30
BAB IV SISTEM PELUMASAN TURBIN GAS 4.1 Prinsip Pelumasan 4.1.1 Gesekan dan Keausan Gesekan adalah suatu gaya yang bekerja pada bidang kontak diantara dua permukaan benda yang secara relatif sesamanya dan gaya ini cenderung menghambat. Secara umum, gesekan ada 2 macam yaitu : Gesekan statik adalah gesekan yang terjadi pada bidang kontak diantara dua benda yang cukup besar untuk mencegah terjadinya gerakan. Contoh gesekan statik adalah gesekan antara mur dan baut. Gesekan kinetik adalah gesekan yang terjadi pada bidang kontak diantara dua benda yang saling bergerak secara relatif sesamanya.

Pelu Masan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pelu Masan

BAB IV

SISTEM PELUMASAN TURBIN GAS

4.1 Prinsip Pelumasan

4.1.1 Gesekan dan Keausan

Gesekan adalah suatu gaya yang bekerja pada bidang kontak diantara dua permukaan

benda yang secara relatif sesamanya dan gaya ini cenderung menghambat.

Secara umum, gesekan ada 2 macam yaitu :

Gesekan statik adalah gesekan yang terjadi pada bidang kontak diantara dua

benda yang cukup besar untuk mencegah terjadinya gerakan.

Contoh gesekan statik adalah gesekan antara mur dan baut.

Gesekan kinetik adalah gesekan yang terjadi pada bidang kontak diantara dua

benda yang saling bergerak secara relatif sesamanya.

Contoh gesekan kinetik adalah gesekan antara permukaan bantalan dengan

permukaan poros turbin.

Akibat adanya gesekan ini, terjadi pengikisan material pada bidang kontak antara dua

permukaan tersebut, pengikisan ini disebut keausan.

4.1.2 Fungsi Pelumasan

Page 2: Pelu Masan

Keausan akibat gesekan dapat dikurangi dengan cara mencegah terjadinya kontak

langsung antara dua permukaan benda yang saling bersinggungan seperti poros dengan bantalan.

Untuk mengurangi singgungan langsung ini, dapat dilakukan dengan memberikan

pelumasan. Pelumas akan menjadi media pemisah antara dua permukaan, sehingga tidak terjadi

kontak langsung. Secara umum, prinsip pelumasan dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :

Pelumasan Batas adalah pelumas dimana kedua permukaan benda hanya

dipisahkan oleh selapis pelumas yang sangat tipis sehingga pada beberapa lokasi

masih terjadi kontak langsung antara kedua permukaan tersebut.

Pelumasan Film adalah pelumasan dimana kedua permukaan benda dipisahkan

oleh lapisan yang cukup (film) sehingga tidak terjadi kontak langsung antara

kedua permukaan.

Prinsip pelumasan yang baik adalah pelumasan film. Jadi fungsi utama pelumasan adalah

untuk mengurangi gesekan. Selain fungsi utama tersebut, pelumasan juga mempunyai fungsi lain

seperti :

Sebagai pendingin

Gesekan akan menimbulkan panas. Panas yang berlebihan dapat merusak

komponen. Pelumas akan menyerap sebagian panas yang timbul sehingga panas

yang berlebihan dapat dihindari. Apabila panas yang timbul diperkirakan cukup

besar, biasanya pelumas disirkulasikan melalui pendingin minyak.

Untuk Mencegah dan Mengurangi Korosi

Pelumas dapat mengurangi laju korosi dengan cara membentuk lapisan pelindung

pada permukaan logam. Lapisan pelindung ini akan mencegah kontak langsung

Page 3: Pelu Masan

antara permukaan logam dengan zat penyebab korosi seperti asam dan

sebagainya.

Sebagai Perapat

Pelumas dapat membentuk perapat sehingga kotoran dari luar dapat dicegah agar

tidak masuk ke dalam bidang kontak.

Sebagai Peredam Beban Kejut

Beban kejut dapat terjadi pada banyak komponen mesin dimana dua permukaan

kontak langsung seperti roda-roda gigi yang saling berhubungan dan berputar

pada kecepatan tinggi. Pelumas akan memperkecil kejutan/benturan yang terjadi

sehingga dapat meredam getaran dan mengurangi kebisingan.

Pemilihan dan penggunaan pelumas banyak ditentukan oleh fungsi khusus yang

diharapkan untuk dibutuhkan dan diperhatikan. Didalam penggunaannya, seperti melumasi

bantalan, kendali terhadap gesekan merupakan hal yang sangat diharapkan. Pelumas memiliki

beraneka ragam jenis yang tergantung kepada kemampuan bekerja pada berbagai fungsi yang

telah dirancang untuk pelumas itu sendiri.

Fungsi-fungsi tersebut tidak dapat dipisah-pisahkan, tetapi saling tergantung satu sama

lain. Jika pelumas memberikan kinerja yang buruk dalam mengendalikan gesekan, maka akan

memberikan gesekan yang akan menimbulkan panas yang tinggi.

4.1.3 Karakteristik Minyak Pelumas

Karakteristik minyak pelumas merupakan gambaran dari sifat-sifat pelumas serta

kemampuannya untuk melumasi. Di pasaran tersedia cukup banyak jenis minyak pelumas.

Diantara sifat-sifat minyak pelumas yang penting adalah :

Kadar Viskositas (Viscosity)

Page 4: Pelu Masan

Viskositas atau kekentalan merupakan suatu ukuran yang menyatakan besarnya

tahanan cairan terhadap aliran. Dengan kata lain juga disebut sebagai

kemampuan suatu cairan untuk mengalir. Viskositas cairan merupakan fungsi

dari temperatur. Menurut SAE (Society of Automotive Engineers), kekentalan

minyak pelumas dibedakan menurut nomor. Makin tinggi nomornya makin

kental minyak pelumas tersebut.

Contoh : Minyak pelumas SAE 30 lebih kental dari minyak pelumas SAE 10.

Indeks Viskositas (Viscosity Index / VI)

Merupakan ukuran dari laju perubahan viskositas minyak pelumas terhadap

perubahan temperatur. Minyak pelumas yang viskositasnya berubah cukup

banyak terhadap perubahan temperatur dikatakan memiliki indeks viskositas

rendah dan sebaliknya. Indeks viskositas dinyatakan dengan angka dari 0 sampai

100.

Titik Tuang (Pour Point)

Merupakan temperatur dimana minyak pelumas mulai menjadi kental dan tidak

dapat mengalir. Minyak pelumas yang akan digunakan pada temperatur rendah

harus memiliki titik tuang yang rendah.

Titik Nyala (Flash Point)

Merupakan temperatur terendah dimana uap minyak pelumas akan disambar api

bila diberikan sumber panas tetapi pembakaran berhenti bila sumber panas

dihilangkan.

Titik Bakar (Fire Point)

Page 5: Pelu Masan

Merupakan temperatur dimana uap minyak/pelumas yang timbul akan terbakar

dan akan terus menyala meskipun tidak diberikan sumber panas.

4.1.4 Bahan Tambah (Additive)

Bahan tambah (Additive) adalah bahan lain yang dicampurkan minyak pelumas dengan

maksud untuk memperbaiki sifat minyak pelumas. Jenis-jenis bahan tambah yang banyak

dipakai adalah :

Penurun titik tuang

Bahan ini berfungsi untuk menurunkan titik tuang minyak pelumas. Dengan

penambahan bahan ini minyak pelumas masih dapat mengalir pada temperatur

yang lebih rendah.

Anti Oksidasi (Oxidation Inhibitor)

Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya oksidasi pada minyak pelumas.

Oksidasi dapat mengakibatkan minyak pelumas menjadi asam.

Anti Busa (Anti Foam Agent)

Bahan ini berfungsi untuk mencegah terjadinya busa dalam minyak pelumas.

Pembentukan busa dapat mengakibatkan rusaknya lapisan film sehingga

mengurangi fungsi pelumas.

Pembersih (Detergent)

Bahan ini berfungsi untuk mencegah terbentuknya endapan (deposit) atau kerak

pada komponen-komponen mesin yang dilumasi.

Perubahan Indeks Viskositas (Viscosity Index Improver)

Page 6: Pelu Masan

Bahan ini berfungsi merubah sensitivitas perubahan temperatur.

Anti Karat dan Korosi (Rust and Corrosion Inhibitor)

Bahan ini berfungsi membantu mencegah karat (korosi).

Extreme Pressure Additive

Bahan ini berfungsi untuk meningkatkan kemampuan minyak pelumas terhadap

beban dan tekanan tinggi.

Bahan Pengemulsi (Emulsifying Agent)

Bahan ini berfungsi untuk menyelimuti air (emulsi) dalam minyak pelumas

sehingga air tidak kontak langsung dengan logam yang dilumasi.

Bahan Pencegah Emulsi (Emulsion Breaker)

Bahan ini berfungsi untuk mempermudah memisahkan air dengan minyak

pelumas agar air dapat dibuang/dikeluarkan dari minyak.

4.2 Komponen Utama Sistem Pelumasan

Sistem pelumasan turbin berfungsi sebagai pelumas dan juga sebagai media pendingin

bearing-bearing seperti bearing turbin, kompresor dan generator, memberikan suplai minyak

pelumas untuk power oil system dan suplai minyak pelumas untuk jacking oil system. Sistem

pelumas didinginkan oleh air pendingin dari CWP (Cooling Water Pump), airnya diambil dari

make-up water

Komponen-komponen utama dari sistem pelumasan turbin adalah sebagai berikut :

Tangki penyimpan (Lube oil tank)

Vapor extractor fans (2)

Page 7: Pelu Masan

Main Lube oil pumps (2)

DC Emergency oil pump

Rotor Barring oil pump

Lube oil filter

Pressure Accumulator

Lube oil cooler

Alat ukur (level, pressure, temperature)

4.3 Deskripsi Fungsional Main Lube dan Emergency Oil System

Lube Oil Tank dan Peralatannya

Ventilasi lube oil tank dilengkapi dengan filter dan orifice yang didesain agar pada saat

proses pembuangan udara panas melalui vapor extractor dapat menghasilkan tekanan vacum

tidak hanya di lube oil tank tetapi juga di return piping dari bearing ke tangki, sehingga dapat

menjaga terjadinya kebocoran lube oil melalui bearing.

Gambar 4.1

Lube Oil Tank Fan

Page 8: Pelu Masan

Heater

Heater berfungsi untuk mempertahankan temperatur lube oil 15-22 0C pada saat GT tidak

beroperasi. Selama periode standby, kekentalan minyak pelumas dipertahankan pada viskositas

yang layak untuk start turbin oleh heater (pemanas) yang dipasang dalam bak minyak, dan

mengontrol heater untuk mempertahankan suhu minyak tersebut.

Exhaust Fan Oil Vapor

1. Fungsi utama : membuang gas-gas yang tidak terpakai yang dibawa oleh minyak

pelumas setelah melumasi bearing-bearing turbin, kompresor dan generator

2. Fungsi lain : membuat vacum di lube oil tank yang tujuannya agar proses minyak

kembali lebih cepat dan juga untuk menjaga kerapatan minyak pelumas di bearing-

bearing (seal oil) sehingga tidak terjadi kebocoran minyak pelumas di sisi bearing.

Main Lube Oil Pump dan Pressure Accumulator

Ada 2 buah Main lube oil pump (motor AC) yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan

suplai minyak pelumas di lube oil system, dan dilengkapi dengan non return valve (check valve)

untuk mengindari terjadinya aliran balik ke tangki melalui salah satu pompa stand by. Jika salah

satu pompa gagal beroperasi maka pompa yang stand by akan otomatis beroperasi. Sistem ini

dilengkapi pula dengan accumulator yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan operasi lube

oil system (menghindari denyutan tekanan pada saat change over pompa)

Emergency Lube Oil Pump (DC)

Jika terjadi kegagalan operasi pada main lube oil pump atau power system AC, maka

tekanan lube oil akan drop dan GT trip, emergency pump akan otomatis beroperasi untuk

menjamin tetap adanya pelumasan pada bearing pada saat rundown.

Lube Oil Cooler dan Temperatur Control Valve

Page 9: Pelu Masan

Lube Oil cooler berfungsi untuk menjaga agar temperatur lube oil tetap pada temperatur

operasinya, dengan bantuan temperatur control valve. Minyak pelumas didinginkan oleh air dari

sistem air pendingin yang disirkulasikan melalui pipa-pipa penukar panas.

Twin Filter

Main lube oil dilengkapi dengan 2 buah filter yang berfungsi untuk melakukan

penyaringan kotoran yang terbawa pada saat proses pelumasan.

Gambar 4.2

Diagram Skematik Lube Oil System

4.3.1 Aspek Operasi

Persiapan Pengoperasian

1. Cooling water system sudah beroperasi (ada aliran air pendingin di lube oil

cooler)

2. Level lube oil tank normal, temperatur >20 0C

3. Breaker (AC/DC) lube oil pump siap (energize)

Page 10: Pelu Masan

4. Emergency (DC) pump dalam kondisi stand by.

Start Up

Pada saat Start up (FG Lube Oil On), main lube oil pump 1 (tergantung pre-select pompa

yang dipilih) akan beroperasi dan mensuplai minyak pelumas untuk main lube oil system. Vapor

extractor fan segera beroperasi setelah FG Lube Oil Pump On.

Pada saat tekanan operasi main lube oil system sudah tercapai maka Jacking Oil system

(2 pompa) akan otomatis beroperasi untuk mengangkat shaft dan membuat lapisan oil film di sisi

bearing, sehingga shaft dapat berputar dengan lancar. Jacking oil system akan off pada saat

putaran turbin sudah mencapai 2700 rpm.

Normal Operasi

Pada saat normal operasi, lube oil system tetap akan disuplai oleh 1 main lube oil pump.

Dan jika gagal beroperasi dengan normal, maka pompa yang stand by akan otomatis beroperasi.

Kestabilan tekanan lube oil juga dibantu oleh pressure accumulator.

Normal Shutdown

Pada saat normal shutdown, FG lube oil tetap pada posisi on untuk menjamin

ketersediaan minyak pelumas bagi jacking oil system dan rotor barring system. FG Lube oil akan

off jika TAT/Temperatur Rotor Front Face sudah mencapai <60 0C.

Kondisi Emergency

Jika kedua main lube oil pump gagal beroperasi atau power supply AC hilang maka

emergency DC pump akan otomatis beroperasi dan menggantikan fungsi dari main lube oil

pump.

4.3.2 Alarm, Proteksi dan Trouble Shooting Sederhana

Page 11: Pelu Masan

Lube oil temperature in lube oil distribution too low

Alarm : <45 0C

Kemungkinan penyebab :

- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi

- Pendinginan yang berlebihan di lube oil cooler

- Temperatur control bermasalah

Lube oil temperature in lube oil distribution too high

Alarm : >65 0C

Kemungkinan penyebab:

- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi

- Pendinginan yang kurang di lube oil cooler

- Temperatur control bermasalah

- Temperatur cooling water terlalu tinggi

Pressure after main lube oil pump too low

Alarm : <5,2 bar (pompa stand by otomatis beroperasi)

Trip : Jika pressure kedua pompa <5,2 bar selama 3 detik.

Kemungkinan penyebab :

- Kerusakan pada pompa

- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi

- Level lube oil tank terlalu rendah (<600 mm diukur dari atas tangki)

- Pressure switch bermasalah

Pressure distribution lube oil system too low

Alarm : <1,2 bar

Page 12: Pelu Masan

PLS : <0,8 bar

PLST : <0,7 bar (emergency pump auto start dengan tekanan 1,8 bar)

<0,6 bar (jacking oil dan rotor barring system auto off)

Kemungkinan penyebab:

- Kerusakan pada pompa

- Level lube oil tank terlalu rendah (<600 mm diukur dari atas tangki)

- Pressure switch bermasalah

- Kebocoran pada piping system

- Accumulator bermasalah

Lube oil pressure differential too high

Alarm : <0,8 bar

Kemungkinan penyebab :

- Filter lube oil kotor

- Viskositas lube oil tidak sesuai spesifikasi

- Temperatur lube oil terlalu dingin

4.3.3 Pengamatan dan Inspeksi Periodik

Hal-hal yang perlu diamati setiap shift :

1. Adanya perbedaan hasil pengukuran alat ukur (temperatur, pressure, level) di

lokal terhadap nilai normalnya.

2. Adanya segala kebocoran pada peralatan.

3. Suara abnormal.

4. Vibrasi abnormal pada pompa dan perpipaan.

Page 13: Pelu Masan

Penjadwalan rutin (sebulan sekali) untuk menganalisa minyak pelumas (sample) secara

kimiawi di laboratorium terhadap beberapa karakteristik/sifat-sifat minyak pelumas.

Gambar 4.3

Komponen Utama Sistem Pelumasan GT

Keterangan gambar :

1. Oil Vapor Extractor Fan

2. Pressure Limit Valve

3. Rotor Barring Oil Pump

4. Lube Oil Filter

5. Main Lube Oil Pump

6. Pressure Accumulator

7. Lube Oil Cooler

8. Power Oil Pump

9. Jacking Oil Pump

Page 14: Pelu Masan

10. Lube Oil Tank

4.4 Deskripsi Fungsional Jacking Oil System

Jacking Oil Pump (2 buah)

Untuk menjamin adanya pelumasan yang baik pada saat unit pertama kali start atau

proses turning dengan rotor barring system dengan membuat lapisan oil film pada bearing, dan

juga untuk mengangkat rotor pertama kali sehingga rotor dapat berputar dengan lancar. Jacking

oil pump terdiri dari 6 silinder piston yang menghasilkan aliran minyak tekanan tinggi dan

digerakkan oleh motor DC.

Piping line supply

- 2 line supply ke jurnal bearing turbin

- 2 line supply ke jurnal bearing compressor

- 1 line supply ke jurnal bearing generator (DE)

- 1 line supply ke jurnal bearing generator (NDE)

4.4.1 Aspek Operasi

Start up

Pada saat GT start, jacking oil system akan beroperasi secara otomatis jika main

lube/emergency pump sudah beroperasi normal (tekanan lube oil distribution dalam kondisi

normal).

Jika putaran turbin sudah mencapai 2700 rpm maka jacking oil sistem akan otomatis off.

Dalam hal ini rotor sudah dalam kondisi floating.

Page 15: Pelu Masan

Normal Operasi

Pada saat GT normal operasi Jacking oil system tidak beroperasi

Normal Shutdown

Jacking oil system kembali beroperasi pada saat GT shutdown dan putaran sudah

mencapai 2700 rpm, dan tetap beroperasi pada saat rotor barring system beroperasi (<1 rpm).

Jacking oil system otomatis off jika TAT <60 0C

4.5 Deskripsi Fungsional Rotor Barring System

Rotor barring pump berfungsi untuk mensuplai oli ke rotor barring system yang

digerakkan oleh motor DC

Manual (hand) pump mempunyai fungsi yang sama dengan DC rotor barring pump.

Digunakan pada saat terjadi kegagalan di sistem auto rotor barring system.

Constant pressure valve berfungsi untuk menjaga tekanan minyak agar tetap stabil dan

menghindari terjadinya over pressure pada sistem.

Pilot valve berfungsi mengatur aliran minyak yang menuju hydraulic jack. Digerakkan

oleh solenoid atau bisa juga dioperasikan manual melalui push button pada valve, jika

push button ditekan maka aliran akan menuju ke hydraulic jack, jika push button dilepas

maka aliran menuju tangki.

Hydraulic rotor barring device terdiri dari hydraulic jack, pressure spring, piston, stroke

chamber, tappet dan rachet gear (terpasang di rotor)

Page 16: Pelu Masan

4.5.1 Siklus Rotor Barring

Solenoid energize sehingga menggerakkan piston valve dan mengalirkan oli dari rotor

barring pump menuju hydraulic jack.

Oli mengisi stroke chamber pada hydraulic jack, mendorong piston dan tappet ke atas,

hingga tappet engage dengan rachet gear, dan memutar rotor sampai pada akhirnya piston

menyentuh stopper. Pada posisi ini spring dalam kondisi tertekan.

Kemudian (berdasarkan time relay) solenoid valve de-energize sehingga menyebabkan

piston valve kembali ke posisi semula dan mengalirkan oli dari rotor barring pump

menuju tangki, kondisi ini menyebabkan hilangnya tekanan di chamber.

Hilangnya tekanan chamber menyebabkan spring mendorong piston ke posisi awal dan

otomatis tappet pun dis-engage dengan ratchet gear.

Siklus ini berlangsung sekitar 10 detik.

4.5.2 Aspek Operasi

Rotor barring system berfungsi untuk memutar rotor setelah GT rundown (<1 rpm). Hal

ini dimaksudkan untuk meyakinkan adanya pendinginan yang merata pada rotor dan

menghindari terjadinya bending pada saat proses pendinginan. Rotor barring system

otomatis off jika TAT/Temperatur Rotor Front Face <60 0C

Pada kondisi normal, Rotor barring system beroperasi secara otomatis dengan pompa

yang digerakkan oleh motor DC

Pada saat rotor barring gagal beroperasi setelah GT rundown maka akan terjadi bending

pada rotor, dan kemungkinan terjadi rubbing antara blade turbin dengan casing cukup

besar. Tergantung lama waktu kegagalan rotor barring beroperasi.

Page 17: Pelu Masan

Jika lama waktu gagal <10 menit, maka rotor barring boleh start kembali. Tetapi jika ada

alarm muncul (FG Rotor Barring Failed) dan dari pengamatan di lokal ditemukan kondisi

abnormal, maka harus segera dihentikan kembali.

Jika lama waktu gagal >10 menit, atau ada alarm yang muncul atau ada indikasi

terjadinya rubbing, maka rotor barring system harus dimatikan, tetapi jacking oil system dan

main lube oil system harus tetap beroperasi sampai TAT/ Temperature Rotor Front Face <60 0C.

Pengoperasian dengan menggunakan hand pump dilakukan jika rotor barring system

gagal beroperasi secara auto. Prosedur dalam menjalankan hand pump dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Rotor dalam kondisi standstill dan jacking oil system beroperasi normal.

2. Tekan piston pada solenoid pilot valve dan putar ¼ putaran berlawanan jarum jam

dengan menggunakan obeng.

3. Operasikan hand pump hingga poros berputar 1800.

4. Kemudian release tekanan oli dengan mengembalikan piston pada solenoid pilot

valve ke posisi semula.

5. Tunggu 10 menit, kemudian putar kembali 1800.

6. Ulangi prosedur diatas hingga rotor barring dapat beroperasi secara auto.

4.5.3 Alarm dan Trouble Shooting Sederhana

FG Rotor Barring disturbed

kemungkinan penyebab:

- Piston rusak

- Spring rusak

Page 18: Pelu Masan

- Control valve abnormal

- Rotor barring pump abnormal

- Limit switch abnormal

Gambar 4.4

GT13E2 Lube Oil System

4.6 Pengujian Minyak Pelumas

Page 19: Pelu Masan

Kualitas dari minyak pelumas sangat penting untuk mendapatkan pelumasan yang baik.

Untuk itu diperlukan adanya pengujuan minyak pelumas di laboratorium agar minyak pelumas

yang dipakai dapat diketahui kualitasnya.

Pengujian minyak pelumas di laboratorium antara lain meliputi pengujian :

Berat jenis (specific gravity) 60/60 0F

Viskositas kinematis pada 100 0F

Viskositas kinematis pada 210 0F

Viskositas indeks

Tegangan permukaan (interfacial tension)

Titik nyala (flash point)

Titik tuang (pour point)

Kadar air (water content)

Kadar abu (ash content)

Kadar abu sulfat (sulfated ash content)

Kadar karbon residu (contradson carbon residu)

Kadar logam (metal content)

Korosi (cooper strip corrosion)

Angka kenetralan (netralization number)

Minyak pelumas yang dipakai untuk pelumas turbin gas pada Unit Pembangkitan Muara

Tawar adalah Shell Turbo Oil T46. Untuk dapat mengetahui minyak pelumas yang dipakai masih

bisa digunakan atau tidak, maka dilakukan pemeriksaan di laboratorium guna melihat hasil

analisa pelumas turbin.

Page 20: Pelu Masan

NoItem

AnalisaSatuan

Metode ASTM

Hasil Analisa

Karakteristik Teknis

Turbomachine ISO VG 46

Karakteristik Shell Turbo

Oil T46

1 Viscositas 40 0C

Cst D-445-79 45.95 46 ± 46

2 Viscositas 100 0C

Cst D-445-80 6.99 6.9 ± 6.9

3 Viscositas Indeks

Cst 118.45 Min, 98 > 104

4 Sp Gr (Reduction to 15 0C)

Kg/dm3 D-1298 0.8731 Max, 0.90 ± 0.874

5 Acid Number

Mg KOH/g S

D-974 0.1680 Max, 0.4 < 0.15

6 Water Content

Visual Inspectio

n

D-95 Coklat tua

bening

Max. Intense Cloudiness

7 Appearance Visual Inspectio

n

Coklat tua

bening

Max. Cloudiness,

dark discoloration

8 Color, ASTM

D-1500 5.0 L 1.5

Tabel 4.1

Hasil Analisa Pelumas Turbin

4.7 Pemeliharaan Minyak Pelumas

Untuk menjaga kualitas minyak pelumas, diperlukan penanganan yang baik agar tidak

terkotori oleh debu dan kotoran lainnya. Biasanya minyak pelumas baru dikemas di dalam drum

yang tertutup rapat. Untuk minyak pelumas pakai diperlukan adanya pengujian minyak pelumas

secara berkala agar minyak pelumas yang dipakai dapat diketahui kualitasnya. Petunjuk-petunjuk

yang bisa dipakai untuk mengidentifikasi masalah yang ditimbulkan oleh minyak pelumas,

Korosi

Page 21: Pelu Masan

Dapat diidentifikasi bila berat jenis dan hasil uji korosi (cooper strip corrosion) dari

minyak pelumas tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

Gesekan dan keausan

Gesekan yang terus-menerus akan menimbulkan keausan, ini dapat diidentifikasi bila

viskositas kinematis dan viskositas indeks atau kadar logam (metal content) dari minyak

pelumas tersebut tidak memenuhi spesifikasi atau juga disebabkan adanya logam dalam

minyak pelumas pada penambahan aditif.

Bahaya kebakaran

Dapat terjadi bila titik nyala dari minyak pelumas tidak memenuhi spesifikasi dari

minyak pelumas yang telah ditentukan.

Kotoran atau lumpur

Adanya kotoran atau lumpur dalam minyak pelumas dapat diidentifikasi bila tegangan

permukaan, kadar abu dan angka kenetralan dari minyak pelumas tersebut tidak

memenuhi spesifikasi yang sudah ditentukan.