Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    1/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    * Alumni Jurusan Teknik Elektro FTI, Universitas Trisakti

    PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC DENGAN

    SENSOR SUHU BERBASIS MIKROKONTROLER

    ATMEGA16

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus*

    Dosen-Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti

     Abstract A telecommunication cabinet usually uses a Direct Current fan with a Direct Current motor

    (DC motor) to make the cabinet temperature does not exceed the temperature that is

    allowed. Using a DC motor has weaknesses because it always rotates in full speed although

    the temperature in the cabinet gets down already. It causes inefficiency of the power

    consumption and the DC motor’s lifetime is not long enough.The prototype of DC motor

    speed controller controls the speed of a DC motor with the temperature environment as its

    reference. This circuit is built by a temperature sensor LM35, a microcontroller ATmega16

    as the processor that analizes the input from the temperature sensor and relays. This

     prototype is equipped with a Liquid Crystal Display (LCD) to display the temperature of the

    cabinet and the DC motor speed. After the prototype is assembled and tested, it is known that

    the circuit controls a DC motor speed according to the changes of the temperature that has

    been determined by the software program. The DC motor stops rotating if the temperature

    sensor senses the temperature below the minimum temperature level.

     Keywords: DC motor, temperature sensor, LCD, microcontroller  

    1. Pendahuluan

    Panel-panel peralatan elektronik harus dijaga temperaturnya agar tidak

    melebihi spesifikasi temperatur yang diijinkan. Pengaturan temperatur

    tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kipas angin yang diputar

    oleh motor DC untuk mengatur sirkulasi udara pada panel agar panas pada

    rangkaian dapat disalurkan.

    Biasanya kipas angin yang digunakan selalu berputar dengan kecepatan

    tetap sehingga pemakaian daya listrik boros dan kipas angin sering ataucepat rusak karena bantalan pelurunya cepat aus.

    Untuk dapat menghemat energi dan memperpanjang umur kipas

    angin dapat dilakukan dengan mengatur kecepatan putar motor kipas angin

    sesuai dengan temperature di dalam panel dan bahkan menghentikan

     putarannya bila temperatur sudah cukup rendah.

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    2/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    34

    Dengan menggunakan sensor suhu dan memproses keluaran sensor

     pada sebuah mikrokontroler maka kecepatan kipas angin dapat diatur sesuai

    temperature tertentu.

    2. Diagram Blok

    Pada Gambar 1. (pada halaman berikut) terdapat diagram blok dari

    rangkaian pengatur kecepatan motor dc yang dirancang.

    Sensor suhu LM35 merupakan sensor yang mendeteksi besaransuhu ruangan menjadi besaran tegangan analog yang perubahannya linear

    terhadap perubahan suhu.

    Sensor suhu LM35 ini bekerja pada daerah 0° C sampai dengan

    100° C dengan perubahan 10 mV/°C.

    Tegangan keluaran dari sensor suhu ini diperkuat oleh penguat non

    inverting Op-Amp dari IC LM324 (Boylestadt, 1987: 642).

    Keluaran tegangan dari penguat ini diterima oleh mikrokontroler

    untuk diproses menjadi tegangan digital oleh ADC yang terdapat pada

    mikrokontroler tersebut.

    Mikrokontroler ATmega16 mengolah tegangan digital tersebut

    dengan perangkat lunak untuk menghasilkan keluaran-keluaran yang

    diinginkan yaitu:

    -  keluaran untuk tampilan LCD

    -  keluaran untuk rangkaian photocoupler untuk menggerakkan motor DC

    -  keluaran untuk rangkaian relay yang digunakan untuk mendeteksi

    kerusakan pada motor DC dan untuk mendeteksi temperature ruangan

     jika melebihi temperature maksimum yang telah ditentukan.

    Pengatur batas suhu 1 sampai dengan 4 adalah pengaturan suhuyang ditentukan secara manual untuk dibandingkan dengan suhu ruangan

    sehingga mempunyai kecepatan putar motor DC yang tertentu.

    Pengatur batas kecepatan 1 dan 2 adalah rangkaian pengaturan

    kecepatan motor DC secara manual untuk menentukan kecepatan putar

    motor DC bila mencapai suhu ruangan tertentu 

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    3/16

     

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus. PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC 

    35

     

    Gambar 1. Diagram Blok Rangkaian Pengatur Kecepatan Motor DC 

       M   i   k  r  o   k  o  n   t  r  o   l  e  r   A   T  m  e  g  a   1   6

    Sensor suhu

    LM35

    Penguat

     Non

    Inverting

    Rangkaian

    Photocouler

    LCD 2 x 16

    Rangkaian

    Relay

    Motor DC

    Pengatur

    Batas

    Kecepatan 1

    PengaturBatas

    Kecepatan 2

    Pengatur

    Batas

    Suhu 4

    Pengatur

    Batas

    Suhu 3

    Pengatur

    Batas

    Suhu 2

    Pengatur

    Batas

    Suhu 1

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    4/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    36

    3. Rangkaian Alat

    Gambar 2. pada halaman berikut merupakan Rangkaian Pengatur

    Kecepatan Motor DC.

    Prototype pengatur kecepatan motor DC menggunakan trigger

    masukan berupa tegangan dari sensor suhu LM35 yang diproses oleh

    mikrokontroler ATmega16.

    Kecepatan motor DC diatur sesuai dengan pengaturan batas suhu

    dan kecepatan yang dinginkan. Tegangan keluaran sensor suhu LM35dimasukkan ke rangkaian Analog to Digital Converter (ADC) internal

    mikrokontroler ATmega16 untuk diproses dan dibandingkan dengan

    tegangan sebagai batas suhu yang diatur secara manual dengan

    menggunakan variable resistor  dan dikonversi oleh rangkaian ADC internal

    mikrokontroler.

    Dengan mengatur batas suhu dan kecepatan yang berbeda, maka

    setiap perubahan suhu yang terbaca oleh rangkaian sensor suhu akan

    menghasilkan kecepatan motor yang berbeda sesuai yang diinginkan.

    Pada Gambar 3 terdapat karakteristik dari sensor suhu LM35

    menunjukkan grafik antara temperatur terhadap tegangan keluaran yangdihasilkan.

    Gambar 3. Karakteristik Sensor LM35

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    5/16

     

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus. PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC 

    37

     

    Gambar 2. Rangkaian Pengatur Kecepatan Motor DC 

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    6/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    38

     Nilai suhu yang terbaca oleh sensor suhu, batas suhu dan kecepatan

    dapat dilihat dengan menggunakan LCD yang dihubungkan ke

    mikrokontroler pada  port   D. Dengan tampilan LCD, pengaturan terhadap

     batas suhu maupun kecepatan menjadi lebih mudah dilakukan.

    Mikrokontroler ATmega16 memiliki 40 pin yang dibagi menjadi 4

     port yaitu:

    a. 

    PORT A

     b.  PORT B

    c. 

    PORT Cd.  PORT D.

    Keempat port ini dapat berfungsi sebagai input maupun output. Port

    A memiliki fungsi khusus sebagai port ADC. Pin 10, 30 dan 32

    dihubungkan dengan Vcc dan pin 11 dan 31 dihubungkan dengan GND.

    Batas tegangan catu daya untuk mikrokontroler agar dapat bekerja

    secara normal sebesar 4,5 VDC  sampai dengan 5,5 VDC. Pin 9 dari

    ATMega16 dihubungkan dengan rangkaian reset. Reset dapat pula

    dilakukan secara manual dengan cara menekan push-button pada rangkaian

    reset (ATmel, 2002 : 2).

    Pin 12 dan 13 pada ATmega16 dihubungkan dengan kristal. Kristal

    digunakan untuk men-drive on-chip oscillator   dan kedua kapasitor 22 pF

     pada kaki input oscillator digunakan untuk menstabilkan sistem.

    Pada rangkaian oscillator   ATmega16 dapat digunakan kristal

    sampai dengan 16 MHz. Pada rangkaian ini digunakan kristal 4 MHz

    (ATmel, 2002 : 1).

    f cycle  = 4 MHz

    Tcycle  = 1/ 4 MHz

    = 25 ns

    Pin 30 (AVCC) merupakan pin masukan tegangan untuk ADC

    sedangkan pin 32 (AREF) merupakan pin masukan tegangan referensi

    ADC. Pada rangkaian ini tegangan referensi yang digunakan sebesar Vcc.

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    7/16

     

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus. PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC 

    39

    Pada Tabel 1. diperlihatkan penggunaan pin dan port mikrokontroler

    ATmega16.

    Tabel 1. Konfigurasi Pin Pada Mikrokontroler ATmega16

     No PIN PORTInput /

    OutputKegunaan

    1 40 A Input Masukan tegangan sensor yang

    telah diperkuat oleh rangkaian

     penguat non-inverting

    2 39-34 A Input Masukan tegangan keluaran

    dari variable resistor multiturn

    3 14-16, 18-21 D output Terhubung dengan LCD

    4 4 B Output Keluaran sinyal PWM yang

    terhubung dengan rangkaian

    Photocoupler

    5 25-29 C Output Keluaran Relay, sebagai

    indikator overheat dan

    indikator motor fail 

    PORTB.3 merupakan  port  khusus yang dapat mengeluarkan signal

    Pulse Width Modulator (PWM). Duty cycle dari signal PWM diatur oleh

     perangkat lunak sesuai dengan pengaturan suhu dan kecepatan yang

    diinginkan (Andrianto, 2008 : 139). Signal PWM ini digunakan untuk

    menggerakkan motor DC dengan kecepatan tertentu sesuai duty cycle yang

    telah ditentukan (Didik, 2007 : 158).

    Photocoupler  digunakan sebagai rangkaian switching antara signal

    PWM dan motor DC yang berguna sebagai rangkaian isolasi yang

    mempunyai kecepatan switching yang tinggi sehingga sesuai dengan

    kecepatan perubahan PWM.

     Nilai tegangan rata-rata dari signal PWM ini setara dengan nilai

    tegangan DC yang diberikan kepada motor DC sehingga dapat mengatur

    kecepatan gerak motor (Pulse Width Modulator, 2009 : 1). Karena keluaran

    motor DC yang ingin diatur ada 4 buah, maka digunakan IC photocoupler

    TLP521-4 yang memiliki 4 buah phototransistor (Toshiba, 2002: 1).

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    8/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    40

    TIDAK

    4. Perancangan Perangkat Luna

    Pada Gambar 3. merupakan diagram Alir Perangkat Lunak

    Gambar 3. Diagram Alir Perangkat Lunak (kontinyu) 

    SIGNAL PWM ON, MOTOR DC

    ON, KEC. MOTOR = “RANGE

    KECEPATAN 2” %

    A.2A.1

    START

    INISIALISASI ADC,

    SETTING PARAMETER

    RANGE

    TIDAK

    YAJIKA SUHU

    TERBACA KURANG DARI

    BATAS SUHU 1 

    SINYAL PWM OFF,

    KEC. MOTOR DC 0%

    TIDAK

    YAJIKA SUHU TERBACADIANTARA RANGE SUHU 1

    DAN RANGE SUHU2 

    SIGNAL PWM ON, MOTOR DCON, KEC. MOTOR = “RANGE

    KECEPATAN 1” %

    TIDAK

    YAJIKA SUHU TERBACA

    DIANTARA RANGE SUHU 2

    DAN RANGE SUHU3 

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    9/16

     

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus. PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC 

    41

     

    Gambar 3. Diagram Alir Perangkat Lunak (sambungan)

    Pada saat rangkaian pengatur kecepatan motor DC diberikan Vcc dan

    Gnd yang berasal dari catu daya, maka mikrokontroler melakukan

    inisialisasi pada ADC untuk sensor suhu LM35, batas suhu dan kecepatan.

    Setelah melakukan inisialisasi, perangkat lunak akan

    membandingkan suhu yang terbaca dari sensor suhu LM35 dengan batas

    suhu, mulai dari batas suhu 1sampai dengan batas suhu 4. Apabila suhu

    yang terbaca dari sensor suhu LM35 kurang dari batas suhu 1, maka

    mikrokontroler tidak akan mengeluarkan sinyal PWM pada  port B.3  dan

    motor tidak bekerja.

    Ketika suhu yang terbaca di antara batas suhu 1 dan batas suhu 2

    maka mikrokontroler akan mengeluarkan sinyal PWM sesuai dengan batas

    kecepatan 1. Ketika suhu meningkat lagi dan suhu yang terbaca di antara

     batas suhu 2 dengan batas suhu 3, maka sinyal PWM pada  port B.3  dan

    kecepatan motor DC akan sesuai dengan batas kecepatan 2.

    A.2

    YAJIKA SUHU TERBACADIANTARA RANGE SUHU 3

    DAN RANGE SUHU4 

    SIGNAL PWM ON, MOTOR DC

    ON, KEC. MOTOR = 100%

    TIDAK

    A.1

    YAJIKA SUHU TERBACADIATAS RANGE SUHU 4

    SIGNAL PWM ON, MOTOR DCON, KEC. MOTOR = 100% DAN

    RELAY ON (OVER HEAT)

    TOMBOL

    POWER OFF

    END 

    TIDAK

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    10/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    42

    Vc

    Vc

      Apabila mikrokontroler membaca suhu yang terbaca di atas batas

    suhu 3, maka sinyal PWM pada  port B.3 akan mempunyai duty cycle

    100%, yang artinya kecepatan motor DC akan maksimum. Bila suhu yang

    terbaca oleh mikrokontroler melewati batas suhu 4 maka sinyal PWM dan

    kecepatan motor DC akan sama dengan kondisi suhu di atas batas suhu 3

    dan relay indikator “Over Heat ” akan on

    5. Pengujian

    5.1. Pengujian Tegangan Keluaran Sensor Suhu LM35Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui karakteristik tegangan

    keluaran sensor suhu LM35 terhadap perubahan suhu yang terjadi.

    Langkah-langkah pengujian yang dilakukan adalah:

    1. 

    Sensor suhu LM35 dirangkai sesuai dengan rangkaian pada gambar 4.

    2.  Rangkaian sensor suhu LM35 dihubungkan dengan Vcc dan Gnd.

    3.  Sensor suhu LM35 didekatkan dengan pemanas (solder) bersamaan

    dengan thermometer.

    4.  Keluaran sensor dihubungkan dengan positif voltmeter dan grounddihubungkan dengan negatif voltmeter.

    5.  Tegangan keluaran sensor dan suhu dari thermometer diamati pada

    suhu 50oC, 45oC,40 oC,35 oC,30 oC,25 oC.

    6. 

    Tegangan diukur pada suhu yang berbeda-beda.

    Gambar 5. Rangkaian Pengujian Tegangan keluaran Sensor Suhu LM35

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    11/16

     

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus. PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC 

    43

    Tabel 2. Perbedaan Antara Data Pengujian dengan Data Karakteristik

    Sensor Suhu

    Pada hasil pengujian menunjukan bahwa terdapat sedikit perbedaan

    dari datasheet sensor suhu yang memiliki karakteristik kenaikan tegangan

    keluaran sebesar 10 mVDC/oC.

    Pada Tabel 2. menunjukan perbedaan antara tegangan keluaran

    sensor suhu berdasarkan karakteristik dengan hasil pengujian. Perbedaan

    tersebut diakibatkan karena kesalahan pada pembacaan suhu yang terdapat

     pada thermometer.

    Perbedaan suhu antara thermometer dan sensor suhu LM35 dan

     perbedaan toleransi setiap sensor yang berbeda-beda pada masing-masing

     produksi. Rata-rata kesalahan adalah 3%.

    5.2. Pengujian Bentuk Signal PWM

    Tujuan pengujian ini adalah untuk membuktikan adanya perubahan

    kecepatan motor sesuai perubahan duty cycle signal PWM. Semakin besar

    nilai duty cycle maka kecepatan motor semakin tinggi.

    No

    Suhu Terbaca

    pada

    Thermometer

    (oC )

    Tegangan Keluaran

    Sensor Suhu LM35

    Sesuai Data Pengujian

    ( VDC )

    Tegangan keluaran

    Sensor Suhu LM35

    Sesuai Data Karakteristik

    ( VDC )

    1 50 0,53 0,50

    2 45 0,46 0,45

    3 35 0,36 0,35

    4 30 0,32 0,30

    5 27 0,26 0,27

    6 25 0,25 0,25

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    12/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    44

    Langkah-langkah pengujian yang dilakukan:

    1.  Rangkaian pengatur kecepatan motor DC dirangkai seperti Gambar 6.

    Gambar 6. Rangkaian Pengujian Bentuk Sinyal PWM

    Mikrokontroler Atmega16

    Titik Uji

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    13/16

     

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus. PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC 

    45

    2.  Rangkaian pengatur kecepatan motor DC dihubungkan dengan catu

    daya 5 VDC. 

    3.  Batas suhu mulai dari batas suhu 1, 2, 3, 4 dan batas kecepatan 1 dan

     batas suhu kecepatan 2.

    a) Batas suhu 1 diatur sampai 26oC

     b) Batas suhu 2 diatur sampai 30oC

    c) Batas suhu 3 diatur sampai 35  oC

    d) 

    Batas suhu 4 diatur sampai 40  oC

    e) 

    Batas kecepatan 1 diatur sampai 40%f) Batas kecepatan 2 diatur sampai 80%

    4.  Sensor suhu didekatkan ke pemanas (solder)

    5. 

    Probe osiloskop dihubungkan pada keluaran sinyal PWM di  port B.3

    dan ground pada osiloskop dihubungkan pada ground dari rangkaian.

    6.  Perubahan sinyal PWM untuk setiap perubahan suhu diantara 2 buah

     batas suhu diamati.

    7.  Gambar bentuk gelombang dari sinyal PWM untuk semua suhu yang

     berbeda-beda direkam.

    Hasil pengujian

    Gambar 7. Bentuk Gelombang Suhu di Bawah Batas Suhu 1 dengan PWM

    Off pada Suhu Sensor 23oC

    Batas 0 VDC

    Volt/ Div : 5 V/ DivTime/ Div : 50 µS

    Duty Cycle : 0 % 

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    14/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    46

    Gambar 8. Bentuk Gelombang Suhu di antara batas suhu 1 dan batas suhu 2

    dengan Batas Kecepatan 40% pada Suhu Sensor 28oC

    Gambar 9. Bentuk Gelombang Suhu di antara batas suhu 2 dan batas suhu 3

    dengan Batas Kecepatan 80% pada Suhu Sensor 33oC

    Gambar 10. Bentuk Gelombang Suhu di antara batas suhu 3 dan batas suhu

    4 dengan PWM Full ON pada Suhu Sensor 38oC

    Volt/ Div : 5 V/ Div

    Time/ Div : 50 µS

    Duty Cycle : 75% 

    Volt/ Div : 5 V/ DivTime/ Div : 50 µSDuty Cycle :85%

    Volt/ Div : 5 V/ DivTime/ Div : 50 µS

    Duty Cyle : 100%

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    15/16

     

    Kiki Prawiroredjo, Kuat Rahardjo TS & Stevanus. PENGATUR KECEPATAN MOTOR DC 

    47

      Pada hasil pengujian dengan mendekatkan sensor suhu dan

    thermometer dengan solder sebagai pemanasnya, di dapat bahwa:

    a.  Pada saat suhu sensor terbaca di bawah 26oC, maka sinyal PWM

    menghasilkan duty cyle sebesar 0%

     b. 

    Pada saat suhu sensor terbaca 28oC, maka sinyal PWM seharusnya

    menghasilkan duty cycle sebesar 40% namun kenyataannya duty cycle

    75% hal ini bisa terjadi karena perhitungan yang salah dalam

     pemrograman dan penggunaan Bahasa C yang masih kurang sempurna

    dalam pemrograman mikrokontroler

    c. 

    Pada saat suhu sensor terbaca 33

    o

    C, maka sinyal PWM seharusnyamenghasilkan duty cycle sebesar 80% namun kenyataannya duty cycle

    85% hal ini bisa terjadi karena perhitungan yang salah dalam

     pemrograman dan penggunaan Bahasa C yang masih kurang sempurna

    dalam pemrograman mikrokontroler

    d. 

    Pada hasil pengujian saat suhu sensor terbaca 38oC maka sinyal PWM

    menghasilkan duty cycle 100%

    6. Kesimpulan

    Setelah melalui proses perancangan serta pengujian alat diambil

     beberapa kesimpulan sebagai berikut:

    1.  Terdapat perbedaan tegangan keluaran sensor LM35 dari hasil pengujian

    dengan karakteristik tegangan keluaran dari datasheet dengan rata-rata

     perbedaan sebesar 3 %.

    2.  Terdapat kesalahan yang cukup besar pada signal PWM yang

    dikehendaki terhadap hasil pengujian terutama pada duty cycle 40 %

     pada perangkat lunak dihasilkan duty cycle sebesar 75 % pada

     pengujian. Hal ini dapat terjadi karena perangkat lunak yang digunakan

    dalam bahasa C yang masih kurang sempurna dalam pemrograman

    mikrokontroler.

    Daftar Pustaka 

    1.  ATMEL, ATmega16, ATmega16L, 2002, (Online),

    (http://www.atmel.com/dyn/resources/prod_documents/doc2466.pdf,

    12 November 2009: 20.22 WIB).

    2.  Toshiba, TLP 521-1, TLP 521-2, TLP 521-4, 2002, (Online),

    (http://www.datasheetcatalog.com, 15 November 2009, 20:51WIB).

    3.  Wiyono, Didik S.T. 2007, Panduan Praktis Mikrokontroler Keluarga

    AVR  , Surabaya:Innovative Electronics.

  • 8/17/2019 Paper7 Pengatur Kecepatan Motor DC

    16/16

     

     JETri, Volume 9, Nomor 1, Agustus 2009, Halaman 33 - 48, ISSN 1412-0372

    48

    4.  Andrianto, Heri. 2008, Pemrograman Mikrokontroler AVR

    ATMEGA16 Menggunakan Bahasa C (CodeVision AVR), Bandung :

    INFORMATIKA.

    5.  Pulse Width Modulator , (Online),

    (http://en.wikipedia.org/wiki/Pulse_Width_Modulator, 28 Desember

    2009, 20:25 WIB).

    6.  Boylestadt, Robert dan Louis Nashelsky. 1987. Electronic Device and

    Circuit Theory. Fourth Edition. USA : Prentice Hall, Inc.