28
ANALISIS SALURAN PEMASARAN WORTEL DI KECAMATAN LEMBANG Makalah Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah PEMASARAN AGRIBISNIS Disusun oleh : Agribisnis A Kelompok 2 Dima Damayanti K. 150610110014 Runengsih 150610110009 M. Dasrul W 150610110036 M. Reza Prasetya 150610110038 Ramadianto 150610110013

Pemasaran wortel lembang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

Page 1: Pemasaran wortel lembang

ANALISIS SALURAN PEMASARAN WORTEL DI

KECAMATAN LEMBANG

Makalah

Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah PEMASARAN AGRIBISNIS

Disusun oleh :

Agribisnis A

Kelompok 2

Dima Damayanti K. 150610110014

Runengsih 150610110009

M. Dasrul W 150610110036

M. Reza Prasetya 150610110038

Ramadianto 150610110013

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2012

Page 2: Pemasaran wortel lembang

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami

tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemasaran Agribisnis.

Makalah ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan terima kasih kepada semua

pihak, khususnya kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan dorongan ilmu dan

moral kepada kami dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu, mendukung, dan

memberikan doanya.

Kami pun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh

karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami butuhkan untuk perbaikan

penyusunan makalah kami yang akan datang.

Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jatinangor, Desember 2012

Penyusun

Page i

Page 3: Pemasaran wortel lembang

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ i

DAFTAR ISI ..................................................................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ......................................................................... 1

2. Rumusan Masalah...................................................................... 1

3. Tujuan...................................................................................... 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pemasaran................................................................................. 3

2. Profit Margin............................................................................. 6

3. Efisiensi Pemasaran................................................................... 7

BAB III

METODE PENELITIAN

1. Tempat & Waktu Penelitian...................................................... 9

2. Sasaran penelitian...................................................................... 9

3. Jenis & Sumber Data................................................................. 9

4. Variabel Data............................................................................. 9

5. Analisis Data.............................................................................. 10

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Keadaan Pemasaran Wortel di Lembang................................. 11

2. Margin Pemasaran Wortel di Lembang................................... 11

3. Biaya Pemasaran Tiap Pelaku Pasar........................................ 12

4. Farmer’s Share......................................................................... 12

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan.............................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 15

Page ii

Page 4: Pemasaran wortel lembang

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Banyak produsen (petani) yang membuat suatu produk tidak menjual secara langsung

produknya kepada konsumen akhir (end user), pertimbangan biaya distribusi biasanya

menjadi faktor utama perusahaan memilih tidak mendistribusikanya sendirian ke

konsumen akhir terutama untuk wilayah pemasaran yang belum tercover oleh perusahaan.

Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan produk

diantara mereka. Perantara ini sering disebut dengan saluran pemasaran. Saluran pemsaran

adalah organisasi – organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang

membuat produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh

konsumen. Perangkat ini lah yang menjadi alur lintas produk dari produsen ke konsumen

setelah diproduksi.

Perantara pemasaran produk ini bermacam macam dan biasanya bertigkat. Untuk

tingkat pertama biasanya di tempati perwakilan wilayah yang biasanya perusahaan sendiri

menanganinya. Kemuadian ada agen tunggal yang mencangkup daerah pemasaran lebih

kecil. Perlu diingat agen juga merupakan perwakilan perusahaan juga karena bisa

bertindak atas nama perusahaan Selanjutnya biasanya disusul oleh pedagang biasa yang

menjual tidak hanya satu produk perusahaan. Di tingkat ini bisanya sudah sampai ke

konsumen akhir tetapi ada juga yang disalurkan ke tingkat yang lebih kecil lagi seperti

warung –warung yang kemudian bisa dipakai langsung oleh konsumen akhir.

Selain perantara distribusi ada satu lagi perantara penting walaupun tidak melakukan

penjualan langsung namun punya andil dalam menyampaikan barang ke konsumen yaitu

fasilitator seperti agen iklan, distributor, bank dan lain –lain.

Di dalam karya tulis ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian kecil tentang

efisiensi saluran pemasaran sayuran wortel di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Barat.

2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana alur pemasaran wortel di Lembang ?

b. Berapa harga jual wortel di setiap tingkat pelaku pasar ?

Page 1

Page 5: Pemasaran wortel lembang

c. Berapa biaya yang dikeluarkan pelaku pasar dalam kegiatan pemasaran ?

d. Bagaimana marjin pemasarannya ?

e. Berapa farmer’s share nya ?

f. Apakah benar alur pemasaran yang pendek itu efisien ? mengapa ?

3. Tujuan

a. Mengetahui saluran pemasaran wortel di Lembang

b. Mengetahui harga jual wortel di seiap tingkat pelaku pasar

c. Mengetahui besarnya biaya pemasaran setiap pelaku pasar

d. Mengetahui margin pemasaran wortel di Lembang

e. Mengetahui Farmer’s share yg terjadi di alur pemasaran

f. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran

Page 2

Page 6: Pemasaran wortel lembang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pemasaran

Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok pengusaha dalam mempertahankan

kelangsungan usahanya baik dalam pengembangan usaha maupun peningkatan laba.

Pemasaran didefinisikan sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis, bertujuan

untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan

jasa serta memuaskan kebutuhan konsumen (Stanton, 1986).

Produksi dan pemasaran mempunyai keterkaitan erat. Peningkatan produksi tidak

akan berarti, jika tidak ada dukungan sistem pemasaran dan mampu menyerap hasil

produksi tersebut pada tingkat harga layak. Pemasaran merupakan proses penyampaian

komoditas dari produsen ke konsumen melalui saluran pemasaran tertentu dan

penyesuaian aktivitas dengan barang tersebut (Winardi, 1989). Pemasaran produk

pertanian lebih kompleks dari produk konsumsi lainnya, karena dipengaruhi sifat khas

produk pertanian, seperti musiman, mudah rusak, volume melimpah, penuh risiko dan

lokasi produsen tersebar.

Pemasaran produk pertanian secara umum masih belum efisien, terutama dalam

pemerataan pembagian keuntungan. Pemasaran dikatakan efisien apabila mampu

menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurahmurahnya dan

mampu mengadakan pembagian keuntungan secara merata kepada setiap pihak di

kegiatan produksi dan pemasaran. Permasalahan dalam pemasaran hasil pertanian di

Indonesia, antara lain (Soekartawi, 1995):

1. Tidak tersedianya hasil pertanian dalam jumlah dan kualitas cukup

2. Fluktuasi harga mencolok

3. Pemasaran tidak efisien

4. Sarana dan prasarana buruk

5. Lokasi produsen dan konsumen tersebar

6. Kurang informasi pasar

7. Pasar sulit diperkirakan

8. Faktor-faktor eksternal lainnya.

Pemasaran produk hortikultura pada umumnya menghadapi berbagai masalah.

Masalah dalam sistem pemasaran hortikultura adalah lemahnya posisi tawar petani

terhadap pedagang, sehingga penentuan harga kurang menguntungkan bagi petani. Salah

Page 3

Page 7: Pemasaran wortel lembang

satu bukti lemahnya posisi tawar petani adalah perubahan harga di tingkat konsumen

tidak dapat segera diteruskan kepada petani produsen. Transmisi harga kurang berjalan

baik dapat menyebabkan rata-rata perubahan harga di tingkat produsen lebih rendah dari

rata-rata perubahan harga di tingkat pengecer. Hal tersebut akibat dari struktur pasar

persaingan tidak sempurna dan banyaknya lembaga dalam saluran pemasaran.

Banyaknya lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran akan membentuk mata rantai

distribusi semakin panjang (Handewi dalam Endah, 2006).

Proses distribusi pada proses pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran.

Lembaga pemasaran adalah badan-badan penyelenggara kegiatan atau fungsi pemasaran

dan didalamnya terdapat pergerakan barang dari produsen sampai konsumen. Badan-

badan tersebut menggerakkan barang melalui transaksi jual beli. Lembaga pemasaran

dapat berbentuk perorangan, perserikatan atau perseroan. Jenis-jenis lembaga pemasaran

antara lain pedagang pengumpul, pedagang besar, eksportir, impotir, dan pedangang

pengecer (Winardi, 1989).

Lembaga-lembaga pemasaran dalam melaksanakan kegiatannya membentuk saluran

atau pola pemasaran. Jenis saluran pemasaran dipilih berdasarkan beberapa

pertimbangan, seperti daya serap pasar, selera konsumen dan sifat buah. Saluran

pemasaran sayur-sayuran di Indonesia terdiri dari lima jenis. Kelima jenis saluran

pemasaran tersebut, antara lain (Winardi, 1989):

1. Saluran I

Petani – Konsumen

2. Saluran II

Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen

3. Saluran III

Petani – Pedagang Besar – Pedagang pengecer – Konsumen

4. Saluran IV

Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen

5. Saluran V

Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer –

Konsumen

Pedagang pengumpul adalah perantara yang aktif membeli dan mengumpulkan

barang dari produsen di daerah produksi dan menjualnya kepada perantara berikutnya.

Pedagang pengumpul jarang menjual langsung kepada konsumen akhir. Pedagang

pengumpul dapat menjual kepada hotel, restoran, dan pabrik pengolahan hasil pertanian.

Page 4

Page 8: Pemasaran wortel lembang

Pedagang besar adalah perantara yang memperdagangkan barang dalam jumlah besar

dan aktif di pasar-pasar pusat.

Pedagang besar memperoleh barang dari pedagang pengumpul lokal atau petani.

Barang tersebut selanjutnya dijual dalam jumlah lebih kecil kepada pedagang pengecer.

Eksportir dan importir berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang antar negara.

Pedagang pengecer adalah perantara yang menjual barang kepada konsumen akhir di

pasar eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).

Adanya lembaga-lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran menimbulkan marjin

pemasaran. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga dari petani dengan harga untuk

konsumen. Harga di tingkat konsumen merupakan harga di tingkat petani, ditambah

dengan seluruh biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Metode

perhitungan marjin pemasaran dapat ditempuh dengan dua cara, antara lain (Roziah,

2005):

1. Menghitung selisih harga jual di tingkat produsen dengan harga beli di tingkat

konsumen akhir

2. Mengitung total biaya pemasaran dan keuntungan seluruh lembaga pemasaran.

Menurut Azzaino (1981), secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai

berikut:

MP = Pr − Pf

Keterangan:

MP : marjin pemasaran

Pr : harga di tingkat pedagang pengecer (retailer)

Pf : harga di tingkat petani (farmer)

Nilai marjin pemasaran berbeda-beda, tergantung panjang saluran pemasaran, jumlah

lembaga pemasaran, biaya dan keuntungan seluruh lembaga pemasaran. Marjin

pemasaran tinggi dan share harga bagi petani rendah disebabkan banyaknya lembaga

pemasaran (Suma, 2004). Semakin banyak lembaga pemasaran, maka semakin panjang

saluran pemasarannya. Panjangnya saluran pemasaran suatu produk tergantung pada

beberapa faktor, antara lain (Hanafiah dan Saefuddin, 1986):

1. Jarak antara produsen dan konsemen

Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, maka semakin panjang saluran

pemasaran suatu produk.

2. Cepat tidaknya kerusakan produk

Page 5

Page 9: Pemasaran wortel lembang

Produk mudah rusak harus segera diterima konsumen. Kondisi tersebut lebih

menghendaki saluran pemasaran relatif pendek dan cepat.

3. Skala produksi

Pada beberapa produksi berukuran kecil, jumlah produk akan semakin sedikit.

Kondisi tersebut akan tidak menguntungkan jika produsen menjualnya ke pasar

konsumen. Adanya pedagang perantara sangat diharapkan untuk membantu proses

distribusi barang.

4. Posisi keuangan pengusaha

Produsen dengan posisi keuangan kuat cenderung untuk memperpendek saluran

pemasaran, sedangkan pedagang dengan posisi keuangan lebih kuat, dapat melakukan

lebih banyak peranan dibandingkan pedagang dengan modal rendah. Pedagang dengan

modal kuat dapat berperan sebagai pedagang pengumpul dan pedagang perantara

lainnya.

Struktur pasar secara teoritik dibagi dua, yaitu pasar persaingan sempurna dan tidak

sempurna. Pasar persaingan sempurna mempunyai ciri jumlah penjual dan pembeli

banyak, komoditas homogen, penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga dan

bebas keluar masuk pasar (freedom of entry and exit). Pasar persaingan tidak sempurna

memiliki karakteristik sebaliknya. Pasar persaingan tidak sempurna meliputi pasar

oligopoli, monopoli, oligopsoni dan monopsoni.

2. Profit Margin

Profit marjin adalah persentase perbandingan laba bersih dan nilai penjualan dari

suatu usaha. Profit marjin dimaksudkan untuk mengetahui rentabilitas suatu usaha.

Semakin tinggi profit marjin sebuah usaha maka semakin tinggi pula rentabilitasnya

(Riyanto, 1993). Besarnya profit marjin dapat ditentukan dengan menggunakan rumus

sebagai berikut (Winardi, 1989):

PM= LABABERSIHNILAI PENJUALAN

×100 %

Rentabilitas suatu usaha adalah perbandingan antara perolehan laba dan penggunaan

sejumlah modal untuk menghasilkan laba tersebut selama periode tertentu. Hal tersebut

menunjukkan bahwa, usaha produksi maupun distribusi dengan profit marjin tinggi

memiliki kemampuan baik dalam mengelola sejumlah sumberdaya guna menghasilkan

keuntungan maksimal dan mampu menekan biaya. Pengusaha atau pedagang

menganggap sistem pemasaran efisien, bila penjualan produk mampu memberikan

Page 6

Page 10: Pemasaran wortel lembang

keuntungan tinggi. Sebaliknya, konsumen menganggap sistem pemasaran efisien, bila

produk mudah diperoleh denga harga murah (Hanafiah dan Saefudin, 1986).

3. Efisiensi Pemasaran

Efisiensi adalah ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu dan tidak membuang-

buang waktu, tenaga, dan biaya serta kedayagunaan atau ketepatgunaan. Efisiensi juga

dapat diartikan sebagai kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan cepat dengan

tidak membuang-buang waktu tenaga dan biaya. Konsep efisiensi pemasaran secara

sederhana dapat melalui pendekatan rasio output-input. Pendekatan rasio output-input

terdiri dari dua sudut pandang, yaitu konsep efisiensi operasional dan efisiensi penetapan

harga (Sudiyono, 2001).

Kegiatan pemasaran bertujuan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke

konsumen. Kegiatan pemasaran melibatkan beberapa pelaku pasar dengan peran dan

fungsi masing-masing dalam proses penyampaian barang dan jasa tersebut. Pedagang

perantara berperan sebagai pelaksana fungsi pemasaran dan penghubung antara produsen

dan konsumen. Menurut Azzaino (1981), fungsi pemasaran dibedakan menjadi tiga,

yaitu:

1. Fungsi pertukaran (exchange function), meliputi penjualan dan pembelian. Fungsi

pertukaran menciptakan hak milik.

2. Fungsi fisik (physical function), meliputi pengangkutan, bongkar muat dan

penyimpanan. Fungsi fisik menciptakan kegunaan tempat dan waktu.

3. Fungsi pelancar (facilitating function), meliputi kegiatan standarisasi, grading,

pembiayaan, kredit, informasi pasar dan harga.

Kegiatan pemasaran dikatakan efisien, apabila dapat memberikan balas jasa seimbang

kepada semua pihak, yaitu petani, pedagang perantara dan konsumen serta mampu

menyampaikan komoditas hasil pertanian dari petani ke konsumen dengan biaya murah.

Peranan lembaga pemasaran adalah menentukan bentuk saluran pemasaran. Distribusi

komoditas pertanian harus cepat sampai kentangan konsumen dan mempunyai nilai

ekonomis tinggi sehingga menghendakinsaluran pemasaran relatif sederhana (Mubyarto,

1985).

Pedagang perantara sebagai pelaksana fungsi pemasaran akan membentuk suatu pola

saluran pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran akan menentukan tingkat

efisiensi pemasaran suatu komoditas. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari segi

efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional menekankan pada

Page 7

Page 11: Pemasaran wortel lembang

kemampuan meminimalisasikan biaya biaya dalam kegiatan pemasaran (Oppen dan Raju

dalam Arifudin, 1997).

Indikator untuk mengetahui efisiensi operasional adalah dengan menghitung dan

membandingkan marjin pemasaran dan farmer’s share di setiap pola pemasaran. Marjin

merupakan perbedaan harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat petani,

sedangkan farmer’s share adalah persentase bagian harga untuk petani. Pola pemasaran

paling efisien memiliki marjin terkecil dan farmer’s share terbesar diantara pola

pemasaran lainnya (Roziah, 2005).

Efisiensi harga menekankan pada keterkaitan perubahan harga di tingkat petani dan

lembaga pemasaran, terutama dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke

konsumen. Perubahan harga terjadi karena adanya perubahan tempat, waktu maupun

bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat diketahui dengan indikator koefisien korelasi

harga dan elastisitas transmisi harga. Analisis korelasi harga dan elastisitas transmisi

harga menunjukkan keterkaitan harga antara dua pasar, yaitu pasar produsen dan pasar

konsumen, serta menunjukkan kecenderungan struktur pasar bersaing sempurna atau

tidak sempurna.

Analisis korelasi dan transmisi dalam penelitian Roziah (2005), menggunakan data

perkembangan harga bulanan di tingkat petani maupun di tingkat konsumen. Hasil

penelitian didapat nilai korelasi 0,98 dan elastisitas transmisi sebesar 0,95, artinya

walaupun perubahan harga di tingkat konsumen berpengaruh nyata terhadap perubahan

harga di tingkat petani, namun perubahan harga di tingkat petani mempunyai persentase

lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi pemasaran belum tercapai dan

struktur pasar persaingan tidak sempurna. Penjelasan secara umum untuk sistem

pemasaran dikatakan efisien, apabila marjin pemasaran rendah dan koefisien korelasi

harga tinggi.

Page 8

Page 12: Pemasaran wortel lembang

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian kecil ini dilakukan dengan mewawancarai pelaku pasar langsung

dengan tujuan mendapatkan data yang empiris.

1. Tempat & Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan secara langsung di Pasar Lembang, Kecamatan Lembang,

Kabupaten Bandung Barat, 27 Desember 2012.

2. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian adalah pedagang sayuran yang menjual sayuran wortel. Pedagang

sayuran kami pilih karena dari mereka kami bisa memperoleh informasi yang kami cari.

3. Jenis & Sumber Data

Perolehan data penelitian merupakan data primer dari hasil wawancara langsung

dengan pedagang pengecer sayuran. Data lain penelitian berupa data sekunder, yaitu data dari

instansi terkait, internet dan berbagai pustaka.

4. Variabel Data

Variabel dan satuan ukuran dalam penelitian adalah:

1. Volume penjualan, adalah jumlah atau kuantitas penjualan wortel, dinyatakan dalam

kilogram (kg).

2. Biaya pemasaran, adalah biaya lembaga pemasaran dalam menyampaikan barang dari

produsen sampai konsumen akhir. Biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, biaya tenaga

kerja, biaya penyusutan dan biaya retribusi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).

3. Harga di tingkat petani, adalah penerimaan harga petani dari lembaga pemasaran,

dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

4. Harga di tingkat pedagang, adalah harga penjualan wortel di setiap lembaga-lembaga

pemasaran, dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).

5. Marjin pemasaran, adalah selisih harga pepaya di tingkat petani dengan harga di tingkat

pedagang, dinyatakan dalam rupiah (Rp).

6. Farmer’s share, adalah persentase bagian harga untuk petani terhadap harga di tingkat

konsumen akhir, dinyatakan dalam persen (%).

7. Keuntungan, adalah total marjin dikurangi jumlah biaya pemasaran, dinyatakan dalam

rupiah (Rp).

Page 9

Page 13: Pemasaran wortel lembang

8. Profit marjin, adalah perbandingan laba bersih masing-masing pedagang dengan nilai

penjualan bersih, dinyatakan dalam persen (%).

5. Analisis Data

a. Analisis Margin Pemasaran

Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui besarnya selisih harga d

tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen dan penyebarannya di

masing-masing pedagang pada jalur distribusinya. Besar kecilnya marjin pemasaran

akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga komoditas tersebut. Menurut Azzaino

(1981) Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:

MP = Pr − Pf

Keterangan:

MP : marjin pemasaran

Pr : harga di tingkat pedagang pegecer

Pf : harga ditingkat petani

b. Farmer’s Share

Besarnya bagian harga bagi petani dari harga jual pepaya dapat diketahui dengan

menggunakan rumus berikut:

Si=PfPr×100 %

Besarnya bagian biaya untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus (Azzaino,

1981):

Sbi= BiPr−Pf

×100 %

Besarnya bagian keuntungan untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus:

SKPi= KiPr−Pf

×100 %

Keterangan:

Si : bagian harga bagi petani

Pr : harga di tingkat petani (farmer)

Pf : harga di tingkat pedagang pengecer (retailer)

SKPi : besarnya bagian keuntungan setiap pedagang ke-i

Sbi : besarnya bagian biaya tetap setiap pedagang ke-i

Ki : keuntungan pada setiap pedagang ke-i

Bi : biaya pada setiap pedagang ke-i

Page 10

Page 14: Pemasaran wortel lembang

BAB IV

PEMBAHASAN

1. Keadaan Pemasaran Wortel di Lembang

Pemasaran wortel di Lembang berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari

wawancara pedagang pasar, dilakukan oleh dua macam lembaga pemasaran, yaitu

pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Seluruh petani menjual wortelnya

ke pedagang pengumpul atau pedagang pengecer dengan sistem borongan per

lahan tanam. Beberapa petani dan pedagang pengumpul telah menjadi mitra usaha,

terutama dalam hal kegiatan pemasaran wortel. Kegiatan pemasaran melibatkan

sejumlah aktivitas dari fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi

fisik, pelancar atau penunjang. Saluran pemasaran wortel di Lembang ada dua

macam, yaitu:

1. Saluran I : petani - pedagang pengecer - konsumen

2. Saluran II : petani - pedagang pengumpul - pedagang pengecer – Konsumen

Akan tetapi, pedagang pengecer di pasar Lembang tidak membeli langsung barang

dagangannya ke lahan petani, tetapi sudah bermitra langganan dengan pedagang

pemasok yang ada di pasar Lembang. Jadi yang akan kita Analisis hanya Saluran

II saja.

Petani dalam menjual hasil panennya menggunakan sistem borongan per lahan

tanam. Mereka tidak bisa menjual dengan cara penyortiran terlebih dahulu, karena

bila dilakukan penyortiran yang akan laku terjual hanya yang kualitasnya bagus

saja sedangkan yg kualitasnya agak rendah tidak ada yang mau membeli. Peran

pasca panen ditangani oleh para pedagang pengumpul setelah membeli

seborongan hasil panen per-luas lahan. Harga jual wortel dari petani ke pedagang

pengumpul adalah Rp 2.500,-/kg, sedangkan pedagang pengumpul menjual ke

pedagang pengecer dipasar seharga Rp 8.000,-/kg. Di tingkat pedagang pengecer,

harga jual wortel mencapai Rp 10.000,-/kg.

2. Margin Pemasaran Wortel di Lembang

Pembahasan dalam analisis marjin pemasaran mencakup dua komponen

utama, yaitu harga jual dan harga beli lembaga pemasaran. Marjin pemasaran

dapat digunakan untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran serta untuk

Page 11

Page 15: Pemasaran wortel lembang

mengetahui bagian harga untuk petani (farmer’s share). Besarnya marjin

pemasaran dipengaruhi besarnya bagian biaya dan keuntungan lembaga

pemasaran.

Berikut ini adalah tabel perhitungan marjin pemasaran di saluran II :

Besar Margin

Saluran II

Rp/kg

Pengumpul 5.500

Pengecer 2.000

Total 7.500

Menurut Sudiyono (2001), semakin kecil nilai marjin pemasaran akan

mengindikasikan tingkat efisiensi saluran pemasaran semakin tinggi dan

sebaliknya, semakin besar nilai marjin pemasaran akan mengindikasikan tingkat

efisiensi saluran pemasaran semakin rendah. Semakin kecil dan dekat selisih

harga antara harga di produsen dengan yang diterima konsumen, maka semakin

tinggi efisiensi pemasarannya.

3. Biaya Pemasaran Tiap Pelaku Pasar

Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku pasar :

a. Pedagang pengumpul :

1. Biaya Angkut mobil : Rp 300,-/Kg

2. Biaya tenaga kuli : Rp 2.000,-/karung (sekali angkut jalan)

b. Pedagang pengecer :

1. Biaya angkut mobil : Rp 300,-/Kg

2. Biaya kuli pasar : Rp 2.000,-/karung (sekali jalan)\

3. Biaya retribusi, listrik, kebersihan lapak pasar : Rp 7.000,-/hari

4. Biaya sewa lapak : Rp 3.000.000,-/tahun

4. Farmer’s Share

Total marjin akan berpengaruh terhadap harga di tingkat petani dan bagian

harga untuk konsumen. Semakin tinggi marjin pemasaran maka semakin rendah

bagian harga untuk petani (farmer’s share). Farmer’s share dapat diketahui dengan

Page 12

Page 16: Pemasaran wortel lembang

membandingkan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang

pengecer.

Perhitungan Farmer’s Share :

Saluran II :

Pf=2.500

Pr=10.000

FS= 2.50010.000

×100 %

FS=25 %

Menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), Besarnya farmer’s share berbanding

terbalik dengan marjin pemasaran. Semakin kecil marjin pemasaran maka farmer’s

share-nya semakin tinggi. Menurut Mubyarto (1985), pemasaran dikatakan efisien,

apabila dapat memberikan balas jasa secara seimbang kepada semua pihak,

termasuk petani, pedagang perantara dan konsumen.

Page 13

Page 17: Pemasaran wortel lembang

BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan

Efisiensi sebuah sistem atau rantai pemasaran dapat ditinjau dari besar

kecilnya margin pemasaran dan farmer’s share. Besar kecilnya margin pemasaran

ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diambil oleh setiap para

pelaku pasar dalam kegiatan pemasaran. Semakin kecil margin pemasarannya maka

semakin besar persentasi farmer’s share nya. Oleh karena itu, semakin pendek sebuah

rantai pemasaran maka akan semakin efisien. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya

pelaku pasar yang berkecimpung dalam sebuah rantai pemasaran. Semakin banyak

pelaku pasar yang berkecimpung dalam sebuah rantai pemasaran, maka harga yang

diterima konsumen akhir akibat biaya yang dikeluarkan dan besarnya keuntungan

yang diambil beberapa pihak para pelaku pasar akan semakin tinggi.

Page 14

Page 18: Pemasaran wortel lembang

DAFTAR PUSTAKA

Sobirin, Tajus. 2009. EFISIENSI PEMASARAN PEPAYA (Carica papaya L.) DI

KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS. Skripsi. Fakultas Pertanian,

Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.

Page 15