Upload
amri-putra-sembiring-meliala
View
303
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PEMANFAATAN TKKS SEBAGAI MEDIA PERTUMBUHAN KECAMBAH BENIH KARET (Hevea brasiliensis Muell. Agr)
PAPER
OLEH :
AMRI PUTRA SEMBIRINGBUDIDAYA PERTANIAN-PEMULIAAN TANAMAN
080307019
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2010
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman karet termasuk famili Euphorbiace atau tanaman getah-getahan.
Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman
yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar
apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman
ini tergolong ke dalam tanaman industri. Tanaman karet berasal dari lembah
Amazone. Karet liar atau semi liar masih ditemukan di bagian utara benua
Amerika Selatan, mulai dari Brazil hingga Venezuela dan dari Kolombia hingga
Peru dan Bolivia (Syamsulbahri, 1996).
Karet adalah salah satu jenis pohon yang dianjurkan dalam pembangunan
HTI (hutan tanaman industri) untuk memperoduksi hasil pokok kayu dan hasil
sampingan lateks. Karet mulai dikenal di Indonesia sejak zaman kolonial belanda.
Awalnya karet ditanam di kebun raya Bogor sebagai tanaman baru untuk
dikoleksi. Selanjutnya dikembangkan sebagai tanaman perkebunan dan tanaman
HTI (Khaerudin, 1999).
Kegunaan karet sebagai tanaman perkebunan sudah tidak asing lagi karena
banyak sekali benda dan peralatan di sekitar kita yang bahan bakunya dari karet.
Mulai dari peralatan rumah tangga sampai industri-industri besar banyak yang
menggunakan bahan baku karet (Setiawan, 2000).
2
Kompos yang baik adalah kompos yang sudah mengalami pelapukan yang
cukup dengan dicirikan warna sudah berbeda dengan warna bahan pembentuknya,
tidak berbau, kadar air rendah, dan punya suhu ruang (Marsono dan Sigit, 2001).
Pengomposan adalah untuk dari pengelolaan sampah, bau yang terkontrol,
dan bentuk yang efektif dan operasinya akan pertama-tama dari keduanya
melebihi jangkauan dari dekomposisi (Grasser, 1984).
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan adalah mengetahui pemanfaatan TKKS
(Tandan Kosong Kelapa Sawit) sebagai media pertumbuhan kecambah benih
karet (Hevea brsiliensis Muell. Arg).
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti pra-praktikal di
Laboratorium Budidaya Kelapa Sawit dan Karet Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut Steenis (2001) tanaman karet diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiles
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg
Sistem perakaran tanaman karet padat/kompak, akar tunggangnya dapat
menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat
melebar sejauh 10 m (Setiawan, 2000).
Batang tanaman karet bulat/ silinderis kulit kayunya halus, rata berwarna
pucat hingga kecoklatan, sedikit bergabus. Kayu karet bila baru dipotong
berwarna putih kekuningan, cukup baik untuk kerajinan dan perabot rumah tangga
(Syamsulbahri, 1996).
Daun tanaman karet adalah trifoliata, tangkai daun panjang, serat daun
tampak jelas, dan kasar. Daunnya tersusun melingkar batang (spiral), daunya
berambut. Daun tanaman karet ini memiliki tulang daun yang sangat sejajar
(Setiawan, 2000).
4
Bunga tanaman karet muncul dengan cara bergerombol dari ketiak daun
(axillary), individu bunga bertangkai pendek, bunga betina terletak diujung.
Proporsi bunga jantan lebih banyak jika dibandingkan dengan bunga betina.
Bunga jantan dan waktu mekarnya hanya 1 hari setelah itu luruh sedangkan bunga
betina mekar 3-4 hari (Syamsulbahri, 1996).
Hanya beberapa bunga betina yang mampu menghasilkan buah, 30% -50%
mengalami keguguran awal dan keguguran akhirnyapun masih cukup banyak.
Buah karet masak sesudah 5-6 bulan sejak penyerbukan, buah yang masak tampak
kompak, padat dan besar (Khaerudin, 1999).
Buah yang telah masak akan menghasilkan biji. Biasanya dalam 1 buah
menghasilkan 3 ruang bakal biji. Biji karet sedikit lebih padat, ukurannya 2-3,5 x
1,5 – 3 cm, mengkilat, bobot satu biji antara 2-4 gram (Syamsulbahri, 1996).
Syarat Tumbuh
Iklim
Untuk pertumbuhan terbaiknya, tanaman karet memerlukan persyaratan
iklin yang sesuai. Sesuai dengan daerah asalnya Brazil, tamanam karet cocok
ditanam di iklim tropis, daerah yang cocok ditanami karet yaitu daerah yang
berada antara 15o LU- 10o LS . Suhu harian yang diinginkan tanaman karet antara
25-30o C (Setiawan, 2000).
Curah hujan rata-rata yang sesuai dengan tanaman karet adalah sekitar
2000 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 100-150 hari. Pada kenyataannya,
pada daerah yang mempunyai keadaan kering sebanyak 3 bulan produksi
5
lateksnya rendah. Tampaknya selain faktor hujan, faktor sebaran hujan yang
merata sepanjang tahun merupakan syarat keberhasilan tanaman karet
(Syamsulbahri, 1996).
Tanaman karet dapat tumbuh pada dataran rendah, yaitu 0 hingga 200 m di
atas permukaan laut. Tinggi tempat berpengaruh terhadap saat penyadapan
pertama. Pada kenaikan tinggi tempat untuk tiap 100 m dimulai dari ketinggian
200 m di atas permukaan laut terjadi kelambatan saat sadapan pertama selama 6
bulan (Khaerudin, 1999).
Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman karet antara 6-700 m dari
permukaan laut. Selain itu, tanaman karet menyenangi curah hujan cukup tinggi
antara 2000 -2500 mm setahun. Kebutuhan terhadap sinar matahari sangat tinggi,
dalam sehari memerlukan 5-7 jam sehari (Setiawan, 2000).
Tanah
Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti tanah
berpasir hingga laterit merah dan podsolik kuning, tanah abu gunung, tanah liat
serta tanah yang mengandung peat. Tampaknya tanaman karettidak memerlukan
kesuburan tanah yang khusus ataupun topografi tertentu (Syamsulbahri,1996).
Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi
cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan
tanah yang terlalu tinggi. Tanah kurang subur sperti podsolik merah kuning yang
banyak dijumpai di Indonesia dan Malaysia masih produktif untuk perkebunan
6
karet asal dibantu dengan pemupukan dan pengolahan yang baik
(Setiawan, 2000).
Perakaran tanaman karet akan menyebar ekstensif, oleh karenanya
memerlukan drainase yang baik. Akar tersebut mampu menetrasi tanah hingga
kedalaman 1 m. Banjir yang sering melanda tanaman karet dapat merusak
perakaran karet (Syamsulbahri, 1996).
Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik pada kisaran pH 3,5 – 7,5.
Meskipun demikian, tanaman karet akan berproduksi maksimal pada tanah yang
subur dengan pH antara 5 -6 (Khaerudin, 1999).
7
PEMANFAATAN TKKS PADA PERTUMBUHAN KECAMBAH
KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
Pengertian TKKS ( Tandan Kosong Kelapa Sawit)
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan pemanfaatan limbah
kelapa sawit sebagai alternatif pupuk organik sehingga memberikan mamfaat
lain. Bagi perkebunan kelapa sawit, dapat menghemat penggunaan pupuk sintesis
sampai dengan 50 % karena menggunakan pupuk kompos TKKS (Juwita, 2010).
Selain sebagai pupuk kompos TKKS juga sebagai pupuk kalium karena
abu tandan tersebut memiliki kandungan 30 -40 % K2O, 7 % P2O5, 9 % CaO, 3
% MgO. Selain itu juga mengandung unsur hara mikro yaitu 1200 ppm Fe, 1000
ppm Mn, 400 ppm Zn, dan 100 ppm Cu (Fendy, 2010).
Kandungan kompos didominasi oleh bahan organik yang dapak mencapai
18 %, bahkan ada yang mencapai 59%. Unsur-unsur lain seperti nitrogen, fosfor,
kalium, kalsium, dan magnesium berada dalam jumlah relatif sedikit sekali yaitu
dibawah 2 %. Besarnya persentase dari unsur-unsur tersebut tergantung pada
bahan dasar yang dikomposkan, cara pengomposan, dan cara penyimpanannya
(Marsono dan Sigit, 2001).
TKKS atau tandan kosong kelapa sawit adalah limbah kelapa sawit yang
masih dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu menjadi pupuk kompos. Sehingga
TKKS sama dengan kompos lainnya, dimana TKKS juga memiliki fungsi yang
sama dengan kompos ataupun pupuk. Seperti memperbaiki struktur tanah,
menambah unsur hara dan lain-lain (Eagles,2010).
8
Manfaat TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit)
Kompos TKKS mempunyai beberapa manfaat atau sifat yang
menguntungkan antara lain :
Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan.
Menbantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi perumbuhan
tanaman.
Bersifat homogen dan mengurangi risiko sebagai pembawa hama tanaman.
Merupakan pupuk tidak mudah tercuci oleh air yang meresap kedalam
tanah.
Dapat diaplikasikan pada sembarang musim.
(Juwita, 2010)
TKKS mempunyai fungsi memperbaiki keasaman tanah. Tanah yang
masam dapat ditingkatkan pH-nya menjadi pH optimum dengan pemberian kapur
dan pupuk organik lainnya. Pemberian TKKS dapat menambah jumlah
mikroorganisme tanah sehingga semakin baik kondisi tanaman yang ada diatasnya
(Eagles, 2010).
Struktur tanah yang amat lepas, seperti tanah berpasir, juga dapat
diperbaiki dengan penambahan kompos TKKS. Bahan organik dalam kompos ini
akan mengikta butiran-butiran tanah, sehingga lebih padat dan tidak cepat hancur.
Kondisi tanah yang demikian juga dapat menunjang pertumbuhan tanaman-
tanaman (Juwita, 2010).
Pengomposan dimaksudkan untuk menurunkan kadar karbon terhadap
nitrogen atau sering disebut C/N ratio. Kompos yang bahan dasarnya masih
9
mentah atau kadar C/N-nya masih tinggi tidak baik bagi tanaman dan tanah. Oleh
karena itu dalam pengomposan bahan-bahan organik seperti pupuk organik,
tandan kosong kelapa sawit (TKKS), pupuk kandang harus benar-benar matang
diberikan kepada tanaman dan tanah sehingga bermanfaat bagi tanaman dan tanah
(Marsono dan Sigit, 2001).
Pemanfaatan Kompos TKKS Sebagai Media Pertumbuhan Kecambah Karet
Biji atau benih yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Genetiknya bersih dengan varietas yang jelas.
Kemurnian fisik yang persentasenya tinggi.
Tingkat perkecambahan yang baik.
Biji atau benih bebas dari berbagai penyakit.
(Dahiya and Rai, 1998)
Benih karet yang terseleksi dikecambahkan di dalam polibag ataupun
bedengan. Benih dalam polibag ditanam dengan posisi tengkurap dan sejajar.
Benih dibenamkan kedalam media. Benih yang salah letak, misalnya berdiri akan
menghasilkan kecambah yang abnormal (Syamsulbahri,1996).
Pada pembuatan kecambah karet untuk menghasilkan bibit dengan
menggunakan biji ataupun dengan generatif umumnya dibuat dalam bedengan,
tapi ada juga yang membuatnya dalam polibag. Pada perkecambahan dalam
polibag memerlukan media tanam. Media tanam yang baik biasanya top soil, tapi
biasanya topsoil dicampur dengan kompos ataupun zat hara yang lain. Kompos
yang baik dalam media perkecambahan biji karet adalah kompos tandan kosong
10
kelapa sawit (TKKS), pupuk kandang, ataupun kompos dari bahan organik
lainnya (Juwita, 2010).
Penggunaan kompos tandan kosong kelapa sawit (TKKS) sebagai media
tanam perkecambahan dapat memberi unsur hara yang baik setelah radikula
pertama muncul. Pada saat radikula biji karet ataupun kecambah karet menyerap
zat-zat hara untuk pertumbuhan kecambah karet, tandan kosong kelap sawit akan
memenuhi kebutuhan kecambah tersebut (Eagles, 2010).
TKKS dalam media tanam dapat memberikan beberapa manfaat pada
kecambah seperti memperbaiki struktur media sehingga mempermudah
pergerakan akar (radikula) dalam penyerapan zat hara, serta merupakan pupuk
bagi kecambah karena tandan kosong kelapa sawit (TKKS) mengandung berbagai
unsur hara yang diperlukan oleh tanaman ataupun kecambah (Juwita, 2010).
11
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. TKKS dapat memperbaiki struktur tanah sehingga mempermudah radikula
dalam penyerapan zat hara dari tanah.
2. TKKS merupakan pupuk kompos yang dapat memberikan nutrisi(zat hara)
bagi tanaman.
3. Pemberian TKKS sebagai campuran media perkecambahan tanaman karet
dapat membantu agar rasio C/N dalam tanah dapat rendah sehingga unsur
N dalam tanah tersedia.
4. TKKS memiliki kandungan 30 -40 % K2O, 7 % P2O5, 9 % CaO, 3 % MgO
hampir sama dengan pupuk buatan, sehingga bisa dibuat pengganti pupuk
buatan.
5. Kompos TKKS yang dicampurkan dengan top soil sebagai media tanam
harus benar-benar matang, agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman.
.
12
DAFTAR PUSTAKA
Dahiya, B.S and K.N. Rai, 1998. Seed Technology. Kalyani Publishers. New Delhi.
Eagles, N., 2010. Tandan Kosong Kelapa Sawit. http://nuri_eagles.blogspot.com/ tandan_kosong_kelapa_sawit.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2010 pukul 20.10 WIB.
Fendy, A., 2010. Kompos. http://Antoniusfendy.blogspot.com/kompos/8/09.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2010 pukul 20.30 WIB.
Grasser, J.K.R., 1984. Composting Of Agriculture and Other Wastes. Elsevier Aplied Science Publishers. New York.
Juwita, D., 2010. Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit. http//dewijuwita.blogspot.com/pemanfaatan_tandan_kosong_kelapa_sawit.html. Diakses pada tanggal 6 Maret 2010 pukul 21.30 WIB.
Khaerudin., 1999. Pembibitan Tanaman HTI. Penebar Swadaya. Jakarta.
Marsono dan P. Sigit, 2001. Pupuk Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Setiawan, A. I., 2000. Penghijauan Dengan Tanaman Potensial. Penebar Swadaya. Jakarta.
Steenis, C.G.G.J.Van., 2001. Flora. Pradnya Paramitha. Jakarta.
Syamsulbahri., 1996. Bercocok Tanam Tanaman Perkebunan Tahunan. UGM Press. Yogyakarta.
13
14