor BAZIS Provinsi DKI Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan Badan Amil Zakat
dan Lembaga Amil Zakat di DKI Jakarta dirasakan cukup besar manfaatnya oleh
masyarakat. Lembaga ini telah bekerjasama oleh Pemda DKI Jakarta dalam
menanggulangi masalah sosial dan kemiskinan yang semakin rumit, terutama
mereka yang berada di kelas menengah ke bawah, sehingga menumbuh
vi
kembangkan masyarakat dengan berjiwa usaha yang gigih dan professional.
Dengan adanya penyaluran dana infaq dan shadaqah yang dipinjamkan kepada
mustahik agar yang bersangkutan bisa mandiri dan mengembangkan usahanya
adalah alternatif yang perlu terus dikembangkan untuk pemberdayaan masyarakat.
Namun demikian dibutuhkan kecermatan dalam memilih calon Mustahik dengan
harapan dana itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang sebenarnya agar
pengembalian modal usaha tidak macet, yang pada gilirannya bisa digulirkan
kepada Mustahik lain. Dan sebagai alternatif penyaluran/pendayagunaan dana ZIS
untuk usaha-usaha produktif mempunyai prospek yang cukup menjanjikan dan
signifikan di masa mendatang. Masalah yang sering muncul adalah rasio
permintaan dan ketersediaan dana yang tak berimbang. Jumlah permohonan
bantuan dana bisa lebih banyak ketimbang dana yang tersedia di Badan Amil
Zakat/Lembaga Amil Zakat tersebut.
Kata kunci: pemberdayaan, ekonomi umat, penyaluran, dan zakat produktif.
Pembimbing : Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag,MM,M.Si.
Daftar Pustaka : Tahun 1986 s/d Tahun 2015
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat meyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui Penyaluran Zakat Produktif
(Studi Kasus BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Zakat Produktif )”
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Strata Satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) pada
Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulisan Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa banyak tangan yang
terulur memberikan bantuan. Ucapan rasa hormat dan terima kasih yang tulus atas
segala kepedulian mereka yang telah memberikan bantuan baik berupa kritik,
masukan, dorongan semangat, dukungan finansial maupun sumbangan pemikiran
dalam penulisan Skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menghanturkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA., Dekan Fakultas Syariah dan
Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta.
2. Dr. Euis Amalia,MAg., dan Dr.Asmawi,MAg., Pembantu Dekan Bidang
Akademik dan Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum.
3. Bapak Dr. H. Sumuran Harahap, M.Ag,MM,M.Si., Dosen Pembimbing
yang telah memberikan waktu luang, curahan pemikiran, pengarahan dan
bimbingan kepada penulis.
viii
4. Teristimewa kedua orang tua penulis, Bpk. Ridwan dan Ibu. Sumiah
tersayang yang telah membesarkan dan mendidik penulis hingga seperti
sekarang dengan penuh do’a, kasih sayang, kesabaran, keikhlasan, dan
perjuangan hidup demi kelangsungan pendidikan dan masa depan putra-
putrinya.
5. Adik kandung penulis, Faruki, Annisa dan Farhan yang selalu memberi
dukungan moril dan materil kepada penulis.
6. Para Dosen fakultas Syariah dan Hukum yang tidak bisa disebutkan satu
persatu namanya yang telah banyak memberikan nasihat dan
pengalamannya kepada penulis.
7. Para pengurus BAZIS DKI Jakarta khususnya Bpk.Wawan, Dedi
Santosa,SE dan Bpk.Agam yang telah menerima dan membantu penulis
dalam menyelesaikan penulisan Skripsi ini.
8. Teman-teman seperjuangan di UIN khususnya mahasiswa ZISWAF
angkatan 2011, Banyak sekali kenangan-kenangan yang telah kita lalui
bersama-sama. Semoga silaturahmi kita dapat terus terjalin dan kita semua
mencapai kesuksesan bersama-sama.
9. Teman-teman dari Ikatan Lingkar Zakat Madani (LZM UIN Jakarta), dan
sahabat-sahabat KKN SMART yang telah menjadi inspirasi dan keluarga
kedua bagi penulis serta selalu memberikan do’a dan dukungan yang
sangat berarti bagi penulis.
ix
10. Syaifudin Elman, Ramadhana, Achmad Rendy, M.A.S.S. Moyo,
Hendriansyah, Eva Nurlutfiah, Nurseha Satyariani , Siti Kholifah, Putri
Novianti dan kawan yang lainnya yang telah menjadi kawan setia selama
masa-masa studi dan selalu memberikan masukan, inspirasi serta saran
bagi penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini.
11. Kekasihku tercinta JM Muhammad Wanda yang selalu menjadi
penyemngat lebih dan motivasi tersendiri dalam perjalanan hidup ini.
12. Seluruh staf karyawan Perpustakan Utama UIN dan Perpustakaan FDK
untuk referensi buku-bukunya.
13. Serta kepada seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu persatu atas
semua bantuan dan masukannya kepada penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semua pihak
atas seluruh bantuan dan amal baik yang telah diberikan kepada penulis dalam
penyusunan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua
kalangan.
Aamiin....
Jakarta, 15 Oktober 2015
Nur Addini Rahmah
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN .............................................................. iii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Batasan dan Rumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 7
D. Review Studi Terdahulu ........................................................................ 8
E. Kerangka Teori dan Konsep ................................................................... 10
F. Metode Penelitian .................................................................................. 13
G. Pedoman Penulisan Skripsi .................................................................... 15
H. Sistematika Penulisan ............................................................................. 16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Ekonomi Umat ............................................................... 18
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat ....................................... 18
2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Umat ............................................. 22
3. Strategi dan Pola-pola Pemberdayaan Ekonomi Umat .................... 24
B. Zakat Produktif ....................................................................................... 27
1. Pengertian Zakat Produktif ............................................................... 27
2. Landasan Hukum Zakat Produktif .................................................... 33
3. Tujuan dan Hikmah Zakat Produktif ................................................ 34
C. Pendayagunaan Dana Zakat.................................................................... 36
1. Pengertian Pola Pendayanggunaan Zakat ......................................... 36
2. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan/Penyaluran Zakat ........................
xi
BAB III PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT
A. Profil BAZIS DKI Jakarta ...................................................................... 41
B. Sejarah dan Perkembangan BAZIS DKI Jakarta .................................... 42
C. Visi, dan Misi ......................................................................................... 46
D. Tugas Pokok dan Fungsi ....................................................................... 47
E. Struktur Organisasi ................................................................................ 51
F. Pemberdayaan Ekonomi Umat di BAZIS DKI Jakarta ........................ 56
BAB IV PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI ZAKAT
PRODUKTIF DI BAZIS DKI JAKARTA
A. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta
dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat .......................................... 63
B. Peran BAZIS DKI Jakarta dalam Upaya Pemberdayaaan
Ekonomi Umat ......................................................................................... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .............................................................................................. 81
B. Saran ........................................................................................................ 82
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 84
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Permasalahan kehidupan yang dihadapi umat (Islam) di Indonesia
sangat banyak, terutama permasalahan pada bidang ekonomi. Permasalahan
tersebut mencakup tingkat penghasilan (rill) yang minim, daya saing yang
rendah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomi nasional, tingkat
pengangguran tinggi, keterbatasan kemampuan dalam mengelola kegiatan
bisnis, keterbatasan kemampuan dalam menyandingkan sumber-sumber
informasi dan teknologi industri, ketidakmerataan kemakmuran dan
kesejahteraan hidup yang tinggi, dan lain sebagainya.1
Oleh karena itu, kita perlu menciptakan usaha-usaha atau lapangan
pekerjaan sebagai salah satu alternatif untuk mengurangi tingkat kemiskinan
dan pengangguran, dan ini menjadi kewajiban bersamaa baik pemerintah
maupun masyarakat. Tampaknya tidak berlebihan bila dikatakan bahwa
usaha memberantas kemiskinan umat kedudukan “hukum-nya” termasuk
kategori wajib.2
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat, institusi yang diberikan amanat untuk mengelola zakat
yaitu Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), Lembaga Amil Zakat (LAZ),
1 Rian Sanjaya, “Model Pendayagunaan Zakat Produktif Di Badan Amil Zakat Dan
Lembaga Amil Zakat ”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2011), h.1. 2 Deliarnov, “Perkembangan Pemikiran Ekonomi”, (Jakarta: PT Raja Grfindo persada,
2003), h.30.
2
Unit Pengumpul Zakat (UPZ). Badan Amil Zakat adalah lembaga yang
dibentuk masyarakat yang bertugas membantu pengumpulan,
pendistribusian dan pendayagunaan zakat. Sedangkan Unit Pengumpul
Zakat adalah satuan organisasi yang dibentuk BAZNAS untuk membantu
pengumpulan zakat. Dan tujuan pengelolaan zakat menurut Undang-Undang
Nomor 23 Pasal 3 adalah agar mampu meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta mampu meningkatkan
manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.3
Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, dan baik.4
Menurut istilah fiqih zakat berarti
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada
yang berhak. Zakat menurut lughat (bahasa) berarti berkah, tumbuh,
berkembang, suci bersih, baik dan terpuji. Selanjutnya Yusuf Qardhawi
memberi penjelasan, bahwa zakat menurut Al-Qur’an dan Sunnah disebut
juga shodaqah.5
Zakat sebagai salah satu rukun Islam yang asasi merupakan media
untuk menghubungkan antara yang kaya dan miskin, sekaligus berfungsi
untuk membina ukhuwah islamiyah. Karena pada dasar prinsip zakat adalah
3 Siti Masuko, “Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra Dalam Rangka
Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, (Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014), h.5 4 Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema
Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 5 Yusuf Al- Qardawi, “Hukum Zakat”, (Jakarta : Lentera & Mizan, 1991), h.34.
3
harta orang mampu dibagikan kepada Mustahik dan untuk memenuhui
kebutuhan masyarakat dan agama.6
Zakat merupakan sumber dana potensial dalam pemberdayaan
ekonomi umat. Dengan potensi yang demikian besar, diharapkan lembaga-
lembaga Amil zakat, dapat melakukan suatu perubahan yang signifikant
terhadap program ataupun bentuk pendayagunaan dana zakat yang dapat
meningkatkan kesejahteraan para Mustahik. Sudah barang tentu program
tersebut harus yang berkaitan dengan ekonomi.7
Sedangkan istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata
power (kekuasaan atau keberdayaan).8
Pemberdayaan sering diartikan
sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan
menurut Steven Shardlow memfokuskan pembahasan pada masalah
bagaimana individu atau kelompok atau komunitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai keinginan mereka. 9
Pemberdayaan dana zakat ini terus mengalami perkembangan seiring
dengan berjalannya waktu. Setiap lembaga Amil zakat maupun Badan Amil
Zakat pasti akan melakukan pengembangan terus-menerus teradap
6 Abdullah Zaky Al-Kaaf, “Ekonomi Dalam Prespektif Islam”, (Bandung : Pustaka Setia,
2002,cet. 1, h.132. 7 Salehuddin effendi, “Peran BAZIS DKI Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat”
Majalah BAZIS DKI Jakarta, Edisi 2002, h.8. 8
Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka, “Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan
Implementas”, (Jakarta: CSIS,1996), h.62. 9 Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat,
Dan Intervensi Komunitas”, (Jakarta : 2003), h.239.
4
pemberdayaan dana zakat.10
guna menemukan formula yang tepat untuk
memberdayakan Mustahik.
Adapun pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara
dijadikannya dana zakat sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan
ekonomi penerimannya, dan supaya kaum dhuafa dapat menjalankan atau
membiayai kehidupannya secara konsisten. Dengan dana zakat tersebut
Mustahik akan mendapatkan penghasilan tetap, meningkatkan usaha,
mengembangkan usaha serta mereka dapat menyisihkan penghasilannya
untuk menabung.
Dana zakat untuk kegiatan produktif akan lebih optimal bila
dilaksanakan Lembaga atau Badan Amil Zakat karena LAZ/BAZ sebagai
organisasi yang terpercaya untuk pengalokasian, pemberdayaan, dan
pendistribusian dana zakat, tidak hanya memberikan zakat begitu saja
melainkan mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan
agar dana zakat tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga
penerimaan zakat tersebut memperoleh pendapatan yang layak dan
mandiri.11
BAZIS DKI Jakarta merupakan Badan Amil Zakat bentukan
pemerintah yang memiliki tugas, meningkatkan hasil guna dan daya guna
zakat, infaq, dan shadaqah.12
Sudah secara otomatis harus berusaha dengan
10
http://repository.unib.ac.id/4389/Pendayagunaan Zakat Produktif dalam Mensejahterakan
Usaha ekonomi Mikro. diakses Tanggal 15 November 2014 Jam 19.00. 11
Peduli Umat, (Jakarta: Majalah BAZIS DKI Jakarta, Edisi Desember 2010), h.6. 12
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.10.
5
sepenuh hati untuk mengembangkan model pemberdayaan zakat produktif
yang tepat.
BAZIS DKI Jakarta memiliki aturan tersendiri dalam hal
pemberdayaan zakat. Pada saat ini ada beberapa peraturan terkait ZIS di
DKI Jakarta yang menjadi rujukan BAZIS DKI Jakarta. Dalam hal
penyaluran dan pemberdayaan ZIS yang hanya disalurkan kepada enam
Ashnaf, yaitu Fakir, Miskin, Muallaf, Gharim, Sabilillah, dan Ibnusabil.
Alasannya karena dua kelompok lainnya seperti Riqab dan Amil tidak ada
alokasi dengan alasan karena di Indonesia tidak ada perbudakan. Sedangkan
hak Amil tidak diambil dari ZIS, karena sudah ada subsidi dari APBD DKI
Jakarta.13
Adapun perolehan ZIS yang berhasil dicapai tahun 2011 naik sebesar
12,76% dari perolehan tahun 2010. Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS
sebesar Rp. 64,7 miliar, melampaui target yang telah ditetapkan sebesar Rp.
57,5 miliar.14
Bila tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81.453.310.876.97,
tahun 2013 naik menjadi Rp 97.795.879.070. artinya perolehan ZIS
meningkat sebesar Rp 13.354.879.070 atau 20,06%.15
Dari hasil perolehan tersebut BAZIS sudah menyentuh ribuan
Mustahik yang dibantu-baik secara finansial maupun yang menerima
manfaat seperti dalam pelatihan serta bisa mendapatkan lapangan pekerjaan.
Hal ini berarti kaum dhuafa tidak hanya sekedar meminta tetapi mampu
13
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.89. 14
http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-bazis-dki-
Jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 10 Januari 2015 Jam 17:09 15
http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses Tanggal 10 Januari 2015 Jam 17: 30
6
untuk berkarya.16
Dan angka pengangguran otomatis menjadi berkurang,
mengakibatkan pertumbuhan ekonomi meningkat.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai zakat produktif dengan judul :
“PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI
PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF DI BAZIS DKI JAKARTA
DALAM PEMBERDAYAAN ZAKAT PRODUKTIF ”
B. Batasan dan Rumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai zakat produktif dan
pendayagunaan ekonomi umat maka perlu pembatasan masalah, agar
pembahasan tidak terlalu meluas dan terarah.
Adapun pembatasan permasalahan dalam Skripsi ini adalah
Penyaluran Dana Zakat Untuk Pemberdayaan Ekonomi Umat Melalui
Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta. Penelitian akan dilakukan pada
tahun 2015 dan bertempat di BAZIS DKI Jakarta.
2. Perumusan Masalah
Untuk mempermudah penulisan Skripsi ini, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
a. Bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat produktif BAZIS
DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat?
16
http://bazisdki.go.id/post/index/jakarta-sadar-zakat, di akses Tanggal 10 November 2014
Jam 22:01.
7
b. Bagaimana peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaaan
ekonomi umat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian ini tidak lain untuk turut serta
memberikan kontribusi peneliti terhadap wacana, pemikiran, kajian, dan
praktik pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif oleh
BAZIS DKI Jakarta. Setelah memperhatikan judul serta latar belakang
masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui mekanisme penyaluran dana zakat produktif
BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat.
b. Untuk mengetahui peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya
pemberdayaaan ekonomi umat.
2. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat yang bisa ditimbulkan dari penelitian ini, penulis
ingin agar penelitian ini bisa memberikan manfaat :
1) Manfaat Akademisi :
a. Setelah mengetahui pemberdayaaan ekonomi umat yang
dilakukan BAZIS DKI Jakarta melalui penyaluran zakat
produktif diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
tentang pemberdayaan ekonomi umat melalui zakat produktif
8
bagi para Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum dan
khususnya bagi penulis.
b. Memberikan sumbangan pemikiran kepada perusahaan dalam
memberdayakan ekonomi umat melalui zakat produktif guna
mensejahterakan masyarakat.
2) Manfaat Praktisi:
a. Agar masyarakat mengetahui dan memahami pemberdayaan
ekonomi umat yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta melalui
zakat produktif. Sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam
memberdayakan para kaum dhuafa di BAZIS DKI Jakarta.
b. Sebagai bahan masukan terhadap BAZIS DKI Jakarta dalam
menerapkan dan mengembangkan pemberdayaaan ekonomi
umat melalui zakat produktif
3) Manfaat Masyarakat:
Agar dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk masyarakat
agar lebih percaya untuk memberikan dana zakat, infaq, dan
sedaqahnya ke BAZIS DKI Jakarta.
D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber
kepustakaan, penelitian melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini
tampaknya masih kurang dapat perhatian dari para peneliti, untuk itu tidak
9
mengatakan belum pernah diteliti sama sekali, adapun penelitian yang sudah
dibahas antara lain:
No. Nama Peneliti,
Judul Penelitian Hasil Penelitian Perbedaan Penelitian
1.
2.
Aditya Ramadhan
“Analisa
Pemberdayaan
Zakat Dalam
Mensejahterakan
Perekonomian
Mustahik”.
Konsentrasi
Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Jakarta
tahun 2013.
Mawan Dwiono
“Kinerja BAZDA
Banten Dalam
Pemberdayaan
Ekonomi
Masyarakat
Perspektif Balance
Skripsi ini membahas
tentang pengembangan
zakat bersifat produktif
dengan cara
dijadikannya dana
zakat sebagai modal
usaha, untuk
pemberdayaan ekonomi
penerimanya, dan
supaya fakir miskin
dapat membiayai
kehidupannya secara
konsisten. Penelitian ini
dilakukan di Lembaga
Amil Zakat Sejahtera
Ummat, Pondok Aren-
Tangerang pada tahun
2013.
Skripsi ini membahas
tentang pengelolaan
zakat BAZ Banten dan
analisa kinerja BAZ
Banten dengan metode
Balance Scorecards.
Penelitian ini dilakukan
Skripsi ini membahas
tentang bagaimana peran
BAZIS DKI Jakarta
dalam memberdayakan
kaum dhuafa melalui
zakat produktif dan
mekanisme penyaluran
dana zakat dalam
pemberdayaan ekonomi
umat melalui zakat
produktif. Penelitian ini
dilakukan di BAZIS DKI
Jakarta pada tahun 2015.
Skripsi ini membahas
tentang bagaimana peran
BAZIS DKI Jakarta
dalam memberdayakan
kaum dhuafa melalui
zakat produktif dan
mekanisme penyaluran
10
3.
Scorecards”.
Konsentrasi
Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Jakarta
tahun 2013.
Siti Muflihah Alwan
“Kontribusi BMT
Terhadap
Pemberdayaan
Ekonomi
Perempuan”.
Konsentrasi
Perbankan Syariah,
Fakultas Syariah dan
Hukum, UIN Jakarta
tahun 2011.
di BAZDA Provinsi
Banten pada tahun
2012.
Skripsi ini membahas
tentang kontribusi
BMT terhadap
pemberdayaan ekonomi
perempuan di wilayah
Tangerang Selatan dan
upaya-upaya yang
dilakukan BMT
tersebut dalam rangka
pemberdayaan ekonomi
perempuan di
sekitarnya. Penelitian
ini dilakukan di BMT
Wilayah Tangerang
Selatan pada tahun
2011.
dana zakat dalam
pemberdayaan ekonomi
umat melalui zakat
produktif. Penelitian ini
dilakukan di BAZIS DKI
Jakarta pada tahun 2015.
Skripsi ini membahas
tentang bagaimana peran
BAZIS DKI Jakarta
dalam memberdayakan
kaum dhuafa melalui
zakat produktif dan
mekanisme penyaluran
dana zakat dalam
pemberdayaan ekonomi
umat melalui zakat
produktif. Penelitian ini
dilakukan di BAZIS DKI
Jakarta pada tahun 2015.
E. Kerangka Teori
Untuk memudahkan penulis dalam penyusunan Skripsi, maka
penulis perlu menjelaskan beberapa istilah yang terkait dengan judul Skripsi
ini, diantaranya tentang zakat, pemberdayaan, ekonomi umat, penyaluran
dan zakat produktif.
11
Islam memandang penting persoalan ekonomi, hal ini dikarenakan
ekonomi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang tidak dapat
dipisahkan. Sedangkan zakat merupakan sumber dana potensial yang dapat
dimanfaatkan untuk memajukan kesejahteraan umum bagi seluruh
masyarakat.17
Zakat merupakan bagian dari rukun Islam yang merupakan
kewajiban setiap muslim yang mampu untuk mengeluarkan sebagian
hartanya dan diperuntukkan bagi mereka yang berhak menerimanya.18
Dari sudut bahasa, kata zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, dan baik19
. Menurut istilah fiqih zakat berarti
sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada
yang berhak. Sedangkan kata produktif adalah berasal dari bahasa Inggris
yaitu “productive” yang berarti menghasilkan atau memberikan banyak
hasil.20
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian zakat produktif adalah
pengelolaan dan penyaluran dana zakat yang bersifat produktif,yang
mempunyai efek jangka panjang bagi para penerima zakat.21
Definisi dari ekonomi umat adalah segala aktivitas yang berkaitan
dengan produksi dan distribusi serta konsumsi, baik berupa jasa atau barang
yang dilakukan oleh masayarakat beragama muslim umumnya.22
17
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan
Zakat. 18
Muhammad Syafi’i Antonio, “Bank Syraiah Dan Teori Ke Prkatek”. (Jakarta: Gema
Insani Press,2003),h.4. 19
Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema
Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 20
M.Ali Hasan, “Masail Fiqiyah”, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2003), h.41. 21
M.Anwar Musaddad, “ Zakat Produktif ”, http://www.zakatcenter.org. diakses Tanggal
26 Januari 2015 Jam 20:22. 22
M. Darmawan Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Social-Ekonomi”, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,1999), h.5.
12
Kata penyaluran berasal dari bahasa Inggris yaitu distribute yang
berati pembagian, secara terminologi peyaluran adalah pembagian dan
pengiriman kepada orang banyak atau beberapa tempat.23
Istilah pemberdayaan atau empowerment berasal dari kata power
(kekuasaan atau keberdayaan).24
Pemberdayaan sering diartikan sebagai
perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya. Pemberdayaan zakat
produktif sesungguhnya mempunyai konsep perencanaan dan pelaksanaan
yang cermat seperti mengkaji penyebab kemiskinan, ketidakadaan modal
kerja dan kekurangan lapangan kerja, oleh karena itu perlu adanya
perencanaan yang dapat mengembangkan zakat bersifat produktif.25
Guna
mewujudkan masyarakat mandiri, maka peran pengelolaan lembaga zakat
ikut berpartisipasi dengan cara menyediakan sarana dan prasarana yang
berpihak pada masyarakat.26
Sarana dan prasarana bisa dibentuk berupa
lembaga bisnis-sosial yang bisa mencari keuntungan secara wajar, dimana
keuntungan tersebut akan dimanfaatkan kembali untuk masyarakat.
Agar bantuan zakat produktif dapat berjalan maksimal, maka BAZIS
Provinsi DKI Jakarta selalu melakukan pendampingan, pemantauan, dan
pembinaan. Upaya ini dilakukan dengan merekrut tenaga honorer sebagai
Supervisi Program (SP). Dengan ini, perkembangan usaha dapat dianalisis
23
W.H.S. Poerwadaminta, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”,(Jakarta: Balai Pustaka,
1999), cet. 7, h. 269. 24
Onny S. Prijono dan A.M.W Pranarka, “Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan
Implementasi”, (Jakarta: CSIS, 1996), h.62. 25
Sjechul Hadi Permono, “Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka Pembangunan
Nasional”, (Jakarta: Pustaka Firaus,1995), h.41-42. 26
www.pelita.or.id/baca.php?id=64130/Pendayagunaan ZIS Didistribusikan Berdasarkan
Keputusan Gubernur DKI. Diakses pada Tanggal 16 November 2014 Jam 21:22.
13
untuk dipastikan kelayakannya. Sedangkan dalam proses pemberdayaan
BAZIS DKI Jakarta tetap secara aktif memberikan informasi yang dimiliki.
Karena disadari atau tidak, bahwa BAZIS hanyalah mediator antara the
haves dengan Mustahik. ZIS yang ada hanyalah titipan dari mereka yang
mampu, untuk diberikan kepada mereka yang kurang mampu.
Berdasarkan penjelasan diatas bahwa pemberdayaan yang dilakukan
BAZIS DKI Jakarta bisa mengoptimalkan perekonomian umat dan sangat
membantu dalam penyaluran zakat produktif agar manyarakat kurang
mampu bisa lebih berproduktif.
F. Metode Penelitian
Metode yang digunakan oleh penulis dalam menyelesaikan Skripsi
ini dengan menggunakan metode-metode yang umumnya berlaku dalam
penelitian :
1. Pengumpulan Data
a. Pendekatan
Pendekatan ini menggunakan pendekatan yang bersifat
kualitatif, yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif analisis berupa kata-kata tertulis atau lisan dari para tokoh
dan perilaku yang diamati.
b. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, (Field
Research) untuk mengetahui secara langsung responden atau
14
tanggapan dari responden. Karena melakukan penelitian langsung
guna mendapatkan data yang jelas atau kesesuaian antara teori dan
praktek pendayagunaan ZIS pada BAZIS DKI Jakarta dalam masalah
pemberdayaan untuk kaum dhuafa.
Sumber data dalam penelitian ini penulis menggunakan dua
jenis sumber data :
a. Data primer
Data primer merupakan data yang didapat dari sumber
pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari
wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan
oleh peneliti.27
Data primer yang digunakan dalam penulisan ini
merupakan data yang diperoleh dari terjun langsung ke lapangan
dengan objek penelitian yaitu pemberdayaan ekonomi umat melaui
zakat produktif pada BAZIS DKI Jakarta.
b. Data sekunder
Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah
lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer
atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau
diagram-diagram.28
27
Husein Umar, “Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis”, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2004) h.42. 28
Husein Umar, “Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis”, (Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 2004) h.44
15
2. Teknik pengumpulan data
a. Observasi
Observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan
mengamati langsung dilapangan. Dalam hal ini penulis mengadakan
pengamatan secara cermat dan sistematik.29
Dalam penelitian ini
penulis mengamati secara langsung untuk mengetahui pemberdayaan
ekonomi umat melalui zakat produktif yang dilakukuan oleh BAZIS
DKI Jakarta.
b. Wawancara
Wawancara adalah salah satu bagian yang terpenting dari
setiap survei. Wawancara juga merupakan suatu proses interaksi dan
komunikasi.
c. Dokumentasi
Pengumpulan data-data yang diperlukan dengan cara
memperoleh data dokumentasi tentang pemberdayaan ekonomi umat
melaui zakat produktif serta mencari bahan pustaka/buku rujukan
yang berkaitan dengan judul Skripsi yang sedang dibuat ini.
G. Pedoman Penulisan Skripsi
Penulisan dan penyusunan Skripsi ini, berpedoman kepada kaidah-
kaidah penulisan karya ilmiah pada buku pedoman penulisan skripsi, yang
29
Sugiono, “Metode Penelitian Bisnis”, (Bandung: Alfabeta, 2007),h.105.
16
diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah
cetakan tahun 2012.
H. Sistematika Penulisan
Didalam pembuatan penelitian ini, penulis akan memberikan
gambaran mengenai hal apa saja yang dilakukan, maka secara garis besar
gambaran tersebut dapat dilihat dalam sistematika Skripsi dibawah ini :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, batasan dan
rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan
(review) kajian terdahulu, kerangka teori dan konseptual, metode
penelitian, yaitu terdiri dari pengumpulan data, yang meliputi
pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, yang meliputi data
primer dan sekunder, kemudian teknik pengumpulan data, yang
terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi, pedoman
penulisan Skripsi, dan sistematika penulisan.
BAB II: TINJAUAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang berkaitan dengan
pembahasan penulisan Skripsi ini antara lain : pengertian zakat
produktif, tujuan dan hikmah zakat, pengertian pemberdayaan
ekonomi umat, strategi dan pola-pola pemberdayaan ekonomi
umat, pengertian pola pendayagunaan zakat, bentuk dan sifat
pendayagunaan/penyaluran zakat.
17
BAB III: PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT di BAZIS DKI
JAKARTA
Dalam bab ini menjelaskan tentang obyek penelitian, gambaran
umum BAZIS DKI Jakarta, sejarah berdirinya BAZIS DKI
Jakarta, struktur organisasi, visi dan misi, dan pemberdayaan
ekonomi umat.
BAB IV: PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI
PENYALURAN ZAKAT PRODUKTIF di BAZIS DKI
JAKARTA
Dalam bab ini penulis akan menganalisis data primer dan data
sekunder mengenai pemberdayaan zakat produktif dalam
peningkatan ekonomi umat dalam bab ini dibahas mengenai
bagaimana mekanisme penyaluran dana zakat produktif BAZIS
DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat dan
bagaimana peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya
pemberdayaaan ekonomi umat, sehingga dapat menimbulkan
ekonomi negara berkembang.
BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN
Penutup yang didalamnya terdapat kesimpulan, saran-saran yang
dilengkapi dengan daftar pustaka.
18
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pemberdayaan Ekonomi Umat
1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Umat
Untuk mengetahui maksud dari pemberdayaan ekonomi umat,
perlu dikemukakan tentang pemberdayaan itu sendiri. Pada dasarnya,
agama Islam adalah agama pemberdayaan. Dalam pandangan Islam,
pemberdayaan merupakan gerakan tanpa henti.30
Secara konseptual,
pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata “power” (kekeuasaan
atau keberdayaan).31
Pemberdayaan secara etimologi berasal dari kata
daya yang berarti upaya, usaha, akal, kemampuan. Pemberdayaan sering
diartikan sebagai perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya.32
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memperluas horizon
pilihan bagi masyarakat, dengan upaya pendayagunaan potensi,
pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini
berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang
bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakat yang berdaya
30
Nanih Machendrawati, Agus Ahmad Syafe’i, “Pengembangan Masyarakat Islam:
Strategi Sampai Tradisi”, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2001),Cet.1, h.41. 31
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat”, (Bandung : Reflika
Aditama,2005),cet 1, h.57. 32
Badadu–Zain, “Kamus Umum Bahasa Indonesia”, (Jakarta: Sinar Harapan,1997), h.317.
18
19
adalah yang dapat memilih dan mempunyai kesempatan untuk
mendapatkan pilihan-pilihan.33
Selain itu Pemberdayaan di bidang ekonomi merupakan upaya
untuk membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi,
dan membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya
serta berupaya untuk mengembangkannya. Keberdayaan masyarakat
adalah unsur dasar yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan.
Dalam pengertian yang dinamis, yaitu mengembangkan diri dan mencapai
kemajuan. Keberdayaan masyarakat menjadi sumber dari apa yang
dikenal sebagai Ketahanan Nasional.34
Amrullah Ahmad menyatakan bahwa pemberdayaan adalah sistem
tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan masallah
ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan.35
Menurut Soeharto (2005) pemberdayaan menunjuk pada
kemampuan orang, khususnya kelompok rentan dan lemah sehingga
mereka memiliki kekuatan atau kemampuan dalam (a) memenuhi
kebutuhan dasarnya sehingga mereka memiliki kebebasan (freedom)
dalam arti bukan saja bebas mengemukakan pendapat, melainkan bebas
dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas dari kesakitan (b)
menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat
meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-
33
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.53. 34
Mubyarto, “Membangun Sistem Ekonomi”, (Yogyakarta: BPFE, 2000), h.263-264. 35
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.54.
20
jasa yang mereka perlukan (c) berpartisipasi dalam proses pembangunan
dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.36
Sedang menurut Parsons yang dikutip oleh Suharto (2005)
pemberdayaan adalah sebuah peroses di mana seseorang menjadi cukup
kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan serta berpengaruh
terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga yang mempengaruhi
kehidupannya. Pemberdayaan menekankan bahwa orang memperoleh
pengetahuan, keterampilan, dan kekuasaan yang cukup untuk
mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan orang lain yang menjadi
perhatiannya.37
Sedangkan untuk membahas ekonomi umat, maka perlu di perjelas
dahulu tentang pengertian ekonomi dan umat. Definisi yang paling
populer tentang ekonomi, yaitu bahwa ekonomi adalah segala aktivitas
yang berkaitan dengan produksi dan distribusi diantara orang-orang. Di
sini, titik tekan definisi ekonomi adalah pada kegiatan produksi dan
distribusi baik dalam bentuk barang ataupun jasa.38
Definisi ekonomi lain mencakup aspek yang lebih luas, misalnya
yang terdapat pada Oxford Dictionary of Current Engish sebagaimana
dikutip Muhammad dan Alimin dalam Etika dan Perlindungan Konsumen
Dalam Ekonomi Islam, di katakan bahwa ilmu ekonomi merupakan kajian
36
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT Refika
Aditama,2005), h.57. 37
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung: PT Refika
Aditama,2005), h.58-59. 38
M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), h.5.
21
tentang produksi, distribusi dan konsumsi kekayaan di dalam masyarakat
manusia. Pada definisi ini, selain ada aspek konsumsi, juga tercakup
obyek kegiatan ekonomi, yaitu kekayaan, yang tidak lain adalah kekayaan
material.39
Selanjutnya, ketika membahas perekonomian umat, maka ada
kemungkinan yang perlu diperhatikan yaitu: ekonomi umat itu hampir
identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu umat Islam
sendiri berjumlah 87 persen dari total penduduk. Konsekuensi dari
pengertian ini, bahwa jika dilakukan pembangunan nasional secara
merata, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian umat
Islam.40
Jadi dapat dikerucutkan bahwa memberdayakan ekonomi umat di
sini, berarti upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan
masyarakat Islam dari kondisi tidak mampu, serta melepaskan diri dari
perangkap kemiskinan dan keterbelakangan ekonomi. Dengan kata lain,
sebagai upaya membangun kemandirian umat di bidang ekonomi.
Dari berbagai pengertian yang ada, maka peneliti menarik
kesimpulan bahwa pemberdayaan ekonomi umat adalah upaya untuk
membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya
untuk mengembangkannya seperti; melakukan upaya peningkatan
kemampuan untuk menghasilkan nilai tambah paling tidak harus ada
39
Muhammad dan Alimin, “Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam Ekonomi Islam”,
(Yogyakarta: BPFE, 2004), h.12. 40
M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-Ekonomi”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 1999), h. 270.
22
perbaikan akses terhadap empat hal, yaitu akses terhadap sumber daya,
akses terhadap teknologi, akses terhadap pasar, akses terhadap
permintaan.
2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi
Tujuan pemberdayaan ekonomi adalah membantu seseorang
memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
yang akan dia lakukan yang terkait dengan diri mereka termasuk
mengurangi efek hambatan pribadi dan sosial dalam melakukan tindakan.
Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan percaya diri untuk
menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungan.41
Dari tujuan di atas, pemberdayaan dapat di artikan sebagai
sebuah usaha dan proses dalam membantu supaya seseorang itu dapat
mandiri dalam menciptakan keputusan-keputusan akan dirinya, yang
terkait antara hubungan seseorang tersebut dengan lingkungan sekitarnya.
Dengan demikian, usaha pemberdayaan bertujuan untuk
menggerakkan potensi atau daya yang dimiliki oleh individu sebagai
anggota masyarakat, tetapi tentunya usaha ini juga harus diikuti oleh
usaha perbaikan pranata-pranata pendukungnya. Demikian pula
pembaharuan lembaga sosial dan integrasiannya kedalam kegiatan
perekenomian masyarakat sebagai salah satu pintu masuk menuju
kesejahteraan.
41
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005), h.64.
23
Kebijakan ekonomi yang digunakan pemerintah berdasar pada
pemikiran ekonomi klasik yang memiliki pandangan bahwa masyarakat
bakal berubah secara linier, yaitu perubahan yang selaras, serasi, dan
seimbang dari unsur masyarakat paling kecil sampai ke perubahan
masyarakat keseluruhan; dari tradisional menuju modern. Model
pembangunan yang diterapkan dengan trickle down effect dimana
akumulasi kapital dikalangan kelas atas akan menetes ke bawah. Orang-
orang bawah akan mendapatkan “cipratan” seperti dalam bentuk lapangan
kerja yang diciptakan. Konsumsi orang kaya akan memberikan
penghasilan bagi orang-orang di lapisan bawah.42
Di antara upaya untuk menanggulangi masalah kemiskinan adalah
dengan konsep pemberdayaan masyarakat (social empowerment) dimana
pondasi utamanya keadilan sosial. Paradigma pembangunan terkait
dengan keadilan sosial memfokuskan pada unsur kesetaraan(equality),
kerjasama, dan upaya saling berbagi (sharing) dalam masyarakat. Prinsip
dari pemberdayaan masyarakat itu memberikan landasan tersedianya
akses ekonomi bagi masyarakat sehingga terjadi perubahan kearah yang
lebih baik.43
Masyarakat yang memiliki kemampuan untuk memberdayakan
dirinya akan mampu melakukan perubahan kearah yang lebih baik
sehingga akan meningkatkan tingkat kemakmurannya. Untuk melihat
42
Arief Budiman “Teori Pembangunan Dunia Ketiga”, (Jakarta: Gramedia, 1995), h.124. 43
Isbandi Rukminto Adi, “Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan Intervensi
Komunitas: Pengantar Pada Pemikiran Dan Pendekatan Praktisi”, (Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, 2003), h.32.
24
kemajuan suatu ekonomi menurut MA Mannan ada tiga hal yang menjadi
tolak ukur, yaitu; pertama, pendapatan perkapita tinggi. Kedua,
pendapatan perkapita terus naik. Ketiga, kecendrungan kenaikan terus
menerus dan mandiri. Kemandirian dalam bidang ekonomi merupakan
suatu indikator tertinggi untuk menilai kemajuan ekonomi. Karena
kemandirian menunjukkan keberdayaan masyarakat dalam mengatasi
masalah ekonomi, dan ini berarti tujuan pemberdayaan tercapai.44
3. Strategi dan Pola-Pola Pemberdayaan Ekonomi Umat
Dalam memberdayakan ekonomi umat berarti mengembangkan
sistem ekonomi dari umat oleh umat sendiri dan untuk kepentingan umat.
Berarti pula meningkatkan kemampuan rakyat secara menyeluruh dengan
cara mengembangkan dan mendinamiskan potensinya.
Upaya pengerahan sumber daya untuk mengembangkan potensi
ekonomi umat akan meningkatkan produktivitas umat. Dengan demikian,
umat atau rakyat dengan lingkungannya mampu secara partisipatif
menghasilkan dan menumbuhkan nilai tambah yang meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan mereka. Rakyat miskin atau yang belum
termanfaatkan secara penuh potensinya akan meningkat bukan hanya
ekonominya, tetapi juga harkat, martabat, rasa percaya diri, dan harga
dirinya.
44
N.Oneng Nurul Bariyah, “Total Quality Managemet Zakat”, (Ciputat: Wahana Kardofa
FAI UMJ, 2012), h.56.
25
Pemberdayaan ekonomi umat dapat dilihat dari tiga sisi:
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat berkembang. Titik tolak pemikirannya berupa pengenalan
bahwa setiap manusia, dan setiap masyarakat, memiliki potensi yang
dapat dikembangkan. Tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa
daya.
2. Memperkuat potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat itu.
Untuk memperkuat potensi ekonomi umat ini, upaya yang sangat
pokok dalam peningkatan taraf pendidikan, derajat kesehatan, serta
terbukanya kesempatan untuk memanfaatkan peluang-peluang
ekonomi.
3. Mengembangkan ekonomi umat juga mengandung arti melindungi
rakyat dan mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang serta
mencegah eksploitasi golongan ekonomi yang kuat atas yang lemah.
Upaya melindungi rakyat tersebut tetap dalam rangka proses
pemberdayaan dan pengembangan prakarsanya. 45
Melalui langkah-langkah yang nyata harus diupayakan agar
pertumbuhan ekonomi umat berlangsung secara cepat. Strategei berpusat
pada upaya mendorong percepatan perubahan struktural yang selanjutnya
dapat memperkuat kedudukan dan peran ekonomi umat dalam
perekonomian nasional.
45
Mubyarto, “Ekonomi Rakyat, Program IDT Dan Demokrasi Ekonomi Indonesia”,
(Yogyakarta: Adtya Media, 1997), h.37.
26
Memberdayakan ekonomi umat secara proporsional sama dengan
memberdayakan ekonomi rakyat. Karenanya, tidak heran jika aspek
pemberdayaan ekonomi rakyat menjadi tema sentral bagi pembangunan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi harus pula menujukkan pada perbaikan
keadilan. Aspek keadilan ini harus diterjemahkan dalam konsep ekonomi
dan secara politis dapat diterima. 46
Pola-pola pemberdayaan ekonomi masyarakat mempunyai ciri-ciri
atau unsur-unsur pokok sebagai berikut:
a. Mempunyai tujuan yang hendak dicapai.
b. Mempunyai wadah kegiatan yang terorganisir.
c. Aktivitas yang dilakukan terencana, berlanjut, serta harus sesuai
dengan kebutuhan dan sumberdaya setempat.
d. Ada tindakan bersama dan keterpaduan dari berbagai aspek yang
terkait.
e. Ada perubahan sikap pada masyarakat sasaran selama tahap-tahap
pemberdayaan.
f. Menekankan pada peningkatan partisipasi masyarakat dalam ekonomi
terutama dalam wirausaha.
g. Ada keharusan membantu seluruh lapisan masyarakat khususnya
masyarakat lapisan bawah. Jika tidak, maka solidaritas dan kerjasama
sulit tercapai.
46
Mubyarto, “Ekonomi Rakyat, Program IDT Dan Demokrasi Ekonomi Indonesia”,
(Yogyakarta: Adtya Media, 1997), h.39.
27
h. Akan lebih efektif bila program pengembangan masyarakat pada
awalnya memperoleh bantuan dan dukungan pemerintah. Selain itu
sumber-sumber dari organisasi sukarela non-pemerintah harus
dimanfaatkan.
Dengan demikian pola-pola pemberdayaaan ekonomi masyarakat
bukan sekedar diartikan sebagai keharusan masyarakat untuk mengikuti
suatu kegiatan, melainkan dipahami sebagai kontribusi mereka dalam
setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pemberdayaan
ekonomi masyarakat.47
B. Zakat Produktif
a. Pengertian Zakat Produktif
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti,
yaitu Al-Barakatu (keberkahan), Al-Namaa (pertumbuhan dan
perkembangan), Ath-Thaharatu (kesucian), dan Ash-Shalahu
(keberesan).48
Secara istilah zakat adalah bahwa zakat itu merupakan
bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, yang Allah SWT
mewajibkannya kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang
berhak menerimanya, dengan persyaratan tertentu pula.49
47
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.55. 48
Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema
Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 49
Didin Hafidhuddin, “Zakat dalam Perekonomian Modern”,(Jakarta: Gema Insani,2002),
h.7.
28
Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dan dengan
pengertian menurut istilah, sangat nyata dan erat sekali, yaitu bahwa harta
yang dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang
dan bertambah, suci dan baik. Hal ini sebagaimana dinyatakan dalam
surat at-Taubah:103
يهم با وصل عليهم إن صلوتك سكن لم رهم وت زك خذ من أمولم صدقة تطهيع عليم والله س
Artinya:
“Ambillah (sebahagian) dari harta mereka menjadi sedekah,
supaya dengannya engkau membersihkan mereka dan mensucikan mereka
dan doakanlah untuk mereka, sesungguhnya doamu itu menjadi
ketenteraman bagi mereka. Dan (ingatlah) Allah Maha Mendengar, lagi
Maha Mengetahui.” (QS. AT-Taubah: 103)
Zakat adalah ibadah maaliyah yang mempunyai dimensi
pemerataan karunia Allah SWT sebagai fungsi sosial ekonomi sebagai
perwujudan solidaritas sosial, pernyataan rasa kemanusiaan dan keadilan,
pembuktian persaudaraan Islam, sebagai pengikat batin antara golongan
kaya dengan golongan miskin, mewujudkan tatanan masyarakat yang
sejahtera, rukun, damai dan harmonis yang akhirnya dapat menciptakan
situasi yang tentram, aman lahir batin. Jadi dengan adanya fungsi ganda
zakat, Kesenjangan sosial yang dihadapi seperti kapitalisme maupun
sosialisme dengan sendirinya akan terkikis.
29
Umat Islam merupakan umat yang mulia, umat yang dipilih Allah
untuk mengemban risalah, agar mereka menjadi khalifah dimuka bumi.
Tugas umat Islam mewujudkan kehidupan yang adil, makmur, tentram,
dan sejahtera. Oleh karena itu, Islam seharusnya menjadi rahmat bagi
seluruh alam. Tetapi kenyataannya umat Islam masih jauh dari kondisi
ideal, karean belum optimal dalam mengelola potensi yang ada. Bila
seluruh potensi sumber daya manusia dan ekonomi yang melimpah,
dikembangkan secara baik, dipadukan potensi aqidah Islamiyah tentu
akan lebih optimal. Maka kesadaran beragama dan ukhuah Islamiyah
kaum muslimin akan semakin meningkat maka kesulitan ekonomi akan
semakin sedikit.
Salah satu sisi ajaran Islam yang harus ditangani secara serius
menyangkut penanggulangan kemiskinan dengan cara mengoptimalkan
pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak, dan shadaqah.
Sebagaimana telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW serta penerusnya
dizaman keemasan Islam.50
Sedangkan produktif berasal dari bahasa inggris productive yang
berarti banyak menghasilkan. Secara umum produktif (productive) berarti
banyak menghasilkan karya atau barang. Produktif juga berarti banyak
menghasilkan, memberikan banyak hasil.51
50
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.6-7. 51
Anwar - Desi, “Kamus Lengkap I Milliard”, (Surabaya: Amelia,2003), h.291.
30
Pengertian produktif dalam hal ini, kata yang disifati yaitu kata
zakat. Sehingga zakat produktif yang artinya zakat dimana dalam
pendistribusiannya bersifat produktif yang merupakan lawan dari
konsumtif. Lebih jelasnya zakat produktif adalah pendayagunaan secara
produktif, yang pendistribusiannya lebih kepada bagaimana cara atau
metode menyampaikan dana zakat kepada sasaran dalam pengertian lebih
luas, sesuai dengan ruh dan tujuan syara. Cara pemberian yang tepat
guna, efektif manfaatnya dengan sistem yang serba guna dan produktif,
sesuai dengan pesan syari’at dan peran serta fungsi sosial ekonomi dari
zakat.
Zakat produktif dengan demikian adalah zakat dimana harta atau
dana zakat yang diberikan kepada para Mustahik tidak dihabiskan, akan
tetapi dikembangkan dan digunakan untuk membantu usaha mereka,
sehingga dengan usaha tersebut mereka dapat memenuhi kebutuhan hidup
secara terus menerus.
Penyaluran zakat secara produktif ini pernah terjadi di zaman
Rasulullah SAW. Dikemukakan dalam sebuah hadits riwayat Imam
Muslim dari Salim bin Abdillah bin Umar dari ayahnya, bahwa
Rasulullah SAW telah memberikan zakat kepadanya lalu menyuruhnya
untuk dikembangkan atau dishadaqahkan lagi.52
Landasan awal pengelolaan zakat produktif adalah bagaimana
dana zakat tidak habis dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari, teteapi
52
http://www.pias-ktb.com/2012/02/263-zakat-produktif.html oleh Hakam Ahmed
EJ.Chudrie, diakses Tanggal 06 Maret 2015 Jam 12:10 WIB.
31
lebih dipergunakan untuk melancarkan usahanya. Bukankah Nabi
Muhammad SAW telah mengingatkan kita sebagaimana terdapat dalam
hadist beliau yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari: “Tidak ada sesuatu
makanan yang lebih baik bagi seseorang melainkan apa yang dihasilkan
dari karya tangannya sendiri.” Disamping itu ada pepatah mengatakan
“Berikanlah kail, bukan ikannya.” Oleh sebab itu, modal usaha yang
digulirkan dari dana zakat diharapkan menjadi kail yang mampu
menangkap ikan-ikan yang tersedia di alam.53
Dengan modal penyaluran dana zakat diharapkan Mustahik dapan
lebih berproduktif dan mampu meningkatkan perekonomian sehari-
harinya secara mandiri.
Zakat Terbagi Menjadi Dua: Zakat Harta dan Zakat Fitrah
Zakat terdiri dari zakat harta dan zakat fitrah. Yang dimaksud
dengan zakat harta adalah bagian dari harta kekayaan seseorang yang
wajib dikeluarkan untuk golongan orang-orang tertentu setelah dipunyai
selama jangka waktu tertentu dan dalam jumlah minimal tertentu.
Sedangkan zakat fitrah adalah pengeluaran wajib dilakukan oleh setiap
muslim yang mempunyai kelebihan harta dan dikeluarkan pada saat hari
raya idul fitri.54
Penulis akan membatasi pembahasan ini tentang zakat harta saja.
ketika sampai pada nisabnya disyaratkan adanya kelebihan dari
kebutuhan dasar dan kehidupan umat Islam, seperti makanan, pakaian,
53
http://www.pias-ktb.com/2012/02/263-zakat-produktif.html oleh Hakam Ahmed
EJ.Chudrie, diakses Tanggal 06 Maret 2015 Jam 12:32 WIB. 54
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ”, (Jakarta: UI-Press,1988), h.42.
32
tempat tinggal, alat transportasi dan alat-alat yang membantu profesi serta
produksi, dan disyaratkan lewatnya masa satu tahun dimulai dari awal
kepemilikan penuh pada barang-barang tersebut.
Zakat harta memiliki tiga segi : 55
1. Segi Ibadah: pada sisi ini niat untuk memberi menurut para ulama,
dan amal bertujuan untuk melaksanakan perintah Allah.
2. Segi Sosial: saling memberi antar sesama umat muslim, yang kaya
dapat memberikan sebagian hartanya kepada yang membutuhkan,
sehingga mereka dapat terbantu. Kemudian fakir miskin mempunyai
hak atas zakat tersebut. Begitu juga Amil, mereka yang mempunyai
banyak hutang, Muallaf, para budak, Fisabilillah dan Ibnu Sabil.
3. Segi Ekonomi: inilah yang akan penulis bahas lebih detail pada
pembahasan ini. Segi ekonomi merupakan sisi pelengkap dari zakat.
Walaupun masalah ekonomi merupakan pembahasan yang sudah
sering dilakukan dalam usaha mengembangkan keuangan, tetapi
kajian ekonomi zakat sangat jarang dilakukan. Oleh karena itu, peran
zakat yang sebenarnya belum pernah terwujud pada kehidupan
masyarakat, baik dari kegiatan pendayagunaan harta yang diambil
dari harta zakat dan macam-macamnya maupun pengumpulan harta
zakat dari tingkatan-tingkatan masyarakat dan membagikannya
kepada kelompok yang berhak. Sebenarnya dari sini masyarakat
dapat bergerak dengan srikulasi keuangan tersebut, baik segi
55
Abdul Al-Hamid Mahmud, “Ekonomi Zakat”, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2006), h.3-4.
33
keuangan maupun kemanusiaan untuk menuju ke kemajuan yang
sebenarnya. Hal itu dapat dicapai hanya dengan menunaikan satu
kewajiban, yaitu membayar zakat. Allah Maha Benar ketika
mengatakan “ Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan
zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka ….” (QS.AT-
Taubah: 103)
Berdasarkan ayat tersebut diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa
zakat merupakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan.
b. Dasar Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu
unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat
ialah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu.56
Zakat dalam AL-Qur’an disebut sebanyak 82 kali, ini
menunjukkan hukum dasar zakat yang sangat kuat, antara lain:
دوه عند الله إن ن خي ت موا ألنفسكم م الة وآتوا الزكاة وما ت قد وأقيموا الص الله با ت عملون بصي
Artinya:
“Dan dirikanlah oleh kamu akan sembahyang dan tunaikanlah
zakat; dan apa jua yang kamu dahulukan dari kebaikan untuk diri kamu,
tentulah kamu akan mendapat balasan pahalanya di sisi Allah.
Sesungguhnya Allah sentiasa Melihat segala yang kamu kerjakan.” (QS.
AL-Baqarah: 110)
ها والمؤلفة ق لوب هم وف الرقاب ا الصدقت للفقراء والمسكني والعملني علي إن
56
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ”, (Jakarta: UI-Press,1988), h.31.
34
بيل فريضة من الله والله عليم حكيم والغرمني وف سبيل الله وابن السArtinya:
“Sesungguhnya sedekah-sedekah (zakat) itu hanyalah untuk
orang-orang fakir, orang-orang miskin, amil-amil yang menguruskannya
, dan orang-orang muallaf yang dijinakkan hatinya, dan untuk hamba-
hamba yang hendak memerdekakan dirinya, dan orang-orang yang
berhutang, dan untuk (dibelanjakan pada) jalan Allah, dan orang-orang
musafir (yang keputusan) dalam perjalanan. (Ketetapan hukum yang
sedemikian itu ialah) sebagai satu ketetapan (yang datangnya) dari
Allah. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.”
(QS. AT-Taubah: 60)
ل الءيت ين ون فص فإن تابوا وأقاموا الصلوة وءات وا الزكوة فإخونكم ف الد لقوم ي علمون
Artinya:
“Dan jika mereka bertobat, melaksanakan shalat dan
menunaikan zakat, maka (berarti mereka itu) adalah saudara-saudaramu
seagama. Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang
mengetahui.” (QS. AT-Taubah: 11)
Dari uraian nash di atas dapat dipahami mengenai kewajiban
mengeluarkan zakat. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti
shalat, puasa, dan haji, ini telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan
Al-Qur’an dan As Sunnah, sekaligus merupakan amal sosial
kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang.
c. Tujuan dan Hikmah zakat produktif
Yang dimaksud dengan tujuan zakat dalam hubungan ini sasaran
praktisinya, tujuan tersebut sebagai berikut: 57
a) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari
kesulitan hidup serta penderitaan.
57
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ” , (Jakarta: UI-Press,1988),
h.40.
35
b) Membentangkan dan membina tali persudaraan sesama umat Islam
dan manusia pada umumnya.
c) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang miskin.
d) Mengembangkan rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang.
Zakat sebagai lembaga Islam mengandung hikmah yang bersifat
rohaniah dan filosofis. Hikmah itu digambarkan dalam ayat Al-Qur’an
salah satunya, dalam QS. Al-Baqarah: 261 yang artinya “Perumpamaan
(nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya
di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.”
Di antara hikamh-hikmah dari menafkahkan hartanya yaitu: 58
a) Mensyukuri karunia dari illahi, menumbuh suburkan harta dan
pahala serta membersihkan diri dari sifat-sifat kikir, dengki, iri, serta
dosa.
b) Melindungi masyarakat dari bahaya kemiskinan dan akibat
kemelaratan.
c) Mewujudkan solidaritas, kasih sayang antara sesama manusia.
d) Menifestasi kegotongroyongan dan tolong-menolong dalam
kebaikan dan taqwa.
e) Mengurangi ke fakir miskinan yang merupakan masalah sosial.
58
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf ” , (Jakarta: UI-Press,1988),
h.41.
36
f) Membina dan mengembangkan stabilitasi sosial.
g) Salah satu jalan mewujudkan keadilan sosial.
Banyak sekali hikamh yang terkandung dalam melaksanakan
ibadah zakat. Zakat merupakan ibadah yang memiliki dimensi ganda,
vertikal dan horizontal. Artinya secara vertikal, zakat sebagai ibadah dan
wujud ketaqwaan dan kesyukuran seorang hamba kepada Allah atas
nikmat berupa harta yang diberikan Allah kepadanya serta untuk
membersihakan dan mensucikan diri dan hartanya itu. Dalam konteks
inilah zakat bertujuan untuk menata hubungan seorang hamba dengan
Tuhannya sebagai pemberi rezeki.
Sedangkan secara horizontal, dengan zakat dapat mewujudkan
rasa keadilan sosial dan kasih sayang diantara pihak yang mampu
dengan pihak yang tidak mampu dan dapat memperkecil problema
kesenjangan sosial serta ekonomi umat. Dalam konteks ini zakat
diharapkan dapat mewujudkan pemerataan dan keadilan sosial diantara
kehidupan umat manusia.59
C. Pendayagunaan Dana Zakat
1. Pengertian Pola Pendayagunaan Zakat
Kata “pola” dalam kamus bahasa Indonesia artinya bentuk dan
system.60
Sedangkan kata “pola” dalam kamus ilmiah popular arinya
59
Asnaini, “Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam”, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2008), h.42. 60
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta:
Balai Pustaka,1988), Cet ke 1, h.692.
37
model, contoh, atau pedoman (rancangan).61
Pada pembahasan ini maka
pola lebih tepat diartikan sebagai bentuk, karena memiliki ketertarkaitan
dengan kata yang dirangkulnya yaitu pola pendayagunaan, yang berarti
bentuk pendayagunaan. Sedangkan pendayagunaan berasal dari kata
“guna” yang berarti manfaat, adapun pengertian pendayagunaan sendiri
menurut kamus besar bahasa Indonesia:
- Pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil dan manfaat.
- Pengusahaan (tenaga dan sebagainya) agar mampu menjalankan tugas
dengan baik.62
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaaan adalah
bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang
lebih besar dan lebih baik. Adapun pola pendayagunaan dana zakat
merupakan bentuk proses optimalisasi pendayagunaan zakat agar lebih
efektif, berdayaguna dan bermanfaat.
2. Bentuk dan Sifat Pendayagunaan/Penyaluran
Ada dua bentuk penyaluran dana antara lain:63
a) Bentuk sesaat, dalam hal ini berarti bahwa zakat hanya diberikan
kepada seseorang satu kali saja atau hanya sesaat. Dalam hal ini juga
berarti bahwa penyaluran kepada Mustahik tidak di sertai target
terjadinya kemandirian ekonomi dalam diri Mustahik. Hal ini
61
Puis A. Partanto dan M. Dahlan Al Barry, “Kamus Ilmiah Populer ”, (Surabaya:
Artaloka, 1994), h.605. 62
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, “Kamus Besar Bahasa Indonesia”, (Jakarta:
Balai Pustaka,1988), Cet ke 1, h.189. 63
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.25.
38
dilakukan karena Mustahik yang bersangkutan tidak mungkin lagi
mandiri seperti orang tua yang sudah jompo, orang dewasa yang
cacat (tidak memungkinkan ia mandiri).
b) Bentuk pemberdayaan, merupakan penyaluran zakat yang di sertai
target merubah keadaan penerima (khususnya golongan fakir
miskin). Penyaluran zakat harus disertai dengan pemahaman yang
utuh terhadap permasalahan yang ada pada penerima zakat. Apabila
permasalahan adalah kemiskinan, harus diketahui penyebab
kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi yang tepat demi
tercapainya kesejahteraan umat.
Menurut Widodo sifat dana bantuan pemberdayaan terdiri dari
tiga: 64
a) Hibah, zakat pada asalanya harus diberikan berupa hibah artinya
tidak ada ikatan antara pengelolaan dengan Mustahik setelah
penyerahan zakat.
b) Dana bergulir, zakat dapat diberikan berupa dana bergulir oleh
pengelolaan kepada Mustahik dengan catatan harus diberikan oleh
Mustahik kepada pengelolaan ketika pengembalian pinjaman
tersebut. Jumlah pengembalian sama dengan jumlah yang
dipinjamkan.
c) Pembiayaan, penyaluran zakat oleh pengelolaan kepada Mustahik
64
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.85-86.
39
tidak boleh dilakukan berupa pembiayaan, artinya tidak boleh ada
ikatan seperti shahibul maal dengan mudharib dalam penyaluran
zakat.
Menurut M. Daud Ali pemanfaatan dana zakat dapat
dikategorikan sebagai berikut:65
a) Pendayagunaan yang konsumtif dan tradisonal sifatnya dalam
kategori ini penyaluran diberikan kepada orang yang berhak
menerimanya untuk dimanfaatkan langsung oleh yang bersangkutan
seperti: zakat fitrah yang diberikan kepada fakir miskin untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau zakat harta yang diberikan
kepada korban bencana alam.
b) Pendayagunaan yang konsumtif kreatif, maksudnya penyaluran
dalam bentuk alat-alat sekolah atau beasiswa dan lain-lain.
c) Pendayagunaan produktif tradisional, maksudnya penyaluran dalam
bentuk barang-barang produktif, misalnya kambing, sapi, mesin
jahit, alat-alat pertukangan, dan sebagainya. Tujuan dari kategori ini,
untuk menciptakan suatu usaha atau memberikan lapangan kerja bagi
fakir miskin.
d) Pendayagunaan produktif kreatif, pendayagunaan ini di wujudkan
dalam bentuk modal yang dapat dipergunakan baik untuk
membangun sebuah proyek sosial maupun untuk membantu atau
menambah modal seorang pedagang
65
M. Daud Ali, “Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf”, (Jakarta: UI-Press,1988),
h.62-63.
40
Dari berbagai pendapat diatas penulis menarik kesimpulan, bahwa
bentuk dan sifat pemberdayaan dapat disalurkan dengan berbagai macam
cara, ini dilakukan untuk mencapai satu tujuan yang sama yaitu: untuk
memandirikan masyarakat, mengurangi tingkat kemiskinan dan menjadi
solusi tepat dalam mensejahterakan umat.
41
BAB III
PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT Di BAZIS DKI JAKARTA
A. Profil BAZIS DKI Jakarta
BAZIS DKI Jakarta lahir tahun 1968. Tugas pokoknya yaitu
menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan
Shadaqah (ZIS) sesuai dengan ketentuan syari’ah 66
dan perundang-
undangan. Jakarta sebagai kota metropolitan dihadapkan pada persoalan
kemiskinan yang kompleks dan pelik. Dalam penangulanggannya
membutuhkan banyak pihak untuk ikut serta berpartisipasi secara aktif.
Disinilah eksistensi BAZIS DKI Jakarta benar-benar dirasakan masyarakat.
BAZIS DKI Jakarta juga menyadari bahwa dana ZIS bukan hanya
pemenuhan hasrat sesaat yang tidak berdampak pada perubahan status dhuafa.
Oleh karena itu, kebijakan pendayagunaan dana ZIS diprioritaskan bagi
peningkatan kualitas SDM dalam bentuk beasiswa pendidikan, keterampilan,
peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa.
Sebagai lembaga pengelolaan dana umat, BAZIS DKI Jakarta
menempatkan diri sebagai lembaga yang berusaha secara konsisten teguh
memegang amanah, akuntabel-kredibel, transparan, dan didukung oleh
tenaga-tenaga profesional, manajemen modern serta teknologi informasi
yang baik. Untuk menjamin terwujudnya prinsip-prinsip tersebut, BAZIS
66
Menurut bahasa syari’ah berarti jalan yang lurus, sedangkan menurut istilah berarti
peraturan yang ditetapkan Allah SWT bagi manusia, berupa hukum-hukum yang disampaikan oleh
Rasul-Nya, baik yang berhubungan iktikad (keyakinan) maupun yang berhubungan dengan ibadah
dan muamalat. Dr.H.Summuran Harahap, “Waqaf Uang Dan Prospek Ekonominya Di Indonesia”,
(Jakarta: CV.Sari Marissa, 2012), h.8.
41
42
DKI Jakarta senantiasa memberikan pertanggung jawaban kepada dewan
pertimbangan, komisi pengawasan, DPRD dan masyarkat secara umum serta
diaudit oleh auditor independen. 67
B. Sejarah dan perkembangan BAZIS DKI Jakarta
BAZIS DKI Jakarta merupakan sebuah badan pengelola zakat resmi
yang dibentuk Pemerintah Prov. DKI Jakarta. Badan ini berdiri secara resmi
pada tahun 1968 sejak dikeluarkannya Surat Keputusan Gubernur Provinsi
DKI Jakarta (ketika itu dijabat oleh Ali Sadikin) No. Cb. 14/8/18/68
tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan Amil Zakat,
berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.68
Menjelang berdirinya BAZIS Prov. DKI Jakarta, wacana tentang
perlunya pengelolaan zakat secara kelembagaan dan professional terus
bergelora di kalangan masyarakat muslim. Pada tanggal 24 September 1968,
sebelas ulama berkumpul di Jakarta yang terdiri dari: Prof. Dr. Hamka, KH.
Ahmad Azhari, KH. Moh. Syukri Ghazali, Moh. Sodry, KH. Taufiqurrahman,
KH. Moh. Soleh Su’aidi, M. Ali Al Hamidy, Mukhtar Luthfy, KH. A. Malik
Ahmad, Abdul Kadir, dan KH. M.A. Zawawy. Pertemuan ini menghasilkan
rekomendasi:
1. Perlunya pengelola zakat dengan system administrasi dan tata usaha yang
baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan pengumpulan dan
pendayagunaannya kepada masyarakat.
67
Brosur BAZIS DKI Jakarta, “Zakat Membawa Berkah”, (Jakarta: BAZIS DKI Jakarta). 68
http://Bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis diakses Tanggal 17 Februari Jam 21:30
43
2. Bahwa zakat merupakan potensi umat yang sangat besar yang belum
dilaksanakan secara maksimal. Karenanya, diperlukan efektivitas
pengumpulan zakat sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
pembangunan.
Melihat peran zakat yang sangat strategis ini, maka pada acara
Isra’ Mi’raj di Istana Negara, Presiden Soeharto ketika itu menyerukan
secara langsung pelaksanaan zakat untuk menunjang pembangunan. Pada
saat yang sama, ia juga menyatakan kesediannya untuk menjadi Amil
tingkat nasional.
Sebagai tindak lanjut dari seruan itu, Presiden Soeharto
mengeluarkan Surat Perintah No. 07/POIN/10/1968 tanggal 31 Oktober
1968 kepada Mayjen Alamsyah Ratu Prawiranegara, Kol. Inf. Drs. Azwar
Hamid, dan Kol. Inf. Ali Afandi untuk membantu Presiden dalam proses
administrasi dan tata usaha penerimaan zakat secara nasional.
Untuk lebih memperkuat hal tersebut, Presiden mengeluarakan
Surat Edaran No. B. 133/PRES/11/1968 yang menyerukan kepada
pejabat/instansi untuk membantu dan berusaha ke arah terlaksananya
seruan Presiden dalam wilayah atau lingkup kerja masing-masing. Seruan
Presiden ini kemudian ditindaklanjuti oleh Gubernur Prov. DKI Jakarta,
Ali Sadikin dengan mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur No. Cb.
14/8/18/68 tertanggal 5 Desember 1968 Tentang Pembentukan Badan
Amil Zakat, berdasarkan syariat Islam dalam wilayah DKI Jakarta.
Akhirnya, BAZ Prov. DKI Jakarta secara resmi berdiri. Berdasarkan
44
keputusan tersebut, maka susunan organisasi BAZ dibentuk mulai tingkat
Provinsi DKI Jakarta hingga tingkat kelurahan, tugas utamanya adalah
mengumpulkan zakat di wilayah DKI Jakarta dan penyalurannya terutama
ditujukan kepada fakir miskin. 69
Sejak berdiri dan tahun 1968 hingga tahun 1973, Badan Amil
Zakat (BAZ) DKI Jakarta telah berjalan dengan cukup baik. Hanya saja
pada aspek penghimpunan zakat yang tertihat belum optimal. Jumlah dana
zakat yang terhimpun masih jauh dan potensi ZIS yang dapat digali dari
masyarakat. Hal ini disebabkan lembaga ini membatasi diri pada
penghimpunan dana zakat saja. 70
Oleh sebab itu, untuk memperluas sasaran operasional dan karena
semakin kompleknya permasalahan zakat di Provinsi DKI Jakarta maka
Gubernur Provinsi DKI Jakarta pada 1973 melalui keputusan No.
D.III/B/14/6/73 tertanggal 22 Desember 1973, menyempurnakan BAZ ini
menjadi Badan Amil Zakat dan Infaq/Shadaqah yang selanjutnya
disingkat menjadi BAZIS. Dengan demikian, pengelolaan dan
pengumpulan harta masyarakat menjadi lebih luas, karena tidak hanya
mencakup zakat, akan tetapi lebih dan itu, mengelola dan mengumpulkan
infaq/shadaqah serta amal sosial masyarakat yang lain. 71
Adapun perkembangan yang terjadi pada BAZIS DKI Jakarta
dimulai pada tahun 1999, sejak keluarnya Undang-undang Republik
69
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.11-13. 70
http://Bazisdki.go.id/page/index/sejarah-bazis diakses Tanggal 17 Februari Jam 22:15 71
BAZIS DKI.,op.cit.h.10.
45
Indonesia No.38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, babak baru
BAZIS Provinsi DKI Jakarta dimulai. Lembaga ini terus melaju dengan
pesat. Hal ini terlihat dari jumlah penghimpunan ZIS yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Dalam kurun 6 tahun yang lalu misalnya,
terkumpul ZIS berturut-turut Rp. 8,4 milyar (2000), Rp. 9,4 milyar
(2001), Rp. 11,5 milyar (2002), Rp. 14,1 milyar (2003), dan Rp. 16,2
milyar (2004). Bahkan pada tahun 2005 BAZIS berhasil mengumpulkan
dana ZIS sebesar Rp. 18,4 milyar.72
Dan data terbaru 3 tahun terakhir
yaitu Pada tahun 2011 terkumpul dana ZIS sebesar Rp. 64,7 milyar,73
pada tahun 2012 perolehan ZIS sebesar Rp 81,4 milyar, dan pada tahun
2013 naik menjadi Rp 97,7 milyar, itu artinya perolehan ZIS meningkat
setiap tahunnya.74
Disamping perolehan tersebut diatas oleh BAZIS DKI Jakarta,
untuk meningkatkan performance-nya beberapa hal yang dibenahi yaitu;
melakukan rekayasa terhadap manajemen organisasi, manajemen
keuangan dan sistem informasi manajemen. Dalam hal manajemen
organisasi ditetapkan dewan pertimbangan, komisi pengawasan, dan
badan pelaksana. Dengan tiga formasi ini proses pelaksanaan
penghimpunan dan pendistribusian ZIS BAZIS DKI Jakarta berjalan
dengan penuh pertimbangan dan pengawasan.
Tidak ketinggalan, teknologi informasi pun dijamah. Dengan
72
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.18. 73
http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-bazis-dki-
Jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 17 Februari 2015 Jam 22:45. 74
http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses Tanggal 17 Februari 2015 Jam 23:22.
46
mengedepankan akuntabilitas, kredibilitas, dan transparansi, BAZIS DKI
Jakarta membuat sitem online. Hal ini dimaksudkan agar masyarakat
dapat mengakses informasi BAZIS DKI Jakarta dengan mudah. Baik yang
berkaitan dengan informasi penghimpunan ZIS maupun
pendistribusiannya. Inilah spirit dari tujuan pelayanan yang termaktub
dalam Surat Keputusan Gubernur No. 121 Tahun 2002. Sehingga, dapat
dikatakan bahwa pasca lahirnya undang-undang Republik Indonesia
No.38 Tahun 1999 BAZIS DKI Jakarta meningkat dengan pesat.75
Dengan lahirnya Undang-Undang zakat, surat keputusan
pemerintah, dan rekomendasi dari lembaga yang memberikan perhatian
pada BAZIS DKI Jakarta yaitu Economic Management (SEM) Institute,
upaya pembenahan BAZIS DKI Jakarta agar menjadi lembaga yang
professional, akuntabel, kredibel, dan transparan terus-menerus dilakukan.
Termasuk di dalamnya masalah sumber daya manusia. Jadi saat ini dunia
perzakatan sudah berkembang dengan pesat, dan BAZIS DKI Jakarta
menjadi salah satu lembaga yang berhasil menarik perhatian berbagai
kalangan yang concern dengan dunia perzakatan.76
C. Visi dan Misi BAZIS DKI Jakarta
Visi 77
: Menjadi Badan Pengelola ZIS yang unggul dan terpercaya.
Misi : Mewujudkan Optimalisasi Pengelolaan ZIS yang amanah,
75
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.19-20. 76
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.23. 77
Visi: kemampuan melihat pada inti persoalan, pandangan, wawasan. Dr.H.Summuran
Harahap, “Waqaf Uang Dan Prospek Ekonominya Di Indonesia”, (Jakarta: CV. Sari Marissa,
2012), h.103. Mengkutip dari BN.Marbun, Kamus Politik, h.557.
47
profesional, transparan, akuntabel, dan mandiri menuju
masyarakat yang bertaqwa, sejahtera dan berdaya.78
D. Tugas Pokok dan Fungsi BAZIS DKI Jakarta
Sesuai dengan BAB II Pasal 3 Keputusan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta No.120 Tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Amil
Zakat, Infaq, dan Shadaqah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, tugas
pokok BAZIS Provinsi DKI Jakarta:
1. Menyelenggarakan pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, dan
shadaqah sesuai dengan fungsi dan tujuannya.
2. Dalam melaksanakan tugasnya BAZIS bersifat obyektif dan transparan.
Sedangkan yang menyangkut fungsi, sebagaimana BAB II Pasal 4
Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No.120 di atas, maka BAZIS
Provinsi DKI Jakarta mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Penyusunan program kerja
2. Pengumpulan segala macam zakat, infaq, dan shadaqah dari
masyarakat termasuk pegawai wilayah Provinsi DKI Jakarta.
3. Pendayagunaan zakat, infaq dan shadaqah sesuai dengan ketentuan
hukumnya.
4. Penyuluhan kepada masyarakat dalam upaya peningkatan kesadaran
menunaikan ibadah zakat, infaq, dan shadaqah.
5. Pembinaan pemanfaatan zakat, infaq, dan shadaqah agar lebih
78
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.82.
48
produktif dan terarah.
6. Koordinasi, bimbingan dan pengawan kegiatan pengumpulan zakat,
infaq, dan shadaqah yang dilaksanakan oleh pelaksanaan pengumpulan
BAZIS.
7. Penyelenggaraan kerjasama dengan Badan Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqah dan Lembaga Amil Zakat.
8. Pengendalian atas pelaksanaan pengumpulan dan pendayagunaan
zakat, infaq, dan shadaqah.
9. Pengurusan fungsi-fungsi ketatausahaan, perlengkapan, kerumah-
tanggaan dan sumber daya manusia.79
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas pokok BAZIS DKI
Jakarta yaitu menyelenggarakan pengumpulan dan penghimpunanm dana ZIS
serta dalam melaksanakan tugasnya BAZIS DKI harus bersifat obyektif dan
transparan. Adapun fungsi dari BAZIS DKI yaitu, mendayagunakan dana ZIS
serta memberikan pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat menenuaikan zakat.
E. Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta
Dari segi stuktural, BAZIS DKI Jakarta mengalami beberapa
perubahan. Sejak awal berdirinya, pimpinan BAZIS DKI Jakarta dipegang
langsung oleh Gubernur DKI Jakarta sebagai ketua umumnya, sedangkan
sebagai pelaksana harian dibentuklah pengurusan harian dibentuklah
79
BAZIS Provinsi DKI Jakarta, Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, h.102.
49
pengurus harian yang diketuai oleh ketua pelaksana harian yang ditunjuk
berdasarkan keputusan Gubernur. Namun, seiring dengan meningkatnya
kepercayaan masayarakat dengan pengelalaan zakat oleh BAZIS DKI Jakarta.
dengan munculnya UU No.38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat, maka
BAZIS DKI Jakarta pun perlu melakukan beberapa penyesuaian. Hal itu
ditandai dengan beberapa penyesuaian. Hal itu ditandai dengan keluarnya
Keputusan Gubernur No.120 Tahun 2002 tentang organisasi dan tata kerja
BAZIS DKI Jakarta sebagai pengganti Keputusan Gubernur No.87 Tahun
1998, serta Keputusan Gubernur No 121 Tahun 2002 tentang pola
pengelolaan ZIS BAZIS DKI Jakarta sebagai pengganti Keputusan Gubernur
No.280 Tahun 1991. Perubahan peraturan ini diharapkan akan mampu
memacu kinerja dan profesionalisme BAZIS DKI Jakarta untuk menjadi
semakin lebih baik.80
Dan organisasi BAZIS terdiri dari tiga lembaga utama (berdasarkan
SK Gubernur DKI No.120 Tahun 2002), yaitu;81
1) Dewan Pertimbangan
2) Komisi Pengawasan
3) Badan Pelaksana
Anggota dewan pertimbangan dan komisi pengawasan terdiri dari
unsur ulama, umaro, DPRD, tokoh masyarakat, pengusaha nasional, dan
cendikiawan muslim. Susunan organisasi badan pelaksanaan adalah :
80
www.Alarifs.Blogspot.Perkembangan BAZIS DKI Jakarta.com diakses Tanggal 07
Maret 2015 Jam 20:00. 81
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.91.
50
1) Kepala
2) Wakil Kepala
3) Sekretariat
4) Bidang Pengumpulan
5) Bidang Pendayagunaan
6) Bidang Dana
7) Pelaksanaan BAZIS Kotamadya/ Kabupaten Administrasi
Sekretariat terdiri dari subbagian umum, subbagian hubungan
masyarakat, subbagian informasi dan komunikasi, dan subbagian penelitian
dan pengembangan; bidang pengumpulan terdiri dari seksi himpunan Muzakki
dan seksi bina Muzakki; bidang pendayagunaan terdiri dari seksi layanan
Mustahik, seksi bina usaha dan seksi bina sumber daya Mustahik ; bidang
dana terdiri dari seksi kas dan seksi akutansi ; pelaksana BAZIS
Kotamadya/Kabupaten terdiri dari subbagian tata usaha, seksi pengumpulan
dan seksi penyaluran.
51
Struktur Organisasi BAZIS DKI Jakarta 82
Susunan Dewan Pertimbangan BAZIS DKI Jakarta ditetapkan
oleh Gubernur dan mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Memberikan pertimbangan tentang pengembangan hukum dan
pemahaman seputar zakat, infaq, dan shadaqah.
2) Memberikan pertimbangan, saran dan pendapat dalam kebijaksanaan
pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infaq, shadaqah.
3) Menampung dan menyalurkan pendapat umat Islam tentang
82
Lili Bariadi, Muhammad Zen & M.Hudri, “ Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CED, 2005),
Cet. 1, h. 102.
52
pengembangan, pengumpulan, dan pendayagunaan zakat, infaq, dan
shadaqah.
Tugas dari Kepala BAZIS:
1) Memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi BAZIS.
2) Memimpin dan mengkoordinasikan kegiatan secretariat bidang,
pelaksaan BAZIS Kotamadya/Kabupaten, administrasi termasuk
petugas oprasional BAZIS Kecamatan, Kelurahan, dan unit satuan
kerja.
Wakil Kepala BAZIS mempunyai tugas sebagai berikut:
1) Membantu kepala dalam memimpin pelaksanaan tugas dan fungsi
BAZIS.
2) Melaksanakan tugas-tugas kedinasan yang dilimpahkan
kewenangannya oleh kepal.
3) Mewakili kepala apabila berhalangan melaksanakan tugas dan
fungsinya.
4) Melaksanakan pengendalian administratif pelaksanaan kegiatan
BAZIS.
Sekretariat bertugas melaksanakan koordinasi, konsolidasi internal
dan pengendalian administrasi kegiatan BAZIS yang berhubungan dengan
fungsi-fungsi pembinaan dan administrasi kepegawaian sumber daya
manusia, tata rumah tangga dan inventarisasi kantor, penelitian dan
pengembangan program kerja, hubungan lembaga, serta informasi dan
komunikasi yang membawahi aplikasi fungsi sistem informasi manajemen
53
BAZIS.
Untuk melaksanakan tugas-tugas di atas, sekretaraiat yang dipimpin
oleh seorang kepala sekretariat itu mempunyai fungsi:
1) Penyusunan surat menyurat dan kearsipan.
2) Pengurusan perlengkapan dan kerumah tanggaan.
3) Pembinaan sumber daya manusia.
4) Pelaksanaan urusan kepegawaian.
5) Pengelolaan keuangan anggaran yang bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
6) Pelaksaanaan hubungan masyarakat dan penyuluhan.
7) Pengembangan sistem informasi manajemen.
8) Pembentukan dan pembinaan jaringan kerja.
9) Penelitian dan pengembangan.
10) Penyusunan program kerja.
Bidang pungumpulan mempunyai tugas melaksanakan usaha-usaha
pengumpulan zakat, infaq, dan sadaqah. Untuk mendukung tugas ini, Bidang
Pengumpulan mempunyai fungsi :
1) Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pengumpulan zakat, infaq,
dan shadaqah dari sumber-sumber yang mencakup wilayah, korporat,
dan perorangan.
2) Pengembangan upaya-upaya pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah.
3) Pendataan Muzakki, Munfiq, dan Mutasaddik dan memasukkan data
tersebut ke dalam sistem informasi BAZIS.
54
4) Pembinaan terhadap Muzakki, Munfiq, dan Mutasaddik terutama untuk
menjaga silahturahmi dan komunikasi serta citra BAZIS.
5) Penyiapan bahan laporan pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah.
Selanjutnya tugas dari bidang pendayagunaan adalah melaksanakan
usaha-usaha pelayanan dan pembinaan Mustahik serta pengembangan usaha
produktif. Untuk melaksanakaan tugas ini,bidang pendayagunaan mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1) Perencanaan,pelaksanaan evaluasi pedayagunaan zakat, infak, dan
shadaqah.
2) Penelitian (seleksi persyarataan) calon Mustahik.
3) Pendistribusian zakat,infak, dan shadaqah kepada para Mustahik.
4) Pencataan penyaluran zakat,infak, dan shadaqah.
5) Pengembangan pendayagunaan infak dan shadaqah untuk usaha-usaha
produktif.
6) Pembinaan Mustahik.
7) Penyiapan bahan pelaporan pendayagunaan zakat,infak, dan shadaqah.
Bidang dana mempunyai tugas menerima, membukukan, dan
menyalurkan hasil penerimaan zakat, infaq, dan shadaqah, menyusun dan
mengelolaa anngaran, serta menyusun laporan keuangan. Untuk
melaksanakan tugas ini, bidang dana mempunyai fungsi :
1) Penerimaan hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah .
2) Pembukuan penerimaan dan pengeluaran zakat, infaq, dan shadaqah.
3) Pengeluaran hasil pengumpulan zakat, infaq, dan shadaqah.
55
4) Penyusunan dan pengelolaan anggaran.
Di setiap Kotamadya/Kabupaten administrasi dibentuk pelaksanaan
BAZIS Kotamadya/Kabupaten administrasi. Pelaksanaan ini bertanggung
jawab secara administrative kepada kepala BAZIS, sedangkan secara taktis,
bertanggung jawab kepada walikota atau bupati.
Tugas dari Pelaksana Kotamadya/Kabupaten Administrasi adalah
melaksanakan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, shadaqah. Untuk
melaksanakan tugas ini, pelaksanaan Kotamadya/Kabupaten Administratif
mempunyai fungsi: 83
1) Pendataan Muzaki, Munfiq dan Mutashaddiq termasuk sumber-sumber
zakat, infaq, dan shadaqah baru serta Mustahik di wilayah
Kotamadya/Kabupaten Administrasi masing-masing.
2) Pengumpulan zakat, infak, sadaqah dari sumber-sumber zakat, infaq,
sadaqah.
3) Penyaluran zakat, infaq, dan shadaqah kepada Mustahik
4) Pengkoordinasian pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan
shadaqah, yang dilakukan oleh perangkat tingkat Kecamatan dan
Kelurahan
5) Pengelolaann umum ketatausahaan
6) Pelaporan kegiatan pengumpulan dan penyaluran zakat, infaq, dan
shadaqah di Wilayah Kotamadya/Kabupaten Administrasi.
83
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.99.
56
F. Pemberdayaan Ekonomi Umat Di BAZIS DKI JAKARTA
Di dalam Al-Qur’an telah ditetapkan delapan kelompok (ashnaf )
penerima zakat : fakir, miskin, amil ( pengelola dana zakat ), muallaf (orang
yang baru masuk islam) , riqab ( orang yang membebaskan budak), gharimin
(orang yang berhutang untuk kemasalahatan dirinya atau masyarakat,
sabilillah (orang yang berusaha menegakkan kepentingan agama atau umat
dan ibnu sabil (orang yang kehabisan bekal di perjalanan). Tetapi, dana ZIS
yang ada di BAZIS DKI Jakarta hanya di salurkan kepada 6 kelompok saja
selain Riqab dan Amil, dengan alasan bahwa budak tidak ada di Indonesia dan
hak Amil sudah di tanggung oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (
APBD ) DKI Jakarta.84
Dalam SK Gubernur No.121 Tahun 2002 tentang Penyaluran ZIS DKI
Jakarta diprioritaskan untuk usaha-usaha yang produktif dengan melihat
situasi dan kondisi yang ada. ZIS merupakan salah satu instrument
pemerataan pendapatan. ZIS yang dikelola dengan baik, mendorong
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan, economic growth with
equity. Yang diterima oleh golongan ekonomi lemah, memiliki implikasi
positif terhadap meningkatnya daya beli masyarakat yang pada gilirannya
meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada gilirannya mendorong
peningkatan produksi.85
Menurut Mustaq Ahmad, zakat adalah sumber utama kas Negara
84
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.103.
85
Ahmad Muflih Saefudin, “Pengelolaan Zakat Ditinjau Dari Aspek Ekonomi”, (Bontang;
Badan Dakwah Islamiyah, 1986), h.33.
57
sekaligus merupakan sosok guru bagi kehidupan ekonomi yang dirancang Al-
Quran. Zakat mencegah terjadinya akumulasi harta pada satu tangan, dan
pada saat yang sama mendorong manusia untuk melakukan investasi dan
mempromosikan distribusi.86
Zakat bukan hanya ibadah individual tetapi zakat merupakan ibadah
maaliyah ijtima’iyyah yang memiliki posisi penting, strategis dan
menentukan. Ibadah maaliyah ijtima’iyyah adalah ibadah yang dilaksanakan
dengan sesama manusia, sehingga zakat harus diaktualisasikan dan diterapkan
dalam kehidupan ekonomi umat sebagai rahmat bagi manusia.
Namun, potensi ekonomi umat yang terdapat dalam zakat belum
termanfaatkan secara optimal. Sebagai kalangan, memandang zakat sebagai
sebuah kewajiban rutin yang dilaksanakan setiap tahun, tanpa melihat aspek
pemberdayaan ekonominya. Padahal, zakat bisa menjadi salah satu solusinya
alternatif berbagai problematika ekonomi kontemporer, jika potensi yang ada
padanya dikelola secara professional untuk aktivitas ekonomi.
Berdasarkan sudut pandang sistem ekonomi, zakat merupakan upaya
menciptaan distribusi pendapatan menjadi lebih merata. Selain untuk tujuan
distribusi, berdasarkan analisis fiskal zakat merupakan sumber pendapatan
dan pembiayaan kegiatan ekonomi. Dengan demikian, konsep zakat dan
pemberdayaan zakat untuk perbaikan ekonomi umat bertujuan untuk
menambahkan dan meningkatkan harkat dan martabat manusia sehingga
tercapai kehidupan yang baik di dunia dan akhirat.
86
Mustaq Ahmad, “Etika Bisnis Dalam Islam”, (Jakarta: Pustaka Al-Hidayah, 1997), h.75.
58
Adapun pengumpulan dan penyaluran ZIS yang dilakukan oleh
BAZIS DKI Jakarta sebagai berikut;87
a. Upaya Pengumpulan ZIS di BAZIS DKI Jakarta
Dalam upaya pengumpulan ZIS, BAZIS DKI Jakarta melakukan
langkah-langkah strategis yang meliputi; pertama, mengadakan kerjasama
teknis dengan lembaga/instansi lain dalam hal penyuluhan dan
penghimpunan ZIS. Kedua, mengadakan koordinasi, integrasi, dan
sinkronisasi yang bersifat teknis dengan semua pihak, agar penghimpunan
ZIS optimal. Ketiga, mengadakan kerjasama dengan lembaga profesi
sejenis sebagai mitra atau sinergi dalam penyuluhan zakat, infaq, dan
shadaqah.
Semua langkah di atas dilakukan agar pengumpulan ZIS optimal
sesuai target yang ditetapkan. Upaya yang dilakukan BAZIS DKI Jakarta
dalam hal pengumpulan ZIS telah mengunakan prinsip-prinsip
manajemen. Perencanaan (planning) merupakan sesuatu yang harus
dilaksanakan dalam sebuah manajemen agar suatu program dapat
terlaksana dengan baik. Upaya sosialisme program dan kegiatan BAZIS
DKI dilakukan beberapa cara yaitu: media cetak, media elektronika, dan
media lisan. Media yang digunakan BAZIS DKI Jakarta dalam
mensosialisasikan program sesuai dengan kondisi masyarakat yang ada
saat ini dimana media telekomunikasi sudah menjadi sesuatu yang biasa
digunakan oleh masyarakat.
87
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005), h.25.
59
Media telekomunikasi juga merupakan sarana yang memberikan
kemudahan dan kecepatan sehingga dapat menghemat waktu. Semua itu
bertujuan untuk meningkatkan performance-nya agar kehadirannya dapat
dirasakan oleh masyarakat. 88
b. Bentuk dan Sifat Penyaluran ZIS di BAZIS DKI Jakarta
Pemahaman umum bahwa produktif artinya dana yang ada
dipinjamkan oleh Amil kepada Mustahik untuk bisnis. Pengelolaan ZIS
pada masa Rasulullah SAW dan para sahabat diaplikasikan pada kondisi
saat ini, bahwa penyaluran ZIS dapat kita dibedakan dalam dua bentuk;
yakni bantuan sesaat dan pemberdayaan. Bantuan sesaat berarti bahwa
penyaluran kepada Mustahik tidak disertai target terjadinya kemandirian
ekonomi Mustahik hal ini dilakukan karena Mustahik yang bersangkutan
tidak mungkin lagi mandiri seperti orang tua yang sudah jompo, orang
dewasa yang cacat (tidak memungkinkan ia mandiri). Sedangkan
pemberdayaan adalah penyaluran ZIS yang disertai target merubah
keadaan penerima (khususnya golongan fakir miskin). Penyaluran ZIS
harus disertai dengan pemahaman yang utuh terhadap permasalahan yang
ada pada penerimanya. Apabila permasalahannya kemiskinan, harus
diketahui penyebab kemiskinan tersebut, sehingga dapat mencari solusi
yang tepat demi tercapainya kesejahteraan umat.
Penyaluran dalam dua bentuk di atas umumnya disertai dengan
sifat penyaluran yang berbeda. Untuk bantuan sesaat sifat penyaluran
88
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.70-71.
60
idealnya hibah. Adapun untuk pemberdayaan, dana yang disalurkan
identik dengan pinjaman.
c. Pertanggung Jawaban Penyaluran Dana ZIS di BAZIS DKI Jakarta
Setiap penyaluran dana harus ada pertanggung jawaban secara
tertulis, lengkap, dan sah. Sekecil apapun dana yang dikeluarkan, dalam
pertanggung jawaban harus dapat dinilai baik dari kesesuaian syari’ah
maupun kebijakan lembaga. Pertanggung jawaban diberikan dalam
batasan waktu tertentu. Pertanggung jawaban secara keseluruhan akan
diakui oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi mana
kala dilakukan audit oleh eksternal auditor baik menyangkut audit umum
maupun audit syari’ah. 89
Hasil pemgumpulan ZIS dapat didayagunakan untuk kepentingan
Asnaf, yaitu fakir, miskin, mualaf, riqab, gharimin, shabilillah, dan ibnu
sabil. Pemberdayaan hasil pemgumpula ZIS didaerah diarahkan dengan
skala prioritas kebutuhan nyata yang ditetapkan keputusan Gubernur
Kepala Daerah setiap tahunnya, dengan memperhatikan Pertimbangan
Badan Pembina. Adapun sasaran pendayagunaan ZIS diarahkan pada
usaha-usaha dan kegiatan yang bersifat produktif dalam rangka
kemandirian Mustahik dalam kemaslahatan umat. Dengan mendahulukan
kemaslahatan fakir miskin, dana produktif dapat dikelola cara professional
ekonomis dengan memperhatikan norma etika bisnis. Dalam rangka
meningkatkan tercapainya sasaran pemberdayaan dana ZIS yang
89
Hertanto Widodo dan Teten Kustiawan, “Akuntansi Dan Manajemen Keuangan untuk
Organisasi Pengelolaan Zakat”, (Bandung : Asyaamil dan IMZ, 2001), h. 82-87.
61
diberikan kepada para Mustahik, diadakan pembinaan dan pengembangan
secara intensif guna mempercepat kemandirian dan menigkatkan
kesejahteraan.
Pembagian atau pendayagunaan zakat, menurut pedoman
pelaksana zakat di BAZIS DKI Jakarta itu ditentukan sebagai berikut:
a) Bersifat edukatif, produktif, dan ekonomis agar penerima zakat pada
suatu masa tidak memerlukan zakat lagi. Bahkan diharapkan menjadi
orang yang membayar zakat.
b) Untuk Fakir miskin, Muallaf, dan Ibnu Sabil, pembagian zakat itu
dititik beratkan pada pribadinya bukan pada lembaga hukum yang
megurusnya. Kebijaksanaan ini dilakukan agar unsur pendidikan yang
dikandung dalam pembagian zakat itu lebih jelas dan terasa.
c) Bagi kelompok Amil, Gharimin, dan Shabilillah, pembagian dititik
beratkan pada badan hukumnya atau kepada lembaga yang mengurus
atau melakukan aktivitas-aktivitas ke islaman. Dana-dana yang
tersedia dari pengumpulan zakat itu yang belum dibagi atau
diserahkan kepada para Mustahik dimanfaatkan untuk pembangunan
dengan jalan penyimpannya di bank pemerintah berupa giro, deposito,
atau sertifikat atas nama Badan Amil Zakat yang bersangkutan.
Pendayagunaan dana zakat untuk pemberdayaan selain
memperhatikan bobot permasalahan yang dihadapi oleh penerima
zakat, LPZ juga membuat ketentuan umum yang merupakan
kebijaksanaan zakat. Salah satu alternatif antara lain:
62
(1) Sektor Fakir miskin 35% (dua puluh lima) persen untuk dana
produktif dan 10% untuk dana konsumtif
(2) Sektor Amil 10%
(3) Sektor Muallaf, Gharim dan Ibnu Sabil: 10%
(4) Sektor Sabilillah: 45% (dua puluh lima) persen untuk bantuan
fisik, lima belas persen pembinaan lembaga dakwah dan lima
persen untuk bantuan sosial.
Jadi disamping mempertimbangkan ketentuan umum,
pendayagunaan dana zakat juga mempertimbangkan masalah-masalah
praktis yang dihadapi oleh masyarakat.90
90
Lili Bariadi, Muhammad Zen, “ Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005), h. 27-28.
63
BAB IV
PEMBERDAYAAN EKONOMI UMAT MELALUI PENYALURAN
ZAKAT PRODUKTIF Di BAZIS DKI JAKARTA
A. Mekanisme Penyaluran Dana Zakat Produktif BAZIS DKI Jakarta
Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat mempunyai beberapa arti, yaitu
Al-Barakatu (keberkahan), Al-Namaa (pertumbuhan dan perkembangan), Ath-
Thaharatu (kesucian), dan Ash-Shalahu (keberesan).91
Sedangkan produktif
berasal dari bahasa inggris “productive” yang berarti banyak menghasilkan.
Secara umum produktif (productive) berarti banyak menghasilkan karya atau
barang. Produktif juga berarti banyak menghasilkan, memberikan banyak
hasil.92
Dengan demikian, zakat produktif adalah dana zakat yang diberikan
kepada para Mustahik tidak dihabiskan secara langsung, akan tetapi
dikembangkan dan digunakan untuk menghasilkan agar dapat membantu
usaha mereka, sehingga dengan penyaluran dana zakat berupa pinjaman
modal diharapkan Mustahik dapat lebih berproduktif dan mampu
meningkatkan perekonomian sehari-harinya secara mandiri.
91
Mahmud Yunus, “Kamus Arab-Indonesia”, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penterjema
Pentafsiran Al-Qur’an, 1973), h.156. 92
Anwar - Desi, “Kamus Lengkap I Milliard”, (Surabaya: Amelia, 2003), h.291.
63
64
Secara konseptual, pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata
“power” (kekuasaan atau keberdayaan).93
Pemberdayaan secara etimologi
berasal dari kata daya yang berarti upaya, usaha, akal, kemampuan.
Sedangkan Pemberdayaan di bidang ekonomi, 94
merupakan upaya untuk
membangun daya (masyarakat) dengan mendorong, memotivasi, dan
membangkitkan kesadaran akan potensi ekonomi yang dimilikinya serta
berupaya untuk mengembangkannya.
Mengenai pemberdayaan, pada dasarnya strategi pemberdayaan
masyarakat dalam pengembangan ekonomi kerakyatan semisal usaha
ekonomi lemah merupakan usaha untuk memandirikan masyarakat lewat
wirausaha perwujudan potensi dana potensial yang perlu dikelola secara
professional dan bertanggung jawab untuk memajukan kesejahteraan umum.95
Seperti program pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta
dalam pendayagunaan dana zakat dengan target jangka panjang dari konsep
pemberdayaan dapat mensejahterakan Mustahik, yang kemudian jadilah
mustahik sebagai Muzakki.
Menurut Dedi Santosa hal ini sesuai dengan pandangan BAZIS DKI
Jakarta mengenai pemberdayaan yaitu sebagai upaya-upaya yang bertujuan
meningkatkan kekuatan/daya, kemampuan, mental para Mustahik yang lemah,
93
Edi Suharto, “Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat”, (Bandung : Reflika
Aditama, 2005),cet 1, h.57. 94
Ekonomi ialah segala aktivitas yang berkaitan dengan produksi dan distribusi diantara
orang-orang. Titik tekan definisi ekonomi adalah pada kegiatan produksi dan distribusi baik
dalam bentuk barang ataupun jasa. M. Dawam Rahardjo, “Islam Dan Transformasi Sosial-
Ekonomi”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h.5. 95
Didin Hafiduddin, Problematika Zakat Kontemporer Artikulasi Proses Sosial Politik
Bangsa (Jakarta: Forum Zakat, 2003), h.27.
65
sehingga mampu berusaha untuk menghidupi diri sendiri dan keluarganya,
dari situlah terbentuknya kemandirian dari proses pemberdayaan tersebut. 96
Terkait dengan pemanfaatan dan pendayagunaan dana zakat, selama
ini digolongkan menjadi empat bentuk; pertama konsumtif tradisonal, kedua
konsumtif kreatif, ketiga produktif tradisional, keempat produktif kreatif.97
Dalam bentuk ketiga dan keempat ini sering disebut zakat produktif, oleh
karena itu perlu dikembangkan pendayagunaan zakat dalam bentuk ini
dengan berupa pemberian barang-barang produktif dan pemberian modal
usaha yang dapat mendorong pemberdayaan Mustahik pada sektor usaha,
tetapi harus diiringi dengan pola pendayagunaan yang efektif dan tepat
sasaran, guna mencapai transformasi dalam pemberdayaan itu.
Dalam dinamika yang lebih luas, dapat dinyatakan bahwa BAZIS
Provinsi DKI Jakarta berupaya semaksimal mungkin agar dalam kebijakan
pendayagunaan dapat tepat sasaran, koordinatif dengan berbagi pihak, baik
pemerintah maupun lembaga pengelolaan zakat.
Menurut Drs.H.Salehudin Effendi, MM ZIS sebagai instrument
pemberdayaan masyarakat meliputi tiga sisi ; 98
1. Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling), yaitu mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mngembangkannya.
96
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS
DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15. 97
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka Amri,
2005), h.34. 98
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.41.
66
2. Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering).
3. Melindungi (recovering) dari kemungkinan untuk terjatuh kembali ke
dalam jurang kemiskinan. Ajaran zakat, infaq, dan shadaqah
sesungguhnya mendorong kaum muslimin untuk memiliki etos kerja dan
usaha yang tinggi, sehingga harta kekayaan yang di memiliki dapat
memenuhi kebutuhan hidup diri dan keluarganya juga bisa memberi
kepada orang yang berhak.
Dalam konteks ini, penciptaan iklim yang kondusif dan penyelesaian
persoalan – persoalan yang ada, maka BAZIS DKI Jakarta berusaha terus
menerus memberi arti bagi masyarakat Jakarta. Upaya itu meliputi, antara lain
memberikan bantuan bagi masyarakat di wilayah DKI Jakarta. Salah satu
bantuan yang bersumber dari ZIS berkategori produktif. kategori produktif
memiliki dua sasaran yaitu: 99
Pertama, carachter building, bantuan dalam bentuk beasiswa
pendidikan bagi kelompok kurang mampu. Sekurang-kurangnya untuk
kelompok ini BAZIS DKI Jakarta setiap tahunnya memberikan bantuan
pendidikan kepada ribuan Mustahik, mulai dari sekolah dasar sampai ke
perguruan tinggi. Pada tahun 2014 BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah
mengalokasikan dana beasiswa kepada 7.140 Mustahik dari sekolah dasar
sampai ke perguruan tinggi.100
Puluhan ribu Mustahik, generasi penerus
bangsa telah mendapatkan pencerahan setelah mendapatkan bantuan dari
99
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS
DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15. 100
Majalah Peduli Umat, BAZIS DKI Jakarta, Edisi 58 Tahun 2014.
67
BAZIS DKI Jakarta.
Kedua, produktif dari segi ekonomi. Ada dua pendekatan yang
digunakan untuk bantuan modal usaha produktif ini, yaitu: pendekatan
mudharabah dan qardul hasan. Pendekatan mudharabah adalah bantuan
modal yang diberikan kepada para pedagang kecil yang ada di pasar-pasar
tradisional. Bantuan ini diberikan melalui Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-
Karim.
Sedangkan pendekatan qardlul hasan adalah bantuan tanpa bunga
yang diberikan kepada para pedagang kecil yang ada di sekitar kota Jakarta.
Proses ini diperlancarkan oleh kehadiran supervisi program dari BAZIS
Provinsi DKI Jakarta. Kolektor berfungsi melakukan crosscheck sebelum dan
sesudah pemberian bantuan dan sesungguhnya bukan itu saja, karena
memiliki jaringan sampai ke Kelurahan, sudah barang tentu proses ini akan
lebih mudah.101
Secara umum pendayagunaan ZIS diwujudkan dalam bentuk
pengembangan usaha ekonomi, pembinaan sumber daya manusia, dan
bantuan konsumtif. Upaya ini tidak lain agar mata rantai kemiskinan satu
persatu dapat diputus. Untuk itu, BAZIS DKI Jakarta memiliki beberapa
program unggulan pendayagunaan ZIS yaitu:102
101
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS
DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15. 102
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.95-96.
68
1. Pembinaan SDM
a. Beasiswa dari tingkat SD/MI (Madrasah Ibtidaiyah) sampai sarjana S3.
b. Kesejahteraan dan pembinaan Guru, dan Marbot Masjid.
2. Mendukung Usaha Produktif Melaui Sistem
a. Qardhul Hasan (pinjaman kebajikan, yakni kredit tanpa bunga).
b. Mudharabah (bagi hasil) melalui Program Pemberdayaan Modal Usaha
bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) yang dalam pelaksanaannya
melibatkan BMT (Baitul Maal wa Tamwil) yaitu Al - Karim, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya.
Sesuai dengan SK Gubernur No.121 Tahun 2002 tentang Penyaluran
ZIS DKI Jakarta diprioritaskan untuk usaha-usaha yang produktif dengan
melihat situasi dan kondisi yang ada.103
Seberapa besarnya perolehan dana yang dapat dikumpulkan dari ZIS
oleh BAZIS DKI Jakarta pada periode tahun 2013 M / 1434 H serta alokasi
penggunnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Presentase pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) Tahun
2013 sebagaimana telah tercantum dalam Lampiran II sbb :
a. Program Pendayagunaan Zakat
1. Fakir-Miskin 55,36%
2. Fisabillillah 43,25%
3. Muallaf/Gharimin/Ibnussabil 1,39%
b. Program Pendayagunaan Infaq dan Shadaqah
103
Lili Bariadi dan Muhammad Zen, “Zakat & Wirausaha”, (Jakarta: CV. Pustaka
Amri,2005), h.103.
69
1. Bantuan Lembaga Keagamaan 43,50%
2. Bantuan Kemaslahatan Umat 56,50%
Dengan demikian kebijakan pendayagunaan/penyaluran dana ZIS
memperhatikan kondisi faktual kompleksitas problematika kaum dhuafa yang
diprioritaskan bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia (investasi
jangka panjang). Penetapan presentase pendayagunaan zakat,infaq,dan
shadaqah (ZIS) Tahun 2013, berdasarkan hasil Rapat Kerja Badan Pelaksana
dan mendapat persetujuan Rapat Pleno Dewan Pertimbangan, Komisi
Pengawas dan Badan Pelaksana BAZIS DKI Jakarta.
B. Peran BAZIS DKI Jakarta Dalam Upaya Pemberdayaan Ekonomi Umat
Eri Sudewo mengibaratkan ZIS sebagai sebuah telaga. Tetapi telaga
zakat tidak dapat dimanfaatkan sembarang orang. Telaga zakat hanya khusus
bagi yang dahaga (Mustahik). Agar ada keteraturan dalam pemanfaatan
telaga, maka harus ada yang mengelola, membuat saluran dan memastikannya
tepat sasaran.104
Pengaturan saluran-saluran ZIS agar tepat sasaran, telah dilakukan
BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Ada sebuah istilah ‘lebih baik berbuat sedikit
dari pada tidak sama sekali’. Apa yang diperbuat BAZIS Provinsi DKI Jakarta
terhitung sedikit bila dibandingkan dengan jumlah dhuafa yang ada di DKI
Jakarta. tapi ‘sedikitnya’ orang yang dibantu BAZIS tidak dapat dihitung
dengan jari tangan. Karena ratusan ribu orang telah merasakan bantuan dan
104
Tim Penyusun, “Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta”, (Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta, 2006), h.97.
70
santunan yang telah diberikan oleh BAZIS DKI Jakarta.
Bagi lembaga ini, justru perasaan baru berbuat sedikit bagi
masayarakat Jakarta menjadi pemicu semangat berkhidmat. BAZIS Provinsi
DKI Jakarta selelu merasa belum berbuat banyak, karena itulah selalu ingin
berbuat banyak bagi masyarakat Jakarta, baik pada sekala sempit, maupun
masyarakat umum dalam skala yang lebih luas, dalam upaya pemberdayaan
masyarakat, peningkatan sumber daya manusia, dan dalam penanggulangan
kemiskinan.
Dalam kaitannya dengan penanggulangan kemiskinan di Ibukota ini,
BAZIS telah memainkan peran yang cukup signifikant. Peran ini dapat dilihat
dari hal-hal berikut ini:
Dari sisi ekonomi, sudah banyak masyarakat DKI Jakarta yang dapat
mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Di satu pihak, bagi
sebagian pedagang kecil, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tak ubahnya seperti
‘Dewa penyelamat’. Karena dengan bantuan modal usaha yang diberikan
BAZIS dapat melepaskan mereka dari jeratan rentenir.
Di lain pihak upaya BAZIS Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan
BMT AL-Karim dengan memberi bantuan modal kepada para pedagang
tradisional di wilayah Jakarta diharapkan agar dapat berkembang lebih besar
dan menjadi penggerak ekonomi lokal. Sehingga, upaya yang terus-menerus
dan terkontrol, ini dapat mengantisipasi atau mengurangi peluang sebagian
71
orang kembali ke jurang kemiskinan.105
Oleh karena itu peran BAZIS DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan
ekonomi umat tergantung dari berapa besar yang meminjamkan modal
usahanya kepada para Mustahik yang mendirikan usahanya, namun yang
paling terpenting adalah melindungi dan memajukan pengusaha kecil lokal
agar lebih bisa mandiri, berkembang dan tidak terbelit oleh hutang atau
pinjaman dari bank keliling atau rentenir.
Dari sisi sosial, peran BAZIS Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai
salah satu unsur yang dapat memenuhi kebutuhan primer (sandang, pangan,
dan papan) bagi sebagian masyarakat Jakarta. Upaya ini, memang konsumtif.
Karena memang keadaan menuntut berbuat demikian. Meski konsumtif,
dalam kaitannya dengan kemiskinan, upaya ini menjadi satu pintu masuk dan
motivasi bagi dhuafa untuk memulai hidup lebih baik. Karena dengan kondisi
yang semakin baik dapat melahirkan motivasi yang lebih dibandingkan
dengan saat sebelum mendapatkan bantuan.
Dedi Santosa mengatakan, bahwa peran BAZIS DKI Jakarta:106
1) Menciptakan iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang
(enabling), yaitu mendorong, memotivasi, dan membangkitkan kesadaran
akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mngembangkannya.
2) Memperkuat potensi yang dimiliki masyarakat (empowering).
3) Melindungi (covering) dari kemungkinan jatuh kembali kedalam jurang
105
Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim, 09 Juni 2015 Pukul
15.00 – 16.30. 106
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS
DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15.
72
kemiskinan.
Dalam rangka meningkatkan kualitas Mustahik BAZIS Provinsi DKI
Jakarta menyadari perlunya memberikan training (pelatihan). Para Mustahik
diberikan materi enter-preneurship (kewirausahaan) dan materi yang sesuai
dengan keahlian mereka. Hal ini dimaksudkan agar tumbuh jiwa wirausaha
dalam diri mereka.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh BAZIS Provinsi DKI Jakarta ini,
dapat disebut sebagai upaya yang mensinergikan antara kultur dan struktur
dalam hal penanggulangan kemiskinan dan segala hal yang melingkarinya.
Artinya, BAZIS Provinsi DKI Jakarta tidak berangkat dari ruang hampa
dalam menanggulangi persoalaan yang ada di masyarakat Jakarta ini. Semua
berdasarkan pada akurasi dan validasi data dan informasi yang memang
menjadi salah satu kelebihan dari BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Hal ini
terlihat dari beragam upaya yang dilakukan BAZIS Provinsi DKI Jakarta,
mulai dari bantuan dana yang bersifat konsumtif-karitatif, sampai dengan
bantuan yang bersifat produktif.107
Sehingga bagi masyarakat DKI Jakarta, ZIS memiliki nilai yang
strategis. Peran dan fungsinya tidak diragukan lagi. Dengan ZIS sebagian
masyarakat dapat mengembangkan potensi usaha yang dimiliki. Dan sebagian
yang lain, bahkan bisa lepas dari jeratan rentenir.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, BAZIS Provinsi DKI
Jakarta terus-menerus meningkatkan 3 hal,yaitu: kredibilitas sumber daya
107
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS
DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15.
73
manusia (personal credibility), kredibilitas pengelolaan dan kredibilitas
kelembagaan (bodying credibility) dan sarana-prasarana.
Untuk melihat seberapa besar peran BAZIS DKI Jakarta dapat dilihat
juga dari hasil pengumpulan dana ZIS, dimana setiap tahunnya pengumpulan
hasil ZIS meningkat bisa dilihat dalam tabel berikut:108
“BAZIS Provinsi DKI Jakarta telah membuktikan bahwa kepercayaan
masyarakat semakin tumbuh dengan pengelolaan yang professional itu. Hal
ini dapat dilihat dari peningkatan dan jumlah ZIS yang diperoleh setiap
tahun” ujar Dedi Santosa.109
Oleh sebab itu, BAZIS Provinsi DKI Jakarta
selalu berusaha melakukan inovasi-inovasi. Dengan harapan agar manfaat
keberadaannya dapat dirasakan masyarakat Jakarta. usaha yang dilakukan
oleh BAZIS DKI Jakarta untuk meningkatkan ekonomi umat antara lain;
a) Pola Pemberdayaan Ekonomi Umat di BAZIS DKI Jakarta
108
Arsip BAZIS DKI Jakarta 2009 – 2014. 109
Wawancara dengan Dedi Santosa, Bidang Pendayagunaan (Seksi Bina Usaha) BAZIS
DKI Jakarta, 04 May 2015 Pukul 13.00 – 14.15.
2009 2010 2011 2012 2013 2014
44.233.884.194 52.768.818.935
64.780.812.886
81.453.310.876
97.795.879.070
113.765.807.732
Hasil ZIS BAZIS DKI Jakarta
Hasil ZIS BAZIS DKI Jakarta
74
Pola pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZIS dengan
menyalurkan dana produktif kepada masyarakat umum dan karyawan DKI
Jakarta yang tidak mampu. Bantuan diberikan dalam bentuk uang untuk
bantuan modal usaha. uang itu merupakan dana yang didapat dari
pengumpulan infaq dan shadaqah. Sementara dana zakat hanya diberikan
kepada kelompok-klompok yang memang telah disebut dalam al-Qur’an
sebagai Mustahik. Pada setiap tahunnya, besar atau kecilnya presentase
pendayagunaan dana Zakat, Infaq dan Shodaqah yang disalurkan untuk
Mustahik disesuaikan dengan perkembangan sosial masyarakat DKI
Jakarta.
Untuk mendapatkan bantuan dari BAZIS DKI Jakarta Mustahik
harus mengisi formulir sesuai kategori masing-masing. Formulir yang
harus diisi :
1. Untuk bantuan pinjaman modal usaha (dana produktif) diberi kode
huruf P, yaitu formulir model P.
2. Untuk bantuan anak asuh, sumbangan wajib belajar, dan pascasarjana
(S2 dan S3) diberi kode huruf A.
3. Untuk bantuan Sabilillah diberi kode huruf S.
4. Untuk bantuan Muallaf, Gharimin, dan Ibnu Sabil diberi kode MGI.
Jadi, Penggunaan formulir model P diganakan untuk mengajukan
permohonan bantuan pinjaman modal usaha (dana produktif) untuk
masyarakat umum.110
(ada pada lampiran)
110
Arsip BAZIS DKI Jakarta.
75
Adapun sistem bagi hasil yang di terapkan oleh BAZIS DKI
Jakarta dengan mudharabah (bagi hasil) dimana penjual diberikan modal
usaha sesuai kebutuhan dan kesepakatan. Ada 2 metode pembagian bagi
hasil yang diterapkan, yaitu; pertama, pedagang diberi modal oleh BAZIS
dengan kesepakan bagi hasil 30% untuk BAZIS dan 70% untuk
pedangang. Contoh: penjual nasi uduk memerlukan modal untuk usahanya
sebesar Rp 1.500.000 semisal pedangang mendapatkan untung dari hasil
berjualan sekitar Rp 70.000 maka cara pembagiannya adalah Rp 20.000
untuk BAZIS dan Rp 50.000 untuk pedagang, dan setiap hari dikontrol
keuntungannya oleh pihak BAZIS. Sedangkan dana Rp 1.500.000 terus
diputar. Kedua, menggunakan sistem lepas dimana pedagang
mengembalikan pokok dan membagi hasil dari keuntungannya. Contoh :
pedagang diberi modal sebesar Rp 1.500.000 dengan kesepakatan akan
mengembalikan dalam jangka waktu 100 hari maka Rp. 1.500.000 dibagi
100 hari = 15.000/hari (pokoknya), bila 1 hari pedagang mendapatkan
keuntungan sebesar Rp 70.000 maka pedagang hanya memberikan Rp
2.000 kepada pihak BAZIS, dan penarikan dilakukan 20 hari sekali, Sabtu
Minggu tidak termasuk pokoknya. Jadi totalnya adalah Rp 15.000
(pokoknya) + Rp 2.000 (bagi hasil) = Rp17.000 x 20 hari. Jadi total dari
pokok + bagi hasil dalam satu bulan adalah Rp 340.000 yang diberikan
oleh pedagang kepada pihak BAZIS. Apabila pedagang hanya mampu
membayar pokoknya saja maka ini disebut kesepakatan dengan akad
76
qardhul hasan (pembiayaan kebajikan).111
Sebenarnya BAZIS DKI Jakarta sudah melakukan pencegahan
agar jangan sampai dana produktif itu macet, karena dana itu bisa
digulirkan kepada yang lain. Usaha itu antara lain dengan membuat
perjanjian antara BAZIS dengan calon Mustahik untuk mengembalikan
dana dengan jaminan agunan yang dispakati bersama.
Apabila Mustahik tidak dapat melunasi pinjamannya dengan
perjanjian yang telah disepakati, maka pihak BAZIS DKI Jakarta
menyelesaikannya dengan cara musyawarah dan mencari solusi yang
menguntungkan.
Apabila, Mustahik masih tetap juga tidak mampu, maka BAZIS
DKI Jakarta berkewajiban untuk melaporkan ke Gubernur untuk dicari
penyelesainnya. Salah satu opsinya dengan dihapuskannya hutang
Mustahik (pemutihan). 112
b) Program BAZIS DKI Jakarta Dalam Pemberdayaan Ekonomi
Secara umum ada 3 (tiga) pemberdayaan usaha kecil dan
menengah yang dilakukan oleh BAZIS DKI Jakarta melalui dana
produktif:
1) Pola Konvensional; BAZIS DKI Jakarta meminjamkan dana kepada
Usaha Kecil Menengah atas usulan dari Kelurahan, Kecamatan, dan
unit kerja dengan memakai pola qardhul hasan (tanpa bunga).
111
Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim, 09 Juni 2015 Pukul
15.00 – 16.30. 112
Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim, 09 Juni 2015 Pukul
15.00 – 16.30.
77
Siapa Usaha Kecil Menengah itu? Usaha Kecil Menengah itu,
merupakan jenis usaha yang umumnya adalah mempunyai usaha
warung sembangko, usaha mabel, tekstil kiloan dan konveksi, ternak
kambing, dan lain-lain. Tentunya usaha yang tingkatannya sudah agak
lumayan dari usaha kecil, dan keuntungannya juga lebih besar.
Berapa besar pinjamannya? Besar pinjamannya mulai dari
1.500.000 s/d maksimal Rp.5.000.000. dengan rentan waktu
pinjaman 30 bulan. Dikembalikan ke BAZIS DKI Jakarta secara
bertahap diatur dalam skema pinjaman yang disepakati bersama
(tanpa bunga).
Bagaimana kontrol plaksanaannya? BAZ kecamatan yang secara
intens melakukan kontrol, tetapi tidak terlepas dari kontrol BAZIS
DKI Jakarta pengontrolan biasa dilakukan sebulan sekali. Contohnya:
Bapak Mudjinah pemilik warung sembako di daerah Duren Sawit,
Jakarta timur. Beliau dapat merasakan secara pribadi program
peminjaman modal usaha oleh BAZIS DKI Jakarta dari program
pemberdayaan dana zakat itu dapat membantu dalam perkembangan
usaha toko sembakonya.113
2) Program pemberdayaan Modal Usaha bagi Pedagang Kecil
(PPMUPK); BAZIS meminjamkan dana produktif kepada pedagang
kecil dengan menggunakan pola mudharabah (bagi hasil). Penyaluran
ini bekerja sama dengan BMT Al-Karim ada di Jakarta Timur.
113
Wawancara dengan Mudjinah, salah seorang wirausaha menengah penerima modal
usaha atas usulan dari kelurahan daerah Jakarta Timur .
78
Siapa usaha kecil itu? Diantaranya adalah penjual sayuran,
pedagang gado-gado, penjual kecil di pasar, penjual keliling (tukang
mie ayam, tukang siomay, tukang es keliling). Atau pedang yang
mangkul (tukang korang/majalah, penjual minuman dan lain-lain).
Dimana keuntangannya tidak begitu besar.
Berapa besar pinjamannya? Besar pinjamannya untuk tiap individu
antara Rp 300.000 s/d Rp 1.000.000 dengan lama pinjaman selama 12
bulan, dan penarikan di lakukan 20 hari sekali dalam sebulan. Sistem
bagi hasilnya yaitu 30% untuk BAZIS DKI Jakarta dan 70% untuk
pedagang.
Bagaimana prosedur pemberian pinjamnnya? Pengusaha kecil
yang akan mendapatkan modal usaha, diminta untuk memenuhi
persyaratan berupa; KTP, Kartu Keluarga, & surat keterangan tidak
mampu, setelah itu mengisi Surat Permohonan Pembiayaan (SPP),
maka modal akan diberikan sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan
yang di perlukan.
Bagaimana pengendalian pelaksanaan? Monitoring oleh pengurus
BMT, tetapi tetap pada kontrol BAZIS DKI Jakarta. contohnya:
Bapak Abdul Wahid sebagai pedagang minuman di wilayah
Jatinegara Kaum Pulo Gadung, Jakarta Timur. Beliau begitu merasa
terbantu sekali dengan adanya pinjaman modal usaha oleh BAZIS.114
3) Mentoring : BAZIS memantau dan memberikan pembinaan kepada
114
Wawancara dengan Abdul Wahid, salah seorang wirausaha kecil penerima Program
pemberdayaan Modal Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) BAZIS DKI Jakarta.
79
para Mustahik agar usaha mereka bisa berjalan dengan lancar. Selain
itu BAZIS DKI Jakarta bekerjasama dengan BMT Al-Karim untuk
pengontrolan dan juga pembinaa secara langsung ke lapangan (TKP).
Apa fungsi BMT Al-Karim sebagai partner BAZIS DKI Jakarta?
Fungsinya adalah BMT merupakan kepanjangan tangan dari BAZIS
DKI Jakarta dimana BMT hadir untuk memerangi rentenir, membantu
masyarakat dalam hal pembiayaan pinjaman modal usaha dengan
menggunakan sistem syariah (mudharabah & qardhul hasan).
Bagaimana kontrol pelaksanaanya? Para petugas BMT Al-Karim
mengontrol masyarakat 1 (satu) bulan sekali secara langsung,
biasanya petugas BMT memantau perkembangan usahanya, dan apa
saja kendala yang dihadapi masyarakat, serta membantu masayarakat
agar terhindar dari rentenir.
Apa peran BMT Al-Karim bagi masayarakat? Perannya adalah
membantu menyalurkan dana ZIS kepada masyarakat secara langsung
dan menempatkan diri secara langsung di tengah masyarakat guna
memerangi para rentenir atau bank berjalan yang semakin merajalela.
Contohnya: Bapak Untung sebagai petugas lapangan di BMT Al-
Karim menyatakan bahwa memerangi para rentenir sangat sulit, tidak
cukup hanya dengan ‘menceramahinya’ tetapi harus diperangi dengan
‘uang’ juga. Terbukti dengan adanya BMT Al-Karim di tengah
masyarakat sangat membantu dalam hal pembiayaan modal usaha
80
sehingga masayarakat bisa terlepas dari jeratan rentenir.115
Disinilah terlihat begitu sangat besarnya peran BAZIS DKI Jakarta
dalam mengupayakan pemberdayaan ekonomi umat melalui
pendayagunaan dan dana zakat produktif, karena yang bisa merasakan
keberhasilan dan dampak efektifnya bukan hanya pengurus BAZIS DKI
Jakarta atau petugas BMT Al-Karim saja akan tetapi seluruh masyarakat
DKI Jakarta juga dapat merasakannya termasuk para mustahik yang
meminjam modal untuk usahanya.
Dengan demikian bila penyaluran dan kontrol yang dilakukan
BAZIS DKI Jakarta baik, serta dengan memperhatikan skala prioritas
penyaluran dana zakat, maka dana zakat benar-benar akan terasakan
fungsi dan manfaatnya oleh para Musrahik. Dan tentunya yang diharapkan
dari penyaluran dana zakat kepada para Mustahik bukan tidak mungkin
adalah bagaimana nantinya para mustahik bukan lagi sebagai penerima
dana zakat atau Mustahik, akan tetapi mereka nantinya dapat berada
sebagai posisi yang akan memberikan zakat atau Muzakki.
115
Wawancara dengan Untung, Petugas Lapangan BMT Al-Karim , 09 Juni 2015 Pukul
15.00 – 16.30.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat penulis ambil dari hasil analisis
Pemberdayaaan Ekonomi Umat Melalui Zakat Produktif pada BAZIS DKI
Jakarta, sebagai berikut :
1. Mekanisme penyaluran dana zakat produktif di BAZIS DKI Jakarta
digolongkan menjadi empat bentuk; pertama konsumtif-tradisonal,
kedua konsumtif-kreatif, ketiga produktif-tradisional, keempat produktif-
kreatif. Dalam bentuk ketiga dan keempat ini sering disebut zakat
produktif. Penyaluran dalam bentuk pemberian berupa barang-barang
produktif dan pemberian uang untuk modal usaha yang berasal dari
pengumpulan dana infaq dan shadaqah diberikan BAZIS untuk
masyarakat kurang mampu, hal ini dilakuakan agar yang bersangkutan
bisa lebih mandiri dan mampu mengembangkan usahanya.
2. Keberadaan Badan Amil Zakat di DKI Jakarta dalam mengelola ZIS
cukup besar manfaatnya bagi masayarakat DKI Jakarta. Kehadiran
BAZIS DKI Jakarta ini sedikit demi sedikit mampu mengurangi masalah
sosial dan kemiskinan yang semakin rumit, terutama mereka yang berada
di kelas bawah menengah, sehingga menumbuh kembangkan masyarakat
dengan berjiwa usaha yang gigih dan professional. Adapun peran BAZIS
DKI Jakarta dalam upaya pemberdayaan ekonomi umat dapat terlihat
81
82
dari beberapa program diantaranya: pengembangan ekonomi
menggunakan pola konvensional untuk usaha kecil menengah,
pengembangan ekonomi umat melalui Program Pemberdayaan Modal
Usaha bagi Pedagang Kecil (PPMUPK), melakukan mentoring kepada
para Mustahik agar usahanya bisa berjalan dengan lancar serta
mengupayakan kemajuan Mustahik selaku pengusaha kecil lokal agar
lebih bisa mandiri, berkembang, dan tidak terbelit oleh hutang atau
pinjaman dari bank keliling dan rentenir. Dengan ini, BAZIS Provinsi
DKI Jakarta telah membuktikan bahwa kepercayaan masyarakat semakin
tumbuh dengan pengelolaan ZIS yang profesional. Hal ini dapat dilihat
dari peningkatan dan jumlah ZIS yang diperoleh setiap tahunnya
meningkat.
B. Saran – saran
1. Dalam penyaluran dana ZIS dibutuhkan kecermatan dalam memilih
calon Mustahik dan perlu juga diberikan bimbingan, dengan harapan
dana itu akan dimanfaatkan untuk kepentingan yang sebenarnya agar
pengembalian modal usaha tidak macet, yang pada gilirannya bisa
digulirkan kepada Mustahik yang lain.
2. BAZIS DKI Jakarta secara konsisten harus terus menjadikan dirinya
sebagai garda terdepan di dalam upaya pengelola ZIS secara professional
dan amanah demi untuk meningkatkan hasil guna dan daya guna ZIS itu
sendiri, sehingga problematika sosial dan kemiskinan dapat diatasi.
83
Selain itu pemberdayaan ekonomi umat hendaknya menjadi program
prioritas dalam pendayagunaan dana ZIS, supaya lebih terasa lagi
dampak positifnya bagi perekonomian dan kemaslahatan umat. Agar
masyarakat terus percaya terhadap BAZIS DKI Jakarta harus terus
meningkatkan kredibilitas, kapabilitas, sarana dan prasarana yang
memadai sehingga masyarakat lebih mudah dalam berzakat, berinfaq,
dan bershadaqah.
85
DAFTAR PUSTAKA
AL-Qur’an dan Terjemah.
Adi, Isbandi Rukminto.2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat Dan
Intervensi Komunitas: Pengantar pada Pemikiran Dan Pendekatan
Praktisi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI.
Ali,M Daud.1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Waqaf. Jakarta: UI-Press.
Anwar-Desi.2003. Kamus Lengkap I Milliard. Surabaya: Amelia.
Arsip BAZIS DKI Jakarta.2009-2014.
Asnaini.2008. Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,2008), h.42.
Bariadi, Lili dan Muhammad Zen.2005. Zakat & Wirausaha. Jakarta: CV. Pustaka
Amri.
Bariyah, N.Oneng Nurul.2012. Total Quality Managemet Zakat. Ciputat : Wahana
Kardofa FAI UMJ.
BAZIS DKI Jakarta.2013. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Jakarta:
BAZIS DKI Jakarta.
Brosur BAZIS DKI Jakarta.2014. Zakat Membawa Berkah. Jakarta: BAZIS DKI
Jakarta.
Budiman, Arief.1995. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: Gramedia.
Deliarnov.2003. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Effendi, Salehuddin.2002. Peran BAZIS DKI Dalam Meningkatkan Ksejahteraan
Umat. Jakarta : Majalah BAZIS DKI.
Hafidhuddin, Didin.2002. Zakat Dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema
Insani.
Hafiduddin, Didin.2003. Problematika Zakat Kontemporer Artikulasi Proses
Sosial Politik Bangsa . Jakarta: Forum Zakat.
Hafidudin, Didin.2001. Islam Aplikatif. Jakarta : Gema Insani Press.
86
Harahap, Summuran.2012. Waqaf Uang Dan Prospek Ekonominya Di Indonesia.
Jakarta: CV.Sari Marissa.
Hasan, M.Ali.2003. Masail Fiqiyah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Hasil Wawancara, Abdul Wahid salah seorang wirausaha kecil penerima Program
Pemberdayaan Modal Usaha Bagi Pedagang Kecil (PPMUPK) BAZIS
DKI Jakarta, 09 Juni 2015.
Hasil Wawancara, Dedi Santosa Staf BAZIS DKI Jakarta, 04 May 2015.
Hasil Wawancara, Mudjinah seorang wirausaha menengah penerima modal usaha
atas usulan dari kelurahan daerah Jakarta Timur, 09 Juni 2015.
IMZ. Indonesia Zakat & Devlopment Report.2011. Kajian Empiris Peran Zakat
Dalam Penentasan Kemiskinan. Jakarta.
Machendrawati, Nanih dan Agus Ahmad Syafe’I.2001. Pengembangan
Masyarakat Islam Strategi Sampai Tradisi. Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya.
Mahmud, Abdul Al-Hamid.2006. Ekonomi Zakat . Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Majalah Peduli Umat.2014. Jakarta: Edisi 58 BAZIS DKI Jakarta.
Masuko, Siti.2014. Strategi Penyaluran Dana LAZIS Yayasan Amaliah Astra
Dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat. Skripsi S1 Fakultas
Syariah dan Hukum. Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mubyarto.1997.Ekonomi Rakyat Program IDT Dan Demokrasi Ekonomi
Indonesia. Yogyakarta: Adtya Media.
Mubyarto.2000. Membangun Sistem Ekonomi. Yogyakarta: BPFE.
Muhammad dan Alimin.2004.Etika Dan Perlindungan Konsumen Dalam
Ekonomi Islam.Yogyakarta: BPFE.
Muhammad, Syafi’i Antonio.2003. Bank Syraiah Dan Teori Ke Prkatek. Jakarta:
Gema Insani Press.
Mustaq, Ahmad.1997. Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Al-Hidayah.
Partanto, Puis A dan M. Dahlan Al Barry.1994. Kamus Ilmiah Populer Artaloka.
Surabaya: Pustaka Pelajar.
Peduli Umat.2010. Zakat Is My Life Style. Jakarta: Majalah BAZIS DKI.
Permono, Sjechul Hadi.1995. Pendayagunaan Zakat Dalam Rangka
Pembangunan Nasional. Jakarta: Pustaka Firaus.
87
Prijono, Onny S. dan A.M.W Pranarka.1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan
Dan Implementasi. Jakarta: CSIS.
Qardawi, Yusuf.1991. Hukum Zakat. Jakarta: Lentera & Mizan.
Rahardjo, M. Darmawan.1999. Islam Dan Transformasi Social-Ekonomi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar..
Republik Indonesia.1999. Undang-Undang Pengelolaan Zakat. Jakarta:
Sekretariat Negara.
Rukminto, Adi Isbandi.2008. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat, Dan
Intervensi Komunitas, Jakarta.
Saefudin, Ahmad Muflih.1986. Pengelolaan Zakat Ditinjau Dari Aspek Ekonomi.
Bontang: Badan Dakwah Islamiyah.
Sanjaya, Rian.2011. Model Pendayagunaan Zakat Produktif Di Badan Amil Zakat
dan Lembaga Amil Zakat. Skripsi S1 Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta.
Sugiono.2007. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Sugono, Dendy.1994. Petunjuk Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Kelompok 24
Pengajar Bahasa Indonesia.
Suharto, Edi.2005. Membangun Masyarakat Memberdayaakan Rakyat. Bandung:
Reflika Aditama.
Tim Penyusun.2006. Manajemen ZIS BAZIS Provinsi DKI Jakarta. Jakarta:
BAZIS DKI Jakarta.
Umar, Husein.2004. Metode Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Widodo, Hertanto dan Teten Kustiawan.2001. Akuntansi Dan Manajemen
Keuangan Untuk Organisasi Pengelolaan Zakat. Bandung: Asyaamil dan
IMZ.
Yunus, Mahmud.1973. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjema Pentafsiran Al-Qur’an.
Zain-Badadu.1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.
Zaky, Al-Kaaf Abdullah. 2002. Ekonomi Dalam Prespektif Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
88
Internet:
http://bazisdki.go.id/post/index/jakarta-sadar-zakat diakses Tanggal 10 November
2014.
http://repository.unib.ac.id/4389/Pendayagunaan Zakat Produktif Dalam
Mensejahterakan Usaha Ekonomi Mikro. diakses Tanggal 15 November
2014.
http://pelita.or.id/baca.php?id=64130/Pendayagunaan ZIS Didistribusikan
Berdasarkan Keputusan Gubernur DKI. diakses Tanggal 16 November
2014.
http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-
bazis-dki-jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 10
Januari 2015.
http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses Tanggal 10 Januari 2015.
http://www.zakatcenter.org. diakses Tanggal 26 Januari 2015.
http://Bazisdki.go.id/page/index/profil-bazis diakses Tanggal 17 Februari 2015
http://www.republik.co.id/berita/ramadhan/kabar-ramadhan/12/08/01/m81oog-
bazis-dki-jakarta-salurkan-santunan-rp-18-miliar diakses Tanggal 17
Februari 2015.
http://bazisdki.go.id/post/detail/ramadhan diakses 17 Februari 2015.
http://www.pias-ktb.com/2012/02/263-zakat-produktif.html oleh Hakam Ahmed
EJChudrie, diakses Tanggal 06 Maret 2015.
http://www.Alarifs.Blogspot.Perkembangan BAZIS DKI Jakarta.com diakses
Tanggal 07 Maret 2015.