17
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan benda alam yang tersusun dari padatan (mineral dan bahan organik), cairan dan gas yang menempati permukaan daratan dan ruang oleh adanya horizon atau lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sehingga tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air serta udara tersusun didalam ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis dan biologi dari tanah yang berbeda- beda pula (Hakim, dkk, 1986). Proses pembentukan tanah pada tiap wilayah berbeda- beda walaupun memiliki bahan induk yang sama. Hal ini tidak terlepas dari faktor pembentuk lain seperti : iklim, topografi, organisme dan waktu. Hasil proses yang berbeda ini akan menimbulkan keragaman ciri atau sifat tanah (Foth, 1995). Faktor-faktor yang berinteraksi dalam pembentukan tanah adalah bahan induk, relief (topografi), iklim, organsime, dan waktu. Kelima faktor ini sangat berpengaruh satu sama lain walaupun beberapa tempat sering dijumpai hanya satu faktor saja yang jelas pengaruhnya (Hardjowigeno, 1986)

Pelapukan Dan Tanah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pelapukan dan tanah

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah merupakan benda alam yang tersusun dari padatan (mineral dan bahan

organik), cairan dan gas yang menempati permukaan daratan dan ruang oleh adanya

horizon atau lapisan yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sehingga tanah menyediakan

unsur-unsur hara sebagai makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Tanah yang terbentuk

dari bahan-bahan berupa bahan mineral dan organik, air serta udara tersusun didalam

ruangan yang membentuk tubuh tanah. Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah,

maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia, fisis dan biologi dari tanah yang berbeda-beda

pula (Hakim, dkk, 1986).

Proses pembentukan tanah pada tiap wilayah berbeda-beda walaupun memiliki

bahan induk yang sama. Hal ini tidak terlepas dari faktor pembentuk lain seperti : iklim,

topografi, organisme dan waktu. Hasil proses yang berbeda ini akan menimbulkan

keragaman ciri atau sifat tanah (Foth, 1995).

Faktor-faktor yang berinteraksi dalam pembentukan tanah adalah bahan induk,

relief (topografi), iklim, organsime, dan waktu. Kelima faktor ini sangat berpengaruh satu

sama lain walaupun beberapa tempat sering dijumpai hanya satu faktor saja yang jelas

pengaruhnya (Hardjowigeno, 1986)

Pelapukan merupakan proses alamiah akibat bekerjanya gaya-gaya alam baik secara

fisik maupun kimiawi yang menyebabkan terjadinya pemecah belahan, penghancuran dan

transformasi bebatuan dan mineral-mineral penyusunnya menjadi lepas (regolit) di

permukaan bumi (Hanafiah, 2005).

Apalagi ya enaknya ?Kurang :

Rumusan masalah Tujuan Manfaat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelapukan

Pelapukan adalah peristiwa penghancuran massa batuan, baik secara fisika, kimiawi,

maupun secara biologis. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama. Semua

proses pelapukan umumnya dipengaruhi oleh cuaca. Batuan yang telah mengalami proses

pelapukan akan berubah menjadi tanah. Apabila tanah tersebut tidak bercampur dengan mineral

lainnya, maka tanah tersebut dinamakan tanah mineral.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelapukan

Ada empat faktor yang mempengaruhi terjadinya pelapukan batuan, yaitusebagai berikut.

1. Keadaan struktur batuan

Struktur batuan adalah sifat fisik dan sifat kimia yang dimiliki oleh batuan. Sifat fisik

batuan, misalnya warna batuan, sedangkan sifat kimia batuan adalah unsur-unsur kimia yang

terkandung dalam batuan tersebut. Kedua sifat inilah yang menyebabkan perbedaan daya

tahan batuan terhadap pelapukan. Batuan yang mudah lapuk misalnya batu lempeng

(batuan sedimen), sedangkan batuan yang susah lapuk misalnya batuan beku.

2. Keadaan topografi

Topografi muka bumi juga ikut mempengaruhi proses terjadinya pelapukanbatuan.

Batuan yang berada pada lereng yang curam, cenderung akan mudah melapuk dibandingkan

dengan batuan yang berada di tempat yang landai. Pada lereng yang curam, batuan akan

dengan sangat mudah terkikis atau akan mudah terlapukkan karena langsung bersentuhan

dengan cuaca sekitar. Tetapi pada lereng yang landai atau rata, batuan akan terselimuti oleh

berbagai endapan, sehingga akan memperlambat proses pelapukan dari batuan tersebut.

3. Cuaca dan iklim

Unsur cuaca dan iklim yang mempengaruhi proses pelapukan adalah suhu udara, curah

hujan, sinar matahari, angin, dan lain-lain. Pada daerah yang memiliki iklim lembab dan

panas, batuan akan cepat mengalami proses pelapukan. Pergantian temperatur antara siang

yang panas dan malam yang dingin akan semakin mempercepat pelapukan,

apabila dibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim dingin.

4. Keadaan vegetasi

Vegetasi atau tumbuh-tumbuhan juga akan mempengaruhi proses pelapukan,sebab akar-

akar tumbuhan tersebut dapat menembus celah-celah batuan.Apabila akar tersebut semakin

membesar, maka kekuatannya akan semakinbesar pula dalam menerobos batuan. Selain itu,

serasah dedaunan yang gugur juga akan membantu mempercepat batuan melapuk. Sebab,

serasah batuan mengandung zat asam arang dan humus yang dapat merusak kekuatan batuan.

2.3 Jenis-jenis pelapukan

Dilihat dari prosesnya, pelapukan dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu sebagai

berikut:

2.3.1 Pelapukan mekanik

Pelapukan mekanik (fisis), yaitu peristiwa hancur dan lepasnya materialbatuan, tanpa

mengubah struktur kimiawi batuan tersebut. Pelapukanmekanik merupakan penghancuran

bongkah batuan menjadi bagian-bagianyang lebih kecil.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pelapukan mekanik, yaitu sebagaiberikut.

1. Akibat perbedaan temperatur

Batuan akan mengalami proses pemuaian apabila panas dan sekaliguspengerutan

pada waktu dingin. Apabila proses ini berlangsung terus menerus, maka lambat laun batuan

akan mengelupas, terbelah, dan pecah menjadi bongkah-bongkah kecil.

2. Akibat erosi di daerah pegunungan.

Air yang membeku di sela-sela batuan volumenya akan membesar, sehingga air akan

menjadi sebuah tenaga tekanan yang merusak struktur batuan.

3. Akibat kegiatan makhluk hidup seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Akar tumbuhan akan merusak struktur batuan, begitu juga dengan hewan yang selalu

membawa butir-butir batuan dari dalam tanah ke permukaan. Selain makhluk hidup dan

tumbuh-tumbuhan, manusia juga memberikan andil dalam terjadinya pelapukan mekanis

(fisik). Dengan pengetahuannya, batuan sebesar kapal dapat dihancurkan dalam sekejap

dengan menggunakan dinamit.

4. Akibat perubahan air garam menjadi kristal

Jika air tanah mengandung garam, maka pada siang hari airnya menguap dan garam

akan mengkristal. Kristal garam ini tajam sekali dan dapat merusak batuan pegunungan

sekitarnya, terutama batuan karang.

2.3.2 Pelapukan kimiawi

Pelapukan kimiawi, yaitu proses pelapukan massa batuan yang disertai dengan perubahan

susunan kimiawi batuan yang lapuk tersebut. Pelapukan ini terjadi dengan bantuan air, dan

dibantu dengan suhu yang tinggi. Proses yang terjadi dalam pelapukan kimiawi ini disebut

dekomposisi.

Terdapat empat proses yang termasuk pada pelapukan kimia, yaitu sebagai berikut.

1. Hidrasi, yaitu proses batuan yang mengikat batuan di atas permukaan saja.

2. Hidrolisa, yaitu proses penguraian air (H2O) atas unsur-unsurnya menjadi ion-ion positif

dan negatif. Jenis proses pelapukan ini terkait dengan pembentukan tanah liat.

3. Oksidasi, yaitu proses pengkaratan besi. Batuan yang mengalami proses oksidasi

umumnya akan berwarna kecoklatan, sebab kandungan besi dalam batuan mengalami

pengkaratan. Proses pengkaratan ini berlangsung sangat lama, tetapi pasti batuan akan

mengalami pelapukan.

4. Karbonasi, yaitu pelapukan batuan oleh karbondioksida (CO2). Gas ini terkandung pada

air hujan ketika masih menjadi uap air. Jenis batuan yang mudah mengalami karbonasi

adalah batuan kapur. Reaksi antara CO2 dengan batuan kapur akan menyebabkan

batuan menjadi rusak. Pelapukan ini berlangsung dengan batuan air dan suhu yang tinggi.

Air yang banyak mengandung CO2 (Zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan

batu kapur (CaCO2). Peristiwa ini merupakan pelarutan dan dapat menimbulkan gejala

karst. Proses pelapukan batuan secara kimiawi di daerah karst disebut kartifikasi.

Gejala atau bentuk-bentuk alam yang terjadi di daerah karst di antaranya sebagai berikut.

(1) Dolina

Dolina adalah lubang-lubang yang berbentuk corong. Dolina dapat terjadikarena erosi

(pelarutan) atau karena runtuhan. Dolina terdapat hampir di semua bagian pegunungan kapur di

Jawa bagian selatan, yaitu di Pegunungan Seribu.

(2) Gua dan sungai bawah tanah

Di dalam batuan kapur biasanya terdapat celah atau retakan yang disebut diaklas. Karena

proses pelarutan oleh air, maka retakan/ celah itu akan semakin membesar dan membentuk gua-

gua atau lubang-lubang di dalam tanah yang sebagian di antaranya sebagai tempat mengalirnya

sungai bawahtanah.

(3) Stalaktit

Stalaktit adalah kerucut kapur yang menempel bergantungan pada atap guakapur. Terbentuk dari

tetesan air kapur dari atap gua, berbentuk runcing danmempunyai lubang pipa tempat

menetesnya air. Stalagmit adalah kerucutkapur berbentuk tumpul yang menempel berdiri pada

dasar gua, dan tidakmempunyai lubang pipa. Contohnya, stalaktit dan stalagmit yang terdapat di

kompleks Gua Buniayu dan Ciguha Sukabumi Jawa Barat, Gua Tabuhan dan Gua Gong di

Pacitan, Jawa Timur serta Gua Jatijajar di Kebumen, Jawa Tengah ataupun gua-gua yang ada di

sekitar Maros Sulawesi Selatan.

2.3.3 Pelapukan organik (biologis)

Pelapukan Organik, adalah pelapukan batuan oleh makhluk hidup. Pelapukan jenis ini

dapat bersifat kimiawi ataupun mekanis. Adapun yang menjadi pembedanya adalah subyek yang

melakukannya, yaitu makhluk hidup berupa manusia, hewan ataupun tumbuhan. Contohnya

lumut, cendawan ataupun bakteri yang merusak permukaan batuan.

2.4 Pengertian Tanah

Tanah adalah salah satu bagian bumi yang terdapat pada permukaan bumi dan terdiri dari

massa padat, cair , dan gas. Tanah terjadi karena adanya pelapukan batuan dan tumbuhan yang

prosesnya ratusan tahun.

Tanah merupakan benda alam yang tersusun dari padatan (mineral dan bahan organik),

cairan dan gas yang menempati permukaan daratan dan ruang oleh adanya horizon atau lapisan

yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sehingga tanah menyediakan unsur-unsur hara sebagai

makanan tanaman untuk pertumbuhannya. Tanah yang terbentuk dari bahan-bahan berupa bahan

mineral dan organik, air serta udara tersusun didalam ruangan yang membentuk tubuh tanah.

Akibat berlangsungnya proses pembentukan tanah, maka terjadilah perbedaan morfologi, kimia,

fisis dan biologi dari tanah yang berbeda-beda pula (Hakim, dkk, 1986).

Proses pembentukan tanah pada tiap wilayah berbeda-beda walaupun memiliki bahan

induk yang sama. Hal ini tidak terlepas dari faktor pembentuk lain seperti : iklim, topografi,

organisme dan waktu. Hasil proses yang berbeda ini akan menimbulkan keragaman ciri atau sifat

tanah (Foth, 1995).

2.5 Pembentukan Tanah

Proses pembentukan tanah adalah perubahan dari bahan induk menjadi lapisan tanah.

Perkembangan tanah dari bahan induk yang padat menjadi bahan induk yang agar lunak,

selanjutnya berangsur-angsur menjadi tanah pada lapisan bawah (subsoil) dan lapisan tanah

bagian atas (topsoil), dalam jangka waktu lama sampai ratusan tahun hingga ribuan tahun.

Perubahan-perubahan dari batuan induk sampai menjadi tanah karena batuan induk mengalami

proses pelapukan, yaitu proses penghancuran karena iklim.

Tahap pertama dari proses pembentukan tanah adalah proses pelapukan. Proses ini terjadi

penghancuran dan pelembutan dari bahan induk tanpa perubahan susunan kimianya. Pelapukan

dipengaruhi oleh faktor iklim yang bersifat merusak. Faktor-faktor iklim yang turut menentukan

adalah sinar matahari, perbedaan temperatur antara siang dan malam, keadaan musim kemarau

dan musim penghujan.

Pada awalnya batuan pecah dalam bentuk pecahan-pecahan batuan dan mineral-mineral

penyusunnya. Selanjutnya oleh adanya air, asam dan senyawa-senyawa yang larut dalam air,

pecahan-pecahan bantuan dan mineral ini menjadi lunak dan terurai ke dalam unsur-unsur

penyusunnya. Dari bahan-bahan sisa penguraian dan senyawa kembali membentuk mineral-

mineral baru.

2.6 Faktor-Faktor Pembentukan Tanah

Faktor-faktor yang menentukan pembentukan tanah adalah sebagai berikut :

1. Iklim

2. Batuan Induk

3. Vegetasi

4. Relief (tinggi rendahnya permukaan)

5. Manusia

6. Waktu

2.7 Jenis- Jenis Tanah

Jadi setiap tempat mempunyai jenis tanah yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh

perbedaan iklim, vegetasi, jenis batuan local dan pengaruh lingkungan lainnya. Berikut adalah

jenis tanah di Indonesia

1. Tanah Humus

Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di

hutan hujan tropis yang lebat.

2. Tanah Pasir

Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan

beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.

3. Tanah Alluvial

Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah

yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.

4. Tanah Podzolit

Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan

yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.

5. Tanah Vulkanik

Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang

subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng

gunung berapi.

6. Tanah Laterit

Tanah laterit adalah tanah tidak subur yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun

unsur hara tersebut hilang karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan

Barat dan Lampung.

7. Tanah Mediteran

Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang

kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

8. Tanah Gambut

Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan

hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.

2.6 Fungsi Tanah

1. Untuk produksi biomassa yaitu tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran.

2. Sebagai habitat biologi dan konservasi genetik

3. Sebagai sumber daya energi

4. Sebagai sumber keindahan

2.7 Tekstur Susunan Tanah

1. Tekstur kasar misalnya pasir

2. Tekstur agak kasar misalnya lempung berpasir

3. Tekstur halus misalnya tanah liat berdebu

2.8 Bagian-Bagian Lapisan Tanah

1. Lapisan atas

Lapisan yang bet=rasal dari batu batuan dan sisa makhluk hidup yang telah mati dan

mengalami pelapukan,tanahnya paling subur dan bisa dimanfaatkan untuk pertanian

2. Lapisan tengah

Berasal dari bebatuan yang proses pelapukannya mengalami pengikisan oleh air sehingga

bahan lapisan itu mengendap karena kandungan airnya banyak maka tanah dilapisan tengah ini

sangat liat dan dikenal dengan tanah liat.

3. Lapisan bawah

Lapisan tanah yang terdiri dari bongkahan batu dan bebatuan yang telah melapuk

sehingga pada lapisan bawah ini ada dua jenis bahan pembentuk yaitu batuan yang belum

melapuk dan yang sudah melapuk.

Gambar Lapisan Tanah: