29
Abses Payudara Sinistra pada Wanita berumur 28 tahun Michael Sukmapradipta 102012253 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021- 5631731 Email : [email protected] PENDAHULUAN Payudara merupakan organ yang terdapat pada laki- laki dan wanita dan terletak dekat dengan kelenjar limfe. Payudara merupakan organ seks sekunder yang merupakan simbol feminitas wanita. Setelah melahirkan, payudara menghasilkan ASI yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Jika terjadi gangguan pada payudara maka produksi ASI dapat terganggu dan menyebabkan bayi dapat mengalami kekurangan gizi dan menimbulkan berbagai penyakit pada bayi. Gangguan-gangguan yang dapat timbul pada payudara berupa tumor baik tumor ganas maupun tumor jinak, radang yang disebut mastitis, dan abses payudara. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk membantu menegakkan gangguan pada payudara dapat dilakukan dengan menggunakan tes mamogram yang disebut sebagai mamografi. Radang payudara (mastitis) terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Biasanya diawali dengan puting susu lecet atau luka. Gejala yang bisa diamati berupa kulit memerah, payudara lebih keras serta 1

PBL abses payudara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PBL blok 24

Citation preview

Page 1: PBL abses payudara

Abses Payudara Sinistra pada Wanita berumur 28 tahunMichael Sukmapradipta

102012253

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna No.6 Jakarta Barat 11510 Telp. 021-56942061 Fax. 021-5631731

Email : [email protected]

PENDAHULUAN

Payudara merupakan organ yang terdapat pada laki-laki dan wanita dan

terletak dekat dengan kelenjar limfe. Payudara merupakan organ seks sekunder yang

merupakan simbol feminitas wanita. Setelah melahirkan, payudara menghasilkan ASI

yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Jika terjadi gangguan pada payudara maka

produksi ASI dapat terganggu dan menyebabkan bayi dapat mengalami kekurangan

gizi dan menimbulkan berbagai penyakit pada bayi. Gangguan-gangguan yang dapat

timbul pada payudara berupa tumor baik tumor ganas maupun tumor jinak, radang

yang disebut mastitis, dan abses payudara. Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

membantu menegakkan gangguan pada payudara dapat dilakukan dengan

menggunakan tes mamogram yang disebut sebagai mamografi. Radang payudara

(mastitis) terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran

air susu. Biasanya diawali dengan puting susu lecet atau luka. Gejala yang bisa

diamati berupa kulit memerah, payudara lebih keras serta nyeri dan berbenjol-benjol.

Pada saat terjadi mastitis bila terjadi statis dalam pengeluaran ASI dapat

berkomplikasi menjadi abses payudara.1

Anatomi

Payudara sebagai kelenjar subkutis mulai tumbuh sejak minggu keenam masa

embrio, yaitu berupa penebalan ektodermal sepanjang garis yang disebut garis susu

yang terbentang dari aksila sampai ke regio inguinal. Dua pertiga bagian atas mamma

terletak di atas otot pektoralis mayor, sedangan sepertiga bagian bawahnya terletak

diatas otot seratus anterior, otot oblikus eksternus abdominis dan otot rektus

abdominis. Setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus kelenjar yang masing-

masing mempunyai saluran ke papila mamma yang disebut duktus laktiferus yang

akan bermuara ke papilla mamma. Di antara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di

1

Page 2: PBL abses payudara

antara kulit dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Yang memberi kerangka

untuk payudara adalah jaringan ikat yang disebut ligamentum Cooper. 1

Pendarahan payudara terutama berasal dari cabang arteri perforantes anterior

dari arteri mamaria interna, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri

aksilaris dan beberapa arteri interkostalis. Payudara sisi superior dipersarafi oleh

nervus supraklavikula yang berasal dari cabang ke-3 dan ke-4 pleksus servikal.

Payudara sisi medial dipersarafi oleh cabang kutaneus anterior dari nervus

interkostalis 2-7. Papila mamma terutama dipersarafi oleh cabang kutaneus lateral

dari nervus interkostalis 4. 1

Fisiologi

Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi oleh hormon.

Perubahan pertama dimulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, lalu masa

fertilitas, sampai klimakterium, hingga menopause. Sejak pubertas, pengaruh estrogen

dan progesteron yang diproduksi ovarium dan juga hormon hipofisis menyebabkan

berkembangnya duktus dan timbulnya asinus.

Perubahan selanjutnya terjadi sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke-8, payudara

membesar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi pembesaran

maksimal. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menegang dan nyeri

sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi sulit dilakukan. Bila ingin melakukan

mamografi, hasilnya menjadi rancu karena kontras kelenjar terlalu besar. Begitu haid

mulai, semua hal di atas berkurang.

Perubahan terakhir terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan, payudara

membesar karena epitel duktus lobul dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh

duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu

diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus, kemudian dikeluarkan melalui

duktus ke puting susu yang dipicu oleh oksitosin. 1

Anamnesis

Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter

dengan cara melakukan serangkaian wawancara anamnesis dapat langsung dilakukan

terhadap pasien (auto-anamanesis) atau terhadap keluarganya atau pengantarnya (alo-

anamnesis). 2 Pada skenario didapatkan pasien wanita berumur 28 tahun, maka dari itu

dilakukan auto anamnesis, kemudian ditanyakan beberapa hal dibawah ini: 3

- Apa keluhan yang dirasakan pasien? Sejak kapan?

2

Page 3: PBL abses payudara

- Bagaimana pasien menggunakan tangan menjelaskan gejala? Pastikan dimana

letaknya.

1. Bila terdapat rasa nyeri payudara (mastalgia)

- Apakah nyeri bersifat unilateral atau bilateral?

- Apakah timbul rasa panas atau kemerahan di tempat nyeri?

- Apakah ada perubahan kulit lain yang terlihat?

- Apakah nyeri bersifat siklis atau menetap? Dan apakah berkaitan dengan haid?

- Apakah ada riwayat keluhan serupa sebelumnya?

- Bagaimana riwayat haid (Katanemia)? Kapan haid terakhir? (karena waktu

pemeriksaan payudara terbaik adalah hari ke 5-7 setelah hari haid terakhir)

- Apakah pasien sedang menyusui? Sudah berlangsung berapa lama?

Bagaimana kebiasaan saat menyusui?

- Apakah pasien sedang mendapat terapi hormon (khususnya HRT, terapi sulih

hormon)?

2. Bila terdapat sekret dari puting payudara

- Apakah cairan seperti susu atau bahan lain?

- Warna sekret (jernih, putih, kuning, tercemar darah)

- Sekret keluar spontan atau tidak?

- Apakah pengeluaran cairan unilateral atau bilateral?

- Adanya perubahan dalam penampilan puting atau aerola?

- Benjolan di payudara?

3. Bila terdapat benjolan di payudara

- Kapan benjolan pertama kali didasari?

- Apakah ukuran benjolan tetap sama atau membesar?

- Apakah ukuran benjolan berubah-ubah sesuai siklus haid?

- Apakah terasa nyeri?

- Adakah kelainan kulit lokal?

- Adakah riwayat benjolan payudara (tanyakan tentang riwayat biopsi,

diagnosis, dan operasi)

- Anamnesis sistem lengkap harus mencakup gejala lain yang mungkin

menandakan suatu penyakit neoplastik (penurunan berat, berkurangnya nafsu

makan, lesu, dan sebagainya) dan penyebaran metastatik ke sistem organ lain

(sesak napas, nyeri tulang dan sebagainya)

3

Page 4: PBL abses payudara

Pertanyaan tentang payudara wanita mungkin sudah dimasukkan ke dalam

riwayat medis atau dapat ditanyakan pada saat melakukan pemeriksaan fisik.

Tanyakan “Apakah Anda memeriksa sendiri payudara Anda?” “Berapa sering Anda

memeriksanya?” Tanyakan apakah pasien memiliki benjolan, nyeri atau gangguan

rasa nyaman apa pun pada payudaranya. Tanyakan juga tentang setiap pengeluaran

sekret dari puting susu dan kapan peristiwa ini terjadi. Jika pengeluaran sekret hanya

terjadi setelah puting susu diurut, keadaan ini dianggap sebagai keadaan yang

fisiologis. Jika pengularan sekretnya terjadi secara spontan dan terlihat pada pakaian

dalam (kaus, BH) atau pakaian tidur tanpa stimulasi lokal, tanyakan warna,

konsistensi, dan jumlahnya. Apakah sekret tersebut keluar pada kedua atau salah satu

payudara? 1

Riwayat penyakit dahulu, penting untuk mencatat secara rinci semua masalah medis

yang pernah timbul sebelumnya dan terapi yang pernah diberikan, seperti adakah

tindakan operasi dan anastesi sebelumnya, kejadian penyakit umum tertentu. 2

Riwayat Pribadi dan Sosial, Secara umum menanyakan bagaimana kondisi sosial,

ekonomi dan kebiasaan-kebiasaan pasien seperti merokok, mengkonsumsi alkohol,

dan hal yang berkaitan. Asupan gizi pasien juga perlu ditanyakan, meliputi jenis

makanannya, kuantitas dan kualitasnya. Begitu pula juga harus menanyakan

vaksinasi, pengobatan, tes skrining, kehamilan, riwayat obat yang pernah dikonsumsi,

atau mungkin reaksi alregi yang dimiliki pasien. Selain itu, harus ditanyakan juga

bagaimana lingkungan tempat tinggal pasien. Selain itu yang juga perlu diperhatikan

adalah riwayat berpergian (penyakit endemik). 2

Riwayat Keluarga, berguna untuk mencari penyakit yang pernah diderita oleh

kerabat pasien karena terdapat kontribusi genetik yang kuat pada berbagai penyakit. 2

Dari hasil anamnesis yang telah dilakukan di dapatkan wanita berusia 28 tahun

dengan payudara kirinya dirasa membengkak yang terasa sakit dan disertai demam

sejak 1 minggu yang lalu. Pasien sedang menyusui.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum

Keadaan umum dimulai dengan penilaian keadaan umum pasien yang

mencakup kesan keadaan sakit, kesadaran pasien serta status gizi pasien. Dengan

penilaian keadaan umum maka dapat diperoleh kesan apakah pasien dalam keadaan

4

Page 5: PBL abses payudara

akut yang memerlukan pertolongan segera atau pasien dalam keadaan relatif stabil

sehingga dapat dilakukan anamnesis secara lengkap baru dilakukan pertolongan. 4

TTV

Pasien juga harus diperiksa tanda-tanda vital yang mencakup frekuensi nadi,

tekanan darah, frekuensi pernafasan, dan suhu yang di sesuaikan dengan batas normal.

Suhu tubuh manusia yang normal adalah 36-370C; Tekanan darah 120/80 mmHg;

Frekuensi nadi yang normal 80 kali permenit; Frekuensi pernapasan yang normal 16-

24 kali permenit. 4

Pemeriksaan Payudara

Sebelum memeriksa payudara wanita, pemeriksa harus memiliki pendamping.

Idealnya pendampingnya adalah seorang wanita. Pasien harus membuka seluruh

pakaiannya hingga ke pinggang dan duduk di tepi kursi dengan kedua lengan di

samping. 3

Inspeksi, pasien dapat diminta untuk duduk tegak dan berbaring. Kemudian, inspeksi

dilakukan terhadap bentuk kedua payudara, ukuran, simetri, warna kulit, lekukan,

retraksi papila, adanya kulit berbintik seperti kulit jeruk, ulkus dan benjolan.

Cekungan kulit (dimpling) akan terlihat lebih jelas bila pasien diminta untuk

mengangkat lengannya lurus ke atas. 5 Pada puting payudara dilihat kesimetrisan,

apakah mengalami eversi, datar, atau inversi, berskuama, mengeluarkan cairan. Pada

aksila, pasien diminta untuk meletakkan kedua tangan mereka di kepala dan ulangi

proses inspeksi. Beri perhatian khusus pada setiap asimetri atau cekungan kulit yang

terlihat. Periksa aksila untuk massa atau perubahan warna. 3

Palpasi, Tanyakan terlebih dahulu kepada pasien apakah ada nyeri spontan atau nyeri

tekan, dan periksa daerah tersebut terakhir. Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien

yang berbaring dengan bantal yang tipis di punggung sehingga payudara terbentang

rata. Palpasi dilakukan dengan ruas pertama jari telunjuk, tengah, dan manis yang

digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap pada setiap kuadran payudara

dengan alur melingkar atau zig-zag. Pada sikap duduk, benjolan yang tak teraba ketika

penderita berbaring kadang lebih mudah ditemukan. Bila teraba benjolan maka

uraikan benjolan tersebut. Selain perabaan benjolan, palpasi juga berguna untuk

mengetahui benjolan apakah melekat ke kulit atau ke dinding dada atau mobile (dapat

digerakkan). Minta pasien untuk memberi tahu Anda jika timbul nyeri selama

pemeriksaan. Pemijatan halus puting susu dilakukan untuk mengetahui adanya

pengeluaran cairan, berupa darah atau bukan. Bila sekret seperti susu, seosa, atau

5

Page 6: PBL abses payudara

hijau-coklat hampir selalu jinak, namun bila pengeluaran darah dari puting payudara

diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan, seperti karsinoma,

papiloma di salah satu duktus, dan kelainan yang disertai ekstasia duktus. Perabaan

aksila misalnya sebelah kanan, abduksi lengan kanan pasien dan topanglah di

pergelangan tangannya dengan tangan kanan sementara tangan kiri memeriksa ketiak

pasien. Bila teraba adanya kelenjar limfe, uraikan kelenjar limfe tersebut serta apakah

terdapat nyeri. 3, 5

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, namun

ditemukan adanya benjolan pada kuadran lateral bawah dari payudara kiri dengan

ukuran 4x3cm, hiperemis, teraba fluktuasi serta nyeri tekan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada pasien adalah pemeriksaan

darah lengkap yang kemudian disesuaikan dengan hasil normal. Bila terjadi

penurunan maupun peningkatan dapat menuntun Anda dalam mendiagnosa pasien.

Setelah dilakukan anamnesis sampai pemeriksan fisik, dapat diduga pasien menderita

mastitis (peradangan pada payudara yang disebakan oleh bakteri) atau bisa juga sudah

menjadi abses payudara yang merupakan komplikasinya. Maka dari pemeriksaan

laboratorium kemungkinan di dapatkan peningkatan kadar leukosit dan neutrofil. 6

Berbagai metode dewasa ini digunakan untuk memeriksa lesi mamma. Metode

tersebut adalah: 7

1. Ultrasonografi: fibroadenoma, kista, tumor (paling baik untuk wanita

muda/payudara padat).

2. Mamografi: tumor, kista, penyakit fibrokistik, nekrosis lemak

3. FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy): tumor, fibroadenoma, penyakit

fibrokistik, nekrosis lemak, mastitis.

USG ( Ultrasonography )

Ultrasonografi payudara sangat membantu untuk mendiagnosis lesi payudara

pada pasien yang memiliki payudara yang padat, membedakan antara kista dan massa

padat, menindaklanjuti penyakit fibrosistik payudara, mengevaluasi lesi payudara

pada pasien yang menjalani implantasi silikon payudara. Mamografi sinar X tetap

merupakan pemeriksaan skrining pilihan karena USG tidak dapat mendeteksi

mikrokalsifikasi. Meskipun demikian, USG tetap berguna sebagai alat bantu

6

Page 7: PBL abses payudara

diagnostik pada payudara. Pada kasus abses payudara, USG dilakukan untuk

mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul serta menyingkirkan kemungkinan

adanya massa tumor, kista, atau keganasan. 6

Mamografi

Mamografi merupakan pecitraan payudara dengan menggunakan sinar X

berdosis rendah untuk mendeteksi kista atau tumor. Pemeriksaan mamografi disebut

sebagai tes mamogram yang terbagi menjadi dua, yaitu: 8

1. Screening mamogram.

Pemeriksaan ini ditunjukkan bagi wanita yang tidak mengalami

gangguan pada payudaranya. Prinsip dasar strategi skrining adalah asumsi

dasar bahwa deteksi lebih dini akan menurunkan angka mortalitas dan

morbiditas. Sampai kini, mamografi skrining harus ditawarkan setiap tahun

pada wanita-wanita yang berusia 50 tahun ke atas, dan setidaknya setiap dua

tahun bagi wanita yang berusia 40 sampai 49 tahun.

2. Diagnostic mamogram.

Dilakukan jika dari pemeriksaan klinis atau screening mamogram

ditemukan suatu kelainan. Bertujuan untuk mengevaluasi ketidaknormalan

pada payudara pasien yang baru atau pasien lama yang membutuhkan

pemeriksaan lanjutan. Pada pemeriksaan diagnostik diberikan tambahan sinar

X dari sudut lain ataupun pencitraan khusus pada area tertentu.

Gambar 1. Posisi frontal. Dikutip dari editor. Mendeteksi kanker payudara dengan mamogfrafi. 15 April 2009. Dikutip dari http://www.artikelpayudara.com/2009/04/15/mendeteksi-kanker-payudara-

dengan-mamografi/, 11 April 2014.

Jika dari hasil pemeriksaan didapatkan gambaran abnormal, maka

pemeriksaan akan dilanjutkan dengan memberikan tambahan sinar X. Tambahan sinar

X ini dapat dilakukan pada saat bersamaan atau dilakukan beberapa hari kemudian.

Pemeriksaan screening mammography pada umumnya berlangsung 15-30 menit,

7

Page 8: PBL abses payudara

sedangkan pemeriksaan diagnostic mammography dapat berlangsung hingga 1 jam.

The American Cancer Society dan The American College of Radiologists

menyarankan bahwa wanita berusia antara 35 dan 40 tahun melakukan mamografi

setiap 2 tahun, dan wanita berumur diatas 40 tahun melakukan setiap tahun. 6

Biopsi Aspirasi Jarum Halus

Biopsi dilakukan setiap ada kecurigaan pada pemeriksaan fisik dan

mamogram. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan jarum halus yang

ditusukkan ke dalam daerah lesi (bila perlu dibimbing dengan imaging radiologi atau

USG) dan sel kemudian diaspirasi tanpa memerlukan anestesi lokal. Cairan yang

dikeluarkan berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi. Keuntungan pemeriksaan

ini adalah rasa sakit yang relatif kurang dan diagnosis serta penatalaksanaan dapat

segera di lakukan. 6

Isolasi Bakteri

Biakan postif yang ditemukan merupakan standar penting untuk mendiagnosa

Abses payudara ini. Spesimen dapat di kultur dari ASI. Spesimen yang ditanam di

cawan agar darah membentuk koloni yang khas dalam 18 jam pada suhu 37oC, tetapi

tidak menghasilkan pigmen dan hemolisis sampai beberapa hari kemudian. S. aureus

memfrementasikan manitol. 9, 10

Biakan ASI penting untuk diagnostik serta penatalaksanaan. Sehingga

antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya. Lakukan pemeriksaan darah

lengkap, biakan darah dan pemeriksaan laboratorium bila diperlukan. 11

Dalam kasus belum didapatkan hasil pemeriksaan penunjang.

Diagnosis Banding

Mastitis Akut

Hampir semua kasus mastitis akut terjadi selama menyusui. Selama minggu-

minggu pertama menyusui, payudara rentan terhadap infeksi bakteri akibat

terbentuknya fisura dan celah di puting. Dari tempat masuk ini biasanya

Staphylococus aureus menginvasi jaringan payudara. Infeksi stafilokokus cenderung

menimbulkan daerah inflamasi akut lokal yang dapat berkembang menjadi abses

tunggal atau multiple. Pasien datang dengan payudara yang eritematosa dan nyeri

serta biasanya disertai demam. Awalnya hanya satu sistem duktus atau sektor

payudara yang terkena. 12 Peradangan umumnya terjadi unilateral dan wanita yang

baru pertama kali menyusui lebih sering terkena. 13

8

Page 9: PBL abses payudara

Jika tidak diobati, infeksi dapat menyebar keseluruh payudara. Kebanyakan kasus

mastitis laktasional mudah diterapi dengan antibiotik yang sesuai dan mengeluarkan

seluruh susu dari payudara. Meskipun jarang, mungkin dibutuhkan drainase secara

bedah. 12 Medika mentosa yang dapat diberikan kepada pasien adalah dicloxacillin

atau cephalosporin 500 mg peroral setiap 6 jam selama 5-7 hari dan non medika

mentosa yang dapat dilakukan adalah pengosongan payudara dengan mengeluarkan

seluruh ASI ataupun yang tersisa dengan tangan atau dengan alat hisap khusus.

Sebaiknya dilakukan pengisapan air susu dengan pengisap khusus. 13

Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain: 14

1. Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.

2. Puting lecet.Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat

kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.

3. Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.Biasanya

mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum

sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.

4. Pengosongan payudara yang tidak sempurna

5. Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap

puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi

atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.

6. Ibu atau bayi sakit.

7. Frenulum pendek.

8. Produksi ASI yang terlalu banyak.

9. Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.

10. Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk

pengaman pada mobil.

11. Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan

kulit, dan lain-lain.

12. Penggunaan krim pada puting.

13. Ibu stres atau kelelahan.

14. Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

9

Page 10: PBL abses payudara

Diagnosis Kerja

Abses Payudara

Abses payudara adalah area kemerahan (efek peradangan), nyeri tekan serta

pengerasan yang timbul di payudara saat sedang menyusui. Bakteri yang paling

umum dijumpai pada abses adalah Staphylococcus aureus. Infeksi payudara pada

wanita yang tidak sedang menyusui jarang terjadi. 13

Abses ini terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan.

Harus dibedakan antara abses dan mastitis. Gejalanya adalah pasien tampak lebih

parah sakitnya, payudara lebih merah mengkilap, benjolan lebih lunak karena berisi

nanah. Sehingga kasus ini perlu di rujuk ke dokter ahli untuk dilakukan insisi dan

mengeluarkan nanah. Pada abses payudara perlu diberikan antibiotika dosis tinggi dan

analgesik. Sementara bayinya hanya disusukan tanpa dijadwal pada payudara yang

sehat saja. Sedangkan ASI dari payudara yang sakit diperas sementara (tidak

disusukan). Setelah sembuh bayi bisa disusukan kembali. 15

Etiologi

Penyebab paling sering mastitis adalah bakteri Staphylococcus aureus.

Sumber organisme langsung yang menyebabkan mastitis hampir selalu berasal dari

hidung dan tenggorokan bayi. Bakteri memasuki payudara melalui papila mammae

pada fisura atau abrasi kecil. 10

Stafilokokus adalah sel sferis, berdiameter sekitar 1mikro meter tersusun

dalam kelompok yang tidak teratur. Kokus tunggal, berpasangan, tetrad, dan bentuk

rantai juga terlihat di biakan cairan. Kokus yang muda memberikan pewarnaan gram

positif yang kuat. Stafilokokus tidak motil dan tidak membentuk spora. Bila

dipengaruhi obat-obat seperti penisilin, stafilokokus lisis. 9

Stafilokokus mudah berkembang pada sebagian besar medium bakteriologik dalam

lingkungan aerobik atau mikroaerofilik. Organisme ini paling cepat berkembang pada

suhu 370C tetapi suhu yang terbaik untuk menghasilkan pigmen adalah suhu ruangan

(20-250C). Staphylococcus aureus biasanya membentuk koloni berwarna abu-abu

hingga kuning tua kecoklatan. 9

Epidemiologi

Pada penelitian oleh Matheson (1988) melaporkan Staphylococcus aureus

ditemukan Peradangan payudara sering terjadi pada wanita yang menyusui, dan sering

terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Mastitis terjadi pada minggu-

10

Page 11: PBL abses payudara

minggu pertama setelah melahirkan. Sedangkan absesnya biasa terbentuk setelah

berminggu-minggu atau berbulan-bulan. 10

Patofisiologi

Stasis ASI, adanya respons inflamasi, dan kerusakan jaringan memudahkan

terjadinya infeksi.14

Terjadinya mastitis diawali dengan peningkatan tekanan di dalam duktus (saluran

ASI) akibat stasis ASI. Bila ASI tidak segera dikeluarkan maka terjadi tegangan

alveoli yang berlebihan dan mengakibatkan sel epitel yang memproduksi ASI menjadi

datar dan tertekan, sehingga permeabilitas jaringan ikat meningkat. Ketika ASI tidak

dikeluarkan sepenuhnya sewaktu menyusui, sisa ASI terperangkap di dalam

salurannya dan menyebabkan terjadinya peradangan yang dikenal sebagai mastitis.

Peradangan akan meningkatkan resiko infeksi bakteri selanjutnya pada saluran

tersebut. 10, 12, 14

Infeksi bakteri juga dapat terjadi melalui kulit puting payudara yang pecah. Ketika

bakteri memasuki jaringan payudara, sistem kekebalan tubuh akan berusaha untuk

melawan bakteri-bakteri tersebut dengan mengirim sel-sel darah putih ke tempat

terjadinya infeksi. Pada proses pembunuhan bakteri-bakteri, beberapa jaringan dapat

mengalami kerusakan membentuk suatu kantung kecil yang akan diisi oleh nanah

(campuran dari jaringan mati, bakteri dan sel-sel darah putih) dan membentuk abses

payudara. 10, 12

Manifestasi Klinik

Gejala pada mastitis biasanya didapatkan payudara nampak merah, bengkak

keras serta nyeri berat diikuti oleh demam dan takikardia. Infeksi hampir selalu

bersifat unilateral, dan pembengkakan yang bermakna biasa terjadi sebelum inflamasi. 7, 10-13, 15

Gejala pada abses payudara tampak lebih parah, payudara lebih mengkilat,

panas dan lebih sakit serta terdapat benjolan yang berisi penuh/bengkak berisi cairan

sehingga teraba adanya benjolan lunak berfluktuasi dan suhu tubuh meningkat. 14-15

Penatalaksanaan

Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian

antibiotik disertai dengan pengosongan payudara mempercepat penyembuhan bila

dibandingkan dengan pemberian antibiotik saja. Sebab dinding abses membentuk

11

Page 12: PBL abses payudara

halangan yang melindungi bakteri patogen dari pertahanan tubuh dan membuat tidak

mungkin untuk mencapai kadar antibiotik yang efektif dalam jaringan terinfeksi. 14

Non Medika Mentosa

Pada abses payudara perlu dirujuk ke dokter ahli. Penanganan tradisional

yang dapat dilakukan adalah insisi abses, yang biasanya memerlukan anestesi umum.

Pada kasus yang dini, insisi tunggal pada bagian yang paling berfluktuasi biasanya

cukup, namun abses multipel membutuhkan beberapa insisi dan mengganggu

lokulasi. Kavitas yang terbentuk diisi dengan gumpalan kasa secara longgar yang

harus diganti setelah 24 jam dengan gumpalan yang lebih kecil. Alternatif yang

kurang invasif adalah aspirasi jarum yang dipandu dengan sonografik menggunakan

anestesia lokal yang mempunyai angka keberhasilan 80-90%. Selama tindakan ini

dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu

dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.14, 15

Medika Mentosa

1. Antibiotik Dosis Tinggi

Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, namun ibu

dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi. Jenis antibiotik yang

biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara

oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan lebih

banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per oral

lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan

pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap

penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan

klindamisin. 14

Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 – 14 hari. Biasanya ibu menghentikan

antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan

risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian

antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada

payudara dan vagina. 14

2. Analgesik

Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang

berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa

nyeri. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen.

Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan

12

Page 13: PBL abses payudara

peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6

gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu

menyusui yang mengalami mastitis. 14

Edukasi

Aliran ASI yang baik merupakan hal penting karena stasis ASI merupakan

masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih

sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa

sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian

sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah

menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara

sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang

mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut.

Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada

saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu

tidak perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi

gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami

mastitis. Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari

payudara dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu

risiko yang lebih besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan

menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak

atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat

membantu melancarkan aliran ASI. 14

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi

cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu

membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat

menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah

ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada

payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah.

Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk

memilih kompres panas atau dingin lebih tergantung pada kenyamanan ibu. 14

Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang

dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu

dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung. 14

13

Page 14: PBL abses payudara

Komplikasi

Dengan penanganan yang cepat dan tepat serta edukasi yang baik terhadap

pasien, pada umumnya akan mengecilkan kejadian terjadinya komplikasi. Berikut

beberapa komplikasi yang dapat terjadi: 14

Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu

memutuskan untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak

dapat meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir kalau obat

yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka. Oleh karena itu

penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan dukungan tenaga kesehatan

dan keluarga sangat diperlukan saat ini.

Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak

adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi

berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri

diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa

menyusui.

Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti

candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi

antibiotik. Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar

yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan

payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu

diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang juga mengandung

kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi

nistatin oral pada saat yang sama.

Pencegahan

Menurut WHO 2002. Abses payudara sangat mudah dicegah bila menyusui

dilakukan dengan baik sejak awal untuk mencegah keadaan yang meningkatkan stasis

ASI dan bila tanda dini seperti bendungan ASI, sumbatan saluran payudara, dan nyeri

puting susu diobati dengan cepat. 10

Menurut pendapat ahli mengatakan bahwa: 10-11, 15

a. Segera setelah melahirkan menyusui bayi dilanjutkan dengan pemberian ASI

eksklusif

b. Melakukan perawatan payudara dengan tepat dan benar. Massage payudara,

kompres hangat dan dingin, dan lakukan senam laktasi, yaitu menggerakkan

14

Page 15: PBL abses payudara

lengan secara berputar sehingga sendi bahu ikut bergerak ke arah yang sama

guna membantu memperlancar peredaran darah dan limfe di payudara.

c. Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan

ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara biasanya dengan

ukuran 2 nomor lebih besar.

d. Metode yang bermanfaat untu mencegah terbentuknya fisura pada putting: (1)

Menyelipkan jari pada sudut mulut bayi untuk menghentikan tenaga mengisap

pada akhir minum; (2) Jangan menyusui pada satu payudara untuk waktu lama

karena akan terjadi maserasi, jadi lakukan bergantian pada kedua payudara

kanan dan kiri

e. Segera mengobati puting susu yang lecet, bila perlu oleskan sedikit ASI pada

puting tersebut. Bila puting bernanah  atau berdarah, konsultasikan dengan

bidan di klinik atau dokter yang merawat

f. Seorang ibu harus menjaga tangan dan puting susunya bersih untuk

menghindari kotoran dan kuman masuk ke dalam mulut bayi. Dengan cara 

mencuci kedua tangannya dengan sabun dan air sebelum menyentuh putting

susunya dan sebelum menyusui Hal ini juga menghindari puting susu sakit dan

infeksi pada payudara.

g. Biasakan untuk menyusui bayi hingga kedua payudara terasa kosong dan bila

bayi tampak sudah kenyang namun payudara masih terasa penuh atau ASI

menetes deras, segera kosongkan dengan cara memerah secara manual

menggunakan jari - jari tangan menekan pada areola (lingkaran hitam sekitar

puting), simpan ASI di kulkas jangan di buang, bisa diberikan kembali dengan

cara menyuap ke mulut bayi menggunakan sendok atau biarkan bayi

mencecap dengan cawan kecil setelah ASI dihangatkan.

h. Bila menemui kesulitan seperti puting payudara tenggelam atau ASI tidak bisa

lancar keluar tetapi payudara tampak mengeras tanda berproduksi ASI maka

konsultasikan dengan bidan cara memerah ASI dengan benar agar tidak terjadi

penumpukan produksi ASI

i. Puting susu dan payudara harus dibersihkan sebelum dan setelah menyusui.

Setelah menyusui, puting susu dapat diberikan salep lanolin atau vitamin A

dan D.

15

Page 16: PBL abses payudara

Prognosis

Prognosis untuk kasus ini baik bila segera dilakukan insisi abses dan

pemberian antibiotik yg adekuat serta analgetik yang diindikasikan untuk ibu

menyusui.

Jika penderita datang dengan keadaan payudara membengkak dan belum

demam, apabila dilakukan terapi dengan adekuat maka terjadinya abses dapat

dicegah. Akan tetapi, jika sudah menjadi abses payudara (keadaan yang lebih parah

dan terdapat benjolan fluktuasi yang teraba lunak seperti berisi cairan), penderita

harus segera ditangani dengan diberikan antibiotik dan analgetik secara teratur

sehingga abses tersebut cepat sembuh, dan tidak pecah spontan. Jika abses tersebut

mengalami pecah spontan, maka penyembuhan dari payudara tersebut memakan

waktu yang lama karena terbentuknya fistel yang sukar sembuh. 10

Kesimpulan

Dari kasus wanita 28 tahun yang datang dengan keluhan payudara kirinya

dirasa membengkak yang terasa sakit dan disertai demam sejak 1 minggu yang lalu

setelah dilakukan anamnesis yang lebih lengkap, serta pemeriksaan fisik dan

penunjang yang terarah, dapat di tegakkan diagnosis bahwa pasien menderita abses

payudara karena pada pemeriksaan fisiknya terdapat benjolan pada kuadran lateral

bawah dari payudara kiri dengan ukuran 4x3cm, hiperemis, teraba fluktuasi serta

nyeri tekan. Abses payudara merupakan komplikasi dari penderita mastitis yang tidak

diobati. Dimana pada penderita abses payudara ditemukan adanya demam yang

menetap dalam waktu 48 hingga 72 jam, terabanya masa yang berfluktuasi

dikarenakan berisi nanah, dan payudaranya lebih memerah. Penderita abses payudara

sebaiknya dilakukan insisi abses yang mengikuti garis kulit serta pemberian antibiotik

yang adekuat dan sesuai indikasi sehingga hasilnya menjadi lebih baik dan

prognosisnya baik.

16

Page 17: PBL abses payudara

DAFTAR PUSTAKA

1. Bickley LS. Buku ajar: Pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan Bates.

Jakarta: EGC; 2009. h. 305, 319

2. Welsby PD. Pemeriksaan fisik dan anamnesis klinis. Jakarta: EGC; 2009. h.

94.

3. Thomas J, Monaghan T. Buku saku oxford: Pemeriksaan fisik dan ketrampilan

praktis. Jakarta: EGC; 2012. h. 372-83.

4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simbadibrata M, Simbadibrata M, Setiati

S. Buku ajar: Ilmu penyakit dalam. Edisi-5. Jilid 1. Jakarta: Internal

Publishing. h. 29, 31-2

5. Sjamsuhidajat R. De jong: Buku ajar ilmu bedah. Edisi-3. Jakarta: EGC; 2010.

h. 471-5

6. Kee JL. Pedoman pemeriksaan laboratorium dan diagnostik. Edisi-6. Jakarta:

EGC; 2007. h. 477-81, 503, 601, 673.

7. Grace PA, Borley NR. At a glance: Ilmu bedah. Edisi-3. Jakarta: Erlangga;

2006. h. 17-21

8. Townsend CN, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL. Buku saku: Ilmu

bedah Sabiston. Jakarta: EGC; 2010. h. 413-4.

9. Brooks GF, Butel JS, Morse SA, penyuting. Mikrobiologi kedokteran Jawetz,

Melnick, Adelberg. Edisi-27. Jakarta: EGC; 2007. h. 225-6

10. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY.

Obstetri Williams. Volume 1. Edisi-23. Jakarta: EGC; 2012. h. 681-3.

11. Benson RC, Pernoll ML. Buku saku: Obstetri dan ginekologi. Edisi-9. Jakarta:

EGC. 2008. h. 286, 491

12. Kumar V, Abbas AK, Fausto N, penyunting. Robbins & Cotran: Dasar

patologis penyakit. Edisi-7. Jakarta: EGC; 2009. h. 1147

13. McPhee SJ, Papadakis MA. Lange: Current medical diagnosis & treatment.

49th ed. New york: Mc Graw Hill. p. 651-2, 720-1

14. Alasiry E. Mastitis: Pencegahan dan penanganan. 26 Agustus 2013. Diunduh

dari: http://idai.or.id/public-articles/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-

penanganan.html, pada tanggal 12 April 2013.

15. Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI, Setowulan W. Kapita

selekta kedokteran. Edisi-3. Jilid-1. Jakarta: Media Aesculapius; 2001.h.324-5.

17