28
Program Puskesmas dalam Pemberantasan Demam Berdarah Dengue Piter Pical Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jakarta Jalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email : [email protected] Pendahuluan Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wlayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan pembrantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi 1

Pbl 26 Piter

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pbl 26 Piter

Citation preview

Program Puskesmas dalam Pemberantasan Demam Berdarah DenguePiter PicalFakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana JakartaJalan Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510Email : [email protected]

Pendahuluan Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas. Penyakit DBD merupakan penyakit menular terutama menyerang anak - anak. Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak daerah yang endemik. Daerah endemik DBD pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke wlayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya dimulai dengan peningkatan jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan pengasapan (fogging) secara masaal, abatisasi massal, serta penggerakan pembrantasan sarang nyamuk (PSN) yang terus menerus. Penyakit DBD mempunyai perjalanan yang sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. 1

Epidemiologi1. AgentAgen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae. Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD. Vector utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti ( di daerah perkotaan) dan Aedes albopictus di daerah pedesaan. Cirri-ciri nyamuk Ades aegypti adalah : Sayap dan badan belang-belang atau bergaris putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, barang-barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman, tempat minum burung, dan lain-lain. Jarak terbang 100 m Tahan suhu panas dan kelembapan tinggiReservoir adalah manusia yang sakit ( viremia) 2,3

2. HostHost adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue. Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:1. UmurUmur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-anak di bawah 15 tahun.1. Jenis kelaminSejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah 1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap serangan 16 DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar dari pada anak perempuan.

3. VektorVektor utama penyakit DBD adalah nyamuk Aedes aegypti (di daerah perkotaan) dan Aedes albopticus (di daerah pedesaan). Ciri cirri nyamuk Aedes aegypti adalah : Sayap dan badannya belang belang atau bergaris garis putih Berkembang biak di air jernih yang tidak beralaskan tanah seperti bak mandi, WC, tempayan, drum, dan barang barang yang menampung air seperti kaleng, ban bekas, pot tanaman air, tempat minum burung, dan lain lain. Jarak terbang 100 m Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat). Tahan dalam suhu panas dan kelembapan tinggi Bersifat diurnal, yakni aktif pada pagi hingga siang hari. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah. Hal itu dilakukannya untuk memperoleh asupan protein, antara lain prostaglandin, yang diperlukan untuk bertelur. Nyamuk jantan tidak membutuhkan darah, dan memperoleh sumber energy dan nectar bunga ataupun tumbuhan.1

Gambar 1. Lamanya siklus hidup masing masing stadium Aedes aegyptiDiunduh dari http://puskesmaspebayuran.blogspot.com/2010/09/pesawat-tempur-dbd-nyamuk-aedes-aegypty.html

4. Lingkungan (environment)Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue adalah: lingkungan fisik

a. Letak geografisPenyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik yang terletak antara 30 Lintang Utara dan 40 Lintang Selatan seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu negara ke negara lain b. MusimNegara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada musim 18 dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan. Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa inkubasi. Lingkungan biologis a. PopulasiKepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut. Dengan semakin banyaknya manusia maka akan semakin besar peluang nyamuk mengigit, sehingga penyebaran kasusu DBD dapat menyebar dengan cepat dalam suatu wilayah.b. NutrisiTeori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat. Lingkungan Sosiala. Mobilitas pendudukMobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue 2,3

5. TransmisiDemam berdarah ditularkan oleh nyamuk: Aedes aegepti. Nyamuk tersebut mendapat virus dari orang yang dalam darahnya terdapat virus itu. Orang itu (carrier) tidak harus orang yang sakit Demam Berdarah. Sebab, orang yang mempunyai kekebalan, tidak tampak sakit atau bahkan sama sekali tidak sakit, walaupun dalam darahnya terdapat virus dengue. Dengan demikian orang ini dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Virus dengue akan berada dalam darah manusia selama 1 minggu. Orang dewasa biasanya kebal terhadap virus dengue.Tempat-tempat yang mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya penularan demam berdarah ialah tempat umum (Rumah Sakit, Puskesmas, Sekolah, Hotel/tempat penginapan) yang kebersihan lingkungannya tidakterjaga, khususnya kebersihan tempat-tempat penampungan air (bak mandi. WC, dsb). 4

Peran PuskesmasPuskesmas ialah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten atau kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian wilayah kecamatan.Tujuan:Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas.

Fungsi:a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan Berupaya menggrakkan lintas sector dan dunia usaha di wilayah kerjanya agar menyelenggarakan pembangunan yang berwawasan kesehatan. Aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan di wilayah kerjanya. Mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan dan pemulihan.b. Pusat pemberdayaan masyarakat Berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat, keluarga, dan masyarakat: Memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat. Berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk pembiayaan. Ikut menetapkan, menyelenggarakan, dan memantau pelaksanaan program kesehatan.c. Pusat pelayanan kesehatan strata pertamaMenyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan perorangan Pelayanan kesehatan masyarakat

Penyakit penyakit menular (P2M)Demam Berdarah ( Dengue Haemorrhagic Fever )1. PengertianDemam berdarah (Dengue Haemorrhagic Fever = DHF) ialah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui nyamuk Aedes aegepti. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak dan dapat menyebabkan kematian

2. Tanda-tanda dan gejala

Gambar 2. Tanda dan gejala DBDSumber : http://www.erhaplus.com/wp-content/uploads/2013/01/demam-berdarah.jpg

3. DiagnosaAdanya 2 atau 3 kriteria klinik yang pertama disertai adanya thrombocytopenia sudah cukup untuk menegakkan diagnosa Demam Berdarah secara klinik. Bila kriteria tersebut belum/tidak dipenuhi disebut sebagalakuspect Demam Berdarah. Diagnosa pasti dilakukan dengan pemeriksaan serologis spesimen akut dan konvalescen. 4

4. Akibat Infeksi Virus DengueSeseorang yang digigit nyamuk Aedes aegepti yang infektif (mengandung virus dengue) dapat berakibat sebagalaberikut:a) Tidak sakit (karena kebal)b) Demam ringan yang sulit dibedakan dengan penyakit infeksi lain (Fever Unknown Origin = FUO)c) Demam dengue (demam lima hari = Dengue Fever = DF)d) Demam berdarah (DB) -> pSS -> meninggal. 4

5. Pemberantasan vektor Tujuan pemberantasan demam berdarah dengue adalah penurunan angka kematian (Case Fatality Rate) dan insidens demam berdarah dengue serendah mungkin. Selain itu juga membatasi penyebarluasan penyakit.1. Abatisasi selektifPemberian bubuk abate yang dilakukan oleh petugas kesehatan , jumantik dan kader kelurahan pada tempat penampungan air yang tidak dapat dikuras. Caranya dengan menaburi tempat tersebut dengan bubuk abate sesuai dengan dosis satu sendok peres ( 10 gram) untuk 100 liter air.1. Kegiatan 3MDengan Bulan Gerakan 3 M yang perwujudannya melalui jumat bersih selama 30 menit setiap satu minggu sekali. Dilakukan dengan pengawasan kader PKK: menguras, menutup dan mengubur tempat pertumbuhan jentik.1. Fogging fokusPengasapan menggunakan insektisida yang dilakukan pada titik fokus dan sekitarnya dengan jarak radius 100 meter atau kurang lebih 20 rumah sekitarnya. Dilakukan 2 siklus dengan dengan jarak seminggu.Fogging fokus ini dilakukan jika penyelidikan epidemiologi (PE) positif, yaitu: Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 2 kasus DBD lain Dalam radius 100 meter dari rumah penderita DBD, ada 3 kasus demam. Ada kasus DBD meninggal1. Fogging massalDilakukan 2 siklus di seluruh wilayah daerah endemis merah pada awal dan akhir musim penghujan.

6. Pelaksanaan Survei Jentik (pemeriksaan Jentik)Survei jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut : Semua tempat atau bejana yang dapat menjadi tempat perkembangbiakan nyamukAedes aegyptidiperiksa (dengan mata telanjang) untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Untuk memeriksa tempat penampungan air yang berukuran besar, seperti : bak mandi, tempayan, drum, dan bak penampungan air lainnya. Jika pada pandangan (penglihatan) pertama tidak menemukan jentik, tunggu kira-kira 1 menit untuk memastikan keberadaan jentik. Untuk memeriksa tempat-tempat perkembangbiakan yang kecil, seperti: vas bunga/pot, tanaman air/botol yang airnya keruh, seringkali airnya perlu dipindahkan ke tempat lain. Untuk memeriksa jentik di tempat yang agak gelap, atau airnya keruh, biasanya digunakan senter.Adapun metode survey jentik kecara visual dapat dilakukan kubagai berikut :Cara ini cukup dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui kepadatan jentikAedes aegyptibiasanya menggunakan persamaanhouse indexkubagai berikut :

7. Angka Bebas Jentik (ABJ)Merupakan salah satu indicator keberhasilan program pemberantasan vector penular DBD. Angka Bubas Jentik kubagai tolak ukur upaya pemberantasan vector melalui gerakan PSN-3M menunjukan tingkat partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD. Rata-rata ABJ yang dibawah 95% menjelaskan bahwa partisipaki masyarakat dalam mencegah DBD di lingkunagnnya masing-masing belum optimal.

8. PSN (pemberantasan sarang nyamuk)pencegahannya dilakukan melalui jalur :a)Penyuluhan kelompok:PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.b)Penyuluhan perorangan: Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmasc)Penyuluhan melalui media massa:TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat).Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota.Di tingkat Puskesmas,ausaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan. 9. Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatana)Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demamberdarah dengue menggunakan formulir: W1/laporan KLB (wabah) - W2/laporan mingguan wabah SP2TP: LB Viaporan bulanan data kesakitanLB 2/laporan bulanan data kematian.Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).b)Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya(akut dan konvalesens)auntuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-samake Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat.

10. Pertolongan pada penderitaPada dasarnya pengobatan DBD bersifat suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma sebagai akibat peningkatan kapiler dan sebagai akibat perdarahan. Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pakien DBD dirawat di ruang perawatan biasa. Tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi perlu perawatan intensif.

Tirah baring selama masih demam Obat antipiretik atau kompres panas hangat. Untuk menurunkan suhu dianjurkan pemberian parasetamol. Asetosal/salisilat tidak dianjurkan oleh karena dapat menyebabkan gastritis, perdarahan atau asidosis. Diajurkan pemberian cairan elektrolit (mencegah dehidrasi sebagai akibat demam, anoreksia dan muntah) per oral, jus buah, sirup, susu. Disamping air putih, dianjurkan diberikan selama 2 hari. Pasien harus diawasi ketat terhadap kejadian syok. Periode kritis adalah pada saat suhu turun pada umumnya hari ke-3 -5 fase demam. Pemeriksaan kadar hematokrit berkala untuk pengawasan hasil pemberian cairan yaitu menggambarkan derajat kebocoran plasma dan pedoman kebutuhan cairan vena. Jenis cairan kristaloid : larutan ringer laktat ( RL), larutan ringer asetat (RA), larutan garam faali (GF), detroksa 5% dalam larutan ringer laktat (D5/RL), detroksa 5% dalam larutan ringer asetat (D5/RA). (catatan : untuk resusitasi syok dipergunakan larutan RL atau RA tidak boleh larutan yang mengandung dekstran) Cairan koloid : dekstran 40, plasma, albumin. 4

Promosi KesehatanPromosi Kesehatan oleh PuskesmasPuskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan Puskesmas adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dalam rangka mencapai visi Indonesia Sehat. Untuk mencapai tujuan tersebut, Puskesmas harus menyelenggarakan tiga fungsi, yaitu sebagai: (1) pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, (2) pusat pemberdayaan masyarakat, dan (3) pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

Promosi kesehatan secara umumSecara umum tindakan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ini meliputi beberapa kegiatan, yaitu : a. Melakukan penyuluhan dan pendidikan kesehatanb. Memberi nutrisi yang sesuai standarc. Meningkatkan kesehatan mentald. Penyediaan perumahan yang sehate. Rekreasi yang cukupf. Pekerjaan yang sesuaig. Melakukan konseling perkawinanh. Melaksanakan pemeriksaan berkala Pada DBD Promosi kesehatan penyakit tidak sekedar membuat leaflet atau poster saja melainkan suatu komunikasi perubahan Perilaku dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk melalui pesan pokok 3M PLUS, merupakan suatu kegiatan yang terencana sejak dari tahap analisa situasi, perencanaan kegiatan hingga ke pelaksanaan dan evaluasi. Saat ini kegiatan diintensifkan menjadi sub program Peran Serta Masyarakat dalam PSN dan telah diterbitkan buku panduan untuk ini. Diharapkan setiap wilayah memilih daerah uji coba untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. Contoh salah satu kota yang telah berhasil dalam penggerakkan peran serta masyarakat bekerja sama dengan PKK dan LSM Rotary adalah Purwokerto. Pelaksana kegiatan tidak hanya sektor kesehatan tapi melibatkan semua pihak yang terkait anak sekolah, pramuka Saka Bhakti Husada, mahasiswa, kader-kader, tokoh masyarakat, petugas sektoral, pemilik bangunan/ pertokoan dll. Penyuluhan dan penggerakan masyarakat untuk PSN (pemberantasan sarang nyamuk). Penyuluhan/informasi tentang demam berdarah dan pencegahannya dilakukan melalui jalur- jalur informasi yang ada: 1.Penyuluhan kelompok: PKK, organisasi sosial masyarakat lain, kelompok agama, guru, murid sekolah, pengelola tempat umum/instansi, dll.2.Penyuluhan perorangan:(1)Kepada ibu-ibu pengunjung Posyandu(2)Kepada penderita/keluarganya di Puskesmas(3)Kunjungan rumah oleh Kader/petugas Puskesmas3.Penyuluhan melalui media massa: TV, radio, dll (oleh Dinas Kesehatan Tk. II, I dan pusat). Menggerakkan masyarakat untuk PSN penting terutama sebelum musim penularan (musim hujan) yang pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala Wilayah setempat. Kegiatan PSN oleh masyarakat ini seyogyanya diintegrasikan ke dalam kegiatan di wilayah dalam rangka program Kebersihan dan Keindahan Kota. Di tingkat Puskesmas, usaha/kegiatan pemberantasan sarang nyamuk (PSN) demam berdarah ini seyogyanya diintegrasikan dalam program Sanitasi Lingkungan.Cara MelakukanPenyuluhan Kelompoka.Penyuluhan kelompok dapat dilaksanakan di kelompok Dasawisma, pertemuan arisan atau pada pertemuan Warga RT/RW, pertemuan dalam kegiatan keagamaan atau pengajian, dan sebagainya.b.Langkah-langkah dalam melakukan penyuluhan kelompok:-Usahakan agar setiap peserta pertemuan dapat duduk dalam posisi saling bertatap muka satu sama lain. Misalnya berbentuk huruf U, O atau setengah lingkaran.-Mulailah dengan memperkenakan diri dan perkenalan semua peserta-Kemudian disampaikan pentingnya membicarakan demam berdarah dengue, antara lain bahayanya, dapat menyerang sewaktu-waktu pada semua umur terutama anak-anak.-Jelaskan materi yang telah disiapkan sebelumnya secara singkat dengan menggunakan gambar-gambar atau alat peraga misalnya lembar balik (flipchart) atau leaflet/poster-Setelah itu beri kesempatan kepada peserta untuk berbicara atau mengajukan pertanyaan tentang materi yang dibahas

Gambar 2. Pamflet penyuluhan DBDPada akhir penyuluhan, ajukan beberapa pertanyaan untuk mengetahui sejauh mana materi yang disampaikan telah dipahami.

Pelaporan penderita dan pelaporan kegiatana)Sesuai dengan ketentuan/sistim pelaporan yang berlaku, pelaporan penderita demam berdarah dengue menggunakan formulir : (1)W1/laporan KLB (wabah)(2)W2/laporan mingguan wabah(3)SP2TP: LB 1/laporan bulanan data kesakitan, LB 2/laporan bulanan data kematian. Sedangkan untuk pelaporan kegiatan menggunakan formulir LB3/laporan bulanan kegiatan Puskesmas (SP2TP).b)Penderita demam berdarah/suspect demam berdarah perlu diambil specimen darahnya (akut dan konvalesens) untuk pemeriksaan serologis. Specimen dikirim bersama-sama ke Balai Laboratorium Kesehatan (BLK) melalui Dinas Kesehatan Dati II setempat. 5,6

PencegahanPencegahan penyakit DBD dapat dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu : pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan pencegahan tersier.1. Pencegahan PrimerPencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit.Bentuk pencegahan primer yaitu seperti mencegah penularan DBD lebih lanjut, dapat dilakukan dengan banyak cara, yaitu memberantas vector nyamuk aedes aegepti.Pengendalian Vektor Pengendalian vektor adalah upaya untuk menurunkan kepadatan populasinyamuk Aedes aegypti. Secara garis besar ada 3 cara pengendalian vektor yaitu :a. Pengendalian Cara KimiawiPada pengendalian kimiawi digunakan insektisida yang ditujukan pada nyamuk dewasa atau larva. Insektisida yang dapat digunakan adalah dari golongan organoklorin, organofosfor, karbamat, dan pyrethoid. Bahan-bahan insektisida dapat diaplikasikan dalam bentuk penyemprotan (spray) terhadap rumah-rumah penduduk. Insektisida yang dapat digunakan terhadap larva Aedes aegypti yaitu dari golongan organofosfor (Temephos) dalam bentuk sand granules yang larut dalam air di tempat perindukan nyamuk atau sering disebut dengan abatisasi.b. Pengendalian Hayati / BiologikPengendalian hayati atau sering disebut dengan pengendalian biologis dilakukan dengan menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme hewan invertebrate atau vertebrata. Sebagai pengendalian hayati dapat berperan sebagai patogen, parasit dan pemangsa.Beberapa jenis ikan kepala timah (Panchaxpanchax), ikan gabus (Gambusia affinis) adalah pemangsa yang cocok untuk larva nyamuk. Beberapa jenis golongan cacing nematoda seperti Romanomarmis iyengari dan Romanomarmis culiforax merupakan parasit yang cocok untuk larva nyamuk.c. Pengendalian LingkunganPengendalian lingkungan dapat digunakan beberapa cara antara lain dengan mencegah nyamuk kontak dengan manusia yaitu memasang kawat kasa pada pintu, lubang jendela, dan ventilasi di seluruh bagian rumah. Hindari menggantung pakaian di kamar mandi, di kamar tidur, atau di tempat yang tidak terjangkau sinar matahari. 7Surveilans Kasus Surveilans kasus DBD dapat dilakukan dengan surveilans aktif maupun pasif. Di beberapa negara pada umumnya dilakukan surveilans pasif. Meskipun system surveilans pasif tidak sensitif dan memiliki spesifisitas yang rendah, namun system inin berguna untuk memantau kecenderungan penyabaran dengue jangka panjang. Pada surveilans pasif setiap unit pelayanan kesehatan ( rumah sakit, Puskesmas, poliklinik, balai pengobatan, dokter praktek swasta, dll) diwajibkan melaporkan setiap penderita termasuk tersangka DBD ke dinas kesehatan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.Surveilans aktif adalah yang bertujuan memantau penyebaran dengue di dalam masyarakat sehingga mampu mengatakan kejadian, dimana berlangsung penyebaran kelompok serotipe virus yang bersirkulasi, untuk mencapai tujuan tersebut sistem ini harus mendapat dukungan laboratorium diagnostik yang baik. Surveilans seperti ini pasti dapat memberikan peringatan dini atau memiliki kemampuan prediktif terhadap penyebaran epidemi penyakit DBD.

Gerakan Pemberantasan Sarang NyamukGerakan PSN adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah untuk mencegah penyakit DBD yang disertai pemantauan hasilhasilnya secara terus menerus. Gerakan PSN DBD merupakan bagian terpenting dari keseluruhan upaya pemberantasan penyakit DBD, dan merupakan bagian dari upaya mewujudkan kebersihan lingkungan serta prilaku sehat dalam rangka mencapai masyarakat dan keluarga sejahtera. Dalam membasmi jentik nyamuk penularan DBD dengan cara yang dikenal dengan istilah 3M, yaitu :1. Menguras bak mandi, bak penampungan air, tempat minum hewan peliharaan minimal sekali dalam seminggu.2. Menutup rapat tempat penampungan air sedemikian rupa sehingga tidak dapat diterobos oleh nyamuk dewasa.3. Mengubur barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, yang semuanya dapat menampung air hujan sebagai tempat berkembangbiaknya nyamuk.8

2. Pencegahan SekunderPada pencegahan sekunder dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut : penemuan, pertolongan, dan pelaporan penderita DBD dilaksanakan oleh petugas kesehatan dan masyarakat dengan cara :1. Bila dalam keluarga ada yang menunjukkan gejala penyakit DBD, berikan pertolongan pertama dengan banyak minum, kompres dingin dan berikan obat penurun panas yang tidak mengandung asam salisilat serta segera bawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan.2. Dokter atau unit kesehatan setelah melakukan pemeriksaan/diagnosa dan pengobatan segera melaporkan penemuan penderita atau tersangka DBD tersebut kepada Puskesmas, kemudian pihak Puskesmas yang menerima laporan segera melakukan penyelidikan epidemiologi dan pengamatan penyakit dilokasi penderita dan rumah disekitarnya untuk mencegah kemungkinan adanya penularan lebih lanjut.3. Kepala Puskesmas melaporkan hasil penyelidikan epidemiologi dan kejadian luar biasa (KLB) kepada Camat, dan Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten, disertai dengan cara penanggulangan seperlunya.4. Dan dengan diagnosis DBD sedini mungkin.7Pengobatan Penderita DBD Pengobatan penderita DBD pada dasarnya bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan oral untuk mencegah dehidrasi.1. Penatalaksanaan DBD tanpa komplikasi :a. Istirahat total di tempat tidur.b. Diberi minum 1,5-2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau air ditambah garam/oralit). Bila cairan oral tidak dapat diberikan oleh karena tidak mau minum, muntah atau nyeri perut berlebihan, maka cairan inravena harus diberikan.c. Berikan makanan lunakd. Medikamentosa yang bersifat simptomatis. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres, antipiretik yang bersifat asetaminofen, eukinin, atau dipiron dan jangan diberikan asetosal karena dapat menyebabkan perdarahan.e. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder.2. Penatalaksanaan pada pasien syok :a. Pemasangan infus yang diberikan dengan diguyur, seperti NaCl, ringer laktat dan dipertahankan selama 12-48 jam setelah syok diatasi.b. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, dan pernapasan tiap jam, serta Hemoglobin (Hb) dan Hematokrit (Ht) tiap 4-6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam. Nilai normal Hemoglobin :Anak-anak : 11,5 12,5 gr/100 ml darahLaki-laki dewasa : 13 16 gr/100 ml darahWanita dewasa : 12 14 gr/100 ml darahNilai normal Hematokrit :Anak-anak : 33 38 vol %Laki-laki dewasa : 40 48 vol %Wanita dewasa : 37 43 vol %c. Bila pada pemeriksaan darah didapatkan penurunan kadar Hb dan Ht maka diberi transfusi darah.8`3. Pencegahan TersierPencegahan tingkat ketiga ini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat penyakit DBD dan melakukan rehabilitasi. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan :a. Transfusi DarahPenderita yang menunjukkan gejala perdarahan seperti hematemesis dan melena diindikasikan untuk mendapatkan transfusi darah secepatnya.b. Stratifikasi Daerah Rawan DBDAdapun jenis kegiatan yang dilakukan disesuaikan dengan stratifikasi daerah rawan seperti :i. EndemisYaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir selalu ada kasus DBD. Kegiatan yang dilakukan adalah fogging Sebelum Musim Penularan (SMP), Abatisasi selektif, dan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat.ii. SporadisYaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir ada kasus DBD. Kegiatan yang dilakukan adalah Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dan 3M, penyuluhan tetap dilakukan.iii. PotensialYaitu Kecamatan, Kelurahan, yang dalam 3 tahun terakhir tidak ada kasus DBD. Tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi dengan wilayah lain dan persentase rumah yang ditemukan jentik > 5%. Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan.iv. BebasYaitu Kecamatan, Kelurahan yang tidak pernah ada kasus DBD. Ketinggian dari permukaan air laut > 1000 meter dan persentase rumah yang ditemukan jentik 5%. Kegiatan yang dilakukan adalah PJB, PSN, 3M dan penyuluhan. 7,8

Daftar Pustaka1. Widoyono. Demam berdarah dengue . Penyakit tropis, epidemiologi, penularan, pencegahan dan pemberantasan. Jakarta. Erlangga; 2008.h.59-662. Kadar, A. Epidemiologi dan Penyakit Menular. Magelang: Balai Pelatihan Kesehatan.2003.h.33-93. Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI. Tatalaksanan demam berdarah dengue. Jakarta. Departemen Kesehatan;2001.h.2-104. Trihono. Arrime, pedoman management puskesmas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2002.h.56-805. Chandra B. Ilmu kedokteran pencegahan komunitas. Jakarta : EGC, 2009. h. 22-8. 6. World Health Organization. Demam Berdarah Dengue : Diagnosis, pengobatan, pencegahan dan pengendalian. Jakarta : EGC, 2004. h. 72-105.7. Sungkar S. Widodo AD, Suartanu N. Evaluasi program pemberantasan demam berdarah dengue di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara. Maj Kedokt Indon 2006;56:108-12.8. Penyakit Demam Berdarah Dengue. Diunduh dari repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16366/2/Chapter%20II.pdf . Tanggal 1 Juli 2013

19