26
 Evaluasi Program Puskesmas Mengenai Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Jessica 102012373 akultas !edokteran "niversitas !risten !rida #acana Jl$ %r&una "tara 'o$( Jakarta Barat 11)10 Email * Jessiiguna+an,yahoo$com Abstrak Demam Berdarah Dengue -DBD.D/ ada saat ini meruakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di ndonesia$ /al ini disebabkan karena angka kematian yang tinggi angka kesakitan cenderung meningkat dari tahun ke tahun daerah yang ter&angkit semakin meluas khususnya di daerah erkotaan yang adat dan adanya beberaa !e&adian 4uar Biasa -!4B yang berdamak ada masyarakat$ Penyakit DBD dalam dua uluh tahun terakhir meruakan enyakit yang menimbulkan keresahan masyarakat ada saat +abah menyerang anak5anak dengan tanda demam tinggi disertai erdarahan dan syok$ 6e ktor enyakit ini adalah nyamuk %edes aegyti yang ban yak di erkotaan dan %edes %l boictus -transmitan co5vector di  erdesaan$Penularan DBD berkaitan dengan musim enghu&an$ !ata kunci * Demam Berdarah Dengue !4B vektor nyamuk %edes aegyti  Abstrac  Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) at this time is one public health problem in  Indonesia. This is due to high mortality , morbidity tends to incre ase from year to year , aff ected area is expanding, especially in dense urban areas and the presence of some of xtraordinary  vents (!"#) $hich have an impact on society. DHF di sease in the last t$enty years is a disease that causes social unrest during the outbrea% in children $ith high fever accompanied by signs of bleeding and shoc%. &e ctor of this disease is 'edes aegypti and 'edes 'lbopictus (transmittance covector) in rural.transmitted of DHF associated $ith the rainy season.  !ey$ords Dengue, !"#, vector mos*uitoes, ' edes aegypti 1

pbl blok 26

Embed Size (px)

DESCRIPTION

DBD

Citation preview

Evaluasi Program Puskesmas Mengenai Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue Jessica102012373Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510Email : [email protected] Berdarah Dengue (DBD/DHF) pada saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Hal ini disebabkan karena angka kematian yang tinggi, angka kesakitan cenderung meningkat dari tahun ke tahun, daerah yang terjangkit semakin meluas khususnya di daerah perkotaan yang padat dan adanya beberapa Kejadian Luar Biasa (KLB) yang berdampak pada masyarakat. Penyakit DBD dalam dua puluh tahun terakhir merupakan penyakit yang menimbulkan keresahan masyarakat pada saat wabah menyerang anak-anak dengan tanda demam tinggi disertai perdarahan dan syok. Vektor penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti yang banyak di perkotaan dan Aedes Albopictus (transmitan co-vector) di perdesaan.Penularan DBD berkaitan dengan musim penghujan. Kata kunci : Demam Berdarah Dengue, KLB, vektor nyamuk, Aedes aegypti

AbstracDengue Hemorrhagic Fever (DHF) at this time is one public health problem in Indonesia. This is due to high mortality, morbidity tends to increase from year to year, affected area is expanding, especially in dense urban areas and the presence of some of Extraordinary Events (KLB) which have an impact on society. DHF disease in the last twenty years is a disease that causes social unrest during the outbreak in children with high fever accompanied by signs of bleeding and shock. Vector of this disease is Aedes aegypti and Aedes Albopictus (transmittance co-vector) in rural.transmitted of DHF associated with the rainy season.Keywords: Dengue, KLB, vector mosquitoes, Aedes aegypti

PendahuluanDemam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan diatesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukkan cairan di rongga tubuh. Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok.1Demam berdarah dengue merupakan satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas penyebarannya dan semakin meningkat jumlah kasusnya. Selain itu DBD merupakan penyakit endemic dan menular, dimana setiap saat dapat menimbulkan kematian dan kejadian luar biasa (KLB).2Vector penyakit ini adalah Aedes aegypti, yang berkembang biak di air jernih dan tersebar luas di seluruh Indonesia, kecuali pada daerah yang ketinggiannya lebih dari 1.000 meter diatas permukaan laut. Sampai saat ini belum ada obat untuk membunuh virus dengue, maka pemberantasan DBD ditekan pada pengendalian vector dan penyuluhan kepada masyarakat. DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang terlambat. Untuk itu penyuluhan kepada masyarakat mengenai tanda dan gejala dini sangat penting, dan berperan dalam keberhasilan program puskesmas mengenai pemberantasan DBD.2

Epidemiologi Agent Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus dengue yang termasuk dalam kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus flavivirus, family falvivirus, family flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotype yaitu: DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Yang di tularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat di hampir seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter diatas permukaan air laut. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan antibody terhadap serotype bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberi perlindungan yang memadai terhadap serotype yang lain. Serotype 3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukan manifestasi klinis yang berat.3,4Pejamu (host) virus dengue ditularkan kepada manusia lewat gigitan nyamuk Aedes aegypty. Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat mengigit manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang ada dalam kelenjar liur berkembang biak dalam waktu 8-10 hari (extrinsic ebcubation period) sebelum dapat di tularkan kepada manusia pada saat gigitan berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya (transovanan transmission) , namun perananya dalam penularan virus tidak penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembang biak dalam nyamuk, nyamuk tersebut akan dapat menularkan virus selama hidup (infektif). Didalam tubuh manusia, virus memerlukan waktu masa tunas 46 hari (intrinsic incubation period) sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia yang sedang mengalami viremia, yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demem timbul. 3,4Lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan vektor, sehingga berpengaruh pula terhadap penularan penyakit DBD, antara lain sebagai berikut. Lingkungan fisik, terdiri dari genangan air, khususnya genangan air yang tidak kontak langsung dengan tanah, tempat penampungan air, air di pelepah atau batang pisang, air di kaleng bekas atau ban bekas dan tanaman hias. Letak geografis: Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari kadang-kadang disebut demam sendi. Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain Musim: Secara nasional penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia setiap tahun terjadi pada buan September s/d Februari dengan puncak pada bulan Desember atau Januari yang bertepatan dengan waktu musim hujan. Akan tetapi Untuk kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya musim penularan terjadi pada bulan Maret s/d Agustus dengan puncak terjadi pada bulan Juni atau Juli.4 Lingkungan biologi: terdiri dari tanaman yang dapat menampung air pada pelepah, daun maupun batangnya. Populasi: Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah. Nutrisi: Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat. Lingkungan sosial-ekonomi, berupa perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungannya, terutama menguras bak atau tempat penampungan air dan sampah-sampah yang dapat menampung air.Di Indonesia kasus DBD pertama kali terjadi di Surabaya pada tahun 1968. Penyaki ini ditemukan di 200 kota di 27 provinsi dan telah terjadi KLB akibat DBD. Profil kesehatan provinsi jawa tengah tahun 1999 melaporkan bahwa kelompok tertinggi adalah usia 5-14 tahun yang terserang sebanyak 42% dan kelompok usia 15-44 tahun yang teserang sebanyak 37%. Data tersebut di dapatkan dari data rawat inap rumah sakit. Rata-rata insidensi penyakit DBD sebesar 6-27 per 100.000 penduduk.CFR penyakit DBD mengalami penurunan dari tahun ke tahun walaupun masih tetap tinggi. CFR tahun 1968 sebanyak 43%, tahun 1971 sebesar 14%, tahun 1980 sebesar 4,8% dan tahun 1999 masih di atas 2%. Data dari Departemen Kesehatan RI melaporkan bahwa pada tahun 2004 selama bulan januari dan februari, pada 25 provinsi tercatat 17.707 orang terkena DBD dengan kematian 322 penderita. Daerah yang perlu diwaspadai adalah DKI Jakarta, Bali, dan NTB.5

EtiologiPentakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok Arbovirus B, yaitu arthropod-borne virus atau virus yang disebabakan oleh artropoda. Virus ini termasuk genus Flavivirus dari family Flaviviridae. Studi melaporkan bahwa epidemiologi dengue di Batavia disebabkan oleh tiga factor utama yaitu virus, manusia, dan nyamuk.Vektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus (di daerah pedesaan). Ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti adalah :6 Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain-lain. Jarak terbang 100 m Nyamuk betina bersifat multiple biters (mengigit beberapa orang karena sebelum nyamuk itu kenyang sudah berpindah tempat) Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggiNyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal, yakni aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin, yang diperlukan untuk bertelur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh sumber energy dan nectar bunga ataupun tumbuhan. 7Nyamuk Aedes aegypti menyukai area yang gelap dan benda-benda bewarna hitam atau merah. Penyakit DHF/DBD kerap menyerang anak-anak. Hal ini disebabkan karena anak-anak cenderung duduk di dalam ruang kelas selama pagi hingga siang haari dan kaki mereka yang tersembunyi di bawah meja menjadi sasaran empuk nyamuk jenis ini. Infeksi virus dalam tubuh nyamuk dapat mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vector, yaitu kemampuan untuk menyebarkan virus. Infeksi virus dengue dapat mengakibatkan nyamuk kurang handal dalam menghisap darah, berkali-kali menusukkan alat penusuk dan pengisap darahnya (prosboscis), tetapi tidak berhasil menghisap darah, sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain. Akibatnya, resiko penularan penyakit DHF menjadi semakin besar. Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah mengisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes Aegypti yang telah mengisap virus dengue itu menjadi penular (infektif) sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menusuk/mengigit, sebelum mengisap darah akan mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis) agar darah yang diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang lain.7,8Di Indonesia, nyamuk Aedes aegypti umumnya memiliki habitat di lingkungan perumahan, tempat terdapat banyak penampungan air bersih dalam bak mandi ataupun tempayan yang menjadi sarang berkembang biaknya. Selain itu, di dalam rumah juga banyak terdapat baju yang tergantung atau lipatan gorden, di tempat-tempat inilah biasanya nyamuk Aedes aegypti betina dewasa bersembunyi.9

PuskesmasPuskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah suatu organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, serta biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran serta kemauan dan kemampuan hidup sehat agar terwujudnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat 2010. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas bagi mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan.8Pelayanan di Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis kesehatan di bawah supervisi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Secara umum, mereka harus memberikan pelayanan preventif, promotif, kuratif sampai dengan rehabilitatif baik melalui upaya kesehatan perorangan (UKP) atau upaya kesehatan masyarakat (UKM). Puskesmas dapat memberikan pelayanan rawat inap selain pelayanan rawat jalan. Hal ini disepakati oleh puskesmas dan dinas kesehatan yang bersangkutan. Dalam memberikan pelayanan di masyarakat, puskesmas biasanya memiliki subunit pelayanan seperti puskesmas pembantu, puskesmas keliling, posyandu, pos kesehatan desa maupun pos bersalin desa (polindes). Tujuan puskesmas adalah mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.8

Fungsi Puskesmas1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Berupaya menggerakkan lintas sektor dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan2. Pusat pemberdayaan masyarakat Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga dan masyarakat: Memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan Ikut menetapkan, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan, dan pelayanan kesehatan masyarakat untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.8

Tugas Dokter PuskesmasFIVE STAR DOCTOR, menurut dr. Charles Boelen WHO, Swedia:71. Care Provider Mampu menyediakan perawatanSelain memberikan perawatan individu five stars doctor harus memperhitungkan total (fisik, mental, sosial) kebutuhan pasien. Mereka harus memastikan bahwa berbagai pengobatan-kuratif, preventif, rehabilitatif- akan dibagikan denga cara yang saling melengkapi, terintegritas, dan berkesinambungan. Dan mereka harus memastikan bahwa pengobatan adalah kualitas tertinggi.2. Decision Maker Mampu menjadi penentu keputusanDalam transparasi five star doctor akan mengambil keputusan yang dapat dibenarkan dalam hal efikasi dan biaya. Dari semua cara yang mungkin untuk mengobati kondisi kesehatan yang diberikan, salah satu yang tampaknya paling sesuai dalam situasi tertentu harus dipilih. Sebagai pengeluaran regards, sumber daya terbatas yang tersedia untuk kesehatan harus dibagi secara adil untuk kepentingan setiap individu dalam masyarakat.3. Communicator Mampu menjadi komunikator yang baikLifestyle aspek seperti diet seimbang, langkah-langkah keselamatan di tempat kerja, jenis kegiatan rekreasi, menghormati lingkungan dan sebagainya semua memiliki pengaruh yang menentukan kesehatan. Keterlibatan individu dalam melindungi dan memulihkan kesehatannya itu sendiri, sangat penting karena paparan resiko kesehatan sangat ditentukan oleh perilaku seseorang. Para dokter juga harus seorang komunikator yang sangat baik dalam rangka membujuk pasien, keluarga dan masyarakat yang merupakan tanggung jawab dokter untuk mengadopsi gaya hidup sehat dan menjadi mitra dalam upaya kesehatan.4. Community Leader Mampu menjadi pemimpin dalam komunitas atau masyarakatKebutuhan dan masalah seluruh masyarakat tidak boleh dilupakan. Dengan memahami faktor-faktor penentu kesehatan yang melekat dalam lingkungan fisik dan sosial dan dengan menghargai luasnya setiap masalah atau resiko kesehatan, five stars doctor tidak akan hanya mengobati individu yang mencari bantuan tetapi juga akan mengambil bunga positif dalam kegiatan kesehatan masyarakat yang akan bermanfaat bagi sejumlah besar orang.5. Manager Mampu dan bisa memiliki skill manajerial yang baik untuk menjalankan fungsi-fungsi diatasUntuk melaksanakan semua fungsi, maka penting untuk five stars doctor untuk memperoleh keterampilan manajerial. Ini akan memungkinkan mereka untuk memulai pertukaran informasi dalam rangka membuat keputusan yang lebih baik, dan untuk bekerja dalam tim multidisiplin yang erat hubungannya dengan mitra lain untuk kesehatan dan pembangunan sosial, apakah ditakdirkan untuk individu atau untuk masyarakat.7

Evaluasi ProgramEvaluasi program memiliki hubungan yang kuat dengan sistem kesehatan. Dimana sebuah sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terpadu dari pelbagai elemen yang berhubungan dan saling mempengaruhi, yang dengan sadar dipersiapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data evaluasi program dapat berupa data sekunder, yang berasal dari data kependudukan kelurahan dan laporan bulanan puskesmas kelurahan setempat pada periode tertentu. Berikut merupakan contoh evaluasi program puskesmas dalam melakukan pemberantasan DBD.101. Masukan. Masukan meliputi 4M, yaitu man, money, material, dan method, atau dengan kata lain adalah tenanga, dana, sarana, dan metode. Tenaga diperoleh dari dokter, koordinator P2M dan PKM, petugas laboratorium, petugas administrasi, kader aktif, dan jumantik. Dana diperloleh dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) untuk anggaran pengawasan dan monitoring, sarana diagnosis, bahan cetakan, kegiatan pemecahan masalah di kota madya. Selain itu juga ada swadaya masyarakat untuk anggaran operasional, pemeliharaan, pelaksanaan, pencegahan dan penanggulangan DBD. Sarana digolongkan menjadi sarana medis dan non-medis. Sarana medis meliputi poliklinik set (stetoskop, timbangaan BB, thermometer, tensimeter, dan senter), alat pemeriksaan hematokrit, alat penyuluhan kesehatan masyarakat, formulir laporan standar poperasional dan kasus DBD di rumah sakit (KDRS), obat-obatan simptomatis untuk DBD (analgetik dan antipiretik), buku petunjuk program DBD, bagan penatalaksanaan kasuk DBD, serta larvasida. Sedangkan sarana nonmedis meliputi gedung puskesmas, ruang tunggu, ruang administrasi, ruang periksa, ruang tindakan, laboratorium, apotik, perlengkapan administrasi, serta formulir laporan. Metode dicari, dipilih dan digunakan untuk penemuan penderita tersangka DBD, rujukan penderita DBD, penyuluhan kesehatan pada masyarakat, yang meliputi penyuluhan perorangan (konseling), penyuluhan kelompok (diskusi, ceramah, dan poster), dan penyuluhan media (tv, radio, dan lain-lain), surveilans kasus DBD, surveilans vector, pemberantasan vector, dan pencatatan serta pelaporan.2. Proses. Proses meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian.10 Perencanaan dibuat untuk menemukan penderita tersangka DBD, merujuk penderita DBD, melakukan penyuluhan kesehatan, mengamatai surveilans kasus DBD dan surveilans vector, melakukan pemberantasan vector, dan melakukan pencatatan serta pelaporan. Pengorganisasian adalah strukur organisasi tertulis dan pemberian tugas yang jelas dalam melaksanakan tugasnya. Pelaksanaan merupakan tindakan melalukan perencanaan sesuai yang telah dibuat sebelumnya. Pengawasan dan pengendalian dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang dilakukan bulanan, triwulanan, dan tahunan.3. Keluaran. Keluaran adalah terselenggaranya pelayanan kesehatan. Yang disebut dengan keluaran adalah bila telah ditemukan jumlah penderita tersangka DBD, yang dapat dilihat dari jumlah pasien suspect DBD yang datang ke puskesmas (contoh: 128 orang/tahun). Selain itu adalah jumlah rujukan penderita DBD (contoh: dilakukan rujukan 100% kasus). Terselenggaranya penyuluhan dan penggerakkan masyarakat untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN) adalah juga salah satu keluaran. Berikutnya bila telah ditemukan surveilans kasus DBD (yaitu hasil ABJ), surveilans vector (yaitu melalui PJB), dan keberhasilan pemberantasan vector. Yang terakhir adalah hasil pencatatan dan pelaporan bila terjadi wabah.104. Lingkungan. Lingkungan dibedakan menjadi lingkungan fisik dan non-fisik. Lingkungan fisik adalah jarak antara pemukiman penduduk (dekat atau jauh), transportasi (mudah atau sukar), dan jarak pemukiman dengan fasilitas umum. Sedangkan lingkungan non-fisik adalah mata pencaharian penduduk (terbanyak), dan tingkat pendidikan penduduk.105. Sasaran. Sasaran dikelompokan dalam bentuk perorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat.106. Dampak. Dampak adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, dan terpenuhinya kebutuhan serta tuntutan. Dampak dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Disebut langsung bila terjadi penurunan angka morbiditas dan mortalitas kasus DBD, dan tidak langsung bila terjadi peningkatan derajat kesehatan masyarakat.10Problem Solving CycleMasalah adalah terdapatnya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Yang dimaksud dengan masalah dalam perencanaan kesehatan tidak terbatas pada masalah gangguan kesehatan saja, akan tetapi meliputi semua faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk (lingkungan, perilaku, kependudukan, dan pelayanan kesehatan). Langkah-langkah dalam problem solving cycle adalah menentukan prioritas masalah dan jalan keluarnya.11Prioritas masalah. Ditinjau dari sudut pelaksanaan program kesehatan, penetapan prioritas masalah dipandang amat sangat penting, karena terbatasanya sumber daya yang tersedia dan karena itu tidak mungkin menyelesaikan semua masalah. Selain itu adanya hubungan antara satu masalah dengan masalah lain, yang dalam arena itu tidak perlu semua masalah diselesaikan.11Cara menetapkan prioritas masalah adalah dengan teknik kajian data, ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan, yaitu:111. Pengumpulan data. Data adalah hasil dari suatu pengukuran dan ataupun pengamatan. Agar data yang dikumpulkan tersebut dapat menghasilkan kesimpulan tentang prioritas masalah, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Jenis data: jenis data yaitu tentang perilaku (behavior), lingkungan (environment), pelayanan kesehatan (health service), keturunan (heredity), keadaan geografis, keadaan pemerintahan, kependudukan, pendidikan, pekerjaan, mata pencaharian, sosial budaya, dan keadaan kesehatan. Sumber data: sumber data dikenal sebagai sumber primer (hasil pemeriksaan atau wawancara langsung), sekunder (laporan bulanan puskesmas dan kantor kecamatan), dan tersier (hasil publikasi dari badan-badan resmi, seperti kantor dinas statistik, dinas kesehatan dan kantor kabupaten). Jumlah responden: jumlah responden adalah yang mencangkup seluruh penduduk. Namun lazimnya diambil data dari sebagian penduduk saja, dengan menggunakan rumus sampel:

Sampel: jika jumlah sampel telah ditentukan, lanjutkan dengan menetapkan cara pengambilan sampel, yaitu cara simple random, systematic random sampling, stratified random sampling, dan cluster random sampling. Pengumpulan data: ada 4 cara dalam mengumpulkan data, yaitu wawancara, pemeriksaan, pengamatan, serta peran serta.2. Pengolahan data. Pengolahan data adalah menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki. Cara pengolahan data secara umum dapat dibedakan atas tiga macam yakni manual, mekanikal, serta elektrikal.3. Penyajian data. Ada tiga macam penyajian data yang lazim dipergunakan, yaitu secara tekstular, tabular dan grafikal.4. Pemilihan prioritas masalah. Cara yang dianjurkan adalah memakai kriteria yang dituangkan dalam bentuk matriks. Dikenal dengan nama teknik kriteria matriks. Secara umum dapat dibedakan menjadi tiga macam: Pentingnya masalah. Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin diprioritaskan penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah ada banyak macam, yaitu besarnya masalah (prevalence), akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity), kenaikan besarnya masalah (rate of increase), derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet need), keuntungan social karena selesainya masalah (social benefit), rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public concern), dan suasana politik (poltikal climate). Kelayakan teknologi. Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah (technical feasibility), makin diprioritaskan masalah tersebut. Kelayakan teknologi yang dimaksud adalah menunjukan pada pengasaan ilmu dan tekhnologi yang sesuai. Sumber daya. Makin tersedia sumber daya yang dipakai untuk mengatasi maslah, makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya yang dimaksud adalah tenaga, dana, dan sarana.Prioritas jalan keluar. Cara menetapkan prioritas jalan keluar adalah dengan beberapa kegaitan dibawah ini, yaitu:51. Penyusunan alternatif jalan keluar. Menyusun alternatif jalan keluar dikenal dengan teknik analog atau popular, dengan sebutan synectic technique, yaitu menentukan berbagai penyebab masalah (dibantu dengan diagram hubungan sebab-akibat atau diagram tulang ikan), memeriksa kebenaran penyebab masalah (dibantu dengan uji statistic), serta mengubah penyebab masalah menjadi kegiatan.2. Pemilihan prioritas jalan jeluar. Memilih prioritas jalan keluar yang dianjurkan adalah memakai criteria matriks. Efektifitas jalan keluar: kritetia efektifitas jalan keluar adalah besarnya masalah (magnitude) yang dapat diselesaikan, pentingnya jalan keluar (importancy), dan sensitifitas jalan keluar (vunerability). Sensitifitas yang dimaksud dikaitkan dengan kecepatan jalan keluar mengatasi masalah. Efisiensi jalan keluar: nilai efisiensi untuk setiap alternative jalan keluar, diwakili dengan angka 1 (paling tidak efisien) sampai dengan angka 5 (paling efisien). Nilai efisien diakitkan dengan biaya (cost) yang diperlukan. Hitunglah nilai P (prioritas) dengan membagi hasil perkalian nilai MIV dengan nilai C. jalan keluar dengan nilai P paling tinggi adalah prioritas jalan keluar terpilih.3. Melakukan uji lapangan. Tujuan utama yang ingin dicapai bukan lagi mempermasalahkan jalan keluar yang telah terpilih, melainkan hanya menilai berbagai faktor penopang dan faktor penghambat.4. Memperbaiki prioritas jalan keluar. Dengan memanfaatkan berbagai faktor penopang dan bersama itu meniadakan faktor penghambat.5. Penyusunan uraian rencana prioritas jalan keluar.Surveillance Surveillance memiliki tujuan untuk deteksi secara dini adanya "out break" atau kasus kasus yang endemis, sehingga dapat dilakukan usaha penanggulangan secepatnya. Selain itu untuk mengetahui faktor-faktor terpenting yang menyebabkan atau membantu adanya penularan-penularan atau wabah.Daerah pelaksanaan surveillance tidak hanya dilaksanakan di desa-desa dimana sudah pernah terdapat penderita atau penularan DBD saja, tetapi harus dilaksanakan juga di daerah-daerah yang receptive, yaitu daerah-daerah dimana diketahui terdapat Aedes aegepti saja sudah cukup untuk dinyatakan receptive.Pelaksanaan surveillance adalah melalui penemuan penderita, pelaporan penderita, serta penelitian KLB atau wabah. Surveillance vektor untuk tingkat Puskesmas, kegiatannya membantu Tim dari Dati II atau Dati I dalam pelaksanaannya. Kegiatan pertama adalah perlindungan perseorangan. Memberikan anjuran untuk mencegah gigitan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan meniadakan sarang nyamuknya di dalam rumah, yaitu dengan melakukan penyemprotan dengan obat anti serangga yang dapat dibeli di toko-toko seperti baygon, raid dan lain-lain. Selain itu juga pemberantasan vektor jangka panjang (pencegahan). Satu cara pokok untuk pemberantasan vektor jangka panjang ialah usaha peniadaan sarang nyamuk. Dalam usaha jangka panjang untuk daerah dengan vektor tinggi dan riwayat wabah DBD, maka kegiatan Puskesmas lebih lanjut yaitu abatesasi untuk membunuh larva dan nyamuk dan fogging dengan malathion atau fonitrothion. Pemberantasan vektor dalam keadaan wabah membantu Tim Propinsi/Dati II untuk survai larva dan nyamuk, dan menyiapan rumah penduduk untuk di-fogging.4

Peran puskesmas dalam penanggulangan DHF Health promotiona. Strategi Promosi KesehatanMenurut Depkes RI 2005, kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan, yaitu:121. Gerakan pemberdayaan adalah proses pemeberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran, agar sasaran tersebut berubah dari tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sarasan utama pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.2. Bina suasana adalah upaya menciptakan opini atau lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial di mana pun ia berada (keluarga di rumah, orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain bahkan masyarakat umum) memiliki opini positif terhadap perilaku tersebut.Terdapat tiga pendekatan bina suasana, antara lain:12a) Bina suasana individu ditujukan kepada individu-individu tokoh masyarakat. Dengan pendekatan ini diharapkan mereka akan menyebarkan opini yang positif terhadap perilaku yang sedang diperkenalkan seperti gerakan 3M. Di samping itu diharapkan mereka juga bersedia memperkenalkan atau mau mempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan tersebut (misal seorang pemuka agama rajin melakukan 3M yaitu menguras, mengubur dan menutup).b) Bina suasana kelompok ditujukan kepada kelompok masyarakat seperti Kepala Lingkungan, majelis pengajian, majelis gereja, organisasi pemuda dan lain-lain. Pendekatan ini dilakukan bersama tokoh masyarakat sehingga mereka perduli dan mau mendukung perubahan perilaku yang sedang diperkenalkan dan menyetujui untuk mempraktekkan perilaku yang sedang diperkenalkan yaitu 3M tersebut.c) Bina suasana masyarakat umum dilakukan terhadap masyarakat umum dengan membina dan memanfaatkan media-media komunikasi seperti radio, televisi, koran, majalah, situs internet dan lain-lain, sehingga dengan media komunikasi tersebut diharapkan media-media massa tersebut perduli dan mendukung perubahan perilaku yang diperkenalkan. Dengan demikian media massa tersebut dapat menjadi mitra dalam rangka penyebarluasan informasi dan akhirnya diharapkan terbentuklah sebuah opini publik yang positif terhadap perubahan perilaku baru yang diperkenalkan dan akhirnya mereka masyarakat mau melaksanakan perilaku baru tersebut dalam kehidupannya.3. Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis atau terencana untuk mendapatkan komitmen adan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Advokasi diarahkan untuk mendapatkan dukungan yang berupa kebijakan (misal dalam bentuk perundang-undangan), dana, sarana, dan lain-lain sejenisnya. Stakeholders yang dimaksud bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintah dan penyandang dana pemerintah. juga dapat berupa tokoh agama, tokoh adat, dan lain-lain yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan di bidangnya.12b. Promosi Kesehatan oleh PuskesmasPuskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama. 11,12

c. Promosi kesehatan secara umum Secara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu : Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatan Memberi nutrisi yang sesuai standar Meningkatkan kesehatan mental Penyediaan perumahan yang sehat Rekreasi yang cukup Pekerjaan yang sesuai Melakukan konseling perkawinan Melaksanakan pemeriksaan berkala Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui pesan pokok 3M PLUS, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. 11Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada: 111. Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.2. Penyuluhan perorangan:a) Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandub) Kepada penderita/keluarganya di Puskesmasc) Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas3. Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.Cara MelakukanPenyuluhan Kelompok:11a. Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan sebagainya.b. Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok: Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran. Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak. Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang dibahas Pada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan telah dipahami.

Gambar 1. Pamflet penyuluhan DBD

Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatan :12a. Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir : W1/laporan KLB (wabah) W2/laporan mingguan wabah SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian. Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).b. Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat. PreventifSecara garis besar kegiatan ini meliputi :8,111.Pembersihan jentik Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) Larvasidasi Menggunakan ikan (ikan kepala timah, cupang, sepat)2.Pencegahan gigitan nyamuk Menggunakan kelambu Menggunakan obat nyamuk (bakar, oles) Tidak melakukan kebiasaan berisiko (tidur siang, menggantung baju) penyemprotanPencegahan dan pemberantasan penyakit DBD seperti juga penyakit menular lainnya didasarkan pada usaha pemutusan rantai penularannya. Pada penyakit DBD yang merupakan komponen epidemiologi adalah terdiri dari virus dengue, nyamuk Aedes aegypti dan manusia. Oleh karena sampai saat ini belum terdapat vaksin atau obat yang efektif untuk virus dengue, maka pemberantasan ditujukan terutama pada manusia dan vektornya. Yang sakit diusahakan agar sembuh guna menurunkan angka kematian, sedangkan yang sehat terutama pada kelompok yang paling tinggi terkena resiko, diusahakan agar jangan mendapatkan infeksi penyakit DBD dengan cara memberantas vektornya. 11Sampai saat ini pemberantasan vector masih merupakan pilihan yang terbaik untuk mengurangi jumlah penderita DBD. Strategi pemberantasan vektor ini pada prinsipnya sama dengan strategi umum yang telah dianjurkan oleh WHO dengan diadakan penyesuaian tentang ekologi vektor penyakit di Indonesia. Strategi tersebut terdiri atas perlindungan perseorangan, pemberantasan vektor dalam wabah dan pemberantasan vektor untuk pencegahan wabah, dan pencegahan penyebaran penyakit DBD. Untuk mencapai sasaran sebaik-baiknya perlu diperhatikan empat prinsip dalam membuat perencanaan pemberantasan vektor, yaitu: 111. Mengambil manfaat dari adanya perubahan musiman keadaan nyamuk oleh pengaruh alam, dengan melakukan pemberantasan vektor pada saat kasus penyakit DBD paling rendah.2. Memutuskan lingkaran penularan dengan cara menahan kepadatan vector pada tingkat yang rendah untuk memungkinkan penderita-penderita pada masa viremia sembuh sendiri.3. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah dengan potensi penularan tinggi, yaitu daerah padat penduduknya dengan kepadatan nyamuk cukup tinggi.4. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat-pusat penyebaran seperti sekolah, Rumah Sakit, serta daerah penyangga sekitarnya. Pemberantasan vektor dapat dilakukan pada stadium dewasa maupun stadium jentik.

Kuratif Pada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi perlu perawatan intensif.6,10 Tirah baring selama masih demam Obat antipiretik atau kompres panas hangat. Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam, anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan diberikan selama 2 hari. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena. Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA). (catatan :auntukresusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albuminProtektif Penyakit DBD sampai saat ini belum ada obat dan vaksinnya, untuk itu yang bisa dilakukan adalah melakukan tindakan protektif dengan mencegah dan membatasi penyebaran penyakit DBD melalui upaya memutuskan rantai penularan. Tindakan protektif dipengaruhi oleh prilaku dan kebiasaan masyarakat.10

Prilaku MasyarakatAdalah reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).Atau dapat pula diartikan suatu tindakan yang dilatarbelajangi oleh pengetahuan, sikap dan praktek.10 PengetahuanMerupakan hasil dari tahu, kemudian meningkat menjadi memahami, mengaplikasi, menganalisis, dan mensistesis serta mengevaluasi dari obyek yang diterima oleh panca indera. Indicator untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi: pengetahuan tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan DBD) pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat)Salah satu pengetahuan adalah tentang penanaman tanaman antinyamuk seperti cayuputih, sereh,jahe, lengkuas, kemangi, kencur, jeruk purut, lavender. Pengetahuan mengenai pemeliharaan ikan cupang, cere kepala timah dapat pula dilakukan untuk pemberantasan biologik. SikapMerupakan penilaian dari reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Indicator untuk sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesadaran seperti diatas: sikap tentang sakit (penyebab, gejala, cara pengobatan, cara penularan, cara pencegahan DBD) sikap tentang cara pemeliharaan kesehatan sikap tentang kesehatan lingkungan (cara pembuangan sampah yang sehat) Praktik./TindakanMerupakan proses lanjutan yang diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikan apa yang diketahui atau disikapi. Indikato praktik kesehatan ini mencakup: praktik/tindakan sehubungan dengan penyakit mencakup pencegahan dan pengobatan penyakit DBD praktik/tindakan sehubungan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mencakup mengkonsumsi makanan dan gizi seimbang praktik/ tindakan sehubungan kesehatan lingkungan mencakup pembuangan sampah pada tempatnya.10

Kebiasaan MasyarakatBerhubungan dengan penyakit DBD adalah kebiasaan tidur siang dan menggantung baju.Hal ini berhubungan dengan kebiasaan menggigit vector penyakit DBD yang aktif pada pagi dan siang hari serta kesenangan vector untuk beristirahat dan bersarang didalam rumah pada baju/barang yang tergantung.Untuk mengubah kebiasaan masyarakat mungkin kesulitan tetapi yang bisa dilakukan adalah memberi pemahaman tindakan protektif seperti memakai obat nyamuk bakar/elektrik/spray/repellen atau memakai kelambu saat tidur siang serta melipat baju yang bergantungan.10

Pemberantasan vektor stadium dewasa Pemberantasan vektor penyakit DBD pada waktu terjadi wabah sering dilakukan fogging atau penyemprotan lingkungan rumah dengan insektisida malathion yang ditujukan pada nyamuk dewasa. Caranya adalah dengan menyemprot atau mengasapkan dengan menggunakan mesin pengasap yang dapat dilakukan melalui darat maupun udara. interval 1 minggu. Pada penyemprotan siklus pertama, semua nyamukyang mengandung virus dengue (nyamuk infektif) dan naymuk-nyamuk lainnya akan mati. Tetapi akan segera muncul nyamuk-nyamuk baru diantaranya akan mengisap darah penderita viremia yang masih ada yang dapat menimbulkan terjadinya penularan kembali. Oleh karena itu perlu dilakukan penyemprotan siklus kedua. Penyemprotan yang kedua dilakukan satu minggu sesudahpenyemprotan yang pertama agar nyamuk baru yang infektif tersebut akan terbasmi sebelum sempatmenularkan pada orang lain.11Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengasapan rumah dengan malathion sangat efektif untuk pemberantasan vektor. Namun kegiatan ini tanpa didukung dengan aplikasi abatisasi, dalam beberapa hari akan meningkat lagi kepadatan nyamuk dewasanya, karena jentik yang tidak mati oleh pengasapan akan menjadi dewasa, untuk itu dalam pemberantasan vektor stadium dewasa perlu disertai aplikasi abatisasi.8,11

Pemberantasan vektor stadium jentik.Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang dikenal dengan istilah Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah (PSN DBD).1. FisikMenurut studi untuk mencegah dan membatasipenyebaran penyakit Demam Berdarah, setiap keluarga perlu melakukan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue (PSN-DBD) dengan cara 3M yaitu:1. Menguras dengan menyikat dinding tempat penampungan air (tempayan,drum, bak mandi, dan lain-lain) atau menaburkan bubukabate/altosidbila tempat-tempat tersebut tidak bisa dikuras2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air agar nyamuk tidak dapatmasuk dan berkembang biak di dalamnya3. Mengubur/membuang barang-barang bekas yang dapat menampung airhujan misalnya ban bekas, kaleng bekas, tempat minuman mineral dan lain-lain.

Gerakan 3 M Plus adalah kegiatan yang dilakukan serentak oleh seluruh masyarakat untuk memutuskan rantai kehidupan (daur hidup) nyamuk Aedes aegypti penular penyakit. Daur hidup nyamukAedes aegypti terdiri dari telur,jentik, kepompong hidup dalam air yang tidak beralaskan tanah dan akanmati bilaairnya dibuang. Agar telur, jentik dan kepompong tersebut tidak menjadi naymuk,maka perlu dilakukan 3M Plus secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali dengan gerakan 3M Plus. Yang dimaksud Plus yaitu:12 Menggantiair vas bunga,tempat minum burung, atau tempat tempat lainnyasejenis seminggu sekali Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak Menutup lubang lubang pada potongan bambu / pohon dan lain lain (dengantana san lain lain) Menaburkan bubuk larvasida , misalnya ditempat tempat yang sulit dikurasatau didaerah yang sulit air Memelihara ikan pemakanjentik di kolam/ bak bak penampunganair Memasang kawat kasa Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai Menggunakan kelambu Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk

KimiaCara memberantas jentikAedes aegypti dengan menggunakan insektisidapembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal istilah larvasidasi. Larvasida yang biasa digunakan antara lain adalah bubuk abate (temephos). Formulasi temephos yang digunakan adalah granules (sand granules). Dosis yang digunakan 1 ppm atau 10gram ( 1 sendok makan rata) untuk setiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai efek residu 3 bulan. Selain itu dapat pula digunakan golongan insect growth regulator. Teknik penggunaan temefos:8 Aplikasi I dilakukan 2 bulan sebelum musim penularan di suatu daerah atau pada daerah yang belum pernah terjangkit DBD. Aplikasi II dilakukan 2-21/2 bulan berikutnya (pada masa penularan/populasi Aedes yang tertinggi) Aplikasi III dapat dilakukan 2-21/2 bulan setelah aplikasi II.BiologiMisalnya memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan cupang atau tempalo dan lain-lain). Dapat juga digunakanBacillus thuringensisvar, Israeliensis. 8

Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk memberikan daya (empowerment) atau kekuatan (strength) kepada masyarakat, peningkatan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan kelembagaan masyarakat secara bertanggung gugat demi perbaikan kehidupannya. 8,9

Juru Pemantau Jentik (JUMANTIK)Salah satu bentuk langsung peran serta masyarakat adalah kegiatan Pemantauan Jentik Berkala (PJB) yang dilakukan oleh masyarakat melalui Juru Pemantau jentik (Jumantik). Kegiatan Jumantik sangat perlu dilakukan untuk mendorong masyarakat agar dapat secara mandiri dan sadar untuk selalu peduli dan membersihkan sarang nyamuk dan membasmi jentik nyamuk Aedes Aegypti. Tujuan Umum rekrutmen Jumantik adalah menurunkan kepadatan (populasi) nyamuk penular demam berdarah dengue (Aedes Aegypti) dan jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN DBD), melalui penyuluhan yang dilakukan secara terus menerus. Tugas pokok seorang Jumantik adalah melakukan pemantauan jentik, penyuluhan kesehatan, menggerakkan pemberantasan sarang nyamuk secara serentak dan periodik serta melaporkan hasil kegiatan tersebut kepada Supervisor dan Petugas Puskesmas sehingga akan dapat dihasilkan sistem pemantauan jentik berkala yang berjalan dengan baik. Untuk itu peran Jumantik akan dapat maksimal apabila masyarakat dapat membantu kelangsungan kegiatan dengan kesadaran untuk memberikan kesempatan kepada Jumantik memantau jentik dan sarang nyamuk di rumahnya. 9Jumantik adalah petugas yang berasal dari masyarakat setempat atau petugas yang ditunjuk oleh unit kerja (pemerintah atau swasta) yang secara sukarela mau bertanggung jawab melakukan pemantauan jentik secara rutim, maksimal seminggu sekali di wilayah kerja serta melaporkan hasil kegiatan secara berkesinambungan ke kelurahan setempat. Jumantik tidak hanya terdiri dari petugas pusat kesehatan masyarakat tetapi juga dari masyarakat sekitar dan anak-anak sekolah. Memantau jentik tidaklah terlalu sulit jika kita sudah mengenal cirri-ciri jentik nyamuk Aedes aegypti. Jentik nyamuk ini memiliki cirri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaan air untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya. Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubah menjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan sering berada di permukaan air. Setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk baru. Pemeriksaan jentik dilakukan dengan memeriksa tempat penampungan air di sekitar rumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih 1 menit karena untuk bernafas jentik akan muncul ke permukaan. ocokkan ciri jentik dengan ciri-ciri jentikaedes aegypti. Jika sudah dipastikan jentik tersebut adalah jentikaedes aegypti, maka dilakukan abatisasidan pencatatan. 8,9Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air di mana jentik ditemukan untuk membunuh jentik yang ada. Sedangkan pencatatan yang dilakukan meliputi tanggal pemeriksaan, kelurahan tempat dilakukan pemantauan jentik, nama dan alamat keluarga, jumlah semua penampungan air yang diperiksa, serta jumlahcontaineryang di temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untuk menghitung angka bebas jentik. Hasil pencatatan ini dilaporkan ke Puskesmas setempat dan kemudian diserahkan ke Dinas Kesehatan. 9

Angka Bebas Jentik (ABJ)Merupakan salah satu indikator keberhasilan program pemberantasan vector penularDBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakanPSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Apabila angka bebas jentik suatu daerah rendah, maka kemungkinan penduduk daerah tersebut untuk terkena demam berdarah adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya lebih besar. ABJ yang diharapkan adalah >95%. Cara menghitung Angka Bebas Jentik (ABJ):9

PenutupDalam usaha merealisasi setiap upaya kesehatan tersebut harus mendapat kerjasama semua pihak termasuklah individu, keluarga, masyarakat dan pemerintah. Untuk mengatasi masalah di dalam puskesmas kita perlu memilih prioritas masalah terlebih dahulu, kemudiaan menganalisanya, menentukan kesenjangan yang terjadi ( input, proses, keluaran, lingkungan, dan sebagainya) kemudiaan mencari solusi yang tepat sehingga masalah dapat terselesaikan

Daftar Pustaka1. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata KM, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.273.2. Azwar A. Perencanaan program kesehatan & pengantar administrasi kesehatan. Edisi ke-3. Jakarta: Binarupa Aksara; 2007.h. 200-6.3. Nasruddin.Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DBD. Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 2007.h.178-984. Kadar A. Epidemiologi dan penyakit menular. Magelang: Balai Pelatihan Kesehatan;2008.h.326-95. Widoyono. Demam Berdarah Dengue (DBD). Dalam: Penyakit tropis epidemiologi, penularan, pencegahan & pemberantasannya. Jakarta:Erlangga;2008.h.523-406. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta : EGC; 2007.h.6-18.7. Adisasmito. Manajemen kerja puskesmas. Dalam:Pelayanan kesehatan puskesmas. Edisi ke 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2009.h.1-59.8. World Health Organization. Demam berdarah dengue: diagnosis, pengobatan, pencegahan dan pengendalian. Jakarta : EGC; 2009. h.72-105.9. Departemen Kesehatan RI. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue oleh jumantik. Edisi ke-3 Jakarta. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007.h.7-2910. Thomas S. Pemberantasan sarang nyamuk demam berdarah dengue (PSN DBD). Edisi ke 3. Jakarta: Departemen Kesehatan; 2007.h.40-63.11. Karmila. Peran keluarga dan petugas puskesmas terhadap penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Sumatera Utara : USU; 2008. h. 34-51.12. Widiyanto T. Kajian manejemen lingkungan terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD). Semarang : UNDIP; 2010. h. 39 -57. 27