28
Anemia Perdarahan Akibat Penggunaan OAINS Jangka Panjang Noviyantika br kaban 102011199 / E-2 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat [email protected] m Pendahuluan Gastritis merupakan suatu keadaaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang berisfat akut, kronis, difus atau local. Penyebab perdarahan saluran cerna atas dikarenakan endotoksin bakteri, kafein, alcohol, dan aspirin. Obat lain juga terlibat misalnya anti inflamasi non steroid( NSAID; mis, indometasin, ibu profen dan naproksen). Penggunaan NSAID dalam jangka waktu lama membentuk suatu ulkus, jika sudah sampai mengalami perdarahan menimbulkan gejala yang khas yaitu lemas. Lemas menandakan kurangnya darah yang sering disebut anemia. Dalam hal ini anemia bukanlah suatu penyakit melainkan suatu symptom dari suatu penyakit. Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Pada klasifikasi anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukan ukuran eritrosit sedangkan kromik menunjukan warnanya (kandungan Hb). Oleh karena hal diatas, maka akan dibahas pendekatan diagnosis dari 1

pbl blok 24

  • Upload
    wati

  • View
    230

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: pbl blok 24

Anemia Perdarahan Akibat Penggunaan OAINS Jangka Panjang

Noviyantika br kaban

102011199 / E-2

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat

[email protected] m

Pendahuluan

Gastritis merupakan suatu keadaaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang

berisfat akut, kronis, difus atau local. Penyebab perdarahan saluran cerna atas dikarenakan

endotoksin bakteri, kafein, alcohol, dan aspirin. Obat lain juga terlibat misalnya anti

inflamasi non steroid( NSAID; mis, indometasin, ibu profen dan naproksen). Penggunaan

NSAID dalam jangka waktu lama membentuk suatu ulkus, jika sudah sampai mengalami

perdarahan menimbulkan gejala yang khas yaitu lemas. Lemas menandakan kurangnya darah

yang sering disebut anemia. Dalam hal ini anemia bukanlah suatu penyakit melainkan suatu

symptom dari suatu penyakit. Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau

kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang sehat. Pada klasifikasi

anemia menurut morfologi, mikro dan makro menunjukan ukuran eritrosit sedangkan kromik

menunjukan warnanya (kandungan Hb). Oleh karena hal diatas, maka akan dibahas

pendekatan diagnosis dari gejela klinis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan

penatalaksanaan yang tepat pada kasus tersebut.

Pembahasan

Anamesis

Ada beberapa pertanyaan yang sebaiknya diajukan pada penderita untuk mengetahui

pasien menderita anemia atau tidak, antara lain:

1. Gejala apa yang sering dirasakan oleh pasien (lelah, malaise, sesak nafas, nyeri dada,

atau tanpa gejala)

2. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap?

1

Page 2: pbl blok 24

3. Adakah petunjuk mengenai penyebab anemia.

a) Tanyakan kecukupan makanan dan kandungan Fe. Adakah gejala yang

konsitensi dengan malabsopsi? Adakah tanda – tanda kehilangan darah dari

saluran cerna (tinja gelap, darah per rektal, muntah”butiran kopi”).

b) Jika pasien seorang wanita, adakah kehilangan darah menstruasi berlebihan?

Tanyakan frekuensi dan durasi menstruasi, dan penggunaan tampon serta

pembalut.

c) Adakah sumber kehilangan darah yang lain?

4. Riwayat penyakit dahulu dan penyelidikan fungsional

a) Adakah dugaan penyakit ginjal kronis sebelumnya?

b) Adakah riwayat penyakit kronis (misalnya arthritis reumatoid atau gejala yang

menunjukkan keganasan)?

c) Adakah tanda – tanda kegagalan sumsum tulang (memar, perdarahan, dan

infeksi yang tidak lazim atau rekuren).

d) Adakah tanda – tanda defisiensi vitamin seperti neuropati perifer (pada

defisiensi B12 subacute combined degeneration of thecord [SACDOC]).

e) Adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolisis misalnya ikterus, katup

buatan yang diketahui bocor?

f) Adakah riwayat anemia sebelumnya?

g) Adakah disfagia (akibat lesi esofagus yang menyebabkan anemia atau selaput

pada esofagus akibat anemia defisiensi besi)?

5. Riwayat keluarga

a) Adakah riwayat anemia dalam keluarga. Khususnya pertimbangkan penyakit

sel sabit, talasemia, dan anemia hemolitik yang diturunkan.

6. Berpergian

2

Page 3: pbl blok 24

a) Tanyakan riwayat berpergian dan pertimbangakan kemungkinan infeksi

parasit (misalnya cacing tambang dan malaria)?

7. Obat – obatan

a) Tanyakan riwayat konsumsi obat-obatan (misalnya OAINS menyebabkan

erosi lambung atau supresi sumsum tulang akibat obat sitotoksik).1

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Fisik Abdomen

Pemeriksaan ini dilakukan dengan posisi pasien terlentang, kepala rata atau dengan

satu bantal, dengan kedua tangan di sisi kanan-kirinya. Sebaiknya vesika urinaria

dikosongkan dahlu sebelum pemeriksaan dilakukan. Pemeriksaan abdomen ini terdiri dari 4

tahap yaitu inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

a. Inspeksi Pada pemeriksaan inspeksi, diperhatikan kelainan-kelainan yang terlihat

pada perut seperti jaringan parut karena pembedahan, asimetri perut yang

menunjukkan adanya masa tumor, striae, vena yang berdilatasi. Cari kaput

medusa (aliran berjalan keluar dari umbilicus), atau obstruksi vena kava inferior,

peristaltis usus, distensi dan hernia. Pada keadaan normal, dinding perut terlihat

simetris. Bila ada tumor atau abses atau pelebaran setempat lumen usus membuat

perut terlihat tidak simetris. Pada keadaan normal dan fisiologis, pergerakan

dinding usus akibat peristaltic usus tidak terlihat. Bila terlihat gerakan peristaltic

usus maka dapat dipastikan adanya hiperperistaltik dan dilatasi sebagai akibat

obstruksi lumen usus. Perhatikan kontur abdomen, apakah bentuk dindingnya

cekung atau membuncit, apakah abdomennya simetris, apakah terdapat organ atau

3

Page 4: pbl blok 24

masa yang terlihat. Perhatikan adanya peristaltic yang terlihat, pulsasi normal

aorta akan terlihat di epigastrium.

b. Palpasi Palpasi dinding perut sangat penting untuk menentukan ada tidaknya

kelainan dalam rongga abdomen dan pembesaran organ (organomegali). Palpasi

dilakukan secara sistematis dengan seksama, pertama kali ditanyakan apakah ada

daerah-daerah yang nyeri tekan dan sedapat mungkin seluruh dinding perut

terpalpasi. Kemudian cari apakah ada pembesaran massa tumor, hati, limpa,

kandung empedu membesar atau teraba. Palpasi diusahakan dalam posisi

terlentang, pemeriksa berdiri pada sebelah kanan pasien. Penekanan dilakukan

oleh ruas terakhir dan ruas tengah jari- jari. Sistematika palpasi dilakukan dengan

hati-hati pada daerah nyeri yang dikeluhkan oleh pasien. Perinci nyeri tekan

abdomen antara lain berat ringannya, lokasi nyeri yang maksimal, apakah ada

tahanan (peritonitis), apakah ada nyeri rebound bila tak ada tahanan.

c. Perkusi Perkusi abdomen dilakukan dengan cara tidak langsung, dengan

penekanan yang lebih ringan dan ketokan yang lebih perlahan. Perkusi abdomen

sangat membantu dalam menentukan apakah rongga abdomen berisi lebih banyak

cairan atau udara. Dalam keadaan normal suara perkusi abdomen yaitu timpani,

kecuali di daerah hati suara perkusinya adalah pekak. Hilangnya sama sekali

daerah pekak hati dan bertambahnya bunyi timpani di seluruh abdomen harus

dipikirkan akan kemungkinan adanya udara bebas di dalam perut, misalnya pada

perforasi usus. Dalam keadaan adanya cairan bebas di dalam rongga abdomen,

perkusi di atas dinding perut mungkin timpani dan sampingnya pekak. Dengan

memiringkan pasien ke satu sisi, suara pekak ini akan berpindah-pindah (shifting

dullness). Perhatikan di mana bunyi timpani berubah menjadi dullness.

4

Page 5: pbl blok 24

d. Auskultasi Dalam keadaan normal, bising usus terdengar lebih kurang 3 kali per

menit. Jika terdapat obstruksi usus, suara peristaltic usus akan meningkat, lebih

lagi pada saat timbul rasa sakit yang bersifat kolik. Peningkatan suara usus disebut

borborigmi Pada keadaan paralisis usus, suara ini sangat melemah dan jarang

bahkan kadang-kadang bisa menghilang. Keadaan ini juga bisa terjadi pada tahap

lanjut dari obstruksi usus di mana usus sangat membesar dan atoni. Pada ileus

obstruksi kadang terdengar suara peristaltic dengan nada tinggi dan suara logam

(metallic sound). Suara murmur sistolik atau diastolic mungkin dapat didengar

pada auskultasi abdomen. Bruit sistolik dapat didengar pada aneurisma aorta atau

pada pembesaran hati karena hepatoma. Bising vena yang kadang-kadang disertai

dengan terabanya getaran, dapat didengar diantara umbilicus dan epigastrium.1,2

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Kadar Hemoglobin

Hemoglobin adalah parameter status besi yang memberikan ukuran kuantitatif tentang

beratnya kekurangan zat besi setelah anemia berkembang. Pada pemeriksaan dan

pengawasan dapat dilakukan menggunakan alat sederhana seperti Hb sachli, yang

dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan, yaitu trimester I dan III.

Penentuan Indeks Eritrosit

Penentuan indeks eritrosit secara tidak langsung dengan flowcytometri atau

menggunakan rumus:

a. Mean Corpusculer Volume (MCV)

MCV adalah volume rata-rata eritrosit, MCV akan menurun apabila kekurangan zat

besi semakin parah, dan pada saat anemia mulai berkembang. MCV merupakan

5

Page 6: pbl blok 24

indikator kekurangan zat besi yang spesiflk setelah thalasemia dan anemia penyakit

kronis disingkirkan. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah

merah. Nilai normal 70-100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.

b. Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH)

MCH adalah berat hemoglobin rata-rata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan

membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg,

mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.

c. Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC)

MCHC adalah konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi

hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan hipokrom < 30%.

Pemeriksaan Hapusan Darah Perifer

Pemeriksaan hapusan darah perifer dilakukan secara manual. Pemeriksaan

menggunakan pembesaran 100 kali dengan memperhatikan ukuran, bentuk inti,

sitoplasma sel darah merah. Dengan menggunakan flowcytometry hapusan darah

dapat dilihat pada kolom morfology flag.

Luas Distribusi Sel Darah Merah (Red Distribution Wide = RDW)

Luas distribusi sel darah merah adalah parameter sel darah merah yang masih relatif

baru, dipakai secara kombinasi dengan parameter lainnya untuk membuat klasifikasi

anemia. RDW merupakan variasi dalam ukuran sel merah untuk mendeteksi tingkat

anisositosis yang tidak kentara. Kenaikan nilai RDW merupakan manifestasi

hematologi paling awal dari kekurangan zat besi, serta lebih peka dari besi serum,

6

Page 7: pbl blok 24

jenuh transferin, ataupun serum feritin. MCV rendah bersama dengan naiknya RDW

adalah pertanda meyakinkan dari kekurangan zat besi, dan apabila disertai dengan

eritrosit protoporphirin dianggap menjadi diagnostik. Nilai normal 15 %.

Eritrosit Protoporfirin (EP)

EP diukur dengan memakai haematofluorometer yang hanya membutuhkan beberapa

tetes darah dan pengalaman tekniknya tidak terlalu dibutuhkan. EP naik pada tahap

lanjut kekurangan besi eritropoesis, naik secara perlahan setelah serangan kekurangan

besi terjadi. Keuntungan EP adalah stabilitasnya dalam individu, sedangkan besi

serum dan jenuh transferin rentan terhadap variasi individu yang luas. EP secara luas

dipakai dalam survei populasi walaupun dalam praktik klinis masih jarang.

Besi Serum (Serum Iron = SI)

Besi serum peka terhadap kekurangan zat besi ringan, serta menurun setelah cadangan

besi habis sebelum tingkat hemoglobin jatuh. Keterbatasan besi serum karena variasi

diurnal yang luas dan spesitifitasnya yang kurang. Besi serum yang rendah ditemukan

setelah kehilangan darah maupun donor, pada kehamilan, infeksi kronis, syok,

pireksia, rhematoid artritis, dan malignansi. Besi serum dipakai kombinasi dengan

parameter lain, dan bukan ukuran mutlak status besi yang spesifik.

Serum Transferin (Tf)

Transferin adalah protein tranport besi dan diukur bersama -sama dengan besi serum.

Serum transferin dapat meningkat pada kekurangan besi dan dapat menurun secara

keliru pada peradangan akut, infeksi kronis, penyakit ginjal dan keganasan.

7

Page 8: pbl blok 24

Transferrin Saturation (Jenuh Transferin)

Jenuh transferin adalah rasio besi serum dengan kemampuan mengikat besi,

merupakan indikator yang paling akurat dari suplai besi ke sumsum tulang.

Penurunan jenuh transferin dibawah 10% merupakan indeks kekurangan suplai besi

yang meyakinkan terhadap perkembangan eritrosit. Jenuh transferin dapat menurun

pada penyakit peradangan. Jenuh transferin umumnya dipakai pada studi populasi

yang disertai dengan indikator status besi lainnya. Tingkat jenuh transferin yang

menurun dan serum feritin sering dipakai untuk mengartikan kekurangan zat besi.

Jenuh transferin dapat diukur dengan perhitungan rasio besi serum dengan

kemampuan mengikat besi total (TIBC), yaitu jumlah besi yang bisa diikat secara

khusus oleh plasma.

Serum Feritin

Serum feritin adalah suatu parameter yang terpercaya dan sensitif untuk menentukan

cadangan besi orang sehat. Serum feritin secara luas dipakai dalam praktek klinik dan

pengamatan populasi. Serum feritin < 12 ug/l sangat spesifik untuk kekurangan zat besi, yang

berarti kehabisan semua cadangan besi, sehingga dapat dianggap sebagai diagnostik untuk

kekurangan zat besi. Rendahnya serum feritin menunjukan serangan awal kekurangan zat

besi, tetapi tidak menunjukkan beratnya kekurangan zat besi karena variabilitasnya sangat

tinggi.3

Endoskopi

Dijumpai kongesti mukosa, erosi- erosi kecil kadang-kadang disertai pendarahan

kecil- kecil. Lesi seperti ini dapat sembuh sendiri. Kemampuan mukosa mengatasi lesi-lesi

8

Page 9: pbl blok 24

ringan akibat rangsangan kemis sering disebut adaptasi mukosa. Lesi yang lebih berat dapat

berupa erosi dan tukak multipel, pendarahan luas dan perforasi saluran cerna.

Secara histopatologi tidak khas. Dapat dijumpai regeneasi epitelial, hiperplasi foveolar,

edema lamina propia dan ekspansi serabut otot polos ke arah mukosa. Ekspansi dianggap

abnormal bila sudah mencapai kira-kira sepertiga bagian atas. Tanpa informasi yang jelas

tentang konsumsi OAINS gambaran histopatologi seperti ini sering disebut sebagai gastropati

reaktif.4

Etiologi

Etiologi dari anemia pasca perdarahan ( post-hemoragic) adalah kehilangan darah

karena kecelakaan, operasi, pendarahan usus, ulkus peptikum, perdarahan karena kelainan

obstetris, hemoroid dan ankilostomiasis.

Anemia yang disebabkan perdarahan mendadak, perdarahan lambat yang kronis

(menahun) mengakibatkan penurunan jumlah total sel darah merah dalam sirkulasi. Anemia

jenis ini dapat berhubungan dengan peningkatan presentase sel darah merah imatur

(retikulosit) dalam sirkulasi. Kehilangan darah dalam jumlah besar (blood loss) akan

menyebabkan kurangnya jumlah sel darah merah (SDM) dalam darah sehingga terjadi

anemia. Pendarahan kecil atau mikro yang terjadi dalam jangka waktu yang lama juga dapat

menimbulkan anemia. Berlainan dengan perdarahan yang besar dan dalam waktu singkat,

perdarahan mikro dan kronis ini biasanya tidak atau kurang disadari. Perdarahan kecil yang

menahun di saluran cerna juga dapat terjadi pada tukak lambung yang tidak diobati

sebagaimana mestinya. Ulkus gaster seringkali menimbulkan perdarahan dalam ukuran besar,

tidak nyeri, kemungkinan perdarahan awal yang lebih kecil disertai darah yang mengalami

perubahan (coffee ground ) dan riwayat penyakit ulkus peptikum. Sedangkan pada gastritis

erosif, terdapat perdarahan dengan volume sedikit, berwarna merah terang, dapat terjadi

9

Page 10: pbl blok 24

sesudah konsumsi alkohol atau OAINS dan terdapat riwayat gejala-gejala dispepsia. Sindrom

dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung dan muntah merupakan salah satu

keluhan yang sering muncul. Ditemukan juga perdarahan saluran cerna berupa hematemesis

dan melena, kemudian disusul dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.5

Epidemilogi

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di

lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita

anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Angka prevalensi anemia di dunia

sangat bervariasi tergantung pada geografi. Angka prevalensi anemia di Indonesia menurut

Husaini dkk adalah sebagai berikut.

Di UK tiap tahun diperkirakan 30.000 gangguan gastrointestinal yang serius

diakibatkan oleh NSAID dan diperkirakan 12.000 pasien terpaksa dirawat dirumah sakit dan

menyebabkan 1.200 kematian. Di USA diperkirakan lebih dari 40.000 penderita tiap tahun

dirawat di rumah sakit dan menyebabkan 3.000 kematian pada penderita lanjut usia yang

disebabkan oleh pemakaian NSAID. Diperkirakan NSAID menyebabkan 15-35% dari

seluruh komplikasi ulkus.4

Patofisiologi

Pengeluaran darah atau destruksi darahyang berlebih sehingga menyebabkan Sumsum tulang

harus bekerja lebih keras lagi dalam eritropoiesis. Sehingga banyak eritrosit muda

(retikulosit) yang terlihat pada gambaran darah tepi. Pada kelas ini, ukuran dan bentuk sel-sel

darah merah normal serta mengandunghemoglobin dalam jumlah yang normal tetapi individu

menderita anemia. Segera setelah oerdarahan, volume darah total akan berkurang tetapi kadar

HB dan nilai Ht belum menurun yaitu sesuai dengan keadaan sebelum terjadi perdarahan.

Dua puluh jam sampai 60 jam setela perdarahan, terjadi perpindahan cairan dari ruang

10

Page 11: pbl blok 24

ekstrasel kedalam ruang intravascular(stadium hemodilusi) terjadi selama 1-3 hari setelah

perdarahan dan timbul anemia normositik normokrom.6,7

Gastropati akibat NSAID bervariasi sangat luas, dari hanya berupa keluhan nyeri ulu hati

sampai pada tukak peptik dengan komplikasi perdarahan saluran cerna bagian atas. Gejala

yang timbul mirip pada anemia perdarahan kronis mirip dengan anemia jenis lain dan

bervariasi dari ringan sampai berat, tergantung pada seberapa banyak darah yang hilang dan

seberapa cepat. Jika kehilangan darah terjadi secara perlahan selama beberapa minggu atau

lebih, kehilangan sampai dua pertiga dari volume darah dapat menyebabkan gejala hanya

berupa kelelahan dan kelemahan.8

Working diagnosis

Anemia perdarahan kronik ec gastropaty OAINS

Gastropati

Gastropati yang disebabkan oleh refluks empedu dan OAINS sering disebut sebagai

gastropati kimiawi atau gastropati reaktif atau gastritis tipe C. OAINS merupakan first line

therapy untuk artritis dan digunakan secara meluas pada kasus trauma, nyeri pasca

pendarahan dan nyeri-nyeri lain. Sebagian besar efek samping OAINS pada saluran cerna

bersifat ringan dan reversibel. Hanya sebagian kecil yang menjadi berat yakni tukak peptik,

pendarahan saluran cerna dan perforasi. Risiko untuk mendapatkam efek samping OAINS

tidak sama untuk semua orang tergantung kepada faktor usia, digunakan bersama steroid,

riwayat pernah mengalami efek samping OAINS , dosis tinggi atau kombinasi dengan lebih

dari satu macam OAINS dan diabilitas. Penggunaan OAINS dalam jangka panjang

menimbulkan ulkus peptikum, keluhan berupa sindrom dyspepsia (nyeri epigastrik, mual,

11

Page 12: pbl blok 24

muntah). Komplikasi yang dapat terjadi pada ulkus peptic adalah perdarahan, perforasi, dan

obstruksi. Perdarahan merupakan komplikasi terbanyak.5,9

Anemia pendarahan kronis

Gejala klinik yang timbul pada anemia tidak selalu sama walaupun kadar hemoglobin

penderita tersebut sama. Hal ini disebabkan gejala anemia yang timbul karena beberapa

faktor antara lain kecepatan terjadinya anemia, daya kompensasi fisiologis tubuh dan

aktivitas penderita. Bagi anemia yang terjadi dalam waktu singkat/akut (seperti pendarahan

akut) akan menimbulkan gejala berat. Sebaliknya bila anemia terjadi secara perlahan

( menahun ) maka gejalanya akan lebih ringan karena pada keadaan ini penderita telah dapat

menyesuaikan diri dan terjadi kompensasi tubuh terhadap keadaan tersebut. Gejala klinik

anemia pada orang beraktivitas tinggi lebih terlihat karena kebutuhan oksigen yang lebih

tinggi.5

Diferantial diagnosis

Anemia perdarahan kronik ec ulkus

Bisul melibatkan iritasi, luka atau lesi pada tingkat yang berbeda dari saluran pencernaan.

Penyebab utama dari ulkus dianggap infeksi dengan bakteri yang disebutHelicobacter pylori,

yang dapat diperoleh melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi. Penyebab lain

dari ulkus adalah produksi berlebihan dari asam klorida dan pepsin. Ketika secara berlebihan,

asam lambung dapat merusak dinding pelindung dari lambung atau organ internal tertentu,

memungkinkan bakteri untuk menyebabkan kerusakan yang lebih besar. Meskipun bakteri

Helicobacter pylori dan sekresi lambung berlebihan terutama bertanggung jawab untuk

pengembangan ulkus, ada juga faktor lain yang dapat berkontribusi pada proses: merokok,

konsumsi alkohol, kafein, dll Ketika asam klorida dan pepsin juga terlibat dalam

12

Page 13: pbl blok 24

pengembangan maag, gangguan ini disebut sebagai ulkus peptikum. Jika ulkus terjadi pada

tingkat duodenum, gangguan ini disebut ulkus duodenum. Jika ulkus berkembang dalam

perut, gangguan perut atau disebut tukak lambung. Ulkus lambung dianggap suatu bentuk

gangguan pencernaan serius, karena dapat mengakibatkan komplikasi dan bahkan kanker.

Komplikasi yang paling parah adalah perdarahan ulkus peptikum dan perforasi ulkus.

Gejala dari perdarahan karena ulkus adalah: muntah darah segar atau gumpalan coklat

kemerahan yang berasal dari makanan yang sebagian telah dicerna, yang menyerupai

endapan kopi; tinja berwarna kehitaman atau tinja berdarah. Dengan endoskopi dilakukan

kauterisasi ulkus. Bila sumber perdarahan tidak dapat ditemukan dan perdarahan tidak hebat,

diberikan pengobatan dengan antagonis-H2 dan antasid. Penderita juga dipuasakan dan

diinfus, agar saluran pencernaan dapat beristirahat.4

Obat-obat tertentu (terutama aspirin, ibuprofen dan obat anti peradangan non-steroid

lainnya), menyebabkan timbulnya erosi dan ulkus di lambung, terutama pada usia lanjut.

Erosi dan ulkus ini cenderung akan membaik jika pemakaian obat tersebut dihentikan dan

jarang kambuh kembali kecuali jika obat digunakan kembali.8

Dyspepsia

Merupakan kumpulan suatu gejala yang terdiri dari rasa nyeri/ tidak nyaman di

epigastrium, mual muntah, kembung, cepat kenyang, rasa penuh, sendawa, regurgitasi, rasa

panas yang menjalar di dada. Bila didadapatkan tanda alarm yaitu mual muntah yang tidak

sembuh dengan terapi yang lazim, terapi empiris gagal, anemia, melena dan hematemesis,

penurunan berat badan yang signifikan akibat penyakit dan disfagia maka investigasi yang

berupa pemeriksaan laboratorium, radiologic dan endoskopik harus dijalankan. Bila setelah

investigasi ternyata tidak ditemukan adanya penyakit organic dan keluhan menetap selama 3

bulan atau lebih, maka diagnosis dyspepsia fungsional dapat ditegakan. Dengan demikian

13

Page 14: pbl blok 24

maka, berdasarkan ada tidaknya penyakit/kelainan organic-biokimiawi dyspepsia dibedakan

menjadi; dyspepsia fungsional dan dyspepsia organic akibat kelainan esofago-gastro-

duodenal yaitu gastritis, tukak peptic, karsinoma SCBA (saluran cerna bagian atas). GERD

(gastroesophagela reflux disease) mempunyai symptom yang tumpang tindih dengan

sindroma dyspepsia dan dapat muncul bersama dyspepsia. 9

Penatalaksanaan medika mentosa

Dengan adanya kehilangan darah secara lambat atau sedikit, tubuh dapat

memproduksi cukup sel darah merah untuk memperbaiki anemia tanpa perlu transfusi darah.

Karena zat besi, yang diperlukan untuk memproduksi sel darah merah hilang selama

perdarahan, kebanyakan orang yang mengalami anemia akibat pendarahan perlu

mengkonsumsi suplemen zat besi, biasanya tablet, selama beberapa bulan. Kehilangan darah

memerlukan suplementasi besi untuk jangka panjang. Pemberian ferro sulfat 3 x 200 mg

sehari merupakan pilihan yang tepat. Sediaan besi oral lainnya meliputi ferro fumarat, ferro

glukonat. Perbaikan cadangan besi membutuhkan waktu 3-6 bulan meskipun demikian

retikulosis mencapai puncak setelah 10 hari sementara hemoglobin mencapai nilai normal

setelah 2 bulan terapi.4

Evaluasi sangat penting karena sebagian besar gastropati OAINS ringan dapat

sembuh sendiri walaupun OAINS tetap diteruskan. Antagonis reseptor H2 (ARH2) atau

proton pump inhibitor (PPI) dapat mengatasi rasa sakit dengan baik. Harus hati-hati

menggunakan ARH2 pada pasien yang harus menggunakan OAINS jangka lama ARH2

ternyata mampu mencegah timbulnya komplikasi berat OAINS pada saluran cerna atas.

Pasien yang dapat menghentikan OAINS, obat-obat anti tukak seperti golongan sitoproteksi,

ARH2 dan PPI dapat diberikan dengan hasil yang baik. Sedangkan pasien yang tidak

14

Page 15: pbl blok 24

mungkin menghentikan OAINS dengan berbagai pertimbangan sebaiknya menggunakan

PPI.9

Komplikasi

Anemia defisiensi besi

Apabila terjadi kehilangan darah yang ringan dan kronis, dapat menyebabkan

terjadinya anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling

sering dijumpai di masyarakat. Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh rendahnya

masukan besi, gangguan absorpsi serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun.

Kehilangan besi akibat perdarahan menahun dapat diakibatkan oleh saluran cerna akibat dari

tukak peptik, kanker lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing

tambang. Dapat juga diakibatkan karena menorrghia atau merorghia, hematuria dan

hemoptoe. Perdarahan menahun menyebabkan kehilangan besi sehingga besi makin

menurun. Jika cadangan kosong maka keadaan ini disebut iron depleted state.

Apabila kekurangan besi terus berlanjut maka penyediaan besi untuk eritropoesis

berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinis

belum terjadi, keadaan ini disebut iron deificient erythropoesis. Selanjutnya timbul anemia

hipokrom normositer sehingga disebut sebagai iron deficiency anemia. Pada saat ini juga

terjaid kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan

gejala pada kuku, epitel mulut, dab faring serta berbagai lainnya. Selain karena perdarahan

kronik dapat juga disebabkan karena kurangnya jumlah nutrisi besi total dalam makanan atau

adanya gangguan absorpsi. Gejala khas akibat defisiensi besi adalah koilonychia (kuku

menjadi rapuh, bergaris-garis vertikal dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok),

atrofi papil lidah sehingga tampak sebagai bercak berwarna pucat keputihan, stomatitis

angularis, disfagia dan atrofi mukosa gaster.

15

Page 16: pbl blok 24

Pada anemia karena perdarahan kronis yang terjadi terus-menerus dapat

mengakibatkan kegagalan jantung dimana fungsi jantung menjadi lemah dan tidak

mencukupi. Masalah jantung. Anemia dapat menyebabkan detak jantung yang cepat atau

tidak teratur. Jantung harus memompa darah lebih banyak untuk mengkompensasi

kekurangan oksigen yang dibawa oleh darah. Hal ini dapat menyebabkan pembesaran

jantung atau gagal jantung. selain itu, keletihan yang terus menerus mengganggu aktivitas

sehari-hari. Pada anemia yang parah, pendarahan yang banyak yang tidak diganti balik dapat

menyebabkan kematian.4,10

Prognosis

Prognosis akan bertambah baik jika peyakit dasarnya diobati dan yang paling penting

hentikan penggunaan OAINS atau apabila tidak dapat diberhentikan, berikan preparat lain

yang lebih selektif yang tidak menghambat COX1, dan di tangani lebih awal. Anemia

merupakan simptom yang menandakan adanya kelainan lain di tubuh. Sifat-sifat gejala

anemia dapat dipakai untuk membantu diagnosis. Pada orang yang sudah berusia/lansia

prognosis anemia lebih buruk karena daya ketahanan tubuh yang semakin berkurang.10

Kesimpulan

Gastropati OAINS, memiliki efek toksin langsung terhadap mukosa gaster secara

topical dan sistemik. Aspirin dan obat anti inflamasi nonsteroid lain menyebabkan timbulnya

efek utama dengan menghambat enzim siklooksigenase, yang berperan penting dalam sintesis

prostaglandin. Efek antiprostaglandin ini dapat menjelaskan peranan obat OAINS dalam

iritasi mukosa lambung. Ulkus peptikum timbul pada penggunaan OAINS dalam jangka

waktu lama. Keluhan ulkus peptikum itu sendiri berupa sindrom dyspepsia ( nyeri epigastrik,

mual,muntah), komplikasi yang dapat terjadi pada ulkus peptic adalah perdarahan, obstrksi

dan perforasi. Perdarahan merupakan komplikasi yang sering terjadi. Bila perdarahan terjadi

16

Page 17: pbl blok 24

perlahan-lahan selama beberapa jam atau beberapa minggu, pasien dapat beradaptasi sampai

kehilangan darah mencapai sekitar 50%, sebaliknya bila perdarahan terjadi secara akut

kehilangan darah sebanyak 40-50% akan diikuti dengan syok dan kematian. Pada kasus

terbukti bahwa Bapak berusia 46 tahun tersebut mengalami anemia perdarahan kronik akibat

gastropati OAINS dengan gambaran normositik normokrom.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta; Surabaya 2007.h.29.

2. Bickley LS, Szilagyi PG. Bates buku ajar pemeriksaan fisik dan riwayat

kesehatan.edisi 8. Jakarta:EGC;2009. h. 166-290.

3. Gandasoebrata R. Penuntun laboratorium klinik. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Dian

Rakyat; 2006.h. 11-21.

4. Tarigan P, Adi P, Bakta IM. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Dalam: Sudoyo AW dkk,

editor. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing; 2009.h.448-527,1129-1131.

5. Corwin EJ. Buku saku patofisiologi. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;2009.h.410-25

6. 1.Suyata, Bustami E, Bardiman S, Bakry F. Nsaid gastropathy. Volume 5. Jakarta:

The Indonesian Journal of Gastroenterology, Hepatology and Digestive

Endoscopy;2004.h.89-94

7. Sudiono H, Iskandar, Edward H, Halim SL, Santoso R. Penuntun patalogi klinik

hematologi. Jakarta: Fakultas Ukrida;2009.h.119

8. Price Sylvia, Wilson Lorraine. Gangguan lambung dan duodenum. Dalam:

GlendaLindseth. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Volume 6.

Jakarta:EGC; 2002. h. 423- 33.

9. Ndraha S. Bahan ajar gastroenterohepatologi. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Dalam

Fakultas Kedokteran UKRIDA;2013.h.26-33.

1. Price S A, Wilson L M. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Volume

1. Edisi ke-6. Jakarta: EGC;2014.h.422-9 Price S A, Wilson L M. Patofisiologi:

konsep klinis proses-proses penyakit. Volume 1. Edisi ke-6. Jakarta:

EGC;2014.h.422-9

17

Page 18: pbl blok 24

10.

18