38
PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN 2008

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN

2008

Page 2: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian DEPARTEMEN PERTANIAN

2008

Page 3: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Kata Pengantar

Prinsip pelaksanaan Revitalisasi Pertanian , Perikanan dan Kehutanan (RPPK) adalah menempatkan profit center berada pada petani . Hal ini merupakan paradigma baru pembangunan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait. Salah satu kebijakan dan strategi operasional dalam RPPK adalah pengembangan Agroindustri

Perdesaan.

Dengan agroindustrialisasi perdesaan maka profit center berada di petani/perdesaan , sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani/masyarakat di perdesaan , menyediakan lapangan kerja dan mendorong kegiatan ekonomi lainnya.

Departemen Pertanian beserta jajaran Dinas-dinas lingkup pertanian di Daerah mempunyai tugas dan tanggung jawab sosial , ekonomi dan politik untuk melaksanakan RPPK tersebut di atas, termasuk salah satu program operasionalnya yaitu pengembangan agroindustri perdesaan .

Guna memberikan arahan bagi semua pihak dalam rangka pengembangan agroindustri perdesaan tersebut, maka disusun Pedoman Umum Pengembangan Agroindustri Perdesaan yang disosialisasikan secara luas untuk dipedomani oleh setiap stakeholder agroindustri perdesaan di seluruh Indonesia. Dalam penerapannya , Pedoman ini dapat dijabarkan lebih lanjut dan disesuaikan dengan kondisi di setiap wilayah yang bersangkutan.

Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian,

Prof. Dr. Djoko Said Damardjati

Page 4: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

DAFTAR ISi

KATA PENGANTAR DAFTAR ISi I. PENDAHULUAN 1

A. Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

B. Ruang lingkup . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 2

C. Tujuan ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... .. . ... ... . .. .. 3

11. PENENTUAN KELOMPOK SASARAN (TARGET GROUP) PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN . . . . . . . . . . . . . 4 A. ldentifikasi potensi pengembangan agroindustri pada

Kawasan agribisnis . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4

B. Delineasi Kawasan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . 4

C. Penentuan inti Kapemba .. .... .... ... ... ......... ...................... .. ....... 5

Ill. PENENTUAN SASARAN (TARGET) PENGEMBANGAN . . . . . .. . . . 6

A. Pendataan kondisi awal (baseline data) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6

B. Analisis untuk penetapan sasaran pembangunan . . . . . . . . . . . . . . . . . . 7

IV. PENENTUAN KEGIATAN ....... .... ..... ........ .... .. .... .. ....... .. .. .... ... ..... . 8

A. Langkah-langkah penentuan kegiatan pengembangan . . . . . . . . . . 8

B. Pendekatan ..... .. . . . . . . . . . . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . . .. . . . . . . . . . . . . . . . . . .. . . .. . . . . . . . . 8

V. KELEMBAGAAN.. .... ... ..... . .. . ... ...... .... ... .. ............ ... ............ 10

A. Bentuk kelembagaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 10

B. Peranan Kelompok dan Gapoktan.. ....... ............................... .. ... 10

VI. PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI. .. ... ... ...... . .. .. ... . 12

A. Aspek Manajemen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12

B. Aspek Teknis . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

VII. PEMBINAAN ... .... .. .. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .. 15

A. Lingkup pembinaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 B. Tingkat Pu sat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

C. Tingkat Provinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16

D. Tingkat Kabupaten/Kota. ................. ...... ..... ... .. . . . .... .. ...... 17

E. Tingkat Kecamatan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18

VIII. PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21

11

Page 5: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sebagai negara agraris, lebih dari 60 % penduduk Indonesia

terdiri dari masyarakat petani dan buruh tani yang umumnya tinggal

di perdesaan. Sebagian besar dari petani dan buruh tani tersebut

hanya melakukan kegiatan di bidang budidaya pertanian.

Berdasarkan data yang ada, tingkat pendapatan petani hanya

berkisar antara Rp 1,5 juta - Rp 3,5 juta per kapita per tahun,

sedangkan pendapatan pelaku usaha pada sektor-sektor yang lain dapat mencapai dua kali lipat atau lebih dari rata-rata pendapatan

petani tersebut.

Kenyataan bahwa lebih dari 80 % petani dapat dikategorikan

miskin dan jumlah penduduk miskin di sektor pertanian tersebut

adalah lebih dari 60 % dari total penduduk miskin di Indonesia.

Jumlah pengangguran di sektor pertanian sekitar 50 % dari total pengangguran terbuka. Dengan demikian maka bagi Indonesia, jika

dikaitkan dengan pengurangan kemiskinan , pengurangan

pengangguran, peningkatan kesejahteraan rakyat, peningkatan daya

saing, dan kelestarian lingkungan, maka kondisi petani khususnya

masyarakat perdesaan pada umumnya saat ini merupakan masalah

terbesar untuk dipecahkan sekaligus juga potensi terbesar untuk

mengatasi permasalahan bangsa. Apabila masalah yang dihadapi

petani dan masyarakat perdesaan dapat diselesaikan maka lebih

dari separuh permasalahan mendasar bangsa akan terselesaikan .

Kebijakan nasional yang memfokuskan kepada pemecahan

permasalahan mendasar bangsa tersebut telah dicanangkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 11 Juni 2005 sebagai Program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (RPPK). Prinsip pelaksanaan RPPK adalah menempatkan profit center berada pada petani. Hal ini merupakan paradigma baru pembangunan yang harus diikuti oleh semua pihak yang terkait.

1

Page 6: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Salah satu kebijakan dan strategi operasional dalam RPPK (sesuai

Naskah Revitalisasi Pertanian , Perikanan , dan Kehutanan Indonesia 2005 yang diterbitkan oleh Kementrian Koordinator Bidang

Perekonomian RI) adalah pengembangan Agroindustrialisasi

Perdesaan.

Dewasa ini , keuntungan (profit) usaha agribisnis masih terpusat pada pelaku usaha transportasi , pedagang perantara dan pengolah, sedangkan petani (budidaya) menikmati keuntungan yang terkecil. Dengan demikian maka Revitalisasi Pertanian dengan

menitik beratkan kepada pengembangan agroindustri perdesaan

merupakan suatu langkah yang sangat strategis.

Dengan pengembangan agroindustri perdesaan akan menempatkan profit centre berada di petani/perdesaan , sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani/masyarakat di perdesaan , menyediakan lebih banyak lapangan kerja dan mendorong berkembangnya kegiatan ekonomi lainnya di perdesaan .

8. Ruang lingkup

Departemen Pertanian , seluruh jajaran Dinas-dinas lingkup pertanian di Daerah bersama-sama dengan seluruh instansi terkait baik di pusat maupun di daerah mempunyai tugas dan tanggung jawab sosial dan politik untuk melaksanakan Revitalisasi Pertanian Perikanan dan Kehutanan , termasuk salah satu program operasionalnya yaitu pengembangan agroindustri perdesaan .

Bidang agroindustri yang merupakan prioritas dalam RPPK adalah : (1) industri yang terintegrasi dengan usaha budidaya pertanian , termasuk pengolahan limbah/hasil samping pertan ian untuk dimanfaatkan, (2) industri primer, dan (3) industri yang dilakukan oleh masyarakat di perdesaan .

2

Page 7: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Pedoman Umum ini mencakup arahan secara garis besar mengenai : (1) penentuan kelompok sasaran (target group); (2) penentuan sasaran pengembangan ; (3) penentuan kegiatan yang direncanakan; (4) kelembagaan; (5) pengembangan usaha dan (6) pembinaan .

C. Tujuan

Tujuan Pedoman Umum ini terutama ialah:

1. Untuk memberikan arahan bagi semua pihak dalam rangka pengembangan agroindustri perdesaan .

2. Untuk dijadikan acuan bagi pihak-pihak terkait guna menyusun

panduan yang lebih rinci dan operasional , yang disesuaikan dengan kondis i masing-masing wilayah , dalam rangka pengembangan agroindustri perdesaan .

3. Untuk dijadikan acuan umum bagi petugas dalam melaksanakan tugas pembinaan teknis atau pendampingan kepada petani/pelaku usaha agribisnis/agroindustri.

3

Page 8: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

L _ -

II. PENENTUAN KELOMPOK SASARAN (TARGET GROUP) PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Pengembangan agroindustri perdesaan pada dasarnya

merupakan upaya pembangunan ekonomi masyarakat dengan berbasis pada kegiatan agroindustri unggulan sesuai potensi wilayah/kawasan yang bersangkutan. Dengan demikian langkah­langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

A. ldentifikasi potensi pengembangan agroindustri pada kawasan agribisnis.

Langkah ini bertujuan untuk menentukan kawasan yang potensial untuk dikembangkan sebagai Kawasan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Berbasis Agroindustri (Kapemba). Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam identifikasi potensi Kapemba

adalah: adanya inisiasi usaha agroindustri di masyarakat adanya inisiasi kelembagaan kelompok usaha

potensi dan kendala penyediaan bahan baku secara berkelanjutan potensi dan kendala pengembangan pasar produk yang diusahakan/akan dikembangkan

potensi sosial masyarakat, termasuk kendala-kendala sosial

yang ada untuk pengorganisasian masyarakat setempat dalam pengembangan usaha bersama.

B. Pembatasan (delineasi) Kawasan

Pembatasan/del ineasi kawasan pembangunan ekonomi masyarakat berbasis agroindustri (Kapemba) dapat dilakukan dengan 2 alternatif pendekatan yaitu : (1) pendekatan ekologi dan (2) pendekatan sistem jaringan kegiatan yang saling terkait dalam satu sistem agroindustri. Pendekatan ekologi antara lain dapat dilakukan

4

Page 9: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

dengan melakukan pembatasan/delineasi kawasan berdasarkan unit

ekosistem (alam dan buatan) atau Rencana Tata Ruang Wilayah ataupun dengan mengacu kepada sentra produksi/sentra pengembangan komoditas yang telah ada.

Pembatasan/delineasi Kapemba dengan pendekatan sistem jaringan kegiatan yang saling terkait dalam satu sistem agroindustri

adalah dengan memperhatikan berbagai kegiatan yang terkait baik

vertikal maupun horizontal dalam suatu sistem pengembangan agroindustri tertentu yang telah atau akan dikembangkan. Misalnya sistem agroindustri susu sapi , meliputi pengembangan hijauan pakan ternak, industri pengolahan pakan ternak skala kecil , budidaya sapi perah dan industri pengolahan susu dan seterusnya.

C. Penentuan inti Kapemba

Langkah ini bertujuan untuk menentukan kelompok inti yang akan berperan sebagai penggerak/fasilitator bagi pelaku usaha yang terkait dengan pengembangan agroindustri di dalam kawasan . Secara organisasi , inti Kapemba diharapkan berupa Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan beranggotakan minimal 2 Kelompok Tani/Kelompok Usaha Pengolahan (pelaku usaha agribisnis) yang mempunyai usaha sejenis atau mempunyai keterkaitan secara sinergis satu dengan lainnya.

5

Page 10: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Ill. PENENTUAN SASARAN (TARGET) PENGEMBANGAN

Sasaran/target pengembangan yang ingin dicapai ditetapkan

pada setiap kawasan pengembangan (Kapemba) . Sasaran/target

mencakup baik sasaran fisik seperti jumlah pelaku usaha dan produksi maupun sasaran ekonomi seperti tingkat pendapatan masyarakat.

Sasaran/target pengembangan ditentukan secara partisipatif melibatkan semua stakeholder dengan memperhatikan kondisi awal Kapemba serta peluang dan kendala yang ada. Dengan demikian , langkah-langkah penetapan sasaran pengembangan agroindustri perdesaan adalah sebagai berikut:

A. Pendataan kondisi awal (baseline data)

Pendataan kondisi awal (baseline data) Kapemba mencakup :

1. Jenis dan jumlah pelaku/unit usaha terkait dalam kawasan. 2. Kapasitas produksi potensial masing-masing unit usaha

3. Jumlah dan jenis produksi riil masing-masing unit usaha (produk olahan)

4. Jumlah tenaga kerja terlibat 5. Kualitas produk termasuk kemasan dan ukuran 6. Cara dan tujuan pemasaran 7. Serapan pasar 8. Harga per jenis produk

9. Tingkat pendapatan pelaku usaha dan masyarakat 10. Potensi pengembangan usaha (sumberdaya alam, SOM, pasar) 11 . Permasalahan/kendala pengembangan .

6

Page 11: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

B. Analisis untuk penetapan sasaran pembangunan

Analisis untuk penetapan sasaran pengembangan , baik sasaran fisik maupun sasaran ekonomi dilakukan secara partisipatif. Masing-masing sasaran ditetapkan jangka waktu (tahun) untuk pencapaiannya.

Sasaran fisik meliputi antara lain :

1. Jenis dan jumlah pelaku/unit usaha terkait dalam kawasan 2. Jumlah dan jenis produksi masing-masing unit usaha (volume

pemasaran) per skala waktu 3. Sarana dan prasarana pengolahan 4. Jumlah tenaga kerja terlibat

5. Kualitas produk ( termasuk kemasan dan ukuran) 6. Tampilan produk.

Sasaran ekonomi meliputi antara lain : 1. Cara dan tujuan pemasaran 2. Harga untuk tiap jenis produk

3. Tingkat pendapatan pelaku usaha dan masyarakat

7

Page 12: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

IV. PENENTUAN KEGIATAN PENGEMBANGAN

Seperti pada penentuan sasaran, kegiatan yang akan dilakukan pada program pengembangan agroindustri perdesaan ditentukan secara partisipatif melibatkan semua stakeholder serta memperhatikan kondisi awal Kapemba dan sasaran/target yang ingin dicapai dalam waktu tertentu .

A. Langkah-langkah penentuan kegiatan pengembangan

Penentuan kegiatan pengembangan yang direncanakan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memperhatikan sasaran pengembangan yang telah ditentukan,

potensi serta kendala dan permasalahan yang dihadapi untuk pencapaian sasaran;

2. Menentukan simpul pemecahan terhadap permasalahan yang dihadapi;

3. Menetapkan langkah-langkah strategis dalam rangka mitigasi dan adaptasi permasalahan yang dihadapi.

B. Pendekatan

Mitigasi atau pemecahan terhadap masalah yang dihadapi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan sebagai berikut : 1. pendekatan teknis ; 2. pendekatan ekonomi/finansial ; dan 3. pendekatan manajemen/kelembagaan .

Conteh pendekatan teknis : penggunaan alat spiner untuk mengurangi kandungan sisa minyak dalam produk yang digoreng sebagai penyebab penurunan kualitas (tengik) pada produk olahan keripik; peningkatan kapasitas alat pengering dalam rangka memenuhi permintaan pasar yang meningkat, dll.

8

Page 13: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Contoh pendekatan ekonomi/finansial : memberikan pinjaman/kredit modal usaha bagi anggota kelompok.

Contoh pendekatan manajemen/kelembagaan : penyempurnaan administrasi , pembentukan unit khusus yang menangani manajemen mutu dan lain-lain .

9

Page 14: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

V.KELEMBAGAAN

A. Bentuk kelembagaan

Kelembagaan agroindustri perdesaan yang dikembangkan adalah Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), yaitu gabungan dari kelompok usaha yang mengusahakan komoditi sejenis atau berada dalam satu jaringan keterkaitan usaha.

Gapoktan terdiri dari 2 atau lebih Kelompok Tani atau Kelompok

Usaha Pengolahan. Masing-masing kelompok usaha terdiri dari 10 - 25 pelaku usaha individu yang mengusahakan komoditas sejenis. Gapoktan membentuk unit-unit usaha penunjang yang dibutuhkan dan dikelola secara profesional di bawah supervisi pengurus Gapoktan. Unit usaha Gapoktan yang diharapkan dapat dibentuk antara lain adalah:

1. Unit usaha pengolahan (bila Gapoktan merupakan gabungan

kelompok-kelompok usaha pengolahan hasil pertanian maka jika diperlukan dapat dibentuk unit usaha khusus yang menangani pengepakan/pengemasan) .

2. Unit usaha distribusi dan pemasaran. 3. Unit usaha permodalan/simpan pinjam 4. Unit usaha sarana produksi

B. Peranan Kelompok dan Gapoktan

Manajemen/pengurus Kelompok Tani bertanggung jawab terhadap : 1. perencanaan produksi ; 2. pembinaan teknis pasca panen, pengolahan hasil dan jaminan

mutu ; dan 3. pembinaan administrasi usaha anggota kelompok.

10

Page 15: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Untuk peran tersebus kepada pengurus Kelompok Tani dapat diberikan imbalan jasa. Besar dan sumber imbalan jasa tersebut ditentukan dalam musyawarah anggota Kelompok Tani.

Manajemen/pengurus Gapoktan bertanggung jawab dalam hal : 1. melakukan market inteligent dan upaya-upaya akses pasar 2. memberikan informasi pasar kepada kelompok usaha 3. mengembangkan kemampuan teknis dan pengembangan

administrasi pada masing-masing unit usaha Gapoktan dan kelompok usaha yang menjadi anggota Gapoktan.

Untuk peran tersebut kepada pengurus Gapoktan dapat diberikan imbalan jasa. Besar dan sumber imbalan jasa tersebut ditentukan dalam musyawarah anggota Gapoktan.

11

Page 16: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

VI. PENGEMBANGAN USAHA AGROINDUSTRI

Dua hal utama dan terpenting yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan usaha agroindustri perdesaan yaitu aspek manajemen usaha dan aspek teknis pelaksanaan produksi dan pemasaran produk yang dihasilkan.

A. Aspek Manajemen

Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani dalam

menjalankan usahanya perlu menerapkan manajemen usaha yang

baik dan berkelanjutan . Hal-hal pokok yang perlu diperhatiakan dalam manajemen usaha terutama adalah mengenai organisasi, administrasi dan panduan kerja . Hal-hal tersebut terkait dengan semua fungsi manajemen yaitu mulai dari perencanaan , pelaksanaan , evaluasi dan tindakan koreksi serta perencanaan

kegiatan/usaha lebih lanjut.

1. Organisasi

Pengelolaan usaha Gabungan Kelompok Tani harus dilakukan oleh suatu organisasi pengelola yang profesional. Beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah : Unit pengelola dapat berupa suatu Unit usaha, Koperasi atau badan

usaha lainnya seperti CV atau PT yang dibentuk dan dimiliki oleh Kelompok Tani yang bersangkutan .

Organisasi unit usaha terdiri dari unsur pimpinan dan pekerja pada bidang-bidang yang diperlukan. Unsur pimpinan adalah pimpinan puncak (Manager/Ketua Kopareasi/Direktur) dan Kepala Bidang. Bidang-bidang pada usaha pengolahan hasil pertanian sebaiknya terdiri dari bidang produksi , bidang pemasaran , dan bidang umum

12

Page 17: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

2. Administrasi

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan administrasi antara lain sebagai berikut :

Bukti pengeluaran uang : • buku catatan pengeluaran untuk pembelian barang modal • buku catatan pengeluaran untuk perjalanan • buku catatan pengeluaran gaji/upah • buku catatan belanja lain-lain

• Kwitansi Buku penerimaan uang • Buku catatan penerimaan uang • Buku catatan piutang Buku barang

• Buku catatan barang modal (bahan bangunan , alat/mesin , sarana kerja untuk produksi)

• Buku catatan bahan baku dan bahan pembantu/penolong • Buku catatan barang logistik dan alat tulis kantor Buku penjualan • Buku catatan order (permintaan) produk

• Buku catatan penjualan setempat • Buku catatan pengiriman barang Buku pegawai • Buku catatan kepegawaian • Buku catatan tugas/pekerjaan

3. Dokumen Panduan Kerja

Dalam rangka menjamin mutu produk olahan yang baik, bersih dan ramah lingkungan, maka pengelola unit usaha pengolahan hasil pertanian perlu menyusun dan secara konsisten menerapkan beberapa dokumen panduan kerja . Panduan kerja yang disusun oleh pengelola unit usaha mengacu dan merupakan penjabaran dari pedoman-pedoman umum yang ada seperti Panduan Cara

13

Page 18: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Penanganan Pasca Panen yang Baik (Good Handling Practices/GHP), Cara Pengolahan yang Baik (Good Manufacturing Practices/GMP) dan lain-lain . Beberapa panduan kerja yang perlu ditetapkan dan dilaksanakan secara konsisten antara lain adalah :

a. Panduan kerja pengadaan dan penyimpanan bahan baku b. Panduan kerja pengadaan dan Penyimpanan bahan pembantu c. Panduan kerja pemeliharaan alat dan sarana produksi d. Panduan kerja pengolahan e. Panduan kerja penyimpanan produk olahan f. Panduan kerja pengangkutan/pengiriman produk g. Panduan kerja higiene pekerja, sanitasi alat dan ruang kerja

h. Panduan kerja penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan.

8. Aspek Teknis

Beberapa aspek teknis yang perlu direncanakan dan diperhatikan secara cermat dalam usaha agroindustri antara lain yaitu menyangkut sarana dan prasarana fisik produksi , penyediaan

dan penanganan bahan baku dan bahan pembantu/penolong , proses

produksi , pengemasan , higiene pekerja dan sanitasi , penyimpanan produk, penanganan limbah serta pengelolaan lingkungan dll. Persyaratan teknis unit usaha pengolahan (agroindustri perdesaan) dapat dilihat pada lampiran.

14

Page 19: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

VII. PEMBINAAN

A. Lingkup pembinaan

Pembinaan dan fasilitasi pengembangan agroindustri

perdesaan oleh pemerintah ditujukan terhadap Gapoktan , dan dilakukan mulai dari perencanaan , kegiatan produksi hingga

pemasaran , meliputi : 1. Pengembangan administrasi dan kelembagaan 2. Analisis potensi pasar (demand)

3. Akses permodalan (analisis usaha, penyusunan proposal dan akses ke lembaga keuangan)

4. Perencanaan produksi 5. Teknik produksi dan pengemasan

6. Manajemen mutu 7. Pemeliharaan a lat 8. Penanganan produk pasca produksi dan manajemen stok 9. Promosi dan pengembangan pasar 10. Penjualan

11 . Distribusi

Untuk pembangunan agroindustri perdesaan yang difasilitasi dengan dana APBN pusat, dekonsentrasi ataupun tugas pembantuan dari Oepartemen Pertanian, pembinaan yang intensif dilaksanakan melalui pola pendampingan oleh tenaga pendamping yang kompeten dan ditunjuk oleh Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) dengan lingkup tugas fasilitasi seperti tersebut di atas.

Di samping pembinaan yang dilakukan oleh tenaga pendamping , berbagai instansi/Dinas terkait juga melaksanakan pembinaan yang diperlukan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing.

Pembinaan pembangunan agroindustri perdesaan mulai pada tingkat Pusat, Provinsi , Kabupaten/Kota hinga pada tingkat lokasi

15

Page 20: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

dilakukan secara terkoordinasi antar instansi terkait. Koordinasi yang intensif dapat dilakukan melalui kelompok kerja khusus yang dibentuk oleh pejabat berwenang.

8. Tingkat Pusat

Dalam rangka pembinaan oleh pusat, Dirjen PPHP membentuk Tim Pengawalan Pelaksanaan Pembangunan Agroindustri Perdesaan yang ditetapkan dengan SK Dirjen PPHP. Tugas Tim Pengawalan adalah : 1. Menyusun pedoman pelaksanaan dan rencana kegiatan secara

umum 2. Melaksanakan sosialisasi pedoman pelaksanaan 3. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait 4. Merancang pola pengawalan dan melakukan pengawalan sesuai

kebutuhan program/kegiatan 5. Menyusun data base dan pelaporan pelaksanaan program

pengembangan agroindustri perdesaan di setiap Kabupaten/Kota.

C. Tingkat Provinsi

Dalam rangka pembinaan perencanaan , pelaksanaan , evaluasi dan pengembangan lebih lanjut, pada tingkat provinsi diharapkan dapat dibentuk Kelompok Kerja Pembangunan Agroindustri Perdesaan Provinsi (POKJA Provinsi) . POKJA Provinsi dibentuk dengan SK Gubernur, dengan Ketua adalah salah satu Kepala Dinas

lingkup pertanian dan anggota dari instansi terkait tingkat provinsi antara lain dari Dinas lingkup Pertanian , Bappeda, Dinas Perindag , Dinas Koperasi dan UKM, Lembaga Keuangan/Bank, pelaku usaha, Perguruan Tinggi, Kepala Dinas Pertanian/Perkebunan Kabupaten yang bersangkutan, LSM dan lain-lain .

16

Page 21: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Tugas POKJA Provinsi adalah:

1. Merumuskan kebijakan operasional Pengembangan Agroindustri Perdesaan pada lingkup wilayah Provinsi .

2. Melakukan koordinasi lintas sektor/sub sektor, kabupaten/kota untuk meningkatkan upaya pembangunan terkait dengan pengembangan agroindustri serta peningkatan efektivitas dan efisiensi pelaksanaannya,

3. Melakukan fasilitasi/sosialisasi perencanaan, pelaksanaan dan pembinaan serta bimbingan teknis dan manajemen pengembangan agroindustri perdesaan.

4. Melakukan pembinaan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi program pengembangan agroindustri menyampaikan laporan kepada Dirjen Pemasaran Hasil Pertanian.

D. Tingkat Kabupaten/Kota

perdesaan Pengolahan

serta dan

Dalam rangka pembinaan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan lebih lanjut, di tingkat Kabupaten/Kota yang bersangkutan diharapkan dapat dibentuk Kelompok Kerja Pembangunan Pembangunan Agroindustri Perdesaan Kabupaten/Kota (POKJA Kabupaten/Kota) . POKJA Kabupaten/Kota dibentuk dengan SK Bupati/\/Valikota, dengan Ketua adalah salah satu Kepala Dinas lingkup pertanian dan anggota dari instansi terkait tingkat Kabupaten/Kota antara lain dari Dinas lingkup Pertanian, Bappeda, Dinas Perindag , Dinas Koperasi dan UKM, Lembaga Keuangan/Bank, pelaku saha, Camat yang bersangkutan , LSM dan lain-lain . Tugas POKJA Kabupaten/Kota adalah : 1. Merumuskan kebijakan operasional Pembangunan Agroindustri

Perdesaan di tingkat wilayah Kabupaten/Kota 2. Melakukan identifikasi dan delineasi kawasan pengembangan

ekonomi masyarakat berbasis agroindustri (Kapemba), memfasilitasi penentuan sasaran pengembangan , dan

17

Page 22: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

memfasilitasi identifikasi kebutuhan untuk pengembangan Kapemba

3. Melakukan koordinasi perencanaan pengembangan Kapemba dan usulan fasilitasi dari instansi terkait di pusat dan daerah Oika diperlukan)

4. Memfasilitasi penerapan teknologi dan manajemen usaha pengolahan hasil, manajemen mutu, dan manajemen pemasaran hasil.

5. Fasilitasi promosi dan pengembangan pasar. 6. Fasilitasi akses terhadap permodalan yang diperlukan oleh

Kelompok/Gapoktan. 7. Melakukan koordinasi lintas sektor/sub sektor untuk

meningkatkan upaya pembangunan agroindustri perdesaan serta peningkatan efektifitas dan efisiensi pelaksanaannya.

8. Melakukan pembinaan , pemantauan, pengendalian serta menyampaikan laporan kepada Dinas terkait Provinsi dan Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian setiap bulan .

E. Tingkat Kecamatan

Di tingkat kecamatan dapat dibentuk Forum Pembangunan Agroindustri Perdesaan (FPAP) dengan SK Bupati/Walikota yang bersangkutan. FPAP dibentuk berdasarkan atas kesamaan visi dan kepentingan bersama dan merupakan organisasi stakeholder yang berperan sangat penting dan strategis dalam pengembangan agroindustri perdesaan. FPAP terdiri dari Ketua, Sekretaris dan beberapa orang anggota. Anggota FPAP terdiri dari Petugas Pertanian Kecamatan, aparat desa yang bersangkutan , petani/kelompok tani , penyuluh/tenaga pendamping .

18

Page 23: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Tugas FPAP antara lain adalah :

1. Memfasilitasi sosialisasi program dan menggerakkan partisipasi

masyarakat serta berbagai pihak terkait dalam pembangunan agroindustri perdesaan .

2. Memfasilitasi Kelompok/Gapoktan terkait dalam melakukan pe­mecahan masalah yang dihadapi dan upaya-upaya penumbuhan dan pengembangan usaha Kelompok/Gapoktan yang bersangkutan maupun usaha masyarakat lainnya yang terkait.

19

Page 24: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

DIAGRAM PROSES PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Delineasi Kapemba

..------.i Anal isis potensi , prospek dan kendala pengembangan

Pelaksanaan pembangunan (pengadaan sarana usaha, pelatihan , bimbingan/ pendampingan dan pembangunan sektor pendukung)

Pengajuan proposal ke instansi Pemerintah atau lainnya

ldentifikasi kebutuhan pembangunan sektor utama dan pendukung

Penentuan target ekonomis (outcome)

Penyusunan Rencana Usaha Poktan & Gapoktan dan Analisis Kelayakan

20

Page 25: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

VIII. PENUTUP

Keberhasilan pembangunan agroindustri perdesaan sangatlah tergantung kepada kesungguhan dan keikhlasan dari para pihak terkait di samping keinginan untuk maju dari para pelaku usaha yang bersangkutan sendiri , yang ditunjukkan oleh semangat dan ketangguhan dalam menjalankan usaha dan dalam menyikapi berbagai kendala dan permasalahan yang dihadapi. Sering orang hanya termenung ketika menemui sebuah pintu yang tertutup

dihadapannya, padahal sebenarnya masih ada sepuluh pintu lainnya

yang terbuka.

Salah satu faktor non teknis tetapi sering menjadi penghambat utama upaya pencapaian sasaran yang diharapkan adalah adanya sikap mental yang tidak terpuji dari sebagian pihak yang terlibat

dalam upaya pembangunan yang dilakukan, baik dari pihak internal

(pelaku usaha/anggota/pengurus kelompok) maupun pihak lainnya

yang terkait seperti petugas pembina dan lain sebagainya. Sikap mental yang tidak terpuji tersebut misalnya memikirkan kepentingan diri sendiri di dalam kelompok, tidak mengindahkan aturan , tidak konsisten terhadap ketentuan yang telah disepakati , tidak adil , tidak jujur, mencari-cari kesempatan untuk keuntungan pribadi, KKN,

curang dan lain-lain . Berbagai sikap yang tidak terpuji tersebut

semaksimal mungkin harus dihindarkan dalam penyelenggaraan pembangunan pengembangan usaha bersama.

21

Page 26: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Lampiran

PERSYARATAN PERTANIAN

TEKNIS

1. BANGUNAN PRODUKSI

UNIT PENGOLAHAN HASIL

Dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan bangunan produksi (pengolahan) agar diperhatikan antara lain hal-hal sbb:

a. Lokasi: • harus sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah • tidak berada di tengah sawah/rawa • tidak dalam permukiman yang padat/kumuh

• tidak di daerah banjir/tergenang

• tidak berdekatan dengan aktivitas lain yang dapat menimbulkan interaksi yang buruk (misalnya pompa bensin , bengkel kendaraan dll)

b. Bangunan (pabrik) • luas memadai untuk memudahkan bergerak dan

pelaksanaan kegiatan

• cukup kuat dan aman dari bahaya dan kecelakaan kerja

• mudah dibersihkan, mudah disanitasi, mudah dipelihara, tidak terbuat dari bahan yg beracun/dapat melepas racun .

c. Lantai • harus kedap air • keras dan padat • tahan air, garam, asam dan basa serta bahan kimia lainnya

• permukaan lantai : rata dan mudah mengalirkan air pencucian/pembuangan , halus tapi tidak licin , mudah dibersihkan.

• menjamin bebas hama tikus , semut, kecoa dll. • pertemuan lantai dan dinding tidak boleh bersudut mati

(harus lengkung) dan harus kedap air.

22

Page 27: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

d. Dinding

• minimal 20 cm di atas dan di bawah permukaan lantai harus

kedap air.

• bagian dalam dinding: halus, rata , berwarna terang , tidak mudah terkelupas , mudah dibersihkan

• tahan lama.

e. Atap • tahan lama, tahan air, tidak retak dan tidak bocor

• terbuat dari bahan yang tidak mudah melepaskan bagian­

bagiannya

• minimum 3 m di atas lantai

f. Langit-langit

• tidak berlubahng atau retak-retak • tahan lama dan mudah dibersihkan • minimum 2,5 m di atas lantai dan disesuaikan dengan

peralatan yang ada di dalamnya.

• Permukaan langit-langit bagian dalam : halus, rata ,

berwarna terang , tidak mudah mengelupas.

g. Pintu

• dari bahan yang keras dan tahan lama

• permukaan : halus, licin , rata , warna terang, mudah dibersihkan

• membuka ke luar

• mudah dibuka dan ditutup dengan baik h. Jendela

• dari bahan yang kuat, keras dan tahan lama

• permukaan halus, rata, terang • mudah dibersihkan

• luas sesuai dengan besarnya bangunan • minimal 1 m dari permukaan lantai

• mencegah akumulasi debu, dilengkapi kasa pencegah serangga, tikus dll.

i. Penerangan ruang kerja

• cukup mendapat cahaya, terang sesuai dengan keperluan dan persyaratan kesehatan

23

Page 28: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

• lampu dilengkapi dengan screen, sehingga aman bila jatuh,

dan bebas serangga • lampu yang dipasang di atas area prosesing tidak boleh

merubah warna

J. Ventilasi • menjamin peredaran udara dengan baik dan cukup nyaman • dapat menghilangkan kondensat uap, asap, bau, debu dan

panas • udara yang mengalir tidak mencemari produk • lubang-lubang ventilasi harus mencegah masuknya

serangga, ham a, dan mencegah menumpuknya debu/kotoran

• mudah dibersihkan

2. TAT A RU ANG (LAY OUT)

• masing-masing tempat/ruang yang berbeda secara fungsional harus terpisah dan mempunyai sekat yang memadai , seperti tempat penerimaan bahan baku , tempat penanganan bahan

baku, tempat/gudang penyimpanan bahan baku, tempat penyimpanan/gudang bahan penolong dan tambahan,

tempat/gudang bahan bakar, ruang pengolahan (pabrik) , ruang pengemasan, tempat penyimpanan/gudang produk olahan, kantor, gudang, ruang tamu dll.

• luas ruangan sesuai dengan ukuran alat dan jenis kegiatan yang dilakukan

• ruang gerak minimal 2 x 2 m per orang pekerja

• jarak antar bagian proses cukup memadai sehingga dicegah

terjadinya kontaminasi/pencemaran • tata ruang kerja dan tata letak mesin-mesin yang digunakan

harus diatur sesuai dengan proses yang mengalir dengan lancar, sejak bahan masuk, proses, pengemasan, pengepakan, penyimpanan sampai dengan distribusi produk/pemasaran.

• efektif dan efisien dari segi waktu dan biaya

24

Page 29: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

3. SARANA/ALAT PRODUKSI

• sarana/alat-alat yang digunakan harus memenuhi persyaratan teknis , tidak mudah rusak, terkelupas atau korosif, tahan lama dan mudah dibersihkan, tidak mencemari produk yang diolah dan ramah lingkungan;

• permukaan yang bersentuhan dengan makanan harus halus dan rata , tidak berlubang , tidak mengelupas atau berkarat, dan tidak menyerap air;

4. LINGKUNGAN GEDUNG

• bersih, tertata rapih , bebas hama/hewan berbahaya • sampah dan limbah (padat) ditempatkan pada tempat khusus

dan tertutup • rumput, perdu dan gulma dipotong rapih dan tidak menjadi

tempat bersarangnya hama • jalan , taman, dan tempat parkir bersih, rapih dan bebas dari

potensi pencemaran/kontaminan dan berpenerangan cukup.

5. FASILITAS AIR BERSIH DAN SANITASI

a. Sarana air bersih • sumber air cukup dan bersih (memenuhi standar air minum) • pipa dan system pemipaan saluran air harus aman dan

higienis • tempat persediaan air harus mampu menampung persediaan

yang memadai dan bebas dari pencemaran • semua kran terbuat dari stainless steel/ atau bahan yang

tidak mudah korosif b. Fasilitas pencucian

• fasilitas pencucian bahan baku harus dilengkapi dengan sistem pemasukan dan pengeluaran/pembuangan air yang baik dan lancar

25

Page 30: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

• fasilitas pencucian peralatan harus dilengkapi dengan air panas berdaya semprot yang memadai (tekanan 15 psi = 1,2

kg/sm2) c. Toilet

• letak toilet tidak boleh terbuka langsung ke ruang produksi/ruang pengolahan

• dilengkapindengan tempat pencucian tangan ( 1 buah untuk 10 orang pekerja)

• ditempatkan dekat pintu masuk ke ruang pengolahan • menggunakan air yang mengalir • dilengkapi dengan sabun dan handuk yang diganti secara

reguler • menggunakan saluran pembuanagan tertutup.

d. Tempat sampah sementara • harus disediakan tempat sampah sementara yang tertutup,

dengan kapasitas/jumlah memadai dan ditempatkan di tempat yang mudah dijangkau

• dibersihkan secara cermat setiap hari .

6. SANIT ASI ALAT DAN RU ANG KERJA

• Sanitasi alat dan ruang kerja dilakukan setiap sebelum dan sesudah proses produksi atau pagi dan sore hari.

• Pembersihan pabrik/ruang kerja dilakukan dengan menghilangkan sisa-sisa bahan dan kotoran guna menjamin kebersihan dan keamanan produk

• Pembersihan dapat dilakukan secara fisik seperti penyikatan, penyemprotan dengan air panas dan dingin , pengisapan vacum, atau secara kimia yaitu dengan deterjen atau pembersih khusus, ataupun gabungan secara fisik dan kimia .

• Sanitasi (pembersihan dari kuman) dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan larutan khlorin (100-250 mg/I) atau iodium (20-25 mg/I).

26

Page 31: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

■ Program pembersihan dan disinfektan harus dilakukan terhadap semua bagian pabrik dan peralatan .

7. BAHAN BAKU DAN PENOLONG/T AMBAHAN • Prosedur dan proses pengadaan, penanganan dan

penyimpanan bahan baku dan bahan penolong/tambahan sesuai dengan panduan kerja yang ditetapkan

• standar/persyaratan bahan baku dan bahan penolong/tambahan serta cara pemilihan harus tercantum dalam Panduan Kerja Pengadaan Bahan Baku dan Bahan Penolong/T ambahan.

8. PROSES PRODUKSI (PENGOLAHAN)

• Kegiatan produksi (pengolahan) dilakukan sesuai dengan panduan kerja

• Cara kerja pengolahan , alat yang digunakan, higiene pekerja, sanitasi alat, penanggung jawab dan petugas pada setiap bagian proses harus tertuang di dalam Panduan Kerja Pengolahan

• Bahan-bahan penolong/tambahan yang dilarang tidak boleh digunakan

9. PENGEMASAN PRODUK OLAHAN

Tujuan pengemasan produk olahan antara lain adalah untuk : melindungi produk dari kotoran/pencemaran, memperpanjang daya simpan , memudahkan penanganan dan pengangkutan , sebagai daya tarik produk serta informasi bagi konsumen mengenai produk yang bersangkutan. Dalam pengemasan agar diperhatikan : a. Proses pengemasan

• sesuai dengan panduan kerja yang ditetapkan • teknologi disesuaikan dengan sifat produk dan tujuan

pengemasan.

27

Page 32: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

b. Syarat-sayarat kemasan: • jenis bahan pengemas disesuaikan dengan jenis dan sifat

produk olahan yang dikemas serta harus memiliki daya lindung yang baik terhadap uap air dan gas, sinar matahari , dan tahan

terhadap bahan kimia . • melindungi produk selama penanganan , transportasi dan

penyimpanan . • tidak korosif atau mengandung bahan kimia yang dapat

mencemari produk • memenuhi persyaratan pasar (bentuk, ukuran dan berat) • cukup kuat, tidak mudah rusak dalam penanganan,

pengangkutan dan penyimpanan; • tampilan/desain menarik dan mempermudah penjualan eceran ; • dapat didaur ulang.

10. PENYIMPANAN PRO DUK OLAHAN

Dalam penyimpanan produk olahan , hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain sbb: • Ditempatkan/disimpan di tempat/gudang khusus , terpisah dari

ruang untuk kegiatan lainnya;

• Pada ruang yang bersih dan kondisi yang tidak menyebabkan rusaknya produk, antara lain terkait dengan suhu, kelembaban ,

sinar matahari , bocor, genangan air dll ;

• Penempatan produk sedemikian rupa sehingga barang mudah dimobilisasi dan berlaku prinsip first in first out (FIFO)

• Bebas dari gangguan hama dan kontaminasi dari bahan lain • Tinggi tumpukan disesuaikan dengan kekuatan kemasan

sehingga tidak menyebabkan kerusakan pada produk yang berada di bagian bawah

• Untuk penyimpanan yang menggunakan pengaturan suhu ruang penyimpanan , suhu agar diatur sesuai dengan kebutuhan penyimpanan produk dan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan.

28

Page 33: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

10. KESEHATAN DAN KEBERSIHAN PEKERJA Kesehatan dan kebersihan pekerja yang terlibat dalam pengolahan hasil khususnya bahan makanan sangat perlu mendapat perhatian untuk menjamin keamanan pangan yang diproduksi, di samping untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit melalui makanan.

a. Kesehatan Pekerja

Tiga kelompok penderita penyakit yang tidak boleh dilibatkan dalam penanganan makanan yaitu : (1) Penderita penyakit infeksi saluran pernafasan (2) Penderita penyakit infeksi pencernaan (3) Penderita infeksi penyakit kulit

Ketiga jenis penyakit tersebut dapat dipindahkan kepada orang lain melalui makanan yang diolah atau disajikan penderita.

a. Kebersihan Pekerja

Untuk mencegah kontaminasi pada makanan yang ditangani, maka pekerja harus mengikuti prosedur sanitasi yang memadai. Secara garis besar yang perlu dilakukan oleh pekerja pengolah makanan adalah :

(1) mencuci tangan (2) menjaga kebersihan dan kesehatan diri. (3) tidak memakai perhiasan tangan

(4) memakai penutup rambut yang efektif. Penutup rambut dipakai di seluruh areal pengolahan

(5) tidak boleh merokok, makan dan minum ditempat kerja.

Mencuci tangan : Langkah-langkah pencucian tangan yang memadai untuk menjamin kebersihan adalah sebagai berikut :

29

Page 34: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

1) Membasahi tangan dengan air mengalir dan menggunakan

sabun 2) Menggosok tangan secara menyeluruh pada bagian

punggung tangan, telapak tangan , sela-sela jari dan bagian di

bawah kuku. 3) Menggunakan sikat kuku untuk membersihkan sekeliling dan

bagian di bawah kuku 4) Pembilasan dengan air mengalir

5) Pengeringan tangan dengan handuk kertas (tissue)/ alat pengering lainnya.

6) Menggunakan alat kertas tissue untuk mematikan tombol/ kran air dan membuka pintu ruangan.

Frekuensi pencucian tangan disesuaikan dengan kebutuhan. Pada prinsipnya pencucian tangan perlu dilakukan setiap saat,

setelah tangan menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber kontaminan atau cemaran .

Pencucian tangan harus dilakukan apabila : (1) Akan memualai dan mengakhiri pekerjaan serta pada waktu

menangani pekerjaan kebersihan , tangan harus tetap terjaga (2) Sesudah melakukan kegiatan-kegiatan pribadi misalnya

merokok, makan, minum, bersin , batuk dan setelah menggunakan to ilet (buang air kecil/besar)

(3) Setelah menyentuh benda-benda yang dapat menjadi sumber

kontaminan misalnya telepon , uang, kain atau baju kotor, bahan makanan mentah ataupun segar, daging , cangkang telur, dan peralatan kotor

(4) Setelah menyentuh kepala , rambut, hidung, mulut dan bagian­bagian tubuh yang terluka

(5) Setelah menangani sampah serta kegiatan pembersihan misalnya, menyapu atau memungut benda yang terjatuh dilantai.

(6) Sesudah menggunakan bahan-bahan pembersih dan atau sanitaser kimia

(7) Sebelum dan sesudah menggunakan sarung tangan kerja .

30

Page 35: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

Kebersihan dan kesehatan diri 1) Berpakaian dan berdandan :

• Pakaian harus selalu bersih • Pakaian sebaiknya tidak bermotif, berwarna terang • Penggunaan make up dan deodorant yang berlebihan

dihindari, kuku pekerja harus bersih , pendek dan tidak dicat. • Pekerja harus melepaskan asesori dan perhiasan seperti

cincin , jam, kalung sebelum masuk ke ruang pengolahan . • Pakaian kerja dibedakan dengan pakaian harian dan secara

periodik dicuci dan diganti. • Pekerja harus mandi setiap hari .

2) Rambut • Rambut pekerja harus selalu dicuci secara periodik. • Pekerja yang berambut panjang harus mengikat rambut dan

disarankan menggunakan topi atau jala/cap rambut. • Setiap kali tangan menyentuh, menggaruk, menyisir atau

menyikat rambut harus segera dicuci sebelum menangani makanan.

3) Kondisi Sakit • Pekerja yang sedang sakit flu , demam dan diare sebaiknya

tidak di libatkan dulu dalam proses pengolahan sampai gejala-gejala penyakit tersebut hilang (sembuh).

• Pekerja yang memiliki Iuka di tubuhnya harus menutup Iuka dengan pelindung yang kedap air, misalnya plester, sarung tangan plastik atau karet untuk menjamin tidak berpindahnya mikroba yang terdapat di dalamnya.

Di samping itu yang juga harus diperhatikan pekerja adalah : 1. Pekerja tidak boleh merokok, mengunyah makanan selama

melakukan kegiatan di pabrik 2. Tidak meludah atau membuang ingus di daerah pengolahan 3. Pekerja selalu menutup mulut dan hidung waktu batuk atau

bersin , tidak mencicipi makanan dengan tangan atau jari.

31

Page 36: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN

4. Sedapat mungkin tidak menyentuh bagian tubuh misalnya mulut, hidung, telinga atau menggaruk bagian-bagian tubuh pada waktu menangani makanan.

11. PENGGUNAAN ENERGI/BAHAN BAKAR

Dalam penggunaan energi/bahan bakar agar diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut: a. Jenis bahan bakar yang digunakan sedapat mungkin adalah yang

lebih ramah lingkungan yaitu bahan bakar terbaharukan seperti biofuel, biogas, biomass, tenaga surya dan tenaga hidro.

b. Penggunaan bahan bakar harus dilakukan secara efisien dan dengan teknologi yang ramah lingkungan, antara lain dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca.

12. PENANGANAN LIMBAH DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pengelola usaha pengolahan hasil pertanian diharuskan melaksanakan program penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan. Tujuan pelaksanaan kegiatan penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan adalah untuk menghindari dampak negatif terhadap lingkungan yang dapat ditimbulkan oleh kegiatan ataupun sebaliknya. Sedangkan sasaran kegiatan penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan adalah : a. Tidak terjadi pencemaran lingkungan oleh limbah padat, cair

maupun debu/abu dan gas yang dihasilkan oleh kegiatan usaha; b. Meminimalkan limbah (padat, cair, gas) c. Dapat dimanfaatkannya limbah dan hasil samping menjadi

produk yg mempunyai nilai ekonomi. d. Tercapainya baku mutu limbah sesuai ketentuan yang berlaku.

32

Page 37: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN
Page 38: PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI PERDESAAN