13
Abdimas Dewantara Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170 P-ISSN: 2615-4889 E-ISSN: 2615-8782 158 PELATIHAN KERAJINAN DECOUPAGE SEBAGAI CARA UNTUK MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI KAUM PEREMPUAN Clara R.P. Ajisuksmo 1 , Nilla S.D. Iustitiani 2 , Herry Pramono 3 1 Unika Atma Jaya [email protected] 2 Unika Atma Jaya [email protected] 3 Unika Atma Jaya [email protected] ABSTRAK Ada dua tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, yaitu pertama membekali kaum perempuan dengan keterampilan membuat kerajinan decoupage yang dapat dijadikan modal untuk membuat usaha guna meningkatkan ekonomi keluarga. Kedua, kegiatan ini bertujuan untuk mendorong rasa ingin tahu kaum perempuan tentang kerajinan decoupage dengan cara mencari informasi dari bacaan yang ada di perpustakaan. Kegiatan pelatihan ini dilakukan di Taman Baca Masyarakat Kampung Buku, Kelurahan Ciracas, Kecamatan Cibubur, dan berlangsung dalam satu kali pertemuan dari pukul 08.00 sampai dengan 12.00. Peserta pelatihan terdiri dari 27 orang ibu dan remaja perempuan yang tinggal di sekitar TBM Kampung Buku Cibubur. Pelatihan difasilitasi oleh seorang alumni Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang merupakan pengusaha kerajinan tangan decoupage, dan dibantu oleh dosen dan mahasiswa Unika Atma Jaya sebagai fasilitator pendamping. Secara umum, hasil dari kegiatan ini tidak dapat diukur dengan menggunakan angka. Hasil dari kegiatan ini adalah terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada peserta untuk membuat kerajinan tangan decoupage dan keingintahuan mereka dengan mencari informasi dari buku yang ada di perpustakaan. Kata kunci: taman baca, decoupage, kerajinan, perempuan ABSTRACT There are two goals to be achieved through this activity, firstly providing women with decoupage crafting skills that can be used as capital to make an effort to improve the family economy. Second, this activity aims to encourage women's curiosity about crafting decoupage by finding information from reading in the library. This training activity was conducted at Kampung Buku Taman Bacaan Masyarakat (TBM), Ciracas Village, Cibubur District, East Jakarta and took place in one meeting from 08.00 to 12.00. The training participants consisted of 27 mothers and young women who lived around the Kampung Buku Taman Bacaan Masyarakat Cibubur. The training was facilitated by the alumni of Faculty of Psychology who was a decoupage handicraft entrepreneur, and assisted by students and lecturers of Atma Jaya Catholic University of Indonesia as facilitators. In general, the results of these activities cannot be measured using numbers. The results of this activity were an increase in knowledge and skills of participants to make decoupage handicrafts and their curiosity by searching for information from books in the library. Keywords: community learning centre, decoupage, handicraft, women

PELATIHAN KERAJINAN DECOUPAGE SEBAGAI CARA UNTUK ...membuat kerajinan yang dipilih adalah kerajinan tangan decoupage. Saat ini kerajinan tangan dengan menggunakan metode decoupage

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Abdimas Dewantara

    Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170

    P-ISSN: 2615-4889

    E-ISSN: 2615-8782

    158

    PELATIHAN KERAJINAN DECOUPAGE SEBAGAI CARA UNTUK

    MENUMBUHKAN BUDAYA LITERASI KAUM PEREMPUAN

    Clara R.P. Ajisuksmo1, Nilla S.D. Iustitiani2, Herry Pramono3

    1 Unika Atma Jaya

    [email protected] 2Unika Atma Jaya

    [email protected] 3 Unika Atma Jaya

    [email protected]

    ABSTRAK Ada dua tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini, yaitu pertama membekali kaum perempuan

    dengan keterampilan membuat kerajinan decoupage yang dapat dijadikan modal untuk membuat

    usaha guna meningkatkan ekonomi keluarga. Kedua, kegiatan ini bertujuan untuk mendorong rasa

    ingin tahu kaum perempuan tentang kerajinan decoupage dengan cara mencari informasi dari

    bacaan yang ada di perpustakaan. Kegiatan pelatihan ini dilakukan di Taman Baca Masyarakat

    Kampung Buku, Kelurahan Ciracas, Kecamatan Cibubur, dan berlangsung dalam satu kali

    pertemuan dari pukul 08.00 sampai dengan 12.00. Peserta pelatihan terdiri dari 27 orang ibu dan

    remaja perempuan yang tinggal di sekitar TBM Kampung Buku Cibubur. Pelatihan difasilitasi oleh

    seorang alumni Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang merupakan pengusaha kerajinan tangan

    decoupage, dan dibantu oleh dosen dan mahasiswa Unika Atma Jaya sebagai fasilitator

    pendamping. Secara umum, hasil dari kegiatan ini tidak dapat diukur dengan menggunakan angka.

    Hasil dari kegiatan ini adalah terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan pada peserta untuk

    membuat kerajinan tangan decoupage dan keingintahuan mereka dengan mencari informasi dari

    buku yang ada di perpustakaan.

    Kata kunci: taman baca, decoupage, kerajinan, perempuan

    ABSTRACT

    There are two goals to be achieved through this activity, firstly providing women with decoupage

    crafting skills that can be used as capital to make an effort to improve the family economy. Second,

    this activity aims to encourage women's curiosity about crafting decoupage by finding information

    from reading in the library. This training activity was conducted at Kampung Buku Taman Bacaan

    Masyarakat (TBM), Ciracas Village, Cibubur District, East Jakarta and took place in one meeting

    from 08.00 to 12.00. The training participants consisted of 27 mothers and young women who lived

    around the Kampung Buku Taman Bacaan Masyarakat Cibubur. The training was facilitated by

    the alumni of Faculty of Psychology who was a decoupage handicraft entrepreneur, and assisted

    by students and lecturers of Atma Jaya Catholic University of Indonesia as facilitators. In general,

    the results of these activities cannot be measured using numbers. The results of this activity were

    an increase in knowledge and skills of participants to make decoupage handicrafts and their

    curiosity by searching for information from books in the library.

    Keywords: community learning centre, decoupage, handicraft, women

  • Abdimas Dewantara, Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170

    159

    PENDAHULUAN

    Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Programme for International Student

    Assessment (PISA) peringkat Indonesia pada kategori membaca sangat rendah. Dalam

    penelitian PISA tersebut, kemampuan baca dimaknai sebagai kemampuan memahami,

    menggunakan dan merefleksikan tulisan untuk mencapai tujuan, mengembangkan

    pengetahuan dan potensi yang dimiliki, dan berpartisipasi dalam masyarakat (OECD,

    2018). Pada tahun 2000 peringkat kemampuan membaca siswa Indonesia berada pada

    urutan 39 dari 41 negara peserta dengan nilai rata-rata 371 (Pakpahan, 2016). Pada tahun

    2006 ada peningkatan nilai rata-rata kemampuan baca siswa menjadi 393, dan menduduki

    peringkat 48 dari 56 negara peserta (Pangestuti, Mistianah, Corebima & Zubaidah, 2015).

    Pada tahun 2009 kemampuan baca siswa Indonesia berada di peringkat 57 dari 65 negara

    peserta, dengan nilai rata-rata 402. Pada tahun 2012 kemampuan baca siswa Indonesia

    menduduki peringkat 60 dari total 65 negara peserta dengan nilai rata-rata yang menurun

    menjadi 396 (OECD, 2018). Data dari OECD (2018) juga menunjukkan bahwa

    kemampuan membaca anak laki-laki lebih rendah daripada anak perempuan. Dari data

    tersebut di atas ditunjukkan bahwa kemampuan membaca anak-anak di Indonesia sangat

    memprihatinkan karena berada di peringkat bawah. Padahal kemampuan membaca

    merupakan kunci utama untuk membuka wawasan yang akan menambah pengetahuan

    seseorang (Leonhardt, 2000).

    Minat baca erat hubungannya dengan kemampuan berpikir siswa. Dalam kegiatan

    membaca, setiap individu akan mengambil makna dari setiap tulisan yang muncul dalam

    setiap kalimat, paragraph dan halaman-halaman yang ada dalam buku atau naskah yang

    dibacanya. Dalam proses membaca, setiap individu akan mempunyai pengalaman proses

    berpikir untuk memahami pemikiran atau ide yang muncul dalam bacaan yang dibaca

    (Pangestuti, dkk., 2015). Kegiatan membaca adalah proses aktif untuk memaknai teks yang

    dibaca. Dalam proses ini terjadi interaksi antara pikiran si pembaca dengan teks yang

    dibaca. Dengan kata lain, ketika membaca individu mencoba untuk memastikan informasi

    yang sebenarnya disampaikan oleh penulis, dan mencoba memadukan informasi yang ada

    dalam tulisan tersebut dengan yang sudah ada dalam pikirannya atau informasi yang

    terdahulu yang sudah ia ketahui. Jadi ketika menjalankan proses membaca ada proses

    menghubungkan, mempertanyakan, membuat kreasi dalam pikiran, dan menyusun suatu

    pengetahuan baru (Pangestuti, dkk., 2015).

  • Ajisuksmo, Iustitiani, & Pramono, Pelatihan Kerajinan Decoupage ....

    160

    Untuk meningkatkan kemampuan dan minat baca masyarakat, Kemendikbud

    membuat peraturan pemerintah ysng tertuang dalam Permendikbud No. 23/Tahun 2015

    tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Pusat Pembinaan, Badan Pengembangan dan

    Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) dengan mengimplementasikan program unggulan yang

    diberi nama Gerakan Literasi Bangsa (GLB), yang bertujuan untuk menumbuhkan budi

    pekerti anak melalui budaya literasi (membaca dan menulis). Salah satu cara untuk

    menumbuhkan dan meningkatkan gemar membaca adalah melalui pengembangan dan

    pendayagunaan perpustakaan sebagai sumber informasi. Upaya pemerintah untuk

    meningkatkan budaya literasi didukung oleh masyarakat dengan mendirikan taman bacaan,

    dan salah satunya adalah Taman Baca Masyarakat Kampung Buku yang terletak di

    RT.11/RW.5, Cibubur, Ciracas, Jakarta Timur 13720.

    Kampung Buku didirikan dengan “berawal dari minat dan kecintaan, lalu berlanjut

    menformat saku idealisme untuk terus berkembang di bidang perpustakaan, dokumentasi

    dan kreatifitas. Kampung Buku diharapkan dapat menjadi sarana tempat berkumpulnya

    komunitas baca di lingkungan masyarakat. Terus membaca dan tetap berkarya”.

    (http://kampungbuku.org/index.php/tentang-kampung-buku), Salah satu upaya yang

    dilakukan oleh pengurus TBM Kampung Buku untuk menarik minat masyarakat agar mau

    datang ke taman baca adalah dengan mengadakan berbagai kegiatan yang menarik minat

    masyarakat. Dengan mengadakan kegiatan yang menarik, diharapkan peserta akan menjadi

    lebih ingin tahu informasi terkait dengan kegiatan yang dilakukan dengan mencari

    informasi di sumber bacaan (buku, majalah atau Koran) yang ada di taman baca. Hal ini

    sejalan dengan hasil penelitian Laksmi (2007), yang menunjukkan bahwa terjadi

    peningkatan kebiasaan membaca di perpustakaan umum daerah (perpumda) dengan

    melakukan program membaca, seperti: layanan yang diberikan, kompetisi dan pameran

    buku. Menurut Aulawi (2012) dengan membiasakan diri membaca secara terus menerus,

    maka akan tertanam suatu keadaan selalu ingin tahu (curiousity), dan bila rasa ingin tahu

    tersebut mendapat dorongan yang kuat, maka akan mulai timbul minat baca (intrest). Dari

    timbulnya minat baca yang terus menerus, maka akan berkembang menjadi kebiasaan

    membaca (reading habit). Penelitian yang dilakukan Aulawi (2012) dan Pangestuti, dkk.

    (2015) juga menunjukkan bahwa dengan melakukan kegiatan yang menarik seperti

    perlombaan akan meningkatkan minat baca.

    Pada wawancara awal yang dilakukan dengan pengurus salah satu taman baca di

    daerah Jakarta Selatan pada tanggal 31 Oktober 2018, diketahui bahwa untuk menarik

    minat masyarakat terlibat dalam kegiatan yang dilakukan taman baca adalah dengan

  • Abdimas Dewantara, Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170

    161

    memberikan kegiatan yang nantinya memiliki nilai ekonomi bagi peserta. Misalnya dengan

    memberikan pelatihan keterampilan membuat produk-produk yang dapat dijual oleh

    peserta. Kelompok sasaran yang dapat diberdayakan adalah kelompok perempuan, di mana

    sebagian besar dari perempuan yang tinggal di daerah tersebut adalah ibu rumah tangga

    dan remaja perempuan yang umumnya penggangguran. Pelatihan keterampilan yang

    diberikan kepada kelompok perempuan, diharapkan bahwa kaum perempuan menjadi lebih

    berdaya dan secara tidak langsung dapat meningkatkan ekonomi keluarga.

    Rondonuwu (2013) menyatakan bahwa perempuan sebagai ibu rumah tangga

    memiliki peluang strategis untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

    berdaya saing tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Nindya, Darwis dan Kamil

    (2014), yang menunjukkan bahwa kaum perempuan mempunyai potensi dan sumber daya

    yang unggul untuk meningkatkan pendapatan keluarga yang berdampak pada peningkatan

    kesejahteraan keluarga. Salah satu potensi yang dimiliki kaum perempuan adalah dengan

    membentuk kelompok usaha bersama yang dapat menghasilkan pendapatan (Wediawati &

    Setiawati, 2015), sehingga nantinya perempuan masih dapat membantu perekonomian

    keluarga tanpa perlu bekerja di sektor formal atau mencari pekerjaan di luar.

    Mengacu pada penjelasan di atas, maka penting untuk melakukan kegiatan yang

    dapat meningkatkan keterampilan para ibu dan remaja perempuan untuk membuat

    kerajinan, yang dapat digunakan untuk bekal pengembangan usaha bersama guna

    meningkatkan pendapatan keluarga. Kegiatan tersebut juga menjadi titik masuk untuk

    meningkatkan minat baca para ibu dan remaja perempuan melalui pemanfaatan membaca

    pustaka yang ada di Taman Baca Masyarakat Kampung Buku. Kegiatan keterampilan

    membuat kerajinan yang dipilih adalah kerajinan tangan decoupage. Saat ini kerajinan

    tangan dengan menggunakan metode decoupage sedang berkembang di Indonesia. Banyak

    sekali usaha-usaha tas, peralatan rumah tangga, sepatu, dll yang ditingkatkan nilai

    ekonomisnya dengan mempercantiknya menggunakan teknik decoupage. Decoupage

    berasal dari bahasa Perancis découper yang artinya memotong. Decoupage adalah suatu

    seni dekorasi dengan cara menempel potongan-potongan kertas pada permukaan benda

    dengan media lem, kemudian di lapisi varnish agar permukaan kertas terlihat menyatu

    dengan objek tersebut.

    METODE PELAKSANAAN

    Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah melalui pelatihan

    keterampilan kerajinan tangan decoupage. Kegiatan dilakukan selama 4 jam, yang dimulai

  • Ajisuksmo, Iustitiani, & Pramono, Pelatihan Kerajinan Decoupage ....

    162

    dari pukul 08.00 sampai dengan pukul 12.00. Peserta yang mengikuti kegiatan pelatihan

    adalah para ibu dan remaja perempuan yang tinggal di dekat Kampung Baca Ciracas,

    Cibubur. Peserta yang ynsg terlibat dalam kegitan ini ada sebanyak 27 orang. Seluruh

    peserta berjenis kelamin perempuan. Fasilitator utama dari kegiatan pelatihan ini adalah

    seorang alumni Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya yang juga merupakan pelaku usaha

    kerajinan tangan decoupage. Fasilitator pendamping adalah dosen Fakultas Psikologi,

    Fakultas Ekonomi, staf PKPM dan 4 orang mahasiswa dari Fakultas Psikologi.

    Salah satu tujuan dari kegiatan pelatihan ini adalah meningkatkan minat baca, dan

    sehubungan dengan hal tersebut tim fasilitator menyumbang dua buku yang diharapkan

    pada waktu selanjutnya dapat digunakan sebagai bacaan pendukung. Kedua buku tersebut

    adalah:

    1. Step by Step 55 kreasi Decoupage dalam Berbagai Media, karangan Iva Hardiana.

    Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama

    2. Berkreasi Berbagai Teknik Decoupage Bersama Inspiration Craft, karangan

    Hendraidjat Tjandra. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

    Masing-masing peserta pelatihan mendapatkan perlengkapan yang digunakan

    dalam membuat kerajinan tangan decoupage, antara lain:

    1. Dompet kecil. Dompet kecil terbuat dari pandan ini adalah media untuk berkreasi

    dalam mendekorasi. Para peserta akan menghias atau mendekorasi dompet kecil ini

    dengan menggunakan bahan benda decoupage.

    2. Napkin atau Tisue bermotif. Napkin atau Tisue bermotif ini mempunyai motif dan

    kualitas ysng berbeda-beda yang menghasilkan gambar decoupage yang

    beranekaragam. Motif dapat berupa binatang, bunga, pemandangan dan sebagainya.

    Pemilihan motif yang sesuai dengan benda yang dipilih untuk diberi motif, merupakan

    kreatifitas dari masing-masing orang.

    3. Gunting. Sebagaimana kata asalnya yang berarti memotong, decoupage menggunakan

    teknik memotong motif yang ada di napkin atau tissue. Untuk memotong motif

    tersebut diperlukan gunting khusus, yaitu gunitng yang ujungnya bengkok, sehingga

    memudahkan pemotongan motif yang detil dan kompleks,

    4. Cat akrilik. Cat ini sebagai dasar lapisan decoupage, warna yang sering digunakan

    adalah warna pastel atau putih. Cat ini bisa diganti cat lain, tergantung bahan benda

    decoupage.

    5. Lem. Lem yang digunakan untuk decoupage harus lem putih atau transparan agar

    gambar pada napkin lebih terlihat.

  • Abdimas Dewantara, Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170

    163

    6. Varnish atau clear gloss. Bahan ini digunakan untuk tahap finishing decoupage agar

    napkin yang sudah ditempel bisa menyatu dan gloss adalah efek untuk mengkilapnya

    dan agar lebih awet.

    7. Hairdryer. Pada dasarnya proses pengeringan bahan decoupage membutuhkan waktu

    hingga berhari-hari, maka untuk mempersingkat waktu pada pelatihan kali ini

    menggunakan hairdryer untuk membantu mempercepat proses pengeringan.

    Minat baca partisipan diukur dengan kuesioner Minat Baca, yang disusun oleh tim

    dosen pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat ini. Kuesioner Minat Baca ini

    memberikan dua pilihan jawaban yaitu “Setuju” dan “Tidak Setuju”. Dua pilihan diberikan

    dengan alasan kemudahan menjawab bagi partisipan, karena mempertimbsngkan tingkat

    pendidikan partisipan. Jumlah aitem kuesioner ini ada 25 aitem (14 aitem favorable 11

    aitem unfavorable). Pada aitem favorable jawaban “Setuju” diberi skor 1, dan jawaban

    “Tidak Setuju” diberi skor 0. Sebaliknya, pada aitem unfavorable, jawaban “Setuju” diberi

    skor 0 dan jawaban “Tidak Setuju” diberi skor 1. Jadi, total skor untuk minat baca adalah

    25.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Kegiatan pelatihan keterampilan tangan decoupage ini diadakan di Taman Baca

    Masyarakat (TBM) Kampung Buku Cibubur (lihat Gambar1), Ciracas RT 11/RW 5 pada

    hari Minggu, 11 November 2018. Pelatihan ini dilaksanakan selama 4 jam, dari pukul

    08.00 hingga pukul 12.00. Berikut ini adalah susunan acara pelatihan.

    Tabel 1 Susunan acara pelatihan

    Waktu Kegiatan

    07.30 – 08.00 Registrasi

    08.00 – 08.30 Sambutan/Pembukaan oleh Koordinator Kampung Buku dan Perwakilan

    Tim Atma Jaya

    08.30 – 09.00 Penjelasan mengenai kerajinan tangan decoupage dan alat-alat yang

    dibutuhkan

    09.00 – 12.00 Praktik pembuatan kerajinan tangan decoupage

    12.00 – 12.30 Pengisian kuesioner

    12.30 – selesai Penutup dan makan siang

    Tabel 2 di bawah ini memberi gambaran karakteristik demografi peserta pelatihan.

    Peserta pelatihan berjumlah 27 orang yang semuanya berjenis kelamin perempuan (n=27),

    dengan kisaran usia antara 10 tahun sampai dengan lebih dari 50 tahun (Meanusia=37

    tahun). Dari tabel ditunjukkan bahwa usia peserta pelatihan paling banyak berusia antara

  • Ajisuksmo, Iustitiani, & Pramono, Pelatihan Kerajinan Decoupage ....

    164

    41-50 tahun (n=8; 29,63%), walaupun sedikit tetapi ada peserta yang berusia kurang dari

    10 tahun (n=2; 7,41%) dan lebih dari 50 tahun (n=2; 7,41%).

    Dilihat dari tingkat pendidikan, partisipan paling banyak adalah yang berpendidikan

    tamat SMA/SMK (n=10; 37,04%). Walaupun sedikit ada partisipan yang tidak pernah

    sekolah (n=1; 3.70%) dan tidak tamat SD (n=2; 7,41%). Tabel 2 di bawah ini juga

    memperlihatkan bahwa lebih dari separuh partisipan pelatihan ini adalah ibu rumah tangga

    (n=18; 66,67%), dan ada 3 orang partisipan (11,11%) yang merupakan pegawai tetap di

    kantor pemerintahan atau Aparatur Sipil Negara (ASN). Hanya 2 orang (7,41%) dari 27

    partisipan yang memiliki usaha di rumah mereka (catatan tidak sda informasi terkait usaha

    yang dilakukan), sedangkan selebihnya (n=25; 92,59%) tidak memiliki usaha.

    Tabel 2 Jenis kelamin, Usia, Pendidikan, Pekerjaan, dan Kepemilikan Usaha

    No Karakteristik Demografi n %

    1 Jenis Kelamin Perempuan 27 100,0

    Laki-laki 0 0,0

    2 Usia ≤10 th 2 7,41

    11-20 th 3 11,11

    21-30 th 0 0,00

    31-40 th 3 11,11

    41-50 th 8 29,63

    >50 th 2 7,41

    Tidak jawab 9 33,33

    3 Pendidikan Tidak pernah sekolah 1 3,70

    Tidak tamat SD 2 7,41

    Tamat SD 3 11,11

    Tidak tamat SMP 1 3,70

    Tamat SMP 3 11,11

    Tidak tamat SMA/SMK 4 14,81

    Tamat SMA/SMK 10 37,04

    Tamat Sarjana Muda 1 3,70

    Tamat S1 1 3,70

    Lainnya 1 3,70

    4 Pekerjaan Ibu Rumah Tangga 18 66,67

    Bekerja sebagai karyawan tetap di kantor

    pemerintah/PNS

    3 11,11

    Tidak menjawab 6 22,22

    5 Kepemilikan

    Usaha di Rumah

    Ya 2 7,41

    Tidak 25 92,59

    Selama kegiatan, peserta dipandu oleh fasilitator yang sudah lama menekuni

    kerajinan tangan decoupage, dan merupakan pengusaha kerajinan tangan decoupage.

    Fasilitator bertugas untuk memandu setiap peserta langkah demi langkah untuk pembuatan

    kerajinan tangan ini. Fasilitator dibantu oleh co-fasilitator untuk mendampingi satu-persatu

    peserta jika memang mereka mengalami kesulitan atau hambatan dalam proses pengerjaan

  • Abdimas Dewantara, Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170

    165

    (lihat Gambar 2). Beberapa langkah yang diikuti oleh peserta dalam membuat kerajinan

    tangan decoupage yaitu:

    1. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan. Alat dan bahan (dompet pandan untuk

    ditempel, napkin/tissue bermotif, gunting khusus, lem, dan varnish), sudah disiapkan

    oleh tim fasilitator.

    2. Peserta kemudian membuat pola di atas dompet anyaman pandan sedang yang sudah

    diberikan oleh tim fasilitator.

    3. Setelah dibuat pola, peserta memotong potong kertas tisu tersebut sesuai yang

    diinginkan.

    4. Peserta mengelupas kertas tisu, lalu mengambil bagian teratas dari kertas tisu tersebut.

    5. Peserta menempelkan kertas tisu pada dompet anyaman pandan, lalu untuk

    merekatkannya menggunakan air dengan bantuan kuas yang sudah dicelupkan ke air.

    6. Peserta melakukan penempelan dengan air secara merata dari tengah menuju ujung.

    7. Kemudian, peserta merekatkan tisu pada dompet anyaman pandan dengan

    menggunakan lem fox. Langkah ini dilakukan berulang-ulang hingga tiga kali.

    8. Setelah kering, peserta memvernis dompet dengan menggunakan vernis khusus

    decoupage.

    9. Karena proses pengeringan yang membutuhkan waktu cukup lama, bahkan hingga

    berhari-hari maka pada pelatihan ini peserta dibantu dengan menggunakan hairdryer

    untuk membantu mempercepat proses pengeringan.

    Gambar 1. TBM Kampung Buku Cibubur Gambar 2 Proses Pembuatan Kerajinan Decoupage

    Setelah kurang lebih tiga setengah jam pelatihan ini berlangsung, peserta mulai

    dapat melihat hasil yang sudah mereka buat (Gambar 4). Karena keterbatasan waktu, maka

    beberapa proses yang seharusnya dilakukan dipercepat. Misalnya proses pengeleman,

  • Ajisuksmo, Iustitiani, & Pramono, Pelatihan Kerajinan Decoupage ....

    166

    vernis dan pengeringan diperlukan waktu selama beberapa kali, tapi pada kesempatan ini

    hanya dilakukan satu kali saja.

    Gambar 3. Proses pengeringan produk decoupage

    Gambar 4. Hasil Kerajinan Tangan Decoupage

    Dari hasil kuesioner minat baca, kisaran skor minat baca diperoleh antara 14 sd 25,

    dengan skor rata-rata 22 (lihat tabel 3). Apabila skor minat baca dikategorikan menjadi

    tiga, yaitu minat baca rendah (skor 0-8), sedang (skor 9-17), dan tinggi (skor 18-25), maka

    ditunjukkan bahwa jumlah yang paling banyak adalah pada kategori tinggi yaitu sebanyak

    24 orang (88,89%).

    Tabel 3 Skor Minat Baca dan Kategori minat baca

    n = 27 %

    Skor 14 1 3,70

    15 1 3,70

    16 1 3,70

    18 2 7,41

    19 1 3,70

    20 2 7,41

    21 2 7,41

    22 4 14,81

    23 5 18,52

    24 4 14,81

    25 4 14,81

    Kategori Rendah 0 0,00

    Sedang 3 11,11

    Tinggi 24 88,89

    Bila ditinjau dari usia partisipan, tabel 4 di bawah ini menunjukkan bahwa minat

    baca yang tinggi dimiliki oleh partisipan yang berusia 9 tahun maupun yang berusia 63

    tahun.

  • Abdimas Dewantara, Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170

    167

    Tabel 4 Minat Baca Berdasarkan Usia

    Usia

    Sedang Tinggi

    n

    (3)

    %

    (11,11%)

    n

    (24)

    %

    (88,89%)

    9 0 0,00 2 100,0

    12 0 0,00 1 100,0

    13 0 0,00 1 100,0

    20 0 0,00 1 100,0

    35 0 0,00 1 100,0

    38 0 0,00 1 100,0

    40 0 0,00 1 100,0

    42 0 0,00 1 100,0

    43 0 0,00 2 100,0

    44 0 0,00 2 100,0

    47 0 0,00 1 100,0

    49 0 0,00 1 100,0

    50 1 100,00 0 0,00

    62 0 0,00 1 100,0

    63 0 0,00 1 100,0

    Tidak menjawab 2 22,22 7 77,78

    Bila minat baca ditinjau dari latar belakang pendidikan, tabel 5 di bawah ini

    menunjukkan bahwa jumlah partisipan yang masuk dalam kategori minat baca tinggi

    paling banyak dijumpai pada partisipan dengan pendidikan Tamat SMA/SMK (n=10) dan

    Tidak Tamat SMA/SMK (n=4). Yang cukup mengherankan, ada 1 orang partisipan yang

    masuk kedalam kategori minat baca tinggi, tetapi mengatakan tidak pernah sekolah. Hal ini

    kemungkinan yang bersangkutan memang tidak pernah sekolah, dan meskipun tidak ada

    informasi yang dapat menjelaskan kemungkinan kemampuan membaca diperoleh dari

    keikutertaannya dalam program paket belajar non-formal.

    Tabel 5 di bawah ini juga menunjukkan minat baca berdasarkan pekerjaan

    partisipan. Pada kelompok ibu rumah tangga, jumlah ibu rumah tangga yang masuk

    kategori minat baca tinggi (n=17; 94,44%) lebih banyak daripada jumlah ibu rumah tangga

    yang masuk kategori minat baca sedang (n=1; 5,56%). Situasi tersebut berbeda dengan

    partisipan yang berstatus sebagai karyawan tetap di kantor pemerintah/PNS, karena pada

    kelompok karyawan tetap di kantor pemerintah, jumlah yang terbanyak adalah pada

    kategori minat baca sedang (n=2; 66,67%) daripada yang masuk dalam kategori minat baca

    tinggi (n=1; 33,33%).

  • Ajisuksmo, Iustitiani, & Pramono, Pelatihan Kerajinan Decoupage ....

    168

    Tabel 5. Minat Baca Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan

    No Kategori

    Sedang Tinggi

    n

    (3)

    %

    (11,11%)

    n

    (24)

    %

    (88,89%)

    1 Pendidikan Tidak pernah sekolah 0 0,00 1 100,00

    Tidak tamat SD 0 0,00 2 100,00

    Tamat SD 1 33,33 2 66,67

    Tidak tamat SMP 0 0,00 1 100,00

    Tamat SMP 2 66,67 1 33,33

    Tidak tamat SMA/SMK 0 0,00 4 100,00

    Tamat SMA/SMK 0 0,00 10 100,00

    Tamat Sarjana Muda 0 0,00 1 100,00

    Tamat S1 0 0,00 1 100,00

    Lainnya 0 0,00 1 100,00

    2 Pekerjaan Ibu rumah tangga 1 5,56 17 94,44

    Karyawan tetap di kantor

    pemerintah/PNS

    2 66,67 1 33,33

    Tidak menjawab 0 0,00 6 100,00

    KESIMPULAN

    Sebagaimana yang disampaikan oleh Astuti dan Winarni (2018) bahwa tingkat

    ketercapaian kegiatan pengabdian masyarakat tidak dapat diukur dengan menggunakan

    angka. Secara umum, diketahui bahwa peserta pelatihan mengalami peningkatan

    pengetahuan mengenai keterampilan membuat kerajinan tangan decoupage dari yang tidak

    tahu menjadi tahu, dan dari yang tidak bisa menjadi bisa. Peningkatan lainnya adalah

    setelah peserta mengikuti pelatihan ini, peserta menjadi memiliki keterampilan membuat

    kerajinan tangan decoupage. Rasa ingin tahu mereka tentang kreasi dengan decoupage

    diharapkan dapat dilakukan dengan mencari bahan bacaan terkait yang tersedia di

    Kampung Buku. Namun, karena pelatihan ini bersifat seni maka tidak dapat dinilai

    mengenai bagus atau tidaknya hasil kerajinan tangan decoupage yang dihasilkan.

    REKOMENDASI

    Melalui pelatihan ini, diharapkan peserta dikemudian hari dapat membuka usaha

    sendiri khususnya kerajinan tangan decoupage sehingga dapat memberikan sumbangan

    untuk peningkatan penghasilan dan ekonomi keluarga. Kedepannya, perlu adanya

    pemantauan mengenai implementasi hasil pelatihan ini sebagai alternatif usaha untuk

    meningkatkan ekonomi keluarga.

  • Abdimas Dewantara, Volume 2, No. 2, Oktober 2019, hal. 158-170

    169

    UCAPAN TERIMAKASIH

    Ucapan terimakasih disampaikan kepada 1) pengelola TBM Kampung Buku di

    Ciracas, Cibubur, Jakarta Timur dan seluruh ibu peserta kegiatan pelatihan, 2) Ibu Dian

    dari Decoupage Art-CassaDecou, yang telah bersedia menjadi fasilitator utama dari

    pelatihan ini, dan 3) Unika Atma Jaya sebagai pemberi dana.

    DAFTAR PUSTAKA

    Astuti, E.Z.L.& Winarni, T. (2018). Mendorong partisipasi Bina Keluarga Lansia (BKL)

    dalam mewujudkan tujuh dimensi lansia tangguh di Desa Sumbersari, Moyudan,

    Sleman. Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(2), 130-142. DOI:http://doi.org/

    10.22146/jpkm.29719

    Aulawi, M.B. (2012). Optimalisasi layanan perpustakaan dalam meningkatkan minat baca

    siswa. Pustakaloka, 4 (1). 117-127.

    Laksmi. (2007). The effectiveness of reading habit promotion in public libraries of DKI

    Jakarta Province. Dalam Abrizah Abdullah, et al. (Eds.), The International

    Conference on Libraries, Information and Society (hal 155-162). Kuala Lumpur:

    LISU, FCSIT

    Leonhardt, M. (2000). 99 cara menjadikan anak anda “keranjingan” membaca. Bandung:

    Kaifa

    Nindya, P., Darwis, R.S., & Kamil, G.G. (2014). Pemberdayaan perempuan kepala

    keluarga. Prosiding Riset dan PKM, 2(2), 279-283

    OECD (2018) Reading Performance (PISA). https://data.oecd.org/pisa/reading-

    performance-pisa.htm

    OECD (2018), Reading performance (PISA) (indicator). doi: 10.1787/79913c69-en

    (Accessed on 21 November 2018)

    Pakpahan, R. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi capaian literasi matematika siswa

    Indonesia dalam PISA 2012. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 1 (3), 331-347.

    Pangestuti, A.A., Mistianah, M., Corebima, A.D. & Zubaidah, S. (2015). Using Reading-

    Concept Map-Teams Games Tournament (Remap-TGT) to improve reading interest

    of tenth grade student of Laboratory Senior High School State University of Malang.

    American Journal of Educational Research, 3 (2), 250-254.

    DOI:10.12691/education-3-2-19

    Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti, Pusat

    Pembinaan, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa)

  • Ajisuksmo, Iustitiani, & Pramono, Pelatihan Kerajinan Decoupage ....

    170

    Rondonuwu, D. (2013). Government program impact analysis on empowerment of coastal

    women toward enhancing their family incomes in the city of Manado. Aquatic

    Science & Management, Edisi Khusus 1, 70-76

    Wediawati, B. & Setiawati, R. (2015) IBM kelompok usaha bersama perempuan kepala

    keluarga (KUBE-PEKKA) di Kecamatan Telanai Pura Kota Jambi. Jurnal

    Pengabdian pada Masyarakat, 30 (1). 10-17