3
PATOFISOLOGI CEDERA SISTEM SARAF TEPI Reaksi pertama sel saraf terhadap trauma adalah kehilangan fungsi. Sel yang akan sembuh atau mati bergantung pada keparahan dan lamanya kerusakan. Apabila neuron mengalami cedera, badan selnya akan membengkak dan menjadi bulat, nucleus membengkak dan tersingkir ke perifer, serta granul Nissl menjadi tersebar ke arah tepi sitoplasma. Pada stadium ini neuron dapat sembuh. Jika cedera neuron tidak terlalu parah seperti yang dapat menyebabkan kematian, proses penyembuhan akan segera dimulai. Sel-sel akan kembali pada bentuk dan ukuran semula, nucleus kembali ke tengah badan sel, dan granul Nissl akan kembali ke posisi normal. Bila sedang atau telah terjadi kematian sel, sitoplasma sel berwarna gelap dengan pewarnaan dasar (hiperkromatisme) dan struktur nuclear menjadi tidak jelas. Stadium akhir terjadi setelah kematian sel. Sitoplasma mengalami vakuolisasi dan nucleus serta organel-organel sitoplasma mengalami disintegrasi. Saat ini neuron hancur dan dikeluarkan oleh aktivitas fagosit. Fungsi ini dilakukan oleh microglia pada CNS dan oleh system retikuloendotelial pada susunan saraf tepi. Pada bentuk cidera kronis badan sel mengecil, nucleus dan sitoplasma hiperkromatik, dan membrane inti serta organel-organel sitoplasma terlihat irregular. Cedera Badan Sel Saraf Kerusakan yang terjadi pada badan sel saraf akibat trauma, gangguan aliran darah, atau penyakit dapat menyebabkan degenerasi seluruh neuron termasuk dendrite dan ujung sinaptiknya. Pada susunan saraf tepi, makrofag jaringan mengangkat debris dan fibroblast setempat menggantikan neuron dan jaringan parut. Cedera Processus Sel Saraf

Patofisologi Cedera Sistem Saraf Tepi

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Patofisologi Cedera Sistem Saraf Tepi

PATOFISOLOGI CEDERA SISTEM SARAF TEPI

Reaksi pertama sel saraf terhadap trauma adalah kehilangan fungsi. Sel yang akan sembuh atau mati bergantung pada keparahan dan lamanya kerusakan. Apabila neuron mengalami cedera, badan selnya akan membengkak dan menjadi bulat, nucleus membengkak dan tersingkir ke perifer, serta granul Nissl menjadi tersebar ke arah tepi sitoplasma. Pada stadium ini neuron dapat sembuh. Jika cedera neuron tidak terlalu parah seperti yang dapat menyebabkan kematian, proses penyembuhan akan segera dimulai. Sel-sel akan kembali pada bentuk dan ukuran semula, nucleus kembali ke tengah badan sel, dan granul Nissl akan kembali ke posisi normal.

Bila sedang atau telah terjadi kematian sel, sitoplasma sel berwarna gelap dengan pewarnaan dasar (hiperkromatisme) dan struktur nuclear menjadi tidak jelas. Stadium akhir terjadi setelah kematian sel. Sitoplasma mengalami vakuolisasi dan nucleus serta organel-organel sitoplasma mengalami disintegrasi. Saat ini neuron hancur dan dikeluarkan oleh aktivitas fagosit. Fungsi ini dilakukan oleh microglia pada CNS dan oleh system retikuloendotelial pada susunan saraf tepi.

Pada bentuk cidera kronis badan sel mengecil, nucleus dan sitoplasma hiperkromatik, dan membrane inti serta organel-organel sitoplasma terlihat irregular.

Cedera Badan Sel Saraf

Kerusakan yang terjadi pada badan sel saraf akibat trauma, gangguan aliran darah, atau penyakit dapat menyebabkan degenerasi seluruh neuron termasuk dendrite dan ujung sinaptiknya. Pada susunan saraf tepi, makrofag jaringan mengangkat debris dan fibroblast setempat menggantikan neuron dan jaringan parut.

Cedera Processus Sel Saraf

Reaksi dan degenerasi akson merupakan perubahan yang terjadi pada sebuah sel saraf jika aksonnya terpotong atau mengalami cedera. Perubahan mulai timbul dalam waktu 24 sampai 48 jam setelah cedera dan mencapai maksimum dalam waktu 12 hari; besarnya perubahan bergantung pada beratnya cedera terhadap akson dan akan lebih besar jika cedera terjadi di dekat badan sel. Jika akson sel saraf terputus, akan terjadi perubahan degeneratif pada : 1) segmen distal yang terpisan dari badan sel, 2) bagian akson yang terletak di proksimal cedera, dan 3) kemingkinan badan sel tempat asal akson/

PERUBAHAN PADA SEGMEN DISTAL AKSON

Perubahan menyebar ke distal dari tempat lesi dan termasuk ujung-ujungnya; proses ini disebut degenerasi Wallerian. Di susunan saraf tepi, akson membengkak dan berbentuk irregular pada hari pertama, dan akson terpecah menjadi fragmen-fragmen pada hari ketiga atau keempat serta debrisnya dicerna oleh sel Schwannn dan makrofag jaringan yang ada di sekitarnya. Seluruh akson akan hancur dalam waktu seminggu.

Page 2: Patofisologi Cedera Sistem Saraf Tepi

Sementara itu, selubung myelin secara perlahan terurai dan butir-butir lipid tampak dalam sitoplasma sel Schwann. Selanjutnya, butir-butir tersebut dikeluarkan dari sel Schwann dan difagosit oleh makrofag jaringan.

PERUBAHAN PADA SEGMEN PROKSIMAL AKSON

Perubahan pada segmen proksimal akson serupa dengan yang terjadi pada segmen distal, tetapi hanya meluas ke proksimal di atas lesi sampai sejauh nodus Ranvier pertama.

PERUBAHAN PADA BADAN SEL SARAF DI TEMPAT ASAL AKSON

Perubahan yang terjadi pada badan sel saraf setelah cedera pada aksonnya disebut degenerasi retrograde. Perubahan yang paling khas pada badan sel terjadi pada dua hari pertama setelah cedera dan mencapai maksimum dalam dua minggu. Substansi Nissl menjadi granul, halus, dan tersebar di seluruh sitoplasma. Proses ini dikenal sebagai kromatolisis, yang dimulai dari dekat akson hillock dan menyebar ke seluruh badan sel. Derajat kromatolisis serta derajat pembengkakan sel paling besar terjadi jika cedera pada akson terjadi di dekat badan sel. Pada beberapa neuron, kerusakan yang sangat parah pada akson di dekat badan sel dapat menyebabkan kematian neuron. Sebaliknya, kerusakan pada ujung processus yang paling distal menimbulkan sedikit atau tidak terdeteksinya perubahan pada badan sel. Penyebaran Substansia Nissl, yaitu RNA sitoplasmik dan pembengkakan sel disebabkan oleh edema selular. Tidak terwarnainya substansi Nissl terjadi akibat penyebaran RNA sitoplasma yang luas. Selain itu edema selular menyebabkan nucleus menjauhi pusat sel.