17
Universitas Indonesia Partikulat (PM 10 ) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Karawang Tahun 2014 Welly Faruli, Laila Fitria Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Email : [email protected] Abstrak Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian pada balita. Selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh penyakit terbanyak di Puskesmas Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi partikulat (PM 10 ) udara dalam rumah dengan infeksi saluran pernafasan akut di wilayah kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Karawang. PM 10 diukur di ruangan balita sering tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara bulan Pebruari-Mei 2014. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel 130 orang. Hasil analisis memperlihatkan bahwa 82,3% balita yang diteliti mengalami ISPA dan 83,1% balita tinggal di dalam rumah dengan konsentrasi PM 10 > 70 μg/m 3. Risiko balita untuk mengalami ISPA adalah sebesar 1,44 kali pada balita denganPM 10 > 70 μg/m 3 ; 2,39 kali pada balita dengan dinding rumah tidak memenuhi syarat; 2,29 kali balita dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat; 10,10 kali pada balita yang terdapat penderita ISPA serumah; dan 1,47 kali pada balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap. Kata kunci : Balita, ISPA, PM 10 Particulate Matter (PM 10) Air in The House and Acute Respiratory Infections in Children in The Area Of Public Health District Karawang. Karawang Year 2014 Abstract Acute Respiratory Infection is one of the causes of morbidity and mortality in infants. For three consecutive years ranked first of the ten most diseases in PHC Falkirk. This study aims to determine the relationship between the concentrated of particulate matter (PM 10 ) in the air with acute respiratory tract infections in Puskesmas Karawang, Karawang regency. PM 10 was measured at room toddlers often sleep and performed once in each respondent's house. The timing of the study between the months of February-May 2014. This study designed using cross design sectional by sample size of 130 people. The results show that 82.3% of toddler were studied experienced ISPA and 83.1% of toddler living in homes with concentrations of PM 10 > 70 μg/m3. Toddler risk for experiencing ISPA is 1.44 times the toddler with a PM 10 > 70 μg/m3; 2.39 times the toddler with a wall of the house does not qualify; 2.29 times with a density the occupancy toddler does not qualify; 10.10 times in toddlers ISPA patients who are at home; and 1.47 times in toddler who do not get complete immunization. Keywords: Toddler, ARI, PM 10 Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

  • Upload
    others

  • View
    11

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Pernafasan Akut pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas

Karawang Kabupaten Karawang Tahun 2014

Welly Faruli, Laila Fitria

Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut merupakan salah satu penyebab kesakitan dan

kematian pada balita. Selama tiga tahun berturut-turut menduduki urutan pertama dari sepuluh

penyakit terbanyak di Puskesmas Karawang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan

antara konsentrasi partikulat (PM10) udara dalam rumah dengan infeksi saluran pernafasan akut di

wilayah kerja Puskesmas Karawang Kabupaten Karawang. PM10 diukur di ruangan balita sering

tidur dan dilakukan satu kali di setiap rumah responden. Waktu pelaksanaan penelitian antara

bulan Pebruari-Mei 2014. Rancangan penelitian menggunakan desain cross sectional dengan

jumlah sampel 130 orang. Hasil analisis memperlihatkan bahwa 82,3% balita yang diteliti

mengalami ISPA dan 83,1% balita tinggal di dalam rumah dengan konsentrasi PM10> 70 µg/m3.

Risiko balita untuk mengalami ISPA adalah sebesar 1,44 kali pada balita denganPM10> 70 µg/m3;

2,39 kali pada balita dengan dinding rumah tidak memenuhi syarat; 2,29 kali balita dengan

kepadatan hunian tidak memenuhi syarat; 10,10 kali pada balita yang terdapat penderita ISPA

serumah; dan 1,47 kali pada balita yang tidak mendapat imunisasi lengkap.

Kata kunci : Balita, ISPA, PM10

Particulate Matter (PM10) Air in The House and Acute Respiratory

Infections in Children in The Area Of Public Health District Karawang.

Karawang Year 2014

Abstract

Acute Respiratory Infection is one of the causes of morbidity and mortality in infants. For

three consecutive years ranked first of the ten most diseases in PHC Falkirk.

This study aims to determine the relationship between the concentrated of particulate matter

(PM10) in the air with acute respiratory tract infections in Puskesmas Karawang, Karawang

regency. PM10 was measured at room toddlers often sleep and performed once in each respondent's

house. The timing of the study between the months of February-May 2014. This study designed

using cross design sectional by sample size of 130 people. The results show that 82.3% of toddler

were studied experienced ISPA and 83.1% of toddler living in homes with concentrations of

PM10> 70 μg/m3. Toddler risk for experiencing ISPA is 1.44 times the toddler with a PM10> 70

μg/m3; 2.39 times the toddler with a wall of the house does not qualify; 2.29 times with a density

the occupancy toddler does not qualify; 10.10 times in toddlers ISPA patients who are at home;

and 1.47 times in toddler who do not get complete immunization.

Keywords: Toddler, ARI, PM10

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 2: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Pendahuluan

Rumah dikatakan sehat apabila memenuhi kriteria kebutuhan fisiologis,

psikologis, pencegahan penyakit, penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan

limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang

tidak berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindunginya makanan dan

minuman dari pencemaran.(Depkes.2007)

Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) terutama rumah

sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, karena pada umumnya orang lebih

banyak menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan di dalam rumah sehingga

rumah menjadi sangat penting sebagai lingkungan mikro yang berkaitan dengan

risiko dari pencemaran udara.(Permenkes, 2011).

Pajanan PM10 rumah merupakan indikator yang paling cocok untuk

pengukuran pencemaran partikulat rumah yang dikaitkan dengan efek terhadap

saluran pernafasan karena PM10 rumah merupakan kelompok partikulat keci,

partikulat ini juga merupakan risiko kesehatan karena terhirup masuk melalui

saluran pernafasan sampai dengan saluran pernafasan bagian bawah dan dideposit

di paru-paru. (Purwana R, 1999)

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab

kesakitan dan kematian pada balita. Angka kejadian penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Atas (ISPA) pada balita di Indonesia masih tinggi, kasus kesakitan

tiap tahun mencapai 260.000 balita. Pada akhir tahun 2000, ISPA mencapai enam

kasus di antara 1000 bayi dan balita. Tahun 2003 kasus kesakitan balita akibat

ISPA sebanyak lima dari 1000 balita. (Depkes, 2002)

Menurut World Health Organization (WHO), penyakit ISPA merupakan

penyakit yang paling sering menyebabkan kematian pada anak balita, sehingga

ISPA masih merupakan penyakit yang mengakibatkan kematian cukup tinggi,

Kematian tersebut sebagian besar disebabkan oleh pneumonia. Sebagai kelompok

penyakit, ISPA juga merupakan penyebab utama kunjungan pasien ke sarana

kesehatan yakni sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% -

30% kunjungan berobat di rumah sakit (Depkes, 2012).

Secara umum terdapat tiga faktor risiko terjadinya ISPA, yaitu faktor

lingkungan, faktor individu anak serta faktor perilaku. Faktor lingkungan

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 3: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

meliputi: pencemaran udara dalam rumah (asap rokok dan asap hasil pembakaran

bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi yang tinggi), ventilasi rumah dan

kepadatan hunian. Faktor individu anak meliputi: umur anak, berat badan lahir,

status gizi, vitamin A dan status imunisasi. Faktor perilaku meliputi perilaku

pencegahan dan penanggulangan ISPA pada bayi atau peran aktif

keluarga/masyarakat dalam menangani penyakit ISPA.

Menurut Laporan Tahunan Kegiatan Puskesmas Karawang, penyakit ISPA

menduduki peringkat pertama dari 10 jenis penyakit rawat jalan di Puskesmas

Karawang. Penemuan balita penderita ISPA pada tahun 2013. Kejadian ISPA di

Puskesmas Karawang termasuk 10 penyakit utama. Untuk itu perlu dilakukan

penelitian mengenai Partikulat (PM10) udara rumah tinggal yang mempengaruhi

kejadian Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di wilayah

puskesmas Karawang Kecamatan Karawang

Tinjauan Teoritis

Menurut WHO besarnya ukuran partikel debu yang dapat masuk ke dalam

saluran pernafasan manusia adalah yang berukuran 0,1 µm sampai 10µm dan

berada di udara sebagai suspended particulate matter (partikulat melayang dengan

ukuran ≤ 10 µm dan dikenal dengan nama PM10). P artikel debu dengan ukuran ≤

10 µm akan lebih cepat mengendap ke permukaan sehingga kesempatan

terjadinya pemajanan pada manusia menjadi lebih kecil dan kalaupun terjadi akan

tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas. Debu yang dapat dihirup disebut

debu inhalable dengan diameter ≤ 10 µm dan berbahaya bagi saluran pernafasan

karena mempunyai kemampuan merusak paru-paru. Sebagian debu yang masuk

ke saluran pernafasan berukuran 5 µm akan sampai ke alveoli. (Depkes, 2009).

Dampak yang ditimbulkan PM10 biasanya bersifat akut pada saluran

pernafasan bagian bawah seperti pneumonia dan bronchitis baik pada anak-anak

maupun pada orang dewasa. Salah satu partikulat yang penting dapat

menyebabkan ISPA adalah mist asam sulfat (H2SO4). Zat ini dapat mengiritasi

membran mukosa saluran pernafasan dan menimbulkan konstriksi karena sifatnya

yang iritan. Hal ini dapat merusak terhadap saluran pertahanan pernafasan (bulu

hidung, silia, selaput lendir) sehingga dengan rusaknya pertahanan pernafasan ini

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 4: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

kuman dengan mudah dapat masuk kedalam tubuh dan menimbulkan penyakit

infeksi saluran nafas akut.

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung

hingga kantong paru (alveoli) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus/rongga

di sekitar hidung (sinus para nasal), rongga telinga tengah dan pleura (Depkes,

2009).

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernafasan dimulai dengan keluhan-

keluhan dan gejala-gejala yang ringan.Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-

gejala menjadi lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan

kegagalan pernafasan dan mungkin meninggal.Bila sudah dalam kegagalan

pernafasan maka dibutuhkan penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun

demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu diusahakan agar yang ringan tidak

menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat ditolong dengan tepat agar

tidak jatuh dalam kegagalan pernafasan (Depkes, 2009).

Infeksi Saluran Pernafasan Atas disebabkan oleh beberapa golongan kuman yaitu

bakteri, virus, dan ricketsia yang jumlahnya lebih dari 300 macam. Pada ISPA

atas 90-95% penyebabnya adalah virus.

Penyakit pada saluran pernafasan mempunyai gejala yang berbeda yang

pada dasarnya ditimbulkan oleh iritasi, kegagalan mucociliary transport, sekresi

lendir yang berlebihan dan penyempitan saluran pernafasan. Misalnya untuk

menentukan infeksi saluran pernafasan, WHO menganjurkan pengamatan

terhadap gejala-gejala, kesulitan bernafas, radang tenggorok, pilek dan penyakit

pada telinga dengan atau tanpa disertai demam. Efek pencemaran terhadap saluran

pernafasan memakai gejala-gejala penyakit pernafasan yang meliputi radang

tenggorokan, rinitis, bunyi mengi dan sesak nafas (Robertson, 1984 dalam

Purwana, 1992).

Secara umum faktor terjadinya ISPA dapat dibagi menjadi 3 (tiga) faktor

yaitu : Faktor Lingkungan (jenis dinding, kelembaban, suhu, ventilasi rumah,

kepadatan hunian), faktor individu anak (status gizi, riwayat imunisasi), dan faktor

prilaku ( jenis bahan bakar memasak, penggunaan obat nuamuk, asap rokok,

penderita ispa serumah).

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 5: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kesehatan lingkungan yang mempelajari

hubungan antara PM10 dengan Infeksi Saluran Pernafasan Akut pada balita di

Wilayah Puskesmas Karawang Desain penelitian adalah Cross Sectional (potong

lintang) Variabel yang diteliti meliputi karakteristik individu (status gizi dan

riwayat imunisasi), kondisi fisik rumah (jenis dinding, kelembaban, suhu,

ventilasi dan kepadatan hunian) dan sumber polutan dalam rumah (jenis bahan

bakar memasak, penggunaan obat nyamuk, asap rokok dan penderita ISPA

serumah). Kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji chi square.

Penelitian dilaksanakan di Wilayah Puskesmas Karawang Kecamatan Karawang

Barat Kabupaten Karawang Provinsi Jawa Barat , pada bulan Pebruari 2014

sampai dengan bulan Mei 2014.

Populasi adalah seluruh balita berumur 2 bulan – 59 bulan, yang ada di

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Kecamatan Karawang Barat. Besar sampel

diperoleh = 55 sampel. Untuk penelitian ini ditentukan besar sampel adalah 2 x

55, yaitu 110 bayi dan balita. Karena desain penelitian cross-sectional hanya

melakukan pengukuran seluruh variabel sebanyak satu kali dalam satu waktu yang

bersamaan maka peneliti memperkirakan kemungkinan drop out sampel cukup

kecil. Oleh karena itu penambahan sampel hanya akan dilakukan sebanyak 10%,

yaitu sebanyak 11 sampel. Sehingga total sampel minimal berjumlah 121 sampel

dan dibulatkan menjadi 130 sampel.

Data primer didapatkan dengan cara melakukan observasi dan wawancara

terhadap responden yaitu ibu atau orang tua asuh balita menggunakan alat ukur

daftar pertanyaan / kuesioner. Sedangkan data sekunder didapatkan dari Dinas

Kesehatan Kabupaten Karawang, Propil Puskesmas Karawang dan catatan

penimbangan balita. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa

kuesioner, alat Haz-Dust EPAM 5000 untuk pengukuran partikulat PM10,

Hygrometer untuk pengukuran kelembaban, alat termometer untuk pengukuran

suhu, meteran untuk mengukur luas rumah, luas ventilasi, serta timbangan kamar

mandi untuk pengukuran berat badan balita. Analisis data yang digunakan dalam

penelitian yaitu, analisis univariat untuk gambaran distribusi frekuensi, analisis

bivariat untuk melihat hubungan antara dua variable.

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 6: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Hasil Penelitian

Penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi partikulat (PM10)

udara rumah dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada balita di

Puskesmas Karawang Tahun 2014. Variabel yang diteliti yang diteliti meliputi

karakteristik individu (status gizi dan riwayat imunisasi), kondisi fisik rumah

(jenis dinding, kelembaban, suhu, ventilasi dan kepadatan hunian) dan sumber

polutan dalam rumah (jenis bahan bakar memasak, penggunaan obat nyamuk,

asap rokok dan penderita ISPA serumah).

PM10

Hasil penelitian mengenai gambaran kadar partikulat PM10 dalam rumah

balita diukur pada tempat dimana balita sering tidur dengan kejadian ISPA,

sebagai berikut :

Tabel 1 Hubungan Kadar Partikulat (PM10) dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada

Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Tahuh 2014

Variabel

Status ISPA

Total OR (95% CI) p-

value Kejadian

ISPA

Tanpa

Kejadian

ISPA

F % f % f %

PM10

Tidak

Memenuhi

syarat

20 18.5 88 81.5 108 100 1.439 (0.388-

5.339)

0.763

Memenuhi

syarat

3 13.6 19 86.4 22 100

Karakteristik Balita

Dari penelitian didapatkan hasil terhadap variabel-variabel karakteristik

balita yang diuji dan diperoleh nilai p serta OR sebagai berikut:

Tabel 2 Hubungan Karakteristik Balita dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah

Kerja Puskesmas Karawang Tahuh 2014

Variabel

Status ISPA

Total OR (95% CI) p-

value Kejadian

ISPA

Tanpa Kejadian

ISPA

F % F % F %

Gizi kurang baik 5 17.9 23 82.1 28 100 1.014 (0.340-

3.026)

1.000

Gizi baik 18 17.6 84 82.4 102 100

Riwayat Imunisasi

Tidak lengkap 5 22.7 17 77.3 22 100 1.471 (0.481-

4.499)

0.542

Lengkap 18 16.7 90 83.3 108 100

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 7: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Sumber Polutan Rumah

Dari penelitian didapatkan hasil terhadap variabel-variabel sumber polutan

rumah yang diuji dan diperoleh nilai p serta OR sebagai berikut:

Tabel 3 Hubungan Sumber Polutan dalam Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita di

Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Tahuh 2014

Variabel

Status ISPA

Total OR (95% CI) p-value Kejadian

ISPA

Tanpa

Kejadian

ISPA

F % f % f %

Jenis bahan

bakar memasak

Ada asap

pencemar

3 20,0 12 80.0 15 100 1.188 0.729

Tidak ada asap

pencemar

20 17.4 95 82.6 115 100

Obat nyamuk

Ada 17 15.9 90 84.1 107 100 0.535 (0.184-

1.553)

0.242

Tidak ada 6 26.1 17 73.9 23 100

Asap Rokok

Ada 20 18.0 91 82.0 111 100 1.172 (0.312-

4.409)

1.000

Tidak ada 3 15.8 16 84.2 19 100

Penderita ISPA

serumah

Ada 2 66,7 1 33.3 3 100 10.095 (0.875-

116.483)

0.081

Tidak ada 21 16,5 106 83.5 127 100

Kondisi Fisik

Dari penelitian didapatkan hasil terhadap variabel-variabel kondisi fisik

yang diuji dan diperoleh nilai p serta OR sebagai berikut:

Tabel 4 Hubungan Kondisi Fisik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita

di Wilayah Kerja Puskesmas Karawang Tahuh 2014

Variabel

Status ISPA

Total OR (95% CI) p-

value Kejadian

ISPA

Tanpa Kejadian

ISPA

f % f % f %

Dinding Rumah

Tidak Permanen 1 33.3 2 66.7 3 100 2.386 (0.207-

27.490)

0.445

Permanen 22 17.3 105 82.7 127 100

Kelembaban

Tidak memenuhi syarat 14 16.7 70 83.3 84 100 0.822 (0.325-

2.078)

0.679

Memenuhi syarat 9 19.6 37 80.4 46 100

Suhu

Tidak memenuhi syarat 19 16.4 97 83.6 116 100 0.490 (0.139-

1.725)

0.272

Memenuhi syarat 4 28.6 10 71.4 14 100

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 8: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Rasio Ventilasi

< 20% lantai 21 17.6 98 82.4 119 100 1.037 (0.209-

5.152)

1.000

≥ 20% lantai 2 18.2 9 81.8 11 100

Kepadatan hunian

Tidak memenuhi syarat 4 30.8 9 69.2 13 100 2.292 (0.640-

8.213)

0.245

Memenuhi syarat 19 16.2 98 83.8 117 100

Pembahasan

PM10

Gangguan kesehatan akibat polusi udara di dalam rumah biasanya terjadi

lebih besar pada daerah pemukiman atau perumahan padat penduduk. Pencemaran

udara dalam ruang (indoor air polution), sangat berbahaya terhadap kesehatan

manusia, semakin lama seseorang tinggal di dalam rumah yang tidak memenuhi

syarat akan menyebabkan manusia mudah terpajan. PM10 juga dapat

menyebabkan pneumonia, gangguan sistem pernapasan, iritasi mata, alergi,

bronchitis khronis.(Permenkes, 2011)

Hasil pengukuran di tempat penelitian menunjukan masih banyak keluarga

yang rumahnya terpapar kadar partikulat (PM10). Hasil uji univariat ada sebanyak

83,1% (108 balita) yang tinggal di rumah dengan kadar parikulat (PM10) >70

µg/m3 dan 16,9% (22 balita) yang tinggal di rumah dengan kadar parikulat

(PM10)≤ 70 µg/m3. Hasil bivariat dengan memakai uji chi square didapatkan

bahwa kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak 18,5% (20

balita) yang tinggal di rumah dengan kadar parikulat (PM10) >70 µg/m3

mengalami ISPA. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa balita yang tinggal

dengan kadar parikulat (PM10) >70 µg/m3 mempunyai resiko 1,439 kali lebih

besar mengalami ISPA, dibanding dengan balita yang tinggal yang di rumah

dengan kadar parikulat (PM10) ≤ 70 µg/m3 mengalami ISPA yaitu sebanyak

15,8% (3 balita) ISPA dengan nilai OR = 1,439 (95% CI : 0,388-5,339).

Karakteristik Balita

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar balita

dengan status gizi yang baik. Hasil uji univariat ada sebanyak 78,5% (102 balita)

yang dengan status gizi baik dan sebanyak 21,5% (28 balita) dengan status gizi

kurang baik. Hasil bivariat dengan memakai uji chi square didapatkan bahwa

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 9: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak 17,9% (5 balita)

dengan status gizi kurang baik mengalami ISPA. Hasil penelitian ini juga

menunjukan bahwa balita dengan status gizi kurang baik kemungkinan memiliki

resiko 1,014 kali lebih besar mengalami ISPA, dibanding dengan balita dengan

status gizi baik mengalami ISPA yaitu sebanyak 17,6% (18 balita) ISPA dengan

nilai OR = 1,014 (95% CI : 0,340-3,026).

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar balita

mendapatkan imunisasi lengkap. Hasil uji univariat ada sebanyak 83,1% (108

balita) yang dengan riwayat imunisasi lengkap dan sebanyak 16,9% (22 balita)

dengan riwayat imunisasi tidak lengkap. Hasil bivariat dengan memakai uji chi

square didapatkan bahwa kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada

sebanyak 22,79% (5 balita) dengan riwayat imunisasi tidak lengkap mengalami

ISPA. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa balita dengan riwayat

imunisasi tidak lengkap kemungkinan memiliki resiko 1,471 kali lebih besar

mengalami ISPA, dibanding dengan balita dengan riwayat imunisasi lengkap

mengalami ISPA yaitu sebanyak 16,7% (22 balita) ISPA dengan nilai OR = 1,471

(95% CI : 0,481-4,499).

Imunisasi berguna untu memberikan kekebalan untuk melindungi anak dari

serangan penyakit menular. Imunisasi yang paling efektif mencegah ISPA yaitu

imunisasi campak dan DPT (Achmadi,2006). Kematian karena ISPA sebagian

besar berasal dari jenis ISPA yang berkembang menjadi penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi. Imunisasi lengkap berguna untuk mengurangi

mortalitas ISPA, sehingga balita yang mempunyai status imunisasi lengkap jika

terkena ISPA maka diharapkan perkembangan penyakitnya tidak akan menjadi

berat. (Achmadi, 2006).

Sumber Polutan dalam Rumah

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar keluarga

menggunakan jenis bahan bakar memasak yang memenuhi syarat (menggunakan

bahan bakar gas). Hasil uji univariat ada sebanyak 88,5% (115 balita) yang tinggal

di rumah dengan jenis bahan bakar memasak memenuhi syarat dan sebanyak

11,5% (15 balita) yang tinggal di rumah dengan jenis bahan bakar memasak tidak

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 10: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

memenuhi syarat. Hasil bivariat dengan memakai uji chi square didapatkan bahwa

kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak 20,0% (3 balita)

yang tinggal di rumah dengan jenis bahan bakar memasak tidak memenuhi syarat

mengalami ISPA. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa balita yang tinggal

di rumah dengan jenis bahan bakar memasak tidak memenuhi syarat mempunyai

resiko 1,188 kali lebih besar mengalami ISPA, dibanding dengan balita yang

tinggal di rumah dengan jenis bahan bakar memasak memenuhi syarat mengalami

ISPA yaitu sebanyak 17,4% (20 balita) ISPA, dengan OR = 1,188 (95% CI :

0,307-4,599).

Pada penelitian data tentang penggunaan obat nyamuk didapatkan dengan

cara penyebaran kuesioner dan wawancara kepada responden. Hasil obsevasi di

tempat penelitian menunjukan sebagian banyak keluarga menggunakan obat

nyamuk di dalam rumah. Hasil uji univariat ada sebanyak 82,3% (107 balita) yang

tinggal di rumah dengan penggunaan obat nyamuk (obat nyamuk bakar, semprot)

dan sebanyak 17,7 % (23 balita) yang tinggal di rumah tanpa penggunaan obat

nyamuk (menggunkan kelambu dan tidak menggunkan obat nyamuk). Hasil

bivariat dengan memakai uji chi square didapatkan bahwa kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak 15,9% (17 balita) yang tinggal di

rumah dengan penggunaan obat nyamuk mengalami ISPA dan 26,1% (6 balita)

yang tinggal di rumah tanpa penggunaan obat nyamuk mengalami ISPA. Hasil

penelitian ini juga menunjukan bahwa persentasi balita yang tinggal dengan tanpa

penggunaan obat nyamuk lebih banyak jika dibanding balita yang tinggal di

rumah penggunan obat nyamuk dengan nilai OR = 0,535 (95%, CI : 0,184-1,553).

Peneliti berasumsi bahwa penggunaan obat nyamuk tidak rutin setiap hari dan

polusi yang ditimbulkan tidak terlalu banyak. Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian Budiaman (2008) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara rumah yang menggunkan obat nyamuk dengan kejadian penyakit

gangguan saliran pernafasan pada balita.

. Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan masih banyak keluarga

yang memiliki kebiasaan merokok di dalam rumah. Hasil uji univariat ada

sebanyak 85,4% (111 balita) yang tinggal di rumah dengan penghuni merokok

dan sebanyak 14,6 % (19 balita) yang tinggal di rumah tanpa penghuni merokok.

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 11: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Hasil bivariat dengan memakai uji chi square didapatkan bahwa kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak 18,0% (20 balita) yang tinggal

serumah dengan penghuni merokok mengalami ISPA. Hasil penelitian ini juga

menunjukan bahwa balita yang tinggal dengan penghuni merokok mempunyai

resiko 1,172 kali lebih besar mengalami ISPA, dibanding dengan balita yang

tinggal serumah tanpa penghuni merokok yang mengalami ISPA yaitu sebanyak

15,8% (3 balita) ISPA dengan nilai OR = 1,172 (95% CI : 0,312-4,409). Jumlah

konsumsi rokok akan menghasilkan partikulat debu. Pajanan partikulat debu

(PM10) rumah salah satu indikator untuk mengukuran pencemaran partikulat

rumah yang dikaitkan dengan efek terhadap saluran pernafasan, karena partikulat

(PM10) rumah merupakan kelompok partikulat berukuran kecil, sehingga mudah

terhirup masuk melalui saluran pernafasan sehingga dapat menyebabkan resiko

kesehatan. Anak balita adalah kelompok umur yang sangat rentan dengan

lingkungan salah satunya yaitu menghirup udara yang bercampur partikulat dari

asap rokok maka kemungkinan akan terjadi iritasi pada saluran pernafasan,

selanjutnya akan mudah terinfeksi. Pemaparan asap rokok akan meningkatkan

penyakit jantung dan infeksi saluran pernafasan pada balita (Sarwanto, 2004).

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian keluarga ada

anggota kelurganya yang menderita ISPA. Hasil uji univariat ada sebanyak 2,3%

(3 balita) yang tinggal serumah dengan penderita ISPA dan sebanyak 97,7% (127

balita) yang tinggal serumah tanpa penderita ISPA. Hasil bivariat dengan

memakai uji chi square didapatkan bahwa kejadian Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) ada sebanyak 66,7% (2 balita) yang tinggal serumah dengan

penderita ISPA mengalami ISPA. Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa

balita yang tinggal dengan penderita ISPA serumah kemungkinan memiliki resiko

10,095 kali lebih besar mengalami ISPA, dibanding dengan balita yang tinggal

serumah tanpa penderita ISPA serumah mengalami ISPA yaitu sebanyak 16,5%

(21 balita) ISPA dengan nilai OR = 10,095 (95% CI : 0,875-116,483).

Hasil observasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar balita

tinggal di dalam rumah berdinding permanen. Hasil uji univariat ada sebanyak

97,7% (127 balita) yang tinggal di rumah dengan dinding permanen dan sebanyak

2,3% (3 balita) yang tinggal di rumah dengan dinding tidak permanen. Hasil

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 12: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

bivariat dengan memakai uji chi square didapatkan bahwa kejadian Infeksi

Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak 33,3% (1 balita) yang tinggal di

rumah dengan dinding tidak permanen mengalami ISPA. Hasil penelitian ini juga

menunjukan bahwa balita yang tinggal di rumah dengan dinding tidak permanen

mempunyai resiko 2,386 kali lebih besar mengalami ISPA, dibanding dengan

balita yang tinggal di rumah dengan dinding permanen mengalami ISPA yaitu

sebanyak 17,3% (22 balita), dengan OR = 2,386 (95% CI : 0,207-27,490).

Anthony (2008) yang menyatakan ada hubungana yang bermakna antara jenis

dinding dengan kejadian ISPA. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitia yang

dilakukan Gertrudis (2012) yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna

antara jenis dinding dengan kejadian ISPA.

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar balita

tinggal di dalam rum ah dengan kelembaban tidak memenuhi syarat. Hasil uji

univariat ada sebanyak 64,6% (84 balita) yang tinggal di dalam rumah dengan

kelembaban tidak memenuhi syarat dan sebanyak 35,4% (46 balita) yang tinggal

di dalam rumah dengan kelembaban memenuhi syarat. Hasil bivariat dengan

memakai uji chi square didapatkan bahwa kejadian Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA) ada sebanyak 16,7% (14 balita) yang tinggal di dalam rumah dengan

kelembaban tidak memenuhi syarat mengalami ISPA dan 19,6% (9 balita) yang

tinggal di dalam rumah dengan kelembaban memenuhi syarat mengalami ISPA.

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa persentasi balita yang tinggal dalam

rumah dengan kelembaban memenuhi syarat lebih banyak daripada balita yang

tinggal dalam rumah dengan kelembaban tidak memenuhi syarat. dengan nilai OR

= 0,822 (95%, CI : 0,325-2,078). Kelembaban yang terlalu tinggi maupun rendah

dapat menyebabkan suburnya pertumbuhan mikroorganisme. (Permenkes, 2011)

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar balita

tinggal di dalam rumah dengan suhu tidak memenuhi syarat. Hasil uji univariat

ada sebanyak 89,2% (116 balita) yang tinggal di dalam rumah dengan suhu tidak

memenuhi syarat dan sebanyak 10,8% (14 balita) yang tinggal di dalam rumah

dengan suhu memenuhi syarat. Hasil bivariat dengan memakai uji chi square

didapatkan bahwa kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak

16,4% (19 balita) yang tinggal di dalam rumah dengan suhu tidak memenuhi

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 13: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

syarat mengalami ISPA dan 28,6% (4 balita) yang tinggal di dalam rumah dengan

suhu memenuhi syarat . Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa persentasi

balita yang tinggal dalam rumah dengan suhu memenuhi syarat lebih besar

daripada persentasi balita yang tinggal dalam rumah dengan suhu tidaka

memenuhi syarat. dengan nilai OR = 0,490 (95%, CI : 0,139-1,725).

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar balita

tinggal di dalam rumah dengan rasio ventilasi tidak memenuhi syarat. Hasil uji

univariat ada sebanyak 91,5% (119 balita) yang tinggal di dalam rumah dengan

ventilasi tidak memenuhi syarat dan sebanyak 8,5% (11 balita) yang tinggal di

dalam rumah dengan ventilasi memenuhi syarat. Hasil bivariat dengan memakai

uji chi square didapatkan bahwa kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

ada sebanyak 17,6% (21 balita) yang tinggal di dalam rumah mengalami ISPA.

Hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa balita yang tinggal di dalam rumah

dengan ventilasi tidak memenuhi syarat kemungkinan memiliki resiko 1,037 kali

lebih besar mengalami ISPA, dibanding dengan balita yang tinggal di dalam

rumah dengan ventilasi memenuhi syarat mengalami ISPA yaitu sebanyak 16,7%

(22 balita) ISPA dengan nilai OR = 1,037 (95% CI : 0,209-5,152).

Hasil obsevasi di tempat penelitian menunjukan sebagian besar balita

tinggal di dalam rumah dengan kepadatan hunian memenuhi syarat. Hasil uji

univariat ada sebanyak 90,0% (117 balita) yang tinggal di dalam rumah dengan

kepadatan hunian memenuhi syarat dan sebanyak 10,0% (13 balita) yang tinggal

di dalam rumah dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat. Hasil bivariat

dengan memakai uji chi square didapatkan bahwa kejadian Infeksi Saluran

Pernafasan Akut (ISPA) ada sebanyak 30,8% (4 balita) yang tinggal di dalam

rumah dengan kepadatan hunian tidak memenuhi syarat mengalami ISPA. Hasil

penelitian ini juga menunjukan bahwa balita yang tinggal di dalam rumah dengan

kepadatan hunian tidak memenuhi syarat kemungkinan memiliki resiko 2,292 kali

lebih besar mengalami ISPA, dibanding dengan balita yang tinggal di dalam

rumah dengan kepadatan hunian memenuhi syarat mengalami ISPA yaitu

sebanyak 83,8% (19 balita) ISPA dengan nilai OR = 2,292 (95% CI : 0,640-

8,213).

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 14: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa

variabel kadar partikulatPM10, karakteristik balita, sumber polutan rumah dan

kondisi fisik rumah tidak ada hubungan yang bermakna antara varibel tersebut

dengan kejadian ISPA ini mungkin dikarenakan untuk studi cross sectional ,

jumlah sampel dalam penelitian ini termasuk sedikit, sehingga analisis menjadi

kurang presisi serta Proporsi balita yang ISPA sangat tinggi yang lebih dari 80%

sehingga dapat dikatakan data adalah homogren sehingga hasil analisis menjadi

tidak signifikan.

Saran

Bagi Puskesmas, perlu ditingkatkan pembinaan dan pengawasan mengenai

penyehatan pemukiman. Lingkungan rumah tempat tinggal balita sebagai salah

satu prioritas program kesehatan anak, melakukan koordinasi antar lintas program

dan lintas sektor mengenai pembinaan penanganan kesehatan lingkungan

perumahan/pemukiman yang memenuhi syarat, melakukan koordinasi antar lintas

program dan lintas sektor mengenai pembinaan dan pengawasan program gizi

balita kepada masyarakat, Melakukan koordinasi antar lintas program dan lintas

sektor mengenai pembinaan dan pengawasan program imunisasi balita kepada

masyarakat, melakukan koordinasi antar lintas program dan lintas sektor

mengenai pembinaan dan pengawasan program promosi kesehatan balita kepada

masyarakat.

Bagi Masyarakat, setiap warga selalu memperhatikan dan menjaga kondisi

lingkungan dan kebersihan rumahnya, agar lingkungan rumah tempat tinggalnya

selalu memenuhi syarat kesehatan seperti jendela selalu dibuka setiap hari

terutama pada saat memasak., ventilasi minimal 10% luas lantai, penggunan

genteng kaca, menggunakan saringan debu pada lubang ventilasi rumah yang

mudah dibersihkan, setiap warga diharapkan aktif dalam mencari informasi yang

dapat menunjang kesehatan anaknya, agar masyarakat mempunyai kesadaran akan

pengendalian pencemaran udara di dalam rumah, merubah perilaku merokok

menjadi tidak merokok atau minimal merokok di luar rumah, mengurangi polusi

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 15: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

di dalam rumah dengan mengurangi penggunaan bahan bakar yang mencemari

udara rumah tinggal.

Daftar Pustaka

Achmadi, U. F. (1993). The Socio-Environmental Factors And The Acute

Respiratory Infection, Episode Among Children Under Five in Jakarta. In

Children at Risk: Selected Paper. The Norwegian Center For Children

Research.

Alsagaff. H., Mukty, A.2002. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press, Surabaya.

Anggraeni, W. (2005). Particulate Matter (PM10) dan Faktor Lingkungan Rumah

yang mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)

pada Balita di Kecamatan Teluknaga Kabupaten Tangerang, Tesis, FKM,

UI.

Anonim. (1996). Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan

Pnemonia pada Balita Dalam Pelita VI, Jakarta.

_______. (1999). Menanggulangi ISPA pada anak-anak, Pusat Penyuluhan

Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

_______. (2002). Pedoman Pemberantasan Penyakit ISPA untuk penanggulangan

Pnemonia pada Balita, Jakarta.

_______. (2004). Sistem Kesehatan Nasional, Jakarta.

Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan, Penerbit Buku Kedokteran

EGC, Jakarta.

Budiaman. (2008). Hubungan Kadar PM10 Dalam Rumah, Lingkungan Fisik

rumah Dan Karakteristik Balita Dengan Penyakit Gangguan Saluran

Pernapasan Balita Di Wilayah Puskesmas Pangkalan Kerinci Kabupaten

Pelalawan Propinsi Riau Tahun 2008, Tesis, FKM UI, Depok.

Blum, Henrik L. (1981). Planning for Health: Development And Aplication of

Social Change Theory, Human Science Press, New York.

Departemen Kesehatan. (1999). Keputusan Menteri Kesehatan RI

No.829/Menkes/SK/VII/1999, Tentang Prasyarat Kesehatan Perumahan

Jakarta, Departemen Kesehatan, RI.

Depkes RI. (2000). Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut. Direktorat PPM&PL. Jakarta

Depkes. RI. (2002). Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran

Pernafasan Akut untuk menanggulangi Pneumonia pada balita. Depkes RI.

Jakarta.

Depkes. RI (2007). Pedoman Teknis Penilaian Rumah Sehat. Direktorat Jenderal

PPM & PL, Jakarta.

Depkes. RI (2009). Pedoman Pengendalian Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan

AkutTeknis. Jakarta. Kemenkes RI.

Depkes. (2000a). Pedoman Program Pemberantasan Penyakit ISPA Untuk

Penanggulangan Pneumonia Pada Balita, Direktorat Jenderal PPM & PL,

Jakarta.

Depkes. (2001). Parameter Pencemar Udara dan Dampaknya Terhadap

Kesehatan, Ditjen PPM & PL, Jakarta.

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 16: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Lemeshow, Stanley, 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan, Gajah

Mada University Press, Yogyakarta Muluki, M. (2003). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Penyakit

ISPA di Puskesmas Palanro Kecamatan Mallusetasi Kabupaten Barru Tahun

2002-2003. Tesis Program Pasca Sarjana FKM Universitas Hasanuddin.

Mukono H. J. (1997). Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan

Saluran Pernapasan, Surabaya: Airlangga University Press.

Murti, Bhisma. (1997). Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gajah Mada

Press, Yogyakarta.

Permenkes RI No. 1407/Menkes/Per/V/2002, Pedoman Penyehatan Udara dalam

Ruang. Jakarta

Permenkes RI No. 1077/Menkes/Per/V/2011, Pedoman Penyehatan Udara dalam

Ruang. Jakarta

Permenkes RI. (2012). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut.

Ditjen PPM & PL, Jakarta.

Puskesmas Karawang. (2013). Profil Kesehatan, Kabupaten Karawang.

Puskesmas Karawang. (2013). Laporan Bulanan P2 ISPA, Kabupaten Karawang.

Pudjiastuti L, dkk. (1998). Kualitas Udara Dalam Ruangan, Direktorat Jenderal

Pudjiastuti, W. (2002). Debu Sebagai Bahan Pencemar Yang Membahayakan

Kesehatan Kerja Jakarta, Pusat Kesehatan Kerja, Departemen Kesehatan

Republik Indonesia.

Purwana R. (1999). Particulate Rumah Sebagai Faktor Resiko Gangguan

Pernapasan Anak Balita (Penelitian di Kelurahan Pekojan,

Jakarta)Disertasi, FKM, Univesitas Indonesia, Jakarta.

Safwan. (2003). Lingkungan Fisik Rumah Dan Sumber Pencemaran Dalam

Rumah Sebagai Faktor Risiko Kejadian ISPA Pada Anak Balita, Studi

Kasus Kontrol Di Puskesmas Alai Kota Padang. Tesis, FKM UI, Depok.

Soemirat, S.J.200. Mortality and Morbidity as Related to Air Polution A Paper,

University of Minnesota.

T. Gertrudis. (2010). Hubungan antara Kadar Partikulat (PM10) Udara Rumah

Tinggal dengan Kejadian ISPA pada Balita di Sekitar Pabrik Semen

Indocement, Citeureup Tahun 2010. (Tesis). Magister Ilmu Kesehatan

Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia.

Wattimena, C.S. (2004). Faktor Lingkungan Rumah Yang Mempengaruhi Kadar

PM10 Dengan Kejadian ISPA Pada Balita di Wilayah Puskesmas Curug,

Kabupaten Tangerang, Tesis, FKM, UI, Depok.

Wardana, W.A.(2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi,

Yogyakarta

WHO. (2003) Health Aspects of Air Pollution, WHO Regional Office for Europe.

WHO.(2009). Acute Respiratory in Children, Family and Community Health

Cluster (FCH).

WHO(2007). Pencegahan dan pengendalian infeksi saluran pernafasan akut

(ISPA) yang cenderung menjadi epidemi dan pandemi di fasilitas pelayanan

kesehatan

Wydiastuti, Palupi. (2005). Bahaya Bahan Kimia Pada Kesehatan Manusia Dan

Lingkungan/WHO; Alih Bahasa; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Monica

Ester. Penerbit Buku Kedokteran Jakarta.

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014

Page 17: Partikulat (PM10) Udara dalam Rumah dan Infeksi Saluran

Universitas Indonesia

Partikulat (PM10)..., Welly Faruli, FKM UI, 2014