Upload
eirene-megahwati-paembonan
View
66
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
blok 10, ukrida
Citation preview
Mekanisme Pembentukan Urin Dan Hormon Yang Berperan
Eirene Megahwati Paembonan
NIM : 102012082
B4
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
e-mail: e [email protected]
Pendahuluan
Kebutuhan akan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Oleh sebab itu cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga
kondisi tubuh tetap sehat. Cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan perpindahan
berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan.
Cairan dalam tubuh kita harus seimbang, atau dengan kata lain cairan yang masuk ke
dalam tubuh harus sama dengan yang dikeluarkan tubuh dan organ dalam tubuh yang
mengatur keseimbangan cairan adalah ginjal. Selain ginjal ada juga urin yang menjadi hasil
dari proses panjang di ginjal. Pembentukan urin sendiri cukup rumit dan juga dibantu oleh
hormon. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah penulis ingin mengetahui mekanisme
pembentukan urin dan juga pengaruh hormon terhadap pembentukan urin tersebut. Serta
bagaimana hormon itu bekerja.
Struktur makro ginjal
Letak ginjal
Ginjal (ren) terletak retroperitoneal yaitu diantara peritoneum parietale dan fascia
transversa abdominis, pada sebelah kanan dan kiri columna vertebralis. Ren sinistra terletak
setinggi costa XI atau vertebra L2-L3 sedangkan ren dextra terletak setinggi costa XII atau
vertebra L3-L4.
Pada ekstremitas superior jarak antara ren dextra dan sinistra adalah 7 cm sedangkan
jarak extremitas inferior ren dextra dan sinistra adalah 11 cm. Jarak ekstremitas inferior ren
dextra ke crista iliaca 3cm dan jarak extremitas inferior ren sinistra ke crista iliaca 5cm.1,2
Bagian-bagian ginjal
Ginjal/ren memiliki dua bagian yaitu cortex renalis dan medulla renalis. Cortex
renalis terdiri dari glomerulus dan pembuluh darah (v. interlobularis/v.stelata). Di dalam
glomerulus, darah disaring dan disalurkan ke dalam medulla. Pada medulla renalis dapat
dijumpai papilla renalis sesuai ujung ginjal yang berbentuk segitiga yang disebut pyramid
renalis, terdapat bagian yang datar yang disebut basis renalis dan ujung lancip disebut apex
renalis. Ruangan antar pyramid disebut columna renalis. Papilla renalis menonjol ke dalam
calyx minor, beberapa calyx minor membentuk calyx mayor dan beberapa calyx mayor
bergabung menjadi pelvis dan bermuara di vesika urinaria.2,3
Gambar 1.1 Struktur ginjal
Sumber: http://www.google.co.id/ struktur+ginjal
Pembungkus ginjal
Ginjal dibungkus oleh capsula fibrosa, capsula adipose dan fascia renalis. Capsula
fibrosa melekat pada ginjal dan mudah di kupas, membungkus ren namun tidak membungkus
glandula supra renalis. Capsula adiposa mengandung banyak lemak, membungkus ren dan
glandula suprarenalis, bagian depan capsula ini lebih tipis dari bagian belakang dan berfungsi
mempertahankan kedudukan ginjal. Pada keadaan capsula adipose sangat tipis sehingga ikat
yang menghubungkan capsula fibrosa dan capsula renalis kendor sehingga ginjal turun
(nephroptosis) dan sering terjadi pada ibu yang sering melahirkan (grande multipara). Fascia
renalis terletak di luar capsula fibrosa dan terdiri dari 2 lembar yaitu fascia prerenalis di
bagian anterior ginjal dan fascia retrorenalis di bagian belakang ginjal. Kedua lembar fascia
renalis ini kea rah cranial bersatu dan ke arah caudal tetap terpisah sehingga kantong ginjal
terbuka ke bawah, dan biasa terjadi ascending infection.2,4
Ginjal memiliki 2 extremitas atau 2 polus yaitu extremitas superior dan inferior yang
ditempati oleh glandula suprarenalis yang dipisahkan dari ren oleh lemak perirenalis. Pada
Ginjal juga memiliki 2 margo yaitu margo medial dan lateral. Pada margo medial terdapat
suatu pintu yang disebut hilus renalis dan merupakan tempat masuknya pembuluh-pembuluh
darah, lymfe, saraf dan ureter. Hilus renalis membuka ke dalam suatu ruangan yang disebut
sinus renalis. Ginjal juga memiliki 2 facies yaitu facies anterior dan posterior. Facies anterior
ginjal lebih cembung dan facies posteriornya agak datar. Facies anterior dan posterior
merupakan bagian ren yang berhubungan dengan organ sekitarnya sehingga masing-masing
facies memiliki karakteristik masing-masing.2
Batas-batas ginjal dengan alat sekitarnya
Facies anterior ren dextra bagian proximal berhubungan dengan hepar, agak sedikit ke
lateral terdapat facies hepatica. Pada margo medialis berhubungan dengan pars descendens
duodeni. Mendekati eksteremitas inferior berhubungan dengan flexura coli dextra/colon
ascendens dan berhubungan dengan lengkung-lengkung ileum. Di facies posterior ren dextra
berhubungan dengan costa XII saja karena letak ginjal kiri lebih rendah.
Pada facies anterior ren sinistra, bagian craniolateral meghadap facies posterior gaster.
Margo lateralis berhubungan dengan impression renalis lienalis dan cauda pancreatic. Margo
medialis caudal dari hilus renalis, berhubungan dengan lengkung-lengkung jejunum atau
disebut facies jejunalis. Mendekati extremitas inferior berhubungan dengan flexura coli
sinistra/colon descendens. Pada facies posterior ren sinistra berhadapan dengan diafragma
dan costa XI.2,4
Pendarahan ginjal
Ginjal diperdarahi oleh a. renalis (cab. Aorta abdominalis setinggi vertebra L1-2). A.
renalis dextra lebih panjang dari a. renalis sinistra karena harus menyilang v. cava inferior di
belakangnya. A. renalis ginjal masuk ke dalam ginjal melalui hilus renalis dan berlanjut
menjadi a. segmentalis anterior dan posterior. Kedua cabang ini akan bertemu di lateral
namun agak sedikit ke medial pada garis tengah ginjal atau garis broedel. Pada garis ini
biasanya dilakukan sayatan pada ginjal karena disebut daerah avaskular sehingga
pendarahnnya minimal.3
A. renalis akan berjalan diantara lobus ginjal dan bercabang lagi menjadi a.
interlobaris. A. interlobaris pada perbatasan cortex dan medulla akan bercabang menjadi a.
arcuata yang akan mengelilingi kortex dan medula sehingga sering disebut a. arciformis. A.
arcuata mempercabangkan a. interlobularis dan berjalan sampai tepi ginjal (cortex).
Pembuluh balik pada ginjal mengikuti nadinya yaitu dari v. interlobularis – v. arcuata – v.
interlobaris – v. segmentalis – v. renalis – v. cava inferior.2,3
Gambar 1.2 Pendarahan ginjal
Sumber: http://www.google.co.id/ perdarahan+ginjal
Struktur mikroskopik ginjal
Ginjal mirip seperti kacang merah dengan panjang 1-0-12 cm, lebar 5-6 cm dan tebal
3-4 cm. Struktur ginjal dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu bagian korteks yang
warnanya coklat kemerahan gelap dan medula yang berwarna lebih mudah. Yang terkahir ini
dibentuk oleh 6-10 bangunan mirip kerucut disebut pyramid renalis dengan dasarnya yang
lebar mengarah ke korteks dan apeksnya disebut papilla renalis yang terjulur ke dalam lumen
calyx minor. Ginjal terutama bertugas mengeluarkan urin. Organ ini dibungkus oleh
simpai jaringan ikal kuat tediri atas serat-serat kolagen dan sedikit serat elastin. Pada
potongan sagital telihat parenkim ginjal terdiri atas:5
a. Korteks (bagian luar) dan
b. Medula (bagian dalam), yang sebagian meliputi suatu rongga, sinus renal, yang
membuka ke hilus.
Pada sinus renal ini terdapat:
1. Pelvis renal, yaitu bagian atas ureter yang melebar
2. 2 sampai 3 kaliks mayor
3. Sampai 8 kaliks mino
4. Cabang-cabang arteri dan vena renal
5. Saraf dan pembuluh limfa
6. Jaringan ikat longgar dan lemak
Korteks
Korteks ginjal terdiri atas banyak tubulus kontortus dan badan-badan bulat yang
dikenal sebagai korpus renal atau korpus Malpighi. Korteks tidak hanya membentuk bagian
luar ginjal, tetapi pada tempat-tempat tertentu menyusup diantara bagian medula dan
membentuk apa yang disebut kolom Bertini atau kolom Renal.
Medula
Massa medula utama terdiri atas 8 sampai 18 piramid medula. Bagian dasarnya yang
lebar berhubungan dengan bagian korteks dan bagian puncak (apeks) yang membulat dan
menonjol ke dalam kaliks minor.
Nefron
Parenkim ginjal terdiri atas nefron atau tubulus uriniferus yang berhimpit padat.
Nefron merupakan satuan fungsional ginjal yang bertugas menghasilkan urine. Diantara
tubulus ini tedapat pembuluh darah dan sedikit jaringan ikat. Tubulus ini bermuara ke dalam
tubulus penampung (duktus koligens), kemudian ke tubulus penampung besar
(duktuspapilaris Bellini), yang mengcurahkan urine ke dalam pelvis dan ureter melalui kaliks
minor dan mayor. Terdapat 2 jenis nefron yaitu nefron korteks dan nefron jukstamedula.
Nefron terdiri atas:5
a.Korpus renal yang bertugas menyaring substansi dari plasma, dan
b.Tubulus renal yang bertugas mengadakan resorpsi selektif terhadap substansi dari
filtrate glomerulus, sampai mendapatkan komposisi urine.
Korpus renal (korpus malpighi)
Korpus renal merupakan badan bulat berdiameter 0,2 mm yang terdapat pada
bagiankorteks dan kolom renal. Terdapat 1 juta atau lebih korpus renal pada setiap ginjal. 1
korpus renal terdiri atas 2 bagian, glomerulus di pusat dan suatu kapsula glomerulus,
yangberupa pelebaran tubulus renal mirip kantung, yang disebut kapsula Bowman.
a. Glomerulus
Glomerulus terdiri atas gelung-gelung kapiler yang terdapat diantara arteriol
aferen dan arteriol eferen. Daerah tempat arteriol aferen masuk dan arteriol eferen
keluar disebut kutub vaskular. Setelah masuk dalam glemerulus, arteriol aferen
memecah menjadi 4 atau 5 kapiler yang relatif besar. Masing- masing kapiler ini
menjadi sejumlah kapiler yang lebih kecil yang membentuk lengkung-lengkung tidak
teratur menuju ke arteriol eferen. Arteriol eferen lebih kecil dari arteriol aferen.
Perbedaan ukuran ini ada kaitan dengan fungsinya. Pembuluh eferen mengangkut
lebih sedikit cairan bila dibandingkan dengan pembuluh aferen,karena cukup banyak
cairan tersaring dari darah selama melalui kapiler glomerulus. Akibat adanya
perbedaan ukuran maka tekanan di dalam aliran glomerulus tetap dipertahankan dan
hal ini membantu penyaringan plasma.5
b. Kapsula Bowman
Kapsula ini terdapat lapisan dalam atau viseral yang melapis glomerulus, dan
suatu lapisan luar atau parietal. Lapisan viseral secara langsung membungkus
glomerulus, dan terdiri atas selapis sel epitel gepeng diatas membran basal, yang telah
menyatu dengan membran basal epitel kapiler glomerulus. Jadi epitel viseral dan
endotel kapiler hanya terpisah oleh suatu membran basal tipis. Membran basal ini
tebalnya hanya 0,3µm, tediri atas srat-serat halus dan disebutmembran basal
glomerulus.
Lapisan parietal kapsula Bowman terdiri atas selapis sel epitel gepeng. Celah
diantara lapian viseral dan parietal disebut ruang urin atau ruang Bowman. Sel-sel
gepeng lapisan viseral kapsula Bowman mempunyai struktur khusus, dan sel
itudisebut podosit. Podosit ini gepeng, merangkul sel endotel kapiler. Juluran-juluran
kaki atau pedikelnya menempel pada membran basal dan berselisih dengan pedikel-
pedikel podosit sebelahnya. Podosit merupakan sel yang sangat aktif yang tercermin
dari banyaknya metokondria, vakuola dan mikrotubul di dalam sitoplasma. Endotel
kapiler yang terdapat disini memiliki tingkap yang kecil-kecil. Pori-pori ditutup
fragma khusus. Pedikel-pedikel podosit yang berbaris paralel dan berselisip dengan
pedikel podosit berdekatan, mirip susunan kancing-rigi (resleting). Keadaan ini
membentuk sawar selektif.5
c. Sel Mesangial
Sel ini merupakan sel fagositik, berupa perisit pada lengkung kapiler
golmerulus. Selmesangial membersihkan sisa sel mati dan kompleks imun, yang bila
dibiarkan akan menyumbat saringan urin. Jadi fungsinya adalh sebagai pembersih
saringan.5
Tubulus renalis
Tubulus renal terdiri atas kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa henle
pars descenden, yang terletak dalam bagian piramid medula yang membalik dan
membentuk ansa henle. Ansa henle pars asenden, menuju dan masuk kembali ke korteks dan
melanjutkan disri sebagai tubulus kontortus distal, yang bagian akhirnya melurus dan
membentuk tubulus penghubung, yang berakhir dengan bermuara pada duktus koligens.
Diantara tubulus kontortus distal dan tubulus penghubung terdapat suatu segmen bersudut
pendek, tubulu berbiku (zig-zag). Duktus koligens mulai dari bagian korteks dan pada jarak-
jarak pendek saling berhubungan dan akhirnya bermuara ke dalam saluran lebar yang disebut
duktus Bellini, yang akan bermuara pada puncak piramid yang menonjol ke dalam kaliks
minor.5
1. Tubulus kontortus proksimal
Tubulus kontortus proximal memiliki epitel selapis gepeng, intinya sedikit dan
letaknya berjauhan, bersifat basofilik dan lumen tidak jelas karena terdapat
mikrovili (brush border). Tubulus ini terletak di kortex.
2. Ansa Henle Pars Desenden
Bagian ini mempunyai susunan sama dengan yang terdapat pada tubulus
kontortus proksimal, kecuali “Brush Border” nya yang disini kurang berkembang.
Ansa henle ini terletak di medula dan berkas medula.
3. Ansa Henle Segmen Tipis
Bagian ansa henle ini mempunyai gais tengah 15µm, dilapisi selapis sel epitel
pipih/gepeng dengan ini menonjol ke dalam lumen. Mikrofili yang membentuk
“Brush Border” disini lebih sedikit dan lebih pendek. Mitokondria dalam sel juga
kurang. Ansa henle ini mirip kapiler darah namun di daerah ini tidak terdapat
eritrosit.
4. Ansa Henle Pars Asenden
Panjang bagian ini 9mm dengan garis tengah 30µm. Strukturnya mirip dengan
tubulus kontortus distal namun lumennya lurus dan letaknya di medulla dan
berkas medulla. Bagian ini “naik” menuju korteks dan menghampiri kutub atau
polus vaskular glomerulus asalnya. Pada tempat ini saluran telah menjadi tubulus
kontortus distal. Bagian saluran ini dibatasi sel kuboid yang terletak diatas
membran sel.5
5. Tubulus Kontortus Distal
Berawal dekat kutub vaskular glomerulus dan berakhir saat menyatu dengan
duktus koligens bagian melengkung. Panjangnya 4 ½ -5 mm, dengan garis tengah
22-50 µm. Dilapisi sel kuboid, intinya banyak dan berdekatan. Bersifat basofilik
dan lumen terlihat jelas karena brush border tidak ada dan terletak di korteks.
Pada bagian distal yang berdekatan dengan ateriol aferen, sel-sel yang
berbatasan dengan ateriol aferen, sel-sel yang berbatasan dengan ateriol itu
mengalami perubahan menjadi berbentuk silindris.Bagian tubulus distal yang
mengalami perubahan ini disebut macula densa. Sel-sel ini membentuk aparat
yuksta-glomerular bernama sel-sel epiteloid pada tunika media arteriol aferen
yang bersebelahan. Sel terakhir ini menghasilkan renin.5
6. Duktus Koligens
Bagian ini dilapisi epitel selapis kuboid. Strukturnya mirip tubulus kontortus
distal namun batas selnya jelas dan susunan rapi. 5
Mekanisme Pembentukan Urin
Mekanisme pembentukan urin melalui sebuah proses metabolisme yang sangat rumit.
Tahapan pembentukan urin meliputi filtrasi glomerular yaitu filtrasi plasma darah oleh
glomerulus, reabsorpsi tubular yaitu melakukan reabsorbsi secara selektif terhadap zat-zat
seperti gara, air, gula sederhana, asam amino, dari tubulus ginjal ke kapiler peritubular.
Tahapan yang ketiga yaitu sekresi tubular yakni sekresi zat-zat dari kapiler darah ke dalam
lumen tubulus.
Bila proses reabsorbsi tubular berefek memasukkan zat-zat yang berguna bagi tubuh
dari filtrat glomerulus kembali ke dalam darah, maka sekresi tubular bekerja mensekresi zat-
zat yang tidak berguna bagi tubuh dari darah ke dalam cairan tubulus. Zat-zat yang biasa di
sekresikan antara lain H+, NH4+, K+, asam urat, dan lain-lain.
1. Filtrasi (Penyaringan)
Faktor pertama yaitu struktur glomerulus yang sangat porous (berpori-pori)
memudahkan terjadinya filtrasi. Kedua, tekanan darah di dalam glomerulus jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan tekanan darah kapiler-kapiler tubuh lainnya dikarenakan
penampang kapiler arteriol eferen lebih kecil daripada arteriol aferen. Kapiler di
glomerulus sangat permeabel, namun zat-zat yang tergolong molekul makro seperti
protein plasma (albumin dan globulin) serta sel-sel darah merah dan sel-sel darah
putih tidak dapat lolos dari kapiler. Hanya garam-garam organik (Na+, K+, Cl-, dan
HCO3-), air, serta zat organik seperti urea, asam urat, glukosa dan asam amino yang
dapat lolos dengan mudah dari kapiler glomerulus dan masuk ke rongga kapsula
Bowman. Cairan hasil filtrasi ini disebut filtrat glomerular atau urin primer yang
mempunyai komposisi mirip dengan darah namun tanpa mengandung protein.
Tenaga yang digunakan dalam filtrasi ini adalah tekanan yang berasal dari
tekanan hidrostatik jantung. Tekanan ini kurang lebih 45 mmHg. Pada saat tekanan
tersebut melewati arteiol aferent, tekanan tersebut dilawan oleh tekanan onkotik di
permukaan arteriol aferent sebesat 20 mmHg sehingga tersisa 25 mmHg dan dilawan
juga oleh tekanan intratubuler sebesar 10 mmHg sehingga tekanan filtrasi pada
pemulaan kapiler aferent sebesar 15 mmHg. Pada kapiler efferent terjadi kondisi
seperti demikian juga tetapi dengan tekanan onkotik yang berbeda. Jika pada
permulaan arteriol aferent hanya 20 mmHg, pada kapiler eferent 35 mmHg. Sehingga
saat di lawan oleh tekanan intratubuler maka tekanan filtrasi pada arteriol aferent 0
mmHg.
2. Reabsorpsi (Penyerapan)
Tahapan pembentukan urin selanjutnya yaitu reabsorbsi atau penyerapan
kembali zat-zat yang masih digunakan oleh tubuh dari lumen tubulus kembali
kedalam darah. Tubulus proksimal, tubulus diatal, dan lekung Henle berperan sebagai
tempat reabsoprsi. Namun, duktus pengumpul pun mempunyai kontribusi yang sama
dalam proses reabsorpsi karena pada tubulus tersebut akan terjadi penyerapan air dan
urea kembali. Glukosa, vitamin, dan zat makanan organik lainnya yang ditemukan
dalam urim primer akhirnya akan diserap kembali. Air dan garam-garam organik
(Na+, K+, HCO3-, PO4
-) juga ikut direabsorpsi oleh tubuh. Zat-zat tertentu dapat
direabsorpsi seluruhnya selama belum melebihi konsentrasi ambang. Jika melebihi
konsentrasi ambang zat-zat tersebut tidak semua diserap kembali dan sisanya akan
terbawa bersama urin. Hasil dari proses reabsorpsi ini dinamakan urin sekunder.
3. Sekresi
Pada tahapan ini terjadi penambahan sejumlah zat-zat sisa hasil metabolisme
dan zat-zat yang bersifat racun seperti obat-obatan yang tidak digunakan tubuh ke
dalam cairan dilumen tubulus yang umumnya terjadi pada tubulus proksimal dan
tubulus distal. Tubulus distal memainkan peranan penting dalam pengaturan
konsentrasi K+ dan NaCl dalam cairan tubuh melalui pengaturan jumlah K+ yang
disekresikan dengan jumlah NaCl yang direabsorpsi. Seperti halnya tubulus
proksimal, tubulus distal pun mempengaruhi pengaturan pH melalui sekresi terkontrol
H+ dan reabsorpsi HCO3-.
Filtral kemudian turun ke duktus pengumpulan (pelvis renalis). Pada waktu
duktus pengumpul ini masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, air, dan urea hingga
terbentuk urin yang sesungguhnya. Dari duktus pengumpul, urin akhirnya menuju
piramid ginjal yang kemudian menuju piala ginjal dan ureter. Selanjutnya urin
ditampung di dalam vesica urinaria yang kemudian disekresikan keluar dari tubuh
melalui urethra.
Sistem Counter Curret
Sistem counter current dapat terlihat pada bagian lengkung Henle. Pada saluran
menurun (pars descendens) lengkung Henle terjadi peningkatan konsentrasi NaCl akibat
reabsorpsi air sepanjang saluran tersebut. Air keluar dari saluran menurun lengkung Henle
secara osmosis. Osmolaritas filtrat menjadi meningkat ketika zat terlarut termasuk NaCl
menjadi semakin pekat, kondisi ini disebut hiperosmotik, dan pada counter curret sendiri
proses ini di sebut multiplayer system. Sebaliknya, pada saluran menaik (pars ascendens)
lengkung Henle terjadi pengeluaran NaCl secara difusi yang di lengkapi dengan pompa Na.
Saluran menaik lengkung Henle ini tidak permeabel terhadap air. Dengan demikian
konsentrasi air dalam saluran tersebut bertambah atau meningkat.
Dengan adanya pengeluaran garam tanpa pengeluaran air maka filtrat dalam saluran
tersebut menjadi lebih encer. Proses yang terjadi pada saluran kedua lengkung Henle tersebut
merupakan usaha untuk mempertahankan gradient osmolaritas dalam cairan interstitial ginjal.
Pengaruh Hormon Terhadap Pembentukan Urin
Hormon antidiuretik (ADH) adalah sebuah molekul yang relatif kecil yang
dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis di dasar otak setelah dari hipotalamus. ADH memiliki
tindakan antidiuretik yang mencegah produksi urin encer. Hormon ini aktif dalam arteriol
juxta medullaris. Hormon ini yang berperan sangat penting dalam pembentukan urin. Efek
yang paling penting di ginjal dari hormon ini adalah untuk menghemat air tubuh dengan
mengurangi hilangnya air dalam urin. Konsentrasi tinggi ADH menyebabkan penyempitan
arteriol (vasokonstriksi), yang menyebabkan tekanan arteri meningkat (hiperosmolaritas).
Karena inilah maka ada pula diciptakan efek vasopresin. Osmolaritas dirasakan di
hipotalamus oleh osmoreseptor yang nantinya akan menstimulasikan sekresi dari neuron yang
memproduksi ADH. Bila tekanan darah rendah sekali maka akan terjadi shock yang
menyebabkan tekanan filtrasi 0 dan akhirnya filtrasi berhenti sama sekali yang menyebabkan
terjadinya anuria (tidak bisa BAK karena vesica urinaria kosong). Bila tekanan darah naik
lagi, maka terjadilah filtrasi lagi dan pembentukan urin.
Ketika osmolaritas plasma dibawah ambang batas tertentu, osmopreseptor tidak
diaktifkan dan dan sekresi ADH ditekan. Ketika osmolaritas meningkat di atas ambang batas,
osmoreseptor akan menstimulari neuron mengeluarkan ADH. Bayangkan berjalan melintasi
padang gurun: matahari terik dan kita mulai kehilangan cukup banyak air melalui keringat.
Kehilangan hasil air dalam konsentrasi zat terlarut, osmolaritas plasma darah meningkat. Kita
tidak mungkin memproduksi urin dalam situasi seperti ini. Pada saat inilah ADH dilepaskan,
memungkinkan hampir semua air yang akan hilang dalam urin diserap kembali dan
dilestarikan. Jika kita meminum banyak air, maka plasma akan encer dan osmoreceptor di
hipotalamus terangsang, kemudian ke hipofisis menghambat sekresi ADH sehingga
reabsorpsi air fakultatif menurun maka urin menjadi encer dan volumenya meningkat.
Sebaliknya, jika minum kurang maka banyak kehilangan cairan, darah menjadi pekat
(osmolaritas meningkat) merangsang osmoreseptor sehingga sekresi ADH meningkat
menyebabkan reabsorpsi air fakultatif juga meningkat volume urin sedikit dan menjadi pekat.