PBL 5 Piter

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    1/24

    Hukum dan Etika Kedokteran

    pada Kasus Euthanasia

    Piter Pical

    10.2010.235

    D7

     Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta

     Jln. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telepone ! "0#1$ 56%&'#061, (a) ! "0#1$ 56*'1+*1

     piterpical-ail.co

    Pendahuluan

    Euthanasia berasal dari Bahasa yunani yang berarti kematian yang baik. Istilah euthanasia

    dimaksudkan sebagai tindakan secara sengaja untuk mengakihiri suatu kehidupan sebagai suatu

    cara mengurangi kesakitan dan penderitaan seseorang. Seringkali pasien dengan penyakit

    terminal meminta untuk dilakukan euthanasia. Disetiap negara mempunyai hukum-hukum dan

     pandangan yang berbeda mengenai praktek euthanasia itu sendiri.  Aturan hukum  mengenai

    masalah ini berbeda-beda di tiap negara dan seringkali berubah seiring dengan perubahan norma-

    norma  budaya  maupun ketersediaan perawatan atau tindakan  medis.   Di beberapa negara,

    eutanasia dianggap legal, sedangkan di negara-negara lainnya dianggap melanggar hukum. leh

    karena itu pembatasan dan prosedur yang ketat selalu diterapkan tanpa memandang status

    hukumnya.

    !ujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang euthanashia. Selain itu

    didalamnya juga akan dibahas mengenai in"ormed consent,aspek hukum,dan etika kedokteran

    dari suatu tindakan euthanashia. Selain itu juga akan dibahas mengenai rekam

    medis,prosedur,dan tindakan medis dalam suatu tindakan euthanasia.

    1

    http://id.wikipedia.org/wiki/Hukumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Norma_(sosiologi)http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_(sosiologi)http://id.wikipedia.org/wiki/Budayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Medishttp://id.wikipedia.org/wiki/Legalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hukumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hukumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Norma_(sosiologi)http://id.wikipedia.org/wiki/Norma_(sosiologi)http://id.wikipedia.org/wiki/Budayahttp://id.wikipedia.org/wiki/Medishttp://id.wikipedia.org/wiki/Legalhttp://id.wikipedia.org/wiki/Hukum

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    2/24

    Euthanasia

    Euthanasia berasal dari kata #unani Euthanathos. Eu $ baik. !anpa penderitaan% sedang

    tanathos $ mati. Dengan demikian euthanasia dapat diartikan mati dengan baik tanpa

     penderitaan. &erkembangan euthanasia tidak terlepas dari perkembangan konsep tentang

    kematian. 'saha manusia untuk memperpanjang kehidupan dan menghindari kematian dengan

    mempergunakan kemajuan ipetek kedokteran telah membawa masalah baru dalam euthanasia,

    terutama berkenaan dengan penentuan kapan sesorang dinyatakan telah mati.(,)

    Dikenal beberapa konsep tentang mati seperti*

    (. +ati sebagai berhentinya darah mengalir

    ). +ati sebagai saat terlepasnya nyawa dari tubuh

    . ilangnya kemmapuan tubuh secara permanen

    . ilangnya manusia secara permanen untuk kembali sadar dan melakukan interaksi social

    /onsep mati dari berhentinya darah mengalir seperti dianut selama ini dan yang juga

    diatur dalam && (0 tahun (10( menyatakan bahwa mati adalah berhentinya "ungsi jantung dan

     paru-paru, tidak bisa dipergunakan lagi karena teknologi resusitasi telah memungkinkan jantung

    dan paru-paru yang semua terhenti kini dapat dipacu untuk berdenyut kembali dan paru-paru

    dapat dipompa untuk berkembang kempis kembali.(

    /onsep mati dari terlepasnya dari tubuh sering menimbulkan keraguan karena misalnya

     pada aindakan resusitasi yan gberhasil, keadaan demikian menimbulkan kesan seakan-akan

    nyawa dapat ditarik kembali. (

    /onsep mati dari hilangnya kembali kemampuan tubuh secara permanen untuk 

    menjalankan "ungsinya secara terpadu juga dipertanyakan karena organ-organ ber"ungsi sendiri-

    sendiri tanpa terkendali karena otak telah mati. 'ntuk kepentingan transplantasi konsep ini

    menguntungkan tetapi secar moral tidak dapat diterima karena kenyataannya organ-organ masih

     ber"ungsi meskipun tidak terpadu lagi. (

    2

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    3/24

    Bila dibandingkan dengan manusia sebagi mahluk social yaitu indi2idu yang mempunyai

    kepribadian, menyadari kehidupannyam kekhususannya, kemampuannya mengingat,

    menentukan sikap dan mengambil keputusan, mengajukan alasan yang masuk akal, mampu

     berbuat, mampu menikmati, mengalami kecemasan dan sebagainya, maka penggerak dari otak 

     baik secara "isik amupun social makin banyak dipergunakan. &usat pengendali ini terdapat dalam

     batang otak. leh /arena itu jika batang otak telah mati 3brain stem death4 dapat diyakini bahwa

    manusia itu secara "isik dan social telah mati. Dalam keadaan demikian, kalangan medis sering

    menempuh pilihan tidak meneruskan resusitasi 3D56, do not resuscitation4 &enentuan saat mati

    ini juga dibahas dan ditetapkan dalam 7orld +edical Assembly tahun (180 yang dikenal dengan

    Deklarasi Sydney. Disini dinyatakan penentuan saat kematian di kebanyakan 5egara merupakan

    tanggung jawab sah dokter. Dokter dapat menentukan sesorang sudah mati dengan menggunakan

    criteria yang la9im tanpa bantuan alat khusus yang telah diketahui oleh semua dokter. (

    al yang penting dalam penentuan saat mati disini adalah proses kematian tersebut sudah

    tidak dapat dikemabalikan lagi 3irre2ersible4 meski menggunakan teknik penghidupan kembali

    apapun. 7alaupun sampai sekarang tidak ada alat yang sungguh-sungguh memuaskan dapat

    digunakan untuk penentuan saat mati ini, alat elektroense"alogra" dapat diandalkan untuk 

    maksud tersebut. :ika penentuan saat mati berhubungan dengan kepentingan transplantasi organ,

    keputusan mati harus dilakukan oleh duaorang dokter atau lebih dan dokter yang menentukan

    saat mati itu tidak boleh ada kaitannya langsung dengan pelaksanaan transpaltasi tersebut.

    Berdasrakan permintaan dan in"ormed consnent yang diterima,euthanashia dapat dibedakan

    menjadi*

    • 2oluntary euthanasia yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien itu sendiri

    karena penyakitnya tidak dapat disembuhkan dan dia tidak sanggup menahan rasa sakit

    yang diakibatkannya.

    •  5on 2oluntary euthanasia pada hal ini orang lain, bukan pasien, mengandaikan, bahwa

    euthanasia adalah pilihan yang akan diambil oleh pasien yang berada dalam keadaan

    tidak sadar tersebut jika si pasien dapat menyatakan permintaannya.

    3

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    4/24

    • In2oluntary euthanasia merupakan pengakhiran kehidupan pada pasien tanpa

     persetujuannya.

    Sedangkan jika dilihat dari cara dilaksanakannya euthanasia dapat dibedakan menjadi*

    • Euthanasia pasi" yaitu perbuatan menghentikan atau mencabut segala tindakan atau

     pengobatan yang perlu untuk mempertahankan hidup manusia

    • Euthanasia akti" yaitu perbuatan yang dilakuykan secara medik melalui inter2ensi akti" 

    oleh seorang dokter engan tujuan untuk mengakhiri hidup manusia.

    • Auto euthanasia ,yakni penolakan secara tegas oleh pasien untuk memperoleh bantuan

    atau perwatan medic terhadapa dirinya,dan ia tahu pasti bahwa hal itu akan

    memperpendek atau mengakhiri hidupnya.

    Euthanasia akti" sendiri dapat dibedakan menjadi *

    • Euthanasia akti" langsung 3direct4

    Adalah dilakukannya tindakan medik secara terarah yang diperhitungkan akan

    mengakhiri hidup pasien atau memperpendek hidup pasien. :enis euthanasia ini dikenal

     juga sebagai +ercy /illing.

    • Euthanasia akti" tidak langsung 3indirect4

    Adalah dimana dokter atau tenaga kesehatan melakukan tindakan medik untuk 

    meringankan penderitaan pasien namun mengetahui adanya resiko tersebut dapat

    memperpendek atau mengakhiri hidup pasien.

    /edua pembagian euthanasia ini dapat digabung, misalnya euthanasia pasi" 2olunteer, euthanasia

    akti" in2olunteer, euthanasia akti" langsung in2oluntir dan sebagainya.

    (,)

    Dalam kongres hukum kedokteran sedunia di ;ent 3Belgia4 tahun (1

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    5/24

    •  Assistance in te process o( deat /itout intention to sorten li(e. Dalam kategori ini

    terdapat unsur kelalaian.

    •  No assistance in te process o( deat /it intention to sorten li(e. Euthanasia pasi" dapat

    dimasukan dalam kategori ini.

    •  Assistance in te process o( deat /it intention to sorten li(e. /ategori ini merupakan

    tindakan euthanasia akti".

    Aspek hukum

    &ermasalahan dalam kasus ini juga dibahas dalam &eraturan +enteri /esehatan

    3&ermenkes4 6I 5o. )1>?+enkes?&er?III?)>>0 tentang &ersetujuan !indakan /edokteran, dalam

    Bab I@* /etentuan pada Situasi /husus. Dijelaskan pada pasal-pasal sebagai berikut*

    &asal (

    (. !indakan penghentian?penundaan bantuan hidup 3/itdra/in-/itoldin- li(e

     support 4 pada seorang pasien harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien.

    ). &ersetujuan penghentian?penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien

    sebagaimana dimaksud pada ayat 3(4 diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan

    dari tim dokter yang bersangkutan.

    . &ersetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat 3(4 harus diberikan secara tertulis.

    &asal (

    Dalam hal tindakan kedokteran harus dilaksanakan sesuai dengan program pemerintah dimana

    tindakan medik tersebut untuk kepentingan masyarakat banyak, maka persetujuan tindakan

    kedokteran tidak diperlukan.

    al mengenai &enolakan !indakan /edokteran juga dijelaskan pada Bab @, dengan pasal

    sebagai berikut*

    &asal (8

    5

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    6/24

    (. &enolakan tindakan kedokteran dapat dilakukan oleh pasien dan?atau keluarga

    terdekatnya setelah menerima penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.

    ). &enolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud kedokteran pada ayat 3(4

    harus dilakukan secara tertulis.

    . Akibat penolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat 3)4 menjadi

    tanggung jawab pasien.

    . &enolakan tindakan kedokteran sebagaimana dimaksud pada ayat 3(4 tidak 

    memutuskan hubungan dokter dan pasien.

    Beberapa pasal /'& yang berkaitan dengan euthanasia antara lain >, 0, >, ,

    , dan 1. Secara "ormal tindakan euthanasia di Indonesia belum memiliki dasar hukum

    sehingga selalu terbuka kemungkinan terjadinya penuntutan hukum terhadap euthanasia yang

    dilakukan. Secara yuridis "ormal dalam hukum pidana positi" di Indonesia hanya dikenal satu

     bentuk euthanasia, yaitu euthanasia yang dilakukan atas permintaan pasien atau korban itu

    sendiri 32oluntary euthanasia4. ),

    /'& &asal >

    Barangsiapa dengan sengaja menempatkan atau membiarkan seorang dalam keadaan sengsara,

     padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan dia wajib memberi

    kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada orang itu, diancam dengan pidana penjara

     paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus

    rupiah.

    /'& pasal 0

    Barangsiapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan

     pidana penjara paling lama lima belas tahun.

    /'& pasal >

    6

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    7/24

    Barangsiapa dengan sengaja dan dengan rencana terlebih dahulu merampas nyawa orang lain,

    diancam karena pembunuhan dengan rencana, dengan pidana mati atau pidana penjara seumur 

    hidup atau selama waktu tertentu, paling lama dua puluh tahun.

    /'& pasal

    Barang siapa merampas nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri yang jelas dinyatakan

    dengan kesungguhan hati, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

    /'& &asal

    Barang siapa sengaja mendorong orang lain untuk bunuh diri, menolongnya dalam perbuatan itu

    atau memberi sarana kepadanya untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat

    tahun kalau orang itu jadi bunuh diri.

    /'& &asal 1

    Barangsiapa karena kesalahannya 3kealpaannya4 menyebabkan orang lain mati, diancam dengan

     pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun.

    Inormed consent

    In"ormed consent adalah suatu proses yang menunjukkan komunikasi yang e"ekti" 

    anatara dokter dengan pasien, dan bertemunya pemikiran tentang apa yang akan dan apa yang

    tidak akan dilakukan terhadap pasien. Dasar hukum dari in"ormed consent tercantum jelas pada

    &eraturan +enteri /esehatan 5o )1>?+en/es?&er?III?)>>0 tentang &ersetujuan !indakan

    /edokteran pasal ( sampai dengan pasal )> yang merupakan pengganti dari &eraturan +enteri

    /esehatan 5o 0?+en/es?&er?I?(101 tentang &ersetujuan !indakan +edik pasal ( sampai

    dengan pasal (. &ada pasal ( 3(4 &ermenkes 5o )1>?+en/es?&er?III?)>>0 dijelaskan bahwa

    &ersetujuan tindakan kedokteran adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarga

    terdekat setelah mendapat penjelasan secara lengkap mengenai tindakan kedokteran atau

    kedokteran gigi yang akan dilakukan terhadap pasien.

    7

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    8/24

    !ujuan In"ormed =onsent antara lain adalah untuk memberikan perlindungan kepada

     pasien terhadap tindakan dokter yang sebenarnya tidak diperlukan dan secara medik tidak ada

    dasar pembenarannya yang dilakukan tanpa sepengetahuan pasiennya dan untuk memberi

     perlindungan hukum kepada dokter terhadap suatu kegagalan dan bersi"at negati", karena

     prosedur medik modern bukan tanpa resiko, dan pada setiap tindakan medik ada melekat suatu

    resiko 3 &ermenkes 5o. )1>?+enkes?&er?III?)>>0 &asal 4

     In"ormed consent memiliki elemen, yaitu threshold elements, in"ormaton elements dan

    consent elements. !hreshold elements menjelaskan bahwa pemberi consent haruslah seseorang

    yang kompeten dalam membuat keputusan 3medis4. Secara hukum seorang dianggap kompeten

    apabila telah dewasa 3jika usia telah mencapai )( tahun atau telah pernah menikah4, sadar dan

     berada dalam keadaan mental yang tidak dibawah pengampuan. In"ormed elements terdiri dari )

     bagian yaitu disclosure  3pengungkapan4 dan understandin- 3pemahaman4. =onsent elements

     juga terdiri dari ) bagian yaitu voluntariness  3kesukarelaan, kebebasan4 dan autoriation

    3persetujuan4. Dalam hal ini, consent dapat dinyatakan 3e)pressed 4 baik secara lisan maupun

    tertulis ataupun tidak dinyatakan 3iplied 4 yaitu melalui tingkah laku 3gerakan4 yang

    menunjukkan jawabannya.

    In"ormasi?keterangan yang wajib diberikan sebelum suatu tindakan kedokteran

    dilaksanakan dijelaskan pada &ermenkes 5o )1>?+en/es?&er?III?)>>0 pasal < 34 sekurang-

    kurangnya mencakup *

    (. Diagnosis dan tata cara tindakan kedokteran.

    ). !ujuan tindakan kedokteran yang dilakukan.

    . Altemati" tindakan lain, dan risikonya.

    . 6isiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.

    . &rognosis terhadap tindakan yang dilakukan.

    8. &erkiraan pembiayaan.

    Dijelaskan pada &ermenkes 5o )1>?+en/es?&er?III?)>>0 pasal (0 3(4 dan 3)4 bahwa

     pembinaan dan pengawasan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ini

    8

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    9/24

    dilaksanankan oleh /epala Dinas /esehatan &ropinsi dan /epala Dinas /esehatan

    /abupaten?/ota dengan melibatkan organisasi pro"esi terkait sesuai tugas dan "ungsi masing-

    masing. Dan pada pasal selanjutnya dijelaskan bahwa +enteri, /epala Dinas /esehatan

    &ropinsi, /epala Dinas /esehatan /abupaten?/ota dapat mengambil tindakan administrati" 

    sesuai dengan kewenangannya masing-masing. !indakan administrati" yang dimaksud dapat

     berupa teguran lisan, teguran tertulis sampai dengan pencabutan Surat Ijin &raktik.

    &roCy consent adalah consent yang diberikan oleh orang yang bukan si penderita itu

    sendiri, dengan syarat bahwa pasien tidak mampu memberikan consent secara pribadi, dan

    consent tersebut harus mendekati apa yang sekiranya akan diberikan pasien oleh pasien apabila

    ia mampu memberikannya 3baik untuk pasien, bukan baik untuk orang banyak4. 'mumnya

    urutan dalam memberikan proCy consent adalah suami atau isteri, anak, orang tua, saudara

    kandung dan sebagainya.

    In"ormed consent tidak berlaku pada keadaan, yaitu pada

    • /eadaan darurat medis

    • Ancaman terhadap kesehatan masyarakat

    • &elepasan hak memberikan consent

    • =linical pri2ilege

    • &asien yang tidak berkompeten memberikan consent

    =onteCtual circunstances juga seringkali memoengaruhi perolehan in"ormed consent.

    Seseorang yang dianggap sudah pikun, ornag yang memiliki mental yang lemah,dan orang dalam

    keadaan terminal seringkali tidak dianggap cakap menerima in"ormasi yang benar apalagi

    membuat keputusan medis. Banyak keluarga pasien melarang dokter untuk berkata benar kepada

     pasien mengenai keadaan sakitnya.

    /eluhan pasien tentang proses in"ormed consent adalah*

    • Bahasa yang digunakan terlalu teknis

    9

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    10/24

    • &erilaku dokter yang terlihat terburu-buru atau tidak perhatian atau tidak ada waktu untuk 

    tanya jawab

    • &asien sedang stress emosional sehingga tidak mampu mencerna in"ormasi

    • &asien dalam keadaan tidak sadar atau mengantuk 

    Sebaliknya kendala pada dokter dalam menyampaikan in"ormed consent dengan baik 

    meliputi*

    • &asien tidak mau diberitahu

    • &asien tak mampu memahami

    • 6esiko terlalu umum atau jarang terjadi

    • Situasi gawat darurat atau waktu yang sempit

    Etika kedokteran

    Etika adalah disiplin ilmu yang mempelajari baik-buruk atau benar-salahnya suatu sikap

    dan atau perbuatan seseorang indi2idu atau institusi dilihat dari moralitas.  Dua teori etika yang

     banyak dianut orang adalah teori deontologi dan teleologi*

    a4 Deontologi mengajarkan bahwa baik-buruknya suatu perbuatan harus dilihat dari

     perbuatannya itu sendiri. !eori ini lebih berdasar kepada ajaran agama, tradisi, dan

     budaya.

     b4 !eleologi mengajarkan untuk menilai baik-buruk tindakan dengan melihat hasil atau

    akibatnya. Ajaran ini lebih ke arah penalaran dan pembenaran kepada asas man"aat.

    'ntuk dapat mencapai suatu keputusan etik, diperlukan kaidah dasar moral dengan beberapa

    rules di bawahnya. /aidah-kaidah dasar moral tersebut antara lain*

    (. &rinsip otonomi, yaitu prinsip moral yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak 

    otonominya.

    10

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    11/24

    ). &rinsip 2ene(icence, yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan

    kepada kebaikan pasien, dalam hal ini tindakan tersebut lebih besar man"aat daripada

    mudaratnya.

    . &rinsip non'ale(icence, yaitu prinsip moral yang melarang tindakan yang

    memperburuk keadaan pasien.

    . &rinsip  justice, yaitu prinsip moral yang mementingkan keadilan dalam bersikap

    maupun dalam mendistribusikan sumber daya.

    Beberapa rules deri2atnya antara lain*

    a) 3eracit4 3berbicara benar, jujur, dan terbuka4.

    b)  rivac4 3menghormati hak pri2asi pasien4.

    c) on(identialit4 3menjaga kerahasiaan pasien4.

    d)  Fidelit4 3loyalitas dan proise'keepin- 4.

    Dijelaskan dalam /ode Etik /edokteran Indonesia 3/DE/I4 dalam pasal ((, yang

     berbunyi* Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk 

    insani.&ada cakupan pasal (( tersebut seorang dokter dilarang terlibat ataumelibatkan diri ke

    dalam abortus, euthanasia, maupun hukuman mati yang tidak dapat dipertanggung jawabkan

    moralitasnya. &ada bagian penjelasan cakupan pasal (( tersebut juga dijelaskan mengenai

    moralitas deontologik pro"esi kedokteran sejagat, karena dokter yang memiliki si"at ketuhanan

    dan kemanusiaan dan memahami bahwa hanya !uhan #ang +aha /uasa satu-satunya yang

     berhak mencabut kehidupan manusia. Berdasarkan agama,peraturan perundang-undangan dan

    etik seorang dokter tidak boleh mengakihiri kehidupan seseorang yang menurut ilmu

     pengetahuan tidak mungkin sembuh.

    !ekam medis

    /ewajiban membuat rekam medis tertuang dalam '' 5.)1 tentang &raktik kedokteran

     pada pasal 8. Dalam penjelasan &asal 8 ayat 3(4 '' &raktik /edokteran, yang dimaksud

    dengan rekam medis adalah berkas yang berisi catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

    11

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    12/24

     pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. :enis

    6ekam +edis terdiri dari 6ekam medis kon2ensional dan 6ekam medis elektronik. Isi rekam

    medis secara umum harus meliputi*

    • =atatan, merupakan uraian tentang identitas pasien, pemeriksaan pasien, diagnosis,

     pengobatan, tindakan dan pelayanan lain baik dilakukan oleh dokter dan dokter gigi

    maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensinya.

    • Dokumen, merupakan kelengkapan dari catatan tersebut, antara lain "oto rontgen, hasil

    laboratorium dan keterangan lain sesuai dengan kompetensi keilmuannya.

    +an"aat rekam medis

    • &engobatan &asien

    6ekam medis berman"aat sebagai dasar dan petunjuk untuk merencanakan dan

    menganalisis penyakit serta merencanakan pengobatan, perawatan dan tindakan medis

    yang harus diberikan kepada pasien.

    • &eningkatan /ualitas &elayanan

    +embuat 6ekam +edis bagi penyelenggaraan praktik kedokteran dengan jelas dan

    lengkap akan meningkatkan kualitas pelayanan untuk melindungi tenaga medis dan untuk 

     pencapaian kesehatan masyarakat yang optimal.

    • &endidikan dan &enelitian

    6ekam medis yang merupakan in"ormasi perkembangan kronologis penyakit, pelayanan

    medis, pengobatan dan tindakan medis, berman"aat untuk bahan in"ormasi bagi

     perkembangan pengajaran dan penelitian di bidang pro"esi kedokteran dan kedokteran

    gigi.

    • &embiayaan

    12

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    13/24

    Berkas rekam medis dapat dijadikan petunjuk dan bahan untuk menetapkan pembiayaan

    dalam pelayanan kesehatan pada sarana kesehatan. =atatan tersebut dapat dipakai sebagai

     bukti pembiayaan kepada pasien.

    • Statistik /esehatan

    6ekam medis dapat digunakan sebagai bahan statistik kesehatan, khususnya untuk 

    mempelajari perkembangan kesehatan masyarakat dan untuk menentukan jumlah

     penderita pada penyakit-penyakit tertentu.

    • &embuktian +asalah ukum, Disiplin dan Etik

    6ekam medis merupakan alat bukti tertulis utama, sehingga berman"aat dalam

     penyelesaian masalah hukum, disiplin dan etik.

    Di rumah sakit terdapat dua jenis rekam medis,yaitu*

    (. 6ekam +edis &asien 6awat :alan

    Isi rekam medis sekurang-kurangnya memuat catatan?dokumen tentang*

    • identitas pasien

    • tanggal dan waktu

    • hasil anamnesis,mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penyakit

    • hasil pemeriksaan "isik dan penunjang medik 

    • diagnosis

    • rencana penatalaksanaan

    •  pengobatan dan atau tindakan

    •  pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

    • untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik 

    13

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    14/24

    •  persetujuan tindakan bila diperlukan

    ). 6ekam +edis &asien 6awat Inap

    6ekam medis untuk pasien rawat inap sekurang-kurangnya memuat*

    • identitas pasien%

    • tanggal dan waktu

    • hasil anamnesis mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penykit

    • hasil pemeriksaan "isik dan penunjang medic

    • diagnosis

    • rencanan penatalaksaan

    •  pengobatan dan atau tindakan

    •  persetujuan tindakan bila diperlukan

    • catatan obser2asi klinis dan hasil pengobatan

    • ringkasan pulang

    • nama dan tanda tangan dokter,dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

    memberikan pelayanan kesehatan

    •  pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu

    • untuk pasien kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik 

    . 6ekam medis pada kasus gawat darurat.

    6ekam medis untuk pasien gawat darurat sekurang-kurangnya memuat*

    • identitas pasien%

    14

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    15/24

    • kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan

    • identitas pengantar pasien

    tanggal dan waktu

    • hasil anamnesis mencangkup sekurang-kurangnya keluhan dan riwayat penykit

    • hasil pemeriksaan "isik dan penunjang medic

    • diagnosis

    •  pengobatan dan atau tindakan

    • ringkasan kondisi pasien sebelum meninggalkan pelayanan unit gawat darurat dan

    rencana tindak lanjut

    • nama dan tanda tangan dokter,dokter gigi atau tenaga kesehatan tertentu yang

    memberikan pelayanan kesehatan

    • sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke sarana

     pelayanan kesehatan lain

    •  pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

    &endelegasian +embuat 6ekam +edis

    Selain dokter dan dokter gigi yang membuat?mengisi rekam medis, tenaga kesehatan lain

    yang memberikan pelayanan langsung kepada pasien dapat membuat?mengisi rekam medis atas

     perintah?pendelegasian secara tertulis dari dokter dan dokter gigi yang menjalankan praktik 

    kedokteran.)

    !ata =ara &enyelenggaraan 6ekam +edis

    &asal 8 ayat 3(4 '' &raktik /edokteran menegaskan bahwa dokter dan dokter gigi

    wajib membuat rekam medis dalam menjalankan praktik kedokteran. Setelah memberikan

    15

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    16/24

     pelayanan praktik kedokteran kepada pasien, dokter dan dokter gigi segera melengkapi rekam

    medis dengan mengisi atau menulis semua pelayanan praktik kedokteran yang telah

    dilakukannya.

    Setiap catatan dalam rekam medis harus dibubuhi nama, waktu, dan tanda tangan petugas

    yang memberikan pelayanan atau tindakan.Apabila dalam pencatatan rekam medis menggunakan

    teknlogi in"ormasi elektronik, kewajiban membubuhi tanda tangan dapat diganti dengan

    menggunakan nomor identitas pribadi?personal identi"ication number 3&I54.

    Dalam hal terjadi kesalahan saat melakukan pencatatan pada rekam medis, catatan dan

     berkas tidak boleh dihilangkan atau dihapus dengan cara apapun. &erubahan catatan atas

    kesalahan dalam rekam medis hanya dapat dilakukan dengan pencoretan dan kemudian dibubuhi

     para" petugas yang bersangkutan. ebih lanjut penjelasan tentang tata cara ini dapat dibaca pada

    &eraturan +enteri /esehatan tentang 6ekam +edis dan pedoman pelaksanaannya.

    /epemilikan 6ekam +edis

    Sesuai '' &raktik /edokteran, berkas rekam medis menjadi milik dokter, dokter gigi,

    atau sarana pelayanan kesehatan, sedangkan isi rekam medis dan lampiran dokumen menjadi

    milik pasien.

    &enyimpanan 6ekam +edis

    6ekam medis harus disimpan dan dijaga kerahasiaan oleh dokter, dokter gigi dan

     pimpinan sarana kesehatan. Batas waktu lama penyimpanan menurut &eraturan +enteri

    /esehatan paling lama tahun kecuali ringkasan pulang dan persetujuan tindakan medik yang

    harus disimpan untuk jangka waktu (> tahun terhitung dari tanggal dibuatnya ringkasan tersebut.

    &engorganisasian 6ekam +edis

    &engorganisasian rekam medis sesuai dengan &eraturan +enteri /esehatan 5omor 

    )81?+E5/ES?&E6?III?)>>0 tentang 6ekam +edis.

    &embinaan, &engendalian dan &engawasan

    16

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    17/24

    'ntuk &embinaan, &engendalian dan &engawasan tahap 6ekam +edis dilakukan oleh

     pemerintah pusat, /onsil /edokteran Indonesia, pemerintah daerah, organisasi pro"esi.

    Aspek hukum, disiplin,etik dan kerahasian rekam medis

    6ekam +edis Sebagai Alat Bukti

    6ekam medis dapat digunakan sebagai salah satu alat bukti tertulis di pengadilan.

    /erahasiaan 6ekam +edis

    Setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik kedokteran wajib menyimpan

    kerahasiaan yang menyangkut riwayat penyakit pasien yang tertuang dalam rekam medis.

    6ahasia kedokteran tersebut dapat dibuka hanya untuk epentingan pasien untuk memenuhi

     permintaan aparat penegak hukum 3hakim majelis4, permintaan pasien sendiri atau berdasarkan

    ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan /itab 'ndang-'ndang ukum Acara

    &idana, rahasia kedokteran 3isi rekam medis4 baru dapat dibuka bila diminta oleh hakim majelis

    di hadapan sidang majelis. Dokter dan dokter gigi bertanggung jawab atas kerahasiaan rekam

    medis sedangkan kepala sarana pelayanan kesehatan bertanggung jawab menyimpan rekam

    medis.

    Sanksi ukum

    Dalam &asal .>>>.>>>,-

    3lima puluh juta rupiah4.

    Selain tanggung jawab pidana, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis

     juga dapat dikenakan sanksi secara perdata, karena dokter dan dokter gigi tidak melakukan yang

    seharusnya dilakukan 3ingkar janji?wanprestasi4 dalam hubungan dokter dengan pasien.

    Sanksi Disiplin dan Etik

    Dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis selain mendapat sanksi hukum

     juga dapat dikenakan sanksi disiplin dan etik sesuai dengan '' &raktik /edokteran, &eraturan

    17

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    18/24

    //I, /ode Etik /edokteran Indonesia 3/DE/I4 dan /ode Etik /edokteran ;igi Indonesia

    3/DE/;I4.

    Dalam &eraturan /onsil /edokteran Indonesia 5omor (8?//I?&E6?@III?)>>8 tentang

    !ata =ara &enanganan /asus Dugaan &elanggaran Disiplin +/D/I dan +/D/I&, ada tiga

    alternati" sanksi disiplin yaitu *

    • &emberian peringatan tertulis.

    • 6ekomendasi pencabutan surat tanda registrasi atau surat i9in praktik.

    • /ewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kedokteran

    atau kedokteran gigi.

    Selain sanksi disiplin, dokter dan dokter gigi yang tidak membuat rekam medis dapat

    dikenakan sanksi etik oleh organisasi pro"esi yaitu +ajelis /ehormatan Etik /edokteran

    3+/E/4 dan +ajelis /ehormatan Etik /edokteran ;igi 3+/E/;4.

    "arcinoma colon

    =arsinoma colon atau kanker usu besar adalah suatu bentuk keganasan yang terjadi pada

    kolon, rektum, dan appendiC 3usus buntu4. Di Amerika Serikat kanker ini menduduki peringkat

    ke duaa yang paling sering terjadi, setelah kanker paru.8

    +ula-mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun 3sebagai gejala umum

    keganasan4 dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa waktu

     barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan keberadaan tumor dalam ukuran

    yang bermakna di usus besar. +akin dekat lokasi tumor dengan anus biasanya gejalanya makin

     banyak. Bila kita berbicara tentang gejala tumor usus besar, gejala tersebut terbagi tiga, yaitu

    gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran 3metastasis4.8

    ;ejala lokalnya adalah, antara lain *

    • &erubahan kebiasaan buang air.

    18

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    19/24

    &erubahan "rekuensi buang air, berkurang 3konstipasi4 atau bertambah 3diare4

    Sensasi seperti belum selesai buang air, 3masih ingin tapi sudah tidak bisa keluar4

    dan perubahan diameter serta ukuran kotoran 3"eses4. /eduanya adalah ciri khas

    dari kanker kolorektal

    • &erubahan wujud "isik kotoran?"eses

    eses bercampur darah atau keluar darah dari lubang pembuangan saat buang air 

     besar, "eses bercampur lender.

    eses berwarna kehitaman, biasanya berhubungan dengan terjadinya perdarahan

    di saluran pencernaan bagian atas.

    • !imbul rasa nyeri disertai mual dan muntah saat buang air besar, terjadi akibat

    sumbatan saluran pembuangan kotoran oleh massa tumor.

    • Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita.

    • !imbul gejala-gejala lainnya di sekitar lokasi tumor, karena kanker dapat tumbuh

    mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung kemih

    3timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dan lain-lain4, 2agina

    3keputihan yang berbau, muncul lendir berlebihan, dan lain-lain4. ;ejala-gejala ini

    terjadi belakangan, menunjukkan semakin besar tumor dan semakin luas

     penyebarannya.

    #atalaksana

    &enanganan yang kita anjurkan adalah terapi paliati" karena pasien telah memasuki

    stadium terminal.8

    - +enghilangkan 5yeri

    Analgesik diberikan sesuai resep. ingkungan dibuat kondusi" untuk relaksasi dengan

    meredupkan lampu, mematikan tele2isi atau radio, dan membatasi pengunjung dan telepon bila

    19

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    20/24

    diinginkan oleh pasien. !indakan kenyamanan tambahan ditawarkan * &erubahan posisi, gosokan

     punggung, dan teknik relaksasi.

    - +eningkatkan !oleransi Akti2itas

    !oleransi akti2itas pasien dikaji. Akti2itas diubah dan dijadwalkan untuk memungkinkan periode

    tirah baring yang adekuat dalam upaya untuk menurunkan keletihan pasien.

    - +empertimbangkan /eseimbangan =airan dan Elektrolit

    +asukan dan keluaran mencakup muntah diukur dan dicatat, untuk menyediakan data akurat

    tentang keseimbangan cairan. +asukan makanan oral dan cairan pasien dibatasi untuk mencegah

    muntah. Antiemetik diberikan sesuai resep. =airan penuh atau jernih dapat ditoleransi, atau

     pasien dipuasakan. Selang nasogastrik akan dipasang pada periode praoperati" untuk 

    mengalirkan akumulasi cairan dan mencegah distensi abdomen. /ateter urinarius indwelling

    dapat dipasang untuk memungkinkan pemantauan haluaran setiap jam. aluaran kurang dari >

    ml?jam dilaporkan sehingga terapi cairan intra2ena dapat disesuaikan bila perlu.

    Dari kasus didapatkan pasien dengan karsinoma terminal ini, minta untuk dibiarkan

    meninggal dengan tenang tanpa alat-alat bantuan 3lettin- die naturall4$ dan  pasien hanya ingin

    diberikan obat penghilang saja sehingga prognosis pasien menjadi semakin buruk dibandingkan

     jika pasien mendapatkan pengobatan.

    Prosedur #indakan $edis

    !indakan medis yang diketahui sebagai tindakan sia-sia 3"utile4 saat ini dipertimbangkan

    untuk tidak lagi dilanjutkan dan secara moral dapat dibenarkan apabila tindakan medis tersebut

    dihentikan. &ertimbangan ini sebenarnya bukan pertimbangan yang aru, melainkan pertimbangan

    yang telah ada pada jaman hippocrates. 5amun demikian keputusan bahwa sesuatu tindakan

    medis adalah tindakan sia-sia haruslah diambil dengan melalui pertimbangan yang ketat.

    &rosedur !erapi

    20

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    21/24

    &embuatan keputusan etik, terutama dalam situasi klinik, dapat juga dilakukan dengan

    menggunakan topik yang esensial dalam pelayanan klinik, yaitu*

    (. +edical Indication

      !opik ini menjelaskan semua prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai untuk 

    menge2aluasi keadaan pasien dan mengobatinya. penilaian aspek indikasi medis ini ditinjau dari

    sisi etiknya, terutama menggunakan kaidah bene"icence dan nonmale"icence. &ertanyaan etika

     pada topik ini adalah serupa dengan seluruh in"ormasi yang selayaknya disampaikan kepada

     pasien pada doktrin in"ormed consent.

    ). &atient pre"errence

     &ada topik ini menjelaskan tentang man"aat dan beban yang akan diterimanya, yang

     berarti cerminan kaidah autonomy. &ertanyaan etiknya meliputi pertanyaan tentang kompetensi

     pasien, si"at 2olunter sikap dan keputusan nya, pemahaman atas in"ormasi, siapa pembuat

    keputusan bila pasien tidak kompeten, nilai dan keyakinan yang dianut pasien, dan sebagainya.

    . Fuality o" li"e

    &ada topik ini menjelaskan tentang tujuan kedokteran, yaitu memperbaiki, menjaga atau

    meningkatkan kualitas hidup insani. Apa,siapa dan bagaimana melakukan penilaian kualitas

    hidup merupakan pertanyaan etik sekitar prognosis, yang berkaitan dengan bene"icence, non

    male"icence dan autonomy.

    . =onteCtual "eatures

    &ada topik ini dibahas seputar aspek non medis yang mempengaruhi keputusan, seperti

    keluarga,ekonomi,agama,budaya,kerahasiaan dan alokasi sumber daya dan "aktor hukum.

    &ada pasien ini, setelah menjelaskan dan mempertimbangkan hal-hal diatas maka pasien

    hanya diberi terapi supporti" dan simptomatik saja. Sebelumnya pasien dan keluarganya diberi

    terlebih dahulu in"ormasi tentang man"aat dan beban yang akan diterimanya. Apabila disetujui

    maka prosedur terapi ini dapat diputuskan.

    21

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    22/24

    Kesimpulan

    Seringkali bagi pasien dengan penyakit terminal menolak untuk mendapat terapi dan

    meminta untuk dibiarkan saja meninggal dengan tenang. Sebagai seorang dokter tentu saja

     bertentangan dengan etika kedokteran itu sendiri. &enjelasan yang jelas dan terperinci bagi

     pasien terminal haruslah dilakukan. Apabila setelah mendapat penjelasan pasien ataupun

    keluarga tetap menolak haruslah menanda tangani dokumen tertulis yang mensetujui tidak 

    dilakukanya terapi. Akibat dari penolakan terapi menjadi tanggung jawab pasien namun disisi

    lain penolakan ini tidaklah menghentikan hubungan dokter pasien tersebut.

    22

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    23/24

    Datar pustaka

    (. Achadiat =+. Dinamika etika dan hukum kedoktran dalam tantangan 9aman.

    :akarta*E;=. )>>-0.

    ). ana"iah +:, Amir A. Etika kedokteran dan hukum kedokteran. :akarta*E;=. )>>(-1.

    . Anonymous. &eraturan &erundang-undangan Bidang /edokteran*hukum pidana yang

     berkaitan dengan pro"esi dokter. :akarta* Bagian /edokteran orensik akultas

    /edokteran 'ni2ersitas Indonesia.(11.p.(-).

    . Sampurna B, Syamsu G, Siswaja !D. Bioetik dan ukum /edokteran. :akarta* &ustaka

    Dwipar. )>>

  • 8/19/2019 PBL 5 Piter

    24/24