of 618 /618
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN BANK UMUM (LBU) BANK INDONESIA 74

PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN BANK … · xiii. Penjelasan Informasi Pokok Bank Pelapor. PENJELASAN INFORMASI POKOK BANK PELAPOR. Informasi yang mencakup beberapa data …

  • Author
    lykhanh

  • View
    318

  • Download
    11

Embed Size (px)

Text of PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN BULANAN BANK … · xiii. Penjelasan Informasi Pokok Bank Pelapor....

  • PEDOMAN PENYUSUNAN

    LAPORAN BULANAN BANK UMUM (LBU)

    BANK INDONESIA

    74

    ppskTextBoxLAMPIRAN 1

    THI_ristiaRectangle

    THI_ristiaTextBox Lampiran 1

    ristia.iRectangle

  • xi

    Informasi Pokok Bank Pelapor

    INFORMASI POKOK BANK PELAPOR

    1. Sandi bank :

    2. Kurs Laporan : Rp. ................../USD

    3. Nama bank :

    4. Alamat Bank :

    5. Nama kota :

    6. Dati II :

    7. Kantor pelapor

    a. Kantor Pusat (KP) 1

    b. Kantor Cabang (KC) 2

    8. Status kantor pelapor :

    a. Devisa 1

    b. Non Devisa 2

    9. Status kantor pusat :

    a. Devisa 1

    b. Non Devisa 2

    10. Status Kepemilikan :

    a. Bank Persero 1

    b. Bank Swasta Nasional 2

    c. Bank Asing 3

    d. Bank Eks Campuran 4

    e. Bank Pemerintah Daerah 5

    11. Wilayah BI :

    12. Nama pimpinan :

    13. Jumlah karyawan :

    14. No. telephone :

    15. No. fax :

    16. No. telex :

    17. Penanggung jawab penyusun laporan :

    a. Nama :

    b. Bagian/Divisi :

    c. No. telephone :

    d. No. fax :

    75

    DtiadmRectangle

  • xii

    18. Petugas penyusun laporan :

    a. Nama :

    b. Bagian/Divisi :

    c. No. telephone :

    d. No. fax :

    19. Jumlah/banyak layanan

    a. Kantor Cabang Pembantu (KCP) :

    b. Jumlah Anak Perusahaan :

    c. Kantor Kas :

    d. Kas Mobil :

    e. Payment Point :

    f. ATM :

    g. Kantor Perwakilan Luar Negeri :

    h. Offshore Banking Unit (OBU) :

    i. Agency :

    j. Deposit Taking Company (DTC) :

    20. Modal yang dinyatakan (Declared Capital) :

    Informasi Pokok Bank Pelapor

    76

    DtiadmRectangle

  • xiii

    Penjelasan Informasi Pokok Bank Pelapor

    PENJELASAN INFORMASI POKOK BANK PELAPOR

    Informasi yang mencakup beberapa data penting mengenai bank pelapor yang harus diisi pada saat pertama

    kali menyusun Laporan Bulanan Bank Umum (LBU). Untuk penyusunan laporan bulanan berikutnya, cukup dilakukan

    penyesuaian (updating) atas data yang telah berubah. Informasi Pokok Bank Pelapor meliputi :

    1. Sandi Bank

    Adalah sandi laporan bank pelapor, diisi dengan 9 digit.

    2. Kurs Laporan

    Diisi dengan Kurs tengah yang merupakan rata-rata kurs beli dan kurs jual berdasarkan Reuters pada pukul

    16.00 WIB akhir bulan laporan.

    3. Nama Bank

    Diisi dengan nama bank pelapor.

    4. Alamat

    Diisi dengan alamat kantor bank pelapor.

    5. Nama kota

    Diisi dengan nama kota di mana bank pelapor beroperasi.

    6. Dati II

    Diisi sandi Lokasi Kabupaten/Kota tempat kedudukan bank pelapor. Sandi Kabupaten/Kota dapat dilihat pada

    Daftar Sandi Lokasi Kabupaten/Kota Seluruh Indonesia.

    7. Kantor pelapor

    Diisi dengan status kepemilikan cabang bank pelapor apakah sebagai bank tunggal, bank non tunggal (memiliki

    kantor cabang) dan bank asing/campuran.

    8. Status kantor pelapor

    Diisi dengan status kegiatan operasional bank pelapor sebagai bank devisa atau non devisa, sesuai izin operasi

    dari Bank Indonesia.

    9. Status kantor pusat

    Diisi dengan status kegiatan operasional kantor pusat bank pelapor apakah sebagai bank devisa atau non

    devisa, sesuai dengan ijin operasi dari Bank Indonesia.

    10. Status Kepemilikan

    Diisi dengan status kepemilikan bank pelapor apakah sebagai Bank Persero, Bank Swasta Nasional, Bank

    Asing, Bank Eks Campuran dan Bank Pemerintah Daerah.

    11. Wilayah BI

    Diisi dengan sandi Wilayah Kerja Kantor Bank Indonesia tempat kedudukan bank pelapor. Sandi wilayah BI

    dapat dilihat pada Daftar Sandi Wilayah Kerja Bank Indonesia.

    77

    DtiadmRectangle

  • xiv

    12. Nama Pimpinan

    Diisi dengan nama pimpinan yang bertanggung jawab atas operasional Bank Pelapor. Bagi Bank pelapor yang

    ber status kantor pusat diisi dengan nama Direktur yang membawahi divisi pelaporan. Bagi bank pelapor

    yang berstatus kantor cabang bank yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun diluar Indonesia,

    maka nama pimpinan diisi dengan nama pemimpin/kepala cabang yang bersangkutan.

    13 Jumlah karyawan

    Diisi dengan jumlah karyawan yang berstatus karyawan tetap, honorer, maupun tenaga kontrak yang bertugas

    pada bank pelapor, termasuk jumlah karyawan dari kantor-kantor dibawah kantor cabang, atau dibawah

    kantor cabang pembantu bagi bank asing, yang menjadi wewenang kantor bank pelapor.

    14. No. telepon

    Diisi dengan nomor telepon pimpinan kantor bank pelapor.

    15. No. fax

    16. No. telex

    17. Penanggung jawab penyusun laporan

    Diisi dengan data penanggung jawab penyusun LBU.

    a. Nama

    Diisi dengan nama yang bertanggung jawab atas penyusunan LBU.

    b. Bagian/Divisi

    Diisi dengan nama bagian/divisi di mana penanggung jawab penyusunan laporan bertugas.

    c. No. telepon

    Diisi dengan nomor telepon penanggung jawab penyusunan laporan.

    d. No. fax

    18. Petugas penyusun laporan

    Diisi dengan data petugas penyusun LBU.

    a. Nama

    Diisi dengan nama yang menyusun LBU.

    b. Bagian/Divisi

    Diisi dengan nama bagian/divisi di mana penyusun laporan bertugas.

    c. No. telepon

    Diisi dengan nomor telepon penyusun laporan.

    d. No. fax

    19. Jumlah/Banyak Karyawan

    a. Kantor Cabang Pembantu (KCP)

    Bagi bank nasional diisi dengan jumlah KCP, bagi bank asing diisi dengan jumlah kantor di bawah KCP,

    yang berinduk kepada bank pelapor dalam penyusunan LBU.

    Penjelasan Informasi Pokok Bank Pelapor

    78

    DtiadmRectangle

  • xv

    b. Kantor kas

    Diisi jumlah kantor kas dibawah bank pelapor.

    c. Kas mobil

    Diisi jumlah kas mobil di bawah bank pelapor.

    d. Payment point

    Diisi jumlah payment point di bawah bank pelapor.

    e. ATM

    Diisi dengan jumlah ATM yang menjadi tanggung jawab bank pelapor.

    f. Kantor Perwakilan Luar Negeri (KPLN)

    Yaitu kantor bank yang berkedudukan diluar negeri dan bertindak semata-mata sebagai penghubung

    antara Kantor Pusat atau Kantor Cabang di dalam negeri dengan nasabahnya di luar negeri.

    g. Offshore Banking Unit (OBU)

    Disi dengan jumlah unit suatu usaha perbankan atau trust yang berada diluar wilayah hukum negara

    host-nya.

    h. Agency

    Diisi dengan jumlah agency

    i. Deposit Taking Company (DTC)

    Diisi dengan jumlah unit usaha bank pelapor yang kegiatannya hanya menghimpun dana.

    20. Modal Yang Dinyatakan (Declared Capital)

    Diisi khusus untuk bank asing besarnya Modal Yang Dinyatakan

    Penjelasan Informasi Pokok Bank Pelapor

    79

    DtiadmRectangle

  • xvii

    Informasi Pokok Perusahaan Anak

    INFORMASI POKOK PERUSAHAAN ANAK

    1. Sandi Bank :

    2. Sandi Perusahaan Anak :

    3. Jenis Perusahaan Anak :

    a. Milik Negara 01

    b. Swasta Nasional 02

    c. Patungan 03

    4. Nama Lengkap Perusahaan :

    5. NPWP :

    6. Status Perusahaan :

    a. Perusahaan Subsidiari (subsidiart company) 1

    b. Perusahaan Partisipasi (participation company) 2

    c. Lainnya 9

    7. Tahun Pendirian :

    8. Izin Usaha :

    a. Nomor :

    b. Tanggal :

    9. Izin Go Public

    a. Nomor :

    b. Tanggal :

    10. Alamat Perusahaan

    a. Alamat Lengkap :

    b. Kota :

    c. Dati II :

    11. Bidang Usaha

    a. Dana Pensiun 01

    b. Modal Ventura 02

    c. Perusahaan Pembiayaan 03

    d. Perusahaan Sekuritas yang tidak melakukan

    kegiatan usaha reksadana 04

    e. Perusahaan Sekuritas yang melakukan kegiatan

    reksadana 05

    f. Reksadana 06

    g. Manajer Investasi 07

    h. Lainnya 09

    80

    DtiadmRectangle

  • xviii

    12. Perusahaan Terbuka

    a. Modal Dasar :

    b. Modal Ditempatkan :

    c. Modal Disetor :

    13. Koperasi :

    a. Simpanan Pokok :

    b. Simpanan Wajib :

    14. Jumlah Pemegang Saham :

    15. Jumlah Komisaris/Pengawas :

    16. Jumlah Direksi :

    17. Jumlah Kantor Cabang :

    Informasi Pokok Perusahaan Anak

    81

    DtiadmRectangle

    DtiadmRectangle

  • xix

    Penjelasan Informasi Pokok Perusahaan Anak

    PENJELASAN INFORMASI POKOK PERUSAHAAN ANAK

    Formulir ini berisi informasi mengenai profil Perusahaan Pembiayaan.

    1. Sandi Bank

    Diisi dengan sandi bank yang merupakan perusahaan induk dari perusahaan anak, sebanyak 9 digit.

    2. Sandi Perusahaan Anak

    Diisi dengan sandi perusahaan anak sebanyak 6 digit.

    3. Jenis Perusahaan Anak

    Diisi dengan salah satu jenis Perusahaan Anak yaitu Perusahaan Milik Negara, Perusahaan Patungan (Joint

    Venture) atau Perusahaan Swasta nasional.

    4. Nama Perusahaan Anak

    Diisi dengan nama lengkap perusahaan anak

    5. NPWP

    Cukup jelas

    6. Status Perusahaan

    Diisi dengan salah satu status Perusahaan Anak yaitu Perusahaan Subsidiari, Perusahaan Partisipasi (Joint Ventura)

    atau Perusahaan lainnya. Definisi status perusahan anak terdapat di Bab II Penjelasan Umum Kolom Daftar

    Rincian

    7. Tahun Pendirian

    Cukup jelas

    8. Izin Usaha

    a. Nomor

    Cukup jelas

    b. Tanggal

    Diisi dengan tanggal bulan dan tahun dikeluarkannya surat surat izin usaha.

    9. Izin Go Publik

    a. Nomor

    Cukup jelas

    b. Tanggal

    Diisi dengan tanggal bulan dan tahun dikeluarkannya surat izin go publik.

    10. Alamat Perusahaan

    a. Alamat Lengkap

    Cukup jelas

    b. Nama Kota

    Diisi dengan nama kota dimana perusahaan anak beroperasi.

    82

    DtiadmRectangle

  • xx

    c. Dati II

    Lihat daftar sandi Kabupaten/Kota seluruh Indonesia

    11. Bidang Usaha

    Diisi dengan salah satu jenis kegiatan usaha sesuai dengan izin usaha yang diberikan, yaitu Dana Pensiun,

    Modal Ventura, Perusahaan Pembiayaan, Perusahaan Sekuritas, Reksadana, Manajer Investasi dan lainnya.

    12. Perusahaan Terbuka

    - Modal dasar

    - Modal Ditempatkan

    - Modal Disetor

    13. Koperasi

    - Simpanan Pokok

    - Simpanan Wajib

    Cukup jelas.

    14. Jumlah Pemegang Saham

    Diisi dengan jumlah pemegang saham

    Bagi Perusahaan Anak yang telah go public, penyebutan pemegang saham sesuai dengan ketentuan yang berlaku

    di pasar modal.

    Apabila badan hukum berbentuk koperasi diisi dengan banyaknya jumlah anggota.

    15. Jumlah Anggota Dewan Komisaris/Pengawas

    16. Jumlah Direksi

    Untuk Perusahaan Anak yang berbadan hukum Perseroan Terbatas diisi dengan banyaknya jumlah anggota

    dewan komisaris dan jumlah direksi. Bagi yang berbadan hukum koperasi jumlah anggota dewan komisaris diisi

    dengan banyaknya jumlah anggota dewan pengawas dan jumlah direksi diisi dengan banyaknya anggota dewan

    pengurus.

    17. Jumlah Kantor Cabang

    Diisi dengan jumlah kantor cabang Perusahaan Anak pelapor.

    Penjelasan Informasi Pokok Perusahaan Anak

    83

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-1

    BAB I

    PENJELASAN UMUM

    I.1 Tujuan Pelaporan

    Dalam melakukan fungsi kebansentralan yang diamanatkan dalam Undang-undang, khususnya fungsi di

    bidang moneter, sistem pembayaran, dan pengawasan perbankan, maka Bank Indonesia memerlukan

    informasi yang dapat mendukung pelaksanaan tugas dimaksud, yang antara lain mencakup informasi

    mengenai kondisi dan kinerja keuangan serta kegiatan usaha perbankan.

    Sejalan dengan berbagai perubahan dan perkembangan yang terjadi, maka dipandang perlu untuk melakukan

    penyempurnaan sistem dan format laporan yang selama ini digunakan untuk pelaporan kepada Bank Indonesia

    melalui Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), sehingga diharapkan dapat mengakomodasi kebutuhan akan

    informasi yang lebih utuh, komprehensif dan berkualitas.

    Di bidang pengawasan perbankan, dengan semakin kompleksnya perkembangan produk dan usaha bank

    maka tuntutan kebutuhan informasi untuk mendukung fungsi pengawasan perbankan dalam rangka menjaga

    stabilitas dan kesehatan sistem perbankan semakin meningkat sebagai konsekuensi dari penyempurnaan

    sistem pengawasan berbasis risiko secara konsolidasi, penyempurnaan berbagai ketentuan kehati-hatian

    dan standar akuntansi keuangan serta penerapan Basel II.

    Terkait dengan pelaksanaan fungsi di bidang moneter, penyempurnaan LBU ditujukan agar dapat memberikan

    tambahan informasi, antara lain melalui:

    1. Pengkayaan sandi sektor ekonomi secara lebih detail, misalnya disektor konsumsi yaitu kredit mobil,

    motor, elektronik, dan lain-lain.

    2. Penambahan informasi data pelimpahan kredit pada bulan laporan.

    3. Penambahan informasi mutasi transaksi bank pelapor dengan bukan penduduk (Non Resident). Hal ini

    untuk menampung kepentingan pelaporan Lalu Lintas Devisa (LLD).

    Dalam penyampaian laporan keuangan kepada Bank Indonesia, bentuk LBU yang disusun oleh bank tetap

    disajikan menurut sistematika yang ditetapkan dalam buku pedoman ini, yaitu menggunakan definisi yang

    seragam serta sandi-sandi dan angka-angka yang ditetapkan. Penyusunan dan penyampaian LBU secara

    seragam ini dimaksudkan agar laporan keuangan bank dapat diolah oleh Bank Indonesia secara gabungan

    sebagai industri perbankan.

    I.2 Kantor Bank Pelapor

    1. Kantor pusat atau Kantor cabang bagi bank asing

    Kantor pusat bank yang memiliki kantor cabang wajib menyampaikan laporan secara gabungan dari

    kantor cabangnya baik kantor cabang yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun di

    luar Indonesia. Bagi kantor cabang bank asing laporan gabungan dimaksud adalah gabungan dari kantor

    cabang pembantunya yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia. Sementara itu, Kantor pusat

    bank yang memiliki anak perusahaan, wajib menyampaikan laporan perusahaan anak dan laporan

    secara konsolidasi dari bank sebagai perusahaan induk dengan perusahaan anaknya.

    2. Kantor cabang atau Kantor pusat (bank tunggal)

    Setiap kantor bank yang melakukan kegiatan operasional diwajibkan membuat dan menyampaikan

    LBU adalah :

    84

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-2

    a. Bank yang berkantor pusat di Indonesia

    i. Kantor pusat dan kantor-kantor cabang yang berkedudukan di Indonesia

    Kantor pusat bank yang tidak memiliki kantor cabang dan setiap kantor cabang bank wajib

    menyusun LBU secara individu. Dalam kaitan ini, kantor cabang pembantu dan kantor kas atau

    kantor-kantor dibawah kantor pusat atau cabang lainnya yang melakukan kegiatan operasional

    di Indonesia pelaporannya digabungkan dengan kantor pusat atau kantor cabang yang menjadi

    induknya. Kantor pusat bank atau kantor wilayah yang tidak menjalankan kegiatan operasional,

    laporan perkantornya digabungkan dengan kantor operasional yang ditunjuk oleh kantor pusat

    atau kantor wilayah bank yang bersangkutan.

    ii. Kantor-kantor operasional bank di luar Indonesia

    Laporan kantor-kantor yang melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia dilakukan oleh

    kantor pusat bank yang bersangkutan secara tersendiri untuk masing-masing kantor tersebut.

    b. Bank yang berkantor pusat di luar Indonesia

    Kantor pelapor adalah kantor cabang dan kantor cabang pembantu bank asing yang melakukan

    kegiatan operasional di Indonesia.

    I.3 Perlakuan Akuntansi

    Perlakuan akuntansi yang mencakup pencatatan dan penilaian atas transaksi kegiatan usaha bank wajib

    mengikuti Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Perbankan dan Pedoman Akuntansi Perbankan

    Indonesia (PAPI).

    I.4 Metode Penyajian Laporan

    Dalam laporan ini dianut metode penyajian berdasarkan karakteristik produk perbankan. Sebagai contoh :

    1. Penempatan dan Kewajiban kepada Bank Indonesia

    Penempatan dan kewajiban bank pelapor dalam rupiah dan valuta asing kepada Bank Indonesia,

    dilaporkan pada pos Penempatan atau Kewajiban Pada Bank Indonesia.

    2. Penempatan dan Kewajiban kepada Bank Lain

    Penempatan dan kewajiban bank pelapor dalam rupiah dan valuta asing kepada bank lain baik bank

    yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun di luar Indonesia, dilaporkan pada pos

    Penempatan atau Kewajiban Pada Bank Lain. Penempatan bank pelapor kepada bank lain dalam

    bentuk surat berharga dan spot dan derivatif, dilaporkan pada pos Surat Berharga dan pos Tagihan Spot

    dan Derivatif.

    3. Tagihan dan Kewajiban Spot dan Derivatif

    Tagihan dan kewajiban bank pelapor dalam rupiah dan valuta asing kepada bank dan pihak ketiga

    bukan bank dalam bentuk spot dan derivatif, dilaporkan pada pos Tagihan dan kewajiban Spot dan

    Derivatif.

    4. Surat Berharga

    Tagihan bank pelapor dalam rupiah dan valuta asing kepada bank dan pihak ketiga bukan bank dalam

    bentuk surat berharga, dilaporkan pada pos Surat Berharga. Termasuk dilaporkan dalam pos ini adalah

    Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.

    5. Kredit Yang Diberikan

    Tagihan bank pelapor dalam rupiah dan valuta asing kepada bank dan pihak ketiga bukan bank dalam

    bentuk kredit, dilaporkan pada pos Kredit Yang Diberikan.

    85

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-3

    I.5 Pengukuran Dalam Mata Uang

    LBU wajib disajikan dalam mata uang rupiah kecuali untuk daftar rincian yang diatur secara tersendiri. Aset,

    kewajiban dan komitmen serta kontinjensi yang dimiliki bank pelapor dalam valuta rupiah dilaporkan pada

    kolom Rupiah dan apabila dalam valuta asing dilaporkan pada kolom Valas setelah dijabarkan ke dalam

    mata uang rupiah.

    Dalam menjabarkan valuta asing ke dalam rupiah, berpedoman kepada ketentuan yang diatur dalam

    Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)

    I.6 Jenis Laporan

    Setiap kantor bank pelapor sebagaimana tersebut pada butir I.2, setiap akhir bulan wajib menyampaikan

    laporan sebagai berikut :

    1. Laporan gabungan Kantor Pusat atau Kantor Cabang bagi bank asing

    Kantor pusat yang memiliki kantor cabang atau kantor cabang bank asing yang memiliki kantor cabang

    pembantu, termasuk kantor cabang dan kantor cabang pembantu yang beroperasi secara syariah

    sebagaimana tersebut pada butir I.2.1, wajib menyampaikan laporan secara gabungan dari seluruh kantornya,

    yang meliputi :

    1. Neraca dan Rekening Administratif Gabungan (Form-01)

    2. Laporan Laba/Rugi Gabungan (Form-02)

    3. Daftar Rincian Aset Antarkantor pada Kantor yang Melakukan Kegiatan Operasional di Indonesia

    (Gabungan) (Form-03)

    4. Daftar Rincian Aset Antarkantor pada Kantor yang Melakukan Kegiatan Operasional di Luar Indonesia

    (Gabungan) (Form-04)

    5. Daftar Rincian Rupa-Rupa Aset Gabungan (Form-05)

    6. Daftar Rincian Kewajiban Antarkantor pada Kantor yang Melakukan Kegiatan Operasional di Indonesia

    (Gabungan) (Form-06)

    7. Daftar Rincian kewajibab Antarkantor pada Kantor yang Melakukan Kegiatan Operasional di Luar

    Indonesia (Gabungan) (Form-07)

    8. Daftar Rincian Rupa-Rupa Kewajiban Gabungan (Form-08)

    Penjelasan laporan tersebut di atas sebagaimana penjelasan pada Bab II dan Bab III. Khusus untuk

    Rekening Antar Kantor dilaporkan secara netto.

    2. Laporan per Kantor Bank Pelapor

    Setiap kantor bank atau kantor pusat bank yang tidak memiliki kantor cabang (bank tunggal) atau bank

    asing yang tidak memiliki kantor cabang pembantu sebagaimana tersebut pada butir I.2.2 hanya wajib

    menyampaikan laporan sebagai berikut :

    A. Neraca dan Daftar Rincian Pos Neraca

    1. Neraca Bulanan Bank Umum dan Rekening Administratif (Form-01)

    2. Laporan Laba/Rugi (Form-02)

    3. Daftar Rincian Kas (Form-03)

    4. Daftar Rincian Penempatan pada Bank Indonesia (Form-04)

    5. Daftar Rincian Penempatan Pada Bank lain (Form-05)

    6. Daftar Rincian Tagihan Spot dan Derivatif (Form-06)

    7. Daftar Rincian Surat Berharga (Form-07)

    8. Daftar Rincian Surat Berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (Repo) (Form-08)

    86

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-4

    9. Daftar Rincian Tagihan atas Surat Berharga yang dibeli dengan janji dijual kembali (Reverse

    Repo) (Form-09)

    10. Daftar Rincian Tagihan Akseptasi (Form-10)

    11. Daftar Rincian Kredit yang diberikan (Form-11)

    12. Daftar Rincian Penyertaan (Form-12)

    13. Daftar Rincian Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan (Form-13)

    14. Daftar Rincian Aset Tidak Berwujud (Form-14)

    15. Daftar Rincian Aset Tetap dan Inventaris (Form-15)

    16. Daftar Rincian Properti Terbengkalai (Form-16)

    17. Daftar Rincian Aset yang diambil alih (Form-17)

    18. Daftar Rincian Rekening Tunda (Form-18)

    19. Daftar Rincian Aset Antar Kantor Yang Melakukan kegiatan operasional di Indonesia (Form-19)

    20. Daftar Rincian Kewajiban Antar Kantor Yang Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia

    (Form-20)

    21. Daftar Rincian Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Lainnya dan PPA Non Produktif (form-

    21)

    22. Daftar Rincian Rupa-Rupa Aset (Form-22)

    23. Daftar Rincian Giro (Form-23)

    24. Daftar Rincian Tabungan (Form-24)

    25. Daftar Rincian Simpanan Berjangka (Form-25)

    26. Daftar Rincian Kewajiban Kepada Bank Indonesia (Form-26)

    27. Daftar Rincian Kewajiban Kepada Bank lain (Form-27)

    28. Daftar Rincian Kewajiban Spot dan Derivatif (form-28)

    29. Daftar Rincian Kewajiban atas Surat Berharga yang dijual dengan janji dibeli kembali (repo) (Form-

    29)

    30. Daftar Rincian Kewajiban Akseptasi (Form-30)

    31. Daftar Rincian Surat Berharga yang diterbitkan (Form-31)

    32. Daftar Rincian Pinjaman yang diterima (Form-32)

    33. Daftar Rincian Setoran Jaminan (Form-33)

    34. Daftar Rincian Kewajiban Antar Kantor Yang Melakukan kegiatan operasional di Indonesia

    (Form-34)

    35. Daftar Rincian Kewajiban Antar Kantor Yang Melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia

    (Form-35)

    36. Daftar Rincian Rupa-rupa Kewajiban (Form-36)

    37. Daftar Rincian Modal Pinjaman (Form-37)

    38. Daftar Rincian Modal Disetor (Form-38)

    39. Daftar Rincian Modal Sumbangan (Form-39)

    40. Daftar Rincian Pendapatan komprehensif lainnya (Form-40)

    41. Daftar Rincian Dana setoran modal (Form-41)

    B. Daftar Rincian Pos Rekening Administratif dan Informasi Lainnya

    1. Daftar Rincian Posisi Pembelian dan Penjualan Spot dan Derivatif (Form-42)

    2. Daftar Rincian Irrevocable L/C Yang Masih Berjalan (Form-43)

    3. Daftar Rincian Garansi Yang Diberikan (Form-44)

    4. Daftar Rincian Penerusan Kredit (Form-45)

    5. Daftar Rincian Kredit yang dihapusbuku (Form-46)

    87

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-5

    6. Daftar Rincian Persetujuan dan Realisasi Kredit Baru pada Bulan Laporan (Form-47)

    7. Daftar Rincian Pelimpahan Kredit pada Bulan Laporan (Form-48)

    C. Lain-Lain

    1. Daftar Rincian Rupa-Rupa Aset Lainnya (Form-49). Daftar rincian ini wajib dilaporkan apabila

    jumlah jenis Lain-lain (Sandi 99) pada Daftar Rincian Rupa-Rupa Aset melebihi 25% jumlah Daftar

    Rincian Rupa-Rupa Aset.

    2. Daftar Rincian Rupa-rupa Kewajiban Lainnya (Form-50). Daftar rincian ini wajib dilaporkan apabila

    jumlah jenis Lain-lain (Sandi 99) pada Daftar Rincian Rupa-Rupa Kewajiban melebihi 25% jumlah

    Daftar Rincian Rupa-Rupa Kewajiban.

    3. Daftar Rincian Pendapatan Non-operasional Lainnya (Form-51). Daftar rincian ini wajib dilaporkan

    apabila jumlah Pendapatan Non-operasional subpos Lainnya (Sandi 4300) melebihi 25% jumlah

    Pendapatan Non-operasional.

    4. Daftar Rincian Beban Non-operasional Lainnya (Form-52). Daftar rincian ini wajib dilaporkan

    apabila jumlah Beban Non-operasional subpos Lainnya (Sandi 4400) melebihi 25% jumlah Beban

    Non-operasional.

    Dalam hal bank pelapor tidak memiliki salah satu daftar rincian A, B, dan C di atas, maka tidak perlu

    mengisi daftar rincian dimaksud.

    3. Laporan Perusahaan Anak

    Bank yang memiliki dan atau melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak, wajib menyampaikan

    laporan Perusahaan Anak, yang meliputi :

    1. Neraca dan Rekening Administratif (Form-01)

    2. Laporan Laba/Rugi (Form-02)

    3. Daftar Rincian Penempatan Pada Bank (Form-03)

    4. Daftar Rincian Tagihan Spot dan Derivatif (Form-04)

    5. Daftar Rincian Surat Berharga (Form-05)

    6. Daftar Rincian Surat Berharga yang Dijual dengan Janji Dibeli Kembali (Repo) (Form-06)

    7. Daftar Rincian Tagihan Atas Surat Berharga yang Dibeli dengan Janji Dijual kembali (Reverse Repo)

    (Form-07)

    8. Daftar Rincian Tagihan Akseptasi (Form-08)

    9. Daftar Rincian Kredit yang Diberikan (Form-09)

    10. Daftar Rincian Penyertaan (Form-10)

    Penjelasan laporan tersebut di atas sebagaimana penjelasan pada Bab II dan Bab III. Khusus untuk Rekening

    Antar Kantor dilaporkan secara netto.

    4. Laporan Konsolidasi

    Bank yang memiliki dan atau melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak, wajib menyampaikan

    laporan Keuangan Konsolidasi Bank sebagai perusahaan Induk dengan Perusahaan Anaknya,yang meliputi:

    1. Neraca dan Rekening Administratif Konsolidasi (Form-01)

    2. Laporan Laba/Rugi Konsolidasi (Form-02)

    Adapun cakupan pelaporan konsolidasi adalah berdasarkan hubungan kepemilikan langsung antara

    perusahaan induk dan perusahan anak dan/atau kriteria pengendalian lain sebagaimana diatur dalam

    88

    DtiadmRectangle

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-6

    ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Yang dimaksud dengan hubungan kepemilikan langsung dan

    tidak langsung dalam pengertian Perusahaan Anak dapat diilustrasikan dalam Bagan I.1.sebagai berikut :

    Bagan I.1. Ilustrasi Hubungan Kepemilikan Langsung dan Tidak Langsung

    a. Bank II tidak dikonsolidasi karena kepemilikan < 50%.

    b. Bank III tidak dikonsolidasi karena kepemilikan < 50%.

    c. Bank IV, V dan VI dikonsolidasi karena kepemilikan > 50%.

    d. Bank VII tidak dikonsolidasi karena kepemilikan < 50%, yaitu sebesar 7,5% (15% x 50%)

    e. Bank VIII tidak dikonsolidasi karena kepemilikan < 50%, yaitu sebesar 18% (60% x 30%)

    f. Bank IX dikonsolidasi karena meskipun kepemilikan < 50% (70% x 70%) namun terdapat

    pengendalian dari Bank I terhadap Bank IX, yaitu melalui kepemilikan Bank I di Bank V sebesar

    70% dan kepemilikan Bank V di Bank IX sebesar 70%.

    g. Perusahaan Asuransi tidak dikonsolidasi sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai Transparansi

    Kondisi Keuangan Bank.

    h. Perusahaan Pembiayaan I dan II dikonsolidasi karena kepemilikan > 50%, yaitu sebesar 100%

    untuk perusahaan pembiyaan I dan 51% untuk perusahaan pembiayaan II.

    Sementara itu, untuk tata cara penyampaian laporan perusahaan induk dan perusahaan anak adalah

    sebagai berikut :

    1.1.Bank sebagai perusahaan induk dan tidak memiliki perusahaan anak berupa bank, maka laporan

    yang disampaikan adalah:

    1. Laporan Gabungan Kantor Pusat (butir I.6.1) dan Laporan Per Kantor Bank Pelapor secara individual

    (butir I.6.2) yang mencakup Neraca, Rekening Administratif, dan Laporan Laba Rugi beserta

    seluruh rinciannya (Laporan Keuangan Per Kantor Bank Pelapor).

    Bank II Bank III Bank

    IV

    Bank V Bank

    VI

    Bank VII

    Bank VIII

    Bank

    IX

    Perusahaan

    Pembiayaan I

    Perusahaan

    Pembiayaan

    II

    Asuransi

    100%

    100%

    51%

    30%

    70%

    100%70%60%15%5%

    50%

    Bank I

    Dikonsolidasi

    Tidak

    Dikonsolidasi

    89

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-7

    2. Laporan Keuangan Perusahaan Anak Secara Individual yang mencakup Neraca, Rekening

    Administratif, dan Laporan Laba Rugi beserta seluruh rinciannya (butir I.6.3).

    3. Laporan Keuangan Konsolidasi yang mencakup Neraca Konsolidasi, Rekening Administratif

    Konsolidasi dan Laporan Laba Rugi Konsolidasi (butir I.6.4).

    1.2.Bank sebagai perusahaan induk (Bank Perusahaan Induk I) dan memiliki perusahaan anak berupa

    bank (Bank Perusahaan Anak), dan Perusahaan Pembiayaan maka:

    1. Bank Perusahaan Induk menyampaikan laporan:

    1) Laporan Keuangan Bank Secara Individual.

    2) Laporan Keuangan Perusahaan Anak Secara Individual, yaitu Perusahaan Pembiayaan I dan

    Perusahaan Pembiayaan II. Perusahaan anak berupa bank tidak perlu dilaporkan oleh Bank

    Perusahaan Induk I.

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi.

    Ilustrasi:

    Bank I akan melaporkan:

    1) Laporan Keuangan Bank I Secara Individual.

    2) Laporan Perusahaan Anak Secara Individual (Perusahaan Pembiayaan I dan Perusahaan

    Pembiayaan II)

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi (Bank I dengan seluruh perusahaan anak yaitu Bank IV,

    Bank V, Bank VI, Bank IX, Perusahaan Pembiayaan I dan Perusahaan Pembiayaan II).

    2. Bank Perusahaan Anak menyampaikan Laporan Keuangan Bank Secara Individual.

    Ilustrasi:

    Bank IV dan Bank IX hanya akan melaporkan Laporan Keuangan Bank Secara Individual.

    Dalam hal Bank Perusahaan Anak juga memiliki perusahaan anak maka laporan yang

    disampaikan adalah:

    1) Laporan Keuangan Bank Secara Individual

    2) Laporan Keuangan Perusahaan Anak Secara Individual.

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi.

    Ilustrasi:

    a. Bank VI akan melaporkan:

    1) Laporan Keuangan Bank Secara Individual

    2) Laporan Keuangan Perusahaan Anak Secara Individual, yaitu Perusahaan Pembiayaan

    I dan Perusahaan Pembiayaan II.

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi (Bank VI dengan Perusahaan Pembiayaan I dan

    Perusahaan Pembiayaan II).

    b. Bank V akan melaporkan:

    1) Laporan Keuangan Bank Secara Individual

    2) Laporan Keuangan Konsolidasi (Bank V dan Bank IX).

    Bank V tidak perlu melaporkan Laporan Keuangan Bank IX Secara Individual.

    90

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-8

    Bagan I.2. Ilustrasi Kepemilikan Bersama

    (Dalam bagan ini diasumsikan terdapat pengendalian untuk kepemilikan < 50%).

    1.3.Bank I dan Bank II bersama-sama memiliki perusahaan anak (joint venture) berupa Perusahaan

    Pembiayaan A berdasarkan suatu perjanjian kontraktual untuk melakukan pengendalian bersama

    (joint control) (Bagan I.2). Sesuai PSAK yang berlaku, Bank I dan Bank II dapat menerapkan metode

    proportionate consolidation atau metode ekuitas (equity method) dalam penyajian laporan keuangan.

    Jika menggunakan metode proportionate consolidation, untuk pelaporan LBU, Bank I dan Bank II

    melaporkan perusahaan anaknya yaitu Perusahaan Pembiayaan A secara proporsional berdasarkan

    bagian partisipasi masing-masing Bank pada Perusahaan Pembiayaan A dengan jenis laporan sebagai

    berikut:

    1. Bank Perusahaan Induk I menyampaikan laporan :

    1) Laporan Keuangan Bank Secara Individual.

    2) Laporan Keuangan Perusahaan Anak (Perusahaan Pembiayaan A) berdasarkan bagian

    partisipasi Bank I

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi.

    Ilustrasi:

    Bank I akan melaporkan:

    1) Laporan Keuangan Bank I Secara Individual.

    2) Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan A berdasarkan bagian partisipasi Bank I

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi (Bank I dengan Perusahaan Pembiayaan A secara

    proporsional).

    2. Bank Perusahaan Induk II menyampaikan laporan :

    1) Laporan Keuangan Bank Secara Individual.

    2) Laporan Keuangan Perusahaan Anak (Perusahaan Pembiayaan A) berdasarkan bagian

    partisipasi Bank II

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi.

    Ilustrasi:

    Bank II akan melaporkan:

    1) Laporan Keuangan Bank II Secara Individual.

    2) Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan A berdasarkan bagian partisipasi Bank II

    Bank I Bank II

    Perusahaan

    Pembiayaan A

    45% 40%

    91

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-9

    3) Laporan Keuangan Konsolidasi (Bank I dengan Perusahaan Pembiayaan A secara

    proporsional).

    Jika menggunakan metode ekuitas, maka untuk pelaporan LBU, Bank I dan Bank II hanya

    akan menyampaikan Laporan Keuangan Bank Secara Individual.

    I.7 Cara Pengisian Laporan

    Cara memasukkan data LBU dilakukan secara otomasi sebagaimana diatur dalam buku petunjuk

    pengoperasian otomasi sistem penyampaian LBU.

    I.8 Waktu Penyampaian Laporan

    Waktu Penyampaian Laporan mengacu kepada ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Bulanan Bank

    Umum.

    I.9 Penyampaian Laporan

    1. Laporan wajib disampaikan secara elektronis langsung ke Kantor Pusat Bank Indonesia di Jakarta.

    Komunikasi pelaporan yang digunakan adalah melalui media extranet yang dikembangkan oleh Direktorat

    Teknologi Informasi (DTI) Bank Indonesia

    2. Dalam sistem laporan ini Bank Indonesia memberikan sistem aplikasi kepada bank pelapor dalam bentuk

    CD. Laporan ini disusun dan disampaikan dalam bentuk text file dengan berpedoman pada spesifikasi

    dalam buku pedoman LBU ini.

    3. Laporan kantor-kantor bank pelapor yang melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia, disampaikan/

    dilakukan oleh kantor pusat bank yang bersangkutan dengan cara penyampaian berpedoman

    sebagaimana pada butir 1 tersebut di atas.

    4. Bagi bank yang telah mampu menyusun LBU secara terpusat (sentralisasi) untuk sebagian atau seluruh

    kantor pelapornya, dapat menyampaikan secara laporan langsung kepada Bank Indonesia setempat

    dengan terlebih dahulu memberitahukan secara tertulis kepada Bank Indonesia. LBU yang disampaikan

    tersebut, harus dapat diidentifikasikan untuk LBU masing-masing kantor.

    5. Dalam hal terjadi masalah/gangguan pada program data entry maupun sistem transmisi laporan, bank

    pelapor menyampaikan laporannya dengan mengirimkan disket langsung kepada :

    a. Bagi bank pelapor (termasuk kantor pusat bank yang menyampaikan laporan kantor-kantornya di

    luar Indonesia) yang berkantor di wilayah DKI Jakarta Raya, Kabupaten/Kotamadya Serang,

    Pandeglang, Lebak, Tangerang, Bogor, Karawang dan Bekasi, laporan dengan disket dimaksud

    disampaikan kepada Tim Statistik Moneter, Keuangan dan Fiskal, Kantor Pusat Bank Indonesia,

    Jakarta.

    b. Bagi bank pelapor yang berkantor di luar wilayah sebagaimana tersebut pada butir a sebagaimana

    tersebut di atas, laporan dengan disket dimaksud disampaikan kepada kepada Kantor Bank

    Indonesia setempat.

    Tanggal penyampaian laporan adalah tanggal penerimaan di Tim Statistik Moneter, Keuangan

    dan Fiskal, Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta atau Kantor Cabang Bank Indonesia. Atas

    pengiriman laporan dengan disket tersebut, bank pelapor wajib memberitahukan secara tertulis

    kepada Bank Indonesia setempat mengenai sebab-sebab gangguan yang terjadi.

    I.10. Penyampaian Data Koreksi

    Bank hanya diperkenankan menyampaikan koreksi atas LBU dalam periode penyampaian laporan

    sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan.

    92

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    I-10

    I.11. Sanksi

    Ketentuan tentang sanksi diatur dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI).

    I.12 Penyampaian Pertanyaan

    Pertanyaan berkenaan dengan pelaporan diajukan kepada Bank Indonesia sebagai berikut :

    1. Untuk hal yang berkaitan dengan teknis/sistem cara pelaporan, program data entry dan sistem transmisi

    laporan dari bank pelapor kepada Bank Indonesia.

    a. Bagi bank pelapor (termasuk kantor pusat bank yang menyampaikan laporan kantor-kantornya di

    luar Indonesia) sebagaimana tersebut pada butir I.9.5.a, pertanyaan diajukan kepada Tim Statistik

    Moneter, Keuangan dan Fiskal, Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta.

    b. Bagi bank pelapor yang berkantor di luar wilayah sebagaimana tersebut pada butir I.9.5.b tersebut

    di atas, pertanyaan diajukan kepada Kantor Bank Indonesia setempat.

    2. Untuk hal yang berkaitan dengan materi pelaporan dan PSAK dan atau PAPI.

    a. Bagi bank pelapor (termasuk kantor pusat bank yang menyampaikan laporan kantor-kantornya di

    luar Indonesia) sebagaimana tersebut pada butir I.9.5.a, pertanyaan diajukan kepada Direktorat

    Penelitian dan Pengaturan Perbankan dan atau Direktorat Pengawasan Bank yang

    membawahi bank pelapor yaitu Direktorat Pengawasan Bank 1, Direktorat Pengawasan

    Bank 2 dan Direktorat Pengawasan Bank 3, Jakarta.

    b. Bagi bank pelapor yang berkantor di luar wilayah sebagaimana tersebut pada butir I.9.5.b tersebut

    di atas, pertanyaan diajukan kepada Kantor Bank Indonesia setempat.

    93

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-1

    BAB II

    PENJELASAN UMUM KOLOM DAFTAR RINCIAN

    Dalam bab ini dijelaskan pengertian dan istilah umum kolom-kolom yang terdapat pada LBU Gabungan, LBU Per

    Kantor, LBU Konsolidasi dan LBU Perusahaan Anak dihampir seluruh daftar rincian dan untuk pengertian yang lebih

    khusus, diuraikan pada penjelasan masing-masing daftar rincian.

    II.1 Jumlah Rekening

    Adalah banyaknya rekening/akad/warkat dari setiap jenis transaksi. Pada prinsipnya setiap transaksi harus

    dilaporkan 1 (satu) rekening, namun untuk menyederhanakan pelaporan diperkenankan menggabungkan

    rekening dengan cara penggabungan yang dapat dilihat pada penjelasan di masing-masing daftar rincian.

    II.2 Lembaga Pemeringkat

    Adalah nama lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia, sesuai ketentuan Bank Indonesia

    mengenai daftar lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia, yang menerbitkan peringkat

    atas suatu surat berharga atau perusahaan (corporate rating).

    Dalam hal terdapat 2 (dua) atau lebih lembaga pemeringkat maka pelaporannya mengacu pada ketentuan

    Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan

    menggunakan pendekatan standar.

    II.3 Peringkat Perusahaan

    Adalah peringkat terkini yang diterbitkan oleh Lembaga Pemeringkat yang diakui Bank Indonesia terhadap

    suatu perusahaan (corporate rating). Dalam hal Lembaga Pemeringkat melakukan review terhadap peringkat

    maka peringkat yang digunakan adalah peringkat berdasarkan review terakhir.

    Kolom ini diisi angka 00 untuk perusahaan yang tidak memiliki peringkat, atau memiliki peringkat yang

    diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang tidak diakui oleh Bank Indonesia.

    Dalam hal terdapat 2 (dua) peringkat atau lebih maka pelaporannya mengacu pada ketentuan Bank Indone-

    sia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan

    pendekatan standar.

    II.4 Peringkat Surat Berharga

    Adalah peringkat terkini yang diterbitkan oleh Lembaga Pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia atas

    surat berharga. Dalam hal Lembaga Pemeringkat melakukan review terhadap peringkat maka peringkat

    yang dipergunakan adalah peringkat berdasarkan review terakhir.

    Kolom ini diisi 00 untuk surat berharga yang tidak memiliki peringkat, atau memiliki peringkat yang diterbitkan

    oleh Lembaga Pemeringkat yang tidak diakui oleh Bank Indonesia.

    Dalam hal surat berharga memiliki 2 (dua) peringkat atau lebih maka pelaporannya mengacu pada ketentuan

    Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan

    menggunakan pendekatan standar.

    II.5 Tanggal Pemeringkatan

    Adalah tanggal, bulan, dan tahun penerbitan peringkat terkini (termasuk review) oleh Lembaga Pemeringkat.

    Dalam hal Lembaga Pemeringkat melakukan review terhadap peringkat maka tanggal pemeringkatan

    yang digunakan adalah tanggal review terakhir.

    II.6 Jenis

    Adalah jenis transaksi yang dilakukan antara bank pelapor dengan Bank Indonesia, bank lain, pihak ketiga

    bukan bank serta kantor cabang bank pelapor yang sama.

    94

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-2

    II.7 Jenis Valuta

    Adalah jenis valuta yang digunakan dalam melakukan transaksi antara bank pelapor dengan pihak lain.

    Sandi valuta dapat dilihat pada Daftar Sandi Jenis Valuta.

    Sandi valuta, dalam hal ini dilaporkan sesuai dengan jenis valuta yang tercantum dalam perjanjian. Dalam

    hal transaksi yang diperjanjikan menggunakan valuta asing (sebagaimana tercantum dalam akad perjanjian)

    namun dicairkan dalam rupiah, transaksi tersebut diperlakukan sebagai transaksi dalam valuta asing.

    Contoh : Sesuai dengan perjanjian, plafond kredit diberikan dalam USD, namun kredit tersebut dapat

    dicairkan dalam mata uang rupiah. Kredit ini diperlakukan sebagai kredit dalam valuta asing, dan kolom

    Jenis Valuta diisi dengan sandi USD.

    II.8 Suku Bunga/Diskonto

    Adalah tingkat harga dari suatu penanaman atau penghimpunan dana bank pelapor.

    Jenis suku Bunga dibedakan menjadi :

    1. Fixed

    Yaitu suku bunga yang bersifat tetap sampai dengan jangka waktu tertentu atau sampai dengan jatuh

    tempo.

    2. Variable

    Yaitu suku bunga yang dapat berubah sampai dengan jangka waktu tertentu atau sampai dengan jatuh

    tempo.

    Apabila dalam satu rekening diberikan beberapa tingkat suku bunga, kolom Suku Bunga diisi dengan

    suku bunga tertinggi. Selain itu, untuk jenis transaksi baik penanaman maupun penghimpunan dana

    yang tidak diberikan bunga, kolom Suku Bunga diisi dengan 00,00 dan kolom Jenis Suku Bunga diisi

    dengan 0.

    Kolom suku bunga diisi dengan persentase suku bunga per tahun dengan contoh sebagai berikut:

    Suku bunga Diisi Suku bunga Diisi

    per tahun per tahun

    0% 00,00 75% 75,00

    5% 05,00 90% 90,00

    8 % 08,75 99 % 99,50

    49 % 49,25 100% 99,99

    50% 50,00 130% 99,99

    Catatan : Suku bunga 100 % atau lebih diisi dengan 99,99.

    II.9 Negara

    Adalah negara domisili dari pihak-pihak yang mempunyai tagihan atau kewajiban kepada bank pelapor.

    II.10 Kualitas

    Adalah kualitas aset produktif, aset non produktif, dan transaksi rekening administratif sesuai ketentuan

    Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum, dengan penggolongan kualitas sebagai berikut:

    Kualitas Sandi

    1. Lancar 1

    2. Dalam Perhatian Khusus 2

    3. Kurang Lancar 3

    4. Diragukan 4

    5. Macet 5

    95

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-3

    II.11 Sandi Bank

    Adalah sandi pihak lawan baik bank yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia maupun yang melakukan

    kegiatan operasional di luar Indonesia. Termasuk pula dalam sandi bank ini adalah Bank Perkreditan Rakyat

    (BPR).

    Kolom ini diisi dengan sandi bank lain di mana bank pelapor memiliki simpanan /tagihan atau kewajiban kepada

    bank yang bersangkutan. Sandi Bank dapat dilihat pada Daftar Sandi Bank. Apabila bank pelapor memiliki

    simpanan/tagihan atau kewajiban kepada :

    1. Bank-bank yang melakukan kegiatan operasional di Indonesia, termasuk kantor cabang (bukan kantor

    perwakilan) bank asing di Indonesia, kolom ini diisi dengan sandi bank yang terdapat pada Daftar Sandi

    Bank sub Sandi Bank di Indonesia.

    Contoh :

    Bank Permata-Jakarta (sandi bank 013) menempatkan dana di Citibank-Jakarta (sandi bank 031) :

    a. Oleh Bank Permata-Jakarta, dilaporkan pada Daftar Rincian Penempatan pada Bank Lain, kolom Sandi

    Bank diisi dengan sandi 031.

    b. Oleh Citibank-Jakarta, dilaporkan pada Daftar Rincian Kewajiban Kepada Bank Lain, kolom Sandi Bank

    diisi dengan sandi 013.

    2. Bank-bank yang melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia dan berkantor pusat di Indonesia, kolom

    ini diisi dengan sandi bank yang terdapat di Daftar Sandi Bank sub Sandi Bank Nasional Yang Melakukan

    Kegiatan Operasional di Luar Indonesia.

    Contoh :

    BCA-Jakarta (sandi bank 014) menempatkan dana di Bank BNI 46-New York (sandi bank 729):

    a. Oleh BCA-Jakarta, dilaporkan pada Daftar Rincian Penempatan pada Bank Lain, kolom Sandi Bank diisi

    dengan sandi 729.

    b. Oleh Bank BNI 46-New York, dilaporkan pada Daftar Rincian Kewajiban Kepada Bank Lain, kolom

    Sandi Bank diisi dengan sandi 014.

    3. Bank-bank lain yang melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia, kolom ini diisi dengan sandi

    bank yang terdapat di Daftar Sandi Bank sub Sandi Bank Lainnya di Luar Indonesia.

    Contoh :

    a. BCA Jakarta menempatkan dana di Citibank Singapura. Oleh BCA Jakarta dilaporkan pada Daftar

    Rincian Penempatan pada Bank lain, kolom Sandi Bank diisi dengan sandi 795.

    b. Bank Negara Indonesia Cayman Island menempatkan dana di Bank of New York, New York. Oleh

    Lippobank Cayman Island dilaporkan pada Daftar Rincian Penempatan pada Bank lain (Prime Bank),

    kolom Sandi Bank diisi dengan sandi 795.

    Dalam hal bank pelapor menerbitkan surat berharga atas unjuk dan untuk pertama kalinya dibeli oleh bank

    lain, pada Daftar Rincian Kewajiban Kepada Bank Lain kolom Sandi Bank diisi dengan sandi bank yang

    membeli surat berharga tersebut pada saat diterbitkan.

    Contoh :

    Surat berharga atas unjuk yang diterbitkan oleh BCA sebagai bank pelapor dan dibeli pertama kali oleh

    Bank Danamon Indonesia, kolom Sandi Bank diisi dengan sandi Bank Danamon Indonesia (011).

    96

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-4

    II.12 Golongan Penerbit/Tertarik

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang menerbitkan dan atau bertanggungjawab terhadap pelunasan

    surat-surat berharga yang dimiliki bank pelapor. Sandi Golongan Penerbit/Tertarik terdapat pada Daftar Sandi

    Bank dan Sandi Pihak Ketiga Bukan Bank.

    II.13 Golongan Pembeli

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang membeli surat berharga yang diterbitkan oleh bank pelapor.

    Dalam hal surat berharga yang diterbitkan oleh bank pelapor adalah atas unjuk, Golongan Pembeli adalah pihak

    yang pertama kali membeli surat berharga tersebut pada saat diterbitkan. Sandi Golongan Pembeli terdapat

    pada Daftar Sandi Bank dan Sandi Pihak Ketiga Bukan Bank.

    II.14 Golongan Pihak Lawan

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang melakukan transaksi dengan bank pelapor.

    II.15 Golongan Debitur

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang memiliki kewajiban kepada bank pelapor baik dengan perjanjian

    maupun tanpa perjanjian. Sandi Golongan Debitur terdapat pada Daftar Sandi Bank dan Sandi Pihak Ketiga

    Bukan Bank.

    II.16 Golongan Status

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang memiliki tagihan dan atau kewajiban kepada bank pelapor.

    II.17 Golongan Nasabah

    Adalah pihak ketiga bukan bank yang memiliki simpanan dan atau setoran jaminan pada bank pelapor. Sandi

    Golongan Nasabah terdapat pada Daftar Pihak Ketiga Bukan Bank. Sandi Golongan Nasabah terdapat pada

    daftar rincian mengenai simpanan dan atau setoran jaminan pada bank pelapor.

    Khusus untuk jenis simpanan berupa sertifikat deposito pada Daftar Rincian Simpanan Berjangka, kolom

    Golongan Nasabah diisi dengan sandi pihak ketiga bukan bank yang pertama kali membeli sertifikat deposito

    pada saat diterbitkan.

    II.18 Golongan Kreditur

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang memberikan pinjaman atau fasilitas pembiayaan kepada bank

    pelapor. Sandi Golongan Kreditur terdapat pada Daftar Sandi Bank dan Pihak Ketiga Bukan Bank.

    II.19 Golongan Pihak Tertagih

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang menjamin pembayaran atas wesel yang diterbitkan atas dasar

    L/C dengan akseptasi (Acceptance L/C)

    II.20 Golongan Penagih

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang menagih pembayaran atas wesel yang diterbitkan atas

    dasar L/C dengan akseptasi (Acceptance L/C)

    II.21 Golongan Pemohon

    Adalah bank dan pihak ketiga bukan bank yang meminta pembukaan L/C atau fasilitas jaminan/garansi

    (Applicant) kepada bank pelapor.

    97

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-5

    II.22 Golongan Perusahaan Emiten/Perusahaan

    Adalah bank dan perusahaan bukan bank di mana bank pelapor melakukan penyertaan, baik dalam rangka

    penyelamatan kredit, pendirian anak perusahaan, maupun pembelian saham di pasar modal. Pada kolom

    ini diisi dengan sandi yang terdapat pada Daftar Sandi Bank dan Pihak Ketiga Bukan Bank.

    II.23 Kategori Portofolio

    Adalah kategori portofolio sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai pedoman

    perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.

    1. Tagihan Kepada Pemerintah

    a. Tagihan Kepada Pemerintah Indonesia

    Yaitu tagihan kepada Pemerintah Pusat Republik Indonesia, Bank Indonesia, dan Badan-badan atau

    lembaga-lembaga pemerintah lainnya yang seluruh pendanaan operasionalnya berasal dari Anggaran

    Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pemerintah Republik Indonesia.

    b. Tagihan Kepada Pemerintah Negara Lain

    Yaitu tagihan kepada pemerintah pusat dan bank sentral negara lain.

    2. Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik

    Yaitu tagihan kepada:

    (1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai BUMN

    kecuali BUMN berupa Bank;

    (2) Pemerintah Daerah (provinsi, kota dan kabupaten) di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-

    undang mengenai pemerintahan daerah; dan

    (3) Badan-badan atau lembaga-lembaga Pemerintah Republik Indonesia yang tidak memenuhi kriteria

    sebagai Tagihan Kepada Pemerintah Indonesia.

    3. Tagihan Kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional

    Yaitu tagihan Kepada :

    a. Bank Pembangunan Multilateral tertentu dan Lembaga Internasional, yang mencakup:

    - Bank Pembangunan Multilateral tertentu yang telah ditetapkan oleh Basel Committee on Banking

    Supervision, yaitu World Bank Group yang terdiri dari International Bank for Reconstruction and

    Development (IBRD) dan International Finance Corporation (IFC), Asian Development Bank (ADB),

    African Development Bank (AfDB), European Bank for Reconstruction and Development (EBRD),

    Inter-American Development Bank (IADB), European Investment Bank (EIB), European Investment

    Fund (EIF), Nordic Investment Bank (NIB), Caribbean Development Bank (CDB), Islamic Develop-

    ment Bank (IDB), dan Council of Europe Development Bank (CEDB);

    - Lembaga Internasional yaitu Bank for International Settlements, International Monetary Fund (IMF),

    dan European Central Bank;

    b. Bank Pembangunan Multilateral lainnya, yang mencakup Bank Pembangunan Multilateral selain

    dari Bank Pembangunan Multilateral tertentu sebagaimana dalam huruf a

    98

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-6

    4. Tagihan Kepada Bank

    Yaitu tagihan kepada :

    (1) bank yang beroperasi di Indonesia, yang terdiri dari bank umum, bank perkreditan rakyat, termasuk

    kantor cabang bank asing;

    (2) bank yang beroperasi di luar Indonesia, yang terdiri dari bank yang berbadan hukum asing dan kantor

    cabang dari bank yang berkantor pusat di Indonesia; dan

    (3) Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur

    mengenai lembaga pembiayaan ekspor Indonesia;

    Tagihan kepada Bank dibedakan menjadi:

    a. Tagihan Jangka Pendek

    yaitu tagihan dengan jangka waktu perjanjian sampai dengan 3 (tiga) bulan, termasuk tagihan yang

    tidak memiliki jangka waktu jatuh tempo namun dapat ditarik sewaktu-waktu

    b. Tagihan Jangka Panjang

    yaitu tagihan dengan dengan jangka waktu perjanjian lebih dari 3 (tiga) bulan.

    Tagihan Kepada Bank dengan jangka waktu perjanjian sampai dengan 3 (tiga) bulan namun dapat

    dipastikan akan diperpanjang (roll-over) sehingga keseluruhan jangka waktu menjadi lebih dari 3

    (tiga) bulan, wajib digolongkan sebagai Tagihan Jangka Panjang.

    5. Kredit Beragun Rumah Tinggal

    Yang mencakup:

    a. kredit konsumsi untuk kepemilikan rumah tinggal/apartemen atau kredit konsumsi yang dijamin

    dengan agunan berupa rumah tinggal/apartemen (tidak termasuk rumah toko dan rumah kantor),

    serta memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut:

    i. diberikan kepada debitur perorangan;

    ii. agunan diikat dengan hak tanggungan atau fiducia sehingga memberikan kedudukan yang

    diutamakan (hak preferensi) kepada Bank;

    iii. Bank memiliki sistem dan prosedur yang memadai untuk menilai dan memantau nilai agunan

    secara berkala; dan

    iv. rasio nilai kredit terhadap nilai agunan (loan-to-value) paling tinggi sebesar 80% (delapan puluh

    persen);

    b. kredit konsumsi untuk kepemilikan rumah tinggal dalam rangka program Pemerintah Indonesia sesuai

    peraturan perundangan yang berlaku dan rasio nilai kredit terhadap nilai agunan (loan-to-value)

    paling tinggi sebesar 95% (sembilan puluh lima persen).

    6. Kredit Beragun Properti Komersial

    Yaitu kredit yang memenuhi seluruh kriteria sebagai berikut:

    a. diberikan kepada perorangan atau badan usaha;

    b. tujuan penggunaan dana untuk pembiayaan konstruksi atau pembangunan properti.

    Contoh: pembangunan perumahan, apartemen, rumah susun, ruang perkantoran, ruang komersial

    multifungsi, ruang komersial yang disewa banyak pihak, atau pergudangan; dan

    99

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-7

    c. sumber utama pembayaran kredit berasal dari arus kas dari penyewaan atau penjualan properti

    dimaksud.

    7. Kredit Pegawai/Pensiunan

    Yaitu kredit yang memenuhi seluruh kriteria berikut:

    a. diberikan kepada pegawai atau pensiunan dari pegawai negeri sipil (PNS), anggota TNI/POLRI, pegawai

    lembaga negara atau pegawai Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD);

    b. total plafon pembiayaan adalah Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) untuk setiap pegawai atau

    pensiunan;

    c. pegawai atau pensiunan dijamin dengan asuransi jiwa dari perusahaan asuransi yang berstatus sebagai

    BUMN,atau perusahaan asuransi swasta yang memiliki peringkat paling rendah peringkat investasi

    dari lembaga pemeringkat yang diakui oleh Bank Indonesia sebagaimana diatur dalam ketentuan

    Bank Indonesia mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia;

    d. pembayaran angsuran/pelunasan kredit bersumber dari gaji/pensiun berdasarkan Surat Kuasa

    Memotong Gaji/Pensiun kepada Bank pemberi kredit. Dalam hal pembayaran gaji/pensiun dilakukan

    Bank lain atau BUMN lain maka Bank pemberi kredit harus memiliki perjanjian kerja sama dengan

    Bank lain atau BUMN lain pembayar gaji/pensiun untuk melakukan pemotongan gaji/pensiun dalam

    rangka pembayaran angsuran/pelunasan kredit; dan

    e. Bank pemberi kredit menyimpan asli surat pengangkatan pegawai atau surat keputusan jabatan/

    pangkat yang terakhir atau surat keputusan pensiun atau Kartu Registrasi Induk Pensiun (KARIP) dan

    polis pertanggungan asuransi jiwa debitur.

    8. Tagihan Kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Portofolio Ritel

    Yaitu tagihan yang memenuhi seluruh kriteria berikut:

    a. diberikan kepada debitur yang merupakan :

    (i) badan usaha yang memenuhi kriteria sebagai usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud

    dalam undang-undang yang mengatur mengenai usaha mikro, kecil dan menengah; atau

    (ii) perorangan;

    b. plafon pembiayaan kepada debitur paling tinggi sebesar 0,2% (nol koma dua persen) dari hasil

    penjumlahan plafon pembiayaan untuk seluruh debitur yang merupakan (i) badan usaha dan perorangan

    yang memenuhi kriteria sebagai usaha mikro dan usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-

    undang yang mengatur mengenai usaha mikro, kecil dan menengah dan (ii) perorangan;

    c. plafon pembiayaan kepada debitur paling tinggi sebesar Rp.1.000.000.000,- (satu milyar rupiah);

    d. debitur tidak tergolong sebagai 50 (lima puluh) debitur terbesar Bank;

    e. tagihan tidak dalam bentuk surat berharga;

    f. tagihan tidak memenuhi kriteria sebagai Kredit Beragun Rumah Tinggal, Kredit Beragun Properti

    Komersial, atau Kredit Pegawai atau Pensiunan

    9. Tagihan Kepada Korporasi

    Yaitu tagihan yang tidak memenuhi kategori portofolio sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai

    dengan angka 8 di atas.

    10. Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo

    100

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-8

    Yaitu seluruh tagihan sebagaimana dimaksud dalam angka 1 sampai dengan angka 9, yang telah jatuh

    tempo lebih dari 90 (sembilan puluh) hari, baik atas pembayaran pokok dan/atau pembayaran bunga.

    a. Kredit Beragun Rumah Tinggal

    Adalah Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo yang sebelumnya tergolong sebagai Kredit Beragun Rumah

    Tinggal

    b. Selain Kredit Beragun Rumah Tinggal

    Adalah Tagihan Yang Telah Jatuh Tempo yang sebelumnya bukan tergolong sebagai Kredit Beragun

    Rumah Tinggal

    11. Eksposur Sekuritisasi

    Yaitu eksposur sekuritisasi sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Bank Indonesia yang mengatur

    mengenai prinsip kehati-hatian dalam aktivitas sekuritisasi aset bagi bank umum dan ketentuan Bank

    Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan

    menggunakan pendekatan standar.

    II.24 Hubungan Dengan Bank

    Adalah status keterkaitan antara bank pelapor dengan pihak yang melakukan transaksi dengan bank pelapor.

    1. Terkait Dengan Bank

    Adalah pihak terkait sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai batas maksimum

    pemberian kredit (BMPK).

    Apabila transaksi dilakukan dengan pihak terkait dengan bank, kolom ini diisi dengan sandi 1.

    2. Tidak Terkait Dengan Bank

    Adalah pihak yang tidak termasuk sebagai pihak terkait dengan bank sebagaimana tersebut di atas.

    Apabila transaksi dilakukan dengan pihak tidak terkait dengan bank, kolom ini diisi dengan sandi 2.

    II.25 Status Dengan Bank

    1. Perusahaan Induk atau Perusahaan Induk di Bidang Keuangan

    Perusahaan Induk adalah badan hukum yang memiliki saham Bank Pelapor baik secara langsung maupun

    tidak langsung dengan kepemilikan lebih dari 50% (lima puluh perseratus) atau melakukan Pengendalian

    terhadap Bank Pelapor. Sedangkan perusahaan induk di bidang keuangan adalah badan hukum yang

    dibentuk oleh perusahaan induk untuk mengkonsolidasi seluruh aktivitas perusahaan induk atau kelompok

    usaha yang bergerak di bidang keuangan atau yang melakukan pengendalian terhadap seluruh aktivitas

    perusahaan induk atau kelompok usaha yang bergerak di bidang keuangan.

    2. Perusahaan Anak

    Adalah badan hukum yang dimiliki atau dikendalikan oleh Bank Pelapor, baik secara langsung maupun

    tidak langsung, yang terdiri dari :

    a. Perusahaan Subsidiari (subsidiary company) yaitu Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank Pelapor

    lebih dari 50% (lima puluh perseratus);

    b. Perusahaan Partisipasi (participation company) adalah Perusahaan Anak dengan kepemilikan Bank

    Pelapor 50% (lima puluh perseratus) atau kurang, namun Bank Pelapor memiliki Pengendalian

    terhadap perusahaan;

    3. Lainnya

    101

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-9

    Adalah badan hukum yang terkait atau tidak terkait dengan bank selain Perusahan Induk dan Perusahaan

    Anak, yang antara lain mencakup:

    a. Perusahaan Asosiasi

    Yaitu perusahaan dimana bank pelapor memiliki pengaruh signifikan sesuai PSAK mengenai investasi

    pada entitas asosiasi.

    b. Sister company

    Yaitu perusahaan lain yang dimiliki oleh Perusahaan Induk dari bank pelapor.

    II.26 Sandi Kantor

    Adalah sandi kantor cabang yang melakukan kegiatan operasional di luar Indonesia dari bank yang kantor

    pusatnya di Indonesia.

    Pada kolom ini diisi dengan sandi kantor cabang bank yang terdapat pada Daftar Sandi Bank sub Sandi

    Bank Nasional Yang Melakukan Kegiatan Operasional di Luar Indonesia.

    Contoh :

    1. BII-Semarang, menempatkan dana pada BII-Cayman Island (sandi 758), cara pelaporannya adalah

    sebagai berikut :

    a. Oleh BII-Semarang, dilaporkan pada Daftar Rincian Aset Antar Kantor pada Kantor yang Melakukan

    Kegiatan Operasional di Luar Indonesia, kolom Sandi Kantor diisi dengan 758.

    b. Oleh BII-Cayman Island, dilaporkan Daftar Rincian Kewajiban Antar Kantor pada Kantor yang Melakukan

    Kegiatan Operasional di Indonesia.

    2. BNI-New York (sandi 729) menempatkan dana pada BNI-London (sandi 731), cara pelaporannya adalah

    sebagai berikut :

    a. Oleh BNI-New York, dilaporkan pada Daftar Rincian Aset Antar Kantor pada Kantor yang Melakukan

    Kegiatan Operasional di Luar Indonesia, kolom Sandi Kantor diisi dengan 731.

    b. Oleh BNI-London, dilaporkan pada Daftar Rincian Kewajiban Antar Kantor pada Kantor yang Melakukan

    Kegiatan Operasional di Luar Indonesia, kolom Sandi Kantor diisi dengan 729.

    II.27 Lokasi KC/KCP

    Adalah lokasi kegiatan operasional bank pelapor dan kantor cabang pembantu (KCP) atau yang setingkat KCP

    bagi bank asing yang laporannya digabung dengan kantor bank pelapor. Kolom ini diisi dengan sandi Dati II yang

    ada pada Daftar Sandi Lokasi DATI II Seluruh Indonesia.

    Contoh :

    Bank pelapor berlokasi di Jakarta Barat (sandi 0393) dan memiliki 2 kantor cabang pembantu yang

    pelaporannya digabung dengan bank pelapor, masing-masing berlokasi di Tangerang (sandi 0204) dan

    Pandeglang (sandi 0202). Apabila terdapat dana (Giro, Tabungan, dan Simpanan Berjangka) milik pihak

    ketiga bukan bank yang dibukukan pada masing-masing kantor, maka pada Daftar Rincian Giro, Tabungan,

    dan Simpanan Berjangka setiap recordnya harus diisi dengan sandi lokasi masing-masing kantor yang

    bersangkutan, yaitu 0393 untuk dana yang dibukukan pada bank pelapor di Jakarta Barat, 0204 untuk dana

    yang dibukukan pada KCP Tangerang, dan 0202 untuk dana yang dibukukan pada KCP Pandeglang.

    II.28 Jangka Waktu

    102

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-10

    Yaitu jangka waktu dari aset keuangan, kewajiban keuangan, atau instrumen keuangan lainnya yang dimiliki

    bank pelapor sebagaimana tercantum dalam perjanjian atau kontrak.

    1. Mulai

    Yaitu tanggal, bulan, dan tahun penerbitan awal yang tercantum dalam perjanjian atau kontrak.

    2. Jatuh Tempo

    Yaitu tanggal, bulan dan tahun berakhirnya perjanjian atau kontrak.

    Untuk aset keuangan, kewajiban keuangan atau instrumen keuangan lainnya yang tidak memiliki jatuh

    tempo,maka kolom Jatuh Tempo diisi sama dengan kolom Mulai. Untuk instrumen keuangan yang dimiliki

    bank sebelum implementasi LBU 2008 sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai Laporan Bulanan Bank

    Umum maka apabila bank mengalami kesulitan untuk mengetahui dokumentasi tanggal mulai kepemilikan

    instrumen keuangan dimaksud, bank dapat menggunakan tanggal tertentu yang mewakili (mis. Tanggal

    merger, tanggal pengambilalihan, dst).

    Untuk pengisian kolom Jangka Waktu Simpanan Berjangka yang diperpanjang, maka Kolom Mulai dan

    Jatuh Tempo dilaporkan sesuai dengan perpanjangan terakhir.

    II.29 Nominal

    Yaitu nilai nominal yang tercantum dalam surat berharga atau kontrak yang diperjanjikan.

    II.30 Jumlah (Biaya Perolehan atau Biaya Perolehan Diamortisasi atau Nilai Wajar)

    Diisi untuk pengakuan awal atau pengakuan selanjutnya dari aset keuangan atau kewajiban keuangan

    yaitu berdasarkan:

    Biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan (diterima) atau nilai wajar dari

    imbalan lain yang diserahkan (diterima) untuk memperoleh suatu aset (menerbitkan suatu kewajiban)

    pada saat perolehan.

    Biaya Perolehan Diamortisasi adalah jumlah aset keuangan atau kewajiban keuangan yang diukur pada

    saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi amortisasi kumulatif

    menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh

    temponya. Penurunan nilai diakui dengan menggunakan pos Cadangan Kerugian Penurunan Nilai.

    Nilai Wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan atau suatu kewajiban diselesaikan

    antara pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi wajar (arms length

    transaction).

    1. Bulan Lalu

    Yang dimaksud dengan Jumlah Bulan Lalu adalah posisi nilai transaksi yang tercatat bulan laporan

    sebelumnya.

    2. Debet

    Yang dimaksud dengan Jumlah Mutasi Debet adalah penambahan nilai posisi Aset Keuangan atau

    pengurangan nilai posisi Kewajiban Keuangan, yang disebabkan oleh transaksi.

    3. Kredit

    Yang dimaksud dengan Jumlah Mutasi Kredit adalah pengurangan nilai posisi Aset Keuangan atau

    penambahan nilai posisi Kewajiban Keuangan, yang disebabkan oleh transaksi.

    4. Lainnya

    103

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-11

    Yang dimaksud dengan Jumlah Mutasi lainnya adalah mutasi debet/kredit bersih (neto) posisi Aset

    Keuangan Kewajiban Keuangan, yang bukan disebabkan oleh transaksi, seperti penyesuaian nilai/harga,

    perubahan kurs, penghapusan utang piutang, termasuk koreksi atas laporan posisi periode laporan

    sebelumnya.

    5. Jumlah Bulan Laporan

    Yang dimaksud dengan Jumlah Bulan Laporan adalah posisi nilai transaksi yang tercatat pada bulan

    laporan. Untuk jenis surat berharga yang dimiliki atau diterbitkan dengan sistem diskonto, kolom ini diisi

    secara netto (carrying value).

    Nilai mutasi debet, kredit dan lainnya hanya dilaporkan untuk transaksi bank pelapor dengan bukan penduduk

    (non resident). Untuk pos Surat Berharga Yang Diterbitkan dan pos Rincian Kas dalam valuta Asing, mutasi

    ini dilaporkan baik untuk transaksi bank pelapor dengan penduduk (resident) maupun bukan penduduk

    (non resident). Pelaporan data mutasi tersebut dimulai sejak bulan data Oktober 2009.

    Adapun cara pelaporan Nilai Mutasi sebagaimana pada Box II.1

    II.31 Kategori Pengukuran Aset Keuangan

    Kriteria penetapan kategori aset keuangan mengacu pada PSAK mengenai instrumen keuangan.

    1. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

    Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan atau ditetapkan untuk diukur pada

    nilai wajar melalui laporan laba rugi.

    a. Diperdagangkan

    Aset keuangan digolongkan dalam kelompok diperdagangkan antara lain apabila dimaksudkan untuk

    diperjualbelikan dalam jangka pendek atau terdapat pola ambil untung dalam jangka pendek. Pengertian

    jangka pendek lazimnya adalah 90 hari.

    b. Ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar

    Aset keuangan digolongkan dalam kelompok ini apabila pada saat pengakuan awal telah ditetapkan

    oleh Bank untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dengan memenuhi persyaratan yang

    ditetapkan dalam PSAK yang berlaku dan PAPI.

    2. Tersedia untuk dijual

    Aset keuangan digolongkan dalam kelompok ini apabila merupakan aset keuangan non derivatif yang

    ditetapkan sebagai tersedia untuk dijual atau yang tidak diklasifikasikan sebagai Pinjaman yang Diberikan

    atau Piutang, Dimiliki Hingga Jatuh Tempo atau aset keuangan yang Diukur pada Nilai Wajar melalui

    Laporan Laba Rugi.

    3. Dimiliki Hingga Jatuh Tempo

    Aset keuangan digolongkan dalam kelompok ini apabila merupakan aset keuangan non derivatif dengan

    pembayaran tetap atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta Bank mempunyai intensi

    positif dan kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo.

    4. Pinjaman yang Diberikan dan Piutang

    Aset keuangan digolongkan dalam kelompok ini apabila merupakan aset keuangan non derivatif dengan

    pembayaran tetap atau telah ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif.

    104

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-12

    II.32 Kategori Pengukuran Kewajiban Keuangan

    Kriteria penetapan kategori kewajiban keuangan mengacu pada PSAK mengenai instrumen keuangan.

    1. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

    Kewajiban keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan atau ditetapkan untuk diukur

    pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

    a. Diperdagangkan

    Kewajiban keuangan digolongkan dalam kelompok diperdagangkan antara lain apabila dimaksudkan

    untuk diperjualbelikan dalam jangka pendek atau terdapat pola ambil untung dalam jangka pendek.

    Pengertian jangka pendek lazimnya adalah 90 hari.

    b. Ditetapkan untuk diukur pada nilai wajar

    Kewajiban keuangan digolongkan dalam kelompok ini apabila pada saat pengakuan awal telah

    ditetapkan oleh Bank untuk diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dengan memenuhi

    persyaratan yang ditetapkan dalam PSAK yang berlaku dan PAPI.

    2. Diukur pada Biaya Perolehan Diamortisasi atau Biaya Perolehan

    Seluruh Kewajiban keuangan lainnya yang tidak diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

    II.33 Agunan/Jaminan

    Agunan dan/atau jaminan yang dilaporkan pada kolom ini adalah agunan dan/atau jaminan yang diakui:

    a. dalam Teknik Mitigasi Risiko Kredit (MRK) Agunan, Teknik MRK Garansi dan Teknik MRK Asuransi

    atau Penjaminan Kredit sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai pedoman

    perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar;

    atau

    b. sebagai pengurang kewajiban pembentukan PPA sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian

    kualitas aset bank umum.

    Agunan dan/atau jaminan yang tidak memenuhi salah satu kriteria diatas, maka tidak perlu dilaporkan

    dalam kolom ini.

    Dalam hal debitur atau pihak lawan memberikan agunan dan/atau jaminan lebih dari satu, maka pelaporan

    agunan dilakukan lebih dari satu baris (record) dengan urutan berdasarkan bobot risiko terendah sebagaimana

    diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko

    untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.

    1. Jenis Agunan/Jaminan

    a. Giro

    Adalah simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, sarana

    perintah pembayaran lainnya, atau dengan pemindahbukuan

    b. Tabungan

    Adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang

    disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, atau alat yang dipersamakan dengan itu.

    c. Simpanan Berjangka

    Adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan

    perjanjian nasabah penyimpan dengan bank.

    105

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-13

    d. Setoran Jaminan

    e. Emas

    f. Surat Berharga

    i. Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

    Adalah surat berharga atas unjuk dengan sistem diskonto yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

    sebagai pengakuan utang, termasuk Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS).

    ii. Surat Perbendaharaan Negara (SPN)

    Surat Utang Negara yang berjangka waktu sampai dengan 12 (dua belas) bulan dengan pembayaran

    bunga secara diskonto, termasuk yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah.

    iii. Obligasi Negara (ON)

    Surat Utang Negara yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan dengan kupon dan

    atau dengan pembayaran bunga secara diskonto, termasuk yang diterbitkan berdasarkan prinsip

    syariah.

    iv. Obligasi Ritel Indonesia (ORI)

    Obligasi Negara yang dijual kepada individu atau orang perseorangan Warga Negara Indonesia

    melalui agen penjual, termasuk yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah.

    v. Saham

    vi. Reksadana

    Suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal yang

    selanjutnya diinvestasikan dalam portfolio efek oleh manajer investasi sesuai undang-undang

    pasar modal.

    vii. Resi Gudang

    Adalah resi gudang sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 9 tahun 2006 tentang

    Sistem Resi Gudang dan ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum.

    viii. Surat Berharga lainnya

    Adalah agunan berbentuk surat berharga diluar bentuk agunan no.f.i s.d f.vii yang diakui sebagai

    pengurang dalam perhitungan PPA sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas

    aset bank umum dan/atau diakui sebagai instrumen mitigasi risiko kredit sesuai ketentuan Bank

    Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit

    dengan menggunakan pendekatan standar.

    g. Properti Komersial

    Adalah agunan dalam bentuk properti yang meliputi ruang perkantoran dan atau usaha komersial multi

    fungsi dan atau lokasi usaha yang disewa banyak pihak.

    i. Gedung

    ii. Gudang

    iii. Rumah Toko/Rumah Kantor/Kios

    iv. Hotel

    v. Lainnya

    h. Properti Residensial

    Adalah agunan dalam bentuk properti residential berupa rumah tinggal dan atau apartemen/rumah

    susun.

    i. Rumah tinggal

    106

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-14

    ii. Apartemen/Rumah Susun

    i. Tanah

    j. Kendaraan Bermotor

    k. Mesin

    Adalah mesin yang dianggap sebagai satu kesatuan dengan tanah dan dapat diakui sebagai pengurang

    perhitungan PPA sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum.

    l. Pesawat Udara

    m. Kapal Laut

    n. Persediaan

    o. Agunan/Jaminan Lainnya

    p. Standby SB/ LC

    Adalah garansi bank berbentuk Irrevocable Letter of Credit yang memberi hak kepada pihak penerima

    jaminan untuk mencairkan dana sebesar jumlah yang dinyatakan dalam Standby L/C apabila pihak penerima

    jaminan menyatakan tidak menerima pembayaran sesuai dengan perjanjian pada saat jatuh tempo.

    q. Garansi

    Adalah garansi yang dapat diakui sebagai teknik mitigasi risiko kredit sesuai ketentuan Bank Indonesia

    mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan

    menggunakan pendekatan standar.

    r. Penjaminan/Asuransi Kredit

    Adalah penjaminan/asuransi kredit yang diakui sebagai teknik mitigasi risiko kredit sesuai ketentuan

    Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit

    dengan menggunakan pendekatan standar.

    s. Tidak ada agunan/jaminan

    Diisi sandi 300 sehingga bank tidak perlu mengisi kolom-kolom yang terkait dengan agunan/jaminan.

    Sistem aplikasi secara otomatis akan menutup kolom-kolom data yang terkait dengan kolom agunan/

    jaminan tersebut (terisi kosong/tidak terisi).

    2. Sifat Agunan/Jaminan

    a. Eligible

    Adalah agunan dan/atau jaminan yang diakui sebagai instrumen mitigasi risiko kredit dalam Teknik

    MRK - Agunan, Teknik MRK - Garansi dan Teknik MRK - Penjaminan/Asuransi Kredit sesuai ketentuan

    Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit

    dengan menggunakan pendekatan standar.

    b. Non Eligible

    Adalah agunan dan/atau jaminan yang tidak diakui sebagai instrumen mitigasi risiko kredit dalam

    Teknik MRK - Agunan, Teknik MRK - Garansi dan Teknik MRK - Penjaminan/Asuransi Kredit sesuai

    ketentuan Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk

    risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.

    107

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-15

    3. Jenis Valuta

    Adalah jenis valuta agunan dan atau jaminan. Sandi valuta dapat dilihat pada Daftar Sandi Jenis Valuta.

    4. Jangka Waktu

    a. Mulai

    Adalah tanggal awal dilakukan pengikatan agunan/jaminan oleh bank.

    b. Jatuh Tempo

    Adalah tanggal akhir pengikatan agunan/jaminan. Dalam hal pengikatan agunan mengikuti jangka

    waktu penyediaan dana maka diisi dengan tanggal jatuh tempo penyediaan dana.

    5. Agunan/Jaminan

    a. Nilai Agunan/Jaminan

    Kolom ini hanya diisi untuk jenis agunan atau jaminan dengan Sifat Agunan/Jaminan tergolong sebagai

    eligible dan diisi dengan nilai yang lebih rendah antara nilai perikatan agunan dengan nilai wajar

    atau nilai pasar agunan, setelah memperhitungkan haircut nilai tukar (Hfx) dan haircut agunan (Hc)

    sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko

    untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar.

    Untuk agunan/jaminan dengan sifat agunan/jaminan tergolong sebagai non eligible, kolom ini diisi 0.

    b Tanggal Penilaian Terakhir Agunan

    Adalah tanggal, bulan dan tahun penilaian terakhir atas agunan sesuai ketentuan Bank Indonesia

    mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan

    menggunakan pendekatan standar.

    6. Penerbit Agunan/Jaminan

    Adalah pihak penerbit agunan dan/atau pihak pemberi jaminan sesuai kategori portofolio, yaitu:

    a. Pemerintah

    i. Pemerintah Indonesia

    1) Bank Indonesia

    2) Pemerintah Pusat Republik Indonesia

    3) Lainnya

    ii. Pemerintah Negara Lain

    b. Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga Internasional

    i. Bank Pembangunan Multilateral tertentu dan Lembaga Internasional

    ii. Bank Pembangunan Multilateral lainnya

    c. Bank

    d. Entitas Sektor Publik

    i. BUMN

    ii. Pemerintah Daerah

    iii. Lainnya

    e. Korporasi

    108

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-16

    f. Tidak ada

    Kolom ini hanya diisi untuk jenis agunan atau jaminan dengan Sifat Agunan/Jaminan tergolong sebagai

    Eligible. Sandi 00 hanya diisi apabila Sifat Agunan/Jaminan tergolong sebagai Non Eligible.

    Khusus untuk agunan dalam bentuk setoran jaminan dan emas, maka diisi dengan sandi bank pelapor

    7. Lembaga Pemeringkat

    Adalah nama lembaga pemeringkat yang diakui Bank Indonesia, sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai

    daftar lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui Bank Indonesia, yang menerbitkan peringkat

    atas:

    a. suatu surat berharga yang menjadi agunan; atau

    b. suatu perusahaan yang menjadi pihak penjamin;

    dari suatu tagihan.

    Kolom ini hanya diisi untuk jenis agunan atau jaminan dengan Sifat Agunan/Jaminan tergolong sebagai

    eligible.

    8. Peringkat Agunan/Penerbit Jaminan

    Adalah peringkat terkini yang diterbitkan oleh Lembaga Pemeringkat yang diakui Bank Indonesia terhadap

    suatu surat berharga yang menjadi agunan atau suatu perusahaan yang menjadi pihak penjamin dari

    suatu tagihan.

    Dalam hal Lembaga Pemeringkat melakukan review terhadap peringkat maka peringkat yang digunakan

    adalah peringkat berdasarkan review terakhir.

    Dalam hal terdapat 2 (dua) peringkat atau lebih maka pelaporannya mengacu pada ketentuan Bank

    Indonesia mengenai pedoman perhitungan aset tertimbang menurut risiko untuk risiko kredit dengan

    menggunakan pendekatan standar.

    Kolom ini diisi angka 00 apabila agunan atau penerbit jaminan tidak memiliki peringkat, atau memiliki

    peringkat yang diterbitkan oleh lembaga pemeringkat yang tidak diakui Bank Indonesia.

    Kolom ini hanya diisi untuk jenis agunan atau jaminan dengan Sifat Agunan/Jaminan tergolong sebagai

    eligible.

    9. Tanggal Pemeringkatan

    Adalah tanggal, bulan, dan tahun penerbitan peringkat oleh Lembaga Pemeringkat. Dalam hal Lembaga

    Pemeringkat melakukan review terhadap peringkat maka tanggal pemeringkatan yang digunakan adalah

    tanggal review terakhir.

    10. Nilai Agunan Yang Dapat Diperhitungkan

    Adalah nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA setelah

    memperhitungkan jenis agunan dan jangka waktu penilaian terakhir, sebagaimana diatur dalam ketentuan

    Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum.

    Bank wajib melaporkan pada kolom ini keberadaan agunan yang dapat diakui sebagai pengurang dalam

    pembentukan PPA sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas

    aset bank umum, meskipun secara internal bank pelapor tidak memperhitungkan agunan tersebut sebagai

    pengurang PPA.

    Untuk kredit, agunan dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

    109

    DtiadmRectangle

  • Penjelasan Umum LBU

    II-17

    a. Kredit

    b. Kelonggaran Tarik

    Adapun ketentuan mengenai tata cara pelaporan agunan/jaminan adalah sebagai berikut :

    1. Untuk Debitur atau Pihak Lawan Bank Pelapor, yang memberikan agunan/jaminan kepada Bank Pelapor

    lebih dari satu agunan/jaminan, maka semua agunan/jaminan tersebut harus dilaporkan dengan cara

    pelaporannya disebutkan lebih dari satu baris (record). Contoh pelaporan agunan/jaminan lihat pada Box

    II.2.

    2. Untuk penyediaan dana dengan kualitas dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan macet,

    jenis-jenis agunan yang dapat digunakan sebagai pengurang dalam perhitungan PPA adalah jenis agunan

    sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian kualitas aset bank umum.

    II.34 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Lainnya

    Adalah cadangan yang wajib dibentuk bank jika terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai aset

    keuangan atau kelompok aset keuangan sebagai akibat dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah

    pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan) dan peristiwa yang merugikan tersebut berdampak

    pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset keuangan yang dapat diestimasi

    secara handal. Jumlah cadangan kerugian diukur sebagai selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan

    nilai kini estimasi arus kas masa datang yang didiskonto menggunakan suku bunga efektif awal dari aset

    keuangan, sesuai PSAK mengenai instrumen keuangan dan PAPI.

    a. Secara Individual

    Adalah penyisihan yang dibentuk untuk aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara

    individual.

    b. Secara Kolektif

    Adalah penyisihan yang dibentuk untuk aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif,

    yaitu aset keuangan yang penurunan nilainya tidak dievaluasi secara individual atau dievaluasi secara

    individual namun tidak terdapat bukti obyektif penurunan nilai.

    Cadangan kerugian penurunan nilai baik secara individual maupun kolektif dilaporkan untuk setiap fasilitas.

    Dalam pelaporan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk setiap fasilitas tersebut, Bank hanya perlu

    mengisi salah satu kolom yaitu Secara Individual atau Secara Kolektif.

    II.35 Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Lainnya

    Adalah penyisihan yang dibentuk dalam hal terjadi penurunan nilai aset lainnya (misalnya, aset tetap dan

    inventaris) yaitu apabila nilai tercatat melebihi nilai yang dapat diperoleh kembali, sesuai PSAK mengenai

    penurunan nilai aset.

    110

    DtiadmRectangle

  • Pen

    jela

    san

    Um

    um

    LBU

    II-18

    Contoh Kasus : Bank A membeli Surat-Surat Berharga (SSB) yang diterbitkan oleh bank di luar negeri (bukan penduduk) pada bulan Juli 2011 sebesar $10.500 (Kurs Rp.9500). Pada

    bulan Agustus 2011 terjadi 2 kali transaksi pembelian SSB sebesar $5.000 dan $7.500 (kurs Rp.10.000,-) dan penjualan sebesar $2.500 (kurs Rp.10.000,-) . Pada akhir bulan Agustus

    nilai wajar SSB menurun sebesar 10%. Bagaimana cara pelaporan LBU di bulan Agustus 2011 ?

    Jawab :

    A. Rincian Transaksi

    Tanggal Bulan Lalu Debet Kredit Lainnya Bulan Laporan Keterangan

    (Juli 2011) (Agustus 2011)

    (dlm Rp) (dlm valas) (dlm Rp) (dlm valas) (dlm Rp) (dlm valas) (dlm Rp) (dlm valas) (dlm Rp) (dlm valas)

    30-Jul-11 99,75jt $10500 BD bulan Juli 2011

    5-Agst-11 50jt $5000 Pembelian

    25-Agst-11 25jt $2500 Pelunasan pokok

    27-Agst-11 75jt $7500 Penempatan

    5,25jt selisih kurs

    31-Agst-11 99,75jt $10500 125jt $12500 25jt $2500 5,25jt 205jt $205001) Perhitungan Nominal SSB

    -20,5jt -$ 2050jt2) Mark to market (turun 10%)

    31-Agst-11-A 99,75jt $10500 125jt $12500 25jt $2500 -15,25jt 184,5jt $184503) Perhitungan Nilai Tercatat atau Wajar

    Catatan :

    1) ($10.500+$12.500-$2500)

    2) (10% * $20500)

    3) ($20500 - $1525)

    B. Cara Pelaporan di LBU

    Agustus 2011

    Kol.XXII. Nominal SSB Rp.205 jt

    Kol.XXIV Nilai Tercatat atau Wajar

    BD Bulan Lalu Rp.99,75jt

    Debet Rp.125jt

    Kredit Rp.25jt

    Lainnya - Rp.15,25jt

    BD Bulan Laporan Rp.184,5jt

    Box II.1

    111

    DtiadmRectangle

  • Pen

    jela

    san

    Um

    um

    LBU

    II-19

    Box II.2

    Contoh Pelaporan Agunan/Jaminan :

    Bank A memberikan kredit kepada nasabah X sebesar Rp.15 M. Bank menerima pendapatan provisi sebesar Rp 150 juta. Selanjutnya Nasabah X

    memberikan 4 jenis agunan/jaminan kepada Bank A, yaitu :

    1. Simpanan Berjangka = Rp.1 M

    2. SBI = Rp. 1 M

    3. Garansi = Rp. 2 M. Garansi diberikan oleh Bank B yang tidak memiliki peringkat, non prime bank dan berbadan hukum indonesia. (Tidak

    diperhitungkan sebagai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang dalam pembentukan PPA, namun dapat memenuhi kriteria

    Eligible sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai pedoman perhitungan ATMR untuk risiko kredit dengan menggunakan

    pendekatan standar)

    4. Gedung = Rp.12 M. Dalam kasus ini, gedung tidak dilaporkan karena tidak memenuhi kriteria eligible sesuai ketentuan Bank Indonesia

    mengenai pedoman perhitungan ATMR untuk risiko kredit dengan menggunakan pendekatan standar dan tidak diakui sebagai pengurang

    dalam perhitungan PPA karena kredit memiliki kualitas lancar. Dalam hal kualitas kredit menurun menjadi Kualitas 2,3,4, atau 5 maka

    agunan berupa gedung dilaporkan dan Kolom NIlai Agunan yang dapat diperhitungkan diisi sesuai ketentuan Bank Indonesia mengenai

    penilaian kualitas aset bank umum.

    Di LBU form-11 (Kredit yang diberikan) dilaporkan dalam 4 baris record)

    a. Pada baris 1, kolom agunan dan kolom lainnya diisi sesuai dengan jenis transaksinya, dan seterusnya.

    b. Pada baris ke-2 dan seterusnya

    - Kolom Jenis Kredit (kolom X) Huruf diisi Sandi 98

    - Seluruh kolom lainnya di blok

    - Kolom Agunan/Jaminan di baris kedua dan seterusnya diisi sesuai dengan informasi agunan/Jaminan yang kedua dan seterusnya.

    No. Akad(Kol.I)

    xxxxxx

    JenisKredit

    (Kol.X.)

    Kredit(sandi 05)

    98

    98

    Kualitas Kredit(Kol.XVII.)

    Lancar(sandi 1)

    NominalKredit

    (Kol.XXII.)

    Rp.15 M

    NilaiTercatat

    (Kol.XXIV.)

    Rp.14,85 M

    Jenis

    SimpananBerjangka

    (041)

    SBI(042)

    Garansi(252)

    Sifat

    Eligible(sandi 1)

    Eligible(sandi 1)

    Eligible(sandi 1)

    Penerbit

    Bank A

    001

    Bank B

    Agunan YgDiperhitung

    kan

    Rp.1 M

    Rp. 1 M

    Rp.0,-

    CadanganKerugian

    PenurunanNilai-

    Individual(Kol.XXVIII.)

    0

    Nilai

    Rp.1 M

    Rp. 1 M

    Rp.2 M

    Baris

    1

    2

    3

    112

    DtiadmRectangle

  • LBU PER KANTOR

    III-1

    FORM - 01

    01

    ASET

    III.1.1

    NERACA PERKANTOR

    1. Kas 3) 100

    2. Penempatan pada Bank Indonesia 4) 120

    3. Penempatan Pada Bank lain 5) 130

    4. Tagihan Spot dan Derivatif 6) 135

    5. Surat Berharga 7)

    a. Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba/rugi

    i. Diperdagangkan 138

    ii. Ditetapkan untuk diukur pada nila