PBL SK1 IPT 2011

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    1/14

    PBL SKENARIO 1 BLOK INFEKSI DAN PENYAKIT TROPIK

    TIU 1. Memahami dan Menjelaskan tentang Pola Demam

    Interpretasi pola demam sulit karena berbagai alasan, di antaranya anak telah

    mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial dilakukan

    di tempat yang berbeda. Akan tetapi bila pola demam dapat dikenali, walaupun tidak

    patognomonis untuk infeksi tertentu, informasi ini dapat menjadi petunjuk diagnosis yang

    berguna.

    Pola demam Penyakit

    Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan

    Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri

    Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis

    Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik

    Quotidian Malaria karena P.vivax

    Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal,juvenile rheumathoid

    arthritis, beberapa drug fever(contoh karbamazepin)

    Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis

    Demam rekuren Familial Mediterranean fever

    Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi

    derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons

    terapi.

    Demam kontinyu atausustained feverditandai oleh peningkatan suhu tubuh yangmenetap dengan fluktuasi maksimal 0,4

    oC selama periode 24 jam. Fluktuasi diurnal suhu

    normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.

    Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    2/14

    1

    Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normaldengan fluktuasi melebihi 0,5

    oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling

    sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu.

    Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh proses infeksi.

    Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, danpuncaknya pada siang hari. Pola ini merupakan jenis demam terbanyak kedua yang

    ditemukan di praktek klinis.

    Demam septik atau hektik terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkanperbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.

    Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yangterjadi setiap hari.

    Demam quotidian ganda memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12 jam).

    Undulant fevermenggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggiselama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.

    Demam lama (prolonged fever) menggambarkan satu penyakit dengan lama demammelebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran

    nafas atas.

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    3/14

    2

    Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satupenyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem

    organ multipel.

    Demam bifasik menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda(camelback fever pattern, atau saddleback fever). Poliomielitis merupakan contoh klasik

    dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue,

    demam kuning, Colorado tick fever, spirillary rat-bite fever(Spirillum minus), dan

    African hemorrhagic fever(Marburg, Ebola, dan demam Lassa).

    Relapsingfever dan demam periodik:o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular

    atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu

    atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria

    (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila

    demam terjadi setiap hari ke-4) dan brucellosis.

    o Relapsing feveradalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yangdisebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia dan ditularkan oleh kutu (louse-borne

    RF) atau tick(tick-borne RF).

    TIU 2 Memahami dan Menjelaskan tentang Etiologi Demam Tifoid (Salmonella typhi)

    2.1 Morfologi Salmonella typhi

    1. Berbentuk batang, tidak berspora, bersifat negatif pada pewarnaan Gram.2. Ukuran Salmonella bervariasi 13,5 m x 0,50,8 m.3. Besar koloni rata-rata 24 mm.4. Sebagian besar isolat motil dengan flagel peritrik.5. Tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 1541oC (suhu

    pertumbuhan optimal 37,5oC) dan pH pertumbuhan 6

    8.

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    4/14

    3

    6. Mudah tumbuh pada medium sederhana, misalnya garam empedu.7. Tidak dapat tumbuh dalam larutan KCN.8. Membentuk asam dan kadang-kadang gas dari glukosa dan manosa.9. Menghasikan H2S.10.

    Antigen O: bagian terluar dari lipopolisakarida dinding sel dan terdiri dari unitpolisakarida yang berulang. Beberapa polisakarida O-spesifik mengandung gula yang

    unik. Antigan O resisten terhadap panas dan alkohol dan biasanya terdeteksi oleh

    aglutinasi bakteri. Antibodi terhadap antigen O terutama adalah IgM.

    11.Antigen Vi atau K: terletak di luar antigen O, merupakan polisakarida dan yanglainnya merupakan protein. Antigen K dapat mengganggu aglutinasi dengan

    antiserum O, dan dapat berhubungan dengan virulensi. Dapat diidentifikasi dengan uji

    pembengkakan kapsul dengan antiserum spesifik.

    12.Antigen H: terdapat di flagel dan didenaturasi atau dirusak oleh panas dan alkohol.Antigen dipertahankan dengan memberikan formalin pada beberapa bakteri yang

    motil. Antigen H beraglutinasi dengan anti-H dan IgG. Penentu dalam antigen H

    adalah fungsi sekuens asam amino pada protein flagel (flagelin). Antigen H pada

    permukaan bakteri dapat mengganggu aglutinasi dengan antibodi antigen O.

    13.Organisme dapat kehilangan antigen H dan menjadi tidak motil.14.Kehilangan antigen O dapat menimbulkan perubahan bentuk koloni yang halus

    menjadi kasar.

    15.Antigen Vi atau K dapat hilang sebagian atau seluruhnya dalam proses transduksi.

    2.2 Sifat Salmonella typhi

    Host reservoar: unggas, babi, hewan pengerat, hewan ternak, binatang piaraan, dsb. Menghasilkan hasil positif terhadap reaksi fermentasi manitol dan sorbitol. Memberikan hasil negatif pada reaksi indol, DNase, fenilalanin deaminase, urease,

    Voges Proskauer, reaksi fermentasi terhadap sukrosa, laktosa, dan adonitol.

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    5/14

    4

    Pada agar SS, Endo, EMB, dan McConkey, koloni kuman berbentuk bulat, kecil, dantidak berwarna. Pada agar Wilson-Blair, koloni kuman berwarna hitam.

    Dapat masuk ke dalam tubuh secara oral, melalui makanan dan minuman yangterkontaminasi.

    Dosis infektif rata-rata untuk menimbulkan infeksi klinis atau subklinis pada manusiapada manusia adalah 105

    108 organisme.

    Faktor pejamu yang menimbulkan resistensi terhadap infeksi Salmonella adalahkeasaman lambung, flora mikroba normal usus, dan kekebalan usus setempat.

    Dapat bertahan dalam air yang membeku untuk waktu yang lama (+ 4 minggu). Mati pada suhu 56oC, juga pada keadaan kering. Hidup subur dalam medium yang mengandung garam empedu. Resisten terhadap zat warna hijau brilian, natrium tetrationat, dan natrium deoksikolat

    yang menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-sennyawa

    tersebut dapat digunakan untuk inklusi isolat Salmonella dari feses pada medium.

    2.3 Siklus Hidup Salmonella typhi

    Infeksi terjadi dari memakan makanan yang terkontaminasi dengan feses yangterdapat bakteri Salmonella typhi dari organisme pembawa (host).

    Setelah masuk dalam saluran pencernaan, maka S. typhi menyerang dinding usus yangmenyebabkan kerusakan dan peradangan.

    Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah karena dapat menembusdinding usus tadi ke organ-organ lain, seperti hati, limpa, paru-paru, tulang-tulang

    sendi, plasenta dan dapat menembus sehingga menyerang fetus pada wanita atau

    hewan betina yang hamil, serta menyerang membran yang menyelubungi otak. Substansi racun dapat diproduksi oleh bakteri dan dapat dilepaskan dan

    mempengaruhi keseimbangan tubuh.

    Di dalam hewan atau manusia yang terinfeksi, pada fesesnya terdapat kumpulan S.typhi yang dapat bertahan sampai berminggu-minggu atau berbulan-bulan.

    Bakteri tersebut tahan terhadap range temperatur yang luas sehingga dapat bertahanhidup berbulan-bulan dalam tanah atau air.

    TIU 3 Memahami dan Menjelaskan tentang Demam Tifoid

    3.1 Definisi Demam Tifoid

    Demam tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh

    Salmonella typhi (Widoyo, 2008).

    Demam tifoid merupakan penyakit endemik di Indonesia. Demam tifoid adalah

    penyakit demam sistemik akut generalisata yang disebabkan oleh Salmonella typhi, biasanya

    menyebar melalui ingesti makanan dan air yang terkontaminasi, ditandai dengan bakteremia

    berkepanjangan serta invasi oleh patogen dan multifikasinya dalam sel-sel fagosit

    mononuklear pada hati, limpa, kelenjar getah bening, dan plak Peyeri di ileum (Sudoyo, dkk.

    2006).

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    6/14

    5

    3.2 Epidemiologi Demam Tifoid

    Demam tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di berbagai negara

    sedang berkembang. Umur penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan

    antara 3-19 tahun sama seperti di Amerika Selatan.

    Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat mengekresikannya melalui sekret

    urin, saluran pernafasan, dan tinja dalam waktu yang bervariasi. S. typhi yang berada di luar

    tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau

    kotoran yang kering maupun pada pakaian. S. typhi mudah mati dengan klorinasi dan

    pasteurisasi.

    Penularan kuman dapat juga terjadi melalui transmisi transpasental ari seorang ibu

    hamil yang berada dalam keadaan bakteremia kepada bayinya. Pernah dilaporkan pula

    transmisi oro-fekal dari seorang ibu pembawa kuman pada saat proses kelahirannya kepada

    bayinya dan sumber kuman berasal dari laboratorium penelitian.

    3.3 Patogenesis Demam Tifoid

    Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi masuk ke dalam tubuh melalui makanan

    yang terkontaminasi. Sebagian kuman dimusnahkan oleh lambung, sebagian lolos masuk ke

    dalam usus dan berkembang biak. Bila respon imunitas hormonal mukosa usus kurang baik,

    maka kuman menembus sel epitel (terutam sel M) ke lamina propia dan berkembang biak

    kemudian di fagosit oleh sel-sel fagosit oleh makrofag dibawa ke plak Peyeri ileum lalu ke

    kelenjar getah bening mesenterika diangkut ke dalam sirkulasi darah melalui duktus

    torasikus menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa.

    Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kantung empedu berkembang biak dan

    bersama cairan empedu diekskresikan ke dalam usus. Sebagian dikeluarkan melalui feses,sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Saat fagositosis kuman

    Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi yang akan menimbulkan gejala

    reaksi inflamasi.

    Di dalam plak Peyeri, makrofag yang hiperaktif menimbulkan reaksi hiperplasia

    jaringan. Pendarahan saluran dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah sekitar sekitar plak

    Peyeri yang sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia akibat akumulasi sel-sel

    mononuklear di dinding usus.

    Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti organisme, yaitu:

    1. Penempelan dan invasi sel-sel M plak Peyeri.2. Bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag plak Peyeri, rodus limfatikus

    mesenterikus, dan organ-organ ekstraintestinal sistem retikuloendotelial.

    3. Bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah.4. Produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan

    menyebabkan keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumeri intestinal.

    3.4 Manifestasi Klinis Demam Tifoid

    Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 540 hari dengan rata-rata antara

    1040 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, hal tersebut dapat terjadi disebabkan

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    7/14

    6

    oleh faktor galur Salmonella, status nutrisi dan imunologik penjamu, serta lama sakit di

    rumahnya.

    Penampilan demam pada kasus demam tifoid mempunyai istilah khusus yaitu step-

    ladder temperature chartyang ditandai dengan demam timbul insidius, kemudian naik secara

    bertahap tiap harinya dan mencapai titik tertinggi pada akhir minggu pertama. Setelah itu

    demam akan bertahan tinggi. Pada minggu ke-4, demam turun perlahan secara lisis. Demam

    lebih tinggi saat sore dan malam hari dibandingkan dengan pagi harinya.

    Pada minggu pertama, gejala klinisnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot,

    anoreksia, mual, muntah, obstipasi/diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.

    Dalam minggu ke-2, gejala telah lebih jelas, yaitu berupa demam, bradikardia relatif

    (peningkatan suhu 1oC tidak diikuti dengan peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah

    yang berselaput, hepatomegali, splenomegali, meteroismus, ganguan mental berupa

    somnolen, stupor, koma, delirium, dan psikosis.

    3.5 Diagnosis Demam Tifoid

    Diagnosis demam tifoid dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis berupa:

    demam naik secara bertahap lalu menetap selama beberapa hari, demamterutama pada sore atau malam hari.

    sulit buang air besar atau diare, dan sakit kepala. gangguan kesadaran, bradikardia relatif, lidah kotor, hepatomegali atau

    splenomegali.

    Dengan kriteria ini, maka seorang klinisi dapat membuat diagnosis demam tifoid.

    Diagnosis tifoid carrierditegakkan atas dasar ditemukannya kuman Salmonella typhi

    pada biakan feses ataupun urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang

    setelah 1 tahun pasca-demam tifoid. Dinyatakan kemungkinan besar bukan sebagai tifoid

    carrierbila setelah dilakukan biakan secara acak serial minimal 6 kali pemeriksaan tidak

    ditemukan kuman S. typhi.

    3.6 Pemeriksaan Penunjang Demam Tifoid

    Pemeriksaan laboratorium1. Darah

    Pada pemeriksaan darah perifer dapat ditemukan: leukopenia atau

    leukopenia relatif, kadang-kadang leukositosis, neutropenia, limfositosis

    relatif, kadang-kadang anemia dan trombositpenia ringan, laju endap darah

    (LED), dan SPOT / SPGT meningkat. Diagnosis demam tifoid juga dapat

    dipastikan dengan adanya biakan kuman, dengan cara mengisolasi S. typhi dari

    darah pasien (paling tinggi pada minggu pertama: 8090%, minggu ke-2: 20

    25%, minggu ke-3: 10-15%).

    2. Sumsum tulang belakangBiakan spesimen yang berasal dari aspirasi sumsum tulang belakang

    mempunyai sensitivitas tertinggi. Hasil positif didapat pada 90% kasus, akan

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    8/14

    7

    tetapi prosedur ini sangat invasif sehingga tidak dipakai dalam praktik sehari-

    hari.

    3. EmpeduBiakan spesimen empedu pada keadaan tertentu yang diambil dari

    duodenum dan memberikan hasil yang cukup baik.tumbuh koloni S. typhi.

    4. Urine dan fesesBiakan kuman (diagnosis pasti atau carrier post-typhi) pada mingguke-2 atau ke-3. Pemeriksaan pada urine dengan tes diazopositif. Urine +

    reagen diazo + beberapa tetes amonia 30% (dalam tabung reaksi) dikocok

    buih berwarna merah atau merah muda. Pemeriksaan pada feses

    ditemukan banyak eritrosit dalam tinja (pra-soup stool), kadang-kadang darah

    (bloody stool).

    Tes WidalUji serologi widal adalah suatu metode serologik yang dapat memeriksa

    antibodi aglutinasi terhadap antigen somatik (O) dan flagel (H) banyak dipakai untukmembuat diagnosis demam tifoid. Aglutinin H banyak dikaitkan dengan

    pascaimunisasi atau infeksi demam masa lampau, sedangkan aglutinin Vi dipakai

    pada deteksi pembawa kuman S. typhi (carrier).

    Pemeriksaan widal dinyatakan positif bila:

    titer O widal I 1/320. titer O widal II naik 4x lipat atau lebih dibandingkan titer O widal. titer widal I (-) tetapi titer O widal II (+) berapa pun angkanya.

    Banyak peneliti mengemukakan bahwa uji serologik widal kurang dapat dipercayasebab dapat timbul positif palsu pada daerah endemis, dan sebaliknya dapat timbul

    negatif palsu pada kasus demam tifoid yang terbukti pada biakan darah positif.

    Akhir-akhir ini banyak dimunculkan beberapa jenis pemeriksaan untuk

    mendeteksi antibodi S. typhi dalam serum, antigen terhadap S. typhi dalam darah,

    serum dan darah bahkan DNA S. typhi dalam darah dan feses. Polymerase Chain

    Reaction (PCR) telah digunakan untuk memperbanyak gen Salmonella serotipe typhi

    secara spesifik pada darah pasien dan hasil dapat diperoleh hanya dalam beberapa

    jam. Metode ini spesifik dan lebih sensitif dibandingkan dengan biakan darah.

    Walaupun laporan-laporan pendahuluan menunjukan hasil yang baik namun sampai

    sekarang tidak salah satupun dipakai secara luas. Sampai sekarang belum disepakatiadanya pemeriksaan yang dapat menggantikan uji serologi widal.

    Uji TubexMerupakan uji semi-kuantitatif kolometril yang cepat (beberapa menit) dan

    mudah untuk dikerjakan. Uji ini mendeteksi antibodi anti-S. typhi O9 pada serum

    pasien dengan cara menghambat ikatan antara IgM anti-O9 yang terkonjugasi pada

    partikel lateks yang berwarna pada lipopolisakarida S. typhi yang terkonjugasi pada

    partikel magnetik lateks. Hasil positif uji tubex ini menunjukan terdapat infeksi

    Salmonella serogroup D, walau tidak sespesifik menunjukan pada S. typhi. hasil

    negatif jika terinfeksi S. paratyphi.

    Uji Typhidot

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    9/14

    8

    Dapat mendeteksi antibodi IgM dan IgG yang terdapat pada protein membran

    luar S. typhi. Hasil positif pada uji thypidot didapatkan 2-3 hari setelah terinfeksi dan

    dapat mengidentifikasi secara spesifik antibodi IgM dan IgG terhadap antigen S. typhi

    seberat 50 kD, yang terdapat pada strip nitroselulosa.

    Uji IgM DipstickUji ini secara khusus mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap S. typhi pada

    spesimen serum atau whole blood. Uji ini menggunakan strip yang mengandung

    antigen lipopolisakarida (LPS) S. typhi dan anti IgM (sebagai kontrol), reagen deteksi

    yang mengandung antibodi anti IgM yang didekati dengan lateks pewarna, cairan

    membasahi strip sebelum diinkubasi dengan reagen dan serum, protein tabung uji.

    Pemeriksaan dimulai dengan inkubasi strip pada larutan campuran reagen deteksi dan

    serum selama 3 jam pada suhu kamar. Setelah diinkubasi, strip dibilas dengan air

    mengalir dan dikeringkan. Secara semi-kuantitatif, diberikan penilaian terhadap garis

    uji dengan membandingkan dengan strip referensi. Garis kontrol harus terwarna

    dengan baik.

    3.7 Komplikasi Demam Tifoid

    1) Komplikasi intestinala) Perdarahan usus.b) Perforasi usus.c) Ileus paralitik.

    2) Komplikasi ekstraintestinala) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis),

    miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.

    b) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trombositopeni dan atau koagulasiintravaskuler diseminata, dan sindrom uremia hemolitik.

    c) Komplikasi paru : pneumonia, empiema dan pleuritis.d) Komplikasi hepar dan kandung empedu : hepatitis dan kolelitiasis.e) Komplikasi ginjal : glomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis.f) Komplikasi tulang : osteomielitis, periostitis, spondilitis dan artritis.g) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis, polineuritis

    perifer, sindrom Guillain-Barre, psikosis dan sindrom katatonia.

    Pada anak-anak dengan paratifoid, komplikasi lebih jarang terjadi. Komplikasi lebih

    sering terjadi pada keadaaan toksemia berat dan kelemahan umum, bila perawatan pasien

    kurang sempurna

    3.8 Tatalaksana Demam Tifoid

    Istirahat dan perawatan.Tirah baring adalah perawatan yang profesional. Bertujuan untuk mencegah

    timbulnya komplikasi demam tifoid.

    Diet dan terapi penunjang. Pemberian antimikroba pada penderita.

    KloramfenikolObat ini merupakan pilihan pertama untuk mengobati tifoid. Dosis yang di

    berikan 4 x 500 mg per hari, bisa di berikan secara oral atau intramuskular.

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    10/14

    9

    TiamfenikolEfektivitas sama seperti kloramfenikol, tetapi dapat terjadi komplikasi

    hematologi, seperti anemia aplastik lebih rendah. Dosis yang di berikan 4 x

    500 mg. Demam rata-rata menurun pada hari ke-5 sampai 6.

    KortimoksazolEfeknya hampir sama dengan kloramfenikol. Dosis untuk orang dewasa

    adalah 2 x 2 tablet @ sulfametoksazol 400 mg dan 80 mg trimetoprin, di

    berikan selama 2 minggu.

    Ampisilin dan amoksisilinKemampuan menurunkan panas lebih rendah dari kloramfenikol. Dosis yang

    diberikan 50150 mg/kg bb, digunakan selama 2 minggu.

    Sefalosporin generasi ketiga (seftriakson)Dosis yang digunakan antara 34 gram dalam dekstrosa 100cc diberikan

    selama jam per infus sekali sehari, di berikan selama 35 hari.

    Golongan fluorokuinolono Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari.o Sifroksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari.o Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari.o Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari.o Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari.

    Pengobatan tifoid untuk wanita hamilo Kloramfenikol tidak dianjurkan pada kehamilan trimester 3, karena di

    khawatirkan dapat terjadi partus prematur, kematian fetus intrauterin,

    dan grey syndrome.o Tiamfenikol juga tidak dianjurkan pada trimester pertama, karena

    kemungkinan efek teratogenik terhadap fetus. Tetapi pada bulan-bulan

    berikutnya boleh diberikan.

    o Obat yang dianjurkan adalah ampisilin, amksisilin, dan seftriakson. Penanganan tepat kepada penderita komplikasi demam tifoid.

    Komplikasi intestinalo Pendarahan intestinal

    Pada plak peyeri usus yang terinfeksi (ileum terminalis) dapat

    terbentuk luka. Bila menembus usus dan mengenai pembuluh darah,

    maka akan terjadi pendarahan.

    Pendarahan juga dapat terjadi karena gangguan koagulasi

    darah. Pendarahan hebat dapat terjadi hingga penderita mengalami

    syok. Kategori pendarahan akut, jika darah yang keluar 5ml/kg bb/jam

    dan faktor hemostatis masih dalam batas normal.

    Tindakan yang harus di lakukan adalah transfusi darah. Tetapi

    jika transfusi yang diberikan tidak mengimbangi pendarahan, maka

    tindakan bedah perlu dipertimbangkan.

    o Perforasi usus

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    11/14

    10

    Biasanya timbul pada minggu ke-3, tetapi dapat juga terjadi

    pada minggu pertama. Penderita biasanya mengeluh nyeri perut yang

    hebat terutama di daerah kuadran kanan bawah dan menyebar ke

    seluruh perut dengan tanda tanda ileus. Gejala lain biasanya bising

    usus yang melemah, nadi cepat, tekanan darah turun, bahkan dapatsyok. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kejadian perforasi adalah

    umur, lama demam, modalitas pengobatan, berat penyakit, dan

    mobilitas penderita.

    Antibiotik di berikan secara selektif, umumnya diberikan

    antibiotik yang spekrumnya luas dengan kombinasi kloramfenikol dan

    amfisilin intravena. Untuk kontaminasi usus dapat di berikan

    gentamisin atau metronidazol. Cairan harus di berikan dalam jumlah

    yang cukup serta penderita di puasakan dan di pasang nasogastric tube.

    Transfusi darah dapat di berikan bila terdapat kehilangan darah akibat

    pendarahan intestinal.

    Komplikasi ekstraintestinalo Komplikasi hematologi

    Dapat berupa trombositopenia, hipofibrinogenemia,

    peningkatanprotrombin time (PT), peningkatanpartial tromboplastin

    time (PTT), dan peningkatanfibrin degradation products sampai

    koagulasi intravaskular diseminata (KID).

    Tindakan yang perlu dilakukan bila terjadi KID dekompensata

    adalah transfusi darah, substitusi trombusit dan atau faktor-faktorkoagulasi bahkan heparin.

    o Hepatitis tifosaPembengkakan hati dari ringan sampai berat dapat di jumpai

    pada demam tifoid, biasanya lebih disebabkan oleh S. typhi daripada S.

    paratyphi.

    o Pankretitis tifosaMerupakan komplikasi yang jarang pada demam tifoid,

    biasanya disebabkan oleh mediator proinflamasi, virus, bakteri, cacing,

    maupun zat-zat farmakologi. Pemeriksaan enzim amilase dan lipase

    serta ultrasonografi/CTscan dapat membantu diagnosis dengan akurat.

    Obat yang diberikan adalah antibiotik seftriakson atau kuinolon

    yang didepositkan secara intravena.

    o MiokarditisSemua kasus tifoid toksik, atas pertimbangan klinis dianggap

    sebagai demam tifoid berat, langsung diberikan pengobatan kombinasi

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    12/14

    11

    kloramfenikol 4 x 400 mg di tambah ampisilin 4 x 1 gram dan

    deksametason 3 x 5 mg.

    3.9 Prognosis Demam Tifoid

    Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalantubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka

    kematian pada anak-anak adalah 2,6% dan pada orang dewasa adalah 7,4 %. Sehingga rata-

    ratanya adalah 5,7%.

    3.10 Pencegahan Demam Tifoid

    Preventif dan kontrol penularanSecara garis besar ada 3 strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu:

    1. Identifikasi dan eradikasi S. typhi baik pada kasus demam tifoid asimtomatik,tifoid carrier, maupun kasus tifoid akut.

    2. Pencegahan transmisi langsung dari pasien terinfeksi S. Typhi akut maupuncarrier. Kegiatan ini dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, maupun di rumah

    dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui mengidap kuman S. typhi,

    misalnya dengan peningkatan mutu sarana sanitasi dan saluran air.

    3. Proteksi pada orang yang berisiko tinggi terinfeksi. Dilakukan dengan caravaksinasi tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik.

    o Daerah non-endemik. Tanpa ada kejadian outbreakatau epidemi.- Sanitasi air dan kebersihan lingkungan.- Penyaringan pengelola pembuatan, distribusi, dan penjualan

    makanan dan minuman.

    - Pencarian dan pengobatan kasus tifoid carrier.Bila ada kejadian epidemi tifoid

    - Pencarian dan eliminasi sumber penularan.- Pemeriksaan air minum dan MCK.- Penyuluhan kesehatan dan sanitasi pada populasi umum daerah

    tersebut.

    o Daerah endemik- Masyarakat pengelola bahan makanan dan minuman yang

    memenuhi standar prosedur kesehatan.

    - Pengunjung ke daerah ini harus minum air yang telah melaluipendidihan, menjauhi makanan segar (sayur/buah).

    - Vaksinasi secara menyeluruh pada masyarakat setempat maupunpengunjung.

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    13/14

    12

    Vaksinasi Vaksin oral : Ty21a (vivoid berna). Belum beredar di indonesia. Vaksin parenteral: ViCPS (Typhim Vi/pasteur merieux), vaksin kapsul

    polisakarida.

  • 8/3/2019 PBL SK1 IPT 2011

    14/14

    13

    DAFTAR PUSTAKA

    Brooks, Geo, dkk. 2008.Mikrobiologi Kedokteran Jawetz, Melnick, dan Adelberg. Jakarta: EGC.

    Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: EGC.

    Ganong, WF. 2008.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta: EGC.

    Garna Herry, dkk. 2010.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi Kedua. Jakarta: Bagian Ilmu

    Kesehatan Anak FKUI.

    Gunawan, SG, dkk. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: FKUI.

    Mansjoer, Arif, dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1 Edisi 3. Jakarta: Media Aesculapius

    FKUI.

    Nasronudin, dkk. 2007. Penyakit Infeksi di Indonesia: Solusi Kini dan Mendatang. Jakarta: Airlangga

    University Press.

    Staf Pengajar FKUI. 1994.Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

    Sudoyo, AW, dkk. 2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3 Edisi 4. Jakarta: FKUI.