Upload
phunganh
View
242
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
NOMOR 1 TAHUN TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015-2019
PETUNJUK PELAKSANAANNO. 3 /JUKLAK/SESMEN/06/2014
TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2015-2019
PETUNJUK PELAKSANAANNO. 2 /JUKLAK/SESMEN/06/2014
TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONALNOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNANRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015-2019
SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 2014
TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 40
Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional bertugas menyiapkan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
b. bahwa dalam rangka koordinasi dan sinkronisasi penyiapan dan penyusunan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang …
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
- 2 -
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4924);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
5. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;
7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER.005/M.PPN/09/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 7 Tahun 2012;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
NASIONAL/KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019.
BAB …
- 3 -
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
3. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, yang selanjutnya disebut sebagai RPJPN 2005-2025, adalah Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
4. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disingkat RPJMN 2015-2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.
5. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Tahun 2010-2014 yang selanjutnya disebut RPJMN 2010-2014 adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014.
6. Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik adalah perencanaan yang dilakukan dengan menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah untuk menganalisis kondisi obyektif dengan mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan selama periode rencana berikutnya.
7. Rencana Strategis Kementerian/Lembaga, yang selanjutnya disebut Renstra K/L, adalah dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga untuk periode 5 (lima) tahun.
8. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
9. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
10. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya disebut Menteri Perencanaan, adalah Menteri
yang …
- 4 -
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.
11. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, yang selanjutnya disebut Kementerian Perencanaan, adalah Kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perencanaan pembangunan nasional.
12. Kerangka Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional adalah arahan yang disepakati bersama yang menjabarkan unsur-unsur pokok pembangunan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
13. Kerangka Ekonomi Makro adalah gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal untuk periode jangka menengah yang direncanakan.
14. Kerangka regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong, dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
15. Musyawarah Perencanaan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat Musrenbang, adalah forum antarpelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan Nasional dan rencana pembangunan Daerah.
16. Trilateral Meeting adalah pertemuan tiga pihak antara Kementerian Perencanaan, Kementerian Keuangan dan Kementerian/Lembaga dalam rangka meningkatkan kesepahaman dalam pencapaian sasaran pembangunan dan menjaga konsistensi perencanaan dan penganggaran.
17. Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN 2015-2019 adalah pertemuan dua pihak antara Kementerian Perencanaan dengan Kementerian/Lembaga yang bertujuan untuk menjaga konsistensi dan sinergitas sasaran dan arah kebijakan pembangunan yang tertuang dalam Renstra K/L dengan yang ada di RPJMN 2015-2019.
18. Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 adalah pertemuan dua pihak antara Kementerian Perencanaan dengan Pemerintah daerah Provinsi yang bertujuan untuk menjaga konsistensi sasaran masing-masing program/ kegiatan pokok RPJMD dengan sasaran program/kegiatan strategis nasional, penyesuaian target dan pendanaannya.
Pasal …
- 5 -
Pasal 2 Pedoman Penyusunan RPJMN 2015-2019 dimaksudkan untuk memberikan panduan dalam menyiapkan kajian pendahuluan, pelaksanaan evaluasi, penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019, pelaksanaan koordinasi, konsultasi, dan sosialisasi dalam penyusunan RPJMN 2015-2019, serta proses penetapan RPJMN 2015-2019.
Pasal 3 Penyusunan RPJMN 2015-2019 dilaksanakan oleh Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Perencanaan.
Pasal 4 Tahapan Penyusunan RPJMN 2015-2019 meliputi tahapan sebagai berikut : a. penyusunan Kajian Pendahuluan (Background Study); b. pelaksanaan evaluasi RPJMN 2010-2014; c. penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara
Teknokratik; d. penyusunan rancangan awal RPJMN 2015-2019; e. penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019; f. penyusunan rancangan akhir RPJMN 2015-2019; g. penetapan RPJMN 2015-2019; h. pelaksanaan sosialisasi RPJMN 2015-2019.
BAB II TAHAPAN PENYUSUNAN RPJMN 2015-2019
Bagian Pertama
Penyusunan Kajian Pendahuluan (Background Study)
Pasal 5
(1) Para Deputi menyampaikan hasil Kajian Pendahuluan kepada Tim Penyusun RPJMN 2015-2019.
(2) Hasil Kajian Pendahuluan digunakan sebagai salah satu bahan dalam penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik.
Bagian …
- 6 -
Bagian Kedua Pelaksanaan Evaluasi RPJMN 2010-2014
Pasal 6
(1) Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi RPJMN 2010-2014.
(2) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan oleh Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 sebagai bahan acuan penyusunan RPJMN 2015-2019.
Bagian Ketiga
Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik
Pasal 7
(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyusun Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik.
(2) Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihimpun dari hasil evaluasi RPJMN dan disusun dengan memperhatikan RPJPN 2005-2025 dan hasil Kajian Pendahuluan.
Pasal 8
(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 melakukan sosialisasi dan penjaringan aspirasi dari masyarakat atas Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik yang telah disusun.
(2) Hasil sosialisasi dan penjaringan aspirasi dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai bahan untuk menyempurnakan Konsep Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik menjadi Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik.
(3) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyampaikan Rancangan Rencana Pembangunan Teknokratik kepada Menteri Perencanaan untuk mendapatkan persetujuan.
Bagian Keempat
Penyusunan Rancangan Awal RPJMN 2015-2019
Pasal 9 (1) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 disusun berdasarkan
RPJPN 2005-2025, Rancangan Rencana Pembangunan
Teknokratik …
- 7 -
Teknokratik, dan Visi, Misi dan program prioritas Presiden.
(2) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum dan program prioritas Presiden, Kerangka Ekonomi Makro serta strategi pendanaan jangka menengah.
(3) Program prioritas Presiden sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dijabarkan ke dalam isu strategis bersifat lintas kementerian/lembaga dan kewilayahan yang dilengkapi dengan indikasi sasaran nasional.
Pasal 10
(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyampaikan rancangan awal RPJMN 2015-2019 kepada Menteri Perencanaan sebagai bahan Sidang Kabinet.
(2) Menteri Perencanaan menyampaikan rancangan awal RPJMN 2015-2019 kepada Presiden untuk disepakati dalam Sidang Kabinet.
(3) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 yang telah disepakati dalam Sidang Kabinet digunakan sebagai acuan penyusunan rancangan Renstra K/L dan penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019.
Bagian Kelima
Penyusunan Rancangan RPJMN 2015-2019
Pasal 11 (1) Rancangan awal RPJMN 2015-2019 dan rancangan
Renstra K/L digunakan sebagai bahan oleh Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 untuk menyusun rancangan RPJMN 2015-2019.
(2) Rancangan Renstra K/L ditelaah oleh Menteri Perencanaan untuk menjamin keselarasan kebijakan kementerian/lembaga dengan rancangan awal RPJMN 2015-2019.
(3) Menteri Perencanaan menugaskan para Deputi untuk melakukan penelaahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
(4) Hasil penelaahan Renstra K/L oleh Menteri Perencanaan dibahas dengan kementerian/lembaga dan Kementerian Keuangan dalam Trilateral Meeting penyusunan RPJMN 2015-2019.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Trilateral Meeting akan diatur lebih lanjut dengan Petunjuk
Pelaksanaan …
- 8 -
Pelaksanaan Trilateral Meeting yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
(6) Hasil penelaahan Menteri Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) digunakan sebagai bahan penyempurnaan rancangan awal RPJMN 2015-2019 menjadi rancangan RPJMN 2015-2019.
(7) Rancangan RPJMN 2015-2019 sebagaimana dimaksud pada ayat (5) digunakan sebagai bahan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah Nasional.
Pasal 12
(1) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 mengkoordinasikan proses dan bahan pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Nasional.
(2) Musrenbang Jangka Menengah Nasional diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara negara dan mengikutsertakan masyarakat.
(3) Musrenbang Jangka Menengah Nasional dilaksanakan paling lambat 2 (dua) bulan setelah Presiden dilantik.
(4) Hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional digunakan sebagai bahan penyempurnaan rancangan RPJMN 2015-2019.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Musrenbang Jangka Menengah Nasional akan diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Nasional yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Bagian Keenam Penyusunan Rancangan Akhir RPJMN 2015-2019
Pasal 13
(1) Rancangan RPJMN 2015-2019 yang telah disempurnakan disusun menjadi rancangan akhir RPJMN 2015-2019.
(2) Tim Penyusun RPJMN 2015-2019 menyampaikan rancangan akhir RPJMN 2015-2019 kepada Menteri Perencanaan paling lambat 3 (tiga) minggu setelah Musrenbang Jangka Menengah Nasional.
Bagian …
- 9 -
Bagian Ketujuh Penetapan RPJMN 2015-2019
Pasal 14
(1) Menteri Perencanaan menyampaikan rancangan akhir RPJMN 2015-2019 kepada Presiden untuk ditetapkan menjadi RPJMN 2015-2019 dalam Peraturan Presiden.
(2) RPJMN 2015-2019 yang telah ditetapkan digunakan sebagai bahan penyesuaian rancangan Renstra K/L dan sebagai bahan penyusunan dan/atau penyesuaian RPJMD.
(3) Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN 2015-2019 dilakukan melalui Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN 2015-2019.
(4) Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 dilakukan melalui Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tata Cara Bilateral Meeting akan diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L dan RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 yang ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan Nasional.
Bagian Kedelapan
Pelaksanaan Sosialisasi RPJMN 2015-2019
Pasal 15 Kementerian Perencanaan melakukan sosialisasi atas RPJMN 2015-2019 yang sudah ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
BAB III
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 16 Untuk menghasilkan dokumen perencanaan yang sistematis
dengan kerangka kerja logis yang koheren dan konsisten
disusun Tata Cara Penyusunan RPJMN 2015-2019 yang diatur
lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan yang ditetapkan oleh
Sekretaris Kementerian Perencanaan Pembangunan
Nasional …
- 10 -
Nasional/Sekretaris Utama Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Pasal 17
Dalam rangka menciptakan sinergi antara kebijakan dengan
kerangka regulasi untuk mendukung sasaran
pembangunan nasional disusun pedoman Kerangka Regulasi
yang diatur lebih lanjut dengan Petunjuk Pelaksanaan yang
ditetapkan oleh Sekretaris Kementerian Perencanaan
Pembangunan Nasional/ Sekretaris Utama Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional.
BAB IV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 18 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Desember 2014
MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
ARMIDA S. ALISJAHBANA Diundangkan di Jakarta Pada tanggal MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR
PETUNJUK PELAKSANAANNO. 3 /JUKLAK/SESMEN/06/2014
TENTANG
TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
TAHUN 2015-2019
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PETUNJUK PELAKSANAAN NO. 3 /JUKLAK/SESMEN/06/2014
TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019
Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 16 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2015, perlu ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
4. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana
Pembangunan …
- 2 -
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
5. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER. 005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 3 Tahun 2014;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019.
PERTAMA : Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan Tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
KEDUA : Petunjuk Pelaksanaan tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019 sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA, tercantum dalam Lampiran Keputusan ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 23 Juni 2014
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SLAMET SENO ADJI
LAMPIRAN …
- 3 -
LAMPIRAN PETUNJUK PELAKSANAAN
NO. 3 /JUKLAK/SESMEN/06/2014
TANGGAL 26 JUNI 2014
PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019
KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang.......................................................................................... B. Tujuan...................................................................................................... C. Ketentuan Umum......................................................................................
1 1 2 2
II KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019 A. Keterkaitan RPJMN dengan Dokumen Perencanaan Lainnya.................... B. Tahap Penyusunan RPJMN...................................................................... C. Penyusunan Struktur Kebijakan............................................................... D. Kerangka Kerja Logis dalam penyusunan Program dan Kegiatan..............
5 5 7 13 17
III SUBSTANSI DAN STRUKTUR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL 2015 - 2019 A. RPJPN 2005-2025.................................................................................... B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan.............................................. C. Pengarusutamaan Pembangunan............................................................. D. Kerangka Ekonomi Makro........................................................................ E. Kaidah Pelaksanaan................................................................................. F. Buku RPJMN 2015-2019.......................................................................... G. Outline Buku RPJMN 2015-2019..............................................................
30 30 32 34 35 35 37 38
IV PENUTUP 52
ANAK LAMPIRAN 1. Contoh Worksheet Kerangka Pikir Logis 2. Kerangka Pikir Logis 3. Tata Cara Penyusunan Kerangka Kelembagaan 4. Tahapan dan Tatacara Perumusan Kebijakan Kerangka
Kelembagaan dalam RPJMN 2015-2019 5. Alur/Mekanisme Penyusunan Kebijakan Kerangka Kelembagaan
dalam RPJMN 2015-2019
ii
6. Alur Kegiatan Penyusunan Kebijakan Kerangka Kelembagaan 7. Identifikasi Kerangka Kelembagaan RPJMN 2015-2019 (Disertai
Contoh) 8. Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019
iii
-1-
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya
pembangunan berkesinambungan yang mencakup seluruh
aspek kehidupan masyarakat, bangsa dan negara dalam rangka
mewujudkan tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam rangka memberikan arah dan prioritas pembangunan
maka diperlukan perencanaan pembangunan, baik perencanaan
jangka panjang, jangka menengah dan tahunan.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2015-2019 merupakan RPJMN tahap ke-3 dari Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025,
dan merupakan kelanjutan dari RPJMN periode sebelumnya
(RPJMN 2010-2014). Berdasarkan hasil evaluasi, RPJMN 2010-
2014 telah menjadi acuan dalam pelaksanaan pembangunan,
namun belum seluruh bagian yang ada dalam RPJMN tersebut
dapat dioperasionalkan dengan baik. Hal ini disebabkan antara
lain : (1) Penyusunan struktur kebijakan yang ada dalam
RPJMN 2010-2014 belum semuanya menggunakan kerangka
kerja logis (logical framework) yang sesuai, sehingga rumusan
sasaran dan arah kebijakannya menjadi tidak jelas; (2) Indikator
yang digunakan masih belum dirumuskan dengan baik dan
terukur; (3) Terdapat perbedaan penggunaan istilah dan
sistimatika dalam Buku I, II dan III RPJMN sehingga sulit
menemukan benang merah antara ketiga buku tersebut.
Dalam rangka meningkatkan kualitas penyusunan RPJMN
Tahun 2015-2019 telah ditetapkan Peraturan Menteri
PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman
Penyusunan ...
-2-
Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
Tahun 2015-2019. Untuk menghasilkan dokumen perencanaan
yang sistematis dengan kerangka kerja logis yang koheren dan
konsisten sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 16 Peraturan
Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 maka perlu
ditetapkan Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
B. Tujuan
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan ini sebagai panduan bagi:
1. Tim Penyusun RPJMN Tahun 2015-2019 dalam menyusun
RPJMN Tahun 2015-2019;
2. Unit kerja dalam mendukung penyusunan RPJMN Tahun
2015-2019.
C. Ketentuan Umum
1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
3. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan.
4. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
5. Isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, berjangka
menengah ...
-3-
menengah/panjang, dan bersifat sebagai pengungkit untuk mencapai sasaran nasional.
6. Arah kebijakan merupakan penjabaran misi dan memuat strategi yang merupakan kerangka pikir atau kerangka kerja untuk menyelesaikan masalah dalam rangka mencapai sasaran yaitu perubahan kondisi sosial masyarakat yang ingin dicapai dalam 5 tahun ke depan.
7. Strategi merupakan cara yang digunakan untuk melaksanakan arah kebijakan yang telah ditetapkan, yang berisikan program-program.
8. Program Lintas adalah program yang bersifat mewadahi
kegiatan-kegiatan prioritas yang dikelompokkan
berdasarkan karekteristik tertentu dalam rangka
mendukung pencapaian sasaran Prioritas Nasional yang
dapat bersifat lintas program, lintas K/L, lintas bidang atau
lintas wilayah.
9. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau
lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi/lembaga
pemerintah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang
disertai penyediaan alokasi anggaran, atau kegiatan
masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
10. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan
oleh satu atau beberapa satuan kerja sebagai bagian untuk
pencapaian sasaran yang terukur pada suatu program dan
terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya
untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk
barang/jasa.
11. Masukan (Input) adalah sumber daya yang diperlukan
untuk melakukan kegiatan yang perlukan dalam rangka
untuk menghasilkan output.
12. Keluaran …
-4-
12. Keluaran (Output) atau Sasaran kegiatan adalah barang
atau jasa yang dihasilkan oleh suatu kegiatan yang
dilaksanakan untuk mendukung pencapaian sasaran dan
tujuan program dan kebijakan.
13. Hasil (Outcome) atau Sasaran program adalah segala
sesuatu dihasilkan dari suatu program yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan.
14. Dampak (Impact) adalah pernyataan perubahan pada
masyarakat seperti apa yang ingin dituju sebagai akibat
dari hasil pembangunan yang tercapai yang bersifat Jangka
Menengah atau Jangka Panjang.
15. Menteri adalah Menteri Perencanaan Pembangunan
Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional.
BAB II …
-5-
BAB II KERANGKA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL TAHUN 2015-2019
A. Keterkaitan RPJMN dengan Dokumen Perencanaan Lainnya
1. Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) terbagi dalam 5 (lima) tahap periodisasi
RPJMN sesuai dengan visi, misi, dan program Presiden
yang dipilih secara langsung oleh rakyat;
2. RPJMN memuat arah kebijakan, strategi pembangunan
nasional, program Kementerian/Lembaga (K/L) dan lintas
K/L, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka
ekonomi makro;
3. RPJMN dijabarkan ke dalam Rencana Kerja Pemerintah
(RKP), yang merupakan rencana pembangunan tahunan
nasional;
4. RKP memuat prioritas pembangunan nasional, rancangan
kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran
perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan
fiskal, program K/L, lintas K/L, kewilayahan dan lintas
kewilayahan yang didukung dengan kerangka regulasi dan
kerangka pendanaan yang bersifat indikatif;
5. RPJMN menjadi pedoman penyusunan Rencana Strategis
(Renstra) K/L dalam rangka mendukung pencapaian
program prioritas Presiden;
6. Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, arah kebijakan dan
strategi yang memuat program dan kegiatan pembangunan
sesuai dengan tugas dan fungsi K/L;
7. Renstra K/L dijabarkan ke dalam Rencana Kerja K/L
(Renja K/L) yang merupakan rencana tahunan K/L;
8. Renja...
-6-
8. Renja K/L disusun dengan berpedoman pada Renstra K/L
dan mengacu pada RKP;
9. Renja K/L memuat kebijakan, program, dan kegiatan
pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh
Pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat;
10. RPJMN diperhatikan oleh Pemerintah Daerah dalam
menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD);
11. RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program
prioritas Gubernur yang memuat arah kebijakan dan
strategi pembangunan daerah jangka menengah;
12. RPJMD harus diselaraskan dengan arah kebijakan,
prioritas pembangunan nasional, prioritas pembangunan
bidang dan pembangunan kewilayahan sesuai dengan
kewenangan, kondisi dan karakteristik daerah;
13. Keterkaitan antara RPJMN dengan dokumen perencanaan
lain tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1 ...
-7-
Gambar 1 Keterkaitan antara RPJMN dengan Dokumen
Perencanaan lain
B. Tahap Penyusunan RPJMN
1. Penyusunan Kajian Pendahuluan (Background Study)
Kajian pendahuluan disusun pada tahun terakhir RPJMN
berjalan untuk menganalisis berbagai kebijakan RPJMN
berjalan dan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan
kebijakan. Kajian pendahuluan dilakukan oleh Kedeputian
Bappenas sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Hasil
kajian pendahuluan menjadi salah satu masukan dalam
penyusunan rancangan teknokratik RPJMN.
2. Pelaksanaan ...
-8-
2. Pelaksanaan Evaluasi RPJMN 2010-2014
Evaluasi pelaksanaan RPJMN 2010-2014 dikoordinasikan
oleh Deputi Bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan untuk
mengetahui hasil capaian kinerja pembangunan dan
mengidentifikasi berbagai permasalahan yang belum
terselesaikan pada periode 2010-2014 serta tindak lanjut
yang direkomendasikan sebagai bahan untuk perumusan
dan perbaikan kebijakan/program kegiatan RPJMN 2015-
2019.
3. Penyusunan Rancangan Rencana Pembangunan Secara Teknokratik
Penyusunan rancangan teknokratik RPJMN dilakukan
dengan menggunakan metode dan kerangka pikir logis
untuk menganalisis kondisi obyektif dengan
mempertimbangkan beberapa skenario pembangunan
selama periode rencana berikutnya. Penyusunan
rancangan teknokratik RPJMN dilakukan dengan
mempertimbangkan RPJPN 2005-2025, hasil kajian
pendahuluan, hasil evaluasi dan aspirasi masyarakat.
Penjaringan aspirasi masyarakat dilakukan melalui
pertemuan dengan para pemangku kepentingan
(stakeholders) antara lain para pakar, tokoh politik, dan
tokoh masyarakat.
4. Penyiapan Rancangan Awal RPJMN
a. Rancangan Awal RPJMN mulai disiapkan pada tahun
terakhir RPJMN berjalan, dengan mengacu pada
RPJPN, visi/misi dan program prioritas presiden
terpilih, dan berdasarkan pada rencana teknokratik
yang telah mempertimbangkan hasil evaluasi
pelaksanaan RPJMN berjalan, hasil kajian
pendahuluan ...
-9-
pendahuluan (background study) RPJMN serta aspirasi
masyarakat;
b. Rancangan awal RPJMN memuat kebijakan umum,
strategi pembangunan, dan program prioritas
Presiden, serta kerangka ekonomi makro;
c. Program prioritas Presiden dijabarkan ke dalam isu
strategis yang bersifat lintas Kementerian/Lembaga
dan kewilayahan yang dilengkapi dengan indikasi
sasaran nasional;
d. Rancangan awal RPJMN disampaikan kepada Presiden
untuk disepakati dalam sidang Kabinet dan menjadi
pedoman atau acuan penyusunan Rancangan Renstra
K/L.
5. Penyiapan Rancangan Renstra K/L
a. Pimpinan K/L menyusun Rancangan Renstra K/L
yang diawali dengan penyusunan rancangan rencana
pembangunan secara teknokratik di sektornya dengan
memperhatikan hasil evaluasi dan aspirasi
masyarakat;
b. Rancangan teknokratik K/L perlu disinkronkan
dengan rancangan teknokratik RPJMN;
c. Pimpinan K/L berkoordinasi dengan Pemerintah
Daerah untuk mengidentifikasikan pembagian tugas
dalam pencapaian sasaran nasional di sektornya;
d. Renstra K/L memuat visi, misi, tujuan, arah kebijakan
dan strategi yang memuat program dan kegiatan
sesuai dengan tugas dan fungsi K/L dengan
berpedoman pada Rancangan Awal RPJMN;
e. Rancangan ...
-10-
e. Rancangan Renstra K/L disampaikan kepada Menteri
untuk ditelaah.
6. Penyusunan Rancangan RPJMN
a. Rancangan RPJMN disusun menggunakan Rancangan
Awal RPJMN dan hasil penelahaan Rancangan Renstra
K/L;
b. Menteri menelaah Rancangan Renstra K/L agar :
1) Sasaran program prioritas Presiden terjabarkan
kedalam tujuan K/L dan tugas yang akan
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya; dan
2) Kebijakan K/L konsisten sebagai penjabaran dari
Rancangan Awal RPJMN.
c. Penelaahan Rancangan Renstra K/L meliputi
penelaahan terhadap konsistensi Rancangan Renstra
K/L dengan Rancangan Awal RPJMN dan batasan
substansi rancangan Renstra K/L.
1) Penelaahan konsistensi Rancangan Renstra K/L
meliputi konsistensi sasaran tujuan K/L dengan
sasaran program prioritas Presiden, konsistensi
arah kebijakan K/L dengan arah kebijakan
nasional, konsistensi program/kegiatan K/L
dengan program/kegiatan nasional serta
konsistensi kebutuhan sumberdaya dengan
kondisi ekonomi makro yang tertuang dalam
rancangan awal RPJMN.
2) Penelaahan batasan substansi Rancangan Renstra
K/L dilakukan terhadap isi pokok Rancangan
Renstra K/L yang meliputi visi, misi, tujuan, arah
kebijakan ...
-11-
kebijakan dan strategi sesuai dengan tugas dan
fungsi K/L.
d. Hasil penelaahan Rancangan Renstra K/L digunakan
sebagai bahan penyempurnaan rancangan awal
RPJMN menjadi rancangan RPJMN dan bahan
penyempurnaan Rancangan Renstra K/L.
e. Rancangan RPJMN selanjutnya digunakan sebagai
bahan utama dalam Musrenbang Jangka Menengah
Nasional.
7. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah Nasional
a. Musrenbang Jangka Menengah Nasional merupakan
proses perencanaan partisipatif yang
mengikutsertakan unsur-unsur penyelenggara negara
dan masyarakat untuk menyempurnakan Rancangan
RPJMN;
b. Musrenbang Jangka Menengah Nasional
diselenggarakan paling lambat 2 bulan setelah
Presiden dilantik.
c. Hasil Musrenbang Jangka Menengah Nasional
digunakan sebagai bahan penyempurnaan rancangan
RPJMN menjadi Rancangan Akhir RPJMN.
8. Penyusunan Rancangan Akhir RPJMN
a. Rancangan Akhir RPJMN disusun berdasarkan hasil
Musrenbang Jangka Menengah Nasional;
b. Rancangan Akhir RPJMN dibahas dalam Sidang
Kabinet untuk penyempurnaan.
9. Penetapan ...
-12-
9. Penetapan RPJMN
a. Rancangan Akhir RPJMN yang telah disempurnakan
ditetapkan menjadi RPJMN dengan Peraturan
Presiden;
b. Rancangan Akhir RPJMN ditetapkan paling lambat 3
(tiga) bulan setelah Presiden dilantik.
10. Penyesuaian Renstra K/L dan RPJMD dengan RPJMN
a. RPJMN yang telah ditetapkan digunakan untuk :
1) pedoman penyesuaian Renstra K/L;
2) bahan penyusunan dan perbaikan RPJMD dengan
memperhatikan tugas Pemerintah Daerah dalam
mencapai sasaran nasional yang termuat dalam
RPJMN.
b. Penyesuaian Renstra K/L dengan RPJMN dilakukan
melalui Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L
dengan RPJMN;
c. Bilateral Meeting Penyesuaian Renstra K/L bertujuan
menjaga konsistensi dan sinergi sasaran dan arah
kebijakan pembangunan yang tertuang dalam Renstra
K/L dengan yang ada dalam RPJMN.
d. Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN dilakukan
melalui Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD dengan
RPJMN;
e. Bilateral Meeting Penyesuaian RPJMD bertujuan
menjaga konsistensi sasaran dan arah kebijakan
pembangunan yang tertuang dalam RPJMN menjadi
prioritas dalam RPJMD terkait serta meningkatkan
koordinasi dan kesepahaman dalam rangka mencapai
sasaran pembangunan nasional.
f. Alur ...
-13-
f. Alur penyusunan RPJMN dan kaitannya dalam
penyusunan dokumen perencanaan adalah sebagai
berikut:
Gambar 2: Alur Penyusunan RPJMN
C. Penyusunan Struktur Kebijakan
1. Penyusunan Logika Berfikir
a. Penyusunan Struktur Kebijakan (Policy Structure),
dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja logis;
b. Penyusunan struktur kebijakan dilakukan berdasarkan
logika berfikir yang konsisten, yaitu:
1) Identifikasi permasalahan;
2) Penyusunan isu strategis;
3) Penentuan sasaran pokok yang ingin dicapai;
4) Penetapan ...
-13-
f. Alur penyusunan RPJMN dan kaitannya dalam
penyusunan dokumen perencanaan adalah sebagai
berikut:
Gambar 2: Alur Penyusunan RPJMN
C. Penyusunan Struktur Kebijakan
1. Penyusunan Logika Berfikir
a. Penyusunan Struktur Kebijakan (Policy Structure),
dilakukan dengan menggunakan kerangka kerja logis;
b. Penyusunan struktur kebijakan dilakukan berdasarkan
logika berfikir yang konsisten, yaitu:
1) Identifikasi permasalahan;
2) Penyusunan isu strategis;
3) Penentuan sasaran pokok yang ingin dicapai;
4) Penetapan ...
-14-
4) Penetapan arah kebijakan dan strategi pelaksanaan
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
c. Penyusunan struktur kebijakan yang disusun secara
sistematis bertujuan agar perencanaan dapat
dilaksanakan dan dievaluasi.
2. Identifikasi Permasalahan dan Penyusunan Isu Strategis
a. Perumusan kebijakan pembangunan nasional dimulai
dengan identifikasi permasalahan yang dihadapi dan
penyebab permasalahan yang dirumuskan berdasarkan
hasil evaluasi RPJMN periode sebelumnya, background
study RPJMN dan kondisi bangsa saat ini (baseline);
b. Permasalahan yang telah teridentifikasi menjadi dasar
bagi perumusan isu strategis;
c. Isu strategis merupakan hal-hal yang harus diperhatikan
atau diutamakan dalam perencanaan pembangunan;
d. Isu strategis disusun berdasarkan permasalahan yang
teridentifikasi, tantangan yang akan dihadapi dalam
periode 5 (lima) tahun kedepan (2014-2019), masukan
dari pemangku kepentingan, serta isu nasional dan isu
global yang sangat mendesak untuk dipertimbangkan;
e. Karakter isu strategis adalah kondisi atau hal yang
bersifat penting, mendasar, berjangka
menengah/panjang, dan bersifat sebagai pengungkit
untuk mencapai sasaran nasional;
f. Penyusunan rumusan isu-isu strategis memerlukan
analisis terhadap berbagai fakta dan informasi kunci yang
telah diidentifikasi untuk dipilih menjadi isu strategis.
3. Penetapan ...
-15-
3. Penetapan Sasaran Pokok Nasional
a. Sasaran pokok pembangunan nasional merupakan tujuan
akhir (goal) yang ingin dicapai dari Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019;
b. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional ditetapkan
berdasarkan permasalahan, tantangan dan isu strategis
yang telah teridentifikasi, skala prioritas RPJPN 2005-
2025 serta visi, misi dan program prioritas presiden
terpilih;
c. Sasaran Pokok Nasional yang telah ditetapkan menjadi
dasar bagi penentuan arah kebijakan dan strategi
pembangunan.
4. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional
a. Arah kebijakan pembangunan nasional merupakan
kebijakan utama yang diambil untuk menyelesaikan
permasalahan dan isu strategis yang telah
teridentifikasi dalam rangka mencapai sasaran yang
telah ditetapkan;
b. Arah kebijakan memuat strategi dan merupakan
kerangka pikir atau kerangka kerja sebagai dasar
penetapan Prioritas Nasional, Prioritas Bidang,
Program Lintas untuk mewujudkan Sasaran Pokok
Nasional yang telah ditetapkan;
c. Masing-masing Prioritas Nasional, Prioritas Bidang
memiliki sasaran yang ingin dicapai pada akhir
periode RPJMN 2014-2019, arah kebijakan dan
strategi pembangunan;
d. Setiap rantai hasil/pencapaian digunakan berbagai
indikator untuk mengukurnya, antara lain:
1) Pencapaian ...
-15-
3. Penetapan Sasaran Pokok Nasional
a. Sasaran pokok pembangunan nasional merupakan tujuan
akhir (goal) yang ingin dicapai dari Pembangunan Jangka
Menengah Nasional 2015-2019;
b. Sasaran Pokok Pembangunan Nasional ditetapkan
berdasarkan permasalahan, tantangan dan isu strategis
yang telah teridentifikasi, skala prioritas RPJPN 2005-
2025 serta visi, misi dan program prioritas presiden
terpilih;
c. Sasaran Pokok Nasional yang telah ditetapkan menjadi
dasar bagi penentuan arah kebijakan dan strategi
pembangunan.
4. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Nasional
a. Arah kebijakan pembangunan nasional merupakan
kebijakan utama yang diambil untuk menyelesaikan
permasalahan dan isu strategis yang telah
teridentifikasi dalam rangka mencapai sasaran yang
telah ditetapkan;
b. Arah kebijakan memuat strategi dan merupakan
kerangka pikir atau kerangka kerja sebagai dasar
penetapan Prioritas Nasional, Prioritas Bidang,
Program Lintas untuk mewujudkan Sasaran Pokok
Nasional yang telah ditetapkan;
c. Masing-masing Prioritas Nasional, Prioritas Bidang
memiliki sasaran yang ingin dicapai pada akhir
periode RPJMN 2014-2019, arah kebijakan dan
strategi pembangunan;
d. Setiap rantai hasil/pencapaian digunakan berbagai
indikator untuk mengukurnya, antara lain:
1) Pencapaian ...
-16-
1) Pencapaian Prioritas Nasional diukur dengan
indikator kinerja prioritas nasional (indikator
impact/dampak);
2) Program Lintas diukur dengan menggunakan
indikator kinerja Program Lintas (indikator
outcome antara/intermediate outcome);
3) Program diukur dengan indikator kinerja program
(indikator outcome langsung/immediate outcome);
4) Pencapaian Kegiatan diukur dengan indikator
kinerja kegiatan (indikator output).
Gambar 3 Level Indikator dalam Struktur Kebijakan
Indikator Kinerja Fokus Prioritas
e. Strategi Pembangunan Nasional merupakan cara yang
digunakan untuk melaksanakan arah kebijakan yang
telah ditetapkan;
f. Strategi pembangunan Nasional memuat program-
program dan kegiatan yang mendukung pencapaian
sasaran pembangunan nasional;
g. Alur ...
Prioritas Nasional
Program
Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan (Indikator Output)
Indikator Kinerja Program (Indikator Outcome Langsung)
Indikator Kinerja Prioritas Nasional (Indikator Dampak)
Program Lintas
Indikator Kinerja Program Lintas (Indikator Outcome Antara)
-17-
g. Alur perumusan struktur kebijakan (policy structure)
dalam perumusan arah kebijakan pembangunan
nasional RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Gambar 4
Alur Perumusan Arah Kebijakan Pembangunan
D. Kerangka Kerja Logis dalam Penyusunan Program dan Kegiatan
1. Kerangka kerja logis merupakan kerangka pikir secara logis
yang mengaitkan berbagai tahapan atau kegiatan dan
memberikan pemetaan untuk pencapaian misi suatu
program/kegiatan;
2. Kerangka kerja logis menjelaskan tujuan dan sasaran dari
kebijakan ataupun program, dan aliran kontribusi
pencapaian hasil kinerja dari setiap tahap
program/kegiatan dalam pencapaian sasaran;
3. Kerangka kerja logis merupakan diagram/bagan yang
menggambarkan program/kegiatan saling terkait dan
bekerja dengan baik untuk mencapai sasaran
pembangunan ...
-17-
g. Alur perumusan struktur kebijakan (policy structure)
dalam perumusan arah kebijakan pembangunan
nasional RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut:
Gambar 4
Alur Perumusan Arah Kebijakan Pembangunan
D. Kerangka Kerja Logis dalam Penyusunan Program dan Kegiatan
1. Kerangka kerja logis merupakan kerangka pikir secara logis
yang mengaitkan berbagai tahapan atau kegiatan dan
memberikan pemetaan untuk pencapaian misi suatu
program/kegiatan;
2. Kerangka kerja logis menjelaskan tujuan dan sasaran dari
kebijakan ataupun program, dan aliran kontribusi
pencapaian hasil kinerja dari setiap tahap
program/kegiatan dalam pencapaian sasaran;
3. Kerangka kerja logis merupakan diagram/bagan yang
menggambarkan program/kegiatan saling terkait dan
bekerja dengan baik untuk mencapai sasaran
pembangunan ...
-18-
pembangunan, antara lain capaian sasaran Prioritas
Nasional;
4. Keterkaitan antara program/kegiatan dalam mendukung
pencapaian Prioritas Nasional adalah sebagai berikut:
Gambar 5 Struktur Kebijakan (Policy Structure) dan Kinerja
Pembangunan RPJMN 2015-2019
5. Keterkaitan sebagaimana dimaksud pada angka 4,
menunjukkan hubungan dari kegiatan menjadi hasil
dengan alur sebab akibat yang sederhana (satu arah) atau
kompleks (multi arah), sehingga kinerja suatu
program/kegiatan dapat diidentifikasi pada masing-masing
level, dan kinerja tersebut dapat diukur dengan lebih baik;
6. Kerangka kerja logis ini menggambarkan hubungan antara
input-proses-output-outcome dan impact dalam pelaksanaan
suatu program/kegiatan;
7. Penyusunan kerangka kerja logis dapat dilakukan melalui
langkah-langkah umum dengan menggunakan Kertas Kerja
Kerangka Kerja Logis;
8. Kerangka ...
-19-
8. Kerangka kerja logis diawali dengan mengidentifikasi
masalah yang ingin diselesaikan melalui program/kegiatan
dan merunut hingga outcome yang ingin dicapai;
9. Tahapan penerapan kerangka kerja logis adalah sebagai
berikut:
Gambar 6 Langkah Penerapan Kerangka Kerja Logis
a. Uraikan rasional dari program: Identifikasi permasalahan dan dampak yang diinginkan.
1) Identifikasi permasalahan yang dihadapi target
group/masyarakat dan penyebab permasalahan
yang mendorong perlunya program;
a) permasalahan yang menyebabkan program
dibutuhkan (kondisi awal, dapat ditunjukkan
dengan indikator baseline);
b) penyebab-penyebab permasalahan yang
telah diketahui;
c) pilih beberapa penyebab utama yang akan
ditangani oleh program ini sesuai dengan
kemampuan.
2) Tentukan ...
-20-
2) Tentukan dampak yang ingin dicapai dari
pelaksanaan program tersebut;
a) kembangkan pernyataan tentang dampak
yang diinginkan;
b) pernyataan dampak harus merefleksi situasi
yang hendak dicapai berkenaan dengan
permasalahan yang dihadapi.
3) Contoh konversi pernyataan Permasalahan
menjadi pernyataan Dampak.
Permasalahan: Rendahnya tingkat kesehatan ibu
dan anak. Hal ini ditunjukkan oleh tingginya
Angka Kematian Ibu dan Bayi, rendahnya status
kesehatan dan gizi pada ibu hamil/menyusui,
bayi dan balita serta rendahnya tingkat
keberlanjutan pelayanan kesehatan pada ibu dan
anak.
Penyebab utama permasalahan yang dipilih
untuk diselesaikan adalah:
a) masih terbatasnya pengetahuan dan
keterampilan tentang kesehatan ibu, bayi
dan balita baik masyarakat maupun tenaga
pelayanan kesehatan.
b) rendahnya penanganan masalah gizi pada
ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita.
Dampak: Meningkatnya derajat kesehatan ibu
dan anak melalui peningkatan kesehatan ibu,
bayi dan balita, dengan adanya peningkatan
pengetahuan dan keterampilan dikalangan
masyarakat maupun tenaga kesehatan serta
Peningkatan ...
-21-
peningkatan penanganan masalah gizi pada ibu
hamil/menyusui, bayi dan balita.
b. Buatlah rantai sebab-akibat dari outcome yang menghasilkan dampak yang diperlukan untuk menangani situasi (permasalahan):
1) menyusun rangkaian sebab-akibat dari
outcome/manfaat langsung dan manfaat antara
yang dibutuhkan untuk menangani
kondisi/masalah dan mencapai dampak yang
diinginkan.
2) Outcome antara (Intermediate Outcome)
merupakan rangkaian manfaat yang menuju pada
dampak, dengan ketentuan: a) Outcome antara merupakan manfaat yang
terkait dengan penyebab yang akan
ditangani.
b) Outcome antara disusun dengan
mengkonversikan kendala ke dalam
pernyataan manfaat yang positif.
Contoh outcome antara:
Jika rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak
adalah penyebabnya maka outcome/manfaat yang
diinginkan adalah peningkatan kesehatan ibu dan
anak (proses yang sama seperti mengkonversi
permasalahan menjadi dampak).
3) Outcome Langsung (Immediate Outcome) adalah
manfaat yang merupakan efek langsung dari hasil
program. Manfaat langsung berkaitan dengan apa
yang harus dicapai oleh program sehingga
manfaat antara dapat tercapai.
c. Uraikan ...
-22-
c. Uraikan apa yang dilakukan program untuk mencapai setiap manfaat.
1) Output adalah berbagai produk atau layanan
tangible yang disalurkan oleh suatu program agar
berkontribusi kepada pencapaian berbagai
tahapan outcome/manfaat program.
2) Kegiatan (proses) adalah segala sesuatu yang
dilakukan program untuk mencapai
outcome/manfaat. Hal ini termasuk program dan
pelayanan publik, dan mendukung pelaksanaan
seluruh kegiatan manajemen organisasi yang
diperlukan untuk program dan pelayanan.
3) Input adalah sumber daya, baik manusia, dana
dan lainnya yang digunakan untuk menghasilkan
output.
d. Uraikan kondisi yang diinginkan (kriteria sukses) dari setiap dampak, outcome, output dan input.
1) berdasarkan dampak, outcome, output, dan input
yang telah disusun maka perlu ditetapkan kriteria
keberhasilan yang diinginkan, misalnya terkait
kuantitas, kualitas, standar yang digunakan,
timeliness, dan sebagainya.
2) Untuk mengidentifikasi kriteria keberhasilan,
dapat dilakukan beberapa hal berikut :
a) mendefinisikan terminologi dari outcome,
proses, output dalam suatu pernyataan;
b) menentukan what, with whom, when, where,
how, why? dari masing-masing
tahapan/proses;
c) melakukan ...
-23-
c) melakukan konsultasi dengan para
stakeholder (siapa saja stakeholder dan apa
yang merupakan concern mereka).
e. Identifikasi indikator-indikator kinerja yang relevan untuk setiap kriteria sukses.
1) Berdasarkan kriteria sukses sebagaimana
dimaksud pada huruf d, disusun indikator kinerja
yang tepat, yang relevan dengan kriteria sukses
tersebut, baik untuk level dampak, outcome,
output maupun input;
2) Indikator yang digunakan harus dapat diukur
dan dipertanggungjawabkan;
3) Setiap indikator, baik ukuran kuantitatif maupun
kualitatif, sudah tersedia informasi tentang jenis
data-data yang akan digali, sumber data, dan
cara mendapatkan data tersebut;
4) Indikator yang tepat harus memenuhi kriteria
Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan
Time-Bound (SMART).
D.1 Kriteria Indikator Kinerja
1. Indikator kinerja merupakan variabel kuantitatif atau
kualitatif untuk mengukur pencapaian kemajuan atau
perubahan yang terjadi akibat dari suatu intervensi yang
dilakukan, dan digunakan untuk mengukur atau menilai
pencapaian kinerja (kualitas kerja) suatu organisasi atau
agen pembangunan;
2. Penetapan indikator kinerja penting untuk mendukung
pelaksanaan rencana, pengukuran kinerja dan kepastian
akuntabilitasnya;
3. Dokumen ...
-24-
3. Dokumen perencanaan yang akuntabel mempunyai
sasaran dan indikator kinerja yang relevan dan tepat,
konsistensi dan koherensi serta ketepatan penetapan
indikator capaian kinerja sesuai hierarkinya, dimulai dari
dampak, outcome, output, dan input;
4. Dalam menyusun indikator kinerja perlu untuk
mempertimbangkan kriteria indikator kinerja SMART
sebagai berikut:
a. Specific/Spesifik (S)
Terdefinisikan dengan jelas dan fokus sehingga tidak
menimbulkan multitafsir. Hanya mengukur unsur
indikator (output, outcome, atau dampak) yang
memang ditujukan untuk mengukur dan tidak ada
unsur-unsur lain dalam indikator tersebut.
b. Measurable/Terukur (M)
Dapat diukur dengan skala penilaian tertentu
(kuantitas atau kualitas). Untuk jenis data dalam
bentuk kualitas dapat dikuantitatifkan dengan
persentase atau nominal. Terukur juga berarti dapat
dibandingkan dengan data lain dan jelas
mendefinisikan pengukuran, artinya data yang
dikumpulkan oleh orang yang berbeda pada waktu
yang berbeda adalah konsisten.
c. Attributable/Achievable/Accountable/Attainable (A)
Dapat dicapai dengan biaya yang masuk akal dan
dengan metode yang sesuai, serta berada di dalam
rentang kendali/akuntabilitas dan kemampuan unit
kerja dalam mencapai target kinerja yang ditetapkan.
Kredibel dalam kondisi yang diharapkan. Indikator
dapat diperoleh dengan program atau kegiatan itu
sendiri ...
-25-
sendiri dan tidak bergantung pada data eksternal.
Indikator harus diterapkan dan dicapai oleh sumber
daya internal program atau kegiatan. Indikator juga
harus sudah disepakati dalam pengertian umum.
d. Result-Oriented/Relevant (R)
Terkait secara logis dengan program/kegiatan yang
diukur, tupoksi serta realisasi tujuan dan sasaran
strategis organisasi.
e. Time-Bound (T)
Memperhitungkan rentang waktu pencapaian, untuk
analisa perbandingan kinerja dengan masa-masa
sebelumnya. Dapat dilakukan dalam jangka waktu
tertentu.
D.2 Pendekatan Penentuan Indikator Outcome
1. Penetapan Indikator Outcome dari Perubahan Atas Pelaksanaan Berbagai Kegiatan (Penyusunan Indikator Outcome Berdasarkan Kerangka Kerja Logis)
a. Capaian indikator outcome menandakan capaian
perubahan yang diharapkan sebagai hasil dari
pelaksanaan berbagai kegiatan.
b. Indikator outcome merupakan tolak ukur sejauh
mana tujuan program telah dicapai.
c. Indikator outcome dapat ditetapkan dengan
mengukur resultan berbagai indikator outcome
langsung dari berbagai kegiatan.
Gambar 7 ...
-26-
Gambar 8 Contoh Indikator Outcome dari Pelaksanaan
Berbagai Kegiatan
Gambar 7 Indikator Outcome dari Pelaksanaan Berbagai Kegiatan
DAMPAK Peningkatan Kualitas Hidup, kesejahteraan dan independensi
Mortalitas, Morbiditas, Disabilitas
INDIKATOR OUTCOME ANTARA Pola hidup sehat
Pelayanan kesehatan yang
efektif
Lingkungan yang sehat
INDIKATOR OUTCOME LANGSUNG
Kesadaran akan pentingnya kesehatan
Pengaruh dan kegiatan sosial
Penerapan kebijakan dan
organisasi kesehatan
KEGIATAN Edukasi kesehatan bagi masyarakat
Penyediaan fasilitas
kesehatan bagi masyarakat
Advokasi kesehatan oleh
pemerintah
2. Indikator ...
-27-
2. Indikator Outcome dari Data Primer atau Data Sekunder a. Indikator outcome dapat ditetapkan dengan
menggunakan data primer atau data sekunder
berupa nilai/besaran/indeks yang diperoleh
melalui penelitian/survey.
b. Penelitian atau survey dapat dilakukan oleh
lembaga tertentu (antara lain Kementerian/
Lembaga, Organisasi Independen, Badan
Internasional, dll).
c. Beberapa contoh indikator outcome hasil
penelitiam atau survey antara lain Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG), Angka Kematian Ibu
Melahirkan (AKI), dan Angka Partisipasi Kasar
(APK).
d. Berbagai lembaga Internasional memiliki
referensi terkait indikator yang dapat digunakan,
antara lain: (1) Laporan-laporan pencapaian
MDGs, (2) UNDPs Human Development Index,
target Pembangunan Manusia Berkelanjutan
(Sustainable Human Development Goals), (3) the
World Bank Report, misalnya: Handbook
Pembangunan Pedesaan, dan (4) IMF, Financial
Soundness Indicators.
Gambar 9 ...
-28-
3. Menetapkan Indikator Outcome dari Output Terpenting a. Penggunaan indikator outcome dengan
menggunakan indikator terpenting hanya
dilakukan jika indikator outcome tidak dapat
Gambar 9 Indikator Outcome dalam Bentuk Data Primer/Data
Sekunder
Gambar 10 Contoh Indikator Outcome dalam Bentuk Data Sekunder
ditentukan ...
Indikator Outcome merupakan Pemanfaatan Hasil Survey
OUTCOME
Output 1 Indikator output 1
Output 2 Indikator output 2
Output 3 Indikator output 3
Indikator Outcome merupakan Composite Index dari Indikator Output
Indeks Gabungan (Composite Indexes) diperoleh dengan membobot output
OUTCOME Indikator : (I = ƩPt/ƩPt-1 x 100)
Output 1 Indikator
output 1 : (Pta)
Output 2 Indikator
output 2 : (Ptb)
Output 3 Indikator
output 3: (Ptc)
-29-
Gambar 11 Indikator Outcome merupakan Beberapa Indikator Output Terpenting
ditentukan dengan menggunakan 2 (dua)
pendekatan sebelumnya ataupun pendekatan
lainnya.
b. Indikator outcome ditetapkan dengan
menggunakan beberapa indikator output yang
dianggap penting dari berbagai kegiatan.
c. Indikator output yang dianggap penting tersebut
adalah indikator yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap pencapaian indikator outcome.
Bab III ...
-30-
BAB III SUBSTANSI DAN STRUKTUR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL 2015-2019
A. RPJPN 2005-2025 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
2005-2025 bertujuan untuk menciptakan masyarakat yang
terlindungi, sejahtera, cerdas dan berkeadilan.
2. Dalam rangka mencapai visi tersebut maka dilakukan
upaya-upaya ideal melalui 8 (delapan) misi pembangunan,
yaitu: (1) Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia,
bermoral, beretika, berbudaya dan beradab, (2)
Mewujudkan bangsa yang berdaya saing, (3) Mewujudkan
masyarakat demokratis berlandaskan hukum, (4)
Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu, (5)
Mewujudkan pemerataan pembangunan dan keadilan, (6)
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari, (7) Mewujudkan
Indonesia menjadi Negara Kepulauan yang mandiri, maju,
kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, dan (8)
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan
dunia internasional.
3. Pencapaian sasaran pokok RPJPN 2005-2025 pada masing-
masing misi pembangunan tersebut, dilakukan melalui
tahapan dan skala prioritas pembangunan jangka
menengah.
4. Misi pembangunan sebagaimana dimaksud pada angka 3,
di dalam setiap tahap rencana pembangunan jangka
menengah dijabarkan arah pembangunan dan sasaran
pokok 5 (lima) tahunannya.
5. Tahapan ...
-31-
5. Tahapan pembangunan dalam RPJPN adalah sebagai
berikut:
6. Sesuai dengan RPJPN 2005-2025 prioritas pembangunan
RPJMN 2015-2019 adalah pemantapan pembangunan secara menyeluruh dengan penekanan pada pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian
berbasis:
a. Keunggulan Sumber Daya Alam.
b. Kualitas Sumber Daya Manusia.
c. Kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
7. Keunggulan SDA, SDM yang berkualitas dan penguasaan
Iptek akan dapat meningkatkan daya saing ekonomi
nasional menuju pembangunan berkelanjutan, inklusif dan
berkeadilan sehingga tercapai tujuan akhir nasional, yaitu
peningkatan kesejahteraan rakyat.
RPJMN 1 (2005-2009)
Menata kembali NKRI, membangun Indonesia yang aman dan damai, adil dan demokratis, dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik.
RPJMN 2 (2010-2014)
Memantapkan penataan kembali NKRI, meningkatkan kualitas SDM, membangun kemampuan Iptek, memperkuat daya saing perekonomian.
RPJMN 3 (2015-2019)
Memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan Iptek.
RPJMN 4 (2020-2025)
Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan keunggulan kompetitif.
8. Pencapaian ...
-32-
8. Pencapaian tujuan tersebut dilakukan melalui strategi
pembangunan dari 9 (sembilan) Bidang Pembangunan
RPJPN 2005-2025 yaitu: (1) Sosial Budaya dan Kehidupan
Beragama, (2) Ekonomi, (3) Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi, (4) Politik, (5) Pertahanan dan Kemanan, (6)
Hukum dan Aparatur, (7) Pembangunan Wilayah dan Tata
Ruang, (8) Penyediaan Sarana dan Prasarana, dan (9)
Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup.
9. Kerangka pembangunan berkelanjutan dalam RPJMN
2015-2019 digambarkan sebagai berikut :
Gambar 12 Kerangka Penyusunan RPJMN 2015-2019: Pembangunan
Berkelanjutan, Inklusif dan Berkeadilan
B. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan
1. Arah kebijakan merupakan kebijakan utama yang diambil
untuk menyelesaikan permasalahan dan isu strategis
dalam rangka mencapai sasaran pembangunan, yaitu
perubahan ...
-33-
perubahan kondisi yang ingin dicapai pada 5 (lima) tahun
ke depan.
2. Arah kebijakan memuat strategi sebagai dasar penetapan
Prioritas pembangunan nasional.
3. Strategi pembangunan merupakan cara yang digunakan
untuk melaksanakan arah kebijakan yang telah ditetapkan.
Strategi pembangunan dilaksanakan melalui pelaksanaan
program dan kegiatan pada masing-masing Prioritas
Nasional/Bidang Pembangunan.
4. Prioritas Nasional adalah penjabaran visi, misi, dan
program prioritas Presiden dan Wakil Presiden terpilih
untuk periode 2015-2019 yang telah dicanangkan
semenjak masa kampanyenya, dan mempertimbangkan
hal-hal penting lainnya.
5. Keberhasilan capaian Prioritas Nasional diukur
menggunakan indikator dampak/impact.
6. Keberhasilan pencapaian Prioritas Nasional tidak hanya
ditentukan oleh kinerja pemerintah tapi juga pelaku
pembangunan lainnya, seperti pihak swasta dan
masyarakat.
7. Penentuan Prioritas Nasional dilakukan berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
a. Prioritas dalam konteks sasaran RPJPN 2005-2025
tahap ke-3 yaitu RPJMN periode 2015-2019 dan
Prioritas terkait dengan kondisi saat ini.
b. Visi, Misi, dan Program Prioritas Presiden Terpilih,
yang merupakan agenda pembangunan nasional
utama yang perlu mendapatkan dukungan dan
menjadi prioritas keberhasilan pemerintahan dalam 5
tahun ke depan.
c. Kebijakan ...
-34-
c. Kebijakan prioritas pembangunan pada tahap RPJMN
2010-2014 yang belum tuntas penyelesaiannya serta
perlu untuk diteruskan dalam periode selanjutnya.
8. Prioritas Nasional dapat dijabarkan ke dalam Program
Lintas yang bersifat lintas program, lintas K/L, lintas
bidang atau lintas wilayah.
9. Program Lintas terdiri dari beberapa kegiatan prioritas
K/L atau lintas K/L yang dikelompokkan berdasarkan
karakteristik tertentu dalam rangka mendukung
pencapaian sasaran Prioritas Nasional.
10. Program lintas ditetapkan oleh Bappenas dan memiliki
sasaran, target dan indikator kinerja.
11. Untuk program yang bersifat lintas K/L maka perencanaan
dan pelaksanaannya membutuhkan koordinasi antar K/L.
Koordinator program lintas ditentukan oleh Bappenas
berdasarkan pertimbangan: (a) K/L yang dominan
kegiatannya; (b) Kementerian Koordinator, atau (c)
Bappenas.
12. Prioritas Bidang merupakan kebijakan yang diambil untuk
mencapai sasaran bidang pembangunan melalui
pelaksanaan program dan kegiatan prioritas yang
dikelompokkan kedalam beberapa Program Lintas.
C. Pengarusutamaan Pembangunan
1. Pengarusutamaan pembangunan (mainstreaming) adalah
isu utama yang membutuhkan perhatian khusus yang
melibatkan program/kegiatan Lintas Bidang dan atau
lintas K/L.
2. Pengarusutamaan pembangunan dimaksudkan untuk
mensinergikan suatu isu ke dalam proses pembangunan di
setiap Bidang dan atau program/kegiatan.
3. Pengarusutamaan ...
-35-
3. Pengarusutamaan terintegrasi ke dalam program/kegiatan
Lintas Bidang dan atau K/L dalam bentuk indikator
outcome/output untuk isu pengarusutamaan tertentu.
4. Pengarusutamaan menjadi landasan operasional
pembangunan di tingkat pusat dan daerah.
5. Penerapan pengarusutamaan akan menghasilkan
kebijakan publik yang lebih efektif untuk mewujudkan
pembangunan yang lebih adil dan merata.
6. Untuk memastikan pelaksanaan pengarusutamaan di
Bidang dan atau program/kegiatan pembangunan, perlu
ditunjuk koordinator untuk masing-masing isu
pengarusutamaan.
7. Koordinator bersama dengan Kementerian/Lembaga
pelaksana terkait menyepakati sasaran utama
pengarusutamaan dan rencana tindak yang akan
dilakukan serta indikator capaian outcomes
program/output kegiatan.
8. Masing-masing Kementerian/Lembaga pelaksana
berkewajiban untuk melaporkan capaian
pengarusutamaannya yang telah dilaksanakan secara
berkala kepada Koordinator Pengarusutamaan.
D. Kerangka Ekonomi Makro
1. Rumusan strategi pembangunan nasional yang mencakup
ekonomi makro untuk menjadi bahan dalam perumusan
arah kebijakan pembangunan nasional jangka menengah.
2. Kerangka ekonomi makro memuat gambaran umum
perekonomian secara menyeluruh, termasuk arah
kebijakan fiskal untuk periode jangka menengah 2015-
2019.
E. Kaidah ...
-36-
E. Kaidah Pelaksanaan
1. Kerangka Pendanaan, memuat sumber-sumber
pendanaan yang bisa digunakan dalam pembangunan, tata
cara optimalisasi penggunaan sumber dana dan
peningkatan kualitas belanja.
2. Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan
regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong maupun
mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan
penyelenggara negara dalam rangka mewujudkan tujuan
bernegara. Perencanaan kerangka regulasi sejak awal
perencanaan dimaksudkan untuk :
a. mengarahkan proses perencanaan pembentukan
peraturan perundang-undangan agar sesuai dengan
kebutuhan pembangunan;
b. meningkatkan kualitas peraturan perundang-
undangan dalam rangka mendukung pencapaian
prioritas pembangunan; dan
c. meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk
keperluan pembentukan peraturan perundang-
undangan.
d. Ketentuan lebih lanjut mengenai kerangka regulasi
dapat dilihat dalam Petunjuk Pelaksanaan
Penyusunan Kerangka Regulasi.
3. Kerangka Kelembagaan menjadi upaya untuk melakukan
penataan kelembagaan agar pemerintah memiliki fungsi
dan kewenangan yang tepat, aturan main dan hubungan
kerja inter dan antar lembaga yang sinergis, serta didukung
oleh kualitas aparatur sipil negara yang profesional dan
berintegritas. Dengan demikian kelembagaan pemerintah
akan sejalan dengan visi pembangunan nasional dan dapat
melaksanakan ...
-37-
melaksanakan kebijakan/rencana pembangunan dengan
efektif dan efisien.
Ketentuan lebih lanjut tentang penyusunan kerangka
kelembagaan dalam RPJMN menjadi anak lampiran dan
bagian yang tidak terpisahkan dari Petunjuk Pelaksanaan
Penyusunan RPJMN 2015-2019.
4. Kerangka Evaluasi memberikan gambaran tata cara
evaluasi kinerja pembangunan secara menyeluruh dalam
rangka mengetahui dan menilai dengan pasti pencapaian
rencana pembangunan, kemajuan dan kendala yang
dihadapi dalam pelaksanaan rencana pembangunan serta
tindak lanjut yang diperlukan dalam rangka perbaikan
rencana pembangunan dimasa yang akan datang.
F. Buku RPJMN 2015-2019
Buku RPJMN 2015-2019 terdiri dari tiga (3) buku yang saling
terkait.
1. Buku I RPJMN memuat Prioritas Nasional, Program
Lintas, dan program/kegiatan Prioritas Nasional. Buku I
mencerminkan Platform Presiden sehingga Prioritas
Nasional dapat bersifat lintas bidang dan atau sama dengan
Prioritas Bidang. Namun pada saat penyusunan rancangan
teknokratik RPJMN, karena Prioritas Nasional belum
ditentukan maka Prioritas pembangunan pada Buku I
dipilih dari isu-isu strategis utama 9 (sembilan) Bidang
Pembangunan.
2. Buku II RPJMN memuat Prioritas Bidang, Program Lintas,
dan program/kegiatan Prioritas Bidang. Satu bidang dapat
berkontribusi terhadap lebih dari satu Prioritas Nasional.
3. Buku ...
-38-
3. Buku III RPJMN berisi rencana pengembangan wilayah
pulau, dan sinergi pembangunan pusat-daerah dan antar
daerah. Buku III merumuskan rencana pembangunan
Bidang/K-L untuk mendukung arah pengembangan pulau
dengan basis wilayah Provinsi, sehingga secara
komprehensif dapat terlihat program-program yang akan
dilaksanakan oleh Nasional di masing-masing Provinsi.
G. OUTLINE BUKU RPJMN 2015-2019
1. OUTLINE BUKU I : PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
BAB I : PENDAHULUAN Merupakan gambaran mengenai RPJMN 2015-2019 yang terkait
dengan RPJPN 2005-2025 dan visi, misi dan program Presiden
terpilih. Pendahuluan juga menjelaskan tentang tujuan RPJMN,
dan deskripsi Buku I, Buku II, dan Buku III yang merupakan
satu kesatuan dalam RPJMN 2015-2019. BAB II : RPJPN 2005-2025 1.1 Visi dan Misi RPJPN 2005-2025 Berisi uraian mengenai visi dan misi RPJPN 2005-2025 dan
strategi pencapaian visi dan misi tersebut melalui skala
prioritas utama dalam pentahapan RPJMN.
1.2 Arah Pembangunan Jangka Menengah ke-3 (2015-2019) Berisi arah kebijakan pembangunan pada RPJMN tahap
ke-3 (2015-2019). BAB III : KONDISI UMUM Menjelaskan tentang pencapaian pembangunan periode 2010-
2014 dan permasalahan utama yang terindentifikasi dan harus
diselesaikan ...
-39-
diselesaikan selama periode 2015-2019. Bab ini juga antara lain
menjelaskan tentang tantangan utama yang akan dihadapi 5
tahun kedepan dan lingkungan strategis yang berisi isu
nasional dan isu global yang perlu dipertimbangkan dalam
rangka mencapai sasaran pokok pembangunan.
BAB IV : KERANGKA EKONOMI MAKRO
Memberi penjelasan tentang gambaran umum ekonomi secara
menyeluruh termasuk gambaran ekonomi makro pada RPJMN
periode sebelumnya, proyeksi ekonomi, keuangan negara dan
arah kebijakan fiskal pada RPJMN 2015-2019.
4.1 Kondisi Ekonomi 2014 Merupakan gambaran kondisi ekonomi makro pada tahun
2014.
4.2 Prospek Ekonomi 2015-2019 Merupakan gambaran proyeksi ekonomi Indonesia tahun
2015-2019. Bagian ini membahas hal-hal yang akan
menjadi prospek dan hal-hal yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2015-2019.
4.3 Keuangan Negara dan Kebijakan Fiskal Menjelaskan tentang arah kebijakan fiskal dan perkiraan
pendapatan dan belanja negara.
BAB V : SASARAN, ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL
Berisi sasaran pokok/utama pembangunan nasional selama 5
tahun ke depan, disertai dengan arah kebijakan pembangunan
pada RPJMN tahap ke-3 (2015-2019) dan strategi pembangunan
secara umum dengan penekanan pada Pembangunan
Berkelanjutan, Inklusif dan Berkeadilan.
5.1 Visi Indonesia
5.2 Misi Pembangunan Nasional
5.3 Sasaran ...
-40-
5.3 Sasaran Pokok Pembangunan Nasional 5.4 Prioritas Nasional
Prioritas Nasional berisi Prioritas Nasional untuk periode
2015-2019. Prioritas Nasional tersebut merupakan
perumusan dan penjabaran yang lebih operasional dari Visi
dan Misi pembangunan nasional 2015-2019 sehingga lebih
mudah untuk diimplementasikan dan diukur tingkat
keberhasilannya.
5.4.1. Prioritas Nasional 1 : .................................... 5.4.1.1. Sasaran (Impact)
5.4.1.2. Arah Kebijakan dan Strategi
Pembangunan
5.4.2. Prioritas Nasional 2 : ................................... 5.4.3. Prioritas Nasional 3 : ...................................
dst.
BAB VI : KEGIATAN STRATEGIS NASIONAL
Kegiatan strategis nasional merupakan kegiatan-kegiatan
Kementerian/Lembaga yang dipilih untuk menjadi kegiatan
prioritas berdasarkan platform Presiden dan pertimbangan
penting lainnya, antara lain :
1. Kegiatan yang paling utama atau penting.
2. Kegiatan dengan anggaran besar.
3. Kegiatan yang memiliki dampak yang besar.
4. Kegiatan lintas bidang dan atau lintas wilayah.
5. Kegiatan yang merupakan Direktif Presiden.
Kegiatan strategis nasional ini dikelompokkan berdasarkan
Prioritas Nasional dan dituangkan dalam bentuk matrik sebagai
berikut :
Gambar 13...
-41-
Gambar 13 Daftar Kegiatan Strategis Nasional dalam RPJMN 2015-2019
No Kegiatan Strategis Nasional
Sasaran Output
Indikator Target Pagu Anggaran
Program K/L Terkait
Lokasi
PRIORITAS NASIONAL 1 : .............................................
PRIORITAS NASIONAL 2 : .............................................
Masing-masing kegiatan strategis tersebut perlu didetailkan ke
dalam infomasi kegiatan, yang memuat informasi tentang nama
kegiatan/program, waktu pelaksanaan, lokasi, K/L penanggung
jawab, instansi terkait dan informasi penting lainnya, sebagai
berikut :
Gambar 14 ...
-42-
Gambar 14 Informasi Detail Kegiatan Strategis Nasional
BAB VII : KAIDAH PELAKSANAAN
7.1 Kerangka Pendanaan
Kerangka pendanaan memuat kebijakan pendanaan secara
umum, sumber-sumber pendanaan yang bisa digunakan
dalam pembangunan, tata cara optimalisasi penggunaan
sumber dana dan peningkatan kualitas belanja termasuk
didalamnya kebijakan transfer ke daerah.
1. Kegiatan : 2. Program : 3. Waktu Pelaksanaan : 4. Lokasi : 5. K/L Penanggungjawab : 6. Instansi Terkait : 7. Latar Belakang (Permasalahan)
________________________________________________________________________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________
8. Ruang Lingkup Kegiatan
____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ________________________________________________________________________________________________________________________
9. Output dan Outcome
a. Output : b. Outcome :
10. Regulasi Terkait ________________________________________________________________________________________________________________________
11. Pendanaan
RUPIAH MURNI PHLN
TOTAL :
7.2 Kerangka ...
-43-
7.2 Kerangka Regulasi
Berisi tentang prinsip-prinsip/koridor kerangka regulasi
dan cara penerapannya pada masing-masing bidang
pembangunan. Pada prinsipnya bagian ini menjelaskan
mengenai substansi kerangka regulasi dan tata cara untuk
merumuskannya.
7.3 Kerangka Kelembagaan
Berisi tentang prinsip-prinsip/koridor tentang tatanan
kelembagaan yang efektif dan efisien dalam rangka
melaksanakan pembangunan.
7.4 Kerangka Evaluasi
Berisi tentang prinsip-prinsip/koridor kerangka evaluasi
dan tata cara penerapan evaluasi kinerja pembangunan.
BAB VIII : PENUTUP
Lampiran : Matriks Prioritas Nasional
2. OUTLINE ...
-44-
2. OUTLINE BUKU II : PRIORITAS PEMBANGUNAN BIDANG
BAB I : PENGARUSUTAMAAN DAN PEMBANGUNAN LINTAS BIDANG
1.1 Arah Kebijakan dan Strategi Pengarusutamaan Menjelaskan arah kebijakan dan strategi pembangunan
yang bersifat pengarusutamaan. Pengarusutamaan
dilakukan dengan cara yang terstruktur dengan kriteria
sebagai berikut: (1) pengarusutamaan bukanlah
merupakan upaya yang terpisah dari kegiatan
pembangunan sektoral; (2) pengarusutamaan tidak
mengimplikasikan adanya tambahan pendanaan (investasi)
yang signifikan; dan (3) pengarusutamaan dilakukan pada
semua sektor terkait namun diprioritaskan pada sektor
penting yang terkait langsung dengan isu-isu
pengarusutamaan.
1.1.1 Pengarusutamaan 1
1.1.1.1 Permasalahan dan Isu Strategis
Menggambarkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi saat ini
dan perkiraan masalah yang akan
dihadapi dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun ke depan serta menjelaskan isu
strategis pengarusutamaan.
1.1.1.2 Sasaran (impact)
Memuat sasaran utama pembangunan
pengarusutamaan yang ingin dicapai
dalam rangka mencapai tujuan utama
pada 5 (lima) tahun ke depan.
1.1.1.3 Arah Kebijakan dan Strategi
Arah ...
-45-
Arah Kebijakan menjelaskan tentang
kebijakan umum yang diambil oleh
pemerintah untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi dan
sasaran yang ingin dicapai. Arah
kebijakan memuat strategi
pembangunan yang berisi program-
program atau kegiatan-kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan dalam
rangka mencapai sasaran
pembangunan.
1.1.2 Pengarusutamaan 2
dst. 1.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Lintas Bidang
Memuat penjelasan tentang isu-isu lintas bidang, yang
mencakup juga arah kebijakan dan strategi pembangunan
lintas bidang. Masing-masing isu lintas bidang perlu
ditunjuk koordinatornya. Koordinator Lintas Bidang
bersama dengan Kementerian/Lembaga pelaksana terkait
menyepakati sasaran utama lintas bidang dan rencana
tindak yang akan dilakukan serta indikator capaian
outcome program. Masing-masing Kementerian/Lembaga
pelaksana berkewajiban untuk melaporkan capaian
program yang telah dilaksanakan secara berkala kepada
Koordinator.
Arah kebijakan dan strategi pembangunan lintas bidang,
memuat hal-hal sebagai berikut :
1.2.1. Lintas Bidang 1
1.2.1.1. Permasalahan dan Isu Strategis
1.2.1.2. Sasaran (Impact)
1.2.1.3 Arah ...
-46-
1.2.1.3. Arah Kebijakan dan Strategi
Pembangunan
1.2.1.4. Kerangka Pendanaan
1.2.1.5. Kerangka Regulasi dan Kerangka
Kelembagaan
1.2.2. Lintas Bidang 2
dst.
BAB II : BIDANG SOSIAL BUDAYA DAN KEHIDUPAN BERAGAMA
2.1 Permasalahan dan Isu strategis
2.2 Sasaran Bidang (Impact)
2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Bidang
2.4 Kerangka Pendanaan
2.5 Kerangka Regulasi dan Kerangka Kelembagaan
BAB III : BIDANG EKONOMI BAB IV : BIDANG ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI BAB V : BIDANG POLITIK BAB VI : BIDANG PERTAHANAN DAN KEMANAN BAB VII : BIDANG HUKUM DAN APARATUR BAB VIII : BIDANG PEMBANGUNAN WILAYAH DAN TATA RUANG BAB IX : BIDANG PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA, BAB X : BIDANG PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN
LINGKUNGAN HIDUP
Setiap Bidang Pembangunan harus dibuatkan kerangka pikir
logis yang menggambarkan alur logika mulai dari program lintas,
prioritas bidang, dampak dan goal (tujuan akhir) yang
diharapkan dengan gambar sebagai berikut :
Gambar 16 ...
-47-
Lampiran Buku II: 1. Matrik Lintas Bidang
2. Matrik Prioritas Bidang
3. Matrik Pembangunan Jangka Menengah Per Kementerian/Lembaga
Gambar 16 Gambar Kerangka Pikir Pembangunan Bidang
GAMBAR 17 ...
-48-
GAMBAR 19 …
-49-
2. OUTLINE BUKU III : PENGEMBANGAN WILAYAH
BAB I : ARAH KEBIJAKAN NASIONAL PENGEMBANGAN WILAYAH TAHUN 2015-2019 1.1 Pendahuluan
1.2 Sasaran Pokok Pengembangan Wilayah
1.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah
1.3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Tata Ruang Wilayah
Nasional (Darat, Laut dan Pesisir)
1.3.2. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Otonomi Daerah
1.3.3. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Kawasan Strategis
1.3.4. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah
Perkotaan
1.3.5. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah
Perdesaan
1.3.6. Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan
Kawasan Perbatasan dan Daerah Tertinggal
1.3.7 Arah ...
-50-
1.3.7. Arah Kebijakan dan Strategi Pemerataan Pelayanan
Dasar
1.4 Sinergi Pusat-Daerah dan Kerjasama Antardaerah
1.5 Kerangka Pendanaan
1.6 Kerangka Regulasi
1.7 Kerangka Kelembagaan
BAB II : PENGEMBANGAN WILAYAH PAPUA
2.1 Kondisi Umum
2.2 Sasaran Pengembangan Wilayah Papua
2.3 Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Wilayah Papua
2.3.1 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah Papua
2.3.1.1 Arah Kebijakan Pengembangan Tata Ruang
Wilayah (Darat, Laut dan Pesisir)
2.3.1.2 Arah Kebijakan Pengembangan Otonomi
Daerah
2.3.1.3 Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan
Strategis
2.3.1.4 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah
Perkotaan
2.3.1.5 Arah Kebijakan Pengembangan Wilayah
Perdesaan
2.3.1.6 Arah Kebijakan Pengembangan Kawasan
Perbatasan dan Daerah Tertinggal
2.3.2 Arah Kebijakan dan Strategi Pemenuhan Pelayanan
Dasar Wilayah Papua
2.3.3 Prioritas Program Pembangunan Wilayah Papua
2.4 Kerangka Regulasi
2.5 Kerangka Kelembagaan
BAB III ...
-51-
BAB III : PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU
BAB IV : PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA
BAB V : PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI
BAB VI : PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN
BAB VII : PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI
BAB VIII : PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA
Lampiran Buku III :
Matriks Sinkronisasi Pusat dan Daerah dalam Pencapaian
Prioritas Nasional (Matrik dibuat Per-Prioritas Nasional)
BAB IV …
-51-
BAB III : PENGEMBANGAN WILAYAH MALUKU
BAB IV : PENGEMBANGAN WILAYAH NUSA TENGGARA
BAB V : PENGEMBANGAN WILAYAH SULAWESI
BAB VI : PENGEMBANGAN WILAYAH KALIMANTAN
BAB VII : PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA-BALI
BAB VIII : PENGEMBANGAN WILAYAH SUMATERA
Lampiran Buku III :
Matriks Sinkronisasi Pusat dan Daerah dalam Pencapaian
Prioritas Nasional (Matrik dibuat Per-Prioritas Nasional)
BAB IV …
-52-
BAB IV PENUTUP
RPJMN merupakan acuan bagi seluruh komponen bangsa
dalam melaksanakan pembangunan dan mencapai visi dan misi
Indonesia. Oleh karena itu RPJMN harus disusun dengan baik,
mengikuti alur berfikir logis sehingga menunjukkan keterkaitan yang
jelas antar level kebijakan pembangunan dan keterkaitan antara
program/kegiatan dengan sasaran yang ingin dicapai.
Melalui panduan ini, diharapkan dapat menjaga keterkaitan
dan konsistensi antara sasaran, arah kebijakan dan strategi
pembangunan yang ada dalam dokumen Renstra K/L dan RPJMD
dengan yang ada dalam RPJMN 2015-2019.
Dengan diterbitkannya panduan ini, Kementerian
PPN/Bappenas berharap agar Tata Cara Penyusunan RPJMN 2014-
2015 dapat berjalan secara efektif, efisien dan akuntabel sesuai
arah sebagaimana tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Dengan demikian RPJMN 2015-2019 tersusun dengan baik, mudah
dilaksanakan dan mudah dievaluasi.
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SLAMET SENO ADJI
-1-
ANAK LAMPIRAN I PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 3 /JUKLAK/SESMEN/2014 TANGGAL 26 JUNI 2014
CONTOH WORKSHEET KERANGKA KERJA LOGIS:
Program Peningkatan Ketersediaan dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Ibu Terkait Proses Reproduksi
Serta Pelayanan Kesehatan Anak
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
Sasaran Prioritas:
Pernyataan DAMPAK/ Impacts
“Meningkatnya derajat kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, dengan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dikalangan masyarakat maupun tenaga kesehatan serta peningkatan penanganan masalah gizi pada ibu hamil/ menyusui, bayi dan balita”
Penurunan Angka Kematian Ibu
Menurunnya Angka Kematian Ibu sebesar 102 Per 100.000 kelahiran hidup pada 2019
Angka Kematian Ibu (AKI)
Penurunan Angka Kematian Bayi
Menurunnya Angka Kematian Bayi sebesar 23 Per 1.000 kelahiran hidup tahun
Angka Kematian Bayi (AKB)
Uraian ...
-1-
ANAK LAMPIRAN I PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 3 /JUKLAK/SESMEN/2014 TANGGAL 26 JUNI 2014
CONTOH WORKSHEET KERANGKA KERJA LOGIS:
Program Peningkatan Ketersediaan dan Keterjangkauan Pelayanan Kesehatan Ibu Terkait Proses Reproduksi
Serta Pelayanan Kesehatan Anak
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
Sasaran Prioritas:
Pernyataan DAMPAK/ Impacts
“Meningkatnya derajat kesehatan ibu dan anak melalui peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, dengan adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan dikalangan masyarakat maupun tenaga kesehatan serta peningkatan penanganan masalah gizi pada ibu hamil/ menyusui, bayi dan balita”
Penurunan Angka Kematian Ibu
Menurunnya Angka Kematian Ibu sebesar 102 Per 100.000 kelahiran hidup pada 2019
Angka Kematian Ibu (AKI)
Penurunan Angka Kematian Bayi
Menurunnya Angka Kematian Bayi sebesar 23 Per 1.000 kelahiran hidup tahun
Angka Kematian Bayi (AKB)
Uraian ...
-2-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
2019
dst dst dst
OUTCOME ANTARA (manfaat antara : rangkaian dari beberapa outcomes langsung):
Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita
Meningkatnya Angka Ibu Bersalin Sehat Sebesar 25% pada tahun 2018
Jumlah Ibu Bersalin dalam Keadaan Sehat
Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh tenaga kesehatan berkualitas
Tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat meningkat 75% pada tahun 2018
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) sebesar 90% pada tahun 2018
Persentase tenaga kesehatan yang bersertifikat
Persentase Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
dst dst dst
OUTCOME LANGSUNG (manfaat langsung : hasil yang bisa dikendalikan atau akibat langsung dari output)
(perubahan pada target
Meningkatnya kesadaran bagi kesehatan ibu dan anak
90% Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) pada tahun 2017
90% Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2017
Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus (KN)
Persentase Cakupan kunjungan bayi
Perbaikan gizi pada ibu hamil/menyu
90% ibu hamil/ menyusui,
Persentase ibu hamil/ menyusui, bayi dan
Uraian ...
-3-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
group masyarakat— perubahan yang diakibatkan langsung oleh output yang dihasilkan)
-sui, bayi dan balita
bayi dan balita dengan gizi baik pada tahun 2017
balita dengan gizi baik
Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang berkualitas
Meningkatnya tenaga kesehatan yang berkualitas sebesar 80% pada tahun 2017
Persentase tenaga kesehatan yang berkualitas
dst dst dst
OUTPUT:
(Keluaran yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan prioritas melalui pendanaan pemerintah)
Peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya peningkatan kualitas kesehatan.
100.000 masyarakat mengikuti sosialisasi dan meningkat pengetahuan nya pada akhir tahun 2017
Jumlah masyarakat yang meningkat penge- tahuannya karena sosialisasi
Peningkatan jumlah ibu hamil/ menyusui, bayi dan balita yang mendapat tambahan makanan bergizi
100.000 ibu hamil/menyu-sui mendapat tambahan gizi pada tahun 2017
100.000 bayi dan balita mendapat tambahan makanan bergizi 2017
Jumlah ibu hamil/ menyusui dengan masalah gizi
Jumlah bayi dan balita mendapat tambahan makanan bergizi
Peningkatan kapasitas Tenaga kesehatan
1500 Tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil pada tahun 2017
Jumlah tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil
dst dst dst
KEGIATAN PRIORITAS
Pelaksanaan sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Terselenggara nya sosialisasi kesehatan ibu dan anak di tingkat
Frekuensi sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Uraian …
-2-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
2019
dst dst dst
OUTCOME ANTARA (manfaat antara : rangkaian dari beberapa outcomes langsung):
Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita
Meningkatnya Angka Ibu Bersalin Sehat Sebesar 25% pada tahun 2018
Jumlah Ibu Bersalin dalam Keadaan Sehat
Meningkatnya pelayanan kesehatan ibu dan anak oleh tenaga kesehatan berkualitas
Tenaga kesehatan yang memiliki sertifikat meningkat 75% pada tahun 2018
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN) sebesar 90% pada tahun 2018
Persentase tenaga kesehatan yang bersertifikat
Persentase Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
dst dst dst
OUTCOME LANGSUNG (manfaat langsung : hasil yang bisa dikendalikan atau akibat langsung dari output)
(perubahan pada target
Meningkatnya kesadaran bagi kesehatan ibu dan anak
90% Cakupan Kunjungan Neonatus (KN) pada tahun 2017
90% Cakupan kunjungan bayi pada tahun 2017
Persentase Cakupan Kunjungan Neonatus (KN)
Persentase Cakupan kunjungan bayi
Perbaikan gizi pada ibu hamil/menyu
90% ibu hamil/ menyusui,
Persentase ibu hamil/ menyusui, bayi dan
Uraian ...
-3-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
group masyarakat— perubahan yang diakibatkan langsung oleh output yang dihasilkan)
-sui, bayi dan balita
bayi dan balita dengan gizi baik pada tahun 2017
balita dengan gizi baik
Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang berkualitas
Meningkatnya tenaga kesehatan yang berkualitas sebesar 80% pada tahun 2017
Persentase tenaga kesehatan yang berkualitas
dst dst dst
OUTPUT:
(Keluaran yang diharapkan dari kegiatan-kegiatan prioritas melalui pendanaan pemerintah)
Peningkatan pengetahuan masyarakat akan pentingnya peningkatan kualitas kesehatan.
100.000 masyarakat mengikuti sosialisasi dan meningkat pengetahuan nya pada akhir tahun 2017
Jumlah masyarakat yang meningkat penge- tahuannya karena sosialisasi
Peningkatan jumlah ibu hamil/ menyusui, bayi dan balita yang mendapat tambahan makanan bergizi
100.000 ibu hamil/menyu-sui mendapat tambahan gizi pada tahun 2017
100.000 bayi dan balita mendapat tambahan makanan bergizi 2017
Jumlah ibu hamil/ menyusui dengan masalah gizi
Jumlah bayi dan balita mendapat tambahan makanan bergizi
Peningkatan kapasitas Tenaga kesehatan
1500 Tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil pada tahun 2017
Jumlah tenaga kesehatan yang terlatih dan terampil
dst dst dst
KEGIATAN PRIORITAS
Pelaksanaan sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Terselenggara nya sosialisasi kesehatan ibu dan anak di tingkat
Frekuensi sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Uraian …
-4-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
kecamatan ditingkat kecamatan
Penanganan masalah gizi dengan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI
Terselenggara nya 100% pemberian MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan pada keluarga miskin
Persentase pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan pada keluarga miskin
Pelayanan posyandu dan puskesmas dalam rangka peningkatan kesehatan ibu dan anak
Terselenggara nya kegiatan pelayanan di 269.000 Posyandu
Terselenggara nya kegiatan pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin di puskesmas melalui 2.269 fasilitas pelayanan kesehatan
Jumlah posyandu yang melayani kesehatan
Jumlah puskesmas pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak
Penyelenggaraan pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga hatan
Terselenggara nya pelatihan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan di seluruh Kabupaten/ Kota.
Frekuensi pelatihan bagi tenaga kesehatan
dst dst dst
INPUTS
Antara lain:
- Dana
Dana untuk sosialisasi
100 % penyerapan dana untuk sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Jumlah dana untuk sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Uraian ...
-5-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
- SDM
- Managemen dll
Dana untuk penanganan gizi buruk
100 % penyerapan dana untuk penanganan gizi buruk
Jumlah dana untuk penanganan gizi buruk
Dana untuk pemberdaya an posyandu dan puskesmas
100% penyerapan dana untuk pemberdayaan puskesmas dan posyandu
Jumlah dana untuk pemberda yaan puskesmas dan posyandu
Dana untuk pelatihan
100 % penyerapan dana untuk pelatihan tenaga kesehatan
Jumlah dana untuk pelatihan tenaga kesehatan
Tersedianya pelatih dan ekspert pendamping yang kompeten
30 orang pelatih dan ekspert pendamping yang berkualitas
Jumlah pelatih dan ekspert pendamping
dst dst dst
PERMASALAHAN DAN PENYEBAB PERMASALAHAN
(Perumusan permasalahan)
Permasalahan : Rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak, yang diindikasikan, antara lain oleh: 1. Tingginya
angka kematian ibu dan bayi
2. Masih rendahnya status kesehatan dan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada ibu
Uraian ...
-4-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
kecamatan ditingkat kecamatan
Penanganan masalah gizi dengan pemberian ASI dan makanan pendamping ASI
Terselenggara nya 100% pemberian MP-ASI pada anak usia 6 – 24 bulan pada keluarga miskin
Persentase pemberian MP-ASI pada anak usia 6-24 bulan pada keluarga miskin
Pelayanan posyandu dan puskesmas dalam rangka peningkatan kesehatan ibu dan anak
Terselenggara nya kegiatan pelayanan di 269.000 Posyandu
Terselenggara nya kegiatan pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin di puskesmas melalui 2.269 fasilitas pelayanan kesehatan
Jumlah posyandu yang melayani kesehatan
Jumlah puskesmas pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak
Penyelenggaraan pelatihan untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bagi tenaga hatan
Terselenggara nya pelatihan peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tenaga kesehatan di seluruh Kabupaten/ Kota.
Frekuensi pelatihan bagi tenaga kesehatan
dst dst dst
INPUTS
Antara lain:
- Dana
Dana untuk sosialisasi
100 % penyerapan dana untuk sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Jumlah dana untuk sosialisasi kesehatan ibu dan anak
Uraian ...
-5-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
- SDM
- Managemen dll
Dana untuk penanganan gizi buruk
100 % penyerapan dana untuk penanganan gizi buruk
Jumlah dana untuk penanganan gizi buruk
Dana untuk pemberdaya an posyandu dan puskesmas
100% penyerapan dana untuk pemberdayaan puskesmas dan posyandu
Jumlah dana untuk pemberda yaan puskesmas dan posyandu
Dana untuk pelatihan
100 % penyerapan dana untuk pelatihan tenaga kesehatan
Jumlah dana untuk pelatihan tenaga kesehatan
Tersedianya pelatih dan ekspert pendamping yang kompeten
30 orang pelatih dan ekspert pendamping yang berkualitas
Jumlah pelatih dan ekspert pendamping
dst dst dst
PERMASALAHAN DAN PENYEBAB PERMASALAHAN
(Perumusan permasalahan)
Permasalahan : Rendahnya tingkat kesehatan ibu dan anak, yang diindikasikan, antara lain oleh: 1. Tingginya
angka kematian ibu dan bayi
2. Masih rendahnya status kesehatan dan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada ibu
Uraian ...
-6-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
hamil dan menyusui, bayi dan balita
3. Rendahnya tingkat keberlanjutan pelayanan kesehatan (continuum of care) pada ibu dan anak, khususnya pada penduduk miskin
Penyebab permasalahan yang akan diselesaikan: 1. Masih
terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan tentang kesehatan ibu, bayi dan balita baik dikalangan masyarakat maupun tenaga pelayanan kesehatan
2. Rendahnya penanganan masalah gizi pada ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita
ANAK ...
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
I PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 3
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/201
4 TA
NG
GA
L 26
JU
NI
2014
KE
RA
NG
KA
PIK
IR L
OG
IS
Prog
ram
Pen
ingk
atan
Ket
erse
diaa
n da
n K
eter
jang
kaua
n Pe
laya
nan
Kes
ehat
an I
bu T
erka
it P
rose
s R
epro
duks
i Ser
ta P
elay
anan
Kes
ehat
an A
nak
AN
AK
…
-6-
Uraian Kriteria Sukses
(Pencapaian Target)
Indikator Kinerja
hamil dan menyusui, bayi dan balita
3. Rendahnya tingkat keberlanjutan pelayanan kesehatan (continuum of care) pada ibu dan anak, khususnya pada penduduk miskin
Penyebab permasalahan yang akan diselesaikan: 1. Masih
terbatasnya pengetahuan dan ketrampilan tentang kesehatan ibu, bayi dan balita baik dikalangan masyarakat maupun tenaga pelayanan kesehatan
2. Rendahnya penanganan masalah gizi pada ibu hamil dan menyusui, bayi dan balita
ANAK ...
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
I PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 3
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/201
4 TA
NG
GA
L 26
JU
NI
2014
KE
RA
NG
KA
PIK
IR L
OG
IS
Prog
ram
Pen
ingk
atan
Ket
erse
diaa
n da
n K
eter
jang
kaua
n Pe
laya
nan
Kes
ehat
an I
bu T
erka
it P
rose
s R
epro
duks
i Ser
ta P
elay
anan
Kes
ehat
an A
nak
AN
AK
…
-1-
ANAK LAMPIRAN III PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 3 /JUKLAK/SESMEN/2014 TANGGAL 26 JUNI 2014
TATA CARA PENYUSUNAN KERANGKA KELEMBAGAAN
Keberhasilan pencapaian sasaran pembangunan dalam RPJMN 2015-2019 salah satunya ditentukan oleh tersedianya kerangka kelembagaan yang baik, yang terdiri dari lembaga-lembaga pemerintah yang efektif, efisien, dan akuntabel. Hal ini ditandai dengan fungsi dan kewenangan yang tepat, aturan main dan hubungan kerja yang efektif, efisien dan sinergis baik inter dan antar lembaga, serta didukung oleh aparatur sipil negara yang profesional dan berintegritas.
Berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan bahwa lembaga-lembaga pemerintah saat ini belum berfungsi optimal dalam melaksanakan kebijakan pembangunan. Dalam laporan Bank Dunia tahun 2012 yang berjudul “Investing in Indonesia’s Institutions” menyebutkan bahwa, problem utama di Indonesia bukanlah masalah pembiayaan semata, tetapi “lack of effective and accountable institutions that can translate available resources into better development outcomes”. Penyebabnya antara lain adanya ketidakjelasan fungsi/kewenangan, tumpang tindih kewenangan/fungsi inter dan antar lembaga, hubungan antar fungsi/kewenangan yang kurang sinergis, serta rendahnya kuantitas dan kualitas aparatur sipil negara pada lembaga pemerintah.
Oleh karena itu, perlu dilakukan pengintegrasian kerangka kelembagaan dalam perencanaan pembangunan nasional dalam rangka menyediakan lembaga pemerintah yang efektif, efisien, dan akuntabel dalam melaksanakan kebijakan pembangunan untuk mendukung pelaksanaan program pembangunan dan mencapai sasaran pembangunan.
1. Sasaran dan Arah Kebijakan Kerangka Kelembagaan Pemerintah
Kerangka kelembagaan pemerintah adalah susunan kelembagaan pemerintah yang dibentuk untuk melaksanakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan publik. Sesuai peraturan perundangan yang ada, kerangka kelembagaan pemerintah mencakup: (1) Lembaga Negara; (2) Kementerian Negara; (3) Lembaga Pemerintah Non Kementerian; (4) Lembaga Non Struktural, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi; dan (5) Pemerintah Daerah beserta Satuan Kerja Perangkat Daerah, serta (6) bila dipandang perlu dapat dibentuk lembaga koordinasi pelaksanaan pembangunan, utamanya
untuk…
-2-
untuk pelaksanaan program pembangunan lintas K/L dan/atau lintas sektor, yang besar dan kompleks.
Untuk memastikan pelaksanaan program pembangunan berjalan dengan efektif dan efisien maka diterapkan manajemen kinerja pembangunan yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perencanaan pembangunan nasional.
Sasaran penguatan kerangka kelembagaan pemerintah adalah untuk mewujudkan kerangka kelembagaan yang mampu melaksanakan kebijakan pembangunan secara efektif dan efisien. Kerangka kelembagaan ditandai dengan adanya lembaga-lembaga yang tepat fungsi, tepat ukuran, dengan aturan main inter dan antar lembaga yang harmonis dan sinergis, dan didukung oleh aparatur sipil negara yang profesional. Untuk mencapai sasaran tersebut maka arah kebijakannya adalah sebagai berikut:
a. Memastikan adanya fungsi/kewenangan yang jelas dan tepat untuk setiap lembaga;
b. Meminimalisasi adanya tumpang tindih fungsi/kewenangan inter maupun antar lembaga;
c. Memastikan adanya aturan main dan/atau hubungan kerja yang harmonis dan sinergis antar fungsi/kewenangan, baik inter maupun antar lembaga;
d. Memastikan tersedianya Aparatur Sipil Negara yang profesional untuk melaksanakan fungsi/kewenangan yang ada di setiap lembaga.
2. Prinsip Penguatan Kerangka Kelembagaan
Penyusunan kebijakan kerangka kelembagaan dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sejalan dengan kebutuhan untuk pelaksanaan kebijakan pembangunan, yang terdiri dari sasaran, arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional;
b. Sejalan dengan kewenangan yang diatur oleh peraturan-perundangan yang berlaku, termasuk sesuai dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi darah;
c. Efisien dan efektif yang sesuai dengan ketersediaan anggaran dan prinsip-prinsip pengorganisasian yang baik;
d. Pada prinsipnya pembentukan lembaga baru dibatasi, kecuali manfaatnya jauh lebih besar dari biayanya. Oleh karena itu, analisis biaya dan manfaat menjadi prasyarat bagi pembentukan lembaga baru;
e. Dilakukan…
-2-
untuk pelaksanaan program pembangunan lintas K/L dan/atau lintas sektor, yang besar dan kompleks.
Untuk memastikan pelaksanaan program pembangunan berjalan dengan efektif dan efisien maka diterapkan manajemen kinerja pembangunan yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang perencanaan pembangunan nasional.
Sasaran penguatan kerangka kelembagaan pemerintah adalah untuk mewujudkan kerangka kelembagaan yang mampu melaksanakan kebijakan pembangunan secara efektif dan efisien. Kerangka kelembagaan ditandai dengan adanya lembaga-lembaga yang tepat fungsi, tepat ukuran, dengan aturan main inter dan antar lembaga yang harmonis dan sinergis, dan didukung oleh aparatur sipil negara yang profesional. Untuk mencapai sasaran tersebut maka arah kebijakannya adalah sebagai berikut:
a. Memastikan adanya fungsi/kewenangan yang jelas dan tepat untuk setiap lembaga;
b. Meminimalisasi adanya tumpang tindih fungsi/kewenangan inter maupun antar lembaga;
c. Memastikan adanya aturan main dan/atau hubungan kerja yang harmonis dan sinergis antar fungsi/kewenangan, baik inter maupun antar lembaga;
d. Memastikan tersedianya Aparatur Sipil Negara yang profesional untuk melaksanakan fungsi/kewenangan yang ada di setiap lembaga.
2. Prinsip Penguatan Kerangka Kelembagaan
Penyusunan kebijakan kerangka kelembagaan dilakukan dengan memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Sejalan dengan kebutuhan untuk pelaksanaan kebijakan pembangunan, yang terdiri dari sasaran, arah kebijakan dan strategi pembangunan nasional;
b. Sejalan dengan kewenangan yang diatur oleh peraturan-perundangan yang berlaku, termasuk sesuai dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi darah;
c. Efisien dan efektif yang sesuai dengan ketersediaan anggaran dan prinsip-prinsip pengorganisasian yang baik;
d. Pada prinsipnya pembentukan lembaga baru dibatasi, kecuali manfaatnya jauh lebih besar dari biayanya. Oleh karena itu, analisis biaya dan manfaat menjadi prasyarat bagi pembentukan lembaga baru;
e. Dilakukan…
-3-
e. Dilakukan dengan transparan, partisipatif, dan akuntabel.
ANAK …
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
V
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
3 /
JUK
LAK
/SE
SME
N/2
014
TAN
GG
AL
26 J
UN
I 20
14
Taha
pan
dan
Tata
cara
Per
umus
an K
ebija
kan
Ker
angk
a K
elem
baga
an d
alam
RPJ
MN
201
5-20
19
No.
Ta
hapa
n K
elua
ran
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
1.
Peru
mu
san
da
n
pen
etap
an
kebi
jaka
n
pem
ban
gun
an b
idan
g Is
u S
trat
egis
, S
asar
an,
Ara
h K
ebija
kan
, Pr
ogra
m,
dan
Keg
iata
n
Dep
uti
Pe
nan
ggu
ng
Jaw
ab
Bid
ang
dan
Dep
uti
te
rkai
t,
beke
rjas
ama
den
gan
K/L
da
n stakeholder
lain
nya
2.
Id
enti
fikas
i ke
lem
baga
an
yan
g di
butu
hka
n
un
tuk
mel
aksa
nak
an
kebi
jaka
n p
emba
ngu
nan
Lem
baga
ya
ng
dibu
tuh
kan
, di
sert
ai
gam
bara
n
fun
gsi d
an k
ewen
anga
n,
dan
iden
tifik
asi A
para
tur
Sip
il N
egar
a (A
SN
) yan
g di
butu
han
Idem
3.
Pen
ilaia
n
terh
adap
le
mba
ga-l
emba
ga
yan
g su
dah
ada
, yan
g m
elip
uti
:
Apa
kah
su
dah
ter
dapa
t le
mba
ga y
ang
dipa
nda
ng
rele
van
u
ntu
k m
elak
san
akan
ke
bija
kan
pe
mba
ngu
nan
;
Bila
tel
ah a
da:
o B
agai
man
a ki
ner
jan
ya.
Bila
ki
ner
jan
ya s
uda
h b
aik,
tid
ak p
erlu
ad
a pe
ruba
han
. o
Bila
kin
erja
nya
bel
um
bai
k, l
ihat
lah
as
pek-
aspe
k be
riku
t in
i:
Apa
kah
fu
ngs
i da
n
kew
enan
gan
nya
su
dah
tep
at,
A
paka
h
terd
apat
at
ura
n
mai
n
atau
hu
bun
gan
ker
ja y
ang
tida
k
Has
il assessment
beru
pa k
esim
pula
n s
emen
tara
ya
ng
beri
si:
A
da/t
idak
nya
le
mba
ga
yan
g re
leva
n
un
tuk
mel
aksa
nak
an k
ebija
kan
pem
ban
gun
an;
K
ual
itas
le
mba
ga
yan
g di
pan
dan
g re
leva
n
dilih
at d
ari
aspe
k fu
ngs
i/ke
wen
anga
n,
atu
ran
m
ain
/hu
bun
gan
ker
ja i
nte
rnal
dan
eks
tern
al,
dan
ku
alit
as A
SN
Idem
No
...
-3-
e. Dilakukan dengan transparan, partisipatif, dan akuntabel.
ANAK …
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
V
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
3 /
JUK
LAK
/SE
SME
N/2
014
TAN
GG
AL
26 J
UN
I 20
14
Taha
pan
dan
Tata
cara
Per
umus
an K
ebija
kan
Ker
angk
a K
elem
baga
an d
alam
RPJ
MN
201
5-20
19
No.
Ta
hapa
n K
elua
ran
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
1.
Peru
mu
san
da
n
pen
etap
an
kebi
jaka
n
pem
ban
gun
an b
idan
g Is
u S
trat
egis
, S
asar
an,
Ara
h K
ebija
kan
, Pr
ogra
m,
dan
Keg
iata
n
Dep
uti
Pe
nan
ggu
ng
Jaw
ab
Bid
ang
dan
Dep
uti
te
rkai
t,
beke
rjas
ama
den
gan
K/L
da
n stakeholder
lain
nya
2.
Id
enti
fikas
i ke
lem
baga
an
yan
g di
butu
hka
n
un
tuk
mel
aksa
nak
an
kebi
jaka
n p
emba
ngu
nan
Lem
baga
ya
ng
dibu
tuh
kan
, di
sert
ai
gam
bara
n
fun
gsi d
an k
ewen
anga
n,
dan
iden
tifik
asi A
para
tur
Sip
il N
egar
a (A
SN
) yan
g di
butu
han
Idem
3.
Pen
ilaia
n
terh
adap
le
mba
ga-l
emba
ga
yan
g su
dah
ada
, yan
g m
elip
uti
:
Apa
kah
su
dah
ter
dapa
t le
mba
ga y
ang
dipa
nda
ng
rele
van
u
ntu
k m
elak
san
akan
ke
bija
kan
pe
mba
ngu
nan
;
Bila
tel
ah a
da:
o B
agai
man
a ki
ner
jan
ya.
Bila
ki
ner
jan
ya s
uda
h b
aik,
tid
ak p
erlu
ad
a pe
ruba
han
. o
Bila
kin
erja
nya
bel
um
bai
k, l
ihat
lah
as
pek-
aspe
k be
riku
t in
i:
Apa
kah
fu
ngs
i da
n
kew
enan
gan
nya
su
dah
tep
at,
A
paka
h
terd
apat
at
ura
n
mai
n
atau
hu
bun
gan
ker
ja y
ang
tida
k
Has
il assessment
beru
pa k
esim
pula
n s
emen
tara
ya
ng
beri
si:
A
da/t
idak
nya
le
mba
ga
yan
g re
leva
n
un
tuk
mel
aksa
nak
an k
ebija
kan
pem
ban
gun
an;
K
ual
itas
le
mba
ga
yan
g di
pan
dan
g re
leva
n
dilih
at d
ari
aspe
k fu
ngs
i/ke
wen
anga
n,
atu
ran
m
ain
/hu
bun
gan
ker
ja i
nte
rnal
dan
eks
tern
al,
dan
ku
alit
as A
SN
Idem
No
...
-2-
sin
ergi
s da
n h
arm
onis
an
tar
un
it
inte
rnal
mau
pun
den
gan
lem
baga
la
in;
B
agai
man
a ku
anti
tas
dan
ku
alit
as
AS
N d
i dal
amn
ya
4.
Mer
um
usk
an k
onse
p ke
bija
kan
ker
angk
a ke
lem
baga
an
dala
m
ren
can
a pe
mba
ngu
nan
bid
ang.
H
asil
rum
usa
n
disa
mpa
ikan
ke
pada
D
epu
ti
Bid
ang
Polit
ik,
Hu
kum
, da
n
Han
kam
Ru
mu
san
ko
nse
p ke
bija
kan
ke
ran
gka
kele
mba
gaan
dal
am b
idan
g pe
mba
ngu
nan
, ya
ng
dapa
t be
risi
usu
lan
:
Pen
yesu
aian
fu
ngs
i da
n
kew
enan
gan
: bi
sa
dipe
rku
at
atau
di
kura
ngi
ag
ar
har
mon
is
den
gan
fun
gsi d
an k
ewen
anga
n le
mba
ga la
in;
Pe
nye
mpu
rnaa
n
atu
ran
m
ain
da
n/a
tau
h
ubu
nga
n
kerj
a u
ntu
k m
enin
gkat
kan
si
ner
gi
anta
ra u
nit
inte
rnal
dan
eks
tern
al;
Pe
ngu
atan
kap
asit
as S
DM
un
tuk
men
duku
ng
pela
ksan
aan
fun
gsi/
kew
enan
gan
den
gan
efe
ktif
Idem
5. Assessment
dan
si
nkr
onis
asi
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
anta
r bi
dan
g pe
mba
ngu
nan
D
epu
ti
Polh
ukh
anka
m
mel
aku
kan
as
esm
en
terh
adap
u
sula
n
rum
usa
n
kebi
jaka
n k
eran
gka
kele
mba
gaan
mas
ing-
mas
ing
bida
ng
pem
ban
gun
an, m
elak
uka
n
pem
bah
asan
den
gan
Dep
uti
Pen
angg
un
g ja
wab
bid
ang,
dan
mel
aku
kan
koo
rdin
asi
den
gan
K
emen
teri
an
PAN
da
n
RB
da
n
inst
ansi
ter
kait
lain
nya
.
Has
il an
alis
is
dan
re
kom
enda
si
rum
usa
n
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
bida
ng
pem
ban
gun
an.
Has
il an
alis
is d
an r
ekom
enda
si i
ni
disa
mpa
ikan
D
epu
ti
Polh
ukh
anka
m
kepa
da
Dep
uti
Pe
nan
ggu
ng
Jaw
ab B
idan
g
Dep
uti
Po
lhu
khan
kam
, B
appe
nas
de
nga
n
arah
an d
ari
Wam
en
PPN
/Wak
il K
epal
a B
appe
nas
da
n
Men
teri
PP
N/
Kep
ala
Bap
pen
as
D
epu
ti
Polh
ukh
anka
m
beke
rjas
ama
den
gan
D
epu
ti
Kel
emba
gaan
dan
K
etat
alak
san
aan
, K
emen
teri
an P
AN
da
n R
B
6.
Pen
uan
gan
ru
mu
san
keb
ijaka
n k
eran
gka
kele
mba
gaan
pad
a bi
dan
g pe
mba
ngu
nan
R
um
usa
n
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
mas
ing-
mas
ing
bida
ng
men
jadi
ba
gian
da
ri
Dep
uti
Pe
nan
ggu
ng
Jaw
ab B
idan
g No
...
-3-
dala
m R
PJM
N 2
015-
2019
R
um
usa
n
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
ditu
lis
den
gan
ke
ten
tuan
se
baga
i ber
iku
t:
Di
awal
i de
nga
n
ura
ian
te
nta
ng
isu
pe
mba
ngu
nan
ya
ng
terk
ait
den
gan
is
u
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
yan
g be
rsan
gku
tan
; U
raia
n t
enta
ng
isu
kel
emba
gaan
ter
kait
is
u p
emba
ngu
nan
yan
g re
leva
n;
Ura
ian
te
nta
ng
“ara
h
kebi
jaka
n”
pen
guat
an
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
yan
g di
perl
uka
n.
Di
sin
i di
teka
nka
n
bah
wa
rum
usa
n k
ebu
tuh
an p
engu
atan
ker
angk
a ke
lem
baga
an d
alam
RPJ
MN
dic
antu
mka
n
pada
le
vel
“ara
h
kebi
jaka
n”
. S
ebag
ai
con
toh
, te
rkai
t de
nga
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
yan
g te
rkai
t de
nga
n
isu
ko
nek
tivi
tas
kebi
jaka
n
tran
spor
tasi
. Is
u
disk
onek
tivi
tas
kebi
jaka
n
tr
ansp
orta
si
jala
n d
enga
n m
oda
tran
spor
tasi
lai
nn
ya,
bisa
te
rkai
t de
nga
n
isu
pe
ngg
abu
nga
n
Dit
jen
B
ina
Mar
ga
ke
Kem
ente
rian
Pe
rhu
bun
gan
. H
al
sepe
rti
ini
kita
co
ba
men
ghin
dari
, m
isal
nya
de
nga
n
“han
ya”
mer
um
usk
an
men
jadi
pe
rlu
pe
nat
aan
ke
lem
baga
an
un
tuk
men
ingk
atka
n
kon
ekti
vita
s ke
bija
kan
pe
mba
ngu
nan
tr
ansp
orta
si.
RPJ
MN
201
5-20
19.
Cat
atan
1.
Tah
apan
/ al
ur
pen
yusu
nan
ker
angk
a ke
lem
baga
an d
isaj
ikan
dal
am b
agan
yan
g te
rtu
ang
pada
An
ak L
ampi
ran
5
dan
An
ak L
ampi
ran
6.
2. R
ingk
asan
…
-2-
sin
ergi
s da
n h
arm
onis
an
tar
un
it
inte
rnal
mau
pun
den
gan
lem
baga
la
in;
B
agai
man
a ku
anti
tas
dan
ku
alit
as
AS
N d
i dal
amn
ya
4.
Mer
um
usk
an k
onse
p ke
bija
kan
ker
angk
a ke
lem
baga
an
dala
m
ren
can
a pe
mba
ngu
nan
bid
ang.
H
asil
rum
usa
n
disa
mpa
ikan
ke
pada
D
epu
ti
Bid
ang
Polit
ik,
Hu
kum
, da
n
Han
kam
Ru
mu
san
ko
nse
p ke
bija
kan
ke
ran
gka
kele
mba
gaan
dal
am b
idan
g pe
mba
ngu
nan
, ya
ng
dapa
t be
risi
usu
lan
:
Pen
yesu
aian
fu
ngs
i da
n
kew
enan
gan
: bi
sa
dipe
rku
at
atau
di
kura
ngi
ag
ar
har
mon
is
den
gan
fun
gsi d
an k
ewen
anga
n le
mba
ga la
in;
Pe
nye
mpu
rnaa
n
atu
ran
m
ain
da
n/a
tau
h
ubu
nga
n
kerj
a u
ntu
k m
enin
gkat
kan
si
ner
gi
anta
ra u
nit
inte
rnal
dan
eks
tern
al;
Pe
ngu
atan
kap
asit
as S
DM
un
tuk
men
duku
ng
pela
ksan
aan
fun
gsi/
kew
enan
gan
den
gan
efe
ktif
Idem
5. Assessment
dan
si
nkr
onis
asi
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
anta
r bi
dan
g pe
mba
ngu
nan
D
epu
ti
Polh
ukh
anka
m
mel
aku
kan
as
esm
en
terh
adap
u
sula
n
rum
usa
n
kebi
jaka
n k
eran
gka
kele
mba
gaan
mas
ing-
mas
ing
bida
ng
pem
ban
gun
an, m
elak
uka
n
pem
bah
asan
den
gan
Dep
uti
Pen
angg
un
g ja
wab
bid
ang,
dan
mel
aku
kan
koo
rdin
asi
den
gan
K
emen
teri
an
PAN
da
n
RB
da
n
inst
ansi
ter
kait
lain
nya
.
Has
il an
alis
is
dan
re
kom
enda
si
rum
usa
n
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
bida
ng
pem
ban
gun
an.
Has
il an
alis
is d
an r
ekom
enda
si i
ni
disa
mpa
ikan
D
epu
ti
Polh
ukh
anka
m
kepa
da
Dep
uti
Pe
nan
ggu
ng
Jaw
ab B
idan
g
Dep
uti
Po
lhu
khan
kam
, B
appe
nas
de
nga
n
arah
an d
ari
Wam
en
PPN
/Wak
il K
epal
a B
appe
nas
da
n
Men
teri
PP
N/
Kep
ala
Bap
pen
as
D
epu
ti
Polh
ukh
anka
m
beke
rjas
ama
den
gan
D
epu
ti
Kel
emba
gaan
dan
K
etat
alak
san
aan
, K
emen
teri
an P
AN
da
n R
B
6.
Pen
uan
gan
ru
mu
san
keb
ijaka
n k
eran
gka
kele
mba
gaan
pad
a bi
dan
g pe
mba
ngu
nan
R
um
usa
n
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
mas
ing-
mas
ing
bida
ng
men
jadi
ba
gian
da
ri
Dep
uti
Pe
nan
ggu
ng
Jaw
ab B
idan
g No
...
-3-
dala
m R
PJM
N 2
015-
2019
R
um
usa
n
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
ditu
lis
den
gan
ke
ten
tuan
se
baga
i ber
iku
t:
Di
awal
i de
nga
n
ura
ian
te
nta
ng
isu
pe
mba
ngu
nan
ya
ng
terk
ait
den
gan
is
u
kebi
jaka
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
yan
g be
rsan
gku
tan
; U
raia
n t
enta
ng
isu
kel
emba
gaan
ter
kait
is
u p
emba
ngu
nan
yan
g re
leva
n;
Ura
ian
te
nta
ng
“ara
h
kebi
jaka
n”
pen
guat
an
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
yan
g di
perl
uka
n.
Di
sin
i di
teka
nka
n
bah
wa
rum
usa
n k
ebu
tuh
an p
engu
atan
ker
angk
a ke
lem
baga
an d
alam
RPJ
MN
dic
antu
mka
n
pada
le
vel
“ara
h
kebi
jaka
n”
. S
ebag
ai
con
toh
, te
rkai
t de
nga
n
kera
ngk
a ke
lem
baga
an
yan
g te
rkai
t de
nga
n
isu
ko
nek
tivi
tas
kebi
jaka
n
tran
spor
tasi
. Is
u
disk
onek
tivi
tas
kebi
jaka
n
tr
ansp
orta
si
jala
n d
enga
n m
oda
tran
spor
tasi
lai
nn
ya,
bisa
te
rkai
t de
nga
n
isu
pe
ngg
abu
nga
n
Dit
jen
B
ina
Mar
ga
ke
Kem
ente
rian
Pe
rhu
bun
gan
. H
al
sepe
rti
ini
kita
co
ba
men
ghin
dari
, m
isal
nya
de
nga
n
“han
ya”
mer
um
usk
an
men
jadi
pe
rlu
pe
nat
aan
ke
lem
baga
an
un
tuk
men
ingk
atka
n
kon
ekti
vita
s ke
bija
kan
pe
mba
ngu
nan
tr
ansp
orta
si.
RPJ
MN
201
5-20
19.
Cat
atan
1.
Tah
apan
/ al
ur
pen
yusu
nan
ker
angk
a ke
lem
baga
an d
isaj
ikan
dal
am b
agan
yan
g te
rtu
ang
pada
An
ak L
ampi
ran
5
dan
An
ak L
ampi
ran
6.
2. R
ingk
asan
…
-4-
2. R
ingk
asan
dar
i la
ngk
ah-l
angk
ah d
i at
as a
gar
ditu
angk
an d
alam
tab
el.
Con
toh
tab
el a
da p
ada
An
ak L
ampi
ran
7.
AN
AK
...
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N V
PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 3
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/201
4 TA
NG
GA
L 26
JU
NI
2014
ALU
R/M
EK
AN
ISM
E P
EN
YUSU
NA
N K
EB
IJA
KA
N K
ER
AN
GK
A K
ELE
MB
AG
AA
N D
ALA
M R
PJM
N 2
015-
2019
PER
UM
USA
N D
AN
PE
NE
TAPA
N K
EB
IJA
KA
N
PEM
BA
NG
UN
AN
(S
AS
AR
AN
, AR
AH
K
EB
IJA
KA
N, S
TRA
TEG
I,
PRO
GR
AM
, KE
GIA
TAN
)
IDE
NTI
FIK
ASI
LE
MB
AG
A
YAN
G D
IBU
TUH
KA
N
AS
ES
ME
N T
ER
HA
DA
P FU
NG
SI
DA
N K
INE
RJA
LE
MB
AG
A Y
AN
G A
DA
TETA
P M
EN
GG
UN
AK
AN
LE
MB
AG
A Y
AN
G S
UD
AH
A
DA
LEM
BA
GA
YA
NG
AD
A
DIP
AN
DA
NG
MA
SIH
R
ELE
VA
N D
AN
EFE
KTI
F
BIL
A L
EM
BA
GA
YA
NG
AD
A
DIP
AN
DA
NG
TID
AK
R
ELE
VA
N D
AN
BE
LUM
E
FEK
TIF
ATA
U T
ER
DA
PAT
KE
KO
SO
NG
AN
K
ELE
MB
AG
AA
N, P
ER
LU
PER
UB
AH
AN
PEM
BA
HA
SA
N
DA
LAM
KO
MIT
E
KE
LEM
BA
GA
AN
K
EB
IJA
KA
N
KE
LEM
BA
GA
AN
DA
LAM
R
PJM
N
PEN
ATA
AN
FU
NG
SI/K
EW
EN
AN
GA
N
PER
LU P
EM
BE
NTU
KA
N
LEM
BA
GA
BA
RU
AR
AH
/RA
NC
AN
GA
N
LEM
BA
GA
YA
NG
D
IBU
TUH
KA
N
LIK
UID
ASI
LE
MB
AG
A
YAN
G A
DA
(DU
PLIK
ASI
, FR
AG
ME
NTA
SI,
DLL
)
MERGE
ATA
U SPLIT
FU
NG
SI/
LEM
BA
GA
YA
NG
AD
A
PEN
ATA
AN
HU
BU
NG
AN
KE
RJA
IN
TER
DA
N A
NTA
R L
EM
BA
GA
INS
TITU
SI
KO
OR
DIN
AS
I D
AN
MA
NA
JEM
EN
K
INE
RJA
PEN
GU
ATA
N K
APA
SITA
S
AS
N
AN
AK
…
-4-
2. R
ingk
asan
dar
i la
ngk
ah-l
angk
ah d
i at
as a
gar
ditu
angk
an d
alam
tab
el.
Con
toh
tab
el a
da p
ada
An
ak L
ampi
ran
7.
AN
AK
...
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N V
PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 3
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/201
4 TA
NG
GA
L 26
JU
NI
2014
ALU
R/M
EK
AN
ISM
E P
EN
YUSU
NA
N K
EB
IJA
KA
N K
ER
AN
GK
A K
ELE
MB
AG
AA
N D
ALA
M R
PJM
N 2
015-
2019
PER
UM
USA
N D
AN
PE
NE
TAPA
N K
EB
IJA
KA
N
PEM
BA
NG
UN
AN
(S
AS
AR
AN
, AR
AH
K
EB
IJA
KA
N, S
TRA
TEG
I,
PRO
GR
AM
, KE
GIA
TAN
)
IDE
NTI
FIK
ASI
LE
MB
AG
A
YAN
G D
IBU
TUH
KA
N
AS
ES
ME
N T
ER
HA
DA
P FU
NG
SI
DA
N K
INE
RJA
LE
MB
AG
A Y
AN
G A
DA
TETA
P M
EN
GG
UN
AK
AN
LE
MB
AG
A Y
AN
G S
UD
AH
A
DA
LEM
BA
GA
YA
NG
AD
A
DIP
AN
DA
NG
MA
SIH
R
ELE
VA
N D
AN
EFE
KTI
F
BIL
A L
EM
BA
GA
YA
NG
AD
A
DIP
AN
DA
NG
TID
AK
R
ELE
VA
N D
AN
BE
LUM
E
FEK
TIF
ATA
U T
ER
DA
PAT
KE
KO
SO
NG
AN
K
ELE
MB
AG
AA
N, P
ER
LU
PER
UB
AH
AN
PEM
BA
HA
SA
N
DA
LAM
KO
MIT
E
KE
LEM
BA
GA
AN
K
EB
IJA
KA
N
KE
LEM
BA
GA
AN
DA
LAM
R
PJM
N
PEN
ATA
AN
FU
NG
SI/K
EW
EN
AN
GA
N
PER
LU P
EM
BE
NTU
KA
N
LEM
BA
GA
BA
RU
AR
AH
/RA
NC
AN
GA
N
LEM
BA
GA
YA
NG
D
IBU
TUH
KA
N
LIK
UID
ASI
LE
MB
AG
A
YAN
G A
DA
(DU
PLIK
ASI
, FR
AG
ME
NTA
SI,
DLL
)
MERGE
ATA
U SPLIT
FU
NG
SI/
LEM
BA
GA
YA
NG
AD
A
PEN
ATA
AN
HU
BU
NG
AN
KE
RJA
IN
TER
DA
N A
NTA
R L
EM
BA
GA
INS
TITU
SI
KO
OR
DIN
AS
I D
AN
MA
NA
JEM
EN
K
INE
RJA
PEN
GU
ATA
N K
APA
SITA
S
AS
N
AN
AK
…
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N V
I PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 3
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/201
4 TA
NG
GA
L 26
JU
NI
2014
ALU
R K
EG
IATA
N P
EN
YUSU
NA
N K
EB
IJA
KA
N K
ER
AN
GK
A K
ELE
MB
AG
AA
N
DE
PUTI
SE
KTO
R
DE
PUTI
PO
LHU
KH
AN
KA
M
ME
NTE
RI
PPN
/ K
A B
APP
EN
AS
M
ER
UM
US
KA
N K
EB
IJA
KA
N
PEM
BA
NG
UN
AN
ME
NG
IDE
NTI
FIK
ASI
K
EB
UTU
HA
N K
ER
AN
GK
A
KE
LEM
BA
GA
AN
M
ER
UM
US
KA
N K
OR
IDO
R
KE
BIJ
AK
AN
KE
LEM
BA
GA
AN
KO
MPI
LASI
, AS
ES
ME
N,
SIN
KR
ON
ISA
SI &
R
EK
OM
EN
DA
SI
DR
AFT
K
EB
IJA
KA
N
KE
LEM
BA
GA
AN
D
ALA
M D
RA
FT
RPJ
MN
KE
ME
NTE
RIA
N/
LEM
BA
GA
TE
RK
AIT
DE
PUTI
KE
LEM
BA
GA
AN
DA
N
KE
TATA
LAK
SA
NA
AN
K
EM
EN
PAN
DA
N R
B
KO
OR
DIN
AS
I
KO
OR
DIN
AS
I PR
OG
RA
M D
AN
K
ELE
MB
AG
AA
N
KO
OR
DIN
AS
I TE
KN
IS
KE
LEM
BA
GA
AN
AN
AK
…
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N V
II
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
3/J
UK
LAK
/SE
SME
N/2
014
TAN
GG
AL
26 J
UN
I 20
14
ID
EN
TIFI
KA
SI K
ER
AN
GK
A K
ELE
MB
AG
AA
N R
PJM
N 2
015-
2019
(DIS
ER
TAI
CO
NTO
H)
Isu
Stra
tegi
s
Sasa
ran
Dan
A
rah
Keb
ijaka
n R
PJM
N 2
015-
2019
Iden
tifi
kasi
K
eran
gka
Kel
emba
gaan
Yan
g D
ibut
uhan
kan
Ase
smen
Ter
hada
p K
eran
gka
Kel
emba
gaan
Yan
g A
da
Keb
utuh
an K
onkr
it
Peng
uata
n K
elem
baga
an
Rum
usan
Keb
ijaka
n K
eran
gka
Kel
emba
gaan
Dal
am
Rpj
mn
Bid
ang
Dit
. Pen
ang-
gung
Jaw
ab
Dit
. Ter
kait
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
BID
AN
G P
EM
BA
NG
UN
AN
: HU
KU
M D
AN
APA
RA
TUR
Ref
orm
asi
Bir
okra
si
Men
ingk
at-n
ya
pem
erin
tah
an
dan
efe
ktif
dan
ef
isie
n d
alam
m
eru
mu
skan
da
n
mel
aksa
nak
an
kebi
jaka
n
Perl
un
ya s
iner
gi
kebi
jaka
n
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an u
ntu
k m
enin
gkat
kan
ku
alit
as b
elan
ja
pem
erin
tah
gu
na
men
duku
ng
peru
mu
san
dan
pe
laks
anaa
n
kebi
jaka
n
pem
ban
gun
an
Bel
um
sin
kron
nya
pe
laks
anaa
n fu
ngs
i pe
ren
can
aan
dan
pe
nga
ngg
aran
bai
k di
ti
ngk
at e
ksek
uti
f m
aupu
n le
gisl
atif,
m
enga
kiba
tkan
tid
ak
sin
kron
nya
keb
ijaka
n
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an y
ang
akh
irn
ya
men
yeba
bkan
bel
um
op
tim
aln
ya k
ual
itas
be
lan
ja p
emer
inta
h.
Pen
ataa
n fu
ngsi
dan
ke
wen
anga
n D
itje
n
An
ggar
an d
an
Bap
pen
as, d
an
pen
guat
an a
tura
n
mai
n d
an h
ubu
nga
n
kerj
a ya
ng
sin
ergi
s an
tara
fun
gsi
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an.
Pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
gara
n m
emili
ki
pera
nan
yan
g sa
nga
t pe
nti
ng
dan
str
ateg
is
dala
m m
enen
tuka
n
efek
tifit
as d
an
efis
ien
si p
elak
san
aan
pe
mba
ngu
nan
mel
alu
i pe
nin
gkat
an k
ual
itas
be
lan
ja p
emer
inta
h.
Nam
un
hal
ini b
elu
m
berj
alan
opt
imal
m
engi
nga
t fu
ngs
i pe
ren
can
aan
dan
pe
nga
ngg
aran
bel
um
be
rjal
an s
ecar
a h
arm
onis
. Ole
h
kare
na
itu
dip
erlu
kan
pe
nat
aan
dan
pe
ngu
atan
fun
gsi
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an.
Dir
ekto
rat
Alo
kasi
Pe
nda
naa
n
Pem
ban
gun
an
Dir
ekto
rat
Keu
anga
n
Neg
ara,
D
irek
tora
t A
para
tur
Neg
ara
AN
AK
…
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N V
I PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 3
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/201
4 TA
NG
GA
L 26
JU
NI
2014
ALU
R K
EG
IATA
N P
EN
YUSU
NA
N K
EB
IJA
KA
N K
ER
AN
GK
A K
ELE
MB
AG
AA
N
DE
PUTI
SE
KTO
R
DE
PUTI
PO
LHU
KH
AN
KA
M
ME
NTE
RI
PPN
/ K
A B
APP
EN
AS
M
ER
UM
US
KA
N K
EB
IJA
KA
N
PEM
BA
NG
UN
AN
ME
NG
IDE
NTI
FIK
ASI
K
EB
UTU
HA
N K
ER
AN
GK
A
KE
LEM
BA
GA
AN
M
ER
UM
US
KA
N K
OR
IDO
R
KE
BIJ
AK
AN
KE
LEM
BA
GA
AN
KO
MPI
LASI
, AS
ES
ME
N,
SIN
KR
ON
ISA
SI &
R
EK
OM
EN
DA
SI
DR
AFT
K
EB
IJA
KA
N
KE
LEM
BA
GA
AN
D
ALA
M D
RA
FT
RPJ
MN
KE
ME
NTE
RIA
N/
LEM
BA
GA
TE
RK
AIT
DE
PUTI
KE
LEM
BA
GA
AN
DA
N
KE
TATA
LAK
SA
NA
AN
K
EM
EN
PAN
DA
N R
B
KO
OR
DIN
AS
I
KO
OR
DIN
AS
I PR
OG
RA
M D
AN
K
ELE
MB
AG
AA
N
KO
OR
DIN
AS
I TE
KN
IS
KE
LEM
BA
GA
AN
AN
AK
…
-1-
AN
AK
LA
MPI
RA
N V
II
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
3/J
UK
LAK
/SE
SME
N/2
014
TAN
GG
AL
26 J
UN
I 20
14
ID
EN
TIFI
KA
SI K
ER
AN
GK
A K
ELE
MB
AG
AA
N R
PJM
N 2
015-
2019
(DIS
ER
TAI
CO
NTO
H)
Isu
Stra
tegi
s
Sasa
ran
Dan
A
rah
Keb
ijaka
n R
PJM
N 2
015-
2019
Iden
tifi
kasi
K
eran
gka
Kel
emba
gaan
Yan
g D
ibut
uhan
kan
Ase
smen
Ter
hada
p K
eran
gka
Kel
emba
gaan
Yan
g A
da
Keb
utuh
an K
onkr
it
Peng
uata
n K
elem
baga
an
Rum
usan
Keb
ijaka
n K
eran
gka
Kel
emba
gaan
Dal
am
Rpj
mn
Bid
ang
Dit
. Pen
ang-
gung
Jaw
ab
Dit
. Ter
kait
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
BID
AN
G P
EM
BA
NG
UN
AN
: HU
KU
M D
AN
APA
RA
TUR
Ref
orm
asi
Bir
okra
si
Men
ingk
at-n
ya
pem
erin
tah
an
dan
efe
ktif
dan
ef
isie
n d
alam
m
eru
mu
skan
da
n
mel
aksa
nak
an
kebi
jaka
n
Perl
un
ya s
iner
gi
kebi
jaka
n
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an u
ntu
k m
enin
gkat
kan
ku
alit
as b
elan
ja
pem
erin
tah
gu
na
men
duku
ng
peru
mu
san
dan
pe
laks
anaa
n
kebi
jaka
n
pem
ban
gun
an
Bel
um
sin
kron
nya
pe
laks
anaa
n fu
ngs
i pe
ren
can
aan
dan
pe
nga
ngg
aran
bai
k di
ti
ngk
at e
ksek
uti
f m
aupu
n le
gisl
atif,
m
enga
kiba
tkan
tid
ak
sin
kron
nya
keb
ijaka
n
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an y
ang
akh
irn
ya
men
yeba
bkan
bel
um
op
tim
aln
ya k
ual
itas
be
lan
ja p
emer
inta
h.
Pen
ataa
n fu
ngsi
dan
ke
wen
anga
n D
itje
n
An
ggar
an d
an
Bap
pen
as, d
an
pen
guat
an a
tura
n
mai
n d
an h
ubu
nga
n
kerj
a ya
ng
sin
ergi
s an
tara
fun
gsi
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an.
Pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
gara
n m
emili
ki
pera
nan
yan
g sa
nga
t pe
nti
ng
dan
str
ateg
is
dala
m m
enen
tuka
n
efek
tifit
as d
an
efis
ien
si p
elak
san
aan
pe
mba
ngu
nan
mel
alu
i pe
nin
gkat
an k
ual
itas
be
lan
ja p
emer
inta
h.
Nam
un
hal
ini b
elu
m
berj
alan
opt
imal
m
engi
nga
t fu
ngs
i pe
ren
can
aan
dan
pe
nga
ngg
aran
bel
um
be
rjal
an s
ecar
a h
arm
onis
. Ole
h
kare
na
itu
dip
erlu
kan
pe
nat
aan
dan
pe
ngu
atan
fun
gsi
pere
nca
naa
n d
an
pen
gan
ggar
an.
Dir
ekto
rat
Alo
kasi
Pe
nda
naa
n
Pem
ban
gun
an
Dir
ekto
rat
Keu
anga
n
Neg
ara,
D
irek
tora
t A
para
tur
Neg
ara
AN
AK
…
-1-
ANAK LAMPIRAN VIII PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 3 /JUKLAK/SESMEN/2014 TANGGAL 26 JUNI 2014
PENYESUAIAN RPJMD DENGAN RPJMN 2015-2019
Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 dilakukan dengan tujuan : 1. Menjaga konsistensi dan sinergitas sasaran dan arah kebijakan
pembangunan yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019 menjadi
prioritas dalam RPJMD terkait.
2. Meningkatkan koordinasi dan kesepahaman dalam rangka mencapai
sasaran pembangunan nasional.
Mekanisme penyesuaian RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 1. RPJMN 2015-2019 yang telah ditetapkan disosialisasikan kepada
Pemerintah Daerah.
2. Berdasarkan hasil sosialisasi, Pemerintah Daerah melakukan
penyesuaian RPJMD dengan RPJMN. Hal-hal yang perlu disesuaikan
adalah sebagai berikut :
a. konsistensi sasaran pokok RPJMD dengan sasaran pokok
nasional.
b. konsistensi arah kebijakan dan strategi pembangunan daerah
dalam mendukung pencapaian prioritas nasional.
c. penyesuaian target dalam RPJMD dengan target prioritas
nasional terkait.
d. penyesuaian pendanaan yang dialokasikan.
3. Khusus untuk Kegiatan Strategis Nasional, RPJMD harus
menyesuaikan arah kebijakan dan strategi, sasaran program dan
kegiatan yang mendukung kegiatan strategis nasional tersebut.
4. Bagi pemerintah daerah yang sedang menyusun RPJMD maka
penyusunannya harus memperhatikan RPJMN 2015-2019, sedangkan
pemerintah daerah yang telah memiliki dokumen RPJMD maka harus
memperhatikan .....
-2-
memperhatikan RPJMN sebagai bahan untuk melakukan perbaikan
jika terdapat perbedaan mendasar antara sasaran dan arah kebijakan
daerah dengan nasional. Jika perbedaannya tidak terlalu mendasar
maka penyesuaian dapat dilakukan pada rencana tahunan (RKPD).
5. RPJMD yang telah disesuaikan disampaikan kepada Bappenas untuk
ditelaah dan dibahas dalam Bilateral Meeting penyesuaian RPJMD
dengan RPJMN.
6. Berdasarkan hasil Bilateral Meeting maka RPJMD yang sudah sesuai,
disampaikan kembali kepada pemerintah daerah untuk ditetapkan.
RPJMD yang masih belum sesuai dengan RPJMN perlu
disempurnakan kembali. Hasil penyempurnaan harus disampaikan
kembali kepada Bappenas.
Gambar Mekanisme Penyesuaian RPJMD dengan
RPJMN 2015-2019
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SLAMET SENO ADJI
-2-
memperhatikan RPJMN sebagai bahan untuk melakukan perbaikan
jika terdapat perbedaan mendasar antara sasaran dan arah kebijakan
daerah dengan nasional. Jika perbedaannya tidak terlalu mendasar
maka penyesuaian dapat dilakukan pada rencana tahunan (RKPD).
5. RPJMD yang telah disesuaikan disampaikan kepada Bappenas untuk
ditelaah dan dibahas dalam Bilateral Meeting penyesuaian RPJMD
dengan RPJMN.
6. Berdasarkan hasil Bilateral Meeting maka RPJMD yang sudah sesuai,
disampaikan kembali kepada pemerintah daerah untuk ditetapkan.
RPJMD yang masih belum sesuai dengan RPJMN perlu
disempurnakan kembali. Hasil penyempurnaan harus disampaikan
kembali kepada Bappenas.
Gambar Mekanisme Penyesuaian RPJMD dengan
RPJMN 2015-2019
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
SLAMET SENO ADJI
PETUNJUK PELAKSANAANNO. 2 /JUKLAK/SESMEN/06/2014
TENTANG
PEDOMAN PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 2/JUKLAK/SESMEN/03/2014
TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 17 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Peraturan ...
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR 2/JUKLAK/SESMEN/03/2014
TENTANG PEDOMAN PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan amanat Pasal 17 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;
Mengingat : 1. Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
2. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);
4. Peraturan ...
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
5. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER. 005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 7 Tahun 2012;
8. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG PEDOMAN
PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH.
PERTAMA …
- 2 -
PERTAMA : Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Petunjuk Pelaksanaan ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian tak terpisahkan dalam Petunjuk Pelaksanaan ini.
KEDUA : Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi Kedeputian Bidang di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
KETIGA : Petunjuk Pelaksanaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2014
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SLAMET SENO ADJI
- 3 -
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
5. Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2007 tentang Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2013;
7. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor PER. 005/M.PPN/10/2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 7 Tahun 2012;
8. Peraturan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Perencanaan, Pelaksanaan, Pelaporan, Pemantauan dan Evaluasi Kegiatan dan Anggaran di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional;
MEMUTUSKAN : Menetapkan : PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG PEDOMAN
PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH.
PERTAMA …
- 2 -
PERTAMA : Menetapkan Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Petunjuk Pelaksanaan ini yang merupakan satu kesatuan dan bagian tak terpisahkan dalam Petunjuk Pelaksanaan ini.
KEDUA : Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dimaksudkan untuk memberikan panduan bagi Kedeputian Bidang di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
KETIGA : Petunjuk Pelaksanaan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 25 Maret 2014
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SLAMET SENO ADJI
- 3 -
LAMPIRAN
PETUNJUK PELAKSANAAN
NOMOR 2/JUKLAK/SESMEN/03/2014
TANGGAL 25 MARET 2014
PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG
PEDOMAN PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
LAMPIRAN
PETUNJUK PELAKSANAAN
NOMOR 2/JUKLAK/SESMEN/03/2014
TANGGAL 25 MARET 2014
PETUNJUK PELAKSANAAN TENTANG
PEDOMAN PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI DALAM
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................ B. Maksud dan Tujuan........................................................................ C. Ruang Lingkup................................................................................ D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kerangka Regulasi............................... E. Definisi............................................................................................
1 1 2 2 4 4
II TATA CARA PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI A. Tahapan dalam Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan
dengan Kerangka Regulasi............................................................... B. Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka
Regulasi Jangka Menengah.............................................................
7 7 11
III PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI KE DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL A. Arah Kebijakan Partisipasi Masyarakat dalam Kerangka Regulasi ... B. Wahana Partisipasi Masyarakat.......................................................
13
13 14
IV PENUTUP 15
ANAK LAMPIRAN 1. Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Regulasi 2. Contoh Tabel Identifikasi Kerangka Regulasi RPJMN 2015-
2019 3. Lembar Penilaian Usulan Kerangka Regulasi 4. Tahapan dan Langkah Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and
Benefit Analysis (CBA)) dalam Rangka Sinergitas Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................ B. Maksud dan Tujuan........................................................................ C. Ruang Lingkup................................................................................ D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kerangka Regulasi............................... E. Definisi............................................................................................
1 1 2 2 4 4
II TATA CARA PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI A. Tahapan dalam Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan
dengan Kerangka Regulasi............................................................... B. Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka
Regulasi Jangka Menengah.............................................................
7 7 11
III PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI KE DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL A. Arah Kebijakan Partisipasi Masyarakat dalam Kerangka Regulasi ... B. Wahana Partisipasi Masyarakat.......................................................
13
13 14
IV PENUTUP 15
ANAK LAMPIRAN 1. Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Regulasi 2. Contoh Tabel Identifikasi Kerangka Regulasi RPJMN 2015-
2019 3. Lembar Penilaian Usulan Kerangka Regulasi 4. Tahapan dan Langkah Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and
Benefit Analysis (CBA)) dalam Rangka Sinergitas Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi
ii
-1-
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional secara tegas mengamanatkan kerangka regulasi menjadi bagian dari salah satu dokumen perencanaan pembangunan nasional yaitu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Hal ini tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) yang berbunyi :
“RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan”.
Peran kerangka regulasi sangat penting dalam perencanaan pembangunan nasional. Regulasi sendiri merupakan sarana untuk mengoperasionalkan kebijakan pemerintah atau dengan kata lain, regulasi adalah bentuk formal (formalisasi) suatu kebijakan agar mempunyai kekuatan memaksa (untuk dipatuhi, dilaksanakan dan ditegakkan).
Regulasi merupakan sarana utama bagi pemerintah untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakannya, terutama yang bersifat strategis. Sedangkan kebijakan merupakan pilihan tindakan pemerintah yang bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum. Dengan demikian, regulasi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan, namun kebijakan sendiri tidak harus selalu dioperasionalkan dengan regulasi.
Kerangka Regulasi dimaksudkan untuk memberi arahan dan landasan pengaturan (regulasi) dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan negara dan pembangunan, dengan muatan indikasi atau arah kebijakan mengenai rancangan peraturan perundang-undangan yang diusulkan dalam kurun waktu tertentu.
Inti ...
-1-
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional secara tegas mengamanatkan kerangka regulasi menjadi bagian dari salah satu dokumen perencanaan pembangunan nasional yaitu dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Hal ini tercantum dalam Pasal 4 ayat (2) yang berbunyi :
“RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan Program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan Nasional, kebijakan umum, program Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan”.
Peran kerangka regulasi sangat penting dalam perencanaan pembangunan nasional. Regulasi sendiri merupakan sarana untuk mengoperasionalkan kebijakan pemerintah atau dengan kata lain, regulasi adalah bentuk formal (formalisasi) suatu kebijakan agar mempunyai kekuatan memaksa (untuk dipatuhi, dilaksanakan dan ditegakkan).
Regulasi merupakan sarana utama bagi pemerintah untuk mengoperasionalkan kebijakan-kebijakannya, terutama yang bersifat strategis. Sedangkan kebijakan merupakan pilihan tindakan pemerintah yang bersifat umum dan ditujukan kepada masyarakat umum. Dengan demikian, regulasi tidak dapat dipisahkan dari kebijakan, namun kebijakan sendiri tidak harus selalu dioperasionalkan dengan regulasi.
Kerangka Regulasi dimaksudkan untuk memberi arahan dan landasan pengaturan (regulasi) dalam melaksanakan kegiatan penyelenggaraan negara dan pembangunan, dengan muatan indikasi atau arah kebijakan mengenai rancangan peraturan perundang-undangan yang diusulkan dalam kurun waktu tertentu.
Inti ...
-2-
Inti dari kerangka regulasi adalah upaya mewujudkan tertib peraturan perundang-undangan (regulasi) sejak tahapan yang sangat awal, yaitu tahapan perencanaan dan penganggaran.
Dalam rangka memberikan pedoman dan panduan bagi Kedeputian Bidang di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
B. Maksud dan Tujuan
Petunjuk Pelaksanaan ini disusun untuk memberikan panduan bagi Kedeputian Bidang di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam melakukan pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang bertujuan untuk : 1. Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan
perundang-undangan agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan;
2. Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan
3. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan peraturan perundang-undangan.
C. Ruang Lingkup
Petunjuk Pelaksanaan ini mencakup pedoman pengintegrasian kerangka regulasi jangka menengah. Untuk pengintegrasian kerangka regulasi jangka menengah digambarkan dalam Gambar 1 :
Gambar 1 ...
-3-
Gambar 1. Pengintegrasian Kerangka Regulasi Jangka Menengah
Ruang Lingkup Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi
Jangka Menengah antara lain:
1. Persiapan dilakukan melalui proses serial diskusi antara Kedeputian Bidang Politik, Hukum dan Pertahanan dan Keamanan dengan Kedeputian Bidang yang membahas tentang evaluasi awal terkait kebijakan dan regulasi pada periode sebelumnya. Dalam proses ini masing-masing Unit Kerja Eselon 2 menetapkan Focal Point pada masing-masing unitnya. Hasil tiap diskusi serial harus dikoordinasikan oleh Focal Point kepada Kementerian/Lembaga yang menjadi mitranya.
2. Proses penyusunan merupakan tindak lanjut dari hasil serial diskusi yang didalamnya melibatkan masyarakat (stakeholders terkait) dengan hasil akhir berupa draf arah kerangka regulasi dan/atau kebutuhan regulasi dalam dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah.
3. Penentuan dan penetapan Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi sejalan dengan proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
D. Prinsip ...
-2-
Inti dari kerangka regulasi adalah upaya mewujudkan tertib peraturan perundang-undangan (regulasi) sejak tahapan yang sangat awal, yaitu tahapan perencanaan dan penganggaran.
Dalam rangka memberikan pedoman dan panduan bagi Kedeputian Bidang di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional untuk melakukan pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 17 Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, perlu menetapkan Petunjuk Pelaksanaan tentang Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
B. Maksud dan Tujuan
Petunjuk Pelaksanaan ini disusun untuk memberikan panduan bagi Kedeputian Bidang di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional dalam melakukan pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang bertujuan untuk : 1. Mengarahkan proses perencanaan pembentukan peraturan
perundang-undangan agar sesuai dengan kebutuhan pembangunan;
2. Meningkatkan kualitas peraturan perundang-undangan dalam rangka mendukung pencapaian prioritas pembangunan; dan
3. Meningkatkan efisiensi pengalokasian anggaran untuk keperluan pembentukan peraturan perundang-undangan.
C. Ruang Lingkup
Petunjuk Pelaksanaan ini mencakup pedoman pengintegrasian kerangka regulasi jangka menengah. Untuk pengintegrasian kerangka regulasi jangka menengah digambarkan dalam Gambar 1 :
Gambar 1 ...
-3-
Gambar 1. Pengintegrasian Kerangka Regulasi Jangka Menengah
Ruang Lingkup Pedoman Pengintegrasian Kerangka Regulasi
Jangka Menengah antara lain:
1. Persiapan dilakukan melalui proses serial diskusi antara Kedeputian Bidang Politik, Hukum dan Pertahanan dan Keamanan dengan Kedeputian Bidang yang membahas tentang evaluasi awal terkait kebijakan dan regulasi pada periode sebelumnya. Dalam proses ini masing-masing Unit Kerja Eselon 2 menetapkan Focal Point pada masing-masing unitnya. Hasil tiap diskusi serial harus dikoordinasikan oleh Focal Point kepada Kementerian/Lembaga yang menjadi mitranya.
2. Proses penyusunan merupakan tindak lanjut dari hasil serial diskusi yang didalamnya melibatkan masyarakat (stakeholders terkait) dengan hasil akhir berupa draf arah kerangka regulasi dan/atau kebutuhan regulasi dalam dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah.
3. Penentuan dan penetapan Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi sejalan dengan proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah.
D. Prinsip ...
-4-
D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kerangka Regulasi
Prinsip-prinsip dalam penyusunan Kerangka Regulasi adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan Kerangka Regulasi dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimaksudkan untuk memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam rangka mewujudkan Tujuan Bernegara sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan mempertimbangkan dampak, biaya, manfaat dan kerugiannya untuk masyarakat.
3. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan mempertimbangkan asas pembentukan dan asas materi peraturan perundang-undangan yang baik.
4. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan melibatkan stakeholder terkait.
5. Kerangka Regulasi Jangka Menengah berisi kebutuhan Regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang akan dibentuk sejalan dengan kebijakan pembangunan nasional yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
E. Definisi
Dalam Petunjuk Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan: 1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disingkat RPJMN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahunan.
4. Kerangka ...
-5-
4. Kerangka Rencana Pembangunan Nasional adalah arahan yang disepakati bersama yang menjabarkan unsur-unsur pokok pembangunan dan menjelaskan keterkaitannya dalam rangka menyusun RPJMN.
5. Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
6. Arah Kerangka Regulasi adalah proyeksi kebijakan yang memberikan arahan bagi penyelenggara negara dalam menetapkan strategi kebijakan yang berimplikasi pada diambilnya suatu keputusan yang berupa pembentukan regulasi dan/atau kebijakan lainnya.
7. Pengkajian adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penetapan masalah dan penetapan tujuan/sasaran dengan tetap memerhatikan regulasi yang berlaku.
8. Penelitian adalah pendalaman masalah dan tujuan/sasaran yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis) atau Analisis Efektifitas Biaya (Cost Effectiveness Analysis).
9. Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis) adalah suatu metode yang digunakan untuk membandingkan berbagai biaya atau resiko sebagai implikasi dan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari sebuah kebijakan atau regulasi.
10. Biaya adalah berbagai variabel yang perlu diperhitungkan termasuk resiko untuk mencapai tujuan kebijakan/regulasi yang akan ditetapkan.
11. Manfaat adalah harapan yang akan diperoleh dengan ditetapkannya suatu kebijakan/regulasi.
12. Kedeputian Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan adalah Deputi pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang bertugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang politik, hukum, pertahanan, dan keamanan.
13. Kedeputian ...
-4-
D. Prinsip-Prinsip Penyusunan Kerangka Regulasi
Prinsip-prinsip dalam penyusunan Kerangka Regulasi adalah sebagai berikut : 1. Penyusunan Kerangka Regulasi dalam penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dimaksudkan untuk memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat, termasuk swasta dan penyelenggara negara dalam rangka mewujudkan Tujuan Bernegara sebagaimana tercantum pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan mempertimbangkan dampak, biaya, manfaat dan kerugiannya untuk masyarakat.
3. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan mempertimbangkan asas pembentukan dan asas materi peraturan perundang-undangan yang baik.
4. Penyusunan Kerangka Regulasi dilakukan dengan melibatkan stakeholder terkait.
5. Kerangka Regulasi Jangka Menengah berisi kebutuhan Regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang akan dibentuk sejalan dengan kebijakan pembangunan nasional yang tertuang pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
E. Definisi
Dalam Petunjuk Pelaksanaan ini yang dimaksud dengan: 1. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan
masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.
2. Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, yang selanjutnya disingkat RPJMN adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk periode 5 (lima) tahunan.
4. Kerangka ...
-5-
4. Kerangka Rencana Pembangunan Nasional adalah arahan yang disepakati bersama yang menjabarkan unsur-unsur pokok pembangunan dan menjelaskan keterkaitannya dalam rangka menyusun RPJMN.
5. Kerangka Regulasi adalah perencanaan pembentukan regulasi dalam rangka memfasilitasi, mendorong dan mengatur perilaku masyarakat dan penyelenggara Negara dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
6. Arah Kerangka Regulasi adalah proyeksi kebijakan yang memberikan arahan bagi penyelenggara negara dalam menetapkan strategi kebijakan yang berimplikasi pada diambilnya suatu keputusan yang berupa pembentukan regulasi dan/atau kebijakan lainnya.
7. Pengkajian adalah serangkaian kegiatan yang meliputi penetapan masalah dan penetapan tujuan/sasaran dengan tetap memerhatikan regulasi yang berlaku.
8. Penelitian adalah pendalaman masalah dan tujuan/sasaran yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan dan memperhitungkan Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis) atau Analisis Efektifitas Biaya (Cost Effectiveness Analysis).
9. Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis) adalah suatu metode yang digunakan untuk membandingkan berbagai biaya atau resiko sebagai implikasi dan manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari sebuah kebijakan atau regulasi.
10. Biaya adalah berbagai variabel yang perlu diperhitungkan termasuk resiko untuk mencapai tujuan kebijakan/regulasi yang akan ditetapkan.
11. Manfaat adalah harapan yang akan diperoleh dengan ditetapkannya suatu kebijakan/regulasi.
12. Kedeputian Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan adalah Deputi pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang bertugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang politik, hukum, pertahanan, dan keamanan.
13. Kedeputian ...
-6-
13. Kedeputian Bidang Pendanaan Pembangunan adalah Deputi pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang bertugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pendanaan pembangunan.
14. Kedeputian Bidang adalah Deputi pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang bertugas melaksanakan perencanaan pembangunan bidang terkait yang merupakan mitra dari Kementerian/Lembaga.
15. Focal Point adalah perseorangan yang ditunjuk oleh Unit Kerja Eselon 2 sebagai penanggung jawab teknis untuk kelancaran pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN.
BAB II ...
-7-
BAB II TATA CARA PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI
A. Tahapan dalam Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan
dengan Kerangka Regulasi 1. Pada tahapan awal penyusunan kerangka kebijakan perlu
dilakukan evaluasi terhadap regulasi yang sudah ada yang memuat substansi kebijakan terdahulu.
2. Tahapan awal terdiri dari Pengkajian dan Penelitian.
3. Pengkajian yang meliputi kegiatan: a. identifikasi masalah (problem definition); b. penetapan tujuan (objective setting); dan c. identifikasi regulasi yang ada (existing regulation).
4. Penelitian yang meliputi kegiatan:
a. Analisis mendalam (indepth analysis) terhadap hasil pengkajian termasuk Analisis Biaya dan Manfaat.
b. Penggunaan Analisis Biaya dan Manfaat adalah sebagai berikut : 1) Tujuan
Penggunaan Analisis Biaya dan Manfaat untuk membantu pengambil kebijakan dan/atau pembentuk regulasi untuk memilih alternatif kebijakan/regulasi yang terbaik.
2) Prinsip-Prinsip dari Analisis Biaya dan Manfaat a) Perlu mendasarkan pada analisis keadaan yang
mengacu pada visi-misi Presiden untuk memenuhi tujuan pembangunan Nasional.
b) Dalam melakukan analisis perlu mempertimbangkan semua aspek terkait (antar bidang, lintas bidang, dan kewilayahan).
c) Analisis dapat dilakukan baik sebelum maupun setelah kebijakan dan/atau regulasi dibentuk.
d) Dilakukan oleh pihak yang memahami bidang terkait sehingga dapat menemukenali dan mempertimbangkan dampak finansial maupun dampak non finansial.
e) Analisis ...
-6-
13. Kedeputian Bidang Pendanaan Pembangunan adalah Deputi pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang bertugas melaksanakan perumusan kebijakan dan pelaksanaan penyusunan rencana pembangunan nasional di bidang pendanaan pembangunan.
14. Kedeputian Bidang adalah Deputi pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang bertugas melaksanakan perencanaan pembangunan bidang terkait yang merupakan mitra dari Kementerian/Lembaga.
15. Focal Point adalah perseorangan yang ditunjuk oleh Unit Kerja Eselon 2 sebagai penanggung jawab teknis untuk kelancaran pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam RPJMN.
BAB II ...
-7-
BAB II TATA CARA PENGINTEGRASIAN KERANGKA REGULASI
A. Tahapan dalam Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan
dengan Kerangka Regulasi 1. Pada tahapan awal penyusunan kerangka kebijakan perlu
dilakukan evaluasi terhadap regulasi yang sudah ada yang memuat substansi kebijakan terdahulu.
2. Tahapan awal terdiri dari Pengkajian dan Penelitian.
3. Pengkajian yang meliputi kegiatan: a. identifikasi masalah (problem definition); b. penetapan tujuan (objective setting); dan c. identifikasi regulasi yang ada (existing regulation).
4. Penelitian yang meliputi kegiatan:
a. Analisis mendalam (indepth analysis) terhadap hasil pengkajian termasuk Analisis Biaya dan Manfaat.
b. Penggunaan Analisis Biaya dan Manfaat adalah sebagai berikut : 1) Tujuan
Penggunaan Analisis Biaya dan Manfaat untuk membantu pengambil kebijakan dan/atau pembentuk regulasi untuk memilih alternatif kebijakan/regulasi yang terbaik.
2) Prinsip-Prinsip dari Analisis Biaya dan Manfaat a) Perlu mendasarkan pada analisis keadaan yang
mengacu pada visi-misi Presiden untuk memenuhi tujuan pembangunan Nasional.
b) Dalam melakukan analisis perlu mempertimbangkan semua aspek terkait (antar bidang, lintas bidang, dan kewilayahan).
c) Analisis dapat dilakukan baik sebelum maupun setelah kebijakan dan/atau regulasi dibentuk.
d) Dilakukan oleh pihak yang memahami bidang terkait sehingga dapat menemukenali dan mempertimbangkan dampak finansial maupun dampak non finansial.
e) Analisis ...
-8-
e) Analisis dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang akan terkena dampak baik resiko dan manfaat.
f) Analisis Biaya dan Manfaat harus diumumkan kepada masyarakat.
3) Langkah-langkah dalam Menerapkan Analisis Biaya dan Manfaat a) Mengidentifikasi siapa saja yang akan terkena
dampak. Pihak yang terkena dampak dapat terdiri dari Pemerintah, swasta/dunia usaha, kelompok atau golongan di dalam masyarakat (pemuda, perempuan, anak-anak, lansia, masyarakat adat, petani, nelayan, orang miskin, orang sakit, dan lain sebagainya).
b) Mengidentifikasi semua jenis manfaat dan biaya pada masing-masing kelompok masyarakat yang akan terdampak.
4) Contoh “Biaya” antara lain meliputi:
a) Pemerintah: biaya yang harus dikeluarkan dalam hal perumusan kebijakan, pembentukan regulasi, penerapan regulasi dan penegakannya;
b) Dunia usaha: ongkos produksi, kesempatan berusaha/bekerja yang hilang/berkurang, keuntungan yang hilang/berkurang;
c) Masyarakat umum: pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup, banjir, kekeringan, penyakit, kehilangan mata pencaharian/pekerjaan, kehilangan jiwa, kehilangan tempat tinggal, kehilangan sumber mata pencaharian, kehilangan kesempatan sekolah, kehilangan kebebasan berkumpul, mahalnya ongkos transportasi;
d) Masyarakat Adat: berkurangnya mata pencaharian, kehilangan tempat tinggal, dan lain-lain.
5) Contoh ...
-9-
5) Contoh “Manfaat” antara lain meliputi:
a) Pemerintah: penerimaan negara, berkurangnya beban anggaran negara;
b) Dunia usaha: terbukanya kesempatan berusaha/kemudahan berusaha, meningkatnya keuntungan, produktivitas dan sebagainya;
c) Masyarakat Umum: meningkatnya kualitas lingkungan hidup, kesehatan, harapan hidup, kesejahteraan; bertambahnya akses pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin, dan lain-lain.
6) Mengukur/menilai (dalam rupiah) semua manfaat dan biaya, bila memungkinkan.
Seluruh biaya dan manfaat di atas diukur nilainya dalam rupiah. Untuk jenis biaya dan manfaat yang sulit untuk mengukur nilai rupiahnya, maka penghitungan dilakukan berdasarkan penghitungan willingness to pay atau willingness to accept.
7) Mengukur/menilai (dalam rupiah) baseline manfaat dan biaya, yaitu manfaat dan biaya dalam kondisi saat ini ketika kebijakan dan atau regulasi belum dibentuk (dalam kondisi Business As Usual).
8) Membandingkan manfaat dan biaya antara baseline dengan apabila ada intervensi (kebijakan dan atau regulasi) dalam rupiah.
9) Untuk mengetahui apakah manfaat yang diperoleh dari pembentukan kebijakan/regulasi adalah lebih besar daripada biaya dalam konsisi Business As Usual. Bila manfaat yang akan diperoleh adalah sama dengan ketika kondisi Business As Usual, maka tidak perlu ada kebijakan baru/regulasi baru.
10) Membuat laporan hasil Analisis Biaya dan Manfaat dan menyusun rekomendasi berdasar hasil Analisis Biaya dan Manfaat.
11) Hasil Analisis Biaya dan Manfaat dan rekomendasi diumumkan kepada masyarakat.
c. Hasil ...
-8-
e) Analisis dilakukan dengan melibatkan semua pemangku kepentingan yang akan terkena dampak baik resiko dan manfaat.
f) Analisis Biaya dan Manfaat harus diumumkan kepada masyarakat.
3) Langkah-langkah dalam Menerapkan Analisis Biaya dan Manfaat a) Mengidentifikasi siapa saja yang akan terkena
dampak. Pihak yang terkena dampak dapat terdiri dari Pemerintah, swasta/dunia usaha, kelompok atau golongan di dalam masyarakat (pemuda, perempuan, anak-anak, lansia, masyarakat adat, petani, nelayan, orang miskin, orang sakit, dan lain sebagainya).
b) Mengidentifikasi semua jenis manfaat dan biaya pada masing-masing kelompok masyarakat yang akan terdampak.
4) Contoh “Biaya” antara lain meliputi:
a) Pemerintah: biaya yang harus dikeluarkan dalam hal perumusan kebijakan, pembentukan regulasi, penerapan regulasi dan penegakannya;
b) Dunia usaha: ongkos produksi, kesempatan berusaha/bekerja yang hilang/berkurang, keuntungan yang hilang/berkurang;
c) Masyarakat umum: pencemaran atau kerusakan lingkungan hidup, banjir, kekeringan, penyakit, kehilangan mata pencaharian/pekerjaan, kehilangan jiwa, kehilangan tempat tinggal, kehilangan sumber mata pencaharian, kehilangan kesempatan sekolah, kehilangan kebebasan berkumpul, mahalnya ongkos transportasi;
d) Masyarakat Adat: berkurangnya mata pencaharian, kehilangan tempat tinggal, dan lain-lain.
5) Contoh ...
-9-
5) Contoh “Manfaat” antara lain meliputi:
a) Pemerintah: penerimaan negara, berkurangnya beban anggaran negara;
b) Dunia usaha: terbukanya kesempatan berusaha/kemudahan berusaha, meningkatnya keuntungan, produktivitas dan sebagainya;
c) Masyarakat Umum: meningkatnya kualitas lingkungan hidup, kesehatan, harapan hidup, kesejahteraan; bertambahnya akses pendidikan dan kesehatan bagi masyarakat miskin, dan lain-lain.
6) Mengukur/menilai (dalam rupiah) semua manfaat dan biaya, bila memungkinkan.
Seluruh biaya dan manfaat di atas diukur nilainya dalam rupiah. Untuk jenis biaya dan manfaat yang sulit untuk mengukur nilai rupiahnya, maka penghitungan dilakukan berdasarkan penghitungan willingness to pay atau willingness to accept.
7) Mengukur/menilai (dalam rupiah) baseline manfaat dan biaya, yaitu manfaat dan biaya dalam kondisi saat ini ketika kebijakan dan atau regulasi belum dibentuk (dalam kondisi Business As Usual).
8) Membandingkan manfaat dan biaya antara baseline dengan apabila ada intervensi (kebijakan dan atau regulasi) dalam rupiah.
9) Untuk mengetahui apakah manfaat yang diperoleh dari pembentukan kebijakan/regulasi adalah lebih besar daripada biaya dalam konsisi Business As Usual. Bila manfaat yang akan diperoleh adalah sama dengan ketika kondisi Business As Usual, maka tidak perlu ada kebijakan baru/regulasi baru.
10) Membuat laporan hasil Analisis Biaya dan Manfaat dan menyusun rekomendasi berdasar hasil Analisis Biaya dan Manfaat.
11) Hasil Analisis Biaya dan Manfaat dan rekomendasi diumumkan kepada masyarakat.
c. Hasil ...
-10-
c. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan pembentukan/amandemen/penggantian Undang-Undang. Dalam hal hasil penelitian tidak bersifat regulatory pada level Undang-Undang, maka rekomendasi meliputi: 1) Pembentukan peraturan pelaksanaan Undang-Undang
(Peraturan Pemerintah ke bawah), dan/atau; 2) Kegiatan lain yang bersifat peraturan kebijakan atau
legislasi semu (contoh: surat perintah atau instruksi mengenai kebijakan yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden atau Instruksi Presiden).
5. Proses pembentukan regulasi mengacu pada ketentuan yang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
6. Untuk memudahkan dalam memahami proses pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi maka dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar. 2 Proses Pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi
B. Tata ...
-11-
B. Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi Jangka Menengah 1. Bagan Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Regulasi dapat dilihat
pada Anak Lampiran I.
2. Draf awal kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi disusun oleh masing-masing Kedeputian Bidang berdasarkan hasil kajian background study Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional termasuk hasil evaluasi dari regulasi terkait yang diidentifikasi bermasalah dan/atau menghambat pencapaian tujuan Pembangunan nasional pada periode sebelumnya. Contoh Formulir Tabel Identifikasi Kerangka Regulasi dapat dilihat pada Anak Lampiran II.
3. Hasil evaluasi meliputi urgensi pembentukan dan/atau revisi regulasi untuk menjawab apakah regulasi yang ada dianggap belum cukup memadai atau perlu menyesuaikan dengan kondisi terikini serta review terhadap peraturan yang ada. Formulir Lembar Penilaian Usulan Kerangka Regulasi dapat dilihat pada Anak Lampiran III.
4. Draf awal kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang ditetapkan wajib melalui analisis biaya dan manfaat dalam rangka pelaksanaan kebijakan pembangunan yang akan ditetapkan dalam draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Formulir pengisian Analisis Biaya dan Manfaat dapat dilihat pada Anak Lampiran IV.
5. Dalam membahas kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi dari satu Kedeputian Bidang yang membutuhkan dukungan dari Kedeputian Bidang lain, wajib melakukan koordinasi dan komunikasi agar sejalan dengan prioritas kebijakan pembangunan yang akan dicapai.
6. Kedeputian Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan bertindak selaku koordinator penyusunan kerangka regulasi dengan didukung oleh Sekretariat yang dalam hal ini yaitu Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan.
7. Kedeputian Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan berkoordinasi dengan Kedeputian Bidang Pendanaan Pembangunan serta Kedeputian-kedeputian Bidang untuk memastikan kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi sejalan dengan proses penyusunan teknokratis RPJMN.
8. Masing-masing ...
-10-
c. Hasil penelitian tidak selalu merekomendasikan pembentukan/amandemen/penggantian Undang-Undang. Dalam hal hasil penelitian tidak bersifat regulatory pada level Undang-Undang, maka rekomendasi meliputi: 1) Pembentukan peraturan pelaksanaan Undang-Undang
(Peraturan Pemerintah ke bawah), dan/atau; 2) Kegiatan lain yang bersifat peraturan kebijakan atau
legislasi semu (contoh: surat perintah atau instruksi mengenai kebijakan yang ditetapkan dengan Keputusan Presiden atau Instruksi Presiden).
5. Proses pembentukan regulasi mengacu pada ketentuan yang telah
diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.
6. Untuk memudahkan dalam memahami proses pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi maka dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar. 2 Proses Pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi
B. Tata ...
-11-
B. Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Kebijakan dengan Kerangka Regulasi Jangka Menengah 1. Bagan Tata Cara Pengintegrasian Kerangka Regulasi dapat dilihat
pada Anak Lampiran I.
2. Draf awal kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi disusun oleh masing-masing Kedeputian Bidang berdasarkan hasil kajian background study Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional termasuk hasil evaluasi dari regulasi terkait yang diidentifikasi bermasalah dan/atau menghambat pencapaian tujuan Pembangunan nasional pada periode sebelumnya. Contoh Formulir Tabel Identifikasi Kerangka Regulasi dapat dilihat pada Anak Lampiran II.
3. Hasil evaluasi meliputi urgensi pembentukan dan/atau revisi regulasi untuk menjawab apakah regulasi yang ada dianggap belum cukup memadai atau perlu menyesuaikan dengan kondisi terikini serta review terhadap peraturan yang ada. Formulir Lembar Penilaian Usulan Kerangka Regulasi dapat dilihat pada Anak Lampiran III.
4. Draf awal kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang ditetapkan wajib melalui analisis biaya dan manfaat dalam rangka pelaksanaan kebijakan pembangunan yang akan ditetapkan dalam draf Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Formulir pengisian Analisis Biaya dan Manfaat dapat dilihat pada Anak Lampiran IV.
5. Dalam membahas kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi dari satu Kedeputian Bidang yang membutuhkan dukungan dari Kedeputian Bidang lain, wajib melakukan koordinasi dan komunikasi agar sejalan dengan prioritas kebijakan pembangunan yang akan dicapai.
6. Kedeputian Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan bertindak selaku koordinator penyusunan kerangka regulasi dengan didukung oleh Sekretariat yang dalam hal ini yaitu Direktorat Analisa Peraturan Perundang-undangan.
7. Kedeputian Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan berkoordinasi dengan Kedeputian Bidang Pendanaan Pembangunan serta Kedeputian-kedeputian Bidang untuk memastikan kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi sejalan dengan proses penyusunan teknokratis RPJMN.
8. Masing-masing ...
-12-
8. Masing-masing Kedeputian Bidang wajib menunjuk satu orang Focal Point di masing-masing Unit Kerja Eselon-2 yang bertugas untuk mengawal proses koordinasi dan komunikasi, serta internalisasi kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang disusun agar sejalan dengan prioritas kebijakan pembangunan yang akan dicapai.
9. Focal Point bertugas melakukan proses koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang disusun, baik di internal Kementerian PPN/Bappenas yakni, dengan Unit Kerja Eselon 2 maupun secara eksternal dengan Kementerian/Lembaga yang menjadi mitranya dalam hal ini Unit Kerja Eselon yang secara langsung terkait kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang diusulkan.
10. Hasil koordinasi dan komunikasi pembahasan kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi tersebut berupa identifikasi awal Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi yang sinergi dengan prioritas kebijakan termasuk melalui analisis biaya dan manfaat. Contoh Formulir Tabel Identifikasi Kerangka Regulasi dapat dilihat pada Anak Lampiran III.
11. Hasil identifikasi awal menjadi bahan bagi dokumen draf Background Study RPJMN yang kemudian diproses menjadi draf RPJMN Teknokratik yang selanjutnya disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas oleh Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan selaku koordinator pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
12. Hasil konsolidasi terkait kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi akan menjadi bahan penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Jangka Menengah Pemerintah.
BAB III ...
-13-
BAB III
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENGINTEGRASIAN
KERANGKA REGULASI KE DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
A. Arah Kebijakan Partisipasi Masyarakat dalam Kerangka Regulasi
1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembentukan peraturan perundang-undangan/regulasi menjadi amanat dari:
a. Pasal 2 ayat (4) huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
b. Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
c. Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
2. Partisipasi masyarakat dimulai sejak pengusulan hingga penetapan kerangka regulasi. Pelibatan masyarakat dalam pengusulan kebijakan/regulasi disesuaikan dengan karakteristik Kementerian/Lembaga masing-masing.
3. Keterlibatan masyarakat dalam kerangka regulasi pada prinsipnya bukan semata-mata karena adanya hak berpartisipasi dalam proses kebijakan dan pembangunan, namun juga merupakan upaya pembelajaran dalam rangka mendukung peningkatan kualitas regulasi secara lebih nyata dan berkesinambungan.
4. Pemangku kepentingan (stakeholder) yang dilibatkan :
a. Instansi/Lembaga/Pihak Utama (Main Stakeholders), antara lain: 1) Instansi/Lembaga Pemrakarsa (Inisiator); 2) Instansi yang terkait secara langsung; atau 3) Pihak yang mempunyai kepentingan secara langsung.
b. Pihak ...
-12-
8. Masing-masing Kedeputian Bidang wajib menunjuk satu orang Focal Point di masing-masing Unit Kerja Eselon-2 yang bertugas untuk mengawal proses koordinasi dan komunikasi, serta internalisasi kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang disusun agar sejalan dengan prioritas kebijakan pembangunan yang akan dicapai.
9. Focal Point bertugas melakukan proses koordinasi dan komunikasi dengan stakeholder terkait kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang disusun, baik di internal Kementerian PPN/Bappenas yakni, dengan Unit Kerja Eselon 2 maupun secara eksternal dengan Kementerian/Lembaga yang menjadi mitranya dalam hal ini Unit Kerja Eselon yang secara langsung terkait kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi yang diusulkan.
10. Hasil koordinasi dan komunikasi pembahasan kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi tersebut berupa identifikasi awal Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi yang sinergi dengan prioritas kebijakan termasuk melalui analisis biaya dan manfaat. Contoh Formulir Tabel Identifikasi Kerangka Regulasi dapat dilihat pada Anak Lampiran III.
11. Hasil identifikasi awal menjadi bahan bagi dokumen draf Background Study RPJMN yang kemudian diproses menjadi draf RPJMN Teknokratik yang selanjutnya disampaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Wakil Menteri PPN/Wakil Kepala Bappenas oleh Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan selaku koordinator pengintegrasian Kerangka Regulasi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
12. Hasil konsolidasi terkait kebutuhan regulasi dan/atau arah kerangka regulasi akan menjadi bahan penyusunan Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Jangka Menengah Pemerintah.
BAB III ...
-13-
BAB III
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROSES PENGINTEGRASIAN
KERANGKA REGULASI KE DALAM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL
A. Arah Kebijakan Partisipasi Masyarakat dalam Kerangka Regulasi
1. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pembentukan peraturan perundang-undangan/regulasi menjadi amanat dari:
a. Pasal 2 ayat (4) huruf d Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, dan Pasal 96 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan;
b. Pasal 10 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;
c. Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri PPN/Kepala Bappenas Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019.
2. Partisipasi masyarakat dimulai sejak pengusulan hingga penetapan kerangka regulasi. Pelibatan masyarakat dalam pengusulan kebijakan/regulasi disesuaikan dengan karakteristik Kementerian/Lembaga masing-masing.
3. Keterlibatan masyarakat dalam kerangka regulasi pada prinsipnya bukan semata-mata karena adanya hak berpartisipasi dalam proses kebijakan dan pembangunan, namun juga merupakan upaya pembelajaran dalam rangka mendukung peningkatan kualitas regulasi secara lebih nyata dan berkesinambungan.
4. Pemangku kepentingan (stakeholder) yang dilibatkan :
a. Instansi/Lembaga/Pihak Utama (Main Stakeholders), antara lain: 1) Instansi/Lembaga Pemrakarsa (Inisiator); 2) Instansi yang terkait secara langsung; atau 3) Pihak yang mempunyai kepentingan secara langsung.
b. Pihak ...
-14-
b. Pihak yang terkena dampak secara langsung (Affected Parties), antara lain : 1) Pihak yang paling memperoleh manfaat; atau 2) Pihak yang secara potensial akan terkena dampak
(negatif) yang paling besar. c. Kelompok Masyarakat yang berkepentingan (Interest Groups),
antara lain: 1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); 2) asosiasi; 3) pakar; dan 4) media massa.
d. Masyarakat luas (Public at Large), antara lain: 1) konsumen, kelompok advokasi lingkungan dan
kelompok advokasi lainnya; 2) penduduk asli, minoritas dan grup etnik; dan 3) asosiasi masyarakat sipil yang berbasis agama.
B. Wahana Partisipasi Masyarakat
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman serta apresiasi terhadap regulasi. Beberapa wahana yang dapat dilakukan untuk pengembangan partisipasi masyarakat tersebut antara lain melalui :
1. Pengembangan model koalisi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk memberi masukan dan mengawal kerangka regulasi;
2. Pengembangan model komunikasi interaktif dengan Kementerian/Lembaga untuk mengetahui berbagai perkembangan terkait kerangka regulasi.
BAB IV ...
-15-
BAB IV
PENUTUP
Pedoman ini merupakan penjabaran dari Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi Unit Kerja Eselon 1 dan Unit Kerja Eselon 2 dalam menyusun Kerangka Regulasi untuk diintegrasikan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SLAMET SENO ADJI
-14-
b. Pihak yang terkena dampak secara langsung (Affected Parties), antara lain : 1) Pihak yang paling memperoleh manfaat; atau 2) Pihak yang secara potensial akan terkena dampak
(negatif) yang paling besar. c. Kelompok Masyarakat yang berkepentingan (Interest Groups),
antara lain: 1) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM); 2) asosiasi; 3) pakar; dan 4) media massa.
d. Masyarakat luas (Public at Large), antara lain: 1) konsumen, kelompok advokasi lingkungan dan
kelompok advokasi lainnya; 2) penduduk asli, minoritas dan grup etnik; dan 3) asosiasi masyarakat sipil yang berbasis agama.
B. Wahana Partisipasi Masyarakat
Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran, pengetahuan dan pemahaman serta apresiasi terhadap regulasi. Beberapa wahana yang dapat dilakukan untuk pengembangan partisipasi masyarakat tersebut antara lain melalui :
1. Pengembangan model koalisi Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) untuk memberi masukan dan mengawal kerangka regulasi;
2. Pengembangan model komunikasi interaktif dengan Kementerian/Lembaga untuk mengetahui berbagai perkembangan terkait kerangka regulasi.
BAB IV ...
-15-
BAB IV
PENUTUP
Pedoman ini merupakan penjabaran dari Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional. Pedoman ini diharapkan dapat menjadi panduan bagi Unit Kerja Eselon 1 dan Unit Kerja Eselon 2 dalam menyusun Kerangka Regulasi untuk diintegrasikan kedalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
SEKRETARIS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ SEKRETARIS UTAMA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL,
SLAMET SENO ADJI
-1-
A
NA
K L
AM
PIR
AN
I
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
2/J
UK
LAK
/SE
SME
N/0
3/20
14
TAN
GG
AL
25 M
AR
ET
2014
TATA
CA
RA
PE
NG
INTE
GR
ASI
AN
KE
RA
NG
KA
RE
GU
LASI
M
EN
TER
I PP
N/K
EPA
LA
BA
PPE
NA
S
D
EPU
TI –
DE
PUTI
B
IDA
NG
D
EPU
TI B
IDA
NG
PO
LHU
KH
AN
KAM
D
EPU
TI B
IDA
NG
PE
ND
AN
AA
N
PEM
BA
NG
UN
AN
E
valu
asi u
rgen
si
pem
bent
ukan
re
gula
si; d
an r
evie
w
terh
adap
per
atur
an
yang
ada
Id
enti
fika
si
Aw
al A
rah
Ker
angk
a R
egul
asi
dan/
atau
K
ebut
uhan
R
egul
asi y
ang
sine
rgi d
enga
n ke
bija
kan
term
asuk
m
elak
ukan
an
alis
is b
iaya
da
n m
anfa
at
Dra
f B
ackg
roun
d St
udy
RPJ
MN
Te
knok
rati
k
Dra
f R
PJM
N
Tekn
okra
tik
-1-
A
NA
K L
AM
PIR
AN
I
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
2/J
UK
LAK
/SE
SME
N/0
3/20
14
TAN
GG
AL
25 M
AR
ET
2014
TATA
CA
RA
PE
NG
INTE
GR
ASI
AN
KE
RA
NG
KA
RE
GU
LASI
M
EN
TER
I PP
N/K
EPA
LA
BA
PPE
NA
S
D
EPU
TI –
DE
PUTI
B
IDA
NG
D
EPU
TI B
IDA
NG
PO
LHU
KH
AN
KAM
D
EPU
TI B
IDA
NG
PE
ND
AN
AA
N
PEM
BA
NG
UN
AN
E
valu
asi u
rgen
si
pem
bent
ukan
re
gula
si; d
an r
evie
w
terh
adap
per
atur
an
yang
ada
Id
enti
fika
si
Aw
al A
rah
Ker
angk
a R
egul
asi
dan/
atau
K
ebut
uhan
R
egul
asi y
ang
sine
rgi d
enga
n ke
bija
kan
term
asuk
m
elak
ukan
an
alis
is b
iaya
da
n m
anfa
at
Dra
f B
ackg
roun
d St
udy
RPJ
MN
Te
knok
rati
k
Dra
f R
PJM
N
Tekn
okra
tik
-2-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
I PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 2
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/03/
2014
TA
NG
GA
L 25
MA
RE
T 20
14
C
ON
TOH
TA
BE
L ID
EN
TIFI
KA
SI K
ER
AN
GK
A R
EG
ULA
SI R
PJM
N 2
015-
2019
Isu
Stra
tegi
s
Ara
h K
ebija
kan
RPJ
MN
20
15-2
019
Ara
h K
eran
gka
Reg
ulas
i K
ebut
uhan
Reg
ulas
i U
rgen
si
Pem
bent
ukan
/ R
evis
i UU
Eva
luas
i te
rhad
ap
Exi
stin
g R
egul
atio
n Te
rkai
t
Dir
ekto
rat
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
Dir
ekto
rat
Terk
ait
KE
DE
PUTI
AN
BID
ANG
KE
MIS
KIN
AN
, KE
TEN
AG
AK
ER
JAA
N D
AN U
KM
Pen
ingk
atan
D
aya
Sai
ng
UM
KM
dan
K
oper
asi
(UM
KM
K)
Pen
ingk
atan
da
ya s
ain
g U
MK
M d
an
kope
rasi
u
ntu
k m
empe
rku
at
keta
han
an
pere
kon
omia
n
dom
esti
k da
n m
emba
ngu
n
keu
ngg
ula
n
glob
al
Lan
dasa
n
hu
kum
un
tuk
men
duku
ng
pen
ingk
atan
da
ya s
ain
g U
MK
M d
an
kope
rasi
Pen
yusu
nan
atu
ran
pe
laks
anaa
n U
U N
o. 1
7 ta
hu
n 2
012
ten
tan
g Pe
rkop
eras
ian
(5 R
PP
ten
tan
g Pe
rkop
eras
ian
ya
ng
seda
ng
diba
has
: R
PP P
enye
leng
gara
an
Kop
eras
i, R
PP K
SP,
RPP
Le
mba
ga P
enga
was
K
SP,
RPP
Kop
eras
i S
yari
ah d
an R
PP
Lem
baga
Pen
jam
in
Sim
pan
an K
oper
asi)
Am
anat
UU
N
o.17
/201
2 te
nta
ng
Perk
oper
asia
n
Dir
ekto
rat
Pem
berd
ayaa
n
Kop
eras
i dan
UK
M
Dir
ekto
rat
Jasa
K
euan
gan
dan
B
UM
N; D
irek
tora
t Pe
nan
ggu
lang
an
Kem
iski
nan
-3-
Isu
Stra
tegi
s
Ara
h K
ebija
kan
RPJ
MN
20
15-2
019
Ara
h K
eran
gka
Reg
ulas
i K
ebut
uhan
Reg
ulas
i U
rgen
si
Pem
bent
ukan
/ R
evis
i UU
Eva
luas
i te
rhad
ap
Exi
stin
g R
egul
atio
n Te
rkai
t
Dir
ekto
rat
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
Dir
ekto
rat
Terk
ait
Pera
tura
n s
etar
a de
nga
n P
erat
ura
n
Pres
iden
ter
kait
ko
ordi
nas
i dan
si
nkr
onis
asi
Pem
berd
ayaa
n K
oper
asi
dan
UM
KM
Reg
ula
si d
iper
luka
n
un
tuk
men
guat
kan
ko
ordi
nas
i dan
si
nkr
onis
asi
pem
berd
ayaa
n
UM
KM
dan
Kop
eras
i
Bel
um
ada
la
nda
san
hu
kum
ya
ng
men
aung
i pe
laks
anaa
n
prog
ram
n
asio
nal
yan
g te
rkai
t de
nga
n
pen
ingk
atan
da
ya s
ain
g U
MK
M d
an
mel
ibat
kan
si
ner
gi b
erba
gai
K/L
Dir
ekto
rat
Pem
berd
ayaa
n
Kop
eras
i dan
UK
M
Dir
ekto
rat
Pan
gan
da
n P
erta
nia
n;
Dir
ekto
rat
Kel
auta
n d
an
Peri
kan
an;
Dir
ekto
rat
Keh
uta
nan
; D
irek
tora
t Pe
rdag
anga
n,
Inve
stas
i dan
KE
I;
Dir
ekto
rat
Indu
stri
, IPT
EK
da
n P
arek
raf;
Dir
ekto
rat
Jasa
K
euan
gan
dan
B
UM
N
KE
DE
PUTI
AN
BID
AN
G P
EN
GE
MB
AN
GA
N R
EG
ION
AL
DA
N O
TON
OM
I D
AE
RA
H
Pen
yele
saia
n
kasu
s pe
rtan
ahan
pa
da
pen
gadi
lan
ce
nde
run
g be
rlar
ut-
laru
t ka
ren
a yu
risd
iksi
ya
ng
tida
k je
las
Perc
epat
an
pen
yele
saia
n
kasu
s pe
rtan
ahan
di
pen
gadi
lan
Pen
yusu
nan
ke
bija
kan
dan
pe
ratu
ran
pe
run
dan
g-u
nda
nga
n
un
tuk
mem
perc
epat
pe
nye
lesa
ian
ka
sus
pert
anah
an
Pera
tura
n t
enta
ng
pem
ben
tuka
n ka
mar
kh
usu
s pe
rtan
ahan
di
Pen
gadi
lan
Neg
eri y
ang
mel
ipu
ti:
Ta
ta C
ara
Ber
acar
a di
Pen
gadi
lan
Neg
eri
Kh
usu
s u
ntu
k ka
sus-
kasu
s pe
rtan
ahan
;
H
akim
yan
g m
enga
dili;
B
entu
k ke
putu
san
;
Je
nja
ng
kari
er S
DM
Yu
risd
iksi
kas
us
pert
anah
an y
ang
belu
m je
las
seh
ingg
a sa
tu
kasu
s pe
rtan
ahan
bis
a di
pros
es p
ada
bebe
rapa
pe
radi
lan
yan
g be
rbed
a.
Seh
ingg
a ke
putu
san
yan
g di
kelu
arka
n
terh
adap
sat
u
kasu
s da
pat
berb
eda-
beda
da
n s
ulit
di
ekse
kusi
Bel
um
ada
pe
ratu
ran
pe
run
dan
gan
yan
g m
enga
tur
pem
ben
tuka
n ka
mar
kh
usu
s pe
rtan
ahan
di
pen
gadi
lan
n
eger
i dan
juga
pe
ran
gkat
pe
radi
lan
nya
se
hin
gga
belu
m
dapa
t di
laku
kan
ev
alu
asi
Dir
ekto
rat
Tata
R
uan
g da
n
Pert
anah
an
Dir
ekto
rat
Hu
kum
da
n H
AM
-2-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
I PE
TUN
JUK
PE
LAK
SAN
AA
N
NO
MO
R 2
/JU
KLA
K/S
ESM
EN
/03/
2014
TA
NG
GA
L 25
MA
RE
T 20
14
C
ON
TOH
TA
BE
L ID
EN
TIFI
KA
SI K
ER
AN
GK
A R
EG
ULA
SI R
PJM
N 2
015-
2019
Isu
Stra
tegi
s
Ara
h K
ebija
kan
RPJ
MN
20
15-2
019
Ara
h K
eran
gka
Reg
ulas
i K
ebut
uhan
Reg
ulas
i U
rgen
si
Pem
bent
ukan
/ R
evis
i UU
Eva
luas
i te
rhad
ap
Exi
stin
g R
egul
atio
n Te
rkai
t
Dir
ekto
rat
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
Dir
ekto
rat
Terk
ait
KE
DE
PUTI
AN
BID
ANG
KE
MIS
KIN
AN
, KE
TEN
AG
AK
ER
JAA
N D
AN U
KM
Pen
ingk
atan
D
aya
Sai
ng
UM
KM
dan
K
oper
asi
(UM
KM
K)
Pen
ingk
atan
da
ya s
ain
g U
MK
M d
an
kope
rasi
u
ntu
k m
empe
rku
at
keta
han
an
pere
kon
omia
n
dom
esti
k da
n m
emba
ngu
n
keu
ngg
ula
n
glob
al
Lan
dasa
n
hu
kum
un
tuk
men
duku
ng
pen
ingk
atan
da
ya s
ain
g U
MK
M d
an
kope
rasi
Pen
yusu
nan
atu
ran
pe
laks
anaa
n U
U N
o. 1
7 ta
hu
n 2
012
ten
tan
g Pe
rkop
eras
ian
(5 R
PP
ten
tan
g Pe
rkop
eras
ian
ya
ng
seda
ng
diba
has
: R
PP P
enye
leng
gara
an
Kop
eras
i, R
PP K
SP,
RPP
Le
mba
ga P
enga
was
K
SP,
RPP
Kop
eras
i S
yari
ah d
an R
PP
Lem
baga
Pen
jam
in
Sim
pan
an K
oper
asi)
Am
anat
UU
N
o.17
/201
2 te
nta
ng
Perk
oper
asia
n
Dir
ekto
rat
Pem
berd
ayaa
n
Kop
eras
i dan
UK
M
Dir
ekto
rat
Jasa
K
euan
gan
dan
B
UM
N; D
irek
tora
t Pe
nan
ggu
lang
an
Kem
iski
nan
-3-
Isu
Stra
tegi
s
Ara
h K
ebija
kan
RPJ
MN
20
15-2
019
Ara
h K
eran
gka
Reg
ulas
i K
ebut
uhan
Reg
ulas
i U
rgen
si
Pem
bent
ukan
/ R
evis
i UU
Eva
luas
i te
rhad
ap
Exi
stin
g R
egul
atio
n Te
rkai
t
Dir
ekto
rat
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
Dir
ekto
rat
Terk
ait
Pera
tura
n s
etar
a de
nga
n P
erat
ura
n
Pres
iden
ter
kait
ko
ordi
nas
i dan
si
nkr
onis
asi
Pem
berd
ayaa
n K
oper
asi
dan
UM
KM
Reg
ula
si d
iper
luka
n
un
tuk
men
guat
kan
ko
ordi
nas
i dan
si
nkr
onis
asi
pem
berd
ayaa
n
UM
KM
dan
Kop
eras
i
Bel
um
ada
la
nda
san
hu
kum
ya
ng
men
aung
i pe
laks
anaa
n
prog
ram
n
asio
nal
yan
g te
rkai
t de
nga
n
pen
ingk
atan
da
ya s
ain
g U
MK
M d
an
mel
ibat
kan
si
ner
gi b
erba
gai
K/L
Dir
ekto
rat
Pem
berd
ayaa
n
Kop
eras
i dan
UK
M
Dir
ekto
rat
Pan
gan
da
n P
erta
nia
n;
Dir
ekto
rat
Kel
auta
n d
an
Peri
kan
an;
Dir
ekto
rat
Keh
uta
nan
; D
irek
tora
t Pe
rdag
anga
n,
Inve
stas
i dan
KE
I;
Dir
ekto
rat
Indu
stri
, IPT
EK
da
n P
arek
raf;
Dir
ekto
rat
Jasa
K
euan
gan
dan
B
UM
N
KE
DE
PUTI
AN
BID
AN
G P
EN
GE
MB
AN
GA
N R
EG
ION
AL
DA
N O
TON
OM
I D
AE
RA
H
Pen
yele
saia
n
kasu
s pe
rtan
ahan
pa
da
pen
gadi
lan
ce
nde
run
g be
rlar
ut-
laru
t ka
ren
a yu
risd
iksi
ya
ng
tida
k je
las
Perc
epat
an
pen
yele
saia
n
kasu
s pe
rtan
ahan
di
pen
gadi
lan
Pen
yusu
nan
ke
bija
kan
dan
pe
ratu
ran
pe
run
dan
g-u
nda
nga
n
un
tuk
mem
perc
epat
pe
nye
lesa
ian
ka
sus
pert
anah
an
Pera
tura
n t
enta
ng
pem
ben
tuka
n ka
mar
kh
usu
s pe
rtan
ahan
di
Pen
gadi
lan
Neg
eri y
ang
mel
ipu
ti:
Ta
ta C
ara
Ber
acar
a di
Pen
gadi
lan
Neg
eri
Kh
usu
s u
ntu
k ka
sus-
kasu
s pe
rtan
ahan
;
H
akim
yan
g m
enga
dili;
B
entu
k ke
putu
san
;
Je
nja
ng
kari
er S
DM
Yu
risd
iksi
kas
us
pert
anah
an y
ang
belu
m je
las
seh
ingg
a sa
tu
kasu
s pe
rtan
ahan
bis
a di
pros
es p
ada
bebe
rapa
pe
radi
lan
yan
g be
rbed
a.
Seh
ingg
a ke
putu
san
yan
g di
kelu
arka
n
terh
adap
sat
u
kasu
s da
pat
berb
eda-
beda
da
n s
ulit
di
ekse
kusi
Bel
um
ada
pe
ratu
ran
pe
run
dan
gan
yan
g m
enga
tur
pem
ben
tuka
n ka
mar
kh
usu
s pe
rtan
ahan
di
pen
gadi
lan
n
eger
i dan
juga
pe
ran
gkat
pe
radi
lan
nya
se
hin
gga
belu
m
dapa
t di
laku
kan
ev
alu
asi
Dir
ekto
rat
Tata
R
uan
g da
n
Pert
anah
an
Dir
ekto
rat
Hu
kum
da
n H
AM
-4-
Isu
Stra
tegi
s
Ara
h K
ebija
kan
RPJ
MN
20
15-2
019
Ara
h K
eran
gka
Reg
ulas
i K
ebut
uhan
Reg
ulas
i U
rgen
si
Pem
bent
ukan
/ R
evis
i UU
Eva
luas
i te
rhad
ap
Exi
stin
g R
egul
atio
n Te
rkai
t
Dir
ekto
rat
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
Dir
ekto
rat
Terk
ait
hak
im d
an
Pe
lati
han
khu
sus
bagi
apa
rat
terk
ait
sepe
rti:
hak
im,
pan
iter
a, ja
ksa,
dan
ke
polis
ian
.
K
eran
gka
wak
tu
pen
yele
saia
n
kasu
s pe
rtan
ahan
tid
ak
diba
tasi
seh
ingg
a de
nga
n t
iga
kem
un
gkin
an
pen
gadi
lan
yan
g be
rbed
a m
enja
di
sem
akin
ber
laru
t-la
rut
Pe
rcep
atan
pe
nye
lesa
ian
ka
sus
pert
anah
an d
apat
m
enin
gkat
kan
ke
past
ian
hu
kum
h
ak a
tas
tan
ah
yan
g be
rdam
pak
pada
pe
mbe
ntu
kan
kon
disi
yan
g ko
ndu
sif b
idan
g ek
onom
i, so
sial
- bu
daya
, pol
itik
, ju
ga d
apat
m
engu
ran
gi d
an
men
cega
h
tim
buln
ya k
onfli
k
-5-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
II
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
2/J
UK
LAK
/SE
SME
N/0
3/20
14
TAN
GG
AL
25 M
AR
ET
2014
LEM
BA
R P
EN
ILA
IAN
USU
LAN
KE
RA
NG
KA
RE
GU
LASI
1.
Jud
ul P
ropo
sal K
ebija
kan/
Reg
ulas
i :
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
...
2. K
emen
teri
an/L
emba
ga P
engu
sul
: ...
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
3.
Tah
un u
sula
n
: ...
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
4.
Dir
ekto
rat
Mit
ra d
i Bap
pena
s
: ...
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
5.
Pen
ilaia
n
: 1
POLI
CY/
KE
BIJ
AK
AN
a.
Jel
aska
n ap
akah
su
bsta
nsi
prop
osal
usu
lan
sesu
ai d
enga
n ar
ah p
emba
ngun
an y
ang
tela
h di
teta
pkan
? b.
Apa
kah
subs
tans
i pr
opos
al
usul
an
berp
oten
si
konf
lik/i
nkon
sist
en
deng
an
kebi
jaka
n se
ktor
lain
?
2 R
EG
ULA
SI/L
EG
ALI
TAS
a. J
elas
kan
apak
ah
subs
tans
i ke
bija
kan
tela
h se
suai
den
gan
ting
kat
regu
lasi
yan
g di
usul
kan
(i.e.
UU
)?
b. S
ebut
kan
regu
lasi
la
in
yang
m
enga
tur
subs
tans
i ya
ng
sam
a?
Tuju
an u
tam
a an
alis
is k
ebija
kan
ini a
dala
h u
ntu
k m
enila
i kon
sist
ensi
an
tara
keb
ijaka
n/r
egu
lasi
yan
g di
usu
lkan
K
onsi
sten
si d
enga
n k
ebija
kan
/reg
ula
si l
ain
yan
g te
rkai
t.
K
onsi
sten
si d
enga
n t
ema
dan
keb
ijaka
n/p
rior
itas
nas
ion
al p
ada
RPJ
MN
Tuju
an u
tam
a an
alis
is r
egu
lasi
/leg
alit
as a
dala
h u
ntu
k m
enja
ga „s
iste
m
regu
lasi
nas
ion
al‟ b
aik
seca
ra k
ual
itat
if m
aupu
n ku
anti
tati
f aga
r te
tap
„sed
erh
ana
dan
ter
tib‟
.
K
ual
itat
if: m
enja
ga/m
enge
lola
ku
alit
as r
egu
lasi
dan
men
cega
h p
oten
si
kon
flik,
inko
nsi
sten
, du
plik
asi,
dsb.
Ku
anti
tati
f:men
gelo
la p
ropo
rsi r
egu
lasi
aga
r te
tap
rasi
onal
.
-4-
Isu
Stra
tegi
s
Ara
h K
ebija
kan
RPJ
MN
20
15-2
019
Ara
h K
eran
gka
Reg
ulas
i K
ebut
uhan
Reg
ulas
i U
rgen
si
Pem
bent
ukan
/ R
evis
i UU
Eva
luas
i te
rhad
ap
Exi
stin
g R
egul
atio
n Te
rkai
t
Dir
ekto
rat
Pena
nggu
ng
Jaw
ab
Dir
ekto
rat
Terk
ait
hak
im d
an
Pe
lati
han
khu
sus
bagi
apa
rat
terk
ait
sepe
rti:
hak
im,
pan
iter
a, ja
ksa,
dan
ke
polis
ian
.
K
eran
gka
wak
tu
pen
yele
saia
n
kasu
s pe
rtan
ahan
tid
ak
diba
tasi
seh
ingg
a de
nga
n t
iga
kem
un
gkin
an
pen
gadi
lan
yan
g be
rbed
a m
enja
di
sem
akin
ber
laru
t-la
rut
Pe
rcep
atan
pe
nye
lesa
ian
ka
sus
pert
anah
an d
apat
m
enin
gkat
kan
ke
past
ian
hu
kum
h
ak a
tas
tan
ah
yan
g be
rdam
pak
pada
pe
mbe
ntu
kan
kon
disi
yan
g ko
ndu
sif b
idan
g ek
onom
i, so
sial
- bu
daya
, pol
itik
, ju
ga d
apat
m
engu
ran
gi d
an
men
cega
h
tim
buln
ya k
onfli
k
-5-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
II
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
2/J
UK
LAK
/SE
SME
N/0
3/20
14
TAN
GG
AL
25 M
AR
ET
2014
LEM
BA
R P
EN
ILA
IAN
USU
LAN
KE
RA
NG
KA
RE
GU
LASI
1.
Jud
ul P
ropo
sal K
ebija
kan/
Reg
ulas
i :
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
...
2. K
emen
teri
an/L
emba
ga P
engu
sul
: ...
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
3.
Tah
un u
sula
n
: ...
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
4.
Dir
ekto
rat
Mit
ra d
i Bap
pena
s
: ...
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
......
5.
Pen
ilaia
n
: 1
POLI
CY/
KE
BIJ
AK
AN
a.
Jel
aska
n ap
akah
su
bsta
nsi
prop
osal
usu
lan
sesu
ai d
enga
n ar
ah p
emba
ngun
an y
ang
tela
h di
teta
pkan
? b.
Apa
kah
subs
tans
i pr
opos
al
usul
an
berp
oten
si
konf
lik/i
nkon
sist
en
deng
an
kebi
jaka
n se
ktor
lain
?
2 R
EG
ULA
SI/L
EG
ALI
TAS
a. J
elas
kan
apak
ah
subs
tans
i ke
bija
kan
tela
h se
suai
den
gan
ting
kat
regu
lasi
yan
g di
usul
kan
(i.e.
UU
)?
b. S
ebut
kan
regu
lasi
la
in
yang
m
enga
tur
subs
tans
i ya
ng
sam
a?
Tuju
an u
tam
a an
alis
is k
ebija
kan
ini a
dala
h u
ntu
k m
enila
i kon
sist
ensi
an
tara
keb
ijaka
n/r
egu
lasi
yan
g di
usu
lkan
K
onsi
sten
si d
enga
n k
ebija
kan
/reg
ula
si l
ain
yan
g te
rkai
t.
K
onsi
sten
si d
enga
n t
ema
dan
keb
ijaka
n/p
rior
itas
nas
ion
al p
ada
RPJ
MN
Tuju
an u
tam
a an
alis
is r
egu
lasi
/leg
alit
as a
dala
h u
ntu
k m
enja
ga „s
iste
m
regu
lasi
nas
ion
al‟ b
aik
seca
ra k
ual
itat
if m
aupu
n ku
anti
tati
f aga
r te
tap
„sed
erh
ana
dan
ter
tib‟
.
K
ual
itat
if: m
enja
ga/m
enge
lola
ku
alit
as r
egu
lasi
dan
men
cega
h p
oten
si
kon
flik,
inko
nsi
sten
, du
plik
asi,
dsb.
Ku
anti
tati
f:men
gelo
la p
ropo
rsi r
egu
lasi
aga
r te
tap
rasi
onal
.
-6-
3 PR
OYE
KSI
FIN
AN
SIA
L a.
Ber
ikan
ga
mba
ran
awal
m
enge
nai
proy
eksi
fi
nans
ial
(CB
A
atau
CE
A)
yang
ti
mbu
l ap
abila
ke
bija
kan
ini
diim
plem
enta
sika
n C
atat
an:
Proy
eksi
fi
nans
ial
mel
iput
i as
pek-
2 ya
ng
dapa
t di
ukur
de
ngan
ua
ng
dan
bers
ifat
ku
anti
tati
f/da
pat
diku
anti
tati
fkan
.
b. B
erik
an
gam
bara
n aw
al
men
gena
i pr
oyek
si s
osia
l (C
BA
at
au C
EA
) ya
ng t
imbu
l ap
abila
ke
bija
kan
ini
diim
plem
enta
sika
n C
atat
an:
Proy
eksi
sos
ial
mel
iput
i as
pek-
aspe
k so
sial
ya
ng
bers
ifat
ku
alit
atif
/tid
ak
dapa
t di
kuan
tita
tifk
an.
Tuju
an u
tam
a an
alis
is fi
nan
sial
ini a
dala
h u
ntu
k m
enin
gkat
kan
efis
ien
si r
egu
lasi
den
gan
mem
ban
din
gkan
Bia
ya p
embe
ntu
kan
, pen
erap
an d
an p
eneg
akan
reg
ula
si,
Pot
ensi
man
faat
yan
g di
perk
irak
an a
kan
di d
iper
oleh
. A
nal
isis
dila
kuka
n d
enga
n C
BA
ata
u C
EA
Pen
ilaia
n s
ecar
a u
mu
m m
embe
rika
n p
enila
ian
dan
pe
rtim
ban
gan
(ber
dasa
rkan
info
rmas
i di a
tas)
men
gen
ai p
erlu
at
au t
idak
per
lun
ya s
uat
u p
ropo
sal d
ari K
/L u
ntu
k di
akom
odas
i di d
alam
RPJ
M.
Pen
ilaia
n s
ecar
a u
mu
m ju
ga d
apat
mer
ekom
enda
sika
n
pilih
an t
inda
kan
lain
(mis
aln
ya p
enga
tura
n p
ada
regu
lasi
di
baw
ah U
U). -7-
4 PE
NIL
AIA
N S
EC
AR
A U
MU
M
5 D
IRE
KTO
RA
T SE
KTO
R
KE
ME
NTE
RIA
N P
PN/B
APP
EN
AS
NA
MA
TAN
DA
TA
NG
AN
-6-
3 PR
OYE
KSI
FIN
AN
SIA
L a.
Ber
ikan
ga
mba
ran
awal
m
enge
nai
proy
eksi
fi
nans
ial
(CB
A
atau
CE
A)
yang
ti
mbu
l ap
abila
ke
bija
kan
ini
diim
plem
enta
sika
n C
atat
an:
Proy
eksi
fi
nans
ial
mel
iput
i as
pek-
2 ya
ng
dapa
t di
ukur
de
ngan
ua
ng
dan
bers
ifat
ku
anti
tati
f/da
pat
diku
anti
tati
fkan
.
b. B
erik
an
gam
bara
n aw
al
men
gena
i pr
oyek
si s
osia
l (C
BA
at
au C
EA
) ya
ng t
imbu
l ap
abila
ke
bija
kan
ini
diim
plem
enta
sika
n C
atat
an:
Proy
eksi
sos
ial
mel
iput
i as
pek-
aspe
k so
sial
ya
ng
bers
ifat
ku
alit
atif
/tid
ak
dapa
t di
kuan
tita
tifk
an.
Tuju
an u
tam
a an
alis
is fi
nan
sial
ini a
dala
h u
ntu
k m
enin
gkat
kan
efis
ien
si r
egu
lasi
den
gan
mem
ban
din
gkan
Bia
ya p
embe
ntu
kan
, pen
erap
an d
an p
eneg
akan
reg
ula
si,
Pot
ensi
man
faat
yan
g di
perk
irak
an a
kan
di d
iper
oleh
. A
nal
isis
dila
kuka
n d
enga
n C
BA
ata
u C
EA
Pen
ilaia
n s
ecar
a u
mu
m m
embe
rika
n p
enila
ian
dan
pe
rtim
ban
gan
(ber
dasa
rkan
info
rmas
i di a
tas)
men
gen
ai p
erlu
at
au t
idak
per
lun
ya s
uat
u p
ropo
sal d
ari K
/L u
ntu
k di
akom
odas
i di d
alam
RPJ
M.
Pen
ilaia
n s
ecar
a u
mu
m ju
ga d
apat
mer
ekom
enda
sika
n
pilih
an t
inda
kan
lain
(mis
aln
ya p
enga
tura
n p
ada
regu
lasi
di
baw
ah U
U). -7-
4 PE
NIL
AIA
N S
EC
AR
A U
MU
M
5 D
IRE
KTO
RA
T SE
KTO
R
KE
ME
NTE
RIA
N P
PN/B
APP
EN
AS
NA
MA
TAN
DA
TA
NG
AN
-8-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
V
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
2/J
UK
LAK
/SE
SME
N/0
3/20
14
TAN
GG
AL
25 M
AR
ET
2014
TA
HA
PAN
DA
N L
AN
GK
AH
AN
ALI
SIS
BIA
YA D
AN
MA
NFA
AT
(CO
ST A
ND
BE
NE
FIT
AN
ALY
SIS
(CB
A))
DA
LAM
RA
NG
KA
SIN
ER
GIT
AS
KE
RA
NG
KA
KE
BIJ
AK
AN
DE
NG
AN
KE
RA
NG
KA
RE
GU
LASI
TAH
AP
LAN
GK
AH
K
ETE
RA
NG
AN
I.
Iden
tifi
kasi
sia
pa
saja
yan
g te
rken
a da
mpa
k da
n pe
ngar
uh d
ari i
su
stra
tegi
s
Pih
ak
yan
g te
rken
a da
mpa
k da
pat
terd
iri
dari
:
1. Pe
mer
inta
h,
2. S
ekto
r pr
ivat
/sw
asta
/bis
nis
3.
Org
anis
asi-
orga
nis
asi m
asya
raka
t si
pil
4. K
elom
pok-
kelo
mpo
k da
n
golo
nga
n-
golo
nga
n d
i da
lam
mas
yara
kat
(pem
uda
, pe
rem
puan
, an
ak,
oran
g tu
a, s
uku
, da
n
lain
seb
agai
nya
)
Sem
akin
ba
nya
k pi
hak
ya
ng
bisa
te
ride
nti
fikas
i m
aka
akan
se
mak
in
anal
isis
aka
n s
emak
in k
aya.
II.
Iden
tifi
kasi
bia
ya
dan
man
faat
apa
ya
ng a
kan
dipe
role
h ol
eh m
asin
g-m
asin
g pi
hak
terk
ait
a.
Apa
kah
ad
a bi
aya
yan
g h
aru
s di
kelu
arka
n?
Ber
apa?
b.
A
paka
h
ada
kese
mpa
tan
m
enda
patk
an
keu
ntu
nga
n y
ang
hila
ng?
c.
A
paka
h
ada
dam
pak
men
uru
tnya
ke
seh
atan
? d.
A
paka
h
ada
dam
pak
keh
ilan
gan
m
ata
Uru
t-u
ruta
n
ini
berl
aku
se
baga
i da
ftar
pe
riks
a (s
core
card
) se
baga
i al
at
ban
tu
iden
tifik
asi
awal
m
enge
nai
bi
aya-
dan
m
anfa
at s
uat
u k
ebija
kan
.
-9-
TAH
AP
LAN
GK
AH
K
ETE
RA
NG
AN
pen
cah
aria
n
e.
Apa
kah
ad
a da
mpa
k te
rhad
ap
kese
lam
atan
jiw
a?
f. A
paka
h a
da d
ampa
k te
rhad
ap k
ehila
nga
n
lingk
un
gan
tem
pat
tin
ggal
yan
g ba
ik?
g.
Apa
kah
ad
a da
mpa
k te
rhad
ap
kese
mpa
tan
m
enda
patk
an
pen
didi
kan
ya
ng
baik
? h
. A
paka
h a
da d
ampa
k te
rhad
ap k
ebeb
asan
be
rku
mpu
l?
i. A
paka
h a
da d
ampa
k te
rhad
ap k
ebeb
asan
be
raga
ma?
j.
Apa
kah
ad
a da
mpa
k te
rhad
ap
disk
irim
inas
i?
k.
Apa
kah
ada
dam
pak
terh
adap
per
sain
gan
u
sah
a da
n k
emu
dah
an p
eriji
nan
? l.
Apa
kah
ada
pot
ensi
kor
ups
i?
III.
Kua
ntif
ikas
i ata
s da
mpa
k ke
bija
kan
Pada
lan
gkah
ket
iga
ini
pem
buat
keb
ijaka
n
dim
inta
un
tuk
mel
aku
kan
ku
anti
fikas
i at
as
tiap
dam
pak
dari
keb
ijaka
n.
Tida
k se
luru
h
dam
pak
mu
dah
di
kuan
tifik
asi,
nam
un
dian
jurk
an u
ntu
k m
emon
etas
inya
seo
ptim
al
mu
ngk
in
Set
iap
pen
gelu
aran
yan
g m
ampu
din
ilai
seca
ra
ekon
omis
ol
eh
mas
ing-
mas
ing
akto
r h
aru
s bi
sa d
iiden
tifik
asi
seca
ra r
iil,
den
gan
men
ggu
nak
an a
sum
si d
asar
yan
g pa
ling
um
um
. S
emen
tara
un
tuk
akti
vita
s ya
ng
belu
m
bisa
di
iden
tifik
asi
nila
i ek
onom
isn
ya
mak
a al
tern
atif
yan
g di
usu
lkan
ad
alah
de
nga
n
men
ghit
un
g
-8-
AN
AK
LA
MPI
RA
N I
V
PETU
NJU
K P
ELA
KSA
NA
AN
N
OM
OR
2/J
UK
LAK
/SE
SME
N/0
3/20
14
TAN
GG
AL
25 M
AR
ET
2014
TA
HA
PAN
DA
N L
AN
GK
AH
AN
ALI
SIS
BIA
YA D
AN
MA
NFA
AT
(CO
ST A
ND
BE
NE
FIT
AN
ALY
SIS
(CB
A))
DA
LAM
RA
NG
KA
SIN
ER
GIT
AS
KE
RA
NG
KA
KE
BIJ
AK
AN
DE
NG
AN
KE
RA
NG
KA
RE
GU
LASI
TAH
AP
LAN
GK
AH
K
ETE
RA
NG
AN
I.
Iden
tifi
kasi
sia
pa
saja
yan
g te
rken
a da
mpa
k da
n pe
ngar
uh d
ari i
su
stra
tegi
s
Pih
ak
yan
g te
rken
a da
mpa
k da
pat
terd
iri
dari
:
1. Pe
mer
inta
h,
2. S
ekto
r pr
ivat
/sw
asta
/bis
nis
3.
Org
anis
asi-
orga
nis
asi m
asya
raka
t si
pil
4. K
elom
pok-
kelo
mpo
k da
n
golo
nga
n-
golo
nga
n d
i da
lam
mas
yara
kat
(pem
uda
, pe
rem
puan
, an
ak,
oran
g tu
a, s
uku
, da
n
lain
seb
agai
nya
)
Sem
akin
ba
nya
k pi
hak
ya
ng
bisa
te
ride
nti
fikas
i m
aka
akan
se
mak
in
anal
isis
aka
n s
emak
in k
aya.
II.
Iden
tifi
kasi
bia
ya
dan
man
faat
apa
ya
ng a
kan
dipe
role
h ol
eh m
asin
g-m
asin
g pi
hak
terk
ait
a.
Apa
kah
ad
a bi
aya
yan
g h
aru
s di
kelu
arka
n?
Ber
apa?
b.
A
paka
h
ada
kese
mpa
tan
m
enda
patk
an
keu
ntu
nga
n y
ang
hila
ng?
c.
A
paka
h
ada
dam
pak
men
uru
tnya
ke
seh
atan
? d.
A
paka
h
ada
dam
pak
keh
ilan
gan
m
ata
Uru
t-u
ruta
n
ini
berl
aku
se
baga
i da
ftar
pe
riks
a (s
core
card
) se
baga
i al
at
ban
tu
iden
tifik
asi
awal
m
enge
nai
bi
aya-
dan
m
anfa
at s
uat
u k
ebija
kan
.
-9-
TAH
AP
LAN
GK
AH
K
ETE
RA
NG
AN
pen
cah
aria
n
e.
Apa
kah
ad
a da
mpa
k te
rhad
ap
kese
lam
atan
jiw
a?
f. A
paka
h a
da d
ampa
k te
rhad
ap k
ehila
nga
n
lingk
un
gan
tem
pat
tin
ggal
yan
g ba
ik?
g.
Apa
kah
ad
a da
mpa
k te
rhad
ap
kese
mpa
tan
m
enda
patk
an
pen
didi
kan
ya
ng
baik
? h
. A
paka
h a
da d
ampa
k te
rhad
ap k
ebeb
asan
be
rku
mpu
l?
i. A
paka
h a
da d
ampa
k te
rhad
ap k
ebeb
asan
be
raga
ma?
j.
Apa
kah
ad
a da
mpa
k te
rhad
ap
disk
irim
inas
i?
k.
Apa
kah
ada
dam
pak
terh
adap
per
sain
gan
u
sah
a da
n k
emu
dah
an p
eriji
nan
? l.
Apa
kah
ada
pot
ensi
kor
ups
i?
III.
Kua
ntif
ikas
i ata
s da
mpa
k ke
bija
kan
Pada
lan
gkah
ket
iga
ini
pem
buat
keb
ijaka
n
dim
inta
un
tuk
mel
aku
kan
ku
anti
fikas
i at
as
tiap
dam
pak
dari
keb
ijaka
n.
Tida
k se
luru
h
dam
pak
mu
dah
di
kuan
tifik
asi,
nam
un
dian
jurk
an u
ntu
k m
emon
etas
inya
seo
ptim
al
mu
ngk
in
Set
iap
pen
gelu
aran
yan
g m
ampu
din
ilai
seca
ra
ekon
omis
ol
eh
mas
ing-
mas
ing
akto
r h
aru
s bi
sa d
iiden
tifik
asi
seca
ra r
iil,
den
gan
men
ggu
nak
an a
sum
si d
asar
yan
g pa
ling
um
um
. S
emen
tara
un
tuk
akti
vita
s ya
ng
belu
m
bisa
di
iden
tifik
asi
nila
i ek
onom
isn
ya
mak
a al
tern
atif
yan
g di
usu
lkan
ad
alah
de
nga
n
men
ghit
un
g
-10-
TAH
AP
LAN
GK
AH
K
ETE
RA
NG
AN
pote
nsi
m
anfa
at
yan
g h
ilan
g ap
abila
ke
bija
kan
ter
sebu
t ti
dak
diam
bil.
IV.
Val
uasi
ter
bata
s
Pada
la
ngk
ah
ini
pem
buat
ke
bija
kan
bi
sa
men
ggu
nak
an
tekn
ik
ters
endi
ri
yan
g di
perk
enal
kan
un
tuk
mel
aku
kan
ku
anti
fikas
i da
n
valu
asi.
Pada
ta
hap
an
awal
, bi
asan
ya
dite
ntu
kan
im
pact
yan
g ak
an d
iper
oleh
dar
i se
buah
at
ura
n
dapa
t di
uku
r da
n
diku
anti
fikas
i at
au
tida
k.
Apa
bila
bi
sa,
bias
anya
di
gun
akan
m
arke
t pr
ice
un
tuk
men
ilain
ya.
Apa
bila
ti
dak
bisa
, sa
lah
sa
tu
tekn
ikn
ya a
dala
h m
enen
tuka
n w
illin
gnes
s to
pa
y da
lam
ko
nte
ks
keu
ntu
nga
n
atau
w
illin
gnes
s to
acc
ept d
alam
kon
teks
bia
ya.
Tah
apan
val
uas
i in
i ke
mu
ngk
inan
bes
ar
mem
butu
hka
n
supp
ly
data
le
bih
ja
uh
ka
ren
a u
ntu
k m
embu
ktik
an m
arke
t pr
ice
dan
will
ingn
es t
o pa
y bi
sa j
adi
K/L
bel
um
m
emili
ki
sum
berd
aya-
nya
.
Sel
ain
ve
rifik
asi
soal
mar
ket
pric
e/w
illin
gnes
to
pay,
stu
di p
erila
ku (
beha
viou
ral
stud
ies)
pa
tut
dipe
rtim
ban
gkan
se
baga
i sa
lah
sa
tu
alat
ba
ntu
u
ntu
k m
enen
tuka
n
valu
asi.
V.
Kua
ntif
ikas
i Se
penu
hnya
Pada
la
ngk
ah
kelim
a se
mu
a m
anfa
at
dan
bi
aya
suda
h
terh
itu
ng
sepe
nu
hn
ya
dala
m
satu
an m
ata
uan
g. J
adi,
pada
tah
apan
itu
, pe
mbu
at k
ebija
kan
tel
ah d
apat
men
entu
kan
pi
lihan
yan
g pa
ling
baik
dar
i ke
bija
kan
yan
g ak
an d
iam
bil.
Cu
kup
jela
s
-10-
TAH
AP
LAN
GK
AH
K
ETE
RA
NG
AN
pote
nsi
m
anfa
at
yan
g h
ilan
g ap
abila
ke
bija
kan
ter
sebu
t ti
dak
diam
bil.
IV.
Val
uasi
ter
bata
s
Pada
la
ngk
ah
ini
pem
buat
ke
bija
kan
bi
sa
men
ggu
nak
an
tekn
ik
ters
endi
ri
yan
g di
perk
enal
kan
un
tuk
mel
aku
kan
ku
anti
fikas
i da
n
valu
asi.
Pada
ta
hap
an
awal
, bi
asan
ya
dite
ntu
kan
im
pact
yan
g ak
an d
iper
oleh
dar
i se
buah
at
ura
n
dapa
t di
uku
r da
n
diku
anti
fikas
i at
au
tida
k.
Apa
bila
bi
sa,
bias
anya
di
gun
akan
m
arke
t pr
ice
un
tuk
men
ilain
ya.
Apa
bila
ti
dak
bisa
, sa
lah
sa
tu
tekn
ikn
ya a
dala
h m
enen
tuka
n w
illin
gnes
s to
pa
y da
lam
ko
nte
ks
keu
ntu
nga
n
atau
w
illin
gnes
s to
acc
ept d
alam
kon
teks
bia
ya.
Tah
apan
val
uas
i in
i ke
mu
ngk
inan
bes
ar
mem
butu
hka
n
supp
ly
data
le
bih
ja
uh
ka
ren
a u
ntu
k m
embu
ktik
an m
arke
t pr
ice
dan
will
ingn
es t
o pa
y bi
sa j
adi
K/L
bel
um
m
emili
ki
sum
berd
aya-
nya
.
Sel
ain
ve
rifik
asi
soal
mar
ket
pric
e/w
illin
gnes
to
pay,
stu
di p
erila
ku (
beha
viou
ral
stud
ies)
pa
tut
dipe
rtim
ban
gkan
se
baga
i sa
lah
sa
tu
alat
ba
ntu
u
ntu
k m
enen
tuka
n
valu
asi.
V.
Kua
ntif
ikas
i Se
penu
hnya
Pada
la
ngk
ah
kelim
a se
mu
a m
anfa
at
dan
bi
aya
suda
h
terh
itu
ng
sepe
nu
hn
ya
dala
m
satu
an m
ata
uan
g. J
adi,
pada
tah
apan
itu
, pe
mbu
at k
ebija
kan
tel
ah d
apat
men
entu
kan
pi
lihan
yan
g pa
ling
baik
dar
i ke
bija
kan
yan
g ak
an d
iam
bil.
Cu
kup
jela
s