46
2016 Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian

Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

2016

Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian

Page 2: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen

Hortikultura

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura

Kementerian Pertanian 2018

Bengkulu

Page 3: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen

Hortikultura

Pengarah :

Ir. Yasid Taufik, MM

Tim Penyusun :

Ir. Aminudin Aziz, M. M Prof. Dr. Sutrisno, M. Agr

Dr. Setyadjit, MAPPSc Dr. Evi Savitri Ariani, MS

Ir. Maisaroh Ofi Nidausoleha, SP, MP

Editor/Penyuting :

Luster Sudarsono Manurung, SE, M. M Nurul Hudha, SP

Page 4: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Telp. (021) 78842941,7814545 Fax . (021) 7814545,78842941

Email : [email protected] Web : www.Bimpapah.com

Page 5: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan anugerahNya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura.

Pedoman teknis ini sebagai acuan pengelolaan bangsal pascapanen

agar pengelolaan bangsal dan proses pascapanen memenuhi persyaratan teknis pascapanen.

Buku pedoman ini disusun dengan melibatkan pakar pascapanen dari

Institut Pertanian Bogor dan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian.

Buku ini dapat dijadikan pedoman bagi petani, gapoktan, kelompok tani, asosiasi maupun pelaku usaha dalam pengelolaan bangsal pascapanen hortikultura. Petani maupun pelaku usaha diharapkan dapat menerapkan cara pengelolaan bangsal pascapanen hortikultura yang baik.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura ini masih belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan dari berbagai pihak sangat kami harapkan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan buku ini.

Jakarta, Februari 2018

Direktur PPHH

Ir. Yasid Taufik, MM

Page 6: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR …………………………………………….............................. i

DAFTAR ISI ………………………………………………………................................ ii

DAFTAR TABEL ………………………………………………................................. iii

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………................................ iv

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 iv

A. Latar belakang .................................................................................... 1 B. Tujuan dan Sasaran ........................................................................... 4

II PERSYARATAN TEKNIS BANGSAL PENANGANAN PASCAPANEN HORTIKULTURA ................................................................................... 5

A. Lokasi ..................................................................................................... 5 B. Bangunan .............................................................................................. 5 C. Fasilitas Penunjang ........................................................................... 9 D. Peralatan Penanganan Pascapanen ............................................... 10

III OPERASIONALISASI BANGSAL PENANGANAN PASCAPANEN.......................................................................................... 11

A. Proses Penanganan Pascapanen di Bangsal ............................. 11 B. Pengelolaan Lingkungan Bangsal ................................................. 20 C. Pengendalian Hama Penyakit Pascapanen dan

Penyimpangan Fisiologi ..................................................................... 22 D. Pengangkutan dan Distribusi ........................................................ 24 E. Persyaratan Pekerja ......................................................................... 24 F. Pengawasan Mutu .............................................................................. 25 G. Pemeliharaan Bangsal ..................................................................... 26

IV KELEMBAGAAN BANGSAL PENANGANAN PASCAPANEN ......................................................................................... 29

A. Struktur Organisasi dan Uraian Kerja ........................................ 29 B. Pengembangan Usaha ...................................................................... 32 C. Pendampingan .................................................................................... 34

V PENDANAAN ........................................................................................... 35

VI PENUTUP ................................................................................................. 36

LAMPIRAN ...................................................................................................... 37

Page 7: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Jenis Produk dan Suhu Optimum Penyimpanan ............. 18 Tabel 2. Pengendalian Hama dan Penyakit ......................................... 24

Page 8: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Contoh Alur Proses dan Arah Produk yang Baik

dan Buruk dalam Bangsal Pascapanen …................... 7 Gambar 2. Contoh Alur Arah Produk pada Bangsal Penanganan Pascapanen ................................................. 7 Gambar 3. Struktur Organisasi Pengembangan Usaha Hortikultura .......................................................................... 29

Page 9: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Website Bimbingan Pascapanen Hortikultura (www.bimpapah.com) ....................................................... 38

Page 10: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat saat ini dan mendatang, gaya hidup sehat merupakan investasi penting dimana salah satunya dapat dilakukan dengan memprioritaskan konsumsi produk hortikultura yang menyehatkan, baik dalam bentuk sayuran, buah-buahan, produk tanaman obat, maupun kebutuhan estetika yaitu florikultura. Sehubungan dengan hal tersebut, masyarakat selaku konsumen kini dan mendatang menuntut ketersediaan produk berkualitas tinggi, aman dikonsumsi dan menyehatkan. Hal ini menjadi peluang pasar bagi pelaku agribisnis hortikultura, baik untuk pasar domestik maupun internasional, dimana secara langsung menuntut adanya peningkatan mutu produk hortikultura melalui penanganan pascapanen yang baik.

Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik dan internasional, selain dibutuhkan penerapan budidaya yang baik dan benar (Good Agricultural Practices/GAP), juga diperlukan penanganan pasca panen yang baik dan benar (Good Handling Practices/GHP). Tahapan penanganan pascapanen produk hortikultura merupakan salah satu kegiatan dalam usahatani yang perlu mendapat perhatian, selain untuk mempertahankan mutu dan memperpanjang umur simpannya, antara lain juga karena menyangkut tingkat penyusutan yang cukup tinggi, baik penyusutan bobot maupun mutu. Menurut FAO tahun 1979, diperkirakan tingkat kerusakan dapat mencapai 30%

Page 11: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

- 50% antara lain sebagai akibat penanganan saat panen dan pascapanen kurang tepat. Sebaliknya, apabila pascapanen ditangani dengan baik dan benar, maka akan dapat memperpanjang kesegaran, mencegah menurunnya mutu hasil panen, menekan tingkat kehilangan hasil, memperpanjang umur simpan, dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani. Penanganan pascapanen hortikultura merupakan salah satu mata rantai penting dalam pencapaian standar mutu produk hortikultura. Aneka ragam produk hortikultura sebelum dipasarkan ke berbagai pasar atau dijual langsung kepada konsumen, perlu dilakukan penanganan pascapanen di bangsal pascapanen (packing house).

Kegiatan penanganan pasca panen hortikultura yang baik dan benar ditingkat produsen, khususnya petani dalam lima tahun terakhir belum menjadi suatu kebutuhan. Kegiatan pascapanen masih dilakukan seadanya dan umumnya masih dilakukan di sembarang tempat, bukan di bangsal/gudang pascapanen. Keterbatasan pengetahuan dan sarana bangsal penanganan pascapanen di tingkat produsen hortikultura di berbagai daerah sentra produksi menyebabkan minimnya penanganan pascapanen yang baik dan benar.

Di negara-negara maju, bangsal penanganan pascapanen terdiri dari ruangan besar yang dilengkapi dengan unit penyimpanan dingin serta peralatan modern yang bekerja sepenuhnya secara otomatis, sehingga mampu menangani produk hortikultura dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif pendek. Di negara yang sedang berkembang, bangsal penanganan pascapanen sangat terbatas jumlahnya dan kalau ada sangat sederhana, antara lain hanya berupa suatu "saung" yang ternaungi dari sinar matahari dan memiliki sirkulasi udara yang baik, dilengkapi dengan meja untuk melakukan sortasi.

Page 12: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Penanganan pascapanen yang dilakukan di bangsal dapat berupa kegiatan yang sederhana sampai kompleks. Namun demikian pada dasarnya penanganan pascapanen terdiri dari kegiatan utama sebagai berikut: penerimaan pasokan produk, pembongkaran muatan, pemeriksaan dan pencatatan pasokan, pree colling (pra-pendinginan); sortasi (pemilahan produk); pembersihan atau pencucian; pengkelasan (grading); perlakuan dengan fungisida (pilihan); pelilinan (waxing); pengepakan (packaging); fumigasi, pemeraman dan curing yang merupakan beberapa perlakuan tambahan sebelum atau sesudah pengepakan; dan penyimpanan sebelum pengangkutan.

Walaupun semua kegiatan berlangsung di dalam suatu ruangan, tetapi pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut tidak boleh dilakukan secara tidak beraturan (semrawut). Untuk itu perlu dibuat tataruang dan tataletak yang baik, sehingga efisien dalam pergerakan barang dan pekerja.

Menyadari akan pentingnya penanganan pascapanen di bangsal, maka secara khusus mulai tahun 2016, Ditjen Hortikultura melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura memfasilitasi terbangunnya bangsal-bangsal pascapanen di sentra-sentra produksi hortikultura baik sayuran, buah, tanaman obat maupun tanaman florikultura dengan bentuk yang sederhana. Selain itu tidak sedikit bangsal pascapanen dibangun secara swadaya oleh petani atau pelaku agribisnis hortikultura. Sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu disusun Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura.

Page 13: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

B. Tujuan dan Sasaran

Tujuan penyusunan dan diterbitkannya Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura ini adalah sebagai pedoman bagi stakeholders dalam pembuatan bangsal penanganan pascapanen produk hortikultura, pemeliharaan bangsal pascapanen dan pengembangan usaha hortikultura berbasis penanganan pascapanen.

Sasaran pengelolaan bangsal penanganan pascapanen adalah meningkatnya kegiatan penanganan pascapanen produk segar hortikultura di tingkat petani produsen atau pelaku usaha hortikultura dan pemanfaatan bangsal pascapanen secara optimal.

Page 14: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

BAB II

PERSYARATAN TEKNIS

BANGSAL PENANGANAN PASCAPANEN HORTIKULTURA

Kebutuhan teknis utama bagi bangsal penanganan pascapanen hortikultura meliputi persyaratan lokasi, bangunan, fasilitas penunjang dan peralatan penanganan pascapanen.

A. Lokasi

Pemilihan lokasi bangsal penanganan pascapanen hortikultura perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1. Mudah diakses dengan kendaraan bermotor; 2. Dekat dengan lahan produksi atau sumber pasokan; 3. Lahan cukup luas untuk menampung perluasan serta

mobilitas kendaraan pengangkut; 4. Tersedia sumber air bersih sepanjang tahun dan sumber

listrik; 5. Bebas banjir; 6. Jauh dari sumber cemaran; 7. Lahan bebas sengketa; 8. Pemilihan lahan mempertimbangkan pemanfaatan bangsal

jangka panjang.

B. Bangunan

1. Umum

Persyaratan umum bangsal pascapanen hortikultura adalah :

a. Bangunan kuat, semi permanen/permanen, aman serta mudah dibersihkan;

b. Luas bangunan sesuai dengan kapasitas produksi/skala usaha dan menyesuaikan besarnya anggaran;

c. Kondisi sekeliling bangunan bersih, tertata rapi, bebas hama dan hewan berbahaya serta bahan cemaran;

d. Desain bangunan dirancang untuk melindungi produk,

Page 15: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

peralatan serta mencegah masuknya binatang pengerat, hama dan serangga;

2. Tata Ruang

Tata ruang peruntukan penanganan pascapanen produk perlu diatur agar efisien dan tidak bertabrakan dalam proses atau aliran produk, alat maupun pekerja, sehingga perlu pengaturan sebagai berikut :

a. Bangunan bangsal penanganan pascapanen hortikultura terdiri atas ruangan penanganan yang letaknya terpisah dari ruangan pelengkap (kantor, ruang penyimpan bahan baku dan produk akhir);

b. Luas ruangan penanganan cukup memadai untuk melakukan kegiatan penanganan produk;

c. Susunan ruangan diatur sesuai dengan urutan proses penanganan, memiliki sekurangnya 2 (dua) pintu. Letak pintu masuk dan keluar disesuaikan dengan alur penanganan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang produk dan proses. Skema alur proses penanganan pascapanen sebaiknya mengikuti petunjuk dan contoh seperti pada Gambar 1 dan 2 sebagai berikut :

Page 16: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Gambar 1. Contoh Alur Proses dan Arah Produk yang Baik dan Buruk dalam Bangsal Pascapanen.

Gambar 2. Contoh Alur Arah Produk pada Bangsal Penanganan Pascapanen

Page 17: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

3. Lantai

a. Lantai ruang penanganan dari bahan yang kuat, tidak licin dan tidak mudah retak serta mudah dibersihkan.

b. Permukaan lantai ruangan penanganan yang menggunakan air harus memiliki kemiringan yang cukup untuk mengalirkan air kearah saluran pembuangan air.

4. Dinding, Langit-langit dan Atap

a. Dinding dan langit-langit ruang penanganan bersifat kedap air, tidak mudah mengelupas dan mudah dibersihkan.

b. Pertemuan antara dinding dan lantai tidak membentuk sudut yang tajam (dalam bentuk lengkungan), sehingga memudahkan dalam pembersihan.

c. Atap terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor dan rontok.

5. Pintu, Jendela dan Ventilasi

a. Pintu dan jendela terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan dan tidak korosif, serta mudah dibuka tutup.

b. Jendela dan ventilasi pada ruangan penanganan cukup memadai untuk menjamin pertukaran udara dalam ruangan, serta dilengkapi dengan kasa yang tidak bisa dilewati serangga.

c. Agar kesegaran udara di dalam ruangan terjamin, jika diperlukan bisa dipasang kipas penghisap udara.

6. Penerangan

a. Ruangan penanganan dan ruangan lainnya dilengkapi dengan penerangan yang cukup baik untuk siang maupun malam.

b. Setiap lampu yang digunakan dilengkapi dengan pelindung.

7. Penyediaan sumber energi

Page 18: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Sumber energi harus tersedia dalam jumlah yang cukup dari aliran listrik atau genset.

8. Penyediaan sumber air

Tersedia sumber air sepanjang tahun. Air harus memenuhi syarat baku air untuk proses penanganan pascapanen hortikultura (khususnya proses pencucian komoditas, pembersihan peralatan penanganan pascapanen serta kebutuhan sanitasi pekerja).

C. Fasilitas Penunjang

1. Fasilitas Sanitasi

a. Tersedia sarana air bersih dan mengalir. b. Tersedia sarana pencuci tangan di ruangan penanganan. c. Tersedia toilet yang letaknya terpisah dari bangunan

penanganan pascapanen. d. Tersedia sarana penanganan limbah (cair dan padat)

yang tertutup dan diletakkan di luar bangunan penanganan pascapanen.

2. Ruang Kantor

Tersedia ruangan khusus yang digunakan untuk mengatur dan mengontrol kegiatan pengelolaan bangsal pascapanen, serta tempat penyimpanan dokumen dan administrasi bangsal.

3. Ruang Penunjang

Merupakan tempat yang digunakan untuk menempatkan produk dan bahan-bahan lainnya untuk menunjang proses penanganan pascapanen, antara lain :

a. Tempat Bongkar dan Muat. b. Ruang Bahan Kemasan. c. Tempat Produk Akhir. d. Ruang Bahan/Perlengkapan Lainnya.

Page 19: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

4. Ruangan Multi Fungsi

Merupakan ruangan yang digunakan bagi pekerja untuk berbagai keperluan, misalnya istirahat, makan dan lain-lain.

D. Peralatan Penanganan Pascapanen

Peralatan penanganan pascapanen perlu memenuhi persyaratan antara lain mudah dibersihkan, permukaan peralatan yang berhubungan langsung dengan produk tidak boleh berkarat (korosif), dan tidak mudah mengelupas. Perlu dihindari penggunaan peralatan yang bisa menimbulkan keracunan misalnya tembaga, kuningan dan sejenisnya, Peralatan utama penanganan pascapanen antara lain :1) Wadah hasil panen, 2) Timbangan, 3) Bak pencucian, 4) Rak peniris, 5) Blower, 6) Alat trimming (Pisau dan Gunting), 7) Meja Sortasi, 8) Alat Pengkelasan, 9) Alat Pengemasan,10) Alat Pengangkut Lokal.

Page 20: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

BAB III

OPERASIONALISASI BANGSAL PENANGANAN

PASCAPANEN

Produk hortikultura memiliki karakteristik berbeda tergantung pada jenis dan kelompoknya, sehingga tahapan proses penaganan pascapanennya juga tidak sama. Oleh sebab itu, proses penanganan pascapanen hortikultura dalam bangsal juga berbeda tergantung dari jenisnya dan karakter produknya. Namun secara umum tahapan prosesnya terdiri dari :

A. Proses Penanganan Pascapanen di Bangsal

Tahapan proses penanganan pascapanen secara umum dilakukan :

1. Penerimaan Produk

a. Penerimaan produk (unloading) sebaiknya dilakukan di dalam bangsal secara hati-hati untuk menghindari kerusakan akibat benturan dan gesekan. Apabila unloading dilakukan diluar bangsal maka produk harus terlindung dari sinar matahari langsung dan hujan.

b. Produk yang masuk ke bangsal penanganan pascapanen hortikultura ditimbang dan dicatat.

c. Produk ditempatkan dalam wadah dan dikelompokkan dengan memperhatikan sifat dan karakteristik produk.

2. Pree-cooling

Pra-pendinginan/Pre-Cooling merupakan upaya untuk menghilangkan panas lapang pada produk yang baru dipanen dan menyesuaikan suhu ruangan bangsal. Pra-pendinginan harus dilakukan dengan memperhatikan sirkulasi udara atau

Page 21: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

bahan pendingin yang baik, merata, waktu yang cukup dan tidak menggunakan bahan yang dapat mencemari produk. Tergantung dengan karakteristik dan kelompok produknya serta tingkat teknologi yang digunakan serta hitungan keekonomiannya, maka pilihan metoda pra- pendinginan yang bisa diterapkan adalah : (1) Pencelupan/penyemprotan/ penyiraman dengan air (hydro-pre-cooling); (2) Pencelupan/penyemprotan/ penyiraman dengan air-es (iced-water pre-cooling); (3) Menggunakan mesin pra-pendinginan vakum (vacuum pre-cooling); dan (4) Mesin pendingin biasa (forced air pre-cooling).

Prosedur operasional baku pra-pendinginan/pre-cooling yang baik adalah :

a. Menyusun wadah dan isi produk pada tempat yang telah ditetapkan;

b. Menyiapkan alat dan media pendingin yang sesuai dengan karakter produk hitungan keekonomianya;

c. Melakukan proses pra-pendinginan sesuai dengan karakter produk;

d. Mempekerjakan petugas yang terlatih dan faham karakter produk hortikultura;

e. Memindahkan produk yang telah diperlakukan dengan hati-hati untuk penanganan selanjutnya.

3. Sortasi

Bahan hasil hortikultura yang akan ditangani haruslah mempunyai tingkat keseragaman (kematangan, bentuk dan ukuran, serta parameter lain) yang optimal sesuai dengan tujuan proses pemasaran produknya. Hal yang perlu diperhatian selama proses sortasi adalah :

a. Selama proses sortasi harus dihindarkan terjadinya benturan, tekanan dan gesekan.

Page 22: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

b. Produk yang telah disortasi ditempatkan dalam wadah yang berbeda.

4. Trimming

Pada produk tertentu, perlu dilakukan proses trimming untuk membuang bagian produk yang tidak diinginkan seperti memotong tangkai buah/bunga, membuang akar, membuang bagian titik tumbuh, membuang lapisan kulit terluar misalnya pada sayuran kol (cabbage). Tujuan trimming adalah untuk meningkatkan penampilan, mengurangi susut, menurunkan resiko serangan hama dan penyakit, agar produk mudah dikemas dan ditangani, menurunkan kerusakan mekanis pada penanganan lanjutan.

5. Pembersihan/Pencucian

Proses ini bertujuan untuk membersihkan kotoran, benda asing dan kontaminan yang ada pada permukaan bahan hasil hortikultura untuk meningkatkan penampilan dan daya jual, menurunkan resiko pembusukan, meningkatkan keamanan produk. Hal yang perlu diperhatikan dalam pencucian, antara lain :

a. Pencucian dilakukan dengan menggunakan standar baku mutu air (standar air minum).

b. Pencucian buah, umbi dan rimpang biasanya dilakukan bersamaan dengan penyikatan. Sikat harus lembut sehingga tidak melukai produk yang dicuci.

c. Untuk produk tertentu yang tidak dicuci dilakukan pengelapan (jeruk, sawo) atau penyikatan (salak, kentang).

d. Bahan yang mempermudah pencucian atau meningkatkan efektivitas pencucian dapat ditambahkan, asalkan masih dalam toleransi jumlah dan jenis yang aman bagi konsumen (foodgrade), misalnya klorin, deterjen.

Page 23: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

6. Penirisan

Penirisan merupakan kegiatan mengangin-anginkan atau menghembuskan angin ke arah komoditas yang telah dicuci atau dengan menggunakan alat penirisan (spinner) yang bertujuan untuk segera menghilangkan air dari permukaan bahan. Sedangkan untuk produk tertentu dilakukan dengan pengelapan setelah pencucian untuk mengeringkan air yang melekat pada produk.

7. Pengeringan

Pada produk tertentu seperti bawang merah, dan komoditas biofarmaka perlu dilakukan proses pengeringan hingga kadar air tertentu dengan cara menjemur langsung di bawah sinar matahari atau dengan alat pengering. Namun demikian, tidak semua produk memerlukan perlakuan pengeringan, bahkan untuk beberapa produk hortikultura dihindari terjadi pengeringan untuk mempertahankan kesegarannya.

8. Grading (Pengkelasan)

a. Tujuan grading adalah: 1) mendapat hasil buah yang seragam (ukuran dan kualitas), 2) mempermudah penyusunan dalam wadah/peti/alat kemas, 3) meningkatkan harga sehingga lebih baik, 4) merangsang minat untuk membeli (menaikkan daya jual), 5) memudahkan dalam kontrak penjualan, 6) memudahkan perhitungan untuk menaksir pendapatan.

b. Grading dilakukan dengan mengelompokkan produk mengikuti standar mutu pasar yang berlaku dengan parameter-parameter tertentu yang spesifik untuk produk tertentu, misalnya berdasarkan karakteristik

Page 24: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

fisik (berat, ukuran, bentuk, tingkat kematangan, kekerasan, warna dan lain-lain), atau tingkat kerusakan.

c. Grading juga dilakukan berdasarkan tujuan penggunaan produk, misalnya untuk konsumsi segar atau untuk bahan baku olahan, dengan mengikuti kriteria yang dibutuhkan konsumen.

d. Grading dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari benturan dan gesekan.

e. Produk yang telah di-grading ditempatkan pada wadah yang berbeda dan bersih.

9. Pelapisan Permukaan (Surface Coating)

Yakni pemberian lapisan tipis pada permukaan produk hortikultura dengan tujuan untuk meningkatkan penampilan (daya kilap), menurunkan laju kehilangan air, menghambat respirasi, menghambat pematangan, melindungi produk dari chilling injury, menghindari infeksi penyakit, sehingga akan memperpanjang masa simpannya. Bahan pelapisan tipis yang bisa digunakan harus aman dikonsumsi (Food Grade), serta mudah dalam aplikasinya, misalnya lilin lebah, khitosan, asap cair, aloe vera, dan masih banyak lagi pilihannya.

10. Pelayuan (curring)

Pelayuan biasa dilakukan untuk produk umbi, tuber dan bulba, selain untuk penyempurnaan dan penyeragaman kematangan, juga memungkinkan penyembuhan luka saat panen, serta terbentuknya lapisan sel-sel pelindung kulit. Metodanya dengan menempatkan produk pada suhu tinggi dan RH tinggi beberapa hari, misalnya untuk bawang merah dengan menggunakan suhu 29 - 32oC dan RH 60 - 70 %. Kentang pada suhu 15 - 20°C dengan RH 90 - 95 % akan dapat bertahan 5 - 10 hari.

11. Pencelupan dalam Larutan Kimia (Chemical Dipping)

Pada beberapa produk tertentu perlu dilakukan pencelupan dengan cara memasukkan produk ke dalam larutan anti bakteri dan jamur untuk menurunkan resiko serangan hama dan penyakit pascapanen. Bahan kimia yang digunakan harus dengan jenis dan dosis sesuai yang dipersyaratkan oleh

Page 25: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

lembaga yang berwenang. Beberapa bahan yang biasa digunakan antara lain : kalsium hipoklorit, natrium hipoklorit, gas klorin, klorin dioksida, senyawa iodine, ozon, asam peroksiasetat dan hydrogen peroksida.

12. Pemeraman Buatan (Artificial Ripening)

Tujuan proses pemeraman buatan adalah untuk mengontrol pematangan, meningkatkan keseragaman, serta memberikan penampilan yang lebih baik. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah :

a. Produk yang mempunyai karakteristik biologis/fisiologis berbeda tidak boleh dicampur dalam satu tempat atau proses.

b. Pemeraman dilakukan untuk komoditas yang masuk dalam kelompok klimakterik.

c. Pemeraman dilakukan dengan menggunakan beberapa pilihan bahan, misalnya karbit, ethrel, gas asetilen, serta etilen dalam ruang pemeraman.

13. De-saping (Penyerapan Getah)

Yakni pembuangan getah hasil hortikultura dengan tujuan agar tidak mengotori permukaan/kulit produk sehingga penampilan tetap menarik. Proses ini menggunakan kain atau sponse hisap dengan membalik buah beberapa saat setelah panen. Selain itu, getah kering bisa dicuci dengan larutan 0.5 - 5% CaCO3 dan dibilas dengan larutan 1 % Alumunium Potassium Sulphate.

14. Pengemasan dan Pelabelan

a. Fungsi Kemasan

Fungsi kemasan adalah : 1) Perlindungan terhadap mutu, kerusakan fisik dan mekanis selama penyimpanan, bongkar muat dan distribusi, 2) Kemudahan penanganan, 3) Kelancaran masuknya udara pendingin dan keluarnya hasil pernafasan, 4) Menaikkan estetika dan daya tarik produk terhadap konsumen secara emosional, dan 5) Memudahkan pemasaran.

Page 26: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

• Jenis kemasan mampu melindungi dan mempertahan mutu produk dan pengaruh luar dan kerusakan fisik.

• Kemasan terbuat dari bahan yang aman dan tidak boleh bereaksi secara kimiawi dengan produk sehingga mempengaruhi mutu produk.

• Jenis Kemasan, meliputi : - Kemasan Dalam, bersinggungan langsung

dengan produk (karton, film, dan sebagainya). - Kemasan Pengisi, untuk meredam goncangan

mekanis (kertas, daun kering, busa plastik, dan sebagainya).

- Kemasan Luar, untuk pengangkutan dan perlindungan terhadap kerusakan selama distribusi.

b. Fungsi Pelabelan : Fungsi pelabelan adalah untuk : 1) Identifikasi dan informasi produk, 2) Promosi dan merek produsen, dan 3) Catatan inventori dan riwayat produk

• Setiap produk yang dikemas harus menggunakan label dengan kriteria: - Tidak mudah lepas, luntur atau rusak; - Mudah terlihat dan terbaca; - Memuat antara lain identitas produk

(nama/jenis, volume, mutu/kelas dan lain-lain), inventori dan informasi produk (memuat asal lokasi untuk kemasan besar/sekunder);

• Penggunaan kode produksi (Bar Code) disesuaikan dengan persyaratan yang telah ditetapkan;

15. Penyimpanan Produk Akhir dan Bahan Penunjang

a. Teknis penyimpanan produk akhir harus sesuai dengan ketentuan sehingga tidak menimbulkan kerusakan, dapat mengendalikan transpirasi, respirasi serta mempertahankan kesegaran. Tergantung pada jenis produknya, suhu optimum penyimpanan dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 27: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Komoditas

Kondisi Optimum

Suhu (oC) RH (%)

• Apel, anggur, kiwi, pir, strowberry, asparagus, brokoli, kubis, wortel, daun bawang, jamur, lobak, bayam

0 (atau

sedikit lebih rendah)

90 - 95

• Kurma, lemon, jeruk 85 - 90

• Bawang putih, bawang merah, bawang besar

65 - 70

• Beberapa jenis apel 0 – 2 90 - 95

• Beberapa jenis apel, alpukat, jeruk, kentang

2 - 7 90 - 95

• Jeruk mandarin, manggis, semangka

85 - 90

• Jambu biji, mangga, nanas, ketimun, terong, okra

7 – 13 90 - 95

• Alpukat, pisang, lemon, melon, pepaya, markisa, nanas, tomat

85 - 90

• Waluh 50 - 75

• Pisang (mulai matang), ubi jalar 13 atau diatasnya

85 - 90

• Jahe 60 - 70

Tabel 1. Jenis Produk dan Suhu Optimum Penyimpanan

b. Bahan perlakuan • Bahan perlakuan dan produk disimpan di tempat

terpisah yang bersih serta aman dari gangguan serangga dan binatang pengerat.

• Tempat penyimpanan bahan perlakuan produk akhir harus diberi tanda.

• Penyimpanan menggunakan bahan perlakuan produk akhir harus diberi tanda.

• Penyimpanan menggunakan system FIFO (First In First Out).

c. Bahan Berbahaya

Bahan berbahaya (fumigant, detergent dan sejenisnya) harus disimpan dalam ruang tersendiri dan dilakukan pengawasan sedemikian rupa sehingga tidak

Page 28: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

membahayakan atau mencemari produk dan bahan perlakuan.

d. Wadah

Wadah dan pembungkus disimpan secara rapi di tempat yang bersih sehingga terlindung dari pencemaran.

e. Label

Label disimpan dengan baik dan diatur sedemikian rupa sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penggunaannya.

f. Alat dan perlengkapan penanganan

Alat dan perlengkapan penanganan disimpan dengan baik dan terpisah dari bahan kimia untuk mencegah pecemaran.

B. Pengelolaan Lingkungan Bangsal

Lingkungan bangsal adalah daerah sekitar bangsal yang terdiri dari tanah, air, udara, serta penduduk sekitar bila tempatnya dekat pemukiman. Aktivitas bangsal harus menghindari pencemaran tanah, air dan udara sekitar dengan cara membuang sampah secara teratur sebelum sampah busuk. Membuat saluran pembuangan untuk air limbah dan memberikan perlakuan bila diperlukan, serta memberikan informasi tentang aktivitas bangsal dan meminta ijin pada penduduk sekitar bila aktivitas melewati jam istirahat. Kegiatan pengelolaan dan pemantauan lingkungan mencakup :

1. Pengelolaan limbah (padat, cair, gas, asap, debu dan abu).

2. Pengendalian gangguan terhadap lingkungan karena bunyi lalu lintas dan mesin dan peralatan, transportasi, pencemaran dan gangguan lainnya.

3. Pemantauan terhadap efektifitas sarana pengelolaan lingkungan dan kualitas lingkungan. Limbah padat dan cair yang dihasilkan selama proses penanganan pascapanen produk hortikultura umumnya masih mengandung bahan-bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh mikro organisme seperti bakteri, jamur, yeast, parasit atau oleh

Page 29: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

serangga dan hewan pengerat. Dengan demikian, kedua jenis limbah ini harus dikelola sedemikian rupa agar tidak menjadi sumber pencemaran bagi produk yang dihasilkan.

Limbah yang dihasilkan akibat proses penanganan pascapanen hasil hortikultura umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

• Kandungan bahan organik tinggi. • Kandungan organisme, terutama bakteri tinggi. • Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan Chemical Oxygen

Demand (COD) tinggi.

a. Penanganan Limbah Padat :

1). Limbah padat sisa dari penanganan hasil hortikultura hendaknya ditempatkan dalam wadah khusus (kontainer).

2). Syarat kontainer untuk wadah limbah padat sebaiknya terbuat dari bahan yang tahan lama, mudah dibersihkan, tahan terhadap serangan serangga dan hewan pengerat, tidak mudah berkarat/korosif dan aus, dan tidak menyerap cairan.

3). Kontainer dilengkapi tutup dan diberi alas kertas/atau plastik agar tidak mencemari lingkungan sekitarnya. Limbah padat harus ditempatkan dalam ruang yang terpisah dari ruang pengolahan.

b. Penanganan Limbah Cair :

1). Limbah cair biasanya dibuang ke saluran limbah umum. Namun demikian, diperlukan penanganan khusus sebelum dinyatakan aman untuk dibuang ke dalam saluran pembuangan umum.

2). Penanganan yang biasa dilakukan antara lain penyaringan untuk mengurangi bahan-bahan organik dalam limbah padat. Limbah cair yang

Page 30: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

kandungan benda-benda padatnya (baik mengendap maupun mengapung) tinggi, perlu dilakukan pengurangan dengan cara pengendapan atau pengapungan terlebih dahulu. Perlakuan yang sering dilakukan yaitu pengaturan pH limbah dan upaya penurunan BOD (Biochemical Oxygen Demand), sebelum limbah cair dibuang.

C. Pengendalian Hama Penyakit Pascapanen dan Penyimpangan Fisiologis

Harus dilakukan pengendalian hama penyakit pasca panen yang mencakup pencegahan terhadap penyakit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, lalat buah, dan ulat serta penyimpangan fisiologis, sesuai dengan prosedur. Pemeriksaan dan pencatatan bahan perlakuan dilakukan secara berkala. Tabel berikut bisa digunakan sebagai pedoman pengendalian Hama Penyakit Pascapanen dan Penyimpangan Fisiologis :

Page 31: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Tabel 2. Pengendalian Hama Penyakit Pascapanen

Penyakit Akibat Cara pencegahan

Penyebab Jamur

1. Anthracnose a. Timbul titik-titik hitam pada kulit buah

b. Kerusakan parah pada musim hujan

a. Rendam buah pada larutan benomil hangat konsentrasi 1 gram/liter

b. Perendaman tidak lebih dari 24 jam setelah panen selama 5 menit.

2. Busuk pangkal tangkai

a. Bagian pangkal buah berubah warna menjadi gelap, dimulai dari pangkal tangkai

a. Hindari panen ketika buah belum tua

b. Dinginkan buah segera setelah panen dan letakkan dalam wadah berventilasi

c. Rendam bagian pangkal buah dalam larutan benomil hangat dengan konsentrasi 1 gram/liter

3. Transit rot a. Timbul warna putih pucat seperti bekas terendam air

b. Gejala penyebar dari satu buah ke buah lain, atau dari wadah yang terkon taminasi ke buah

a. Buang buah yang sudah terkontaminasi

b. Cuci wadah dengan larutan sanitasi (200 ppm klorin) sebelum digunakan

Penyebab bakteri

Page 32: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

1. Bintik-bintik a. Timbul bintik-bintik yang menyembul

a. Semprot dengan larutan tembaga oksida dan bersihkan dengan sikat

b. Buah yang sudah terkontaminasi harus dijual sebagai grade 2 atau 3

Penyebab Penyimpangan Fsiologis

Cara Pencegahan

1. Chilling Injury (Luka akibat dingin)

a. Pengenaan panas sebelum penyimpanan dingin

b. Pemanasan ringan setelah 2-5 hari penyimpanan

c. Penerapan suhu penyimpanan bertahap d. Penggunaan kalsium e. Peningkatan kelembaban ruang

penyimpanan

2. Hyperthermal Injury (Luka akibat suhu tinggi)

a. Pastikan aerasi berlangsung dengan lancar selama penanganan pra penyimpanan dingin

b. Pra pendinginan menggunakan air, hindari sinar matahari langsung

c. Pendinginan dengan air setelah heat vapor treatment

3. Low O2, high CO2 Injury (luka akibat kekurangan oksi gen atau kelebihan karbondioksida)

a. Pastikan aerasi berlangsung dengan lancar selama penanganan pra penyimpanan dingin

b. Gunakan plastik dengan sifat permeabel yang sesuai

c. Kontrol komposisi udara penyimpanan

4. Bruised(memar, luka akibat kerusak an jaringan)

a. Hindari benturan dengan permukaan yang keras selama penanganan

b. Gunakan bahan dan model kemasan yang dapat meredam guncangan

c. Isi kemasan dengan penyusunan yang baik d. Hindari penumpukan kemasan yang

melebihi kekuatan selama transportasi.

Tabel 2. Pengendalian Hama dan Penyakit

Page 33: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

D. Pengangkutan dan Distribusi

Sarana angkutan yang digunakan harus bersih, mudah dibersihkan serta menjaga produk akhir dari kerusakan fisik maupun fisiologis. Sarana angkutan yang tidak berpendingin harus mempunyai ventilasi yang cukup.

Produk dalam sarana transportasi disusun secara teratur, tidak melebihi kapasitas angkut dan mempertimbangkan ketinggian tumpukan kemasan.Pada waktu pendistribusian dilakukan pencatatan produk akhir yang diangkut seperti jenis, jumlah dan tujuan.

E. Persyaratan Pekerja

Beberapa pekerjaan yang menggunakan peralatan mengandung resiko kecelakaan. Mencegah kecelakaan untuk menjamin keselamatan kerja merupakan prosedur standar yang harus dipenuhi. Penggunaan masker, penutup kepala/rambut, sarung tangan dan pelindung tubuh lainnya dalam melakukan proses penanganan pascapanen wajib dilakukan. Agar kenyamanan dan keamanan terjamin, sebaiknya pekerja tidak melakukan aktivitasnya dalam kondisi berdiri (kecuali untuk pekerjaan tertentu), sehingga harus disediakan tempat duduk. Dalam upaya menghindari kelelahan (fatigness), maka dilakukan jadwal rehat secara periodik, khususnya untuk jenis pekerjaan tertentu yang sangat berat.

F. Pengawasan Mutu

1. Sistem Pengawasan dan Pencatatan

a). Pengelola bangsal penanganan pascapanen hasil hortikultura hendaknya melaksanakan sistem pengawasan secara internal baik pada penyiapan alat hingga distribusi hasil akhir, guna mencegah dan

Page 34: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

mengendalikan kemungkinan terjadinya penyimpangan dalam penerapan cara yang direkomendasikan sehingga mempengaruhi mutu hasil produk.

b). Hasil pengawasan ini didokumentasikan, dicatat dan disimpan dengan baik untuk menunjukkan bukti bahwa aktifitas produksi sudah sesuai dengan ketentuan.

c). Instansi yang berwenang melaksanakan pengawasan hendaknya melakukan pengawasan, baik pada tahap persiapan sarana dan prasarana pemanenan hingga penanganan pascapanen, terhadap penerapan pelaksanaan manajemen mutu hasil hortikultura yang dilakukan mengacu pada Prinsip Penanganan Pascapanen yang Baik dan Benar (GHP).

d). Bangsal penanganan hasil hortikultura diharuskan melaksanakan pencatatan (recording) terhadap segala aktifitas produksi yang dilakukan. Catatan tersebut disimpan dengan baik minimal selama 3 (tiga) tahun, meliputi :

• Nama perusahaan atau kelompok usaha. • Alamat perusahaan/usaha. • Kegiatan dan metode penanganan yang dilakukan. • Kegiatan/upaya–upaya rutin yang dilakukan dalam

rangka K3 dan pengendalian lingkungan. • Upaya-upaya lain yang bersifat kasus.

2. Penelusuran Balik (Tracebility)

Semua produk yang dihasilkan harus dapat ditelusuri ke Bangsal Penanganan Pascapanen hasil hortikultura dimana produk tersebut dihasilkan.

3. Quality Control

Agar semua proses dilakukan dengan baik dan benar, perlu dibuatkan tahapan atau urutan kerja (SOP) setiap kegiatan yang dilengkapi dengan petunjuk untuk memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Disamping itu, perlu dibuatkan standar mutu atau spesifikasi yang ditetapkan untuk setiap grade mutu produk sebagai acuan output. Oleh karenanya perlu pekerja yang membuat SOP dan melakukan pengawasan atau quality control baik terhadap proses

Page 35: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

tahapan suatu pekerjaan ataupun pengontrolan produk yang dihasilkan.

G. Pemeliharaan Bangsal

Pemeliharaan bangsal meliputi pengawasan dan pemeliharan terghadap seluruh bagian bangunan serta internal bangsal. Pemeliharaan bangunan, misalnya pada atap yang bocor, pintu yang rusak serta kerusakan lainnya harus dilakukan segera setelah terjadi. Pemeliharaan seperti pembersihan dengan menyapu lantai, pengepelan lantai dan pembuangan sarang laba-laba yang harus dilakukan secara berkala. Kotoran merupakan sumber kontaminasi yang dapat merusak atau menurunkan kualitas produk, sehingga perlu dibersihkan.

Sanitasi bangsal yaitu usaha yang dilakukan untuk mematikan jasad renik pathogen dan mengurangi jumlah jasad renik lainnya agar tidak membahayakan kesehatan manusia.

Terdapat empat (4) macam desinfektan yang lazim digunakan dalam bangsal penanganan pascapanen dan proses pengolahan pangan yang dapat dibedakan menurut komponen utama yang dikandung sebagai berikut :

1) Desinfektan berbahan dasar klorin.

Desinfektan ini paling banyak digunakan karena harganya murah. Spektrum jenis mikro organisme yang dapat dimatikan luas, meliputi bakteri gram positif maupun negatif, dan spora bakteri. Konsentrasi yang diperlukan agar klorin efektif membunuh mikro organisme yaitu 50 - 100 ppm klorin dengan waktu kontak sekitar 1 menit pada suhu 24oC.

2) Desinfektan berbahan dasar Iodin (Yodofor).

Aplikasi yodofor untuk desinfeksi yaitu pada konsentrasi 12 - 15 ppm dengan waktu kontak 1 menit atau lebih pada suhu 24 - 49oC.

3) Senyawa amonium kuaterner (Quats).

Page 36: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Quats efektif digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, tetapi kurang efektif untuk gram negatif, kecuali bila ditambahkan sekuestran (pengikat logam). Quats diaplikasikan pada kosentrasi 180 - 220 ppm pada suhu 24oC atau lebih selama beberapa menit.

4) Surfaktan An-ionik Asam.

Senyawa ini memiliki stabilitas dan umur simpan yang baik dan aktif mematikan hampir semua jenis mikro organisme. Sifatnya tidak berbau, tidak memberikan pewarnaan pada alat yang didesinfeksi, efektif pada air sadah dan mudah didispersikan. Senyawa ini sering digunakan untuk desinfeksi peralatan gelas. Aplikasi senyawa ini untuk desinfeksi yaitu pada kosentrasi 100 - 200 ppm, paling sedikit selama 1 menit pada suhu 24 - 43oC.

Page 37: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

BAB IV

KELEMBAGAAN BANGSAL PENANGANAN PASCAPANEN

A. Struktur Organisasi dan Uraian Kerja Struktur organisasi dalam hal ini adalah perangkat atau alat

yang diperlukan agar usaha hortikultura melalui penanganan pascapanen dapat berjalan dan berkelanjutan. Tidak hanya persoalan pengelolaan bangsal pascapanen, tetapi pengembangan usaha hortikultura berkelanjutan juga merupakan hal penting. Bagi daerah yang mempunyai Sub Terminal Agribisnis atau Pasar Tani sebaiknya pengelolaannya terkoordinasi dengan Sub Terminal Agribisnis atau Pasar Tani.

Agar lembaga usaha dapat berjalan dengan baik, perlu kiranya dibentuk badan usaha seperti : Perusahaan Dagang, CV, PT atau Koperasi dengan pengurus yang dipilih atau direkrut dari para champion pelaku usaha setempat yang biasa dan telah teruji kemampuannya dalam menangani usaha yang akan dijalankan dan digaji oleh perusahaan dari hasil keuntungan usahanya.

Berikut ini adalah contoh struktur organisasi pengembangan usaha hortikultura pada Gambar 5.

Gambar 3. Struktur Organisasi Pengembangan Usaha Hortikultura

Page 38: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Tugas dan tanggung jawab masing-masing adalah sebagai berikut :

1. Direktur atau Pimpinan Perusahaan Direktur bertanggungjawab mengatur semua kegiatan usaha

hortikultura yang dikelolanya, yakni merencanakan bisnis atau usaha agar dapat berjalan dan menguntungkan (profitable), berdaya saing dan berkesinambungan. Harus mampu menentukan arah segmen pasar mana yang akan menjadi sasaran dalam usahanya, menentukan target dan memposisikan arah bidang usaha itu sendiri dimasa mendatang (visioner). Mampu membuat usaha atau produk yang dibangun memiliki keunikan (uniqness) serta berbeda dengan pesaingnya. Mampu membangun dan menyediakan produk yang diminati pasar dan pelanggan, menentukan harga yang pas seseuai keinginan dan kondisi pelanggan, mampu mendistribusikan agar mudah dijangkau pelanggan, serta memiliki kemampuan untuk mempromosikan produk maupun usahanya.

Pimpinan perusahaan juga harus mampu menjalin dan memelihara hubungan baik dengan pelanggan untuk menggapai penjualan terus menerus dalam jangka panjang. Begitu juga pimpinan perusahaan harus mampu mengambil hati pelanggan, melalui pembentukan dan pemeliharaan brand/merek yang ringkas dan mudah diingat, serta mencerminkan kualitas, daya saing produk dan usaha yang ditekuninya. Direktur juga harus mampu melakukan dan mengkondisikan semua proses dengan baik yang akan menghasilkan produk berkualitas baik dan tidak menimbulkan pemborosan atau penumpukan di suatu titik. Kemudian pimpinan perusahaan harus mampu melayani pelanggan dengan baik sehingga memuaskan melebihi harapan pelanggan. Disamping itu, harus mampu mencari permodalan bunga murah dan mengembangkan usahanya melalui berbagai strategi sesuai kondisi perusahaan dan pesaing yang ada.

2. Divisi Umum dan Keuangan

Kepala Divisi Umum dan Keuangan bertanggung jawab terhadap urusan manajemen, baik administrasi umum (SDM,

Page 39: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Perlengkapan) dan keuangan. Mampu mencari dan menciptakan SDM yang handal, mencari sumber sumber modal yang murah, mengatur keluar masuk barang dan keuangan yang akuntable. Mampu memelihara bangsal pascapanen dan perlengkapannya, termasuk membangun budaya organisasi dan etos kerja yang baik. Mampu membangun kebiasaan pekerja untuk senantiasa melaksanakan prinsip Rawat, Rajin, Resik, Rapih, Ringkas (5 R), membiasakan kerja dengan proses yang baik dan benar dengan membuat SOP untuk semua tahapan kerja per bidang dan sub bidang.

3. Kepala Divisi Pengadaan Bahan

Kepala Divisi Pengadaan Bahan, bertanggungjawab terhadap ketersediaan bahan baku yang berkualitas dan kontinyu sesuai dengan permintaan pelanggan. Mampu menjalin kerjasama yang baik dan berkelanjutan dengan para petani yang telah menjadi pemasok serta mampu melakukan ekspansi (peluang kerjasama) dengan para calon petani pemasok. Dalam rangka menjaga kualitas dan kontinyuitas pasokan, kepala diivisi juga harus mampu mengatur pola pasokan serta melakukan pembinaan terhadap teknologi benih, produksi, panen dan pascapanennya.

4. Kepala Divisi Penanganan Pascapanen Kepala Divisi Penanganan Pascapanen, bertanggungjawab

pada proses penanganan pascapanen, mulai dari penerimaan produk, pre-cooling, trimming, perlakuan bila perlu, sortasi, pembersihan/ pencucian bila perlu, grading, packaging, waxing, labelling serta penyimpanan sementara hingga quality control. Semua proses atau tahapan dibuatkan SOP atau tahapan kerja yang harus dilalui dengan baik dan benar.

5. Kepala Divisi Penjualan dan Distribusi

Kepala Divisi Pemasaran dan Distribusi, mengatur strategi penjualan dan distribusi, yang meliputi sejak mencari pelanggan, menginventarisir keinginan atau permintaan pelanggan, memelihara atau melayani pelanggan

Page 40: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

dengan baik. Selanjutnya juga mendistribusikan produk secara tepat waktu, jumlah dan kualitas, membuka cabang outlet yang strategis bila diperlukan, serta melakukan promosi produk yang dijual secara aktif.

Bentuk dan struktur organisasi seperti dicontohkan di atas dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing usaha sesuai dengan perkembangan usahanya.

B. Pengembangan Usaha

Tidak sedikit, bangsal pascapanen yang telah dibangun tidak berfungsi secara optimal dan hanya ada aktivitas pada bulan-bulan tertentu saja karena ketergantungan musim panen, persoalan pemasaran yang tidak lancar, atau keterbatasan dalam mengelola usaha itu sendiri. Bangsal pascapanen hortikultura hanyalah suatu sarana pendukung dari bisnis hortikultura untuk meningkatkan mutu sesuai selera pelanggan, menekan kehilangan hasil dan meningkatkan nilai tambah.

Yang tidak kalah penting terkait aktivitas bangsal pascapanen hortikultura adalah bagaimana mengatur strategi atau mengembangkan usaha serta pemasaran hortikultura itu sendiri, agar dapat bersaing, sehingga bangsal yang ada dapat berfungsi bahkan dapat ditingkatkan aktivitasnya secara berkelanjutan dengan menerapkan berbagai strategi yang jitu.

Prinsip dasar dalam pengembangan usaha hortikultura segar melalui optimalisasi pemanfaatan bangsal yang berkelanjutan antara lain dapat dilakukan dengan pemberdayaan para champion yang handal dan berkemampuan manajemen serta berpengalaman dalam bisnis pengembangan usaha pemasaran hortikultura segar berbasis penanganan pascapanen yang tumbuh dan besar dari sekitar lingkungan usahanya. Dipilih para champion yang memahami persoalan dan kendala yang dihadapi dalam bisnis hortikultura segar dan dipandang mampu mengatasinya. Diharapkan champion bekerja tidak untuk kepentingan pribadi semata tetapi untuk memakmurkan masyarakat sekitarnya, khsusunya petani. Para champion dipilih oleh masyarakat petani disekitarnya dan segera menghimpun diri dengan petani produsen/pelaku usaha di sekitarnya dalam bentuk lembaga usaha, baik dalam bentuk Perusahaan Dagang, CV, PT atau Koperasi agar mudah mengakses pasar maupun

Page 41: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

permodalan terutama perbankan.

Lembaga Usaha :

Lembaga usaha dibentuk dalam rangka untuk meningkatkan kinerja Bangsal, menjamin keberlanjutan agribisnis hortikultultura di wilayahnya, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan seluruh stakeholders yang terlibat. Untuk itu Lembaga Usaha tersebut harus memenuhi beberapa syarat, antara lain :

1. Dikelola secara profesional serta berorientasi bisnis (business oriented) dengan basis bisnis yang benar dan berkeadilan, bersifat partisipatif, mengutamakan transparansi manajemen, sehingga akan menjamin keberlanjutannya.

2. Dikelola oleh orang-orang yang berkomitmen, jujur, bertanggung-jawab, serta memahami prinsip organisasi bisnis, khususnya pada bidang agribisinis hortikultura.

3. Menerapkan prinsip-prinsip penanganan pasca panen secara tepat.

4. Mampu menjaga ketersediaan bahan baku dan produk akhir yang sesuai dengan permintaan pasar.

5. Mampu membangun jaringan pemasaran secara luas dan berkelanjutan.

6. Berkemampuan mengakses dan penyediakan pembiayaan yang tepat dalam pengelolaan usaha.

7. Bersifat partisipatif, serta mampu meningkatkan kapasitas dan kinerja sumber daya manusia.

C. Pendampingan

Agar pengelolaan bangsal pascapanen maupun pengembangan usaha yang direncanakan dapat berjalan dengan baik, perlu kiranya dilakukan pendampingan oleh Petugas Dinas Pertanian setempat maupun oleh pihak lain yang terkait, baik dari sisi kelembagaan, pemanfaatan bangsal pascapanen, proses pascapanen maupun pendampingan untuk menjamin kelangsungan usaha itu sendiri.

Page 42: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

BAB V

PENDANAAN

Berdasarkan kepentingan peruntukannya, maka pendanaan dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu pendanaan pembangunan bangsal, pendanaan operasional bangsal dan pendanaan pengembangan usaha itu sendiri.

1. Pendanaan pembangunan bangsal

Dana pembangunan bangsal dapat berasal dari program pemerintah, pendanaan mandiri (swadana), berasal dari sumber lain seperti CSR, atau gabungan dari ketiganya, tergantung dari kondisi perkembangan bisnis di masing-masing tempat dan produk hortikultura yang ditangani.

2. Pendanaan operasional

Dana operasional sebaiknya disediakan melalui usaha swadaya anggota, pemegang saham atau dari hasil usaha yang dikelolanya.

3. Pendanaan untuk pengembangan usaha

Dana pengembangan usaha dapat berasal dari swadaya anggota/pemegang saham, dana pinjaman dari lembaga keuangan formal/perbankan atau sumber pembiayaan lainnya seperti CSR.

Page 43: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

BAB VI

PENUTUP

Bangsal penanganan pascapanen hortikultura merupakan sarana yang sangat penting dalam sistem agribisbis hortikultura dalam rangka menyiapkan produk yang bermutu prima, menekan kehilangan kerusakan/kehilangan hasil, memperpanjang masa simpan dengan berbasiskan penanganan pascapanen hortikultura yang baik dan benar. Dengan demikian, produk yang dihasilkan akan memiliki daya saing serta nilai tambah yang tinggi dalam memenuhi preferensi konsumen yang terus berubah secara dinamis, baik untuk permintaan dalam negeri maupun ekspor. Pemanfaatan bangsal pascapanen akan maksimal dan berkelanjutan, bila dikelola secara profesional oleh pelaku bisnis hortikultura yang memiliki kemampuan manajerial yang baik, berpengalaman, berdedikasi tinggi serta visioner, serta didukung oleh komitmen seluruh stakeholders yang terkait. Bila semua persyaratan ini dipenuhi dengan baik, maka pada akhirnya bangsal penanganan pascapanen hortikultura diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani/poktan/gapoktan serta pelaku usaha hortikultura dan lebih jauh akan mampu memberikan kontribusi pada peningkatan perekonomian daerah.

Buku Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hasil Hortikultura diharapkan dapat digunakan sebagai acuan atau pedoman bagi petugas, pelaku usaha (poktan/gapoktan), serta masyarakat luas yang bergerak di bidang agribisnis hortikultura di seluruh wilayah Indonesia.

Page 44: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik
Page 45: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik

Lampiran 1 : Website Bimbingan Pascapanen Hortikultura (www.bimpapah.com)

Page 46: Pedoman Teknis Pengelolaan Bangsal Pascapanen Hortikultura · Dalam rangka pengembangan produk hortikultura yang bermutu, aman konsumsi, menyehatkan dan berdaya saing di pasar domestik