97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Disusun oleh DWI ARIYANI C0206002 FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

  • Upload
    others

  • View
    17

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN

DAN IMPLIKATUR

DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7:

SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan

guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

DWI ARIYANI

C0206002

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN

DAN IMPLIKATUR

DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7:

SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

Disusun oleh

DWI ARIYANI

C0206002

Telah disetujui oleh pembimbing

Pembimbing

Miftah Nugroho, S.S., M.Hum.

NIP 197707252005011002

Mengetahui

Ketua Jurusan Sastra Indonesia

Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag.

NIP 196206101989031001

Page 3: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN

DAN IMPLIKATUR

DALAM ACARA OPERA VAN JAVA DI TRANS 7:

SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK

Disusun oleh

DWI ARIYANI

C0206002

Telah disetujui oleh Tim Penguji Skripsi

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Pada Tanggal 27 Desember 2010

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Dra. Chattri Sigit Widyastuti, M.Hum.

NIP 196412311994032005 .......................

Sekretaris Drs. Kaswan Darmadi, M.Hum.

NIP 196203031989031005 .......................

Penguji I Miftah Nugroho, S.S., M.Hum.

NIP 197707252005011002 .......................

Penguji II Dr. Dwi Purnanto, M. Hum.

NIP 196111111986011002 .......................

Dekan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret

Drs. Sudarno, M.A.

NIP 195303141985061001

Page 4: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PERNYATAAN

Nama : Dwi Ariyani

NIM : C0206002

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Pelanggaran Prinsip

Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah

Kajian Pragmatik adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak

dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi

tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia

menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh

dari skripsi tersebut.

Surakarta, 14 Desember 2010

Yang membuat pernyataan,

Dwi Ariyani

Page 5: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

MOTTO

“Perjalanan ratusan mil diawali dengan satu langkah.“

(Lao Tzu)

Jangan pernah menyerah dengan apa yang sedang kau perjuangkan. Jika tidak,

semua yang telah kau lakukan akan menjadi sia-sia.

(Penulis)

“Pikiran yang bagus dan hati yang bagus adalah kombinasi yang hebat.”

(Nelson Mandela)

“Orang mungkin ragu pada apa yang kau katakan, tapi mereka akan percaya

dengan apa yang kau lakukan.”

(Levis Cass)

Page 6: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini Penulis persembahkan kepada:

Bapak Ibu tercinta yang selalu memberi dukungan dan doa

Kakakku satu-satunya, yang selalu memberi semangat

Almamater Universitas Sebelas Maret Surakarta

Page 7: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. atas segala limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehinga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur dalam Acara Opera

Van Java di Trans 7: Sebuah Kajian Pragmatik dengan lancar. Skripsi ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan penghargaan

dan ucapan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Drs. Sudarno, M.A. selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Sebelas Maret.

2. Drs. Ahmad Taufiq, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia Fakultas

Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret yang telah memberi izin

dalam penulisan skripsi ini.

3. Rianna Wati, S.S. selaku pembimbing akademis penulis selama masa kuliah.

4. Miftah Nugroho, S.S., M.Hum. selaku pembimbing penulis yang dengan

penuh kesabaran membimbing dan memberi petunjuk pada penulis dalam

mengerjakan skripsi ini.

5. Drs. Hanifullah Syukri, M.Hum. selaku penelaah penulis yang bersedia

memberi petunjuk dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak dan ibu dosen serta seluruh staf pengajar Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Universitas Sebelas Maret atas semua ilmu dan fasilitas yang telah penulis

terima.

Page 8: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

7. Staf UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret dan staf Perpustakaan

Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang telah memberikan kemudahan dalam

mendapatkan sumber data dan buku-buku referensi untuk penyelesaian skripsi

ini.

8. Bapak dan ibu tercinta, Hyongnim, dan seluruh keluarga atas doa dan

dukungan yang selalu tercurah.

9. Mas Bayu yang selalu mengingatkan untuk mengerjakan skripsi.

10. Okky dan teman-teman rumah yang telah memberikan hiburan dan

kebersamaan yang menyenangkan. Sahabat-sahabatku yang setia.

11. Teman-teman Sasindo ’06 atas kebersamaan dan bantuannya selama ini.

12. Kakak-kakak tingkat angkatan berapa pun yang telah membantu penulis.

13. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah

ikut serta dalam melancarkan proses penulisan ini.

Semoga segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis mendapat

balasan dari Allah Swt. Karya tulis ini tidak luput dari kekurangan. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan sumbangan kritik dan saran yang membangun. Akhir

kata, semoga karya tulis ini bermanfaat bagi pembaca.

Surakarta, 14 Desember 2010

Penulis,

Dwi Ariyani

Page 9: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN...................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................... iv

MOTTO .................................................................................................... v

PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .............................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................. ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................... xiii

ABSTRAK ................................................................................................ xiv

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1

B. Pembatasan Masalah ............................................................... 5

C. Rumusan Masalah ................................................................... 5

D. Tujuan Penelitian .................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian .................................................................. 6

F. Sistematika Penulisan ............................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ................. 8

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................... 8

B. Landasan Teori ........................................................................ 10

1. Pragmatik .......................................................................... 10

Page 10: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

2. Pragmatik Humor .............................................................. 11

3. Situasi Tutur ...................................................................... 12

4. Tindak Tutur...................................................................... 13

5. Kesantunan Berbahasa ...................................................... 16

6. Teori Kesantunan Brown dan Levinson ............................ 17

7. Prinsip Kesantunan Leech ................................................. 19

8. Prinsip Ironi ....................................................................... 25

9. Implikatur Percakapan ...................................................... 25

10. Humor ............................................................................... 26

C. Kerangka Pikir ........................................................................ 28

BAB III METODE PENELITIAN............................................................ 30

A. Jenis Penelitian ........................................................................ 30

B. Sampel ..................................................................................... 30

C. Data dan Sumber Data ............................................................ 31

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................. 32

E. Klasifikasi Data ....................................................................... 32

F. Teknik Analisis Data ............................................................... 33

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data .................................... 34

BAB IV ANALISIS DATA ...................................................................... 35

A. Bentuk Pelanggaran Prinsip Kesantunan ................................ 35

1. Maksim Kearifan ............................................................... 35

2. Maksim Kedermawanan.................................................... 43

3. Maksim Pujian .................................................................. 46

4. Maksim Kerendahan Hati ................................................. 51

Page 11: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

5. Maksim Kesepakatan ........................................................ 55

6. Maksim Simpati ................................................................ 58

7. Maksim Pertimbangan ...................................................... 62

B. Prinsip Ironi dalam Acara OVJ ............................................... 67

C. Implikatur yang Muncul dalam Acara OVJ ............................ 70

1. Implikatur Menghina ......................................................... 71

2. Implikatur Memancing Amarah ........................................ 72

3. Implikatur Tidak Suka dengan Kedatangan Orang Lain ... 73

4. Implikatur Mempengaruhi ................................................ 74

5. Implikatur Tidak Suka....................................................... 75

6. Implikatur Ingin Menyiksa ................................................ 77

7. Implikatur Tidak Sayang kepada Istri ............................... 78

8. Implikatur Menyuruh ........................................................ 79

9. Implikatur Merayu ............................................................ 80

BAB V PENUTUP .................................................................................... 82

A. Simpulan ................................................................................. 82

B. Saran ........................................................................................ 83

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 84

LAMPIRAN .............................................................................................. 1

Page 12: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Lima Fungsi Umum Tindak Tutur....................................... 15

Tabel 2. Pelanggaran Prinsip Kesantunan ......................................... 66

Tabel 3. Penerapan Prinsip Ironi ....................................................... 70

Tabel 4. Implikatur Percakapan ......................................................... 81

Page 13: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR SINGKATAN

CP : Cooperative Principle (Prinsip Kerja Sama)

OVJ : Opera Van Java

PP : Politeness Principle (Prinsip Kesantunan)

Page 14: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

ABSTRAK

Dwi Ariyani. C0206002. 2010. Pelanggaran Prinsip Kesantunan dan Implikatur

dalam Acara Opera Van Java di Trans 7: Sebuah Kajian Pragmatik. Skripsi:

Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana bentuk

pelanggaran prinsip kesantunan dalam OVJ?, (2) Bagaimana prinsip ironi dalam

OVJ?, dan (3) Bagaimana implikatur yang muncul dalam OVJ?

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan bentuk pelanggaran

prinsip kesantunan dalam OVJ, (2) Mendeskripsikan prinsip ironi dalam OVJ, dan

(3) Mendeskripsikan implikatur yang muncul dalam OVJ.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan pragmatik. Sumber data yang

digunakan adalah percakapan atau dialog dalam tayangan OVJ di Trans 7 episode

1-7 Februari 2010. Data dalam penilitian ini adalah tuturan yang mengandung

pelanggaran prinsip kesantunan dan tuturan yang mengandung penerapan prinsip

ironi dalam acara OVJ di Trans 7, yang ditayangkan pada 1-7 Februari 2010.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

simak, sedangkan teknik untuk pengumpulan data menggunakan teknik simak

bebas libat cakap (SBLC), teknik rekam, dan teknik catat. Teknik analisis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis heuristik. Metode

penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini adalah penyajian secara informal

dan formal.

Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. Pertama,

ditemukan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan. Pelanggaran terhadap prinsip

kesantunan ditemukan pada banyak data dan meliputi semua maksimnya (tujuh

maksim). Pelanggaran paling banyak ialah terhadap maksim pujian, yang diikuti

oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan, pertimbangan, kerendahan hati, dan

terakhir maksim kedermawanan. Kedua, terdapat prinsip ironi dalam acara OVJ.

Hanya terdapat sedikit data yang mengandung penerapan prinsip ironi. Hal

tersebut karena kemungkinan para pemain OVJ akan merasa lebih puas jika

menghina/mengecam orang lain secara terang-terangan. Pemain OVJ kelihatan

bahagia jika berhasil menghina orang lain, hal itu dapat dilihat dari raut muka

mereka yang tersenyum. Ketiga, ditemukan beberapa implikatur percakapan

dalam acara OVJ. Implikatur tersebut terdiri dari sembilan (9) macam implikatur

yang berbeda. Kesembilan macam implikatur tersebut ialah implikatur menghina,

memancing amarah, tidak suka dengan kedatangan orang lain, mempengaruhi,

tidak suka, ingin menyiksa, tidak sayang kepada istri, menyuruh, dan merayu.

Dalam acara OVJ implikatur yang terjadi didominasi oleh implikatur menghina.

Page 15: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa sebagai alat komunikasi manusia mempunyai peranan yang sangat

penting dalam interaksi manusia. Bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan

ide, gagasan, keinginan, perasaan, dan sebagainya kepada orang lain. Tanpa

bahasa manusia akan kesulitan dalam berkomunikasi dan berinteraksi sosial.

Selain sebagai alat komunikasi, bahasa juga berfungsi sebagai penyampai pesan

seseorang kepada orang lain. Berbahasa dapat dilakukan secara tertulis maupun

lisan. Dalam berbahasa, terkadang seseorang tidak menyatakannya secara

langsung, melainkan melalui maksud yang tersembunyi di balik tuturannya.

Selain itu, dalam memahami sebuah tuturan mitra tutur tidak dapat hanya

mengandalkan kata-kata yang menyusunnya saja, melainkan harus

memperhatikan juga fenomena yang ada di luar bahasa.

Ketidakmampuan linguistik struktural untuk menjelaskan fenomena yang

ada di luar kalimat serta kejenuhan para linguis terhadap linguistik struktural yang

mengkaji bahasa dalam batasan kalimat saja memicu lahirnya cabang ilmu

linguistik yang disebut „pragmatik‟ di awal tahun 1960-an. Pragmatik berisi hal-

hal tentang penggunaan bahasa yang tidak dapat dijelaskan dari sudut pandang

linguistik struktural (Jumanto, 2009: 83). Tidak semua tuturan mempunyai makna

sesuai dengan kata-kata yang menyusunnya, terkadang ada maksud yang

tersembunyi di belakangnya. Pragmatiklah yang dapat mengkaji hal ini. Menurut

Gunarwan (dalam Rustono, 1999: 4), pragmatik adalah bidang linguistik yang

Page 16: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

mengkaji hubungan (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur) kalimat

yang mengungkapkan ujaran.

Penelitian terhadap pragmatik dapat dilakukan pada segala macam tuturan

yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik tuturan yang terdapat di

masyarakat maupun tuturan di tayangan televisi. Dalam penelitian ini, penulis

bermaksud untuk meneliti tuturan dalam acara humor Opera Van Java (yang

selanjutnya akan disebut OVJ). OVJ menggunakan ragam tutur nonformal. OVJ

merupakan sebuah acara humor yang unik, karena tidak sama dengan acara

humor seperti biasanya yang dikemas dengan cerita yang rapi. Di sini, ceritanya

sering tidak sesuai dengan jalan cerita yang seharusnya. Akan tetapi, justru inilah

yang menjadikannya lucu. Selain itu, OVJ menggunakan konsep wayang yang

juga lain dari yang lain. Konsep tersebut ialah bahwa wayang-wayangnya dapat

berkomunikasi dengan dalang dan dapat mengadu argumentasi mereka. Hal

menarik lainnya dalam OVJ adalah bahwa wayang dapat berbicara dengan

wayang yang lain sebagai pemeran (pemeran yang sebenarnya), bukan sebagai

tokoh yang sedang dimainkan.

Sebagai sebuah acara humor, tentu saja tuturan yang terdapat di dalamnya

bertujuan untuk menimbulkan efek lucu. Dalam OVJ tidak jarang ditemukan

tuturan yang merendahkan orang lain, atau bahkan diri sendiri. Misalnya ialah

tuturan Sule “Walaupun muka gua jelek, tapi pesek.” Tuturan tersebut berarti

bahwa Sule telah merendahkan dirinya sendiri, yaitu dengan mengatakan bahwa

dia jelek. Tuturan dalang Parto “Sek, saya lagi mo nutup Sek.” (ditujukan kepada

Sule) berarti merendahkan mitra tuturnya, yaitu Sule. „Sek‟ ialah kependekan dari

pesek, yang berarti menghina Sule bahwa hidungnya pesek.

Page 17: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Tuturan-tuturan yang digunakan dalam OVJ menarik untuk diteliti.

Meskipun dalam OVJ terdapat tuturan yang mematuhi dan melanggar prinsip

kesantunan, yang akan diteliti ialah tuturan yang menunjukkan ketidaksantunan

kepada orang lain. Hal tersebut karena, jika merendahkan diri sendiri berarti

hanya akan menyakiti diri sendiri, bukan orang lain, dan hal itu sudah biasa

karena tidak akan berdampak negatif pada orang lain. Bertutur yang menyakiti

atau merugikan orang lain merupakan tindakan yang tidak sopan, sedangkan

dalam kehidupan sehari-hari tentu saja semua orang lebih menyukai tuturan yang

ditujukan kepadanya itu sopan. Akan tetapi, bagaimana dalam sebuah acara

humor? Atas dasar apa para pemain menuturkan tuturan yang melanggar prinsip

kesantunan? Dalam acara humor mungkin tidak seperti dalam kehidupan nyata.

Sebuah acara humor tidak mempermasalahkan mengenai sopan santun kepada

mitra tuturnya, karena jika tuturannya sopan akan terdengar sangat „datar‟ dan

tidak menarik untuk ditonton. Selain itu mungkin juga ada implikatur di balik

ketidaksantunan tuturan dalam sebuah acara humor.

Mampu bertutur secara halus dan isi tutur katanya memiliki maksud yang

jelas dapat menyejukkan hati dan membuat orang lain berkenan. Seandainya

perilaku bahasa setiap orang seperti itu, rasa kebencian, rasa curiga, sikap

berprasangka buruk terhadap orang lain tidak perlu ada (Pranowo, 2009: 1).

Kesantunan seseorang dapat dilihat dari tuturannya, karena bahasa

merupakan cermin kepribadian seseorang. Artinya, melalui bahasa yang

digunakan seseorang dapat diketahui kepribadiannya (Pranowo, 2009: 3).

Seseorang akan merasa senang jika mitra tuturnya berbicara dengan santun.

Pemakaian bahasa secara santun belum banyak mendapat perhatian. Oleh karena

Page 18: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

itu, sangat wajar jika sering ditemukan pemakaian bahasa yang baik ragam

bahasanya, tetapi nilai rasa yang terkandung di dalamnya menyakitkan hati

pembaca atau pendengarnya. Hal ini terjadi karena pemakai bahasa belum

mengetahui bahwa di dalam suatu struktur bahasa (yang terlihat melalui ragam

dan tata bahasa) terdapat struktur kesantunan. Struktur bahasa yang santun adalah

struktur bahasa yang disusun oleh penutur/penulis agar tidak menyinggung

perasaan pendengar atau pembaca (Pranowo, 2009: 4).

Berdasarkan uraian tersebut, kesantunan mempunyai arti penting dalam

berbahasa. Dalam pragmatik terdapat banyak prinsip mengenai kesantunan yang

dapat digunakan untuk menganalisis tuturan. Prinsip mengenai kesantunan

tersebut antara lain dikemukakan oleh Brown dan Levinson, Leech, Lakoff,

Yueguo Gu, dan sebagainya (Asim Gunarwan, 2007: 102). Prinsip kesantunan

Leech (selanjutnya akan disebut prinsip kesantunan saja) menjelaskan bagaimana

bertutur secara santun dengan membagi menjadi tujuh macam maksim. Ketujuh

maksim tersebut dijelaskan dengan masing-masing dua submaksim yang lebih

terperinci.

Dengan tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis

apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Setiap

maksim dari tujuh maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan

peringkat kesantunan sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan

untuk menganalisis tuturan dalam OVJ apakah termasuk sopan atau tidak.

Dengan tujuh maksim yang dirumuskan oleh Leech, dapat dianalisis

apakah tuturan tersebut santun atau tidak santun kepada orang lain. Selain itu,

dalam prinsip kesantunan tersebut disertai pula dengan tiga skala kesantunan.

Page 19: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

Setiap maksim dari tujuh maksim tersebut dapat dimanfaatkan untuk menentukan

peringkat kesantunan sebuah tuturan. Prinsip kesantunan ini dapat digunakan

untuk menganalisis tuturan dalam OVJ apakah termasuk sopan atau tidak. Dengan

skala kesantunan pula, dapat diketahui peringkat kesantunan sebuah tuturan.

B. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dimaksudkan agar penelitian lebih terarah dan

mempermudah penulis dalam menentukan data yang diperlukan. Penelitian ini

dibatasi pada tuturan dalam acara OVJ yang melanggar prinsip kesantunan dan

tuturan yang mengandung prinsip ironi. Tuturan-tuturan tersebut juga dibatasi

pada penayangan OVJ episode 1 sampai 7 Februari 2010.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, masalah-masalah yang akan

dikaji dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimanakah bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ?

2. Bagaimana prinsip ironi dalam acara OVJ?

3. Bagaimana implikatur yang muncul berdasarkan pelanggaran prinsip

kesantunan dalam acara OVJ?

D. Tujuan Penelitian

Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas, sehingga hasil

penelitiannya dapat diketahui. Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah

sebagai berikut.

Page 20: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

1. Mendeskripsikan bentuk pelanggaran prinsip kesantunan dalam acara OVJ.

2. Mendeskripsikan prinsip ironi dalam acara OVJ.

3. Mendeskripsikan implikatur yang muncul berdasarkan pelanggaran prinsip

kesantunan dalam acara OVJ.

E. Manfaat Penelitian

Sebuah penelitian yang dilakukan harus dapat memberikan manfaat baik

secara teoretis maupun praktis. Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini

antara lain:

1. Manfaat Teoretis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan

bagi perkembangan studi tentang prinsip kesantunan, ironi, dan implikatur

khususnya dalam tuturan yang bersifat humor.

2. Manfaat Praktis. Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberikan

kontribusi yang berarti dalam hal pemahaman wacana dialog humor, terutama

dalam hal memahami pelanggaran prinsip kesantunan, penerapan prinsip ironi,

serta implikatur yang muncul dari pelanggaran tersebut. Penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk landasan kajian

penelitian sejenis selanjutnya.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan diperlukan untuk mempermudah penguraian

masalah dalam suatu penelitian, karena cara kerja penelitian lebih terarah, runtut,

dan jelas. Penulisan yang sistematis banyak membantu pembaca dalam

Page 21: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

memahami hasil penelitian. Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini

tersusun atas lima bab. Kelima bab itu adalah sebagai berikut.

Bab pertama pendahuluan. Bab ini terdiri atas latar belakang masalah,

pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan sistematika penulisan.

Bab kedua landasan teori. Bab ini terdiri atas tinjauan studi terdahulu,

landasan teori, dan kerangka pikir. Tinjauan studi terdahulu merupakan tinjauan

dari penelitian-penelitian sebelumnya yang sejenis, sedangkan landasan teori

berisi tentang teori-teori yang digunakan untuk mengkaji dan memahami

permasalahan yang diteliti. Kerangka pikir berisi gambaran secara jelas kerangka

yang digunakan penulis untuk mengkaji dan memahami permasalahan yang

diteliti.

Bab ketiga metode penelitian. Bab ini akan memberikan gambaran proses

penelitian yang terdiri atas metode penelitian, data dan sumber data, metode

pengumpulan data, dan metode analisis data.

Bab keempat analisis data. Bab ini merupakan inti dari penelitian yang

berisikan analisis data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

Bab kelima penutup. Bab ini berisi simpulan hasil penelitian dan saran.

Page 22: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Bagian ini akan memaparkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang

sejenis dan relevan dengan penelitian ini.

Erfan Rony Hadmoko (2004) dalam skripsinya yang berjudul “Kesantunan

Tindak Tutur Ilokusioner dalam Rubrik Konsultasi pada Surat Kabar”

memaparkan tiga masalah dalam penelitiannya. Ketiga masalah tersebut ialah 1)

Bagaimanakah wujud tindak tutur ilokusioner berdasarkan skala kesantunan

pragmatik dalam rubrik konsultasi, 2) bagaimanakah strategi tutur penanya dalam

menuturkan pertanyaan pada rubrik konsultasi, dan 3) bagaimanakah wujud

ungkapan penanda kesantunan dalam rubrik konsultasi. Berdasarkan hasil analisis

data yang penulis lakukan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan skala

kesantunan pragmatik wujud tindak tutur ilokusioner yang diutarakan penanya

maupun pengasuh rubrik mengandung skala kerugian dan keuntungan, skala

pilihan, skala ketidaklangsungan, dan skala keotoritasan. Dalam penelitian ini

dideskripsikan juga mengenai wujud kesantunan strategi tutur penanya dalam

menuturkan pertanyaan kepada rubrik konsultasi, yang mencakup hal-hal: (1)

panjang pendek tuturan, (2) urutan tutur, (3) langsung – tak langsung tuturan, dan

(4) kata sapaan. Keempat hal tersebut dipandang sebagai faktor strategi tutur

penanya dalam menuturkan pertanyaan kepada rubrik konsultasi. Secara

linguistik, kesantunan dalam pemakaian tindak tutur ilokusioner dalam rubrik

dalam rubrik konsultasi sangat ditentukan oleh muncul atau tidaknya ungkapan

Page 23: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

penanda kesantunan. Penanda kesantunan itu dapat disebutkan, yaitu tolong,

mohon, cobalah, dan hendaknya.

Skripsi Bambang Pamuji Rahardjo yang berjudul “Implikatur Tuturan

Humor Politik dalam Acara News Dot Com di Metro TV: Pendekatan Pragmatik”

membahasa tiga permasalahan, yaitu (1) Bagaimanakah tindak tutur dari tinjauan

pragmatik dalam acara News Dot Com (NDC) di Metro TV? (2) Bagaimanakah

bentuk pelanggaran prinsip kerjasama dan kesopanan yang terjadi dalam acara

NDC di Metro TV? (3) Bagaimanakah maksud implikatur percakapan yang

terdapat dalam NDC di Metro TV? Berdasarkan hasil analisis data, penelitian

tersebut mendeskripsikan (1) tindak tutur yang digunakan adalah tindak tutur

asertif atau representatif untuk melaporkan dan menyombongkan diri, tindak tutur

direktif yang berfungsi untuk menyarankan dan menolak, tindak tutur komisif

berfungsi untuk menawarkan dan menjajikan. Tindak tutur ekspresif berfungsi

untuk mengkritik, menyindir, mengejek, dan menyatakan keluhan. (2) Tindak

tutur berimplikatur terjadi karena adanya pelanggaran terhadap prinsip kerjasama

dan prinsip kesopanan. (3) Implikatur yang terkandung dalam acara NDC

bermaksud untuk menyindir pemerintah, mengingatkan pemerintah, menawarkan

kepada penonton, mengejek kepada tokoh NDC, melaporkan kepada pemerintah,

menolak atau menyatakan ketidaksetujuan, menyombongkan diri sendiri, dan

mengkritik kepada pemerintah.

Penelitian ini hampir sama dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang

juga meneliti tentang prinsip kesantunan. Dalam penelitian ini dibahas mengenai

pelanggaran terhadap maksim-maksim dalam prinsip kesantunan dan implikatur

yang muncul akibat pelanggaran tersebut. Selain itu, dalam penelitian ini juga

Page 24: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

terdapat perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu memasukkan

prinsip ironi dalam analisis penelitian. Dalam penelitian ini dimasukkan juga

prinsip ironi, karena prinsip tersebut berhubungan dengan prinsip kesantunan dan

juga dapat digunakan untuk mengetahui kesantunan orang lain.

B. Landasan Teori

1. Pragmatik

Levinson membatasi pragmatik sebagai studi bahasa yang mempelajari

hubungan antara bahasa dan konteks yang tergramatisasi, atau terkodifikasi

dalam struktur bahasa (1985: 9). Sementara itu, Thomas mendefinisikan

pragmatik sebagai makna dalam interaksi. Menurutnya suatu makna bukanlah

yang melekat pada suatu kata, tetapi merupakan proses dinamis yang

melibatkan penutur dan petutur, konteks tuturan, dan makna potensial dari

suatu tuturan (1996: 22).

Yule mendefinisikan pragmatik ke dalam 4 (empat) definisi (dalam

Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 3-4). Pertama, menurutnya

pragmatik adalah studi tentang maksud penutur. Hal tersebut karena pragmatik

mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur dan ditafsirkan oleh

petutur. Kedua, pragmatik adalah studi tentang makna kontekstual. Diperlukan

suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin

mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang diajak bicara, di mana,

kapan, dan dalam keadaan apa.

Ketiga, pragmatik adalah studi tentang bagaimana agar lebih banyak

yang disampaikan daripada yang dituturkan. Tipe studi ini menggali betapa

Page 25: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

banyak sesuatu yang tidak dikatakan ternyata menjadi bagian yang

disampaikan. Keempat, pragmatik adalah studi tentang ungkapan dari jarak

hubungan. Keakraban, baik secara fisik, sosial, atau konseptual, menyiratkan

adanya pengalaman yang sama. Pada asumsi tentang seberapa dekat atau jauh

jarak petutur, penutur menentukan seberapa banyak kebutuhan yang

dituturkan.

Analisis pragmatik berupaya menemukan maksud penutur, baik yang

diekspresikan secara tersurat maupun yang diungkapkan secara tersirat di

balik tuturan. Maksud tuturan, terutama yang implikatif, hanya dapat dikenali

melalui penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan

komponen situasi tutur (Rustono, 1999: 17).

2. Teori Pragmatik Humor

Di tingkat wacana, komunikasi serius mengenal beberapa aturan

komunikasi, seperti disebut oleh H.P. Grice dalam “Theory of Implicature”.

Menurut Grice (dalam Wuri Soedjatmiko, 1992: 76) ada dua jenis implikatur,

yaitu konvensional dan tindak ujaran. Dalam implikatur yang konvensional

makna ditentukan oleh bentuk linguistik, sedangkan dalam prinsip tindak

ujaran (co-operative principle = CP) makna ditentukan oleh sejumlah elemen

wacana. Leech mengatakan bahwa Maksim Cara sebetulnya tidak terbatas

untuk CP, tetapi juga untuk retorika tekstual. Komunikasi menurut Leech,

tidak selalu harus mengikuti CP. Dalam pragmatik, komunikasi merupakan

gabungan antara fungsi ilokusi dan fungsi sosial. Dengan kata lain komunikasi

tidak hanya harus lancar dan jelas, tetapi memenuhi tuntutan sosial juga.

Page 26: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

Leech membagi retorika menjadi dua (1) retorika antar-pribadi, dan (2)

retorika tekstual. Dalam retorika antar pribadi ditambahkan Politeness

Principle = PP (Prinsip sopan-santun), dan Ironical Principle yang seringkali

harus berlawanan dengan CP. Humor di tingkat wacana justru memanfaatkan

penyimpangan terhadap CP dan PP (Wuri Soedjatmiko, 1992:78).

3. Situasi Tutur

Pragmatik mengkaji makna dalam hubungannya dengan situasi tutur.

Leech menyatakan aspek-aspek dalam situasi tutur (1993: 19-21).

a. Yang menyapa (penyapa) atau yang disapa (pesapa)

Orang yang menyapa disebut dengan „penutur‟ dan orang yang

disapa disebut „petutur‟. Petutur selalu menjadi sasaran tuturan dari

penutur.

b. Konteks sebuah tuturan

Konteks ialah suatu pengetahuan latar belakang yang sama-sama

dimiliki oleh penutur dan petutur, dan yang membantu petutur

menafsirkan makna tuturan.

c. Tujuan sebuah tuturan

Istilah tujuan lebih netral daripada maksud, karena tidak

membebani pemakainya dengan suatu kemauan atau motivasi yang sadar,

sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan yang berorientasi

tujuan.

d. Tuturan sebagai bentuk tindakan atau kegiatan: tindak ujar

Pragmatik berurusan dengan tindak-tindak atau performansi-

performansi verbal yang terjadi dalam situasi dan waktu tertentu. Dengan

Page 27: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

demikian, pragmatik menangani bahasa pada tingkatan yang lebih konkret

daripada tata bahasa.

e. Tuturan sebagai produk tindak verbal

Sebuah tuturan dapat merupakan suatu contoh kalimat (sentence-

instance) atau tanda kalimat (sentence-stoken), tetapi bukanlah sebuah

kalimat. Tuturan-tuturan merupakan unsur-unsur yang maknanya dikaji

dalam pragmatik, sehingga dengan tepat pragmatik dapat digambarkan

sebagai suatu ilmu yang mengkaji makna tuturan.

4. Tindak Tutur

Pada suatu saat, tindakan yang ditampilkan dengan menghasilkan

suatu tuturan akan menghasilkan tiga tindak yang saling berhubungan.

Pertama, tindak lokusi, yang merupakan tindak dasar tuturan atau

menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kebanyakan penutur

tidak hanya menghasilkan tuturan yang tersusun dengan baik tanpa suatu

tujuan. Penutur membentuk tuturan dengan beberapa fungsi di dalam pikiran.

Ini adalah dimensi ke dua, yaitu tindak ilokusi. Tindak ilokusi ditampilkan

melalui penekanan komunikatif suatu tuturan (Yule, dalam Indah Fajar

Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 83-84).

Tentu penutur tidak secara sederhana membuat tuturan yang memiliki

fungsi tanpa mempunyai maksud bahwa tuturan itu memiliki akibat. Hal ini

merupakan dimensi ke tiga, tindak perlokusi. Dengan bergantung pada

keadaan, penutur akan menuturkan sesuatu dengan asumsi bahwa petutur akan

mengenali akibat yang ditimbulkan. Biasanya dikenal juga sebagai akibat

perlokusi (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 84).

Page 28: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Di antara ketiga dimensi tersebut, yang paling banyak dibahas ialah

tekanan ilokusi. Istilah ‘tindak tutur” biasanya diterjemahkan secara sempit

dengan hanya diartikan sebagai tekanan ilokusi suatu tuturan. Tekanan tutur

ilokusi ialah „apa yang diperhitungkan tekanan itu‟ (Yule, dalam Indah Fajar

Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 84).

Ada beberapa klasifikasi jenis tindak tutur umum yang biasanya

digunakan. Sistem klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang

ditunjukkan oleh tindak tutur; deklarasi, representatif, ekspresif, direktif, dan

komisif (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 91-

92). Searle (dalam Leech, 1993: 163) mengklasifikasikan tindakan ilokusi

berdasarkan pada berbagai kriteria. Secara garis besar, kategori Searle (dalam

Leech, 1993: 164-165) ialah sebagai berikut.

a. Asertif

Pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran tuturan yang

diujarkan. Tuturan ilokusi ini misalnya, menyatakan, mengusulkan,

membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan.

b. Direktif

Ilokusi ini bertujuan menghasilkan suatu efek berupa tindakan

yang dilakukan oleh petutur. Ilokusi ini misalnya, memesan, memerintah,

memohon, menuntut, memberi nasehat.

c. Komisif

Pada ilokusi ini penutur (sedikit banyak) terikat pada suatu

tindakan di masa depan. Ilokusi ini misalnya, menjajikan, menawarkan,

Page 29: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

berkaul. Jenis ilokusi ini tidak mengacu pada kepentingan penutur, tetapi

pada kepentingan petutur.

d. Ekspresif

Ilokusi ini berfungsi untuk mengungkapkan atau mengutarakan

sikap psikologis penutur terhadap suatu keadaan. Ilokusi ini misalnya,

mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf,

mengecam, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya.

e. Deklarasi

Jika pelaksanaan ilokusi ini berhasil, maka akan mengakibatkan

adanya kesesuaian antara isi tuturan dengan kenyataan. Ilokusi ini

misalnya, mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama,

menjatuhkan hukuman, mengucilkan/membuang, mengangkat (pegawai),

dan sebagainya.

Kelima fungsi umum tindak tutur beserta sifat-sifat kuncinya

terangkum dalam tabel berikut (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe

Mustajab, 2006: 94-95).

Tabel 1

Lima Fungsi Umum Tindak Tutur

Tipe tindak tutur Arah penyesuaian P = penutur

X = situasi

Deklarasi

Representatif/Asertif

Ekspresif

Direktif

Komisif

Kata mengubah dunia

Kata disesuaikan dengan dunia

Kata disesuaikan dengan dunia

Dunia disesuaikan dengan kata

Dunia disesuaikan dengan kata

P menyebabkan X

P meyakini X

P merasakan X

P menginginkan X

P memaksudkan X

Sumber: Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab. 2006: 95.

Tindak tutur langsung dan tidak langsung

Pendekatan berbeda terhadap pengkategorian tipe tindak tutur dapat

dilakukan berdasarkan strukturnya. Dalam bahasa Inggris terdapat pemisahan

Page 30: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

struktural yang sederhana, yaitu menjadi 3 kalimat dasar. Terdapat hubungan

antara 3 bentuk struktural (deklaratif, interogratif, imperatif) dan tiga fungsi

komunikasi umum (pernyataan, pertanyaan, perintah/permohonan (Yule,

dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 95).

Apabila ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, maka

terdapat suatu tindak tutur langsung. Sebaliknya, jika ada hubungan tidak

langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu tindak tutur tidak

langsung (Yule, dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 95-

96). Bentuk interogatif yang digunakan untuk membuat suatu pertanyaan

disebut tindak tutur langsung, sedangkan bentuk interogatif yang digunakan

untuk membuat suatu perintah disebut tindak tutur tidak langsung. Tuturan

„Apa kau bisa mengerjakannya?‟, digunakan untuk menanyakan kemampuan

seseorang dalam mengerjakan sesuatu, merupakan tindak tutur langsung.

Akan tetapi, jika tuturan tersebut ditanyakan ibu kepada anaknya, misalnya

dalam hal membuang sampah, maka merupakan tindak tutur tidak langsung.

Hal tersebut karena sebenarnya sang ibu ingin menyuruh anaknya untuk

membuang sampah, tetapi dengan tuturan yang berbentuk interogatif.

5. Kesantunan Berbahasa

Dalam pertukaran tuturan peserta tutur tidak hanya menghormati

prinsip-prinsip kerja sama sebagaimana diajukan oleh Grice (1975) tetapi juga

mengindahkan prinsip-prinsip kesopanan (Nadar, 2008:28). Leech (dalam

Nadar, 2008: 28) berpendapat bahwa prinsip kerja sama yang ditawarkan ol;eh

Grice (1975) tidak selalu dapat menjawab pertanyaan mengapa dalam suatu

pertuturan peserta tutur cenderung menggunakan cara yang tidak langsung

Page 31: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

untuk menyatakan apa yang mereka maksudkan, sehingga tidak

mengindahkan maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama Grice tersebut.

Linguis-linguis yang berteori tentang ilokusi tidak langsung adalah

Gordon dan Lakoff (1971) (dengan Conversational Postulates) dan Sadock

(1974) (dengan Extended Performative Hypothesis) (Asim Gunarwan, 1992:

183). Mereka menelaah, tetapi tidak berteori, tentang ilokusi tidak langsung

itu dalam kaitannya dengan kesantunan berbahasa. Linguis yang mengaitkan

dan berteori tentang kedua hal itu adalah Brown dan Levinson (1978) dan

Leech (1983) (Asim Gunarwan, 1992: 183).

6. Teori Kesantunan Brown dan Levinson

Teori kesantunan berbahasa menurut Brown dan Levinson (1978)

berkisar atas nosi muka (face). Semua orang yang rasional mempunyai muka

(tentunya dalam arti kiasan) dan muka itu harus dijaga, dipelihara, dihormati,

dan sebagainya (Asim Gunarwan, 1992: 184). Muka di dalam pengertian

kiasan ini dikatakan terdiri atas dua wujud, yaitu muka positif dan muka

negatif. Muka positif mengacu ke citra diri seseorang bahwa segala yang

berkaitan dengan dirinya itu patut dihargai (yang kalau tidak dihargai, orang

yang bersangkutan dapat kehilangan mukanya). Muka negatif merujuk ke citra

diri seseorang yang berkaitan dengan kebebasan untuk melakukan sesuatu

sesuai dengan kemauannya (yang kalau dihalangi, orang yang bersangkutan

dapat kehilangan muka) (Asim Gunarwan, 2007: 105).

Kesantunan yang dimaksudkan untuk menjaga muka positif disebut

kesantunan positif (kesantunan afirmatif) dan kesantunan yang dimaksudkan

untuk menjaga muka negatif disebut kesantunan negatif (kesantunan

Page 32: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

deferensial). Kesantunan positif mengacu ke strategi bertutur dengan cara

menonjolkan kedekatan, keakraban, hubungan baik diantara penutur dan

petutur. Kesantunan negatif merujuk ke strategi bertutur yang menunjukkan

adanya jarak sosial antara penutur dan petutur (Asim Gunarwan, 2007: 105).

Menurut Brown dan Levinson (dalam Asim Gunarwan, 2007: 106),

muka itu rawan terhadap ancaman yang timbul dari tindak tutur tertentu.

Artinya, ada tindak tutur, yang karena isi dan atau cara mengungkapkannya,

menyebabkan muka terancam, apakah itu muka penutur atau petutur. Brown

dan Levinson menyebut tindak tutur pengancaman muka itu face-threatening

act (FTA), yang menyebabkan penutur (yang normal, rasional dan sehat

pikiran) harus memilih strategi dengan mempertimbangkan situasi atau

peristiwa tuturnya, yaitu kepada siapa dia bertutur, di mana, tentang apa, untuk

apa, dan sebagainya. Penutur menentukan strategi ini dengan “menghitung”

tingkat keterancaman muka berdasarkan jarak sosial penutur-petutur, besarnya

perbedaan kekuasaan antara keduanya, serta status relative jenis tindak tutur

yang diujarkan penutur di dalam budaya yang bersangkutan.

Brown dan Levinson (dalam Asim Gunarwan, 2007: 106) mengatakan

bahwa ada empat strategi utama untuk mengutarakan maksud itu, ditambah

satu strategi, yaitu strategi lebih baik tidak bertutur. Tergantung pada derajat

keterancamannya, kelima strategi itu berturut-turut adalah: (1) bertutur secara

terus terang tanpa basa-basi (bald on record); (2) bertutur dengan

menggunakan kesantunan positif; (3) bertutur dengan menggunakan

kesantunan negatif; (4) bertutur dengan cara samar-samar atau tidak

Page 33: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

transparan (off record) ; dan (5) bertutur “di dalam hati” dalam arti penutur

tidak mengujarkan maksud hatinya.

7. Prinsip Kesantunan Leech

Sopan santun merupakan mata rantai yang hilang antara prinsip kerja

sama dengan masalah bagaimana mengaitkan daya dengan makna. Leech

(1993: 161) melihat sopan santun dari sudut pandang petutur dan bukan dari

sudut pandang penutur. Leech (1993: 166) menyatakan bahwa tuturan yang

sopan bagi petutur atau pihak ketiga bukan merupakan tuturan yang sopan

bagi penutur, begitu pula sebaliknya. Prinsip kesantunan Leech berhubungan

dengan dua pihak, yaitu diri dan lain. Diri ialah penutur dan lain adalah

petutur, dalam hal ini lain juga dapat menunjuk kepada pihak ketiga baik yang

hadir maupun yang tidak hadir dalam situasi tutur Leech, 1993: 206). Leech

(1993: 206) merumuskan prinsip kesantunannya ke dalam tujuh maksim.

Ketujuh maksim tersebut ialah sebagai berikut.

a. Maksim Kearifan (Tact Maxim) (dalam ilokusi direktif dan komisif)

1) Buatlah kerugian orang lain sekecil mungkin

2) Buatlah keuntungan orang lain sebesar mungkin

b. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim) (dalam ilokusi direktif dan

komisif)

1) Buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin

2) Buatlah kerugian diri sendiri sebesar mungkin

c. Maksim Pujian (Approbation Maxim) (dalam ilokusi ekspresif dan asertif)

1) Kecamlah orang lain sesedikit mungkin

2) Pujilah orang lain sebanyak mungkin

Page 34: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

d. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim) (dalam ilokusi ekspresif dan

asertif)

1) Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin

2) Kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin)

e. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim) (dalam ilokusi asertif)

1) Usahakan agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit

mungkin

2) Usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak

mungkin

f. Maksim Simpati (Sympathy Maxim) (dalam ilokusi asertif)

1) Kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga sekecil mungkin

2) Tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara diri dan lain

g. Maksim pertimbangan (Consideration Maxim) (dalam ilokusi asertif dan

ekspresif)

1) Minimalkan rasa tidak senang pada mitra tutur

2) Maksimalkan rasa senang pada mitra tutur

a. Maksim Kearifan (Tact Maxim)

Maksim kearifan berorientasi pada petutur (Cruse, 2000: 363).

Maksim kearifan memiliki dua segi, yaitu segi negatif dan segi positif.

Segi negatif ialah „buatlah kerugian petutur sekecil mungkin‟ dan segi

positif „buatlah keuntungan petutur sebesar mungkin‟. Segi yang kedua

(segi positif) merupakan akibat yang wajar dari segi pertama. Dapat

dijelaskan bahwa jika penutur ingin melakukan sesuatu yang

Page 35: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

menguntungkan petutur maka harus memperkecil kemungkinan bagi

petutur untuk mengatakan „tidak‟. Dalam konteks informal, sebuah

imperatif di mana penutur tidak memberi kesempatan kepada petutur

untuk mengatakan tidak merupakan suatu tindakan yang sopan. Hal

tersebut dapat dilihat pada tuturan, „Ambillah sandwich sepotong lagi‟

lebih santun daripada „Maukah anda mengambil sandwich sepotong lagi?‟

(Leech, 1993: 170-171).

Dalam konteks yang berbeda, misalnya ingin menyuruh petutur

untuk mencuci piring, tuturan yang tidak langsung lebih sopan daripada

tuturan langsung. Tuturan „Bisakah kamu mencuci piring?‟ lebih sopan

daripada „Cuci piring!‟ (Cruse, 2000: 363).

b. Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)

Maksim kedermawanan memiliki orientasi untung rugi kepada

penutur. Berdasarkan maksim ini, tuturan „Biar saya yang mencuci piring.‟

lebih santun daripada „Saya ragu apakah saya bisa mencuci piring‟ (Cruse,

2000: 364). Dapat dikatakan bahwa penutur harus mengutarakan dengan

tuturan yang bersifat langsung jika bermaksud memberi „biaya‟ bagi diri

sendiri. Hal tersebut agar tidak menciptakan kemungkinan bahwa petutur

yang akan melakukan „biaya‟ yang seharusnya dilakukan penutur.

c. Maksim Pujian (Approbation Maxim)

Pada maksim ini, submaksim pertama lebih penting, yaitu „jangan

mengatakan hal-hal yang tidak menyenangkan mengenai orang lain,

terutama bagi petutur‟. Berdasarkan maksim ini tuturan „Masakanmu enak

Page 36: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

sekali‟ lebih santun daripada tuturan „Masakanmu sangat tidak enak‟

(Leech, 1993: 211-212).

d. Maksim Kerendahan Hati (Modesty Maxim)

Maksim kerendahan hati berorientasi kepada penutur. Memuji diri

sendiri merupakan tuturan yang tidak santun. Jika seseorang dipuji dengan

tuturan „Kamu melakukannya dengan sangat bagus‟, akan lebih santun bila

menjawab „Ya, yang saya lakukan tidak terlalu buruk‟ daripada „Ya, saya

melakukannya dengan baik‟ (Cruse, 2000: 365).

e. Maksim Kesepakatan (Agreement Maxim)

Kesepakatan merupakan hubungan antara opini penutur dengan

petutur (Cruse, 2000: 365). Orang cenderung melebih-lebihkan

kesepakatannya dengan orang lain, juga mengurangi ketidaksepakatannya

melalui ungkapan penyesalan, kesepakatan sebagian, dan sebagainya

(Leech, 1993: 217). Berdasarkan maksim ini, pertanyaan „Apakah

pamerannya menyenangkan?‟ akan terdengar sopan jika dijawab dengan

„Iya, pamerannya menarik‟ daripada dijawab dengan „Pamerannya sangat

tidak menarik‟. Contoh lain ialah jika ada pertanyaan „Apakah kamu

menyukai kopi?‟, maka jawaban „Saya lebih suka teh daripada kopi‟

terdengar lebih santun daripada „Saya tidak suka kopi‟.

f. Maksim Simpati (Sympathy Maxim)

Maksim simpati menjelaskan bahwa ucapan selamat dan

belasungkawa merupakan tindak tutur yang santun, walaupun ucapan

belasungkawa mengungkapkan keyakinan penutur tentang keyakinan

negatif bagi petutur (Leech, 1993: 218). Tuturan „Saya sangat menyesal

Page 37: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

mendengar bahwa kucingmu mati‟ merupakan tuturan yang santun

daripada „Saya sangat senang mendengar bahwa kucingmu mati‟. Akan

tetapi, ada sesuatu yang berat dalam mengutarakan belasungkawa, karena

dengan demikian berarti penutur meyakini sesuatu yang tidak sopan, yaitu

keyakinan yang merugikan petutur (Leech, 1993: 218).

g. Maksim Pertimbangan (Consideration Maxim)

Inti pematuhan maksim ini adalah bahwa penutur perlu

mempertimbangkan perasaan petutur, jangan sampai petutur merasa lebih

tidak senang dalam suasana yang tidak menyenangkan; kalau dapat, rasa

tidak senang itu dapat berkurang (Asim Gunarwan, 2005: 10). Cruse

(2000: 366) mencontohkan, lebih sopan untuk mengutarakan „Saya turut

sedih mendengar kabar tentang suami anda’ daripada „Saya turut sedih

mendengar tentang kematian suami anda‟. Pengungkapan secara rinci

berpotensi menambah rasa tidak senang petutur karena ia diingatkan

kepada hal-hal yang menyedihkan (Asim Gunarwan, 2005: 11).

Skala kesantunan Leech

Leech (1993: 194) mengidentifikasi tiga skala yang menunjukkan

tingkat kearifan suatu situasi percakapan tertentu. Skala-skala tersebut ialah

sebagai berikut .

a. Skala untung-rugi

Skala ini memperkirakan keuntungan atau kerugian suatu tindakan

bagi penutur atau petutur (Leech, 1993: 194). Leech (1993: 166-167)

menjelaskan peringkat kesantunan berdasarkan skala untung-rugi.

Page 38: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

merugikan t kurang sopan

[1] Kupas kentang ini.

[2] Berikan saya koran itu.

[3] Duduk.

[4] Lihatlah itu.

[5] Nikmatilah liburanmu.

[6] Makanlah, sepotong lagi.

menguntungkan t lebih sopan

b. Skala keopsionalan

Skala ini memperhitungkan jumlah pilihan yang diberikan penutur

kepada petutur (Leech, 1993: 195). Semakin besar jumlah pilihan yang

diberikan oleh penutur maka semakin santun tuturan itu (Asim, 1994: 92).

Berdasarkan skala ini, tuturan „Kalau tidak lelah, pindahkan kotak itu.‟

lebih santun daripada „Pindahkan kotak ini‟.

c. Skala ketaklangsungan

Skala ini mengukur panjang jalan yang menghubungkan tindak

ilokusi dengan tujuan ilokusi, sesuai dengan analisis cara-tujuan (Leech,

1993: 195). Skala ketaklangsungan dapat dirmuskan dari sudut pandang

petutur, yaitu sesuai dengan panjangnya jalan inferensial yang perlukan

oleh makna untuk sampai ke daya (Leech, 1993: 195). Tuturan „Saya ada

acara lain‟ lebih santun daripada „tidak bisa‟ untuk menolak ajakan orang

lain.

Page 39: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

8. Prinsip Ironi

Prinsip ironi memungkinkan seseorang bertindak tidak santun, tetapi

dengan tuturan yang seolah-olah santun. Dengan menerapkan prinsip ironi

berarti penutur bersikap santun, tetapi tidak tulus. Hal tersebut dilakukan

sebagai pengganti sikap tidak santun, dan melalui perilaku ini penutur

mempunyai tujuan untuk merugikan dan menyudutkan orang lain (Leech,

1993: 224-225).

Dapat dikatakan bahwa dengan menerapkan prinsip ironi, penutur

mengungkapkan daya ilokusi yang tidak santun secara santun. Bila seseorang

mengatakan „Terima kasih banyak atas perhatian anda mengembalikan buku

saya dalam keadaan baik‟ – padahal buku yang dikembalikan itu robek-robek

dan kotor – orang itu sebenarnya mencemooh si peminjam buku itu. Dalam

prinsip ironi, struktur luar tuturannya santun, tetapi implikaturnya terasa tidak

santun (Asim, 2005: 12).

9. Implikatur Percakapan

Dalam rangka memahami apa yang dimaksudkan oleh seorang

penutur, lawan tutur harus selalu melakukan interpretasi pada tuturan-

tuturannya. Jika dibedakan antara “apa yang dikatakan” (what is said) dan

“apa yang dikomunikasikan” (what is communicated), implikatur termasuk

yang dikomunikasikan (Pranowo, 2009: 102).

Grice (dalam Thomas, 1996: 57) membagi implikatur menjadi dua

macam, yaitu implikatur konvensional (conventional implicature) dan

implikatur percakapan (conversational implicature). Implikatur konvensional

Page 40: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tidak memperhatikan/menghiraukan konteks. Dalam implikatur percakapan,

apa yang diimplikasikan tergantung pada konteks tuturan (Thomas, 1996: 57).

Implikatur konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau

maksim-maksim, dan tidak harus terjadi dalam percakapan. Selain itu,

implikatur konvensional juga tidak bergantung pada konteks khusus untuk

menginterpretasikannya. Implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-

kata khusus dan menghasilkan maksud tambahan. Contoh kata-kata khusus

tersebut dalam bahasa Inggris, misalnya kata penghubung „tetapi‟ (Yule,

dalam Indah Fajar Wahyuni dan Rombe Mustajab, 2006: 78). Tuturan „Mary

menyarankan warna hitam, tetapi saya pilih warna putih.‟, menunjukkan

bahwa saran Mary (hitam) bertolak belakang dengan pilihan saya (putih).

Implikatur percakapan ialah implikatur yang muncul berdasarkan

konteks. Sebuah tuturan bisa saja memiliki implikatur yang berbeda, jika

konteksnya berbeda. Tuturan „Great, that’s really great! That’s made my

Chrismas!‟ bisa memiliki implikatur yang berbeda dalam konteks yang

berbeda. Pertama, tuturan tersebut mengandung implikatur „sangat marah‟,

jika konteksnya seseorang telah muntah ke badannya. Kedua, menunjukkan

implikatur „bersedih‟, jika konteksnya seekor anjing telah memakan

kalkunnya (Thomas, 1996: 58).

10. Humor

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 512), humor adalah

sesuatu yang lucu, keadaan (dalam cerita dan sebagainya) yang menggelikan

hati, kejenakaan, kelucuan. Menurut Ensiklopedi Indonesia (dalam Chattri,

2003: 137), kata humor berasal dari Yunani, yang berarti getah. Menurut

Page 41: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

kepercayaan bangsa Yunani pada zaman dahulu, tubuh manusia mengandung

semacam getah yang dapat menentukan temperamen seseorang. Perbedaan

temperamen dalam diri manusia, menurut kepercayaan orang Yunani,

disebabkan perbedaan kadar campuran getah dalam tubuh manusia itu. Kalau

campuran itu seimbang, maka dikatakan orang tersbut mempunyai humor,

tidak marah, tidak sedih, dan sebagainya.

Di samping humor, terdapat juga kata jenaka, yang menurut R.J.

Wilkinson (dalam Chattri, 2003: 137) berarti a farce, a practical, joke, atau

farcical, willing. Cerita yang beraspek humor, pada umumnya mengisahkan

kejenakaan atau kelucuan akibat kecerdikan, kebodohan, kemalangan, dan

keberuntungan tokoh utamanya. Tokoh ceritanya kadang-kadang sangat bodoh

dan tidak dapat menangkap maksud orang lain, sehingga menimbulkan

kesalahpahaman yang tidak perlu.

Freud (dalam Wuri Soedjatmiko, 1992: 71) mengatakan bahwa humor

merupakan penyimpangan dari pikiran wajar dan diekspresikan secara

ekonomis dalam kata-kata dan waktu. Humor oleh Freud (dalam Wuri

Soedjatmiko, 1992: 80) dapat diklasifikasikan menurut motivasinya, yaitu

humor yang dibuat tanpa motivasi (komik) dan humor yang secara sengaja

“mencapai kesenangan melalui penderitaan orang lain” seperti agresi, satire,

dark jokes.

Page 42: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

C. Kerangka Pikir

Tuturan dalam Acara OVJ

Banyak tuturan yang bermaksud

merendahkan orang lain

Prinsip Kesantunan Prinsip Ironi

1. Maksim Kearifan

2. Maksim Kedermawanan

3. Maksim Pujian

4. Maksim Kerendahan Hati

5. Maksim Kesepakatan

6. Maksim Simpati

7. Maksim Pertimbangan

Implikatur

Tingkat kesantunan tuturan dalam

acara OVJ

Page 43: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

Banyak tuturan dalam acara OVJ yang diujarkan untuk merendahkan

orang lain/mitra tuturnya. Tuturan-tuturan dalam acara OVJ tersebut akan dicoba

untuk dibedah dengan menggunakan prinsip kesantunan (khususnya pelangaran)

dan prinsip ironi. Kemudian dari pelanggaran terhadap prinsip kesantunan, dapat

dilihat suatu implikatur dalam tuturan tersebut. Berdasarkan analisis pelanggaran

prinsip kesantunan, prinsip ironi, dan implikatur dapat dilihat atau diketahui

bagaimana kesantunan tuturan yang terdapat dalam acara OVJ.

Page 44: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Pendekatan

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif, yang bersifat

deskriptif. Metode kualitatif menjadi titik tolak penelitian kualitatif, yang

menekankan kualitas (ciri-ciri data yang alami) sesuai dengan pemahaman

deskriptif data alamiah itu sendiri (Fatimah Djadjasudarma, 1993: 13). Secara

umum dinyatakan bahwa metode kualitatif adalah metode penelitian suatu

masalah yang tidak didesain atau dirancang menggunakan prosedur-prosedur

statistik (Edi Subroto, 2007: 5). Pendekatan dalam penelitian ini adalah

pendekatan pragmatik.

B. Sampel

Penelitian kualitatif tidak memilih sampling (cuplikan) yang bersifat acak

(random sampling) yang merupakan teknik sampling yang paling kuat digunakan

dalam penelitian kuantitatif. Teknik cuplikannya cenderung bersifat ‘purposive’

karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data.

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel

bertujuan (purposive sample), dalam artian pengambilan sampel yang diarahkan

pada sumber data yang dipandang memiliki data penting dan juga berkaitan

dengan permasalahan yang sedang diteliti (Sutopo, 2002: 36). Adapun sampel

dalam penelitian ini berupa tuturan yang melanggar prinsip kesantunan, serta

prinsip ironi dalam acara komedi OVJ yang ditayangkan di Trans 7 pada 1 sampai

Page 45: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

7 Februari 2010. Penelitian dimaksudkan diambil dari tujuh episode OVJ, karena

dari tujuh episode tersebut sudah terdapat data yang mencukupi untuk dilakukan

penelitian.

C. Data dan Sumber Data

1. Data

Secara umum dapat dinyatakan bahwa data adalah semua informasi

atau bahan yang disediakan oleh alam (dalam arti luas), yang harus dicari atau

dikumpulkan dan dipilih oleh peneliti (Edi Subroto, 2007: 38). Data

merupakan bahan jadi penelitian. Data, pada hakikatnya adalah objek

penelitian beserta dengan konteksnya. Konteks yang dimaksud, baik lingual

maupun nonlingual, dapat dipandang sebagai realitas lain yang menentukan

identitas objek penelitian (Sudaryanto dalam Tri Mastoyo, 2007: 25). Objek

dalam penelitian ini adalah tuturan yang melanggar prinsip kesantunan dan

menerapkan prisip ironi. Adapun data dalam penelitian ini adalah tuturan yang

mengandung pelanggaran prinsip kesantunan dan tuturan yang mengandung

penerapan prinsip ironi dalam acara OVJ di Trans 7, yang ditayangkan pada 1-

7 Februari 2010.

2. Sumber data

Sumber data merupakan asal muasal data penelitian itu diperoleh. Dari

sumber itu penulis dapat memperoleh data yang dimaksud dan yang

diinginkan. Adapun sumber data penelitian ini adalah percakapan atau dialog

dalam tayangan acara OVJ di Trans 7 episode 1-7 Februari 2010.

Page 46: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Data kebahasaan adalah konteks kebahasaan (dan bahkan juga konteks

situasi) yang dapat berwujud wacana atau kalimat atau klausa atau frase atau kata

(tunggal atau kompleks) atau morfem yang di dalamnya terdapat segi-segi tertentu

yang diteliti.

Dalam penelitian ini digunakan metode simak. Metode simak dilakukan

dengan menyimak, yaitu menyimak penggunaan bahasa (Sudaryanto, 1993: 133).

Adapun teknik dalam penelitian ini adalah teknik simak bebas libat cakap

(SBLC), teknik rekam, serta teknik catat. Teknik simak bebas libat cakap ialah

bahwa peneliti tidak terlibat dalam dialog, konversasi, atau imbal wicara; atau

dengan kata lain tidak ikut serta dalam proses pembicaraan orang-orang yang

saling berbicara (Sudaryanto, 1993: 134). Teknik rekam ialah perekaman terhadap

tuturan dengan menggunakan alat rekam tertentu (Sudaryanto, 1993: 135). Teknik

catat yaitu dilakukan pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan

klasifikasi (Sudaryanto, 1993: 135).

E. Klasifikasi Data

Klasifikasi data dilakukan sesuai dengan pokok persoalan yang diteliti.

Hasil klasifikasi data harus memberikan manfaat dan kemudahan dalam

pelaksanaan analisis data (Tri Mastoyo, 2007: 47). Klasifikasi berarti penyusunan

bersistem dalam kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yang

ditetapkan (KBBI, 2008: 706). Teknik klasifikasi data dilakukan setelah semua

data yang diperoleh telah terkumpul. Klasifikasi data pada penelitian ini dilakukan

Page 47: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dengan cara penyimakan terhadap pelanggaran-pelanggaran prinsip kesantunan

dan penerapan prinsip ironi.

Adanya pengurutan data bermanfaat untuk mencocokkan data-data dengan

analisisnya, yaitu memberikan syarat tambahan apa yang akan dikerjakan

berikutnya dan bagaimana tahapan ini dilakukan dengan mengurutkannya sesuai

dengan tujuan penelitian. Adapun penomoran data disesuaikan menurut nomor

urut contoh, judul acara, sumber, tanggal, bulan, dan tahun. Contoh: (9/OVJ/Trans

7/1 Februari 2010).

9: nomor urut data

OVJ: Opera Van Java

Trans 7: Sumber

1 Februari 2010: tanggal, bulan, dan tahun (waktu penayangan)

F. Teknik Analisis Data

Menganalisis berarti mengurai atau memilah-bedakan unsur-unsur yang

membentuk suatu satuan lingual, atau mengurai suatu satuan lingual ke dalam

komponen-komponennya (Edi Subroto, 2007: 59). Jenis tugas pemecahan

masalah yang dihadapi petutur dalam menginterpretasi sebuah tuturan dapat

disebut tugas heuristik (Leech, 1993: 61). Oleh karena itu, penelitian ini

menggunakan teknik analisis heuristik.

Strategi heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah

tuturan (Leech, 1993: 61). Hal yang penting dalam teknik analisis heuristik ialah

masalah interpretasi tuturan. Berdasarkan makna tuturan, informasi mengenai

Page 48: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

latar belakang konteks, dan asumsi-asumsi dasar, petutur membuat hipotesis

mengenai tujuan-tujuan tuturan (Leech. 1993: 62).

G. Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Sudaryanto (1993: 144) menyatakan bahwa metode penyajian hasil

analisis data ada dua macam, yaitu yang bersifat informal dan yang bersifat

formal. Dalam penelitian ini digunakan metode penyajian hasil analisis data

secara informal dan formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan

kata-kata biasa-walaupun dengan terminologi yang teknis sifatnya, sedangkan

penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang

(Sudaryanto, 1993: 145).

Tri Mastoyo (2007: 73) menyatakan penyajian hasil analisis data secara

formal adalah penyajian hasil analisis data dengan menggunakan kaidah. Kaidah

itu dapat berbentuk rumus, bagan/diagram, tabel, dan gambar. Akan tetapi, demi

kemudahan pemahaman, penyajian kaidah tersebut biasanya didahului dan/atau

diikuti oleh penyajian yang bersifat informal. Rumus dapat berarti (i) ringkasan

yang dilambangkan oleh huruf, angka, atau tanda dan (ii) pernyataan atau

simpulan tentang asas, pendirian, ketetapan, dan sebagainya yang disebutkan

dengan kalimat yang ringkas dan tepat (Alwi dkk., dalam Tri Mastoyo, 2007: 74).

Page 49: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

BAB IV

ANALISIS DATA

Deskripsi dalam analisis data ini meliputi tiga bagian, yaitu pelanggaran

terhadap prinsip kesantunan dalam acara OVJ, prinsip ironi dalam acara OVJ, dan

implikatur dalam OVJ.

A. Bentuk Pelanggaran Prinsip Kesantunan dalam Acara OVJ

Prinsip kesantunan berkenaan dengan aturan tentang hal-hal yang bersifat

sosial, estetis, dan moral dalam bertindak tutur (Grice, dalam Rustono,1999: 61).

Prinsip kesantunan terdiri dari tujuh maksim, yaitu maksim kearifan,

kedermawanan, pujian, kerendahan hati, kesepakatan, simpati, dan pertimbangan.

Dalam acara OVJ, setiap peserta tutur tidak berusaha untuk membuat orang lain

senang, akan tetapi justru banyak melanggar maksim-maksim dalam prinsip

kesantunan.

1. Maksim Kearifan

Maksim kearifan berisi dua submaksim, yaitu a) buatlah kerugian

orang lain sekecil mungkin, dan b) buatlah keuntungan orang lain sebesar

mungkin. Berdasarkan pengamatan, dalam acara OVJ terdapat banyak

pelanggaran terhadap maksim kearifan. Hal tersebut dapat dilihat pada

percakapan berikut.

[1] Latar : Sebuah kebun (ada sumurnya)

Peserta : Kenji dan Kok Rata (serta Sadako)

Tujuan : Meminta Sadako yang sedang mandi untuk membuka

bajunya

Kunci : Santai

Percakapan:

Kenji : Mau mandi juga.

Kok Rata : Mbak, kalo mandi buka dong. Masak mandi pake baju.

Page 50: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

Kamu masak nggak liat sih?

(10/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [1] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan,

khususnya submaksim pertama karena membuat kerugian orang lain sebesar

mungkin. Pelanggaran terlihat pada tuturan Kok Rata, “Mbak, kalo mandi

buka dong.”, yang ditujukan kepada Sadako. Tuturan tersebut termasuk

dalam tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan menyuruh. Kok Rata

melanggar maksim kearifan karena memberikan kerugian pada orang lain,

yaitu Sadako. Kerugian itu adalah bahwa Sadako akan merasa malu jika dia

benar-benar membuka bajunya.

Tuturan “Mbak, kalo mandi buka dong.” melanggar maksim

kearifan karena memberi kerugian kepada Sadako dan bukan memberi

keuntungan. Jika dilihat dari skala untung-rugi, tuturan tersebut merugikan

bagi Sadako dan menguntungkan bagi Kok Rata. Kerugian Sadako adalah dia

akan merasa malu, dan keuntungan bagi Kok Rata adalah dia akan marasa

senang karena keinginannya tercapai. Tuturan yang memberi kerugian kepada

orang lain, berdasarkan skala untung-rugi termasuk tindak tutur yang tidak

santun. Berdasarkan skala ketaklangsungan, tuturan tersebut dituturkan secara

langsung, yaitu tuturan yang bertujuan memerintah diujarkan dengan tindak

tutur imperatif. Sesuai dengan skala ketaklangsungan, maka tuturan yang

bersifat langsung seperti tuturan tersebut termasuk tindak tutur yang tidak

santun. Dilihat dari skala keopsionalan, tuturan tersebut tidak memberikan

pilihan kepada petutur, sehingga petutur tidak mempunyai pilihan dari tuturan

direktif penutur. Tuturan yang tidak memberikan kesempatan memilih bagi

petutur termasuk tindak tutur yang tidak santun.

Page 51: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

Contoh lain percakapan yang melanggar maksin kearifan ialah sebagai

berikut.

[2] Latar : Sebuah ruangan

Peserta : Koichi, Kok Rata, dan Takeshi (serta Dalang, yang merusak

mainan)

Tujuan : Meminta pertanggujawaban dari Dalang (bagi Kenji)

Kunci : Santai

Percakapan:

Koichi : Bapak memutilasi pak.

Kok Rata : Bapak memutilasi.

Takeshi : Aa papah, a dirusakin.

Kenji : Mainan anak saya dirusakin. Ganti! Ganti!

(12/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [2] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan,

terutama terhadap submaksim pertama, karena penutur memaksimalkan

kerugian orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Kenji, “Ganti! Ganti!”.

Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan

memerintah.

Dalang merusakkan mainan Takeshi, anak Kenji. Kemudian Kenji

menuturkan “Ganti! Ganti!” kepada Dalang. Tuturan Kenji tersebut

merupakan tuturan menyuruh kepada Dalang agar mengganti mainan anaknya

yang telah rusak. Tuturan tersebut merugikan Dalang, karena harus mengganti

mainan Takeshi. Untuk mengganti mainan tersebut tentu Dalang harus

berusaha, entah dengan cara membeli atau apa pun. Hal tersebut memberikan

kerugian bagi Dalang, yang harus mencari mainan pengganti.

Berdasarkan skala untung-rugi, tuturan tersebut jelas memberikan

kerugian bagi Dalang karena harus melakukan usaha untuk mengganti mainan

yang rusak. Tuturan yang memberi kerugian bagi petuturnya termasuk tindak

tutur yang tidak santun. Selain itu, tuturan tersebut juga dapat dikaitkan

Page 52: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

dengan skala keopsionalan. Berdasarkan skala keopsionalan, tuturan Kenji

tersebut tidak memberi pilihan kepada Dalang. Kenji tidak memikirkan

apakah Dalang menyanggupi atau tidak, penutur hanya memerintah Dalang

untuk mengganti. Tuturan semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun,

karena tidak memberi kesempatan memilih bagi petuturnya. Kemudian, dilihat

dari skala ketaklangsungan tuturan tersebut termasuk tuturan yang bersifat

langsung. Tuturan Kenji, “Ganti! Ganti!” merupakan tuturan imperatif, yang

juga ditujukan untuk memerintah Dalang. Berdasarkan skala ini, tuturan yang

bersifat langsung merupakan tuturan yang tidak santun.

Contoh lain pelanggaran terhadap maksim kearifan ialah percakapan

berikut ini.

[3] Latar : Depan rumah Ghozali

Peserta : Jalaludin dan Hartinah

Tujuan : Merebut tanah (bagi Jalaludin)

Kunci : Santai

Percakapan:

Jalaludin : Saya mau untuk memperluas daerah Madura. Dan kalian

semua harus enyah dari tanah Madura ini. Karna ini

daerah kekuasaan saya.

Hartinah : Saya orang Madura kok disuruh enyah dari tanah ini.

Nggak bisa.

(73/OVJ/Trans7/4 Februari 2010))

Pada percakapan [3] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan,

terutama terhadap submaksim pertama karena memaksimalkan kerugian orang

lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Jalaludin, “Dan kalian semua harus

enyah dari tanah Madura ini”. Tuturan tersebut termasuk ke dalam tindak

tutur direktif, karena merupakan tuturan memerintah.

Jalaludin memerintah Hartinah (beserta suaminya) melalui tuturan

“Dan kalian semua harus enyah dari tanah Madura ini.”. Tuturan tersebut

Page 53: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

memberi kerugian bagi petuturnya, yaitu Hartinah. Hartinah tinggal dan

memiliki rumah di Madura, tetapi diperintah untuk meninggalkan Madura.

Hal tersebut sangat merugikan Hartinah, karena berarti dia harus

meninggalkan rumahnya dan mencari rumah baru. Hal itu tidak mudah dan

tentu sangat merepotkan bagi Hartinah.

Jika dikaitan dengan skala untung-rugi, tuturan Jalaludin tersebut jelas

merugikan petuturnya. Hal tersebut karena Jalaludin memerintahkan kepada

Hartinah untuk meninggalkan rumahnya sendiri. Tuturan yang merugikan

petuturanya termasuk tuturan yang tidak santun. Kemudian, berdasarkan skala

keopsionalan, tuturan Jalaludin tersebut tidak memberikan kesempatan kepada

Hartinah untuk memilih. Jalaludin hanya memerintah dan tidak mau tahu

dengan apa yang dirasakan Hartinah. Tuturan yang tidak memberikan

kesempatan bagi petuturnya untuk memilih semacam ini termasuk tuturan

yang tidak santun. Selain itu, tuturan Jalaludin tersebut dapat dikaitkan dengan

skala ketaklangsungan. Berdasarkan skala ketaklangsungan, tuturan tersebut

termasuk tuturan yang bersifat langsung. Tuturan tersebut bersifat langsung,

karena untuk memerintah petuturnya, penutur menggunakan tuturan imperatif.

Tuturan yang bersifat langsung semacam ini termasuk tuturan yang tidak

santun.

Pelanggaran terhadap maksim kearifan juga terdapat pada percakapan

berikut ini.

[4] Latar : Panggung hiburan

Peserta : Dalang, Yudis, dan Rudi

Tujuan : Mencoba mic (bagi Dalang)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Nyari kacamata, tu. Saya masuk kok burem amat. Tes tes

Page 54: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

tes, Sule jelek, Sule jelek.

Yudis : Anak RW, biasa.

Rudi : Nggak pa-pa, biarain aja nggak pa-pa.

Dalang : Azis pacaran ama Nunung, tes tes tes.

Yudis : Eh, lu bawa bensin nggak? Bensin, bensin.

Rudi : Ada.

Yudis : Bakar ni orang ni.

(102/OVJ/Trans7/6 Februari 2010)

Pada percakapan [4] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan,

terutama terhadap submaksim pertama karena memberikan kerugian kepada

orang lain. Dalam hal ini kerugian diberikan kepada pihak ketiga, yaitu

Dalang. Pelanggaran dilakukan oleh Yudis, yang terlihat pada tuturan “Bakar

ni orang ni.”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena

menyuruh orang lain untuk melakukan sesuatu.

Yudis menuturkan “Bakar ni orang ni.” kepada Rudi, yaitu

dimaksudkan untuk membakar Dalang. Tuturan Yudis tersebut memberi

kerugian kepada pihak ketiga, yaitu Dalang. Yudis menyuruh Rudi untuk

membakar Dalang, yang berarti Dalang akan tersakiti. Apa yang dilakukan

Yudis bukan untuk membuat kerugian orang lain sekecil mungkin, tetapi

justru membuat kerugian orang lain sebesar mungkin.

Bila dilihat dari skala untung-rugi, tuturan Yudis tersebut memberi

kerugian kepada petuturnya, yaitu Dalang. Hal tersebut karena tuturan Yudis

memerintahkan kepada Rudi untuk membakar Dalang. Tuturan yang

memberikan kerugian kepada petuturnya semacam ini termasuk tuturan yang

tidak santun. Berdasarkan skala keopsionalan, tuturan Yudis tersebut tidak

memberikan kesempatan kepada petutur untuk memilih. Dalam tuturan Yudis

tersebut tidak mengandung unsur bagi petutur untuk memilih. Tuturan Yudis

tersebut tidak memberi kesempatan petutur untuk memilih, sehingga termasuk

Page 55: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

tuturan yang tidak santun. Dilihat dari skala ketaklangsungan, tuturan Yudis

tersebut termasuk tuturan yang bersifat langsung. Tuturan Yudis tersebut

merupakan tuturan imperatif, yang memang digunakan untuk tujuan

menyuruh. Tuturan yang bersifat langsung semacam ini termasuk tuturan yang

tidak santun.

Pelanggaran terhadap maksim kearifan yang lain dapat dilihat pada

percakapan berikut ini.

[5] Latar : Depan rumah

Peserta : Herman, Dalang, dan Tasya

Tujuan : Menyuruh berantem (bagi Tasya)

Kunci : Santai

Percakapan:

Herman : Kamu memilih siapa? Tarno? Ini ngapain krasak kresek?

Dalang : Dio sama Herman.

Herman : O Dio. Silahkan.

Tasya : Ayo tanding. Udah pokoknya tanding aja deh. Pokoknya

mana yang paling kuat, yang paling pinter itu yang

menang. Dah gitu aja. Pake otot ya.

(120/OVJ/Trans7/7 Februari 2010)

Pada percakapan [5] terdapat pelanggaran terhadap maksim kearifan,

khususnya terhadap submaksim pertama karena memberi kerugian kepada

orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Tasya, “Ayo tanding” dan

“Pake otot ya”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena

menyuruh petutur untuk melakukan sesuatu.

Tasya sedang diperebutkan oleh Dio dan Herman. Untuk memilih

salah satu dari mereka, Tasya menyuruh mereka untuk bertanding dengan

tuturan “Ayo tanding” dan “Pake otot ya”. Tuturan Tasya tersebut menyuruh

Dio dan Herman, dan dengan tuturan tersebut berarti Tasya merugikan

mereka. Berdasarkan tuturan Tasya, Dio dan Herman harus bertanding dengan

menggunakan otot, yang berarti harus bertarung dengan sekuat tenaga. Jika

Page 56: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

bertarung dengan sekuat tenaga pasti akan melukai lawannnya. Oleh karena

itu, tuturan Tasya tersebut jelas memberi kerugian kepada petuturnya, yaitu

Dio dan Herman.

Jika dikaitkan dengan skala untung-rugi, tuturan Tasya tersebut

memberikan kerugian kepada petuturnya. Tuturan Tasya menyuruh petuturnya

untuk bertanding, yang berarti akan saling menyakiti. Tuturan yang

memberikan kerugian kepada petuturnya seperti tuturan Tasya tersebut

termasuk tuturan yang tidak santun. Selain itu, jika dilihat dari skala

keopsionalan, tuturan tersebut tidak memberikan pilihan kepada petuturnya.

Dio dan Herman sebagai petutur tidak diberi kesempatan untuk memilih oleh

Tasya. Tuturan semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun. Kemudian,

bila dikaitkan dengan skala ketaklangsungan, tuturan Tasya tersebut termasuk

tuturan yang bersifat langsung. Hal tersebut dapat dilihat dari tuturannya, yaitu

untuk menyuruh petuturnya, Tasya menggunakan tuturan imperatif. Tuturan

yang bersifat langsung semacam ini termasuk tuturan yang tidak santun.

Terdapat tuturan-tuturan lain yang juga mengandung pelanggaran

terhadap maksim kearifan. Data yang menunjukkan pelanggaran terhadap

submaksim pertama maksim kearifan ialah data nomor 10, 12, 14, 17, 19, 43,

45, 50, 53, 55, 59, 65, 67, 68, 70, 71, 72, 73, 82, 83, 84, 88, 90, 100, 102, 111,

113, dan 120. Dari kesemua data tersebut dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu penutur memperbanyak kerugian kepada orang kedua dan

penutur memperbanyak kerugian kepada orang ketiga. Data yang

menunjukkan penutur memberi kerugian kepada orang kedua adalah data

nomor 10, 12, 17, 19, 50, 70, 71, 72, 73, 82, 83, 88, 90, 100, 111, dan 120.

Page 57: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Tuturan yang memberikan kerugian kepada orang ketiga, yaitu orang yang

tidak ikut dalam percakapan tetapi dibicarakan dalam percakapan tersebut,

terdapat pada data nomor 14, 43, 45, 59, 65, 67, 68, 84, 102, dan 113.

Selain pelanggaran terhadap submaksim pertama, ditemukan juga

pelanggaran terhadap submaksim kedua, yaitu terlihat pada data nomor 32, 47,

dan 58. Pelanggaran terhadap submaksim kedua maksim kearifan tersebut

dapat dikatakan memiliki karakteristik yang sama, yaitu bahwa penutur

berusaha untuk mengurangi keuntungan orang kedua.

2. Maksim Kedermawanan

Maksim kedermawanan berisi dua submaksim, yaitu a) buatlah

keuntungan diri sendiri sekecil mungkin dan b) buatlah kerugian diri sendiri

sebesar mungkin. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap data yang

digunakan, terlihat hanya ada dua tuturan yang melanggar maksim

kedermawanan. Tuturan tersebut terlihat pada percakapan berikut ini.

[6] Latar : Sebuah warung

Peserta : Amel, Madun, dan Miun

Tujuan : Berjualan jagung (bagi Amel) dan minta berkenalan (bagi

Madun)

Kunci : Santai

Percakapan:

Amel : Kalo mau kenalan syaratnya harus beli jagung bakar lima.

Madun : Gampang. Ini jagung saya borong semua. Nggak tau?

Miun : Nggak tau dia.

Madun : Ya. Ini saya borong, yang bayar dia.

(79/OVJ/Trans7/5 Februari 2010)

Pada percakapan [6] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kedermawanan, terutama terhadap submaksim pertama karena memperbanyak

keuntungan untuk diri sendiri. Pelanggaran terlihat pada tuturan Madun, “Ini

saya borong, yang bayar dia.”. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak tutur

Page 58: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

direktif, karena mempunyai maksud untuk menyuruh Miun melakukan

sesuatu.

Tuturan Madun tersebut ditujukan kepada Miun dalam rangka untuk

mempermudah jalannya berkenalan dengan Amel. Penutur ingin mendapatkan

yang dia inginkan dengan cara menyuruh seseorang membayarkan jagung

yang dia borong. Terlihat jelas bahwa penutur ingin mendapatkan apa yang

dia inginkan dengan cara merugikan orang lain. Dalam hal ini penutur

merugikan petutur (Miun), karena menyuruhnya mengeluarkan uang untuk

membayar jagung. Petutur tentu saja dirugikan oleh ujaran penutur, karena

petutur tidak mempunyai kepentingan apa-apa yang berkaitan dengan Amel.

Jika dikaitkan dengan skala untung-rugi, tuturan Madun tersebut jelas

tidak santun karena merugikan bagi petutur. Kerugian yang dialami petutur

ialah dia harus mengeluarkan uang untuk membantu memenuhi keinginan

penutur. Dari sisi ketaklangsungan, tuturan tersebut membutuhkan jalan yang

sedikit panjang untuk sampai pada tujuan yang diinginkan penutur. Dalam hal

ini penutur bertujuan untuk menyuruh petutur membayar jagungnya, tetapi

dengan tuturan yang tidak ada unsur menyuruh. Oleh karena itu, tuturan

tersebut lebih sopan daripada menyuruh dengan tuturan “kamu yang bayar

jagungnya”. Dilihat dari skala keopsionalan, tuturan tersebut tidak

memberikan kesempatan kepada petutur untuk memilih. Tuturan Madun

tersebut terlihat memaksa Miun, karena dalam menyuruh, Madun tidak

menanyakan terlebih dahulu kesanggupan Miun. Tuturan yang cenderung

memaksa seperti tuturan Madun tersebut termasuk tuturan yang tidak santun,

karena tidak memberi kesempatan kepada petutur untuk memilih.

Page 59: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Contoh lain pelanggaran terhadap maksim kedermawanan dapat dilihat

pada percakapan berikut.

[7] Latar : Sebuah toko pinggir jalan

Peserta : Tasya, Herman, Surti, dan Dio

Tujuan : Bersumpah (bagi Herman)

Kunci : Santai

Percakapan:

Tasya : Aku marah sama kamu pokoknya. Gimana sih? Kamu

lebih memilih dia coba.

Herman : Kok kamu percaya sih?

Tasya : Ya liat aja, dipeluk-peluk. Di depan kita dipeluk-peluk, di

belakang ngapain?

Herman : Sumpah.

Surti : Kalo kamu boong aku meluk kamu, kamu nolak. Kamu

nggak nolak kan.

Tasya : Coba-coba.

Herman : Saya mau nolak.

Tasya : Coba peluk.

Herman : Saya nolak.

Tasya : Pokoknya aku,

Herman : Berani sumpah. Sambar geledek bareng-bareng.

Dio : He, sendirin aja, sembarangan.

(114/OVJ/Trans7/7 Februari 2010)

Pada percakapan [7] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kedermawanan, terutama terhadap submaksim kedua karena meminimalkan

kerugian diri sendiri. Pelanggaran terlihat pada tuturan Herman, “Berani

sumpah. Sambar geledek bareng-bareng.”. Tuturan tersebut termasuk

tindak tutur komisif, karena bersumpah.

Herman dituduh pacarnya (Tasya) telah berselingkuh. Merasa telah

difitnah, dia pun tidak mau mengakui hal tersebut. Herman berusaha

menyelamatkan diri dengan bersumpah. Dalam sumpah tersebut, Herman

melibatkan juga orang lain, yang terlihat pada “Sambar geledek bareng-

bareng”. Tuturan tersebut bukan hanya merugikan penutur, tetapi juga orang

lain yang dimaksud oleh penutur, yaitu temannya. Melalui tuturan tersebut

Page 60: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

terlihat bahwa penutur berusaha untuk mengurangi kerugian yang dia alami

dengan cara membaginya dengan orang lain. Penutur bersumpah jika dia

berbohong, dia berani disambar geledek tetapi bersama orang lain, yang jelas

memperlihatkan bahwa penutur tidak ingin mengalami penderitaan seorang

diri.

3. Maksim Pujian

Maksim ketiga dalam prinsip kesantunan ini memiliki dua submaksim,

yaitu a) kecamlah orang lain sesedikit mungkin dan b) pujilah orang lain

sebanyak mungkin. Dalam penelitian ini ditemukan banyak sekali pelanggaran

terhadap maksim pujian, yaitu sebanyak lima puluh tiga tuturan. Hanya

beberapa data yang akan dianalisis di sini, salah satunya adalah percakapan

berikut.

[8] Latar : Sebuah kebun

Peserta : Dalang, Kok Rata, dan Kenji

Tujuan : Menjelaskan nama Kok Rata

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Kok Rata ma Takeshi lagi ngobrol-ngobrol. Trus,

Kok Rata : Kok Rata?

Dalang : Namanya Kok Rata.

Kenji : Ya, sesuai Le.

(5/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [8] terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,

terutama terhadap submaksim pertama karena penutur mengecam petutur.

Pelanggaran dilakukan oleh Kenji kepada Kok Rata. Pelanggaran terlihat pada

tuturan “Ya, sesuai Le.”, yang merupakan tindak tutur asertif. Tuturan

tersebut termasuk tindak tutur asertif karena penutur mengemukakan

pendapatnya tentang nama Kok Rata.

Page 61: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Penutur (Kenji) mengemukakan pendapatnya tentang nama Kok Rata,

yaitu bahwa Kok Rata pantas memiliki nama tersebut. Penutur menuturkan

“Ya, sesuai Le”, yang menghina Kok Rata. Kok Rata terhina karena penutur

mengujarkan bahwa Kok Rata mempunyai hidung yang juga rata, yaitu pesek.

Jika orang lain menuturkan bahwa seseorang memiliki hidung yang pesek,

maka itu adalah sebuah hinaan. Menurut penutur, nama Kok Rata sesuai

dengan orangnya yang mempunyai hidung yang rata (tidak mancung). Penutur

melakukan sebuah penghinaan kepada petutur (Kok Rata) melalui tuturannya

yang dimaksudkan untuk menghina hidungnya yang pesek.

Pelanggaran terhadap maksim pujian dapat dilihat pula pada

percakapan berikut.

[9] Latar : Sebuah ruangan

Peserta : Kok Rata, Kenji, dan Dalang (serta Sadako, yang muncul dari

televisi)

Tujuan : Marah kepada Sadako (bagi Kok Rata)

Kunci : Santai

Percakapan:

Kok Rata : Jangan-jangan dia dateng nih? Aku mau ngumpet.

Heh, tipi gue ini rusak! Tipi gue rusak.

Kenji : Ribet banget sih?

Kok Rata : Lama-lama gue hajar nih.

Dalang : Haah, jadi nggak serem itu.

Kok Rata : Tipi gue dirusakin. Setan kurang ajar.

(20/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [9] terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,

khususnya terhadap submaksim pertama karena melakukan pengecaman

kepada orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Kok Rata, “Setan

kurang ajar”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif, karena

merupakan tuturan mengecam.

Page 62: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

Tuturan “Setan kurang ajar” melanggar maksim pujian karena

tuturan tersebut dimaksudkan untuk menghina orang lain, yaitu Sadako.

Penutur (Kok Rata) menuturkan tuturan tersebut karena Sadako sudah

merusak televisinya. Penutur merasa tidak senang kepada Sadako, maka

penutur menghinanya. Sadako terhina oleh tuturan Kok Rata, karena dikatakan

sebagai setan yang kurang ajar. Sadako dihina sebagai setan kurang ajar, yang

berarti dia telah melakukan hal yang buruk/tidak baik. Hinaan Kok Rata

tersebut tentu sangat tidak berkenan di hati Sadako.

Berikut contoh lain percakapan yang melanggar maksim pujian.

[10] Latar : Lapangan bermain skateboard

Peserta : Dalang, Puff Diddy, dan Eminem

Tujuan : Menyela (bagi Puff Diddy)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Bagaimanakah kelanjutan ceritanya?

Puff Diddy : Opera Van Java.

Eminem : Ya‟e.

Puff Diddy : Betul kan? Iya betul.

Dalang : Sek, saya lagi mo nutup Sek.

(27/OVJ/Trans7/2 Februari 2010)

Pada percakapan [10] terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,

terutama terhadap submaksim pertama karena melakukan penghinaan kepada

orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Dalang, “Sek, saya lagi mo

nutup Sek.”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena

menyatakan sesuatu.

Tuturan Dalang tersebut melanggar maksim pujian karena menghina

orang lain, yaitu Puff Diddy. Dalang merasa terganggu dengan Puff Diddy

yang menyela narasinya, kemudian Dalang menuturkan “Sek, saya lagi mo

nutup Sek.”. Dalam tuturan Dalang tersebut mengandung sebuah hinaan

Page 63: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

kepada Puff Diddy, yaitu “sek” yang berarti pesek. Puff Diddy diperankan

oleh Sule, yang memang mempunyai hidung pesek. Dalang merasa terganggu

dengan Puff Diddy, maka dia memanggilnya dengan “sek”. Puff Diddy tentu

saja terhina dengan tuturan Dalang tersebut, karena dikatakan memiliki hidung

yang pesek.

Contoh lain yang melanggar maksim pujian terdapat pada percakapan

berikut.

[11] Latar : Panggung hiburan

Peserta : Dalang, Yudis, dan Rudi

Tujuan : Mencoba mic (bagi Dalang)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Nyari kacamata, tu. Saya masuk kok burem amat. Tes tes

tes, Sule jelek, Sule jelek.

Yudis : Anak RW, biasa.

Rudi : Nggak pa-pa, biarain aja nggak pa-pa.

(101/OVJ/Trans7/6 Februari 2010)

Pada percakapan [11] terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,

terutama terhadap submaksim pertama karena memperbanyak kecaman

kepada orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan Dalang, “Tes tes tes,

Sule jelek, Sule jelek.”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena

menyatakan sesuatu.

Tuturan Dalang tersebut melanggar maksim pujian karena menghina

orang lain, yaitu Sule. Sule adalah pemeran tokoh Yudis. Dalang menghina

Sule dengan menuturkan bahwa Sule jelek. Sule tentu merasa terhina dengan

tuturan Dalang, karena dia dikatakan jelek. Dinilai orang lain jelek merupakan

sebuah hinaan, yang berarti bahwa orang tersebut tidak menghargai wajah

orang yang dihina tersebut.

Page 64: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

Contoh lain pelanggaran terhadap maksim pujian dapat dilihat pada

percakapan berikut.

[12] Latar : Depan rumah Bu Mintuk

Peserta : Rusli dan Dalang

Tujuan : Menagih hutang (bagi Rusli)

Kunci : Santai

Percakapan:

Rusli : Buah srikaya belum mateng, orang kaya baru dateng. Bu

Mimin, how are you today? Kok malah gembira? Bu

Mimin,

Dalang : Buah srikaya diajak berantem,

Rusli : Artinya?

Dalang : Orang kaya kulitnya item.

(96/OVJ/Trans7/6 Februari 2010)

Pada percakapan [12] terdapat pelanggaran terhadap maksim pujian,

terutama terhadap submaksim pertama karena menghina orang lain.

Pelanggaran maksim pujian terlihat pada tuturan Dalang, “Orang kaya

kulitnya item.”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur ekspresif, karena

merupakan tuturan mengecam.

Rusli sedang berpantun yang memuji dirinya sendiri. Dalang yang

mendengarnya membalas dengan memberikan pantun juga, tetapi dengan

tujuan menghina Rusli. Dalang menghina Rusli bahwa dia orang kaya yang

kulitnya hitam. Berdasarkan tuturan “Orang kaya kulitnya item.”, berarti

Dalang memaksimalkan hinaan kepada Rusli. Hal tersebut sangat

bertentangan dengan maksim pujian submaksim pertama, yang seharusnya

mengecam orang lain sesedikit mungkin. Rusli tentu juga merasa terhina

dengan tuturan Dalang tersebut, karena dihina memiliki kulit yang hitam.

Maksim pujian merupakan maksim yang paling banyak dilanggar.

Pelanggaran maksim ini ditandai dengan tuturan yang menghina petuturnya

atau orang lain. Pelanggaran terhadap maksim ini dapat dibedakan ke dalam

Page 65: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

dua submaksim. Tuturan yang termasuk ke dalam pelanggaran terhadap

submaksim pertama ialah pada data nomor 1, 2, 5, 6, 7, 11, 15, 20, 22, 23, 24,

26, 27, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 51, 52, 54, 56, 57, 61, 62, 63, 66, 69, 74, 75,

78, 80, 81, 85, 91, 92, 93, 94, 96, 97, 99, 101, 105, 106, 107, 108, 109, 112,

dan 116. Pelanggaran terhadap submaksim pertama dapat dibedakan lagi

menjadi dua, yaitu pengecaman yang dilakukan penutur kepada orang kedua

dan pengecaman yang dilakukan penutur kepada orang ketiga. Pengecaman

yang dilakukan kepada orang kedua ialah pada data nomor 5, 6, 7, 11, 15, 20,

23, 26, 27, 37, 42, 51, 52, 54, 56, 57, 61, 62, 63, 66, 69, 75, 78, 80, 81, 92, 93,

94, 96, 97, 101, 107, dan 112. Penutur juga sering melakukan pengecaman

kepada orang ketiga, yaitu orang yang ikut disebutkan dalam sebuah

pertuturan. Pengecaman yang dilakukan penutur kepada orang ketiga dapat

dilihat pada data nomor 1, 2, 22, 24, 34, 35, 36, 38, 39, 74, 85, 91, 99, 105,

106, 108, 109, dan 116.

Pelanggaran terhadap maksim pujian submaksim kedua hanya

ditemukan pada data nomor 89 dan 119. Kedua data tersebut menunjukkan

bahwa penutur meminimalkan pujian kepada petuturnya (orang kedua).

4. Maksim Kerendahan Hati

Seperti maksim-maksim sebelumnya, maksim kerendahan hati juga

terdiri dari dua submaksim. Submaksim tersebut ialah a) pujilah diri sendiri

sesedikit mungkin dan b) kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.

Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati dapat dilihat pada percakapan

di bawah ini.

[13] Latar : Lapangan

Peserta : Puff Diddy, 50 Cent, dan Igor

Page 66: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tujuan : Beradu nge-rap

Kunci : Santai

Percakapan:

Puff Diddy : Ayo kita mulai. Siapa yang berani duluan, itu yang

menang.

50 Cent : Ok.

Puff Diddy : Yo. Kamu mau duluan?

50 Cent : Boleh.

Puff Diddy : Ok, silahkan.

Igor : Sampai langit berwarna jingga, mo bilang apa juga pasti

kita semua yang jauh lebih menang. Kalo kita menang,

semua pasti menang. Mendingan Elu ke laut, langsung

berenang.

(41/OVJ/Trans7/2 Februari 2010)

Pada percakapan [13] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kerendahan hati, khususnya submaksim pertama karena memaksimalkan

pujian kepada diri sendiri. Pelanggaran maksim kerendahan hati dilakukan

oleh Igor, yaitu pada tuturan “mo bilang apa juga pasti kita semua yang

jauh lebih menang”. Tuturan tersebut merupakan tindak tutur asertif, karena

membual tentang dirinya sendiri yaitu menyatakan bahwa dirinya hebat.

Penutur mengujarkan tuturan tersebut untuk menyombongkan dirinya,

bahwa dirinya yang akan menjadi pemenang. Tuturan tersebut bertentangan

dengan maksim kerendahan hati submaksim pertama, yang seharusnya

memuji diri sendiri sesedikit mungkin. Penutur justru melakukan hal

sebaliknya, yaitu memaksimalkan pujian pada diri sendiri bahwa dirinyalah

yang pasti akan menang.

Berikut data lain yang melanggar maksim kerendahan hati.

[14] Latar : Depan Rumah Bu Mintuk

Peserta : Rusli dan Dalang (serta Bu Mintuk dan Lestari, sebagai

pendengar)

Tujuan : Membanggakan diri sendiri (bagi Rusli)

Kunci : Santai

Tuturan:

Rusli : Buah srikaya belum mateng, orang kaya baru dateng. Bu

Page 67: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

Mimin, how are you today? Kok malah gembira? Bu Mimin,

Dalang : Buah srikaya diajak berantem,

Rusli : Artinya?

Dalang : Orang kaya kulitnya item.

(95/OVJ/ Trans7/6 Februari 2010)

Pada percakapan [14] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kerendahan hati, terutama terhadap submaksim pertama karena Rusli memuji

dirinya sendiri. Pelanggaran maksim kerendahan hati terlihat pada tuturan

Rusli, “orang kaya baru dateng.”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur

ekspresif karena merupakan tuturan memuji, dalam hal ini memuji diri sendiri.

Rusli yang berniat untuk menagih hutang kepada Bu Mintuk,

menuturkan pantun yang isinya memuji diri sendiri, yaitu “orang kaya baru

dateng.”. Tuturan tersebut berarti bahwa penutur membanggakan dirinya

sendiri, yaitu bahwa dirinya orang kaya. Tuturan tersebut termasuk

menyombongkan diri sendiri, yang sangat bertentangan dengan submaksim

pertama maksim kerendahan hati untuk memuji diri sendiri sesedikit mungkin.

Rusli justru melakukan yang sebaliknya, yaitu memaksimalkan pujian pada

diri sendiri.

Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati dapat dilihat pula pada

percakapan berikut.

[15] Latar : Sebuah panggung hiburan

Peserta : Yudis dan Lestari

Tujuan : Memuji (bagi Yudis)

Kunci : Dengan sombong

Percakapan:

Yudis : Ternyata kamu kalo udah berpakaian dangdut cantik juga

ya?

Lestari : Iya dong.

(98/OVJ/Tran7/6 Februari 2010)

Page 68: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Pada percakapan [15] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kerendahan hati, khususnya terhadap submaksim pertama karena memuji diri

sendiri. Pelangaran maksim kerendahan hati terlihat pada tuturan Lestari, “Iya

dong.”, bahwa dia meng-iya-kan ketika dipuji cantik. Tuturan tersebut

termasuk tindak tutur ekspresif, karena merupakan tuturan memuji (diri

sendiri).

Lestari yang biasanya menggunakan pakaian sederhana, kini memakai

pakaian yang bagus, Yudis langsung memuji bahwa dia cantik. Mendengar

pujian Yudis tersebut, Lestari pun menjawab “Iya dong.” yang sama saja dia

memuji diri sendiri. Tuturan “iya dong” sama saja memuji diri sendiri, karena

penutur meng-iya-kan pujian yang menyatakan bahwa dia cantik. Hal tersebut

bertentangan dengan submaksim pertama maksim kerendahan hati, yang

seharusnya memuji diri sendiri sesedikit mungkin. Penutur justru melakukan

hal yang sebaliknya dengan memuji diri sendiri, yang membanggakan dirinya

sendiri bahwa dia memang cantik.

Seperti maksim-maksim lainnya, maksim kerendahan hati juga terdiri

dari dua submaksim. Akan tetapi, pada data hanya ditemukan pelanggaran

terhadap maksim kerendahan hati submaksim pertama dan tidak ditemukan

pelanggaran terhadap submaksim kedua. Data lain yang menunjukkan

pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati submaksim pertama adalah

data nomor 16 dan 21. Kedua data tersebut sama-sama menunjukkan bahwa

penutur memuji dirinya sendiri.

Page 69: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

5. Maksim Kesepakatan

Maksim kesepakatan terdiri dari dua submaksim, yaitu “a) usahakan

agar ketaksepakatan antara diri dan lain terjadi sesedikit mungkin dan b)

usahakan agar kesepakatan antara diri dengan lain terjadi sebanyak mungkin.”

Pelanggaran terhadap maksim kesepakatan ini juga banyak terjadi, salah

satunya ialah pada contoh berikut ini.

[16] Latar : Sebuah ruangan

Peserta : Kok Rata dan Kenji

Tujuan : Memberikan mic pada Kok Rata (bagi Kenji)

Kunci : Santai

Percakapan:

Kok Rata : Ini buat apaan?

Kenji : Mic, mic.

Kok Rata : Mic beginian?

Kenji : Itu yang terbaru, modelnya.

Kok Rata : Ini poci Ndre.

Kenji : Pura-puranya mic. Tuh dah keluar tuh.

(18/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [16] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kesepakatan, terutama submaksim pertama karena penutur memiliki

ketaksepakatan dengan petutur. Pelanggaran tampak pada tuturan Kok Rata

“Ini poci Ndre”, yang termasuk dalam tindak tutur asertif. Tuturan tersebut

termasuk dalam tindak tutur asertif karena penutur menyatakan sesuatu.

Penutur mengujarkan sesuatu yang menunjukkan ketaksepakatannya

dengan petutur. Penutur tidak setuju dengan apa yang dikemukan oleh petutur

bahwa benda yang diberikan kepada penutur adalah sebuah mic. Penutur tidak

mau berpura-pura untuk menganggap poci sebagai mic, maka penutur

menyatakan ketaksepakatannya.

Contoh lain pelanggaran terhadap maksim kesepakatan terdapat pada

percakapan berikut.

Page 70: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

[17] Latar : Sebuah hutan

Peserta : Qodir, Hartinah,Dalang, dan Ghozali

Tujuan : Mengajarkan jurus (bagi Qodir)

Kunci : Santai

Percakapan:

Qodir : Saya latih, tenang saja. Ikuti saya. Sebelumnya, kamu

harus pake ini.

Ghozali : Ok.

Qodir : Nambah energi. Hajar kanan.

Ghozali : Hajar kanan.

Qodir : Hajar kiri.

Ghozali : Hajar kiri.

Dalang : Nah gitu, iya gitu.

Qodir : Dorong depan.

Dalang : Na, iya. Qodir : Tarik nafas, buang. Itu pingsan semua. Makan pete

dulu, jengkol. Paduan pete dan jengkol.

Hartinah : Akan pingsan semua.

Ghozali : Itu berarti bukan jurus. Ngapain musti kanan-kiri

kanan-kiri? Makan aja pete, udah langsung mati orang.

(76/OVJ/Trans7/4 Februari 2010)

Pada percakapan [17] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kesepakatan, terutama terhadap submaksim pertama karena penutur tidak

memiliki kesepakatan dengan petutur. Pelanggaran maksim kesepakatan

terlihat pada tuturan Ghozali, “Itu berarti bukan jurus.”. Tuturan tersebut

termasuk tindak tutur asertif, karena penutur mengemukakan pendapatnya.

Qodir sedang mengajari Ghozali sebuah jurus. Setelah selesai diajari

oleh Qodir, Ghozali menuturkan “Itu berarti bukan jurus”. Tuturan tersebut

menunjukkan bahwa Ghozali tidak memiliki kesepakatan dengan Qodir.

Penutur tidak sepakat dengan Qodir bahwa apa yang sudah diajarkannya

adalah sebuah jurus. Menurut penutur, apa yang diajarkan oleh Qodir bulanlah

sebuah jurus. Hal tersebut karena menurut penutur, semua orang, asal makan

petai kemudian menghembuskan nafas, dapat melumpuhkan musuhnya.

Penutur sangat tidak sepakat dengan Qodir tentang jurus yang diajarkannya.

Page 71: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Tuturan yang menunjukkan ketaksepakatan dengan orang lain, seperti yang

terlihat pada tuturan Ghozali tersebut sangat bertentangan dengan submaksim

pertama maksim kesepakatan, untuk mengusahakan agar ketaksepakatan diri

dengan lain terjadi sesedikit mungkin.

Pelanggaran terhadap maksim kesepakatan juga terlihat pada

percakapan berikut.

[18] Latar : Panggung hiburan

Peserta : Dalang dan Rudi

Tujuan : Menjelaskan (bagi Dalang)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Di sini akhirnya Lestari mengingatkan e, apa namanya?

Rencana mereka semua, yaitu memberikan bantuan

kepada ibunya. Di mana untuk melunasi hutang kepada

rentenir. Pada niat semula, mengingatkan.

Rudi : Ya sudah, lebih baik kita bantu.

Dalang : Belum, belum sudah. Kalo sudah, abis dong.

(103/OVJ/Trans7/6 Februari 2010)

Pada percakapan [18] terdapat pelanggaran terhadap maksim

kesepakatan, khususnya terhadap submaksim pertama karena penutur tidak

memiliki kesepakatan dengan petutur. Pelanggaran maksim kesepakatan

terlihat pada tuturan Dalang, “Belum, belum sudah. Kalo sudah, abis

dong.”. Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur

menyatakan pendapatnya.

Tuturan Dalang tersebut menunjukkan bahwa dia tidak memiliki

kesepakatan dengan apa yang dituturkan oleh Rudi. Dalang membacakan

narasi, kemudian Rudi menyanggupi apa yang dinarasikan oleh Dalang

dengan menuturkan “Ya sudah, lebih baik kita bantu.”. Mendengar tuturan

Rudi tersebut, Dalang pun menanggapi dengan “Belum, belum sudah. Kalo

Page 72: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

sudah, abis dong.”. Penutur (Dalang) tidak sepakat dengan Rudi, khususnya

mengenai tuturan „sudah‟. Di sini terlihat penutur berusaha mencari-cari

sesuatu untuk tidak memiliki kesepakatan dengan petutur. Penutur

menyatakan bahwa yang dituturkan petutur salah, seharusnya belum sudah

karena jika sudah maka ceritanya berakhir. Apa yang dituturkan oleh Rudi

sebenarnya sudah benar, tetapi memang Dalang yang ingin mencari sesuatu

untuk tidak sepakat dengan Rudi. Hal tersebut sangat bertentangan dengan

submaksim pertama maksim kesepakatan, karena memaksimalkan

ketaksepakatan dengan mitra tutur.

Pelanggaran terhadap maksim kesepakatan hanya meliputi satu

submaksim, yaitu submaksim pertama. Selain ketiga data yang telah

dijelaskan sebelumnya, data lain yang melanggar submaksim pertama maksim

kesepakatan adalah data nomor 28, 33, 40, 64, dan 77. Dari kelima data

tersebut, dapat dikatakan kelimanya memiliki karakteristik yang sama, yaitu

bahwa penutur menyatakan ketidaksepakatannya dengan orang kedua.

6. Maksim Simpati

Maksim keenam dalam prinsip kesantunan ini juga terdiri dari dua

submaksim, yaitu a) kurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga

sekecil mungkin dan b) tingkatkan rasa simpati sebanyak-banyaknya antara

diri dan lain. Salah satu bentuk pelanggaran terhadap maksim simpati dapat

dilihat pada contoh di bawah ini.

[19] Latar : Tempat nongkrong Geng Taplak

Peserta : Puff Diddy, 50 Cent, dan Missy Elliot

Tujuan : Mencari adiknya yang hilang (bagi Puff Diddy)

Kunci : Santai

Percakapan:

Puff Diddy : Ya, kita kesampingkan dululah permasalahan kita. Gua

Page 73: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

mau nanya. Liat adek gue nggak?

50 cent : Siapa? Adek Lu siapa?

Puff Diddy : Ni.

Missy Elliot : Yang mana?

Puff Diddy : Udah tau?

50 cent : Saya kurang tau. Udah bodo amat, pulang dari sini

deh! (30/OVJ/Trans7/2 Februari 2010)

Pada percakapan [19] terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati,

khususnya submaksim pertama karena memaksimalkan rasa antipati kepada

orang lain. Pelanggaran terlihat pada tuturan 50 Cent “Saya kurang tau.

Udah bodo amat, pulang dari sini deh!”. Tuturan tersebut termasuk tindak

tutur asertif, karena penutur menyatakan tentang sesuatu, bahwa dia tidak tahu

tentang apa yang sedang ditanyakan oleh petutur.

Berdasarkan tuturan tersebut, dapat dilihat bahwa penutur sama sekali

tidak mengurangi rasa antipati kepada petutur. Petutur sedang kehilangan

adiknya, seharusnya penutur dapat membantunya atau paling tidak

mengurangi rasa antipati kepadanya. Melalui tuturan tersebut terlihat bahwa

penutur justru meningkatkan antipati kepada petutur, penutur sama sekali

tidak bersimpati walaupun petutur sedang kesusahan kehilangan adiknya.

Tuturan “Saya kurang tau. Udah bodo amat, pulang dari sini deh!”

menunjukkan bahwa penutur tidak mau tahu dengan urusan petutur. Rasa

antipati penutur lebih terlihat, karena petutur sedang kesusahan dan penutur

justru mengusirnya dan sama sekali tidak memperhatikan kesusahan petutur.

Hal tersebut sangat bertentangan dengan submaksim pertama maksim simpati,

yang seharusnya mengurangi rasa antipati antara diri dengan lain hingga

sekecil mungkin.

Page 74: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Contoh lain pelanggaran terhadap maksim simpati dapat dilihat pada

percakapan berikut.

[20] Latar : Tepi pantai

Peserta : Bundo dan Dalang

Tujuan : Mengeluh (bagi Bundo)

Kunci : Santai

Percakapan:

Bundo : Nasib saya kok jelek banget?

Dalang : Dari dulu. Ampe tiga kali kan Nung. Berarti jelek.

(60/OVJ/Trans7/3 Februari 2010)

Pada percakapan [20] terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati,

khususnya terhadap submaksim kedua karena meminimalkan rasa simpati

kepada orang lain. Pelanggaran maksim simpati terlihat pada tuturan Dalang,

“Dari dulu. Ampe tiga kali kan Nung. Berarti jelek.”. Tuturan tersebut

termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan pendapatnya tentang

sesuatu.

Bundo sedang mengeluh tentang nasibnya yang dirasanya buruk.

Kemudian Dalang menanggapinya dengan menuturkan “Dari dulu. Ampe

tiga kali kan Nung. Berarti jelek.”. Tuturan Dalang tersebut menunjukkan

bahwa dia tidak memiliki rasa simpati kepada Bundo. Penutur (Dalang) tidak

sedikit pun bersimpati kepada Bundo, dan justru meng-iya-kan keluhan

Bundo. Sangat kelihatan bahwa penutur tidak berniat untuk bersimpati kepada

Bundo atas keluhannya, dan menuturkan sesuatu yang justru sama dengan

yang dikeluhkan Bundo. Tuturan yang diujarkan oleh Dalang tersebut

bertentangang dengan submaksim kedua maksim simpati, yang seharusnya

meningkatkan rasa simpati kepada orang lain.

Pelanggaran terhadap maksim simpati juga terdapat pada percakapan

berikut.

Page 75: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

[21] Latar : Pinggir jalan

Peserta : Amel dan Miun

Tujuan : Memberitahukan (bagi Amel)

Kunci : Santai

Percakapan:

Amel : Kang, mau kasih kabar. Temen Akang yang kemaren

jajan jagung di tempat saya teh meninggal.

Miun : Bagus.

(87/OVJ/Trans7/5 Februari 2010)

Pada percakapan [21] terdapat pelanggaran terhadap maksim simpati,

terutama terhadap submaksim kedua karena penutur tidak bersimpati kepada

orang lain. Pelanggaran maksim simpati terlihat pada tuturan Miun, “Bagus”.

Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan

sesuatu.

Amel memberikan kabar kepada Miun bahwa temannya telah

meninggal. Mendengar kabar tersebut, bukannya bersimpati Miun justru

menuturkan “Bagus”. Seseorang jika mendengar berita bahwa ada orang yang

meninggal seharusnya bersimpati, apalagi yang meninggal itu adalah

temannya. Akan tetapi, hal sebaliknyalah yang dilakukan oleh Miun. Miun

justru menganggap kematian temannya itu sebagai berita yang bagus. Hal

tersebut sangat bertentangan dengan submaksim kedua maksim simpati, yang

seharusnya meningkatkan rasa simpati kepada orang lain.

Pelanggaran yang dilakukan terhadap maksim simpati meliputi dua

macam, yaitu terhadap submaksim pertama dan terhadap submaksim kedua.

Data yang menunjukkan pelanggaran maksim simpati submaksim pertama

ialah data nomor 30, 104, dan 115. Ketiga data tersebut sama-sama

menunjukkan bahwa penutur memiliki rasa antipati dengan orang kedua.

Page 76: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Ditemukan juga pelanggaran terhadap maksim simpati submaksim kedua,

yaitu pada data nomor 4, 13, 29, 49, 60, 86, 87, dan 117. Data nomor 4, 13,

29, 49, dan 60 menunjukkan bahwa penuturnya tidak bersimpati atas apa yang

terjadi kepada orang kedua, sedangkan pada data nomor 86, 87, dan 117

menunjukkan bahwa penutur tidak bersimpati kepada orang ketiga.

7. Maksim Pertimbangan

Maksim pertimbangan terdiri dari dua submaksim, yaitu a)

minimalkan rasa tidak senang pada mitra tutur dan b) maksimalkan rasa

senang pada mitra tutur. Dalam penelitian ini ditemukan banyak pelanggaran

terhadap maksim pertimbangan, salah satunya terlihat pada percakapan berikut

ini.

[22] Latar : Lapangan bermain skateboard

Peserta : Iwa dan Puff Diddy

Tujuan : Menanyakan langkah selanjutnya (bagi Puff Diddy)

Kunci : Santai

Percakapan:

Iwa : Jadi sudah jelas selama ini. Dulu kita pernah memadu

janji kalo kita bakal sehidup semati.

Puff Diddy : Ini salah dia, serius. Anda mau membikin apa? Seteleh

anda melihat berpacaran berselingkuh begini?

(31/OVJ/Trans7/2 Februari 2010)

Pada percakapan [22] terdapat pelanggaran terhadap maksim

pertimbangan, terutama submaksim pertama karena memaksimalkan rasa

tidak senang kepada mitra tutur. Pelanggaran dilakukan oleh Puff Diddy

kepada Iwa, yang terlihat pada tuturan “Ini salah dia, serius.”. Tuturan

tersebut termasuk ke dalam tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan

sebuah pendapat.

Penutur mengujarkan sesuatu yang mengingatkan petutur tentang

kesedihan yang sedang dialaminya. Petutur sedang bersedih karena

Page 77: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

mengetahui pacarnya berselingkuh, hal yang seharusnya dilakukan penutur

adalah mengurangi kesedihan yang sedang dialami petutur. Akan tetapi,

penutur justru mengatakan hal yang justru menambah kesedihannya, yaitu

bahwa pacarnya memang bersalah. Hal yang dilakukan penutur bukan

membuat petutur lebih santai, tetapi justru membuatnya semakin „panas‟ atau

marah.

Contoh lain pelanggaran terhadap maksim pertimbangan dapat dilihat

pada percakapan berikut.

[23] Latar : Depan rumah Udo Gilo

Peserta : Dalang, Midun, dan Udo Gilo

Tujuan : Memperbaiki rumah Udo Gilo (bagi Dalang dan Midun)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Bapak. Tenang pak. Bapak nggak usah sedih gitu pak.

Silahkan dibuka.

Midun : Bentar. Bapak, mungkin dulu bapak punya rumah

reot.

Udo Gilo : He-eh. (menangis)

(46/OVJ/Trans7/3 Februari 2010)

Pada percakapan [23] terdapat pelanggaran terhadap maksim

pertimbangan, khususnya terhadap submaksim kedua karena meminimalkan

rasa senang pada mitra tutur. Pelanggaran terlihat pada tuturan Midun,

“mungkin dulu bapak punya rumah reot”. Tuturan tersebut termasuk

tindak tutur asertif, karena menyatakan sesuatu.

Dalang dan Midun adalah orang dari bedah rumah yang memperbaiki

rumah Udo Gilo. Ketika Dalang dan Midun akan memperlihatkan rumah baru

Udo Gilo, Midun menuturkan “mungkin dulu bapak punya rumah reot”.

Tuturan Midun tersebut akan mengingatkan Udo Gilo tentang keadaan

rumahnya sebelum diperbaiki. Hal tersebut dapat mengurangi kebahagiaan

Page 78: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

yang sedang dirasakan oleh Udo Gilo dalam menerima rumah barunya. Udo

Gilo akan merasa sedih jika teringat rumahnya yang dahulu, yang dikatakan

reot oleh Midun. Dengan kata lain, tuturan Midun tersebut dapat mengurangi

kebahagiaan yang sedang dirasakan oleh Udo Gilo. Tuturan Midun tersebut

bertentangan dengan submaksim kedua maksim pertimbangan, yang

seharusnya memaksimalkan rasa senang pada mitra tutur.

Selain dua contoh sebelumnya, berikut satu lagi percakapan yang

menunjukkan pelanggaran terhadap maksim pertimbangan.

[24] Latar : Depan rumah

Peserta : Dio dan Tasya

Tujuan : Menghibur (bagi Dio)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dio : Adinda.

Tasya : Iya kakanda.

Dio : Sudahlah, kamu nggak usah bersedih begitu. Untuk apa

diharapkan seorang laki-laki yang ternyata

mengkhianati kamu. (118/OVJ/Trans7/7 Februari 2010)

Pada percakapan [24] terdapat pelanggaran terhadap maksim

pertimbangan, khususnya terhadap submaksim pertama karena tidak

meminimalkan rasa tidak senang kepada mitra tutur. Pelanggaran maksim

pertimbangan terlihat pada tuturan Dio, “Untuk apa diharapkan seorang

laki-laki yang ternyata mengkhianati kamu.”. Tuturan tersebut termasuk

tindak tutur asertif, kerena penutur menyatakan sesuatu.

Dio sedang menghibur Tasya yang sedang sedih karena kehilangan

pacarnya. Dalam menghibur Tasya tersebut, Dio menuturkan “Untuk apa

diharapkan seorang laki-laki yang ternyata mengkhianati kamu.”.

Tuturan Dio tersebut dapat mengingatkan Tasya tentang hal buruk yang terjadi

Page 79: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

padanya, yaitu bahwa dia dikhianati oleh pacaranya. Pada saat itu Tasya

sedang bersedih karena dikhianati pacarnya, dengan tuturan Dio tersebut bisa

jadi Tasya menjadi lebih sedih. Tuturan Dio akan lebih sopan jika “Untuk apa

diharapkan seorang laki-laki yang seperti itu.”. Akan terdengar lebih sopan

jika bagian yang dianggap menyedihkan tidak disebutkan secara detail.

Tuturan Dio tersebut bertentangan dengan submaksim pertama maksim

pertimbangan, yang seharusnya meminimalkan rasa tidak senang pada mitra

tutur.

Ditemukan data yang melanggar kedua submaksim dalam maksim

pertimbangan. Pelanggaran terhadap submaksim pertama maksim

pertimbangan tampak pada data nomor 9, 25, 31, dan 118. Keempat data

tersebut menunjukkan bahwa penutur telah meminimalkan rasa senang. Pada

data nomor 25 penutur meminimalkan rasa senang orang ketiga, sedangkan

pada data nomor 9, 31, dan 118 penutur meminimalkan rasa senang orang

kedua. Selain itu, terdapat juga pelanggaran terhadap submaksim kedua

maksim pertimbangan, yang terlihat pada data nomor 46 dan 48. Kedua data

tersebut menunjukkan bahwa penutur telah meminimalkan rasa senang

petuturnya.

Page 80: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Adapun pelanggaran prinsip kesantunan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2

Pelanggaran Prinsip Kesantunan

No. Pelanggaran Prinsip Kesantunan Nomor Data

1.

2

3.

4.

5.

6.

7.

Maksim Kearifan a. Submaksim pertama

b. Submaksim kedua

Maksim Kedermawanan a. Submaksim pertama

b. Submaksim kedua

Maksim Pujian a. Submaksim pertama

b. Submaksim kedua

Maksim Kerendahan Hati a. Submaksim pertama

b. Submaksim kedua

Maksim Kesepakatan a. Submaksim pertama

b. Submaksim kedua

Maksim Simpati a. Submaksim pertama

b. Submaksim kedua

Maksim Pertimbangan a. Submaksim pertama

b. Submaksim kedua

10, 12, 14, 17, 19, 43, 45, 50, 53, 55,

59, 65,67, 68, 70, 71, 72, 73, 82, 83,

84, 88, 90, 100, 102, 111, 113, 120

32, 47, 58

79

114

1, 2, 5, 6, 7, 11, 15, 20, 22, 23, 24,

26, 27, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 42, 51,

52, 54, 56, 57, 61, 62, 63, 66, 69, 74,

75, 78, 80, 81, 85, 91, 92, 93, 94, 96,

97, 99, 101, 105, 106, 107, 108, 109,

112, 116

89, 119

16, 21, 41, 95, 98

-

18, 28, 33, 40, 64, 76, 77, 103

-

30, 104, 115

4, 13, 29, 49, 60, 86, 87, 117

9, 25, 31

46, 48

Page 81: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

B. Prinsip Ironi dalam Acara OVJ

Penjelasan terhadap prinsip ironi, bukanlah seperti pada tujuh maksim

pada prinsip kesantunan. Jika dalam prinsip kesantunan, bentuk tidak sopan ialah

jika terjadi pelanggaran terhadap maksim-maksimnya, maka dalam prinsip ironi,

jika sebuah tuturan mengandung prinsip ironi maka dikatakan tidak sopan.

Penutur dikatakan ironis jika bertindak sopan, tetapi sebenarnya maksud di

dalamnya ialah tidak sopan. Atau dengan kata lain, berpura-pura baik untuk

sesuatu sebenarnya yang tidak baik. Maksud orang dengan menggunakan prinsip

ironi ini adalah untuk menyudutkan dan merugikan orang lain. Prinsip Ironi yang

terdapat dalam acara OVJ dapat dilihat pada contoh berikut ini.

[25] Latar : Sebuah kebun

Peserta : Dalang, Kok Rata, dan Kenji

Tujuan : Membagikan rapor milik Kok Rata

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Anak bapak termasuk pintar. Merahnya cuman satu.

Kok Rata : Satu.

Kenji : Wah, hebat.

Dalang : Satu lembar.

(3/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [25] terdapat tuturan yang mengandung prinsip ironi.

Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Dalang, “Anak bapak termasuk

pintar.”. Tuturan Dalang tersebut termasuk tindak tutur ekspresif, karena

penutur memuji seseorang (Kok Rata).

Dalang menuturkan sesuatu yang terdengar seperti memuji Kok Rata,

yaitu bahwa dia termasuk anak yang pintar. Akan tetapi, jika dilihat lebih

lanjut tuturan tersebut bukan bermaksud untuk memuji tetapi menyatakan

bahwa Kok Rata mendapat nilai merah sebanyak satu lembar. Tuturan tersebut

mengandung prinsip ironi, karena di balik tuturan yang terdengar memuji

Page 82: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

ternyata tujuan yang sebenarnya adalah menghina. Kok Rata dan Kenji dapat

mengetahui maksud yang sebenarnya dari Dalang setelah mengetahui keadaan

yang sebenarnya, yaitu bahwa nilai merahnya bukan hanya satu tetapi satu

lembar.

Tuturan yang mengandung prinsip ironi juga terlihat pada percakapan

berikut.

[26] Latar : Sebuah kebun

Peserta : Dalang, Kok Rata, dan Kenji

Tujuan : Membahas hidung Kok Rata

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Nggak. Hidungnya nggak pesek, cuma lumer.

Kok Rata : Lumer?

Kenji : Lumer.

Kok Rata : Beda ama pesek?

Kenji : Beda ama pesek.

Kok Rata : Kalo pesek jelek kan?

Kenji : Kalo lumer bagus.

(8/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [26] terdapat tuturan yang mengandung prinsip ironi,

yaitu pada tuturan Kenji “Kalo lumer bagus”. Tuturan tersebut termasuk

tindak tutur ekspresif, karena Kenji memuji orang lain (Kok Rata).

Kenji menuturkan “Kalo lumer bagus” untuk memuji Kok Rata

bahwa hidung lumer berbeda dengan pesek. Penutur mengutarakan hal

tersebut untuk menunjukkan kepada Kok Rata bahwa lumer itu bagus dan

berbeda dengan pesek. Jika Kok Rata dikatakan memiliki hidung pesek, maka

hal itu dapat menghinanya. Kenji berusaha untuk mengatakan dengan kata

lain, meskipun sebenarnya lumer itu sama dengan pesek. Kenji seolah-olah

memuji Kok Rata bahwa hidung lumer itu bagus, padahal yang sebenarnya

adalah menghina bahwa hidungnya lumer, yang sama artinya dengan hidung

Page 83: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

pesek.

Selain dua contoh sebelumnya, berikut satu lagi contoh tuturan yang

mengandung prinsip ironi.

[27] Latar : Di depan rumah Udo Gilo

Peserta : Nirmala, Dalang, Udo Gilo, dan Bundo

Tujuan : Memaksa ke pasar (bagi Nirmala) dan menolak (bagi Udo

Gilo)

Kunci : Santai

Percakapan:

Nirmala : Nggak mau. Aku nggak mau sabar. Sekarang ke pasar.

Ayo Bundo, kita ke pasar.

Dalang : Akhirnya.

Udo Gilo : Sudah, kalo tidak mau kubunuh Makmu.

Bundo : Loh, kok aku dibunuh?

Dalang : Ceritanya nggak begitu. Sapa yang bikin itu?

Bundo : Tau tuh. Pengennya matiin aku terus kamu.

Udo Gilo : Gue kan sayang ama die.

(44/OVJ/Trans7/3 Februari 2010)

Pada percakapan [27] terdapat tuturan yang mengandung prinsip ironi.

Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Udo Gilo, “Gue kan sayang ama die”.

Tuturan tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena penutur menyatakan

sesuatu.

Udo gilo telah mengancam akan membunuh Bundo. Setelah diprotes

oleh Dalang, kemudian Udo Gilo menuturkan “Gue kan sayang ama die”.

Tuturan tersebut mengandung prinsip ironi karena apa yang dituturkan Udo

Gilo berkebalikan dengan apa yang telah dia tuturkan sebelumnya. Penutur

mengaku sayang kepada Bundo, tetapi sebelumnya dia telah mengancam akan

membunuh Bundo. Lebih jelasnya, penutur mengujarkan bahwa dia sayang

kepada Bundo tetapi sebenarnya dia tidak sayang. Ketidaksayangan penutur

kepada Bundo dapat dilihat dalam ancaman yang telah dituturkan penutur

sebelumnya, jika memang benar sayang maka tidak mungkin akan membunuh

Page 84: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

orang yang disayangi itu.

Tuturan yang mengandung prinsip ironi dimaksudkan untuk

menjatuhkan atau menghina orang lain, tetapi dengan tuturan yang seolah-olah

sopan. Tuturan yang mengandung prinsip ironi terlihat seperti menyenangkan

orang lain, tetapi sangat menjatuhkan jika mengetahui makna yang

sebenarnya.

Penerapan prinsip ironi dapat dinyatakan dengan tuturan yang

merupakan kebalikan dari apa yang dimaksud oleh penutur. Sebenarnya

penutur menganggap orang lain jelek, tetapi dia justru menuturkan „cantik

banget‟, yang dapat dilihat pada data nomor 110.

Adapun penerapan prinsip ironi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3

Penerapan Prinsip Ironi

No. Penerapan Prinsip Ironi Nomor Data

1. 3, 8, 44, 110

C. Implikatur yang Muncul dalam acara OVJ

Pelanggaran terhadap maksim-maksim dalam prinsip percakapan,

menunjukkan adanya sebuah implikatur yang tersimpan dalam tuturan tersebut.

Implikatur ialah apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh

penutur, yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur di dalam

suatu percakapan. Dengan kata lain, dalam sebuah tuturan terkandung suatu

maksud lain yang tidak dinyatakan dalam tuturan tersebut.

Berdasarkan pelanggaran terhadap prinsip kesantunan, terdapat tuturan

yang mengandung implikatur. Terdapat sembilan (9) macam implikatur yang

Page 85: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

berbeda. Kesembilan macam implikatur tersebut adalah implikatur menghina,

memancing amarah, tidak suka dengan kedatangan orang lain, mempengaruhi,

tidak suka, ingin menyiksa, tidak sayang kepada istri, menyuruh, dan merayu.

1. Implikatur Menghina

Implikatur menghina ialah tuturan yang mempunyai maksud lain untuk

menghina mitra tuturnya. Hal tersebut tampak pada percakapan berikut.

[28] Latar : Depan panggug hiburan

Peserta : Yudis dan Rudi (serta Bagus)

Tujuan : Mencari tukang las (bagi Yudis)

Kunci : Santai

Percakapan:

Yudis : Wah, kebetulan pak, motor saya rusak pak, ni ada tukang

las di sini. Tukang las bukan?

Rudi : Ini bukan tukang las.

Yudis : O, saya kira tukang las.

Rudi : Ini tukang servis.

Yudis : Servis apa pak?

Rudi : Servis mukanya.

(99/OVJ/Trans7/6 Februari 2010)

Pada percakapan [28] terdapat tuturan yang mengandung implikatur

menghina. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Rudi, yang menyatakan

“Servis mukanya”. Tuturan Rudi tersebut melanggar maksim pujian dan

merupakan tindak tutur ekspresif, karena menghina orang lain.. Tuturan

tersebut melanggar maksim pujian, khususnya submaksim pertama, karena

mengecam orang lain.

Rudi menjelaskan kepada Yudis bahwa Bagus adalah seorang tukang

servis. Lebih jelasnya, Rudi menuturkan “Servis mukanya”, yang terdengar

seperti menjelaskan pekerjaan secara lebih detail. Akan tetapi, maksud Rudi

yang sebenarnya adalah untuk menghina Bagus, yaitu bahwa wajahnya jelek.

Menurut Rudi, Bagus memiliki wajah yang jelek sehingga perlu diservis.

Page 86: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

Dalam menghina Bagus, Rudi tidak langsung menuturkan bahwa wajahnya

jelek. Akan tetapi, Rudi menuturkannya dengan tuturan lain, yang menyatakan

bahwa Bagus adalah tukang servis mukanya. Suatu benda yang diservis tentu

benda yang sudah rusak atau memiliki sedikit masalah, dengan menuturkan

bahwa Bagus tukang servis mukanya maka maksud Rudi yang sebenarnya

adalah bahwa Bagus memiliki wajah yang rusak.

Data lain yang menunjukkan adanya implikatur menghina ialah pada data

nomor 1, 11, 42, 54, dan 119. Pada data nomor 1 dan 42 implikatur mengarah

kepada orang ketiga, sedangkan pada data nomor 11, 54, dan 119 implikatur

mengarah kepada orang kedua.

2. Implikatur Memancing Amarah

Implikatur memancing amarah ialah tuturan yang memiliki maksud lain

untuk memancing amarah seseorang. Berikut percakapan yang menunjukkan

adanya implikatur memancing amarah.

[29] Latar : Sebuah Kebun

Peserta : Takeshi, Kok Rata, dan Kenji

Tujuan : Menghakimi Takeshi

Kunci : Santai

Percakapan:

Takeshi : Ampun pak, ampun ampun.

Kok Rata : Macam macam, hah? Anak siapa ini?

Kenji : Bapak tahu anak siapa pak?

Kok Rata : Oo,…

Kenji : Tahu dia?

Kok Rata : Ini kan orang gila, anak yang tadi. Ni liat. Pak, dia suka

ngacak-acak kampung sini pak ni. Ni pak. (2/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Pada percakapan [29] terdapat tuturan yang mengandung implikatur

memancing amarah. Tuturan yang mengandung implikatur terlihat pada tuturan

Kok Rata “Ini kan orang gila, anak yang tadi. Ni liat. Pak, dia suka

Page 87: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

ngacak-acak kampung sini pak ni. Ni pak.”. Tuturan Kok Rata tersebut

melanggar maksim pujian terutama submaksim pertama, karena mengecam

orang lain (dalam hal ini Takeshi) sebanyak mungkin. Tuturan tersebut

termasuk tindak tutur ekspresif, karena menghina orang lain.

Kok Rata menuturkan sesuatu kepada Kenji tentang Takeshi, yang

bermaksud menjelaskan sesuatu tentang Takeshi. Akan tetapi, ada maksud lain

di balik tuturan Kok Rata tersebut yaitu ingin memancing amarah Kenji.

Dengan menghina Takeshi, Kok Rata bermaksud membuat Kenji marah.

Apabila Kenji mengetahui bahwa Takeshi adalah orang gila yang sering

mengacak-acak kampung, maka dia tidak akan tinggal diam. Kenji mungkin

akan melakukan sesuatu yang buruk (memukul) kepada Takeshi, jika

mengetahui Takeshi adalah orang gila yang mengacak-acak kampungnya.

Dapat dilihat dengan jelas bahwa tuturan Kok Rata tersebut memiliki tujuan

lain selain memberitahukan sesuatu tentang Takeshi kepada Kenji.

3. Implikatur Tidak Suka dengan Kedatangan Orang Lain

Implikatur tidak suka dengan kedatangan orang lain ialah tuturan yang

mengandung maksud lain bahwa penutur tidak suka dengan kedatangan

petutur. Hal tersebut tampak pada percakapan berikut.

[30] Latar : Sebuah kebun

Peserta : Koichi dan Kok Rata

Tujuan : Mempertanyakan kedatangan Koichi

Kunci : Santai

Percakapan:

Koichi : Mohon maap, saya datang tanpa undangane.

Kok Rata : Tanpa undangan dirimu mengapa datang? Tanpa

undangan dirimu kok datang? (9/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Page 88: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Pada percakapan [30] terdapat tuturan yang mengandung implikatur tidak

suka dengan kedatangan orang lain. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Kok

Rata “Tanpa undangan dirimu mengapa datang? Tanpa undangan dirimu

kok datang?”. Tuturan Kok Rata tersebut melanggar maksim pertimbangan,

khususnya submaksim pertama, karena memaksimalkan rasa tidak senang

kepada mitra tutur.

Kok Rata mempertanyakan tentang kedatangan Koichi melalui tuturan

“Tanpa undangan dirimu mengapa datang? Tanpa undangan dirimu kok

datang?”. Tuturan tersebut bermaksud menanyakan kepada Koichi mengapa

dia datang menemui Kok Rata. Akan tetapi, ada maksud lain di balik tuturan

Kok Rata tersebut. Tuturan Kok Rata tersebut juga menunjukkan bahwa dia

merasa tidak suka dengan kedatangan Koichi. Kok Rata tidak suka dengan

kedatangan Koichi kepadanya, dan menuturkan tuturan yang bermaksud

menanyakan, yang juga bermaksud menyampaikan rasa tidak sukanya atas

kedatangan Koichi.

4. Implikatur Mempengaruhi

Implikatur mempengaruhi adalah tuturan yang mempunyai maksud lain

untuk mempengaruhi orang lain. Hal tersebut dapat dilihat pada percakapan

berikut.

[31] Latar : Sebuah ruangan

Peserta : Dalang, Kok Rata, dan Takeshi

Tujuan : Memprovokasi Takeshi (bagi Kok Rata)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dalang : Ganti burung-burungan.

Kok Rata : Nggak mau, gua sih nggak mau. Nggak mau pasti.

Takeshi : A, jelek. A papa, jelek.

(13/OVJ/Trans7/1 Februari 2010)

Page 89: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Pada percakapan [31] terdapat tuturan yang mengandung implikatur

mempengaruhi. Implikatur tersebut terlihat pada tuturan Kok Rata “Nggak

mau, gua sih nggak mau. Nggak mau pasti.”. Tuturan tersebut melanggar

maksim simpati, terutama submaksim kedua karena tidak bersimpati kepada

mitra tuturnya. Tuturan Kok Rata tersebut termasuk tindak tutur asertif, karena

merupakan tuturan yang mengemukakan pendapat seseorang.

Kok Rata mengemukakan pendapatnya, yaitu dia tidak mau jika

mainannya diganti dengan burung-burungan. Takeshi yang mengalami

peristiwa yang sebenarnya terpengaruh dengan tuturan Kok Rata, dia tidak mau

mainannya diganti burung-burungan. Tuturan Kok Rata tersebut bermaksud

untuk mengemukakan pendapatnya tentang kejadian yang dialami oleh Takeshi

dan Dalang. Di balik tuturan menyatakan pendapat Kok Rata tersebut terdapat

maksud lain. Maksud lain tersebut ialah untuk mempengaruhi Takeshi agar dia

menolak burung-burungan yang ditawarkan Dalang. Jika Takeshi menolah

tawaran Dalang, maka Dalang akan lebih kesulitan mencari gantinya. Dalam

mempengaruhi Takeshi, Kok Rata tidak menuturkan “Jangan mau”, tetapi

dengan menuturkan jika dia yang diganti dia tidak akan mau.

5. Implikatur Tidak Suka

Implikatur tidak suka ialah tuturan yang memiliki maksud lain bahwa

penutur tidak suka dengan petutur. Hal itu tampak pada percakapan berikut.

[32] Latar : Di depan rumah Udo Gilo

Peserta : Nirmala, Dalang, Udo Gilo, dan Bundo

Tujuan : Memaksa pergi ke pasar (bagi Nirmala) dan menolak (bagi

Udo Gilo)

Kunci : Santai

Percakapan:

Nirmala : Nggak mau. Aku nggak mau sabar. Sekarang ke pasar. Ayo

Bundo, kita ke pasar.

Page 90: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Dalang : Akhirnya.

Udo Gilo : Sudah, kalo tidak mau kubunuh Makmu.

Bundo : Loh, kok aku dibunuh?

Dalang : Ceritanya nggak begitu. Sapa yang bikin itu?

Bundo : Tau tuh. Pengennya matiin aku terus kamu.

(43/OVJ/Trans7/3 Februari 2010)

Pada percakapan [32] terdapat tuturan yang mengandung implikatur tidak

suka dengan orang lain. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Udo Gilo

“Sudah, kalo tidak mau kubunuh Makmu.”. Tuturan Udo Gilo tersebut

melanggar maksim kearifan, terutama terhadap submaksim pertama, karena

penutur memaksimalkan kerugian orang lain. tuturan tersebut termasuk tindak

tutur komisif karena mengancam orang lain.

Udo Gilo menuturkan sebuah ancaman kepada Nirmala, akan tetapi

ancaman tersebut ditujukan kepada Bundo. Udo Gilo sedang kesal kepada

Nirmala, dan membuat ancaman yang justru merugikan Bundo. Tuturan Udo

Gilo sebernarnya dituturkan untuk menghentikan Nirmala agar tidak terus

memaksa untuk pergi ke pasar. Akan tetapi, tuturan Udo Gilo tersebut

mengandung maksud lain, yaitu bahwa dia tidak suka kepada Bundo. Hal

tersebut karena Udo Gilo sedang mencoba mengehentikan paksaan Nirmala,

tetapi yang diancam akan dibunuh justru Bundo. Apabila sedang marah kepada

Nirmala seharusnya ancaman ditujukan kepadanya, tetapi justru ditujukan

kepada Bundo, yang tidak merugikan Udo Gilo.

Data lain yang menunjukkan adanya implikatur tidak suka adalah pada

data nomor 19 dan 87. Pada data nomor 19, implikatur mengarah kepada orang

kedua, sedangkan pada data nomor 87 implikatur mengarah kepada orang

ketiga.

Page 91: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

6. Implikatur Ingin Menyiksa

Implikatur ingin menyiksa ialah tuturan yang mempunyai maksud lain

untuk menyiksa mitra tuturnya.

[33] Latar : Rumah Ghozali

Peserta : Jalaludin, Dalang, dan Ghozali

Tujuan : Minta upeti (bagi Jalaludin)

Kunci : Santai

Percakapan:

Jalaludin : Upetinya mana?

Dalang : Heh, upetinya mana? Tanah, tanah.

Jalaludin : Tanah, mana tanah?

Ghozali : Mana, tanahnya mana?

Jalaludin : Tanahnya mana?

Dalang : Tanahnya mana? Ni. (sambil menunjuk ke dirinya)

Ghozali : Ini.

Jalaludin : Tanah ini?

Ghozali : Silakan.

Jalaludin : Tapi sebelum tanah ini mau dipake, saya mau coba dulu

injek-injek tanahnya. Apakah masih gembur atau tidak.

Sini kamu.

(65/OVJ/Trans7/4 Februari 2010)

Pada percakapan [33] terdapat tuturan yang mengandung implikatur ingin

menyiksa (dalam hal ini Dalang). Hal tersebut terlihat pada tuturan Jalaludin

“Tapi sebelum tanah ini mau dipake, saya mau coba dulu injek-injek

tanahnya.”. Tuturan Jalaludin tersebut melanggar maksim kearifan, khususnya

submaksim pertama karena membuat kerugian orang lain sebesar mungkin.

Tuturan tersebut termasuk tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan yang

menunjukkan permintaannya.

Jalaludin adalah orang yang ingin mengambil upeti tanah, dan tanahnya

adalah Dalang. Jalaludin pun menuturkan “Tapi sebelum tanah ini mau

dipake, saya mau coba dulu injek-injek tanahnya.”. Tuturan tersebut

bermaksud untuk mengecek tanahnya, apakah masih gembur atau tidak.

Tuturan Jalaludin tersebut memang pas dalam konteks tersebut. Akan tetapi,

Page 92: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

jika yang menjadi tanah adalah Dalang, maka di balik tuturan tersebut terdapat

maksud lain. Maksud lain tersebut ialah bahwa Jalaludin ingin menyiksa

Dalang. Apabila Jalaludin diperbolehkan mengecek tanah dengan menginjak-

injaknya, maka dia akan menginjak-injak tubuh Dalang.

7. Implikatur Tidak Sayang kepada Istri

Implikatur tidak sayang kepada istri adalah tuturan yang mempunyai

maksud lain yaitu bahwa penutur tidak sayang kepada istrinya.

[34] Latar : Rumah Ghozali

Peserta : Hartinah, Jalaludin, dan Ghozali

Tujuan : Merampas tanah (bagi Jalaludin)

Kunci : Santai

Percakapan:

Hartinah : Jangan tuan. Ini tanah cuman satu-satunya milik saya.

Jalaludin : Sini kau. Kamu tidak menyerahkan tanah itu,

Ghozali : Mau kamu apakan dia?

Jalaludin : Aku gigit istri kamu.

Ghozali : Silakan.

(68/OVJ/Trans7/4 Februari 2010)

Pada percakapan [34] terdapat tuturan yang mengandung implikatur tidak

sayang kepada istri. Hal tersebut dapat dilihat pada tuturan Ghozali “Silakan”.

Tuturan tersebut melanggar maksim kearifan, terutama terhadap submaksim

pertama karena memaksimalkan kerugian orang lain. Tuturan Ghozali tersebut

termasuk tindak tutur direktif, karena merupakan tuturan menyuruh.

Ghozali mempersilakan Jalaludin yang akan menggigit Hartinah (istri

Ghozali), dengan tuturan “Silakan”. Tuturan Ghozali tersebut bukan hanya

setuju dan mempersilakan Jalaludin untuk menggigit istrinya, tetapi juga

menunjukkan sesuatu yang lain. Di balik tuturan tersebut masuh terkandung

satu maksud lain. Maksud lain dalam tuturan Ghozali tersebut ialah bahwa

sebenarnya dia tidak sayang kepada istrinya. Jika Ghozali sayang kepada

Page 93: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)
Page 94: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

80

lain kepada Miun.

9. Implikatur Merayu

Implikatur merayu adalah tuturan yang mempunyai maksud lain untuk

merayu petuturnya. Hal tersebut dapat dilihat pada percakapan berikut.

[36] Latar : Depan rumah

Peserta : Dio dan Tasya

Tujuan : Menghibur (bagi Dio)

Kunci : Santai

Percakapan:

Dio : Adinda.

Tasya : Iya kakanda.

Dio : Sudahlah, kamu nggak usah bersedih begitu. Untuk apa

diharapkan seorang laki-laki yang ternyata mengkhianati

kamu. (118/OVJ/Trans7/7 Februari 2010)

Pada percakapan [36] terdapat tuturan yang mengandung implikatur

merayu. Hal tersebut terlihat pada tuturan Dio “Untuk apa diharapkan

seorang laki-laki yang ternyata mengkhianati kamu.”. Tuturan tersebut

melanggar maksim pertimbangan, terutama submaksim pertama karena tidak

meminimalkan rasa tidak senang kepada mitra tutur. Tuturan tersebut termasuk

tindak tutur asertif, kerena penutur menyatakan sesuatu.

Dio menuturkan “Untuk apa diharapkan seorang laki-laki yang

ternyata mengkhianati kamu.” untuk menyadarkan Tasya agar tidak

mengharapkan mantan pacarnya lagi. Selain untun menghibur dan

menyadarkan Tasya, tuturan tersebut juga memiliki maksud lain. Maksud lain

Dio adalah untuk merayu Tasya. Pada saat itu Tasya tidak mempunyai pacar

lagi, maka Dio memiliki kesempatan untuk merayunya. Dio menuturkan

rayuannya dengan cara mengingatkan Tasya untuk tidak mengharapkan lagi

mantan pacarnya.

Page 95: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

81

Adapun implikatur percakapan dalam tuturan yang lain dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4

Implikatur Percakapan

No. Implikatur Percakapan Nomor Data

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

Menghina

Memancing Amarah

Tidak Suka dengan Kedatangan

Orang Lain

Mempengaruhi

Tidak Suka

Ingin Menyiksa Dalang

Tidak Sayang kepada Istri

Menyuruh

Merayu

1, 11, 42, 54, 99, 119

2

9

13

19, 43, 87

65

68

79

118

Page 96: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

82

BAB V

PENUTUP

A. SIMPULAN

Dalam penelitian ini dapat disimpulkan tiga hal yang merupakan jawaban

dari rumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Berikut merupakan

simpulan dari penelitian ini.

1. Dari analisis yang dilakukan pada acara OVJ didapatkan pelanggaran terhadap

prinsip kesantunan. Pelanggaran terhadap prinsip kesantunan meliputi semua

maksimnya (tujuh maksim). Pelanggaran paling banyak ialah terhadap

maksim pujian, yang diikuti oleh maksim kearifan, simpati, kesepakatan,

pertimbangan, kerendahan hati, dan terakhir maksim kedermawanan.

Diketahui bahwa pelanggaran paling banyak dilakukan terhadap maksim

pujian, maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar humor dalam acara OVJ

dimunculkan dengan cara menghina orang lain.

2. Terdapat pula prinsip ironi dalam acara OVJ. Prinsip ironi hanya ditemukan

pada sedikit data, yaitu sebanyak empat data. Hanya ditemukan sedikit

penggunaan prinsip ironi, karena kemungkinan para pemain OVJ akan merasa

lebih puas jika menghina/mengecam orang lain secara terang-terangan. Hal

tersebut terlihat dari raut wajah mereka yang terlihat bahagia jika berhasil

menghina orang lain secara langsung. Akan tetapi, penggunaan prinsip ironi

juga dapat menimbulkan efek lucu pada sebuah tuturan. Sebuah tuturan yang

tidak tulus, yang terdengar memuji tetapi tujuan sebenarnya mengecam, dapat

menimbulkan minat seseorang untuk tertawa.

Page 97: PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNAN DAN IMPLIKATUR DALAM ACARA … · dan formal. Berdasarkan analisis dapat disimpulkan beberapa hal. ... (timbal balik) fungsi ujaran dan bentuk (struktur)

83

3. Ditemukan beberapa implikatur percakapan dalam acara OVJ. Implikatur

tersebut terdiri dari sembilan (9) macam implikatur yang berbeda. Kesembilan

macam implikatur tersebut ialah implikatur menghina, memancing amarah,

tidak suka dengan kedatangan orang lain, mempengaruhi, tidak suka, ingin

menyiksa, tidak sayang kepada istri, menyuruh, dan merayu. Implikatur yang

muncul bedasarkan pelanggaran prinsip kesantunan tersebut mempunyai

tujuan untuk menimbulkan efek lucu dalam sebuah percakapan.

B. SARAN

Dalam penelitian mengenai kesantunan dalam acara OVJ ini masih

terbatas pada tujuh maksim kesantunan Leech dan prinsip ironi saja. Penelitian ini

belum lengkap dan hanya sebagian kecil saja tentang kesantunan, karena banyak

sekali teori kesantunan yang dapat membedah lebih dalam lagi mengenai

kesantunan dalam sebuah acara humor.

Penulis berharap agar penelitian mendatang lebih mendalam dan

berkualitas demi diperoleh hasil yang lebih memuaskan. Penulis menyadari bahwa

penelitian ini masih jauh dari penjelasan yang mendalam secara pragmatik.

Pembelajaran akan terus berproses dan tidak akan berhenti sampai di sini. Penulis

berharap agar penelitian selanjutnya dapat mengambil pelajaran dari penelitian

yang belum sempurna ini.