107
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh DEDI ROHMADI C0204015 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PEMAKAIAN BAHASA

DALAM RUBRIK CELATHU BUTET

PADA SURAT KABAR SUARA MERDEKA

(Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Sastra Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

DEDI ROHMADI

C0204015

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

Page 3: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Dedi Rohmadi

NIM : C0204015

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pemakaian Bahasa

dalam Rubrik Celathu Butet pada Surat Kabar Suara Merdeka: Suatu Tinjauan

Sosiolinguistik adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan

oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda

citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari sanksi tersebut.

Surakarta, 26 Januari 2011

Yang membuat pernyataan,

Dedi Rohmadi

Page 5: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

Setiap orang mencoba mencapai suatu hal yang besar, tanpa menyadari, bahwa

hidup itu adalah kumpulan dari hal-hal kecil

(Frank Clark)

Mendapatkan yang Anda kejar adalah kesuksesan, tetapi mencintai perjalanan

selama Anda berusaha mendapatkannya itulah kebahagiaan

(Bertha Damon)

Page 6: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Kuselesaikan skripsi ini untuk kupersembahkan:

Kepada bapak dan ibu terkasih yang selalu berdoa dalam setiap langkahku.

Pengorbananmu adalah detak nadi kehidupanku.

Adikku Nining dan tante Atun untuk semangat dan dorongan selama ini.

Nadia, setiap detik waktu yang dijalani adalah keindahan.

Page 7: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

berjudul Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet pada Surat Kabar Suara

Merdeka: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Peneliti sangat berterima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan

dorongan yang telah diberikan oleh semua pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, peneliti dengan

segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Soedarno, M. A., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan

kesempatan kepada peneliti untuk menyusun skripsi.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta,

yang telah memberikan kepercayaan dan kemudahan kepada peneliti

selama penyusunan skripsi.

3. Drs. Wiranta, M.S., selaku pembimbing akademik yang selalu

memberi semangat, motivasi, dan nasihat kepada peneliti selama

menimba ilmu di Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

4. Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum selaku pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

Page 8: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

5. Segenap dosen Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal

ilmu pengetahuan kepada peneliti.

6. Staf perpustakaan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan

perpustakaan Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan

kelonggaran kepada peneliti untuk membaca dan meminjam buku-

buku referensi yang diperlukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Ibu dan Bapak yang telah memberi kasih sayang, doa restu, dan

keleluasaan peneliti dalam menentukan pilihan.

8. Dhamang, Achmadi, Ardi, Andri, Adit, Rulis, Deni, Bayu, dan Riza

terima kasih telah memberikan warna dan kenangan terindah, serta

dorongan dan semangat bagi peneliti.

9. Kawan-kawan Sastra Indonesia angkatan 2004 terima kasih atas

indahnya kebersamaan yang telah dijalani selama ini.

10. Semua pihak yang telah membantu peneliti selama penyusunan skripsi

yang tidak mungkin disebutkan satu per satu oleh peneliti dalam

kesempatan ini.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini

masih terdapat berbagai kekurangan. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan kritik

dan saran dari pembaca demi penyempurnaan karya ini.

Surakarta, Januari 2011

Peneliti

Page 9: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………… i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………... ii

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… iii

LEMBAR PERNYATAAN …………………………………………… iv

MOTTO …………………………………………………………….….. v

PERSEMBAHAN …………………………………………………….. vi

KATA PENGANTAR ………………………………………………… vii

DAFTAR ISI ………………………………………………………….. ix

DAFTAR SINGKATAN........................................................................ xii

DAFTAR TANDA.................................................................................. xiii

ABSTRAK …………………………………………………………….. xiv

BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1

B. Pembatasan Masalah …………………………………………... 6

C. Perumusan Masalah ………………………………………….... 6

D. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 7

E. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 7

F. Sistematika Penulisan …………………………………………. 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR.................. 9

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu ..……………………................. 9

B. Landasan Teori…………………………….……………..…..... 11

1. Fungsi Bahasa......................................................................... 11

Page 10: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2. Sosiolinguistik…..................................................................... 13

3. Variasi Bahasa…………........................................................ 14

4. Ragam Bahasa Formal dan Informal………………………. 23

5. Interferensi…......................................................................... 25

6. Kode, Alih Kode dan Campur Kode.................................... 27

7. Penghilangan dan Penambahan Fonem……………………. 34

8. Interjeksi…………………………………………………… 34

C. Kerangka Pikir............................................................................ 37

BAB III METODE PENELITIAN....................................................... 39

A. Jenis Penelitian............................................................................ 39

B. Data dan Sumber Data................................................................ 39

C. Populasi dan Sampel.................................................................. 40

D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 41

E. Teknik Klasifikasi Data …………………………………......… 43

F. Metode Analisis Data.................................................................. 43

G. Penyajian Analisis Data............................................................... 45

BAB IV ANALISIS DATA.................................................................... 46

A. Pemanfaatan Ragam Informal dalam RCB

pada Surat Kabar SM………………………………………….. 46

1. Campur Kode dalam RCB pada Surat Kabar SM ……… 47

2. Alih Kode dalam RCB pada Surat Kabar SM ………….. 64

3. Interferensi dalam RCB pada Surat Kabar SM …………. 66

4. Pelesapan dan Penambahan Fonem ………………..…… 69

5. Interjeksi ………………………………………………… 72

Page 11: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

6. Pemakaian Partikel Dialek Jakarta ………………………. 77

B. Faktor Sosial yang Mempengaruhi Pemakaian Bahasa dalam

RCB pada Surat Kabar SM ….………………………………... 80

BAB V PENUTUP................................................................................. 87

A. Simpulan ………………………………………….…………… 87

B. Saran ………………………………………………………….. 88

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 89

LAMPIRAN DATA

LAMPIRAN BIOGRAFI/PROFIL PENULIS

Page 12: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR SINGKATAN

AK : Alih Kode

CK : Campur Kode

Interf : Interferensi

Interj : Interjeksi

PDJ : Partikel Dialek Jakarta

PPF : Pelesapan dan Penambahan Fonem

RCB : Rubrik Celathu Butet

SM : Suara Merdeka

Page 13: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR TANDA

(….) = terjemahan

/... / = satuan di dalamnya adalah fonem

[...] = satuan fonetis

( - ) = tanda hubung

Page 14: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

Dedi Rohmadi. C0204015. 2010. Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet

pada Surat Kabar Suara Merdeka (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik). Skripsi:

Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu : (1) Bagaimana bentuk

pemanfaatan ragam informal dalam RCB pada surat kabar SM ?(2) Faktor sosial

apa saja yang mempengaruhi pemakaian bahasa dalam RCB pada surat kabar SM?

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan bentuk pemanfaatan

ragam informal dalam RCB pada surat kabar SM. (2) Menjelaskan faktor sosial

yang mempengaruhi pemakaian bahasa dalam RCB pada surat kabar SM.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Bentuk penelitiannya adalah

deskriptif. Data dalam penelitian ini berupa bentuk-bentuk pemakaian bahasa, yaitu

kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang di dalamnya mengandung atau

menggunakan alih kode, campur kode, interferensi, interjeksi, yang terdapat

dalam RCB yang dimuat dalam surat kabar SM mulai dari edisi bulan Februari

sampai dengan September 2009. Teknik pengambilan data berupa teknik simak,

teknik catat, dan teknik pustaka.

Berdasarkan analisis maka dapat disimpulkan bahwa pemakaian bahasa

dalam RCB pada surat kabar SM ditemukan bentuk-bentuk pemanfaatan ragam

informal yang ditandai dengan adanya pemakaian campur kode, alih kode,

interferensi, adanya pelesapan dan penambahan fonem, pemanfaatan bentuk-

bentuk interjeksi serta pemakaian partikel dialek Jakarta. (1) Campur kode yang

terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa

Indonesia atau campur kode yang bersifat ke dalam (inner code mixing), dan

pemakaian unsur bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia atau campur kode

yang bersifat ke luar (outer code mixing), (2)peristiwa alih kode dalam RCB

didominasi oleh alih kode yang bersifat ke dalam atau alih kode intern, sedangkan

(3) interferensi yang terjadi di dominasi oleh interferensi pada tataran kata atau

interferensi morfologi. (4) Pelesapan fonem yang terdapat dalam RCB meliputi

pelesapan konsonan di awal kata dan pelesapan suku kata. (5) Interjeksi

digunakan untuk mengungkapkan perasaan penutur seperti untuk menyatakan

keheranan, seruan atau panggilan minta perhatian, kekecewaan, kekagetan, dan

sebagainya. (6) Pemakaian partikel dialek Jakarta didominasi oleh kata-kata sih,

dong, dan deh.

Kedua, faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa dalam

RCB pada surat kabar SM yaitu : (1) penutur (speaker) dan mitra tutur (hearer,

receiver), (2) tempat pembicaraan, dan (3) suasana pembicaraan (situation scene).

Page 15: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

Page 16: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keberadaan bahasa tidak bisa dilepaskan dengan kehidupan manusia.

Dimiliki dan digunakannya bahasa merupakan ciri khas yang membedakan antara

manusia dengan makhluk lain. Bahasa digunakan oleh manusia untuk berinteraksi

dengan manusia lain guna menjalin kerja sama dan memecahkan atau

menyelesaikan berbagai persoalan kehidupan yang mereka hadapi. Bahasa

merupakan sarana utama yang digunakan manusia untuk mengungkapkan (dan

tentu memahami) pikiran dan perasaan sehingga komunikasi dapat berjalan

dengan baik (Sarwiji Suwandi, 2008:97)

Beragamnya pemakaian bahasa secara nyata menimbulkan

keanekaragaman karakteristik kebahasaan. Pemanfaatan potensi bahasa sebagai

alat komunikasi dapat dilihat dari dunia pendidikan, pemerintahan, media massa

elektronik, media massa cetak, dan hampir semua ranah kehidupan membutuhkan

bahasa sebagai sarana untuk menyampaikan informasi. Jadi bahasa memiliki

peran dan fungsi yang strategis dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana

pendapat Harimurti Kridalaksana yang menyatakan bahwa bahasa adalah “ sistem

lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh para anggota masyarakat untuk

bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri” (2001:21).

Salah satu bentuk pemakaian bahasa tulis dalam komunikasi adalah

seperti yang ada dalam media massa cetak, dalam hal ini berupa surat kabar. Surat

kabar sebagai salah satu media massa cetak mempunyai fungsi untuk

menyampaikan berita kepada pembaca. Pada saat penulis menyampaikan isi

Page 17: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pikiran tersebut terjadilah pemindahan informasi yang efisien. Jadi dalam hal ini,

yang dipentingkan adalah pemakaian bahasa yang berorientasi kepada pembaca

atau penerima dalam menangkap informasi secara benar. Surat kabar dalam

menyampaikan informasi menggunakan media pengungkapan berupa bahasa.

Adanya berbagai macam bentuk pemakaian bahasa yang merupakan

identitas penutur (penulis dalam bahasa tulis) atau kelompok masyarakat serta

adanya bermacam gaya dalam konteks sosial seperti itu menunjukkan bahwa ada

semacam korelasi antara kelas atau status sosial penulis dengan cara-cara

pemakaian atau pemilihan bahasa. Ciri-ciri khusus tuturan seseorang atau

sekelompok anggota masyarakat dapat dijadikan indikator untuk menunjukkan

kelas atau status sosial mereka atau penulis di dalam masyarakat. Di samping itu,

ketepatan pemilihan kata atau variasi bahasa dalam tuturannya dapat dijadikan

petunjuk sejauh mana seorang penutur atau penulis menguasai bahasa yang

sedang dipergunakannya.

Setiap penutur pasti mempunyai sifat-sifat khusus yang tidak dipunyai

oleh penutur lain dan membedakan dirinya dengan penutur lain. Sifat-sifat khusus

ini ada yang sifatnya fisis-fisiologis dan ada pula yang sifatnya psikis-mentalistis.

Perbedaan suara yang disebabkan karena perbedaan organ-organ bicara

penuturnya adalah fisis-fisiologis, sedangkan perbedaan gaya adalah psikis-

mentalistis. Dalam bahasa lisan sifat khusus fisis-fisiologis ini dapat kita lihat

dengan mendengar suara dari tuturan-tuturan si penutur. Perbedaan-perbedaan

organ ucap manusia juga menyebabkan artikulasi yang berbeda antara penutur

satu dengan yang lain. Di samping itu, setiap penutur memiliki “warna suara”

yang berbeda atau berlainan dengan penutur lain. Selain sifaf-sifat khusus yang

Page 18: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

merupakan gejala fisiologis, perbedaan tuturan dapat kita kenal dengan

memperhatikan gaya bahasanya, pilihan katanya, struktur kalimatnya, ungkapan-

ungkapan yang sering dipakainya dan sebagainya yang merupakan gejala psikis-

mentalistis. Paduan antara sifat-sifat khusus yang demikian itu secara keseluruhan

merupakan ciri-ciri khas bahasa seseorang yang membedakan dia (penutur dalam

bahasa lisan dan penulis dalam bahasa tulis) dengan orang lain (Suwito, 1992:7)

Perbedaan-perbedaan pemakaian bahasa juga terjadi dalam penulisan

artikel pada surat kabar. Seperti dalam penulisan kolom atau rubrik “Celathu

Butet” yang dimuat dalam surat kabar Suara Merdeka. Rubrik “Celathu Butet”

(selanjutnya akan disingkat RCB) adalah sebuah rubrik yang terdapat dalam surat

kabar Suara Merdeka (selanjutnya disingkat SM) yang terbit setiap hari Minggu.

Seperti namanya, RCB tersebut ditulis oleh budayawan dan aktor Butet

Kertaradjasa. Rubrik ini terletak pada halaman pertama harian tersebut, berada

pada samping kolom berita utama, di dalamnya terdapat judul dan karikatur wajah

si penulis, dengan latar halaman berwarna biru. Jika dilihat dari jenisnya, maka

rubrik ini termasuk dalam rubrik opini. Di dalamnya berisi opini serta pandangan

penulisnya mengenai masalah-masalah serta gejala-gejala sosial, peristiwa-

peristiwa yang sedang hangat ,atau hal-hal yang menjadi topik pembicaraan saat

itu.

Rubrik ini menurut peneliti sangat menarik untuk dikaji menjadi sebuah

penelitian tentang bagaimana bentuk-bentuk pemakaian bahasanya. Sebagai

sebuah rubrik opini dalam surat kabar, rubrik ini mempunyai gaya penulisan yang

membedakannya dengan artikel-artikel pada harian tersebut atau rubrik-rubrik

sejenis pada surat kabar lainnya, baik itu perbedaan yang meliputi gaya

Page 19: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

bahasanya, pilihan katanya, struktur kalimatnya, dan ungkapan-ungkapannya.

RCB banyak menggunakan ragam bahasa yang bersifat kedaerahan atau dialek,

juga penggunaan kata serapan dari bahasa asing untuk mengemukakan sebuah

pendapat atau opini. Mengingat latar belakang penulis yang berlatar belakang

budaya Jawa, maka tulisan dalam rubrik ini sangat kental dengan dialek-dialek

bahasa Jawa, di samping ada juga pemakaian dialek Betawi dan pemakaian

bahasa asing.

Dalam bahasa lisan, struktur kalimat dan pilihan katanya jelas sangat

tidak cermat hal tersebut tentu berbeda dengan bentuk atau ragam tulis, sebab

bahasa tulis memiliki aturan-aturan atau kaidah penulisan yang tidak dapat

dilanggar, tetapi tampaknya aturan-aturan tersebut tidak berlaku dalam penulisan

RCB ini. Bila dilihat, ragam lisan yang disalin ke dalam bentuk tulis ini tidak

mendapat perbaikan-perbaikan dan memang tidak memperhatikan kaidah atau

aturan penulisan yang baik dan benar. Struktur kalimat dan pilihan katanya jelas

tidak mendapat perbaikan dan tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku atau ejaan

yang disempurnakan. Akan tetapi, justru hal tersebut yang membuat rubrik ini

menarik dan berbeda dengan artikel-artikel pada harian tersebut atau rubrik-rubrik

sejenis pada surat kabar lainnya. Bahasa yang dipakai oleh penulis menjadi ringan

untuk dicerna atau dipahami maksudnya oleh para pembaca yang berasal dari

berbagai kalangan profesi, pendidikan, jabatan dan berbagai macam latar belakang

yang berbeda-beda.

Kekhasan pemakaian bahasa dalam RCB yang dimuat dalam surat kabar

SM ini sangat menarik untuk diteliti. Penulis rubrik ini mencoba untuk

menuangkan gagasan-gagasan, opini, maupun kritik tentang fenomena-fenomena

Page 20: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dan gejala sosial tentang keadaan lingkungan di sekitarnya, baik itu tentang

kehidupan sosial, ekonomi, politik, budaya, pendidikan ,dan sebagainya ke dalam

sebuah bahasa yang khas atau berbeda dibandingkan dengan rubrik atau tulisan

lain yang dimuat dalam media yang sama, yaitu surat kabar Suara Merdeka atau

bahkan dengan rubrik-rubrik sejenis yang ditulis pada surat kabar yang berbeda.

Topik-topik yang dibahas dalam rubrik ini yang terlihat berat untuk diungkapkan,

tetapi oleh penulis terkesan menjadi ringan untuk diungkap karena penulis

mengemasnya sedemikian rupa agar lebih menarik, hal-hal inilah yang menjadi

karakter khas yang menjadi ciri kebahasaan yang digunakan oleh Butet

Kertaradjasa dalam RCB.

Diksi atau pilihan kata yang dipakai oleh penulis terkesan lebih santai

atau tidak formal sehingga mudah untuk dipahami. Pemakaian ejaan-ejaan serta

kata-kata tidak baku yang tentunya tidak sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa

Indonesia yang baik dan benar serta penggunaan karakter kebahasaan yang

banyak menggunakan ragam bahasa yang bersifat kedaerahan atau dialek, juga

penggunaan kata serapan dari bahasa asing untuk mengemukakan sebuah

pendapat atau opini juga merupakan hal yang menarik untuk dikaji.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengambil

kajian tentang pemanfaatan ragam informal yang terdapat dalam RCB yang terbit

dalam surat kabar SM. Kajian tersebut mengenai pemakaian bahasa yang

digunakan dalam sebuah rubrik pada surat kabar yang dilihat dari pendekatan

sosiolinguistik. Pengetahuan dari sosiolinguistik ini dapat dimanfaatkan dalam

berkomunikasi atau berinteraksi. Sosiolinguistik akan memberikan pedoman

dalam berkomunikasi dengan menunjukkan bahasa, ragam bahasa atau gaya

Page 21: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

bahasa apa yang harus digunakan ketika berbicara dengan orang lain atau

berinteraksi dengan pembaca. Faktor-faktor inilah yang mendasari peneliti untuk

mengambil judul penelitian Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet pada

Surat Kabar Suara Merdeka: Suatu Tinjauan Sosiolinguistik.

B. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan dan untuk mengarahkan penelitian ini

agar lebih mendalam dan terarah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka

sangat diperlukan adanya pembatasan masalah. Penelitian ini dibatasi pada

pemakaian ragam informal dalam RCB pada surat kabar SM yang diterbitkan

setiap hari Minggu edisi bulan Februari sampai dengan September 2009.

C. Perumusan Masalah

Agar dalam pembatasan arah dan tujuan penelitian ini jelas, maka

diperlukan suatu perumusan masalah. Artinya masalah yang hendak diteliti perlu

diidentifikasi secara lebih terinci dan dirumuskan dalam pernyataan-pernyataan

yang operasional. Yaitu pernyataan-pernyataan yang mengarahkan, sekaligus

membatasi ke perumusan masalah (Edi Subroto, 1992:39).

Dalam penelitian ini peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji

sebagai berikut.

1. Bagaimana bentuk pemanfaatan ragam informal dalam RCB pada surat

kabar SM?

2. Faktor sosial apa saja yang mempengaruhi pemakaian bahasa dalam RCB

pada surat kabar SM?

Page 22: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

D. Tujuan Penelitian

Penelitian yang ilmiah harus mempunyai tujuan yang jelas mengingat

penelitian harus mempunyai arah sasaran yang jelas dan tepat. Adapun tujuan

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan bentuk pemanfaatan ragam informal dalam RCB pada

surat kabar SM.

2. Menjelaskan faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa pada

RCB pada surat kabar SM.

E. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian pada hakikatnya diharapkan memiliki manfaat, baik

secara praktis maupun secara teoretis. Hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan

Edi Subroto bahwa “...di samping memberikan sumbangan ke arah pengembangan

ilmu, juga hendaknya ikut memberikan pemecahan masalah yang bersifat

praktis....” (Edi Subroto, 1992:91). Adapun manfaat yang dapat dipetik dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wawasan

kebahasaan, khususnya linguistik, dalam hal ini adalah kebahasaan

dalam lingkup sosiolinguistik khususnya mengenai pemakaian

bahasa dalam sebuah rubrik pada sebuah surat kabar.

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

tambahan pengetahuan bagi pembaca maupun peneliti terhadap

Page 23: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

pemakaian bahasa dalam sebuah rubrik pada surat kabar. Penelitian

ini juga diharapkan dapat membantu peneliti maupun pembaca

khususnya dalam hal memahami bentuk pemakaian bahasa yang

terdapat pada sebuah rubrik pada surat kabar.

F. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penguraian dalam suatu penelitian maka

diperlukan sistematika penulisan. Sistematika penulisan dalam penelitian ini

terdiri dari lima bab yang di dalamnya memuat permasalahaan yang tetap

merupakan satu kesatuan pikiran yang saling berkaitan. Adapun sistematika dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab pertama memuat pendahuluan, yang di dalamnya menjelaskan latar

belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan kajian pustaka, bab ini membahas tentang

beberapa teori yang berhubungan dengan masalah yang akan dikaji. Teori-teori

tersebut digunakan sebagai landasan dalam penganalisisan data.

Bab ketiga berupa metode penelitian, bab ini berisi penjelasan mengenai

jenis penelitian, sumber data, populasi, sampel, teknik pengumpulan data, dan

teknik analisis data.

Bab keempat merupakan analisis data, bab ini menguraikan analisis

terhadap data-data yang menjadi objek penelitian.

Bab kelima merupakan penutup dari semua uraian bab-bab sebelumnya

yang berisi tentang simpulan dan saran.

Page 24: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Page 25: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa studi terdahulu yang relevan telah dilakukan oleh beberapa

peneliti di antaranya adalah Septi Nur Hanani, dan Yovi Ariani W.S. Penelitian

yang pernah dilakukan tersebut antara lain sebagai berikut:

Septi Nur Hanani (2005) dalam skripsi yang berjudul Rubrik “Sungguh-

sungguh Terjadi” dalam Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Suatu Tinjauan

Sosiolinguistik), mendeskripsikan analisisnya sebagai berikut: (1) karakter

pemakaian bahasa dalam rubrik SST meliputi pemakaian ragam informal, ragam

percakapan, singkatan dan akronim, pemanfaatan bentuk slang, pemanfaatan gaya

bahasa seperti hiperbola, repetisi, personifikasi, elipsis, pemakaian idiom, campur

kode, alih kode, serta interferensi, (2) aspek humor dapat diketahui dengan

beberapa teknik antara lain teknik keambiguan, teknik pertentangan makna, teknik

logika yang terdiri atas penyimpangan logika angka, penyimpangan logika

bahasa, penyimpangan logika makna, dan teknik membandingkan yang tidak

logis, (3) fungsi rubrik SST sebagai karya jurnalistik meliputi sarana menghibur,

sarana menyampaikan informasi, sarana mendidik, sarana mempengaruhi

masyarakat sebagai pembaca.

Skripsi Yovi Ariani W.S (2006) yang berjudul “Pemakaian Bahasa

Indonesia pada Kriing Solopos: Pendekatan Sosio-pragmatik, mendeskripsikan

adanya pemanfaatan ragam informal dalam rubrik Kriing Solopos menyebabkan

terjadinya campur kode, alih kode, dan interferensi/ penyimpangan dalam suatu

tuturan. Adanya tindak tutur, yaitu tindak tutur representatif, direktif, ekspresif,

Page 26: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

komisif, dan deklaratif. Juga pembahasan tentang maksud yang terkandung di

balik tuturan dalam rubrik Kriing Solopos, adalah untuk memohon, menyuruh,

menyarankan, menyindir, dan mengkritik yang disampaikan dengan kalimat

berita. Kalimat tanya dapat digunakan untuk menyuruh melakukan sesuatu dan

menyindir. Maksud menyarankan juga dapat disampaikan dengan kalimat

perintah. Maksud yang tersurat dilakukan oleh penutur untuk lebih memperhalus

tuturannya.

Berbeda dengan penelitian terdahulu, peneliti mengambil sebuah

penelitian yang bertajuk “Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet pada

surat kabar Suara Merdeka (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik). Penelitian ini

menganalisis tentang bagaimana bentuk-bentuk pemakaian bahasa dalam sebuah

rubrik yang ditulis oleh seorang aktor dan budayawan Butet Kertaradjasa yaitu

RCB yang dimuat pada surat kabar SM dengan menggunakan tinjauan

sosiolinguistik. Data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

semua bentuk-bentuk pemakaian bahasa yang terdapat dalam RCB yang dimuat

dalam surat kabar SM, yaitu kalimat-kalimat atau tuturan-tuturan yang di

dalamnya mengandung atau menggunakan alih kode, campur kode, interferensi,

sedangkan sumber data yang dipergunakan oleh peneliti adalah sumber data

tertulis pada RCB yang dimuat dalam surat kabar SM yang terbit pada hari

Minggu.

Page 27: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

B. Landasan Teori

1. Fungsi Bahasa

Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi,

dalam arti, alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga

perasaan. Bagi sosiolinguistik konsep bahwa bahasa adalah alat atau berfungsi

untuk menyampaikan pikiran dianggap terlalu sempit. Oleh karena itu, fungsi-

fungsi bahasa itu, antara lain dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topik,

kode, dan amanat pembicaraan.

a. Dilihat dari sudut penutur, maka bahasa itu berfungsi personal atau

pribadi. Maksudnya si penutur menyatakan sikap terhadap apa yang

dituturkannya. Si penutur bukan hanya mengungkapkan emosi lewat

bahasa, tetapi juga memperlihatkan emosi itu sewaktu menyampaikan

tuturannya. Dalam hal ini si pendengar juga dapat menduga apakah si

penutur sedih, marah atau gembira.

b. Dilihat dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi

direktif yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Dalam hal ini bahasa itu

tidak hanya membuat si pendengar melakukan sesuatu, tetapi melakukan

kegiatan yang sesuai dengan yang diinginkan oleh si pembicara. Hal ini

dapat dilakukan si penutur dengan menggunakan kalimat-kalimat yang

menyatakan perintah, himbauan, permintaan, maupun rayuan.

c. Dilihat dai segi kontak antara penutur dan pendengar maka bahasa disini

berfungsi fatik, yaitu menjalin hubungan, memelihara, memperlihatkan

perasaan bersahabat, atau solidaritas social. Ungkapan-ungkapan yang

digunakan biasanya sudah berpola tetap, seperti pada waktu berjumpa,

Page 28: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

pamit, membicarakan cuaca, atau menyakan keluarga. Oleh karena itu,

ungkapan-ungkapannya tidak dapat diartikan secara harfiah. Misalnya

“Bagaimana anak-anak?”, “Mau kemana nih?”, dan sebagainya

d. Dilihat dari segi topik ujaran, maka bahasa itu berfungsi referensial.

Dalam hal ini bahasa berfungsi sebagai alat untuk membicarakan objek

atau peristiwa yang ada di sekeliling penutur atau yang ada dalam budaya

pada umumnya. Fungsi referensial inilah yang melahirkan paham

tradisional bahwa bahasa itu adalah alat untuk menyatakan pikiran, untuk

menyatakan bagaimana pendapat si penutur tentang dunia di sekelilingnya.

Ungkapan seperti “Ibu dosen itu cantik sekali” adalah contoh penggunaan

bahasa yang berfungsi referensial.

e. Dilihat dari kode yang digunakan, maka bahasa itu berfungsi metalingual

atau metalinguistik, yakni bahasa itu digunakan untuk membicarakan

bahasa itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dalam proses pembelajaran bahasa

di mana kaidah-kaidah atau aturan-aturan bahasa dijelaskan dengan

bahasa, juga dalam kamus monolingual, bahasa itu digunakan untuk

menjelaskan arti bahasa (dalam kata) itu sendiri.

f. Dilihat dari segi amanat (message) yang akan disampaikan, maka bahasa

itu berfungsi imaginative. Sesungguhnya, bahasa itu dapat digunakan

untuk menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan, baik yang

sebenarnya, maupun yang berbentuk imajinasi (khayalan atau rekaan) saja.

Fungsi imajinatif ini biasanya berupa karya seni (puisi, cerita, dongeng,

lelucon) yang digunakan untuk kesenangan penutur, maupun para

pendengarnya (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:14-17).

Page 29: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

2. Sosiolinguistik

Sesuai dengan namanya, sosiolinguistik mengkaji bahasa dengan

memperhitungkan hubungan antara bahasa dengan masyarakat, khususnya

masyarakat penutur bahasa itu. Jadi jelas bahwa sosiolinguistik

mempertimbangkan keterkaitan antara dua hal, yakni dengan linguistik untuk segi

kebahasaannya dan dengan sosiologi untuk segi kemayarakatannya. Batasan

pengertian sosiolinguistik yang menekankan studi bahasa dalam hubungan dengan

masyarakat dikemukakan oleh beberapa ahli, di antaranya adalah pendapat Appel

(dalam Suwito, 1991:3), “ Sosiolinguistik memandang bahasa, pertama-tama

sebagai sistem sosial dan komunikasi, serta merupakan bagian dari masyarakat

dan kebudayaan tertentu, sehingga pemakaian bahasa (language use) sudah

sebagai bentuk interaksi dalam situasi yang konkret”.

Dalam Kamus Linguistik dijelaskan pengertian sosiolinguistik adalah

“cabang ilmu linguistik yang mempelajari hubungan dan saling pengaruh antara

perilaku bahasa dengan perilaku sosial” (Harimurti Kridalaksana, 2001:201).

Pendapat yang lain mengatakan bahwa sosiolinguistik “merupakan cabang dari

ilmu linguistik yang mengkaji tentang pemakaian bahasa di lingkungan

masyarakat atau dapat juga disebut sebagai ilmu yang mempelajari aspek

kemasyarakatan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan (variasi) yang terdapat

dalam bahasa yang berkaitan dengan faktor-faktor kemasyarakatan (sosial)”

(P.W.J Nababan, 1993:2).

Mansoer Pateda mendefinisikan sosiolinguistik sebagai “suatu cabang

ilmu linguistik yang mempelajari bahasa dan pemakaian bahasa dalam konteks

sosial dan budaya” (Mansoer Pateda, 1987:3). Kajian sosiolinguistik selalu

Page 30: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

bersifat kontekstual, artinya di dalam analisisnya konteks pemakaian bahasa

dalam masyarakat selalu diperhitungkan. Sosiolinguistik sendiri didefinisikan

sebagai “subdisiplin linguistik yang mempelajari bahasa dalam kaitannya dengan

faktor-faktor kemasyarakatan atau faktor sosial” (Soeparno, 2002:25).

Fishman (dalam Suwito, 1991:5) melihat sosiolinguistik dari sudut

adanya hubungan antara variasi bahasa, fungsi bahasa dan pemakaian bahasa serta

adanya perubahan-perubahan sebagai akibat terjadinya interaksi antara ketiganya,

dan memberikan batasan sosiolingusitik sebagai studi tentang sifat-sifat khusus

(karakteristik) variasi bahasa, sifat-sifat khusus fungsi bahasa dan sifat-sifat

khusus pemakaian bahasa dalam jalinan interaksi serta perubahan-perubahan

antara ketiganya dalam masyarakat tutur. Baik dalam memahami bentuk tutur, arti

dan perubahan dalam bahasa segi konteks pemakaian selalu diperhitungkan.

3. Variasi Bahasa

Para ahli linguistik cenderung menganggap bahasa sebagai sesuatu yang

tidak bervariasi. Jika terdapat variasi dalam bahasa , variasi-variasi itu dianggap

tidak penting dan bila dibicarakan hanya ditinjau sepintas saja. Sebaliknya, bagi

ahli sosiolinguistik variasi-variasi bahasa itu penting sekali. Variasi-variasi yang

terdapat dalam bahasa manapun merupakan salah satu ciri dari kehidupan sebuah

bahasa dalam masyarakat pemakai bahasa itu (Khaidir Anwar, 1990:20).

Mansoer Pateda (1991:84) beranggapan bahwa “Faktor dominan yang

lain yang tentunya sangat mempengaruhi suatu komunikasi adalah adanya variasi-

variasi di dalam suatu bahasa”. Mansoer Pateda membagi variasi bahasa

Page 31: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

berdasarkan a) tempat, b) waktu, c) pemakai, d) pemakaiannya, e) situasi dan f)

status”.

Variasi bahasa jika ditinjau dari segi tempat akan menghasilkan apa yang

disebut dengan dialek regional, yang dilihat dari segi waktu akan menghasilkan

apa yang disebut dengan dialek temporal, yang dilihat dari segi pemakai

menghasilkan apa yang disebut idiolek, berdasarkan kelamin, monolingual, status

sosial dan yang berdasarkan umur. Variasi dari segi pemakaiannya menghasilkan

apa yang disebut kreol, bahasa lisan, pijin, register, repertories, reputasi, standar

bahasa tulis, bahasa tutur sapa, jargon. Selanjutnya variasi bahasa yang dilihat dari

segi situasi dapat dibagi atas variasi bahasa situasi formal dan yang non formal,

sedangkan variasi bahasa yang dilihat dari segi status dapat dibagi atas bahasa ibu,

bahasa daerah, lingua franca, bahasa nasional, bahasa negara, bahasa pengantar,

bahasa persatuan, bahasa resmi. Hal tersebut akan terlihat pada kita bahwa

komunikasi yang menggunakan bahasa formal berbeda dengan komunikasi pada

situasi nonformal ( Mansoer Pateda, 1991:84).

Menurut Abdul Chaer dan Leonie Agustina (2004:63) dalam hal variasi

atau ragam bahasa ini ada dua pandangan. Pertama, variasi atau ragam bahasa itu

dilihat sebagai akibat adanya keragaman sosial penutur bahasa itu dan keragaman

fungsi bahasa itu. Jadi variasi atau ragam bahasa itu terjadi sebagai akibat dari

adanya keragaman sosial dan keragaman fungsi bahasa. Andaikata penutur bahasa

itu adalah kelompok yang homogen, baik etnis, status sosial maupun lapangan

pekerjaannya, maka variasi atau keragaman itu tidak akan ada, artinya bahasa itu

menjadi seragam. Kedua, variasi atau ragam bahasa itu sudah ada untuk

memenuhi fungsinya sebagai alat interaksi dalam kegiatan masyarakat yang

Page 32: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

beraneka ragam. Kedua pandangan ini dapat saja diterima atau pun ditolak. Yang

jelas, variasi atau ragam bahasa itu dapat diklasifikasikan berdasarkan adanya

keragaman sosial dan fungsi kegiatan di dalam masyarakat sosial.

Berikut pengklasifikasian variasi bahasa menurut Abdul Chaer dan

Leonie Agustina (2004:62).

a. Variasi dari segi penutur

1) Idiolek merupakan variasi bahasa yang bersifat perseorangan. Menurut

konsep idiolek, setiap orang mempunyai variasi bahasanya atau idioleknya

masing-masing. Variasi idiolek ini berkenaan dengan “warna” suara,

pilihan kata, gaya bahasa, susunan kalimat, dan sebagainya.

2) Dialek merupakan variasi bahasa dari sekelompok penutur yang

jumlahnya relatif, yang berada pada satu tempat, wilayah, atau area

tertentu. Karena dialek ini didasarkan pada wilayah atau area tempat

tinggal penutur, maka dialek ini lazim disebut dialek areal, dialek regional

atau dialek geografi.

3) Kronolek atau dialek temporal, yakni variasi bahasa yang digunakan oleh

kelompok sosial pada masa tertentu. Umpamanya, variasi bahasa

Indonesia pada masa tahun tiga puluhan, variasi masa tahun lima puluhan,

dan seterusnya.

4) Sosiolek atau dialek sosial, yakni variasi yang berkenaan dengan status,

golongan dan kelas sosial para penuturnya.

Sehubungan dengan variasi bahasa berkenaan dengan tingkat, golongan,

status dan kelas sosial para penuturnya, biasanya dikemukakan orang variasi yang

Page 33: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

disebut akrolek, basilek, vulgar, slang, kolokial, jargon, argot, dan ken. Ada juga

yang menambahkan bahasa prokem (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:66)

Yang dimaksud dengan akrolek adalah variasi sosial yang dianggap lebih

tinggi atau lebih bergengsi dari variasi lainnya. Sebagai contoh adalah yang

disebut sebagai bahasa bagongan, yaitu variasi bahasa Jawa yang khusus dipakai

oleh para bangsawan kraton Jawa.

Basilek adalah variasi sosial yang dianggap kurang bergengsi, atau bahkan

dipandang rendah. Contohnya bahasa Inggris yang dipakai oleh para cowboy dan

kuli tambang dapat dikatakan sebagai basilek.

Yang dimaksud dengan vulgar adalah variasi sosial yang ciri-cirinya

tampak pada pemakaian bahasa oleh mereka yang kurang terpelajar, atau dari

kalangan mereka yang tidak berpendidikan.

Slang adalah variasi sosial yang bersifat khusus dan rahasia. Artinya, variasi

ini digunakan oleh kalangan tertentu yang sangat terbatas, dan tidak boleh

diketahui oleh kalangan di luar kelompok itu. Oleh karena itu, kosakata yang

digunakan dalam slang ini selalu berubah-ubah. Slang memang lebih merupakan

bidang kosakata daripada bidang fonologi maupun gramatika. Slang bersifat

temporal, dan lebih umum digunakan oleh kawula muda, meski kawula tua pun

ada juga yang menggunakannya.

Yang dimaksud dengan kolokial adalah variasi sosial yang digunakan dalam

percakapan sehari – hari. Kata kolokial berasal dari kata colloquium (percakapan,

konversasi). Jadi, kolokial berarti bahasa percakapan, bukan bahasa tulis. Dalam

percakapan bahasa Indonesia banyak digunakan bentuk – bentuk kolokial, seperti

Page 34: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dok (dokter), prof (profesor), let (letnan), ndak ada (tidak ada), trusah (tidak

usah), dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan jargon adalah variasi sosial yang digunakan secara

terbatas oleh kelompok-kelompok sosial tertentu. Ungkapan yang digunakan

seringkali tidak dapat dipahami oleh masyarakat umum atau masyarakat di luar

kelompoknya. Namun, ungkapan-ungkapan tersebut tidak bersifat rahasia.

Misalnya, dalam kelompok montir atau perbengkelan terdapat ungkapan-

ungkapan seperti rodagila, didongkrak, dices, dibalans, dipoles, dan sebagainya.

Yang dimaksud dengan argot adalah variasi sosial yang digunakan secara

terbatas pada profesi-profesi tertentu dan bersifat rahasia. Letak pengkhususan

argot adalah pada kosakata, misalnya dalam dunia kejahatan (pencuri, tukang

copet) pernah digunakan ungkapan seperti barang dalam arti „mangsa‟, kaca mata

berarti „polisi‟, daun yang berarti „ uang‟, gemuk yang berarti „mangsa besar‟,

tape yang berarti „mangsa empuk‟.

Yang dimaksud dengan ken (Inggris : cant) adalah variasi sosial tertentu

yang bernada “memelas“, dibuat merengek-rengek, penuh kepura-puraan.

Biasanya digunakan oleh para pengemis, seperti tercermin dalam ungkapan the

cant of beggar (bahasa pengemis) (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:66 -

67).

b. Variasi dari segi pemakaian

Variasi bahasa berkenaan dengan penggunaannya, pemakaiannya, atau

fungsinya disebut fungsiolek, ragam, atau register. Variasi ini biasanya

dibicarakan berdasarkan bidang penggunaan, gaya, atau tingkat keformalan, dan

sarana penggunaan.

Page 35: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Variasi bahasa berdasarkan bidang pemakaian ini adalah menyangkut

bahasa itu digunakan untuk keperluan atau bidang apa. Misalnya, bidang sastra,

jurnalistik, militer, pertanian, pelayaran, perdagangan, pendidikan, dan kegiatan

keilmuan. Variasi bahasa berdasarkan bidang kegiatan ini yang paling tampak

cirinya adalah dalam bidang kosakata.

c. Variasi dari segi keformalan

Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joos (dalam Abdul Chaer

dan Leonie Agustina, 2004:70) dalam bukunya The Five Clock membagi variasi

bahasa atas lima macam gaya (Inggris : Style), yaitu gaya atau ragam beku

(frozen), gaya atau ragam resmi (formal), gaya atau ragam usaha (konsultatif),

gaya atau ragam santai (casual), dan gaya atau ragam akrab (intimate).

d. Variasi dari segi sarana

Variasi bahasa dapat pula dilihat dari segi sarana atau jalur yang

digunakan. Dalam hal ini dapat disebut adanya ragam lisan atau ragam tulis atau

juga ragam dalam berbahasa dengan menggunakan sarana atau alat tertentu,

yakni, misalnya, dalam bertelepon atau bertelegraf.

Nababan (dalam Sarwiji Suwandi, 2008:100) menegaskan bahwa tingkat

formalitas dalam pemakaian bahasa mengacu pada style. Menurutnya, dalam

pemakaian bahasa Inggris, terdapat lima tingkat yakni, frozen, formal,

consultative, casual, dan intimate. Ia juga beranggapan bahwa dalam bahasa

Indonesia pun gaya yang demikian dapat dibagi atas lima tingkat;

a. Ragam beku (frozen) ialah ragam bahasa yang paling resmi, yang

dipergunakan dalam situasi-situasi khidmat dan upacara-upacara resmi.

Page 36: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Dalam bentuk tertulis, ragam beku ini terdapat dalam dokumen-dokumen

bersejarah seperti Undang-Undang Dasar.

b. Ragam resmi (formal) ialah ragam bahasa yang dipakai dalam pidato-

pidato resmi, rapat dinas, dan sebagainya.

c. Ragam usaha (consultative) ialah ragam bahasa yang sesuai dengan

pembicaraan-pembicaraan biasa di sekolah, perusahaan, dan rapat-rapat

yang berorientasi pada hasil. Ragam ini berada pada tingkat yang paling

operasional.

d. Ragam santai (casual) adalah ragam bahasa santai antarteman dalam

berbincang-bincang, rekreasi, olah raga, dan sebagainya

e. Ragam akrab (intimate) adalah ragam bahasa antaranggota yang akrab

dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara

lengkap dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan artikulasi-

artikulasi yang pendek. Dalam ragam ini banyak dipergunakan istilah-

istilah (kata-kata) yang khas bagi suatu keluarga atau sekelompok teman

akrab.

Pemilihan bentuk dan ragam bahasa ditentukan oleh sejumlah faktor

penentu. Menurut Nababan (dalam Sarwiji Suwandi, 2008:99), faktor penentu itu

antara lain, adalah siapa yang berbicara dengan siapa, tentang apa (topik), dalam

situasi (setting), yang bagaimana, dengan tujuan apa, dengan jalur apa (tulisan,

lisan, telegram, dan sebagainya). Dell Hymes (dalam Hamid Hasan Lubis,

1994:84) mengemukakan adanya faktor-faktor yang menandai terjadinya

peristiwa tutur dengan akronim SPEAKING. Yang berturut-turut dimaksudkan

sebagai berikut S (Setting and scenes), P (Participants), E (Ends), A ( Act

Page 37: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

sequences), K (Keys), I (Instrumentalities), N (Norms), dan G (Genres). Di bawah

ini penjelasan secara singkat komponen tutur tersebut

a. Settings and scenes (tempat dan suasana tuturan)

Settings and scenes dipakai untuk menunjukkan aspek tempat dan waktu

terjadinya sebuah tuturan.

b. Partisipants (peserta tutur)

Peserta tutur dipakai untuk menunjuk kepada minimal dua pihak dalam

bertutur. Pihak pertama adalah orang kesatu sama penutur dan pihak kedua

adalah mitra tutur. Dalam waktu dan situasi tertentu dapat juga terjadi bahwa

jumlah peserta tutur lebih dari dua, yakni dengan hadirnya pihak ketiga.

c. Ends (tujuan)

Sebuah tuturan mungkin sekali dimaksudkan untuk menyampaikan informasi

atau buah pikiran, tuturan itu dipakai untuk membujuk, merayu, mendapatkan

kesan, dan sebagainya. Sebuah tuturan mungkin juga ditujukan untuk

mengubah perilaku dari seseorang dalam masyarakat. Tuturan yang

dimaksudkan untuk mengubah perilaku dari seseorang itu sering pula disebut

sebagai tujuan konatif dari penutur. Tuturan dapat juga dipakai untuk

memelihara kontak antara penutur dan mitra tutur dalam suatu masyarakat.

Tujuan yang demikian sering pula dikatakan sebagai tujuan fatis dari sebuah

tuturan.

d. Act sequence (pokok tuturan)

Pokok tuturan merupakan bagian dari komponen tutur yang akan selalu

berubah dalam deretan pokok-pokok tuturan dalam peristiwa tutur. Perubahan

Page 38: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

pokok tuturan itu mempengaruhi bahasa atau kode yang dipilihnya dalam

bertutur.

e. Keys (nada tutur)

Nada tutur menunjuk kepada nada, cara, dan motivasi di mana suatu tindakan

dapat dilakukan dalam bertutur. Nada tutur berkaitan erat dengan masalah

modalitas dari kategori-kategori gramatikal dalam sebuah bahasa. Nada ini

dapat berwujud perubahan-perubahan tuturan yang dapat menunjuk kepada

nada santai, serius, tegang, kasar, dan sebagainya.

f. Instruments (sarana tutur)

Sarana tutur menunjuk pada saluran tutur (chanels) dan bentuk tutur (form of

speech). Yang dimaksud dengan saluran tutur adalah alat tuturan yang dapat

dimunculkan oleh penutur dan disampaikan kepada mitra tutur. Sarana yang

dimaksud dapat berupa saluran lisan, saluran tertulis, bahkan dapat pula berupa

sandi-sandi atau kode-kode tertentu. Adapun bentuk tutur dapat berupa bahasa,

yakni bahasa sebagai sisten mandiri, dialek, dan variasi-variasi bahasa yang

lainnya. Bentuk tutur akan banyak ditentukan oleh saluran tutur yang dipakai

oleh penutur itu di dalam bertutur.

g. Norms (norma tutur)

Norma tutur dibedakan menjadi dua, yakni norma interaksi (interaction norm)

dan norma interpretasi (interpretation norms) dalam bertutur. Norma interaksi

menunjuk kepada dapat atau tidaknya sesuatu dilakukan oleh seseorang dalam

bertutur dengan mitra tutur. Di samping itu, norma interpretasi masih

memungkinkan pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi untuk

Page 39: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

memberikan interpretasi terhadap mitra tutur khususnya manakala yang terlibat

dalam komunikasi adalah warga dari komunitas tutur yang berbeda.

h. Genre (jenis tutur)

Jenis tutur menunjuk pada jenis kategori kebahasaan yang sedang dituturkan.

Jenis tutur yang menyangkut kategori wacana misalnya percakapan, cerita,

pidato, dan semacamnya. Apabila tuturannya berbeda maka akan berbeda pula

kode yang dipakai dalam bertutur (Sarwiji Suwandi, 2008:99-100).

4. Ragam Bahasa Formal dan Informal

Menurut Suwito (1992:13) “ketika seseorang berkomunikasi dalam

situasi tuturan yang tidak resmi/informal, atau dalam tuturan yang bersifat intim

dan santai maka variasi bahasa yang digunakan adalah bahasa intim, bahasa santai

atau ragam bahasa yang bersifat informal. Bahasa seperti itu ditandai antara lain

dengan munculnya bentuk-bentuk yang tidak lengkap, penanggalan afiks, susunan

kalimat yang tidak begitu tertib, sistem fonologi yang kurang teratur, dan

pemilihan kata yang seenaknya”.

Antara fungsi dan situasi pemakaian bahasa sangat erat hubungannya,

sebab ragam bahasa mana yang sebaiknya digunakan dalam suatu peristiwa

bergantung kepada situasinya. Dalam situasi resmi atau formal hendaknya

dipergunakan ragam bahasa baku, seperti dalam surat-menyurat resmi,

administrasi pemerintahan dan sebagainya. Sebaliknya, dalam situasi yang tidak

resmi atau informal tidak perlu dipergunakan ragam baku, seperti situasi

pembicaraan di dalam rumah, pinggir jalan, dan sebagainya (Suwito, 1992:44)

Page 40: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa.

Dengan kata lain ragam-ragam selebihnya, termasuk dialek adalah ragam

nonbaku. Dari sudut kebahasaan, perbedaan antara baku dan nonbaku tentu ada

dan menyangkut semua komponen bahasa, yaitu tata bunyi, tata bentukan, kosa

kata, dan tata kalimat. Berikut ini adalah ciri-ciri dari ragam baku yang

dikemukakan oleh Suwito (1992:49).

a. Ejaan : Ragam baku bahasa Indonesia ialah bahasa Indonesia yang tata cara

dan tata tertib penulisannya mengikuti ejaan bahasa Indonesia yang

disempurnakan (EYD).

b. Peristilahan : Ragam baku bahasa Indonesia ialah bahasa Indonesia yang

cara atau tertib pembentukan istilahnya berpedoman kepada pedoman

umum pembentukan istilah bahasa Indonesia (PUPI).

c. Kosa kata : beberapa kosa kata berikut menunjukkan ragam baku dan ragam

tidak baku kata-kata dalam bahasa Indonesia.

- Baku : bagaimana, mengapa, begini, begitu, memberi, membuat, pergi,

tidak, sudah, dan sebagainya.

- Tidak baku : gimana, kenapa, gini, gitu, kasih, bikin, tak, udah, dan

sebagainya.

d. Tata bahasa : beberapa bentuk kata dan struktur kalimat dibawah ini

menunjukkan ragam baku dan tidak baku.

Baku

- Ia terus tertawa

- Kuliah sudah berjalan lagi

- Ayahnya mengatakan

begini

Tidak baku

- Ia terus ketawa

- Kuliah udah jalan lagi

- Ayahnya ngatain gini

Page 41: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

e. Lafal : lafal baku bahasa Indonesia ialah lafal bahasa Indonesia yang relatif

bebas dari atau sedikit mungkin diwarnai oleh lafal bahasa daerah atau dialek

setempat.

Dalam setiap masyarakat bahasa, tidak ada seorang pembicara pun yang

menggunakan satu ragam bahasa saja. Orang Indonesia yang mempunyai banyak

bahasa, banyak ragam bahasa, serta banyak bahasa daerah, biasanya

menggunakan ragam bahasa yang banyak pula, tergantung pada bermacam-

macam faktor dan situasi. Di dalam bahasa Indonesia tukar-menukar bahasa yang

digunakan atau kode terjadi dalam berbagai kesempatan. Pada kelanjutannya

dalam disiplin ilmu sosiolinguistik, proses penyisipan unsur bahasa kedaerahan

dari satu bahasa ke dalam bahasa yang lain ini dikenal dengan adanya interferensi,

alih kode, dan campur kode.

5. Interferensi

Istilah interferensi pertama kali digunakan oleh Weinreich untuk

menyebut adanya perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya

persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh

penutur yang bilingual. Terjadinya interferensi ini berdasar pada kemampuan si

penutur dalam menggunakan bahasa tertentu sehingga dia dipengaruhi oleh

bahasa lain. Interferensi ini dapat terjadi dalam menggunakan bahasa kedua (B2),

dan yang berinterferensi ke dalam bahasa kedua itu adalah bahasa pertama atau

bahasa ibu (Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:120).

Interferensi dapat terjadi dalam semua komponen kebahasaan. Ini berarti

semua komponen kebahasaan dapat terjadi dalam bidang-bidang tatabunyi,

Page 42: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tatabentuk, tatakalimat, tatakata, dan tatamakna. Jika penutur bahasa Jawa

mengucapkan kata-kata nama tempat yang berasal nama bunyi /b/, /d/, /g/, dan /j/

dengan penasalan di depannya, maka terjadilah interferensi tatabunyi atau

interferensi fonologi bahasa Jawa dalam bahasa Indonesia. Misalnya /mBandung/,

/nDeli/, /ngGombong/, /nJambi/ dan sebagainya (Suwito, 1991:65).

Interferensi morfologi terjadi apabila dalam pembentukan kata suatu

bahasa menyerap afiks-afiks bahasa lain. Dalam bahasa Indonesia misalnya,

sering terjadi penyerapan afiks-afiks ke-, ke-an dari bahasa daerah (Jawa, Sunda),

dan afiks –(n) isasi, -is dari bahasa asing (Belanda, Inggris), misalnya dalam kata-

kata: kelanggar, kepukul, ketabrak, kebesaran, kekecilan, kemahalan, sungguhan,

turinisasi, ikanisasi, agamais, Pancasilais, dan sebagainya. (Suwito, 1991:66).

Interferensi dalam bidang sintaksis dapat dilihat pada contoh kalimat

dalam bahasa Indonesia dari seorang bilingual Jawa – Indonesia dalam berbahasa

Indonesia yang berbunyi “ Di sini toko Laris yang mahal sendiri”. Kalimat

bahasa Indonesia itu berstuktur bahasa Jawa, sebab dalam bahasa Jawa bunyinya

“Neng kene toko Laris sing larang dhewe”. Kata sendiri dalam bahasa Indonesia

merupakan terjemahan kata dhewe dalam bahasa Jawa, seperti pada kalimat

“Neng ngomah dhewe” (di rumah sendiri), “ Aku krungu dhewe” (Aku

mendengar sendiri). Tetapi kata dhewe yang terdapat di antara kata „sing’ dan

adjektif adalah berarti „paling’, dhuwur dhewe, apik dhewe, sing larang dhewe.

Dalam bahasa Indonesia baku kalimat di atas seharusnya berbunyi “Toko Laris

adalah toko yang paling mahal di sini”.

Apabila dalam bahasa Indonesia terdapat struktur kalimat seperti

“Rumahnya Ayahnya Ali yang besar sendiri di kampung itu” atau “Makanan itu

Page 43: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

telah dimakan oleh saya”, atau “Hal itu telah saya katakan kepadamu kemarin”

dan sebagainya, maka dalam stuktur kalimat itu terserap struktur kalimat dari

bahasa lain. Padanan struktur kalimat-kalimat tersebut dalam bahasa Indonesia

ialah “ Rumah ayah Ali yang paling besar di kampung itu”, “Makanan itu telah

saya makan” dan “ Hal itu telah saya katakan kepadamu kemarin” (Suwito,

1991:66-67).

6. Kode, Alih Kode, dan Campur Kode

a. Kode

Istilah kode dimaksudkan untuk menyebut salah satu varian di dalam

hierarki kebahasaan. Selain kode juga dikenal varian lain; misalnya varian

regional, varian kelas sosial, ragam, gaya, varian kegunaan dan sebagainya. Yang

dimaksud varian di sini adalah keanekaragaman bahasa yang disebabkan oleh

faktor tertentu. Dari sudut lain varian regional sering disebut juga dialek geografis

yang dapat dibedakan menjadi dialek regional dan dialek lokal. Varian kelas

sosial sering disebut dialek sosial. Ragam dan gaya dirangkum laras bahasa,

sedangkan varian kegunaan disebut sebagai register. Masing- masing varian

merupakan tingkat tertentu dalam hierarki kebahasaan dan semuanya termasuk

dalam cakupan kode, sedangkan kode merupakan bagian dari bahasa (Suwito,

1991:78).

Kode didefinisikan sebagai suatu sistem tutur yang penerapan unsur

bahasanya mempunyai ciri khas sesuai dengan latar belakang penutur, relasi

penutur dengan lawan bicara dan situasi tutur yang ada. Kode biasanya berbentuk

Page 44: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

varian bahasa yang secara nyata dipakai berkomunikasi anggota suatu masyarakat

bahasa (Soepomo Poedjosoedarmo dalam Kunjana Rahardi, 2001:21-22).

Dalam kajian sosiolinguistik sudah ditemukan pada umumnya orang

berganti kode itu tidak seenaknya saja, melainkan mengikuti pola-pola tertentu.

Untuk dapat mencarikan polanya itu dan menerangkan dengan tepat, maka tentu

diperlukan penelitian dengan hati-hati dan seksama (Khaidir Anwar, 1990:41).

b. Alih kode

1) Pengertian Alih Kode

Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang

lain. Jadi apabila seorang penutur mula-mula menggunakan kode A ( misalnya

bahasa Indonesia ), dan kemudian beralih menggunakan kode B ( misalnya bahasa

Jawa ), maka peristiwa peralihan pemakaian bahasa seperti itu disebut alih kode (

code-switching ). Namun karena di dalam kode terdapat berbagai kemungkinan

varian ( baik varian regional, varian klas sosial, ragam, gaya, ataupun register)

maka peristiwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam, alih gaya

atau register. Peralihan yang demikian dapat diamati lewat tingkat-tingkat

tatabunyi, tatakata, tatabentuk, tatakalimat, tatawacananya (Suwito, 1991:80).

Appel (dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:107)

mendefinisikan alih kode itu sebagai “gejala peralihan pemakaian bahasa karena

berubahnya situasi”. Berbeda dengan Appel, Hymes (dalam Suwito, 1991:81)

mengatakan bahwa “ alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian

(peralihan) pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa gaya dalam satu ragam ”.

Jadi menurutnya alih kode tidak hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga

Page 45: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.

Apabila alih kode itu terjadi antar bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa

nasional, atau antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah , atau antar beberapa

ragam dan gaya yang terdapat pada satu dialek, alih kode seperti itu bersifat

intern, sedangkan apabila yang terjadi adalah bahasa asli dengan bahasa asing,

maka disebut alih kode ekstern.

2) Ciri-ciri Alih Kode

Alih kode merupakan salah satu aspek tentang saling ketergantungan

bahasa (language dependency) di dalam masyarakat multilingual. Artinya, di

dalam masyarakat multilingual hampir tidak mungkin seorang penutur

menggunakan satu bahasa secara mutlak murni tanpa sedikit pun memanfaatkan

bahasa atau unsur bahasa yang lain. Dalam alih kode penggunaan dua bahasa

(atau lebih) ditandai atau mempunyai ciri-ciri : (1) masing- masing bahasa masih

mendukung fungsi-fungsi tersendiri sesuai dengan konteksnya, (2) fungsi masing-

masing bahasa disesuaikan dengan situasi yang relevan dengan perubahan konteks

(Suwito, 1991:80).

Dell Hymes (dalam Kunjana Rahardi, 2001:20) memilahkan alih kode

menjadi dua, yaitu apa yang disebut dengan 1) alih kode intern (internal code

switching) yaitu alih kode yang terjadi antarbahasa daerah dalam suatu bahasa

nasional, antardialek dalam suatu bahasa daerah, atau antara beberapa ragam dan

gaya yang terdapat dalam suatu dialek, 2) alih kode ekstern (external code

switching) adalah alih kode yang terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing.

Page 46: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

3) Latar Belakang Terjadinya Alih Kode

Fishman (dalam Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:108)

menjelaskan bahwa “penyebab terjadinya alih kode harus dikembalikan kepada

pokok permasalahan dalam sosiolinguistik, yaitu mengenai siapa yang berbicara,

dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan , dengan tujuan apa”.

Alih kode adalah peristiwa kebahasaan yang disebabkan oleh faktor-

faktor luar bahasa, terutama faktor-faktor yang bersifat sosio-situasional.

Beberapa faktor yang biasanya merupakan penyebab terjadinya alih kode adalah :

(a) Penutur

Seorang penutur kadang-kadang secara sadar berusaha beralih kode

terhadap lawan tuturnya. Usaha yang demikian dimaksudkan untuk mengubah

situasi, mungkin dari situasi yang resmi ke situasi tak resmi. Dengan situasi yang

tidak resmi diharapkan masalah yang sedang dibicarakan akan lebih mudah

dipecahkan.

(b) Lawan Tutur

Setiap penutur pada umumnya ingin mengimbangi bahasa yang

dipergunakan oleh lawan tuturnya. Di dalam masyarakat multilingual itu berarti

bahwa seorang penutur harus beralih kode sebanyak kali lawan tutur yang

dihadapinya.

(c) Hadirnya Penutur Ketiga

Dua orang yang berasal dari kelompok etnik yang sama pada umumnya

saling berinteraksi dengan bahasa kelompok etniknya. Namun, jika terdapat

penutur ketiga maka kedua penutur sebelumnya akan beralih kode ke penutur

Page 47: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

yang ketiga. Hal ini untuk netralisasi situasi dan sekaligus menghormati hadirnya

orang ketiga tersebut.

(d) Pokok Pembicaraan ( Topik )

Pokok pembicaraan merupakan faktor dominan terciptanya sebuah alih

kode. Pokok pembicaraan atau topik dapat dibedakan menjadi dua; 1) pokok

pembicaraan yang bersifat formal, misalnya: masalah kedinasan, keilmuan dsb. 2)

pokok pembicaraan yang bersifat nonformal misalnya: kekeluargaan,

persaudaraan, kesetiakawanan dsb.

(e) Untuk Membangkitkan Rasa Humor

Alih kode kadang sering dimanfaatkan oleh guru, pemimpin rapat, dan

seorang pelawak untuk membangkitkan rasa humor sesorang. Tujuannya adalah

untuk menyegarkan suasana yang mulai lesu. Alih kode demikian mungkin

berwujud alih varian, alih ragam atau alih gaya bicara.

(f) Untuk Sekedar Bergengsi

Hal ini terjadi apabila baik faktor situasi, lawan bicara, topik dan faktor-

faktor sosio-situasional yang lain sebenarnya tidak mengharuskan dia untuk

beralih kode. Dengan kata lain baik fungsi kontekstual maupun situasi

relevansialnya tidak mendukung peralihan kodenya (Suwito, 1991:85-87).

c. Campur kode

1) Pengertian Campur Kode

Pembicaraan mengenai alih kode biasanya diikuti dengan pembicaraan

mengenai campur kode. Peristiwa alih kode dan campur kode merupakan hal yang

sering terjadi dalam kegiatan komunikasi, tidak saja di kalangan orang atau

Page 48: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

masyarakat bilingual, tetapi juga monolingual seperti yang terdapat dalam

fenomena kebahasaan di dalam RCB.

Subyakto (dalam Sarwiji Suwandi, 2008:87) menjelaskan campur kode “

ialah penggunaan dua bahasa atau lebih atau ragam bahasa secara santai antara

orang-orang yang kita kenal dengan akrab”. Selanjutnya, Kridalaksana (dalam

Sarwiji Suwandi, 2008:87) menjelaskan “ campur kode antara lain berarti

penggunaan satuan bahasa dari satu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya

dan ragam bahasa, termasuk di dalam pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan

sebagainya”.

2) Ciri-ciri Campur Kode

Ciri dari gejala campur kode adalah unsur-unsur bahasa atau variasi-

variasinya yang menyisip di dalam bahasa lain tidak lagi mempunyai unsur

tersendiri. Unsur-unsur itu telah menyatu dengan bahasa yang disisipinya dan

secara keseluruhan hanya mendukung satu fungsi. Dalam kondisi yang maksimal

campur kode merupakan konvergensi kebahasaan (linguislistic convergen) yang

unsur-unsurnya berasal dari beberapa bahasa yang masing-masing telah

menanggalkan fungsinya dan mendukung fungsi bahasa yang disisipinya. Unsur

yang demikian dapat dibedakan menjadi dua; 1) yang bersumber dari bahasa asli

dengan segala variasi-variasinya, yang selanjutnya campur kode dengan unsur-

unsur golongan ini disebut campur kode ke dalam (inner code mixing), 2)

bersumber dari bahasa asing, yang selanjutnya campur kode dengan unsur-unsur

golongan ini disebut campur kode ke luar (outer code mixing) (Suwito, 1991:88-

89).

Page 49: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Beberapa hal yang menjadi ciri dari campur kode yaitu; 1) penggunaan

dua bahasa atau lebih, 2) berlangsung dalam situasi informal, santai atau akrab, 3)

tidak ada sesuatu dalam situasi berbahasa itu yang menuntut terjadinya campur

kode, dan 4) campur kode itu dapat berupa pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan,

dan sebagainya (Suwandi, 2008:88).

3) Latar Belakang Terjadinya Campur Kode

Menurut Suwito (1991:90) latar belakang terjadinya campur kode pada

dasarnya dapat dikategorikan menjadi dua tipe yaitu; tipe yang berlatar belakang

pada sikap (attitudinal type) dan tipe yang berlatar belakang kebahasaan

(linguistic type). Kedua tipe ini saling bergantung dan tidak jarang bertumpang

tindih (overlap). Atas dasar latar belakang sikap dan kebahasaan yang saling

bergantung dan bertumpang tindih seperti itu, dapat diidentifikasi beberapa alasan

atau penyebab yang mendorong terjadinya campur kode, alasan itu antara lain; a)

identifikasi peranan, b) identifikasi ragam, dan c) keinginan untuk menjelaskan

dan menafsirkan. Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral dan

edukasional. Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa di mana seorang penutur

melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status

sosialnya. Sedangkan, keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan, tampak

karena campur kode juga menandai sikap dan hubungannya terhadap orang lain

dan sikap dan hubungan orang lain terhadapnya.

Page 50: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

7. Penghilangan fonem dan Penambahan fonem

Badudu (1983:63) dalam Pelik-pelik Bahasa Indonesia menjelaskan

bahwa “gelaja fonem dapat dibedakan menjadi tiga macam: penambahan fonem di

depan kata disebut protesis, penambahan fonem di tengah kata disebut epentesis,

dan penambahan fonem di akhir kata disebut paragog”. Contoh gejala protesis :

mas, lang, dan sa menjadi emas, elang, dan esa, stri dalam bahasa Sansekerta

menjadi istri, jati dalam bahasa Sansekerta menjadi sejati.

Proses selanjutnya ialah penambahan fonem. J.S Badudu (1983:63-64)

menjelaskan “gejala penghilangan fonem atau pelesapan fonem dapat dibedakan

menjadi tiga macam, yaitu penghilangan fonem pada awal kata disebut afaresis,

penghilangan fonem di tengah kata disebut sinkop, dan penghilangan fonem di

akhir kata yang disebut apokop”. Contoh gejala aferesis : Umudik, umundur

menjadi mudik, mundur (um adalah sisipan, tetapi karena kata dasar berawal

vokal, maka sisipan ditempatkan di depan seperti awalan. Contoh gejala sinkop :

bahasa menjadi basa, sahaya menjadi saya, citcit menjadi cicit, dan sebagainya.

8. Interjeksi

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan

pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam

ujaran. Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai

teriakan yang lepas atau berdiri sendiri (inilah yang membedakannya dari partikel

fatis yang dapat muncul di bagian ujaran mana pun, tergantung dari maksud

pembicara) (Kridalaksana, 2005:120).

Page 51: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Interjeksi dapat ditemui dalam :

a. Bentuk dasar, seperti kata-kata:

aduh, aduhai, ahoi, ai, amboi, asyoi, ayo, bah, cih, cis, eh, hai, idih, ih,

lho, oh, nah, sip, wah, wahai, yaaa, dan sebagainya

b. Bentuk turunan, biasanya berasal dari kata-kata biasa, atau penggalan

kalimat Arab. Contoh:

Alhamdulillah, astaga, brengsek, buset, dubilah, duilah, insya Allah,

masyaallah, syukur, halo, innalillahi, yahud, dan sebagainya.

Jenis-jenis interjeksi

Sub kategorisasi terhadap interjeksi merupakan subkategorisasi terhadap

perasaan yang diungkapkannya (Kridalaksana, 2005:121)

Menurut Harimurti Kridalaksana (2005:121) ,jenis-jenis interjeksi dapat

diuraikan sebagai berikut:

a. Interjeksi seruan atau panggilan minta perhatian:

ahoi, ayo, eh, hai, halo, he, sst, wahai

b. Interjeksi keheranan atau kekaguman:

aduhai, ai, amboi, astaga, asyoi, hmm, wah, yahud

c. Interjeksi kesakitan:

aduh

d. Interjeksi kesedihan:

Aduh

e. Interjeksi kekecewaan dan kesal:

ah, brengsek, buset, wah, yaa

Page 52: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

f. Interjeksi kekagetan:

lho, masyaallah, astagfirullah

g. Interjeksi kelegaan:

alhamdulillah, nah, syukur

h. Interjeksi kejijikan:

bah, cih, cis, hii, idih, ih

Page 53: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah cara kerja yang dilakukan oleh peneliti untuk

menyelesaikan permasalahan yang telah diteliti. Kerangka pikir dalam penelitian

secara garis besar dilukiskan pada diagram di bawah ini.

Pemakaian bahasa

dalam RCB pada

harian SM

Karakteristik

pemakaian bahasa

dalam RCB pada

harian SM

Faktor sosial yang

mempengaruhi

pemakaian bahasa

Pemanfaatan

ragam informal

Konteks situasi

Sumber data

RCB pada

harian SM

Ancangan:

Sosiolinguistik Data

penelitian

Teknik pengumpulan

data Teknik pustaka

Teknik simak

Teknik catat

Data tertulis

Page 54: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Penjelasan tentang bagan.

Penelitian dengan judul Pemakaian Bahasa dalam Rubrik Celathu Butet

pada Surat Kabar Suara Merdeka (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik) ini merupakan

sebuah penelitian kualitatif. Data yang diambil sebagai objek penelitian berupa

data tertulis yang terdapat dalam rubrik Celathu Butet pada surat kabar Suara

Merdeka. Data penelitian ini diperoleh melalui teknik pustaka, simak, dan catat.

Objek penelitian ini berupa pemakaian bahasa yang berbentuk pemanfaatan ragam

informal, dan faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa dalam rubrik

Celathu Butet pada surat kabar Suara Merdeka. Metode dalam penelitian

linguistik dapat ditafsirkan sebagai strategi kerja berdasarkan ancangan tertentu.

Ancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiolinguistik dengan

memanfaatkan teori sosiolinguistik oleh Suwito, Abdul Chaer dan Leonie

Agustina, dalam analisis data

Page 55: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan

sosiolinguistik. Penelitian kualitatif yaitu suatu penelitian yang bersifat atau

memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan yang

sewajarnya, senyatanya (natural setting) dengan tidak diubah dalam bentuk

simbol-simbol atau bilangan (Hadari Nawawi & Martini Mimi, 1996:174).

B. Data dan Sumber Data

Data adalah bahan penelitian itu, dan bahan yang dimaksud bukan bahan

mentah, melainkan bahan jadi. Dari bahan itulah diharapkan objek penelitian

dapat dijelaskan karena di dalam bahan itulah terdapatnya objek penelitian yang

dimaksud. Dengan diolahnya bahan itu diharapkan dapat diketahui hakikat objek

penelitian. Jadi, dengan rumusan lain data pada hakikatnya objek sasaran

penelitian (Sudaryanto, 1988:9-10). Penelitian kualitatif bersifat lentur dan

terbuka dengan menekankan analisis induktif yang meletakkan data penelitian

bukan sebagai alat dasar pembuktian, tetapi sebagai modal dasar bagi

pemahaman, maka proses pengumpulan data merupakan kegiatan yang lebih

lentur dan dinamis (Sutopo, 2002:47). Data dalam penelitian ini adalah bentuk-

bentuk pemakaian bahasa, yaitu tuturan-tuturan yang di dalamnya mengandung

atau menggunakan alih kode, campur kode, interferensi, interjeksi, pelesapan dan

penambahan fonem, serta pemakaian partikel dialek Jakarta yang terdapat dalam

Page 56: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

RCB yang dimuat dalam surat kabar SM mulai dari edisi bulan Februari sampai

dengan September 2009.

Sumber data penelitian dapat dibagi menjadi dua yakni lisan dan tertulis

(Edi Subroto, 1992:33) Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah sumber data tertulis yakni RCB yang dimuat dalam surat kabar SM yang

terbit pada hari Minggu edisi bulan Februari sampai dengan September 2009.

C. Populasi dan Sampel

Penelitian mempunyai ruang lingkup tertentu yang sangat berkaitan

dengan keberadaan objek. Objek penelitian yang telah ditetapkan merupakan

populasi sebuah penelitian. Edi Subroto dalam Pengantar Metode Penelitian

Linguistik Struktural menyatakan bahwa, “Populasi adalah objek penelitian.

Dalam penelitian linguistik, populasi pada umumnya ialah keseluruhan individu

dari segi-segi tertentu bahasa. Dapat disimpulkan bahwa populasi adalah

keseluruhan jumlah total dari objek yang akan dikaji”. (1992:36). Yang menjadi

populasi dari penelitian ini adalah semua bentuk pemakaian bahasa pada RCB

yang dimuat dalam surat kabar SM yang diterbitkan khusus pada hari Minggu.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan dijadikan objek

penelitian langsung (Edi Subroto, 1992:36). Sampel pada dasarnya harus dapat

mewakili atau dianggap mewakili populasi secara keseluruhan. Dalam

pengambilan sampel pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik purposive

sampling, yaitu pemilihan sekelompok objek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-

sifat yang dipandang mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri populasi yang

sudah diketahui sebelumnya. Yang ditetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini

Page 57: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

adalah sebagian dari pemakaian bahasa pada RCB yang dimuat dalam surat kabar

SM yang terbit khusus pada hari Minggu, mulai dari edisi bulan Februari sampai

dengan September 2009.

D. Teknik Pengumpulan Data

Kualitas data sangat ditentukan oleh alat pengambilan data atau alat

ukurnya. Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk

memperoleh data-data yang berkualitas (Sudaryanto, 1984 : 11).

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah

teknik simak catat. Teknik simak catat artinya dengan menyimak secara cermat

data kebahasaan dalam rubrik, sedangkan teknik catat yang dimaksud di sini

adalah mengadakan pencatatan terhadap data yang relevan dengan sasaran dan

tujuan penelitian (Edi Subroto, 1992:47).

Penelitian ini menggunakan pula teknik pustaka karena sumber datanya

berasal dari media cetak surat kabar harian yang merupakan sumber tertulis.

Teknik pustaka adalah mempergunakan sumber-sumber tertulis untuk

memperoleh data (Edi Subroto, 1992:47). Sumber tertulis itu berwujud rubrik ,

yaitu RCB yang terdapat dalam surat kabar SM.

Pengaturan data-data yang telah didapat juga penting untuk dilakukan

karena pengaturan data akan sangat membantu dalam proses analisis data

kualitatif. Yang perlu diingat adalah yang dimaksud dengan data di sini adalah

setumpuk catatan deskripsi beragam informasi yang telah dikumpulkan dari

kegiatan studi (penggalian dan pengumpulan data). Kerja pengaturan data yang

dimaksud di sini adalah cara memilah, dan mengatur secara fisik semua bahan

Page 58: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

tersebut ke dalam kelompok, folder, atau kartu, agar untuk proses selanjutnya

mudah menggunakannya (Sutopo, 2002:87-88).

Di dalam penelitian ini, untuk mempermudah peneliti memilah dan

mengatur data-data atau catatan-catatan yang berkaitan dengan masalah yang akan

diteliti yang berasal dari RCB pada surat kabar SM, maka peneliti menggunakan

kartu data. Penggunaan kartu data tersebut dibatasi pada semua bentuk

karakteristik pemakaian bahasa, yang tentunya relevan dengan teori yang

digunakan oleh peneliti. Masing-masing sumber tertulis itu perlu diberi kode

sumber yang meliputi : nomor data, kode data, nama (surat kabar), kolom (surat

kabar), dan tanggal, bulan serta tahun terbit. Berikut contoh kartu data yang

digunakan oleh peneliti

Kartu data atau kode di atas mengenai penggunaan campur kode dalam

rubrik “Celathu Butet” pada surat Suara Merdeka dengan keterangan sebagai

berikut.

- 11 : nomor data

- CK : Campur Kode

- RCB : nama Rubrik Celathu Butet

- SM : nama surat kabar Suara Merdeka

- 19 : tanggal terbit

- 04 : bulan terbit

”PAK, boleh nggak saya ikutan Lomba Cover Girl?”

Itu pertanyaan Jeng Genit di suatu pagi, dan membuat Mas Celathu

gelagapan kesulitan menemukan jawaban jitu. Hati kecilnya sih ingin

mengatakan,”Ngapain sih ikut lomba gituan?”

(11/CK/RCB/SM/19-04-2009)

Page 59: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

- 2009 : tahun terbit

E. Teknik Klasifikasi Data

Setelah data terkumpul kemudian diadakan klasifikasi data berdasarkan

prinsip-prinsip tertentu yang mengarah pada kepentingan analisis dan pencapaian

tujuan penelitian.

Pengklasifikasian data yang dilakukan oleh peneliti dalam kajian

karakteristik pemakaian bahasa dalam RCB pada harian SM ini didasarkan pada

1. Bentuk pemanfaatan ragam informal

a. Campur kode

b. Alih kode

c. Interferensi

d. Pelesapan dan penambahan fonem

e. Interjeksi

f. Pemakaian partikel dialek Jakarta

2. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa

F. Metode Analisis Data

Istilah metode dalam penelitian linguistik dapat ditafsirkan sebagai

strategi kerja berdasar ancangan tertentu (Edi Subroto, 1992 : 32). Dengan

demikian, ancangan penelitian berkaitan dengan metode. Ancangan merupakan

kerangka berpikir untuk menentukan metode. Dalam penelitian ini digunakan

ancangan sosiolinguistik.

Page 60: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

Berdasarkan ancangan sosiolinguistik, maka metode yang digunakan

untuk menganalis data adalah metode deskriptif. Penelitian dengan metode

deskriptif semata-mata hanya didasarkan pada fakta yang ada, fenomena yang

memang secara empiris hidup dalam penutur-penuturnya, sehingga apa yang

dihasilkan adalah paparan adanya (Sudaryanto, 1984:35).

Analisis deskriptif diterapkan untuk memerikan semua fenomena,

terutama fenomena kebahasaan yang ada dalam rubrik serta fungsi rubrik tersebut

bagi para pembaca. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu prosedur pemecahan masalah

yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan objek penelitian berdasarkan

fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Metode ini memusatkan

perhatiaannya pada penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan

yang sebenarnya (Hadari Nawawi & Martini Mimi, 1996:73). Dalam penelitian

ini metode deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan bentuk atau wujud

pemakaian bahasa dalam RCB yang sesuai dengan kepentingan dan tujuan

penelitian.

Dalam analisis deskriptif, peneliti dapat menarik simpulan dengan

metode induktif yaitu penarikan simpulan dengan memperhatikan fakta-fakta atau

fenomena-fenomena kebahasaan dengan senyatanya, kemudian memulainya dari

fenomena-fenomena khusus untuk generalisasi atau simpulan yang bersifat

umum.

Page 61: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

G. Penyajian Analisis Data

Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan secara

informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata-

kata biasa, walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan

penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambing-lambang

(Sudaryanto, 1993:145). Tanda yang digunakan dalam penelitian ini di antaranya:

tanda kurung biasa ( ( ) ), tanda kurung siku ( [ ] ), tanda garis miring ( / / ), tanda

hubung ( - ). Adapun lambang yang dimaksud di antaranya lambang huruf sebagai

singkatan (misal: RCB, SM). Dengan demikian, penggunaan kata-kata biasa

(a natural language) serta penggunaan tanda dan lambang (an artificial language)

merupakan teknik hasil penjabaran metode penyajian itu.

Page 62: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

BAB IV

ANALISIS DATA

Analisis data merupakan tahap yang paling penting dalam sebuah

penelitian. Tahap ini dilakukan untuk menemukan jawaban-jawaban yang

berhubungan dengan perumusan masalah. Analisis ini meliputi (a) pemanfaatan

ragam informal dalam RCB pada surat kabar SM, (b) faktor yang mempengaruhi

pemakaian bahasa dalam RCB pada surat kabar SM.

A. Pemanfaatan Ragam Informal dalam RCB

pada Surat Kabar SM

Pemakaian ragam bahasa dalam suatu komunikasi tidak selamanya

menggunakan ragam bahasa formal, akan tetapi seorang penutur dan mitra tutur

ada kalanya juga menggunakan ragam bahasa informal. Pemakaian ragam bahasa

informal ini biasanya mengikuti atau menyesuaikan dengan keadaan atau situasi

komunikasi. Situasi yang dimaksud adalah siapa, kepada siapa, masalah apa, dan

untuk tujuan apa komunikasi itu dilakukan.

Mengacu pada uraian di atas, pemakaian bahasa dalam RCB pada surat

kabar SM ternyata juga diwarnai oleh pemakaian ragam bahasa informal. Jika

dikembalikan pada media yang digunakan oleh penulis RCB ini adalah media

surat kabar, seharusnya penulis menggunakan ragam bahasa formal sesuai dengan

ragam bahasa jurnalistik. Ragam bahasa jurnalistik yang dimaksud adalah ragam

bahasa yang singkat sederhana, jelas, dan formal. Akan tetapi, pemakaian bahasa

Indonesia dalam RCB pada surat kabar SM justru banyak diwarnai ragam bahasa

informal dan bentuk-bentuk bahasa yang unik.

Page 63: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Pemakaian ragam informal dalam RCB pada surat kabar SM ternyata

memanfaatkan berbagai sarana dan bentuk kebahasaan. Unsur-unsur bahasa yang

digunakan meliputi unsur bahasa Jawa, Inggris, dan Indonesia. Pemakaian unsur-

unsur bahasa Jawa dan asing dalam bahasa Indonesia ini menyebabkan timbulnya

peristiwa campur kode, alih kode, interferensi. Selain itu bentuk pelesapan dan

penambahan fonem, interjeksi, serta pemakaian partikel dialek Jakarta merupakan

bentuk pemakaian ragam informal dalam RCB pada surat kabar SM.

1. Campur Kode dalam RCB pada Surat Kabar SM

Kachru (dalam Suwito, 1991: 89) memberikan batasan “campur kode

sebagai pemakaian dua bahasa atau lebih dengan saling memasukkan unsur

bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain secara konsisten”. Berdasarkan

unsur-unsur kebahasaan yang terlihat di dalamnya, campur kode dapat dibedakan

menjadi beberapa macam, yaitu penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata,

frase, baster perulangan kata, idiom, dan klausa. Mengacu pada teori di atas, maka

peneliti menganalisis peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM

berdasarkan wujud campur kodenya.

a. Campur Kode yang Berwujud Kata

Campur kode yang terjadi dalam RCB pada surat kabar SM memiliki

berbagai wujud. Salah satunya adalah campur kode yang berwujud kata. Data

yang menunjukkan campur kode yang berwujud kata dapat dilihat dalam tuturan

berikut.

(1) Bayangkan saja jika uang belanja iklan itu dibelikan sembako untuk

rakyat atau membenahi infrastruktur pendidikan yang konsisten

amburadulnya!

Page 64: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Pengemis Beramal ‟‟Hughh, sampeyan itu lo, apa-apa kok dibikin

lelucon. Itu soal serius. Menyangkut nasib dan mati-hidupnya banyak

orang,‟‟ sergah Mbakyu Celathu. (1/CK/RCB/SM/01-02-2009)

Tuturan pada data (1) tersebut mengalami peristiwa campur kode ke

dalam (inner code mixing). Peristiwa campur kode yang dimaksud di sini adalah

campur kode yang bersumber dari bahasa asli, yaitu bahasa Jawa. Kalimat

tersebut diucapkan oleh Mbakyu Celathu yang merasa kesal dan jengkel kepada

Mas Celathu karena Mas Celathu selalu menganggap masalah yang serius sebagai

sebuah lelucon. Hal tersebut berkaitan dengan peristiwa politik yang terjadi

sebelum pemilu dilaksakan, yaitu mengenai adanya kampanye dari dua partai

politik besar di televisi yang saling mengklaim prestasi atas turunnya harga BBM.

Peristiwa campur kode dalam data (1) ditandai dengan adanya kata sampeyan (

Anda/Bapak) Pemakaian kata sampeyan oleh Mbakyu Celathu ini dikarenakan ia

ingin menimbulkan suasana kedaerahan, dan sebagai bentuk sapaan untuk

menghargai/menghormati Mas Celathu sebagai mitra tutur.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud kata.

(2) ‟‟Ada yang tiba-tiba mengaku bersahabat dengan petani. Begini

ngomongnya, ‟‟Saya Butet Subiyantono, mengajak rakyat Indonesia

semua untuk saya dobosi...‟‟ (2/CK/RCB/SM/12-02-2009)

Pada tuturan (2) terdapat campur kode kata. Ditandai dengan adanya kata

dobosi (membohongi). Peristiwa campur kode ini termasuk jenis campur kode ke

dalam (inner code mixing), karena Mas Celathu memakai kata-kata dari bahasa

Jawa. Hal tersebut dapat terjadi, karena Mas Celathu mempunyai latar belakang

kebahasaan bahasa Jawa, maka penutur berkesempatan untuk bercampur kode

dengan unsur bahasa Jawa. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu,

Page 65: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

ketika tampil dalam pementasan monolog pada acara malam resepsi HUT Ke-59

Suara Merdeka, di Rama Shinta Ballroom Hotel Patra Semarang. Tiap kata-kata

Mas Celathu selalu muncul sindiran-sindiran dalam balutan humor yang segar.

Pemakaian kata dobosi oleh Mas Celathu ini dikarenakan ia ingin menunjukkan

bahwa ia adalah asli orang Jawa. Selain itu, dengan tuturan tersebut akan lebih

memudahkan penerimaan maksud yang diinginkan oleh Mas Celathu.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud kata.

(3) Barangkali inilah yang membikin Mas Celathu tak ikhlas pakai kaos

merah jambu. Dengan ragu diserahkan kembali kaos itu, lalu dengan nada

menghiba, Mas Celathu merajuk, ”Izinkan aku tetap waras ya.

Please...tolong bebaskan aku dari kaos merah jambu. Please, please...”

(5/CK/RCB/SM/15-02-2009)

Pada tuturan (3) terdapat campur kode kata yaitu please ( bahasa

Indonesia = tolong). Campur kode tersebut berasal dari bahasa Inggris, maka

termasuk campur kode ke luar (outer code mixing). Tuturan tersebut diungkapkan

oleh Mas Celathu yang memohon kepada istrinya, Mbakyu Celathu, untuk tidak

memaksa dirinya mengenakan kaos berwarna pink, seperti yang diinginkan oleh

Jeng Genit untuk memperingati hari Valentin atau Valentine Day’s. Latar

belakang terjadinya campur kode yang bersifat keluar tersebut ialah Mas Celathu

ingin memberi kesan bahwa ia memiliki pengetahuan bahasa Inggris yang cukup,

sehingga akan menimbulkan bahwa Mas Celathu adalah seorang yang

berpendidikan.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud kata.

(4) Dan umpamakan ditayangkan program news televisi, tentu akan

diiringi instrumentalia lagu ”Gugur Bunga”. Soalnya, bobot adegannya

Page 66: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

menyerupai berita gugurnya para penumpang pesawat dan helikopter TNI

yang belakangan rada sering berjatuhan dari udara Indonesia. Dan

umpamakan ditayangkan program news televisi, tentu akan diiringi

instrumentalia lagu ”Gugur Bunga”. Soalnya, bobot adegannya

menyerupai berita gugurnya para penumpang pesawat dan helikopter TNI

yang belakangan rada sering berjatuhan dari udara Indonesia.

(16/CK/RCB/SM/05-07-2009)

Pada tuturan (4) terdapat campur kode kata yaitu news (bahasa Indonesia

= berita). Campur kode tersebut berasal dari bahasa Inggris, maka termasuk

campur kode ke luar (outer code mixing). Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas

Celathu yang bersedih atas kematian ikan-ikan koinya. Keluarga Celathu merasa

bersalah atas kejadian tersebut. Selanjutnya untuk menebus rasa bersalah itu, Mas

dan Mbakyu Celathu ingin memperlakukan jazad ikan koi itu secara terhormat

seperti layaknya penghormatan terhadap gugurnya para penumpang pesawat dan

helikopter TNI yang belakangan rada sering berjatuhan dari udara Indonesia.

Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke luar tersebut ialah Mas

Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah seorang yang berpendidikan cukup

atau orang yang terpelajar. Selain itu, pemanfaatan unsur bahasa Inggris dapat

menunjukkan status sosial penutur bahwa ia mempunyai status sosial yang tinggi.

b. Campur Kode yang Berwujud Frasa

Peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM tidak hanya

berwujud kata, akan tetapi juga berwujud frasa. Data yang menunjukkan campur

kode yang berwujud frasa dapat dilihat dalam tuturan berikut ini.

(5) ‟‟LHO, Bapak kok tidak pakai baju warna pink?”

“Wualaaahh....apa ya pantes? He he he ...nanti aku malah kayak ice cream

rasa strawberry, semua orang jadi terangsang pengin menjilati aku

gimana? Emang kenapa ta, dik?” “Bapak ki piye ta? Kan Valentine

Day’s....ya semua harus serba pink dong.” “Emang ada peraturan yang

mengharuskan begitu?” (4/CK/RCB/SM/15-02-2009)

Page 67: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Tuturan pada data (5) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam

peristiwa campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Inggris, yaitu ice

cream (es krim) dan Valentine Day’s (hari Valentin). Peristiwa campur kode pada

tuturan (5) di atas berasal dari bahasa Inggris, sehingga bersifat ke luar (outer

code-mixing).

Tuturan Valentine Days dalam data (5) di atas diungkapkan oleh Jeng

Genit, seorang gadis remaja yang sedang mencari jati dirinya. Ia menginginkan

ayahnya mengenakan kaos berwarna pink, untuk memperingati hari kasih sayang

atau biasa disebut hari Valentin, padahal itu bukan merupakan kebudayaan asli

Indonesia. Tuturan “Wualaaahh....apa ya pantes? He he he ...nanti aku malah

kayak ice cream rasa strawberry, semua orang jadi terangsang pengin menjilati

aku gimana? Emang kenapa ta, dik?”diungkapkan kepada Mas Celathu, sang

ayah, yang merasa tidak pantas memakai kaos yang berwarna pink, ia akan merasa

seperti ice cream yang berwarna-warni jika mengenakan kaos tersebut. Latar

belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Mas Celathu dan Jeng Genit

ingin memberi kesan bahwa mereka adalah seorang yang terpelajar dan

mempunyai hubungan atau pergaulan yang luas.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud frasa.

(6) Yang paling gawat, kaumnya Kartini ini hanya akan dianggap

pemanis kehidupan, harus tampil cantik apabila mengenakan busana

tertentu. Asal krekep rapet pastilah cantik. Dan karena itulah, maka

perempuan tidak pantas jumeneng sebagai pemimpin. Sialnya, yang lelaki

dibiarkan sebagai makhluk yang berkuasa menikmati, memiliki, dan

mengatur nasib para perempuan itu. Wualah...kurang ajar banget.

(7/CK/RCB/SM/08-03-2009)

Page 68: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Pada tuturan (6) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam peristiwa

campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Jawa, yaitu krekep rapet

(tertutup rapat). Peristiwa campur kode pada tuturan (6) di atas berasal dari bahasa

Jawa, sehingga bersifat ke dalam (inner code-mixing). Tuturan terssebut

diungkapkan oleh Mas Celathu untuk menanggapi fenomena yang terjadi di

dalam keluarganya. Tiga perempuan di keluarga Celathu, yaitu Mbakyu Celathu,

Mbak Tomboy, dan Jeng Genit tiba-tiba melakukan sebuah demonstrasi layaknya

pejuang feminisme. Dalam pikiran Mas Celathu, mungkin karena sedang

memperingati Hari Perempuan, lalu mereka membuat gugatan. Namun, ternyata

mereka melakukan aksi tersebut untuk memperingatkan Mas Celathu. Mas

Celathu heran, tidak menyangka dirinya disalahartikan melakukan diskriminasi.

Seingatnya, di dalam keluarga Celathu, dia hanya menegakkan aturan demi

kemajuan bersama, tetapi Mas Celathu ingin memaknai gugatan itu dengan

pikiran positif. Pembagian tanggung jawab dan kesempatan juga diberikan kepada

anak istrinya, tanpa membedakan jenis kelamin, laki-laki dan perempuan punya

hak dan peluang yang sama. Campur kode tersebut disebabkan oleh latar belakang

budaya Mas Celathu yang berbudaya Jawa, maka Mas Celathu ingin

menimbulkan suasana kedaerahan.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud frasa.

(7) ”PAK, boleh nggak saya ikutan Lomba Cover Girl?”

Itu pertanyaan Jeng Genit di suatu pagi, dan membuat Mas Celathu

gelagapan kesulitan menemukan jawaban jitu. Hati kecilnya sih ingin

mengatakan,”Ngapain sih ikut lomba gituan?” (9/CK/RCB/SM/19-04-

2009)

Page 69: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Pada tuturan (7) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam peristiwa

campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Inggris, yaitu Cover Girl (gadis

sampul). Peristiwa campur kode pada tuturan (7) di atas berasal dari bahasa

Inggris, sehingga bersifat ke luar (outer code-mixing). Tuturan Cover Girl dalam

data (7) di atas diungkapkan oleh Jeng Genit yang meminta ijin kepada Mas

Celathu ,ayahnya, untuk mengikuti lomba pemilihan gadis sampul oleh sebuah

majalah. Cover Girl merupakan ajang atau lomba untuk mencari bakat seorang

gadis remaja yang dipandang secara fisik menarik untuk dipajang dalam sebuah

sampul majalah. Istilah tersebut lazim digunakan apalagi oleh para remaja. Latar

belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Jeng Genit ingin memberi kesan

bahwa ia adalah seorang yang berpendidikan dan mempunyai hubungan atau

pergaulan yang luas.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud frasa.

(8) ’’Sampeyan sekarang sudah punya menantu lho. Janji ya, mulai

sekarang musti ngrumangsani kalau sudah tua. Jangan sembarangan naik

tunggangan. Omongan dan tindakannya harus lebih hati-hati. Ya ndak?‟‟

pinta Mbakyu Celathu sambil terus mengurut-urut pinggang suaminya.

(11/CK/RCB/SM/17-05-2009)

Pada tuturan (8) di atas unsur bahasa yang menyisip dalam peristiwa

campur kode tersebut berupa frasa dalam bahasa Jawa, yaitu musti ngrumangsani

(harus merasa) dan peristiwa campur kode berupa kata dalam bahasa Jawa

Sampeyan (anda/kamu/bapak). Peristiwa campur kode yang berwujud frasa dan

kata pada tuturan (8) di atas berasal dari bahasa Jawa, sehingga bersifat ke dalam

(inner code-mixing). Tuturan di atas diungkapkan oleh Mbakyu Celathu yang

mengingatkan Mas Celathu, suaminya, bahwa sekarang ia sudah tua dan sudah

Page 70: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

mempunyai menantu jadi dalam berbicara dan bertindak harus lebih berhati-hati.

Campur kode yang terjadi dalam tuturan (8) di atas disebabkan karena latar

belakang sosial penutur adalah budaya Jawa, maka tuturan Mbakyu Celathu

tersebut secara tidak langsung terpengaruh oleh budayanya, yaitu budaya Jawa.

Selain itu konteks tuturannya berada pada konteks budaya Jawa, sehingga Mbakyu

Celathu lebih menekankan maksud/keinginannya kepada Mas Celathu dengan

memanfaatkan unsur bahasa Jawa yang dianggap lebih sopan.

c. Campur Kode yang Berwujud Baster

(9) Dan kepada Mbakyu Celathu, dia cuma berpesan: ”Umpamakan kamu

nge-fans sama capres nggantheng, jangan kemudian kamu pakai lisptik

warna biru ya. Aku kan tetap ingin melihat bibirmu segar seperti merah

delima.” (3/CK/RCB/SM/15-02-2009)

Pada tuturan (9) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu nge-fans

(mengidolakan). Campur kode bentuk baster nge-fans merupakan penggabungan

dua unsur bahasa, yaitu bentuk fans termasuk unsur dari bahasa Inggris dan

awalan nge- yang berasal dari dialek Jakarta. Oleh karena itu, campur kode pada

tuturan (9) di atas bersifat ke luar atau disebut outer code-mixing. Tuturan di atas

diungkapkan oleh Mas Celathu yang berpesan kepada istrinya untuk tampil apa

adanya, tidak terpengaruh dengan fenomena-fenomena yang terjadi ketika dan

setelah pemilihan umum dilaksanakan. Latar belakang terjadinya campur kode

yang bersifat ke luar ialah Mas Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah

orang yang mempunyai pergaulan yang cukup luas.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud baster.

(10) ”Sudahlah. Katimbang aku yang nggondok sakit hati, biarin aja.

Mau ngrokok sampai cangkem-nya kobong, toh yang menanggung

Page 71: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

akibatnya ya dia sendiri. Males aku,” ujar Mbakyu Celathu kepada Jeng

Genit, bungsu keluarga Celathu, suatu kali. (17/CK/RCB/SM/02-08-2009)

Pada tuturan (10) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu cangkemnya

(bibirnya). Campur kode bentuk baster cangkemnya merupakan penggabungan

dua unsur bahasa, yaitu bentuk cangkem termasuk unsur dari bahasa Jawa dan

akhiran –nya yang berasal dari bahasa Indonesia. Oleh karena itu campur kode

pada tuturan (10) di atas bersifat ke dalam atau disebut inner code-mixing.

Tuturan di dalam data (10) diungkapkan oleh Mbakyu Celathu yang merasa kesal

karena himbauan atau larangannya kepada Mas Celathu untuk berhenti merokok

tidak dihiraukan. Fenomena dalam data (10) juga berkaitan dengan adanya fatwa

dari MUI bahwa merokok itu haram, selain mengganggu kesehatan bagi si

perokok itu sendiri, asap rokok juga dapat mengganggu kesehatan orang-orang

yang ada di sekitarnya. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke

dalam ialah Mbakyu Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah orang yang

menunjukkan kekhasan daerahnya.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud baster.

(11) ‟‟Kalau manusia beneran, mana mungkin punya pikiran jahat

menghancurkan kehidupan?‟‟ jawab Mas Celathu ketika bininya bertanya,

‟‟Kira-kira manusia macem apa ya, pelaku pengeboman itu?‟‟

‟‟Mungkin pelakunya jenis manusia kapok lombok,‟‟ jawab Mbakyu

Celathu seraya menerangkan, ‟‟kapok lombok‟‟ adalah perilaku orang

yang selalu ingin mengulang kekonyolan, meski kekonyolan itu nggak

enak dan menyengsarakan. Kayak orang kepedasan menggigit cabe. Pas

mulutnya nyonyor kepedasan selalu bilang kapok, kapok, kapok. Tapi jika

nanti mengunyah tempe, tetap saja menceplus lombok.

(15/CK/RCB/SM/19-07-2009)

Pada tuturan (11) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu menceplus

(menggigit/memakan). Campur kode bentuk baster menceplus merupakan

penggabungan dua unsur bahasa, yaitu bentuk ceplus termasuk unsur dari bahasa

Page 72: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Jawa dan awalam me - yang berasal dari bahasa Indonesia. Oleh karena itu

campur kode pada tuturan (11) di atas bersifat ke dalam atau disebut inner code-

mixing. Tuturan tersebut diutarakan oleh Mbakyu Celathu untuk menjawab

pertanyaan dari Mas Celathu, ketika suaminya tersebut bertanya manusia seperti

apa yang tega, dan dengan keji melakukan aksi pengeboman yang terjadi berkali-

kali di Indonesia. Hal ini sangat berkaitan dengan banyaknya aksi

teror/pengeboman yang terjadi di Indonesia, kejadian tersebut mungkin memang

murni kasus terorisme atau mungkin ada konspirasi politik yang melatar

belakanginya. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke dalam ialah

Mbakyu Celathu ingin menunjukkan latar belakang budayanya yang berbudaya

Jawa.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud baster.

(12) Dan itu tuh...makannya juga jangan ngawur. Kalau ketemu sate

kambing kok selalu cenanangan. Dikontrol tuh kolesterolnya. Mosok

trigliseride kok sampai 609. Kalau kena stroke gimana? Ngejob ya

ngejob,..tapi harus ingat kekuatan badan. Wis tuwa kok maunya tetap

mbagusi...‟‟ (18/CK/RCB/SM/23-08-2009)

Pada tuturan (12) terdapat campur kode bentuk baster, yaitu ngejob

(bekerja). Campur kode bentuk baster ngejob merupakan penggabungan dua

unsur bahasa, yaitu bentuk job yang termasuk unsur dari bahasa Inggris dan

awalan nge- yang berasal dari dialek Jakarta. Oleh karena itu campur kode pada

tuturan (12) di atas bersifat ke luar atau disebut outer code-mixing. Tuturan dalam

data (12) diungkapkan oleh Mbakyu Celathu yang mengingatkan suamuinya ,Mas

Celathu, agar ia harus lebih sadar diri, karena sudah tua bekerja harus melihat

kondisi badan tidak terlalu memaksakan, menjaga kesehatan dan mengatur pola

Page 73: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

makan. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke luar ialah Mbakyu

Celathu ingin memberi kesan bahwa ia adalah orang yang terpelajar atau orang

yang berpendidikan cukup.

d. Campur kode Berwujud Perulangan Kata

Peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM ada yang

berwujud perulangan kata. Data yang menunjukkan campur kode yang berwujud

perulangan kata tampak dalam tuturan berikut.

(13) ‟‟Lagian saya kan dikaruniai diabetes melitus. Untuk

menyelenggarakan ‟duel ranjang‟ selalu butuh perjuangan maha dahsyat.

Kalau kadar gulanya mumbul, yang terjadi malah ‟layu sebelum

berkembang‟. Lha wong siji wae ra entek-entek, kok arep ndobel. Boyok-

ku kelakon sempal nanti,‟‟ begitu kilah Mas Celathu menampik ajakan

berpoligami. (6/CK/RCB/SM/08-03-2009)

Pada tuturan (13) di atas terdapat campur kode berupa kata ulang yang

berasal dari bahasa Jawa, yaitu entek-entek (habis-habis). Kata ulang pada tuturan

(13) di atas termasuk kata ulang utuh karena tidak mendapat imbuhan dan tidak

berubah bunyi. Campur kode ini bersifat ke dalam (inner code-mixing). Tuturan

tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu yang meyakinkan istrinya dengan

berbagai alasan, bahwa ia tidak mungkin akan berpoligami. Hal ini berkaitan

dengan fenomena merebaknya isu-isu tentang perselingkuhan dan poligami yang

ketika itu menjadi topik pembicaraan yang hangat dalam masyarakat. Latar

belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Mas Celathu ingin menunjukkan

kekhasan daerahnya.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud perulangan kata.

(14) Hayo, mau ngapain lagi sekarang? Mau bilang ”urip mung mampir

ngguyu” lagi sambil wajahnya pringas-pringis? Lha mbok mringis-nya

sampai mrongos ya bakal ngos-ngosan. Soalnya, suhu badan Mas Celathu

Page 74: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

diibaratkan bisa untuk bikin telur setengah matang. Matanya berkunang-

kunang kayak teler cimeng. Jika berjalan tertatih-tatih seperti tuna netra

kehilangan tongkat putih. (8/CK/RCB/SM/22-03-2009)

Pada tuturan (14) di atas terdapat campur kode berupa kata ulang, yaitu

pringas-pringis (cengar-cengir/senyum-senyum). Kata ulang ini termasuk kata

ulang berubah bunyi. Dalam kata ulang pringas-pringis terjadi pergantian fonem,

dari bentuk dasarnya pringis, fonem /i/ pada bentuk dasarnya tersebut diubah

menjadi fonem /a/, sehingga pengulangannya menjadi pringas. Campur kode ini

bersifat ke dalam karena berasal dari bahasa Jawa. Tuturan di atas diungkapkan

oleh Mbakyu Celathu kepada Mas Celathu yang ketika itu sedang terbaring sakit

di rumah sakit karena terkena demam berdarah. Mbakyu Celathu merasa kesal

kepada Mas Celathu karena nasihatnya tidak pernah dihiraukan, akhirnya Mas

Celathu harus beristirahat di rumah sakit. Latar belakang terjadinya campur kode

ini adalah untuk menunjukkan latar belakang budaya Mbakyu Celathu sebagai

orang Jawa.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud perulangan kata.

(15) ”Makanya, sekarang diminum tuh jamu pegagannya. Biar daya

ingat sampeyan tetap kuat. Dieling-eling dulu kayak apa sejarah capres

itu. Dulunya jahat atau tidak? Pernah jadi penculik atau pembunuh atau

memang orang suci? Kalau sampeyan sudah lupa permanen, ya nanti pasti

keliru kalau nyontreng milih presiden,” nasihat Mbakyu Celathu.

(10/CK/RCB/SM/03-05-2009)

Pada tuturan (15) di atas terdapat campur kode berupa kata ulang yang

berasal dari bahasa Jawa, yaitu Dieling-eling (Diingat-ingat). Kata ulang pada

tuturan (15) di atas termasuk pengulangan bentuk dasar secara sebagian, tanpa

perubahan fonem. Campur kode ini bersifat ke dalam (inner code-mixing).

Tuturan dalam data (15) tersebut diungkapkan Mbakyu Celathu ketika

Page 75: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

memberikan jamu tradisional berupa rebusan daun pegagan kepada Mas Celathu,

yang dipercaya berkhasiat untuk meningkatkan daya ingat, agar Mas Celathu

dapat mengingat dengan baik nama calon wakil rakyat, supaya tidak salah

memilih waktu mencontreng. Hal ini berkaitan dengan fenomena akan

dilaksanakannya pemilihan umum di Indonesia yang akan memilih presiden dan

wakilnya. Latar belakang terjadinya campur kode tersebut adalah Mbakyu Celathu

ingin menonjolkan sifat kedaerahannya.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud perulangan kata.

(16) ”Wualah lagakmu Pakne-pakne. Lha wong modalnya cuma

nyonthong aja gayanya melebihi wakil rakyat yang bakal dilantik,” ejek

Mbakyu sambil masih terus berkemas-kemas. (19/CK/RCB/SM/27-09-09)

Tuturan pada data (16) di atas diungkapkan oleh Mbakyu Celathu. Pada

data (16) terdapat campur kode berupa kata ulang yang berasal dari bahasa Jawa,

yaitu Pakne-pakne (Bapak-bapak). Kata ulang pada tuturan (22) di atas termasuk

kata ulang utuh karena tidak mendapat imbuhan dan tidak berubah bunyi. Campur

kode ini bersifat ke dalam (inner code-mixing). Latar belakang terjadinya campur

kode tersebut adalah Mbakyu Celathu ingin menunjukkan kekhasan latar belakang

budaya yang dimilikinya, yaitu budaya Jawa dengan memanfaatkan bentuk kata

sapaan dalam bahasa Jawa yang ditujukan kepada Mas Celathu, suaminya.

e. Campur Kode Berwujud Ungkapan atau Idiom

Peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM ada yang

berwujud ungkapan atau idiom. Data yang menunjukkan campur kode yang

berwujud ungkapan atau idiom dapat dilihat dalam tuturan berikut.

(17) Paling tidak, jika ada sementara orang gemar melihat kesengsaraan

wong cilik berebut rezeki benama zakat, sedekah atau BLT, Bantuan

Page 76: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Langsung Tunai, orang ini semestinya bisa mengompensasikan naluri

primitif itu dengan melihat ikan berebut makan di kolam saja. Lebih aman

dan dijamin nggak bakal ada korban lantaran kehabisan napas saat

berdesak-desakan. (13/CK/RCB/SM/05-07-2009)

Tuturan pada data (17) mengalami peristiwa campur kode ke dalam

(inner code mixing) yang berwujud idiom dalam bahasa Jawa, yaitu wong cilik

(rakyat kecil). Idiom dalam bahasa Jawa tersebut bermakna rakyat biasa/orang

kebanyakan (bukan golongan bangsawan, pejabat, hartawan). Peristiwa campur

kode pada data (17) diucapkan oleh Mas Celathu yang merasa simpati dan

bersedih melihat keadaan rakyat kecil di negeri ini. Kedaan ekonomi yang tidak

menentu membuat rakyat kecil semakin menderita. Untuk sekedar mendapatkan

bantuan dengan jumlah uang tidak seberapa, mereka harus berdesak-desakan,

bahkan sampai mengorbankan jiwa mereka. Mas Celathu berharap ada tata cara

atau prosedur yang lebih manusiawi ketika pemerintah atau dermawan hendak

menyalurkan bantuannya kepada rakyat kecil. Hal tersebut berkaitan dengan

fenomena pemberian BLT (Bantuan Langsung Tunai) kepada masyarakat sebagai

kompensasi BBM dari pemerintah. Campur kode tersebut disebabkan oleh latar

belakang budaya Mas Celathu yang berbudaya Jawa, maka ia dalam bertutur

dipengaruhi oleh bahasa Jawa. Jadi, latar belakang terjadinya campur kode pada

tuturan (17) di atas adalah Mas Celathu ingin menimbulkan suasana kedaerahan.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud ungkapan atau idiom.

(18) ‟‟Kalau manusia beneran, mana mungkin punya pikiran jahat

menghancurkan kehidupan?‟‟ jawab Mas Celathu ketika bininya bertanya,

‟‟Kira-kira manusia macem apa ya, pelaku pengeboman itu?‟‟

‟‟Mungkin pelakunya jenis manusia kapok lombok,‟‟ jawab Mbakyu

Celathu seraya menerangkan, ‟‟kapok lombok‟‟ adalah perilaku orang

yang selalu ingin mengulang kekonyolan, meski kekonyolan itu nggak

enak dan menyengsarakan. Kayak orang kepedasan menggigit cabe. Pas

Page 77: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

mulutnya nyonyor kepedasan selalu bilang kapok, kapok, kapok.... Tapi

jika nanti mengunyah tempe, tetap saja menceplus lombok.

(15/CK/RCB/SM/19-07-2009)

Tuturan pada data (18) mengalami peristiwa campur kode ke dalam

(inner code mixing) yang berwujud idiom dalam bahasa Jawa, yaitu kapok

lombok (jera/kapok (seperti makan) cabai) yang bermakna perilaku orang yang

selalu ingin mengulang kekonyolan, meski kekonyolan itu tidak enak dan

menyengsarakan. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mbakyu Celathu untuk

menjawab pertanyaan dari Mas Celathu yang bertanya manusia seperti apa yang

berulang kali, dan tidak berperasaan telah melakukan teror bom yang membuat

banyak jatuh korban jiwa dan membuat rakyat Indonesia sengsara. Mbakyu

Celathu merasa heran kepada orang-orang yang hobinya melakukan aksi teror

bom tersebut. Jelas perbuatan itu telah menyengsarakan banyak orang, tetapi

orang-orang/pelaku pengeboman itu tidak pernah merasa kapok atau jera untuk

melakukannya lagi. Selalu mengulang kekonyolan, bahkan dengan pertaruhan

kematian. Hal ini berkaitan dengan fenomena banyaknya aksi teror/pengeboman

yang terjadi di Indonesia, mungkin memang murni kasus terorisme atau bisa saja

merupakan konspirasi politik yang melatarbelakanginya. Latar belakang

terjadinya campur kode tersebut adalah Mbakyu Celathu ingin menunjukkan

kekhasan daerah/budaya atau menunjukkan latar belakang budaya yang

dimilikinya, yaitu budaya Jawa dengan memanfaatkan bentuk-bentuk idiom

dalam bahasa Jawa.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud ungkapan atau idiom.

(19) ’’Jer basuki mawa beya, tidak ada perjuangan tanpa pengorbanan.

Kaki lecet juga boleh diartikan tumbal perjuangan. Satu hari saja aku tidak

Page 78: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

berkorban, badanku rasanya pegel-pegel linuÖBener tuh,‟‟ kata Mas

Celathu dengan wajah diserius-seriuskan. (14/CK/RCB/SM/12-07-2009)

Tuturan pada data (19) mengalami peristiwa campur kode ke dalam

(inner code mixing) yang berwujud idiom dalam bahasa Jawa, yaitu jer basuki

mawa beya yang bermakna perjuangan yang selalu disertai dengan pengorbanan.

Tuturan yang diungkapkan Mas Celathu ketika dia jalan-jalan ke luar negeri.

Ketika mendapat undangan dari Kedubes RI di sana, kakinya menjadi lecet-lecet

karena memakai sepatu kulit model vantofel yang tertutup rapat. Mas Celathu

menganggap kejadian tersebut sebagai sebuah pengorbanan. Campur kode

tersebut disebabkan oleh latar belakang budaya Mas Celathu yang berbudaya

Jawa, maka ia dalam bertutur dipengaruhi oleh bahasa Jawa. Jadi, latar belakang

terjadinya campur kode pada data (19) di atas adalah Mas Celathu sebagai

seorang budayawan ingin menunjukkan kekhasan budaya yang dimilikinya, yaitu

budaya Jawa.

f. Campur Kode Berwujud Klausa

Peristiwa campur kode dalam RCB pada surat kabar SM ada yang

berwujud klausa. Data yang menunjukkan campur kode yang berwujud klausa

dapat dilihat dalam tuturan berikut.

(20) Meskipun jalan hidup menghantarkannya jadi pemain tonil, aslinya

pendidikan formal Mas Celathu memang seni rupa. ”Mbaleni gawean

lawas. Biar awet hidup,” ujar Mas Celathu menjawab pertanyaan istrinya

yang terlihat bingung melihat aktivitasnya yang tidak lumrah.

(12/CK/RCB/SM/07-06-2009)

Pada tuturan (20) terdapat campur kode berwujud klausa, yaitu Mbaleni

gawean lawas (mengulang pekerjaan lama). Campur kode ini bersifat ke dalam

(inner code-mixing) karena berasal dari bahasa Jawa. Tuturan dalam data (20) di

atas diungkapkan oleh Mas Celathu untuk menjawab pertanyaan istrinya yang

Page 79: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

terlihat bingung melihat aktivitasnya. Sebagai seorang pemain tonil Mas Celathu

merasa rindu kepada pekerjaan dan hobi yang dulu pernah dikerjakannya yaitu

melukis. Peristiwa campur kode ini dipengaruhi oleh latar belakang kebahasaan

Mas Celathu yang berbahasa Jawa, sehingga Mas Celathu dalam bertutur banyak

dipengaruhi bahasa Jawa. Jadi, latar belakang terjadinya campur kode pada

tuturan (20) di atas adalah Mas Celathu ingin menunjukkan kekhasan daerahnya,

selain itu campur kode dengan unsur-unsur bahasa daerah menunjukkan bahwa

Mas Celathu sangat mencintai budayanya, yaitu budaya Jawa.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung campur kode yang

berwujud klausa.

(21) ”Lagian, sebagai manusia Indonesia yang pernah ditatar P4, saya

juga ogah di-wayang-kan. Apa enaknya jadi tokoh wayang? Kalau nanti

wayang diklaim jadi milik Malaysia, kan saya terpaksa pindah warga

negara. Nggak banget deh. Right or wrong my country is

Indon.” (20/CK/RCB/SM/27-09-09)

Pada tuturan (21) terdapat campur kode berwujud klausa, yaitu Right or

wrong my country is Indon (baik atau buruk bangsa dan negaraku tetap

Indonesia). Campur kode ini bersifat ke luar (outer code-mixing) karena berasal

dari bahasa Inggris. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu sebagai

tanda betapa ia mencintai tanah air kelahirannya, Indonesia. Hal ini juga berkaitan

dengan fenomena beberapa kebudayaan asli Indoensia yang diakui atau diklaim

oleh Malaysia. Sebagai seorang budayawan Mas Celathu merasa marah dan kesal

atas kejadian tersebut. Latar belakang terjadinya campur kode yang bersifat ke

luar ini ialah Mas Celathu ingin memberi kesan bahwa ia mempunyai

pengetahuan tentang bahasa Inggris yang cukup, sehingga akan menimbulkan

Page 80: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

kesan bahwa Mas Celathu adalah orang yang terpelajar atau orang yang

berpendidikan.

2. Alih Kode dalam RCB pada Surat Kabar SM

Alih kode adalah peristiwa peralihan dari kode yang satu ke kode yang

lain. Jadi apabila seorang penutur mula-mula menggunakan kode A ( misalnya

bahasa Indonesia ), dan kemudian beralih menggunakan kode B ( misalnya bahasa

Jawa ), maka peristiwa peralihan pemakaian bahasa seperti itu disebut alih kode (

code-switching ). Peristiwa alih kode mungkin berwujud alih varian, alih ragam,

alih gaya atau register. Peralihan yang demikian dapat diamati lewat tingkat-

tingkat tatabunyi, tatakata, tatabentuk, tatakalimat, tatawacananya (Suwito,

1991:80). Alih kode itu dapat terjadi antar bahasa-bahasa daerah dalam satu

bahasa nasional, atau antara dialek-dialek dalam satu bahasa daerah, atau antar

beberapa ragam dan gaya yang terdapat pada satu dialek. Alih kode seperti itu

bersifat intern, jadi disebut dengan alih kode intern, sedangkan apabila yang

terjadi adalah bahasa asli dengan bahasa asing, maka disebut alih kode ekstern.

Mengacu pada teori di atas, ternyata pemakaian bahasa dalam RCB pada

surat kabar SM selain terjadi peristiwa campur kode juga terjadi peristiwa alih

kode. Data yang menunjukkan peristiwa alih kode dalam RCB pada surat kabar

SM tampak pada tuturan berikut ini.

(22) ‟‟Sekarang banyak calon presiden yang senang ndobosi

rakyatnya,‟‟ lantas melanjutkan dengan suara mirip mantan presiden

Soeharto, yang melambungkan namanya, ’’Hamenangi zaman dobosan.

Pemimpin kang ora melu ndobosan ora keduman...‟‟

(1/AK/RCB/SM/12-02-2009)

Page 81: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Alih kode yang terjadi pada data (22) adalah peristiwa alih kode ke

dalam atau alih kode intern, yaitu alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.

peristiwa alih kode tersebut ditandai dengan kalimat “Hamenangi zaman

dobosan. Pemimpin kang ora melu ndobosan ora keduman..”.( Berada dalam

zaman penuh kebohongan. Pemimpin yang tidak ikut berbohong tidak mendapat

bagian). Tuturan tersebut merupakan sindiran dari Mas Celathu, tentang

fenomena politik yang terjadi di Indonesia. Bagaimana para calon pemimpin di

negeri ini melakukan trik-trik atau strategi untuk meraih kursi kekuasaan,

melakukan konspirasi-konspirasi politik, termasuk membohongi masyarakat

dengan janji-janji dan tipu muslihat yang membuat masyarakat bersimpati dan

mau memilihnya.

Alih kode pada tuturan (22) tersebut berfungsi untuk membangkitkan

rasa humor para hadirin atau tamu undangan. Ketika itu Mas Celathu bermonolog

dalam acara malam resepsi HUT Ke-59 Suara Merdeka, di Rama Shinta Ballroom

Hotel Patra Semarang, di depan para tamu undangan, seperti Pemimpin Umum

Suara Merdeka Ir H Budi Santoso, mantan Menteri Perumahan Rakyat (Menpera)

Siswono Yudohusodo, Gubernur Bibit Waluyo, mantan gubernur Ali Mufiz,

pengusaha Sandiaga Uno, Ketua DPRD Jateng Murdoko, dan Kapolda Jateng

Irjen Alex Bambang Riatmodjo serta sejumlah bupati/wali kota.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung alih kode.

(23) ”Cuma begitu kok sulit. Lihat aja contohnya.”

”Lho, centang napa contreng? Kok kula bingung niki...”

”Centang sama contreng itu sami mawon.” ”Nggih benten, beda, ta Bos.

Contreng niku anak laron. Nggambarnya mboten gampang.” ”Hua ha

ha....oallah Bos! Anak laron niku gonteng. Bukan contreng.” Lalu

meledaklah tawa mereka. Hanya Bos Mburi yang semangkin bengong,

bertanya dalam hati kenapa dirinya ditertawakan. Orang-orang terpelajar

menganggap masalah beginian soal sepele. Tapi tidak bagi wong cilik

Page 82: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

seperti Bos Mburi. Betapa pun, mereka butuh bimbingan.

(2/AK/RCB/SM/15-03-2009)

Alih kode yang terjadi pada data (23) adalah peristiwa alih kode ke

dalam atau alih kode intern, yaitu alih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.

peristiwa alih kode tersebut ditandai dengan kalimat “Lho, centang napa

contreng? Kok kula bingung niki...” (Lho, centang apa contreng? Kok saya

bingung ini). Tuturan tersebut diutarakan oleh Bos Mburi. Ia adalah pembantu

Mas Celathu ,yang bingung dengan bagaimana bentuk pencontrengan yang benar

ketika pemilu nanti. Mas Celathu yang mula-mula menggunakan bahasa

Indonesia saat memberikan contoh pencontrengan, karena Bos Mburi

menjawabnya dengan bahasa Jawa, maka kemudian Mas Celathu beralih kode

dengan berbahasa Jawa juga.

Alih kode pada tuturan (23) dimaksudkan untuk mengimbangi bahasa

yang dipergunakan oleh lawan tuturnya. Hal ini dikarenakan Bos Mburi sebagai

mitra tutur mempunyai latar belakang kebahasaan yang sama dengan Mas Celathu

sebagai penutur yaitu berlatar belakang bahasa Jawa.

3. Interferensi dalam RCB pada Surat Kabar SM

Terjadinya interferensi ini berdasar pada kemampuan si penutur dalam

menggunakan bahasa tertentu sehingga dia dipengaruhi oleh bahasa lain.

Interferensi ini dapat terjadi dalam menggunakan bahasa kedua (B2), dan yang

berinterferensi ke dalam bahasa kedua itu adalah bahasa pertama atau bahasa ibu

(Abdul Chaer dan Leonie Agustina, 2004:120).

Page 83: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Interferensi dapat terjadi dalam semua komponen kebahasaan. Ini berarti

semua komponen kebahasaan dapat terjadi dalam bidang-bidang tatabunyi,

tatabentuk, tatakalimat, tatakata, dan tatamakna (Suwito, 1991:65).

Interferensi juga terjadi dalam pemakaian bahasa dalam RCB pada surat

kabar SM. Meskipun interferensi dapat terjadi dalam berbagai tataran, yaitu

tataran bunyi, morfologi, maupun kalimat, akan tetapi interferensi yang terjadi

dalam RCB yang paling banyak ditemukan adalah interferensi dalam tataran

morfologi/kata. Data yang menunjukkan peristiwa interferensi dalam RCB pada

surat kabar SM tampak pada tuturan berikut ini.

(24) Dia seakan-akan ikut mengamini adanya paranoia terhadap warna.

Warna-warni yang seharusnya bebas ditafsirkan, biasanya akan

dimonopoli oleh partai-partai yang selalu mengidentikkannya dengan

warna tertentu. Persis sebagaimana dulu Jawa Tengah pernah menjadi

korban kuningisasi, sampai-sampai Borobudur nyaris diguyur cat warna

kuning. (1/Interf/RCB/SM/15-02-2009)

Tuturan pada data (24) mengalami peristiwa interferensi dalam tataran

kata. Peristiwa interferensi/penyimpangan dalam bahasa Indonesia itu ditandai

dengan kata kuningisasi. Pemakaian kata serapan asing yang berbentuk afiks –

(n)isasi seharusnya tidak digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia karena

sudah ada padanannya yaitu afiks pe – an. Dengan demikian, pemakaian kata

kuningisasi merupakan interferensi/penyimpangan bahasa Indonesia dalam RCB

pada surat kabar SM, karena kata itu sudah mempunyai padanan yang benar

dalam bahasa Indonesia yaitu penguningan.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung interferensi.

(25) Dan Mas Celathu yang supercuek, ngeyelan, mbagusi dan

hidupnya cenderung memanjakan guyonan, akhirnya harus terkapar di

ranjang rumah sakit, gara-gara keok melawan seekor nyamuk. Ya, nyamuk

aedes aegypti! ”Biar kapok. Kalau belum kesandung kayak gini kan

nggak mau istirahat. (2/Interf/RCB/SM/22-03-2009)

Page 84: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Tuturan pada data (25) mengalami peristiwa interferensi dalam tataran

kata. Peristiwa interferensi/penyimpangan dalam bahasa Indonesia itu ditandai

dengan kata kesandung. Pemakaian afiks ke - an seharusnya tidak digunakan

dalam pemakaian bahasa Indonesia karena sudah ada padanannya yaitu afiks ter-.

Jadi, bentuk yang benar dari kata kesandung adalah tersandung .pemakaian kata

kesandung dipengaruhi oleh ragam bahasa Jawa, karena penulisnya adalah

berlatar belakang budaya Jawa asli. Dengan demikian, pemakaian kata kesandung

merupakan interferensi/penyimpangan bahasa Indonesia dalam RCB, karena kata

itu sudah mempunyai padanan yang benar dalam bahasa Indonesia yaitu

tersandung.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung interferensi.

(26) ‟Lho bukan begitu. Ini kan demi menghormati yang

ngundang. Kalau pakai sepatu sandal nanti dikira nggak tahu sopan

santun. Bangsa kita kan dikenal beradab. Apalagi acara yang kita kunjungi

ini tingkat internasional lho,‟‟ kilahnya setengah bercanda.

(3/Interf/RCB/SM/12-07-2009)

Tuturan pada data (26) mengalami peristiwa campur kode ke dalam

(inner code mixing) dan interferensi dalam tataran kata. Peristiwa campur kode

dan interferensi itu ditandai dengan kata ngundang. Pemakaian kata ngundang

seharusnya tidak digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia karena sudah ada

bentuk yang benar yaitu mengundang. Pemakaian kata ngundang dipengaruhi

oleh ragam bahasa Jawa. Dengan demikian, pemakaian kata ngundang merupakan

campur kode sekaligus interferensi/penyimpangan bahasa Indonesia dalam RCB,

karena kata itu sudah mempunyai bentuk yang benar dalam bahasa Indonesia

yaitu mengundang.

Page 85: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Berikut ini adalah data lain yang mengandung interferensi.

(27) ‟‟Hebat lho itu, sudah berpancasila je. Tapi sikap

berpancasila ternyata bukan monopolinya orang Indonesia saja lho dik.

Meski pun bule-bule itu nggak kenal Pancasila, terkadang perilakunya

sangat Pancasilais lho. Bener itu. Peraturan-peraturan di sana dibuat

supaya rakyatnya bahagia. Dan aparat pemerintahnya sangat sadar kalau

mereka itu adalah pelayan masyarakat,‟‟ tutur Mas Celathu.

(4/Interf/RCB/SM/26-07-2009)

Tuturan pada data (27) mengalami peristiwa interferensi dalam tataran

kata. Peristiwa interferensi/penyimpangan dalam bahasa Indonesia itu ditandai

dengan kata Pancasilais. Pemakaian kata serapan asing yang berbentuk afiks –is

seharusnya tidak digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia karena bentuk

yang benar ialah dengan kata „pengikut paham’. Dengan demikian, pemakaian

kata Pancasilais merupakan interferensi/penyimpangan bahasa Indonesia dalam

RCB pada surat kabar SM, karena kata itu sudah mempunyai padanan yang benar

dalam bahasa Indonesia yaitu dengan kata-kata pengikut paham Pancasila.

4. Pelesapan dan Penambahan Fonem

Selain bentuk-bentuk campur kode, alih kode, dan interferensi fenomena

yang terjadi dalam pembuatan RCB pada surat kabar SM adalah adanya

kecenderungan mengabaikan bahasa yang bersifat formal dalam pemilihan kata

yang dilakukan oleh penulis, yaitu Butet Kertaradjasa. Hal tersebut selain

menunjukkan kekhasan penggunaan bahasa juga dikarenakan pembaca surat kabar

SM, khususnya pembaca RCB yang berasal dari berbagai kalangan, sehingga

dengan penggunaan bahasa yang seperti itu, akan terasa lebih santai dan

mempunyai kecenderungan sebagai bahasa tutur yang digunakan dalam

percakapan sehari-hari. Salah satu hal yang sering dilakukan adalah dengan

Page 86: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

menambah ataupun mengurangi fonem baik berupa konsonan/vokal maupun suku

kata.

a. Pelesapan Konsonan di Awal Kata

Sebagai data dapat dilihat dalam tuturan berikut.

(28) “Bapak ki piye ta? Kan Vantine Day‟s..ya semua harus serba pink

dong.”“ Emang ada peraturan yang mengharuskan begitu?”

“Haaaeeess..embuh-lah. Bapak ki mesti ngeyel.”(2/PPF/RCB/SM/15-02-

2009)

(29) “Sampeyan itu ya kebangetan. Lha wong anak punya keinginan

sederhana aja kok ya nggak dituruti. Apa sih susahnya pakai kaos atau

baju warna merah jambu?” tiba-tiba Mbakyu Celathu ikutan nimbrung.

(3/PPF/RCB/SM/15-02-2009)

(30) ’’Udah tua kok nggak tahu diri. Biar tahu rasa. Nikmati tuh boyok

yang sempal,‟‟ kata Mbakyu Celathu ketika mendengar kabar Mas Celathu

terkilir pinggangnya gara-gara terjatuh dari kuda. Konon, belum lama ini

Mas Celathu nekat menunggang kuda di kawasan wisata Bromo. Dia

terpelanting dari pelana ketika kuda tunggangannya berlari kencang,

sehingga tubuhnya terhempas di bebatuan. (7/PPF/RCB/SM/17-05-2009)

Fenomena pelesapan konsonan di awal kata tampak pada emang (data

28), aja (data 29), dan udah (data 30). Pada kata aja dan udah terjadi pelesapan

konsonan /s/, sedang pada kata emang terjadi pelesapan konsonan /m/. Untuk

lebih jelasnya dapat diuraikan sebagai berikut.

Saja [s]aja aja

Memang [m]emang memang

Sudah [s]udah sudah

Pelesapan ketiga kata ini memang banyak ditemukan dalam RCB.

Dengan menanggalkan di awal kata maka tuturan yang disampaikan penulis

menjadi lebih luwes/lentur sehingga terhindar dari kesan kaku dalam

berkomunikasi tujuannya adalah terciptanya suasana yang komunikatif dan lebih

santai.

Page 87: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dalam bahasa Indonesia yang baku terdapat proses afaresis, yaitu sebuah

proses pembentukan kata dengan cara menanggalkan satu atau lebih fonem di

awal kata. Namun, pelesapan fonem dalam proses afaresis dan yang terjadi dalam

RCB pada surat kabar SM tidaklah sama. Dalam afaresis, kata bentukan yang baru

adalah kata yang baku dan sesuai dengan PUEYD ,sedangkan dalam RCB

bentukan kata yang terjadi adalah bentuk yang tidak baku.

b. Pelesapan Suku Kata

Fenomena pelesapan suku kata yang terjadi dalam rubrik CB dapat

dilihat dari data berikut.

(31) ‟‟LHO, Bapak kok tidak pakai baju warna pink?”

“Wualaaahh....apa ya pantes? He he he ...nanti aku malah kayak ice cream

rasa strawberry, semua orang jadi terangsang pengin menjilati aku

gimana? Emang kenapa ta, dik?” (1/PPF/RCB/SM/15-02-2009)

(32) Dan Mas Celathu yang supercuek, ngeyelan, mbagusi dan

hidupnya cenderung memanjakan guyonan, akhirnya harus terkapar di

ranjang rumah sakit, gara-gara keok melawan seekor nyamuk. Ya, nyamuk

aedesaegypti! ”Biar kapok. Kalau belum kesandung kayak gini kan nggak

mau istirahat. Dibilangin kok nggak pernah nurut. Tahu rasa sekarang,

sampeyan,” omel Mbakyu Celathu yang tiba-tiba harus ganti peran jadi

suster perawat. (4/PPF/RCB/SM/22-03-2009)

(33) ‟‟Terus maunya gimana? Pengin dirayu sama capres yang

nggantheng ya?‟‟ sindir Mas Celathu. ‟‟Bukan begitu. Mbok ya kalau

kampanye itu yang sopan. Jangan menakutkan. Pidato-pidato itu kan lebih

bermanfaat, bisa menjelaskan apa maunya partai. Gitu dong...‟‟.

(5/PPF/RCB/SM/05-04-2009)

(34) La ini pendaftaran dah mau berakhir je...” desak Jeng Genit sambil

meneruskan, ”Bapak mengizinkan nggak sih aku ikutan lomba ini?”

(6/PPF/RCB/SM/19-04-2009)

(35) ‟‟Lho bukan begitu. Ini kan demi menghormati yang ngundang.

Kalau pakai sepatu sandal nanti dikira nggak tahu sopan santun. Bangsa

kita kan dikenal beradab. Apalagi acara yang kita kunjungi ini tingkat

internasional lho,‟‟ kilahnya setengah bercanda. (8/PPF/RCB/SM/12-07-

2009)

Page 88: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

(36) ‟‟Orang yang paling ikhlas itu ya guru-guru SD. Mereka mengisi

dan memberi kepada semua murid tanpa pilih kasih. Memberi, memberi

dan memberi. Nggak pernah meminta. Kalau dosen, apalagi dosen muda

yang bujangan, kadang-kadang nyimpan pamrih. Hanya kepada

mahasiswi yang diincar untuk dipacarai dia kasih perhatian berlebih.

Nggak murni lagi dedikasinya,‟‟ begitu seloroh Mas Celathu suatu kali.

(9/PPF/RCB/SM/23-08-2009)

Pada data (31) kata gimana terjadi pelesapan dua suku kata, yaitu :

Bagaimana [ba]g[a]imana gimana

Pada kata gini, gitu, dah, ngundang, dan nyimpan terjadi pelesapan satu

suku kata. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut.

Begini [be]gini gini

Begitu [be]gitu gitu

Sudah [su]dah dah

Mengundang [me] + undang ngundang

Menyimpan [me] + simpan nyimpan

Pelesapan suku kata pada kata-kata di atas terjadi karena bentukan kata

yang baru terasa lebih singkat dan komunikatif. Selain itu, dengan menciptakan

kata-kata yang lebih singkat ini akan menghindarkan pembaca dari kebosanan

daripada ketika menggunakan bentuk yang lebih baku.

5. Interjeksi

Interjeksi adalah kategori yang bertugas mengungkapkan perasaan

pembicara, dan secara sintaksis tidak berhubungan dengan kata-kata lain dalam

ujaran. Interjeksi bersifat ekstrakalimat dan selalu mendahului ujaran sebagai

teriakan yang lepas atau berdiri sendiri. Interjeksi dapat ditemukan dalam RCB,

seperti dalam data berikut.

Page 89: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

(37) ‟‟LHO, Bapak kok tidak pakai baju warna pink?”

“Wualaaahh....apa ya pantes? He he he ...nanti aku malah kayak ice cream

rasa strawberry, semua orang jadi terangsang pengin menjilati aku

gimana? Emang kenapa ta, dik?” “Bapak ki piye ta? Kan Vantine

Day‟s....ya semua harus serba pink dong.” “Emang ada peraturan yang

mengharuskan begitu?” “Haaaeeess...embuh-lah. Bapak ki mesti

ngeyel...” (4/Interj/RCB/SM/15-02-2009)

Dari data (37) tersebut tampak adanya penggunaan beberapa kata yang

termasuk dalam jenis interjeksi, yaitu kata-kata ‟‟LHO”, “Wualaaah”, dan

“Haaaeeess”. Kata “LHO” termasuk jenis interjeksi yang menyatakan rasa

kekagetan. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Genit yang terkejut/kaget

melihat ayahnya, Mas Celathu, yang tidak memakai baju berwarna pink, yang

telah ia siapkan untuk memperingati hari kasih sayang atau Valentine Day’s. Kata

“Wualaaahh” termasuk ke dalam jenis interjeksi yang menyatakan keheranan.

Tuturan tersebut diungkapkan oleh Mas Celathu yang merasa heran mengapa ia

harus memakai baju berwarna pink untuk memperingati hari Valentin atau

Valentine Day’s, sedangkan kata “Haaaeeess” adalah interjeksi untuk

menyatakan kekecewaan atau kekesalan. Tuturan tersebut diungkapkan Jeng

Genit untuk menyatakan kekesalannya kepada Mas Celathu karena dia tidak

bersedia mengenakan baju berwarna pink untuk memperingati Valentine Day’s.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung interjeksi.

(38) Dan lihatlah! Mas Celathu sekarang pakai kaos ketat warna pink!

Penampilan yang sungguh menakjubkan, benar-benar sensasi Valentine

paling seru. Bener-bener tidak matching. Warna itu terasa asing melekat di

tubuh Mas Celathu yang selama ini memang nggak pernah dibungkus

warna cerah. Jeng Genit yang rupanya sedari tadi mengintip dari balik

pintu, langsung menyeruak kegirangan dan berlompat-lompat

histeris,”Horeeee....bapakku pakai kaos merah jambu. Happy Valentine

ayah...hua ha ha. Bapak lucu...!!!!” (7/Interj/RCB/SM/15-02-2009)

Page 90: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Kata “Horeeee” pada data (38) merupakan bentuk interjeksi. Kata

tersebut termasuk ke dalam jenis interjeksi yang menyatakan kelegaan atau

ungkapan kegembiraan. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Genit yang

merasa lega dan gembira ketika melihat sang ayah, yaitu Mas Celathu, yang

akhirnya bersedia mengenakan kaos yang berwarna pink, sesuai dengan apa yang

diinginkannya.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung interjeksi.

(39) ‟‟Nah itu tugasnya orang miskin. Biasanya, orang miskin terlatih

berpikir. Berpikir bagaimana caranya ngumpet dari tagihan utang.

Berpikir cari tambahan rezeki, berpikir bagaimana caranya dapat beras

dan minyak murah, berpikir nebus obat yang harganya mencekik, berpikir

cari bea siswa biar sekolah gratis, berpikir ngakali wong sugih biar rela

jadi dermawan, berpikir. ...‟‟ ‟‟Huusssss!!! Omongan sampeyan itu bisa

bikin orang sakit hati lho. (9/Interj/RCB/SM/22-02-2009)

Kata “Huussss” dalam data (39) termasuk ke dalam jenis interjeksi yang

menyatakan seruan. Bentuk interjeksi seruan tersebut diungkapkan oleh Mbakyu

Celathu kepada Mas Celathu agar Mas Celathu tidak asal bicara. Ketika itu, Mas

Celathu membicarakan bagaimana kebiasaan atau pola hidup masyarakat yang

hidupnya kekurangan atau miskin seperti, bersembunyi ketika ada tagihan hutang,

berpikir bagaimana caranya mendapatkan sembako murah, dan berpikir

bagaimana mencari simpati dari orang kaya agar mereka bersedia menjadi

dermawan. Mbakyu Celathu khawatir kata-kata Mas Celathu itu dapat membuat

orang sakit hati.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung interjeksi.

(40) ‟‟Lha... saya.. itu.. malah... bersyukur... je,‟‟ ujar Mas Celathu

dengan irama kalem kayak dialog Arjuna di panggung wayang orang.

‟‟Haaah...bersyukur?‟‟

‟‟Lho,...kalau nggak ada gegeran seperti ini, kapan Pemerintah Indonesia

peduli dan memperhatikan kebudayaan. Kan lumayan, sekarang semua

perhatian diarahkan ke sektor budaya. Menterinya tidak hanya bicara

Page 91: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

pariwisata lagi. Kebudayaan tidak hanya dilihat sebagai alat untuk

menyedot devisa. Jadi, ya pantas disyukuri ta?‟‟Mengartikulasikan Pikiran

Mendengar jawaban ini Semaya yang temperamental langsung

maknyeeees. Lega. Rupanya sohibnya masih berbudaya. Maksudnya,

masih peduli memperjuangkan dunia kebudayaan yang kerap menikmati

diskriminasi, bahkan oleh pemerintahannya sendiri.

(16/Interj/RCB/SM/30-08-2009)

Kata “Haaah” dalam data (40) termasuk ke dalam jenis interjeksi yang

menyatakan kekagetan. Tuturan yang mengandung interjeksi tersebut

diungkapkan oleh teman Mas Celathu. Ia merasa kaget dan heran kepada Mas

Celathu, atas jawaban dan komentarnya mengenai fenomena yang terjadi saat itu,

yaitu peristiwa ketika Malaysia tidak lagi menghargai kedaulatan bangsa dan

negara Indonesia, dengan mengklaim kekayaan budaya Indonesia. Orang-orang

pun bersahutan memprotes dan memaki terhadap tindakan Malaysia tersebut,

tetapi Mas Celathu tidak ikutan panik malah terkesan malas menanggapi hal

tersebut, dan sama sekali tidak memperlihatkan gairah yang meledak-ledak.

Ketika teman-temannya mengajak demonstrasi ke Kedubes Malaysia, oleh Mas

Celathu hanya dijawab dengan gelengan kepala, padahal Mas Celathu merupakan

seorang pekerja kebudayaan. Meskipun demikian, ternyata Mas Celathu

mempunyai alasan mengapa dia bersikap demikian. Mas Celathu malah merasa

lega karena bangsa kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa yang terjadi.

Dengan kejadian tersebut pemerintah, dan semua warga negara Indonesia dapat

lebih menghargai dan mencintai kebudayaannya sendiri. Mas Celathu juga tidak

ingin sebuah kebudayaan hanya digunakan sebagai alat penyedot devisa.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung interjeksi.

(41) ‟‟Dan sialnya, banyak orang yang patuh. Tidak berani melihat

cincin raksasa mengkilat di angkasa. Sayang sekali, padahal pada detik

GMT itu pemandangannya indah banget. Hari yang semula terang

benderang, lalu meredup perlahan-lahan, gelap total kayak malam hari,

Page 92: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

dan di langit terlihat matahari tertutupi rembulan. Yang terlihat kemudian

adalah bulatan kayak cincin menyala di tepiannya. Wuaah..wah, wah, jan

elok tenan,‟‟ kenang Mas Celathu dengan agak mendramatisasi, sehingga

Jeng Genit semakin gemas karena selama hidupnya dia tak akan sempat

menyaksikan keajaiban alam yang berlangsung seratus tahun sekali

itu‟‟Wuiihhh, bagus sekali ya? Tapi kenapa pemerintah melarang rakyat

melihat keindahan dan keajaiban itu?‟‟ (17/Interj/RCB/SM/06-09-2009)

Pada data (41) di atas terdapat dua interjeksi, yaitu kata–kata

“Wuaah..wah, wah” dan “Wuiihhh”. Kedua interjeksi tersebut termasuk ke

dalam jenis interjeksi untuk menyatakan keheranan atau kekaguman. Tuturan

“Wuaah..wah, wah” ini diungkapkan oleh Mas Celathu kepada Jeng Genit untuk

menyatakan kekagumannya pada keajaiban alam gerhana matahari yang terjadi

setiap seratus tahun sekali. Mas Celathu menggambarkan bagaimana keindahan

alam ketika terjadi gerhana matahari waktu itu. Ia menjelaskan kepada Jeng Genit,

ketika detik GMT (Gerhana Matahari total) itu terjadi pemandangannya menjadi

sangat indah. Hari yang semula terang benderang, lalu meredup perlahan-lahan,

gelap total seperti malam hari, dan di langit terlihat matahari tertutupi rembulan.

Yang terlihat kemudian adalah bulatan berbentuk cincin menyala di tepiannya.

Mendengar cerita ayahnya tersebut, Jeng Genit menjadi kagum, ditandai dengan

kata-kata “Wuiihhh”,, yang termasuk ke dalam jenis interjeksi untuk menyatakan

kekaguman atau keheranan.

Selain bentuk-bentuk interjeksi di atas, dalam RCB juga terdapat bentuk

interjeksi yang lain, seperti terlihat dalam tabel berikut.

Interjeksi

No Kata - kata Nomor Data Jenis interjeksi

1

2

’’Wuah,wuah,”

“Wueleh,weleh”

(1/Interj/RCB/SM/01-02-2009)

(2/Interj/RCB/SM/01-02-2009)

Menyatakan

keheranan

Menyatakan

Page 93: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

3

4

5

6

7

8

9

“Please,please”

‟‟Wueeleh,...

“Wuah”

“eeeh..”

“Nah...”

“Hayooo...”.

Wahai...’

(6/Interj/RCB/SM/15-02-2009)

(8/Interj/RCB/SM/22-02-2009)

(10/Interj/RCB/SM/22-03-2009)

(11/Interj/RCB/SM/12-04-2009)

(12/Interj/RCB/SM/26-04-2009)

(13/Interj/RCB/SM/26-04-2009)

(15/Interj/RCB/SM/21-06-2009)

keheranan

Menyatakan seruan

atau panggilan minta

perhatian

Menyatakan

keheranan

Menyatakan

kekecewaan dan

kesal

Menyatakan seruan

atau panggilan minta

perhatian

Menyatakan

kelegaan

Menyatakan seruan

atau panggilan minta

perhatian

Menyatakan seruan

atau panggilan minta

perhatian

6. Pemakaian Partikel Dialek Jakarta

Selain unsur dialek bahasa Jawa, unsur dialek yang cukup berpengaruh

pada pemakaian bahasa dalam RCB di surat kabar SM adalah unsur-unsur dialek

Jakarta. Kota Jakarta dengan segala perkembangan dan kemajuannya merupakan

sumber acuan bagi kota-kota lainnya. Unsur-unsur dialek Jakarta sering

digunakan oleh penulis dalam mengemas ide yang ingin disampaikan, selain itu

Page 94: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

dialek Jakarta digunakan dalam RCB agar bahasa yang digunakan terasa lebih

komunikatif, santai, trendi serta dapat menyegarkan suasana. Salah satu unsur

dialek Jakarta yang digunakan adalah pemakaian partikel dialek Jakarta.

Pemakaian partikel dialek Jakarta tersebut dapat dilihat dalam data berikut.

(42) Dengan sok bijaksana, Mas Celathu lalu bilang,”Memangnya

nggak ada lomba yang lain apa? Lagian kamu kan mau Ujian Nasional.

Mbok ya sinau aja yang serius, biar lulus.” ”La ini pendaftaran dah mau

berakhir je...” desak Jeng Genit sambil meneruskan, ”Bapak mengizinkan

nggak sih aku ikutan lomba ini?” (1/PDJ/RCB/SM/19-04-2009)

Dari data (42) terlihat adanya pemakaian partikel dialek Jakarta yang

ditandai dengan kata “sih”. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Genit yang

meminta izin kepada ayahnya, Mas Celathu, untuk mengikuti lomba pemilihan

gadis sampul atau cover girl. Sebenarnya Mas Celathu tidak memberi izin kepada

Jeng Genit untuk mengikuti lomba tersebut, ia beralasan bahwa ujian nasional

Jeng Genit sudah dekat, jadi Mas Celathu berharap kepada Jeng Genit untuk

berkonsentrasi pada ujiannya, agar nanti ia lulus dan mendapatkan hasil yang

maksimal. Selain itu, Mas Celathu juga berpendapat bahwa lomba yang lebih

mengutamakan keindahan fisik, tepatnya kecantikan wajah, dirasa tidak berjiwa

sportivitas dan jauh dari hakikat sebuah kompetisi. Menurut Mas Celathu, ukuran

kecantikan itu bersifat relatif dan personal, jadi tidak ada tolok ukurnya. Untuk

itu, Mas Celathu tidak setuju apabila anaknya berlaga di lomba seperti itu.

Namun, Mas Celathu menahan diri, alasan penolakan yang sesungguhnya dia

simpan rapat-rapat. Dia tidak ingin menyinggung perasaan anaknya. Kecantikan

tidak bisa diukur dengan ilmu pasti, dan bisa dimenangkan atau dikalahkan, jelek

bagi orang lain, bisa dianggap cantik bagi yang lainnya. Berbeda dengan

Page 95: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

kompetisi olahraga atau seperti cerdas cermat yang memang bisa melahirkan nilai

yang terukur, dan benar-benar menguji ketangkasan dan kecerdasan.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung partikel dialek Jakarta.

(43) Keningnya langsung berkerut, pertanda dia sulit menerima

argumen itu. Tadinya yang dipersoalkan adalah jenis lomba yang memang

tak masuk akal itu. Tapi, kini persoalannya jadi lain. Alasannya itu lho?

Kok pede banget? ”Jadi,...kamu yakin bakal menang?”

”Ya iyalah..mosok ya iya dong.” ”Kalau ternyata kalah?” ”Ya nggak

mungkin. Temanku pada bilang kalau aku cantik kok. Ya pasti menang.”

(2/PDJ/RCB/SM/19-04-2009)

Dari data (43) terlihat adanya pemakaian partikel dialek Jakarta yang

ditandai dengan kata “dong”. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Genit yang

meyakinkan ayahnya, bahwa ia akan menang dalam lomba atau pemilihan gadis

sampul tersebut. Jeng Genit merasa yakin karena mendapat motivasi dari teman-

temannya, yang mengatakan bahwa ia cantik dan pasti menang.

Berikut ini adalah data lain yang mengandung partikel dialek Jakarta.

(44) ”Kalau sampai besok nggak ada kabar beritanya, lapor polisi aja.

Biar terlacak. Nggak ada babe rugi banget deh,...nggak ada yang bisa

dipalak,” usul Mbak Tomboy, anak keduanya yang memang paling demen

menadahkan tangan setiap bersua ayahnya. (3/PDJ/RCB/SM/14-06-2009)

Dari data (44) terlihat adanya pemakaian partikel dialek Jakarta yang

ditandai dengan kata “deh”. Tuturan tersebut diungkapkan oleh Jeng Tomboy,

ketika ayahnya, Mas Celathu, pergi beberapa hari dan tidak ada kabar.

Sesungguhnya, bagi keluarga Celathu, ditinggal pergi suami sekaligus kepala

keluarga adalah hal biasa. Namun, kali ini kepergiannya menyisakan kecemasan

pada istri dan ketiga anaknya, hal itu disebabkan tidak adanya komunikasi atau

kabar dari Mas Celathu.

Page 96: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

B. Faktor Sosial yang Mempengaruhi Pemakaian Bahasa

dalam RCB pada Surat Kabar SM

Di dalam setiap peristiwa interaksi verbal selalu terdapat beberapa faktor

(unsur) yang mengambil peranan dalam peristiwa itu. Faktor-faktor itu antara lain

ialah : penutur (speaker), lawan bicara/lawan tutur (hearer, receiver), suasana

pembicaraan (situation scene), pokok pembicaraan (topic)dan sebagainya. Dalam

setiap pemakaian bahasa, setiap penutur akan selalu memperhitungkan kepada

siapa ia berbicara, di mana, mengenai masalah apa, dan dalam suasana bagaimana.

Dengan demikian maka tempat bicara akan menentukan cara pemakaian bahasa

penutur demikian pula pokok pembicaraan dan situasi bicara akan memberikan

warna terhadap pembicaraan yang sedang berlangsung (Suwito, 1991:35-36).

Berdasarkan teori tersebut, berikut diuraikan faktor-faktor yang

melatarbelakangi pemakaian bahasa dalam RCB pada surat kabar SM.

1. Penutur (speaker) dan Mitra Tutur (hearer, receiver)

Butet Kertaradjasa merupakan penulis RCB yang diterbitkan pada surat

kabar SM. Dalam rubrik ini, Butet/penulis menggambarkan atau

mengimajinasikan dirinya menjadi tokoh Mas Celathu. Selain itu, penulis juga

menggambarkan atau mengimajinasikan anggota keluarganya ke dalam tokoh-

tokoh yang terdapat dalam RCB ini, yaitu Mbakyu Celathu (istri Butet), Mas Ndut

(anak pertama Butet), Mbak Tomboy (anak kedua Butet), Jeng Genit (anak ketiga

Butet), Mbak Yatek (pembantu Butet), dan Bos Mburi (pembantu Butet).

Perbedaan latar belakang secara fisik di antara pengimajinasian para

tokoh di atas membuat perbedaan pemakaian bahasa yang dipakai oleh penutur

Page 97: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

dan mitra tutur dalam berkomunikasi. Perbedaan secara fisik tersebut meliputi

perbedaan jenis kelamin, usia, status sosial, tingkat pendidikan. Hal tersebut dapat

dilihat dalam tuturan berikut.

(45) Keningnya langsung berkerut, pertanda dia sulit menerima

argumen itu. Tadinya yang dipersoalkan adalah jenis lomba yang memang

tak masuk akal itu. Tapi, kini persoalannya jadi lain. Alasannya itu lho?

Kok pede banget? ”Jadi,...kamu yakin bakal menang?” ”Ya iyalah..mosok

ya iya dong.” ”Kalau ternyata kalah?” ”Ya nggak mungkin. Temanku pada

bilang kalau aku cantik kok. Ya pasti menang.” (RCB edisi 19 April 2009)

Tuturan data (45) di atas adalah percakapan antara Mas Celathu dengan

Jeng Genit, atau dilihat dari hubungan sosialnya tuturan di atas adalah percakapan

antara seorang anak dengan ayahnya. Jika dilihat dari faktor usia, Jeng Genit

adalah seorang gadis remaja yang masih berusia belasan tahun. Dari tuturan di

atas terlihat bahwa ragam bahasa yang digunakan oleh Jeng Genit merupakan

ragam akrab (intimate), yaitu ragam bahasa antaranggota yang akrab dalam

keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap dengan

artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan artikulasi-artikulasi yang pendek.

Dalam ragam ini banyak dipergunakan istilah-istilah (kata-kata) yang khas bagi

suatu keluarga atau sekelompok teman akrab. Hal tersebut ditandai ketika Mas

Celathu bertanya” ”Jadi,...kamu yakin bakal menang?”dengan menggunakan

bahasa Indonesia, kemudian Jeng Genit menjawabnya dengan memakai unsur

bahasa dari dialek Jakarta, yaitu pada kalimat “Ya iyalah..mosok ya iya dong.”

Perbedaan pemakaian bahasa oleh Mas Celathu tentu akan berbeda

ketika ia berkomunikasi dengan tokoh yang lain. Seperti ketika ia berkomunikasi

dengan istrinya, yaitu Mbakyu Celathu. Hal tersebut dapat dilihat dalam

percakapan berikut.

Page 98: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

(46) ”Kalau nggak minum sirih, keringat sampeyan itu baunya mak

breeeng. Yang punya badan sih nggak bisa merasakan. Tapi yang

berpapasan bisa semaput. Awas, jangan tidak diminum ya,” ujar Mbakyu

Celathu sambil menyodorkan segelas ramuan lain....”Lha ini jamu apa

lagi?” tanya Mas Celathu ketika disodori segelas jamu berikutnya.

”Ini godokan daun pegagan. Biar sampeyan tidak cepat pikun. Khasiatnya

sangat jos untuk orang berumur yang mulai gampang lupa.”

”Asem ki. Memangnya aku sudah pikun. Jangan ngece ya. Aku ini pemain

tonil je. Masih mampu menghafal puluhan halaman naskah sandiwara, kok

dianggap pelupa?” jawabnya dengan jumawa, seakan usia bisa diajak

kompromi dengan kekuatan tubuhnya( RCB edisi 3 Mei 2009)

Tuturan data (46) di atas adalah percakapan antara Mas Celathu dengan

Mbakyu Celathu atau percakapan antara seorang suami dengan istrinya. Mas

Celathu dan Mbakyu Celathu berasal dari latar belakang budaya yang sama, yaitu

berlatar belakang budaya Jawa, hal tersebut terlihat pada kalimat yang diutarakan

oleh Mbakyu Celathu yang memakai kata sapaan bahasa Jawa „sampeyan’ yang

berfungsi untuk menunjukkan rasa hormat. Mas Celathu juga menggunakan

beberapa kata dalam bahasa Jawa seperti, „Asem ki‟ dan „ngece’. Dari tuturan di

atas terlihat bahwa ragam bahasa yang digunakan oleh Mas Celathu dan Mbakyu

Celathu adalah ragam akrab (intimate) yaitu ragam bahasa antaranggota yang

akrab dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara

lengkap dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan artikulasi-artikulasi

yang pendek. Dalam ragam ini banyak dipergunakan istilah-istilah (kata-kata)

yang khas bagi suatu keluarga atau sekelompok teman akrab.

Perbedaan pemakaian bahasa oleh Mas Celathu tentu akan berbeda

ketika ia berkomunikasi dengan tokoh yang lain, selain dengan istri dan anaknya.

Seperti ketika ia berkomunikasi dengan pembantunya, yaitu Bos Mburi. Hal

tersebut dapat dilihat dalam percakapan berikut.

Page 99: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

(47) Hanya Bos Mburi, lelaki lugu yang sudah lama mengabdi dan jadi

belahan jiwa Mas Celathu, masih bengong di depan papan tulis. Dia

terlihat ragu-ragu menggoreskan spidol. Sambil menggaruk-garuk

rambutnya yang tidak gatal, dia bertanya dengan wajah serius, ”Bos,

menggambar contreng itu rada sulit je. Pripun niki?” ”Cuma begitu kok

sulit. Lihat aja contohnya.” ”Lho, centang napa contreng? Kok kula

bingung niki...” ”Centang sama contreng itu sami mawon.”

”Nggih benten, beda, ta Bos. Contreng niku anak laron. Nggambarnya

mboten gampang.” ”Hua ha ha....oallah Bos! Anak laron niku gonteng.

Bukan contreng.”Lalu meledaklah tawa mereka. Hanya Bos Buri yang

semangkin bengong, bertanya dalam hati kenapa dirinya ditertawakan.

Orang-orang terpelajar menganggap masalah beginian soal sepele. Tapi

tidak bagi wong cilik seperti Bos Mburi. Betapa pun, mereka butuh

bimbingan (RCB edisi 15 Maret 2009)

Tuturan data (47) di atas adalah percakapan antara Mas Celathu dengan

Bos Mburi. Jika dilihat dari hubungan atau status sosialnya, percakapan di atas

adalah percakapan antara majikan dengan pembantunya. Bahasa Jawa mengenal

kasta dalam pemakaiannya, maka tuturan yang dipakai oleh Bos Mburi

menggunakan bahasa Jawa yang halus atau krama ketika ia berkomunikasi

dengan Mas Celathu, tuannya. Hal tersebut terlihat pada kalimat yang diutarakan

oleh Bos Mburi yang memakai bahasa Jawa „Lho, centang napa contreng? Kok

kula bingung niki...”yang berfungsi untuk menunjukkan rasa hormat kepada Mas

Celathu. Karena Mas Celathu dan Bos Mburi berasal dari latar belakang budaya

yang sama, yaitu berlatar belakang budaya Jawa, maka Mas Celathu

menjawabnya dengan menggunakan bahasa Jawa, „”Centang sama contreng itu

sami mawon.” Dari tuturan di atas terlihat bahwa ragam bahasa yang digunakan

oleh Mas Celathu dan Bos Mburi adalah Ragam akrab (intimate) adalah ragam

bahasa antaranggota yang akrab dalam keluarga. Namun, karena perbedaan status

sosialnya maka bahasa yang dipakai oleh Bos Mburi terasa lebih halus dalam

pemakaian bahasa Jawa.

Page 100: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Perbedaan pemakaian bahasa oleh Mas Celathu tentu akan berbeda

ketika ia berkomunikasi dengan tokoh yang lain. Seperti ketika ia berkomunikasi

dengan temannya. Hal tersebut dapat dilihat dalam percakapan berikut.

(48) ‟‟Kamu ini gimana ta? Katanya pekerja kebudayaan,...giliran

kekayaannya diserobot orang kok malah diam aja. Asem tenan,‟‟ protes

Semaya, seniman perupa salah seorang teman Celathu, yang siang itu

sudah menyiapkan poster-poster protes, dan siap berangkat ke Ibu Kota.

‟‟Emangnya kalau kita demo, lalu Pemerintah Malaysa insyaf nggak

nyolong lagi?‟‟ ‟‟Kita harus membuktikan kalau kita menyintai

kebudayaan kita. Ini pelanggaran berat. Melecehkan kehormatan dan

martabat bangsa.‟‟ ‟‟Martabak? Wuah aku doyan banget tuh, apalagi kalau

yang istimewa pakai telur tiga butir....he he he.‟‟ ‟‟Asem ki. Serius nih.

Mas Celathu, situne ini memang gombal. Tunjukkan jiwa nasionalis dong.

Dasar nggak punya mental pejuang. Emoh ngrekasa, maunya enaknya

doang.‟‟ ’’Lha... saya.. itu.. malah... bersyukur... je,‟‟ ujar Mas Celathu

dengan irama kalem kayak dialog Arjuna di panggung wayang orang.

‟‟Haaah...bersyukur?‟‟ ‟‟Lho,...kalau nggak ada gegeran seperti ini, kapan

Pemerintah Indonesia peduli dan memperhatikan kebudayaan. Kan

lumayan, sekarang semua perhatian diarahkan ke sektor budaya.

Menterinya tidak hanya bicara pariwisata lagi. Kebudayaan tidak hanya

dilihat sebagai alat untuk menyedot devisa. Jadi, ya pantas disyukuri

ta?‟‟(RCB edisi 30 Agustus 2009)

Tuturan dalam data (48) di atas adalah percakapan antara Mas Celathu

dengan seorang temannya. Dilihat dari status sosialnya, teman Mas Celathu ini

adalah seorang perupa, jadi sama-sama seorang pekerja seni seperti halnya Mas

Celathu. Dari tuturan (48) di atas terlihat bahwa Mas Celathu dan temannya,

selain menggunakan bahasa Indonesia juga menggunakan bahasa Jawa dalam

berkomunikasi. Hal tersebut dikarenakan persamaan latar belakang budaya

diantara keduanya yang berlatar belakang budaya Jawa. Hal tersebut terlihat, dari

kalimat yang diutarakan oleh teman Mas Celathu „’’Kamu ini gimana ta?

Katanya pekerja kebudayaan,...giliran kekayaannya diserobot orang kok malah

diam aja Asem tenan’. Lalu Mas Celathu menjawab „’’Lho,...kalau nggak ada

gegeran seperti ini, kapan Pemerintah Indonesia peduli dan memperhatikan

Page 101: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

kebudayaan. Kan lumayan, sekarang semua perhatian diarahkan ke sektor

budaya. Menterinya tidak hanya bicara pariwisata lagi. Kebudayaan tidak

hanya dilihat sebagai alat untuk menyedot devisa. Jadi, ya pantas disyukuri

ta?’’ Dari tuturan di atas terlihat bahwa ragam bahasa yang digunakan oleh Mas

Celathu dan temannya adalah ragam santai (casual). Ragam santai adalah ragam

bahasa santai antarteman dalam berbincang-bincang.

2. Tempat Pembicaraan

Seperti halnya penggambaran tokoh yang merupakan bentuk

pengimajinasian anggota keluarga penulis yang sesungguhnya (Butet/penulis,

istri, 3 anaknya, dan 2 pembantu), maka jika dilihat dari tempat pembicaraan yang

digambarkan oleh penulis sebagian besar berada di rumah atau berada di

lingkungan sekitar rumah penulis itu sendiri. Tuturan yang digunakan oleh para

tokoh dalam RCB pada surat kabar SM cenderung menggunakan bentuk tuturan

yang nonformal dengan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Jadi, ragam bahasa

yang digunakan adalah ragam bahasa akrab (intimate). Ragam akrab adalah ragam

bahasa antaranggota yang akrab dalam keluarga atau teman-teman yang tidak

perlu berbahasa secara lengkap dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan

artikulasi-artikulasi yang pendek. Dalam ragam ini banyak dipergunakan istilah-

istilah (kata-kata) yang khas bagi suatu keluarga atau sekelompok teman akrab.

3. Suasana Pembicaraan

Penulis menggambarkan tempat pembicaraan yang tedapat dalam RCB

pada surat kabar SM ini berada di lingkungan sekitar rumah penulis. Maka,

Page 102: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

suasana yang tergambar adalah suasana yang ada dalam sebuah lingkungan

keluarga, yaitu suasana yang akrab antaranggota keluarga. Oleh karena itu, RCB

banyak menggunakan ragam akrab yaitu ragam bahasa antaranggota yang akrab

dalam keluarga atau teman-teman yang tidak perlu berbahasa secara lengkap

dengan artikulasi yang terang, tetapi cukup dengan artikulasi-artikulasi yang

pendek. Dalam ragam ini banyak dipergunakan istilah-istilah (kata-kata) yang

khas bagi suatu keluarga atau sekelompok teman akrab. Pemilihan ragam yang

akrab tersebut akan lebih mendekatkan hubungan diantara anggota keluarga.

Selain itu, ketika Mas Celathu berkomunikasi dengan temannya, penulis

menggambarkannya dalam suasana yang santai, akrab, dan tidak resmi. Pemilihan

bentuk bahasa yang akrab dan santai akan lebih mendekatkan jarak antara Mas

Celathu dengan teman-temannya.

Page 103: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Page 104: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

Page 105: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

89

Page 106: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban

dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan

simpulan dari penelitian ini.

1. Pemanfaatan ragam informal yang terdapat dalam RCB pada surat kabar SM

meliputi pemakaian campur kode, alih kode, interferensi, adanya pelesapan dan

penambahan fonem, pemanfaatan bentuk-bentuk interjeksi serta pemakaian

partikel dialek Jakarta. Campur kode yang terdapat dalam RCB meliputi

pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa Indonesia atau campur kode

yang bersifat ke dalam (inner code mixing), dan pemakaian unsur bahasa

Inggris ke dalam bahasa Indonesia atau campur kode yang bersifat ke luar

(outer code mixing). Peristiwa alih kode dalam RCB didominasi oleh alih kode

yang bersifat ke dalam atau alih kode intern, sedangkan interferensi yang

terjadi didominasi oleh interferensi pada tataran kata atau interferensi

morfologi. Pelesapan fonem yang terdapat dalam RCB meliputi pelesapan

konsonan di awal kata dan pelesapan suku kata. Interjeksi digunakan untuk

mengungkapkan perasaan penutur seperti untuk menyatakan keheranan, seruan

atau panggilan minta perhatian, kekecewaan, kekagetan, dan sebagainya.

Pemakaian partikel dialek Jakarta didominasi oleh kata-kata sih, dong, dan deh.

2. Faktor-faktor sosial yang mempengaruhi pemakaian bahasa dalam RCB pada

surat kabar SM yaitu : (1) penutur (speaker) dan mitra tutur (hearer, receiver),

(2) tempat pembicaraan, dan (3) suasana pembicaraan (situation scene).

Page 107: PEMAKAIAN BAHASA DALAM RUBRIK CELATHU BUTET …eprints.uns.ac.id/5556/1/207331011201109021.pdf · terdapat dalam RCB meliputi pemakaian unsur bahasa Jawa ke dalam bahasa ... organ

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88

B. Saran

Terselesaikannya penelitian ini bukan berarti tuntas pula permasalahan

yang ada. Dalam penelitian ini, peneliti yakin banyak hal-hal tersembunyi dan

belum sempat terungkap. Hal ini dikarenakan adanya keterbatasan pada diri

peneliti, baik keterbatasan waktu, biaya, maupun kemampuan peneliti. Oleh

karena itu, peneliti menyarankan kepada para peneliti lain untuk mencoba

mengungkap masalah-masalah yang terdapat dalam pemakaian bahasa dalam

RCB pada surat kabar SM ini secara tuntas, khususnya yang berhubungan dengan

pemakaian bentuk-bentuk kebahasaan yang digunakan oleh Butet Kertaradjasa

dalam rubrik Celathu Butet.

.