Upload
adhitya-wicaksono
View
36
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
PBL
Citation preview
STATUS GIZI DAN PHBS
1. Memahami dan menjelaskan Status Gizi pada Anak
a. Definisi
Status Gizi Anak adalah keadaan kesehatan anak yang ditentukan oleh
derajat kebutuhan fisik energi dan zat-zat gizi lain yang diperoleh dari pangan dan
makanan yang dampak fisiknya diukur secara antroppometri ( Suharjo, 1996), dan
dikategorikan berdasarkan standar baku WHO-NCHS dengan indeks BB/U, TB/U dan
BB/TB
b. Penilaian Status Gizi
Ada beberapa cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok
masyarakat. Salah satunya adalah dengan pengukuran tubuh manusia yang dikenal
dengan Antropometri. Dalam pemakaian untuk penilaian status gizi, antropomteri
disajikan dalam bentuk indeks yang dikaitkan dengan variabel lain. Variabel tersebut
adalah sebagai berikut :
Umur.
Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan
penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan
berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya
kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun.
Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya
adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah
dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan ( Depkes,
2004).
Berat Badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran yang memberikan gambaran massa
jaringan, termasuk cairan tubuh. Berat badan sangat peka terhadap perubahan yang
mendadak baik karena penyakit infeksi maupun konsumsi makanan yang menurun.
Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeks BB/U (Berat Badan menurut Umur)
atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat
pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan
kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu
pengukuran, hanya saja tergantung pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat
menggambarkan kecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu
(Djumadias Abunain, 1990).
Tinggi Badan
Tinggi badan memberikan gambaran fungsi pertumbuhan yang dilihat dari
keadaan kurus kering dan kecil pendek. Tinggi badan sangat baik untuk melihat
keadaan gizi masa lalu terutama yang berkaitan dengan keadaan berat badan lahir
rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan dinyatakan dalam bentuk
Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan
menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan karena perubahan tinggi badan yang
lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali. Keadaan indeks ini pada
umumnya memberikan gambaran keadaan lingkungan yang tidak baik, kemiskinan
dan akibat tidak sehat yang menahun ( Depkes RI, 2004).
Berat badan dan tinggi badan adalah salah satu parameter penting untuk
menentukan status kesehatan manusia, khususnya yang berhubungan dengan status
gizi. Penggunaan Indeks BB/U, TB/U dan BB/TB merupakan indikator status gizi
untuk melihat adanya gangguan fungsi pertumbuhan dan komposisi tubuh
(M.Khumaidi, 1994).
Penggunaan berat badan dan tinggi badan akan lebih jelas dan sensitive/peka
dalam menunjukkan keadaan gizi kurang bila dibandingkan dengan penggunaan
BB/U. Dinyatakan dalam BB/TB, menurut standar WHO bila prevalensi
kurus/wasting < -2SD diatas 10 % menunjukan suatu daerah tersebut mempunyai
masalah gizi yang sangat serius dan berhubungan langsung dengan angka kesakitan.
Tabel 1 Penilaian Status Gizi berdasarkan Indeks BB/U,TB/U, BB/TB Standart Baku
Antropometeri WHO-NCHS
No Indeks yang dipakai Batas Pengelompokan Sebutan Status Gizi
1 BB/U < -3 SD Gizi buruk
- 3 s/d <-2 SD Gizi kurang
- 2 s/d +2 SD Gizi baik
> +2 SD Gizi lebih
2 TB/U < -3 SD Sangat Pendek
- 3 s/d <-2 SD Pendek
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Tinggi
3 BB/TB < -3 SD Sangat Kurus
- 3 s/d <-2 SD Kurus
- 2 s/d +2 SD Normal
> +2 SD Gemuk
Sumber : Depkes RI 2004.
Data baku WHO-NCHS indeks BB/U, TB/U dan BB/TB disajikan dalan dua
versi yakni persentil (persentile) dan skor simpang baku (standar deviation score = z).
Menurut Waterlow,et,al, gizi anak-anak dinegara-negara yang populasinya relative
baik (well-nourished), sebaiknya digunakan “presentil”, sedangkan dinegara untuk
anak-anak yang populasinya relative kurang (under nourished) lebih baik
menggunakan skor simpang baku (SSB) sebagai persen terhadap median baku rujukan
( Djumadias Abunaim,1990).
Tabel 2. Interpretasi Status Gizi Berdasarkan Tiga Indeks Antropometri (BB/U,TB/U, BB/TB
Standart Baku Antropometeri WHO-NCHS)
NoIndeks yang digunakan
InterpretasiBB/U TB/U BB/TB
1 Rendah Rendah Normal Normal, dulu kurang gizi
Rendah Tinggi Rendah Sekarang kurang ++
Rendah Normal Rendah Sekarang kurang +
2 Normal Normal Normal Normal
Normal Tinggi Rendah Sekarang kurang
Normal Rendah Tinggi Sekarang lebih, dulu kurang
3 Tinggi Tinggi Normal Tinggi, normal
Tinggi Rendah Tinggi Obese
Tinggi Normal Tinggi Sekarang lebih, belum obese
Keterangan : untuk ketiga indeks ( BB/U,TB/U, BB/TB) :
Rendah : < -2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Normal : -2 s/d +2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Tinggi : > + 2 SD Standar Baku Antropometri WHO-NCHS
Sumber : Depkes RI 2004.
Pengukuran Skor Simpang Baku (Z-score) dapat diperoleh dengan
mengurangi Nilai Induvidual Subjek (NIS) dengan Nilai Median Baku Rujukan
(NMBR) pada umur yang bersangkutan, hasilnya dibagi dengan Nilai Simpang Baku
Rujukan (NSBR). Atau dengan menggunakan rumus :
Z-score = (NIS-NMBR) / NSBR
Status gizi berdasarkan rujukan WHO-NCHS dan kesepakatan Cipanas 2000
oleh para pakar Gizi dikategorikan seperti diperlihatkan pada tabel 1 diatas serta di
interpretasikan berdasarkan gabungan tiga indeks antropometri seperti yang terlihat
pada tabel 2.
Untuk memperjelas penggunaan rumur Zskor dapat dicontohkan sebagai berikut
Diketahui BB= 60 kg TB=145 cm
Umur : karena umur dengan indeks BB/U, TB/U dan BB/TB berdasarkan WHO-
NCHS hanya dibatasi < 18 tahun maka disini dicontohkan anak laki-laki usia 15
tahun
Table weight (kg) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS
Age Standard Deviations
Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
15 0 31.6 39.9 48.3 56.7 69.2 81.6 94.1
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table weight (kg) by stature of boys 145 cm in Height from WHO-NCHS
Stature Standard Deviations
cm -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
145 0 24.8 28.8 32.8 36.9 43.0 49.2 55.4
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Table stature (cm) by age of boys aged 15 year from WHO-NCHS
Stature Standard Deviations
Yr mth -3sd -2sd -1sd Median +1sd +2sd +3sd
15 0 144.8 152.9 160.9 169.0 177.1 185.1 193.2
Sumber: WHO, Measuring Change an Nutritional Status, Genewa 1985
Jadi untuk indeks BB/U adalah
= Z Score = ( 60 kg – 56,7 ) / 8.3 = + 0,4 SD
= status gizi baik
Untuk IndeksTB/U adalah
= Z Score = ( 145 kg – 169 ) / 8.1 = - 3.0 SD
= status gizi pendek
Untuk Indeks BB/TB adalah
= Z Score = ( 60 – 36.9 ) / 4 = + 5.8 SD
= status gizi gemuk
2. Memahami dan menjelaskan Gizi buruk
a. Definisi
Gizi buruk adalah keadaan dimana asupan gizi sangat kurang dari kebutuhan
tubuh. Umumnya gizi buruk ini diderita oleh balita karena pada usia tersebut terjadi
peningkatan energy yang sangat tajam dan peningkatan kerentanan terhadap infeksi
virus/bakteri.
b. Klasifikasi (Ringan,Sedang dan Berat)
Pelayanan Gizi pada anak dengan KEP berat/Gizi buruk di rumah sakit
meliputi pelayanan rawat jalan, rawat inap dan pelayanan rujukan.
Pada dasarnya setiap anak yang berobat atau dirujuk ke rumah sakit dilakukan
pengukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) untuk menentukan status gizinya,
selain melihat tanda-tanda klinis dan bila perlu pemeriksaan laboratorium. Penentuan
status gizi ini diperkuat dengan menanyakan riwayat makan.
Dari hasil penentuan status gizi maka direncanakan tindakan sebagai berikut:
1. KEP ringan
Diberikan penyuluhan gizi dan nasehat pemberian makanan di rumah dan
pemberian vitamin. Dianjurkan untuk memberikan ASI eksklusif (Bayi <4 bulan)
dan terus memberikan ASI sampai 2 tahun. Pada pasien KEP ringan yang dirawat
inap untuk penyakit lain, diberikan makanan sesuai dengan penyakitnya dengan
tambahan energi sebanyak 20% agar tidak jatuh pada KEP sedang atau berat, serta
untuk meningkatkan status gizinya. Selain itu obati penyakit penyerta.
2. KEP sedang
a. Penderita rawat jalan (di RS/Puskesmas): diberikan nasehat pemberian
makanan dengan tambahan energi 20–50% dan vitamin serta teruskan ASI bila
anak <2 tahun. Pantau kenaikan berat badannya setiap 2 minggu dan obati
penyakit penyerta.
b. Penderita rawat inap: diberikan makanan tinggi energi dan protein, secara
bertahap sampai dengan energi 20-50% di atas kebutuhan yang dianjurkan
(Angka Kecukupan Gizi/AKG) dan diet sesuai dengan penyakitnya, berat
badan dipantau setiap hari, selain itu diberi vitamin dan penyuluhan gizi.
Setelah penderita sembuh dari penyakitnya, tapi masih menderita KEP ringan
atau sedang, rujuk ke puskesmas untuk penanganan masalah gizinya.
3. KEP berat/Gizi buruk
Bilamana ditemukan anak dengan KEP berat/Gizi buruk harus dirawat inap,
dilaksanakan sesuai dengan pedoman ini, selanjutnya lihat BAB III dan BAB IV.
Penggolongan Kasus Gizi Buruk
Marasmus :
Anak sangat kurus, Wajah seperti orangtua, Cengeng dan rewel
Rambut tipis, jarang, kusam, Kulit keriput
Tulang iga tampak jelas, Pantat kendur dan keriput, Perut cekung
Kwashiorkor
Wajah bulat dan sembab, Cengeng dan rewel, Apatis
Rambut tipis, warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit
Kedua punggung kaki bengkak, Bercak merah kehitaman di tungkai atau di
pantat
Marasmik-Kwashiorkor
Gabungan tanda-tanda marasmus dan kwashiorkor : sangat kurus, rambut jagung
dan mudah rontok, perut buncit, punggung kaki bengkak, cengeng.
c. Etiologi
Penyebab terjadinya gizi buruk secara langsung antara lain:
1. Penyapihan yang terlalu dini
2. Kurangnya sumber energi dan protein dalam makanan TBC
3. Anak yang asupan gizinya terganggu karena penyakit bawaan seperti jantung atau
metabolism lainnya.
Penyebab tidak langsung:
1. Daya beli keluarga rendah/ ekonomi lemah
2. Lingkungan rumah yang kurang baik
3. Pengetahuan gizi kurang
4. Perilaku kesehatan dan gizi keluarga kurang
d. Pencegahan (Promotif dan pereventif) dan Penanggulangan
1. Deteksi dini gizi buruk melalui bulan penimbangan balita di posyandu
Melengkapi kebutuhan sarana di posyandu (dacin, KMS/Buku KIA, RR)
Orientasi kader
Menyediakan biaya operasional
Menyediakan materi KIE
Menyediakan suplementasi kapsul Vit. A
2. Tatalaksana kasus gizi buruk
Menyediakan biaya rujukan khusus untuk gizi buruk gakin baik di puskesmas/RS
(biaya perawatan dibebankan pada PKPS BBM)
Kunjungan rumah tindak lanjut setelah perawatan di puskesmas/RS
Menyediakan paket PMT (modisko, MP-ASI) bagi pasien paska perawatan
Meningkatkan ketrampilan petugas puskesmas/RS dalam tatalaksana gizi buruk
3. Pencegahan gizi buruk
Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang
berat badannya tidak naik atau gizi kurang
Penyelenggaraan PMT penyuluhan setiap bulan di posyandu
Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan
4. Surveilen gizi buruk
Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi)
Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk
Pemantauan status gizi (PSG)
5. Advokasi, sosialisasi dan kampanye penanggulangan gizi buruk
Advokasi kepada pengambil keputusan (DPR, DPRD, pemda, LSM, dunia usaha
dan masyarakat)
Kampanye penanggulangan gizi buruk melalui media efektif
3. Memahami dan menjelaskan tentang Posyandu
a. Definisi
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan
untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas
kesehatan dan keluarga berencana
b. Tujuan
Tujuan pokok posyandu adalah :
a) Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak.
b) Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR.
c) Mempercepat penerimaan NKKBS.
d) Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan
kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan
hidup sehat..
e) Pendekatan dengan pemerataan pelayanan kepada masyarakat dalam usaha
meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk berdasarkan letak
geografi.
f) Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi
untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat..
c. Sasaran Posyandu
Sasaran posyandu dalam pelayanan kesehatan adalah :
Bayi berusia kurang dari 1 tahun.
Anak balita usia 1 sampai 5 tahun.
Ibu hamil, ibu menyusui dan ibu nifas serta wanita usia subur
d. Macam-macam kegiatan
I. Lima kegiatan Posyandu (Panca Krida Posyandu).
1. Kesehatan ibu dan anak.
2. Keluarga Berencana.
3. Imunisasi.
4. Peningkatan gizi.
5. Penanggulangan diare.
II. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu)
1. Kesehatan ibu dan anak.
2. Keluarga berencana.
3. Imunisasi.
4. Peningkatan gizi.
5. Penanggulangan diare.
6. Sanitasi dasar .
7. Penyedian obat esensial
4. Memahami dan menjelaskan tentang Lingkungan Perumahan dan Rumah yang
Memenuhi Syarat Kesehatan (Kriteria Rumah Sehat)
1. Lantai
Saat ini, ada berbagai jenis lantai rumah. Lantai rumah dari semen atau ubin,
kermik, atau cukup tanah biasa yang dipadatkan. Syarat yang penting disini adalah tidak
berdebu pada musim kemarau dan tidak becek pada musim hujan. Lantai yang basah dan
berdebu merupakan sarang penyakit.
2. Atap
Atap genteng adalah umum dipakai baik di daerah perkotaan maupun di pedesaan.
Di samping atap genteng adalah cocok untuk daerah tropis juga dapat terjangkau oleh
masyarakat dan bahkan masyarakat dapat membuatnya sendiri. Namun demikian banyak
masyarakat pedesaan yang tidak mampu untuk itu maka atap daun rumbai atau daun
kelapa pun dapat dipertahankan. Atap seng maupun asbes tidak cocok untuk rumah
pedesaan, disamping mahal juga menimbulkan suhu panas di dalam rumah.
3. Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah untuk menjaga
agar aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2
yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan kurangnya O2 di dalam rumah yang berarti kadar CO2 yang bersifat racun
bagi penghuninya menjadi meningkat. Di samping itu tidak cukupnya ventilasi akan
menyebabkan kelembaban udara di dalam ruangan naik karena terjadi proses penguapan
cairan dari kulit dan penyerapan.
Kelembaban akan merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit). Fungsi kedua daripada ventilasi adalah
membebaskan udara ruangan dari bakteri-bakteri terutama bakteri patogen karena disitu
selalu terjadi aliran udara yang terus-menerus. Bakteri yang terbawa oleh udara akan
selalu mengalir. Fungsi lainnya adalah untuk menjaga agar ruangan rumah selalu tetap di
dalam kelembaban (humidity) yang optimum.
Ada 2 macam ventilasi, yakni :
Ventilasi alamiah, di mana aliran udara di dalam ruangan tersebut terjadi secara
alamiah melalui jendela, pintu, lubang angin, lubang-lubang pada dinding dan
sebagainya. Di pihak lain ventilasi alamiah ini tidak menguntungkan karena juga
merupakan jalan masuknya nyamuk dan serangga lainnya ke dalam rumah. Untuk itu
harus ada usaha-usaha lain untuk melindungi kita dari gigitan-gigitan nyamuk
tersebut.
Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan alat-alat khusus untuk mengalirkan
udara terebut, misalnya kipas angin dan mesin pengisap udara. Tetapi jelas alat ini
tidak cocok dengan kondisi rumah di pedesaan. Perlu diperhatikan disini bahwa
sistem pembuatan ventilasi harus dijaga agar udara tidak mandeg atau membalik lagi,
harus mengalir. Artinya di dalam ruangan rumah harus ada jalan masuk dan keluarnya
udara.
4. Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak kurang dan tidak terlalu
banyak. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan rumah, terutama cahaya
matahari disamping kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik untuk
hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya terlalu banyak cahaya di
dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusakkan mata.
Cahaya dapat dibedakan menjadi 2, yakni:
Cahaya alamiah, yakni matahari. Cahaya ini sangat penting karena dapat membunuh
bakteri-bakteri patogen didalam rumah, misalnya baksil TBC. Oleh karena itu,
rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya yang cukup. Seyogyanya
jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15-20 % dari luas lantai
yang terdapat dalam ruangan rumah.
Perlu diperhatikan di dalam membuat jendela diusahakan agar sinar matahari
dapat langsung masuk ke dalam ruangan, tidak terhalang oleh bangunan lain. Fungsi
jendela di sini disamping sebagai ventilasi juga sebagai jalan masuk cahaya.
Lokasi penempatan jendela pun harus diperhatikan dan diusahakan agar sinar
matahari lama menyinari lantai (bukan menyinari dinding). Jalan masuknya cahaya
alamiah juga diusahakan dengan genteng kaca.
Cahaya buatan yaitu menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti
lampu minyak tanah, listrik, api dan sebagainya.
5. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya,
artinya luas lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya.
Luas bangunan yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan
perjubelan (overcrowded). Hal ini berdampak kurang baik terhadap kesehaan
penghuninya, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi O2 juga bila salah
satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada anggota
keluarga yang lain.
6. Fasilitas-fasilitas di dalam Rumah Sehat
Rumah yang sehat harus mempunyai fasilitas-fasilitas sebagai berikut:
Penyediaan air bersih yang cukup,
Pembuangan tinja,
Pembuangan air limbah (air bekas),
Pembuangan sampah,
Fasilitas dapur,
Ruang berkumpul keluarga,
Untuk rumah di pedesaan lebih cocok adanya serambi (serambi muka atau belakang).
Di samping fasilitas-fasilitas tersebut, ada fasilitas lain yang perlu diadakan
tersendiri untuk rumah pedesaan adalah kandang ternak. Oleh karena ternak adalah
merupakan bagian hidup para petani, maka kadang-kadang ternak tersebut ditaruh di
dalam rumah. Hal ini tidak sehat karena ternak kadang-kadang merupakan sumber
penyakit pula. Maka sebaiknya, demi kesehatan, ternak harus terpisah dari rumah tinggal
atau dibuatkan kandang tersendiri.
5. Memahami dan menjelaskan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Definisi
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan dapat berperan aktif dalam kegiatan – kegiatan kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat
b. Tujuan
1. Tujuan Umum
Acuan bagi lintas program dan lintas sektor dalam rangka pengembangan
program PHBS percontohan untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku
hidup bersih dan sehat secara bertahap dan berkesinambungan menuju
Kabupaten/Kota Sehat.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PHBS Kabupaten/Kota percontohan
untuk meningkatkan cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat.
b. Terlaksananya pengembangan Kabupaten/Kota percontohan program PHBS.
c. Meningkatnya cakupan rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat
d. Meningkatnya Desa/Kelurahan dan Kabupaten/Kota Sehat
c. Indikator
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi ASI ekslusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah
6. Memahami dan menjelaskan tentang jihad dalam Islam
Jihad yang dilaksanakan Rasul adalah berdakwah agar manusia meninggalkan
kemusyrikan dan kembali kepada aturan Allah, menyucikan qalbu, memberikan
pengajaran kepada ummat dan mendidik manusia agar sesuai dengan tujuan penciptaan
mereka yaitu menjadi khalifah Allah di bumi.
Arti kata Jihad sering disalahpahami oleh yang tidak mengenal prinsip-prinsip Din
Islam sebagai ‘perang suci’ (holy war); sedangkan istilah untuk perang adalah Qital,
bukan Jihad. Perbuatan terorisme dengan bom bunuh diri jelas BUKANLAH JIHAD,
karena tidak sesuai dengan pengertian dan tuntunan jihad menurut Islam.
Pada arti kata dasar jihad adalah “berjuang” atau “ber-usaha dengan keras”.
Semangat jihad merupakan semangat yang harus ada pada diri setiap umat muslim dan
setiap warga negara . Peringatan 17 Agustus 1945 yang baru saja kita rayakan, tiada lain
adalah dalam rangka memperingati semangat jihad para pejuangan bangsa yang telah
berjuang mempertaruhkan nyawanya dalam memperjuangkan dan membela kemerdekaan
Negara dan Bangsa Indonesia.
Pada jaman dimana Negara dalam keadaan merdeka dan aman, bangsa Indonesia
sangat membutuhkan semangat jihad modern sebagai berikut:
1. Jihad dalam Bidang Akhlak, yaitu: berjihad dalam melawan hawa nafsu dan godaan
syetan sehingga perbuatan kita berada dalam jalan yang benar dan terhindar dari
perbuatan dosa dan tercela serta bersabar dalam menghadapi berbagai rintangan.
2. Jihad dalam Bidang Ilmu, yaitu: berjihad menuntut ilmu (ilmu agama dan ilmu yang
bermanfaat lainnya) serta mengamalkankan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
memberikan manfaat bagi dirinya dan ummat pada umumnya.
3. Jihad dalam Bidang Ekonomi (al-Jihad al-Iqtishody), yaitu: berjihad mencari nafkah
untuk diri sendiri dan keluarganya serta berjuang menyantuni fakir miskin dan
membantu mereka melepaskan diri dari kemiskinan.
Indonesia sangat membutuhkan semangat jihad tersebut diatas khususnya Jihad
dalam Bidang Ekonomi. Negara Indonesia sudah 64 tahun merdeka, tetapi banyak
saudara-saudara kita belum merdeka dari kemiskinan. Sebagai contoh di Jawa Barat
masih terdapat 5,4 juta penduduk miskin (atau 13,01% dari jumlah penduduk). Oleh
karena itu untuk menciptakan Indonesia Merdeka dari Kemiskinan dibutuhkan banyak
sekali para Mujahid Iqtishody, Mujahid Bisnis, Mujahid Entrepreneur, atau seorang yang
menjalankan jihad dalam bidang ekonomi dan benar-benar berhasil dalam kehidupan
bisnis secara kaffah dan berhasil dalam mempersiapkan kehidupan akhirat sebagaimana
yang telah dicontohkan dalam kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya.