Upload
buidiep
View
267
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PBAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas
Ekonomi. Universitas Islam Muhammadiyah Semarang”. Tujuan penelitian yaitu
untuk menganalisis dan mengetahui besarnya pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo yang
menggunakan metode analisis linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa hubungan yang positif dan signifikan antara besarnya modal sendiri
terhadap tingkat pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo, besarnya
pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar 2.6611164.
artinya jika modal sendiri naik sebesar satu rupiah maka akan meningkatkan
jumlah pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo sebesar Rp.
2.6611164. Selanjutnya ada hubungan yang signifikan antara besarnya curahan
jam kerja terhadap tingkat pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo,
besarnya pengaruh tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien regresi sebesar
154.12794. Artinya jika curahan jam kerja naik satu jam maka akan meningkatkan
jumlah pendapatan pedagang kecil di pasar pagi wonosobo Rp. 154.12794.
Riningsih (2005) ”Pengaruh Modal Kerja dan Satuan Jam Kerja
Terhadap Pendapatan pada Industri Kecil Pengrajin Genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan. Fakultas
Ekonomi. Universitas Negeri Semarang”. Tujuan penelitian ini untuk
Universitas Sumatera Utara
mengetahui pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap
pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan.
Populasi penelitian ini adalah seluruh pengrajin genting di
Desa Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan yang
berjumlah 149 orang. Pengambilan sampel yang berjumlah 60 orang
dilakukan dengan tehnik random sampling (acak). Variabel dalam
penelitian ini terdiri atas variabel bebas yaitu modal kerja dan
satuan jam kerja dan variabel terikat yaitu pendapatan pengrajin
genting. Metode yang digunakan metode analisis regresi linear
berganda dengan 2 prediktor dengan program statistik SPSS
diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut : Y =
2921,231 + 1,302 X1 - 0,204 X2.
Modal kerja dan satuan jam kerja berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan pengrajin genting yang ditunjukkan dengan
Fhitung (66,990) > Ftabel (3,16). Kontribusi yang diberikan oleh
modal kerja dan satuan jam kerja terhadap pendapatan sebesar 70,2%
selebihnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diungkap dalam
penelitian ini. Secara parsial modal kerja berpengaruh signifikan
terhadap pendapatan, hal ini ditunjukkan oleh thitung (7,901) >
ttabel (1,671), dengan koefisien regresi sebesar 1,302 yang
berarti jika ada penambahan modal kerja sebesar Rp 1000,- maka
pendapatan akan bertambah sebesar Rp 1.302,- dengan koefisien
determinasi untuk modal kerja terhadap pendapatan sebesar 70%,
sedangkan secara parsial satuan jam kerja tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap pendapatan. Simpulan dari penelitian ini
adalah ada pengaruh modal kerja dan satuan jam kerja terhadap
Universitas Sumatera Utara
pendapatan pada industri kecil pengrajin genting di Desa
Karangasem Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan sebesar 70,2%.
B. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan
maupun natural. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga
masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor–faktor produksi yang
dimilikinya pada sektor produksi (Suparmoko, 2000:178). Sektor produksi ini
membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses
produksi dengan harga yang berlaku dipasar faktor produksi. Harga faktor
produksi dipasar faktor produksi (seperti halnya juga untuk barang-barang dipasar
barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.
Suparmoko (2000:179), secara singkat pendapatan (income) seorang warga
masyarakat ditentukan oleh :
1. Jumlah faktor-faktor produksi yang dimiliki seorang pedagang yang
bersumber seperti hasil-hasil tabungannya di tahun-tahun yang lalu dan
warisan atau pemberian.
2. Harga per unit dari masing-masing faktor produksi. Harga-harga ini
ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan dipasar faktor produksi.
Penawaran dan permintaan dari masing-masing produksi ditentukan oleh
faktor-faktor yang berbeda :
a. Tanah (termasuk didalamnya kekayaan-kekayaan yang terkandung didalam
tanah, mineral, air dan sebagainya) mempunya penawaran yang dianggap
tidak akan bertambah lagi. Sedangkan permintaan (demand) akan tanah
biasanya menaik dari waktu ke waktu karena :
Universitas Sumatera Utara
1. Naiknya harga barang-barang pertanian
2. Naiknya harga barang-barang lainnya (mineral, barang-barang industri yang
menggunakan bahan-bahan mentah dari tanah)
3. Bertambahnya penduduk (yang membutuhkan tempat tinggal). Harga dari
tanah akan menaik dengan cepat dari waktu ke waktu.
b. Modal (sumber-sumber ekonomi ciptaan manusia) mempunyai penawaran
yang lebih elastis karena dari waktu ke waktu warga masyarakat menyisihkan
sebagian dari penghasilannya untuk ditabung (saving) dan kemudian sektor
produksi akan menggunakan dana tabungan ini untuk pabrik-pabrik baru,
membeli mesin-mesin (investasi). Karena adanya saving dan investasi, maka
penawaran dari barang-barang modal dari waktu ke waktu bisa bertambah
sedangkan permintaan akan barang-barang modal terutama sekali dipengaruhi
oleh gerak permintaan akan barang-barang jadi. Bila harga pakaian naik, maka
permintaan akan naik. Permintaan akan barang-barang jadi, menurut Alma
(1992:23) pada gilirannya dipengaruhi oleh dua (2) faktor utama :
1. Pertumbuhan penduduk (yang membutuhkan tambahan baju, perumahan dan
sebagainya).
2. Pertumbuhan pendapatan penduduk (yang dicerminkan oleh kenaikan
pendapatan nasional atau (GNP) perkapita).
c. Tenaga kerja mempunyai penawaran yang terus menerus menaik sejalan
dengan pertumbuhan penduduk. Sedangkan permintaan akan tenaga kerja
Universitas Sumatera Utara
tergantung pada kenaikan permintaan akan barang jadi (seperti halnya dengan
permintaan akan barang-barang modal. Permintaan akan tenaga kerja
dipengaruhi oleh kemajuan teknologi ini. Permintaan tenaga kerja tidak
tumbuh secepat penawaran tenaga kerja (atau pertumbuhan penduduk) maka
ada kecenderungan bagi upah (harga faktor produksi tenaga kerja) untuk
semakin menurun.
d. Kepengusahaan (entrepreunership) merupakan faktor produksi yang paling
sulit untuk dianalisa, karena faktor-faktor yang menentukan penawaran pun
permintaannya sangat beraneka ragam (dan sering faktor-faktor ini diluar
kemampuan ilmu ekonomi untuk menganalisa, misalnya : faktor-faktor
motivasi lain dan sebagainya). Pada umumnya penawaran pada negara
berkembang orang yang berjiwa “enterpreuner” masih sangat kecil. Inilah
sebabnya penghasilan untuk pengusaha yang sukses juga cukup besar dinegara
tersebut. Cara yang banyak dilakukan adalah dengan tetap mempertahankan
hak milik perseorangan, dengan tujuan mengurangi ketidakmerataan distribusi
pendapatan.cara-cara yang bisa dilakukan oleh negara antara lain adalah :
1. Pajak progesif atas kekayaan atau penghasilan
2. Penyediaan kebutuhan hidup dasar (misalnya makanan pokok, pakaian,
perumahan)
3. Penyediaan jasa-jasa yang berguna untuk umum oleh Negara (misalnya rumah
sakit, klinik)
4. Memperkecil pengangguran
5. Pendidikan yang murah dan merata
Universitas Sumatera Utara
6. Berbagai kebijaksanaan yang menghilangkan hambatan-hambatan bagi
mobilitas (baik vertikal maupun horizontal).
Menurut Suparmoko (2000:179), secara garis besar pendapatan
digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan yaitu:
a. Gaji dan Upah
Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk
orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu
bulan.
b. Pendapatan dari usaha sendiri
Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurang dengan biaya- biaya
yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan
tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik
sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.
c. Pendapatan dari usaha lain
Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya
merupakan pendapatan sampingan antara lain:
1. Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, ternak
dan barang lain.
2. Bunga dari uang
3. Sumbangan dari pihak lain
4. Pendapatan dari pensiun
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan segi sifat ongkos dalam hubungannya dengan tingkat output,
Suparmoko (2000:179), ongkos produksi bisa dibagi menjadi :
a. Total Fixed Cost (TFC) atau ongkos tetap total, adalah jumlah ongkos-ongkos
yang tetap dibayar perusahaan (produsen) berapapun tingkat outputnya.
Jumlah TFC adalah tetap utuk setiap tingkat output. (Misalnya : penyusutan,
sewa gedung dan sebagainya).
b. Total Variable Cost (TVC) atau ongkos variabel total, adalah jumlah ongkos-
ongkos yang berubah menurut tinggi rendahnya output yang diproduksikan.
(Misalnya : ongkos untuk bahan mentah, upah, ongkos angkut dan
sebagainya).
c. Total Cost (TC) atau ongkos total adalah penjumlahan dari baik ongkos tetap
maupun ongkos variabel.
TC = TFC + TVC
d. Average Fixed Cost (AFC) atau ongkos tetap rata-rata adalah ongkos tetap
yang dibebankan pada setiap unit output.
∆FC =Q
TFC
(dimana Q = tingkat output)
e. Average Variable Cost (AVC) atau ongkos variabel rata-rata adalah semua
ongkos-ongkos lain, selain AFC, yang dibebankan pada setiap unit output.
AVC =Q
TVC
f. Average Total Cost (ATC) atau ongkos total rata-rata, adalah ongkos produksi
dari setiap unit output yang dihasilkan.
Universitas Sumatera Utara
ATC =Q
TC
g. Marginal Cost (MC) atau ongkos marginal adalah kenaikan dari Total Cost
yang diakibatkan oleh diproduksinya tambahan satu unit output. Karena
produksi 1 unit ouput tidak menambah (atau mengurangi) TFC, sedangkan TC
= TFC + TVC maka kenaikan TC ini sama dengan kenaikan TVC yang
diakibatkan oleh produksi 1 unit output tambahan.
MC =Q
TC
C. Penerimaan (Revenue)
Revenue adalah penerimaan produsen dari hasil penjualan outputnya.
Rachmadi (2001:115), ada beberapa konsep Revenue yang penting untuk analisa
perilaku produsen sebagai berikut :
1. Total Revenue (TR)
Yaitu penerimaan total produsen dari hasil penjualan output-nya. Total
Revenue adalah output kali harga output.
TR = Q.Pq
2. Average Revenue (AR)
Yaitu penerimaan produsen per unit output yang dijual.
AR = Q
TR=
Q
QPq.= Pq
Jadi AR tidak lain adalah harga (jual) output per unit (=Pq).
3. Marginal Revenue (MR)
Universitas Sumatera Utara
Yaitu kenaikan dari TR yang disebabkan oleh tambahan penjualan 1 unit
output.
MR =Q
TR
D. Konsep Pendapatan/Keuntungan
Secara etimologis pendapatan berasal dari kata "dapat" yang beroleh,
diperoleh, kena; misalnya : Upah sepuluh ribu rupiah. Kemudian mendapat
tambahan awalan 'pen' dan akhiran 'an' yang artinya hasil pencarian atau usaha,
perolehan; misalnya, sebulan tidak kurang dari lima puluh ribu rupiah. Jadi,
pendapatan adalah hasil pencaharian atau usaha yang diperoleh seseorang dalam
sehari atau sebulan.
Menurut Sukirno (2000:65), bahwa pendapatan atau penghasilan itu sama
artinya dengan hasil berupa uang atau material lainnya yang dicapai dari
penggunaan kekayaan atau jasa-jasa manusia bebas. Pendapatan seseorang adalah
pendapatan yang telah diperoleh dari suatu kegiatan jenis usaha yang
menghasilkan suatu keuntungan. Definisi lain dari pendapatan adalah jumlah
penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan
seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Pendapatan merupakan
gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan
keluarga berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai
untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu : pendapatan
rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan teori ekonomi pendapatan mempunyai arti yang sedikit
berbeda dengan pengertian pendapatan dari segi pembukuan. Ditinjau dari sudut
pandangan perusahaan/pembukuan perusahaan, seperti telah diterangkan diatas,
pendapatan adalah perbedaan nilai uang dari hasil penjualan yang dipeolrh dengan
biaya yang dikeluarkan. Dalam teori ekonomi defenisi itu dipandang terlalu luas
karena tidak mempertimbangkan biaya tersembunyi, yaitu biaya produksi yang
tidak dibayar dengan uang tetapi perlu dipandang sebagai bagian dari biaya
produksi. Pengeluaran tersebut meliputi pendapatan yang seharusnya dibayarkan
kepada para penguasaha yang menjalankan sendiri usahanya, tanah dan modal
sendiri yang digunakan, dan bangunan dan peralatan yang dimiliki sendiri.
Sumber keuntungan adalah pembayaran ke atas ”jasa” yang diberikan oleh
sesuatu faktor produksi. Keuntungan/pendapatan merupakan pembayaran kepada
”keahlian keusahawan” yang disediakan oleh para pengusaha. Keahlian
keusahawan tersebut akan digunakan para penguasaha di dalam membuat
keputusan-keputusan berikut :
1. Menentukan barang apa yang perlu diproduksikan dan dijual ke pasar dan
berapa banyak
2. Menentukan cara memproduksi yang terbaik dan kombinasi faktor-faktor
produksi yang paling efisien dalam memproduksikan barang tersebut.
Keahlian keusahawan yang dimilikinya, fungsi pengusaha dalam proses
produksi adalah menentukan cara yang paling efisien di dalam menyediakan
barang yang dibutuhkan untuk dipasarkan dan diinginkan masyarakat. Ahli
ekonomi telah mengemukakan beberapa teori yang bertujuan untuk menerangkan
Universitas Sumatera Utara
sumber dari wujudnya keuntungan ekonomi. Pada umumnya teori tersebut
menjelaskan bahwa keuntungan adalah pendapatan yang diperoleh para
pengusaha sebagai pembayaran dari melakukan kegiatan sebagai berikut :
a. Menghadapi resiko ketidakpastian di masa yang akan datang
b. Melakukan inovasi/pembaruan di dalam berbagai kegiatan ekonomi
c. Mewujudkan kekuasaan di pasar.
E. Usaha Kecil di Sektor Informal
Menurut Rachbini dan Hamid (2006:45), sektor informal berfungsi sebagai
penyedia barang dan jasa terutama bagi masyarakat golongan ekonomi menengah
ke bawah yang tinggal dikota-kota. Pelaku sektor ini pada umumnya berasal dari
desa-desa dengan tingkat pendidikan dan keterampilan rendah serta sumber-
sumber terbatas. Pada dasarnya suatu kegiatan sektor informal harus memiliki
suatu lokasi yang tepat agar dapat memperoleh keuntungan (profit) yang lebih
banyak dari tempat lain dan untuk mencapai keuntungan yang maksimal, suatu
kegiatan harus seefisien mungkin. Rachbini dan Hamid (2006:45) berpendapat
bahwa keputusan-keputusan penentuan lokasi yang memaksimumkan penerimaan
biasanya diambil bila memenuhi kriteria-kriteria pokok :
1. Tempat yang memberi kemungkinan pertumbuhan jangka panjang yang
menghasilkan keuntungan yang layak.
2. Tempat yang luas lingkupnya untuk kemungkinan perluasan unit produksi.
Jadi jelasnya bahwa pengertian sektor informal mempunyai ruang lingkup
Universitas Sumatera Utara
yang sangat luas, artinya bahwa kegiatan yang paling besar dijalankan oleh
penduduk berpendapatan rendah.
Di Indonesia, sudah ada kesepakatan tentang 11 ciri pokok sektor informal
sebagai berikut :
a. Kegiatan usaha tidak terorganisasi dengan baik karena timbulnya unit usaha
tidak mempergunakan fasilitas atau kelembagaan yang tersedia di sektor
formal.
b. Pada umumnya unit usaha tidak mempunyai ijin usaha.
c. Pola kegiatan usaha tidak teratur baik dalam arti lokasi maupun jam kerja.
d. Pada umumnya kebijaksanaan pemerintah untuk membantu golongan ekonomi
tidak sampai ke pedagang kaki lima.
e. Unit usaha mudah keluar masuk dari satu sub-sektor ke lain sub-sektor.
f. Teknologi yang digunakan bersifat primitif.
g. Modal dan perputaran usaha relatif kecil, sehingga skala operasi juga relatif
kecil.
h. Pendidikan yang diperlukan untuk menjalankan usaha tidak memerlukan
pendidikan formal karena pendidikan yang diperoleh dari pengalaman sambil
bekerja.
i. Pada umumnya unit usaha termasuk golongan one-man enterprise dan kalau
mengerjakan buruh berasal dari keluarga.
j. Sumber dana modal usaha yang umumnya berasal dari tabungan sendiri atau
lembaga keuangan yang tidak resmi.
Universitas Sumatera Utara
k. Hasil produksi atau jasa terutama dikonsumsi oleh golongan masyarakat desa-
kota berpenghasilan rendah dan kadang-kadang juga yang berpenghasilan
menengah.
Menurut Firdausy (2005), pengertian pedagang kaki lima adalah kegiatan
sektor marginal (kecil-kecilan) yang mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Pola kegiatan tidak teratur baik dalam hal waktu, permodalan maupun
penerimaannya.
b. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan yang
ditetapkan oleh pemerintah (sehingga kegiatannya sering dikategorikan
“liar”).
c. Modal, peralatan dan perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan
diusahakan dasar hitung harian.
d. Pendapatan mereka rendah dan tidak menentu.
e. Tidak mempunyai tempat yang tetap dan atau keterikatan dengan usaha-usaha
yang lain.
f. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang
berpenghasilan rendah.
g. Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus sehingga secara luas
dapat menyerap bermacam-macam tingkatan tenaga kerja.
h. Umumnya tiap-tiap satuan usaha yang mempekerjakan tenaga yang sedikit
dan dari lingkungan keluarga, kenalan atau berasal dari daerah yang sama.
i. Tidak mengenal sistem perbankan, pembukuan, perkreditan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara