Upload
viliansyah
View
581
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Stikes Kota Sukabumi.
Citation preview
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang system saraf.
Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta
alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari
bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami
berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan
datang.
Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan
mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.
Sukabumi, 6 Mei 2014
Kelompok 5
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………….…………………………………………………….…..1
DAFTAR ISI…………….…………………………………………………………….………2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang………………………………………………………………...4
1.2 Rumusan Masalah………….…………..……………………………………...4
1.3 Tujuan…………...……………..………………….…………………………..5
1.4 Manfaat….……………………..……………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Peran system integument dalam homeostatis…….………….…………….….6
2.2 Menifestasi gangguan sistem saraf….………………..………....………..…...8
2.3 Gangguan pembuluh darah otak dan nyeri kepala………..............................13
2.4 Epilepsi……….………………………...........................................................14
2.5 Penyakit degenerative dan gangguan lain pada sistem saraf ………….........16
2.6 Cedera susunan saraf pusat……...………………………………………….20
2.7 Tumor susunan saraf pusat ………………………………………………...21
2.8 Jenis bakteri/mikroba terkait penyakit pada sistem saraf…..………………23
2.9 Gambaran laboratorium / Radiografi………………………………………36
2.10 Pencegahan dan pengendalian infeksi……………………………………...43
2
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………......45
3.2 Saran…………………..………………………………………………......45
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….........46
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem saraf manusia adalah suatu jalinan-jalinan saraf yang kompleks, sangat khusus
dan saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan
dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang
penting ini juga mengatur kebanyakan aktivitas sistem-sistem tubuh lainnya. Karena
pengaturan saraf tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai sistem tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam sistem inilah berasal
sagala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan gerakan. Jadi kemampuan
untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon terhadap suatu rangsangan merupakan
hasil kerja integrasi dari sistem saraf yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah
laku individu.
Sistem saraf sangat berperan dalam iritabilitas tubuh. Iritabilitas memungkinkan
makhluk hidup dapat menyesuaikan diri dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi
di lingkungannya. Jadi, iritabilitas adalah kemampuan menanggapi rangsangan.
Tubuh manusia terdiri atas organ-organ tubuh yang masing-masing mempunyai
fungsi tertentu. Agar organ-organ tubuh dapat bekerja sama dengan baik, diperlukan adanya
koordinasi (pengaturan). Pada manusia dan sebagian besar hewan, koordinasi dilakukan oleh
sistem saraf, sistem indra, dan sistem hormon. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan
dibahas tentang sistem saraf.
1.2 Rumusan Masalah
a. Bagaimana peran system integument dalam homeostatis ?
b. Bagaimana menifestasi gangguan sistem saraf ?
c. Seperti apa gangguan pembuluh darah otak dan nyeri kepala ?
d. Bagaimana epilepsi itu ?
e. Seperti apa penyakit degenerative dan gangguan lain pada sistem saraf ?
f. Seperti apa cedera susunan saraf pusat itu ?
g. Seperi apa tumor susunan saraf pusat ?
h. Seperti apa jenis bakteri/mikroba terkait penyakit pada sistem saraf ?
i. Bagaimana gambaran laboratorium / radiografi ?
j. Bagaimana pencegahan dan pengendalian infeksi ?
4
1.3 Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:
1. Mampu mendefinisikan peran system integument dalam homeostatis.
2. Mampu mendeskripsikan menifestasi gangguan sistem saraf.
3. Mampu mendeskripsikan gangguan pembuluh darah otak dan nyeri kepala.
4. Mampu mendeskripsikan epilepsi.
5. Mampu mendeskripsikan penyakit degenerative dan gangguan lain pada sistem
saraf .
6. Mampu mendeskripsikan cedera susunan saraf pusat.
7. Mampu mendeskripsikan tumor susunan saraf pusat.
8. Mampu mendeskripsikan jenis bakteri/mikroba terkait penyakit pada sistem
saraf.
9. Mampu mendeskripsikan gambaran laboratorium / radiografi.
10. Mampu mendeskripsikan pencegahan dan pengendalian infeksi.
.
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami dapat memahami semua hal yang
berkaitan dengan patofisiologi system saraf.
5
BAB III
PEMBAHASAN
2.1 Peran system integumen dalam homeostatis.
Kulit memiliki banyak fungsi, yang berguna dalam menjaga homeostasis tubuh.
Fungsi-fungsi tersebut dapat dibedakan menjadi fungsi proteksoi, sensasi, termoregulasi,
metabolism, sintesis vitamin D, keseimbangan air, penyerapan zat atau obat, penyimpanan
nutrisi, berperan dalam komunikasi non verbal sebagai contoh dalam kaitannya dengan
emosi, misalnya wajah kemerahan dalam menahan emosi atau malu.
Proteksi
Kulit yang menutupi sebagian besar tubuh memiliki ketebalan sekitar1 atau 2 mm
yang memberikan perlindungan yang sangat efektif terhadap trauma fisik, kimia, dan biologis
dari invasi bakteri. Kulit telapak tangan dan kaki yang menebal memberikan perlindungan
terhadap pengaruh trauma yang terus – menerus terjadi didaerah tersebut.
Bagian stratum korneum epidermis merupakan barier yang paling efektif terhadap
berbagai faktor lingkungan seperti zat-zat kimia, sinar matahari, virus, fungus, gigitan
serangga, luka karena gesekan angina tau trauma. Lapisan dermis kulit memberikan kekuatan
mekanis dan keuletan melalui jaringan ikat fibrosa dan serabut kolagennya. Dermis tersusun
dari jalinan vaskuler,dermis merupakan barier transportasi yang efisien terhadap substansi
yang dapat menebus stratum korneum dan epidermis. Factor-faktor lain yang mempengaruhi
fungsi protektif kulit mencakup usia kulit, daerah kulit yang terlibat dalam dan status
vaskuler.
Sensasi
Ujung-ujung reseptor serabut saraf pada kulit memungkinkan tubuh untuk memantau
secara terus-menerus keadaan linkungan disekitarnya. Fungsi utama reseptor pada kulit
adalah untuk mengindera suhu, rasa nyeri, sentuhan yang ringan dan tekanan. Berbagai ujung
saraf bertanggung jawab untuk bereaksi terhadap setiap stimuli yang berbeda (Smeltzer,
2002)
6
Termoregulasi
Peran kulit dalam pengaturan panas meliputi sebagai penyekat tubuh, vasokonstriksi
(yang memengaruhi aliran darah dan hilangnya panas kekulit) dan sensasi suhu (Potter,
2006). Perpindahan suhu dilakukan pada system vaskuler, melalui dinding pembuluh,
kepermukaan kulit dan hilang kelingkungan sekitar melalui mekanisme penghilangan panas.
Pengeluaran dan produksi panas terjsi secara stimultan. Struktur kulit dan paparan terhadap
lingungan secara konstan, pengeluaran panas secara normal melalui radiasi, konduksi,
konveksi, dan evaporasi. (Potter, 2006)
- Radiasi adalah perpnidahan panas dari permukaan suatu objek lain tanpa keduanya
bersentuhan. Panas berpindah melalaui gelombang elektromagnetik (Potter, 2006)
- Konduksi merupakan pengeluaran panas dari satu objek ke objek lain melalui kontak
langsung. Proses pengeluaran atau perpindahan suhu tubuh terjadi pada saat kulit hangat
menyentuh objek yang lebih dingin.
- Konveksi merupakan suatu perpindahan panas akibat adanya gerakaan udara yang
secara langsung kontak dengan kulit.
- Evaporasi adalah perpindahan energy panas ketika cairan berubah menjadi gas. Selama
evaporasi kira-kira 0,6 kalori panas hilang untuk setiap gram air yang menguap. Tubuh secara
kontinyu kehilangan panas melalui evaporasi. Kira-kira 600-900ml/hari menguap dari kulit
dan paru-paru, yang mengakibatkan kehilangan air dan panas. Kehilangan normal ini
dipertimbangkan kehilangan air tidak kasat mata (insensible water loss) dan tidak memainkan
peran utama dalam pengaturan suhu (Guyton,1999)
Metabolisme
Radiasi sinar ultraviolet memberikan paparan, maka sel-sel epidermal didalam
stratum spinosum dan stratum germinativum akan mengonversi pelepasan steroid kolesterol
menjadi vitamin D3 atau kolekalsiferol. Organ hati kemudian mengonversi kolekalsiferol
menjadi produk yang digunakan ginjal untuk menyintesis hormone kalsitrol.
Keseimbangan Air
Stratum korneum memiliki kemampuan untuk menyerap air dan dengan demikian
akan mencegah kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dari bagian internal tubuh dan
mempertahankan kelembapan dalam jaringan subkutan (Smeltzer, 2002). Ketika terendam
dalam air, kulit dapat menimbun air sampai tiga hingga empat kali berat normalnya.
7
(Guyton,1999). Contoh keadaan ini yang lazim dijumpai adalah pembengkakan kulit sesudah
mandi berendam untuk waktu yang lama
Penyerapan Zat Atau Obat
Berbagai senyawa lipid (zat lemak) dapat diserap lewat stratum korneum, termasuk
vitamin (A dan D) yang larut lemak dan hormon-hormon steroid. Obat-obat dan substansi
lain dapat memasuki kulit lewat epidermis melalui jalur transepidermal atau lewat lubang-
lubang folikel (Kee, 1999)
Fungsi Respon Imun
Hasil-hasil penelitian terakhir menunjukkan bahwa beberapa sel dermal (sel
Langerhans, Interleukin-1 yang memproduksi keratinosit, dan subkelompok limfosit-T)
merupakan komponen penting dalam system imun.
2.2 Menifestasi gangguan sistem saraf.
Sistem saraf adalah sistem organ pada makhluk hidup yang terdiri dari jutaan serabut
saraf yang terdiri dari sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris
indra, involunter organ atau jaringan tubuh, aktivitas motorik volunter, dan homeostasis
berbagai proses fisiologis tubuh pada makhluk hidup. Sistem saraf terdiri dari jaringan yang
rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung
dan vital untuk perkembangan bahasa, pikiran dan ingatan pada makhluk hidup terutama
manusia.
Meski jaringan syaraf dilindungi oleh tengkorak dan tulang yang keras, Gangguan
Sistem Saraf pada Manusia tetap bisa terjadi. Gangguan tersebut sangat beragam, tergantung
jenis penyebabnya. Namun secara umum, penyebab gangguan pada sistem saraf bisa
disebabkan karena benturan (trauma) benda-benda keras, paparan bahan kimia, toksikasi
virus atau bakteri dan adanya radang yang disebabkan oleh regenerasi sel saraf itu sendiri.
Adapun Menifestasi Gangguan Sistem Saraf pada Manusia yang sering terjadi adalah sebagai
berikut:
1. Stroke (Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ), adalah kerusakan otak
akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh darah otak.
8
2. Poliomielitis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus yang menyerang neuron-neuron
motoris sistem saraf ( otak dan medula spinalis ). Agen pembawa penyakit ini,
sebuah virus yang dinamakan poliovirus (PV).
3. Migrain, adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai mual dan muntah yang terjadi akibat
adanya hiperaktivitas impuls listrik otak yang meningkatkan aliran darah di otak dan
mengakibatkan terjadinya pelebaran pembuluh darah otak serta proses inflamasi
(peradangan).
4. Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya neurotranslator dopamin pada
dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang
sewaktu tidur), sulit bergerak, kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-
olah bertopeng, mata sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5. Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu dari medula spinalis. Misalnya karena
jatuh, tertembak yang disertai dengan hancurnya tulang belakang.
6. Neurasthonia, (lemah saraf) , penyakit ini ada karena pembawaan lahir, terlalu berat
penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit keracunan.
7. Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh fisis seperti patah tulang, tekanan
pukulan, dan dapat pula karena racun atau defisiensi vitamin B1, B6, B12.
8. Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk mengingat atau mengenali kejadian yang
terjadi dalam suatu periode di masa lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin
atau cidera otak.
9. Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai dirinya sendiri pada saat depresi,
stres, atau bingung.
10. Alzheimer, atau pikun, bukan penyakit menular, melainkan merupakan
sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga
otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer juga dikatakan sebagai penyakit
yang sinonim dengan orang tua.
9
11. Bell's palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf wajah hingga menyebabkan
kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis).
Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan
sebagian otot wajah, seperti mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli
menyatakan penyebab Bell's Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi
bengkak akibat infeksi.
12. Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajarpada
seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan
aktivitas membaca dan menulis. Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh
kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan
keturunan dari orang tua.Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan
biasanya bersifat genetik.
13. Ayan atau Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya letusan-letusan listrik ( impuls ) pada
neuron-neuron otak. Epilepsi adalah penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan
mendadak berulang-ulang tak beralasan. Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang
berhubungan dengan perasaan penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
14. Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot untuk satu atau banyak otot.
Kelumpuhan dapat menyebabkan hilangnya perasaan atau hilangnya mobilitas di wilayah
yang terpengaruh. Kelumpuhan sering disebabkan akibat kerusakan pada otak.
15. Leukoaraiosis (bahasa Inggris: leukoencephalopathy, White matter changes, WMC)
adalah perubahan pada bagian ganglia basal dari otak besar. WMC dapat disebabkan
oleh hipoperfusi atau iskemia pada otak, khususnya pada area sub-cortical dari ganglia basal.
16. Leukoensefalopati multifokal progresif atau progressive multifocal
leukoencephalopathy (PML), adalah penyakit yang jarang dan fatal yang disebabkan
oleh virus. Penyakit ini dikarakterisasikan sebagai kerusakan progresif atau peradangan
pada massa putih otak pada dua lokasi. Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang sistem
kekebalan tubuhnya kurang, contohnya pasien yang terinfeksi HIV.
10
17. Lumpuh otak (Inggris: cerebral palsy, spastic paralysis, spastic hemiplegia, spastic
diplegia, spastic quadriplegia, CP) adalah suatu kondisi terganggunya
fungsi otak dan jaringan saraf yang mengendalikan gerakan, laju
belajar,pendengaran, penglihatan, kemampuan berpikir.
18. Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem saraf pusat (meninges). Penyakit ini
dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
19. Penyakit Huntington, chorea Hunting atau chore mairo adalah penyakit yang menyerang
saraf. penyakit ini disebabkan oleh faktor genetika, sehingga dapat diwariskan dari orang tua
kepada anaknya.
20. Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom kelainan fungsi saraf yang
disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
21. Sklerosis multipel, merupakan suatu kelainan peradangan yang terjadi
pada otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan oleh banyak faktor, terutama focal
lymphocytic infiltration (sel T secara terus-menerus bermigrasi menuju lokasi dan melakukan
penyerangan seperti yang layak terjadi pada setiap infeksi) dan berakibat pada
kerusakan mielin dan akson.
22. Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome disingkat KLS) adalah
penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa mengontrol rasa kantuknya.
Penderita bisa tertidur selama berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bisa
berbulan-bulan, tergantung pada berapa lama penyakit itu muncul/kambuh.
23. Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan
oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan
dari hewan ke manusia.
24. Radang otak (bahasa Inggris: encephalitis) adalah peradangan akut otakyang disebabkan
oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri,
11
seperti meningitis, atau komplikasi dari penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus)
atau sifilis (disebabkan oleh bakteri).
25. Sindrom Adie atau sindrom Holmes-Adie adalah sindrom yang dikerenakan kerusakan
pada serat pascaganglionik pada sistem sarafparasimpatik pada mata dan ditandai
dengan pupil yang terdilatasi atau midriasis.
26. Sindrom Alice di Wonderland atau mikropsia adalah keadaan disorientasi saraf yang
memengaruhi persepsi penglihatan pada manusia, penderitasindrom ini akan merasa melihat
rekannya, bagian tubuh dari manusia, hewan, objek tak bergerak menjadi lebih kecil dari
kenyataan. Secara umum, objek yang dipersepsi muncul sangat jauh atau sangat dekat pada
waktu bersamaan. Sindrom Alice di Wonderland ini dapat merupakan gejala utama
dari mononukleosis atau dapat menyebabkan epilepsi sebagian kompleks. dan akibat obat
psikoaktif.
27. Tumor otak, adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel-sel di dalam dan di
sekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup sekitar 7-9% dari semua jenis kanker dan dapat
terjadi pada semua usia. Tumor otak dinamai menurut jaringan otak yang terkena, antara lain:
v Glioma: pada sel-sel glia atau neuroglia, tisu yang mengelilingi dan mendukung neuron
atau sel-sel saraf otak. Glioma adalah yang paling umum, meliputi 50% tumor otak primer.
v Astrocytoma: pada sel-sel neuroglia astrosit yang berbentuk bintang.
v Ependymoma: pada ependyma atau membran epitel yang melapisi ventrikel otak dan kanal
tulang belakang.
v Glioma batang otak: pada bagian otak yang berisi medula oblongata, pons varolii, dan otak
tengah, bagian otak yang menghubungkan sumsum tulang belakang ke otak.
v Medulloblastoma: pada otak kecil dan menyebar dengan cepat ke jaringan sekitarnya,
terutama di cairan serebrospinal dan batang otak. Medulloblastoma adalah tumor ganas yang
paling sering terjadi pada anak.
v Meningioma: pada meninges atau membran otak dan sumsum tulang belakang.
Meningioma biasanya jinak, tumbuh lambat sehingga sering terlambat terdeteksi.
v Neurinoma: biasanya terjadi pada fosa posterior. Saraf kranial kedelapan, yang
menyampaikan indera pendengaran dan keseimbangan paling sering terpengaruh. Neurinoma
tidak membentuk metastasis.
12
v Limfoma: pada limfosit (sel yang bertanggung jawab untuk pertahanan tubuh). Ini adalah
tumor ganas, yang berasal dari jaringan limfoid. Tumor ini sering terjadi pada pasien dengan
AIDS dan pasien imunosupresi.
v Adenoma hipofisis: pada kelenjar hipofisis dan dasar otak. Ini adalah jenis tumor otak yang
jinak.
28. Optic neuritis, peradangan pada saraf optik. Saraf optik merupakan bundel serat saraf
yang mengirimkan informasi visual dari mata ke otak. Rasa sakit dan kehilangan penglihatan
sementara adalah gejala umum dari optic neuritis.
29. Hidrosefalus (kepala air) adalah penyakit yang terjadi akibat gangguan aliran cairan di
dalam otak (cairan serebro spinal) atau akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel
serebral, ruang subarachnoid, atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan
tersebut bertambah banyak yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya,
khususnya pusat-pusat saraf yang vital.
2.3 Gangguan pembuluh darah otak dan nyeri kepala.
Jika terjadi penyempitan pembuluh darah otak dan tidak diambil tindakan; dengan
berjalannya waktu akan terjadi penyumbatan, baik sebagian ataupun seluruhnya, pada
pembuluh darah tersebut sehingga dapat menimbulkan stroke, dimana orang menjadi lumpuh
ataupun menyebabkan kematian.
Kini dengan tersedianya peralatan bedah mikro (microsurgery) yang canggih,
penyempitan pembuluh darah otak dapat diatasi dengan melakukan operasi
by-pass/anastomose dengan memasang pembuluh darah baru ke pembuluh darah yang
menyempit tersebut sehingga aliran darah ke bagian otak tersebut dapat dilancarkan kembali
dan bahaya terjadinya stroke dapat dicegah.
Penyambungan pembuluh darah dimaksud dilakukan dengan mengambil pembuluh
darah balik ditungkai (graft vena saphena magna). Sumbatan pembuluh darah di otak dapat
dibagi menjadi 2 (dua) bagian besar yaitu : sumbatan pada aliran darah bagian depan
(Anterior Circulation) dan sumbatan pada aliran darah bagian belakang (Posterior
Circulation), sedangkan teknik penyambungan pembuluh darah (anastomose) dapat berupa
end to end (ujung ke ujung) maupun end to side atau dengan penambahan graf yang biasanya
diambil dari pembuluh darah balik di tungkai (Vena Saphena Magna).
13
Dengan tersedianya bedah mikro (micro surgery) yang canggih seorang Dokter Bedah
syaraf dapat melakukan operasi pada otak, baik operasi pendarahan otak, operasi
penyambungan / bypass pembuluh darah otak (anastomose), operasi tumor otak maupun
operasi micro pada system tulang belakang (spine) dengan resiko yang minimal. Hal ini
terutama ditunjang dengan adanya kemajuan yang berarti dan alat penunjang lainnya seperti
CUSA(alat penghancur tumor), Microscope yang canggih dalam Neurofisiologi berupa
tersedianya alat yang disebut INTRA OPERATIVE NEUROPHYSIOLOGIC
MONITORING yang disingkat IOM. Dengan alat IOM yang dioperasikan seorang Dokter
Ahli Saraf (Neurologist) yang mendampingi Dokter Bedah Saraf (Neuro Surgeon) dalam
melakukan operasi-operasi micro seperti disebut di atas, Dokter Bedah Saraf dapat
memonitor dan mengetahui keadaan otak terutama saraf si penderita pada waktu dilakukan
tindakan operasi sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal dan mengurangi resiko
terjadinya salah potong ataupun komplikasi yang mungkin terjadi dalam melakukan tindakan
bedah mikro tersebut.
Gangguan pada otak dapat berupa pecahnya pembuluh darah otak, ataupun
tersumbatnya pembuluh darah otak yang dapat menyebabkan kematian ataupun kelumpuhan ,
demikian juga gangguan pada kerangka tulang belakang dapat menimbulkan rasa sakit yang
semakin lama semakin tidak tertahankan yang akhirnya hanya dapat diatasi dengan tindakan
operasi.
Baik tindakan operasi pada otak maupun operasi pada tulang belakang (spine), sejauh
ini dianggap beresiko sangat tinggi karena jika terjadi kekeliruan sedikit saja (terutama jika
saraf terpotong oleh pisau bedah) dapat menimbulkan kelumpuhan pemanen baik sebagian
badan ataupun seluruh badan, tergantung dari letak tindakan operasi yang dilakukan.
2.4 Epilepsi.
Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya
aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan
berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat, kesemutan, gangguan
kesadaran, kejang-kejang dan atau kontraksi otot. Epilepsi atau yang sering kita sebut ayan
atau sawan tidak disebabkan atau dipicu oleh bakteri atau virus dan gejala epilepsi dapat
diredam dengan bantuan orang-orang yang ada disekitar penderita.
Penyakit epilepsi merupakan penyakit yang dapat terjadi pada siapa pun walaupun
dari garis keturunan tidak ada yang pernah mengalami epilepsi. Epilepsi tidak bisa menular
ke orang lain karena hanya merupakan gangguan otak yang tidak dipicu oleh suatu kuman
14
virus dan bakteri. Dengan pengobatan secara medis baik dokter maupun rumahsakit bisa
membantu penderita epilepsi untuk mengurangi serangan epilepsi maupun menyembuhkan
secara penuh epilepsi yang diderita seseorang.
Jenis-Jenis / Macam-Maca Tipe Penyakit Epilepsi :
A. Epilepsi Umum.
1. Epilepsi Petit Mal
Epilepsi petit mal adalah epilepsi yang menyebabkan gangguan kesadaran secara tiba-
tiba, di mana seseorang menjadi seperti bengong tidak sadar tanpa reaksi apa-apa, dan setelah
beberapa saat bisa kembali normal melakukan aktivitas semula.
2. Epilelpsi Grand Mal
Epilepsi grand mal adalah epilepsi yang terjadi secara mendadak, di mana
penderitanya hilang kesadaran lalu kejang-kejang dengan napas berbunyi ngorok dan
mengeluarkan buih/busa dari mulut.
3. Epilepsi Myoklonik Juvenil
Epilepsi myoklonik Juvenil adalah epilepsi yang mengakibatkan terjadinya kontraksi
singkat pada satu atau beberapa otot mulai dari yang ringan tidak terlihat sampai yang
menyentak hebat seperti jatuh tiba-tiba, melemparkan benda yang dipegang tiba-tiba, dan lain
sebagainya.
B. Epilepsi Parsial (Sebagian).
1. Epilepsi Parsial Sederhana
Epilepsi parsial sederhana adalah epilepsi yang tidak disertai hilang kesadaran dengan
gejala kejang-kejang, rasa kesemutan atau rasa kebal di suatu tempat yang berlangsung dalam
hitungan menit atau jam.
2. Epilepsi Parsial Kompleks
Epilepsi parsial komplek adalah epilepsi yang disertai gangguan kesadaran yang
dimulai dengan gejala parsialis sederhana namun ditambah dengan halusinasi, terganggunya
daya ingat, seperti bermimpi, kosong pikiran, dan lain sebagainya. Epilepsi jenis ini bisa
menyebabkan penderita melamun, lari tanpa tujuan, berkata-kata sesuatu yang diulang-ulang,
dan lain sebagainya (otomatisme).
15
Pertolongan Pada Penderita Epilepsi :
Apa yang harus anda lakukan apabila di sekitar anda ada orang yang mengalami epilepsi
yang disertai hilangnya kesadaran?
1. Segera amankan penderita dengan mengamankan dari benda-benda berbahaya,
mengamankan dari benturan (terutama bagian kepala), dan lain sebagainya.
2. Rebahkan dengan kepala miring ke samping agar lidah penderita tidak menutupi jalan
pernapasan dan longgarkan baju yang terlalu ketat agar penderita mudah bergerak dan
bernapas.
3. Biarkan penderita bergerak semaunya dan jangan meletekkan apa-apa pada mulut
penderita. Gigi penderita epilepsi bisa patah jika pada mulut penderita dimasukkan benda-
benda keras serta bisa menutupi jalan pernapasannya.
4. Biarkan penderita istirahat karena setelah kejadian penderita akan bingung dan lelah.
Laporkan kepada orang-orang di sekitar atau yang berwenang agar dilanjutkan dengan
menghubungi keluarga/kerabat atau dokter. Jika penderita cidera atau terjadi serangan
susulan terus menerus segera bawa ke dokter, puskesmas, klinik atau rumah sakit terdekat.
2.5 Penyakit degenerative dan gangguan lain pada sistem saraf.
Penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan
adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari
keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Penyebab penyakit sering tidak
diketahui, termasuk diantaranya kelompok penyakit yang dipengaruhi oleh faktor genetik
atau paling sedikit terjadi pada salah satu anggota keluarga (faktor familial) sehingga sering
disebut penyakit heredodegeneratif. Cowers tahun 1902 menekankan adanya istilah
abiotrophy untuk penyakit seperti tersebut di atas yang artinya menunjukkan adanya
penurunan daya tahan sel neuron dan mengakibatkan kematian dini. Konsep di atas
mewujudkan hipotesa bahwa proses penuaan (usia) dan penyakit degeneratif dari sel
mempunyai proses dasar yang sama.
16
Ada beberapa penyakit yang dahulu dimasukkan ke dalam penyakit degeneratif, tetapi
sekarang diketahui mempunyai suatu dasar gangguan metabolik, toksik dan nutrisi (defisiensi
zat tertentu) atau disebabkan suatu slow virus. Dengan berkembangnya ilmu, memang
banyak penyakit yang dulu penyebabnya tidak diketahui akhirnya diketahui sehingga tidak
termasuk penyakit degeneratif. Sedangkan penyakit yang penyebabnya tidak diketahui dan
mempunyai kesamaan dimana terdapat disintegrasi yang berjalan progresif lambat dari sistem
susunan saraf dimasukkan ke dalam golongan ini. Istilah yang agak membingungkan yaitu
pemakaian yang tidak konsisten dari istilah atrofi dan degeneratif, dua istilah ini digunakan
pada penyakit degeneratif. Spatz mengatakan bahwa gambarannya secara histopatologis
berbeda.
Atrofi gambaran khasnya berupa proses pembusukan dan hilangnya neuron dan tidak
dijumpai produk degeneratif, hanya jarak antar sel yang melebar dan terjadi fibrous gliosis.
Degeneratif menunjukkan proses yang lebih cepat dari kerusakan neuron, mielin dan jaringan
dengan akibat timbulnya produk-produk degeneratif dan reaksi fagositosis yang hebat dan
gliosis selular. Jadi perbedaan atrofi dan proses degeneratif yaitu pada kecepatan terjadinya
dan tipe kerusakannya. Banyak penyakit yang merupakan proses degeneratif ternyata
diketahui kemudian penyebabnya adalah proses metabolik. Tetapi ternyata pada kejadian
atrofi, ada beberapa yang dasarnya adalah gangguan metabolik juga.
Gambaran klinis umum penyakit degenerative :
1. Perjalanan penyakit lambat, setelah waktu yang lama dari fungsi saraf yang normal,
kemudian diikuti kemunduran fungsi susunan saraf tertentu yang bersifat progresif lambat
yang dapat berlanjut sampai beberapa tahun atau puluhan tahun. Pasien sulit menentukan
kapan penyakit mulai timbul. Adanya 2002 digitized by USU digital library 2 riwayat
kejadian yang dapat mempresipitasi terjadinya penyakit degeneratif, misalnya kecelakaan,
infeksi atau kejadian lain yang diingat sebagai penyakit.
2. Kejadian penyakit yang sama dalam keluarga (bersifat familial)
3. Pada umumnya penyakit degeneratif pada sistem saraf akan terjadi terus menerus, tidak
dapat diperbaiki oleh tindakan medis atau bedah, kadang-kadang penyakit ini ditandai dengan
periode yang stabil untuk beberapa lama. Beberapa gejala dapat dikurangi dengan
penatalaksanaan yang baik, tetapi penyakitnya sendiri tetap progresif.
4. Bilateral simetris. Meskipun kadang-kadang misalnya pada Amyotrophic lateral skelerosis
mula-mula hanya mengenai satu anggota gerak atau salah satu sisi tubuh, tapi dalam proses
selanjutnya menjadi simetris.
17
5. Hanya mengenai daerah anatomis/fisiologi susunan saraf pusat secara selektif. Misalnya
ALS yang termasuk dalam Motor Neuron Disease yang terkena adalah motor neuron di
kortek serebral, batang otak dan medula spinalis dan terjadi ataksia yang progresif dimana
hanya sel purkinye yang terkena.
6. Secara histologis bukan hanya sel-sel neuron saja yang hilang tapi juga dendrit, axon,
selubung mielin yang tidak berhubungan dengan reaksi jaringan dan respon selular.
7. Pada likuor serebrospinalis kadang-kadang terdapat sedikit peningkatan protein, tetapi
pada umumnya tidak menunjukkan kelainan yang berarti.
8. Karena menyebabkan kehilangan jaringan secara radiologis terdapat pengecilan volume
disertai perluasan ruang likuor serebrospinalis. Permeabilitas sawar darah otak tidak berubah.
9. Laboratorium atau pemeriksaan penunjang lain sering memberikan hasil yang negatif.
Berbeda dengan penyakit susunan saraf pusat progresif lain seperti tumor, infeksi, proses
inflamasi lain.
10. Pemeriksaan neuroimaging dapat menunjukkan kelainan tertentu, sehingga dapat
membantu menyingkirkan golongan penyakit lain.
Berikut ini adalah klasifikasi penyakit pada sistem saraf, yang dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Penyakit infeksi pada saraf. Seperti meningitis dan ensefalitis2. Penyakit Degeneratif atau kemunduruan fungsi. Seperti Parkinson, Alzheimer,
dan Demensia3. Penyakit Epilepsi4. penyakit Kejiwaan. Seperti neurosis dan psikosis
1. Penyakit Infeksi pada Sistem Saraf
2. Penyakit degeneratif pada sistem saraf misalnya parkinson, Alzheimer, dan Demensia.Penyakit parkinson di definisikan sebagai suatu keadaan dengan kekakuan otot-otot, wajah seperti topeng, tremor yang cendrung berkurang pada gerakan-gerakan sekehendak, hilangnya gerakan-gerakan terpadu dan otomatis. hipersekresi liur yang disebabkan karena rusaknya globus pallidus.
Parkinson diklasifikasian menjadi : a. parkinsonisme primer b.parkinsonisme sekunder c. sindrom paraparkinson
Alzheimer didefinisikan sebagai gangguan mental progresif yang ditandai dengan terjadinya kebingungan. demensia, disorientasi, agnosia, gangguan bicara. kesulitan melakukan gerak tertentu. dan terjadinya halusinasi karena atrofi difus kulit otak besar yang seringkali terjadi pada seluruh lobus frontalis dan temporalis disertai dengan degenerasi serabut saraf.
18
Demensia didefinisikan sebagai sindrom akibat penyakit gangguan otak yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimana terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel. Demensia ini umumnya disertai dan ada kalanya diawali dengan kemerosotan dalam pengendalian emosi, perilaku sosial, atau motivasi hidup.
3. Penyakit Epilepsi.
Epilepsi disebut juga penyakit ayan yang didefinisikan sebagai gangguan kronik sistem saraf pusat di otak yang ditandai dengan kejang, gangguan sensorik, serta hilangnya kesadaran.
Faktor presipitasi / pencetus epilepsi adalah :
Faktor sensori : misalnya cahaya yang berkedip-kedip, bunyi yang mengejutkan, dan air panas.
Faktor sistemik : misalnya karena demam, infeksi, obat-obatan seprti gol. fenotiazin,klorpropamid, keadaan hipoglikemik, dan kelemahan fisik.
Faktor mental : misalnya karena stres dan gangguan emosi.
4. Penyakit Kejiwaan
Penyakit kejiwaan misalnya psikosi dan neurosis.Psikosi didefinisikan sebagai gangguan jiwa yang serius dan yang mengganggu kemampuan berfikir, emosi, berkomunikasi, mengingat kembali, menafsirkan kenyataan dan berperilaku secara wajar.
Jenis-jenis psikosi adalah :
a. Psikosis depresifb. Psikosis katatonikc. Psikosis histerik
Neurosis di definisikan sebagai gangguan jiwa non psikosis yang ditandai dengan kecemasan. Kecemasan dapat dirasakan dan diekspresikan secara langsung pada tubuh.
Jenis-jenis neurosis :
a. Neurosis depresif
b. Neurosis obsesif-konvulsif
c. Neurosis fobik
d. Neurosis ansietas
19
Gejala khusus pada penyakit saraf
Gejala-gejalan khusus pada penyakit sistem saraf misalnya hiperemesis, hiperalgesia dan
algesia. Hiperemesis adalah suatu gejalan dimana seseorang mengalami muntah yang
berlebihan. Adanya gangguan pada susunan saraf pusat yang meningkatkan tekanan
intrakranial akan menyebabkan muntah. Algesia didefinisikan sebagai repson nyeri yang
bersifat normal ( mis: akibat benturan,adanya luka), sedankan hiperalgesia didefinisikan
sebagai respon berlebihan terhadap stimulus yang secara normal menimbulkan nyeri.
Hiperalgesia terbagi menjadi :
1. hiperalgesia primer
2. hiperalgesia sekunder
2.6 Cedera susunan saraf pusat.
A. Pengertian
Kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang
terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (Sylvia anderson
Price, 1985).
B. Etiologi
1. Oleh benda/ serpihan tulang yang menembus jaringan otak.
2. Efek dari kekuatan atau energi yang di teruskan ke otak.
3. Efek percepatan dan perlambatan (akselerasi-deselerasi)pada otak.
C. Faktor pemberat terjadinya cidera otak
1. Besar kekuatan yang menyebabkan terjadinya trauma (semakin besar kekuatan semakin
besar pula kerusakan yang di timbulkannya).
2. Efek sekunder dari cidera otak.
D. Pathofisiologi
Trauma tumpul maupun trauma kepala mebentur benda menyebabkan terjadinya
kerusakan pada jringan nervous di otak, dampak yang timbul antara lain perdarahan di otak
yang letak dan luasnya bergantung dari besar kekuatan serta lokasi trauma. Perdarahan di
otak menyebabkan peningkatan voume intrkaranial yang dapat menimbulkan beberapa
manifestasi klinis yang dapat di lihat secara langsung.Edema cerebri akibat reaksi oleh
jaringan setempat akibat dari adanya jaringan yang mengalami trauma menyebabkan pula
20
terjadinya peningkatan volume intrkranial. (Sylvia Anderson Price, 1982).
E. Gejala klinik
- Sakit kepala yang hebat.
- Wajah asimetris.
- Tak sadar/ pingsan.
- Bingung.
- Lateralisasi/ hemiparese/ paraparese.
- Gangguan bicara.
- Penurunan kesadaran.
2.7 Tumor susunan saraf pusat.
Tumor otak merupakan tumor pada bagian otak. Baik tumor ganas maupun tumor
jinak akan memberikan masalah yang sama beratnya karena otak terletak dalam rongga
terletak dalam rongga tengkorak yang luasnya terbatas. Dampak yang ditimbulkan oleh kedua
jenis tumor otak tersebut yaitu merusak struktur serta fungsi susunan saraf pusat. Beberapa
jenis tumor otak yang sering terjadi diberi nama sesuai dengan sel atau jaringan asalnya,
Astrocytoma dapat terjadi di seluruh bagian otak, bagian yang paling sering adalah
lobus frontal. Pertumbuhannya lambat, terjadi pembentukan kista dan penyusupan ke
daerah sekitar. Dapat menyebabkan astrositoma yang lebih ganas disebut
Astrocytoma Anaplastik.
Glioblastoma Multiforme merupakan tumor otak primer yang paling seringditemukan
pada orang dewasa. Biasanya berkembang di tempat asal tetapi dapat berpindah ke
bagian lain dari otak.
Oligodendroglioma lokasi yang paling umum adalah salah satu lobus. Paling banyak
terjadi pada usia paruh baya tetapi juga dapat terjadi pada anak.
Ependymoma berasal dari sel yang membatasi bagian dalam otak, biasanya jinak
tetapi kadang - kadang menyebar ke saraf tulang belakang.
Meduloblastoma biasanya timbul pada otak kecil. Jarang terjadi, biasanya menyerang
anak – anak sebelum mencapai pubertas.
21
Meningioma biasanya jinak tetapi bisa kambuh setelah diangkat apabila masih tersisa.
Berasal dari meningen (jaringan yang melapisi bagian luar otak), dapat menimbulkan
kemunduran mental seperti demensia (pikun).
Acoustic schwannoma tumor jinak pada saraf pendengaran yang terletak dekat otak
kecil.
Primary CNS Lymphoma (PCNSL) – Limfoma susunan saraf pusat primer tempat
paling umum adalah dekat ventrikel. Umumnya terjadi pada orang yang system
kekebalannya tidak berfungsi, tetapi mungkin juga terajdi pada orang yang sistem
kekebalannya normal.
Tumor ganas otak yang paling sering terjadi merupakan penyebaran dari kanker yang
berasal dari bagian tubuh yang lain. Kanker payudara dan kanker paru-paru, melanoma
maligna dan kanker sel darah (misalnya leukemia dan limfoma) bisa menyebar ke otak,
penyebaran ini bisa terjadi pada satu area atau beberapa bagian otak yang berbeda.
Gejala klinis tumor otak sangat bervariasi dari yang tidak memberikan gejala sama sekali
sampai keadaan yang mengancam jiwanya. Beberapa gejala umum tumor otak sebagai
berikut,
Nyeri baru dirasakan, hilang-timbul, bersifat ringan sampai berat, dirasakan di satu
titik atau di seluruh kepala. Sakit kepala lebih buruk pada pagi.
Kelemahan di salah satu sisi tubuh semakin meningkat, kesulitan berpikir, mengingat,
gangguan penglihatan, kemampuan berbicara hilang, perubahan mental, kehilangan
keseimbangan dan koordinasi.
Serangan kejang mengakibatkan kelemahan, baal dan kehilangan kesadaran.
Mual dan / atau muntah biasanya lebih buruk di pagi hari.
Pemeriksaan radiology untuk menentukana letak, ukuran dan jenis perlengketannya
melalui X-Ray, CT Scan dan MRI. X-Ray masih berperan untuk tumor – tumor tertentu. CT
Scan menggunakan sinar-X dan computer untuk menghasilkan gambar otak yang baik. MRI
menggabungkan magnet yang kuat dan gelombang radio untuk menghasilkan gambar yang
baik. Dengan perkembangan terakhir CT Scan dan MRI dapat dengan jelas dan tepat secara
anatomis gambaran tumor serta struktur disekitarnya. Tumor – tumor instrinsik di batang otak
dapat lebih jelas tampak dengan pemeriksaan MRI dibandingkan dengan CT Scan.
22
Beberapa penanganan tumor otak adalah melalui operasi, rehabilitasi, radiasi tradisional,
bedah radiasi stereotaktik, implan radiasi, kemoterapi.
2.8 Jenis bakteri/mikroba terkait penyakit pada sistem saraf.
Bakteri Patogen Sistem Saraf
Neisseria meningitides
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Class : Beta Proteobacteria
Ordo : Neisseriales
Famili : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Spesies : Neisseria meningitides
Karakteristik
Penyakit Meningokokus adalah satu penyakit berjangkit.
Neisseria menigitides (meningokokus) merupakan bakteri kokus gram negatif yang secara
alami hidup di dalam tubuh manusia. Meningokokus bisa menyebabkan infeksi pada selaput
yang menyelimuti otak dan sumsum tulang belakang (meningitis), infeksi darah, dan infeksi
berat lainnya pada dewasa dan anak-anak.
Patogenesis
Manusia adalah satu-satunya inang dimana meningococci menjadi patogen. Hidung
dan tenggorokan merupakan pintu masuk bagi penyakit yang disebabkan oleh meningococci.
Pada organ tersebut, organisme menempel pada sel epitel dengan bantuan pilinya;
mereka membentuk flora transient (yang berumur pendek) tanpa menampakkan gejala. Dari
hidung dan tenggorokan (nasopharynx), organisme menuju aliran darah menimbulkan
bakteremia; gejala yang timbul mungkin mirip dengan infeksi pada saluran pernafasan
atas. Fulminant meningococcemia lebih parah lagi dengan demam yang tinggi dan ruam-
ruam yang bisa menjadi koagulasi diseminasi intravaskular dan kolaps pada aliran darah
(sindrom Waterhouse-Friderichsen). Meningitis adalah suatu komplikasi yang paling banyak
ditemui pada meningococcemia. Muncul gejala mendadak dengan sakit kepala yang terus-
23
menerus, muntah, dan leher kaku dan hal ini dapat berkembang ke arah koma hanya dalam
waktu beberapa jam.
Selama proses meningococcemia, terdapat thrombosis pada pembuluh darah kecil di
berbagai organ, dengan infiltrasi perivaskuler dan petechial hemorrhages. Mungkin terjadi
myocarditis interstisial, arthritis dan lesi pada kulit. Pada meningitis, selaput otak akan
terinflamasi akut dengan thrombosis pada pembuluh darah dan eksudasi pada leukosit
polimorfonukleat, sehingga permukaan otak akan tertutupi oleh eksudat nanah yang kental.
Tidak diketahui apa yang mengubah sebuah infeksi yang tanpa gejala pada hidung
dan tenggorokan menjadi meningococcemia dan meningitis, namun hal ini dapat dicegah
dengan antibodi serum bakterisidal spesifik yang dapat melawan senotipe yang menginfeksi.
Neisseria bakterimia menyukai kondisi yang tidak ada antibodi bakterisidalnya (IgM dan
IgG), terhambatnya kinerja serum bakterisidal oleh blokade antibodi IgA atau kekurangan
komponen-komponen komplemen (C5, C6, C7 atau C8). Meningococci siap berfagositosis
dalam keadaan opsonin spesifik.
Infeksi berlaku secara epidemik terutama di kalangan anak-anak yang berumur
5 tahun ke bawah. Yang paling rentan ialah bayi berumur 6 - 24 bulan. Persentase kematian
pada anak-anak mencapai 80% jika tidak dirawat. Dengan perawatan persentase ini dapat
berkurang 10% dalam populasi. Persentase komplikasi neurologi rendah jika dibandingkan
dengan meningitis yang disebabkan oleh organisme lain.
Kekebalan
Kekebalan terhadap infeksi yang disebabkan oleh meningococci berkaitan dengan
keberadaan antibodi bakterisidal yang spesifik, komplemen-dependent dalam serum.
Antibodi-antibodi ini berkembang setelah infeksi subklinis dengan strain yang
berbeda atau injeksi antigen grup spesifik, tipe spesifik, atau kedua-duanya. Antigen
kekebalan untuk kelompok A, C, Y, dan W-135 adalah polisakarida kapsuler. Pada kelompok
B, antigen spesifik yang cocok digunakan sebagai vaksin, belum terdefinisikan; namun
vaksin dari kelompok B dengan campuran antigen telah digunakan di banyak bagian dunia.
Vaksin yang berkonjugasi untuk beberapa kelompok sedang dalam perkembangan dan
memberikan harapan besar. Balita mempunyai kekebalan pasif melalui antibodi IgG yang
ditransfer dari ibunya. Anak-anak dibawah usia 2 tahun tidak mudah menghasilkan antibodi
ketika diimunisasi dengan bakteri meningococci atau bakteri polisakarida lainnya.
Pengobatan
24
Penicillin G adalah obat yang dipilih untuk mengobati penyakit ini. Chlorampenicol
atau cephalosporin generasi ketiga seperti cefotaxime atau ceftriaxone digunakan untuk orang
yang alergi terhadap penicillin. Rifampin 600 mg 2 kali sehari selama 2 hari secara oral ( atau
minocycline 100 mg setiap 12 jam ) dapat menghilangkan keberadaan carrier dan bekerja
sebagai chemoprophylaxis.
Pencegahan
Kasus klinis dari meningitis hanya memperlihatkan sedikit sumber infeksi, dan isolasi hanya
menjadi kegunaan yang terbatas. Lebih penting lagi adalah pengurangan kontak personal
pada populasi yang memiliki tingkat carrier yang tinggi. Hal ini dapat dicapai dengan
menghindari kepadatan populasi. Polisakarida spesifik dari kelompok A, C, Y, dan W-135
dapat menstimulasi respon antibodi dan melindungi orang yang rentan untuk melawan
infeksi.
Listeria monocytogenes
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Bacteria
Filum : Firmicutes
Class : Basilli
Ordo : Bacillales
Family : Listeriaceae
Genus : Listeria
Spesies : Listeria monocytogenes
Karakteristik
Bakteri ini merupakan bakteri Gram-positif, dan motil/bergerak dengan menggunakan
flagella. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa 1-10% manusia mungkin memiliki L.
monocytogenes di dalam ususnya. Bakteri ini telah ditemukan pada setidaknya 37 spesies
mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada setidaknya 17 spesies burung,
dan mungkin pada beberapa spesies ikan dan kerang. Bakteri ini dapat diisolasi dari tanah,
silage (pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi),
dan sumber-sumber alami lainnya. Sebagai bakteri yang tidak membentuk spora, L.
monocytogenes sangat kuat dan tahan terhadap efek mematikan dari pembekuan,
25
pengeringan, dan pemanasan. Sebagian besar L. monocytogenes bersifat patogen pada tingkat
tertentu.
Gejala Penyakit
Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh L. monocytogenes. Secara
klinis, suatu penyakit disebut listeriosis apabila L. monocytogenes diisolasi dari darah, cairan
cerebrospinal (cairan otak dan sumsum tulang belakang), atau dari tempat lain yang
seharusnya steril (misalnya plasenta, janin).Gejala listeriosis termasuk septicemia (infeksi
pada aliran darah), meningitis (radang selaput otak) atau meningoencephalitis (radang pada
otak dan selaputnya), encephalitis (radang otak), dan infeksi pada kandungan atau pada leher
rahim pada wanita hamil, yang dapat berakibat keguguran spontan (trimester kedua/ketiga)
atau bayi lahir dalam keadaan meninggal. Kondisi di atas biasanya diawali dengan gejala-
gejala seperti influenza, antara lain demam berkepanjangan. Dilaporkan bahwa gejala-gejala
pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, dan diare dapat merupakan bentuk awal dari
listeriosis yang lebih parah, namun mungkin juga hanya gejala itu yang terjadi. Secara
epidemiologi, gejala pada saluran pencernaan berkaitan dengan penggunaan antasida atau
cimetidine (antasida dan cimetidine merupakan obat-obatan yang berfungsi menetralkan atau
mengurangi produksi asam lambung). Waktu mulai timbulnya gejala listeriosis yang lebih
parah tidak diketahui, tetapi mungkin berkisar dari beberapa hari sampai tiga minggu. Awal
munculnya gejala pada saluran pencernaan tidak diketahui, tetapi mungkin lebih dari 12 hari.
Dosis infektif L. monocytogenes tidak diketahui, tetapi diyakini bervariasi menurut strain dan
kerentanan korban. Dari kasus yang disebabkan oleh susu mentah atau susu yang proses
pasteurisasinya kurang benar, diduga kurang dari 1000 organisme dapat menyebabkan
penyakit pada orang-orang yang rentan. L. monocytogenes dapat menyerang epithelium
(permukaan dinding) saluran pencernaan. Sekali bakteri ini memasuki sel darah putih (tipe
monocyte , macrophage , atau polymorphonuclear ) dalam tubuh korbannya, bakteri ini
masuk ke aliran darah (septicemia) dan dapat berkembang biak. Keberadaannya di dalam sel
fagosit memungkinkannya memasuki otak, dan pada wanita hamil, mungkin masuk ke janin
melalui plasenta. Sifat patogenik L. monocytogenes berpusat pada kemampuannya untuk
bertahan.
Makanan Terkait
L. monocytogenes dikaitkan dengan makanan seperti susu mentah, susu yang proses
pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak), es
26
krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah
dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap.
Kemampuannya untuk tumbuh pada temperatur rendah hingga 3°C memungkinkan bakteri
ini berkembang biak dalam makanan yang disimpan di lemari pendingin.
Pencegahan
Pencegahan secara total mungkin tidak dapat dilakukan, namun makanan yang
dimasak, dipanaskan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi karena bakteri
ini terbunuh pada temperatur 75°C. Resiko paling besar adalah kontaminasi silang, yakni
apabila makanan yang sudah dimasak bersentuhan dengan bahan mentah atau peralatan
(misalnya alas pemotong) yang terkontaminasi.
Populasi Rentan
Populasi yang rentan pada listeriosis yaitu:
• wanita hamil/janin – infeksi perinatal (sesaat sebelum dan sesudah kelahiran) dan
Neonatal (segera setelah kelahiran)
• orang yang sistem kekebalannya lemah karena perawatan dengan corticosteroid
(salahsatu jenis hormon), obat-obat anti kanker, graft suppression therapy (perawatan
setelah pencangkokan bagian tubuh, dengan obat-obat yang menekan sistem kekebalan
tubuh), AIDS;
• pasien kanker – terutama pasien leukemia;
• lebih jarang dilaporkan – pada pasien penderita diabetes, pengecilan hati ( cirrhotic),
asma, dan radang kronis pada usus besar ( ulcerative colitis );
• orang-orang tua;
• orang normal—beberapa laporan menunjukkan bahwa orang normal yang sehat dapat
menjadi rentan, walaupun penggunaan antasida atau cimetidinemungkin berpengaruh.
Kasus listeriosis yang pernah terjadi di Swiss, yang melibatkan keju, menunjukkan bahwa
orang sehat dapat terserang penyakit ini, terutama bila makanan terkontaminasi organisme ini
dalam jumlah besar.
Mycobacterium leprae
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Bacteria
Filum : Actinobacteria
27
Class : Actinomycetales
Ordo : Corynebacterineae
Family : Mycobacteriaceae
Genus : Mycobacterium
Spesies : Mycobacterium leprae
Mycobacterium leprae, juga disebut Basillus Hansen, adalah bakteri yang
menyebabkan penyakit kusta(penyakit Hansen) yaitu infeksi menahun yang terutama ditandai
oleh adanya kerusakan saraf perifer (saraf diluar otak dan medulla spinalis), kulit, selaput
lendir hidung, buah zakar (testis) dan mata. Bakteri ini merupakan bakteri intraselular. M.
leprae merupakan gram-positif berbentuk tongkat (basil). Mycobacterium leprae mirip
denganMycobacterium tuberculosis dalam besar dan bentuknya.
Cara Penularan
Cara penularan lepra belum diketahui secara pasti. Jika seorang penderita lepra berat
dan tidak diobati bersih, maka bakteri akan menyebar ke udara. Sekitar 50% penderita
mungkin tertular karena erhubungan dekat dengan seorang yang terinfeksi. Infeksi juga
mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk.
Sekitar 95% orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena
sistem kekebalannya berhasil melawan infeksi. Penyakit yang terjadi bisa ringan (lepra
tuberkuloid) atau berat (lepra lepromatosa). Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan
penyakitnya kepada orang lain. Lebih dari 5 juta penduduk dunia yang terinfeksi leh kuman
ini. Lepra paling banyak terdapat di Asia, Afrika, Amerika Latin dan kepulauan Samudra
Pasifik. Infeksi dapat terjadi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 20-an dan 30-an.
Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria.
Gejala
Bakteri penyebab lepra berkembang biak sangat lambat, sehingga gejalanya baru
muncul minimal 1 tahun setelah terinfeksi (rata-rata muncul pada tahun ke-5-7).
Gejala dan tanda yang muncul tergantung kepada respon kekebalan penderita.
Jenis lepra menentukan prognosis jangka panjang, komplikasi yang mungkin terjadi
dan kebutuhan akan antibiotik.
.● Lepra tuberkuloid
ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. Daerah
tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak
saraf-sarafnya.
28
● Lepra lepromatosa
ditandai dengan munculnya benjolan kecil atau ruam menonjol yang lebih besar dengan
berbagai ukuran dan bentuk. Terjadi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata
● Lepra perbatasan
merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk
lepra Jika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra Tuberkuloid, jika
kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa. .
Selama perjalanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa terjadi reaksi
kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan
kelenjar getah bening, sendi, buah zakar, ginjal, hati dan mata. Pengobatan yang diberikan
tergantung kepada jenis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kostikosteroid atau talidomid.
Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan
hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam
saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis.
Kemampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga
penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka
sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. Kerusakan saraf tepi juga menyebabkan
kelemahan otot yang menyebabkan jari-jari tangan seperti sedang mencakar dan kaki terkulai.
Karena itu penderita lepra menjadi tampak mengerikan.
Penderita juga memiliki luka di telapak kakinya. Kerusakan pada saluran udara di
hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. Kerusakan mata dapat menyebabkan kebutaan.
Penderita lepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini
dapat menurunkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis bisa
dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap contoh jaringan kulit yang terinfeksi
Pengobatan
Antibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya.
Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya
diberikan lebih dari 1 macam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa.
29
Antibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson,
relatif tidak mahal dan biasanya aman. Kadang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa
ruam kulit dan anemia.
Rifampicin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Efek samping
yang paling serius adalah kerusakan hati dan gejala-gejala yang menyerupai flu.
Antibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofazimin, etionamid, misiklin, klaritromisin
dan ofloksasin.
Terapi antibiotik harus dilanjutkan selama beberapa waktu karena bakteri penyebab
lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilanjutkan sampai 6 bulan atau lebih, tergantung
kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosa yang
mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.
Pencegahan
Dulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya
diasingkan dan diisolasi.Pengobatan dini bisa mencegah atau memperbaiki kelainan bentuk,
tetapi penderita cenderung mengalami masalah psikis dan sosial. Tidak perlu dilakukan
isolasi. Lepra hanya menular jika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan
itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain.
Selain itu, sebagian besar secara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang
yang tinggal serumah dalam jangka waktu yang lama yang memiliki resiko tertular.
Dokter dan perawat yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.
II.2.4 Clostridium tetani
Klasifikasi Ilmiah
30
Kingdom: Bacteria
Division: Firmicutes
Class: Clostridia
Order: Clostridiales
Family: Clostridiaceae
Genus: Clostridium
Species: Clostridium tetani
Karakteristik
Clostridium tetani adalah bakteri gram positif berbentuk batang, anaerobic berspora, motil,
memproduksi eksotoksin, berukuran panjang 2-5 mikron dan lebar 0,4-0,5 mikron. Spora
dari Clostridium tetani resisten terhadap panas dan juga biasanya terhadap antiseptis.
Sporanya juga dapat bertahan pada autoclave pada suhu 249.8°F (121°C) selama 10–15
menit. Juga resisten terhadap phenol dan agen kimia yang lainnya. Kuman ini terdapat di
tanah terutama tanah yang tercemar tinja manusia dan binatang.
Costridium tetani menghasilkan 2 eksotosin yaitu tetanospamin dan
tetanolisin. Penyakit tetanus disebabkan oleh tetanospamin. Perkiraan dosis mematikan
minimal dari kadar toksin (tetanospamin) adalah 2,5 nanogram per kilogram berat badan atau
175 nanogram untuk 70 kilogram (154lb) manusia.
Clostridium tetani tidak menghasilkan lipase maupun lesitinase, tidak memecah
protein dan tidak memfermentasi sakarosa dan glukosa juga tidak menghasilkan gas H2S.
Menghasilkan gelatinase, dan indol positif.
Infeksi
Tetanus terutama ditemukan di daerah tropis dan merupakan penyakit infeksi yang
penting baik dalam prevalensinya maupun angka kematiannya yang masih tinggi . Tetanus
merupakan infeksi berbahaya yang biasa mendatangkan kematian. Infeksi ini muncul (masa
inkubasi) 3 sampai 14 hari. Di dalam luka yang dalam dan sempit sehingga terjadi suasana
anaerob. Toksin, tetanospasmin, diproduksi pada masa pertumbuhan sel,sporulasi dan lisis.
Toksin ini akan mencapai sistem syaraf pusat melalui syaraf motorik menuju ke bagian
anterior spinal cord.
Jenis-jenis luka yang sering menjadi tempat masuknya kuman Clostridium tetani sehingga
harus mendapatkan perawatan khusus adalah:
a) Luka-luka tembus pada kulit atau yang menimbulkan kerusakan luas
b) Luka bakar tingkat 2 dan 3
31
c) Fistula kulit atau pada sinus-sinusnya
d) Luka-luka di bawah kuku
e) Ulkus kulit yang iskemik
f) Luka bekas suntikan narkoba
g) Bekas irisan umbilicus pada bayi
h) Endometritis sesudah abortus septic
i) Abses gigi j) Mastoiditis kronis
k) Ruptur apendiks
l) Abses dan luka yang mengandung bakteri dari tinja
Gejala
Masa inkubasi tetanus umumnya antara 3-12 hari, kadang masa inkubasi singkat selama
1-2 hari atau panjang lebih dari satu bulan. Makin pendek masa inkubasi, makin buruk
prognosisnya. Terdapat hubungan antara jarak tempat masuk kuman Clostridium
tetani dengan susunan saraf pusat, dan interval antara terjadinya luka dengan permulaan
penyakit. Makin jauh tempat invasi, masa inkubasi makin panjang.
Saat gejala muncul kesadaran tetap ada dan rasa sakit sangat hebat. kematian biasanya
karena gangguan alat-alat pernafasan. Angka kematian pada tetanus yang menyeluruh
biasanya kurang lebih 50%.
Opistotonus
Secara klinis tetanus dibedakan menjadi :
1. Tetanus Lokal
Ditandai dengan rasa nyeri dan spasmus otot di bagian proksimal luka karena hanya sedikit
toksin yang masuk. Memiliki tingkat mortilitas yang rendah.
2. Tetanus Umum
Pada awalnya terjadi kekakuan otot kepala dan otot leher, kemudian menyebar secara
kaudal ke seluruh tubuh. Trismus yang menetap menyebabkan ekspresi wajah yang
karakteristik berupa risus sardonicus. Terjadi opistotonos karena spasme otot pungggung.
Selama periode ini penderita berada dalarn kesadaran penuh
3. Tetanus
Biasanya terjadi disfungsi saraf cranial local dengan trauma kepala atau infeksi telinga
tengah. Memilliki tingkat mortilitas yang tinggi.
32
Diagnosis
Diagnosis tetanus ditegakan berdasarkan gejala-gejala klinik yang khas. Secara
bakteriologi biasanya tidak diharuskan oleh karena sukar sekali mengisolasi Clostridium
tetani dari luka penderita , yang kerap kali sangat kecil dan sulit dikenal kembali oleh
penderita sekalipun.
Diagnosis tetanus dapat diketahui dari pemeriksaan fisik pasien sewaktu istirahat,
berupa :
1.Gejala klinik
- Kejang tetanic, trismus, dysphagia, risus sardonicus ( sardonic smile ).
2. Adanya luka yang mendahuluinya. Luka adakalanya sudah dilupakan.
3. Kultur: C. tetani (+).
4. Lab : SGOT, CPK meninggi serta dijumpai myoglobinuria.
Pengobatan
1. Antibiotika :
Diberikan parenteral Peniciline 1,2juta unit / hari selama 10 hari, IM. Sedangkan tetanus pada
anak dapat diberikan Peniciline dosis 50.000 Unit / KgBB/ 12 jam secafa IM diberikan
selama 7-10 hari. Bila sensitif terhadap peniciline, obat dapat diganti dengan preparat lain
seperti tetrasiklin dosis 30-40 mg/kgBB/ 24 jam, tetapi dosis tidak melebihi 2 gram dan
diberikan dalam dosis terbagi ( 4 dosis ). Bila tersedia Peniciline intravena, dapat digunakan
dengan dosis 200.000 unit /kgBB/ 24 jam, dibagi 6 dosis selama 10 hari.
Antibiotika ini hanya bertujuan membunuh bentuk vegetatif dari C.tetani, bukan untuk toksin
yang dihasilkannya. Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika broad spektrum
dapat dilakukan.
2. Antitoksin
Antitoksin dapat digunakan Human Tetanus Immunoglobulin ( TIG) dengan dosis 3000-6000
U, satu kali pemberian saja, secara IM tidak boleh diberikan secara intravena karena TIG
mengandung "anti complementary aggregates of globulin ", yang mana ini dapat
mencetuskan reaksi allergi yang serius. Bila TIG tidak ada, dianjurkan untuk menggunakan
tetanus antitoksin, yang berawal dari hewan, dengan dosis 40.000 U, dengan cara
pemberiannya adalah : 20.000 U dari antitoksin dimasukkan kedalam 200 cc cairan NaC1
fisiologis dan diberikan secara intravena, pemberian harus sudah diselesaikan dalam waktu
30-45 menit. Setengah dosis yang tersisa (20.000 U) diberikan secara IM pada daerah pada
sebelah luar.
33
3.Tetanus Toksoid
Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama,dilakukan bersamaan dengan pemberian
antitoksin tetapi pada sisi yang berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian
dilakukan secara I.M. Pemberian TT harus dilanjutkan sampai imunisasi dasar terhadap
tetanus selesai
4. Antikonvulsan
Penyebab utama kematian pada tetanus neonatorum adalah kejang klonik
yang hebat, muscular dan laryngeal spasm beserta komplikaisnya. Dengan penggunaan obat –
obatan sedasi/muscle relaxans, diharapkan kejang dapat diatasi. Contohnya :
- Diazepam 0,5 – 1,0 mg/kg Berat badan / 4 jam (IM)
- Meprobamat 300 – 400 mg/ 4 jam (IM)
- Klorpromasin 25 – 75 mg/ 4 jam (IM)
- Fenobarbital 50 – 100 mg/ 4 jam (IM)
Pencegahan
Pencegahan merupakan tindakan paling penting, yang dapat dilakukan dengan cara :
1. imunisasi aktif dengan toksoid
2. perawatan luka menurut cara yang tepat
3. penggunaan antitoksi profilaksis
Namun sampai pada saat ini pemberian imunisasi dengan tetanus toksoid merupakan
satu-satunya cara dalam pencegahan terjadinya tetanus. Pencegahan denganpemberian
imunisasi telah dapat dimulai sejak
anak berusia 2 bulan, dengan cara
pemberian imunisasi aktif (DPT atau
DT).
Clostridium botulinum
Klasifikasi Ilmiah
Karakteristik Umum
34
Kingdom: Bacteria
Division: Firmicutes
Class: Clostridia
Order: Clostridiales
Family: Clostridiaceae
Genus: Clostridium
Species: Clostridium botulinum
Clostridium botulinum adalah bakteri gram positif berbentuk batang, terdapat tunggal,
berpasangan, atau dalam rantai, anaerobic, tak berspora, tak berkapsul, motil, peritikus,
memproduksi eksotoksin yang menyebabkan botulisme,
Terdapat secara luas di alam, kadang ada dalam feses binatang. Terdapat enam tipe
berdasarkan toksin, yaitu A, B, C, D, E, F. Pada manusia didapatkan tipe A, B, dan E.
Eksotoksin yang dikeluarkan adalah protein dengan BM 70.000 yang termolabil (1000C-20
menit menjadi inaktif). Dosis letal untuk manusia = 1 ɱg. Kerja toksin adalah memblokir
pembentukan atau pelepasan asetilkolin pada hubungan saraf otot sehingga terjadi
kelumpuhan otot.
Cara Penularan
C. botulinum biasanya menyebabkan keracunan makanan oleh toksin yang termakan bersama
dengan makanan. Pada beberapa kasus bakteri tumbuh dan menghasilkan toksin pada
jaringan yang mati, kemudian menyebabkan kontaminasi luka. Makanan yang sering
tercemar dengan Clostridium adalah makanan yang berbumbu, makanan yang diasap,
makanan kalengan yang dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu.
Gejala
Gejalanya biasanya setelah 18-96 jam makan toksin dengan keluhan penglihatan
karena otot mata yang tidak ada koordinasi. Sulit menelan, sulit bicara. kematian biasanya
karena paralisis otot pernafasan atau kelumpuhan jantung (cardiac arrest). Angka kematian
botulismus adalah tinggi.
Pada botulisme bayi, organisme yang masuk melalui makanan memproduksi toksin di
usus bayi sehingga bayi mengalami badan lemah, tidak dapat buang air besar dan lumpuh.
Organisme biasanya masuk melalui madu yang mengandung spora Clostridium botulinum.
Diagnosis
Biasanya dengan cara mendeteksi toksin di dalam sisa makanan, dan tidak dalam
serum penderita. Dapat dideteksi dengan cara reaksi netralisasi antigen-antibodi atau secara
aglutinasi sel darah merah yang dilapisi dengan antiserum, atau dengan percobaan pada
mencit yang disuntik bahan tersangka. Kultur biasanya tidak dilakukan.
Cara utama untuk memperkuat diagnosis botulisme di laboratorium ialah
menunjukkan adanya toksin botulisme dalam serum atau tinja penderita atau pada makanan
yang dimakan. Suntikan intraperitoneal (dalam perut) serum atau ekstrak cairan tinja
35
penderita atau makanan tersebut pada mencit akan mengakibatkan kematian pada hewan
tersebut, karena mencit sangat peka terhadap toksin ini. Juga specimen tinja dan makanan itu
harus dikulturkan untuk mengisolasi organisme tersebut.
Pengobatan
Dengan pemberian antitoksin polivalen (tipe A, B, dan C) yang disuntikkan I.V. dan
secara simptomatik terutama untuk pernafasan (pernafasan buatan). Pengobatan
Bila terjadi kelumpuhan pada pernafasan dapat dilakukan trakeomi (bedah batang
tenggorokan) dan diberikan pernafasan buatan.
Kehilangan control otot mata karena botulisme
Risus sardonicus
Opistotonus pada bayi
Pencegahan
Makanan yang diawetkan di rumah harus dimasak secara baik sehingga dapat
membunuh spora dan makanan harus dimasak sebelum dimakan. Makanan rumah yang
harus diperhatikan adalah: kacang-kacangan, jagung, ikan asap atau ikan segar dalam plastik
Makanan yang mengandung toksin tidak selalu kelihatan atau menimbulkan bau yang
berbeda dari makan yang tidak tercemar.
2.9 Gambaran laboratorium / Radiografi.
Radiografi adalah produksi gambaran radiografis (radiographic image) dari suatu
obyek dengan memanfaatkan sinar-X (X-ray). Sinar x ditemukan oleh Wilhem C Roentgen,
seorang professor fisika dari jerman saat melihat timbulnya fluoresensi yang berasal dari
kristal barium platinosianida yang mendapat hadiah nobel pada tahun 1901. Akhir desember
1895 dan awal januari 1896 Dr. Otto Walkhoff (dokter gigi) dari jerman adalah orang
pertama yang menggunakan sinar x pada foto gigi (premolar bawah).
Penggunaan sinar Rontgen telah lama dikenal sebagai suatu alat dalam bidang
kedokteran yang sangat membantu dalam menegakkan diagnosa dan untuk menentukan
rencana perawatan. Radiografi memberikan informasi diagnosis yang penting dan dapat
digunakan saat menentukan rencana perawatan.2 Dalam bidang kedokteran gigi, radiografi
digunakan untuk menyediakan informasi tentang struktur oral tidak kasat mata.3 Pemeriksaan
36
radiografi dalam kedokteran gigi dikenal lebih dari satu abad sebagai sarana untuk
memperoleh informasi diagnostik yang tidak dapat diperoleh dari pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan radiografis merupakan salah satu tahapan penting dalam perawatan adanya
kelainan dalam praktek dokter gigi.
Radiografi gigi dapat membantu dokter gigi untuk memeriksa struktur pendukung gigi
yang di foto rontgen. Radiografi dalam kedokteran gigi ada 2 macam yaitu, foto intraoral dan
ekstraoral. Panoramik merupakan salah satu foto Rontgen gigi ekstraoral yang biasa dipakai
dalam praktek kedokteran gigi. Foto panoramik merupakan foto Rontgen ekstra oral yang
menghasilkan gambaran yang memperlihatkan struktur facial termasuk mandibula dan
maksila beserta struktur pendukungnya. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk
mengevaluasi gigi impaksi, pola erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi geligi,
mendeteksi penyakit dan mengevaluasi trauma.
Radiografi merupakan ilmu pengetahuan sekaligus seni. Pemanfaatan dari radiografi
memerlukan pengetahuan tentang fisika radiasi dan kimia fotografi serta keterampilan tingkat
tinggi. Foto radiografi panoramik yang baik tentunya bisa membantu tenaga medis gigi untuk
menegakkan diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. Dimana untuk menghasilkan
gambaran panoramik yang baik perlu disertai dengan proses dan pengetahuan tentang tata
cara agar menghasilkan foto radiografi yang mudah di interpretasi sehingga bisa
dipertanggungjawabkan
Citra radiografi merupakan hal penting dalam menunjang praktek seorang dokter gigi.
Sebagai tenaga medis, dokter dalam membantu diagnosanya hendaknya menyajikan gambar
radiografi atau foto rontgen yang berkualitas terutama saat pelayanan di tempat praktek,
rumah sakit, atau laboratorium klinik yang sudah banyak tersebar di masyarakat
Proses pembuatan foto panoramik dikatakan berhasil manakala hasil foto
radiografisnya bisa menggambarkan obyek lebih detail sehingga mudah dibaca. Sebetulnya,
yang boleh memegang dan menggunakan alat radiografi adalah ahli fisika medik. Kesalahan
proses pembuatan foto radiografi dapat menghasilkan pencitraan yang kurang berkualitas.
Hal ini dapat mempersulit dokter gigi dalam menegakkan diagnosis dan rencana perawatan
yang akan dilakukan.
1. A. Sejarah Radiologi
Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen seorang ahli di Universitas
Wurzburg, Jerman, pertama kali menemukan sinar Roentgen pada tahun 1895 sewaktu
melakukan eksperimen dengan sinar katoda. Saat itu ia melihat timbulnya sinar fluoresensi
yang berasal dari kristal barium platinosianida dalam tabung Crookes-Hittors yang dialiri
37
listrik. Ia segera menyadari bahwa fenomena ini merupakan suatu penemuan baru sehingga
dengan gigih ia terus menerus melanjutkan penyelidikannya dalm minggu-minggu
berikutnya. Ia menggunakan tabung Geslier yaitu tabung yang terbuat dari Glass Envelope
yang didalamnya terdapat gas Argon atau Xenon yang jika ada perbedaan potensial diantara
anode dan katode maka gas-gas ini akan terionisasi dan elektron-elektron akan membebaskan
diri dari ikatan atomnya. Elektron yang terdekat dengan anode akan langsung ditarik ke
anode sehingga terjadi hole. Hole ini akan diisi oleh elektron berikutnya, begitu seterusnya
sehingga akan terjadi estafe elektron yang berkebalikan dengan arus listrik yang kemudian
disebut arus tabung, Pada tahun 1901 mendapat hadiah nobel atas penemuan tersebut.7
Namun pada perkembangan selanjutnya, pada tahun 1913 Collige menyampurnakan
penemuan Rontgen dengan memodifikasi tabung yang digunakan. Tabung yang digunakan
adalah tabung vakum yang didalamnya hanya terdapat 2 elktroda yaitu anode dan katode.
Tabung jenis ini kemudian disebut Hot Chatode Tube dan merupakan tabumg yang
dipergunakan untuk pesawat Rontgen konvesional yang sekarang.16
Setahun setelah Rontgen menemukan sinar-X, maka Henri Becquerel, di Perancis,
pada tahun 1896 menemukan unsur uranium yang mempunyai sifat yang hampir sama.
Penemuannya diumumkan dalam kongres Akademi Ilmu Pengetahuan Paris pada tahun itu
juga.16
Orang Indonesia yang telah menggunakan sinar Roentgen pada awal abad ini ialah R.M.
Notokworo yang lulus dokter di Universitas Leiden, Belanda, pada tahun 1912. Beliau mula-
mula bekerja di semarang, lalu pada permulaan masa pendudukan jepang dipindahkan ke
surabaya. Pada tahun 1944 ia meninggal secara misterius, dibunuh oleh tentara
Jepang.13
1. B. Pengertian Radiologi dan Radiografi
Radiologi adalah cabang ilmu kesehatan mengenai zat radioaktif dan energi
pancarannya yang berhubungan dengan diagnosis dan pengobatan penyakit, baik dengan cara
radiasi ionisasi (seperti sinar-X) maupun nonionisasi (seperti ultrasonografi). Menurut Kamus
Kedokteran Gigi Harty, Radiologi merupakan ilmu mengenai diagnosis dan perawatan suatu
penyakit dengan menggunakan sinar-X termasuk di dalamnya ilmu mengenai film radiografi
dan pemeriksaan visual atas struktur tubuh pada layar fluorosensi, atau mempertunjukan
struktur tubuh tertentu melalui pemasukan bahan kimia yang radio-opaque sebelum
pemeriksaan radiologis dilakukan8,9
Sedangkan radiografi adalah penggunaan sinar pengion (sinar-X, sinar gamma) untuk
membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk
38
melihat benda tak tembus pandang, misalnya dalam tubuh manusia. Gambaran benda yang
diambil dengan radiografi disebut radiogaf. Radiografi lazim digunakan pada berbagai bidang
terutama pengobatan dan industri. 14
Pelayanan radiologi sebagai bagian yang terintergrasi dari pelayanan kesehatan secara
menyeluruh merupakan bagian dari amanat Undang- Undang Dasar 1945 dimana kesehatan
adalah hak fundamental setiap rakyat dan amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan. Bertolak dari hal tersebut serta makin meningkatnya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pelayanan radiologi sudah selayaknya
memberikan pelayanan yang berkualitas. Penyelenggaraan pelayanan radiologi umumnya dan
radiologi diagnostik khususnya telah dilaksanakan di berbagai sarana pelayanan kesehatan,
mulai dari sarana pelayanan kesehatan sederhana, seperti puskesmas dan klinik-klinik swasta,
maupun sarana pelayanan kesehatan yang berskala besar seperti rumah sakit kelas A. Dengan
adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi dewasa ini telah
memungkinkan berbagai penyakit dapat dideteksi dengan menggunakan fasilitas radiologi
diagnostik yaitu pelayanan yang menggunakan radiasi pengion dan non pengion. Dengan
berkembangnya waktu, radiologi diagnostik juga telah mengalami kemajuan yang cukup
pesat, baik dari peralatan maupun metodanya.10
3. Radiografi Panoramik
Teknik radiografi yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi ada 2 yaitu teknik
intraoral dan ekstraoral. Pada teknik intraoral, film Rontgen diletakkan didalam mulut pasien,
salah satunya adalah foto periapikal dan bite wing serta oklusal, sedangkan pada teknik foto
Rontgen ekstraoral, film Rontgen diletakkan diluar mulut pasien, salah satunya adalah foto
panoramik, macam lainnya adalah lateral foto, cephalometri dan lain-lain.11
Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara
umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilo fasial.
Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi
yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta
struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi
kontra lateral. Foto Rontgen ini dapat digunakan untuk mengevaluasi gigi impaksi, pola
erupsi, pertumbuhan dan perkembangan gigi-geligi, mendeteksi penyakit dan mengevaluasi
trauma.11
4. Prosessing radiografi
waktu sinar X melalui suatu objek dan jatuh pada film, maka sinar X akan
mengionkan emulsi Ag Br pada film tergantung dari sinar X yang jatuh pada film tersebut.
39
Bila sinar X mengenai struktur jaringan keras :
Sebagai contoh gigi, tambalan amalgam, tulang, yang karena kepadatannya akan
mengabsorsi sinar X yang banyak dan sedikit sekali sinar X yang keluar dan jatuh pada film,
akibat sedikitnya sinar X yang jatuh pada film maka emulsi Ag Br pada film hanya sedikit
yang mengalami proses ionisasi menjadi Ag+ + Br+ . Kemudian diproses dalam kamar gelap,
developer akan melepaskan ion Br_ yang jumlahnya sedikit,maka tampak gambaran laten
pada foto rontgennya berwarna putih atau radiopaque.
Bila sinar X mengenai struktur jaringan lunak :
Sebagai contoh gingiva, mukosa pipi, dan bibir yang kepadatannya kurang, maka
sedikit sekali sinar X yang diabsorsi atau banyak sinar X yang jatuh pada film, sehingga
sebagian besar Ag Br pada film akan mengalami ionisasi menjadi Ag+ + Br_ . Kemudian
diproses dalam kamar gelap , developer akan melepaskan Br_ dalam jumlah yang banyak,
maka akan tampak gambar laten pada foto rontgennya berwarna hitam atau radiolusen.
Terdapat 2 jenis prosessing dalam radiografi panoramik
1. 1. automatic prosessing
Dalam processing automatic hampir sama dengan processing manual hanya perbedaannya
pada prosesnya tidak mengalami proses rinsing ( pembilasan ), menggunakan tenaga mesin
1. Daylight processing
Ada beberapa macam mesin pencuci film rontgen dipasaran. Beberapa diantaranya harus
dilakukan dengan tangan, tapi dilengkapi dengan tempat terbuka untuk memasukan film,
mirip sarung tangan, yang tidak tembus cahaya, sehingga tangan kita bisa dimasukan, juga
ada filter tahan cahaya. Tangan dimasukan kedalam developer, ke pembilas kemudian ke
fixer. Cara bekerjanya sama seperti cara kerja dikamar gelap konvesional. Alat ini
menggantikan kamar gelap, bila fasilitas kamar gelap tidak tersedia. Menggunakan mesin
pencuci ini, bila hanya sedikit foto rontgen yang dicuci.
1. True automatic processing
Alat ini juga memiliki bagian yang terbuka seperti sarung tangan untuk membuka film dan
menempatkannya dalam roller system, untuk selanjutnya menjalani proses pencucian yang
lengkap secara otomatis.
Idealnya dilakukan didalam kamar gelap. Disana film dengan ukuran yang berbed-beda,
dengan mudah dapat dikeluarkan dari pembungkusnya dan langsung ditempatkan pada roller.
1. 2. manual prosessing
40
Dengan menggunakan tenaga manusia yang melalui beberapa proses yaitu : Developer
( pembangkitan ), Rinsing ( pembilasan ), Fixing ( penetapan), Washing ( pencucian ), dan
Drying ( pengeringan ).
1. Meja basah, untuk bak pencuci film yang terdiri dari :
Developer, dilengkapi dengan termometer untuk mengukur suhu developer. Cairan developer
yang temperaturnya lebih besar dari 24oC, akan mempengaruhi emulsi AgBr menjadi lumer,
dan gambaran pada foto berupa noda-noda sehingga akan mempengruhi interpretasi foto
tersebut dengan baik.
Pada bak developer terdiri dari larutan
1. Hydroquinone, ini adalah suatu bahan pereduksi yang menghasilkan kontras tinggi.
2. Mentol, ini adalah suatu bahan pereduksi yang menghasilkan detail dari foto rontgen
3. Sodium karbonat (NaCO3), bahan ini dipergunakan untuk mengaktifkan larutan
developer dalam mempercepat reaksi perubahan kimia emulsi garam AgBr yang
terkena sinar X
4. Sodium sulfat (NaSO3), bahan ini dipergunakan untuk menghalangi kerusakan larutan
developer yang mengalami oksidasi dengan udara. Jadi bahan ini bertindak sebagai
suatu perlindungan dan menjaga keaktifan developer
5. Potasium bromida (KBr), bahan ini dipergunakan untuk mencegah reduksi kristal-
kristal yang tidak disinari oleh sinar X, berarti bahan ini mencegah terjadinya kabut
6. Air dipergunakan sebagai pelarut
Rinsing untuk menghilangkan semua larutan developer yang ikut mempengaruhi keasaman
larutan fixer. Oleh sebab itu pencucian dalam air harus bersih betul, kemudian dimasukan ke
dalam larutan fixer.
Fixing : untuk melarutkan semua emulsi AgBr yang tidak mengalami ionisasi oleh sinar X
pada waktu penyinaran atau tidak dilarutkan oleh developer.
Pada bak fixing terdiri dari larutan
1. Natrium tiosulfat, larutan ini merupakan bahan fixasi dan bahan pelarut AgBr
2. Natrium sulfat, larutan ini dipergunkan untuk mencegah dekomposisi bahan fixasi
dalam asam acetat. Jadi larutan ini bertindak sebagai pengawet
41
3. Asam asetat, larutan ini dipergunakan untuk menetralisir larutan developer yang
terbawa serta oleh film agar fixer bersifat asam.
4. Potasium alumunium, larutan ini merupakan bahan pengeras yang mengeraskan
gelatin dalam emulsi film
5. Air, digunakan sebagai bahan pelarut
Washing : film harus direndam dalam bak air selama 10 menit, kemudian di cuci dengan air
kran, untuk membersihkan semua sisa-sisa zat kimia pada film. Mencuci dalam bak air saja
tanpa dibilas pada air kran, akan menimbulkan noda-noda pada foto rontgennya.
Drying : mengeringkan film pada temperatur yang terlalu tinggi akan menyebabkan film akan
hangus atau foto yang dihasilkan akan timbul noda-noda kuning. Sebaiknya mengeringkan
film pada suhu ruangan.
1. Meja kering, untuk tempat mengisi dan mengeluarkan film dari kaset yang sudah dan
akan digunakan.
Pengetahuan akan pekerjaan dan pemahaman teori pemrosesan perlu sehingga kesalahan
dapat diidentifikasi dan diperbaiki7,12
5. Syarat radiografi yang baik
Citra radiografi merupakan hal penting dalam menunjang praktek Kedokteran
radiografi sehari-hari. Setiap radiologist (dokter spesialist radiologi) pasti menginginkan
gambar radiografi atau foto rontgen dengan kualitas yang semaksimal mungkin dalam rangka
menegakkan diagnosis, membuat rencana perawatan, dan menilai keberhasilan perawatan
yang telah dilakukan terhadap pasiennya.
Sebagai tenaga paramedis, seorang radiografer hendaknya dapat menyajikan gambar
radiografi (foto rontgen) yang berkualitas, terutama saat pelayanan di rumah sakit – rumah
sakit, atau laboratorium klinik swasta yang sudah banyak tersebar di masyarakat.
Radiografer sebagai seorang mitra kerja seorang radiologist (dokter spesialist
radiologi) harus dapat memberikan hasil kerja yang maksimal kepada mitranya tersebut.
Untuk menjaga kualitas kerja, radiografer sebagai mitra kerja seorang radiologist (dokter
spesialis radiologi) harus dapat memberikan gambar radiografi (foto rontgen) yang
berkualitas, baik detail mutu maupun karakteristik gambar radiografi (meliputi detail dari
pada citra radiografi tersebut). Apabila citra radiografi yang dihasilkan terlalu rendah, dapat
menyebabkan tingkat diagnostik yang rendah pula, dan apabila kualitas diagnosa yang
42
dihasilkan rendah, pasti akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan tahap perawatan
berikutnya terkait kasus yang dialami pasien.6
Gambaran Foto roentgen yang dianggap baik
1. Struktur anatomis dari regio gigi yang difoto harus jelas, yaitu perbedaan dari
gambaran enamel, dentin, kamar pulpa dan jaringan periapikalnya harus betul-betul
tajam dan terlihat jelas.
2. Gambaran dari puncak-puncak tonjol gigi atau cusp gigi-gigi yang difoto (cusp bukal
dan lingual / palatal) sedapat mungkin bersatu, dimana permukaan oklusal dari gigi
tersebut tidak terlihat sama seekali.
3. Daerah interdental dibawah titik kontak dua gigi yang bertetangga pada foto, tidak
boleh tumpang tindih / overlapping satu dengan yang lain, sehingga tidak terlihat.Alhamid
A. Dental radiologi FKG UI tingkat III
2.10 Pencegahan dan pengendalian infeksi.
Proses terjadinya infeksi bergantung kepada interaksi antara suseptibilitas penjamu,
agen infeksi (pathogenesis, virulensi dan dosis) serta cara penularan. Identifikasi factor resiko
pada penjamu dan pengendalian terhadap infeksi tertentu dapat mengurangi insiden
terjadinya infeksi (HAIs), baik pada pasien ataupun pada petugas kesehatan.
Strategi pencegahan dan pengendalian infeksi terdiri dari:
1. Peningkatan daya tahan penjamu, dapat pemberian imunisasi aktif (contoh vaksinasi
hepatitis B), atau pemberian imunisasi pasif (imunoglobulin). Promosi kesehatan
secara umum termasuk nutrisi yang adekuat akan meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Inaktivasi agen penyebab infeksi, dapat dilakukan metode fisik maupun kimiawi.
Contoh metode fisik adalah pemanasan (pasteurisasi atau sterilisasi) dan memasak
makanan seperlunya. Metode kimiawi termasuk klorinasi air, disinfeksi.
3. Memutus mata rantai penularan. Merupakan hal yang paling mudah untuk mencegah
penularan penyakit infeksi, tetapi hasilnya bergantung kepeda ketaatan petugas dalam
melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan.
Tindakan pencegahan ini telah disusun dalam suatu “Isolation Precautions”
(Kewaspadaan Isolasi) yang terdiri dari 2 pilar/tingkatan, yaitu “Standard Precautions”
(Kewaspadaan Standar) dan “Transmission based Precautions” (Kewaspadaan berdasarkan
cara penularan).
43
4. Tindakan pencegahan paska pajanan (“Post Exposure Prophylaxis”/PEP) terhadap
petugas kesehatan. Berkaitan pencegahan agen infeksi yang ditularkan melalui darah
atau cairan tubuh lainnya, yang sering terjadi karena luka tusuk jarum bekas pakai
atau pajanan lainnya. Penyakit yang perlu mendapatkan perhatian adalah hepatitis B,
Hepatitis C, dan HIV.
44
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Menifestasi Gangguan Sistem Saraf pada Manusia yang sering terjadi adalah sebagai berikut:
1. Stroke (Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral apoplexy ),
2. Poliomielitis,
3. Migrain,
4. Parkinson,
5. Transeksi ,
6. Neurasthonia, (lemah saraf)
7. Neuritis,
8. Amnesia,
9. Cutter,
10. Alzheimer,
Epilepsi adalah suatu gangguan pada sistem syaraf otak manusia karena terjadinya aktivitas yang berlebihan dari sekelompok sel neuron pada otak sehingga menyebabkan berbagai reaksi pada tubuh manusia mulai dari bengong sesaat, kesemutan, gangguan kesadaran, kejang-kejang dan atau kontraksi otot.
Penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf tanpa sebab yang diketahui, yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk.
Kerusakan neurologi yang terjadi akibat adanya trauma pada jaringan otak yang terjadi secara langsung maupun efek sekunder dari trauma yang terjadi (Sylvia anderson Price, 1985).
Radiografi adalah penggunaan sinar pengion (sinar-X, sinar gamma) untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada film. Radiografi umumnya digunakan untuk melihat benda tak tembus pandang, misalnya dalam tubuh manusia.
3.2 Saran.
Sebagai seorang mahasiswa keperawatan harus memahami dan menguasai materi
tengtang patofisiologi system saraf yang akan sangat berguna pada saat ini dan waktu yang
akan datang.
45
DAFTAR PUSTAKA
J. Corwin, Elisabeth. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Tambayong, dr. Jan.2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
http://www.artikel.indonesianrehabequipment.com/2010/11/cidera-susunan-sistem-saraf-
pusat.html#ixzz312UJn5AO (Diakses tanggal 8 Mei 2014).
http://en.wikipedia.org/wiki/Listeria_monocytogenes (Diakses tanggal 8 Mei 2014).
http://medicastore.com/penyakit/92/Lepra.html (Diakses tanggal 8 Mei 2014).
46