2
7/23/2019 Pembahasan Kasus Chf Af http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-kasus-chf-af 1/2 BAB III PEMBAHASAN Pada kasus ini pasien adalah seorang wanita usia 59 tahun datang dengan keluhan utama sesak napas. Dari keluhan utama ini, masih terdapat banyak diagnosis banding yang dapat dipikirkan oleh seorang dokter, sehingga diperlukan anamnesis lebih lanjut. Anamnesis lebih lanjut diharapkan dapat mengarahkan diagnosis, apakah sesak napas tersebut merupakan gejala utama dari kelainan paru, jantung, metabolik, atau sebab lainnya. Setelah dilakukan anamnesis kepada pasien, keluhan tersebut mengarah kepada diagnosis gagal jantung. Ini terlihat dari sesak napas pasien yang perjalanannya kronis, dan sering dirasakan ketika pasien tidur malam. Selain itu, kebiasaan pasien yang tidur menggunakan dua sampai tiga bantal dan keluhan kaki bengkak juga mendukung ke arah diagnosis gagal jantung. Meski demikian, diagnosis pasti dapat ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan isik dan  pemeriksaan penunjang. Di samping keluhan utama, pasien mengalami keluhan lain berupa  batuk, nasu makan menurun, serta lemas dan lesu. !eluhan ini tergolong tidak khas, terutama  jika terdapat pada pasien berusia lanjut. Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa pasien merupakan seorang penderita  penyakit hipertensi lama yang tidak terkontrol dan diabetes mellitus dengan mengkonsumsi obat metormin dan glimepirid se"ara teratur. riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien merupakan aktor resiko yang sangat berpengaruh terjadinya keluhan yang sekarang pasien rasakan. Dari riwayat penyakit keluarga, tidak didapatkan inormasi yang "ukup untuk mendukung diagnosis. Dari pemeriksaan isik, didapatkan keadaan pasien tampak sakit berat karena keluhan sesak naasnya dan dilihat juga dari tanda #ital pernapasan dan nadi pasien yang di atas nilai normal menandakan adanya kompensasi tubuh untuk mengatasi keluhan yang dirasakan. Pada asukultasi paru didapatkan suara naas #esikuler dan ronki basal halus di kedua lapang paru yang menunjang diagnosis ke arah penyakit gagal jantung. $onki basal halus terjadi karena %%%% Pada pemeriksaan ekstermitas inerior ditemukan adanya edema pitting di kedua kaki kanan dan kiri yang merupakan salah satu gejala dari penyakit gagal jantung. &dema pitting terjadi karena adanya %%'% 1

Pembahasan Kasus Chf Af

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pembahasan Kasus Chf Af

7/23/2019 Pembahasan Kasus Chf Af

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-kasus-chf-af 1/2

BAB III

PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien adalah seorang wanita usia 59 tahun datang dengan keluhan utama

sesak napas. Dari keluhan utama ini, masih terdapat banyak diagnosis banding yang dapat

dipikirkan oleh seorang dokter, sehingga diperlukan anamnesis lebih lanjut. Anamnesis lebih

lanjut diharapkan dapat mengarahkan diagnosis, apakah sesak napas tersebut merupakan gejala

utama dari kelainan paru, jantung, metabolik, atau sebab lainnya.

Setelah dilakukan anamnesis kepada pasien, keluhan tersebut mengarah kepada diagnosis

gagal jantung. Ini terlihat dari sesak napas pasien yang perjalanannya kronis, dan sering

dirasakan ketika pasien tidur malam. Selain itu, kebiasaan pasien yang tidur menggunakan dua

sampai tiga bantal dan keluhan kaki bengkak juga mendukung ke arah diagnosis gagal jantung.

Meski demikian, diagnosis pasti dapat ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan isik dan

 pemeriksaan penunjang. Di samping keluhan utama, pasien mengalami keluhan lain berupa

 batuk, nasu makan menurun, serta lemas dan lesu. !eluhan ini tergolong tidak khas, terutama

 jika terdapat pada pasien berusia lanjut.

Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan bahwa pasien merupakan seorang penderita

 penyakit hipertensi lama yang tidak terkontrol dan diabetes mellitus dengan mengkonsumsi obat

metormin dan glimepirid se"ara teratur. riwayat penyakit dahulu yang diderita pasien

merupakan aktor resiko yang sangat berpengaruh terjadinya keluhan yang sekarang pasien

rasakan. Dari riwayat penyakit keluarga, tidak didapatkan inormasi yang "ukup untuk 

mendukung diagnosis.

Dari pemeriksaan isik, didapatkan keadaan pasien tampak sakit berat karena keluhan

sesak naasnya dan dilihat juga dari tanda #ital pernapasan dan nadi pasien yang di atas nilai

normal menandakan adanya kompensasi tubuh untuk mengatasi keluhan yang dirasakan. Pada

asukultasi paru didapatkan suara naas #esikuler dan ronki basal halus di kedua lapang paru yang

menunjang diagnosis ke arah penyakit gagal jantung. $onki basal halus terjadi karena %%%%

Pada pemeriksaan ekstermitas inerior ditemukan adanya edema pitting di kedua kaki kanan dan

kiri yang merupakan salah satu gejala dari penyakit gagal jantung. &dema pitting terjadi karena

adanya %%'%

1

Page 2: Pembahasan Kasus Chf Af

7/23/2019 Pembahasan Kasus Chf Af

http://slidepdf.com/reader/full/pembahasan-kasus-chf-af 2/2

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan tingginya hasil gula darah pasien yaitu ()( mg'd*

menandakan penyakit diabetes melitus yang diderita oleh pasien tidak terkontrol dan

membutuhkan koreksi gula darah dengan pemberian insulin  bolus sesuai dengan target yang

diinginkan. Pada pemeriksaan hasil analisa gas darah disimpulkan bahwa terjadinya asidosis

metabolik yang sudah terkompensasi kemungkinan terjadi karena tingginya kadar gula darah

 pasien.

Dari hasil pemeriksaan &!+ dan radiologis juga didapatkan hasil yang mendukung ke arah

diagnosis - dan atrial ibrilasi. /ika disesuaikan dengan kriteria diagnosis menurut

ramingham, maka pasien ini dapat didiagnosis dengan - karena telah memiliki 0 kriteria

mayor dan 0 kriteria minor. Di mana untuk menegakkan diagnosis, hanya diperlukan 0 kriteria

mayor atau 1 kriteria mayor dengan 0 kriteria minor. Adapun jika digolongkan menurut 2ew

3ork -eart Asso"iation 423-A, maka pasien ini dapat digolongkan menjadi - dengan kelas

ungsional II. 3aitu pasien mengalami sesak saat beraktiitas, baik ringan maupun berat.

Adapun untuk pengobatan yang terkait dengan diagnosis - dan atrial ibrilasi, pada

 pasien ini diberikan diureti" berupa lasi6 dan alda"ton 4diureti" hemat kalium, inotropik positi 

golongan digitalis yaitu digo6in dan lano6in yang berungsi untuk meningkatkan kontraktilitas

otot jantung sehingga diharapkan terjadi peningkatan stroke #olume. Serta diberikannya obat

lamipril sebagai obat hipertensi yang bekerja menghambat pembentukan angiotensin I menjadi

angiotensin II. Pemberian obat simar" 42a wararin berungsi untuk men"egah oklusi arteri

koroner ataupun thrombosis #ena yang dapat terjadi karena adanya penyakit atrial ibrilasi pada

 pasien.

2