Upload
tranminh
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
DI DESA SUKAJAYA KECAMATAN WAY KHILAU
KABUPATEN PESAWARAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
NURMA INDAYANI
NPM : 1411010369
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1439 H/2018 M
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
DI DESA SUKAJAYA KECAMATAN WAY KHILAU
KABUPATEN PESAWARAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat
Guna Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh
NURMA INDAYANI
NPM : 1411010369
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Pembimbing I : Dr. H. A. Gani, S. Ag, SH, M. Ag
Pembimbing II : Dr. H. Agus Jatmiko, M. Pd
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
RADEN INTAN LAMPUNG
1439 H/2018 M
ii
ABSTRAK
PELAKSANAAN PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KELUARGA
DI DESA SUKAJAYA KECAMATAN WAY KHILAU
KABUPATEN PESAWARAN
Oleh:
Nurma Indayani
Kedudukan akhlak dalam kehidupan manusia menempati tempat yang penting,
sebab baik buruknya suatu individu atau masyarakat tergantung kepada bagaimana
akhlaknya.Pendidikan akhlak didalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan
teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan pergaulan
antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak mereka, dan perlakuan
orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan keluarga dan lingkungan
masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak. Jadi pendidikan akhlak anak itu
berawal dari pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya, sebab anak akan
mencontoh perilaku orang tuanya. Apabila orang tuanya mencontohkan yang baik,
maka anak tersebut akan baik, namun sebaliknya apabila dari orang tua saja tidak
mencerminkan akhlak yang baik bagaimana mereka akan memberikan pendidikan
akhlak yang baik pada anaknya. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field
research). Dan dalam analisinya menggunakan diskriftip kualitatif. Dari latar
belakang diatas penulis merumuskan suatu permasalahan yaitu, “Bagaimana
pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga di Desa Sukajaya Kecamatan Way
Khilau Kabupaten Pesawaran”. Selain itu dalam penelitian ini penulis bertujuan untuk
mengetahui bagaimana pelaksaan pendidikan akhlak anak dalam pendidikan keluarga
di desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran. Penelitian pada
skripsi ini, dalam pengumpulan data menggunakan beberapa metode diantaranya,
observasi, interview, dan dokumentasi.
Kesimpulan bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga di Desa
Sukajaya belum dilaksanakan dengan baik, hal ini terlihat masih banyak orang tua
yang sudah menerapkan akhlak terhadap keluarga terutama untuk anak-anaknya. Dan
orang tua hanya memberikan fasilatas yang diminta oleh anak tanpa memperhatikan
tingkahlaku di keluarga dan masyarakat.
Key Word :Pendidikan, Akhlak, Keluarga
v
MOTTO
“Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung”.
(Q.S Al-Qalam:4)1
ا بعثت ألتم مكارم عن أب ىري رة رضي اهلل عنو قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو وسلم إن األخلق )رواه البيحقى(
“Sesungguhnya aku (Rasulullah) diutus untuk menyempurnakan kemuliaan
akhlak. (H.R Al-Baihaqi)2
1Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Bandung: CV Penerbit Diponogoro,
2005), h. 451 2Bukhari Umar, Hadist Tarbawi (Jakartra: Amzah, 2012), h. 34
vi
PERSEMBAHAN
Dengan semangat, usaha dan do’a akhirnya skripsi ini dapat penulis
selesaikan. Maka dengan penuh rasa syukur dan tulus ikhlas Skripsi ini penulis
persembahkan kepada:
1. Kedua Orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Hayani dan Ibundaku
tercinta Sri Herawati, atas ketulusannya dalam mendidik akhlak,
membesarkan jiwa dan membimbing penulis dengan penuh perhatian dan
kasih sayang serta keikhlasan dalam do’a sehingga menghantarkan penulis
menyelesaikan pendidikan di UIN Raden Intan Lampung.
2. Adikku tersayang Asma Mufidah dan Dzakiratul Faiza. Saudara-Saudara
penulis yang selalu memberi motivasi dan dukungan semangat kepada
penulis.
3. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan
bimbingan dan ilmunya selama ini, terlebih khusus untuk Bapak M. Indra
Saputra, M.Pd.I., dan Ibu Agus Susanti, M.Pd.I.
4. Sahabat-sahabat Mahasiswa PAI Kelas G Angkatan 2014 UIN Raden Intan
Lampung, khususnya sahabat ku Nia Zainiah dan Rian Saputra yang sudah
banyak membantu penulis.
vii
5. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
tempat menempuh studi dan menimba ilmu pengetahuan, semoga menjadi
Perguruan Tinggi yang lebih baik kedepannya.
RIWAYAT HIDUP
Nurma Indayani dilahirkan pada tanggal 30 April 1997 di Desa Sukajaya
Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran, putri pertama dari 3 bersaudara dari
pasangan Bapak Muhammad Hayani dan Ibu Sri Herawati.
Pendidikan Dasar di SD N 2 Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawarandiselesaikan pada tahun 2008, kemudian melanjutkan ke jenjang
pendidikan menengah pertama di MTs N 1 Kedondong lulus pada tahun 2011,
kemudian melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah atas di Yayasan Pondok
Pesantren Tahfidzul Qur’an Miftahul Huda (YPPTQMH) Ambarawa Pringsewu
lulus pada tahun 2014, kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Universitas
Islam Negeri (UIN) Raden Intan Lampung Program Strata Satu (S1) Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam. Dan selain itu penulis
pernah tinggal di Ma’had UIN Raden Intan Lampung selama 2 tahun.
Penulis telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bangunan,
Kecamatan Palas, Kabupaten Lampung Selatan. Selain itu, penulis juga telah
mengikuti kegiatan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di MIN 5 Bandar Lampung
pada tahun 2017.
Bandar Lampung, April 2018
viii
Penulis
Nurma Indayani
NPM. 1411010369
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah
memberikan nikmat, Ilmu pengetahuan, kemudahan dan petunjuk-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga selalu
tercurah kepada Nabi Muhammad SAW. yang kita harapkan syafa’atnya nanti
dihari akhir.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari
berbagai pihak baik berupa bantuan materil maupun dukungan moril. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Dengan segala kerendahan
hati penulis ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. Imam Syafe’i M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama
Islam dan Bapak Dr. Rijal Firdaos M.Pd., selaku Sekretaris Jurusan
Pendidikan Agama Islam.
ix
3. Bapak Dr. H. A. Gani, S.Ag., SH., M.Ag. selaku Pembimbing I dan Bapak
Dr. H. Agus Jatmiko, M.Pd, selaku Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis dengan ikhlas dan sabar hingga akhir
penyusunan skripsi ini.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Intan
Lampung khususnya kepada Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Agama Islam
yang telah mendidik serta memberikan ilmu kepada penulis selama
perkuliahan.
5. Almamaterku tercinta Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung,
tempat menempuh studi dan menimba ilmu pengetahuan, semoga menjadi
Perguruan Tinggi yang lebih baik kedepannya.
6. Himpunan Mahasiswa PAI Kelas G Angkatan 2014 UIN Raden Intan
Lampung.
7. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan namanya satu per satu yang telah
berjasa membantu baik secara moril maupun materil dalam penyelesaian
skripsi.
Penulis berharap kepada Allah SWT semoga apa yang telah mereka berikan
dengan segala kemudahan dan keikhlasannya akan menjadikan pahala dan amal yang
barokah serta mendapat kemudahan dari Allah SWT. Amin.
Skripsi dengan judul “Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga di
Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran”. Penulis menyadari
x
masih banyak kekurangan dan kesalahan karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman yang penulis miliki. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun dari semua pembaca.
Akhirnya penulis memohon Taufik dan Hidayah kepada Allah SWT dan
semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua. Amin
Bandar Lampung, 06 April 2018
Penulis
Nurma Indayani
NPM. 1411010369
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
MOTTO ............................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ................................................................................................ vi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Penegasan Judul ................................................................................. 1
B. Alasan Memilih Judul ........................................................................ 2
C. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 3
D. Identifikasi Masalah ........................................................................... 14
E. Pembatasan Masalah .......................................................................... 15
F. Rumusan Masalah .............................................................................. 15
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................................... 16
BAB II LANDASAN TEORITIS ...................................................................... 18
A. Pendidikan Akhlak ............................................................................. 18
1. Pengertian Pendidikan Akhlak ...................................................... 18
2. Landasan Pendidikan Akhlak ........................................................ 23
3. Tujuan Pendidikan Akhlak ............................................................ 25
4. Materi Pendidikan Akhlak ............................................................. 26
5. Metode Pendidikan Akhlak ........................................................... 29
xii
B. Keluarga ............................................................................................. 33
1. Pengertian Keluarga ...................................................................... 33
2. Fungsi Keluarga ............................................................................. 34
3. Tangung Jawab Orang Tua dalam Mendidik Anak ....................... 39
C. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Keluarga ................................ 42
1. Peran Keluarga dalam Mendidik Anak ......................................... 42
2. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Keluarga ......................... 44
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 52
A. Jenis Penelitian ..................................................................................... 52
B. Waktu dan Tempat Penelitian............................................................... 52
C. Sumber Data ......................................................................................... 52
D. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 54
E. Teknik Analisis Data ............................................................................ 57
F. Uji Keabsahan Data .............................................................................. 60
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .......................................... 63
A. Penyajian Data ...................................................................................... 63
B. Analisis Data......................................................................................... 73
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 106
A. Kesimpulan ........................................................................................... 106
B. Saran ..................................................................................................... 107
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel- 1 : Urutan Jabatan Kepala Desa Sukajaya ............................................. 61
Tabel- 2 : Pembagian Wilayah Pemerintah Desa Sukajaya.............................. 63
Tabel- 3 : Potensi sumber daya alam ................................................................ 64
Tabel- 4 : Pola Penggunaan Tanah Desa Sukajaya .......................................... 65
Tabel- 5 : Data Kepemilikan Ternak Desa Sukajaya........................................ 65
Tabel- 6 : Prasarana Desa yang dimiliki Desa Sukajaya .................................. 66
Tabel- 7 : Jumlah Penduudk Desa Sukajaya..................................................... 67
Tabel- 8 : Tingkat Pendidikan Desa Sukajaya .................................................. 67
Tabel- 9 : Potensi Jumlah Penduduk dari Tingkatt Usia/ Umur ....................... 68
Tabel- 10 : Potensi dari Tingkat Pendidikan Masyarakat ................................... 69
Tabel- 11 : Mata Pencaharian Penduduk Desa Sukajaya ................................... 71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 : Kisi-Kisi Observasi
Lampiran2 : Pedoman Wawancara Terhadap Orang Tua
Lampiran3 : Kerangka Interview DenganTokoh Masyarakat Desa Sukajaya
Lampiran4 : Kerangka Dokumentasi
Lampiran5 : Daftar Nama Kepala Keluarga Yang Memiliki Anak Usia 7-14 Tahun
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Sebelum penulis menguraikan skripsi ini lebih lanjut, terlebih dahulu
akan dijelaskan pengertian judul dengan maksud, untuk menghindari kesalah
pahaman. Skripsi ini berjudul “Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam
Keluarga di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau”. Adapun penjelasan judul
tersebut adalah:
1. Pelaksanaan
Pelaksanaan artinya “penyelenggaraan, penerapan, suatu proses
tertentu untuk mencapai tujuan yang diharapkan”1
2. Pendidikan
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh
pendidik terhadap perkembangan jesmani maupun rohani si terdidik menjadi
terbentuknya kepribadian yang utama.2
3. Akhlak
Kata akhlak menurut bahasa (etimologi) adalah jamak dari kata khuluq
yang berarti budi pekerti, tingkah laku, perangai, atau tabi’at.3
1 Zuhairini dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional. 1981), h. 25
2 Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam (Bandung: Al-Ma’arif, 1980), h. 19
3Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPI, 2000), h.1
2
4. Keluarga
Keluarga adalah menurut para pendidik merupakan lapangan
pendidikan yang pertama dan pendidikannya adalah kedua orang tua. Orang
tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Pendidikan keluarga merupakan
pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan. Dalam kaitan itu
pulalah terlihat peran pendidikan keluarga dalam menanamkan jiqwa
keagamaan pada anak. Maka tak mengherankan jika rasul menekankan
tanggung jawab itu pada kedua orang tua.4
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
skripsi ini suatu penelitian untuk mengungkapkan dan membahas secara
lebih dalam mengenai Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga di
Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran.
B. Alasan Memilih Judul
Penulis memilih judul ini dengan alas an sebagai berikut:
1. Karena keluarga merupakan pelaksanaan pendidikan yang pertama dan
utama, maka keluargalah yang paling berpengaruh terhadap pendidikan
anak.
2. Penulis memilih Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran sebagai lokasi penelitian ini karena didesa tersebut mayoritas
pekerjaan orang tuanya adalah seorang petani sekalipun hanya sebagai
4 Jalaluddin, Psikologi Agama Memahami Perilaku dengan engamplikasikan Prinsip-prinsip
Psikologi (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Cet ke 16, 2016), h. 292
3
petani yang waktunya habis untuk bekerja di kebun namun pendidikan
akhlak anaknya masih cukup baik.
C. Latar Belakang Masalah
Keluarga merupakan lingkungan pertama kali mendapatkan pendidikan
sehingga pendidikan dalam keluarga ini seruing juga disebut dengan pendidikan
ilmiah yang melekat pada setiap rumah tangga. Pendiidkan pada fase awal
inimerupakan basis yang pada akhirnya sangat berpengaruh dan menetukan
bagi pendidikan selanjutnya.
Anak merupakan amanat Allah yang diberikan kepada setiap orang tua,
dan orang tua inilah orang yang paling berkewajiban untuk membimbing dan
mendidik anaknya terutama dalam pendidikan agamanya. pendidikan agama
menjadi utama diajarkan karena pendidikan agama akan menjadi pondasi atau
landasan dalam diri seseorang. Sebenarnya setiap anak manusia lahir dengan
membawa fitrah agama, namun jika fitrah itu tidak diarahkan kepada yang
semestinya, maka tidak menutup kemugkinan anak akan menyimpang dari
fitrahnya. Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal ini akan sangat
berpengaruh, bahkan akan menentukan corak hidup si anak dalam waktu yang
akan datang. Sebagaimana dalam hadist berikut:
سلم : كل عن هللا عليو لهلل صل ابي ىريرة رضي هللا عنو قال : قال رس
يمجسا نو.) راه ينصر نو ا دا نو ا اه يي ب لذ عل الفطرة فأ لذ ي م
البخار(
Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a berkata, bahwasanya Rasulullah Saw
bersabda: setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci), maka kedua
4
orang tua nya lah yang akan menjadikan ia sebagai Yahudi, Nasrani atau
Majusi”. (HR. Bukhari Muslim).5
Komponen utama dalam keluarga adalah orang tua, mereka adalah yang
paling mempengaruhi peserta didik. Hal itu dimungkinkan karena merekalah
yang paling awal bergaul dengan anaknya, paling dekat dalam berkomunikasi
dan yang paling banyak menyediakan waktu untuk anak terutama ketika ia
masih kecil. Tidak sulit dipahami jika orang tua memiliki pengaruh besar dalam
perkembangan anaknya.6
Ajaran Islam menekankan agar setiap manusia dapat memelihara
keluarganya dari bahaya siksa api neraka, juga termasuk menjaga anak dan
harta agar tidak menjadi fitnah, yaitu dengan mendidik anak sebaik-baiknya.
Pendidikan anak mutlak dilakukan oleh orangtuanya untuk menciptakan
keseluruhan pribadi anak secara maksimal. Melalui pendidikan terhadap anak
khususnya, orangtua akan terhindar dari bahaya fitnah dan terhindar pula dari
bahaya siksa api neraka, sebagaima dalam firman Allah dalam surat At-Tahrim
ayat 6:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
5 M. Nipan Abdul Halim, Anak Saleh Dambaan Keluarga (Yogyakarta: Mira Pustaka, 2003), h.
17. 6 Bukhari Umar, Hadist Tarbawi Pendidikan Dalam Persefektif Hadist (Jakarta : Amzah, 2012),
h. 168.
5
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan. (Q.S At-Tahrim:6).7
Dalam persepektif Islam, dasar dan tujuan pendidikan nasional dikatakan
bahwa tujuan pendidikan adalah pembentukan kepribadian individu yang
paripurna (kaffah).8Muhammad Quthb berpendapat, bahwa tujuan pendidikan
adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu
menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah-Nya guna
membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah.9
Lebih jauh terkait pendidikan akhlak, keluarga memegang peranan yang
sangat penting dalam pendidikan akhlak bagi anak-anak, sebagai institusi yang
mula-mula sekali berinteraksi dengannya, oleh karena mereka mendapatkan
pengaruh daripadanya atas segala tingkah lakunya. Keluarga harus dapat
mengajarkan nilai dan faedah berpegang kepada akhlak semenjak kecil. Sebab
manusia itu sesuai dengan sifat asasinya menerima nasehat jika datangnya
melalui rasa cinta dan kasih sayang, sedangkan ia menolaknya jika disertai
dengan kekasaran dan biadab.10
Upaya penerapan akhlak yang mulia dalam kehidupan sehari-hari
seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari proses pendidikan akhlak
7 Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemah (Bandung: CV Penerbit Diponerogo, 2010),
h. 560. 8 Novan Ardy Wiyani & Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2012),
h.26. 9 Abbudin Nata, Ilmu Peendidikan Islam (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), h.
63. 10
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan Pendidikan, cet.
III (Jakarta: Al Husna Zikra, 1995), h. 374.
6
baik dalam keluarga, maupun dalam masyarakat. Dalam keluarga metode
aktivitas orang tua akan menjadi panutan bagi putra-putrinya. Akhlak yang
mulia sebagaimana dikemukakan para ahli bukanlah terjadi dengan sendirinya,
melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor, terutama lingkungan keluarga,
pendidikan, dan masyarakat pada umumnya. Dengan demikian pembinaan
akhlak putra-putri terletak pada kedua orang tua. Hal ini ini antara lain yang
dilakukan oleh Luqmanul Hakim terhadap putera-puterinya, sebagaimana
dinyatakan dalam surat Luqman ayat 12 :
Artinya: Dan Sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, Yaitu:
"Bersyukurlah kepada Allah. dan Barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah),
Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan Barangsiapa yang
tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
(Q.S Lukma: 12)11
Berdasarkan Al-Qur’an surat Lukman ayat 12 materi pendidikan yang
perlu diperhatikan orang tua yang berkewajiban mendidik anak-anaknya yaitu:
1. Pendiidkan ketauhidan, Artinya anak-anak harus dibimbing agar
bertuhan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pendidikan akhlak, Artinya anak-anak itu harus memiliki akhlak
terpuji. Ini mencakup akhlak kepada orang tua dan kepada masyarakat.
3. Pendidikan sholat. Artinya anak-anak harus mengerjakan sholat
sebagai salah satu tanda kepatuhan kepada Allah.
4. Pendidikan amar ma’ruf nahi mungkar. Artinya anak-anak harus
bersifat konstruktif bagi perbaikan kehidupan masyarakat.
11
Departemen Agama RI, Op.Cit. h.412
7
5. Pendidikan ketabahan dan kesabaran. Artinya anak-anak harus ulet dan
sabar.12
Selain itu, implementasi pendidikan agama Islam yang dapat dilakukan
orang tua dalam membina akhlak anaknya. Menurut Saliman Zaini dalam
bukunya “ arti anak bagi seorang muslim” menjelaskan usaha yang dapat
dilaksanakan orang tua dalam membina akhlak anaknya dapat dilakukan
dengan cara:
a. Memberi pelajaran agama Islam
b. Menyuruh anak pergi ke masjid/ musholla
c. Melatih anak menjalankan ibadah
d. Melatih anak berpuasa
e. Melatih anak berdzikir dan berdo’a
f. Mengajari anak membaca Al-Qur’an
g. Menasehati anak agar rajin belajar agama
h. Membiasakan mengucapkan salam dan perkataan yang baik
i. Melarang anak berbuat hal-hal yang buruk/jahat
j. Mengawasi dan mengarahkan pergaulan anak dengan teman sebayanya
k. Membimbing anak dengan tauladan dalam beribadah.13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa menerapkan pendidikan
agama Islam pada diri anak dapat dilaksanakan dengan beberapa cara yaitu
memberi pelajaran agama Islam, Menyuruh anak pergi ke masjid/musholla,
Melatih anak menjalankan ibadah, Melatih anak berpuasa, Melatih anak
berdzikir dan berdo’a, Mengajari anak membaca Al-Qur’an, Menasehati anak
agar rajin belajar agama, Membiasakan mengucapkan salam dan perkataan
yang baik, Melarang anak berbuat hal-hal yang buruk/jahat, Mengawasi dan
mengarahkan pergaulan anak dengan teman sebayanya, Membimbing anak
12
Beni Ahmad Saebeni, Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, Cet. 2 ( Bandung: Pustaka Setia, 2012),
h.219-220. 13
Saliman Zaini, Arti Anak Bagi Seorang Muslim (Surabaya: Al-Ikhlas, 1984), h. 135
8
dengan tauladan dalam beribadah.dengan cara ini maka anak akan mudah
mendapat pembinaan akhlak dengan baik dari kedua orang tuanya.
Akhlak adalah kondisi dalam diri yang melahirkan tindakan-tindakan
tanpa perlu berpikir dan pertimbangan. Jika keadaan itu melahirkan tindakan-
tindakan yang baik mmenurut akal dan syariah, maka tindakan tersebut disebut
akhlak yang baik, dan jika melahirkan tindakan-tindakan yang buruk maka
tindakan tersebut disebut akhlak yang buruk.14
Jadi akhlak merupakan suatu perbuatan, watak, tabi’at tingkah laku yang
dimiliki seseorang yang dilakukan tanpa adanya pemikiran terlebih dahulu dan
akhlak ada dua yaitu akhlak yang baaik dan akhlak yang buruk.
Akhlak mulia yaang diimplementasikan daalam hidup sehari-haari.
Bentuk implementasinya bisa dalam ucapan-ucapan yang mulia atau dengaan
perbuatan-perbuatan terpuji. Islam mengatur tata cara berakhlak mulia baik
terhadap Allah, diri sendiri, keluarga, tetangga dan lingkungan.15
Pendidikan akhlak didalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan
teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan
pergaulan antara ibu dan baapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak
14
Imam Abdul Mukmin Sa’aduddin, Membangun Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 18. 15
Dedn Makbulah, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 145.
9
mereka, dan perlakuan oranng tua terhadap orang lain di dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak.16
Jadi pendidikan akhlak anak itu berawal dari pendidikan yang diberikan
oleh kedua orang tuanya, sebab anak akan mencontoh perilaku orang tuanya.
Apabila orang tuanya mencontohkan yang baik, maka anak tersebut akan baik,
namun sebaliknya apabila dari orang tua saja tidak mencerminkan akhlak yang
baik bagaimana mereka akan memberikan pendidikan akhlak yang baik pada
anaknya. Oleh karena itu sebagai orang tua kita harus menanamkan sifat yang
baik dengan memberikan perhatian serta contoh yang baik untuk anak kita.
Dalam upaya mendidik dan membina akhlak menurut Zakiah Daradjat,
maka pembinaan akhlak perlu dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) Meningkatkan pengetahuan tentang akhlak Islam lewat ilmu
pengetahuan, pengalaman dan latihan agar dapat membedakan yang
baik dan buruk.
2) Latihan untuk melakukan hal-hal baik serta mengajak orang lain untuk
bersama-sama melakukan perbuatan yang baik tanpa paksaan.
3) Pembinaan dan pengulangan melaksanakan yang baik sehingga
perbuatan yang baik itu menjadi perbuatan akhlak terpuji, pembiasaan
yang mendalam tumbuh dan berkembang secara wajar dakam diri
manusia.
4) Menumbuh kembangkan dorongan dari dalam yang bersumber pada
iman dan taqwa, untuk itu perlu pendidikan agama.
5) Meningkatkan pendidikan kemauan yang menumbuhkan pada manusia
kebebasan memilih yang baik dan melaksanakan, selanjutnya kemauan
itu akan mempengaruhi pikiran dan perasaan.17
16
Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah (Jakarta: Ruhana, 1995), h.
59-60. 17
Zakiyah Daradjat, Ibid, h. 10-11.
10
Perkembangan anak memerlukan bimbingan orang tuanya dengan
melakukan hal-hal sebagai berikut:
a) Memberi teladan yang baik
b) Membiasakan anak bersikaap baik
c) Menyajikan cerita-cerita yang baik
d) Menerangkan segala hal yang baik
e) Membina daya kreatif anak
f) Mengontrol, membimbing, mengawasi perilaku anak dengan baik.
g) Memberikan sanksi yang bernilai pelajaran dengan baik, jika hal ini
diperlukan.18
Pendidikan akhlak didalam keluarga dilaksanakan dengan contoh dan
teladan dari orang tua. Perilaku dan sopan santun orang dalam hubungan daan
pergaulan antara ibu dan bapak, perlakuan orang tua terhadap anak-anak
mereka dan perlakuan orang tua terhadap orang lain di dalam lingkungan
keluarga dan lingkungan masyarakat, akan menjadi teladan bagi anak-anak.19
Dari hasil prasurvey pada tanggal 30 Agustus 2017 di Desa Sukajaya,
mendapat data jumlah penduduk yang ada di Desa Sukajaya sebagaimana
terlihat telihat dalam tabel dibawah ini:
18
Beni Ahmad Saebeni dan Hendra Akhdiyat, Op. Cit., h.243. 19
Zakiah Daradjat, Op. Cit. H. 59-60.
11
Tabel 1
Jumlah Penduduk berdasarkan KK yang memiliki anak usia 7-14 tahun yang
beragama Islam di Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran
No.
RT
Jumlah
KK
Jumlah
Jiwa
Jumlah KK yang
mempunyai anak
usia 7-14 tahun
Jumlah anak usia
7-14 tahun
Laki-
laki
Perempuan
1. I 68 215 28 12 18
2. II 60 185 17 18 13
3. III 52 186 19 19 11
4. IV 84 329 8 3 7
5. V 47 177 15 12 8
6. VI 129 416 20 10 18
Jumlah 460 1508 107 74 72
Sumber : Dokumen Grafik penduduk Desa Sukajaya 2017
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di Desa Sukajaya
Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran berjumlah 1508 jiwa yang terdiri
dari 460 KK dari ke enam RT di Desa Sukajaya. Dan orang tua yang memilik anak
usia 7-14 tahun 107 KK dengan laki-laki jumlah 74 orang dan perempuan 72 orang.
Mengenai batas usia anak penulis mengambil dasar yang di ungkapkan oleh
Aristoteles yang dikutip dalam buku Kartini Kartono sebagai berikut:
“Aristoteles membagi masa perkembangan seala 21 tahun dalam 3
nseptenia (3 periode kali 7 tahun), sebagai berikut: 0-7 tahun, disebut sebagai
masa anak kecil, masa bermain. 7-14 tahun, masa anak-anak, masa belajar, atau
12
masa sekolah rendah, 14-21 tahun, masa remaja atau pubertas, masa peralihan
dari anak menjadi orang dewasa”20
Sebagaimana dalam hadis sebagai berikut:
ل لدكم بالص ىم مرا ا ا ة فرق ىم ابناء عشر, ىم علييا اضرب ابناء سبع سنين
بينيم ف المضا جع )راه اب دد(
Artinya: “perintahkanlah anak-anak kalian shalat ketika usia mereka
tujuh tahun; pukullah mereka karena (meninggalkan)-Nya saat berusia
sepuluh tahun; dan pisahkanlah mereka di tempat tidur.” (H.R Abu Daud).21
Umur anak-anak 7-14 tahun. Pada tahap ini kita mula menanamkan nilai
disiplin dan tanggung jawab kepada anak-anak. Menurut hadist Abu Daud,
“Perintahlah anak-anak kamu supaya mendirikan sholat ketika berumur
sepuluh tahun dan asinngkanlah tempat tidur mereka (laki-laki dan
perempuan). Pukul itu pula bukanlah untuk menyiksa, Cuma sekedar untuk
mengingatkan mereka. Janganlah dipukul bagian muka karena muka adalah
tempat penghormatan seseorang. Allah SWT menciptakan sendiri muka Nabi
Adam as. Sehingga, anak-anak akan lebih bertanggung jawab pada setiap
20
Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan) (Bandung: Mandar Maju, 2007),
h. 28. 21
Bukhari Umar, Hadis Tarbawi Pendidikan Dalam Persepektif Hadis (Jakarta: Amzah, 2012),
h. 63.
13
suruhan terutama dalam mendirikan shalat. Inilah masa terbaik bagi kita dalam
memprogramkan kepribadian dan akhlak anak-anak mengikuti accuan Islam.22
Pada fase ini, belajar adalah hal yang paenting bagi anak-anak. Pada
pemberian ilmu kepada anak baik orang tua memberikkan suatu motivasi
kepada sang anak, yaitu disunnahkan oleh Nabi SAW bahwa apabila anak
sebelum belajar berikanlah ia sebuah do’a untuk bisa menangkap ilmu yang
diberikan. Pada masa ini, anak-anak memiliki potensi yang kuat untuk
menghapal apapun yang sampai ke pendengarannya. Karena itu proses belajar
menjadi sangat penting untuk menanamkan berbagai pengetahuan dan
membuatnya tetap melekat dalam ibgatan anak.23
Dari hasil pra survey pada tanggal 17 September 2017 wawancara
penulis dengan tokoh masyarakat bahwa:
“Sebagian besar masyarakat yang ada di Desa Sukajaya adalah beragama
Islam. Namun demikian, mereka kurang memperhatikan pendidikan Islam
anaknya dan cenderung lebih memusatkan perhatiannya pada persoalan
bagaimana menambah pemasukan keluarga yang lebih besar. Karena sebagian
besar penghasilan orang tua di Desa Sukajaya adalah seorang petani.”24
Namun, dari sekian faktor yang penyebab itu, penyebab utama adalah
karena kurangnya pendidikan akhlak dan hilangnya keteladanan yang baik dari
orang tua dalam keluarga. Orang tua terlau memperhatikan kesejahteraan
22
Kalwati, 4 Tahap Mendidik Anak Cara Rasulullah Saw, (On-Line), https://id-
id.facebook.com/notes/kalwati/4-tahap-mendidik-anak-cara-rasulullah-saw/1797952253676875/,(19
September 2017) 23
Romlah, Pendidikan Islam Informal (Bandar Lampung: Fakta Proses Fakultas Tarbiyah IAIN
Raden Intan Lampung, 2012), h.73-74. 24
Zakwan Safili, wawancara dengan penulis, Sukajaya, 17 September 2017.
14
materi anak, sementara santapan rohani anak berdasarkan prinsip-prinsip
agama, etika dan sopan santun terabaikan.25
Tidak sedikit ditemukan orang tua yang merasa bangga kepada anaknya,
karena anaknya memperlihatkan prestasi belajar yang tinggi dalam mata
pelajaran matematika, fisika, kimia, atau bahasa inggris. Sebalinya, tidak
jarang ditemukan orang tua yang menunjukkan sikap biasa-biasa saja atau tidak
merasa sedikit ketika melihat nilai pelajaran agama anaknya rendah.26
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk menelaah lebih
lanjut dalam bagaimana pendidikan akhlak dalam keluarga yang diterapkan
oleh orang tua di Desa Sukajaya dan juga tingkat pengamalan akhlak mereka
yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan anak.dan juga dilihat dari segi
kehidupan anak sehari-hari melalui proses bimbingan dan latihan keagamaan di
lingkungan masyarakat dan keluarga itu sendiri.
D. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, beberapa
masalah dapat diteliti sebagai berikut:
1. Kurangnya pengawasan dari orang tua
2. Orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaannya sehingga kurang pengawasan
terhadap pendidikan akhlak anak.
25
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah
Persepektif Pendidikan Islam (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 32 26
Syaiful Bahri Djamarah, Ibid, h. 32
15
3. Pelaksanaan pendidikan akhlak di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau
Kabupaten Pesawaran sudah baik namun tidak banyak dari orang tua belum
mengerti benar dalam memberikan pendidikan agama Islam terhadap anak
terutama dalam membina akhlak.
4. Mengingat pendidikan akhlak merupakan salah satu faktor yang sangat
penting bagi anak di desa Sukajaya.
5. Sebagian anak di Desa Sukajaya akhlaknya sudah cukup baik.
E. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas pembatasan masalah dalam
penelitian ini adalah:
1. Penulis membatasi masalah yang ada hanya pada pelaksaan pendidikan
akhlak dalam keluarga di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau
Kabupaten Pesawaran.
2. Penelitian ini dibatasi hanya pada anak kisar 7-14 tahun.
F. Rumusan Masalah
Menurut Sumadi Suryabrata, “ masalah atau permasalahan adalah
kesenjangan antara das sollen dan das sein, ada perbedaan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam keyataannya, antara apa yang diperlukan
dan apa yang tersedia, diantara harapan dan kenyataan.27
27
Sumandi Suryabrata, Metodologi Penellitian (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013), h. 12.
16
Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat dipahami bahwa yang
dimkasud dengan maslah adalah suatu kesengajaan yang terjadi antara suatu
harapan dan kenyataan yang tidak sesuai sehingga adanya suatu pemecahan.
Adapun rumusan maslah yang penulis ajukan yaitu: “ Bagaimana
Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Anak Dalam Keluarga Di Desa Sukajaya
Kecamtan Way Khilau Kabupaten Peswaran ?”
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tuujan yang di capai penulis dalam penellitian ini adalah:
Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan akhlak anak
dalam pendidikan keluarga di desa sukajaya kecamatan way khilau
kabupaten pesawaran.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah:
a. Untuk memberikan sumbangsih pemikiran dalam mencari alternative
pemecahan maslah dalam pembinaan akhlak anak supaya mempunyai
kepribadian yang baik dan budi pekerti yang luhur.
b. Memberikan informasi mengenai pelaksaan pendidikan akhlak anak
dalam keluarga di desa Sukajaya.
c. Memberikan informasi bahwa dalam proses pelaksaan pendidikan
akhlak anak dalam keluarga mempunyai peran dan konstribusi yang
besar terhadap pembinaan akhlak anak di desa Sukajaya.
17
d. Untuk menambah wawasan di dalam bidang ilmu pengetahuan Islam
bagi penulis, terutama dalam pembinaan dan pendidikan Islam bagi
anak usia sekolah.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Pendidikan Akhlak
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” yang diberi awalan me-
sehingga menjadi “mendidik”, yang memiliki makna memelihara dan memberi
latihan (ajaran, pimpinan), mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Lebih
lanjut dalam kamus besar bahasa indonesia, pendidikan memiliki arti suatu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran.1
Sedangkan pengertian Pendidikan dalam Kamus Besar bahasa Indonesia
berasal dari kata didik yang berarti memelihara dan memberi latihan (ajaran,
tuntunan, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Selanjutnya
disebutkan bahwa pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, cara mendidik. Dalam bahasa
Inggris pendidikan (education) berasal dari kata educate (mendidik) artinya
memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to
develop). Mc Leod (1989) dalam Muhibbin memberikan pengertian bahwa
pendidikan adalah perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan. Kemudian Muhibbin menambahkan pengertian pendidikan yang
1 Skripsi- Tarbiyah PAI.blongspot.co.id/20/2015/01. Pengertian Pendidikan Akhlak
Menurut.html!?=1#, diakses pada tanggal 29 Oktober 2017 pikul 21:01
18
19
agak luas yaitu sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang
memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai
dengan kebutuhan. Proses pendidikan, lanjut Muhibbin -- tidak saja berlangsung
dalam lembaga pendidikan formal saja (sekolah) tetapi dapat juga di lembaga-
lembaga pendidikan luar sekolah (non fornal dan informal), seperti di lingkungan
masyarakat, dan institusi-institusi pendidikan lainnya juga bisa berlangsung dalam
rumah tangga.2
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang sistem pendiidkan nasional Bab 1 pasal 1 ayat dikemukakan bahwa
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan dapat
diartikan sebagai proses belajar bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani manuisa menuju terbentuknya kepribadian
utama. Oleh karena itu, pendidikan di pandang sebagai salah satu aspek
yangmemiliki peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki
kepribadian yang utama.3
2Imam Syafe‟I, “Tujuan Pendidikan Islam”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, Volume 6
(November 2015), h.153-154. 3 Zuhairani, Abdul Ghofur. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Malang: UIN
dan UM Press, 2004), h.1
20
Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama yang
dikenal anak, hal ini disebabkan karena kedua orang tuanyalah yang pertama
dikenal anak dan diterimanya pendidikan, bimbingan, perhatian dan kasih
sayang yang terjalin antar kedua orang tua dengan anak-anaknya yang
merupakan basisi ampuh bagi pertumbuhan dan perkembangan psikis serta
nilai-nilai sosial dan religious pada diri anak didik. Dalam keluarga anak mulai
mengenal hidupnya, hal ini harus disadari dan dimengerti oleh tiap orang tua.
Bahwa anak dilahirkan dalam lingkungan keluarga yang tumbuh dan
berkembang sampai anak melepas diri dari ikatan keluarga.
Anak dalam pertumbuhannya memerlukan contoh. Dalam islam
percontohan yang diperlukan itu disebut uswatun hasanah atau keteladanan.
Keteladanan ini pertama kali diperoleh oleh lingkunngan keluarga. Biasanya
seseorang anak akan mencontoh perbuatan orang yang terdekat orang yang
dicintai, orang yang dikagumi atau oreang yang memiliki kewibawaan.
Kewibawaan pada diri seseorang itu muncul karena kelebihan yang disandang
oleh orang yang bersangkutan. Selain keluarga terutama orangtua, uswatun
hasanah diperoleh lewat bacaan, guru, tokoh masyarakat yang dikenali.4
Kata akhlak menurut bahasa (etimologi) adalah jamak dari kata khuluq
yang berarti budi pekerti, tingkah laku, perangai, atau tabi‟at.5 Sebagaiman
tercantum dalam Al-Qur‟an surat Al-Qalam ayat 4:
4 Imam Suprayoga, Pendidikan Berparadigma Al-Qur‟an (Malang: Aditya Media, 2004), h. 6
5Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak (Yogyakarta: LPPI, 2000), h.1
21
Artinya: “dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”
(Q.S Al-Qalam:4)6
Tabiat atau watak dilahirkan karena hasil perbuatan yang diulang-
ulang sehingga menjadi biasa. Kata akhlak dalam bahasa Inggris, dan ethos,
ethios, dalam bahasa Yunani. Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama yaitu
ilmu yang berusaha mengenalkan tingkah laku manusia kemudian memberi
nilai kepada perbuatan baik buruk .
Akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara
hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu,
membentuk suatu kesatuan tindak akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian. Dari keseharian itu lahirlah perasaan-persaan moral , yang
terdapat didalam diri manusia sebagai fitrah, sehingga ia mampu membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan mana yang
tidak berguna.
Dari sana timbul bakat akhlaki yang merupakan kekuatan jiwa dari
dalam, yang mendorong menusia untuk melakukan yang baik dan mencegah
6Departemen Agama RI, Op.Cit, h.564
22
yang buruk. Allah swt mendorong manusia untuk memperbaiki akhlaknya bila
ia terlanjur salah. 7
Urgentnya pendidikan akhlak ini terhadap anak karena ia merupakan
sesuatu yang menjadi tingkah laku (sulukiah) dalam kehidupan sehari-hari dan
menjadi cermin hidup seseorang dalam bermasyarakat maupun bernegara.
Akhlak adalah implementasi dari iman dalam segala bentuk prilaku,
pendidikan dan pembinaan akhlak anak. Keluarga dilaksanakan dengan contoh
dan teladan dari orang tua, prilaku sopan santun orang tua dalam pergaulan dan
hubungan antara ibu, bapak, dan masyarakat.
Akhlak pada tiap-tiap pribadi maupun ikatan yang sangat kuat dan
senantiasa mengikat antara satu dengan yang lainnya. Bila ikatan akhlak ini
telah merusak maka rusak pulalah hubungan manusia. Akibatnya jalinan
kemasyarakatanpun akan kedodoran. “ bila ikatan social telah putus, maka
kekuatan itu akan berserakan.”8
Berdasarkan beberapa definisi tentang pendidikan dan akhlak dapat
penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendidikan akhlak adalah
usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seseorang pendidik untuk
membentuk kepribadian yang baik pada seorang anak didik baik dari segi
7Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah (Jakarta: CV, Ruhama,
1996), Cet ke-2, h.10 8 Rachman H. Habanakah, Cara-cara Musuh Islam Menghancurkan Akhlak Kaum Muslimin
(Jakarta: Buku Andalan, 1990), h. 16
23
jasmani maupun rohani, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah
swt.
2. Landasan Pendidikan Akhlak
Dalam Islam, dasar atau alat pengukur yang menyatakkan bahwa sifat
seseorang itu baik atau buruk adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah. Segala sesuatu
yang baik menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah, itulah yang baik untuk dijadikan
pegangan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, segala sesuatu yang buruk
menurut Al-Qur‟an dan As-Sunnah berarti tidak baik dan harus dijauhi.9
Atau dengan kata lain, Akhlak bersumber pada Al-Qur‟an yang
merupakan wahyu Allah yang tidak diragukan keasliannya dan
kebenarannya.10
Dengan Nabi Muhammad saw sebagai the living Qur‟an.
Akhlak Islam adalah sebagai alat untuk mengontrol semua perbuatan
manusia, dan setiap perbuatan manusia diukur dengan satu sumber yaitu Al-
Qur‟an dan Al-Hadist.
Kepentingan akhlak dalam kehidupan manusia dinyatakan dengan
jelas dalam Al-Qur‟an. Al-Qur‟an menerangkan berbagai pendekatan yang
meletakkan Al-Qur‟an sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai-nilai
dan akhlak yang paling jelas. Pendekatan Al-Qur‟an dalam menerangkan
akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoretikal, melainkan dalam bentuk
9Ibid. h. 20
10 Mansur, Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.
224.
24
konseptual dan penghayatan. Akhlak mulia dan akhlak buruk digambarkan
melalui perwatakan manusia, dalam sejarah dan dalam realitas kehidupan
manusia semasa Al-Qur‟an. Sebagaimana dalam firma Allah swt:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-
Ahzab: 21)11
Dalam Islam, akhlak memiliki posisi yang sangat penting, karena akhlak
memberikan peranan yang penting dalam kehidupan, baik yang bersifat
individual maupun kolektif. Al-Qur‟an meletakkan dasar-dasar akhlak mulia.
Demikian pula Al-Hadist telah memberikan porsi cukup banyak dalam bidang
akhlak.
Nabi Muhammad saw pun menggambarkan bahwa orang yang paling
sempurna keimanannya diantara umatnya adalah orang yang paling baik
akhlaknya atau orang yang paling baik budi pekertinya.
Paparan ini dengan jelas menunjukan bahwa risalah Islam
memperjuangkan kesempurnaan, kebaikan, dan keutamaan akhlak atau budi
11
Departemen Agama RI,Op.Cit, h. 420
25
pekerti, sehingga umat Islam diharapkan merupakan model terbaik bagi
implementasi akhlak mulia, sebagaimana diperlihatkan oleh Rasulullah saw.12
3. Tujuan Pendidikan Akhlak
Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi
pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat- istiadat yang baik sesuai
dengan ajaran Islam. Jika diperhatikan ibadah-ibadah inti dalam Islam
memiliki tujuan pembinaan akhlak mulia. Sholat betujuan mencegah seseorang
untuk melakukan perbuatan-perbuatan tercela, zakat disamping bertujuan untuk
menyucikan harta juga bertujuan menyucikan diri dengan memupuk
kepribadian mulia dengan cara membantu sesama, puasa bertujuan untuk
mendidik diri untuk menahan diri dari berbagai syahwat, haji bertujuan
memunculkan rasa tenggang rasa dan kebersamaan.
Hal ini memberikan gambaran bahwa tujuan akhlak dapat dibagi menjadi
dua macam, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus, secara umum tujuan
pendidikan akhlak adalah membentuk kepribadian seorang muslim yang
memiliki akhlak yang mulia baik secara lahiriah maupun batiniah.13
Sedangkan tujuan pendidikan akhlak secara khusus adalah:
1. Memahami nilai-nilai akhlak di lingkungan keluarga, lokal, nasional
dan internasional melalui adat istiadat, hukum, undang-undang dan
tatanan antar bangsa.
12
Rosihun Anwar, Akhlak Tasawuf (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.24 13
Abudin Nata, Akhlak Tasawuf ( Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.13
26
2. Mengembangkan watak atau tabiat nya secara konsisten dalam
mengambil keputusan akhlak ditengah-tengah rumitnya kehidupan
masyarakat saat ini.
3. Mempu menghadapi masalah nyata dalam masyarakat secara rasional
bagi pengambilan keputusan yang terbaik setelah melakukan
pertimbangan sesuai dengan norma budi pekerti.
4. Mampu menggunakan pengalaman budi pekerti yang baik bagi
pembentukan kesadaran dan pola prilaku yang berguna dan
bertanggung jawab atas tindakan yang dilakukan.14
4. Materi Pendidikan Akhlak
Materi pendidikan akhlak atau karakter perlu merekomendasikan nilai-
nilai akhlak.
Secara garis besar akhlak manusia terdiri atas akhlak yang baik (al-
akhlaq al mahmudah) dan akhlak yang tercela (al akhlak al mazmumah).
1. Akhlak terpuji (al-akhlaq al-mahmudah)
Akhlak terpuji atau al akhlak al mahmudah maksudnya adalah
perbuatan-perbuatan yang baik yang datang dari sifat-sifat batin yang ada
dalam hati menurut syara‟, sifat-sifat itu biasanya disandang oleh para
rasul, anbiya, aulia dan orang-orang yang salih. Adapun syarat-syarat
diterima tiap amal salih itu dilandasi dengan sifat-sifat terpuji juga antara
lain sebagai berikut:
a) Ikhlas, artinya beramal karna Allah
b) Wara‟ artinya meninggalkan setiap hal yang haram atau yang ada
subhatnya.
14
Nurul Zuriah, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Persepektif Perubahan ( Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), h. 67
27
c) Zuhud, artinya meninggalkan sifat tamak atau serakah,
meninggalkan yang bagus-bagus baik berupa makanan, pakaian,
rumah dan lain-lain.
2. Akhlak Tercela (al-akhlaq al-mazmumah)
Sifat-sifat tercela atau keji atau al-akhlaq al-mazmumah menurut
syara‟ dibenci oleh Allah dan Rasul-Nya yaitu sifat-sifat ahli maksiat
kepada Allah. Sifat-sifat itu sebagai sebab tidak diterimanya amalan-
amalan manusia antara lain:
a) Ujub, yakni melihat kebagusan dan kebajikan diri sendiri dengan
ajaib hingga dia memuji akan dirinya sendiri.
b) Takabur, membesarkan diri atas yang lain dengan pangkat, ilmu,
harta dan amal.
c) Riya‟, yakni beramal dengan tujuan ingin mendapatkan pangkat,
harta, nama, pujian, sebagai lawan dari ikhlas.
d) Hasad, yakni dengki, suka harta dunia baik halil maupun haram,
lawan dari wara‟ dan zuhud. Akhlak tercela lainnya adalah
mengumpat, namimah, main judi, mencuri dan lain-lain.15
Muhammad Abdullah Daraz dalam buku Dustur Al-Akhlak Fi Al-Qur‟an,
membagi akhlaq atas lima bagian.16
15
Mansur, Op. Cit, h. 240 16
Rosihun Anwar, Op. Cit, h. 29
28
1. Akhlak pribadi;
a) Yang diperintah (awamir)
b) Yang dilarang (nawahi)
c) Yang dibolehkan (mubahat)
d) Akhlak dalam keadaan darurat.
2. Akhlak berkeluarga;
a) Kewajiban antara orang tua dan anak
b) Kewajiban suami istri
c) Kewajiban terhadap karib kerabat
3. Akhlak bermasyarakat;
a) Yang dilarang
b) Yang diperintahkan
c) Kaidah-kaidah adab
4. Akhlak bernegara;
a) Hubungan antara pemimpin dan rakyat
b) Hubungan dengan luar negeri
5. Akhlak beragama;
a) Kewajiban terhadap Allah swt
b) Kewajiban terhadap Rasul
Dalam persepektif lain, akhlak dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
29
a) Akhlak jabaliyah (bawaan) yaitu akhlak yang diciptakan Allah
secara fitrah pada seseorang.
b) Akhlak ikhtisabiyah (diupayakan) yaitu akhlak yang diperoleh
melalui pembelajaran dan pembiasaan.17
Akhlak adalah nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh
dilaksanakan bukan karena sekedar kebiasaan, tetapi berdasar
pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik.
5. Metode Pendidikan Akhlak
Metode secara etimologi bersal dari bahasa Yunani “metodos” yang
terdiri dua kata yaitu “metha” yang berarti melaui atau melewati dan “hodos”
yaitu jalan atau cara. Metode berarti jalan yang dilalui untuk mencapai
pendidikan.18
Metode dalam bahasa Arab disebut dengan at-thariq, artinya adalah
jalan. Jalan adalah sesuatu yang dilalui supaya sampai tujuan. Mengajarkan
akhlak kepada anak hendaknya menggunakan menggunakan jalan yang tepat
atau yang lebih tepatnya cara dan upaya yang dapat dilakukan.19
17
Ibid. h. 32 18
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 65 19
Syamsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama,
2011), h. 57
30
Menurut kamus besar bahasa indonesia metode adalah cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu perlajaran agar tercapai sesuai dengan
yang dikehendaki.20
Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang
harus dilalui untuk menyampaikan atau menyajikan bahan pelajaran agar
tercapai tujuan yang dimaksudkan adapun metode-metode yang dapat
digunakan adalah sebagai berikut:
a. Metode keteladanan
Metode keteladan adalah menunjukkan tindakan terpuji bagi anak
dengan harapan anak mau mengikuti tindakan terpuji tersebut. Keteladan
pendidik bagi peserta didik adalah dengan menampilkan prilaku mencontoh
Nabi Muhammad SAW, seperti tawadhu‟ sabar, ikhlas, jujur dan
meninggalkan akhlak tercela. Ulwan mengatakan bahwa metode
keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan
terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral,
spiritual, dan etos sosial anak.21
b. Metode kisah-kisah yang mengandung nilai akhlak
Anak suka mendengarkan cerita-cerita atau kisah-kisah yang diberikan
oleh orang tuanya. Kisah-kisah yang mengandung nilai akhlak banyak
20
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), Edisi ke-3. Cet IV, h. 740 21
Muhammad Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Pendidikan Sosial Anak
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h.142
31
dikemukakan dalam ajaran Islam antara kisah Nabi-nabi dan umat mereka
masing-masing, kisah yang terjadi dikalangan Bani Israel, kisah perjalanan
Isra‟ Mi‟raj Nabi Muhammad saw dan lain-lain. Sejak zaman dahulu, tiap
bangsa dimuka bumi ini mempunyai kisah-kisah yang mengandung nilai-
nilai moral yang dipakai untuk mendidik anak cucu atau generasi mudanya.
Karena sangat penting kedudukan kisah dalam kehidupan manusia, agama
Islam memakai kisah untuk secara tidak langsung membawa ajaran-
ajarannya dibidang akhlak, keimanan dan lain-lain.
c. Metode pembiasaan dan latihan peribadatan
Peribadatan seperti sholat, puasa, zakat, haji, berbuat baik, suka
menolong, hormat, jujur, sopan dan nilai-nilai akhlak perlu dibiasakan atau
diadakan latihan. Apabila latihan-latihan ini betul-betul dikerjakan dan
ditaati, akan lahirlah akhlak yang baik pada diri seseorang yang
mengerjakannya sehingga orang itu menjadi orang Islam yang berbudi
luhur.
d. Metode nasihat
Metode nasihat adalah sajian bahasan tentang kebenaran dan
kebajikan dengan maksud mengajak orang yang dinasehati untuk
menjauhkan diri dari bahaya dan membimbingnya ke jalan yang
bahagia dan berfaedah baginya, dengan kata lain metode nasihat adalah
32
metode yang digunakan untuk mengungah perasaan seseorang, memotivasi
anak untuk segera beramal sholeh atau berprilaku terpuji.
e. Metode perumpamaan
Metode perumpamaan merupakan salah satu metode yang sering
digunakan dalam Al-Qur‟an dan Hadist Rasulullah saw dan sumber-sumber
yang lainnya, yang mengandung unsur keindahan sastra, yang mengandung
nilai akhlak.
f. Metode demokratis
Metode demokratis menekankan pencarian secara bebas dan
penghayatan nilai-nilai hidup dengan langsung melibatkan anak untuk
mengemukakan nilai-nilai tersebut dalam pengawasan pendampingan dan
pengarahan guru atau orang tua.
g. Metode pencarian bersama
Metode ini menekankan pada pencarian bersama yyang melibatkan
anak, atau siswa dengan guru. Pencarian bersama lebih berorientasi pada
diskusi atas soal-soal aktual yang terjadi dalam masyarakat, di mana dari
proses ini diharapkan menumbuhkan sikap berpikir logis, analisis,
sistematis, argumentatif untuk dapat mengambil nilai-nilai hidup dari
masalah yang diolah bersama.
h. Metode penjernihan nilai
Metode ini dilakukan dengan dialog aktif dalam bentuk sharing atau
diskusi mendalam dan intensif sebagai pendampingan agar anak tidak
33
mengalami pembelokan nilai hidup. Anak diajak untuk secara kritis melihat
nilai-nilai hidup yang ada dalam masyarakat dan bersikap terhadap situasi
tersebut. Penjernihan nilai dalam kehidupan amat penting, sebab apabila
kontradiksi atau bisa tentang nilai dibiarkan dan seolah dibenarkan maka
akan terjadi kekacauan pandangan dalam hidup bersama.22
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Sulaeman, dalam pengertian psikologis, keluarga adalah
tempat tinggal bersama dan masing-masing anggota merasakan adanya
pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, saling
memperhatikan, dan saling menyerahkan diri. Sedangkan dalam pengertian
pedagogis, keluarga adalah “satu” persekutuan hidup yang dijalin oleh kasih
sayang antara pasangan dua jenis manusia yang dikukuhkan dengan
pernikhan, yang bermaksud untuk saling menyempurnakan diri. Dalam
usaha yang saling melengkapi dan saling menyempurnakan diri itu
terkandung perealisasian peran dan fungsi sebagai orang tua.”23
“keutuhan” orang tua (ayah dan ibu) dalam sebuah keluarga sangat
dibutuhkan dalam membantu anak untuk memiliki dan mengembangkan
dasar-dasar disiplin diri.”24
22
Zuebedi, ibid, h.247 23
Moh. Shochib, Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 17-18 24
Ibid, h. 18
34
Orang tua dalam kelurga mempunyai peranan dalam membentuk
pribadi yang pertama, karena kepribadian orang tua merupakan cermin bagi
terwujudnya kepribadian atau khlak anak selanjutnya. Hal ini dikatan oleh
Agus Sujanto bahwa: “Peranan ayah dan ibu amat menentukan karena
mereka berdualah yang memeggang tanggung jawab seluruh keluarga,
mereka jugalah yang menetukan keamanan keluarga itu akan dibawa, apa
yang harus diberikan dan sebagainya adalah sama sekali ditentukan oleh
mereka berdualah.25
2. Fungsi Keluarga
Selaras dengan fungsi keluarga yang memiliki delapan fungsi, ikhtiar
untuk membangun keluarga bahagia juga berdasarkan pada delapan kerja
pokok. Delapan fungsi dan kerja yang dimaksud dapat dipahami pada table
berikut ini:
Tabel.2
Fungsi Keluarga Beserta Program Kerjanya
No Fungsi Keluarga Program Kerja Keluarga
1. Fungsi Keagamaan Membangun keluarga yang agamis,
menjaga iman, serta mengamalkan
ajaran Al-Qur‟an dan Sunnah
Rasulullah saw.
2. Fungsi Sosial Budaya Membangun keluarga yang peka
25
Agus Sujanto, Psikologi Kepribadian (Jakarta: Aksara Baru, 2004), h.9
35
terhadap situasi dan masalah sosial
serta mampu mengemban tugas
amar makruf nahi munkar
(menyebarluaskan nilai-nilai
budaya yang positif dan melanggar
nilai-nilai budaya yang negatif).
3. Fungsi Cinta Kasih Membanguun hubungan keluarga
yang didasari oleh cinta kasih.
4. Fungsi Melindungi Membangun kerja sama antar
anggota keluarga sikap saling
melindunngi dari baerbagai bahaya
dan ancaman.
5. Fungsi Refroduksi Membangun hubungan seks suami-
istri sesuai kaidah-kaidah ajaran
Islam dan lainnya yang berkaitan
dengan persoalan refroduksi.
6. Fungsi Sosialisasi dan
Pendidikan
Mengembangkan potensi positif
dalam diri setiap anggota keluarga
dan membangun madrasah
keluarga yang seimbang antara
pendiidkan duniawi dan ukhrawi.
36
7. Fungsi Ekonomi Membangun keluarga yang mampu
secara ekonomi.
8. Fungsi Pembinaan
Lingkungan
Membangun pengaruh positif dan
menjadi suri teladan bagi
lingkungan sekitarnya.
Demikianlah beberapa ikhtiar membangun keluarga bahagia, sejahera,
dan Islami yang diridhai dan dirahmati oleh Allah swt.26
Konsep keluarga telah banyak diuraikan pada bagian terdahulu dimana
keluarga pada hakikatnya adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
dari suami-istri, atau suami, istri dan anak-anaknya, atau ayah dan anaknya,
atau ibu dan anaknya.27
Dalam hal fungsi dan peranan keluarga sebagai pranata pendidikan, apa
yang diamatkan oleh Undang-Undang RI No. 2 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yakni keluarga sebagai pranata:
a. Yang Memberikan Keyakinan Agama
DalamAl-Qur‟an kisah-kisah para Rasul dan Sholihin seperti apa yang
dilakukan oleh Nabi Ibrahim a.s dengan Nabi Ismail putranya, Nabi
Zakaria a.s dengan Siti Maryam, Luqmanul Hakim dengan putranya.
Dengan sendirinya kehidupan beragama sehari-hari orang tua atau orang
26
Muhammad Zaairul Haq, Sekar Dina Fatimah, Cara Jitu Mendidik Anak Sholeh dan Sholeha
( Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2015), h.55-56) 27
Agus Sujanto, Op. Cit h.18
37
yang dituakanyang patut menjadi teladan dalam keluarga sangat
mempengaruhi.28
b. Yang menanamkan nilai-nilai moral dan budaya
Ada sejumlah hadist Nabi saw yang menjelaskan masalah ini, antara
lain:
1) Memberikan nama yang bagus (an yushina ismahu)
2) Memberikan makanan yang halal (an yuth‟imahu bihalalin)
3) Mengajarai membaca Al-Qur‟an (an-yu‟ addibahu ta‟diban
hasanan).
4) Melatih sopan santun (an-yu „addibahu ta‟diban hasanan)
5) Mencintai Nabi Muhammad saw (hubban Nabiyyi).29
c. Yang memberikan teladan
Fungsi ini terasa bertambah sulit dilakukan, mengingat kenyataan
masa sekarang anak-anak (atau anggota keluarga yang lebih muda)
mendapat pendiidkan yang lebih tinggi diluar lingkungan keluarga, dari
pada orang tuanya atau anggota keluarga yang lebih tua, sehingga
pengaruh orang tua dalam memberikan pegangan dan teladan yang
banyak menurun dan terasa menjadi sulit mewujudkan budaya
prefiguratif (yang muda mengikuti yang lebih tua) dan justru yang
28
Muhammad Tholhah Hasan, Islam & Masalah Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lantabora
Press, 2004), h. 48. 29
Ibid.h. 48-50
38
berkembang adalah budaya co-figuratif (mengikuti teman sebaya). Itu
sebabnya Nabi saw selalu memperingatkan, agar kita tidak melupakan
hak-hak anggota keluarga yang harus mendapatkan atensi yang cukup.30
d. Yang memberikan keterampilan dasar
Sikap mandiri (al-I‟timad ala an-nafs) merupakan hal yang
ditekankan oleh ajaran Islam, agar nantinya tidak menjadi beban orang
lain. Suatu kenyataan yang sangat memperihatinkan adalah bertambah
kurangnya perhatian orang terhadap peranan keluarga dalam pendiidkan
dan pembinaan kualitas manusia ini. Hal ini terbukti dengan kecilnya
usaha penelitian dan kajian dari kalangan ahli pendidikan sendiri,
sehingga kita semua mengalami kemiskinan acuan yang tersistematis,
kita mengalami kemandekan metodologi pendidikan dalam pranata
keluarga, sehingga peranan keluarga sebagai pranata pendidikan
terabaikan dan mempercayakan pembinaan kualitas manusia kepada
sekolah atau lembaga-lembaga lain diluar keluarga. Padahal kenyataan
yang bayak kita hadapi memberikan bukti bahwa pada umumnya
manusia-manusia yang berkualitas itu berangkat dari lingkunngan
keluarga yang berperan sebagai pranata pendidikan dengan baik.31
30
Ibid. h. 51-52 31
Ibid.h.52-53
39
3. Tanggung Jawab Orang Tua Dalam Mendidik Anak
Pendidikan adalah orang yang paing bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh
potensi anak didik, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi
psikomotorik sesuai dengan nilai-nilai ajaran Isam.32
Orang tua adalah pendidik dalam keluarga. Orang tua merupakan
pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Pendidikan yang
diberikan oleh orang tua kepada anaknya bersifat kodrati, suasana dan
strukturnya berjalan secara alami untuk membangunsituasi pendidikan.
Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan
saling mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Nabi mengajarkan bahwa pendidikan keimanan itu pada dasarnya
dilakukan oleh orang tuanya. Caranya melalui peneladanan dan pembiasaan.
Orang tua adalah orang yang menjadi panutan anaknya. Setiap anak, mula-
mula mengagumi kedua orang tuanya. Semua tingkah orang tuanya ditiru
oleh anak itu. Karena itu, peneladanan sangat perlu. Ketika akan makan,
misalnya ayah membeca Basmallah anak-anaknya menirukan itu.
Tatkala orang tuanya sholat anak kecil itu diajaknsholat, sekalipun
mereka belum menngetahui cara dan bacaannya. Tatkala puasa , orang
tuanya mengajak anak kecil itu makan sahur, meskipun pada pukul sembilan
mereka sudah berbuka. Tatkala sholat idul disana, fitri, anak-anak itu
32
Ibid. h. 84.
40
dibawa kelapangan atau masjid meskipun mereka hanya ribut-ribut saja
tetapi suasana itu akan berpengaruh terhadap merek. Tatkala ayah datang
dari pegajian atau tatkala akan meninggalkan rumah, ucapkan salam.
Begitulah kita lakukan pada ajaran-ajaran yang lain. Pokoknya anak
itu dilatih dengan cara meneladankan, dan itu dibiasakan. Begitu lah yang
dilakukan Nabi Muhammad SAW hasilnya keluarga Nabi saw. dan para
sahabatnya menjadi orang-orang yang beriman kuat.33
Pentingnya pendidikan dalam keluarga karena Allah swt.
memerintahkan agar orang tua memelihara dirinya dan keluarganya agar
selamat dari api neraka.34
Sebagaimana firman Allah swt yaitu sebagai
berikut:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan
keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Q.S At-Tahrim:6)35
Pengertian tentang pentingnya meminta keluarga agar terhindar dari
siksaan api neraka ini tidak hanya semata-mata diartikan api neraka yang
33
Ahmad Tafsir, Op. Cit., h.6-8 34
Ibid. h. 85-86. 35
Departemen Agama RI, Op. Cit., h.561
41
ada di akhirat nanti, melainkan termasuk pula berbagai maslah dan bencana
yang menyedihkan, merugikan dan merusak cita pribadi seseorang.36
Pendidikan keluarga memiliki nilai strategi dalam menunjang
keberhasilan pendidikan selanjutnya. Karenanya tugas dan tanggung jawab
orang tua dalam mendidik anak tidak ringan, beban dan tanggung jawab
pendidikan Islam yang dibebankan kepada orang tua adalah sebagai berikut:
a. Memelihara dan memebsarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling
sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan
dorongan alami untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jesmani maupun rohaniah,
dari berbagai ganguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari
tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama yang
dianutnya.
c. Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh
peluang untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi
mungkin yang dapat dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup muslim.37
Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh Dr. Abdul Nasih „Ulwan,
nahwa ketika manusia dilahirkan dengan fitrah tauhid, akidah, iman kepada
Allah dan atas dasar kesucian dan tidak ternoda, jika baginya dipersiapkan
pendidikan rumah, pergaulan masyarakat yang baik, dan lingkunngan
pelajaran yang penuh iman, maka tidak diragukan lagi anak tersebut akan
36
Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h.
200 37
Zakiah Daradjat, Ilmu Pengetahuan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), h. 38.
42
tumbuh dan berkembang atas dasar keimanan yang mantap, akhlak mulia
serta pendidikan yang benar.38
C. Pelaksaan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga
1. Peran Keluarga dalam Mendidik Anak
Keluarga adalah lingkungan pertama yang dikenal anak. Sejak lahir
anak telah mengenal keluarga sebagai lingkungan yang membimbingnya
untuk hidup. Karena itu, keberadaan keluarga sangat dibutuhkan oleh
anak selama masa dihidup si anak. Dewasa ini keluarga identik dengan
istilah famili.
Keluarga adalah unit pertama dan institusi dalam masyarakat,
dimana hubungan yang terdapat di dalamnya, sebagian besar sifatnya
hubungan-hubungan langsung. Di situlah berkembangnya individu dan di
situlah terbentuknya tahap-tahap awal pemasyarakatan dan mulai
berinteraksi dengannya, ia memperoleh pengetahuan, keterampilan,
minat, nilai-nilai emosi dan sikapnya dalam hidup, dan dengan itu ia
memperoleh ketentraman dan kenyamanan.39
Anak-anak bukanlah benda mati yang tidak bisa memberikan
penilaian. Kita ingat, bahwa merekapun makhluk independen yang
memiliki kelengkapan biologis yang sama dengan orang tua. Mereka
38
Abdullah Nasih „Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam (Bandung: Remaja Rosda Karya,
1990), H. 48 39
Ramayulisdkk, Pendidikan Islam dalamKeluarga(Jakarta: KalamMulia, 2001), h. 4
43
punya hati, punya akal dan punya kehendak. Mereka enggan melihat
kemunafikan. Sebagaimana orang tua pun enggan melihatnya. Syukurlah
apabila setiap hal yang diperintahkan kepada anak-anak, terlebih dahulu
orang tua meneladankan sedemikian rupa, sehingga anak-anak akan
dengan tulus melaksanakan apa yang diperintahkan orang tua. Karena
yang demikian itu akan lebih mengenai sasaran.
Pendidikan dimulai dari rumah tangga, dilanjutkan di sekolah dan
sekaligus dalam masyarakat. Maka syarat-syarat yang diperlukan dalam
mendidik anak di rumah tangga, sekolah maupun masyarakat adalah
kebutuhan-kebutuhan pokoknya harus dijamin seperti kebutuhan jasmani
(pangan, sandang dan papan) maupun kebutuhan psikis (rasa aman) dan
sosial (hubungan yang baik antara anak dan guru dan hubungan yang
baik antara anak dan masyarakat sekitarnya). Ada perlakuan orang tua
pada umumnya terhadap anak yang pada umum dijumpai dalam keluarga
yaitu:
a) Merasa disayangi, oleh ibu bapak, guru dan kawan-kawan. Anak yang
merasa kurang disayangi, atau kurang diperhatikan kepentingan akan
kebutuhannya, akan merasa hidup menderita.
b) Merasa aman dan tenteram dimana ia tidak sering dimarahi, dihina,
diperlakukan tidak adil, diancam, dimarahi, orang-orang yang
berkuasa di sekelilingnya.
c) Merasa ia dihargai misalnya kalau ia berbicara atau bertanya didengar
dan jawab seperlunya jika ia bersalah ditegur atau dimarahi tidak
dihadapan kawan-kawan yang dia sukai.
d) Merasa sukses sejak kecil ia harus mendidik dan mengajar anak sesuai
dengan kemampuan bakat dan pertumbuhannya, jangan sampai ia
merasa bahwa terlalu jauh yang harus dijangkaunya.
44
e) Terpenuhi kebutuhannya dan kepadanya diberi kesempatan untuk
dapat mengenal sesuatu yang diinginkan.40
Institusi pendidikan utama untuk mendidik dan membina seorang
anak adalah keluarga. Pendidikan yang diberikan dapat keluarga bisa
bersifat baik atau buruk, yang akan menghasilkan kebaikan atau
keburukan, perasaan tertata atau tersesat, masyarakat akan membaik atau
rusak, umat akan menguat atau justru melemah.
2. Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam keluarga
Pendidikan mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik
yang menyangkut derajat kemanusiaan, sehingga mencapai tujuan
hidupnya sesuai dengan asal kejadiannya. Pendidikan yang benar adalah
memberi kesempatan kepada keterbukaan terhadap pengaruh dari luar
dan perkembangan dari dalam diri anak didik. Dengan demikian barulah
fitrah itu diberi hak untuk membentuk pribadi anak dalam waktu
bersamaan dengan faktor dari luar akan mendidik dan mengarahkan
secara operasional mengandung aspek menjaga atau memperbaiki, serta
menumbuhkan atau membina kepribadian anak yang sedang
berlangsung, sehingga dengan adanya pendidikan yang baik dari
pendidik, maka akan tercapai hasil yang baik pula sesuai dengan tujuan
pendidikan Islam.
40
ZakiahDaradjat, Pendidikan Agama dalamPembinaan Mental(Jakarta: BulanBintang, 1975),
h. 42-44
45
Proses pendidikan dalam keluarga juga tidak selamanya berjalan
lancar tanpa hambatan. Pada saat tertentu orang tua atau lingkungan di
luar keluarga mempengaruhi proses pendidikan yang ada. Kapasitasnya
juga tidak menentu. Ada yang ringan, berat dan ada juga yang fatal
permasalahan tersebut. Untuk itu orang tua dan penanggungjawab
pendidikan yang lainnya harus bijaksana dalam menyelesaikan atau
mengatasi masalah tersebut. Berbagai tanggung jawab yang paling
menonjol dan diperhatikan oleh Islam adalah tanggung jawab orang tua
tarhadap anak.
Islam sangat memperhatikan terhadap perkembangan jiwa manusia,
terutama pengawasan yang menyeluruh terhadap pendidikan yang
meliputi terhadap individu dan masyarakat. Juga seluruh tahap
pertumbuhan manusia, yaitu; sejak dari masa kehamilan, proses
kelahiran, masa tumbuh kembang, masa kanak-kanak, masa anak, masa
dewasa (dewasa awal), dan masa tua (dewasa menengah serta akhir).41
Berbagai tanggung jawab yang paling menonjol dan diperhatikan
oleh Islam adalah tanggung jawab orang tua terhadap anak. Pada
hakikatnya tanggung jawab itu adalah tanggung jawab yang besar,
dimulai dari masa kelahiran sangat penting, sebab tanggung jawab itu
dimulai dari masa kelahiran sampai berangsur-angsur anak mencapai
41
Muhammad Zuhaili, PentingnyaPendidikan Islam SejakDini(Jakarta: Ba‟adillah Press, 2002),
h. 17
46
masa balita, pubertas dan sampai anak menjadi dewasa yang wajib
memikul segala kewajiban. Tidak diragukan lagi bahwa orang tua
melaksanakan tanggung jawab secara sempurna dan menjalankan hak-
hak dengan penuh amanah dan kemauan sesuai dengan tuntunan Islam.
Islam menyerukan kepada setiap muslim agar mendidik diri dan
keluarga mereka menjadi pribadi-pribadi yang beriman dan bertakwa
kepada Allah SWT. Ayat Al-Qur‟an di atas menegaskan pentingnya
pendidikan bagi setiap muslim dan orang tua dibebankan untuk memikul
tanggung jawab tersebut.
Masalah akhlak sekarang ini sangat banyak minta perhatian,
terutama dari para pendidik, ulama, pemuka masyarakat dan orang tua.
Tidak henti-hentinya keluhan orang tua yang kebingungan menghadapi
anak-anaknya yang tidak patuh, keras kepala dan nakal. Dan tidak sedikit
guru yang kebingungan menghadapi anak didik, yang tidak dapat
menerima pendidikan dan tidak mau belajar, tapi ingin naik kelas, ingin
lulus ujian dan ingin memaksakan kehendaknya kepada guru.
Akhlak yang terbentuk pada diri anak juga merupakan hasil didikan
orang tua, di samping hasil didikan sekolah dan masyarakat. Orang tua
bertanggung jawab memberikan pendidikan akhlak kepada anak. Akhlak
orang tua akan menjadi teladan bagi anak-anaknya jika orang tua tersebut
memiliki akhlak yang baik, namun akan berakibat buruk jika orang tua
memiliki akhlak yang buruk dan itu dicontohkan oleh anak.
47
Jika pendidikan anak jauh dari pada akidah Islam, terlepas dari
arahan religius dan tidak berhubungan dengan Allah, maka dasar
kefasikan, penyimpangan, kesesatan dan kekafiran. Bahkan ia akan
mengikuti hawa nafsu dan bergerak dengan motor negatif dan bisikan-
bisikan setan, sesuai dengan tabiat, fisik, keinginan dan tuntutannya yang
rendah.42
Pendidikan agama kepada anak-anak merupakan pendidikan dasar
bagi anak-anak tersebut, karena pada masa perkembangan dan
pertumbuhan ini anak-anak akan dapat terbiasa dalam melaksanakan
kebiasaan baik yang telah diajarkan oleh pendidik mereka. Rasulullah
adalah teladan yang baik bagi setiap muslim dalam mendidik anak. Islam
menegaskan bahwa di dalam diri Rasulullah, umatnya bisa menemukan
teladan bagi akhlak yang terpuji.
Dari sini Rasulullah SAW sangat memperhatikan agar para
pendidik selalu tampil di depan anak didiknya dengan penampilan yang
bisa dijadikan sebagai teladan yang baik, dalam segala hal. Sehingga,
anak didik sejak usia pertumbuhannya bisa tumbuh dalam kebaikan,
sejak kecil sudah mengenal akhlak yang luhur.
Rasulullah selalu menyerukan kepada setiap manusia, khususnya
umat Islam untuk membentuk akhlak-akhlak anak mereka ke arah akhlak
42
Muhammad Nashih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Pendidikan Sosial Anak
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990), h.175
48
yang terpuji dan sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Rasulullah banyak
meninggalkan pesan-pesan akhlak bagi umatnya, dan agar umatnya
selalu mematuhi pesan itu.
Faktor-faktor yang menimbulkan gejala-gejala kemerosotan moral
dalam masyarakat modern sangat banyak dan yang terpenting
diantaranya adalah kurang tertanamnya jiwa agama dalam hati tiap-tiap
orang dan tidak dilaksanakannya agama dalam kehidupan sehari-hari,
baik oleh individu maupun oleh masyarakat.43
Setiap perkembangan anak baik jiwa maupun fisik hendaknya
selalu di bawah pengawasan orang tua. Terkadang kelalaian orang tua
memperhatikan perkembangan anak, menyebabkan anak jauh dari
pribadi-pribadi yang Islami.
Adapun pendekatan yang digunakan orang tua dalam membina
akhlak anak adalah:
a) Metode Keteladanan. Metode yang paling mendominasi pendidikan
akhlak yang disampaikan Nabi SAW adalah metode keteladanan.
Nabi SAW memberikan contoh dirinya sendiri sebagai perbandingan
dalam berakhlak mulia.44
Melalui keteladanan yang diperlihatkan guru
agama, bisa menjadi panutan dan contoh bagi masyarakat, terutama
bagi mereka yang kehilangan figur panutan. Berbagai sifat yang
dimiliki Rasullulah patut untuk dijadikan teladan bagi siapa saja
pendidik/guru yang ingin mendidik peserta didik mereka menjadi
manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.
Meskipunpadapelaksanaannyahalinitidaksemudah yang dibayangkan.
b) Metode Kebiasaan. Islam menggunakan kebiasaan itu sebagai salah
satu teknik pendidikan, lalu mengubah seluruh sifat-sifat baik menjadi
43
ZakiahDaradjat, Op. Cit., hlm. 65 44
Moh.SlametUntung, Muhammad Sang Pendidik(Semarang: PustakaRizki Putra, 2005), h.153
49
kebiasaan, sehingga jiwa dapat menunaikan kebiasaan, tanpa
menemukan kesulitan. Dalam hal ini, guru agama bisa membiasakan
masyarakat mengerjakan prilaku yang berdampak kepada kebaikan
melalui interaksi sehari-hari.
c) Metode Nasihat. Seorang ulama sebagai pengajar yang baik akan
selalu menggunakan cara yang terbaik dalam memberikan nasehat
kepada anak didiknya agar mereka senang dan rela menerima
nasehatnya. Bagi seorang pendidik, nasehat yang diberikan itu jangan
sampai mempertajam timbulnya perbedaan dan pendapat dan sikap
permusuhan di antara peserta didiknya.45
Dengan pendekatan ini
diharapkan mampu memberikan perubahan bagi moral masyarakat.
Saling sehat-menasihati merupakan budaya Islami yang telah
dikembangkan sejak zaman Nabi hingga para sahabat
mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Menurut Atiyah Al-Abrasyi ada beberapa bentuk pendidikan
agama kepada anak antara lain:
a) Pendidikan secara langsung, yaitu dengan cara menggunakan petunjuk
tuntunan, nasehat, menyebutkan manfaat dan bahaya-bahayanya
sesuatu, dimana dijelaskan hal-hal yang bermanfaat dan yang tidak,
menuntut kepada amal-amal yang baik.
b) Pendidikan secara tidak langsung, yaitu dengan jalan seperti
mendiktekan sajak-sajak yang mengandung hikmah kepada anak-
anak, memberikan nasehat-nasehat dan berita-berita berharga,
mencegah mereka membaca sajak-sajak yang kosong yang termasuk
menggugah soal-soal cinta dan pelakon-pelakonnya.
c) Mengambil manfaat dari kecenderungan dan pembauran anak-anak
dalam rangka pendidikan akhlak. Sebagai contoh mereka memiliki
kesenangan meniru ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, gerak-gerik
orang yang berhubungan erat dengan mereka.
Abdurrahman An Nahlawi berpendapat bahwa untuk pencapaian
tujuan tersebut, maka seorang pendidik menjalankan fungsi sebagaimana
yang dibebankan Allah kepada Rasul dan pengikutnya, ia harus memiliki
sifat-sifat berikut ini :
45
Moh.SlametUntung, Op. Cit., h. 151
50
a) Setiap pendidik harus memiliki sifat rabbani, artinya pendidikan
mengaitkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Tinggi Lagi Maha
Agung melalui ketaatan kita pada syari‟at-Nya serta melalui
pemahaman kita akan sifat-sifat-Nya.
b) Seorang guru hendaknya menyempurnakan sifat rabbaninya dengan
keikhlasan. Aktivitas pendidik harus ditujukan untuk meraih
keridhaan serta mewujudkan kebenaran.
c) Seorang pendidik hendaklah mengajarkan ilmunya dengan sabar
dengan demikian pendidik akan memahami setiap anak didik memiliki
perbedaan.
d) Ketika menyampaikan ilmu kepada anak didik, seorang pendidik
harus memiliki kejujuran dengan menerapkan apa yang diajarkan dan
kehidupan sehari-hari.
e) Seorang guru senantiasa meningkatkan wawasan, pengetahuan dan
kajian setiap waktu.
f) Seorang pendidik harus cerdik dan terampil dalam menciptakan
metode pengajaran yang bervariasi serta sesuai dengan situasi dan
materi pelajaran.
g) Seorang guru harus bisa bersikap tegas dan meletakkan sesuatu sesuai
dengan proporsinya sehingga dia akan mampu untuk mengontrol dan
menguasai siswa.
h) Seorang guru dituntut untuk memahami psikologi anak, psikologi
perkembangan dan psikologi pendidikan.46
Adapun cara menyampaikan dan menanamkan jiwa anak itu
hendaklah dengan lemah lembut dan selalu mengingat akan kebesaran
Allah SWT, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat An-Nahl ayat
125:
Artinya: “Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tantang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
46
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam diRumah, SekolahdanMasyarakat(Jakarta:
GemaInsani Press, 1996), h. 170
51
lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.(Q.S An-
Nahl:125)47
Jadi pendidikan agama Islam itu lebih mengutamakan kepribadian
utama (luhur), sesuatu dengan ajaran dari Allah dan Rasul-Nya yang
bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah.
47
Departemen Agama RI, Op.Cit.h.281
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Menurut Lexy metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan prilaku yang diamati.1
Untuk memudahkan data dan informasi yang akan mengungkapkan
permasalahan penelitian ini metode yang digunakan adalah penelitian
deskriftif analisis kualitatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yag ada sekarang
berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan
menginterprestasi. Penelitian survey biasanya termasuk dalam penelitian
ini.2
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Sukajaya Kecamatan Way
Khilau Kabupaten Pesawaran pada bulan Maret di semester genap pada
tahun ajaran 2018/2019.
C. Sumber Data
Adapun sumber data, baik sumber primer maupun sumber sekunder
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2000),
h.3. 2 Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian ( Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h.
44
52
53
1. Sumber data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang secara langsung
dikumpulkan dari sumber pertama dan diajukan peneliti oleh peneliti
dalam meneliti objek kajiannya.3
Adapun dalam penelitian ini penulis jadikan sebagai data primer
yaitu:
a) Tokoh Masyarakat
Melalui dokumentasi untuk mengetahui sejarah singkat
berdirinya Desa Sukajaya, Profil Desa dan lain-lain.
b) Tokoh Agama
Memalui wawancara untuk mengetahui keadaan akhlak anak
di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran.
c) Kepala Keluarga yang memiliki anak usia 7-14 tahun
Melalui kousioner dan observasi untuk mengetahui
pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga di Desa
Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kbupaten Pesawaran.
2. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder adalah sekumpulan data yang akan
menopang data-data primer yang berkaitan dengan objek penelitian.4
Data sekunder yang peneliti gunakan dalam penelitian ini
berupa dokumen Desa seperti profil Desa, jumalah penduduk, dan
3 Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), cet.ke-
24, h. 48. 4 Ibid. h. 56.
54
lain-lain di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran.
D. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data dari sampel penelitian, dilakukan dengan
metode tertentu sesuai dengan tujuan. Karena metode pengumpulan data
tergantung pada karakteristik data variabel, maka metode yang digunakan
tidak selalu sama untuk setiap variabel.5 Teknik pengumpulan data
merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan
utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka penelitian tidak akan mendapatkan data yang
memenuhi standar data yang ditetapkan.6
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data yang penulis gunakan
diantaranya :
1. Metode observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui
suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran.7
Dalam pengertian lain observasi secara umum adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan
5 W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT Gramedia, 2010), h. 115
6 Sugiyono, Op. Cit, h. 308
7Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian & Penyusunan Skrips (Jakarta: Rineka
Cipta, 2011), h. 104.
55
mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.8
Jadi yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan dan
pencatatan secara langsung ataupun tidak langsung terhadap suatu
kejadian atau peristiwa. Pada garis besarnya observasi terdiri dari
observasi participant-non participant, observasi systematic-non
systematic, observasi eksprimental. Dari beberapa observasi tesebut,
maka penulis menggunakan obsevasi non participant dan observasi
systematic. Observasi non participant pada saat berlangsunng
pengamatan penulis hanya dapat melihat, tidak ikut serta ambil bagan
dalam kehidupan yang di observasi, sedangkan observasi systematic
adalah observasi yang direncakan secara sistematis, tentang apa yang
diamati, kapan dan dimana tempatnya. Data yang akan dihimpun
antara lain tentang hambatan pendidikan agama Islam dalam keluarga
pada masyarakat petani.
Dari pengertian tersebut diatas penulis menggunakan observasi
sistematis, karena dalam mengadakan pengamatan menggunakan
observasi guna memperoleh data yang diperlukan dan metode ini
digunakan untuk mendapatkan data yang belum terkumpul oleh
metode lain.
8 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2015),
h. 76.
56
2. Metode Wawancara (Interview)
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan
dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.9
Menurut Lexy Moleong, wawancara adalah percakapan dengan
maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan
wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba, antara lain:
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan,
motivasi, tuntutan dan lain-lain.10
Metode interview ini dipakai sebagai metode pokok untuk
memperoleh data. Jenis interview yang dipakai adalah metode
interview terpimpin yaitu wawancara yang menggunakan panduan
pokok-pokok masalah yang diteliti.11
Interview yang penulis gunakan
adalah interview terpimpin sebagai pelengkap yaitu sebelum
mengadakan interview penuls terlebih dahulu menyiapkan kerangka
pertanyaan yang akan penulis ajukan kepada tokoh agama, tokoh
masyarakat, kepala keluarga, metode ini penulis gunakan dalam
rangka mencari data tentang pelaksanaan pendidikan akhlak dalam
9 Ibid. h. 82
10 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002), h. 135. 11
Cholid Narbuko dan Abu Ahmad, Op. Cit, h. 84.
57
keluarga di desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan skripsi buku, surat kabar,
majalah prestasi, notulen rapat, legel agenda dan sebagainya.12
Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data/ dokumen
yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan akhlak dalam
keluarga di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran
E. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil data lapangan (observasi), wawancara, dan
dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam suatu kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesis, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.13
secara umum langkah-langkahnya ada kesamaan antara satu penelitian
dengan penelitian yang lainnya, tetapi didalamnya ada variasi.
12
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), h. 188. 13
Beni Ahmad Saebeni, Metode Penelitian (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 199.
58
1. Perencanaan
Perencanaan meliputi perumusan dan pembatan masalah serta
merumuskan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang diarahkan pada
kegiatan pengumpulan data.
2. Memulai pengumpulan data
Sebelum pengumpulan data dimulai, penelitian berusaha menciptakan
hubungan baik, menumbuhkan kepercayaan serta hubungan yang akrab
dengan individu-individu dan kelompok yang menjadi sumber data.
Pengumpulan data dengan interview dilengkapi dengan data pengamatan
dan data dokumen.
3. Pengumpulan data dasar
Dalam pengumpulan data dasar peneliti benar-benar “melihat,
mendengarkan, membaca dan merasakan” apa yang ada dengan penuh
perhatian.14
4. Pengumpulan data penutup
Pengumpulan data berakhir setelah penelitian meninggalkan lokasi
penelitian, dan tidak melakukan pengumpulan data lagi. Batas akhir
penelitian tidak bisa ditentukan sebelumnya seperti dalam penelitian
kuantitatif, tetapi dalam proses penelitian sendiri.
5. Melengkapi
Langkah melengkapi merupakan kegiatan menyempurnakan hasil
analisis data dan mennyusun cara menyajikannya. Analisis data dimulai
14
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Rosda, 2010),
H. 114
59
dengan menyusun fakta-fakta hasil temuan lapangan. Kemudian peneliti
membuat diagram-diagram, table, gambar-gambar dan bentuk-bentuk
pembantuan fakta lainnya.15
Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkan
ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih
mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang
dapat diceritakan kepada orang lain.16
a. Data Reduction (reduksi data)
Reduksi data. Langkah pertama yang dilakukan pada tahap ini adalah
mengidentifikasi satuan unit, yaitu unit-unit terkecil yang ditemukan
dalam data yang memiliki makna jika dikaitkan dengan focus dan
masalah penelitian.17
Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting dicari tema
dan pokoknya.18
b. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif penyajian ini dapat
dilakukan dalam bentuk table, grafik, flip chard, pictogram, dan
15
Ibid. h. 114-115 16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung:
Alfabeta,2013), h. 334 17
Tohirin, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbinnga Konseling
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), h. 148 18
Sugiyono Op. Cit, h.338
60
sejenisnya.19
Upaya milah-milah setiap satuan data ke dalam untukan-
untukan yang memiliki kesamaan, selanjutnya setiap katagori diberi
nama yang disebut label.20
Melalui penyajian data tersebut maka data
terorganisasikan, tersusun, dalam pola hubungan, sehingga akan lebih
mudah dipahami.21
c. Conculsion Drawing/ verification
Langkah kegiatan dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila
tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pada tahap pengumpulan data
berikutnya.22
F. Uji Keabsahan Data
1. Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data triangulasi di artikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti
melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya
peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kereabilitas data,
yaitu mengecek kreabilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan
data dan berbagai sumber data.23
19
Ibid. h. 341 20
Tohirin Op.Cit, h. 149 21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2013), h. 341 22
Ibid. h. 345 23
Sugiyono, Ibid, h. 330
61
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianngulasi yang paing banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainnya.24
Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik
pengumpulan data, dan waktu.
a. Triangulasi sumber
Untuk menguji kreadibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh,
untuk menguji kreadibilitas data tentang prilaku murid, maka
pengumpulan data tentang perilaku murid dapat dilakukan ke guru,
teman murid yang bersangkutan dan orang tuanya.
b. Triangulasi teknik
Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek
data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misal
data diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan onservasi,
dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik penguji
kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka
peneliti melakukan diskusi lebih lanjut pada sumber data yang
bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang
dianggap benar.
24
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2011),
h. 330.
62
c. Triangulasi waktu
Waktu juga yang sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat
narasumber masih segar, belum banyak maslah, akan memberikan
data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka
pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan
pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik yang lain dalam
waktu dan situasi yang berbeda.25
Triangulasi yang penulis gunakan adalah triangulasi teknik dalam
mengecek data tentang pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga
di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran.
25
Sugiyono, Op. Cit, h. 373-374
BAB IV
PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Profil Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran
1. Sejarah Berdirinya Desa Sukajaya
Desa Sukajaya adalah Desa hasil pemekaran dari Desa Penengahan, Desa
yang berada di wilayah Kecamatan Way Khilau. Pada tahun 1979 Desa
Penengahan di mekarkan menjadi dua Wilayah Desa, yaitu Desa Penengahan dan
Desa Sukajaya.1 Pada tanggal 03 Juli 1979 diresmikan berdirinya Desa Sukajaya
dengan Kepala Desa yang pertama yaitu :
Tabel-1
Urutan Jabatan Kepala Desa Sukajaya
No Nama Kepala Desa Tahun Memerintah
1 A Latip HZ 1979-1989
2 Zainal Abidin 1989-1997
3 Ridwan Majid 1997-2002
4 Hj Arsyad RM 2002-2007
5 Erwan H.A 2007-2012
5 Bahruddin 2012-2017
6 Elpizar 2017-2021
1 Ismail, Tokoh Agama Desa Sukajaya, wawancara, 19 Maret 2018
63
64
2. Demografi Desa
Desa Sukajaya merupakan salah satu dari 10 Desa di wilayah Kecamatan
Way Khilau, yang terletak kurang lebih 4 Km kearah Barat Kota Kecamatan.
a. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Kubu Batu.
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah pemerintah Desa Padang
Cermin.
c. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Pemerintahan Desa
Penengahan.
d. Sebelah Utara berbatan dengan wilayah Pemerintah Desa Tanjung
Kerta.2
3. Keadaan Sosial Desa (jumlah penduduk)
Desa Sukajaya berdasarkan sensus penduduk tahun 2016 mempunyai
jumlah penduduk sebanyak 2057 jiwa terdiri dari;
Laki-laki : 1052 jiwa
Perempuan : 1005 jiwa
Wilayah pemerintah desa Sukajaya dibagi menjadi 5 (lima) Dusun atau 5
Rukun Keluarga (RW) dengan jumlah Rukun Tetangga (RT) sebanyak 10,
danjarak antar dusun bersekitar 0,5 Km sampai 2 Km, dengan pembagian wilayah
pemerintah desa Sukajaya rincian sebagai berikut:3
Tabel-2
2Dokumentasi, Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran, Tahun 2017
3Dokumentasi, Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran, Tahun 2017
65
Pembagian Wilayah Pemerintah Desa Sukajaya
No Nama Dusun / RW Jumlah RT
1 Dusun Kasuma 2
2 Dusun Kampung Sawah 2
3 Dusun Kampung Tengah 2
4 Dusun Suka Negara 2
5 Dusun Karya Jaya 2
Jumlah Total 5 Dusun 10 RT
4. Keadaan Mata Pencaharian
Potensi yang ada di desa Sukajaya sangat besar sekali untuk mendukung
kemajuan Desa, baik dari sumber daya alam, sumber daya manusia, kelembagaan,
sarana dan prasarana maupun sosial budaya.
a. Potensi Sumber Daya Alam Desa Sukajaya
Potensi sumber daya alam yang dimiliki terutama suasembada pangan.
Tabel- 3
Potensi sumber daya alam
Jenis Potensi Jumlah
Luas Desa
- Tanah Sawah Teknis
- Tanah Sawah Setengah Teknis
- Tanah Sawah Tadah Hujan
- Tanah Rawa
- Tanah Kering
- Tanah Perkebunan Rakyat
3.200 ha
-
140
25
-
-
214
b. Pola Pengguna Tanah
66
Penggunaan Tanah di Desa Sukajaya sebagian besar adalah buruh tani dan
untuk tanah pertanian seperti lahan pesawahan dan pala wija dan sebagian
diperuntukkan lahan perkebonan seperti kebon kakao, kopi, pisang dan kelapa.
Tabel- 4
Pola Penggunaan Tanah Desa Sukajaya:
No Jenis Lahan / Tanah Jumlah (Ha)
1 Tanah Perkebunan Rakyat 215
2 Tanah Tegalan/ Ladang -
3 Tanah Pesawahan 100
4 Tanah Pemukiman Penduduk 45
5 Tanah Lahan Perkantoran 5
6 Tanah Lahan Lapangan -
7 Tanah Hutan Lindung -
8 Lainnya 10
c. Pemilikan Ternak
Jumlah kepemilikan hewan ternak oleh penduduk Desa Sukajaya adalah
sebagai berikut:
Tabel-5
Data Kepemilikan Ternak Desa Sukajaya:
No Jenis Hewan Ternak Jumlah
1 Ayam 800
2 Kambing 50
3 Itik 200
4 Bebek 50
67
5 Sapi 2
6 Kerbau 5
7 Domba -
5. Sarana dan Prasarana Desa
Kondisi sarana dan prasarana Desa Sukajaya secara garis besar adalah
sebagai berikut:
Tabel- 6
Prasarana Desa yang dimiliki Desa Sukajaya
No Prasarana Jumlah
1 Jalan Desa 1,5
2 Balai Desa 1
3 PAUD 1
4 TK 1
5 Sekolahan SD 2
6 Sekolahan SMP/ Sederajat 1
7 Sekolahan SMA 1
8 Puskesmas Pembantu 1
9 Masjid 2
10 Musholla 2
11 TPA 1
12 Air Bersih Ada
Jumlah Kepala Keluarga : 497 KK
68
Jumlah Keluarga Miskin : 209 KK4
Yang tersebar dalam 5 (lima) Dusun dan 10 (sepuluh) RT dengan perincian
sebagai berikut;
Tabel- 7
Jumlah Penduduk Desa Sukajaya
No Nama Dusun / RW Jumlah Penduduk
1 Dusun Kasuma 411 jiwa
2 Dusun Kampung Sawah 376 jiwa
3 Dusun Kampung Tengah 490 jiwa
4 Dusun Suka Negara 380 jiwa
5 Dusun Karya Jaya 399 jiwa
Jumlah Total 5 Dusun 2057 jiwa
6. Tingkat Pendidikan Penduduk
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukajaya adalah sebagai berikut:
Tabel- 8
Tingkat Pendidikan Desa Sukajaya
No Tingkat Pendidikan Penduduk Jumlah
1 Jumlah Penduduk buta huruf 2
2 Jumlah Penduduk pra sekolah dan masih sekolah 241
3 Jumlah Penduduk tidak tamat SD 335
4 Jumlah Penduduk tamat sekolah dasar 436
5 Jumlah Penduduk tamat SMP/ Sederajat 608
4Dokumentasi, Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran, Tahun 2017
69
6 Jumlah Penduduk tamat SLTA/ Sederajat 375
7 D-3 10
8 S-1 8
7. Keadaan Sumber Daya Manusia
a. Potensi Jumlah Penduduk
Desa Sukajaya memilik jumlah penduduk yang cukup besar, menurut data
sensus tahun 2017 penduduk Desa Sukajaya berjumlah; 2057 jiwa, laki-laki; 1052
jiwa, perempuan; 1005 jiwa, jumlah Kepala Keluarga; 497 KK, jumlah Rumah
Tangga Miskin; 209 RTM.
Tabel- 9
Potensi Jumlah Penduduk dari Tingkatt Usia/ Umur
No Umur/ Usia Jumlah Penduduk
1 Dibawah 1 Tahun 87
2 Umur 1-6 Tahun 139
3 Umur 7-14 Tahun 107
4 Umur 15-18 Tahun 319
5 Umur 19-26 Tahun 327
6 Umur 27-30 Tahun 263
7 Umur 31-40 Tahun 333
8 Umur 41-58 Tahun 307
9 Umur diatas 58 Tahun 204
Jumlah 2057
b. Potensi Tingkat Pendidikan Masyarakat
Tingkat pendidikan masyarakat Desa Sukajaya adalah seperti dalam tabel
sebagai berikut:
Tabel-10
Potensi dari Tingkat Pendidikan Masyarakat
70
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Belum sekolah 203
2 Tidak pernah sekolah 2
3 Pernahh sekolah SD tapi tidak tamat 241
4 Taman kanak-kanak / TK 25
5 Sekolah Dasar/ Sederajat 375
6 Sekolah Menengah Pertama 786
7 Sekolah Lanjut Tingkat Atas 405
8 D-3 10
9 S-1 8
8. Keadaan Nilai-Nilai Sosial Budaya
Dalam mewujudkan Visi dan Misi Desa Sukajaya maka dibutuhkan kondisi
kehidupan masyarakat yang aman dan terpelihara. Kondisi ini telah tercipta
melalui proses sejarah yang tercermin dari nilai-nilai sosial budaya dalam etos
kerja masyarakat Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran
nilai-nilai ini meliputi;
a. Gotong Royong
Merupakan suatu budaya kerja orang Indonesia pada umumnya dan orang
khusunya sejak zaman dahulu sampai sekarang masih tetap dilaksanakan, dan
nilai budaya ini perlu dikembangkan dan dilestarikan serta diterapkan, karena
budaya kerja secara bersama-sama akan memperolah hasil yang lebih baik dari
pada bekerja sendiri-sendiri.
71
b. Efektif dan Efisien
Pembangunan Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran akan berhasil apanila aspek efektif dan efisien selalu diperhatikan baik
dalam penggunaan sumber daya maupun dalam proses pemanfaatan hasil.
c. Akuntansi
Merupakan salah satu aspek / nilai penting dalam pelaksanaan kebijakan
program pembangunan sehingga hasil kinerjanya harus dapat dipertangung
jawabkan kepada semua pihak.
d. Transparansi
Dengan berhembusnya reformasi pembangunan di segala bidang, maka
aspek / nilai keterbukaan dari setiap program / kegiatan pembangunan perlu untuk
disosialisasikan, sehingga setiap program/ kegiatan dapat diketahui oleh
masyarakat.
e. Etos Kerja
Etos kerja merupakan kunci keberhasilan dalam pembangunan, dimana etos
kerja dibutuhkan bagi semua stakeholder pertanian mulai dari petani, keluarga,
tani, kelompok tani serta spetugas dan petani.
f. Religius
Nilai religius memegang peranan penting dalam pembangunan mental dan
spiritual masyarakat. Serta besarnya peran pimpunan golongan agama dalam
membina masyarakat.
9. Keadaan Keagamaan
a. Pengajian Majlis Ta’lim Ibu-ibu
72
Dalam rangka pembinaan kepribadian muslim dalam lingkungan
keluarga maka perlu dikiranya pengajian ibu-ibu guna meningkatkan taraf
pengetahuan seorang ibu dalam memberikan bimbingan kepada putra-putrinya,
karena seorang ibulah yang paling dekat dengan anak-anaknya, maka sudah
selayaknyalah harus menguasai ilmu pengetahuan khususnya dibidang
keagamaan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh ibu Hafsah:
Di desa kami setiap hari senin sering kali diadakan kegiatan pengajian ibu-
ibu, yang waktu pelaksanaannya dilakukan seminggu sekali, dimana
pelaksanaannya dilakukan seminggu sekali, dimana pada pelaksanaannya
dilakukan pada jam 13.00-15.30 WIB. Dengan kegiatan tersebut diharapkan
anggota pengajian ini dapat menjadi seorang ibu yang muslimah, serta dapat
menjadi panutun bagi anak-anaknya dalam rangka mencapai anak-anak yang
soleh dan keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Dalam rangka
mencapai itu semua maka materi pengajian yang disakikan adalah tentang:
ketauhidan, fikih, tajwid, praktek ibadah sholat.5
Bersadarkan keterangan diatas dapat diketahui bahwa pengajian ibu-ibu di
desa Sukajaya mempunyai suatu tujuan yang mulia serta berfungsi untuk
menambah wawasan dan pengalaman yang baru sebagai ibu rumah tangga dalam
tanggung jawabnya terhadap keluarganya terutama dalam memberikan bimbingan
atau pengetahuan kepada putr-putrinya dalam rangka usaha mewujudkan anak
yang sholeh dan berguna bagi nusa, bangsa dan Negara.
b. Pengajian RISMA
5 Wawancara dengan Ibu Hafsah, tanggal 20 Maret 2018
73
Pengajian ini biasanya diselenggarakan oleh muda-mudi yang ada
di desa Desa Sukajaya dalam kegiatann Islamiah seperti peringatan Hari
Kebesaran Islam antara lain, Isra’ Mi’raj, Maulid Nabi.6
B. Hasil Analisis Pelaksanaan Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga Di
Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran
1. Pengolahan Data
Pada bab ini akan di bahas mengenai pengolahan dan analisis data yang
diperoleh dari penelitian lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara dan
dokumentasi. Pengolahan data ini penulis lakukan dengan observasi dan
wawancara kepada orang tua yang memiliki anak usia 7-14 tahun di Desa
Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran.
Penulis akan menganalisi data tersebut dengan cara yaitu; a) reduksi data,
dalam hal ini penulis mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan,
kemudian merangkuum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal
yang penting. Dengan demikian data yang direduksi akan memberikan gambaran
yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya bila diperlukan. b) Penyajian data, maksudnya adalah penyajian data
yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat. dalam hal ini akan mendisplaykan
data mengenai implementasi pendidikan agama Islam di lingkungan keluarga
dalam membina akhlah di desa Sukajaya. c) Penarikan kesimpulan maksudnya
6Dokumentasi, Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran, Tahun 2017
74
setelah penulis melakukan analisis data, maka penulis akan mengambil
kesimpulan.
a. Hasil observasi
Berdasarkan hasil observasi di Desa Sukajaya diketahui bahwa lingkungan
masyarakat Desa Sukajaya ini merupakn lingkungan desa dimana penduduknya
mayoritas pemeluk agama Islam, dengan sebagian besar mata pencarian orang tua
di desa yaitu tani dan buruh tani.
Dalam hal penerapan pendidikan Islam diketahui bahwa orang tua telah
berupaya semaksimal mungkin menjalankan perannya dalam membina
pendidikan akhlak bagi anak-anaknya. Adapun langkah-langkah yang dilakukan
adalah menanamkan nilai-nilai keagamaan seperti keimanan, mengajarkan kepada
anak tentang tatacara ibadah, tatacara berakhlak kepada Allah, Rasulullah, orang
tua, guru, hewan dan alam sekitar, memberikan perhatian dan contoh teladan yang
baik dalam pelaksanaan shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, dan sikap baik
lainnya, selain pendidikan akhlak yang dilakukan di dalam rumah (keluarga),
orang tua juga memberikan pendidikan diluar rumah seperti menyekolahkannya
dan menyuruhnya untuk mengaji di TPA.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, orang tua memberikaan
penanaman agama pada anak dengan mengajak anak pergi ke mushollah atau
masjid yang ada di desa Sukajaya untuk menjalankan shalat berjamaah meskipun
dengan kesibukkan yang ada tidak luput akan tanggung jawabnya sebagai orang
75
tua jika tidak sempat kemasjid orang tua akan mengajak anaknya shalat berjamaah
dirumah.
Selanjutnya melatih dan membiasakan anak untuk membaca Al-Qur’an
berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti lakukan, bahwaa kebanyakan orang
tua membiasakan dan melatih anak untuk membaca Al-Qur’an dengan cara
mengajak atau memasukan anak kelembaga TPA atau tempat pengajian-pengajian
yang ada dirumah dan mengingat orang tua yang kesehariannya berada di kebun
yang waktu kerjanya kadang tidak menetap maka orang tua menyerahkan kepada
guru mengaji di Desa Sukajaya untuk mengajarkan anak-anaknya dapat membaca
Al-Qur’an serta mengajarkan anak bagaimana membaca dan menghafal do’a-do’a
dengan benar. Dan hasil observasi yang peneliti lakukan, bahwa dalam
pemahaman perilaku baik atau membimbing akhlak yang baik orang tua memilih
caranya dengan menceritakan kisah-kisah Nabi atau kisah keteladanan yang baik
sehingga nantinya kisah tersebut akan terekam pada ingantan anak, akan tetapi
banyak sebagian orang tua tidak sempat mengajarkan atau menceritakan kisah-
kisah keteladan kepada anaknya, dikarenakan orang tua harus bekerja dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari, jadi kurangnya pengetahuan anak akan prilaku
yang baik membuat anak sering kali mengikuti perbuatan yang kurang baik.
Hal ini diperkuat dengan hasil obervasi yang dilakukan peneliti, dalam
memenuhi fasilitas untuk menjalankan pendidikan Islam salah stunya tempat
khusus beribadah atau shalat, tersedianya buku-buku bacaan Islam yang ada di
Desa Sukajaya bisa dibilang tidak ada lagi karena orang tua di Desa Sukajaya
sibuk mengurusi pekerjaannya sehingga kurang memerhatikan kebutuhan dalam
76
memfasilitasi pendidikan Islam di dalam rumah dengan adanya tempat khusus
shalat keluarga akan terciptanya kerukunan dan keharmonisan ada dalam keluarga
dengan menjalankan shalat berjamaah meskipun tidak di masjid maupun
mushollah. Dengan adanya buku-buku Islami anak akan mengembangkan ilmu
pengetahuannya akan pendidikan Islam dan mengambil contoh sedikitnya dari
buku-buku Islami yang anak baca menjadikan tuntunan apabila kedua orang
tuanya tidak sempat memberikan arahan dikarenakan disibukkan dengan
pekerjaanya upahan di kebun.
Dengan kurangnya waktu orang tua dengan anak tidak membuat anak ketika
ia berbuat salah tidak merasa bersalah karena tidak ada yang memarahinya ketika
ia berbuat salah, tetapi orang tua selalu menasehatinya dengan baik-baik, agasr
anak tidak berpikir negatif orang tua harus bisa mengontrol dan menjaga sikap
baik di depan anak-anak. Karena anak di usia 7-15 tahun masih sangat tajam
ingatannya. Maka dari itu walaupun orang tua yang ada di desa Sukajaya
pekerjaannya mayoritas hanya sebagai petani tetapi pendidikan akhlak anaknya
masih cukup baik. Berdasarkan obeservasi yang dilakukan peneliti masih banyak
anak ketika keluar rumah mengucapkan salam ini disebabkan pengajaran orang
tua kepada anaknya masih terjaga dengan baik.
Orang tua tentunya berharap agar anak-anaknya kelak akan menjadi
manusia yang bermanfaat dalam kehidupannya, hidup sejahtera, bahagia serta
memiliki akhlak yang mulia. Keluarga memiliki peran esensi serta tanggung
jawab mutlak dalam melakukan pembinaan akhlak terhadap putra dan putrinya.
Sehinggga proses dan upaya pembinaan akhlak dalam keluarga apabila dalam
77
penerapannya sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. Maka akan eksistensinya
garansi-garansi yang rabbani masa kini yang berakhlak dan berbudi pekerti mulia.
Berbagai hal yang telah dilakukan oleh orang tua di Desa Sukajaya
Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran dalam menjalankan perannya
membina pendidikan akhlak bagi anak-anaknya sudah sepenuhnya berhasil,
kurangnya pengawasan dan pengertian dari orang tua tidak membuat anak di Desa
Sukajaya melalukan perbuatan yang tidak baik. Tetapi dari pengajaran orang tua
yang dilakukan setiap harinya akan dicontoh oleh anak-anaknya. Sebagai contoh
menjalan sholat tepat waktu, mengaji, belajar dan berprilaku sopan itu salah satu
pengajaran dari orang tua tersebut. Jika pengajarannya baik maka anak akan
mencontoh akhlak yang baik pula begitu juga dengan sebaliknya. Berbagai
perilaku buruk yang dilakukan anak-anak di Desa Sukajaya kecamatan Way
Khilau Kabupaten Pesawaran dipengaruhi oleh pergaulan mereka dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Hasil Interview
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua orang tua dalam Pelaksanaan
Pendidikan Akhlak Dalam Keluarga di Desa Sukajaya. penulis mewawancarai
para orang tua yang pertama, mengenai cara bagaimana bapak/ibu selaku orang
tua melatih dan membimbing anak menanamkan nilai-nilai agama seperti halnya
shalat, puasa, membaca Al-Qur’an, menghafal do’a. Kemudian jawaban dari hasil
wawancara dengan para orang tua yang menjadi informan.
No Nama Orang Tua Hasil Wawancara
1. Bapak Helmi “Saya melatih anak saya dengan mengajaknya
shalat berjamaah ke masjid, meskipun saya hanya
78
bisa mengajak ke masjid saat shalat maghrib
dikarenakan saya dari pagi sampai sire bekerja
dikebun akan tetapi saya tidak lupa akan
kewajiban saya untuk mengajarkan anak agar taat
beribadah kepada Allah Swt. pada saat bulan
puasa saya mengajak mereka ketika sahur maupun
berbuka saya mengajak anak saya berpuasa
meskipun saya tahu bahwa untuk usia anak saya
belum terlalu kuat untuk menahan lapar dan haus,
akan tetapi saya membiasakan ia ikut berpuasa
meskipun nantinya pada jam 9 ia makan dan
minum dengan begini lama-kelamaan ia akan
terbiasa untuk berpuasa”
2. Bapak Gunawan “sebagai orang tua saya selalu memberikan
pengertian mengenai agama, ya seperti perbuatan
yang baik seperti apa, perbuatan yang buruk
seperti apa, terus membimbing anak saya supaya
selalu sholat lima waktu, mengaji setiap hari guna
ia nanti di masa depan”
3. Bapak Amrizal “saya selalu memberitahu atau memperingati
ketika hendak sholat, mengaji, kalau menghafal
do’a-do’a, saya serahkan pada guru ngaji mereka,
karena saya juga tidak hafal do’a-doa”
4. Bapak Santo “ya kalau cara saya untuk memberikan pengertian
ke anak-anak saya, saya berusaha memberikan
pemahaman tentang agama dirumah sebisa saya,
kalau ngaji mereka saya suruh belajar di masjid
dengan guru ngaji”
5. Bapak Ridwan “kalau bapak untuk menjalankan sholat dan puasa
saya mencontohkannya terlebih dahulu bagaimana
sholat yang baik, bagaimanaa puasa yang benar,
jika mengaji saya memasukkan anak sayaa
ketempat ngaji yang ada di dekat rumah jika
hafaln saya kurang tahu”
6. Bapak Duin “ya biasa, kalau pas ada waktu sama anak-anak,
kami suka kaish tahu kalau main jangan keasikan
sampai lupa sholat, nhaji ya begitu saja”
7. Bapak Deni “orang tua kan memang harus bimbing anak-
anaknya ke arah yang baik, caranya ya kasih tahu
gimana berprilaku yang baik dimasyarakat,
mengajarkan anak-anaknya supaya ibadah,
misalnya sholat jangan sampai bolong-bolong,
jangan sampai ditinggal, sebab karena
pengetahuan agama itukan seperti pondasinya,
harapannya kan jadi anak-anak yang sholeh”.
8. Bapak Anto “ ya suruh sholat tepat waktu, sopan kalau sama
79
orang tua, kalau belajar ilmu-ilmu agama sih saya
suruh ikut ngaji di masjid/ TPA, walaupun saya
sering pulang maghrib tapi tetap saya ajarkan
ngaji sebisa saya”
9. Bapak Kajik “kalau pas dirumah ya saya ajarkan sebisanya
kasih pengertiaan, soalnya anak saya kan sekolah
di madrasah, jadi kayaknya lebih baik biar tambah
mengerti saya kasih tau dan mengulangi pelajaran
dengan cara saya bertanya dengan anak saya”
10. Bapak Sarmun “saya selalu memberikan arahan untuk sholat
kemasjid, ngaji di mushollah/ TPA”
11. Bapak Hayyun “saya mengerjakan bagaimana ibadah kepada
Allah, saya juga menyekolahkan anaknya ke
sekkolah yang nuansanya agama, supaya bisa
belajar ilmu agama lebih banyak”
12. Bapak Mukhtar “saya selalu mengajak anak saya untuk shalat
berjama’ah setiap shalat maghrib saja karena
mengingat kesibukkan saya bekerja sebagai petani
jadi tidak memungkinkan untuk mengajak setiap
waktu untuk berjama’ah tetapi setiap sholat
maghrib dan isya selalu saya ajak berjama’ah
walaupun dirumah”
13. Bapak Farhan “kalau anak saya, saya titipkan ke TPA jadi dia
bisa tahu bagaimana sholat, puasa, mengaji dan
menghafal do’a disana”
14. Bapak Ridan “semua orang tua pasti membimbing anaknya
untuk melakukan sholat dan puasa namun tidak
setiap saat karena anak-anak juga kadang diajakin
tidak mau alasannya masih mau nonton tv”
15. Bapak Fitullah “saya kadang mengajak sholat maghrib jama’ah di
mushollah, kalau mengaji saya masukkan ke
TPA”
Berdasarkan hasil wawancara yang di paparkan oleh informan diatas penulis
berasumsi bahwa orang tua sudah menerapkan pendidikan agama Islam dalam
membina akhlak anaknya untuk selalu melakukan perbuatan yang baik dan
menjauhi perbuatan yang buruk walaupun masih ada sebagian anak yang sibuk
main handphone dan menonton tv ketika orang tuanya memberikan nasehat akan
tetapi tetap memberikan nasehat yang baik biar anaknya menjadi anak yang
80
berakhlak mulia kedepannya. Berkaitan dengan bagaimana pelaksanaan
pendidikan akhlak dalam keluarga, penulis mengadakan wawancara dengan
beberapa anak, sebagai bukti kebenaran yang telah diungkapkan oleh orang tua
mereka.
Hasil dari wawancara dengan saudari Vella anak dari Bapak Mukhtar,
mengungkapkan bahwa dalam menanamkan nilai keagamaan seperti menjalankan
sholat, puasa, membaca Al-Qur’an dan menghafal do’a-doa’a, orang tua saya
selalu mengingatkan saya agar tidak lupa menjalankan ibadah sholat, puasa ketika
ramadhan atau membayar hutang puasa, selepas sholat jangan lupa mengaji.7
Menurut saudara Rifki anak dari Bapak Sarmun mengungkapkan bahwa
meskipun orang tua saya selalu menghabiskan waktunya di kebun namun orang
tua saya tidak pernah lupa selalu mengingatkan saya untuk sholat ketika sore
menjelang mengingatkan saya untuk berangkat ngaji di TPA yang letaknya dekat
dengan rumah.8
Berdasarkan wawancara diatas penulis berasumsi bahwa orang tua di Desa
Sukajaya selalu menanamkan nilai-nilai keagamaan seperti menjalankan sholat,
puasa, membaca Al-Qur’an dan menghafal do’a-do’a.
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, mendapatkan data bahwa
orang tua tersebut telah melaksanakan pendidikan agama dalam menanamkan
nilai-nilai keagamaan.
Kedua, wawancara dalam memberikan perhatian yang cukup terhadap
anaknya, baik seperti memenuhi kebutuhan materi maupun non materi, kemudian
hasil dari informan yang didapat sebagai berikut:
No Nama Orang Tua Hasil Wawancara
1. Bapak Helmi “ Iya, pasti jika itu sudah kebutuhan anak akan
saya berikan apalagi dia sekolah perlu biaya beli
7 Wawancara, Vella anak dari Bapak Mukhtar, tanggal 27 Maret 2018.
8 Wawancara, Rifki anak dari Bapak Sarmun, tanggl 26 Maret 2018.
81
buku, jajan. Dan kalau berbicara kasih sayang
sama anak orang tua mana yang tidak sayang
sama anaknya semua sayang”
2. Bapak Gunawan “ orang tua bekerja keras mencari uang itu sudah
pasti untuk anak-anaknya. Sayang dengan mereka
dan berharap mereka bahagia itu sudah pasti.”
3. Bapak Amrizal “ Saya selalu melihat terlebih dahulu misalkan
mereka meminta uang itu selalu saya tanya, buat
apa kalo itu memang penting baru saya kasih.”
4. Bapak Santo “Orang tua pasti mengharapkan anaknya bahagia
jadi segala kebutuhannya pun pasti diberikan”
5. Bapak Ridwan “ Kalau itu kebutuhan sekolah pasti saya kasih,
kalau untuk bermain hanya sedikit tidak sama
dengan waktu sekolah karena dibiasakan untuk
tidak meminta lebih dan sepemberi orang tuanya
saja”
6. Bapak Duin “ Saya mencari uang untuk siapa lagi kalau bukan
anak jadi sudah pasti saya ini selalu memenuhi
kebutuhan anak.”
7. Bapak Deni “ Iya, asal sesuai dengan kebutuhannya pasti akan
saya berikan”
8. Bapak Anto “ Kita sebagai orang tua pasti semaksimal
mungkin tentu akan memenuhi kebutuhan anak”.
9. Bapak Kajik “ Cari uang buat siapa lagi kalau untuk anak untuk
sekolahnya. Semua orang tua itu pasti sayang
kepada anaknya apalagi kalau melihat anaknya
jadi orang sukses”
10. Bapak Sarmun “ Iya selalu saya berikan apapun kebutuhan anak
saya sesuai dengan kondisi ekonomi juga dan
kebutuhan anak”
11. Bapak Hayyun “ Kita kalau mau memberikan uang ke anak harus
dilihat dulu berapa yang mereka butuhkan jika itu
tidak terlalu banyak ia tidak masalah, namun kalau
uang yang mereka minta nominalnya besar orang
tua akan memberikannya tetapi tetap saya
perhatikan untuk apa uang itu digunakan”
12. Bapak Mukhtar “ Tentu saja saya berikan orang tua mana yang
tidak sayang kepada anaknya dan pasti memenuhi
kebutuhan anaknya itulah mengapa orang tua
bekerja keras demi anaknya”
13. Bapak Farhan “ Untuk kebutuhan orang tua selalu mencari uang
untuk memenuhi kebutuhan anak”
14. Bapak Ridan “ Iya saya penuhi”.
15. Bapak Fitullah “ Selalu saya memberikan kebutuhan anak saya”
82
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti berasumsi bahwa semua orang
tua di Desa Sukajaya, selalu memberikan kebutuhan baik itu berupa materi
maupun non materi. Hal ini didukung oleh hasil wawancara peneliti dengan anak
di Desa Sukajaya, menurut Selva anak dari Bapak Antomengungkapkan bahwa
orang tua saya memberikan saya fasilitasi atau kebutuhan yang saya perlukan
misalnya untuk membeli buku sekolah, mukenah atau pakaian muslim untuk
mengaji, dan uang saku ketika saya minta.9
Menurut, saudara Rispa anak dari Bapak Kajik, mengatakan bahwa orang
tua saya selalu memenuhi kebutuhan saya seperti jajan, membelikan sepatu, baju,
dan lain-lainnya, terkadang saya suka meminta uang jajan ketika mau berangkat
mengaji itupun orang tua saya tetap mengasih walau tidak banyak.10
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, bahwa orang tua di Desa
Sukajaya sangat bekerja keras demi memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka
meskipun itu menyita waktu mereka untuk berkumpul dengan keluarga, dengan
kasih sayang mereka pula membuat rumah merupakan tempat yang paling
nyaman dihuni oleh anak jika suasana rumah yang ditinggali tidak terciptanya
kasih sayang antar orang tua dan anak pasti tidak akan betah berada dirumah
meskipun dari segi finasial tercukupi.
Ketiga, wawancara mengenai bagaimana cara yang dilakukan Bapak/Ibu
sebagai orang tua dalam memberikan keteladanan terhadap anak-anaknya dalam
berperilaku baik.
No Nama Orang Tua Hasil Wawancara
1. Bapak Helmi “ Kita orang tua tidak hanya menasehati, tapi juga
sebagai orang tua harus memberikan contoh yang
baik agar mereka bisa mencontohkan hal-hal baik”
2. Bapak Gunawan “ Saya selalu mengajak anak saya sholat
berjamaah di masjid, saya tidak hanya menyuruh
tapi memberikan contoh juga”
3. Bapak Amrizal “ Memberikan ajaran yang baik ke anak itu harus
melalui perbuatan kita sendiri juga yang baik”
9 Wawancara Selva anak dari Bapak Anto, tanggal 25 Maret 2018
10 Wawancara Rispa anak dari Bapak Kajik, tanggal 26 Maret 2108
83
4. Bapak Santo “ dengan tidak hanya menyuruh anak untuk
berbuat ini itu tanpa memberikan contoh kepada
anak-anaknya, kalau memerintahkan anak untuk
beribadah, berarti orang tua harus memberikan
teladan juga dalam beribadah. Teladan juga bisa
dari kisah-kisah Rasulullah Saw. dengan berbagi
kisah dengan anak-anak”
5. Bapak Ridwan “ walaupun saya seharian jarang dicontoh
perilaku-perilaku baik drumah karena bekerja
dikebun, saya berusaha selalu memberikan contoh
prilaku-prilaku baik di hadapan anak saya”
6. Bapak Duin “ Insyaallah selalu saya berikan contoh yang baik
pada anak saya”
7. Bapak Deni “ Sebagai orang tua harus memberikan contoh
yang baik, agar anak-anak juga bisa menirunya
dan mengerti mana yang baik dan mana ynag
buruk”
8. Bapak Anto “ melakukan terlebih dahulu contoh yang baik
baru anak akan mengikuti”
9. Bapak Kajik “ Anak itu pasti mencontoh sikap dari orang
tuanya, saya merasa sebagai orang tua sudah
memberikan contoh-contoh yang baik, tapi
terkadang masih saja melenceng, ya namanya
masih belum dewasa”
10. Bapak Sarmun “saya merasa selalu memebrikan contoh yang
baik, saya selalu mengajak anak agar sholat,
ramah kalau ketemu orang, dan sopan dalam
berbuat dan berbicara”.
11. Bapak Hayyun “saya selalu berhati-hati dalam berprilaku karena
saya sadar anak meniru apa yang dilakukan orang
tua”
12. Bapak Mukhtar “saya mengajarkan bagaimana ketika kita
berbicara sopan santun terhadap orang yang lebih
tua”
13. Bapak Farhan “berbuat baik terhadap sesama termasuk salah satu
yang saya ajarkan kepada anak saya”
14. Bapak Ridan “tentu saya menggajarkan anak yang baik-baik”
15. Bapak Fitullah “dengan membiasakan anak membantu orang tua,
sopan santun, mengucapkan salam ketika pergi
pagi itu yang saya ajarkan bagaimana bersikap
yang baik”
84
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti berasumsi bahwa orang tua di
Desa Sukajaya selalu memberikan suri tauladan yang baik kepada anak mereka,
karena orang tahu betul bahwa tindak tunduk atau perbuatan mereka akan
berdampak pada anak jika orang tua memberikan contoh yang tidak baik.
Sebagai bukti peneliti melakukan wawancara kepada anak untuk
memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan menurut saudara Iqbal anak dari
Bapak Hayyun mengungkapkan bahwa orang tua ketika lelah atau kesaal dengan
pekerjaan yang belum selesai dia seringkali berkata yang kurang baik, berteriak
dirumah, terkadang saya juga sering dimarahi jika menaggapi omongan orang tua
saya padaahaal saya bermaksud untuk membela diri saya.11
Menurut Hedar anak dari Bapak Gunawan mengatakan bahwa bapak saya
kadang memarahi saya ketika saya salah tapi bapak saya memarahi saya dengan
cara yang baik dan tidak kasar.12
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan, orang tua dalam
memberikan keteladanan yang baik bagi anak sudah cukup terlaksana dengan
baik. Anak sebenarnya menirukan apa yang dilakukan orang tuanya sebagai
pendidik dan pengajaran yang diterima setiap harinya. Adapun peneliti melihat
orang tua masih berbicara dengan baik kepada anaknya ketika anaknya disuruh
mengerjakan sesuatu tidak mau.
Keempat, wawancara mengenai bagaimana Bapak/Ibu memberikan adat
kebiasaan seperti dalam mengucapkan salam ketika keluar atau masuk rumah,
berdasarkan hasil wawancara peneliti sebagai berikut:
No Nama Orang Tua Hasil Wawancara
1. Bapak Helmi “selalu ketika anak saya mau keluar pasti meminta
izin”
2. Bapak Gunawan “kadang-kadang saja soalnya waktu saya banyak
diluar rumah dari pada di rumah”
11
Wawancara dengan Iqbal anak dari Bapak Hayyun, tanggal 27 Maret 2018 12
Wawancara dengan Hedar anak dari Bapak Gunawan, tanggal 21 Maret 2018
85
3. Bapak Amrizal “anak saya selalu mengucapkan salam jika tidak
dijawab ia akan menanggulanginya dengan suara
keras”
4. Bapak Santo “sudah saya ajarkan kalau keluar masuk rumah itu
salam”
5. Bapak Ridwan “selalu saya ajarkan tapi walaupun kadang lupa,
anak saya selalu minta maaf karna sudah saya
kasih tau dan saya nasehati dengan baikk”
6. Bapak Duin “insyaallah selalu saya ajarkan kebiasaan yang
baik pada anak saya”
7. Bapak Deni “saya ajarkan beri salam ketika masuk rumah”
8. Bapak Anto “sudah saya lakukaan setiap harinya ketika saya
akan berangkat ke kebun, agar anak terbiasa
melakukan apa yang orang tuanya lakukan setiap
harinya”
9. Bapak Kajik “tentu saja saya lakukan dulu ketika pergi bekerja
saya memberi salam dengan begitu anak akan
mengikuti orang tuanya juga”
10. Bapak Sarmun “terkadang saya sibuk dengan pekerjaan saya
tidak tau apa anak saya kalau pergi selalu salam
apa tidak, tapi saya selalu tanya kepada istri saya
dan istri saya bilang iya anak kalau pergi selalu
mengucapkan salam”.
11. Bapak Hayyun “iya selalu saya ajarkan bagaimana ketika keluar
rumah izin dulu”
12. Bapak Mukhtar “saya ajarkan meminta izin ketika keluar rumah
dengan salam”
13. Bapak Farhan “sering saya ingatkan kalau keluar rumah salam
dulu”
14. Bapak Ridan “tentu saya mengajarkan anak yang baik-baik”
15. Bapak Fitullah “ya saya selalu mengucapkan salam ketika
berangkat ke kebon anak dengan sendirinya
mengikuti apa yang orang tua lakukan”
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan berasumsi bahwa
sebagian orang tua masih ada yang sibuk dalam bekerja tetapi tidak membuat
alasan untuk membiasakan memberi salam ketika hendak pergi. Hal ini senada
dengan hasil wawancara pada anak mengenai pelaksanaan pendidikan akhlak
dalam membiasakan adat istiadat memberi salam.
86
Sebagai bukti peneliti melakukan wawancara kepada anak untuk
memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan menurut saudara hasil
penelitian yang telah dilakukan menurut saudara Ibnu anak dari Bapak Helmi
mengungkapkan bahwa memang orang tua saya sibuk dengan pekerjaannya tetapi
mereka selalu mengajarkan saya bagaimana kebiasaan yang baik ketika orang tua
saya dirumah, mereka menasehati saya ketika waktu santai setelah waktu maghrib
dan isya, mereka tidak pernah memarahi saya apalagi berbicara kasar tetapi
menasehati saya dengan baik. Oleh karena itu saya sadar bahwa orang tua saya
sangat menyayangi saya.13
Menurut Izza anak dari Bapak Santo mengatakan bapak saya tidak pernah
berprilaku kasar kepada saya jika dia lagi ada masalah.14
Berdasarkan hasil observasi yang peneliti lakukan orang tua dalam
memberikan keteladanan yang baik bagi anak sudah cukup terlaksana dengan
baik. Adapun peneliti melihat orang tua berbicara baik dan tidak berbicara yang
kasar apalagi untuk main tangan kepada anaknya ketika anak disuruh
mengerjakan sesuatu tidak mau.
Kelima, wawancara mengenai memberi nasihat pada putrinya-putrinya agar
tidak melanggar sturan-aturan agama Islam dan yang ada di masyarakat.
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan sebagai berikut:
No Nama Orang Tua Hasil Wawancara
1. Bapak Helmi “dalam hal memberikan nasehat ini sering saya
lakukan kepada anak-anak saya. Tidak hanya
ketika ia menunjukan sikap buruk saja. Hal ini
saya lakukan agar anak saya dapat mengetahui dan
menyaring nasehat dari saya tentang bagaimana
bersikap kepada orang yang lebih tua darinya serta
cara bergaul dengan teman-temannya”
2. Bapak Gunawan “dimanapun anak saya berada saya selalu berikan
nasehat kepada mereka”
3. Bapak Amrizal “memberikan nasehat kepada anak itu sudah
menjadi tanggung jawab kita sebagai orang tua
apalagi anak melakukan kesalahan”
13
Wawancara dengan Ibnu anak dari Bapak Helmi, tanggal 20 Maret 2018 14
Wawancara dengan Izza anak dari Bapak Santo, tanggal 22 Maret 2018
87
4. Bapak Santo “iya setiap saat saya berikan nasehat yang baik”
5. Bapak Ridwan “anak itu harus selalu dinasehati biar mereka bisa
mengetahui apa kesalahan ataupun yang harus
dipilih untuk masa depannya apalagi anak saya
ada juga yang sekolahnya diluar Desa jauh dari
rumah”
6. Bapak Duin “saya kadang pada saat menasehati anak saya
selalu menasehati dengan penuh kasih sayang”
7. Bapak Deni “orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk
anak-anaknyajadi pasti selalu memberikan nasehat
kepada anaknya”
8. Bapak Anto “setiap orang tua menasehati anaknya”
9. Bapak Kajik “memberikan nasehatkan tidak harus orang tua
kebetulan saya juga sibuk di kebun tetapi anak
saya sudah saya sekolahkan ke sekolahan Islam,
agar anak saya dapat menerima pelajaran akhlak
yang lebih, bukan hanya dirumah saja tetapi diluar
rumah juga anak saya belajar tentang agama
Islam”
10. Bapak Sarmun “anak saya itu kadang jarang dirumah malah
sering bermain dengan teman-temannya tetapi
anak saya selalu mendengarkan saya dan
mematuhi perintah saya”
11. Bapak Hayyun “semua orang tua itu pasti memberikan nasehat
kepada anaknya”
12. Bapak Mukhtar “saya sangat sering menasehati agar selalu berbuat
baik, jika berbuat salah hendaknya meminta maaf
terlebih dahulu”
13. Bapak Farhan “tiap hari anak saya selalu saya nasehati”
14. Bapak Ridan “tiap hari anak saya selalu saya nasehati”
15. Bapak Fitullah “saya selalu menasehati anak saya agar mereka
belajar yang rajin biar jadi orang yang sukses”
Berdasarkan hasil wawancara diatas peneliti kerkesimpulan bahwa orang
tua di Desa Sukajaya, bahwa orang tua sudah menerapkan pendidikan agama
Islam dalam membina akhlak anaknya untuk selalu melakukan perbuatan yang
baik dan menjauhi perbuatan yang buruk walaupun masih ada anak yang suka
bermain tetapi masih ingat kewajiban yang di nasehatkan oleh orang tua mereka.
88
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, bahwa orang tua cukup
baik bahwa, walaupun orang tua sibuk dengan pekerjaannya sebagai petani yang
terkadang pulangnya tidak menentu jam berapa. Tetapi orang tua di Sukajaya
sudah menerapkan pendidikan akhlak dengan baik. Contohnya menasehati anak
ketika berbuat salah ia harus meminta maaf dan untuk anak untuk anak
perempuannya mereka selalu menasehati untuk keluar rumah hendaknya memakai
pakaian yang menutup aurat (memakai jilbab ketika keluar dari rumah).
Hal ini senada dengan hasil wawancara peneliti dengan beberapa anak di
Desa Sukajaya, menurut Okta anak dari Bapak Ridan mengatakan bahwa saya
selalu diberi arahan kepada orang tua saya, bagaimana berprilaku sopan oleh
orang tua saya”.15
Keenam, wawancara mengenai memberikan perhatian/ pengawasan kepada
anak dalam menjalankan ibadah dan belajar, berdasarkan hasil wawancara dengan
orang tua di Desa Sukajaya, sebagai berikut:
No Nama Orang Tua Hasil Wawancara
1. Bapak Helmi “iya saya selalu lihat kekamar anak saya apakah
dia belajar atau tidak”
2. Bapak Gunawan “saya selalu tanya anak saya ketika ia akan pergi
bermain keluar rumah dan menyuruhnya untuk
tidak pulang terlalu sore dan ketika azan telah tiba
saya mengajak anak saya untuk shalat bermaah di
masjid”
3. Bapak Amrizal “kalo dirumah saya selalu awasi anak saya namun
itu hanya malam hari saja karena siangnya saya
sibuk bekerja dikebun maklum saya ini seorang
petani”
4. Bapak Santo “semua orang tua pasti mengawasi apa yang
dilakukan anaknya”
5. Bapak Ridwan “memang pengawasan orang tua itu sangat
penting sekali sebab kita bisa mengetahui apa
yang dikerjakan anak”
6. Bapak Duin “harus selalu diawasi apalagi anak zaman
15
Wawancara dengan Okta anak dari Bpak Ridan, tanggal 28 Maret 2018
89
sekarang perkembangan teknologi malah semakin
canggih takutnya malah disalah gunakan oleh
mereka”
7. Bapak Deni “iya, jika tidak diawasi kita tidak tahu
perkembangan anak apalagi yang mereka
lakukan”
8. Bapak Anto “saya selalu awasi walaupun saya bekerja pergi
pagi pulang sore sebagai orang tua tetap harus
mengawasi anaknya”
9. Bapak Kajik “nasehat memang belum cukup tapi harus diawasi
apalagi kalo malem selalu saya suruh untuk
belajar walaupun kadang anak saya itu belajar
cuma baca buku sebentar abis itu malah tidur”
10. Bapak Sarmun “alhamdulillah apa yang anak saya lakukan selalu
saya awasi. Kadang ketika anak saya sedang
bermain handphone tetap saya awasi agar dia tidak
menggunakan handphone dengan salah, biasanya
anaknya saya memakai handphone ketika ada
pelajaran yang sifatnya mencari di google”
11. Bapak Hayyun “iya selaku orang tua kami selalu mengawasi agar
tidak bolos shalat belajar tidak males-malesan”
12. Bapak Mukhtar “saya masih sering mengawasi anak saya
walaupun kesibukan saya bekerja di ladang tetapi
saya selalu bertanya kepada mereka, setelah
pulang sekolah hari ini mereka bagaimana
belajarnya, ada PR tidak dan sudah shalat apa
belum”.
13. Bapak Farhan “iya selalu saya nasehati”
14. Bapak Ridan “anak saya terkadang mengajak sholat berjama’ah
duluan ketika maghrib, dan menanyakan PR nya
kepada saya”
15. Bapak Fitullah “iya kalau lagi dirumah pasti saya awasi anak saya
apakah ia shalat atau tidak”
Berdasarkan hasil wawancara di atas peneliti berkesimpulan bahwa orang
tua di Desa Sukajaya dalam memberikan pengawasan atau perhatian kegiatan
sehari-hari sebagian besar sudah terlaksana dengan baik, sehingga membuat anak
mengikuti kondisi dan perbuatan yang baik yang ada dilingkungan ini, hal ini
sesuai dengan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti.
90
Berdasarkan hasil observasi yang peeliti lakukan, dengan kesibukan orang
tua dalam mendidik anak mereka juga memberikan pengajaran diluar rumah
seperti anak-anaknya disuruh belajar di TPA agar bertambah ilmu keagamaannya
terutama dalam membaca Al-Qur’an untuk bekal dimasa depan supaya menjadi
anak yang sholeh dan sholehah.
Peneliti melakukan wawancara dengan anak di Desa Sukajaya guna untuk
memperkuat hasil observasi yang dilakukan peneliti, sebagaimana menurut
saudari kesya anak dari bapak farhan mengungkapkan bahwa dengan orang tua
selalu pergi bekerja membuat saya tidak menjadi masalah karena sebagai anak
kita harus membanggakan orang tua dengan cara berbuat baik dan berprilaku yang
sopan dan tidak merugikan diri sendiri dan orang tua terutama..16
Menurut Hendra, anak dari Bapak Ridwan mengatakan bahwa orang tua
saya bekerja sebagai tani walaupun jarang dirumah karena harus berangkat pagi
ke kebun dan pulang sore tapi orang tua saya selalu memberikan nasehat agar saya
tidak meninggalkan sholat ketika orang tua saya tidak ada dirumah.17
Ketujuh, wawancara yang peneliti lakukan kepada orang tua di Desa
Sukajaya mengenai memberikan teguran kepada anak jika berbuat salah, sebagai
berikut:
No Nama Orang Tua Hasil Wawancara
1. Bapak Helmi “untuk urusan memberi teguran saya seringkali
marah jika anak melakukan hal yang kurang baik”
2. Bapak Gunawan “tentu saja saya lakukan”
3. Bapak Amrizal “jika ketahuan dengan saya, saya tidak akan
memarahinya tetapi akan saya berikan nasehat
yang baik”
4. Bapak Santo “walaupun keseharian saya banyak diluar rumah
tetapi jika saya sudah pulang saya kadang
bertanya apa yang dilakukan anak saya seharian
dan jika melakukan kesalahan saya tidak
memarahinya tetapi berbicara dengan baik kepada
anak saya agar tidak diulanginya lagi”
5. Bapak Ridwan “saya akan marah jika anak saya berbuat yang
anak-aneh”
6. Bapak Duin “tentu saya memberikan hukuman kepada anak
saya tetapi dengan cara memberinya hadiah agar
16
Wawancara Kesya anak dari Bapak Farhan, tanggal 28 Maret 2018 17
Wawancara Hendra anak dari Bapak Ridwan, tanggal 23 Maret 2018
91
dia tidak melakukan kesalahan yang pernah dia
lakukan”
7. Bapak Deni “akan saya nasehati dengan baik”
8. Bapak Anto “dalam memberikan hukuman terlebih saya tanya
dulu dengan anak, apa asaja yang buat dia
melakukan hal yang tidak baik jika alasannya
sudah saya dapat baru saya ambil tindakan”
9. Bapak Kajik “selalu saya berikan hukuman pada anak-anak
saya ketika berbuat salah”
10. Bapak Sarmun “alhamdulillah apa yang anak saya lakukan selalu
saya awasi. Kadang ketika anak saya sedang
bermain handphone tetap saya awasi agar dia tidak
menggunakan handphone dengan salah, biasanya
anaknya saya memakai handphone ketika ada
pelajaran yang sifatnya mencari di google”
11. Bapak Hayyun “iya saya nasehati kalau anak salah”
12. Bapak Mukhtar “tentu semua orang tua pasti menghukum anak
mereka jika berbuat salah tetapi menghukum
dengan perbuatan baik agar anak tidak berfikir
yang negatif tentang orang tuanya ”
13. Bapak Farhan “jika anak saya berbuat salah saya sebagai orang
tua pasti akan menasehatinya karena itu sudah
menjadi kewajiban saya sebagai orang tua”
14. Bapak Ridan “anak saya terkadang mengajak sholat berjama’ah
duluan ketika maghrib, dan menanyakan PR nya
kepada saya”
15. Bapak Fitullah “saya akan menasehati anak jika ia benar-benar
bersalah”
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa kebanyakan orang
tua di Desa Sukajaya dalam melaksanakan pemberian hukuman kepada anak tidak
dengan cara yang kasar, karena mereka sadar bahwa dalam mendidik anak harus
dengan sabar. Karena anak perlu perlakuan dengan baik dari orang tuanya yang
nantinya akan ia contohkan dalam kehipuannya. Maka dari itu melalui pendidikan
dalam keluargalah yang pertama dan utama salah satu faktor yang menjadikan
akhlak baik atau tidak baiknya.
Peneliti melakukan wawancara kepada anak di Desa Sukajaya untuk
mendapatkan bukti bagaimana orang tua dalam melaksanakan pendidikan akhlak
92
dalam hal memberikan hukuman sudah berjalan baik atau belum, menurut Rispa
anak dari Bapak Kajik mengungkapkan, jarang sekali saya melihat orang tua saya
marah ketika saya melakukan kesalahan tatapi mereka selalu menasehati saya agar
tidak mengulanginya lagi.18
Sedangkan menurut saudari Aira mengatakan orang tua saya jarang marahi
saya jika saya berbuat salah tetapi selalu menasehati saya dan tidak pernah
berlaku kasar apalagi memukul saya, itu tidak pernah terjadi karena orang tua saya
selalu sabar dan memberikan contoh yang baik. Walaupun mereka hanya seorang
petani tetapi orang tua saya sangat baik.19
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa orang tua yang
ada di Sukajaya mengerti caranya berprilaku baik kepada anak-anaknya walaupun
mereka seorang petani tetapi bisa memberikan pengajaranyang baik kepada anak-
anak-anaknya.
2. Analisis Data
Dalam hal menganalisis data penelitian akan melakukan analisis dengan
menggunakan metode dan teknik yang telah ditentukan sebelumnya. Adapun data
yang akan dianalisisi tersebut diperoleh dari hasil observasi, wawancara,
dokumentasi sebagai metode primer dalam penelitian. Penelitian juga
menggunakan metode kuesioner sebagai alat pendukung penelitian. Obyek
penelitian dilakukan di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
pesawaran.
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu
mengambil kesimpulan dari hasil obeservasi pada pelaksanaan pendidikan akhlak
dalam keluarga dan wawancara pada orang tua di Desa Sukajaya. Sedangkan
dokumentasi peneliti gunakan untuk memperoleh data tentang geografi Desa,
18
Wawancara Rispa anak dari bapak Kajik, tanggal 26 Maret 2018 19
Wawancara Aira anak dari Bapak Duin, tanggal 23 Maret 2018-04-06
93
struktur organisasi, sarana dan prasarana, serta aktifitas keagamaan yang ada di
Desa Sukajaya. Kemudian setelah data diperoleh dilanjutkan dengan analisis data
secara induktif yaitu menganaliisis yang berangkat dari fakta-fakta yang bersifat
khusus dan ditarik kesimpulan secara umum. Adapun tahap penelitian dalam
menganalisis dengan menggunakan beberapa metode yaitu data reduction (reduksi
data) kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah, data display
(penyajian data) penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
verivication (penarikan kesimpulan atau verivikasi data).
Keluarga adalah merupakan suatu lembaga pendidikan selain sekolah dan
masyarakat. Dalam hal ini pendidikan itu dilaksanakan oleh lembaga-lembaga
pendidikan seperti sekolah, TPA, dan lain sebagainya. Mendidik anak merupakan
naluri yang diberikan Allah Swt dalam fitrah manusia khususnya dan makhluk
hidup Ciptaan-Nya pada umumnya.
Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan
masyarakat. Karena keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan
tempat pembinaan pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-
personilnya.20
Fungsi keluarga sebagai pembentuk pribadi anak sangatlah penting karena
dalam keluargalah pendidikan dasar tentang keagamaan dan budaya terbentuk
dalam jiwa anak. Di dalam keluarga anak mendapat kasih sayang, materi,
pendidikan dan lain sebagainya. Orang tua melaksanakan pendidikan agama Islam
20
Yusuf Muhammad Al-Hasan, Pendidikan Anak Dalam Islam (Jakarta: Al-Sofwa, 1997),
h. 10
94
pada anak saat orang tua berada di rumah. Saat orang tua bekerja mereka
merasakan kekhawatiran terhadap pelaksanaan pendidikan anak-anak, karena
pendidikan yang mereka peroleh belum tentu bernilai positif.
Berdasarkan hasil observasi dan interview diperoleh keterangan bahwa
pelaksanaan pendidikan akhlak di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau
Kabupaten Pesawaran bisa dibilang sudah cukup optimal. Orang tua adalah
pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan bagi anaknya.
Disebut pendidikan utama, karena besar sekali pengaruhnya. Disebut pendidikan
pertama, karena merekalah yang pertama pendidikan anaknya. Sekolah, pesantren
dan guru agama yang diundang karumah adalah institusi pendidikan dan orang tua
yang sekedar membantu orang tua.21
Berbagai tanggung jawab yang paling menonjol dan mendapat perhatian
besar dalam Islam adalah tanggung jawab orang tua terhadap anak-anaknya yang
berwenang memberikan pengarahan dan pendidikan.22
a. Analisis Pelaksanaan Pendidikan Islam dalam Keluarga di Desa
Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran
Pendidikan agama dan spiritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang
harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya. Diantara
cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan
semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah cara-cara berikut:
21
Ibid, h. 8 22
Hasan Basri, Beni Ahmad Saebeni, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: CV PUSTAKA
SETIA, 2010), h. 75
95
a. Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman
kepada Allah dan berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam
bentuk yang sempurna dalam waktu tertentu.
b. Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil
sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging,
mereka melakukan dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab
mereka melakukannya.
c. Menyiapkan suasana agama dan spiritual yang sesuai dirumah dimana
mereka berada.
d. Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang berguna
dan memikirkan ciptaan-ciptaan Allah dan makhluk-makhluk untuk
menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan
kegunaannya.23
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara diperoleh keterangan bahwa
dalam Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Kelurga di Desa Sukajaya
Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran adalah:
a) Analisis Pendidikan Akhlak dalam Keluarga mengenai
menanamkan nilai-nilai agama
Berdasarkan hasil lapangan menunjukkan bahwa pendidikan Agama Islam
bagi anak melalui mengajarkan nilai-nilai agama dalam melatih dan membiasakan
anak untuk menjalankan sholat, puasa, membaca Al-Qur’an, menghafal do’a-do’a,
23
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan Suatu Analisis Psikologi, Filsafat dan
Pendidikan (Jakarta: PT Pustaka Al-Husna Baru, 2004), h. 311
96
sudah terlaksana dengan baik, meskipun banyaknya pekerjaan yang dilakukan
orang tua mereka.
Karena keluarga merupakan orang pertama, dimana sifat kepribadian akan
tumbuh dan terbentuk. Seseorang akan menjadi warga masyarakat yang baik,
bergantung pada sifatnya yang tumbuh dalam kehidupan keluarga, dimana anak
dibesarkan.24
Oleh karna itu orang tua berusaha untuk menanamkan nilai-nilai agama
yang mana nanti akan berguna untuk masa depan anak mereka, anak belajar
agama dengan mendirikan shalat, bagaimana mengendalikan diri sebagai mana ia
dilatih dengan puasa, bagaimana ia menenangkan hati dengan membiasakan
membaca Al-Qur’an, melancarkan segala urusan yang ialakukan dengan berdo’a
setiap kali dimulainya bekerja.
Hal ini sesuai dengan hadis Bukhari, “Dari Abu Hurairah r.a berkata:
bersabda Nabi Saw. Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka orang
tuanyalah yang menjadikan ia Yahudi atau Nasrani atau Majusi”.
Dari hadist tersebut dapat disimpulkan bahwa baik buruknya anak sangat
tergantungpada sikap dari orang tua. Seandainya orang tua akan dengki
mendengki dalam praktek sehari-hari maka anak akan turut mempengaruhi,
demikian pula terhadap hal hal yang lainnya. Anak yang dilahirkan kemuka bumi
ini dalam keadaan fitrah (kemampuan dasar) berupa potensi religious (nilai nilai
agama). Kemampuan dasar ini pada dasarnya adalah setiap jiwa manusia itu telah
disiram dengan nilai-nilai agama Islam.
24
Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Keluarga (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h.320
97
Orang tua juga memberikan pengajaran diluar pendidikan dalam keluarga
contohnya memasukan anak ke TPA agar mendapat pendidikan agama yang lebih
supaya anak bisa menjadi lebih baik dan mengerti tentang agama.
Dirumah orang tua dapat mengajarkan dan menanamkan dasar dasar
keagamaan pada anak anak nya, termasuk didalamnya dasar dasar bernegara, dan
berperilaku baik serta berhubungan sosial lainya, orang tua juga sangat
berpengaruh dalam pendidikan agama. Sebagaimana firman allah dalam surat
luqman ayat 17:
Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan
bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu
termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (Q.S Al-Luqman:17)
Maksud ayat tersebut adalah usaha penerapan pendidikan agama yang
diusahakan oleh kedua orang tua sebagai langkah awal adalah dengan menyurung
shalat yang dilaksanakan melalui latihan-latihan secara rutin.
b.) Analisis pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Keluarga mengenai
Memberikan Fasilitas Pendidikan Agama Islam Kepada Anak
Berdasarkan data lapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
pendidikan akhlak mengenai memberikan fasilitas pendidikan islam kepada anak
sudah terlaksana dengan baik, dilihat bagaimana orang tua di Desa Sukajaya
sangat antusias bekerja guna mencukupi kebutuhan anak mereka baik berupa
98
pendidikan sekolah maupun agama. Para orang tua memberikan perhatian besar
akan kebutuhan anaknya dalam pendidikam Islam seperti membelikan baju
muslim/koko untuk anak-anak, melengkapi buku bacaan seperti Iqr’o, buku
tajwid, dan Al-Qur’an bahkan ada orang tua membelikan poster gambar kartun
yang sedang mempraktekkan tata cara wudhu, shalat, dan lain-lain untuk
membuat agar tertarik dalam mempelajari Agama.
c) Analisis Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam Keluarga
mengenai Pembinaan Agama pada anak
Kehidupan beragama salah satu diantara sekian banyak sektor harus
mendapatkan perhatian besar bangsa dibandingkan dengan sektor kehidupan yang
lain. Sebab pencapaian pembangunan bangsa yang bermoral dan beradab dengan
ditentukan dari aspek kehidupan agama, terutama dalam hal pembinaan bagi
generasi muda.25
Secara harfiah pembinaan berarti pemeliharaan secara dinamis
dan berkesinambungan.26
Pembinaan akhlak adalah suatu usaha, tindakan dan keinginan yang
dilakukan melalui usaha seseorang dalam rangka mengembangkan akhlak para
peserta didik agar mereka mempunyai akhlak yang mulia, dan memiliki kebiasaan
yang terpuji atau dengan kata lain peserta didik diharapkan bisa menjadi pribadi
yang berakhlakul karimah.
1. Pendidikan Dengan Keteladanan
25
Zakiah Dradjat, Pendidikan Agama Islam Dalam Pembinaan Mental (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1982), h.12 26
Departemen Pendidikan dan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Jakarta
Press, 1995), h.504
99
Berdasarkan data lapangan menunjukkan bahwa dalam memberikan
keteladanan yang baik bagi anak. Orang tua di Desa Sukajaya berusaha
menampilkan perilaku yang baik kepada anak. Karena seorang pendidik
adalah panutan yang akan ditiru oleh para peserta didiknya. Orang tua
menampilkan sikap dan cara berbicara yang baik, teratur dan tidak
berteriak, berpakaian yang sopan, berperilaku mulia dan lurus selain itu
keteladanan diberikan melalui cerita hidup Rasulullah Saw sebagai suri
tauladan seluruh umat muslim. Dalam kehidupan sehari-hari ada
beberapa orang tua dinilai belum mencerminkan keteladanan yang baik
pada anak, sering kali orang tua berbicara perkataan yang terkesan
kurang baik, bahkan ada orang tua yang berperilaku kasar kepada
anaknya. Berbeda dengan sebagian lagi orang tua yang menirukan cara
rasul bagimana memberikan suru tauladan yang baik untuk anak.
Memperlakukan anak dengan akhlak yang baik, kata kata yang lemah
lembuh, kasih sayang.
Berdasarkan teori orang tua hendaknya memberikan keteladanan
yang baik yaitu memberikan contoh yang baik dan nyata. Keteladanan
mempunyai peran penting dalam membina akhlak, anak suka meniru
orang-orang yang mereka lihat baik tindakan maupun budi pekertinya.27
Berdasarkan data lapangan dan teori dapat disimpulkan bahwa
dalam memberikan keteladanan sudah baik. Orang tua harus
memberikan keteladanan kepada anak berawal dari dirinya sendiri
27
Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010),h.
164-165
100
sebagai seorang pendidik. Karna sang pendidik adalah panutan yang
akan ditiru oleh peserta didikya. Memberikan keteladanan dengan
memperlakukan anak dengan akhlak yang baik, itu berarti orang tua
menciptakan kasih dan sayang terhadap peserta didik.
2. Pendidikan Dengan Adat Dan Kebiasaan
Berdasarkan data lapangan yang telah dilakukan oleh peneliti,
mendapatkan data bahwa dalam membiasakan mengucapkan salam
orang tua sesudah berusaha baik dalam melaksanakannya akan tetapi
dari hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan kepada anak
di Desa Sukajaya bahwa dalam membiasakan anak mengucapkan salam
sudah terlaksana dengan baik karna kebanyakan dari orang tua dengan
kesibukkan nya mencari uang tidak membuat orangtua terkadang lupa
memberikan salam ketika hendak pergi maupun pulang dari bekerja.
Walaupu kurangnya waktu orangtua dalam bertatap muka dengan anak
tidak menutup kemungkinan orang tua untuk selalu menerapkan hal
yang baik dan mengucapkan salam maupun meminta izin kepada orang
lain untuk masuk rumah ataupun keluar rumah.
Berdasarkan teori yang harus memberikan latihan pembiasaan secara
terus menerus dan berlangsung secara kontinyu. Membiasakan akhlak
yang baik artinya memberantas secara serentak atau memberantas secara
perlahan, tergantung jenis kebiasaan yang dihadapi, sambil mencari cara
lain yang memungkinkan.28
28
Ibid, h. 89
101
Berdasarkan data lapangan dan teori dapat disimpulkan dalam
memberikan binaan melalui latihan pembiasaan sudah berjalan dengan
baik. Karena ditemukan data bahwa orang tua sudah memberikan
pembiasaan melakukan perbuatan mulia seperti mengucapkan salam.
Pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua dianggap cukup, karena
orang tua sudah mengigat pembiasaan harus secara terus menerus dan
berulang-ulang, akhirnya menjadi suatu kebiasaan yang otomatis. Dalam
konteks luasnya sifat ini adalah kebiasaan positif yang diterapkan dan
diberlakukan dalam masyarakat. Hal ini akan bermanfaatkan bagi
dirinya, melainkan orang orang disekitarnya
3. Pendidikan Dengan Nasihat
Berdasarkan data lapangan menunjukkan bahwa orangtua
memberikan pembinaan kepada anak dengan mengarahkan agaru selalu
mengerjakan ibadah. Yaitu dengan meningatkan dan menasehati agar
mendekatkan diri kepada allah, tidak meninggalkan shalat 5 waktu,
berpuasa baik itu puasa wajib atau puasa sunnah, bersedekah dan tolong
menolong antar sesama muslim. Ibadah merupakan jalan untuk
mendekatkan diri kepada Allah, dalam Islam ibadah merupakan saran
bimbingan kepada umat miskim terutama generasi muda untuk dapat
mengendalikan rasa ego dan emosinya. Selain itu orang tua memberikan
anjuran dan himbauan agar berperilaku positif dalam bergaul. Anjuran
dan himbauan tersebut dilakukan dengan memberikan peringatan atau
nasihat kepada anak untuk berperilaku mulia, baik itu dirumah, sekolah
102
maupun lingkungan masyarakat. Maka seringkali waktu senggang atau
orang tua tidak bekerja, orang tua memberikan nasihat seperti memilih
teman yang baik, bergaul dengan lingkungan baik.
Berdasarkan hasil data lapangan dan teori maka dapat disimpulkan
bahwa orang tua dalam membina akhlak melalui anjuran atau himbauan
sudah berjalan dengan baik. Nasihat memiliki pengaruh yang cukup
besar dalam membuka mata siswa, kesadaran dan hakikat sesuatu,
mendorong mereka menuju harkat dan martabat yang luhur,
menghiasinya dengan akhlak yang mulia, serta membekali dengan
prinsip-prinsip Islam
4. Pendidikan dengan perhatian/pengawasan
Berdasarkan data lapagan menunjukan bahwa orang tua dalam
memberikan perhatian/pengawasan sudah terlaksana dengan baik hal ini
walaupun kesibukan orang tua yang menghambat orang tua untuk selalu
mengawasi sang anak, tetapi orang tua tetap memberikan perhatian/
pengawasan yang cukup untuk anak. Adapun cara orang tua dalam
mengawasi anak yaitu bertanya kepada anaknya langsung apa saja yang
dilakukan anaknya hari ini,bertanya kepada tema atau tetangga akan
tingkah laku anaknya ketika orang tua tidak ada dirumah untuk
mengawasi sikap anak. Namun ada juga orang tua yang selalu percaya
bahw anaknya selalu menjaga sikap baiknya kepada orang lain,akan
tetapi berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bahwa dengan
103
kurangnya pengawasan dari orang tua anak sering kali berbuat yang
kurang baik seprti menjelek-jelekkan teman sendiri,bertengkar.
5. Pendidikan dengan hukum
Berdasarkan data lapangan bahwa orang tua dalam memberikan
hukuman terhadap anak di Desa Sukajaya sering kali terlihat orang tua
masih saja suka memukul anaknya ketika anak berbuat salah,bahkan
tidak segan-segan untuk memukulnya di depan khalayak ramai, itu
membuat anak down dan malu didepan orang lain. Padahal dalam
memberikan teguran atau hukuman orang tua sebaiknya tidak perlu
memalukan anak, tidak memfonis anak atas kesalahannya.
Berdasarkan teori yang oran tua memberi pengawasan perilaku agar
anak tidak bergaul dengan anak-anak nakal, jika ia melakukan kesalahan
mereka harus diberikan hukuman asalakan bersifat mendidik.
Berdasarkan data lapangan dan teori, bahwa orang tua dalam
memberikan hukuman atau teguran sudah dilakukan dengan baik. karena
orang tua bukan hanya memberikan pengertian dan wawasan kepada
anak agar berubah pola pikir mereka dan menyadari atas apa yang
mereka lakukan. Tetapi harus diiringi dengan memberikan hadiah atau
sanksi. Tujuannya adalah agar anak termotivasi untuk melakukan
perbuatan baik dan menjauhi yang tidak baik. Kerjasama antara orang
tua dan lingkungan seperti guru ngaji, tetangga maupun teman sebaya
anak mereka dalam upaya membina akhlak anak.
104
Beberapa hal tersebut merupakan bukti bahwa sudah cukup baik
pelaksanaan yang dilakukan orang tua dalam melaksanakan pendidikan
agama di rumah sudah berjalan optimal sehingga berdampak pada ahlak
anak yang menjadi akhlaknya cukup baik. Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak dalam keluarga
sudah dikatakan baik. Adanya lingkungan baik menyebabkan anak mau
ketika diperintahkan atau disuruh orang tuanya untuk menjalankan
sholat, puasa, menolong orang tuanya.
C. Pembahasan
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini, terkait dengan pelaksanaan
pendidikan akhlak dalam keluarga, maka peneliti memberikan kesimpulan sebagai
berikut sebagai analisis data berdasarkan rumusan masalah sebagai berikut:
Berdasarkan analisis data ditemukan bahwa pelaksanaan pendidikan akhlak
dalam keluarga di Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran
dalam pendidikan akhlak bagi keluarga melalui menanamkan nilai-nilai agama,
memberikan fasilitas kepada anak sedangkan dalam pembinaan akhlak anak yang
berusia 7-14 tahun melalui pendidikan keteladanan, pendidikan adat kebiasaan,
pendidikan nasehat, pendidikan perhatian/ pengawasan, pendidikan hukuman/
teguran. Semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan sesuai dengan rambu-rambu
yang ada meskipun demikian akhlak anak di Desa Sukajaya berdasarkan data masih
cukup baik.
Dari analisis data ditemukan bahwa orang tua di Desa Sukajaya telah
melaksanakan sholat, puasa, membaca Al-Qur’an dan menghafal do’a-do’a dengan
baik dan berupaya mengajak anak shalat dimasjid atau berjamaah dirumah, dan orang
tua yang belum pandai membaca Al-Qur’an, mereka menitipkan anaknya di tempat
pengajian ataupun TPA yang ada di Desa Sukajaya. Pada tahap memberikan fasilitas
terutama dalam memfasilitasi pendidikan Agama orang tua selalu antusia dalam
105
106
bekerja guna memenuhi kebutuhan anak baik dari materi dan non materi. Akan tetapi
dalam membina akhlak melalui pendidikan keteladanan belum menampilkan
keteladanan yang baik. Hal ini bisa dilihat dari kebiasaan adat istiadat dalam
mengucapkan salam kurang dilatih oleh orang tuanya, selain itu kurangnya waktu
dalam mengawasi anak sehingga anak ketika melakukan kesalahan tidak takut untuk
mengulanginya lagi. Kurangnya memberikan teguran dan hukuman yang tepat dalam
mendidik anak orang tua seringkali menggunakan ego mereka dalam memberikan
hukuman pada anak hal ini tidak luput bahwa adanya faktor lingkungan yang kurang
mendukung ikut mempengaruhi dalam pelaksanaan pendidikan akhlak kepada anak.
B. Saran
Sehubungan dengan penelitian ini, maka penulis mencoba mengemukakan
beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada pihak orang tua di Desa Sukajaya sebagai pembina yang pertama dan
utama dalam keluarga selalu dapat membina kebiasaan-kebiasaan yang baik dan
memberikan bimbingan secara langsung terhadap anaknya, karena pendidikan
yang di dapat melalui bimbingan dan arahan dalam keluarga adalah merupakan
dasar utama bagi pembentukan pribadi anak. Penanaman pendidikan Agama
Islam berpengaruh terhadap akhlak anak dalam kehidupan sehari-hari.
2. Diharapkan kepada Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, untuk meningkatkan
penerangan dan penyuluhan Agama Islam terutma yang berhubungan tugas dan
kewajiban orang tua terhadap anaknya, mengelola pengaian secara terarah dan
107
terpadu, sehinggga dapat memotivasi orang tua dan anak untuk meningkatkan
pemahaman ajaran Islam sekaligus menciptakan kondisi yang agami.
DAFTAR PUSTAKA.
Abbudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2010.
Abdullah Nasih „Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam. Bandung: Remaja Rosda
Karya, 1990.
Abdurrahman AnNahlawi. Pendidikan Islam di Rumah, Sekolahdan Masyarakat.
Jakarta: GemaInsani Press, 1996.
Abdurrahmat Fathoni. Metodologi Penelitian & Penyusunan Skrips. Jakarta: Rineka
Cipta, 2011.
Abuddin Nata. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2012.
Agus Sujanto. Psikologi Kepribadian. Jakarta: Aksara Baru, 2004.
Anas Sudijono. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2015.
Ahmad D Marimba. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma‟arif,
1980
Beni Ahmad Saebeni. Abdul Hamid, Ilmu Akhlak, Cet. 2. Bandung: Pustaka Setia.
2012
Beni Ahmad Saebeni. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia, 2008.
Bukhari Umar. Hadis Tarbawi Pendidikan Dalam Persepektif Hadis. Jakarta: Amzah,
2012.
Cholid Narbuko, Abu Ahmadi. Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara, 2013.
Deden Makbulah. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers, 2011.
Departemen Agama RI. Al-Qur’an Dan Terjemah. Bandung: CV Penerbit
Diponerogo, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka, 2007.
109
Hasan Langgulung. Manusia dan Pendidikan: Suatu Analisa Psikologi dan
Pendidikan, cet. III. Jakarta: Al Husna Zikra, 1995.
Imam Abdul Mukmin Sa‟aduddin. Membangun Kepribadian Muslim. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2006.
Imam Suprayoga. Pendidikan Berparadigma Al-Qur’an. Malang: Aditya Media,
2004.
Imam Syafe‟I, “Tujuan Pendidikan Islam”. Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam,
Volume 6, November 2015.
Kalwati. 4 Tahap Mendidik Anak Cara Rasulullah Saw, (On-Line), https://id-
id.facebook.com/notes/kalwati/4-tahap-mendidik-anak-cara-rasulullah-
saw/1797952253676875/,(19 September 2017).
Kartini Kartono. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung: Mandar Maju,
2007.
Lexy J. Moleong. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya,
2002.
M. Arifin. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
M. Nipan Abdul Halim. Anak Saleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta: Mira Pustaka,
2003.
Mansur. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005.
Moh. Shochib. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Moh.Slamet Untung.Muhammad Sang Pendidik.Semarang: PustakaRizki Putra, 2005.
Muhammad Nashih Ulwan. Pendidikan Anak Menurut Islam, Pendidikan Sosial
Anak. Bandung: Remaja Rosdakarya, 1990.
Muhammad Tholhah Hasan. Islam & Masalah Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Lantabora Press, 2004.
Muhammad Zaairul Haq. Sekar Dina Fatimah, Cara Jitu Mendidik Anak Sholeh dan
Sholeha. Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2015.
110
Muhammad Zuhaili. Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini. Jakarta: Ba‟adillah
Press, 2002.
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda, 2010.
Novan Ardy Wiyani & Barnawi. Ilmu Pendidikan Islam.Yogyakarta : Ar-Ruzz
Media, 2012.
Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Persepektif Perubahan.
Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Rachman H. Habanakah. Cara-cara Musuh Islam Menghancurkan Akhlak Kaum
Muslimin. Jakarta: Buku Andalan, 1990.
Ramayulisdkk. Pendidikan Islam dalam Keluarga. Jakarta: KalamMulia, 2001.
Romlah. Pendidikan Islam Informal. Bandar Lampung: Fakta Proses Fakultas
Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung, 2012.
Rosihun Anwar. Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Saliman Zaini. Arti Anak Bagi Seorang Muslim. Surabaya: Al-Ikhlas, 1984..
Skripsi- Tarbiyah PAI.blongspot.co.id/20/2015/01. Pengertian Pendidikan Akhlak
Menurut.html!?=1#, diakses pada tanggal 29 Oktober 2017 pikul 21:01
Sugiyono. Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta,2013.
Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka
Cipta, 2006.
Sumandi Suryabrata. Metodologi Penellitian. Jakarta: PT Raja Grafindo, 2013.
Syaiful Bahri Djamarah. Pola Komunikasi Orang Tua & Anak Dalam Keluarga
Sebuah Persepektif Pendidikan Islam. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Syamsul Nizar. Pengantar Dasar-Dasar Pendidikan Islam. Jakarta: Gaya Media
Pratama, 2011.
Tohirin. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbinnga Konseling.
Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012
111
W. Gulo. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Gramedia, 2010.
Yunahar Ilyas. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: LPPI, 2000.
Zakiah Daradjat. Ilmu Pengetahuan Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
---------------------. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan
Bintang, 1975.
---------------------. Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: Ruhana,
1995.
Zakwan Safili. wawancara dengan penulis. Sukajaya, 17 September 2017.
Zuhairani, Abdul Ghofur. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
Malang: UIN dan UM Press, 2004.
112
Lampiran 1
KISI-KISI OBSERVASI
No
Aspek
Indikator Per-
Item
Indikator
Skor
Jumlah 1 2 3
1 Pelaksanaan
pendidikan
akhlak bagi
keluarga di
Desa
Sukajaya
1. Mengajarka
n nilai-nilai
agama
1. Menjalankan
ibadah sholat
2. Membaca Al-
Qur’an
3. Mengajarkan
puasa
4. Mengajarkan
berdo’a
5. Menceritakan
kisah-kisah Nabi
2. Memberika
n fasilitas
1. Memberikan
bacaan Islami
2. Memberikan
fasilitas dalam
hal pendidikan
Islam
2 Pembinaan
Akhlak
3. Pendidikan
dengan
keteladanan
1. Menampilkan
perilaku yang
baik
4. Pendidikan
adat
kebiasaan
1. Mengucapkan
salam
113
5. Pendidikan
dengan
nasihat
1. Mengingatkan
agar berperilaku
positif dalam
bergaul
6. Pendidikan
dengan
perhatian/
pengawasa
n
1. Mengarahkan
agar selalu
menjalankan
ibadah
2. Mengarahkan
akan selalu
belajar
3. Mengingatkan
anak hati-hati
dalam berprilaku
7. Pendidikan
dengan
hukum
1. Memberikan
teguran
Jumlah
Keterangan :
1 = Selalu
2 = Kadang-kadang
3 = Tidak Pernah
114
Lampiran 2
PEDOMAN WAWANCARA TERHADAP ORANG TUA
1. Bagaimana bapak/ibu selaku orang tua melatih dan membimbing anak
menanamkan nilia-nilia agama seperti halnya shalar, puasa, membaca Al-
Qur’an dan menghafal do’a-do’a?
2. Apakah bapak/ibu memberikan perhatian yang cukup terhadap anaknya, baik
seperti memenuhi kebutuhan materi maupun non materi terhadap anaknya
dalam kehidupan sehari-hari ?
3. Bagaimana cara yang dilakukan Bapak/ Ibu sebagai orang tua dalam
memberikan keteladanan terhadap anak-anaknya dalam berprilaku baik ?
4. Bagaimanakah Bapak/ibu memberikan adat kebiasaan seperti dalam
mengucapkann salam ketika keluar atau masuk rumah?
5. Apakah Bapak/Ibu sebagai orang tua selalu memberikan nasihat pada putra-
putrinya agar tidak melanggar aturan-aturan agama dan yang ada di
masyarakat ?
6. Bagaimanakah cara Bapak/Ibu dalam memberikan perhatian/ pengawasan
kepada anak dalam menjalankan ibadah dan belajar ?
7. Bagaimanakah cara Bapa/Ibu dalam memberikan teguran kepada anak jika
berbuat salah ?
115
Lampiran 3
KERANGKA INTERVIEW DENGAN
TOKOH MASYARAKAT DESA SUKAJAYA
1. Latar belakang sejarah berdirinya Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau
Kabupaten Pesawaran
2. Letak geografis Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran
3. Keadaan penduduk Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran
4. Keadaan pencaharian Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran
5. Keadaan sarana dan prasarana Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau
Kabupaten Pesawaran
6. Keadaan pendidikan Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran
7. Keadaan keagamaan Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau Kabupaten
Pesawaran
8. Keadaan Sumberdaya Manusia Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau
Kabupaten Pesawaran
9. Keadaan Nilai-nilai sosial budaya Desa Sukajaya Kecamatan Way Khilau
Kabupaten Pesawaran
10. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Akhlak dalam keluarga di Desa Sukajaya
Kecamatan Way Khilau Kabupaten Pesawaran.
116
Lampiran 4
KERANGKA DOKUMENTASI
No Perihal Keterangan
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Sejarah desa
Letak geografis desa
Susunan pemerintahan
Keadaan penduduk
Keadaan mata pencaharian
Keadaan sarana dan prasarana
Keadaan pendidikan
Keadaan Sumber Daya Alam
Keadaan Nilai-nilai Sosial Budaya
Keadaan keagamaan
117
Lampiran 5
DAFTAR NAMA KEPALA KELUARGA YANG MEMILIKI ANAK USIA
7-14 TAHUN
No Nama Umur Nama Umur RT
1 Sarmun 44 Tahun Rifki 14 tahun IV
2 Mukhtar 40 Tahun Vella 14 tahun IV
3 Deni 41 Tahun Fatan 7 tahun IV
4 Duin 34 Tahun Aira 10 tahun IV
5 Santo 40 Tahun Izza 11 tahun V
6 Kajik 41Tahun Rispa 10 tahun III
7 Hayyun 50 Tahun Iqbal 8 tahun III
8 Anto 39 Tahun Selva 9 tahun IV
9 Fitullah 47 Tahun Fatma 10 tahun II
10 Ridan 38 Tahun Okta 8 tahun II
11 Farhan 35 Tahun Icha 12 tahun I
12 Ridwan 34 Tahun Mawan 9 tahun V
13 Helmi 46 Tahun Ibnu 12 tahun III
14 Gunawan 41 Tahun Hedar 11 tahun IV
15 Amrizal 39 Tahun Anfa 13 tahun IV