10
Paradigma, No. 01 Th. I, Januari 2006 . ISSN 1907-297X TESTING DALAM BIMBINGAN KONSELING O/eh : Sugiyatno * Abstract. Pengumpulan data da/am layanan konseling pada siswa yang bermasalah (klien) merupakan suatu hat yang mut/ak, dan dilakukan oleh konselor untuk menunjang keberhasilan layanan yang diberikan. Data yang akurat sangat berpengaruh terhadap ketepatan mendiagnosis suatu permasalahan dan keefektifan da/am terapi. Untuk itu konse/or dituntut memiliki kemampuan assessment didalam upaya memahami induvidu baik dengan teknik tes maupun non tes. Kemampuan assessment ini telah dinyatakan dalam Standar Kompetensi Konse/or Indonesia (SKKI) kompetensi yang ke 4, maupun dalam CACREP ( Counsil for Acreditation of Counseling and Related Education). Sertifikasi merupakan bentuk a/ternatif yang bisa ditawarkan pada konse/or untuk mendapatkan kemampuan dan kewenangan da/am menyelenggarakan testing karena lulusan LPTK konse/or be/um memiliki kewenangan dalam menye/enggarakan testing. Key words: assessment, skki, cacrep, sertifikasi Pendahuluan Bimbingan adalah istilah umum yang mencakup segala bentuk proses bantuan kemanusiaan untuk siswa yang mengalami masalah. Ada berbagai masalah yang dialami individu dan berdasarkan itu ada usaha menggolongkan bimbingan menjadi bimbingan belajar, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, dan bimbingan karier. Penggolongan itu sesuai dengan jenis masalah yang dialami individu, khususnya siswa, seperti masalah pendidikan, masalah pribadi, masa/ah sosial, dan masalah karier. Pelaksanaan program bimbingan dan konseling diharapkan mampu menye/ami dan membantu siswa dalam menyelesaikan pennasalahan sesuai dengan potensi dan kemampuannya. Untuk menunjang kegiatan layanan bimbingan dan konseling tentunya harus didukung dengan adanya konselorprofessional. Di da/am imp/ementasi layanan bimbingan dan konseling seorang konselordituntutmemilikikemampuan dalam melakukan assessment yang mana juga merupakan salah satu bentuk kompetensi konselor sebagai- mana tertuang dalsm Standar Kompetensi Konselor Indonesia (SKKI) butir yang ke 4, yaitu penguasaan konsep dan praksis assessment. Sedangkan dalam CACREP (Counsil for Acreditation of Counseling and Related Educational Programs) butir yang ke. 6 yaitu appraisal. Kegiatan assessmen dalam layanan konseling sering dilakukansaat pengumpulan data dengan test ( berbagai tas psikologi) maupun non test (wawancara, observasi, angket, dll). Tas merupakan istilah yang sudah tidak asing lagi dalam layanan * Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY

Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

  • Upload
    dokhue

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X

TESTINGDALAM BIMBINGAN KONSELING

O/eh : Sugiyatno *

Abstract. Pengumpulan data da/am layanan konseling pada siswa yangbermasalah (klien)merupakan suatu hatyang mut/ak, dan dilakukan olehkonselor untuk menunjang keberhasilan layanan yang diberikan. Datayang akurat sangat berpengaruh terhadap ketepatan mendiagnosis suatupermasalahan dan keefektifan da/am terapi. Untuk itu konse/or dituntutmemiliki kemampuan assessment didalam upaya memahami induvidubaik dengan teknik tes maupun non tes. Kemampuan assessment initelah dinyatakan dalam Standar Kompetensi Konse/or Indonesia (SKKI)kompetensi yang ke 4, maupun dalam CACREP ( Counsil for Acreditationof Counseling and Related Education). Sertifikasi merupakan bentuka/ternatif yang bisa ditawarkan pada konse/or untuk mendapatkankemampuan dan kewenangan da/am menyelenggarakan testing karenalulusan LPTK konse/or be/um memiliki kewenangan dalammenye/enggarakan testing.

Key words: assessment, skki, cacrep, sertifikasi

Pendahuluan

Bimbingan adalah istilah umumyang mencakup segala bentuk prosesbantuan kemanusiaan untuk siswayang mengalami masalah. Adaberbagai masalah yang dialami individudan berdasarkan itu ada usahamenggolongkan bimbingan menjadibimbingan belajar, bimbingan pribadi,bimbingan sosial, dan bimbingan karier.Penggolongan itu sesuai dengan jenismasalah yang dialami individu,khususnya siswa, seperti masalahpendidikan, masalah pribadi, masa/ahsosial, dan masalah karier.

Pelaksanaan program bimbingandan konseling diharapkan mampumenye/ami dan membantu siswa dalammenyelesaikan pennasalahan sesuaidengan potensi dan kemampuannya.Untuk menunjang kegiatan layananbimbingan dan konseling tentunya

harus didukung dengan adanyakonselorprofessional.

Di da/am imp/ementasi layananbimbingan dan konseling seorangkonselordituntutmemilikikemampuandalam melakukan assessment yangmana juga merupakan salah satubentuk kompetensi konselor sebagai-mana tertuang dalsm StandarKompetensi Konselor Indonesia (SKKI)butir yang ke 4, yaitu penguasaankonsep dan praksis assessment.Sedangkan dalam CACREP (Counsilfor Acreditation of Counseling andRelated Educational Programs) butiryang ke. 6 yaitu appraisal. Kegiatanassessmen dalam layanan konselingsering dilakukansaat pengumpulan datadengan test ( berbagai tas psikologi)maupun non test (wawancara, observasi,angket, dll).

Tas merupakan istilah yang sudahtidak asing lagi dalam layanan

* Dosen Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan FIP UNY

Page 2: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Testing dalam Bimbingan dan Konseling

bimbingan konseling, namun jugamerupakan suatu bentuk pemahamaninduvidu dengan menggunakaninstrumen tertentu yang kadang-kadangkurang diperhatikan sekolah karenaadanya banyak keterbatasan baik darisegi kemampuan personil konselormaupun dari sagi finansial, sehinggamemiliki dampak langsung pada kualitaslayanan konseling yang diberikan kurangoptimal.

Dengan demikian para konselorsekolah diharapkan memiliki kemampu-an dalam melakukan testing kepadasiswa untuk menunjanglayananbimbingan konseling yang diberikan.Salah satu altematif solusi yang bisaditawarkan adalah dengan mengikutisertifikasi tes, karena sampai saat inioutput sarjana dari lembaga pendidikantenaga kependidikan (LPTK) konse/orbaik negeri maupun swasta be/urnmemiliki kewenangan dalam menye-lenggarakan testing.

Pembahasan

Fungsi dan Tujuan Tes

1. Fungsi Tes

Menurut Cronbach dalam Shertzer &Stone (1981; 239-240) mengemukakanbeberapa fungsi pelaksanaan tes, yaitu;

a. Prediction; tes diberikan untukmengukur kemampuan, prestasidan atau karakteristik yang lainakan dijadikan dasar dalampengambilan keputusan. Keputus-an yang dimaksud adalah yangmenyangkut perkiraan tentangseberapa baik individu tersebutdalam berkembang pada waktuyang akan datang. Perkiraan inididasarkan pada data kuantitatifyang reliabel dan akurat, bukan

hanya sekedar perkiraan belakatanpa dasar yang kuat.

b. Selection; dalam hal ini tesdigunakan oleh institusi danorganisasi tertentu untuk menerimaataU menolak sejumlah individuyang mengikuti tes. Hasil testersebut dijadikan sebagai acuanatau pertimbangan dalam menentu-kan keputusan apakah individutersebut memenuhi kriteria untukditerima atau tidak.

c. Classification; tes ini dilakukandengan maksud untuk melakukankJasifikasi atau pemilihan individuuntuk menempati suatu kelompoktertentu yang sesuai dengan bakatdan kemampuannya.

d. Evaluation; tes-tes yang berfungsiuntuk menilai atau mengevaJuasisuatu program, metoda, treatmenatau sejenisnya. Tujuannya adalahuntuk menentukan seberapa besartingkat keberhasilan yang teJahdicapai dalam suatu tahapantertentu.

2. Tujuan Pelaksanaan Testing

Dalam bidang konseling,penggunaan tes disamping untukkeperluan yang langsung berkaitandengan konseling, juga dilakukan untukkeperluan 'non-konse/ing'. penggunaanuntuk non konseling yang seringdilakukan di sekolah misalnya untukselef<sipenerimaan siswa, penempatansiswa dalam program atau jurusan danlain sebagainya. Sementara itu untuktujuan konseling, Goldman (1971; 66-68) mengungkapkan tujuan dilaku-kannya testing, yaitu sebagai berikut;

a. Tujuan infonnasional (informa-tional purposes).

Page 3: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Paradigma, No. 01 Th. I, Januari 2006 . ISSN 1907-297X

penggunaan tes di sini dimaksudkanuntuk memperoleh informasi yangsebelumnya tidak tersedia, atau untukmengecek informasi yang telah adaguna reliabilitas dengan caramengulangi tes atau menggunakan tesyang fungsinya serupa. Adapun tujuanpelaksanaan tes yang berhubungandengan informasi untuk konseling itusendiri adalah;

1) Informasi DiagnostikPra-konseling

Informasi diagnostik pra-konselingdimaksud kan untuk membantukonselor menentukan apakahkebutuhan konseling klien masihdalam daerah pelayanannya.Proses intake ini mungkin dalamkenyataannya merupakan langkahpendahuluan dalam konseling. Ininberkaitan dengan analisa situasiproblem dan dengan keputusanapakah klien seharusnya tetapditangani oleh konselor sendiri atautidak.

Biasanya informasi jenis inidiperoleh melalui interview dankuesioner daripada menggunakantes, meskipun inventori kepribadiandapat digunakan untuk mendiag-nosa tingkat keseriusan problem.

2) Informasi yang akanmembantulmenuntundalamproseskonseling;

Dalam proses konselingtentunyakonselor harus mengambilkeputusan yang berhubungandenganmetode,pendekatan,alat-alat serta teknik yang akandigunakan. Dengan adanya testentunya akan sangat membantukonselor dalam menentukan hal-haltersebut.

3) Memberikan informasi yangberhubungan dengan pengambilan

keputusan klien sete/ah proseskonseling;

Sebagaimana salah satu tujuantesyaitu untuk mengambil keputusandan perencanaan selnjutnya, makadalam hal ini tes bertujuan untuk;mengidentifikasi tindakan danlangkah-langkah yang mungkindapat dilakukan, seOOgai bentukevaluasi dengan beberapaaltematif, mengetes kecocokanpilihan, rencana atau keputusansementara, serta perkembanganself-concept dan klarifikasi.

b. Tujuan non-informasional (non-informational pupose5).Setidaknya ada tiga penggunaantes dalam konseling yangnampaknyatidak mempunyaiunsuruntuk memberikan informasi.Beberapa tujuan tersebut adalah;

1) Merangsang minat terhadapbidang-bidang yang semulatidak diperhatikan;

Dalam hal ini tes dapatdigunakan untuk merangsangtumbuhnyaminatdalambidangpendidikan untuk vokasional.Dengan adanya tes tersebuttentunya individuakan dapatmelihat secara umum tentangdunia kerja misalnya. Sehinggaakan memacu minatnya padasatu bidang kerja tertentusecara lebih serius.

2) Meletakkan kerangka kerjauntuk pelaksanaan konselinglebih lanjut;

Dengan adanya interaksi yangterjadi selama proses konselingdengan berbagai diskusi yangberkaitandengan kemampuan,minatdan karakteristikindividu

-- --

Page 4: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Testing da/am Bimbingan dan Konse/ing

yang lain akan membantudalam proses perencanaan kedepan.

3) Memberikan pengalamanbe/ajar da/am pengambifankeputusan;

Dengan mengikuti tes, individusetidaknya memilikipengalaman belajar dalamkaitannya dengan pengambilankeputusan.

4) Memfasilitasi komunikasi danpembicaraan yang efektif;

Sejumlah siswa tau klienmengalami kesulitan dalammemulai berbicara, dengan adastimuli tes dapat digunakanuntuk memulai memfasilitasikomunikasi dalam interview.

S) Untuk keperluan penelitian;

Pelaksanaan tes juga jikabermanfaat bagi penelitiansekaligus sebagai bahan kajianilmiah.

Prinsip-Prinsip Testing

Dasar pelaksanaan penilaian disekolah adalah adanya pemahamantentang hak anak-anak dalampendidikan terkait dengan kebutuhan-kebutuhannya, bakat clan minatnya.Tes bukan hanya untuk mengetahuiperbedaan antar individu. tapi jugaperbedaan dalam individu itu sendiri.

Shertzer (1981; 264-265)mengemukakan prinsip-prinsipappraisal ( termasuk tes ) sebagaiberikut;

1. Penilaian haruslah dilakukan bagikepentingan individual

2. Penilaian tidak dicapai pada jumlahdan derajat kebutuhan yang sarnapada tiap-tiap siswa pada waktuyang sama pula

3. Tidak ada metodelpemilihan tastunggal dan prosedur yang samapada tiap-tiap situasi.

4. Praktek penilaian mencakup antarabelajar individu dan lingkunganmereka

5. Penilaian membantusecara bersama-sama.terpisah-pisah padatahapnya.

6. Mengakui keterbatasan pengukur-an penilaian.

individutidak

tahap-

7. Tujuan dasar penilaian untukmeningkatkan pemahaman diri dnpengambilam keputusan

8. Data penilaian harus dijaga,diadminstrasikan dan diamankandengan baik

Tes-tes yang Lazim Digunakandalam Bidang Konseling

1.Tes Inteligensi.

Prinsip yang harus dipegang dalammemberikan tes inteligensi ialahmemberikan perlakuan yang sarnapada semua individu yang henctakdikenakan tes. Perlakuan yang sarna inimeliputi; tidak hanya berupapenyediaan lingkungan pengetesandengan kondisi yang sarna (sepertitempat, waktu dan kondisi yangseragam) tetapi juga pertakuan yangterkandung dalam interaksi antaratester dan testee serla penyampaianadministrasinya juga pertu dijagakeseragamnanya. Ada beberapamacam jenis tes inteligensi;

Page 5: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Paradigma. No. 01 Th.I, Januari 2006 . ISSN 1907-297X

a. Tes Binet Simon; tes inteligensiyang pertama kali dibuat olehAlfred Binet dan Meophile Simon.Tes ini menyajikan pertanyaan-pertanyaan sehari-hari yangsederhana yang menghendakiberbagai kemampuan mental anak.Pertanyaan disusun dari yangpaling mudah sampai yang palingsukar.

b. WISC (Wechler Intelligence Scalefor Children) dan WAIS (WeghslerAdult Inteligence Scale).; ialah tesinteligensiyang dikembangkan olehDavid Wechsler antara tahun 1939dan 1958.

Tes ini berisikan sejumlah sub tesperformansi dan sub tes verbalyang sama banyaknya. yang dapatdiskor secara terpisah ataubersama-sama sebagai 10keseluruhan.

c. Goodenough Draw-a-Man Test(1926); ialah salah satu tesinteligensi untuk anak-anak yangdapat digunakan baik secaraindividualmapun kelompok. Tes inimenghendaki anak-anakmenggambar seoamg laki-lakisebaik yang dapat mereka lakukan.Gambar ini kemudian dinilaidengan cermat menurut norma-norma umur untuk bagian gambartertentu seperti mata, hidung,telinga, rambut, ekspresi wajah,pakaian disamping posturtubuhnya. Tes ini dapat dipakaiuntuk memperkirak~n10 anak.

d. SPM atau Standard ProgressiveMatrixes disusun Raven;merupakan salah satu tesinteligensi yang dikenal luas diIndoensia. SPM merupakan tes nonverbal yang menyajikan soal-soaldengan menggunakan gambar-gambar yang berupa figur dan

desain abstrak, hingga diharapkantidak tercemari oleh faktor budaya.Tes ini tidak menghasilkan IQ,melainkan skor yang dapatdibandingkan dengan norma untukmenunjukkan tingkat kemampuanmental seorang anak.

e. CFIT (Culture Fair IntelligenceTest); dikembangkan oleh RBGattel! yang merupakan tesinteligensi non-verbal . tes inimenyajikan soal-soal yangmenghendaki subyek memilihsuatudesain yang tepat melengkapisuatu rentetan desain tertentu,menacri figur geometris yang palingberbeda dengan figur lainnya.

f. SAT (The ScholasticAptitudeTest)yang direncanakan oleh suatubadan nasional di AS (collegeentranceboard).Tes inimengukurberbagai kemampuan sepertipenalaran verbal, tentangmatematika setingkat sekolahmenengah atas, perbendaharaankata, dan penalaran kuantitatif.

g. Dan beberapa jenis yang lainseperti Miller Analgies Test, TIKI(Tes Inteligensi KelompokIndonesia), dan TPA (Tes PotensiAkademik).

2. Tes Bakat Diferensial.

Tes bakat diferensial, nama aslinyaadlah Diffemtial Aptitude Tests (DAT),dirancang untuk dipergunakan dlamkonseling pendidikanbagi siswa usiasekolahlanjutan,yaituSl TP dan SMU.OAT disusun oleh Bennet, Seashoredan Wesman pada tahun 1947. Sentukaslinya ialah bentuk A dan B. dalampekembangannya teJah dilakukan revisidan standarisasi ulang.

Page 6: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Testing da/am Bimbingan dan Konseling

Subtes bakat diferensialdikembangkan berdasarkan teorianilitas pengukuran bakat, danterutama dikembangkan dengan lebihmengutamakan kegunannya.Kegunaan yang dimaksud adalah lebihsebagai alat bantu pada pekerjaanbimbingan dan konseling daripadameneliti dan melukiskan struktur danorganisasi abilitas manusia (Raka Jonidan Ojumadi dalam Marthen Pali,2005).

Perangkat tes initerdin atas delapanmacam subtes (Bennet et al., 1982),sebagai berikut ;

1. Berfikirverbal (verbalreasoning)2. Kemampuan numerik (numerical

ability)3. Berfikirabstrak (abstract reasoning)4. Berfikir mekanik (mechanical

reasoning)5. Relasiruang(spacerelations)6. Kecepatan dan ketelitian klerikal

(clericalspeed and accuracy)7. Pemakaian bahasa I (language

usage I)8. Pemakaian bahasa II (language

using II)

3. Tes MinatJabatan.

Minat jabatan pada umumnyadikelompokkan dalam bidang minatyang didasarkan pada teon-teorikarir.Dictionary of occupational Title,

mengaklasifikasikan jabatan menjadi 9kategori, yaitu;

1. Professional, technical, andmanagerial occupations

2. Clerical and sales occupations.3. Sevice occupations4. Farming, fishing, firestry and

related occupations5. Processing occupations6. Machine trade occupations

7. Benchworkoccupations8. Structuraloccupations9. Mesce/laneousoccupations

Ada beberapa jenis tes minatjabatan;

a. StrongVocationalInterest(8VI)

Inventori ini dikembangkan olehStrong, Hansen dan Campbell yangpada awalnya bertujuan untukmembantu individu dalammengidentifikasi pilihan karir dibidang manajenal teknis danprofesional. Pada saat ini invnetoriini banyak digunakna dalam bisnisdan industri, serta pusat-pusatkonseling, untuk membantu individudalam melakukan perubahan karirdan memilih karir awal.

b. Self-directed Search (SOS)

Merupakan instrumen pengukuranminatjabatan yang dikembangkanuntuk dapat diadministrasi,diskordan diinterpretasi sendin olehresponden. 80S dikembangkandengan menggunakan teonHolland.

c. Career OccupationalPreferenceSystem (COPS)

Inventori ini dikembangkan oleh RRKnapp bertujuanuntukmemperolehgambaran preferensi kegiatan kerjadibidang-bidang antara lain;science professional, scienceskilled, technology professional,consumer economics, outdoor danlain-lain.

d. Career Decision Making (COM)

Oikembangkan oleh TF. Harringtondan A.O'Shea berdasarkan teoriHolland,oamunkemudianmenjaditipe-tipe okupasi sebagai berikut;crafts, scientific, arts, bussines,clericaldan social.COM digunakan

Page 7: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X

untuk mengukur minat jabatansiswa SLTP sampai orang dewasa.Norma COM dikembangkandengan menggunakan kelompoksiswa SLTP sampai sekolahmenengah.

e. Dan beberapa jenis lain sepertiRamak Interest Inventory, TheCourses Interest Inventory, danGordon Occupational Check Ust II

Proses Pengelolaan Tes

Tujuan dalam testing pendidikandan psikologiadalah untuk memberikangambaran tentang measures yangobjektif dan dapat diinterpretasikan,sekalipun hal ini tidak berarti absolut.Untuk itu seorang konselor harusmenyadari akan adanya kebutuhanuntuk menginterpretasikan statementyang dilakukan baik melalui teknikappraisal data tes maupun nontes.Sedangkan hasil tes dinyatakansebagai hanya salah satu sumber daribeberapa sumber informasi pribadi,dalam keputusan bimbingan dankonseling (Corey, 1993).

1. Pemilihan. Pemilihan tes dapatdilakukan untuk diberikan padasituasi atau klien tertentu, denganmemperhatikan betul tingkatvaliditas, realibilitasdan kepatutanappropriateness dalam testersebut. Hal ini cukup beralasan,mengingat bahwa secara umumvaliditas,realibilitasclanketerkaitantes dengan beberapa isuyang ada,akan menjadipertanyaantersendiribagi para konselor baik dari sisilegal maupun etikanya, ketikamereka hendak mempergunakantes-tes tersebut dalam usahalayanan vokasional, seleksipendidikan, penempatan ataukonselingitusendiri.

2. Pengolahan; Administrasi, Skor-ing &Interpretasi.

Sebenarnya apa yang disebutdengan istilah pengelolahan dalamhal ini tidak lain adalah tigakomponen kegiatan dalam testing,yaitu; administration, scoring daninterpretation. Untuk itu, sudahsepatutnya bila seorang konseJormenyadiri akan batas-bataskompetensi dan fungsi apa yangtepat untuk dilakukamya.

Pada saat ini dengan adanyakecanggihan komputer proseskegiatan pengadministrasian danscoring tes dapat dilakukan olehkomputer, namun hal ini tidakberarti bahwa tanggungjawab telahberalih atau bahwa hasil testingtersebut telah teljamin dan prosestesting selesai. Tidak demikian,malahan seorang konselor harus

. dapat menginterpretasikannyadengan sebaik mungkin. Makatidaklah berlebihan bila saat initelah dikembangkan satu programkomputer berbasis interpretasi tescomputer-based testinterpretations yang seharusnyadapat dilatihkan pada parakonselor.

Pada dasarnya pengadminis-trasian suatu tes sudah terstandarartinya proses tersebut lelah benar-benar melalui beberapa prosespembakuan yang tidak bisaditawar-tawar lagi. Bila suatu tasdiadr11inistrasikan dalam kondisi-kondisi yang tidak terstandar, atauadanya perilaku-perilakuyang tidakwajar, atau bahkan adanyakejadian-kejadian lain yang tidakdiharapkan pads saatmelaksanakan sesi testing, makadapat dipastikan bahwa hasiltesting tersebut tidak valid (invalid)

Page 8: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Testing da/am Bimbingan dan Konseling

atau dengan kata lain validitasnyamasih dipertanyakan. Demikianjuga yang terjadi, bila tes yangdilakukan secara tidak tersupervisi,atau mungkin juga tersupervisitetapi asal-asalan sepertimelaksanakan testing melalui e-mail, maka dapat dinyatakan testersebut sebagai tes yangunethical. Namun sebaliknya, bilakita mempergunakan instrument-instrument yang disahkan ataudistandarkan untuk penggunaanself-administration dan self -scored, seperti inventori minat,maka hal inimalah disarankan.

Mengenai interpretasi, ada satuhal yang patut untuk diperhatikan,adalah bahwa tingkatkebermaknaan suatu hasil tes itubergantung pada ketamiliaran,penerimaan, dan keterbukaantestee itu sendiri dalammenerjemahkan suatu makna skorpada item-item tertentu yang telahdia peroleh. Ada dua syarat yangharus dimiliki oleh seoranginterpreter yaitu;

1) Memiliki kemampuan khususuntuk melihat suatu interpretasiyang dapat merelease data tesindividualatau kelompok.

2) Interpretasi tes harusberhubungan dengan concen?skecenderungan testee.

Kode Etik Testingdalam Bimbingandan Konseling

Dalam keadaan dan maksudpengetesan apapun, berlaku kode etiktesting yang harus dipatuhi tester.Kalau testingitumerupakankelanjutan(atau bagian) dari konseling, makaber/aku kode etik yang lebih luss

lingkupnya,yaitu kode etik konseling itusendiri (disamping kode etik testing).

Dalam pengertian umum, inti kodeetik dan penegakannya adalahpengakuan, penghormatan, danperlindungan atas harkat pribadiindividusubyek layanan atau perlakuan(treatment, intervensi, usaha bantuan);subyek itu pada latar sekolah adalahklien dan siswa umumnya. Subyeklayanan bantuan tidak boleh dirugikan.Kode etik disusun oleh organisasiprotesi (/PSI/ASK/N),dan oleh koselorkode etik itu ditegakkan. semua demikemaslahatan subyek. Ada pengertianlain dari adanya kode etik, yaitu bahwakepatuhan pada kode etik hakikatnyaadalah salah satu bentuk perwujudanpertanggungjawaban (akuntabilitas)pratesi, dalam hal iniprotesi bimbingandan konseling, kepada masyarakatpengguna jasa.

Kode etik yng dikeluarkan IPSI(/katan Petugas Simbingan Indonesia;kemudian sejak 2001 berganti namamenjadi Asosiasi Btmbingan KonselingIndonesia, ASKIN) mencamtumkanantara lain ketentuan yang menyangkuttesting, yaitu sebagai berikut (Bab II -Kegiatan Profesional);

· Suatu jenis tes hanya bolehdiberikan oleh petugas yangberwenang menggunakan danmentafsirkan hasi/nya. Konselorharus selalu, memeriksa dirinyaapakah ia mempunyaikewenanganyangdimaksud.

· Testingdiperlukanbila dibutuhkandata tentang sitat atau cirikepribadianyang menuntutadanyaperbandingandengan sampel yanglebih luas, misalnya taratinteligensi, minat, bakat khusus,kecenderungan dalam pribadiseseorang.

Page 9: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Paradigma, No. 01 Th.I, Januari 2006 . ISSN 1907-297X

. Data yang diperoleh dari hasiltesting harus diintegrasikan denganinformasi lain yang telah diperolehdari klien sandiri atau dari sumberlain.

· Data hasil testing harusdiperlakukan sarna seperti data daninformasi lain tentang klien.

· Konselor harus memberikanorientasi yang tepat kepada klienmengenai alasan digunakannya tesdan apa hubungannya denganmasalahnya. Hasilnya harusdisampaikan kepada klian dengandisertai penjeJasan tentang arti dankegunaannya.

· Hasil testing harus diberitahukankepada peihak lain sejauh pihaklain yang diberitahu itu adahubungannya dengan klien dantidak merugikan klien.

· Pemberian suatu jenis tes harusmengikuti pedoman atau petunjukyang berlaku bagi tes yangbersangkutan.

Bagi seorang konselor, ia tidakharus hatal bunyi kata-kata kode etik,baik kode etik testing maupun kode etikprofesi yang berkaitan, yaitu konseling.Hal yang penting adalah konselorpaham betul apa intisari suatu butirnomor kode etik. Hal lain yang perludiperhatikan adalah istilah yangdigunakan, yaitu kode etik untukditegakkan; jadi kode etik tidak hanyauntuk dijalankan. Penegakan kode etikmengandung arti bahwa konselorltestermemahami , memaknai seesra penuh,dan menghayati maksud dan tujuankode etik waktu ia menerapkan kodeetik itu.

Penutup

Pelaksanaan program bimbingandan konseling diharapkan mampumenyelami dan membantu siswa dalammenyelesaikan permasalahan sesuaidengan patensi dan kemampuannya.Untuk menunjang kegiatan Jayananbimbingan dan konseling tentunyaharus didukung dengan adanyakonselor professional.

Para konselor sekolah diharapkanmemilikikemampuan dalam melakukantesting kepada siswa untuk menunjanglayanan bimbingan konseling yangdiberikan. Salah satu altematif solusiyang bisa ditawarkan adalah denganmengikutisertifikasi test karena sampaisaat ini output sarjana dari lembagapendidikan tenaga kependidikan(LPTK) konsetor baik nageri maupunswasta belum memilikikewenangandalam menyelenggarakan testing.

Daftar Pustaka

Corey, Gerald,. 1993. Issues and Ethicsin th helping professions, 4th ed.California: Brooks/Cole PublishingCompany. 402-403.

Goldman, Lee,. 1971. Using Test inCounseling. 2nd ed. New York:MeredithCorporation.

Handarini, Dany M. 2005. Tes MinatJabatan. Makalah disampaikan padaSerifikasi Tes bagi KonselorPendidikan angkatan VIIItanggal 27Juni s.d. 11 Agustus 2005.

locke, Jane and Myers. 2001. TheHandbook of Counselling.California:Sage Publication, Ine

Munandir. 2005. Kode Etik Testing.Makalah disampaikan padaSerifikasi Tes bagi KonselorPendidikan angkatan VIIItanggal 27Juni s.d. 11 Agustus 2005.

-- - --

Page 10: Paradigma, No. 01 Th. I,Januari 2006 . ISSN 1907-297X · langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan, seOOgai bentuk evaluasi dengan beberapa ... penyediaan lingkungan pengetesan

Testing da/am Bimbingan clan Konseling

Pali, Marthen. 2005. Tes kemampuanKhusus (Tes Bakat Diferensia/).Makalah disampaikan padaSerifikasiics Tes bagi KonselorPendidikan angkatan VIII tan99al 27Juni s.d. 11 Agustus 2005.

Rosjidan. 2005. Assessmen Altematifda/am Pendidikan. Makalahdisampaikan pada Serifikasi Tesbagi Konselor Pendidikan angkatanVIII tanggal 27 Juni s.d. 11 Agustus2005.

PB ABKIN, 2005. Standard Kompetens;Konselor Indonesia

Schmidt, John J. 1999. Counseling inSchools Essential Services andComprehensive. Third Edition.Copyright by Allyn & Bacon. AViacom Company

Shertzer, Bruce and Shelley C. Stone.1981. Fundamentals of Guidance.4'h ed. Boston: Houghton MifflinCompany.

Wirawan, Yapsir G,. 2005. TesKemampuan Umum (TesInteligensi). Makalah disampaikanpada Serifikasi Tes bagi KonselorPendidikan angkatan VIII tanggal 27Juni s.d. 11 Agustus 2005.