Upload
reza-prasetya
View
466
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
makalah
Citation preview
ANALISIS SALURAN PEMASARAN WORTEL DI
KECAMATAN LEMBANG
Makalah
Diajukan untuk memenuhi nilai mata kuliah PEMASARAN AGRIBISNIS
Disusun oleh :
Agribisnis A
Kelompok 2
Dima Damayanti K. 150610110014
Runengsih 150610110009
M. Dasrul W 150610110036
M. Reza Prasetya 150610110038
Ramadianto 150610110013
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini kami
tujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pemasaran Agribisnis.
Makalah ini dapat terselesaikan berkat adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis dengan segala kerendahan hati menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak, khususnya kepada dosen pembimbing kami yang telah memberikan dorongan ilmu dan
moral kepada kami dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu, mendukung, dan
memberikan doanya.
Kami pun menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat kami butuhkan untuk perbaikan
penyusunan makalah kami yang akan datang.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Jatinangor, Desember 2012
Penyusun
Page i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................ i
DAFTAR ISI ..................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah...................................................................... 1
3. Tujuan...................................................................................... 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemasaran................................................................................. 3
2. Profit Margin............................................................................. 6
3. Efisiensi Pemasaran................................................................... 7
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Tempat & Waktu Penelitian...................................................... 9
2. Sasaran penelitian...................................................................... 9
3. Jenis & Sumber Data................................................................. 9
4. Variabel Data............................................................................. 9
5. Analisis Data.............................................................................. 10
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Keadaan Pemasaran Wortel di Lembang................................. 11
2. Margin Pemasaran Wortel di Lembang................................... 11
3. Biaya Pemasaran Tiap Pelaku Pasar........................................ 12
4. Farmer’s Share......................................................................... 12
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan.............................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 15
Page ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak produsen (petani) yang membuat suatu produk tidak menjual secara langsung
produknya kepada konsumen akhir (end user), pertimbangan biaya distribusi biasanya
menjadi faktor utama perusahaan memilih tidak mendistribusikanya sendirian ke
konsumen akhir terutama untuk wilayah pemasaran yang belum tercover oleh perusahaan.
Diantara produsen dan konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan produk
diantara mereka. Perantara ini sering disebut dengan saluran pemasaran. Saluran pemsaran
adalah organisasi – organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang
membuat produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen. Perangkat ini lah yang menjadi alur lintas produk dari produsen ke konsumen
setelah diproduksi.
Perantara pemasaran produk ini bermacam macam dan biasanya bertigkat. Untuk
tingkat pertama biasanya di tempati perwakilan wilayah yang biasanya perusahaan sendiri
menanganinya. Kemuadian ada agen tunggal yang mencangkup daerah pemasaran lebih
kecil. Perlu diingat agen juga merupakan perwakilan perusahaan juga karena bisa
bertindak atas nama perusahaan Selanjutnya biasanya disusul oleh pedagang biasa yang
menjual tidak hanya satu produk perusahaan. Di tingkat ini bisanya sudah sampai ke
konsumen akhir tetapi ada juga yang disalurkan ke tingkat yang lebih kecil lagi seperti
warung –warung yang kemudian bisa dipakai langsung oleh konsumen akhir.
Selain perantara distribusi ada satu lagi perantara penting walaupun tidak melakukan
penjualan langsung namun punya andil dalam menyampaikan barang ke konsumen yaitu
fasilitator seperti agen iklan, distributor, bank dan lain –lain.
Di dalam karya tulis ini, penulis akan menjelaskan hasil penelitian kecil tentang
efisiensi saluran pemasaran sayuran wortel di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung
Barat.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana alur pemasaran wortel di Lembang ?
b. Berapa harga jual wortel di setiap tingkat pelaku pasar ?
Page 1
c. Berapa biaya yang dikeluarkan pelaku pasar dalam kegiatan pemasaran ?
d. Bagaimana marjin pemasarannya ?
e. Berapa farmer’s share nya ?
f. Apakah benar alur pemasaran yang pendek itu efisien ? mengapa ?
3. Tujuan
a. Mengetahui saluran pemasaran wortel di Lembang
b. Mengetahui harga jual wortel di seiap tingkat pelaku pasar
c. Mengetahui besarnya biaya pemasaran setiap pelaku pasar
d. Mengetahui margin pemasaran wortel di Lembang
e. Mengetahui Farmer’s share yg terjadi di alur pemasaran
f. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi efisiensi pemasaran
Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok pengusaha dalam mempertahankan
kelangsungan usahanya baik dalam pengembangan usaha maupun peningkatan laba.
Pemasaran didefinisikan sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis, bertujuan
untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, mendistribusikan barang dan
jasa serta memuaskan kebutuhan konsumen (Stanton, 1986).
Produksi dan pemasaran mempunyai keterkaitan erat. Peningkatan produksi tidak
akan berarti, jika tidak ada dukungan sistem pemasaran dan mampu menyerap hasil
produksi tersebut pada tingkat harga layak. Pemasaran merupakan proses penyampaian
komoditas dari produsen ke konsumen melalui saluran pemasaran tertentu dan
penyesuaian aktivitas dengan barang tersebut (Winardi, 1989). Pemasaran produk
pertanian lebih kompleks dari produk konsumsi lainnya, karena dipengaruhi sifat khas
produk pertanian, seperti musiman, mudah rusak, volume melimpah, penuh risiko dan
lokasi produsen tersebar.
Pemasaran produk pertanian secara umum masih belum efisien, terutama dalam
pemerataan pembagian keuntungan. Pemasaran dikatakan efisien apabila mampu
menyampaikan hasil produksi kepada konsumen dengan biaya semurahmurahnya dan
mampu mengadakan pembagian keuntungan secara merata kepada setiap pihak di
kegiatan produksi dan pemasaran. Permasalahan dalam pemasaran hasil pertanian di
Indonesia, antara lain (Soekartawi, 1995):
1. Tidak tersedianya hasil pertanian dalam jumlah dan kualitas cukup
2. Fluktuasi harga mencolok
3. Pemasaran tidak efisien
4. Sarana dan prasarana buruk
5. Lokasi produsen dan konsumen tersebar
6. Kurang informasi pasar
7. Pasar sulit diperkirakan
8. Faktor-faktor eksternal lainnya.
Pemasaran produk hortikultura pada umumnya menghadapi berbagai masalah.
Masalah dalam sistem pemasaran hortikultura adalah lemahnya posisi tawar petani
terhadap pedagang, sehingga penentuan harga kurang menguntungkan bagi petani. Salah
Page 3
satu bukti lemahnya posisi tawar petani adalah perubahan harga di tingkat konsumen
tidak dapat segera diteruskan kepada petani produsen. Transmisi harga kurang berjalan
baik dapat menyebabkan rata-rata perubahan harga di tingkat produsen lebih rendah dari
rata-rata perubahan harga di tingkat pengecer. Hal tersebut akibat dari struktur pasar
persaingan tidak sempurna dan banyaknya lembaga dalam saluran pemasaran.
Banyaknya lembaga pemasaran dalam saluran pemasaran akan membentuk mata rantai
distribusi semakin panjang (Handewi dalam Endah, 2006).
Proses distribusi pada proses pemasaran dilakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran.
Lembaga pemasaran adalah badan-badan penyelenggara kegiatan atau fungsi pemasaran
dan didalamnya terdapat pergerakan barang dari produsen sampai konsumen. Badan-
badan tersebut menggerakkan barang melalui transaksi jual beli. Lembaga pemasaran
dapat berbentuk perorangan, perserikatan atau perseroan. Jenis-jenis lembaga pemasaran
antara lain pedagang pengumpul, pedagang besar, eksportir, impotir, dan pedangang
pengecer (Winardi, 1989).
Lembaga-lembaga pemasaran dalam melaksanakan kegiatannya membentuk saluran
atau pola pemasaran. Jenis saluran pemasaran dipilih berdasarkan beberapa
pertimbangan, seperti daya serap pasar, selera konsumen dan sifat buah. Saluran
pemasaran sayur-sayuran di Indonesia terdiri dari lima jenis. Kelima jenis saluran
pemasaran tersebut, antara lain (Winardi, 1989):
1. Saluran I
Petani – Konsumen
2. Saluran II
Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen
3. Saluran III
Petani – Pedagang Besar – Pedagang pengecer – Konsumen
4. Saluran IV
Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Pengecer – Konsumen
5. Saluran V
Petani – Pedagang Pengumpul – Pedagang Besar – Pedagang Pengecer –
Konsumen
Pedagang pengumpul adalah perantara yang aktif membeli dan mengumpulkan
barang dari produsen di daerah produksi dan menjualnya kepada perantara berikutnya.
Pedagang pengumpul jarang menjual langsung kepada konsumen akhir. Pedagang
pengumpul dapat menjual kepada hotel, restoran, dan pabrik pengolahan hasil pertanian.
Page 4
Pedagang besar adalah perantara yang memperdagangkan barang dalam jumlah besar
dan aktif di pasar-pasar pusat.
Pedagang besar memperoleh barang dari pedagang pengumpul lokal atau petani.
Barang tersebut selanjutnya dijual dalam jumlah lebih kecil kepada pedagang pengecer.
Eksportir dan importir berkaitan dengan pembelian dan penjualan barang antar negara.
Pedagang pengecer adalah perantara yang menjual barang kepada konsumen akhir di
pasar eceran (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).
Adanya lembaga-lembaga pemasaran dalam kegiatan pemasaran menimbulkan marjin
pemasaran. Marjin pemasaran adalah perbedaan harga dari petani dengan harga untuk
konsumen. Harga di tingkat konsumen merupakan harga di tingkat petani, ditambah
dengan seluruh biaya pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Metode
perhitungan marjin pemasaran dapat ditempuh dengan dua cara, antara lain (Roziah,
2005):
1. Menghitung selisih harga jual di tingkat produsen dengan harga beli di tingkat
konsumen akhir
2. Mengitung total biaya pemasaran dan keuntungan seluruh lembaga pemasaran.
Menurut Azzaino (1981), secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai
berikut:
MP = Pr − Pf
Keterangan:
MP : marjin pemasaran
Pr : harga di tingkat pedagang pengecer (retailer)
Pf : harga di tingkat petani (farmer)
Nilai marjin pemasaran berbeda-beda, tergantung panjang saluran pemasaran, jumlah
lembaga pemasaran, biaya dan keuntungan seluruh lembaga pemasaran. Marjin
pemasaran tinggi dan share harga bagi petani rendah disebabkan banyaknya lembaga
pemasaran (Suma, 2004). Semakin banyak lembaga pemasaran, maka semakin panjang
saluran pemasarannya. Panjangnya saluran pemasaran suatu produk tergantung pada
beberapa faktor, antara lain (Hanafiah dan Saefuddin, 1986):
1. Jarak antara produsen dan konsemen
Semakin jauh jarak antara produsen dan konsumen, maka semakin panjang saluran
pemasaran suatu produk.
2. Cepat tidaknya kerusakan produk
Page 5
Produk mudah rusak harus segera diterima konsumen. Kondisi tersebut lebih
menghendaki saluran pemasaran relatif pendek dan cepat.
3. Skala produksi
Pada beberapa produksi berukuran kecil, jumlah produk akan semakin sedikit.
Kondisi tersebut akan tidak menguntungkan jika produsen menjualnya ke pasar
konsumen. Adanya pedagang perantara sangat diharapkan untuk membantu proses
distribusi barang.
4. Posisi keuangan pengusaha
Produsen dengan posisi keuangan kuat cenderung untuk memperpendek saluran
pemasaran, sedangkan pedagang dengan posisi keuangan lebih kuat, dapat melakukan
lebih banyak peranan dibandingkan pedagang dengan modal rendah. Pedagang dengan
modal kuat dapat berperan sebagai pedagang pengumpul dan pedagang perantara
lainnya.
Struktur pasar secara teoritik dibagi dua, yaitu pasar persaingan sempurna dan tidak
sempurna. Pasar persaingan sempurna mempunyai ciri jumlah penjual dan pembeli
banyak, komoditas homogen, penjual dan pembeli tidak dapat mempengaruhi harga dan
bebas keluar masuk pasar (freedom of entry and exit). Pasar persaingan tidak sempurna
memiliki karakteristik sebaliknya. Pasar persaingan tidak sempurna meliputi pasar
oligopoli, monopoli, oligopsoni dan monopsoni.
2. Profit Margin
Profit marjin adalah persentase perbandingan laba bersih dan nilai penjualan dari
suatu usaha. Profit marjin dimaksudkan untuk mengetahui rentabilitas suatu usaha.
Semakin tinggi profit marjin sebuah usaha maka semakin tinggi pula rentabilitasnya
(Riyanto, 1993). Besarnya profit marjin dapat ditentukan dengan menggunakan rumus
sebagai berikut (Winardi, 1989):
PM= LABABERSIHNILAI PENJUALAN
×100 %
Rentabilitas suatu usaha adalah perbandingan antara perolehan laba dan penggunaan
sejumlah modal untuk menghasilkan laba tersebut selama periode tertentu. Hal tersebut
menunjukkan bahwa, usaha produksi maupun distribusi dengan profit marjin tinggi
memiliki kemampuan baik dalam mengelola sejumlah sumberdaya guna menghasilkan
keuntungan maksimal dan mampu menekan biaya. Pengusaha atau pedagang
menganggap sistem pemasaran efisien, bila penjualan produk mampu memberikan
Page 6
keuntungan tinggi. Sebaliknya, konsumen menganggap sistem pemasaran efisien, bila
produk mudah diperoleh denga harga murah (Hanafiah dan Saefudin, 1986).
3. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi adalah ketepatan cara dalam menjalankan sesuatu dan tidak membuang-
buang waktu, tenaga, dan biaya serta kedayagunaan atau ketepatgunaan. Efisiensi juga
dapat diartikan sebagai kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan cepat dengan
tidak membuang-buang waktu tenaga dan biaya. Konsep efisiensi pemasaran secara
sederhana dapat melalui pendekatan rasio output-input. Pendekatan rasio output-input
terdiri dari dua sudut pandang, yaitu konsep efisiensi operasional dan efisiensi penetapan
harga (Sudiyono, 2001).
Kegiatan pemasaran bertujuan untuk menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke
konsumen. Kegiatan pemasaran melibatkan beberapa pelaku pasar dengan peran dan
fungsi masing-masing dalam proses penyampaian barang dan jasa tersebut. Pedagang
perantara berperan sebagai pelaksana fungsi pemasaran dan penghubung antara produsen
dan konsumen. Menurut Azzaino (1981), fungsi pemasaran dibedakan menjadi tiga,
yaitu:
1. Fungsi pertukaran (exchange function), meliputi penjualan dan pembelian. Fungsi
pertukaran menciptakan hak milik.
2. Fungsi fisik (physical function), meliputi pengangkutan, bongkar muat dan
penyimpanan. Fungsi fisik menciptakan kegunaan tempat dan waktu.
3. Fungsi pelancar (facilitating function), meliputi kegiatan standarisasi, grading,
pembiayaan, kredit, informasi pasar dan harga.
Kegiatan pemasaran dikatakan efisien, apabila dapat memberikan balas jasa seimbang
kepada semua pihak, yaitu petani, pedagang perantara dan konsumen serta mampu
menyampaikan komoditas hasil pertanian dari petani ke konsumen dengan biaya murah.
Peranan lembaga pemasaran adalah menentukan bentuk saluran pemasaran. Distribusi
komoditas pertanian harus cepat sampai kentangan konsumen dan mempunyai nilai
ekonomis tinggi sehingga menghendakinsaluran pemasaran relatif sederhana (Mubyarto,
1985).
Pedagang perantara sebagai pelaksana fungsi pemasaran akan membentuk suatu pola
saluran pemasaran. Panjang pendeknya saluran pemasaran akan menentukan tingkat
efisiensi pemasaran suatu komoditas. Efisiensi sistem pemasaran dapat dilihat dari segi
efisiensi operasional dan efisiensi harga. Efisiensi operasional menekankan pada
Page 7
kemampuan meminimalisasikan biaya biaya dalam kegiatan pemasaran (Oppen dan Raju
dalam Arifudin, 1997).
Indikator untuk mengetahui efisiensi operasional adalah dengan menghitung dan
membandingkan marjin pemasaran dan farmer’s share di setiap pola pemasaran. Marjin
merupakan perbedaan harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat petani,
sedangkan farmer’s share adalah persentase bagian harga untuk petani. Pola pemasaran
paling efisien memiliki marjin terkecil dan farmer’s share terbesar diantara pola
pemasaran lainnya (Roziah, 2005).
Efisiensi harga menekankan pada keterkaitan perubahan harga di tingkat petani dan
lembaga pemasaran, terutama dalam mengalokasikan komoditas dari produsen ke
konsumen. Perubahan harga terjadi karena adanya perubahan tempat, waktu maupun
bentuk komoditas. Efisiensi harga dapat diketahui dengan indikator koefisien korelasi
harga dan elastisitas transmisi harga. Analisis korelasi harga dan elastisitas transmisi
harga menunjukkan keterkaitan harga antara dua pasar, yaitu pasar produsen dan pasar
konsumen, serta menunjukkan kecenderungan struktur pasar bersaing sempurna atau
tidak sempurna.
Analisis korelasi dan transmisi dalam penelitian Roziah (2005), menggunakan data
perkembangan harga bulanan di tingkat petani maupun di tingkat konsumen. Hasil
penelitian didapat nilai korelasi 0,98 dan elastisitas transmisi sebesar 0,95, artinya
walaupun perubahan harga di tingkat konsumen berpengaruh nyata terhadap perubahan
harga di tingkat petani, namun perubahan harga di tingkat petani mempunyai persentase
lebih kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa efisiensi pemasaran belum tercapai dan
struktur pasar persaingan tidak sempurna. Penjelasan secara umum untuk sistem
pemasaran dikatakan efisien, apabila marjin pemasaran rendah dan koefisien korelasi
harga tinggi.
Page 8
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian kecil ini dilakukan dengan mewawancarai pelaku pasar langsung
dengan tujuan mendapatkan data yang empiris.
1. Tempat & Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan secara langsung di Pasar Lembang, Kecamatan Lembang,
Kabupaten Bandung Barat, 27 Desember 2012.
2. Sasaran Penelitian
Sasaran penelitian adalah pedagang sayuran yang menjual sayuran wortel. Pedagang
sayuran kami pilih karena dari mereka kami bisa memperoleh informasi yang kami cari.
3. Jenis & Sumber Data
Perolehan data penelitian merupakan data primer dari hasil wawancara langsung
dengan pedagang pengecer sayuran. Data lain penelitian berupa data sekunder, yaitu data dari
instansi terkait, internet dan berbagai pustaka.
4. Variabel Data
Variabel dan satuan ukuran dalam penelitian adalah:
1. Volume penjualan, adalah jumlah atau kuantitas penjualan wortel, dinyatakan dalam
kilogram (kg).
2. Biaya pemasaran, adalah biaya lembaga pemasaran dalam menyampaikan barang dari
produsen sampai konsumen akhir. Biaya pemasaran meliputi biaya transportasi, biaya tenaga
kerja, biaya penyusutan dan biaya retribusi, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
3. Harga di tingkat petani, adalah penerimaan harga petani dari lembaga pemasaran,
dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
4. Harga di tingkat pedagang, adalah harga penjualan wortel di setiap lembaga-lembaga
pemasaran, dinyatakan dalam rupiah per kilogram (Rp/kg).
5. Marjin pemasaran, adalah selisih harga pepaya di tingkat petani dengan harga di tingkat
pedagang, dinyatakan dalam rupiah (Rp).
6. Farmer’s share, adalah persentase bagian harga untuk petani terhadap harga di tingkat
konsumen akhir, dinyatakan dalam persen (%).
7. Keuntungan, adalah total marjin dikurangi jumlah biaya pemasaran, dinyatakan dalam
rupiah (Rp).
Page 9
8. Profit marjin, adalah perbandingan laba bersih masing-masing pedagang dengan nilai
penjualan bersih, dinyatakan dalam persen (%).
5. Analisis Data
a. Analisis Margin Pemasaran
Analisis marjin pemasaran digunakan untuk mengetahui besarnya selisih harga d
tingkat konsumen akhir dengan harga di tingkat produsen dan penyebarannya di
masing-masing pedagang pada jalur distribusinya. Besar kecilnya marjin pemasaran
akan mempengaruhi tinggi rendahnya harga komoditas tersebut. Menurut Azzaino
(1981) Secara sistematis marjin pemasaran dapat dirumuskan sebagai berikut:
MP = Pr − Pf
Keterangan:
MP : marjin pemasaran
Pr : harga di tingkat pedagang pegecer
Pf : harga ditingkat petani
b. Farmer’s Share
Besarnya bagian harga bagi petani dari harga jual pepaya dapat diketahui dengan
menggunakan rumus berikut:
Si=PfPr×100 %
Besarnya bagian biaya untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus (Azzaino,
1981):
Sbi= BiPr−Pf
×100 %
Besarnya bagian keuntungan untuk setiap pedagang dihitung dengan rumus:
SKPi= KiPr−Pf
×100 %
Keterangan:
Si : bagian harga bagi petani
Pr : harga di tingkat petani (farmer)
Pf : harga di tingkat pedagang pengecer (retailer)
SKPi : besarnya bagian keuntungan setiap pedagang ke-i
Sbi : besarnya bagian biaya tetap setiap pedagang ke-i
Ki : keuntungan pada setiap pedagang ke-i
Bi : biaya pada setiap pedagang ke-i
Page 10
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Keadaan Pemasaran Wortel di Lembang
Pemasaran wortel di Lembang berdasarkan informasi yang kami dapatkan dari
wawancara pedagang pasar, dilakukan oleh dua macam lembaga pemasaran, yaitu
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Seluruh petani menjual wortelnya
ke pedagang pengumpul atau pedagang pengecer dengan sistem borongan per
lahan tanam. Beberapa petani dan pedagang pengumpul telah menjadi mitra usaha,
terutama dalam hal kegiatan pemasaran wortel. Kegiatan pemasaran melibatkan
sejumlah aktivitas dari fungsi-fungsi pemasaran yaitu fungsi pertukaran, fungsi
fisik, pelancar atau penunjang. Saluran pemasaran wortel di Lembang ada dua
macam, yaitu:
1. Saluran I : petani - pedagang pengecer - konsumen
2. Saluran II : petani - pedagang pengumpul - pedagang pengecer – Konsumen
Akan tetapi, pedagang pengecer di pasar Lembang tidak membeli langsung barang
dagangannya ke lahan petani, tetapi sudah bermitra langganan dengan pedagang
pemasok yang ada di pasar Lembang. Jadi yang akan kita Analisis hanya Saluran
II saja.
Petani dalam menjual hasil panennya menggunakan sistem borongan per lahan
tanam. Mereka tidak bisa menjual dengan cara penyortiran terlebih dahulu, karena
bila dilakukan penyortiran yang akan laku terjual hanya yang kualitasnya bagus
saja sedangkan yg kualitasnya agak rendah tidak ada yang mau membeli. Peran
pasca panen ditangani oleh para pedagang pengumpul setelah membeli
seborongan hasil panen per-luas lahan. Harga jual wortel dari petani ke pedagang
pengumpul adalah Rp 2.500,-/kg, sedangkan pedagang pengumpul menjual ke
pedagang pengecer dipasar seharga Rp 8.000,-/kg. Di tingkat pedagang pengecer,
harga jual wortel mencapai Rp 10.000,-/kg.
2. Margin Pemasaran Wortel di Lembang
Pembahasan dalam analisis marjin pemasaran mencakup dua komponen
utama, yaitu harga jual dan harga beli lembaga pemasaran. Marjin pemasaran
dapat digunakan untuk mengetahui distribusi marjin pemasaran serta untuk
Page 11
mengetahui bagian harga untuk petani (farmer’s share). Besarnya marjin
pemasaran dipengaruhi besarnya bagian biaya dan keuntungan lembaga
pemasaran.
Berikut ini adalah tabel perhitungan marjin pemasaran di saluran II :
Besar Margin
Saluran II
Rp/kg
Pengumpul 5.500
Pengecer 2.000
Total 7.500
Menurut Sudiyono (2001), semakin kecil nilai marjin pemasaran akan
mengindikasikan tingkat efisiensi saluran pemasaran semakin tinggi dan
sebaliknya, semakin besar nilai marjin pemasaran akan mengindikasikan tingkat
efisiensi saluran pemasaran semakin rendah. Semakin kecil dan dekat selisih
harga antara harga di produsen dengan yang diterima konsumen, maka semakin
tinggi efisiensi pemasarannya.
3. Biaya Pemasaran Tiap Pelaku Pasar
Biaya-biaya yang dikeluarkan oleh para pelaku pasar :
a. Pedagang pengumpul :
1. Biaya Angkut mobil : Rp 300,-/Kg
2. Biaya tenaga kuli : Rp 2.000,-/karung (sekali angkut jalan)
b. Pedagang pengecer :
1. Biaya angkut mobil : Rp 300,-/Kg
2. Biaya kuli pasar : Rp 2.000,-/karung (sekali jalan)\
3. Biaya retribusi, listrik, kebersihan lapak pasar : Rp 7.000,-/hari
4. Biaya sewa lapak : Rp 3.000.000,-/tahun
4. Farmer’s Share
Total marjin akan berpengaruh terhadap harga di tingkat petani dan bagian
harga untuk konsumen. Semakin tinggi marjin pemasaran maka semakin rendah
bagian harga untuk petani (farmer’s share). Farmer’s share dapat diketahui dengan
Page 12
membandingkan harga di tingkat petani dengan harga di tingkat pedagang
pengecer.
Perhitungan Farmer’s Share :
Saluran II :
Pf=2.500
Pr=10.000
FS= 2.50010.000
×100 %
FS=25 %
Menurut Hanafiah dan Saefudin (1986), Besarnya farmer’s share berbanding
terbalik dengan marjin pemasaran. Semakin kecil marjin pemasaran maka farmer’s
share-nya semakin tinggi. Menurut Mubyarto (1985), pemasaran dikatakan efisien,
apabila dapat memberikan balas jasa secara seimbang kepada semua pihak,
termasuk petani, pedagang perantara dan konsumen.
Page 13
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Efisiensi sebuah sistem atau rantai pemasaran dapat ditinjau dari besar
kecilnya margin pemasaran dan farmer’s share. Besar kecilnya margin pemasaran
ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diambil oleh setiap para
pelaku pasar dalam kegiatan pemasaran. Semakin kecil margin pemasarannya maka
semakin besar persentasi farmer’s share nya. Oleh karena itu, semakin pendek sebuah
rantai pemasaran maka akan semakin efisien. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya
pelaku pasar yang berkecimpung dalam sebuah rantai pemasaran. Semakin banyak
pelaku pasar yang berkecimpung dalam sebuah rantai pemasaran, maka harga yang
diterima konsumen akhir akibat biaya yang dikeluarkan dan besarnya keuntungan
yang diambil beberapa pihak para pelaku pasar akan semakin tinggi.
Page 14
DAFTAR PUSTAKA
Sobirin, Tajus. 2009. EFISIENSI PEMASARAN PEPAYA (Carica papaya L.) DI
KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS. Skripsi. Fakultas Pertanian,
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Page 15