20
Pembentukan Fetus pada proses Kehamilan Pebriyanti Salipadang Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510 email : [email protected] Abstract Fertilisation is the fusion of sperm and ovum . Fertilization occurs in the fallopian tube. When fertilization takes place, only the sperm head that contains the cell nucleus into the egg cell wall, while the tail is left outside. The incorporation of the sperm and ovum to form a zygote. Formed zygote moves toward the uterus while splitting into two, four, eight, and so on, by the time the embryo reaches 32 cells and has a shape like strawberries, is called a morula. Furthermore, morula develops into a blastula. Then, the cells will form a part of the fetus (embrioblas), and the outer cells form the trophoblast that will form the placenta. On the sixth day, the embryo arrives in the uterus, then immerse yourself into the wall of the uterus is soft, thick, and creamy and contains secretions such as milk. The process of embryo attachment to the cell wall is called implantation. The embryo continues to grow and develop fully human form, meaning the pregnancy is ongoing. Key words: fertilization, embryogenic. Abstrak Fertilisasi adalah peleburan antara sperma dan ovum. Fertilisasi terjadi di tuba fallopi. Saat fertilisasi berlangsung, hanya kepala sperma yang mengandung inti sel yang masuk ke dalam dinding sel telur, sedangkan ekornya tertinggal di luar. Penggabungan sperma dan sel telur ini membentuk zigot. Zigot yang terbentuk bergerak menuju uterus sambil membelah diri menjadi dua, empat, delapan, dan seterusnya, pada saat embrio mencapai 32 sel dan memiliki bentuk seperti buah arbei, disebut morula. Selanjutnya, morula berkembang menjadi blastula. Lalu, sel-sel bagian dalam membentuk bakal janin (embrioblas), dan sel-sel bagian luar membentuk trofoblas yang akan membentuk plasenta. Pada hari keenam, embrio tiba di uterus, kemudian membenamkan diri ke dinding uterus yang lunak, tebal, dan lembut serta mengandung sekret seperti air susu. Proses perlekatan embrio ke dinding sel ini 1

pbl blok 4

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proses kehamilan

Citation preview

Pembentukan Fetus pada proses KehamilanPebriyanti SalipadangFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510email : [email protected] is the fusion of sperm and ovum . Fertilization occurs in the fallopian tube. When fertilization takes place, only the sperm head that contains the cell nucleus into the egg cell wall, while the tail is left outside. The incorporation of the sperm and ovum to form a zygote. Formed zygote moves toward the uterus while splitting into two, four, eight, and so on, by the time the embryo reaches 32 cells and has a shape like strawberries, is called a morula. Furthermore, morula develops into a blastula. Then, the cells will form a part of the fetus (embrioblas), and the outer cells form the trophoblast that will form the placenta. On the sixth day, the embryo arrives in the uterus, then immerse yourself into the wall of the uterus is soft, thick, and creamy and contains secretions such as milk. The process of embryo attachment to the cell wall is called implantation. The embryo continues to grow and develop fully human form, meaning the pregnancy is ongoing.Key words: fertilization, embryogenic.

AbstrakFertilisasi adalah peleburan antara sperma dan ovum. Fertilisasi terjadi di tuba fallopi. Saat fertilisasi berlangsung, hanya kepala sperma yang mengandung inti sel yang masuk ke dalam dinding sel telur, sedangkan ekornya tertinggal di luar. Penggabungan sperma dan sel telur ini membentuk zigot. Zigot yang terbentuk bergerak menuju uterus sambil membelah diri menjadi dua, empat, delapan, dan seterusnya, pada saat embrio mencapai 32 sel dan memiliki bentuk seperti buah arbei, disebut morula. Selanjutnya, morula berkembang menjadi blastula. Lalu, sel-sel bagian dalam membentuk bakal janin (embrioblas), dan sel-sel bagian luar membentuk trofoblas yang akan membentuk plasenta. Pada hari keenam, embrio tiba di uterus, kemudian membenamkan diri ke dinding uterus yang lunak, tebal, dan lembut serta mengandung sekret seperti air susu. Proses perlekatan embrio ke dinding sel ini disebut implantasi. Embrio terus tumbuh dan berkembang membentuk manusia yang seutuhnya, artinya kehamilan sedang berlangsung.Kata kunci: fertilisasi, embriogenik.

PendahuluanSel telur dibentuk pada ovaium. Setiap bulan, satu ovarium melepaskan telur. Biasanya hanya satu telur yang dilepaskan setiap 28 hari. Ovarium itu biasanya secara bergantian melepaskan sel telur. Peristiwa pelepasan sel telur dari ovarium disebut ovulasi. Pada saat terlepas dari ovarium, telur bergerak menuju saluran yang disbeut oviduk, yaitu organ berbenuk saluran yang menghubungkan antara ovarium dan rahim (uterus).Pada waktu kontak sesksual (kopulasi) terjadi, sperma akan disuntikkan oleh serangkaian otot-otot yang mengalami kontraksi dari uretra laki-laki menuju vagina perempuan. Meskipun jumlah sperma mencapai jutaan yang dapat masuk ke dalam vagina, tetapi yang sampai ke uterus hanya beberapa ratus saja. Beberapa sperma itu seterusnya akan masuk ke oviduk dan proses fertilisasi akan terjadi jika di dalam oviduk ada sel telur yang sudah siap dibuahi. Meskipun demikian hanya satu sperma yang dapat melakukan fertilisasi. Sperma yang sampai pada sel telur akan melakukan penetrasi. Sel sperma dan sel telur yang tadinya bersifat haploid setelah bergabung (fertilisasi) aka menjadi zigot yag diploid.Setelah terjadi fertilisasi, telur yang telah dibuahi menjadi embrio. Setelah 5 hari (120 jam) dari fertilisasi, embrio bergerak dari oviduk menuju ke uterus. Selnjutnya, embrio akan menempel pada dinding uetrus. Di tempat ini embrio akan berkembang biak selama 40 minggu untuk menjadi bayi.

PembahasanSel telurSaat ovulasi, telur tertahan pada metafase pembelahan meiosis kedua. Telur tersebut dikelilingi oleh lingkaran proteinaseosa yang disebut zona pelusida. Sel granulosa yang menempel pada permukaan zona pelusida dan dikeluarkan bersama sel telur dan ovarium tetap menempel sebagai kumulus. Sperma yang akhirnya membuahi sel telur terlebih dahulu harus melewati lapisan-lapisan di sekelilingi telur sebelum dapat berpenetrasi ke dalam membran sel telur. Oosit akan tetap hidup selama 6-24 jam setelah ovulasi.

SpermaSaat koitus, jutaan sperma terdeposit pada vagina bagaian atas. Sebagian besar tidak pernah sampai tempat fertilisasi. Sperma yang abnormal jarang dapat berhasil melakukan perjalanan yang panjang ini dan bahkan mayoritas spermatozoa yang sehat justru mati di tengah jalan. Mayoritas sperma keluar dari vagina setelah pengenceran semen. Hanya sebagian kecil ssperma yang masuk ke dalam serviks yang akan ditemukan dalam hitungan menit setelah koitus. Di sini mereka dapat bertahan hidup di dalam kriptus epitel selama beberapa jam. Sperma tidak dapat melewati serviks menuju rongga uterus bila mukosa serviks tidak dalam keadaan siap. Keadaan ini biasanya didapatkan pada pertengahan siklus ketika kadar estrogen tinggi dan kadar progesteron rendah. Estrogen melunakkan stroma serviks dan membuat sekret serviks menjadi tipis dan encer. Progesteron menimbulkan efek sebaliknya, yaitu suatu keadaan yang tidak cocok untuk spermatozoa. Pada kondisi yang paling baik, sperma membutuhkan 2-7 jam untuk bergerak melewati uterus menuju fertilisasi di dalam saluran telur. Transpor sperma ini disebabkan oleh adanya dorongan dari sperma itu sendiri, dibantu oleh cambukan silia pada sel yang melapisi dinding uterus. Biasanya hanya beberapa ratus sperma yang mencapai saluran telur, dimana mereka akan tetap hidup dengan tenang sampai terjadi ovulasi. Setelah ovulasi, spermatozoa akan mengalami reaktivasi dan mulai bergerak menuju sel telur. Sinyal yang akan menarik sperma menuju se telur tidak diketahui. Spermatozoa manusia dapat bertahan hidup selama 24-28 jam di dalam saluran reproduksi wanita. Sperma yang baru dikeluarkan saat ejakulasi belum mampu membuahi sel telur. Mereka mendapatkan kemampuan untuk menembus lapisan-lapisan sel di sekeliling oosit melalui suatu proses yang disebut kapasitasi. Walaupun kapasitasi dapat diinduksi secara in vitro di bawah kondisi kultur yang sesuai, namun proses ini terjadi in vitro di dalam saluran reproduksi wanita. Kapasitasi sperma memungkinkan terjadinya reaksi akrosom. Pada keadaan tidak terdapatnya reaksi akrosom, sperma tidak mampu menembus zona pelusida. Kontak antara sperma yang intak dan telah kapasitasi dengan zona pelusida sel telur menimbulkan interaksi antara glikoprotein permukaan sel sperma yang spesifik, ZP3, dengan protein zona spesifik.

Fertilisasi2Pada saat kopulasi antara pria dan wanita (sanggama/kotus) dengan ejakulasi sperma dari saluran reproduksi pria di dalam vagina wanita, akan terlepaskan cairan mani berisi sel-sel sperma ke dalam saluran reproduksi wanita jika sanggama terjadi sekitar masa ovulasi (disebut masa subur wanita), kemungkinan sel sperma dalam saluran reproduksi wanita akan bertemu dengan sel telur wanita yang baru dikeluarkan pada saat ovulasi. Pertemuan/penyatuan sel telur dan sel sperma inilah yang disebut sebagai fertilisasi atau pembuahan.Dalam keaadaan normal, pembuahan terjadi di daerah tuba fallopi, umumnya di daerah ampula/infundibulum. Spermatozoa bergerak cepat dari vagina ke dalam rahim, masuk ke dalam tuba. Gerakan ini mungkin dipengaruhi juga oleh peranan kontraksi miometrium dan dinding tuba yang juga terjadi saat sanggama. Setelah itu, spermatozoa mengalami peristiwa berikut:1. Reaksi kapasitasi adalah suatu masa penyesuaian didalam reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung sekitar 7 jam. Selama periode ini, selubung glikoprotein dan protein plasma semen disingkirkan dari membran plasma yang menutupi regio akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang telah berkapasitas dapat menembus sel-sel korona radiata dan mengalami reaksi akrosom.

2. Reaksi akrosomSetelah dekat dengan oosit, sel sperma yang telah mengalami kapasitasi akan terpengaruh oleh zat-zat korona radiata ovum sehingga isi akrosom dari daerah kepala sperma akan terlepas dan berkontak dengan lapisan korona radiata, tripsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum. Begitu spermatozoa menyentuh zona pelusida, terjadi perlekatan yang kuat dan penembusan yang sangat cepat. Setelah penembusan zona oleh satu sperma, terjadi reaksi khusus di zona pelusida yang bertujuan mencegah terjadinya penembusan lagi oleh sperma lainnya. Dengan demikian sangat jarang sekali penembusan zona lebih dari satu sperma.

Pada proses fertilisasi, bebarapa sperma berusaha masuk melewati tiga lapisan pelindung sel telur menuju inti sel telur. Ketiga lapisan pelindung tersebut adalah korona radiata (berupa selubung dari sel-sel sertoli), zona pelusida (larutan jeli), dan membran plasma sel telur. Untuk menembus ketiga lapisan pelindung sel telur, sperma mengeluarkan enzim-enzim yang tersimpan pada akrosom. Misalnya, hialuronidase, enzim untuk melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata dan akrosin, enzim untuk melarutkan dan membuat lubang pada zona pelusida sehingga spermatozoa dapat menerobos masuk.3Ketika satu sperma berhasil membuahi sel telur (fertilisasi), maka bagian permukaan sel telur segera melepaskan senyawa kimia ke dalam zona pelusida. Senyawa kimia tersebut berfungsi untuk mencegah sperma lainnya masuk ke dalam sel telur. Selanjutnya, sel telur melanjutkan proses pembelahan meiosis II untk menghasilkan sel telur yang haploid. Setelah pembelahan meiosis II terjadi secara sempurna, inti sperma (haploid) segera bersatu dengan inti sel telur (haploid) membentuk zigot (diploid) yang mengandung 23 pasang kromosom.3Zigot berkembang menjadi embrio. Perkembangan menjadi embrio dimulai pada saat telur yang dibuahi berada di dalam oviduk sambil mengalami pembelahan mitosis secara berulang kali, telur bergerak menuju uterus dalam tiga atau empat hari sebagai blastosis. Blastosis merupakan tingkatan blastula pada mamalia, yaitu tingkatan pada perkembangan embrio berupa struktur bola berongga. Selanjutnya, blastosis tertanam dalam dinding uterus (endometrium) melalui suatu proses yang disebut implantasi. Jika implantasi berhasil terjadilah kehamilan.3

Setelah sel sperma mencapai oosit, terjadi hal-hal berikut:21. Reaksi zona/reaksi ortikal pada selaput zona pelusida.2. Oosit menyelesaikan embelahan meiosis keduanya, menghasilkan oosit definitf yang kemudian menjadi pronukleus wanita3. Inti sel sperma membesar membentuk pronukleus pria4. Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi5. Pronukleus pria dan wanita, masing-masing haploid bersatu dan membentuk zigot yang memiliki jumlah DNA genap/diploid.

Hasil utama pembuahan adalah sebagai berikut:21. Penggenapan kembali jumlah kromosom dari penggabungan dua paruh haploid ayah dan ibu menjadi suatu bakal individu baru dengan jumlah kromosom diploid.2. Penentuan jenis kelamin bakal individu baru, bergantung pada kromosom X atau Y yang dikandung sperma yang membuahi ovum tersebut3. Permulaan pembelahan dan stadium-stadium pembentukan dan perkembangan embrio (embriogenesis).

Perkembangan awal embrio2Zigot mulai menjalani pembelahan awal mitosis sampai beberapa kali. Sel-sel yang dihasilkan dari setiap pembelahan berukuran lebih kecil dari ukuran induknya disebut blastomer. Setelah 3-4 kali pembelahan, zigot memasuki tingkat 16 sel disebut stadium morula (kira-kira pada hari ke 3-4 pasca fertilisasi). Morula terdiri atas inner cell mass (kumpulan sel-sel di sebelah dalam yang akan tumbuh menjadi jaringan-jaringan embrio sampai janin) dan outer cell mass (lapisan sel sebelah luar, yang akan tumbuh menjadi trofoblas sampai plasenta). Kira-kira pada hari ke 5-6, di rongga sela-sela inner cell mass, merembes cairan menembus zona pelusida, dan membentuk ruang antarsel. Ruang antarsel ini kemudian bersatu dan memenuhi sebagaian besar massa zigot membentuk rongga blastokista. Inner cell mass tetap berkumpul di salah satu sisi, tetap berbatasan dengan lapisan sel luar. Pada stadium ini, zigot disebut berda dalam stadium blastula atau pembentukan blastokista. Inner cell mass kemudian disebut sebagai embrioblas, dan outer cell mas kemudian disebut trofoblas.

Implantasi atau nidasi2Pada akhir minggu pertama (hari ke 5-7), zigot mencapai kavum uteri. Ketika itu, uterus sedang berada dalam fase sekresi lendir dalam pengaruh progesteron dari korpus luteum yang masih aktif. Oleh karena itu, lapisan endometrium dinding rahim menjadi kaya pembuluh darah dan banyak muara kelenjar selaput lendir rahim yang terbuka dan aktif. Kontak antara zigot stadium blastokista dan dinding rahim pada keadaan tersebut akan mencetuskan berbagai reaksi selular sehingga sel-sel trofoblas zigot tersebut dapat menempel dan mengadakan infiltrasi pada lapisan epitel endometrium uterus (terjadi implantasi).Setelah implantasi, sel-sel trofoblas yang tertanam di dalam endometrium terus berkembang dan membentuk jaringan bersama sistem pembuluh darah maternal untuk menjadi plasenta, yang kemudian berfungsi sebagai sumber nutrisi dan oksigenasi bagi jaringan embrioblas yang akan tumbuh menjadi janin. Setelah minggu pertama (hari ke 7-8), sel-sel trofoblas yang terletak di atas embrioblas yang berimplantasi di endometrium dinding uterus, mengadakan proliferasi dan berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda anata lain sitotrofoblas yan terdiri atas selapis sel kuboid, batas jelas, inti tunggal, dan terletak di sebelah dalam (dekat embrioblas) dan sinsitiotrofoblas yang meliputi selapis sel tanpa batas jelas, teretak di sebelah luar (berhubungan dengan stroma endometrium). Unit trofoblas ini akan berkembang menjadi plasenta. Di antara masa embrioblas dengan lapisan sitotrofoblas, terbentuk suatu celah yang makin lama makin besar yang nantinya akan menajdi rongga amnion. Sel-sel embrioblas juga berdeferensiasi menjadi dua lapisan yang berbeda, yaitu epiblas yang terdiri atas selapis atas selapis sel kolumnar tinggi, terletak di bagian dalam, dan berbatasan dengan bakal rongga amnion dan hipoblas yang meliputi selapis sel kuboid kecil terletak di bagian luar, berbatasan denga rongga blastokista (bakal rongga kuning telur). Unit sel-sel blas ini akan berkembang menjadi janin.Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas mebentuk dinding yolk sac (kandungan kuning telur). Rongga yang terjadi disebut rongga eksoselom (exocoelomic) atau kandung kuning telur sederhana. Dari struktur-struktur tersebut, kemudiaan terbentuk kandung kuning telur, lempeng korion dan rongaa korion. Pada lokasi bekas implantasi blastokista di permukaan dinding uterus, terbentuk lapisan fibrin sebgai bagian dari proses penyembuhan luka. Jaringan endometrium di sekitar blastokista yang berimplantasi mengalami reaksi desidua, berupa hipersekresi, peningatan lemak, dan glikogen serta edema. Selanjutnya, endometrium yang berubah di daerah-daerah sekitar implantasi blastokista disebut desidua. Peruahan ini kemudian meluas ke seluruh bagian endometrium dala kavum uteri. Pada stadium ini, zigot disebut ebrada dalam stadium bilaminar (cakram berlapis dua).

Uterus saat ImplantasiDinding uterus terdiri dari tiga lapisan : a.Endometriumatau lapisan mukosa di dinding bagian dalam, b.Miometrium, lapisan tebal otot polos, dan c.Perimetrium, lapisan peritoneum yang menutupi dinding sebelah luar (lihat gambar 11). Dari pubertas hingga menopause, endometrium mengalami perubahan dalam siklus sekitar 28 hari di bawah pengaruh hormon ovarium. Selama siklus haid ini, endometrium melewati tiga stadium, fase folikular atau proliferasi, fase sekretorik atau progestasional dan fase haid (lihat gambar 11 sampai 13). Fase proliferasi, berada di bawah pengaruh estrogen dan sejajar dengan pertumbuhan folikel ovarium. Fase sekretorik dimulai sekitar 2 sampai 3 hari setelah ovulasi sebagai respons terhadap progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum. Jika tidak terjadi pembuahan, pelepasan endometrium akan menandai dimulainya fase haid. Jika terjadi pembuahan endometrium akan membantu implantasi dan ikut membentuk plasenta.4

Gambar 11. Proses selama minggu pertama pembentukan manusia. 1. Oosit setelah ovulasi; 2, pembuahan sekitar 12-24 jam setelah ovulasi; 3, stadium pronukleus pria dan wanita; 4, gelendong pada pembelahan mitotik pertama; 5, stadium dua-sel (usia sekitar 30 jam).; 6, morula yang mengandung12-16 blastomer (usia sekitar 3 hari); 7, stadium morula lanjut yang tiba di lumen uterus (usia 4 hari); 8, stadium blastoksita dini (usia 4,5 hari, zona pelusida telah lenyap); dan 9, fase awal implantasi (usia blastokista sekitar 6 hari). Ovarium memperlihatkan stadium-stadium transformasi antara folikel primer dan folikel pre-ovulasi serta korpus luteum. Endometrium diperlihatkan dalam stadium progestasional.

Gambar 12. Perubahan pada mukosa uterus yang berkorelasi dengan perubahan di ovarium. Implantasi blastokista telah menyebabkan terbentuknya korpus luteum kehamilan yang berukuran besar. Aktivitas sekretorik endometrium meningkat bertahap akibat banyaknya progesteron yang dihasilkan oleh korpus luteum kehamilan.

Gambar 13. Perubahan pada mukosa uterus (endometrium) dan perubahan setara di ovarium selama siklus haid biasa tanpa pembuahan.

Pada saat implantasi mukosa uterus berada dalam fase sekretorik, yaitu saat kelenjar-kelenjar dan arteri-arteri uterus bergelung-bergelung dan jaringan menjadi tebal-basah. Akibatnya dapat dikenali adanya tiga lapisan di endometrium yaitu :lapisan kompaktumdibagian superfisial danlapisan basaleyang tipis.4 Dalam keadaan normal, blastokista manusia tertanam di endometrium di sepanjang dindinganterioratau posterior korpus uteri, tempat blastokista itu terbenam di antara lubang-lubang kelenjar (lihat gambar 12).Jika oosit tidak dibuahi, venula dan ruang sinusoid secara bertahap dipenuhi oleh sel darah, dan tampak diapedesis darah yang ekstensif ke dalam jaringan. Satu fase haid dimulai, darah keluar dari arteri-arteri superfisial, dan kepingan-kepingan kecil stroma dan kelenjar terlepas. Selama 2 sampai 4 hari ke depan lapisan kompaktium dan spongiosum dikeluarkan dari uterus, dan lapisan basale menjadi satu-satunya bagian endometrium yang tersisa (lihat gambar 13). Lapisan ini yang memeiliki pasokan arteri sendiri yaitu arteri basalis, yang berfungsi sebagai lapisan regeneratif dalam membentuk kembali kelenjar dan arteri pada fase proliferasi.5Pembentukan kehamilan1Setelah terjadi fertilisasi, kehamilan yang berhasil harus berimplantasi di dalam dinding uterus dan memberikan informasi kepada ibu terhadap terjadinya berbagai adaptasi akibat kehamilan. Tanpa kedua hal ini, zigot dengan mudah akan keluar dari uterus bersama dengan menstruasi berikutnya.Zigot yang sedang membelah mengapung di dalam saluran telur sekitar 1 minggu, berkembang dari tahap 16 sel melalui tahap morula yang padat menjadi tahap blastokista yang memiliki 32-64 sel. Tahap yang terakhir ini memerlukan pembentukan rongga blastokista yang berisi cairan. Blastokista mengandung dua jenis sel embrionik yang telah berdeferensiasi: trofektoderm di bagian luar dan massa sel dalam. Sel trofektoderm nantinya akan membentuk plasenta. Massa sel dalam akan membentuk janin dan membran janin. Pada tahap blastokista inila hasil konsepsi akan masuk ke dalam uterus. Selama di dalam saluran telur, hasil konsepsi tetap dikelilingi oleh zona pelusida. Setelah 2 hari di dalam uterus, blastokista akan lepas atau menetas dari zona pelusida. Dengan penetasan ini, sel trofektoderm blastokista mulai berdiferensiasi menjadi sel trofoblas. Proses yang simultan ini memungkinkan sel trofoblas berhubungan langsung dengan sel epitel lumen uterus. Blastokista menempel dan menginvasi dinding uterus. Dalam hitungan jam, epitel permukaan yang berada tepat di bawah hasil konsepsi menjadi terkikis dan sel yang di dekatnya menjadi lisis, melepaskan substrat-substrat metabolik primer untuk digunakan oleh blastokista. Endometrium mengalami perubahan biokimia dan morfologis yang hebat yang disebut desidualisasi, suatu proses yang dimulai saaat terjadinya penempelan dan menyebar dalam bentuk gelombang konsentris dari tempat implantasi. Endometrium akan menjadi pulih di sekitar hasil konsepsi sehingga seluruh implantasi akan tertanam di dalam endometrium.Bersamaan dengan invasi embrio ke jaringan ibu, sel trofoblas kemudian berdiferensiasi menjadi dua jenis sel : sel sitotrofoblas dan sel sinsitiotrifoblas. Sel sinsitiotrifoblas merupakan sel yang berukuran besar dan multinuklear yang berkembang dari lapisan sitotrofoblas. Sel ini aktif menghasilkan hormon plasenta dan mentranspor zat makanan dari ibu ke janin. Sekelompok sel sitotrofoblas memiliki sifat invasif, melewati stroma endometrium untuk mencapai pembuluh darah ibu, termasuk arteri spiralis endometrium. Invasi yang baik pada arteri spirais merupakan kunci pembentukan kehamilan yang normal implantasi terjadi sekitar 7-10 hari setelah ovulasi. Jika hsil konsepsi bertahan hidup lebih dari 14 hari steleah ovulasi, korpus luteum ovarium akan terus mensekresi progesteron, HCG yang dihasilakn oleh trofoblas yang berkembang dan disekresi ke dalam aliran darah ibu bekerja menyerupai hormon luteinisasi, yaitu meunjang korpus luteum dengan menghambat regresi luteum.1

Perkembangan embrioMerupakanpertumbuhan dan perkembangan makhluk hidup selama masa embrio yang diawali dengan peristiwa fertilisasi sampai dengan terbentuknya janin di dalam tubuh induk betina.3 tahapan fase embrionik yaitu:6,7A. MorulaMorula adalah suatu bentukan sel sperti bola (bulat) akibat pembelahan sel terus menerus. Keberadaan antara satu dengan sel yang lain adalah rapat.B. BlastulaBlastula adalah bentukan lanjutan dari morula yang terus mengalami pembelahan.Ditandai dengan mulai adanya perubahan sel dengan mengadakan pelekukan yang tidak beraturan.Di dalam blastula terdapat cairan sel yang disebut denganblastosoel.C. GastrulaGastrula adalah bentukan lanjutan dari blastula yang pelekukan tubuhnya sudah semakin nyata dan mempunyai lapisan dinding tubuh embrio serta rongga tubuh.Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.Yaitu: Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.6

Perkembangan embrioSecara singkat hal-hal utama dalam perkembangan organ dan fisiologi janin adalaha sebagai berikut:2

8 minggu:Sudah mirip bentuk manusia, mulai pembentukan genitalia eksterna. Sirkulasi melalui tali pusat dimulai. Tulang mulai terbentuk.9 minggu:Kepala meliputi separuh besar fetus, terbentuk muka, kelopak mata namun tak akan membuka sampai 28 minggu.13 -16 minggu:Fetus berukuran 15 cm. Merupakan awal trimester kedua. Kulit janin masih transparan, telah mulai tumbuh lanugo (rambut janin). Janin/fetus bergerak aktif, yaitu menghisap dan menelan air ketuban. Telah terbentuk mekonium (feses) dalam usus. Jantung berdenyut 120-150/menit.17 -24 minggu:Komponen mata terbentuk penuh, juga sidik jari. Seluruh tubuh diliputi oleh verniks kaseosa (lemak). Janin telah mempunyai refleks.25 -28 minggu:Saat ini disebut permulaan trimester ketiga, dimana terdapat perkembangan otak yang cepat. Sistem saraf mengendalikan gerakan dan fungsi tubuh, mata sudah terbuka. Kelangsungan hidup pada periode ini sangat sulit bila lahir.29 -32 minggu : Bila bayi dilahirkan, ada kemungkinan untuk hidup (50-70%). Tulang telah terbentuk sempurna, gerakan napas telah reguler, suhu relatif stabil.33 -36 minggu:Berat janin 1500-2500 gram. Bulu kulit janin (lanugo) mulai berkurang, pada saat 35 minggu paru telah matur. Janin akan dapat hidup tanpa kesulitan.38 -40 minggu:Sejak 38 minggu kehamilan disebut aterm, dimana bayi akan meliputi seluruh uterus. Air ketuban mulai berkurang, tetapi masih dalam batas normal.7,8

PenutupFertilisasi adalah peleburan antara sperma dan ovum. Fertilisasi terjadi di tuba fallopi. Setelah terjadi fertilisasi, telur yang telah dibuahi menjadi embrio. Setelah 5 hari (120 jam) dari fertilisasi, embrio bergerak dari oviduk menuju ke uterus. Selnjutnya, embrio akan menempel pada dinding uetrus. Di tempat ini embrio akan berkembang biak selama 40 minggu untuk menjadi bayi.

Daftar Pustaka1. Heffner L, Schust D. At a glance sistem reproduksi. Edisi 2. Jakarta: Erlangga; 2003.h.42-3.2. Yulaikhah L. Kehamilan seri asuhan kebidanan. Jakarta: EGC; 2006.h.29.3. Sudjadi B, Laila S. Biologi sains dalam kehidupan. Jakarta: Yudhistira; 2006.h.146.4. Sadler.t.w. embriologi kedokteran langman. Ed.10. Jakarta: EGC; 20095. Dorland, W. A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 20026. Llewellyn, Derek. Dasar-Dasar Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: Penerbit Hipokrates; 20027. Sloance E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC; 1995.h.345.8. Sadler, T.W.Embriologi Kedokteran Langman. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2000

13