71

pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas
Page 2: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

PEDOMAN PENYUSUNAN NERACA DAN VALUASI EKONOMI

SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT

PENYUSUN Drs. Turmudi, M.Si

Buyung Airlangga M. Bus Dr. Deddy Setiapermana

Dr. Hari Nur Cahya Murni Ir. Eko Rudianto M.Bus

Ir. Adi Triswanto Ir. Samekto

Dr. Indra Darmawan M.Sc Ir Aristin Tri Apriani Ir. M. Khifni Soleman

Ir. Irmadi Nahib Ratna Sari Dewi, S.Pi

Taufik Hidayatullah, S.Si

PENYUNTING Drs. Suwahyuono M.Sc

NARASUMBER

Dr. Aris Poniman Ir. Agus H. Atmadilaga, M.Sc

Dr. Suharsono Drs. Hardjono M.Sc

Dr. Ir. Irwandi Idris, M.Si Prof Dr. Ir. Tjahja Supriatna

Dr. Hari Santoso Supriyanto, MA

DR. Agus Prabowo Ir. Laksmi Dewanti

Dr. Suparmoko, MA Dr. Akhmad Fauzi

PUSAT SURVEI SUMBERDAYA ALAM LAUT

BAKOSURTANAL2005

Page 3: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

KATA PENGANTAR

Buku pedoman ini menyajikan materi mengenai pengertian,

konsep, serta prosedur penyusunan Neraca dan Valuasi Ekonomi

Sumberdaya Alam Laut. Jenis sumberdaya yang dimaksud antara lain

sumberdaya Lahan Pesisir, Terumbu Karang dan Hutan Mangrove.

Sesuai dengan tugas dan fungsi Pusat Survei Sumberdaya Alam

Laut BAKOSURTANAL yang dalam hal ini dilakukan pada unit Bidang

Neraca Sumberdaya Alam Laut, antara lain berupa : a). Penyiapan

perumusan rencana dan program di bidang inventarisasi, neraca, dan

basisdata sumberdaya alam dan lingkungan hidup matra laut;

b). Perumusan norma, pedoman, prosedur, standar dan spesifikasi di

bidang inventarisasi, neraca, dan basisdata sumberdaya alam dan

lingkungan hidup matra laut; c). Koordinasi kegiatan fungsional

pelaksanaan kebijakan teknis dibidang inventarisasi, neraca, dan

basisdata sumberdaya alam dan lingkungan hidup matra laut.

Dengan tugas dan fungsi yang diemban tersebut, maka dalam

penyusunan buku pedoman ini BAKOSURTANAL melibatkan berbagai

institusi yang terkait dengan neraca dan valuasi sumberdaya alam laut.

Instansi-instansi tersebut adalah: Departemen Kehutanan, Departemen

Dalam Negri (cq. Ditjen Bangda), Departemen Kelautan dan Perikanan

(cq. Direktorat Bina Pesisir DKP), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan

Pertanahan Nasional (BPN), Pusat Penelitian Oseanologi (P2O-LIPI),

Badan Perencanaan dan Pengembangan Nasional (BAPPENAS),

Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), dan Perguruan Tinggi (IPB dan

Unsoed). Dengan keterlibatan berbagai institusi (stakeholders) ini

diupayakan agar pedoman yang disusun lebih mudah digunakan oleh

para pengguna.

Page 4: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

Atas terselesaikannya penyusunan buku ini, kami mengucapkan

terima kasih kepada Deputi Bidang Survei Dasar dan Sumberdaya Alam

selaku pengarah dan instansi-instansi sektoral terkait yang telah banyak

memberikan bantuannya untuk kegiatan ini. Ucapan terima kasih juga

kami sampaikan kepada semua pihak yang telah memungkinkan

terselesaikannya kegiatan ini.

Harapan kami semoga buku Pedoman Penyusunan Neraca dan

Valuasi Ekonomi Sumberdaya Alam Laut ini dapat menjadi sarana bagi

pengguna dalam pengelolaan sumberdaya alam laut di Indonesia. Akhir

kalam kritik dan saran kami terima sebagai penyempurnaan laporan di

kemudian hari.

Cibinong, Desember 2005

Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional

Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut

Kepala

Drs. Suwahyuono M.Sc NIP.370 000 135

iii

Page 5: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..................................................................... ii DAFTAR ISI............................................................................... iv DAFTAR TABEL.......................................................................... v DAFTAR GAMBAR..................................................................... vi DAFTAR LAMPIRAN................................................................. vii PENDAHULUAN................................................................ 1

1.1 Latar belakang.................................................................................... 1 1.2 Maksud dan Tujuan ........................................................................... 5 1.3 Target Pengguna................................................................................ 5

NERACA SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT 6

2.1 Konsep Neraca Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut...................... 6 2.2 Metodologi........................................................................................... 6 2.3 Analisis Neraca Sumberdaya Alam .................................................. 9 2.4 Neraca Sumberdaya Lahan Pesisir .................................................. 9 2.5 Neraca Sumberdaya Hutan Mangrove .......................................... 13 2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang .......................................... 18

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT 21

3.1 Konsep Valuasi Ekonomi (VE) ........................................................ 21 3.2 Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut 27 3.3 Teknik Valuasi Ekonomi ................................................................. 30 3.4 Langkah-Langkah Penilaian Valuasi ekonomi Sumberdaya Alam

Pesisir dan Laut. ............................................................................... 41 DAFTAR PUSTAKA 53

Page 6: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

DAFTAR TABEL Tabel 2. 2. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat nasional ............... 10 Tabel 2.3. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat provinsi................ 10 Tabel 2.4. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat kabupaten ............ 11 Tabel 2.5. Neraca sumberdaya lahan pesisir daerah khusus ................. 12 Tabel 2. 6. Neraca sumberdaya hutan mangrove tingkat provinsi ......... 13 Tabel 2. 7. Neraca sumberdaya hutan mangrove tingkat kabupaten .... 14 Tabel 2. 8. Neraca sumberdaya hutan mangrove tingkat kabupaten .... 16 Tabel 2. 9. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat nasional ............... 18 Tabel 2. 10. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat provinsi.............. 19 Tabel 2. 11. Neraca sumberdaya Terumbu Karang tingkat kabupaten/

kota ........................................................................................... 19

Tabel 3. 1. Manfaat dan Fungsi Ekosistem Mangrove .............................. 41 Tabel 3. 2 Nilai Ekonomi Hutan Mangrove............................................... 43 Tabel 3. 3. Manfaat dan Fungsi Ekosistem Coral Reef ............................. 44 Tabel 3. 4 Matriks Metode Penilaian Ekonomi Ekosistem Terumbu ...... 46 Tabel 3. 5 Biaya Langsung Penangkapan Ikan Karang per Rumah

Tangga ...................................................................................... 46

Page 7: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

DAFTAR GAMBAR Gambar 2. 1 Diagram alir Neraca Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut ... 7 Gambar 2. 2 Proses operasi overlay antara peta aktiva dan peta pasiva

................................................................................................... 8 Gambar 2.3 Diagram alir Analisis Neraca Sumberdaya Alam Pesisir dan

Laut ........................................................................................... 9 Gambar 3. 1 Taksonomi ekonomi untuk valuasi sumberdaya lingkungan

................................................................................................. 26 Gambar 3. 2 Bagan Alir Pemiliahan Metode Penilaian Nilai Guna

Langsung (Direct Use Value) SDAL .................................... 40 Gambar 3. 3 Bagan Alir Pemilihan Metode Penelitian Nilai Guna Tidak

Langsung (Indirect Use Value), nilai pilihan (Option Value) dan nilai keberadaan (Existence Value) Hutan Mangrove................................................................................ 41

Page 8: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove

................................................................................. 55 Lampiran 2. Contoh Perhitungan Nilai Ekonomi Total Terumbu Karang

................................................................................. 59

Page 9: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM

Nas) 2004-2009, pemerintah memberikan perhatian yang besar dalam

pengelolaan sumberdaya alam. Hal ini terlihat pada Program ke delapan

Bab 32, yang menyatakan bahwa salah satu program pembangunan

adalah pengembangan dan peningkatan kualitas dan akses informasi

sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Dalam program tersebut

disebutkan pokok kegiatan antara lain: a. penyusunan neraca

sumberdaya alam nasional dan lingkungan hidup, b. pengembangan

valuasi sumberdaya alam meliputi, hutan air, pesisir, dan cadangan

mineral.

Sejalan dengan RPJM Nasional tersebut penyusunan Neraca

Sumber Daya Alam Laut adalah suatu kegiatan pengelolaan sumberdaya

alam dengan cara menyediakan informasi yang menggambarkan

potensi dan pemanfaatan sumberdaya alam, potensi sumberdaya

manusia dan sumberdaya buatan yang diaplikasikan dalam bentuk

neraca sumberdaya alam spasial (NSDAS). NSDAS menyajikan

gambaran secara menyeluruh mengenai kualitas dan potensi kekayaan

sumberdaya alam secara lokal, regional dan nasional sesuai dengan

skala informasi SDA yang disusun.

Metode neraca sumberdaya alam ini merupakan salah satu hasil

kegiatan pemacuan teknologi inventarisasi sumberdaya alam, dimana

penyajian kondisi sumberdaya alam disajikan minimal pada 2 (dua)

periode waktu (time series analysis). Dari hasil analisis dapat diketahui

perubahan kondisi sumberdaya alam, sehingga kita dapat memprediksi

kecenderungannya. Dalam perkembangan lebih lanjut kebutuhan

informasi terhadap nilai suatu sumberdaya alam, mendorong

berkembangnya suatu pedoman untuk melakukan valuasi sumberdaya

Page 10: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

2

alam. Dalam kaitan dengan program neraca sumberdaya alam, maka

kajian sumberdaya alam termasuk penghitungan nilai ekonomi terhadap

sumberdaya alam.

Menurut Keputusan Presiden Nomor 3 tahun 2002 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata

Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen, BAKOSURTANAL

mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang survei dan

pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku. Dengan tugas tersebut, maka fungsinya adalah

melakukan :

a. Pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang survei dan

pemetaan,

b. Pembinaan infrastruktur data spasial nasional,

c. Koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan tugas Bakosurtanal,

d. Pemantauan, pemberian bimbingan, dan pembinaan terhadap

kegiatan instansi pemerintah di bidang survei dan pemetaan,

e. Penyelenggaraan pelaksanaan pembinaan dan pelayanan

administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketata-usahaan,

organisasi dan tata laksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,

hukum, persandian, perlengkapan, dan rumah tangga.

Adapun kewenangan BAKOSURTANAL berdasarkan Keppres

tersebut di atas adalah :

a. Menyusun rencana nasional secara makro di bidang survei dan

pemetaan.

b. Merumuskan kebijakan di bidang survei dan pemetaan untuk

mendukung pembangunan nasional secara makro.

c. Menetapkan sistem informasi di bidang survei dan pemetaan.

d. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 11: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

3

e. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang survei

dan pemetaan;

f. Penetapan pedoman dan pemetaan dasar nasional.

Berdasarkan Keputusan Kepala BAKOSURTANAL Nomor :

OT.01.01.03-KA/I/2002, Pusat Survei Sumberdaya Alam Laut yang

terkait langsung dengan penyusunan neraca dan valuasi sumberdaya

alam adalah dalam hal:

a. penyiapan perumusan kebijakan teknis di bidang inventarisasi,

neraca, dan basis data sumberdaya alam dan lingkungan hidup

matra laut;

b. penyiapan perumusan rencana dan program di bidang inventarisasi,

neraca dan basisdata sumberdaya alam dan lingkungan hidup matra

laut;

c. perumusan norma, pedoman, prosedur, standar dan spesifikasi di

bidang inventarisasi, neraca dan basisdata sumberdaya alam dan

lingkungan hidup matra laut;

d. pengendalian pelaksanaan kebijakan teknis di bidang inventarisasi,

neraca dan basisdata sumberdaya alam dan lingkungan hidup matra

laut;

e. pelaksanaan pemantauan, pemberian bimbingan dan pembinaan

kegiatan di bidang inventarisasi, neraca dan basisdata sumberdaya

alam dan lingkungan hidup matra laut oleh instansi pemerintah lain;

f. koordinasi kegiatan fungsional pelaksanaan kebijakan teknis di

bidang inventarisasi, neraca dan basisdata sumberdaya alam dan

lingkungan hidup matra laut;

g. evaluasi dan penyusunan laporan di bidang inventarisasi, neraca

dan basisdata sumberdaya alam dan lingkungan hidup matra laut;

Page 12: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

4

Dari sekian banyak tugas dan fungsi serta kewenangan dalam

penyusunan neraca, dalam fakta di lapangan masih dijumpai problem

yang dihadapai yang meliputi:

a. Data dan informasi mengenai sumberdaya alam dan kependudukan

secara spasial belum cukup tersedia sebagai acuan bagi

perencanaan pembangunan daerah.

b. Masih dijumpai data sumberdaya alam dan kependudukan yang

dimiliki oleh instansi yang menunjukkan besaran nilai yang tidak

sama pada obyek yang sama.

c. Belum ada instansi yang berfungsi sebagai ‘bank data’ untuk

mengelola data sumberdaya alam dan kependudukan yang dimiliki

oleh berbagai instansi di daerah.

d. Belum semua daerah memiliki peta rupabumi/topografi sebagai

peta dalam penyusunan Neraca Sumberdaya Alam Spasial Daerah

(NSASD).

e. Kemampuan sumberdaya manusia masih terbatas baik dari segi

kualitas maupun kuantitas.

f. Sarana pendukung dan peralatan dan kelengkapannya untuk

menyusun informasi NSDAD juga masih terbatas.

g. Nilai ekonomi lingkungan termasuk sumberdaya yang terkandung di

dalamnya umumnya belum dapat diperhitungkan, sehingga belum

dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi penanaman modal di

daerah.

Dengan masih ditemuinya banyak kendala di daerah, maka

penyusunan NSASD belum bisa diselenggarakan sebagaimana mestinya.

Selain itu pemahaman pemerintahan daerah baik eksekutif maupun

legislatif belum dapat melihat pentingnya NSASD dalam perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan di daerah, masih belum terpadu.

Salah satu solusi untuk memecahkan masalah-masalah yang ada,

maka disusunlah pedoman baru yang sesuai dengan kondisi sekarang,

Page 13: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

5

yang secara tegas memberikan rambu-rambu upaya sadar untuk

menyusun pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup dalam

format Neraca Sumberdaya Alam Spasial dan penghitungan valuasi

terhadap sumberdaya alam. Kiranya dapat memberikan nilai yang

optimal bagi kemakmuran rakyat tanpa mengabaikan pembangunan

yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Penyusunan neraca ini nampak dari arahan RPJM 2004-2009,

sebagaimana terdapat pada Lampiran no. 7 tahun 2005 tentang RPJM,

terutama pada Bagian IV yaitu Agenda Meningkatkan Kesejahteraan

Rakyat, Bab 32 Perbaikan pengelolaan SDA dan pengelolaan LH.

Program peningkatan Kualitas informasi SDA dan LH antara lain Neraca

SDA Nasional dan Neraca LH.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan pedoman penyusunan neraca dan

valuasi sumberdaya alam pesisir dan laut ini adalah untuk memberikan

pedoman dalam menyusun neraca dan valuasi sumberdaya alam laut

spasial.

Tujuannya adalah memberikan kesamaan pemahaman/persepsi

dalam menyusun neraca dan valuasi sumberdaya alam pesisir dan laut

spasial menuju suatu sistem informasi spasial nasional yang andal untuk

menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan.

1.3 Target Pengguna

Pedoman penyusunan neraca dan valuasi sumberdaya alam

pesisir dan laut ini disusun dengan target pengguna sebagai berikut.

a. Para perencana pembangunan daerah maupun nasional.

b. Pihak konsultan pemerintah maupun swasta.

c. Instansi pemerintah maupun swasta.

Page 14: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

NERACA SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT

2.1 Konsep Neraca Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut

Penyusunan neraca sumberdaya alam pesisir dan laut spasial

dilakukan dengan menggunakan hasil kegiatan inventarisasi, minimal

pada dua waktu yang berbeda. Pada masing-masing kegiatan

inventarisasi, klasifikasi peta yang digunakan harus sama. Hasil

inventarisasi disajikan dalam bentuk peta cetak atau digital. Dalam

bentuk cetak, peta harus dilengkapi dengan simbol dan legenda yang

jelas. Dalam bentuk digital, atribut peta disimpan dalam tabel.

Data hasil inventarisasi yang dilakukan pada waktu yang lebih

lama disebut aktiva yang menggambarkan kondisi awal dari

perhitungan. Sedangkan data hasil inventarisasi yang dilakukan pada

waktu yang lebih baru disebut pasiva yang menggambarkan kondisi

akhir dari perhitungan. Neraca adalah hasil analisis seri waktu dari

aktiva hingga pasiva.

Skala peta neraca yang dihasilkan sesuai dengan peta

inventarisasi (lihat Spesifikasi teknis Inventarisasi SDAL, Bab III, Sub

bab 3.2). Untuk kepentingan penyusunan neraca sumberdaya alam

maka kelas-kelas yang ada tersebut lebih disederhanakan, sesuai

dengan kepentingan.

2.2 Metodologi

Studi tentang neraca sumberdaya alam secara umum digunakan

untuk: melakukan monitoring dan evaluasi dari suatu sumberdaya alam.

Oleh karena itu, pendekatan studi yang dilakukan adalah integrasi

(integrated study) yang dimulai dari penyiapan data (inventarisasi

data), penyusunan neraca untuk mengetahui perimbangannya, serta

dilengkapi dengan kebutuhan informasi mengenai basisdata. Selain itu

Page 15: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

untuk keperluan monitoring dan evaluasi perlu dilakukan penajaman

(kajian yang lebih mendalam) yaitu menyangkut analisis degradasi dan

perhitungan nilai ekonomi (economic valuation/economic accounting)

dari kondisi terakhir sumberdaya alam tersebut. Pada akhirnya hasil

analisis tersebut diharapkan dapat memberikan kontribusinya dalam

mewujudkan green Gross Domestic Bruto (green GNB). Secara garis

besar, pembuatan peta neraca disajikan pada Gambar 2.1.

7

Sumberdata Inventarisasi

Proses Aktiva Pasiva

Hasil Neraca

Gambar 2. 1 Diagram alir Neraca Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut

Data yang diperlukan untuk menyusun neraca terdiri dari data

statistik (data angka) dan data spasial (data peta). Data statistik

merupakan data kondisi (tingkat kerusakan) dari berbagai waktu

(minimal dua periode waktu), sedangkan data spasial merupakan peta

dalam kondisi yang dianggap terkini. Untuk keperluan ini kedua jenis

data tersebut diperoleh berdasarkan kompilasi dari berbagai sumber,

terutama dari instansi sektoral terkait yang berwenang dengan masalah

data tersebut. Kajian lapangan dilakukan pada lokasi-lokasi yang

diperlukan untuk mewakili klasifikasi masing-masing sumberdaya. Untuk

Page 16: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

mendapatkan peta neraca dilakukan dengan cara overlay antara peta

aktiva dan peta pasiva. Proses operasi overlay ini disajikan pada

Gambar 2.2.

Aktiva Pasiva

U

A2 B2 C2 A1 B1 C1

Klas 1 A1 2 B1 3 C1

Klas 1 A2 2 B2 3 C2

Data atribut

Neraca spasial

Aktiva Pasiva Neraca Peta neraca

Area

Aa Ap Aa Ap A Na Aa Bp Aa Bp B Nb Ba Ap Ba Ap C Nc Ba Bp Ba Bp D Nd

Gambar 2. 2 Proses operasi overlay antara peta aktiva dan peta pasiva

Penyajian neraca sumberdaya alam pesisir dan laut menggunakan

metode sebagai berikut:

1. Penyajian neraca secara spasial (peta) menggunakan peta sesuai

skala yang diinginkan.

8

2. Penyajian neraca secara numerik (angka) menggunakan tabel

discontro, sehingga akan mencerminkan kolom-kolom sebagai

kondisi awal (aktiva), kondisi akhir (pasiva), dan perubahannya.

Neraca numerik diperoleh dari data atribut dari peta spasial. Contoh

penyajian neraca numerik (angka) disajikan pada Tabel 2.1.

Page 17: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

2.3 Analisis Neraca Sumberdaya Alam

Secara garis besar, analisis neraca disajikan pada Gambar 2.3.

Hasil

Proses

Sumberdata

Kesesuaian Peruntukan pada Trend Perubahan

Tata Ruang Neraca

Inventarisasi

Gambar 2.3 Diagram alir Analisis Neraca Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut

2.4 Neraca Sumberdaya Lahan Pesisir

2.4.1. Neraca Sumberdaya Lahan Pesisir Tingkat Nasional

Neraca sumberdaya lahan Tingkat Nasional secara spasial

ditampilkan pada peta skala 1 : 1.000.000, kelas disesuaikan dengan

tingkat kedetilan Peta Tata Ruang Nasional. Sumber data berasal dari

peta hasil inventarisasi pada skala nasional dan peta tata ruang wilayah

nasional. Neraca sumberdaya lahan pesisir yang ditampilkan merupakan

perubahan peruntukan lahan pada dua periode waktu sesuai dengan

klasifikasi Tingkat Nasional dan perubahan penutupan lahan. Secara

numerik neraca peruntukan lahan pesisir Tingkat Nasional ini disajikan

dalam bentuk tabel scontro (Tabel 2.1.).

9

Page 18: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

10

Tabel 2. 1. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat nasional

AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA % Hutan Mangrove Hutan Mangrove Hutan Non Mangrove

Hutan Non Mangrove

Non Hutan Non Hutan Padang Lamun Padang Lamun Terumbu Karang Terumbu Karang JUMLAH 100 100

2.4.2. Neraca Sumberdaya Lahan Pesisir Tingkat Provinsi

Neraca sumberdaya lahan pesisir Tingkat Provinsi secara spasial

ditampilkan pada peta skala 1 : 250.000, yaitu disesuaikan dengan

tingkat kedetilan Peta Tata Ruang Provinsi. Sumber data berasal dari

peta hasil inventarisasi pada skala provinsi. Neraca sumberdaya lahan

yang ditampilkan merupakan perubahan peruntukan lahan pada dua

periode waktu sesuai dengan klasifikasi Tingkat Provinsi. Secara

numerik neraca peruntukan lahan pesisir Tingkat Provinsi ini disajikan

dalam bentuk tabel scontro (Tabel 2.2.).

Tabel 2.2. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat provinsi.

AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA % Hutan Mangrove Hutan Mangrove Hutan Rawa Hutan Rawa Hutan Pantai Hutan Pantai Lahan Pertanian Lahan Pertanian Perkebunan Perkebunan Permukiman Permukiman Lahan Terbuka Lahan Terbuka Tambak Tambak Budidaya laut Budidaya laut Padang Lamun Padang Lamun Terumbu Karang Terumbu Karang JUMLAH 100 100

Page 19: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

11

2.4.3. Neraca Sumberdaya Lahan Pesisir Tingkat Kabupaten/ Kota

Neraca sumberdaya lahan pesisir Tingkat Kabupaten/Kota secara

spasial untuk Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara ditampilkan pada

peta skala 1 : 25.000, sedangkan untuk wilayah Sumatera, Kalimantan

dan Sulawesi pada peta skala 1 : 50.000, serta untuk wilayah Maluku

dan Irian Jaya pada peta skala 1 : 100.000, yaitu disesuaikan dengan

tingkat kedetilan Peta Tata Ruang Provinsi. Sumber data berasal dari

photo udara, survei lapang dan data pendukung lainnya. Secara

numerik neraca peruntukan lahan pesisir Tingkat Kabupaten/Kota ini

disajikan dalam bentuk tabel scontro (Tabel 2.3.).

Tabel 2.3. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat kabupaten

KABUPATEN/KOTA : PROPINSI :

AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA % Hutan Mangrove Hutan Mangrove Hutan Rawa Hutan Rawa Hutan Pantai Hutan Pantai Rawa Pantai (swale) Rawa Pantai (swale) Pertanian Lahan Kering

Pertanian Lahan Kering

Pertanian Lahan Basah

Pertanian Lahan Basah

Perkebunan (Kelapa,dll)

Perkebunan (Kelapa,dll)

Permukiman Permukiman Industri Industri Lahan Terbuka Lahan Terbuka Tambak Garam Tambak Garam Tambak Ikan/Udang Tambak Ikan/Udang Budidaya laut Budidaya laut Padang Lamun Padang Lamun Terumbu Karang Terumbu Karang

JUMLAH 100 100

Page 20: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

12

2.4.4. Neraca Sumberdaya Lahan Pesisir Daerah Khusus

Neraca sumberdaya lahan Daerah Khusus spasial secara umum

ditampilkan pada peta skala 1:25.000 atau lebih besar, atau disesuaikan

dengan tingkat kedetilan Peta Tata Ruang Daerah Khusus Provinsi.

Sumber data berasal dari photo udara, Ikonos, dan ground truth.

Secara numerik, neraca peruntukan lahan pesisir Daerah Khusus ini

disajikan dalam bentuk tabel scontro (Tabel 2.4.).

Tabel 2.4. Neraca sumberdaya lahan pesisir daerah khusus

DAERAH KHUSUS : KABUPATEN : PROPINSI :

AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA % Hutan Mangrove Hutan Mangrove Hutan Rawa Tergenang Permanen

Hutan Rawa Tergenang Permanen

Hutan Rawa Tergenang Temporer

Hutan Rawa Tergenang Temporer

Hutan Pantai Hutan Pantai Rawa Pantai Rawa Pantai Ladang Ladang Kebun Campuran Kebun Campuran Sawah irigasi Sawah irigasi Sawah Non Irigasi Sawah Non Irigasi Perkebunan Kelapa Perkebunan Kelapa Perkebunan Sawit Perkebunan Sawit Perkebunan Karet Perkebunan Karet Permukiman Kota (Bangunan > 80 %)

Permukiman Kota (Bangunan > 80 %)

Permukiman Kota Desa (Bangunan 50 – 80 %)

Permukiman Kota Desa (Bangunan 50 – 80 %)

Permukiman Desa (Bangunan < 50 %)

Permukiman Desa (Bangunan < 50 %)

Industri perikanan (TPI, Pembibitan dll)

Industri perikanan (TPI, Pembibitan dll)

Komplek Daerah Bisnis Komplek Daerah Bisnis Komplek Daerah Industri Komplek Daerah Industri Lahan Terbuka Lahan Terbuka Semak Semak Belukar Belukar Rumput Rumput Tambak Garam Tambak Garam

Page 21: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

13

Tambak ikan / udang Tambak ikan / udang Budidaya Mutiara Budidaya Mutiara Budiadaya Rumput Laut Budiadaya Rumput Laut Keramba Keramba Padang Lamun Padang Lamun Terumbu Karang Terumbu Karang JUMLAH 100 100

2.5 Neraca Sumberdaya Hutan Mangrove

2.5.1. Neraca Sumberdaya Hutan Mangrove Tingkat Nasional

Neraca sumberdaya hutan mangrove Tingkat Nasional tidak

diklasifikasikan karena tingkat kedetilan datanya merupakan bagian dari

Neraca Sumberdaya Lahan Pesisir Tingkat Nasional.

2.5.2. Neraca Sumberdaya Hutan Mangrove Tingkat Provinsi

Neraca sumberdaya hutan mangrove Tingkat Provinsi secara

spasial ditampilkan pada peta skala 1 : 250.000, yaitu disesuaikan

dengan tingkat kedetilan Peta Tata Ruang Provinsi. Sumber data berasal

dari peta hasil inventarisasi pada skala provinsi. Neraca sumberdaya

hutan mangrove yang ditampilkan merupakan perubahan peruntukan

hutan mangrove pada dua periode waktu sesuai dengan klasifikasi

Tingkat Provinsi. Secara numerik neraca peruntukan hutan mangrove

Tingkat Provinsi ini disajikan dalam bentuk tabel scontro (Tabel 2.5).

Tabel 2. 5. Neraca sumberdaya hutan mangrove tingkat provinsi

AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA % Hutan mangrove

Hutan mangrove

Delta Delta Dataran

lumpur Dataran

lumpur

Dataran pulau

Dataran pulau

Dataran Dataran

Page 22: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

14

pantai pantai Hutan non mangrove

Hutan non mangrove

Non hutan Non hutan JUMLAH 100 100

2.5.3. Neraca Sumberdaya Hutan Mangrove Tingkat Kabupaten/Kota

Neraca sumberdaya hutan mangrove Tingkat Kabupaten/Kota

secara spasial untuk Wilayah Jawa, Bali dan Nusa Tenggara

ditampilkan pada peta skala 1 : 25.000, sedangkan untuk wilayah

Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi pada peta skala 1 : 50.000, serta

untuk wilayah Maluku dan Irian Jaya pada peta skala 1 : 100.000, yaitu

disesuaikan dengan tingkat kedetilan Peta Tata Ruang kabupaten/kota.

Sumber data berasal peta hasil inventarisasi dari dua kurun waktu

dengan skala yang sama. Secara numerik neraca peruntukan hutan

mangrove Tingkat Kabupaten/Kota ini disajikan dalam bentuk tabel

scontro (Tabel 2.6).

Tabel 2. 6. Neraca sumberdaya hutan mangrove tingkat kabupaten

KABUPATEN/KOTA : PROPINSI : AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA % Hutan mangrove Hutan mangrove

Delta Delta Rendah Rendah

Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Tinggi Tinggi

Page 23: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

15

Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Dataran lumpur Dataran lumpur Rendah Rendah Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Tinggi Tinggi Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Dataran pulau Dataran pulau Rendah Rendah Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Tinggi Tinggi Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Dataran pantai Dataran pantai Rendah Rendah Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Tinggi Tinggi Avicenniaceae Avicenniaceae Sonneratiaceae Sonneratiaceae Rhizoporaceae Rhizoporaceae Meliaceae Meliaceae Nipah Nipah

Hutan non mangrove Hutan non mangrove

Page 24: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

16

Non hutan Non hutan JUMLAH 100 100

2.5.4. Neraca Sumberdaya Hutan Mangrove Daerah Khusus

Neraca sumberdaya hutan mangrove Daerah Khusus spasial

secara umum ditampilkan pada peta skala 1:25.000 atau lebih besar,

atau disesuaikan dengan tingkat kedetilan Peta Tata Ruang Daerah

Khusus Provinsi. Sumber data berasal dari photo udara, citra Ikonos,

atau citra lainnya yang memilki resolusi spasial tinggi dan disertai

dengan ground truth. Secara numerik neraca peruntukan hutan

mangrove Daerah Khusus ini disajikan dalam bentuk tabel scontro

(Tabel 2.7).

Tabel 2. 7. Neraca sumberdaya hutan mangrove tingkat kabupaten

DAERAH KHUSUS : KABUPATEN : PROPINSI : AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA % Hutan mangrove Hutan mangrove

Delta Delta Rendah Rendah

Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Tinggi Tinggi Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Dataran lumpur Dataran lumpur Rendah Rendah

Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia

Page 25: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

17

Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Tinggi Tinggi Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Dataran pulau Dataran pulau Rendah Rendah

Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Tinggi Tinggi Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Dataran pantai Dataran pantai Rendah Rendah

Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Sedang Sedang Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Tinggi Tinggi Avicennia Avicennia Sonneratia Sonneratia Rhizopora Rhizopora Bruguiera Bruguiera Ceriops Ceriops Xylocarpus Xylocarpus Nipah Nipah

Page 26: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

18

Hutan non mangrove Hutan non mangrove

Non hutan Non hutan JUMLAH 100 100

2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang

2.6.1 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang Tingkat Nasional

Neraca sumberdaya terumbu karang tingkat provinsi secara

spasial ditampilkan pada peta skala 1 : 1.000.000., kelas disesuaikan

dengan tingkat kedetilan Peta Tata Ruang Nasional. Sumber data

berasal dari peta hasil inventarisasi pada skala nasional, peta tata ruang

wilayah nasional. Secara numerik neraca peruntukan lahan pesisir

Tingkat Nasional ini disajikan dalam bentuk tabel scontro (Tabel 2.9.).

Tabel 2. 8. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat nasional

PERUBAHAN AKTIVA PASIVA (+) (-)

KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA HA % Karang Hidup Karang Hidup Karang Mati Karang Mati JUMLAH 100 100 100

Keterangan: ( + ) Penambahan ( - ) Pengurangan

Page 27: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

2.6.2 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang Tingkat Provinsi

Tabel 2. 9. Neraca sumberdaya lahan pesisir tingkat provinsi

Provinsi : Periode Waktu :

AKTIVA PASIVA PERUBAHAN (+) (-) %

KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % HA HA Fringing Fringing

Karang Karang Lamun Lamun Pasir Pasir Non Karang Non Karang

Barrier Barrier Karang Karang Lamun Lamun Pasir Pasir Non Karang Non Karang

Atol Atol Karang Karang Lamun Lamun Pasir Pasir Non Karang Non Karang

Patch reef Patch reef Karang Karang Lamun Lamun Pasir Pasir Non Karang Non Karang

JUMLAH 100 100

2.6.3 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang Tingkat Kabupaten/ Kota

Tabel 2. 10. Neraca sumberdaya Terumbu Karang tingkat kabupaten/ kota

DAERAH KHUSUS : KABUPATEN : PROPINSI :

AKTIVA PASIVA PERUBAHAN KLASIFIKASI HA % KLASIFIKASI HA % (+) (-) %

HA HA Fringing Fringing

Karang hidup Karang hidup Sangat baik Sangat baik Baik Baik Sedang Sedang Buruk Buruk

Karang mati Karang mati Pasir kasar Pasir kasar

19

Page 28: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

20

Pasir halus Pasir halus Lamun/seagrass Lamun/seagrass

Barrier Barrier Karang hidup Karang hidup

Sangat baik Sangat baik Baik Baik Sedang Sedang Buruk Buruk

Karang mati Karang mati Pasir kasar Pasir kasar Pasir halus Pasir halus Lamun/seagrass Lamun/seagrass

Atol Atol Karang hidup Karang hidup

Sangat baik Sangat baik Baik Baik Sedang Sedang Buruk Buruk

Karang mati Karang mati Pasir kasar Pasir kasar Pasir halus Pasir halus Lamun/seagrass Lamun/seagrass

Patch reef Patch reef Karang hidup Karang hidup

Sangat baik Sangat baik Baik Baik Sedang Sedang Buruk Buruk

Karang mati Karang mati Pasir kasar Pasir kasar Pasir halus Pasir halus Lamun/seagrass Lamun/seagrass

JUMLAH 100 100

2.6.4. Neraca Sumberdaya Terumbu Karang Daerah Khusus

Klasifikasi sumberdaya terumbu karang untuk daerah khusus

sama dengan klasifikasi tingkat kabupaten.

Page 29: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

VALUASI EKONOMI SUMBERDAYA ALAM PESISIR DAN LAUT

3.1 Konsep Valuasi Ekonomi (VE)

Menurut Barbier et. al. (1997), ada 3 jenis pendekatan penilaian

sebuah ekosistem alam yaitu (1) impact analysis, (2) partial analysis

dan (3) total valuation. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila

nilai ekonomi ekosistem dilihat dari dampak yang mungkin timbul

sebagai akibat dari aktivitas tertentu, misalnya akibat reklamasi pantai

terhadap ekosistem pesisir. Sedangkan par ial analysis dilakukan

dengan menetapkan dua atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan

ekosistem. Sementara itu, total valuation dilakukan untuk menduga

total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu kepada

masyarakat.

t

Dalam buku ini, jenis pendekatan yang digunakan adalah metode

total valuation, karena tujuan utama dari studi ini adalah mengestimasi

nilai ekonomi total dari ekosistem terumbu karang , mangrove dan

padang lamun, yang diharapkan dapat dianalisis dari sudut pandang

publik sebagai salah satu parameter penting dalam sebuah analisis

ekonomi.

Nilai ekonomi (economic value) dari suatu barang atau jasa diukur

dengan menjumlahkan kehendak untuk membayar (KUM, willingness to

pay, WTP) dari banyak individu terhadap barang atau jasa yang

dimaksud. Pada gilirannya, KUM merefleksikan preferensi individu untuk

suatu barang yang dipertanyakan. Jadi dengan demikian, VE dalam

konteks lingkungan hidup adalah tentang pengukuran preferensi dari

masyarakat (people) untuk lingkungan hidup yang baik dibandingkan

terhadap lingkungan hidup yang jelek. Valuasi merupakan fundamental

untuk pemikiran pembangunan berkelanjutan (sustainable develop-

Page 30: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

22

r

ment). Hal yang sangat penting untuk dimengerti adalah, apa yang

harus dilakukan dalam melaksanakan VE.

Hasil dari valuasi dinyatakan dalam nilai uang (money te ms)

sebagai cara dalam mencari preference revelation, misalnya dengan

menanyakan "apakah masyarakat berkehendak untuk membayar?".

Lebih lanjut dinyatakan bahwa penggunaan nilai uang memungkinkan

membandingkan antara "nilai lingkungan hidup (environmental values)"

dan "nilai pembangunan (development values)" (SCERGE, 1994).

Pada prinsipnya VE bertujuan untuk memberikan nilai ekonomi

kepada sumberdaya yang digunakan sesuai dengan nilai riil dari sudut

pandang masyarakat. Dengan demikian dalam melakukan VE perlu

diketahui sejauh mana adanya bias antara harga yang terjadi dengan

nilai riil yang seharusnya ditetapkan dari sumberdaya yang digunakan

tersebut. Selanjutnya adalah apa penyebab terjadinya bias harga

tersebut. Ilmu ekonomi sebagai perangkat melakukan VE adalah ilmu

tentang pembuatan pilihan-pilihan (making choices). Pembuatan

pilihan-pilihan dari alternatif yang dihadapkan kepada kita tentang

lingkungan hidup adalah lebih kompleks, dibandingkan dengan

pembuatan pilihan dalam konteks; barang-barang privat murni (purely

private goods).

Dalam konteks lingkungan hidup, apa yang harus dibandingkan

adalah satu barang dengan harga (priced good, private good), dan satu

barang tanpa harga (unpricedgood, public good), misalnya ketika

menentukan untuk investasi dalam pengendalian polusi, ketimbang

kapasitas output ekonomi baru. Tetapi mungkin pula kita

membandingkan dengan lebih dari dua barang tanpa harga (misalnya

kualitas udara v.s. kualitas air). Dalam konteks pilihan ini diperlukan

untuk memperhitungkan suatu nilai (impute to a value) untuk barang

atau jasa lingkungan (environmental good or service).

Dalam pasar, individual mempraktekkan pilihan dengan

membandingkan KUM mereka dengan harga produk. Mereka akan

Page 31: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

23

membeli barang apabila KUM-nya melebihi harga, dan tidak berlaku

sebaliknya. Perhitungan nilai (imputing values) melibatkan ternuan

beberapa ukuran dari KUM untuk kualitas lingkungan.

Inilah secara esensial sebagai proses dari VE : melibatkan temuan

suatu ukuran KUM dalam menghadapi hambatan di mana kegagalan

pasar tidak dapat memberikan harga secara langsung.

Salah satu tantangan yang dihadapi oleh para pembuat kebijakan

adalah bagaimana menilai suatu sumberdaya alam secara

komprehensif. Dalam hal ini tidak saja market value dari barang yang

dihasilkan dari suatu sumberdaya melainkan juga dari jasa yang

ditimbulkan oleh sumberdaya tersebut. Pertanyaan yang sering timbul

misalnya bagaimana mengukur, atau menilai jasa tersebut padahal

konsumen tidak mengkonsumsinya secara langsung, bahkan mungkin

tidak pernah mengunjungi tempat dimana sumberdaya alam tersebut

berada. Salah satu cara untuk melakukan valuasi ekonomi adalah

dengan menghitung Nilai Ekonomi Total (TEV).

Nilai Ekonomi Total (NET) adalah nilai-nilai ekonomi yang

terkandung dalam suatu sumberdaya alam, baik nilai guna maupun nilai

fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan

pengelolaannya sehingga alokasi dan alternatif penggunaannya dapat

ditentukan secara benar dan mengenai sasaran. Nilai Ekonomi Total ini

dapat dipecah-pecah ke dalam suatu set bagian komponen. Sebagai

ilustrasi misalnya dalam kontek penentuan alternatif penggunaan lahan

dari ekosistem terumbu karang. Berdasarkan hukum biaya dan manfaat

(a benefit - cost rule), keputusan untuk mengembangkan suatu

ekosistem terumbu karang dapat dibenarkan (justified) apabila manfaat

bersih dari pengembangan ekosistem tersebut lebilh besar dari manfaat

bersih konservasi. Jadi dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan

NET dari ekosistem terumbu karang tersebut. NET ini juga dapat

diinterpretasikan sebagai NET dari perubahan kualitas lingkungan hidup.

Page 32: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

24

NET atau total economic value (TEV) dapat ditulis dalam

persamaan matematis sebagai berikut (CSERGE, 1994):

TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (XV + BV) Dimana: TEV = Total econornic value

Dimana nilai ekonomi diukur dalam terminologi sebagai kesediaan membayar (willingness to pay) untuk mendapatkan komoditi tersebut.

UV = Use values (Nilai Manfaat)

Yaitu suatu cara penilaian atau upaya kuantifikasi barang dan jasa sumberdaya alam dan lingkungan ke nilai uang (monetize), terlepas ada ada atau tidaknya nilai pasar terhadap barang dan jasa tersebut.

NUV = Non-use value (Nilai Bukan Manfaat) DUV = Direct use value (Nilai Langsung)

Yaitu output (barang dan jasa) yang terkandung dalam suatu sumberdaya yang secara langsung dapat dimanfaatkan.

IUV = Indirect use value (Nilai Tidak Langsung)

Yaitu barang dan jasa yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya yang tidak secara langsung dapat diambil dari sumberdaya alam tersebut.

0V = Option value (Nilai Pilihan)

Yaitu potensi manfaat langsung atau tidak langsung dari suatu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan diwaktu mendatang dengan asumsi sumberdaya tersebut tidak mengalami kemusnahan atau kerusakan yang permanen. Nilai ini merupakan kesanggupan individu untuk membayar atau mengeluarkan sejurnlah uang agar dapat memanfaatkan potensi SDA di waktu mendatang.

XV = Eqsistence value (Nilai Keberadaan)

Yaitu nilai keberadaan suatu sumberdaya alam yang terlepas dari manfaat yang dapat diambil daripadanya. Nilai ini lebih berkaitan dengan nilai relijius yang melihat adanya hak hidup pada setiap komponen sumberdaya alam.

Page 33: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

25

BV = Bequest value (Nilai Warisan)

nilai yang berkaitan dengan perlindungan atau pengawetan (preservation) suatu sumberdaya agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka dapat mengambil manfaat daripadanya sebagai manfaat yang telah diambil oleh generasi sebelumnya.

Untuk memberikan pengertian yang lebih jelas mengenai

taksonomi ekonomi untuk valuasi sumberdaya lingkungan, dapat dikaji

melalui Gambar 3.1. Dari gambar 3.1 dapat dianalisis lebih lanjut hal-hal

berikut:

a. TEV dari sumberdaya dapat disagregasi ke dalam dua bagian

yang terdiri dari Use Value (UV) dan Non-Use Value (NUV).

b. Use Value dapat menjadi :

Direct Use Value (DUV) misalnya seseorang membuat

penggunaan aktual dari fasilitas; mengurangi daerah rekreasi

untuk memancing dan mempunyai KUM dari penggunaan ini;

Indirect Use Value (IUV), misalnya manfaat-manfaat yang

diperoleh dari fungsi ekosistem. Option Value (OV), yang

KUM-nya untuk pilihan (option) untuk penggunaan fasilitas

seperti daerah rekreasi untuk penggunaan di masa yang akan

datang.

Kegunaan dari penggunaan Use Value adalah:

Sebagai alat bantu untuk dapat memanfaatkan barang dan

jasa SDA dan lingkungan secara bijaksana dan proporsional

(wise and proportional).

Sebagai pintu gerbang proses internalisasi biaya lingkungan

dan sosial ke dalam kegiatan ekonomi dan pembangunan

sebagai upaya nyata implementasi konsep pembangunan

berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.

Page 34: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

Use Value Non-Use Value

DUV IU OV

EV, BV

Metode CVM

Metode : 1. Market Value 2. CVM 3. ISA 4. HP 5. TCM

Metode : 1. Biaya Pencegahan 2. Productivity approach 3. Replacement Cost 4. Relocation Cost 5. SMP

Nilai Ekonomi Total

Keterangan : HP = Hedonic Pricing, TCM = Travel Cost Method, CVM = Contingent Valuation Method, ISA = Indirect Subtitution Approach SMP = Surrogate Market Price

Gambar 3. 1 Taksonomi ekonomi untuk valuasi sumberdaya lingkungan

c. Non-Use Value (NUV) di pihak lain dapat dibagi atas:

Existence Value (XV) yang mengukur KUM untuk suatu

sumberdaya untuk moral, altruistik atau dasar lain yang tidak

ada hubungannya dengan penggunaan atau nilai option;

Bequest Value (BV) yang mengukur suatu KUM untuk

menjamin bahwa turunan mereka akan mampu menggunakan

sumberdaya di masa yang akan datang

26

Page 35: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

27

3.2 Metode Penilaian Ekonomi Sumberdaya Alam Pesisir dan

Laut

Berbagai metode penilaian terhadap dampak lingkungan telah

dipraktekkan dalam banyak proyek di berbagai negara. Metode-metode

tersebut pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi tiga macam

metode: 1

metode yang secara langsung didasarkan pada nilai pasar atau

produktivitas

metode yang menggunakan nilai pasar barang pengganti atau

barang pelengkap

metode yang didasarkan pada hasil survei.

3.2.1 Pendekatan harga pasar

Pendekatan dengan harga pasar dapat dibedakan lagi menjadi

pendekatan harga pasar dan pendekatan nilai barang pengganti.

Pendekatan harga pasar yang sebenarnya atau pendekatan

produktivitas telah banyak digunakan dalam menganalisis biaya

dan manfaat suatu proyek. Namun dengan dipertimbangkannya

dimensi lingkungan, akan sulit untuk menentukan harga pasar yang

tepat.

Pendekatan modal manusia (human capital) atau pendekatan

pendapatan yang hilang (foregone earnings) menggunakan harga

pasar dan tingkat upah untuk menilai sumbangan kegiatan terhadap

penghasilan masyarakat. Pendekatan ini diterapkan untuk menilai

sumberdaya manusia bila terjadi kematian, cacat tubuh yang

permanen dan sebagainya sebagai akibat adanya suatu proyek.

t

1 Maynard M. Huftschmidt, David James, Anton D. Meister, Blair T. Bower, John Dixon,

Environment, Natural Sys ems, and Development: An Economic Valuation Guide, The John Hopkins University Press, Baltimore, 1983, hal. 170-261. Lihat juga M. Suparmoko dan marea R. Suparmoko, Ekonomika Lingkungan, BPFE Yogyakarta, 2000, halaman 101-132.

Page 36: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

28

Apabila data mengenai harga atau upah tidak cukup tersedia,

biaya kesempatan atau pendapatan yang hilang dapat digunakan

sebagai pendekatan. Akan menjadi sulit bila kita harus

mempertimbangkan bahwa nilai barang dan jasa lingkungan seperti

pada pertamanan nasional, hutan wisata dan sebagainya nilainya

meningkat lebih cepat daripada nilai barang modal yang ada.

Memang tidak mudah untuk mendapatkan harga pasar bagi

produk atau jasa yang timbul karena adanya suatu proyek. Untuk itu

sedapat mungkin digunakan nilai harga alternatif atau biaya

kesempatan “opportunity cost”. Cara ini dapat dipakai untuk mengukur

berapa pendapatan yang hilang karena adanya suatu proyek.

Pendapatan yang hilang itu dapat diartikan sebagai biaya tidak langsung

dari adanya pembangunan proyek tersebut.

Untuk sumberdaya alam dan lingkungan seperti itu akan dinilai

dengan pendekatan kesediaan membayar (willingnes to pay) dari para

pemakai sumberdaya alam dan lingkungan tersebut.

3.2.2 Pendekatan dengan nilai barang pengganti (surrogate

market price)

Pendekatan nilai kekayaan

Pendekatan ini merupakan pendekatan kedua setelah

pendekatan dengan harga pasar untuk menilai perubahan

lingkungan. Seringkali kita temui keadaan di mana sangat sulit

mendapatkan harga pasar ataupun harga alternatif. Namun

dengan pendekatan nilai barang pengganti (substitusi) maupun

nilai barang pelengkap (komplementer), kita berusaha

menemukan harga pasar bagi barang dan jasa yang

terpengaruh lingkungan. Pendekatan nilai kekayaan (hedonic

property prices) didasarkan atas pemikiran bahwa kualitas

Page 37: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

29

t

lingkungan mempengaruhi harga rumah yang dipengaruhi oleh

jasa atau guna yang diberikan oleh kualitas lingkungan.

Pendekatan tingkat upah

Pendekatan atas dasar tingkat upah sebenarnya mirip dengan

pendekatan atas dasar nilai kekayaan. Pendekatan ini

menggunakan tingkat upah pada jenis pekerjaan yang sama

tetapi pada lokasi yang berbeda untuk menilai kualitas

lingkungan kerja pada masing-masing lokasi tersebut.

Pendekatan yang dipakai adalah bahwa upah dibayarkan lebih

tinggi pada lokasi yang lebih tercemar

Pendekatan biaya perjalanan

Pendekatan ini menggunakan biaya transportasi atau biaya

perjalanan terutama untuk menilai lingkungan pada obyek-

obyek wisata. Pendekatan ini menganggap bahwa biaya

perjalanan serta waktu yang dikorbankan para wisatawan untuk

menuju obyek wisata dianggap sebagai nilai lingkungan yang

wisatawan bersedia untuk membayar. Ingat bahwa dalam suatu

perjalanan (travel) orang harus membayar “biaya finansial”

(financial cos s) dan “biaya waktu”. Biaya waktu tergantung

pada biaya kesempatan (opportunity costs) masing-masing.

3.2.3 Teknik survei

Beberapa teknik survei seperti lelang, survei langsung dan

metode Delphi dapat digunakan untuk menentukan nilai lingkungan.

Lelang

Pendekatan ini banyak dipakai dalam hal kita harus mencari

kesediaan membayar untuk dilaksanakannya suatu proyek atau

kesediaan untuk menerima pembayaran demi tidak dilakukannya

suatu proyek yang berkaitan dengan lingkungan. Dengan kata

Page 38: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

30

-tr

lain pendekatan idengan cara lelang ini digunakan untuk

mengetahui preferensi masyarakat sehingga nilai barang dan jasa

lingkungan dapat ditentukan.

Survei langsung

Mewawancarai responden secara langsung mengenai kesediaan

mereka untuk membayar (willingnes to pay) atau kesediaan

menerima pembayaran (willingnes to accept) karena perubahan

lingkungan dapat dipakai untuk menentukan nilai lingkungan.

Pendekatan Delphi

Pendekatan ini mendasarkan diri pada pendapat para ahli tentang

nilai lingkungan tertentu, dan telah banyak dipraktekkan dalam

pengambilan keputusan. Dalam hal penentuan nilai lingkungan,

pendekatan ini ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan

serta latar belakang kehidupan para ahli.

3.3 Teknik Valuasi Ekonomi

3.3.1 Pengukuran Nilai Ekonomi Barang dan Jasa yang

Diperdagangkan (Traded Value)

Komponen barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya

alam terdiri dari 2 yaitu : barang dan jasa yang diperdagangkan (traded

goods) dan tidak diperdagangkan (non aded). Untuk barang dan jasa

yang diperdagangkan, teknik pengukuran nilai ekonominya dapat

dilakukan dengan lebih terukur karena bentuk fisiknya jelas dan

memiliki nilai pasar (market value). Beberapa cara pengukuran yang

dapat dilakukan menyangkut surplus konsumen dan surplus produsen.

Surplus Konsumen

Surplus konsumen adalah pengukuran kesejahteraan di tingkat

konsumen yang diukur berdasarkan selisih keinginan membayar

dari seseorang dengan apa yang sebenarnya dia bayar. Di dalam

Page 39: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

31

valuasi ekonomi sumberdaya, surplus konsumen ini dapat

digunakan untuk mengukur besarnya kehilangan (loss) akibat

kerusakan ekosistem dengan mengukur perubahan konsumer

surplus.

Surplus Produsen

Surplus produsen diukur dari sisi manfaat dan kehilangan dari sisi

produsen atau pelaku ekonomi. Dalam bentuk yang sederhana,

nilai ini dapat diukur tanpa harus mengetahui kurva penawaran

dari barang yang diperdagangkan.

3.3.2 Pengukuran Nilai Ekonomi Barang dan Jasa yang Tidak

Diperdagangkan (Non-Traded Value)

Beberapa barang dan jasa yang dihasilkan dari sumberdaya alam

dan lingkungan seperti nilai rekreasi, nilai keindahan dan sebagainya

yang tidak diperdagangkan dan sulit mendapatkan data mengenai

harga dan kuantitas dari barang dan jasa tersebut. Untuk itu, para ahli

ekonomi sumberdaya melakukan beberapa pendekatan untuk mengukur

barang dan jasa yang termasuk dalam kategori tersebut. Diantaranya :

a. Teknik Pengukuran Tidak Langsung (Indirect)

Penilaian terhadap barang dan jasa yang tidak diperdagangkan

dapat dilakukan menggunakan teknik tidak langsung yang

didasarkan pada deduksi atas perilaku seseorang atau masyarakat

secara keseluruhan terhadap penilaian sumberdaya alam, sehingga

teknik ini juga sering disebut teknik revealed willingness to pay.

Dengan teknik ini diharapkan akan diperoleh nilai yang secara

konseptual identik dengan nilai pasar (market value).

Termasuk di dalam teknik-teknik ini antara lain; Hedonic Price and

Wage Techniques, the Travel Cost Methods, Averrive Behavior and

Page 40: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

32

Conventional Market Approaches. Semua itu adalah tidak langsung

sebab mereka tidak tergantung pada jawaban langsung masyarakat

terhadap pertanyaan tentang, "berapa banyak mereka KUM/WTP

atau KUA/WTA untuk perubahan kualitas lingkungan hidup"

(CSERGE, 1994).

1. Travel Cost Method (TCM)

• Dapat digunakan untuk menilai daerah tujuan wisata alam.

• Dilakukan dengan cara survei biaya perjalanan dan atribut

lainnya terhadap respon pengunjung suatu obyek wisata.

• Biaya perjalanan total merupakan biaya perjalanan PP,

makan dan penginapan.

• Surplus konsumen merupakan nilai ekonomi lingkungan

obyek wisata tersebut.

2. Hedonic Pricing Method (HP)

Teknik ini pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implicit

dari karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk

dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan

tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Analisa HP

biasanya melibatkan dua tahapan. Pertama adalah menentukan

variable kualitas lingkungan yang akan dijadikan studi (fungsi

HP) dan mengkajinya ketersediaan data spasial dan juga data

dari harga dari suatu obyek yang akan dinilai. Kedua adalah

menentukan fungsi permintaan.

Teori dasarnya adalah ada keterkaitan antara permintaan atau

produksi komoditi yang dapat dipasarkan (marketable

commodity) dengan yang tidak dapat dipasarkan (non

marketable commodity).

Page 41: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

33

Contoh (1) hasil tangkapan ikan dalam suatu area tertentu

merupakan fungsi dari kualitas perairan (PI = B1PL + B20T +

B3SA + B4NI), (2) nilai keindahan alam dan udara bersih suatu

pantai dapat dinilai melalui harga rumah tinggal yang berlokasi

sesuai dengan kriteria yang dimaksud. Dengan kata lain, harga

rumah di suatu lokasi merupakan fungsi dari kualitas udara dan

keindahan alam (Pembiayaan = a + b1S + b2N + b3E).

Langkah pelaksanaannya:

1. Identifikasi kualitas lingkungan, isu penting, ketersediaan data

sekunder.

2. Temukan cara pengukuran kualitas lingkungan (bising dengan db,

udara dengan kandungan partikulat, S02, air dengan BOD, COD dll).

3. Spesifikasi fungsi persamaan hedonic.

4. Pengumpulan data

5. Pengolahan data

6. Intepretasi

7. Pembuatan laporan

Secara rinci tahapan tersebut diuraikan sebagai berikut:

1. Menentukan fungsi HP.

Pada tahap ini melibatkan pemodelan beberapa variable

karakteristik yang diduga mempengaruhi permintaan suatu

barang dan jasa. Permintaan (P) akan dipengaruhi oleh

beberapa variable karakteristik, seperti kualitas lingkungan (Q),

tingkat kebisingan (N), dan asesibility (A). Jika variabel-variabel

ini sudah teridentifikasi, teknik regresi sederhana seperti dalam

CVM bisa dilakukan untuk mengestimasi fungsi tersebut melalui

persamaan:

Ph = f (Qj, Nk, At)

Page 42: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

34

Dari persamaan di atas akan diperoleh fungsi permintaan

implisist terhadap kualitas lingkungan. Dengan menurunkan

fungsi di atas terhadap variable Q akan diperoleh:

dPh ----- = f (Qj, Nk, At) dQj Fungsi ini juga disebut sebagai fungsi permintaan terbalik

(inverse demand curve) bagi kualitas lingkungan.

2. Menentukan fungsi permintaan dari variable lingkungan yang

ingin diketahui.

Tahap ini adalah menentukan fungsi permintaan dari kualitas

lingkungan berdasarkan informasi yang diperoleh pada tahap

sebelumnya. Penentuan fungsi permintaan ini akan dipengaruhi

oleh informasi mengenai sisi penawaran (supply) pasar.

b. Teknik Pengukuran Langsung (Direct)

Pada pendekatan pengukuran secara langsung, nilai ekonomi

sumberdaya dan lingkungan dapat diperoleh langsung dengan

menanyakan kepada individu atau masyarakat mengenai keinginan

membayar mereka (willingness to pay) terhadap barang dan jasa

yang dihasilkan oleh sumberdaya alam.

Pendekatan langsung menurunkan preferensi secara langsung

dengan cara survey dan teknik-teknik percobaan (experimental

tecniques) misalnya “contingent valuation" dan “contingent ranking

methods”.

Page 43: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

35

)

o Contingent Valuation Method (CVM)

Pendekatan ini disebut contingent (tergantung kondisi) karena

pada prakteknya informasi yang diperoleh sangat tergantung

dari hipotesis pasar yang dibangun, misalnya: seberapa besar

biaya yang harus ditanggung, bagaimana pembayarannya, dsb.

Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua

cara, yaitu: teknis eksperimental melalui simulasi dan

permainan dan melalui teknik survey. Pendekatan pertama lebih

banyak dilakukan dengan melalui simulasi computer sehingga

penggunaannya di lapangan sangat sedikit.

Pendekatan CVM pada hakekatnya bertujuan untuk mengetahui

keinginan membayar (willingness to pay atau WTP) dari

sekelompok masyarakat misalnya terhadap perbaikan kualitas

lingkungan dan keinginan menerima (willingness to accept atau

WTA) dari kerusakan suatu lingkungan perairan.

Metode CVM merpakan metode valuasi melalui survei langsung

mengenai penilaian respon secara individual dengan cara

menanyakan kesediaan untuk membayar (willingness to pay

terhadap suatu komoditi lingkungan atau terhadap suatu

sumberdaya yang non marketable. Dikatakan contingent,

karena pada kondisi tersebut respon seolah-olah clihadapkan

pada pasar yang sesungguhnya dimana sedang terjadi

transaksi.

Metoda ini selain dapat digunakan untuk mengkuantifikasi nilai

pilihan, nilai eksistensi dan nilai pewarisan juga dapat

digunakan untuk menilai penurunan kualitas.

Page 44: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

36

t

Ada 4 macam tipe pertanyaan, yaitu (1) Direct Question Method

disebut juga pertanyaan terbuka, (2) Bidding Game, (3)

Payment Card, (4) Take it or leave it. Ada lima macam (sumber)

bias yang perlu diwaspadai, yaitu (1) strategic bias, (2) starting

point bias, (3) hyphotetical bias, (4) sampling bias dan (5)

commodity spesificafion bias.

Tahap prosedur Pelaksanaan Survei CVM :

1. Identifikasi issu atau dampak lingkungan yang akan dinilai.

2. Identifikasi populasi yang terkena dampak atau yang

memanfaatkan sumberdaya tersebut atau yang mengerti betul.

3. Tetapkan prosedur survei, kapan dan dimana.

4. Tentukan cara sampling dan pemilihan sampel.

5. Desain kuisioner meliputi jenis dan isi pertanyaan.

6. Melakukan pelatihan terhadap surveyor mengenai tata cara survei.

7. Lakukan uji pendahuluan kuisioner (pretest) untuk meminimalkan

bias yang mungkin terjadi.

8. Pelaksanaan survei dan ekstraksi data.

9. Pengolahan data.

10. Penulisan laporan.

Analisis valuasi ekonomi sumberdaya alam secara umum dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu cara langsung (direct method) dan

cara tidak langsung (indirect method). Teknik penilaian secara langsung

sering menggunakan con ingent valuation method (CVM), sedangkan

untuk teknik tidak langsung pendekatan yang biasa digunakan adalah

hedonic pricing (HP). Dalam operasionalnya untuk melakukan

pendekatan CVM dilakukan lima tahapan kegiatan atau proses, yaitu:

1. Membuat hipotesis pasar.

Page 45: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

37

Pada awal proses kegiatan CVM, seorang peneliti terlebih dahulu

harus membuat hipotesis pasar terhadap sumberdaya yang akan

divaluasi. Dalam hal ini kita bisa membuat suatu kuesioner yang

berisi informasi lengkap mengenai kegiatan atau proyek yang akan

dilaksanakan. Kuesioner ini bisa terlebih dahulu diuji pada kelompok

kecil untuk mengetahui reaksi dari proyek yang akan dilakukan

sebelum proyek tersebut betul-betul dilaksanakan.

2. Mendapatkan nilai lelang (bids).

Untuk memperoleh nilai lelang dilakukan dengan melakukan survei

baik melalui survei langsung dengan kuesioner, interview via telpon

maupun lewat surat. Tujuan dari survei ini untuk memperoleh nilai

maksimum keinginan membayar (WTP) dari responden terhadap

suatu proyek misalnya perbaikan lingkungan. Nilai lelang ini bisa

dilakukan dengan teknik: pertanyaan berstruktur dengan membuat

kuesioner yang berstruktur sehingga akan diperoleh nilai WTP yang

maksimum, pertanyaan terbuka yaitu responden diberikan

kebebasan untuk menyatakan nilai moneter (rupiah yang ingin

dibayar) untuk suatu proyek perbaikan lingkungan, model

referendum yaitu responden diberikan suatu nilai rupiah, kemudian

kepada mereka diberikan pertanyaan setuju atau tidak.

3. Menghitung rataan WTP dan WTA.

Setelah survey dilaksanakan, tahap berikutnya adalah menghitung

nilai rataan dari WTP dan WTA dari setiap individu. Nilai ini

didasarkan nilai lelang (bid) yang diperoleh pada tahap dua.

Perhitungan ini biasanya didasarkan pada nilai “mean” (rataan) dan

nilai “median” (nilai tengah). Pada tahap ini harus diperhatikan

kemungkinan timbulnya “outlier” (nilai yang sangat jauh

menyimpang dari nilai rata-rata). Perhitungan nilai rataan WTP dan

Page 46: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

38

WTA lebih mudah dilakukan untuk survey yang menggunakan

pertanyaan berstruktur daripada pertanyaan referendum.

4. Memperkirakan kurva lelang (bid curve).

Kurva lelang (bid curve) diperoleh misalnya dengan me-regresikan

WTP/WTA sebagai variable tidak bebas (dependent variable)

dengan beberapa variable bebas. Misalnya saja kita ingin

memformulasikan bahwa WTP dari seorang individu akan

dipengaruhi oleh pendapatan (I), pendidikan (E), umur (A) dan

kualitas lingkungan (Q), maka secara matematis bisa dituliskan

sebagai berikut:

Wi = f (I,E,A,Q)

Persamaan di atas secara lebih eksplisit bisa dituliskan dalam fungsi

logarithmic sehingga bisa diestimasi dengan metode regresi biasa,

misalnya:

LnWi = a0 + a1 LnI1 + a2 LnE2 + a3LnAi + a4LnQi + e

Dimana i menunjukkan indeks responden, W adalah variable WTP,

sedangkan variable lainnya sama dengan definisi di atas.

5. Meng-agregat-kan data.

Tahap terakhir dalam teknik CVM adalah mengagregatkan rataan

lelang yang diperoleh pada tahap ke-tiga. Proses ini melibatkan

konversi dari data rataan sample ke rataan populasi secara

keseluruhan. Salah satu cara untuk mengkonversi ini adalah

mengalikan rataan sample dengan jumlah rumah tangga didalam

populasi.

Page 47: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

Secara skematis pemilahan metode yang digunakan untuk

penilaian ekonomi sumberdaya alam laut dan pesisir disajikan pada

Gambar 3.2 dan Gambar 3.3.

Product)

Product)

Harga penggantian (Surrogate Prices): 1 Harga substitusi 2 Harga Substitusi tak

langsung 3 Biaya oportunitas tidak

langsung 4 Nilai tukar 5 Biaya relokasi 6 Biaya perjalanan /

pengadaan (Travel Cost)

Hasil sdal merupakan

produk antara (Intermedite

Nilai Produksi : 1 Pendekatan fungsi

produksi 2 Faktor pendapatan bersih

Ya

Ti dak

Ya

Metode manfaat sosial

bersih (Net Social Beneft Methods)

Data demand dan supply,

sdal tersedia lengkap

Ti dak

Ti dak

Ya

Ya

Metode Harga Pasar

(Market Price Methods)

Hasil sdal merupakan

barang siap pakai (Final

Ada pasar hasil sdal

(Hasil sdal dijual di pasar)

39

Page 48: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

Gambar 3. 2 Bagan Alir Pemiliahan Metode Penilaian Nilai Guna Langsung (Direct Use Value) SDAL

lah a

dan dekat

SDAL mempunyai fungsi

perlindungan terhadap aset

Nilai fungsi SDAL/Atribut SDAL dapat direfleksikan dalam nilai

an atau harga lainny

SDAL (Ekosistemnya) berfungsi mendukung produksi (Pertanian)

Ada daftar pasar untuk barang yang mempunyai fungsi sama dengan fungsi hutan

Fungsi/Atribut hutan tidak dapat didekati baik dengan transaksi

komersial maupun penggantian

1. Metode perlindungan asset (Protection of Assets)

2. Biaya pemulihan 3. Biaya rehabilitasi 4. Nilai kehilangan produksi 5. Biaya pembangunan

Hedonic Pricing

1. Nilai Produksi : 2. Pendekatan fungsi produksi 3. Faktor pendapatan bersih

Harga pengganti (Surrogate Prices) 1. Harga subtitusi 2. Harga subtitusi tak langsung

Penilaian Kontingensi (Contingent Valution)

Ya

Ya

Ya

Ya

Y

Ti dak

Ti dak

Ti dak

Ti dak

40

Page 49: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

41

Gambar 3. 3 Bagan Alir Pemilihan Metode Penelitian Nilai Guna Tidak Langsung (Indirect Use Value), nilai pilihan (Option Value) dan nilai keberadaan (Existence Value) Hutan Mangrove

3.4 Langkah-Langkah Penilaian Valuasi ekonomi Sumberdaya

Alam Pesisir dan Laut.

Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melakukan

penilaian sumberdaya alam (mineral lepas pantai) dan lingkungan yaitu:

Mengidentifikasi dampak penting dari suatu kegiatan atau kejadian.

Menguantifikasi besarnya dampak.

Dampak kuantitatif dinyatakan dalam nilai uang (rupiah/dollar).

Analisis ekonomi, misalnya dengan menggunakan analisis biaya dan

manfaat yang diperluas, dengan memasukkan dimensi lingkungan

dalam standar analisis biaya dan manfaat.

3.4.1 Valuasi Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove ( SDA Lahan

Pesisir dan hutan Mangrove)

a) Identifikasi Manfaat dan Fungsi Identifikasi manfaat dan fungsi sumberdaya alam adalah upaya

penemuan nilai ekonomi total dari suatu SDA. Mengklasifikasikan

fungsi dan manfaat ekosistem hutan mangrove dalam 2 kelompok

penggunaan ekosistem, yaitu use value dan non use value.

Tabel 3. 1. Manfaat dan Fungsi Ekosistem Mangrove

Use Value Non-Use Value DUV IUV OUV EV BV

Page 50: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

42

1. Kayu log 2. Kayu

Bakar 3. Ikan 4. Udang 5. Burung 6. Rekreasi 7. Air tawar

1. Fungsi ekologis 2. Pengendali Banjir 3. Pelindung abrasi 4. Pelindung badai 5. Penyerap karbon 6. Wisata alam 7. Dll

Spesies, habitat dan biodiversity

Pelindung habitat terancam punah, Keanekaraga man hayati spesies langka dan estetika

Spesies, habitat dan tradisi

b) Indentifikasi informasi / data

Indentifikasi informasi / data yang diperlukan dan metode

pengumpulannya, lalu tentukan metode penilaian yang sesuai

dengan data tersedia.

c) Kuantifikasi nilai ekonomi hutan mangrove.

Untuk mengetahui harga setiap manfaat di atas dilakukan

kuantifikasi segenap manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Teknik

kuantifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut: (1) Nilai Pasar,

(2) Harga Tidak Langsung dan (3) Metode nilai kontingensi . Nilai

ekonomi hutan mangrove dimasukan dalam Tabel 3.1.

d) Merupiahkan besarnya dampak

Untuk mengetahui harga setiap manfaat dari ekosistem hutan

mangrove yang paling tepat digunakan harga pasar.

e) Analisis Ekonomi

Suatu kegiatan atau proyek harus dipandang dari berbagai

kelayakan (feasibility), diantaranya adalah kelayakan teknis,

kelayakan finansial, kelayakan ekonomi, kelayakan sosial budaya,

dan kelayakan lingkungan.

(1) Net Present Value (NPV)

NPV atau nilai sekarang bersih adalah jumlah nilai sekarang dari

manfaat bersih. Kriteria keputusan yang lebih baik adalah nilai NPV

Page 51: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

yang positif dan alternatif yang mempunyai NPV tertinggi pada

peringkat pertama. Secara matematis, Net Present Value dapat

disajikan sebagai berikut (Abelson, 1979) :

n Bi - Ci NPV = ∑ i =1 (1+r) i

Dimana :

B = manfaat per tahun C = biaya r = discount rate per tahun i = jangka waktu perhitungan proyek

(2) Benefit Cost Ratio (BCR)

Adalah rasio jumlah nilai sekarang dari manfaat dan biaya.

Kriteria alternatif yang layak adalah BCR > 1 dan kita meletakkan

alternatif yang mempunyai BCR tertinggi pada tingkat pertama. Secara

matematis, BCR dapat disajikan sebagai berikut (Abelson, 1979):

n B – C > 0

∑ i = 1 (1 + r) i Net BCR = n C – B < 0 ∑ i = 1 (1 + r) i

Dimana : B = manfaat per tahun C = biaya R = discount rate per tahun i = jangka waktu perhitungan proyek

Tabel 3. 2 Nilai Ekonomi Hutan Mangrove

NO. JENIS MANFAAT Rp/ha/thn (1) (2) (3)

43

Page 52: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

44

1 Nilai Guna (Use Value) a. Nilai Guna Langsung (Direct Use Value) 1) Kayu sebagai Bahan Baku a) Industri oleh HPH (mangrove) b) Kayu Bangunan oleh Masyarakat (kayu

mangrove)

2) Nir-Kayu Sebagai Bahan Baku Industri (Jenis dominan : rotan)

3) Kayu sebagi Sumber Energi/ Kayu Bakar 4) Ikan 5) Udang 6) Burung 7) Air tawar 8) dll. Jumlah Nilai Guna Langsung b. Nilai Guna Tidak Langsung (In-Direct Use Value) 1) Fungsi Elologis 2) Pengendali Banjir 3) Pelindung Abrasi 4) Pelindung Badai 5) Penyerapan Karbon 6) Wisata Alam 7) Dll. Jumlah Nilai Guna Tidak Langsung 2. Nilai Pilihan (Option Value) Flora dan Fauna 3. Nilai Keberadaan (Existence Value) : a Keanekaragam Hayati b Perlindungan Habitat Jumlah Nilai Keberadaan : TOTAL NILAI HUTAN MANGROVE

1. Identifikasi Manfaat dan Fungsi

Identifikasi manfaat dan fungsi sumberdaya alam adalah upaya

penemuan nilai ekonomi total dari suatu SDA.

Tabel 3. 3. Manfaat dan Fungsi Ekosistem Coral Reef Use Value Non-Use Value DUV

IUV OUV EV BV

Page 53: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

45

1. Ikan tangkap 2. Marikultur 3. Perdagangan

Akuarium 4. Udang 5. Kerang 6. Kepiting 7. Wideng 8. Ular 9. Burung 10. Sayuran 11. Bahan obat 12. Bahan bangunan

1. Penyedia pakan untuk kura-kura, ikan dan burung laut

2. Physical Protection 3. untuk : 4. Garis pantai, 5. Navigasi, 6. Ekosistem dan

lainnya 7. Cadangan karbon

global 8. Pariwisata 9. Keilmuan/penelitian

Spesies, habitat dan biodiversi ty

Habitat terancam punah, spesies langka dan estetika

Spesies, habitat dan tradisi

2.Indentifikasi informasi / data

Indentifikasi informasi / data yang diperlukan dan metode

pengumpulannya, lalu tentukan metode penilaian yang sesuai dengan

data tersedia.

Data-data yang dibutuhkan untuk keperluan valuasi ekonomi

terumbu karang :

a. Data persen penutupan karang hidup beserta kondisinya dan

kelimpahan ikan karang.

b. Data panjang garis pantai (km) dan luas terumbu karang (ha)

dapat mengacu dari data COREMAP.

c. Alat tangkap yang digunakan nelayan di sekitar terumbu karang

(bagan/kelong, bubu, gill net, pancing, trammel net).

d. Jumlah armada kapal (kapal motor, perahu tanpa motor dan motor

tempel) dan produksinya (ton).

e. Daerah operasi penangkapan ikan dan waktu operasi.

f. Data jenis-jenis ikan karang tangkap yang dominan. Data hasil

tangkapan (total produksi) ikan di sekitar terumbu karang

(termasuk didalamnya udang dan moluska) produksi (ton/th) dan

nilai jualnya (US$).

g. Jumlah RTP (Rumah Tangga Perikanan).

Adapun metode penilai ekosisitem terumbu karang seperti pada

Tabel 3.4.

Page 54: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

46

Tabel 3. 4 Matriks Metode Penilaian Ekonomi Ekosistem Terumbu

No. Klasifikasi Nilai Metode Penilaian 1. Nilai Pakai Langsung (Direct Use

Values) Effect on P oduction dan Replacement Cost-Benefit

r

2. Nilai Pakai Tidak Langsung (Indirect Use Values)

Effect on P oduction atau Replacement Cost-Benefit

r

I Option Values II Transfer Cost-Benefit

3. Nilai Non-Pakai (Non-use Values) III Existence Values IV Transfer Cost-

Benefit Sumber : Dimodifikasi dari Bar on (1994) t

1. Kuantifikasi nilai ekonomi hutan mangrove

Untuk mengetahui harga setiap manfaat di atas dilakukan

kuantifikasi segenap manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Teknik

kuantifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) Nilai

Pasar, (2) Harga Tidak Langsung dan (3) Metode nilai kontingensi.

2. Identifikasi Biaya

Komponen biaya terdiri atas biaya langsung dan biaya tidak

langsung. Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan agar dapat

mengambil manfaat dari ekosistem tersebut. Sedangkan biaya tidak

langsung adalah biaya yang dikeluarkan untuk memelihara ekosistem

tersebut agar tetap memberikan manfaat secara lestari (biaya

rehabilitasi dan proteksi).

Selain investasi, diperlukan juga biaya operasional, biaya tahunan

dan pajak yang secara lengkap disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3. 5 Biaya Langsung Penangkapan Ikan Karang per Rumah Tangga

No. Jenis Biaya Komponen Kapal Mesin (11 PK) Jaring Kompas Tali slambar

1. Investasi

Sub total (1)

Page 55: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

47

Solar Oli Es

2. Operasi

Sub total (2) Biaya Tetap Tahunan

Kapal Mesin (11 PK) Jaring Kompas

a. Depresiasi

Tali slambar Kapal Mesin (11 PK) Jaring

3.

b. Biaya Pemeliharaan

Sub total (3) Sub total (4)

Pajak

4.

Total Sumber : Saragih (1993) 3. Analisis Biaya Manfaat Kriteria (NPV dan BCR)

Dalam langkah yang terakhir ini, nilai-nilai yang diperoleh berasal

dari langkah sebelumnya dan menunjukkan bagaimana manfaat dan

biaya menyebar. Hal ini ditujukan untuk membentuk aliran tunai (cash

flow). Untuk tujuan ini kita harus mengetahui tingkat diskon

masyarakat. Tingkat diskon menunjukkan angka dimana kita akan

mengorbankan konsumsi masa datang untuk masa sekarang. Angka

diskon positif yang tinggi menyatakan secara tidak langsung bahwa kita

menilai konsumsi saat sekarang lebih tinggi dari konsumsi masa yang

akan datang. Nilai diskon nol persen menyatakan bahwa kita tidak

membedakan antara nilai konsumsi sekarang dan mendatang.

Sedangkan kriteria-kriteria yang paling umum digunakan dalam

analisis manfaat biaya ini adalah sebagai berikut :

(1) Net Present Value (NPV)

NPV atau nilai sekarang bersih adalah jumlah nilai sekarang dari

manfaat bersih. Kriteria keputusan yang lebih baik adalah nilai NPV

Page 56: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

yang positif dan alternatif yang mempunyai NPV tertinggi pada

peringkat pertama. Secara matematis, Net Present Value dapat

disajikan sebagai berikut (Abelson, 1979) :

n Bi - Ci NPV = ∑ i =1 (1+r) i

Dimana : B = manfaat per tahun C = biaya r = discount rate per tahun i = jangka waktu perhitungan proyek (2) Benefit Cost Ratio (BCR)

Adalah rasio jumlah nilai sekarang dari manfaat dan biaya.

Kriteria alternatif yang layak adalah BCR > 1 dan kita meletakkan

alternatif yang mempunyai BCR tertinggi pada tingkat pertama. Secara

matematis, BCR dapat disajikan sebagai berikut (Abelson, 1979):

n B – C > 0 ∑ i = 1 (1 + r) i Net BCR = n C – B < 0 ∑ i = 1 (1 + r) i

Dimana : B = manfaat per tahun C = biaya R = discount rate per tahun i = jangka waktu perhitungan proyek

48

Page 57: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

49

3.4.3 Valuasi Ekonomi Sumbedaya Mineral Lepas Pantai 1. Identifikasi dampak penting

Suatu dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup dikatakan

sebagai dampak penting apabila mempunyai kriteria sebagai berikut:

• Jumlah manusia yang terkena dampak cukup banyak,

• Wilayah persebaran dampak cukup luas,

• Intensitas dampak cukup tinggi dan berlangsung lama,

• Banyak komponen lingkungan lainnya yang terkena dampak,

• Dampak yang bersangkutan bersifat kumulatif,

• Dampak lingkungan itu bersifat tidak terbalik (irreversible).

2. Mengkuantifikasi besarnya dampak

Untuk mengetahui harga setiap manfaat di atas dilakukan

kuantifikasi segenap manfaat dan fungsi ke dalam nilai uang. Teknik

kuantifikasi yang digunakan adalah sebagai berikut : (1) Nilai Pasar,

(2) Harga Tidak Langsung dan (3) Metode nilai kontingensi

3. Merupiahkan besarnya dampak

Untuk mengetahui harga setiap manfaat dari sumberdaya mineral

lepas pantai yang paling tepat digunakan harga pasar.

Sumberdaya mineral sebagai bahan bangunan, yaitu seluruh

sumberdaya mineral tersebut digunakan sebagai campuran dengan

semen. Sumberdaya mineral lepas pantai biasanya didominasi oleh

mineral-mineral kuarsa yang bagus untuk bahan bangunan. Sebelum

digunakan mineral-mineral tersebut dicuci terlebih dahulu untuk

menghilangkan kadar garam yang tinggi. Harga setiap meter kubik

Page 58: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

50

mineral tergantung pasar, dan biasanya dijual tidak jauh dari lokasi

penambangan.

Sumberdaya mineral lepas pantai sebagai material urugan, yaitu

seluruh bahan galian yang digali dari dasar laut digunakan sebagai

bahan urugan, walaupun didalam bahan galian tersebut kemungkinan

terkandung berbagai jenis mineral berharga. Contoh untuk jenis ini

adalah pasir laut dari perairan Propinsi Riau yang marak dijual ke

Singapura. Nilai dari mineral tersebut biasanya pada harga pasar lokal.

Sebagai contoh adalah pasir laut dari perairan Riau yang dijual hanya ke

Singapura, meskipun sudah lintas Negara tetapi dilihat dari jaraknya

masih dianggap pasar lokal.

Sumberdaya mineral lepas pantai sebagai bahan baku industri,

yaitu bahan galian yang diambil dari dasar laut kemudian diekstrak dan

didapatkan mineral-mineral berharga seperti: magnetit, zircon, illmenit,

monzonit, rutil, casiterit, emas dan platina. Nilai dari masing-masing

mineral dapat dilihat pada harga pasar, baik pasar lokal, regional,

maupun internasional. Harga lokal dapat diketahui secara langsung di

daerah survey, sedangkan harga regional dan internasional dapat dilihat

pada internet.

4. Analisis Ekonomi

Suatu kegiatan atau proyek harus dipandang dari berbagai

kelayakan (feasibility), diantaranya adalah kelayakan teknis, kelayakan

finansial, kelayakan ekonomi, kelayakan sosial budaya, dan kelayakan

lingkungan.

Net Present Value (NPV)

Setelah perkiraan nilai biaya dan manfaat suatu proyek atau

kegiatan diperoleh, maka analisis mengenai layak atau tidaknya suatu

kegiatan atau proyek harus dibuat. Salah satu cara yang umum dipakai

adalah menghitung nilai sekarang bersih (net present value = NPV),

Page 59: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

51

yaitu dengan cara mengurangkan semua nilai manfaat dengan semua

nilai biaya yang seluruhnya dinyatakan dalam nilai sekarang. Apabila

positip (NPV > 0), maka proyek atau kegiatan dinyatakan layak.

Dalam rangka penentuan besarnya pungutan lingkungan, maka

yang digunakan sebagai alat analisis adalah analisis biaya dan manfaat

yang telah dikembangkan (extended net present value). Untuk jenis

sumberdaya mineral digunakan rumus (Abelson, P., 1979) sebagai

berikut:

n (PQ – SC + Eb – Ec)i NPV = ∑ ------------------------------

i = 1 (1+r)i dimana: NPV = Net Present Value P = Price of Mineral Q = Quantity sold SC = Social Cost of resources used in production Eb = External Benefits (include social assets created by the

mineral companies, such as roads and ports) Ec = External Cost (water pollution and distruction of fauna and

flora) r = The discount rate i = year in the life of the project n = number of years in the life of the project

Benefit Cost Ratio (BCR)

Selain analisis NPV, dalam analisis kelayakan proyek dikenal

analisis perbandingan antara manfaat dan biaya proyek atau kegiatan

yang umum disebut sebagai benefit – cost ratio analysis (BCR). Cara ini

dilakukan dengan cara membandingkan antara total manfaat proyek

terhadap total biaya proyek, yang semuanya dinyatakan dalam nilai

sekarang. Nilai biaya dan manfaat juga harus dihitung dengan

memasukkan unsur biaya dan manfaat eksternal (unsur lingkungan).

Kriteria kelayakan suatu proyek atau kegiatan adalah sebagai berikut:

• Apabila nilai B/C > 1, maka proyek atau kegiatan dinyatakan layak.

Page 60: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

52

• Apabila nilai B/C <= 1, maka proyek atau kegiatan dinyatakan

tidak layak.

Page 61: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

DAFTAR PUSTAKA Cesar, H., 1996. "Economic Analysis of Indonesian Coral Reefs." World

Bank Environment Department Department Paper, Environmentally Sustainable Development Vice Presidency. December 1996. The World Bank.

Davis, R., 1963. Recreation Planning as an Economic Problem. Na ural

Resource Jou nal 3, 239-249. t

r Djajadiningrat, S.T. 2001. Untuk Generasi Masa Depan: Tantangan dan

Permasalahan Lingkungan. Studio Tekno Ekonomi ITB. Bandung Fauzi, Akhmad., 1999. Teknik Valuasi Sumberdaya Alam dan

Lingkungan. Bahan pelatihan “Manajemen Lingkungan Segara Anakan”. Bogor, Agustus 1999.

Fauzi, Akhmad., 2002. Teknik Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan

Lautan. Bahan pelatihan “Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan, Universitas Diponegoro”. Semarang, Maret 2002.

Field, B.C. 1994. Environmental Economics: An introduction McGraw-

Hill Book Co. Hutomo, M. (1987), "Coral Fish Resources and Their Relation to Reef

Condition: Some Case Studies in Indonesian Waters", Coral Reef Management in Southeast Asia. Vol. 29, pp. 67-8 1.

Krutila, J. (1967). Conservation Reconsidered. American Economic

Review, 57, 787-796 Kusumastanto, T. 2000. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan.

Program Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kusumastanto, T Dan Purwanto, A.B. 2001. Metode Penghitungan Nilai

Ekonomi Sumberdaya Alam. Prosiding Rapat Koordinasi Teknis Neraca Sumberdaya Alam Spasial. Bakosurtanal

Nugroho, B, 2001. Paparan Teoritis : Menghitung Nilai Ekonomi

Sumberdaya Hutan. Najalah Surili Edisi 21/2001(hal 17 21).

Page 62: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

54

Nybakken, J. W. 1988. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis (Terjemahan Muhammad Eidman, Koesoebiono, Dietriech G. B., Malikusworo Hutomo Dan Sukristijono. Penerbit PT. Gramedia. Jakarta.

Pearce, D.W. 1986. The Economics of Natural Resource Management.

Projects Policy Department. The World Bank. Washington. Repetto, R. et. Al. 1992. Green Fees : How a tax shift can work for the

environment and the economy. Suparmoko, M. 1998. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan.

BPFE, Yogyakarta. Suparmoko, M. 2002. Penilaian Ekonomi : Sumberdaya Alam dan

Lingkungan (konsep dan Metode Penghitungan). LPPEM Wacana Mulia, Jakarta.

Tietenberg, T. 1995. Environmental and Natural Resources Economics. HarperCollins Publishers, Inc., New York.

Page 63: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

Lampiran 1. Contoh Perhitungan Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove

1. Nilai Guna Langsung a). Nilai Kayu log

Nilai manfaat kayu log dihitung berdasarkan data, tegakan,

kerapatan dan diameter kayu tersebut. Nilai kayu mangrove per ha

dapat dihitung dengan menggunakan rumus

Nilai kayu mangrove = Vha x H= 1/2πD2TK x H – B (Rp.m3/ha/th)

Dimana :

Vha = Volume kayu mangrove per hektar per tahun H = Harga kayu mangrove T = Tinggi rata-rata K = Kerapatan rata-rata D = Diameter rata-rata B = Biaya operasional

b). Nilai lkan

Nilai ikan dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual.

Nilai ikan = (T x H) – B (Rp/ha/th)

Dimana :

T = Tangkapan ikan (kg/ha/th) H = Harga jual (Rp/kg) B = Biaya operasional (Rp)

c). Nilai Udang

Nilai udang dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual.

Nilai udang = (T x H) – B (Rp/ha/th)

Dimana :

T = Tangkapan udang (kg/ha/th) H = Harga jual (Rp/kg) B = Biaya operasional (Rp)

Page 64: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

56

d). Nilai Kepiting

Nilai kepiting dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual.

Nilai kepiting = (T x H) – B (Rp/ha/th)

Dimana :

T = Tangkapan kepiting (ekor/ha/th) H = Harga jual (Rp/ekor) B = Biaya operasional (Rp)

e). Nilai Burung

Nilai burung dihitung berdasarkan jumlah hasil bul tan pertahun

dikalikan dengan harga jual.

Nilai burung = (T x H) – B (Rp/ha/th)

Dimana :

T = Tangkapan burung (ekor/ha/th) H = Harga jual (Rp/ekor) B = Biaya operasional (Rp)

f). Nilai Kerang

Nilai kerang dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual.

Nilai kerang = (T x H) – B (Rp/ha/th)

Dimana :

T = Tangkapan kerang (kg/ha/th) H = Harga jual (Rp/kg) B = Biaya operasional (Rp)

2. Manfaat tidak Langsung

a). Fungsi biologis

Manfaat tidak langsung ekosistem hutan mangrove di antaranya

adalah sebagai tempat penyediaan pakan (feeding ground), tempat

pembesaran (nursery ground) dan tempat pemijahan (spawning

Page 65: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

57

ground) ikan. Manfaat ini dapat didekati dengan jumlah hasil

tangkapan ikan di perairan sekitar hutan mangrove tersebut

dikurangi biaya investasi dan operasional (asumsi fungsi ini tersebar

secara merata). Nilai yang diperhitungkan ini tidak meliputi ikan

hasil tangkapan laut lepas pantai yang dianggap tidak

memanfaatkan fungsi hutan tersebut.

Nilai fungsi biologis = (T x H) – B (Rp/ha/th)

Dimana :

T = Tangkapan ikan (kg/ha/th) H = Harga jual (Rp/kg) B = Biaya operasional (Rp)

b). Fungsi Fisik

Selain itu, ekosistem hutan mangrove juga berfungsi sebagai

pelindung pantai dari gelombang laut. Nilai ini dihitung melalui

pendekatan biaya pembuatan beton yang setara dengan fungsi

hutan mangrove sebagai penahan abrasi.

Nilai fungsi fisik = (P L D) x Dt x Pgp x B (Rp/ha/th)

Dimana :

P L D = Pemecah gelombang berukuran Panjang x Lebar x Dalam (m3)

Dt = Daya tahan (th) Pgp = Panjang garis pantai (m) B = Biaya standar beton (Rp)

3. Nilai Pilihan

Nilai plihan dapat diketahui dengan menggunakan Contingent

Valuation Method. Nilai pilihan hasil penelitian Ruintenbeek, 1991

sebesar US$ 1.500/km2/th dapat pula dijadikan sebagai acuan

dengan asumsi hutan mangrove tersebut berfungsi penting secara

ekologis dan tetap terpelihara.

Page 66: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

58

4. Nilai Eksistensi

Nilai ini juga dapat diketahui melalui pendekatan Ccntingent

Valuation. Nilai Rupiah (rata-rata)/m2/th yang diperoleh dari

sejumlah responden merupakan nilai eksistensi hutan mangrove

tersebut. Fakhrudin, 1996 mendapatkan nilai eksistensi hutan

mangrove sebesar Rp 33,5 milyar/th untuk kawasan butan mangrove

di Kab. Subang.

5. Nilai Ekonomi Total Hutan Mangrove

Nilai ekonomi total hutan mangrove merupakan perjumlahan nilai

manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan

manfaat eksistensi.

Page 67: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

59

Lampiran 2. Contoh Perhitungan Nilai Ekonomi Total Terumbu Karang

1. Manfaat Langsung

a). Nilai Ikan

Nilai ikan dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual. Bila dari luas lahan 100 ha didapatkan

hasil tangkapan ikan 3.000 kg/th dengan harga jual Rp 2.000/kg

dikurangi biaya operasional Rp 100.000/th maka diperoleh nilai ikan

= (3.000 kg/th x Rp 2.000/kg) – Rp 100.000 = Rp 5.900.000/th.

b). Nilai Marikultur

Nilai marikultur dihitung berdasarkan biaya pembuatan sebuah

marikultur.

c). Nilai Perdagangan Akuarium

Nilai perdagangan akuarium dihitung berdasarkan jumlah hasil

tangkapan pertahun ikan hias untuk keperluan akuarium dikalikan

dengan harga jual. Bila dari luas lahan 100 ha didapatkan hasil

tangkapan ikan hias 2.000 ekor/th dengan harga jual Rp 5.000/ekor

dikurangi biaya operasional Rp 100.000/th (pancing, umpan, wadah

dsb) maka diperoleh nilai = (2.000 ekor/th x Rp 5.000/ekor) - Rp

100. 000 = Rp 9.900. 000/th.

d). Nilai Udang

Nilai udang dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual. Bila dari luas lahan 100 ha didapatkan

hasil tangkapan udang 10.000 kg/th dengan harga jual Rp

10.000/kg dikurangi biaya operasional Rp 1.000.000/th (jaring

udang) maka diperoleh nilai = (10.000 kg/th x Rp 10.000/kg) - Rp

1.000.000 = Rp 90.000.000/th.

Page 68: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

60

e). Nilai Kerang

Nilai kerang dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual. Bila dari luas lahan 100 ha didapatkan

hasil kerang 1.000 kg/th dengan harga jual Rp 1.500/kg dikurangi

biaya operasional Rp 30.000/th maka diperoleh nilai = (1.000 kg/th

x Rp 1.500/kg) - Rp 30.000 = Rp 1.470.000/th.

f). Nilai Kepiting

Nilai kepiting dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual. Bila dari luas lahan 100 ha didapatkan

hasil tangkapan kepiting 2.000 ekor/th dengan harga jual Rp

500/ekor dikurangi biaya operasional Rp 100.000/th (pancing,

umpan, wadah dsb) maka diperoleh nilai = (2.000 ekor/th x Rp

500/ekor) - Rp 100. 000 = Rp 1. 900. 000/th.

g). Nilai Wideng

Nilai belut dihitung berdasarkan jumlah hasil tangkapan pertahun

dikalikan dengan harga jual. Bila dari luas lahan 100 ha didapatkan

hasil tangkapan wideng 5.000 kg/th dengan harga jual Rp 500/kg

dikurangi biaya operasional Rp 100.000/th maka diperoleh nilai =

(5.000 kg/th x Rp 500/kg) - Rp 100.000 = Rp 2.400.000/th.

h). Nilai Ular

Nilai ular yang diperoleh dari ekosistem hutan mangrove dihitung

berdasarkan hasil tangkapan pembiayaan pertahun dengan

menggunakan jaring. Misalkan, dari 100 ha hutan mangrove

dihasilkan ular 1.000 kg/th dengan harga jual Rp 1.000/kg maka

dalam satu tahun diperoleh nilai ular = (1.000 x Rp 1.000/kg) = Rp

1.000.000. Bila modal jaring Rp 50.000 maka nilai bersihnya = Rp

950. 000.

Page 69: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

61

i). Nilai Burung

Nilai burung dihitung berdasarkan jumlah hasil buruan pertahun

dikalikan dengan harga jual. Bila dari luas lahan 100 ha didapatkan

hasil tangkapan burung 2.000 ekor/th dengan harga jual Rp

1.000/ekor dikurangi biaya operasional Rp 250.000/th (senapan

angin dan mimisnya) maka diperoleh nilai= (2.000 kg/th x Rp

1.000/kg) - Rp 250.000 = Rp 1.750.000/th.

Catatan: Nilai manfaat diatas harus dikurangi Unit rent untuk

mendapatkan nilai valuasi.

2. Manfaat Tidak Langsung

a). Fungsi Biologis

Manfaat tidak langsung ekosistem terumbu karang diantaranya

adalah sebagai tempat penyediaan pakan (feeding ground), tempat

pembesaran (nursery ground) dan tempat pemijahan (spawning

ground) ikan, kura-kura dan burung laut. Manfaat ini dapat didekati

dengan jumlah hasil tangkapan ikan, kura-kura dan burung laut di

perairan sekitar terumbu karang tersebut dikurangi biaya investasi

dan operasional (asumsi fungsi ini tersebar secara merata). Nilai

yang diperhitungkan ini tidak meliputi ikan hasil tangkapan laut

lepas pantai yang dianggap tidak memanfaatkan fungsi terumbu

karang tersebut.

b). Fungsi Fisik

Selain itu, ekosistem terumbu karang juga berfungsi sebagai

pelindung pantai dari gelombang laut. Nilai ini dihitung melalui

pendekatan biaya pernbuatan beton yang setara dengan fungsi

terumbu karang sebagai penahan abrasi. Hasil perhitungan (Dahuri,

1995) biaya standar beton pemecah gelombang berukuran 1 m x 5

m x 6 m (panjang x lebar x dalam) dengan daya tahan 10 th adalah

Page 70: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

62

Rp 3.000.000 diketahui dengan cara mengalikan nilai standar

tersebut dengan panjang garis pantainya. Seandainya panjang garis

tersebut adalah 30.000 m maka diperoleh nilai fungsi sebesar Rp 90

milyar/ 10 th atau Rp 9 milyar/th. Nilai kerusakan suatu ekosistem

terumbu karang ekuivalen dengan biaya pembuatan terumbu

karang buatan.

c). Fungsi Estetik

Ekosistem terumbu karang yang kaya akan keanekaragaman bentuk

karang dan ikan-ikan karang menjadi daya tarik tersendiri bagi para

wisatawan dan ilmuwan. Oleh karena itu nilai fungsi estetik

terumbu karang dapat dihitung dengan biaya yang dikeluarkan

untuk menikmati keindahan terumbu karang yang dapat dihitung

dengan Travel Cost Method. Didalamnya mencakup biaya

perjalanan untuk mencapai daerah terumbu karang tersebut (biaya

bahan bakar, sewa perahu), biaya peminjaman alat selam (masker,

snorkel, SCUBA), biaya penginapan dan lain-lain. Indeks mortalitas

Hard Coral dapat digunakan sebagai proxy untuk menggambarkan

kondisi terumbu karang yang ada.

3. Nilai Pilihan

Nilai pilihan dapat diketahui dengan menggunakan metode

Contingent Valuation. Nilai pilihan hasil penelitian Ruintenbeek, 1991

sebesar US$ 1.500/km2/th dapat pula dijadikan sebagai acuan

dengan asumsi terumbu karang tersebut berfungsi penting secara

ekologis dan tetap terpelihara.

4. Nilai Eksistensi

Nilai ini juga dapat diketahui melalui Pendekatan Contingent

Valuation. Nilai Rupiah (rata-rata)/m2/th yang diperoleh dari

Page 71: pedoman penyusunan neraca n valuasi sdal · PDF file2.6 Neraca Sumberdaya Terumbu Karang ... pemetaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dengan tugas

63

sejumlah responden merupakan nilai eksistensi terumbu karang

tersebut.

5. Nilai Ekonomi Total Terumbu Karang

Nilai ekonomi total terumbu karang merupakan penjumlahan nilai

manfaat langsung, manfaat tidak langsung, manfaat pilihan dan

manfaat eksistensi.