232

Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) - Kementrian Pekerjaan Umum, 2013

Citation preview

Page 1: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Pedoman Penyusunan RPIJM(Rencana Program Investasi Jangka Menengah)

Bidang Cipta Karya

Page 2: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)
Page 3: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

i

SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kabupaten/Kota merupakan dokumen rencana dan program

pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode

lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang

mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin

keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan

mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang

berkelanjutan. RPIJM telah diinisiasi sejak tahun 2005 melalui

Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. Pr. 02.03-Dc/496 tanggal 9 Desember

2005 tentang Penyusunan Program Investasi Jangka Menengah Pembangunan PU

Bidang Cipta Karya (Infrastruktur Permukiman) Kabupaten/Kota.

Sampai dengan akhir tahun 2012, telah tersusun RPIJM sebanyak 489 dokumen, yaitu

sebanyak 99 % kabupaten/kota di Indonesia telah memiliki RPIJM. Secara kuantitas,

RPIJM yang disusun telah cukup banyak, namun secara kualitas masih membutuhkan

penyempurnaan.

Buku pedoman ini merupakan penyempurnaan dari buku pedoman sebelumnya,

dengan memasukkan isu dan lingkungan strategis terbaru, baik di lingkungan internal

Cipta Karya maupun dari lingkungan eksternal secara umum. Melalui buku pedoman

ini, diharapkan penyempurnaan RPIJM dapat dilakukan dengan baik dalam rangka

peningkatan pembangunan Bidang Cipta Karya di Daerah.

Jakarta, Desember 2012

Budi Yuwono Direktur Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum

Page 4: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

ii

Page 5: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

iii

KATA PENGANTAR DIREKTUR BINA PROGRAM

Pada era desentralisasi saat ini, Pemerintah Daerah perlu

meningkatkan komitmennya dalam pengembangan infrastruktur

bidang Cipta Karya. Sesuai dengan tugasnya, Direktorat Jenderal

Cipta Karya memfasilitasi pemerintah kabupaten/kota serta

provinsi untuk menyiapkan perencanaan program bidang Cipta

Karya secara terpadu melalui Rencana Program Investasi Jangka

Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya.

RPIJM bidang Cipta Karya menjadi acuan bagi pemrograman

dan penganggaran pembangunan bidang Cipta Karya, sekaligus sebagai rencana

tindak bagi pemerintah kabupaten/kota serta provinsi untuk membangun infrastruktur

bidang Cipta Karya secara terpadu, efisien, dan efektif. Keterpaduan ini meliputi

keterpaduan sektor (pengembangan permukiman, penataan bangunan dan

lingkungan, pengembangan air minum, dan pengembangan penyehatan lingkungan

permukiman), serta keterpaduan pendanaan. RPIJM bidang Cipta Karya juga berfungsi

untuk mengakomodasikan kebutuhan infrastruktur permukiman di daerah serta

menjawab isu strategis terkini.

Mengingat fungsinya yang penting, RPIJM bidang Cipta Karya perlu disiapkan oleh

setiap pemerintah kabupaten/kota bersama pemerintah provinsi dengan kualitas yang

baik. Untuk itu, buku pedoman ini dibuat sebagai acuan pemerintah kabupaten/kota

serta pemerintah provinsi untuk menyusun RPIJM bidang Cipta Karya di daerah

masing-masing.

Diharapkan melalui penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya yang berkualitas, maka

akan terwujud infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan yang layak,

produktif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

Jakarta, Desember 2012

Antonius Budiono Direktur Bina Program Direktorat Jenderal Cipta Karya

Page 6: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

iv

Page 7: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

DAFTAR ISI PEDOMAN PENYUSUNAN RPIJM

Sambutan Direktur Jenderal Cipta Karya .......................................................... i Kata Pengantar Direktur Bina Program ............................................................. iii Daftar Isi ............................................................................................................... v Daftar Gambar ..................................................................................................... xi Daftar Tabel ......................................................................................................... xiii BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM ................................................. 2

1.3 Maksud dan Tujuan ....................................................................... 5

1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan ................................................ 6

1.5 Prinsip Penyusunan RPIJM ........................................................... 9

1.6 Muatan Dokumen RPIJM ............................................................... 10

BAB II MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM ......................... 13

2.1 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM ............................................. 13

2.1.1 Unit Pelaksana di Pusat dan Daerah ..................................... 13

2.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Satgas Randal Pusat, Satgas

RPIJM Provinsi, dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota. ........... 14

2.2 Langkah Penyusunan RPIJM ......................................................... 19

2.3 Penilaian Kelayakan RPIJM ............................................................ 22

BAB III PROFIL KABUPATEN/KOTA ................................................................. 29 3.1 Gambaran Geografi dan Administratif Wilayah ............................... 29

3.2 Gambaran Demografi ..................................................................... 29

3.3 Gambaran Topografi....................................................................... 29

3.4 Gambaran Geohidrologi ................................................................. 29

v

Page 8: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

3.5 Gambaran Geologi ......................................................................... 30

3.6 Gambaran Klimatologi .................................................................... 30

3.7 Kondisi Sosial dan Ekonomi .......................................................... 30

BAB IV KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA 31 4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota ................. 31

4.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) ............................................................................ 32

4.3 Arahan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD) ............. 32

4.4 Arahan Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten/Kota (RISPAM) ... 32

4.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) .............................................. 33

4.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) ............. 34

4.7 Arahan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur

Perkotaaan (SPPIP) Kabupaten/Kota ............................................ 34

4.8 Arahan Pengembangan Kawasan (RPKPP) ................................... 35

4.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kab/Kota dan Sektor ................... 35

4.9.1 Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota ............................. 35

4.9.2 Strategi Pembangunan Kawasan ........................................ 36

BAB V ASPEK TEKNIS PER SEKTOR .............................................................. 37 5.1 Pengembangan Permukiman ....................................................... 37

5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............................. 37

5.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,

dan Tantangan .................................................................... 42

5.1.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman ............... 46

5.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan

Permukiman ........................................................................ 48

5.1.5 Usulan Program dan Kegiatan ............................................ 52

vi

Page 9: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan ......................................... 54

5.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............................. 54

5.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,

dan Tantangan .................................................................... 58

5.2.3 Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan .. 64

5.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan PBL .......... 67

5.2.5 Usulan Program dan Kegiatan ............................................ 71

5.3 Sistem Penyediaan Air Minum ..................................................... 74

5.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............................. 74

5.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan,

dan Tantangan .................................................................... 76

5.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum ............. 85

5.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan, serta Skema Kebijakan

Pendanaan Pengembangan SPAM ..................................... 89

5.3.5 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM ........ 93

5.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman ........................................... 97

5.4.1 Air Limbah ........................................................................... 97

5.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............... 97

5.4.1.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan

dan Tantangan ...................................................... 98

5.4.1.3 Analisis Kebutuhan Pengelolaan Air Limbah.......... 105

5.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan

Air Limbah ............................................................. 107

5.4.2 Persampahan ...................................................................... 110

5.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan ............... 110

5.4.2.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan

Tantangan ............................................................. 112

5.4.2.3 Analisis Kebutuhan Persampahan ......................... 123

vii

Page 10: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.4.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan

Persampahan ........................................................ 125

5.4.3 Drainase .............................................................................. 128

5.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan .............. 128

5.4.3.2 Isu strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan

dan Tantangan ...................................................... 130

5.4.3.3 Analisis Kebutuhan Drainase ................................. 136

5.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan

Drainase ................................................................ 137

5.4.4 Usulan Program dan Kegiatan serta Pembiayaan Proyek ... 139

5.4.4.1 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan

Sanitasi .................................................................. 139

5.4.4.2 Usulan Pembiayaan Pengembangan Sanitasi ....... 140

BAB VI ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL .................................................... 143 6.1 Aspek Lingkungan .......................................................................... 143

6.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) ......................... 145

6.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH ........................................... 156

6.2 Aspek Sosial ................................................................................... 162

6.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang

Cipta Karya ........................................................................ 165

6.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang

Cipta Karya ......................................................................... 167

6.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan

Bidang Cipta Karya ............................................................ 169

BAB VII ASPEK PEMBIAYAAN ......................................................................... 171 7.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidan Cipta Karya ......................... 171

viii

Page 11: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

7.2 Profil APBD Kabupaten/Kota .......................................................... 175

7.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya ........................ 177

7.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya

Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun ................................ 177

7.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya

Bersumber Dari APBD dalam 5 Tahun ................................ 178

7.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang

Cipta Karya dalam 5 tahun .................................................. 180

7.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya

Bersumber dari Swasta ....................................................... 181

7.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta

Karya .............................................................................................. 182

7.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan ....................................... 182

7.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

5 tahun ke depan ................................................................ 185

7.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang

Cipta Karya 5 tahun ke depan ............................................. 185

7.5. Analisis Keterpaduan Strategi Peningkatan Investasi

Pembangunan Bidang Cipta Karya ................................................ 185

7.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah ............................. 186

7.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya ............ 186

BAB VIII ASPEK KELEMBAGAAN KABUPATEN/KOTA ................................... 187 8.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya ..................... 187

8.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini ........................................................ 193

8.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya ....................... 193

8.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ..................... 194

8.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya . 195

8.3 Analisis Kelembagaan .................................................................... 196

8.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya ....................... 196

ix

Page 12: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

8.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya ..................... 197

8.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang

Cipta Karya ......................................................................... 197

8.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan ............................................. 198

8.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan ........................................ 200

8.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian .......................... 200

8.4.2 Rencana Pengembangan Ketatalaksanaan ........................ 200

8.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) .... 201

BAB IX MATRIKS RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH BIDANG CIPTA KARYA ....................................................................... 203 9.1 Matriks Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota ........................ 203

9.2 Matriks Keterpaduan Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota ... 205

Daftar Peristilahan Dan Singkatan ..................................................................... 207

x

Page 13: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan

Infrastruktur Bidang Cipta Karya .............................................................. 4

Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD ......................................... 5

Gambar 2.1 Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota .................. 14

Gambar 2.2 Contoh SK Bupati/Walikota Pembentukan Satgas RPIJM

Kabupaten/Kota ....................................................................................... 18

Gambar 2.3 Langkah Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota Bidang Cipta

Karya ....................................................................................................... 20

Gambar 2.4 Skema Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota ........................................... 21

Gambar 5.1 Alur Program Pengembangan Permukiman ............................................ 49

Gambar 5.2 Lingkup Tugas PBL ................................................................................. 57

Gambar 5.3 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM .................................... 92

Gambar 5.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat/On-Site dan Komunal ............. 108

Gambar 5.5 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota) ................. 110

Gambar 5.6 Sistem Pengelolaan Sampah ................................................................... 128

Gambar 5.7 Sistem Drainase Perkotaan ..................................................................... 138

Gambar 7.1 Contoh Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam

APBD ....................................................................................................... 177

Gambar 7.2 Contoh Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD ................... 179

Gambar 8.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota ........................................... 188

Gambar 8.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 dan Cipta

Karya ....................................................................................................... 191

xi

Page 14: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

xii

Page 15: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Indikator Penilaian RPIJM ........................................................................... 23

Tabel 4.1 Matriks Strategi Pembangunan Kabupaten Kota ......................................... 36

Tabel 4.2 Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas...................................... 36

Tabel 5.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala

Kota/Kabupaten .......................................................................................... 43

Tabel 5.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan

Bupati/peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman .................... 43

Tabel 5.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten/Kota X Tahun Y ................................. 44

Tabel 5.4 Data Kondisi RSH di Kabupaten/Kota X Tahun Y ....................................... 44

Tabel 5.5 Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten/Kota X ............................................ 44

Tabel 5.6 Data Program Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y ..................................... 44

Tabel 5.7 Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y ................... 44

Tabel 5.8 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Kabupaten/Kota .......................................................................................... 46

Tabel 5.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan

Untuk 5 tahun ............................................................................................. 47

Tabel 5.10 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di

Perdesaan yang membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun .................. 47

Tabel 5.11 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman

Kabupaten/Kota .......................................................................................... 52

Tabel 5.12 Contoh Usulan Pembiayaan Proyek ........................................................... 52

Tabel 5.13 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman

Kabupaten/Kota .......................................................................................... 53

Tabel 5.14 Isu Strategis sektor PBL di Kab/Kota .......................................................... 60

Tabel 5.15 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan

Bangunan dan Lingkungan ......................................................................... 61

Tabel 5.16 Penataan Lingkungan Permukiman ............................................................ 61

Tabel 5.17 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara ......................... 61

xiii

Page 16: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.18 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan ................ 62

Tabel 5.19 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan

Lingkungan ................................................................................................. 63

Tabel 5.20 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan ..................................... 66

Tabel 5.21 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan ........................... 67

Tabel 5.22 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan

Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota ............................................... 72

Tabel 5.23 Contoh Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten/Kota ..................... 78

Tabel 5.24 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek

Kelembagaan .............................................................................................. 81

Tabel 5.25 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Teknis .... 81

Tabel 5.26 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek

Pembiayaan ................................................................................................ 81

Tabel 5.27 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Peran

Serta Masyarakat ........................................................................................ 82

Tabel 5.28 Contoh Analisa Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif

Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan ............ 82

Tabel 5.29 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif

Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Teknis ....................... 83

Tabel 5.30 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif

Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Pembiayaan ............. 84

Tabel 5.31 Contoh Analisa Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif

Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta

Masyarakat ................................................................................................. 84

Tabel 5.32 Contoh Analisis Kebutuhan ......................................................................... 86

Tabel 5.33 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM ............................................... 88

Tabel 5.34 Lingkup Penyusunan RISPAM .................................................................... 90

Tabel 5.35 Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM ............................ 92

Tabel 5.36 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM ......... 95

Tabel 5.37 Kapasitas Pelayanan Eksisting ................................................................... 100

xiv

Page 17: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.38 Cakupan Pelayanan Sistem Onsite ............................................................. 100

Tabel 5.39 Cakupan Pelayanan air limbah komunitas berbasis masyarakat ................. 101

Tabel 5.40 Cakupan Pelayanan air limbah Sistem Off-site ........................................... 101

Tabel 5.41 Parameter Teknis Wilayah .......................................................................... 101

Tabel 5.42 Contoh Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi .................. 103

Tabel 5.43 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU

No.14/PRT/M/2010 ..................................................................................... 105

Tabel 5.44 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah ....................... 106

Tabel 5.45 Contoh Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini ................... 114

Tabel 5.46 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan............................ 115

Tabel 5.47 Contoh Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi ............. 121

Tabel 5.48 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU

No.14/PRT/M/2010 ..................................................................................... 122

Tabel 5.49 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah ....................... 123

Tabel 5.50 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase ................................... 132

Tabel 5.51 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase Yang Dihadapi ... 134

Tabel 5.52 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen

PU No.14/PRT/M/2010 ............................................................................... 135

Tabel 5.53 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah ....................... 136

Tabel 5.54 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP

Kabupaten/Kota .......................................................................................... 141

Tabel 6.1 Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya .............. 146

Tabel 6.2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat

dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya ............................................ 147

Tabel 6.3 Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Bidang Cipta

Karya ..................................................................................................... 148

Tabel 6.4 Contoh Tabel Identifikasi KRP .................................................................... 149

Tabel 6.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu

Wilayah ....................................................................................................... 150

Tabel 6.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP ............................................... 151

xv

Page 18: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS ................ 152

Tabel 6.8 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL ................................................... 153

Tabel 6.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL .............................................. 156

Tabel 6.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL .... 158

Tabel 6.11 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program

Cipta Karya ................................................................................................. 162

Tabel 6.12 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota/Kabupaten .......... 165

Tabel 6.13 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi

Pengarusutamaan Gender di Kota/Kabupaten X ........................................ 167

Tabel 6.14 Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi,

Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman

Kembali ....................................................................................................... 169

Tabel 6.15 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan

Pembangunan Bidang Cipta Karya ............................................................. 170

Tabel 7.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir .................... 175

Tabel 7.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir ............................ 176

Tabel 7.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir .................... 176

Tabel 7.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir ........ 178

Tabel 7.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota ...

dalam 5 Tahun Terakhir .............................................................................. 178

Tabel 7.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya

dalam 5 Tahun Terakhir .............................................................................. 179

Tabel 7.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir .......................................... 180

Tabel 7.8 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir .............. 181

Tabel 7.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan ............................... 183

Tabel 7.10 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke

Depan ......................................................................................................... 185

Tabel 8.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya ............................................. 194

Tabel 8.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya ........................................................ 195

Tabel 8.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya .......................... 196

xvi

Page 19: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 8.4 Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia ..................................... 198

Tabel 8.5 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan......................................................... 199

Tabel 8.6 Pelatihan Bidang Cipta Karya ..................................................................... 201

Tabel 9.1 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan......................................................... 204

Tabel 9.2 Pelatihan Bidang Cipta Karya ..................................................................... 205

xvii

Page 20: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

xviii

Page 21: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mewujudkan bangsa yang mandiri, adil, dan makmur seperti yang dicita-citakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025, salah satu caranya adalah dengan mewujudkan pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan melalui perwujudan permukiman tanpa kumuh. Untuk menunjang lingkungan permukiman di tanah air, perlu dibangun prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien. Di samping itu, RPJPN juga mengamanatkan bahwa pembangunan bidang air minum dan sanitasi diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat serta untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditekankan kembali dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 yang menyatakan bahwa salah satu arahan kebijakan dalam bidang pengembangan perumahan permukiman adalah meningkatkan aksesibiltas masyarakat terhadap layanan air minum dan sanitasi yang memadai. Arahan dalam RPJPN dan RPJMN terkait pembangunan infrastruktur permukiman merupakan amanat yang harus diemban bersama oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dijelaskan dalam PP 38 Tahun 2007 bahwa Pemerintah Kabupaten/Kota berperan sebagai pelaksana pembangunan infrastruktur fisik bidang Cipta Karya, sedangkan Pemerintah Pusat bertindak sebagai pengatur, pembina, dan pengawas pembangunan infrastruktur permukiman di Indonesia. Hal ini sesuai kebijakan desentralisasi yang dilakukan di Indonesia saat ini, dimana pemerintah daerah dituntut untuk lebih berperan aktif dalam melayani dan mensejahterakan masyarakat. Agar dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat, pemerintah daerah perlu merencanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara terpadu dengan mendayagunakan sumber daya secara optimal, efisien, dan efektif sesuai dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum, dalam mengemban tugasnya sebagai perumus dan pelaksana kebijakan dan standar teknis bidang Cipta Karya, mengambil inisiatif untuk mendukung pemerintah kabupaten/kota dalam menyiapkan perencanaan program khusus bidang Cipta Karya yang diberi nama Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) bidang Cipta Karya. RPIJM ini dikembangkan sebagai upaya Ditjen Cipta Karya dalam

1

Page 22: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

melaksanakan pembangunan infrastruktur permukiman secara merata di seluruh wilayah tanah air dengan cara yang lebih terpadu, efisien dan efektif sehingga dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat. RPIJM mulai dirintis sejak tahun 2005 berdasarkan Surat Edaran Direktur Jenderal Cipta Karya No. Pr. 02.03-Dc/496 perihal Penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya. Sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran tersebut, Ditjen Cipta Karya juga telah menyusun Buku Pedoman Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya sebagai panduan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menyusun RPIJM. RPIJM merupakan dasar pemrograman dan penganggaran di lingkungan Ditjen Cipta Karya. Mengingat fungsinya yang cukup penting, maka RPIJM sudah sepatutnya memiliki kualitas yang baik serta disiapkan secara rasional, inklusif, dan terpadu. Oleh karena itu, dalam rangka peningkatan kualitas RPIJM perlu dilakukan penyempurnaan Pedoman Penyusunan RPIJM. Dalam pedoman RPIJM yang baru, substansi dokumen akan ditajamkan sesuai dengan kebijakan baru dan perubahan pengaturan terkait bidang Cipta Karya. Selain itu, penyusunan dokumen RPIJM perlu mempertimbangkan kemampuan keuangan, kelembagaan daerah, serta dampak pembangunan infrastruktur permukiman terhadap lingkungan dan kondisi sosial setempat. Dengan adanya Pedoman RPIJM yang baru, diharapkan Pemerintah Kabupaten/Kota dapat menggerakkan semua sumber daya secara optimal dalam memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur permukiman, sekaligus mendukung upaya percepatan pencapai sasaran nasional pembangunan bidang Cipta Karya. 1.2 Pengertian dan Kedudukan RPIJM Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPIJM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dalam periode lima tahun, yang dilaksanakan secara terpadu oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, maupun oleh masyarakat/swasta, yang mengacu pada rencana tata ruang, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan masyarakat yang berkualitas dan mewujudkan pembangunan infrastruktur Cipta Karya yang berkelanjutan.

Dokumen ini disusun pada tingkat Kabupaten/Kota dan bersifat multi sektoral, multi stakeholder, dan multi pendanaan. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan multi sektor adalah RPIJM meliputi sektor-sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya yaitu Pengembangan Air Minum, Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Pengembangan Permukiman, dan Penataan Bangunan dan Lingkungan. Adapun maksud dari multi stakeholder adalah para pemangku kepentingan yang terkait turut

2

Page 23: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

dilibatkan dalam proses penyusunan dan implementasi RPIJM sesuai kewenangan dan peranannya masing-masing. Stakeholder yang terkait dalam RPIJM meliputi pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, masyarakat dan dunia usaha. Sedangkan maksud dari multi-pendanaan adalah sumber pembiayaan infrastruktur permukiman dalam RPIJM tidak hanya berasal dari pemerintah pusat, tetapi juga pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, serta dunia usaha dan masyarakat. RPIJM disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dengan difasilitasi oleh Ditjen Cipta Karya dan Pemerintah Provinsi. Sebagai dokumen teknis, RPIJM sudah harus menampung aspirasi pemangku kepentingan lokal dan aspirasi masyarakat. Dalam penyusunannya, RPIJM harus ditekankan pada proses partisipasi melalui dialog dengan seluruh pemangku kepentingan sehingga dapat diterima oleh semua pihak sebagai acuan pembangunan infrastruktur bersama. Dengan demikian, maka pembangunan infrastruktur permukiman bisa ditangani atau dibiayai secara bersama-sama oleh para pemangku kepentingan. RPIJM tidak dimaksudkan untuk menggantikan fungsi RPJMD ataupun Renstra SKPD, namun RPIJM merupakan dokumen teknis operasional pembangunan bidang Cipta Karya yang berisikan rencana investasi sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah. RPIJM disusun dengan mengacu pada kebijakan spasial dan sektoral, baik di tingkat nasional maupun daerah. Kebijakan spasial meliputi RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota. Sedangkan kebijakan sektoral terdiri dari RPJMN, RPJMD Provinsi, dan RPJMD Kabupaten/Kota. Disamping itu, RPIJM juga mengacu pada Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional serta Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah. Adapun, skema kedudukan RPIJM dalam sistem perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya dapat dilihat pada gambar 1.1.

3

Page 24: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Gambar 1.1 Kedudukan RPIJM dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Sesuai dengan skema di atas, integrasi dan sinkronisasi setiap strategi sektor sangat penting, termasuk antara Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), serta Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). Dokumen sektoral ini terintegrasi dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) yang memberikan arahan pembangunan infrastruktur skala kota/kabupaten. Selanjutnya, SPPIP ini akan diturunkan ke dalam Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) dengan skala kawasan. RPIJM perlu mempertimbangkan dokumen-dokumen teknis ini sehingga perencanaan pembangunan infrastruktur permukiman menjadi lebih terarah dan terpadu. Keterkaitan substansi antara dokumen teknis dipaparkan pada gambar 1.2. RPIJM yang telah disusun kemudian akan dituangkan ke dalam rencana program tahunan berupa Memorandum Program yang merupakan kesepakatan bersama antara pemerintah, provinsi, dan kabupaten/kota terkait rencana kegiatan di suatu Kabupaten/Kota dalam jangka waktu 5 tahun.

4

Page 25: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sumber : Dit. Bina Program DJCK, 2012

Gambar 1.2 Keterkaitan RTRW, SPPIP, RPIJM dan KSPD 1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud RPIJM yaitu untuk mewujudkan kemandirian kabupaten/kota dalam penyelenggaraan pembangunan infrastruktur permukiman yang berkelanjutan, menciptakan kualitas kehidupan masyarakat yang sejahtera selaras dengan tujuan pembangunan nasional. Sedangkan tujuan RPIJM adalah sebagai dokumen yang dijadikan acuan dalam perencanaan program dan anggaran serta pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang berasal dari berbagai sumber pendanaan, baik APBN, APBD Propinsi, APBD Kabupaten/Kota, maupun sumber pendanaan lainnya. RPIJM memuat rencana program dan investasi dalam jangka waktu lima tahun yang mencakup sektor-sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya, yaitu Pengembangan Permukiman, Penataan Bangunan dan Lingkungan, Sistem Penyediaan Air Minum, dan Penyehatan Lingkungan Permukiman (air limbah permukiman, persampahan, dan drainase).

5

Page 26: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1.4 Acuan Peraturan dan Perundangan

Perangkat peraturan perundangan yang dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, adalah sebagai berikut:

Undang – Undang (UU) • UU No. 02 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk

Kepentingan Umum; • UU No. 01 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman; • UU No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun; • UU No. 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; • UU No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah; • UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; • UU No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal; • UU No. 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; • UU No. 07 Tahun 2004 Tentang Sumberdaya Air; • UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; • UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; • UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat

dan Pemerintah Daerah; • UU No. 38 Tahun 2004 Tentang Jalan; • UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.

Peraturan Pemerintah (PP) • PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah

Sejenis Sampah Rumah Tangga • PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah; • PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan; • PP No. 34 Tahun 2009 Tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Perkotaan; • PP No. 07 Tahun 2008 Tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; • PP No. 42 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Air; • PP No. 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional; • PP No. 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara

Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

• PP No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah;

6

Page 27: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• PP No. 2 Tahun 2006 Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri;

• PP No. 6 Tahun 2006 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara atau Daerah; • PP No. 5 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan; • PP No. 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan SPAM; • PP No. 36 tahun 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan UUBG (Undang Undang

Bangunan Gedung); • PP No. 58 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Daerah; • PP No. 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman Penyusunan Penerapan Sistem

Penyediaan Air Minum.

Peraturan Presiden (Perpres) • Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha

Dalam Penyediaan Infrastruktur; • Perpres No. 05 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional 2010-2014; • Perpres No. 13 Tahun 2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 67

Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;

• Perpres No. 81 Tahun 2010 Tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025; • Perpres No. 56 Tahun 2011 Tentang Perubahan Kedua Perpres No. 67 Tahun 2005

Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur;

• Perpres No. 65 Tahun 2011 Tentang Unit Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat;

• Perpres No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia;

• Perpres No. 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum • Permen PU No. 14/PRT/M/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan

Kementerian PU yang Merupakan Kewenangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri;

• Permen PU No. 02/PRT/M/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pekerjaan Umum Tahun 2010-2014;

• Permen PU No. 12/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Kerjasama Pengusahaan Pengembangan SPAM;

7

Page 28: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• Permen PU No. 14/PRT/M/2010 Tentang SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang;

• Permen PU No. 15/PRT/M/2010 Tentang Penggunaan DAK Bidang Infrastruktur; • Permen PU No. 16/PRT/M/2010 Tentang Pedoman Teknis Pemeriksaan Berkala

Bangunan Gedung; • Permen PU No. 01/PRT/M/2009 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan SPAM

Bukan Jaringan Perpipaan; • Permen PU No. 10/PRT/M/2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan Bidang PU yang Wajib Dilengkapi Dengan UKL dan UPL; • Permen PU No. 16/PRT/M/2008 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP-SPALP); • Permen PU No. 06/PRT/M/2007 Tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan; • Permen PU No. 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air

Minum; • Permen PU No. 20/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (KSNP-SPAM); • Permen PU No. 21/PRT/M/2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); • Permen PU No. 494/PRT/M/2005 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional

Pengembangan Perkotaan (KSNP Kota).

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup (Permen LH) • Permen LH No. 05 Tahun 2012 Tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan

Wajib AMDAL; • Permen LH No. 09 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum KLHS; • Permen LH No. 13 Tahun 2010 Tentang UKL – UPL dan SPPLH; • Permen LH No. 14 Tahun 2010 Tentang Dokumen Lingkungan Hidup Bagi Usaha

dan/atau Kegiatan yang Telah Memiliki Izin Usaha dan/atau Kegiatan Tetapi Belum Memiliki Dokumen Lingkungan Hidup.

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) • Permendagri No. 57 Tahun 2010 Tentang Standar Pelayanan Perkotaan; • Permendagri No. 33 Tahun 2008 Tentang Pedoman Hubungan Kerja Organisasi

Perangkat Daerah dalam Penyelenggaraan Pemerintah Daerah; • Permendagri No. 57 Tahun 2007 Tentang Petunjuk Teknis Penataan Organisasi

Perangkat Daerah;

8

Page 29: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• Permendagri No. 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang direvisi menjadi Permendagri Nomor 59 Tahun 2007.

Peraturan Kementerian Lainnya • Peraturan Menteri Bappenas No 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum

Pelaksanaan KPS dalam Pembangunan Infrastruktur; • Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang

Persyaratan Kualitas Air Minum; • Keputusan Menteri PAN Nomor: KEP/75/M.PAN/7/2004 Tentang Pedoman

Perhitungan Kebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja dalam Rangka Penyusunan Formasi Pegawai Negeri Sipil.

1.5 Prinsip Penyusunan RPIJM

Prinsip dasar RPIJM secara sederhana adalah: 1. Multi Tahun, yang diwujudkan dalam kerangka waktu 5 (lima) tahun untuk

rencana investasi yang disusun. 2. Multi Sektor, yaitu mencakup sektor/bidang pengembangan kawasan

permukiman, pengembangan sistem penyediaan air minum, pengembangan sistem pelayanan persampahan, pengembangan sistem pelayanan air limbah, pengembangan sistem pematusan kota/drainase, peningkatan kualitas kawasan kumuh dan peremajaan permukiman, penanganan kawasan kumuh, pengembangan kawasan dan ruang terbuka hijau, serta penanggulangan kebakaran dan penataan bangunan gedung.

3. Multi Sumber Pendanaan, yaitu memadukan sumber pendanaan pemerintah, sumber pendanaan swasta, dan masyarakat. Sumber pendanaan pemerintah dapat terdiri dari APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten/Kota, sedangkan dana swasta dapat berupa Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS) dan Coorporate Social Responsibility (CSR). Masyarakat pun dapat berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, misalnya dalam bentuk barang dan jasa.

4. Multi Stakeholder, yaitu melibatkan Masyarakat, Pemerintah, dan Swasta sebagai pelaku pembangunan dalam proses penyusunan RPIJM maupun pada saat pelaksanaan program.

5. Partisipatif, yaitu memperhatikan kebutuhan dan kemampuan daerah (kabupaten/kota dan provinsi) sesuai karakteristik setempat (bottom-up).

Diharapkan dengan 5 prinsip dasar tersebut, dapat diwujudkan pembangunan yang efektif dan efisien, serta mendorong kemandirian daerah yang untuk menyusun

9

Page 30: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

program yang layak dan handal sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia. RPIJM ini juga bersifat dinamis, dimana setiap tahunnya diperlukan review terhadap program-program pembangunan yang tercantum di dalam dokumen RPIJM, sehingga dihasilkan rencana pembangunan infrastruktur yang mutakhir sesuai perkembangan kebutuhan daerah. 1.6 Muatan Dokumen RPIJM

Secara substansi muatan RPIJM Kabupaten/Kota terdiri 8 (delapan) bab yaitu:

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, maksud dan tujuan RPIJM, dasar hukum penyusunan RPIJM, dan mekanisme penyusunan RPIJM.

Bab 2 Profil Kabupaten/Kota

Pada bab ini berisikan penjelasan profil umum Kabupaten/Kota seperti batas administrasi wilayah, demografi, geografi, topografi, geohidrologi, geologi, klimatologi, serta kondisi sosial dan ekonomi wilayah.

Bab 3 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kabupaten/Kota

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai kebijakan dan strategi dokumen rencana seperti Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD), Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem PAM (RISPAM), Strategi Sanitasi Kota (SSK), dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), serta penjelasan mengenai Keterpaduan Strategi dan Rencana Pembangunan pada skala Kabupaten/Kota maupun kawasan.

Bab 4 Aspek Teknis Per Sektor

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai rencana program investasi infrastruktur Bidang Cipta Karya seperti rencana pengembangan permukiman, rencana penataan bangunan dan lingkungan (PBL), rencana pengembangan sistem penyediaan air minum, dan rencana penyehatan lingkungan permukiman (PLP). Pada setiap sektor dijelaskan isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan, dan tantangan daerah; analisis kebutuhan; serta usulan program dan pembiayaan masing – masing sektor.

10

Page 31: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Bab 5 Aspek Lingkungan dan Sosial

Pada bab ini berisikan penjelasan mengenai gambaran umum dan kondisi eksisting lingkungan, analisis perlindungan lingkungan dan sosial seperti Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), AMDAL, UKL – UPL, dan SPPLH, serta perlindungan sosial pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pasca pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

Bab 6 Aspek Pembiayaan

Bab ini berisikan penjelasan mengenai Profil APBD Kabupaten/Kota, profil investasi dan proyeksi investasi dalam pembangunan Bidang Cipta Karya, serta strategi peningkatan investasi bidang Cipta Karya.

Bab 7 Aspek Kelembagaan Kabupaten/Kota

Bab ini berisikan penjelasan mengenai aspek kelembagaan Cipta Karya di daerah yang fokus kepada aspek keorganisasian, aspek ketatalaksanaan, dan aspek sumber daya manusia. Dari ketiga aspek tersebut dijelaskan kondisi eksisting, analisis permasalahan dan rencana pengembangannya.

Bab 8 Matriks Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya

Pada bab ini berisikan matriks program investasi RPIJM Kabupaten/Kota dan matriks keterpaduan program investasi RPIJM Kabupaten/Kota.

11

Page 32: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

12

Page 33: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB II MEKANISME PENYUSUNAN DAN PENILAIAN RPIJM

2.1 Hubungan Kerja Penyusunan RPIJM 2.1.1 Unit Pelaksana di Pusat dan Daerah Penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya kabupaten/kota pada dasarnya melibatkan pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah pusat, dalam hal ini Ditjen Cipta Karya, bertindak sebagai pembina. Sedangkan, pemerintah provinsi berperan sebagai fasilitator, dan pemerintah kabupaten/kota merupakan penyusun dari dokumen RPIJM. Di dalam mekanisme penyusunanan RPIJM Cipta Karya terdapat unit pelaksanaan di Pusat dan Daerah. Pada tingkat pusat dibentuk Satgas RPIJM/Randal yang terdiri dari pejabat yang mewakili Direktorat Bina Program, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Tata Bangunan dan Lingkungan, Direktortat Pengembangan Air Minum, Direktorat Pengembangan PLP, dan Sekretariat Ditjen Cipta Karya. Dalam Direktorat Bina Program Cipta Karya juga terdapat Koordinator Wilayah (Korwil) yang terdiri dari Kasubdit Program dan Anggaran (Korwil Sumatera), Kasubdit Evaluasi Kinerja (Korwil Jawa), Kasubdit Kerjasama Luar Negeri (Korwil Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara), Kasubdit Data dan Informasi (Korwil Sulawesi), serta Kasubdit Kebijakan dan Strategi (Korwil Maluku dan Papua), sesuai dengan SK Dirjen Cipta Karya No. 25/KPTS/DC/2012. Pada tingkat provinsi, dibentuk satgas RPIJM yang berfungsi memfasilitasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam penyusunan RPIJM. Satgas Provinsi dapat dibentuk melalui SK Gubernur/Sekda. Adapun anggotanya terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan Satker-Satker Cipta Karya Provinsi. Sementara di tingkat kabupaten/kota, dibentuk satgas RPIJM Kabupaten/Kota yang bertugas menyusun RPIJM. Satgas dibentuk dengan SK Bupati/Walikota dengan anggota terdiri dari unsur Bappeda, Dinas PU/CK/Permukiman, BPLHD, Dispenda, SKPD terkait pembangunan Cipta Karya, dan PDAM. Adapun keterkaitan organisasi dalam penyusun RPIJM tercermin pada gambar 2.1.

13

Page 34: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sumber : Dit. Bina Program, DJCK 2012 Gambar 2.1 Keterkaitan Organisasi Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota

2.1.2 Tugas dan Tanggung Jawab Satgas Randal Pusat, Satgas RPIJM Provinsi

dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota Setiap tingkatan Satgas RPIJM/Randal mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing yang diatur dalam SK Dirjen Cipta Karya No. 25/KPTS/DC/2012. Berdasarkan SK tersebut, Satgas Randal Pusat bersama Korwil berperan sebagai Pembina dengan melakukan fungsi pengaturan, pembinaan dan pengawasan dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota. Satgas Randal Pusat memiliki tugas dan tanggung jawabnya yaitu:

1. Tim Pengarah

a. Menentukan arah kebijakan pelaksanaan pendampingan dan fasilitasi dalam perencanaan program pengendalian pelaksanaan program di Bidang Cipta Karya; dan

b. Memberikan dukungan dalam perencanaan program Bidang Cipta Karya antara Kabupaten/Kota, Provinsi, serta mitra kerjasama lainnya baik di dalam dan di luar Kementerian PU.

14

Page 35: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2. Kepala Satuan Tugas a. Melaksanakan rencana program pendampingan perencanaan dan pengendalian

program Bidang Cipta Karya; b. Melaksanakan pembinaan kepada daerah terkait perencanaan program Bidang

Cipta Karya; c. Melaksanakan pembinaan kepada daerah terkait pengendalian dan pelaksanaan

program Bidang Cipta Karya;dan d. Melakukan peningkatan kelembagaan dan kemampuan sumber daya manusia

Randal Provinsi untuk meningkatkan dan memperkuat tugas perencanaan dan pengendalian program di Bidang Cipta Karya.

3. Koordinator Wilayah a. Melaksanakan rencana aksi fasilitasi dan pendampingan bagi Kabupaten/Kota

melalui Pemerintah Provinsi untuk meningkatkan kualitas perencanaan Program Bidang Cipta Karya;

b. Memantau pelaksanaan perencanaan dan pengendalian program Bidang Cipta Karya di daerah, khususnya sampai dengan tataran Provinsi, dan tidak tertutup kemungkinan bagi Kabupaten/Kota;

c. Memantau kualitas/kelayakan dan sinkronisasi muatan substansi dokumen perencanaan program Bidang Cipta Karya yaitu RPIJM, Memorandum Program, SPPIP, SSK, RISPAM, dan RTBL;

d. Mendampingi penyusunan pemuktahiran Pedoman Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah Kabupaten/Kota;

e. Bersama Pemerintah Provinsi menjaring dan mensinkronisasikan usulan program Bidang Cipta Karya tahun 2013 yang terpadu dengan berbagai sumber pendanaan dan berbasiskan pada RPIJM Kabupaten/Kota;

f. Penajaman dan sosialisasi kualitas muatan substansi RPIJM Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;

g. Bersama dengan Pemerintah Provinsi mendampingi Kabupaten/Kota dalam menyiapkan program Cipta Karya yang potensial dibiayai melalui alternatif sumber pembiayaan Cipta Karya seperti CSR, PHLN, dll;

h. Memonitoring dan mengevaluasi terhadap penyempurnaan/pemuktahiran dokumen – dokumen perencanaan program Bidang Cipta Karya yang telah disusun oleh Pemerintah Kabupaten/Kota;

i. Membina dan mendampingi Provinsi dalam mengevaluasi tahunan dari pelaksanaan program dan anggaran pembangunan bidang Cipta Karya; dan

j. Membina dan mendampingi Satuan Kerja Perencanaan dan Pengendalian Program Infrastruktur Permukiman di tingkat pusat.

15

Page 36: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

4. Sekretariat a. Melaksanakan tugas harian dan operasional dari Satuan Tugas Perencanaan

dan Pengendalian; b. Mengumpulkan data dan informasi terkait dengan perencanaan dan

pengendalian program Bidang Cipta Karya; c. Menyusun dan mengelola sistem knowledge management yang mampu memberi

wadah pembelajaran bagi seluruh stakeholder Randal; d. Memfasilitasi koordinasi antara Randal Pusat dengan Randal Provinsi serta

Pemerintah Kabupaten/Kota; e. Memfasilitasi dan membina Satuan Tugas Randal Provinsi untuk penyelesaian

permasalahan terkait proses pelaksanaan penyiapan perencanaan program dan pengendalian pelaksanaan program Cipta Karya;

f. Memfasilitasi pelaksanaan pendampingan perencanaan dan pengendalian Bidang Cipta Karya kepada Randal Provinsi dan termasuk kepada Pemerintah Kabupaten/Kota;

g. Memberi dukungan teknis, administrasi dan logistik pada Kepala Satuan Tugas dan Koordinator Wilayah;

h. Menyiapkan sumber data (kearsipan) dari pelaksanaan kegiatan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan program dari tahun yang sedang berjalan atau yang sudah terlaksana; dan

i. Memberi masukan dan evaluasi hasil dari pelaksanaan perencanaan dan pengendalian program bidang Cipta Karya kepada Kepala Satuan Kerja Randal Pusat dan Koordinator Wilayah.

Satgas RPIJM/Randal pada tingkat Provinsi memiliki peran dalam melakukan pendampingan penyusunan RPIJM yang dilakukan pemerintah kabupaten/kota di wilayahnya. Satgas ini terdiri dari 3 tim yaitu tim pengarah, tim pelaksana, dan tim sekretariat. Adapun tugas dari masing – masing tim tersebut yaitu: 1. Tim Pengarah

a. Memberikan arahan kebijakan untuk kegiatan Pendampingan Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang PU/Cipta Karya Daerah Kota/Kabupaten/Propinsi;

b. Memberikan dukungan dalam kaitan dengan hubungan dengan pimpinan instansi mitra kerjasama di dalam dan di Propinsi;

c. Memberikan dukungan dalam kaitan hubungan pada daerah Kota/Kabupaten,dan Propinsi; dan

d. Menetapkan kebijakan program dan anggaran APBN yang layak mendukung RPIJM Daerah Kota/Kabupaten dan Propinsi.

16

Page 37: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2. Tim Pelaksana a. Melaksanakan tugas pendampingan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten; b. Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia di

tingkat Kota dan Kabupaten, dengan pemberdayaan Satgas RPIJM di tingkat Kota dan Kabupaten;

c. Melaksanakan tugas evaluasi atas usulan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten yang akan dihasilkan dari proses pendampingan ini;

d. Melaksanakan evaluasi guna perbaikan dan penyempurnaan terus menerus pendampingan RPIJM Daerah Kota/Kabupaten.

3. Tim Sekretariat a. Melaksanakan tugas untuk memberi dukungan teknis, administrasi, dan logistik

pada Tim Pengarah dan Tim Pelaksana; b. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen untuk pengendalian dan

evaluasi pelaksanaan RPIJM Kota/Kabupaten; dan c. Melaksanakan tugas lain yang diinstruksikan oleh Tim Pengarah dan Pelaksana.

Peran Satgas RPIJM/Randal Kabupaten/Kota pada dasarnya adalah sebagai perumus dokumen RPIJM. Pembentukan Satgas Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota ini ditetapkan oleh Keputusan Bupati/Walikota. Sebagaimana halnya Satgas provinsi, Satgas tingkat Kabupaten/Kota terdiri dari 3 tim yang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, yaitu: 1. Pengarah

a. Memberikan arahan kebijakan kegiatan Pendampingan Penyusunan RPIJM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Daerah Kabupaten/Kota;

b. Memberikan dukungan dalam kaitan dengan hubungan dengan pimpinan instansi terkait mitra kerjasama; dan

c. Memberikan dukungan dalam kaitan hubungan pada Daerah Kabupaten/Kota.

2. Pelaksana a. Melaksanakan tugas pendampingan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota; b. Melaksanakan tugas pembangunan kelembagaan dan sumber daya manusia

tingkat Kabupaten/Kota; c. Menyusun RPIJM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya ; d. Melaksanakan tugas evaluasi atas usulan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota yang

akan dihasilkan dari proses pendampingan; e. Melaksanakan evaluasi guna perbaikan dan penyempurnaan secara terus

menerus Pendampingan RPIJM Kabupaten/Kota.

17

Page 38: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

3. Sekretariat a. Memberi dukungan teknis administrasi, dan logistik pada Satgas Pengarah dan

Pelaksana; b. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen untuk pengendalian dan

evaluasi pelaksanaan RPIJM Daerah Kabupaten/Kota; dan c. Melaksanakan tugas lain yang ditugaskan oleh pengarah dan pelaksana.

Gambar 2.2 Contoh SK Bupati/Walikota Pembentukan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota

18

Page 39: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Dalam dokumen RPIJM yang disusun oleh pemerintah kabupaten/kota harus dilampirkan SK Bupati/Walikota yang menjadi dasar pembentukan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota. Adapun contoh dari SK tersebut adalah seperti gambar 2.2.

2.2 Langkah Penyusunan RPIJM Dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota harus mengacu pada dokumen perencanaan spasial yang dituangkan dalam RTRW serta perencanaan pembangunan yang dijabarkan dalam RPJMD. Di samping itu, RPIJM juga mengacu pada dokumen perencanaan teknis bidang Cipta Karya seperti dokumen RPKPP, RI-SPAM, SSK, RTBL, dan dokumen Strategi yang lain yang terkait dengan pengembangan wilayah. Keseluruhan rencana teknis ini, terintegrasi dan tersinkronisasi dalam Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP). SPPIP ini memberikan arahan strategi makro pembangunan infrastruktur permukiman, sedangkan RPIJM merupakan penjabaran program dari strategi tersebut. Setelah memahami arahan yang ada dalam dokumen kebijakan dan rencana, dilakukan analisis teknis untuk menghasilkan rencana program dan investasi di setiap sektor. Proses analisis teknis ini diawali identifikasi isu strategis yang dapat berpengaruh terhadap penyediaan infrastruktur permukiman, kondisi eksisting infrastruktur permukiman, permasalahan yang menghambat, serta tantangan ke depan. Setelah itu, dilakukan analisis kebutuhan infrastruktur permukiman disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lokal. Dari analisis tersebut akan muncul program-program pembangunan sektoral yang perlu dilakukan di kabupaten/kota tersebut. Apabila readiness criteria sudah terpenuhi, maka program-program sektoral yang telah teridentifikasi tersebut dapat dikembangkan menjadi usulan program dan kegiatan dalam bentuk rencana program dan investasi sektoral. Selain melihat rencana investasi dari masing-masing sektor dalam penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota diperlukan suatu analisis terhadap keuangan daerah, kelembagaan serta perlindungan terhadap lingkungan dan sosial. Analisis keuangan daerah dimaksudkan untuk melihat kapasitas keuangan daerah dan sumber-sumber pendanaan keuangan daerah dalam investasi pembangunan jangka menengah. Sedangkan aspek kelembagaan menganalisis keorganisasian, tata laksana, dan sumber daya manusia dalam implementasi RPIJM, dan analisis perlindungan lingkungan dan sosial dimaksudkan untuk melindungi lingkungan dan sosial seperti diperlukannya KLHS, AMDAL, atau konsultasi masyarakat.

19

Page 40: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Adapun langkah-langkah penyusunan dokumen RPIJM Kabupaten/Kota terlihat pada Gambar 2.3.

Sumber: Subdit Jakstra DJCK

Gambar 2.3 Langkah Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota Bidang Cipta Karya

Koordinator Wilayah (Korwil)

Satker Perencanaan

dan Pengendalian

1 Review Outline Dokumen RPIJM Semua aspek sesuai dengan Buku Pedoman Penyusunan RPIJM

1 minggu

2 Check Terhadap Buku Pedoman RPIJM T

Draft Outline Dokumen RPIJM

Y3 Review Strategi/Skenario

Pengembangan WilayahSesuai dengan RTRW Nasional, Provinsi dan Kab/Kota

1 minggu

4 Review Strategi/Skenario Pengembangan Sektor/Bidang PU-CK

Sesuai dengan dokumen Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP)

1 minggu

5 Check Terhadap Dokumen SPPIP

T

Draft Strategi/Skenario Pengembangan Wilayah dan Sektor Bidang PU-

CKY

6 Review Rencana Program Investasi Pengembangan Permukiman

Sesuai dengan dokumen Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

2 minggu

7 Check Terhadap Dokumen RPKPP

T

Draft Rencana Program Investasi berdasarkan

dokumen SPPIPY

8 Review Rencana Program Investasi Penataan Bangunan dan Lingkungan

Sesuai dengan dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

2 minggu

9 Check Terhadap Dokumen RTBL

T

Draft Rencana Program Investasi berdasarkan

dokumen RTBLY

10 Review Rencana Program Investasi Penyehatan Lingkungan Permukiman

Sesuai dengan dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK) dan Masterplan Drainase

2 minggu

11 Check Terhadap Dokumen SSK dan Masterplan Drainase

T

Draft Rencana Program Investasi berdasarkan

dokumen SSK dan Masterplan Drainase

Y12 Review Rencana Program

Investasi Sistem Penyediaan Air Minum

Sesuai dengan Rencana Induk Sistem (RIS) Air Minum

2 minggu

13 Check Terhadap RIS Air MinumT

Draft Rencana Program Investasi berdasarkan

dokumen RIS Air MinumY

14 Review Aspek Sosial dan Lingkungan

Sesuai dengan dokumen Amdal Daerah

2 minggu

16 Check Terhadap Dokumen Perencanaan yang ada

T

Draft Rencana Aspek Sosial dan Lingkungan

Y17 Review Penetapan Prioritas

Program Investasi3 minggu

18 Review Memorandum Program Draft Memorandum Program

19 Sinkronisasi, Optimasi dan Skala Prioritas

TY

20 Review Aspek Legalisasi 4 minggu Dokumen RPIJM Kab/Kota berdasarkan

review tahunan

Persyaratan/ Kelengkapan Waktu Output Ket.

O U J U / O G C

No Aktivitas Satgas RPIJM Kab/Kota

Satgas RPIJM Provinsi

Satgas RPIJM Pusat

Bagian Hukum

(Setditjen CK)

Direktorat Pengembangan

Permukiman

Direktorat Penataan Bangunan

dan Lingkungan

Direktorat Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman

Direktorat Pengembangan

Air Minum

Direktorat Bina Program

20

Page 41: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pada dasarnya RPIJM dirumuskan oleh Satgas tingkat Kabupaten/Kota, untuk kemudian direview oleh Satgas tingkat provinsi dan pusat. Adapun, skema koordinasi dalam RPIJM dapat terlihat pada gambar dibawah ini.

`

Sumber : Dit. Bina Program, DJCK Gambar 2.4 Skema Penyusunan RPIJM Kabupaten/Kota

Adapun alur kegiatan penyusunan RPIJM yang dilakukan pada setiap tingkatan Satgas adalah sebagai berikut: 1. Penyusunan Draft I RPIJM (tingkat Satgas Kabupaten/Kota)

Penyusunan RPIJM di tingkat Kabupaten/Kota dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kondisi lokal, termasuk mempertimbangkan aspirasi masyarakat. Oleh karena itu, dalam perumusan Draft I RPIJM ini perlu mengundang tokoh masyarakat setempat, dunia usaha dan organisasi berbasis komunitas.

2. Penyusunan Draft II RPIJM (tingkat Satgas Provinsi) Di tingkat provinsi, satgas provinsi akan melakukan penilaian kelengkapan dokumen RPIJM dan memberikan masukan terutama terkait dengan keterpaduan infrastruktur permukiman berskala regional. Pembahasan Draft II ini perlu mengikutsertakan unsur akademisi, asosiasi profesi, dan pemerintah kabupaten/ kota yang berbatasan.

3. Penyusunan Draft Final RPIJM (tingkat Satgas Pusat) Satgas pusat melakukan penilaian kelayakan terhadap draft yang disusun pemerintah kabupaten/kota. Setelah melakukan review, maka akan dilakukan pembahasan yang melibatkan direktorat sektor di lingkungan Ditjen Cipta Karya

Penyusunan

Dokumen RPIJM

Berdasarkan

Kebutuhan dan

Kondisi Lokal

Penilaian

Kelengkapan

Dokumen RPIJM +

Masukan dari

Provinsi

Penilaian Dokumen RPIJM Hasil Review Provinsi + Masukan

Program Sektor (Nasional)

Masukan Sektoral: Bangkim PBL Air Minum PLP

SATGAS PROVINSI

SATGAS KAB/KOTA

SATGAS PUSAT

Garis Koordinasi, Masukan dan Perbaikan

21

Page 42: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

untuk memadukan program dan investasi dalam RPIJM dengan upaya pencapaian sasaran nasional.

4. Penyusunan RPIJM (tingkat Satgas Kabupaten/Kota) Setelah direvisi, maka Satgas Kabupaten/Kota melakukan finalisasi dan legalisasi dokumen RPIJM setelah mendapat persetujuan Bupati/Walikota.

2.3 Penilaian Kelayakan RPIJM Kelayakan suatu dokumen RPIJM perlu dinilai untuk meningkatkan kualitas substansi dokumen RPIJM kabupaten/kota. Penilaian kelayakan tersebut menggunakan metode skoring, dimana masing – masing kriteria kelayakan telah ditetapkan bobot/nilainya. Indikator Penilaian Dokumen RPIJM dinilai dari beberapa kriteria yaitu: 1. Kelengkapan Dokumen

Penilaian kelengkapan dokumen dilihat dari legalisasi dokumen RPIJM oleh Bupati/Walikota, dan outline dokumen yang sesuai dengan buku pedoman penyusunan RPIJM.

2. Keterpaduan Strategi Pengembangan Kota dan Kawasan Penilaian terhadap kelayakan rencana dilihat dari keterpaduan strategi yang tertuang pada dokumen pendukung RPIJM seperti RTRW, RPJMD, KSPD, SPPIP serta dokumen sektoral lainnya.

3. Kelayakan Program Penilaian terhadap kelayakan program dalam rencana program investasi sektor pengembangan permukiman, rencana program investasi sektor PBL, rencana program investasi sektor PLP, rencana program investasi sektor SPAM.

4. Kelayakan Lingkungan dan Sosial Penilaian terkait aspek perlindungan sosial dan lingkungan dalam pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya.

5. Kelayakan Pendanaan Penilaian kelayakan dan kesesuaian anggaran untuk program / kegiatan RPIJM serta pemanfaatan multi sumber pendanaan.

6. Kelayakan Kelembagaan Penilaian kelayakan kelembagaan dilihat dari kesiapan kelembagaan untuk menyusun dan mengelola implementasi RPIJM di daerah.

7. Matriks Program Penilaian kelayakan kegiatan dilihat dari penetapan prioritas program dan matriks program yang tertuang dalam RPIJM.

Adapun indikator penilaian kelayakan dokumen RPIJM Kabupaten/Kota beserta nilai maksimal dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut ini.

22

Page 43: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 2.1 Indikator Penilaian RPIJM

KRITERIA No INDIKATOR PENILAIAN Nilai Max

KELENGKAPAN DOKUMEN (13)

A LEGALISASI 1 Persetujuan Bupati/Walikota 2.00

2 Persetujuan dari Kadis PU Provinsi 2.00

B OUTLINE DOKUMEN

1 Pendahuluan 1.00

2 Profil Kabupaten/Kota 1.00

3 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kab./Kota 1.00

4 Aspek Teknis Per Sektor (AM, PLP, Bangkim, PBL) 1.00

5 Perlindungan Lingkungan dan Sosial 1.00

6 Aspek Pembiayaan 1.00

7 Aspek Kelembagaan 1.00

8 Matriks Rencana Program dan Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya

2.00

KELAYAKAN RENCANA (14)

C

KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KOTA DAN KAWASAN

1 Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota 2.00

2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2.00

3 Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) 2.00

4 Rencana Induk Sistem PAM Kabupaten/Kota (RISPAM) 2.00

5 Strategi Sanitasi Kota (SSK) 2.00

6 Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaaan (SPPIP) Kabupaten/Kota

2.00

7 Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP)

2.00

KELAYAKAN PROGRAM (42)

D

RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

1.00

2 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman 2.00

3 Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor Pengembangan Permukiman

2.00

4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan 2.00

E

RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR PBL

1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

1.00

2 Analisis Kebutuhan Sektor PBL 2.00

3 Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

2.00

4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan 2.00

23

Page 44: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

KRITERIA No INDIKATOR PENILAIAN Nilai Max

F

RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR PLP

1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan (Air Limbah, Persampahan, Drainase) 3.00

2 Analisis Kebutuhan Sektor Pengembangan PLP (Air Limbah, Persampahan, Drainase)

6.00

3 Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor Pengembangan PLP (Air Limbah, Persampahan, Drainase)

6.00

4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan Sektor Pengembangan PLP (Air Limbah, Persampahan, Drainase) 6.00

G

RENCANA PROGRAM INVESTASI SEKTOR SPAM

1 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan

1.00

2 Analisis Kebutuhan Sektor Sistem Penyediaan Air Minum 2.00

3 Kesiapan Daerah terhadap Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Sektor Sistem Penyediaan Air Minum

2.00

4 Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan 2.00 KELAYAKAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL (6)

H PERLINDUNGAN LINGKUNGAN DAN SOSIAL

1 Analisis Perlindungan Lingkungan (KLHS, Amdal, UKL-UPL dan SPPLH) 3.00

2 Analisis Perlindungan Sosial 3.00

KELAYAKAN PENDANAAN (10)

I ASPEK PEMBIAYAAN

1 Profil Perkembangan APBD Kabupaten/Kota 2.00

2 Profil Perkembangan Investasi Bidang Cipta Karya (APBN, APBD Prov, APBD Kab./Kota, Swasta, Masyarakat)

2.00

3 Proyeksi Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya 3.00

4 Strategi peningkatan Investasi bidang Cipta Karya 3.00

KELAYAKAN KELEMBAGAAN (9)

J ASPEK KELEMBAGAAN

1 Kondisi Eksisting (organisasi, tata-laksana, dan SDM) 3.00

2 Analisis Permasalahan (organisasi, tata-laksana, dan SDM) 3.00

3 Rencana Pengembangan Kelembagaan 3.00

MATRIKS PROGRAM (6)

L

MATRIKS RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR

1 Durasi Perencanaan Jangka Menengah 5 tahun 2.00

2 Pengelompokkan Usulan Kegiatan Beserta Outputnya Sesuai Renstra DJCK

2.00

3 Telah memuat informasi sumber pembiayaan yang berasal dari APBN, APBD, Masyarakat dan Swasta 2.00

Setelah dilakukan penilaian terhadap kelayakan dokumen RPIJM berdasarkan langkah-langkah diatas, maka didapatkan hasil penilaian dokumen RPIJM berupa jumlah nilai yang dihitung berdasarkan skoring dari masing – masing indikator

24

Page 45: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

penilaian. Dari hasil penilaian tersebut dapat diketahui kualitas suatu dokumen RPIJM. Kualitas suatu dokumen RPIJM dapat dilihat berdasarkan status hasil penilaiannya, dimana dokumen RPIJM yang memiliki nilai 0 – 50 revisi besar, 51 – 80 revisi kecil, dan 81 – 100 revisi penyempurnaan.

Dalam melakukan revisi dokumen RPIJM Kabupaten/Kota yang dilakukan oleh RPIJM Kabupaten/kota, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satgas RPIJM Pusat terdapat Standar Operasional Prosedur (SOP) dalam melakukan review/revisi dokumen RPIJM Bidang Cipta Karya. Pembagaian tugas Satgas RPIJM Kabupaten/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi serta Satgas RPIJM pusat dalam proses review/revisi dokumen RPIJM Kabupaten/Kota yaitu: 1. Penyusunan Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota dilakukan oleh Satgas RPIJM

Kab/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi;

2. Pembahasan Progress Dokumen RPIJM Kabupaten/Kota dilakukan oleh Satgas RPIJM Kab/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi, Satgas RPIJM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Korwil dan Satker Perencanaan dan Pengendalian, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, dan Direktorat Pengembangan Air Minum. Pembahasan progress dokumen RPIJM Kab/Kota ini dilakukan secara berkala;

3. Finalisasi Dokumen RPIJM Kab/Kota dilakukan oleh Satgas RPIJM Kab/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi;

4. Evaluasi Penilaian Dokumen RPIJM Kab/Kota dilakukan oleh Satgas RPIJM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Korwil dan Satker Perencanaan dan Pengendalian, Dorektorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, dan Direktorat Pengembangan Air Minum; dan

5. Revisi Final Dokumen RPIJM Kab/Kota yang dilakukan oleh Satgas RPIJM Kab/Kota, Satgas RPIJM Provinsi, dan Satker Perencanaan dan Pengendalian Provinsi.

Dalam kegiatan penilaian dokumen RPIJM peran Satgas Provinsi yaitu: • Memberikan masukan dan arahan pada kegiatan mereview outline dokumen

RPIJM terhadap buku pedoman RPIJM dimana semua aspek sesuai dengan buku pedoman penyusunan;

• Review strategi / skenario pengembangan wilayah dengan melihat dokumen SPPIP;

25

Page 46: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• Mengkaji dokumen SPPIP dan RPKPP serta mengkaji rencana program investasi pengembangan permukiman;

• Mengkaji dokumen RTBL dengan melihat kesesuaian rencana program investasi penataan bangunan dan lingkungan yang ada pada dokumen RPIJM Kab/Kota;

• Mengkaji dokumen SSK dan Masterplan Drainase lalu mereview rencana program investasi penyehatan lingkungan permukiman;

• Mengkaji RI-SPAM lalu mereview rencana program investasi sistem penyediaan air minum;

• Mengkaji dokumen perencanaan yang ada untuk mereview aspek sosial dan lingkungan;

• Melakukan sinkronisasi, optimalisasi dan skala prioritas untuk mereview terhadap penetapan prioritas program investasi; serta

• Berkoordinasi dengan Satgas RPIJM Pusat dan Satgas RPIJM Kabupaten/Kota untuk aspek legalisasi.

Untuk Satgas RPIJM Pusat yaitu Direktorat Bina Program yang terdiri dari Koordinasi Wilayah (Korwil), Satker Perencanaan dan Pengendalian, Direktorat Pengembangan Permukiman, Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Pengembangan Air Minum, dan Setditjen CK, kegiatan yang dilakukan dalam review RPIJM adalah: • Mengkaji strategi pengembangan Bidang Cipta Karya untuk memberikan masukan

terhadap review strategi/ skenario pengembangan wilayah terhadap kesesuaian dengan RTRW Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota dengan dokumen strategi pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan (SPPIP);

• Satker Perencanaan dan Pengendalian berkoordinasi dengan Direktorat Pengembangan Permukiman pada kegiatan review terhadap rencana program investasi pengembangan permukiman terhadap kesesuaian dengan dokumen rencana pembangunan kawasan permukiman prioritas (RPKPP);

• Satker Perencanaan dan Pengendaliaan berkoordinasi dengan Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk mengecek dokumen RTBL dan mereview rencana program investasi penataan bangunan dan lingkungan terhadap kesesuaian dengan dokumen RTBL;

• Satker Perencanaan dan Pengendalian berkoordinasi dengan Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman untuk mengecek kesesuaian dokumen SSK dan Masterplan Drainase dan mereview rencana program investasi penyehatan lingkungan permukiman;

26

Page 47: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• Satker Perencanaan dan Pengendaliaan berkoordinasi dengan Direktorat Pengembangan Air Minum untuk mengecek kesesuaian terhadap RI-SPAM dan mereview Rencana Program Investasi Air Minum;

• Satker Perencanaan dan Pengendalian dan semua komponen yang termasuk dalam Satgas RPIJM Pusat berkoordinasi dengan Satgas Provinsi dalam kegiatan sinkronisasi, optimalisasi dan skala prioritas untuk penetapan prioritas program investasi; dan

• Direktorat Bina Program yang terdiri dari Koordinator Wilayah dan Satker Perencanaan dan Pengendalian beserta Bagian Hukum (Setditjen CK) berkoordinasi dengan Satgas Provinsi dalam aspek legalisasi RPIJM.

27

Page 48: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

28

Page 49: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB III PROFIL KABUPATEN/KOTA

Profil Kabupaten/Kota menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek. Dari profil Kabupaten/Kota tersebut diharapkan dapat tercermin kondisi daerah terkait dengan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Profil Kabupaten/Kota terdiri dari gambaran kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi, gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi, gambaran mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran mengenai kondisi sosial dan ekonomi. 3.1 Gambaran Geografis dan Administratif Wilayah Gambaran geografis yaitu menjabarkan posisi geografis daerah yang ditandai dengan koordinat wilayah kabupaten/kota. Sedangkan, gambaran mengenai administrasi wilayah menjabarkan luas wilayah kabupaten/kota, batas-batas wilayah kabupaten/ kota, jumlah kecamatan dan kelurahan, serta peta wilayah Kabupaten/Kota dengan skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota). 3.2 Gambaran Demografi Gambaran demografi wilayah kabupaten/kota berisikan penjelasan dan tabel mengenai kependudukan yang terdiri dari jumlah penduduk secara keseluruhan, jumlah penduduk menurut jenis kelamin, jumlah penduduk miskin, laju pertumbuhan penduduk, dan persebaran penduduk. 3.3 Gambaran Topografi

Gambaran topografi menjabarkan mengenai kondisi ketinggian dan kontur wilayah kabupaten/kota. Selain berisikan penjelasan, juga didukung oleh peta ketinggian dan kontur wilayah dengan skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota). 3.4 Gambaran Geohidrologi Gambaran mengenai geohidrologi menjabarkan penggunaan air tanah, dan wilayah DAS secara deskriptif dengan didukung oleh peta-peta seperti wilayah sungai/DAS dengan skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota).

29

Page 50: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

3.5 Gambaran Geologi Gambaran geologi menjabarkan jenis tanah serta penjelasan mengenai daerah rawan bencana yang ada di wilayah kabupaten/kota. Pada gambaran geologi tidak hanya dijelaskan secara deskriptif tetapi juga didukung oleh peta jenis tanah, dan peta rawan bencana dengan skala peta 1:50.000 (Kabupaten) dan 1:25.000 (Kota). 3.6 Gambaran Klimatologi Gambaran klimatologi menjabarkan mengenai iklim wilayah Kabupaten/Kota, curah hujan, temperatur serta peta rawan air, baik dalam bentuk narasi dan tabel. 3.7 Kondisi Sosial Dan Ekonomi Menjabarkan kondisi-kondisi sosial yang menonjol seperti adat istiadat masyarakat Kabupaten/Kota sedangkan gambaran ekonomi menjabarkan data dan informasi kondisi ekonomi daerah. Kondisi perekonomian daerah mencakup kondisi perkembangan PDRB, laju tingkat investasi (ICOR), laju inflasi daerah, dan potensi ekonomi (pertanian, pertambangan, industri, perdagangan dan jasa, pariwisata).

30

Page 51: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB IV KETERPADUAN STRATEGI PENGEMBANGAN KABUPATEN/KOTA

4.1 Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan bahwa pemerintah kabupaten/kota berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang meliputi perencanaan tata ruang wilayah kabupaten/kota, pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota, dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten/kota. Sebagai acuan dalam penataan ruang, pemerintah kabupaten/kota menyusun RTRW Kabupaten/Kota untuk mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah kabupaten/kota maupun dengan wilayah sekitarnya.

RTRW Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai: a. acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

(RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD); b. acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah kabupaten/kota; c. acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah

kabupaten/kota; d. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten/kota yang dilakukan pemerintah,

masyarakat, dan swasta; e. pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang; f. dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah

kota yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan

g. acuan dalam administrasi pertanahan. RTRW Kabupaten/Kota merupakan acuan spasial dalam pembangunan kabupaten/ kota. RPIJM sesuai kedudukannya perlu mengacu pada RTRW yang telah disusun pemerintah kabupaten/kota. Dalam hal ini RPIJM perlu mengutip intisari dari muatan RTRW yang meliputi: • tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah; • rencana struktur ruang (sistem jaringan prasarana bidang Cipta Karya); • rencana pola ruang wilayah; dan • penetapan kawasan strategis kabupaten/kota.

31

Page 52: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

4.2 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif. Penyusunan RPIJM tentu perlu mengacu pada rencana pembangunan daerah yang tertuang dalam RPJMD agar pembangunan sektor Cipta Karya dapat terpadu dengan pembangunan bidang lainnya. Oleh karena itu, ringkasan dari RPJMD perlu dikutip dalam RPIJM seperti visi, misi serta arahan kebijakan bidang Cipta Karya di daerah.

4.3 Arahan Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD) Kebijakan dan Strategi Perkotaan Daerah (KSPD) adalah dokumen perencanaan perkotaan jangka panjang di tingkat kabupaten/kota yang digunakan sebagai acuan bagi pengelolaan perkotaan. KSPD ini merupakan penjabaran dari Kebijakan dan Strategi Perkotaan Nasional (KSPN) dan memiliki fungsi sebagai: a. Memberikan acuan bagi pembangunan kota dan kawasan perkotaan; b. Mengatur fungsi kota dan penataan ruang kota untuk pembangunan berkelanjutan; c. Menjadi dasar dalam sinkronisasi regulasi dan kebijakan terkait pembangunan

perkotaan; dan d. Menjadi instrumen perencanaan yang menjadi acuan SKPD terkait dalam

pelaksanaan program dan kegiatan terkait pembangunan perkotaan. Kebijakan dan strategi pengembangan kota yang telah dirumuskan dalam KSPD perlu dikutip dan dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM sehingga infrastruktur permukiman dapat bersinergi untuk menunjang pertumbuhan kota. 4.4 Arahan Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RI-SPAM) Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20 tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan

32

Page 53: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya. RI-SPAM dapat berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas kabupaten/kota/provinsi. Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

Di dalam RI-SPAM, hal yang perlu dikutip pada bagian ini untuk dijadikan arahan pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan SPAM adalah bagian Rencana Pengembangan SPAM yang terdiri dari: a. Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah; b. Rencana Sistem Pelayanan; c. Rencana Pengembangan SPAM; dan d. Rencana Penurunan Kebocoran Air Minum.

4.5 Arahan Strategi Sanitasi Kota (SSK) Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi suatu Kota/Kabupaten, yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota didukung fasilitasi dari pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota berpedoman pada prinsip: a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi); b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan); c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’. SSK dijadikan acuan dalam penyusunan RPIJM terutama untuk sektor Penyehatan Lingkungan dan Permukiman. Dalam SSK beberapa hal yang perlu dikutip pada bagian ini adalah: a. Kerangka kerja pembangunan sanitasi yang meliputi: Visi dan Misi b. Tujuan, Sasaran dan Strategi Sektor Sanitasi, yang meliputi:

- Sub Sektor Air Limbah Domestik; - Sub Sektor Persampahan; - Sub Sektor Drainase Lingkungan; dan - Aspek Higiene/Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

33

Page 54: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

4.6 Arahan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi: a. Program Bangunan dan Lingkungan; b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan; c. Rencana Investasi; d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan. RTBL dapat berupa rencana aksi/kegiatan komunitas, rencana penataan lingkungan, atau panduan rancang kota. Muatan RTBL yang perlu dikutip dan diacu dalam RPIJM yaitu Konsep Dasar Perancangan Tata Bangunan dan Lingkungan yang meliputi: a. Visi Pembangunan; b. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan; c. Konsep Komponen Perancangan Kawasan; dan d. Blok-blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganannya. 4.7 Arahan Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaaan

(SPPIP) Kabupaten/Kota Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan merupakan suatu dokumen strategi operasional dalam pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan yang sinergi dengan arah pengembangan kota, sehingga dapat menjadi acuan yang jelas bagi penerapan program-program pembangunan infrastruktur Cipta Karya. SPPIP memuat arahan kebijakan dan strategi pembangunan infrastruktur permukiman makro pada skala kabupaten/kota yang berbasis pada rencana tata ruang (RTRW) dan rencana pembangunan (RPJMD). SPPIP memiliki beberapa fungsi, yaitu: a. sebagai acuan bagi implementasi program-program pembangunan permukiman

dan infrastruktur perkotaan, sehingga dapat terintegrasi dengan program-program pembangunan lainnya yang telah ada;

b. Sebagai dokumen induk dari semua dokumen perencanaan program sektoral bidang Cipta Karya di daerah;

34

Page 55: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

c. Sebagai salah satu acuan bagi penyusunan RPIJM; d. Sebagai sarana untuk integrasi semua kebijakan dan strategi pembangunan

permukiman dan infrastruktur perkotaan yang tertuang di berbagai dokumen; dan e. Sebagai dokumen acuan bagi penyusunan kebijakan yang terkait dengan

pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan. Dalam SPPIP, yang perlu dikutip dan dijadikan acuan penyusunan RPIJM adalah: a. Visi dan Misi bidang Permukiman dan Infrastruktur; b. Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Kabupaten/Kota; dan c. Penetapan kawasan permukiman prioritas. 4.8 Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Dari SPPIP yang telah disusun kemudian diturunkan ke dalam suatu rencana operasional berupa Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP), dimana keduanya tetap mengacu pada strategi pengembangan kota yang sudah ada. RPKPP merupakan rencana aksi program strategis untuk penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada kawasan prioritas di perkotaan. Dalam konteks pengembangan kota, RPKPP merupakan rencana terpadu bidang permukiman dan infrastuktur bidang Cipta Karya pada lingkup wilayah perencanaan berupa kawasan dengan kedalaman rencana teknis yang dituangkan dalam peta 1:5000 atau 1:1000. RPKPP disamping berfungsi sebagai alat operasionalisasi dalam penanganan kawasan permukiman prioritas juga berfungsi sebagai masukan dalam penyusunan RPIJM. Oleh karena itu, dalam hal ini RPIJM perlu mengutip matriks rencana aksi program serta peta pengembangan kawasan dalam RPKPP yang didetailkan pada program tahunan. 4.9 Integrasi Strategi Pembangunan Kabupaten/Kota dan Sektor 4.9.1 Strategi Pembangunan Kabupaten / Kota Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala kabupaten/kota yang meliputi: a. RTRW Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan spasial; b. RPJMD Kabupaten/Kota sebagai acuan arahan pembangunan; c. KSPD sebagai acuan arahan pembangunan multi-sektor; d. SPPIP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman; e. RI-SPAM sebagai arahan pengembangan air minum; dan f. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi.

35

Page 56: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Isi dari dokumen rencana tersebut dirangkum dalam tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Matriks Strategi Pembangunan Kabupaten Kota Dokumen Rencana

Kabupaten/Kota Visi Misi Kebijakan Strategi

RTRW RPJMD KSPD SPPIP RI-SPAM SSK

4.9.2 Strategi Pembangunan Kawasan Beberapa dokumen perencanaan seperti RTBL dan RPKPP memiliki lingkup yang lebih kecil, yaitu berskala kawasan. Dokumen tersebut disusun untuk memberikan arahan pembangunan lingkungan permukiman di suatu kawasan prioritas. Oleh sebab itu, perlu dianalisis keterpaduan dokumen perencanaan kawasan yang ada di kabupaten/kota berdasarkan fungsi kawasan dan arahan pengembangan termasuk Kawasan Strategis Kabupaten yang diidentifikasi dalam RTRW. Keterpaduan tersebut dijabarkan dalam tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Matriks Strategi Pembangunan Kawasan Prioritas Dokumen Rencana Kawasan Fungsi Kawasan Arahan Pengembangan

KSK RTRW Kota/Kabupaten RTBL - RTBL kawasan .... - RTBL kawasan .... - dst RPKPP - RPKPP kawasan ... - RPKPP kawasan ... - dst

36

Page 57: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB V ASPEK TEKNIS PER SEKTOR

Bagian ini menjabarkan rencana pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya yang mencakup empat sektor yaitu pengembangan permukiman, penataan bangunan dan lingkungan, pengembangan air minum, serta pengembangan penyehatan lingkungan permukiman yang terdiri dari air limbah, persampahan, dan drainase. Penjabaran perencanaan teknis untuk tiap-tiap sektor dimulai dari pemetaan isu-isu strategis yang mempengaruhi, penjabaran kondisi eksisting sebagai baseline awal perencanaan, serta permasalahan dan tantangan yang harus diantisipasi. Tahapan berikutnya adalah analisis kebutuhan dan pengkajian terhadap program-program sektoral, dengan mempertimbangkan kriteria kesiapan pelaksanaan kegiatan. Kemudian dilanjutkan dengan merumuskan usulan program dan kegiatan yang dibutuhkan. 5.1 Pengembangan Permukiman Berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas permukiman kumuh, sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari pengembangan kawasan permukiman perdesaan, kawasan pusat pertumbuhan, serta desa tertinggal. 5.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Arahan Kebijakan Arahan kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain: 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

37

Page 58: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun. Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.

Terkait dengan tugas dan wewenang pemerintah dalam pengembangan permukiman maka UU No. 1/2011 mengamanatkan tugas dan wewenang sebagai berikut: A. Tugas 1. Pemerintah Pusat

a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan nasional tentang penyediaan Kasiba dan Lisiba.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan nasional penyediaan rumah dan pengembangan lingkungan hunian dan kawasan permukiman.

e. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat nasional.

2. Pemerintah Provinsi a. Merumuskan dan menetapkan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi di

bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional.

38

Page 59: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

b. Merumuskan dan menetapkan kebijakan penyediaan Kasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota.

c. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi di bidang perumahan dan kawasan permukiman.

d. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi pelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

e. Menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman lintas kabupaten/kota.

f. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

g. Memfasilitasi penyediaan perumahan dan kawasan permukiman bagi masyarakat, terutama bagi MBR.

h. Memfasilitasi pelaksanaan kebijakan dan strategi pada tingkat provinsi.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat

kabupaten/kota di bidang perumahan dan kawasan permukiman dengan berpedoman pada kebijakan dan strategi nasional dan provinsi.

b. Menyusun dan rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasi terhadap pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

d. Melaksanakan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Melaksanakan kebijakan dan strategi pada tingkat kabupaten/kota. f. Melaksanakan melaksanakan peraturan perundang-undangan serta kebijakan

dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

g. Melaksanakan peningkatan kualitas perumahan dan permukiman. h. Melaksanakan kebijakan dan strategi provinsi dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional. i. Melaksanakan pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman. j. Mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional dan provinsi di bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota. k. Menetapkan lokasi Kasiba dan Lisiba.

39

Page 60: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

B. Wewenang 1. Pemerintah Pusat

a. Menyusun dan menetapkan norma, standar, pedoman, dan criteria rumah, perumahan, permukiman, dan lingkungan hunian yang layak, sehat, dan aman.

b. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman. c. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman. d. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat nasional. e. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman. f. Mengevalusi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat nasional. g. Mengendalikan pelaksanaan kebijakan dan strategi di bidang perumahan dan

kawasan permukiman. h. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan

permukiman kumuh. i. Menetapkan kebijakan dan strategi nasional dalam penyelenggaraan

perumahan dan kawasan permukiman. j. Memfasilitasi pengelolaan prasarana, sarana, dan utilitas umum perumahan

dan kawasan permukiman.

2. Pemerintah Provinsi a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman

pada tingkat provinsi. b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundangundangan bidang

perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi. c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan

kawasan permukiman pada tingkat provinsi. d. Mengoordinasikan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan peraturan

perundang-undangan, kebijakan, strategi, serta program di bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

e. Mengevaluasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat provinsi.

f. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat provinsi.

g. Mengoordinasikan pencadangan atau penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR pada tingkat provinsi.

40

Page 61: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

h. Menetapkan kebijakan dan strategi daerah provinsi dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman berpedoman pada kebijakan nasional.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota

a. Menyusun dan menyediakan basis data perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

b. Menyusun dan menyempurnakan peraturan perundang-undangan bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

c. Memberdayakan pemangku kepentingan dalam bidang perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan sinkronisasi dan sosialisasi peraturan perundang-undangan serta kebijakan dan strategi penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman pada tingkat kabupaten/kota.

e. Mencadangkan atau menyediakan tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman bagi MBR.

f. Menyediakan prasarana dan sarana pembangunan perumahan bagi MBR pada tingkat kabupaten/kota.

g. Memfasilitasi kerja sama pada tingkat kabupaten/kota antara pemerintah kabupaten/kota dan badan hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman.

h. Menetapkan lokasi perumahan dan permukiman sebagai perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

i. Memfasilitasi peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh pada tingkat kabupaten/kota.

Lingkup Kegiatan Mengacu pada Permen PU No. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Permukiman mempunyai tugas di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, pembinaan teknik dan pengawasan teknik, serta standardisasi teknis dibidang pengembangan permukiman. Adapun fungsi Direktorat Pengembangan Permukiman adalah: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan permukiman di

perkotaan dan perdesaan; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan kawasan

permukiman baru di perkotaan dan pengembangan kawasan perdesaan potensial; c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas

permukiman kumuh termasuk peremajaan kawasan dan pembangunan rumah susun sederhana;

41

Page 62: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi peningkatan kualitas permukiman di kawasan tertinggal, terpencil, daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang pengembangan permukiman;

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat. 5.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan a. Isu Strategis Pengembangan Permukiman Berbagai isu strategis nasional yang berpengaruh terhadap pengembangan permukiman saat ini adalah: • Mengimplementasikan konsepsi pembangunan berkelanjutan serta mitigasi dan

adaptasi terhadap perubahan iklim. • Percepatan pencapaian target MDGs 2020 yaitu penurunan proporsi rumahtangga

kumuh perkotaan. • Perlunya dukungan terhadap pelaksanaan Program-Program Directive Presiden

yang tertuang dalam MP3EI dan MP3KI. • Percepatan pembangunan di wilayah timur Indonesia (Provinsi NTT, Provinsi

Papua, dan Provinsi Papua Barat) untuk mengatasi kesenjangan. • Meminimalisir penyebab dan dampak bencana sekecil mungkin. • Meningkatnya urbanisasi yang berimplikasi terhadap proporsi penduduk perkotaan

yang bertambah, tingginya kemiskinan penduduk perkotaan, dan bertambahnya kawasan kumuh.

• Belum optimalnya pemanfaatan Infrastruktur Permukiman yang sudah dibangun. • Perlunya kerjasama lintas sektor untuk mendukung sinergitas dalam

pengembangan kawasan permukiman. • Belum optimalnya peran pemerintah daerah dalam mendukung pembangunan

permukiman. Ditopang oleh belum optimalnya kapasitas kelembagaan dan kualitas sumber daya manusia serta perangkat organisasi penyelenggara dalam memenuhi standar pelayanan minimal di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Isu-isu strategis di atas merupakan isu terkait pengembangan permukiman yang terangkum secara nasional. Namun, di masing-masing kabupaten/kota terdapat isu-isu yang bersifat lokal dan spesifik yang belum tentu dijumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran isu-isu strategis pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Penjabaran isu-isu strategis

42

Page 63: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

lokal ini dapat difokuskan untuk terkait pada bidang keciptakaryaan, seperti kawasan kumuh di perkotaan, dan mengenai kondisi infrastruktur di perdesaan. Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu-isu strategis di setiap kabupaten/kotanya. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan isu-isu strategis di dalam SPPIP ke dalam isian tabel 5.1.

Tabel 5.1 Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota/Kabupaten No. Isu Strategis Keterangan

b. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman Kondisi eksisting pengembangan permukiman hingga tahun 2012 pada tingkat nasional mencakup 180 dokumen SPPIP, 108 dokumen RPKPP, untuk di perkotaan meliputi 500 kawasan kumuh di perkotaan yang tertangani, 385 unit RSH yang terbangun, 158 TB unit Rusunawa terbangun. Sedangkan di perdesaan adalah 416 kawasan perdesaan potensial yang terbangun infrastrukturnya, 29 kawasan rawan bencana di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 108 kawasan perbatasan dan pulau kecil di perdesaan yang terbangun infrastrukturnya, 237 desa dengan komoditas unggulan yang tertangani infrastrukturnya, dan 15.362 desa tertinggal yang tertangani infrastrukturnya. Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian suatu kota/ kabupaten dalam menyediakan kawasan permukiman yang layak huni. Terlebih dahulu perlu diketahui peraturan perundangan di tingkat kabupaten/kota (meliputi peraturan daerah, peraturan gubernur, peraturan walikota/bupati, maupun peraturan lainya) yang mendukung seluruh tahapan proses perencanaan, pembangunan, dan pemanfaatan pembangunan permukiman.

Tabel 5.2 Peraturan Daerah/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati/ peraturan lainnya terkait Pengembangan Permukiman

NO.

PERDA/Peraturan Gubernur/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Keterangan

No. Peraturan Perihal Tahun

43

Page 64: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Selain itu data yang dibutuhkan untuk kondisi eksisting adalah mengenai kawasan kumuh, jumlah RSH terbangun, dan Rusunawa terbangun di perkotaan, maupun dukungan infrastruktur dalam program-program perdesaan seperti PISEW (RISE), PPIP, serta kawasan potensial, rawan bencana, perbatasan, dan pulau terpencil. Data yang dibutuhkan adalah data untuk kondisi eksisting lima tahun terakhir.

Perkotaan

Tabel 5.3 Data Kawasan Kumuh di Kabupaten/Kota X Tahun Y

NO Lokasi Kawasan Kumuh

Luas Kawasan

Jumlah Rumah Permanen

Jumlah Rumah Semi Permanan

Jumlah Penduduk

1 2 3…

Tabel 5.4 Data Kondisi RSH di Kabupaten/Kota X

NO Lokasi RSH

Tahun Pembangunan Pengelola Jumlah

Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada

1 2 3…

Tabel 5.5 Data Kondisi Rusunawa di Kabupaten/Kota X

No Lokasi Rusunawa

Tahun Pembangunan

Terhuni / Tidak Pengelola Jumlah

Penghuni Kondisi Prasarana CK yang Ada

1 2 3…

Perdesaan

Tabel 5.6 Data Program Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y

No Program/Kegiatan Lokasi Satuan Status 1 2 3…

*Data yang dibutuhkan adalah data yang masih berlangsung hingga lima tahun ke belakang

Tabel 5.7 Data Kondisi Infrastruktur Perdesaan Di Kab./Kota X Tahun Y

No Infrastruktur Terbangun Lokasi Satuan Kondisi 1 2 3…

44

Page 65: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

c. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Permasalahan pengembangan permukiman diantaranya: 1. Masih luasnya kawasan kumuh sebagai permukiman tidak layak huni sehingga

dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, dan pelayanan infrastruktur yang masih terbatas.

2. Masih terbatasnya prasarana sarana dasar pada daerah tertinggal, pulau kecil, daerah terpencil, dan kawasan perbatasan.

3. Belum berkembangnya Kawasan Perdesaan Potensial.

Tantangan pengembangan permukiman diantaranya: 1. Percepatan peningkatan pelayanan kepada masyarakat 2. Pencapaian target/sasaran pembangunan dalam Rencana Strategis Ditjen Cipta

Karya sektor Pengembangan Permukiman. 3. Pencapaian target MDG’s 2015, termasuk didalamnya pencapaian Program-

Program Pro Rakyat (Direktif Presiden) 4. Perhatian pemerintah daerah terhadap pembangunan bidang Cipta Karya

khususnya kegiatan Pengembangan Permukiman yang masih rendah 5. Memberikan pemahaman kepada pemerintah daerah bahwa pembangunan

infrastruktur permukiman yang saat ini sudah menjadi tugas pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.

6. Penguatan Sinergi SPPIP/RPKPP dalam Penyusunan RPIJM Kab./Kota Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di atas adalah yang terangkum secara nasional. Namun sebagaimana isu strategis, di masing-masing kabupaten/kota terdapat permasalahan dan tantangan pengembangan yang bersifat lokal dan spesifik serta belum tentu djumpai di kabupaten/kota lain. Penjabaran permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang bersifat lokal perlu dijabarkan sebagai informasi awal dalam perencanaan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota yang bersangkutan serta merumuskan alternatif pemecahan dan rekomendasi dari permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman yang ada di wilayah Kabupaten/Kota bersangkutan. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan permasalahan dan tantangan di dalam SPPIP ke dalam isian tabel 5.8.

45

Page 66: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.8 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kabupaten/Kota X

No Aspek Pengembangan

Permukiman Permasalahan yang Dihadapi

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

1 Aspek Teknis 1)

2)

2 Aspek Kelembagaan 1)

2)

3 Aspek Pembiayaan 1)

2)

4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta

1) 2)

5 Aspek Lingkungan Permukiman

1) 2)

5.1.4 Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan bidang Cipta Karya khususnya sektor pengembangan permukiman baik di tingkat Pusat maupun di tingkat kabupaten/kota. Di tingkat Pusat acuan kebijakan meliputi RPJMN 2010-2014, MDGs 2015 (target tahun 2020 untuk pengurangan proporsi rumah tangga kumuh), Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk pengurangan luasan kawasan kumuh tahun 2014 sebesar 10%, arahan MP3EI dan MP3KI, percepatan pembangunan Papua dan Papua Barat, arahan Direktif Presiden untuk program pro-rakyat, serta Renstra Ditjen Cipta Karya 2010-2014. Sedangkan di tingkat kabupaten/kota meliputi target RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, maupun Renstra SKPD. Acuan kebijakan tersebut hendaknya menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman. Analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah pengembangan permukiman dapat diuraikan pada tabel berikut. Bagi kabupaten/kota yang telah menyusun SPPIP dapat mengadopsi rumusan analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah yang telah tertuang di dalam SPPIP untuk lima tahun pertama ke dalam isian tabel 5.9.

46

Page 67: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.9 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan Untuk 5 Tahun

No. URAIAN Unit Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V Ket. Lokasi

1. Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2 Proyeksi Persebaran

Penduduk Jiwa/Km2

Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin

Jiwa/Km2

2. Sasaran Penurunan Kawasan Kumuh

Ha

3. Kebutuhan Rusunawa TB 4. Kebutuhan RSH unit 5. Kebutuhan

Pengembangan Permukiman Baru

Kawasan

Tabel 5.10 Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perdesaan

yang Membutuhkan Penanganan Untuk 5 Tahun

No. URAIAN Unit Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V Ket. Lokasi

1. Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk Jiwa/Km2 Proyeksi Persebaran

Penduduk Jiwa/Km2

Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin

Jiwa/Km2

2. Desa Potensial untuk Agropolitan

Desa

3. Desa Potensial untuk Minapolitan

Desa

4. Kawasan Rawan Bencana

Kws

5. Kawasan Perbatasan Kws 6. Kawasan Permukiman

Pulau-Pulau Kecil Kws

7. Desa Kategori Miskin Desa 8. Kawasan dengan

Komoditas Unggulan Kws

47

Page 68: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.1.4 Program-Program Sektor Pengembangan Permukiman Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan terdiri dari: 1) pengembangan kawasan permukiman baru dalam bentuk pembangunan

Rusunawa serta 2) peningkatan kualitas permukiman kumuh dan RSH. Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari: 1) pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk kawasan potensial

(Agropolitan dan Minapolitan), rawan bencana, serta perbatasan dan pulau kecil, 2) pengembangan kawasan pusat pertumbuhan dengan program PISEW (RISE), 3) desa tertinggal dengan program PPIP dan RIS PNPM. Selain kegiatan fisik di atas program/kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non-fisik seperti penyusunan SPPIP dan RPKPP ataupun review bilamana diperlukan.

Pengembangan Kawasan Permukiman Perkotaan • Infrastruktur kawasan permukiman kumuh • Infrastruktur permukiman RSH • Rusunawa beserta infrastruktur pendukungnya

Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan • Infrastruktur kawasan permukiman perdesaan potensial (Agropolitan/Minapolitan) • Infrastruktur kawasan permukiman rawan bencana • Infrastruktur kawasan permukiman perbatasan dan pulau kecil • Infrastruktur pendukung kegiatan ekonomi dan sosial (PISEW) • Infrastruktur perdesaan PPIP • Infrastruktur perdesaan RIS PNPM

Adapun alur fungsi dan program pengembangan permukiman tergambar dalam gambar 5.1.

48

Page 69: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sumber: Dit. Pengembangan Permukiman, 2012

Gambar 5.1 Alur Program Pengembangan Permukiman Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut. 1. Umum

• Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas. • Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra. • Kesiapan lahan (sudah tersedia). • Sudah tersedia DED. • Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (SPPIP, RPKPP,

Masterplan Kws. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK) • Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan dana daerah

untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi. • Ada unit pelaksana kegiatan. • Ada lembaga pengelola pasca konstruksi.

49

Page 70: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2. Khusus Rusunawa • Kesediaan Pemda utk penandatanganan MoA • Dalam Rangka penanganan Kws. Kumuh • Kesanggupan Pemda menyediakan Sambungan Listrik, Air Minum, dan PSD

lainnya • Ada calon penghuni

RIS PNPM • Sudah ada kesepakatan dengan Menkokesra. • Desa di kecamatan yang tidak ditangani PNPM Inti lainnya. • Tingkat kemiskinan desa >25%. • Bupati menyanggupi mengikuti pedoman dan menyediakan BOP minimal 5%

dari BLM. PPIP • Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI • Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum ditangani program

Cipta Karya lainnya • Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik • Tingkat kemiskinan desa >25%

PISEW • Berbasis pengembangan wilayah • Pembangunan infrastruktur dasar perdesaan yang mendukung (i) transportasi,

(ii) produksi pertanian, (iii) pemasaran pertanian, (iv) air bersih dan sanitasi, (v) pendidikan, serta (vi) kesehatan

• Mendukung komoditas unggulan kawasan Selain kriteria kesiapan seperti di atas terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam pengusulan kegiatan pengembangan permukiman seperti untuk penanganan kawasan kumuh di perkotaan. Mengacu pada UU No. 1/2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, permukiman kumuh memiliki ciri (1) ketidakteraturan dan kepadatan bangunan yang tinggi, (2) ketidaklengkapan prasarana, sarana, dan utilitas umum, (3) penurunan kualitas rumah, perumahan, dan permukiman, serta prasarana, sarana dan utilitas umum, serta (4) pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah. Lebih lanjut kriteria tersebut diturunkan ke dalam kriteria yang selama ini diacu oleh Ditjen. Cipta Karya meliputi sebagai berikut:

50

Page 71: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1. Vitalitas Non Ekonomi a. Kesesuaian pemanfaatan ruang kawasan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah

Kota atau RDTK, dipandang perlu sebagai legalitas kawasan dalam ruang kota. b. Fisik bangunan perumahan permukiman dalam kawasan kumuh memiliki

indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh dalam hal kelayakan suatu hunian berdasarkan intensitas bangunan yang terdapat didalamnya.

c. Kondisi Kependudukan dalam kawasan permukiman kumuh yang dinilai, mempunyai indikasi terhadap penanganan kawasan permukiman kumuh berdasarkan kerapatan dan kepadatan penduduk.

2. Vitalitas Ekonomi Kawasan a. Tingkat kepentingan kawasan dalam letak kedudukannya pada wilayah kota,

apakah apakah kawasan itu strategis atau kurang strategis. b. Fungsi kawasan dalam peruntukan ruang kota, dimana keterkaitan dengan

faktor ekonomi memberikan ketertarikan pada investor untuk dapat menangani kawasan kumuh yang ada. Kawasan yang termasuk dalam kelompok ini adalah pusat-pusat aktivitas bisnis dan perdagangan seperti pasar, terminal/stasiun, pertokoan, atau fungsi lainnya.

c. Jarak jangkau kawasan terhadap tempat mata pencaharian penduduk kawasan permukiman kumuh.

3. Status Kepemilikan Tanah a. Status pemilikan lahan kawasan perumahan permukiman. b. Status sertifikat tanah yang ada.

4. Keadaan Prasarana dan Sarana a. Kondisi Jalan b. Drainase c. Air bersih d. Air limbah

5. Komitmen Pemerintah Kabupaten/Kota a. Keinginan pemerintah untuk penyelenggaraan penanganan kawasan kumuh

dengan indikasi penyediaan dana dan mekanisme kelembagaan penanganannya.

b. Ketersediaan perangkat dalam penanganan, seperti halnya rencana penanganan (grand scenario) kawasan, rencana induk (master plan) kawasan dan lainnya.

51

Page 72: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.1.5 Usulan Program dan Kegiatan

a. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PermukimanSetelah melalui tahapan analisis kebutuhan untuk mengisi kesenjangan antara kondisi eksisting dengan kebutuhan maka perlu disusun usulan program dan kegiatan. Namun usulan program dan kegiatan terbatasi oleh waktu dan kemampuan pendanaan pemerintah kabupaten/kota. Sehingga untuk jangka waktu perencanaan lima tahun dalam RPIJM dibutuhkan suatu kriteria untuk menentukan prioritasi dari tahun pertama hingga kelima.

Setelah memperhatikan kriteria kesiapan maka dapat dirumuskan usulan program dan kegiatan pengembangan permukiman kabupaten/kota yang disusun berdasarkan prioritasnya seperti tabel 5.11.

Tabel 5.11 Format Usulan dan Prioritas Program Infrastruktur Permukiman Kabupaten/Kota

No Kegiatan Volume Satuan Biaya (Rp) Lokasi

1 2 3..

b. Usulan Pembiayaan Pembangunan PermukimanAdapun untuk usulan pembiayaan dapat dijabarkan usulan pembiayaan baik dari APBD Kabupaten/Kota, APBD Provinsi, APBN, maupun dari masyarakat dan swasta, sesuai dengan kemampuan pembiayaan pemerintah kabupaten/kota.

Tabel 5.12 Contoh Usulan Pembiayaan Proyek

NO KEGIATAN APBN (Rp x Juta)

APBD Prov (Rp x Juta)

APBD Kab/kota

(Rp x Juta)

Masyarakat (Rp X Juta)

Swasta (Rp x Juta)

CSR (Rp x Juta)

TOTAL (Rp x Juta)

1 2 3…

Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dapat dituangkan ke dalam tabel 5.13.

52

Page 73: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.13 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kabupaten/Kota

NO

OUTPUT LOKA

SI VOL SATUAN

SUMBER DANA TAHUN INDIKATOR

OUTPUT APBN APBD PROV

APBD KAB

/KOTA

MASYARAKAT

SWASTA CSR 1 2 3 4 5

RINCIAN MURNI PHLN KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN 1

1.a1.b…

2

2.a2.b…

3…

TOTAL 53

Page 74: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.2 Penataan Bangunan dan Lingkungan 5.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan PBL

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya. Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain: 1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL). 2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah: a. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah; b. Status kepemilikan bangunan gedung; dan c. Izin mendirikan bangunan gedung. Persyaratan teknis bangunan gedung melingkupi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan. Persyaratan tata bangunan ditentukan pada RTBL yang ditetapkan oleh Pemda, mencakup peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan pengendalian dampak lingkungan. Sedangkan, persyaratan keandalan bangunan gedung mencakup keselamatan, kesehatan,

54

Page 75: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

keamanan, dan kemudahan. UU No. 28 tahun 2002 juga mengamatkan bahwa dalam penyelenggaraan bangunan gedung yang meliputi kegiatan pembangunan, pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran, juga diperlukan peran masyarakat dan pembinaan oleh pemerintah. 3) PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang

Bangunan Gedung Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan. 4) Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata

Bangunan dan Lingkungan Sebagai panduan bagi semua pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati. 5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya. Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL (Permen PU No. 8 tahun 2010) Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan,

55

Page 76: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakan fungsi: a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan

dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara; b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan

bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan

f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat. Lingkup tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan sesuai dengan kegiatan pada sektor PBL, yaitu kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara dan kegiatan pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan seperti ditunjukkan pada Gambar 5.2.

56

Page 77: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

Gambar 5.2 Lingkup Tugas PBL

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi: a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); • Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); • Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman

kumuh dan nelayan; • Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman

tradisional. b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; • Pelatihan teknis.

57

Page 78: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan • Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; • Paket dan Replikasi.

5.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan A. Isu Strategis Untuk dapat merumuskan isu strategis Bidang PBL, maka dapat melihat dari Agenda Nasional dan Agenda Internasional yang mempengaruhi sektor PBL. Untuk Agenda Nasional, salah satunya adalah Program PNPM Mandiri, yaitu Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri, sebagai wujud kerangka kebijakan yang menjadi dasar acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Agenda nasional lainnya adalah pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang, khususnya untuk sektor PBL yang mengamanatkan terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota dan tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN) di kabupaten/kota. Agenda internasional yang terkait diantaranya adalah pencapaian MDG’s 2015, khususnya tujuan 7 yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup. Target MDGs yang terkait bidang Cipta Karya adalah target 7C, yaitu menurunkan hingga separuhnya proporsi penduduk tanpa akses terhadap air minum layak dan sanitasi layak pada 2015, serta target 7D, yaitu mencapai peningkatan yang signifikan dalam kehidupan penduduk miskin di permukiman kumuh pada tahun 2020. Agenda internasional lainnya adalah isu Pemanasan Global (Global Warming). Pemanasan global yang disebabkan bertambahnya karbondioksida (CO2) sebagai akibat konsumsi energi yang berlebihan mengakibatkan naiknya suhu permukaan global hingga 6.4 °C antara tahun 1990 dan 2100, serta meningkatnnya tinggi muka laut di seluruh dunia hingga mencapai 10-25 cm selama abad ke-20. Kondisi ini memberikan dampak bagi kawasan-kawasan yang berada di pesisir pantai, yaitu munculnya bencana alam seperti banjir, kebakaran serta dampak sosial lainnya. Agenda Habitat juga merupakan salah satu Agenda Internasional yang juga mempengaruhi isu strategis sektor PBL. Konferensi Habitat I yang telah diselenggarakan di Vancouver, Canada, pada 31 Mei-11 Juni 1976, sebagai dasar terbentuknya UN Habitat pada tahun 1978, yaitu sebagai lembaga PBB yang mengurusi permasalahan perumahan dan permukiman serta pembangunan perkotaan. Konferensi Habitat II yang dilaksanakan di lstanbul, Turki, pada 3 - 14 Juni 1996

58

Page 79: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

dengan dua tema pokok, yaitu "Adequate Shelter for All" dan "Sustainable Human Settlements Development in an Urbanizing World", sebagai kerangka dalam penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi masyarakat. Dari agenda-agenda tersebut maka isu strategis tingkat nasional untuk bidang PBL dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1) Penataan Lingkungan Permukiman

a. Pengendalian pemanfaatan ruang melalui RTBL; b. PBL mengatasi tingginya frekuensi kejadian kebakaran di perkotaan; c. Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di

perkotaan; d. Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan

bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal;

e. Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan Minimal;

f. Pelibatan pemerintah daerah dan swasta serta masyarakat dalam penataan bangunan dan lingkungan.

2) Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

a. Tertib pembangunan dan keandalan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

b. Pengendalian penyelenggaraan bangunan gedung dengan perda bangunan gedung di kab/kota;

c. Tantangan untuk mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, tertib, andal dan mengacu pada isu lingkungan/ berkelanjutan;

d. Tertib dalam penyelenggaraan dan pengelolaan aset gedung dan rumah negara; e. Peningkatan kualitas pelayanan publik dalam pengelolaan gedung dan rumah

Negara.

3) Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan a. Jumlah masyarakat miskin pada tahun 2012 sebesar 29,13 juta orang atau

sekitar 11,96% dari total penduduk Indonesia; b. Realisasi DDUB tidak sesuai dengan komitmen awal termasuk sharing in-cash

sesuai MoU PAKET; c. Keberlanjutan dan sinergi program bersama pemerintah daerah dalam

penanggulangan kemiskinan.

59

Page 80: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Isu strategis PBL ini terkait dengan dokumen-dokumen seperti RTR, skenario pembangunan daerah, RTBL yang disusun berdasar skala prioritas dan manfaat dari rencana tindak yang meliputi a) Revitalisasi, b) RTH, c) Bangunan Tradisional/bersejarah dan d) penanggulangan kebakaran, bagi pencapaian terwujudnya pembangunan lingkungan permukiman yang layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan. Setiap Kabupaten/Kota diharapkan dapat menggambarkan isu strategis sektor PBL di dalam RPIJM dengan acuan seperti tabel 5.14.

Tabel 5.14 Isu Strategis sektor PBL di Kabupaten/Kota No. Kegiatan Sektor PBL Isu Strategis sektor PBL

di Kab/Kota 1. Penataan Lingkungan Permukiman a.

b. dst 2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah

Negara a. b. dst

3. Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan

a. b. dst

B. Kondisi Eksisting Untuk tahun 2012 capaian nasional dalam pelaksanaan program direktorat PBL adalah dengan jumlah kelurahan/desa yang telah mendapatkan fasilitasi berupa peningkatan kualitas infrastruktur permukiman perdesaan/kumuh/nelayan melalui program P2KP/PNPM adalah sejumlah 10.925 kelurahan/desa. Untuk jumlah Kabupaten/Kota yang telah menyusun Perda Bangunan Gedung (BG) hingga tahun 2012 adalah sebanyak 106 Kabupaten/Kota. Untuk RTBL yang sudah tersusun berupa Peraturan Bupati/Walikota adalah sebanyak 2 Kabupaten/Kota, 9 Kabupaten/Kota dengan perjanjian bersama, dan 32 Kabupaten/Kota dengan kesepakatan bersama. Setiap Kabupaten/Kota diharapkan dapat memberikan gambaran kondisi eksisting di daerah masing-masing, yang mencakup kondisi terkait peraturan daerah, kegiatan penataan lingkungan permukiman, kegiatan penyelenggaraan bangunan gedung dan rumah negara, serta capaian dalam pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan. Untuk data kondisi eksisting terkait dengan Peraturan Daerah yang telah disusun mencakup Raperda dan Perda Bangunan Gedung, Perda RTBL, Perda RISPK, SK

60

Page 81: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Bupati/Walikota, Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota, yang terkait sektor PBL. Informasi tersebut dapat dirangkum dalam tabel seperti tabel 5.15.

Tabel 5.15 Peraturan Daerah/Peraturan Walikota/Peraturan Bupati terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No. Perda/Peraturan Gubernur/Peraturan

Walikota/Peraturan Bupati/Peraturan lainnya Ket. No Tahun Tentang

Untuk kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman setiap Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti tabel 5.16.

Tabel 5.16 Penataan Lingkungan Permukiman

No.

Kab/Kota/Kawasan

Kawasan Tradisional

/ Bersejarah

Dukungan Infrastruktur Cipta Karya

RTH Pemenuhan SPM Penanganan Kebakaran

Luas RTH

Lokasi RTH

% Luas RTH

Ketersedia

an IMB

% IMB

Ketersediaan

HSBGN

% HSBGN

Instansi Pemadam Kebakaran

Prasarana & Sarana

Kebakaran

Untuk kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kabupaten/ Kota dapat digambarkan kondisi eksistingnya seperti tabel 5.17.

Tabel 5.17 Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara

No. Kawasan Jumlah Bangunan Gedung berdasarkan fungsi

Status Kepemilikan

Kondisi Bangunan

Ketersediaan Utilitas BG

1. .......... Fungsi Hunian : .....................unit Fungsi Keagamaan : ............. unit Fungsi Usaha : ...................... unit Fungsi Sosial Budaya : .......... unit Fungsi Khusus : ..................... unit

2. dst

Untuk kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan setiap Kab/Kota dapat menggambarkan kondisi eksistingnya dengan acuan seperti tabel 5.18.

61

Page 82: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.18 Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan No. Kab/Kota Kegiatan PNPM

Mandiri Kegiatan lainnya

C. Permasalahan dan Tantangan Dalam kegiatan penataan bangunan dan lingkungan terdapat beberapa permasalahan dan tantangan yang dihadapi, antara lain: Penataan Lingkungan Permukiman: • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana sistem proteksi kebakaran; • Belum siapnya landasan hukum dan landasan operasional berupa RTBL untuk

lebih melibatkan pemerintah daerah dan swasta dalam penyiapan infrastruktur guna pengembangan lingkungan permukiman;

• Menurunnya fungsi kawasan dan terjadi degradasi kawasan kegiatan ekonomi utama kota, kawasan tradisional bersejarah serta heritage;

• Masih rendahnya dukungan pemda dalam pembangunan lingkungan permukiman yang diindikasikan dengan masih kecilnya alokasi anggaran daerah untuk peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan SPM.

Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara: • Masih adanya kelembagaan bangunan gedung yang belum berfungsi efektif dan

efisien dalam pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; • Masih kurangnya perda bangunan gedung untuk kota metropolitan, besar, sedang,

kecil di seluruh Indonesia; • Meningkatnya kebutuhan NSPM terutama yang berkaitan dengan pengelolaan dan

penyelenggaraan bangunan gedung (keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan);

• Kurang ditegakkannya aturan keselamatan, keamanan dan kenyamanan Bangunan Gedung termasuk pada daerah-daerah rawan bencana;

• Prasarana dan sarana hidran kebakaran banyak yang tidak berfungsi dan kurang mendapat perhatian;

• Lemahnya pengaturan penyelenggaraan Bangunan Gedung di daerah serta rendahnya kualitas pelayanan publik dan perijinan;

• Banyaknya Bangunan Gedung Negara yang belum memenuhi persyaratan keselamatan, keamanan dan kenyamanan;

• Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara kurang tertib dan efisien; • Masih banyaknya aset negara yang tidak teradministrasikan dengan baik.

62

Page 83: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Penyelenggaraan Sistem Terpadu Ruang Terbuka Hijau: • Masih kurang diperhatikannya kebutuhan sarana lingkungan hijau/terbuka, sarana

olah raga. Kapasitas Kelembagaan Daerah: • Masih terbatasnya kesadaran aparatur dan SDM pelaksana dalam pembinaan

penyelenggaraan bangunan gedung termasuk pengawasan; • Masih adanya tuntutan reformasi peraturan perundang-undangan dan peningkatan

pelaksanaan otonomi dan desentralisasi; • Masih perlunya peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan gedung di

daerah dalam fasilitasi penyediaan perangkat pengaturan. Di dalam RPIJM hendaknya diggambarkan hasil identifikasi permasalahan dan tantangan sektor PBL yang ada di setiap kabupaten/kota sesuai dengan karakteristik masing-masing dengan acuan seperti tabel 5.19.

Tabel 5.19 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan

Permasalahan yang dihadapi

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1 Aspek Teknis 1)

2)

2 Aspek Kelembagaan 1)

2)

3 Aspek Pembiayaan 1)

2)

4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta 1)

2)

5 Aspek Lingkungan Permukiman 1) 2) II. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1 Aspek Teknis 2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan 4 Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta 5 Aspek Lingkungan Permukiman

63

Page 84: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

No Aspek Penataan Bangunan dan Lingkungan

Permasalahan yang dihadapi

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 1 Aspek Teknis 2 Aspek Kelembagaan 3 Aspek Pembiayaan 4 Aspek Peran Serta Masyarakat / Swasta 5 Aspek Lingkungan Permukiman 5.2.3. Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan Analisis kebutuhan Program dan Kegiatan untuk sektor PBL oleh Kab/Kota, hendaknya mengacu pada Lingkup Tugas DJCK untuk sektor PBL yang dinyatakan pada Permen PU No. 8 Tahun 2010, seperti yang telah dijelaskan pada Sub.Bab 5.2.1. Pada Permen PU No.8 tahun 2010, dijabarkan kegiatan dari Direktorat PBL meliputi: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman Dengan kegiatan yang terkait adalah penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK), pembangunan prasarana dan sarana lingkungan permukiman tradisional dan bersejarah, pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), dan pemenuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. - RTBL (Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan) RTBL berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didefinisikan sebagai panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan meliputi: • Program Bangunan dan Lingkungan; • Rencana Umum dan Panduan Rancangan; • Rencana Investasi; • Ketentuan Pengendalian Rencana; • Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

64

Page 85: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

- RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran RISPK atau Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran seperti yang dinyatakan dalam Permen PU No. 26 tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, bahwa Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan adalah sistem yang terdiri atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya terhadap bahaya kebakaran. Penyelenggaraan sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungan meliputi proses perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan pembongkaran sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung dan lingkungannya. RISPK terdiri dari Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran dan Rencana Sistem Penanggulangan Kebakaran di Kabupaten/Kota untuk kurun waktu 10 tahun. RISPK memuat rencana kegiatan pencegahan kebakaran yang terdiri dari kegiatan inspeksi terhadap ancaman bahaya kebakaran pada kota, lingkungan bangunan dan bangunan gedung, serta kegiatan edukasi pencegahan kebakaran kepada masyarakat dan kegiatan penegakan Norma, Standar, Pedoman dan Manual (NSPM). RISPK juga memuat rencana tentang penanggulangan kebakaran yang terdiri dari rencana kegiatan pemadaman kebakaran serta penyelamatan jiwa dan harta benda. - Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah Pendekatan yang dilakukan dalam melaksanakan Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional adalah: 1. Koordinasi dan sinkronisasi dengan Pemerintah Daerah; 2. Pendekatan Tridaya sebagai upaya pemberdayaan terhadap aspek manusia,

lingkungan dan kegiatan ekonomi masyarakat setempat; 3. Azas "berkelanjutan" sebagai salah satu pertimbangan penting untuk menjamin

kelangsungan kegiatan; 4. Rembug warga dalam upaya menggali sebanyak mungkin aspirasi masyarakat,

selain itu juga melakukan pelatihan keterampilan teknis dalam upaya pemberdayaan masyarakat.

- Standar Pelayanan Minimal (SPM) Analisa kebutuhan Program dan Kegiatan juga mengacu pada Permen PU No.14 tahun 2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan

65

Page 86: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Penataan Ruang. Khusus untuk sektor PBL, SPM juga terkait dengan SPM Penataan Ruang dikarenakan kegiatan penataan lingkungan permukiman yang salah satunya melakukan pengelolaan kebutuhan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di perkotaan. Standar SPM terkait dengan sektor PBL sebagaimana terlihat pada tabel 5.20, yang dapat dijadikan acuan bagi Kabupaten/Kota untuk menyusun kebutuhan akan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan.

Tabel 5.20 SPM Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Waktu Pencapaian Keterangan

Indikator Nilai VI. Penataan

Bangunan dan Lingkungan

Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

15. Terlayaninya masyarakat dalam pengurusan IMB di kabupaten/kota.

100 % 2014 Dinas yang membidangi Perijinan (IMB).

Harga Standar Bangunan Gedung Negara (HSBGN)

16. Tersedianya pedoman Harga Standar Bangunan Gedung Negara di kabupaten/kota.

100% 2014 Dinas yang membidangi Pekerjaan Umum.

VIII. Penataan Ruang

Penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) Publik

23. Tersedianya luasan RTH publik sebesar 20% dari luas wilayah kota/ kawasan perkotaan.

25% 2014 Dinas/SKPD yang membidangi Penataan Ruang.

b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Kegiatan penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara meliputi: 1. Menguraikan kondisi bangunan gedung negara yang belum memenuhi persyaratan

keandalan yang mencakup (keselamatan, keamanan, kenyamanan dan kemudahan);

2. Menguraikan kondisi Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; 3. Menguraikan aset negara dari segi administrasi pemeliharaan. Untuk dapat melakukan pendataan terhadap kondisi bangunan gedung dan rumah negara perlu dilakukan pelatihan teknis terhadap tenaga pendata HSBGN, sehingga perlu dilakukan pendataan kegiatan pembinaan teknis penataan bangunan gedung. c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan Program yang mencakup pemberdayaan komunitas dalam penanggulangan kemiskinan adalah PNPM Mandiri, yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan P2KP (Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan). P2KP merupakan program

66

Page 87: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

pemerintah yang secara substansi berupaya menanggulangi kemiskinan melalui pemberdayaaan masyarakat dan pelaku pembangunan lokal lainnya, termasuk Pemerintah Daerah dan kelompok peduli setempat. Bagi setiap Kabupaten/Kota disarankan dapat mengidentifikasi kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan untuk jangka waktu 5 tahun ke depan dengan mengacu pada program dan capaian Renstra Nasional dan RPJMD, sebagaimana tergambarkan pada tabel 5.21.

Tabel 5.21 Kebutuhan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Uraian Satuan Kebutuhan

Ket Tahun I

Tahun II

Tahun III

Tahun IV

Tahun V

I Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1. Ruang Terbuka Hijau (RTH) M2 2. Ruang Terbuka M2 3. PSD unit 4. PS Lingkungan unit 5. HSBGN laporan 6. Pelatihan Teknis Tenaga

Pendata HSBGN laporan

7. lainnya II Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara 1. Bangunan Fungsi Hunian unit 2. Bangunan Fungsi Keagamaan unit 3. Bangunan Fungsi Usaha unit 4. Bangunan Fungsi Sosial

Budaya unit

5. Bangunan Fungsi Khusus unit 6. Bintek Pembangunan Gedung

Negara laporan

7. lainnya III. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan 1. P2KP 2. lainnya 5.2.4. Program-Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan

Lingkungan Program-Program Penataan Bangunan dan Lingkungan, terdiri dari: a. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman; b. Kegiatan Penyelenggaraan Bangunan Gedung dan Rumah Negara; c. Kegiatan Pemberdayaan Komunitas dalam Penanggulangan Kemiskinan.

67

Page 88: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun. Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:

- Fasilitasi RanPerda Bangunan Gedung

Kriteria Khusus: • Kabupaten/kota yang belum difasilitasi penyusunan ranperda Bangunan

Gedung; • Komitmen Pemda untuk menindaklanjuti hasil fasilitasi Ranperda BG.

- Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis

Komunitas Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas: • Kawasan di perkotaan yang memiliki lokasi PNPM-Mandiri Perkotaan; • Pembulatan penanganan infrastruktur di lokasi-lokasi yang sudah ada PJM

Pronangkis-nya; • Bagian dari rencana pembangunan wilayah/kota; • Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Kriteria Lokasi : • Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006; • Kawasan terbangun yang memerlukan penataan; • Kawasan yang dilestarikan/heritage; • Kawasan rawan bencana; • Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/

budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);

• Kawasan strategis menurut RTRW Kab/Kota; • Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah

daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

68

Page 89: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat; • Pekerjaan dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.

- Penyusunan Rencana Tindak Revitalisasi Kawasan, Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan Permukiman Tradisional/Bersejarah Rencana Tindak berisikan program bangunan dan lingkungan termasuk elemen kawasan, program/rencana investasi, arahan pengendalian rencana dan pelaksanaan serta DAED/DED. Kriteria Umum: • Sudah memiliki RTBL atau merupakan turunan dari lokasi perencanaan RTBL

(jika luas kws perencanaan > 5 Ha) atau; • Turunan dari Tata Ruang atau masuk dlm skenario pengembangan wilayah

(jika luas perencanaan < 5 Ha); • Komitmen pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah

daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan Rencana Tata Ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

• Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat. Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan: • Kawasan diperkotaan yang memiliki potensi dan nilai strategis; • Terjadi penurunan fungsi, ekonomi dan/atau penurunan kualitas; • Bagian dari rencana pengembangan wilayah/kota; • Ada rencana pengembangan dan investasi pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat. Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Ruang Terbuka Hijau: • Ruang publik tempat terjadi interaksi langsung antara manusia dengan taman

(RTH Publik); • Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya bersifat

terbuka, tempat tumbuh tanaman baik alamiah maupun ditanam (UU No. 26/2007 tentang Tata ruang);

• Dalam rangka membantu Pemda mewujudkan RTH publik minimal 20% dari luas wilayah kota;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

69

Page 90: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kriteria Khusus Fasilitasi Penyusunan Rencana Tindak Permukiman Tradisional Bersejarah: • Lokasi terjangkau dan dikenal oleh masyarakat setempat (kota/kabupaten); • Memiliki nilai ketradisionalan dengan ciri arsitektur bangunan yang khas dan

estetis; • Kondisi sarana dan prasarana dasar yang tidak memadai; • Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria Fasilitasi Penyusunan Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

(RISPK): • Ada Perda Bangunan Gedung; • Kota/Kabupaten dengan jumlah penduduk > 500.000 orang; • Tingginya intensitas kebakaran per tahun dengan potensi resiko tinggi • Kawasan perkotaan nasional PKN, PKW, PKSN, sesuai PP No.26/2008 ttg

Tata Ruang; • Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria dukungan PSD Untuk Revitalisasi Kawasan, RTH Dan Permukiman

Tradisional/Ged Bersejarah: • Mempunyai dokumen Rencana Tindak PRK/RTH/Permukiman Tradisional-

Bersejarah; • Prioritas pembangunan berdasarkan program investasinya; • Ada DDUB; • Dukungan Pemerintah Pusat maksimum selama 3 tahun anggaran; • Khusus dukungan Sarana dan Prasarana untuk permukiman tradisional,

diutamakan pada fasilitas umum/sosial, ruang-ruang publik yang menjadi prioritas masyarakat yang menyentuh unsur tradisionalnya;

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria dukungan Prasarana dan Sarana Sistem Proteksi Kebakaran:

• Memiliki dokumen RISPK yang telah disahkan oleh Kepala Daerah (minimal SK/peraturan bupati/walikota);

• Memiliki Perda BG (minimal Raperda BG dalam tahap pembahasan dengan DPRD);

• Memiliki DED untuk komponen fisik yang akan dibangun; • Ada lahan yg disediakan Pemda;

70

Page 91: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• Ada rencana pengembangan dan investasi Pemda, swasta, dan masyarakat; • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

- Kriteria Dukungan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedung Dan Lingkungan: • Bangunan gedung negara/kantor pemerintahan; • Bangunan gedung pelayanan umum (puskesmas, hotel, tempat peribadatan,

terminal, stasiun, bandara); • Ruang publik atau ruang terbuka tempat bertemunya aktifitas sosial masyarakat

(taman, alun-alun); • Kesiapan pengelolaan oleh stakeholder setempat.

5.2.5 Usulan Program dan Kegiatan PBL Untuk usulan program dan kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan pada Kabupaten/Kota akan dirangkum dalam tabel 5.22.

71

Page 92: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.22 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Penataan Bangunan dan Lingkungan Kabupaten/Kota

NO

OUTPUT LOKASI VOL SATUAN

SUMBER DANA TAHUN KET

INDIKATOR OUTPUT APBN APBD PROV

APBD KAB/ KOTA

MASYARAKAT

SWASTA

CSR 1 2 3 4 5 RINCIAN MURNI PLN

KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELENGGARAAN DALAM PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN TERMASUKPENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

1 LAYANAN PERKANTORAN Jumlah Bulan Layanan Perkantoran 1.a Penyelenggaraan operasional &

pemeliharaan perkantoran Bln/Thn

2 PERATURAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

Jumlah NSPK Bid Penataan Bangunan dan Lingkungan 2.a Penyusunan NSPK, Legalisasi Draft

NSPK NSPK

3 PEMBINAAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELOLAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan 3.a Bantek dan Pendampingan

penyusunan Ranperda BG Laporan

3.b Fasilitasi penyusunan RTBL Laporan 3.c Fasilitasi penyusunan Rencana Induk

Sistem Proteksi Kebakaran (RISPK) Laporan

3.d Fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Penataan dan Revitalisasi Kawasan

Laporan

3.e Fasilitasi Rencana Tindak Sistem Ruang Terbuka Hijau (RTH)

Laporan

3.f Fasilitasi penyusunan Rencana Tindak Pengembangan Kawasan Permukiman Tradisional Bersejarah

Laporan

3.g Fasilitasi Penguatan Kelembagaan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Laporan

4 PENGAWASAN PELAKSANAAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN, PENGELO-LAAN GEDUNG DAN RUMAH NEGARA

72

Page 93: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

NO

OUTPUT LOKASI VOL SATUAN

SUMBER DANA TAHUN KET

INDIKATOR OUTPUT APBN APBD PROV

APBD KAB/ KOTA

MASYARAKAT

SWASTA

CSR 1 2 3 4 5 RINCIAN MURNI PLN

Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang Penataan Bangunan dan Lingkungan 4.a Pemeriksaan keandalan

bangunan gedung Laporan

5 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA Pengembangan Bangunan Gedung Negara/Bersejarah 5.a Pengembangan Bangunan

Gedung Negara dan Bersejarah Gedung

6 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN PERMUKIMAN

Jumlah kawasan yang Tertata Bangunan dan Lingkungannya 6.a Pengembangan Sarana dan

Prasarana untuk Proteksi kebakaran

Kab/Kota

6.b Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Aksesibilitas BG

Kab/Kota

6.c Sarana dan Prasarana Revitalisasi Kawasan

Kawasan

6.d Sarana dan Prasarana Ruang Terbuka Hijau

Kab/Kota

6.e Sarana dan Prasarana pada Pemukiman Tradisional dan Bersejarah

Kawasan

6.f Pengembangan Sarana dan Prasarana untuk Proteksi kebakaran

Kab/Kota

6.g Pengembangan PIP2B Provinsi 7 KESWADAYAAN/PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT (P2KP) Jumlah Kel/Desa yang Mendapatkan Pendampingan Pemberdayaan Sosial (P2KP/PNPM) 7.a Pendampingan Pemberdayaan

Sosial (P2KP/PNPM) Kel/desa

TOTAL

73

Page 94: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.3 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 5.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM. Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain: i) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air

minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

ii) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

iii) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

iv) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan

74

Page 95: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

v) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundang-undangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005. Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi di bidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapun fungsinya antara lain mencakup: • Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan sistem penyediaan air

minum; • Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem

penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

• Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum; • Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan

dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

75

Page 96: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan dan Tantangan A. Isu Strategis Pengembangan SPAM Terdapat isu-isu strategis yang diperkirakan akan mempengaruhi upaya Indonesia untuk mencapai target pembangunan di bidang air minum. Isu ini didapatkan melalui serangkaian konsultasi dan diskusi dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum khususnya Direktorat Jenderal Cipta Karya. Isu-isu strategis tersebut adalah:

1. Peningkatan Akses Aman Air Minum 2. Pengembangan Pendanaan 3. Peningkatan Kapasitas Kelembagaan 4. Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan 5. Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum 6. Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat 7. Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis

dan Penerapan Inovasi Teknologi Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi isu strategis yang ada di daerah masing-masing mengingat isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana dasar di daerah, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional. B. Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM Pembahasan yang perlu diperhatikan terkait dengan Kondisi Eksisting Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum di kabupaten/kota secara umum adalah: i. Aspek Teknis

Berisi hal-hal yang berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan yang terdapat di dalam kota/kabupaten, tingkat pelayanan, sumber air baku yang digunakan, serta kondisi pelanggan, sistem pengolahan air, dan jam pelayanan. Di dalam aspek teknis ini perlu juga dimunculkan besarnya unit konsumsi air minum (liter/orang/hari) untuk jaringan perpipaan dan bukan perpipaan

ii. Aspek Pendanaan Berisi uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum baik sistem jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan, kemampuan masyarakat dalam pembiayaan air minum, pencapaian target pembayaran rekening air, prosentase besaran tunggakan rekening. Disebutkan pula tarif dasar air dan harga dasar air serta struktur pelanggan.

76

Page 97: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

iii. Kelembagaan Berisi penjelasan dan uraian mengenai kondisi organisasi pengelola sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non perpipaan Yang perlu disampaikan terkait kondisi eksisting kelembagaan SPAM adalah: 1. Organisasi Tata Laksana Penyelenggara SPAM baik untuk jaringan perpipaan

maupun bukan perpipaan; 2. Sumber daya manusia penyelenggara SPAM; 3. Rencana Kerja Kelembagaan; dan 4. Monitoring dan Evaluasi Pengkajian Kelembagaan SPAM.

iv. Peraturan Perundangan Berisi peraturan-perundangan (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur PDAM

dll) yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di kota/kabupaten serta permasalahan terkait dengan pelaksanaan/implementasi peraturan/perundangan tersebut.

v. Peran Serta Masyarakat

Berisi peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat mengembangan SPAM di wilayah mereka, peran serta masyarakat memelihara kuantitas dan kualitas sumber air. Diuraikan pula permasalahan yang dihadapi terkait dengan peran negative masyarakat dalam menjaga keberlanjutan sumber air, jaringan yang ada dll.

Kondisi eksisting Pengembangan SPAM sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel 5.23 berikut ini.

77

Page 98: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.23 Contoh Kondisi Eksisting Pelayanan SPAM Kabupaten/Kota.........

Sistem Jaringan Daerah Pelayanan Tingkat Pelayanan Sumber Air

Ket. WP Luas WP Jmlh Pddk

WP Jmlh Pddk Terlayani % Pddk % Wilayah Lokasi Debit

1. Perkotaana. MBRb. IKKc. ... dst2. Perdesaana. Desa Rawan Airb. Tertinggalc. … dst Total (1+2)

78

Page 99: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM i. Permasalahan Pengembangan SPAM

Pada bagian ini, perlu dijabarkan digambarkan permasalahan pengembangan SPAM sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Adapun beberapa permasalahan pengembangan SPAM pada tingkat nasional antara lain: 1) Peningkatan Cakupan dan Kualitas

a) Tingkat pertumbuhan cakupan pelayanan air minum sistem perpipaanbelum seimbang dengan tingkat perkembangan penduduk

b) Perkembangan pesat SPAM non-perpipaan terlindungi masih memerlukanpembinaan.

c) Tingkat kehilangan air pada sistem perpipaan cukup besar dan tekanan airpada jaringan distribusi umumnya masih rendah.

d) Pelayanan air minum melalui perpipaan masih terbatas dan harusmembayar lebih mahal.

e) Ketersediaan data yang akurat terhadap cakupan dan akses air minummasyarakat belum memadai.

f) Sebagian air yang diproduksi PDAM telah memenuhi kriteria layak minum,namun kontaminasi terjadi pada jaringan distribusi.

g) Masih tingginya angka prevalensi penyakit yang disebabkan buruknyaakses air minum yang aman.

2) Pendanaana) Penyelenggaraan SPAM mengalami kesulitan dalam masalah pendanaan

untuk pengembangan, maupun operasional dan pemeliharaan.b) Investasi untuk pengembangan SPAM selama ini lebih tergantung dari

pinjaman luar negeri.c) Komitmen dan prioritas pendanaan dari pemerintah daerah dalam

pengembangan SPAM masih rendah.

3) Kelembagaan dan Perundang-Undangana) Lemahnya fungsi lembaga/dinas di daerah terkait penyelenggaraan SPAM.b) Prinsip pengusahaan belum sepenuhnya diterapkan oleh penyelenggara

SPAM (PDAM).c) Pemekaran wilayah di beberapa kabupaten/kota mendorong pemekaran

badan pengelola SPAM di daerah.

4) Air Bakua) Kapasitas daya dukung air baku di berbagai lokasi semakin terbatas.b) Kualitas sumber air baku semakin menurun.

79

Page 100: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

c) Adanya peraturan perijinan penggunaan air baku di beberapa daerah yangtidak selaras dengan peraturan yang lebih tinggi.

d) Belum mantapnya alokasi penggunaan air baku sehingga menimbulkankonflik kepentingan di tingkat pengguna.

5) Peran Masyarakata) Air masih dipandang sebagai benda sosial meskipun pengolahan air baku

menjadi air minum memerlukan biaya relatif besar dan masih dianggapsebagai urusan pemerintah.

b) Potensi yang ada pada masyarakat dan dunia usaha belum sepenuhnyadiberdayakan oleh Pemerintah.

c) Fungsi pembinaan belum sepenuhnya menyentuh masyarakat yangmencukupi kebutuhannya sendiri.

Setiap kabupaten/kota perlu melakukan identifikasi permasalahan yang ada di kabupaten/kota masing-masing sebagaimana digambarkan seperti tabel 5.24 sampai dengan tabel 5.31 berikut ini.

80

Page 101: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.24 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan

No. Aspek Pengelolaan Air Minum Permasalahan Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan

A. 1. 2. 3.

Kelembagaan/Perundangan Organisasi SPAM Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll) SDM

Tabel 5.25 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Teknis

No. Aspek Pengelolaan Air Minum Permasalahan YangDihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan

B. Teknis Operasional: 1. Sumber Air Baku2. Bangunan Intake3. IPA4. Reservoir dan Pompa Distribusi5. Jaringan Transmisi6. Jaringan Distribusi7. Sambungan Rumah8. Meter Pelanggan

Tabel 5.26 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Pembiayaan

No. Aspek Pengelolaan Air Minum Permasalahan Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan

C. Pembiayaan: - Sumber-sumber pembiayaan - Tarif Retribusi - Mekanisme penarikan retribusi - Realisasi penerimaan retribusi

81

Page 102: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.27 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta Masyarakat

No. Aspek Pengelolaan Air Minum Permasalahan Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan Yang Sedang Dilakukan

D. Peran serta Masyarakat - Penyuluhan - Kemampuan membayar retribusi - Kemauan berpartisipasi

Tabel 5.28 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Kelembagaan

No. Parameter Yang Diperbandingkan

Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3 Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) A. 1. 2. 3.

Kelembagaan Organisasi SPAM Tata Laksana (SOP, Koordinasi, dll) SDM

Keterangan: - Kolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan. - Kolom (4), (7) dan (10) diisi dengan manfaat yang bisa didapat dari pemilihan teknik alternatif bersangkutan. - Kolom (5), (8) dan (11) diisi dengan rendah, sedang atau tinggi sesuai tingkat biaya relatif antar alternatif.

82

Page 103: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.29 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Teknis

No. Parameter Yang Diperbandingkan

Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3 Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) B. Teknis Operasional: a) Pembangunan baru:1. Sumber Air Baku2. Bangunan Intake3. IPA

4. Reservoir dan PompaDistribusi

5. Jaringan Transmisi6. Jaringan Distribusi7. Sambungan Rumah8. Meter Pelanggan

b) Rehabilitasi dan Peningkatan Kapasitas:

1. Sumber Air Baku2. Bangunan Intake3. IPA

4. Reservoir dan Pompa Distribusi

5. Jaringan Transmisi6. Jaringan Distribusi7. Sambungan Rumah8. Meter Pelanggan

c) Operasi dan Pemeliharaan

Keterangan: - Kolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan. - Kolom (4), (7) dan (10) diisi dengan manfaat yang bisa didapat dari pemilihan teknik alternatif bersangkutan. - Kolom (5), (8) dan (11) diisi dengan rendah, sedang atau tinggi sesuai tingkat biaya relatif antar alternatif.

83

Page 104: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.30 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Pembiayaan

No. Parameter Yang Diperbandingkan

Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3 Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) C. Pembiayaan:

- Sumber pembiayaan - Tarif Retribusi

Keterangan: - Kolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan. - Kolom (4), (7) dan (10) diisi dengan manfaat yang bisa didapat dari pemilihan teknik alternatif bersangkutan. - Kolom (5), (8) dan (11) diisi dengan rendah, sedang atau tinggi sesuai tingkat biaya relatif antar alternatif.

Tabel 5.31 Contoh Analisis Permasalahan melalui Perbandingan Alternatif Pemecahan Masalah Pengembangan SPAM Aspek Peran Serta Masyarakat

No. Parameter Yang Diperbandingkan

Alternatif-1 Alternatif-2 Alternatif-3 Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya Teknis Manfaat Biaya

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

D. Peran serta Masyarakat

- Penyuluhan - Kemampuan

membayar retribusi - Kemauan

berpartisipasi Keterangan:

- Kolom (3), (6) dan (9) diisi dengan bentuk dan teknik yang diperbandingkan. - Kolom (4), (7) dan (10) diisi dengan manfaat yang bisa didapat dari pemilihan teknik alternatif bersangkutan. - Kolom (5), (8) dan (11) diisi dengan rendah, sedang atau tinggi sesuai tingkat biaya relatif antar alternatif.

84

Page 105: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

ii. Tantangan Pengembangan SPAMBeberapa tantangan dalam pengembangan SPAM yang cukup besar ke depan,agar dapat digambarkan, misalnya : 1) Tantangan Internal:

a) Tantangan dalam peningkatan cakupan kualitas air minum saat ini adalahmempertimbangkan masih banyaknya masyarakat yang belum memilikiakses air minum yang aman yang tercermin pada tingginya angka prevalensipenyakit yang berkaitan dengan air. Tantangan lainnya dalampengembangan SPAM adalah adanya tuntutan PP 16/2005 untuk memenuhikualitas air minum sesuai kriteria yang telah disyaratkan.

b) Banyak potensi dalam hal pendanaan pengembangan SPAM yang belumdioptimalkan. Sedangkan adanya tuntutan penerapan tarif dengan prinsip fullcost recovery merupakan tantangan besar dalam pengembangan SPAM.

c) Adanya tuntutan untuk penyelenggaraan SPAM yang profesional merupakantantangan dalam pengembangan SPAM di masa depan.

d) Adanya tuntutan penjaminan pemenuhan standar pelayanan minimalsebagaimana disebutkan dalam PP No. 16/2005 serta tuntutan kualitas airbaku untuk memenuhi standar yang diperlukan.

e) Adanya potensi masyarakat dan swasta dalam pengembangan SPAM yangbelum diberdayakan.

2) Tantangan Eksternala) Tuntutan pembangunan yang berkelanjutan dengan pilar pembangunan

ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.b) Tuntutan penerapan Good Governance melalui demokratisasi yang

menuntut pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan.c) Komitmen terhadap kesepakatan Millennium Development Goals (MDGs)

2015 dan Protocol Kyoto dan Habitat, dimana pembangunan perkotaanharus berimbang dengan pembangunan perdesaan.

d) Tuntutan peningkatan ekonomi dengan pemberdayaan potensi lokal danmasyarakat, serta peningkatan peran serta dunia usaha, swasta

e) Kondisi keamanan dan hukum nasional yang belum mendukung ikliminvestasi yang kompetitif.

5.3.3 Analisis Kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum

Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum secara nasional sebesar 47, 71%, dilihat dari proporsi penduduk

85

Page 106: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

terhadap sumber air minum terlindungi (akses aman) yang mencakup 49,82% di perkotaan dan 45,72 di perdesaan. Setiap kabupaten/kota perlu melakukan analisis kebutuhan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan arahan dibawah ini.

A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten/Kota Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Penyediaan Air Minum, baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem penyediaan air minum. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penyediaan air minum, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need). Pada bagian ini sudah harus diuraikan penetapan kawasan/daerah yang memerlukan penanganan dari komponen penyediaan air minum baik sistem perpipaan maupun bukan perpipaan, serta diperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati.

Analisis kebutuhan Pengembangan SPAM merupakan hasil rangkaian analisis diantaranya adalah analisis hasil survey kebutuhan nyata (real demand survey), analisis kebutuhan dasar air minum, analisis kebutuhan program pengembangan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel seperti dicontohkan 5.32 berikut ini.

Tabel 5.32 Contoh Analisis Kebutuhan

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan KET. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V 1. Sistem Perpipaan (PDAM)

a. Kebocoran (%)b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)c. Kebutuhan air (liter/org/hari)

2. Sistem Bukan Perpipaana. Kebocoran (%)b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)c. Kebutuhan air (liter/org/hari)

3. Sistem Perpipaan Non PDAMa. Kebocoran (%)b. Cakupan Pelayanan Penduduk (%)c. Kebutuhan air (liter/org/hari)

4. Kebocoran Total

86

Page 107: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan KET. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V 5. Jumlah Pelanggan

a. Proporsi Sambungan Langsungb. Proporsi Sambungan Umumc. Jumlah Sambungan Langsungd. Jumlah Sambungan Umum

6. Unit Konsumsia. Sambungan Langsung, SLb. Sambungan Umum, SUc. Non Domestic

7. Kebutuhan Aira. Kebutuhan Air Domestikb. Kebutuhan Air Non Domestikc. Sub Total Kebutuhan Air

8. Kebutuhan Air Rata-Rata (Qr)9. Kebutuhan Air Maksimum (Qmax)10. Peak Hour Factor (Faktor Jam Puncak)

B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah Berikut ini adalah kebutuhan Pengembangan SPAM yang mengacu dari Renstra DJCK tahun 2010-2014 khususnya dalam Kegiatan: Pengaturan, Pembinaan, Pengawasan, Pengembangan Sumber Pembiayaan Dan Pola Investasi, Dan Penyelenggaraan Serta Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum.

Setiap kabupaten/kota perlu menggambarkan realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di masing-masing kabupaten/kota sesuai dengan tabel 5.33 dibawah ini.

87

Page 108: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.33 Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM

No. OUTPUT SATUAN Kebutuhan

Tahun I

Tahun II

Tahun III

Tahun IV

Tahun V

1 Layanan Perkantoran

2 Peraturan Pengembangan Sistem Air Minum

3 Laporan Pembinaan Pelaksanaan Pengembangan SPAM

a. RISPAMb. NSPK SPAM

4 Laporan Pengawasan Pelaksanaan Pengembangan SPAM

5 Percontohan Re-Use dan Daur Ulang Air Minum a. Kampanye hemat airb. Aktivitas reuse & daur ulang air

6. Penyelenggaraan SPAM terfasilitasi a. PDAM yang memperoleh

pembinaanb. Pengelola air minum non

PDAM yang memperolehpembinaan

c. Laporan pra-studi kelayakanKPS

d. PDAM terfasilitasi untukmendapatkan pinjaman Bank

e. Studi Alternatif Pembiayaan7. SPAM Regional 8. SPAM Di kawasan MBR 9. SPAM di Ibu kota Kecamatan (IKK) 10. SPAM Perdesaan

a. PS Air Minum Perdesaanb. Pro Rakyat PDT

11. SPAM Kawasan Khusus a. Kawasan pulau terluar,

perbatasan, terpencilb. Kawasan pemekaran, KAPETc. Pelabuhan perikanan dan Pro

Rakyat KKPi. Pelabuhan perikananii. Pro Rakyat KKP

88

Page 109: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.3.4 Program-Program dan Kriteria Penyiapan, serta Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM

5.3.4.1 Program-Program Pengembangan SPAM Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Pusat sebagai berikut: A. Program SPAM IKK

Kriteria Program SPAM IKK adalah: Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM Kegiatan: Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama) Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR)

total Indikator: Peningkatan kapasitas (liter/detik) Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

B. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah: Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total SR

untuk MBR Indikator: Peningkatan kapasitas (liter/detik) Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani SPAM

C. Program Perdesaan Pola Pamsimas Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah: Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM Kegiatan: Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama) Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan Rumah (SR)

total Indikator: Peningkatan kapasitas (liter/detik) Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

D. Program Desa Rawan Air/Terpencil Kriteria Program SPAM IKK adalah: Sasaran: Desa rawan air, desa miskin dan daerah terpencil (sumber air baku

relatif sulit) Kegiatan: Pembangunan unit air baku, unit produksi dan unit distribusi utama Indikator: Penambahan jumlah desa yang terlayani SPAM

89

Page 110: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Selanjutnya pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) mengacu pada Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) yang disusun berdasarkan: 1. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota;2. Rencana pengelolaan Sumber Daya Air;3. Kebijakan dan Strategi Pengembangan SPAM;4. Kondisi Lingkungan, Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat;5. Kondisi Kota dan Rencana Pengembangan SPAM.

Tabel 5.34 Lingkup Penyusunan RISPAM

Kegiatan Wilayah

Administrasi Kab/Kota

Wilayah Pelayanan

Satu Wilayah Lintas Kab./Kota Lintas Provinsi

Penyusun Pemda Penyelenggara di Kab./Kota

Penyelenggara Regional Penyelenggara Regional

Acuan RTRW RTRW & RISPAM Kab./Kota

RTRW & RISPAM Kab./Kota Terkait

RTRW Provinsi, RTRW & RISPAM Kab./Kota Terkait

Penetapan Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota

Gubernur setelah berkonsultasi dengan Bupati/Walikota Terkait.

Menteri setelah berkonsultasi dengan Gubernur dan Bupati/Walikota Terkait.

Konsultasi Publik Pemda

Penyelenggara dengan Fasilitasi dari Pemda

Penyelenggara dengan fasilitasi dari Pemda terkait dan Gubernur

Penyelenggara dengan fasilitasi dari Pemda terkait, Gubernur, dan menteri.

Pelaksanaan Penyusunan

Penyedia Jasa/ Sendiri

Penyedia Jasa/ Sendiri

Penyedia Jasa/ Sendiri Penyedia Jasa/ Sendiri

5.3.4.2. Kriteria Penyiapan (Readiness Criteria)

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut: 1. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sesuai PP No. 16 /2005 Pasal 26

ayat 1 s.d 8 dan Pasal 27 tentang Rencana Induk Pengembangan SPAM. 2. Tersedia dokumen RPIJM3. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya

– Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik atau diameterpipa JDU terbesar ≥ 250 mm

– Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20 l/detik ataudiameter pipa JDU terbesar 200 mm;

90

Page 111: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

– Justifikasi Teknis dan Biaya: Penambahan kapasitas ≤ 10 l/det ik ataudiameter pipa JDU terbesar ≤ 150 mm;

4. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007 pasal 21)5. Ada indikator kinerja untuk monitoring

– Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik– Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada

tahun yang sama6. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan7. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai kebutuhan

fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun8. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas (PDAM/PDAB, UPTD atau BLUD)9. Dinyatakan dalam surat pernyataan Kepala Daerah tentang kesanggupan/

kesiapan menyediakan syarat-syarat di atas.

5.3.4.3. Skema Kebijakan Pendanaaan

A. Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan SPAM Adapun skema kebijakan pendanaan pengembangan SPAM adalah tergambar dalam tabel 5.35

Tabel 5.35 Skema Kebijakan Pendananaan Pengembangan SPAM

Kegiatan SPAM Air Baku Unit Produksi Transmisi dan Distribusi (SR dan HU)

KOTA APBN APBD, PDAM, KPS, (APBN)

APBN, PDAM, KPS, APBN (MBR)

IKK APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)

Desa Rawan Air APBN APBN APBN (s.d. Hidran Umum)

Desa dengan air baku mudah (Pamsimas)

APBN APBN, APBD, Masyarakat PAMSIMAS (APBN : 70%, APBD : 10%, dan Masyarakat : 20%.

Catatan: • Semua sistem yang sudah ada (sudah jadi) di kelola oleh Pemda/PDAM/Masyarakat;

• Keikutsertaan Pemda/PDAM/Masyarakat dalam proses pembangunan adalah keharusan;

• HU = Hidran Umum;

• SR = Sambungan rumah;

• MBR = Masyarakat Berpenghasilan Rendah.

91

Page 112: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Gambar 5.3 Pembagian Kewenangan Pengembangan SPAM

B. Pendekatan Pembiayaan APBN 1) Non Cost-Recovery• Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) pada IKK,

kawasan perbatasan/ pulau terdepan;• Fasilitasi pengembangan SPAM (unit air baku dan unit produksi) bagi kawasan-

kawasan tertinggal (kawasan kumuh, kawasan nelayan, dan ibu kota kabupatenpemekaran;

• Fasilitasi pengembangan SPAM bagi perdesaan (desa rawan air) melaluipemicuan perubahan perilaku menjadi hidup bersih dan sehat, pembangunanmodal sosial, capacitu building bagi masyarakat, serta pembangunan danpengelolaan SPAM berbasis masyarakat; dan

• pengembangan SPAM skala kecil (perdesaan) pembiayaannya didorongmelalui DAK.

2) Cost recovery• Fasilitasi penyediaan air baku untuk air minum melalui kerjasama dengan Ditjen

Sumber Daya Air; dan• Fasilitasi penyediaan air minum (PDAM) di kawasan strategis (PKN, PKW, PKL,

dll) dengan pendanaan melalui perbankan, Pemda/PDAM, serta KPS.

C. Alternatif Pola Pembiayaan • Equity adalah merupakan sumber pendanaan dari internal cash PDAM dan

Pemda untuk program penambahan sambungan rumah (SR). Dilaksanakan

92

Page 113: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

oleh PDAM yang memiliki kecukupan dana untuk memenuhi sebagian kebutuhan investasi;

• Pinjaman Bank Komersial adalah merupakan sumber pembiayaan daripinjaman bank komersial dengan jumlah equity tertentu sebagai pendampingpinjaman. Dilaksanakan oleh PDAM yang memiliki kecukupan danapendamping dan menerapkan tarif minimal diatas harga pokok produksi (tarifdasar);

• Trade Credit adalah merupakan sumber pembiayaan dari pinjaman bankkomersial melalui pihak ke tiga (kontraktor/supplier) dan dibayar denganangsuran dari pendapatan PDAM dalam masa tertentu (10 tahun atau lebih).Dilaksanakan oleh PDAM yang diperkirakan dapat mengangsur sesuai denganperjanjian;

• Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) merupakan sumber pembiayaandari badan usaha swasta (BUS) berdasarkan kontrak kerjasama antara BUSdengan pemerintah (BOT/Konsesi). Dilaksanakan di kabupaten/kota yangmemiliki pasar potensial (captive market) dan telah dilengkapi dengan studi pra-FS dan kesiapan pemerintah daerah;

• Obligasi adalah merupakan sumber dana dari penerbitan surat utang yangakan dibayar dari pendapatan PDAM. Dilaksanakan oleh PDAM yang telahmemiliki rating minimal BBB;

• CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan yangdilakukan suatu perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadapsosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada.

5.3.5. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

A. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan SPAM disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi.

Usulan program yang diajukan perlu dievaluasi kesesuaiannya dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga dicek keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik

93

Page 114: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

antar kegiatan dan pendanaannya.Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket kegiatan/program.

B. Pembiayaan Proyek Pengembangan SPAM Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan Masyarakat. Jika ada indikasi program pengembangan SPAM yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya.

Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan. Pembiayaan kegiatan pengembangan SPAM sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, dan bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Adapun jenis bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.

94

Page 115: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.36 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

NO

OUTPUT LOKASI VOL SATUAN

SUMBER DANA TAHUN KET.

INDIKATOR OUTPUT APBN APBD PROV

APBD KAB/ KOTA

SWASTA

MASYARAK

AT

CSR

1 2 3 4 5

RINCIAN MURNI PLN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI, DAN PENYELENGGARAAN SERTA PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

1 LAYANAN PERKANTORAN Jumlah Bulan Layanan Perkantoran

xxx …… Bln/Thn 2 PERATURAN PENGEMBANGAN SISTEM AIR MINUM

Jumlah NSPK Nasional Bid ……… xxx …… NSPK

3 LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM

Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan ………… xxx …… Laporan

4 LAPORAN PENGAWASAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN SPAM

Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang …… 4.a Pengawasan dan pengendalian Laporan

5 PERCONTOHAN RE-USE DAN DAUR ULANG AIR MINUM Jumlah Kawasan Yang Ditangani ….. 5.a Kampanye hemat air Kawasan 5.b Aktivitas reuse dan daur ulang air Kawasan

6 PENYELENGGARAAN SPAM TERFASILITASI Jumlah PDAM yang Terlayani …… 6.a PDAM yang memperoleh

pembinaan Laporan

6.b. Pengelola air minum non PDAM yang memperoleh pembinaan

Laporan

6.c. Laporan pra-studi kelayakan KPS Laporan 6.d. PDAM terfasilitasi untuk

mendapatkan pinjaman Bank Laporan

95

Page 116: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

NO

OUTPUT LOKASI VOL SATUAN

SUMBER DANA TAHUN KET.

INDIKATOR OUTPUT APBN APBD PROV

APBD KAB/ KOTA

SWASTA

MASYARAK

AT

CSR

1 2 3 4 5

RINCIAN MURNI PLN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 6.e. Studi Alternatif Pembiayaan Laporan

7 SPAM REGIONAL Jumlah Kab/kota yang Terlayani ………… Region

8 SPAM DI KAWASAN MBR Jumlah Kawasan Yang Terlayani Kawasan

9 SPAM DI IBU KOTA KECAMATAN (IKK) Jumlah IKK yang Terlayani …… Kawasan

6.b. Pengelola air minum non PDAM yang memperoleh pembinaan

10 SPAM PERDESAAN Jumlah desa yang Terlayani …… 10.a PS Air Minum Perdesaan Desa 10.b Pro Rakyat PDT Desa

11 SPAM KAWASAN KHUSUS Jumlah Kawasan yang Terlayani …… 11.a Kawasan pulau terluar, perbatasan,

terpencil Kawasan

11.b Kawasan pemekaran, KAPET Kawasan

11.c. Pelabuhan perikanan dan Pro Rakyat KKP

Kawasan

TOTAL

96

Page 117: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.4 Penyehatan Lingkungan Permukiman Mengacu pada Permen PU Nomor. 08/PRT/M/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pekerjaan Umum maka Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang kebijakan, pengaturan, perencanaan, pembinaan, pengawasan, pengembangan dan standardisasi teknis di bidang air limbah, drainase dan persampahan permukiman. Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 656, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman menyelenggarakan fungsi : a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi pengembangan air limbah, drainase dan

persampahan; b. pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan air limbah,

drainase dan persampahan termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

c. pembinaan investasi di bidang air limbah dan persampahan; d. penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan

dan peran serta masyarakat di bidang air limbah, drainase dan persampahan; dan e. pelaksanaan tata usaha direktorat. 5.4.1. Air Limbah 5.4.1.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah

A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Air Limbah Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah, antara lain: 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional. Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air. Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

97

Page 118: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai dan tersedianya sistem air limbah skala komunitas/kawasan/kota.

5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent standard).

B. Lingkup Pengelolaan Air Limbah Air Limbah yang dimaksud disini adalah air limbah permukiman (Municipal Wastewater) yang terdiri atas air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Air buangan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dapat menimbulkan pengaruh yang merugikan terhadap kualitas lingkungan sehingga perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan air limbah permukiman di Indonesia ditangani melalui dua sistem yaitu sistem setempat (onsite) ataupun melalui sistem terpusat (offsite). Sanitasi sistem setempat (onsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual sedangkan sanitasi sistem terpusat (offsite) adalah sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). 5.4.1.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Air

Limbah Permukiman A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman Untuk melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen

98

Page 119: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, SPPIP, SSK dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan air limbah sesuai dengan karakteristik di masing-masing Kabupaten/Kota. Tujuan dari bagian ini adalah: • Teridentifikasinya rumusan isu strategis pengelolaan air limbah di Kabupaten/Kota; • tereviewnya isu strategis pengembangan air limbah dari dokumen terkait. Berikut adalah isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain: 1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman

Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).

2. Peran Masyarakat Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.

3. Peraturan perundang-undangan Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.

4. Kelembagaan Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.

5. Pendanaan Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah.

99

Page 120: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Setiap Kabupaten/Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan air limbah menjadi dasar dalam pengembangan infrastrukturair limbah dan akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman Setiap Kab/Kota wajib menyajikan gambaran secara umum kondisi eksisting sistem pengelolaan air limbah yang ada saat ini di Kabupaten/Kota masing-masing baik pada aspek teknis maupun pada aspek non teknis pendukung. Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan air limbah yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini: a. Aspek teknis

Berisi hal-hal yang berkaitan dengan prasarana dan sarana air limbah yang mencakup: 1. Sistem prasarana dan sarana air limbah (sistem setempat/on-site, sistem

terpusat/off-site); 2. jumlah, masalah, dan kondisi prasarana dan sarana air limbah; 3. tingkat pelayanan prasarana dan sarana air limbah.

Kondisi eksisiting pengembangan air limbah secara teknis dapat ditampilkan sebagaimana dicontohkan pada tabel-tabel berikut:

Tabel 5.37 Kapasitas Pelayanan Eksisting

Prasarana dan Sarana Jumlah Kapasitas Sistem

Pengolahan Lembaga Pengelola

Keterangan Kondisi

Truk Tinja …….. unit ………..m3 IPLT IPAL Dst.

Tabel 5.38 Cakupan Pelayanan Sistem Onsite

No. Kecamatan

Jumlah PS Sanitasi sistem Onsite Pengumpulan Pengolahan

Jamban Keluarga MCK Lainnya Septik

tank Cubluk Lainnya

1. 2. dst

100

Page 121: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.39 Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat

No. Lokasi/ Tempat

Sistem Dibangun

Tahun Cakupan

Pelayanan Kondisi MCK ++

IPAL Komunal

1. 2.

Tabel 5.40 Cakupan Pelayanan air limbah Sistem Off-site

No. Nama IPAL Sistem Dibangun Tahun Kondisi

1. 2.

Tabel 5.41 Parameter Teknis Wilayah

No. Uraian Besaran Keterangan Karakteristik Fisik Kota 1. Jumlah Penduduk ………….. Jiwa Tingkat Kepadatan - Sangat Tinggi

(>400 jiwa/hektar)

- Tinggi (300-400 jiwa/hektar)

…………. Ha

- Sedang (200-300 jiwa/hektar)

…………. Ha

- Rendah (<200 jiwa/hektar)

…………. Ha

2. Tipe Bangunan Rumah Tangga

- Permanen …….%KK atau unit - Semi Permanen …….%KK atau unit - Tidak Permanen …….%KK atau unit 3. Badan Air - Nama Sungai - Peruntukan - Tidak Permanen - Debit ……….Liter/detik - kualitas ……….BOD Mg/liter

……….COD Mg/liter

101

Page 122: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

b. Pendanaan Menguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayai penyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana air limbah seperti pembiayaan pembangunan sarana individual, pengurasan tanki septik, retribusi air limbah sistem komunal dan tempat-tempat umum, serta anggaran Pemda (APBD) untuk pengelolaan air limbah permukiman.

c. Kelembagaan Menguraikan organisasi pengelolaan air limbah yang mencakup bentuk organisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, dan sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkan kemampuan organisasi pengelola air limbah saat ini.

d. Peraturan Perundangan Berisi peraturan perundangan terkait pengelolaan air limbah permukiman yang dimiliki saat ini oleh masing-masing Kabupaten/Kota misalnya terkait tentang Struktur Organisasi dan Tupoksi pengelola air limbah, retribusi, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).

e. Peran Serta Swasta dan Masyarakat Menguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan air limbah serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kota/Kabupaten yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan air limbah, perilaku masyarakat dalam BAB, kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan air limbah baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pembangunan prasarana dan sarana air limbah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.

C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Air Limbah

i. Identifikasi Permasalahan Air Limbah Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

102

Page 123: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan informasi permasalahan teknis dan non teknis pada sub sektor air limbah. Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk Tabel seperti pada tabel 5.42

Tabel 5.42 Contoh Permasalahan Pengelolaan Air Limbah Yang Dihadapi

Aspek Non-Teknis

No. Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

A. Kelembagaan: - Bentuk Organisasi - Tata Laksana (Tupoksi, SOP,dll) - Kualitas dan Kuantitas SDM B. Perundangan terkait sektor air limbah (Perda, Pergub, Perwali,dst) C. Pembiayaan:

- Sumber-sumber pembiayaan (APBD

Prov/Kabkota/swasta/masyarakat/dll) - Retribusi

D. Peran serta Masyarakat dan swasta Aspek Teknis

No. Aspek Pengelolaan Air Limbah Permasalahan Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

E. Teknis Operasional: 1. Sistem On-Site Sanitation: - MCK - Jamban keluarga/cubluk/septik tank - Septik tank komunal - PS sanitasi berbasis masyarakat - Truk tinja - IPLT 2. Sistem Off Site Sanitation: - Sambungan rumah - Sistem jaringan pengumpul - Sistem sanitasi berbasis masyarakat - IPAL

103

Page 124: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Permasalahan Pembangunan Sektor Air Limbah di Indonesia, secara umum adalah: (1) Belum optimalnya penanganan air limbah (2) Tercemarnya badan air khususnya air baku oleh limbah (3) Belum optimalnya manajemen air limbah:

a. Belum optimalnya perencanaan; b. belum memadainya penyelenggaraan air limbah.

ii. Tantangan dan Peluang Pengembangan Sektor Air Limbah

Setiap Kab/Kota wajib menguraikan tantangan dan peluang sesuai karakteristik Kab/Kota masing-masing terkait pembangunan sektor air limbah. Tantangan Sektor Air Limbah meliputi tantangan internal dan tantangan eksternal. Tantangan internal berhubungan dengan cakupan pelayanan air limbah, kejadian penyakit karena buruknya pengelolaan air limbah, perlindungan sumber air baku, kualitas kelembagaan, penggalian sumber dana serta pembagian porsi dana APBN dan APBD. Sedangkan tantangan eksternal berkaitan dengan target RPJMN bebas pembuangan tinja secara terbuka di tahun 2014 dan Target MDGs 7c terlayaninya 50% masyarakat yang belum mendapatkan akses air limbah sampai tahun 2015.

Selain itu, Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumen RPIJM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaan Air Limbah. Target pelayanan dasar bidang Air Limbah sesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar Pelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 5.43.

104

Page 125: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.43 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010

Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu Pencapaian Ket

Indikator Nilai Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan)

Air Limbah Permu-kiman

Tersedianya sistem air limbah setempat yang memadai.

60% 2014 Dinas yg membidangi

PU

Tersedianya sistem air limbah skala komunitas/ kawasan/kota

5% 2014 Dinas yg membidangi

PU

Peluang dalam pengelolaan air limbah adalah telah diaturnya kewajiban penanggulangan pencemaran terhadap lingkungan dan perlindungan sumber air baku dalam tataran undang-undang sampai dengan peraturan daerah. Peraturan perundangan juga telah mengatur keterpaduan penanganan air limbah dengan pengembangan sistem penyediaan air minum. Peluang yang lain adalah adanya peningkatan kesadaran masyarakat dalam penyelenggaraan air limbah permukiman.

5.4.1.3 Analisis Kebutuhan Air Limbah A. Analisis Kebutuhan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Air Limbah adalah menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan air limbah kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan air limbah, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need). Pada bagian ini Kab./Kota harus menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan air limbah secara teknis dan non teknis baik sistem setempat individual, komunal maupun terpusat skala kota, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan air limbah adalah analisis sistem pengelolaan air limbah (on site dan off site), analisis jaringan perpipan air limbah untuk sistem terpusat, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel 5.44 berikut ini.

105

Page 126: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.44 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah

Aspek Non Teknis

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V A Peraturan terkait sektor air limbah - Ketersediaan Peraturan bidang Air

Limbah (Perda, Pergub, Perwali,dst)

B Kelembagaan - Bentuk Organisasi - Ketersediaan tata laksana (Tupoksi,

SOP, dll)

- Kualitas dan kuantitas SDM C Pembiayaan - Sumber pembiayaan (APBD Prov/

Kab/kota/swasta/masyarakat/dll)

- Tarif Retribusi - Realisasi penarikan retribusi

(%terhadap target)

D Peran swasta dan masyarakat (Sudah ada/belum ada/ bentuk kontribusi, dll)

Aspek Teknis

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V A. Sistem setempat (on site) - Ketersediaan dan kondisi IPLT (ada/tidak,

baik/rusak)

- Kapasitas IPLT ……….M3 - Tingkat cakupan Pelayanan IPLT (% dari target) - Ketersediaan dan kondisi Truk

tinja (….unit, baik/rusak)

- Biaya O&P - Kualitas efluen IPLT (BOD dan

COD) ……….Mg/liter ……….Mg/liter

- Ketersediaan Sistem pengolahan air limbah skala kecil/kawasan/ komunitas

(…….unit, baik/rusak)

106

Page 127: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V B. Sistem Terpusat (off site) - Ketersediaan dan kondisi IPAL (ada/tidak,

baik/rusak)

- Kapasitas IPAL ……….M3 - Tingkat cakupan Pelayanan IPAL (% dari target) - Biaya O&P - Kualitas efluen IPAL (BOD dan

COD) ……….Mg/liter ……….Mg/liter

5.4.1.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Air Limbah A. Program Pembangunan Prasarana Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan

Komunal Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem setempat dan komunal Kriteria Lokasi

Kawasan rawan sanitasi (padat, kumuh, dan miskin) di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan Sanitasi berbasis masyarakat (Sanimas);

kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat. Lingkup Kegiatan: Rekruitmen dan pembiayaan Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) untuk kegiatan

Sanitasi Berbasis Masyarakat; pelatihan TFL secara regional termasuk refreshing/coaching; pengadaan material dan upah kerja untuk pembangunan prasarana air limbah

(septic tank komunal, MCK++, IPAL komunal); TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihan

KSM/mandor/tukang dan pemberdayaan masyarakat; pembangunan jaringan pipa air limbah dan IPAL untuk kawasan RSH; membangun/rehabilitasi unit IPLT dan peralatannya dalam rangka membantu

pemulihan atau meningkatkan kinerja pelayanan; sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat dan

pengelolaan Septic Tank; produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan

masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

107

Page 128: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kriteria Kesiapan: Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim

surat minat untuk mengikuti PPSP; tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah

dibebaskan); sudah terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang

(non Sanitasi Berbasis Masyarakat), termasuk draft dokumen RKM untukkegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat ;

sudah ada MoU antara Pengembang dan pemerintah kab./kota (IPAL RSH); sudah terdapat institusi yang nantinya menerima dan mengelola prasarana

yang dibangun; pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi dan

pemeliharaan.

Skema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site) dan KomunalSkema Kebijakan Pendanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Setempat (on-site)dan Komunal dipaparkan pada gambar 5.4

Gambar 5.4 Sistem Pengolahan Air Limbah Setempat/On-Site dan Komunal

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP

108

Page 129: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Gambar 5.4 menunjukan pembagian peran antara pemerintah pusat dan pemerintah kabupaten/kota dalam pembangunan infrastruktur pengolahan air limbah sistem setempat (on-site). Peran pemerintah pusat adalah membantu pendanaan fasilitator dan konstruksi PS air limbah skala kawasan, serta membangun IPLT. Pemerintah daerah mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

B. Pembangunan Prasarana Air Limbah Terpusat (off-site) Kriteria kegiatan infrastruktur air limbah sistem terpusat (off-site) skala kota adalah: Kriteria Lokasi:

Kota yang telah mempunyai infrastruktur air limbah sistem terpusat (seweragesystem) seperti Medan, Parapat, Batam, Cirebon, Manado, Tangerang, Jakarta,Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Denpasar, Balikpapan dan Banjarmasin;

kota yang telah menyusun Master Plan Air Limbah serta DED untuk tahunpertama, yang terdiri dari 8 kota yaitu Bandar Lampung, Batam, Bogor, Cimahi,Palembang, Makassar, Surabaya dan Pekanbaru;

sasaran kota (pusat kota) besar/metropolitan dengan penduduk > 1 juta jiwa. Lingkup Kegiatan:

Rehabilitasi unit IPAL dan peralatannya dalam rangka membantu pemulihanatau meningkatkan kinerja pelayanan;

pengadaan/pemasangan pipa utama (main trunk sewer) dan pipa utamasekunder (secondary main trunk sewer) yaitu pengembangan jaringanperpipaan untuk mendukung perluasan kemampuan pelayanannya dalamrangka pemanfaatan kapasitas idle;

TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihanoperator IPAL;

sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPAL; produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan

masyarakat, pedoman dan lain sebagainya). Kriteria Kesiapan:

Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirimsurat minat untuk mengikuti PPSP;

tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudahdibebaskan), dan lahan disediakan oleh Pemda (±6000 m²);

terdapat dokumen perencanaan yang lengkap, termasuk dokumen lelang; sudah ada institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun; pemerintah kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk pembangunan pipa

lateral & sambungan rumah dan biaya operasi dan pemeliharaan.

109

Page 130: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat Skema Kebijakan Pendanaan Pengembangan Air Limbah Sistem Terpusat (off-site) dipaparkan dalam gambar 5.5.

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP Gambar 5.5 Sistem Pengolahan Air Limbah Terpusat/Off Site (skala kota)

Dalam pengembangan pengolahan air limbah sistem terpusat, pemerintah pusat memiliki peran melakukan pembangunan IPAL dan mengembangkan jaringan pipa sewer sampai dengan pipa lateral. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pembangunan sambungan rumah.

5.4.2 Persampahan

5.4.2.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Persampahan

A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Persampahan Beberapa peraturan perundangan yang mengamanatkan tentang sistem pengelolaan persampahan, antara lain: 1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Panjang Nasional.

110

Page 131: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Berdasarkan undang-undang No. 17 tahun 2007, aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masih rendah, yaitu baru mencapai 18,41 persen atau mencapai 40 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan akan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi (air limbah dan persampahan) dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.

3. Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.Peraturan ini mengatur penyelenggaraan pengelolaan sampah yang mencakup pembagian kewenangan pengelolaan sampah, pengurangan dan penanganan sampah, maupun sanksi terhadap pelanggaran pengelolaan sampah. Pasal 20 disebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan penyelenggaraan pengelolaan sampah sebagai berikut: - Menetapkan target pengurangan sampah secara bertahap dalam jangka waktu

tertentu; - Memfasilitasi penerapan teknologi yang ramah lingkungan; - Memfasilitasi penerapan label produk yang ramah lingkungan; - Memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan mendaur ulang; dan - Memfasilitasi pemasaran produk-produk daur ulang. Pasal 44 disebutkan bahwa pemerintah daerah harus menutup tempat pemrosesan akhir sampah (TPA) yang dioperasikan dengan sistem pembuangan terbuka (open dumping) paling lama 5 (lima) tahun terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang 18 tahun 2008 ini

4. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan SistemPenyediaan Air Minum. Peraturan ini menyebutkan bahwa PS Persampahan meliputi proses pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan dan pembuangan akhir, yang dilakukan secara terpadu.

5. Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan SampahRumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Peraturan Pemerintah ini merupakan pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang meliputi: a. kebijakan dan strategi pengelolaan sampah;b. penyelenggaraan pengelolaan sampah;c. kompensasi;d. pengembangan dan penerapan teknologi;e. sistem informasi;f. peran masyarakat; dang. pembinaan.

111

Page 132: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang StandarPelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.Peraturan ini mensyaratkan tersedianya fasilitas pengurangan sampah diperkotaan dan sistem penanganan sampah di perkotaan sebagai persyaratanminimal yang harus dipenuhi oleh Pemerintah/Pemda.

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Persampahan Sampah dapat didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah yang dikelola dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan UU 18 tahun 2008 yaitu: a) Sampah rumah tangga yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga

(tidak termasuk tinja); b) Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan komersial, kawasan

industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dll; c) Sampah spesifik meliputi sampah beracun, sampah akibat bencana, bongkaran

bangunan, sampah yang tidak dapat diolah secara teknologi, dan sampah yang timbul secara periodik. Sampah spesifik harus dipisahkan dan diolah secara khusus. Apabila belum ada penanganan sampah B3 maka perlu ada tempat penampungan khusus di TPA secara aman sesuai peraturan perundangan.

Pengelolaan sampah dapat didefinisikan sebagai semua kegiatan yang berkaitan dengan pengendalian timbulan sampah, pengumpulan, transfer dan transportasi, pengolahan dan pemrosesan akhir sampah dengan mempertimbangkan faktor kesehatan lingkungan, ekonomi, teknologi, konservasi, estetika, dan faktor lingkungan lainnya.

5.4.2.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Persampahan

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan Untuk merumuskan isu strategis ini, perlu dilakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, MDGs, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, Dokumen SPPIP, Rencana Induk Persampahan dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan permukiman di Kabupaten/Kota.

Berikut adalah isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain:

112

Page 133: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1. Kapasitas Pengelolaan SampahKapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah

perkotaan antara 2-4% per tahun. Dengan bertambahnya penduduk,pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengipeningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan. Rendahnyakualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicuberbagai protes masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaansampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuangsampah sembarangan atau membakar sampah di tempat terbuka.

c. Keterbatasan Lahan TPAKeterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dankota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkankebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala denganbanyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan KelembagaanMasih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulatorsekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitasdan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan PembiayaanKemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasipendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skalaprioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya danapenarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampahmenjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampakpada buruknya kualitas penanganan sampah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/SwastaKurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampahdan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukansebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swastaberinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuatpengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

5. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan HukumLemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dankurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendaladalam penanganan sampah.

113

Page 134: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Setiap kabupaten/kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing karena isu strategis ini akan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, prasarana dan sarana, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencanan Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM).

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan persampahan yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini: a. Aspek teknis

Menguraikan sistem pengelolaan persampahan aspek teknis saat ini yang dilaksanakan oleh masyarakat (individu/komunal), pemerintah/dinas dan swasta, meliputi hal-hal berikut:

1) Teknik Operasional pengelolaan persampahan:- Sumber sampah yang dihasilkan dan ditangani (m3/hari); - Jumlah sampah terkumpul, terangkut dan terolah sd TPA (m3/hari); - Cakupan pelayanan (ha).

2) Daerah Pelayanan dan Kondisi Spesifiknya (fisik dan sosial);3) Upaya pengurangan sampah di sumber melalui kegiatan 3R (reduce,

reuse, recycle);4) Kapasitas kerja dan efisiensi pemanfaatan;5) Dampak negatif yang terjadi akibat sistem pengelolaan persampahan yang

ada;6) Pola Penanganan (Pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan,

pengolahan, pembuangan akhir);7) Rentang tanggung jawab instansi terkait dalam teknik operasional.

Kondisi eksisting pengembangan persampahan sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 5.45 Contoh Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Saat Ini No. Uraian Volume Ket. 1. Cakupan pelayanan ………. % 2. Perkiraan timbulan sampah ………...M3/hari3. Timbulan sampah yang

terangkut:- Permukiman- Non Permukiman- Total

………...M3/hari ………...M3/hari ………...M3/hari

4. Kapasitas Pelayanan TPA ………...M3/hari

114

Page 135: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.46 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Sistem Pengelolaan/ Sub Sistem

Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas per unit

Jumlah

Lokasi Layanan

Pengadaan Kondisi Ket.

Tahun Sumber Dana

Jumlah Biaya

DIKELOLA OLEH MASYARAKAT 1. Pewadahan. a. Bin/Tong Sampah2.Pengumpulan a. Gerobak sampah

b. Becak sampahc. Lainnya

3.Penampungan Sementara

a. Transfer depob. Containerc. lainnya

4.Pengangkutan a. Dump Truck b. Arm Roll Truck

5. Pengolahan a. Pengomposanb. Daur ulang

DIKELOLA OLEH PEMERINTAH 1. Pewadahan. a. Bin/Tong Sampah2. Pengumpulan a. Gerobak sampah

b. Becak sampahc. Lainnya

3. Penampung-an Sementara

a. Transfer depob. Containerc. lainnya

4. Pengangkutan

a. Dump Truckb. Arm Roll Truck

5. Pengolahan a. Pengomposanb. Daur ulang

115

Page 136: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sistem Pengelolaan/ Sub Sistem

Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas per unit

Jumlah

Lokasi Layanan

Pengadaan Kondisi Ket.

Tahun Sumber Dana

Jumlah Biaya

Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Nama dan Lokasi TPA:

A. TPA……………….Lokasi ……………..(sistem yang digunakan………………….) B. TPA……………….Lokasi…………..(sistem yang digunakan………………….)

6. TPA ………… 1. Pembuangan Akhira. Alat beratb. Luas area TPA

2. Pengendalianpencemaran di TPA

a. Lapisan kedap airb. Perpipaan

pengumpul lindic. Instalasi pengolahan

lindid. Buffer zonee. Perpipaan gas

metanf. Sumur monitoringg. Drainase air hujan3. Sarana

penunjanga. Jalan masukb. Kantorc. Pos jagad. Bengkel, garasi,

cuci kendaraane. Jembatan

timbang

116

Page 137: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sistem Pengelolaan/ Sub Sistem

Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas per unit

Jumlah

Lokasi Layanan

Pengadaan Kondisi Ket.

Tahun Sumber Dana

Jumlah Biaya

DIKELOLA OLEH SWASTA 1. Pewadahan. a. Bin/TongSampah2. Pengumpulan a. Gerobak sampah

b. Becak sampahc. Lainnya

3.Penampungan Sementara

a. Transfer depob. Containerc. lainnya

4.Pengangkutan a. Dump Truck b. Arm Roll Truck

5. Pengolahan a. Pengomposanb. Daur ulang

Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Nama dan lokasi TPA:

A. TPA……………….Lokasi…………(sistem yang digunakan………………….) B. TPA……………….Lokasi…………(sistem yang digunakan………………….) C. Dst.

6. TPA ………… 1. Pembuangan Akhira. Alat beratb. Luas area TPA

2. Pengendalianpencemaran di TPA

a. Lapisan kedap airb. Perpipaan

pengumpul lindic. Instalasi pengolahan

lindid. Buffer zone

117

Page 138: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sistem Pengelolaan/ Sub Sistem

Prasarana dan Sarana Satuan Kapasitas per unit

Jumlah

Lokasi Layanan

Pengadaan Kondisi Ket.

Tahun Sumber Dana

Jumlah Biaya

e. Perpipaan gas metan

f. Sumur monitoringg. Drainase air hujan3. Sarana

penunjanga. Jalan masukb. Kantorc. Pos jagad. Bengkel, garasi,

cuci kendaraane. Jembatan

timbang

118

Page 139: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

b. PendanaanMenguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayaipenyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana persampahanseperti pembiayaan pembangunan sarana individual, retribusi persampahan sertaanggaran pemerintah kota/kabupaten untuk pengelolaan persampahan. Dalamaspek pendanaan perlu juga diuraikan tentang;1) Sumber Pendapatan (Pemda, Retribusi);2) Struktur biaya operasional;

o Pengumpulan dan penyampuran;o Penampungan sementara;o Pengangkutan;o Pembuangan akhir.

3) Struktur tarif retribusi;o Kondisi dan kemampuan daerah;o Kemampuan masyarakat;o Institusi yang mengelola retribusi.

c. KelembagaanMenguraikan organisasi pengelolaan persampahan yang mencakup bentukorganisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, sertakualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harusmencerminkan kemampuan organisasi pengelola persampahan saat ini.Termasuk juga informasi tentang:1) Pelaksanaan penanganan sampah skala sumber, kawasan, kota/kabupaten

dan regional;2) pemisahan fungsi regulator dan operator pengelolaan persampahan

Kabupaten/Kota.d. Peraturan Perundangan

Menguraikan peraturan-peraturan yang sudah ada saat ini yang terkait denganpengelolaan persampahan (tingkat propinsi dan kabupaten/kota), diantaranya:1) Peraturan perundangan tentang kebersihan;2) Peraturan perundangan tentang Pembentukan badan pengelola

persampahan skala kota/kabupaten;3) Peraturan perundangan tentang retribusi (struktur tarif, prosedur dan

kewajiban pelanggan);4) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala

regional dengan pemerintah kota/kabupaten lain;5) Peraturan perundangan tentang kerjasama pengelolaan persampahan skala

kawasan dengan badan usaha swasta;

119

Page 140: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

6) Peraturan perundangan tentang peran serta masyarakat.Dalam aspek peraturan perundangan perlu juga diuraikan tentang Kesesuaian peraturan dan kondisi lapangan serta pelaksanaan peraturan yang ada

e. Peran Serta MasyarakatMenguraikan peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan persampahan serta kondisi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di dalam masyarakat Kota/Kabupaten yang meliputi kesediaan masyarakat membayar retribusi, penerimaan masyarakat terhadap aturan terkait pengelolaan persampahan, perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah (apakah sudah melakukan 3R), kegiatan-kegiatan apa yang telah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatan kampanye dan edukasi terkait pengelolaan persampahan baik yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah serta operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.

B. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Persampahan i. Identifikasi Permasalahan Persampahan

Setiap Kab/Kota wajib menguraikan besaran masalah yang dihadapi di Kab./Kota masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan pada sub sektor persampahan. Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk tabel identifikasi permasalahan seperti yang dicontohkan pada tabel 5.47.

120

Page 141: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.47 Contoh Permasalahan Pengelolaan Persampahan Yang Dihadapi

Aspek Non Teknis

No. Aspek Pengelolaan Persampahan Permasalah

Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

A. Kelembagaan: - Bentuk Organisasi Pengelola - Tata Laksana (Tupoksi, SOP, Dll) - Kuantitas dan Kualitas SDM

B. Pembiayaan: - Sumber-sumber pembiayaan (APBD

Prov/Kab,kota/swasta/masyarakat/dll) - Retribusi

C. Perundangan: (Perda, Pergub, Perwali,dst)

D. Peran serta Masyarakat dan swasta

Aspek Teknis

No. Aspek Pengelolaan Persampahan Permasalah

Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

E. Teknis Operasional: 1. Dokumen perencanaan (MP, FS,

DED) 2. Pewadahan3. Pengumpulan4. Penampungan Sementara5. Pengangkutan6. Pengolahan 3R7. Pengelolaan Akhir di TPA8. Pengendalian pencemaran di TPA9. Sarana penunjang TPA

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum adalah: (1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah

sampah per kapita meningkat); (2) Belum optimalnya manajemen persampahan:

121

Page 142: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai denganmonitoring dan evaluasi);

b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan(kapasitas, pendanaan dan asset manajemen);

c. Belum memadainya penanganan sampah.

ii. Tantangan Pengembangan PersampahanSetiap Kabupaten/Kota perlu menguraikan tantangan dan peluang sesuaikarakteristik masing-masing daerah terkait pembangunan sektor persampahan.Tantangan dalam sektor persampahanan meliputi peningkatan cakupanpelayanan, peningkatan kelembagaan, penggalian sumber dana dari pihakswasta, peningkatan kondisi dan kualitas TPA melalui peningkatan komitmenstakeholder kota/kabupaten dalam hal alokasi pembiayaan dan inovasi teknologipengolahan sampah, peningkatan pelaksanaan program 3R, serta peningkatanupaya penegakan hukum atas pelanggaran pembuangan sampah.

Tantangan lainnya adalah dalam rangka pemenuhan Standar PelayananMinimum. Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen PUNo.14/PRT/M/2010 yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian daribeban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke PU an,khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan didalam dokumenRPIJM yang merupakan tantangan tersendiri bagi pelayanan pengelolaanPersampahan. Target pelayanan dasar bidang Persampahan sesuai denganPeraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang Standar PelayananMinimum dapat dilihat melalui tabel 5.48.

Tabel 5.48 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010 Standar Pelayanan Minimal Waktu

Pencapaian Ket

Jenis Pelayanan Dasar Indikator Nilai

Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan & Persampahan)

Pengelolaan sampah

Tersedianya fasilitas pengurangan sampah di perkotaan.

20% 2014 Dinas yg membidangi PU

Tersedianya sistem penanganan sampah di perkotaan.

70% 2014 Dinas yg membidangi PU

122

Page 143: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.4.2.3 Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

A. Analisis Kebutuhan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kebutuhan Sistem Persampahan adalah uraian faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan persampahan kota, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need).

Pada bagian ini Kabupaten/Kota harus menguraikan kebutuhan komponen pengelolaan persampahan yang meliputi aspek teknis operasional (sejak dari sumber sampai dengan pengolahan akhir sampah), aspek kelembagaan, aspek pendanaan, aspek peraturan perundangan dan aspek peran serta masyarakat, serta memperlihatkan arahan struktur pengembangan prasarana kota yang telah disepakati. Analisis yang terkait dengan kebutuhan persampahan adalah analisis sistem pengelolaan persampahan, analisis kualitas dan tingkat pelayanan serta analisis ekonomi. Hasil analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel 5.49 berikut ini:

Tabel 5.49 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah Aspek non teknis

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V A Peraturan terkait Persampahan

- Ketersediaan Peraturan bidang Persampahan (Perda, Pergub, Perwali,dst)

B Kelembagaan - Bentuk Organisasi - Ketersediaan tata laksana

(Tupoksi, SOP, dll) - Kualitas dan kuantitas SDM

C Pembiayaan - Sumber pembiayaan (APBDProv/

Kab/kota, swasta/masyarakat/dll) - Tarif Retribusi - Realisasi penarikan retribusi

(%terhadap target) D Peran swasta dan masyarakat

(Sudah ada, blm ada, bentuk kontribusi, dll)

123

Page 144: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Aspek teknis

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V Teknis Operasional

1. Perencanaan (dokumenMP, FS, DED)

2. Prasarana dan sarana

Pewadahan a. Bin/Tong Sampah

(unit,kondisi)

Pengumpulan a. Gerobak sampahb. Becak sampahc. Lainnya

(unit,kondisi)

Penampungan Sementara a. Transfer depob. Containerc. lainnya

(unit,kondisi)

Pengangkutan a. Dump Truckb. Arm Roll Truckc. Lainnya

(unit,kondisi)

Pengolahan a. Pengomposanb. Daur ulangc. Lainnya

(unit,kondisi)

TPA 1. Pemerosesan Akhir

a. Alat berat(excavator, dll)

b. Lahan TPA2. Fasilitas umum

a. Jalan masukb. Air bersihc. Kantor

3. Pengendalianpencemaran di TPAa. Lapisan kedap airb. Perpipaan

pengumpul lindic. Instalasi

pengolahan lindi

(unit,kondisi)

..........ha

(baik,rusak, aspal,tanah, dll) (tersedia/tidak) (ada/tidak, kondisi)

124

Page 145: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V d. Buffer zonee. Perpipaan gas

metanf. Sumur monitoringg. Drainase air hujan

4. Sarana penunjanga. Jalan operasib. Pos jagac. Bengkel, garasi,

tempat cucikendaraan

d. Jembatan timbange. Tanah penutup

5.4.2.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Persampahan

A. Pembangunan Prasarana TPA Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pemrosesan akhir sampah (TPA)

Lingkup Kegiatan :- Peningkatan Kinerja TPA Pembuatan tanggul keliling TPA, jalan operasional, perbaikan saluran gas

dan saluran drainase serta pembuatan sel dan lapisan bawah yang kedap sesuai persyaratan sanitary landfill;

Pengadaan alat berat setelah TPA selesai dibangun dan pemerintahkab./kota bersedia mengoperasikan TPA secara sanitary landfill;

Pembuatan jalan akses, pagar hijau (buffer zone) di sekeliling TPA,pembangunan pos pengendali, sumur pemantau, jembatan timbang, kantor operasional oleh pemerintah kab./kota ;

Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan dana untuk pengolahansampah di TPA serta pengadaan alat angkut sampah (melalui MoU Pemda dan Dit. PPLP);

TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakanpelatihan operator Instalasi Pengolahan Leachate (IPL);

Sosialisasi/diseminasi NSPM pengelolaan IPL; Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan

masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

125

Page 146: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

- Pengembangan TPA Regional Penyiapan MOU antara 2 (dua) atau lebih kab./kota untuk pengelolaan TPA

bersama secara regional; Penetapan daerah yang akan memanfaatkan TPA, serta yang bersedia

menyediakan lahan sebagai lokasi TPA regional; Penyerahan urusan pengelolaan teknis TPA regional kepada Provinsi,

selanjutnya Pemerintah Provinsi membentuk unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional;

Fasilitasi pembentukan unit pelaksana teknis pengelolaan TPA regional.- Pemanfaatan Prasarana dan Sarana yang ada Rehabilitasi Prasarana Sarana; Melengkapi Prasarana Sarana yang telah ada; Peningkatan Operasi dan Pemeliharaan.

- Penyediaan Prasarana dan Sarana Persampahan atau Pembinaan Sistem Modul Persampahan: Pengadaan dan penambahan peralatan; Pembangunan Prasarana dan sarana; Pilot Project TPA.

- Piranti Lunak Peningkatan kelembagaan; Peningkatan peran serta masyarakat dan swasta; Penyiapan hukum dan kelembagaan.

Kriteria KesiapanKondisi dan persyaratan perolehan program tersebut di atas adalah:

(1) Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirimsurat minat untuk mengikuti PPSP;

(2) Adanya minat/permohonan dari Pemerintah Kabupaten/Kota untuk prasaranayang direncanakan;

(3) Adanya dokumen Master Plan Persampahan/Studi/DED;(4) Adanya kesiapan lahan;(5) Adanya kesiapan institusi pengelola.

B. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R Kriteria kegiatan infrastruktur tempat pengolahan sampah terpadu 3R Lokasi: Kawasan permukiman di perkotaan yang memungkinkan penerapan kegiatan

berbasis masyarakat; Kawasan rumah sederhana sehat (RSH) yang berminat.

126

Page 147: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Lingkup Kegiatan: Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat (sebagai pengelola),

penyusunan rencana kegiatan; Pembangunan hanggar, pengadaan alat pengumpul sampah, alat komposting; Tempat Pengolahan Sampah (TPS) 3R dapat difungsikan sebagai pusat

pengolahan sampah tingkat kawasan, daur ulang atau penanganan sampahlainnya dari kawasan yang bersangkutan;

TOT kepada Tim Pelatih Kabupaten/Kota untuk dapat melaksanakan pelatihanKSM dan pemberdayaan masyarakat;

Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM TPS 3R; Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan

masyarakat, pedoman dan lain sebagainya). Kriteria Kesiapan: Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim

surat minat untuk mengikuti PPSP; Tidak terdapat permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan sudah

dibebaskan); Penanganan secara komunal yang melayani sebagian/seluruh sumber sampah

yang ada di dalam kawasan; Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk mengurangi beban

sampah yang akan diangkut ke TPA; Pengoperasian dan pemilahan sistem ini dibiayai dan dilaksanakan oleh

kelompok masyarakat di kawasan itu sendiri; Pemerintah Kabupaten/Kota akan melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Pengelolaan Persampahan dipaparkan pada gambar 5.6 berikut.

127

Page 148: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP Gambar 5.6 Sistem Pengelolaan Sampah

Dalam pembangunan infrastruktur TPA, pemerintah pusat mempunyai peran membangun TPA Regional dan pengadaan alat berat yang diperlukan, revitalisasi TPA menjadi semi sanitary/control landfill; pilot pembangunan TPA kota dengan sistem semi sanitary/control landfill dan pilot pembangunan STA antara. Dalam pembangunan TPST 3R pemerintah pusat melakukan Pilot pembangunan TPS 3R serta penyediaan tenaga fasilitator pada waktu persiapan pelaksanaan dan program pelatihan. Sedangkan pemerintah kabupaten/kota mempunyai peran dalam penyiapan lahan, biaya operasi dan pemeliharaan, penyiapan transportasi dari sumber ke TPA, serta pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi.

5.4.3. Drainase

5.4.3.1 Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Drainase

A. Arahan Kebijakan Pengelolaan Drainase Beberapa peraturan perundangan yang mengatur tentang sistem pengelolaan drainase, antara lain:

128

Page 149: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional.Aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan sarana dan prasarana masihrendah berdasarkan UU No.17 tahun 2007. Untuk sektor drainase, cakupanpelayanan drainase baru melayani 124 juta jiwa.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.Mengatur Pembagian wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, PemerintahProvinsi, Pemerintah Kab./Kota dan Pemerintah Desa dalam pengelolaan sumberdaya air

3. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 tentang Rencana PembangunanJangka Menengah Nasional 2010 – 2014Sasaran pembangunan Nasional bidang AMPL telah ditetapkan dalam RPJMNtahun 2010-2014 khususnya drainase adalah menurunnya luas genangansebesar 22.500 ha di 100 kawasan strategis perkotaan.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang StandarPelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.Dalam upaya pengelolaan sistem drainase perkotaan guna memenuhi SPM perlutersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehinggatidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kalisetahun.

B. Ruang Lingkup Pengelolaan Drainase Seiring dengan pertumbuhan penduduk perkotaan yang amat pesat di Indonesia dan pembangunan tempat tinggal penduduk yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang (RTR) seperti di daerah-daerah yang seharusnya jadi resapan/tempat parkir air (Retarding Pond) dan daerah-daerah bantaran sungai mengakibatkan peningkatan volume air yang masuk ke saluran drainase dan sungai sehingga terlampauinya kapasitas penyediaan prasarana dan sarana drainase perkotaan dan daya tampung sungai. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah terjadinya banjir atau genangan yang semakin meningkat.

Drainase yang dimaksud disini adalah drainase perkotaan yang didefinisikan sebagai drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat. Dalam upaya pengelolaan sistem drainase di banyak kota di Indonesia pada umumnya masih bersifat parsial, sehingga tidak menyelesaikan permasalahan banjir dan genangan secara tuntas. Pengelolaan drainase perkotaan harus dilaksanakan secara menyeluruh, mengacu kepada SIDLACOM dimulai dari tahap Survey, Investigation

129

Page 150: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

(investigasi), Design (perencanaan), Operation (Operasi) dan Maintanance (Pemeliharaan), serta ditunjang dengan peningkatan kelembagaan, pembiayaan serta partisipasi masyarakat. Peningkatan pemahaman mengenai sistem drainase kepada pihak yang terlibat baik pelaksana maupun masyarakat perlu dilakukan secara berkesinambungan.

5.4.3.2 Isu Strategis, Kondisi Eksisting, Permasalahan, dan Tantangan Drainase

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase Kab/Kota wajib melakukan rumusan isu strategis pengembangan Drainse di daerah Kabupaten/Kota yang sedang berkembang dan membutuhkan penanganan. Dalam melakukan rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen-dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman tingkat nasional maupun daerah, seperti dokumen RPJMN, RPJMD, RTRW Kabupaten/Kota, Renstra Dinas, Dokumen SPPIP, Rencana Induk Drainase dan dokumen lainnya yang selaras menyatakan isu strategis pengembangan Drainase di Kabupaten/Kota.

Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Indonesia antara lain: 1. Belum adanya ketegasan fungsi sistem drainase

Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase, untuk mengalirkan kelebihan airpermukaan/mengalirkan air hujan, apakah juga berfungsi sebagai saluran airlimbah permukiman (“grey water”). Sedangkan fungsi dan karakteristik sistemdrainase berbeda dengan air limbah, yang tentunya akan membawa masalahpada daerah hilir aliran. Apalagi kondisi ini akan diperparah bila ada sampah yangdibuang ke saluran akibat penanganan sampah secara potensial oleh pengelolasampah dan masyarakat.

2. Pengendalian debit puncakUntuk daerah-daerah yang relatif sangat padat bangunan sehingga mengurangiluasan air untuk meresap, perlu dibuatkan aturan untuk menyiapkanpenampungan air sementara untuk menghindari aliran puncak. Penampungan-penampungan tersebut dapat dilakukan dengan membuat sumur-sumur resapan,kolam-kolam retensi di atap-atap gedung, didasar-dasar bangunan, waduk,lapangan, yang selanjutnya di atas untuk dialirkan secara bertahap.

3. Kelengkapan perangkat peraturanAspek hukum yang harus dipertimbangkan dalam rencana penanganan drainasepermukiman di daerah adalah:

130

Page 151: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

• Peraturan Daerah mengenai ketertiban umum perlu disiapkan sepertipencegahan pengambilan air tanah secara besar-besaran, pembuangansampah di saluran, pelarangan pengurugan lahan basah dan penggunaandaerah resapan air (wet land), termasuk sanksi yang diterapkan.

• Peraturan koordinasi dengan utilitas kota lainnya seperti jalur, kedalaman,posisinya, agar dapat saling menunjang kepentingan masing-masing.

• Kejelasan keterlibatan masyarakat dan swasta, sehingga masyarakat danswasta dapat mengetahui tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.

• Bentuk dan struktur organisasi, uraian tugas dan kualitas personil yangdibutuhkan dalam penanganan drainase harus di rumuskan dalam peraturandaerah.

4. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/SwastaKurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan salurandrainase terlihat dari masih banyaknya masyarakat yang membuang sampah kedalam saluran drainase, kurang peduli dalam perawatan saluran, maupunpenutupan saluran drainase dan pengalihan fungsi saluran drainase sebagaibangunan, kolam ikan dll.

5. Kemampuan PembiayaanKemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasipendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skalaprioritas penanganan pengelolaan drainase baik dari segi pembangunan maupunbiaya operasi dan pemeliharaan. Permasalahan pendanaan secara keseluruhanberdampak pada buruknya kualitas pengelolaan drainase perkotaan.

6. Penanganan Drainase Belum TerpaduPembangunan sistem drainase utama dan lokal yang belum terpadu, terutamamasalah peil banjir, disain kala ulang, akibat banjir terbatasnya masterplandrainase sehingga pengembang tidak punya acuan untuk sistem lokal yangberakibat pengelolaan sifatnya hanya pertial di wilayah yang dikembangkannyasaja.

Setiap Kab./Kota wajib merumuskan isu strategis yang ada di daerah masing-masing. Isu strategis dalam pengembangan drainase perkotaan menjadi dasar dalam pengembangan infrastruktur, serta akan menjadi landasan penyusunan program dan kegiatan dalam Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) yang lebih berpihak kepada pencapaian MDGs, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian cita-cita pembangunan nasional.

131

Page 152: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

B. Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase Kondisi umum pembangunan Drainase di Indonesia dapat diuraikan secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Proporsi rumah tangga yang telah terlayani saluran drainase dengan kondisi

berfungsi baik/mengalir lancar mencapai 52,83% b. Proporsi rumah tangga dengan kondisi saluran drainase mengalir lambat atau

tergenang mencapai 14,49% c. Proporsi rumah tangga yang tidak memiliki saluran drainase 32,68%.

Untuk menggambarkan kondisi eksisting pengembangan drainase yang telah dilakukan pemerintah Kota/Kabupaten, perlu diuraikan hal-hal berikut ini: a. Aspek teknis

Menguraikan dan melampirkan peta yang berisi kondisi jaringan drainase kota, baik kondisi fisik, kapasitas saluran dan fungsinya. Diuraikan juga sejauh mana sistem jaringan yang ada berfungsi dalam mengatasi masalah genangan/banjir yang terjadi. Perlu juga digambarkan mengenai daerah dan tingkat pelayanan sistem drainase yang ada dilihat dari cakupan daerah aliran sungai (DAS) dan daerah tangkapan air hujan, serta perlu di jelaskan daerah rawan genangan di Kota/Kabupaten masing-masing. Pada aspek teknis ini perlu ditampilkan: 1. Gambar peta genangan Kabupaten/Kota.2. Gambar peta jaringan sistem drainase (klasifikasi sistem drainase primer dan

sekunder termasuk jaringan jalan kota).

Kondisi eksisiting pengembangan drainase sebagaimana diuraikan di atas dapat ditampilkan dalam tabel 5.50 sebagaimana dicontohkan berikut ini:

Tabel 5.50 Contoh Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

No. Nama

Jalan/Lokasi Saluran

Panjang (m)

Dimensi Luas Catchment Area (Ha)

Konstruksi Saluran Kondisi

Pengadaan Ket. Tinggi

(m) Lebar

(m) Tahun Sumber Dana

Jumlah Biaya

1. 2. 3.

Saluran A Saluran B Saluran C

Sumber: (diiisi menurut sumber data yang didapat)

132

Page 153: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

b. PendanaanMenguraikan kemampuan masyarakat/Pemda/Swasta dalam membiayaipenyediaan serta operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainaseperkotaan seperti pembiayaan pembangunan serta anggaran Pemda (APBD) untukO&P sarana prasarana yang ada.

c. KelembagaanMenguraikan organisasi pengelolaan drainase perkotaan yang mencakup bentukorganisasi (lampirkan struktur organisasi), uraian tugas, tata laksana kerja, dansumber daya manusia yang dimiliki. Uraian tersebut harus mencerminkankemampuan organisasi pengelola drainase perkotaan saat ini.

d. Peraturan PerundanganBerisi peraturan perundangan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan yangdimiliki saat ini oleh masing-masing Kabupaten/Kota misalnya terkait tentangStruktur Organisasi dan Tupoksi pengelola, perundangan misalnya kejadian untuktidak bermukim di bantaran sungai atau saluran drainase, masalah pertanahan diperkotaan yang relatif rumit, dll (perda, SK walikota/kabupaten, SK Direktur).

e. Peran Serta Masyarakat dan swastaPartisipasi masyarakat merupakan bagian penting dari kegiatan pembangunansistem drainase perkotaan. Bagian ini menguraikan peran serta masyarakat danswasta dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan yang meliputi kesediaanmasyarakat peduli dan menjaga aliran drainase, penerimaan masyarakat terhadapaturan terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan, kegiatan-kegiatan apa yangtelah dilakukan dalam mendorong peran serta masyarakat misalnya saja kegiatankampanye dan edukasi terkait pengelolaan sistem drainase perkotaan baik yangdiselenggarakan oleh pemerintah setempat/swasta, maupun peran masyarakat danswasta dalam pembangunan prasarana dan sarana drainase serta operasi danpemeliharaan sarana dan prasarana yang ada.

C. Permasalahan Dan Tantangan Pengembangan Drainase i. Identifikasi Permasalahan Drainase Perkotaan

Setiap Kab/Kota perlu menguraikan permasalahan yang dihadapi masing-masing dengan membandingkan antara kondisi yang ada dengan sasaran yang ingin dicapai, untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need) dan kebutuhan pengembangan (development need) yang ditinjau dari aspek teknis, keuangan dan kelembagaan. Selain itu, dilakukan inventarisasi persoalan setiap masalah yang sudah dirumuskan dengan mempertimbangkan tipologi serta parameter-parameter teknis yang ada di kawasan tersebut.

133

Page 154: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Dari kegiatan inventarisasi tersebut akan didapatkan data-data permasalahan teknis dan non teknis pada sub sektor drainase. Permasalahan Pembangunan Sektor Drainase di Indonesia secara umum adalah: - Kapasitas sistem drainase tidak sesuai dengan kondisi saat ini; - Belum memadainya penyelenggaraan sistem drainase.

Hasil identifikasi permasalahan dituangkan dalam bentuk Tabel Identifikasi permasalahan seperti tabel 5.51:

Tabel 5.51 Contoh Identifikasi Permasalahan Pengelolaan Drainase Yang Dihadapi Aspek Non-Teknis

No. Aspek Pengelolaan Drainase Permasalahan

Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

A. Kelembagaan: - Bentuk Organisasi - Tata Laksana (Tupoksi, SOP,dll) - Kualitas dan Kuantitas SDM

B. Perundangan terkait sektor drainase (Perda, Pergub, Perwali,dst)

C. Pembiayaan: - Sumber-sumber pembiayaan (APBD

Prov/Kab,kota/swasta/masyarakat/dll)

D. Peran serta Masyarakat dan swasta

Aspek Teknis

No. Aspek Pengelolaan Sistem Drainase Permasalahan

Yang Dihadapi

Tindakan Yang Sudah Dilakukan

Yang Sedang Dilakukan

Teknis Operasional PS:

1. Aspek Perencanaan (Master Plan, FS, DED)

2. A. Saluran• Primer• Sekunder• Tersier

B. Turap C. Bangunan pelengkap (gorong-gorong,

pintu air, pompa, talang, dst) D. Waduk,kolam retensi, sumur resapan

134

Page 155: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

ii. Tantangan Pengembangan DrainaseSetiap Kab/Kota wajib menguraikan tantangan sesuai karakteristik Kab/Kotamasing-masing terkait pembangunan sektor drainase. Tantangan yang dihadapisecara umum di Indonesia adalah mencegah penurunan kualitas lingkunganpermukiman di perkotaan, optimalisasi fungsi pelayanan dan efisiensi prasaranadan sarana drainase yang sudah terbangun, peningkatan dan pengembangansistem yang ada, pembangunan baru secara efektif dan efisien yang menjangkaumasyarakat berpenghasilan rendah dan menunjang terwujudnya lingkunganperumahan dan permukiman yang bersih dan sehat serta meningkatkan ekonomimasyarakat berpenghasilan rendah.

Tantangan lainnya adalah adanya Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010Tentang Standar Pelayanan Minimum menekankan tentang target pelayanandasar bidang PU yang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota.Target pelayanan dasar yang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5ayat 2, dapat dilihat sebagai bagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaanyang menangani bidang ke PU an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yangdituangkan didalam dokumen RPIJM yang merupakan tantangan tersendiri bagipelayanan pengelolaan Drainase. Target pelayanan dasar bidang Drainasesesuai dengan Peraturan Menteri PU Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang StandarPelayanan Minimum dapat dilihat melalui tabel 5.52 dibawah ini.

Tabel 5.52 Standar Pelayanan Minimal Bidang Cipta Karya berdasarkan Permen PU No.14/PRT/M/2010

No Jenis Pelayanan Dasar Standar Pelayanan Minimal Batas Waktu

Pencapaian Ket Indikator Nilai

Penyehatan Lingkungan Permukiman (Sanitasi Lingkungan dan Persampahan)

Drainase Tersedianya sistem jaringan drainase skala kawasan dan skala kota sehingga tidak terjadi genangan (lebih dari 30 cm, selama 2 jam) dan tidak lebih dari 2 kali setahun

50% 2014 Dinas yg membidangi PU

135

Page 156: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.4.3.3 Analisis Kebutuhan Drainase

A. Analisis Kebutuhan Pada bagian ini Kab./Kota harus menguraikan faktor-faktor yang mempengaruhi sistem drainase kota. Melakukan analisis atas dasar besarnya kebutuhan penanganan drainase, baik itu untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat (basic need) maupun kebutuhan pengembangan kota (development need). Analisis yang terkait dengan kebutuhan drainase adalah analisis Bidang Teknis maupun non teknis yang mencakup kelembagaan, pembiayaan, peraturan dan peran serta masyarakat dan swasta. Analisis kebutuhan dituangkan dalam tabel 5.53 berikut ini.

Tabel 5.53 Contoh Analisis Kebutuhan dan Target Pencapaian Daerah

Aspek Non Teknis

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V A Peraturan terkait sektor

drainase - Ketersediaan Peraturan bidang

Drainase (Perda, Pergub, Perwali,dst)

B Kelembagaan - Bentuk Organisasi - Ketersediaan tata laksana

(Tupoksi, SOP, dll) - Kualitas dan kuantitas SDM

C Pembiayaan - Sumber pembiayaan

(APBDProv/Kab,kota/swasta/ masyarakat/dll)

D Peran swasta dan masyarakat (Sudah ada, blm ada, bentuk kontribusi, dll)

136

Page 157: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Aspek Teknis

No. Uraian Kondisi Eksisting

Kebutuhan Ket. Tahun

I Tahun

II Tahun

III Tahun

IV Tahun

V Teknis Operasional PS

1. Aspek Perencanaan (Master Plan, FS, DED)

2. A. Saluran• Primer• Sekunder• Tersier

B. Turap C. Bangunan pelengkap (gorong-

gorong, pintu air, pompa, talang, dst)

D. Waduk, kolam retensi, sumur resapan

5.4.3.4 Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase

A. Pembangunan Prasarana Drainase Kriteria kegiatan infrastruktur drainase perkotaan Kriteria Lokasi :

Kota-kota yang sudah memiliki Master Plan Drainase Perkotaan dan DEDuntuk tahun pertama;

Kawasan-kawasan permukiman dan strategis di perkotaan (Metropolitan/KotaBesar) yang rawan genangan.

Lingkup Kegiatan : Pembangunan saluran drainase primer (macro drain), pembangunan kolam

retensi, dan bangunan pelengkap utama lainnya (pompa, saringan sampah,dsb);

Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier (micro drain) olehpemerintah kab.kota;

Sosialisasi/diseminasi/ kampanye NSPM pengelolaan saluran drainasetermasuk kegiatan pembersihan sampah di sekitar saluran drainase;

Produk materi penyuluhan/promosi kepada masyarakat; Penyediaan media komunikasi (brosur, pamflet, baliho, iklan layanan

masyarakat, pedoman dan lain sebagainya).

137

Page 158: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Kriteria Kesiapan : Sudah memiliki RPIJM dan SSK/Memorandum Program atau sudah mengirim

surat minat untuk mengikuti PPSP; Dilaksanakan dalam rangka pengurangan lokasi genangan di perkotaan; Terintegrasi antara makro drain dan mikro drain, serta dengan sistem

pengendali banjir; Terdapat institusi yang menerima dan mengelola prasarana yang dibangun; Tidak ada permasalahan lahan (lahan sudah dibebaskan, milik Pemkot/kab); Pemerintah kab./kota bersedia menyediakan alokasi dana untuk biaya operasi

dan pemeliharaan; Pemerintah Kabupaten/Kota akan melaksanakan penyuluhan kepada

masyarakat.

Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan Skema Kebijakan Pendanaan Sistem Drainase Perkotaan dipaparkan pada gambar 5.7 berikut.

Sumber: Direktorat Pengembangan PLP Gambar 5.7 Sistem Drainase Perkotaan

Dalam pembangunan sistem drainase perkotaan, pemerintah pusat mempunyai peran dengan mengembangkan sistem yang terintegrasi dengan sistem makro, serta memfasilitasi pilot drainase mandiri. Sedangkan, pemerintah kabupaten kota berperan dalam penyediaan lahan, penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan, dan pemberdayaan masyarakat pasca konstruksi

138

Page 159: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5.4.4 Usulan Program Dan Kegiatan

5.4.4.1 Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Sanitasi

Usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi disusun berdasarkan paket-paket fungsional dan sesuai kebijakan prioritas program seperti pada RPJM. Penyusunan usulan program tersebut memperhatikan kebutuhan RPP berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Dengan demikian usulan sudah mencakup pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pembangunan ekonomi. Usulan program yang diajukan sesuai dengan hasil analisis dan identifikasi yang telah dilakukan. Selain itu, perlu juga diperhatikan keterpaduan dengan sektor-sektor lainnya. Usulan program harus dapat mencerminkan besaran dan prioritas program, dan manfaatnya ditinjau dari segi fungsi, kondisi fisik, dan non-fisik antar kegiatan dan pendanaannya.

Penjabaran program-program tersebut disesuaikan dengan struktur tatanan program RPJMN yang diwujudkan dalam paket-paket proyek/program. Program yang dicakup dalam Pengelolaan Air Limbah meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini: 1. Pembangunan pengelolaan air limbah setempat dan pembangunan Instalasi

Pengolah Lumpur Tinja (IPLT); 2. Pembangunan sistem perpipaan air limbah sederhana komunitas berbasis

masyarakat (khusus bagi kawasan kumuh dan padat); 3. Pembangunan pengelolaan air limbah sistem terpusat (IPAL);4. Operasi dan pemeliharaan;5. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan air limbah;6. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan pemeliharaan

sarana yang telah dibangun.7. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

Program yang dicakup dalam Pengelolaan Persampahan meliputi kegiatan berikut ini: 1. Pembangunan prasarana dan sarana TPA sampah;2. Pembangunan prasarana dan sarana TPST 3R;3. Operasi dan pemeliharaan;4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan persampahan;5. Penyuluhan meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan 3R;6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

139

Page 160: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Program yang dicakup dalam pengelolaan sistem drainase perkotaan meliputi kegiatan-kegiatan berikut ini: 1. Pelaksanaan rehabilitasi saluran yang ada;2. Pembangunan saluran yang baru;3. Operasi dan pemeliharaan;4. Pengembangan dan pemantapan kelembagaan pengelolaan drainase;5. Penyuluhan dan pengelolaan dan pemeliharaan bangunan drainase bagi

Pemerintahan Kabupaten/Kota dan masyarakat;6. Piranti lunak: MP/outline plan, FS atau DED.

5.4.4.2 Pembiayaan Proyek Pengembangan Sanitasi

Pembiayaan proyek perlu disusun berdasarkan klasifikasi tanggung jawab masing-masing Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Pusat, Swasta dan masyarakat. Jika ada indikasi program pengelolaan sanitasi (air limbah, persampahan dan drainase) yang melibatkan swasta perlu dilakukan kajian lebih mendalam untuk menentukan kelayakannya. Untuk program yang memerlukan analisis kelayakan keuangan, hasil analisis harus dilampirkan dan merupakan bagian dari kajian pembiayaan dan keuangan.

Pembiayaan kegiatan pengelolaan sanitasi sebagaimana diusulkan dapat berasal dari dana Pemerintahan Kabupaten/Kota, masyarakat, swasta, dan bantuan Pemerintah Pusat. Bantuan Pemerintah Pusat dapat berbentuk proyek biasa (pemerataan dalam pemenuhan prasarana sarana dasar), bantuan stimulan, bantuan proyek khusus (menurut pengembangan kawasan). Macam bantuan disesuaikan dengan tingkat kebutuhannya.

Format pembiayaan kegiatan drainase disesuaikan dengan arahan bidang keuangan, secara garis besar terdiri dari tabel program belanja (expenditures programme), tabel financing plan, dan tabel memorandum proyek seperti pada tabel 5.54.

140

Page 161: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 5.54 Contoh Tabel Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan PLP Kabupaten/Kota

NO

OUTPUT

LOKASI VOLUME SATUAN

SUMBER DANA TAHUN KET. INDIKATOR

OUTPUT APBN APBD PROV

APBD KAB/KOTA

CSR SWASTA/MASYARAKAT

1 2 3 4 5

RINCIAN MURNI PLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19)

KEGIATAN: PENGATURAN, PEMBINAAN, PENGAWASAN, DAN PENYELENGGARAAN SANITASI LINGKUNGAN (AIR LIMBAH, DRAINASE) SERTA PENGEMBANGAN SUMBER PEMBIAYAAN DAN POLA INVESTASI PERSAMPAHAN

1 Layanan Perkantoran Jumlah bulan layanan Perkantoran

Bln/tahun

xxx 2 Peraturan Pengembangan PLP

Jumlah NSPK Nasional Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman

NSPK

xxx 3 Laporan Pembinaan Pelaksanaan PLP

Jumlah Laporan Pembinaan Penyelenggaraan Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman

Laporan

xxx 4 Laporan Pengawasan Pelaksanaan PLP

Jumlah Laporan Pengawasan Penyelenggaraan Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman

Laporan

4.a4.b

141

Page 162: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

NO

OUTPUT

LOKASI VOLUME SATUAN

SUMBER DANA TAHUN KET. INDIKATOR

OUTPUT APBN APBD PROV

APBD KAB/KOTA

CSR SWASTA/MASYARAKAT

1 2 3 4 5

RINCIAN MURNI PLN (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) 5 Infrastruktur Air Limbah

Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Air Limbah Dengan Sistem Off-Site dan Sistem On-Site

Kawasan

5.a5.b

6 Infrastruktur Drainase Perkotaan Jumlah Kawasan yang Terlayani Infrastruktur Drainase Perkotaan

Kab/Kota

7 Infrastruktur Tempat Pemrosesan Akhir Sampah Jumlah Kab/Kota yang Telayani Infrastruktur Stasiun Antara Dan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah

Kab/Kota

7.a7.b

8 Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/ 3R

Jumlah Kawasan yang Telayani Infrastruktur Tempat Pengolah Sampah Terpadu/3R

Kawasan

8.aTOTAL

142

Page 163: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB VI ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL

RPIJM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalisir pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan. 6.1 Aspek Lingkungan Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPIJM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut: 1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014: “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis: Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

143

Page 164: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan. Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidang Cipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu: 1. Pemerintah Pusat

a. Menetapkan kebijakan nasional. b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria. c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS. d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan

hidup. f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai pengendalian dampak

perubahan iklim dan perlindungan lapisan ozon. g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan

nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah. h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduan masyarakat. j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi

a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi. b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi. c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL. d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan,

peraturan daerah, dan peraturan kepala daerah kabupaten/kota. e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasan kepada

kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan. g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota. b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota. c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal dan UKL-UPL.

144

Page 165: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup. e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

6.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena: 1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan

infrastruktur. 2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM

berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

KLHS disusun oleh Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dengan dibantu oleh Dinas Lingkungan Hidup sebagai instansi yang memiliki tugas dan fungsi terkait langsung dengan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di kota/kabupaten. Koordinasi penyusunan KLHS antar instansi diharapkan dapat mendorong terjadinya transfer pemahaman mengenai pentingnya penerapan prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup untuk mendorong terjadinya pembangunan berkelanjutan. Tahapan Pelaksanaan KLHS Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2) kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

145

Page 166: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tahap 1 dilakukan dengan penapisan (screening) dengan menyusun tabel 6.1.

Tabel 6. 1. Kriteria Penapisan Usulan Program/Kegiatan Bidang Cipta Karya

No. Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan*

Kesimpulan: (Signifikan/

Tidak Signifikan) 1. Perubahan Iklim

2. Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

3.

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,

4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

6.

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

7. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

*) didukung data dan informasi yang menjelaskan apakah kebijakan, rencana dan/atau program yang ditapis menimbulkan risiko/dampak terhadap lingkungan hidup Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM. Namun, jika teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun KLHS dengan tahapan sebagai berikut:

146

Page 167: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut: a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya

Tujuan identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah: 1) Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam

pelaksanaan KLHS; 2) Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32

Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 3) Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana

dan/atau program memperoleh legitimasi atau penerimaan oleh publik; 4) Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk

menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.

Tabel 6.2 Contoh Proses Identifikasi Pemangku Kepentingan dan Masyarakat

dalam penyusunan KLHS Bidang Cipta Karya

Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Contoh Lembaga

Pembuat keputusan a. Bupati/Walikota b. DPRD

Penyusun kebijakan, rencana dan/atau program

Dinas PU-Cipta Karya

Instansi a. Dinas PU-Cipta Karya b. BPLHD

Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian (perorangan/tokoh/ kelompok)

a. Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya b. Asosiasi profesi c. Forum-forum pembangunan

berkelanjutan dan lingkungan hidup d. LSM/Pemerhati Lingkungan hidup e. Perorangan/tokoh f. kelompok yang memiliki data dan

informasi berkaitan dengan SDA Masyarakat terkena Dampak a. Lembaga Adat

b. Asosiasi Pengusaha c. Tokoh masyarakat d. Organisasi masyarakat e. Kelompok masyarakat tertentu

(nelayan, petani dll)

147

Page 168: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan: 1) penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek

sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek tersebut;

2) pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan 3) membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Tabel 6.3 Contoh Proses Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

Bidang Cipta Karya Pengelompokan Isu-isu Pembangunan

Berkelanjutan Bidang Cipta Karya Penjelasan Singkat*

Lingkungan Hidup Permukiman Isu 1: kecukupan air baku untuk air minum Contoh: Kekeringan, menurunnya kualitas air

Kota ... mempunyai sumber air baku dari sungai ... yang sudah tercemar

Isu 2: Pencemaran lingkungan oleh infrastruktur yang tidak berfungsi maksimal Contoh: pencemaran tanah oleh septictank yang bocor, pencemaran badan air oleh air limbah permukiman

Isu 3: dampak kawasan kumuh terhadap kualitas lingkungan Contoh: kawasan kumuh menyebabkan penurunan kualitas lingkungan

Ekonomi Isu 4: kemiskinan berkorelasi dengan kerusakan lingkungan Contoh: pencemaran air mengurangi kesejahteraan nelayan di pesisir

Sosial Isu 5: Pencemaran menyebabkan berkembangnya wabah penyakit Contoh: menyebarnya penyakit diare di permukiman kumuh

*) meliputi deskripsi lokasi, penyebab, intensitas dan sebaran dampak

148

Page 169: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)

Tabel 6.4 Contoh Tabel Identifikasi KRP No.

Komponen kebijakan,

rencana / program Kegiatan Lokasi (Kelurahan)

1.

Pengembangan Permukiman

1). 2). Dst

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

1). 2). Dst

3. Pengembangan Air Minum

1). 2). Dst

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman

1). 2). Dst

d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

149

Page 170: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.5 Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah

No.

Komponen kebijakan, rencana dan/atau program*

Pengaruh pada Isu-Isu Strategis Berdasarkan Aspek-Aspek Pembangunan Berkelanjutan**

Bobot Lingkungan Hidup Permukiman Bobot Sosial Bobot

Ekonomi Total Bobot

*** Isu 1: … Isu 2: … Isu 1: …

Isu 2: …

Isu 1: …

Isu 2: …

1.

Pengembangan Permukiman

1). 2). Dst

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan

. 1). 2). Dst

3. Pengembangan Air minum 1). 2).

Dst 4. Pengembangan

Penyehatan Lingkungan Permukiman 1). 2).

Dst Ket: *) Program sesuai dengan Renstra Cipta Karya **) ditentukan melalui argumen/logika sederhana melalui diskusi antar pemangku kepentingan,

dengan melihat data dan kondisi eksisting seperti peta, data angka, dll. ***) pembobotan ditentukan dari nilai -3 sd. +3, yang menunjukkan besaran pengaruh keterkaitan

yang merugikan (-) maupun menguntungkan atau bernilai positif (+). Bobot dengan nilai negatif merupakan prioritas untuk ditentukan alternatif penyempurnaan KRPnya.

150

Page 171: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan kebijakan, rencana, dan/atau program dan menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dilakukan pengembangan beberapa alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau mengubah rancangan kebijakan, rencana dan/atau program ini dengan mempertimbangkan antara lain:

a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan, rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.

b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau program.

c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan kebijakan, rencana, dan/atau program.

d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.

Tabel 6.6 Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP No.

Komponen kebijakan,

rencana dan/atau program Alternatif Penyempurnaan KRP

1.

Pengembangan Permukiman 1). 2). Dst

2. Penataan Bangunan dan Lingkungan 1). 2). Dst

3. Pengembangan Air minum 1).

2).

4. Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman 1) 2)

151

Page 172: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

3. Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

Tabel 6.7 Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS No.

Komponen Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Rekomendasi Perbaikan KRP dan Pengintegrasian Hasil KLHS

1. Pengembangan Permukiman 2. Penataan Bangunan dan

Lingkungan

3. Pengembangan Air minum 4. Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman

Untuk Kabupaten/Kota yang telah menyusun dan memiliki dokumen KLHS RTRW Kabupaten/Kota, maka hasil olahan di dalam KLHS tersebut dapat dijadikan bahan masukan bagi kajian perlindungan lingkungan dalam RPIJM. KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran rencana-program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH. Tabel 6.8 menjelaskan beberapa perbedaan antara KLHS dan Amdal.

152

Page 173: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.8 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal)

a) RujukanPeraturanPerundangan

i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup

ii. Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umumKLHS

i. UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan PengelolaanLingkungan Hidup

ii. Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatanbidang PU wajib UKL UPL

iii. Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usaha dan/ataukegiatan Wajib AMDAL

b) PengertianUmum

Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usaha dan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yang dapat menimbulkan perubahan terhadap rona lingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadap lingkungan.

c) Kewajibanpelaksanaan

Pemerintah dan Pemerintah Daerah Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yang masuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)

d) Keterkaitanstudilingkungandengan:

i. Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP danRPIM

ii. Kebijakan, rencana dan/atau program yangberpotensi menimbulkan dampak dan/atau resikolingkungan

Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan

e) Mekanismepelaksanaan

i. pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup disuatu wilayah;

ii. perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan,rencana, dan/atau program; dan

iii. rekomendasi perbaikan untuk pengambilankeputusan kebijakan, rencana, dan/atau programyang mengintegrasikan prinsip pembangunanberkelanjutan.

i. Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompetensebagai penyusun AMDAL

ii. Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDAL yangdibentuk oleh Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikotasesuai kewenangannya dan dibantu oleh Tim Teknis.

iii. Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasiberupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan kepadaMenteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuai dengankewenangannya.

153

Page 174: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) iv. Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkan

rekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkanKeputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

f) Muatan StudiLingkungan

i. Isu Strategis terkait Pembangunan Berkelanjutanii. Kajian pengaruh rencana/program dengan isu-

isu strategis terkait pembangunan berkelanjutaniii. Alternatif rekomendasi untuk rencana/program

i. Kerangka acuan;ii. Andal; daniii. RKL-RPL.

Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal dan RKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.

g) Output Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah.

Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuai kewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan.

h) Outcome i. Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alat untukmelakukan perbaikan kebijakan, rencana,dan/atau program pembangunan yang melampauidaya dukung dan daya tampung lingkungan.

ii. segala usaha dan/atau kegiatan yang telahmelampaui daya dukung dan daya tampunglingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidakdiperbolehkan lagi.

i. Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan

ii. Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yang diwajibkaniii. Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yang

tercantum dalam RKL RPL.

i) Pendanaan APBD Kabupaten/Kota i. Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKL-RPL)didanai oleh pemrakarsa,

ii. Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dansekretariat Penilai AMDAL dibebankan pada APBN/APBD

iii. Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisiAMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.

iv. Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan padaanggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsi dankabupaten/kota

154

Page 175: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Deskripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) j) Partisipasi

MasyarakatMasyarakat adalah salah satu komponen dalam kabupaten/kota yang dapat mengakses dokumen pelaksanaan KLHS

Masyarakat yang dilibatkan adalah: i. Yang terkena dampak;ii. Pemerhati lingkungan hidup; dan/atauiii. Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusan dalam

proses AMDALk) Atribut

Lainnya:a. Posisi

Hulu siklus pengambilan keputusan Akhir sklus pengambilan keputusan

b. Pendekatan Cenderung pro aktif Cenderung bersifat reaktif c. Fokus

analisisEvaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan

Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

d. Dampakkumulatif

Peringatan dini atas adanya dampak komulatif Amat terbatas

e. Titik berattelaahan

Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan

Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative

f. Alternatif Banyak alternatif Alternatif terbatas jumlahnya g. Kedalaman Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk

mengarahkan visi dan kerangka umum Sempit, dalam dan rinci

h. Deskripsiproses

Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu

Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir

i. Fokuspengendalian dampak

Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan Menangani gejala kerusakan lingkungan

j. InstitusiPenilai

Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS

Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

Sumber: - hasil analisa - Triarko Nurlambang dalam KLHS Penyeberangan Selat Sunda; Identifikasi Awal

155

Page 176: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

6.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 6.9 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran A. Persampahan:

a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dg sistemControl landfill/sanitary landfill: - luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total

> 10 ha > 100.000 ton

b. TPA di daerah pasang surut:- luas landfill, atau- Kapasitas Total

semua kapasitas/besaran

c. Pembangunan transfer station:- Kapasitas > 500 ton/hari

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampahterpadu: - Kapasitas > 500 ton/hari

e. Pengolahan dengan insinerator:- Kapasitas semua kapasitas

f. Composting Plant:- Kapasitas > 500 ton/hari

g. Transportasi sampah dengan kereta api:- Kapasitas > 500 ton/hari

156

Page 177: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

No. Jenis Kegiatan Skala/Besaran B. Pembangunan Perumahan/Permukiman: a. Kota metropolitan, luas > 25 ha b. Kota besar, luas > 50 ha c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C. Air Limbah Domestik a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: - Luas, atau

- Kapasitasnya > 2 ha > 11 m3/hari

b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya:

- Luas, atau - Kapasitasnya

> 3 ha > 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah: - Luas layanan, atau

- Debit air limbah > 500 ha > 16.000 m3/hari

D. Pembangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km b. Kota sedang, panjang: > 10 km E. Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi - Luas layanan > 500 ha b. Pembangunan jaringan transmisi - panjang > 10 km

Sumber: Permen LH 5/2012

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen AMDAL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 6.10

157

Page 178: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.10 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

a. Persampahan

i. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlledlandfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:• Luas kawasan, atau < 10 Ha• Kapasitas total < 10.000 ton

ii. TPA daerah pasang surut• Luas landfill, atau < 5 Ha• Kapasitas total < 5.000 ton

iii. Pembangunan Transfer Station• Kapasitas < 1.000 ton/hari

iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu• Kapasitas < 500 ton

v. Pembangunan Incenerator• Kapasitas < 500 ton/hari

vi. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos• Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

b. Air LimbahDomestik/Permukiman

i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)termasuk fasilitas penunjang• Luas < 2 ha• Atau kapasitas < 11 m3/hari

ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)• Luas < 3 ha• Atau bahan organik < 2,4 ton/hari

iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman• Luas < 500 ha• Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

c. DrainasePermukaanPerkotaan

i. Pembangunan saluran primer dan sekunder• Panjang < 5 km

ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasanpemukiman• Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha

d. Air Minum

i. Pembangunan jaringan distribusi:• luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha

ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi• Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km

158

Page 179: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km• Pedesaan, Panjang : -

iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber airpermukaan lainnya (debit)• Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps• Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps

iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap• Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps

v. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan:• Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5

lps - < 50 lps• Kegiatan lain dengan tujuan komersil: 1,0 lps - < 50 lps

e. PembangunanGedung

i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata danrekreasi, terminal dan bangunan gedung tempatpenyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasukmushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunanpura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedungpelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan,keudayaan, laboratorium, dan bangunangedungpelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasipertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yangditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yangmelintasi prasarana dan atau sarana umum: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

159

Page 180: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya 2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk

mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau di atas air: 1) Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran,

perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat penyimpanan: 5000 m2 s.d. 10.000 m2

2) Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

3) Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, kebudayaan, laboratorium, dan bangunangedung pelayanan umum : 5000 m2 s.d. 10.000 m2

4) Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

f. Pengembangan kawasan permukiman baru

i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja; • Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan: < 10 ha

160

Page 181: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat

kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan); • Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan Siap Bangun/ Lingkungan Siap Bangun) • Jumlah hunian: < 500 unit rumah; • Luas kawasan: < 10 ha

g. Peningkatan Kualitas Permukiman

i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk; • Luas kawasan: < 10 ha

ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil; • Luas kawasan: < 10 ha

iii. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP) • Luas kawasan: < 10 ha

h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk, dan dapat dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun • Luas kawasan: < 5 ha

Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

161

Page 182: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.11 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH 1. Pengembangan

Permukiman1). 2). Dst

2. Penataan Bangunan danLingkungan1). 2). Dst

3. Pengembangan Air minum1). 2).

4. PengembanganPenyehatan LingkunganPermukiman1)2)

Keterangan: Beri tanda centang (v) dalam kolom Amdal, UKL-UPL atau SPPLH

6.2 Aspek Sosial

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

162

Page 183: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut: 1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional: Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan

dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yangkurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal diwilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak ditingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagiPembangunan untuk Kepentingan Umum: Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan

tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dankemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjaminkepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka MenengahNasional Tahun 2010-2014: Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program

pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatankerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, danpercepatan pembangunan infrastruktur dasar.

Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses danpartisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untukmeningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalamPembangunan Nasional Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan

gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasionalyang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, sertakewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

163

Page 184: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1. Pemerintah Pusat:a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat strategis

nasional ataupun bersifat lintas provinsi.b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yangbersifat

strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, sertaprogram lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan danprogram pembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidangCipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi:a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yang bersifat regional

ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat

regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, sertaprogram lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan danprogram pembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender, khususnyauntuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota:a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, sertaprogram lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

d. Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan danprogram pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender,khususnya untuk bidang Cipta Karya.

164

Page 185: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

6.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Kemiskinan Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindak-lanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang pada tabel 6.12berikut.

Tabel 6.12 Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota/Kabupaten

No. Lokasi Jumlah

Penduduk Miskin

Kondisi Umum Permasalahan

Bentuk Penanganan yang Sudah Dilakukan

Kebutuhan Penangan

an

1. Kawasan ...Kelurahan…Kecamatan…..

Jml Penduduk:…Jml KK: …

Mata Pencaharian secara umum: … Kondisi lingkungan: …Kondisi hunian umum: … Status kepemilikan hunian secara umum:…

Program / Kegiatan:… Tahun:…. Bentuk Penanganan:….

2. Dst. ..

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok

tanpa diplester.4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

165

Page 186: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500

m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaanlainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp.

500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, ataubarang modal lainnya.

Jika minimal 9 variabel terpenuhi maka suatu rumah tangga dikategorikan sebagai rumah tangga miskin.

Pengarusutamaan Gender Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector Project (NUSSP), Pengembangan Infrasruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW), Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasia Masyarakat (PAMSIMAS), Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP), Rural Infrastructure Support (RIS) to PNPM, Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS), Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), dan Studi Evaluasi Kinerja Program Pemberdayaan Masyarakat bidang Cipta Karya. Menindaklanjuti hal tersebut maka diperlukan suatu pemetaan awal untuk mengetahui bentuk responsif gender dari masing-masing kegiatan, manfaat, hingga permasalahan yang timbul sebegai pembelajaran di masa datang di daerah.

166

Page 187: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.13 Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan Gender di Kota/Kabupaten

No. Program / Kegiatan

Lokasi

Tahun

Bentuk Keterlibatan/ Akses

Tingkat Partisipasi Perempuan

(jumlah)

Kontrol Pangambilan Keputusan

oleh Perempuan

Manfaat

Permasalahan yang Perlu

Diantisipasi di Masa Datang

1 Pemberdayaan Masyarakat a PNPM

Perkotaan

b PISEW

c PAMSIMAS

d PPIP

e. RIS PNPM

f. SANIMAS

2 Non Pemberdayaan Masyarakat a Penyusuna

n RTBL

b. Dll.

6.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman kembali.

167

Page 188: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1. Konsultasi masyarakatKonsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepadamasyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibatpembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untukmenampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untukbahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perludilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL danpembebasan lahan.

2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunanKegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah danbangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atastanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakatselama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwasemua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, ataumemperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampakakibat kegiatan pengadaan tanah ini.

3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkanadanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek.Bilamana pemindahan penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukimankembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yangterpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat proyek. Hal ini termasukmendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalampemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru.Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi pendudukyang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

168

Page 189: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.14 Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang membutuhkan Konsultasi, Pemindahan Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali

No. Komponen

Program dan Kegiatan

Tahap I Tahap II Arahan Lokasi

Konsultasi

Pemindahan Penduduk / Pemberian

Kompensasi

Permukiman Kembali

Sebelum Pemindahan

Setelah Pemindahan

1. PengembanganPermukiman1). 2). Dst

2. PenataanBangunan danLingkungan1). 2). Dst

3. PengembanganAir minum1). 2).

4. PengembanganPenyehatanLingkunganPermukiman1)2)

Keterangan: Untuk kolom konsultasi, pemindahan penduduk dan permukiman kembali diberi tanda centang (v) apabila telah dilaksanakan. *) Informasi Kegiatan Mencakup Lokasi

6.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

169

Page 190: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 6.15 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

No. Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun

Pelaksanaan

Jumlah Penduduk

yang memanfaatkan

Keterangan

1. PengembanganPermukiman

2. PenataanBangunan danLingkungan

3. PengembanganAir Minum

4. PengembanganPenyehatanLingkunganPermukiman

170

Page 191: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB VII ASPEK PEMBIAYAAN

Sesuai PP no. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa kewenangan pembangunan bidang Cipta Karya merupakan tanggung jawab Pemerintah Kabupaten/Kota. Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten/Kota terus didorong untuk meningkatkan belanja pembangunan prasarana Cipta Karya agar kualitas lingkungan permukiman di daerah meningkat. Di samping membangun prasarana baru, pemerintah daerah perlu juga perlu mengalokasikan anggaran belanja untuk pengoperasian, pemeliharaan dan rehabilitasi prasarana yang telah terbangun. Namun, seringkali pemerintah daerah memiliki keterbatasan fiskal dalam mendanai pembangunan infrastruktur permukiman. Pemerintah daerah cenderung meminta dukungan pendanaan pemerintah pusat, namun perlu dipahami bahwa pembangunan yang dilaksanakan Ditjen Cipta Karya dilakukan sebagai stimulan dan pemenuhan standar pelayanan minimal. Oleh karena itu, alternatif pembiayaan dari masyarakat dan sektor swasta perlu dikembangkan untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya yang dilakukan pemerintah daerah. Dengan adanya pemahaman mengenai keuangan daerah, diharapkan dapat disusun langkah-langkah peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya di daerah.

Pembahasan aspek pembiayaan dalam RPIJM pada dasarnya bertujuan untuk: a. Mengidentifikasi kapasitas belanja pemerintah daerah dalam melaksanakan

pembangunan bidang Cipta Karya, b. Mengidentifikasi alternatif sumber pembiayaan antara lain dari masyarakat dan

sektor swasta untuk mendukung pembangunan bidang Cipta Karya, c. Merumuskan rencana tindak peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta

Karya.

7.1 Arahan Kebijakan Pembiayaan Bidang Cipta Karya

Pembiayaan pembangunan bidang Cipta Karya perlu memperhatikan arahan dalam peraturan dan perundangan terkait, antara lain:

1. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah: Pemerintahdaerah diberikan hak otonomi daerah, yaitu hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini, Pemerintah Daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang

171

Page 192: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

menjadi urusan Pemerintah Pusat yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional, serta agama.

2. Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan AntaraPemerintah Pusat dan Daerah: untuk mendukung penyelenggaraan otonomidaerah, pemerintah daerah didukung sumber-sumber pendanaan meliputiPendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan, Pendapatan Lain yang Sah, sertaPenerimaan Pembiayaan. Penerimaan daerah ini akan digunakan untukmendanai pengeluaran daerah yang dituangkan dalam Anggaran Pendapatandan Belanja Daerah (APBD) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah.

3. Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2005 Tentang Dana Perimbangan: DanaPerimbangan terdiri dari Dana Alokasi Umum, Dana Bagi Hasil, dan DanaAlokasi Khusus. Pembagian DAU dan DBH ditentukan melalui rumus yangditentukan Kementerian Keuangan. Sedangkan DAK digunakan untuk mendanaikegiatan khusus yang ditentukan Pemerintah atas dasar prioritas nasional.Penentuan lokasi dan besaran DAK dilakukan berdasarkan kriteria umum, kriteriakhusus, dan kriteria teknis.

4. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, DanPemerintahan Daerah Kabupaten/Kota: Urusan pemerintahan yang menjadikewenangan pemerintahan daerah, terdiri atas urusan wajib dan urusan pilihan.Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan daerah untukkabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota meliputi 26urusan, termasuk bidang pekerjaan umum. Penyelenggaraan urusanpemerintahan yang bersifat wajib yang berpedoman pada standar pelayananminimal dilaksanakan secara bertahap dan ditetapkan oleh Pemerintah. Urusanwajib pemerintahan yang merupakan urusan bersama diserahkan kepadadaerah disertai dengan sumber pendanaan, pengalihan sarana dan prasarana,serta kepegawaian sesuai dengan urusan yang didesentralisasikan.

5. Peraturan Pemerintah No. 30 Tahun 2011 tentang Pinjaman Daerah: Sumberpinjaman daerah meliputi Pemerintah, Pemerintah Daerah Lainnya, LembagaKeuangan Bank dan Non-Bank, serta Masyarakat. Pemerintah Daerah tidakdapat melakukan pinjaman langsung kepada pihak luar negeri, tetapi diteruskanmelalui pemerintah pusat. Dalam melakukan pinjaman daerah Pemda wajibmemenuhi persyaratan:a. total jumlah pinjaman pemerintah daerah tidak lebih dari 75% penerimaan

APBD tahun sebelumnya;b. memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikan pinjaman yang ditetapkan pemerintah paling sedikit 2,5;c. persyaratan lain yang ditetapkan calon pemberi pinjaman;

172

Page 193: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

d. tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumberdari pemerintah;

e. pinjaman jangka menengah dan jangka panjang wajib mendapatkanpersetujuan DPRD.

6. Peraturan Presiden No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintahdengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur (dengan perubahanPerpres 13/2010 & Perpres 56/2010): Menteri atau Kepala Daerah dapatbekerjasama dengan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur. Jenisinfrastruktur permukiman yang dapat dikerjasamakan dengan badan usahaadalah infrastruktur air minum, infrastruktur air limbah permukiman danprasarana persampahan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 Tentang PedomanPengelolaan Keuangan Daerah (dengan perubahan Permendagri 59/2007 danPermendagri 21/2011): Struktur APBD terdiri dari:a. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.b. Belanja Daerah meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung.c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.8. Peraturan Menteri PU No. 15 Tahun 2010 Tentang Petunjuk Teknis

Penggunaan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur: Kementerian PUmenyalurkan DAK untuk pencapaian sasaran nasional bidang Cipta Karya,Adapun ruang lingkup dan kriteria teknis DAK bidang Cipta Karya adalah sebagaiberikut:a. Bidang Infrastruktur Air Minum

DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistempenyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah dikawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir danpermukiman nelayan. Adapun kriteria teknis alokasi DAK diutamakan untukprogram percepatan pengentasan kemiskinan dan memenuhi sasaran/target Millenium Development Goals (MDGs) yang mempertimbangkan:- Jumlah masyarakat berpenghasilan rendah;- Tingkat kerawanan air minum.

b. Bidang Infrastruktur SanitasiDAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (airlimbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepadamasyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakanmelalui proses pemberdayaan masyarakat. DAK Sanitasi diutamakan untuk

173

Page 194: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

program peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan memenuhi sasaran/target MDGs yang dengan kriteria teknis: - kerawanan sanitasi; - cakupan pelayanan sanitasi.

9. Peraturan Menteri PU No. 14 Tahun 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Kementerian Pekerjaan Umum yang Merupakan Kewenanangan Pemerintah dan Dilaksanakan Sendiri: Dalam menyelenggarakan kegiatan yang dibiayai dana APBN, Kementerian PU membentuk satuan kerja berupa Satker Tetap Pusat, Satker Unit Pelaksana Teknis Pusat, dan Satuan Non Vertikal Tertentu. Rencana program dan usulan kegiatan yang diselenggarakan Satuan Kerja harus mengacu pada RPIJM bidang infrastruktur ke-PU-an yang telah disepakati. Gubernur sebagai wakil Pemerintah mengkoordinasikan penyelenggaraan urusan kementerian yang dilaksanakan di daerah dalam rangka keterpaduan pembangunan wilayah dan pengembangan lintas sektor.

Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa lingkup sumber dana kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya yang dibahas dalam RPIJM meliputi:

1. Dana APBN, meliputi dana yang dilimpahkan Ditjen Cipta Karya kepada Satuan Kerja di tingkat provinsi (dana sektoral di daerah) serta Dana Alokasi Khusus bidang Air Minum dan Sanitasi.

2. Dana APBD Provinsi, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah provinsi untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala provinsi/regional.

3. Dana APBD Kabupaten/Kota, meliputi dana daerah untuk urusan bersama (DDUB) dan dana lainnya yang dibelanjakan pemerintah kabupaten untuk pembangunan infrastruktur permukiman dengan skala kabupaten/kota.

4. Dana Swasta meliputi dana yang berasal dari skema kerjasama pemerintah dan swasta (KPS), maupun skema Corporate Social Responsibility (CSR).

5. Dana Masyarakat melalui program pemberdayaan masyarakat. 6. Dana Pinjaman, meliputi pinjaman dalam negeri dan pinjaman luar negeri.

Dana-dana tersebut digunakan untuk belanja pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun, serta rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada. Oleh karena itu, dana-dana tersebut perlu dikelola dan direncanakan secara terpadu sehingga optimal dan memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan pelayanan bidang Cipta Karya.

174

Page 195: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

7.2 Profil APBD Kabupaten/Kota

Bagian ini menggambarkan struktur APBD Kabupaten/Kota selama 3-5 tahun terakhir dengan sumber data berasal dari dokumen Realiasasi APBD dalam 5 tahun terakhir. Komponen yang dianalisis berdasarkan format Permendagri No. 13 Tahun 2006 adalah sebagai berikut:

a. Belanja Daerah yang meliputi: Belanja Langsung dan Belanja Tak Langsung.b. Pendapatan daerah yang meliputi: Pendapatan Asli Daerah, Dana

Perimbangan, dan Pendapatan Lain yang Sah.c. Pembiayaan Daerah meliputi: Pembiayaan Penerimaan dan Pembiayaan

Pengeluaran.

Tabel 7.1 Perkembangan Pendapatan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

PENDAPATAN DAERAH Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan Lain-Lain PAD

Dana Perimbangan Dana Bagi Hasil Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus

Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pendapatan Hibah Dana Darurat DBH Pajak dari Pemda Lainnya Dana Penyesuaian & Otonomi Khusus Bantuan Keuangan Provinsi/ Pemda Lain Pendapatan Lainnya

Total Pendapatan Keterangan: % persentase komponen pendapatan terhadap total pendapatan daerah

175

Page 196: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 7.2 Perkembangan Belanja Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

BELANJA DAERAH Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Bantuan Pemda lain Belanja Tidak Terduga

Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang & Jasa Belanja Modal

Total Belanja Keterangan: % persentase komponen belanja terhadap total belanja daerah

Tabel 7.3 Perkembangan Pembiayaan Daerah dalam 5 Tahun Terakhir

PEMBIAYAAN DAERAH Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Rp % Rp % Rp % Rp % Rp %

Penerimaan Pembiayaan Penggunaan SiLPA Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Penerimaan Pinjaman dan Obligasi Daerah Penerimaan Kembali Pinjaman Piutang Daerah

Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Pembayaran Pokok Pinjaman Pemberian Pinjaman Daerah

Keterangan: % persentase komponen pembiayaan terhadap total pembiayaan

176

Page 197: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Pos-pos pendapatan dan belanja perlu diolah ke dalam bentuk grafik proporsi untuk melihat perkembangan proporsi sumber penerimaan dan pengeluaran selama lima tahun terakhir berdasarkan Standar Akuntasi Pemerintah (PP No. 71 Tahun 2010) seperti gambar 7.1. Apabila ada kenaikan atau penurunan komponen pendapatan dan belanja yang signifikan atau terkait dengan bidang Cipta Karya, perlu dianalisis secara deskriptif dan ditulis penjelasan rincinya.

Gambar 7.1 Contoh Grafik Perkembangan Proporsi Pendapatan dan Belanja dalam APBD

7.3 Profil Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Setelah APBD secara umum dibahas, maka perlu dikaji berapa besar investasi pembangunan khusus bidang Cipta Karya di daerah tersebut selama 3-5 tahun terakhir yang bersumber dari APBN, APBD, perusahaan daerah dan masyarakat/swasta.

7.3.1 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber Dari APBN dalam 5 Tahun Terakhir

Meskipun pembangunan infratruktur permukiman merupakan tanggung jawab Pemda, Ditjen Cipta Karya juga turut melakukan pembangunan infrastruktur sebagai stimulan kepada daerah agar dapat memenuhi SPM. Setiap sektor yang ada di lingkungan Ditjen Cipta Karya menyalurkan dana ke daerah melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNVT) sesuai dengan peraturan yang berlaku (PermenPU No. 14 Tahun 2011). Data dana yang dialokasikan pada suatu kabupaten/kota perlu dianalisis untuk melihat trend alokasi anggaran Ditjen Cipta Karya dan realisasinya di daerah tersebut.

30 32 40 35 40

50 45

4035

30

25

10

8 10

18 18

10

22 20

0102030405060708090

100

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Pers

enta

se P

enap

atan

dae

rah

(%)

PAD Transfer Pusat

Transfer Provinsi Pendapatan Lain yang Sah

70 65 50 40 45

2020

30

3525

54

38

10

511

17 1720

0102030405060708090

100

Tahun-1 Tahun-2 Tahun-3 Tahun-4 Tahun-5

Pers

enta

se B

elan

ja d

aera

h (%

)

Belanja Operasi Belanja Modal

Belanja Tak Terduga Transfer ke Desa

177

Page 198: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 7.4 Tabel APBN Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Alokasi Tahun 1

Alokasi Tahun 2

Alokasi Tahun 3

Alokasi Tahun 4

Alokasi Tahun 5

Pengembangan Air Minum Pengembangan PLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan & Lingkungan Total

Di samping APBN yang disalurkan Ditjen Cipta Karya kepada SNVT di daerah, untuk mendukung pendanaan pembangunan infrastruktur permukiman juga dilakukan melalui penganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan air minum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanan sistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasan kumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan. Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (air limbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakat berpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui proses pemberdayaan masyarakat. Besar DAK ditentukan oleh Kementerian Keuangan berdasarkan Kriteria Umum, Kriteria Khusus dan Kriteria Teknis. Dana DAK ini perlu dilihat alokasi dalam 5 tahun terakhir sehingga bisa dianalisis perkembangannya.

Tabel 7.5 Perkembangan DAK Infrastruktur Cipta Karya di Kabupaten/Kota dalam 5 Tahun Terakhir

Jenis DAK Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun - 3 Tahun – 4 Tahun -5 DAK Air Minum DAK Sanitasi

7.3.2 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari APBD dalam 5 Tahun Terakhir

Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki tugas untuk membangun prasarana permukiman di daerahnya. Untuk melihat upaya pemerintah daerah dalam melaksanakan

178

Page 199: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

pembangunan bidang Cipta Karya perlu dianalisis proporsi belanja pembangunan Cipta Karya terhadap total belanja daerah dalam 3-5 tahun terakhir. Proporsi belanja Cipta Karya meliputi pembangunan infrastruktur baru, operasional dan pemeliharaan infrastruktur yang sudah ada. Perlu disusun tabel proporsi berdasarkan sektor-sektor Cipta Karya yang ada.

Tabel 7.6 Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun – 3 Tahun - 4 Tahun - 5

Alokasi % APBD Alokasi %

APBD Alokasi % APBD Alokasi %

APBD Alokasi % APBD

Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total Belanja APBD Bidang Cipta Karya Total Belanja APBD

Setelah didapatkan proporsi pendanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya maka dapat dihasilkan grafik seperti gambar 7.2.

Gambar 7.2 Contoh Grafik Proporsi Belanja Cipta Karya terhadap APBD

8.2

0.1

0.2

0.3

0.1

0.7

Belanja daerah

Belanja lainnya

PAM

PPLP

Bangkim

PBL

179

Page 200: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Selain itu, pemerintah daerah juga didorong untuk mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) sebagai dana pendamping kegiatan APBN di kabupaten/kota. DDUB ini menunjukan besaran komitmen pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan bidang Cipta Karya. Oleh sebab itu, perkembangan besaran DDUB dalam 3-5 tahun terakhir perlu diketahui untuk melihat komitmen pemerintah daerah. Perkembangan DDUB dapat dijabarkan dalam tabel 7.7.

Tabel 7.7 Perkembangan DDUB dalam 5 Tahun Terakhir

Sektor Tahun - 1 Tahun - 2 Tahun – 3 Tahun - 4 Tahun - 5 Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

Alokasi APBN

DDUB

Pengembangan Air Minum Pengembangan PPLP Pengembangan Permukiman Penataan Bangunan dan Lingkungan Total

7.3.3 Perkembangan Investasi Perusahaan Daerah Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Perusahaan daerah yang dibentuk pemerintah daerah memiliki dua fungsi, yaitu untuk menyediakan pelayanan umum bagi kesejahteraan sosial (social oriented) sekaligus untuk menghasilkan laba bagi perusahaan maupun sebagai sumber pendapatan pemerintah daerah (profit oriented). Ada beberapa perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya, seperti di sektor air minum, persampahan dan air limbah. Kinerja keuangan dan investasi perusahaan daerah perlu dipahami untuk melihat kemampuan perusahaan daerah dalam meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan secara berkelanjutan. Pembiayaan dari perusahaan daerah dapat menjadi salah satu alternatif dalam mengembangkan infrastruktur Cipta Karya.

Dalam bagian ini disajikan kinerja perusahaan daerah yang bergerak di bidang Cipta Karya berdasarkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek operasi dan aspek sumber daya manusia. Khusus untuk PDAM, indikator tersebut telah ditetapkan BPP-SPAM untuk diketahui apakah perusahaan daerah memiliki status sehat, kurang sehat atau sakit.

180

Page 201: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Di samping itu, pada bagian ini dicantumkan juga nilai dan volume kegiatan pembangunan, operasi dan pemeliharaan prasarana secara umum yang dilaksanakan oleh perusahaan daerah yang ada di kabupaten/kota dalam 3-5 tahun terakhir.

7.3.4 Perkembangan Investasi Pembangunan Cipta Karya Bersumber dari Swasta dalam 5 Tahun Terakhir

Sehubungan dengan terbatasnya kemampuan pendanaan yang dimiliki pemerintah, maka dunia usaha perlu dilibatkan secara aktif dalam pembangunan infrastruktur Cipta Karya melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) untuk kegiatan yang berpotensi cost-recovery atau Corporate Social Responsibility (CSR) untuk kegiatan non-cost recovery. Dasar hukum pembiayaan dengan skema KPS adalah Perpres No. 67 Tahun 2005 Tentang Kerjasama Pemerintah Dengan Badan Usaha Dalam Penyediaan Infrastruktur serta PermenPPN No. 3 Tahun 2012 Tentang Panduan Umum Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur. Sedangkan landasan hukum untuk pelaksanaan CSR tercantum dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT) dan UU No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

Di beberapa daerah, skema pembiayaan alternatif ini sudah banyak dilakukan untuk menunjang pembangunan Cipta Karya di daerah. Informasi kegiatan-kegiatan eksisting perlu dipahami untuk melihat potensi pembiayaan dari dunia usaha di daerah tersebut.

Tabel 7.8 Perkembangan KPS Bidang Cipta Karya dalam 5 Tahun Terakhir

Kegiatan Tahun Komponen KPS Satuan Volume Nilai

(Rp) Skema

Pembiayaan* Ket.

Pengembangan Air Minum - … - … Pengembangan PPLP - … - … Pengembangan Permukiman - … - … Penataan Bangunan dan Lingkungan - … - …

*) dapat dipilih bentuk KPS berupa BOT/Konsesi/lainnya

181

Page 202: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

7.4 Proyeksi dan Rencana Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Untuk melihat kemampuan keuangan daerah dalam melaksanakan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan (sesuai jangka waktu RPIJM) maka dibutuhkan analisis proyeksi perkembangan APBD, rencana investasi perusahaan daerah, dan rencana kerjasama pemerintah dan swasta.

7.4.1 Proyeksi APBD 5 tahun ke depan

Proyeksi APBD dalam lima tahun ke depan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima tahun terakhir menggunakan asumsi atas dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut sebagai berikut:

1. Menentukan presentase pertumbuhan per pos pendapatanSetiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhannya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya Y-2 = Nilai 2 tahun sebelumnya

Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiap pos pendapatan yang terdiri dari PAD, Dana Perimbangan (DAU, DAK, DBH), dan Lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam 5 tahun ke depanSetelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada 5 tahun ke depan dengan menggunakan rumus proyeksi geometris sebagai berikut:

Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n r = % pertumbuhan Y0 = Nilai pada tahun ini n = tahun ke n (1-5)

3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitasdaerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya.

182

Page 203: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta Karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel 7.6) maka dapat diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan.

Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut, disajikan dalam tabel 7.9.

Tabel 7.9 Proyeksi Pendapatan APBD dalam 5 Tahun ke Depan

Komponen APBD Realisasi Persentase

Pertumbuhan

Proyeksi Y-2 Y-1 Y0 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5

Pendapatan Asli Daerah

xxx xxx xxx % xxx xxx xxx xxx xxx

Dana Perimbangan DAU xxx xxx xxx % xxx xxx xxx xxx xxx DBH xxx xxx xxx % xxx xxx xxx xxx xxx DAK xxx xxx xxx % xxx xxx xxx xxx xxx - DAK Air Minum xxx xxx xxx % xxx xxx xxx xxx xxx - DAK SAnitasi xxx xxx xxx % xxx xxx xxx xxx xxx

Lain Lain Pendapatan yang Sah

xxx xxx xxx % xxx xxx xxx xxx xxx

Total APBD xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx xxx

Dari data proyeksi APBD tersebut, dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR).

Net Public Saving Net Public Saving atau Tabungan Pemerintah adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat. Dengan kata lain, NPS merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya. Berdasarkan proyeksi APBD, dapat dihitung NPS dalam 3-5 tahun ke depan untuk melihat kemampuan anggaran pemerintah berinvestasi dalam bidang Cipta Karya. Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

183

Page 204: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio) Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untuk menutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No. 30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidakmelebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya;

b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikanpinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah

juga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan ataspengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal dengan Debt Service Cost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5. DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligus memberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam 3-5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPIJM dengan rumus sebagai berikut:

Net Public Saving = Total Penerimaan daerah - Belanja Wajib

NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) - (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

- Belanja mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi/tidak bisa dihindari oleh Pemerintah Daerah dalam tahun anggaran bersangkutan seperti belanja pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai peraturan daerah yang berlaku.

- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan lanjutan, serta kewajiban daerah lain sesuai dengan peraturan daerah yang berlaku.

184

Page 205: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

7.4.2 Rencana Pembiayaan Perusahaan Daerah

Beberapa kabupaten/kota memiliki perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang pelayanan bidang Cipta Karya seperti air minum, air limbah maupun persampahan. Dalam hal ini, perusahaan daerah tersebut umumnya memiliki rencana dalam lima tahun ke depan dalam bentuk business plan. Informasi ini dibutuhkan untuk mengetahui kontribusi perusahaan daerah untuk pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya dalam lima tahun ke depan sesuai jangka waktu RPIJM.

7.4.3 Rencana Kerjasama Pemerintah dan Swasta Bidang Cipta Karya

Dalam menggali sumber pendanaan dari sektor swasta, Pemerintah Daerah perlu menyusun daftar proyek potensial yang dapat dikerjakan dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta di bidang Cipta Karya untuk ditawarkan ke pihak swasta. Daftar proyek potensial tersebut disusun berdasarkan identifikasi usulan program dan kegiatan setiap sektor serta tingkat kelayakan ekonomi dan finansial dari program tersebut. Rencana kerjasama pemerintah dan swasta bidang Cipta Karya terangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 7.10 Proyek Potensial yang Dapat Dibiayai dengan KPS dalam 5 Tahun Ke Depan

Nama Kegiatan Deskripsi Kegiatan Biaya Kegiatan (Rp)

Kelayakan Finansial Keterangan

IRR = ...

Keterangan IRR: Internal Rate of Return

7.5 Analisis Tingkat Ketersediaan Dana dan Strategi Peningkatan Investasi Pembangunan Bidang Cipta Karya

Sebagai kesimpulan dari analisis aspek pembiayaan, dilakukan analisis tingkat ketersediaan dana yang ada untuk pembangunan bidang infrastruktur Cipta Karya yang meliputi sumber pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan daerah, serta

PAD = Pendapatan Asli Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DBH = Dana Bagi Hasil DBHDR = DBH Dana Reboisasi

185

Page 206: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

dunia usaha dan masyarakat. Kemudian, perlu dirumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan bidang Cipta Karya dengan mendorong pemanfaatan pendanaan dari berbagai sumber.

7.5.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah

Ketersediaan dana yang dapat digunakan untuk membiayai usulan program dan kegiatan yang ada dalam RPIJM dapat dihitung melalui hasil analisis yang telah dilakukan dengan penjabaran sebagai berikut:

a. Proyeksi dana dari pemerintah pusat (APBN) dengan menggunakan asumsitrend historis maksimal 10% dari tahun sebelumnya.

b. Proyeksi dana dari pemerintah daerah (APBD) berdasarkan hasil perhtunganpada bagian 7.4.1

c. Rencana pembiayaan dari perusahaan daerah berdasarkan analisis pada bagian7.4.2

d. Hasil identifikasi kegiatan potensial untuk dibiayai melalui skema KerjasamaPemerintah dan Swasta berdasarkan bagian 7.4.3.

7.5.2 Strategi Peningkatan Investasi Bidang Cipta Karya

Dalam rangka percapatan pembangunan bidang Cipta Karya di daerah dan untuk memenuhi kebutuhan pendaanan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPIJM, maka Pemerintah Daerah perlu menyusun suatu set strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Oleh karena itu pada bagian ini, Satgas RPIJM daerah agar merumuskan strategi peningkatan investasi pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya, yang meliputi beberapa aspek antara lain:

1. Strategi peningkatan DDUB oleh kabupaten/kota dan provinsi;2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi pengunaan anggaran;3. Strategi peningkatan kinerja keuangan perusahaan daerah;4. Strategi peningkatan peran masyarakat dan dunia usaha dalam pembiayaan

pembangunan bidang Cipta Karya;5. Strategi pendanaan untuk operasi, pemeliharaan dan rehabiltasi infrastruktur

permukiman yang sudah ada;6. Strategi pengembangan infrastruktur skala regional.

186

Page 207: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB VIII ASPEK KELEMBAGAAN

Dalam pembangunan prasarana bidang Cipta Karya, untuk mencapai hasil yang optimal diperlukan kelembagaan yang dapat berfungsi sebagai motor penggerak RPIJM agar dapat dikelola dengan baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Kelembagaan dibagi dalam 3 komponen utama, yaitu organisasi, tata laksana dan sumber daya manusia. Organisasi sebagai wadah untuk melakukan tugas dan fungsi yang ditetapkan kepada lembaga; tata laksana merupakan motor yang menggerakkan organisasi melalui mekanisme kerja yang diciptakan; dan sumber daya manusia sebagai operator dari kedua komponen tersebut. Dengan demikian untuk meningkatkan kinerja suatu lembaga, penataan terhadap ketiga komponen harus dilaksanakan secara bersamaan dan sebagai satu kesatuan.

8.1 Arahan Kebijakan Kelembagaan Bidang Cipta Karya Beberapa kebijakan berikut merupakan landasan hukum dalam pengembangan dan peningkatan kapasitas kelembagaan RPIJM pada pemerintahan kabupaten/kota.

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan DaerahDalam UU 32/2004 disebutkan bahwa Pemerintah Daerah mengatur danmengurus sendiri urusan pemerintahan dan menjalankan otonomi seluas-luasnya,dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum, dandaya saing daerah. Untuk membantu Kepala Daerah dalam melaksanakanotonomi, maka dibentuklah organisasi perangkat daerah yang ditetapkan melaluiPemerintah Daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalahadanya urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri.Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkanfaktor kemampuan keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputisasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayahkerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yangbertalian dengan urusan yang akan ditangani, dan sarana dan prasaranapenunjang tugas. Oleh karena itu, kebutuhan akan organisasi perangkat daerahbagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam.

187

Page 208: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

2. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahanPP tersebut mencantumkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidangwajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, dan pemerintah berkewajibanuntuk melakukan pembinaan terhadap pemerintah kabupaten/kota.

PP 38/2007 ini juga memberikan kewenangan yang lebih besar kepadaPemerintah Kabupaten/Kota untuk melaksanakan pembangunan di Bidang CiptaKarya. Hal ini dapat dilihat dari Pasal 7 Bab III, yang berbunyi“(1) Urusan wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) adalah urusanpemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi danpemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.(2) Urusan wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: antara lainnyaadalah bidang pekerjaan umum”.

Dari pasal tersebut, ditetapkan bahwa bidang pekerjaan umum merupakan bidangwajib yang menjadi urusan pemerintah daerah, sehingga penyusunan RPIJMsebagai salah satu perangkat pembangunan daerah perlu melibatkan Pemerintah,pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota.

3. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 41 tahun 2007 tentang Organisasi DaerahBerdasarkan PP 41 tahun 2007, bidang PU meliputi bidang Bina Marga,Pengairan, Cipta Karya dan Penataan Ruang. Bidang PU merupakan perumpunanurusan yang diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas ditetapkan terdiri dari 1sekretariat dan paling banyak 4 bidang, dengan sekretariat terdiri dari 3 sub-bagian dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 seksi.

Gambar 8.1 Keorganisasian Pemerintah Kabupaten/Kota

Bupati/ Walikota

Dinas Lembaga/ Badan

Sekretaris Daerah

DPRD

Sumber: PP 41/2007

188

Page 209: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

4. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN 2010-2014Dalam Buku II Bab VIII Perpres ini dijabarkan tentang upaya untuk meningkatkankapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi diperlukan adanya upaya penataankelembagaan dan ketalalaksanaan, peningkatan kualitas sumber daya manusiaaparatur, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, penyempurnaansistem perencanaan dan penganggaran, serta pengembangan sistem akuntabilitaskinerja instansi pemerintah dan aparaturnya.

Untuk mendukung penataan kelembagaan, secara beriringan telah ditempuhupaya untuk memperkuat aspek ketatalaksanaan di lingkungan instansipemerintah, seperti perbaikan standar operasi dan prosedur (SOP) dan penerapane-government di berbagai instansi. Sejalan dengan pengembangan manajemenkinerja di lingkungan instansi pemerintah, seluruh instansi pusat dan daerahdiharapkan secara bertahap dalam memperbaiki sistem ketatalaksanaan denganmenyiapkan perangkat SOP, mekanisme kerja yang lebih efisien dan efektif, danmendukung upaya peningkatan akuntabilitas kinerja.

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 Tentang GrandDesign Reformasi Birokrasi 2010-2025Tindak lanjut dari Peraturan Presiden ini, Menteri Pendayagunaan AparaturNegara telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur NegaraNomor 30 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengusulan, Penetapan, dan PembinaanReformasi Birokrasi pada Pemerintah Daerah. Berdasarkan peraturan menteri ini,reformasi birokrasi pada pemerintah daerah dilaksanakan mulai tahun 2012,dengan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan kemampuanpemerintah daerah. Permen ini memberikan panduan dan kejelasan mengenaimekanisme serta prosedur dalam rangka pengusulan, penetapan, dan pembinaanpelaksanaan reformasi birokrasi pemerintah daerah.

Upaya pembenahan birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya telahdimulai sejak tahun 2005. Pembenahan yang dilakukan adalah menyangkut 3(tiga) pilar birokrasi, yaitu kelembagaan, ketatalaksanaan, dan Sumber DayaManusia (SDM).

Untuk mendukung tercapainya good governance, maka perlu dilanjutkan dandisesuaikan dengan program reformasi birokrasi pemerintah, yang terdiri darisembilan program, yaitu :

189

Page 210: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

1. Program Manajemen Perubahan, meliputi: penyusunan strategi manajemenperubahan dan strategi komunikasi K/L dan Pemda, sosialisasi daninternalisasi manajemen perubahan dalam rangka reformasi birokrasi;

2. Program Penataan Peraturan Perundang-undangan, meliputi: penataanberbagai peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan/diterbitkan olehK/L dan Pemda;

3. Program Penguatan dan Penataan Organisasi, meliputi: restrukturisasi tugasdan fungsi unit kerja, serta penguatan unit kerja yang menangani organisasi,tata laksana, pelayanan publik, kepagawaian dan diklat;

4. Penataan Tatalaksana, meliputi: penyusunan SOP penyelenggaraan tugasdan fungsi, serta pembangunan dan pengembangan e-government;

5. Penataan Sistem Manajemen SDM Aparatur, meliputi: penataan sistemrekrutmen pegawai, analisis dan evaluasi jabatan, penyusunan standarkompetensi jabatan, asesmen individiu berdasarkan kompetensi;

6. Penguatan Pengawasan, meliputi: penerapan Sistem Pengendalian InternPemerintah (SPIP) dan Peningkatan peran Aparat Pengawasan InternPemerintah (APIP);

7. Penguatan Akuntabilitas, meliputi: penguatan akuntabilitas kinerja instansipemerintah, pengembangan sistem manajemen kinerja organisasi danpenyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU);

8. Penguatan Pelayanan Publik, meliputi: penerapan standar pelayanan padaunit kerja masing-masing, penerapan SPM pada Kab/Kota.

9. Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan.

190

Page 211: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Pola pikir Reformasi Birokrasi di Kementerian Pekerjaan Umum dapat dilihat pada gambar 8.2 berikut ini.

POLA PIKIR PENYUSUNAN REFORMASI BIROKRASI PU

2010-2014

RPJPN 2002-2025UU 17/2007

RPJMN 2010-2014PP 5/2010

RENSTRA PU 2010-14PERMEN PU 2/2010

IKU PU 2010-14PERMEN PU 3/2010

GDRB 2010-2025PERPRES 81/2010

RMRB 2010-2014PERMENPAN 20/2010

SASARAN & INDIKATOR KEBERHASILAN RB

2014

9 PROGRAM & 27 KEGIATAN RB

EVALUASI KINERJA

ORGANISASIPERMENPAN

19/2008

CAPAIAN PROGRAM & KEGIATAN RB

SD 2010

1. Manajemenperubahan

2. Penataan peraturanper-U-Uan

3. Penguatan & penataan org.

4. Penataan tatalaksana

5. Penataan sistemmanajemen SDM aparatur

6. Penguatanpengawasan

7. Penguatanakuntabilitas

8. Peningkatanpelayanan publik

9. Monitoring, evaluasi& pelaporan

1. Birokrasibersih &bebas KKN

2. Peningkatan kualitaspelayanan

3. Peningkatan kapasitas &akuntabilitaskinerja birokrasi

3 SASARAN KEBERHASILAN

REFORMASI BIROKRASI

9 PROGRAM RB

RMRBPU-2010-14

QUICK WINS9 PEDOMAN

PELAKSANAN RB

Dit.Bina Program : RPIJMDit.Air Minum : PAMSIMAS Dit.PLP : SANIMASDit. Bangkim : SPPIPDit. PBL : P2KP

Gambar 8.2 Pola Pikir Penyusunan Reformasi Birokrasi PU 2010-2014 Cipta Karya

6. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Genderdalam Pembangunan NasionalDi dalam Inpres ini dinyatakan bahwa pengarusutamaan gender ke dalam seluruhproses pembangunan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatanfungsional semua instansi dan lembaga pemerintah di tingkat Pusat dan Daerah.Presiden menginstruksikan untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

Sumber: Road Map Reformasi Birokrasi

191

Page 212: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Terkait PUG, Kementerian PU dan Ditjen Cipta Karya pada umumnya telah mulai menerapkan PUG dalam tiap program/kegiatan Keciptakaryaan. Untuk itu perlu diperhatikan dalam pengembangan kelembagaan bidang Cipta Karya untuk memasukkan prinsip-prinsip PUG, demikian pula di dalam pengelolaan RPIJM Bidang Cipta Karya.

7. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 14/PRT/M/2010 Tentang StandarPelayanan MinimumPeraturan Menteri PU ini menekankan tentang target pelayanan dasar bidang PUyang menjadi tanggungjawab pemerintah kabupaten/kota. Target pelayanan dasaryang ditetapkan dalam Permen ini yaitu pada Pasal 5 ayat 2, dapat dilihat sebagaibagian dari beban dan tanggungjawab kelembagaan yang menangani bidang ke-PU-an, khususnya untuk sub bidang Cipta Karya yang dituangkan di dalamdokumen RPIJM.

Dalam Permen ini juga disebutkan bahwa Gubernur bertanggung jawab dalamkoordinasi penyelenggaraan pelayanan dasar bidang PU, sedangkanBupati/Walikota bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pelayanan dasarbidang PU. Koordinasi dan penyelenggaraan pelayanan dasar Bidang PekerjaanUmum dan Penataan Ruang dilaksanakan oleh instansi yang bertanggung jawabdi Bidang PU dan Penataan Ruang baik provinsi maupun kabupaten/kota.

8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 57 Tahun 2007 tentang PetunjukTeknis Penataan Organisasi Perangkat DaerahPeraturan menteri ini menjadi landasan petunjuk teknis dalam penataan perangkatdaerah. Berdasarkan Permen ini dasar hukum penetapan perangkat daerahadalah Peraturan Daerah (Perda). Penjabaran tupoksi masing-masing SKPDProvinsi ditetapkan dengan Pergub, dan SKPD Kab/Kota dengan Perbup/Perwali.

9. Permendagri Nomor 57 tahun 2010 tentang Pedoman Standar PelayananPerkotaanPedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi pemerintah daerah sebagai dasaruntuk memberikan pelayanan perkotaan bagi masyarakat. SPP adalah standarpelayanan minimal kawasan perkotaan, yang sesuai dengan fungsi kawasan

192

Page 213: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

perkotaan merupakan tempat permukiman perkotaan, termasuk di dalamnya jenis pelayanan bidang keciptakaryaan, seperti perumahan, air minum, drainase, prasarana jalan lingkungan, persampahan, dan air limbah.

10. Kepmen PAN Nomor 75 tahun 2004 tentang Pedoman PerhitunganKebutuhan Pegawai Berdasarkan Beban Kerja Dalam Rangka PenyusunanFormasi Pegawai Negeri SipilPedoman ini dimaksudkan sebagai acuan bagi setiap instansi pemerintah dalammenghitung kebutuhan pegawai berdasarkan beban kerja dalam rangkapenyusunan formasi PNS. Dalam perhitungan kebutuhan pegawai, aspek pokokyang harus diperhatikan adalah: beban kerja, standar kemampuan rata-rata, danwaktu kerja. Dalam keputusan ini, Gubernur melakukan pembinaan danpengendalian pelayanan perkotaan, sedangkan Bupati/Walikota melaksanakandan memfasilitasi penyediaan pelayanan perkotaan.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, maka dimungkinkan untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk pemantapan dan pengembangan perangkat daerah, khususnya untuk urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan lebih khusus lagi tentang urusan pemerintahan pada sub bidang Cipta Karya. Dengan adanya suatu kelembagaan yang definitif untuk menangani urusan pemerintah pada bidang/sub bidang Cipta Karya maka diharapkan dapat meningkatkan kinerja pelayanan kelembagaan.

8.2 Kondisi Kelembagaan Saat Ini

Bagian ini menguraikan secara sistematis tentang kondisi eksisting kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

8.2.1 Kondisi Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Penataan dan penguatan organisasi merupakan Program ke-3 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi. Keorganisasian yang dimaksud dalam pedoman ini adalah struktur, tugas, dan fungsi pemerintah daerah yang menangani bidang Cipta Karya.

Untuk mengetahui kondisi dari keorganisasian bidang cipta karya, informasi yang perlu disajikan antara lain adalah sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah yang menjadi dasar penetapan Struktur OrganisasiPemerintah Kabupaten/Kota.

2. Gambaran struktur organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota saat ini.

193

Page 214: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

3. Gambaran struktur organisasi instansi yang menangani urusan bidang CiptaKarya saat ini.

4. Penjelasan tentang tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya dalamStruktur Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota.

8.2.2 Kondisi Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Sebagaimana ditetapkan dalam Program RB, penataan tata laksana merupakan salah satu prioritas program untuk peningkatan kapasitas kelembagaan. Tata laksana organisasi yang perlu dikembangkan adalah menciptakan hubungan kerja antar perangkat daerah dengan menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kemitraan dalam melaksanakan beban kerja dan tanggung jawab bagi peningkatan produktifitas dan kinerja.

Secara internal, keorganisasian urusan pemerintah bidang keciptakaryaan, perlu mengembangkan hubungan fungsional sesuai dengan kompetensi dan kemandirian dalam melaksanakan tugas, fungsi dan wewenang untuk masing-masing bidang/seksi. Selanjutnya juga perlu dikembangkan hubungan kerja yang koordinatif baik antar bidang/seksi di dalam keorganisasian urusan keciptakaryaan, maupun untuk hubungan kerja lintas dinas/bidang dalam rangka menghindari tumpang tindih atau duplikasi program dan kegiatan secara substansial dan menjamin keselarasan program dan kegiatan antar perangkat daerah.

Prinsip-prinsip hubungan kerja yang diuraikan di atas perlu dituangkan di dalam Peraturan Daerah tentang keorganisasian Pemerintah Kabupaten/kota, khususnya menyangkut tupoksi dari masing-masing instansi pemerintah bidang keciptakaryaan. Dengan mengacu pada tabel berikut, dapat dicantumkan penjabaran peran masing-masing instansi dalam pembangunan bidang Cipta Karya.

Tabel 8.1 Hubungan Kerja Instansi Bidang Cipta Karya

No. Instansi Peran Instansi dalam Pembangunan Bidang CK

Unit / Bagian yang Menangani Pembangunan Bidang CK

1. Bappeda2. Dinas PU3. Dinas ……………4. Dinas ……………5. Dinas ……………

194

Page 215: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Selain itu, guna memperjelas pelaksanaan tugas pada setiap satuan kerja, perlu dilengkapi dengan tatalaksana dan tata hubungan kerja antar satuan kerja, serta Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk setiap pelaksanaan tugas, yang dapat dijadikan pedoman bagi pegawai dalam melakukan tugasnya. Dengan mengisi tabel berikut bisa dicantumkan inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya di daerah.

Tabel 8.2 Inventarisasi SOP Bidang Cipta Karya No. Nama SOP Instansi yang Terlibat Tugas dan Fungsi

Instansi dalam SOP Pengembangan Permukiman

1 dst

Penataan Bangunan dan Lingkungan 1

dst Pengembangan Air Minum

1 dst

Pengembangan PLP 1

dst SOP Non-Teknis

1 dst

8.2.3 Kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Dalam kaitannya dengan Reformasi Birokrasi, penataan sistem manajemen SDM aparatur merupakan program ke-5 dari Sembilan Program Reformasi Birokrasi, yang perlu ditingkatkan tidak hanya dari segi kuantitas tetapi juga kualitas. Bagian ini menguraikan kondisi SDM di keorganisasian instansi yang menangani bidang Cipta Karya, yang dapat dilakukan dengan mengisi tabel berikut mengenai komposisi pegawai dalam unit kerja bidang Cipta Karya

.

195

Page 216: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 8.3 Komposisi Pegawai dalam Unit Kerja Bidang Cipta Karya

Unit Kerja Golongan Jenis Kelamin

Latar Belakang Pendidikan

Jabatan Fungsional

Dinas PU Gol I : ... orang Gol II: ... orang Gol III: ... orang Gol IV: ,,, orang

Pria : ... orang Wanita : ... orang

< SMA : ... orang SMA : ... orang D3 : ... orang S1 : ... orang S2 : ... orang S3 : ... orang

Jafung TBP: ... orang Jafung TPL: .. dst.

Bappeda Dinas … Dinas …

Dst.

Dapat dilampirkan juga tambahan informasi data kepegawaian lainnya bila tersedia.

8.3 Analisis Kelembagaan

Dengan mengacu pada kondisi eksisting kelembagaan perangkat daerah, bagian ini menguraikan analisis permasalahan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

8.3.1 Analisis Keorganisasian Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis keorganisasian adalah untuk mengetahui permasalahan keorganisasian bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Analisis deskriptif dapat mengacu pada pertanyaan di bawah ini:

1. Apakah struktur organisasi perangkat kerja daerah sudah sesuai denganperaturan perundangan yang berlaku?

2. Apakah tugas dan fungsi organisasi bidang Cipta Karya sudah sesuai dengantugas dan fungsi masing-masing instansi?

3. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi struktur organisasi?4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam keorganisasian perangkat kerja

daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

Salah satu cara yang dapat dipergunakan untuk melakukan analisis ini adalah dengan melakukan diskusi antar anggota Tim RPIJM.

196

Page 217: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

8.3.2 Analisis Ketatalaksanaan Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis permasalahan ketatalaksanaan kelembagaan bidang cipta karya adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya. Dalam proses analisis ini beberapa pertanyaan kunci yang perlu mendapat jawaban adalah sebagai berikut:

1. Apakah Perda penetapan Organisasi Pemerintah Kabupaten/Kota telahmenguraikan tupoksi dari masing-masing dinas/unit kerja yang ada?

2. Bagaimana mekanisme hubungan kerja didalam dan antar instansi terkaitbidang cipta karya yang terjadi selama ini?

3. Apakah keorganisasian bidang cipta karya yang ada sudah mengikuti ketentuandalam PP 41 tahun 2007? Juga perlu dicermati apakah semua sektor bidang cipta karya yaitu bidang air minum, pengembangan permukiman, penyehatan lingkungan permukiman, dan penataan bangunan dan lingkungan sudah tercantum dalam keorganisasian yang dibentuk?

4. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam ketatalaksanaan perangkat kerjadaerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

5. Apa saja faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi ketatalaksanaanperangkat kerja daerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

8.3.3 Analisis Sumber Daya Manusia (SDM) Bidang Cipta Karya

Tujuan analisis Sumber Daya Manusia adalah untuk mengetahui permasalahan SDM bidang cipta karya yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi maupun keluaran produk RPIJM Bidang Cipta Karya.

Dalam proses analisis SDM, beberapa pertanyaan kunci yang dapat dijawab adalah sebagai berikut :

1. Apakah SDM yang tersedia sudah memenuhi kebutuhan baik dari segi jumlahmaupun kualitas dalam perangkat daerah, khususnya di bidang Cipta Karya?

2. Apa saja permasalahan yang ditemui dalam manajemen SDM perangkat kerjadaerah khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi kualitas dankuantitas SDM organisasi, khususnya yang terkait dengan bidang cipta karya?

197

Page 218: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 8.4 Contoh Matriks Kebutuhan Sumber Daya Manusia

No. Instansi Tingkat Pendidikan

Jumlah Pegawai yang Ada

Jumlah Pegawai yang Diperlukan

1. Bappeda SMA/Sederajat ………..orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang

………..orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang

Diploma - D3 Teknik - D3 Sekretaris - dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi - dst S2 S3

2. Dinas PU SMA/Sederajat ………..orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang

………..orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang

……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang ……….. orang

Diploma - D3 Teknik - D3 Sekretaris - dst S1/Sederajat - S1 Teknik - S1 Ekonomi - dst S2 S3

3. Dinas ……………4. Dinas ……………

8.3.4 Analisis SWOT Kelembagaan

Analisis SWOT Kelembagaan merupakan suatu metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) di bidang kelembagaan. Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam matriks SWOT.

Strategi yang digunakan adalah bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada (strategi S-O); bagaimana cara mengatasi kelemahan yang

198

Page 219: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

mencegah keuntungan dari peluang yang ada (strategi W-O); bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada (strategi S-T); dan terakhir adalah bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mampu membuat ancaman menjadi nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru (strategi W-T).

Berdasarkan informasi yang disusun dari pertanyaan serta analisis tentang keorganisasian, tata laksana dan SDM bidang Cipta Karya pada sub-bab sebelumnya, selanjutnya dapat dirumuskan Matriks Analisis SWOT Kelembagaan. Perumusan strategi bidang kelembagaan berdasarkan Analisis SWOT diharapkan dapat menjadi acuan dalam rencana pengembangan kelembagaan.

Tabel 8.5 Matriks Analisis SWOT Kelembagaan Faktor External

Faktor Internal

PELUANG (O) a. b. c.

ANCAMAN (T) a. b. c.

KEKUATAN (S) a. b. c.

Strategi SO (Kuadran 1) Strategi ST (Kuadran 2)

KELEMAHAN (W) a. b. c.

Strategi WO (Kuadran 3) Strategi WT (Kuadran 4)

Berdasarkan tabel SWOT di atas, maka langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: a. Menginventarisasi faktor-faktor dari metode SWOT yaitu kekuatan (internal),

kelemahan (internal), peluang (eksternal) dan ancaman (eksternal) kelembagaan organisasi perangkat kerja daerah, khususnya terkait dengan bidang Cipta Karya.

b. Melakukan perumusan strategi berdasarkan kolaborasi dari faktor-faktor analisisSWOT, yaitu sebagai berikut. - Mengembangkan strategi SO (kuadran I), yaitu strategi agar kekuatan yang

dimiliki organisasi mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada - Mengembangkan strategi ST (kuadran II), yaitu dengan kekuatan yang dimiliki

organisasi, dapat dirumuskan strategi untuk mengurangi dampak dari pengaruh eksternal yang mempengaruhi kinerja organisasi.

199

Page 220: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

- Mengembangkan strategi WO (kuadran III), yaitu memperbaiki kelemahan-kelemahan organisasi yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada.

- Mengembangkan strategi WT (kuadran IV). Untuk strategi ini maka diperlukan upaya yang sangat besar karena selain memperbaiki kelemahan-kelemahan yang ada, juga harus melakukan upaya-upaya untuk meminimalisir ancaman-ancaman yang berpotensi untuk melemahkan kinerja dari organisasi.

8.4 Rencana Pengembangan Kelembagaan

Bagian ini menguraikan rencana dan usulan kelembagaan Pemerintah kabupaten/kota yang menangani bidang Cipta Karya.

Berdasarkan strategi yang dirumuskan dalam analisis SWOT sebelumnya, maka dapat dirumuskan tiga kelompok strategi meliputi strategi pengembangan organisasi, strategi pengembangan tata laksana, dan strategi pengembangan sumber daya manusia. Berdasarkan strategi-strategi tersebut, dapat dikembangkan rencana pengembangan kelembagaan di daerah.

8.4.1 Rencana Pengembangan Keorganisasian

Untuk merumuskan rencana pengembangan keorganisasian, dengan mengacu pada analisis SWOT, dilandaskan pada efektifitas dan efisiensi yang akan tercipta dari penataan struktur organisasi dan tupoksinya.

Rencana pengembangan keorganisasian dilakukan dengan mengacu pada analisis dan evaluasi tugas dan fungsi satuan organisasi termasuk perumusan dan pengembangan jabatan struktural dan fungsional di lingkungan Pemda, serta menyusun analisis jabatan dan beban kerja dalam rangka mendayagunakan dan meningkatkan kapasitas kelembagaan satuan organisasi di masing-masing unit kerja di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya bidang Cipta Karya.

8.4.2 Rencana Pengembangan Tata Laksana

Untuk merumuskan rencana pengembangan tata laksana, dengan mengacu pada analisis SWOT sebelumnya, antara lain diperlukan evaluasi tata laksana, pengembangan standar dan operasi prosedur, serta pembagian kerja dan program yang jelas antar unit dalam instansi ataupun lintas instansi di lingkungan Pemerintah Daerah, khususnya di bidang Cipta Karya.

200

Page 221: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

8.4.3 Rencana Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

Untuk merumuskan rencana pengembangan Sumber Daya Manusia, dengan mengacu pada analisis SWOT, antara lain diperlukan perencanaan karier setiap pegawai sesuai dengan kompetensi individu dan kebutuhan organisasi. Guna meningkatkan pelayanan kepegawaian, maka perencanaan pegawai hendaknya mengacu pada analisis jabatan yang terintegrasi sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Selain itu, rencana pengembangan SDM dapat dilakukan dengan peningkatan jenjang pendidikan serta mendukung pembinaan kapasitas pegawai melalui pelatihan. Sesuai dengan lingkup kegiatan bidang keciptakaryaan, dalam rangka peningkatan kualitas SDM terdapat beberapa pelatihan yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian PU yang dapat menjadi referensi dipaparkan pada tabel 8.6

Tabel 8.6 Pelatihan Bidang Cipta Karya No Jenis Pelatihan 1 Bimbingan Teknis Pengelolaan Bangunan Gedung dan Rumah Negara Pusat,

Barat dan Timur serta sertifikasi Pengelola Teknis 2 Bimbingan Teknis Penyelenggaraan Bangunan Gedung Negara 3 Bimbingan Teknis Pengelolaan Rumah Negara Golongan III 4 Training of Trainers (TOT) Bidang Penyelenggaraan Penataan Bangunan dan

Lingkungan 5 Training of Trainers (TOT) Sosialisasi Peraturan Perundangan-undangan

Bangunan Gedung dan Lingkungan 6 Pelatihan Pengadaan Barang dan Jasa Dit. PBL 7 Peningkatan Kapasitas SDM Dit. PBL bekerjasama dengan Pusat Pembinaan

Kompetensi dan Pelatihan Konstruksi 8 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Keprotokolan 9 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan dalam Bidang Tata Persuratan

10 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Pemeliharaan dan Pengamanan Infrastruktur Publik Bidang Keciptakaryaan

11 Pembinaan Teknis Peningkatan Kemampuan Aparatur Negara dalam Tanggap Darurat Bencana

12 Pembinaan Teknis Percepatan Proses Hibah/Alih Status Barang Milik Negara 13 Pembinaan Teknis Penerapan Aplikasi SIMAK BMN 14 Pembinaan Teknis Pengembangan Kompetensi Pegawai 15 Pembinaan Teknis Pemetaan Kompetensi Pegawai 16 Diklat Pejabat Inti Satker (PIS) 17 Diklat Jabatan Fungsional

201

Page 222: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

202

Page 223: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BAB IX MATRIKS RENCANA PROGRAM DAN INVESTASI

INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Program investasi Kabupaten/Kota yang merupakan rekapitulasi dari dokumen RPIJM yang telah disusun dengan mempertimbangkan kemampuan Kabupaten/Kota dari aspek teknis, aspek lingkungan dan sosial, aspek pendanaan, maupun aspek kelembagaan. Selain itu, rencana program investasi harus dilengkapi dengan kesepakatan pendanaan yang diwujudkan melalui persetujuan dan tanda tangan dari Bupati/Walikota selaku kepala daerah. Matriks program dan investasi bidang Cipta Karya disusun berdasarkan prioritas menurut kebutuhan Kabupaten/Kota untuk memenuhi sasaran dan rencana pembangunan Kabupaten/Kota. Setiap daerah diharapkan mempunyai prioritas yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan wilayahnya, sebagai contoh suatu Kabupaten/Kota memprioritaskan program investasi air minum di tahun-tahun awal jangka menengah karena Kabupaten/Kota tersebut mempunyai pertimbangan bahwa sebagian besar penduduknya tinggal di daerah rawan air. Hal ini tentu saja tidak sama dengan daerah lain, disesuaikan dengan karakteristik daerah masing-masing.

Dokumen rencana program investasi yang merupakan rekapitulasi dan intisari dari RPIJM Kabupaten/Kota. Setiap Kabupaten/Kota diharapkan dapat menyampaikan rencana program dalam sebuah ringkasan rencana investasi dan sumber pembiayaan yang merupakan bagian sinkronisasi dan prioritas program di Kabupaten/Kota.

9.1 Matriks Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota

Berdasarkan tabel usulan program dan kegiatan pada setiap aspek teknis, maka dapat disusun sebuah tabel ringkas rencana program dan investasi bidang Cipta Karya. Rencana ini harus menjabarkan skenario pengembangan kota dan pengembangan sektor bidang Cipta karya, usulan kebutuhan investasi yang disusun dengan berbasis demand ataupun target pencapaian sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan daerah, mekanisme pendanaan atau pembiayaan, skala prioritas penanganan, dan rencana pelaksanaan program investasi.

203

Page 224: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Tabel 9.1 Format Matriks Program dan Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya

Provinsi : Kabupaten/Kota :

No. Uraian Kegiatan DetailLokasi Volume Satuan Tahun

Sumber Pembiayaan (Rp) APBN

DAK APBD Provinsi

APBD Kab/Kota

Perusahaan Daerah

Swasta/ Masyarakat CSR Rupiah

Murni PHLN

Pengembangan Air Minum

Pengembangan PLP

Pengembangan Permukiman

Penataan Bangunan dan Lingkungan

204

Page 225: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

9.2 Matriks Keterpaduan Program Investasi RPIJM Kabupaten/Kota

Sebagai rangkuman dari tabel 9.1, maka dapat disusun tabel berikut untuk memperlihatkan ringkasan program investasi RPIJM setiap tahunnya. Oleh karena itu, akan terbentuk 5 tabel matriks keterpaduan program tahunan sesuai jangka waktu RPIJM.

Tabel 9.2 Format Ringkasan Matriks RPIJM Bidang Cipta Karya

Provinsi : Kabupaten/Kota : Tahun :

No Sektor

Sumber Pembiayaan (Rp)

Ket APBN

APBD Prov.

APBD Kab/ Kota

Perusa-haan

Daerah Swasta Masya-

rakat CSR Rupiah

Murni PHLN

1 Pengembangan Air Minum

2 Pengembangan PLP

3 Pengembangan Permukiman

4 Penataan Bangunan & Lingkungan

TOTAL

205

Page 226: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

206

Page 227: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

DAFTAR PERISTILAHAN DAN SINGKATAN

3R (Reduce, Reuse, Recycle)

Upaya pengurangan sampah dari sumbernya dengan cara mengurangi timbulan sampah, menggunakan kembali barang yang bisa digunakan, dan mendaur ulang sampah menjadi barang yang layak pakai.

Air baku Air yang dapat berasal dari sumber air permukaan, cekungan air tanah dan/atau air hujan yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum

Air limbah permukiman

Air limbah domestik (rumah tangga) yang berasal dari air sisa mandi, cuci, dapur dan tinja manusia dari lingkungan permukiman serta air limbah industri rumah tangga yang tidak mengandung Bahan Beracun dan Berbahaya (B3).

Air minum Air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum langsung

AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup)

Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan

Analisis Jabatan Proses, metode dan teknik untuk mendapatkan data jabatan yang diolah menjadi informasi jabatan

Analisis SWOT Metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan (strength), kelemahan (weakness), peluang (opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu pembangunan

APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)

Rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah

APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara)

Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang ditetapkan melalui Undang-Undang

Belanja Daerah Kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih

Black water Air limbah yang berasal dari WC atau tinja manusia

207

Page 228: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

BUMD Badan usaha yang pendirianya diprakarsai oleh pemerintah daerah dan seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh daerah melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan yang dibentuk khusus sebagai penyelenggara

BUMN Badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan yang dibentuk khusus sebagai penyelenggara

CSR (Corporate Social Responsibility)

Tindakan yang dilakukan suatu perusahaan sebagai bentuk tanggungjawab terhadap sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada

DAK (Dana Alokasi Khusus)

Dana Alokasi Khusus / dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan Daerah dan sesuaidengan prioritas nasional

DED Detailed Engineering Design

DDUB (Dana Daerah Untuk Urusan Bersama)

Dana yang bersumber dari APBD yang digunakan untuk mendanai program/kegiatan bersama Pemerintah dan pemerintah daerah

Drainase perkotaan

Drainase di wilayah kota yang berfungsi untuk mengelola dan mengendalikan air permukaan sehingga tidak mengganggu dan/atau merugikan masyarakat.

DSCR (Debt Service Cost Ratio)

Rasio kemampuan keuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah

Grey Water Air limbah yang berasal dari sisa mandi, masak, dan cuci

HSBGN Harga Standar Bangunan Gedung Negara

IMB Izin Mendirikan Bangunan

IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah)

Sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak atau tanah yang menggunakan perpipaan untuk mengalirkan air limbah dari rumah-rumah secara bersamaan dan kemudian dialirkan ke IPAL.

IPL (Instalasi Pengolahan Leacheate)

Instalasi pengolahan yang berada di TPA dan dirancang untuk mengolah air lindi/leacheate agar aman bagi lingkungan ketika dibuang ke lingkungan.

208

Page 229: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

IPLT (Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja)

Instalasi pengolahan air limbah yang dirancang untuk hanya menerima dan mengolah lumpur tinja yang diangkut oleh truk tinja atau gerobak tinja.

Kebijakan Arah/tindakan yang diambil Pemerintah untuk mencapai tujuan

Kegiatan Bagian dari program yang dilaksanakan

KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis)

Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program

Konsultasi Publik Proses komunikasi dialogis atau musyawarah antar pihak yang berkepentingan guna mencapai kesepahaman dan kesepakatan dalam perencanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum

KPS (Kerjasama Pemerintah dan Swasta)

Penyediaan infrastruktur yang dilakukan melalui perjanjian kerjasama atau pemberian izin pengusahaan antara Menteri/Kepala Lembaga/Kepala Daerah dengan Badan Usaha

KSPD Kebijakan Strategi Pembangunan Daerah

NPS (Net Public Saving)

Sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang mengikat yang dapat dimanfaatkan pemerintah daerah untuk pembangunan

Organisasi Kesatuan yang dikoordinasikan secara sadar dengan batasan yang relatif dapat diidentifikasi, dan bekerja terus menerus untuk mencapai tujuan bersama.

P2KP Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

PAD (Pendapatan Asli Daerah)

Penerimaan yang diperoleh dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

PBL Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pembiayaan Daerah

Semua penerimaan daerah yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran daerah yang akan diterima kembali

Pemerintah daerah Gubernur, bupati/walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah

Pendapatan Daerah

Hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan

209

Page 230: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

Perda BG Peraturan Daerah Bangunan Gedung

Permukiman Bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan.

Permukiman kumuh

Permukiman yang tidak layak huni karena ketidakteraturan bangunan, tingkat kepadatan bangunan yang tinggi, dan kualitas bangunan serta sarana dan prasarana yang tidak memenuhi syarat.

Perubahan iklim Berubahnya iklim yang diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia sehingga menyebabkan perubahan komposisi atmosfir secara global dan selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu yang dapat dibandingkan

PIP2B Pusat Informasi Pengembangan Permukiman dan Bangunan

PNPM Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

Program Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan instasi pemerintah

PSD Prasarana Sarana Dasar

PUG (Pengarusutamaan Gender)

Strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan

Readiness Criteria Kriteria Kesiapan

Reformasi Birokrasi

Upaya untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan terutama menyangkut aspek-aspek organisasi), ketatalaksanaan dan sumber daya manusia aparatur

RI-SPAM Rencana Induk Sistem Pengembangan Air Minum

RISPK Rencana Induk Sistem Proteksi Kebakaran

RSH (Rumah Sehat Sederhana)

Rumah yang dibangun dengan standar bahan bangunan dan konstruksi sederhana namun tetap dengan kualifikasi layak huni dan sehat ditempati untuk memenuhi kebutuhan rumah masyarakat kelas menengah ke bawah

210

Page 231: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

RPKPP Rencana Pembangunan Kawasan Permukiman Prioritas

RSPK Rencana Sistem Pencegahan Kebakaran (untuk Propinsi selain DKI Jakarta)

RTBL Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

RTH (Ruang Terbuka Hijau)

Area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang pengguna-annya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam

RTH Privat Ruang Terbuka Hijau yang disediakan oleh Swasta/ Pribadi

RTH Publik Ruang Terbuka Hijau yang disediakan oleh Pemerintah dan dimiliki masyarakat publik

RTRW Rencana Tata Ruang Wilayah

Rumah susun Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional, baik dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah bersama

Saluran Drainase primer

Saluran yang menerima masukan dari saluran sekunder. Saluran ini relatif besar dan terletak paling hilir. Aliran dari drainase primer langsung disalurkan ke badan air.

Saluran Drainase Sekunder

Saluran yang menerima masukan dari saluran tersier dan meneruskan aliran ke saluran primer.

Sampah B3 Sampah yang bermuatan Bahan Beracun Berbahaya yang dalam penanganannya perlu penanganan khusus.

Sanitasi sistem setempat (on-site)

Sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah berada dalam batas tanah yang dimiliki dan merupakan fasilitas sanitasi individual

Sanitasi sistem terpusat (offsite)

Sistem dimana fasilitas pengolahan air limbah dipisahkan dengan batas jarak dan mengalirkan air limbah dari rumah-rumah menggunakan perpipaan (sewerage) ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Satgas RPIJM Satuan Tugas Penyusun Rencana Program Investasi Jangka Menengah

211

Page 232: Pedoman Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM)

SNVT (Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu)

Satuan kerja yang melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Kementerian yang dilaksanakan sendiri dan tidak dilaksanakan oleh Satker Tetap Pusat dan Satker UPT Pusat

SOP (Standar Operasi Prosedur)

Serangkaian petunjuk tertulis yang dibakukan mengenai proses penyelenggaraan tugas-tugas Pemerintah Daerah

SPM (Standar Pelayanan Minimal)

Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal

SPPIP Strategi Pengembangan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan

SSK Strategi Sanitasi Kota

Strategi Langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi

Tangki septik Bangunan pengolah dan pengurai kotoran tinja manusia cara setempat (onsite) dengan menggunakan bantuan bakteri. Tangki ini dibuat kedap air sehingga air dalam tangki septik tidak dapat meresap ke dalam tanah dan akan mengalir keluar melalui saluran yang disediakan.

Tangki septik komunal

Bangunan tangki septic yang digunakan secara bersama-sama oleh 2 atau lebih KK

Tata Laksana Sekumpulan aktivitas kerja terstruktur dan saling terkait yang menghasilkan keluaran yang sesuai dengan kebutuhan

TPA (tempat pemrosesan akhir)

Tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan disekitarnya.

TPA Regional Tempat pemrosesan akhir sampah yang digunakan oleh lebih dari 1 kab/kota secara bersama-sama.

TPS 3R Tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan, penggunaan ulang, dan pendauran ulang sampah skala kawasan.

UKL- UPL (Upaya pengelolaan lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan)

Pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraanusaha dan/atau kegiatan

212