85
PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REMAZOL YELLOW Disusun Oleh : EKA RAKHMAWATI M 0302001 SKRIPSI Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2007

PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

  • Upload
    lengoc

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

i

PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN

CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBEN

ZAT WARNA REMAZOL YELLOW

Disusun Oleh :

EKA RAKHMAWATI

M 0302001

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Sains Kimia

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2007

Page 2: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini dibimbing oleh :

Pembimbing I

Triana Kusumaningsih, M.Si

NIP 132 240 166

Pembimbing II

Abu Masykur, M.Si

NIP 132 162 020

Dipertahankan didepan TIM Penguji Skripsi pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 7 maret 2007

Anggota TIM Penguji :

1. Dr. rer nat Fajar Rakhman Wibowo, MSi.

NIP. 132 258 067

2. Soerya Dewi Marliyana, MSi.

NIP. 132 162 561

1. ………………………………

2. ………………………………

Disahkan oleh

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan,

Drs. Marsusi, MS

NIP. 130 906 776

Ketua Jurusan Kimia,

Drs. Sentot Budi Rahardjo, PhD

NIP. 131 570 162

Page 3: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN CANGKANG

BEKICOT SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REMAZOL YELLOW adalah

benar-benar hasil penelitian sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan

untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat kerja atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 7 Maret 2007

EKA RAKHMAWATI

Page 4: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

iv

ABSTRAK

Eka Rakhmawati, 2007. PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN CANGKANG BEKICOT SEBAGAI ADSORBEN ZAT WARNA REMAZOL YELLOW. Skripsi. Jurusan Kimia. Fakultas MIPA. Universitas Sebelas Maret.

Kitosan telah dibuat dari kitin cangkang bekicot melalui proses deasetilasi. Isolasi kitin dari cangkang bekicot dilakukan melalui proses deproteinasi dan demineralisasi. Kitosan dipelajari kemampuannya dalam mengadsorpsi zat warna Remazol Yelow. Karakterisasi kitosan meliputi penentuan kadar air dan kadar abu, berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi zat warna Remazol Yellow oleh kitosan dilakukan dengan variasi pH dan variasi waktu kontak untuk mencari kondisi adsorpsi optimum. Variasi konsentrasi dilakukan untuk menentukan jenis adsorpsi yang terjadi selama proses penyerapan. Jenis isoterm adsorpsi diuji dengan isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich. Pengukuran adsorpsi dan desorpsi air limbah zat warna Remazol Yellow dengan kitosan dilakukan pada kondisi optimum.

Hasil deasetilasi kitin cangkang bekicot diperoleh kitosan dengan rendemen 9,59 ± 0,71 %, berwarna putih kecoklatan, tidak berbau dan berbentuk serbuk. Kitosan yang diperoleh mempunyai kadar air 2,06 ± 0,82 %, kadar mineral 26,11 ± 0,45 %, berat molekul rata-rata 2 kilodalton dengan derajat polimerisasi 12 dan derajat deasetilasi 74,95 %. Kondisi optimum adsorpsi zat warna Remazol Yellow oleh kitosan pada pH 2 dan waktu kontak optimum 24 jam. Isoterm adsorpsi yang dominan untuk adsorpsi kitosan terhadap zat warna Remazol Yellow adalah isoterm Langmuir. Daya serap kitosan terhadap air limbah zat warna Remazol Yellow adalah sebesar 0,40 mg/g dengan persen desorpsi rata-rata sebesar 23,34 %. Kata Kunci : Kitin, Kitosan, Cangkang Bekicot, Adsorpsi, Remazol Yellow.

Page 5: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

v

ABSTRACT

Eka Rakhmawati, 2007. THE USAGE OF CHITOSAN PRODUCED BY DEACETYLATION OF ACHATINA SHELL CHITIN AS REMAZOL YELLOW DYE ADSORBENT. Thesis. Department of Chemistry. Mathematic and Science Faculty. Sebelas Maret University.

Chitosan has been made from achatina shell chitin by deacetylation

process. Isolation of chitin from achatina shell was done by deproteination and demineralization The chitosan was studied for its ability in adsorbing Remazol Yellow dye. Characterizations of the chitosan are involving determination of water and mineral content, molecular weight, polymerization degree, and degree of deacetylation which is measured by Infrared spectroscopic method. Remazol Yellow dye adsorption by chitosan was done by variation of pH and contact time in order to determine optimum condition of adsorption. Variation of concentration was done to determine isotherm adsorption type that occurred during the adsorption process. The types of the adsorption isotherm were analyzed by Langmuir and Freundlich isotherm. Adsorption and desorption of Remazol Yellow dye in waste water by the chitosan were measured in the optimum condition.

The yield of deacetylation process of achatina shell chitin was chitosan with rendement of 9.59 ± 0.71 %. It was odorless, brownish white powder. The chitosan was characterized with 2.06 ± 0.82 % of water content and 26.11 ± 0.45 % of mineral content. The molecular weight average of chitosan was 2 kilodaltons with degree of polimerisation and degree of deacetylation were 12 and 74.95 % respectively. The optimum condition of Remazol Yellow dye adsorption was pH of 2 and contact time of 24 hours. The dominant adsorption isotherm for Remazol Yellow dye adsorption by chitosan was Langmuir isotherm. The chitosan capacity of adsorption in Remazol Yellow dye waste water was 0.40 mg/g with 23.34 % of average desorption percentage.

Key word : Chitin, Chitosan, Achatina Shell, Adsorption, Remazol Yellow.

Page 6: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

vi

MOTTO

Sesungguhnya Allah mengetahui yang tersembunyi di langit dan di bumi.

Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan.

Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), maka kerjakanlah

(urusan yang lain) dengan sungguh-sungguh

(Q.S. Al-Insyirah : 6-7).

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya

(Q.S. Al Baqarah : 286).

Page 7: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

vii

PERSEMBAHAN

Karya kecilku ini kupersembahkan kepada :

Ø Bapak dan Ibu tercinta, atas bimbingan, cinta, kasih

sayang, dan perhatian untuk Ananda yang tak pernah

mengenal lelah.

Ø Semua orang yang selalu menyayangiku dengan tulus.

Ø Almamater

Page 8: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

viii

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrohmaanirrohim

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, karena Ridhlo-Nya skripsi ini,

yang berjudul “Pemanfaatan Kitosan Hasil Deasetilasi Kitin Cangkang Bekicot

Sebagai Adsorben Zat Warna Remazol Yellow” hingga selesai dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai hasil penelitian yang telah penulis lakukan untuk

memenuhi sebagian syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains pada Jurusan

Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dorongan dan pertunjuk serta

fasilitas dalam pengerjaan skrispsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan

banyak terima kasih kepada semua pihak, terutama kepada :

1. Bapak Drs.Marsusi, M.S selaku Dekan FMIPA UNS.

2. Bapak Drs. Sentot Budi Rahardjo, Ph.D selaku Ketua Jurusan Kimia.

3. Ibu Triana Kusumaningsih, M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah

berkenan meluangkan waktu dan memberikan bimbingan yang berguna

demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Abu Masykur, M.Si selaku dosen pembimbing II yang dengan

penuh kesabaran telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen di Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret atas semua ilmu yang

berguna dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Dr. rer. nat. Fajar Rakhman Wibowo, M. Si., selaku Ketua Sub

Laboratorium Kimia Laboratorium Pusat FMIPA UNS dan semua

staffnya.

7. Ibu Desi Suci Handayani, M. Si., selaku Ketua Laboratorium Kimia Dasar

FMIPA UNS beserta staffnya : Mbak Nanik dan Mas Anang.

8. Kepala Laboratorium Kimia Organik UII Yogyakarta beserta teknisi.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini

Page 9: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

ix

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Harapan penulis

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan

kita semua. Amin

Surakarta, 7 Maret 2007

Eka Rakhmawati

Page 10: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

HALAMAN PERRSETUJUAN ...................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii

HALAMAN ABSTRAK.................................................................................. iv

HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... x

DAFTAR TABEL............................................................................................ xiii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xv

TABEL LAMPIRAN....................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN.............................................................................. 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ............................................................................. 4

1. Identifikasi Masalah ...................................................................... 4

2. Batasan Masalah............................................................................ 4

3. Rumusan Masalah ......................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II. LANDASAN TEORI ........................................................................ 7

A. Tinjauan pustaka .................................................................................. 7

1. Bekicot........................................................................................... 7

2. Kitin............................................................................................... 7

3. Kitosan........................................................................................... 9

4. Zat Warna Remazol Yellow ........................................................... 12

5. Adsorpsi......................................................................................... 14

Page 11: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

xi

a. Isoterm Langmuir .................................................................... 14

b. Isoterm Freundlich .................................................................. 14

6. Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet ........................... 15

7. Spektroskopi Infra Merah.............................................................. 17

B. Kerangka Pemikiran............................................................................. 18

C. Hipotesis............................................................................................... 19

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 20

A. Metode Penelitian................................................................................. 20

B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................. 20

C. Alat dan Bahan yang Digunakan.......................................................... 21

1. Alat yang Digunakan.................................................................... 21

2. Bahan yang Digunakan ............................................................... 21

D. Prosedur Penelitian............................................................................... 21

1. Preparasi Kitin dan Kitosan ......................................................... 21

a. Persiapan Bahan .................................................................... 21

b. Proses Deproteinasi ............................................................... 22

c. Proses Demineralisasi ........................................................... 22

d. Proses Deasetilasi.................................................................. 22

2. Karakterisasi Kitosan ................................................................... 22

a. Kadar Air............................................................................... 22

b. Kadar Abu ............................................................................. 23

c. Berat molekul ........................................................................ 23

d. Derajat Deasetilasi ................................................................ 23

3. Adsorpsi Larutan Remazol Yellow ............................................... 24

a. Pembuatan Spektrum Absorpsi Zat Warna ........................... 24

b. Pembuatan Kurva Standar Untuk Spektroskopi UV-Vis ...... 24

c. Orientasi pH Larutan Remazol Yellow .................................. 24

d. Orientasi Waktu Pengadukan................................................ 24

e. Orientasi Konsentrasi Larutan Remazol Yellow.................... 24

4. Aplikasi Limbah........................................................................... 25

a. Adsorpsi Limbah Zat Warna................................................. 25

Page 12: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

xii

b. Desorpsi ................................................................................ 25

E. Pengumpulan dan Analisis Data .......................................................... 25

1. Pengumpulan Data ......................................................................... 25

2. Analisis Data...... ............................................................................ 26

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................... 27

A. Preparasi Adsorben ............................................................................. 27

1. Pemurnian Kitin ............................................................................. 27

2. Pembentukan Kitosan..................................................................... 29

3. Karakterisasi Kitosan ..................................................................... 31

B. Proses Adsorpsi.................................................................................... 33

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Zat Warna Remazol

Yellow............................................................................................. 33

2. Penentuan pH Optimum................................................................. 33

3. Penentuan Waktu Kontak Optimum .............................................. 35

4. Penentuan Isoterm Adsorpsi .......................................................... 36

a. Isoterm Langmuir..................................................................... 36

b. Isoterm Freundlich ................................................................... 37

C. Aplikasi Limbah................................................................................... 38

1. Adsorpsi .......................................................................................... 38

2. Desorpsi .......................................................................................... 39

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 40

A. Kesimpulan ..................................................................................... 40

B. Saran................................................................................................ 40

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 41

LAMPIRAN – LAMPIRAN............................................................................ 45

Page 13: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Rendemen pada Setiap Tahap Pemurnian Kitin ................................ 27

Tabel 2. Karakterisasi Kitosan ......................................................................... 31

Tabel 3. Adsorpsi Kitosan terhadap Limbah Zat Warna Remazol Yellow....... 38

Tabel 4. Desorpsi Kitosan terhadap Limbah Zat Warna Remazol Yellow ....... 39

Page 14: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Selulosa dan Kitin ......................................................... 8

Gambar 2. Struktur Kitosan .......................................................................... 9

Gambar 3. Pemilihan garis dasar metode base line menggunakan spektra

FTIR ............................................................................................ 12

Gambar 4. Struktur Zat Warna Remazol Yellow ........................................... 13

Gambar 5. Spektra Infra Merah Kitin ........................................................... 28

Gambar 6. Mekanisme Reaksi Deasetilasi.................................................... 29

Gambar 7. Spektra Infra Merah Kitosan....................................................... 30

Gambar 8. Spektrum Absorbansi Zat Warna Remazol Yellow ..................... 33

Gambar 9. Grafik Hubungan pH vs Konsentrasi Zat Warna Remazol

Yellow Terserap.......................................................................... 34

Gambar 10. Grafik Hubungan Waktu Kontak vs Konsentrasi Zat Warna

Remazol Yellow Terserap ............................................................ 35

Gambar 11. Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir Kitosan ............................... 37

Gambar 12. Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich Kitosan.............................. 37

Page 15: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Perhitungan Rendemen dalam Setiap Tahap Pemurnian Kitin 45

Lampiran 2. Perhitungan Rendemen dalam Tahap Pembentukan Kitosan .. 46

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Air, Kadar Abu dan Berat Molekul

Kitosan ..................................................................................... 47

Lampiran 4. Perhitungan Derajat Deasetilasi Kitosan.................................. 49

Lampiran 5. Data absorbansi penentuan panjang gelombang

maksimum Remazol Yellow ..................................................... 50

Lampiran 6. Kurva standar optimasi pH....................................................... 51

Lampiran 7. Data pengaruh pH terhadap absorbansi zat warna Remazol

Yellow....................................................................................... 52

Lampiran 8. Data pengaruh pH terhadap konsentrasi zat warna Remazol

Yellow terserap ......................................................................... 53

Lampiran 9. Kurva standar optimasi waktu kontak...................................... 54

Lampiran 10. Data pengaruh waktu kontak terhadap absorbansi zat

warna Remazol Yellow ............................................................. 55

Lampiran 11. Data pengaruh waktu kontak terhadap konsentrasi zat

warna Remazol Yellow terserap................................................ 56

Lampiran 12. Kurva standar penentuan isoterm adsorpsi .............................. 57

Lampiran 13. Data isoterm adsorpsi kitosan .................................................. 58

Lampiran 14. Data isoterm adsorpsi langmuir kitosan................................... 59

Lampiran 15. Data isoterm adsorpsi freundlich kitosan................................. 60

Lampiran 16. Data hasil adsorpsi kitosan terhadap limbah zat warna

Remazol Yellow ........................................................................ 61

Lampiran 17. Data hasil desorpsi kitosan terhadap limbah zat warna

Remazol Yellow ........................................................................ 62

Lampiran 18. Perhitungan konsentrasi zat warna Remazol Yellow

teradsorpsi oleh kitosan pada berbagai variasi pH................... 63

Page 16: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

xvi

Lampiran 19. Perhitungan konsentrasi zat warna Remazol Yellow

teradsorpsi oleh kitosan pada berbagai variasi waktu kontak .. 64

Lampiran 20. Perhitungan konsentrasi zat warna Remazol Yellow

teradsorpsi oleh kitosan pada berbagai variasi konsentrasi...... 65

Lampiran 21. Perhitungan Daya Serap dan Persentase Adsorpsi Kitosan

terhadap Zat Warna Remazol Yellow ....................................... 66

Lampiran 22. Gambar Penentuan Derajat Deasetilasi .................................... 67

Page 17: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

xvii

TABEL LAMPIRAN

Halaman

Tabel Lampiran 1. Data rendemen kitin ........................................................ 68

Tabel Lampiran 2. Data rendemen kitosan.................................................... 68

Tabel Lampiran 3. Data kadar air dan kadar abu kitosan .............................. 68

Tabel Lampiran 4. Data waktu alir larutan kitosan pada alat viskometer

Ostwald ........................................................................... 68

Tabel Lampiran 5. Uji duncan pengaruh pH terhadap konsentrasi

zat warna Remazol Yellow terserap ................................. 69

Tabel Lampiran 6. Uji duncan pengaruh waktu kontak terhadap

konsentrasi zat warna Remazol Yellow terserap.............. 70

Page 18: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Surakarta merupakan daerah sentra industri batik, mulai skala industri kecil

(rumah tangga) sampai skala besar. Perkembangan industri batik ini mempunyai

dampak positif yaitu dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain

berdampak positif, perkembangan industri batik ini juga bisa menimbulkan

dampak negatif yaitu pencemaran lingkungan apabila air limbah industri batik

yang berasal dari proses pencelupan zat warna dibuang ke sungai atau selokan

tanpa diolah terlebih dahulu. Kualitas air sungai menjadi rendah ditandai dengan

warna air sungai yang pekat. Limbah cair industri batik bersumber dari proses

pencelupan (dyeing), pencucian (washing), pencetakan (printing) dan

penyempurnaan (finishing). Limbah hasil pewarnaan pada industri batik

mengandung komponen diantaranya sisa zat warna, garam dan bahan-bahan aditif

seperti urea, sodium alginate, sodium bicarbonate serta air (sisa pewarnaan dan

pencucian) (Atmaji P., Wahyu P., dan Edi P., 1999).

Sisa zat warna merupakan komponen paling dominan pada limbah hasil

pewarnaan industri batik. Penggolongan zat warna berdasarkan pada sifat-sifat

dan penggunaannya yaitu zat warna asam, basa, direct, mordan, komplek logam,

azoat, belerang, bejana, dispersi dan reaktif (Isminingsih, G., L Djufri, dan Rassid,

1982). Zat warna reaktif yang sering digunakan pada industri batik antara lain

Procion, Cibracon, Drimaren, dan Lavafix, yang dapat mengadakan reaksi

substitusi dengan serat dan membentuk ikatan ester, dan zat warna Remazol,

Remalan, dan Primazin, yang dapat mengadakan reaksi adisi dengan serat dan

membentuk ikatan eter.

Limbah hasil pewarnaan industri batik harus diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang ke lingkungan. Pengolahan air limbah bertujuan untuk menghilangkan

atau mengurangi kandungan polutan-polutan yang terlarut maupun terdispersi di

dalam air limbah. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengolah air

limbah yaitu dengan cara adsorpsi. Beberapa penelitian tentang pengolahan

1

Page 19: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

2

limbah zat warna dengan adsorpsi antara lain Supriyanto (2003) meneliti adsorbsi

limbah zat warna tekstil jenis Celedon Red X5B menggunakan tanah alofan

teraktivasi NaOH. Aryunani (2003) telah meneliti adsorbsi zat warna tekstil

Remazol Yellow pada limbah batik menggunakan eceng gondok teraktivasi NaOH.

Triyanto (2003) telah meneliti pemanfaatan limbah genteng sebagai adsorben

dengan aktivator NaOH pada limbah zat warna tekstil jenis Celedon Red X5B.

Rochanah (2003) telah meneliti adsorbsi zat warna Procion red MX 8B pada

limbah tekstil oleh batang jagung.

Salah satu adsorben yang dapat digunakan untuk menyerap zat warna adalah

kitosan. Kitosan bisa diperoleh melalui deasetilasi kitin. Salah satu sumber kitin

adalah cangkang bekicot. Bekicot merupakan hewan lunak (mollusca) dari kelas

gastropoda. Bekicot menurut jenisnya dapat dibedakan menjadi empat yaitu

Achatina variegata, Achatina fulica, Helix pomatia dan Helix aspersa sedangkan

di Indonesia hanya terdapat jenis Achatina variegata dan Achatina fulica. Bekicot

di Indonesia telah dibudidayakan sebagai sumber protein dan menjadi komoditas

ekspor. Ekspor bekicot ke Perancis pada tahun 1986 baru mencapai 1.212 ton,

sedangkan pada tahun 1990 naik menjadi 11.000 ton (Koswara, 2002). Besarnya

pertumbuhan perdagangan ini menyebabkan timbulnya limbah cangkang bekicot

dalam jumlah yang cukup besar. Limbah cangkang bekicot banyak ditemukan di

kecamatan Papar kabupaten Kediri sebagai daerah sentra ekspor daging bekicot.

Selama ini pemanfaatan cangkang bekicot hanya digunakan sebagai campuran

makanan ternak. Cangkang bekicot mengandung senyawa kitin. Kitin dalam

cangkang berikatan dengan protein, lipid, garam-garam anorganik seperti kalsium

karbonat serta pigmen-pigmen. Agar diperoleh produk yang bernilai ekonomis

sekaligus dapat mengatasi penumpukan limbah cangkang bekicot maka salah satu

caranya dilakukan isolasi kitin yang terdapat pada cangkang bekicot.

Kitin merupakan senyawa karbohidrat yang termasuk dalam polisakarida,

tersusun atas monomer-monomer asetil glukosamin yang saling berikatan dengan

ikatan 1,4 beta membentuk suatu unit polimer linier yaitu beta-(1,4)-N-asetil-

glukosamin (Pujiastuti, 2001). Kitin merupakan bahan organik utama terdapat

pada kelompok hewan seperti, crustaceae, insekta, fungi, mollusca dan

Page 20: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

3

arthropoda. Kitin diperoleh dengan melakukan sejumlah proses pemurnian.

Proses isolasi kitin terdiri dari dua tahap utama yaitu deproteinasi dan

demineralisasi.

Salah satu senyawa turunan dari kitin, yaitu kitosan banyak dimanfaatkan

sebagai adsorben karena mempunyai kemampuan yang cukup tinggi dalam

mengikat ion logam dan kemungkinan pengambilan kembali yang relatif mudah

terhadap ion logam yang terikat pada kitosan dengan menggunakan pelarut

tertentu. Keunggulan adsorben kitosan adalah dapat digunakan untuk penanganan

limbah secara berulang-ulang (Muzzarelli, 1997 dalam Darjito, 2001). Kitosan

adalah kitin yang telah dihilangkan gugus asetilnya melalui proses deasetilasi.

Kitosan (2-asetamida-deoksi-β-D-glukosa) memiliki gugus amina bebas yang

menjadikan polimer ini bersifat polikationik, sehingga polimer ini potensial untuk

diaplikasikan dalam pengolahan limbah dan obat-obatan hingga pengolahan

makanan serta dalam bidang bioteknologi (Savant, dan Torres, 2000). Biopolimer

alami dan tidak beracun ini sekarang secara luas diproduksi secara komersial dari

limbah kulit udang dan kepiting (No. H., Lee, Mayers S.P., 2000).

Beberapa penelitian tentang kitosan antara lain, Salami (1998) telah

mempelajari aplikasi kitosan dari bahan kulit udang (phenaus monodon) sebagai

bahan koagulasi limbah cair industri tekstil. Majid A., Narsito, dan Nuryono

(2001) menggunakan kitosan dari bahan kulit udang (phenaus monodon) sebagai

adsorben logam. Kusumaningsih (2004) telah berhasil mengisolasi kitin cangkang

bekicot dengan rendemen sebesar 22,04% dan telah melakukan deasetilasi kitin

menjadi kitosan. Arief, U (2003) telah meneliti pembuatan kitosan dari kitin

cangkang bekicot dan pemanfaatannya sebagai adsorben logam nikel. Kitosan

yang dihasilkan harus diteliti lebih lanjut agar menjadi bahan yang bermanfaat,

sehingga cangkang bekicot menjadi lebih bernilai ekonomis.

Dari uraian diatas perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk memanfaatkan

kitosan hasil deasetilasi kitin cangkang bekicot. Pada penelitian ini akan diteliti

pemanfaatan kitosan untuk adsorben limbah zat warna industri batik jenis

Remazol Yellow yang banyak ditemukan di daerah Surakarta dan sekitarnya.

Page 21: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

4

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Kitin adalah biopolimer yang melimpah kedua di alam setelah selulosa.

Kitin terdapat pada jamur, cangkang anthropoda, cangkang crustaceae dan

cangkang mollusca. Cangkang crustacea yang telah diisolasi kitinnya adalah

lobster dan udang, sedangkan cangkang mollusca yang telah diisolasi kitinnya

adalah bekicot.

Disamping lobster dan udang, bekicot juga sudah banyak dibudidayakan di

Indonesia. Bekicot di Indonesia telah dibudidayakan sebagai sumber protein dan

menjadi komoditas ekspor. Besarnya pertumbuhan perdagangan menyebabkan

timbulnya limbah cangkang bekicot dalam jumlah yang cukup besar. Limbah

cangkang bekicot banyak ditemukan di kecamatan Papar kabupaten Kediri

sebagai daerah sentra ekspor daging bekicot.

Kitin dapat diubah menjadi kitosan dengan menghilangkan gugus asetilnya.

Kitosan yang dihasilkan dari isolasi kitin diketahui dengan melakukan

karakterisasi yang meliputi kadar abu, kadar air, kadar nitrogen, sifat antimikroba,

derajat deasetilasi, dan berat molekul. Beberapa metode untuk menentukan derajat

deasetilasi diantaranya metode base line dengan spektroskopi inframerah, uji

ninhydrin, titrasi potensiometri linear dan spektroskopi NMR.

Kitosan memiliki gugus amina dan hidroksil yang menyebabkan kitosan

mempunyai reaktifitas yang tinggi. Dalam suasana asam, gugus amina akan

terprotonasi sehingga dapat berikatan dengan gugus sulfonat zat warna Remazol

Yellow sedangkan dalam suasana basa gugus hidroksil dapat berikatan dengan

gugus vinil sulfon zat warna Remazol Yellow. Kemampuan adsorpsi kitosan

terhadap zat warna Remazol Yellow dapat diketahui dengan melakukan variasi pH

larutan zat warna. Waktu kesetimbangan adsorpsi kitosan terhadap zat warna

Remazol Yellow dapat diketahui dengan melakukan variasi waktu kontak,

sedangkan isoterm adsorpsi yang terjadi dapat diketahui dengan menvariasi

konsentrasi zat warna Remazol Yellow.

Kemampuan kitosan menyerap limbah zat warna Remazol Yellow dapat

diketahui dengan melakukan proses adsorpsi, sedangkan untuk mengetahui

Page 22: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

5

seberapa besar kemampuan kitosan untuk melepaskan kembali limbah zat warna

Remazol Yellow yang sudah diserap dilakukan proses desorpsi.

2. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah disebutkan diatas maka batasan

masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Karakterisasi kitosan yang dilakukan meliputi pengukuran kadar air, kadar

abu, derajat deasetilasi (metode base line oleh Baxter) dan penentuan berat

molekul.

2. Variasi pH larutan zat warna meliputi pH 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 dan 11.

3. Variasi waktu kontak meliputi 6, 12, 18, 24, 30, dan 36 jam.

4. Variasi konsentrasi zat warna meliputi 4, 8, 12, 16 dan 20 ppm pada pH

optimum dengan waktu kontak optimum.

5. Adsorpsi dan desorpsi kitosan terhadap limbah zat warna Remazol Yellow

dilakukan pada kondisi optimum.

6. Zat warna yang diserap dianalisis dengan menggunakan UV-Vis.

3. Rumusan Masalah

Dari batasan masalah yang telah disebutkan diatas maka rumusan masalah

pada penelitian ini adalah :

1. Seberapa besar kemampuan cangkang bekicot sebagai bahan dasar

pembuatan kitosan ?

2. Bagaimana sifat fisika dan sifat kimia kitosan yang berasal dari cangkang

bekicot ?

3. Berapakah pH dan waktu kontak optimum penyerapan zat warna Remazol

Yellow oleh kitosan?

4. Jenis adsorpsi apakah yang terjadi pada adsorpsi kitosan dari cangkang

bekicot terhadap zat warna Remazol Yellow?

5. Apakah adsorpsi limbah zat warna Remazol Yellow oleh kitosan bersifat

dapat dilepas kembali atau tidak dapat dilepas kembali ?

Page 23: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui kemampuan cangkang bekicot sebagai bahan dasar

pembuatan kitosan.

2. Mengetahui sifat fisika dan sifat kimia kitosan dari bahan dasar cangkang

bekicot.

3. Mengetahui pH dan waktu kontak optimum adsorpsi zat warna Remazol

Yellow oleh kitosan.

4. Mengetahui jenis adsorpsi yang terjadi pada adsorpsi kitosan terhadap zat

warna Remazol Yellow.

5. Mengetahui sifat adsorpsi kitosan terhadap limbah zat warna Remazol

Yellow yaitu dapat dilepaskan kembali atau tidak.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan pemanfaatan limbah cangkang bekicot.

2. Memberikan alternatif sumber kitosan.

3. Memberikan alternatif cara pengolahan limbah zat cair khususnya yang

mengandung zat warna reaktif.

4. Memberikan alternatif pengembangan adsorben kitosan dalam aplikasinya.

Page 24: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Bekicot

Bekicot dikategorikan sebagai binatang malam karena lebih aktif bergerak di

malam hari sedangkan pada siang hari bekicot beristirahat atau tidur. Bekicot

termasuk binatang lunak (mollusca) dan diklasifikasikan kedalam kelas

gastropoda (Santoso, 1989). Klasifikasi bekicot sebagai berikut:

- Divisio : Mollusca

- Kelas : Gastropoda

- Ordo : Pulmonata

- Familia : Achatinidae

- Genus : Achatina

- Spesies : Achatina Fullica

Bekicot banyak dimanfaatkan untuk makanan manusia sebagai sumber

protein (dikenal sebagai escargot ) di Eropa, Asia dan Afrika karena mengandung

banyak daging dan mengandung banyak asam amino esensial. Bekicot juga sudah

menjadi komoditas ekspor. Ekspor bekicot ke Perancis pada tahun 1986 baru

mencapai 1.212 ton, sedangkan pada tahun 1990 naik menjadi 11.000 ton

(Koswara, 2002). Besarnya manfaat dan pertumbuhan perdagangan ini

menyebabkan timbulnya limbah cangkang bekicot dalam jumlah yang cukup

besar. Limbah cangkang bekicot banyak ditemukan di kabupaten Kediri.

Cangkang bekicot banyak mengandung senyawa-senyawa antara lain protein,

lemak, air, kitin dan mineral-mineral seperti kalsium, kalium, magnesium, besi,

seng dan mangan (Aboua, F., 1990).

2. Kitin

Kitin adalah senyawa karbohidrat yang termasuk dalam polisakarida,

tersusun atas monomer-monomer asetil glukosamin yang saling berikatan dengan

ikatan 1,4 beta membentuk suatu unit polimer linier yaitu beta-(1,4)-2-asetamido-

7

Page 25: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

8

2-deoksi-D-glukosa atau beta-(1,4)-N-asetil glukosamin. Analisis dengan sinar x

mengindikasikan bahwa struktur kitin mirip dengan selulosa. Perbedaan kitin dan

selulosa terletak pada adanya gugus 2-asetil amino pada unit glukosa (Pujiastuti,

2001). Analisis dengan Spektroskopi Infra Merah menunjukkan adanya serapan

pada 1671 cm-1 yang merupakan serapan dari gugus amina terasetilasi

(Saraswathy, G., Pal, S., Rose, C., and Sastry, T.P., 2001). Struktur selulosa dan

kitin diperlihatkan pada Gambar 1.

H O

O

O

H

H

OHH

OH

CH2OH

H

OH O

H

H

OHH

OH

CH2OH

OH

H

H

OHH

OH

CH2OH

H

β

OH

HH

N H CO C H3H

OH

CH 2O H

H

OH O

HH

NH C O C H3H

O H

C H 2O H

H

Struktur kitin tersusun atas 2000-3000 satuan monomer N-asetil D-

glukosamin yang saling berikatan melalui 1,4-glikosidik. Satu diantara enam

monosakarida yang menyusun rantai kitin adalah glukosamin (Suhardi, 1993).

Kitin merupakan bahan organik utama terdapat pada kelompok hewan

seperti, crustaceae, insekta, fungi, mollusca dan arthropoda. Dalam cangkang

udang yang termasuk kelompok crustaceae, kitin berikatan dengan protein,

garam-garam anorganik seperti kalsium karbonat dan lipid termasuk pigmen-

pigmen. Stephen (1995) menyebutkan dalam kulit kepiting terdapat 60% kitin,

sedangkan dalam lidah, rahang ataupun contoh yang lainnya dari kelas gastropoda

selulosa

Kitin

Gambar 1. Struktur Selulosa dan Kitin (Pudjaatmaka, A. H.,1991)

Page 26: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

9

terdapat 20% kandungan kitin. Kitin juga diketahui terdapat pada kulit keong,

kepiting, kerang dan cangkang bekicot (Stephen, 1995). Bahan-bahan berkitin

terutama berada di bagian ektodermal dalam binatang multiseluler dan

membentuk eksoskeleton yang spesifik dari kebanyakan binatang tidak bertulang

belakang. Tidak ada bukti adanya hubungan antara proporsi kitin dengan

kekerasan atau fleksibilitas bahan. Kitin diperoleh dengan melakukan sejumlah

proses pemurnian. Proses isolasi kitin terdiri dari dua tahap utama, yaitu

deproteinasi dan demineralisasi. Deproteinasi betujuan untuk menghilangkan

protein yang terdapat pada cangkang. Tahap ini dilakukan dengan menambahkan

NaOH pada konsentrasi rendah sehingga terbentuk Na-proteanat yang larut dalam

air. Tahap demineralisasi dilakukan untuk memurnikan kitin dari mineral-mineral

yang terkandung dalam cangkang. Tahap ini dilakukan dengan menambahkan

HCl encer (Suhardi, 1993).

3. Kitosan

Kitosan adalah kitin yang telah dihilangkan gugus asetilnya melalui proses

deasetilasi. Proses deasetilasi kitin dilakukan dengan menambahkan larutan NaOH

50%. Kitosan merupakan suatu senyawa polimer dari glukosamina pada ikatan

beta-1,4 atau polimer dari 2-amino-2-deoksi-D-glukosa. Kitosan adalah kitin yang

terdeasetilasi sebanyak mungkin, tetapi tidak cukup sempurna untuk dinamakan

poli glukosamin (Bastaman 1989 dalam Darjito 2001). Struktur kitosan dapat

dilihat pada Gambar 2.

O

HH

NH 2H

OH

CH 2OH

H

OH O

HH

NH 2H

OH

CH 2OH

H

H

Gambar 2. Struktur Kitosan (Sakkayawong, N., Thiravetyan, P., Nakbanpote, W., 2005)

Page 27: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

10

Kebanyakan mutu kitosan komersil mengandung 75-95 % glukosamin dan

5-25 % unit N-asetilglukosamin (Stephen, 1995). Menurut Pujiastuti (2001),

derajat deasetilasi kitin terhadap kitosan biasanya berkisar antara 70-100%

tergantung penggunaannya. Spesifikasi kitosan untuk kualitas teknis mempunyai

derajat deasetilasi sekitar 85%, untuk kualitas makanan derajat deasetilasinya

sekitar 90%, sedangkan untuk kitosan berkualitas farmasetis derajat deasetilasinya

sekitar 95% (Pujiastuti, 2001). Derajat deasetilasi menentukan muatan gugus

amino bebas dalam polisakarida serta digunakan dalam membedakan antara kitin

dan kitosan (Khan et. al., 2002). Semakin tinggi derajat deasetilasi maka kualitas

kitosan semakin baik.

Biopolimer alami dan tidak beracun ini sekarang secara luas diproduksi

secara komersial dari limbah kulit udang dan kepiting (No et. al., 2000).

Penelitian kitosan sebagai adsorben telah banyak dilakukan dan kesemuanya

menunjukkan karakteristik sifat pada : (1) kemampuannya yang cukup tinggi

dalam mengikat ion logam, (2) kemungkinan pengambilan kembali yang relatif

mudah terhadap ion logam yang terikat pada kitosan dengan menggunakan pelarut

tertentu. Keunggulan adsorben kitosan adalah dapat digunakan untuk penanganan

limbah secara berulang-ulang (Muzzarelli, 1997 dalam Darjito, 2001).

Hidrofilitas kitosan lebih tinggi dari pada kitin (Salami, 1998). Kitosan

memiliki gugus-gugus amino dan hidroksil yang menyebabkan kitosan

mempunyai reaktifitas yang tinggi. Ketika kitosan dilarutkan kedalam asam,

amina primer pada molekul kitosan menjadi terprotonasi dan memperoleh muatan

positif, karena itu molekul kitosan yang terlarut adalah polikationik. Kitosan tidak

larut dalam pelarut alkali, karena pengaruh gugus amina (Kim, S.Y., Cho, S.M.,

Lee, Y.M. and Kim, S.J., 2000).

Kitosan dengan sifat penukar ionnya dapat membentuk komplek dengan

barbagai logam transisi, hal ini melibatkan donasi pasangan elektron bebas dari

nitrogen dan atau oksigen dari gugus hidroksil kepada ion logam berat. Tingkat

stabilitas dari komplek sangat tergantung pada konsentrasi ion logam berat yang

bersaing, temperatur, pH larutan, ukuran partikel, kristalitas dan derajat deasetilasi

dari kitosan (Stephen, 1995). Kitosan dengan sifatnya yang polikationik juga

Page 28: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

11

dapat berikatan dengan zat warna. Hal ini dikarenakan dalam keadaan

terprotonasi, gugus amina pada kitosan dapat berikatan dengan gugus sulfonat dari

zat warna (Sakkayawong, et.al., 2005)

Kitosan dengan sifatnya yang non toksik, digunakan dalam berbagai bidang

seperti agrikultur, penjernihan dan pemurnian air serta minuman. Kitosan juga

digunakan dalam bidang farmasi, imobilisasi sel dan enzim serta kosmetik

(Stephen, 1995).

Karakteristik kitosan dapat diketahui secara fisika dan kimia. Kualitas

kitosan dapat diketahui dari kemurnian kitosan, berat molekul, kadar abu, kadar

air dan derajat deasetilasinya. Kitosan adalah biopolimer yang mempunyai berat

molekul yang besar. Berat molekul kitosan bervariasi sesuai dengan sumber bahan

mentahnya dan metode preparasinya. Kitosan merupakan biopolimer higroskopis

(Salami, 1998) sehingga terjadi penyerapan uap air ketika kitosan dalam keadaan

terbuka. Menurut Li, Q., Dunn, E. T., Grandmaison, E. W. dan Goosen, M. F. A.

(1992), produk kitosan komersial mengandung kadar air kurang dari 10%. Kadar

abu adalah indikator keefektifan tahap demineralisasi. Kualitas kitosan yang baik

memiliki kadar abu kurang dari 1% (Sun-Ok Fernandez-Kim B. S. 1991).

Derajat deasetilasi merupakan salah satu karakteristik kimia yang sangat

penting, karena sangat mempengaruhi dalam aplikasi kitosan. Derajat deasetilasi

menentukan muatan gugus amino bebas dalam polisakarida serta digunakan dalam

membedakan antara kitin dan kitosan (Khan et. al., 2002). Metode yang telah

dilaporkan dalam penentuan derajat deasetilasi kitosan diantaranya adalah metode

base line dengan spektroskopi inframerah, uji ninhydrin, titrasi potensiometri

linear dan spektroskopi NMR.

Penentuan derajat deasetilasi dengan spektroskopi inframerah dapat

dilakukan dengan metode base line yang dirumuskan oleh Baxter (Khan et. al.,

2002). Derajat deasetilasi dihitung dari perbandingan antara absorbansi pada 1655

cm-1 dengan absorbansi 3450 cm-1 dengan rumus:

DD = 100 – [(A1655 /A3450) X 115]

Dengan (A1655) amida = Log 10 (DF2 / DE)

(A3450) hidroksil = Log 10 (AC / AB)

Page 29: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

12

Pemilihan garis dasar metode base line dapat dilihat pada Gambar 3.

4. Zat Warna Remazol Yellow

Zat warna reaktif merupakan suatu zat warna yang dapat mengadakan reaksi

dengan serat sehingga zat warna tersebut merupakan bagian dari serat (Rasjid, dkk

, 1976). Zat warna reaktif mengandung gugus fungsi elektrofilik yang dapat

bereaksi dengan nukleofilik untuk membentuk ikatan kovalen satu sama lain

melalui reaksi adisi atau pertukaran. Nukleofilik pada serat yang secara khusus

bereaksi dengan zat warna adalah gugus hidroksil pada selulosa, amino, hidroksil

dan gugus tiol pada wool, dan gugus amino pada poliamida (Kirk-Othmer, 1992).

Menurut reaksi yang terjadi, zat warna reaktif dapat dibagi menjadi dua

golongan yaitu :

1. Zat warna reaktif yang mengadakan reaksi substitusi dengan serat dan

membentuk ikatan pseudoester. Misalnya : zat warna Procion, Cibracron,

Drimaren dan Levafix.

2. Zat warna reaktif yang mengadakan reaksi adisi dengan serat dan

membentuk ikatan eter. Misalnya : zat warna Remazol, Remalan dan

Primazin (Rasjid, dkk; 1976)

Gugus-gugus reaktif merupakan bagian dari zat warna dan mudah lepas,

sehingga bagian zat yang berwarna mudah bereaksi dengan serat. Pada umumnya

agar reaksi dapat berjalan dengan baik maka diperlukan penambahan alkali atau

Gambar 3. Pemilihan garis dasar metode base line menggunakan spektra FTIR (Khan at, al., 2002).

Page 30: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

13

asam sehingga mencapai suatu pH tertentu (Rasjid, dkk, 1976). Dalam larutan

alkali akan terjadi reaksi sebagai berikut:

δ- δ+ D-SO2-CH2-CH2-OSO3Na + NaOH → D-SO2-CH=CH2 + Na2SO4+ H2O (1)

Gugusan -SO2-CH=CH2 adalah senyawa vinilsulfon, dimana gugus -SO2-

menyebabkan terjadinya kepolaran yang kuat pada gugus radikal vinil. Ikatan

rangkap dari senyawa vinilsulfon bereaksi dengan gugus hidroksil dari air,

alkohol, dan selulosa dengan reaksi (2).

δ- δ+ δ- δ+ D-SO2-CH=CH2 + R-O-H → D-SO2- CH2-CH2-OR (2)

senyawa yang dihasilkan merupakan suatu eter yang dapat membentuk ikatan

kovalen sangat stabil dengan serat (Isminingsih, 1978).

Pada kondisi asam, kitosan dapat berikatan dengan zat warna. Menurut

Sakkayawong et. al. (2005), hal ini dikarenakan dibawah kondisi asam atom-atom

hidrogen (H+) pada larutan dapat memprotonasi gugus amina (-NH2) dari kitosan

seperti ditunjukkan pada reaksi (3).

R’-NH2 + H+ R’-NH3+ (3)

Dalam larutan encer, zat warna akan terlarut dan gugus sulfonat pada zat warna

Remazol Yelllow terdissosiasi dan berubah menjadi ion-ionnya. Reaksinya

ditunjukkan pada reaksi (4).

DSO3Na DSO3- + Na+ (4)

Proses adsorpsi kemudian dihasilkan dari interaksi elektrostatik antara dua ion

tersebut seperti ditunjukkan pada reaksi (5).

R’-NH3+ + DSO3

- R’-NH3+ -O3SD (5)

Zat warna Remazol Yellow merupakan salah satu zat warna reaktif dan

banyak digunakan dalam industri batik. Struktur molekul zat warna Remazol

Yellow ditunjukkan pada Gambar 4.

NCl N

SO 2CH 2CH 2OSO 3Na

N

N

HO

H 3CNa O 2C

SO 3Na

Gambar 4. Struktur Zat Warna Remazol Yellow (Kirk-Othmer, 1992).

H2O

Page 31: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

14

5. Adsorpsi

Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisik yang terjadi pada permukaan suatu

padatan. Adsorpsi terjadi jika gaya tarik menarik antara zat terlarut dengan

permukaan penyerap dapat mengatasi gaya tarik menarik antara pelarut dengan

permukaan penyerap (Oscik, 1982). Zat atau molekul yang terserap ke permukaan

disebut adsorbat sedangkan zat atau molekul yang menyerap disebut adsorben

(Sukardjo, 1985).

Isoterm adsorpsi adalah adsorpsi yang menggambarkan hubungan antara zat

yang teradsopsi oleh adsorben dengan tekanan atau konsentrasi pada keadaan

kesetimbangan dan temperatur tetap (Barrow, 1988; Alberty dan Daniel, 1983).

Ada beberapa jenis isoterm adsorpsi antara lain :

1. Isoterm Adsorpsi Langmuir

Isoterm adsorpsi langmuir diturunkan secara teoritis dengan

menganggap bahwa hanya sebuah adsorpsi tunggal yang terjadi. Adsorpsi

tersebut terlokalisasi, artinya molekul-molekul zat hanya dapat diserap

pada tempat-tempat tertentu dan panas adsorpsi tidak tergantung pada

permukaan yang tertutup oleh adsorben. Isoterm adsorpsi langmuir

digunakan untuk menggambarkan adsorpsi kimia (Robert, A. A., 1997).

Persamaan isoterm adsorpsi langmuir yang merupakan jenis adsorpsi

monolayer dapat dijelaskan sebagai berikut :

pbKbm1111

+=

dimana : m = massa yang teradsorpsi

b = kapasitas adsorpsi (mg/g)

p = konsentrasi akhir larutan (mg/L)

K = konstanta kesetimbangan adsorpsi

Dengan membuat plot antara 1/m terhadap 1/p maka harga konstanta K

dan d dapat dihitung dari slope dan intercept grafik.

2. Isoterm Adsorpsi Freundlich

Isoterm adsorpsi freundlich menggambarakan adsorpsi yang terjadi

pada beberapa lapis dan ikatannya tidak kuat.

Page 32: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

15

Dengan persamaan Barrow (1988)

nkCm1

=

Jika persamaan Barrow dilogaritmakan akan terbentuk persamaan :

log m = log k + n1 log C

dimana :

m = berat adsorben (g)

C = konsentrasi sebelum teradsorpsi (mg/L)

K dan n adalah konstanta

(Castellan, 1983)

Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah :

1). Karakteristik fisika dan kimia dari adsorben antara lain luas permukaan,

ukuran pori dan komposisi kimia.

2). Karakteristik kimia dan fisika dari adsorbat antara lain luas permukaan,

polaritas molekul, dan komposisi kimia.

3). Konsentrasi adsorbat di dalam fasa cair.

4). Karakteristik fasa cair antara lain pH dan temperatur.

5). Sistem waktu adsorpsi.

(Pohan dan Tjiptahadi, 1987)

6. Spektrofotometri Sinar Tampak dan Ultraviolet

Absorpsi sinar tampak dan ultraviolet mengakibatkan transisi elektronik

yaitu promosi elektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital

keadaan transisi yang berenergi lebih tinggi. Transisi ini memerlukan 40-300

kkal/mol. Energi yang diserap selanjutnya terbuang sebagai kalor, sebagai cahaya

atau tersalurkan dalam reaksi kimia (misalnya isomerisasi atau reaksi-reaksi

radikal bebas) (Pudjaatmaka, A. H.,1991).

Absorpsi sinar ultra violet atau sinar tampak oleh suatu molekul biasanya

menghasilkan eksitasi elektron bonding yang bisa mengakibatkan panjang

gelombang absorpsi maksimum dapat dikorelasikan dengan jenis ikatan yang ada

Page 33: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

16

di dalam molekul yang sedang diselidiki, sehingga spektroskopi serapan molekul

dapat mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang ada dalam suatu molekul.

Tetapi yang lebih penting adalah penggunaan spektroskopi UV-Vis untuk

penentuan kuantitatif senyawa yang mengandung gugus-gugus pengabsorpsi

(Hendayana, S, Kadarohman, A.A, Sumarna, A.A, dan Supriatna, A., 1994).

Absorpsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang

dan dialirkan oleh suatu perekam untuk menghasilakan spektrum-spektrum UV

maupun tampak, memiliki radiasi pita absorpsi lebar pada daerah panjang

gelombang yang lebar. Hal ini disebabkan oleh terbaginya keadaan dasar dan

keadaan eksitasi sebuah molekul dalam subtingkat-subtingkat rotasi dan vibrasi.

Berbagai transisi ini berbeda energi sedikit sekali, maka panjang gelombang

absorpsinya juga berbeda sedikit dan menimbulkan pita lebar yang nampak dalam

spektrum.

Absorpsi energi direkam sebagai absorban pada suatu panjang gelombang

tertentu didefinisikan oleh persamaan berikut :

A = log II0

Keterangan :

A = Absorbansi

I0 = intensitas berkas cahaya rujukan

I = intensitas berkas cahaya sampel

Absorpsi suatu senyawa pada panjang gelombang tertentu bertambah dengan

banyaknya molekul yang mengalami transisi. Oleh karena itu, absorpsi tergantung

pada struktur elektronik senyawa dan juga pada kepekatan sampel dan panjangnya

sel sampel. Karena itu absorpsi energi dinyatakan sebagai absorptivitas molar ε

(koefisien ektingsi molar) dan bukan sebagai absorpsi sebenarnya. Absorptivitas

molar ditunjukkan pada persamaan berikut :

ε = clA

keterangan :

ε = Absorptivitas molar

Page 34: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

17

A = Absorbansi

c = Konsentrasi (M)

l = panjang gelombang (cm)

(Pudjaatmaka, A. H., 1991)

7. Spektroskopi Infra Merah

Spektroskopi infra merah adalah alat untuk menentukan struktur suatu

senyawa berdasarkan interaksi molekul dengan energi sinar infra merah. Atom-

atom dalam suatu molekul tidak diam, tetapi terus bervibrasi (bergetar) dimana

ikatan kimia yang menghubungkan dua atom dapat dimisalkan sebagai dua bola

yang dihubungkan oleh suatu pegas.

Bila radiasi IR dilewatkan pada cuplikan, maka molekul-molekul cuplikan

tersebut akan menyerap energi shingga terjadi transisi dari vibrasi dasar (ground

state) ke tingkat vibrasi tereksitasi (exited state). Pengabsorpsian energi pada

berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh spektrofotometer IR yang memplotkan

jumlah radiasi yang diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi atau

panjang gelombang radiasi. Hasil plot tersebut yang memberikan informasi

penting tentang gugus fungsional suatu molekul (Hendayana dkk, 1994).

Spektra infra merah kebanyakan menyatakan panjang gelombang atau

frekuensi versus persen transmitansi (%T). Apabila senyawa menyerap radiasi

dengan panjang gelombang tertentu, maka intensitas radiasi yang diteruskan oleh

sampel akan berkurang, sehingga menyebabkan penurunan %T dan dalam

spektrum nampak sebagai sumur (dip) yang disebut puncak adsorpsi (peak) atau

pita absorpsi (band). Tidak adanya serapan oleh senyawa pada panjang gelombang

tertentu terekam sebagai 100%T dan disebut sebagai garis dasar (baseline) yang

terekam pada bagian atas spektrum.

Skala dasar spektra inframerah adalah bilangan gelombang yang berkurang

dari 4000 cm-1 ke 670 cm-1 atau lebih rendah. Daerah yang sering digunakan

untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional berada pada daerah 4000 cm-1 –

1400 cm-1.

Page 35: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

18

Daerah inframerah pada bilangan gelombang 4000 cm-1- 1400 cm-1 dibagi

menjadi 4 bagian yaitu :

a. Daerah 4000-2500 cm-1 sesuai untuk vibrasi ikatan stretching N-H, C-H, dan

O-H, keduanya menyerap pada daerah 3300-3600 cm-1. karena hampir

semua senyawa organik mempunyai ikatan C-H, maka hampir semua

spektra memberikan serapan kuat pada daerah ini.

b. Daerah 2500-2000 cm-1 merupakan daerah serapan yang diberikan oleh

ikatan rangkap tiga stretching. Nitril dan alkuna menunjukkan puncaknya di

daerah ini.

c. Daerah 2000-1500 cm-1 adalah daerah absorpsi ikatan rangkap dua yang

meliputi C=O, C-N dan C=C. Secara umum gugus karbonil menyerap pada

bilangan gelombang 1670-1780 cm-1 dan alkena stretching secara normal

terjadi dalam rentang yang lebar dari 1640-1680 cm-1. Posisi pasti dari

serapan C=O sering ditentukan sebagai serapan gugus karbonil dalam

molekul. Serapan ester biasa terjadi pada daerah 1735 cm-1, aldehid pada

1725 cm-1 dan ikatan keton terbuka terjadi pada 1715 cm-1.

d. Daerah dibawah 1500 cm-1 biasa disebut daerah sidik jari. Sejumlah besar

serapan yang disebabkan oleh berbagai vibrasi ikatan tunggal seperti C-O,

C-C, dan C-N yang terjadi di daerah ini, membentuk pola yang unik yang

bertindak sebagai identitas sidik jari oleh tiap molekul organik (McMurry,

1994).

Menurut Hamdan, (1992) spektra FTIR didasarkan pada metode vibrasi

gugus –O-Si-O- dibedakan menjadi 3, yaitu :

a. Daerah 1250-900 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur asimetri –O-Si-O- .

b. Daerah 850-680 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur simetri –Si-O-Si- .

c. Daerah 500-420 cm-1 menunjukkan vibrasi tekuk –Si-O-Si- .

B. Kerangka Pemikiran

Kitin adalah bahan utama penyusun eksoskeleton invertebrata. Invertebrata

yang banyak mengandung kitin adalah berasal dari kelompok udang-udangan,

insekta dan mollusca. Beberapa bahan yang sering dimanfaatkan sebagai sumber

kitin adalah cangkang udang dan cangkang kepiting. Bahan lain yang dapat

Page 36: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

19

dimanfaatkan sebagai sumber kitin adalah cangkang bekicot yang merupakan

kelompok hewan lunak (mollusca).

Kitin yang berasal dari cangkang bekicot dapat diubah menjadi kitosan

melalui proses deasetilasi. Deasetilasi merupakan proses peghilangan gugus asetil

dari kitin.

Kitosan memiliki gugus-gugus amina dan hidroksil yang menyebabkan

kitosan mempunyai reaktifitas yang tinggi. Ketika kitosan dilarutkan kedalam

campuran asam, amina primer pada molekul kitosan menjadi terprotonasi dan

memperoleh muatan positif, karena itu molekul kitosan yang terlarut adalah

polikationik.

Adsorpsi zat warna Remazol Yellow oleh kitosan dipengaruhi oleh kondisi

proses adsorpsi, antara lain pH awal larutan dan waktu kontak. Proses adsorpsi zat

warna Remazol Yellow oleh kitosan dilakukan pada pH asam dan pH basa karena

pada pH asam atom-atom hidrogen (H+) pada larutan dapat memprotonasi gugus

amina (-NH2) dari kitosan sedangkan pada pH basa, zat warna Remazol Yellow

dapat membentuk senyawa vinil sulfon yang dapat meningkatkan proses adsorpsi.

Adsorpsi zat warna Remazol Yellow oleh kitosan selain dipengaruhi oleh pH

awal larutan juga dipengaruhi oleh waktu kontak antara kitosan dan zat warna.

Dari berbagai variasi pH awal larutan dan lamanya waktu kontak tersebut akan

diperoleh kondisi optimum penyerapan zat warna Remazol Yellow oleh kitosan.

Jenis isoterm adsorpsi zat warna Remazol Yellow dengan kitosan ditentukan

pada kondisi pH dan waktu kontak optimum. Kemungkinan isoterm adsorpsi

antara zat warna Remazol Yellow dengan kitosan adalah isoterm Langmuir karena

dimungkinkan terjadi ikatan kimia antara zat warna dengan gugus aktif pada

kitosan.

C. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran maka diajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Kitosan dari cangkang bekicot dapat digunakan sebagai adsorben Remazol

Yellow.

2. pH optimum adsorpsi zat warna Remazol Yellow oleh kitosan terjadi pada

pH asam.

Page 37: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

20

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian tentang studi pemanfaatan kitosan dari limbah cangkang bekicot

untuk adsorben zat warna Remazol Yellow menggunakan metode eksperimen.

Kitin murni dari cangkang bekicot diperoleh melalui proses deproteinasi dan

demineralisasi. Tujuan deproteinasi dan demineralisasi adalah menghilangkan

protein dan mineral yang terkandung dalam cangkang bekicot. Pembentukan

kitosan dari kitin dilakukan melalui proses deasetilasi kitin.

Identifikasi gugus fungsi pada kitin dan kitosan dilakukan dengan memakai

analisa FTIR. Besarnya nilai adsorpsi Remazol Yellow oleh kitosan dianalisa

dengan spektroskopi UV-Vis. Karakterisasi sifat fisika kitosan diperoleh dengan

analisa kadar air, kadar abu, berat molekul dan derajat deasetilasi. Adsorpsi

Remazol Yellow oleh kitosan dengan metode Batch dengan variasi meliputi :

1. Variasi pH untuk mengetahui pengaruh keasaman terhadap adsorpsi

kitosan.

2. Variasi waktu kontak untuk mendapatkan waktu optimum adsorpsi.

3. Variasi konsentrasi untuk menentukan isoterm adsorpsi.

Adsorpsi dan desorpsi kitosan terhadap limbah batik dilakukan pada kondisi

optimum untuk mengetahui sifat adsorpsi kitosan terhadap Remazol Yellow.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sub. Laboratorium Kimia, Lab pusat Fakultas MIPA

Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta dan Lab dasar jurusan kimia Fakultas

MIPA Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta. Karakterisasi gugus fungsi

kitin dan kitosan dengan FTIR dilakukan di Laboratorium Kimia Organik

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Waktu penelitian dari bulan Juli 2006

sampai Desember 2006.

20

Page 38: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

21

C. Alat dan Bahan

1. Alat yang digunakan

a. Ayakan ASTM Standar TEST SIEVE 50 mesh.

b. Seperangkat alat gelas Pyrek.

c. Stirer Hot Plate Model 4658 Cole Parmer Instrument company

d. Thermolyne Furnace 48000

e. Neraca analitis Satorius tipe GF-300

f. PH meter Lutron PH-207

g. FTIR 8201 PC

h. Spektroskopi UV-Vis merk Spectrophotometer Optima SP-300

i. Termometer

j. Stopwatch

k. Viscometer Ostwald

2. Bahan yang digunakan

a. Cangkang bekicot dari kecamatan Papar, kabupaten Kediri, Jawa Timur.

b. Asam asetat p.a. Merck

c. NaOH p.a. Merck

d. HCl 37 % p.a. Merck

e. Akuades

f. Kertas saring Whatman 42

g. Alumunium foil

h. Zat warna Remazol Yellow.

D. Prosedur Penelitian

1. Preparasi Kitin dan Kitosan

a. Persiapan Bahan

Cangkang bekicot dibersihkan dan dicuci dengan air hingga bersih,

kemudian dikeringkan di udara terbuka dibawah sinar matahari. Cangkang

bersih kemudian di gerus sampai halus dan diayak dengan ayakan 50 mesh.

Page 39: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

22

b. Proses Deproteinasi

Labu refluks 1000 ml diisi serbuk cangkang bekicot sebanyak 50 gram

lalu ditambahkan larutan NaOH 3,5% (w / v) dengan perbandingan 10 : 1 (v /

w), kemudian dipanaskan 650C sambil distirer selama 2 jam (No, 1989 dalam

Sun-Ok Fernandez-Kim B. S., 1991). Setelah dingin, disaring dan dicuci

dengan akuades sampai netral lalu dikeringkan dalam oven 600 C.

c. Proses Demineralisasi

Serbuk cangkang bekicot hasil deproteinasi dimasukkan dalam labu

refluks 1000 ml kemudian ditambahkan larutan HCl 1 M dengan

perbandingan 15 : 1 (v /w), kemudian dipanaskan pada suhu kamar (400 C)

sambil distirer selama 30 menit (No, 1989 dalam Sun-Ok Fernandez-Kim B.

S., 1991). Setelah dingin, disaring lalu dicuci dengan akuades. Hasil yang

diperoleh dikeringkan dalam oven pada suhu 600 C. Kitin yang diperoleh

dianalisa dengan spektroskopi infra merah pada daerah bilangan gelombang

4000 – 400 cm-1.

d. Proses Deasetilasi Kitin

Kitin yang diperoleh dari proses sebelumnya ditambahkan larutan NaOH

50% pada labu refluks 1000 ml dengan perbandingan 10 : 1 (v /w), kemudian

dipanaskan 1200 C sambil distirer selama 30 menit (No and Meyers, 1989

dalam Sun-Ok Fernandez-Kim B. S., 1991). Setelah didinginkan, disaring lalu

dicuci dengan akuades kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 600 C

selama 24 jam. Kitosan yang diperoleh dianalisa dengan spektroskopi infra

merah pada daerah bilangan gelombang 4000 – 400 cm-1.

2. Karakterisasi Kitosan

Karakterisasi kitosan meliputi kadar air, kadar abu, derajat deasetilasi dan

berat molekul dengan cara sebagai berikut :

a. Kadar Air

Sebanyak 0,5 gram kitosan dikeringkan dalam oven pada suhu 1050 C

selama 3 jam kemudian dikeringkan dalam deksikator, kemudian ditimbang.

Page 40: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

23

Perlakuan diulangi sampai diperoleh berat yang konstan. Kadar air dihitung

dari selisih berat sampel sebelum dikeringkan dan sesudah dikeringkan.

b. Kadar Abu

Cawan porselin kosong ditimbang, kemudian sebanyak 0,5 gram sampel

kitosan dimasukkan dalam cawan porselin dan ditimbang. Cawan dimasukkan

dalam tanur dengan suhu 5750 C selama 3 jam (ASTM Standar E: 1755),

didinginkan kemudian ditimbang. Perlakuan diulangi sampai diperoleh berat

yang konstan. Kadar abu diperoleh dari berat sampel yang tidak terabukan

setelah pemanasan.

c. Berat Molekul

Kitosan dalam asam asetat 1% dalam berbagai variasi konsentrasi diukur

viskositasnya dengan viscometer Ostwald, dengan menghitung waktu penurunan

larutan kitosan (No et. al., 2000). Viskositas dihitung dengan rumus :

0

01

ttt

sp−

Sedangkan untuk menghitung rata-rata berat molekul polimer dipakai

persamaan Mark-Houwink, yaitu :

[ ] avKM=η

dimana K = 1.81 x 10-3 cm3 / g

a = 0.93

d. Derajat Deasetilasi

Derajat deasetilasi kitosan yang terbentuk ditentukan dengan spektra infra

merah dengan bilangan gelombang berkisar antara 4000 – 400 cm-1. Derajat

deasetilasi ditentukan dengan metode base line yang dirumuskan oleh Baxter

(Khan et al., 2002). Derajat deasetilasi dihitung dari perbandingan antara

absorbansi pada 1655 cm-1 dengan absorbansi 3450 cm-1 dengan rumus:

DD = 100 – [(A1655 /A3450) X 115]

Dengan (A1655) amida = Log 10 (DF2 / DE)

(A3450) hidroksil = Log 10 (AC / AB)

Page 41: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

24

3. Adsorpsi Larutan Remazol Yellow

Penentuan kondisi optimum adsorpsi kitosan terhadap larutan Remazol

Yellow dilakukan dengan memakai metode batch dengan melakukan variasi yang

meliputi variasi pH larutan Remazol Yellow, variasi konsentrasi larutan Remazol

Yellow dan variasi waktu kontak. Optimasi adsorpsi didasarkan pada orientasi

berikut :

a. Pembuatan Spektrum Absorpsi Zat Warna

Larutan Remazol Yellow 20 ppm sebanyak 25 ml diukur absorbansinya

pada berbagai panjang gelombang dengan spektroskopi UV– Vis untuk

mendapatkan panjang gelombang maksimumnya.

b. Pembuatan Kurva Standar Untuk Spektroskopi UV-Vis

Larutan standar Remazol Yellow dengan variasi 5, 10, 15, 20, 25, 30 dan

35 ppm diukur absorbansinya dengan spektroskopi UV-Vis.

c. Orientasi pH larutan Remazol Yellow

Larutan Remazol Yellow 10 ml dengan konsentrasi 15 ppm diatur pHnya

dengan penambahan NaOH dan HCl menjadi pH 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 10 dan

11, kemudian kedalam masing-masing larutan ditambahkan 100 mg kitosan.

Campuran diaduk dengan kecepatan 150 rpm selama 24 jam (Sakkkayawong

at. al., 2005). Setelah itu larutan disaring dan kadar adsorpsi Remazol Yellow

oleh kitosan dianalisa dengan spektroskopi UV-Vis.

d. Orientasi Waktu Pengadukan

Larutan Remazol Yellow 10 ml pada konsentrasi 15 ppm dan pH

optimum hasil orientasi sebelumnya ditambahkan 100 mg kitosan, diaduk

dengan kecepatan 150 rpm dengan variasi waktu pengadukan selama 6, 12,

18, 24, 30 dan 36 jam. Larutan disaring kemudian dianalisa dengan

spektroskopi UV-Vis.

e. Orientasi Konsentrasi Larutan Remazol Yellow

Larutan Remazol Yellow 10 ml dengan variasi konsentrasi 4, 8, 12, 16

dan 20 ppm diatur pada pH optimum hasil orientasi sebelumnya, kemudian

ditambahkan 100 mg kitosan dan diaduk dengan kecepatan 150 rpm dengan

Page 42: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

25

waktu pengadukan optimum hasil orientasi sebelumnya. Larutan kemudian

disaring dan dianalisa dengan spektroskopi UV-Vis.

4. Aplikasi Limbah

a. Adsorpsi Limbah Zat Warna

Limbah pabrik batik diambil dari bak penampungan setelah proses

pencelupan sebelum limbah tersebut dialirkan ke sungai. Konsentrasi awal zat

warna diukur setelah zat warna diatur pHnya sampai pH optimum dengan

penambahan NaOH dan HCl. Sebanyak 100 mg kitosan dimasukkan ke dalam

10 ml limbah yang telah diatur pHnya sampai pH optimum kemudian diaduk

dengan shaker dengan kecepatan 150 rpm selama waktu kontak optimum.

Filtrat yang diperoleh ditentukan konsentrasinya dengan spektroskopi UV-Vis

untuk mengetahui konsentrasi yang tidak diserap oleh kitosan. Konsentrasi

limbah zat warna yang diserap oleh kitosan adalah selisih antara konsentrasi

awal larutan dengan konsentrasi yang tidak diserap kitosan.

b. Desorpsi

Endapan adsorben hasil penyaringan setelah adsorpsi ditambahkan 10 ml

akuades, kemudian diaduk dengan shaker dngan kecepatan 150 rpm selama

waktu kontak optimum. Filtrat yang diperoleh ditentukan konsentrasinya

dengan spektroskopi UV-Vis untuk mengetahui konsentrasi limbah zat warna

yang terdesorpsi.

E. Pengumpulan dan Analisis Data

1. Pengumpulan Data

Kadar air dan kadar mineral kitosan diperoleh dengan menimbang berat

sampel sebelum dan sesudah pemanasan. Pengukuran kadar air dilakukan dengan

pemanasan 1050 C, sedangkan kadar abu dengan pemanasan 5750C.

Penentuan gugus fungsi dan derajat deasetilasi didapat dari spektra IR

dengan alat FTIR. Kadar Remazol Yellow dalam limbah setelah adsorpsi dan

desorpsi diukur dengan spektroskopi UV-Vis. Pembuatan spektra UV-Vis larutan

Page 43: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

26

standar Remazol Yellow dipakai untuk memplotkan nilai absorbansi sampel hasil

pengukuran.

2. Analisis Data

Penghitungan kadar air dan kadar abu kitosan dengan pengukuran berat

sampel sebelum dan sesudah pemanasan. Kadar air dalam kitosan diketahui dari

banyaknya air yang menguap setelah pemanasan, sedangkan kadar abu diketahui

dari berat kitosan yang tidak terabukan setelah pemanasan.

Analisa spektra Infra merah kitin, kitosan memakai daerah gugus fungsi

dan daerah sidik jari dengan frekuensi sekitar 4000 cm-1- 400cm-1. Derajat

deasetilasi kitosan diukur dengan base line yang dikemukakan oleh Baxter

(Khan et. al.,2002) .

Data hasil variasi pH dan waktu kontak dibuat kurva sehingga dapat

ditentukan pH optimum dan waktu kontak optimum. Variasi konsentrasi larutan

Remazol Yellow dilakukan untuk menentukan model adsorpsi isoterm Langmuir

atau Freundlich yang sesuai dengan adsorpsi Remazol Yellow oleh kitosan.

Page 44: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Preparasi Adsorben

1. Pemurnian Kitin

Proses pemurnian kitin yang berasal dari cangkang bekicot melalui 2 tahap

yaitu deproteinasi dan demineralisasi. Tujuan dari proses deproteinasi adalah

untuk menghilangkan protein yang terkandung dalam cangkang bekicot. Tahap

demineralisasi bertujuan untuk menghilangkan mineral-mineral yang ada pada

cangkang bekicot.

Data rendemen akhir pada setiap tahap ditunjukkan pada Tabel lampiran 1

dan perhitungan rendemen akhir pada setiap tahap dapat dilihat pada Lampiran 1.

Rendemen pada setiap tahap pemurnian kitin dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rendemen pada setiap tahap pemurnian kitin

Tahap perlakuan Rendemen (%)

Deproteinasi 95,05 ± 3,09

Demineralisasi 19,22 ± 1,92

Kitin dalam cangkang bekicot diperoleh dengan pemurnian yang meliputi

proses deproteinasi dan demineralisasi. Proses deproteinasi dilakukan untuk

menghilangkan protein yang terkandung dalam cangkang bekicot dengan

penambahan NaOH 3,5%. Protein akan larut dalam NaOH. Rendemen yang

dihasilkan dari tahap ini adalah sebesar 95,05 ± 3,09 %.

Proses demineralisasi dilakukan dengan menambahkan HCl 1M dengan

tujuan untuk menghilangkan mineral yang terkandung dalam sampel. Menurut

Salami (1998) contoh reaksi yang terjadi pada kalsium adalah sebagai berikut :

CaCO3 + 2HCl CaCl2 + H2CO3

H2CO3 CO2 + H2O

27

Page 45: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

28

Gelembung-gelembung CO2 yang dihasilkan pada proses demineralisasi

merupakan indikator adanya reaksi antara HCl dengan garam mineral. Rendemen

yang dihasilkan dari proses ini adalah sebesar 19,22 ± 1,92 % berwarna coklat

keputihan dan berbentuk serbuk.

Kitin yang diperoleh selanjutnya diidentifikasi dengan spektroskopi infra

merah. Identifikasi ini dilakukan untuk mengetahui gugus fungsi kitin dalam

rendemen yang diperoleh. Spektra hasil identifikasi gugus fungsional kitin dengan

spektrofotometer infra merah dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Spektra Infra Merah Kitin

Spektra infra merah kitin pada Gambar 5 memperlihatkan adanya pita

serapan pada 3449,66 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur gugus –OH

(Sastrohamidjojo, 2001). Serapan pada bilangan gelombang 2922,21 cm-1 dan

2853,81 cm-1 muncul sebagai akibat vibrasi ulur gugus C-H dari alkana (Hartomo

dan Purba, 1986). Menurut Williams dan Fleming (1987) serapan ulur gugus–CH3

dan –CH2- terletak di daerah 2960-2850 cm-1, sehingga serapan yang terdapat

pada bilangan gelombang 2922,21 cm-1 dan 2853,81 cm-1 menunjukkan serapan

ulur gugus –CH2- dan –CH3. Keberadaan gugus –CH3 yang terikat pada amida (-

NHCOCH3), didukung oleh adanya serapan pada bilangan gelombang 1474,69

cm-1 (Hartomo dan Purba, 1986). Menurut Williams dan Fleming (1987) serta

Page 46: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

29

Hartomo dan Purba (1986) getaran tekuk NH amida berada pada daerah 1570-

1515 cm-1, namun karena adanya tumpang tindih antara serapan tersebut dengan

serapan ulur gugus C=O sehingga terjadi pelebaran puncak dan hanya muncul

satu puncak pada bilangan gelombang 1634,64 cm-1. Adanya serapan pada

bilangan gelombang 861,15 cm-1 menandakan masih adanya mineral silika pada

kitin.

2. Pembentukan Kitosan

Pembentukan kitosan dilakukan melalui proses deasetilasi kitin. Deasetilasi

kitin dilakukan dengan mereaksikan kitin dengan NaOH 50% dengan

perbandingan 10 : 1 (v/w) pada suhu 1200C (No and Meyers, 1989 dalam Sun-Ok

Fernandez-Kim B. S., 1991). Tujuannya adalah untuk menghilangkan gugus asetil

yang ada pada kitin. Deasetilasi adalah proses pengubahan gugus asetil (-

NHCOCH3) menjadi gugus amina (-NH2). Reaksi deasetilasi kitin pada dasarnya

adalah suatu reaksi hidrolisis amida dari β-(1-4)-2-asetamida-2-deoksi-D-glukosa

dengan NaOH, reaksinya ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 6. Mekanisme Reaksi Deasetilasi (Mahatmanti, 2001).

Hasil proses deasetilasi setelah dikeringkan diperoleh serbuk berwarna putih

kecoklatan. Kadar kitosan dihitung dari hasil rendemen yang diperoleh dan

diperlihatkan pada Lampiran 2 sedangkan data rendemen pembentukan kitosan

ditunjukkan pada Tabel lampiran 2. Dari hasil perhitungan diperoleh rendemen

kitosan sebesar 52,62 % dan jika dihitung dari bahan awal diperoleh rendemen

kitosan sebesar 9,59 ± 0,71 %.

NH.. C

O

....

CH3 + OH-....

.. NH..

H

C

O

OCH3 NH2 C

O

CH3

O

OC

O

H3C+NH2

=O

H

H

H

HOO

H CH2OH

O

Page 47: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

30

Kitosan yang diperoleh selanjutnya juga diidentifikasi dengan menggunakan

spektroskopi infra merah. Spektra hasil identifikasi gugus fungsional kitosan

diperlihatkan pada Gambar 7.

Gambar 7. Spektra Infra Merah Kitosan

Untuk memastikan terbentuknya kitosan dari kitin dilakukan analisis gugus

fungsi rendemen dengan menggunakan FTIR. Dari spektra yang dihasilkan

terlihat adanya serapan pada bilangan gelombang 3452,49 cm-1 yang merupakan

serapan dari gugus –OH. Serapan yang dihasilkan oleh gugus –OH tersebut lebar

dan mengalami pergeseran dari bilangan gelombang pada kitin. Hal ini

disebabkan adanya tumpang tindih dengan gugus NH dari amina. Serapan pada

bilangan gelombang 2922,65 cm-1 mengindikasikan gugus C-H dari alkana yaitu

menunjukkan vibrasi ulur gugus –CH2-. Hilangnya pita serapan yang terdapat

pada bilangan gelombang 1634,64 cm-1 menunjukkan hilangnya gugus C=O suatu

amida (-NHCO-). Serapan khas kitosan terlihat pada bilangan gelombang 1617,52

cm-1 dan 1623,12 cm-1 yang merupakan getaran tekuk N-H yang menunjukkan

keberadaan amina (-NH2) (Silverstein, 1986). Pita serapan pada bilangan

gelombang 1081,57 cm-1 merupakan serapan dari vibrasi ulur gugus –C-O-.

Serapan pada bilangan gelombang 872,61 cm-1 menunjukkan masih adanya

mineral silika pada kitosan. Masih adanya serapan pada 1425,37 cm-1 yang

merupakan serapan gugus –CH3 dari amida menunjukkan bahwa dalam spektra

infra merah kitosan masih terkandung kitin.

Page 48: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

31

3. Karakterisasi Kitosan

Karakterisasi kitosan yang dilakukan meliputi warna, bau, bentuk, kadar

air, kadar abu, derajat deasetilasi, berat molekul dan derajat polimerisasi. Hasil

perhitungan karakterisasi kitosan yang diperoleh ditunjukkan pada Lampiran 3

dan Lampiran 4. Hasil perhitungan Lampiran 3 dan Lampiran 4 selengkapnya

diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakterisasi kitosan

Spesifikasi Deskripsi

Warna Putih kecoklatan

Bau Tidak berbau

Bentuk Serbuk

Kadar air 2,06 ± 0,82 %

Kadar abu 26,11 ± 0,45 %

Derajat deasetilasi(Baxter) 74,95%

Berat molekul 2 kilodalton

Derajat Polimerisasi 12

Kitosan yang diperoleh dari hasil penelitian ini berwarna putih kecoklatan

dan berbentuk serbuk. Menurut Sun-Ok Fernandez-Kim B. S (1991), serbuk

kitosan secara alami benar-benar lembut dan warnanya bervariasi dari kuning

muda sampai putih.

Penentuan kadar air memperlihatkan jumlah kandungan air dalam kitosan.

Perhitungan kadar air dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil perhitungan tersebut

memperlihatkan jumlah kandungan air sebesar 2,06 ±0,82 %. Kitosan merupakan

biopolimer higroskopis sehingga terjadi penyerapan uap air ketika kitosan dalam

keadaan terbuka. Produk kitosan komersial mengandung kadar air kurang dari

10%.

Kadar abu yang terdapat ada kitosan dari cangkang bekicot adalah 26,11 ±

0,45 %. Perhitungan kadar abu dapat dilihat pada Lampiran 3. Kadar abu ini

diketahui dari sampel yang tidak terabukan. Kandungan abu pada kitosan adalah

parameter yang penting. Kadar abu yang besar pada kitosan dapat mempengaruhi

Page 49: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

32

kelarutan, konsekuensinya dapat menurunkan viskositas atau dapat mempengaruhi

karakteristik lain yang lebih penting. Kualitas kitosan yang baik memiliki kadar

abu kurang dari 1%. Penentuan kadar abu adalah indikator keefektifan tahap

demineralisasi untuk menghilangkan mineral yang ada pada kitosan. Tanpa proses

demineralisasi, produk menghasilkan kadar abu antara 31-36 %. Besarnya kadar

abu yang terkandung memperlihatkan proses demineralisasi yang kurang

sempurna.

Berat molekul rata-rata kitosan diukur dengan menentukan waktu alir

larutan kitosan yang diukur menggunakan viskometer Ostwald. Data yang

diperoleh kemudian dikonversi ke dalam persamaan Mark-Houwink. Hasil

perhitungan pada Lampiran 3 memperlihatkan jumlah berat molekul kitosan

sebesar 2 kilo Dalton dengan derajat polimerisasi 12. Kitosan adalah biopolimer

yang mempunyai berat molekul besar. Berat molekul kitosan bervariasi sesuai

dengan sumber bahan mentah dan metode preparasinya. Berat molekul kitosan

komersial dari bahan dasar kepiting adalah 6531,99 dalton untuk jenis Vanson 75

dan 7194 dalton untuk jenis Sigma 91.

Penentuan derajat deasetilasi dilakukan untuk mengetahui terbentuknya

kitosan dari kitin. Penentuan derajat deasetilasi kitosan dihitung dengan metode

base line oleh Baxter (Khan et. al., 2002). Perhitungan untuk menentukan derajat

deasetilasi diperlihatkan pada Lampiran 4 sedangkan gambar penentuan derajat

deasetilasi dapat dilihat pada Lampiran 22. Dari perhitungan tersebut, diketahui

bahwa dengan rumus Baxter (Khan et. al., 2002) didapat prosentase derajat

deasetilasi sebesar 74,95 %.

Menurut Pujiastuti (2001), derajat deasetilasi kitin terhadap kitosan biasanya

berkisar antara 70-100% tergantung penggunaannya. Derajat desetilasi sebesar

74,95% sudah merupakan kitosan, sesuai dengan derajat deasetilasi menurut

Pujiastuti (2001). Derajat deasetilasi kitosan yang diperoleh belum memenuhi

standar kualitas teknis, makanan, dan farmasetis. Pujiastuti (2001) menyebutkan

standar kitosan kualitas teknis, makanan, dan farmasetis berturut-turut sebesar

80%, 90% dan 95%.

Page 50: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

33

B. Proses Adsorpsi

1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Zat Warna Remazol Yellow

Penentuan panjang gelombang maksimum diperoleh dengan mengukur

absorbansi larutan zat warna Remazol Yellow 20 ppm menggunakan UV-Vis pada

panjang gelombang antara 350 nm sampai 450 nm sehingga didapatkan spektrum

absorbansi larutan zat warna Remazol Yellow yang ditunjukkan pada Gambar 8.

0,248

0,25

0,252

0,254

0,256

0,258

0,26

408 410 412 414 416 418 420 422

panjang gelombang (nm)

abso

rban

si

Gambar 8. Spektrum Absorbansi Zat Warna Remazol Yellow

Gambar 8 menunjukkan bahwa panjang gelombang maksimum larutan zat

warna Remazol Yellow adalah 416 nm. Nilai panjang gelombang ini selanjutnya

digunakan dalam pengukuran selanjutnya. Data absorbansi penentuan panjang

gelombang maksimum Remazol Yellow dapat dilihat pada Lampiran 5.

2. Penentuan pH Optimum

pH awal larutan dapat mempengaruhi besarnya adsorpsi zat warna Remazol

Yellow oleh kitosan. Pada penelitian ini 10 mL larutan zat warna Remazol Yellow

ditambah 100 mg kitosan dengan waktu kontak yang seragam yaitu selama 24 jam

(Sakkayawong et. al, 2005). Variasi pH pada penelitian ini dilakukan dengan cara

mengatur pH larutan zat warna Remazol Yellow dengan menambahkan HCl atau

NaOH sehingga diperoleh pH 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan 11. Data pengaruh

pH terhadap konsentrasi zat warna Remazol Yellow terserap ditunjukkan pada

Gambar 9. Data selengkapnya ada pada Lampiran 8.

Page 51: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

34

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

5

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

pH

Rem

azol

Yel

low

ters

erap

(ppm

)

Gambar 9. Grafik Hubungan pH vs Konsentrasi Zat Warna Remazol Yellow

Terserap. Gambar 9 menunjukkan pH 2 memiliki daya serap terbesar dibandingkan

dengan pH yang lain. Menurut Sakkayawong et. al. (2005), penjelasan untuk hal

ini adalah bahwa dibawah kondisi asam atom-atom hidrogen (H+) pada larutan

dapat memprotonasi gugus amina (-NH2) dari kitosan seperti ditunjukkan pada

reaksi (6).

R’-NH2 + H+ R’-NH3+ (6)

Dalam larutan encer, zat warna akan terlarut dan gugus sulfonat pada zat warna

Remazol Yelllow terdissosiasi dan berubah menjadi ion-ionnya, seperti

ditunjukkan pada reaksi berikut :

DSO3Na DSO3- + Na+ (7)

Proses adsorpsi kemudian dihasilkan dari interaksi elektrostatik antara dua ion

tersebut seperti ditunjukkan pada reaksi berikut :

R’-NH3+ + DSO3

- R’-NH3+ -O3SD (8)

pH 3, 4, 5 dan 6 menghasilkan penyerapan yang lebih kecil dari pH 2. Hal

ini dimungkinkan karena belum banyak gugus amina dari kitosan yang

terprotonasi oleh hidrogen (H+) dari larutan sehingga menyebabkan kecilnya

kemampuan kitosan untuk berikatan dengan zat warna. Sedangkan pada pH 1

dimungkinkan telah terjadi kerusakan pada kitosan sehingga menyebabkan

H2O

Page 52: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

35

terjadinya penurunan daya serap kitosan terhadap zat warna. Menurut Sun-Ok

Fernandez-Kim B. S (1991) kitosan larut dalam larutan HCl 1%.

Dari gambar 9 juga dapat dilihat pada kondisi basa terjadi penurunan

konsentrasi zat warna Remazol Yellow. Hal ini karena terjadi reaksi antara gugus

radikal vinil dari larutan zat warna dengan gugus hidroksil dari kitosan. Gugus -

SO2- menyebabkan terjadinya kepolaran yang kuat pada gugus radikal vinil (D-

SO2-CH=CH2 ). Ikatan rangkap dari senyawa tersebut bereaksi dengan gugus

hidroksil dari kitosan dengan reaksi berikut :

δ- δ+ δ- δ+ D-SO2-CH=CH2 + R-O-H → D-SO2- CH2-CH2-OR (9)

3. Penentuan Waktu Kontak Optimum

Waktu kontak merupakan waktu yang dibutuhkan oleh kitosan untuk

mengadsorpsi zat warna Remazol Yellow. Penentuan waktu kontak optimum

dilakukan dengan cara memasukkan kitosan sebanyak 100 mg dalam 10 ml

larutan zat warna Remazol Yellow 15 ppm dan pH 2 kemudian dishaker dengan

variasi waktu kontak 6, 12, 18, 24, 30, dan 36 jam. Data absorbansi yang

diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan garis lurus dari kurva standar zat

warna Remazol Yellow sehingga dapat dihitung konsentrasi zat warna Remazol

Yellow yang terserap. Data pengaruh waktu kontak terhadap konsentrasi zat warna

Remazol Yellow terserap ditunjukkan pada Gambar 10. Data selengkapnya ada

pada Lampiran 11.

00,5

11,5

22,5

33,5

44,5

0 6 12 18 24 30 36

Waktu Kontak (jam)

Rem

azol

Yel

low

ters

erap

(p

pm)

Gambar 10. Grafik Hubungan Waktu Kontak vs Konsentrasi Zat Warna

Remazol Yellow Terserap.

Page 53: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

36

Waktu kontak optimum tercapai pada saat waktu kontak 24 jam yang

menghasilkan konsentrasi zat warna Remazol Yellow terserap sebesar 4,08 ppm.

Berdasarkan uji statistik Duncan yang ditunjukkan pada Tabel Lampiran 6 waktu

kontak 24 jam menghasilkan daya serap yang optimum. Waktu kontak kurang dari

24 jam menghasilkan penyerapan yang belum maksimal.

4. Penentuan Isoterm Adsorpsi

Penentuan jenis isoterm adsorpsi bertujuan untuk mengetahui proses

penyerapan yang terjadi antara kitosan sebagai adsorben dan zat warna Remazol

Yellow sebagai zat yang diserap oleh adsorben (adsorbat). Penentuan isoterm

adsorpsi ini dilakukan pada kondisi pH dan waktu kontak optimum, yaitu pada

pH 2 dan waktu kontak 24 jam dengan cara menvariasi konsentrasi zat warna

Remazol Yellow. Data isoterm adsorpsi kitosan dapat dilihat pada Lampiran 13.

Menurut Stum dan Morgan (1995) adsorpsi biasanya ditulis dengan isoterm

yang menunjukkan hubungan antara konsentrasi zat yang diserap (adsorbat) dan

jumlah yang diserap pada temperatur konstan. Dua jenis adsorpsi yang sering

digunakan untuk menentukan jenis adsorpsi pada proses adsorpsi ini adalah

isoterm adsorpsi Langmuir dan Freundlich.

1. Isoterm Langmuir

Penentuan isoterm Langmuir dilakukan dengan cara membuat kurva

hubungan antara 1/Cakhir dan 1/daya serap (1/m), sehingga dapat diperoleh

kurva 1/m versus 1/Cakhir diperoleh kurva isoterm Langmuir untuk proses

adsorpsi. Kurva isoterm adsorpsi Langmuir kitosan ditunjukkan oleh Gambar

11. Data selengkapnya ada pada Lampiran 14.

Page 54: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

37

y = 25,562x + 0,3235R2 = 0,9962

0

2

4

6

8

10

12

14

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

1/C

1/m

Gambar 11. Grafik Isoterm Adsorpsi Langmuir Kitosan

Dari kurva isoterm adsorpsi Langmuir pada Gambar 11 diperoleh

persamaan garis lurus y = 25,562x + 0,3235 dengan harga R2 = 0,9962.

2. Isoterm Freundlich

Isoterm Freundlich ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan

log Cakhir dan log m. Kurva isoterm adsorpsi Freundlich log m versus log

Cakhir disajikan oleh Gambar 12. Data selengkapnya ada pada Lampiran 15.

y = 0,8761x - 1,3523R2 = 0,9861

-1,2

-1

-0,8

-0,6

-0,4

-0,2

00 0,5 1 1,5

Log C

Log

m

Gambar 12. Grafik Isoterm Adsorpsi Freundlich Kitosan.

Dari kurva isoterm adsorpsi Freundlich diperoleh persamaan garis lurus

y = 0,8761x – 1,3523 dengan harga R2 = 0,9861.

Harga koefisien regresi linier (R2) isoterm Langmuir (0,9962) lebih besar

bila dibandingkan dengan isoterm Freundlich (0,9861) sehingga isoterm adsorpsi

yang sesuai untuk penyerapan zat warna Remazol Yellow oleh kitosan adalah

isoterm Langmuir. Isoterm Langmuir ini mengasumsikan bahwa proses adsorpsi

Page 55: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

38

zat warna Remazol Yellow oleh kitosan cenderung bersifat kimia yang

menyebabkan terbentuknya lapisan tunggal (monolayer adsorption) yang

menyeluruh.

C. Aplikasi Limbah

1. Adsorpsi

Limbah industri batik diambil dari bak penampungan setelah proses

pencelupan sebelum limbah tersebut dialirkan ke sungai. Proses adsorpsi

dilakukan pada kondisi optimum yaitu pada pH 2 waktu kontak 24 jam. Pada

penelitian ini sebanyak 10 mL limbah zat warna diadsorpsi dengan penambahan

100 mg kitosan. Data hasil adsorpsi kitosan terhadap limbah zat warna

ditunjukkan oleh Tabel 3. Data selengkapnya ada pada Lampiran 16.

Tabel 5. Adsorpsi Kitosan terhadap Limbah Zat Warna Remazol Yellow

Konsentrasi Awal (ppm)

Absorbansi

Konsentrasi Terserap

(ppm)

Konsentrasi Terserap Rata-rata

(ppm)

% Adsorpsi Rata-rata

Daya Serap (mg/g)

18,092 0,448 3,861

18,008 0,446 4,043 4,02(±0,31) 22,31 0,402

18,008 0,446 4,169

Tabel 5 menunjukkan bahwa adsorpsi kitosan terhadap limbah zat warna

Remazol Yellow menghasilkan daya serap sebesar 0,402 mg/g. Beberapa

penelitian lain tentang adsorpsi limbah zat warna Remazol Yellow antara lain

Supriyanto, R (2005) telah meneliti adsorpsi limbah zat warna Remazol Yellow

oleh alang-alang teraktivasi NaOH dan menghasilkan daya serap sebesar 7,851

mg/g, Aryunani (2003) meneliti adsorpsi limbah zat warna Remazol Yellow

dengan menggunakan eceng gondok aktif dan menghasilkan daya serap sebesar

4,4355 mg/g, Sulistyowati (2006) telah meneliti adsorpsi Zn/Al-Hydrotalcite hasil

sintesis terhadap limbah zat warna Remazol Yellow dan menghasilkan daya serap

sebesar 9,302 mg/g, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan

kitosan untuk mengadsorpsi limbah zat warna Remazol Yellow lebih kecil

Page 56: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

39

dibanding ketiga adsorben tersebut. Kecilnya daya serap kitosan terhadap zat

warna Remazol Yellow disebabkan oleh masih tingginya kandungan mineral

dalam kitosan.

2. Desorpsi

Data hasil desorpsi kitosan terhadap limbah zat warna Remazol Yellow

ditunjukkan pada Tabel 4. Data selengkapnya ada pada Lampiran 17.

Tabel 4. Hasil Desorpsi Kitosan terhadap Limbah Zat Warna Remazol Yellow

Cawal (ppm)

Cterdesorpsi (ppm)

Cterdesorpsi rata-rata (ppm)

% Desorpsi % Desorpsi rata-rata

3,861 0,796 20,623 4,043 1,007 0,941(±0,252) 24,900 23,34(±0,25) 4,169 1,021 24,483

Proses desorpsi ini dapat digunakan untuk mengetahui jenis interaksi yang

terjadi antara adsorben dan adsorbat. Tabel 4 menunjukkan bahwa desorpsi

limbah zat warna Remazol Yellow sebesar 23,34 %. Hal ini menunjukkan bahwa

interaksi fisika yang terjadi antara limbah zat warna Remazol Yellow dengan

kitosan adalah sebesar 23,34 %, sedangkan ikatan kimia yang terjadi antara

limbah zat warna Remazol Yellow dengan kitosan adalah sebesar 76,66 %.

Besarnya prosentase zat warna Remazol Yellow yang terikat secara kimia dengan

kitosan menyebabkan sulitnya proses desorpsi, sehingga untuk mendesorpsinya

diperlukan pelarut tertentu yang dapat memecah ikatan kimia antara zat warna

Remazol Yellow dengan kitosan. Besarnya prosentase zat warna Remazol Yellow

yang terikat secara kimia dengan kitosan menunjukkan bahwa adsorpi zat warna

Remazol Yellow oleh kitosan cenderung mengikuti isoterm adsorpsi Langmuir.

Page 57: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

40

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

1. Cangkang bekicot mampu sebagai bahan dasar pembuatan kitosan dengan

kadar rendemen kitosan yang diperoleh sebesar 9,59 ± 0,71 %.

2. Karakterisasi sifat fisika kimia kitosan dari cangkang bekicot meliputi

kadar air sebesar 2,06 ± 0,82 %, kadar abu sebesar 26,11 ± 0,45 %, berat

molekul rata-rata 2 kilodalton dengan derajat polimerisasi 12 serta derajat

deasetilasi pada kitosan sebesar 74,95 %.

3. Kitosan dari cangkang bekicot mampu menyerap zat warna Remazol

Yellow dengan kondisi optimum pada pH 2 dan waktu kontak selama 24

jam.

4. Kitosan dari cangkang bekicot mampu menyerap limbah zat warna

Remazol Yellow dengan daya serap sebesar 0,40 mg/g.

5. Konsentrasi limbah zat warna Remazol Yellow yang terdesorpsi adalah

sebesar 0,94 ppm dengan persen desorpsi rata-rata sebesar 23,34 %.

6. Pada proses adsorpsi limbah zat warna Remazol Yellow oleh kitosan,

interaksi kimia antara kitosan dengan limbah zat warna Remazol Yellow

lebih dominan dari pada interaksi secara fisika.

B. Saran

1. Mencari metode yang lebih baik dalam pemurnian kitin dari cangkang

bekicot terutama pada proses demineralisasi.

2. Mencoba aplikasi kitosan sebagai adsorben zat warna yang lain.

Page 58: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

41

DAFTAR PUSTAKA

Aboua, F. 1990. Tropicultura 8 (3): p121-122. http://tropical-horticulture.org/000/052/000052821.html

Alberty, R. A. and Daniel, F. 1983. Physical Chemistry. John Willey and Sons

inc. Canada. Arief, U. 2003. Studi Pembuatan Kitosan dari Kitin Cangkang Bekicot dan

Pemanfaatannya sebagai Adsorben Nikel (II). Skripsi FMIPA UNS. Surakarta.

Aryunani. 2003. Adsorpsi zat warna tekstil Remazol Yellow FG pada limbah batik

oleh eceng gondok dengan Aktivator NaOH. Skripsi FMIPA UNS. Surakarta.

Atkins, P. 1970. Physical Chemistry. Oxford University Press. Oxford. Atmaji P., Wahyu P., dan Edi P., 1999. Daur Ulang Limbah Hasil Pewarnaan

Industri Tekstil. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol.1. No.4. Barrow, G. M. 1988. Physical Chemistry. Mc Graw Hill International. Singapura. Castellan, G. W. 1983. Physical Chemistry. Third Edition. The

Benjamin/Cummings Publishing Company Inc. California. Darjito. 2001. Karakterisasi Adsorpsi Co (II) dan Cu (II) Pada Adsorben Kitosan

Sulfat. Tesis Program Pascasarjana. UGM. Yogyakarta. Hamdan, H. 1992. Introduction to Zeolite : Synthesis, Characterization and

Modification. University Teknology Malaysia. Hartomo A. J. dan Purba A. V. 1986. Penyidikan Spektrometrik Senyawa

Organik. Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. Terjemahan : Silverstein R. M., Bassler G. C., Morril T. C. 1981. Spectrometric Identification of Organic Compounds. John Willey and Sons Inc.

Hendayana, S, Kadarohman, A.A, Sumarna, A.A, dan Supriatna, A. 1994. Kimia

Analitik Instrumen. Edisi Kesatu. IKIP Semarang Press. Semarang. Isminingsih G., L. Djufri, dan Rassid. 1982. Pengantar Kimia Zat Warna. Institut

Teknologi Tekstil. Bandung.

41

Page 59: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

42

Khan T.A., Peh K.K., dan Hung S.C. 2002. Reporting Degree of Deacetylation Values of Chitosan: The Influence Analytical Methods. J Pharm Pharmaceut Sci. Vol. 5. No. 3. 205-212.

Koswara, S. 2002. Produk-produk Olahan Bekicot.

http://www.ebookpangan.com./ARTIKEL/ PRODUK %20 OLAHAN % 20 BEKICOT.pdf

Krik-Othmer. 1992. Encyclopedia of Chemical Technology. 4th ed. John Willey

and Sons. New York. Kim, S.Y., Cho, S.M., Lee, Y.M. and Kim, S.J. 2000. Thermo and pH Responsive

Behaviors of Graft Copolimer and Blend Based on Chitosan and N-Isopropylacrylamid. Journal of Applied Polymer Science. Vol.78. 112-149

Kusumaningsih, T. 2004. Pembuatan Kitosan dari Kitin Cangkang Bekicot.

Biofarmasi. Vol. 2. No.2. Li, Q., Dunn, E. T., Grandmaison, E. W. and Goosen, M. F. A. 1992. Applications

and Properties of Chitosan. J Bioactive and Compatible Polym. Vol 7. 370-397

Majid A., Narsito, dan Nuryono. 2001. Kajian Kinetika Adsorpsi Ion Cu (II) Dan

Cd (II) Menggunakan Adsorben Dari Cangkang Udang Windu (Phenaus monodon. Prosiding Seminar Nasional Kimia IX. Yogyakarta. 21 Mei 2001.

McMurry, J. 1994. Fundamental of Organic Chemistry. third editon. Brook/Cole

Publishing Company. California.

No. H., Lee and Mayers S.P. 2000. Corelation Between Physicochemical

Characteristics and Binding Capacities on Chitosan Product. Journal of Food Science. Vol 65 no 7.1134-1137.

Oscik, J. 1982. Adsorption. John Wiley & Son. New York. Pohan H. G. dan Tjiptahadi. 1987. Pembuatan Desain Prototipe Alat Pembuatan

Arang Aktif dan Studi Teknologi Ekonominya. BBPP IHP Proyek Penelitian dan Pengembangan Industri Hasil Pertanian. Jakarta.

Pudjaatmaka, A. H. 1991. Kimia Organik. Jilid 1 edisi ketiga. Erlangga. Jakarta.

Terjemahan : Fessenden, R. J. and Fessenden, J. S. 1982. Wadsworth. Inc. Belmot.

Page 60: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

43

Pudjaatmaka, A. H. dan Achmadi, S. 1994. Kimia Dasar : “Prinsip dan Terapan Modern”. Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. Terjemahan : Petruci, R. H. 1985. General Chemistry : “Principles and Modern Aplication”. 4th edition. Coller Mac Millan Inc. England.

Pujiastuti P. 2001. Kajian transformasi khitin menjadi khitosan secara kimiawi

dan enzimatik. Prosiding Seminar Nasional Jurusan Kimia. F MIPA. UNS. Surakarta.

Rahmawati, F, Pranoto, dan Aryunani, I. 2003. Adsorpsi Zat Warna Tekstil

Remazol Yellow FG pada Limbah Batik Oleh Enceng Gondok dengan Aktivator NaOH. Alchemy. Vol. 2. 10-18.

Rasjid D, G.A. Kasoenarno, Astini S, Arifin L. 1976. Teknologi Pengelantangan,

Pencelupan, dan Pencapan. Institut Teknologi Tekstil. Bandung. Robert A. Alberty. 1997. Physical Chemistry. John Wiley and Sons Inc. New

York. Rochanah. 2003. Adsorbsi zat warna procion red MX 8B pada limbah tekstil oleh

batang jagung. Skripsi FMIPA UNS. Surakarta. Sakkayawong, N., Thiravetyan, P., dan Nakbanpote, W. 2005. Adsorption

Mechanism of Synthetic Dye Wastewater By Chitosan. Journal of Colloid and Interface Science. Vol 286. 36-42.

Salami, L. 1998. Pemilihan Metode Isolasi Khitin dan Ekstraksi Khitosan dari

Limbah Kulit Udang Windu (penaeus monodoon) dan Aplikasinya sebagai Bahan Koagulasi Limbah Cair Industri Tekstil. Skripsi. Jurusan kimia FMIPA UI. Jakarta.

Santoso ,H. B. 1989. Budidaya Bekicot. Kanisius. Yogyakarta. Saraswathy, G., Pal, S., Rose, C., and Sastry, T.P. 2001. A-Novel Bioinorganic

Bone Implant Containing Deglued Bone, Chitosan and Gelatine. Bull. Mater. Sci. Vol 24. No. 4.

Sastrohamidjojo, H. 2001. Spektroskopi. Liberty. Yogyakarta. Savant, V.D., and Torrres, J.A. 2000. Chitosan-Based Coagulating Agents for

Treatment of Cheddar Chees Whey. Biotechnol. Vol 16. 1091-1097.

Shiddiq, Z. 2005. Sintesis Zn/Al Hydrotalcite dan aplikasinya untuk Isolasi Asam

Humat. Skripsi. UGM. Yogyakarta.

Page 61: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

44

Skoog, D. A., Holler, F. J. and Nieman, T. A. 1985. Principles of Instrumental Analysis. 5th edition. Sounders Collage Publishing. New York.

Stephen A.M. 1995. Food polysaccharides and their aplications. Department of

chemistry. University of Cape Town. Rondebosch. Stumm, W, and Morgan, J.J. 1995. Aquatic Chemistry. John Wiley and Sons Inc.

New York. Suhardi. 1993. Khitin dan Khitosan. Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi

UGM. Yogyakarta. Sukardjo. 1985. Kimia Fisika. Bina Aksara. Yogyakarta. Sulistyowati, D. 2006. Karakterisasi dan Uji Sorpsi terhadap Zat Warna Remazol

Yellow pada Zn/Al-Hydrotalcite Like Kalsinasi Hasil Sintersis. Skripsi FMIPA UNS. Surakarta.

Sun-Ok Fernandez-Kim B. S. 1991. Physicochemical and Functional Properties

of Crawfish Chitosan as Affected by Different Processing Protocols. Thesis. The Department of Food Science. Seoul National University. Seoul.

Supriyanto. 2003. Adsorbsi limbah zat warna tekstil jenis Celedon Red X5B

menggunakan tanah alofan teraktivasi NaOH. Skripsi FMIPA UNS. Surakarta.

Supriyanto, R. 2005. Adsorpsi Zat Warna Remazol Yellow FG pada Limbah

Tekstil oleh Alang-alang (imperata cylindrical L Raeush). Skripsi FMIPA UNS. Surakarta.

Triyanto. 2003. Pemanfaatan limbah genteng sebagai adsorben dengan aktivator

NaOH pada limbah zat warna tekstil jenis Celedon Red X5B. Skripsi FMIPA UNS. Surakarta.

Williams D. H., Fleming I. 1987. Spectroscopic Methods In Organic Chemistry.

Fourth Edition. Mc Grow-Hill Book Company (UK) Limited. London.

Page 62: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

45

Lampiran 1. Perhitungan rendemen dalam setiap tahap pemurnian kitin

1. Perhitungan rendemen hasil deproteinasi

Rendemen = Rendemen akhir X 100 % Berat awal Rendemen 1 = 47,75 g X 100 % 50 g

= 95,49 %

Rendemen 2 = 48,16 g X 100 % 50 g

= 96,32 %

Rendemen 1 = 46,66 g X 100 % 50 g

= 93,32 %

Rendemen rata-rata sebesar :

(95,49% + 96,32% + 93,32%) / 3 = 95,05 ± 3,09 %

2. Perhitungan rendemen hasil demineralisasi

Rendemen = Rendemen akhir X 100 % Berat awal Rendemen 1 = 9,22 g X 100 % 47,75 g

= 19,31 %

Rendemen 2 = 8,77 g X 100 % 48,16 g

= 18,21 %

Rendemen 1 = 9,39 g X 100 % 46,66 g

= 20,13 %

Rendemen rata-rata sebesar :

(19,31% + 18,21% + 20,13%) / 3 = 19,22 ± 1,92 %

Page 63: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

46

Lampiran 2. Perhitungan rendemen dalam tahap pembentukan kitosan.

Rendemen = Rendemen akhir X 100 % Berat awal

Rendemen 1 = 4,91 g X 100 % 9,22 g

= 53,24 %

Rendemen 2 = 4,89 g X 100 % 8,77g

= 55,76 %

Rendemen 3 = 4,59 g X 100 % 9,39 g

= 48,87 %

Rendemen rata-rata sebesar :

(53,24% + 55,76% + 48,87%) / 3 = 52,62 ± 6,97 %

Jika dihitung dari bahan awal diperoleh rendemen sebesar :

Rendemen = Berat kitosan X 100 % Berat awal cangkang bekicot Rendemen 1 = 4,91 g X 100 % 50 g

= 9,82 %

Rendemen 2 = 4,89 g X 100 % 50 g

= 9,78 %

Rendemen 3 = 4,592 g X 100 % 50 g

= 9,18 %

Rendemen rata-rata sebesar :

(9,82% + 9,78% + 9,18%) / 3 = 9,59 ± 0,71 %

Page 64: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

47

Lampiran 3. Perhitungan kadar air, kadar abu dan berat molekul kitosan

1. Perhitungan kadar air

Berat yang hilang = berat awal – berat akhir

Kadar air (%) = berat yang hilang / berat awal x 100%

Berat

awal

Berat

akhir

Berat yang

hilang

Kadar air

(%)

Rata-rata (%)

0,50 0,49 0,01 1,59

0,50 0,49 0,01 2,19 2,06 ± 0,82

0,50 0,48 0,02 2,39

2. Perhitungan kadar abu

Kadar abu = berat akhir (tidak terabukan)

Kadar abu (%) = berat akhir / berat awal x 100%

Berat awal Berat akhir Kadar Abu (%) Rata-rata (%)

0,50 0,13 26,09

0,50 0,13 25,89 26,11 ± 0,45

0,50 0,13 26,34

3. Perhitungan berat molekul rata-rata kitosan

No Konsentrasi

(g/ml)

t rata-rata

(dtk)

t / t0 ηsp ηsp/c

1 0 2,83 ± 0,02 - - -

2 0,025 2,97 ± 0,04 1,05 0,05 2,00

3 0,05 3,28 ± 0,04 1,16 0,16 3,20

4 0,1 3,97 ± 0,02 1,40 0,40 4,00

5 0,2 5,56 ± 0,04 1,96 0,96 4,80

Page 65: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

48

Lanjutan lampiran 3 : Perhitungan kadar air, kadar mineral dan berat molekul

Kitosan

Keterangan tabel perhitungan berat molekul rata-rata kitosan :

ηsp = Viskositas spesifik

= t1 – t0 t0 |η| = Angka Viskositas batas

= (ηsp/c)c→0

Dengan membuat grafik C vs ηsp/c maka diperoleh :

R = 0,928

A = 2,156

B = 14,330

Saat c = 0 maka ηsp/c = 2,156

|η| = 2,156

Perhitungan untuk menentukan berat molekul rata-rata maka digunakan

persamaan Mark-Houwink

|η| = KMwa dimana K = 1,81 x 10-3 cm3/gr

a = 0,93

ln |η| = ln K + a ln Mw

ln |η| - ln K ln Mw = a Dengan memasukkan nilai yang sesuai dengan persamaan diatas maka

diperoleh berat molekul (Mw ) = 2029,99 dalton ≈ 2 kilodalton.

Berat molekul monomer :

Atom O 4 x 15,999 = 63,997

Atom C 6 x 12,011 = 72,067

Atom H 11 x 1,008 = 11,088

Atom N 1 x 14,007 = 14,007

= 161,159

sehingga

Dpw = 2029,99 = 12,596 ≈ 12

161,159

Page 66: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

49

Lampiran 4. Perhitungan Derajat Deasetilasi Kitosan

Perhitungan derajat deasetilasi kitosan berdasarkan spektra infra merah pada

lampiran 19 yang dihitung dengan rumus Baxter et. al. adalah sebagai berikut ;

Rumus Baxter et. al. yaitu :

%DD = 100-[(A1650/A3450) x 115] %

Dengan menghitung (A1655) amide dan (A3450) hydroxyl sebagai berikut :

(A1655) amide = log 10 (DF2/DE)

(A3450)hydroxyl = log 10 (AC/AB)

Perhitungan derajat deasetilasi spektra infra merah kitosan,

Dari data gambar kitosan diketahui :

Garis : DF2= 25 DE= 21,598 AC= 39 AB= 15,669

Brdasarkan rumus diatas maka :

A1655= A1623,12 = log(25/21,598)

= 0,064

A3450= A3452,49 = log (39/15,669)

= 0,396

%DD = 100-[(0,064/0,396)x155] %

= 100-25,05

= 74,95 %

Page 67: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

50

Lampiran 5. Data absorbansi penentuan panjang gelombang maksimum Remazol

Yellow.

λ (nm) Absorbansi 350 0,068 360 0,113 370 0,143 380 0,182 390 0,212 400 0,233 410 0,252 412 0,253 414 0,255 416 0,258 418 0,256 420 0,252 430 0,240 440 0,184 450 0,183

Page 68: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

51

Lampiran 6. Kurva standar optimasi pH

konsentrasi (ppm) absorbansi

5 0,125 10 0,254 15 0,378 20 0,500 25 0,634 30 0,756 35 0,838

y = 0,0243x + 0,0123

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

0 5 10 15 20 25 30 35 40

konsentrasi (ppm)

abso

rban

si

R = 0,999

Page 69: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

52

Lampiran 7. Data pengaruh pH terhadap absorbansi zat warna Remazol Yellow.

pH absorbansi

awal 2 standar deviasi

absorbansi kontrol

2 standar deviasi

absorbansi akhir

2 standar deviasi

1 0,346 0,346 0,298 0,346 0 0,345 0,002 0,298 0,002 0,346 0,346 0,296 2 0,374 0,372 0,266 0,373 0,002 0,372 0 0,270 0,004 0,375 0,372 0,266 3 0,38 0,380 0,307 0,382 0,002 0,382 0,002 0,305 0,004 0,382 0,380 0,302 4 0,389 0,386 0,334 0,391 0,004 0,388 0,002 0,336 0,008 0,388 0,386 0,329 5 0,385 0,386 0,334 0,387 0,004 0,386 0 0,327 0,008 0,384 0,386 0,326 6 0,384 0,384 0,343 0,382 0,004 0,384 0,002 0,344 0,002 0,381 0,383 0,344 7 0,367 0,365 0,319 0,367 0 0,365 0 0,320 0,002 0,367 0,365 0,319 8 0,364 0,365 0,319 0,364 0,002 0,365 0,002 0,322 0,004 0,365 0,366 0,322 9 0,37 0,366 0,318 0,366 0,004 0,364 0,002 0,300 0,026 0,367 0,366 0,325

10 0,364 0,360 0,325 0,365 0,002 0,360 0 0,323 0,002 0,365 0,360 0,323

11 0,364 0,361 0,326 0,363 0,004 0,360 0,002 0,332 0,006 0,366 0,360 0,332

Page 70: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

53

Lampiran 8. Data pengaruh pH terhadap konsentrasi zat warna Remazol Yellow

terserap.

pH Cawal (ppm)

Cawal Rata-rata

±2SD (ppm)

Ckontrol (ppm)

Ckontrol Rata- Rata ±2SD (ppm)

Cakhir (ppm)

Cakhir Rata- Rata ±2SD (ppm)

C terserap (ppm)

Daya serap

(mg/g) 1 13,745 13,745 11,768

13,745 13,745 13,704 13,731 11,768 11,740 1,991 0,1991 13,745 (±0) 13,745 (±0,048) 11,686 (±0,096)

2 14,898 14,816 10,450 14,857 14,898 14,816 14,816 10,615 10,505 4,311 0,4311 14,939 (±0,082) 14,816 (±0) 10,450 (±0,190)

3 15,145 15,146 12,139 15,228 15,200 15,228 15,173 12,056 12,043 3,130 0,3130 15,228 (±0,096) 15,146 (±0,096) 11,933 (±0,208)

4 15,516 15,393 13,251 15,599 15,530 15,475 15,420 13,333 13,210 2,210 0,2210 15,475 (±0,126) 15,393 (±0,096) 13,045 (±0,296)

5 15,352 15,393 13,251 15,434 15,365 15,393 15,393 12,963 13,045 2,348 0,2348 15,310 (±0,126) 15,393 (±0) 12,921 (±0,360)

6 15,310 15,310 13,622 15,228 15,242 15,310 15,297 13,663 13,649 1,648 0,1648 15,187 (±0,126) 15,269 (±0,048) 13,663 (±0,048)

7 14,610 14,528 12,633 14,610 14,610 14,528 14,528 12,674 12,647 1,881 0,1881 14,610 (±0) 14,528 (±0) 12,633 (±0,048)

8 14,487 14,528 12,633 14,487 14,500 14,528 14,542 12,757 12,716 1,826 0,1826 14,528 (±0,048) 14,569 (±0,048) 12,757 (±0,142)

9 14,733 14,569 12,592 14,569 14,638 14,487 14,542 11,850 12,441 2,101 0,2101 14,610 (±0,172) 14,567 (±0,096) 12,880 (±1,062) 10 14,487 14,322 12,880 14,528 14,514 14,322 14,322 12,798 12,825 1,496 0,1496 14,528 (±0,048) 14,322 (±0) 12,798 (±0,096) 11 14,487 14,363 12,921 14,445 14,500 14,322 14,336 13,168 13,086 1,249 0,1249 14,569 (±0,126) 14,322 (±0,048) 13,168 (±0,286)

Page 71: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

54

Lampiran 9. Kurva standar optimasi waktu kontak

konsentrasi (ppm) absorbansi

5 0,122 10 0,251 15 0,378 20 0,498 25 0,631 30 0,755 35 0,830

y = 0,0242x + 0,0114

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

0 5 10 15 20 25 30 35 40

konsentrasi (ppm)

abso

rban

si

R = 0,998

Page 72: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

55

Lampiran 10. Data pengaruh waktu kontak terhadap absorbansi zat warna

Remazol Yellow.

waktu kontak (jam)

absorbansi awal

2 standar deviasi

absorbansi akhir

2 standar deviasi

6 0,370 0,306 0,371 0,002 0,309 0,004 0,370 0,309

12 0,370 0,302 0,371 0,002 0,301 0,004 0,370 0,299

18 0,370 0,295 0,371 0,002 0,293 0,002 0,370 0,294

24 0,370 0,27 0,371 0,002 0,272 0,004 0,370 0,273

30 0,370 0,28 0,371 0,002 0,284 0,004 0,370 0,28

36 0,370 0,288 0,371 0,002 0,283 0,006 0,370 0,283

Page 73: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

56

Lampiran 11. Data pengaruh waktu kontak terhadap konsentrasi zat warna

Remazol Yellow terserap.

waktu kontak (jam)

Cawal (ppm)

Cawal rata-

rata±2SD (ppm)

Cakhir (ppm)

Cakhir rata-

rata±2SD (ppm)

Cterserap (ppm)

Daya serap

(mg/g)

6 12,183 12,307 12,266 2,578 0,2578 14,830 12,307 (±0,144)

12 12,018 11,976 11,962 2,881 0,2881 11,894 (±0,126)

18 11,728 14,844 11,645 11,687 3,157 0,3157 14,871 (±0,048) 11,687 (±0,082)

24 10,694 10,777 10,763 4,081 0,4081 10,818 (±0,126)

30 11,108 11,273 11,163 3,681 0,3681 14,830 11,108 (±0,192)

36 11,439 11,232 11,301 3,543 0,3543 11,232 (±0,238)

Page 74: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

57

Lampiran 12. Kurva standar penentuan isoterm adsorpsi

konsentrasi (ppm) absorbansi

5 0,131 10 0,261 15 0,380 20 0,507 25 0,638 30 0,749 35 0,825

y = 0,0237x + 0,025

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

0 5 10 15 20 25 30 35 40

konsentrasi (ppm)

abso

rban

si

R = 0,998

Page 75: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

58

Lampiran 13. Data isoterm adsorpsi kitosan

konsentrasi (ppm)

absorbansi awal

2 standar deviasi

absorbansi akhir

2 standar deviasi

4 0,096 0,077 0,096 0,002 0,077 0,002 0,095 0,075 8 0,196 0,145 0,195 0,002 0,150 0,004 0,196 0,147

12 0,296 0,223 0,296 0 0,224 0,002 0,296 0,221

18 0,390 0,301 0,390 0 0,301 0,002 0,390 0,302

20 0,486 0,383 0,486 0,002 0,380 0,004 0,485 0,380

Cawal

Cawal Rata-rata±2SD

(ppm) Cakhir

Cakhir Rata-rata±2SD

(ppm) Cterserap

(ppm)

Daya Serap (mg/g)

2,998 2,195 2,998 2,983(±0,048) 2,195 2,167(±0,098) 0,816 0,0816 2,955 2,111 7,219 5,066 7,177 7,206(±0,048) 5,277 5,165(±0,212) 2,041 0,2041 7,219 5,151 11,441 8,359 11,441 11,441(±0) 8,402 8,345(±0,128) 3,096 0,3096 11,441 8,275 15,410 11,652 15,410 15,410(±0) 11,652 11,667(±0,048) 3,743 0,3743 15,410 11,695 19,463 15,114 19,463 19,449(±0,048) 14,988 15,030(±0,146) 4,419 0,4419 19,420 14,988

Page 76: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

59

Lampiran 14. Data isoterm adsorpsi langmuir kitosan.

Cterserap (ppm) m 1/m 1/Cakhir 0,816 0,0816 12,2549 0,46145 2,040 0,2040 4,9019 0,193616 3,096 0,3096 3,2299 0,119827 3,743 0,3743 2,6717 0,085714 4,419 0,4419 2,2629 0,066533

Kurva 1/m vs 1/Cakhir

y = 25,562x + 0,3235

R2 = 0,9962

Page 77: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

60

Lampiran 15. Data isoterm adsorpsi freundlich kitosan.

Cterserap (ppm) m log m

log Cakhir

0,816 0,0816 -1,088309 0,335913 2,040 0,2040 -0,690369 0,713058 3,096 0,3096 -0,509199 0,921447 3,743 0,3743 -0,426780 1,066947 4,419 0,4419 -0,354675 1,176964

Kurva Log m vs Log Cakhir

y = 0,8761x – 1,3523

R2 = 0,9861

Page 78: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

61

Lampiran 16. Data hasil adsorpsi kitosan terhadap limbah zat warna Remazol

Yellow.

Cawal (ppm)

Cawal rata-

rata±2SD (ppm)

Cakhir (ppm)

Cakhir Rata-

rata±2SD (ppm)

Cterserap (ppm)

Cterserap rata-rata (ppm)

% Adsorpsi

Daya Serap (mg/g)

14,133 18,092 14,176 14,176 3,861

14,218 (±0,084) 13,965

18,008 18,036 13,965 13,993 4,043 4,024 22,31 0,402 (±0,098) 14,049 (±0,098) (±0,310) 13,881

18,008 13,839 13,867 4,169 13,881 (±0,048)

Page 79: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

62

Lampiran 17. Data hasil desorpsi kitosan terhadap limbah zat warna Remazol

Yellow.

Cawal (ppm)

Cterdesorpsi (ppm)

Cterdesorpsi rata-rata±2SD

(ppm)

% Desorpsi % Desorpsi rata-rata±2SD

3,861 0,796 20,623

4,043 1,007 0,94(±0,25) 24,900 23,34(±0,25)

4,169 1,021 24,483

Page 80: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

63

Lampiran 18. Perhitungan konsentrasi zat warna Remazol Yellow teradsorpsi oleh

kitosan pada berbagai variasi pH.

Contoh perhitungan :

Konsentrasi teradsorpsi = Kons. Perc. Kontrol – Kons. dg adsorben

Pengulangan 1 = (15,146 – 12,139) ppm

= 3,007 ppm

Pengulangan 2 = (15,228 – 12,056) ppm

= 3,172 ppm

Pengulangan 3 = (15,146 – 11,933) ppm

= 3,213 ppm

Rata-rata Kons. zat warna Remazol Yellow teradsorpsi

= (3,007 + 3,172 + 3,213) ppm

3

= 3,130 ± 0,218 ppm

Page 81: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

64

Lampiran 19. Perhitungan konsentrasi zat warna Remazol Yellow teradsorpsi oleh

kitosan pada berbagai variasi waktu kontak.

Contoh perhitungan :

Konsentrasi teradsorpsi = Kons. Awal – Kons. dg adsorben

Pengulangan 1 = (14,844 – 11,728) ppm

= 3,116 ppm

Pengulangan 2 = (14,844 – 11,645) ppm

= 3,199 ppm

Pengulangan 3 = (14,844 – 11,687) ppm

= 3,157 ppm

Rata-rata Kons. zat warna Remazol Yellow teradsorpsi

= (3,116 + 3,199 + 3,157) ppm

3

= 3,157 ± 0,084 ppm

Page 82: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

65

Lampiran 20. Perhitungan konsentrasi zat warna Remazol Yellow teradsorpsi oleh

kitosan pada berbagai variasi konsentrasi.

Contoh perhitungan :

Konsentrasi teradsorpsi = Kons. Awal – Kons. dg adsorben

Pengulangan 1 = (11,441 – 8,359) ppm

= 3,082 ppm

Pengulangan 2 = (11,441 – 8,402) ppm

= 3,039 ppm

Pengulangan 3 = (11,441 – 8,275) ppm

= 3,166 ppm

Rata-rata Kons. zat warna Remazol Yellow teradsorpsi

= (3,082 + 3,039 + 3,166) ppm

3

= 3,096 ± 0,128 ppm

Page 83: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

66

Lampiran 21. Perhitungan Daya Serap dan Persentase Adsorpsi Kitosan terhadap

Zat Warna Remazol Yellow.

Contoh perhitungan :

1. Daya Serap

Berat adsorben (m) = 100 mg (0,1 g)

Volume larutan (V) = 10 mL (0,01 L)

Daya serap per gram kitosan = xVm

Cterserap

= Lxmg

Lmg 01,0100

/024,4

= Lxg

Lmg 01,01,0

/024,4

= 0,4024 mg/g

2. Persentase adsorpsi (% Adsorpsi)

Konsentrasi awal = 18,036 ppm

Konsentrasi terserap = 4,024 ppm

Persentase adsorpsi = %100xCawal

Cterserap

= %100036,18024,4 x

ppmppm

= 22,311 %

Page 84: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

67

Lampiran 22. Gambar Penentuan Derajat Deasetilasi

Page 85: PEMANFAATAN KITOSAN HASIL DEASETILASI KITIN …/Pemanfaatan...berat molekul, derajat polimerisasi serta derajat deasetilasi yang dihitung dengan metode spektroskopi infra merah. Adsorpsi

68

Tabel lampiran 1. Data rendemen kitin. Tahap pemurnian kitin Rendemen

(gr) Rendemen

(gr) Rendemen

(gr) Deproteinasi 47,75 48,16 46,66

Demineralisasi 9,22 8,77 9,39

Tabel lampiran 2. Data rendemen kitosan.

Tahap Rendemen (gr)

Rendemen (gr)

Rendemen (gr)

Deasetilasi 4,91 4,89 4,59

Tabel lampiran 3. Data kadar air dan kadar abu kitosan.

Kadar Air Kadar Abu Berat awal (gr) Berat akhir (gr) Berat awal (gr) Berat akhir (gr)

0,50 0,49 0,50 0,13 0,50 0,49 0,50 0,13 0,50 0,48 0,50 0,13

Tabel lampiran 4. Data waktu alir larutan kitosan pada alat viskometer Ostwald.

No t0 (dtk) t1 (dtk) t2 (dtk) t3 (dtk) t4 (dtk) 1 2,82 2,95 3,28 3,98 5,56 2 2,84 2,97 3,26 3,98 5,58 3 2,84 2,99 3,30 3,96 5,54

Rata-rata 2,83 ± 0,02 2,97 ± 0,04 3,28 ± 0,04 3,97 ± 0,02 5,56 ± 0,04