55
RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL Konsep Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi Bagian – 2 : Pekerjaan Detail Desain ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR RPT0 SDA

Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis

Embed Size (px)

Citation preview

RANCANGAN PEDOMAN TEKNIS BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

Konsep

Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis

Volume III : Jaringan Irigasi

Bagian – 2 : Pekerjaan Detail Desain

ICS 93.010 BIDANG SUMBER DAYA AIR

RPT0

SDA

P14N54
New Stamp

i

DAFTAR ISI DAFTAR ISI .................................................................................................................. i KATA PENGANTAR..................................................................................................... ii PENDAHULUAN........................................................................................................... iii 1. RUANG LINGKUP ............................................................................................... 1 2. ACUAN NORMATIF............................................................................................. 1 3. ISTILAH DAN DEFINISI....................................................................................... 3

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN................................................................... 4

4.1. Penyediaan Data dan Fasilitas Penunjang ................................................. 4 4.2. Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung ......................................................... 5 4.3. Persyaratan Pelaksanaan........................................................................... 5

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN ............................................................................ 5

5.1. Perencanaan Pendahuluan ........................................................................ 6 5.1.1 Survey.............................................................................................. 6 5.1.2 Perekayasaan.................................................................................. 6 5.1.3 Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung............................ 6 5.1.4 Produk yang dihasilkan.................................................................... 6

5.2. Perencanaan Akhir (Detail) ......................................................................... 7 5.2.1 Survey ............................................................................................. 7 5.2.2 Analisis Laboratorium...................................................................... 7 5.2.3 Analisis Hidrologi............................................................................. 7 5.2.4 Analisis Hidrolika ............................................................................. 9 5.2.5 Detail desain saluran dan bangunan Irigasi dan bangunan

pelengkapnya.................................................................................. 9 5.3. Penggambaran Desain ............................................................................... 15 5.4. Kebutuhan Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung ....................................... 15 5.5. Manual Operasi dan Pemeliharaan ............................................................ 15 5.6. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya....................................................... 16 5.7. Penyusunan Dokumen Pelelangan............................................................. 16 5.8. Khusus Dokumen Petak Tersier ................................................................. 16

6. PENGENDALIAN MUTU ..................................................................................... 16 7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN................................................................. 16

7.1. Pengukuran................................................................................................. 16 7.2. Dasar Pembayaran ..................................................................................... 17

BIBLIOGRAFI ............................................................................................................... 18 LAMPIRAN-LAMPIRAN................................................................................................ 19 CONTOH KERANGKA ACUAN KERJA ....................................................................... 37

ii

KATA PENGANTAR

Konsep pedoman ini merupakan hasil kajian dari berbagai pedoman spesifikasi teknik pekerjaan yang ada. Pembahasan dilakukan pada Kelompok Umum dari Gugus Kerja Pendayagunaan Sumber Daya Air pada Sub-Panitia Teknis sumber Daya Air yang berada dibawah naungan Panitia Teknis Bahan Konstruksi Bangunan dan Rekayasa Sipil, Departemen Pekerjaan Umum. Proses pembahasan yang dimulai dari Rapat Kelompok Bidang Keahlian, Rapat Gugus Kerja, Rapat Teknis dan Konsensus pada tingkat Sub-Panitia Teknis Sumber Daya Air yang kemudian Rapat Penetapan pada Panitia Teknis sesuai dengan mekanisme proses pembuatan pedoman di Departemen Pekerjaan Umum. Pelaksanaan pembahasan untuk masing-masing tingkatan harus dihadiri oleh anggota panitia, nara sumber, konseptor dan tim editor dari perumusan pedoman ini. Komposisi anggota panitia dan nara sumber harus memperhatikan keterwakilan para pemangku kepentingan yaitu antara lain : pemerintah, pakar, konsumen dan produsen dengan komposisi yang seimbang satu sama lain.

iii

PENDAHULUAN

Berdasarkan pasal 63 Undang-undang No.7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air bahwa pelaksanaan pembangunan sarana dan prasarana sumber daya air harus berdasarkan norma, standar, pedoman dan manual (NSPM). Sehubungan dengan hal tersebut, pada saat ini telah tersusun NSPM yang umumnya mengenai tata cara perencanaan, cara uji mutu pekerjaan dan spesifikasi teknis bahan serta konstruksi dari bangunan air yang akan dibangun. Pedoman ini disusun sesuai dengan masing-masing tahapan kegiatan yang terdiri dari survey, investigasi dan desain dimana dalam pelaksanaannya mengacu dan berpedoman pada norma, standar, pedoman dan manual (NSPM) yang tercantum pada Acuan Normatif. Pedoman ini mencakup kegiatan pengumpulan data sekunder (topografi, geologi permukaan, hidrologi), data primer (pengukuran topografi dan pemetaan, survey hidrometri, sampling sedimen dan penyelidikan geoteknik), analisis hidrologi, analisis hidrolika, desain hidraulik, perhitungan volume pekerjaan sebagai acuan dalam penyusunan rencana anggaran biaya, analisis ekonomi, analisis dampak lingkungan serta penyusunan dokumen tender yang diperlukan untuk penyelesaian dari pekerjaan pembangunan jaringan irigasi.

RPT0-Pd T-xx-200x

1 dari 51

Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknis Volume III : Jaringan Irigasi

Bagian – 2 : Pekerjaan Detail Desain

1. RUANG LINGKUP Pedoman ini menetapkan ketentuan dan persyaratan, metode kerja pelaksanaan, pengendalian mutu serta pengukuran dan pembayaran untuk kegiatan detail desain jaringan irigasi dalam pekerjaan pembangunan irigasi.

Pedoman ini dapat digunakan untuk kegiatan detail desain pengembangan baru, rehabilitasi dan up-grading.

Pedoman ini mencakup pengumpulan data sekunder berupa peta topografi, peta geologi regional, data hidrologi (curah hujan dan peta stasiun hujan),dan data primer yang didapat dari kegiatan pengukuran topografi dan pemetaan, penyelidikan geoteknik, survey hidrometri, analisis hidrologi, desain hidrolis, analisis konstruksi, gambar desain, perhitungan volume pekerjaan untuk menghitung rencana anggaran biaya.

2. ACUAN NORMATIF Keputusan Menteri (KEPMEN)

• KEPMEN KIMPRASWIL No.257/PTS/M/2004 : Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.

• KEPMEN KLH No. 17 Tahun 2001 : Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan, Wajib Dilengkapi Dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan.

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

• SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Detail desain Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai.

• SNI 03-1964-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis Tanah. • SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah. • SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis. • SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat Casagrande. • SNI 03-2414-1991 : Metode Pengukuran Debit Sungai pada Saluran Terbuka. • SNI 03-2435-1991 : Metode Pengujian Laboratorium Tentang Kelulusan Air

untuk Contoh Tanah. • SNI 03-2436-1991 : Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil Pengeboran

Inti. • SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka

dengan Alat Ukur Arus Tipe Baling-Baling. • SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran Terbuka

Dengan Pelampung Permukaan. • SNI 03-2822-1992 : Metode Pembuatan Lengkung Debit dan Tabel

Sungai/Saluran dengan Analisis Grafis. • SNI 03-2830-1992 : Metode Perhitungan Tinggi Muka Air dengan Cara Pias

berdasarkan Rumus Manning.

RPT0-Pd T-xx-200x

2 dari 51

• SNI 03-2849-1992 : Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan. • SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah. • SNI 03-3444-1994 : Tata Cara Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai Tampang

Ganda dengan Cara Pias Berdasarkan Rumus Manning. • SNI 03-6381-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan

bangunan ukur Cipoletti. • SNI-03-6395-2000 : Spesifikasi alat ukur debit orifice. • SNI-03-6455.1-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan

bangunan ukur parshall flume. • SNI-03-6455.4-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan

ambang tajam segi tiga. • SNI-03-6455.5-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan

ambang tajam persegi panjang. • SNI-03-6467.1-2000 : Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran

terbuka dengan bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.

• SNI 19-6473-2000 : Metode Uji Kelulusan Air dengan Perumusan Tinggi Tekan Air.

• SNI 03-6738-2002 : Metode perhitungan debit andal air sungai dengan analisis lengkung kekerepan.

• SNI 03-6790-2002 : Metode Penyiapan Benda Uji dari Contoh Tanah Terganggu.

• SNI 03-6802-2002 : Tata Cara Penyelidikan dan Pengambilan Contoh Uji Tanah dan Bahan untuk Keperluan Teknik.

Pedoman Teknik (Pd T) :

• Pd T-03.1-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-1 : Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor

• Pd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-2 : Pengujian Lapangan dan Laboratorium

• Pd T-03.3-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-3 : Interpretasi Hasil Uji dan Penyusunan Laporan Penyelidikan Geoteknik

• AB-K/RE-RT/TC/021/98 : Tata Cara Perancangan Anggaran Biaya

Persyaratan Teknis (PT) :

• PT-02 : Persyaratan Teknis Bagian Pengukuran Topografi • PT-03 : Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geologi Teknik

Pedoman Teknis :

• Pd T-03.1-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor

• Pd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium

RPT0-Pd T-xx-200x

3 dari 51

• Pd T-03.3-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-3: Interpretasi Hasil Uji dan Penyusunan Laporan Penyelidikan Geoteknik

3. ISTILAH DAN DEFINISI 3.1. Detail desain adalah kegiatan perencanaan rinci suatu bangunan air yang

menghitung dan menggambarkan atau juga memetakan berbagai dimensi bangunan sesuai dengan kebutuhan perencanaan suatu bangunan atau komponennya.

3.2. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk penyediaan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangan air irigasi.

3.2.1. Irigasi melingkar adalah salah satu metode detail desain trase saluran-saluran tersier di mana arah aliran berlawanan dengan aliran jaringan utama (counterflow irrigation).

3.2.2. Jaringan irigasi primer adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari bangunan utama, saluran induk/primer, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

3.2.3. Jaringan irigasi sekunder adalah bagian dari jaringan irigasi yang terdiri dari saluran sekunder, saluran pembuangannya, bangunan bagi, bangunan bagi sadap, bangunan sadap, dan bangunan pelengkapnya.

3.2.4. Jaringan irigasi tersier adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kuarter, dan saluran pembuang, boks tersier, boks kuarter, serta bangunan pelengkapnya.

3.2.5. Jaringan irigasi teknis adalah jaringan yang sudah memisahkan antara sistem irigasi, pembuang dan jaringan tersier.

3.2.6. Jaringan pembuang adalah seluruh bangunan dan saluran pembuang. 3.2.7. Jaringan saluran adalah suatu sistem saluran yang merupakan hubungan antara

satu saluran dengan saluran lainnya.

3.3. Saluran irigasi adalah saluran pembawa air untuk menambah air ke saluran lain/daerah lain.

3.3.1. Saluran primer adalah saluran irigasi yang membawa air dari jaringan utama ke saluran sekunder dan petak-petak tersier yang dialiri.

3.3.2. Saluran sekunder adalah saluran irigasi yang membawa air dari saluran primer ke petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder tersebut.

3.3.3. Saluran pembuang alamiah adalah saluran alami yang digunakan untuk mengalirkan air, salah satu contohnya adalah anak atau cabang sungai.

3.4. Bangunan air (utama) adalah semua bangunan yang dibangun di sungai dan di sepanjang sungai atau aliran air termasuk bendungan, untuk membelokkan air ke dalam jaringan irigasi agar dapat digunakan untuk keperluan irigasi. Biasanya dilengkapi dengan kantong lumpur agar bisa mengurangi kandungan sedimen berlebihan serta memungkinkan untuk mengukur debit air yang masuk.

3.4.1. Bangunan pengatur adalah bangunan yang mengatur muka air di saluran tempat bangunan sadap dan bagi.

RPT0-Pd T-xx-200x

4 dari 51

3.4.2. Bangunan pengukur adalah bangunan yang digunakan untuk mengatur dan mengukur debit di jaringan saluran irigasi, ditempatkan baik itu di hulu saluran primer, cabang saluran, maupun di bangunan sadap tersier.

3.5. Debit air irigasi adalah penentuan volume air per satuan waktu yang dialokasikan dari suatu sumber air untuk suatu daerah irigasi yang didasarkan waktu, jumlah, dan mutu sesuai dengan kebutuhan untuk menunjang pertanian dan keperluan lainnya.

3.6.1. Petak tersier adalah kumpulan petak irigasi yang merupakan kesatuan dan mendapatkan air irigasi melalui saluran tersier yang sama.

3.6.2. Petak tersier ideal adalah petak tersier lengkap dengan jaringan irigasi, pembuang, dan jalan, serta mempunyai ukuran optimal.

3.6.3. Petak tersier optimal adalah petak tersier yang biaya konstruksi dan E&P jaringannya minimal.

3.6.4. Petak sekunder adalah petak yang terdiri dari beberapa petak tersier yang kesemuanya dilayani oleh satu saluran sekunder. Biasanya petak sekunder menerima air dari bangunan bagi yang terletak di saluran primer atau sekunder.

3.6. Bangunan pelengkap adalah bangunan-bangunan yang akan ditambahkan pada bangunan utama untuk keperluan persilangan dengan saluran pembuang, atau bangunan yang diperlukan untuk mengatasi kendala topografi. Contohnya adalah : talang, bangunan silang, terjunan, dan lain-lain.

3.7.1. Sipon adalah saluran tertutup yang di dalamnya air mengalir dari saluran atau kolam ke saluran atau kolam lain yang lebih rendah dan di antara kedua ketinggian ini titik yang lebih tinggi harus dilalui.

3.7.2. Bangunan terjun adalah bangunan yang diperlukan bila kemiringan permukaan tanah lebih curam dari kemiringan maximum saluran yang diijinkan.

3.7.3. Gorong-gorong adalah bangunan pembawa air (irigasi atau pembuang) melewati bawah jalan air lainnya (saluran), bawah jalan, atau jalan KA.

3.7.4. Talang adalah saluran yang di dalamnya air mengalir dengan permukaan bebas, dibuat melintas saluran pembuang, sungai, saluran irigasi, dan sebagainya.

3.7.5. Got miring adalah saluran dengan kemiringan tajam dimana terjadi aliran superkritis.

3.8. Jalan inspeksi adalah jalan sepanjang saluran irigasi dan pembuang untuk keperluan inspeksi.

4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN Ketentuan dan persyaratan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan perencanaan daerah irigasi memuat : 4.1. Penyediaan Data dan Fasilitas Penunjang 4.1.1 Penyediaan oleh Pengguna Jasa

Data dan fasilitas yang disediakan oleh Pengguna Jasa yang dapat digunakan dan akan dipelihara oleh penyedia jasa : • Laporan dan Data berupa berbagai laporan dan data sebagai hasil studi

terdahulu). • Akomodasi dan Ruangan Kantor (sesuai kesepakatan). • Pengguna jasa akan menunjuk petugas atau wakilnya yang bertindak sebagai

pengawas atau pendamping (countepart), atau project officer (PO) dalam rangka pelaksanaan jasa penyedia jasasi.

RPT0-Pd T-xx-200x

5 dari 51

4.1.2 Penyediaan oleh Penyedia Jasa.

Penyedia Jasa akan menyediakan dan memelihara semua fasilitas dan peralatan yang dipergunakan untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan. a). Penyedia Jasa memfasilitasi pengadaan peralatan, fasilitas laboratorium dan

bahan yang sesuai untuk mencapai ketelitian dan standar yang telah ditentukan dalam standar Perencanaan Irigasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan, sesuai dengan keperluannya.

b). Penyedia Jasa diharapkan dapat memberikan hasil yang berkualitas tinggi. Pekerjaan akan diperiksa sewaktu-waktu untuk menjamin terpenuhinya persyaratan teknis yang telah ditetapkan.

c). Penyedia Jasa menanggung biaya pekerjaan tambahan/pengulangan bila ternyata hasil pekerjaannya tidak memenuhi persyaratan teknis menurut penilaian pihak Direksi Pekerjaan.

d). Penyedia Jasa akan menyediakan semua peralatan bila diperlukan.

4.2. Tenaga Akhli dan Tenaga Pendukung 4.2.1 Tenaga Akhli

Tenaga Akhli yang diperlukan dalam rangka penyelesaian pekerjaan harus berkompeten dibidangnya masing-masing. Akhli–Akhli tersebut harus menyerahkan kualifikasi dan curriculum vitae/daftar riwayat hidup. Tenaga Akhli yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi, Akhli Geologi Teknik/Mekanika Tanah, Akhli Geologi, Akhli Geodesi, Akhli Pertanian, Akhli Dokumen Lelang/Cost Estimator, Akhli Lingkungan, Akhli O&P dan Akhli Sosial - Ekonomi.

4.2.2 Tenaga Pendukung Tenaga pendukung sifatnya mendukung tenaga Akhli dalam penyelesaian pekerjaan baik dalam segi teknis, urusan administrasi serta kelancaran pelaksanaan pekerjaan.

4.3. Persyaratan Pelaksanaan Untuk perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan yang sebagaimana mestinya atas pekerjaan, Penyedia Jasa harus mempersiapkan jadwal pelaksanaan. Jadwal tersebut diperlukan untuk menjelaskan kegiatan-kegiatan pekerjaan setelah kegiatan dalam program mobilisasi telah selesai.

4.3.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan

Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan dalam bentuk Kurva-S yang menggambarkan seluruh kemajuan pekerjaan.

4.3.2 Jadwal Penugasan Personil Tenaga Akhli

Penyedia Jasa harus membuat Jadwal Penugasan Personil Tenaga Akhli dalam bentuk diagram batang (bar chart) yang menggambarkan kegiatan dan masa aktif masing-masing personil tenaga Akhli.

5. PELAKSANAAN PEKERJAAN Pelaksanaan pekerjaan yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan detail desain bangunan irigasi harus memuat :

RPT0-Pd T-xx-200x

6 dari 51

5.1. Perencanaan Pendahuluan 5.1.1 Survey

(a) Aspek Topografi • Pengumpulan foto udara dengan skala 1:10.000 atau yang lebih detail, dan

peta topografi dengan skala 1:5.000 dari daerah irigasi dengan garis-garis kontur.

• Peta lokasi bangunan utama dan bangunan-bangunan besar. (b) Aspek Pertanian

• Pengukuran tanah semi detail dan penelitian kecocokan tanah dengan peta 1:25.000 atau yang lebih detail.

• Pola tata tanam • Kebutuhan penyiapan lahan

(c) Aspek Hidrologi • Perhitungan neraca air • Perhitungan kebutuhan air untuk tanaman • Perhitungan ketersediaan air • Perhitungan giliran dan rotasi • Perhitungan kebutuhan air untuk pembuang • Perhitungan debit banjir rencana

(d) Aspek Geoteknik • Pengeboran terbatas pada lokasi bangunan-bangunan besar • Pengambilan sampel tanah sepanjang trase saluran dan lokasi bangunan. • Penyelidikan sumber bahan galian dan timbunan, dan bahan bangunan lain. • Pengujian sampel tanah yang dipilih di laboratorium, guna mengetahui sifat-

sifat teknis tanah. • Merumuskan program penyelidikan detail.

5.1.2 Perekayasaan

Hasil perekayasaan dari kegiatan ini adalah menguraikan tentang perencanaan tata letak saluran dan bangunan, menentukan kapasitas saluran rencana, memeriksa trase dan elevasi saluran setiap 400 m, menghitung volume dan perkiraan biaya pendahuluan, dan merumuskan penyelidikan model bila perlu.

5.1.3 Kebutuhan Tenaga Akhli

Tenaga Akhli yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi, Akhli Geologi Teknik/Mekanika Tanah, Akhli Geologi, Akhli Geodesi, Akhli Pertanian, dan Akhli Sosio Ekonomi

5.1.4 Produk yang dihasilkan

Hasil pada tahap ini berupa Laporan Perencanaan Pendahuluan, yang memuat : • Peta topografi dengan garis-garis kontur, skala 1:25.000 atau yang lebih detail

dan 1:5.000. • Peta lokasi (site survey) bangunan-bangunan besar skala 1:200 atau yang lebih

detail. • Peta kemampuan tanah. • Analisa Ketersediaan air, kebutuhan air untuk tanaman dan kebutuhan air untuk

pembuang. • Tata letak akhir jaringan irigasi dan pembuang skala 1:25.000 dan 1:5.000. • Gambar-gambar perencanaan pendahuluan untuk bangunan utama, saluran dan

bangunan pelengkap.

RPT0-Pd T-xx-200x

7 dari 51

5.2. Perencanaan Akhir (Detail) 5.2.1 Survey

1). Topografi Kegiatan pengukuran dan pemetaan meliputi pengukuran trase saluran dan bangunan-bangunan pelengkap, yang mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran dan Pemetaan, Kegiatan analisis topografi meliputi analisis kerangka horizontal dan koordinat, analisis ketinggian/waterpass, analisis situasi detail dan cross section dan penggambaran, yang mengacu pada PT-02, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.

2). Pertanian Menentukan pola tanam akhir (definitif).

3). Hidrologi Kegiatan ini berupa perhitungan akhir untuk laporan perencanaan.

4). Penyelidikan Geologi Teknik/Mekanika Tanah Kegiatan penyelidikan geologi teknik/mekanika tanah detail meliputi bor inti bila diperlukan untuk lokasi bangunan utama, saluran, bangunan, sumber bahan galian dan timbunan, mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Bagian-3 Penyelidikan Geologi Teknik, dan Pd T-03.1-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-1 : Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor.

5.2.2 Analisis Laboratorium

Kegiatan analisis geologi teknik/mekanika tanah untuk keperluan detail desain pembangunan irigasi, meliputi analisa berat jenis tanah, berat isi tanah, kadar air, batas plastis tanah, batas cair, batas susut tanah, gradasi butiran, triaxial test, consolidation test, permeability test, compaction test mengacu pada :

• SNI 03-1964-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis Tanah • SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah • SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis • SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat

Casagrande. • SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah • RPT0 Pd T-xx-200x : Bagian-4 Analisis Geologi Teknik/Mekanika

Tanah. • Pd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-2 :

Pengujian Lapangan dan Laboratorium

5.2.3 Analisis Hidrologi

1) Analisis debit andalan

Debit andalan menunjukkan angka variabilitas ketersediaan air sekaligus menunjukkan seberapa besar debit yang dapat diandalkan. Analisis ketersediaan air yang termasuk besarnya debit aliran yang ada di sungai sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan yang meliputi debit andalan dengan berbagai probabilitas (probability), sebagai berikut :

RPT0-Pd T-xx-200x

8 dari 51

(a). Jika data debit yang tersedia ≥ 10 tahun dan berurutan maka metode yang digunakan adalah analisis lengkung kekerapan SNI 03-6738-2002 tentang Metode Perhitungan Debit Andal Air Sungai Dengan Analisis Lengkung Kekerapan, dan jika data debit yang tercatat kurang lengkap karena hilang atau rusak maksimum 10 %, maka dapat dilakukan pengisian sesuai dengan Pd. T-22-2004-A.

(b). Jika data debit yang tersedia ≤ 10 tahun, untuk memperpanjang data dapat digunakan Model Simulasi Hidrologi Hujan-Aliran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalkan menggunakan Metode Mock, N-Reca, Scramento, Tank Model dan lain-lain.

(c). Jika data debit dan data hujan tidak ada, maka perhitungan debit andal dapat dilakukan dengan :

• Cara Analisis Wilayah dari hasil penelitian yang sudah ada atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

• Model simulasi yang melahirkan data debit simulasi dengan menggunakan parameter dari DAS sekitarnya yang mempunyai karakteristik basin yang sama (kondisi topografi, geologi dan tanaman penutup) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2) Analisis debit banjir

Pada kegiatan ini adalah dilakukan analisis frekuensi banjir rancangan berdasarkan curah hujan dan luas DAS SNI 03-2415-1991 tentang Metode Perhitungan Debit Banjir. Metode perhitungan adalah sebagai berikut :

(a). Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir

Jika data aliran sungai yang tersedia cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan Metode Gumbel, Log Pearson atau Log Normal.

(b). Metode analisis regional, jika data debit < 20 tahun dan > dari 10 tahun

(c). Metode puncak banjir di atas ambang, apabila data debit yang tersedia antara 3 – 10 tahun

(d). Metode empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter hujan dan karakteristik DPS antara lain :

• Metode Rasional, digunakan pada perencanaan sarana drainase dengan daerah tangkapan yang kecil (< 40 Ha)

• Der Weduwen, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas < 100 km2

• Melchior, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas > 100 km2

• Haspers dan Mononobe digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS tanpa memperhatikan luas DAS

• Metode Hidrograf Satuan

• Metode US – Soil Conservation Service

(e). Model matematik digunakan apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang daripada pengamatan data debit selanjutnya yang selanjutnya digunakan untuk memperpanjang data aliran.

RPT0-Pd T-xx-200x

9 dari 51

Hasil analisis digunakan untuk mendesain bangunan persilangan.

5.2.4 Analisis Hidrolika Analisis profil muka air mengacu pada SNI 03-2830-1992 tentang Metode Perhitungan Tinggi Muka Air dengan Cara Pias berdasarkan Rumus Manning.

5.2.5 Detail desain saluran dan bangunan Irigasi dan bangunan pelengkapnya.

1) Saluran primer, sekunder, dan tersier

(a) Tanpa pasangan

(1) Potongan Melintang

• Geometri Saluran dengan debit rencana yang tinggi pada umumnya lebar dan dangkal dengan perbandingan b/h sampai 10 atau lebih. Saluran yang lebih lebar mempunyai variasi muka air sedikit saja dengan debit yang berubah-ubah, sehingga mempermudah pembagian air. Pada saluran yang lebar, erosi atau pengikisan talud saluran tidak terlalu berakibat serius terhadap kapasitas debit.

• Kemiringan talud saluran Besarnya kemiringan talud saluran dipengaruhi oleh jenis tanah, ketinggian daerah, dan juga oleh kestabilan tanahnya. Kemiringan minimum talud saluran dapat dilihat pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

• Lengkung saluran Jari-jari minimum lengkung untuk saluran tanpa pasangan diambil tujuah (7) kali lebar permukaan air. Maksud dibangunnya lengkung saluran adalah untuk menghindari terjadinya penggerusan di dasar sungai.

Ketentuan mengenai besarnya jari-jari lengkung saluran dapat dilihat pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

• Tinggi jagaan

Tinggi jagaan adalah suatu ruangan antara puncak tanggul dan muka air maksimum

Besarnya tinggi jagaan dipengaruhi oleh debit saluran.

Ketentuan mengenai besarnya tinggi jagaan saluran dapat dilihat pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

• Lebar tanggul

Digunakan untuk tujuan ekploitasi, pemeliharaan dan inspeksi. Besarnya lebar minimum tanggul dapat dilihat di dalam KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

RPT0-Pd T-xx-200x

10 dari 51

(2) Potongan Memanjang

• Muka air yang diperlukan

Tinggi muka air yang diinginkan dalam jaringan utama didasarkan pada tinggi muka air yang diperlukan di sawah-sawah yang diairi. Bila muka air jaringan utama naik di atas tanah, maka pengurangan tinggi muka air tersier dapat dipertimbangkan.

Hal ini dapat terjadi pada topografi yang sangat datar dimana kehilangan energi pada bangunan di petak tersier dapat menambah tinggi muka air yang diperlukan di jaringan utama jauh di atas muka tanah.

Longgaran untuk variasi muka air Dh ditetapkan 0,18h100 (0,18 x kedalaman air rencana); 0,82h100 adalah kedalaman air perkiraan pada 70% dari Qrencana, Yang mengacu dan berpedoman pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

• Kemiringan memanjang

Kemiringan memanjang ditentukan terutama oleh keadaan topografi, kemiringan saluran akan sebanyak mungkin mengikuti garis muka tanah pada trase yang dipilih.

1) Kemiringan minimum Diperlukan untuk usaha pencegahan terjadinya sedimentasi melalui kemiringan tanah dan harga I√R yang diperbesar ke arah hilir.

2) Kemiringan maksimum Untuk mencegah terjadinya erosi maka kecepatan maksimum aliran harus dibatasi. Kecepatan rencana pada tanah-tanah kohesif umumnya lebih rendah daripada kecepatan maksimum yang diijinkan untuk tanah. Kecepatan maksimum yang diijinkan dapat dilihat pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

3) Detail desain kemiringan saluran Dalam prosedur detail desain saluran dapat timbul kesulitan berupa :

• Kemiringan medan yang curam. Untuk mengurangi kecepatan rencana maka kemiringan saluran diambil lebih landai daripada kemiriingan tanah.

• Kemiringan minimum saluran primer garis tinggi, untuk menghindari pengendapan sedimen. Harga Iba√R yang dipakai untuk saluran primer harus lebih besar dari harga Iba√R kantong lumpur dalam keadaan penuh.

• Saluran sekunder dengan kemiringan medan kecil, maka harga Iba√R sebaiknya paling tidak sama dengan harga ruas saluran hulu.

RPT0-Pd T-xx-200x

11 dari 51

(b) Dengan Pasangan

(1) Kecepatan maksimum

Kecepatan maksimum yang diijinkan dipengaruhi oleh jenis pasangan saluran. Untuk aliran yang stabil, bilangan Froude harus kurang dari 0, 55 untuk aliran subkritis, atau lebih dari 1,4 untuk aliran subkritis. Saluran dengan bilangan Froude antara 0,55 dan 1,4 dapat memiliki pola aliran dengan gelombang tegak (muka air bergelombang yang akan merusak kemiringan talud).

(2) Detail desain untuk aliran subkritis

Ruas saluran pasangan direncana menurut kriteria angkutan sedimen, dengan mengikuti I√R konstan, kedalaman air untuk saluran pasangan sama dengan kedalaman air saluran tanpa pasangan. Namun lebar dasar salurannya lebih kecil daripada saluran tanpa pasangan.

Kemiringan talud bisa dibuat lebih curam, bahkan untuk saluran yang lebih kecil (h < 0,40 m) kemiringan talud dibuat vertikal.

(3) Lengkung saluran

Jari-jari minimum lengkung untuk saluran pasangan diambil tiga kali lebar permukaan air. Jika dibutuhkan tikungan yang lebih tajam, maka mungkin diperlukan kincir pengarah (guide vane) agar sebaran aliran di ujung tikungan itu lebih merata. Kehilangan tinggi energi tambahan juga harus diperhitungkan.

Ketentuan mengenai besarnya jari-jari lengkung saluran dapat dilihat pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

(4) Tinggi jagaan

Besarnya tinggi jagaan dipengaruhi oleh debit saluran, dan berguna untuk:

• Menaikkan muka air di atas tinggi muka air maksimum.

• Mencegah kerusakan tanggul saluran dan menghindari terjadinya overtop apabila ada pintu yang macet.

• Agar saluran dapat menampung air hujan, sehingga tidak terjadi banjir.

Ketentuan mengenai besarnya tinggi jagaan saluran dapat dilihat pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

2) Saluran pembuang

(1) Jaringan pembuang

Muka air memegang peranan penting dalam detail desain kapasitas saluran pembuang maupun dalam detail desain bangunan-bangunan khusus (contohnya pintu otomatis) di lokasi di muara saluran pembuang.

Di daerah-daerah yang diairi secara teknis jaringan, pembuangan mempunyai dua fungsi, yaitu : • Pembuang intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk

mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tanaman.

RPT0-Pd T-xx-200x

12 dari 51

• Pembuang ekstern untuk mengalirkan air dari luar jaringan irigasi melalui jaringan irigasi.

Air buangan dari luar jaringan irigasi biasanya memasuki daerah proyek irigasi melalui saluran-saluran pembuang alamiah.

(2) Kebutuhan pembuang untuk tanaman padi.

Komponen untuk perhitungan modulus pembuangan dapat diambil sebagai berikut :

(1) Dataran rendah

• Pemberian air irigasi sama dengan nol jika irigasi dihentikan.

• Pemberian air irigasi sama dengan evapotranspirasi ET jika irigasi diteruskan. Kadang-kadang pemberian air irigasi dihentikan di dalam petak tersier, tetap air dari jaringan irigasi utama dialirkan ke dalam jaringan pembuang.

• Tampungan tambahan di sawah pada 150 mm lapisan air maksimum, tampungan tambahan ∆S pada akhir hari-hari berturutan n diambil maksimum 50 mm.

• Perkolasi (P) sama dengan nol.

(2) Daerah terjal Ketentuannya sama dengan untuk kondisi dataran rendah, tetapi dengan perkolasi P sama dengan 3 mm/hari. Untuk daerah sampai seluas 400 ha pembuang air per petak diambil konstan. Jika daerah-daerah yang akan dibuang airnya yang lebih besar akibat menurunnya curah hujan, dengan tampungan sementara yang relatif lebih besar, maka dipakai harga pembuang yang lebih kecil per petak.

(3) Kebutuhan pembuang untuk sawah non padi Dalam merencanakan saluran-saluran pembuang untuk daerah dimana padi tidak ditanam, ada dua macam debit yang harus dipertimbangkan :

Besarnya harga koefisien limpasan air hujan untuk perhitungan Qd dapat dilihat pada KP 03. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Saluran.

3) Bangunan bagi atau sadap

(a) Bangunan bagi

Bangunan bagi terdiri dari pintu-pintu yang dengan teliti mengukur dan mengatur air yang mengalir ke berbagai saluran. Biasanya pintu pengatur dipasang di saluran terbesar sedangkan alat-alat pengukur dan pengatur dibangun di bangunan sadap yang lebih kecil.

(b) Bangunan pengatur

Aspek penting dalam detail desain bangunan bagi adalah kepekaannya terhadap variasi muka air. Detail desain bangunan pengatur hendaknya memperhatikan perlindungan dari kemungkinan peristiwa debit penuh dengan cara membangun pelimpah samping di hulu, kapasitas yang memadai di atas pintu, atau dengan alat ukur tambahan dengan mercu setinggi debit rencana. Lebar bangunan pengatur berkaitan dengan kehilangan tinggi energi yang diizinkan serta biaya pelaksanaan.

RPT0-Pd T-xx-200x

13 dari 51

Bangunan yang lebar mengakibatkan sedikit kehilangan tinggi energi, tetapi lebih mahal. Guna mengurangi kehilangan tinggi energi dan sekaligus menghindari penggerusan, disarankan untuk membatasi kecepatan di bangunan pengatur samoai kurang lebih 1,5 m/dt.

(c) Bangunan sadap

(1) Bangunan sadap sekunder Bangunan ini akan memberi air ke saluran sekunder dan melayani lebih dari satu petak tertier. Kapasitas bangunan-bangunan sadap ini lebih dari 0,250 m3/dt. Alat ukur Romijn digunakan hingga debit sebesar 2 m3/dt, untuk debit yang lebih besar dipilih pintu sorong yang dilengkapi alat ukur yang terpisah, alat ukur Crump de Gruyter digunakan bila kehilangan tinggi energinya memadai.

(2) Bangunan sadap tertier Bangunan ini memberi air kepada petak-petak tersier, memiliki kapasitas antara 50-250 l/dt. Pemakaian beberapa tipe bangunan sadap tertier sekaligus di satu daerah tidak disarankan. Bila kehilangan tinggi energi bermasalah dan muka air hulu diatur, maka cocok digunakan alat ukur Romijn. Sedangkan jika kehilangan tinggi energi tidak menjadi masalah, muka air berfluktuasi, dan harus tetap memberikan air selama debit sangat rendah, alat ukur Crump de Gruyter akan lebih cocok digunakan. Jika pembuatan bangunan pengatur terlalu mahal dan muka air yang diperlukan di petak tertier lebih rendah dari elevasi air selama debit rendah di saluran, maka akan lebih menguntungkan menggunakan pipa sadap sederhana.

4) Bangunan pengukur

Rekomendasi penggunaan bangunan ukur tertentu didasarkan pada faktor penting, antara lain : • Kecocokan bangunan untuk keperluan pengukuran debit. • Ketelitian pengukuran di lapangan • Bangunan yang kokoh, sederhana, dan ekonomis. • Rumus debit sederhana dan teliti • Eksploitasi dan pembacaan papan duga mudah • Pemeliharaan sederhana dan murah. Berdasarkan urutan bangunan yang lebih dianjurkan digunakan, maka jenis-jenis bangunan pengukur itu adalah sebagai berikut :

(a) Bangunan Ukur Ambang Lebar Horizontal dan Ujung Hulu Bulat, mengacu pada SNI 03-6467.1-2000 tentang Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran terbuka dengan bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.

(b) Alat ukur Romijn Pintu Romijn adalah alat ukur ambang lebar yang bisa digerakkan untuk mengatur dan mengukur debit di dalam jaringan saluran irigasi. Dapat digunakan sebagai bangunan sadap tersier dan juga dipakai sebagai bangunan sadap sekunder. Gambar alat ukur dan tabel harga-harga besaran debit berdasarkan dimensi yang dianjurkan dapat dilihat di dalam KP 04 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan.

RPT0-Pd T-xx-200x

14 dari 51

(c) Alat ukur Crump De Gruyter Alat ukur ini dipakai dengan berhasil jika keadaan muka air di saluran selalu mengalami fluktuasi atau jika orifis harus bekerja pada keadaan muka air rendah di saluran. Untuk mengetahui karakteristik alat ukur ini dapat dilihat pada KP 04. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan.

(d) Bangunan Ukur Debit Cipoletti mengacu pada SNI 03-6381-2000 tentang Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan bangunan ukur Cipoletti.

5) Petak tersier dan kuarter

Aspek-aspek yang dipertimbangkan untuk menentukan layout petak tersier adalah: ukuran petak tersier, batas-batas petak tersier, bentuk yang optimal, kondisi medan, jaringan irigasi yang ada, dan operasi jaringan.

(a) Ukuran Petak Tersier

Ukuran petak tersier bergantung pada besarnya biaya pelaksanaan jaringan irigasi dan pembuang, serta biaya eksploitasi dan pemeliharaan jaringan.

Bentuk optimal petak tersier bergantung pada biaya minimum pembuatan saluran, jalan, dan boks pembagi. Yang optimal adalah bentuk bujursangkar, karena pembagian air akan menjadi sulit pada petak tersier berbentuk memanjang.

Ukuran petak kuarter bergantung kepada ukuran sawah, keadaan topografi, tingkat teknologi yang dipakai, kebiasaan bercocok tanam, biaya pelaksanaan, sistem pembagian air dan efisiensi.

Ukuran optimum petak kuarter adalah 8-15 ha. Lebar petak akan bergantung pada cara pembagian air, yakni apakah air dibagi dari satu sisi atau kedua sisi saluran kuarter.

Ukuran petak tersier mengacu pada KP 05. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier.

(b) Batas petak

1) Batas-batas petak tersier didasarkan pada kondisi topografi.

2) Jika ada dua desa di petak tersier yang sangat luas, maka dianjurkan untuk membagi petak tersier tersebut menjadi dua petak sub-tersier yang berdampingan sesuai dengan daerah desa masing-masing.

3) Batas-batas petak kuarter biasanya berupa saluran irigasi dan pembuang kuarter yang memotong kemiringan medan dan saluran irigasi tersier serta pembuang tersier atau primer yang mengikuti kemiringan medan, jika mungkin dapat saja berbatasan dengan batas-batas hak milik tanah.

(c) Layout jaringan jalan

Jalan inspeksi dan/atau jalan petani (farm road) mutlak diperlukan untuk inspeksi saluran tersier serta untuk menjamin agar para petani, kendaraan dan ternak melewati jalan yang sudah ditentukan sehingga tidak merusak jaringan irigasi. Jalan-jalan ini dihubungkan dengan jalan-jalan umum utama dan jalan-jalan desa yang sudah ada, mengacu pada KP-05. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier.

RPT0-Pd T-xx-200x

15 dari 51

(d) Kolam ikan

Pengembangan budidaya ikan air tawar termasuk dalam program diversifikasi dari pemerintah. Ada empat sistem budidaya ikan air tawar. Persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk kolam air deras dapat dilihat pada KP 05. SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier.

6) Bangunan pelengkap

Bangunan pelengkap atau bangunan pembawa adalah bangunan yang digunakan untuk membawa aliran air di tempat-tempat dimana tidak mungkin dibuat potongan saluran biasa tanpa pasangan, bangunan-bangunan tersebut adalah sebagai berikut: • Siphon • Terjunan • Gorong-gorong • Got miring • Talang Keputusan mengenai tipe bangunan yang akan dipilih tergantung pada besar kecilnya biaya pelaksanaan. Semua hal yang berkaitan dengan bangunan pelengkap harus mengacu pada KP 08 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986, tentang Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Pelengkap.

5.3. Penggambaran Desain Penggambaran hasil kegiatan detail desain meliputi gambar hasil pengukuran dan pemetaan, layout saluran irigasi dan bangunan pelengkapnya, potongan memanjang dan melintang saluran irigasi, detail bangunan utama dan bangunan penunjang saluran irigasi. Penggambaran mengacu dan berpedoman pada KP-07, DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986 tentang Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, dan BI-01 dan BI-02 DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.

5.4. Kebutuhan Tenaga Akhli dan Tenaga Pendukung

• Tenaga Akhli

Tenaga Akhli yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah Team Leader, Akhli Hidrologi, Akhli Irigasi/Drainase, Akhli Geologi Teknik/Mekanika Tanah, Akhli Geologi, Akhli Geodesi, Akhli Pertanian, Akhli O&P, Akhli Lingkungan, Akhli Dokumen Lelang/Cost Estimator dan Akhli Sosio Ekonomi.

• Tenaga Pendukung

Tenaga pendukung yang dibutuhkan : 8 (delapan) orang asisten tenaga Akhli, 2 (dua) orang tenaga administrasi, 1 (satu) orang masing-masing untuk sopir dan pesuruh.

5.5. Manual Operasi dan Pemeliharaan a) Kegiatan operasi dan pemeliharaan harus mencakup seluruh bangunan irigasi.

b) Kegiatan operasi dan pemeliharaan harus melibatkan semua tenaga, alat yang digunakan pada kegiatan operasi dan pemeliharaan.

RPT0-Pd T-xx-200x

16 dari 51

c) Semua kegiatan operasi dan pemeliharaan mengacu pada Pedoman Umum Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, Direktorat Bina Teknik, Direktorat Jenderal Pengairan, Departemen Pekerjaan Umum, September 1997 dan RSNI T-03-2002, tentang Tata cara Pemeliharaan Jaringan Irigasi Teknis, BSN.

5.6. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Penyusunan Rencana Anggaran Biaya didasarkan pada tipe pekerjaan yang bersangkutan dengan pelaksanaan pembangunan saluran irigasi ditambah dengan PPN yang mengacu pada AB-K/RE-RT/TC/021/98 tentang Tata Cara Perancangan Anggaran Biaya, sedangkan RAB untuk petak tersier disendirikan.

5.7. Penyusunan Dokumen Pelelangan Penyusunan dokumen lelang digunakan bagi keperluan pelelangan pekerjaan atau pengadaan barang maupun jasa. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penyusunan Dokumen Lelang harus meliputi ketentuan-ketentuan, komponen bahan dan spesifikasi konstruksi dan cara pengerjaan yang mengacu pada KEPMEN KIMPRASWIL No.257/PTS/M/2004 : Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.

5.8. Khusus Dokumen Petak Tersier Tiap petak tersier ada gambar dan RAB tersendiri, karena dimaksudkan untuk bisa diserahkan ke masing-masing P3A.

6. PENGENDALIAN MUTU Pengendalian mutu yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan detail desain bangunan irigasi harus memuat :

a) Diskusi Bulanan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan mengetahui sejauh mana progres pekerjaan dan pembahasan tentang kesulitan yang diperlukan.

b) Diskusi Pendahuluan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan koordinasi awal pelaksanaan pekerjaan yang meliputi kegiatan survey, investigasi lapangan dan persetujuan produk yang berupa laporan pendahuluan.

c) Diskusi Pertengahan dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk menentukan arah pembahasan pemecahan masalah berdasarkan data kondisi lapangan dan proses persetujuan produk yang berupa laporan pertengahan.

d) Diskusi Akhir dilakukan dengan Pihak Pengguna Jasa untuk keperluan pembahasan seluruh kegiatan pekerjaan.

7. PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN Pengukuran dan pembayaran yang perlu diperhatikan dalam pedoman penyusunan spesifikasi teknis pekerjaan detail desain irigasi harus memuat :

7.1. Pengukuran Kuantitas untuk pekerjaan detail desain harus diukur berdasarkan biaya langsung personil yang meliputi keterlibatan tenaga Akhli dan asisten tenaga Akhli serta biaya langsung non personil yang meliputi biaya perjalanan dinas, survey dan investigasi, biaya operasional kantor, juga diskusi dan pelaporan.

RPT0-Pd T-xx-200x

17 dari 51

7.2. Dasar Pembayaran Kuantitas pekerjaan detail desain yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran tersebut.

No.

Uraian Satuan

Pengukuran

1. 2.

Biaya Langsung Personil Biaya Langsung Non Personil : 2.1) Biaya Tenaga Penunjang 2.2) Biaya Perjalanan Dinas 2.3) Biaya transportasi 2.4) Pengukuran dan Pemetaan

- Pemasangan Patok BM dan CP - Pengukuran poligon dan situasi - Pengukuran cross-section - Stationery

2.5) Penyelidikan Geologi 2.6) Analisis Laboratorium Mekanika Tanah 2.7) Biaya Pelaporan 2.8) Biaya Diskusi

Orang-Bulan

Orang-Bulan Orang-hari

Bulan

Buah Kilometer Kilometer

Lump Sum Buah

Sampel Eksemplar Lump-sum

RPT0-Pd T-xx-200x

18 dari 51

Bibliografi

Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,

2002, KP 01 Kriteria Detail desain Bagian Detail desain Jaringan Irigasi, Jakarta.

Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,

2002, KP-02, Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama, Jakarta. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,

2002, KP-03, Kriteria Perencanaan Bagian Saluran, Jakarta. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,

2002, KP 04 Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan, Jakarta. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,

2002, KP 05 Kriteria Perencanaan Bagian Petak Tersier, Jakarta. Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah, Badan Penelitian dan Pengembangan,

2002, KP 07 Kriteria Perencanaan Bagian Standar Penggambaran, Jakarta.

RPT0-Pd T-xx-200x

19 dari 51

LAMPIRAN A (informatif)

Peta Lokasi Stasiun Pemantauan Hidrologi

Gambar A.1 Contoh Stasiun Pemantauan Hidrologi pada DAS Ciujung - Cidurian

RPT0-Pd T-xx-200x

20 dari 51

Curah Hujan Harian (mm)

Nama Stasiun BateNo Stasiun 150 SR 29 ElevasiNo In Database Tipe alat BiasaLintang Selatan PemilikBujur Timur Operator

Tahun 2004

Tanggal Bulan TahunanJan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

1 41 0 20 8 6 0 0 0 0 0 0 542 0 42 0 0 3 0 0 0 0 0 0 253 0 78 0 0 0 0 0 0 0 0 0 324 0 54 60 0 0 0 0 0 0 0 0 05 47 0 17 0 0 0 0 0 0 0 0 06 52 0 0 12 7 0 0 0 0 0 0 177 32 8 91 0 0 0 0 0 0 0 0 68 59 12 75 0 6 0 0 0 0 0 0 609 68 20 27 6 12 5 0 0 0 0 0 0

10 34 9 17 0 5 13 0 0 0 0 15 011 29 0 12 0 3 54 4 0 0 0 0 2012 15 37 0 0 0 0 12 0 0 0 0 013 8 132 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4514 0 64 19 0 0 0 0 0 0 0 0 1015 0 41 4 0 0 0 0 0 0 0 9 016 0 117 18 0 0 0 0 0 0 0 0 2717 0 105 35 0 5 0 0 0 0 0 0 018 15 98 49 0 7 0 0 0 0 0 12 2019 32 49 16 4 16 0 0 0 0 0 0 920 8 0 0 2 0 0 0 0 0 0 - 1221 12 0 14 0 0 0 0 0 0 0 9 022 17 10 6 0 0 0 0 0 0 0 12 1323 56 0 3 0 0 0 0 0 0 0 22 4224 10 8 0 0 27 0 0 0 0 0 0 3425 15 5 12 0 14 0 0 0 0 0 9 9226 125 16 0 0 2 0 0 0 0 0 0 8027 51 24 0 0 5 0 0 0 0 0 5 7528 47 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4029 22 0 5 0 3 0 0 0 0 0 0 1830 7 0 0 0 0 0 0 0 0 29 5131 14 0 0 0 0 0 49

Hujan Maximum 125 132 91 12 27 54 12 0 0 0 29 92 132Jml Curah Hujan 816 929 500 32 121 72 16 0 0 0 122 831 3439Jml.Hari Hujan 24 20 19 5 15 3 2 0 0 0 9 23 120Hujan (1-15) 385 497 342 26 42 72 16 0 0 0 24 269Jml. data kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0Hujan (16-31) 431 432 158 6 79 0 0 0 0 0 98 562Jml. data kosong 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0

LAMPIRAN B (informatif)

Tabulasi Pencatatan Curah Hujan Harian

RPT0-Pd T-xx-200x

21 dari 51

-10

10

30

50

70

90

110

130

150

1-Jan 1-Feb 1-Mar 1-Apr 1-May 1-Jun 1-Jul 1-Aug 1-Sep 1-Oct 1-Nov 1-Dec

Cur

ah H

ujan

(mm

)

Hujan harian Data Kosong

125 13291

12 27 5412 0 0 0 29

92

816

500

32121

7216 0 0 0

122

831929

0

100

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des

Cur

ah H

ujan

(mm

)

Harian Maximum Hujan Bulanan

LAMPIRAN C (informatif)

Model Grafik Curah Hujan

Gambar C.1 Contoh Grafik Curah Hujan Harian

Gambar C.2 Contoh Grafik Curah Hujan Harian Maksimum dan Bulanan

RPT0-Pd T-xx-200x

22 dari 51

21.5

22.0

22.5

23.0

23.5

24.0

24.5

25.0

Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

T ime ( M o nt h)

C o lumn C hart - A ir T emperature C o ndit io n

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

T ime (M o nth)

C o lumn C hart - R elat ive H umidity C o ndit io n

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

T ime (M o nth)

C o lumn C hart - Sunshine D urat io n C o ndit io n

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

Jan Feb M ar Apr M ay Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec

T ime (M o nth)

C o lumn C hart o f Wind Velo city C o ndit io n

LAMPIRAN D (informatif)

Data Klimatologi

Gambar D.1 Contoh Grafik Kondisi Temperatur Udara

Gambar D.2 Contoh Grafik Kondisi Kelembaban Relatif

Gambar D.3 Contoh Grafik Kondisi Lama Penyinaran

Gambar D.4 Contoh Grafik Kondisi Kecepatan Angin

RPT0-Pd T-xx-200x

23 dari 51

Lampiran – E (informatif)

Penentuan Distribusi Curah Hujan Pada DAS

Gambar E.1 Penentuan Curah Hujan Representatif Cara Poligon Thiessen

Gambar E.2 Penentuan Curah Hujan Representatif Cara Isohyet

R

R2

R3

A3 A1

A2

110 mm

110 mm 100 mm90 mm

90 mm95 mm

95 mm

100 mm

S1

S4S3

S2

A

A

A

A

RPT0-Pd T-xx-200x

24 dari 51

Lampiran – F (informatif)

Ilustrasi Model Hujan - Aliran

Gambar F.1 Diagram Model Hujan - Aliran

RPT0-Pd T-xx-200x

25 dari 51

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

Tem

pera

ture

t(0 C

)23

.13

23.0

723

.43

23.3

223

.72

23.0

022

.79

23.0

923

.56

23.7

123

.46

23.3

3W

ind

Vel

ocity

Ukn

ots

5.20

5.27

4.35

3.55

3.42

3.67

4.10

4.20

4.88

4.72

4.00

4.60

km/d

ay77

.55

78.5

964

.87

52.9

451

.00

54.7

361

.14

62.6

372

.77

70.3

959

.65

68.6

0W

ind

Vel

ocity

Fac

.f(u

)-

0.48

0.48

0.45

0.41

0.41

0.42

0.44

0.44

0.47

0.46

0.43

0.46

Sun

shin

e(n

/N)

%47

.40

53.0

057

.20

57.9

064

.80

69.2

072

.20

77.2

070

.20

60.5

049

.60

52.0

0R

elat

ive

Hum

idity

(RH

)%

80.9

080

.90

80.4

081

.20

79.4

076

.20

74.7

070

.60

70.8

075

.80

80.7

079

.80

Vap

our P

ress

ure

(ea)

m b

ar29

.80

29.8

029

.80

29.8

029

.80

29.8

029

.80

29.8

029

.80

29.8

029

.80

29.8

0S

atur

ated

Vap

our P

ress

ure

(ed)

m b

ar24

.11

24.1

123

.96

24.2

023

.66

22.7

122

.26

21.0

421

.10

22.5

924

.05

23.7

8V

apou

r Pre

ssur

e D

iffer

ence

(ea-

ed)

m b

ar5.

695.

695.

845.

606.

147.

097.

548.

768.

707.

215.

756.

02Te

mpe

ratu

re F

acto

r(w

)-

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

0.74

(1-w

)-

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

0.26

Ext

ra T

erre

stria

l Rad

iatio

n(R

a)(m

m/d

ay)

16.0

416

.19

15.7

014

.61

13.3

612

.52

12.7

213

.76

14.9

515

.75

15.7

915

.84

(Rs)

(mm

/day

)7.

818.

348.

427.

887.

677.

467.

778.

758.

998.

707.

868.

08(R

ns)

(mm

/day

)6.

256.

676.

736.

306.

145.

976.

227.

007.

196.

966.

296.

46E

ffect

of T

empe

ratu

re(ft

)-

15.4

015

.40

15.4

015

.40

15.4

015

.40

15.4

015

.40

15.4

015

.40

15.4

015

.40

Effe

ct o

f Sat

urat

ed P

ress

ure

(fed)

-0.

120.

120.

120.

120.

130.

130.

130.

140.

140.

130.

120.

13E

ffect

of S

unsh

ine

((f(n

/N))

-0.

530.

580.

610.

620.

680.

720.

750.

790.

730.

640.

550.

57(R

n1)

1.01

1.10

1.18

1.18

1.33

1.45

1.53

1.69

1.55

1.30

1.05

1.10

Rad

iatio

n(R

n)(m

m/d

ay)

5.24

5.57

5.55

5.12

4.81

4.52

4.69

5.31

5.64

5.66

5.25

5.36

Rat

io o

f Win

d V

eloc

ity(U

r)-

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

Pen

man

n C

orre

ctio

n(C

)-

1.10

1.10

1.00

0.90

0.90

0.90

0.90

1.00

1.10

1.10

1.10

1.10

ET(m

m/d

ay)

5.05

5.32

4.78

3.95

3.79

3.70

3.89

4.93

5.75

5.56

4.98

5.15

ET

(mm

/mon

th)

156.

4914

8.92

148.

3211

8.60

117.

4811

1.05

120.

5615

2.84

172.

4617

2.26

149.

3815

9.66

Pot

entia

l Eva

potra

nspi

ratio

n

Mon

thD

escr

iptio

nU

nit

Not

atio

n

Lampiran – G (informatif)

Contoh Perhitungan Evapotranspirasi Metode Penmann

RPT0-Pd T-xx-200x

26 dari 51

Lampiran – H (Normatif)

Tabel Koefisien Exposed surface, Porositas Tanah, Koefisien Tanaman Padi

Tabel H.1 Nilai exposed surface M Daerah 0 Hutan primer, sekunder

10 – 40% Untuk daerah tererosi 30 – 50% Untuk daerah ladang pertanian

Tabel H.2 Nilai Porositas Tanah NO. JENIS TANAH N (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Pasir lepas seragam Pasir padat seragam Pasir lepas dengan gradasi baikPasir padat dengan gradasi baikLempung sedikit organik halus Lempung banyak organik halus Gambut Gambut berlumpur

46 34 40 30 66 75 91 94

Tabel H.3 Nilai-Nilai Koefisien Tanaman Padi Nedeco/ Prosida FAO

Bulan Varietas biasa

Varietas unggul

Varietas biasa

Varietas unggul

0,5 1,0 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0

1,20 1,20 1,32 1,40 1,35 1,24 1,12

0

1,20 1,27 1,33 1,30 1,30

0

1,10 1,10 1,10 1,10 1,10 1,05 0,95

0

1,10 1,10 1,05 1,05 0,95

0

Sumber: Ditjen Pengairan, Bina Program PSA 010, 1985

RPT0-Pd T-xx-200x

27 dari 51

YEAR

1996

CATC

HMEN

T AR

EA16

1.75

km2

Jan

Feb

Mar

Apr

May

Jun

Jul

Aug

Sep

Oct

Nov

Dec

-Av

erag

e Mon

thly R

ainfal

l (P)

mm28

2.67

393.0

030

7.00

336.0

010

2.67

103.0

056

.3312

4.33

118.3

344

2.33

621.6

764

5.33

-Av

erag

e Rain

fall D

ay (n

)da

y20

.0023

.0023

.0021

.0014

.008.0

08.0

011

.0012

.0026

.0030

.0030

.00

-Ev

apotr

ansp

iratio

n (Ep

)(m

m/m

onth)

156.4

914

8.92

148.3

211

8.60

117.4

811

1.05

120.5

615

2.84

172.4

617

2.26

149.3

815

9.66

-Ex

pose

d Sur

face (

M)%

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

-E/

Ep =

(M/20

) x (1

8 - N

)%

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

-E

= Et

(M/20

) x (1

8 - N

)mm

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

-Et

= E

p - E

mm15

6.49

148.9

214

8.32

118.6

011

7.48

111.0

512

0.56

152.8

417

2.46

172.2

614

9.38

159.6

6

-P

- Et

mm12

6.18

244.0

815

8.68

217.4

0(1

4.81)

(8.05

)(6

4.23)

(28.5

1)(5

4.12)

270.0

847

2.29

485.6

7-

Soil S

torag

e (SS

)mm

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

-So

il Mois

ture (

SM)

mm0.0

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

0-

Wate

r Sur

plus

mm12

6.18

244.0

815

8.68

217.4

00.0

00.0

00.0

00.0

00.0

027

0.08

472.2

948

5.67

-Inf

iltrati

on (i)

mm82

.0115

8.65

103.1

414

1.31

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

175.5

530

6.99

315.6

9-

0,5 (1

+ K

) i mm

80.37

155.4

810

1.08

138.4

80.0

00.0

00.0

00.0

00.0

017

2.04

300.8

530

9.37

-K

(Vn -

1)mm

0.00

77.16

223.3

331

1.43

431.9

241

4.64

398.0

638

2.14

366.8

535

2.18

503.2

577

1.93

-St

orag

e Volu

me (V

n)mm

80.37

232.6

432

4.41

449.9

243

1.92

414.6

439

8.06

382.1

436

6.85

524.2

280

4.09

1081

.30-

Vn =

Vn -

(Vn -

1)mm

80.37

152.2

791

.7712

5.51

(18.0

0)(1

7.28)

(16.5

9)(1

5.92)

(30.2

9)15

7.37

279.8

827

7.21

-Ba

se F

low =

i - V

N'mm

121.6

451

.3971

.3755

.8010

8.00

67.28

66.59

45.92

60.29

18.19

27.11

38.48

-Di

rect

Run O

ffmm

44.16

85.43

55.54

76.09

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

94.53

165.3

016

9.98

-Ru

n Off

mm16

5.80

136.8

212

6.91

131.8

910

8.00

67.28

66.59

45.92

60.29

112.7

119

2.41

208.4

6

VIMO

NTHL

Y AV

ERAG

E DI

SCHA

RGE

m3 /s10

.019.1

57.6

68.2

36.5

24.2

04.0

22.7

73.7

66.8

112

.0112

.59

IVW

ATER

BAL

ANCE

IME

TEOR

OGIC

AL D

ATA

LIMI

TED

EVAP

OTRA

NSPI

RATI

ON

VRU

N OF

F/GR

OUND

WAT

ER S

TORA

GE

IIINo.

Desc

riptio

nUn

itMo

nth

Lampiran – I (informatif)

Contoh Perhitungan Debit Andalan

RPT0-Pd T-xx-200x

28 dari 51

(45.

7t +

813

)

2 H

UJA

N E

FEKT

IFm

m

mm

5m

m

mm

7

KEB

UTU

HAN

AIR

DI S

AWAH

9lt/

dt/H

a

lt/dt

/Ha

7.27

MAY

JUN

JUL

POLA

TAT

A TA

NAM

124.

00

160.

37

252.

0026

0.00

P x

UR

AIAN

24.6

2-

1.08

0.87

1.10

1.41

0.04

-0.

380.

82-

0.13

-1.

44

-0.

030.

09-

-1.

041.

010.

780.

270.

630.

590.

79

158.

7321

1.78

-7.

2427

1.14

208.

1673

.14

168.

34

52.5

012

7.50

-27

8.07

36.3

712

8.24

146.

6219

3.13

302.

1440

7.34

282.

7326

9.78

93.0

540

2.57

488.

1442

7.16

0.00

32.0

030

.00

32.0

00

180

155.

0012

0.00

018

515

511

6

0.51

0.6

0.8

1.60

1.42

0.87

1.18

0.25

BULA

N

NO

VD

ESJA

NFE

BM

ARAU

GSE

PO

CT

APR

(9) /

0.8

10

93.0

521

7.57

4 6

(6) +

(7) -

(2)

IDEM

8

(1) X

(3)

127.

7314

9.78

36.3

796

.24

333.

1431

1.16

302.

1422

7.34

194.

3720

1.41

58.0

011

8.00

121.

00

3

146.

1412

6.41

145.

4618

8.71

277.

0012

2.00

219.

0021

7.00

1.85

1.67

I. CONDITION

CO

NSU

MTI

VE U

SE F

ACTO

R

mm

186.

1018

5.20

179.

72

1

194.

06

PEM

AKAI

AN A

IR K

ON

SUM

TIF

180.

41

KEB

UTU

HAN

AIR

UN

TUK

TAN

AMAN

mm

K =

Kc x

Kt

116.

6216

1.13

0.5

1.17

III. WATER REQUIREMENTII. CORPING PATTERN

100

239.

0022

9.00

(4) +

(5)

PEN

GO

LAH

AN T

ANAH

KEB

UTU

HAN

AIR

PAD

A SU

MBE

RN

YA

PER

KOLA

SI

SATU

AN

KO

EF. T

ANAM

AN B

ULA

NAN

PAD

IPA

DI

PALA

WIJ

A

Lampiran – J (informatif)

Contoh Pola Tata Tanam Irigasi

RPT0-Pd T-xx-200x

29 dari 51

Lampiran – K (informatif)

Contoh Perhitungan Detail Desain Pintu

1). Beban yang harus diperhitungkan adalah :

G = berat mati pintu, H = beban horisontal maksimum pada pintu, W = gaya gesek antara pintu dan alur-alur pengarah, T = gaya tarik pada stang P = gaya tekan pada stang.

2). Gaya-gaya maksimum di bawah kondisi tidak normal adalah 8 kali harga gaya-gaya di bawah kondisi normal. Andaikan dua stang Bj 50 (kualitas baja berdasarkan PPBBI 1984) dan mur perunggu, koefisien gesek maksimum pada bagian pekerjaan transmisi ini ialah :

fmaks = tan ψmaks = 0,14 (ψmaks = 80) dan koefisien gesekan minimum : fmin = tan ψmin = 0,09 (ψmin = 50) Andaikan diameter stang 52 mm dan ulir 8 mm, maka : t = s/2 =4 mm → dk = d – 2t = 52 – 8 = 44 mm rg = ¼ (d + dk) = ¼ (52 + 44) = 24 mm

tan α = 053,0242

82

=ππ gr

hilir dan α = 3,00

3). Andaikan bahwa koefisien gesekan f antara pintu dan alur pengarah adalah 0,4. Berat total pintu termasuk stangnya adalah : 1. Pelat 1,86x1,50x0,012x7,8x104 = 2,610 N 2. Baja alur 2x10,60x1,65x10 = 350 N 3. Baja alur 1x10,60x1,80x10 = 190 N 4. Baja siku 2x8,62x1,30x10 = 220 N 5. Baja siku 1x13,4x1,80x10 = 240 N 6. Stang 2x2,70x ¼ x 0,052x7,8x104 = 830 N G = 4,440 N Beban horizontal maksimum akibat tekanan air pada pintu :

400,28000,1080,150,12

30,080,1=×××

+=H N

4). Gaya gesekan antara pintu dan alur-alur pengarah, dengan mengandaikan koefisien gesekan untuk alur-alur tersebut, adalah : f = 0,40 (baja pada baja) W = f x H = 0,40 x 28.400 = 11.360 N Gaya-gaya angkat dan tekan diperoleh dari : W = 0,40 x 28.400 = 11.360 N W = 11.360 N G = weight of gate = 4.440 N G = 4.440 N W + G = 15.800 N W – G = 6.920 N

RPT0-Pd T-xx-200x

30 dari 51

Gaya angkat total : T = W + G = 15.800 N Gaya tekan total : P = W – G = 6.920 N

5). Beban untuk masing-masing stang adalah 2/3 dari jumlah nominal dan beban maksimum : Gaya tarik nominal : T = 2/3 x15.800 = 10.530 N Gaya tarik maksimum : T= 2/3 x Rx 15.800 =84.270 N Gaya tekan nominal adalah : P = 2/3 x 6.920 = 4.610 N Gava tekan maksimum didapat dari : P = 2/3 x 8 (G + W){tan (ψmaks + a)/tan(ψmin + a)} P = 84.270 tan (8 + 3,00)/tan (5 + 3,0) = 116.553 N

6). Puntiran di bawah kondisi abnormal adalah juga 8 kali puntiran selama pengangkatan di bawah kondisi normal. Momen nominal adalah: Mw = 2/3 (W+G) tan (ψmaks + α) rg

=2 /3 x 15.800 x tan (8 + 3.0) x 24 x 10-3 = 49,1 Nm

Momen maksimum adalah : Mw = 8 x 49,1 = 393,1 Nm

Pada waktu menghitung tekukan, pintu harus dalam keadaan tertutup. Dalam keadaan demikian, tekukan atau panjang efektif menjadi maksimum : lk =1,70 m. Modulus elastisitas untuk baja adalah E = 210x109 N/m2. Diameter stang diandaikan 52 mm dan ulir s 8 mm, yang berarti bahwa diameter teras dk = 44 mm. Momen polar kelembaman didapat dari : I = πdk

4/64 = π x (44 X 10-3) 4/64 = 184 x 10-9 (m4) 7). Untuk mencek diameter teras kedua stang beban-beban puntiran dan

desakan berikut harus diperhitungkan :

a. Tekanan : Pk = 2

2

lΕΙπ

= 2

992

7,1101841021014,3 −××××

= 132 x 103 N Persyaratan : Pk ≥ Pmaks → 132 x 103 > 116,5 x 103

b. Puntiran : Mk = klΕΙπ2

= 101437,1

10184102103142 99

×=××××× −

Nm

Persyaratan : Mk ≥ Mwmaks → 143 x 103 ≥ 393,1 c. Kombinasi tekanan dan puntiran :

Pk* = Pk ⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−

2

1k

wmaks

MM

RPT0-Pd T-xx-200x

31 dari 51

= 132 x 103

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡⎥⎦⎤

⎢⎣⎡

×−

2

3101431,3931

= 132 x 103 N

Mk* = Mk

2/1

1 ⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−

k

maks

PP

= 143 x 103

2/1

3

3

10132105,1161

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

××

=49,0 X 103 Nm Persyaratan untuk tekukan puntiran adalah : Pk* ≥ Pmaks : 132 x 103 ≥ 116,5 x 103

Mk* ≥ Mmaks : 49,0 x 103 ≥ 393,1 8). Apabila persyaratan-persyaratan di bawah a, b, dan c semuanya terpenuhi,

maka diameter yang diandaikan untuk stang 52 mm adalah memadai untuk beban-beban tarik, tekanan, dan puntiran. Tegangan-tegangan yang harus dicek : • Regangan tarik nominal :

σ 24

1kd

=

= ( )23

41 1044

530.10−×π

= 6,93 X 106 N/m2 • Tegangan tarik maksimum :

σmaks = 24

1k

maks

dTπ

= ( )23

41 104

270.84−×××π

= 55,4 x 106 N/m2 Tegangan tarik maksimum adalah lebih kecil daripada tegangan luluh untuk Bj 50, yaitu 290 N/mm2 atau 290 x 106 N/m2. Tegangan tarik nominal yang diizinkan adalah 193 x 106 N/m2.

9). Perhitungan Ulir dan Diameter Stang Jari-jari rata-rata adalah rg = ¼(d+dk), di mana d adalah diameter bagian luar dan dk adalah diameter teras stang. Perbedaan antara kedua diameter tersebut adalah t = d – dk, jadi rg = ¼(d+dk) = ½ (dk+t) Andaikan t = n x d dan s = 2 x t Persyaratan sudut ulir adalah a < Wmin, dimana w adalah sudut gesekan. Sudut puncak stang diperoleh dari :

Tan σ = gr

sπ2

atau

RPT0-Pd T-xx-200x

32 dari 51

Tan σ = ( )tdt

k +× 2122

π

Tan σ = ( ) min2

1tan

22

Ψ≥+× kk

k

nddnd

π

Karena tan ψmin adalah koefisien gesekan f, hubungan antara diameter teras dan t bias dinyatakan sebagai :

( ) fn

n≥

+12

π atau

ffnπ

π−

≥2

Ini berarti t/dk ≥ π x f/(2 - π f) atau t ≥ dk x 7t x f/(2 - π t)

Sudut minimum gesekan ψmin = _5°, jadi f = 0,09 dan t < 0,16 d10. Diameter teras dk adalah 44 mm dan t < 0, 16 x 44 = 7 mm, ambil t = 4 mm dan s = 2 x t = 8 mm.

Sudut ulir didapat dari tan α = ( )03242

82

= αππ gr

s, dan sudut puncak stang lebih

kecil dari sudut minimum gesekan (ψmin = 50) 10). Pekerjaan Transmisi

Untuk gerakan ulir, diperlukan momen nonimal : M1 = ½ (W+G) x tan (ψmaks + α) x rg

= ½ x 15.800 x tan 11,50 x (24 x 10-3) = 36,9 Nm per stang

Jika dipakai bantalan peluru antara mur dan dukungan, maka koefisien gesekan bantalan peluru adalah f = 0,002. Apabila jarak antara pusat peluru dan as stang r = 0, 0525 m, momen puntiran menjadi :

Ms = r ½ (W+G) x f = 0,0525 x ½ x 15.800 x 0,002 = 0,83 Nm

Jumlah kopel yang diperlukan untuk menggerakkan ulir adalah : Ms = M1 + M2 = 36,9 + 0,83 = 37,7 Nm per stang

Andaikan pada setiap transmisi 10% hilang dan dipakai roda tangan dengan diameter 0,60 m untuk transmisi itu, maka momen yang digunakan oleh satu orang (T= 100 N) adalah : M = 1 x 0,9 x 0,9 x 0,30 x 100 = 24,30 Nm Nilai banding gir i harus paling tidak :

i 1,330,24

7,3722=

×=

×=

MM s ambil saja 4

Waktu angkat didapatkan dari :

t ( ) 5,3710820450,1

20 3 =×××

=××

= −sih

menit

Bila tinggi angkat h=1,50 m, maka jumlah putarannya adalah 20 per menit dan ulir 8 mm. Waktu angkat akan berkurang apabila harga ulir s, dan jumlah putaran bertambah dan apabila besarnya nilai banding gir I berkurang.

RPT0-Pd T-xx-200x

33 dari 51

PEKERJAAN :SKNVT :THN ANGG. :NAMA PERUSAHAAN :

No

I. BIAYA LANGSUNG PERSONIL Rp1 Tenaga Ahli2 Assisten Tenaga Ahli

II. BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL Rp

1 Tenaga Penunjang Rp2 Perjalanan Dinas Rp3 Survey & Investigasi Rp4 Biaya Operasional Kantor Rp5 Diskusi & Pelaporan Rp

RpRpRp

Terbilang :

REKAPITULASI PENAWARAN BIAYA

Uraian Total

Jumlah

Nama Perusahaan

Direktur Utama

PPN 10 %Jumlah

### …………………………... ###

Nama Kota, Tanggal

LAMPIRAN – L (Informatif)

Biaya Penawaran Pekerjaan

Tabel L.1 Rekapitulasi Penawaran Biaya

RPT0-Pd T-xx-200x

34 dari 51

Pekerjaan :

SKNVT :Thn. Angg. :Perusahaan :

I. BIAYA LANGSUNG PERSONIL

Jumlah Waktu Jumlah Harga JumlahPersonil Penugasan Orang-Bulan Satuan Harga

(Org) (Bln) (OB) (Rp) (Rp)

1 2 3 4 5 6 7

I TENAGA AHLI1 Team Leader2 Ahli Irigasi3 Ahli Hidrologi4 Ahli Geologi5 Ahli Geodesi6 Ahli Mekanika Tanah7 Ahli Cost Estimator8 Ahli Pertanian9 Ahli Sosial Ekonomi

II ASISTEN TENAGA AHLI1 Asisten T.A. Irigasi2 Asisten T.A. Hidrologi3 Asisten T.A. Geodesi4 Asisten T.A. Mekanika Tanah5 Asisten T.A. Geologi

-

RINCIAN RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA

NO POSISI

Jumlah I

Tabel L.2 Rincian Anggaran Biaya Langsung Personil

RPT0-Pd T-xx-200x

35 dari 51

Pekerjaan :

SKNVT :Thn. Angg. :Perusahaan :

II. BIAYA LANGSUNG NON PERSONIL

1. Biaya Tenaga Penunjang

Harga Sat Jml. Biaya(Rp.) (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Operator Komputer org-bln2 CAD Drafter org-bln3 Surveyor org-bln4 Laborant org-bln5 Administratur org-bln

-

2. Biaya Perjalanan Dinas

Harga Sat Jml. Biaya(Rp.) (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Team Leader org-kali2 Ahli Irigasi org-kali3 Ahli Hidrologi org-kali4 Ahli Geologi org-kali5 Ahli Geodesi org-kali6 Ahli Mekanika Tanah org-kali7 Ahli Cost Estimator org-kali8 Ahli Pertanian org-kali9 Ahli Sosial Ekonomi org-kali

10 Assisten Tenaga Ahli org-kali

-

3. Biaya Survey dan Investigasi

Harga Sat Jml. Biaya(Rp.) (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8

3.1. Pengukuran Topografi1 Pemasangan Patok BM buah2 Pemasangan Patok HM Kiri-Kanan buah

@ 100 m3 Pengukuran Poligon & Situasi km4 Pengukuran Waterpass km5 Pengukuran Cross Section km

3.2. Survey dan Penyelidikan Mekanika Tanah

1 Sondir titik2 Boring titik3 Physical Properties sample4 Mechanical Properties sample

3.3. Survey dan Penyelidikan Sedimen Dan Air

1 Sample Sediment sample2 Sample Air sample

-

RINCIAN RENCANA ANGGARAN DAN BIAYA

NO URAIAN Volume Bulan Kuantitas Satuan

Sub Total II.1

NO URAIAN Volume Frekuensi Kuantitas Satuan

Sub Total II.2

NO URAIAN Volume Bulan Kuantitas Satuan

Sub Total II.3

Tabel L.3 Rincian Anggaran Biaya Langsung Non Personil

RPT0-Pd T-xx-200x

36 dari 51

4. Biaya Operasional kantor

Harga Sat Jml. Biaya(Rp.) (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Sewa & Ops Kend. Roda 4 unit-bln2 Sewa & Ops Kend. Roda 2 unit-bln3 Sewa Komputer unit-bln4 Sewa Printer unit-bln5 Sewa Plotter unit-bln6 Sewa Scanner unit-bln7 Biaya Telepon, fax, internet/provider unit-bln

-

5. Biaya Diskusi dan Pelaporan

Harga Sat Jml. Biaya(Rp.) (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8

I BIAYA PELAPORAN1 Laporan Bulanan buku2 Laporan Pendahuluan buku3 Laporan Antara buku4 Draft Laporan Akhir buku5 Laporan Akhir :

a. Laporan Utama buku b. Laporan Ringkasan buku

6 Laporan Penunjang : a. Laporan Hidrologi buku b. Laporan Survei Topografi buku c. Laporan Geologi buku d. Kriteria Perencanaan buku e. Lap. Nota Perhitungan Desain buku f. Lap. Rencana Anggaran Biaya buku ( BOQ dan RAB ) g. Dokumen Lelang buku h. Specifikasi Teknik buku i. Gambar Pengukuran A1 (Kalkir ) buku j. Gambar Pengukuran A1 (Blue Print ) buku k. Gambar Perencanaan (kalkir A1) buku l. Gambar Perencanaan (blue print A1) buku m. Gambar Perencanaan (hardcopy A3) buku n. CD File Digital + Flash Disk buku o. CD File GIS + Flash Disk buku

II BIAYA DISKUSI1 Diskusi PKM ls2 Diskusi Lap. Pendahuluan ls3 Diskusi Lap. Antara ls4 Diskusi Lap. Akhir Sementara ls

-

NO URAIAN Volume Bulan Kuantitas Satuan

Sub Total II.5

Sub Total II.4

NO URAIAN Unit Bulan Kuantitas Satuan

RPT0-Pd T-xx-200x

37 dari 51

CONTOH KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)

PEKERJAAN DETAIL DESAIN REHABILITASI JARINGAN IRIGASI DAERAH IRIGASI : ..................... LUAS : ..... HA

1.1. LATAR BELAKANG

a. Jelaskan secara garis besar maksud dan tujuan pelaksanaan pekerjaan detail

desain rehabilitasi jaringan irigasi.

b. Ceritakan kondisi daerah studi yang ada sekarang.

c. Apa yang diharapkan dengan pelaksanaan pekerjaan ini.

d. Ceritakan mengenai aspek politis, akselerasi, dan kendala yang perlu

diantisipasi sehingga pelaksanaan pekerjaan ini tercapai sesuai rencana.

e. Dasar Hukum

No. Dasar Hukum Nomor Tentang

1. Undang-Undang RI 7 Tahun 2004 Sumber Daya Air

2. Undang-Undang RI 22 Tahun 1999 Pemerintahan Daerah

3. Undang-Undang RI 25 Tahun 1999 Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

4. Peraturan Pemerintah RI 22 Tahun 1982 Tata Pengaturan air

5. Peraturan Menteri P.U 48/PRT/1993 Pengelolaan atas Air dan Sumber Air pada Wilayah

6. Keputusan Presiden 80 Tahun 2003 Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari KAK ini adalah membuat Detail Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi

(Nama daerah irigasi, luas, lokasi)

Tujuan dari KAK ini adalah untuk meningkatkan ketahanan pangan dan produksi

pertanian di wilayah Kabupaten ............ Propinsi Jawa Barat.

RPT0-Pd T-xx-200x

38 dari 51

1.3. SASARAN

• Melakukan pekerjaan pengukuran dan perencanaan, termasuk pengumpulan

data dan inventarisasi, pemasangan benchmark (BM), survey dan pengukuran

dan site survey secara detail, desain teknis gambar-gambar rencana dan

perhitungan volume pekerjaan (BOQ) serta RAB untuk seluruh jaringan irigasi

yang termasuk dalam kontrak.

• Menentukan rehabilitasi yang perlu dilakukan pada jaringan irigasi, diantaranya

yaitu:

Rehabilitasi dan penyempurnaan bendung dan bangunan pelengkapnya

Rehabilitasi dan penyempurnaan saluran pembawa dan saluran pembuang

Rehabilitasi dan penyempurnaan bangunan-bangunan air

Membuat baru atau memperbaiki bangunan-bangunan pelengkap apabila

diperlukan.

• Hasil perencanaan yang telah dilaksanakan harus sedemikian rupa sehingga

dengan selesainya pekerjaan konstruksi, kegiatan pengelolaan irigasi yang

mencakup Operasi dan Pemeliharaan (O&P) dapat dilaksanakan dengan baik.

1.4. NAMA DAN ORGANISASI PENGGUNA JASA

Nama Pekerjaan : Detail Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi (Nama daerah

irigasi, luas, lokasi)

Pengguna Jasa : Bagian Pelaksana Kegiatan Pembinaan dan Perencanaan

Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu Irigasi Andalan Jawa Barat,

Departemen Pekerjaan Umum.

1.5. SUMBER PENDANAAN

Untuk pelaksanaan kegiatan pekerjaan Detail Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi, (Nama

daerah irigasi, luas, lokasi) ini diperlukan biaya kurang lebih Rp.........(............................)

termasuk PPN dibiayai APBN Tahun Anggaran 2007.

1.6. LINGKUP PEKERJAAN, LOKASI KEGIATAN, DATA DAN FASILITAS PENUNJANG SERTA ALIH PENGETAHUAN.

RPT0-Pd T-xx-200x

39 dari 51

1.6.1. LINGKUP PEKERJAAN

Detail Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi meliputi kegiatan sebagai berikut:

a). Pengumpulan Data

1). Aspek Topografi

Kegiatan topografi pada studi ini adalah melakukan pengumpulan data peta pada skala terbesar yang ada minimal Skala 1:250.000 atau yang lebih detail, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Desa/Kelurahan, kantor Sumber Daya Air setempat, atau Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL), yang beralamat di Jalan Raya Jakarta-Bogor KM. 46 Tlp: 021-8752062, Fax : 021- 8752064, yang mengacu pada KP–01, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi.

Keadaan topografi akan mempengaruhi bentuk dan ukuran suatu DAS yang mengacu pada SNI 03-1724-1989, tentang Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai.

2). Aspek Pertanian

Melakukan pengumpulan data dan tinjauan peta tanah, peta tata guna lahan dan laporan-laporan pertanian yang ada, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Desa/Kelurahan, Desa dalam Angka terbitan kantor Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat kecamatan, atau Kecamatan dalam Angka terbitan kantor BPS tingkat Kabupaten, atau dari kantor Sumber Daya Air setempat, yang mengacu pada KP – 01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi.

3). Aspek Hidrologi

Kegiatan hidrologi berupa pengumpulan data / peta stasiun curah hujan, nilai curah hujan, data klimatologi, data AWLR atau debit historis baik debit rendah dan debit banjir pada suatu daerah aliran sungai (DAS) yang akan dilakukan untuk keperluan kegiatan studi, data-data tersebut bisa didapat dari kantor Sumber Daya Air setempat, dan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), yang mengacu pada SNI 03-1724-1989 tentang Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai, dan AB-K/RT-RE/TC/003/98 : Tatacara survai dan pengkajian hidrologi air permukaan.

4). Aspek Geologi

Kegiatan geologi berupa pengumpulan Peta Geologi Regional untuk menilai kecocokan daerah untuk pelaksanaan pekerjaan, yang harus memuat jenis batuan, penyebaran jenis batuan, sifat fisik batuan dan tekstur dan struktur tanah dengan skala 1 : 100.000 sampai dengan 1 : 50.000 yang diterbitkan oleh Direktorat Geologi Tata Lingkungan, yang beralamat di Jalan Diponegoro, Bandung, mengacu pada KP–01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi, dan Pd T-03.1-2005-A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor.

RPT0-Pd T-xx-200x

40 dari 51

5). Aspek Multisektor

Kegiatan aspek multisektor melakukan pengumpulan data/peta demografi yang berupa informasi lingkungan yang bisa didapat di kantor desa/kelurahan setempat atau dari desa dalam angka tahun terakhir yang didapat dari kantor BPS Kecamatan, meliputi informasi tentang penduduk, makanan dan penggunaan air, rencana daerah mengenai bahan pangan, produksi, transmigrasi dan industri, yang mengacu pada KP–01 SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986. tentang Kriteria Perencanaan Bagian Perencanaan Jaringan Irigasi.

b). Survey

1). Topografi

Kegiatan pengukuran dan pemetaan meliputi pengukuran trase saluran dan bangunan-bangunan pelengkap, yang mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Pedoman Penyusunan Spesifikasi Teknik, Pekerjaan yang Bersifat Umum, Bagian-2, Pengukuran dan Pemetaan, Kegiatan analisis topografi meliputi analisis kerangka horizontal dan koordinat, analisis ketinggian/waterpass, analisis situasi detail dan cross section dan penggambaran, yang mengacu pada PT-02, SK DJ Pengairan No. 185/KPTSA/A/1986.

2). Penyelidikan Geologi Teknik/Mekanika Tanah

Kegiatan penyelidikan geologi teknik/mekanika tanah detail meliputi bor inti bila diperlukan untuk lokasi bangunan utama, saluran, bangunan, sumber bahan galian dan timbunan, mengacu pada RPT0 Pd T-xx-200x, Bagian-3 Penyelidikan Geologi Teknik, dan Pd T-03.1-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-1 : Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor.

c). Analisis Geoteknik

Kegiatan analisis geologi teknik/mekanika tanah untuk keperluan detail desain pembangunan irigasi, meliputi analisa berat jenis tanah, berat isi tanah, kadar air, batas plastis tanah, batas cair, batas susut tanah, gradasi butiran, triaxial test, consolidation test, permeability test, compaction test mengacu pada :

• SNI 03-1964-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis Tanah • SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah • SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis • SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat

Casagrande. • SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah • RPT0 Pd T-xx-200x : Bagian-4 Analisis Geologi Teknik/Mekanika

Tanah. • Pd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-2 :

Pengujian Lapangan dan Laboratorium

RPT0-Pd T-xx-200x

41 dari 51

d). Analisis Hidrologi

1). Analisis debit andalan

Debit andalan menunjukkan angka variabilitas ketersediaan air sekaligus menunjukkan seberapa besar debit yang dapat diandalkan. Analisis ketersediaan air yang termasuk besarnya debit aliran yang ada di sungai sebagai sumber pengambilan untuk pemenuhan kebutuhan yang meliputi debit andalan dengan berbagai probabilitas (probability), sebagai berikut :

(a). Jika data debit yang tersedia ≥ 10 tahun dan berurutan maka metode yang digunakan adalah analisis lengkung kekerapan SNI 03-6738-2002 tentang Metode Perhitungan Debit Andal Air Sungai Dengan Analisis Lengkung Kekerapan, dan jika data debit yang tercatat kurang lengkap karena hilang atau rusak maksimum 10 %, maka dapat dilakukan pengisian sesuai dengan Pd. T-22-2004-A.

(b). Jika data debit yang tersedia ≤ 10 tahun, untuk memperpanjang data dapat digunakan Model Simulasi Hidrologi Hujan-Aliran sesuai dengan ketentuan yang berlaku, misalkan menggunakan Metode Mock, N-Reca, Sacramento, Tank Model dan lain-lain.

(c). Jika data debit dan data hujan tidak ada, maka perhitungan debit andal dapat dilakukan dengan :

• Cara Analisis Wilayah dari hasil penelitian yang sudah ada atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

• Model simulasi yang melahirkan data debit simulasi dengan menggunakan parameter dari DAS sekitarnya yang mempunyai karakteristik basin yang sama (kondisi topografi, geologi dan tanaman penutup) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2). Analisis debit banjir

Pada kegiatan ini adalah dilakukan analisis frekuensi banjir rancangan berdasarkan curah hujan dan luas DAS SNI 03-2415-1991 tentang Metode Perhitungan Debit Banjir.

Metode perhitungan adalah sebagai berikut :

(a). Metode analisis probabilitas frekuensi debit banjir

Jika data aliran sungai yang tersedia cukup panjang (> 20 tahun), sehingga analisisnya dapat langsung dilakukan dengan Metode Gumbel, Log Pearson atau Log Normal.

(b). Metode analisis regional, jika data debit < 20 tahun dan > dari 10 tahun

(c). Metode puncak banjir di atas ambang, apabila data debit yang tersedia antara 3 – 10 tahun

(d). Metode empiris apabila perkiraan besarnya banjir berdasarkan parameter hujan dan karakteristik DPS antara lain :

• Metode Rasional, digunakan pada perencanaan sarana drainase dengan daerah tangkapan yang kecil (< 40 Ha).

• Der Weduwen, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas < 100 km2.

RPT0-Pd T-xx-200x

42 dari 51

• Melchior, digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS dengan luas > 100 km2.

• Haspers dan Mononobe digunakan untuk analisis debit banjir dari sebuah DAS tanpa memperhatikan luas DAS.

• Metode Hidrograf Satuan.

• Metode US – Soil Conservation Service.

(e). Model matematik digunakan apabila selang waktu pengamatan data hujan lebih panjang daripada pengamatan data debit selanjutnya yang selanjutnya digunakan untuk memperpanjang data aliran.

Hasil analisis digunakan untuk mendesain bangunan persilangan.

e). Analisis Hidrolika

Analisis profil muka air mengacu pada SNI 03-2830-1992 tentang Metode Perhitungan Tinggi Muka Air dengan Cara Pias berdasarkan Rumus Manning.

1.6.2. LOKASI PEKERJAAN

Lokasi pekerjaan Perencanaan Detail Desain Rehabilitasi Jaringan Irigasi, (Nama

daerah irigasi, luas) yang akan dilaksanakan pada Tahun Anggaran 2007, Propinsi

Jawa Barat.

1.6.3. ACUAN PELAKSANAAN PEKERJAAN

Sebagai acuan pelaksanaan pekerjaan Perencanaan Detail Desain Rehabilitasi

Jaringan Irigasi ini, penyedia jasa harus mengacu pada :

• KEPMEN KIMPRASWIL No.257/PTS/M/2004 : Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi.

Standar Nasional Indonesia (SNI) :

• SNI 03-1724-1989 : Tata Cara Detail desain Hidrologi dan Hidraulik untuk Bangunan di Sungai.

• SNI 03-1964-1990 : Metode Pengujian Berat Jenis Tanah. • SNI 03-1965-1990 : Metode Pengujian Kadar Air Tanah. • SNI 03-1966-1990 : Metode Pengujian Batas Plastis. • SNI 03-1967-1990 : Metode Pengujian Batas Cair dengan Alat

Casagrande. • SNI 03-2414-1991 : Metode Pengukuran Debit Sungai pada Saluran

Terbuka. • SNI 03-2435-1991 : Metode Pengujian Laboratorium Tentang Kelulusan

Air untuk Contoh Tanah. • SNI 03-2436-1991 : Metode Pencatatan dan Interpretasi Hasil

Pengeboran Inti. • SNI 03-2819-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran

Terbuka dengan Alat Ukur Arus Tipe Baling-Baling. • SNI 03-2820-1992 : Metode Pengukuran Debit Sungai dan Saluran

Terbuka Dengan Pelampung Permukaan.

RPT0-Pd T-xx-200x

43 dari 51

• SNI 03-2822-1992 : Metode Pembuatan Lengkung Debit dan Tabel Sungai/Saluran dengan Analisis Grafis.

• SNI 03-2830-1992 : Metode Perhitungan Tinggi Muka Air dengan Cara Pias berdasarkan Rumus Manning.

• SNI 03-2849-1992 : Tata Cara Pemetaan Geologi Teknik Lapangan. • SNI 03-3422-1994 : Metode Pengujian Batas Susut Tanah. • SNI 03-3444-1994 : Tata Cara Perhitungan Tinggi Muka Air Sungai

Tampang Ganda dengan Cara Pias Berdasarkan Rumus Manning.

• SNI 03-6381-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka dengan bangunan ukur Cipoletti.

• SNI-03-6395-2000 : Spesifikasi alat ukur debit orifice. • SNI-03-6455.1-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka

dengan bangunan ukur parshall flume. • SNI-03-6455.4-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka

dengan ambang tajam segi tiga. • SNI-03-6455.5-2000 : Metode pengukuran debit pada saluran terbuka

dengan ambang tajam persegi panjang. • SNI-03-6467.1-2000 : Tata cara pengukuran aliran benda cair pada saluran

terbuka dengan bangunan ukur ambang lebar horizontal dan ujung hulu bulat.

• SNI 19-6473-2000 : Metode Uji Kelulusan Air dengan Perumusan Tinggi Tekan Air.

• SNI 03-6738-2002 : Metode perhitungan debit andal air sungai dengan analisis lengkung kekerepan.

• SNI 03-6790-2002 : Metode Penyiapan Benda Uji dari Contoh Tanah Terganggu.

• SNI 03-6802-2002 : Tata Cara Penyelidikan dan Pengambilan Contoh Uji Tanah dan Bahan untuk Keperluan Teknik.

Pedoman Teknik (Pd T) :

• Pd T-03.1-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-1 : Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor.

• Pd T-03.2-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-2 : Pengujian Lapangan dan Laboratorium.

• Pd T-03.3-2005-A : Tata Cara Penyelidikan Geoteknik Volume-3 : Interpretasi Hasil Uji dan Penyusunan Laporan Penyelidikan Geoteknik.

• AB-K/RE-RT/TC/021/98 : Tata Cara Perancangan Anggaran Biaya. Persyaratan Teknis (PT) :

• PT-02 : Persyaratan Teknis Bagian Pengukuran Topografi • PT-03 : Persyaratan Teknis Bagian Penyelidikan Geologi

Teknik.

Pedoman Teknis :

RPT0-Pd T-xx-200x

44 dari 51

• Pd T-03.1-2005-A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-1: Penyelidikan Pendahuluan, Pengeboran dan Deskripsi Lubang Bor.

• Pd T-03.2-2005-A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-2: Pengujian Lapangan dan Laboratorium.

• Pd T-03.3-2005-A : Tata cara Penyelidikan Geoteknik, Volume-3: Interpretasi Hasil Uji dan Penyusunan Laporan Penyelidikan Geoteknik.

1.6.4. Data dan Fasilitas Penunjang

a. Penyediaan oleh pengguna jasa :

1. Skema Jaringan dan Bangunan Existing

2. Peta Situasi

3. Staf Pengawas / Pendamping

Bagian Pelaksana Kegiatan Pembinaan dan Perencanaan Satuan Kerja Non

Vertikal Tertentu Irigasi Andalan Jawa Barat akan mengangkat petugas yang

bertindak sebagai Direksi Pekerjaan dalam rangka pelaksanaan jasa penyedia

jasasi ini.

b. Peralatan dan Fasilitas Yang Harus Disediakan Oleh Penyedia jasa

Dalam melaksanakan pekerjaannya maka penyedia jasa harus menyediakan

semua fasilitas yang diperlukan sebagai berikut :

1. Kantor/studio lengkap dengan peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan

pekerjaan seperti: peralatan gambar, peralatan tulis, dan barang-barang habis

pakai.

2. Biaya mobilisasi dan demobilisasi staf penyedia jasa ke dan dari

proyek/lapangan.

3. Peralatan/instrumen pengukuran yang memenuhi standar presisi yang

diperlukan dan telah direkomendasikan oleh Direksi Pekerjaan.

4. Fasilitas transportasi termasuk kendaraan bermotor roda 4 yang layak

berserta pengemudinya dan kendaraan roda 2 untuk kegiatan pelaksanaan

pekerjaan.

5. Staf pada bagian administrasi umum.

6. Tenaga pembantu untuk kegiatan di lapangan.

7. Keperluan biaya pemaduan disain, sosial dan pengobatan selama

pelaksanaan pekerjaan.

RPT0-Pd T-xx-200x

45 dari 51

1.6.5. Alih Pengetahuan

Apabila dipandang perlu oleh pengguna jasa, maka penyedia jasa harus

mengadakan pelatihan, kursus singkat, diskusi dan seminar terkait dengan substansi

pelaksanaan pekerjaan dalam rangka alih pengetahuan kepada staf proyek.

1.7. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan pekerjaan adalah 150 (seratus lima puluh) hari kalender.

Penyedia jasa harus menyusun rencana kerja termasuk jadwal penyediaan peralatan

dan personilnya dengan jelas pada awal pekerjaan.

1.8. TENAGA AKHLI

Tenaga Akhli yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan deatail disain

rehabilitasi jaringan irigasi ini adalah sebagai berikut :

a. Ketua Tim (Team Leader)

Akhli Sumber Daya Air Profesional Madya/Akhli Teknik Sipil (S1/S2/S3),

berpengalaman di bidang SDA, dalam kegiatan perencanaan detail, pelaksanaan

pembangunan dan O&P irigasi, dengan pengalaman sekurang-kurangnya 10

(sepuluh) tahun.

b. Akhli Irigasi/Drainase

Akhli Sumber Daya Air Profesional Madya/Akhli Teknik Sipil (S1/S2/S3),

berpengalaman di bidang SDA, dalam kegiatan perencanaan detail, pelaksanaan

O&P irigasi, sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun

c. Akhli Geoteknik

Akhli Sumber Daya Air Profesional Madya/Akhli Teknik Sipil (S1/S2/S3),

berpengalaman di bidang SDA, dalam kegiatan penyelidikan dan supervisi

geoteknik, dengan pengalaman sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun.

RPT0-Pd T-xx-200x

46 dari 51

d. Akhli Hidrologi

Akhli Sumber Daya Air Profesional Madya/Akhli Teknik Sipil (S1/S2/S3),

berpengalaman di bidang SDA, dalam kegiatan analisa hidrologi, dengan

pengalaman sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun.

e. Akhli O&P

Akhli Sumber Daya Air Profesional Madya/Akhli Teknik Sipil (S1/S2/S3),

berpengalaman di bidang SDA, dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan

O&P irigasi, dengan pengalaman sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun

f. Akhli Geodesi

Akhli Geodesi /Sarjana Teknik Geodesi (S1), berpengalaman di bidang SDA,

dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran situasi maupun trase, dengan

pengalaman sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.

g. Akhli Sosial Ekonomi

Akhli Sosial Ekonomi Pertanian disyaratkan adalah seorang Sarjana Pertanian

(S1/S2) berpengalaman di bidang SDA, dalam pelaksanaan pekerjaan

penganalisaan sosial ekonomi sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.

h. Akhli Cost Estimate dan Dokumen Lelang

Akhli Sumber Daya Air / Sarjana Teknik Sipil, berpengalaman dalam pelaksanaan

estimasi pembiayaan dan pembuatan dokumen lelang pekerjaan di bidang SDA,

sekurang-kurangnya 6 (enam) tahun.

Tenaga Pendukung yang dibutuhkan untuk menangani pekerjaan Survey, Investigasi

dan Desain Jaringan Irigasi adalah sebagai berikut :

a) Asisten Akhli Irigasi/Drainase

Asisten Akhli SDA/ Sarjana Teknik Sipil (S1), berpengalaman di bidang SDA,

dalam kegiatan pekerjaan disain, sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

b) Asisten Akhli Hidrologi

Asisten Akhli SDA / Sarjana Teknik Sipil (S1), berpengalaman di bidang SDA,

dalam kegiatan pekerjaan penyelidikan dan supervisi geoteknik, sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun.

RPT0-Pd T-xx-200x

47 dari 51

c) Asisten Akhli Geoteknik

Asisten Akhli Geoteknik / Sarjana Teknik Geologi (S1), berpengalaman di bidang

SDA, dalam kegiatan pekerjaan penyelidikan dan supervisi geoteknik, sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun.

d) Asisten Akhli O&P

Asisten Akhli SDA/ Sarjana Teknik Sipil (S1), berpengalaman di bidang SDA,

dalam kegiatan perencanaan dan pelaksanaan O&P irigasi, sekurang-kurangnya

3 (tiga) tahun.

e) Asisten Akhli Cost Estimate dan Dokumen Lelang

Asisten Akhli SDA/ Sarjana Teknik Sipil (S1), berpengalaman di bidang SDA,

dalam kegiatan estimasi pembiayaan dan pembuatan dokumen lelang, sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun.

f) Chief Surveyor

Chief Surveyor / Jurusan Teknik Geodesi (D3/S1), berpengalaman di bidang

SDA, dalam kegiatan pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan pemetaan di

sekurang-kurangnya 5 (empat) tahun.

g) Surveyor

Surveyor / STM Sipil/STM Survey Pemetaan atau Bangunan Air, berpengalaman

di bidang SDA, dalam kegiatan pekerjaan pengukuran dan pemetaan sekurang-

kurangnya 3 (tiga) tahun.

h) Chief AutoCAD Draftman

Kepala juru gambar / Sarjana Teknik Sipil (min D3), berpengalaman di bidang

SDA, dalam kegiatan penggambaran dengan menggunakan AutoCAD,

sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun.

i) Juru Gambar

Juru gambar / STM Sipil/STM Survey Pemetaan atau Bangunan Air,

berpengalaman di bidang SDA, dalam kegiatan penggambaran dengan

menggunakan AutoCAD sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun.

RPT0-Pd T-xx-200x

48 dari 51

1.9. KELUARAN

Produk yang dihasilkan dari pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

1.9.1 Gambar-gambar Desain (digambar dengan program AutoCAD pada kertas

ukuran A1), yang terdiri dari:

• Skema Jaringan Irigasi

• Skema Bangunan

• Skema Rencana Pembagian Air

• Peta ikhtisar skala 1 : 10.000 atau 1 : 20.000

• Peta situasi skala 1 : 2.000

• Profil Memanjang Saluran, skala H 1:2000, skala V 1:100

• Profil Melintang Saluran, skala H dan skala V 1:100

• Gambar Bangunan Air, Denah skala 1:100, potongan skala 1:50

• Gambar Detail Standar

Gambar-gambar diserahkan dalam bentuk kalkir sebanyak 1 (satu) album

ukuran A1 dan cetak biru sebanyak 5 (lima) album ukuran A3.

1.9.2 Lampiran-lampiran

a. Nota Disain

Laporan nota disain memuat seluruh analisa perhitungan saluran dan

bangunan existing dan rencana yang akan digambar, diserahkan

sebanyak 5 (lima) eksemplar.

b. Bill Of Quantity (BOQ)

Berisi rincian perhitungan volume pekerjaan, yang dihitung berdasarkan

gambar desain yang dihasilkan, diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

c. Rencana Anggaran Biaya

Rencana Anggaran Biaya berisikan rincian perhitungan biaya saluran dan

bangunan yang diperbaiki/direhabilitasi serta bangunan baru dan memuat

analisa harga satuan masing-masing kegiatan pekerjaan pada bangunan

dan saluran yang akan dilakukan perbaikan/rehabilitasi beserta

rekapitulasinya, diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

RPT0-Pd T-xx-200x

49 dari 51

d. Dokumen Pelelangan

Berisikan Spesifikasi Umum, Spesifikasi Teknik, dan Volume Pekerjaan

serta metoda pelaksanaan pekerjaan dan standar dari bahan dan

pekerjaan yang dipergunakan, diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

e. Buku Data DI

Buku Data DI berisikan gambaran dari daerah irigasi yang sedang

dikerjakan meliputi antara lain lokasi, pencapaian, batas areal, keadaan

topografi, kondisi sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Buku Data DI

berisikan juga Skema Jaringan Irigasi, Skema Rencana Pembagian Air,

Struktur Organisasi daerah irigasi, daftar P3A, dan daftar fasilitas O&P

yang ada, diserahkan sebanyak 5 (lima) eksemplar.

f. Pedoman Operasi dan Pemeliharaan

Pedoman O&P berisikan petunjuk operasi dan pemeliharaan dari suatu

daerah irigasi dan jumlah petugas O&P yang harus ditempatkan pada

daerah irigasi tersebut. Pedoman ini berisikan juga Skema Jaringan

Irigasi, Skema Rencana Pembagian Air, Struktur Organisasi daerah

irigasi, daftar P3A, dan daftar fasilitas O&P yang ada, diserahkan

sebanyak 5 (lima) eksemplar.

g. Laporan Pengukuran dan Pemetaan

Laporan akhir pengukuran dan pemetaan berisikan data ukur dan analisa

hasil pengukuran di lapangan, deskripsi BM (benchmark), dll., diserahkan

sebanyak 5 (lima) eksemplar.

1.10. LAPORAN

Setiap laporan harus disusun dalam Bahasa Indonesia dan harus

memuat/menguraikan hal-hal sebagai berikut :

a. Rencana Mutu Kontrak (RMK)

Rencana Mutu Kontrak mencakup seluruh prosedur dari pekerjaan yang akan

dilaksanakan dan terlebih dahulu harus dikonsultasikan dengan direksi pekerjaan

dan harus diserahkan selambat-lambatnya 2 (dua) minggu sejak SPMK (Surat

Perintah Mulai Kerja), sebanyak 3 (tiga) eksemplar.

RPT0-Pd T-xx-200x

50 dari 51

b. Laporan Pendahuluan

Laporan pendahuluan mencakup temuan-temuan dari hasil survey awal, metoda

pelaksanaan mencakup jadwal penugasan dan rencana mobilisasi personil,

jadwal pengadaan peralatan, pekerjaan persiapan dengan memperhatikan mutu

disain dan rencana pelaksanaan kegiatan.

Laporan ini harus diserahkan dan dipresentasikan selambat-lambatnya 1 (satu)

bulan sejak SPMK diterbitkan, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

c. Laporan Bulanan

Laporan ini harus menguraikan kemajuan/progres pekerjaan, masalah-masalah

yang dihadapi dalam sebulan, serta rencana kerja bulan berikutnya. Selain itu

diuraikan juga hambatan-hambatan yang dihadapi dan rencana cara

penyelesaiannya. Notulen rapat termasuk keputusan yang diambil juga harus

dilampirkan dalam laporan bulanan. Laporan ini ditandatangani oleh Team Leader

yang bersangkutan dan sebelum diserahkan laporan ini harus sudah

diperiksa/disahkan oleh direksi pekerjaan.

Laporan ini diserahkan selambat-lambatnya tanggal 5 (lima) setiap awal bulan

berjalan, sebanyak 5 (lima) eksemplar.

d. Laporan System Planning (draft)

Laporan system planning memuat analisa hidrologi dan hidrometri dengan

lamanya pengamatan minimal 10 tahun terakhir, analisa kebutuhan air,

penentuan luas areal existing dan luas areal rencana pekerjaan, penentuan lokasi

bangunan baru, analisa dimensi saluran, serta arah penyelesaian pekerjaan.

Laporan ini harus diserahkan dan dipresentasikan selambat-lambatnya 3 (tiga)

bulan sejak SPMK diterbitkan, sebanyak 10 (sepuluh) eksemplar.

e. Laporan System Planning (final)

Laporan System Planning (final) ini berisikan perbaikan hasil diskusi/pembahasan

Laporan System Planning (draft).

Laporan ini harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah

pembahasan, sebanyak 5 (lima) eksemplar.

f. Laporan Akhir (draft)

RPT0-Pd T-xx-200x

51 dari 51

Laporan akhir berisikan rangkuman dan kesimpulan penting dari pekerjaan yang

telah dilaksanakan, analisa ekonomi pekerjaan (EIRR dan BCR) serta

rekomendasi terhadap pekerjaan tersebut.

Laporan ini harus diserahkan dan dipresentasikan selambat-lambatnya 1 (satu)

minggu sebelum akhir kontrak pekerjaan, sebanyak 5 (lima) eksemplar.

g. Laporan Akhir (final)

Laporan Akhir (final) berisikan perbaikan hasil diskusi/pembahasan Laporan Akhir

(draft).

Laporan ini harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) minggu setelah

pembahasan, sebanyak 5 (lima) eksemplar.

h. Laporan Khusus, terdiri dari :

• Laporan Akhir Pengukuran sebanyak 5 (lima) buku

• Laporan Hidrologi sebanyak 5 (lima) buku

• Laporan Geologi sebanyak 5 (lima) buku

Laporan agar diserahkan juga dalam bentuk CD berisi seluruh laporan termasuk

executive summary report, sebanyak 2 (dua) buah.

P14N54
New Stamp