Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PEMAKAIAN BAHASA NONVERBAL REMAJA ETNIS JAWA DI
DUSUN PATIHOMBO, DESA PURWOSARI, KECAMATAN
GIRIMULYO, KULON PROGO, YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN
ETNOPRAGMATIK
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun oleh:
Rosa Dyas Ambar Setyaningsih
151224004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
1. Dengan penuh rasa syukur saya sampaikan terima kasih kepada Tuhan Yesus
dan Bunda Maria yang telah menyertai dan memberikan saya kekuatan dan
semangat sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Keluarga saya tercinta, Bapak Yulius Parno, Ibu Christina Supriyati, untuk adik
–adik saya yang sangat saya sayangi, Paulus Pandu Pramukti yang menjadi
penyemangat saya dari tempatnya berada, tenanglah di surga adik, dan juga
untuk adik bungsu saya, Niko Demus Danu Cesario yang selalu menyemangati
saya dan selalu mendesak saya untuk cepat selesai kuliah, mereka hidup saya
tanpa mereka saya tidak akan bisa seperti ini.
3. Saudara-saudara saya, simbah, pakde, budhe, om, tante, dan sepupu-sepupu
saya, yang membantu dan menyemangati saya untuk cepat lulus.
4. Albertus Baru Putra Jati Santosa yang tidak pernah berhenti menyemangati,
selalu sabar dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Teman-teman saya, keluarga PBSI A 2015 terima kasih untuk empat tahun
kebersamaan penuh canda, tawa, ceria, dan sedih. Semua kenangan tidak akan
terlupakan dan sukses untuk kita semua.
6. Teman-teman saya di dusun Patihombo, desa Purwosari, Kulon Progo yang
bersedia menjadi subjek penelitian saya dan mengajak saya mengenal lebih
dalam tentang nilai-nilai kebudayaan Jawa.
Saya persembahkan karya sederhana ini untuk almamater saya
Universitas Sanata Dharma
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
MOTTO
“Ora Et Labora, Berdoalah dan bekerja”
(Santo Benediktus)
“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku
mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan
bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang
penuh harapan”
(Yeremia 29:11)
“Ada tiga hal penting untuk keselamatan manusia, yaitu: mengetahui apa yang
harus ia yakini, yang ia inginkan, dan yang harus ia lakukan”
(St. Thomas Aquinas)
“Jadilah dirimu sendiri, jangan malu
Percayalah pada dirimu sendiri, jangan takut
Ampunilah dirimu, jangan diulangi”
(Rosa Dyas Ambar Setyaningsih)
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Rosa Dyas Ambar Setyaningsih
Nomor Induk Mahasiswa : 151224004
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PEMAKAIAN BAHASA NONVERBAL PADA REMAJA ETNIS JAWA DI
DUSUN PATIHOMBO, DESA PURWOSARI, KECAMATAN
GIRIMULYO, KULON PROGO, YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN
ETNOPRAGMATIK
Dengan demikian, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan karya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, Pada tanggal : 21 Oktober 2019
Rosa Dyas Ambar Setyaningsih
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
ABSTRAK
Setyaningsih, Rosa Dyas Ambar. 2019. Pemakaian Bahasa Nonverbal
Remaja Etnis Jawa di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kulon
Progo, Yogyakarta: Suatu Kajian Etnopragmatik. Skripsi.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma.
Penelitian ini membahas tentang pemakaian bahasa nonverbal remaja etnis
Jawa yang lahir dan tinggal di Padukuhan Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan
Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif
dengan menggunakan pendekatan etnopragmatik yang diambil selama bulan Maret
2019 sampai dengan Juni 2019. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan
wujud bahasa nonverbal remaja etnis Jawa, (2) mendeskripsikan makna pragmatik
pemakaian bahasa nonverbal pada remaja etnis Jawa, dan (3) mendeskripsikan nilai
budaya yang dipegang oleh remaja etnis Jawa yang termanifestasi dalam pemakaian
bahasa nonverbal pada remaja etnis Jawa di Padukuhan Patihombo, Desa
Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Metode pengumpulan
data penelitian ini diambil dengan menggunakan metode simak yaitu dengan teknik
rekam dan catat. Analisis data dilakukan dengan empat, tahap yaitu: (1) identifikasi,
(2) klasifikasi, (3) interpretasi, dan (4) pelaporan atau deskripsi.
Peneliti menemukan tiga hal penting dalam analisis dan pembahasan
penelitian ini, yakni pertama menemukan wujud pemakaian bahasa nonverbal
dominan jenis kinesik, paralingusitik, dan artifaktual dengan jumlah data yang
dianalisis yaitu 30 data. Kedua maksud atau makna pragmatik ditemukan
berdasarkan temuan data wujud bahasa nonverbal yaitu, (1) Permohonan maaf, (2)
Ucapan terima kasih, (3) Ucapan salam, (4) Menyapa, (5) Pamitan, (6)
Mempersilakan dan (7) Kesediaan. Ketiga jati diri remaja etnis Jawa yaitu 1)
Kesopanan, 2) Kerja sama, 3) Keramahan, 4) Toleransi, 5) Pengucapan Syukur,
dan 6) Kesantunan
Kata Kunci: Bahasa Nonverbal, Pragmatik, Nilai-nilai Budaya, Etnopragmatik
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
ABSTRACT
Setyaningsih, Rosa Dyas Ambar. 2019. The Use of Nonverbal Language of
Javannese Ethnic by Youngsters in Patihombo, Purwosari, Village,
Kulon Progo Regency: As an Ethnopragmatic Study. Undergraduate
Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language and Letters Education Study
Program, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata
Dharma University.
This study discussed the use of nonverbal language of Javanese ethnic by
youngsters who were born and lived in Patihombo, Purwosari Village, Girimulyo
District, Kulon Progo Regency. This research was a qualitative research using the
ethno-pragmatic approach taken from March 2019 to June 2019. This study aimed
to (1) describe the form of nonverbal language in Javanese youngsters, (2) describe
the pragmatic meaning of using nonverbal language in Javanese youngsters, and
(3) describe the cultural values held by Javanese youngsters manifested in the use
of nonverbal language among them in Patihombo, Purwosari Village, Girimulyo
District, Kulon Progo Regency. The research data collection method was taken by
using the listening method, namely the record and note technique. Data analysis
was carried out in four stages, namely: (1) identification, (2) classification, (3)
interpretation, and (4) reporting or description.
The researcher found three important things in the analysis and discussion
of this research. Firstly, finding the form of nonverbal dominant language use of
kinesics, paralinguistic, and art factual with the amount of data analyzed, 30 data.
Secondly, pragmatic intentions or meanings are found based on nonverbal
language data findings, namely, (1) Apology, (2) Thank you, and (3) Greetings, (4)
Greet, (5)Farewell, (6) Welcome, and (7) Willingness . The three cultural values
that are held and are still applied by Javanese ethnic youngsters are 1) the value of
politeness, 2) Cooperation, 3) Hospitality, and 4) Tolerance. (5) Thanksgiving, and
(6) Politeness.
Keywords: Nonverbal Language, Pragmatic, Identity, Ethnopragmatic
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
KATA PENGANTAR
Puji Syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Pemakaian Bahasa
Nonverbal pada Remaja Etnis Jawa di Dusun Patihombo, Desa Purwosari,
Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta: Suatu Kajian Etnopragmatik”
dapat peneliti selesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra
Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Peneliti menyadari bahwa
penulisan skripsi ini dapat terselesaikan bukan hanya karena kerja keras peneliti,
melainkan juga berkat bimbingan, dukungan, doa, dan saran dari berbagai pihak
baik secara langsung ataupun tidak langsung. Maka pada kesempatan ini, peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta,
2. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang selalu memberikan semangat
dan banyak sekali motivasi kepada peneliti
3. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang sudah sabar
dalam membimbing dan memberikan saran serta kritik yang membangun,
sehingga peneliti termotivasi dan dapat menyelesaikan skripsi ini
4. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., yang bersedia menjadi dosen triangulasi
data peneliti
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
5. Para dosen PBSI yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
yang berguna bagi peneliti
6. Staf Sekretariat PBSI, Ibu Theresia Rusmiyati dan Bapak Sidik, yang telah
membantu kelancaran studi peneliti
7. Para informan selama penulis melakukan penelitian di desa Purwosari,
kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu, masukan berupa saran dan kritikan sangat dibutuhkan oleh
penulis untuk menyempurnakan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat
bermanfaat dan menginspirasi semua pembaca terutama bagi peminat.
Yogyakarta, 21 Oktober 2019
Penulis,
Rosa Dyas Ambar Setyaningsih
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
MOTTO .......................................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................. vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6
1.5 Batasan Istilah ............................................................................................ 7
1.6 Sistematika Penyajian ................................................................................ 9
BAB II STUDI KEPUSTAKAAN
2.1 Penelitian yang Relevan ............................................................................. 10
2.2 Bahasa Nonverbal ...................................................................................... 12
2.3 Pragmatik ................................................................................................... 18
2.4 Konteks ..................................................................................................... 20
2.5 Etnografi ..................................................................................................... 22
2.6 Etnopragmatik ............................................................................................ 23
2.7 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 24
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 26
3.2 Sumber Data dan Data ............................................................................... 28
3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 29
3.4 Instrumen Penelitian................................................................................... 32
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................................. 34
3.6 Triangulasi Data ......................................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data ............................................................................................ 36
4.2 Hasil Penelitian .......................................................................................... 38
4.2.1 Wujud Bahasa Nonverbal ................................................................... 38
4.2.1.1 Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik ......................................... 39
4.2.1.2 Wujud Bahasa Nonverbal Artifaktual .................................... 62
4.2.1.3 Wujud Bahasa Nonverbal Paralinguistik ............................... 72
4.2.1.4 Wujud Bahasa Nonverbal Proksemik ................................... 75
4.2.2 Makna Pragmatik dalam Pemakaian Bahasa Nonverbal Remaja Etnis
Jawa ............................................................................................................ 77
4.2.2.1 Makna Pragmatik Permohonan Maaf .................................... 77
4.2.2.2 Makna Pragmatik Ucapan Terima Kasih ............................... 81
4.2.2.3 Makna Pragmatik Ucapan Salam ........................................... 83
4.2.2.4 Makna Pragmatik Menyapa ................................................... 85
4.2.2.5 Makna Pragmatik Pamitan ..................................................... 88
4.2.2.6 Makna Pragmatik Mempersilakan ......................................... 93
4.2.2.7 Makna Pragmatik Kesediaan ................................................. 95
4.2.3 Nilai Budaya sebagai Potret Jati Diri Remaja Etnis Jawa ................. 97
4.2.3.1 Nilai Kesopanan ..................................................................... 98
4.2.3.2 Nilai Kerja Sama .................................................................... 105
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
4.2.3.3 Nilai Keramahan .................................................................... 106
4.2.3.4 Nilai Toleransi ....................................................................... 107
4.2.3.5 Nilai Pengucapan Syukur ....................................................... 110
4.2.3.6 Nilai Kesantunan ................................................................... 112
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 113
4.3.1 Wujud Bahasa Nonverbal ................................................................... 115
4.3.2 Makna Pragmatik dalam Pemakaian Bahasa Nonverbal Remaja Etnis
Jawa ............................................................................................................ 116
4.3.3 Nilai Budaya sebagai Potret Jati Diri Remaja Etnis Jawa .................. 117
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 119
5.2 Saran ........................................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 122
LAMPIRAN .................................................................................................... 124
BIOGRAFI PENULIS .................................................................................. 154
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini akan dipaparkan latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan batasan istilah. Peneliti
menguraikan bagian-bagian tersebut dengan secara rinci berikut ini.
1.1 Latar Belakang
Tidak ada manusia yang dapat bertahan hidup secara individu. Dibutuhkan
relasi yang baik satu dengan yang lain untuk bekerja sama. Hal utama yang paling
mendasar untuk membangun relasi yang baik adalah dengan komunikasi. Seperti
yang kita ketahui bersama bahwa komunikasi terdiri atas dua orang atau lebih.
Dengan berkomunikasi kita bisa menyampaikan informasi yang kita miliki dan
tentunya dapat membangun relasi dengan banyak orang. Menurut Deddy Mulyana
(2010: 117), komunikasi yang efektif adalah komunikasi yang hasilnya sesuai
dengan harapan para pesertanya (orang-orang yang sedang berkomunikasi).
Berbicara tentang komunikasi tidak akan terlepas dari bahasa. Bahasa adalah
komunikasi dan sebaliknya komunikasi adalah bahasa.
Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Bahasa terdiri atas dua jenis penyampaian yaitu verbal dan nonverbal.
Bahasa verbal meliputi bahasa lisan dan bahasa tulis. Bahasa nonverbal meliputi
semua isyarat yang bukan kata-kata. Kedua bentuk bahasa tersebut memiliki
perananan dan tujuan yang sama penting dalam komunikasi.
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Komunikasi pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan dan menafsirkan
pesan yang disampaikan atau diterima. Teori menurut Ruben dan Stewart (2013)
mengatakan bahwa sebuah pesan adalah satu simbol atau kumpulan simbol yang
memiliki arti atau kegunaan. Pesan akan melibatkan aturan bahasa verbal dalam
bentuk ucapan atau tulisan, atau aturan bahasa nonverbal seperti penampilan, gerak
tubuh, sentuhan, atau cara lainnya. Pemakaian bahasa verbal dan nonverbal dalam
komunikasi bersifat sejalan atau sealur, saling mendukung dan menguatkan. Pada
saat kita mengucapkan tuturan kepada mitra tutur, baik secara sadar maupun tidak
sadar kita juga pasti menggunakan bahasa nonverbal seperti gerak tubuh, ekspresi
wajah, tinggi rendahnya suara, dan pakaian yang dikenakan pun bisa memiliki arti
tertentu.
Seperti yang dijelaskan oleh Ray L Birdwhistell dalam Mulyana (2012: 351)
65% dari komunikasi tatap muka adalah nonverbal, sedangkan menurut Albert
Mehrabian dalam Mulyana (2012: 351) 93% dari semua makna sosial dalam
komunikasi tatap muka diperoleh dari isyarat-isyarat nonverbal. Dari pernyataan
kedua ahli tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari
komunikasi bahasa nonverbal tidak akan terlepas dari komunikasi bahasa verbal.
Bahasa sebagai suatu sistem atau sarana komunikasi adalah suatu bagian dari
sistem kebudayaan. Bahasa merupakan faktor utama yang menentukan
terbentuknya suatu kebudayaan. Antara bahasa dan kebudayaan memiliki hubungan
kausalitas atau hubungan timbal balik yang berarti kedua komponen ini tidak dapat
dipisahkan satu sama lain. Rina Devianty (2017) mengatakan bahasa merupakan
salah satu hasil budaya manusia, sedangkan budaya manusia banyak pula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
dipengaruhi oleh bahasa. Lebih penting dari itu, kebudayaan manusia tidak akan
dapat terjadi tanpa bahasa karena bahasalah faktor yang memungkinkan
terbentuknya kebudayaan. Jika bahasa merupakan faktor utama yang membentuk
kebudayaan, maka baik bahasa verbal maupun bahasa nonverbal sangat berperan
penting dalam suatu kebudayaan.
Bila kita amati dalam kehidupan sehari-hari, banyak orang pada saat berbicara
memunculkan bahasa nonverbal ketika bahasa verbal sedang dituturkan. Mulai dari
tangan, kepala, kaki, tatapan mata, ekspresi muka dan gerakan anggota tubuh
lainnya. Setiap orang bisa menunjukkan bahasa nonverbal yang berbeda-beda dan
mungkin ada yang memunculkannya dengan sadar ada juga yang muncul secara
natural atau berdiri sendiri. Bahasa membantu manusia dalam memahami dan
menggunakan simbol, khususnya simbol verbal dalam pemikiran dan
berkomunikasi. Berbahasa memungkinkan manusia bisa berkomunikasi dengan
manusia lainnya yang berbeda budaya/bahasanya. Begitu pentingnya
berbahasa/berkomunikasi dalam kehidupan manusia, sampai-sampai Edward T.
Hall mendefinisikan “kebudayaan adalah komunikasi dan komunikasi adalah
kebudayaan.
Beberapa gerakan tubuh atau anggota tubuh yang muncul ketika berbicara bisa
menjadi sebuah kebiasaan yang dianut oleh sekelompok orang dengan latar
belakang kebudayaan yang sama. Gerakan tersebut juga merupakan pemakaian
bahasa nonverbal yang dipahami oleh sekelompok masyarakat dan memiliki
maksud tertentu. Tradisi yang diturunkan dari para leluhur sudah seharusnya
dilestarikan oleh generasi muda yang tak lain adalah para remaja. Budaya dari suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
kelompok masyarakat akan diterapkan oleh anggota kelompok masyarakat tersebut
dan akan menjadi suatu kebiasaan. Budaya tersebut selain untuk menjaga tali
persaudaraan juga memiliki maksud tertentu. Maka dapat dikatakan budaya
merupakan cerminan jati diri dari suatu kelompok masyarakat.
Dalam penelitian ini, peneliti memilih suatu kelompok masyarakat di Indonesia
yaitu etnis Jawa dan peneliti lebih menspesifikan penelitian ini pada remaja. remaja
etnis Jawa sebagai subjek penelitian. Berdasarkan dari hal tersebut, peneliti sangat
tertarik untuk meneliti pemakaian bahasa nonverbal yang mengandung nilai-nilai
kebudayaan tertentu. Peneliti ingin menyesuaikan dengan kondisi peneliti yang saat
ini masih tergolong usia remaja dan memiliki latar belakang kebudayaan dari etnis
Jawa yang diturunkan dari orangtua peneliti dan etnis Melayu dimana peneliti lahir
dan dibesarkan. Maka dari itu, selain peneliti memilih melakukan penelitian pada
remaja etnis Jawa di daerah pedesaan yang dianggap peneliti masih sarat akan nilai-
nilai kebudayaan Jawa. Desa Purwosari, kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon
Progo, merupakan sesa tempat orangtua peneliti dilahirkan.
Dari uraian yang telah dipaparkan di atas yang membuat peneliti tertarik
mengangkat topik penelitian “Pemakaian Bahasa Nonverbal di dusun Patihombo,
desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta:
Suatu Kajian Etnopragmatik”. Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini akan
memberikan manfaat terutama dalam dunia pendidikan khususnya bidang kajian
bahasa nonverbal dan juga etnopragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini adalah bagaimana
penggunaan bahasa nonverbal pada anak remaja dusun Patihombo, desa Purwosari,
Kabupaten Kulon Progo?
Berdasarkan rumusan masalah utama di atas, disusun sub masalah sebagai
berikut.
1. Wujud bahasa nonverbal apa sajakah yang dimunculkan oleh remaja etnis
Jawa di dusun Patihombo, desa Purwosari, kecamatan Girimulyo,
Kulonprogo, Yogyakarta?
2. Makna pragmatik apa yang terdapat dalam dalam pemakaian bahasa
nonverbal pada remaja etnis Jawa di dusun Patihombo. desa Purwosari,
kecamatan Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta?
3. Nilai kebudayaan apa sajakah yang menjadi cerminan jati diri para remaja
etnis Jawa di dusun Patihombo. desa Purwosari, kecamatan Girimulyo,
Kulonprogo, Yogyakarta?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka
penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan wujud bahasa nonverbal yang dimunculkan oleh remaja
etnis Jawa di dusun Patihombo. desa Purwosari, kecamatan Girimulyo,
Kulonprogo, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Mendeskripsikan makna pragmatik dalam pemakaian bahasa nonverbal
pada remaja etnis Jawa di di dusun Patihombo. desa Purwosari, kecamatan
Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta?
3. Mendeskripsikan nilai kebudayaan yang menjadi cerminan jati diri para
remaja etnis Jawa di dusun Patihombo. desa Purwosari, kecamatan
Girimulyo, Kulonprogo, Yogyakarta?
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian pemakaian bahasa nonverbal remaja etnis Jawa desa Purwosari,
Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo diharapkan dapat bermanfaat bagi
para pihak yang memerlukan. Ada dua manfaat yang dapat diperoleh dari
pelaksanaan penelitian ini, yaitu :
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman dan memperdalam
ilmu tentang pemakaian bahasa nonverbal dan kajian etnopragmatik terutama
dalam memahami karakteristik pada seorang remaja terkhusus remaja etnis
Jawa
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Peneliti lahir di tanah melayu yaitu Provinsi Riau. Orangtua peneliti merupakan
perantau asli dari Jawa tepatnya dari kabupaten Kulon Progo, DIY. Lahir di
tanah melayu dan sering mendengar bahasa suku melayu sampai saat ini belum
membuat peneliti paham akan bahasa melayu. Orangtua peneliti yang
menggunakan bahasa Jawa sebagai bahasa kesehariannya pun sampai saat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
peneliti belum fasih berbahasa Jawa hanya sedikit mengerti apa yang
dibicarakan. Sadar bahwa Jawa juga merupakan suku yang diturunkan dari
orangtua, peneliti berharap bisa mengetahui jati diri dan kebudayaan
masyarakat Jawa. Untuk menambah pengetahuan, pengalaman dan sarana
dalam menerapkan pengetahuan tentang pemakaian bahasa nonverbal dalam
kehidupan sehari-hari dan juga dalam dunia pendidikan secara nyata.
b. Bagi pembaca masyarakat umum
Diharapkan dengan adanya hasil dari penelitian ini dapat menjadi acuan yang
positif, bahwa penggunaan bahasa nonverbal menjadi jati diri masyarakat etnis
Jawa dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
1.5 Batasan Istilah
1.5.1 Bahasa Nonverbal
Bahasa nonverbal adalah semua ekspresi tubuh beserta bagian dan
gerakannya, atau benda-benda dan barang yang melekat pada tubuh atau barang-
barang yang dimiliki seseorang, serta profesi atau status sosial yang dimiliki oleh
seorang yang dinyatakan tidak dengan kata-kata untuk menyampaikan maksud
penutur yang dapat dipahami mitra tutur berdasarkan konteksnya (Pranowo, 2017).
1.5.2 Pragmatik
Leech (1993) berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Pragmatik
adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasi
dalam struktur bahasa, telaah mengenai segala aspek yang tidak tercakup dalam
teori semantic, telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks sebagai dasar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
pemahaman bahasa, telaah mengenai kemampuan penutur dalam menghubungkan
kalimat dengan konteks secara tepat (Levinson, 1987). Berdasarkan kedua pendapat
ahli di atas, maka kajian pragmatik merupakan kajian tentang makna, bahasa, dan
konteks.
1.5.3 Konteks
Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa yang
dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Mana bahasa tersebut dapat dimengerti
bila diketahui konteksnya. Purwo (2004: 46) menjelaskan konteks adalah pijakan
utama dalam analisis pragmatik. Konteks ini meliputi penutur dan mitra tutur,
tempat, waktu, dan segala sesuatu yang terlibat di dalam ujaran tersebut.
1.5.4 Etnografi
Kajian budaya yang menggambarkan kehidupan suatu masyarakat tertentu.
Lingkup kajian etnografi mencakup cultural knowledge, culture behavior, and
artifact (Koeswinarno 2015).
1.5.5 Etnopragmatik
Etnopragmatik adalah bidang ilmu bahasa yang mempelajari tentang makna
bahasa dalam penggunaannya berdasarkan konteks situasi dan budaya kelompok
masyarakat atau komunitas etnik (Goddard, 2004). Sementara itu menurut Fauziah,
etnopragmatik membicarakan hubungan sistematik antara: (a) penggunaan bahasa
sebenarnya dan ciri-ciri sosial peserta dalam komunikasi, dengan (b) penggunaan
bahasa sebenarnya dan imej-imej yang sepadan dengannya dalam persekitaran
budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1.6 Sistematika Penyajian
Penelitian ini akan dijabarkan dalam tiga bab, berikut uraian sistematis
penelitian ini. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan penelitian, dan
sistematika penelitian.
Bab II merupakan studi kepustakaan yang digunakan untuk menganalisis
masalah-masalah dalam penelitian, yaitu pemakaian bahasa nonverbal dan kajian
etnopragmatik. Selain itu dalam Bab II ini juga dipaparkan teori tentang penelitian
yang relevan, pengertian bahasa nonverbal, wujud bahasa nonverbal, pengertian
konteks, teori pragmatik, dan teori tentang etnografi.
Bab III berisi tentang metodologi penelitian, terdiri dari jenis penelitian, data
dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrument penelitian, teknik analisis
data dan triangulasi data.
Bab IV berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan pembahasan hasil
penelitian. Bab V berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini dan saran untuk
penelitian Pemakaian Bahasa Nonverbal pada Remaja Etnis Jawa di Dusun
Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo: Suatu Kajian
Etnopragmatik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai penelitian yang relevan, landasan teori, dan
kerangka berpikir. Penelitian yang relevan berisi tentang tinjauan terhadap topik-
topik sejenis yang diteliti oleh peneliti lain. Landasan teori berisi tentang teori-teori
yang digunakan peneliti dalam menganalisis data. Adapun teori-teori yang
melandasi penelitian ini meliputi bahasa nonverbal, pragmatik, etnografi, dan
etnopragmatik. Kerangka berpikir berisi tentang acuan teori berdasarkan pada
landasan teori untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah. Berikut akan
dipaparkan mengenai isi dari bab ini.
2.1 Penelitian yang Relevan
Peneliti menemukan beberapa penelitian yang relevan atau memiliki kesamaan
topik dengan judul penelitian yang diteliti. Penelitian dan/atau jurnal pertama oleh
Ika Hafizah Insani (2011), Timotius Tri Yogatama (2017), Raden Gregorius Agung
Aristrimurti Widyadmaka (2018). Penelitian yang pertama dilakukan oleh Ika
Hafizah Insani pada tahun 2011 dalam skripsinya yang berjudul Bahasa Ngudang
Bayi di Desa Dungpolo R 01 RW X, Ngadiluwih RT X Luwih, Matesih,
Karanganyar. Adapun perbedaan dan kesamaan penelitian yang dilakukan oleh
saudara Ika Hafizah Insani dengan penulis yaitu sama – sama meneliti tentang suatu
kajian etnopragmatik. Perbedaannya adalah penulis lebih menekankan pada bahasa
non verbal sedangkan saudara Ika Hafizah Insani lebih menekankan pada bahasa
verbal daerah.
10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Selanjutnya penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian
yang dilakukan oleh Timotius Tri Yogatama pada tahun 2017 dalam skripsinya
yang berjudul, Kesantunan Berbahasa Verbal dan Nonverbal Abdi Dalem Karaton
Ngayogyakarta Hadiningrat. Adapun perbedaan dan kesamaan penelitian yang
dilakukan oleh saudara Timotius Tri Yogatama dengan penulis yaitu sama – sama
meneliti bahasa nonverbal dan dalam suatu kelompok masyarakat tertentu yaitu
etnis Jawa dan saudara Timotius juga menjelaskan tentang kebudayaan Jawa.
Adapun perbedaannya terletak pada subjek yang diteliti, penulis memilih untuk
meneliti para remaja berbeda dengan Timotius Tri Yogatama yang memilih subjek
untuk penelitiannya yaitu abdi dalem karaton.
Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Raden Gregorius Agung Aristrimurti
Widyadmaka pada tahun 2018 dalam skripsinya yang berjudul, Maksud Bahasa
Nonverbal Jenis Kinesik Pada Masyarakat Etnis Jawa Dalam Upacara Adat
Pernikahan di Wonosari 30 November 2017 – 08 Maret 2018: Suatu Kajian
Pragmatik. Adapun perbedaan dan kesamaan penelitian yang dilakukan oleh
saudara Raden Gregorius Agung Aristrimurti Widyadmaka dengan penulis yaitu
sama – sama mengangkat topik penelitian tentang bahasa non verbal. Selain itu
saudara Raden juga mengangkat topik tentang budaya Jawa yaitu pernikahan etnis
Jawa. Adapun perbedaannya terletak pada pilihan wujud bahasa nonverbal. Saudara
Raden spesifik membahas satu jenis bahasa nonverbal saja yaitu jenis kinesik
sedangkan penulis menggunakan semua jenis bahasa nonverbal menurut teori yang
ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.2 Bahasa Nonverbal
Bahasa nonverbal adalah semua ekspresi tubuh beserta bagian dan gerakannya,
atau benda-benda dan barang yang melekat pada tubuh atau barang-barang yang
dimiliki seseorang, serta profesi atau status sosial yang dimiliki oleh seorang yang
dinyatakan tidak dengan kata-kata untuk menyampaikan maksud penutur yang
dapat dipahami mitra tutur berdasarkan konteksnya (Pranowo, 2017). Pesan-pesan
nonverbal sangat berpengaruh terhadap komunikasi. Pesan atau simbol-simbol
nonverbal sangat sulit untuk ditafsirkan dari pada simbol verbal. Bahasa verbal
sealur dengan bahasa nonverbal, contoh seringkali ketika kita mengatakan “ya”
secara sadar atau tidak sadar kepala kita akan mengangguk kebawah, ketikakita
mengatakan kata “tidak” seringkali kepala kita akan bergerak kekiri dan kekanan
dalam tempo tertentu atau yang lebih sering disebut dengan menggelengkan kepala.
Komunikasi nonverbal lebih jujur mengungkapkan hal yang mau diungkapkan
karena bersifat spontan.
Ketika sedang berbicara secara sadar atau pun tidak kita pasti akan
menggerakkan anggota tubuh kita seperti tangan yang digerakan kesana kemari
sesuai dengan intonasi bahasa yang kita ucapkan atau dilambai-lambaikan, bahu
yang dinaikkan, mata yang melakukan pergerakan ke atas, bawah, samping atau
berkedip juga bisa memiliki makna tertentu. Duncan (dalam Rackmat, 2012: 285)
menyebutkan enam jenis pesan nonverbal yaitu : (1) Kinesik atau gerak tubuh; (2)
Paralinguistik atau suara; (3) Proksemik atau penggunaan ruangan personal dan
sosial; (4) Olfaksi; atau penciuman; (5) Sensitivitas kulit; dan (6) Faktor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
artifaktual seperti pakaian dan kosmetik. Berikut rincian dari ke-enam jenis pesan
non verbal tersebut.
(1) Kinesik atau gerak tubuh
Yaitu menggunakan gerakan tubuh yang berarti – terdiri dari tiga
komponen utama: pesan fasial, pesan gestural, dan pesan postural. Pesan fasial
menggunakan air muka untuk menyampaikan makna tertentu. Berbagai penelitian
menunjukkan bahwa wajah dapat menyampaikan paling sedikit sepuluh kelompok
makna: kebahagiaan, rasa terkejut,ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan,
pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. Pesan gestural menunjukkan gerakan
sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan
berbagai makna. Ruben dan Stewart (2013: 175-198) menjelaskan bahwa mereka
yang mempelajari perilaku nonverbal pada aspek mata, ada beberapa istilah yang
membantu memberi deskripsi.
a. Face contact (kontak wajah) = melihat wajah seseorang
b. Eye contact or eye gaze (kontak mata atau pandangan mata) = melihat mata
seseorang
c. Mutual gaze (saling pandang) = saling memandang wajah oleh dua individu
d. One-sided-gaze (tatapan satu sisi) = Satu orang melihat wajah orang lain, tapi
tidak dapat mendapatkan balasan
e. Gaze-avoidance (menghindari pandangan) = seseorang secara aktif
menghindari tatapan mata orang lain
f. Gaze-omision (pandangan yang gagal) = seseorang gagal untuk memandang
orang lain, tetapi tidak niat melakukannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Sejalan dengan
hal tersebut, Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188) mengatakan ada banyak
cara untuk mengklasifikasi gerak tubuh yaitu:
a. Penegas dan Pemandu, yang disebut tongkat (baton signal) digunakan untuk
menggarisbawahi atau menekankan masalah tertentu yang dibuat secara lisan.
Contoh sinyal tongkat termasuk menurunkan gerakan telapak tangan,
menjulurkan jari-jari dan tanagn, dan mengangkat jari telunjuk.
b. Sinyal Ya – Tidak, adalah kategori lain dari gerakan. Cara utama dari membuat
sinyal ya-tidak adalah dengan menggerakkan kepala. Anggukan vertical yang
berarti “ya” tampaknya cukup universal. Memiliki makna setuju. Kita dapat
mengenal beberapa variasi arti lebih lanjut:
Anggukan pengakuan, “Ya, saya masih mendengarkan.”
Anggukan memberi semangat. “Ya, betapa mengagumkan.”
Anggukan pengertian. “Ya, saya mengerti yang anda maksudkan”
Anggukan menyetujui. “Ya, saya setuju”
Anggukan factual. “Ya, itu benar”
Gerakan yang berarti “tidak”, tentunya terdiri atas gerak horizontal kepala
yang memiliki makna ketidaksetujuan.
c. Salam dan memberi hormat. Bentik salam paling dikenal adalah jabat tangan,
pelukan, dan ciuman yang mengisyaratkan rasa senang kita atas kedatanagn
seseorang atau atas keberangkatan penting dari seseorang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
d. Tanda ikatan. Pengikut atau tanda ikatan adalah salah satu kategori gesture di
mana individu menunjukkan bahwa mereka berada dalam suatu hubungan.
Berpegang tangan, bergandeng lengan, minum segelas bersama, jarak rapat saat
duduk atau jalan bersama, dan semua jenis objek yang digunakan bergantian
bersama, akan memberikan isyarat tentang individu dan sifat hubungan mereka.
e. Gerak isolasi. Gerak isyarat tubuh yang umum adalah posisi tubuh semisal
menyilangkan lengan atau kaki, untuk menyembunyikan atau memblokir bagian
tubuh dari pandangan.
f. Gerak isyarat. Gerakan juga memainkan peran utama dalam perkawanan,
perkawinan, dan urusan seksual. Dalam agama, gerak isyarat memiliki fungsi
yang penting. Berlutut, berdiri pada waktu yang tepat, membungkuk, dan
melipat tangan untuk berdoa adalah sarana simbolik melalui mana orang ikut
serta dalam ritual utama setiap keyakinan.
(2) Pesan Paralinguistik
Pesan Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara
mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti
yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang berbeda. Pesan paralinguistik terdiri
atas – antara lain – nada, kualitas, suara, volume, kecepatan,dan ritme. Nada (pitch)
menunjukkan jumlah getaran atau “gelombang” yang dihasilkan sumber bunyi.
Makin banyak jumlah getaran, makin tinggi nada. Nada dapat mengungkapkan
gairah, ketakutan, kesedihan, kesungguhan, atau kasih sayang. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa nada sering digunakan untuk mengungkapkan identitas diri dan
mempengaruhi orang lain (Addington, 1968).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Kualitas suara menunjukkan “penuh” atau “tipisnya” suara. Volume
menunjukkan tinggi-rendah suara. Seperti volume, kecepatan dan ritme dapat
menggarisbawahi pernyataan dan mengungkapkan perasaan. Secara keselurahan,
pesan paralinguistik adalah alat yang paling cermat untuk menyampaikan perasaan
kita kepada orang lain.
(3) Pesan proksemik atau penggunaan ruangan personal dan sosial
Disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur
jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. Pesan proksemik
dapat mengungkapkan status sosial – ekonomi, keterbukaan, dan keakraban.
Edward Hall dalam Ruben dan Stewart (2013: 193) mengatakan bahwa jarak antara
peserta interaksi adalah bervariasi, dapat diperkirakan bergantung pada kondisi dan
isi percakapan:
a. Percakapan publik. 12 kaki atau lebih hingga batas yang dapat dilihat
b. Percakapan informal dan bisnis. 4 sampai 12 kaki
c. Percakapan biasa. 1,5 sampai 4 kaki
d. Percakapan intim. 0-18 inci
(4) Olfasik atau penciuman
Penciuman adalah “the most experienced of senses”. Penglihatan tidak
berfungsi ketika tidak ada cahaya. Telinga boleh mendengarkan, tetapi tidak
mendengar. Indra perasa seringkali tidak bekerja. Namun, indra penciuman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
bekerja setiap saat (Bedichek, 1960:21 dalam buku Jalaluddin Rakhmat, 1985:
311).
(5) Sensitivitas kulit
Alat penerima sentuhan adalah kulit, yang mampu menerima dan membedakan
berbagai emosi yang disampaikan orang melalui sentuhan. Sejak kecil, manusia
telah terlazimkan untuk menerima sentuhan – biasanya ungkapan keakraban dan
kasih sayang. Smith melaporkan berbagai perasaan yang dapat disampaikan
sentuhan, tetapi yang paling biasa dikomunikasikan sentuhan ada lima: tanpa
perhatian (detached), kasih sayang (mothering), takut (fearful), marah (angry), dan
bercanda (playful).
(6) Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik
Diungkapan melalui penampilan – tubuh, pakaian, dan kosmetik. Erat
kaitannya dengan tubuh ialah upaya kita untuk membentuk citra tubuh dengan
pakaian dan kosmetik. Umumnya pakaian kita pergunakan untuk menyampaikan
identitas kita, untuk mengungkapkan kepada orang lain siapa kita. Menyampaikan
identitas berarti menujukkan kepada orang lain siapa kita. Menyampaikan identitas
berarti menunjukkan kepada orang lain bagaimana perilaku kita dan bagaimana
orang lain sepatutnya memperlakukan kita. Selain itu, pakaian dipakai untuk
menyampaikan perasaan (seperti blus hitam ketika wanita berduka cita, atau
pakaian yang semarak ketika kita ceria), status dan peranan (seperti seragam
pegawai kantor), dan formalitas (seperti memakai sandal untuk menunjukkan
situasi informal dan memakai batik untuk situasi formal). Kosmetik, seperti
dinyatakan oleh M. S. Wetmore Cosmetics Studio di Encico, California, dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
mengungkapkan kesehatan (dengan menggunakan base make up untuk meratakan
noda kulit), sikap yang ekspresif dan komunikatif (dengan “memoles” mata), dan
kehangatan (dengan mengatur warna bibir)
2.3 Pragmatik
Leech (1993: 8) berpendapat bahwa pragmatik adalah studi tentang makna
dalam hubungannya dengan situasi-situasi ujar (speech situations). Pragmatik
adalah telaah mengenai hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasi
dalam struktur bahasa, telaah mengenai segala aspek yang tidak tercakup dalam
teori semantik, telaah mengenai relasi antara bahasa dan konteks sebagai dasar
pemahaman bahasa, telaah mengenai kemampuan penutur dalam menghubungkan
kalimat dengan konteks secara tepat (vinson, 1987). Berdasarkan kedua pendapat
ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kajian pragmatik merupakan kajian
tentang makna, bahasa, dan konteks. Pranowo (2014: 64) menambahkan bahwa
kajian bahasa secara pragmatik merupakan kajian dari linguistik. Keduanya
mengkaji bahasa, namun yang menjadi pembeda ialah linguistik mengkaji secara
internal dan pragmatik mengkaji secara eksternal.
Parera (2001: 126) menjelaskan pragmatik adalah kajian pemakaian bahasa
dalam komunikasi, hubungan antara kalimat, konteks, situasi, dan waktu
diujarkannya dalam kalimat tersebut. Definisi yang dikemukakan oleh Parera
selengkapnya dapat dilihat pada berikut ini: (a) Bagaimana intepretasi dan
penggunaan tutur bergantung pada pengetahuan dunia nyata, (b) Bagaimana
pembicara menggunakan dan memahami tindak pertuturan, (c) Bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
struktur kalimat dipengaruhi oleh hubungan antara pembicara atau penutur dan
pendengar atau penutur.
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat.
Pragmatik memiliki kajian atau bidang telaah tertentu yaitu deiksis,
praanggapan (presupposition), tindak tutur (speech acts), dan implikatur
percakapan (conversational implicature), dan kesantunan. Pemilihan kata dan
penggunaan bahasa juga memengaruhi kesantunan dalam proses komunikasi.
Pranowo (2009: 104) memberikan saran agar tuturan dapat mencerminkan rasa
santun, yakni sebagai berikut.
1) Gunakan kata “tolong” untuk meminta bantuan pada orang lain.
2) Gunakan kata “maaf” untuk tuturan yang diperkirakan akan menyinggung
perasaan lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
3) Gunakan kata “terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang
lain
4) Gunakan kata “ berkenan” untuk meminta kesediaan orang lain melakukan
sesuatu
5) Gunakan kata “beliau” untuk menyebut orang ketiga yang dihormati
6) Gunakan kata “bapak/ibu” untuk menyapa orang ketiga
2.4 Konteks
Pragmatik adalah ilmu bahasa yang mempelajari pemakaian bahasa yang
dikaitkan dengan konteks pemakaiannya. Mana bahasa tersebut dapat dimengerti
bila diketahui konteksnya. Purwo (2004: 46) menjelaskan konteks adalah pijakan
utama dalam analisis pragmatik. Konteks ini meliputi penutur dan mitra tutur,
tempat, waktu, dan segala sesuatu yang terlibat di dalam ujaran tersebut. Konteks
merupakan background knowledge assumed to be share by speaker and hearer and
which contributes to h’s interpretation of what s means by a given utterance (latar
belakang pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga
lawan tutur dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur
pada waktu membuat tuturan tertentu (s berarti speaker ‘penutur’ dan h berarti
‘hearer ‘lawan tutur’) (lihat Leech, 1983 dalam Nadar, 2009: 6).
Konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh
penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk memperhitungkan
tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur (lihat Grice (1975) dalam
Rusminto, 2006: 54).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Hymes (dalam Sudaryat, 2009: 146-150) menjabarkan konteks menjadi
delapan jenis, pertama latar (setting, waktu, tempat) yaitu mengacu pada tempat
(ruang-space) dan waktu atau tempo (ritme) terjadinya percakapan. Kedua peserta
(particip ant) mengacu pada peserta percakapan, yakni pembicara dan pendengar.
Ketiga hasil (ends) mengacu pada hasil percakapan dan tujuan percakapan.
Keempat amanat (message) mengacu pada bentuk dan isi amanat. Kelima cara
(key), mengacu pada semangat melaksanakan percakapan. Keenam sarana
(instrument), jalur (chanel) mengacu pada apakah pemakaian bahasa dilaksanakan
secara lisan atau tulis dan mengacu pula pada variasi bahasa yang digunakan.
Ketujuh norma mengacu pada perilaku peserta percakapan. Kedelapan jenis atau
genre yaitu mengacu pada kategori bentuk dan ragam bahasa.
Konteks dapat berupa orang atau benda, tempat, waktu, bahasa, alat, dan
tindakan. Konteks berupa orang adalah siapa yang berbicara dan dengan siapa ia
berbicara. Konteks berupa tempat adalah dimana ujaran tersebut diucapkan,
bagaimana kondisi masyarakat dan norma yang ada di masyrakat. Konteks berupa
waktu adalah kapan ujaran tersebut diucapkan dan dalam situasi bagaimana.
Konteks berupa bahasa adalah bahasa yang mendahului peristiwa tutur tersebut.
Konteks berupa tindakan adalah seluruh perbuatan yang berupa unsur di luar
bahasa.
Berdasarkan dari pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa konteks
merupakan segala hal yang menyertai sebuah tuturan yang berfungsi
mempermudah penutur dan mitra tutur untuk menangkap atau menerima maksud
atau tujuan tuturan yang disampaikan oleh penutur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.5 Etnografi
Istilah etnografi berasal dari kata Yunani ethnos yang berarti ‘orang’ dan
graphein yang berarti ‘tjilisan’. Istilah itu kemudian diartikan sebagai sejenis tulisan
yang menggunakan bahan-bahan dari penelitian lapangan untuk menggambarkan
kebudayaan manusia. Menurut Spradley (1980: 6-8) kebudayaan merupakan
seluruh pengetahuan yang dipelajari manusia dan digunakan untuk
menginterpretasi pengalaman dan membentuk tingkah laku, dan etnografi
merupakan penelitian yang membahas kebudayaan, baik yang eksplisit maupun
implisit. American Anthropological Assosiation (dalam Ninip, 2010: 3)
mendefinisikan etnografi sebagai.
The description of culture based on fieldwork in which the investigator is
immersed in the ongoing everyday activities of the designated community for the
purpose of describing the social context, relationships and processes relevant to the
topic under consideration
Sejalan dengan pendapat yang dikemukakan AAA, Koeswinarno (2015)
menjelaskan bahwa etnografi adalah kajian budaya yang menggambarkan
kehidupan suatu masyarakat tertentu. Lingkup kajian etnografi mencakup cultural
knowledge, culture behavior, and artifact. Berangkat dari pendapat para ahli
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa etnografi merupakan gambaran tertulis
atau deskripsi tentang suatu budaya atau peristiwa budaya tertentu, yang berkaitan
dengan adat istidat, nilai-nilai budaya, perilaku masyarakat, identitas suatu
masyarakat yang dapat diperoleh melalui pengalaman langsung di suatu masyarakat
yang ingin diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Koentjaraningrat (1983: 2-3) berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur
kebudayaan yang bersifat universal. Unsur-unsur universal itu yang sekalian
merupakan isi dari semua kebudayaan yang ada di dunia ini adalah: (1) sistem
religi dan upacara keagamaan; (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan; (3)
sistem pengetahuan; (4) bahasa; (5) kesenian; (6) sistem mata pencaharian hidup,
dan (7) sistem teknologi dan peralatan.
2.6 Etnopragmatik
Etnopragmatik merupakan gabungan dua disiplin ilmu yaitu etnografi dan
pragmatik (Made 2011: 37). Etnopragmatik adalah bidang ilmu bahasa yang
mempelajari tentang makna bahasa dalam penggunaannya berdasarkan konteks
situasi dan budaya kelompok masyarakat atau komunitas etnik (Goddard, 2004).
Selain itu Goddard dan Zhengdao Ye (2004: 2) menjelaskan pada bagian perkenalan
bahwa
The objective of ethnopragmatics is to articulate culture –internal perspectives
on the “how and why” of speech practices in the diverse languages of the world. It
is the quest to describe and explain people’s ways of speaking in terms which make
sense to the people concerned,i.e., in terms of indigenous values, beliefs and
attitudes, social categories, emotions, and so on.
Sementara itu menurut Fauziah, etnopragmatik membicarakan hubungan
sistematik antara: (a) penggunaan bahasa sebenarnya dan ciri-ciri sosial peserta
dalam komunikasi, dengan (b) penggunaan bahasa sebenarnya dan imej-imej yang
sepadan dengannya dalam persekitaran budaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Berdasarkan dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan
bahwa etnopragmatik adalah bidang kajian ilmu bahasa yang mempelajari tentang
makna bahasa dan ciri-ciri sosial suatu kelompok masyarakat tertentu berdasarkan
konteks dan budaya kelompok masyarakat tersebut.
Menurut Kluckhohn dan Strodtbeck, soal-soal yang paling tinggi nilainya
dalam hidup manusia dan yang ada dalam tiap kebudayaan di dunia, menyangkut
paling sedikit lima hal, yaitu (1) soal human nature atau makna hidup manusia; (2)
soal man-nature , atau makna dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, (3)
soal time, atau persepsi manusia mengenai waktu, (4) soal activity, atau soal makna
dari pekerjaan, karya dan amal perbuatan manusia; (5) soal relational, atau
hubungan manusia dengan sesama manusia. Kelima masalah tersebut sering disebut
value orientations atau “orientasi nilai budaya”.
2.7 Kerangka Berpikir
Penelitian Pemakaian Bahasa Nonverbal pada Remaja Etnis Jawa di Dusun
Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo: Suatu Kajian
Etnopragmatik ini, menggunakan teori tentang bahasa nonverbal dan teori kajian
etnopragmatik. Sebagai landasan teori dalam penelitian, peneliti menggunakan
teori bahasa nonverbal dari dua sumber yaitu yang pertama dari Duncan (1985)
yaitu (1) Kinesik atau gerak tubuh, (2) Pesan Paralinguistik, (3) Pesan proksemik
atau penggunaan ruangan personal dan sosial, (4) Olfasik atau penciuman, (5)
Sensitivitas kulit, dan (6) Faktor artifaktual seperti pakaian dan kosmetik. Teori ini
juga dilengkapi dengan teori bahasa non verbal dari Ruben dan Stewart (2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Berlandaskan teori bahasa nonverbal yang sudah dipaparkan di atas, peneliti
akan menggunakan teori tersebut untuk menentukan jenis bahasa nonverbal apa
yang dimunculkan oleh para remaja etnis Jawa dan mendeskripsikan makna
pragmatik bahasa nonverbal yang dimunculkan. Berdasarkan paparan kerangka
berpikir di atas, agar peneliti lebih fokus dalam melakukan penelitian ini maka,
dibuatlah bagan kerangka berpikir seperti di bawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai metodologi penelitian yaitu proses atau cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang akan digunakan untuk keperluan penelitian.
Hal-hal yang berkaitan dengan metodologi penelitian yaitu jenis penelitian, sumber
data dan data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik
analisis data, dan triangulasi data.
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal pada Remaja Etnis
Jawa di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo,
Yogyakarta: Suatu Kajian Etnopragmatik ini termasuk ke dalam jenis penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
perilaku, persepsi, motivasi, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi
dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong: 2014: 6).
(Arikunto (2009: 261) menyampaikan bahwa penelitian deskriptif tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa
adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Sesuai dengan defenisi
penelitian deskriptif tersebut, peneliti akan menggambarkan bentuk-bentuk bahasa
26
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
nonverbal yang dipakai oleh para remaja etnis Jawa di Dusun Patihombo, Desa
Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta.
Peneliti ketika melakukan penelitian menggunakan metode etnografi. Emzir
(2014: 209) mengatakan bahwa dalam penelitian etnografi, analisis meripakan
suatu proses penemuan pertanyaan. Penelitian datang ke lapangan dengan
pertanyaan spesifik, menganalisis data lapangan yang dikumpulkan dari observasi
partisipan untuk menemukan pertanyaan. Sejalan dengan pandangan tersebut
Creswell (2012) mengatakan penelitian etnografi merupakan salah satu strategi
penelitian kualitatif yamgg didalamnya peneliti menyelidiki suatu kelompok
kebudayaan di lingkungan yang alamiah dalam periode waktu yang cukup lama
dalam pengumpulan data utama, data observasi, dan data wawancara.
Spradley (dalam Batuadji, 2009). Menjelaskan etnografi sebagai deskripsi atas
suatu kebudayaan, untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut pandang
penduduk asli. Memperkuat pandangan di atas inti etnografi adalah upaya untuk
memperhatikan makna-makna tindakan dari kejadian makna yang menimpa orang
yang ingin kita pahami Spradley (2007: 5). Dalam hal ini berarti peneliti dituntut
untuk menemukan pertanyaan yang nantinya akan langsung dianalisis dilapangan
untuk menemukan makna-makna tindakan dari para remaja etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah remaja etnis Jawa di dusun Patihombo, desa
Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo. Dalam penelitian ini,
subjek remaja tersebut digunakan untuk mengetahui penggunaan bahasa nonverbal
dan nilai kebudayaan etnis Jawa.
Data penelitian ini berupa bahasa nonverbal yang dimunculkan oleh remaja
etnis Jawa di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo,
Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Tabel 3.1 Data Informan Penelitian
No. Nama Keterangan
1. Bapak Yohanes Suprobo Orangtua
2. Bapak Ngatijo Kepala Desa
3. Bapak Andy Nurcahyo Staf Balai Desa
4. Mbah Sonem Sesepuh
5. Bapak Paijo Orangtua
Tabel 3.2 Data Para Remaja Desa Purwosari yang di Observasi
No. Nama Umur Keterangan
1. Gagat 20 tahun Mahasiswa
2. Aji 20 tahun Mahasiswa
3. Jalu 19 tahun SMA kelas XII
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
4. Dita 20 tahun Mahasiswa
5. Vansa 19 tahun SMA XII
6. Diva 16 tahun SMP kelas IX
7. Devi 18 tahun SMA kelas XI
8. Nita 23 tahun Mahasiswa
9. Erni 23 tahun Mahasiswa
10. Indah 18 tahun SMA kelas XI
11. Yuni 23 tahun Mahasiswa
12. Ika 24 tahun Mahasiswa
13. Sisil 19 tahun SMA Kelas XII
14. Sandra 22 tahun Mahasiswa
15. Rani 21 tahun Mahasiswa
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, peneliti akan menggunakan dua cara yaitu
observasi dan dokumentasi.
a. Metode Simak (Pengamatan/observasi)
Metode simak adalah metode yang digunakan untuk memperoleh data
dengan melakukan penyimakan terhadap penggunaan bahasa. Metode ini
memiliki teknik lanjutan, yaitu teknik simak libat cakap, teknik simak bebas
libat cakap, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat (Mahsun, 2007:
242). Peneliti hanya menggunakan dua teknik dalam metode simak ini yaitu
teknik simak bebas libat cakap dan teknik catat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
1. Teknik Simak Bebas Libat Cakap
Pada teknik ini, peneliti hanya berperan sebagai pengamat pengunaan
bahasa oleh para informan. Peneliti tidak terlibat langsung dalam peristiwa
pertuturan yang bahasanya sedang diteliti. Jadi, peneliti hanya menyimak
dialog yang terjadi antara informan (Mahsun, 2007: 243).
2. Teknik Catat
Teknik catat ini merupakan teknik lanjutan yang dilakukan ketika
menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan (teknik simak libat cakap
dan teknik simak bebas libat cakap) yaitu mencatat data yang dapat
diperoleh dari informan pada kartu data (Mahsun, 2007: 131).
b. Metode Cakap (Wawancara)
Metode ini disebut metode cakap karena cara yang ditempuh dalam
pengumpulan data adalah melakukan percakapan dengan para informan.
Metode cakap ini memiliki teknik dasar berupa teknik pancing yang diikuti
dengan teknik lanjutan yaitu teknik cakap semuka. Pada pelaksanaan teknik
cakap semuka ini, peneliti langsung melakukan percakapan dengan
penggunaan bahasa sebagai informan dengan sumber pada pancingan yang
sudah disiapkan (berupa daftar pertanyaan) atau secara spontanitas.
Maksudnya, pancingan dapat muncul di tengah-tengah percakapan (Mahsun,
2007: 250). Wawancara merupakan suatu proses interaksi untuk mendapatkan
informasi secara langsung dari informan, metode ini digunakan untuk menilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
keadaan seseorang dan merupakan tulang punggung suatu penelitian survey,
karena tanpa wawancara maka akan kehilangan informasi yang valid dari
orang yang menjadi sumber data utama dalam penelitian. (Arikunto 2006:
106). Adapun informan yang dipilih oleh peneliti dalam melengkapi data
skripsi adalah remaja etnis Jawa, Pejabat desa, dan Orangtua remaja di desa
Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.
Menurut Hymes (1974), yang dikutip Spradley (2006: 79), wawancara
etnografis merupakan jenis peristiwa percakapan (speech event) yang khusus.
Konsep peristiwa percakapan di sini dalam pengertian etnografi tentang suatu
peristiwa yang diberi label jenis percakapan yang terjadi dengan satu istilah
penduduk asli. Dalam penelitian ini, metode wawancara dimanfaatkan peneliti
untuk menjawab rumusan masalah terutama rumusan masalah ketiga terkait
nilai kebudayaan Jawa
No. Pertanyaan
Jawaban
1. Apakah saudara/I tahu apa itu bahasa nonverbal?
2. Jika Saudara/I mengetahui apa itu bahasa nonverbal,
apa yang dimaksud dengan bahasa nonverbal?
3. Menurut anda, dalam situasi apa sajakah bahasa
nonverbal sering muncul?
4. Apa sajakah faktor yang mempengaruhi bahasa
nonverbal?
5. Apa sajakah fungsi bahasa nonverbal yang
dimunculkan?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
6. Apakah perlu/ seberapa penting menurut anda bahasa
nonverbal itu digunakan?
7. Apa saja kebiasaan remaja di desa ini yang dilakukan
dengan menggunakan bahasa nonverbal?
c. Dokumentasi
Dijelaskan dalam KBBI, definisi dari dokumentasi adalah pemberian atau
pengumpulan bukti dan keterangan (seperti gambar, kutipan, guntingan
koran, dan bahan referensi lain). Dokumentasi adalah mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto:
2006: 231). Dalam proses penelitian, peneliti akan menggunakan teknik
dokumentasi ini yaitu dengan mengumpulkan data-data seperti foto dan
rekaman video.
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu dengan
berbekal pengetahuan tentang bahasa nonverbal. Pengetahuan ini nantinya akan
sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menemukan bahasa nonverbal yang dipakai
oleh subjek penelitian yaitu dosen dan mahasiswa pada saat melakukan penelitian.
Selain itu, peneliti juga akan menggunakan rubrik observasi seperti berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Sebagai bekal pengumpulan data, peneliti melengkapinya dengan format
pengumpulan data sebagai berikut.
Data Bahasa Nonverbal Konteks Nilai Kebudayaan
Untuk memperdalam data penelitian maka peneliti menyusun beberapa
pertanyaan-pertanyaan yang digunakan ketika wawancara dengan beberapa remaja
desa. Peneliti dalam wawancara akan melakukan wawancara tidak terstruktur
namun alangkah baiknya peneliti mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan inti yang
akan ditanyakan pada narasumber ketika wawancara berlangsung untuk
menghindari kelupaan. memang memiliki daftarseputar penggunaan bahasa
nonverbal dalam perkuliahan yang akan ditanyakan peneliti kepada dosen dan
mahasiswa yang menjadi subjek penelitian ini. untuk mendukung pengumpulan
data dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan handphone dan kamera untuk
merekam video dan mengambil gambar pada saat observasi dan merekam
pembicaraan pada saat wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
3.5 Teknik Analisis Data
Menurut Sugiyono (2012: 82) analisis data adalah proses mencari dan
menyusun data secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan
lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan
sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. Teknis analisis data
adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasl
wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan
data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa,
menyusun kedalam pola, memilij mana yang penting dan mana yang akan
dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri
maupun orang lain (Sugiono 2013).
Berdasarkan penjelasan di atas, proses analisi data yang digunakan peneliti
yaitu teknik analisis deskriptif dengan 4 tahap yang meliputi 1) Tahap Identifikasi
data, pada tahap ini peneliti akan terlebih dahulu mengidentifikasi wujud bahasa
nonverbal para remaja. 2) Tahap klasifikasi, pada tahap ini peneliti akan
mengklasifikasikan atau mengelompokkan bahasa nonverbal berdasarkan jenis-
jenis bahasa nonverbal, makna pragmatik yang terkandung dalam tuturan dan
wujud bahasa nonverbal, dan jati diri remaja etnis jawa yang mencerminkan nilai-
nilai budaya Jawa. 3) Tahap interpretasi, pada tahap interpretasi atau penafsiran,
peneliti akan menafsirkan data atau fakta yang diperoleh. Dari data atau fakta
tersebut peneliti akan menetapkan makna-makna pragmatik yang terkandung pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
data atau fakta yang ditemukan. 4) Tahap pelaporan, pada tahap ini peneliti akan
melaporkan hasil temuan atau penelitiannya yang dituangkan dalam bentuk
deskriptif.
3.6 Triangulasi Data
Menurut Moleong (2014: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Data dan hasil analisis data
dari penelitian Pemakaian Bahasa Nonverbal pada Remaja Etnis Jawa di Desa
Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta: Suatu Kajian
Etnopragmatik harus melewati proses triangulasi. Proses triangulasi ini akan
dilakukan oleh pakar yang sesuai dengan bidangnya untuk memeriksa keabsahan
data dan hasil analisis data penelitian. Melalui triangulasi data ini, peneliti dapat
mengetahui apakah data dan hasil analisis data sesuai dengan pendapat pakar serta
membandingkan beberapa teori tentang bahasa non verbal guna melihat kelebihan
dan kekurangan masing-masing. Peneliti atas usulan dari dosen pembimbing akan
melakukan proses triangulasi bersama dengan salah satu dosen Program Studi
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan merupakan seorang pakar yang ahli dalam
bidang linguistik yaitu Bapak Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi uraian tentang hasil penelitian meliputi deskripsi data,
hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Deskripsi data berisi pemaparan
data yang diperoleh peneliti selama proses penelitian. Analisis data berisi tentang
pemakaian bahasa nonverbal remaja etnis Jawa, makna pragmatik, dan jati diri
remaja etnis Jawa. Pada bagian pembahasan hasil penelitian dipaparkan lebih dalam
mengenai hasil analisis data dengan berlandaskan teori yang dipaparkan pada bab
II dan untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini. Deskripsi data, hasil
penelitian, dan pembahasan hasil penelitian dipaparkan sebagai berikut.
4.1 Deskripsi Data
Data penelitian berupa tuturan dan gambar bahasa nonverbal para remaja desa
Purwosari yang diperoleh selama dua bulan antara bulan Maret - Juni 2019. Jumlah
data yang dianalisis sebanyak 33 data tuturan dan gambar bahasa nonverbal yang
di dalamnya terdapat unsur nilai-nilai budaya Jawa. Kemudian data dianalisis
dengan menggunakan pesan nonverbal Duncan, yang dilengkapi Ruben dan
Stewart (2013). Makna pragmatik dianalisis dengan menggunakan teori pragmatik
dari Purwo, dan nilai – nilai budaya sebagai potret jati diri remaja etnis Jawa
dianalisis dengan menggunakan teori dari Goddard (2004) mengenai pendekatan
etnopragmatik dilengkapi dengan teori dari Koentjaraningrat tentang kebudayaan
Jawa.
36
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Data penelitian ini diperoleh dengan cara observasi partisipan dimana peneliti
memahami fenomena lebih dalam dengan cara turun langsung ke lapangan.
Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh para remaja dusun Patihombo desa
Purwosari yang diamati oleh peneliti adalah kegiatan rutin bulanan Karang Taruna
Patihombo pada hari Sabtu, 27 April 2019 pukul 19.00 – 21.00 WIB di rumah
keluarga Mbah Sum. Kegiatan rutin bulanan dan buka bersama Karang Taruna
Patihombo pada hari Sabtu, 18 Mei 2019 pukul 17.30 – 21.00 WIB di rumah
keluarga Ibu Ayu. Kerja bakti menyambut Hari Raya Idul Fitri di musholla Al-
Mukminun Karang Taruna dusun Patihombo pada hari Selasa, 04 Juni 2019 pukul
16.00 WIB – 18.00 WIB.
Peneliti melakukan pengambilan data dengan menggunakan kamera secara acak
dan sebisa mungkin menyeluruh pada setiap observasi yang kemudian data foto
dipilih berdasarkan kualitas foto. Selain melakukan observasi, peneliti juga
memperoleh informasi dari wawancara terhadap para remaja desa dan orangtua
serta pejabat desa Purwosari untuk memperkuat analisis data.
Tabel 4.1 Jenis Wujud Bahasa Nonverbal
No. Wujud Bahasa Nonverbal Jumlah
1. Wujud bahasa nonverbal
kinesik
Wujud bahasa nonverbal
kinesik kepala
3
Wujud bahasa nonverbal
kinesik tangan
10
Wujud bahasa nonverbal
kinesik kaki
3
Wujud bahasa nonverbal
kinesik bahu
3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
2. Wujud bahasa nonverbal
artifaktual
Berdasarkan ekspresi
wajah tersenyum
3
Berdasarkan ekspresi
wajah tertawa
2
Berdasarkan pakaian yang
digunakan
4
3. Wujud bahasa nonverbal
paralinguistik
Berdasarkan nada
berbicara tinggi
1
Berdasarkan nada
berbicara rendah
2
4. Wujud bahasa nonverbal
proksemik
Berdasarkan jarak
percakapan biasa (1,5 – 4
kaki)
2
Total data 33
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Wujud Pemakaian Bahasa Nonverbal
Pembahasan mengenai wujud akan menggunakan teori yang dikemukakan
oleh Duncan yang dilengkapi oleh Ruben dan Stewart (2013). Berikut akan
dipaparkan wujud temuan data bahasa nonverbal para remaja etnis Jawa yang
tinggal di dusun Patihombo, desa Purwosari, kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
Adapun data pada penelitian ini berjenis gerakan tubuh yang aktif dalam
sebuah komunikasi atau pertuturan. Manusia mempunyai banyak cara dan
bervariasi dalam menggerakkan tubuh dan anggota tubuhnya ketika mereka sedang
berbicara (Liliweri 1994: 147). Oleh sebab itu, peneliti akan mengembangkan teori
tersebut sesuai data yang telah diperoleh dari lapangan. Berikut analisis wujud
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
bahasa nonverbal yang ditemui pada para remaja etnis Jawa di dusun Patihombo,
desa Purwosari, kecamatan Girimulyo, kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
4.2.1.1 Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik
a) Berdasarkan gerakan kepala
1) Data 1
Tuturan: Ngapunten niki kulo ken nenggo
lomba niki budhe (Maaf ini saya disuruh
nunggu lomba yang ini budhe)
Wujud bahasa nonverbal: kepala sedikit
menunduk
Konteks: Tuturan terjadi pada siang hari di aula gereja Paroki Administrasi
Santa Maria a Fatima Pelem Dukuh. Tuturan dilakukan oleh seorang remaja
bernama Dita yang berbicara dengan seorang Ibu yang kerap dipanggil Budhe
Sur. Tuturan lisan disampaikan dalam bahasa Jawa Krama alus. Penutur dan
mitra tutur sedang sibuk mempersiapkan perlombaan cerdas cermat liturgi.
2) Data 2
Tuturan: Nggeh bu sedaya kabeh mriki
boncengan ( iya bu kami semua ke sini boncengan)
Wujud bahasa nonverbal: menggerakkan kepala
secara vertikal (menganggukkan kepala)
Konteks: Tuturan terjadi di Rumah Sakit daerah
Boro, Kulon Progo pada malam hari sekitar jam
19.00 WIB. Beberapa remaja desa menjenguk
temannya yang sedang sakit. Penutur adalah
seorang remaja bernama Aji dan mitra tutur adalah
Bapak dan Ibu pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
3) Data 3
Tuturan: Mboten kulo mbah (Bukan saya
mbah)
Wujud bahasa nonverbal: menggerakkan
kepala secara horizontal (menggelengkan
kepala)
Konteks: Tuturan terjadi pada sore hari di
rumah seorang warga bernama mbah Partilah.
Pada saat itu mbah Partilah sedang duduk di
ruang tamu dan berbicara dengan cucunya
yang bernama Diva. Penutur adalah seorang
remaja bernama Diva dan mitra tutur adalah
mbah Partilah. Mbah Partilah menanyakan
sesuatu kepada cucunya ketika ngobrol
Data tuturan (1) terjadi pada siang hari bertempat di aula Gereja Paroki
Administrasi Santa Maria a Fatima Pelem Dukuh. Suasana tuturan nonformal dan
penutur adalah seorang remaja bernama Dita dan mitra tutur ialah seorang Ibu
bernama Budhe Sur. Tuturan yang disertai dengan penggunaan bahasa nonverbal
dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik pada teori bentuk
bahasa nonverbal yang disampaikan oleh Morris dalam Ruben dan Stewart (2013:
188). Ketika bertutur “Ngapunten niki kulo ken nenggo lomba niki budhe” Dita
selaku penutur, menunjukkan bahasa nonverbal kepala sedikit menunduk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Data tuturan (1) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
berupa unsur kinesik yang termanifestasi dalam bentuk gerakan menundukkan
kepala kepada mitra tutur. Gerakan tubuh bagian kepala yaitu gerakan kepala
menunduk seperti yang terlihat pada data tuturan (1) merupakan gerakan anggota
tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Gerakan anggota tubuh yaitu
kepala menunduk merupakan tanda nonverbal dalam komunikasi yang menjelaskan
atau menunjukkan sesuatu yaitu dengan menundukkan kepala menunjukkan sikap
hormat serta rendah hati seorang remaja kepada orangtua dengan apa yang
dituturkan pada saat komunikasi berlangsung.
Data tuturan (2) terjadi di Rumah Sakit daerah Boro, Kulon Progo. Beberapa
remaja desa menjenguk temannya bernama Sandra yang juga merupakan remaja
yang berasal dari dusun Patihombo yang sedang sakit. Penutur adalah seorang
remaja bernama Aji dan mitra tutur adalah Bapak dan Ibu dari Sandra. Sebelum
pulang Aji mewakili teman-temannya meminta izin pulang kepada mitra tutur.
Tuturan yang disertai dengan penggunaan bahasa nonverbal dapat dikategorikan
sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang
disampaikan oleh Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188). Ketika bertutur”
Nggeh Bapak Ibu niki kulo kaleh rencang-rencang bade wangsul mpun bengi bu”
Aji selaku pentur menunjukkan bahasa nonverbal kepala yang mengangguk atau
bergerak secara vertikal.
Data tuturan (2) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
berupa unsur kinesik yang termanifestasi dalam bentuk menggerakkan kepala
secara vertikal (menganggukkan kepala) pada saat mengucapkan kata “nggeh”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
dimana kata tersebut berarti “iya” dalam dalam bahasa Jawa. Gerakan tubuh bagian
kepala yaitu gerakan menganggukan kepala secara vertikal seperti yang terlihat
pada data tuturan (2) memiliki. Secara umum ketika mengucapkan kata “ya”
seringkali kita melakukan gerakan anggukan kepala secara vertikal. Sama halnya
dengan apa yang terlihat pada data tuturan tersebut. Gerakan menganggukan kepala
ingin menunjukkan sesuatu yaitu mempertegas tuturan yang disampaikan yaitu kata
“nggeh” (dalam bahasa Indonesia berarti iya) dan juga pada data ini para remaja
ingin menunjukkan rasa hormat kepada orangtua pasien yang mereka jenguk ketika
komunikasi berlangsung.
Data tuturan (3) terjadi pada malam hari di rumah seorang remaja bernama
Sakit daerah Boro, Kulon Progo. Beberapa remaja desa menjenguk temannya
bernama Sandra yang juga merupakan remaja yang berasal dari dusun Patihombo
yang sedang sakit. Penutur adalah seorang remaja bernama Aji dan mitra tutur
adalah Bapak dan Ibu dari Sandra. Sebelum pulang Aji mewakili teman-temannya
meminta izin pulang kepada mitra tutur. Tuturan yang disertai dengan penggunaan
bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik
pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan oleh Morris dalam Ruben
dan Stewart (2013: 188). Ketika bertutur” Nggeh Bapak Ibu niki kulo kaleh
rencang-rencang bade wangsul mpun bengi bu” Aji selaku pentur menunjukkan
bahasa nonverbal kepala yang mengangguk atau bergerak secara vertikal.
Gerakan tubuh bagian kepala yaitu gerakan menggerakkan kepala secara
horizontal seperti yang terlihat pada data tuturan (3) merupakan gerakan anggota
tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Gerakan menggerakkan kepala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
secara horizontal atau menggerakkan kepala ke kiri dan ke kanan ingin
menunjukkan sesuatu yaitu mempertegas tuturan yang diucapkan pada saat
komunikasi yaitu pada data ini adalah kata “mboten” (dalam bahasa Indonesia
berarti tidak).
Data tuturan (1), (2), dan (3) yang merupakan wujud bahasa nonverbal yaitu
jenis Kinesik kepala. Sesuai dengan teori disampaikan oleh Morris dalam Ruben
dan Stewart (2013: 188) bahwa kinesik yaitu menggunakan gerakan tubuh. Gerak
tubuh ini memiliki beberapa pesan salah satunya adalah pesan gestural yaitu
menunjukkan gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk
mengkomunikasikan berbagai makna. Penggunaan kepala sebagai salah satu
anggota badan ketika berbicara berfungsi untuk mengkomunikasikan berbagai
makna.
Data tuturan (1) dan (2) memiliki merupakan gerakan anggota tubuh yang
menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Gerakan kepala mengangguk dalam kedua
data tuturan di atas ingin menunjukkan sesuatu. Data tuturan (1) gerakan
mengangguk sebagai bentuk permohonan maaf dan ingin menunjukkan rasa hormat
kepada orangtua. Data tuturan (2) gerakan kepala secara vertical ingin memperjelas
kata yang dituturkan yaitu kata “iya”. Bentuk bahasa nonverbal ini merupakan jenis
bahasa nonverbal yang cukup sering dipakai atau dimunculkan oleh para remaja
desa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
b) Berdasarkan gerakan tangan
4) Data 4
Tuturan: Kulonuwon (Permisi)
Wujud Bahasa nonverbal: mengetuk pintu
Konteks: Tuturan terjadi di sebuah ruma bernama
Pak Paijo, dimana pada saat itu ada remaja bernama
Dita datang ke rumah untuk memberikan makanan
5) Data 5
Tuturan: Maturnuwun nggeh mbah (terima kasih
ya mbah)
Wujud bahasa nonverbal: bersalaman dan
sedikit membungkukkan badan/bahu
Konteks: Tuturan terjadi di Tuturan terjadi di
rumah seorang warga bernama mbah Sum. Para
remaja mengadakan pertemuan bulanan organisasi
Karang Taruna Desa Purwosari. Penutur adalah
remaja bernama Agus dan Vansa mitra tuturnya
adalah Mbah Sum (tuan rumah). Penutur dan para
remaja lainnya hendak pulang kerumah masing-
masing
6) Data 6
Tuturan: Maaf lahir dan batin sepurane nek
salahku akeh yo (Maaf lahir dan batin maaf kalau
salahku banyak ya)
Wujud bahasa nonverbal: Berjabat tangan,
ekspresi wajah tersenyum, nada berbicara sedang
dengan irama cenderung cepat
Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di rumah teko desa Purwosari. Para
remaja desa mengadakan acara syawalan. Seperti pada tahun-tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
sebelumnya ada sesi salam-salaman. Para remaja berdiri dan secara bergantian
berjabat tangan satu dengan lainnya.
Data tuturan (4) terjadi pada sore hari dirumah seorang warga bernama Pak
Paijo. Penutur adalah seorang remaja bernama Dita. Dita datang ke rumah Pak Paijo
dengan maksud untuk mengantarkan makanan. Tuturan yang disertai dengan
penggunaan bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa
nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan oleh
Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188). Ketika penutur mungucapkan kata
“Kulonuwun”, Dita selaku penutur menunjukkan bahasa nonverbal gerakan tangan
mengetuk pintu sebagaimana yang harus dilakukan orang pada umumnya saat
bertamu.
Data tuturan (4) tersebut juga dilengkapi dengan penggunaan bahasa
nonverbal yaitu unsur kinesik. Unsur kinesik termanifestasi dalam bentuk gerakan
mengetuk pintu. Gerakan tubuh bagian tangan yaitu gerakan mengetuk pintu seperti
yang terlihat pada data tuturan (4) merupakan gerakan anggota tubuh yang
menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Dalam data tuturan (4) ini gerakan tubuh
yang digunakan penutur adalah tangan. Gerakan tangan mengetuk pintu ingin
memperjelas bahwa ada seseorang yang datang disamping mengucapkan kata
“kulonuwun” sebagai ucapan salam. Kata “kulunuwon” merupakan kata yang kerap
diucapkan masyarakat Jawa ketika bertamu.”Kulonuwun” sama artinya dengan
permisi.
Data tuturan (5) terjadi di rumah seorang warga bernama mbah Sum. Para
remaja mengadakan pertemuan bulanan organisasi Karang Taruna Desa Purwosari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Penutur adalah remaja bernama Agus dan Vansa mitra tuturnya adalah Mbah Sum
(tuan rumah). Penutur dan para remaja lainnya hendak pulang kerumah masing-
masing. Tuturan yang disertai dengan penggunaan bahasa nonverbal dapat
dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa
nonverbal yang disampaikan oleh Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188).
Ketika bertutur, “Mbah pareng nggeh maturnuwun”, baik Agus maupun Vansa
menunjukkan gerakan nonverbal bersalaman dan sedikit membungkukkan
badan/bahu.
Data tuturan (5) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
jenis kinesik yang termanifestasi dalam gerakan bersalaman. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (2018) jabat tangan atau salaman adalah saling menyalami,
memberi salam dengan saling berjabat tangan ketika bertemu, mereka sebelum
berpisah. Jika kita lihat pada gambar, kedua penutur menunjukkan cara bersalaman
yang berbeda terhadap mitra tutur. Vansa bersalaman dan meletakkan tangan mitra
tutur dikeningnya sedangkan Agus tidak namun ketika bersalaman, ia sedikit
membungkukkan bahunya. Gerakan tubuh bagian tangan yaitu bersalaman seperti
yang terlihat pada data tuturan (6) merupakan gerakan anggota tubuh yang
menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Kedua bentuk salaman tersebut memang
berbeda jika dilihat dari segi cara bersalaman, namun keduanya memiliki maksud
yang sama baik yaitu menunjukkan sikap sopan kepada orangtua ketika berpamitan.
Data tuturan (6) Tuturan terjadi pada malam hari di rumah teko desa
Purwosari. Para remaja desa mengadakan acara syawalan. Seperti pada tahun-tahun
sebelumnya remaja berkumpul untuk bersilahturahmi dan juga terdapat sesi salam-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
salaman. Para remaja berdiri dan secara bergantian berjabat tangan satu dengan
lainnya. Tuturan yang disertai dengan penggunaan bahasa nonverbal dapat
dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa
nonverbal yang disampaikan oleh Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188).
Ketika bertutur “Maaf lahir dan batin sepurane nek salahku akeh yo”, para remaja
menunjukkan bahasa nonverbal bersalaman.
Data tuturan (6) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
jenis kinesik. Bahasa nonverbal jenis kinesik ini termanifestasi dalam gerakan
bersalaman yang dilakukan oleh masing-masing remaja. Saling bersalaman satu
dengan yang lain sambil mengutarakan permohonan maaf memang sudah menjadi
kebiasaan para remaja desa ketika merayakan lebaran. Bahasa nonverbal yang
ditunjukkan oleh para remaja tersebut memang sangat tepat karena memiliki
maksud memohon maaf dengan kelembutan hati
7) Data 7
Tuturan: Rencang-rencang, adek-adek sampun
wonten dhaharan sak unjukan manga dhahar-
nipun sami didahar unjukan nipun sami diunjuk
(Teman-teman, adek-adek sudah ada makanan
dengan minuman silahkan makanannya sama-
sama dimakan, minumannya sama-sama
diminum)
Wujud bahasa nonverbal: menjulurkan tangan kanan dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama Ibuk Ayuk. Pada
saat itu para remaja yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna
berkumpul untuk mengadakan pertemuan rutin sekaligus buka bersama. Salah
satu remaja yang beragama Islam diminta memimpin doa makan. Setelah doa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
ia pun mempersilahkan teman-temannya untuk menyantap makanan yang
sudah tersaji
8) Data 8
Tuturan: Monggo pak.. monggo buk.. (Silahkan
pak.. silahkan buk)
Wujud bahasa nonverbal: Mengambil gelas lalu
memberikan kepada tamu, Ketika memegang gelas
pegang bagian tengah gelas
Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di rumah warga bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan acara midodareni. Penutur adalah seorang remaja
bernama Jalu dan mitra tuturnya adalah para tamu. Jalu bertugas sebagai sinoman
yang mengantarkan minuman ke para tamu
9) Data 9
Tuturan: Kulo saget pakdhe mangkih cobi kulo
tangletke konco-konco sanesipun sinten
seng saget bantu (Saya bisa pakde nanti
saya coba tanyakan ke teman-teman yang
lainnya siapa yang bisa)
Wujud bahasa nonverbal: Kedua tangan menyatu
dan berada di depan perut untuk menutup bagian
bagian tubuh tertentu yaitu area perut ke bawah
Konteks: Data ini diambil di rumah seorang warga bernama Pak Probo. Terlihat
seorang remaja bernama Dita yang sedang berbicara dengan pak Probo. Penutur
menggunakan bahasa Jawa Krama
Data tuturan (7) Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama Ibuk Ayuk.
Pada saat itu para remaja yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna
berkumpul untuk mengadakan pertemuan rutin sekaligus buka bersama. Salah satu
remaja yang beragama Islam diminta memimpin doa makan. Setelah doa ia pun
mempersilahkan teman-temannya untuk menyantap makanan yang sudah tersaji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Tuturan yang disertai dengan penggunaan bahasa nonverbal dapat dikategorikan
sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang
disampaikan oleh Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188).Ketika bertutur,
“Rencang-rencang, adek-adek sampun wonten dhaharan sak unjukan mangga
dhaharnipun sami didahar unjukan nipun sami diunjuk”, Eko selaku penutur
menunjukkan bahasa nonverbal menjulurkan tangan kanan dengan siku sedikit
ditekukkan dan posisi telapak tangan menghadap ke atas.
Data tuturan (7) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yaitu jenis kinesik. Bahasa nonverbal jenis kinesik ini termanifestasi dalam gerakan
tangan dijulurkan ke depan dengan siku sedikit ditekukkan dan posisi telapak
tangan menghadap ke atas. Gerakan tubuh bagian tangan yaitu bersalaman seperti
yang terlihat pada data tuturan (6) merupakan gerakan anggota tubuh yang
menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Gerakan anggota tubuh dalam data tuturan
(7) tersebut adalah gerakan tangan. Gerakan tangan seperti yang sudah dijelaskan
di atas berfungsi untuk memperjelas tuturan yang disampaikan yaitu
mempersilakan menyantap makanan dan minuman yang telah dihidangkan.
Data tuturan (8) terjadi pada malam hari di rumah seorang warga bernama
Bapak Sukirman. Pada saat itu Pak Kirman sedang mengadakan acara midodareni.
Penutur adalah seorang remaja bernama Jalu yang bertugas menjadi sinoman pada
acara tersebut. Ia bertugas dibagian konsumsi yaitu menghidangkan makanan dan
minuman kepada para tamu yang menjadi mitra tuturnya. Tuturan yang disertai
dengan penggunaan bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa
nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188). Ketika bertutur ”monggo pak..
monggo buk..”, Jalu selaku penutur menunjukkan bahasa nonverbal gerakan
mengambil gelas dari nampan lalu memberikannya kepada mitra tutur.
Data tuturan (8) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa bahasa
nonverbal yaitu jenis kinesik. Unsur kinesik termanifestasi dalam gerakan tangan
yang mengambil gelas berisi minuman lalu memberikannya kepada mitra tutur.
Gerakan tubuh seperti yang terlihat pada data tuturan (6) merupakan gerakan
anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu. Gerakan anggota
tubuh tersebut dalam data tuturan ini adalah gerakan tangan memegang gelas dan
memberikannya kepada mitra tutur. Gerakan tangan ini berfungsi untuk
menjelaskan tuturan yang disampaikan yaitu kata “monggo” yang berarti silakan.
Posisi mengambil gelas yang benar menurut masyarkat Jawa adalah memegang
bagian tengah gelas dan tidak menyentuh bagian atas gelas atau bagian yang akan
tersentuh dengan mulut.
Data tuturan (9) terjadi di rumah seorang warga bernama Pak Probo. Penutur
adalah seorang remaja bernama Dita yang sedang berbicara dengan pak Probo yang
merupakan mitra tutur dalam data ini. Penutur ketika berkomunikasi menggunakan
bahasa Jawa Krama. Pak Probo sebagai mitra tutur meminta bantuan kepada
beberapa orang remaja untuk membawa lukisan ke Gereja. Tuturan yang disertai
dengan penggunaan bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa
nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan oleh
Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188). Ketika bertutur, “Kulo saget pakdhe
mangkih cobi kulo tangletke konco-konco sanesipun sinten seng saget bantu”, Dita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
sebagai penutur berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama dan dengan
posisi tangan Kedua tangan menyatu dan berada di depan perut atau sedikit ke
bawah lagi untuk menutup bagian bagian tubuh tertentu yaitu area perut ke bawah.
Data tuturan (9) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yaitu jenis Kinesik bagian tangan. BN kinesik termanifestasi dalam gerakan kedua
tangan berada didepan perut sedikit kebawah. Gerakan tubuh seperti yang terlihat
pada data tuturan (9) berfungsi untuk mengontrol sikap ketika berinteraksi
dimana beberapa remaja desa mengatakan bahwa jika berbicara dengan orangtua,
penggunaan BN ini banyak dilakukan para remaja dan pembicaraan tersebut
dilakukan dalam posisi berdiri agar terkesan sopan. Gerakan anggota tubuh ini
berfungsi untuk menjelaskan atau menunjukkan sesuatu yaitu menutup atau
memblokir bagian tubuh tertentu yaitu area perut kebawah.
10) Data 10
Tuturan: Bar gempa kapan kui to dek neng kono
kae lo mbiyen ono bawang putih jare
kepercayaan sih ben aman
(Itu disana itu lo dek kemarin ada
bawang putih katanya kepercayaan
sih biar aman)
Wujud bahasa nonverbal: Nada berbicara
sedang dengan irama cenderung
cepat, gerakan tangan menunjuk ke
objek yang dibicarakan
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang remaja bernama Vansa. Penutur
adalah Vansa dan mitra tutur adalah temannya. Mereka berdua sedang asik
bercerita tentang masa-masa kecil mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
11) Data 11
Tuturan: “Rene mas tak cekeli, entuk seko ndi e
ki kayu wes rapuh ngene lo nah ki ono
seng bolong wes an *tertawa*”
(Sini mas saya pegangi, dapat dari
mana ini kayu udah rapuh gini lo nah
ini ada yang bolong udahan tertawa*)
Wujud bahasa nonverbal: penutur langsung
sigap memegang kayu
Konteks: Tuturan terjadi di dekat gardu desa purwosari dimana pada saat itu
sedang ada bersih-bersih desa dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Penutur adalah Seorang remaja desa bernama Ika yang membantu seorang laki-
laki yang usianya tidak jauh berbeda darinya
12) Data 12
Tuturan : Oke mbak siap bar iki yo tak
rampungke iki sek (oke mbak
siap habis ini ya saya selesaikan
ini dulu)
Wujud Bahasa Nonverbal: mengacungkan ibu
jari tangan kanan
Konteks: Tuturan terjadi di teras gereja Katolik a Fatima Pelem Dukuh pada
sore hari dimana penutur bernama Indah sedang berbicara dengan mitra tutur
yang bernama Dita yang merupakan teman beda usia 2 tahun. mitra tutur
meminta bantuan kepada Indah untuk membantunya di belakang gereja.
Data tuturan (10) tejadi di rumah seorang remaja bernama Vansa. Penutur
adalah Vansa dan mitra tutur adalah teman Vansa yang bernama Indah. Mereka
berdua sedang asik bercerita tentang masa-masa kecil mereka. Tuturan yang
disertai dengan penggunaan bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk
bahasa nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan
oleh Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188). Ketika bertutur, “Bar gempa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
kapan kui to dek neng kono kae lo mbiyen ono bawang putih jare kepercayaan sih
ben aman”, Vansa selaku penutur berbicara menggunakan bahasa Jawa Ngoko
dan gerakan tangan menunjuk ke objek yang dibicarakan dalam data ini penutur
menjulurkan tangannya ke arah pintu depan rumah.
Data tuturan (10) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yaitu jenis kinesik bagian tangan. BN kinesik termanifestasi dalam gerakan tangan
kanan yang dijulurkan ke depan mengarah ke arah objek yang dibicarakan yaitu
pintu. Gerakan tubuh bagian tangan yaitu seperti yang terlihat pada data tuturan
(10) merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan
sesuatu. Gerakan anggota tubuh tersebut adalah gerakan tangan yang menunjuk
ke arah pintu. Gerakan tangan menunjuk ke arah pintu ini ingin menunjuk objek
yang sedang dibicarakan supaya lebih jelas
Data tuturan (11) terjadi di dekat gardu desa purwosari dimana pada saat itu
sedang ada bersih-bersih desa dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri.
Penutur adalah Seorang remaja desa bernama Ika yang membantu seorang laki-
laki yang usianya tidak jauh berbeda darinya sedang membutuhkan bantuan
seseorang untuk memegang kayu. Tuturan yang disertai dengan penggunaan
bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik
pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan oleh Morris dalam Ruben
dan Stewart (2013: 188). Ketika bertutur, “Rene mas tak cekeli, entuk seko ndi e
ki kayu wes rapuh ngene lo nah ki ono seng bolong wes an”, Ika selaku penutur
menggunakan bahasa nonverbal penutur langsung sigap memegang kayu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Data tuturan (11) dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal yaitu
jenis kinesik. BN kinesik termanifestasi dalam gerakan tubuh terutama tangan
yang sigap memegang kayu ketika menuturkan kata “tak cekeli”, yang memiliki
arti saya pegangi. Gerakan tubuh bagian tangan yaitu seperti yang terlihat pada
data tuturan (11) merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau
menunjukkan sesuatu. Gerakan anggota tubuh tersebut adalah gerakan tangan
yang dengan cepat bergerak meraih kayu seperti yang terlihat dalam gambar.
Gerakan tangan ini ingin menunjukkan kesigapan penutur dalam membantu
seseorang yang sedang kesulitan.
Data tuturan (12) terjadi di teras gereja Katolik a Fatima Pelem Dukuh pada
sore hari dimana penutur bernama Indah sedang berbicara dengan mitra tutur yang
bernama Dita yang merupakan teman beda usia 2 tahun. mitra tutur meminta
bantuan kepada Indah untuk membantunya di belakang gereja. Namun pada saat
itu Indah tidak bisa langsung membantu mitra tutur karena ia sedang berbicara
dengan seorang tamu yang datang ke gereja. Tuturan yang disertai dengan
penggunaan bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa
nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan oleh
Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188). Ketika Oke mbak siap bar iki yo
tak rampungke iki sek (oke mbak siap habis ini ya saya selesaikan ini dulu), Indah
selaku penutur mengacungkan ibu jari tangan kanannya.
Data tuturan (12) dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal yaitu
jenis kinesik yang termanifestasi dalam gerakan ibu jari tangan kanan yang
mengacung ketika mengucapkan kata “oke” sebagai ungkapan persetujuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Gerakan tubuh bagian tangan yaitu seperti yang terlihat pada data tuturan (12)
tersebut merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan
sesuatu. Gerakan anggota tubuh tersebut adalah gerakan ibu jari tangan kanan
yang mengacung untuk memperjelas maksud tuturan yaitu bahwa penutur
menyetujui permintaan mitra tutur.
13) Data 13
Tuturan: Pie kabarmu wes sue ra ketok (Gimana
kabarmu udah lama tidak kelihatan)
Wujud bahasa nonverbal: berjabat tangan
Konteks: Tuturan terjadi di rumah teko kawasan wisata gunung gilingan pada
saat acara syawalan bersama Karang Taruna. Penutur adalah seorang remaja
desa bernama Jalu yang baru saja datang dan kebiasaan pada umumnya ketika
datang langsung bersalaman
Data tuturan (13) terjadi pada malam hari di rumah teko kawasan wisata
gunung gilingan desa Purwosari. Para remaja desa yang tergabung dalam
organisani Karang Taruna mengadakan acara syawalan. Penutur adalah seorang
remaja bernama Jalu dan mitra tutur adalah temannya. Mereka sudah lama tidak
bertemu dan saling bertanya kabar. Tuturan yang disertai dengan penggunaan
bahasa nonverbal dapat dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik
pada teori bentuk bahasa nonverbal yang disampaikan oleh Morris dalam Ruben
dan Stewart (2013: 188). Ketika bertutur, “Pie kabarmu wes sui ra ketok”, Jalu
sebagai penutur menunjukkan bahasa nonverbal gerakan tangan bersalaman
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Data tuturan tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal yaitu
unsur kinesik. Unsur kinesik termanifestasi dalam gerakan bersalaman. Gerakan
tubuh bagian tangan yaitu bersalaman seperti yang terlihat pada data tuturan (6)
memiliki tersebut merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau
menunjukkan sesuatu. Gerakan tangan bersalaman dalam data ini ingin
menunjukkan bentuk keakraban di antara kedua peserta tutur.
c. Berdasarkan gerakan kaki
14) Data 14
Data ini bukan berbentuk tuturan melainkan
sebuah gambar atau foto Sikap duduk para
remaja
Wujud Bahasa Nonverbal: Duduk di atas tikar
atau lesehan dengan kaki bersila (menyilangkan
kaki)
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga pada malam hari dimana pada
saat itu ada pertemuan karang taruna serta sosialisasi kesehatan dan dihadiri oleh
para remaja dusun Patihombo.
15) Data 15
Data ini bukan berbentuk tuturan melainkan
sebuah gambar atau foto Sikap duduk para
remaja desa Puwosari ketika bertamu
I
Wujud Bahasa Nonverbal: Duduk diatas
kursi dengan berbagai bentuk yaitu dengan
cara kedua lutut berdempetan, duduk dengan
cara salah satu kaki berada di atas kaki
sebelahnya, dan ada juga yang duduk dengan
kedua lutut berdempetan dan disilang semua
Konteks: Data ini diambil di rumah seorang warga dimana para remaja datang
bertamu ketika Hari Raya Idul Fitri. Ketika bertamu mereka duduk di atas kursi
dengan berbagai bentuk atau cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
16) Data 16
Data ini bukan berbentuk tuturan melainkan
sebuah gambar atau foto Sikap duduk para
Remaja
Wujud Bahasa Nonverbal: Duduk di atas tikar
atau lesehan dengan kaki ditekuk ke
belakanga(menyilangkan kaki)
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga dimana pada saat itu ada
pertemuan karang taruna serta sosialisasi kesehatan dan dihadiri oleh para
remaja desa purwosari
Data (14) terjadi di rumah seorang warga dimana pada saat itu ada
pertemuan karang taruna serta sosialisasi kesehatan dan dihadiri oleh para remaja
dusun Patihombo. Data tersebut merupakan wujud bahasa nonverbal kinesik bagian
kaki dan dalam hal ini peneliti melakukan pengamatan ketika para remaja duduk.
Pada data (14) terlihat para remaja duduk dengan kaki bersila. Duduk dengan cara
seperti yang terlihat pada data tuturan ini merupakan cara duduk yang sudah lazim
dilakukan oleh masyarakat Indonesia ketika duduk diatas tikar (istilah yang sering
digunakan adalah lesehan).
Data (14) ini bukan merupakan data tuturan akan tetapi di sini peneliti lebih
fokus kepada gerakan kaki atau posisi duduk para remaja yang juga merupakan
bentuk bahasa nonverbal jenis kinesik (gerakan tubuh). Gerakan tubuh bagian kaki
ketika duduk seperti yang terlihat pada data (14) memiliki fungsi ilustrator.
Ilustrator menurut Ekman dan Friesen (1969) dalam liliweri Tanda tersebut
merupakan gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu.
Duduk dengan posisi kaki bersila menurut beberapa remaja yang peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
wawancara merupakan posisi duduk yang hampir dilakukan oleh seluruh remaja
desa ketika duduk di lesehan ketika ada disuatu acara seperti yang terlihat pada
gambar.
Data tuturan (15) Data ini diambil di rumah seorang warga dimana para
remaja datang bertamu ketika Hari Raya Idul Fitri. Ketika bertamu mereka duduk
di atas kursi dengan berbagai bentuk atau cara Data (15) terjadi di rumah seorang
warga dimana pada saat itu ada pertemuan karang taruna serta sosialisasi kesehatan
dan dihadiri oleh para remaja dusun Patihombo. Data tersebut merupakan wujud
bahasa nonverbal kinesik bagian kaki dan dalam hal ini peneliti melakukan
pengamatan ketika para remaja duduk. Pada data (15) terlihat para remaja duduk
diatas kursi dengan berbagai bentuk yaitu dengan cara kedua lutut berdempetan,
duduk dengan cara salah satu kaki berada di atas kaki sebelahnya, dan ada juga
yang duduk dengan kedua lutut berdempetan dan disilang semua
Data (15) ini bukan merupakan data tuturan akan tetapi di sini peneliti lebih
fokus kepada gerakan kaki atau posisi duduk para remaja yang juga merupakan
bentuk bahasa nonverbal jenis kinesik (gerakan tubuh). Data ini dapat dikategorikan
sebagai bentuk bahasa nonverbal kinesik pada teori bentuk bahasa nonverbal yang
disampaikan oleh Morris dalam Ruben dan Stewart (2013: 188) yaitu gerakan
isolasi. Duduk dengan posisi kaki seperti yang terlihat pada data selain terlihat
sopan juga bertujuan untuk memblokir bagian tubuh tertentu meskipun
menggunakan celana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Data (16) terjadi di rumah seorang warga dimana pada saat itu ada
pertemuan karang taruna dan acara buka puasa bersama. Data Data tersebut
merupakan wujud bahasa nonverbal kinesik bagian kaki dan dalam hal ini peneliti
melakukan pengamatan ketika para remaja duduk. Pada data (16) terlihat para
remaja duduk dengan kaki yang dilipat ke belakang. Duduk dengan cara seperti
yang terlihat pada data tuturan ini merupakan cara duduk yang diajarkan dalam
kebudayaan Jawa dan sampai sekarag masih dilakukan oleh para remaja ketika
harus duduk dilantai terutama untuk remaja putri yang menggunakan rok.
Data (16) ini bukan merupakan data tuturan akan tetapi di sini peneliti lebih
fokus kepada gerakan kaki atau posisi duduk para remaja yang juga merupakan
bentuk bahasa nonverbal jenis kinesik (gerakan tubuh). Gerakan tubuh bagian kaki
ketika duduk seperti yang terlihat pada data (16) merupakan gerakan anggota tubuh
yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu.
d. Berdasarkan gerakan bahu membungkuk
17) Data 17
Tuturan: Permisi yo mas mbak aku ndisikan yo
(Permisi ya mas mbak aku duluan ya)
Wujud bahasa nonverbal: membungkukkan
badan/bahu, berbicara diserta senyuman,
nada berbicara sedang dengan irama
cenderung cepat
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama Ibu Ayuk. Para
remaja desa yang tergabung dalam Karang Taruna mengadakan pertemuan
rutin sekaligus buka bersama. Penutur adalah seorang remaja yang bernama
Indah yang ingin pulang lebih dahulu karena ada kegiatan lain sedangkan
mitra tuturnya adalah para remaja lain yang sedang duduk lesehan di atas
tika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
18) Data 18
Tuturan: Nderek langkung mbah (Permisi mbah)
Wujud bahasa nonverbal: bahu sedikit
membungkuk dan tangan kanan sedikit dimajukan
Konteks: Tuturan terjadi pada pagi hari di Gereja
Santa Maria Fatima Pelem dukuh. Penutur adalah
seorang remaja desa sedangkan mitra tutur adalah
seorang kakek yang sering disebut simbah oleh
orang Jawa
19) Data 19
Tuturan: Sampun cekap pakde kulo kaleh
rencang-rencang bade nyuwun pamit (Sudah
selesai pakde saya dengan teman-teman mohon
pamit)
Wujud bahasa nonverbal: sedikit membung-
kukkan badan/bahu, nada berbicara sedang
dengan irama cenderung pelan
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga. Penutur adalah seorang
remaja bernama Supri dan mitra tutur adalah tuan rumah dan keluarganya.
Penutur dan beberapa temannya datang memberikan bantuan berupa
makanan. Setelah penutur selesai memberikan barang bantuan, penutur dan
teman-temannya pun pamitan terlebih dahulu sebelum pergi
Data tuturan (17) terjadi pada malam hari di rumah seorang warga bernama
Ibu Ayuk. Para remaja desa yang tergabung dalam Karang Taruna mengadakan
pertemuan rutin setiap bulan sekali dan bertepatan dengan bulan Ramadhan, mereka
pun mengadakan acara buka bersama. Penutur adalah seorang remaja bernama
Indah. Ketika bertutur “Permisi yo mbak mas aku ndisekan yo”, Indah selaku
penutur menunjukkan bahasa nonverbal sedikit membungkukkan badan/bahu.
Data tuturan tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal yaitu
unsur kinesik. Unsur kinesik termanifestasi dalam gerakan membungkukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
badan ketika melewati orang. Pada masyarakat Jawa, ini merupakan kebiasaan yang
dilakukan anak untuk menghormati orang yang lebih tua.
Data tuturan (18) Tuturan terjadi pada pagi hari di Gereja Santa Maria
Fatima Pelem dukuh. Penutur adalah seorang remaja desa sedangkan mitra tutur
adalah seorang kakek yang sering disebut simbah oleh orang Jawa. Mitra tutur
sedang jalan-jalan sore di depan rumahnya lalu penutur bertemu dan menyapa mitra
tutur. Ketika bertutur “nderek langkung mbah”, Dita selaku penutur menunjukkan
bahasa nonverbal membungkukkan badan/bahu dan wajah menghadap ke arah
mitra tutur.
Data tuturan (18) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yaitu unsur kinesik. Unsur kinesik termanifestasi dalam gerakan membungkukkan
badan ketika bertemu dengan mitra tutur. (1994) adalah menjelaskan tanda-tanda
nonverbal dalam komunikasi. Gerakan tubuh bagian bahu yaitu gerakan
membungkuk seperti yang terlihat pada data tuturan (18) Gerakan membungkukkan
badan tersebut ingin menunjukkan sikap hormat dan sopan kepada orangtua dalam
data ini sopan ketika menyapa orangtua.
Data tuturan (19) terjadi di rumah seorang warga. Penutur adalah seorang
remaja bernama Supri dan mitra tutur adalah tuan rumah dan keluarganya.
Penutur dan beberapa temannya datang memberikan bantuan berupa makanan.
Setelah penutur selesai memberikan barang bantuan, penutur dan teman-teman-
nya pun pamitan terlebih dahulu sebelum pergi. Ketika bertutur, “Sampun cekap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
pakde kulo kaleh rencang-rencang bade nyuwun pamit”, Supri selaku penutur
menggunakan bahasa nonverbal bahu yang sedikit dibungkukkan.
Data tuturan (19) dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal yaitu
jenis kinesik. BN kinesik termanifestasi dalam gerakan tubuh yaitu bahu yang
sedikit membungkuk ketika mengucapkan kata “sampun cekap pakde” yang
memiliki arti sudah selesai pakde. Gerakan tubuh bagian bahu yaitu gerakan
membungkuk seperti yang terlihat pada data tuturan (18) tersebut merupakan
gerakan anggota tubuh yang menjelaskan atau menunjukkan sesuatu.
4.2.1.2 Wujud Bahasa Nonverbal Artifaktual
a) Berdasarkan ekspresi wajah tersenyum
20) Data 20
Tuturan: Nggeh bu mugi-mugi Sandra benjeng
sampun saget wangsul lan diparingi waras kaleh
Gusti (Ya mudah-mudahan Sandra besok sudah bisa
pulang dan diberi kesehatan oleh Tuhan)
Wujud bahasa nonverbal: tersenyum ketika
berbicara dengan orangtua
Konteks: Tuturan terjadi di Rumah sakit di daerah Boro, Kulon Progo dimana
pada saat itu beberapa orang remaja sedang mengunjungi temannya yang
sedang sakit dan berbicara dengan Ibu temannya tersebut
21) Data 21
Tuturan: Sebelumnya saya mau mengucapkan
terima kasih kepada mas Tri yang sudah berkenan
memberikan kesempatan kepada teman-teman
semua untuk berkumpul di sini dan disambut
dengan baik, kalau ada kurang dan salahnya
mohon maaf sebesar-besarnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Wujud bahasa nonverbal: ekspresi wajah tersenyum
Konteks: Tuturan terjadi pada malam di rumah warga bernama Mbah Sum.
Para remaja yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna mengadakan
pertemuan rutin membayar iuran tabungan dan membahas rencana kegiatan.
Ketika musya- warah selesai salah satu remaja mewakili untuk pamitan
kepada tuan rumah
22) Data 22
Tuturan: Ajeng tindak pundi budhe? (Mau
pergi kemana budhe?)
Wujud Bahasa Nonverbal: ekspresi wajah
tersenyum
Konteks: Tuturan terjadi di Gereja pada sore
hari para remaja sedang duduk didepan
Gereja, da nada seorang Ibu lewat di dekat
mereka lalu mereka pun melihat Ibu itu dan
menyapanya
Data tuturan (20) terjadi pada malam hari di rumah sakit di daerah Boro,
Kulon Progo. Seorang remaja desa bernama Sandra sedang sakit dan dirawat di
rumah sakit tersebut. Beberapa remaja desa pun menjenguk Sandra dan berbincang-
bincang dengan Sandra dan orangtuanya yang kebetulan sedang menjaga Sandra.
Penutur adalah seorang remaja bernama Aji yang mewakili teman-temannya untuk
berbicara dengan orangtua Sandra. Ketika bertutur Nggeh bu mugi-mugi Sandra
benjeng sampun saget wangsul lan diparingi waras kaleh Gusti, Aji selaku penutur
menunjukkan bahasa nonverbal ekspresi wajah menghormati disertai senyuman
dan berbicara dengan nada sedang dengan irama cenderung pelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Data tuturan (20) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yang dominan yaitu berupa unsur artifaktual. Unsur artifaktual termanifestasi dalam
bentuk ekspresi wajah yang tersenyum dan sikap menghormati mitra tutur serta
nada berbicara yang sedang dengan irama yang cenderung pelan ketika berbicara.
Penggunaan bahasa Jawa Krama juga memperlihatkan sikap menghormati dan
santun kepada orangtua.
Data tuturan (21) terjadi pada malam hari di rumah sakit di daerah Boro,
Kulon Progo. Seorang remaja desa bernama Sandra sedang sakit dan dirawat di
rumah sakit tersebut. Beberapa remaja desa pun menjenguk Sandra dan berbincang-
bincang dengan Sandra dan orangtuanya yang kebetulan sedang menjaga Sandra.
Penutur adalah seorang remaja bernama Aji yang mewakili teman-temannya untuk
berbicara dengan orangtua Sandra. Ketika bertutur Sebelumnya saya mau
mengucapkan terima kasih kepada mas Tri yang sudah berkenan memberikan
kesempatan kepada teman-teman semua untuk berkumpul di sini dan disambut
dengan baik, kalau ada kurang dan salahnya mohon maaf sebesar-besarnya, Aji
selaku penutur menunjukkan bahasa nonverbal ekspresi wajah menghormati
disertai senyuman dan berbicara dengan nada sedang dengan irama cenderung
pelan.
Data tuturan (21) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yang dominan yaitu berupa unsur artifaktual. Unsur artifaktual termanifestasi dalam
bentuk ekspresi wajah yang tersenyum dan sikap menghormati mitra tutur serta
nada berbicara yang sedang dengan irama yang cenderung pelan ketika berbicara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Penggunaan bahasa Jawa Krama juga memperlihatkan sikap menghormati dan
santun kepada orangtua.
Data tuturan (22) terjadi Tuturan terjadi di Gereja pada sore hari para remaja
sedang duduk didepan Gereja, da nada seorang Ibu lewat di dekat mereka lalu
mereka pun melihat Ibu itu dan menyapanya. Ketika bertutur, “Ajeng tindak pundi
budhe?”, para remja tersebut menunjukkan bahasa nonverbal ekspresi wajah
menghormati disertai senyuman.
Data tuturan (22) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yaitu berupa unsur artifaktual yang termanifestasi dalam bentuk ekspresi wajah
yang tersenyum dan sikap menghormati mitra tutur serta nada berbicara yang
sedang dengan irama yang cenderung pelan ketika berbicara. Penggunaan bahasa
Jawa Krama juga memperlihatkan sikap menghormati dan santun kepada orangtua.
b) Berdasarkan ekspresi wajah tertawa
23) Data 23
Tuturan: haha iyo wingi ra ketok aku mkane
ceblok (haha iya kemarin gak lihat aku
makanya jatuh)
Wujud Bahasa Nonverbal: ekspresi wajah
tertawa
Konteks: Tuturan terjadi siang hari di rumah warga bernama Mbah Partilah
dimana pada saat itu cucu dari mbah Partilah bernama Vansa sedang duduk
di ruang tamu bersama adiknya Diva dan beberapa temannya. Mereka pun
bercerita dan tertawa gembira.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
24) Data 24
Tuturan: haha Nggeh niku lah pakdhe
durung rejeki kulo (Iya pakde sudah
kemarin tinggal ujian)
Wujud Bahasa Nonverbal: ekspresi wajah
tertawa
Konteks: Konteks: Tuturan terjadi pada malam di depan gereja, dimana
pada saat itu para remaja akan melakukan kegiatan doa bersama. Sambil
menunggu para remaja yang belum hadir, penutur yang juga merupakan
seorang remaja berbicara dengan penjaga gereja. Ia menceritakan
pengalamannya mengikuti lomba di suatu tempat namun tidak berhasil.
Data tuturan (23) terjadi pada siang hari di rumah warga bernama
Mbah Partilah dimana pada saat itu cucu dari mbah Partilah bernama Vansa
sedang duduk di ruang tamu bersama adiknya Diva dan beberapa temannya.
Mereka pun bercerita dan tertawa gembira. Ketika bertutur, “haha iyo wingi
ra ketok aku mkane ceblok,” Penutur berbicara disertai dengan tertawa.
Data tuturan (23) ini dilengkapi dengan penggunaan bahasa
nonverbal jenis artifaktual yang termanifestasi dalam ekspresi wajah
tertawa. Penggunaan bahasa nonverbal ini ingin menunjukkan bahwa
penutur merasa lucu mengingat kejadian yang kemarin menimpanya.
Data tuturan (24), Tuturan terjadi pada malam di depan gereja,
dimana pada saat itu para remaja akan melakukan kegiatan doa bersama.
Sambil menunggu para remaja yang belum hadir, penutur yang juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
merupakan seorang remaja berbicara dengan penjaga gereja. Ia
menceritakan pengalamannya mengikuti lomba di suatu tempat namun tidak
berhasil. Ketika bertutur, “haha Nggeh niku lah pakdhe durung rejeki
kulo”, penutur berbicara disertai dengan ekspresi wajah tertawa.
Data tuturan (24) ini dilengkapi dengan penggunaan bahasa
nonverbal jenis artifaktual yang temanifestasi dalam ekspresi wajah tertawa.
Penggunaan bahasa nonverbal ini ingin menunjukkan bahwa penutur
merasa sudah menerima bahwa lomba yang diikutinya belum rejekinya
untuk menang dan ia menunjukkan sikap legowo itu dengan tertawa.
c) Berdasarkan pakaian yang digunakan
25) Data 25
Tuturan: Monggo pak.. monggo buk..
(Silahkan pak.. silahkan buk)
Wujud bahasa nonverbal: mengenakan
baju batik lengan panjang
Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di rumah warga bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan acara midodareni. Penutur adalah seorang
remaja bernama Jalu dan mitra tuturnya adalah para tamu. Jalu bertugas
sebagai sinoman yang mengantarkan minuman ke para tamu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
26) Data 26
Tuturan:
Tamu : Mbak nyuwun dawet e nggeh
setunggal mawon
Tina :Oh nggeh bu sekedap nggeh
(Tamu : Mbak minta dawetnya ya satu
saja
Tina : Oh iya bu sebentar ya)
Wujud bahasa nonverbal: menggunakan pakaian adat Jawa untuk
perempuan yaitu kebaya dan wajah dibalut dengan make up serta rambut yang
disanggul
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga yang bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan resepsi pernikahan putrinya. Penutur adalah
seorang remaja desa bernama Tina yang bertugas menjadi sinoman bagian
konsumsi dan mitra tutur adalah seorang ibu yang merupakan tamu di acara
tersebut. Bahasa yang digunakan penutur adalah bahasa Jawa
27) Data 27
Acara Baritan di Desa Purwosari
Wujud bahasa nonverbal: ekspresi wajah
tampak gembira dan ceria menandakan
mereka senang dan turut bersyukur
mengikuti acara baritan serta menggunakan
pakaian surjan lurik yang merupakan
pakaian adat Jawa
Konteks: Tuturan terjadi pada pagi hari dimana masyarakat Desa Purwosari
mengadakan acara baritan. Baritan merupakan sebuah tradisi masyarakat
Jawauntuk mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang diberikan.
Baritan selalu diadakan pada pagi hari dan diiukti olemasyarkat desa mulai
dari anak kecil, remaja hinga para sesepuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
28) Data 28
Data ini merupakan wujud bahasa
nonverbal berdasarkan dari pakaian yang
digunakan
Wujud bahasa nonverbal: menggunakan
kaos lengan pendek, celana pendek selutut
dan ada juga yang menggunakan celana
panjang
Konteks: Tuturan terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun. Para
remaja desa sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan
digunakan untuk sholat Ied umat muslim
Data tuturan (25) terjadi pada malam hari di rumah seorang warga bernama
Bapak Sukirman. Pada saat itu Pak Kirman sedang mengadakan acara midodareni.
Penutur adalah seorang remaja bernama Jalu yang bertugas menjadi sinoman pada
acara tersebut. Ia bertugas dibagian menghidangkan konsumsi kepada para tamu
yang menjadi mitra tuturnya. Pada saat melayani para tamu, Jalu dan para remaja
yang turut serta menjadi sinoman menggunakan pakaian yaitu batik.
Data tuturan tersebut terdapat penggunaan bahasa bahasa nonverbal yaitu
jenis arifaktual yang termanifestasi dalam pakaian yang digunakan. Data ini dapat
dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal artifaktual sesuai teori bentuk
bahasa nonverbal yang disampaikan oleh Duncan (dalam Rakhmat, 1985). Melalui
pakaian manusia dapat menyampaikan perasaan, status dan peranan, serta
formalitas. Dalam data ini para remaja memakai pakaian batik karena berada dalam
acara adat Jawa yang termasuk ke dalam sebuah acara formal. Para remaja memakai
pakaian batik untuk menunjukkan formalitas mereka mengikuti
acara adat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Data tuturan (26) terjadi di rumah seorang warga yang bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan resepsi pernikahan putrinya. Penutur adalah seorang
remaja desa bernama Tina yang bertugas menjadi sinoman bagian konsumsi dan
mitra tutur adalah seorang ibu yang merupakan tamu di acara tersebut. Bahasa yang
digunakan penutur adalah bahasa Jawa Krama. Pada saat melayani para tamu, Jalu
dan para remaja yang turut serta menjadi sinoman menggunakan kebaya.
Data tuturan tersebut terdapat penggunaan bahasa bahasa nonverbal yaitu
jenis arifaktual yang termanifestasi dalam pakaian yang digunakan. Data ini dapat
dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal artifaktual sesuai teori bentuk
bahasa nonverbal yang disampaikan oleh Duncan (dalam Rakhmat, 1985). Melalui
pakaian manusia dapat menyampaikan perasaan, status dan peranan, serta
formalitas. Dalam data ini para remaja putri yang bertugas menjadi sinoman
memakai kebaya dan juga make up karena berada dalam acara adat Jawa yang
termasuk ke dalam sebuah acara formal. Para remaja memakai kebaya untuk
menunjukkan formalitas mereka mengikuti acara adat tersebut.
Data (27) terjadi pada pagi hari dimana masyarakat desa Purwosari
mengadakan acara baritan. Baritan merupakan sebuah tradisi masyarakat Jawa
untuk mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang diberikan. Baritan selalu
diadakan pada pagi hari dan diikuti oleh masyarkat desa mulai dari anak kecil,
remaja hingga para sesepuh. Pada saat baritan, masyarakat desa menggunakan
pakaian adat Jawa baik laki-laki maupun perempuan. Laki-laki memakai surjan atau
lurik dan perempuan memakai kebaya. Acara baritan ini diikuti oleh seluruh
masyarakat desa mulai dari anak kecil hingga para sesepuh desa tak terkecuali para
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
remaja. Terlihat pada data (27) para remaja ikut serta memeriahkan acara syukuran
ini dengan menggunakan pakaian adat Jawa.
Data tuturan (28) terjadi di rumah seorang warga yang bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan resepsi pernikahan putrinya. Penutur adalah seorang
remaja desa bernama Tina yang bertugas menjadi sinoman bagian konsumsi dan
mitra tutur adalah seorang ibu yang merupakan tamu di acara tersebut. Bahasa yang
digunakan penutur adalah bahasa Jawa Krama. Pada saat melayani para tamu, Jalu
dan para remaja yang turut serta menjadi sinoman menggunakan kebaya.
Data tuturan tersebut terdapat penggunaan bahasa bahasa nonverbal yaitu
jenis arifaktual yang termanifestasi dalam pakaian yang digunakan. Data ini dapat
dikategorikan sebagai bentuk bahasa nonverbal artifaktual sesuai teori bentuk
bahasa nonverbal yang disampaikan oleh Duncan (dalam Rakhmat, 1985). Melalui
pakaian manusia dapat menyampaikan perasaan, status dan peranan, serta
formalitas. Dalam data ini para remaja putri yang bertugas menjadi sinoman
memakai kebaya dan juga make up karena berada dalam acara adat Jawa yang
termasuk ke dalam sebuah acara formal. Para remaja memakai kebaya untuk
menunjukkan formalitas mereka mengikuti acara adat tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
4.2.1.3 Wujud Bahasa Nonverbal Paralinguistik
a) Berdasarkan nada berbicara rendah dan pelan
29) Data 29
Tuturan: Nggeh bu mugi-mugi Sandra benjeng
sampun saget wangsul lan diparingi waras kaleh
Gusti (Ya mudah-mudahan Sandra besok sudah
bisa pulang dan diberi kesehatan oleh Tuhan)
Wujud bahasa nonverbal: Nada berbicara sedang
dan berbicara dengan irama cenderung pelan
Konteks: Tuturan terjadi di Rumah sakit di daerah Boro, Kulon Progo dimana
pada saat itu beberapa orang remaja sedang mengunjungi temannya yang
sedang sakit dan berbicara dengan Ibunya
30) Data 30
Tuturan: Bu niki kan setiap pertemuan wonten
subsidi kagem snack lan minum dados nyuwun
tulung niki ditampi nggeh bu (Bu ini kan setiap per-
temuan ada subsidi untuk snack dan minum jadi
minta tolong ini diterima bu)
Wujud bahasa nonverbal: nada berbicara sedang
dengan irama cenderung pelan
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama mbah Sum. Para
remaja mengadakan pertemuan bulanan organisasi Karang Taruna Desa Purwo-
sari. Penutur adalah seorang remaja bernama Ika dan mitra tuturnya adalah
Mbah Sum (tuan rumah)
Data tuturan (29) terjadi pada malam hari di rumah sakit di daerah Boro,
Kulon Progo. Seorang remaja desa bernama Sandra sedang sakit dan dirawat di
rumah sakit tersebut. Beberapa remaja desa pun menjenguk Sandra dan berbincang-
bincang dengan Sandra dan orangtuanya yang kebetulan sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
menjaga Sandra. Penutur adalah seorang remaja bernama Aji yang mewakili teman-
temannya untuk berbicara dengan orangtua Sandra. Ketika bertutur Nggeh bu mugi-
mugi Sandra benjeng sampun saget wangsul lan diparingi waras kaleh Gusti, Aji
selaku penutur menunjukkan bahasa nonverbal ekspresi wajah menghormati
disertai senyuman dan berbicara dengan nada sedang dengan irama cenderung
pelan.
Data tuturan (29) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yang dominan yaitu berupa unsur artifaktual. Unsur artifaktual termanifestasi dalam
bentuk nada berbicara yang sedang dengan irama yang cenderung pelan ketika
berbicara. Penggunaan bahasa Jawa Krama juga memperlihatkan sikap
menghormati dan santun kepada orangtua. Kridalaksana (2008: 173) paralingustik
adalah hal yang bersangkutan dengan ciri-ciri bunyi; misal berbisik, suara
meninggi, dsb., yang ada dalam atau menyertai suara seseorang dalam berbahasa.
Data tuturan (30) terjadinya Tuturan terjadi di rumah seorang warga
bernama mbah Sum. Para remaja mengadakan pertemuan bulanan organisasi
Karang Taruna Desa Purwosari. Penutur adalah seorang remaja bernama Ika dan
mitra tuturnya adalah tuan rumah yang akrab disapa mbah Sum. Ketika bertutur,
“Bu niki kan setiap pertemuan wonten subsidi kagem snack lan minum dados
nyuwun tulung niki ditampi bu”, Ika selaku penutur menunjukkan gerakan
nonverbal berbicara dengan nada sedang dengan irama cenderung pelan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Data tuturan (30) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yang dominan yaitu berupa unsur paralinguistik yang termanifestasi dalam bentuk
ekspresi wajah yang tersenyum dan sikap menghormati mitra tutur serta nada
berbicara yang sedang dengan irama yang cenderung pelan ketika berbicara.
Penggunaan bahasa Jawa Krama juga memperlihatkan sikap menghormati dan
santun kepada orangtua.
b) Berdasarkan nada berbicara tinggi dan cepat
31) Data 31
Tuturan: Iki dilebokne ngene lo dibolongi sek
tapi bar kui lagi tutup uwes rampung
(Ini dimasukkan gini lo dilubangi dulu tapi habis itu
baru ditutup sudah selesai)
Wujud bahasa nonverbal : Nada bicara agak tinggi
dan berbicara cenderung cepat
Konteks: Tuturan terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun. Para remaja desa
sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan digunakan untuk sholat
Ied umat muslim. Penutur adalah seorang remaja yang menjelaskan cara membuat
lampu corong untuk atribut atau hiasan untuk malam takbiran
Data tuturan (31) Tuturan terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun.
Para remaja desa sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan
digunakan untuk sholat Ied umat muslim. Penutur adalah seorang remaja yang
menjelaskan cara membuat lampu corong untuk atribut atau hiasan untuk malam
takbiran. Ketika bertutur, “Iki dilebokne ngene lo dibolongi sek tapi bar kui lagi
tutup uwes rampung”, Ika selaku penutur berbicara dengan Nada bicara agak tinggi
dan berbicara cenderung cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Data tuturan (31) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
yaitu jenis paralinguistik. BN paralinguistik termanifestasi ketika penutur berbicara
yaitu dengan nada sedikit tinggi dan penutur berbicara dengan irama cenderung
cepat. Data tuturan ini merupakan contoh penggunaan bahasa nonverbal unsur
paralinguistik yang terintergrasi dalam suatu tuturan. Seperti yang disampaikan
oleh Kridalaksana (2008: 173) paralingustik adalah hal yang bersangkutan dengan
ciri-ciri bunyi; misal berbisik, suara meninggi, dsb., yang ada dalam atau menyertai
suara seseorang dalam berbahasa. Dalam data ini penutur berbicara dengan disertai
suara yang sedikit meninggi dengan irama yang cenderung cepat.
4.2.1.4 Wujud Bahasa Nonverbal Proksemik
32) Data 32
Tuturan: Iki ke piye ki tolong iki cekel
nduwur e yo, dek devi seng nuangi
kuah e vansa seng leboke ubine
(Ini gimana ini tolong ini dipegang atasnya,
dek devi yang tuang kuahnya vansa yang
masukkan ubinya)
Wujud bahasa nonverbal: Jarak bicara intim, 1,5 kaki menunjukkan
keakraban para remaja putri
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama ibu Ayuk
dimana pada saat itu akan dilaksanakan pertemuan bulanan Karang Taruna
dan buka puasa bersama. Para remaja putri mempersiapkan minuman dan
makanan yang akan disantap saat buka buasa. Penutur bernama Tiwi yang
meminta bantuan memegang jumbo dan menghidangkan kolak dan takjil.
Bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa Ngoko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
33) Data 33
Tuturan: Iki dilebokne ngene lo dibolongi sek
tapi bar kui lagi tutup uwes rampung (Ini
dimasukkan gini lo dilubangi dulu tapi
habis itu baru ditutup sudah selesai)
Wujud bahasa nonverbal: Jarak bicara pribadi
sekitar 1,5 – 4 kaki
Konteks : Tuturan terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun. Para
remaja desa sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan
digunakan untuk sholat Ied umat muslim. Penutur adalah seorang remaja
yang menjelaskan cara membuat lampu corong untuk atribut atau hiasan
untuk malam takbiran
Data tuturan (32) terjadi di rumah seorang warga bernama ibu Ayuk dimana
pada saat itu akan dilaksanakan pertemuan bulanan Karang Taruna dan buka puasa
bersama. Para remaja putri mempersiapkan minuman dan makanan yang akan
disantap saat buka buasa. Penutur bernama Tiwi yang meminta bantuan memegang
jumbo dan menghidangkan kolak dan takjil. Bahasa yang digunakan adalah bahasa
Jawa Ngoko. Ketika bertutur, “: Iki ke piye ki tolong iki cekel nduwur e yo, dek devi
seng nuangi kuah e vansa seng leboke ubine”, penutur dan mitra tutur menunjukkan
wujud bahasa nonverbal berdasarkan jarak ketika berbicara.
Data tuturan (32) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
jenis prosemik yang termanifestasi dalam jarak dan posisi ketika berbicara. Data ini
merupakan wujud penggunaan bahasa nonverbal jenis prosemik yaitu percakapan
biasa 1,5-4 kaki sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Edward Hall dalam
Ruben dan Stewart (2013: 193).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Data tuturan (33) terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun. Para
remaja desa sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan digunakan
untuk sholat Ied umat muslim. Penutur adalah seorang remaja yang menjelaskan
cara membuat lampu corong untuk atribut atau hiasan untuk malam takbiran. Ketika
bertutur, “Iki dilebokne ngene lo dibolongi sek tapi bar kui lagi tutup uwes
rampung”, penutur dan mitra tutur menunjukkan wujud bahasa nonverbal
berdasarkan jarak ketika berbicara.
Data tuturan (33) tersebut dilengkapi dengan penggunaan bahasa nonverbal
jenis prosemik yang termanifestasi dalam jarak dan posisi ketika berbicara. Data ini
merupakan wujud penggunaan bahasa nonverbal jenis prosemik yaitu percakapan
biasa 1,5-4 kaki sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Edward Hall dalam
Ruben dan Stewart (2013: 193).
4.2.2 Makna Pragmatik Pemakaian Bahasa Nonverbal Remaja Etnis Jawa
Peneliti telah mengkaji makna-makna yang terdapat dalam pemakaian bahasa
nonverbal yang dimunculkan oleh para remaja desa Purwosari melalui konteks.
Terdapat makna pragmatik permohonan maaf, ucapan terima kasih, ucapan salam,
menyapa, pamitan, dan kesediaan. Berlandaskan teori yang disampaikan oleh
Purwo (1990: 16) serta Wijana dan Rohmadi (2009: 215), berikut akan dipaparkan
makna pragmatik tersebut.
4.2.2.1 Makna Permohonan Maaf
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan berikut
ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kata maaf berarti 1)
pembebasan seseorang dari hukuman (tuntutan, denda, dan sebagainya) karena
suatu kesalahan, ampun 2) ungkapan permintaan ampun atau penyesalan, 3)
ungkapan permintaan izin untuk melakukan sesuatu. Setiap manusia pernah berbuat
kesalahan dan bentuk atau cara seseorang yang lazim digunakan untuk
mempertanggungjawabkan kesalahan tersebut yaitu melalui permohonan maaf.
Namun tidak semua permohonan maaf dilontarkan ketika seseorang berbuat suatu
kesalahan, tetapi juga diucapkan ketika ingin melakukan sesuatu terutama apabila
sedang berkomunikasi dengan orang yang lebih tua sebagai bentuk menghormati
maka ucapkanlah kata maaf. Contoh “maaf pak saya izin keluar duluan”, “mohon
izin pak saya naik ke atas panggung”, atau dengan menggunakan bahasa daerah
seperti “ngapunten kulo ndisikan bu”dan sebagainya.
Ketika mengucapkan kata maaf, tidak hanya mulut yang bergerak. Beberapa
orang akan menunjukkan gerakan anggota tubuh lain sebagai bentuk penghormatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
atau mempertegaskan tuturan yang disampaikan. Seperti tangan dan bahu.
Perhatikan data berikut.
1) Data 1
Tuturan: Ngapunten niki kulo ken nenggo
lomba niki budhe (Maaf ini saya disuruh
nunggu lomba yang ini budhe)
Wujud bahasa nonverbal: bahu sedikit
membungkuk
Konteks: Tuturan terjadi pada siang hari di aula gereja Paroki Administrasi
Santa Maria a Fatima Pelem Dukuh. Tuturan dilakukan oleh seorang remaja
bernama Dita yang berbicara dengan seorang Ibu yang kerap dipanggil Budhe
Sur. Tuturan lisan disampaikan dalam bahasa Jawa Krama alus. Penutur dan
mitra tutur sedang sibuk mempersiapkan perlombaan cerdas cermat liturgi.
Data tersebut menunjukkan adanya konteks situasi yang dilengkapi dengan
komponen-komponen pendukung seperti tempat, waktu, peserta tuturan, situasi dan
bahasa yang digunakan dalam komunikasi. Data tersebut berupa tuturan dan wujud
bahasa nonverbal yang terjadi di aula gereja Paroki Administrasi Santa Maria a
Fatima Pelem Dukuh. Peserta tuturan dalam data tersebut adalah seorang remaja
dan seorang Ibu. Situasi pada saat terjadinya pertuturan cukup riweh karena peserta
tuturan sedang sibuk mempersiapkan perlombaan. Mitra tutur dalam data tersebut
yaitu Budhe Sur meminta tolong kepada penutur untuk membantunya mengawasi
perlombaan merangkai bunga, akan tetapi penutur tidak dapat membantu karena
harus mempersiapkan lomba cerdas cermat liturgi.
Tanpa mengurangi rasa hormat, penutur pun mengungkapkan permohonan
maaf kepada mitra tutur dengan mengatakan kata ngapunten dan sedikit
membungkukkan badan. Data tuturan ini merupakan bentuk kesantunan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
ditunjukkan oleh remaja desa. Tuturan yang disampaikan oleh penutur sesuai
dengan saran agar tuturan dapat mencerminkan kesantunan yang disampaikan oleh
Pranowo (2009: 104) yaitu menggunakan kata “maaf” untuk tuturan yang
diperkirakan akan menyinggung perasaan lain.
Makna pragmatik data 1 berupa tuturan dan wujud bahasa nonverbal adalah
bentuk permohonan maaf yang ditujukan kepada orangtua yang usianya jauh di atas
para remaja. Hidup rukun dan saling memaafkan juga diterapkan oleh para remaja
dusun Patihombo. Hal ini terlihat pada saat acara syawalan memperingati Hari Raya
Idul Fitri. Semua remaja berkumpul dan acara salam-salaman seperti yang lazim
dilakukan pada saat lebaran. Perhatikan data berikut.
2) Data 2
Tuturan: Maaf lahir dan batin sepurane nek
salahku akeh yo (Maaf lahir dan batin maaf kalau
salahku banyak ya)
Wujud bahasa nonverbal: Berjabat tangan,
ekspresi wajah tersenyum, nada berbicara sedang
dengan irama cenderung cepat
Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di rumah teko desa Purwosari. Para
remaja desa mengadakan acara syawalan. Seperti pada tahun-tahun
sebelumnya ada sesi salam-salaman. Para remaja berdiri dan secara bergantian
berjabat tangan satu dengan lainnya.
Data tuturan tersebut menunjukkan adanya konteks situasi yang dilengkapi
dengan komponen-komponen pendukung seperti tempat, waktu, peserta tuturan,
situasi dan bahasa yang digunakan dalam komunikasi. Data tersebut terjadi di
rumah teko desa Purwosari yang merupakan salah satu tempat singgah apabila ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
yang berwisata di desa Purwosari. Acara syawalan tersebut dilaksanakan pada
malam hari. Peserta tuturan adalah para remaja yang hadir di acara syawalan. Salah
satu kegiatan dalam acara syawalan tersebut adalah saling berjabat tangan dan
bermaaf-maafan. Para remaja secara bergantian saling bersalam-salaman dan
mengungkapkan permohonan maaf seperti yang lazim dilakukan pada saat lebaran
Idul Fitri. Kegiatan ini sudah menjadi kegiatan wajib bagi para remaja ketika Hari
Raya Idul Fitri. Pemakaian bahasa Jawa Ngoko memperlihatkan keakraban diantara
mereka serta wujud bahasa nonverbal bersalaman semakin memperlihatkan
kesungguhan mereka dalam permohonan maaf, inilah makna pragmatik dalam data
(2) yaitu permohonan maaf yang disampaikan kepada sesama remaja desa.
4.2.2.2 Makna Ucapan Terima kasih
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
((diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan
secara tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan
berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kata terima kasih memiliki arti
rasa syukur. Pengucapan terima kasih pada umumnya akan diucapkan apabila
seseorang menerima bantuan atau suatu benda dari orang lain, maka ia akan
mengucapkan terima kasih sebagai ungkapan syukurnya karena sudah dibantu dan
diberi. Seperti yang dilakukan oleh para remaja berikut ini. Perhatikan data berikut
ini.
3) Data 3
Tuturan: Maturnuwun nggeh mbah (terima kasih
ya mbah)
Wujud bahasa nonverbal: bersalaman dan
sedikit membungkukkan badan/bahu, ekspresi
wajah tersenyum, nada berbicara sedang dengan
irama cenderung pelan
Konteks: Tuturan terjadi di Tuturan terjadi di
rumah seorang warga bernama mbah Sum. Para
remaja mengadakan pertemuan bulanan organisasi
Karang Taruna Desa Purwosari. Penutur adalah
remaja bernama Agus dan Vansa mitra tuturnya
adalah Mbah Sum (tuan rumah). Penutur dan para
remaja lainnya hendak pulang kerumah masing-
masing
Data tuturan tersebut terjadi pada malam hari di rumah seorang warga desa
yang bernama simbah Sum. Pada saat itu para remaja desa mengadakan pertemuan
rutin bulanan karang taruna. Peserta tutur adalah remaja desa yang bernama Vansa
dan Agus. Secara bergantian para remaja pun menyalami mbah Sum dan anak-
anaknya. Begitu pula yang dilakukan oleh Vansa dan Agus. Ketika ingin
meninggalkan rumah mereka tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada
mbah Sum sambil bersalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tuturan yang disampaikan oleh Agus dan Vanza merupakan bentuk
kesantunan yang ditujukan kepada orangtua. Pranowo (2009: 104) juga
menyampaikan saran bahwa agar mencerminkan rasa santun gunakanlah
kata”terima kasih” sebagai penghormatan atas kebaikan orang lain. Dalam hal ini
Agus dan Vansa menyampaikan rasa “terima kasih” menggunakan bahasa Jawa
yaitu “maturnuwun” kepada mbah Sum selaku mitra tutur sebagai bentuk
penghormatan atas kebaikan mbah Sum sudah bersedia menyediakan tempat para
remaja berkumpul. Dari pemaparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa makna
pragmatik dari data ini adalah ucapan terima kasih yang ditujukan kepada orangtua.
4.2.2.3 Makna Ucapan Salam
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan berikut
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Sebelum memasuki rumah sebaiknya ucapkan salam, ketika bertemu dengan
orangtua ucapkan salam, itulah tanda bahwa seorang remaja mempunyai sikap dan
rasa hormat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kata ucapan berarti 1)
kata yang diucapkan (dilisankan, disebutkan); ujaran, 2) lafal; sebutan, 3) kata-kata
dalam pidato atau sambutan, 4) perkataan sebagai pernyataan rasa hati (seperti rasa
sukacita, rasa terima kasih, dan sebagainya). Sedangkan kata salam dalam KBBI
memiliki arti 1) damai, 2) pernyataan hormat; tabik, dan 3) ucapkan assalamu
alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ucapan salam ketika bertamu ke rumah orang diterapkan oleh para remaja. Hal
yang lazim disebutkan oleh para remaja etnis Jawa yaitu kata “kulonuwun”.
Perhatikan data berikut.
4) Data 4
Tuturan: Kulonuwon (Permisi)
Wujud Bahasa nonverbal: mengetuk pintu
Konteks: Tuturan terjadi di sebuah ruma bernama
Pak Paijo, dimana pada saat itu ada remaja bernama
Dita datang ke rumah untuk memberikan makanan
Ketika bertamu ke rumah orang, sudah sepantasnya sebelum masuk rumah
kita mengetuk pintu terlebih dahulu. Hal ini merupakan satu kebiasaan yang sudah
diketahui banyak orang. Biasanya ketika kita mengetuk pintu kita akan memanggil
pemilik rumah dengan kata permisi atau bahasa daerah yang memiliki makna kata
permisi. Seperti halnya masyarakat etnis Jawa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Ketika bertamu selain mengetuk pintu sebagai salah satu wujud bahasa
nonverbal, mereka akan mengucapkan kata “Kulonuwun” yang berarti permisi.
Pemakaian bahasa nonverbal ketika bertamu ini memiliki maksud agar pemilik
rumah segera membukakan pintu dan menyambut tamu yang datang dan maksud
pemakaian bahasa nonverbal ini dapat dipahami oleh mitra tutur dalam data ini
adalah pemilik rumah yaitu Pak Paijo yang membukakan pintu dan menyambut
penutur yang menjadi tamunya.
4.2.2.4 Makna Menyapa
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan berikut
ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), menyapa merupakan turunan
dari kata sapa yang memiliki arti mengajak bercakap-cakap dan menegur. Menyapa
adalah salah satu kebiasaan yang kerap kita jumpai ketika berkunjung ke
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
desa. Sikap ramah yang ditunjukkan oleh masyarakat desa baik kepada sesama
masyarakat desa maupun kepada pengunjung desa. Perhatikan data berikut.
5) Data 5
Tuturan: Nderek langkung mbah (Permisi mbah)
Wujud bahasa nonverbal: bahu sedikit
membungkuk
Konteks: Tuturan terjadi pada pagi hari di depan
rumah seorang warga desa. Penutur adalah seorang
remaja desa sedangkan mitra tutur adalah seorang
kakek yang biasa dipanggil simbah oleh orang Jawa.
Mitra tutur sedang jalan-jalan pagi di depan
rumahnya lalu penutur bertemu dan menyapa mitra
tutur. Penutur menggunakan bahasa Jawa Krama
dalam berkomunikasi.
Dalam tuturan tersebut menunjukkan adanya konteks situasi yang dilengkapi
dengan komponen-komponen pendukung yaitu tempat, peserta tuturan, dan bahasa
yang digunakan. Waktu terjadinya tuturan tersebut adalah di pagi hari pada saat
matahari sudah menampakkan dirinya. Penggunaan bahasa Jawa Krama juga
memperlihatkan maksud menghormati orangtua.
Ketika berjumpa dengan orang yang kita kenal kerapkali kita akan saling
menyapa, begitu juga yang dilakukan para remaja di dusun Patihombo, desa
Purwosari, Kulon Progo. Para remaja desa memang terkenal dengan keramahannya,
selain masih kental dengan adat istiadat Jawa, suasana desa pun turut mendukung
untuk melihat keramahan mereka. Sudah menjadi keharusan seorang remaja untuk
menghormati dan sopan kepada orangtua. Tentu sapaan yang dituturkan memiliki
makna pragmatik tersendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
Sapaan untuk orangtua dengan teman sebaya memang biasanya berbeda.
Ketika bertemu dengan orangtua dan menyapa mereka, rata-rata anak remaja akan
menunjukkan rasa hormat mereka berbeda dengan cara ketika menyapa temannya.
Begitu pula yang dilakukan oleh para remaja desa Purwosari. Ketika bertemu
dengan orangtua mereka akan menyapa menggunakan bahasa Jawa Krama dan
tidak sedikit juga akan membungkukkan badan mereka untuk menunjukkan sikap
menghormati. Akan berbeda cerita ketika yang dijumpai adalah teman sebaya.
Ketika bertemu dengan teman sebayanya mereka cenderung akan menggunakan
bahasa Jawa Ngoko dan jarang bahkan mungkin tidak ada yang membungkukkan
badan seperti halnya ketika menyapa orangtua. Perhatikan data berikut.
6) Data 6
Tuturan: Weehh pie kabarmu wes sui ra ketok
(Gimana kabarmu udah lama tidak
kelihatan)
Wujud bahasa nonverbal: Nada berbicara sedikit
tinggi dan berbicara dengan irama cenderung cepat
berjabat tangan
Konteks: Tuturan terjadi di rumah teko kawasan wisata gunung gilingan pada
saat acara syawalan bersama Karang Taruna. Penutur adalah seorang remaja
desa bernama Jalu yang baru saja datang dan kebiasaan pada umumnya ketika
datang langsung bersalaman
Menyapa dan saling berjabat tangan adalah bentuk keramahan yang dimiliki
oleh para remaja etnis Jawa. Hal yang pertama kali dilakukan ketika bertemu adalah
saling berjabat tangan. Pada tuturan (6) tersebut terlihat salah seorang remaja yang
baru saja datang dan langsung menyalami teman-temannya yang ada di sana. Ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
berjumpa dengan mitra tutur ia pun langsung bersalaman dan bertanya kabar.
Makna menyapa juga terlihat dalam data berikut.
7) Data 7
Tuturan: Ajeng tindak pundi budhe? (Mau
pergi kemana budhe?)
Wujud Bahasa Nonverbal: ekspresi wajah
tersenyum
Konteks: Tuturan terjadi di Gereja pada sore
hari para remaja sedang duduk didepan
Gereja, da nada seorang Ibu lewat di dekat
mereka lalu mereka pun melihat Ibu itu dan
menyapanya
Para remaja desa yang sedang duduk di depan Gereja melihat seorang Ibu
lewat di depan mereka. Serentak mereka pun memanggil ibu tersebut dan
menanyakan hendak pergi kemana. Berdasarkan dari tuturan yang disampaikan
serta konteks situasi yang mengikutinya data (7) tersebut mengandung makna
pragmatik menyapa.
4.2.2.5 Makna Pamitan
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
tuturnya mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan
makna pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan berikut
ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), pamitan yang berasal dari kata
pamit berarti permisi akan pergi (berangkat, pulang); minta diri. Budaya pamitan
sudah menjadi kebiasaan yang diterapkan oleh banyak masyarakat Indonesia
apabila akan pergi baik itu dalam posisi berangkat atau akan pulang. Pamitan
dengan menggunakan bahasa Indonesia yang lazim digunakan contohnya seperti
“Bapak saya pamit pulang dulu sudah sore”, “ buk saya berangkat dulu ya” dan
sebagainya. Seperti yang terdapat pada data tuturan berikut.
8) Data 8
Tuturan: Nggeh sampun bengi pak buk, kulo
kaleh rencang-rencang bade wangsul ( ya sudah
malam pak buk, saya dengan teman-teman mau
pulang)
Wujud bahasa nonverbal: menggerakkan kepala
secara vertikal (mengganggukkankepala)
Konteks: Tuturan terjadi di Rumah Sakit daerah
Boro, Kulon Progo. Beberapa remaja desa
menjenguk temannya yang sedang sakit. Penutur
adalah seorang remaja bernama Aji dan mitra tutur
adalah Bapak dan Ibu pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Sebelum pergi sudah seharusnya kita berpamitan terlebih dahulu. Begitu
pula yang dilakukan oleh para remaja desa Purwosari yang kala itu sudah selesai
menjenguk temannya yang sakit dan ingin pulang. Sebelum meninggalkan rumah
sakit salah satu perwakilan remaja, mohon pamit kepada orangtua pasien. Ketika
mengucapkan kata “nggeh”, Aji selaku penutur menganggukan kepalanya yang
memiliki maksud mempertegas tuturan yang disebutkan dan sebagai tanda bahwa
para remaja ingin pamitan. Tuturan dan pemakaian bahasa nonverbal yang
ditunjukkan oleh penutur dapat dipahami dengan baik oleh mitra tutur yang dapat
dilihat dari respon mitra tutur yang mengucapkan terima kasih telah datang
menjenguk dan menyampaikan pesan untuk berhati-hati ketika kembali ke rumah
masing-masing.
Sama halnya ketika para remaja desa ini berkunjung ke rumah seorang
warga dusun tetangga yang baru saja terkena musibah kebakaran. Para remaja ini
bermaksud untuk memberikan bantuan yang sudah dikumpulkan dari para warga
dusun Patihombo. Perhatikan data berikut.
9) Data 9
Tuturan: Sampun cekap pakde kulo kaleh
rencang-rencang bade nyuwun pamit (Sudah
selesai pakde saya dengan teman-teman mohon
pamit)
Wujud bahasa nonverbal: sedikit membung-
kukkan badan/bahu, nada berbicara sedang
dengan irama cenderung pelan
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga. Penutur adalah seorang
remaja bernama Supri dan mitra tutur adalah tuan rumah dan keluarganya.
Penutur dan beberapa temannya datang memberikan bantuan berupa makanan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Setelah penutur selesai memberikan barang bantuan, penutur dan teman-teman-
nya pun pamitan terlebih dahulu sebelum pergi
Beberapa orang remaja desa dusun patihombo datang mengunjung warga
yang baru saja terkena musibah dan menyerahkan bantuan yang sudah
dikumpulkan. Setelah menyerahkan bantuan, para remaja pun memohon izin untuk
pulang. Pada saat menuturkan, “Sampun cekap pakde kulo kaleh rencang-rencang
bade nyuwun pamit, Supri selaku penutur menunjukkan gerakan anggukan kepala.
Maksud pemakaian bahasa nonverbal tersebut menunjukkan sikap santun ketika
pamitan kepada tuan rumah. Selain itu, penggunaan bahasa Jawa Krama juga
memperlihatkan rasa hormat dan santun seorang remaja kepada orangtua.
Hal yang sama juga terjadi pada saat para remaja sedang berkumpul dalam
pertemuan Karang Taruna. Salah seorang remaja memohon izin untuk pulang
terlebih dahulu karena ada urusan lain yang harus diselesaikan. Perhatikan data
berikut.
10) Data 10
Tuturan: Permisi yo mas mbak aku ndisikan yo
(Permisi ya mas mbak aku duluan ya)
Wujud bahasa nonverbal: membungkukkan
badan/bahu, berbicara diserta senyuman,
nada berbicara sedang dengan irama
cenderung cepat
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama Ibu Ayuk. Para
remaja desa yang tergabung dalam Karang Taruna mengadakan pertemuan
rutin sekaligus buka bersama. Penutur adalah seorang remaja yang bernama
Indah yang ingin pulang lebih dahulu karena ada kegiatan lain sedangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
mitra tuturnya adalah para remaja lain yang sedang duduk lesehan di atas
tikar
Tuturan di atas memiliki makna pragmatik pamitan. Ketika penutur bernama
Indah meminta izin pulang terlebih dahulu karena ada urusan lainnya, Indah
langsung berjalan kearah pintu depan rumah Ibu Ayuk. Untuk berjalan ke arah
pintu, penutur harus melewati beberapa temannya yang sedang duduk lesehan di
atas tikar. Tanpa mengurangi rasa hormat penutur terhadap mitra tutur yang
merupakan teman-teman remaja desa, penutur membungkukkan bahunya dan
berjalan pelan dengan sedikit menekuk lutut sambil bertutur “Amit yo mas mbak
aku ndisikan yo”.
Kata “ndisikan” yang berarti duluan semakin mempertegas makna yang
disampaikan oleh penutur yaitu penutur pamit pulang. Konteks tuturan juga
memperkuat maksud dari penutur yang ingin pulang duluan. Walaupun acara
tesebut bukan acara formal atau resmi, tetap harus mohon pamit terlebih dahulu jika
ingin meninggalkan acara. Mitra tutur adalah para remaja desa yang sedang duduk
lesehan di atas tikar dan penutur harus melewati para remaja tersebut.
11) Data 11
Tuturan: Sebelumnya saya mau mengucapkan
terima kasih kepada mas Tri yang sudah berkenan
memberikan kesempatan kepada teman-teman
semua untuk berkumpul di sini dan disambut
dengan baik, kalau ada kurang dan salahnya
mohon maaf sebesar-besarnya
Wujud bahasa nonverbal: Menggerak-gerakkan tangan, ekspresi wajah
tersenyum, nada berbicara sedang dengan irama cenderung pelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari sekitar pukul 21.00 WIB di rumah
warga bernama Mbah Sum. Para remaja yang tergabung dalam organisasi Karang
Taruna mengadakan pertemuan rutin membayar iuran tabungan dan membahas
rencana kegiatan. Ketika musyawarah selesai salah satu remaja mewakili untuk
pamitan kepada tuan rumah
Tuturan yang terdapat pada data (11) memiliki maksud berpamitan. Tuturan
yang disampaikan oleh seorang remaja bernama Agnes menggunakan bahasa
Indonesia memiliki maksud bahwa para remaja ingin pamitan pulang yang
diperkuat dengan konteks situasi yaitu waktu yang menunjukkan pukul 21.00
WIB.
4.2.2.5 Makna Mempersilakan
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai
makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan berikut
ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), mempersilakan ialah meminta
secara hormat supaya. Mempersilahkan barasal dari kata sila yang memiliki arti
sudilah kiranya (kata perintah yang halus). Biasanya kita menyebutkan kata-kata
yang memiliki makna mempersilakan yaitu ketika ada orang yang bertamu lalu kita
akan ucapkan silakan masuk, selain itu jika kita ingin menjamu tamu, hal yang
biasa diucapkan ialah silahkan dimakan, diminum atau dicicipi. Sama halnya
seperti yang dilakukan oleh remaja desa ketika menjamu tamu mereka juga akan
mengucapkan kata-kata yang memiliki makna mempersilakan. Perhatikan data
berikut.
12) Data 12
Tuturan: Rencang-rencang, adek-adek sampun
wonten dhaharan sak unjukan manga dhahar-
nipun sami didahar unjukan nipun sami diunjuk
(Teman-teman, adek-adek sudah ada makanan
dengan minuman silahkan makanannya sama-
sama dimakan, minumannya sama-sama
diminum)
Wujud bahasa nonverbal: menjulurkan tangan kanan dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama Ibuk Ayuk. Pada
saat itu para remaja yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna
berkumpul untuk mengadakan pertemuan rutin sekaligus buka bersama. Salah
satu remaja yang beragama Islam diminta memimpin doa makan. Setelah doa
ia pun mempersilahkan teman-temannya untuk menyantap makanan yang
sudah tersaji
Data tuturan tersebut memiliki makna pragmatik mempersilakan. Kata
“mangga” yang berarti silakan menjadi tanda bahwa penutur bermaksud untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
menjamu mitra tutur yang merupakan para remaja desa. Makna mempersilakan juga
terdapat pada data berikut ini.
13) Data 13
Tuturan: Monggo pak.. monggo buk.. (Silahkan
pak.. silahkan buk)
Wujud bahasa nonverbal: Mengambil gelas lalu
memberikan kepada tamu, Ketika memegang gelas
pegang bagian tengah gelas, nada berbicara sedang
dengan irama cenderung pelan, mengenakan baju
batik
Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di rumah warga bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan acara midodareni. Penutur adalah seorang remaja
bernama Jalu dan mitra tuturnya adalah para tamu. Jalu bertugas sebagai
sinoman yang mengantarkan minuman ke para tamu
Tuturan terjadi pada malam hari di rumah warga bernama Bapak Sukirman
yang mengadakan acara midodareni. Penutur adalah seorang remaja bernama Jalu
dan mitra tuturnya adalah para tamu. Jalu bertugas sebagai sinoman yang
mengantarkan minuman ke para tamu. Makna mempersilakan sudah diperjelas
dengan tuturan yaitu kata, “monggo” yang berarti silahkan. Dengan konteks situasi
yang ada semakin memperkuat maksud tuturan yang ingin disampaikan penutur
yaitu mempersilahkan mitra tutur untuk meminum minuman yang sudah
disediakan.
4.2.2.6 Makna Kesediaan
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai
makna tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang
dikatakan. Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan
bahwa pada hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan
tuturnya mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan
makna pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan berikut
ini.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kesediaan merupakan turunan
dari kata sedia yang berarti kesanggupan (kerelaan) untuk berbuat sesuatu atau
bahasa lainnya kesudihan. Salah satu orangtua bernama Pak Paijo mengatakan
bahwa “anak-anak itu kalau dimintai tolong sama kita orangtua itu ya masih mau.
Kadang tidak usah disuruh ya langsung bantuin kok mereka itu. Makanya yang
ndekor gereja itu mereka kadang sampai pagi itu yo masih nggarap. Jiwa-jiwa
muda”. Hal itu juga peneliti temui ketika sedang melakukan observasi. Perhatikan
data berikut.
14) Data 14
Tuturan: Kulo saget pakdhe mangkih cobi kulo
tangletke konco-konco sanesipun sinten
seng saget bantu (Saya bisa pakde nanti
saya coba tanyakan ke teman-teman yang
lainnya siapa yang bisa)
Wujud bahasa nonverbal: Kedua tangan menyatu
dan berada di depan perut untuk menutup bagian
bagian tubuh tertentu yaitu area perut ke bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Konteks: Data ini diambil di rumah seorang warga bernama Pak Probo. Terlihat
seorang remaja bernama Dita yang sedang berbicara dengan pak Probo. Penutur
menggunakan bahasa Jawa Krama
15) Data 15
Tuturan : Oke mbak siap bar iki yo tak
rampungke iki sek (oke mbak
siap habis ini ya saya selesaikan
ini dulu)
Wujud Bahasa Nonverbal: mengacungkan ibu
jari tangan kanan
Konteks: Tuturan terjadi di teras gereja Katolik a Fatima Pelem Dukuh pada
sore hari dimana penutur bernama Indah sedang berbicara dengan mitra tutur
yang bernama Dita yang merupakan teman beda usia 2 tahun. mitra tutur
meminta bantuan kepada Indah untuk membantunya di belakang gereja.
Kedua data tuturan tersebut memiliki makna pragmatik kesediaan. Dita dan
Indah selaku penutur pada kedua data di atas bersedia membantu mitra tutur
yang membutuhkan bantuan. Berdasarkan dari tuturan dan konteks yang
mengikuti tuturan tersebut terlihat jelas bahwa penutur menyanggupi atau
bersedia membantu mitra tutur.
4.2.3 Nilai – Nilai Budaya Remaja Etnis Jawa
Bentuk jati diri remaja etnis Jawa termanifestasi dalam penggunaan bahasa
nonverbal yang dimunculkan. Penggunaan bahasa nonverbal yang memiliki makna
tertentu juga tidak terlepas dari konteks tertentu. Penelitian ini berusaha untuk
melihat bagaimana bahasa nonverbal yang dimunculkan oleh para remaja.
Kebiasaan-kebiasaan ini menjadi jati diri para remaja Jawa. Masyarakat Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
memang terkenal dengan kelemahlembutan dan kesantunannya. Dari segi berbicara
yang lembut dan tingkah laku yang santun. Peneliti menemukan terdapat nilai-nilai
budaya yang menjadi jati diri para remaja etnis Jawa yaitu nilai kesopanan, nilai
kerja sama, nilai keramahan, dan nilai toleransi. Berikut penjabaran dari nilai-nilai
tersebut.
4.2.3.1 Nilai Kesopanan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kata kesopanan merupakan
turunan dari kata sopan yang berarti (1) adat sopan santun; tingkah laku (tutur kata
yang baik) tata karma, (2) keadaban peradaban, (3) Kesusilaan. Sopan santun
adalah suatu aturan atau tata cara yang berkembang secara turun termurun dalam
sutu budaya di masyarakat yang bisa bermanfaat dalam pergaulan antar sesama
manusia sehingga terjalin suatu hubungan yang akrab, saling pengertian serta saling
hormat menghormati (Triyati dalam Suharti: 2004).
Para remaja yang ada di desa Purwosari, dari segi kesopanan bisa diberi
acungan jempol. Ditengah globalisasi yang semakin melaju pesat banyak remaja
yang lebih mementingkan gaya hidup modernnya dan menganggap jika terlalu
sopan akan dianggap tidak gaul. Namun, hal itu tidak terjadi pada para remaja desa
Purwosari. Mereka bisa menempatkan diri dalam situasi tertentu seperti ketika
bertemu dengan orangtua akan menyapa dan masih banyak yang melaksanakan
budaya unggah-ungguh. ketika berbicara dengan orangtua pun mereka akan
menggunakan bahasa Jawa Krama dan berbicara dengan irama cenderung pelan.
Perhatikan data berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
1) Data 1
Tuturan: Ngapunten niki kulo ken nenggo
lomba niki budhe (Maaf ini saya disuruh
nunggu lomba yang ini budhe)
Wujud bahasa nonverbal: bahu sedikit
membungkuk
Konteks: Tuturan terjadi pada siang hari di aula gereja Paroki Administrasi
Santa Maria a Fatima Pelem Dukuh. Tuturan dilakukan oleh seorang remaja
bernama Dita yang berbicara dengan seorang Ibu yang kerap dipanggil Budhe
Sur. Tuturan lisan disampaikan dalam bahasa Jawa Krama alus. Penutur dan
mitra tutur sedang sibuk mempersiapkan perlombaan cerdas cermat liturgi.
Ketika menyampaian tuturan yang memiliki maksud permohonan maaf ini,
penutur menggunakan bahasa Jawa Krama dan menunjukkan rasa hormatnya
melalui penggunaan bahasa nonverbal kinesik yaitu membungkukkan badan. Nilai
kesopanan yang dianut oleh remaja di dukuh patihombo tidak hanya ditujukan
kepada orangtua saja melainkan kepada teman dan orang lain yang menjadi mitra
tuturnya. Salah satunya bisa kita lihat pada data berikut ini.
2) Data 2
Tuturan: Permisi yo mas mbak aku ndisikan yo
(Permisi ya mas mbak aku duluan ya)
Wujud bahasa nonverbal: membungkukkan
badan/bahu, berbicara diserta senyuman,
nada berbicara sedang dengan irama
cenderung cepat
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama Ibu Ayuk. Para
remaja desa yang tergabung dalam Karang Taruna mengadakan pertemuan
rutin sekaligus buka bersama. Penutur adalah seorang remaja yang bernama
Indah yang ingin pulang lebih dahulu karena ada kegiatan lain sedangkan
mitra tuturnya adalah para remaja lain yang sedang duduk lesehan di atas tikar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Data tuturan tersebut termasuk dalam salah satu bentuk kesopanan yang
dimiliki oleh remaja desa. Sikap sopan tidak hanya ditunjukkan kepada orangtua,
melainkan juga kepada sesama remaja atau orang yang usianya sedikit lebih tua dari
kita, orang Jawa biasa menyebutnya mas dan mbak Seperti yang ditunjukkan oleh
remaja bernama Indah dalam data tuturan tersebut dimana
3) Data 3
Tuturan: Kulonuwon (Permisi)
Wujud Bahasa nonverbal: mengetuk pintu
Konteks: Tuturan terjadi di sebuah ruma bernama
Pak Paijo, dimana pada saat itu ada remaja bernama
Dita datang ke rumah untuk memberikan makanan
Nilai kesopanan juga dapat terlihat dalam data tuturan “Kulonuwun” dimana
ketika bertamu dan bahkan ingin masuk ke rumah sendiri, para remaja desa
Purwosari masih mengucapkan kata permisi dalam bahasa Jawa yaitu “Kulonuwun”
dan mengetuk pintu rumah sebagai bentuk bahasa nonverbal yang memiliki
maksud. Nilai kesopanan juga terlihat dari penampilan mereka sehari-hari. Seperti
yang terlihat pada data berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
4) Data 4
Data ini merupakan wujud bahasa
nonverbal berdasarkan dari pakaian
yang digunakan
Wujud bahasa nonverbal: menggunakan
kaos lengan pendek, celana pendek selutut
dan ada juga yang menggunakan celana
panjang
Konteks: Tuturan terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun. Para
remaja desa sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan
digunakan untuk sholat Ied umat muslim
Pada data (4) tersebut terlihat pakaian yang digunakan pada saat sedang
santai di rumah, atau main dengan teman-teman desa, dan kegiatan bersih-bersih
seperti yang terlihat pada data tersebut. Walaupun hanya di rumah atau sekedar
keluar untuk ke rumah teman, atau belanja di warung pun mereka akan mengenakan
pakaian yang sopan. Seperti yang disampaikan oleh staf Balai Desa Purwosari yang
kebetulan kantornya berada di wilayah dusun Patihombo bernama Pak Andi. Pak
Andi megatakan bahwa, “ kalau masalah berpakaian anak-anak di sini itu ya masih
sopan-sopan kok mbak, karena ya mereka juga sadar tinggalnya di desa yang
budayanya, tata kramanya masih diperhatikan oleh masyarakat”.
Ketika menghadiri sebuah acara-acara resmi seperti ke tempat ibadah,
pernikahan, dan layat ke tempat orang yang meninggal mereka akan menyesuaikan
cara berpakaian mereka. Seperti yang terlihat pada data berikut ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
5) Data 5
Tuturan: Monggo pak.. monggo buk..
(Silahkan pak.. silahkan buk)
Wujud bahasa nonverbal: mengenakan
baju batik lengan panjang
Konteks: Tuturan terjadi pada malam hari di rumah warga bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan acara midodareni. Penutur adalah seorang
remaja bernama Jalu dan mitra tuturnya adalah para tamu. Jalu bertugas
sebagai sinoman yang mengantarkan minuman ke para tamu.
Batik adalah salah satu hasil karya seni yang berasal dari budaya Jawa dan
sudah menyebar ke seluruh pelosok Indonesia bahkan dunia. Batik dapat dijadikan
salah satu pakaian formal untuk menghadiri berbagai acara. Seperti yang terlihat
pada data (5), batik dikenakan remaja pada saat menghadiri acara midodareni yang
merupakan adat Jawa yang dilakukan sebelum hari pernikahan. Tidak hanya itu
daja batik juga sering dipakai para remaja ketika ke tempat ibadah, peneliti
mengamati para remaja yang beragama Katolik, ketika peneliti melakukan
pengambilan data di dusun tersebut. Baju batik banyak digunakan diacara resmi
karena seseorang akan terlihat sopan ketika memakainya. Maka dari itu nilai
kesopanan dapat tercermin dari penggunaan pakaian pada situasi tertentu.
Nilai kesopanan juga dapat kita lihat dari bagaimana cara atau posisi para
remaja duduk baik itu pada saat bertamu atau berkumpul dalam sebuah acara.
Seperti yang terlihat pada data berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
6) Data 6
Data ini bukan berbentuk tuturan melainkan
sebuah gambar atau foto Sikap duduk para
remaja
Wujud Bahasa Nonverbal: Duduk di atas tikar
atau lesehan dengan kaki bersila (menyilangkan
kaki)
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga pada malam hari dimana pada
saat itu ada pertemuan karang taruna serta sosialisasi kesehatan dan dihadiri oleh
para remaja dusun Patihombo.
7) Data 7
Data ini bukan berbentuk tuturan melainkan
sebuah gambar atau foto Sikap duduk para
remaja desa Puwosari ketika bertamu
I
Wujud Bahasa Nonverbal: Duduk diatas
kursi dengan berbagai bentuk yaitu dengan
cara kedua lutut berdempetan, duduk
dengan cara salah satu kaki berada di atas
kaki sebelahnya, dan ada juga yang duduk
dengan kedua lutut berdempetan dan
disilang semua
Kedua data di atas yaitu data (6) dan data (7), memperlihatkan cara duduk
yang dilakukan oleh para remaja. Cara duduk ini memang cara duduk yang sudah
biasa bagi siapa pun dan dari suku manapun seseorang itu berada. Cara atau posisi
duduk seperti yang terlihat pada gambar seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab
sebelumnya, memiliki maksud tertentu seperti yang terdapat pada data (6) para
remaja duduk dengan posisi bersila yaitu duduk dengan kaki terlipat bersilangan di
depan (KBBI Daring, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Peneliti sependapat dengan apa yang disampaikan oleh Syarif Yunus (dalam
Kompasiana, 2015), tentang filosofi sederhana duduk bersila yaitu duduk bersila
atau duduk di bawah menjadikan setiap manusia dalam keadaan setara. Tidak ada
orang yang lebih tinggi atau rendah saat kita duduk bersila. Dengan bersila juga,
kita dan satu sama lainnya menjadi tidak ada jarak, menjadi lebih dekat. Dengan
duduk bersila, setiap orang mudah berbicara apa saja, tidak ada yang mengganjal,
bahkan lebih santai.
Sedangkan pada data (7) para remaja duduk di atas kursi dengan berbagai
bentuk seperti duduk dengan salah satu kaki berada di atas kaki yang lain, duduk
dengan posisi lutut yang berdempetan, dan sebagainya. Peneliti berpendapat bahwa
duduk dengan posisi ini adalah posisi yang sopan karena juga akan menutup atau
memblokir bagian tertentu ketika duduk terutama bagi remaja putri yang
menggunakan rok.
Untuk memperkuat analisis tentang nilai kesopanan, peneliti mengutip
pernyataan yang dikemukakan oleh pejabat desa bernama pak Andi yang
mengatakan
Sebenarnya pada dasarnya mereka masih menggunakan bahasa Jawa
cuma memang secara pemakaian bahasa keseharian jadi secara otomatis
pengunaan bahasa Jawa justru terkikis dan untuk unggah-ungguh untuk
tingkah laku sopan santun mereka Jawanya masih kelihatan tapi untuk secara
lisan mulai terbiasa menggunakan bahasa Indonesia.
Tuturan tersebut diutarakan pak Andi ketika peneliti melakukan wawancara
di kantor Balai Desa Purwosari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
4.2.3.2 Nilai Kerja Sama
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), kerja sama berarti kegiatan atau
usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (Lembaga, pemerintah, dan sebagainya)
untuk mencapai tujuan bersama. Menurut Robert L.Clistrap dalam Roestiyah
(2008, h. 15) menyatakan “Kerja sama adalah merupakan suatu kegiatan dalam
berkelompok untuk mengerjakan atau menyelesaikan suatu secara bersama-sama”,
dalam kerja sama ini biasanya terjadi interaksi antar anggota kelompok dan
mempunyai tujuan yang sama untuk dapat dicapai bersama-sama. Dengan kerja
sama, hal yang diinginkan oleh suatu kelompok masyarakat dapat dikerjakan
bersama dan tujuan pun dapat dicapai dengan hasil jerih payah bersama-sama serta
dapat dinikmati bersama-sama pula. Seperti halnya yang dilakukan oleh para
remaja di dusun Patihombo, mereka juga menerapkan sistem kerja sama saat ada
sesuatu hal yang ingin dituju baik dalam organisasi,
8) Data 8
Tuturan: Iki dilebokne ngene lo dibolongi sek
tapi bar kui lagi tutup uwes rampung (Ini dimasukkan
gini lo dilubangi dulu tapi habis itu baru ditutup sudah
selesai)
Wujud bahasa nonverbal : memegang botol kaca dan
sumbu mempraktekkan apa yang dituturkan
Konteks: Tuturan terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun. Para remaja
desa sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan digunakan untuk
sholat Ied umat muslim. Penutur adalah seorang remaja yang menjelaskan cara
membuat lampu corong untuk atribut atau hiasan untuk malam takbiran
Data tuturan (4) merupakan salah satu contoh bagaimana kerja sama yang
terjalin pada para remaja. Dalam data tuturan tersebut para remaja sedang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
melaksanakan kerja bakti di sekitar musholla Al-Mukminun pada tanggal 04 Juni
2019, H-1 Hari Raya Idul Fitri yang dirayakan oleh umat muslim setelah sebulan
penuh berpuasa. Warga dusun Patihombo yang mayoritas beragama Katolik juga
ikut serta merayakan lebaran dengan menyambutnya dengan penuh kebahagiaan.
Hal itu terlihat dari kerja sama para remaja dalam membersihkan sekitar musholla
dan membuat ornamen-ornamen seperti ketupat dan lampu yang terbuat dar botol
kaca bekas yang akan digunakan pada saat malam takbiran dan selama lebaran
berlangsung. Tentunya sebelum melaksanakan kerja bakti, para remaja sudah
terlebih dahulu membicarakan semua hal yang akan dikerjakan pada saat kerja
bakti.
Demi tercapainya tujuan atau rencana yang sudah disusun, maka dibutuhkan
kerja sama dari para remaja. Kerja sama merupakan salah satu jati diri masyarakat
Jawa dalam hidup bersosial. Itu pula yang ditanamkan dalam diri para remaja di
dusun Patihombo. Mereka meyakini kerja sama yang baik akan mempercepat
meraih segala hal yang diinginkan. Selain itu dengan kerja sama akan mempererat
tali persahabatan dan persaudaraan.
4.2.3.3 Nilai Keramahan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), keramahan berasal dari kata
ramah yang berarti sifat ramah, kebaikan hati dan keakraban (dalam bergaul).
Ramah tamah adalah suatu perilaku dan sifat masyarakat yang akrab dalam
pergaulan seperti suka senyum, sopan serta hormat dalam berkomunikasi, ringan
tangan, suka menyapa, suka membantu tanpa pamrih dsb. yang dilakukan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
ketulusan dan berprasangka baik terhadap orang lain baik itu yang sudah dikenal
ataupun yang belum dikenal (Setiadi dkk: 2006).
Ramah adalah sebuah kata yang melekat pada diri seseorang yang berasal dari
suku Jawa karena kerap menyapa dan welcome ke semua orang. Tak terkecuali
masyarakat Jawa di dusun Patihombo. Sikap ramah para remaja bisa dilihat karena
keramahan mereka yang senang menyapa. Seperti pada data berikut.
9) Data 9
Tuturan: Nderek langkung mbah (Permisi mbah)
Wujud bahasa nonverbal: bahu sedikit
membungkuk
Konteks: Tuturan terjadi pada pagi hari di depan
rumah seorang warga desa. Penutur adalah seorang
remaja desa sedangkan mitra tutur adalah seorang
kakek yang biasa dipanggil simbah oleh orang Jawa.
Mitra tutur sedang jalan-jalan pagi di depan
rumahnya lalu penutur bertemu dan menyapa mitra
tutur. Penutur menggunakan bahasa Jawa Krama
dalam berkomunikasi.
Bertegur sapa atau menyapa orang lain adalah hal yang sudah menjadi
kebiasaan pada masyarakat desa. Banyak cara bagi mereka dalam bertegur sapa
salah satunya seperti yang terlihat pada data (9). Pada data tersebut terlihat
bagaimana cara seorang remaja menyapa orangtua. Sikap ramah seperti menyapa
ini masig diterapkan oleh para remaja desa, baik ketika mereka berjalan kaki,
ataupun sedang naik kendaraan mereka akan menyapa.
4.2.3.4 Nilai Toleransi
Toleransi dalam bahasa Inggris yaitu “Tolerance” yang berarti membiarkan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008), toleransi memiliki arti 1) sifat atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
sikap toleran, 2) batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih
diperbolehkan, dan 3) penyimpangan yang masih dapat diterima dalam pengukuran
kerja. Toleransi menurut istilah berarti menghargai, membolehkan, membiarkan
pendirian pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya
yang lain atau bertentangan dengan pendirinya sendiri. Misalnya agama, Ideologi,
Ras (Poerwadarminta, 1976: 829). Membiarkan, memperbolehkan, dan
menghargai adalah kata kunci dari toleransi.
Salah satu nilai yang dijunjung oleh masyarakat Jawa adalah nilai toleransi,
saling menghargai satu dengan yang lain meskipun ada perbedaan. Hidup rukun
walaupun berbeda keyakinan. Seperti yang dilakukan para remaja di dusun
Patihombo, desa Purwosari. Ketika umat Katolik merayakan Hari Raya Paskah para
remaja yang beragama muslim akan membantu polisi menjaga keamanan gereja
dan membantu sebagai petugas parkir. Ketika umat muslim menjalankan ibadah
puasa, para remaja yang beragama Katolik pun akan turut merayakannya dengan
cara menjadi panitia Buka Puasa bersama, gotong royong membersihkan musholla
dan lingkungan desa, serta membantu menjaga keamanan pada saat malam
takbiran. Seperti yang terlihat pada data berikut.
10) Data 10
Tuturan: Rencang-rencang, adek-adek sampun
wonten dhaharan sak unjukan manga dhahar-
nipun sami didahar unjukan nipun sami diunjuk
(Teman-teman, adek-adek sudah ada makanan
dengan minuman silahkan makanannya sama-
sama dimakan, minumannya sama-sama
diminum)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Wujud bahasa nonverbal: menjulurkan tangan kanan dengan posisi telapak
tangan menghadap ke atas
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga bernama Ibuk Ayuk. Pada
saat itu para remaja yang tergabung dalam organisasi Karang Taruna
berkumpul untuk mengadakan pertemuan rutin sekaligus buka bersama. Salah
satu remaja yang beragama Islam diminta memimpin doa makan. Setelah doa
ia pun mempersilahkan teman-temannya untuk menyantap makanan yang
sudah tersaji
Acara buka bersama yang diadakan para remaja dusun Patihombo, desa
Purwosari, meskipun remaja yang beragama muslim jumlahnya tidak sampai
sepuluh orang dari tiga puluh orang lebih para remaja desa tetap menjalankan acara
buka puasa dengan penuh sukacita. Ini adalah sebuah bentuk toleransi yang terjadi
diantara para remaja desa. Bentuk ketoleransian lainnya yang terjadi ditengah-
tengah para remaja yaitu kegiatan gotong royong atau bersih desa diadakan apabila
akan ada Hari Raya besar salah satunya Hari Raya Idul Fitri. Seperti pada data
berikut.
11) Data 11
Tuturan: Iki dilebokne ngene lo dibolongi sek
tapi bar kui lagi tutup uwes rampung
(Ini dimasukkan gini lo dilubangi dulu tapi habis itu
baru ditutup sudah selesai)
Wujud bahasa nonverbal : memegang botol kaca dan
sumbu mempraktekkan apa yang ditularkan
Konteks: Tuturan terjadi di jalan sekitar musholla Al-Mukminun. Para remaja desa
sedang membersihkan mushola dan sekitarnya yang akan digunakan untuk sholat
Ied umat muslim. Penutur adalah seorang remaja yang menjelaskan cara membuat
lampu corong untuk atribut atau hiasan untuk malam takbiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Kegiatan desa seperti gotong royong ini, kerap dilakukan oleh para warga
desa pada saat akan ada Hari Raya Besar. Selain lingkungan desa yang dibersihkan,
musholla tempat umat muslim akan melaksanakan sholat Ied juga dibersihkan oleh
para remaja agar umat muslim khusyuk dan nyaman dalam beribadah. Selain itu
bentuk toleransi lain yang mereka tunjukkan adalah saling membantu dalam
menjaga keamanan dalam beribadah. Jika pada malam takbiran para remaja Katolik
akan ikut serta memeriahkan dan menjaga keamanan umat muslim yang
melaksanakan takbiran, maka para remaja muslim juga akan turut membantu dalam
menjaga keamanan umat Katolik dalam beribadah ketika ada perayaan besar.
Toleransi adalah salah satu jati diri sekaligus nilai budaya yang para remaja
dusun Patihombo, desa Purwosari miliki. Sikap saling menghargai satu sama lain
meskipun berbeda tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk tetap menjadi
teman dan saudara.
4.2.3.5 Nilai Pengucapan Syukur
Baritan adalah salah satu acara desa yang sampai sekarang masih dilakukan
oleh masyarakat desa. Baritan merupakan sebuah tradisi. Tradisi baritan adalah
upacara adat yang berkaitan dengan kepercayaan masyarakat dan peristiwa alam.
Tradisi ini tumbuh dalam dan berkembang dalam kehidupan masyarakat yang yang
bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Masyarakat dusun Patihombo,
desa Purwosari mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Baritan biasa
diadakan di pagi hari sebelum beraktifitas. Mulai dari anak kecil, remaja,
dewasa, hingga orangtua dan sesepuh desa kumpul di tempat yang biasa menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
tempat diadakannya baritan. Dengan membawa makanan yaitu ketupat dan tempe
yang menjadi simbol hasil bumi yang sudah diberikan Tuhan kepada umat manusia.
Dengan menggunakan pakaian adat para remaja juga turut serta mengikuti
tradisi Baritan ini. seperti yang tampak pada data berikut.
12) Data 12
Acara Baritan di Desa Purwosari
Wujud bahasa nonverbal: ekspresi wajah tampak
gembira dan ceria menandakan mereka senang dan
turut bersyukur mengikuti acara baritan serta
menggunakan pakaian surjan lurik yang
merupakan pakaian adat Jawa
Konteks: Tuturan terjadi pada pagi hari dimana
masyarakat Desa Purwosari mengadakan acara baritan. Baritan merupakan sebuah
tradisi masyarakat Jawauntuk mengucap syukur kepada Tuhan atas panen yang
diberikan. Baritan selalu diadakan pada pagi hari dan diiukti olemasyarkat desa
mulai dari anak kecil, remaja hinga para sesepuh
Menggunakan pakaian adat Jawa merupakan sebuah bentuk seseorang
untuk menjaga budayanya. Itulah yang ditunjukkan oleh para remaja desa yang
menggunakan pakaian adat Jawa dalam acara syukuran desa. Para remaja turut serta
dalam acara tradisi desa menjadi tanda bahwa mereka tidak melupakan budaya dan
tradisi suku yang dimilikinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
13) Data 13
Tuturan:
Tamu : Mbak nyuwun dawet e nggeh
setunggal mawon
Tina :Oh nggeh bu sekedap nggeh
(Tamu : Mbak minta dawetnya ya satu
saja
Tina : Oh iya bu sebentar ya)
Wujud bahasa nonverbal: menggunakan pakaian adat Jawa untuk
perempuan yaitu kebaya dan wajah dibalut dengan make up serta rambut yang
disanggul
Konteks: Tuturan terjadi di rumah seorang warga yang bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan resepsi pernikahan putrinya. Penutur adalah
seorang remaja desa bernama Tina yang bertugas menjadi sinoman bagian
konsumsi dan mitra tutur adalah seorang ibu yang merupakan tamu di acara
tersebut. Bahasa yang digunakan penutur adalah bahasa Jawa
4.2.3.6 Nilai Kesantunan
Masyarakat Jawa terkenal dengan sikap santun yang dimilikinya. Santun bisa
terlihat dari sikap atau perilaku dan ketika berbicara. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2008) santun adalah 1) halus dan baik (budi bahasanya, tingkah
lakunya); sabar dan tenang, serta sopan, 2) penuh rasa belas kasihan, suka
menolong. Perhatikan data berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
14) Data 14
Tuturan: Nggeh bu sedaya kabeh mriki
boncengan ( iya bu kami semua ke sini
boncengan)
Wujud bahasa nonverbal: menggerakkan
kepala secara vertikal
(mengganggukkankepala)
Konteks: Tuturan terjadi di Rumah Sakit daerah
Boro, Kulon Progo. Beberapa remaja desa
menjenguk temannya yang sedang sakit. Penutur
adalah seorang remaja bernama Aji dan mitra tutur
adalah Bapak dan Ibu pasien
Sikap santun dapat terlihat pada saat para remaja berbicara dengan orangtua.
Beberapa dari mereka akan berbicara dengan menggunakan bahasa Jawa Krama
terutama ketika mitra tutur mereka adalah simbah-simbah atau sesepuh desa. Nada
ketika mereka berbicara cenderung pelan dan rendah. Beberapa gerakan nonverbal
pun sering dimunculkan seperti menunduk dan tersenyum mencerminkan bahwa
mereka masih memilki jiwa yang santun.
4.3 Pembahasan
Pada sub bab ini, peneliti akan menjelaskan temuan data-data hasil penelitian
yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis sebelumnya yaitu pada sub
bab 4.2. Penelitian yang berjudul “Pemakaian Bahasa Nonverbal Remaja Etnis
Jawa di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten
Kulon Progo: Suatu Pendekatan Etnopragmatik” bertujuan untuk mendeskripsikan
pemakaian bahasa nonverbal yang dimunculkan oleh remaja etnis Jawa baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
dalam situasi formal maupun nonformal yang mengandung makna dan merupakan
bentuk jati diri remaja etnis Jawa.
Beberapa teori yang digunakan peneliti dalam sub bab pembahasan ini yaitu
teori yang disampaikan oleh Duncan yang dilengkapi dengan teori menurut Ruben
dan Stewart (2013) tentang jenis bahasa nonverbal, teori tentang makna pragmatik
yang disampaikan beberapa ahli pragmatik yaitu Levinson (1983: 7), Leech (1993:
1), dan Purwo (1990: 16) serta dilengkapi juga dengan teori kesantunan Pranowo
(2009), dan jati diri remaja etnis Jawa menggunakan teori yang disampaikan oleh
Rummens (2001) dilengkapi dengan teori Badruddin (2006) tentang penanda
identitas dan teori etnopragmatik yang disampaikan oleh Cliff Goddard dengan
Zhengdao Ye (2015) serta nilai-nilai budaya Jawa yang disampaikan oleh
Koentjaraningrat (1981 dalam Sedyawati, 2003).
Selanjutnya, pembahasan akan didasarkan pada tiga pokok rumusan masalah
yang diangkat dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori dengan hasil
temuan data – data hasil penelitian. Tiga pokok rumusan masalah tersebut meliputi
wujud bahasa nonverbal remaja etnis Jawa, makna pragmatik, dan nilai-nilai
kebudayaan
Hasil dari penelitian ini akan dipaparkan dengan urutan pertama yakni,
mendeskripsikan wujud bahasa nonverbal remaja etnis Jawa yang dimunculkan
oleh para remaja di desa Purwosari, lalu yang kedua yaitu mendeskripsikan makna
pragmatik dari pemakaian bahasa nonverbal yang muncul bersamaan dengan
tuturan yang diucapkan, dan yang terakhir yaitu mendeskripsikan nilai budaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
etnis Jawa yang dimanifestasikan melalui penggunaan bahasa nonverbal para
remaja etnis Jawa. Berikut pembahasan hasil analisis terhadap ketiga poin penting
tersebut.
4.3.1 Wujud Bahasa Nonverbal Remaja Etnis Jawa
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan wujud bahasa nonverbal yang sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Duncan yang dilengkapi dengan teori menurut
Ruben dan Stewart (2013) yaitu wujud bahasa nonverbal kinesik (meliputi BN
berdasarkan gerakan kepala, BN berdasarkan gerakan tangan, BN berdasarkan
gerakan kaki, dan BN berdasarkan gerakan bahu), wujud bahasa nonverbal
artifaktual (meliputi BN berdasarkan ekspresi wajah tersenyum, BN berdasarkan
ekspresi wajah bahagia, dan BN berdasarkan pakaian yang digunakan), wujud
bahasa nonverbal paralinguistik (meliputi BN berdasarkan nada berbicara tinggi
dan BN berdasarkan nada berbicara rendah), wujud bahasa nonverbal sensitivitas
kulit (meliputi BN berdasarkan sentuhan punggung), dan wujud bahasa nonverbal
proksemik (meliputi BN berdasarkan jarak percakapan biasa dan BN berdasarkan
jarak percakapan intim).
Menundukkan kepala ketika meminta maaf kepada orangtua dan
mengganggukan kepala secara vertikal pada saat mengucapkan kata “nggeh” serta
menggelengkan kepala pada saat mengucapkan kata “mboten” merupakan wujud
bahasa nonverbal jenis kinesik bagian kepala yang dimunculkan atau dipakai oleh
para remaja desa pada saat berkomunikasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Mengetuk pintu pada saat bertamu, menjulurkan tangan kanan kebawah dan
sedikit dimajukan pada saat melewati orang lain terutama orangtua, berjabat tangan
ketika bertemu, bersalaman saling meminta maaf pada saat syawalan, bersalaman
ketika akan pulang, menggunakan tangan kanan dengan siku yang ditekuk dan
telapak tangan menghadap ke atas untuk mempersilakan, serta memegang gelas
menggunakan tangan kanan adalah bahasa nonverbal kinesik tangan yang
dimunculkan atau digunakan oleh para remaja desa pada saat berkomunikasi.
4.3.2 Makna Pragmatik
Purwo (1990: 16) mendefinisikan pragmatik sebagai telaah mengenai makna
tuturan (utterance) menggunakan makna yang terikat konteks. Pragmatik
melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks
khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan.
Sejalan dengan hal itu, Wijana dan Rohmadi (2009: 215) menjelaskan bahwa pada
hakikatnya setiap tuturan yang disampaikan penutur kepada lawan tuturnya
mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Maksud sama halnya dengan makna
pragmatik. Maksud yang diutarakan oleh seorang penutur tidak selamanya
diutarakan secara langsung atau tersurat, akan tetapi ada kalanya diutarakan secara
tidak langsung atau tersirat. Seperti makna yang terdapat pada data tuturan berikut
ini.
Berdasarkan dari pengertian di atas dan analisis data pada sub bab sebelumnya,
peneliti menemukan terdapat makna pragmatik (maksud) dalam setiap tuturan
yaitu, 1) Permohonan maaf, 2) Ucapan terima kasih, 3) Ucapan salam, 4) Pamitan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
dan 5) Mempersilakan. Maksud dari tuturan yang disampaikan ketika
berkomunikasi yang berkaitan erat dengan konteks yang ada pada saat komunikasi
sedang berlangsung .
4.3.3 Nilai-nilai Kebudayaan Remaja Etnis Jawa
Peneliti menemukan terdapat lima bentuk jati diri remaja etnis Jawa.
Berdasarkan dari wujud bahasa nonverbal dan maksud yang terkandung di dalamnya,
peneliti menemukan bentuk jati diri para remaja etnis Jawa yaitu 1) Kesopanan, 2)
Kerja sama, 3) Keramahan, 4) Toleransi, dan 5) Pengucapan Syukur.
Jati diri yang dimiliki oleh para remaja etnis Jawa seperti yang disebutkan di
atas disimpulkan berdasarkan tindakan dalam berkomunikasi secara verbal dan
nonverbal. Penggunaan bahasa Jawa baik ngoko maupun karma, sikap mereka ketika
berhadapan dengan orangtua atau teman sebaya berbeda dan itu juga menjadi salah
satu penanda jati diri.
Berdasarkan dari seluruh pembahasan di atas, peneliti menemukan makna
hakiki yang dimiliki oleh para remaja etnis Jawa di dusun Patihombo, desa
Purwosari, kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta yaitu “Kabeh Sedulur” yang
memiliki arti “Kabeh” yaitu semua. Dan “sedulur” artinya saudara bila digabungkan
menjadi semua saudara. Saudara bukan hanya dalam lingkup keluarga melainkan
juga dalam masyarakat yang tinggal di satu daerah, satu wilayah, satu bangsa. Selain
itu kata yang cocok untuk menggambarkan para remaja desa ini adalah “Gaya hidup
millenial, perilaku tetep wong Jowo”. Peneliti mengartikannya dengan hidup
dizaman millennial dengan segala kecanggihan yang ada merupakan hak yang boleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
dirasakan oleh siapa saja, namun dengan adanya segala kecanggihan tersebut
perilaku tidaklah boleh menyimpang karena kita harus ingat bahwa kita “wong Jowo”
harus tetap santun dan menunjukkan tata krama kita sebagai orang Jawa.
Peneliti juga menemukan kaitan antara penyampaian wujud bahasa nonverbal
para remaja dusun Patihombo, desa Purwosari, kecamatan Girimulyo, Kulon Progo,
Yogyakarta dengan nilai-nilai budaya dengan pendakatan etnopragmatik yaitu,
banyak terkandung nilai-nilai budaya ketika para remaja bertutur baik secara verbal
maupun nonverbal seperti nilai kesopanan, kerja sama, keramahan, toleransi, dan
pengucapan syukur. Nilai-nilai tersebut dapat terlihat ketika mereka melakukan
pertuturan dengan bahasa verbal dan nonverbal yaitu melalui makna tuturan dan
wujud bahasa nonverbal yang digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
BAB V
PENUTUP
Bab ini terdiri dari dua sub bab, yaitu kesimpulan dan saran. kesimpulan berisi
rangkuman atau ringkasan hasil keseluruhan dari penelitian ini. sub bab saran berisi
tentang hal-hal yang relevan yang diperlukan oleh peneliti selanjutnya yang akan
meneliti topik yang sejenis, baik dari kalangan mahasiswa Pendidikan Bahasa
Sastra Indonesia maupun peneliti lain. Berikut pemaparan dari kedua sub bab
tersebut.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari Bab IV yang telah dianalisis dan dibahas oleh peneliti
yaitu mengenai pemakaian bahasa nonverbal pada remaja etnis Jawa di Desa
Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, peneliti menemukan
33 bentuk bahasa nonverbal yang mencerminkan jati diri para remaja etnis Jawa
yang ada di dusun Patihombo, desa Purwosari, kecamatan Girimulyo, kabupaten
Kulon Progo, Yogykarta.
5.1.1 Wujud Bahasa Nonverbal
Peneliti menemukan empat bentuk bahasa nonverbal yaitu kinesik,
paralinguistik, artifaktual, dan prosemik. Pemakaian bahasa nonverbal
tersebut ditemukan baik pada situasi formal dan nonformal.
119
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
5.1.2 Makna Pragmatik
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, terdapat makna
pragmatik dalam data tuturan penelitian ini yaitu 1) Permohonan maaf, 2)
Ucapan terima kasih, 3) Ucapan salam, 4) Pamitan, dan 5) Mempersilakan.
5.1.3 Nilai-nilai Kebudayaan Remaja Etnis Jawa
Beberapa bentuk jati diri yang dimiliki remaja etnis Jawa yang
ditemukan peneliti berdasarkan analisis yang telah dilakukan yaitu 1)
Kesopanan, 2) Kerja sama, 3) Keramahan, 4) Toleransi, dan 5) Pengucapan
Syukur.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memberikan beberapa saran untuk
peneliti selanjutnya yang akan meneliti topik yang sama dengan penelitian ini.
berikut ini peneliti akan memaparakan saran-saran agar hasil penelitian selanjutnya
akan lebih baik.
1. Bagi mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia atau
peneliti lainnya yang ingin meneliti topik yang sama, penelitian ini mengambil
subjek penelitian para remaja etnis Jawa. Harapan peneliti untuk mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang ingin meneliti
tentang bahasa nonverbal menggunakan pendekatan etnopragmatik,
mengambil subjek penelitian dari remaja atau masyarakat etnis lainnya seperti
etnis melayu, minang, sunda, betawi, batak, dan masih banyak lagu etnis yang
ada di Indonesia, agar penelitian tentang pemakaian bahasa nonverbal dan
kajian etnopragmatik dapat lebih dikembangkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
2. Bagi Masyarakat Etnis Jawa khususnya para remaja, peneliti berharap
penelitian ini dapat digunakan sebagai gambaran umum mengenai wujud
bahasa nonverbal dalam kehidupan sehari-hari dan sebagai acuan untuk
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai budaya yang diajarkan dalam budaya
Jawa, menghindari tuturan dan sikap atau gerakan-gerakan yang tidak santun
terhadap orang lain terutama terhadap orang yang lebih tua.
3. Bagi Masyarakat umum dan pembaca, penelitian terkait bahasa nonverbal
dengan pendekatan etnopragmatik ini memberikan informasi bahwa setiap
etnis yang ada di muka bumi ini memiliki nilai-nilai budaya yang dijunjung dan
terimplementasi dalam tindakan-tindakan tertentu yang merupakan
perwujudan bahasa nonverbal. Oleh karena itu peneliti berharap, semoga hasil
penelitian ini dapat memberikan wawasan baru dalam bidang bahasa yaitu
tentang bahasa nonverbal dan bidang ilmu kajian etnopragmatik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Austin, John. 1962. How to do Things with words. New York: Oxford: Univ.
Press.
Brown, P. dan S. Levinson. 1987. Politeness: Some Universals in Language
Usage. Cambridge: CUP.
Creswell, J. W. 2012. RESEARCH DESIGN Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,
dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Emzir. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali
Press.
Fauziah. 2003. Tesis untuk Etnopragmatik. (online) diunduh pada tanggal 23
Januari 2019 pada http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/1662.
Goddard, Cliff. 2006. Ethnopragmatic: Understanding Discours in Cultural
Context. Berlin: Mouton de Gruyter.
Goddard, Cliff dan A. Wierzbicka. 2007. Semantic Primes and Cultural Scripts in
Language Learning and Intercultural Communication. In: Sharifian dan
Palmer (ed.), 105-124.
Insani, Ika Hafizah. 2011. Bahasa Ngudang Bayi di Desa Dungpolo R 01 RW X,
Ngadiluwih RT X Luwih, Matesih, Karanganyar.Diunduh pada tanggal 26
Oktober 2018 pada http://eprints.ums.ac.id/14234/
Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Levi-Strauss, Claude. 1958. Anthropologie structural. Paris: Plon.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode dan
Tekniknya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Moleong, Lexy J.2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosda Karya.
Pawito.2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif.Yogyakarta : Pelangi Aksara
Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pranowo.2009. Berbahasa Secara Santun. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung: CV Remaja Karya.
122
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Ruben, Brent D., dan Stewart. 2013. Komunikasi dan Perilaku. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Searle, John. 1969. Speech Acts: An essay in the philosophy of language. London:
Gambridge Univ. Press.
Spradley, James P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: CV Yrama Widya.
Verhaar, J.W.M.1996. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Widyadmaka, Raden Gregorius Agung Aristrimurti. 2018. Maksud Bahasa
Nonverbal Jenis Kinesik Pada Masyarakat Etnis Jawa Dalam Upacara
Adat Pernikahan di Wonosari 30 November 2017 – 08 Maret 2018: Suatu
Kajian Pragmatik.diunduh pada tanggal 26 Oktober 2018 pada
http://www.library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=ta&mod=yes
Widyo Nugroho, Modul Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal.
Yogatama, Timotius Tri. 2017. Kesantunan Berbahasa Verbal dan
Nonverbal Abdi Dalem Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Diunduh
pada tanggal 26Oktober2018
padahttp://www.library.usd.ac.id/web/index.php?pilih=ta&mod=yes
Yule, George. 2006. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
TRIANGULASI DATA
PEMAKAIAN BAHASA NONVERBAL PADA REMAJA ETNIS JAWA DI DUSUN PATIHOMBO, DESA PURWOSARI,
KECAMATAN GIRIMULYO, KULON PROGO, YOGYAKARTA: SUATU KAJIAN ETNOPRAGMATIK
Disusun oleh:
Rosa Dyas Ambar Setyaningsih
151224004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
124
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Berikut ini merupakan hasil analisis pemakaian bahasa nonverbal dalam proses komunikasi oleh
remaja etnis jawa di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo,
Yogyakarta, dari penelitian yang berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal Pada Remaja Etnis Jawa Di Dusun
Patihombo, Desa Purwosari, Girimulyo, Kulon Progo, Yogyakarta: Suatu Kajian Etnopragmatik
Petunjuk Triangulasi:
1. Berilah tanda centang () pada kolom SETUJU atau TIDAK SETUJU yang menggambarkan penelitian
Anda terhadap hasil analisis
2. Berilah catatan pada kolom keterangan yang dapat membantu kebenaran hasil analisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
No. Data dan
terjemahan data
Gambar Bahasa
Nonverbal
Wujud dan
maksud bahasa
nonverbal
Konteks
Jati diri/identitas
masyarakat/nilai
kebudayaan
Persetuju
-an Ket.
S TS
Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik Kepala
1. -Ngapunten niki
kulo ken nenggo
lomba niki bude
(Maaf Ini saya
disuruh nunggu
lomba yang ini
bude)
Kinesik: kepala
sedikit
menunduk
Tuturan terjadi pada siang hari di
aula Gereja Paroki Administrasi
Santa Maria a Fatima Pelem
Dukuh.Tuturan dilakukan oleh
seorang remaja bernama Dita
yang berbicara dengan seorang
Ibu yang kerap dipanggil Bude
Sur. Tuturan lisan disampaikan
dalam bahasa Jawa Krama alus.
Suasana tuturan nonformal dan
para penutur sedang sibuk
mempersiapkan perlombaan
Cerdas cermat liturgi
Permohonan maaf
kepada orangtua
apabila tidak bisa
membantu karena
ada sesuatu hal lain
yang harus
dikerjakan serta
penyampaian dengan
bahasa Jawa
memperlihatkan
sopan santun dan
rasa hormat kepada
orangtua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
2. Nggeh bu
sedaya kabeh
mriki boncengan
( iya bu kami
semua ke sini
boncengan)
Kinesik : ketika
penutur
mengucapkan
kata nggeh
penutur
menggerakkan
kepala secara
vertikal yang
merupakan
anggukan tanda
menghormati
Tuturan terjadi di Rumah sakit di
daerah Boro, Kulon Progo dimana
pada saat itu beberapa orang
remaja sedang mengunjungi
temannya yang sedang sakit dan
salah seorang remaja mohon
pamit pulang kepada Bapak dan
Ibu Sandra dengan menggunakan
bahasa Jawa Krama alus
Berbicara dengan
3. Mboten kulo
mbah (Bukan
saya nek)
Kinesik:
menggerakkan
kepala secara
horizontal
(menggelengkan
kepala)
Tuturan terjadi pada sore hari di
rumah seorang warga bernama
mbah Partilah. Pada saat itu mbah
Partilah sedang duduk di ruang
tamu dan berbicara dengan
cucunya yang bernama Diva.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Penutur adalah seorang remaja
bernama Diva dan mitra tutur
adalah mbah Partilah. Mbah
Partilah menanyakan sesuatu
kepada cucunya ketika ngobrol
Wujud Bahasa Nonverbal Kinesik Tangan
4.
Kulonuwun
(Permisi)
Kinesik:
mengetuk pintu
yang
mempunyai
maksud agar
pemilik rumah
mendengar lebih
jelas bahwa ada
tamu
Tuturan terjadi di sebuah rumah
warga bernama Pak Paijo, dimana
pada saat itu ada seorang remaja
bernama Dita datang ke rumah
untuk memberikan makanan.
Bahasa yang digunakan penutur
adalah bahasa Jawa
Mengucapkan salam
ketika bertamu
merupakan hal yang
wajib dan sudah
menjadi kebiasaan
masyarakat Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
5. “Mbah pareng
nggeh
maturnuwun”
(Mbah pamit ya
terima kasih)
Kinesik:
bersalaman dan
sedikit
membungkukka
n badan/bahu
Tuturan terjadi di Tuturan terjadi
di rumah seorang warga bernama
mbah Sum. Para remaja
mengadakan pertemuan bulanan
organisasi Karang Taruna Desa
Purwosari. Penutur adalah remaja
bernama Agus dan Vansa mitra
tuturnya adalah Mbah Sum (tuan
rumah). Penutur dan para remaja
lainnya hendak pulang kerumah
masing-masing
Budaya salaman
ketika bertamu baik
datang dan akan
pulang serta
Menghormati
orangtua
6. maaf lahir dan
batin sepurane
nek salahku
akeh yo
Kinesik :
Berjabat tangan
tanda saling
menghargai dan
tanda
persaudaraan
Tuturan terjadi pada malam hari
di rumah teko desa Purwosari.
Para remaja desa mengadakan
acara syawalan. Seperti pada
tahun-tahun sebelumnya ada sesi
salam-salaman. Para remaja
berdiri dan secara bergantian
Menjaga tali
persaudaraan dengan
sesama umat
beragama. Walaupun
berbeda keyakinan
para remaja desa
tetap akrab dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
(Maaf lahir dan
batin ya maaf
salahku banyak)
berjabat tangan satu dengan
lainnya.
bahkan masyarakat
di desa ini yang
beragama Katolik
juga ikut merayakan
Hari Raya Idul fitri
dengan
mempersiapakan
berbagai jenis
makanan atau kue
yang biasa di
lakukan oleh saudara
umat Muslim pada
saat Lebaran
7. Rencang-
rencang, adek-
adek sampun
wonten
dhaharan sak
Kinesik:
menjulurkan
tangan kanan
dengan posisi
telapak tangan
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga bernama Ibuk Ayuk. Pada
saat itu para remaja yang
tergabung dalam organisasi
Karang Taruna berkumpul untuk
Mempersilakan
dmakan dan minum
dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
unjukan mangga
dhaharnipun
sami didahar
unjukan nipun
sami diunjuk”
(Teman-teman,
adek-adek sudah
ada makanan
dengan
minuman
silahkan
menghadap ke
atas
mengadakan pertemuan rutin
sekaligus buka bersama. Salah
satu remaja yang beragama Islam
diminta memimpin doa makan.
Setelah doa ia pun
mempersilahkan teman-temannya
untuk menyantap makanan yang
sudah tersaji
8. Monggo pak..
monggo buk..
(Silahkan
pak.. silahkan
buk)
Kinesik:
Mengambil
gelas lalu
memberikan
kepada tamu,
Ketika
Tuturan terjadi pada malam hari di
rumah warga bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan acara
midodareni. Penutur adalah
seorang remaja bernama Jalu dan
mitra tuturnya adalah para tamu.
Mempersilakan
dmakan dan minum
dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
memegang gelas
pegang bagian
tengah gelas
Jalu bertugas sebagai sinoman
yang mengantarkan minuman ke
para tamu
9. Kulo saget
pakdhe mangkih
cobi kulo
tangletke konco-
konco sanesipun
sinten seng
saget bantu
(Saya bisa pakde
nanti saya coba
tanyakan ke
teman-teman
yang lainnya
siapa yang bisa)
Kinesik: Kedua
tangan menyatu
dan berada di
depan perut
untuk menutup
bagian bagian
tubuh tertentu
yaitu area perut
ke bawah
Data ini diambil di rumah seorang
warga bernama Pak Probo.
Terlihat seorang remaja bernama
Dita yang sedang berbicara
dengan pak Probo. Penutur
menggunakan bahasa Jawa Krama
Menghormati
orangtua ketika
berbicara selain
memperhatikan tutur
kata juga penting
untuk
memperhatikan
posisi tubuh dan
anggota tubuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
10. Bar gempa
kapan kui to dek
neng kono kae
lo mbiyen ono
bawang putih
jare
kepercayaan sih
ben aman
Kinesik:
gerakan tangan
menunjuk ke
objek yang
dibicarakan
Tuturan terjadi di rumah seorang
remaja bernama Vansa. Penutur
adalah Vansa dan mitra tutur
adalah temannya. Mereka berdua
sedang asik bercerita tentang
masa-masa kecil mereka
11. “Rene mas tak
cekeli, entuk
seko ndi e ki
kayu wes rapuh
ngene lo nah ki
ono seng bolong
wes an
*tertawa*”
Kinesik :
penutur
langsung sigap
memegang kayu
Tuturan terjadi di dekat gardu desa
purwosari dimana pada saat itu
sedang ada bersih-bersih desa
dalam rangka menyambut Hari
Raya Idul Fitri. Penutur adalah
Seorang remaja desa bernama Ika
yang membantu seorang laki-laki
yang usianya tidak jauh berbeda
darinya
Kerja sama dalam
menjaga kebersihan
desa adalah salah
satu nilai budaya
yang sampai saat ini
masih diterapkan
dan dijalankan oleh
para remaja
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
(Sini mas saya
pegangi, dapat
dari mana ini
kayu udah rapuh
gini lo nah ini
ada yang bolong
udahan
*tertawa*
12. Oke mbak siap
bar iki yo tak
rampungke iki
sek (oke mbak
siap habis ini ya
saya selesaikan
ini dulu)
Kinesik:
Mengacungkan
ibu jari tangan
kanan
Tuturan terjadi di teras gereja
Katolik a Fatima Pelem Dukuh
pada sore hari dimana penutur
bernama Indah sedang berbicara
dengan mitra tutur yang bernama
Dita yang merupakan teman beda
usia 2 tahun. mitra tutur meminta
bantuan kepada Indah untuk
membantunya di belakang gereja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
13. Pie kabarmu
wes sue ra ketok
(Gimana
kabarmu udah
lama tidak
kelihatan
Kinesik:
berjabat tangan
Tuturan terjadi di rumah teko
kawasan wisata gunung gilingan
pada saat acara syawalan bersama
Karang Taruna. Penutur adalah
seorang remaja desa bernama Jalu
yang baru saja datang dan
kebiasaan pada umumnya ketika
datang langsung bersalaman
Wujud bahasa Nonverbal Kinesik Kaki
14. Data ini bukan
berbentuk
tuturan
melainkan
sebuah gambar
atau foto Sikap
duduk para
remaja
Duduk di atas
tikar atau
lesehan dengan
kaki bersila
(menyilangkan
kaki)
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga pada malam hari dimana
pada saat itu ada pertemuan
karang taruna serta sosialisasi
kesehatan dan dihadiri oleh para
remaja dusun Patihombo
Posisi duduk ketika
berkumpul
mengadakan
pertemuan secara
lesehan harus
diperhatikan, kaki
bersila adalah salah
satu cara duduk yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
baik dan sopan
menurut masyarakat
Jawa
15. Data ini bukan
berbentuk
tuturan
melainkan
sebuah gambar
atau foto Sikap
duduk para
remaja desa
Puwosari ketika
bertamu
Kinesik: Duduk
diatas kursi
dengan berbagai
bentuk yaitu
dengan cara
kedua lutut
berdempetan,
duduk dengan
cara salah satu
kaki berada di
atas kaki
sebelahnya, dan
ada juga yang
duduk dengan
kedua lutut
berdempetan
Data ini diambil di rumah seorang
warga dimana para remaja datang
bertamu ketika Hari Raya Idul
Fitri. Ketika bertamu mereka
duduk di atas kursi dengan
berbagai bentuk atau cara
Posisi duduk ketika
bertamu atau sedang
berada ditempat
resmi harus
diperhatikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
dan disilang
semua bentuk
atau cara duduk
yang
ditunjukkan oleh
para remaja
mempunyai
maksud untuk
menutup atau
memboklir
bagian tertentu
dan terkesan
sopan
16. Data ini bukan
berbentuk
tuturan
melainkan
sebuah gambar
atau foto Sikap
Duduk di atas
tikar
atau lesehan
dengan kaki
ditekuk ke
belakang
Data ini terjadi di rumah seorang
warga dimana pada saat itu ada
pertemuan karang taruna dan
acara buka puasa bersama
Posisi duduk ketika
berkumpul
mengadakan
pertemuan secara
lesehan harus
diperhatikan, kaki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
duduk para
remaja desa
Puwosari ketika
berkumpul
ditekuk ke belakang
adalah salah satu
cara duduk yang
baik dan sopan
Wujud bahasa nonverbal bahu membungkuk
17. Permisi yo mas
mbak aku
ndisikan yo
(Permisi ya mas
mbak aku duluan
ya)
membungkuk
badan/bahu
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga bernama Ibu Ayuk. Para
remaja desa yang tergabung
dalam Karang Taruna
mengadakan pertemuan rutin
sekaligus buka bersama. Penutur
adalah seorang remaja yang
bernama Indah yang ingin pulang
lebih dahulu karena ada kegiatan
lain sedangkan mitra tuturnya
adalah para remaja lain yang
sedang duduk lesehan di atas tika
Menghormati orang
yang akan kita lewati
meskipun dengan
teman sendiri sikap
menghargai harus
tetap dijaga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
18. Nderek
langkung mbah
(Permisi mbah)
Kinesik: bahu
sedikit
membungkuk
dan tangan
kanan sedikit
dimajukan
Tuturan terjadi pada pagi hari di
Gereja Santa Maria Fatima Pelem
dukuh. Penutur adalah seorang
remaja desa sedangkan mitra tutur
adalah seorang kakek yang sering
disebut simbah oleh
orang Jawa
Menghormati
orangtua dengan
menyapa dan sedikit
membungkuk ini
dimanakan budaya
unggah ungguh
19. “Sampun cekap
pakde kulo kaleh
rencang-
rencang bade
nyuwun pamit”
(Sudah selesai
pakde saya
dengan teman-
Kinesik: sedikit
membungkukka
n badan tanda
menghormati
Tuturan terjadi dirumah seorang
warga. Penutur adalah seorang
remaja dan mitra tutur adalah tuan
rumah. Penutur dan beberapa
temannya datang hendak
memberikan bantuan berupa
makanan. Penutur dan teman-
temannya pamitan terlebih dahulu
sebelum pergi
Pamitan sebelum
pergi dengan baik
dan sopan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
teman mohon
pamit)
20. Nggeh bu mugi-
mugi Sandra
benjeng sampun
saget wangsul
lan diparingi
waras kaleh
Gusti (Ya
mudah-mudahan
Sandra besok
sudah bisa
pulang dan
diberi kesehatan
oleh Tuhan)
artifaktual:
tersenyum
ketika
berbicara
dengan orangtua
Tuturan terjadi di Rumah sakit di
daerah Boro, Kulon Progo dimana
pada saat itu beberapa orang
remaja sedang mengunjungi
temannya yang sedang sakit dan
berbicara dengan Ibu temannya
tersebut
Bersikap ramah dan
santun kepada
orangtua adalaajarna
yang masih
diterapkan oleh para
remaja
21. Sebelumnya
saya mau
mengucapkan
terima kasih
ekspresi wajah
tersenyum
Tuturan terjadi pada malam di
rumah warga bernama Mbah Sum.
Para remaja yang tergabung dalam
organisasi Karang Taruna
Ketika bertamu dan
akan pulang jangan
lupa untuk pamit
kepada tuan rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
kepada mas Tri
yang sudah
berkenan
memberikan
kesempatan
kepada teman-
teman
semua untuk
berkumpul di
sini dan
disambut
dengan baik,
kalau ada
kurang dan
salahnya
mohon maaf
sebesar-
besarnya
mengadakan pertemuan rutin
membayar iuran tabungan dan
membahas rencana kegiatan.
Ketika musya- warah selesai
salah satu remaja mewakili untuk
pamitan kepada tuan rumah
dan berikan ucapkan
terima kasih serta
permohonan maaf
terutama apabila
datang beramai-
ramai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
22. Ajeng tindak
pundi budhe?
(Mau
pergi kemana
budhe?)
Kinesik:
Eksppersi wajah
tersenyum
Tuturan terjadi di Gereja pada sore
hari para remaja sedang duduk
didepan Gereja, da nada seorang
Ibu lewat di dekat mereka lalu
mereka pun melihat Ibu itu dan
menyapanya
Sikap ramah
ditunjukkan para
remaja salah satunya
ketika bertemu
dengan orangtua
Wujud Bahasa nonverbal artifaktual tertawa
23. haha iyo wingi
ra ketok aku
mkane ceblok
(haha iya
kemarin gak
Eksprsi wajah
tertawa
Tuturan terjadi siang hari di rumah
warga bernama Mbah Partilah
dimana pada saat itu cucu dari
mbah Partilah bernama Vansa
sedang duduk di ruang tamu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
lihat aku
makanya jatuh)
bersama adiknya Diva dan
beberapa temannya. Mereka pun
bercerita dan tertawa gembira.
24. haha Nggeh
niku lah pakdhe
durung rejeki
kulo (Iya pakde
sudah kemarin
tinggal ujian)
Ekspresi wajah
tertawa
Tuturan terjadi pada malam di
rumah warga bernama Mbah Sum.
Para remaja yang tergabung dalam
organisasi Karang Taruna
mengadakan pertemuan rutin
membayar iuran tabungan dan
membahas rencana kegiatan.
Ketika musyawarah selesai salah
satu remaja mewakili untuk
pamitan kepada tuan rumah
Wujud bahasa nonverbal artifaktual berdasarkan pakaian
25. Monggo pak..
monggo
buk.(Silahkan
mengenakan
baju batik lengan
panjang
Tuturan terjadi pada malam hari di
rumah warga bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan acara
midodareni. Penutur adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
pak.. silahkan
buk)
seorang remaja bernama Jalu dan
mitra tuturnya adalah para tamu.
Jalu bertugas sebagai sinoman
yang mengantarkan minuman ke
para tamu
26. Tamu : Mbak
nyuwun dawet e
nggeh setunggal
mawon
Tina :Oh nggeh
bu sekedap
nggeh
(Tamu : Mbak
minta dawetnya
ya satu saja
menyampaikan
tuturan disertai
dengan
senyuman yang
menunjukkan
sikap ramah dan
melayani tamu
dengan sepenuh
hati,
menggunakan
pakaian adat
Jawa untuk
perempuan yaitu
kebaya dan
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga yang bernama Bapak
Sukirman yang mengadakan
resepsi pernikahan putrinya.
Penutur adalah seorang remaja
desa bernama Tina yang bertugas
menjadi sinoman bagian konsumsi
dan mitra tutur adalah seorang ibu
yang merupakan tamu di acara
tersebut. Bahasa yang digunakan
penutur adalah bahasa Jawa
Remaja desa
menjadi sinoman
untuk membantu
sebuah acara di desa
dan sudah
merupakan tradisi
Jawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Tina : Oh iya bu
sebentar ya)
wajah dibalut
dengan make up
serta rambut
yang disanggul
27. Acara Baritan di
Desa Purwosari
mengikuti acara
baritan serta
menggunakan
pakaian surjan
lurik yang
merupakan
pakaian adat
Jawa
Tuturan terjadi pada pagi hari
dimana masyarakat Desa
Purwosari mengadakan acara
baritan. Baritan merupakan
sebuah tradisi masyarakat
Jawauntuk mengucap syukur
kepada Tuhan atas panen yang
diberikan. Baritan selalu diadakan
pada pagi hari dan diiukti
olemasyarkat desa mulai dari anak
kecil, remaja hinga para sesepuh
Ucapan syukur
Kepada Tuhan atas
rezeki yang
diberikan dan
melestarikan tradisi
dari para leluhur
28. Data ini
merupakan
wujud bahasa
nonverbal
Artifaktual :
menggunakan
kaos lengan
pendek, celana
Tuturan terjadi di jalan sekitar
musholla Al-Mukminun. Para
remaja desa sedang
membersihkan mushola dan
Menggunakan
pakaian yangnyaman
tetapi tetap sopan
ketika keluar rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
berdasarkan
dari pakaina
yang digunakan
pendek selutut
dan ada juga
yang
menggunakan
celana panjang
sekitarnya yang akan digunakan
untuk sholat Ied umat muslim
29. Nggeh bu mugi-
mugi Sandra
benjeng
sampun saget
wangsul lan
diparingi waras
kaleh Gusti (Ya
mudah-mudahan
Sandra besok
sudah bisa
pulang dan
diberi kesehatan
oleh Tuhan)
tersennyum
berbicara
dengan orangtua
Tuturan terjadi di Rumah sakit di
daerah Boro, Kulon Progo dimana
pada saat itu beberapa orang
remaja sedang mengunjungi
temannya yang sedang sakit dan
berbicara dengan Ibu temannya
tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
30. “Bu niki kan
setiap
pertemuan
wonten subsidi
kagem snack lan
minum dados
nyuwun tulung
niki ditampi bu”
(Bu ini kan
setiap
pertemuan ada
subsidi untuk
snack dan
minum jadi
minta tolong ini
diterima bu)
Paralinguistik :
Nada berbicara
sedang dan
berbicara
dengan irama
cenderung pelan
Tuturan terjadi di rumah warga
yang biasa dipanggil mbah Sum
dimana pada saat itu sedang ada
pertemuan bulanan organisasi
Karangtaruna Desa Purwosari.
Tuturan menggunakan bahasa
Jawa Krama alus
Berbicara dengan
orangtua harus
sopan, halus, dan
pelan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
31.
.
“Ora oleh
dicekel yo
langsung
dimaem dek”
(tidak boleh
dipegang ya
langsung
dimakan dek)
Kinesik: Tangan
seperti posisi
menunjuk ke
atas untuk
memberikan
peringatan
Tuturan terjadi pada saat
perlombaan dalam rangka ulang
tahun desa Purwosari. Penutur
adalah panitia yang merupakan
seorang remaja yang memberikan
peringatan kepada peserta lomba
Remaja desa
diharapkan dapat
memberi kemajuan
desa dan menjadi
remaja yan aktif
dalam kegiatan desa
salah satunya dengan
menjadi panitia
acara desa seperti
perlombaan ulang
tahun desa, panitia
17-an, dan masih
banyak lagi
32.
.
Kita ucapkan
terima kasih
juga untuk
teman-teman
yang sudah
Paralinguistik :
Nada berbicara
sedikit tinggdan
berbicara
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga dimana pada saat itu ada
pertemuan karang taruna dan
dihadiri oleh para remaja desa
purwosari penutur adalah ketua
Memberikan
apresiasi dan ucapak
terima kasih kepada
orang-orang atau
pemuda pemudi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
memasang
spanduk ucapan
Selamat Hari
Raya terima
kasih
dengan irama
cenderung cepat
Kinesik :
bertepuk tangan
memberikan
apresiasi
karang taruna bernama Fajar.
Penutur menggunakan bahasa
Indonesia
yang bekerja dan
mensukseskan suatu
agenda karang
taruna
33 Nit.. nit iki duit e
jupuk seko kene
to?
(Nit.. nit ini
duitnya ambil
dari sini kan?)
Kinesik :
Menggerakkan
tangan dan
menepuk
pundak mitra
tutur untuk
memperjelas
tuturan yang
disampaikan
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga dimana pada saat itu ada
pertemuan karang taruna dan
dihadiri oleh para remaja desa
purwosari penutur adalah ketua
karang taruna bernama Fajar.
Penutur menggunakan bahasa
Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
34. Iki dilebokne
ngene lo
dibolongi sek
tapi bar kui lagi
tutup uwes
rampung
(Ini dimasukkan
gini lo dilubangi
dulu tapi habis
itu baru ditutup
sudah selesai)
Kinesik:
memegang botol
kaca dan sumbu
mempraktekkan
apa yang
ditularkan
Prosemik: jarak
berbicara
pribadi
menunjukkan
keakraban
Tuturan terjadi di jalan sekitar
musholla Al-Mukminun. Para
remaja desa sedang
membersihkan mushola dan
sekitarnya yang akan digunakan
untuk sholat Ied umat muslim.
Penutur adalah seorang remaja
yang menjelaskan cara membuat
lampu corong untuk atribut atau
hiasan untuk malam takbiran
Gotong royong
sering dilakukan
oleh para remaja
35. Data ini bukan
berbentuk
tuturan
melainkan
sebuah gambar
atau foto pada
Kinesik: Para
remaja
membawa
bunga, nisan,
dan benda lain
yang dibawa ke
makam lalu
Pada saat ada seorang warga desa
yang meninggal dan akan
dimakamkan Beberapa remaja
bertugas membawa bunga, nisan
yang berbentuk kayu, dan
beberapa benda lainnya yang
diperlukan dalam pemakaman
Tugas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
mereka pun
berbaris dua-
dua dengan rapi
Artifaktual:
Menggunakan
celana panjang
dan baju kaos,
jaket, bloes yang
sopan
36. Iki ke piye ki
tolong iki cekel
nduwur e yo,
dek devi seng
nuangi kuah e
vansa seng
leboke ubine
Proksemik:
Jarak bicara
pribadi, 1,5 kaki
menunjukkan
keakraban para
remaja putri
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga bernama ibu Ayuk dimana
pada saat itu akan dilaksanakan
pertemuan bulanan Karang
Taruna dan buka puasa bersama.
Para remaja putri mempersiapkan
minuman dan makanan yang akan
disantap saat buka buasa. Penutur
bernama Tiwi yang meminta
Keakraban diantara
sesama remaja desa
dapat diacungi
jempol. Ketika
mengadakan
pertemuan di rumah
warga para remaja
putri yang
mempersiapkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
(Ini gimana ini
tolong ini
dipegang
atasnya, dek
devi yang tuang
kuahnya vansa
yang masukkan
ubinya)
bantuan memegang jumbo dan
menghidangkan kolak dan takjil.
Bahasa yang digunakan adalah
bahasa Jawa Ngoko
menghidangkan ke
depan tamu, sembari
mempersiapkan
makanan dan
minuman mereka
pun bercanda tawa.
37.
.
Mari teman-
teman kita
berdoa menurut
ajaran
kepercayaan
masing-masing
berdoa dimulai
Kinesik: Kedua
telapak tangan
disatukan dan
dengan posisi
jari tangan
dilipat dan
kepala sedikit
menunduk
menunjukkan
sikap berdoa
yang baik
Tuturan terjadi di rumah seorang
warga dimana pada saat itu ada
pertemuan karang taruna dan
dihadiri oleh para remaja desa
purwosari penutur adalah seorang
remaja bernama Agus yang
memimpin doa penutup kegiatan.
Semua remaja berdoa dengan
sikap yang baik dan doa dengan
cara universal
Mengambil sikap
yang baik ketika
berdoa dan saling
menghargai dengan
doa secara universal
(menurut
kepercayaan masing-
masing)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
BIOGRAFI PENULIS
Rosa Dyas Ambar Setyaningsih, lahir 23 Agustus 1997,
di Pasir Pengaraian, Kabupaten Rokan Hulu, RIAU.
Anak pertama dari Bapak Yulius Parno dan Ibu
Christina Supiyati. Menyelesaikan pendidikan tingkat
sekolah dasar di SD Negeri 003 Rambah pada tahun
2009. Kemudian melanjutkan studinya di SMP Negeri
001 Rambah dan tamat pada tahun 2012.
Pendidikan tingkat menengah atas ditempuh di SMA Santa Maria Pekanbaru dan
tamat pada tahun 2015. Setelah menyelesaikan sekolah tingkat menengah atas,
penulis melanjutkan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta. Masa pendidikan S1 tersebut berakhir pada tahun 2019 dengan
menyelesaikan skripsi yang berjudul Pemakaian Bahasa Nonverbal pada Remaja
Etnis Jawa di Dusun Patihombo, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kulon
Progo, Yogyakarta: Suatu Kajian Etnopragmatik.
154
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI