92
PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI Sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan

PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

PELUANG BUDIDAYA

TANAMAN PADI Sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang

Kedaulatan Pangan

Page 2: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4 Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi. Pembatasan Pelindungan Pasal 26 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap: i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan

peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian

ilmu pengetahuan; iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran,

kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan

iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113 1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

Page 3: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

PELUANG BUDI DAYA

TANAMAN PADI Sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang

Kedaulatan Pangan

Jamilah

Page 4: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI SEBAGAI PENYEDIA BERAS DAN PAKAN TERNAK MENUNJANG

KEDAULATAN PANGAN

Jamilah

Desain Cover : Dwi Novidiantoko Tata Letak Isi : Emy Rizka Fadilah Sumber Gambar : www.pexels.com

Cetakan Pertama: Agustus 2017

Hak Cipta 2017, Pada Penulis

Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright © 2017 by Deepublish Publisher All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini

tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/DIY/2012)

Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581

Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id www.penerbitdeepublish.com E-mail: [email protected]

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

JAMILAH

Peluang Budidaya Tanaman Padi sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan/oleh Jamilah.--Ed.1, Cet. 1-- Yogyakarta: Deepublish, Agustus-2017.

viii, 84 hlm.; Uk:17.5x25 cm ISBN 978-Nomor ISBN 1. Pertanian I. Judul

630

Page 5: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah buku ini sudah ditulis, dengan harapan bisa menjadi

bahan rujukan, sumber informasi bagi mahasiswa atau siapa saja yang

membutuhkan tentang budidaya padi. Pada buku ini dijelaskan teknik

budidaya padi, permasalahan padi di Indonesia, dan kondisi produksi

beras hingga data 10 tahun terakhir. Hal yang terpenting yang harus

diketahui bahwa hasil padi selama 10 tahun tidak meningkat secara

signifikan, walaupun teknologi sudah sangat berkembang dalam budidaya

padi sawah. Oleh sebab itu dalam buku ini menjelaskan bagaimana hasil

dari budidaya padi bisa ditingkatkan dan mensejahterakan bangsa

khususnya masyarakat petani di Indonesia.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti yang

telah memfasilitasi kegiatan penulisan buku ini dan sangat memberikan

perhatian dalam rampungnya penulisan buku ini. Buku ini telah ditulis

setelah melalui berbagai kajian atau riset sehubungan dengan hal

tersebut. Riset tersebut telah di danai oleh Ristek Dikti melalui skim hibah

Strategis Nasional, buku ini dapat wujud sesuai harapan. Demikian juga

ucapan terima kasih disampaikan kepada bapak Koordinator Wilayah 10,

yang telah memfasilitasi semua kegiatan penelitian sehingga lancar sesuai

dengan harapan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak

Rektor, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Ka

Prodi Agroteknologi Universitas Tamansiswa yang telah membantu

menyiapkan segala kebutuhan dan sarana serta prasarana sehingga

tulisan ini menjadi layak untuk disajikan s ebagai bahan bacaan ilmiah.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada suami tercinta Drs.

Hasymi, yang telah sabar membantu menyelesaikan segala yang

berhubungan dengan riset, penulisan artikel, buku sehingga tulisan ini

sudah diwujudkan dalam bentuk buku ajar. Tak lupa juga ucapan terima

kasih disampaikan kepada semua mahasiswa khususnya Prodi

Agroteknologi yang telah membantu menolong riset baik di laboratorium,

bengkel, serta di lapangan, sehingga kegiatan tersebut telah terlaksana

dengan baik dan lancar.

Demikian yang dapat disampaikan, semoga buku ini dapat

bermanfaat bagi perkembangan dunia pertanian khususnya budidaya

Page 6: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

vi

padi yang bisa menjadi andalan bagi penyedia hijauan pakan ternak, dan

produksi beras bagi bangsa Indonesia. Buku ini diharapkan menjadi solusi

dalam permasalahan pengadaan hijauan pakan ternak dalam upaya

pengembangan peternakan khususnya ternak ruminansia di Indonesia.

Buku ini masih sarat dengan berbagai kekhilafan dan kesalahan,

sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tulisan ini menjadi

jauh lebih baik dan layak untuk dibahas serta menjadi acuan penulisan

karya ilmiah atau pengembangan pengetahuan khususnya bidang

pertanian di Indonesia.

Padang, Agustus 2017

Penulis

Page 7: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

vii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ............................................................................................ vii

BAB I Pendahuluan ......................................................................... 1

BAB II Tanaman Padi ....................................................................... 7

A. Deskripsi Tanaman Padi ......................................................... 7

B. Teknik Budidaya Padi Sawah ................................................ 11

BAB III Pangkas (Ratun) .................................................................. 37

A. Pengertian Pangkas (Ratun) ................................................. 37

B. Pemangkasan Tanaman Padi Sebagai Hijauan

Makanan Ternak .................................................................. 42

BAB IV Pupuk dan Pemupukan ....................................................... 47

A. Pengertian Pupuk ................................................................ 47

B. Mekanisme Serapan Hara yang Berasal dari Pupuk

oleh Daun Tanaman ............................................................. 49

BAB V Tanah .................................................................................. 57

A. Pengertian Tanah ................................................................. 57

B. Batuan/mineral .................................................................... 58

C. Penyusun Tanah Organik dan Anorganik .............................. 61

D. Mineral Primer dan Fungsinya dalam Lingkungan ................ 66

E. Jenis-jenis Tanah di Dunia .................................................... 72

F. Pemanfaatan Jenis Tanah dalam Budidaya Padi

Sawah .................................................................................. 79

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 81

TENTANG PENULIS ................................................................................ 84

Page 8: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

viii

Page 9: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

1

BAB I

Pendahuluan

Tanaman padi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun

bangsa Indonesia memiliki tanaman padi sebagai tanaman penyedia

pakan pokok yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia. Tanaman

padi (Oryza sativa L.) adalah nama tanaman yang menjadi primadona bagi

bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia

memposisikan tanaman padi sebagai tanaman penyedia pangan pokok,

sehingga budidayanya menjadi hal yang penting untuk diketahui dan

dikembangkan. Indonesia memiliki lahan untuk ditanami padi cukup luas

dan lebih luas dibandingkan komoditi lainnya. Perkembangan luas lahan

sawah untuk tanaman padi bisa dilihat perkembangannya pada 2003-

2013 disajikan pada Tabel 1. Jika dilihat perkembangannya luas lahan

sawah di Indonesia, maka terjadi peningkatan luas lahan sawah selama 10

tahun mulai tahun 2003- 2013, mencapai 2,99%.

Oleh karena terjadi peningkatan luas lahan sawah hingga tahun

2013, maka terjadi peningkatan hasil padi sejak tahun 2003 hingga tahun

2015 mencapai 44,61%, disajikan pada Tabel 2.

Jika dilihat perkembangan hasil padi Indonesia rata-rata per hektar,

mulai tahun 2003 -2015, maka selama 12 tahun terjadi peningkatan

sebesar 17,69%. Jika dirata-ratakan peningkatan hasil setiap tahunnya,

maka terjadi peningkatan hasil padi setiap tahun hanya 1,47%, disajikan

pada Tabel 3.

Jika dibandingkan dengan kebutuhan beras per kapita penduduk

Indonesia maka produksi beras pertahun tidak mengalami surplus.

Menurut data BPS (2015) kebutuhan beras per kapita (setiap orang -

maknanya dari kamus Besar Bahasa Indonesia) sebanyak 98 kg/tahun. Jika

jumlah penduduk Indonesia dari laporan BPS (2015) sebanyak 257,6 juta

jiwa, maka kebutuhan beras seluruh penduduk Indonesia sebanyak

25.244.800.000 kg atau 25.244.800 ton/tahun. Jika dilihat pada Tabel 5,

produksi beras Indonesia mencapai 75.397.841 ton/tahun.

Page 10: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

2

Tabel 1. Luas Lahan Sawah menurut Provinsi (2003-2013)

Page 11: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

3

Tabel 2. Produksi Padi di Indonesia Sejak Tahun 2003 sampai dengan 2015

Page 12: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

4

Tabel 3. Hasil padi menurut provinsi di Indonesia selama 13 tahun mulai 2003- 2015

Page 13: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

5

Oleh sebab itu bisa dikatakan beras Indonesia mengalami surplus

sebanyak 50.153.041 ton/tahun. Akan tetapi selama 10 tahun terakhir

Indonesia terus saja mengimport beras dari beberapa negara tetangga

dengan berbagai alasan, antara lain menekan fluktuasi harga. Dari laporan

CNN Indonesia, impor beras Idonesia cukup tinggi hingga mencapai

176.227 ton atau senilai US$ 76,2 juta pada Januari – Juni tahun 2014.

Pada tahun 2013, Indonesia mengimpor beras dari Vietnam sebesar36,3%

dari total kebutuhan beras Indonesia (https: //www.cnnindonesia.com/

ekonomi/20140809160536-92-1344/ini-rincian-impor-beras-di-indonesia-

2013-2014). Impor beras di Oktober 2016 mencapai 17,19 juta kg (http:

//nasional.kompas.com/read/2015/11/18/20543911/Tahun.2016.Indone

sia. Buka.Peluang.Impor.Beras.dari.Pakistan).

Namun demikian hasil padi masih bisa juga ditingkatkan melebihi

hasil rerata Indonesia. Hal ini tentu saja dilakukan dengan metoda yang

tepat, mulai dari pemilihan benih, pengolahan tanah yang tepat,

penggunaan pupuk yang sesuai, serta pola budidaya yang mumpuni. Dari

beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Jamilah et al

(2014,2015,2016) bahwa hasil padi dapat ditingkatkan hingga mencapai 8

t/ha, jika dilakukan budidaya tanaman dengan baik. Hasil padi yang

maksimal dicapai jika tanaman mendapatkan semua kebutuhan hidupnya,

mulai dari nutrisi, udara, cahaya matahari, air dan lain sebagainya. Oleh

sebab itu ada beberapa hal yang harus dilakukan agar tanaman

mendapatkan kebutuhan hidupnya tersebut.

Ada beberapa teknis untuk menetapkan banyaknya hasil panen

yang akan dihasilkan. Panen yang akan dihasilkan sebaiknya harus

ditargetkan lebih awal. Kesalahan yang paling penting adalah jika

menanam padi hanya melakukan secara ritual pola lama tanpa ada

perbaharuan. Namun sebaiknya yang benar adalah dengan menargetkan

hasil yang maksimal. Oleh sebab itu ada kiat untuk menentukan hasil padi

yang tinggi ataupun rendah. Melalui penghitungan dari beberapa

parameter, antara lain; jumlah anakan produktif per meter per segi,

panjang malai, jumlah bulir per malai, bobot 1000 butir gabah, persentase

gabah bernas per malai. Melalui beberapa parameter ini, sudah dapat

ditetapkan hasil padi tinggi atau rendah. Beberapa parameter ini dapat

disiasati melalui; antara lain; menggunakan varietas unggul. Beberapa

varietas unggul yang beredar di Indonesia, memiliki banyak keunggulan

Page 14: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

6

dan dapat dipilih dan dilihat dari potensi deskripsi tanaman tersebut.

Selanjutnya, hal yang penting dan jangan pula dilupakan adalah mengatur

jarak tanam di lapangan.

Berbagai pola jarak tanam sudah dikenal masyarakat, baik ubinan

sempit, ubinan lebar, jajar legowo, dan lain-lain. Yang paling penting

harus diperhatian adalah, semakin banyak populasi tanaman padi di

lapangan, maka akan semakin banyak malai yang dihasilkan, asalkan ada

beberapa syarat yang penuhi antara lain; jarak tanam rapat yang tidak

menjadi sifat berkompetisi (bersaing) antar tanaman, tidak menjadi

tempat persembunyian hama, tidak berkompetisi dengan gulma, tidak

pula salin menaungi ataupun ada tanaman permanen yang menaunginya.

Page 15: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

7

BAB II Tanaman Padi

A. Deskripsi Tanaman Padi Sosok tanaman padi yang menampilkan profil lengkapnya. Daun

berbentuk pedang tergolong berdaun sempit, dan berpotensi

menghasilkan anakan yang banyak (Gambar 1).

Gambar 1. Tanaman padi ladang (padi gogo) saat memasuki fase primordial bunga (atas) dan saat berbunga (bawah).

Page 16: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

8

Gambar 2. Proses Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses komplek dari sintensis atau

pembentukan bahan makanan organic. Peristiwa ini merupakan suatu

proses oksidasi dan reduksi. Pada peristiwa ini, air dioksidasi dan CO2

direduksi untuk menjadi karbohidrat. Fotositensis berlangsung dalam 2

tahap yaitu 1. Reaksi terang dan 2 reaksi gelap.

1. Reaksi terang adalah langkah pertama dari kegiatan fotosintesis,

dimana air diurai dalam molekul khlorofil menjadi ion H+ dan OH-

pada suasana terang. Hal ini akan membentuk tenaga assimilatory

(kemampuan untuk mengasimilasi) sepeti NADPH2 dan ATP,

kegiatan ini berlangsung di dalam Grana Khloroplast. Reaksi gelap

adalah tahap ke dua di dalam mekanisme fotosintesis. Proses kimia

dari kegiatan fotosinetsis ini berlangsung tidak ditentukan oleh

cahaya, oleh sebab itu kegiatan ini disebut sebagai reaksi gelap.

Kegiatan ini berlangsung di dalam Stroma Khloroplast.

2. Rekasi gelap pada kegiatan fotosintesis murni secara enzimatik dan

proses ini lebih lambat dibandingkan reaksi terang, 2 tipe dari

reaksi siklik terjadi yaitu siklus Calvin atau siklus C3 dan siklus Hatch

Slack atau siklus C4. Pada rekasi gelap, gula dibentuk dari CO2.

Karbon dioksida yang miskin energi ini difiksasi untuk menjadi

karbohidrat yang kaya energy dengan menggunakan senyawa ATP

yang kaya energi dan tenaga pengassimilasi NADPH2 yang berasal

Page 17: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

9

dari reaksi terang. Blackman pertama sekali membuktikan adanya

reaksi gelap tersebut, sehingga dikenal dengan reaksi Blackman.

Tabel 4. Reaksi Terang Versus Reaksi Gelap

No Reaksi Terang Reaksi Gelap

1 Tempat berlangsungnya khloroplast

Stroma dar khloroplast

2 Prosesnya tergantung pada cahaya melibatkan 2 fotosistem yaitu FS I dan FS II

Proses ini tidak membutuhkan cahaya dan tidak melibatkan fotosistem

3 Terjadi fotolisis air dan oksigen dibebaskan

Fotolisis air tidak terjadi, dan CO2 diserap

4 ATP dan NADPH diproduksi dan kemudian berguna menjadi pengantar pada reaksi gelap

Glukosa dihasilkan, NADP reduksi dioksidasi

Tanaman padi tergolong tanaman C3, artinya melakukan

fotosistensis pada kondisi yang tidak perlu maksimal cahaya matahari

yang tinggi. Kebanyakan tanaman di dunia ini tergolong pada tanaman C3,

bahkan sekitar 85 - 95% dari semua populasi tanaman, sisanya sekitar 3%

tergolong tanaman C4 dan hanya 8% diidentifikasi sebagai tanaman CAM

(Moore et al. 2003; Simpson 2010). Pada Gambar 3 dan 4 membuktikan

perbedaan antara metabolisme dari tanaman C3, C4 dan CAM. Beberapa

tanaman yang tergolong C3, selain tanaman padi, kedelai, kacang tanah,

kacang hijau, juga tanaman tingkat tinggi lainnya. Tergolong tanaman C4

antara lain; jagung, sorghum, gandum,

Gambar 3. Penampang Batang Tanaman

Arti dari beberapa istilah di dalam gambar; xilem (pembuluh kayu);

phloem (pembuluh batang); guard cell (sel penjaga); air space (rongga

Page 18: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

10

udara; chloroplast); epidermal cell (sel kulit luar); mesophyll cells (sel

jaringan dasar); bundle sheath cell (sel selubung bundel); stoma (mulut

daun).

Gambar 4. Perbedaan Tanaman C3 dan C4

Tabel 5. Perbedaan tanaman C3 dan C4 sebagai berikut:

No Tanaman C3 Tanaman C4

1 daun tidak memiliki anatomi Krans Daun memiliki anatomi Krans

2 chloroplast tidak memiliki reticulum peripheral

chloroplast memiliki reticulum peripheral

3 chloroplast adalah berasal dari 1 tipe (monomorfik)

chloroplast adalah berasal dari tipe dimorfik

4 bundel sheet cell biasanya tidak mengandung chloroplast

bundel sheet cell biasanya memiliki chloroplast prominen

5

pada tanaman tingkat tinggi, operasi siklus C3,adalah semua granal yang mempunyai keduanya yaitu fotosistem 1 dan II.

Ada 2 tipe khloroplast, granal di dalam sel mesofil dan agranal di dalam sel bundle sheet. Mereka kekurangan fotosistem II.

6 sel mesofil menyelenggarakan fotosintesis dengan lengkap

Sel mesofil hanya menyelenggarakan fiksasi awal

7 penyelengaraan fotosintesis, apabila stomata membuka

penyelengaraan fotosintesis, bahkan terjadi pada saat stomata tertutup

8 tanaman C3, kurang efisien dalam fotosintetik

tanaman C4, lebih efisien dalam fotosintetik

Page 19: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

11

Gambar 5. Mekanisme Metabolisme Tanaman C4 dan CAM

B. Teknik Budidaya Padi Sawah Kegiatan budidaya padi sawah dimulai dengan persiapan benih padi

yang berkualitas baik. Persiapan lahan sawah yang sudah diolah

sedemikian rupa sehingga sesuai untuk media pertumbuhan padi.

Pemeliharaan tanaman padi mulai dari persemaian benih, bibit dan

tanaman padi fase vegetatif, generatif dan masuk pada fase panen.

Teknik budiaya padi sawah yang umum sudah lama dilakukan oleh nenek

moyang bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilihat dengan luasnya sawah yang

terbentang indah mulai dari bagian Barat Indonesia seperti Aceh hingga

bagian Timur Indonesia mencapai Papua. Rerata usia sawah milik petani

sudah ribuan tahun lamanya, dan kondisinya masih seperti sedia kala.

Persemaian Benih Padi

Benih padi disemaikan terlebih dahulu dipersemaian. Persemaian

benih menjadi bibit padi biasa dilakukan jika padi akan ditanaman

Page 20: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

12

disawah. Persemaian benih padi dilakukan harus memperhatikan

beberapa hal yaitu;

a. Persiapan media semai

b. Pemilihan benih yang bernas

Media semai harus senantiasa lembab atau basah, agar kecambah

yang tumbuh tidak kekeringan. Ketebalan media semai sangat ditentukan

oleh umur bibit dipersemaian. Secara konvensional petani membiarkan

umur bibit hingga 21 hari (3 minggu) maka media semai minimal

ketebalan 3 cm. Jika umur bibit hanya 14 hari saja sudah dipindahkan

maka ketebalan media semai dapat dikurangi. Media pembibitan

sebaiknya berasal dari tanah yang berkulitas baik. Jika ingin membibitkan

di lapangan, sebaiknya beri lapisan plastik di bawah kemudian ditebar

tanah lumpur dan pupuk kandang halus, dengan perbandingan 5 : 1,

setinggi 5 cm.

Benih padi yang akan dibibitkan, harus diseleksi terlebih dahulu.

Kegiatan ini berguna agar, bibit yang tersedia dapat diperkiran sesuai

dengan luas tanam yang akan digunakan. Untuk memilih benih yang

bernas, dpat dilakukan dengan memperisapkan air dan garam dapur.

Takaran garam dapur yang digunakan bisa mengambil pedoman sebagai

berikut; Garam dapur dilarutkan dalam air dingin hingga jika dimasukkan

telur, telur akan mengapung. Setelah itu ambil benih padi lalu masukan ke

dalam larutan garam yang sudah disiapkan sebelumnya, aduk hingga

benih semua basah dan bercampur dengan air. Apabila dijumpai benih

padi terapung maka segera diambil dan dibuang saja, bagian benih yang

mengendap saja yang dijadikan bibit. Kegiatan ini sebaiknya tidak lebih

dari 5 menit, segera benih yang baik dibilas segera dengan air bersih yang

mengalir, untuk menghilangkan kadar garamnya. Jika terlambat larutan

garam akan mengimbibisi ke dalam benih sehingga akan meracuni

kotiledon tanaman padi. Benih terpilih kemudian diperam.

Pemeraman dibiarkan selama 8 jam. Apabila biji sudah

berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat

pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat

dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat akan

mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi

penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih

Page 21: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

13

tidak merata. Ada beberapa teknik persemaian padi, selain dideder di

hamparan sawah, pakai media seedbed atau dapog juga secara

hidarioponik disajikan pada Gambar 6.

Persemaian dengan Media Dapog

Khusus persemaian padi dengan dapog dapat dilakukan dengan

urutan kerja seperti yang diperagakan oleh BPTP Jawa Tengah, melalui

(https://www.youtube.com/watch?v=7-Xm17Ruo88, akses 2017).

Kegiatan tersebut disajikan pada Gambar 6 dan 7;

Gambar 6. Prosedur persiapan media semai, antara lain; tanah pupuk kandang 5:1. Persiapan media dapog lapisi dengan kertas koran kemudian isi media tanam.

Pengisian media dapog sesuai pada gambar dan diratakan

permukaannya siram air merata. Proses meratakan media tanam di dalam

dapog dapat menggunakan mal kayu hingga ke tebalan 1 cm lapisan atas

terkeruk.

Page 22: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

14

Gambar 7. Mulai menabur benih boleh secara manual ataupun memakai alat sederhana; Menutup media semai dengan tanah tipis merata dan kemudian dilembabkan dan disusun bertingkat selama 5 hari (b); Benih sesudah hari dalam dapog yang tersusun untuk di letakkan terbuka dan disiram air setiap pagi dan sore sudah berusia 5 hari di ruang terbuka (c); Bibit sudah 2 minggu siap untuk pindah ke lapangan dengan menggunakan transplanter, dan dapat digulung seperti karpet

Bibit yang pindah lapang jarak tanam bentuk pola jajar legowo 2:1,

dengan tujuan mencapai hasil yang maksimal dibandingkan dengan pola

ubinan 20x20 cm. Hal ini disebabkan pola jajar legowo akan menghasilkan

jumlah rumpun yang jauh lebih banyak dibandingkan yang ubinan.

Penanaman dapat dilakukan secara manual atau menggunakan transplan-

ter (7c). Dari laporan BPTP Jawa Tengah, dengan melakukan perbanyakan

semai media dapog hasil gabah kering yang diperoleh juga tinggi.

Teknik penanaman hingga pemanenan dapat digunakan dengan

mesin. Kegiatan ini sangat memghemat penggunaan tenaga manusia dan

sangat baik digunakan pada daerah yang kekurangan tenaga kerja dan

lahan sawahnya stabil.

Page 23: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

15

Gambar 8. Bibit dan kemudian panen dengan menggunakan mesin panen.

Persemaian Padi secara Hidroponik

Persemaian dapog untuk padi dapat juga dilakukan secara

hidroponik (Gambar 9). Hal ini sudah lazim dilakukan di luar negeri

contohnya di Inggris, melakukan pembibitan gandum sebagai pakan

ternak setelah 2 minggu di persemaian dapat diberikan langsung ke

ternak yang dipelihara seperti Sapi ataupun Kuda. Cara kerjanya antara

lain, benih yang telah dibersihkan kemudian di deder pada media

hidroponik (Gambar 9).

Gambar 9. Benih padi atau gandum di media persemaian secara hidroponik, Bibit gandum yang telah berumur 14 hari siap dipanen

Media hidroponik dapat berupa tray atau bak fiber atau paralon,

dengan ukuran sesuai selera. Benih padi atau gandum dipelihara dengan

mengalirkan larutan nutrisi melalui rangkaian pipa ke media semai.

Setelah 2 minggu bibit sudah bisa dipindahtanamkan atau dijadikan

sebagai hijauan pakan ternak (Gambar 10).

Metode ini dilakukan tanpa tanah, nutrisi dilarutkan melalui instru-

men pipa yang dipasang sedemikian rupa. Perakaran tanaman padi atau

gandum kelihatan sangat bersih, karena budidaya ini hanya menggunakan

larutan nutrisi saja. Metoda ini perlu biaya investasi di awal yang sangat

Page 24: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

16

besar. Pada model ini tenaga kerja tidak dibutuhkan dalam jumlah

banyak, karena pekerjaan banyak dilakukan oleh komputer atau mesin.

Teknologi persemaian benih seperti ini lebih berkembang dalam

upaya penyediaan hijauan pakan ternak dibandingkan sebagai bibit

tanaman di lapangan. Hal ini disebabkan pola yang sangat mudah dan

efisien dalam menyediakan hijauan pakan ternak yang berkualitas. Karena

dalam usia 14 hari setelah semai ini, semua bagian semai dapat habis

dikonsumsi oleh ternak.

Gambar 10. Pemanenan bibit padi atau gandum yang akan dijadikan pakan ternak usia 14 hari setelah semai diberi sebagai hijauan pakan yang berkualitas, sama halnya bisa dilakukan juga untuk padi (https://www.youtube. com/watch?v= 9ZTikdxj8AI, akses 2017)

Persemaian di Lapangan dan Seedbed

Sebaiknya benih ditabur merata pada seluruh permukaan media

semai secara seragam. Penumpukan benih pada media semai, selain

pemborosan benih, juga sulit dalam memindahkan benih tersebut ke

lahan sawah, karena akarnya salin menyilang dan sulit untuk dipisahkan.

Bibit dipelihara selama 2 sampai 3 minggu dipersemaian dari gangguan

serangga, burung dan kekeringan. Benih padi kemudian dideder pada

hamparan semai yang sudah disiapkan atau dibibitkan pada media

pembibitan lain yang sudah disiapkan. Sebaiknya lokasi persemaian

dipagar keliling menggunakan waring agar tidak dimakan ayam dan

burung (Gambar 11).

Page 25: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

17

Gambar 11. Persiapan media semai, campuran pupuk kandang, sekam padi (a); Bibit tanaman padi yang sudah tumbuh 1 minggu di persemaian di lapangan.

Pemeliharaan Pesemaian

Pengairan

Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air

selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji

yang disebar tidak berkelompok-kelompok sehingga dapat merata.

Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu

dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhan.

Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air rembesan.

Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga

bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh

tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar,

penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan

pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenangi air. Apabila

pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya

kalau memerlukan saja.

Pengobatan

Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu

disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan

sesudah pesemaian berumur 17 hari.

Page 26: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

18

Pengolahan Tanah Atau Lahan Calon Tanam Padi

Pengolahan tanah dilakukan agar tanaman yang akan ditanam

dapat tumbuh baik. Manfaat pengolahan tanah;

1. Menghilangkan atau menyingkirkan gulma (tanaman pengganggu).

Tanaman pengganggu atau gulma jika dibiarkan tumbuh akan

menjadi pesaing bagi tanaman pokok yang akan ditanam. Saingan

yang nyata mengganggu tanaman pokok yaitu; saingan terhadap

penerimaan intensitas cahaya matahari dan saingan terhadap

serapan hara dan air.

2. Menurunkan bulk density (BD) (kapasitas lindak) tanah. Semakin

rendah angka bulk density, maka semakin banyak pori tanah

terbentuk atau semakin gembur tanah tersebut. Pori tanah sangat

membantu menyediakan udara atau gas yang dibutuhkan oleh

tanaman. Membantu meningkatkan kapasitas drainase tanah,

sehingga tidak terjadi penumpukan air pada kawasan perakaran

tanaman. Mengundang berbagai jenis organisme aerob yang

membantu tanaman melalui hubungan mutualisme simbiotik.

Meningkatkan perkembangan perakaran tanaman.

Komposisi udara di dalam pori tanah berkisar; + 0,21% gas

CO2; 21% O2 dan 79% N2. Secara umum tanah mineral memiliki nilai

BD sebesar 1,1. Tanah gambut (Histosol) mengandung < 0,5

sedangkan tanah jenis Andisol berkisar 0,9.

3. Menyeragamkan kesuburan tanah, hal ini bisa dicapai jika

pengolahan tanah dilakukan pada kedalaman tanah yang

seragam. Dengan penggilingan tanah dan pengadukan tanah,

kesuburan tanah bisa menjadi seragam. Jika pada satu tempat

terjadi penumpukan sisa bahan organik, atau pupuk kandang,

maka akan diratakan atau dipindahkan ke tempat lain akibat

pengolahan tersebut. Selanjutnya, pengolahan pada ke

dalaman sampai 20 cm, memungkinkan kesuburan tanah akan

seragam mulai dari permukaan hingga ke dalaman tersebut.

Cara Mengolah Tanah

Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan

sejak dua bulan penanaman. Pengolahan tanah untuk tanaman padi

sangat ditentukan oleh jenis padi yang ditanam.

Page 27: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

19

Jika padi yang ditanam tergolong padi gogo (ladang) maka

pengolahan tanah sama dengan pengolahan tanaman pangan di lahan

kering. Pengolahan lahan kering bisa dilakukan menggunakan pacul atau

cangkol, dan traktor tangan sederhana. Mula-mula permukaan lahan

dibersihkan dari gangguan gulma, kemudian tanah dicangkul sedalam 20

cm. Semakin dalam pengolahan tanah akan berakibat menjadi tidak baik

bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan lapisan di bawah

ketebalan tanah 20 cm, sudah banyak mengandung unsur-unsur metal

yang kemungkinan yang tidak dikehendaki oleh tanaman antara lain;

kadar Al, Fe dan Mn yang sangat tinggi sehingga menjadi racun bagi

tanaman. Tanah dicangkul dalam bentuk bongkahan yang besar-besar,

kemudian bongkahan tanah tersebut dihancurkan hingga halus.

Selanjutnya tanah halus tersebut diratakan permukaannya dengan

menggunakan garu. Pada saat penghalusan tanah tersebut, jika ada soil

treatment yang akan diaplikasikan sangat tepat waktunya. Antara lain;

jika ingin mengaplikasikan kapur ke seluruh permukaan tanah. Setelah

aplikasi kapur, kemudian tanah dihaluskan, secara tidak sengaja, kapur

akan teraduk saat bersamaan dengan penghalusan tanah tersebut.

Jika tanah sudah cukup gembur dengan ruang pori sudah tersedia

dengan cukup, maka pengolahan tanah tidak disarankan, karena dapat

berefek erosi yang merugikan. Pada lokasi ini sebaiknya hanya disiangi

gulmanya saja atau menggunakan herbisida sebagai racun pembamsi

gulma. Tanah yang gembur kalau diolah akan mengakibatkan tanah

semakin longgar dan akan mudah hanyut bersama air hujan, dan akan

menghilangkan tanah serta unsur hara sehingga tidak tersedia bagi

tanaman.

Pengolahan tanah sawah yang tergolong lahan basah, maka

pengolahan sawah dilakukan sebagi berikut;

Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan

tanah sawah dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul,

bajak dan garu yang semuanya dilakukan oleh manusia atau

dibantu oleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.

Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu pengolahan

tanah sawah yang dilakukan dengan mesin. Dengan traktor dan

alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.

Page 28: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

20

Gambar 12. Pengolahan tanah dengan cangkul dan mesin traktor

Pembersihan

Kegiatan pembersihan sawah yang akan ditanami dapat dilakukan

dengan mencangkul sawah, kemudian digiling dengan mesin bajak. Mesin

bajak yang dapat digunakan antara lain singkal. Ke dalam singkal

mencapai 20 cm, dengan tujuan melumpurkan tanah sawah. Selama

pembajakan tanah tetap digenangi air agar pelumpuran dapat dilakukan

dengan sempurna. Sebelum tanah sawah dicangkul harus dibersihkan

lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada.

Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan

dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen

yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.

Pencangkulan

Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu agar

tanah menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan

pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang

yang bocor.

Pembajakan

Sebelum pembajakan, sawah-sawah harus digenangi air lebih

dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah

yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan

dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan organis

seperti: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur

dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenangi air lagi selama 5-7

hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakkan

bongkahan-bongkahan tanah.

Page 29: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

21

Penggaruan

Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga

cukup hanya untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja.

Penggaruan dilakukan berulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput

terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.

Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenangi air lagi

selama 7-10 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan yang kedua.

Tujuannya yaitu: meratakan tanah, meratakan pupuk dasar yang

dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.

Teknik Penanaman Padi

Teknik penanaman padi ada ;

1. Tanam benih langsung (tabela) biasanya dilakuan pada lahan kering

sebagai padi gogo. Penanaman padi gogo atau padi ladang sangat

tidak biasa menggunakan bibit yang sudah tumbuh dan

berkecambah.

2. Benih padi disemaikan terlebih dahulu dipersemaian. Persemaian

benih menjadi bibit padi biasa dilakukan jika padi akan ditanaman

disawah. Persemaian benih padi dilakukan harus memperhatikan

beberapa hal yaitu;

a. Persiapan media semai

b. Pemilihan benih yang bernas

Gambar 13. Aplikasi kompos sebelum tanam padi (a); Tanam benih padi langsung untuk padi Gogo (b); dan tanaman padi menggunakan bibit dari persemaian (c).

Pencabutan Bibit

Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan

bibit di pesemaian yang di lapangan. Bibit yang akan dicabut adalah bibit

Page 30: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

22

yang sudah berumur 14-21 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai.

Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi

lunak dan memudahkan pencabutan. Caranya, 5 sampai 10 batang bibit

dipegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan

batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain :

Umurnya tidak lebih dari 40 hari, sebaiknya menggunakan bibit

umur 2 minggu setelah semai

Tingginya kurang lebih 25 cm

Berdaun 5-7 helai

Batangnya kokoh

Bebas dari hama dan penyakit

Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk

memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera

ditanam, jangan sampai bermalam. Bibit yang ditanam pada seedbed

sangat mudah aplikasinya, karena hanya mengangkut seedbed atau bibit

tersebut dikeluarkan dari seedbed untuk dibawa ke lapangan.

Penanaman padi dapat dilakukan dalam beberapa model, antara

lain; ubinan dan jajar legowo. yang baik harus menggunakan larikan ke

kanan dan ke kiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan

pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan

setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat

makanan secara merata. Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang

bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit,

dalamnya kira-kira 3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan

sampai miring.

Gambar 14. Tanah sawah yang siap diolah dan tanaman padi dalam bentuk jajar legowo 2:1 dan ubinan 20 x 20 cm

Page 31: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

23

Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu

dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat

pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam terlalu

dalam akan melambatkan pertumbuhannya, sehingga tidak mencapai

perumbuhan maksimal. Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan

menyebabkan mudah tumbang atau hanyut oleh aliran air. Dengan

demikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu

dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

Pemeliharaan Tanaman Padi

Pengairan

Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi

sawah. Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah

satu faktor penting yang harus mendapat perhatian penuh demi

mendapat hasil panen yang akan datang. Pemberian air tersebut

dinyatakan juga sebagai irigasi. Irigasi atau pengairan adalah suatu

kegiatan yang mendatangkan air dari sumber air melalui bangunan atau

saluran yang telah dibuat ke sawah atau ladang secara teratur dan

membuangnya jika sudah tidak diperlukan lagi. Air yang sudah tidak

diperlukan lagi dibuat melalui parit drainase.

Irigasi mengandung arti menambahkan air hingga menjadi tersedia

bagi kebutuhan tanaman. Secara umum tanaman yang tumbuh di lahan

kering membutuhkan kapasitas lengas kelembaban berkisar kapasitas

lapang – titik layu. Jika kadar air tanah lebih dari kapasitas lapang, maka

tanah cenderung jenuh, semua pori mikro dan mikro berisi air, dan

menekan udara keluar pori. Jika kadar air tanah lebih rendah

dibandingkan titik layu, maka tanah cenderung kering, sehingga pori

tanah cederung berisi udara dan kekurangan air, tanaman menjadi layu.

Tanah sawah mengandung air yang lebih tinggi dibandingkan kadar

air kapasitas lapang, sehingga semua pori terisi air, atau dapat dikatakan

tanah jenuh air. Pada kondisi ini tidak semua tanaman dapat tumbuh baik

khususnya tanaman golongan terestrial (daratan). Tanaman padi memiliki

rongga pembuluh pada bagian batang dan daun. Oleh sebab itu tanaman

padi mampu tumbuh baik pada tanah tergenang. Karena batang padi

berongga yang mampu mengalirkan oksigen hingga disebarkan ke per

Page 32: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

24

akaran. Lingkungan rizosfer akar padi tetap dalam suasana aerob, dan

metabolisme oksidative berjalan dengan baik.

Adaptasi utama padi sawah terhadap genangan air adalah

pembentukan aerenchyma, yang memungkinkan transport O2 yang relatif

tidak terganggu dari sumur aerasi tunas sampai akar terendam. Difusi

longitudinal O2 terhadap apeks akar bisa lebih jauh disempurnakan

dengan induksi penghalang hilangnya radial O2 (ROL) yang meminimalkan

hilangnya O2 ke sekitarnya lingkungan (Selanjutnya, penghalang ini dapat

menghambat pergerakan racun yang berasal dari tanah (yaitu, ion logam

yang dikurangi) dan gas (misalnya metana, CO2, dan etilen) ke dalam

akar. Baik dataran tinggi dan dataran rendah spesies padi menggunakan

sifat-sifat ini di bawah kondisi terendam air pada Gambar 15.

Gambar 15. Perbedaan pembentukan aerenkim lisigen dan pola kehilangan O2 radial (ROL) pada akar padi di bawah tanah yang kondisi air di drain dan kondisi tanah tergenang air (Nishiuchi, Yamauchi, Takahashi, Kotula, & Nakazono, 2012)

Gambar 15 menjelaskan perbedaan pembentukan aerenkim lisigen

dan pola kehilangan O2 radial (ROL) pada akar padi di bawah tanah yang

kondisi air di drain dan kondisi tanah tergenang air. Di bawah kondisi

tanah yang didrain atau dikeringkan, aerenkim biasa dibentuk secara

konstitutif, namun merupakan penghalang bagi ROL tidak terbentuk;

Perakaran pada kondisi air di drain Perakaran pada kondisi air tergenang

Page 33: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

25

Sehingga ROL pada bagian basal akar menurunkan difusi O2 ke bagian

apikal (Nishiuchi et al., 2012). Sebaliknya, di bawah tanah yang tergenang

air kondisi pembentukan aerenkim lisigen ditingkatkan dan pembentukan

penghalang untuk ROL diinduksi, sehingga terjadi promosi difusi O2

longitudinal ke akar apeks.

Di bawah kondisi tanah yang dikeringkan, aerenkim lisigen

terbentuk secara konstitutif di bagian basal akar (a), tapi biasanya tidak

terbentuk pada bagian apikal akar (b). Di bawah kondisi tanah yang

terendam air, penyerapan aerosir oral diinduksi pada bagian basal (c) dan

bagian apikal (d) akar. Aerenkim lisigen lebih berkembang pada bagian

basal akar (a, c) dari pada bagian apikal (b, d). Ketebalan panah

mencerminkan jumlah O2 yang tersedia. Ep, epidermis; Ex, exodermis; Sc,

sclerenchyma; Co, korteks; en, endodermis

Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah dapat beasal

dari air permukaan, atau air bawah tanah. Air permukaan adalah air yang

berasal dari sungai, danau, embung, rawa, sebab air sungai banyak

mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk

menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air

kurang baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak

mengandung lumpur dan kotoran. Akan tetapi pada beberapa areal

sawah tidak memiliki sumber air sungai sebagai air pengairan, maka

mereka menggunakan air hujan dan air tanah yang dipompa

menggunakan hidran.

Memasukan air ke dalam sawah dapat dilakukan dengan cara

sebagai berikut :

Air dimasukan ke petak sawah berasal dari saluran tersier pada

jaringan irigasi ataupun dari saluran kuarter. Jaringan irigasi adalah

saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu

kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari

penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan

pembuangannya. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada

dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau

primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan

pelengkapnya.

Pengaturan air di sawah penting sekali, antara lain membuat

saluran pembuangan air atau saluran drainase. Air yang masuk akan

Page 34: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

26

dikeluarkan melalui saluran drainase. Air dimasukan ke petak sawah mulai

sejak padi dipindahtanamkan ke sawah dengan ketinggian disesuaikan

dengan usia tanaman padi. Pemasukan air dan pembuangannya tidak

boleh dibuat lurus, gunanya agar lumpur yang masuk dapat kesempatan

untuk mengendap sebelum mencapai kesaluran pembuangan air.

Pemberian air di sawah dapat dilakukan dengan berbagai cara

antara lain;

a. Pengaliran terus menerus

b. Pengaliran terputus-putus, atau berselang

c. Penggenangan terus menerus

d. Penggenangan terputus-putus

Pengaliran terus menerus dapat dilakukan jika sumber air tersedi

adengan cukup, sehingga air dapat dialirkan secara terus menerus.

Pengaliran terputus-putus atau intermitten flowing dilakukan jika kondisi

sumber air tidak memadai untuk dialirkannya secara terus menerus.

Keuntungan cara ini adalah memberi kesempatan pori di tanah diisi oleh

udara sehingga terjadi peristiwa perombakan oksidasi dan menghasilkan

dekomposisi bahan organik di sawah lebih cepat.

Gambar 16. Pengaliran Terus-menerus

Pengaliran terputus-putus atau berselang dengan metoda basah

kering. Prinsip dari penerapan pengaliran terputus-putus adalah

memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa pipa.

Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual.

Ketika kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan

sawah kembali diairi sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman

padi berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk

menghindari stress air yang berpotensi menurunkan hasil.

Page 35: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

27

Pada pengairan berjeda, maka ke dalaman air 15 cm ini aman (safe

AWD) yang bermakna bahwa ke dalaman air sampai batas tersebut tidak

akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman

padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada

fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali. Apabila

terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda

2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan. Selain itu dapat

diterapkan jika sumber air irigasi tidak mencukupi untuk mengalirkan

pada ke semua lahan sawah.tujuan pengaliran terputus-putus adalah

dengan memberikan pengaliran air secara berjeda atau berlesang ke

semua lahan sawah, sehingga jatah air bisa merata untuk lahan sawah

yang luas.

Gambar 17. Pemberian Air Mengalir Terputus-putus

Pengaliran yang berjeda atau terputus-putus dapat memberikan

keuntungan bagi pertumbuhan tanaman, antara lain; mampu memberi

kesempatan pada tanaman padi untuk mendapatkan oksigen melalui pori

tanah. Mengubah kondisi reaksi reduksi menjadi teroksidasi, sehingga

memudahkan tersedianya unsur hara terutama Fe, dan dapat menekan

keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah. Bersinergi

dengan pemupukan, karena serapan hara tinggi terjadi pada kondisi

tanah basah-kering. Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma

menggunakan cara manual (gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk

dapat bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannnya lebih efisien.

Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat,

Page 36: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

28

keong mas), dan penyakit (busuk batang dan busuk pelepah daun).

Tanaman padi lebih tahan rebah karena sistem perakaran yang lebih

dalam.

Penggenangan terus menerus, jika air irigasi sangat terbatas

jumlahnya, sehingga tidak memungkinkan akan dialiri air secara terus

menerus. Air tersebut menggenang di sawah dalam jangka waktu yang

cukup lama selama fase pertumbuhan tanaman padi.

Gambar 18. Penggenangan air terus menerus.

Penggenangan Terputus-putus

Gambar 19. Tanaman padi yang mendapatkan sistem pengairan penggenangan terputus-putus.

Kegiatan penggenangan terputus-putus sangat lazim dilakukan

pada lahan sawah tadah hujan. Lahan sawah tersebut hanya mendapat

pengairan sawah melalui jatuhnya air hujan. Jika hujan tidak jatuh lagi

maka genangan akan kering, sehingga disebut penggenangan terputus-

putus. Oleh sebab itu lahan sawah tadah hujan sangat dianjurkan

Page 37: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

29

menanam padi sesuai kalender tanam, sesuai dengan musim hujan atau

bulan basah (> 200 mm/bulan).

Ke dalaman penggenang harus diperhatikan, mulai 2 cm pada tahap

awal, kemudian jika tanaman padi muali tumbuh besar, maka

penggenangan terus dinaikkan hingga 20 cm. Pemberian air juga

memperhatikan fase pertumbuhan padi. Selama fase pertumbuhan stadia

awal yaitu saat tanaman padi baru pindah lapang dapat dilakukan dengan

menggenangi secara terputus-putus, karena pola ini akan memberikan

kesehatan bagi tanaman padi. Setelah intermitten dilakukan, tanaman

akan memasuki fase generatif yang ditandai dengan tanaman mulai

berbunga. Pada fase ini air sangat banyak dibutuhkan. Tanaman harus

digenangi atau dialiri air terus menerus hingga ketinggian 25 cm.

Tanaman yang sudah mulai membentuk bulir gabah hingga mulai mengisi

yang dilihat atau disebut fase matang susu, air genangan terus

dipertahankan.

Penyiangan dilakukan setelah 2 minggu tanaman padi

dipindahtanamankan, dengan mencabut atau menggunakan rotari

weeder, membuang semua jenis gulma yang tumbuh. Ada jenis gulma

padi yang profilnya menyerupai tanaman padi yang kadang sulit

dibedakan anatara gulma dan tanaman padi. Tanaman ini sangat

mengganggu sekali pada tanaman padi, karena sering tumbuh pada

rumpun padi tersebut. Jika tanaman ini sudah besar maka sudah banyak

hara yang mampu diserapnya dan menjadi saingan bagi tanaman padi.

Page 38: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

30

Gambar 20. Salah satu jenis gulma yang mirip tanaman padi Echinochola crussgalli

Pertumbuhan Tanaman Padi

Tanaman padi tumbuh mulai dari perkecambahan benih hingga

panen gabah di lapangan membutuh waktu + 3 – 6 bulan, sangat

ditentukan oleh varietas dan lingkungan tumbuhnya. Selama periode ini

tanaman padi dapat digolongkan fase pertumbuhannya atas 2 yaitu; fase

vegetatif dan fase generatif. Fase generatif dapat dibagi pada; awal

muncul malai (preheading) sampai fase akhir pembungaan (postheading).

Postheading dikenal juga dengan istilah pemasakan. Sempurnanya hasil

padi adalah bila gabah terisi penuh dengan pati. Kapasitas hasil atau

potensial hasil ditentukan sejak saat tanaman membentuk malai. Jika

anakan tanaman padi mampu menghasilkan jumlah malai yang banyak

maka dapat diperkirakan hasil padi juga tinggi.

Pertumbuhan tanaman padi dapat dibagi dalam 3 fase yaitu:

Page 39: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

31

1. Tahap Perkecambahan Benih (germination)

Fase bibit dimulai sejak benih padi disemai di media pembibitan

hingga menghasilkan beberapa helai daun yang tingginya tidak lebih dari

25 cm. Pada fase ini benih padi yang bernas mengalami perkecambahan.

Benih padi yang berkecambah bersifat hipogeal yaitu kotiledon tidak

muncul ke permukaan tanah. Adalagi pola kecambah benih tanaman yang

lain yaitu pola epigeal, golongan ini banyak berasal dari tanaman

kekacangan, keping atau kotiledon muncul ke permukaan tanah. Pada

fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar

air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai

dengan kemunculan radicula dan plumule.

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah

kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman

benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan

perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini

berlangsung 3-5 hari.

2. Fase vegetative

Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari

perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai).

Pada fase pertumbuhan ini, tanaman masih sangat sensitif terhadap

gangguan lingkungan, antara lain yang sering mengganggu adalah hama

keong mas (Gambar 20). Keong mas, segera naik ke bagian tanaman dan

memakan daun yang muda, sedangkan tanaman yang sudah besar lebih

kurang 1 bulan setelah tanam, sudah aman dari gangguan keong. Akan

tetapi tanaman tersebut digunakan keong untuk meletak telurnya di

batang atau pelepah daun padi. Oleh sebab itu hama keong harus

dibersihkan selama persiapan tanam, dengan cara memungutnya atau

menggunakan moluskusida. Penggunaan racun ini sebaiknya dihindarkan.

Memungut keong sangat besar manfaatnya bagi petani, karen bisa

dijadikan sebagai pakan utama itik, karen keong tersebut mengandung

kadar protein yang tinggi.

Page 40: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

32

Gambar 21. Telur keong menetas dalam masa 10 hari. Agar siklus hidup keong mas terputus adalah dengan mengambil telur dan melepaskannya kegenangan air. Telur tidak akan menetas dalam kondisi yang demikian.

Fase vegetatif meliputi tahap pertunasan dan pembentukan

anakan. Tahap pertunasan (seedling stage) mulai begitu benih

berkecambah hingga menjelang anakan pertama muncul. Umumnya

petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di

persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar

sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen

dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi

lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus

berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal

pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai

akhir fase ini. Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar,

bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang

dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.

Tahap Pembentukan anakan (tillering stage), Setelah kemunculan

daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan

berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary)

pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan

berkembang. Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang

mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging),

anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya

hingga anakan maksimal.

Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan

aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation).

Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak

membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima

Page 41: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

33

dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm

sebelum pembentukan malai. Sementara tanaman muda (tepi) terkadang

masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi

sangat cepat.

Gambar 22. Tanaman padi pada fase bibit 2 minggu setelah tanam, dan perkembangan dari benih menjadi bibit.

Sumber;(Jamilah,2012);(http://pejuang-pangan.blogspot.co.id/2011/07/fase-stadia-pertumbuhan-tanaman-padi.html)

Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama

kurang lebih 30 hari. Pada tanaman yang menggunakan sistem tabela

(tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30 hari

karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem

tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah

pindah tanam.Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu

aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan

anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk

tidak produktif (Gambar 20).

Page 42: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

34

Pada fase ini terjadi pertambahan anakan dan tinggi tanaman

yang pesat setiap hari. Tanaman membutuhkan unsur hara untuk

pertumbuhannya. Fase Vegetatif memiliki panjang waktu yang berbeda

antar varietas. Tanaman padi yang tergolong genjah, fase ini < 100 hari,

sedangkan yang tergolong umur dalam > 120 hari. Pada fase ini

pembentukan tajuk sangat pesat karena dibutuhkan untuk kegiatan

fotositesis. Oleh sebab itu tanaman sebaiknya diberi unsur hara yang

cukup.

3. Fase Generatif

Fase ini meliputi merupakan fase pembentukan organ reproduktif

atau perkembangbiakan yang fase pematangan. fase ini meliputi:

pembentukan bakal malai (primordia), masa bunting, dan pembungaan.

Pada fase inilah komponen hasil seperti jumlah malai per satuan luas dan

jumlah gabah per malai terbentuk. Fase reproduktif berlangsung lebih

kurang 35 hari, sedangkan fase pematangannya sekitar 30

hari. Perbedaan umur tanaman ditentukan oleh perbedaan panjang fase

vegetatif. Sebagai contoh, IR64 yang matang dalam 120 hari mempunyai

fase vegetatif 55 hari, sedangkan varietas berumur dalam yang matang

dalam 150 hari fase vegetatifnya 85 hari.

Tanaman berbunga ditandai dengan munculnya malai. Bunga padi

secara keseluruhan disebut sebagai malai. Tiap unit bunga pada malai

dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah,

lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang

bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang

bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder. Tiap unit bunga padi

pada hakekatnya adalah floret yang hanya terdiri atas satu bunga, yang

terdiri atas satu organ betina (pistil) dan enam organ jantan (stamen).

Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh tangkai sari

berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang menopang

dua stigma (Makarim dan Suhartatik 2009). Malai terdiri atas 8-10 buku

yang menghasilkan cabang-cabang primer yang selanjutnya menghasilkan

cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel) tumbuh dari buku-buku cabang

primer maupun cabang sekunder (Yoshida 1981). Gabah terdiri atas biji

yang terbungkus oleh sekam. Bobot gabah beragam dari 12-44 mg pada

kadar air 0%, sedangkan bobot sekam rerata adalah 20% bobot gabah.

Page 43: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

35

Perkecambahan terjadi apabila dormansi benih telah dilalui. Benih

tersebut berkecambah apabila radikula telah tampak keluar menembus

koleorhiza diikuti oleh munculnya koleoptil yang membungkus daun

(Yoshida 1981; Makarim dan Suhartatik 2009).

Page 44: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

36

Page 45: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

37

BAB III Pangkas (Ratun)

A. Pengertian Pangkas (Ratun) Budidaya ratun adalah sistem lama yang telah dipraktekkan selama

bertahun-tahun, terutama di daerah tropis. Meskipun asal mula

peratunan mungkin tidak diketahui untuk tanaman tertentu, hal itu

mungkin dimulai saat manusia pertama kali melihat pertumbuhan

kembali tunas baru setelah memotong tanaman tertentu saat panen,

sehingga menghasilkan tanaman baru tanpa penanaman kembali. Juga,

pengamatan manusia awal terhadap pertumbuhan kembali padang

rumput setelah pembakaran mungkin telah menciptakan minat dalam

memanfaatkan pertumbuhan kembali tanaman sebagai dasar untuk

beberapa panen dari sistem akar asli.

Kata ratun tampaknya berasal dari kata Latin retonsus-ditebang

atau digiling Atau retono-ke guntur kembali, bergema atau bahkan

pereda atau pengusir sindikat Prancis, keturunan, keturunan, keturunan,

atau tunas. Karena ratun dipraktekkan secara luas dan penting dalam

banyak tanaman, tinjauan terhadap praktik ini mungkin berharga,

terutama karena peningkatan produksi makanan dan serat sangat penting

di daerah tropis.

Definisi ratun; (Lewis dan Short, 1958); (Anonim, 1950); Reto

Spanyol - tunas atau tunas segar (Anonim, 1960): (Anonim, 1962a). Kamus

Oxford yang Lebih Pendek (Anonim, 1950) mendefinisikan ratun sebagai,

"tunas atau tunas baru bermunculan dari akar tebu setelah dipotong."

Definisi ini terlalu sempit dalam ruang lingkupnya - hanya mengacu pada

tebu - dan Juga dalam pertumbuhan kembali biasanya tidak terjadi dari

akar tanaman, melainkan dari batang, mahkota, atau modifikasi batang.

Menurut (Harrell, Bond, & Blanche, 2009) padi (Oryza sativa L.)

ratun adalah produksi tanaman padi kedua dari tunggul yang tertinggal

setelah panen utama.Beuzelin, Mészáros, Way, & Reagan, (2012)

membuktikan bahwa studi lapangan selama 2 tahun di Texas

membandingkan investasi penggerek batang Eoreuma loftini (Dyar) dan

Page 46: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

38

Diatraea sakarin (F.) pada padi, Oryza sativa L., yang dipengaruhi oleh

pemotongan panen utama dan produksi tanaman ratun. Investasi

substansial (> 5,6 penggerek batang/m2) tetap berada di batang padi

tanpa mengurangi tinggi badan (20 banding 40 cm). Namun, tinggi

pemotongan 20 cm mengurangi investasi E.loftini sebesar 70- 81%

sedangkan infestasi infestasi tidak terpengaruh. Pembedahan tanaman

menunjukkan bahwa dibandingkan dengan larva D.sakarin dan pupa,

lebih banyak lumen ovarium tidak berada pada tanaman padi tinggi (> 20

cm dari dasar batang).

Pada bulan Oktober, tanaman ratun lebih banyak dipenuhi

penggerek batang daripada tunggul tanaman pertanian yang tidak

terkelola selama tahun pertama penelitian. Kebalikannya diamati pada

tahun kedua. Perbedaan fenol tanaman tunggul utama yang tidak

terkelola antara dua tahun kemungkinan menyebabkan perbedaan

tingkat infestasi ini. Selama musim pasca-tumbuh, infestasi pada tunggul

tanaman utama dan ratun menurun selama musim dingin. Setelah kondisi

musim dingin yang menyenangkan, infestasi pada tunggul tanaman

utama dan ratun tidak berbeda, mencapai 3,3 E.loftini/m2 dan 0,4

D.saccharalis/m2 pada Maret 2008. Pada Maret 2009, tunggul padi

menyimpan 0,3 E.loftini/m2 dan 0,2 D.saccharalis/m2 terlepas dari apakah

hanya tanaman utama atau tanaman utama dan ratun telah diproduksi.

Studi ini menunjukkan bahwa penurunan tinggi panen padi yang rendah

dapat menekan populasi E.loftini akhir musim. Selanjutnya, tunggul padi

di bawah kondisi yang menguntungkan merupakan habitat yang sangat

penting, sehingga menjamin evaluasi taktik pengelolaan hama yang

menargetkan populasi yang melintasinya. Menurunkan tunggul tanaman

utama dengan memanen tanaman utama pada tingkat yang lebih rendah

dari pada tinggi tradisional diyakini dapat mengubah parameter

pertumbuhan dan meningkatkan hasil ratun.

Beberapa perubahan tampilan tanaman jika tanaman padi diratun

1 kali disajikan pada Tabel 1. Tanaman ratun berumur lebih singkat

dibandingkan indukannya. Bahkan ratun padi Cisokan bisa lebih cepat 24

hari panen pada yang tidak dipanen HPT dan 32 hari jika di panen HPT.

Hal ini menunjukkan bahwa ratun bisa menghemat waktu tanaman padi

hingga 1 bulan lamanya. Belum lagi di dalam budidaya ratun tidak ada

Page 47: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

39

pengolahan tanah awal, karena tanaman langsung ditumbuhkan dari

tunggul indukannya.

Tabel 6. Bandingan Umur Panen tanaman padi antara MT 1 dan MT 2 (Ratun) pada 2 ketinggian tempat yang berbeda

Perlakuan pemupukan

Musim Tanam 1*) (hst) Musim Tanam 2 (hsps)**)

Ketinggian tempat

Dataran Sedang Dataran Rendah

Dataran Sedang Dataran Rendah

Jenis padi

Cisokan Pandan Wangi

Cisokan Pandan Wangi

Cisokan Pandan Wangi

Cisokan Pandan Wangi

Tidak dipangkas

F1 (crocober)

101,67 90,21 118,67 107,67 77,67 77,33 82,00 75,67

F2 (unitas super)

100,67 91,79 117,67 107,33 77,33 76,00 83,00 73,33

F3(komersil) 102,33 92,87 119,33 108,67 77,00 77,67 82,67 73,67

rerata 101,56 91,62 118,56 107,89 77,33 77,00 82,67 74,22

Di pangkas

F1(crocober) 115,33 92,56 123,33 117,17 82,33 82,67 85,33 77,67

F2 (unitas Super)

114,67 91,43 123,33 110,67 82,33 83,67 84,44 76,67

F3 (komersil)

115,33 92,06 123,67 111,67 83,00 82,33 84,33 77,67

rerata 115,11 92,02 123,44 113,17 82,56 82,89 84,70 77,33

Keterangan: *) data diperoleh dari hasil Percobaan MT 1 sebagai indukan; hst= hari setelah tanam (Jamilah et al. 2016). **) hsps (hari setelah pangkas ratun)

Dari beberapa komponen pertumbuhan tanaman padi yang

diratunkan, membuktikan bahwa padi ratun dan dipangkas HMT baik

pada musim tanam 1 maupun 2, terlihat adanya peningkatan jumlah

anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai bahkan terjadi

peningkatan gabah kering giling. Umur berbunga juga lebih singkat pada

tanaman ratun. Akan tetapi pada umumnya tanaman yang diratun

menghasilkan tanaman yang lebih pendek dibandingkan tanaman

indukannya. Padi Cisokan lebih tinggi kehampaannya dibandingkan padi

Pandan Wangi dari hasil ratun (Tabel 2).

Page 48: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

40

Tabel 7. Tanaman padi pada MT 1 sebagai indukan dan ratun (MT2) yang diberi perlakuan pangkas dan POC terhadap pertumbuhan dan hasil pada Dataran Sedang

No Perlakuan Parameter pertumbuhan dan hasil

Jumlah anakan produktif

Panjang malai (cm)

Jumlah gabah per malai

gabah hampa (%)

Berat 1000 butir (g)

Berat gabah per hektar (t)

Umur berbunga (hari)

Musim Tanam II (ratun)

Cisokan

F1 39,00 23,23 232,17 40,79 20,87 6,13 54.33

F2 45,67 24,00 243,17 22,73 18,06 6,33 53.33

F3 38,50 23,58 251,33 19,72 20,51 6,05 54.33

rerata 41,05 23,60 242,22 27,74 19,81 6,17 54,33

Peningkatan hasil (%) 27.37

Pandan Wangi

F1 36,50 22,75 213,33 4,16 25,17 5,85 51.67

F2 41,00 21,17 195,00 4,84 25,00 6,69 52.00

F3 39,50 22,40 187,50 5,45 24,49 5,46 52.33

rerata 39,00 22,10 198,61 4,81 24,88 6,00 51,67

Peningkatan hasil (%) 58.31

Musim Tanam 1 (Indukan)

Cisokan

F1 18,50 20,10 134,47 7,81 20,52 6,58 70.33

F2 23,67 20,87 167,60 9,25 23,42 4,55 70.33 F3 19,50 21,55 160,30 10,73 21,72 3,44 70.67

rerata 20,55 20,84 154,12 9,26 21,88 4,85 70,33

Pandan Wangi

F1 20.00 20,87 98,33 11,04 24,62 3,97 66.33

F2 19.17 21,22 103,33 15,49 25,62 3,71 66.67

F3 20.00 21,00 97,00 14,15 24,45 3,70 67.33

rerata 20,00 21,03 99,55 13,56 24,89 3,79 66,33

Ketika tunggul tanaman utama dipanen pada 20 cm, hasil panen

padi ratun pada tahun 2007 meningkat masing-masing 375 dan 190 kg ha

untuk Cocodariie dan Trenasse. Hasil panen tidak membaik pada tahun

2006 dengan menggunakan tinggi panen rendah (20 cm). Keuntungan

panen pada tahun 2007 dikaitkan dengan meningkatnya bobot malai

basal saat panen utama dipanen pada suhu 20 cm. Bila tunggul tanaman

utama berukuran 20 cm, titik basal dan aksial berasal dari kaleng yang

Page 49: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

41

mirip 5 minggu setelah panen utama (WAH), sedangkan malai yang

berasal dari nodus basal paling banyak terdapat 6 WAH dan seterusnya.

Sebaliknya, ketika tunggul tanaman utama adalah 40 cm, kira-kira

75% malai muncul berasal dari nodus aksial 5 WAH, malai dari titik asal

aksial dan titik dasar hampir identik 6 WAH, dan malai basal dominan

setelahnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketika tinggi

tunggul awal berkurang dari 40 menjadi 20 cm, pertumbuhan tanaman

ratun diubah dengan mengubah titik malai pada awal masa pertumbuhan

dan menunda kematangan.

Pangkas atau ratun berasal dari bahasa Latin. Manfaat ratun;

Memperoleh panen yang lebih dari 1 kali pada 1 tanaman tunggal

(Plucknett & Evenson, 1970). Pemangkasan hijauan tanaman padi sebagai

sumber hijauan pakan ternak merupakan produk tambahan dari budidaya

tanaman padi (gambar). Ternyata tanaman padi sangat potensial untuk

dipangkas tajuknya untuk dijadikan hijauan pakan ternak (Jamilah &

Juniarti, 2015); (Jamilah, Juniarti, & Mulyani, 2016) selama fase vegetatif.

Kemampuan tanaman padi dipangkas dan pulih kembali untuk

menghasilkan gabah yang normal merupakan suatu keistimewaan bagi

tanaman padi tersebut. Bahkan jenis padi Black Madarias pertumbuhan

tinggi setelah dipangkas mencapai 15 cm per hari, sedangkan jenis padi

yang lain seperti Cisokan hanya mencapai 5 cm perhari. Tanaman padi

Cisokan mengalami pertambahan tinggi secara normal sekitar 2 cm per

hari pada perlakuan yang tidak dipangkas. Dari segi finansial tidak banyak

perbedaan antara padi yang dipangkas dengan yang tidak dipangkas

terhadap varietas Pandan Wangi, namun ada beberapa keuntungan yang

diperoleh pada tanaman padi yang dipangkas. Keuntungan tersebut

antara lain;

1. Terbebas dari gangguan tikus yang suka memotong biomassa

tanaman

2. Terbebas dari gangguan hama

3. Tahan rebah akibat pemberian pupuk yang berlebih

4. Mengoptimalkan penyerapan hara, sehingga menghindari

pencemaran sawah akibat berlebihan pupuk yang diaplikasikan.

Page 50: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

42

B. Pemangkasan Tanaman Padi Sebagai Hijauan Makanan Ternak Tanaman padi memiliki kemiripan dengan tanaman rumput.

Kemampuan tanaman rumput yang dipangkas berulang, mengakibatkan

tajuk tanaman tersebut dapat dijadikan hijauan makanan ternak. Di

samping itu rumput memenuhi nutrisi bagi ternak khususnya ruminansia.

Ternyata padi memiliki sifat demikian. Tanaman padi ternyata bisa

dipangkas saat sebelum memasuki fase primordia bunga. Dari laporan

Jamilah et al (2014, 2015 dan 2016) bahwa hasil hijauan pangkasan bisa

mencapai 5 - 6 ton/ha, dan salibu atau ratun bisa mencapai 7 – 8 ton/ha.

Gambar 23. Tanaman padi Cisokan, Pandan Wangi dan Black Madarias yang dipangkas saat 40 hst untuk mendapatkan HPT dan tampilan pulih

Hasil percobaan yang telah dilaporkan oleh (Jamilah & Juniarti,

2017); (Jamilah, Fadhila, & Mulyani, 2017) membuktikan bahwa hijauan

pakan ternak yang diperoleh dari tanaman padi yang dipangkas selama

fase vegetatif cukup potensial dilakukan untuk menyediakan hijauan

pakan ternak. Pada Tabel 3 membuktikan bahwa hijauan pakan ternak

yang diperoleh dari tanaman padi yang diratunkan hingga 2 musim tanam

diperoleh total sebanyak 13 – 14 ton ha-1. Jika tanaman padi sudah

dipanen HPT makan biasanya produksi jeraminya menurun sebanyak HPT

yang sudah dipanen sebelumnya.

Page 51: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

43

Tabel 8. Berat HPT dan jerami padi yang dipengaruhi oleh varietas, pemangkasan dan musim tanam padi sawah

Musim Tanam

Berat HPT dan jerami per hektar (ton) rerata

PW P0 C P0 HPT PW* PWP1 HPT C* CP1

MT1 14,23 19,45 5,33 6,48 6,63 7,90 10,00 MT2, Salibu

19,20 16,78 8,60 12,15 7,55 14,10 13,06

Total HPT pada 2 MT 13,93 14,18 Nilai jual HPT jika Rp 600/kg Dalam (Rp. X 1000)

8.358 8.508

Keterangan: * HPT (hijauan pakan ternak); PW (Pandan Wangi); C (Cisokan); P0 (tidak dipangkas); P1 (dipangkas)

Dari Tabel 8, diperoleh Hijauan yang cukup potensial dijadikan

sebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi HPT asal tanaman padi jauh

lebih baik dibandingkan nutrisi rumput. Tabel 2 lebih berkualitas

dibandingkan yang berasal dari rerumputan yang dibudidayakan. Hal ini

bisa dibandingkan dengan hasil percobaan (Daru, Yuianti, & Widodo,

2013); (Seseray, Santoso, & Lekitoo, 2013); (Prawiradiputra, Sutedi,

Sajimin, & Fanindi, 2012) bahwa kadar protein kasar dari rumput yang

biasa dijadikan HPT hanya mencapai 8-10%, serat kasar mencapai 22-23%.

Akan tetapi kalau dari segi produksi hijauan memang tanaman padi

masih jauh lebih rendah dibandingkan potensi rumput. Namun demikian

sejalan dengan semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk budidaya

rumput pakan ternak, karena bersaing dengan budidaya tanaman pangan,

maka hal tersebut menjadi potensial untuk dikembangkan di masa

mendatang. Teknik ratun tanaman padi baik untuk diharapkan sebagai

penghasil HPT ataupun gabah, maka perlu memperhatikan teknik

budidaya yang tepat.

Jika lahan pertanian padi sawah tidak dilakukan serentak mulai

tanamnya, memberikan keuntungan untuk memberikan giliran tanaman

menyediakan hijauan. Keuntungan ini, akan menghasilkan produksi HPT

selama 1 tahun terjamin, tanpa harus menyediakan gudang atau teknik

penyimpanan HPT yang membutuhkan banyak biaya juga. Dengan

mengatur pergiliran panen HPT, maka petani dengan membentuk

kelompok, akan memanen secara bergiliran HPT dari sawah yang mereka

Page 52: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

44

kelola. Hal ini sangat memberikan keuntungan, dan melestarikan upaya

pemeliharaan sapi yang terjamin HPT walaupun tidak tersedia lahan

untuk ditanami rumput.

Kualitas gizi hijauan pakan ternak tanaman ratun yang dipangkas 30

hsp (hari setelah pangkas) disajikan pada Tabel 4. Secara umum protein

kasar berkisar 12-14%, lebih tinggi dibandingkan kadar PK rumput 7,60 -

11,77% (Agrostologi & Peternakan, 2003).(Laboratorium, 2013)

kandungan lemak rumput berkisar 1-2,30% dan kekacangan dapat

mencapai 4%.

Tabel 9. Kandungan nutrisi tanaman padi ratun pada MT2 di dataran sedang

No perlakuan Kandungan nutrisi pada HMT ratun (%) Kecernaan

Cisokan PK (%) P Ca Lemak (%)

Abu (%)

SK (%) PK (%) SK (%)

F1 12,82 0,25 0.76 1,92 8,42 29,03 69,90 68,07

F2 13,75 0,30 0.65 2,27 7,5 28,02 71,56 69,23

F3 12,96 0,24 0.69 1,99 8,28 29,01 70,14 68,78

rerata 13,17 0,26 0.70 2,06 8,06 28,68 70,53 68,69

Pandan Wangi

F1 13,12 0,26 0.60 2,1 8,11 28,76 70,59 69,30

F2 14,28 0,21 0.62 2,8 6,89 26,18 72,10 70,20

F3 14,00 0,36 0.64 2,49 7,18 28,06 71,79 69,31

rerata 13,80 0,28 0.62 2,46 7,39 27,66 71,49 69,61

Keterangan Tabel; F1= POC Crocober Plus; F2= Unitas Super dan F3= POC Komersial

Tabel 10. Produksi padi Cisokan yang diaplikasi dengan POC Crocober Plus terhadap produksi HPT dan gabah padi selama 2 musim tanam

Musim Tanam Berat gabah kering panen + HPT ( t/ha)

Tidak dipangkas

Pemangkasan HPT

Gbh HPT Gbh

MT 1 7,50 7,95 6,58 MT2, Salibu 6,80 7,71 6,13

Total 14,30 15,66 12,71

Nilai jual gbh Rp. 4000/kg (Rp) 57,200 9.396 50.840

Total penghasilan Gabah + HPT x Rp. 600,- (Rp x 1000) Rp 60.236

Selisih keuntungan (Rp x1000) 3.036

Page 53: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

45

Analisis usaha tani jika padi sawah dipangkas HPT dan diratunkan,

maka penghasilan petani jika dihitung mulai dari Musim tanam 1 hingga

2. Jamilah et al (2017) menguji tanaman padi Cisokan yang dipangkas saat

40 hst setinggi 15 cm dari permukaan tanah pada MT1, kemudian pada

MT2 fase ratun dipangkas lagi HMT pada 30 hari setelah ratun dan ada

yang tidak dipangkas. Sebagai kontrolnya adalah tanaman padi yang tidak

dipangkas HMT baik pada MT1 dan MT2, akan tetapi juga diratunkan

(Tabel 6).

Tabel 11. Penghasilan dari padi Cisokan yang diratunkan tidak dipangkas serta diratunkan dipangkas di Dataran Sedang

No Uraian bahan dan

kegiatan

Perlakuan tidak dipangkas dan diratunkan (Rp x 1000)

Perlakuan diratunkan dipangkas pada MT1 dan tidak dipangkas pada MT2 (Rp x 1000)

Perlakuan diratunkan dipangkas pada MT 1dan 2 (Rp x 1000)

Jenis POC F1 F2 F3 F1 F2 F3 F1 F2 F3

1 Penerimaan dari gabah (Rp. 5.794/kg)

82912 88938 84245 76017 53015 56839 73642 63039 54985

Produksi HPT (t/ha) 7,95 5,67 6,25 15,66 13,09 13,75

2 Penerimaan dari HMT (Rp 10.000,-/25 kg HMT)

- - - 3180 2268 2500 6264 5236 5500

3 Penerimaan dari jerami (Rp. 2000/25 kg jerami)

2946 2922 2827 1565 1722 1896 1654 1827 1803

4 Total penerimaan (R )

85858

91860

87072

80762

57005

61235

81560

70102

62288

Biaya Produksi (C )

Biaya tetap (FC)

Sewa tanah 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400 1400

Penyusutan alat 500 500 500 500 500 500 500 500 500

Biaya P3A 250 250 250 250 250 250 250 250 250

Total biaya FC 2150 2150 2150 2150 2150 2150 2150 2150 2150

5 Biaya Variable (VC)

Pengadaan benih (kg/ha)

200 200 200 200 200 200 200 200 200

Pupuk KCl 100 kg/ha 800 800 800 800 800 800 800 800 800

urea (100 kg/ha) @ Rp 1400

2800 2800 2800 2800 2800 2800 2800 2800 2800

150 kg/ha SP36 450 450 450 450 450 450 450 450 450

50 kg/ha Za @ Rp. 1500

150 150 150 150 150 150 150 150 150

7,5 Mg/ha Kompos 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500 7500

POC 40 liter 1000 1000 2800 1000 1000 2800 1000 1000 2800

Pengendalian HPT 400 400 400 400 400 400 400 400 400

Upah tenaga kerja

Persiapan lahan 250 250 250 250 250 250 250 250 250

Olah tanah 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500 1500

Page 54: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

46

No Uraian bahan dan

kegiatan

Perlakuan tidak dipangkas dan diratunkan (Rp x 1000)

Perlakuan diratunkan dipangkas pada MT1 dan tidak dipangkas pada MT2 (Rp x 1000)

Perlakuan diratunkan dipangkas pada MT 1dan 2 (Rp x 1000)

tanam 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

pemupukan 400 400 400 400 400 400 400 400 400

Penyiangan 4 kali 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600 1600

Pangkas 0 0 0 200 200 200 400 400 400

Panen 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000

transportasi 200 200 200 200 200 200 200 200 200

Total VC 22250 22250 24050 22450 22450 24250 22650 22650 24450

6 Total biaya produksi C = (TVC+TFC))

24400 24400 26200 24600 24600 26400 24800 24800 26600

R/C 3,52 3,76 3,32 3,28 2,32 2,32 3,29 2,83 2,34

Keuntungan 61458 67460 60872 56162 32405 34835 56760 45302 35688

Keuntungan per bulan

8779 9637 8696 8023 4629 4976 8108 6471 5098

Setelah dipotong pajak sebesar 12,50%

7682 8432 7609 7020 4050 4354 7095 5662 4461

Jika dilihat tabel tersebut bahwa penghasilan petani tidak menurun

jika petani meratunkan dan memangkas HPT baik pada MT1 dan 2, jika

tanaman dipupuk dengan tambahan Pupuk Organik Cair asal C.odorata

yang diperkaya dengan mikroorganisme lokal.

Page 55: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

47

BAB IV Pupuk dan Pemupukan

A. Pengertian Pupuk Pupuk adalah bahan kimia anorganik atau organik yang diberikan

ke tanah atau tanaman bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hara

tanaman, sehingga diharapkan produksi tanaman dapat meningkat.

Pemupukan adalah pekerjaan memberikan pupuk ke tanah atau tanaman

yang bertujuan untuk menambah kebutuhan hara tanaman. Ada

beberapa jenis pupuk yang dikenal berdasarkan pembentukannya antara

lain;

1. Pupuk alam

2. Pupuk buatan

Pupuk alam adalah pupuk yang diperoleh bahan bakunya dari alam,

lalu digunakan sebagai pupuk tanpa proses pengolahan yang

membutuhkan biaya dan teknologi yang tinggi. Beberapa contoh pupuk

alam, yaitu; pupuk kandang, pupuk hijau, serasah mulsa, gambut, kotoran

manusia (night soil), abu, kapur, batuan fosat, guano, dan lain-lain.

Pupuk buatan adalah pupuk yang diperoleh melalui proses

pengolahan yang membutuhkan teknologi baik yang membutuhkan biaya

tinggi ataupun tidak. Biasanya pupuk ini diproduksi di pabrik, atau juga

mengubah sifat kimia pupuk alam atau dari bahan dasar yang sederhana,

contohnya; pupuk urea, SP36, KCl, TSP, Mutiara, Yustika Yellow.

Pupuk berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan atas 2, yaitu;

pupuk yang berasal dari limbah pertanian dan pupuk dagang (komersil).

Berdasarkan sifat kerjanya pupuk dikelompokkan atas 2, yaitu pupuk

langsung dan pupuk tidak langsung.

Berdasarkan cara pemberiannya, pupuk dapat diaplikasikan melalui

tanah dan melalui tajuk tanaman. pemberian pupuk melalui tanah dapat

dilakukan sebelum tanam, saat tanam atau setelah di tanam.

Pemberiannya diberikan sekitar 10 cm di sekitar perakaran tanaman baik

secara larikan atau melingkar sekitar tanaman. pemberian pupuk dapat

dilakukan dengan cara sebar. Pemberian pupuk cara sebar lazim

Page 56: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

48

dilakukan pada tanaman padi sawah. Cara pemberiannya terlebih dahulu

air dikeluarkan dari sawah hingga kondisi macak-macak. Kemudian pupuk

disebar merata di permukaan tanah, kemudian dibiarkan beberapa saat,

baru air irigasi dialirkan seperti biasa. Pemberian pupuk secara sebar

merata dipermukaan tanah, dilakukan pada pola tanaman rapat.

Pemberian pupuk secara larikan dilakukan biasanya jika budidaya

tanaman di lahan kering. Setelah benih di tanam, maka biasanya pupuk di

larik di sampingnya. Mekanisme serapan hara yang berasal dari pupuk

oleh perakaran tanaman padi. Unsur hara mencapai sistem perakaran

tanaman untuk serapan hara melalui beberapa mekanisme; tiap tiap

kondisi bermanfaat terhadap kondisi unsur hara tertentu melalui profil

tanah.

Intersepsi akar; intersepsi akar adalah proses dimana akar tumbuh

menembus tanah dan kontak dengan unsur hara. Proses ini ditentukan

oleh perakaran melakukan pekerjaannnya dan tumbuh menembus

tanahmencari unsur hara. Sebagaimana perakaran tumbuh menembus

tanah, umumnya hanya datang dalam bentuk kontak, sekitar 1% dari

volume tanah. Struktur tanah yang baik khususnya penting dalam proses

intersepsi akar. Pemadatan dapat menghambat pertumbuhan akar dan

intersepsi dengan unsur hara di dalam tanah.

Aliran massa; pergerakan unsur hara ke akar melalui air disebut

aliran massa. Sebagaimana tanaman jagung bertanspirasi, ini . akan

mengeluarkan air dari profil tanah melalui sistem perakaran. Aliran massa

terhadap serapan hara berlangsung pada unsur hara mobile. Seperti N

dan S. Konsentrasi unsur hara berperanan besar dalam pengambilan

sejumlah unsur halan sejumlah unsur hara melalui a melalui aliran massa

oleh perakaran tanaman di dalam tanahd dalam tanah.

Diffusi: selama berlangsungnya diffusi, perakaran tumbuh

menembus profil tanah dan menggunakan unsur hara secara langsung

melalui sistem perakaran tanaman dan rambut akar. Sebagaimana

konsentrasi unsur hara disekitar akar diteteteskan, unsur hara dari

konsentrasi yang lebih tinggi atau berdiffusi ke arah konsentrasi yang

lebih rendah dan ke arah perakaran. Unsur hara hanya bergeraknya

bergerak dalam jarak yang pendek unsur P dan K kebanyakan diserap

tanaman melalui mekanisme diffusi. Unsur P dan K secara extrem adalah

mobile, maka pemberian unsur ini haruslah diberikan dalam konsentasi

Page 57: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

49

yang tinggi ke tanah, pemberiannya harus dekat dengan sistem

perakaran (Jim Schwartz, 2015).

B. Mekanisme Serapan Hara yang Berasal dari Pupuk

oleh Daun Tanaman Pemupukan daun adalah metode yang banyak digunakan untuk

melengkapi aplikasi tanah untuk meningkatkan hasil dan kualitas tanaman

ladang. Namun, pertanyaan dan ketidakpastian seputar praktik ini.

Berbagai uji coba lapangan telah menunjukkan secara jelas pengambilan

nutrisi daun melalui daun dan translokasi berikutnya ke buah. Pada kapas,

pupuk yang diberikan sebagai 15N melalui daun, dengan cepat diserap

oleh daun (30% dalam satu jam) yang diaplikasikan dan ditranslokasi

menjadi boll terdekat dalam waktu 6 sampai 48 jam setelah aplikasi.

Serapan pupuk foliar diterapkan paling tinggi pada pagi hari dan

sore hari, dan terendah pada tengah hari. Defisit air meningkatkan jumlah

lilin kutikula dan mengubah komposisinya menjadi wax yang lebih

panjang dengan hidrofobik lebih banyak, dan secara signifikan

mengurangi penyerapan nutrisi daun-diterapkan. Kutikula merupakan

penghalang utama penyerapan pupuk daun. Diasumsikan bahwa semua

pengambilan cairan air dan zat terlarut terjadi secara eksklusif melalui

kutikula daun, dan tidak melalui stomata.

Ada dua jalur dimana bahan kimia eksogen dapat melintasi jarak

dari permukaan daun ke dalam symplast; Rute lipoidal dan jalur berair.

Senyawa yang menembus kutikula dalam bentuk larut-lipoidal

melakukannya terutama pada bentuk non-polar dan tidak terkoordinasi,

sedangkan senyawa yang masuk melalui jalur berair bergerak perlahan,

dan penetrasinya sangat diuntungkan oleh atmosfer jenuh. Pemanfaatan

unsur hara melalui kutikula bergantung pada apakah unsur itu berbentuk

anorganik atau digabungkan dalam bentuk organik, konsentrasi ioniknya,

dan pada kondisi lingkungan yang ada yang mempengaruhi berapa lama

hara tetap berada dalam larutan pada daun (Oosterhuis, 2009).

Lapisan kutikula juga dapat berfungsi sebagai penukar kation lemah

yang diakibatkan oleh muatan negatif bahan pektat dan polimer cutin

yang tidak teresterifikasi. Pupuk Foliar memiliki kelebihan biaya rendah

dan respon tanaman yang cepat, dan sangat penting bila terjadi masalah

tanah dan pertumbuhan akar tidak adekuat. Di sisi lain, ada kekurangan

Page 58: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

50

kemungkinan pembakaran daun, masalah kelarutan, dan hanya sejumlah

kecil nutrisi yang bisa diterapkan pada satu waktu saja. Tanggapan hasil

variabel terhadap pembuahan foliar telah dilaporkan. Ini mungkin terkait

dengan waktu penerapan yang salah, penggunaan bahan pemakan yang

tidak tepat, dan perhatian yang tidak memadai terhadap nutrisi yang

tersedia di tanah, ukuran beban buah, dan kondisi lingkungan. Efisiensi

pembuahan daun dapat dipengaruhi oleh jenis pupuk, konsentrasi dan pH

larutan, penggunaan bahan pembantu, dan kompatibilitas dengan

agrokimia lainnya. Perhatian juga perlu diberikan pada metode dan waktu

yang ideal penggabungan.

Dasar untuk ini adalah bahwa nutrisi pupuk tertentu larut dalam air

dan dapat diterapkan langsung ke bagian udara tanaman. Nutrisi

memasuki daun baik dengan cara menembus kutikula atau masuk melalui

stomata sebelum memasuki sel tanaman dimana digunakan dalam

metabolisme. Untuk pemupukan foliar yang berhasil, nutrisi harus

berhasil diaplikasikan pada daun, menembus kutikula atau stomata ke

dalam daun dan masuk ke sel dan jalur metabolisme.

Kutikula adalah lapisan hidrofobik berlilin yang melindungi semua

permukaan tanaman dari lingkungan dan dengan demikian menghadirkan

penghalang bagi penyerapan pupuk daun-diterapkan. Morfologi

permukaan dan penampang kutikula daun telah ditandai dengan baik

untuk tanaman pangan seperti kapas. Kutikula telah terbukti sangat

dinamis. Misalnya, defisit air telah terbukti meningkatkan ketebalan

kutikula 33%. Selain itu, dan yang lebih penting lagi, tekanan air juga

mengubah komposisi unsur lipid menjadi lipida hidrofobik rantai panjang

dan dengan demikian selanjutnya menghambat penyerapan nutrisi

dengan foliar.

Epidermis berupa satu lapis sel yang dindingnya mengalami

penebalan dari zat kutin (kutikula) atau kadang dari lignin. Pada epidermis

terdapat stomata (mulut daun) yang diapit oleh dua sel penutup. Stomata

ada yang terletak di permukaan atas saja, misalnya pada tumbuhan yang

daunnya terapung (pada daun teratai), ada yang di permukaan bawah

saja, dan ada pula yang terdapat di kedua permukaan daun (atas dan

bawah).

Tanaman Ficus mempunyai epidermis yang tersusun atas dua lapis

sel. Alat-alat tambahan yang terdapat di antara epidemis daun, antara

Page 59: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

51

lain trikoma (rambut) dan sel kipas. Bentuk epidermis dan stomata dapat

diamati pada gambar berikut.

Gambar 24. Bentuk Epidermis dan Stomata Tanaman

Epidermis berada pada bagian atas sebagai lapisan permukaan

daun. Sel ini berfungsi untuk melindungi lapisan sel bagian dalam dari

kekeringan dan menjaga bentuk daun agar berkembang normal. Ciri-ciri

epidermis yaitu terdiri dari satu lapisan sel kecuali tanaman Ficus (karet).

Page 60: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

52

Kutikula berada pada lapisan atas dan bawah daun, berfungsi untuk

mencegah kehilangan air akibat penguapan melalui permukaan daun.

Kutikula tersusun atas zat kutin dan wax. Stomata letaknya di permukaan

atas dan bawah daun yang berfungsi sebagai pintu masuk dan keluarnya

gas. Stomata memiliki 2 sel penutup. Rambut dan kelenjar, terletak di

permukaan atas dan bawah daun, sebagai tempat pengeluaran, dan

merupakan alat tambahan pada epidermis. Mesofil adalah sel yang

berada di antara epidermis atas dan bawah, tempat berlangsungnya

fotosintesis.

Agar unsur hara diaplikasikan melalui daun untuk dimanfaatkan

oleh tanaman untuk pertumbuhan, nutrisi harus terlebih dahulu masuk ke

daun sebelum memasuki sitoplasma sel di dalam daun. Untuk mencapai

hal ini, nutrisi harus secara efektif menembus kutikula daun luar dan

dinding sel epidermis yang mendasarinya. Dari berbagai komponen jalur

nutrisi melalui daun, kutikula diyakini menjadi suatu pertahanan terbesar.

Begitu penetrasi telah terjadi, penyerapan nutrisi oleh daun mungkin

tidak jauh berbeda dengan penyerapan nutrisi yang sama dari akar,

perbedaan utama adalah lingkungan di mana masing-masing bagian

tanaman ini ada.

Ada dua saluran yang mungkin untuk penetrasi senyawa yang

diberikan melalui daun ke daun sebelum mereka dapat menghasilkan

respons. Salah satunya adalah melalui stomata dan yang lainnya adalah

melalui kutikula eksternal. Umumnya diterima bahwa sebagian besar

serapan hara terjadi melalui kutikula, namun zat terlarut juga bisa masuk

ke daun secara tidak langsung melalui stomata. Namun, ada beberapa

kontroversi tentang pentingnya penetrasi stomata ke bagian dalam daun.

Sebelum tahun 1970 ada banyak perdebatan tentang pentingnya

penggunaan stomata pada nutrisi daun.

Perdebatan ini sebagian besar mereda karena ditunjukkan bahwa

tidak mungkin tetesan air memasuki stomata daun tanaman yang lebih

tinggi karena ketegangan permukaan air, hidrofobisitas permukaan daun,

dan geometri stomata. Selanjutnya, tingkat serapan ion dari semprotan

daun biasanya lebih tinggi pada malam hari, ketika stomata ditutup,

daripada siang hari, saat stomata terbuka. Baru-baru ini, bukti baru

dipresentasikan untuk pengambilan anion besar melalui stomata yang

menunjukkan bahwa stomata mungkin memang mewakili jalur yang

Page 61: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

53

memungkinkan melalui mana sejumlah nutrisi bisa masuk ke dalam daun.

Umumnya, bagaimanapun, diasumsikan bahwa semua pengambilan

cairan air dan zat terlarut terjadi secara eksklusif melalui kutikula daun

yang diberikan sehingga tidak ada surfaktan yang ditemui. Surfaktan

dalam semprotan agrokimia biasanya memberikan tegangan permukaan

sekitar 30 Mn m-1, yang biasanya tidak cukup untuk memungkinkan

stomata disusupi. Namun, surfaktan organosilikon dapat mengurangi

ketegangan permukaan berair sampai sekitar 20 Mnm-1 dan

memungkinkan masuknya nutrisi melalui stomata.

Selanjutnya, penetrasi stomata hanya bisa terjadi dalam periode

singkat setelah aplikasi sementara deposit semprot tetap cair. Setelah itu

penetrasi kutikula tetap menjadi jalur tunggal pengambilan. Ada dua jalur

dimana bahan kimia eksogen dapat melintasi jarak dari permukaan daun

ke dalam symplast; Rute lipoidal dan jalur berair. Senyawa yang

menembus kutikula dalam bentuk larut-lipoidal melakukannya terutama

pada bentuk non-polar dan tidak terkoordinasi, sedangkan senyawa yang

masuk melalui jalur berair bergerak perlahan, dan penetrasinya sangat

diuntungkan oleh atmosfer jenuh. Penyerapan sebagian oleh difusi pasif

molekul melalui kutikula lipoidal sebagian dan sebagian oleh proses

serapan yang dinamis yang bergantung pada aktivitas metabolik tanaman.

Difusi pasif diyakini bertanggung jawab atas sebagian besar penetrasi

bahan kimia eksogen melalui kutikula dan membran dasar.

Pergerakan ini mungkin mengikuti hukum pertama Fick dimana

tingkat difusi melintasi membran sebanding dengan gradien konsentrasi

di atasnya, walaupun pemikiran saat ini adalah bahwa prosesnya jauh

lebih rumit daripada hukum ini. Sesuai dengan hukum Fick, semakin tinggi

konsentrasi zat terlarut yang bisa diaplikasikan pada permukaan daun

tanpa menyebabkan kerusakan dan semakin lama waktu tetap berada

dalam keadaan aktif pada permukaan daun, yaitu sebagai solusi, semakin

besar kemungkinan tingkat dan Jumlah penetrasi. Difusi nutrisi terjadi

terutama karena adanya gradien dalam konsentrasi dari permukaan daun

luar ke ruang bebas di dinding sel dan di sitoplasma di dalam sel. Gradien

yang berbeda terjadi dari kerapatan muatan rendah ke tinggi, dari

permukaan luar hidrofobik menuju dinding sel internal hidrofilik.

Penetrasi Ion di kutikula oleh karena itu disukai sepanjang gradien

ini, merupakan faktor penting untuk kedua serapan dari semprotan daun

Page 62: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

54

dan kehilangan dengan cara pencucian. Pemanfaatan unsur hara melalui

kutikula bergantung pada apakah unsur itu berbentuk anorganik atau

digabungkan dalam bentuk organik, konsentrasi ioniknya, dan pada

kondisi lingkungan yang ada yang mempengaruhi berapa lama hara tetap

berada dalam larutan pada daun. Lapisan kutikula juga dapat berfungsi

sebagai penukar kation lemah yang diakibatkan oleh muatan negatif

bahan pektat dan polimer cutin yang tidak teresterifikasi.

Waktu semprotan daun, terutama dalam hal tahap pertumbuhan,

dapat menjadi penting dalam kaitannya dengan keefektifan pengobatan

foliar yang optimal, dan lebih banyak perhatian diberikan padanya. Hal ini

karena pola musiman penyerapan nutrisi bervariasi dengan tingkat

pertumbuhan dan tahap pertumbuhan namun umumnya mengikuti pola

sigmoid dengan kenaikan tajam yang terjadi saat beban boll berkembang.

Beban buah yang berkembang (wastafel) memiliki kebutuhan nutrisi yang

tinggi, N, P dan K pada khususnya, dan permintaan ini tidak selalu

dipenuhi oleh tanah terutama bila terjadi kondisi buruk, dan seiring

pertumbuhan akar menurun.

Keuntungan pupuk daun meliputi biaya rendah, respon tanaman

cepat, manfaat untuk segera merespons kondisi tanaman, kurangnya

fiksasi tanah, bebas dari serapan akar, penggunaan hanya sedikit pupuk,

kemampuan untuk menggabungkan dengan bahan kimia pertanian

lainnya. Dalam satu aplikasi, meningkatkan kualitas dan meningkatkan

hasil panen. Sedangkan kerugian pemberian foliar meliputi kemungkinan

terjadinya pembakaran foliar, masalah kelarutan terutama dengan air

dingin, persyaratan untuk kondisi cuaca yang tepat untuk aplikasi,

penyerapan yang tidak efisien bila pH larutan terlalu tinggi (misalnya

dengan boron, potassium), tidak sesuai dengan Bahan kimia tertentu,

ketidakmampuan untuk memasok bahan kimia yang cukup jika

kekurangannya parah, dan kemungkinan penyerapan yang tidak efisien

dengan bertambahnya usia daun di kanopi atau dengan kondisi

kekeringan.

Masalah praktis yang terkait dengan pemberian pupuk melalui

daun (foliar) meliputi efek buruk dari kekeringan dan peningkatan lilin

pada daun, kemungkinan pembakaran daun, waktu optimal aplikasi daun

pada siang hari, dan efek berbagai organ tanaman dan usia organ pada

penyerapan. Penyerapan nutrisi juga bisa dipengaruhi oleh kondisi

Page 63: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

55

lingkungan cuaca (angin, suhu, kelembaban), lokasi penyemprotan yang

tepat di kanopi, umur daun (aktivitas fisiologis), beban buah panen.

Efisiensi pemupukan foliar juga dapat dipengaruhi oleh faktor praktis

seperti pilihan garam, konsentrasi garam, pH larutan, penggunaan bahan

pembantu, dan kompatibilitas dengan bahan kimia lainnya. Perhatian juga

perlu diberikan pada metode dan waktu ideal untuk memasukkan

pemupukan foliar ke dalam praktik produksi yang ada.

Page 64: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

56

Page 65: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

57

BAB V Tanah

A. Pengertian Tanah Tanah merupakan tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan

berkembang sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam terhadap bahan-

bahan alam di permukaan bumi. Tanah adalah tubuh alam yang menutupi

bagian permukaan bumi yang mendukung pertumbuhan tanaman, dan

yang mempunyai sifat yang disebabkan oleh terintegrasinya pengaruh

iklim dan aktivitas organisme terhadap bahan induk, yang dipengaruhi

oleh keadaan relief, selama periode waktu tertentu.

Tanah terbentuk atas empat komponen utama yang mengisi 50%

pada bagian padatan dan 50% porositas, berupa + 45% bahan mineral, +

5% bahan organik, + 25% udara dan + 25% air,

Gambar 25. Komponen Utama Penyusun Tanah

Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting untuk

diperhatikan dan dipelihara. Tanah menyediakan sarana bagi kebutuhan

hidup manusia dan akan menyediakan kebutuhan-kebutuhan dasar

kepentingan manusia. Kepentingan manusia akan terpenuhi dengan baik

apabila tanah dipelihara sesuai dengan daya dukungnya. Tanah yang baik

dan subur akan menghasilkan tanaman yang tumbuh di atasnya lebih baik

dan subur pula.

Page 66: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

58

Pembentukan Tanah

Proses pembentukan tanah:

Batuan (Rock) Bahan Induk (Parent Material) Tanah (Soil)

Asal Bahan Tanah

Asal bahan tanah terbentuk dari hasil pelapukan batuan atau

mineral yang membentuk bahan induk. Bahan induk merupakan bahan

yang tidak padat mengandung berbagai komposisi mineral selanjutnya

mengalami genesa berkembang menjadi tanah.

B. Batuan/mineral Batuan merupakan campuran mineral, sehingga sifat batuan sangat

dipengaruhi oleh kandungan mineral di dalamnya. Sifat kimia dan fisika

mineral di dalam batuan bervariasi. Mineral adalah zat yang terbentuk di

alam memiliki sifat kimia, fisika yang berbeda-beda seperti kuarsa,

ortoklas, kalsit.

Mineral merupakan bentukan padat terjadi secara alami melalui

proses geologi yang mempunyai komposisi kimia karakteristik, struktur

atom ordo tinggi dan sifat fisik tertentu. Batuan, jika dibandingkan,

merupakan sekumpulan/gabungan mineral dan atau mineraloid, dan

tidak mempunyai susunan kimia yang spesifik. Mineral tersusun dalam

bentuk komposisi mulai dari unsur murni dan garam sederhana hingga

silikat sangat komplek dengan ribuan dan bentuk yang dikenal. Ilmu yang

mempelajari tentang mineral disebut mineralogy.

Perbedaan antara mineral dan batuan. Mineral adalah padatan

yang terbentuk secara alami dengan komposisi kimia tertentu dan

struktur Kristal yang spesifik. Batuan adalah gabungan dari satu atau lebih

mineral (batuan bisa juga termasuk sisa organik dan mineraloid) beberapa

batuan dominan hanya tersusun hanya satu jenis mineral saja. Sebagai

contoh batu kapur yang merupakan batuan sedimen tersusun hamper

keseluruhannya oleh mineral kalsit. Batuan lain mengandung banyak

mineral, dan mineral spesifik di dalam satu batu dapat bervariasi secara

luas.

pelapukan genesa

Page 67: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

59

Beberapa mineral, seperti kuarsa, mika atau feldspar adalah umum,

sementara yang lainnya sudah ditemukan hanya pada 4 atau 5 lokasi di

dunia. Batuan sangat banyak dijumai sebagai kerak bumi yang terdiri dari

kuarsa, feldspar, mika, chlorit, kaolin, kalsit, epidot, olivine, augit,

hornblende, magnetit, hematite, limonit dan beberapa mineral lainnya.

Lebih dari setengah spesies mineral dikenal begitu langka yang mana

mereka hanya ditemukan di dalam bentuk-bentuk sampel saja. Dan

banyak dikenal hanya dari satu atau 2 butiran kecil. Secara komersil nilai

mineral dan batuan dihubungkan dengan mineral industry. Batuan dari

mineral yang ditambang untuk tujuan ekonomi disebut sebagai bijih

(batuan atau mineral yang dipertahankan, setelah mineral yang

diinginkan dipisahkan dari bijih dari kegiatan tailing).

Susunan mineral batuan, faktor penentu utama di dalam

pembentukan mineral di dalam massa suatu batu adalah komposisi kimia

dari massa, untuk mineral tertentu dapat terbentuk hanya bila unsur yang

perlu ada di dalam batu. Kalsit secara umum adalah dalam batuan kapur,

yang terdiri dari kalsium karbonat; kuarsa secara umum adalah batu pasir

dan dalam batuan beku mengandung persentase silica yang tinggi. Dua

massa batuan bisa mempunyai sangat banyak komposisi campuran sama,

dan mempunyai mineral-mineral yang hampir sama.

Warna menunjukkan cara dari permukaan mineral berinteraksi

dengan cahaya dan bervariasi mulai dari dull/bumi atau tak bercahaya

hingga kinclong (vitreous). Metalik, reflektivitas tinggi seperti logam;

galena dan pyrite. Sub metalik, tidak setinggi reflektivitas logam contoh,

magnetit. Kilau non logam antara lain; Adamantin, brillian, kilau dari intan

juga cerussit dan anglesit. Vitreous, kilau dari kaca yang pecah contoh

kuarsa. Kilau mutiara, iridescen dan seperti mutiara contoh talk dan

sulfur, Resin seperti kilau resin contoh sphalerit dan sulfur. Silki- cahaya

lunak yang ditunjukkan oleh bahan berserat seperti gypsum dan kristolit,

Dull/bumi, menunjukkan mineral terkristalisasi secara halus seperti batu

ginjal, dan jenisjenis dari hematite. Warna menujukkan indikasi

penampilan dari mineral di dalam refleksi cahaya atau transmissi cahaya

untuk mineral-mineral translucen. Iridescence –permainan warna karena

permukaan atau interferen internal. Labradorite menunjukkan iridescen

interrnal seperti hematite dan sphalerite yang sering menunjukkan efek

permukaan demikian.

Page 68: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

60

Golongan Batuan

Berdasarkan genesa dan strukturnya, batu-batuan umumnya

digolongkan atas 3 yaitu; batuan beku, endapan dan metamorfosa.

Batuan beku, dibentuk oleh proses solidifikasi (membeku) magma cair.

Disebut plutonik, jika membeku jauh di bawah tanah, sedangkan Intrusif

jika membeku sedang dalam perjalan hendak keluar dan extrusif jika

membeku pada permukaan bumi. Contohnya adalah batuan granit,

syenit, basalt, andesit, diabase, gabro.

Batuan endapan, terbentuk dari konsolidasi endapan-endapan yang

berakumulasi melalui angin atau air pada permukaan bumi. Jika terbentuk

dari sedimen mekanis disebut klastik. Sedimen yang terbentuk secara

organik, diendapkan dengan pertolongan jazad renik. Yang lain terbentuk

dari reaksi kimia, terbentuk endapan dari larutan, contoh, batuan kapur,

batuan pasir, shale, conglomerate, batuan pasir berkapur.

Batuan metamorphose, dihasilkan dari transformasi batuan beku

atau endapan di bawah pengaruh suhu, tekanan, cairan atau gas yang

aktif, contoh, gneiss dari granit, slate dari shale, marmer dari batuan

kapur, schist dari shale, quartzite dari batuan pasir.

Berdasarkan kandungan silika, batuan diklasifikasikan atas; batuan

asam (>65% Si) contoh, granit, rhyolit, batuan pasir dan gneiss,batuan

intermedier mengandung 55 – 65% Si, contoh, Syenit, diorit, andesit dan

batuan basa mengandung < 55% Si contoh, gabro, batuan kapur, diabase,

yang kaya Ca, Mg, Na dan Fe.

Penyebaran jenis batuan induk (geologi) dari sumberdaya lahan

Sumatera Barat. Batuan induk yang berasal dari zaman Pretersier terdiri

dari batuan metamorfik dan intrusi. Jenis batuan metamorfik terdiri dari

filit, kuarsit, batu lanau dan batukapur. Batu intrusi terdiri dari diabas-

basalt dan serpentin. Batuan yang berumur Tersier dapat digolongkan

kepada batuan sedimen volkanik dan intrusi. Batu sedimen terdiri atas

batupasir, konglomerat, kuarsit, dan kuarsa. Batu volkanik terdiri dari

breksi dan lava yang tergolong kepada andesit ataupun basaltik.

Sedangkan batuan intrusi berupa granitik, diorit dan batolit.

Batuan yang berasal dari zaman Tersier Bawah atau peralihan

Tersier ke Kuarter berupa batuan vulkanik yang terdiri dari lahar,

aglomerat dan bahan koluvium. Batuan dari zamar Kuarter terdiri dari

endapan permukaan dan vulkanik. Endapan permukaan terdiri atas

Page 69: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

61

alluvium lanau, pasir dan kerikil yang terdapat di dataran pantai. Batuan

vulkanik terdapat di sekitar G. Talang, G. Marapi, G. Singgalang, G.

Talamau, G. Pasaman, G. Tandikat, G. Sago, G. Pantai Cermin dan G.

Kerinci. Jenis batuan vulkanik meliputi tuf batuapung yang mengandung

mineral hornblende dan hiperstin, abu vulkanik, lava dan lahar. Tuf

batuapung umumnya tidak mengandung mineral mafik (hitam) yang

banyak mengandung kation basa. Tuf batuapung umumnya bereaksi

masam (rhiolitik) dengan kadar Si yang >65%. Abu vulkanik, lava dan lahar

umumnya tergolong kepada andesitik-basaltik dengan reaksi intermediet

sampai alkalis serta mempunyai kadar Si antara 35 –65 % dan <35% untuk

basaltik. Batuan vulkanik andesitik dan basaltik umumnya mengandung

kation basa yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan batuan vulkanik

rhiolitik. Perbedaan batuan induk dan kandungan kation basa ini akan

mempengaruhi jenis tanah yang terbentuk di atas batuan induk

Bahan induk (parent material)

Bahan Induk dapat digolongkan atas; bahan induk sisa atau

sedentary, angkutan dan cummulose.

1. Bahan induk sisa/residual (sedentary)

a. Igneous (beku), granit, basalt dan andesit

b. sedimen (endapan), batu kapur, batu pasir, shale

c. metamorfik, marmar, gneiss, quartzite

2. Bahan Induk angkutan (transportasi material)

a. air (alluvial- air mengalir, lacustrine- danau, marine- laut)

b. angin (loess, aeolian)

c. es (morine, till plain, outwash plain)

d. gaya gravitasi , colluvial

3. Bahan Cumulose (organik), gambut, peat soil, muck

C. Penyusun Tanah Organik dan Anorganik Komposisi Tanah

System tanah terdiri atas 3 fase; padat, cair, dan fase gas. Fase

padat tersusun atas bahan anorganik dan organik, dan merupakan tulang

(skeletal framework) kerangka tanah. Fraksi organik berasal dari bahan

organik yang ada di muka bumi. Sumber Bahan organik tanah dapat

berasal dari: (1) sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora)

Page 70: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

62

yang dapat berupa: (a) daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d) buah,

dan (e) akar. (2) sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang

dapat berupa: kotorannya dan mikrofauna. (3) sumber lain dari luar,

yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk kandang, (b) pupuk

hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk hayati.

Komposisi Biokimia Bahan Organik Menurut Waksman (1948)

dalam Brady (1990) bahwa biomass bahan organik yang berasal dari

biomass hijauan, terdiri dari: (1) air (75%) dan (2) biomass kering

(25%). komposisi biokimia bahan organik dari biomass kering tersebut,

terdiri dari:(1) karbohidrat (60%); (2) lignin (25%),(3) protein (10%),

(4)lemak, lilin dan tanin (5%). Karbohidrat penyusun biomass kering

tersebut, terdiri dari: (1) gula dan pati (1% -s/d- 5%), (2) hemiselulosa

(10% -s/d- 30%), dan (3) selulosa (20% -s/d- 50%). Berdasarkan kategori

unsur hara penyusun biomass kering, terdiri dari: (1) Karbon (C = 44%), (2)

Oksigen (O = 40%), (3) Hidrogen (H = 8%), dan (4) Mineral (8%).

Proses dekomposisi bahan organik melalui 3 reaksi, yaitu:

(1) reaksi enzimatik atau oksidasi enzimatik, yaitu: reaksi oksidasi

senyawa hidrokarbon yang terjadi melalui reaksi enzimatik menghasilkan

produk akhir berupa karbon dioksida (CO2), air (H2O), energi dan panas.

(2) reaksi spesifik berupa mineralisasi dan atau immobilisasi unsur hara

essensial berupa hara nitrogen (N), fosfor (P), dan belerang (S). (3)

pembentukan senyawa-senyawa baru atau turunan yang sangat resisten

berupa humus tanah. Proses mineralisasi terjadi terutama terhadap

bahan organik dari senyawa-senyawa yang tidak resisten, seperti:

selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi dihasilkan ion atau

hara yang tersedia bagi tanaman.

Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-

senyawa yang resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak.

Pada Gambar. diilustrasikan tentang perombakan bahan organik di

alam yang melibatkan berbagai jenis organisme mulai dari fauna makro,

fauna mikro, flora makro dan flora mikro. Secara umum organisme makro

berfungsi merombak bagian kasar menjadi bagian yang lebih halus,

sedangkan organisme mikro lebih terlibat perombakan selanjutnya

menjadi humus.

Page 71: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

63

Gambar 26. Proses perombakan bahan organik dengan bantuan berbagai organisme tanah

Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten

terhadap proses dekomposisi. Urutan kemudahan dekomposisi dari

berbagai bahan penyusun bahan organik tanah dari yang terdekomposisi

paling cepat sampai dengan yang terdekomposisi paling lambat, adalah

sebagai berikut: (1) gula, pati, dan protein sederhana, (2) protein kasar

(protein yang leih kompleks), (3) hemiselulosa, (4) selulosa,

(5) lemak, minyak dan lilin, serta (6) lignin. Berdasarkan kategori produk

akhir yang dihasilkan, maka proses dekomposisi bahan organik

digolongkan menjadi 2, yaitu:(1) proses mineralisasi, dan (2) proses

humifikasi.

Humus dapat didefinisikan sebagai senyawa kompleks asal jaringan

organik tanaman (flora) dan atau fauna yang telah dimodifikasi atau

disintesis oleh mikrobia, yang bersifat agak resisten terhadap pelapukan,

berwarna coklat, amorfus (tanpa bentuk/nonkristalin) dan bersifat

koloidal.

Ciri-Ciri Humus

Beberapa ciri dari humus tanah sebagai berikut: (1) bersifat koloidal

(ukuran kurang dari 1 mikrometer), karena ukuran yang kecil menjadikan

humus koloid ini memiliki luas permukaan persatuan bobot lebih tinggi,

sehingga daya jerap tinggi melebihi liat. KTK koloid organik ini sebesar 150

s/d 300 me/100 g yang lebih tinggi daripada KTK liat yaitu 8 s/d 100

me/100g. Humus memiliki daya jerap terhadap air sebesar 80% s/d 90%

dan ini jauh lebih tinggi daripada liat yang hanya 15% s/d 20%. Humus

Page 72: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

64

memiliki gugus fungsional karboksil dan fenolik yang lebih banyak. (2)

daya kohesi dan plastisitas rendah, sehingga mengurangi sifat lekat tanah

dan membantu granulasi aggregat tanah. (3) Tersusun dari lignin,

poliuronida, dan protein kasar. (4) berwarna coklat kehitaman, sehingga

dapat menyebabkan warna tanah menjadi gelap.

Bahan organik dapat berpengaruh terhadap perubahan terhadap

sifat-sifat tanah berikut: (1) sifat fisik tanah, (2) sifat kimia tanah, dan (3)

sifat biologi tanah. Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat fisik

tanah, meliputi: (1) stimulan terhadap granulasi tanah, (2) memperbaiki

struktur tanah menjadi lebih remah, (3) menurunkan plastisitas dan

kohesi tanah, (4) meningkatkan daya tanah menahan air sehingga

drainase tidak berlebihan, kelembaban dan temperatur tanah menjadi

stabil, (5) mempengaruhi warna tanah menjadi coklat sampai hitam, (6)

menetralisir daya rusak butir-butir hujan, (7) menghambat erosi, dan (8)

mengurangi pelindian (pencucian/leaching).

Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat kimia tanah,

meliputi: 1) meningkatkan hara tersedia dari proses mineralisasi bagian

bahan organik yang mudah terurai, (2) menghasilkan humus tanah yang

berperanan secara koloidal dari senyawa sisa mineralisasi dan senyawa

sulit terurai dalam proses humifikasi, (3) meningkatkan kapasitas tukar

kation (KTK) tanah 30 kali lebih besar ketimbang koloid anorganik, (4)

menurunkan muatan positif tanah melalui proses pengkelatan terhadap

mineral oksida dan kation Al dan Fe yang reaktif, sehingga menurunkan

fiksasi P tanah, dan (5) meningkatkan ketersediaan dan efisiensi

pemupukan serta melalui peningkatan pelarutan P oleh asam-asam

organik hasil dekomposisi bahan organik.

Peranan bahan organik terhadap perubahan sifat biologi tanah,

meliputi: (1) meningkatkan keragaman organisme yang dapat hidup

dalam tanah (makrobia dan mikrobia tanah), dan (2) meningkatkan

populasi organisme tanah (makrobia dan mikrobia tanah). Peningkatan

baik keragaman mupun populasi berkaitan erat dengan fungsi bahan

organik bagi organisme tanah, yaitu sebagai: (1) bahan organik sebagai

sumber energi bagi organisme tanah terutama organisme tanah

heterotropik, dan (2) bahan organik sebagai sumber hara bagi organisme

tanah.

Page 73: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

65

Fraksi anorganik berasal dari produk lapukan (weathering) dari batu

dan terdiri dari bagian (fragmen) batuan dan mineral dari berbagai

macam ukuran dan komposisi. Tanah mineral dapat dibedakan atas

mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer merupakan mineral

yang dibebaskan melalui pelapukan batuan dimana secara kimia tidak

berubah. Mineral tersebut merupakan fraksi pasir di dalam tanah.

Mineral sekunder adalah mineral yang berasal dari pelapukan mineral

primer, biasanya dijumpai dalam fraksi liat.

Kekerasan mineral menurut skala Mohs, diurut mulai 1 hingga 10

sebagai berikut: Talk (Mg3Si4O10(OH)2), Gypsum (CaSO4·2H2O), Calcite

(CaCO3), Fluorite (CaF2), Apatite (Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)), Orthoclase

(Feldspar) (KAlSi3O8), Quartz (Kuarsa) (SiO2), Topaz (Al2SiO4(OH,F)2),

Corundum batu safir (Al2O3), Diamond C (pure carbon).

Komposisi mineral, Komposisinya sangat bervariasi ditentukan

oleh komposisi batuan tersebut. Komposisi mineral dari batuan mana

berasal terdiri dari; O2, Si, Al, Fe, Ca, Mg Na dan K. Mineral primer,

walaupun sejumlah mineral primer ditemui di alam, hanya beberapa yang

berkontribusi dalam pembentukan tanah seperti pada Tabel berikut;

Tabel 12. Mineral primer yang umum di dalam tanah (Tan, 2009)

No Mineral Primer

Komposisi Kimia Rumus Kimia

1 Kuarsa Si O2

Feldspar Orthoclase, mikrolin K Al Si3 O8

2 Albit (Plagioklas) Na Al Si3 O8 Mika H2 K Al3 Si3 O12

Muskovit (H,K)2(Mg,Fe)2(Al,Fe)2Si3O12

3 Biotit

Ferromagnesian Ca(Fe, Mg)2Si4O12

Hornblende (Mg, Fe) 2Si O4

Olivine

4 Magnesium Silikat H4Mg 3Si2 O9

Serpentin

5 Fosfat Ca3 (PO4)2

Apatit Ca (F, Cl, OH)2

6 Karbonat CaCO3

Kalsit dolomit Ca Mg (CO3)2

Page 74: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

66

D. Mineral Primer dan Fungsinya dalam Lingkungan Kuarsa, 7 mohs

Dijumpai sebagai mineral primer dan sekunder disebut sebagai

kuarsa pedogenik. Kuarsa primer menyusun fraksi pasir, kuarsa pedogenik

umumnya berakumulasi sebagai fraksi liat. Kepentingan dalam lingkungan

dan industry; Kuarsa membuat tanah menjadi lepas dan gembur,

memperbaiki drainase dan aerasi tanah, akan tetapi tidak meningkatkan

kesuburan kimia. Kuarsa baik untuk sifat fisika tanah tetapi jelek untuk

sifat kimia tanah. Kuarsa baik untuk bahan hidriofonik. Kuarsa selain

dapat dijadikan batu hias, penting untuk pembuatan lumpang, beton,

porselin kristal dan hampelas. Karena jernihnya penting untuk pembuatan

lensa.

Feldspar, kekerasan 6 mohs

Tergolong tektosilikat, namun lebih lemah karena ada ruang kosong

yang dapat diimasuk K+. Ini merupakan titik lemah karena bukan

framework. Jenis ini dibedakan atas Potash feldspar (orthoklas dan

mikrolin) dan plagioklas (albit dan anorthit). Mineral ini sama kerasnya

dengan kuarsa, akan tetapi karena adanya K, Na dan Ca di dalam kristal

maka lebih mudah hancur. Kepentingan dalam industry; Potash feldspar

banyak dijumpai di dalam batuan asam seperti granit, granidiorit.

Plagioklas umum di jumpai di dalam batuan basa seperti basalt.

Dekomposisi mineral ini menghasilkan banyak unsur sodium (Na).

Akibat buruk dari hasil dekomposisi mineral ini adalah terhadap sifat fisika

tanah, karena tanah mudah mengalami dispersi, mengakibatkan liat

mudah dibawa hanyut. Pada kondisi setengah kering tanah mudah

menjadi tidak berstruktur dan hancur. Pada kondisi kering, mineral liatnya

mudah menjadi padat sehingga pori tidak terbentuk. Hal ini

mengakibatkan permukaan tanah akan timbul kerak dan selanjutnya

perkolasi air ke dalam tanah menjadi lambat. Batuan atau mineral ini

penting untuk menyumbangkan unsur K ke dalam tanah, akan tetapi

karena prosesnya sangat lambat, maka hanya tanaman tahunan saja yang

dapat menarik K atau membebaskan K tersebut.

Di dalam industry, potash feldspar merupakan bahan utama di

dalam produksi porselin. Bila digiling dan dicampur dengan kaolinit,

feldspar melebur (fuse) menghasilkan lapisan berkilau (glaze) pada

Page 75: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

67

porselin. Albit dikenal secara komersil sebagai soda feldspar, juga

digunakan dalam industri keramik. Mineral kasar dari feldspar Na atau K

jika dipolish maka menghasilkan batu permata yang bernilai.

Mika

Mika ada 2 jenis mika yaitu muskovit dan biotit, karena berstruktur

lembaran (sheet) maka ia memiliki cleavage (pembelahan yang

sempurna). Kandungan Fe dan Mg di dalam biotit membuat mineral biotit

lebih lemah dibandingkan muskovit. Pentingnya di dalam lingkungan dan

industry, Muskovit merupakan mineral penting dalam batuan granit.

Biotit banyak dijumpai di berbagai batuan. Biotit lebih lunak sehingga

lebih cepat pembebasan unsur hara. Konstanta dielektrik dan daya tahan

panas yang tinggi, muskovit dijadikan sebagai bahan insulasi alat listrik.

Sheet mika atau mika lembaran sering digunakan untuk furnace dan pintu

pemanggang. Mika giling digunakan untuk kertas dinding (wall paper)

karena berkilau, juga pengisi sebagai bahan anti api. Jika dicampur minyak

bisa sebagai pelumas.

Ferromagnesian

Mineral ini berwarna gelap, warna yang gelap disebabkan oleh

adanya kandungan Fe dan Mg yang tinggi. Ada 2 golongan yang penting

dari mineral ini adalah pyroxene, dengan rantai tunggal Si tetrahedaria.

Amphibole dengan rantai ganda Si tetrahedaria. Mineral yang masuk

golongan pyroxene adalah augite, hypersthenes, sedangkan golongan

amphibole adalah hornblende dan olivine.

Penting di dalam lingkungan dan industry, banyak di jumpai dalam

batuan beku seperti gabro, basalt, lava basaltik, andesit, dan peridotit.

Adanya bahan non framework Ca-O, Mg-O, dan Fe-O, merupakan titik

lemah dalam struktur kristal. Mineral ini melapuk cepat dan mampu

menyuburkan tanah karena membebaskan Ca, Mg dan Fe. Si dan Al

merupakan penyusun mineral liat. Bila diasah mineral ini menjadi batu

yang indah. Salah satu piroxene terkenal yang mengandung Na adalah

Jade atau batu giok. Di Cina digunakan sebagai batu perhiasan yang

bernilai tinggi. Chemical composition: nephrite, a calcium- magnesium

silicate, and jadeite, a silicate of sodium and aluminum.

Page 76: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

68

Magnesium Silikat

Mineral ini juga disebut mineral Serpentin. Mineral utama ada 2

kelompok yaitu antigorit dan christolit, dengan komposisi H4Mg3Si2O9.

Nama serpentin menunjukkan pada hijau, sepent- seperti awan. Antigorit

berasal dari antigorio bhs Itali, dan chrystolit berasal dari bahasa Yunani

yang artinya golden dan fiber.

Kepentingan mineral ini dalam lingkungan. Banyak dijumpai dalam

batuan beku dan metamorf. Mineral ini ditandai dengan warna hijau

berkilau dengan struktur berserat, sering digunakan sebagai perhiasan.

Digunakan untu bahan bangunan karena hijau dan indah. Chrystolit

berserat digunakan untuk asbes. Sifatnya tidak mudah terbakar

digunakan sebagai bahan-bahan yang berhubungan dengan api atau

tahan panas dan insulasi listrik (Tan, 2009).

Mineral Fosfat

Dari golongan mineral ini yang umum dijumpai di tanah adalah

apatit. Tipe dari mineral apatit adalah fluorapatit, chlor apatit, hydarioksi

apatit. Pentingnya mineral apatit di lingkungan dan industri. Apatit

merupakan mineral asesori pada bermacam2 batuan, batuan beku,

sedimen dan metamorp. Apatit menyuburkan tanah. Mineral ini tidak

membentuk mineral liat. Fosfat dijumpai dalam tulang dan gigi berupa Ca-

hidarioksiapatit. Penggunaan odol gigi mengandung F menghasilkan

substitusi grup OH dengan F, membentuk fluorapatit, lebih tahan. Tulang

hewan yang digiling digunakan sbg nutrisi suplemen untuk manusia.

Apatit sangat lunak untuk dijadikan permata. Di alam mineral ini mudah

melapuk. Apatit yang digiling digunakan sebagai pupuk. Turquoise

CuAl6(PO4)4(OH)8.4H2O, warna biru karena ada kandungan Cu,

digunakan sbg batu perhiasan.

Carbonat

Carbonat digol.atas 3; calcit, aragonit, dolomit. Tidak mengandung

Si. Pentingnya dalam industri dan lingkungan. Calcit dan dolomit dijumpai

dalam batuan sedimen, khususnya batu kapur. batu kapur diubah

menjadi marbel tergolong batuan metamorf. Batuan kapur biasanya

merupakan endapan bawah laut dari sisa-sisa tulang dan cangkang hewan

laut. Stalagtit dan stalagmit merupakan CaCO3 yang larut dan jatuh dari

atap gua.

Page 77: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

69

Calcit dan dolomit sumber Ca dan Mg. calcit adalah mineral murni

penting untuk alat optik prisma nicol, potongan dari calcit, merupakan

bagian penting dari mikroskop petrografi, yang menghasilkan cahaya

polari. Calcit memiliki kekerasan Mohs sekitar 3, dengan specific gravity of

2.71, dan kristal membentuk kilau. Warna putih atau tidak berwarna,

walaupun ada kelabu berawan, merah, kuning, hijau biru, ungu, coklat

atau hitam merata dapat terjadi bila mineral berubah kemurniannya.

Magnesite

Magnesite adalah magnesium carbonate, MgCO3. Iron (sebagai ion

Fe2+) bertukar dengan magnesium (Mg) bisa terjadi juga sejumlah kecil

membentuk larutan komplek dengan siderite, FeCO3. Calcium,

manganese, cobalt, dan nickel. Dolomite, (Mg,Ca)CO3, adalah hampir bisa

dibedakan dengan magnesite.

Magnesite dapat terbentuk melalui talc carbonate metasomatism

dari peridotite dan batuan ultrabasic lainnya. Magnesite terbentuk

melalui karbonasi dari olivine yang mengandung air dan CO2, dan

menguntungkan pada suhu sedang dan tekanan khusus dari greenschist

facies; Magnesite dapat juga terbentuk melalui karbonasi dari magnesian

serpentine (lizardite) melalui reaksi berikut ini:

Serpentine + CO2 → Talc + magnesite + air

2Mg3Si2O5(OH)4 + 3CO2 → Mg3Si4O10(OH)2 + 3MgCO3 + H2O

Forsterite merupakan magnesia yang kaya komposisi olivine

merupakan produk yang menguntungkan dari magnesite yang berasal

dari peridotite. Fayalitic (iron-rich) olivine merupakan produksi yang

menguntungkan dari produksi komposisi magnetite-magnesite-silica.

CaO yang dicampur air menjadi (Ca(OH)2, yang disebut slaked lime,

atau hydariate lime. Quick lime berupa CaO, berasal dari pemanasan

batuan kapur pada suhu 900oC.

CaCO3 CaO + CO2

Quick lime bercampur pasir digunakan untuk pembuatan mortar.

Batu kapur digunakan untuk pembuatan semen. Kalsium karbonat

digunakan dalam industri baja dalam proses wet limestone scrubbing,

untuk membuang S dan SO2 dari pembakaran batu bara (Tan, 2009).

Page 78: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

70

Pelapukan mineral primer

1. Pelapukan fisik (Physical weathering). Batu atau mineral pecah

menjadi ukuran yang lebih kecil tanpa bantuan faktor biotik.

Pelapukan ini juga disebut pelapukan mekanik (fisika) atau

disintegrasi. Faktor utama yang mempengaruhi antara lain; suhu,

air es, angin.

2. Suhu

3. Menghasilkan stres diferensial, membuat batu bisa terbelah.

4. Air dan es yang masuk kedalam celah batu membeku meningkatkan

volume 9% memaksa batu terbelah.

5. Angin membawa partikel lebih kecil dan memukulkan pada batu

yang lebih besar. Peristiwa letusan gunung api mengakibatkan

adanya sand blasting (pengikisan), Stres lateral, dimana batu sbg

penghantar panas yang lambat, menghasilkan batu mengelupas

(eksfoliasi).

Chemical weathering ( pelapukan secara kimia)

2.1 Hidariolisis, KAlSi3O8 + H+ HAlSi3O8 + K+

Ortoklas liat

NaAlSi3O8 + 2H+ HAlSi3O8 + Na+

Albit liat

MgFeSiO4 + 2H2O H4Mg3Si2O9 + SiO2 + 3FeO

Olivin serpentin

2.2 Oksidasi-reduksi

Ion Fe3+ lebih kecil dari Fe2

+,

Fe3+ + e- Fe2

+

4FeO + O2 2Fe2O3

Ferro oksida hematit

2.3 Hidariasi dan dehidariasi

2Fe2O3 + H2O 2Fe2O3.3H2O

Hematit limonit (kuning)

2.4 karbonasi

CaCO3 + H2O + CO2 Ca(HCO3)2

Limestone Ca-bikarbonat

Pelapukan biologi (biologycal weathering) contohnya adalah;

Ekstraselular polisakarida. Pelapukan secara biologi dapat berhubungan

Page 79: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

71

dengan pelapukan yang disebabkan oleh keberadaan fauna atau flora

makro dan fauna atau flora mikro. Beberapa contoh flora makro adalah

tumbuhan tingkat tinggi, fauna makro meliputi tikus, anjing priari, cacing

tanah, kumbang, semut, dan lain-lain.

Penetapan klasifikasi tanah di lapang, perlu mengidentifikasi

horizon, dan horizon penciri sebagai penciri khas untuk ordo tanah.

Ada 6 group utama horizon yang disebut sebagai master horizon,

yang ditandai dengan simbol O, A, E, B, C dan R.

1. Horizon O, endapan organik, dibagi menjadi Oi, Oe dan Oa.

2. Horizon A, horizon Mineral ter atas yang berada di bawah lapisan

horizon O, tersusun sebagian besar bahan anorganik yang

berasosasi dengan bahan organik terhumifikasi. Horizon Ini

biasanya lebih gelap dibanding horizon di bawahnya. Jika horizon A

sering diolah maka disebut Horizon Ap (plow). Pada soil taxonomy

US, sejumlah horizon A dianggap sbg horizon diagnostik untuk

klassifikasi tanah, yang disebut Epipedon. Akan tetapi epipedon

tidak sinonim dengan horizon A, karena juga bisa sebagian horizon

B. Epipedon diagnostic utama antara lain; epipedon mollik, umbric,

ochric, histic, plaggen, antropik, melanik.

3. Horizon E, horizon mineral di bawah horizon A, mempunyai zone

pencucian maksimum atau eluviasi, yang terangkut humus, liat,

senyawa Al, Fe. Biasanya horizon ini berwarna lebih terang, putih

atau pucat. Horizon E yang putih disebut Albik. Dijumpai juga

horizon AE yaitu peralihan antara horizon A dan E, ada juga horizon

EB.

4. Horizon B, di bawah horizon E, jika tidak ada horizon E, maka

langsung di bawah horizon A. horizon Ini sering disebut, sebagai

sub surface horizon atau zone illuviasi, dari bahan yang diangkut

dari atas. Banyak horizon B juga digunakan sebagai penciri bawah

permukaan (diagnostic sub surface horizon). Antara lain; horizon

Argillik (Bt), Horizon spodik (Bh atau Bhs) yang kaya humus dan Fe

atau Al-oksida, Cambic (Bw) yaitu horizon B muda,Oksik yaitu

horizon B yang terlapuk lanjut mengandung oksida Al dan Fe serta

liat tipe 1:1. horizon kandik, memiliki liat yang aktivitasnya rendah.

5. Horizon C, tempatnya di bawah horizon B dan sebagai bahan induk.

Merupakan campuran batu yang melapuk dan sebagian besar tidak

Page 80: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

72

dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah berada di atas

batuan.

6. Horizon R, di bawah lapisan pembentukan batu padat dengan

sedikit terjadi pelapukan.

E. Jenis-jenis Tanah di Dunia Tanah di dunia memiliki beberapa jenis hingga saat ini telah dikenal

12 jenis ordo tanah. Pengklasifikasian ini ada 2 penamaan yaitu

berdasarkan Soil taxonomy America dan berdasarkan FAO PBB.

Penamaan ordo tanah berdasarkan soil taxonomy America, antara lain;

Histosol, Inceptisol, Alfisol, Aridisol, Andisol, Oxisol, Vertisol, Ultisol,

Gelisol, Histosol, Spodosol, dan Mollisol. Masing-masing ordo tanah

memiliki sifat tersendiri dan sangat mempengaruhi tanaman yang

tumbuh di atasnya. Sifat tanah juga sangat dipengaruhi oleh vegetasi yang

tumbuh di atasnya, sehingga tanah dan tanaman dianggap saling

mempengaruhi.

Beberapa sifat tanah sesuai ordo diuraikan sebagai berikut;

Beberapa Ordo tanah di dunia antara lain;

1. Entisol (taksonomi tanah Amerika) Lithosol (FAO), berasal dari kata

recent = baru/muda, dan FAO menyebutnya sebagai Lithosol yang

berasal dari kata lithos = batu

2. Gelisol (USA soil taksonomi), gelid = sgt dingin penamaan dari FAO

adalah Gelosol.

3. Inceptisol, inceptum artiny permulaan, awal terbentuknya horizon

penciri cambic, penamaan dari FAO adalah Cambisol yang

mengambil kata dari horizon penciri bawah permukaan (sub

horizon) Cambisol, yang merupakan kata Cambiare = berubah

4. Mollisol, mollis – lunak, FAO menyebutnya sebagai Chernozem

chern = hitam dan zemla artinya bumi atau tanah

5. Spodosol, berasal dari kata spodos = abu kayu, dan FAO

menyebutnya Podzol yang berasal dari peristiwa podzolisasi.

6. Alfisol Al dan Fe, FAO menyebutnya Luvisol luv = mencuci liat

7. Oxisol berasal dari kata oxi yaitu peristiwa oksidasi, FAO

menyebutnya Ferralsol, yang artinya mengandung Fe dan Al yang

mengalami oksidasi, tanah ini dicirikan berwarna merah cerah,

Page 81: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

73

karena didominasi besi oksidasi, mengandung banyak mineral

hematit.

8. Ultisol berasal dari kata ultimus = pelapukan lanjut atau FAO

menyebutnya sebagai Acrisol

9. Aridisol berasal dari kata aridus = kering, FAO menyebutnya sebagai

Xerrosol asal kata dari xeros = kering

10. Vertisol berasal dari kata verto = berubah, FAO menyebutnya juga

Vertisol.

11. Andisol berasal dari kata ando = an = hitam (japan), FAO

menyebutnya sebagai Andosol atau tanah hitam.

12. Histosol asalnya histos = jaringan, FAO menyebutnya sebagai

Histosol

Sifat-sifat ordo tanah dan hubungan luas lahan sawah terhadap

pemanfaatannya.

Entisol

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang

masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam

perkembangannya. Entisol menduduki permukaan bumi terbesar ke-2

setelah inceptisol seluas 16% permukaan bumi

(https://www.soils.org/discover-soils/soil-basics /soil-types/ entisols).

Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik.

Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama

adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

Gambar 27. Entisol, Gelisol, Inceptisol dan Mollisol

Page 82: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

74

Gelisol

Gelisol tanah yang berada pada iklim yang sangat dingin, yang

permafrost papa ke dalaman 2 meter dari permukaan tanah. Kata

"Gelisol" berasal dari kata latin artinya gelare yang bermaksud beku yang

merupaan suatu referensi ke pada proses cryoturbation yang terjad dari

perubahan pencairan dan pembekuan yang merupakan karakteristik dari

Gelisol. Gelisol dikenal juga sebagai Cryosol. Secara stuktural, Gelisol tidak

memiliki Horizon B dan mempunyai horizon A yang berada di atas

permafrost. Sebab bahan organik menumpuk di lapisan paling atas,

kebanyakan Gelisols berwarna gelap atau coklat hitam, yang diikuti oleh

lapisan mineral yang dangkal.

Inceptisol

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda,

tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari

kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison

kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari

tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah

termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dan lain-lain.

Menurut (Wahyunto, 2009) 55% tanah sawah dataran rendah dominan

berada pada ordo Inceptisol dan 17% berupa lahan keringnya.

Mollisol

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal

epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan

bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi

tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal

dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi

lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunizem, Rendzina. Mollisol

sangat dipengaruhi oleh kinggrass alami yang banyak menghasilkan

humus yang sangat subur. Kombinasi dengan kandungan mineral tanah

yang banyak mengandung Calsium, mengakibatkan tanah ini tergolong

yang tersubur di dunia secara alami.

Spodosol

Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan

horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (Bh atau

Bhs) (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi

Page 83: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

75

(pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem

klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol. Tanah Spodosol secara

alami tergolong tanah mineral yang masam. Kemasaman berasal dari

humus asam yang ditimbulkan oleh vegetasi alami Conifera. Golongan

tanaman Conifera adalah tanaman yang berduri keras dan berdaun jarum

(Gambar 28).

Gambar 28. Hutan Conifera dan profil tanah Spodosol

Tanah ini menjadi tidak subur karena keasamannya yang sangat

tinggi. Di Amerika tanah tersebut dikembangkan untuk dijadikan padang

rumput, untuk peternakan sapi perah. Tanaman pangan yang mungkin

dikembangkan di jenis tanah tersebut adalah kentang (Potatoe),

walaupun ukuran kentang yang dihasilkan kecil, namun sangat baik

kualitasnya.

Alfisol

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang

terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik) dan

mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman

180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini

berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan

gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk

tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik

Coklat Kelabu.

Page 84: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

76

Oxisol

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga

mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak

aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16

me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al.

Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas

horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah

termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning),

Lateritik.lahan sawah yang masuk kategori ordo Oxisol adalah sawah

bukaan baru sebesar 1% (Wahyunto, 2009).

Gambar 29. Tanah Alfisol, Oxisol, Ultisol (Typic hapludult Arkansas) (https://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_02.htm, akses 12 Agustus 2017)

Ultisol

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang

terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan

basa pada ke dalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%.

Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik

Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorfik Kelabu. Penggunaan lahan sawah

yang berada pada ordo Ultisol sebanyak 10% dan Oxisol hanya 6%

(Wahyunto, 2009). Ultisol merupakan tanah yang telah berkembang

lanjut. Jenis tanah ini telah mengalami pencucian unsur hara basa-basa,

sehingga yang tertingga dominan di dalam tanah kandungan Fe, Al, yang

tinggi. Tanah ini dicirikan dengan warna merah kekuningan.

Page 85: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

77

Aridisol

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang

mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai

epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan

dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil. Pada prinsipnya

tanah ini subur, permasalahannya adalah karena kekurangan air. Jika ada

irigasi maka tanah dapat mendukung budidaya pertanian. Tanah dengan

iklim Arid, memiliki permasalahan akumulasi garam yang cukup tinggi

dipermukaan tanah, karena kondisi evaporasi yang lebih tinggi

dibandingkan presipitasi. Air irigasi dapat mencuci garam-garam yang

mengendap di permukaan tanah, sehingga tanah dapat dibudidayakan

secara maksimal.

Vertisol

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan

kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat

mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga

tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket.

Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol

atau Margalit. Penggunaan lahan sawah berada pada ordo vertisol hanya

7% (Wahyunto, 2009).

Gambar 30. Aridisol dan Vertisol (Hamdan dan Adinugraha, 2013. Tanah vertisol, sebaran problematika dan penyebarannya. https://forestry information.wordpress. com/2013/01/ 18/tanah-vertisolsebaran-problematika-dan-pengelolaannya/, akses 8 Agustus 2017).

Page 86: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

78

Andisol

Alfisol dan Andisol hanya 4% dari pengadaan lahan sawah di

Indonesia (Wahyunto, 2009). Andisol merupakan tanah yang terbentuk

dari abu gunung api dan didefinisikan sebagai tanah yang mengandung

material glass dan koloid amorf, termasuk mineral alofan, imogolit, dan

ferrihidrit. Pada klasifikasi FAO, Andisol dikenal sebagai Andosol.

Andisol tergolong tanah muda, dan dikenal sangat subur kecuali

pada kasus dimana unsur P difiksasi dengan mudah (ini sering terjadi di

daerah tropis). Tanah ini digunakan untuk budidaya pertanian secara

intensif, khusus untuk padi sawah di daerah Jawa yang mampu

mendukung populasi yang padat di seluruh dunia. Andisol lainnya

mendukung budidaya tanaman lain seperti buah-buahan, jagung, teh,

kopi dan tembakau. Di Amerika bagian Barat laut pasifik, Andisol

mendukung produksi hutan. Andisol menduduki 1% dari areal lahan

bebas es global. Kebanyakan terjadi di sekitar cincin api Pasifik, dengan

areal terluas dijumpai di pusat Cili, Ekuador, Colombia, Mexico, Amerika

Barat Laut pasifik , Jepang, Jawa, pulau utara New Zealand. Daerha lain

terjadi di kawasan lembah Rift Great, Itali, Iceland dan Hawaii.

Gambar 31. Andisol dan Histosol

Histosol

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah

dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur

pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang

mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm.

Page 87: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

79

Jenis tanah ini berasal dari kata histos, artinya jaringan, sol artinya tanah,

bermakna tanah yang berasal dari jaringan yang hidup. Padanan dengan

sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

Oleh sebab itu penamaan tanah tersebut adalah diperuntukan pada

tanah yang berasal dari pelapukan bahan organik. Secara umum tanah

tersebut memiliki warna lebih gelap dan hitam. Di Indonesia tanah ini

disebut tanah gambut. Tanah gambut atau Histosol, selalu berada pada

kawasan yang memiliki dariainase jelek, atau tanahnya selalu tergenang,

sehingga perombakan bahan organik menjadi sangat lambat. Histosol

berasal dari peristiwa eutrofikasi yaitu kawasan cekungan tampungan air

yang mengandung kelimpahan bahan organik. Akibat genangan yang

permanen menghasilkan suasana anaerob sehingga membuat bahan

organik lebih bertahan dalam jangka waktu sangat lama. Hal ini dapat

dibandingkan dengan bahan organik yang dipertahankan dalam suasana

aerob, yang perombakannya dalam bentuk oksidasi enzimatik, maka

dekomposisinya akan menghabiskan bahan organik menjadi CO2 dan H2O.

F. Pemanfaatan Jenis Tanah Dalam Bidudaya Padi Sawah Kondisi pemanfaatan jenis tanah dalam budidaya padi sawah

sebagai berikut:

1. Dataran rendah (Low land) 55% Aquept (Inceptisol), Aquent

(Entisol)(Aluvial dan tanah Glei)

2. Dataran Tinggi/lahan kering (Upland) 17% Udept (Inceptisol)

(Latosol dan Regosol)

3. Komplek (kombinasi A dan B)

a. Vertisol (Grumusol) 7% (Subordo Aquert, udert, dan ustert)

b. Ultisol dan Oxisol (Podsolik Merah Kuning) 6% (Subordo:

Aquult dan Paleudult, serta Aquox dan Udox

c. Alfisol dan Andisol (Mediteran Merah Kuning dan 4% Andosol)

Sub ordo Udalfs, Ustalfs, dan Aquands

d. Sawah bukaan baru: Ultisol (Podsolik merah kuning) 10%

e. Sawah bukaan baru: Oxisols 1% (Latosol, Lateritik) jumlah

100%.

Page 88: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

80

Penggenangan akan mempengaruhi sifat kimia tanah mineral,

karena penggenangan akan mengubah suasana tanah dari kondisi

oksidasi berubah menjadi reduksi. budidaya padi sawah, menumbuhkan

tanaman padi di tanah yang tergenang. Secara umum tanah Ultisol atau

Oksisol yang mengalami penggenangan, akan meningkat kelarutan Fe.

Unsur Fe akan berubah dari bentuk Ferri menjadi Ferro yang sangat larut.

Oleh sebab itu tanah sawah bukaan baru seperti perluasan sawah hingga

tanah Oksisol, akan mengakibatkan tanaman padi sawah mengalami

keracunan besi.

Namun demikian tanaman padi sawah memiliki kemampuan untuk

mencegah keracunan besi karena memiliki tenaga pengoksidasi. Tenaga

ini juga dihasilkan dari tanaman yang mendapatkan asupan K yang cukup,

sehingga stomata bisa membuka dengan baik dan mampu memfiksasi O2

dari udara dan melepaskannya hingga perakaran tanaman padi(Mengel,

Kirkby, Kosegarten, & Appel, 2001).

Pemanfaatan Histosol (tanah gambut) untuk budidaya pertanian

khususnya padi sawah memberikan prospek yang cerah. Indonesia

memiliki lahan gambut yang cukup luas terutama di kawasan Kalimantan

mencapai 50,3% dari seluruh luas Histosol di Indonesia (Sagiman, 2007).

Mengenai hubungan ketebalan gambut dengan hasil padi menunjukkan

bahwa pada gambut tipis padi memberikan hasil yang cukup tinggi namun

jika ditanam pada gambut tebal dengan ketebalan >60 cm. Maka hasil

akan menurun.

Pada gambut yang tipis 0-10 cm tanah relatip padat tidak gembur

dan pembentukan perakaran padi dapat terganggu, kandungan hara

tanah juga rendah dan tidak cukup memberikan hasil yang tinggi.

Peningkatan ketebalan gambut sampai 60 cm, menyebabkan kesuburan

gambut meningkat dan tanah gembur sehingga baik bagi pertumbuhan

akar tanaman. Gambut tebal (>1m ) belum berhasil dimanfaatkan untuk

penanaman padi sawah, karena sejumlah kendala yang belum dapat

diatasi. Keberhasilan Budidaya Padi Sawah tergantung kesuksesan dalam

mengatasi beberapa kendala seperti keberhasilan dalam : pengelolaan

dan pengendalian air, penanganan sejumlah kendala fisik yang menjadi

faktor pembatas, pengendalian sifat toksik dan kekurangan hara makro

maupun mikro.

Page 89: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

81

DAFTAR PUSTAKA

Agrostologi, L., & Peternakan, F. (2003). 3. Respons Hijauan Pakan

Terhadap Pemupukan Pupuk Kandang Dan Air Belerang,

2(September), 17–38.

Badan Pusat Statistika (2016) Hasil padi menurut provinsi di Indonesia

selama 13 tahun mulai 2003- 2015. https://www.bps.go.id/

linkTableDinamis/view/id/895

Beuzelin, J. M., Mészáros, A., Way, M. O., & Reagan, T. E. (2012). Rice

harvest cutting height and ratoon crop effects on late season and

overwintering stem borer (Lepidoptera : Crambidae) infestations.

Crop Protection, 34, 47–55. http://doi.org/10.1016/j.

cropro.2011.11.019

Daru, T. P., Yuianti, A., & Widodo, E. (2013). SEBAGAI PAKAN SAPI

POTONG DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. Pastura, 3(2), 94–

98.

Harrell, D. L., Bond, J. A., & Blanche, S. (2009). Field Crops Research

Evaluation of main-crop stubble height on ratoon rice growth and

development §, 114, 396–403. http://doi.org/10.1016/j.fcr.

2009.09.011

Jamilah, & Juniarti. (2015). Potensi Tanaman Padi Dipangkas Secara

Periodikuntuk Pakan Ternak Pada Metoda Budidaya Integrasi Padi

Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan Dan Daging. :aporan

Penelitian Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa, Padang (Vol. 53).

Padang.

Jamilah, & Juniarti. (2017). Chromolaena odorata Compost Affected Soil

Chemical and Rice Crop (Oryza sativa L.). Agrotechnology, 06(01),

1–6. http://doi.org/10.4172/2168-9881.1000155.

Jamilah, Fadhila, R., & Mulyani, S. (2017). Farm Analysis of Rice Crop

Trimmed Periodically in the Tropical Wet. In T. Yuwono, T.

Purwaningsih, & Maulana (Eds.), International Conference on

Social, Humanities and Government Science ISBN 978-602607620-

5 (pp. 202–207). Palembang: Tamansiswa Palembang University.

Jamilah, Juniarti, & Mulyani, S. (2016). Potensi tanaman padi yang

dipupuk dengan kompos C hromolaena odorata ; penghasil gabah

Page 90: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

82

dan sumber hijauan pakan ternak penunjang ketahanan pangan

Potential of rice crop fertilized with compost of Chromolaena

odorata to produce grain yield and. Prosiding

Sem.Nas.Masy.Biodiv.Indon, 2, 27–31.

http://doi.org/10.13057/psnmbi/m020105.

Jamilah. (2012). Pengaruh Pupuk Biorganik In situ untuk Padi Sawah

Intensifikasi Pada lahan Dampak Limbah Tambang Semen.

Prosiding Seminar Nasional Dan Rapat Tahunan Bidang Ilmu-Ilmu

Pertanian BKS-PTN Wilayah Barat, 1(9), 503–508.

http://doi.org/10.1017/ CBO9781107415324.004

Jim Schwartz. 2015. Nutrient Movement And Root Uptake.

https://www.360yieldcenter.com/plant-health/soil-nutrient-

series-part-1-nutrient-movement-and-root-uptake/

Laboratorium, T. I. dan T. P. F. P. I. (2013). Pengetahuan Bahan Makanan

Ternak. CV NUtrisi Sejahtera (Vol. 53). Bogor: CV Nutrisi Sejahtera.

http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Mengel, K., Kirkby, E. a., Kosegarten, H., & Appel, T. (2001). Principles of

Plant Nutrition Edited by and, 5th, 849 pp.

http://doi.org/10.1007/978-94-010-1009-2

Nishiuchi, S., Yamauchi, T., Takahashi, H., Kotula, L., & Nakazono, M.

(2012). Mechanisms for coping with submergence and

waterlogging in rice. Rice, 5(1), 2. http://doi.org/10.1186/1939-

8433-5-2

Nurmala, T., & Widayat, D. (2015). Pengaruh keberadaan gulma (

Ageratum conyzoides dan Boreria alata ) terhadap pertumbuhan

dan hasil tiga ukuran varietas kedelai ( Glycine max L . Merr ) pada

percobaan pot bertingkat Effect of the existence of weeds (

Ageratum conyzoides and Boreria alata. Kultivasu, 14(2), 1–9.

Oosterhuis, D. (2009). Foliar fertilization: mechanisms and magnitude of

nutrient uptake. Proceedings of the Fluid Forum, 15–17.

Pertanian, M. (2016). Kedaulatan Pangan. Jakarta: Kementrian Pertanian.

Plucknett, D., & Evenson, J. P. (1970). RATOON CROPPING ’. Advances in

Agronomi, 22(1168), 285–330.

Prawiradiputra, B. R., Sutedi, E., Sajimin, & Fanindi, A. (2012). Hijauan

pakan ternak untuk lahan sub-optimal. Jakarta: BADAN

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Page 91: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

83

PERTANIAN.

Purwanti, S. (2014). Pengaruh kompetisi gulma terhadap pertumbuhan,

hasil dan daya simpan benih kedelai hitam. In Hasil Penelitian

Tanaman Aneka kacang dan Umbi (pp. 327–336).

Sagiman, S. (2007). Pemanfaatan lahan gambut dengan perspektif

pertanian berkelanjutan. Orasi Ilmiah Pengukuhan Guru Besar,

UNTAN, Pontianak.

Seseray, D. Y., Santoso, B., & Lekitoo, N. (2013). Produksi Rumput Gajah (

Pennisetum purpureum ) yang Diberi Pupuk N , P dan K dengan

Dosis 0 , 50 dan 100 % pada Devoliasi Hari ke-45. Sains

Peternakan, ISSN 1693-8828, 11(1), 49–55.

Statistik, B. P. (2014). Pedoman Pelaksanaan Pemantauan Harga Produsen

Gabah dan Beras. Statewide Agricultural Land Use Baseline 2015.

http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Wahyunto. (2009). LAHAN SAWAH DI INDONESIA SEBAGAI PENDUKUNG.

Informatika Pertanian, 18(2), 133–152.

Yoshida, S. (1981). Fundamentals of Rice Crop Science. Philippines: the

International Rice Research Institute, Los Banos, Laguna

Philippines.

Page 92: PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

84

TENTANG PENULIS

Dr. Ir. Jamilah, MP lahir di Medan 26

Pebruari 1965, adalah Dosen Kopertis X dpk Fak.

Pertanian UNITAS PADANG yang mengajar

matakuliah Dasar-dasar Ilmu Tanah, Kesuburan

tanah, Nutrisi Tanaman, Sistem Pertanian Organik,

Agroforestry dan Konservasi Tanah dan Air. Tahun

1989 lulus S1 program studi Ilmu Tanah dari

Universitas Sumatera Utara, tahun 1996 lulus S2

dari Universitas Andalas dan program Doktor lulus tahun 2006 di

Universitas Andalas. Penulis telah berhasil memproses paten sederhana

mengenai Produk Pupuk organik Cair C.odorata dan sabut kelapa yang

diperkaya dengan mikroorganisme local dengan nomor No. HKI.3-

HI.05.01.03.2016/06641. Pada saat ini Penulis sebagai Dekan Fakultas

Pertanian UNITAS Padang, Sekretaris HITI Sumatera Barat dan Anggota

Forum DAS Kota Padang.