22
Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam…… Lis Nurrani 1 PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT OBAT OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR CAGAR ALAM TANGALE (Traditional Use of Natural Plants Efficacious Medicine by Local Community Around Tangale Nature Reserve) Lis Nurrani Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Tugu Adipura Kel. Kima Atas Kec. Mapanget Kota Manado Telp/Fax : (0431) 869181 Email : [email protected] ABSTRACT Utilization of medicinal plants is one of expertise has been rarely found even in some places only to be a wisdom by the local community. Utilization of medical plants by community around the Tangale Nature Reserve be the existance vitalization a conservation area for human life. Research showed that there are 30 plant species used by the community, 24 species as medical plants, two species non timber forest products and four species of germplasm to source other uses. Habitus plants species are generally a herbaceous, trees, lianas fraction and tubers. Keywords : traditional use, medicinal plants, tangale nature reserves ABSTRAK Pemanfaatan tumbuhan alam berkhasiat obat merupakan salah satu keahlian yang telah langka dijumpai bahkan pada beberapa tempat hanya menjadi sebuah kearifan oleh masyarakat setempat. Penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Tangale menjadi eksistensi vitalisasi sebuah kawasan konservasi bagi kehidupan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teridentifikasi sebanyak 30 jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat, 24 jenis sebagai tumbuhan obat, dua jenis hasil hutan bukan kayu dan empat jenis plasma nutfah untuk sumber kegunaan lain. Jenis-jenis tumbuhan tersebut umumnya merupakan habitus herba, pohon, sebagian kecil liana dan umbi-umbian. Kata kunci : pemanfaatan tradisional, tumbuhan obat, Cagar Alam Tangale. I. PENDAHULUAN Tumbuhan alam berkhasiat obat telah lama dikenal oleh masyarakat Indonesia bahkan sejak ratusan tahun yang lalu. Pada masa lalu, ahli ilmu pengobatan yang dikenal dengan istilah tabib membuat ramuan obat yang

PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

  • Upload
    lenhan

  • View
    261

  • Download
    8

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

1

PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT OBAT OLEH MASYARAKAT DI SEKITAR CAGAR ALAM TANGALE

(Traditional Use of Natural Plants Efficacious Medicine by Local Community Around Tangale Nature Reserve)

Lis Nurrani

Balai Penelitian Kehutanan Manado Jl. Raya Tugu Adipura Kel. Kima Atas Kec. Mapanget Kota Manado

Telp/Fax : (0431) 869181 Email : [email protected]

ABSTRACT

Utilization of medicinal plants is one of expertise has been rarely found even in

some places only to be a wisdom by the local community. Utilization of medical

plants by community around the Tangale Nature Reserve be the existance

vitalization a conservation area for human life. Research showed that there are 30

plant species used by the community, 24 species as medical plants, two species non

timber forest products and four species of germplasm to source other uses. Habitus

plants species are generally a herbaceous, trees, lianas fraction and tubers.

Keywords : traditional use, medicinal plants, tangale nature reserves

ABSTRAK

Pemanfaatan tumbuhan alam berkhasiat obat merupakan salah satu keahlian yang

telah langka dijumpai bahkan pada beberapa tempat hanya menjadi sebuah

kearifan oleh masyarakat setempat. Penggunaan tumbuhan obat oleh masyarakat

di sekitar kawasan Cagar Alam Tangale menjadi eksistensi vitalisasi sebuah kawasan

konservasi bagi kehidupan manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

teridentifikasi sebanyak 30 jenis tumbuhan yang digunakan oleh masyarakat, 24

jenis sebagai tumbuhan obat, dua jenis hasil hutan bukan kayu dan empat jenis

plasma nutfah untuk sumber kegunaan lain. Jenis-jenis tumbuhan tersebut

umumnya merupakan habitus herba, pohon, sebagian kecil liana dan umbi-umbian.

Kata kunci : pemanfaatan tradisional, tumbuhan obat, Cagar Alam Tangale.

I. PENDAHULUAN

Tumbuhan alam berkhasiat obat telah lama dikenal oleh masyarakat

Indonesia bahkan sejak ratusan tahun yang lalu. Pada masa lalu, ahli ilmu

pengobatan yang dikenal dengan istilah tabib membuat ramuan obat yang

Page 2: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

2

bahan bakunya berasal dari hutan. Diperkirakan hutan Indonesia

menyimpan potensi tumbuhan obat sebanyak 30.000 jenis, di antaranya

940 jenis telah dinyatakan berkhasiat obat, dimana sekitar 78 % masih

diperoleh melalui pengambilan langsung dari hutan (Nugroho, 2010).

Pengobatan tradisional awalnya dikenal dengan ramuan jamu-jamuan,

hingga saat ini jamu masih diyakini sebagai obat mujarab untuk mengobati

berbagai penyakit bahkan telah dikembangkan dalam industri modern.

Pengetahuan mengenai tumbuhan obat memiliki karakteristik berbeda-

beda pada suatu wilayah. Pengetahuan tersebut biasanya merupakan

warisan secara turun-temurun. Hanya sebagian kecil masyarakat yang

mengetahui jenis-jenis tumbuhan obat.

Menurut Krismawati et al. (2003), masyarakat pedesaan khususnya

yang bermukim di sekitar kawasan hutan seringkali menggunakan

tumbuhan alam untuk pengobatan. Pemanfaatan tumbuhan alam sebagai

obat tradisional telah dipraktekkan oleh masyarakat di sekitar Cagar Alam

Tangale sejak dulu hingga saat ini. Kawasan Tangale menjadi habitat dan

sumber bahan baku tumbuhan obat yang digunakan oleh masyarakat.

Mengingat tekanan dan ancaman pada kawasan konservasi dan masih

minimnya informasi ilmiah mengenai potensi tumbuhan obat, maka

diperlukan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan

tumbuhan alam berkhasiat obat oleh masyarakat di sekitar Cagar Alam

Tangale. Informasi tersebut dapat digunakan untuk memperkuat sistem

data base bioekologi dan menjadi acuan bagi pengelolaan kawasan berbasis

kesejahteraan masyarakat dan kelestarian kehidupan.

II. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam Tangale selama 15 hari dari

tanggal 10 s/d 25 September 2008. Berdasarkan letak administrasi, Cagar

Alam Tangale berada di Desa Labanu dan Desa Buhu di Kecamatan Tibawa

Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Secara geografis kawasan ini

terletak pada 122045’-122047’ Bujur Timur dan 0035’– 0036’ Lintang Utara.

Page 3: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

3

B. Bahan dan Alat

Bahan dan alat yang digunakan antara lain : tally sheet, alkohol 70 %,

amplop spesimen, kertas koran, plastik spesimen, tali rafia, plastic

container, meteran roll, kaliper, tape recorder, kamera digital, handycam,

kompas, GPS, luv-meter, thermohigrometer, tiket gantung, peta kawasan

dan alat tulis.

C. Jenis Data

1. Data primer yang dikumpulkan meliputi jenis tumbuhan, bagian yang

dimanfaatkan, cara meramu, khasiat dan kegunaan tumbuhan.

2. Data sekunder terdiri atas potensi hayati Cagar Alam Tangale yang

diperoleh dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara

dan pustaka terkait lainnya.

D. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah kegiatan eksplorasi dengan menggunakan metode

jelajah yaitu pengamatan dilakukan pada sepanjang jalur penjelajahan.

Pemilihan lokasi jalur pengamatan dilakukan secara purposive berdasarkan

informasi petugas dan masyarakat. Wawancara dilakukan pada beberapa

tokoh kunci untuk memperoleh data, sedangkan untuk jenis-jenis yang

belum teridentifikasi dibuat herbarium.

E. Analisis dan Identifikasi Jenis

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya dianalisis secara deskriptif

dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Identifikasi jenis dilakukan

pada laboratorium Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi Bogor serta

menggunakan buku panduan tumbuhan berkhasiat obat dan media

internet.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat

Berdasarkan hasil identifikasi dan wawancara diketahui bahwa

sebanyak 30 jenis tumbuhan yang sering dan rutin dimanfaatkan oleh

masyarakat di sekitar kawasan hutan Tangale. Sebanyak 24 jenis

diantaranya merupakan tumbuhan obat, dua jenis pemanfaatan hasil hutan

Page 4: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

4

bukan kayu dan empat jenis plasma nutfah untuk sumber kegunaan lain.

Jenis-jenis tumbuhan tersebut umumnya merupakan habitus herba, pohon,

sebagian kecil liana dan satu jenis umbi-umbian.

Sifat penggunaannya pun masih tradisional, sehingga pengolahan

ramuan tumbuhan sangat sederhana yaitu dimasak maupun digunakan

langsung. Selain itu teknologi budidayanya belum banyak dikembangkan

karena mudahnya memperoleh bahan baku dari kawasan. Jenis-jenis

tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar Cagar Alam

Tangale tersaji pada Tabel 1.

Page 5: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

5

Tabel (Table) 1. Pemanfaatan tumbuhan hutan sebagai obat oleh masyarakat di sekitar Cagar Alam Tangale (Forest plant utilization as medicine by community around Tangale Nature Reserve)

No. Nama lokal

(Local name) Nama botani

(Botany name) Famili

(Family)

Bagian yang Digunakan (Parts of plant are

used)

Khasiat (efficacy) Cara Meramu

(Way of formulate)

1 Binggilada Sterculia sp. Pohon Daun Obat sakit gigi dan pinggang

- Daun ditumbuk sampai halus, dan oleskan pada gigi sakit.

- Daun digosokkan pada bagian pinggang yang sakit.

2 Rumput macan

Lantana camara Herba Daun - Daun untuk luka, batuk, gatal, pembengkakan, sakit perut, dan masalah pencernaan,

- Akarnya untuk rematik, demam, keputihan dan bisul

- Bunga untuk batuk berdarah

- Daun ditumbuh kemudian dioleskan pada bagian tubuh yang luka atau memar

- Daun dimasak dengan air secukupnya kemudian airnya diminumkan pada penderita batuk.

- Bunganya - Akarnya dimasak dengan air

secukupnya kemudian diminum

3 Mengkudu utang

Morinda bracteata

Perdu Kulit batang Obat berak darah Kulit batang dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih, dinginkan kemudian diminum

4 Molondiopo Bridelia monoica Herba Daun Obat gatal-gatal Daun ditumbuk hingga halus dan dioleskan pada kulit yang gatal-gatal.

Page 6: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

6

No. Nama lokal

(Local name) Nama botani

(Botany name) Famili

(Family)

Bagian yang Digunakan (Parts of plant are

used)

Khasiat (efficacy) Cara Meramu

(Way of formulate)

5 Akar kuning Archaugelisia flava

Liana Batang Obat hidung tersumbat kronis

Batang dikeringkan kemudian dibakar dan diisap seperti rokok

6 Kumis kucing Orthosipon aristatus

Herba Daun Infeksi saluran kencing dan darah tinggi (hipertensi)

Daun dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih, dinginkan kemudian diminum

7 Uba makatana

Achyranthes aspera

Herba Daun dan akar

Obat reumatik, diare dan luka

Daun dan akarnya direbus dan diminum bagi penderita reumatik dan diare. Untuk luka, daun ditumbuk kemudian dioleskan pada luka.

8 Tarutuk Solanum turvum Herba Buah dan daun

Menghilangkan bau badan

Buah dimakan dan daun digosokkan pada badan ketika mandi terutama bagian ketiak.

9 Kopasanda Eupathorium odoratum

Herba Daun Obat luka Ditumbuk kemudian air dan ampasnya dioleskan pada luka

10 Kunambel Coleus amboinicus

Herba Batang dan daun

Bahan baku obat Sebagai bahan baku untuk pembuatan obat

11 Bambeletan Senna alata Perdu Daun Obat kulit Daun ditumbuk kemudian digosok pada bagian kulit yang terserang penyakit panu.

12 Kuku kuda Centella asiatica Herba Daun - Hipertensi (darah tinggi)

- Pemulihan bagi ibu seusai melahirkan

Dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih, dinginkan kemudian diminum

Page 7: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

7

No. Nama lokal

(Local name) Nama botani

(Botany name) Famili

(Family)

Bagian yang Digunakan (Parts of plant are

used)

Khasiat (efficacy) Cara Meramu

(Way of formulate)

13 Luhu Crotalaria retusan

Herba Daun Menghilangakan bau badan

Digosok pada badan ketika mandi terutama bagian ketiak.

14 Tapal kuda Phyllanthus niruri

Herba Seluruh bagian tumbuhan

- Hipertensi (darah tinggi)

- Pemulihan bagi ibu seusai melahirkan

Tumbuhan direbus dengan air secukupnya hingga mendidih, dinginkan kemudian diminum

15 Linggua Pterocarpus indicus

Pohon Kulit, daun dan getah

- Kulit untuk pengobatan batu ginjal dan sariawan

- Daun muda untuk kencindg manis dan bisul

- Getahnya untuk luka dan sariawan

- Kulit dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih, dinginkan kemudian diminum

- Getahnya langsung dioleskan pada bagian tubuh yang luka dan mulut yang sariawan

16 Molotingo kalopa

Cissus sp. Herba Batang dan daun

Bengkak/Infeksi perut

Dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih, dinginkan kemudian diminum

17 Dumilalota Ruellia Herba Daun Bahan baku obat Sebagai bahan baku untuk ramuan

Page 8: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

8

No. Nama lokal

(Local name) Nama botani

(Botany name) Famili

(Family)

Bagian yang Digunakan (Parts of plant are

used)

Khasiat (efficacy) Cara Meramu

(Way of formulate)

tuberosa pembuatan obat

18 Uba makatana

Stachytarpheta indica

Herba Daun Bahan baku obat Sebagai bahan baku untuk ramuan pembuatan obat

19 Fanili utang Vanilla sp. Herba Batang dan daun

Bahan baku obat Sebagai bahan baku untuk pembuatan obat

20 Singsingluat Pipturus sp. Perdu Batang Obat patah tulang Ditumbuk kemudian air dan ampasnya dioleskan pada tulang yang patah

21 Rumpu utang

Begonia sp. Herba Batang Obat sariawan Batang dikunyah

22 Rumpu utang

Begonia sp. Herba Batang Obat sariawan Batang dikunyah

23 Dolinggahe Rubus moloccanus

Herba Daun, batang dan akar

- Batang dan akar untuk obat tumor

- Daun untuk obat batuk kronis

Dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih, dinginkan kemudian diminum

Sumber (Source) : Wawancara dan identifikasi lapangan (interview and identification field)

Page 9: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

9

B. Kondisi Umum Cagar Alam Tangale

Hutan Tangale merupakan kawasan konservasi di Provinsi Gorontalo

dengan luas wilayah 112,5 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri

Kehutanan Nomor. 431/Kpts/VII-4/1992 hutan ini ditetapkan sebagai

kawasan suaka alam dengan status cagar alam. Dasar penetapan Cagar

Alam Tangale adalah perlindungan terhadap Macaca hecki yang merupakan

primata endemik Sulawesi. Sebagai zona perlindungan, kawasan ini juga

berfungsi sebagai sistem penyangga kehidupan dan merupakan catchment

area DAS Limboto.

Kawasan ini dipisahkan oleh jalan trans Sulawesi yang menghubungkan

Provinsi Gorontalo dan Provinsi Sulawesi Utara. Bentang alam Cagar Alam

Tangale umumnya bergelombang, berbukit dan hanya sebagian kecil

tofografi landai dengan ketinggian tempat 100-350 m dpl. Berdasarkan

klasifikasi Schmidt dan Ferguson, kawasan Cagar Alam Tangale termasuk

kategori iklim C (agak basah) dengan Q ratio berkisar antara 33,3 % hingga

60,0 % (Tabba, 2008).

Jenis tanah dominan pada Cagar Alam Tangale adalah podzolik dan

aluvial, sedangkan formasi geologi berasal dari batuan gunung api bilungala

dan diorit bone. Struktur geologi utama Kecamatan Tibawa adalah sesar

normal dan sesar lurus mendatar, dimana sesar tersebut memotong batuan

yang berumur tua (formasi tinombo) hingga batuan yang berumur muda

(batu gamping klasik). Sesar Gorontalo disinyalir merupakan sesar yang

masih aktif, indikasinya adalah ditemukannya mata air panas yang berada di

Desa Pentadio dan Desa Lambongo (Ekowati et al, 2003). Khusus wilayah

Cagar Alam Tangale jenis batuan didominasi oleh batuan gunung api

bilungala dan hanya sebagian kecil dari formasi diorit bone (Tabba, 2008).

Cagar Alam Tangale merupakan tipe habitat hutan dataran rendah

dimana keanekaragaman jenis flora yang dapat dijumpai adalah pohon,

liana, bambu, anggrek, palem, rotan, paku-pakuan, jamur dan lumut.

Vegetasi pohon antara lain beringin (Ficus benyamina), dao (Dracontomelon

dao), nyatoh (Palaqium sp.) dan pangi (Pangium edule). Berbagai jenis

Page 10: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

10

palem dan rotan juga tumbuh pada kawasan ini, diantaranya palem serdang

(Livistonia rotundifolia), palem sirip ikan (Caryota rumphiana) dan aren

(Arenga pinata). Beberapa jenis rotan seperti rotan batang (Daemonorops

robustus), rotan tikus, rotan ayam, rotan buku tinggi (keterangan

masyarakat setempat) serta jenis liana seperti Scindapsis pictus dan bambu

(Shizoztachyum sp.) merupakan potensi melimpah pada kawasan tangale

(Arini dan Tabba, 2010).

Fauna endemik yang hidup dibalik belantara hutan tangale diantaranya

jenis avifauna dan primata yaitu rangkong sulawesi (Rhyticeros cassidix),

monyet gorontalo (Macaca hecki) atau dige dan kuskus kerdil (Strigocuscus

celebensis) dari marga marsupialia. Mamalia endemik sulawesi lainnya

adalah anoa (Bubalus deprescornis), dilaporkan pernah ada namun saat ini

sudah sulit bahkan tidak dapat dijumpai lagi pada kawasan tangale (BKSDA

Sulut, 1999).

Kelompok avifauna yang dapat dijumpai adalah rangkong sulawesi

(Rhyticeros cassidix), serindit sulawesi (Loriculus stigmatus), srigunting

jambul rambut (Dicrurus hottentottus), kepudang kuduk hitam (Oriolus

chinensis), kekep babi (Artamus leucorhynchus), cekakak sungai (Halcyon

cloris), elang bondol (Haliastur indus), gagak hutan (Corvus enca), berbagai

jenis burung bondol, burung kacamata dan burung madu (Kinho et al,

2008). Selain itu juga dijumpai burung endemik kadalan sulawesi

(Phaenicophaeus calyorhynchus) yang diketahui bersimbiosis dan

merupakan indikator keberadaan dige dalam hutan.

Bagi masyarakat sekitar kawasan, Hutan Tangale membawa arti

penting bagi ketersediaan sumber obat-obatan tradisional, sumber bahan

pangan dan sumber air.

C. Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan obat

Masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Tangale telah mengenal

tumbuhan alam berkhasiat obat sejak lama dan hingga kini kebiasaan itu

masih terus dilakukan. Hutan Tangale telah menjadi bagian dari kehidupan

masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan karena menjadi sumber

plasma nutfah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Umumnya

Page 11: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

11

masyarakat menggunakan plasma nutfah tersebut untuk kebutuhan hidup

antara lain sebagai bahan bangunan, sumber alternatif pangan dan

tumbuhan obat.

Khasiat tumbuhan obat dalam menyembuhkan penyakit sangat

bervariasi dari yang hanya sekedar untuk menghilangkan bau badan, gatal-

gatal, luka memar, hipertensi, batuk dan berak darah hingga infeksi perut

dan tumor. Umumnya tumbuhan obat digunakan oleh masyarakat untuk

menyembuhkan satu jenis penyakit, namun beberapa jenis dapat

digunakan untuk pengobatan lebih dari satu jenis penyakit. Jenis-jenis

tersebut antara lain rumput macan (Lantana camara), linggua (Pterocarpus

indicus), tapal kuda (Phyllanthus niruri), kuku kuda (Centella asiatica) dan

dolinggahe (Rubus moloccanus).

Rumput macan merupakan tumbuhan jenis herba yang memiliki

habitat cukup luas, tumbuhan ini dapat ditemukan pada dataran rendah

sampai dataran tinggi khususnya di hutan dan wilayah pedesaan.

Masyarakat tangale menggunakan rumput macan sebagai obat tradisional

untuk luka, batuk, gatal, pembengkakan, sakit perut, masalah pencernaan,

rematik, demam, keputihan, bisul dan batuk berdarah. Pengobatan untuk

luka cukup dengan menggunakan daun yang ditumbuh kemudian dioleskan

pada bagian tubuh yang luka dan memar. Sedangkan untuk penyakit dalam,

menggunakan ramuan daun, bunga dan akar yang dimasak dengan air

secukupnya kemudian diminumkan pada penderita.

Tumbuhan alam lain yang digunakan sebagai obat tradisional untuk

pengobatan penyakit kronis oleh masyarakat adalah dolinggahe. Batang

dan akar dolinggahe digunakan untuk pengobatan segala macam penyakit

tumor, adapun daunnya untuk obat batuk kronis. Cara meramunya cukup

dimasak dengan air secukupnya hingga mendidih, disarankan untuk

meminum ramuan selagi masih hangat.

Linggua merupakan jenis pohon dari family Fabaceae yang digunakan

masyarakat Tangale untuk pengobatan batu ginjal dan daun mudanya

untuk anti diabetes (kencing manis). Selain itu getahnya diperuntukkan

untuk pengobatan luka ringan dan sariawan mulut. Cara meramunya yaitu

Page 12: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

12

kulit kayu dan daun muda dimasak dengan air secukupnya sampai

mendidih, sebaiknya diminum pada saat ramuan masih hangat. Sedangkan

untuk luka dan sariawan menggunakan getahnya yang langsung dioleskan

pada bagian tubuh ataupun mulut yang luka.

Gambar (figure) 1. Tumbuhan obat multiguna (multipurpose medical plants)

Fabaceae merupakan famili dengan spesies tumbuhan obat paling

banyak yaitu sebanyak 110 jenis dari 203 famili yang terklasifikasi sebagai

Linggua (Pterocarpus indicus)

Dolinggahe (Rubus moloccanus) Rumput macan (Lanta camara)

Page 13: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

13

tumbuhan berpotensi obat dan daun merupakan bagian tumbuhan yang

paling banyak digunakan sebagai obat yaitu sekitar 33,50% atau sebanyak

749 spesies (Zuhud dan Hikmat, 2009).

Selain itu terdapat beberapa jenis tumbuhan yang diperuntukan

sebagai obat gangguan percernaan dan infeksi di sekitar saluran

pembuangan. Mengkudu hutan (Morinda bracteata) adalah jenis tumbuhan

yang memiliki khasiat untuk pengobatan bagi masyarakat yang menderita

berak darah. Untuk Infeksi saluran kencing dan darah tinggi (hipertensi)

masyarakat menggunakan daun kumis kucing (Orthosipon aristatus). Kulit

batang mengkudu hutan dan daun kumis kucing diolah dengan cara

sederhana, sama sebagaimana telah dijelaskan pada jenis-jenis tumbuhan

obat lainnya di atas.

Gambar (figure) 2. Tumbuhan untuk pengobatan hipertensi dan infeksi percernaan (Plant for treatment hypertension and infection digestive).

Selain obat penyakit dalam dan kronis juga terdapat jenis-jenis

tumbuhan yang biasanya digunakan untuk pengobatan patah tulang,

penyakit reumatik, diare, serampah dan panas dalam. Pada beberapa jenis

tumbuhan bahkan hanya diperuntukkan sebagai bahan baku pembuatan

ramuan obat saja. Secara detail pemanfaatan tumbuhan hutan berkhasiat

obat oleh masyarakat di sekitar Cagar Alam Tangale berdasarkan jenis,

istilah lokal dan khasiatnya disajikan pada Tabel 1.

Mengkudu hutan (Morinda bracteata)

Kumis kucing (Orthosipon aristatus)

Page 14: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

14

Gambar (figure) 3. Tumbuhan alam berkhasiat obat pada Cagar Alam Tangale (natural plant medical in Tangale nature reserve).

Uba makatana (Achyranthes aspera) Molondiopo (Bridelia monoica)

Mollotingo kalopa (Cissus sp.) Binggilada (Sterculia sp.)

Dulinggahe (Fragaria sp.) Singsingluat (Pipturus sp.)

Page 15: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

15

Jenis-jenis begonia merupakan kategori tumbuhan multifungsi, selain

sebagai obat juga menjadi tanaman hias yang banyak diminati oleh

masyarakat. Pada kawasan hutan Tangale teridentifikasi dua jenis begonia

yang dipergunakan sebagai obat sariawan, bagi penderita sariawan cukup

dengan mengambil dan mengunyah batang begonia untuk menyembuhkan

penyakit tersebut. Perbedaan mendasar kedua jenis tersebut berada pada

bentuk daunnya yaitu ginjal dan jantung serta terdapat bulu halus pada

permukaan daun dan tepian daun. Secara umum begonia pada kawasan

hutan tangale tumbuh berkelompok di bawah naungan dengan

pencahayaan cukup dan hidup dekat sungai sebagai sumber air.

Gambar (figure) 4. Jenis-jenis Begonia Cagar Alam Tangale (Begonia species in Tangale Nature Reserve)

Indonesia mempunyai banyak jenis begonia alam yang masih

tersimpan di lantai hutan terutama pada daerah pegunungan sehingga tak

mengherankan jika tumbuhan ini belum banyak dikenal. Menurut Kiew

(2005), keanekaragaman jenis begonia alam dunia diperkirakan lebih dari

1.600 jenis yang tersebar dikawasan tropis dan sub tropis. Hutan Indonesia

diperkirakan menyimpan lebih dari 200 jenis begonia yang tersebar di

wilayah Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua dengan

jumlah yang paling banyak terdapat di Papua sebanyak 70 jenis.

Daun merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan

sebagai obat (79,17%) oleh masyarakat tangale, daun juga memberi khasiat

penyembuhan pada beberapa jenis penyakit. Menurut Zuhud dan Hikmat

(2009), daun adalah bagian tumbuhan yang paling banyak digunakan

Page 16: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

16

sebagai obat dengan kuantitas sebanyak 749 jenis (33,50%) dari total

tumbuhan obat hutan tropika Indonesia.

D. Plasma Nutfah sebagai Sumber Kegunaan Lain

Berdasarkan hasil penelitian LIPI, pada kawasan Cagar Alam Tangale

ditemukan sebanyak 33 jenis tumbuhan sebagai alternatif bahan pangan

(Sunarti et al, 2007). Salah satu diantaranya adalah Dioscorea hispida yang

dikenal dengan nama lokal bitule. Jenis ini merupakan umbi-umbian yang

oleh masyarakat setempat digunakan sebagai bahan makanan pengganti

karbohidrat nasi. Umbi bitule tidak dapat dikonsumsi langsung namun

membutuhkan proses yang cukup lama untuk bisa digunakan menjadi

bahan pangan.

Masyarakat tangale memiliki kearifan lokal dalam proses pembersihan

bitule sebelum dapat dikonsumsi, masyarakat menyakini bahwa racun dan

rasa gatal umbi hanya dapat dihilangkan dengan menggunakan aliran air

Sungai Alo. Umbi bitule sangat beracun karena mengandung alkaloid yang

dapat menimbulkan pusing-pusing dan rasa mual. Namun pada daerah

kering seperti Nusa Tenggara dan Maluku umbi ini digunakan sebagai bahan

pangan utama pengganti jagung dan sagu ketika terjadi masa-masa krisis

pangan (Setyowati dan Wardah, 1999).

Daun nasi (Phrynium pubinerve) merupakan tumbuhan herba yang

banyak ditemukan tumbuh pada kawasan hutan tangale. Ciri morfologi

yang mudah dikenali dari tumbuhan ini adalah hidup berumpun, memiliki

batang yang sangat keras, dan tinggi rumpun antara 2-5 m. Daun nasi

umumnya digunakan oleh masyarakat untuk membungkus nasi pada acara

hajatan agama dan budaya. Daun nasi juga digunakan oleh masyarakat

untuk membungkus bekal makan siang ketika di kebun karena sebagian

besar masyarakat merupakan petani.

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Phrynium pubinerve

digunakan sebagai pembungkus nasi karena memiliki kelebihan antara lain

nasi akan tahan lama, tidak mudah basi dan memberi aroma wangi pada

nasi. Nasi yang dimasak dengan daun bungkus cenderung lembut, padat

dan enak untuk di konsumsi. Selain sebagai pembungkus nasi, batang daun

Page 17: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

17

nasi juga digunakan oleh masyarakat untuk bahan baku pembuatan sisir

kutu.

Beberapa jenis tumbuhan juga dimanfaatkan oleh masyarakat sebagai

bahan baku alam untuk kebersihan dan kecantikan. Tumbuhan talang ilala

digunakan oleh masyarakat sebagai bedak dingin, nenek moyang

masyarakat tangale menggunakan bedak dari jenis ini dari sejak dahulu

kala. Proses pembuatan bedak cukup sederhana yaitu kulit kayu ditumbuk

dengan air cucian beras hingga halus. Selain itu terdapat juga jenis-jenis

tertentu yang digunakan sebagai sabun tradisional untuk membersihkan

dan menghilangkan bau badan. Penggunaan sumber plasma nutfah oleh

masyarakat di sekitar Cagar Alam Tangale dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel (Table) 2. Penggunaan plasma nutfah oleh masyarakat di sekitar Cagar Alam Tangale (Use germplasm by society around Tangele Nature Reserve)

No

Nama Lokal (local name)

Nama Ilmiah

(botany name)

Bagian yang

Digunakan (Parts of plant are

used)

Kegunaan (efficacy)

Cara Pengolahan

(Way of formulate)

1 Daun nasi Phrynium pubinerve

Batang dan daun,

- Daun untuk membungkus nasi.

- Batang dimanfaatkan untuk sisir kutu

Daun digunakan untuk membungkus nasi, keunggulan dari daun ini adalah nasi akan tahan lama, tidak mudah basi dan memberi aroma wangi pada nasi.

2 Bitule Dioscorea hispida

Umbi Bahan makanan alternatif pengganti nasi

Umbi dipotong tipis-tipis, dijemur dan dicuci air sungai ± 2 kali untuk menghilangkan getahnya kemudian

Page 18: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

18

No

Nama Lokal (local name)

Nama Ilmiah

(botany name)

Bagian yang

Digunakan (Parts of plant are

used)

Kegunaan (efficacy)

Cara Pengolahan

(Way of formulate)

digoreng atau direbus.

3 Talang Ilala

- Kulit Untuk bedak Tumbuk kulit campur dengan air beras secukupnya kemudian oleskan pada wajah.

4 Uba makatana

- Daun Membersihkan badan dan bedak tradisional

Digosokkan pada badan ketika mandi dan daun ditumbuk hingga halus lalu dioleskan ke bagian wajah.

Sumber (source) : Wawancara dan identifikasi lapangan (interview and identification field)

Palem serdang (Livistona rotundifolia) atau dalam bahasa lokal disebut

woka merupakan jenis palem dengan tajuk berbentuk bundar dan daun

mudanya banyak digunakan oleh masyarakat sebagai pembungkus nasi.

Selain sebagai pembungkus nasi kuning, daun woka muda juga

dimanfaatkan sebagai bahan pembukus kue dodol khas Sulawesi Utara.

Woka banyak digunakan sebagai pembungkus karena permukaannya licin,

mulus dan anti lengket. Umumnya woka digunakan sebagai pembungkus

makanan tradisional, wadah tradisional, pembungkus hasil kebun dan

buruan, atap dan dinding rumah, tanaman hias serta untuk penguburan

tradisional suku minahasa kuno (Tabba dan Nurrani, 2012). Pemanfaatan

hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat di sekitar Cagar Alam Tangale

tersaji pada Tabel 3.

Page 19: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

19

Daun woka dewasa seringkali digunakan sebagai media pengganti

payung ketika musim penghujan, karena ukuran daunnya yang lebar dan

resisten terhadap air. Pada daerah pedesaan masih dapat ditemukan

rumah-rumah yang menggunakan daun woka baik sebagai atap ataupun

untuk dinding. Maka tidaklah mengherankan jika pada ladang atau kebun-

kebun masyarakat banyak ditemukan gubuk kerja (daseng) yang sebagian

besar bahan bakunya berasal dari daun woka. Uniknya daun woka oleh

masyarakat Gorontalo digunakan sebagai pembungkus ari-ari bayi

(dodome) sebelum dikuburkan. Entah apa makna dari kebiasaan tersebut

namun yang pasti tradisi ini telah diyakini merupakan warisan leluhur dan

telah dipraktekkan dari sejak puluhan bahkan ratusan tahun yang lalu.

Tabel (Table) 3. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat tangale (Utilization forest product non timber by tangale community)

No

Nama Lokal (local name)

Nama Ilmiah (botany name)

Bagian yang Digunakan

(Parts of plant are used)

Kegunaan (Way of formulate)

1 Woka Livistonia rotundifolia

Daun Daun muda digunakan untuk membungkus nasi, keunggulan dari daun ini adalah nasi akan tahan lama, tidak mudah basi dan memberi aroma wangi pada nasi. Umumnya woka digunakan untuk membungkus jajanan nasi kuning di Sulawesi Utara.

2 Bulu Shizoztachyum sp.

Batang bambu

Bahan baku pembuatan anyaman dinding rumah maupun digunakan dalam acara budaya seperti pernikahan.

Sumber (source) : Wawancara dan Identifikasi Lapangan (interview and identification field)

Bambu (Shizoztachyum sp.) atau yang dikenal dengan istilah bulu oleh

masyarakat, merupakan salah satu potensi hasil hutan melimpah di

kawasan ini. Bulu digunakan sebagai bahan baku pembuatan anyaman

dinding rumah maupun untuk kepentingan hajatan budaya seperti

Page 20: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

20

pernikahan. Namun kegiatan ini perlu mendapatkan pengawasan agar

penggunaan bulu tidak mengarah pada eksploitasi dengan tujuan

konsumtif. Mengingat hutan tangale merupakan kawasan konservasi yang

seyogyanya hanya dapat digunakan untuk kegiatan pendidikan, pelatihan,

penelitian, pengembangan, dan kegiatan yang menunjang budidaya.

Gambar (figure) 5. Sumber plasma nutfah yang dimanfaatkan oleh masyarakat tangale (Source germplasm exploited by tangale community)

IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Masyarakat yang bermukim disekitar Cagar Alam Tangale

memanfaatkan tumbuhan alam sebanyak 30 jenis untuk kebutuhan hidup,

24 jenis diantaranya digunakan sebagai tumbuhan obat, dua jenis

pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan empat jenis merupakan plasma

nutfah sebagai sumber kegunaan lain. Pengolahan ramuan obat masih

bersifat sederhana dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk

menyembuhkan berbagai jenis penyakit, dimana daun merupakan bagian

tumbuhan yang paling banyak digunakan. Daun nasi, bulu dan woka

merupakan sumber plasma nutfah lain yang dimanfaatkan oleh masyarakat

untuk kepentingan adat dan budaya. Kearifan tradisional ini merupakan

menifestasi dari eksistensi dan vitalisasi sebuah kawasan konservasi bagi

kelangsungan hidup manusia.

Bitule (Dioscorea hispida)

Page 21: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam……

Lis Nurrani

21

B. Saran

Pemanfaatan tumbuhan alam sebagai obat tradisional merupakan

kearifan lokal masyarakat Tangale yang harus dipertahankan, sebab

pengetahuan mengenai jenis-jenis tumbuhan berkhasiat obat sudah

semakin langka ditemukan. Kegiatan ini perlu senantiasa mendapatkan

pengawasan agar penggunaannya tidak mengarah pada eksploitasi dengan

tujuan konsumtif. Mengingat hutan tangale merupakan kawasan

konservasi, sehingga budidaya terhadap jenis-jenis tumbuhan obat penting

dikembangkan agar tidak mengganggu proses alamiah ekosistem asli

kawasan dan memudahkan keperluan penelitian.

DAFTAR PUSTAKA

Arini, D.I.D dan S. Tabba. 2010. Potret Cagar Alam Tangale “Yang Kecil dan

Terlupakan”. Majalah Silvika 64:58-61. Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Kehutanan. Bogor.

Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara. 1999. Informasi Kawasan

Konservasi di Propinsi Sulawesi Utara. Direktorat Jenderal Pelestarian

Hutan dan Konservasi Alam. Departemen Kehutanan dan Perkebunan.

Manado.

Departemen Kehutanan. 2008. Rencana Pengelolaan Jangka Panjang Cagar Alam

Tangale. Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sulawesi Utara. Manado

Departemen Kehutanan. 1999. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : Nomor.

431/Kpts/VII-4/1992 tanggal 5 Mei 1992. Tentang Penetapan Kawasan

Cagar Alam Tangale di Propinsi Sulawesi Utara. Jakarta.

Ekowati, E., A.G. Salim., C. Yudilastiantoro dan A. K. Tayeb. 2003. Karakteristik

Biofisik, Sosial Konomi, Budaya Dan Kelembagaan Das Limboto di

Provinsi Gorontalo. Laporan Hasil Penelitian (Tidak Dipublikasi). Balai

Litbang Teknologi Pengelolaan DAS Indonesia Bagian Timur. Makassar.

Kiew, R. 2005. Begonias Of Peninsular Malaysia. Natural History Publications

(Borneo). Wismah Merdeka. Kota Kinabalu Sabah. Malaysia

Krismawati, A. dan M.Sabran, 2004. Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tanaman

Obat Spesifik Kalimantan Tengah. Buletin Plasma Nutfah 12 (1).

Palangkaraya.

Page 22: PEMANFAATAN TRADISIONAL TUMBUHAN ALAM BERKHASIAT

Info BPK Manado Volume 3 No 1, Juni 2013

22

Kusumo, S., M. Hasanah, S. Moeljopawiro, M. Thohari, Subandriyo, A. Hardjamulia,

A. Nurhadi dan H. Kasim. 2002. Pedoman Pembentukan Komisi Daerah

dan Pengelolaan Plasma Nutfah. Komisi Nasional Plasma Nutfah. Badan

Litbang Pertanian Departemen Pertanian. Bogor.

Nogroho, I.A. 2010. Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat Indonesia. Apforgen News

Letter Edisi 2 Tahun 2010. http:/// www. forplan.or.id. Diakses tanggal 1

Juni 2012.

Rugayah, S. Sunarti dan T. Djarwaningsih. 200. Keanekaragaman Tumbuhan dan

Potensinya di Cagar Alam Tangale Gorontalo. Jurnal Teknik Lingkungan

10 (2). Jakarta

Setyowati, F.M dan Wardah. 1999. Pemanfaatan berbagai jenis tumbuhaan pada

Beberapa Etnis di Sekitar Kawasan TN Bogani Nani Wartabone dan

Cagar Alam Gunung Ambang. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian

Bidang Ilmu Hayati. Bogor.

Sunarti, S., Rugayah dan T. Djarwaningsih. 2007. Tumbuhan berpotensi bahan

pangan di daerah Cagar Alam Tangale. Biodiversitas 8 (2). Bogor.

Tabba, S.. 2008. Analisis Tingkat Degradasi Sub DAS Biyonga Berdasarkan Kriteria

Kekritisan Di Kabupaten Gorontalo Propinsi Gorontalo. Skripsi. Program

Studi Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Tabba, S., dan L. Nurrani. 2012. Jasa Hasil Hutan Non Kayu Daun Woka Bagi

Masyarakat Sulawesi Utara. Majalah Silvika Edisi 71 Bulan September

2012. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kehutanan. Bogor.

Zuhud, Ervizal A.M., dan A. Hikmat. 2009. Hutan Tropika Indonesia Sebagai Gudang

Obat Bahan Alam Bagi Kesehatan Mandiri Bangsa. Bunga Rampai

Biofarmaka Kehutanan Indonesia dari Tumbuhan Hutan untuk

Keunggulan Bangsa dan Negara. Pusat Litbang Hutan Tanaman. Bogor.